dokumen audit investigasi bpk soal ... -...

93
Daftar Tabel Tabel 1 Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan 2011 .................. 6 Tabel 2 Kronologis Pembangunan P3SON Hambalang sesuai Surat Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Nomor 278.A/B.II.SESKEMENPORA/7/2011 ................... 31 Tabel 3 Rincian Pengembalian Dana dari PT AK ke KSO AW .............................................. 77 Tabel 4 Rincian Pengembalian Dana dari PT Wika ................................................................ 77

Upload: phambao

Post on 15-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

Daftar Tabel

Tabel 1 Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan 2011 .................. 6

Tabel 2 Kronologis Pembangunan P3SON Hambalang sesuai Surat Kepala Biro Keuangan

dan Rumah Tangga Kemenpora Nomor 278.A/B.II.SESKEMENPORA/7/2011 ................... 31

Tabel 3 Rincian Pengembalian Dana dari PT AK ke KSO AW .............................................. 77

Tabel 4 Rincian Pengembalian Dana dari PT Wika ................................................................ 77

Page 2: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

BAGIAN I

SIMPULAN

Berdasarkan Undang – Undang (UU) No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara, serta memperhatikan Surat Permintaan DPR RI Nomor PW.01/10954/DPR RI/XII/2011

tanggal 16 Desember 2011 perihal audit investigasi terhadap pelaksanaan pembangunan Pusat

Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON), BPK telah melaksanakan

pemeriksaan atas pembangunan P3SON yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup

Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2010 dan 2011 pada Kementerian Pemuda dan Olah Raga

(Kemenpora) dan instansi terkait lainnya di Jakarta dan Bogor.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan terhadap

peraturan perundangan dan atau penyalahgunaan wewenang dalam proses persetujuan kontrak tahun

jamak, dalam proses pelelangan, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan dalam proses pencairan uang

muka, yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON. Indikasi penyimpangan

dan atau penyalahgunaan wewenang tersebut mengakibatkan timbulnya indikasi kerugian negara

sekurang-kurangnya sebesar Rp243,66 Milyar dengan penjelasan singkat sebagai berikut:

1. Permohonan untuk memperoleh persetujuan kontrak tahun jamak tidak memenuhi persyaratan

yaitu sebagai berikut:

a. Surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan ditandatangani

oleh pihak yang tidak berwenang, yaitu Ses Kemenpora tanpa memperoleh pendelegasian

wewenang dari Menpora.

b. Pendapat teknis kelayakan kontrak tahun jamak yang dimaksudkan dalam PMK

56/PMK.02/2010 tanggal 2 Maret 2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak

Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, ditandatangani oleh Pejabat yang

tidak berwenang yaitu Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan

Umum, bukan oleh Menteri Pekerjaan Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan

Bangunan Gedung Negara.

c. Tidak seluruh unit bangunan yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan lebih

dari satu tahun anggaran.

Page 3: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

2

d. Kemenpora memanipulasi data dalam pengajuan revisi RKA-KL TA 2010 sebagai salah satu

syarat persetujuan revisi RKA-KL TA 2010 oleh Kementerian Keuangan. Data keluaran

(output) yang dinyatakan naik dari 108.553 m2 menjadi 100.398 m

2, pada kenyataan nya turun

dari 108.553 m2 menjadi 100.398 m

2.

e. Revisi RKA-KL Kemenpora TA 2010 sebagai salah satu syarat persetujuan kontrak tahun

jamak belum ditandatangani oleh Dirjen Anggaran, pada saat persetujuan kontrak tahun

jamak diberikan oleh Menteri Keuangan.

f. Pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora 2010 oleh

Menteri Keuangan tidak memiliki dasar hukum yang jelas.

2. Dalam proses pelelangan, terdapat indikasi penyimpangan dan atau penyalahgunaan wewenang

sebagai berikut:

a. Penetapan pemenang lelang pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang dengan

nilai Rp1,2 Triliun yang seharusnya ditetapkan oleh Menpora, ditetapkan oleh pihak yang

tidak berwenang yaitu Ses Kemenpora, tanpa memperoleh pendelegasian wewenang dari

Menpora.

b. Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap penawaran calon kontraktor peserta lelang

pekerjaan konstruksi proyek pembangunan P3SON tidak dilakukan oleh Panitia Pengadaan,

melainkan oleh rekanan yang akan dimenangkan.

c. Proses pelelangan pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang yang pada

akhirnya memenangkan KSO AW dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi dokumen

prakualifikasi antara dokumen penawaran dari KSO AW dengan dokumen penawaran

dari rekanan yang lain. Standar penilaian untuk mengevaluasi penawaran dari KSO AW

menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp1,2 T, sedangkan standar penilaian untuk

mengevaluasi penawaran dari rekanan lain menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp262

M.

2) Mengumumkan lelang dengan memberikan informasi yang tidak benar dan tidak lengkap

yaitu mengubah informasi mengenai nilai pekerjaan yang hendak dilelang dengan cara

memberikan surat pemberitahuan yang tidak dipublikasikan secara transparan.

3) Menggunakan nilai paket pekerjaan yang tidak seharusnya digunakan untuk

mengevaluasi Kemampuan Dasar (KD) peserta lelang sehingga dapat memenangkan

KSO AW.

3. Pencairan anggaran tahun 2010 dilakukan melalui penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

oleh RI (Kabag Keuangan Kemenpora) meskipun Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan bukti

Page 4: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

3

pertanggungjawaban belum ditandatangani dan diuji oleh pejabat yang berwenang yaitu Har

selaku Penguji SPP dan Su selaku Bendahara.

Selain itu, terdapat indikasi penyimpangan lain yang ditemukan, namun tidak langsung

mengakibatkan terjadinya indikasi kerugian negara, yaitu sebagai berikut:

1. Izin penetapan lokasi, izin site plan, dan IMB atas proyek pembangunan P3SON Hambalang

diberikan oleh Pemkab Bogor meskipun Kemenpora belum/tidak melakukan studi Amdal

terhadap proyek pembangunan P3SON Hambalang dimaksud.

2. Penandatanganan Surat Keputusan Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2

di

Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor oleh Kepala BPN, didukung dengan

dokumen yang tidak sesuai kenyataan berupa: (i) surat pelepasan hak dari Probosutedjo selaku

bekas pemegang hak yang diduga palsu; dan (ii) Surat Pernyataan Sesmenpora yang menyatakan

bahwa pada pengadaan lahan P3SON Hambalang dimaksud tidak terjadi kerugian negara

berdasarkan LHP BPK RI adalah tidak sesuai kenyataan. LHP BPK yang menjadi rujukan Ses

Kemenpora tidak mencakup pemeriksaan atas proses pembebasan lahan P3SON Hambalang.

3. Penetapan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 oleh Kementerian Keuangan, untuk pekerjaan

konstruksi P3SON Hambalang sudah dilakukan oleh Dirjen Anggaran meskipun persyaratan

berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ada adalah

untuk skema pembiayaan tahun jamak, sementara itu persetujuan kontrak tahun jamak belum

disetujui.

4. Kontraktor utama P3SON Hambalang yaitu KSO AW mensubkontrakkan pekerjaan utama yang

seharusnya dikerjakan sendiri sesuai dengan ketentuan dalam Keppres 80 tahun 2003 pasal 32 (3),

kepada perusahaan lain.

Uraian selengkapnya mengenai temuan pemeriksaan tersebut disajikan pada Bagian III.B

Laporan Hasil Pemeriksaan ini.

BPK menyarankan kepada institusi penegakan hukum terkait, dalam hal ini kepada Komisi

Pemberantasan Korupsi, untuk menindaklanjuti sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta, 30 Oktober 2012

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

Penanggung Jawab Pemeriksaan

J. Widodo H. Mumpuni

Page 5: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

4

BAGIAN II

UMUM

1. Dasar Penugasan Pemeriksaan

a. UUD 1945 Pasal 23 E, Pasal 23 F dan Pasal 23 G UUD 1945

b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara

c. Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

serta memperhatikan Surat Permintaan DPR RI Nomor PW.01/10954/DPR RI/XII/2011 tanggal

16 Desember 2011 perihal audit investigasi terhadap pelaksanaan pembangunan P3SON.

2. Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan inivestigatif ini bertujuan untuk mengungkap adanya indikasi kerugian negara

dan/atau unsur pidana dalam pembangunan P3SON Hambalang, sesuai pasal 13 UU No. 15

Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

3. Ruang Lingkup Pemeriksaan

a. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap seluruh kegiatan mencakup penyiapan lahan, proses

perencanaan anggaran, perencanaan pekerjaan, dan pelaksanaan pekerjaan yang terkait

proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON)

Hambalang Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Kemenpora.

Pemeriksaan ini tidak mencakup pemeriksaan atas perencanaan, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban kegiatan pengadaan peralatan untuk P3SON yang direncanakan bernilai

Rp1,4T sesuai surat Ses Kemenpora kepada Menteri Keuangan Nomor

1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010 perihal persetujuan kontrak tahun

jamak. Pemeriksaan ini juga tidak mencakup aliran dana yang melalui rekening-rekening PT

AK, PT WK, DK-I AK, dan DBG WK yang tidak terkait langsung dengan penerimaan dan

penggunaan uang muka proyek dengan cut off pemeriksaan sampai dengan 30 Oktober 2012.

4. Standar Pemeriksaan

a. Peraturan BPK RI No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

b. Keputusan BPK RI No. 17/K/I-XIII.2/12/2008 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan

Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi Yang Mengakibatkan Kerugian

Negara/Daerah.

5. Data Objek/Kegiatan yang Diperiksa

Proyek pembangunan P3SON Kemenpora yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan

Citeureup Kabupaten Bogor didukung dengan alokasi anggaran Kemenpora sebesar

Rp1.196.676.000.000 dengan rincian sebagai berikut:

Page 6: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

5

a. DIPA Revisi tahun 2010 nomor 0001/092-01.1/-/2010 tanggal 23 Juli 2010 sebesar

Rp275.000.000.000 untuk pembangunan Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional

(PPPON) Hambalang seluas 108.533 m2 dengan kode anggaran 10.10.05.0024.00165

(program peningkatan sarana dan prasarana olahraga – sub kegiatan pembangunan gedung

pendidikan).

b. DIPA Revisi tahun 2011 nomor 0015/092-01.1.01/00/2011 tanggal 14 Juli 2011 sebesar

Rp400.000.000.000 untuk lanjutan pembangunan P3SON Hambalang dengan kode anggaran

092.01.07.3824.03.013.012 (program pembinaan dan pengembangan olah raga – kegiatan

peningkatan prasarana dan sarana keolahragaan – sub kegiatan penyediaan sarana olah raga).

c. DIPA tahun 2012 nomor 0015/092-01.1.01/00/2012 tanggal 9 Des 2011 sebesar

Rp521.676.000.000 untuk pembangunan P3SON Hambalang dengan kode anggaran

092.01.06.3824.002.006.040 (program kepemudaan dan keolahragaan - kegiatan peningkatan

prasarana dan sarana keolahragaan – sub kegiatan penyediaan sarana olah raga).

Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai kontrak pekerjaan perencanaan, konstruksi, dan

manajemen konstruksi sebagai berikut:

a. Kontrak konsultan perencanaan tahun 2010 dengan rekanan PT YK yaitu nomor

027.A/SPK/PPK/P3SON/8/2010 tanggal 30 Agustus 2010 senilai Rp5.825.820.000. Kontrak

ini diaddendum dengan kontrak nomor 035.A/SPK/PPK/P3SON/12/2010 tanggal 9 Des 2010

senilai Rp5.825.820.000.

b. Kontrak konsultan perencanaan tahun 2011 dengan rekanan PT YK yaitu nomor

67.A/SPK/PPK/P3SON/1/2011 tanggal 14 Januari 2011 senilai Rp8.593.200.000.

c. Kontrak induk pekerjaan konstruksi dengan rekanan KSO AW yaitu Nomor Kontrak

3894/Seskemenpora/BP/10/2010 tanggal 10 Desember 2010 senilai Rp1.077.921.000.000.

Kontrak induk ini dirinci ke dalam beberapa kontrak anak yang terpisah yaitu:

(1) Kontrak anak tahun 2010 nomor 3895/Seskemenpora/BP/10/2010 tanggal 10 Desember

2010 senilai Rp246.238.455.479.

(2) Kontrak anak tahun 2011 nomor 0513.A/Seskemenpora/BP/12/2010 tanggal 29 Des 2010

senilai Rp507.405.139.999. Kontrak ini diaddendum dengan kontrak nomor

185.8/Sekemenpora/D.5/10/2011 tanggal 04 Oktober 2011 menjadi senilai

Rp508.397.273.332.

(3) Per Juli 2012 kontrak anak tahun 2012 belum dibuat.

d. Kontrak manajemen konstruksi tahun 2010 dengan rekanan PT CCM yaitu nomor

027.B/SPK/PPK/P3SON/8/2010 tanggal 30 Agustus 2010 senilai Rp4.888.345.000. Kontrak

ini diaddendum dengan kontrak nomor 035.B/SPK/PPK/P3SON/12/2010 tanggal 9 Des 2010

menjadi senilai Rp1.000.000.000.

Page 7: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

6

e. Kontrak manajemen konstruksi tahun 2011 dengan rekanan PT CCM yaitu nomor

067.B/SPK/PPK/P3SON/1/2011 tanggal 14 Januari 2011 senilai Rp8.119.595.000.

Sampai dengan Juli 2012, total realisasi pembayaran kepada konsultan perencana, kontraktor

konstruksi, dan konsultan manajemen konstruksi adalah sebesar Rp471.707.439.659 dengan

rincian pada Tabel 1.

Tabel 1 Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan 2011

No Uraian Nilai SPM (Rp) Nilai SP2D (Rp) Penerima

Tahun 2010

1 Pekerjaan jasa Konsultan Perencana 5.825.820.000 5.084.357.000 PT YK

2 Pembayaran uang muka pekerjaan konstruksi 214.840.100.000 189.449.906.363 KSO AW

3 Pembayaran pelaksanaan konstruksi 31.398.355.479 27.687.640.740 KSO AW

4 Pekerjaan jasa Manajemen Konstruksi 1.000.000.000 872.727.273 PT CCM

Jumlah tahun 2010 253.064.275.479 223.094.631.376

Tahun 2011

1 Pekerjaan jasa Konsultan Perencana 8.593.200.000 7.499.520.000 PT YK

2 Pembayaran termijn pekerjaan fisik 267.783.868.438 236.136.683.987 KSO AW

3 Pekerjaan jasa Manajemen Konstruksi 5.702.359.091 4.976.604.296 PT CCM

Jumlah tahun 2011 282.079.427.529 248.612.808.283

Total tahun 2010 dan 2011 535.143.703.008 471.707.439.659

Keterangan: Tahun 2012 belum ada pembayaran.

Realisasi belanja dengan mata anggaran 53 (Belanja Modal) total sebesar Rp471.707.439.659

tersebut telah diakui sebagai aset Kemenpora dan dicatat dalam Laporan Keuangan Kemenpora tahun

2010 dan 2011 sebagai akun Konstruksi Dalam Pengerjaan.

Page 8: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

7

BAGIAN III

URAIAN HASIL PEMERIKSAAN

A. Dasar Hukum Kegiatan/Obyek yang Diperiksa

Peraturan perundangan dan dasar hukum yang berlaku untuk kegiatan proyek

pembangunan P3SON ini adalah sebagai berikut:

1. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

2. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

3. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

4. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

5. PP No. 40 tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai atas Tanah

6. PP No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

7. Perpres 65 tahun 2006 tanggal 6 Juni 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk Kepentingan Umum

8. Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

9. Peraturan Menteri Keuangan No. 56/2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak

Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

10. Peraturan Menteri Keuangan 69/2010 yang diubah dan diganti dengan PMK 180/2010 tentang

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2010

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis

Pembangunan Bangunan Gedung Negara

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan Pedoman

Pengadaan Jasa Konstruksi

13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan

Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan

Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup

14. Perda Kabupaten Bogor No. 17 tahun 2000 tentang RT RW Kab. Bogor

B. Materi Temuan

1. Jenis Penyimpangan

a) Penyimpangan dalam pemberian izin lokasi, site plan, dan Izin Mendirikan

Bangunan sebagai berikut:

1) Bupati Bogor (RY) menandatangani site plan meskipun persyaratan pemberian izin

yang diatur dalam Peraturan Bupati Bogor Nomor 30 tahun 2009 tanggal 17 Juni

2009 tentang Pedoman Pengesahan masterplan, site plan dan Peta Situasi berupa

pelaksanaan studi Amdal tidak dipenuhi oleh Kemenpora selaku pemohon. Hal ini

melanggar pasal 22 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Page 9: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

8

Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa setiap kegiatan yang berdampak penting

terhadap lingkungan wajib memiliki Amdal.

2) Kepala Badan Perizinan Terpadu Kab Bogor (SS) menerbitkan IMB untuk proyek

pembangunan P3SON Hambalang, meskipun Kemenpora belum melakukan studi

Amdal atas proyek tersebut. Hal ini melanggar ketentuan dalam Perda Kab Bogor

Nomor 12 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2010 tentang Bangunan Gedung pasal 25

yang menyatakan bahwa persyaratan tata bangunan meliputi adanya pengendalian

dampak lingkungan.

3) DN selaku rekanan PT CKS tidak melaksanakan pekerjaan berupa studi Amdal

meskipun telah menerima pembayaran.

b) Penyimpangan Dalam Penerbitan SK Hak Pakai dan Sertipikat Hak Pakai atas

Tanah Hambalang sebagai berikut:

1) Kepala BPN (JW) menandatangani SK Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas

312.448 m2

dengan didukung dokumen yang tidak sesuai kenyataan berupa: (i) surat

pelepasan hak dari Probosutedjo selaku pemegang hak sebelumnya yang diduga

palsu; dan (ii) Surat Pernyataan Ses Kemenpora yang menyatakan bahwa pada

pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi kerugian negara berdasarkan LHP BPK RI

adalah tidak sesuai kenyataan. Pernyataan bahwa dalam pengadaan lahan dimaksud

tidak terjadi kerugian negara, ternyata tidak pernah dimuat dalam LHP BPK RI

dimaksud.

2) Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN (LAW) atas perintah Sestama BPN (MM)

menyerahkan SK Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2

kepada

Anggota DPR-RI (IM) tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon. Hal

ini melanggar prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005

yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala BPN No. 1 tahun 2010 yang

menyatakan bahwa SK tersebut hanya dapat diserahkan kepada instansi pemohon

atau kuasa yang ditunjuknya.

c) Penyimpangan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak sebagai berikut:

1) Ses Kemenpora (WM) mengajukan surat permohonan persetujuan kontrak tahun

jamak dengan mengatasnamakan Menpora tanpa memperoleh pelimpahan wewenang

dari Menpora.

2) Ses Kemenpora (WM) bersama Kepala Biro Perencanaan Kemenpora/PPK (DK)

menyajikan data dan dokumen yang tidak benar sebagai syarat kelengkapan

persetujuan kontrak tahun jamak dan revisi RKA-KL tahun 2010 yaitu sebagai

berikut:

Page 10: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

9

(a) Menafsirkan secara sepihak pernyataan Direktur PBL Kementerian PU bahwa

“pembangunan tersebut dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk

beberapa bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan lebih dari

12 bulan”. Tanpa konfirmasi kepada Kementerian PU, Ses Kemenpora

menafsirkan bahwa yang dimaksud pernyataan tersebut adalah seluruh

pembangunan fisik gedung dan lapangan serta infrastruktur dilaksanakan melalui

satu kontrak tahun jamak.

(b) Dalam rangka revisi RKA-KL, menyajikan data volume keluaran yang tidak

sesungguhnya yaitu yang seharusnya volume yang akan dibangun turun dari

semula 108.553 m2 menjadi 100.398 m

2, tetapi justru menyajikan volume itu

seolah-olah naik dari semula 108.553 m2 menjadi 121.097 m

2.

3) Direktur Jenderal Anggaran (AR) setelah melalui proses berjenjang dari Kasie II E-4

(RH), Kasubdit II E (S) dan Direktur II (DPH) memberikan masukan, data dan

informasi yang tidak benar kepada pejabat di atasnya dalam proses pemberian

dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora tahun 2010

dan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak. Pemberian masukan dilakukan

dengan cara menyampaikan Nota Dinas. Nota Dinas tersebut berisi antara lain:

“Mengingat permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract)

tersebut telah dilengkapi data pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran

pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan)

yunior maupun senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak dapat

dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan volume kegiatan

diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena pertimbangan KDB

dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak, maka dispensasi

waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.”

Nota Dinas dengan isi yang sama juga disampaikan secara berjenjang dari Kasubdit II

E kepada Direktur Anggaran II, dari Direktur Anggaran II kepada Dirjen Anggaran

dan dari Dirjen Anggaran kepada Menteri Keuangan.

4) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara berjenjang,

mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen Anggaran,menyetujui

pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora

2010, meskipun Pasal 20 (1) PMK 180/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran

Tahun 2010 menetapkan bahwa “Batas akhir penerimaan usul revisi anggaran untuk

APBN TA 2010 ditetapkan tanggal 15 Oktober 2010 untuk revisi anggaran pada

DJA.”

Page 11: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

10

Sebagai syarat pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan,

RKA KL P3SON harus diubah untuk menunjukkan adanya kegiatan lebih dari satu

tahun anggaran. Atas dasar itu, Ses Kemenpora harus mengajukan usulan perubahan

RKAKL. Namun karena batas waktu pengajuan revisi telah dilampaui, maka Ses

Kemenpora meminta dispensasi keterlambatan pengajuan revisi RKA KL dimaksud

pada tanggal 16 November 2010. Menteri Keuangan menyetujui permintaan

dispensasi ini pada tanggal 1 Desember 2010 dengan disposisi “Selesaikan” pada

surat usulan dimaksud.

Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui hal tersebut setelah mendapat masukan

secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan Dirjen Anggaran

berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: “Mengingat revisi perubahan volume

kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena

pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak,

maka dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.”

5) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara berjenjang,

mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen Anggaran, menyetujui

kontrak tahun jamak meskipun persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 5, dan Pasal

12 PMK 56/2010 tidak terpenuhi.

Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak meskipun

permohonan persetujuan kontrak tahun jamak ditandatangani oleh WM selaku Ses

Kemenpora dengan mengatasnamakan Menpora tanpa ada pendelegasian

wewenang dari Menpora.

Menteri Keuangan (ADWM) tidak mengetahui dan tidak membaca surat

permohonan persetujuan kontrak tahun jamak yang diajukan Kemenpora karena

surat tersebut didisposisi oleh Sekjen Kementerian Keuangan (MPN) langsung

kepada Dirjen Anggaran.

Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan

Kemenpora meskipun: (i) tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 5

(2) PMK 56/2010 yaitu adanya rekomendasi dari instansi teknis fungsional yang

menyatakan kelayakan atas kontrak tahun jamak yang akan dilakukan; (ii) tidak

memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun 2007 pada BAB

III.A.1.f yang mensyaratkan bahwa “Pembangunan Gedung Negara yang

pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu

tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan

pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah

memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum”.

Page 12: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

11

Untuk memenuhi persyaratan tersebut, yang ada hanyalah pendapat teknis yang

ditandatangani oleh pejabat yang tidak berwenang yaitu Direktur Penataan

Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 45/PRT/M/2007

pejabat yang berwenang memberikan Pendapat Teknis adalah Menteri Pekerjaan

Umum.

Pada tanggal 1 Desember 2010, Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak

tahun jamak yang diajukan Kemenpora sebelum memastikan bahwa persyaratan

revisi RKA-KL sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 12 (2) PMK 56/2010 dan

sejalan dengan pasal 14 UU No. 17/2003, telah terpenuhi.

Revisi RKA-KL yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang diajukan akan dibiayai

lebih dari 1 (satu) tahun anggaran baru disetujui oleh Dirjen Anggaran pada

tanggal 6 Desember 2010.

Menteri Keuangan (ADWM) memberikan persetujuan kontrak tahun jamak setelah

mendapat masukan secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan

Dirjen Anggaran, berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: “Mengingat permohonan

persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract) tersebut telah dilengkapi

data pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan

pembangunan P3SON dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun

senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak dapat dipertimbangkan untuk

disetujui.”

6) Dirjen Anggaran (AR) dengan mengatasnamakan Menteri Keuangan setelah melalui

proses penelaahan secara berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E dan

Direktur II, menetapkan Surat Penetapan Rencana Kerja Anggaran

Kementerian/Lembaga (SP-RKAKL) Kemenpora tahun 2011 pada tanggal 25

November 2010 yang di dalamnya memuat kegiatan pembangunan P3SON dalam

skema tahun jamak. Padahal pada saat itu, persetujuan Menteri Keuangan bahwa

pembangunan P3SON dapat dilaksanakan dalam kontrak tahun jamak belum ada.

