dokumen - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

37
DOKUMEN STRATEGI KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Disusun oleh: Bekerjasama dengan: April 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

DOKUMEN

STRATEGI KOMUNIKASIUSAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH

(UKS/M)

Disusun oleh: Bekerjasama dengan:

April 2018

Page 2: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

1

KATA PENGANTAR

Tujuan pembuatan dokumen ini adalah sebagai dokumen strategi komunikasi yang bisa

digunakan sebagai panduan praktis yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pelaksanaan

kegiatan strategi komunikasi baik advokasi , mobilisasi sosial dan public campaign dari lembaga

pemerintah dan mitra kerja unicef maupun pihak lain terkait. Panduan ini juga memberikan

gambaran besar tentang konsep komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah dan Madrasah serta

memberikan contoh-contoh nyata media-media yang pernah diproduksi pada tahun 2017.

Page 3: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Tujuan 3

1.3 Pengguna Strategi Komunikasi 3

1.4 Ruang Lingkup Strategi Komunikasi 4

1.5 Isi dan Struktur 5

BAB II DASAR-DASAR STRATEGI KOMUNIKASI 6

2.1. Komunikasi Efektif 6

2.2. Strategi Komunikasi 8

2.3. Pendekatan BCC untuk Penyusunan Isi Pesan dan Pemilihan Saluran Komunikasi 13

2.4. Contoh Strategi Komunikasi 14

BAB III ANALISIS SITUASI 18

3.1 Penyiapan Generasi Emas 18

3.2 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah 18

3.3 Masalah Kesehatan di Sekolah 22

3.4 Target Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019 23

3.5 Target UKS/M dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 23

BAB IV USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) 25

4.1 Konsep UKS/M 25

4.2 Tantangan Pengembangan UKS/M 26

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI UKS/M 28

5.1 Perumusan Masalah Komunikasi 28

5.2. Tujuan Komunikasi 28

5.3. Khalayak Sasaran Komunikasi UKS/M 28

5.4. Isi Pesan 31

5.5. Saluran Komunikasi dan Media 32

5.6. Monitoring dan Evaluasi 35

Page 4: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyadari peran penting Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) dalam meningkatkan kualitas para peserta didik, Sekretariat Tim Pembina UKS/M Pusat dengan difasilitasi unicef menyelengarakan kegiatan penyusunan strategi komunikasi UKS/M. Tujuannya adalah menghasilkan strategi komunikasi UKS/M untuk meningkatkan kesadaran tentang peran strategis UKS/M supaya dapat meningkat pelaksanaannya, baik di tingkat pusat, provinsi, kota/kabupaten, hingga ke tingkat sekolah.

Proses penyusunan strategi komunikasi UKS/M dilaksanakan dalam rangkaian lokakarya sepanjang tahun 2017. Lokakarya diikuti para utusan dari keempat kementerian terkait UKS/M, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penanggung jawab penyelenggaraan UKS/M di sekolah, Kementerian Agama sebagai penanggung jawab penyelenggaraan UKS/M di madrasah dan pesantren, Kementerian Kesehatan sebagai penanggung jawab pembinaan bidang kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri selaku koordinator program lintas-kementerian.

Proses penyusunan strategi komunikasi UKS/M dilakukan secara bertahap, mulai identifikasi persoalan utama terkait komunikasi UKS/M, melakukan pemetaan stakeholders kunci sebagai target audience komunikasi, menyusun isi pesan kunci kepada masing-masing stakeholder, merancang media penyampai pesan, hingga perencanaan monitoring. Dokumen ini merupakan hasil proses penyusunan strategi komunikasi tersebut.

Salah satu capaian penting dari proses pendampingan ini adalah disepakatinya penambahan kata Madrasah dalam Usaha Kesehatan Sekolah, menjadi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah, disingkat UKS/M. Hal ini untuk mengakomodasi lingkup kerja Kementerian Agama dalam melakukan pembinaan UKS di madrasah dan pesantren. Kesepakatan lainnya adalah dipakainya tagline “Semua Terlibat, UKS/M Hebat” sebagai motto bagi Tim Pembina UKS/M.

1.2 Tujuan

Tujuan strategis dari strategi komunikasi UKS/M ini adalah meningkatkan kepedulian semua pemangku kepentingan terhadap pengembangan program UKS/M

1.3 Pengguna Strategi Komunikasi Pengguna utama strategi komunikasi ini adalah Tim Pembina UKS/M Pusat dengan target audience para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan tingkat provinsi. Meskipun demikian, karena dalam penyelenggaraan UKS/M sudah dibuat sistem kelembagaan berjenjang melalui Tim Pembina UKS/M dari tingkat pusat hingga kelurahan, maka strategi ini dapat digunakan oleh semua TP UKS/M di semua level.

Page 5: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

4

TP UKS/M Pusat akan berfokus pada upaya mengkomunikasikan isu-isu UKS/M di tingkat pusat, seperti di lingkungan kementerian dan lembaga-lembaga lain di tingkat pusat. Isu utamanya adalah masalah kebijakan dan pembinaan. Selain di lingkup pusat, TP UKS/M juga membutuhkan strategi komunikasi dalam rangka pembinaan ke TP UKS/M tingkat daerah.

TP UKS/M tingkat daerah dapat menggunakan strategi komunikasi ini untuk mengkomunikasikan isu-isu yang lebih teknis di lingkup daerah, terutama untuk memobilisasi dukungan di tingkat pelaksaan di sekolah.

Selain TP UKS/M, siapa pun yang terlibat dalam pengembangan dan penyelenggaraan UKS/M dapat menggunakan panduan ini.

1.4 Ruang Lingkup Strategi Komunikasi Strategi komunikasi digunakan untuk membantu mencapai tujuan program. Karena itu, strategi komunikasi harus selaras dengan persoalan yang sedang ingin dipecahkan, dan menggunakan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan situasi dan kondisi saat strategi komunikasi disusun dan prediksi jangka pendek dan menengah menuju tercapainya tujuan program.

Demikian juga dengan program UKS/M. Tujuan penyelenggaraan program USK/M adalah menciptakan sekolah sehat, baik warga sekolah maupun lingkungannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi dibuat untuk memastikan setiap pihak yang terlibat dalam program UKS/M memiliki satu pemahaman, saling mendukung, dan akhirnya bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut.

Strategi komunikasi ini dirancang untuk jangka menengah, sekitar 5 tahun sejak dibuat. Baseline situasi yang digunakan adalah kondisi pada tahun 2017. Karena itu, pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menentukan strategi komunikasi ini menggunakan situasi dan kondisi pada tahun 2017.

Strategi ini akan menyasar ketiga level program UKS/M, yaitu level pusat, daerah, dan sekolah. Tetapi karena tim penyusun strategi komunikasi adalah Tim Pembina UKS/M tingkat pusat yang terdiri atas 4 kementerian terkait, maka lingkup strategi komunikasi ini akan lebih dalam pada level pusat dan daerah sampai level provinsi saja. Sedangkan untuk level daerah dan sekolah pada mengacu pada panduan umum penyusunan strategi komunikasi, dan diharapkan setiap TP UKS Pronvinsi dan Kota/Kabupaten dapat menyusun strategi komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing.

Secara garis besar, strategi komunikasi berisi perumusan masalah sebagai titik berangkat, kemudian menetapkan tujuan komunikasinya. Langkah selanjutnya menetapkan khalayak sasaran mana saja yang akan dipengaruhi supaya mendukung pencapaian tujuan. Bila khalayak sasaran sudah terpetakan, maka dapat disusun isi pesan yang relevan, dipilih saluran komunikasi yang paling efektif, serta materi media pendukungnya.

Page 6: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

5

1.5 Isi dan Struktur

Strategi komunikasi ini akan diawali dengan uraian dasar-dasar strategi komunikasi, sehingga pengguna dapat memahami bagaimana suatu strategi komunikasi dapat dibangun. Bagian ini sekaligus menjadi semacam pedoman umum bagi TP UKS/M baik tingkat Pusat maupun daerah untuk menyusun strategi komunikasi yang sesuai dengan situasi masing-masing.

Pada bagian berikutnya, disampaikan analisis situasi seputar kesehatan anak-anak usia sekolah. Ini untuk memberikan gambaran mengapa program UKS/M ini penting untuk dijalankan. Juga akan digambarkan sedikit tentang pelaksanaan program UKS/M di Indonesia, khususnya di tingkat pusat, yang mendasari mengapa TP UKS/M Pusat membutuhkan strategi komunikasi.

Selanjutnya akan dipaparkan strategi komunikasi UKS/M di. Strategi komunikasi akan terdiri atas analisis target audience atau kelompok sasaran menurut situasi saat ini dan perubahan yang diharapkan, strategi pesan, pemilihan saluran komunikasi dan media pendukungnya, dan cara monitoring dan evaluasi.

Struktur Strategi Komunikasi UKS/M

1. Merumuskan masalah

2. Menetapkan tujuan komunikasi.

3. Menetapkan khalayak sasaran /

target audience.

4. Menganalisis sasaran dari sisi

pengetahuan, sikap, dan perilaku

terkait isu UKS/M dan

menetapkan perubahan yang

diinginkan.

5. Merencanakan isi pesan yang

sesuai.

6. Memilih saluran komunikasi dan

media yang tepat sasaran.

7. Merencanakan cara monitoring

dan evaluasi.

Page 7: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

6

BAB II

DASAR-DASAR STRATEGI KOMUNIKASI

Tidak ada aturan baku kapan strategi komunikasi dibutuhkan. Tetapi idealnya setiap program sudah mempunyai pedoman umum strategi komunikasi sejak awal program. Tetapi setiap tahap pelaksanaan atau kegiatan program pun tetap membutuhkan strategi komunikasi untuk tahap atau kegiatan tersebut. Contohnya, program UKS/M membutuhkan strategi komunikasi besar untuk menggalang dukungan dan untuk memastikan semua pihak terlibat. Tetapi ketika akan diadakan Lomba Sekolah Sehat sebagai bagian dari kegiatan program UKS/M, maka dibutuhkan strategi komunikasi khusus untuk mensukseskan lomba tersebut.

