dokumen ustek rencana rinci palu.pdf

80
PENYUSUNAN RENCANA RINCI PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HUNIAN BUKAN SKALA BESAR KOTA PALU

Upload: rohdinsaragih

Post on 22-Jan-2016

129 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

PENYUSUNAN RENCANA RINCI

PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

HUNIAN BUKAN SKALA BESAR

KOTA PALU

Page 2: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-1

A.1 PENDAHULUAN

Untuk memperkenalkan Perusahaan kami PT. SUGITEK PATIH PERKASA yang

bergerak dibidang Usaha Jasa. Pada kesempatan yang baik ini perkenankanlah kami untuk

memperkenalkan Perusahaan kami PT. SUGITEK PATIH PERKASA yang bergerak

dibidang Usaha Jasa Konsultansi, menawarkan layanan jasa kreatif dengan berorientasi

kepada kebutuhan Instansi dan Perusahaan Anda. Perpaduan antara kreatifitas, pengalaman

dan profesionalisme yang kami kembangkan di PT. SUGITEK PATIH PERKASA secara

konsepsional dan efesien, sengaja disiapkan untuk menghadapi tantangan yang mampu

memberikan solusi tepat bagi berbagai keperluan Instansi/ Perusahaan yang Bapak/ Ibu

pimpin, untuk memperoleh pelayanan dan hasil kerja yang berkualitas. Karena kami selalu

meletakkan kualitas produk, ketepatan waktu dan penepatan harga yang wajar dan

kompetitif diatas segalanya. Untuk mengoptimalkan hal tersebut diatas, kami memiliki tim

kerja yang handal dan tangguh, serta didukung oleh peralatan kerja yang lengkap dan

memadai. Atas dasar itu pula, kami terus berupaya mengembangkan kinerja serta sikap

profesionalisme dengan tetap berorientasi pada bisnis yang menguntungkan serta

menjanjikan terhadap klien/pengguna jasa.

Kami berharap kiranya kami dapat berperan dalam setiap kesempatan yang ada terutama

didalam memberikan kontribusi positif dalam segala bentuk kemitraan dan kerjasama,

sehingga pada akhirnya kita dapat membentuk sebuah synergi positif yang saling

menguntungkan dan memberi manfaat.

PROFIL PERUSAHAAN

Page 3: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-2

A.2 BIDANG LAYANAN JASA

PT. SUGITEK PATIH PERKASA sebagai perusahaan jasa yang bergerak dibidang

pelayanan jasa konsultansi, mampu memberikan pelayanan jasa konsultansi bidang-bidang

sebagai berikut :IH PERKASA sebagai perusahaan jasa yang bergerak dibidang pelayanan

jasa konsultansi, mampu memberikan pelayanan jasa konsultansi bidang-bidang sebagai

berikut :

1) PERENCANAAN UMUM

Bangunan dan Gedung

Pengembangan PerKabupatenan

Tata Ruang

Rencana Induk Sektoral

Sungai dan Rawa

Permukiman dan Pengembangan Wilayah Transmigrasi, Desa dan Kabupaten

Pengembangan Wilayah Pariwisata dan Industri

2) STUDI KELAYAKAN

AMDAL

Infrastruktur

Investasi

Transportasi

Program Jangka Menengah

Perumahan dan Permukiman

3) PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS

Infrastruktur

Pengairan dan Irigasi

Pengolahan Air Bersih

Perumahan dan Permukiman

Jalan dan Jembatan

Penataan Bangunan

Bangunan Gedung

4) PERTANIAN/ LINGKUNGAN HIDUP

Perkebunan tanaman Keras dan Tanaman Pangan

Peternakan, Perikanan dan Kehutanan

Konservasi dan Penghijauan

Lingkungan Hidup dan Percetakan Sawah

Page 4: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-3

5) MANAJEMEN

Advisory

Pengembangan Kelembagaan

Manajemen Keuangan

Sistem Informasi Manajemen

Pelatihan

6) PERINDUSTRIAN

Industri Manufaktur

Industri Proses dan Industri Hasil Pertanian

Industri Elektronika dan lain-lain

7) BIDANG LAIN-LAIN

Appraisal

Asuransi

Page 5: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-4

PENGALAMAN PEKERJAAN

SEJENIS 10 TAHUN TERAKHIR

Page 6: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-5

URAIAN PENGALAMAN PEKERJAAN

SEJENIS 10 TAHUN TERAKHIR

Page 7: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-6

D.1 TANGGAPAN TERHADAP LATAR BELAKANG

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) disebutkan bahwa kawasan perumahan dan kawasan

permukiman di daerah perkotaan, selain ditujukan untuk lingkungan hunian dan kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat umum, seperti kawasan perkantoran,

perdagangan, industry, kawasan pertambangan, kawasan nelayan, serta kawasan fungsional

lainnya, juga menjadi wadah bagi keperluan maupun kebutuhan masyarakat untuk

bermukim. Kawasan-kawasan tersebut di atas dalam penanganannya membutuhkan

pendekatan yang terpadu dengan system wilayah dan perkotaan terutama untuk mendukung

kegiatan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

Meningkatknya jumlah kawasan-kawasan fungsional di wilayah perkotaan sebagaimana

disebutkan di atas, membawa dampak terhadap meningkatnya kebutuhan perumahan bagi

masyarakat yang pada umumnya berpenghasilan menengah dan rendah yang terlibat dalam

kegiatan yang berlangsung pada kawasan tersebut. Hal ini juga berakibat meningkatnya

kebutuhan berbagai pelayanan, antara lain prasarana dan sarana permukiman, transportasi,

fasilitas sosial (fasos) maupun fasilitas umum (fasum).

Salah satu kebijakan pengembangan hunian perkotaan untuk peningkatan pelayanan

lingkungan hunian perkotaan yaitu perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru yang

serasi, seimbang dan berkelanjutan dengan dukungan penyediaan prasarana, sarana dan

utilitas umum permukiman yang memadai sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

(RTRW) Kabupaten/Kota.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Page 8: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-7

Pembangunan dan pengembangan lingkungan hunian baru perkotaan sebagaimana

dimaksud di atas meliputi perencanaan lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba

dan perencanaan lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana dan

utilitas umum. Tujuan pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar adalah agar

pembangunan perumahan dan permukiman dapat lebih terarah dan terpadu sesuai dengan

araha pembangunan Kabupaten/Kota, sehingga dapat mengarahkan pertumbuhan wilayah

serta menciptakan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah

perkotaan agar lebih efisien dan efektif.

Pengembangan perumahan dan permukiman baru dengan lingkungan hunian bukan skala

besar dilakukan sesuai dengan kondisi lokal atau daerah masing-masing, namun secara

fungsional pemanfaatan berbagai sumberdaya sebaiknya dirumuskan dalam RP3KP dan

sesuai dengan RTRW yang ada di daerah. Berbagai kendala yang dihadapi dalam

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar pada wilayah perkotaan antara lain :

kepadatan penduduk, ketersediaan lahan, dan meningkatnya harga lahan untuk perumahan,

serta kecenderungan semakin menurunnya kualitas lingkungan.

Selain dilakukan pada kawasan yang telah dialokasikan untuk mewujudkan fungsi

permukiman, baik diperkotaan maupun di perdesaan, pembangunan perumahan perlu pula

dilaksanakan pada kawasan khusus/tematik. Pengembangan perumahan dan permukiman

secara umum mengacu kepada UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, dan Peraturan Pemerintah

No.80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangunan Berdiri

Sendiri.

Lingkungan hunian merupakan bagian dari kawasan permukiman yang dapat berupa

kawasan perkotaan dan atau kawasan perdesaan, yang berfungsi sebagai tempat

tinggal/bermukim. Tempat tinggal atau bermukim tersebut dapat berupa perumahan atau

permukiman tergantung dari besar atau jumlah tempat tinggal yang menjadi satu kesatuan

komunitas dan pelayanannya. Hunian berimbang adala perumahan dan kawasan

permukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk

rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah

mewah atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun

Page 9: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-8

komersil. Konsep ini ditujukan untuk ketersediaan perumahan dan kawasan permukiman

bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar merupakan lingkungan hunian siap bangun yang

bukan merupakan bagian dari kawasan siap bangun (KASIBA) yang dikelilingi oleh

lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-

fungsi lain yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata ruang wilayah. Lingkungan

Hunian Bukan Skala Besar sesuai dengan PP.80/1999 disebut dengan LISIBA BS yang

sekurang-kurangnya dapat menampung 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 3.000

unit rumah.

Kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang sangat besar dan kondisi sosial yang ada

sangat berpotensi terjadinya lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan untuk hidup

layak secara ekonomi, budaya, maupun sosial. Berbagai upaya diperlukan untuk dapat

menyediakan perumahan dan permukiman yang layak, mulai dari sifatnya peningkatan

hingga pembangunan baru. Bentuk upaya tersebut pada dasarnya menyangkut optimasi dan

akan sangat tergantung pada kondisi sumberdaya ruang, fisk (prasarana, lahan) serta

kemampuan sosial ekonomi masyarakat yang ada.

Pemerintah daerah memegang peranan penting dalam penataan, pengelolaan dan

pengembangan kebijaksanaan perumahan di wilayahnya. Sebagai pihak yang paling

mengetahui permasalahan perumahan, Pemerintah Daerah harus mempunyai kemampuan

untuk menjalankan kebijakan pusat dalam menata, mengelola dan mengembangkan

perumahan dan pemukiman di wilayahnya. Kemampuan teknis untuk penataan kawasan

perumahan dan kawasan permukiman di kawasan-kawasan fungsional perlu dtingkatkan

mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh pusat dan peran yang harus diembang

oleh Pemerintah Daerah.

Untuk mempercepat tercapainya tujuan peningkatan pelayanan lingkungan hunian

perkotaan, diperlukan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Hunian Bukan Skala

Besar pada daerah-daerah yang memerlukan penanganan segera pelaksanaan peningkatan

lingkungan hunian pada kawasan-kawasan prioritas termasuk didalamnya mencakup

peningkatan prasarana dan sarana, serta fasos/fasum lingkungannya.

Page 10: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-9

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar ini

mengambil stud kasus Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, dimana kota tersebut termasuk

kawasan prioritas yang perlu penanganan segera untuk mengantisipasi kebutuhan

penyediaan rumah baik dari kelompok masyarakat, swasta maupun PNS yang

kecenderungannya terus meningkat.

Latar belakang yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja sudah dipahami oleh

konsultan. Adapun tanggapan konsultan terhadap latar belakang tersebut adalah sebagai

berikut :

Dalam UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan

kebutuhan dasar manusia. Adapun negara bertanggung jawab melindungi segenap

bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan

terjangkau.

Dari penjelasan tersebut di atas, terlihat bahwa pemenuhan kebutuhan perumahan

berperan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Akan tetapi penyediaan

perumahan yang dilakukan sampai dengan saat ini belum mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain

itu, pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sebagian besar

belum sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan

antara semua pihak yang berkepentingan dalam penyediaan perumahan.

Tersedianya perumahan yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang

sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan juga belum dapat

terwujud khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Meningkatnya pembangunan hunian perumahan perkotaan di Indonesia harus

diimbangi dengan penyediaan rumah sederhana dan menengah untuk masyarakat

berpenghasilan rendah. Salah satu kebijakan pengembangan lingkungan hunian

perkotaan untuk peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan yaitu

perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru yang serasi, selaras, seimbang

dan berkelanjutan dengan dukungan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas

Page 11: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-10

umum permukiman yang memadai sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

(RTRW) Kabupaten/Kota.

Perencanaan lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba dan perencanaan

lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana dan utilitas

umum merupakan salah satu kebijakan yang dapat ditempuh dalam mewujudkan

lingkungan hunian baru perkotaan. Pada tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat fokus pada perencanaan lingkungan hunian baru bukan

skala besar dalam rangka penyediaan perumahan untuk Kota Palu. Hal ini

dilakukan karena penyediaan perumahan di kota tersebut termasuk prioritas yang

perlu penangangan segera untuk mengantisipasi kebutuhan penyediaan perumahan

yang lebih baik untuk kelompok masyarakat, swasta maupun PNS yang cenderung

meningkat di kota tersebut.

D.2 TANGGAPAN TERHADAP MAKSUD DAN TUJUAN

Kerangka Acuan Kerja menyebutkan bahwa maksud dan tujuan pekerjaan ini adalah untuk

memberikan acuan kepada Pemda dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan

pembangunan perumahan pada lingkungan hunian bukan skala besar. Sedangkan tujuan

yang ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan ini adalah tersedianya dokumen Rencana

Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar sebagai acuan dalam

melaksanakan pembangunan dan pengembangan perumahan yang akan diselenggarakan

oleh pemda dan pemangku kepentingan lainnya.

Maksud dan tujuan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dipahami

oleh Konsultan. Perencanaan penyediaan perumahan yang tidak terarah dan terkoordinasi

dengan baik menyebabkan munculnya masalah-masalah perumahan seperti kumuh, banjir,

dll. Adanya dokumen ini nantinya diharapkan menjadi pedoman bagi Pemerintah dan

Pemangku Kepentingan lainnya untuk mewujudkan lingkungan hunian bukan skala besar

yang terarah. Arahan pembangunan dan pengembangan perumahan hunian bukan skala

besar yang baik juga harus didukung oleh kualitas dokumen yang akan disusun nantinya.

Oleh karena itu, konsultan akan menyusun materi dokumen Rencana Rinci Pengembangan

Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar dengan lokasi Kota Palu ini nantinya dengan baik

dan berkualitas sehingga benar-benar mampu menjadi pedoman bagi Pemerintah dan

instansi yang terkait.

Page 12: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-11

D.3 TANGGAPAN TERHADAP SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja adalah :

a. Teridentifikasinya permasalahan pengembangan perumahan dan kawasan

permukiman bangunan dengan bangunan, dan bangunan dengan prasarana, sarana

dan utilitas serta lingkungannya.

b. Tersusunnya arahan strategi pengembangan penataan ruang lingkungan hunian

bukan skala besar;

c. Tersusunnya arahan rencana rinci pelaksanaan pembangunan di lingkungan hunian

bukan skala besar mencakup arahan penyediaan lahan, arahan investasi

pembangunan lingkungan hunian serta arahan tahapan pembangunan;

d. Tersusunnya indikasi program pembangunan lingkungan hunian bukan skala besar;

e. Tersusunnya dokumen Rencana Rinci untuk pengembangan perumahan dan

permukiman pada lingkungan hunian bukan skala besar.