Selain itu Dirjen Anggaran (AR) juga setelah melalui proses penelaahan secara

berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E dan Direktur II menyetujui revisi

RKA-KL Kemenpora 2010, meskipun surat usulan revisi RKA-KL dari WM selaku

Ses Kemenpora mencantumkan volume keluaran yang seolah-olah naik dari semula

108.533 m2 menjadi 121.097 m

2. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa secara

substansial volume keluaran yang dimaksud surat Ses Kemenpora tersebut justru

turun dari semula 108.533 m2 menjadi 100.398 m

2.

Page 13: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

12

Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Pasal 7 butir (1) huruf c PMK 180/2010

tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2010 bahwa revisi anggaran tidak boleh

mengurangi volume keluaran (output) Kegiatan Prioritas Nasional atau Prioritas

Kementerian Negara/Lembaga.

7) Direktur PBL Kementerian PU (GH) menerbitkan Pendapat Teknis pembangunan

P3SON Hambalang dengan pelaksanaan pembangunan lebih dari satu tahun anggaran

pada tanggal 22 Oktober 2010, yang tidak menjadi kewenangannya dan tidak pernah

ada pelimpahan wewenang dari Menteri PU.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun

2007 pada BAB III.A.1.f yang menyatakan bahwa “Pembangunan Gedung Negara

yang pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu

tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan

pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah

memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum”.

8) Direktur PBL (GH) menyampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan Kemenpora

(DK) pada tanggal 23 November 2010 berupa analisa perhitungan biaya

pembangunan P3SON Hambalang yang rekap-nya sebesar Rp1.129 Miliar telah

diparaf oleh Pengelola Teknis (DP). Perhitungan analisa biaya tersebut diminta oleh

DK dalam rangka menanggapi Surat Dirjen Anggaran tanggal 15 November 2010

yang antara lain menyampaikan bahwa dalam rangka persetujuan kontrak tahun

jamak dibutuhkan antara lain analisa biaya komponen terhadap bangunan yang

mengalami perubahan dari instansi teknis fungsional. Perhitungan analisa biaya

pembangunan konstruksi P3SON Hambalang sebesar Rp1.129 Miliar ternyata disusun

oleh KS dari PT AK yang tidak mengikuti standar harga satuan tertinggi per m2

bangunan gedung negara sesuai Keputusan Bupati Bogor yang berlaku, tetapi dengan

terlebih dahulu menambahkan inflasi sebesar 2,95%.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No

45/PRT/M/2007 tahun 2010, yaitu:

(a) Pada BAB III, Bagian A angka 1 huruf e : Penyusunan pembiayaan bangunan

gedung Negara didasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi bangunan gedung

negara yang berlaku. Untuk penyusunan program dan pembiayaan pembangunan

bangunan gedung Negara yang belum ada standar harganya atau memerlukan

penilaian khusus, harus dikonsultasikan kepada Instansi teknis setempat.

(b) Pada BAB IV, Bagian B : Standar harga satuan tertinggi pembangunan gedung

Negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh

Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI ditetapkan oleh Gubernur.

Page 14: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

13

d) Penyimpangan dalam proses persetujuan RKA-KL tahun 2011 yaitu Dirjen

Anggaran (AR) menetapkan RKA-KL APBN Murni Kemenpora tahun 2011 untuk

proyek P3SON meskipun tidak memenuhi persyaratan.

Dalam APBN Murni tahun 2011 proyek P3SON Hambalang mendapatkan alokasi sebesar

Rp500 Miliar yang terdiri dari Rp400 Miliar untuk pekerjaan konstruksi dan Rp100

Miliar untuk pengadaan peralatan. SP-RKAKL tahun 2011 menetapkan bahwa alokasi

anggaran untuk pengadaan peralatan sebesar Rp100 Miliar tersebut diblokir oleh Ditjen

Anggaran, sedangkan pekerjaan konstruksi sebesar Rp400 Miliar tidak diblokir, padahal

dokumen pendukung berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya

(RAB) yang ada adalah untuk skema pembiayaan tahun jamak, sementara itu persetujuan

kontrak tahun jamak belum disetujui. Hal ini melanggar ketentuan yang diatur dalam

PMK nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL

TA 2011.

e) Penyimpangan dalam proses pelelangan perencanaan konstruksi, pelelangan

pekerjaan konstruksi dan pelelangan manajemen konstruksi yaitu Panitia

Pengadaan Barang dan Jasa Kemenpora (WiM dkk) bersama-sama dengan staf

perusahaan calon rekanan mengatur pelelangan dengan cara sebagai berikut:

1) Lelang Perencanaan Konstruksi

(a) Pada penilaian faktor kesesuaian pengalaman pekerjaan tenaga ahli terdapat

ketidaksesuaian antara pengalaman pekerjaan yang diajukan dengan pekerjaan

yang akan dilaksanakan.

(b) Penghitungan jumlah tahun pengalaman tenaga ahli tidak akurat dan tumpang

tindih.

2) Lelang Konstruksi

(a) Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi dokumen

prakualifikasi antara dokumen penawaran dari KSO AW dengan dokumen

penawaran dari rekanan yang lain.

Standar penilaian untuk mengevaluasi penawaran dari KSO AW

menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp1,2T, sedangkan standar penilaian untuk

mengevaluasi penawaran dari rekanan lain menggunakan nilai pekerjaan sebesar

Rp262M. Evaluasi Tim BPK terhadap kertas kerja Panitia Pengadaan

menyangkut penilaian dokumen prakualifikasi peserta lelang menunjukkan

bahwa seluruh peserta prakualifikasi semestinya tidak dapat dinyatakan lulus

prakualifikasi sehingga pelelangan seharusnya diulang. Hasil evaluasi adalah

sebagai berikut: (rincian terlampir Lampiran 1)

Page 15: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

14

(1) KSO AW seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 68,42

(lebih kecil dari Passing Grade 75) dan aspek Kemampuan Dasar (KD)

yang diperkenankan adalah sebesar Rp880.590.000.000 (lebih rendah dari

ambang batas Rp1,2T).

(2) PT JK seharusnya gugur karena aspek KD yang diperkenankan adalah

sebesar Rp947.922.889.372 (lebih rendah dari ambang batas Rp1,2T) dan

aspek Personil mendapat nilai 4 (lebih rendah dari ambang batas 5).

(3) PT NK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 69,35

(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang

diperkenankan adalah sebesar Rp192.200.900.000 (lebih rendah dari

ambang batas Rp1,2T) dan aspek Sisa Kemampuan Keuangan (SKK) adalah

sebesar Rp405.005.989.172 (lebih rendah dari ambang batas Rp960 Miliar).

(4) PT HK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 64,32

(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang

diperkenankan adalah sebesar Rp168.321.694.000 (lebih rendah dari

ambang batas Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,27 (lebih

rendah dari ambang batas 30).

(5) PT WK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 64,25

(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang

diperkenankan adalah sebesar Rp354.514.000.000 (lebih rendah dari

ambang batas Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,81 (lebih

rendah dari ambang batas 30).

(6) KSO IL seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 52 (lebih

kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang diperkenankan

adalah sebesar Rp518.761.000.000 (lebih rendah dari ambang batas Rp1,2T)

dan aspek Personil mendapat nilai 3,75 (lebih rendah dari ambang batas 5).

(b) Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak benar dan tidak lengkap.

Dalam pengumuman pelelangan yang dimuat dalam Koran Tempo tanggal 18

Agustus 2010, Panitia menyatakan bahwa nilai pagu anggaran untuk pekerjaan

yang hendak dilelang adalah sebesar Rp262.784.797.000. Disebutkan pula bahwa

anggaran sedang dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak dari Kementerian

Keuangan. Pada saat yang bersamaan, Kemenpora sedang mengajukan

persetujuan kontrak tahun jamak dengan nilai pekerjaan sebesar

Rp1.129.296.256.000.

Setelah mendapatkan konsep dari WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan, DK

selaku PPK secara sepihak lalu menandatangani surat pemberitahuan nomor

Page 16: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

15

No.01-SP-PPK-8-2010 yang ditujukan kepada calon penyedia jasa pemborongan.

Isinya menginformasikan bahwa nilai pekerjaan yang saat ini sedang diajukan

persetujuan kontrak tahun jamak adalah sebesar Rp1,2T. Namun, surat

pemberitahuan tersebut hanya disampaikan kepada sebagian peserta yang telah

mengambil dokumen lelang. Adapun PT DGI dan KSO IL tidak menerima

pemberitahuan tersebut sehingga memasukkan penawaran dengan asumsi nilai

pekerjaan sebesar Rp262M.

Hal tersebut melanggar ketentuan Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 4 huruf h

dan Penjelasannya pada Lampiran Bab II, Point A.1.a.2), Point A.1.a.3).b yang

menetapkan bahwa panitia/pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas

tentang adanya pelelangan umum yang memuat di antaranya perkiraan nilai

pekerjaan.

(c) Menggunakan nilai paket pekerjaan yang tidak disepakati untuk mengevaluasi

Kemampuan Dasar (KD) Peserta Lelang.

Sesuai ketentuan dalam PP No. 29 tahun 2000 Pasal 14 ayat (1), (2) dan (3),

Keppres 80 tahun 2003 Lampiran 1 Bab II.A.1.b : (1).j), dan Permen PU No 43

Tahun 2007 pada L3, penilaian KD = 2 NPt (nilai pengalaman tertinggi). Untuk

perusahaan yang menjalin kerja sama operasi, NPt yang dipakai adalah NPt dari

perusahaan yang menjadi Lead-firm. Peserta dianggap lulus jika memiliki KD

lebih besar atau sama dengan nilai pekerjaan/kontrak yang hendak dilelang.

Panitia meluluskan KSO AW karena dianggap memenuhi syarat nilai KD. Untuk

mengevaluasi KSO AW, Panitia menetapkan nilai kontrak yang hendak dilelang

adalah Rp1,2 T. Sedangkan untuk peserta lainnya, Panitia menetapkan nilai

kontrak yang hendak dilelang adalah Rp262 M.

Untuk menaikan nilai KD KSO AW, Panitia menggabungkan 2 proyek

terbesar yang pernah dikerjakan oleh PT AK yaitu proyek pembangunan stadion

Surabaya Barat (Rp440M) dan proyek pembangunan jembatan Suramadu

(Rp443M) sehingga total NPt-nya menjadi sebesar Rp883M (=Rp440M +

Rp443M). Dengan demikian, nilai KD = 2 x Rp883 = Rp1,7T atau melebihi

ambang batas Rp1,2T.

Seharusnya Panitia hanya menghitung satu proyek saja yang sesuai dengan

bidang pekerjaan sejenis, sehingga maksimal NPt-nya adalah Rp440M, dan score

KD-nya = 2xRp440M = Rp880M.

Page 17: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

16

3) Lelang Manajemen Konstruksi

(a) Menyusunkan dokumen penawaran perusahaan pendamping dan memasukkannya

untuk mengikuti pelelangan.

(b) Menggunakan nama-nama tenaga ahli dengan bukti dokumen SKA yang tidak

benar.

f) Penyimpangan dalam penetapan pemenang lelang konstruksi yaitu Ses Kemenpora

(WM) telah melampaui wewenangnya dengan menetapkan pemenang lelang untuk

pekerjaan bernilai di atas Rp 50 Miliar tanpa memperoleh pelimpahan wewenang

dari Menpora sebagai pejabat yang berwenang menetapkan.

Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 26 bahwa pejabat yang

berwenang menetapkan penyedia barang/jasa adalah Menteri untuk pengadaan

barang/jasa yang dibiayai dari APBN yang bernilai di atas Rp 50 Miliar.

g) Penyimpangan dalam proses pembayaran dan pencairan uang muka yaitu RI selaku

Kabag Keuangan Kemenpora tetap menyusun dan menandatangani SPM,

meskipun Pejabat Penguji Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Bendahara

belum menandatangani dokumen SPP dari PPK yang berarti belum menguji

kelengkapan dan kebenaran tagihan sesuai tugasnya. SPM itu bersama dengan

Surat Pertanggungjawaban Belanja dari WM selaku Ses Kemenpora diajukan ke

KPPN untuk penerbitan SP2D.

h) Penyimpangan dalam hal pelaksanaan pekerjaan konstruksi berupa rekanan KSO

AW mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utamanya kepada perusahaan lain

yaitu di antaranya kepada PT DC dan PT GDM.

Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 32 (3) bahwa Penyedia

barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan

mensubkontrakkan kepada pihak lain. Juga pasal 32 (4) bahwa Penyedia barang/jasa

dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan

mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali disub-

kontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.

2. Fakta dan Proses Kejadian

Proyek Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional

(P3SON) Kementerian Pemuda dan Olahraga yang berlokasi di Desa Hambalang, Kecamatan

Citeureup, Kabupaten Bogor merupakan proyek yang telah direncanakan untuk dibangun sejak

tahun 2004 pada saat fungsi pembinaan olahraga nasional masih berada pada Ditjen Olahraga

Page 18: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

17

Departemen Pendidikan Nasional. Pada awal perencanaannya proyek ini hanya dimaksudkan

sebagai kamp latihan olahraga bagi para pelajar berskala nasional.

Setelah terhenti pembangunannya pada tahun 2006 karena permasalahan status tanah,

proyek ini dilanjutkan kembali pada tahun 2010 setelah Kemenpora memperoleh alokasi APBN

2010 untuk pembangunan Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON) di desa

Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Memperhatikan adanya alokasi anggaran

untuk PPPON ini, Menpora mengembangkan ide pembangunan Sekolah Olahraga Nasional yang

diintegrasikan dengan Pusdiklat Olahraga. Sehingga pada Januari 2010 Biro Perencanaan

Kemenpora menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pembangunan P3SON Bukit Hambalang.

Menurut Kerangka Acuan Kerja tersebut, tujuan pembangunan ini di antaranya adalah

untuk mengintegrasikan sekolah olahraga dan Pusat Pelatihan atlet elit nasional ke dalam satu

sistem manajemen sehingga program penerapan iptek olahraga relatif dapat dikontrol.

Proyek ini direncanakan akan dibangun di wilayah perbukitan Desa Hambalang

Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor di atas lahan seluas 32 ha dan diperkirakan akan

memakan waktu selama 3 tahun yang dimulai pada 2010 dengan estimasi biaya sebesar Rp1,1

Triliun.

Secara garis besar, proses pembangunan P3SON ini berlangsung melalui beberapa

tahapan kegiatan yaitu:

1. Pemilihan lokasi dan pengurusan izin pembangunan

2. Perencanaan anggaran

3. Pemilihan rekanan pelaksana

4. Pelaksanaan pekerjaan dan pembayaran

Secara terinci, proses kejadian dan fakta yang terjadi adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan lahan dan status kepemilikan tanah

Bermula dari rencana Ditjen Olahraga Depdiknas untuk membangun Pusat Pendidikan

Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional (National Training Camp Sport Center), pada

tahun 2004 dibentuk tim verifikasi yang bertugas mencari lahan yang representatif untuk

merealisasikan rencana tersebut. Hasil tim verifikasi ini menjadi bahan Rapim Ditjen

Olahraga Depdiknas untuk memilih lokasi yang dianggap paling cocok bagi pembangunan

pusat olah raga tersebut.

Untuk mencari lokasi yang dikehendaki, tim verifikasi yang diketuai oleh DK

menyepakati kriteria pemilihan lokasi yaitu: (i) kesesuaian RUTR dengan lokasi; (ii) luas

lahan lebih dari 20 ha; (iii) jarak tidak lebih dari 70 km dari Jakarta dan dapat ditempuh

kurang dari 1 jam; (iv) topografi tanah memiliki kemiringan maksimal 15%; (v) kenyamanan

lingkungan udara; (vi) kondisi lahan bukan lahan produktif; (vii) status tanah; dan (viii) harga

tanah per meter/segi tidak lebih dari Rp30.000.

Page 19: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

18

Dari lima lokasi yang disurvei yaitu: Karawang, Hambalang, Cariu, Cibinong, dan

Cikarang, pada Mei 2004 tim verifikasi memberikan penilaian tertinggi pada lokasi desa

Hambalang Citeureup Bogor dengan nilai maksimal yaitu memenuhi semua kriteria penilaian

tersebut di atas, sehingga lokasi tersebut dipilih untuk dibangun.

Selanjutnya, menindaklanjuti pemilihan lokasi tersebut, TCM selaku Dirjen Olah Raga

Depdiknas mengajukan permohonan penetapan lokasi Diklat Olahraga Pelajar Nasional

kepada Bupati Bogor. Bupati Bogor menyetujui dengan mengeluarkan Keputusan Bupati

Bogor nomor 591/244/Kpes/Huk/2004 tanggal 19 Juli 2004. Sambil menunggu ijin penetapan

lokasi dari Bupati Bogor tesebut, pada 14 Mei 2004, TCM selaku Dirjen Olahraga telah

menunjuk pihak ketiga yaitu PT. LKJ untuk melaksanakan pematangan lahan dan pembuatan

sertipikat tanah dengan kontrak No.364/KTR/P3oP/2004 dengan jangka waktu pelaksanaan

sampai dengan 9 November 2004 senilai Rp4.359.521.320.

Namun demikian, pada saat itu lokasi tersebut termasuk ke dalam zona kerentanan

gerakan tanah menengah tinggi sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM. Sesuai dengan

sifat batuannya, PVMBG menyarankan untuk tidak mendirikan bangunan di lokasi tersebut

karena memiliki risiko bawaan yang tinggi bagi terjadinya bencana alam berupa gerakan

tanah.

Selain itu, status tanah di lokasi dimaksud masih belum jelas, meskipun telah dikuasai

sejak pelepasan/pengoperan hak garapan dari para penggarap kepada Ditjen Olahraga setelah

realisasi pembayaran uang kerohiman kepada para penggarap sesuai Berita Acara Serah

Terima Pelepasan/Pengoperan Hak Garapan tertanggal 19 September 2004. Sejak itulah area

tanah tersebut diakui sebagai aset Ditjen Olahraga dan kemudian pada tanggal 18 Oktober

2005 diserahterimakan kepada organisasi baru yaitu Kementerian Negara Pemuda dan

Olahraga (Kemenpora) setelah Ditjen Olahraga berubah menjadi Kemenpora.

Lokasi tersebut semula termasuk ke dalam area perkebunan Ciderati seluas 7.050.550

m2 yang Hak Guna Usaha (HGU)-nya dipegang oleh PT BE berdasarkan SK Mendagri

No.1/HGU/DA/77 tanggal 25 Januari 1977 dan berakhir pada 31 Desember 2002. Sesuai

ketentuan PP 40/1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai atas Tanah pasal 17(2) bahwa

dengan berakhirnya HGU tersebut, maka bidang tanah dimaksud menjadi berstatus Tanah

Negara sampai dimohonkan kembali perpanjangan jangka waktu HGU dimaksud. PT BE

mengajukan perpanjangan jangka waktu HGU pada tanggal 22 Maret 2000 namun mendapat

perpanjangan jangka waktu HGU dari Kepala BPN pada tanggal 1 Juni 2006 hanya untuk

area seluas 6.578.315 m2 tidak termasuk area tanah yang direncanakan akan dibangun diklat

olahraga pelajar nasional oleh Ditjen Olahraga/Kemenpora seluas 327.810 m2.

Setelah menguasai secara fisik dan membayar uang kerohiman kepada penggarap,

Kemenpora perlu mendapatkan legalitas formal penguasaan tanah di area tersebut. Untuk itu,

Page 20: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

19

Kemenpora mengajukan permohonan pensertipikatan tanah tersebut kepada Kepala Kantor

Pertanahan Kab Bogor dengan suratnya nomor B/0227/BU.Setmenpora/II/2006 tanggal 8

Februari 2006. Menanggapi permohonan tersebut dan setelah Kemenpora melunasi biaya

pengukuran tanah, pada tanggal 7 September 2006 Kantor Pertanahan Kab. Bogor mengukur

kembali area tanah tersebut dan menerbitkan peta Bidang dengan no. 3059/2006 yang

menyebutkan luas tanah adalah 312.448 m2 . Dengan mendasarkan pada hasil pengukuran ini,

selanjutnya BT selaku kuasa Kemenpora mengajukan secara resmi permohonan Hak Pakai

kepada Kepala Kanwil BPN Jawa Barat melalui Kepala Kantah Kab. Bogor pada tanggal 22

September 2006.

Meskipun telah ada kesepakatan pada rapat tanggal 28 Januari 2007 antara pihak

Kemenpora dengan BPN mengenai pertimbangan untuk memberikan suatu hak atas tanah

kepada Kemenpora bagi kepentingan Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Prestasi Olahraga Nasional (PPPPON), namun kesepakatan ini tidak segera terealisasi. BPN

masih mempermasalahkan adanya pelanggaran oleh Kemenpora karena mengadakan tanah

tanpa melalui Panitia Pengadaan Tanah sesuai ketentuan dalam Keppres 55 tahun 2003

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Padahal pada saat itu telah berlaku ketentuan dalam Perpres 65 tahun 2006 tanggal 6 Juni

2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

yang mencabut ketentuan dalam Keppres 55/2003 tersebut. Perpres 65/2006 tidak lagi

memasukkan sarana olah raga sebagai domain pembangunan untuk kepentingan umum.

Selama tahun 2007 tidak ada perkembangan yang berarti dalam hal pengurusan

sertipikat Hak Pakai yang telah dimohonkan pihak Kemenpora. Pihak BPN Pusat tetap tidak

memproses permohonan hak dari Kemenpora tersebut dengan dalih Kemenpora belum

menyelesaikan pelepasan hak dari PT BE selaku bekas pemegang hak sebelumnya.

Sedangkan pihak Kemenpora berpendapat bahwa tidak ada lagi hubungan antara tanah yang

dimohon untuk P3SON dimaksud dengan HGU PT BE, sesuai surat Ses Kemenpora No.

0298.1/Ses Kemenpora/2/2007 tanggal 27 Pebruari 2007 kepada Deputi Bidang Hak Tanah

dan Pendaftaran Tanah BPN.

Pada 2 Juni 2008, dalam rangka menyelesaikan status kepemilikan lahan di desa

Hambalang, WM selaku Ses Kemenpora membentuk kelompok kerja yang disebut Panitia

Peningkatan Status Kepemilikan Tanah P3SON di desa Hambalang dan menunjuk DK selaku

Ketua. Pokja ini bertugas: (i) melakukan pengkajian, koordinasi dan kegiatan lain dalam

rangka pengurusan dan penyelesaian status kepemilikan lahan di Desa Hambalang; dan (ii)

menjalankan langkah-langkah lain yang dianggap perlu dan tidak bertentangan dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

Pembentukan pokja tersebut belum membuahkan hasil dalam mengupayakan akselerasi

penerbitan hak atas tanah Hambalang. Upaya tersebut dilanjutkan dengan penunjukan

Page 21: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

20

personil tertentu yang dianggap mampu melakukan pendekatan kepada pemegang hak

sebelumnya dalam hal ini Pro selaku pemilik PT BE. Berikutnya, dalam tahun 2009 dicoba

diadakan pertemuan-pertemuan informal dengan Pro maupun bersurat kepada yang

bersangkutan dan kepada Direksi PT BE untuk memperoleh surat pelepasan hak dari PT BE

selaku pemegang hak tanah sebelumnya seperti yang dipersyaratkan oleh BPN, di antaranya

mengirimkan surat-surat berikut:

Menerbitkan Surat Karo Umum Kemenpora No. 0453/Setmenpora/BU/2/2009 tanggal 16

Februari 2009 kepada Pro mengenai permintaan pertemuan sehubungan keinginan

Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (AD) untuk bertemu Pro.

Menerbitkan Surat Ses Kemenpora No.0476/Ses Kemenpora/2/2009 tanggal 17 Februari

2009 kepada Pro mengenai permintaan menerbitkan surat pernyataan pelepasan hak atas

tanah seluas 312.448 m2 yang akan digunakan sebagai persyaratan agar BPN dapat

menerbitkan sertipikat.

Menerbitkan Surat Ses Kemenpora No.1408/Ses Kemenpora/4/2009 tanggal 28 April

2009 kepada Direksi PT BE mengenai permintaan menerbitkan surat pernyataan

pelepasan hak atas tanah seluas 312.448 m2 yang akan digunakan sebagai persyaratan

agar BPN dapat menerbitkan sertipikat.

Selain itu upaya juga dilakukan oleh AD selaku Menpora dengan berkunjung secara

langsung untuk bertemu dengan Kepala BPN dalam rangka memperoleh penjelasan mengenai

proses permohonan sertipikat tanah Hambalang yaitu pada tanggal 10 Mei 2006 dan 6 April

2009.