Strategi komunikasi adalah pendekatan komunikasi menyeluruh yang terdiri atas rangkaian kegiatan menetapkan tujuan perubahan, menetapkan khalayak sasaran (target audiences), memilih isi pesan yang tepat, memilih saluran komunikasi dan jenis media yang tepat, dan cara evaluasinya.

2.1. Komunikasi Efektif

Strategi komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan kaidah komunikasi efektif. Secara sederhana, komunikasi efektif adalah menyampaikan pesan yang tepat kepada orang yang tepat dengan saluran komunikasi yang tepat, dan di waktu yang tepat.

Dalam komunikasi efektif, terdapat sedikitnya 5 unsur yang harus menjadi perhatian, yaitu: 1) komunikator (pengirim pesan); 2) isi pesan; 3) saluran dan media penyampai pesan; 4) komunikan / audience (penerima pesan); dan 5) umpan balik (feedback).

Masing-masing unsur harus diperhatikan agar rangkaian proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Komunikator atau penyampai pesan harus memiliki kredibilitas sehingga khalayak sasarannya percaya kepada isi pesan yang disampaikan. Dalam kaitan dengan suatu program, komunikator haruslah pihak yang memilki kewenangan untuk menyampaikan sesuatu. Selain berwenang, komunikator juga harus memiliki kapabilitas tentang isu yang disampaikan. Selain masalah kewenangan dan kapabilitas, komunikator harus memahami siapa khalayak sasaarannya, sehingga tidak salah memilih pesan dan cara penyampaian.

Isi pesan adalah inti dari suatu proses komunikasi. Sampai atau tidaknya isi pesan dari komunikator kepada komunikan merupakan ukuran keberhasilan komunikasi. Isi pesan yang ideal harus jelas dan terfokus temanya. Batasi hanya tema-tema tertentu yang tidak terlalu luas. Isi pesan juga harus lengkap mengandung unsur 5W+H (Who, What, Where, When, How atau siapa, apa, di mana, kapan, bagaimana). Dan yang tidak kalah penting, isi pesan harus dikemas sedemikan rupa sehingga relevan dengan penerima pesan. Caranya adalah dengan

Page 8: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

7

menggunakan bahasa yang dipahami oleh penerima pesan, dan bila tujuannya adalah untuk memicu perubahan pemikiran dan perilaku penerima pesan, maka isi pesan harus menonjolkan manfaat bagi penerima pesan, bukan menonjolkan kepentingan komunikator.

Saluran komunikasi dan media pendukung juga harus dipikirkan supaya isi pesan dapat sampai kepada komunikan. Saluran komunikasi merupakan aktivitas yang dipilih untuk menyampaikan isi pesan. Pada dasarnya terdapat tiga saluran komunikasi yang efektif untuk program yang bertujuan perubahan perilaku seperti UKS/M, yaitu:

1) Advokasi, yaitu kegiatan menginformasikan dan memotivasi kepemimpinan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi keberhasilan program.

2) Mobilisasi sosial, yaitu kegiatan menggalang dukungan dan partisipasi dari seluruh pihak yang terlibat (stakeholders), baik individu maupun lembaga, jejaring komunitas, kelompok masyarakat, untuk meningkatkan rasa butuh terhadap program dan keberhasilan program; dan

3) Komunikasi Perubahan Perilaku (Behaviour Change Communication, BCC), yaitu kegiatan komunikasi tatap muka dengan individu atau kelompok untuk menyampaikan informasi, memotivasi, penyelesaian masalah, perencanaan, dengan tujuan meningkatkan dan mempertahankan pengetahuan, sikap, dan praktik perilaku tertentu yang mengarah ke pencapaian tujuan program.

Dalam penyelenggaraan program UKS/M, advokasi adalah kegiatan mendorong para penentu kebijakan, baik di level nasional, daerah, hingga sekolah, untuk memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan UKS/M. Dukungan itu dapat berupa regulasi, pembinaan, dan penganggaran. Mobilisasi sosial dapat berupa pemanfaatan seluruh potensi dari stakeholders supaya semua pihak merasa penting untuk memastikan keberhasilan program UKS/M. Contohnya adalah mengadakan lomba UKS/M, yang dapat mendorong sekolah, puskesmas, TP UKS/M daerah untuk meningkatkan pelaksanaan UKS/M masing-masing. Sedangkan BCC dalam UKS/M dapat berupa kegiatan sosialisasi program, rapat-rapat, dan pertemuan individu seperti audiensi, sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat, dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan saluran komunikasi di atas akan lebih efektif bila didukung media komunikasi yang tepat. Media digunakan sebagai alat perantara untuk menyampaikan isi pesan yang digunakan sebagai rujukan baik oleh komunikator maupun komunikan. Media yang efektif haruslah dapat diakses dengan mudah oleh penerima pesan. Secanggih apa pun suatu media komunikasi, bila penerima pesan tidak dapat menggunakan atau mengakses, maka tidak ada gunanya. Media juga harus sederhana, sehingga mudah digunakan oleh komunikator dan komunikan.

Komunikan atau penerima pesan adalah pihak yang menjadi sentral dalam perencanaan komunikasi. Penentuan isi pesan dan pemilihan saluran komunikasi dan media harus menjadikan komunikan sebagai pertimbangan utama. Isi pesan harus sampai kepada komunikan, sehingga pengemasan isi pesan dan saluran komunikasinya haruslah sesuai dengan komunikan.

Page 9: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

8

Tujuan utama komunikasi adalah menghasilkan perubahan perilaku berupa pengetahuan, sikap, dan praktik (Knowledge – Attitude – Practice, K-A-P) dari komunikan. Ketiga hal inilah yang harus diukur untuk dapat mengatakan tujuan komunikasi tercapai atau tidak. Pencapaian tujuan komunikasi juga dibuat berjenjang dengan melihat tingkat K-A-P komunikan. pertama, yang disasar adalah tingkat pengetahuan. Informasi diberikan dengan harapan tingkat pengetahuan komunikan tentang topik yang ingin disampaikan meningkat. Setelah mendapat pengetahuan, diharapkan terjadi perubahan sikap, yaitu menerima gagasan yang disampaikan, dan pada akhirnya bersedia mempraktikkan.

Umpan balik atau feedback adalah unsur terakhir yang sangat penting dalam proses komunikasi. Istilah ini merujuk pada upaya respon dari komunikan terhadap isi pesan yang diterimanya. Mengapa ini penting? Karena dari respon itulah pihak pengirim pesan akan dapat memastikan apakah isi pesannya sampai atau tidak, dan kalau sampai seberapa akurat diterimanya, dan bagaimana dampak isi pesan tersebut terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku penerima pesan. Karena itu sangat penting untuk merencanakan mekanisme umpan balik dalam setiap perencanaan komunikasi. Di sinilah peran penting monitoring dan evaluasi komunikasi.

2.2. Strategi Komunikasi

Prinsip-prinsip dasar komunikasi efektif yang dipaparkan sebelumnya akan digunakan untuk menyusun strategi komunikasi.

Strategi komunikasi terdiri atas komponen-komponen berikut:

1. Penetapan tujuan perubahan atau masalah yang akan dipecahkan/diatasi; 2. Penetapan khalayak sasaran (target audience); 3. Penyusunan isi pesan yang akan disampaikan kepada khalayak sasaran; 4. Pemilihan saluran / cara penyampaian pesan beserta medianya yang tepat sasaran; dan 5. Penentuan cara menilai keberhasilan strategi komunikasi (monitoring dan evaluasi).

Bila disederhanakan dalam bentuk tabel / matriks, maka format strategi komunikasi akan berupa:

Masalah : ...... 1)

Tujuan komunikasi : ...... 2)

Page 10: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

9

Khalayak sasaran 3)

Analisis perilaku (K-A-P) Isi pesan 6) Saluran dan media pendukung 7)

Perencanaan umpan balik 8)

Saat ini (eksisting) 4)

Perubahan yang diharapkan 5)

1. ....

2. ....

3. ....

Penjelasan:

1) Masalah yang akan diatasi harus dirumuskan dengan baik dan harus terfokus. Contoh rumusan masalah: Hingga saat ini, program UKS/M di Kabupaten X tidak berjalan dengan baik. Dari laporan yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Kesehatan, daerah tersebut belum membentuk Tim Pembina UKS/M daerah, dan pemerintah daerah tidak mempunyai program kerja terkait UKS/M, sehingga tidak ada alokasi anggaran untuk UKS/M, baik melaui program kerja sektor pendidikan, sektor kesehatan, maupun sektor lain. Padahal laporan menunjukkan di daerah tersebut beberapa kali terjadi wabah penyakit demam berdarah dengue dengan 80% penderita anak usia sekolah. Hal ini menunjukkan adanya persoalan kebersihan di sekolah, karena anak-anak kemungkinan besar tergigit nyamuk aedes pada saat belajar di sekolah. Dengan perumusan masalah yang jelas seperti di atas, maka kita segera dapat menyusun strategi mengatasinya.

2) Tujuan komunikasi adalah perubahan yang ingin dicapai dengan komunikasi. dalam hal ini tujuan komunikasi bukanlah untuk menjawab masalahnya, tetapi menciptakan situasi pendukung menuju penyelesaian masalah. Menggunakan contoh rumusan masalah di atas, maka tujuan komunikasinya adalah: Meningkatkan kesadaran semua stakeholder di Kabupaten X untuk mempertimbangkan program UKS/M sebagai program strategis dalam meningkatan perbaikan lingkungan sekolah. Bila diperhatikan, maka tujuan strategi komunikasi tidak secara langsung mengarah pada tujuan program. Tujuan strategi komunikasi UKS/M bukanlah untuk menciptakan sekolah sehat sebagaimana tujuan program UKS/M, melainkan lebih ditekankan pada upaya menggerakkan semua stakeholders agar mendukung pencapaian tujuan program UKS/M.