Sasaran yang ingin dicapai oleh Kerangka Acuan Kerja tersebut sudah dimengerti oleh

konsultan. Bahwa memang Rencana Rinci yang akan disusun akan memuat tentang

permasalahan yang terjadi di lapangan, tersusunnya arah pengembangan, tersusunnya

arahan rencana rinci serta indikasi program pembangunan hunian bukan skala besar yang

semuanya akan dituangkan dalam Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan

Hunian Bukan Skala Besar.

D.4 TANGGAPAN TERHADAP RUANG REFERENSI HUKUM

Dalam Keranga Acuan Kerja (KAK) sudah disebutkan beberapa kebijakan/peraturan yang

menjadi referensi hukum dari pekerjaan ini, antara lain :

1. Undang-undang Nomor 11 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman;

2. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan;

3. Peraturan Menteri PU No.20 tentang Pedoman Penyusunan Detail Tata Ruang dan

Pengaturan Zonasi;

4. Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba/Lisiba BS;

5. Peraturan Pemerintah No.38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota;

Page 13: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-12

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.21/PRT/M/2014

tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan

Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah;

7. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.17 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Perumahan Dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang;

8. Permenpera No.3 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang

Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri;

9. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.4 Tahun 2013 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Bantuan Prasarana, Sarana, Utilitas Umum Perumahan Tapak Yang

Dibangun Oleh Pengembanga;

10. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.09 tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.4 Tahun 2013 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Bantuan Prasarana, Sarana, Utilitas Umum Perumahan Taak Yang

Dibangun Oleh Pengembang;

11. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2010 tentang Acuan

Pengelolaan Lingkungan Perumahan Tapak;

12. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.31/PERMEN/M/2006 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Yang

Berdiri Sendiri;

13. Surat Edaran No.648/3868/SJ tentang Pengawasan Atas Pelaksanaan Peraturan

Menteri Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Perumahan Dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang.

Referensi hukum yang dijadikan acuan pekerjaan ini sesuai dengan yang disampaikan oleh

Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dipahami dan dimengerti oleh konsultan. Kedepannya

referensi-referensi tersebut akan menjadi pedoman/pegangan bagi konsultan dalam

pelaksanaan pekerjaan ini. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa ada referensi-

referensi hukum lain khususnya di daerah (Kota Palu dan/atau Provinsi Sulawesi Tengah)

yang dapat dijadikan acuan bagi proses penyelesaian pekerjaan ini. Konsultan akan

mencari referensi-referensi tersebut guna menambah masukan pekerjaan ini.

Page 14: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-13

D.5 TANGGAPAN TERHADAP RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan studi literatur terkait kebijakan pengembangan kawasan perumahan pada

lingkungan hunian bukan skala besar;

2. Mengidentifikasi permasalahan, kendala, potensi dan peluang pengembangan kawasan;

3. Melakukan survei pengumpulan dan kompilasi data pada lokasi pengembangan kawasan

bukan skala besar;

4. Melakukan analisis dan perumusan terkait rencana rinci pengembangan kawasan bukan

skala besar;

5. Melaksanakan diskusi dan pembahasan dengan tim teknis pemeriksa pekerjaan;

6. Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Kawasan Bukan Skala Besar.

Ruang lingkup pekerjaan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja cukup dimengerti

oleh konsultan. Ada 6 kegiatan utama dari ruang lingkup tersebut, akan tetapi dalam

pelaksanaan pekerjaan tersebut nantinya akan jumlahnya akan lebih dari seperti yang

disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja. Konsultan akan menyelesaian pekerjaan ini

nantinya sesuai dengan ruang lingkup yang disampaikan dengan mengakomodasi langkah

langkah lain yang tidak bertentangan dengan lingkup kegiatan yang ada dalam Kerangka

Acuan Kerja.

D.6 TANGGAPAN TERHADAP KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

adalah berupa Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala

Besar Kota Palu, yang berisi :

1. Visi, misi, tujuan dan scenario pengembangan hunian bukan skala besar sesuai dengan

permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan konstelasi pengembangan wilayah dan

perkotaan;

2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang lingkungan hunian, rencana distribusi

penduduk, rencana struktur pelayanaan kegiatan, rencana system jaringan pergerakan,

dan rencana system utilitas;

3. Rencana tapak dan pemanfaatan ruang lingkungan kawasan perumahan;

4. Rencana blok pemanfaaan ruang (blockplan);

Page 15: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-14

5. Ketentuan letak dan penampang (pra rencana teknik) bangunan gedung, bangunan bukan

gedung, jaringan jalan, dan jaringan utilitas;

6. Gambar perspektif dan animasi kawasan perumahan;

7. Pedoman pelaksanaan pembangunan perumahan kawasan di lingkungan hunian bukan

skala besar;

8. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang;

9. Indikasi program investasi pembangunan perumahan dan kawasan perumahan.

Hasil dokumen tersebut diatas dilengkapi peta-peta dan album peta yang mengacu pada

Permenpera No.3 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Siap

Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri dan Kepmen PU NO.20 Tahun 2011

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Pengaturan Zonasi.

Keluaran yang diharapkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini cukup banyak. Walaupun

demikian, konsultan sudah memahami kondisi tersebut karena pekerjaan rencana rinci

memang akan menghasilkan output-output yang detail dan banyak seperti yang sudah

disampaikan. Untuk menghasilkan keluaran tersebut, tentu saja dibutuhkan dukungan data-

data yang berkualitas dan terkini, sehingga konsultan membutuhkan kerjasama dari

Pengguna Jasa maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sehingga hasil dari

pekerjaan ini nantinya sangat lebih baik.

D.7 TANGGAPAN TERHADAP JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah

selama 5 (lima) bulan kalender.

Jangka waktu 5 (lima) bulan yang diberikan oleh Pengguna Jasa untuk menyelesaikan

pekerjaan ini dirasakan cukup oleh konsultan. Walaupun demikan, konsultan akan membagi

seluruh tahapan-tahapan pekerjaan serta output yang diinginkan oleh Kerangka Acuan

Kerja ke dalam satu rencana pelaksanaan pekerjaan yang baik dan terencana.

D.8 TANGGAPAN TERHADAP PERSONIL

Kebutuhan tenaga ahli sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :

Page 16: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-15

No Personil Kualifikasi Pendidikan

Minimal Keahlian

Pengalam

an

Minimal

(Tahun)

Jumla

h (OB)

1 Tenaga Ahli

1.1 Ketua Tim Ahli

Penataan Ruang

Kawasan

S-2 Studi

Pembangunan/Pengembanga

n Wilayah dan

Kota/Sipil/Arsitek

SKA Studi

Pembangunan/Pengembangan

Wilayah Dan

Kota/Sipil/Arsitek

5 5

1.2 Tenaga Ahli

Perumahan Dan

Permukiman

S1 Teknik

Sipil/Arsitektur/Planologi

SKA Perencanaan Wilayah

Dan Kota/Sipil/Arsitektur

5 8

1.3 Tenaga Ahli

Ekonomi

Pembangunan

S1 Ekonomi Manajemen

Pembangunan

SKA Ekonomi

Pembangunan/Manajemen

Pembangunan

5 5

1.4 Tenaga Ahli

Lingkungan

S1 Teknik

Lingkungan/Teknik Sipil

SKA Air

Minum/Sanitasi/Limbah/Tekn

ik Lingkungan/Sipil

5 5

1.5 Tenaga Ahli

Pemetaan

S1 Teknik Geodesi/Geografi SKA

Perpetaan/Geodesi/Geologi

5 4

2 Tenaga Pendukung

2.1 Staf

Administrasi

5

2.2 Staf Digital Dan

Pemetaan

D3 Komputer/GIS 5

Penjelasan :

1. Ketua Tim Ahli Penataan Ruang Kawasan, yaitu Tenaga Ali Perumahan Dan

Permukiman dengan latar belakang pendidikan formal minimal S2 Studi

Pembangunan/Pengembangan Wilayah dan Kota/Sipil/Arsitektur, yang memiliki

pengalaman kerja sebagai team leader selama 5 tahun (5 MM).

Bertanggung jawab;

a. Bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan seluruh kegiatan;

b. Bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan;

c. Memonitor seluruh kemajuan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh para tenaga

ahli dan tenaga pendukung kegiatan;

d. Bertanggung jawab langsung terhadap kualitas produk pekerjaan;

e. Bertanggung jawab atas penyusunan tahapan pelaksanaan seluruh laporan pekerjaan

yang dihasilkan;

f. Menyusun dan mengarahkan program kerja yang harus dipenuhi oleh seluruh tim;

g. Melakukan analisis dan menyusun hasil analisis yang telah disusun oleh seluruh

tenaga ahli;

h. Bertanggung jawab dalam memberikan materi yang terkait dengan penyusunan

rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu.

Page 17: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-16

2. Tenaga Ahli Perumahan dan Permukiman, memiliki latar belakang pendidikan

formal minimal S1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota/Arsitektur/Teknik Sipil dan

mempunyai pengalaman dibidangnya selama 5 tahun (8 MM).

Bertanggung jawab:

a. Mendukung Team Leader dalam melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan

rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

b. Melakukan review terhadap implementasi rencana rinci pengembangan lingkungan

hunian bukan skala besar di Kota Palu;

c. Menyusun indikator keberhasilan dan format evaluasi untuk mengukur kualitas

perencanaan dan penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan

skala besar di Kota Palu bidang perencanaan dan pembangunan kota.

d. Melakukan analisis terhadap metode dan pendekatan perencanaan pembangunan

kota dalam penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala

besar.

e. Bertanggung jawab dalam memberi dukungan teknis dan manajerial dalam setiap

kegiatan koordinasi penyusunan rencana rinci di pusat dan provinsi;

f. Bertanggung jawab dalam penyiapan materi-materi pada pelaksanaan rapat

pembahasan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam setiap kegiatan

penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di

Kota Palu;

g. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain dalam melaksanakan

tugasnya.

3. Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan, memiliki latar belakang pendidikan formal

minimal S1 Ekonomi/Manajemen Pembangunan dan mempunyai pengalaman kerja di

bidangnya selama 5 (5 MM)

Bertanggung jawab:

a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan analisa ekonomi pembangunan dalam

pelaksanaan kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala

besar di Kota Palu;

b. Menyusun indikator perencanaan pembangunan ekonomi dalam pelaksanaan

penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di

Kota Palu;

Page 18: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-17

c. Melakukan analisa ekonomi pembangunan terhadap indikator yang digunakan dalam

penentuan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota

Palu;

d. Bertanggung jawab dalam memberi dukungan dalam pelaksanaan koordinasi kepada

pusat dan provinsi dalam menguji prediksi ekonomi pembangunan pada penyusunan

rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

e. Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada pelaksanaan FGD dan rapat

koordinasi, yang dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

f. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain dalam melaksanakan

tugasnya

4. Tenaga Ahli Lingkungan, memiliki latar belakang pendidikan formal minimal S1

Teknik Lingkungan/Sipil dan mempunyai pengalaman kerja di bidangnya selama 5

tahun (5 MM).

Bertanggung jawab:

a. Melakukan analisis terhadap komposisi infrastruktur lingkungan dalam pelaksanaan

keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman pada pengembangan

perumahan bukan skala besar di Kota Palu.

b. Melakukan kajian terhadap proporsional infrastruktur lingkungan perumahan bukan

skala besar yang berimbang dalam pelaksanaan keterpaduan pembangunan

infrastruktur permukiman

c. Menyusun format dan indicator kebutuhan infrasktruktur lingkungan yang

mendukung pelaksanaan kegiatan keterpaduan pembangunan dalam pengembangan

perumahan bukan skala besar dengan lingkungan sekitarnya;

d. Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada pelaksanaan FGD dan rapat

koordinasi, yang dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan materi teknis rencana

rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

e. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain dalam melaksanakan

tugasnya.

5. Tenaga Ahli Pemetaan, memiliki latar belakang pendidikan formal minimal S1 Teknik

Geodesi/Geografi dan mempunyai pengalaman kerja di bidangnya selama 5 tahun (4

MM).

a. Melakukan pemetaan kawasan dalam penyusunan rencana rinci pengembangan

lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu.

Page 19: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-18

b. Melakukan pengukuran teristis dalam pelaksanaan penyusunan rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu.

c. Melakukan interpretasi foto udara/citra di lapangan dalam pelaksanaan kegiatan

penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di

Kota Palu;

d. Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada pelaksanaan FGD dan rapat

koordinasi, yang dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan materi teknis pedoman

rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

e. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain dalam melaksanakan

tugasnya.

6. Tenaga Pendukung Yang Dibutuhkan

Tenaga pendukung untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut adalah Staf

Administrasi sebanyak 1 orang (5 MM), dan staf digitasi dan pemetaan sebanyak 1 orang

(5 MM).

Tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan

Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini yang dijelaskan dalam KAK telah

sangat jelas namun jika dipertimbangkan dari lingkup substansi dan materi pekerjaan maka

dipandang baik ditambahkan pula narasumber – narasumber baik dari Pusat yang terkait

dengan maupun dari pihak akademis dan pihak lain yang berkecimpung dalam kegiatan

tentang perumahan agar dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan hasil dari kajian

ini.

D.9 TANGGAPAN TERHADAP PELAPORAN

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), sistem pelaporan yang diharuskan adalah sebagai

berikut :

1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan berisi pelaksanaan kegiatan konsultansi, termasuk didalamnya

koordinasi dan FGD yang dilaksanakan, yang antara lain berisi:

a. Rencana dan realisasi pelaksanaan kegiatan dalam format diagram balok (bar

chart) dan kurva S untuk seluruh kegiatan secara komulatif;

b. Kemajuan yang dicapai serta peranan setiap tenaga ahli dalam pelaksanaan

kegiatan tersebut dalam bulan yang dilaporkan;

Page 20: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-19

c. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan bulan yang

dilaporkan serta usulan tindak turun tangan yang diperlukan;

d. Uraian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya serta

peranan setiap tenaga ahli dalam kegiatan tersebut

Laporan bulanan diserahkan kepada pengguna jasa pada akhir bulan ke 1, 2, 3, 4 dan 5

dengan masing-masing laporan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

2. Laporan Pendahuluan

Pada laporan ini disajikan hasil observasi pendahuluan tentang tinjauan terhadap

Kerangka Acuan Kerja, rencana kerja pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal waktu

pelaksanaan dikaitkan dengan waktu dan personil yang diperlukan Konsultan,

metodologi pelaksanaan kegiatan, tinjauan terhadap kinerja penyelenggaraan

pengembangan kawasan perumahan di Kota Palu.

