download file
DESCRIPTION
ahvxhZBbbbbjaTRANSCRIPT
USUL THESIS
PENERAPAN SENTRALISASI OBATDI KLINIK MUHAMMADIYAH I PURWOKERTO
Oleh:
Apsopela SandiveraP2CC13021
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPROGRAM PENDIDIKAN PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKITUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO2014
i
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN SENTRALISASI OBATDI KLINIK MUHAMMADIYAH I PURWOKERTO
Oleh :
Apsopela Sandivera P2CC13021
Usul penelitian ini telah dipresentasikan dan disahkan
sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen
pada Program Pascasarjana Universitas Jenderal soedirman Purwokerto.
Purwokerto, Juli 2014
Mengetahui,
Pembimbing
Dr Margani Pinastika S.E, M.Si
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME, penulis dapat menyelesaikan usul
penelitian yang berjudul “penerapan sentralisasi Obat di Klinik Muhammadiyah I
Purwokerto ” ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr
Margani Pinastika S.E, M.Si selaku pembimbing penulis sehingga usul
penelitian ini dapat selesai dan tersusun paripurna. Ucapan terimakasih juga
penulis ucapkan untuk segenap konsulen pada Program Pascasarja UNSOED
yang telah memberikan dukungan moriil dan keilmuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan usul penelitian ini. Penulis mengharapkan agar usul penelitian ini
dapat bermanfaat bagi para dokter, dokter muda, ataupun para medis lain atau
mahasiswa kedokteran.
Purwokerto, Juli 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1A. Latar Belakang ............................................................................... 1B. Perumusan Masalah........................................................................ 3C. Tujuan ............................................................................................ 3D. Manfaat .......................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4A. Sentralisasi Obat ...................................................................................... 4B. Peran sentralisasi Obat.................................................................... 8C. Kerangka Teori .............................................................................. 10D. Kerangka Konsep ........................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN...................................................................... 12A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 12B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 12C. Variabel Penelitian.......................................................................... 15D. Definisi Operasional Penelitian ..................................................... 15E. Pengumpulan Data.......................................................................... 15F. Tata Urutan Kerja........................................................................... 15G. Analisis data.................................................................................... 18H. Validitas Data.................................................................................. 18I. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 19J. Jadwal Penelitian ........................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian ......................................................................... 20
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini harga obat/alat kesehatan cukup tinggi/mahal dan diluar
jangkauan masyakat, utamanya bagi klien dirumah sakit yang mayoritas
menggunakan berbagai merek obat paten bagi setiap pasien (Laode, 2008).
Penggunaan berbagai jenis dan merek obat dengan harga yang cukup tinggi
tersebut tentu saja tidak hanya berpengaruh secara ekonomi semata; namun
lebih dari itu; resiko penyimpangan penggunaan obat diluar hal semestinya
juga mampu menimbulkan kerugian bagi klien itu sendiri. Resiko resistensi
tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi
manakala konsumsi obat oleh penderita tidaklah terkontrol dengan baik
(Idham, 2005).
Di sebagian besar negara, manajemen obat masih dilakukan secara
tradisonal (Puspita, 2005). Artinya, tersedia lemari obat di bangsal yang selalu
diisi oleh petugas farmasi sesuai permintaan perawat yang bekerja di bangsal
itu. Hal ini menyebabkan tingginya angka pemberian obat (10-25%),
desentralisasi suplai, buruknya kontrol inventori, manajemen obat tidak di
tangan petugas farmasi yang kualisifikasinya lebih baik, pengawasan
pemberian obat tidak efektif, dan tidak ada penanganan ahli farmasi klinik.
Dengan cara tradisional ini, maka stok bisa mencapai 50 sampai 90 hari, yaitu
50% di gudang farmasi sentral dan 50% di bangsal – bangsal (Muninjaya,
1999).
