dokumen.tips_tahanan-kumparan (1)

8
MESIN LISTRIK Pengujian Kelayakan Trafo "Tahanan Kumparan" Disusun Oleh : Penanggung Jawab : Agung Tri Laksono (02) Anggota : Bahrul Fajri (07) Fajar Deadi P (10) Marissa Intan P (14 ) Novansyah Tri P (17)

Upload: tridiyah-ayu-kristian

Post on 10-Apr-2016

29 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ini tentang tahanan kumparan

TRANSCRIPT

Page 1: dokumen.tips_tahanan-kumparan (1)

MESIN LISTRIKPengujian Kelayakan Trafo

"Tahanan Kumparan"

Disusun Oleh :

Penanggung Jawab : Agung Tri Laksono (02)

Anggota : Bahrul Fajri (07)

Fajar Deadi P (10)

Marissa Intan P (14 )

Novansyah Tri P (17)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIKJURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG2012

Page 2: dokumen.tips_tahanan-kumparan (1)

1. Tujuan :1. Mengetahui nilai tahanan pada kumparan trafo

2. Memastikan sisi HV dan LV pada trafo

3. Mengetahui ketidaksamaan nilai tahanan pada masing-masing kumparan trafo

4. Mengetahui keseimbangan tegangan pada trafo

2. Dasar Teori

Trafo tersusun dari kumparan primer, kumparan sekunder, dan inti besi yang

bekerja berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday dimana arus listrik berubah

menjadi medan magnet dan sebaliknya medan magnet berubah menjadi arus listrik.

Trafo dibedakan menjadi dua jenis menurut perbandingan jumlah lilitan primer dan

sekunder yaitu:

Trafo step up

Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder

lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik

tegangan. (Ns>Np)

Trafo step down

Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada

lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. (Ns < Np)

Pada nameplate trafo dapat diketahui sisi HV dan LV pada transformator.

Namun untuk memastikan sisi HV dan LV dapat kita ketahui dari pengukuran tahanan

kumparan pada trafo dimana menurut persamaan :

= =

Dimana : Ns = jumlah lilitan sekunder pada trafo

Np = jumlah lilitan primer pada trafo

Vp = tegangan sisi primer pada trafo

Vs = tegangan sisi sekunder pada trafo

Is = Arus sisi sekunder pada trafo

Ip = Arus sisi primer pada trafo

Page 3: dokumen.tips_tahanan-kumparan (1)

Sehingga dapat disimpulkan:

1. Besarnya tegangan output pada trafo sebanding dengan jumlah belitan sekunder

(Vs ~ Ns)

2. Besarnya tegangan output pada trafo berbanding terbalik dengan jumlah belitan

primer pada trafo ( Vs ~ )

3. Besarnya tegangan output pada trafo berbanding terbalik dengan arus yang

mengalir pada sisi sekunder

Pada trafo nilai tahanan tiap kumparan dapat dimungkinkan tidak sama. Hal

ini dapat terjadi karena perbedaan panjang lilitan yang terdapat pada tiap kumparan.

Semakin panjang lilitan kumparan maka semakin besar nilai tahanan, dan semakin

pendek lilitan kumparan semakin kecil pula nilai tahanannya. Hal ini dapat dibuktikan

dengan rumus :

R = ρ

Dimana : R = tahanan (ohm)

ρ = hambatan jenis (ohm)

L = panjang penghantar (m)

A = luas penampang penghantar (mm2)

Sehingga panjang lilitan, luas penampang serta hambatan jenis mempengaruhi

besarnya nilai tahanan. Apabila panjang lilitan pada tiap kumparan berbeda, hal ini

menyebabkan ketidaksamaan nilai tahanan pada masing-masing kumparan. Sehingga

hal ini akan mempengaruhi tegangan yang ada pada tiap kumparan. Hal ini dapat

dibuktikan dengan rumus :

ε = - N

Page 4: dokumen.tips_tahanan-kumparan (1)

dimana : ε = ggl induksi (volt)

N = jumlah lilitan

= perubahan jumlah fluks magnet per waktu

Sehingga apabila panjang lilitan pada masing-masing kumparan berbeda maka

terjadi ketidaksamaan nilai tahanan dan tegangan. Menurut IEE 1992

ketidakseimbangan tegangan pada masing-masing fasa yang diijinkan adalah sebesar

5%. Nilai tahanan belitan dipakai untuk perhitungan rugi-rugi tembaga trafo. Pada

saat melakukan pengukuran yang perlu diperhatikan adalah suhu belitan pada saat

pengukuran yang diusahakan sama dengan suhu udara sekitar, oleh karenanya

diusahakan arus pengukuran kecil.

Pada hubungan Delta-wye (Dy) tidak dimungkinkan nilai tahanan sisi wye

lebih besar dibandingkan sisi delta. Hal ini dikarenakan panjang belitan dan luas

penampang sisi delta dibuat lebih panjang sehingga tahanan lebih besar dari sisi wye.

Belitan yang lebih panjang menyebabkan jumlah lilitan menjadi lebih banyak. Jumlah

lilitan yang banyak berbanding lurus dengan tegangannya. Dengan demikian sisi HV

berada pada hubungan delta, dan sisi LV pada hubungan wye.

3. Alat dan bahan

1. Trafo 3 fasa 1 buah

2. Mili-ohm meter 1 buah

Page 5: dokumen.tips_tahanan-kumparan (1)

4. Langkah Percobaan

1. Siapkan alat dan bahan

2. Hubungkan mili-ohm meter dengan terminal pada trafo sesuai gambar rangkaian

4. Amati hasil percobaan

5. Catat hasil percobaan pada tabel percobaan dan analisa data sesuai hasil percobaan.

5.Rangkaian Percobaan

Trafo 1 fasa

Tabel Percobaan

No Fasa HV (mΩ) LV (mΩ

1. R

2. S

3. T

Page 6: dokumen.tips_tahanan-kumparan (1)

Trafo 3 fasa

Tabel Percobaan

No Fasa HV (mΩ) LV (mΩ)

1. R – S

2. S – T

3. R - T