Laporan pendahuluan ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna Barang/Jasa

selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah SPMK diterbitkan dan dicetak sebanyak

20 (dua puluh) eksemplar.

3. Laporan Antara

Laporan Antara berisikan laporan hasil survai dan pengukuran lapangan, kompilasi dan

analisis data. Laporan Antara ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna barang/Jasa

selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan dan

dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.

4. Laporan Draft Final

Konsep Laporan Akhir menguraikan hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk laporan

permasalahan secara keseluruhan, proses dan hasil pengumpulan data primer, proses

analisis masalah, rumusan hasil tinjauan dan analisa terhadap kondisi strategis

mekanisme penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang ada dikaitkan dengan

pelaksanaan pengembangan lingkungan hunian di kawasan bukan skala besar. Laporan

Draft Akhir ini harus sudah diserahkan kepada Penguna Barang/Jasa selambat-

lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sebelum berakhirnya waktu pelaksanaan

pekerjaan dan dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.

5. Laporan Final

Sebagai penyempurnaan Laporan Draft Akhir yang menguraikan hasil pelaksanaan

pekerjaan termasuk laporan permasalahan secara keseluruhan, rangkuman pelaksanaan

kegiatan, pertanggungjawaban penggunaan sumberdaya kegiatan, pertanggungjawaban

penggunaan sumberdaya kegiatan, dan produk tindak lanjut hasil bentuan teknis berupa

Page 21: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-20

Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar, telah

dibahas dengan pemda dan instansi terkait. Laporan Akhir ini harus sudah diserahkan

kepada pemberi tugas selambat-lambatnya pada akhir kontrak dan dicetak sebanyak 20

(dua puluh) eksemplar.

6. Laporan Khusus

Laporan ini berupa; (i) proceeding kegiatan FGD yang dilakukan; (ii) laporan subtansi

yang dibutuhkan sesuai permintaan pengguna jasa; dan (iii) Materi materi bantuan teknis

serta informasi yang berkaitan dengan kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan

hunian bukan skala besar di Palu.

Konsultan sudah memahami pelaporan yang dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja

(KAK), dan sudah kewajiban dari konsultan untuk memenuhi dan menyerahkan laporan-

laporan tersebut kepada pihak pengguna jasa. Selain terpenuhi secara fisik, konsultan juga

akan menyerahkan laporan-laporan tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Dengan penjelasan akan latar belakang, maksud, tujuan serta ruang lingkup dari kegiatan

yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan oleh pengguna jasa seperti yang telah

dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), konsultan telah dapat mengerti dan

memahami dengan jelas mulai dari latar belakang, maksud, tujuan serta ruang lingkup dari

kegiatan yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan Rencana

Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu. Konsultan juga

telah dapat menanggapinya sehingga maksud, tujuan serta ruang lingkup dari kegiatan

yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan semakin jelas, dan sempurna. Dan konsultan

akan berusaha untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya pekerjaan Penyusunan Rencana

Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini sesuai dengan

tujuan dan sasaran serta tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa yaitu

Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan di Direktorat Perenanaan Penyediaan

Perumahan, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat.

D.10 SARAN UNTUK KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Setelah konsultan memberikan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja seperti sudah

dijelaskan di atas, maka saran konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja tersebut adalah

sebagai berikut :

Page 22: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-21

Dalam Kerangka Acuan Kerja ini, sudah disebutkan bahwa lokasi pekerjaan adalah

di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, akan tetapi belum disebutkan lokasi mana

yang akan difokuskan untuk dikembangkan. Seringkali kesepakatan lokasi pekerjaan

membutuhkan waktu yang lama, oleh karena itu perlu dikoordinasikan dengan

Pemerintah Daerah apakah lokasi sudah disepakati atau belum.

Dalam Kerangka Acuan Kerja memang sudah disebutkan kalau album peta mengacu

pada Permenpera No.3 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang

Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri dan Kepmen

PU NO.20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

Dan Pengaturan Zonasi. Akan tetapi menurut konsultan, pengguna jasa perlu

langsung menetapkan kedalaman peta yang akan dihasilkan dalam pekerjaan ini

apakah menggunakan skala 1:1000 atau 1:5000.

Page 23: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-22

E.1 PENDEKATAN PEKERJAAN

Pendekatan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini antara lain pendekatan tentang

kebijakan/peraturan terkait dan pendekatan tentang hunian bukan skala besar.

E.1.1 Pendekatan Kebijakan/Peraturan

A. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan

Permukiman

Penjelasan undang-undang ini menyebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat. Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat strategis

dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya

membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga

terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap

manusia, yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus

kehidupan manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia

melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat

mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam

lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah

Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki

oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi

masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara juga

bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan rumah

bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta

PENDEKATAN, METODOLOGI

DAN RENCANA KERJA

Page 24: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-23

keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah tersebut

merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan

sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan

semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pembangunan perumahan dan kawasan

permukiman yang bertumpu pada masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-

luasnya bagi masyarakat untuk ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat di dalam

pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintah dan pemerintah

daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan

kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian dan pengembangan yang

meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasarana

lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun,

pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan

perundang-undangan yang mendukung. Kebijakan umum pembangunan perumahan

diarahkan untuk:

a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan

yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara

berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang

berkepribadian Indonesia;

b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan

kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan

dan perdesaan;

c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta

tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;

d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan

e. mendorong iklim investasi asing.

Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan dan

permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah

perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban

dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu

memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah

melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk

Page 25: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-24

pemberian kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan

utilitas umum di lingkungan hunian.

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanya melakukan

pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta pembenahan perumahan

dan kawasan permukiman yang telah ada dengan melakukan pengembangan, penataan,

atau peremajaan lingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta pembangunan

kembali terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Untuk itu,

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman perlu dukungan anggaran yang

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja

daerah, lembaga pembiayaan, dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat perlu melakukan upaya pengembangan sistem

pembiayaan perumahan dan permukiman secara menyeluruh dan terpadu.

Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat internasional yang turut

menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro, Indonesia selalu aktif dalam kegiatan-

kegiatan yang diprakarsai oleh United Nations Centre for Human Settlements. Jiwa dan

semangat yang tertuang dalam Agenda 21 dan Deklarasi Habitat II adalah bahwa rumah

merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak bagi semua orang untuk

menempati hunian yang layak dan terjangkau (adequate and affordable shelter for all).

Dalam Agenda 21 ditekankan pentingnya rumah sebagai hak asasi manusia. Hal itu telah

sesuai pula dengan semangat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan

untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman, mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran

penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan

permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan,

terutama bagi MBR, meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi

pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan,

baik di lingkungan hunian perkotaan maupun lingkungan hunian perdesaan, dan

menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang

sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Penyelenggaraan

perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan

dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, yang meliputi

Page 26: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-25

perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan dan

pengendalian perumahan. Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini

adalah keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam kaitan

ini, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi

masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan

perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara

bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi

masyarakat berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan, berupa

pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, keringanan biaya

perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal. Penyelenggaraan kawasan permukiman

dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana,

menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.

Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak warga

negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan

teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai dengan

arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.

Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini juga mencakup pemeliharaan

dan perbaikan yang dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan kawasan

permukiman agar dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk kepentingan

peningkatan kualitas hidup orang perseorangan yang dilakukan terhadap rumah serta

prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian

dan kawasan permukiman. Di samping itu, juga dilakukan pengaturan pencegahan dan

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang

dilakukan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni

perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini dilaksanakan berdasarkan prinsip

kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati,

memiliki, dan/atau menikmati tempat tinggal, yang dilaksanakan sejalan dengan

kebijakan penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

Penyediaan lingkungan hunian bukan skala besar pada undang-undang ini dimulai dari

pasal 56 Undang-undang ini menyebutkan bahwa penyelenggaraan kawasan

permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan

Page 27: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-26

hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang

terencana, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.

Penyelenggaraan kawasan permukiman yang dimaksud tersebut bertujuan untuk

memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang

sehat, aman, serasi dan teratur serta menjamin kepastian bermukim. Kemudian pada

pasal 57 disebutkan bahwa penyelenggaraan kawasan permukiman mencakup

lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung perikehidupan dan penghidupan di

perkotaan dan di perdesaan. Selanjutnya pada pasal 58 ayat 2 ditekankan bahwa arahan

pengembangan kawasan permukiman meliputi :

a. hubungan antarkawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup di luar

kawasan lindung;

b. keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;

c. keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pengembangan

kawasan perkotaan;

d. keterkaitan antara pengembagnan lingkungan hunian perdesaan dan pengembangan

kawasan perdesaan;

e. keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;

f. keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap orang; dan

g. lembaga yang mengkoordinasikan pengembangan kawasan permukiman.

Perencanaan kawasan permukiman sebagaimana disebut pada pasal 65 Undang-undang

No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ini terdiri dari

perencanaan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan serta perencanaan tempat

kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan. Untuk perencanaan lingkungan hunian perkotaan (pasal 66) dilakukan

melalui :

a. Perencanaan pengembangan lingkungan hunian perkotaan;

b. Perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan; aau

c. Perencanaan pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan.

Perencanaan pengembangan lingkungan hunian baru perkotaan seperti pada pasal 66

ayat 2 mencakup perencanaan sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana peningkatan efisiensi potensi lingkungan hunian perkotaan

dengan memperhatikan fungsi dan peranan perkotaan;

Page 28: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-27

b. Penyusunan rencana peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan;

c. Penyusunan rencana peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum

lingkungan hunian perkotaan;

d. Penyusunan rencana pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman

kumuh;

e. Penyusunan rencana pencegahan tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian

yang tidak terencana dan tidak teratur.

Penyusunan rencana peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan sebagai salah

satu perencanaan pengembangan lingkungan hunian baru perkotaan terdiri atas :

a) Penyusunan rencana penyediaan lokasi permukiman;

b) Penyusunan rencana penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum permukiman;

dan

c) Penyusunan rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

Perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan tersebut meliputi

perencanaan lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba dan perencanaan

lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana dan utilitas umum.

Sebelum perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan tersebut,

terlebih dahulu dilakukan penetapan lokasi pembangunan yang dapat diusulkan oleh

badan hukum bidang perumahan dan permukiman atau pemerintah daerah dan

ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota. Penetapan lokasi pembangunan hunian

baru tersebut dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan :

1. Rencana pembangunan perkotaan dan perdesaan;

2. Rencana penyediaan tanah; dan

3. Analisis mengenai dampak lalu lintas dan lingkungan.

B. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Didalam Undang-Undang RI No.26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang

mengamanatkan, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia penataan ruang

diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan, keserasian, keselarasan, keseimbangan,

keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan

Page 29: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-28

kemitraan, pelindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadalian, dan

akuntabilitas.

Sesuai dengan Bab II Pasal 3, tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang adalah untuk

mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan

berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan :

(1) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.

(2) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber

daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.

(3) Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative

terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Di dalam UU Penataan Ruang ini disebutkan bahwa kedudukan RTRW Kabupaten/Kota

berhirarki dan mengacu kepada RTWN, RTWP Provinsi, pedoman dan petunjuk

pelaksanaan bidang penataan ruang serta rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Faktor yang harus diperhatikan adalah: perkembangan permasalahan provinsi dan hasil

pengkajian implikasi penataan ruang wilayah kota. Pemerataan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi, keselarasan aspirasi pembangunan kota, daya dukung, RTRW

yang berbatasan dan rencana tata ruang strategis kota.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka

hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan

ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang

digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka

hijau publik, antara lain, adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau

sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara

lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami

tumbuhan.

Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari

luas wilayah kota, merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan

ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun

sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih

yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Page 30: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-29

Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah,

masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung

miliknya.

Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh)

persen dari luas wilayah kota, dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal

dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara

luas oleh masyarakat. Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran

penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola

ruang.

Berkaitan dengan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian

Bukan Skala Besar Kota Palu pasal-pasal didalam undang-udang penataan ruang yang

mempunyai korelasi yaitu yang terdapat pada pasal 11 perihal wewenang pemerintah

kabupaten/kota dan pasal 41 perihal penyelenggaraan penataan ruang perkotaan.

Pasal 11 :

(1) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kotadalam penyelenggaraan

penataan ruang meliputi :

a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan

ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;

b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.

(2) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan

ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi :

a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;

b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

(3) Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, pemerintah daerah

kabupaten/kota melaksanakan :

a. penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

b. perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

Page 31: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-30

c. pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

(4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2), pemerintah daerah kabupaten/kota mengacu pada pedoman bidang

penataan ruang dan petunjuk pelaksanaannya.

(5) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),

ayat (3), dan ayat (4), pemerintah daerah kabupaten/kota :

a. menyebarluaskan informasi yang berkaitandengan rencana umum dan

rencana rinci tataruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang

wilayah kabupaten/kota; dan

b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

(6) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi standar

pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapat

mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 41 :

(1) Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan pada:

a. Kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten; atau

b. Kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2

(dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah

provinsi.

(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b

menurut besarannya dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan

perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, atau

kawasan megapolitan.

(3) Kriteria mengenai kawasan perkotaan menurut besarannya sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.

C. Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan makna

pengalihan fungsi-fungsi pemerintahan dari pusat ke daerah yang dimulai sejak efektif

tahun 2001. Berdasarkan undang-undang ini, semua fungsi pelayanan publik kecuali

pertahanan, urusan luar negeri, kebijakan moneter dan fiskal, urusan perdagangan dan

Page 32: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-31

hukum, telah dialihkan ke daerah otonom. Kota dan kabupaten memikul tanggung jawab

di hampir semua bidang pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan prasarana;

dengan provinsi bertindak sebagai koordinator. Jika ada tugas-tugas lain yang tidak

disebut dalam undang-undang, hal itu berada dalam tanggung jawab pemerintah daerah.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 lebih kita kenal sebagai Undang-undang Otonomi

Daerah. Undang-undang ini menekankan bahwa pengembangan Otonomi Daerah

diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi

masyarakat, pemerataan, keadilan, pengembangan peran dan fungsi Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD), serta memperhatikan potensi dan keaneragaman daerah.