Secara simultan dari sisi BPN RI, pemberian Hak Pakai atas lahan tersebut sudah mulai

diproses oleh BPN sejak pengajuan permohonan oleh Kemenpora tanggal 22 September

2006. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005 tentang Standar Prosedur

Operasi Pengaturan dan Pelayanan (SPOPP) Pemberian Hak Pakai bahwa layanan ini

seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu 45 hari kerja jika seluruh syaratnya terpenuhi.

SPOPP tersebut menetapkan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi bagi instansi pemerintah

untuk memperoleh Hak Pakai adalah:

Surat rekomendasi dari instansi induk yang mengajukan permohonan

Foto kopi identitas pemohon atau kuasanya

Surat Kuasa jika dikuasakan

Data fisik yaitu surat ukur/peta bidang

Data yuridis di antaranya: surat-surat bukti perolehan tanah (misalnya sertipikat, girik,

surat kapling, surat penunjukan kapling, surat pelepasan hak), surat pernyataan asset yang

menerangkan pencantuman dalam daftar inventaris, secara fisik telah dikuasai sejak

kapan, tidak sengketa, bukan tanah pihak lain.

Page 22: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

21

Untuk memproses permohonan Hak Pakai tersebut, jajaran Deputi Bidang Hak Tanah

dan Pendaftaran Tanah (HTPT) BPN telah melakukan kajian dan penelitian terhadap proses

pemberian Hak Pakai dan telah melaporkan kepada Kepala BPN melalui nota dinas nomor

20/ND/D.I/I/2007 tanggal 22 Januari 2007. Nota dinas itu pada intinya berisi bahwa agar

permohonan tersebut dapat dipenuhi, masih diperlukan syarat-syarat:

a. Penyelesaian perolehan hak dari PT BE selaku pemegang HGU sebelumnya;

b. Pelaksanaan pengoperan hak garapan agar dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan

agar tidak terjadi cacat hukum dan tidak menjadi temuan oleh pihak pemeriksa;

c. Penjelasan mengenai luas tanah yang akan dipergunakan;

d. Menunggu selesainya proses perkara di PTUN Jakarta.

Dari ke-empat syarat tersebut, syarat ke-tiga dan empat telah dapat diselesaikan

sehingga tinggal syarat pertama yaitu penyelesaian perolehan hak dari pemegang hak

sebelumnya dan syarat kedua yaitu tidak ada permasalahan dengan pemeriksa. Selanjutnya

JW selaku Kepala BPN tetap menghendaki agar kedua syarat tersebut dipenuhi.

Oleh karena itu, pihak BPN dalam hal ini Deputi II beserta jajarannya terus menunggu

sampai syarat tersebut terpenuhi. Selama proses pemenuhan syarat tersebut, BPN membuat

Risalah Pengolahan Data (RPD) sebagai bentuk telaahan staf dalam rangka pemberian Hak

Pakai dimaksud. Sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 8 tahun 2009 tanggal 26

Februari 2009 tentang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan di Lingkungan BPN RI, RPD

ini adalah salah satu bentuk naskah dinas berupa Telaahan Staf yang dimaksudkan sebagai

risalah telaah akhir yang disajikan oleh jajaran staf BPN RI yang menjadi dasar bagi Kepala

BPN RI dalam menetapkan hak tertentu atas tanah bagi suatu subyek hak yang memenuhi

syarat dan aturan hukum. RPD ini adalah dokumen resmi yang menyertai dokumen resmi

pertanahan lainnya dan disimpan bersama dokumen hak atas tanah lainnya. RPD ini

dipertanggungjawabkan kebenarannya oleh seluruh jajaran staf Kepala BPN RI baik secara

hukum, administrasi, maupun secara fisik.

Dalam rangka penelaahan kelengkapan syarat pemberian Hak Pakai atas tanah yang

diajukan Kemenpora tersebut, Deputi Kepala BPN Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

(HTPT) telah menyelesaikan telaahannya dalam bentuk RPD lalu mengajukan kepada Kepala

BPN RI dengan Nota dinas nomor 449/ND/DII/VIII/09 tanggal 31 Agustus 2009 yang

ditandatangani oleh BE selaku Deputi Bidang HTPT. Pada saat itu, Deputi II Bidang HTPT

telah menyelesaikan RPD yang pada tanggal 28 Agustus 2009 telah ditandatangani bersama

oleh BE selaku Deputi HTPT, BS selaku DirekturPengaturan dan Pengadaan Tanah

Pemerintah, MW selaku Kasubdit Penetapan Hak Tanah, S selaku Plh. Kasie Penetapan Hak

Wil II, dan EW selaku staf pengolah data. Namun setiap halamannya telah pula diparaf hanya

oleh S selaku Plh. Kasie Penetapan Hak Wil II.

Page 23: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

22

Berdasarkan RPD tersebut, jajaran staf Deputi II menyatakan bahwa Kepala BPN RI

dapat menandatangani konsep SK Penetapan Hak Atas Tanah menjadi SK Penetapan Hak

Atas Tanah. Di samping itu, seluruh jajaran staf telah mempertimbangkan segala aspek

pertanahan lainnya yang diperlukan dalam penetapan hak atas tanah.

Setelah membaca nota dinas dan RPD dari Deputi II BPN bertanggal 31 Agustus 2009

tersebut, JW sempat menandatangani SK Hak Pakai atas nama Kemenpora yang diajukan.

Namun JW menerangkan bahwa SK tersebut dibatalkan kembali olehnya setelah mendengar

saran lisan dari BE yang baru saja purna tugas sebagai Deputi II BPN bahwa akan menjadi

lebih sempurna dan lebih baik jika ditambahkan satu data yuridis berupa Surat Pernyataan

Pelepasan Hak dari PT BE sebagai bekas pemegang HGU untuk tanah dimaksud.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa setelah penyelesaian dan penyampaian RPD

tanggal 28 Agustus 2009 tersebut, masih terdapat beberapa koreksi yang bersifat redaksional

maupun substansial. Setelah mengalami beberapa koreksi redaksional oleh Biro TU Pimpinan

BPN (TUPP), RPD bersama konsep SK Penetapan Hak diajukan ke meja Kepala BPN, lalu

pada tanggal 13 Oktober 2009 mendapatkan catatan dari Kepala BPN untuk ditanggapi oleh

Deputi II. Untuk menjawab catatan ini, MM selaku Plt. Deputi II (Deputi II definitif telah

pensiun TMT 1 September 2009) mengirimkan nota dinas nomor 501/ND/DII/XI/09 tanggal

6 November 2009.

Penjelasan Deputi II tersebut kurang memuaskan Kepala BPN sehingga JW selaku

Kepala BPN RI kembali memberikan disposisi pada tanggal 10 November 2009 yang

berbunyi: “sebelum tt, saya perlu diskusi dulu dengan Plt D-II.”

Meskipun MM tidak datang berdiskusi seperti permintaan JW, JW tidak

menindaklanjuti disposisinya itu dan tetap menunggu pemenuhan persyaratan berupa surat

pernyataan pelepasan hak dari bekas pemegang hak sebelumnya. Namun demikian, oleh staf

tata usaha disposisi Kepala BPN tersebut bersama dengan warkah lengkap tetap disampaikan

kepada Deputi II untuk ditindaklanjuti. Kemudian pada tanggal 15 Desember 2009, MM

selaku Plt. Deputi II mengirimkan disposisi kepada Kepala BPN yaitu: “Yth. Bapak Ka BPN

RI: Dh, dilaporkan, maka dengan dasar kepemilikan kantor Menpora terhadap tanah

(terlampir) sudah dapat diproses. Terima kasih.”

Lembar disposisi tersebut diberi tanda OK dan paraf, namun JW selaku Kepala BPN

menyatakan tidak pernah melihat disposisi ini dan tidak mengenal tulisan tangan OK dan

paraf yang ada.

Selanjutnya, kepada BS selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah

BPN RI pada tanggal 17 Desember 2009 utusan Kemenpora menyerahkan dokumen asli Surat

Pernyataan H. Probosutedjo bertanggal 22 November 2009 untuk melengkapi syarat

penetapan hak. Dan untuk menyertakan dokumen tersebut ke dalam RPD, pada tanggal 21

Desember 2009 dengan nota dinas nomor 334/ND/DPPTP/XII/2009 BS meminta kembali

Page 24: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

23

berkas RPD yang sudah berada di meja Karo TUPP BPN RI untuk dikoreksi. Dengan adanya

dokumen tersebut, BS selaku Direktur memerintahkan kepada MW selaku Kasubdit dan S

selaku Kasie untuk menyisipkan ke dalam uraian RPD tanpa memperbarui tanda tangan

penyusun dan penanggungjawab RPD. S melanjutkan perintah tersebut kepada EW selaku

staf penyusun RPD.

RPD yang telah disisipi dengan dokumen baru tersebut, diajukan kembali kepada

Kepala BPN RI dengan nota dinas Plt Deputi II nomor 01/ND/DII/I/2010 tanggal 04 Januari

2010 dengan menambahkan satu butir penjelasan yaitu: “sehubungan dengan penjelasan

tersebut angka 5 di atas, telah ada Surat Pernyataan dari H. Probosutedjo, Komisaris Utama

PT BE selaku bekas pemegang Hak Guna Usaha Nomor 1/Hambalang yang menyatakan

tidak keberatan apabila Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Negara Pemuda

dan Olahraga menjadikan lahan tersebut untuk sarana dan prasarana olahraga dan tidak

akan melakukan tuntutan/gugatan ke pengadilan di kemudian hari.”

Menindaklanjuti nota dinas tersebut, JW selaku Kepala BPN menandatangani SK Hak

Pakai pada tanggal 6 Januari 2010. JW menerangkan bahwa adanya Surat Pernyataan H.

Probosutedjo tanggal 22 November 2009 tersebut dapat dipandang sebagai bentuk

penyelesaian perolehan hak dari bekas pemegang hak. Karena itu, JW menandatangani SK

Hak Pakai dimaksud. Pada saat menandatangani SK Hak Pakai tersebut, JW selaku Kepala

BPN menyatakan tidak yakin apakah melihat asli dokumen Surat Pernyataan H. Probosutedjo

yang selama ini ditunggu. JW hanya melihat uraian dalam RPD dan nota dinas bahwa surat

tersebut telah ada.

Hasil analisis terhadap RPD Nomor 03/PHT/Dit.PPTP/VIII/2009 tanggal 28 Agustus

2009 menunjukkan bahwa beberapa fakta hukum yang dijadikan sebagai pertimbangan oleh

BPN dalam rangka pemberian Hak Pakai tersebut tidak sesuai kenyataan yang sebenarnya

yaitu sebagai berikut:

Poin VII.9.d. menyatakan bahwa “sesuai hasil audit BPK RI yang menegaskan tidak ada

unsur kerugian negara dalam proses perolehan tanah aset Menpora atas tanah seluas

312.448 m2 yang terletak di Desa Hambalang Kec Citeureup Kab Bogor.”

Yang dimaksud hasil audit BPK RI dalam pernyataan itu adalah LHP nomor

18/HP/XVI/03/2009 tanggal 17 Maret 2009 atas Program Pembinaan dan

Pemasyarakatan Olahraga dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga serta

BA 69 TA 2007 dan 2008 sebagaimana yang disebut dalam RPD poin VI.1.b.8).d.

LHP tersebut menyajikan temuan pemeriksaan atas program kegiatan Kemenpora yang

dilaksanakan dalam periode TA 2007-2008, sedangkan pengadaan tanah dimaksud telah

dilakukan pada tahun 2004. Dengan demikian LHP tersebut tidak relevan dengan kondisi

pengadaan tanah dimaksud.

Page 25: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

24

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pernyataan poin VII.9.d. tersebut adalah hasil

rapat koordinasi membahas permohonan Hak Pakai atas nama Kemenpora di kantor BPN

RI yang diprakarsai oleh Deputi II BPN RI dan dihadiri oleh unsur Kemenpora serta

auditor BPK RI pada tanggal 14 Juli 2009. Undangan resmi rapat tersebut yang

dikeluarkan oleh BE selaku Deputi II nomor 2521/002-300/VII/2009 tanggal 2 Juli 2009

tidak menyebutkan mengundang unsur BPK RI untuk hadir dalam rapat. Adapun

kehadiran staf auditor BPK RI dalam rapat tersebut bukan atas perintah resmi BPK RI

dan tidak merepresentasikan pendapat BPK RI.

Poin VII.9.e. menyatakan “bahwa secara materiil telah ada kesepakatan lisan yang

disampaikan oleh Ibu Rita selaku Direktur Utama PT BE sebagaimana diuraikan dalam

surat Seskemenpora tanggal 18 September 2009 nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009

dan surat pernyataan Ses Kemenpora tanggal 18 September 2009 nomor 2917.B/Ses

Kemenpora/8/2009.”

Bahwa tidak pernah ada surat bernomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan

2917.B/Ses Kemenpora/8/2009 yang bertanggal 18 September 2009. Yang ada adalah

surat bernomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009

bertanggal 18 Agustus 2009, yang tidak menyebutkan adanya kesepakatan lisan tersebut.

Poin VI.1.b.8). menyebutkan bahwa “sebagai tindak lanjut angka 5) di atas Ses

Kemenpora dengan Surat Pernyataan tanggal 18 Agustus 2009 Nomor 2917.B/Ses

Kemenpora/8/2009 menyatakan:

a. Tanah tersebut sudah dikuasai secara fisik sejak tahun 2004 sampai sekarang ini

b. Sudah tercatat sebagai aset Kemenpora Nomor 2531/BU.Set.Menpora/X/2005

tanggal 18 Oktober 2005.

c. Tidak ada sengketa/perkara dengan pihak manapun.

d. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK RI Tahun 2009 tanggal 17 Maret 2009

nomor 18/HP/XVI/03/2009 atas Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga

dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga serta BA 69 TA 2007

dan 2008, tidak ada temuan mengenai pengadaan tanah seluas 312.448 m2 di Desa

Hambalang Kec Citeureup Kab Bogor.

e. Kami telah 2 kali mengirim surat permohonan pelepasan Hak Atas Tanah kepada

Bapak Pro dan Direksi PT BE, namun sampai saat ini belum mendapatkan

tanggapan sebagaimana diharapkan, berdasarkan informasi yang diterima, pimpinan

PT BE menyatakan bahwa tanah tersebut bukan tanah mereka lagi, tetapi sudah

menjadi tanah Negara.”

Bahwa terdapat 3 (tiga) lembar Surat Pernyataan yang ditandatangani Ses Kemenpora

bertanggal 18 Agustus 2009 yaitu 1 (satu) lembar Surat Pernyataan Ses Kemenpora

Page 26: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

25

tertanggal 18 Agustus 2009 nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan 2 (dua) lembar

Surat Pernyataan nomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009.

Surat Pernyataan nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 tertanggal 18 Agustus 2009

dikirimkan secara resmi ke BPN melalui loket Bagian Persuratan dan diterima pada

tanggal 20 Agustus 2009.

Adapun mengenai Surat Pernyataan bernomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009

tertanggal 18 Agustus 2009, terdapat dua surat bernomor sama dengan isi surat berbeda.

Surat Pernyataan nomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009 yang pertama dikirim ke BPN

dengan cara dibawa langsung oleh PM yang pada waktu itu menjabat sebagai Karo

Umum Kemenpora dan disampaikan langsung kepada MW selaku Kasubdit Penetapan

Hak Tanah di kantor BPN Pusat. Surat yang ditandatangani WM selaku Semenpora

dengan dilengkapi materai cukup ini berisi pernyataan sebagaimana poin a, b dan c

tersebut di atas. Setelah surat tersebut disampaikan, MW memberikan petunjuk agar isi

surat pernyataan tersebut diperbaiki dengan mencantumkan hasil pemeriksaan BPK dan

pernyataan dari PT BE. PM kemudian memperbaiki surat tersebut dengan menambahkan

poin d dan e tersebut di atas dan mengirimkan kembali ke MW. Surat Pernyataan yang

kedua ini tidak lagi menggunakan materai sebagaimana Surat Pernyataan yang pertama.

Poin VI.1.b.9). dan poin VII.8. menyebutkan bahwa “…..telah ada Surat Pernyataan

Komisaris Utama PT BE (Pro) yang menyatakan tidak keberatan apabila Kemenpora

mengelola lahan tersebut untuk kepentingan sarana dan prasarana olahraga dan tidak

akan melakukan gugatan ke pengadilan.”

Bahwa yang dimaksud dengan Surat Pernyataan Komisaris Utama PT BE (Pro)

tersebut adalah surat pernyataan tertanggal 22 November 2009 yang bertanda tangan H.

Probosutedjo di atas kertas bermeterai cukup.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa untuk area tanah yang telah dikeluarkan dari

HGU PT BE, Pro menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mendapatkan penggantian

apapun dan tidak pernah memberikan pelepasan hak kepada siapapun. Selain itu,

berkenaan dengan surat pernyataan bertanda tangan dirinya tanggal 22 November 2009

tersebut, Pro menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak pernah dihubungi oleh utusan

Kemenpora dan tidak pernah menandatangani surat tersebut. Yang bersangkutan tidak

tahu tanda tangan yang tertera di surat tersebut itu tanda tangan siapa.

Surat Pernyataan tersebut diterima langsung oleh Swi (staf Direktur Pengaturan dan

Pengadaan Tanah Pemerintah BPN RI) pada tanggal 17 Desember 2009 tanpa melalui

bagian persuratan BPN RI. Swi menyatakan bahwa pada hari diterimanya surat tersebut,

BS selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN RI

memerintahkannya melalui telepon untuk menerima secara langsung dokumen asli surat

pernyataan yang akan diantar oleh utusan Kemenpora. Dan setelah Swi menerima, lalu

Page 27: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

26

yang bersangkutan meletakkan surat tersebut di meja kerja BS. Namun yang

bersangkutan tidak ingat nama orang yang mengantarkan surat tersebut ke kantor BPN.

Selanjutnya setelah lengkap, berkas warkah pemberian hak tersebut diserahkan oleh

Deputi II selaku pemroses berkas dengan nota dinas kepada Kepala BPN tanggal 4

Januari 2010 dan diterima oleh YA selaku Kasubbag TU Kepala BPN untuk permintaan

tanda tangan Kepala BPN. Setelah SK Hak ditandatangani Kepala BPN, selanjutnya SK

Hak tersebut beserta berkas lengkap diserahkan oleh Kasubbag TU Kepala BPN kepada

LAW selaku Kepala Bagian Persuratan pada tanggal 6 Januari 2010 untuk diberi nomor,

didistribusikan dan diarsipkan. Sejak penerimaan berkas tanggal 6 Januari 2010 tersebut,

sampai dengan dikeluarkan pada tanggal 20 Desember 2011 untuk keperluan scanning

dokumen, tidak ada peminjaman berkas oleh pihak lain, yang berarti berkas tidak pernah

keluar dari tempat penyimpanan yang dikuasai Bagian Persuratan BPN. Pada saat

pertama kali dibuka, dokumen berupa Surat Pernyataan H. Probosutedjo tertanggal 22

November 2009 tersebut sudah dalam bentuk kertas fax yang difotokopi dan tidak ada

dokumen asli.

Dalam keputusan tentang Hak Pakai sesuai Surat Keputusan nomor 1/HP/BPN RI/2010

tanggal 06 Januari 2010 tentang pemberian Hak Pakai atas nama Kemenpora atas tanah di

Kab Bogor Jawa Barat, Kepala BPN melampirkan pernyataan pelepasan hak garapan dari

para penggarap, namun tidak mencantumkan Surat Pernyataan H. Probosutedjo tanggal 22

November 2009 tersebut sebagai salah satu pertimbangan atas terbitnya surat keputusan

tersebut.

Setelah SK Hak Pakai ditandatangani Kepala BPN, sesuai prosedur yang diatur dalam

Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005 yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala

BPN No. 1 tahun 2010 bahwa SK tersebut hanya dapat diserahkan kepada instansi pemohon

atau kuasa yang ditunjuknya. Namun faktanya SK tersebut oleh LAW atas perintah MM

diserahkan kepada IM pada tanggal 6 Januari 2010 tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora.

Sebelumnya, IM pernah menghubungi MM via telepon untuk meminta bantuan agar SK Hak

Pakai dapat segera jadi dan MM menjanjikan akan membantu. Pada hari penandatanganan SK

Hak tanggal 6 Januari 2010 tersebut, pagi hari MM menghubungi IM via telepon mengatakan

bahwa SK Hak sudah ditandatangani Kepala BPN, lalu sore harinya IM datang untuk

mengambil SK Hak tersebut.

Selanjutnya berdasarkan surat keputusan tersebut, Kepala Kantor Pertanahan Kab

Bogor menerbitkan tanda bukti hak atas tanah berupa Sertipikat Hak Pakai Nomor 60 pada

tanggal 20 Januari 2010.

Page 28: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

27

b. Perizinan dari Pemerintah Daerah

1) Izin Lokasi

Setelah lokasi desa Hambalang dipilih, pada tanggal 10 Mei 2004 TCM selaku Dirjen

Olahraga Depdiknas mengirim surat kepada Bupati Bogor No. 0514 A/OR/2004 tentang

rencana pembangunan Gedung Diklat Olahraga Pelajar Nasional. Surat tersebut meminta

Bupati Bogor untuk membantu penyelesaian penerbitan izin penetapan lokasi, penyelesaian

proses berbagai perizinan termasuk pertanahan dan dukungan infrastruktur serta dukungan

fasilitas lainnya.

Tim Pertimbangan Pemberian Izin Lokasi dan atau penetapan Lokasi di Kabupaten

Bogor pada tanggal 15 Juli 2004 membuat Berita Acara Rapat Pembahasan Izin/Penetapan

Lokasi yang dimohon oleh Dirjen Olahraga Depdiknas yang ditandatangani oleh AS selaku

Plh. Sekretaris Daerah Kab.Bogor. Kesimpulan rapat tersebut adalah bahwa permohonan

lokasi Diklat Pengembangan Atlet Nasional Ditjen Olahraga Depdiknas dapat

dipertimbangkan dengan syarat:

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sesuai Perda No.17/2000 diberikan 20%

Perolehan hak atas tanah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.

Rapat tersebut tidak mempertimbangkan kondisi lokasi yang dimohon yang berada

dalam zona rawan bencana sesuai dengan hasil penelitian dan pemantauan yang dilakukan

Badan Geologi Kementerian ESDM dalam hal ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi (PVMBG). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wilayah tersebut merupakan

zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi. Artinya, pada zona itu sering terjadi gerakan

tanah. Sejak 1996 secara berkala, pihak PVMBG telah menerbitkan Peta Zona Kerentanan

Gerakan Tanah. Peta tersebut terus diperbarui dan terakhir tahun 2009 peta menyebutkan

bahwa wilayah Hambalang Bogor termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah

tinggi, artinya pada daerah ini gerakan tanah sering terjadi terutama dipicu oleh curah hujan

yang tinggi, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Kondisi yang rentan gerakan tanah tersebut telah terbukti dengan terjadinya bencana

gerakan tanah di antaranya yang terjadi pada 30 Januari 2002 yaitu di kampung Tajur Tapos

desa Hambalang Kabupaten Bogor. Menurut laporan hasil pemeriksaan gerakan tanah yang

diterbitkan oleh PVMBG nomor 388/42.02/DGV/2002 tanggal 21 Februari 2002, penyebab

gerakan tanah tersebut adalah adanya “perbedaan sifat fisik batuan dasar pembentuk lereng

antara breksi tufa setengah lapuk yang meluluskan air terletak di atas batu lempung yang

kedap air dan mudah lunak bila jenuh air. Hal ini akan menyebabkan air permukaan mudah

meresap ke dalam lapisan tanah/batuan melalui pori-pori antar butir tanah kemudian tertahan

pada lapisan lempung di bawahnya, sehingga permukaan batu lempung akan menjadi lunak

dan licin. Akibatnya breksi tufa beserta tanah pelapukannya yang terletak di bagian atas akan

mudah bergerak dengan bidang lincir permukaan batu lempung.”

Page 29: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

28

Dalam laporan tanggal 21 Februari 2002 itu pula, mengingat kawasan tersebut

termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi, PVMBG telah

mengusulkan saran penanggulangan agar bencana tak terulang yaitu:

Relokasi rumah-rumah yang terletak di daerah yang telah bergerak ke lokasi yang lebih

aman.

Mengosongkan rumah-rumah yang telah rusak berat dan pada saat pemeriksaan masih

dihuni.

Mengatur kembali penggunaan lahan di daerah yang telah bergerak agar areal persawahan

diganti dengan lahan pertanian yang tidak membutuhkan banyak air.

