dosis respon obat dan indeks terapi

17
DOSIS RESPON OBAT DAN INDEKS TERAPI A. Tujuan Setelah menyelesaikan percobaab ini diharapkan dapat : 1. Memperoleh gambaran bagaimana merancang experiment untuk memperoleh DE 50 dan DL 50. 2. Memahami konsep indeks terapi dan implikasi-implikasinya. B. Dasar Teori Dosis dan respon pasien berhubungan erat dengan potensi relative farmakologis dan efikasi maksimal obat dalam kaitannya dengan efak terapefik yang di harapkan. Adapun respon dosis sangat dipengaruhi oleh : 1. Dosis yang di berikan. 2. Penurunan / kenaikkan tekanan darah. 3. Kondisi jantung. 4. Tingkat metabolisme dan ekskresi. Respon obat masing – masing individu berbeda – beda. Respon idiosinkratik biasanya disebabakan oleh perbedaana genetic pada metabolism obat / mekanisme -mekanisme munologik, termasuk rasa alergi. Empat mekanisme umum yang mempengaruhi kemampuan merespon suatu obat : 1. Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor. 2. Variasi dalam konsentrasi suatu ligan reseptor endogen. 3. Perubahan dalam jumlah / fungsi reseptor – reseptor. 4. Perubahan – perubahan dalam komponen respondastal dari seseptor. ( Katzung Bertram , 2001 ) Hubungan dosis obat – persen responsif : Untuk menimbulkan efek obat dengan intensitas tertentu pada populasi dipelukan satu kisaran dosis. Jika dibuat distribusi frekuensi dari individu yang responsif (dalam 10%) pada kisaran dosis tersebut (dalam log dosis) maka akan diperoleh kurba distribusi normal Hubungan antara dosis obat dengan respon penderita Potensi obat : Potensi suatu obat dipengaruhi oleh absorbsi, distribusi, biontransformasi, metabolisme, ekskresi. Kemampuan bergabung dengan reseptor dan sistem efektor. Atau ukuran dosis obat yang diperlukan untuk menghasilkan respons.

Upload: chiyo-natha

Post on 28-Nov-2015

571 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

DOSIS RESPON OBAT DAN INDEKS TERAPI

A.    Tujuan

      Setelah menyelesaikan percobaab ini diharapkan dapat :

1.      Memperoleh gambaran bagaimana merancang experiment untuk memperoleh DE 50 dan DL 50.

2.      Memahami konsep indeks terapi dan implikasi-implikasinya.

B.     Dasar Teori

Dosis dan respon pasien berhubungan erat dengan potensi relative farmakologis dan efikasi

maksimal obat dalam kaitannya dengan efak terapefik yang di harapkan. Adapun respon dosis

sangat dipengaruhi oleh :

1.      Dosis yang di berikan.2.      Penurunan / kenaikkan tekanan darah.3.      Kondisi jantung.4.      Tingkat metabolisme dan ekskresi.

     Respon obat masing – masing individu berbeda – beda. Respon idiosinkratik biasanya

disebabakan oleh perbedaana genetic pada metabolism obat  / mekanisme -mekanisme munologik,

termasuk rasa alergi. Empat mekanisme umum yang mempengaruhi kemampuan merespon suatu

obat :

1.   Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor.2.   Variasi dalam konsentrasi suatu ligan reseptor endogen.3.   Perubahan dalam jumlah / fungsi reseptor – reseptor.

4.   Perubahan – perubahan dalam komponen respondastal dari seseptor.                                                                                    (  Katzung Bertram , 2001 )

  Hubungan dosis obat – persen responsif :

      Untuk menimbulkan efek obat dengan intensitas tertentu pada populasi dipelukan satu kisaran

dosis. Jika dibuat distribusi frekuensi dari individu yang responsif (dalam 10%) pada kisaran dosis

tersebut (dalam log dosis) maka akan diperoleh kurba distribusi normal

  Hubungan antara dosis obat dengan respon penderita

Potensi obat             :  Potensi suatu obat dipengaruhi oleh absorbsi, distribusi, biontransformasi, metabolisme, ekskresi.

Kemampuan bergabung dengan reseptor dan sistem efektor. Atau ukuran dosis obat yang

diperlukan untuk menghasilkan respons. 