Undang-undang tersebut juga memberi kejelasan arah yang ingin dicapai dan memberi

keleluasaan bagi daerah melebihi apa yang ada di masa sebelumnya.

Kesatuan penyerahan ini termasuk penyerahan dan pengalihan pembangunan

permukiman, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia yang terkait dengan

kewenangan tersebut. Dalam rangka Penanganan Lingkungan Perumahan dan

Perumahan peran pemerintah pusat hanya menfasilitasi dan mengarahkan sesuai dengan

kewenangannya (“Steering”) sedangkan pemerintah daerah sebagai pelaksana dan

pengendali (“Rowing”). Dalam rangka mengemban tugas sebagai pengarah maka

pemerintah pusat perlu membuat rumusan-rumusan atau pedoman-pedoman dalam

rangka pembangunan daerah agar tercipta kolaborasi yang baik antara pusat dan daerah.

Implikasi dari kedua undang-undang tersebut diwujudkan melalui Peraturan Pemerintah

No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Implikasi dari

peraturan pemerintah ini terhadap Program Penanganan Lingkungan Perumahan dan

Pemukiman Kumuh Berbasis Kawasan yaitu bahwa urusan perumahan merupakan

urusan wajib sebagaimana tercantum didalam pasal 7 yaitu :

(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah urusan

pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi

pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada meliputi:

a. pendidikan;

b. kesehatan;

Page 33: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-32

c. lingkungan hidup;

d. pekerjaan umum;

e. penataan ruang;

f. perencanaan pembangunan;

g. perumahan;

h. kepemudaan dan olahraga;

i. penanaman modal;

j. koperasi dan usaha kecil dan menengah;

k. kependudukan dan catatan sipil;

l. ketenagakerjaan;

m. ketahanan pangan;

n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

p. perhubungan;

q. komunikasi dan informatika;

r. pertanahan;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,

perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;

u. pemberdayaan masyarakat dan desa;

v. sosial;

w. kebudayaan;

x. statistik;

y. kearsipan; dan

z. perpustakaan.

D. Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999 Tentang Kawasan Siap Bangun Dan

Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri

Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan

untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu

lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap

dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana

lingkungan sesuai dengna rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala

Daerah dan memenuhi persyaratan pembukaan pelayanan prasarana dan sarana

Page 34: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-33

lingkungan. Lingkungan siap bangun selanjutnya disebut Lisiba merupakan sebidang

tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun berdiri sendiri yang telah

dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai

dengan persyaratan pembangunan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang. Adapun

lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri selanjutnya disebut Lisiba yang berdiri

sendiri adalah Lisiba yang bukan merupakan bagian dari Kasiba yang dikelilingi oleh

lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan

fungsi-fungsi lain.

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), disebutkan bahwa Lingkungan Hunian Bukan

Skala Besar merupakan lingkungan hunian siap bangun yang bukan merupakan bagian

dari kawasan siap bangun (Kasiba) yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang

sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-fungsi lain yang

pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata ruang wilayah. Lingkungan Hunian Bukan

Skala Besar sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini disebut dengan Lisiba BS yang

sekurang-kurangnya dapat menampung 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 3.00

unit rumah.

Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan

Lisiba bagian dari Kasib atau Lisiba yang berdiri sendiri bertujuan agar tersedia

kaveling tanah matang beserta rumah dengan pola hunian yang berimbang, terencana

dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk masalah penyiapan lokasi, dalam

pasal 9 disebutkan bahwa penyiapan lokasi untuk Lisiba yang berdiri sendiri maka

Pemerintah Daerah harus memperhatikan bahwa jumlah unit rumah yang dapat

dibangun sekurang-kurangnya 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 2.000 unit

rumah.

Penetapan lokasi Lisiba yang berdiri sendiri harus dilakukan dengan Keputusan Kepala

Daerah (pasal 12). Untuk dapat ditetapkan sebagai Lisiba yang berdiri sendiri, maka

lokasi Lisiba tersebut harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya :

a. Sudah tersedia data mengena luas, batas dan kepemilikan tanah sesuai dengan

tahapan pengembangan dalam rencana dan program penyelenggaraannya;

b. Lokasi tersebut telah dilayani jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan;

Page 35: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-34

c. Lokasi tersebut telah dilayani fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas ekonomi

setingkat kecamatan.

Penyelenggaraan Lisiba yang berdiri sendiri dilakukan melalui perencanaan

pembangunan, pelaksanaan pembangunan dan pengendalian pembangunan (pasal 43).

Selanjutnya pada pasal 44 disebutkan bahwa rencana dan program penyelenggaraan

Lisiba yang berdiri sendiri harus sesuai dan terintegrasi dengan program pembangunan

daerah dan sektor mengenai prasarana lingkungan, sarana lingkungan, serta utilitas

umum di daerah yang bersangkutan. Rencana tersebut akan digunakan sebagai acuan

untuk kegiatan pematangan tanah serta pembangunan perumahan dan permukiman yang

meliputi prasarana lingkungan, sarana lingkungan, utilitas umum dan rumah yang

berkualitas dalam rangka memenuhi persyaratan teknis, ekologis dan administrasi

sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

E.1.2 Pendekatan Standar Rencana Rinci Tata Ruang Lisiba Yang Berdiri Sendiri

(Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.32 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Teknis

Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri)

Penyusunan rencana rinci tata ruang Lisiba yang berdiri sendiri harus memenuhi standar

pembangunan prasarana jalan, prasarana drainase, prasarana pengelolaan air limbah, dan

prasarana pengelolaan persampahan untuk pengembangan Lisiba yang Berdiri Sendiri.

1. Prasarana Jalan

Pembangunan prasarana jalan harus memenuhi standar dimensi minimal ideal

prasarana jalan di kawasan perumahan yang terdiri dari :

a. jalan Lokal Sekunder I harus memenuhi stándar lebar jalur ideal minimum untuk

jalan satu jalur dengan dua lajur adalah 5,5 – 6,0 meter agar mampu melayani

lalu lintas dengan jumlah kendaraan relatif besar (800 – 2000 kendaraan/hari),

dengan lebar bahu antara 1,0 – 1,5 meter;

b. jalan Lokal Sekunder II harus memenuhi stándar lebar badan jalan 4,5 – 5,5

meter agar mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan relatif besar

(200 – 800 kendaraan/hari) dengan lebar bahu jalan 0,75 – 1,0 meter;

c. jalan Lokal Sekunder III harus memenuhi stándar lebar badan jalan 4,0 – 5,5

meter agar mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan kurang dari

350 kendaraan/hari, dengan lebar bahu 0,75 – 1,0 meter;

Page 36: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-35

d. jalan Lingkungan I harus memenuhi stándar lebar badan jalan 3,5 – 4 meter agar

mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan kurang dari 350

kendaraan/hari dengan lebar bahu 0,5 – 0,75 meter, yang dapat dilengkapi

dengan trotoar untuk pejalan kaki dan fasilitas orang cacat;

e. jalan Lingkungan II harus memenuhi stándar lebar badan jalan 3 – 3,5 meter agar

mampu melayani lalu lintas dalam lingkungan perumahan dengan jumlah

kendaraan relatif sedikit (<350 kendaraan/hari), yang dilengkapi dengan lebar

bahu 0,5 – 0,75 meter serta trotoar apabila diperlukan.

2. Prasarana Drainase

Pembangunan prasarana drainase harus memenuhi standar nilai koefisien aliran saluran

drainase di Kawasan Perumahan yang terdiri dari :

a. rumah tinggal terpencar harus memenuhi stándar koofisien pengaliran 0,30 –

0,50;

b. komplek perumahan harus memenuhi stándar koofisien pengaliran 0,40 – 0,60;

c. permukiman (suburban) harus memenuhi stándar Koofisien pengaliran 0,25 –

0,40;

d. apartemen harus memenuhi stándar Koofisien pengaliran 0,50 – 0,90.

3. Prasarana Pengelolaan Air Limbah

Standar pengelolaan air limbah meliputi penanganan air limbah setempat dan

penanganan air limbah terpusat. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat (on

site) di kawasan perumahan meliputi :

a. Jarak minimum tangki septik terhadap sumur air minum adalah 10 meter dengan

ukuran tangki sebagai berikut :

Tabel E.1 Ukuran Tangki Septik Pada Sumur Air Minum

b. Bidang resapan memenuhi ketentuan berikut :

1) Minimal perkolasi tanah 0,01 m/jam

2) Lebar galian minimum 0,5 m dan dalam galian efektif minimum 0,45 m;

Page 37: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-36

3) Jarak sumbu 2 jalur galian minimum 1,5 m;

4) Pipa resapan terbuat dari bahan tahan korosi dengan diameter minimum 110

cm;

5) Bidang resapan dan pipa resapan dibuat miring 0,2%;

6) Di bawah pipa resapan harus diberi kerikil berdiameter 1,5-5 cm dengan tebal

lapisan 10 cm; dan

7) Di atas pipa resapan ditimbun dengan bahan yang sama minimum 5 cm.

8) Kapasitas tangki kompartemen mencukupi 100 jiwa (20 KK0

9) Kapasitas tangki truk pengangkut tinja mampu melayani 5 KK;

10) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dapat melayani wilayah

kawasan atau perkotaan.

Tabel E.2 Dimensi Tangki Biofilter

Tabel E.3 Dimensi Cubluk Kembar

c. Pembangunan pengelolaan air limbah terpusat (off-site) meliputi :

1) Untuk seluruh air limbah menggunakan pipa sewer, flushing memenuhi

ketentuan seperti berikut ini;

Page 38: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-37

Tabel E.4 Ketentuan Pipa Sewer

2) System Small Bore Seller seperti berikut ini;

Tabel E.5 Ketentuan Sistem Small Bore Seller

4. Prasarana Pengelolaan Persampahan

Pembangunan pengelolaan persampahan harus memenuhi standari sebagai berikut :

a. Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya memenuhi ketentuan sebagai

berikut :

Tabel E.6 Ketentuan Timbulan Sampah

b. Densitas sampah di sumber, TPS dan TPA memenuhi ketentuan seperti pada

Tabel E.1

c. Untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan/Pengolahan Akhir (TPA) perlu

dilakukan proses pengolahan sampah (komposter) skala rumah tangga maupun

skala kawasan.

5. Sarana Pemerintahan

Pembangunan fasilitas pemerintahan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut :

a. Standar fasililitas pemerintah untuk fasilitas tingkat kawasan dengan penduduk ±

2.500 jiwa adalah :

Page 39: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-38

Pos hansip, balai pertemuan ± 300 m²

Parkir umum ± 100 m²

b. Standar fasilitas pemerintahan untuk fasilitas tingkat kelompok dengan penduduk

± 30.000 jiwa adalah :

Kantor Kelurahan ± 500 m²

Pos Polisi ± 200 m²

Kantor pos pembantu ± 100 m²

Pos pemadam kebakaran ± 200 m²

Parkir umum dan MCK ± 1000 m²

Bioskop 1 (satu) ± 2000 m²

c. Standar fasilitas pemerintahan untuk fasilitas tingkat kelompok penduduk ±

240.000 jiwa adalah :

Kantor Kecamatan ± 1000 m²

Pos Polisi ± 300 m²

Kantor pos cabang ± 500 m²

Kantor telepon ± 300 m²

Pos Pemadam Kebakaran ± 300 m²

Parkir Umum ± 4000 m²

6. Sarana Pendidikan

Pembangunan fasilitas pendidikan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi

standar perencanaan fasilitas pendidikan Lisiba yang Berdiri Sendiri.

a. Standar fasilitas pendidikan untuk fasilitas pendidikan Taman Kanak-Kanak

adalah :

Satu TK untuk melayani ± 1000 jiwa

Radius pencapaian ± 500 m

b. Standar fasilitas pendidikan untuk fasilitas pendidikan Sekolah Dasar adalah :

Satu SD untuk melayani ± 1600 jiwa

Radius pencapaian maksimum ± 1000 m

c. Standar fasilitas pendidikan untuk fasilitas pendidikan Sekolah Lanjutan Pertama

adalah satu SLTP untuk melayani ±4.800 jiwa.

d. Standar fasilitas pendidikan untuk fasilitas pendidikan Sekolah Lanjutan Atas

adalah satu SLTA untuk melayani ±4.800 jiwa.

Page 40: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-39

7. Sarana Kesehatan

Pembangunan fasilitas kesehatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi

standar perencanaan fasilitas kesehatan Lisiba yang Berdiri Sendiri.

a. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Puskesma Pembantu adalah

pencapaian maksimum ke lokasi dengan radius ± 1.500 m

b. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Puskesmas adalah :

Minimum penduduk yang melayani ± 1.000 jiwa

Radius pencapaian maksimum ± 2.000 m

c. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Tempat Praktek Dokter

adalah :

Minimum penduduk yang melayani ± 5.000 jiwa

Radius pencapaian maksimum ± 1.500 m

d. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Rumah Bersalin adalah :

Penduduk yang melayani ± 1.000 jiwa

Radius pencapaian maksimum ± 2.000 m

e. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Apotik adalah :

Penduduk yang dilayani minimum ± 10.000 jiwa

Radius pencapaian maksimum ± 1.500 m

8. Sarana Perbelanjaan

Pembangunan fasilitas perbelanjaan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi

standar perencanaan fasilitas perbelanjaan Lisiba yang Berdiri Sendiri.

a. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas warung adalah :

Penduduk yang melayani ± 250 jiwa

Radius pencapaian maksimum ± 500 m

b. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas pertokoan adalah :

Penduduk yang melayani ± 2.500 jiwa

Radius pencapaian maksimum ± 500 m

c. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas pusat perbelanjaan lingkungan

adalah :

Penduduk yang melayani ± 2.500 jiwa

Radius pencapaian maksimum ± 500 m

9. Sarana Peribadatan

Pembangunan fasilitas peribadatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi

standar perencanaan fasilitas peribadatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri. Standar

Page 41: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-40

fasilitas peribadatan untuk fasilitas tingkat kawasan dengan penduduk ±20.000 jiwa

adalah bangunan peribadatan sesuai dengan agamanya seluas ± 1.000 m²

10. Sarana Rekreasi dan Kebudayaan

Persyaratan dan standar perencanaan sarana lingkungan di Lisiba yang Berdiri Sendiri

untuk fasilitas rekreasi dan kebudayaan meliputi Gedung Serba Guna atau Gelanggang

Remaja.