3) Khalayak sasaran atau target audience yang menjadi sentral dari strategi komunikasi harus diidentifikasi orang-orangnya kemudian dianalisis keterkaitannya dengan program. Berdasarkan pengelompokan dan analisis khalayak sasaran ini, barulah dipilih isi pesan yang sesuai, saluran komunikasi dan media yang paling tepat.

Page 11: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

10

Pengelompokan Khalayak Sasaran Khalayak sasaran komunikasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

Khalayak sasaran primer, yaitu mereka yang menjadi sasaran utama strategi komunikasinya. Mereka adalah yang ingin kita pengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilakunya.

Khalayak sasaran sekunder, yaitu mereka yang secara langsung dapat mempengaruhi keputusan khalayak sasaran primer. Kadang-kadang, kita sendiri tidak dapat secara langsung mempengaruhi perubahan pada sasaran primer, tetapi perlu menggunakan sasaran sekunder.

Khalayak sasaran tersier, yaitu mereka yang tidak menjadi sasaran utama, tetapi dukunganya dibutuhkan supaya sasaran primer melakukan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku seperti yang kita harapkan.

Mengacu pada prinsip di atas, maka bila terdapat lebih dari satu khalayak sasaran, maka strategi komunikasi akan berbeda-beda. Pada satu masalah yang sama, tujuan strategi komunikasi yang sama, bisa terdapat beberapa khalayak sasasaran sekaligus. Setiap khalayak sasaran harus dianalisis K-A-P masing-masing, karena dapat berbeda-beda pula isi pesan dan saluran komunikasi yang dipilih.

Dalam pelaksanaan program UKS/M, di setiap tingkatan –pusat, provinsi, kota/kabupaten, sekolah—tentu akan berbeda-beda khalayak sasarannya. Khalayak sasaran juga berbeda menurut masalahnya.

Sebagai contoh, bila TP UKS/M Pusat menemukan kinerja TP UKS/M Provinsi X kurang, maka pengelompokan khalayak sasarannya adalah:

Sasaran primer: Para pengurus TP UKS/M Provinsi X, yang diharapkan bisa meningkatkan kinerjanya.

Sasaran sekunder: Bupati dan para kepala instansi terkait UKS/M (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wilayah Departemen Agama, Dinas Kesra). Mereka juga perlu dipengaruhi supaya ikut mendorong peningkatan kinerja TP UKS/M di wilayahnya.

Sasaran tersier: Para TP UKS/M kabupaten/kota, tokoh masyarakat terkait kesehatan dan pendidikan, media massa lokal yang berpengaruh, NGO terkait pendidikan dan kesehatan yang memiliki program kerja di Provinsi X, dan lain-lain. Para TP UKS/M kabupaten/kota di provinsi X dapat ikut mendorong supaya TP UKS/M provinsi lebih aktif, karena TP UKS/M membutuhkan dukungan dan pembinaan. Tokoh masyarakat dan media massa dapat mempengaruhi keputusan sasaran sekunder, misalnya dengan mengangkat isu kesehatan sekolah. NGO terkait kesehatan dan pendidikan dapat memberikan bantuan program yang mendorong pelaksanaan TP UKS/M, misalnya dengan memberikan peningkatan kapasitas ataupan bantuan fisik.

Analisis Khalayak Sasaran Pada program UKS/M, maka perlu diidentifikasi setiap kelompok khalayak sasaran menurut K-A-P-nya, yaitu:

Page 12: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

11

Knowledge (K) - Pengetahuan : Seberapa jauh pemahaman khalayak sasaran tentang UKS/M. Jangan-jangan mereka memahami UKS sekadar suatu ruangan khusus di sekolah yang digunakan untuk merawat siswa yang jatuh sakit di sekolah, bukan sebagai suatu program yang lebih luas. Apakah mereka tahu kegiatan-kegiatan dalam UKS/M? Apakah mereka tahu bahwa UKS/M merupakan salah satu tugas jabatan mereka? Apakah mereka tahu keterkaitan penyelengaraan UKS/M dengan kualitas pendidikan? Apakah mereka tahu sistem pembinaan dan penyelenggaraan UKS/M di semua tingkatan, dan apa peran mereka? Attitude (A) – Sikap / Pendapat : Bagaimana sikap khalayak sasaran terhadap UKS/M, setuju atau tidak, bersedia melaksanakan atau belum, mendukung atau tidak. Apakah mereka menganggap penting program UKS/M? Apakah setuju untuk mengikuti sistem pembinaan dan penyelenggaraan UKS/M di daerahnya atau di organisasinya? Kalau tidak setuju, apa alasannya? Apa rencana mereka untuk meningkatkan penyelenggaraan UKS/M? Practice (P) – Praktik / Perilaku : Bagaimana khalayak sasaran melaksanakan program UKS/M di tingkatannya. Apakah sudah memprogramkan UKS/M atau belum? Apakah sudah melaksanakan secara lengkap atau baru sebagian? Kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan? Data awal tentang K-A-P ini akan menjadi baseline atau tolok ukur awal dalam perencanaan strategi komunikasi. Strategi komunikasi pada dasarnya adalah mengubah K-A-P khalayak sasaran, yang belum tahu menjadi tahu, yang belum setuju menjadi setuju, yang belum melaksanakan menjadi melaksanakan. Jadi, ketika khayalak sasaran sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyelenggaraan UKS/M tetapi belum setuju untuk memprioritaskan UKS/M dalam program kerja mereka, maka strategi komunikasinya adalah untuk mempengaruhi khalayak sasaran supaya setuju untuk memproritaskan UKS/M, misalnya untuk tahun anggaran berikutnya. Bila khalayak sasaran sudah menyatakan mendukung tetapi belum menganggarkan, maka strategi komunikasinya adalah untuk mempengaruhi supaya memasukkan UKS/M ke dalam program kerja dan menganggarkannya. Setelah dilakukan analisis K-A-P, barulah kita dapat menyusun strategi komunikasi yang tepat, yaitu isi pesan yang tepat, cara penyampaian yang tepat yang meliputi memilih saluran komunikasi dan media pendukung yang tepat, serta bagaimana mengukur umpan baliknya.

4) Isi Pesan yang menjadi isi komunikasi harus direncanakan dengan baik, disesuaikan dengan masalah, tujuan komunikasi, siapa khalayak sasarannya, bagaimana K-A-P khalayak sasaran saat ini, dan perubahan yang diharapkan. Isi pesan dalam strategi komunikasi harus spesifik, terfokus pada masalah, dan khusus untuk khalayak sasaran tertentu. Isi pesan juga mengikuti hasil analisis K-A-P setiap khalayak sasaran. Bila khalayak sasaran belum memiliki pemahaman cukup tentang UKS/M, maka isi pesan adalah informasi yang lengkap tentang UKS/M, atau pada bagian-bagian yang belum dipahami saja. Bila khalayak sasaran belum setuju untuk memprioritaskan UKS/M ke dalam program kerjanya, maka isi

Page 13: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

12

pesan harus menonjolkan manfaat yang akan diperoleh bila memprioritaskan program UKS/M. Bila khalayak sasaran sudah menyatakan dukungan tetapi belum melaksanakan, maka isi pesan perlu menyebutkan informasi bagaimana cara melaksanakan dan dukungan apa saja yang dapat diberikan bila ingin melaksanakan program UKS/M.

5) Saluran komunikasi dan media dipilih berdasarkan hasil analisis khalayak sasaran. Saluran komunikasi adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan isi pesan kepada khalayak sasaran. Saluran ini berupa aktivitas-aktivitas, baik yang bersifat tatap muka maupun melalui media penghubung. Pilihan Saluran Dalam kaitan dengan pelaksanaan program yang bertujuan melibatkan orang banyak, seperti UKS/M, pilihan saluran komunikasi yang dianjurkan adalah:

Advokasi untuk menyasar para penentu/pembuat kebijakan;

Mobilisasi untuk pengerahan sumber daya; dan

Komunikasi perubahan perilaku (Behaviour Change Communication, BCC) untuk menyasar individu.

Bergantung kebutuhan, tujuan, lingkup masalah, dan karakteristik khalayak sasaran, saluran komunikasi bisa dipilih salah satu, kombinasi dua saluran, atau ketiga-tiganya sekaligus.

Pilihan Media Saluran komunikasi dapat dilengkapi dengan media yang sesuai, yang meningkatkan efektivitas sampainya pesan ke khalayak sasaran. Pilihan media ini bergantung pada siapa khalayak sasarannya, dan isi pesan apa yang ingin disampaikan. Berdasarkan indera yang menerima, media dibagi menurut media pandang (visual), media dengar (auditif), dan media pandang dengar (audio visual). Masing-masing memiliki kelebihan dan tantangan. Jenis Media, Kelebihan dan Tantangannya

Jenis Media Kelebihan Tantangan

1. Visual – bisa dilihat Contoh: laporan tertulis, spanduk/banner, brosur, poster, suratkabar, portal berita internet, materi PowerPoint bila tidak dipresentasikan

Mudah didesain Mudah diproduksi dan digandakan Relatif murah Cocok untuk menyampaikan informasi yang mempengaruhi tingkat pengetahuan (Knowledge)

Perlu waktu khusus untuk membaca dan memahami

2. Audio – bisa didengar Contoh: acara talkshow di radio, iklan layanan

Mudah diproduksi Biaya produksi relatif murah Dapat didengarkan sambil melakukan kegiatan lain

Perlu peralatan khusus untuk mendengarkan Kadang perlu anggaran untuk penayangan, misalnya

Page 14: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

13

masyarakat di radio, lagu-lagu

Cocok untuk mempengaruhi sikap/pendapat (Attitude)

iklan layanan masyarakat

3. Audio visual – bisa dilihat dan didengar

Contoh: pertemuan, rapat, pelatihan, demo atau praktik langsung, tayangan acara di televisi, tayangan film, kunjungan lapangan, pertunjukan panggung

Di antara semua jenis media, paling mudah menarik perhatian Cocok untuk membuat khalayak sasaran untuk tergerak melakukan seperti yang kita inginkan (Practice)

Pembuatannya paling rumit Biaya produksi paling mahal Perlu alat khusus untuk menonton Kadang perlu anggaran mahal untuk penayangan, misalnya siaran televisi

Mengkombinasikan saluran komunikasi dengan media yang tepat akan meningkatkan efektivitas komunikasi. Isi pesan dapat diterima oleh sasaran dengan mudah, lebih lengkap, dan memiliki daya penggerak yang lebih kuat, sehingga khalayak sasaran lebih memahami, lalu menyetujui, dan akhirnya melakukan aksi seperti yang kita harapkan.