1
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat; sebagai salah
satu peran perawat; perlu dilakukan suatu pola/alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko-
resiko kerugian baik secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir
(Darlina, 2011). Upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan
obat secara ketat oleh perawat diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab
perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan (Dinkes Kendari,
2002; Budi, 2008)
Namun dalam kenyataannya dirumah sakit; tidak jarang ditemukan
adanya jumlah tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan; sehingga beberapa
tugas dan peran perawat harus “diserahkan” pada keluarga atau klien itu
sendiri (Cangara, 2004; Sabarguna, 2004). termasuk didalamnya adalah
penggunaan obat. Untuk itu perlu diupayakan langkah peningkatan mutu
pelayanan dengan sentraliasi obat dan pengontrolan keluarga dalam
menciptakan suatu bentuk “pendelegasian” peran dari perawat kepada
keluarga; khususnya dalam pengelolaan obat sehingga resiko-resiko
penyimpangan dapat diminimalkan (Tjiptono, 2000; Mutik, 2005).
Di Klinik Muhammadiyah I Purwokerto, belum ada data atau publikasi
tentang manajemen sentralisasi obat. Maka dari itu, perlu memahami
bagaimana manajemen sentralisasi obat di Klinik Muhammadiyah I
Purwokerto sehingga dapat menjadi bahan evaluasi klinik dan acuan
manajemen sentralisasi obat untuk diterapkan pada praktek klinik lainnya.
2
B. Perumusan Masalah
Bagaimana penerapan sentralisasi obat di Klinik Muhammadiyah I
Purwokerto?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menggambarkan penerapan sentralisasi obat di
Klinik Muhammadiyah I Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui manajemen sentralisasi obat di Klinik Muhammadiyah I
Purwokerto.
b. Menggambarkan penerapan sentralisasi obat di Klinik Muhammadiyah
I Purwokerto.
c. Menggambarkan peran perawat sebagai bentuk desentralisasi dokter
dalam manajemen sentralisasi obat di Klinik Muhammadiyah I
Purwokerto.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mengevaluasi secara ilmiah penerapan sentralisasi obat di Klinik
Muhammadiyah I Purwokerto.
b. Memberikan informasi ilmiah tentang manajemen sentralisasi obat di
Klinik Muhammadiyah I Purwokerto.
3
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Kesehatan
Memberikan informasi tentang penerapan sentralisasi obat,
sehingga dapat menjadi landasan peningkatan upaya manajemen klinik
kesehatan khususnya sentralisasi obat.
b. Masyarakat
Memberikan informasi tentang penerapan sentralisasi obat di
Klinik Muhammadiyah I Purwokerto.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sentralisasi Obat
1. Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam,2002).
2. Desentralisasi pengelolaan obat
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan paling sering mengapa
obat perlu disentralisasi (Nursalam, 2007):
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar
yang lebih murah dengan mutu terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama
c. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat hanya untuk
mencoba.
d. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan
e. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan
banyak yang membuang atau lupa untuk minum
f. Memesan obat lebih dari pada yang di butuhkan, sehingga banyak
tersisa sesudah batas kadalwarsa
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif
5
h. Meletaktan obat di tempat yang lembab, terkenak cahaya atau panas
i. Mengeluarkan obat(dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada
suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri(Muninjaya,1999).
3. Teknik sentralisasi
Sentralisasi obat mencakup proses dimana obat dikeluarkan
dibagikan hingga diterima oleh pasien. Sentralisasi obat juga mencakup
bagaimana mekanisme menambah atau mengganti obat yang diresepkan
pada pasien sebelumnya (PT. (Persero) Askes Indonesia, 2002)
a. Pengeluaran
Pengeluaran obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staff yang ditunjuk,
dimana keluaga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat (Nursalam, 2007).
b. Penerimaan obat.
Penerimaan Obat adalah obat yang diresepkan diperoleh oleh
pasien. Obat yang telah diresepkan di tunjukkan kepada perawat dan
obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
dengan menerima lembar terima obat. Perawat kemudian menuliskan
nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan dalam kartu
control, dan diketahui oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk
obat (Nursalam, 2007).