Efikasi maksimal      :  Efek maks obat dinyatakan sebagai efikasi (kemanjuran) maksimal / disebut saja dengan efikasi.

            Efikasi tergantung pada kemampuan obat tersebut untuk menimbulkan efeknya setelah

berinteraksi dengan reseptor. Efikasi dapat dibatasi timbulnya efek yang tidak diinginkan, sehingga

dosis harus dibatasi. Yang berarti bahwa efek maksimal tidak tercapai. Tiap obat mempunyai efikasi

yang berbeda. Misalnya : Morphin, mampu menghilangkan semua intensitas nyeri, sedangkan

aspirin hanyan menghilangkan nyeri ringan sampai sedang saja.

                                                                              (Sulistina, ed IV, 1994)

Page 2: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

Untuk menyatakan toksisitas akut sesuatu obat, umumnya dipakai ukuran LD50 (medium

lethal dose 50) yaitu suatu dosis yang dapat membunuh 50% dari sekelompok binatang percobaan.

Demikian juga sebagai ukuran dosis efektif (dosis terapi) yang umum digunakan sebagai ukuran

ialah ED 50 (median effective dose), yaitu dosis yang memberikan efek tertentu pada 50% dari

sekelompok binatang percobaan.

LD50 ditentukan dengan memberikan obat dalam dosis yang bervariasi (bertingkat) kepada

sekelompok binatang  pecobaan.LD50 ditentukan dengan memberikan obat dalam dosis yang

bervariasi (bertingkat) kepada sekelompok binatang percobaan. Setiap binatang diberikan dosis

tunggal. Setelah jangka waktu tertentu (misalnya 24 jam) sebagian biantang percobaan ada yang

mati, dan persentase ini diterakan dalam grafik yang menyatakan hubungan dosis (pada absis) dan

persentase binatang yang mati (pada ordinat)

LD secara variable menyatakan bahwa dosis ini akan membunuh binatang-banatang dengan

sensitivitasnya rata-rata hamper sama. LD 50 merupakan suatu hasil dari pengujian (assay) dan

bukanlah pengukuran kuantitatif. LD 50 bukanlah merupakan nilai mutlak, dan akan bervariasi dari

satu laboratorium ke laboratorium lain, dan malahan pada laboratorium  yang sama akan berbeda

hasilnya setiap kali dilakukan percobaan.

Oleh karena itu kondisi-kondisi pada percobaan pengujian harus dicatat, demikian pula

spesies dan strain binatang yang digunakan harus sama pada setiap kali dilakukan percobaan.

Demikian pula cara pemberian, konsentrasi zat penambah untuk melarutkan obat atau untuk

membuat dalam bentuk variable atau bubuk dan besarnya volume yang diberikan harus seteliti

mungkin dan dicatat. Diet, suhu lingkungan dan lain-lain variable tidak selalu dapat dikontrol dengan

baik. Oleh karena itu suatu standar yang berhubungan dikontrol dengan baik. Dengan pemberian

obat ini harus diteliti sebagai pembanding.

(James Olson,2000)

Indeks terapeutik           Indeks terapeutik adalah suatu ukuran keamanan obat karena nilai yamg besar menunjukkan

bahwa terdapat suatu batas yang luas / lebar di antara dosis – dosis yang efektif dan dosis yang

foksik.

Indeks terapeutik ditentinova dengan mengukur frekuensi respon yang diinginkan dan respon toksik

pada berbagai dosis obat.

Indeks terapeutik suatu obat adalah rasio dari dosis yang menghasilkan tolensitas dengan dosis

yang menghasilkan suatu respon yang efektif.Indeks terapeutik = LD5

                                ED50                                               ( Mary J.Myceh, 2001)

                  Indeks terapi adalah rasio antara dosis toksik dan dosis efektif atau menggambarkan

keamanan relatif sebuah obat pada penggunaan biasa. Diperkirakan sebagai rasio LD50 (Dosis

Lethal pada 50% kosis) terhadap ED50 (Dosis efektif pada 50% kasus). Karena efek berbeda

mungkin perlu dosis berbeda.