2.3. Pendekatan BCC untuk Penyusunan Isi Pesan dan Pemilihan Saluran Komunikasi Penyusunan isi pesan dan pemilihan saluran komunikasi juga dapat disusun menggunakan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (Behaviour Change Communication, BCC), yaitu dengan mempertimbangan tingkat K-A-P khalayak sasaran. Pedomannya dapat dilihat pada tabel berikut:

K-A-P Awal K-A-P Diharapkan / Tujuan Komunikasi

Jenis pesan Saluran Komunikasi

1. Belum tahu Tahu Informatif Massal

2. Sudah tahu tetapi belum setuju

Setuju Memotivasi Kelompok

3. Sudah setuju tetapi belum bersedia melaksanakan

Bersedia melaksanakan

Memfasilitasi Personal

4. Sudah melaksanakan Mempertahankan, meningkatkan, mengembangkan

Apresiasi (diberi peran)

Personal

Panduan di atas menunjukkan bahwa isi pesan dan saluran komunikasi yang dipilih harus didasarkan pada hasil analisis K-A-P pada khalayak sasaran. Kita tidak dapat mengharapkan khalayak sasaran melakukan aksi bila dia belum memahami apa pun atau belum setuju. Sebaliknya, bila khalayak sasaran sudah bersedia melaksanakan, tidak perlu lagi kita memberikan informasi-informasi dasar, kecuali dibutuhkan. Khusus untuk khalayak sasaran yang sudah melaksanakan, berikan peran dalam program tersebut. Dengan cara ini akan didapat dua manfaat langsung, yaitu yang bersangkutan dapat mempertahankan, dan khalayak sasaran lain yang belum melaksanakan akan lebih

Page 15: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

14

termotivasi karena mendapatkan contoh langsung dari orang yang sudah melaksanakan, terlebih lagi bila orang tersebut setara dengan khalayak sasaran.

2.4. Contoh Strategi Komunikasi

Setelah memahami dasar-dasar strategi komunikasi, dengan contoh kasus di Kabupaten X di bagian sebelumnya, maka dapat dibuat rumusan strategi komunikasi sebagai berikut:

Strategi Komunikasi UKS/M Kabupaten X Permasalahan : Hingga saat ini, program UKS/M di Kabupaten X tidak berjalan

dengan baik. Dari laporan yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Kesehatan, daerah tersebut belum membentuk Tim Pembina UKS/M daerah, dan pemerintah daerah tidak mempunyai program kerja terkait UKS/M, sehingga tidak ada alokasi anggaran untuk UKS/M, baik melaui program kerja sektor pendidikan, sektor kesehatan, maupun sektor lain. Padahal laporan menunjukkan di daerah tersebut beberapa kali terjadi wabah penyakit demam berdarah dengue dengan 80% penderita anak usia sekolah. Hal ini menunjukkan adanya persoalan kebersihan di sekolah, karena anak-anak kemungkinan besar tergigit nyamuk aedes pada saat belajar di sekolah.

Tujuan Komunikasi

: Meningkatkan kesadaran semua stakeholder di Kabupaten X untuk mempertimbangkan program UKS/M sebagai program strategis dalam meningkatan perbaikan lingkungan sekolah

Khalayak Sasaran

K-A-P saat ini K-A-P yang diharapkan

Isi Pesan Saluran dan Media

Mekanisme Umpan Balik / Monev

Primer: Kepala Dinas Pendidikan sebagai Ketua TP UKS/M Kabupaten X

Baru menjabat 4 bulan, belum terlalu paham fungsi jabatannya sebagai Ketua TP UKS/M

Memahami fungsi jabatannya sebagai ketua TP UKS/M.

Program UKS/M merupakan program wajib sektor pendidikan. Keberhasilan program UKS/M menjadi salah satu indikator keberhasilan program

Saluran: Audiensi Media: Buku Pedoman Penyelenggaraan Program UKS/M

Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi

Page 16: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

15

pendidikan dan kesehatan daerah. Regulasi-regulasi tentang kesehatan anak usia sekolan dan remaja.

Sekunder 1: Bupati X

Peduli pada masalah Kesehatan dan Pendidikan, tetapi belum memahami peran program UKS/M dalam peningkatan mutu pendidikan.

Memahami peran UKS/M dalam peningkatan mutu pendidikan dan mendorong Ketua TP UKS/M untuk segera aktif dan menyusun rencana kerja UKS/M Kabupaten X.

Persoalan kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Program UKS/M dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas lingkungan sekolah, antara lain akan berdampak menurunkan angka kejadian penyakit demam berdarah. Peningkatan kualitas lingkungan sekolah akan meningkatkan mutu pendidikan daerah. Contoh sekolah-sekolah yang berhasil meraih

Saluran: Audiensi Media: Lembar fakta kondisi progam UKS/M di Kabupaten X dikaitkan dengan angka kejadian penyakit

Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi

Page 17: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

16

prestasi melalui program UKS/M.

Sekunder 2: Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Kesra, Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. X

Sudah memahami pentingnya program UKS/M, tetapi beralasan tidak tahu sumber anggarannya

Memahami sumber-sumber anggaran program UKS/M. Segera berkomunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan sebagai koordinator UKS/M untuk segera melakukan rapat koordinasi awal.

Informasi sumber-sumber pendanaan program UKS/M.

Saluran: Audiensi dan rapat TP UKS/M Media: Brosur sumber-sumber pendanaan UKS/M Materi presentasi.

Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi

Tersier 1: Ketua Palang Merah Kabupaten X (dokter senior, tokoh masyarakat, mantan wakil bupati)

Sangat paham program UKS/M karena saat menjabat wakil bupati banyak melakukan program kesehatan. Tokoh yang disegani oleh bupati.

Bersedia melakukan lobi dengan bupati untuk mengaktifkan TP UKS/M di Kabupaten X.

Program UKS/M di SMP dan SMA dapat untuk meningkatkan kegiatan Palang Merah Remaja

Saluran: Audiensi Media: Contoh keberhasilan kegiatan Palang Merah Remaja di daerah-daerah lain.

Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi

Tersier 2: Ketua LSM yang mempunyai program pendampingan kesehatan reproduksi remaja

Sudah melakukan pilot program pendampingan kesehatan reproduksi di 1 SMP dan 2 SMU di Kab. X. Targetnya

Bersedia diajak melakukan audiensi dengan Ketua TP UKS/M dan bupati untuk menyampaikan hasil pendampingan

Program pilot pendampingan kesehatan reproduksi dapat direplikasi di sekolah-sekolah lain melalui

Saluran: Audiensi Media: Buku Pedoman Pelaksanaan Program UKS/M

Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi

Page 18: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

17

adalah memasukkan topik kesehatan reproduksi ke dalam muatan lokal pendidikan daerah.

di 3 sekolah dan peran UKS/M terhadap kesehatan reproduksi remaja.

program UKS/M.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa untuk permasalah yang sama dan tujuan komunikasi yang sama, dapat diidentifikasi sedikitnya 5 khalayak sasaran yang berbeda-beda. Kelima khalayak sasaran memiliki hasil analisis K-A-P yang berbeda-beda terkait persoalan yang akan dikomunikasikan. Karena itu, tujuan perubahan K-A-P yang diharapkan pun berbeda-beda. Setelah itu, disusun isi pesan yang paling sesuai, dan saluran komunikasi dan media yang paling efektif.

Page 19: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

18

BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1 Penyiapan Generasi Emas

Dalam waktu tiga dasawarsa lagi Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaan. Masa itu

disebut juga masa Indonesia Emas. Maka generasi yang hidup di masa itu disebut juga Generasi

Emas. Pada saat itu Indonesia diperkirakan masuk era industri. Dibutuhkan sumber daya

manusia berkualitas untuk membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara maju.

Pada masa itu, kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi, serta berlakunya

perdanganan bebas antar-negara diperkirakan membuat batas-batas geografis Indonesia akan

lebur. Lalu lintas manusia, baik masuk maupun keluar, tidak akan terbendung. Indonesia harus

siap menerima tenaga kerja asing, dan sebaliknya warga Indonesia juga tak lagi terkendala

untuk berkarya di belahan bumi yang lain.

Indonesia memiliki kekayaan besar yang disebut bonus demografi, yaitu penduduknya yang 70% berada di usia produktif (14-64 tahun). Mereka yang disebut Generasi Emas itulah yang pada masanya akan menjadi penggerak utama roda kehidupan bangsa. Generasi Emas itu seharusnya terdiri atas manusia-manusia yang sehat, cerdas, tangguh, berdaya saing tinggi, tetapi tetap cinta tahan air.

Anak-anak usia sekolah saat inilah yang akan tumbuh menjadi Generasi Emas tersebut. Mereka harus disiapkan untuk menjadi generasi berkualitas sejak sekarang. Mereka harus mendapatkan kesempatan tumbuh dan berkembang optimum sesuai potensinya. Salah satunya adalah dengan menciptakan dan menjaga lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman, supaya dapat memaksimalkan seluruh potensinya.