6
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan
kapan atau bilamana obat tersebut akan habis. Serta penjelasan tentang
5T. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kartu sediaan obat. Obat yang telah diserahkan
selanjutnya disampaikan oleh perawat dalam kotak obat (Nursalam,
2002).
c. Pembagian obat
Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memerhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar penerimaan obat: dengan terlebih dahulu dicocokan
dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yang ada pada
pasien. Pada saaat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat atau
wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek
samping pada pasien. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa
setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditujukan dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan yang hampir
habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian dimintakan
resep kepada dokter penganggung jawab pasien (Nursalam, 2002).
d. Penambahan obat baru
Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini aakan dimasukkan
7
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat.
Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam,
2002).
e. Obat khusus
Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit,
memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberiakn dalam
waktu tertentu. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
kusus obat ,dilaksanakan oleh perawat primer. Informasi yang
diberikan kepada pasien atau keluarga : nama obat, waktu pemberian,
efek smping, penanggungjawab,pemberian, dan wadah obat sebaiknya
diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian.
Usahakan terdapat saksi dari keluarga saatb pemberian obat (nursalam,
2002).
4. Peran manajerial dalam sentralisasi obat
Meskipun sentralisasi obat diperankan oleh perawat, seorang
manajer di suatu klinik baik yang dipimpin oleh seorang dokter atau
paramedik lainnya harus mampu mendidik staf mengenai obat dan teknik
sentralisasi obat, yang mencakup:
8
a. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada
semua staf.
b. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan di dinding.
c. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab beborosan obat.
d. Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
e. Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis
obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf.
f. Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di
perpustakaan (Muninjaya, 1999).
B. Peran sentralisasi obat
1. Manajerial obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi (Depkes RI, 2000). Penggunaan obat
hanya merupakan salah satu segi pelayanan kesehatan tetapi merupakan
yang paling penting. Obat itu penting manajemen penyediaan obat-obatan
dalam unit kesehatan Merupakan salah satu tanggung jawab pekerja
kesehatan Obat itu mempunyai kekuatan obat harus digunakan dengan
ketrampilan, pengetahuan dan ketepatan, bila obat dapat berbahaya obat
itu mahal pemborosan dan penggunaan obat yang salah dapat
9
mengakibatkan berkurangnya persediaan, yang menyebabkan beberapa
pasien tidak dapat diobati sebagaimana mestinya (Nursalam, 2007).
2. Mendidik pasien tentang obat
Kadang-kadang pasien meminum obat degan carayang salah,baik
dengan mengurangi dosis agar pengobatannya lebih lama atau
menembahnya dengan harapan akan lebih cepat sembuh. Mereka minum
obat pada waktu yang tidak tepat atau lupa akan dosisnya. Pasien yang
mendapat pengobatan jangka panjang sering berhenti meminum obatnya
terlalu dini. Hal ini tejadi karena pasien tidak mengerti akan kerja obat
dalam tubuh. Akibatnya, mereka kadang-kadang tidak sembuh dan obat
terbuang percuma. (Nursalam, 2007).
Para pekerja kesehatan harus sangat peduli untuk menerangkan
pada pasien bagaimana cara meminum obat mereka, terangkan dengan
cara sederhana mengapa obat-obat tertentu harus diminum dengan cara
tertentu. Dengan demikian pasien akan belajar bahwa (Nursalam, 2007).
a. Masing-masing obat mempunyai cara kerja tersendiri. Obat yang dapat
dipakai pada satu keadaan tidak bermanfaat untuk keadaan lain.
b. Besarnya dosis sangat penting,bila terlalu sedikit cara kerjanya terlalu
lemah untuk memperbaiki keadaan, dan bila terlalu kuat dapat
meracuni pasien. Dosis untuk anak-anak lebih sedikit dari pada dosis
untuk dewasa.
c. Pengobatan harus teratur untuk menjamain bahwa kadar obat yang
diinginkan dalam tubuh tercapai.