                  Istilah LD50 sering dalam toksikologi yaitu dosis yang akan membunuh 50% dari populasi

experimental. Misal : untuk obat impromine, dosis oral 625 mg/kg diberi pada 100 tikus akan

mematikan 50 diantaranya.

Page 3: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

                                                            (dr. Jan Tambayong.2003)

                  Indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam pernyataan berikut :

      Indeks terapi   =    TD50                atau     CD50

                                    ED50                            ED50

                  Obat ideal menimbulkan efek terapi pada semua pasien tanpa menimbulkan efek toksik pada

seorang pun pasien, oleh karena itu      TD1        1

      ED99

                     Suatu ukuran obat, obat yang memiliki indeks terapi tinggi lebih aman dari pada obat yang

memiliki indek terapi lebih rendah

      TD50   :  Dosis yang toksik pada toksik 50% hewan yang menerima dosis tersebut, kematiaan merupakan

toksisitas terakhir.

                                                                                    (Jonet.L. Stringer MD.Ph)

Efek suatu senyawa obat tergantung pada jumlah pemberian dosisnya. Jika dosis yang

diberi dibawah titik ambang (subliminsal dosis), maka tidak akan didapatkan efek. Respon

tergantung pada efek alami yang diukur. Kenaikan dosis mungkin akan meningkatkan efek pada

intensitas tersebut. Seperti obat antipiretik atau hipotensi dapat ditentukan tingkat penggunaannya,

dalam arti bahwa luas (range) temperature badan dan tekanan darah dapat diukur.

Hubungan dosis efek mungkin berbeda-beda tergantung pada sensitivitas indivdu yang

sedang menggunakan obat tersebut. Sebagai contoh untuk mendapatkan efek yang sama

kemungkina dibitihkan dosis yang berbeda pada individu yang berbeda. Variasi individu dalam

sensitifitas secara khusus mempunyai efek “semua atau tak satupun” sama.

Hubungan frekuensi dosis dihasilkan dari perbedaan sensitifitas pada individu sebagai

suatu rumusan yang ditunjukan pada suatu log distribusi normal. Jika frekuensi kumulatif (total

jumlah binatang yang memberikan respon pada dosis pemberian) diplotkan dalam logaritma maka

akan menjadi bentuk kurva sigmoid. Pembengkokan titik pada kurva berada pada keadaan dosis

satu-separuh kelompok dosis yang sudah memberikan respon. Range dosis meliputi hubungan

dosis-frekuensi memcerminkan variasi sensitivitas pada individi terhadap suatu obat.

Evaluasi hubungan dosis efek di dalam sekelompok subyek manusia dapat ditemukan

karena terdapat perbedaan sensitivitas pada individu-individu yang berbeda. Untuk menentukan

variasi biologis, pengukauran telah membawa pada suatu sampel yang representative dan

didapatkan rata-ratanya. Ini akan memungkinkan dosis terapi akan menjadi sesuai  pada

kebanyakan pasien.

                                                            (Lullmann, 2000)

Page 4: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

                  Indeks teraupetik merupakan suatu ukuran keamanan obat karena nilai yang besar

menunjukkan bahwa terdapa suatu batas yang luas / lebar diantara dosis-dosis yang toksik.

Penentuan indeks teraupetik

      Indeks teraupetik ditentukan dengan mengukur frekuensi respon yang diinginkan dan respon toksik

pada berbagai dosis obat.

Aspek kuantitatif eliminasi obat melalui ginjal

Rasio efektif            :  Penurunan konsentrasi obat dalam plasma dari darah arteri ke vena ginjal

Kecepatan ekskresi  :  Eliminasi dari suatu obat biasanya mengikuti kinetik firstorder dan konsentrasi obat dalam plasma

turun secara exponensia menurut waktu. Ini biasa digunakan untuk menentukan waktu paruh obat.

Volume distribusi dan waktu paruh obat

      Waktu paruh suatu obat berbanding terbalik dengan bersihan dan secara langsung proporsional

terhadap volume distribusi.

-          Keadaan klinis yang meningkatkan waktu paruh obat penting untuk dapat menduga para penderita

yang mana memungkinkan waktu paruh obat akan memanjang.