Kondisi sekolah yang sehat, aman dan nyaman menjadi penting karena anak usia sekolah menghabiskan 1/3 waktu hariannya di sekolah. Lingkungan sekolah yang bersih, sehat, kondusif, akan membuat mereka dapat belajar dengan baik, berinteraksi dengan sehat, sehingga tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang sehat jiwa raga. Mereka inilah yang diharapkan menjadi Generasi Emas Indonesia.

3.2 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah

Upaya menciptakan Generasi Emas melalui sekolah sehat menghadapi berbagai tantangan. Anak-anak calon Generasi Emas saat ini masih dihadapkan pada berbagai masalah kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan lingkungan sekolah.

Saat ini secara umum Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai penyakit infeksi. Ini menimpa pada penduduk semua usia, termasuk anak usia sekolah. Menurut data Susenas 2014, angka kesakitan (morbiditas) anak usia 0-17 mencapai 15,26%, dengan keluhan terbanyak masih seputar gejala-gejala penyakit infeksi, yaitu panas, batuk, pilek, dan diare. Meskipun

Page 20: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

19

demikian, penyakit-penyakit tidak menular dan penyakit-penyakit akibat perilaku dan gaya hidup semakin hari semakin meningkat.

Rencana Aksi Nasional Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017 – 2019 mencatat ada 8 masalah kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja, yaitu:

1. Kesehatan Seksual dan Reproduksi

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007-2013 menunjukkan usia mulai berpacaran semakin muda. 27% di bawah 15 tahun. 47% usia 15-17 tahun (2012).

Semakin muda usia berpacaran, semakin berisiko terjadi kekerasan seksual, kehamilan di luar nikah, dan penularan HIV/AIDS

Global School-based Health Survey (GSHS) tahun 2015 menunjukkan adanya peningkatan siswa yang melakukan aktivitas seksual, dan usia pelakunya semakin muda. Bahkan 4% siswa perempuan usia 13-17 tahun telah melakukan hubungan seksual.

Perilaku berisiko lain pada usia sekolah yang ditemukan adalah hubungan seksual tanpa kontrasepsi dan peningkatan angka kehamilan pranikah dan aborsi.

2. HIV / AIDS

Dalam hal jumlah penderita baru HIV/AIDS, Indonesia menduduki nomor 2 se Asia Pasifik

setelah China. Saat ini prevalensi HIV/AIDS di Indonesia mencapai 0,36%, tetapi belum

ada data berapa jumlah penderita di usia sekolah dan remaja. Anak usia sekolah pada

umumnya tertular dari ibu saat di kandungan atau kelahiran.

Meskipun demikian, pengetahuan anak usia sekolah dan remaja terhadap HIV/AIDS masih

sangat rendah.

Penelitian di 11 kota terhadap kelompok berisiko HIV/AIDS menunjukkan adanya

kelompok anak usia sekolah dan remaja, yaitu:

o Kelompok waria: 5% berusia 15-19 tahun.

o Kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau homoseksual: 9% usia 15-19 tahun.

3. Zat Adiktif

Penggunaan zat-zat penyebab kecanduan semakin memprihatinkan.

Rokok dikenal sebagai pintu masuk ke arah kecanduan zat psikotropika yang lain. Data

Riskesdas 2012 menunjukkan perokok pemula usia 10-13 tahun dlm 10 tahun naik dua

kali lipat lipat dari 9,5% (2001) menjadi 18% (2012). Prevalensi merokok meningkat seiring

usia.

Konsumsi alkohol juga semakin meningkat jumlahnya di kalangan anak usia sekolah dan

remaja. Data Riskesdas 2012 menunjukkan konsumsi alkohol di kelompok umur 15-24

tahun sebanyak 1% di perempuan, 15,8% laki-laki.

Narkoba dan psikotropika merupakan masalah yang sangat membebani secara sosial

ekonomi. Mereka yang kecanduan akan kehilangan produktivitasnya, membebani

ekonomi keluarga dan negara. Data menunjukkan 27,5% dari seluruh pengguna narkoba

adalah pelajar dan mahasiswa (BNN, 2016). Risiko kesehatan lain yang timbul pada

Page 21: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

20

pengguna narkoba antara lain merokok, mengkonsumsi alkohol, dan melakukan

hubungan seksual di luar nikah, tindak kekerasan, gangguan kejiwaan, gangguan tidur,

dan pecandunya mudah mengalami kecelakaan.

4. Masalah Gizi

Seiring perubahan kondisi sosial ekonomi dan informasi, anak-anak usia sekolah dan

remaja juga mengalami perubahan kondisi gizi. Meskipun secara umum asupan gizi

semakin baik, tetapi makin banyak pula kasus salah asupan gizi yang menyebabkan

berbagai masalah kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja.

Anemia masih menjadi masalah gizi yang serius. Data Riskesdas 2012 menunjukkan 1 dari

4 (26,4%) anak usia 5-14 dan remaja usia 15-24 tahun mengalami anemia. Selain itu,

tingkat pengetahuan anak dan remaja tentang anemia masih rendah, yang menyebabkan

lambatnya penanganan ketika anak-anak tersebut terkena anemia.

Meskipun secara umum kesejahteraan masyarakat sudah meningkat, tetapi ternyata

masih banyak anak usia sekolah dan remaja yang tubuhnya terlalu kurus. Data Riskesdas

2012 menunjukkan anak dan remaja yang mempunyai berat badan di bawah normal

mencapai 7,2% pada kelompok usia 6-12 tahun, 7,8% pada kelompok 13-15 tahun, dan

7,5% pada kelompok 16-18 tahun.

Sebaliknya, jumlah anak usia sekolah dan remaja yang mengalami kegemukan semakin

meningkat. Pada kelompok usia 6-12 tahun mencapai 18,8%, kelompok 13-15 tahun

10,8%, dan kelompok 16-18 tahun 7,3% (Riskesdas 2012).

Stunting atau pertumbuhan tinggi badan yang kurang dari usianya adalah indikator

kesehatan anak dan remaja yang sangat penting. Sebab, pada umumnya stunting

disebabkan terjadinya berbagai gangguan kesehatan yang berulang, yang menyebabkan

tubuh anak menggunakan energinya untuk pemulihan, sehingga pertumbuhan tingginya

terhambat. Meskipun sudah terjadi penurunan dibandingkan 10 tahun sebelumnya,

angka stunting masih cukup tinggi. Anak laki-laki kelompok usia 5-12 tahun yang

tubuhnya sangat pendek masih 12,4% di tahun 2013, dan anak perempuan pada

kelompok usia yan sama masih 12,2%. Pada kelompok usia berikutnya, 13-15 tahun dan

16-18 tahun, jumlah stunting meningkat. Pada anak laki-laki ada 16,2% dan 10,4% pada

tahun 2012, dan pada anak perempuan 11,3% dan 4,4%.

5. Kekerasan dan Cedera

Kasus bullying atau perundungan cukup banyak terjadi pada anak usia sekolah dan remaja. Survei GSHS tahun 2015 menunjukkan siswa usia 13-15 tahun yang mengalami perundungan dalam 30 hari terakhir mencapai 19% perempuan dan 23,7% laki-laki. Pada kelompok usia 16-17 tahun, angkanya 13% pada perempuan dan 24% pada laki-laki. Secara kumulatif, kasus perundungan pada usia 13-17 tahun mencapai 17,7% pada siswa perempuan dan 20,6% pada siswa laki-laki.

Page 22: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

21

Selain perundungan, kasus kekerasan lain yang kerap erjadi di sekolah adalah perkelahian. Prevalensi siswa perempuan usia 13-17 tahun yang pernah berkelahi minimum 1 (satu) kali dalam 12 tahun terakhir adalah 11,8%, dan anak laki-laki sampai 33,5%.

Anak usia sekolah dan remaja juga tidak luput dari perkara hukum. Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat pada tahun 2011-2015 pada tahun 2014 mencapai 561 kasus kekerasan seksual dengan pelaku anak di bawah 18 tahun. Angka Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) terdiri atas 9 jenis kekerasan, yaitu: pelaku kekerasan fisik; pelaku kekerasan psikis; pelaku kekerasan seksual; pelaku pembunuhan; pelaku pencurian; pelaku kecelakaan lalu lintas; kepemilikan senjata tajam; pelaku penculikan; dan pelaku aborsi.

Kasus cedera pada anak usia sekolah dan remaja juga cukup tinggi, dengan prevalensi pada anak laki-laki hampir dua kali lipat anak perempuan. Pada anak perempuan kelompok usia 10-19 tahun terdapat 8,80% kasus cedera, dan pada kelompok anak laki-laki mencapai 13,90%.

6. Kesehatan Jiwa

Data Riskesdas 2012 menunjukkan remaja laki-laki usia 10-19 tahun yang mengalami gangguan jiwa emosional berjumlah 1,6%, dan pada perempuan 3,4%. Angka tersebut semakin tinggi pada kelompok usia di atas 19 tahun.

Sebanyak 3,4% anak perempuan umur 13-17 pernah melakukan percobaan bunuh diri minimum 1 kali dalam 12 bulan terakhir, sementara anak laki-laki sebanyak 4,3%. Kasus bunuh diri anak dan remaja di Jawa dan Sumatera lebih tinggi dibandingkan daerah lain.

7. Sanitasi dan Kebersihan Individu

Masih banyak anak usia sekolah dan remaja yang belum mampu mencuci tangan dengan benar. Pada kelompok usia 6-12 tahun, 42,4% anak belum melakukannya dengan benar. Pada kelompok usia 13-15 tahun, yang mampu melakukan dengan benar 44,2% dan pada kelompok 16-18 mencapai 46,5%.

Anak usia 13-17 tidak melakukan gosok gigi minimal 1 kali sehari sebanyak 1% pada naak perempuan dan 3,1% pada anak laki-laki.

Sebanyak 19,2% anak usia 6-12 tahun belum menggunakan jamban untuk buang air, kelompok usia 13-15 tahun 18,9% dan pada kelompok 16-18 tahun sebanyak 16,16%.