Pada bulan November-Desember 2011 terjadi lagi gerakan tanah di lokasi desa

Hambalang. Dengan adanya bencana tersebut, PVMBG menerbitkan laporan singkat dengan

surat yang ditujukan kepada Kepala BNPB, Gubernur Jawa Barat, dan Bupati Bogor

bernomor 1384/45/BGL.V.2012 tanggal 7 Juni 2012. Dalam laporan tersebut, PVMBG

menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya bencana tersebut adalah:

Sifat fisik batu lempung (sweeling clay) yang mudah mengembang bila terkena air.

Adanya air permukaan yang mengalir bebas di permukaan dan meresap ke dalam tanah,

hingga menjenuhkan lapisan batu lempung menjadi mengembang dan menjadi bubur.

Adanya penggalian pada lereng bagian bawah yang terjal (>800) dan memotong lapisan

lempung mengembang, sehingga lapisan batu lempung dan lapisan batuan vulkanik di

atasnya bergerak ke bawah.

Hasil penelitian PVMBG terhadap kondisi lapisan tanah di wilayah tersebut menunjukkan

bahwa:

Lapisan atas berupa lapisan batuan vulkanik lapuk yang kurang kompak;

Bagian bawah berupa lapisan batu lempung yang bersifat mengembang (swelling clay);

Terdapat akumulasi air yang cukup banyak di atas lapisan batu lempung;

Pada lapisan batu lempung di beberapa tempat terindikasi adanya

pembuburan/penggemburan tanah/lempung.

Menurut Risalah hasil rapat pembahasan, diketahui ada perwakilan dari 10 instansi

terkait yang hadir dan memberikan usulan/pertimbangan yaitu:

Bappeda Kab. Bogor (JP)

Kantah Kab. Bogor (WH)

Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kab. Bogor (MNS dan HJCh)

Dinas Pertanian Kab. Bogor (NGR)

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Bogor (MY )

Dinas Cipta Karya Kab. Bogor (Jay)

Bagian Hukum (Gu)

Bagian Pemerintahan Umum (YS )

Page 30: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

29

Camat Citeureup (AchK)

Dinas Kehutanan dan Perkebunan (tidak ada nama namun ada tanda tangannya)

Pada tanggal 16 Juli 2004, Kepala Bappeda Kab. Bogor (MRM) membuat nota dinas

Nomor 591/27/Sarpraswil-Bap/04 kepada Bupati Bogor melalui Sekda Kab. Bogor perihal

permohonan penetapan lokasi untuk pembangunan Gedung Diklat Olahraga Pelajar di Desa

Hambalang Kec. Citeureup yang menyatakan bahwa:

Berdasarkan Perda Kab. Bogor No. 17 tahun 2000 tentang RTRW Kab. Bogor, lokasi

yang dimohon termasuk dalam dominasi peruntukan pertanian lahan kering, di lokasi

tersebut dimungkinkan adanya pembangunan diklat olahraga dengan luas tutupan

bangunan (KDB) maksimal 20%.

Mempertimbangkan Persetujuan DPRD Kab.Bogor No.170/53-DPRD tanggal 24 Mei

2004 yang pada prinsipnya menyetujui rencana pembangunan gedung diklat olahraga

pelajar nasional

Berdasar hasil rapat pembahasan Tim Pertimbangan Pemberian Ijin Lokasi pada tanggal

14 Juli 2004, kiranya permohonan Penetapan Lokasi an Ditjen Olahraga Depdiknas dapat

dipertimbangkan untuk pembangunan diklat olahraga di atas tanah seluas +- 30 ha.

Adapun Ketentuan teknis yang harus dipenuhi antara lain:

Luas tutupan bangunan (KDB) maksimum 20% dan sisanya untuk penghijauan

Diwajibkan menanam pohon pelindung untuk konservasi lingkungan

Diwajibkan membuat Amdal

Pada daerah dengan kemiringan lebih dari 40 derajat agar dipertahankan sebagai daerah

konservasi

Site plan /rencana tapak bangunan setiap perubahannya harus disahkan oleh Bupati Bogor

dan dikonsultasikan terlebih dulu dengan Bappeda Bogor

Dalam pelaksanaan pembangunannya, tidak diperkenankan merubah/memindahkan batas

desa dan kecamatan yang ada, agar tetap dipertahankan dan atau dibuat dengan tanda-

tanda yang pasti.

Keputusan Bupati Bogor No.591/244/Kpts/Huk/2004 tanggal 19 Juli 2004 tentang

penetapan lokasi pembangunan gedung pendidikan dan pelatihan olahraga pelajar nasional

terletak di Desa Hambalang Kec. Citeureup Kab. Bogor seluas +- 30 HA, menyebutkan pihak

Ditjen Olahraga Depdiknas diwajibkan untuk membuat Dokumen Amdal serta site plan

sebelum pembangunan dilaksanakan dikoordinasikan dengan Dinas Tata Ruang dan

Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor. Keputusan ini berlaku selama 12 bulan sejak di

tetapkan dan dapat diperpanjang satu kali atas permohonan yang bersangkutan dengan

mengajukan permohonan kembali paling lama 10 hari sebelum masa berlakunya berakhir.

Page 31: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

30

Pada tanggal 15 Februari 2007 Deputi Pemberdayaan Olahraga menerbitkan Surat no.

B.0016/Deputi IV Menpora/II/2007 kepada Bupati Bogor mengenai perubahan Keputusan

Bupati Bogor No:591/244/KPTS/Huk/2004, yang semula bernama Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Olahraga Pelajar Nasional, dengan pemrakarsa Depdiknas dengan 300.000 m2.

menjadi bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional di Sentul,

dengan pemrakarsa Kemenpora dengan luas 312.448m2.

Surat Deputi Pemberdayaan Olahraga tanggal 15 Februari 2007 No.B.0018/Deputi IV

Menpora/II/2007 ditujukan kepada Bupati Kab. Bogor tentang Permohonan penetapan lokasi

pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional untuk

dimasukan ke dalam rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) yang diperuntukan sebagai

kawasan olahraga.

Pada tanggal 27 Februari 2007 Bupati Bogor menerbitkan Keputusan Bupati Bogor No.

591/61/Kpts/huk/2007 tentang Penetapan kembali lokasi untuk pembangunan pusat

Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olah Raga Nasional seluas 312.448 m2 di Desa

Hambalang Kecamatan Citeureup bagi Kepentingan Kemenpora. Dalam Surat Keputusan

tersebut disebutkan sebelum pelaksanaan kegiatan pembangunan diwajibkan untuk menyusun

laporan studi kelayakan, melakukan penelitian fisik tanah dan batuan yang pelaksanaannya

bekerjasama dengan Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Departemen ESDM,

membuat dokumen Amdal, Peil Banjir, Masterplan dan IMB. Surat Keputusan ini

ditembuskan ke Tim Pertimbangan Pemberian Izin lokasi dan penetapan lokasi.

2) Studi Amdal

Untuk melaksanakan syarat yang disebutkan dalam Keputusan Bupati Bogor

No.591/244/Kpts/Huk/2004 tanggal 19 Juli 2004 tentang penetapan lokasi pembangunan

gedung pendidikan dan pelatihan olahraga pelajar nasional terletak di Desa Hambalang Kec.

Citeureup Kab. Bogor seluas + 30 Ha, Kemenpora mulai melakukan studi Amdal dengan

membuat perjanjian kerja sama dengan PT CKS nomor KTR-

0309.1/PPK.D.IV.Menpora/VIII/2006 tanggal 14 Agustus 2006. Atas kontrak tersebut, DN

selaku Direktur PT CKS telah menerima pembayaran netto sebesar Rp295.000.000.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sampai dengan pemeriksaan (September

2012), PT CKS menyatakan bahwa hanya menerima uang sebesar Rp90.000.000, sedangkan

sisanya sebesar Rp205.000.000 telah diserahkan kepada seseorang bernama NS dengan tanda

terima bertanggal 08 Januari 2007 untuk keperluan biaya pekerjaan penyusunan Amdal

kegiatan pengembangan PPPON di Hambalang. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, PT

CKS telah menggunakan uang sebesar Rp90.000.000 tersebut untuk keperluan penyusunan

TOR Amdal dan uji laboratorium yang dilaksanakan dalam periode April 2005 – Desember

2006. Output yang dihasilkan belum merupakan dokumen studi Amdal yang lengkap namun

Page 32: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

31

hanyalah Kerangka Acuan Analisa Dampak Lingkungan dan hasil uji lab. Sedangkan studi

Amdal di tahun 2010 – 2011 tidak pernah dilakukan karena Kemenpora tidak menyediakan

dananya.

Karena studi Amdal belum dilakukan dan sambil menunggu penyelesaian sertipikat

atas lahan dimaksud, pada tanggal 9 Januari 2007 NS menitipkan uang tunai sebesar

Rp205.000.000 tersebut kepada AAA selaku PPK dan akan digunakan kembali jika proses

penyelesaian Amdal telah dilaksanakan. Namun sampai dengan pemeriksaan ini (Oktober

2012), Amdal dimaksud tidak pernah diselesaikan dan uang tunai sebesar Rp205.000.000

tersebut tidak pernah diminta kembali oleh NS.

Meskipun pernah terhenti di tahun 2006, untuk memenuhi persyaratan studi Amdal,

pada tanggal 28 Juli 2011 DK (selaku Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga

Kemenpora) menyurati Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor dengan surat

No.278.A/B.II.SESKEMENPORA/7/2011 perihal Pengajuan Dokumen Evaluasi Lingkungan

Hidup (DELH). Dalam surat tersebut Kemenpora memberitahukan bahwa pembangunan

Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional telah dilakukan mulai tahun 2003

seperti tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Kronologis Pembangunan P3SON Hambalang sesuai Surat Kepala Biro

Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Nomor 278.A/B.II.SESKEMENPORA/7/2011

No. Masa/Periode Instansi Kegiatan

1. 2003 - 2004 Ditjen Olahraga

Depdiknas

Penetapan lokasi

Penyelesaian Pengoperan/Pelepasan Hak

Garapan dengan santunan kerohiman

2 2004 - 2009 Kemenpora Pelaksanaan Pembangunan berupa

bangunan masjid, asrama dan lapangan

sepakbola

Pengurusan sertipikat Hak Pakai atas nama

Kemenpora

3 2009 - Juli 2011 Kemenpora Diperoleh sertipikat Hak Pakai No.60

Tahun 2010 tgl.20 Januari 2010

Penyempurnaan Perencanaan

Pelaksanaan lanjutan pembangunan P3SON

Pada tanggal 4 Agustus 2011 Kepala BLH Kab. Bogor (NM) menindaklanjuti

permohonan penyusunan DELH kegiatan pembangunan P3SON dengan membuat surat ke

kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Propinsi Jawa Barat dengan surat

No.660.1/1.577/Dam-BLH perihal Usulan Penyusunan DELH.

Pada tanggal 12 Agustus 2011 Kepala BPLHD Propinsi Jawa Barat (SW)

menindaklanjuti Surat BLH Kab.Bogor no. 660.1/1.577/Dam-BLH dengan bersurat ke

Deputi I Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan no.surat

Page 33: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

32

660.1/3.223/I/2011 perihal Data Usulan Kegiatan yang wajib DELH di Kab.Bogor. Dalam

surat tersebut disampaikan hal-hal sebagai berikut:

Kegiatan pembangunan P3SON telah memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Men-LH No.14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha

dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum

memiliki Dokumen Lingkungan Hidup, di antaranya telah memiliki izin usaha dan/atau

kegiatan sebelum ditetapkannya UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kegiatan pembangunan P3SON telah sampai tahap konstruksi sebelum ditetapkannya UU

No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi Kegiatan pembangunan P3SON sesuai dengan RTRW dan/atau rencana tata ruang

kawasan setempat.

Kegiatan pembangunan P3SON tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki

dokumen lingkungan hidup akan tetapi tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Kegiatan pembangunan P3SON dinyatakan perlu mendapatkan penetapan/pengesahan

dan penerbitan surat perintah untuk melakukan penyusunan DELH yang dikeluarkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup sebelum dilakukan proses penilaian oleh instansi

pengelola lingkungan hidup di daerah.

Pada tanggal 14 Agustus 2011 Deputi I MENLH Bidang Tata Lingkungan bersurat ke

Kepala BPLHD Propinsi Jawa Barat dengan surat no. B-7203/Dep.I/LH/08/2011 perihal

Surat Perintah Menyusun DELH. Dalam surat tersebut dinyatakan hal-hal sebagai berikut:

Surat Perintah menyusun DELH ditujukan kepada penanggung jawab kegiatan (dhi

Kemenpora) didasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan KemenLH terhadap data

verifikasi yang disampaikan oleh BPLHD Provinsi Jawa Barat

KemenLH meminta BPLHD Provinsi Jawa Barat meneruskan Surat Perintah ini ke BLH

Kab. Bogor untuk selanjutnya menyampaikannya ke penanggung jawab kegiatan (dhi

Kemenpora)

Dokumen DELH yang telah disusun oleh Kemenpora selanjutnya agar disampaikan ke

BLH Kab. Bogor yang berwenang menilai sesuai dengan pengaturan pada Psl 12

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen

Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Usaha dan/atau

Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010

bahwa penyusunan dokumen evaluasi lingkunan hidup yang dilakukan antara tanggal 4

Oktober 2010 sampai dengan 3 Oktober 2011 wajib memiliki sertipikat kompetensi

auditor lingkungan hidup yang teregistrasi.

Page 34: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

33

Apabila setelah tanggal 3 Oktober 2011 kegiatan yang sudah ditetapkan DELH/DPLH

maupun DPPL belum juga mendapatkan pengesahan terhadap dokumen yang disusun,

maka penetapan DELH/DPLH maupun DPPL dianggap tidak berlaku dan kegiatan

tersebut dianggap tidak memiliki dokumen lingkungan hidup

Sesuai dengan pasal 18 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup bagi Usaha bahwa

penyusunan DELH atau DPLH tidak membebaskan penanggungjawab kegiatan (dhi

Kemenpora) dari sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya penyimpangan atau pelanggaran terhadap

ketentuan hukum yang berlaku maka Surat Perintah dan/atau Persetujuan DELH akan

ditinjau kembali atau dibatalkan.

Pada tanggal 19 Oktober 2011 DK selaku Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga

Kemenpora bersurat ke Asisten Deputi Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup

dengan surat no.351/BII.SESKEMENPORA/10/2011. Adapun isi surat tersebut adalah

sebagai berikut:

Kemenpora menyatakan bahwa belum dapat menyelesaikan penyusunan DELH yang

seharusnya harus sudah selesai sebelum tanggal 3 Oktober 2011.

Kemenpora memohon agar diberikan dispensasi waktu penyelesaian penyusunan DELH

karena bangunan yang sedang didirikan adalah bangunan Negara dan akan digunakan

untuk kepentingan pendidikan.

Pada tanggal 16 April 2012 Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan bersurat kepada

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan nomor surat:B-

3874/Dep.I/LH/PDAL/04/2012 perihal Arahan Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak

memiliki dokumen lingkungan. Dalam surat tersebut disampaikan hal-hal sebagai berikut:

Berdasarkan informasi yang diterima bahwa terdapat kegiatan pembangunan Kemenpora

yang telah berjalan namun belum memiliki dokumen lingkungan

Sesuai ayat (1) dan (2) Pasl 121 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa:

Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 2 tahun, setiap usaha dan/atau

kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki

dokumen Amdal wajib menyelesaikan audit lingkungan hidup, dan

Pada saat berlakunya UU ini, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin

usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL/UPL wajib membuat dokumen

pengelolaan lingkungan hidup

Sehubungan dengan ketentuan pada Pasal 2 Peraturan MENLH Nomor 14 Tahun 2010

tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki

Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan yang

menyatakan bahwa DELH wajib disusun paling lama tanggal 3 Oktober 2011

Page 35: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

34

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, diinformasikan bahwa PP No. 27 Tahun 2012

tentang Izin Lingkungan telah diterbitkan dan mulai diberlakukan, di mana dalam

peraturan tersebut hanya dikenal dokumen Amdal dan UKL-UPL yang dipersyaratkan

untuk penerbitan Izin Lingkungan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka terhadap kegiatan yang sudah ditetapkan

DELH/DPLH namun belum melakukan penilaian dan kegiatan yang sudah berjalan

namun tidak memiliki dokumen lingkungan, maka akan diberlakukan pengaturan sesuai

dengan pengaturan dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan.

Berdasarkan wawancara antara Tim Pemeriksa dengan Kabid Pengkajian Dampak

Lingkungan BLH Kab. Bogor (ES) tanggal 17 Juli 2012 diketahui hal-hal sebagai berikut:

Kemenpora selaku pemrakarsa kegiatan P3SON belum pernah mengajukan draft

Kerangka Acuan Amdal maupun Andal, RLK/RPL.

Surat BLH Kab. Bogor No.660.1/2.159/Dam-BLH tanggal 15 Oktober 2010 perihal

Pengumuman Rencana Kegiatan tidak dapat dianggap sebagai bukti pendaftaran

pengesahan dokumen Amdal karena surat tersebut merupakan public notice yang

merupakan salah satu lampiran dalam Kerangka Acuan.

BLH Kab. Bogor belum pernah menerima undangan public hearing terkait kegiatan study

Amdal dari Kemenpora

Surat Keterangan No.02/X/CKS/2010 tanggal 15 Oktober 2010 yang dibuat oleh PT

Cikaracak Kreasi Sejati tidak dapat dianggap sebagai bagian dari proses penyusunan

Amdal karena proses penilaian Amdal berada di BLH Kab.Bogor.

BLH Kab. Bogor telah menindaklanjuti Surat Kemenpora

No.278.A/BII.SESKEMENPORA/7/2011 tanggal 28 Juli 2011 perihal pengajuan

dokumen lingkungan hidup dengan meneruskan ke BPLHD Provinsi Jawa Barat.

Sampai dengan saat ini (17 Juli 2012) BLH Kab. Bogor tidak pernah menerima draft

DELH atas nama Kemenpora.

Sampai dengan laporan hasil pemeriksaan ini dibuat (Oktober 2012), dokumen Amdal

yang dimaksud belum ada dan belum disampaikan oleh Kemenpora.

3) Site Plan

Dalam hal pengurusan Master / Site Plan, DK selaku Karo Perencanaan Kemenpora

atas nama Ses Kemenpora mengajukan surat nomor 1572/Seskemenpora/6/2010 perihal

permohonan pengesahan site plan kepada Bupati Bogor melalui Sekda pada tanggal 3 Juni

2010 dengan melampirkan sebagian dokumen yang dipersyaratkan sesuai bunyi pasal 8

Peraturan Bupati Bogor Nomor 14 tahun 2007 yang telah diubah dengan Peraturan Bupati

Page 36: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

35

Bogor Nomor 30 tahun 2009 tanggal 17 Juni 2009 tentang Pedoman Pengesahan Masterplan,

Site Plan dan Peta Situasi. Adapun persyaratan yang belum dipenuhi adalah fotokopi

dokumen pengelolaan lingkungan yaitu Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal),

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) / Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Gambar site plan akhirnya disahkan dengan Keputusan Bupati Bogor nomor

591.3/231/kpts/SP/Huk/2010 tanggal 25 Oktober 2010, meskipun sampai dengan saat tersebut

Kemenpora belum menyerahkan dokumen Amdal/UKL/UPL dan juga belum melakukan studi

Amdal. Hal ini melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 22 UU No. 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Burhanuddin selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan dan Yani Hasan selaku

Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman menerangkan bahwa penetapan site plan tetap

dilakukan oleh Bupati atas pertimbangan Dinas Tata Ruang dan Pertanahan serta Dinas Tata

Bangunan dan Permukiman meskipun studi Amdal belum pernah dilakukan oleh Kemenpora

selaku pemohon karena pihak Pemkab Bogor pada dasarnya memberikan kemudahan proses

penetapan tersebut mengingat itu adalah proyek Pemerintah Pusat yang perlu didukung

daerah.

2. Izin Mendirikan Bangunan

Dalam hal pengurusan IMB, Pada tanggal 5 Pebruari 2007 Kasubbag Tata Usaha

Deputi Pemberdayaan Olahraga Kemenpora (BT) mengeluarkan surat No.

B.0021.1/D.IV/Menpora/II/2007 kepada Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor

mengenai permohonan Ijin Mendirikan Bangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Prestasi Olahraga Nasional di Desa Hambalang.

Pada tanggal 26 Oktober 2010 DK mengajukan permohonan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional dengan

nomor register pendaftaran 661565026664.

Berdasarkan hasil penelitian administrasi dan pemeriksaan lapangan yang dilakukan

oleh Badan Perizinan Terpadu Pemkab Bogor, permohonan perizinan tersebut telah

memenuhi persyaratan. Kemudian pada tanggal 30 Desember 2010 dikeluarkan Keputusan

Bupati Bogor No. 641/003.2.1/00910/BPT/2010 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama Kemenpora

di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup. Dengan rincian bangunan meliputi: pos jaga, tugu,

gedung penunjang dan pool mobil, sport science dan kebugaran, GOR serbaguna, lapangan

sepakbola, masjid, asrama olahragawan senior putra/putri, asrama olahragawan junior

putra/putri, sekolah, tenis dan basket indoor, hall senam dan gulat, hall angkat besi, angkat

berat dan binaraga, lapangan tembak indoor dan outdoor, koram renang, lapangan atletik,

gedung serbaguna, bulutangkis dan sepak takraw indoor, lapangan tenis, basket, volley pantai

Page 37: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

36

indoor, lapangan panahan, extreme sport, pagar tembok, tempat parkir grassblok, sumur

resapan dan septictank.

Dalam pelaksanaan pembangunan, pemegang izin harus memenuhi syarat-syarat antara

lain jarak bangunan dengan as jalan 15 m', dan jarak pagar dengan as jalan 10 m', ketinggian

bangunan dari muka tanah 12 m' dan dilarang menambah tanpa persetujuan teknik Dinas Tata

Bangunan dan Pemukiman.

IMB tersebut dikeluarkan oleh SS selaku Badan Perizinan Terpadu (BPT) Kabupaten

Bogor dengan mengatasnamakan Bupati Bogor setelah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam SOP Pelayanan Perizinan Terpadu berdasarkan Peraturan Bupati Bogor

Nomor 17 tahun 2009 yang mulai berlaku pada 1 April 2009. SOP ini mengacu ketentuan

yang diatur dalam Perda Kabupaten Bogor nomor 23 tahun 2000 tentang IMB bahwa

penerbitan IMB tidak harus memenuhi persyaratan berupa adanya studi Amdal terlebih

dahulu. Karena itulah Kepala BPT Kabupaten Bogor tetap memproses permohonan IMB

meskipun Amdal tidak ada. Selain itu, SS selaku Kepala BPT Kabupaten Bogor beranggapan

bahwa dokumen Amdal sudah dipenuhi dalam pembuatan site plan, jadi seharusnya setelah

site plan keluar masalah Amdal sudah selesai.

Padahal Perda Kabupaten Bogor nomor 12 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2010

tentang Bangunan Gedung pasal 25 menyatakan bahwa persyaratan tata bangunan meliputi

adanya pengendalian dampak lingkungan. SOP Pelayanan Perizinan Terpadu belum

mengakomodasi ketentuan mengenai kewajiban membuat dokumen Amdal yang diatur dalam

Perda Nomor 12 tahun 2009 tersebut.

c. Perencanaan Kegiatan dan Anggaran Tahun 2009

Kemenpora mendapatkan penetapan Pagu Indikatif dan Rancangan Awal Rencana

Kerja Pemerintah TA 2010 sebesar Rp993.859.500.000 pada tanggal 16 April 2009, melalui

Surat Edaran Bersama Menteri Negara Pembangunan Nasional/Bappennas dan Menteri

Keuangan No.0080/M.PPN/04/2009 dan No.SE-1223/MK/04/2009. Sesuai pagu indikatif

tersebut, Kemenpora mengalokasikan anggaran untuk Program Peningkatan Sarana dan

Prasarana Olahraga sebesar Rp75.544.300.000. Selanjutnya berdasarkan alokasi Pagu

Indikatif, Kemenpora menyusun Rencana Kerja (Renja) tahun 2010 yang ditetapkan oleh Ses

Kemenpora atas nama Menteri pada tanggal 12 Mei 2009, serta mengalokasikan anggaran

untuk Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga sebesar Rp65.544.300.000.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor.SE-1927/MK.02/2009 tanggal 6

Juli 2009, Kemenpora hanya mendapatkan penetapan Pagu Sementara tahun 2010 sebesar

Rp983.859.500.000 atau turun sebesar Rp10.000.000.000 dari Pagu Indikatif, dengan alokasi

pada Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga tetap sebesar Rp65.544.300.000.