- Persyaratan dan standar pembangunan sarana lingkungan fasilitas Gedung Serba

Guna dibangun untuk kebutuhan kelompok 6.000 Kepala Keluarga (KK).

- Persyaratan dan standar pembangunan sarana lingkungan fasilitas Gelanggang

Remaja dibangun untuk kebutuhan kelompok 24.000 Kepala Keluarga (KK).

11. Sarana Olahraga dan Lapangan Terbuka

Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk fasilitas

olahraga dan lapangan terbuka berupa Tempat Bermain dibangun untuk kebutuhan

kelompok 50 Kepala Keluarga (KK).

- Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk

fasilitas olahraga dan lapangan terbuka berupa Taman Bermain dibangun untuk

kebutuhan kelompok 500 Kepala Keluarga (KK).

- Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk

fasilitas olahraga dan lapangan terbuka berupa Kesatuan Taman Bermain terdiri

dari Taman Bermain, Tempat Bermain dan Lapangan Olah Raga yang

mengelompok dengan sekolah yang dibangun untuk kebutuhan kelompok 6.000

Kepala Keluarga (KK).

12. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah ruang dalam kawasan atau kota dalam bentuk area atau

kawasan atau dalam bentuk jalur, dimana dalam penggunaannya bersifat terbuka tanpa

bangunan. Pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-

tumbuhan secara alamiah atau budidaya tanaman. Persyaratan dan standar fasilitas

ruang terbuka hijau (RTH) Lisiba yang Berdiri Sendiri adalah 15 m² per jiwa dengan

lokasi menyebar.

E.1.3 Pendekatan Hunian Berimbang

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan perumahan dengan hunian berimbang diatur

dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.10 tahun 2012 tentang Penyelenggaaran

Perumahan Dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang yang kemudian terjadi

Page 42: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-41

perubahan menjadi Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.07 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang.

Yang dimaksud dengan hunian berimbang dalam peraturan ini adalah perumahan dan

kawasan permukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam

bentuk rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah dan

rumah mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun

komersial.

Adapun tujuan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian

berimbang adalah :

a. Menjamin tersedianya harga rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana

bagi masyarakat yang dibangun dalam satu hamparan atau tidak dalam satu hamparan

untuk rumah sederhana;

b. Mewujudkan kerukunan antar berbagai golongan masyarakat dari berbagai profesi,

tingkat ekonomi dan status sosial dalam perumahan, permukiman, lingkungan hunian

dan kawasan permukiman;

c. Mewujudkan subsidi silang untuk penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum,

serta pembiayaan pembangunan perumahan;

d. Menciptakan keserasian tempat bermukim baik secara sosial dan ekonomi; dan

e. Mendayagunakan penggunaan lahan yang diperuntukkan bagi perumahan dan kawasan

permukiman.

Dalam pasal 5 Peraturan Menteri ini disebutkan bahwa setiap orang yang membangun

perumahan dan kawasan permukiman wajib dengan hunian berimbang, kecuali seluruhnya

diperuntukkan bagi rumah sederhana dan/atau rumah susun. Penyelenggaran perumahan

dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang dilaksanakan di perumahan,

permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman dengan skala sebagai berikut :

1. Perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 (lima belas) sampai dengan

1.000 (seribu) rumah;

2. Permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai dengan

3.000 (tiga ribu) rumah;

3. Lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) sampai

dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah ; dan

Page 43: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-42

4. Kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) rumah.

Adapun komposisinya dilakukan berdasarkan jumlah rumah dan luasan lahan sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 8. Selanjutnya pembangunan hunian berimbang dilaksanakan

bersamaan secara proporsional antara rumah mewah, rumah menengah, dan rumah

sederhana. Dalam hal hanya membangun rumah mewah, setiap orang wajib membangun

sekurang-kurangnya rumah menengah 2 (dua) kali dan rumah sederhana 3 (tiga) kali

jumlah rumah mewah yang akan dibangun. Ketika yang dibangun hanya rumah menengah,

setiap orang wajib membangun rumah sederhana sekurang-kurangnya 1,5 (satu setengah)

kali jumlah rumah menengah yang akan dibangun.

E.1.4 Pendekatan Konsep Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan

Pembangunan permukiman yang berkelanjutan diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan

untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan tempat hidup dan

bekerja semua orang. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan permukiman yang

berkelanjutan sangatlah penting untuk mempertimbangkan permukiman yang berwawasan

lingkungan. Beberapa konsep yang pernah dikemukakan para pakar dalam melaksanakan

pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah : pelestarian ekologi, teknologi hijau

dan mengatasi pencemaran lingkungan (Budiharjo, et.al; 1993 dalam Permukiman Yang

Berwawasan Lingkungan Tinjauan, Dwira N.Aulia, 2005). Betapa pentingnya setiap

stakeholder pembangunan kota untuk menerapkan konsep-konsep permukiman yang

berwawasan lingkungan sehingga tujuan dapat tercapai yaitu mewujudkan bumi ini sebagai

tempat yang aman dan nyaman bagi generasi sekarang dan akan dating.

Prinsip dasar pembangunan yang berkelanjutan menurut Research Triangle Institute, 1996

terdiri atas aspek-aspek (Budihardjo, Sutarto; 1999) adalah ekonomi (kesejahteraan),

ekologi (lingkungan), equity (pemerataan), engagement (peranserta) dan energy. Dua

aspek yang berkaitan erat dengan fisik adalah ekologi (lingkungan) dan energy. Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 44: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-43

Tabel E.7 Aspek Fisik Dari Pembangunan Yang Berkelanjutan

Ekologi (Lingkungan)

Penggunaan Sumber

Daya

Konservasi sumber daya

Pencegahan dan penaggulangan polusi

Peraturan Penggunaan

Tanah

Penggunaan lahan campuran

Menciptakan ruang-ruang terbuka

Menetapkan batas perkembangan/pemekaran

kota

Energi

Sumber Energi Penghematan sumber energy

Sistem Transportasi Mengutamakan transportasi umum, massal dan

hemat energy

Bangunan Mendayagunakan pencahayaan dan

penghawaan alami Sumber : (Budihardjo, 1999)

Berbagai konsep perencanaan kota yang berkelanjutan sudah dipaparkan oleh para pakar

perencanaan kota seperti ; “Garden Cities” (Ebenezer Howard, 1898), “New Towns”

(Patrick Abercrombie, 1944), dan “Ecological Cities”. Konsep-konsep perencanaan kota

yang sedemikian bagusnya tidak dapat mencapai kota yang berkelanjutan bila manusa yang

menghuni kota tersebut tidak menjalankan peran yang semestinya. Dengan kata lain

dibutuhkan keterpaduan semua bidang kehidupan dalam mewujudkan kondisi

pembangunan berkelanjutan (Dwira, 2005).

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa

kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal

atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan (Kirmanto, 2002). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan

permukiman yang berwawasan lingkungan adalah dengan merencanakan kawasan

lingkungan hunian ekologis dengan lebih memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam

merencanakan lingkungan hunian tersebut. Beberapa strategi perencanaan lingkungan

hunian yang berwawasan lingkungan dapat dilihat pada prinsip-prinsip di bawah ini (Grant,

et al, 1996);

- Mengelola dan memelihara lingkungan supaya berfungsi dengan semestinya.

Seperti contohnya tempat pembuangan sampah, drainase lingkungan dan system

pembuangan.

Page 45: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-44

- Meminimalisasikan pengaruh bangunan pada lingkungan sekitarnya. Seperti

contohnya : pemanfaatan ruang, fasilitas pelayanan, jaringan infrastruktur

sebaiknya direncanakan efisien.

- Melindungi sumber-sumber alam dan sumberdaya lahan untuk generasi

selanjutnya. Seperti contohnya : melindungi pemakaian sumber daya air, tanah dan

udara.

- Mengurangi limbah yang dihasilkan oleh bangunan hunian. Misalnya : mengolah

limbah yang berasal dari bangunan-bangunan sehingga tidak menimbulkan polusi

terhadap lingkungan di sekitarnya, menanam tanaman-tanaman yang dapat

melindungi ekologi kawasan.

- Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menggalakkan pemeliharaan

lingkungan. Misalnya : mensosialisasikan pentingnya permukiman yang

berkelanjutan sehingga masyarakat juga turut serta memelihara lingkungan;

- Mensosialisasikan pentingnya lingkungan sosial yang “sehat”, misalnya :

keamanan lingkungan, kesehatan lingkungan dan partisipasi masyarakat.

Pemanfaatan lahan dengan memaksimalkan bangunan akan mengakibatkan

semakin besarnya pengaruh bangunan terhadap lingkungannya. Kawasan lapang

dan penghijauan akan banyak membantu terciptanya permukiman yang

berwawasan lingkungan.

Konsep perancangan bangunan hunian yang berwawasan lingkungan lebih kepada

komponen-komponen berikut ini (Budihardjo, 1993);

- Teknologi Hijau, hemat energy dan sumber daya. Seperti contohnya : sedapat

mungkin mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, menggunakan

energy lebih efisien dan bijaksana;

- Pemanfaatan sumber-sumber alam yang tersedia. Contohnya; karena berada di

daerah tropis, maka matahari adlaah sumber alam yang dapat dimanfaatkan secara

maksimal.

Page 46: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-45

E.2 METODOLOGI PEKERJAAN

Metode yang akan digunakan dalam Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan

Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

E.2.1 Metode Pengumpulan Data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah

data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data

sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data

primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan

panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Contoh data sekunder

misalnya RTRW, RP4D, RPJMD, dll.

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan

penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya,

dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh.

Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber

tidak langsung (data sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan

penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan

sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list,

kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan

wawancara.

a. Angket

Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan

responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data

melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di

berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket

menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan

Page 47: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-46

angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket

menyangkut beberapa faktor antara lain :

Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur

maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak

mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada

responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.

Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya

jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka

responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

b. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya

mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan

untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini

digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

Participant Observation

Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang

atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku

siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru,

dsb.

Non participant Observation

Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi

yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang

diamati. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang

mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui

makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik

observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka

dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara

sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya

dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara

Page 48: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-47

pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat

diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).

Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa

informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah

dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape

recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran

wawancara.

b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan

secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali

dari responden.

Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung

adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat

standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik

mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:

Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara

sistematik.

Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.

Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi

umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.

Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan

pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa

keuntungan antara lain :

Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat

hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku,

atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung

mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dan tidak

menggantungkan data dari ingatan seseorang;

Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat

berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

Page 49: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-48

Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau

peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan

pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang

telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam

mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.

2. Metode Wawancara

Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya

atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang

dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan

dengan tatap muka maupun melalui telpon.

3. Metode Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut

cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban

(kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas

(kuesioner terbuka). Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara

seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-

masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan

secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah

jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi.

Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu

untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.

E.2.2 Metode Pemilihan Lokasi Dan Deliniasi Kawasan Perencanaan

Deliniasi merupakan batas yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang

digunakan sebagai batas wilayah perencanaan. Kriteria tertentu yang dimaksud sesuai

dengan tipologi kawasan perencanaan. Deliniasi kawasan perencanaan dapat dilakukan

dengan menggunakan kriteria antara lain kriteria teknis/ruang, kriteria kegiatan, dan

kriteria administrasi (batas administrasi). Dalam hal ini kawasan perencanaan

kemungkinan sudah ditentukan oleh Pemerintah Kota Palu, akan tetapi luasan kawasan

perencanaan belum ditentukan.

Page 50: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-49

E.2.3 Metode Analisis Dan Proyeksi Kependudukan

Analisis kependudukan, yang meliputi analisa-analisa berikut:

a. Analisa bunga berganda. Metode analisa ini menggunakan patokan pertumbuhan

rata-rata pada kurun 5 - 10 tahun lalu, selanjutnya pertumbuhan penduduk

diproyeksikan dengan menggunakan dasar bunga berganda/bunga majemuk

dengan angka pertumbuhan yang sama setiap tahun;

b. Analisa kecenderungan (trend analysis) dengan regresi. Metode analisa ini

didasarkan pada data pola pertumbuhan penduduk pada 5 - 10 tahun lalu yang

didekati dengan salah satu pola regresi (linier, logaritma, eksponensial, atau

regresi berpangkat);

c. Analisa cohort. Metode analisa ini menggunakan data penduduk yang dirinci

menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Hasil proyeksi akan memperlihatkan

pertumbuhan pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin, dan hasilnya dapat

digunakan untuk memprediksikan kebutuhan berbagai fasilitas pelayanan dan

kebutuhan penyediaan lapangan kerja. Ketersediaan fasilitas pelayanan sosial dan

ekonomi, apabila dikaitkan dengan perkembangan jumlah penduduk dapat

dijadikan indikator arah pengembangan sosial. Karena dengan membandingkan

kebutuhan baku minimal dari setiap jenis fasilitas pelayanan tersebut, dapat

ditentukan tingkat pelayanan yang tersedia dan/atau diinginkan (tinggi, sedang,

dan/atau rendah);

Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisi umur dan

jenis kelamin) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas,

mortalitas dan migrasi. Data penduduk Indonesia yang dapat dipakai dan dipercaya untuk

keperluan proyeksi adalah berasal dari sensus penduduk (SP) yang diselenggarakn pada

tahun yang berakhir “0” dan survei antar sensus (SUPAS) pada tahun yang berakhir “S”.