10
Sentralisasi obat
Resep dokter
Mendidik pasien tentang obatPeran managerial
Perawat
Desentralisasi pengelolaan obat
Penerapan di Klinik Muhammadiyah I Purwokerto
Sentralisasi obatPenerapan di Klinik Muhammadiyah I
Purwokerto
d. Semua tahapan pengobatan harus dijalani dengan lengkap, bila tidak
pasien dapat kembali jatuh sakit dengan keadaan yang lebih parah
daripada sebelumnya.
e. Obat harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak, yang mungkin
memakannya karena mirip gula-gula dan dapat meracuni mereka.
C. Kerangka teori
Gambar 2.3. Kerangka Teori ( : variabel yang diteliti, :
mempengaruhi)
D. Kerangka konsep
11
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
berfokus pada pengalaman, interpretasi seseorang yang mengalaminya. Model
penelitian kualitatif ini digunakan dengan pertimbangan-pertimbangan yaitu
pertama, peneliti berusaha untuk tidak memanipulasi latar penelitian; kedua,
metode ini secara khusus berorientasi pada hasil eksplorasi, penemuan dan
logika induktif yaitu peneliti tidak memaksakan diri dengan membatasi
penelitian pada upaya menolak atau menerima dugaan-dugaan peneliti,
melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan kenyataan yang ada;
ketiga, kontak dengan personal secara langsung yaitu peneliti berhadapan
langsung dengan orang yang diteliti; keempat, menekankan pada unsur
subjektifitas sebagai ciri utama dalam penelitian; kelima, desain yang fleksibel
yaitu penelitian yang kualitatif ini dapat berkembang sejalan dengan
berkembangnya pekerjaan dilapangan (Maleong, 2010).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi Target
12
Perawat yang bertugas menyerahkan obat kepada semua pasien yang
terdaftar di klinik Muhammadiyah I Purwokerto pada yang merupakan
sasaran penerima obat dalam praktek klinik.
b. Populasi Terjangkau
Perawat yang bertugas menyerahkan obat kepada semua pasien yang
terdaftar di klinik Muhammadiyah I Purwokerto pada periode Agustus-
September 2014.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan teknik
sampling tertentu untuk bisa mewakili atau memenuhi populasi
(Nursalam, 2001). Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini
adalah dengan purposive sampel yaitu dalam memilih sampel dari
populasi dilakukan secara tidak acak dan didasarkan dalam suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan cirri
atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Maleong, 2004).
Penelitian ini kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi, dimana kriteria tersebut menetukan dapat atau tidaknya sampel
digunakan.
a. Kriteria inklusi :
1) Perawat yang bertugas menyerahkan obat resep dokter kepada
pasien yang berobat ke Klinik Muhammadiyah I Purwokerto pada
bulan Agustus-September 2014
13
2) Bersedia diikutsertakan dalam penelitian dan bersedia menjadi
responden.
b. Kriteria eksklusi
1) Penulisan resep dokter tidak lengkap, yaitu tidak mencantumkan
nama obat (generic atau merek dagang) dan dosis obat.
c. Besar sampel
Sampel penelitian ini diambil dengan teknik purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dimana peneliti memilih responden berdasarkan pada pertimbangan
subyektif dan praktis, bahwa responden tersebut dapat memberikan
informasi yang memadai untuk menjawab permasalahan penelitian
(Sastroasmoro, 2011; Maleong, 2007).
Penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah sampel,
informan bisa sedikit atau banyak tergantung dari tepat atu tidaknya
pemilihan informan kunci dan kompleksitas serta keragaman
fenomena yang diteliti. Dalam mengumpulkan data, jumlah sampel
yang digunakan sebanyak 4 informan dengan memperhatikan
kecakupan data dan disesuaikan dengan kemampuan peneliti
(Maleong, 2004). Saat mengumpulkan data, peneliti tetap
14
mengoptimalkan informan sebagai obyek penelitian untuk menggali
data sampai terjadi saturasi.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu
subyek ke subyek lain (Sastroasmoro, 2011). Variabel dalam penelitian ini
adalah penerapan sentralisasi obat yang menyangkut data serah terima obat,
nama obat dan dosis obat yang diresepkan selama periode Agustus-September
2014, peran manajerial perawat sebagai bentuk desentralisasi dokter dalam
menyerahkan obat kepada pasien
D. Definisi Operasional variabel
Untuk memberi batasan yang jelas, definisi operasional penerapan
sentralisasi obat adalah manajerial serah terima obat yang menyangkut data
mengenai nama obat, dosis obat, dan keterangan serah terima obat. Nama obat
adalah semua jenis obat generik yang diresepkan pada pasien. Dosis obat
adalah jumlah/takaran obat yang diberikan untuk masing-masing obat.