Page 38: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

37

RKA KL Pagu Sementara TA 2010 Kemenpora belum mengalokasikan kegiatan

Pembangunan P3SON Hambalang.

Bahan Penjelasan antara Komisi X DPR RI dengan Kemenpora pada tanggal 25

Agustus 2009 tentang Pembahasan RKA KL RAPBN Kemenpora Tahun 2010 menunjukkan

bahwa Kemenpora masih membutuhkan tambahan alokasi anggaran sebesar

Rp500.000.000.000 untuk beberapa kegiatan yang diangap penting dan belum terdanai pada

Pagu Sementara, yaitu antara lain untuk kegiatan lanjutan pembangunan Sentul sebesar

Rp50.000.000.000. Selanjutnya pada tanggal 24 September 2009, Kemenpora mendapatkan

penetapan Pagu Definitif TA 2010 melalui Surat Edaran Menteri Keuangan No.SE-

2679/MK.02/2009 menjadi sebesar Rp1.553.859.460.000 atau meningkat sebesar

Rp569.999.960.000, yang meliputi tambahan anggaran pendidikan sebesar

Rp510.000.000.000 dan perubahan anggaran lainnya sebesar Rp60.000.000.000.

Pimpinan Komisi X DPR RI dan Tim Pokja Anggaran Komisi X DPR RI telah

menyetujui pada akhir September 2009 untuk mengalokasikan anggaran pada Program

Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga sebesar Rp486.645.554.000 atau meningkat

sebesar Rp421.101.254.000 dari alokasi pada Pagu Sementara. RKA KL Pagu Definitif TA

2010 yang disampaikan oleh Ses Kemenpora kepada Menteri Keuangan Cq. Dirjen Anggaran

melalui Surat Nomor 3352.B/Ses Kemenpora/10/2009 tanggal 1 Oktober 2009 menunjukkan

bahwa Kemenpora mengalokasikan kegiatan pembangunan P3SON Hambalang sebesar

Rp125.000.000.000 dengan nomenklatur Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional.

Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa WM sebagai Ses Kemenpora sejak bulan

Agustus 2009 telah memulai rencana perhitungan terhadap perkiraan biaya pembangunan

P3SON Hambalang secara keseluruhan, yang meliputi pekerjaan konstruksi maupun

kebutuhan peralatan/perlengkapan olahraga dan kesehatan. LLI – Direktur CV RM sebagai

Tim Asistensi Kemenpora menjelaskan bahwa pada bulan Agustus 2009 pihaknya pernah

diminta WM untuk membantu merencanakan kembali proyek Sentul tahun 2006, yaitu antara

lain dengan menyiapkan draft TOR dan RAB untuk pekerjaan fisik bangunan dan peralatan

sebesar Rp1,7 Triliun.

WM merekomendasikan IN dan SA untuk menghitung RAB pekerjaan fisik

bangunan, serta DK dan WS yang akan membantu menghitung RAB peralatan. IN adalah

Direktur Utama PT BIE, SA adalah staf pada PT BIE, WS adalah Sekretaris Program PAL

Kemenpora, dan DK adalah Kepala Biro Perencanaan Kemenpora. Hasil perhitungan RAB

meliputi pekerjaan fisik bangunan sekitar Rp800 Miliar dan peralatan sekitar Rp900 Miliar

diserahkan kepada WM. Selanjutnya WM meminta LLI agar mengubah perhitungan RAB

yang sudah dilakukan, yaitu terakhir menjadi sebesar Rp2,5 Triliun dengan pertimbangan

untuk fisik bangunan sebesar Rp1,2 Triliun dan untuk peralatan sebesar Rp1,3 Triliun.

Page 39: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

38

Pada tanggal 1 Oktober 2009, SA mengirimkan hasil perhitungan biaya konstruksi

melalui email [email protected] kepada AH - Kabid Sarana dan Prasarana

Olahraga Kemenpora dengan alamat email [email protected] dan LLI

([email protected]), yang menunjukkan hasil perhitungan sebesar Rp864.576.830.000

terdiri dari biaya konstruksi sebesar Rp753.732.830.000 serta alat dan sarana sebesar

Rp110.844.000.000. SA menghitung draft biaya konstruksi sesuai dengan arahan WM dengan

mempertimbangkan masterplan dan FS yang diterima, perhitungan biaya dibagi menjadi

tahap 2009 sebesar Rp127.544.460.000 dan tahap 2010 – 2011 sebesar Rp737.032.370.000.

Selanjutnya pada tanggal 20 Oktober 2009, SA mengirimkan kembali revisi

perhitungan biaya konstruksi sesuai permintaan AH untuk 3 tahun (2009 – 2013) menjadi

sebesar Rp908.044.934.462, yang meliputi biaya konstruksi sebesar Rp684.100.934.462 serta

alat dan sarana sebesar Rp223.944.000.000. Setelah membaca email tersebut pada tanggal 20

Oktober 2009, AH meminta SA untuk menghitung kembali perkiraan biaya pembangunan

pusat peningkatan prestasi olahraga nasional di Hambalang dengan anggaran total sebesar

Rp2.538.515.883.038 untuk tahun 2010 sampai dengan 2014. Namun pada tanggal 26

Oktober 2009, SA menyatakan kepada AH bahwa dari perhitungan dan hasil analisis

menggunakan masterplan dan FS yang telah ada maka SA mampu mengembangkan menjadi

Rp2.171.534.721.838 untuk 5 tahun anggaran, tetapi SA kesulitan menambah anggaran

menjadi Rp2.538.515.883.038 sebab akan tidak wajar bila melihat dari luasan area dan

fasilitas yang tersebut di dalam masterplan. Lebih lanjut SA menjelaskan bahwa kesulitan

yang ditemukan dalam menyusun biaya sebesar Rp2.538.515.883.038 tersebut karena adanya

regulasi (Permen PU Nomor 45 tahun 2007) yang membatasi terhadap desain bangunan

pemerintah, dan sekitar bulan Januari 2010 sudah tidak mengikuti kegiatan perencanaan

proyek Hambalang.

AH menjelaskan bahwa setelah yang bersangkutan menyerahkan hasil perhitungan

SA sebesar Rp2.171.534.721.838 kepada WM, selanjutnya WM memberikan komentar agar

perhitungannya dilakukan sesuai dengan perhitungan yang sudah dilakukan sekitar Rp2,5

Triliun dan tidak mengurangi biaya peralatan yang dihitung oleh LLI dan Tom. Sebagian dari

hasil perhitungan biaya konstruksi yang dilakukan SA tersebut, terutama perhitungan biaya

untuk tahap 2009, dijadikan dasar oleh AH dalam menyusun Terms of Reference (TOR)

kegiatan pembangunan P3SON Hambalang pada Pagu Definitif TA 2010 sebesar

Rp125.000.000.000 yang ditugaskan dari WM dan Mu (Asdep Sarana dan Prasarana

Kemenpora).

Sehubungan dengan perhitungan biaya pembangunan P3SON Hambalang sejak bulan

Agustus 2009 tersebut, WM menjelaskan bahwa memang pernah meminta bantuan LLI dan

IN untuk membantu menghitung pembiayaan kegiatan di Hambalang yang dikoordinasikan

oleh Bagian Sarana dan Prasarana Olahraga (Mu dan AH). Terkait dengan rencana

Page 40: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

39

pembiayaan sebesar Rp2.538.515.883.038 tersebut, WM menyatakan bahwa angka tersebut

diperoleh setelah pembahasan dengan Tim Asistensi. WM juga tidak pernah menyampaikan

rencana perhitungan biaya pembangunan proyek Hambalang yang dibuat LLI dan IN kepada

AD sebagai Menpora sampai dengan akhir Oktober 2009, karena pembahasan tersebut

dianggap masih belum formal menjadi tugas deputi atau sekretariat Kemenpora.

Tahun 2010

Pada tanggal 20 Januari 2010, AAM selaku Menpora menghadiri Rapat Kerja (Raker)

dengan Komisi X DPR RI yang membahas realisasi APBN TA 2009, program kerja 100 hari,

dan Renstra Kemenpora Tahun 2010 sampai dengan 2014. Dalam simpulan raker tersebut

antara lain dinyatakan bahwa Komisi X DPR RI mendesak Kemenpora untuk menjelaskan

secara komprehensif rencana pembangunan pusat pengembangan olahraga terpadu termasuk

sekolah olahraga terpadu nasional di Sentul, Jawa Barat dan akan dibahas lebih mendalam

pada Rapat Kerja yang akan di agendakan dalam waktu dekat. Pada tanggal 20 Januari 2010

tersebut RCA selaku Wakil Ketua Komisi X menyampaikan Memo kepada Sekretaris

Kementerian yang menjadi mitra Komisi X, yaitu Kemendiknas, Kementerian Budpar,

Kemenpora dan Perpusnas, perihal rencana pembahasan dan mendalami RAPBN-P TA 2010,

sehingga diharapkan untuk memberikan usulan program/kerja masing-masing satker sebelum

tanggal 25 Januari 2010.

WM selaku Ses Kemenpora menjawab Memo tersebut dengan Surat No.

138D/SESMENPOR/1/2010 tanggal 22 Januari 2010 dengan memberikan informasi atas

usulan APBN-P tahun 2010 sebesar Rp1.535.825.000.000 untuk kegiatan :

1) Sea Games dan Asean Para Games sebesar Rp550.000.000.000,

2) Lanjutan pembangunan tahap I Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Nasional dan

Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) sebesar Rp625.000.000.000 dari rencana sebesar

Rp2,5 Triliun, dan

3) Peningkatan kegiatan Olahraga Nasional dan Daerah sebesar Rp360.825.000.000.

Namun Rencana Strategis Kemenpora Tahun 2010 – 2014 yang ditetapkan AAM pada

tanggal 28 Januari 2010 hanya merencanakan pendanaan untuk Program kegiatan

Peningkatan Prasarana dan Sarana Keolahragaan sebesar Rp451.060.000.000 selama tahun

2010-2014, tidak mencerminkan penganggaran untuk pembangunan P3SON Hambalang yang

membutuhkan rencana biaya sebesar Rp2,5 Triliun.

Pada tanggal 8 Februari 2010 dalam Raker antara Kemenpora dengan Komisi X, AAM

menyampaikan rencana Lanjutan Pembangunan tahap I P3SON di Bukit Hambalang Sentul

Kabupaten Bogor sebesar Rp625.000.000.000, mengingat dalam DIPA Kemenpora TA 2010

baru tersedia Rp125.000.000.000. AAM juga menyampaikan bahwa usulan tersebut

Page 41: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

40

merupakan bagian rencana pembangunan P3SON Bukit Hambalang Sentul yang secara

keseluruhan memerlukan dana sebesar Rp2.500.000.000.000.

Pada Raker selanjutnya tanggal 3 Maret 2010, AAM menyampaikan kepada Komisi

X DPR mengenai permasalahan yang dihadapi oleh Kemenpora untuk kegiatan olahraga

terutama untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia di ajang multi even perlu didukung

pola-pola pembinaan yang intens dari SDM keolahragaan yang berkualitas, perlunya

pembinaan olahraga di sekolah-sekolah yang didukung oleh sarana dan prasarana yang

memadai. Kondisi sekolah olahragawan (SMP dan SMA) di Ragunan sebagai pusat

pembinaan atlit nasional saat ini juga perlu mendapatkan perhatian bersama, kemudian

dengan telah keluarnya sertipikat tanah di Bukit Hambalang Kabupaten Bogor, maka rencana

pembanguan P3SON sudah dimungkinkan untuk diwujudkan pembangunannya dan akan

dimulai pada tahun 2010. AAM mengusulkan tambahan anggaran untuk TA 2010 sebesar

Rp2.125.000.000.000 yang dipergunakan antara lain untuk kegiatan lanjutan pembangunan

tahap I P3SON di Bukit Hambalang Kabupaten Bogor sebesar Rp625.000.000.000, meliputi :

1) Bangunan Operasional dan dukungan perencanaan sebesar Rp25.956.974.000,

2) Gedung Umum sebesar Rp452,112.121.000 dan

3) Gedung pendidikan dan Latihan sebesar Rp146,930.905.000.

Pada tanggal 6 April 2010, Kemenpora mendapatkan penetapan Pagu Indikatif TA

2011 melalui Surat Edaran Bersama Meneg PPN/Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor

SE-120/MK/2010, yaitu dengan alokasi APBN TA 2011 sebesar Rp2.029.090.000.000, yang

diantaranya dialokasikan untuk Program sarana dan prasarana sebesar Rp251.460.000.000.

Selanjutnya pada tanggal 9 April 2010 diadakan Trilateral Meeting antara Bappenas,

Kementerian Keuangan dan Kemenpora yang membahas Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

KL TA 2011 dan Pagu Indikatif RABPN TA 2011.

Dalam Trilateral Meeting tersebut, ketersediaan alokasi program sarana dan

prasarana (Sapras) menjadi sebesar Rp281.460.000.000. Dalam penjabaran rencana kegiatan

Sapras tersebut tidak dialokasikan untuk kegiatan pembangunan P3SON di Hambalang.

Namun pada usulan kebijakan baru pada Program Pembinaan dan Pengembangan Olahraga

Kegiatan Sapras salah satunya adalah terlaksananya pembangunan P3SON Bukit Hambalang

Sentul. Hasil pembahasan tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga

(Renja KL) TA 2011.

Dalam Rapat Kerja antara Kemenpora dengan Komisi X DPR tanggal 13 April 2010

tentang Pembahasan Perubahan RKA-KL Perubahan APBN 2010, AAM menyampaikan

kembali rencana permintaan tambahan anggaran untuk TA 2010 sebesar

Rp2.125.000.000.000 sebagaimana yang disampaikan pada Raker tanggal 3 Maret 2010.

Rincian rencana alokasi tambahan anggaran untuk pembangunan P3SON Hambalang masih

sebesar Rp625.000.000.000.

Page 42: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

41

Pada tanggal 16 April 2010, WM juga menyampaikan surat nomor

0793.a/SESKEMENPORA/4/2010 kepada AR selaku Dirjen Anggaran Kementerian

Keuangan untuk meminta tambahan anggaran TA 2010 sebesar Rp2.125.000.000.000 yang

diantaranya sebesar Rp625.000.000.000 akan digunakan untuk kegiatan Lanjutan

pembangunan tahap I P3SON di Hambalang. Sedangkan terkait dengan penyusunan APBN

TA 2011, pada tanggal 16 April 2010 tersebut, WM juga menyampaikan surat nomor

0957/Seskemenpora/4/2010 kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

untuk menyampaikan Renja KL tahun 2011, yang mana sebagian ataupun seluruh alokasi

kegiatan peningkatan prasarana dan sarana keolahragaan sebesar Rp281.460.000.000 tidak

dialokasikan untuk rencana kegiatan Pembangunan P3SON Hambalang, karena Kemenpora

baru memasukkan keluaran dalam bentuk terlaksananya pembangunan pusat diklat sekolah

olahraga Bukit Hambalang Sentul sebagai usulan kebijakan baru sebagaimana yang dibahas

pada pertemuan trilateral meeting.

Dalam Raker antara Kemenpora dengan Komisi X pada tanggal 29 April 2010, AAM

kembali mengusulkan untuk ketiga kalinya usulan tambahan anggaran TA 2010 sebesar

Rp2.125.000.000.000 dengan rincian yang sama sebagaimana Raker pada tanggal 3 Maret

2010 dan 13 April 2010, yaitu antara lain akan digunakan untuk kegiatan Pembangunan

P3SON Hambalang sebesar Rp625.000.000.000. Simpulan Raker tanggal 29 April 2010

(yang diterima Tim BPK tanpa tandata tangan) antara lain menyatakan bahwa Komisi X

menyetujui tambahan anggaran Kemenpora untuk TA 2010 sebesar Rp950.000.000.000 yang

terdiri dari alokasi DJA sebesar Rp350.000.000.000 dan optimalisasi APBN-P TA 2010

sebesar Rp600.000.000.000.

Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 2010, Pokja Anggaran Komisi X DPR RI dan

Pimpinan Komisi X menyetujui alokasi penggunaan tambahan anggaran sebesar

Rp950.000.000.000, yaitu antara lain digunakan untuk kegiatan pembangunan P3SON

Hambalang sebesar Rp150.000.000.000. Sehubungan dengan tambahan anggaran sebesar

Rp950.000.000.000 tersebut, WM menjelaskan bahwa penyusunan alokasi penggunaannya

telah dikonsultasikan dengan AAM selaku Menpora, yaitu diantaranya digunakan untuk

kegiatan pembangunan P3SON Hambalang sebesar Rp150.000.000.000, dan selanjutnya WM

menandatangani matriks persetujuan alokasi penggunaan anggaran tambahan sebesar

Rp950.000.000.000 di hadapan AAM dengan mengatasnamakan Menpora. Tambahan

anggaran APBN P TA 2010 sebesar Rp950.000.000.000 tersebut ditetapkan melalui Surat

Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-224/MK.02/2010 tentang Perubahan Anggaran Belanja

K/L Dalam APBN Perubahan Tahun 2010 pada tanggal 1 Juni 2010.

Selanjutnya terkait dengan pembahasan APBN TA 2011, pada Raker antara

Kemenpora dengan Komisi X tanggal 7 Juni 2010 AAM menyampaikan rencana Kerja

Kemenpora TA 2011. Dalam bahan raker yang disampaikan kepada Komisi X, Menpora

Page 43: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

42

meminta tambahan anggaran untuk Lanjutan Pembangunan Diklat/ Sekolah Olahraga Bukit

Hambalang, Citeureup, Bogor sebesar Rp300.000.000.000 dari total usulan tambahan untuk

APBN Definitif TA 2011 sebesar Rp2.000.000.000.000. Simpulan raker tersebut menyatakan

bahwa Komisi X akan mengkaji usulan tambahan anggaran sebesar Rp2.000.000.000.000.

Pagu Sementara Kemenpora TA 2011 ditetapkan sebesar Rp2.084.090.000.000 pada tanggal

24 Juni 2010 melalui SE Menteri Keuangan No.SE-294/MK.02/2010, dan alokasi untuk

kegiatan peningkatan prasrana dan sarana keolahragaan masih sebesar Rp281.460.000.000.

Setelah mendapatkan tambahan alokasi pada APBN-P TA 2010 sebesar Rp150.000.000.000

untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang, pada tanggal 28 Juni 2010 WM selaku Ses

Kemenpora atas nama Menpora menyampaikan Surat No 1887.A/SESKEMENPORA/6/2010

kepada Menteri Keuangan dalam rangka meminta persetujuan pelaksanaan kontrak tahun

jamak untuk pembangunan P3SON Hambalang dengan keseluruhan biaya sebesar

Rp2.575.320.006.000,00 selama tahun 2010 sampai dengan 2012, yaitu meliputi pekerjaan

fisik bangunan sebesar Rp1.175.320.006.000,00 dan peralatan sebesar

Rp1.400.000.000.000,00.

Pada tanggal 12 Juli 2010, WM menyampaikan surat Nomor

2133/Seskemenpora/7/2010 kepada Menteri Keuangan Cq. Dirjen Anggaran terkait dengan

penyampaian RKA KL Pagu Sementara Kemenpora TA 2011. Dalam penyusunan RKA-KL

atas pagu sementara TA 2011, Kemenpora belum mengalokasikan anggaran untuk kegiatan

pembangunan P3SON Hambalang sebagai kegiatan yang akan dilaksanakan di tahun 2011.

Sehari kemudian yaitu pada tanggal 13 Juli 2010, sehubungan dengan permintaan

pelaksanaan kontrak tahun jamak, AR dengan surat nomor S-1882/AG/2010 menyampaikan

kepada Ses Kemenpora terkait dengan informasi dokumen dan prasyarat persetujuan kontrak

tahun jamak yang harus dipenuhi untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang.

Raker antara Kemenpora dengan Komisi X pada tanggal 6 September 2010,

menyimpulkan bahwa Komisi X sepakat dengan usulan tambahan anggaran pada RAPBN TA

2011 sebesar Rp2.000.000.000.000 dengan peruntukan sebagai berikut:

1) Penyediaan dan peningkatan prasarana serta P3SON Hambalang sebesar

Rp500.000.000.000,

2) Pemberian Bonus SEA Games dan ASEAN Para Games Rp100.000.000.000 dan

3) Pelaksanaan SEA Games dan ASEAN Para Games tahun 2011 Rp1.400.000.000.000

Namun Komisi X juga menilai bahwa RKA-KL Kemenpora TA 2011 belum proporsional

antara program kepemudaan, keolahragaan dan dukungan manajemen aparatur, sehingga akan

dibahas dalam Raker/ RDP yang direncanakan tanggal 20 September 2010 sampai dengan 2

Oktober 2010.

Menindaklanjuti Raker sebelumnya, pada tanggal 27 September 2010 dilaksanakan

RDP antara Kemenpora dengan Komisi X yang antara lain menyimpulkan bahwa postur

Page 44: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

43

anggaran Kemenpora dan program/ kegiatan yang diusulkan dalan Pagu Sementara TA 2011

belum dapat diputuskan serta mendesak Kemenpora untuk mengajukan usulan perbaikan

RKA-KL TA 2011 dengan memperhatikan masukan dan saran RDP paling lambat tanggal 30

September 2010. Selanjutnya Raker yang dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2010 telah

menyimpulkan bahwa Komisi X menyetujui Pagu Defenitif RAPBN Kemenpora TA 2011

menjadi Rp3.004.090.000.000 atau bertambah sebesar Rp920.000.000.000

(Rp3.004.090.000.000 – Rp2.084.090.000.000) dari Pagu Sementara. Namun dalam Raker

tanggal 25 Oktober 2010 tersebut telah ada kesepakatan antara Menpora dengan Komisi X

bahwa pembahasan dan penetapan alokasi anggaran untuk fungsi, program dan kegiatan

masing-masing satuan kerja di Kemenpora TA 2011 akan dibahas dan ditetapkan antara

Pimpinan, Kapoksi dan Pokja Anggaran Komisi X dengan Pejabat Eselon I Kemenpora antara

tanggal 30 Oktober sampai dengan 2 November 2010.

Penetapan Pagu Definitif Kemenpora TA 2011 sebesar Rp3.004.090.000.000 yang

telah disepakati dengan DPR, kemudian disampaikan dengan Surat Edaran Menteri Keuangan

No.676/MK.02/2010 tanggal 3 November 2010. Selanjutnya pada tanggal 10 November

2010, WM menyampaikan RKA-KL Pagu Defenitif Kemenpora TA 2011 dengan total

Rp3.004.090.000.000 kepada Menteri Keuangan Cq. Dirjen Anggaran dengan Surat Nomor

3546/SESKEMENPORA/11/2010, yang diantaranya terdapat alokasi untuk kegiatan

Pembangunan P3SON Hambalang sebesar Rp500.000.000.000, meliputi pengadaan peralatan

sebesar Rp100.000.000.000 dan pembangunan gedung/konstruksi sebesar

Rp400.000.000.000. Penelaahan terhadap RKA KL Pagu Definitif Kemenpora TA 2011

dilaksanakan di Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan, yang kemudian

ditetapkan SP RKA KL pada tanggal 25 November 2010 dengan nomor STAP-092.01.07-

0/AG/2010, yaitu antara lain menyatakan bahwa anggaran pengadaan peralatan untuk P3SON

Hambalang sebesar Rp100.000.000.000 diberi tanda bintang (blokir) sedangkan anggaran

pembangunan gedung P3SON Hambalang sebesar Rp400.000.000.000 tidak diberi tanda

bintang (tidak diblokir).

Sampai dengan disetujuinya tambahan anggaran pada Pagu Definitif Kemenpora TA

2011 sebesar Rp920.000.000.000 oleh DPR pada tanggal 25 Oktober 2010 dan selanjutnya

dialokasikan untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang sebesar Rp500.000.000.000

yang penelaahan RKA KL-nya telah ditetapkan oleh DJA pada tanggal 25 November 2010,

pengajuan persetujuan pelaksanaan pekerjaan tahun jamak yang diajukan Ses Kemenpora

pada tanggal 28 Juni 2010 belum diterbitkan oleh Kementerian Keuangan. Pada tanggal 15

November 2010, AR selaku Dirjen Anggaran masih meminta kelengkapan persyaratan

persetujuan kontrak tahun jamak dengan surat No.S-3451/AG/2010 menyatakan antara lain:

revisi RKA-KL dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Page 45: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

44

yang menunjukkan lebih dari satu tahun anggaran dan analisa komponen biaya pembangunan

P3SON dari Instansi Teknis Fungsional (Kementerian Pekerjaan Umum).