                                                                                    (Mary J. Mycek, dkk. 2001)

C.     Alat dan Bahan

      Alat     :  -  Spuit injeksi dan jarum (1-2 ml)         

-    Sarung tangan                                                     

-    Stopwatch

Bahan :  - Luminal

-    Hewan uji (mencit) 

 

E.     Data Pengamatan

Page 5: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

Kelompok

Dosis

Uji

No

Waktu

Pemberian

Refleks Balik Badan ε Hewan Uji

Hilang Kembali Mati Hidup

48mg/kg BB

1 08.21 √

2 08.24 11.58 √

3 08.12 12.09 √

4 08.29 √

5 08.33 √

6 08.17 √

76,8mg/kg BB

1 08.29 15.20 05.00 √

2 08.49 09.17 22.05 √

3 08.26 08.48 22.00 √

4 08.40 15.23 05.15 √

5 08.43 09.01 21.50 √

6 08.22 09.03 21.55 √

122,8mg/kg BB

1 07.49 09.05 06.54 √

2 08.02 08.24 06.40 √

3 08.07 08.31 08.38 √

4 08.09 08.34 07.54 √

5 08.24 08.42 07.38 √

6 08.17 08.39 07.54 √

196,6 mg/kg BB

1 08.02 08.06 01.40

2 08.04 08.27

3 08.09

4 08.14 08.19 15.48

5 08.18 08.31 14.00

6 08.19 08.26 18.14

314,57mg/kgBB

1 08.12 08.15 09.40

2 08.15 08.19 08.46

3 08.36 08.41 15.20

4 08.39 08.43 11.20

5 08.43 08.45 10.25

6 08.50 08.53 15.57

F.      Perhitungan

1.      LARUTAN STOCK

Kadar stok injeksi Luminal = 100 mg/ ml

Page 6: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

                                                            10 x                                              100 mg/ 10 ml          

2.      PERHITUNGAN DOSISMencit 1:    20,4 gram/1000 gram x 48 mg: 0,9792 mg    Mencit 2:    19,3 gram/1000 gram x 48 mg: 0,9264 mgMencit 3:    21,3 gram/1000 gram x 48 mg: 1,0224 mgMencit 4:    21,9 gram/1000 gram x 48 mg: 1,0512 mgMencit 5:    19,9 gram/1000 gram x 48 mg: 0,9552 mgMencit 6:    20,6 gram/1000 gram x 48 mg: 0,988 mg

3.      VOLUME PEMBERIAN1.         0,9792   mg    x 1 ml : 0,00979 2ml x 40 = 0,39168 unit

          100                                                                x 10

                                                                 3,9168  4 unit

 2.   0,9264 mg x 1 ml  : 0,009264 ml x 40 = 0,37056 unit

          100                                                                x 10

                                                                 3,7056  4 unit

3.    1,0224 mg x 1 ml  : 0,010224 ml x 40 = 0,40896 unit

          100                                                                x 10

                                                                4,0896  4 unit

4.    1,0512 mg     x  1ml  : 0,010512 ml x 40 = 0,42084 unit

          100                                                                  x 10

                                                                   4,2048  4 unit

5.    0,9552 mg x  1ml : 0,09552 ml x 40 = 0,38208 unit

            100                                                                   x 10

                                                                     3,8208  4 unit

6.    0,988 mg x  1ml : 0,00988 ml x 40 = 0,3952 unit

            100                                                                   x 10

                                                                     3,952  4 unit

Dosis

(mg/kg bb)

Hasil Pengamatan Jumlah mencit

Uji

ED LD

30 Tidak ada yang tidur 6 0 0

48 Tidur 2 6 2 0

76,8 Tidur 6 6 6 0

122,88 Tidur 6 6 6 0

196,61 Mati 4 6 6 4

314,57 Mati 6 6 6 6

Page 7: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

 ED = inv log 1,71 =

51,286

 LD = inv log 2,21 =

162,18

Indeks Terapi

= LD = 162,18 =

3,162 ≥  1 (Maka

Luminal Aman )

                          ED     51,286

GRAFIK INDEKS TERAPI

G.        Pembahasan

               Indeks terapi adalah rasio antara dosis toksik dan dosis efektif atau menggambarkan

keamanan relatif sebuah obat pada penggunaan biasa. Diperkirakan sebagai rasio LD50 (Dosis