8. Penyakit Tidak Menular Lain

Salah satu penyebab utama penyakit tidak menular adalah kurangnya aktivitas fisik. Kekurangan aktivitas fisik ini ditemukan pada 20,9% anak usia 6,12 tahun, 56,5% pada kelompok usia 13-15 tahun, dan naik lagi hingga 64,6% pada kelompok usia 16-18 tahun. Mereka menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, bermain gadget, dan ngobrol dengan teman.

Anak-anak juga kurang mengkonsumsi buah dan sayur. 2,5% anak usia 6-12 tahun, 2,4% anak usia 13-15 tahun, dan 2,8% anak usia 16-18 tahun kurang makan buah dan sayur.

Penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan pada anak dan remaja adalah Diabetes Mellitus (DM). DM merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dan

Page 23: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

22

menyumbang 4,2% kematian pada kelompok usia produktif 15-44 tahun. Menurut data Riskesdas 2012 terdapat 0,3% anak usia 13-15 tahun yang terkena DM, 0,6% pada kelompok usia 16-18 dan 19-24. Angka tersebut diperkirakan semakin besar. Tahun 2007 persentase anak usia 15-24 yang terkena DM meningkat dari 0.4% menjadi 0,6%.

Penyakit kardiovaskular penyakit jantung koroner dan stroke menyerang pada usia yang semakin muda. Pada kelompok usia 13-15 tahun terdapat 0,5% anak terkena penyakit jantung koroner, dan semakin tinggi persentasenya seiring peningkatan kelompok usia. Pada kelompok 16-18 tahun terdapat 0,60% dan kelompok 19-24 tahun mencapai 0,70%.

Demikian juga serangan stroke, menyerang pada kelompok usia anak dan remaja. Pada tahun 2007 hanya ada 1,7% kasus stroke pada kelompok usia 18-24 tahun, tetapi pada 2012 jumlahnya meningkta menjadi 2,6%.

Penyakit pernapasan akut yang banyak diderita anak usia sekolah dan remaja adalah asma. Pada tahun 2007 terdapat 2% anak usia 5-14 dan 2,2% remaja usia 15-24 tahun dengan gejala asma. Pada tahun 2013 angka tersebut naik menjadi 3,9 pada anak usia 5,-14tahun dan 5,6% pada remaja usia 15-24 tahun. Berarti angka tersebut naik dua kali lipat hanya dalam 5 tahun.

3.3 Masalah Kesehatan di Sekolah

Pengalaman menunjukan bahwa sekolah dapat menjadi tempat yang mengancam kesehatan. Anak usia sekolah mudah tertular penyakit dari teman sekolah, misalnya infeksi mata, cacar, campak, dan gondongan (mumps). Demikian juga batuk pilek, biasanya sangat menular di lingkungan sekolah. Batuk pilek, meskipun tampaknya sepele, tetapi merupakan penyebab paling sering anak sekolah tidak hadir ke sekolah.

Penyakit demam berdarah dengue, yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypte, juga sering didapat oleh anak pada saat jam belajar di sekolah. Seperti diketahui, nyamuk aedes aktif menyerang di pagi hari, pada jam-jam anak belajar di sekolah. Lingkungan sekolah yang tidak bersih dan tidak terawat menjadi tempat ideal berkembang biak nyamuk.

Ancaman kesehatan di sekolah dapat juga berlangsung secara tidak langsung dan tidak seketika. Misalnya, penularan kuman tifus dari pedagang makanan yang membawa kuman lalu menularkannya kepada anak-anak sekolah yang membeli makanannya. Lingkungan sekolah yang kotor dan banyak lalat juga dapat menyebabkan wabah diare. Mekanisme penularan serupa dapat pula terjadi pada kasus wabah penyakit kuning atau hepatitis A.

Selain masalah yang menyangkut fisik dan kejiwaan anak dan remaja, terdapat faktor risiko kesehatan lain yang terkait dengan kondisi lingkungan. Persoalan terbesar sekolah di Indonesia adalah minimnya sarana sanitasi sekolah. Lebih dari 30% sekolah yang tidak memiliki akses air bersih. Padahal, akses air bersih adalah prasyarat utama kebersihan lingkungan sekolah. Di samping itu berdasarkan profil sanitasi sekolah tahun 2017, terdapat 12,09% sekolah yang tidak memiliki jamban, dan 35,19% yang tidak memiliki sarana cuci tangan pakai sabun, dan 1 dari 2 sekolah di Indonesia tidak memiliki jamban yang memisahkan pengguna laki-laki dan perempuan.

Page 24: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

23

Kodisi-kondisi di atas, berpotensi menyebabkan gangguan, baik berupa gangguan akibat ketidaknyamanan, maupun gangguan Kesehatan, misalnya terjadinya penularan penyakit akibat kurangnya sarana kebersihan. Di sekolah-sekolah yang tidak memiliki sarana sanitasi yang memadai, siswa yang ingin buang air kecil akan besar biasanya akan menahan diri sampai jam pulang sekolah, atau harus pergi ke tempat lain sehingga meninggalkan jam pelajaran. Toilet sekolah yang tidak terawat, kotor, pintunya tidak dapat ditutup dengan baik, dapat menyebabkan siswa, terutama siswa perempuan enggan menggunakan toilet sekolah. Hal seperti ini dapat saja membuat siswa perempuan memilih untuk tidak sekolah pada saat haid, karena tidak memiliki tempat yang nyaman di sekolah untuk mengganti pembalut.

3.4 Target Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019

Untuk mencapai kesehatan anak usia sekolah dan remaja, maka pemerintah menetapkan target-target yang harus dicapai pada 2019. Target-target tersebut adalah:

1. Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun dari 48 per 1.000 kelahiran pada 2014 menjadi 38 per 1.000 kelahiran.

2. Menurunnya persentase kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita usia subur (15-49 tahun) dari 7,1% di tahun 2014 menjadi 6,6%.

3. Menurunnya persentae remaja perempuan usia 15-19 tahun yang menjadi ibu atau sedang hamil anak anak pertama dari 9,25% pada tahun 2014 menjadi 9,1%.

4. Menurunnya laju peningkatan prevalensi HIV dari 0,46 pada tahun 2014 menjadi kurang dari 0,5.

5. Meningkatnya persentase orang usia 14 tahun ke atas dengan HIV/AIDS yang memenuhi syarat ART menerima ART dari 17% pada tahun 2015 menjadi 40%.

6. Meningkatnya persentase anak usia kurang dari 14 tahun dengan HIV dan AIDS yang memenuhi syarat ART menerima ART dari 14% pada tahun 2015 menjadi 80%.

7. Menurunnya persentase merokok penduduk usia 18 tahun ke atas dari 7,2% pada tahun 2015 menjadi 5,4%.

8. Mempertahankan prevalensi obesitas penduduk usia 15 tahun ke atas dari 15,4% pada tahun 2013 menjadi 15,4%.

9. Menurunnya prevalensi mereka yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas 50% dibandingkan data tahun 2010.

10. Menurunnya prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas dengan gula darah tinggi dari 6,78% di tahun 2014 menjadi 6,27%.

11. Menurunnya prevalensi tekanan darah tinggi pada usia di atas 18 tahun dari 25,8% menjadi 23,4%.

12. Menurunnya proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas dengan aktivitas fisik kurang dari 26,1 menjadi 24,8%.

3.5 Target UKS/M dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja UKS/M merupakan bagian dari upaya peningkatan kesehatan anak usia sekolah dan remaja.

Dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2019, pada Strategi I tentang

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilian Anak Usia Sekolah dan Remaja terhadap 8 Isu

Page 25: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

24

Kesehatan, pada bagian Program I.1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup sehat

anak usia sekolah dan remaja serta orangtua mereka melalui institusi pendidikan, disebutkan

salah satunya kegiatan “Meningkatkan jumlah sekolah melaksanakan UKS secara aktif: 240

(2017), 340 (2018), 340 (2019)”.

Dengan demikian maka penyelenggaraan program UKS/M perlu difokuskan pada upaya pencapaian target RAN, yaitu meningkatkan jumlah sekolah yang melaksanakan UKS secara aktif. Menurut RAN tersebut, pencapaian target ini menjadi tanggung jawab tiga kementerian, yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama. Ketiga kementerian itu, bersama Kementerian Dalam Negeri, merupakan komponen Tim Pembina UKS/Pusat.

Page 26: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

25

BAB IV

USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)

4.1 Konsep UKS/M

Usaha Kesehatan Sekolah / Madrasah (UKS/M) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah.

UKS/M juga merupakan usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. UKS merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.

Ini merupakan bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya.

Usaha kesehatan sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui Pilot Project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerja sama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, dan Departemen Dalam Negeri.

Dalam tahun 1980 ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Depdikbud dan Depkes tentang kelompok kerja UKS. Untuk mencapai Pemantapan dan pembinaan secara terpadu ditetapkan Surat keputusan bersama antara Kemendikbud, Kemenkes, Kemendagri dan Kemenag Tanggal 3 September 1980 tentang Pokok Kebijaksanaan dan Pengembangan UKS No. 408a/U/1984, No 3191/Menkes/SKBVI/1984, No 74/th/1984, No 61/1984.

Kegiatan utama UKS/M disebut dengan Trias UKS, yang terdiri atas:

1. Pendidikan kesehatan

Gerakan literasi kesehatan

Pendidikan keterampilan hidup sehat

Cuci tangan bersama

Sikat gigi bersama

Aktivitas fisik pada jam istirahat dan pergantian jam pelajaran

Sarapan dan kudapan bersama dengan bekal gizi seimbang

2. Pelayanan kesehatan

Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala

Imunisasi, pemberian obat cacing dan tablet tambah darah

Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

Page 27: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

26

3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

Pembinaan kantin dan pedagang kaki lima

Pengelolaan sampah

Tanaman pangan

Pemberantasan sarang nyamuk

Pembinaan kader kesehatan sekolah

Suasana sekolah yang menyenangkan (senyum, sapa, salam, sopan, santun)

Sekolah bebas asap rokok, napza dan kekerasan

Dengan demikian Trias UKS merupakan perpaduan antara upaya pendidikan dengan upaya pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Pelayanan kesehatan merupakan upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas belajar dan prestasi belajar. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat merupakan. gabungan antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan untuk dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik.