Setelah kelengkapan persyaratan kontrak tahun jamak untuk pembangunan P3SON

Hambalang dilengkapi oleh Kemenpora, termasuk diantaranya analisa komponen biaya yang

disampaikan Kementerian Pekerjaan Umum dengan Surat Direktur Penataan Bangunan dan

Lingkungan (PBL) Nomor BU.01.06-Cb/1320 tanggal 23 November 2010, akhirnya

persetujuan kontrak tahun jamak kegiatan pembangunan P3SON Hambalang senilai

Rp1.175.320.006.000,00 untuk tahun 2010 sampai dengan 2012 diterbitkan Dirjen Anggaran

pada tanggal 6 Desember 2010 sekaligus penetapan revisi RKA KL-nya.

Berdasarkan pemeriksaan diketahui hal-hal sebagai berikut:

1) Pada bulan Januari 2010, WM selaku Ses Kemenpora menandatangani Surat Tugas untuk

Tim Asistensi dalam rangka mempersiapkan segala hal yang terkait dengan persiapan

pelaksanaan lanjutan pembangunan P3SON Hambalang, meliputi PNS di Kemenpora

maupun pihak luar Kemenpora, yaitu DK (Kepala Biro Perencanaan Kemenpora, PM

(Kepala Biro Umum Kemenpora), Mu (Asdep Prasarana dan Sarana Olahraga

Kemenpora), WS (praktisi olahraga/sekretaris Program PAL Kemenpora), dan LLI

(Direktur CV RM). Selain itu pada bulan April 2010, DK selaku Kepala Biro

Perencanaan atas nama Ses Kemenpora juga menandatangani Surat Tugas untuk MA

(Komisaris PT MSG) sebagai tim asistensi yang akan membantu proses perijinan di

Kementerian PU.

Namun berdasarkan dokumen komunikasi melalui email yang diperoleh dari Tim

Asistensi diketahui bahwa selain tim asistensi yang ditetapkan dalam Surat Tugas

tersebut, terdapat pihak-pihak lain yang tergabung dalam grup email dengan alamat

[email protected] yang juga membantu menyusun konsep dan

desain perencanaan pembangunan P3SON Hambalang. Pihak-pihak yang ikut

berkomunikasi dalam grup email tersebut adalah Sya (dari OD, Pte, Ltd), ADK (PT GI),

AR (kontraktor), ARD. (swasta), LLI (Direktur CV RM), Tom (ahli olahraga dari ITB),

dan WS (praktisi olahraga). Grup email tersebut dibuat pada awal Januari 2010.

2) Hasil kerja tim asistensi yang dibentuk oleh WM dan DK adalah usulan gambar desain

perspektif terhadap rencana bangunan yang akan dibangun di Hambalang setelah

mempertimbangkan masukan dan arahan dari AAM selaku Menpora dan WM selaku Ses

Kemenpora. Gambar-gambar desain tersebut dipresentasikan beberapa kali kepada WM

maupun AAM, termasuk penentuan jumlah venue yang akan dibangun. Terkait dengan

rencana desain dan bangunan yang akan dibangun di Hambalang, WM menjelaskan

bahwa secara substansi dan konsep pembangunan P3SON Hambalang yang saat ini

dikerjakan merupakan pemikiran AAM, berbeda dengan rencana pembangunan pada

Page 46: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

45

masa Menteri sebelumnya (AD) meskipun secara program melanjutkan dari periode

sebelumnya, yaitu antara lain: fasilitas, alat dan bangunan harus standar internasional,

venue olahraga lebih banyak, dan kapasitas daya tampung atlit meliputi yunior dan senior.

DK menjelaskan bahwa pada awal kepemimpinan AAM sebagai Menpora (sekitar akhir

2009), Ses Kemenpora dan tim asistensi telah mempresentasikan rencana pembangunan

proyek Hambalang di Cilangkap, rumah kediaman AAM, berdasarkan permintaan AAM.

Setelah mendapatkan petunjuk dari AAM, kegiatan pembangunan Hambalang yang

waktu itu masih bernama Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON)

selanjutnya dikembangkan menjadi P3SON sehingga disusun kembali KAK yang baru

pada bulan Januari 2010 dari yang sebelumnya sudah disusun KAK pada tanggal 6

November 2009 sebagai data dukung alokasi anggaran sebesar Rp125.000.000.000 di

tahun 2009. Masukan AAM waktu itu antara lain adalah penambahan asrama atlit senior,

amphiteatre, sport extreme, dll. Presentasi gambar desain perspektif untuk P3SON

Hambalang dilakukan beberapa kali sejak bulan Februari 2010 dan final sekitar bulan Juli

2010 yang disetujui AAM selaku Menpora.

Penyusunan gambar desain perspektif untuk kegiatan P3SON Hambalang dilakukan

oleh timnya ADK dari PT GI dan timnya AW dari PT MSG. ADK menjelaskan bahwa

keikutsertaannya dalam perencanaan kegiatan P3SON Hambalang karena diminta

bantuan oleh Sya dari OD, Pte, Ltd untuk mengurus proyek Hambalang dengan menemui

DK pada awal Januari 2010 di Kemenpora. ADK diminta oleh DK untuk merencanakan

konsep dan desain pembangunan P3SON setelah mempertimbangkan masukan dari tim

asistensi, WM dan AAM. ADK telah mempresentasikan gambar-gambar desain yang

dikerjakan kepada WM maupun AAM, tetapi kerjasama tersebut berakhir pada tanggal 28

April 2010 setelah ADK diminta mundur karena WM menyarankan untuk menggabung

desain dari ADK dan desain PT MSG. Pengunduran diri ADK tersebut disepakati di

kantor CV RM yang dihadiri LLI, DK, MA, dan IF (dari PT GI), dengan mendapatkan

kompensasi sebesar Rp400.000.000 dari nilai Rp550.000.000 yang diminta. Pembayaran

kompensasi tersebut diterima ADK dari DK pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar

Rp200.000.000 dan bulan Februari 2011 sebesar Euro 16,000, tetapi sumber pembiayaan

kompensasi berasal dari MA dari PT MSG.

Setelah ADK mundur, penyusunan gambar desain kegiatan pembangunan P3SON

Hambalang dilanjutkan oleh PT MSG yang dikoordinasikan oleh AW. AW adalah

Manajer Pemasaran PT MSG yang diminta oleh MA untuk mewakilinya di Kemenpora.

AW diperkenalkan oleh MA kepada DK sekitar akhir 2009, sedangkan MA

diperkenalkan oleh WM kepada DK. Awalnya AW diminta oleh DK untuk membantu

menghitung biaya desain bangunan P3SON yang ada karena akan digunakan untuk

mengusulkan anggaran, tetapi akhirnya diminta juga untuk menyusun gambar desain

Page 47: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

46

dengan memperhatikan desain ADK serta pertimbangan dari WM dan DK. AW

menjelaskan bahwa desain yang dibahas tidak pernah disinkronkan dengan desain

sebelumnya (tahun 2006). Desain final yang dipresentasikan ke AAM disusun oleh PT

MSG. Pemeriksaan lebih lanjut menunnjukkan bahwa meskipun PT MSG tidak ikut serta

dalam proses lelang pengadaan konsultan perencana untuk pekerjaan pembangunan

P3SON Hambalang, tetapi ternyata PT MSG mendapatkan pekerjaan sebagai sub kontrak

dari PT YK (Persero) yang dinyatakan sebagai konsultan perencana pemenang lelang

oleh Kemenpora.

Berdasarkan dokumen berupa print out hasil komunikasi dalam grup email sentul-

[email protected], menunjukkan bahwa AR pernah menyatakan pada

tanggal 12 Januari 2010 bahwa dalam rangka mempersiapkan presentasi kepada AAM

selaku Menpora yang direncanakan tanggal 18 Januari 2010, diusulkan untuk disajikan

perkembangan desain dari yang lama, selanjutnya desain PT AK, dan terakhir desain 3D

yang dibuat Sya dkk. Namun Tim BPK belum memperoleh penjelasan dari AR terkait

dengan pernyataan tersebut.

AD yang menjabat sebagai Menpora sejak tahun 2004 sampai dengan akhir Oktober

2009 menjelaskan bahwa ide pembangunan pusdiklat olahraga di Sentul memang sudah

ada sejak tahun 2004 pada masa Ditjora, Departemen Pendidikan Nasional, tetapi bukan

untuk membangun sport center. Pembangunan pusdiklat olahraga tersebut dihentikan

pada tahun 2007 karena ternyata belum memiliki sertipikat tanah, dan selanjutnya

direncanakan kembali untuk tahun anggaran 2010 dengan mengalokasikan anggaran

sebesar Rp125.000.000.000 sesuai usulan WM, dengan pemahaman untuk pembangunan

seluruh sarana dan prasarana olahraga sampai dengan selesai, bukan multiyears.

Lebih lanjut AD menjelaskan bahwa konsep perencanaan pembangunan P3SON

Hambalang yang sekarang dijalankan sejak tahun 2010 pada masa Menteri AAM berbeda

dengan konsep perencanaan sebelumnya, yaitu sebelumnya direncanakan pembangunan

tidak lebih dari 2 lantai sedangkan yang dibangun saat ini lebih dari 5 lantai,

bangunannya lebih masif, dan jumlah venue yang lebih banyak. Hal tersebut juga

dijelaskan oleh WM bahwa secara substansi dan konsep, pembangunan P3SON

Hambalang merupakan pemikiran AAM, antara lain : fasilitas, alat dan bangunan harus

standar internasional, venue olahraga lebih banyak, dan kapasitas daya tampung atlit

meliputi yunior dan senior.

Dokumen fotokopi masterplan yang disusun PT ECB pada kepemimpinan Menteri

AD, yang diterima Tim BPK menunjukkan bahwa rencana pembangunan Pusat

Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional membutuhkan biaya sebesar Rp372.422.835.550

termasuk pengadaan peralatan.

Page 48: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

47

3) Selain gambar desain perspektif, tim asistensi juga menghasilkan perhitungan perkiraan

anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang.

AW dari PT MSG menjelaskan bahwa secara umum rencana biaya pembangunan P3SON

Hambalang dihitung dengan beberapa kali perubahan berdasarkan permintaan jenis,

perubahan bangunan dan kebutuhan Kemenpora. Perhitungan rencana biaya

pembangunan fisik gedung dilakukan secara kasar oleh AW dibantu timnya dari PT MSG

dengan cara mengalikan luasan bangunan dengan harga satuan dari Kabupaten Bogor,

sementara luasan dan jenis bangunan diperoleh dari hasil diskusi tim asistensi.

Perhitungan-perhitungan yang pernah dilakukan oleh AW untuk pekerjaan pembangunan

fisik gedung dan infrastruktur (diluar peralatan) adalah Rp800-an Miliar, Rp900-an

Miliar, Rp1 Triliun-an, Rp1,6-an Triliun, Rp1,2-an Triliun, dan akhirnya sebesar

Rp1.129.206.256.000 (atau sebesar Rp1.175.320.006.000 termasuk biaya konsultan

perencana, manajemen konstruksi dan pengelola teknis) seperti yang menjadi lampiran

Surat Ses Kemenpora No 1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010 dalam

rangka pengajuan pelaksanaan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan.

Perubahan-perubahan perhitungan tersebut dipengaruhi oleh perubahan jenis dan luasan

bangunan setelah didiskusikan dengan DK, WM, maupun AAM. AW juga menjelaskan

bahwa meskipun desain bangunan fisiknya bertambah dan berkurang setelah diskusi

dengan AAM, rencana biaya pembangunan fisik gedungnya tidak berubah yaitu sekitar

Rp1,1 Triliun. Sedangkan perhitungan biaya peralatan sebesar Rp1,4 Triliun disusun oleh

tim asistensi yang lain, yaitu LLI.

4) Berdasarkan dokumen print out komunikasi melalui email yang dilakukan tim asistensi

dengan pihak terkait lainnya, diketahui bahwa dalam rangka proses penyusunan rencana

biaya pembangunan P3SON Hambalang sampai menjadi sebesar Rp1.129.206.256.000

untuk fisik bangunan dan infrastruktur, yang kemudian diusulkan untuk dilaksanakan

dalam kontrak tahun jamak, bahwa PT MSG telah berkoordinasi dengan PT AK sebagai

member dari KSO AW yang dinyatakan sebagai kontraktor pemenang lelang oleh

Kemenpora pada tanggal 25 November 2010, yaitu :

a. Pada tanggal 28 Januari 2010, RNZR (staf PT MSG) telah menyelesaikan pekerjaan

yang diminta oleh MA (Komisaris PT MSG) untuk menyusun RAB Proyek Sentul

sebesar Rp125.000.000.000, sesuai alokasi anggaran dalam APBN yang ada waktu

itu yaitu Rp125.000.000.000. Sebelumnya, yaitu pada tanggal 11 November 2009,

RNZR juga telah menyampaikan alternatif jadwal lelang untuk kegiatan P3SON

dengan nama waktu itu Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON).

b. Pada tanggal 19 Maret 2010, RNZR melalui email perusahaan PT MSG dengan

alamat [email protected], telah mengirimkan perhitungan RAB Sentul

dengan biaya fisik termasuk peralatan sebesar Rp125 Miliar dan biaya fisik tanpa

Page 49: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

48

peralatan sebesar Rp127 Miliar kepada IBW, staf Bagian Pemasaran PT AK Divisi

Konstruksi I, melalui alamat email [email protected]. IBW selanjutnya

meneruskan email tesebut kepada LLI pada tanggal yang sama melalui alamat email

[email protected] . Hal tersebut dilakukan RNZR untuk memenuhi permintaan

MA selaku pimpinannya di PT MSG. Dalam keterangannya kepada Tim BPK, IBW

merasa tidak pernah meneruskan email tersebut kepada LLI karena selama ini jarang

menggunakan email dan yang bersangkutan pernah kehilangan Blackberry.

c. Pada tanggal 22 Maret 2010, RNZR melalui alamat email [email protected]

menyampaikan perhitungan anggaran Sentul update kepada LLI yang ditembuskan

kepada AW dan IBW, selanjutnya oleh LLI diteruskan ke DK melalui alamat email

[email protected]. File yang dikirim oleh RNZR tersebut antara lain berisi

perhitungan biaya pembangunan fisik P3SON Hambalang sebesar

Rp1.522.905.531.000, biaya konsultan perencana sebesar Rp41.423.030.443, biaya

manajemen konstruksi sebesar Rp33.351.631.128, dan biaya pengelola teknis

Rp8.832.852.079 sehingga total sebesar Rp1.606.513.044.650.

AW menjelaskan bahwa perhitungan biaya tersebut dilakukan dengan diskusi

di PT MSG, terutama untuk menghitung biaya konsultan perencana dan manajemen

konstruksi dengan cara interpolasi yang diajarkan oleh MA mengingat Permen PU

No.45 tahun 2007 tidak mengatur persentase perhitungannya untuk nilai pekerjaan

fisik bangunan lebih dari Rp1 triliun. Jumlah venue diperoleh dari WS (tim asistensi)

yang selanjutnya diterjemahkan PT MSG ke dalam perencanaan arsitektur. Setelah

diketahui luasan dan jumlah lantai bangunan, biaya dihitung dengan mengalikan

luasan dengan harga satuan Kabupaten Bogor sebesar Rp7 juta per m2, sehingga

diperoleh angka sebesar Rp1.522.905.531.000 yang terdiri dari pekerjaan standar

sebesar Rp770.246.960.000 dan non-standar sebesar Rp752.658.571.000.

Lebih lanjut AW menjelaskan bahwa perhitungan biaya pembangunan

P3SON Hambalang kemudian turun dari Rp1.522.905.531.000 menjadi

Rp1.129.206.256.000 (atau sebesar Rp1.175.320.006.000 termasuk biaya konsultan

perencana, manajemen konstruksi dan pengelola teknis, seperti yang diusulkan oleh

Ses Kemenpora untuk mendapatkan persetujuan kontrak tahun jamak ke Menteri

Keuangan pada tanggal 28 Juni 2010), karena terdapat penyesuaian-penyesuaian

rencana pembangunan P3SON hasil pembahasan dengan DK, WM, dan AAM, yaitu

perubahan desain, tambahan desain, perubahan luasan, dan lain lain. Dalam

perhitungan final sebesar Rp1.129.206.256.000 tersebut digunakan harga satuan per

m2 bangunan sebesar Rp5 juta-an, yaitu setelah berdiskusi dengan DK untuk lebih

mewajarkan perhitungan. Perhitungan rencana biaya sebesar Rp1.175.320.006.000

disampaikan ke AAM selaku Menpora.

Page 50: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

49

AW juga menjelaskan bahwa perintah untuk men-cc-kan penyampaian

perhitungan rencana biaya P3SON Hambalang kepada IBW tersebut adalah dari MA.

Perhitungan kasar biaya pembangunan P3SON Hambalang sebesar

Rp1.129.206.256.000 disampaikan kepada PT AK untuk menghitung asumsi

kesanggupan biaya yang akan dikeluarkan PT AK dalam melaksanakan konstruksi

fisik.

d. Pada tanggal 25 Juni 2010, AW meminta bantuan melalui email dengan alamat

[email protected] kepada MA dengan alamat email [email protected],

untuk dapat dibantu oleh PHP dari PT AK, dalam membuat rincian harga satuan

outdoor.

Selanjutnya pada tanggal 25 Juni 2010 dan 29 Juni 2010, RNZR menyampaikan hasil

analisa perhitungan infrastruktur dan outdoor sentul kepada MA, RS, dan AW. Pada

tanggal 29 Juni 2010 tersebut, RNZR juga menyampaikan melalui alamat

[email protected] hasil analisa infrastruktur dan outdoor sentul kepada PHP

dengan alamat email [email protected] untuk direviu. Hasil analisa harga satuan

infrastruktur dan outdoor tersebut kemudian disampaikan ke DJA sebagai tambahan

kelengkapan data dukung RKA KL untuk anggaran P3SON Hambalang TA 2010

sebesar Rp275.000.000.000.

e. Pada tanggal 30 Juni 2010, RNZR melaporkan melalui email kepada MA dan RS

tentang progress anggaran sentul yang sudah ditandatangani Kementerian PU dan

masih proses di DJA, yaitu data dukung anggaran sebesar Rp275.000.000.000. Selain

itu, RNZR juga menyampaikan kepada MA dan RS terkait dengan penawaran yang

dikirim melalui fax dari PHP untuk pekerjaan penyelidikan tanah dalam rangka

persiapan pembangunan P3SON Hambalang, yaitu dengan atas nama Muh.A.

f. Pada tanggal 23 Juli 2010, PHP menyampaikan melalui email dengan alamat

[email protected] perihal bahan rapat anggaran kepada MA dengan alamat

email [email protected]. Pada hari yang sama, file bahan rapat anggaran

tersebut selanjutnya diteruskan oleh MA kepada RW (staf DK di Biro Perencanaan

Kemenpora), melalui alamat email [email protected], dan selanjutnya RW

meneruskan kepada LLI dan DK.

Bahan anggaran yang disampaikan oleh PHP kepada MA tersebut berisi tiga file

dalam format Microsoft Excel, yaitu Rekap Biaya Presentasi, Schedule kebutuhan

anggaran, dan Schedule multyears1’. File-file tersebut memuat rekap perhitungan

kebutuhan biaya pembangunan P3SON Hambalang sebesar Rp2.575.320.006.000

seperti yang dilampirkan oleh Ses Kemenpora dalam Surat pengajuan kontrak tahun

jamak kepada Menteri Keuangan pada tanggal 28 Juni 2010, jadwal pelaksanaan

pekerjaan pembangunan P3SON Hambalang, serta perkiraan item-item pekerjaan

Page 51: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

50

yang akan dilakukan dan RAB-nya untuk menyelesaikan konstruksi fisik masing-

masing bangunan, seperti pekerjaan tanah, pondasi, struktur, ME, dan finishing,

dengan total biaya sebesar Rp1.129.206.256.000 sebagaimana jumlah anggaran yang

diajukan persetujuan kontrak tahun jamak.

Dalam keterangannya kepada Tim BPK, PHP tidak merasa mengirimkan data

tersebut kepada MA dan seingat yang bersangkutan bahwa RNZR dari PT MSG telah

meminjam alamat emailnya untuk mengirimkan data tersebut. Namun RNZR

mengaku bahwa selama ini tidak pernah menggunakan email PHP untuk mengirim

data kepada MA.

g. Berdasarkan Risalah rapat pada tanggal 3-4 November 2010 yang disiapkan oleh PT

CCM sebagai Manajemen Konstruksi untuk kegiatan pembangunan P3SON

Hambalang, diketahui bahwa ada pegawai PT AK yang sudah ikut hadir yaitu: Hen,

KS, dan Da. KS menjelaskan bahwa yang bersangkutan memang menghadiri rapat

tersebut di Kemenpora karena diminta oleh PHP. Rapat pada tanggal 3-4 November

2010 di Kemenpora membahas penyerapan realisasi fisik oleh kontraktor dan bobot

penyerapan yang mungkin dilakukan di lapangan oleh kontraktor untuk alokasi

anggaran pembangunan P3SON Hambalang TA 2010, yaitu antara lain ditetapkan

bahwa penyerapan anggaran tahun 2010 adalah uang muka sebesar 20%. Selain itu

rapat juga meminta dibuat perhitungan alternative perkiraan kebutuhan anggaran

untuk TA 2011 yaitu Rp375.000.000.000, Rp400.000.000.000, dan

Rp475.000.000.000.

Selanjutnya pada tanggal 5 November 2010, KS menyampaikan perhitungan

alternatif target penerapan anggaran di tahun 2011 melalui alamat email

[email protected] kepada LLI dan AG (staf PT CCM), yaitu dengan

memberikan tiga alternatif sebesar Rp400.693.168.928, Rp375.754.772.368, dan

Rp475.931.944.135. KS mengaku bahwa dalam perhitungan tersebut yang

bersangkutan hanya membantu menghitug persentase jumlah produksi pekerjaan di

lapangan dan disampaikan ke PHP. File alternatif kebutuhan anggaran TA 2011

diterima dari PHP.

h. KSO AW ditetapkan sebagai kontraktor pemenang untuk pembangunan P3SON

Hambalang dengan nilai penawaran sebesar Rp1.077.921.000.000, sedangkan HPS

adalah sebesar Rp1.112.268.162.000. Berdasarkan print out email dari Tim Asistensi

diketahui bahwa pada tanggal 10 November 2010, KS dari PT AK melalui alamat

email [email protected] menyampaikan HPS/OE Sentul kepada nama

alamat email ‘M Office’. KS menjelaskan bahwa pengiriman email tersebut

diperintahkan oleh PHP, dan file HPS/OE diperoleh dari tim estimasi, yaitu PHP dan

Page 52: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

51

Mul. Penyusunan HPS/OE dilakukan oleh tim estimasi, antara lain melibatkan Mar,

TW, Sam, dan TS dari bagian marketing PT AK.

Terkait dengan penyampaian HPS/OE oleh KS tersebut, AW menjelaskan bahwa PT

AK menyusun draft HPS/OE yang dibutuhkan dan dipandang mampu oleh AK

melalui KS. Draft HPS/OE dari KS diterima oleh Ven, bagian estimating PT MSG,

selanjutnya dibahas dengan PT YK (Bim) dan PT CCM (AG). Hasil pembahasan

disampaikan oleh AW kepada LLI, AT (Manajer Marketing PT AK Div Konstruksi

I), dan Panitia lelang untuk mencocokkan kebutuhan biaya PT AK dan kemampuan

masing-masing peserta.

Dalam keterangannya kepada Tim BPK, AW menjelaskan bahwa terkait dengan email-

email yang ditembuskan kepada PT YK, PT CCM, dan PT AK sebelum proses lelang

dimulai karena yang bersangkutan sejak bulan Februari 2010 sudah mengetahui bahwa

perusahaan-perusahaan tersebut yang akan menjadi pemenang. Sementara itu, RNZR

selaku staf PT MSG menjelaskan bahwa penyampaian perencanaan jadwal pelaksanaan

lelang, pengiriman data lelang, PQ, KAK, HPS, dan lain lain melalui email mengenai

kegiatan P3SON Hambalang kepada pihak PT CCM, PT YK, dan PT. AK didasarkan

pada perintah MA dan/atau RS selaku pimpinan PT MSG.

5) Dirjen Anggaran dengan Surat No.S-3451/AG/2010 tanggal 15 November 2010

menyampaikan kepada Ses Kemenpora bahwa dalam rangka persetujuan kontrak tahun

jamak dibutuhkan antara lain analisa biaya komponen terhadap bangunan yang

mengalami perubahan dari instansi teknis fungsional dalam hal ini Kementerian PU.

Analisa biaya komponen untuk pekerjaan fisik bangunan sebesar Rp1,129 triliun

selanjutnya disampaikan dengan Surat Direktur PBL Nomor BU.01.06-Cb/1320 pada

tanggal 23 November 2010.