Lethal pada 50% kosis) terhadap ED50 (Dosis efektif pada 50% kasus). Sedangkan jendela

terapeutik adalah kisaran konsentrasi plasma suatu obat yang akan menghasilkan respon atau jarak

Dosis

(mg/kg bb)

% Respon ED % Respon LD Log Dosis

30 0 % 0 % 1,48

48 40 % 0 % 1,68

76,8 100 % 0 % 1,88

122,88 100 % 0 % 2,09

196,61 100 % 80 % 2,29

314,57 100 % 100 % 2,50

Page 8: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

antara MEC dan MTC. Untuk mengetahiu indeks terapi suatu obat dengan memberikan tingkatan

dosis/ dosis yang berbeda pada hewan uji.

   Hewan uji dipuasakan dahulu tujuannya agar tidak terjadi interaksi yang tidak diinginkan,

juga dengan tidak adanya sari-sari makanan dalam darah diharapkan obat yang diberikan dapat

diabsorbsi dengan cepat dan lengkap. Dilakukan pemberian secara intraperitorial yaitu obat yang

diinjeksikan melaui rongga perut. Dengan pemberian secara intraperitorial ini diharapkan efek yang

cukup cepat, kerena dalam rongga perut terdapat banyak pembuluh darah, sehingga obat yang

diinjeksikan akan menembus membrane pembuluh darah  dan masuk ke pembuluh darah. Hewan

uji diamati apakah timbul efek atau tidak. Timbulnya efek ditandai dengan hilangnya righting reflex

atau hilangnya reflek balik badan. Dipilih obat luminal karena bersifat sedative sehingga efek dapat

diamati.

Pada dosis 30 mg/kg BB tidak menimbulkan efek. Dosis 48 mg/kg BB, 76,8 mg/kg BB,

122,88 mg/kg BB menimbulkan efek. Sedangkan pada dosis 196,61 mg/kg BB dan 314,57mg/kg BB

menimbulkan kematian hewan uji. Pada dosis kecil tidak menimbulkan efek karena jumlah reseptor

yang ada lebih banyak dari jumlah obat sehingga efek tidak timbul. Sedangkan pada dosis 196,61

mg/kg BB dan 314,57mg/kg BB menimbulkan kematian karena jumlah obat melebihi jumlah reseptor

sehingga kadar obat yang tidak berikatan dengan reseptor/ kadar obat bebas di darah meningkat

sehingga menimbulkan toksis.

Dari data pengamatan dari kelompok mencit dengan dosis 48 mg/ kg BB yang tidur atau

menerima efek hanya 2 mencit. Hal ini disebabkan karena kadar biologis dan ketahanan mencit

berbeda- beda terhadap obat dengan dosis pemberian yang sama. Pada percobaan luminal yang

diberikan tidak mengalami induksi enzim karena hanya sekali diberikan atau tidak berulang- ulang.

           Pengamatan dilakukan selama ± 24 jam, hal ini disesuaikan dengan t ½ dari luminal. T ½

adalah waktu yang diperlukan obat untuk tereliminasi sebagian. Acuan yang dipakai adalah t ½

karena setelah melewati t ½ artinya obat sudah mengalami peluruhan, jika tidak terjadi reflex balik

badan maka obat dengan kadar yang diberikan tidak menimbulkan efek. Semua hewan uji

mengalami t ½ kecuali pada hewan uji yang mati.

Hubungan dosis-respon sangatlah penting dalam hasil terapi dan percobaan farmakologi.

Data dosis-respon digambarkan dengan grafik atau kurva, dimana ukuran respon berada pada

posisi ordinat (y) dan log dosis pada posisi absis (x). Pada kurva tersebut digambarkan konsentrasi

obat untuk dapat menghasilkan efek maksimum, potensi obat, efikasi, dan keamanan obat.

Keamanan suatu obat dapat terlihat dari indeks terapinya. Semakin curam kurva maka obat tersebut

semakin tidak baik.