Hasil proyeksi penduduk sangat bermanfaat untuk perencanaan fasilitas kesehatan,

fasilitas pendidikan, fasilitas perumahan, dan fasilitas kesempatan kerja. Adapun beberapa

metode untuk perhitungan proyeksi penduduk antara lain :

Page 51: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-50

a) Metode Arithmatik, dengan rumus adalah sebagai berikut :

b) Metode Geometri, dengan rumus adalah sebagai berikut :

c) Metode Least Square, dengan rumus adalah sebagai berikut :

d) Metode Trend Logistic, dengan rumus adalah sebagai berikut :

E.2.4 Metode Analisis SWOT

Metode ini digunakan untuk melihat potensi maupun hambatan yang akan muncul pada

lingkungan hunin bukan skala besar Kota Palu. Analisis

SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen

perusahaan atau di dlam organisasi yang secara sistematis

dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang

matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek

maupun tujuan jangkan panjang. Definisi analisis SWOT yang

lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi

Page 52: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-51

yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan

juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut

kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna

analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang

ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat

analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang

dihadapi.

SWOT adalah singkatan dari:

S = Strength (kekuatan).

W = Weaknesses (kelemahan).

O = Opportunities (Peluang).

T = Threats (hambatan).

Penjelasan mengenai 4 (empat) komponen analisis SWOT, yaitu :

1. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan

kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan

di dalam analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-

kekuatan dan kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika

kekuatan perusahaan tersebut unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu

dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat

teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.

2. Weaknesses (W) yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan

kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara

menganalisis kelemahan di dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi yang

menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi.

3. Opportunity (O) yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang

diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi

organisasi dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan

yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang di masa

yang akan depan atau masa yang akan datang.

4. Threats (T) yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang

harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai

macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau

organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman

Page 53: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-52

tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa

sekarang maupun masa yang akan datang.

Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yangg paling dasar, yang

bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi yang

berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk

mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada,

sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan

benar, analisis ini akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat

selama ini. Dari pembahasan diatas tadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang

bermanfaat dalam melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk

meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta

menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

E.2.5 Metode Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan

Analisis fisik dan lingkungan adalah untuk mengenali karakteristik sumber daya alam

tersebut dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam

pengembangan wilayah dan/atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap

memperhatikan keseimbangan ekosistem.

Hasil studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam penyusunan

rencana tata ruang maupun rencana rinci lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu,

karena akan memberikan gambaran mengenai kerangka fisik pengembangan kawasan.

Secara garis besar tata cara analisis kelayakan fisik atau dikenal juga sebagai studi

kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir

di bawah ini (Gambar E.1)

Page 54: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-53

Gambar E.1 Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan

Pengumpulan data dengan cakupan data yang dikehendaki adalah seperti terlihat pada

bagan alir tersebut. Sedangkan tahap analisis terdiri dari dua, yakni analisis kemampuan

lahan dan analisis kesesuaian lahan. Hasil akhir analisis ini berupa rekomendasi kesesuaian

lahan yang akan menjadi masukan pada pengembangan wilayah dan/atau kawasan.

1) Analisis Kemampuan Lahan

Dilakukan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk

dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan

pada tahap analisis berikutnya.

Sasaran :

- Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi

kawasan;

- Memperoleh gambaran potensi dan kendala masing-masing kelas kemampuan

lahan;

- Sebagai dasar penentuan;arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis

berikutnya dan rekomendasi akhir kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan.

Page 55: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-54

Masukan : Semua data yang dimintakan pada tahap pengumpulan data, kecuali data

kebijaksanaan yang sudah ada.

Keluaran:

- Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan lahan;

- Kelas-kelas atau tingkatan kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai dengan

fungsi kawasan;

- Uraian potensi dan kendala fisik masing-masing kemampuan lahan.

Langkah-langkah :

a) Melakukan analisa satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh

gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan;

b) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan

kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)

untuk nilai terendah.

c) Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan

lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan

lahan tersebut pada pengembangan perkoaan. Bobot yang digunakan hingga saat

ini adalah seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel E.8 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan

No Satuan Kemampuan Lahan Bobot

1 SKL Morfologi 5

2 SKL Kemudahan Dikerjakan 1

3 SKL Kestabilan Lereng 5

4 SKL Kestabilan Pondasi 3

5 SKL Ketersediaan Air 5

6 SKL Terhadap Erosi 3

7 SKL Untuk Drainase 5

8 SKL Pembuangan Limbah 0

9 SKL Terhadap Bencana Alam 9

d) Superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan tersebut dengan cara

menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan

kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang

menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah dan/atau kawasan perencanaan.

e) Tentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas

kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan

nilai…-… yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah ini dan

digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan

tata ruang.

Page 56: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-55

Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini yang merupakan penjumlahan nilai

dikalikan bobot ini ada dua cara, yakni:

a. Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil

pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh

peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.

b. Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam system grid,

kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan

lahan ke dalam grid tersebut. penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan

adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan

bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai,

tetapi memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan

lahan, yang merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atau tidak.

dengan demikian apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang

nilai cukup tinggi, tetapi karena mempunyai nilai terendah dan menentukan, maka

mungkin saja kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang

memiliki nilai kemampuan lahan yang sama. Sebagai contoh, daerah yang secara

kumulatif nilainya cukup tinggi atau sedang, namun berada pada daerah rawan

longsor, tentunya kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang

relatif aman, walaupun nilai kemampuan lahannya sama. hal ini mungkin saja

terjadi mengingat penjumlahan secara matematis akan menyebabkan ada faktor-

faktor yang mengakibatkan jumlah akhir menjadi tinggi.

b) Klasifikasi kemampuan lahan yang dihasilkan di sini adalah hanya berdasarkan

kondisi fisik apa adanya, belum mempertimbangan hal-hal yang bersifat non-fisik.

2) Evaluasi Penggunaan Lahan Yang Ada Terhadap Kesesuaian Lahan

Lingkup pekerjaan

Melakukan analisis untuk mengetahui penyimpangan atau ketidaksesuaian penggunaan

lahan yang ada saat ini dilihat dari hasil studi kesesuaian lahan ini.

Sasaran

a) Mengetahui penggunaan lahan yang ada saat ini yang tidak sesuai dengan

kemampuan dan kesesuaian lainnya.

Page 57: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-56

b) Memperoleh gambaran penyesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini dan

pengembangannya dengan kemampuan dan kesesuaian lahan.

Masukan

a) Penggunaan lahan yang ada saat ini,

b) Klasifikasi kemampuan lahan,

c) Satuan-satuan kemampuan lahan,

d) Arahan-arahan kesesuaian lahan,

e) Persyaratan dan pembatas pembangunan.

Keluaran

a) Penyimpangan-penyimpangan penggunaan lahan yang ada saat ini dari kemampuan

dan kesesuaian lahan.

b) Arahan-arahan penyesuaian dan pengembangan berikutnya.

Langkah-langkah

a) Membandingkan penggunaan lahan yang ada dengan karakteristik fisik wilayah

berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan, satuan-satuan kemampuan lahan, dan

arahan-arahan kesesuaian lahan.

b) Memberikan arahan penyesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini ini dan

pengembangan selanjutnya berdasarkan persyaratan dan pembatas pembangunan.

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan

a) Teliti secermat mungkin penyimpangan ini, karena hal ini menyangkut

konsistensi hasil studi dan toleransi penyimpangan yang diperkenankan.

b) Berikan penilaian yang tegas, terutama untuk hal-hal yang sangat berpengaruh

seperti gangguan keseimbangan tata air, atau kestabilan lereng.

c) Berikan usulan penyelesaian yang jelas dan tuntas untuk masing-masing

penyimpangan, serta diusahakan untuk tidak banyak merugikan.

3) Analisis Kesesuaian Lahan

Lingkup Pekerjaan

Melakukan analisis untuk mengetahui arahan-arahan kesesuaian lahan, sehingga

diperoleh arahan kesesuaian peruntukan lahan untuk pengembangan kawasan

berdasarkan karakteristik fisiknya.

Sasaran

a) Memperoleh gambaran peruntukan lahan secara umum berdasarkan kondisi fisik.

Page 58: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-57

b) Mengetahui daerah-daerah yang benar-benar sesuai untuk perencanaan tata ruang

daerah yang harus dikonservasikan, serta peruntukan lahan pada daerah-daerah di

antara kedua peruntukan tersebut.

Masukan

a) Klasifikasi kemampuan lahan,

b) Arahan rasio tutupan lahan,

c) Arahan ketinggian bangunan,

d) Arahan pemanfaatan air baku,

e) Perkiraan daya tampung lahan,

f) Persyaratan⁄pembatas pengembangan,

g) Evaluasi penggunaan lahan yang ada.

Keluaran

a) Peta arahan kesesuaian peruntukan lahan.

b) Deskripsi pada masing-masing arahan peruntukan.

Langkah-langkah

a) Melakukan lebih dahulu analisis masing-masing arahan kesesuaian lahan untuk

memperoleh arahan-arahan kesesuaian lahan yang merupakan masukan bagi

analisis peruntukan lahan ini.

b) Menentukan arahan peruntukan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan

dan arahan-arahan kesesuaian lahan di atas.

c) Dalam penentuan arahan peruntukan lahan ini, mengarahkan pada kondisi ideal

sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya, yang tentunya meliputi juga

persyaratan⁄pembatas pengembangan, serta telah mengevaluasi penggunaan lahan

yang ada saat ini.

d) Mempertajam arahan ini dengan memasukkan hasil studi fisik⁄lingkungan yang ada,

seperti: studi pertanian, kehutanan, analisis dampak lingkungan, dan lainnya.

e) Mendeskripsikan masing-masing arahan peruntukan, termasuk persyaratan dan

pembatas pengembangannya.

Hal-hal Yang perlu diperhatikan:

a) Arahan-arahan ini tidak mengikat, namun perencanaan sebaiknya diusahakan untuk

bisa mengikuti arahan tersebut.

b) Untuk kondisi yang ada saat ini yang menyimpang dari arahan ini

pengembangannya agar ditahan, dan bila terdapat kecenderungan akan terus

Page 59: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-58

berkembang usahakan untuk memindahkan arah pengembangannya pada daerah

yang lebih sesuai.

4) Rekomendasi Penggunaan Lahan

Lingkup Kegiatan:

Merangkum semua hasil studi kesesuaian lahan dalam satu rekomendasi kesesuaian

lahan untuk pengembangan kawasan, yang akan merupakan masukan bagi penyusunan

rencana pengembangan kawasan (rencana tata ruang, rencana induk pengembangan

kawasan).

Sasaran

a) Mengetahui gambaran umum arah perkembangan perkotaan yang sesuai dengan

karakteristik fisik wilayah.

b) Mengetahui kapasitas pengembangan kawasan wilayah perencanaan.

c) Memperoleh gambaran peruntukan lahan bagi perencanaan tata ruang sesuai

dengan potensi dan kendala fisiknya.

d) Memperoleh persyaratan dan pembatas pembangunan untuk perencanaan tata ruang

selanjutnya.

Masukan

a) Arahan kesesuaian peruntukan lahan,

b) Penggunaan lahan yang ada saat ini,

c) Kebijakan pengembangan kota⁄wilayah yang ada baik dari pusat maupun daerah.

Keluaran

a) Peta rekomendasi kesesuaian lahan.

b) Kapasitas pengembangan lahan,

c) Deskripsi masing-masing arahan dalam rekomendasi tersebut termasuk persyaratan

pengembangannya.

Langkah-langkah

a) Membandingkan kembali arahan peruntukan lahan dengan penggunaan lahan yang

ada saat ini.

b) Menyesuaikan arahan tersebut dengan penggunaan lahan yang ada saat ini dan

perkiraan kecenderungannya, sejauh tidak terlalu menyimpang.

c) Menyesuaikan arahan peruntukan tersebut dengan kebijaksanaan pengembangan

yang ada baik kebijaksanaan pusat maupun daerah serta sektoral.

Page 60: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-59

d) Menentukan persyaratan pengembangan pada masing-masing arahan yang

direkomendasikan, terutama dalam mengikuti kebijaksanaan yang ada.

e) Menentukan kapasitas pengembangan wilayah perencanaan.

f) Memberikan deskripsi masing-masing arahan kesesuaian lahan yang telah

direkomendasikan tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a) Rekomendasi sejauh mungkin disesuaikan dengan kebijaksanaan pengembangan.

untuk kasus kebijaksanaan yang bertentangan dengan kesesuaian lahannya, arahan

kesesuaian lahan diusahakan mengikuti kebijaksanaan namun dilengkapi dengan

persyaratan dan pembatas pengembangannya.

b) Untuk arahan kesesuaian lahan yang bertentangan dengan kebijaksanaan tersebut,

dalam rekomendasi bila memungkinkan perhitungan biaya pembangunan bila

mengikuti kebijaksanaan tersebut, sehingga ketidak sesuaian ini bisa diterjemahkan

dalam bentuk biaya.

E.2.6 Metode Identifikasi dan Tahapan Pelaksanaan Pembangunan

Penyusunan tahapan pelaksanaan program merupakan tahap akhir dari proses penyusunan

rencana tata ruang kawasan/daerah. Untuk maksud tersebut diperlukan beberapa langkah,

meliputi: (a) Menemukenali potensi dan masalah yang ada di kawasan terencanakan, (b)

Menerjemahkan potensi dan masalah tersebut menjadi programprogram indikatif, dan (c)

Menyusun program indikatif yang berhasil ditemukenali manjadi suatu daftar urutan

prioritas yang akan menjadi dasar bagi penyusunan tahapan pelaksanaan program. Metode

yang digunakan pada masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Metode identifikasi potensi dan masalah

Cukup sulit untuk memilih metode identifikasi potensi dan masalah yang handal dan

sesuai, dikarenakan masing-masing metode punya keunggulan dan kelemahan.

Kevalitan hasil identifikasi lebih banyak dipengaruhi oleh keahlian dan pengalaman dari

seorang perencana (planner) sendiri. Salah satu metode identifikasi yang sering dipilih

dalam kegiatan ini adalah analisis pohon masalah (tree problem analysis).

Untuk memudahkan proses identifikasi, potensi kawasan terencanakan dapat

dikelompokkan menjadi: potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, dan

potensi ruang. Sedangkan masalah yang dihadapi kawasan terencanakan dapat

dibedakan ke dalam topik bahasan seperti: kemiskinan, penggangguran, keterisolasian,

Page 61: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-60

lingkungan permukiman, kebodohan dan kesehatan dasar, atau disesuaikan dengan isu-

isu pokok pengembangan kawasan tersebut.