Keterangan serah terima obat adalah menyangkut keterangan bahwa obat telah
diserahkan dan diterima.
E. Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
a) Data primer
15
Data primer penelitian adalah data hasil pengisian format serah
terima obat oleh perawat selama praktek di Klinik Muhammadiyah I
Purwokerto pada periode Agustus-September 2014. Peran manajerial
perawat sebagai desentralisasi dari dokter untuk menyerahkan obat
kepada pasien
b) Data sekunder
Data demografi atau rekam medik pasien dari data base di
Klinik Muhammadiyah I Purwokerto.
2. Cara pengumpulan data
Penelitian ini menganalisis dokumentasi serah terima obat di
Klinik Muhammadiyah I Purwokerto pada periode Agustus-September
2014. Pengisian format serah terima obat, mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Pengisian nama pasien, umur, nomor registrasi.
b. Kolom tanggal diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat.
c. Kolom nama obat dan jumlah diisi sesuai dengan nama obat dan
jumlah yang diterima
d. Kolom tanda tangan / nama tarang yang menyerahkan diisi oleh
keluarga / pasien atau perawat pada sasat pasien pulang.
e. Kolom tandatangan / nama terang yang diserahkan diisi oleh perawat
atau keluarga yang menerima.
16
f. Kolom keterangan diisi bila ada hal-hal yang berkaitan dengan serah
terima obat.
g. Wawancara mendalam tentang peran perawat dalam manajerial
pemberian obat yang diresepkan dokter selama praktek klinik periode
Agustus-September 2014.
F. Tata Urutan Kerja
1. Tahap persiapan
a. Melakukan konsultasi dengan pembimbing.
b. Menyusun proposal penelitian.
c. Melakukan survei pendahuluan ke Poli Klinik Muhammadiyah I
Purwokerto.
d. Melakukan seminar proposal.
e. Mengurus surat izin penelitian.
f. Melakukan persiapan instrumentasi penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan dokumentasu atau pencatatan serah terima obat selama
praktek Klinik di Klinik Muhammadiyah I Purwokerto. wawancara
mendalam (Indepht interview) untuk menggali secara lengkap dan ditail
mengenai topik yang dibicarakan (Sugiyono, 2009). Menurut Moleong
17
(2004), alat yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian
kualitatif adalah peneliti sendiri dan instrument penelitian yaitu pedoman
wawancara dan dibantu dengan alat tulis, buku catatan, serta mengacu
pada pokok pertanyaan yang akan menjadi tujuan dalam penelitian.
Tahap pelaksanaan wawancara dilaksanakan sesuai dengan
kesepakatan informan dan peneliti. Sebelum wawancara dilaksanakan,
peneliti menjelaskan kembali tujuan dari penelitian, waktu dan tempat
kontrak. Menurut Field dan Morse (1985), lama wawancara disarankan
kurang dari 60 menit, karena lama wawancara yang sebentar lebih efektif
dari pada wawancara dalam jangka waktu yang lama. Namun mengenai
lama wawancara tergantung kesediaan informan. Peneliti mengajukan
pertanyan saat wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah
disusun oleh peneliti. Peneliti mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Bila jawaban dari informan malenceng dari topik pertanyaan, maka
peneliti mengarahkan kembali informan pada pertanyaan peneliti.
3. Tahap akhir
a. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data.
b. Menyusun laporan hasil penelitian
G. Analisis Data
Pada prinsipnya penelitian kualitatif adalah untuk menemukan teori
dari data yang ditemukan. Pada penelitian kualitatif menggunakan analisa data
secara content analysis. Saat menganalisa data, peneliti memerlukan
18
pemusatan perhatian secara penuh, pergerakan tenaga, fisik dan pikiran.
Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satu uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema
tertentu (Maleong, 2004).
H. Validitas Data
Menurut Moleong (1999), untuk menetukan keabsahan suatu data
diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas derajat kepercayaan,
keteralihan, ketergantungan dan kepastian sehingga dalam penelitian ini
menggunakan teknik Triangulasi dengan sumber. Teknik triangulasi dengan
sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informan yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif (patton, 1983). Hal itu dapat dicapai dengan menggunakan
jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat
biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada; (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
I. Waktu dan Tempat Penelitian
19
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli–September 2014.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di di Klinik Muhammadiyah I Purwokerto.
J. Jadwal Penelitian
Tabel 1. Jadwal Penelitian Waktu (Bulan)
No Rencana Kegiatan Juli Agustus September1 Persiapan √2 Penyusunan proposal √3 Seminar proposal √4 Pengambilan data √
5Analisis dan pengolahan data
√
6 Penyusunan laporan √7 Seminar hasil √
20
DAFTAR PUSTAKA
Sastroasmoro, Sudigdo.,Sofyan Ismael. 2011. Dasar-dasar metedologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung seto.
WHO. 1999. Managament pelayanan keperawatan primer edisi 2. Jakarta: EGC
Nursalam. 2007. Managament Keperawatan Amplikasi dalam praktek keperawatan Profesional Ed 2. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2002. Managament keperawatan Ed 1. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2008. Managament Keperawatan Ed 2. Jakarta : Salemba Medika
WHO. 1996. Managament pelayanan kesehatan primer Ed 2. Jakarta: EGC
Mutik, R. (2005). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna Askes dan Non Askes terhadap Pelayanan Keperawatan di Bangsal Rawat Inap RSD. Panembahan Senopati Bantul. Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan)
Puspita Dewi, T., (2002). Analisis Niat Konsumen dalam Menggunakan Ulang Pelayanan Rawat Inap Kelas I RS. Roemani Muhammadiyah Semarang dengan Pendekatan Theory of Planned Behaviour. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan).
PT. (Persero) Askes Indonesia. (2002). Pedoman Bagi Peserta Askes Negeri. Jakarta: PT. (Persero) Askes Indonesia
Sabarguna, Boy S. (2004). Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Cetakan kedua, Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY.
Tjiptono., F., (2000). Manajemen Jasa. Edisi kedua. Yogyakarta: Andi
Budi Untung, Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Sinar Grafika. Candra, Ade.2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Aufie’s Script.
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
21
Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Darlina, 2001. Studi Tentang Pengelolaan Obat di Puskesmas Sanggona Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.
Depkes RI. Jakarta, 1990. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat.
Depkes RI. Jakarta, 1992a. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III.
Depkes RI. Jakarta, 1992b. Sistem Kesehatan Nasional.
Depkes RI. Jakarta, 1995. Dirjen POM Pengelolaan Obat di Tingkat Puskesmas.
Depkes RI. Jakarta, 1996. Diklat Pendidikan Pelayanan dan Pengelolaan Obat.
Depkes RI. Jakarta, 2000. Jasa Konsultan Pelatihan Manajemen Obat Puskesmas Pengelolaan dan pelayanan obat di Puskesmas.
Dinkes Kendari, 2001. Evaluasi Pengelolaan dan Penggunaan Obat Kabupaten/ Kota dan Puskesmas.
Dinkes Kendari, 2002. Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Idham, 2005. Analisis Kecukupan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar Sebelum dan Sesudah Desentralisasi. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 55:4. Jakarta.
Laode Kamalia, 2008. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dan Puskesmas. Edisi I Buku I. Kendari.
Muninjaya, 1999. Manajemen Kesehatan. Buku Kedokteran. Jakarta.
22
Lampiran
FORMAT SERAH TERIMA OBAT
Nama pasien : No. Reg
Umur :
Tanggal NomorNama pasie
nDosis
Keterangan (terima/serahkan)
Tanda tangan pasien yang
menerima
keterangan
23