        Setelah dilakukan pengamatan dan diperoleh data dosis respon, maka dibuat kurva log

dosis-respon. Digunakan log dosis agar pembuatan skalanya lebih mudah dan kurva tersebut akan

lebih teliti. Dilakukan perhitungan untuk mencari Indeks Terapi dengan rumus IT=LD50/ED50dimana

LD50 = 162,18 ED50 = 51,286 maka diperoleh nilai IT = 3,162. Ini menunjukkan bahwa luminal aman

digunakan dengan nilai IT ≥ 1 atau indeks terapi luminal lebar, artinya dengan sedikit penambahan

dosis tidak menyebabkan efek toksis.

Page 9: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

H.          KESIMPULAN

Indeks terapi yang dihasilkan sebesar 3,162. Semakin besar indeks terapi dari suatu obat, maka

obat tersebut semakin aman karena dengan penambahan dosis tidak menyebabkan efek toksis.

I.             DAFTAR PUSTAKA

  Stringer L, Jonet. 2008. Konsep Dasar Farmakologi Untuk Mahasiswa,Jakarta : ECG

  Katzug, R-Bertram G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 3, Jakarta; EGC. Lullmann, Heinz, dkk., 2000, Color Atlas of Pharmacology 2nd edition, New York; Thieme

Stuttgart      Maycek, Mary J.,2001, Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2 , Jakarta : Widya Medika.       Olson, James, 2000, Belajar Mudah Farmakologi, Jakarta : ECG

      Tjay, Tan Hoan, 2007, Obat-Obat Penting, Jakarta ; PT. Elex Media Komputindo.

Dosis respon obat dan indeks terapi

       I.            TUJUAN PERCOBAAN   Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa :

1.      Memperoleh gambaran bagaimana merancang eksperimen untuk memperoleh DE50 dan DL50.

2.      Memahami konsep indeks terapi dan implikasi- implikasinya.

    II.            PRINSIP1.      Dosis respon obat

Intensitas efek obat pada makhluk hidup lazimnya meningkat jika dosis obat yang diberikan juga

ditingkatkan.

2.      Indeks terapi

a.       Yaitu perbandingan antara DE50 dan DL50 yaitu dosis yang menghasilkan efek pada 50% dari jumlah

binatang dan dosis yang mematikan 50% dari jumlah binatang

b.      Indeks terapi merupakan ukuran keamanan untuk menentukan dosis obat

c.       Rumus :

Page 10: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

Indeks Terapi = DL50DE50  III.            TEORI

Mencit digunakan sebagai hewan model hidup dalam berbagai kegiatan penelitan terutama

yang akan diterapkan pada manusia. Hewan ini mudah didapat, mudah dikembangbiakkan dan

harganya relatip murah, ukurannya kecil sehingga mudah ditangani, jumlah anak perperanakannya

banyak. Sebagaimana makhluk hidup lainnya selama pertumbuhan dan perkembangannya mencit

tidak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor lingkungan hidupnya. ( Sundari,2011)

Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan

tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, jenis kelamin,  besarnya permukaan

badan, beratnya penyakit dan keadaan si pasien (Ganiswarna, 1995).

Righting reflex adalah reaksi tubuh pada hewan untuk kembali k e p o s i s i

s e m u l a s e h i n g g a k u k u d a n k a k i n y a m e n e m p e l k e t a n a h s e t e l a h

s e b e l u m n y a diposisikan pada posisi terlentang. Hal tersebut diuji dengan cara mengangkat ekor

mencitdan meletakkannya pada posisi terbalik.( Udithdita, 2011)

            Dilihat dari usia, dosis dapat memberikan efek-efek yang bervariasi. Pada anak-anak kecil

dan terutama bayi-bayi yang baru lahir (neonati) menunjukkan kepekaan yang lebih besar terhadap

obat, karena fungsi hati dan ginjal serta sistem-sistem enzimnya  belum lengkap perkembangannya.

Untuk orang-orang tua dengan usia di atas 65 tahun, lazimnya lebih peka pula untuk obat, karena

sirkulasi darahnya sudah berkurang begitu pula fungsi hati dan ginjalnya hingga eliminasi obat

berlangsung lebih lambat, sementara jumlah albumin darahnya lebih sedikit maka pengikatan obat

lebih berkurang.  Hal ini berarti bahwa bentuk bebas dan aktif dari obat-obat ini menjadi lebih besar

dan bahaya keracunan bertambah. Akhirnya pada mereka tidak jarang terjadi kerusakan-kerusakan

umum (difus) pada otak yang mengakibatkan meningkatnya kepekaannya untuk obat-obat dengan

kerja sentral, misalnya obat-obat tidur (khususnya barbital-barbital, nitrazepam), morfin dan

turunannya, neuroleptika dan antidepresiva (Ganiswarna, 1995).