Analisa biaya komponen disusun untuk setiap bangunan yang akan dibangun di

Hambalang, terdiri dari pekerjaan standar dan non-standar yang disajikan sebagaimana

Permen PU No.45 tahun 2007. Berdasarkan penjelasan AW dan MG bahwa analisa biaya

komponen dengan nilai rekap sebesar Rp1.129.206.256.000 tersebut disusun oleh PT AK.

MG kemudian menyampaikan form analisa biaya komponen tersebut kepada DP, yang

selanjutnya diketahui bahwa DP membubuhkan paraf pada lembaran rekap dan form

tersebut disertakan dalam Surat Direktur PBL tanggal 23 November 2010.

Dalam keterangannya kepada Tim BPK, KS mengaku sebagai pihak yang menyusun form

analisa biaya komponen untuk bangunan P3SON Hambalang di Kemenpora, bersama

Sam (bagian estimating PT AK), karena sebelumnya mereka diminta PHP untuk

menemui RW. Dalam rapat tersebut DK meminta untuk mengisi perhitungan sesuai

Page 53: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

52

format dari Kementerian PU, yang diperuntukkan untuk perhitungan anggaran. Form

dalam bentuk file (softcopy) diterima KS dari RW yang sudah ada isian luasan bangunan,

nilai bangunan, dan total biaya yang direncanakan. Pengisian pekerjaan standar mengikuti

aturan dalam Permen PU No.45 tahun 2007, sedangkan pekerjaan non-standar

disesuaikan dengan kebutuhan yang penting nilai bangunan tidak berubah karena sudah

ditentukan nilainya. Perhitungan dilakukan berulang untuk setiap bangunan. Setiap

bangunan ditambahkan biaya persiapan 2%, tetapi yang bersangkutan tidak tahu

alasannya karena sudah ada isian pada form yang diterimanya. Selanjutnya luasan

bangunan dikalikan dengan harga satuan bangunan Kabupaten Bogor tahun 2009, dengan

klasifikasi A untuk seluruh bangunan. KS menyatakan bahwa harga satuan Kabupaten

Bogor ditambahkan eskalasi harga sekitar 3% berdasarkan usulan DK.

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45/PRT/M/2007 tahun

2010 dinyatakan bahwa :

(a) Pada BAB III, Bagian A angka 1 huruf e: Penyusunan pembiayaan bangunan gedung

Negara didasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi bangunan gedung negara yang

berlaku. Untuk penyusunan program dan pembiayaan pembangunan bangunan

gedung Negara yang belum ada standar harganya atau memerlukan penilaian khusus,

harus dikonsultasikan kepada Instansi teknis setempat.

(b) Pada BAB IV, Bagian B: Standar harga satuan tertinggi pembangunan gedung

Negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota

setempat, khusus untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.

Evaluasi terhadap Penyusunan Analisa Komponen Biaya Bangunan sebesar Rp1.129

Miliar, ternyata tidak menggunakan standar harga yang ditetapkan dalam Keputusan

Bupati Bogor Nomor 601/573/kpts/huk/2009 tanggal 29 Des 2009 tentang Standar

Harga Jasa Konstruksi dan Jasa Konsultansi, sebagaimana yang menjadi rujukan

dalam perhitungan komponen biaya masing-masing bangunan tersebut. DP

menjelaskan bahwa standar harga yang digunakan untuk menghitung telah

disesuaikan (dinaikkan) sebesar 2,95% dari harga standar bangunan Kabupaten Bogor

karena mempertimbangkan faktor inflasi, mengingat standar harga Kabupaten Bogor

tersebut diterbitkan tahun 2009 sedangkan perhitungan dilakukan akhir tahun 2010.

Indeks inflasi diperoleh dari situs Badan Pusat Statistik. Permen PU No.45/2007

mengatur bahwa standar harga yang berlaku adalah standar harga tertinggi yang

ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Selain itu, berdasarkan konfirmasi Tim BPK kepada

pihak Sekretariat Kabupaten Bogor dalam hal ini EW (Kabag Pembangunan), DjP

(kasubag pembangunan), dan TiS (Kasubag Administrasi Perencanaan dan

Pelaporan) diketahui bahwa harga standar bangunan yang telah ditetapkan dalam

Keputusan Bupati merupakan harga perkiraan tertinggi yang sudah memperhitungkan

Page 54: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

53

keuntungan, pajak, dan inflasi. Perhitungan rencana biaya pembangunan P3SON

Hambalang seharusnya tidak perlu ditambahkan variabel inflasi sebesar 2,95%.

Perhitungan ulang oleh Tim BPK atas analisa komponen biaya pembangunan P3SON

Hambalang dengan memperhatikan standar harga bangunan per m2 sesuai Keputusan

Bupati Bogor Nomor 601/573/kpts/huk/2009 tanggal 29 Des 2009, menghasilkan

total biaya tertinggi untuk kegiatan P3SON (22 bangunan gedung dan infrastruktur)

adalah sebesar Rp816.347.186.247,29 (tanpa mengubah asumsi dan perhitungan

lainnya seperti pada hasil perhitungan yang sudah ada). Terdapat selisih perhitungan

sebesar Rp312.859.067.752,71 (Rp1.129.206.254.000,00 - Rp816.347.186.247,29).

Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai Kontrak Induk (2010 sampai dengan 2012)

antara KSO AW dengan Kemenpora untuk Pembangunan P3SON Hambalang yang

telah ditandatangani pada tanggal 10 Desember 2010 lebih tinggi sebesar

Rp257.852.814.288,05 (Rp1.074.200.000.535,34 - Rp816.347.186.247,29) dari nilai

estimasi tertinggi pembangunan gedung Negara sesuai Permen PU No.45 tahun 2007.

6) WM menyampaikan RKA-KL Pagu Defenitif Kemenpora TA 2011 dengan total Rp3,004

Triliun kepada Dirjen Anggaran pada tanggal 10 November 2010, yang diantaranya

meliputi alokasi untuk kegiatan pembangunan fisik gedung P3SON Hambalang sebesar

Rp400 Miliar. Surat Penetapan RKA KL diterbitkan Dirjen Anggaran pada tanggal 25

November 2010. Rincian item kegiatan dan volume keluaran yang akan dikerjakan sesuai

RKA KL tersebut ternyata sama dengan jadwal alokasi kebutuhan pembiayaan multiyears

yang disusun oleh Kementerian PU dan disampaikan kepada Kemenpora pada tanggal 23

November 2010, sehingga dapat disimpulkan bahwa RKA KL TA 2011 untuk kegiatan

pembangunan gedung P3SON Hambalang sudah diasumsikan dilaksanakan dalam

kontrak tahun jamak sedangkan persetujuan kontrak tahun jamak baru diberikan oleh

Dirjen Anggaran pada tanggal 6 Desember 2010. Meskipun RKA KL sudah disampaikan

oleh WM pada tanggal 10 November 2010, tetapi TOR P3SON Hambalang yang

diusulkan pelaksanaannya dalam kontrak tahun jamak baru dibuat pada tanggal 18

November 2010 dan RAB nya baru disampaikan Kementerian PU pada tangal 23

November 2010. Dirjen Anggaran tidak memberi tanda bintang pada saat penerbitan

Surat Penetapan RKA-KL untuk kegiatan pembangunan gedung P3SON Hambalang.

(Rincian terlampir Lampiran 2)

7) WM atas nama Menpora mengajukan persetujuan kontrak tahun jamak untuk

pembangunan P3SON Hambalang senilai Rp2.575.320.006.000 pada tanggal 28 Juni

2010, yang terdiri dari Rp1.175.320.006.000 pekerjaan fisik gedung (termasuk konsultan

perencana, manajemen konstruksi dan pengelola teknis) dan Rp1.400.000.000.000

pengadaan peralatan. DK menjelaskan bahwa ide pelaksanaan kontrak tahun jamak

Page 55: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

54

berasal dari WM, sementara WM menyatakan bahwa kontrak tahun jamak merupakan

usulan dari MA dari PT MSG. Sementara AAM selaku Menpora menyatakan bahwa

kontrak tahun jamak atas kegiatan pembangunan P3SON Hambalang baru diketahuinya

setelah kontrak ditandatangani dan pemenang sudah ditetapkan, meskipun dalam Raker

dengan Komisi X pada tanggal 8 Februari 2010 yang bersangkutan sudah pernah

menginformasikan tentang rencana pembiayaan sebesar Rp2.500.000.000.000.

Selanjutnya dalam Raker antara Menpora dengan Komisi X tanggal 3 Maret 2010, 13

April 2010, dan 29 April 2010, AAM selaku Menpora telah mengajukan usulan

tambahan anggaran pada APBN P TA 2010 sebesar Rp625.000.000.000. Selain itu,

informasi tentang rencana pembiayaan P3SON Hambalang sebesar Rp2.500.000.000.000

tersebut juga pernah disampaikan oleh WM kepada Wakil Ketua Komisi X pada tanggal

22 Januari 2010 dan disampaikan kepada Dirjen Anggaran pada tanggal 29 April 2010,

tetapi AAM selaku Menpora mengaku tidak dilapori oleh WM meskipun secara tersurat

ada tembusan kepada yang bersangkutan.

Dalam keterangannya kepada Tim BPK, WM menjelaskan bahwa setiap tandatangan

yang dilakukan atas nama Menpora pasti WM sebelumnya telah melaporkan kepada

Menpora, jika Menpora diam dan tidak marah maka WM mengartikan Menpora telah

setuju, dalam hal ini termasuk dalam hal pengajuan pembangunan P3SON Hambalang

menjadi kontrak tahun jamak dan penetapan KSO AW sebagai pemenang lelang dengan

nilai kontrak di atas Rp50.000.000.000..

Tahun 2011

Kemenpora mendapatkan penetapan Pagu Indikatif TA 2012 melalui Surat Edaran

Bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor

0091/M.PPN/03/2011 dan SE-189.1/MK.02/2011 tanggal 31 Maret 2011 dengan total alokasi

anggaran sebesar Rp1.400.620.200.000, diantaranya untuk kegiatan peningkatan prasarana

dan sarana keolahragaan sebesar Rp210.260.000.000. Namun dalam pertemuan tiga pihak

antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kemenpora pada tanggal 7

dan 12 April 2011 dialokasikan anggaran untuk kegiatan peningkatan prasarana dan sarana

keolahragaan sebesar Rp527.466.000.000. Dalam Catatan Kementerian/Lembaga antara lain

disebutkan bahwa Pagu Indikatif 2012 belum menampung kegiatan lanjutan yang bersifat

multiyears sehingga mengurang alokasi pagu per program, tetapi Kementerian Keuangan

memberikan catatan bahwa kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak untuk pembangunan

P3SON Hambalang wajib dialokasikan pada pagu indikatif TA 2012 sebesar Rp521,4 Miliar

yang terdiri dari Rp500,3 Miliar di tahun 2012 dan ditambah Rp21,1 Miliar yang tidak

terserap di tahun 2010. Hasil pembahasan tiga pihak tersebut selanjutnya dituangkan dalam

Page 56: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

55

Renja KL TA 2012 yang mengalokasikan anggaran kegiatan peningkatan prasarana dan

sarana keolahragaan sebesar Rp527.466.000.000.

Setelah rapat kerja dalam rangka pembicaraan pendahuluan RAPBN 2012 antara

pemerintah dengan Badan Anggaran DPR RI tanggal 22 Juni 2011, Kemenpora mendapatkan

penetapan Pagu Sementara TA 2012 sebesar Rp1.654.133.293.000 melalui Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 215/KMK.02/2011 tanggal 30 Juni 2011, dan selanjutnya pada

tanggal 25 Juli 2011 Plh. Ses Kemenpora menyampaikan Surat Nomor

1568/SESKEMENPORA/7/2011 untuk menyampaikan RKA KL-nya.

Kemenpora mendapatkan tambahan optimalisasi belanja non anggaran pendidikan

sebesar Rp100.000.000.000, sehingga Pagu Definitif Kemenpora TA 2012 menjadi sebesar

Rp1.754.133.293.000 yang ditetapkan melalui Surat Edaran Menteri Keuangan No.SE-

01/MK.2/2011 tanggal 1 November 2011. Menindaklanjuti SE tersebut, Plh Ses Kemenpora

atas nama Menpora menyampaikan RKA KL tahun 2012 berikut data dukung berupa TOR,

RAB beserta Arsip Data Komputer kepada Menteri Keuangan cq. Dirjen Anggaran pada

tanggal 14 November 2011 melalui Surat No.2532/MENPORA/11/2011. Dirjen Anggaran

menetapkan RKA KL TA 2012 untuk Program Kepemudaan dan Keolahragaan sebesar

Rp933.526.000.000 pada tanggal 18 November 2011 dengan menerbitkan SP-RKA KL

Nomor STAP-092.01.06-0/AG/2011, yang antara lain menyebutkan alokasi anggaran sebesar

Rp521.676.000.000 untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang tanpa tanda blokir.

Di sisi lain, Rekapitulasi APBN tahun 2012 Kemenpora yang disetujui oleh Pimpinan

Komisi X DPR RI pada tanggal 1 Desember 2011 masih memberikan catatan bahwa Program

Pelayanan Kepemudaan dan keolahragaan sebesar Rp933.526.000.000 tersebut berdasarkan

hasil raker Komisi X DPR RI dengan Menpora tanggal 25 Oktober 2011 dan 29 November

2011, terdapat beberapa program mendesak yang tidak terpenuhi dari anggaran cadangan

sejumlah Rp457.368.250.000 yang harus dialokasikan dari efisiensi anggaran pagu sementara

fungsi pelayanan umum, tambahan optimalisasi anggaran non pendidikan, serta anggaran

pembangunan P3SON Hambalang, sementara anggaran pembangunan P3SON Hambalang

yang direalokasi sejumlah Rp250.000.000.000.

Dirjen Anggaran melalui Surat Nomor S-93/AG/2012 tanggal 17 Januari 2012

menyampaikan kepada Ses Kemenpora bahwa pengurangan alokasi anggaran kontrak tahun

jamak pada pembangunan P3SON Hambalang tidak disetujui, dan selanjutnya meminta agar

Kemenpora mengajukan revisi alokasi anggaran kontrak tahun jamak pembangunan P3SON

Hambalang tahun 2012 mengingat merupakan tahun terakhir dengan memperhitungkan

rekapitulasi kontrak P3SON, realaisasi anggaran, fisik dan anggaran yang tidak terserap pada

TA 2010 dan 2011 sesuai laporan pelaksana proyek dan telah diverifikasi oleh KPPN.

Pada tanggal 24 Februari 2012, Plh. Ses Kemenpora menyampaikan Surat

No.0362/SESKEMENPORA/2/2012 kepada Kepala Kantor Kas dan Perbendaharaan Negara

Page 57: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

56

Jakarta III perihal permohonan rekonsiliasi khusus data realisasi anggaran multiyears

pembangunan P3SON Hambalang Tahun 2010 – 2011. Setelah Kepala KPPN Jakarta III

menyampaikan data realisasi tahun jamak pembangunan P3SON Hambalang kepada KPA

Kemenpora pada tanggal 27 Februari 2012, selanjutnya Plh Ses Kemenpora mengirimkan

Surat Nomor 0422/SESKEMENPORA/3/2012 tanggal 7 Maret 2012 untuk menyampaikan

laporan rekonsiliasi keuangan pembangunan lanjutan P3SON Hambalang dan pemenuhan

kebutuhan anggarannya pada tahun 2012. Melalui surat tersebut Plh Ses Kemenpora

menyampaikan bahwa total kebutuhan anggaran lanjutan pembangunan P3SON Hambalang

adalah sebesar Rp578.511.510.780 (termasuk anggaran yang tidak terserap di tahun 2010 dan

2011), dan anggaran yang telah dialokasikan pada DIPA TA 2012 adalah sebesar

Rp521.676.000.000 sehingga kekurangan kebutuhan anggaran TA 2012 sebesar

Rp56.835.510.780.

Kekurangan kebutuhan anggaran tahun jamak pembangunan P3SON Hambalang tahun

2012 sebesar Rp56.835.510.780 akan dipenuhi oleh Kemenpora dengan melakukan

optimalisasi pagu anggaran dari kegiatan Program Indonesia Emas sebesar

Rp47.000.000.000, fasilitasi penyelenggaraan PON XVIII tahun 2012 sebesar

Rp4.835.510.780, serta fasilitasi penyelenggaraan dan Chef De Mission Asean School Games

2012 sebesar Rp5.000.000.000. Dirjen Anggaran menetapkan revisi I SP-RKA KL untuk

Program Kepemudaan dan Keolahragaan pada tanggal 24 April 2012 melalui Surat Nomor S-

1065/AG/2012, yaitu sesuai dengan catatan penelaahan menunjukkan alokasi anggaran

sebesar Rp933.526.000.000 diantaranya digunakan untuk belanja modal sebesar

Rp578.511.509.000 (pembangunan P3SON Hambalang).

d. Proses persetujuan kontrak tahun jamak

Sehubungan dengan rencana anggaran tahun 2010 berupa dukungan pembangunan

P3SON senilai Rp275.000.000.000 dan sambil menunggu penetapan perubahan alokasi

anggaran dalam APBN 2010, pada tanggal 31 Mei 2010 DK selaku Kepala Biro Perencanaan

atas nama Ses Kemenpora mengirim surat Nomor 1511.A/SESKEMENPORA/5/2010 kepada

Direktur PBL Kementerian PU agar memberikan bantuan tenaga teknis untuk menghitung

estimasi biaya pembangunan lanjutan tersebut. Surat tersebut menunjukkan bahwa nilai

alokasi anggaran sebesar Rp275.000.000.000 tersebut tidak didasarkan pada perhitungan

teknis yang memadai.

Pada saat yang sama, DK juga mengirim surat nomor

1511.B/SESKEMENPORA/5/2010 kepada Direktur PBL Kementerian PU perihal

permohonan bantuan Tenaga Pengelola Teknis Gedung Negara. Dalam surat nomor 1511.B

ini, DK hanya meminta nama-nama tertentu agar menjadi tim pengelola teknis untuk

ditugaskan kembali tanpa menyebut permintaan untuk menghitung (estimasi) pembangunan

Page 58: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

57

lanjutan dimaksud. Permintaan melalui surat 1511.B/SESKEMENPORA/5/2010 tersebut

telah dipenuhi oleh pihak Kementerian PU pada tanggal 7 Juni 2010 dengan mengirimkan

tenaga Pengelola Teknis, Sekretariat, dan Pembantu Pengelola Teknis.

Dalam rangka membalas Surat Nomor 1511.A/SESKEMENPORA/5/2010 tgl 31 Mei

2010 tersebut di atas, pada tanggal 30 Juni 2010 JL selaku Dir PBL Kementerian PU

mengirim surat kepada Karo Perencanaan Set Kemenpora Nomor BU.01.06-Cb/697. Dengan

surat tersebut Dir PBL menyampaikan Analisis Pembangunan dan Rehabilitasi/Renovasi

dengan biaya total sebesar Rp392.111.849.000 untuk 17 unit bangunan dan pekerjaan

perencanaan, pengawasan serta pengelola teknis. Dir PBL juga menyampaikan agar

Kemenpora mengajukan permintaan Tenaga Pengelola Teknis kepada Dir PBL Kementerian

PU, meskipun pada tanggal 7 Juni 2010 Dir PBL telah mengirimkan tenaga pengelola teknis

yang diperbantukan kepada Kemenpora.

WM selaku Ses Kemenpora atas nama Menteri Pemuda dan Olahraga mengajukan

permohonan persetujuan kontrak tahun jamak untuk kegiatan pembangunan P3SON

Hambalang kepada Menteri Keuangan dengan Surat Nomor

1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010. Dalam surat tersebut, WM

menyatakan bahwa keseluruhan biaya proyek diperkirkan sebesar Rp2.575.320.006.000

(termasuk pengadaan peralatan sebesar Rp1.400.000.000.000) yang akan dilaksanakan dalam

periode tahun 2010 sampai dengan 2012. Surat Ses Kemenpora tersebut tidak dilengkapi

persyaratan yang dibutuhkan dalam proses pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak sesuai

dengan PMK No.56/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun

Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Surat tersebut ditandatangani oleh WM dengan mengatasnamakan Menteri Pemuda

dan Olahraga, tetapi tidak ada pelimpahan wewenang atau surat kuasa dari Menpora kepada

Ses Kemenpora. Berdasarkan Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Kemenpora yang

ditetapkan oleh Menpora dengan Peraturan Menpora Nomor PER.0033/MENPORA/II/2008

tanggal 20 Februari 2008, pada Lampiran Bab IV huruf F angka 8 poin c (1) dinyatakan

bahwa “… a.n digunakan jika pejabat yang menandatangani surat dinas telah diberi kuasa

oleh pejabat yang bertanggung jawab …”. Selain itu, penomoran surat Ses Kemenpora

tersebut menggunakan kode nomor Ses Kemenpora bukan Menpora sebagai pejabat yang

diatasnamakan. Mengenai hal ini Menpora (AAM) menyatakan tidak pernah memberikan

pendelegasian wewenang kepada WM untuk mengajukan permohonan tersebut dan hanya

mendapat laporan lisan dari WM perihal perlunya mengajukan persetujuan kontrak tahun

jamak untuk penyelesaian proyek. Adapun mengenai dikeluarkannya surat tersebut, AAM

mengatakan tidak mengetahuinya dan WM tidak selayaknya mengeluarkan surat tersebut.

Page 59: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

58

Surat WM tersebut diterima oleh TU Menteri Keuangan pada tanggal 30 Juni 2010

dan langsung disampaikan ke Sekjen Kementerian Keuangan untuk didistribusikan oleh

Sekjen ke unit teknis dalam hal ini Dirjen Anggaran. Selanjutnya MPN selaku Sekjen

Kementerian Keuangan memberi paraf disposisi pada Lembar Disposisi Menteri Keuangan

tersebut kepada Dirjen Anggaran dengan petunjuk “teliti/pendapat”. MPN menyatakan tidak

pernah mendapat pelimpahan wewenang dari Menteri Keuangan untuk mendisposisi surat

yang ditujukan kepada Menteri Keuangan. Pendisposisian surat Menteri Keuangan oleh

Sekjen tersebut dilakukan untuk membantu beban tugas Menteri Keuangan, namun tidak

diatur dalam PMK no. 492/PMK.1/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Surat dan

Dokumen/Arsip di lingkungan Setjen Depkeu.

Pengajuan surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tersebut melanggar

ketentuan yang diatur dalam PMK No.56/PMK.02/2010, Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan

bahwa permohonan persetujuan kontrak tahun jamak diajukan oleh Menteri/Pimpinan

Lembaga kepada Menteri Keuangan bersamaan dengan penyampaian RKA KL tahun

anggaran yang bersangkutan.

Menjawab permintaan Kemenpora yang ditandatangi oleh Ses Kemenpora atas nama.

Menpora sesuai surat nomor 1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010 yang

telah disebutkan sebelumnya, AR selaku Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan mengirim

surat kepada Ses Kemenpora nomor S-1882/AG/2010 tanggal 13 Juli 2010 perihal

kelengkapan data pendukung persetujuan kontrak tahun jamak proyek Hambalang, yaitu agar

melengkapi data pendukung berdasarkan PMK Nomor 56 Tahun 2010 khususnya pasal 3 ayat

(1) dan (2), pasal 5 ayat (2) dan (3), serta pasal 12 ayat (2). Dalam surat tersebut Dirjen

Anggaran Kementerian Keuangan (AR) tidak menanyakan kepada pihak Ses Kemenpora

tentang pendelegasian wewenang menandatangani Surat permohonan pengajuan kontrak

tahun jamak.

Untuk memenuhi persyaratan yang diatur dalam PMK 56/2010 tersebut, pada tanggal

23 Juli 2010 WM mengirim surat Nomor 2274/SESKEMENPORA/7/2010 kepada Dirjen

Cipta Karya (u.p Dir Penataan Bangunan dan Lingkungan) untuk meminta rekomendasi

kelayakan kontrak tahun jamak pembangunan P3SON Hambalang. Lalu dijawab oleh Dir

PBL dengan surat nomor BU.02.06-Cb/1222tanggal 22 Oktober 2010 perihal Pendapat

Teknis Pembangunan P3SON dengan Pelaksanaan Pembangunan Lebih dari Satu Tahun

Anggaran, bahwa pembangunan dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk

beberapa bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan lebih dari 12

bulan, dengan usulan pentahapan sebagai berikut:

untuk bangunan sampai dengan 2 lantai tahun pertama dilakukan penyusunan seluruh

dokumen perencanaan, pematangan lahan, sedangkan tahun kedua pembanguan fisik.

Page 60: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

59

Untuk bangunan lebih dari 2 lantai, tahun pertama dilakukan penyusunan seluruh

dokumen perencanaan, pematangan lahan, sedangkan tahun berikutnya untuk

pembangunan fisik gedung.