4.2 Tantangan Pengembangan UKS/M Pengembangan UKS/M masih menghadapi beberapa tantangan. Tantangan bukan hanya di tingkat perencanaan program, baik di level Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, melainkan juga di tingkat sekolah sebagai pelaksana, dan di masyarakat secara umum. Berikut ini tantangan pengembangan UKS/M yang perlu dicarikan jalan keluarnya:

1. Kurangnya pemahaman tentang UKS/M. UKS/M pada umumnya dipersepsikan sebagai suatu ruang khusus di sekolah, berisi tempat tidur dan obat-obatan, yang digunakan sebagai tempat memberikan pertolongan pertama bila ada siswa yang jatuh sakit di sekolah. Padahal, hal ini hanya satu bagian kecil dari fungsi UKS/M yang meliputi tiga hal yang disebutkan di Trias UKS/M.

2. UKS/M belum dianggap program strategis. Belum banyak yang melihat potensi program UKS/M sebagai langkah strategis untuk melakukan intervensi positif terhadap anak usia sekolah, yang tidak hanya menyangkut masalah kesehatan, melainkan juga perilaku positif, misalnya pencegahan penyalahgunaan narkoba, pencegahan perilaku seksual pranikah, pencegahan bullying dan kekerasan emosional, dan sebagainya.

3. Rendahnya perhatian dari penentu kebijakan terhadap UKS/M. Surat keputusan bersama 4 menteri yang mendasari lahirnya program UKS/M mengamanatkan dilaksanakannya program UKS/M dengan pola pembinaan dari tingkat pusat hingga daerah melalui pembentukan Tim Pembina UKS/M (TP UKS/M). Hanya saja, dalam pelaksanaannya belum semua melaksanakan dan tidak menganggarkan.

Page 28: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

27

4. Penerapan dan pengembangan program UKS/M belum merata. Belum semua daerah melaksanakan program UKS/M. Baru beberapa provinsi yang telah melaksanakan dan menganggarkan UKS/M, dan masih ada beberapa provinsi yang sama sekali belum melaksanakan dan membentuk TP UKS/M tingkat provinsi, kota/kabupaten, apalagi di tingkat desa.

5. Penerapan program UKS/M hanya formalitas. Banyak sekolah yang melakukan kegiatan UKS/M hanya untuk memenuhi persyaratan, dan itu pun hanya sebatas penyediaan ruang khusus perawatan, tanpa ada kegiatan-kegiatan lain dan tidak ada pembinaan lebih lanjut. Tidak jarang sekolah baru memberikan perhatian kepada program UKS/M dan kelengkapannya hanya saat dilakukan penilaian lomba sekolah sehat. Di tingkat kota, meskipun banyak kota telah mendirikan tugu UKS/M, belum tentu di balik itu program UKS/M dijalankan sebagaimana mestinya.

6. Program UKS/M belum dipahami sebagai bagian dari target nasional dan daerah bidang kesehatan. Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2018 menyebutkan target terkait UKS/M, yaitu peningkatan jumlah sekolah yang melaksanakan program UKS secara penuh, dengan target 240 sekolah pada tahun 2017, 340 sekolah pada tahun 2018, dan 340 sekolah lagi pada 2019. Bila dipahami sebagai bagian dari target nasional, maka program UKS/M akan lebih terarah. Tim Pembina UKS/M Pusat akan dapat menyusun program kerja berdasarkan target, dan dapat merencanakan upaya dan pengerahan sumber daya untuk mencapai target tersebut.

Bila ingin UKS/M menjadi program strategis untuk mengatasi berbagai masalah Kesehatan di sekolah dan di masyarakat, maka tantangan-tantangan yang disebutkan di atas hendaknya diangkat dan dicarikan jalan keluar. Tim Pembina UKS tingkat pusat yang terdiri atas 4 kementerian terkait idealnya menjadi motor penggerak untuk mengupayakan solusi bagi pengembangan program UKS/M di semua level. TP UKS/M Pusat hendaknya mampu mengkomunikasikan peran penting UKS/M ini kepada semua pemangku kepentingan untuk menyatukan persepsi dan pada akhirnya memberikan dukungan.

Page 29: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

28

BAB V

STRATEGI KOMUNIKASI UKS/M

Pada bab ini pembahasan difokuskan pada strategi komunikasi UKS/M dalam rangka mendorong pelaksanaan program UKS/M di semua level. Rumusan strategi komunikasi akan mengikuti struktur standar strategi komunikasi seperti yang dibahas dalam Bab II.

5.1 Perumusan Masalah Komunikasi

Berdasarkan pembahasan dari analisis situasi dan tantangan pengembangan program UKS/M di bagian sebelumnya, maka rumusan masalah komunikasi UKS/M adalah sebagai berikut:

Program UKS/M saat ini perlu lebih didorong supaya dapat terlaksana di semua level. Belum semua stakeholders menyadari peran strategis UKS/M dalam mendukung pencapaian target pembangunan sektor kesehatan dan pendidikan, khususnya di kelompok usia sekolah dan remaja, sebagaimana tercantum dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2019. TP UKS/M Pusat sudah mulai bersinergi untuk menciptakan lingkungan pendukung yang dapat mendorong berjalannya program UKS/M di semua level. Untuk itu tim membutuhkan dukungan juga supaya dapat melaksanakan tugasnya tersebut.

5.2. Tujuan Komunikasi Tujuan utama komunikasi ini adalah untuk menyatukan persepsi semua stakeholders tentang peran strategis program UKS/M untuk mendukung tercapainya target kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Setelah dicapai kesamaan persepsi, setiap stakeholders melaksanakan perannya dalam program UKS/M, dan mensinergikan potensinya, termasuk pembiayaan, bersama-sama semua stakeholders, untuk mendorong terlaksananya program UKS/M di semua level.

5.3. Khalayak Sasaran Komunikasi UKS/M Khalayak sasaran atau target audience komunikasi TP UKS/M Pusat dikelompokkan ke dalam 3 level, yaitu khalayak sasaran primer, sekunder, dan tersier. Dari hasil diskusi ditetapkan khalayak sasaran primer adalah kelompok penentu kebijakan UKS/M. Sedangkan kelompok sekunder adalah TP UKS/M tingkat provinsi dan kabupaten/kota, dan kelompok tersier adalah masyarakat umum.

Masing-masing kelompok khalayak sasaran terdiri atas beberapa pihak. Secara lengkap dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Page 30: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

29

Dalam kelompok primer terdapat 4 kementerian terkait UKS/M, yaitu Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalama Negeri. Dari analisis didapatkan kesimpulan bahwa persoalan pada kelompok primer ini adalah masih rendahnya komitmen kebijakan untuk pengembangan UKS/M. Rendahnya komitmen menyebabkan rendahnya perhatian terhadap program UKS/M dibandingkan dengan program-program lain di kementerian. Salah satu akibatnya dalah belum tersedianya sarana prasarana pendukung kerja TP UKS/M Pusat, hampir tidak ada koordinasi lintas kementerian, dan minimnya alokasi sumber daya untuk program UKS/M yang menjadi tanggung jawab masing-masing kementerian.

Pada kelompok sekunder terdapat pelaksana UKS di tingkat daerah hingga sekolah. Persoalan yang dilihat pada kelompok ini adalah rendahnya alokasi anggaran untuk program UKS/M. Bahkan ada daerah yang belum melaksanakan program UKS/M sama sekali.

Pada kelompok tersier terdapat kelompok-kelompok potensial yang berpotensi membantu dan mendukung pengembangan UKS/M, seperti media massa, akademisi, lembaga donor, sektor swasta, LSM, serta masyarakat luas. Persoalan pada kelompok ini adalah kurangnya pemahaman tentang UKS/M dan perannya dalam perbaikan kualitas hidup sehat melalu sekolah.

Page 31: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

30

Analisis K-A-P Khalayak Sasaran

Khalayak Sasaran K-A-P saat ini Perubahan K-A-P yang diharapkan

Primer: Kementerian Dalam Negeri Kementerian Kesehatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Agama

Masih rendahnya komitmen kebijakan untuk pengembangan UKS/M, menyebabkan rendahnya perhatian terhadap program UKS/M dibandingkan dengan program-program lain di kementerian. Salah satu akibatnya adalah belum tersedianya sarana prasarana pendukung kerja TP UKS/M Pusat, hampir tidak ada koordinasi lintas kementerian, dan minimnya alokasi sumber daya untuk program UKS/M yang menjadi tanggung jawab masing-masing kementerian. Antara TP UKS/M Pusat dengan daerah belum tercipta sistem komunikasi yang efektif.

Dicapainya kesamaan persepsi bahwa program UKS/M memiliki peran strategis yang mendukung tercapainya target kesehatan anak usia sekolah dan remaja yang menjadi tanggung jawab semua pihak. Ke-4 kementerian meningkatkan komitmen dalam melaksanakan perannya sebagai bagian dari program UKS/M di tingkat nasional. Ke-4 kementerian melalui TP UKS/M Pusat bersinergi meningkatkan komunikasi dengan TP UKS/M Provinsi dalam rangka mendorong pelaksanaan program UKS/M di daerah.

Sekunder: TP UKS/M Daerah (Provinsi, Kota/Kabupaten, Kecamatan, Puskesmas, Sekolah / Madrasah / Pondok Pesantren )

Rendahnya alokasi anggaran untuk program UKS/M. Ada daerah yang belum melaksanakan program UKS/M sama sekali.

Segera mengalokasikan anggaran yang memadai untuk program UKS/M. Segera melaksanakaan program UKS/M di daerahnya.