            Untuk kebanyakan obat, keseragaman respons pasien terhadap obat terutama disebabkan

oleh adanya perbedaan individual yang besar dalam factor-faktor farmakokinetik; kecepatan

biotransformasi suatu obat menunjukkan variasi yang terbesar. Variasi dalam berbagai factor

farmakokinetik dan farmakodinamik ini berasal dari perbedaan individual dalam kondisi fisiologik,

kondisi patologik, factor genetic, interaksi obat dan toleransi. Fasefarmakokinetik berkaitannya

dengan masuknya zat aktif ke dalam tubuh. Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan

merupakan fenomena fisiko-kimia yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fase farmakokinetik

ini merupakan salah satu unsur penting yang menentukan profil keberadaan zat aktif pada tingkat

biofase dan yang selanjutnya menentukan aktivitas terapetik obat (Setiawati dan Armen, 2007).

Page 11: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

                        Median efektif dosis (ED50) dapat digunakan untuk pemberian dosis obat yang

menyebabkan 50% dari hewan uji:

-          berekasi atau tidak bereaksi (reaksi yang diharapkan)

-          hidup atau mati (LD50)

-          positif atau negatif

-          masuk dalam kategori yang diharapkan atau tidak (Ninda, 2010).

Indeks Terapi

Hampir semua obat pada dosis yang cukup besar menimbulkan efek toksis dan pada

akhirnya dapat mengakibatkan kematian (dosis toksis = TD dan dosis letal = LD). Takaran pada

mana obat menghasilkan efek yang diinginkan disebut dosis terapeutik (Tan & Raharja, 1978).

Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, dalam laboratorium farmakologi dapat

dilakukan percobaan-percobaan binatang dan yang ditentukan adalah khususnya DE50 dan

DL50 yaitu dosis yang menghasilkan efek pada 50% dari jumlah binatang dan dosis yang mematikan

50% dari jumlah binatang. Perbandingan antara kedua dosis ini dinamakan indeks terapi yang

merupakan suatu ukuran untuk keamanan obat; semakin besar indeks terapi, semakin aman

penggunaan obat tersebut. Akan tetapi, hendaknya diperhatikan bahwa indeks terapi ini tidak

dengan begitu saja dapat dikorelasikan terhadap manusia, seperti halnya dengan semua hasil dari

percobaan binatang berhubung perbedaan-perbedaan metabolism (Ganiswarna, 1995).

Indeks terapi dapat dihitung dengan cara:

            Indeks Terapi = DL50DE50   

 

Page 12: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

Gambar : Kurva-kurva yang menggambarkan kerja terapeutik dan dosis letal dari suatu obat.

Luas terapi adalah jarak antara DL50 dan DE50 juga dinamakan jarak keamanan (safety

margin). Seperti indeks terapi, berguna pula untuk sebagai indikasi untuk keamanan obat terutama

untuk obat yang digunakan secara terus-menerus. Obat dengan safety margin kecil mudah sekali

menimbulkan keracunan bila dosis normalnya dilewati (Ganiswarna, 1995).

Fenobarbital

Rumus molekul           : C12H12N2O3

Nama Kimia               : Asam 5 etil-fenilbarbiturat

Sinonim                      : Luminal

Berat molekul             : 232.24

Pemerian                     : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol, eter, dan dalam larutanalkali hidroksida dan dalam

alkali karbonat; agak sukar larut dalam kloroform

Kandungan                 : Fenobarbital mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebihdari101,0% C12H12N2O3 dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan

Page 13: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

Stabilitas                     : Stabil dalam udara, tetapi larutan mengalami hidrolisis khususnya pada pH tinggi. Karena adanya

pemutusan cincin asam barbirturat pada posisi1,2 atau posisi 1,6 untuk membentuk diamida atau

ureida. Dekomposisidiamida dan ureida lebih jauh dapat terjadi.