2. Metode identifikasi program

Berlandaskan pada strategi pembangunan yang berupa upaya pendaya-gunaan dan

pengelolaan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia seoptimal mungkin,

maka hasil identifikasi masalah dan potensi yang telah dilakukan sebelumnya dapat

digunakan sebagai acuan untuk menentukan program-program indikatif, untuk

pendayagunaan potensi tersebut serta untuk penanggulangan masalah-masalah yang

ditemui pada kawasan terencanakan.

Pendekatan yang dapat dipakai adalah bahwa potensi kawasan bisa melahirkan

kesempatan, dan sebaliknya masalah yang ditemui dapat dilihat pula sebagai ancaman.

Oleh karena itu dengan menganalogikan potensi dan masalah yang ditemukenali pada

tahap analisis sebelumnya sebagai kesempatan dan ancaman, maka metode SWOTH

dapat digunakan untuk mengidentifikasi program-program indikatif. Metode SWOTH

bertumpu pada evaluasi faktor-

faktor Strength(kekuatan), Weakness (kelemahan), Oportunities (kesempatan),

dan Threathening(ancaman) yang dimiliki oleh kawasan terencanakan. Dengan

mengetahui kesempatan dan ancaman yang potensial terjadi, maka dihubungkan dengan

arah pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya, dapat ditemukenali

programprogram indikatif dimaksud, yaitu berupa upaya-upaya untuk mendayagunakan

kesempatan (= potensi sumberdaya) dan/ atau menanggulangi ancaman (= masalah-

masalah) yang ditemui, dengan tetap memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada

pada wilayah terencanakan.

3. Metode penentuan urutan prioritas pelaksanaan program

Program-program yang sudah berhasil ditemukenali diurutkan berdasarkan peran

program terhadap tujuan pembangunan kawasan ke depan, dengan mempertimbangkan

pula: kemampuan daerah untuk membiayai, kemampuan/daya serap daerah untuk

melaksanakan pekerjaan/program tersebut, serta karakteristik program itu sendiri yang

biasanya bersifat sekuensial (suatu program biasanya harus didahului atau diikuti oleh

program lainnya). Metode yang dapat diterapkan untuk maksud tersebut adalah Goals

Objectives Achievment Matrices (GOAM). Metode GOAM merupakan kelanjutan

metode pembobotan klasik. Metode ini cocok diterapkan pada perencanaan

pembangunan wilayah yang bersifat multi objectives planning dan terkadang tidak

sejalan. Dengan penerapan metode analisa ini, benturan antar tujuan pembangunan

Page 62: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-61

dapat dikawinkan sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan salah satu diantara

tujuan-tujuan pembangunan yang tidak sejalan tersebut.

E.2.7 Metode Penentuan Arah Pengembangan

Arah pengembangan merupakan hasil kompilasi tujuan dan sasaran jangka menengah

pembangunan daerah/kawasan yang dijabarkan dalam bentuk yang lebih operasional.

Tujuan dan sasaran yang dimaksudkan ini dapat diperoleh dari pola dasar daerah/kawasan

yang bersangkutan dan/atau dokumen lain terkait. Arah pengembangan pada level Rencana

Teknik Tata Ruang harus dijabarkan dalam bentuk teknis dan didasarkan pada

perbandingan terhadap standar teknik sektoral yang sudah ada dan diakui. Untuk

memudahkan analisa, arah pengembangan dijabarkan ke dalam 3 (tiga) unsur, yang

meliputi: fisik, sosial, dan ekonomi. Penjelasan singkat masing-masing unsur tersebut

adalah sebagai berikut.

Arah pengembangan fisik dijabarkan dalam indikator yang terkait dengan kelestarian

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, antara lain berupa target lindung atau konservasi,

perbaikan lahan kritis dan sumberdaya keairan, relokasi penduduk yang bermukim di

sekitar hutan lindung, target penghijauan dan reboisasi, dan sebagainya. Arah

pengembangan sosial menjabarkan target dan sasaran pembangunan di bidang sosial

kemasyarakatan, yaitu yang terkait dengan usaha-usaha untuk mempersiapkan manusia

dalam proses pembangunan nasional(human development). Tujuan pembangunan di

bidang sosial tersebut dapat dibedakan menjadi:

1. Usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia, dengan indicator antara lain Indeks

Harapan Hidup (life expectancy) yang dapat dijabarkan dalam beberapa indikator

seperti: tingkat pelayanan kesehatan (jumlah puskesmas, rumah sakit, dan apotik),

tingkat konsumsi protein, dan sebagainya;

2. Usaha untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, dengan indikator seperti: jumlah

dan penyebaran berbagai fasilitas pendidikan; dan

3. Usaha untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, yang amat tergantung pada

kemampuan masyarakat untuk mengelola sumberdaya dalam rangka menciptakan

nilai tambah (added value). Indikator yang bisa dipakai antara lain: kemampuan

dalam pengelolaan lahan, kemampuan dalam akses informasi, pelayanan kredit, serta

fasilitas pelayanan lain yang diperlukan untuk meningkatkan produksi dan

pendapatan masyarakat.

Page 63: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-62

Sedangkan arah pengembangan ekonomi menetapkan tujuan dan/atau sasaran

pembangunan di bidang ekonomi, yang setidaknya menjabarkan:

a. Pertumbuhan ekonomi, yang dapat diukur dengan laju kenaikan Produk Domestik

Bruto/PDB, yang diukur menurut sub sektor; dan

b. Pergeseran struktur ekonomi, yaitu pergeseran struktur dari sector

pertanian(primery sector) ke sektor industri dan jasa (secondary sector), dengan

indikator kontribusi sektor pertanian kepada PDB dibandingkan dengan kontribusi

sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor

pertanian dengan di sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah penduduk kota

dan desa, dan sebagainya.

Adapun metodologi pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan

Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 64: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

Hal-63

Gambar E.1 Metodologi Pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Page 65: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-64

E.3 RENCANA KERJA

Rencana kerja Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala

Besar Kota Palu ini akan dibagi dalam 4 (empat) tahapan yaitu : Tahap Pendahuluan, Tahap

Survey dan Pengumpulan Data, Tahap Analisa dan Tahap Rencana. Rincian kegiatan yang

akan dilakukan pada masing-masing tahapan dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

E.3.1 Tahap Pendahuluan

Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pendahuluan ini adalah sebagai berikut :

1. Mobilisasi tenaga ahli;

2. Pemantapan dan penyempurnaan metodologi pekerjaan;

3. Pemantapan dan penyempurnaan rencana kerja;

4. Studi literatur;

5. Pengumpulan data awal tentang lokasi pekerjaan;

6. Kajian awal tentang substansi pekerjaan.

7. Penyusunan Laporan Pendahuluan;

8. Pembahasan Laporan Pendahuluan;

9. Perbaikan Laporan Pendahuluan.

Jangka waktu untuk Tahap Pendahuluan ini dilakukan selama 1 (satu) bulan dan

dituangkan dalam bentuk Laporan Pendahuluan. Dalam tahapan ini juga dilakukan

pemaparan awal untuk melaporkan hal-hal yang sudah dilakukan serta menyampaikan

metode pelaksanaan pekerjaan dan rencana serta jadual pekerjaan.

E.3.2 Tahap Survey Dan Pengumpulan Data

Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan survey dan pengumpulan data adalah

sebagai berikut :

1. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

2. Mobilisasi tenaga ahli ke daerah;

3. Melakukan survey instansi yang meliputi :

a. Melakukan diskusi dengan pihak-pihak terkait di tingkat Provinsi Sulawesi

Tengah dan tingkat Kota Palu dalam rangka melakukan identifikasi

permasalahan dan usulan perumahan di Kota Palu;

b. Melakukan pengumpulan data instansi, antara lain :

- RTRW Provinsi Sulawesi Tengah;

- RTRW Kota Palu;

Page 66: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-65

- RPJMD Kota Palu;

- Kota Palu Dalam Angka 2010-2015

- RP4D/RP3KP Kota Palu

- Dokumen-dokumen lain yang terkait dengan masalah perumahan di Kota

Palu khususnya mengenai hunian bukan skala besar.

4. Melakukan pengambilan titik koordinat untuk deliniasi lokasi hunian bukan skala

besar Kota Palu.

5. Penyiapan peta skala 1:5000.

6. Kompilasi data.

Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan

data dan survey kemudian dikompilasikan. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data

ini dilakukan dengan cara mentabulasi dan mengsistemasisasi data-data tersebut

dengan menggunakan cara komputerisasi. Hasil dari kegiatan kompilasi data ini

adalah tersusunnya data terkomputerisasi sehingga akan mempermudah tahapan

selanjutnya.

Pelaksanaan tahapan pengumpulan dan kompilasi data ini dilakukan selama 2 (dua)

minggu dan dituangkan dalam bentuk Laporan Bulanan. Hasil dari tahapan ini juga

nantinya akan menjadi bagian dari Laporan Antara.

E.3.3 Tahap Analisis

Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tahap analisa adalah sebagai berikut :

1. Melakukan analisis pemilihan lokasi dan penentuan deliniasi kawasan

perencanaan;

2. Melakukan analisis kependudukan;

3. Melakukan analisis kondisi fisik;

4. Melakukan analisis ketinggian lahan;

5. Melakukan analisis hubungan kawasan perencanaan dengan system tata ruang

kota;

6. Melakukan analisis kawasan perencanaan yang meliputi :

a. Analisis kualitas bangunan;

b. Analisis kondisi jaringan jalan;

c. Analisis kondisi drainase;

d. Analisis kondisi persampahan;

Page 67: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-66

e. Analisis pelayanan pendidikan;

f. Analisis pelayanan kesehatan;

g. Analisis pelayanan peribadatan;

h. Analisis pelayanan pemerintahan;

7. Melakukan analisis perekonomian;

8. Melakukan analisis status lahan;

9. Melakukan analisis SWOT kawasan perencanan;

10. Merumuskan konsep pengembangan makro dan mikro kawasan;

11. Merumuskan konsep pengembangan infrastruktur kawasan;

12. Penyusunan Laporan Antara;

13. Pembahasan Laporan Antara;

14. Perbaikan Laporan Antara.

Pelaksanaan tahapan analisis ini dilakukan selama 1,5 (satu setengah) bulan dan dituangkan

dalam bentuk Laporan Antara. Dalam tahapan ini juga dilakukan pemaparan Tahap Antara

untuk melaporkan hasil analisis dan isu strategis yang sudah disusun.

E.3.4 Tahap Rencana

Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tahap rencana antara lain :

1. Perumusan visi, misi, tujuan dan scenario pengembangan lingkungan hunian

bukan skala besar.

2. Perumusan rencana struktur dan pola ruang kawasan perencanaan;

3. Perumusan rencana struktur pelayanan kegiatan;

4. Perumusan rencana peruntukan lahan;

5. Perumusan rencana distribusi penduduk;

6. Perumusan rencana intensitas pemanfaatan lahan;

7. Perumusan rencana jaringan pergerakan;

8. Perumusan rencana blokplan;

9. Perumusan rencana ketentuan letak dan penampang (pra rencana teknik)

bangunan gedung dan bangunan bukan gedung;

10. Perumusan rencana penanganan;

11. Perumusan rencana arahan pengembangan zona;

12. Perumusan detail plan;

13. Perumusan rencana pengembangan jaringan jalan utama;

Page 68: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-67

14. Perumusan rencana penanganan drainase;

15. Perumusan rencana penanganan sampah;

16. Perumusan rencana penanganan air bersih;

17. Perumusan pedoman pelaksanaan pembangunan perumahan kawasan di

lingkungan hunian bukan skala besar;

18. Perumusan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang;

19. Perumusan indikasi program investasi pembangunan perumahan dan kawasan

perumahan.

20. Penyusunan Draft Laporan Akhir;

21. Pembahasan Draft Laporan Akhir;

22. Perbaikan Draft Laporan Akhir menjadi Laporan Akhir.

Pelaksanaan tahapan rencana ini dilakukan selama 2 (dua) bulan dan dituangkan dalam

bentuk Laporan Akhir. Dalam tahapan ini juga dilakukan pemaparan Draft Laporan Akhir

untuk melaporkan semua tahapan dan hasil rencana yang sudah disusun.

Page 69: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-68

Jadual pelaksanaan pekerjaan untuk pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan

Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini dapat dilihat pada Tabel F-1 berikut ini.

JADUAL PELAKSANAAN

PEKERJAAN

Page 70: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-69

Tabel F.1 Jadual Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

NO Rincian Kegiatan

BULAN KE-

Keterangan I II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I TAHAP PENDAHULUAN

1 Mobilisasi tenaga ahli;

2 Pemantapan dan penyempurnaan metodologi

pekerjaan;

3 Pemantapan dan penyempurnaan rencana kerja;

4 Studi literatur;

5 Pengumpulan data awal tentang lokasi pekerjaan;

6 Kajian awal tentang substansi pekerjaan.

7 Penyusunan Laporan Pendahuluan;

8 Pembahasan Laporan Pendahuluan;

9 Perbaikan Laporan Pendahuluan.

II TAHAP SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA

1 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

2 Mobilisasi tenaga ahli ke daerah;

3 Melakukan diskusi dengan pihak-pihak terkait

4 Melakukan pengumpulan data instansi

5 Melakukan pengambilan titik koordinat untuk

deliniasi lokasi hunian bukan skala besar Kota Palu

6 Penyiapan peta skala 1:5000.

7 Kompilasi data.

III TAHAP ANALISIS

1 Melakukan analisis pemilihan lokasi dan

penentuan deliniasi kawasan perencanaan;

2 Melakukan analisis kependudukan;

3 Melakukan analisis kondisi fisik;

4 Melakukan analisis ketinggian lahan;

5 Melakukan analisis hubungan kawasan

perencanaan dengan system tata ruang kota;

6 Melakukan analisis kawasan perencanaan yang

meliputi :

a) Analisis kualitas bangunan;

b) Analisis kondisi jaringan jalan;

c) Analisis kondisi drainase;

Page 71: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-70

NO Rincian Kegiatan

BULAN KE-

Keterangan I II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

d) Analisis kondisi persampahan;

e) Analisis pelayanan pendidikan;

f) Analisis pelayanan kesehatan;

g) Analisis pelayanan peribadatan;

h) Analisis pelayanan pemerintahan;

7 Melakukan analisis perekonomian;

8 Melakukan analisis status lahan;

9 Melakukan analisis SWOT kawasan perencanaan;

10 Merumuskan konsep pengembangan makro dan

mikro kawasan;

11 Merumuskan konsep pengembangan infrastruktur

kawasan;

12 Penyusunan Laporan Antara;

13 Pembahasan Laporan Antara;

14 Perbaikan Laporan Antara.

IV TAHAP RENCANA

1 Perumusan visi, misi, tujuan dan scenario

pengembangan lingkungan hunian bukan skala

besar.