Tersier: Masyarakat umum, media massa, akademisi, lembaga donor, sektor swasta, LSM

Kurangnya pemahaman tentang UKS/M dan perannya dalam perbaikan kualitas hidup sehat melalu sekolah.

Lebih memahami tentang UKS/M dan ikut mendorong pelaksanaannya di tingkat sekolah.

Berdasarkan hasil analisis khalayak sasaran di atas, yang meliputi tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik terkait program UKS/M, baik kondisi saat ini maupun perubahan yang diharapkan, maka dapat disusun isi pesan yang sesuai dan dipilih saluran komunikasi yang lebih tepat sasaran.

Page 32: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

31

5.4. Isi Pesan

Berdasarkan hasil pemetaan target audience atau khalayak sasaran di atas, maka dapat disusun isi pesan kunci untuk masing-masing stakeholder. Semua isi pesan dibuat berdasarkan tujuan perubahan yang diharapkan pada stakeholder yang disasar. Untuk menunjukkan betapa penting peningkatan program UKS/M bagi kementerian terkait, maka pesan yang disampaikan berupa data dan fakta tentang kondisi UKS/M saat ini dan manfaat yang diperoleh bila program UKS/M dilaksanakan secara luas.

Sedangkan pada kelompok sekunder, diberikan informasi tentang peluang-peluang pendanaan program UKS/M karena dari analisis stakeholder didapatkan banyak TP UKS daerah yang belum mengetahui peluang-peluang anggaran untuk penyelenggaraan program UKS/M di daerahnya. Selain itu, banyak TP UKS/M daerah yang tidak memahami pembagian tugas lintas sektor dalam pelaksanaan UKS/M di daerah, misalnya bentuk kerja sama antara puskemas dan sekolah dalam pembinaan UKS/M. Karena itu TP UKS/M Pusat merasa perlu untuk mengingatkan kembali tentang pembagian peran dan fungsi semua stakeholder dalam pengembangan program UKS/M, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Sedangkan kepada masyarakat umum dan kelompok tersier lainnya diberikan informasi tentang UKS/M yangs sifatnya lebih umum. Sebab, dari analisis ditemukan fakta bahwa UKS/M masih belum dipahami sepenuhnya. Misalnya, UKS hanya dipersepsi sebagai ruangan khusus berisi tempat tidur di sekolah yang digunakan untuk memberikan pertolongan pertama kepada siswa yang jatuh sakit di sekolah. Maka informasi yang disampaikan adalah tentang program UKS/M secara lebih lengkap, setidaknya terkait dengan isi Trias UKS.

Selain isi pesan untuk target audience, TP UKS/M Pusat juga menciptakan motto “Semua Terlibat, UKS/M Hebat”. Tujuan penggunaan motto tersebut adalah memberikan semangat kepada semua pihak untuk terlibat dalam pengembangan UKS/M. Motto tersebut juga berfungsi sebagai “pesan payung” untuk setiap isi pesan yang dibuat untuk semua stakeholder. Berikut ini adalah daftar isi pesan untuk setiap khalayak sasaran: Daftar Isi Pesan untuk Khalayak Sasaran

Khalayak Sasaran

Isi Pesan

Primer 8 masalah isu anak usia sekolah dan remaja dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2018

Pengembangan UKS/M merupakan salah satu kegiatan dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2018

Target-target kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019

Target jumlah sekolah yang melaksanakan UKS secara penuh dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2018: 240 (2017), 340 (2018), dan 340 (2019)

Peran strategis UKS/M dalam penyiapan Generasi Emas Indonesia

Target-target pelaksanaan Program UKS/M atau terkait kesehatan anak usia sekolah dan remaja di 4 kementerian terkait UKS/M

Gambaran masalah / tantangan implementasi program UKS/M

Page 33: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

32

Pembagian peran stakeholders dalam Program UKS/M

Rekomendasi pengembangan program UKS/M

Sekunder Target-target kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019

Peran strategis UKS/M dalam peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan di daerah

Mengatasi masalah-masalah kesehatan anak usia sekolah dan remaja akan menurunkan beban keuangan pemerintah daerah

Pembagian peran stakeholders tingkat daerah dalam Program UKS/M

Sumber-sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan Program UKS/M di daerah

Contoh-contoh sukses inovasi kegiatan UKS/M dari berbagai daerah yang dapat diadopsi dan direplikasi

Tersier UKS/M bukan sekadar ruangan khusus di sekolah untuk memberikan pertolongan pertama pada siswa yang jatuh sakit di sekolah

Isi Trias UKS/M: pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah yang sehat

Anak-anak berhak mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan selama belajar di sekolah. Hal itu dapat dicapai bila sekolah melaksanakan Program UKS/M dengan baik.

Peran yang diharapkan dari orang tua, masyarakat, LSM, akademisi, media massa, dll dalam pengembangan program UKS/M

Isi-isi pesan tersebut harus diramu lagi supaya lebih bermakna sehingga inti isi pesan sampai kepada khalayak sasaran. Untuk advokasi kepada penentu kebijakan baik di pusat maupun daerah, sangat penting untuk memberikan fakta berupa angka, termasuk target-target yang harus dicapai. Untuk kelompok khalayak sasaran tersier, harus menonjolkan manfaat yang diperoleh bagi anak-anak sekolah bila program UKS/M diterapkan dengan baik.

5.5. Saluran Komunikasi dan Media Saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan tentang UKS/M ditentukan oleh siapa yang menjadi khalayak sasaran komunikasi. Untuk target audience primer, maka digunakan saluran yang sifatnya kedinasan. Misalnya melalui rapat dan audiensi dengan pejabat berwenang. Media yang digunakan dapat berupa lembar data / fact sheet, laporan, atau materi presentasi.

Sedangkan untuk target audience sekunder, digunakan jalur pembinaan program ke daerah-daerah, dan melalui lomba Sekolah Sehat yang sudah diadakan secara rutin. Selain itu, penyampaian informasi tentang UKS/M dapat dimasukkan dalam kegiatan sosialisasi kebijakan dan program terkait lainnya dari pemerintah pusat ke daerah-daerah.

Untuk targer audience masyarakat umum, dipilih media sosial sebagai saluran komunikasi. Pertimbangannya adalah media sosial semakin menggeser penggunaan media massa konvensional, dengan cakupan yang sangat tinggi. Penyampaian pesan-pesan tentang UKS/M secara teratur melalui media sosial diharapkan dapat menjangkai masyarakat usia muda sebagai pengguna utama media sosial.

Page 34: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

33

Pilihan Saluran Komunikasi dan Media

Khalayak Sasaran

Saluran Komunikasi Media Pendukung

Primer Audiensi dengan pejabat berwenang Rapat kerja Pelaporan

Materi presentasi Laporan Lembar fakta (fact sheet) Risalah kliping pemberitaan tentang UKS/M

Sekunder Audiensi dengan pejabat berwenang di daerah Rapat kerja Pelaporan Sosialisasi Lomba Sekolah Sehat Lomba-lomba lain terkait kesehatan sekolah, seperti lomba dokter kecil, lomba palang merah remaja

Materi presentai Brosur tentang potensi sumber pendanaan program UKS/M daerah Buku Pedoman Pelaksanaan Program UKS/M

Tersier Rapat komite sekolah Pemberitaan melalui media massa Penyebaran informasi bertema kesehatan sekolah di media sosial

Materi presentasi Siaran pers tentang program UKS/M atau program lain terkait kesehatan anak usia sekolah dan remaja Website resmi kementerian dan program terkait UKS/M Poster

Berikut ini adalah contoh-contoh produk media yang digunakan untuk komunikasi dengan masing-masing kelompok stakeholder.

a. Factsheet UKS/M

Page 35: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

34

b. Infografis Potensi Angaran

c. Infografis Tim Pembina dan Pelaksana UKS/M

Page 36: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

35

5.6. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi strategi komunikasi harus dilakukan dalam kerangka kegiatan komunikasi program UKS/M. Karena itu, untuk monev strategi komunikasi, indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur juga terkait kegiatan komunikasi.

Yang diukur adalah output (keluaran), outcome (hasil), dan impact (dampak) dari program komunikasi. Ketiga indikator tersebut dan cara mengukurnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Indikator Penjelasan Cara Mengukur

Output Mengukur sejauh mana kegiatan dilakukan sesuai dengan tahapan/rencana yang diharapkan

Monitoring kegiatan secara rutin saat persiapan (mingguan, bulanan, triwulan dll), misalnya menggunakan lembar monitoring

Media monitoring

Outcome Mengukur perubahan perilaku dari sisi K-A-P dari khalayak sasaran sesuai indikator

Survei (wawancara, pengamatan/observasi)

Focused Group Discussion (FGD)

Impact Mengukur dampak setelah diakukan program komunikasi dalam jangka 2-5 tahun, atau kontribusinya terhadap pencapaian target program

Survei (wawancara, pengamatan/observasi)

Focused Group Discussion (FGD)

Hasil media monitoring

Monitoring hendaknya difokuskan pada upaya pencapaian target-target supaya dapat dilakukan

koreksi di tengah jalan ketika ditemukan ada kegiatan yang tidak berjalan sebagaimana

merstinya. Hasil monitoring akan menjadi bahan laporan perkembangan (progress report).

Evaluasi difokuskan pada dampak kegiatan komunikasi terhadap pencapaian program.

Misalnya, kegiatan advokasi yang dapat membuat bupati memutuskan penambahan anggaran

untuk program UKS/M ke dalam APBD; penyelenggaraan lomba sekolah sehat tingkat kota yang

menyebabkan sekolah berlomba-lomba meningkatkan pelaksanaan program UKS/M; sosialisasi

media massa secara terus-menerus selama satu tahun membuat beberapa LSM tergerak untuk

melakukan pendampingan penguatan program UKS/M di sekolah-sekolah; dan sebagainya.

Page 37: DOKUMEN - uks.dikdasmen.kemdikbud.go.id

1