                                 : 7,4 (25°C)

Titik lebur                   : (174-178)°C

Inkompatibilitas                  :Fenobarbital akan mengalami presipitasi tergantung pHcampuran dankonsentrasi barbiturat.

Apabila campuran bersifat alkali penetapan pH menjadi penting. Pengendapan asam bebas

dilaporkan terjadi pada pH 8,8

Polimorfisme              : Fenobarbital memiliki 13 jenis bentuk polimorfik yang telah teridentifikasi. Bentuk yang paling stabil

pada suhu kamar adalah bentuk II, yang merupakan bentuk paling banyak terdapat dalam

perdagangan .

Wadah dan penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat ( Depkes RI, 1995)

Fenobarbital (asam 5,5-fenil-etil-barbiturat) merupakan senyawa organikpertama yang digunakan dalam

pengobatan antikolvulsi, dan merupakan obatpilihan utama untuk terapi kejang dan kejang demam pada anak. Dosis

dewasayang biasa digunakan ialah 2x120-250 mg sehari. Dosis anak ialah 30-100 mgsehari. Penghentian

fenobarbital harus secara bertahap untuk mencegahkemungkinan meningkatnya frekuensi bangkitan kembali, atau

malah bangkitanstatus epileptikus. Penggunaan fenobarbital menyebabkan berbagai efeksampingseperti sedasi,

psikosis akut, dan agitasi. Interaksi fenobarbital dengan obat lainumumnya terjadi karena fenobarbital

menoingkatkan aktivitas enzim mikrosomhati. Kombinasi dengan asam valproat akan menyebabkan kadar

fenobarbitalmeningkat 40%. (Utama dan Gan, 2007)

Mekanisme kerja fenobarbital yang pasti belum diketahui, tetapi memacuproses peghambatan

dan mengurangi transmisi eksitasi. Data menunjukkanbahwa fenobarbital dapat menekan saraf abnormal secara

selektif,menghambata penyebaran, dan menekan pelepasan dari fokus. Seperti fenitoin,dalam dosis tinggi, fenobarbital

dapat menekan melalui konduksi Na+, lepasnyafrekuensi tinggi renjatan saraf yang berulang dalam kultur. Begitu pula

padakonsentrasi tinggi, barbiturat menghambat arus Ca2+ (tipe L dan M).Fenobarbital terikat pada sisi

pengatur alosterik dari reseptor GABAbenzodiazepin, dan memacu arus yang dirangsang reseptor GABA

dengan caraperpanjangan pembukaan saluran Cl-,. Fenobarbital juga menghambat responeksitatif yang disebabkan

glutamat, terutama yang diakibatkan oleh aktivasireseptor AMPA. Dengan kadar terapi yang relevan,

fenobarbital meningkatkanpenghambatan melalui GABA dan reduksi eksitasi melalui glutamat. (Katzung,1997).

Fenobarbital memiliki aktivitas antiepilepsi, membatasi penyebaranlepasan kejang di dalam otak

dan meningkatkan ambang serangan epilepsi.Mekanisme kerjanya tidak diketahui tetapi mungkin

melibatkan potensiasi efekinhibisi dari neuron-neuron yang diperantarai oleh GABA (asam gamaaminobutirat)

Page 14: Dosis Respon Obat Dan Indeks Terapi

dosis-dosis yang diperlukan untuk efek antiepilepsi lebih rendahdaripada dosis yang menyebabkan penekanan saraf

pusat yang hebat. (Mycek,2001)

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta.

Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. UI-Press. Jakarta.

Katzung, BG. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6. EGC : Jakarta, hal.354-356

Mycek, MJ dkk. 2001.Farmakologi Ulasan Bergambar . Widya Medika : Jakarta,hal.149

Setiawati, Arini dan Armen Muchtar. 2007. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Respons Pasien terhadap

Obat Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta.

Sundari, Siti. 2011. Keadaan Nilai Normal Baku Mencit strain CBR Swiss Derived di Pusat Penelitian Penyakit

Menular. Tersedia dihttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15KeadaanNilaiNormal92.pdf/

15KeadaanNilaiNormal92.html ( Tanggal 17 Maret 2012)