2 Perumusan rencana struktur dan pola ruang

kawasan perencanaan;

3 Perumusan rencana struktur pelayanan kegiatan;

4 Perumusan rencana peruntukan lahan;

5 Perumusan rencana distribusi penduduk;

6 Perumusan rencana intensitas pemanfaatan lahan;

7 Perumusan rencana jaringan pergerakan;

8 Perumusan rencana blokplan;

9 Perumusan rencana ketentuan letak dan

penampang (pra rencana teknik) bangunan gedung

dan bangunan bukan gedung

10 Perumusan rencana penanganan;

11 Perumusan rencana arahan pengembangan zona;

12 Perumusan detail plan;

13 Perumusan rencana pengembangan jaringan jalan

utama;

Page 72: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-71

NO Rincian Kegiatan

BULAN KE-

Keterangan I II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

14 Perumusan rencana penanganan drainase;

15 Perumusan rencana penanganan sampah;

16 Perumusan rencana penanganan air bersih;

17 Perumusan pedoman pelaksanaan pembangunan

perumahan kawasan di lingkungan hunian bukan

skala besar;

18 Perumusan pedoman pengendalian pemanfaatan

ruang;

19 Perumusan indikasi program investasi

pembangunan perumahan dan kawasan

perumahan.

20 Penyusunan Draft Laporan Akhir;

21 Pembahasan Draft Laporan Akhir;

22 Perbaikan Draft Laporan Akhir menjadi Laporan

Akhir.

V TAHAP PENYERAHAN PELAPORAN

1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Antara

3 Laporan Draft Akhir

4 Laporan Akhir

5 Laporan Bulanan

6 Prosiding

Page 73: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-72

G.1 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN

Untuk melaksanakan pekerjaan ini, konsultan akan menyiapkan tim yang terdiri dari tenaga

ahli yang berkompeten di bidangnya. Adapun kebutuhan personil yang dibutuhkan pekerjaan

ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Tabel G.1 Kebutuhan Tenaga Ahli Sesuai Kerangka Acuan Kerja

No Personil Kualifikasi Pendidikan

Minimal Keahlian

Pengalam

an

Minimal

(Tahun)

Jumla

h (OB)

1 Tenaga Ahli

1.1 Ketua Tim Ahli

Penataan Ruang

Kawasan

S-2 Studi

Pembangunan/Pengembanga

n Wilayah dan

Kota/Sipil/Arsitek

SKA Studi

Pembangunan/Pengembangan

Wilayah Dan

Kota/Sipil/Arsitek

5 5

1.2 Tenaga Ahli

Perumahan Dan

Permukiman

S1 Teknik

Sipil/Arsitektur/Planologi

SKA Perencanaan Wilayah

Dan Kota/Sipil/Arsitektur

5 8

1.3 Tenaga Ahli

Ekonomi

Pembangunan

S1 Ekonomi Manajemen

Pembangunan

SKA Ekonomi

Pembangunan/Manajemen

Pembangunan

5 5

1.4 Tenaga Ahli

Lingkungan

S1 Teknik

Lingkungan/Teknik Sipil

SKA Air

Minum/Sanitasi/Limbah/Tekn

ik Lingkungan/Sipil

5 5

1.5 Tenaga Ahli

Pemetaan

S1 Teknik Geodesi/Geografi SKA

Perpetaan/Geodesi/Geologi

5 4

2 Tenaga Pendukung

2.1 Staf

Administrasi

5

2.2 Staf Digital Dan

Pemetaan

D3 Komputer/GIS 5

Selengkapnya mengenai usulan struktur organisasi, komposisi tim dan penugasan (daftar

personil) dari PT. SUGITEK PATIH PERKASA sesuai dengan KAK dapat dilihat pada

gambar dan tabel berikut ini.

KOMPOSISI TIM DAN

PELAPORAN

Page 74: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-73

Gambar G.1 Struktur Organisasi Pekerjaan

KETUA TIM

(Ahli Penataan Ruang Kawasan)

KEMENTERIAN PUPERA

PT. SUGITEK PATIH

PERKASA

Ahli

Perumahan

Dan

Permukiman

Ahli Ekonomi

Pembangunan Ahli

Lingkungan Ahli Pemetaan

Tenaga Pendukung

(Staf Administrasi, Staf Digital dan

Pemetaan)

Ahli

Perumahan

Dan

Permukiman

Page 75: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-74

Tabel G-2 Komposisi Tim Dan Penugasan

Nama Perusahaan Tenaga Ahli

Lokal/Asing

Lingkup

Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah

Orang

Bulan

I. TENAGA AHLI

1. Ir. Dwi Rosnarti, MT. PT. Sugitek

Patih Perkasa

Lokal Arsitektur Ahli Penataan Ruang

Kawasan

a) Bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan seluruh

kegiatan;

b) Bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan;

c) Memonitor seluruh kemajuan pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan oleh para tenaga ahli dan tenaga pendukung kegiatan;

d) Bertanggung jawab langsung terhadap kualitas produk

pekerjaan;

e) Bertanggung jawab atas penyusunan tahapan pelaksanaan

seluruh laporan pekerjaan yang dihasilkan;

f) Menyusun dan mengarahkan program kerja yang harus dipenuhi

oleh seluruh tim;

g) Melakukan analisis dan menyusun hasil analisis yang telah

disusun oleh seluruh tenaga ahli;

h) Bertanggung jawab dalam memberikan materi yang terkait

dengan penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan

hunian bukan skala besar di Kota Palu.

5 OB

2. Bunga Loedmida

R.Putri, ST., MM

3. Ir. Mangapul Sinaga

PT. Sugitek

Patih Perkasa

Lokal Planner

Sipil

Ahli Perumahan Dan

Permukiman

a) Mendukung Team Leader dalam melakukan pemantauan dan

pengendalian kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan

hunian bukan skala besar di Kota Palu;

b) Melakukan review terhadap implementasi rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota

Palu;

c) Menyusun indikator keberhasilan dan format evaluasi untuk

mengukur kualitas perencanaan dan penyusunan rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota

Palu bidang perencanaan dan pembangunan kota.

d) Melakukan analisis terhadap metode dan pendekatan

perencanaan pembangunan kota dalam penyusunan rencana

rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar.

e) Bertanggung jawab dalam memberi dukungan teknis dan

manajerial dalam setiap kegiatan koordinasi penyusunan

rencana rinci di pusat dan provinsi;

8 OB

Page 76: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-75

Nama Perusahaan Tenaga Ahli

Lokal/Asing

Lingkup

Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah

Orang

Bulan

f) Bertanggung jawab dalam penyiapan materi-materi pada

pelaksanaan rapat pembahasan FGD dan rapat koordinasi, yang

dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota

Palu;

4. Deni Susilawan, SE. PT. Sugitek

Patih Perkasa

Lokal Ekonomi Ahli Ekonomi

Pembangunan

a) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan analisa ekonomi

pembangunan dalam pelaksanaan kegiatan rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota

Palu;

b) Menyusun indikator perencanaan pembangunan ekonomi dalam

pelaksanaan penyusunan rencana rinci pengembangan

lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

c) Melakukan analisa ekonomi pembangunan terhadap indikator

yang digunakan dalam penentuan rencana rinci pengembangan

lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

d) Bertanggung jawab dalam memberi dukungan dalam

pelaksanaan koordinasi kepada pusat dan provinsi dalam

menguji prediksi ekonomi pembangunan pada penyusunan

rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala

besar di Kota Palu;

e) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada

pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam

setiap kegiatan penyusunan rencana rinci pengembangan

lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

f) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain

dalam melaksanakan tugasnya

5 OB

5. Ir.Ninin Gusdini, MT. PT. Sugitek

Patih Perkasa

Lokal Teknik

Lingkungan

Ahli Lingkungan a) Melakukan analisis terhadap komposisi infrastruktur

lingkungan dalam pelaksanaan keterpaduan pembangunan

infrastruktur permukiman pada pengembangan perumahan

bukan skala besar di Kota Palu.

b) Melakukan kajian terhadap proporsional infrastruktur

lingkungan perumahan bukan skala besar yang berimbang

dalam pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur

permukiman

c) Menyusun format dan indicator kebutuhan infrasktruktur

lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan keterpaduan

5 OB

Page 77: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-76

Nama Perusahaan Tenaga Ahli

Lokal/Asing

Lingkup

Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah

Orang

Bulan

pembangunan dalam pengembangan perumahan bukan skala

besar dengan lingkungan sekitarnya;

d) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada

pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam

setiap kegiatan penyusunan materi teknis rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota

Palu;

e) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain

dalam melaksanakan tugasnya.

6. Erni Susanti, S.Si PT. Sugitek

Patih Perkasa

Lokal Geografi Ahli Pemetaan a) Melakukan pemetaan kawasan dalam penyusunan rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota

Palu.

b) Melakukan pengukuran teristis dalam pelaksanaan penyusunan

rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala

besar di Kota Palu.

c) Melakukan interpretasi foto udara/citra di lapangan dalam

pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana rinci pengembangan

lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;

d) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada

pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam

setiap kegiatan penyusunan materi teknis pedoman rencana rinci

pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota

Palu;

e) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain

dalam melaksanakan tugasnya.

4 OB

II. TENAGA PENUNJANG

1. Siti Nurbaya PT. Sugitek

Patih Perkasa

Lokal Administrasi Staf Administrasi Membantu tim dalam penyelesaian proses penyelesaian pekerjaan

khususnya yang berkaitan dengan administrasi

5 OB

2. Dede Rahmadi, ST. PT. Sugitek

Patih Perkasa

Lokal Pemetaan Staf Pemetaan dan

Digital

Membantu tim dalam penyelesaian proses penyelesaian pekerjaan

khususnya bidang pemetaan dan digital

5 OB

Page 78: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-77

G.2 PELAPORAN

Rencana sistem pelaporan yang harus diserahkan oleh konsultan kepada pihak Pengguna

Jasa adalah sebagai berikut :

1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan berisi pelaksanaan kegiatan konsultansi, termasuk didalamnya

koordinasi dan FGD yang dilaksanakan, yang antara lain berisi:

e. Rencana dan realisasi pelaksanaan kegiatan dalam format diagram balok (bar

chart) dan kurva S untuk seluruh kegiatan secara komulatif;

f. Kemajuan yang dicapai serta peranan setiap tenaga ahli dalam pelaksanaan

kegiatan tersebut dalam bulan yang dilaporkan;

g. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan bulan yang

dilaporkan serta usulan tindak turun tangan yang diperlukan;

h. Uraian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya serta

peranan setiap tenaga ahli dalam kegiatan tersebut

Laporan bulanan diserahkan kepada pengguna jasa pada akhir bulan ke 1, 2, 3, 4 dan 5

dengan masing-masing laporan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

2. Laporan Pendahuluan

Pada laporan ini disajikan hasil observasi pendahuluan tentang tinjauan terhadap

Kerangka Acuan Kerja, rencana kerja pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal waktu

pelaksanaan dikaitkan dengan waktu dan personil yang diperlukan Konsultan,

metodologi pelaksanaan kegiatan, tinjauan terhadap kinerja penyelenggaraan

pengembangan kawasan perumahan di Kota Palu.

Laporan pendahuluan ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna Barang/Jasa

selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah SPMK diterbitkan dan dicetak sebanyak

20 (dua puluh) eksemplar.

3. Laporan Antara

Laporan Antara berisikan laporan hasil survai dan pengukuran lapangan, kompilasi dan

analisis data. Laporan Antara ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna barang/Jasa

selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan dan

dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.

4. Laporan Draft Final

Konsep Laporan Akhir menguraikan hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk laporan

permasalahan secara keseluruhan, proses dan hasil pengumpulan data primer, proses

analisis masalah, rumusan hasil tinjauan dan analisa terhadap kondisi strategis

Page 79: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-78

mekanisme penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang ada dikaitkan dengan

pelaksanaan pengembangan lingkungan hunian di kawasan bukan skala besar. Laporan

Draft Akhir ini harus sudah diserahkan kepada Penguna Barang/Jasa selambat-

lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sebelum berakhirnya waktu pelaksanaan

pekerjaan dan dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.

5. Laporan Final

Sebagai penyempurnaan Laporan Draft Akhir yang menguraikan hasil pelaksanaan

pekerjaan termasuk laporan permasalahan secara keseluruhan, rangkuman pelaksanaan

kegiatan, pertanggungjawaban penggunaan sumberdaya kegiatan, pertanggungjawaban

penggunaan sumberdaya kegiatan, dan produk tindak lanjut hasil bentuan teknis berupa

Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar, telah

dibahas dengan pemda dan instansi terkait. Laporan Akhir ini harus sudah diserahkan

kepada pemberi tugas selambat-lambatnya pada akhir kontrak dan dicetak sebanyak 20

(dua puluh) eksemplar.

6. Laporan Khusus

Laporan ini berupa; (i) proceeding kegiatan FGD yang dilakukan; (ii) laporan subtansi

yang dibutuhkan sesuai permintaan pengguna jasa; dan (iii) Materi materi bantuan teknis

serta informasi yang berkaitan dengan kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan

hunian bukan skala besar di Palu.

Page 80: dokumen ustek RENCANA RINCI PALU.pdf

USULAN TEKNIS :

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-79

Jadual penugasan tenaga ahli untuk pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan

Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel H.1 Jadual Penugasan Tenaga Ahli Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan

Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

No Keahlian Bulan Ke- Jlh

Orang 1 2 3 4 5

I TENAGA AHLI

1 Ahli Penataan Ruang Dan Kawasan (Team

Leader)

1

2 Ahli Perumahan Dan Permukiman

2

3 Ahli Ekonomi Pembangunan

1

4 Ahli Lingkungan

1

5 Ahli Pemetaan

1

II TENAGA PENDUKUNG

1 Staf Administrasi

5

2 Staf Digital dan Pemetaan

5

JADUAL PENUGASAN

TENAGA AHLI