Surat tersebut dilampiri dengan Pendapat Teknis dari Pengelola Teknis yang meliputi DP,

TuR, SSR, dan ISPS, yang merinci jumlah lantai dan luas masing-masing bangunan. Namun

surat tersebut tidak menjelaskan bangunan mana saja yang pelaksanaan konstruksi fisiknya

diperkirakan memerlukan waktu lebih dari 12 bulan.

Perbandingan antara Surat Direktur PBL Nomor BU.01.06-Cb/697 tanggal 30 Juni 2010

dengan Surat Dir PBL Nomor BU.02.06-Cb/1222 tanggal 22 Oktober 2010 menunjukkan

rencana jumlah bangunan dan luasan yang berbeda untuk proyek P3SON Hambalang, yaitu

dari 17 bangunan seluas 67.427 m2 menjadi 22 bangunan seluas 391.618 m2, serta

peningkatan jumlah analisa biaya pembangunan dari sebesar Rp392.111.849.000 menjadi

Rp1.175.320.005.400 (analisa perhitungan disampaikan melalui Surat Direktur PBL Nomor

BU.01.06-Cb/1320 tanggal 23 November 2010), atau meningkat sebesar Rp783.208.156.400.

Rincian terlampir di Lampiran 3.

Pendapat teknis tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

pada Lampiran BAB III.A.1.f yang menyatakan pembangunan gedung negara yang

pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu tahun

anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan pembiayaannya

harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat Teknis dari

Menteri Pekerjaan Umum. Menteri Pekerjaan Umum (DjK) menyatakan tidak pernah

melimpahkan wewenang penandatanganan Pendapat Teknis kepada pejabat lainnya.

Pada tanggal 22 Oktober 2010 itu pula, Ses Kemenpora mengirimkan surat nomor

3344.A/SESKEMENPORA /10/2010 kepada Dirjen Anggaran dalam rangka menindaklanjuti

surat Dirjen Anggaran Nomor S-1882/AG/2010, yaitu menyampaikan dokumen dan syarat

kelengkapan pengajuan kontrak tahun jamak pembangunan P3SON meliputi : (i) Surat

rekomendasi dari Kementerian PU; (ii) Surat Tanggung Jawab Mutlak dari KPA; (iii) Surat

Pernyataan dari KPA; (iv) Cakupan jenis dan tahapan kegiatan/pekerjaan secara keseluruhan

dan jangka waktu penyelesaian pekerjaan; (v) Ringkasan perkiraan kebutuhan anggaran per

tahun; (vi) KAK dan RAB.

Menanggapi surat Ses Kemenpora Nomor 3344.A/SESKEMENPORA/10/2010

tanggal 22 Oktober 2010, pada tanggal 15 November 2010 Dirjen Anggaran berkirim surat

No.S-3451/AG/2010 kepada Ses Kemenpora yang isinya mempertanyakan pendapat teknis

dari Direktur PBL dengan menyatakan bahwa “pembangunan dimaksud dapat dilaksanakan

lebih dari satu tahun anggaran untuk beberapa bangunan yang pelaksanaan kostruksi

fisiknya diperkirakan lebih dari 12 bulan”.

Page 61: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

60

Surat AR tersebut juga menyatakan bahwa terdapat ketidaksesuaian data antara

lampiran surat rekomendasi dari Kementerian PU dengan RKA KL Kemenpora dan data

pendukung awal terkait jumlah lantai dan luas bangunan gedung, sehingga jika akan

dilakukan penyesuaian maka diperlukan revisi RKA KL, analisis komponen bangunan dari

instansi teknis fungsional untuk bangunan yang mengalami perubahan, serta KAK dan RAB

yg telah disesuaikan dan menunjukkan bahwa pekerjaan yang diajukan akan dibiayai lebih

dari 1 tahun anggaran.

Surat tersebut dikeluarkan karena dokumen yang diajukan Kemenpora pada tanggal

22 Oktober 2010 tidak sama dengan data awal yang tercantum dalam RKA KL semula untuk

kegiatan P3SON yaitu:

Jumlah bangunan yang akan dibangun lebih banyak.

Analisa Komponen Bangunan atas jumlah 22 bangunan belum dihitung oleh Kementerian

PU.

Jadwal pelaksanaan pekerjaan dalam RKA-KL semula masih untuk tahun tunggal (bukan

tahun jamak) sedangkan untuk 22 bangunan tersebut direncanakan menggunakan tahun

jamak.

Untuk menjawab surat itu, keesokan harinya, WM mengirimkan surat nomor B-

3608.A/SESKEMENPORA/11/2010 tanggal 16 Nov 2010 yang intinya memberikan

klarifikasi kepada Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan bahwa yang dimaksud dengan

kalimat “pembangunan tersebut dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk

beberapa bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan lebih dari 12 bulan”

sebagaimana yang tertuang dalam pendapat teknis Direktur PBL adalah “seluruh

pembangunan fisik gedung dan lapangan serta infrastruktur dilaksanakan melalui satu

kontrak tahun jamak.”

Mengenai surat tersebut, WM menyatakan bahwa klarifikasi tersebut hanya

didasarkan pada penjelasan DK dan WiM yang diyakininya telah berkoordinasi dengan

Pengelola Teknis dari Kementerian PU bahwa yang dimaksud dengan surat tersebut adalah

untuk seluruh bangunan. Namun, DP selaku Tim Pengelola Teknis Kementerian PU

menjelaskan bahwa jawaban Ses Kemenpora tersebut tidak melibatkan pihak Kementerian

PU. Menurutnya, data yang disebut dalam lampiran surat Dir PBL tersebut menunjukkan

bahwa bangunan berlantai empat atau lebih secara teknis memerlukan waktu pengerjaan lebih

dari 12 bulan yaitu Sport Science dan Kebugaran, GOR Serbaguna, Asrama Putra Elit dan

Junior, Asrama Putri Elit dan Junior, Sekolah SMP-SMA, dan Gedung Serbaguna.

Selain itu, dengan surat tersebut WM juga mengajukan revisi volume pekerjaan

terkait dengan ketidaksesuaian data antara RKA KL dengan gambar terbaru, yaitu pada RKA

KL volume yang hendak dibangun adalah 108.553 m2 dari volume keseluruhan 123.993 m

2,

Page 62: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

61

diajukan untuk direvisi menjadi 121.097 m2 dari volume keseluruhan 135.618 m

2. Dengan

didukung lampiran yang tidak sesuai secara footing dan crossfooting (aritmetik). Seharusnya

surat dan lampiran yang benar sesuai hasil footing (aritmetik) adalah dari “108. 553 m2

menjadi 100.398 m2”

Surat ini pada saat dikirim ke DJA tidak dilampiri:

Analisa Komponen Biaya atas 22 bangunan P3SON dari Kementerian Pekerjaan Umum

KAK dan Rincian Anggaran Biaya yang telah disesuaikan.

Jadwal pelaksanaan pekerjaan lebih dari satu tahun anggaran dari Kementerian Pekerjaan

Umum.

Kekurangan dokumen tersebut baru dimintakan ke Kementerian Pekerjaan Umum tanggal 22

November 2010 oleh Karo Perencanaan selaku PPK dan dijawab oleh Kementerian PU pada

tanggal 23 November 2010, kemudian disampaikan menyusul ke Ditjen Anggaran.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa penyusunan usulan revisi RKA

KL Kemenpora TA 2010 untuk kegiatan P3SON Hambalang tidak mempertimbangkan

informasi dan data pendukung dari Kementerian Pekerjaan Umum selaku instansi teknis

fungsional. Direktur PBL (GH) dengan Surat Nomor BU.01.06-Cb/1320 tanggal 23

November 2010 telah menyampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan Kemenpora (DK)

bahwa dengan mempertimbangkan waktu yang tersisa di tahun 2010 bisa dilaksanakan

pekerjaan fisik yang hanya berkisar 3 sampai dengan 5% yang sama dengan dengan luas

bangunan sebesar 16.937,27 m2. Staf Karo Perencanaan Kemenpora Rio Wilarso (RW) yang

membuat konsep Surat Ses Kemenpora Nomor 3608.A/SESKEMENPORA/11/2010 tanggal

16 November 2010 beserta lampirannya menjelaskan bahwa Ses Kemenpora (WM)

memberikan arahan agar alokasi anggaran dalam revisi RKA KL dibuat sedemikian rupa agar

dapat menarik uang muka sebesar 20% mengingat adanya perbedaan akun untuk pekerjaan

fisik dan infrastruktur, karena jika mengikuti perhitungan Kementerian PU, Kemenpora tidak

dapat menarik uang muka 20% dari kontrak. Namun hal itu dibantah oleh WM. WM merasa

tidak memahami masalah pencairan 20% dari nilai kontrak.

Selain itu, dengan surat nomor B-3608.A/SESKEMENPORA/11/2010 tanggal 16

Nov 2010 tersebut, WM selaku Ses Kemenpora bermaksud mengajukan dispensasi batas

waktu revisi RKA KL yang berdasarkan PMK 180/2010 sudah harus dilakukan paling lambat

tanggal 15 Oktober 2010. Surat tersebut diterima di kantor DJA pada tanggal 19 November

2010 dan sampai ke meja Dirjen Anggaran pada tanggal 22 November 2010, selanjutnya

Dirjen Anggaran mendisposisi secara berjenjang kepada Direktur Anggaran II (DPH),

Kasubdit II E (S), dan Kasie II E-4 (RH).

Page 63: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

62

Terhadap surat WM nomor B-3608.A/SESKEMENPORA/11/2010 tanggal 16 Nov

2010 tersebut, DPH selaku Dir Anggaran II memberi catatan disposisi kepada Kasubdit

Angaran II E pada tanggal 24 November 2010 sebagai berikut:

“tolong dicek benar, apakah yang dimaksud Kementerian PU dengan ‘sebagian’ = ‘seluruh’.

Cermati betul dalam penyelesaian persetujuan kontrak tahun jamak. Tks.”

Tanggal 16 Nov 2010 DK selaku PPK mengirim Memo Dinas Nomor

868/B1.SESKEMENPORA/11/2010 untuk meminta agar Pengelola Teknis Kementerian PU

menyusun Jadwal Pelaksanaan pembangunan tiap bangunan serta jadwal pembiayaan

pembangunan tiap bangunan yang hendak dikerjakan dalam kontrak tahun jamak berdasarkan

tahun anggarannya. Dalam Memo tersebut DK menyampaikan perkiraan alokasi anggaran

tahun 2010 sebesar Rp275 Miliar untuk persiapan perencanaan dan tender pelaksanaan fisik

(pematangan lahan, prasarana, pondasi bangunan). Sedangkan tahun 2011 dan 2012 masing-

masing sebesar Rp400 Miliar dan Rp500 Miliar untuk gambar kerja, pembangunan fisik

bangunan, dan prasarana lingkungan.

Prioritas pekerjaan tiap tahun adalah sebagai berikut:

Pada tahun 2010 difokuskan pekerjaan perencanaan (Gambar Pra Rencana, untuk

digunakan sebagai pedoman lelang), Pematangan tanah dan pondasi beberapa bangunan

yang harus diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 beberapa bangunan diharapkan bisa selesai yaitu Asrama yunior putra

putri, Sekolah (SMP, SMA, Perpustakaan), GOR Serbaguna, Fasilitas penunjang (Pos

Jaga, Gedung penunjang, pool mobil, renovasi masjid), pembangunan fisik bangunan

lainnya dapat dimulai terutama untuk pekerjaan pematangan tanah dan pondasi.

Pada tahun 2012 diharapkan seluruh bangunan dapat diselesaikan termasuk prasarana

lingkungan.

Pada hari itu juga, DP selaku Pengelola Teknis Kementerian PU mengirimkan Memo

Dinas kepada Karo Perencanaan Kemenpora untuk membalas Memo Dinas Karo Perencanaan

tersebut di atas. Dalam Memo Dinasnya DP menyampaikan rencana kebutuhan biaya tiap

bangunan dan prasarana lingkungan serta pentahapan pembiayaan pada tiga tahun anggaran,

serta penjadwalan pelaksanaan pekerjaan.

DP selaku Pengelola Teknis menjelaskan bahwa Memo Dinas yang

ditandatanganinya tanggal 16 November 2010 tersebut dibatalkan dan diganti dengan Surat

Dir PBL Nomor BU.01.06-Cb/1320 tanggal 23 Nov 2010 perihal informasi tentang jadwal

pelaksanaan kegiatan dan biaya tiap bangunan dalam kontrak tahun jamak kegiatan

pembangunan P3SON.

Tanggal 22 Nov 2010, DK selaku Pejabat Pembuat Komitmen mengeluarkan surat

Nomor 873/B1.SESKEMENPORA/11/2010 mengirim surat kepada Direktur PBL, dalam

Page 64: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

63

rangka meminta permohonan analisis komponen bangunan, jadwal pelaksanaan kegiatan dan

biaya tiap bangunan dalam kontrak tahun jamak berdasarkan Tahun Anggaran. Dalam surat

tersebut DK meminta agar Kementerian PU dapat menyusun dokumen:

Analisis komponen bangunan baru dan rehabilitasi/ renovasi untuk bangunan yang

mengalami perubahan;

Jadwal pelaksanaan pembangunan tiap tahun yang dikerjakan dalam kontrak tahun jamak;

Jadwal pembiaayaan pembangunan tiap bangunan yang akan dikerjakana dalam kontrak

tahun jamak.

Menjawab surat tersebut, tanggal 23 Nov 2010 Direktur PBL mengirim surat kepada

Kepala Biro Perencanaan Kemenpora untuk menyampaikan jadwal pembiayaan dan

pelaksanaan kegiatan, serta analisis biaya masing-masing bangunan selama tahun 2010 –

2012 senilai total Rp1.175 Miliar termasuk pekerjaan konsultan perencana, manajemen

konstruksi, dan pengelola teknis. Dalam surat tersebut juga disampaikan bahwa dengan

mempertimbangkan waktu yang tersisa di tahun 2010 dan anggaran yang tersedia, maka

alokasi anggaran dapat digunakan untuk kegiatan: (i) perencanaan; (ii) uang muka dan

sebagian kecil pekerjaan fisik; dan (iii) pekerjaan manajemen konstruksi.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dalam menyusun analisa biaya bangunan

sebesar Rp1.175 Miliar tersebut, DP menggunakan standar harga yang diterbitkan Pemkab

Bogor tahun 2009 sebagai acuan dengan menambahkan faktor inflasi dan faktor lain yang

tidak dapat dijelaskan. Konfirmasi Tim pemeriksa yang dilakukan kepada penyusun standar

harga Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa standar harga dimaksud telah mengacu kepada

biaya nyata bangunan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan mengandung komponen

jasa konstruksi dan overhead, pajak-pajak, asuransi, perijinan, inflasi, serta keselamatan dan

kesehatan.

Hasil perhitungan ulang terhadap analisis biaya bangunan menunjukkan harga yang

pantas berdasarkan standar harga yang diterapkan untuk proyek tersebut adalah setinggi-

tingginya sebesar Rp816.347.186.247,29 (perhitungan rinci terlampir Lampiran 4).

Pada tanggal 26 November 2010 Subdit II E DJA menyusun Nota Dinas hasil

penelaahan Staf yang disampaikan ke Direktur Anggaran II disertai dengan konsep Nota

Dinas Direktur ke Dirjen Anggaran, yang berisi antara lain: “Mengingat permohonan

persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract) tersebut telah dilengkapi data

pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan P3SON

dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun senior, maka persetujuan

kontrak tahun jamak dapat dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan

volume kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena

Page 65: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

64

pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak, maka

dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.”

Selanjutnya pada tanggal 29 November 2010 Direktur Anggaran II menyampaikan

Nota Dinas kepada Dirjen Anggaran perihal Permohonan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak.

Isi Nota Dinas Direktur Anggaran II tepat sama dengan konsep Nota Dinas yang disampaikan

oleh Kasubdit Anggaran II E kepada Direktur Anggaran II. Nota Dinas Direktur Anggaran II

E No ND-1031/AG.4/2010 tanggal 29 November 2010, tidak memperhatikan apakah catatan

disposisi yang pernah diberikan DPH dalam lembar Disposisi Dir Anggaran II pada tanggal

24 November 2010 lalu telah dipenuhi atau belum.

Pada tanggal 29 November 2010 itu pula, AR selaku Dirjen Anggaran menyampaikan

Nota Dinas ND-1034/AG/2010 perihal Permohonan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak

kepada Menteri Keuangan. Isi Nota Dinas Dirjen Anggaran tepat sama dengan konsep Nota

Dinas yang disampaikan oleh Kasubdit Anggaran II E kepada Direktur Anggaran II dan dari

Direktur Anggaran II kepada Dirjen Anggaran. Permohonan tetap diteruskan ke Menteri

Keuangan tanpa memperhatikan kelengkapan data dukung untuk persetujuan kontrak tahun

jamak lengkap. Data dukung tersebut antara lain RKA-KL yang telah menunjukkan kontrak

tahun jamak pada tanggal tersebut belum ditandatangani Dirjen Anggaran.

Tanggal 1 Desember 2010, ADWM selaku Menteri keuangan memberikan disposisi

atas Nota Dinas Dirjen Anggaran tanggal 29 November 2010 tersebut dengan memberikan

catatan disposisi “SELESAIKAN” kepada Dirjen Anggaran. Menteri Keuangan (ADWM)

menyatakan bahwa yang dimaksud disposisi ‘selesaikan’ tersebut adalah setuju pada

substansi surat dan untuk diselesaikan sesuai dengan data yang disajikan dalam nota dinas

Dirjen Anggaran. Menteri Keuangan (ADWM) juga menjelaskan bahwa yang bersangkutan

mengetahui kegiatan tersebut setelah permasalahan tersebut diungkap di media massa. Pada

saat memberi disposisi “Selesaikan” tersebut, Menteri Keuangan (ADWM) mengasumsikan

bahwa dokumen yang menjadi persyaratan persetujuan kontrak tahun jamak P3SON tersebut

telah neto karena analisisnya telah dilakukan di level bawah.

Menindaklanjuti disposisi Menteri Keuangan tersebut, Dirjen Anggaran

mengeluarkan surat nomor S-3576/AG/2010 tanggal 6 Desember 2010 perihal Persetujuan

Revisi SP-SAPSK Kemenpora tahun 2010, kepada Dirjen Perbendaharaan dan Ses

Kemenpora. Dengan surat tersebut Dirjen Anggaran menetapkan revisi/perubahan sasaran

keluaran pada RKA KL/SAPSK Kemenpora (kode 664319) dari yang sebelumya luas

bangunan 108.533m2 menjadi 121.097 m

2.

Pada saat yang sama, AR selaku Dirjen Anggaran dengan mengatasnamakan Menteri

Keuangan menerbitkan surat nomor S-553/MK.2/2010 tanggal 6 Desember 2010 perihal

Persetujuan Kontrak Tahun Jamak Pembangunan P3SON. Persetujuan tahun jamak itu

sebesar Rp1.175.320.006.000 meliputi kegiatan perencanaan sebesar Rp24.277.500.000,

Page 66: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

65

manajemen konstruksi sebesar Rp20.148.750.000, pekerjaan fisik sebesar

Rp1.129.206.256.000, dan Pengelola Teknis sebesar Rp1.687.500.000.

Terhadap penerbitan surat itu oleh Dirjen Anggaran, Menteri Keuangan dengan KMK

Nomor 347/KMK.01/2008 telah memberikan pelimpahan wewenang kepada Dirjen Anggaran

untuk dan atas nama Menteri Keuangan menandatangani persetujuan kontrak tahun jamak.

Selain itu, Pasal 6 ayat (1) PMK Nomor 56/PMK.02/2010 menetapkan bahwa proses

penyelesaian persetujuan kontrak tahun jamak oleh Menteri Keuangan dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Anggaran. Berdasarkan kedua peraturan tersebut dan prosedur

operasional standar DJA Nomor SOP-156/AG.4.5.6/2007 tanggal 18 September 2007 bahwa

penetapan persetujuan atau penolakan kontrak tahun jamak tetap dilakukan oleh Menteri

Keuangan meskipun penandatanganan surat persetujuan atau penolakan dilakukan oleh Dirjen

Anggaran.

e. Pemilihan rekanan pelaksana pekerjaan konstruksi

Pelaksanaan pekerjaan yang mencakup perencanaan konstruksi, manajemen konstruksi,

dan konstruksi fisik merupakan pekerjaan yang saling terkait. Panitia Pengadaan yang

dibentuk oleh Ses Kemenpora dengan SK nomor 0093.b Tahun 2010 Tanggal 12 April 2010

melakukan proses pemilihan para rekanan pelaksana untuk ketiga jenis pekerjaan tersebut

dengan metode pelelangan umum pra kualifikasi, sebagai berikut:

1) Pelelangan untuk perencanaan konstruksi

Berdasarkan dokumen lelang, diketahui bahwa Panitia Pengadaan mengumumkan

Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultan Perencana pada tanggal 26 Juni 2010 melalui koran

Media Indonesia. Pengambilan dokumen prakualifikasi dijadwalkan tanggal 28 Juni 2010

sampai dengan 6 Juli 2010, sedangkan Pengembalian Dokumen Prakualifikasi tanggal 29

Juni 2010 sampai dengan tanggal 9 Juli 2010. Berdasarkan Berita Acara Evaluasi

Dokumen Prakualifikasi Panitia Lelang Nomor : 006.a/PPBJ/P3SON/2010 Tanggal 12

Juli 2010, perusahaan yang mengambil dan mengembalikan dokumen prakualifikasi

adalah sebagai berikut:

1) PT CC

2) PT BK

3) PT AA

4) PT YK

5) PT CM

6) PT VK

7) PT CKP

8) PT MK

9) PT Ar/PT W

10) PT LRU

Page 67: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

66

11) PT BJ

12) PT BSC

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen prakualifikasi yang diterima Panitia

tersebut, hanya 7 peserta yang lulus prakualifiaksi berdasarkan Pengumuman Hasil

Evaluasi Prakualifikasi Nomor : 009.A/PPBJ/P3SON/7/2010 Tanggal 14 Juli 2010, yaitu:

1) PT BK

2) PT AA

3) PT YK

4) PT CM

5) PT VK

6) PT CKP

7) PT MK

DK selaku Pejabat Pembuat Komitmen kemudian menetapkan melalui Surat Penetapan

Hasil Prakualifikasi Nomor : 008.a/PPK/P3SON/7/2010 Tanggal 14 Juli 2010. Panitia

Pengadaan memberikan penjelasan pekerjaan (aanwijzing) pada tanggal 28 Juli 2010

dengan hasil yang ditetapkan dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan Nomor :

011.A/PPBJ/7/2010 Tanggal 28 juli 2010. Pemasukan Dokumen Penawaran ditutup

tanggal 6 Agustus 2010. Dari 7 (tujuh) perusahaan penyedia jasa yang lolos

prakualifikasi, hanya 4 (empat) perusahaan yang memasukkan dokumen penawaran

sampul pertama, yaitu :

1) PT MK

2) PT YK

3) PT VK

4) PT BK

Dengan Berita Acara Pembukaan Penawaran Sampul pertama Nomor : 12.A/PPBJ/7/2010

Tanggal 6 Agustus 2010, Panitia Pengadaan menyatakan bahwa keempat perusahaan

tersebut telah lengkap administrasi dan lulus secara teknis. PT YK menempati peringkat

tertinggi evaluasi tertinggi dengan nilai 86,21. Terhadap hasil evaluasi tersebut, DK

selaku PPK mengeluarkan surat nomor 022.A/PPK/PPAL/P3SON/8/2010 tanggal 13

Agustus 2010 tentang Penetapan Peringkat Akhir dan Pemenang Seleksi Umum, yaitu:

1) PT YK (Persero) sebagai Calon Pemenang Lelang;

2) PT VK (Persero) sebagai Calon Pemenang Cadangan I; dan

3) PT BK (Persero) sebagai Calon Pemenang Cadangan II.

Selanjutnya, dengan Surat Penunjukan Penyedia Barang/jasa nomor

026.A/PPBJ/P3SON/8/2010 tanggal 25 Agustus 2010 DK menetapkan PT YK (Persero)

Page 68: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

67

sebagai pelaksana pekerjaan Penyempurnaan Perencanaan Pembangunan Lanjutan

P3SON Hambalang dengan harga setelah negosiasi sebesar Rp5.825.820.000.

Tim Pemeriksa tidak dapat melakukan analisis secara menyeluruh terhadap dokumen

penawaran perusahaan lainnya karena Panitia Pengadaan tidak dapat menyerahkan

dokumen dimaksud kepada pemeriksa. Namun, hasil analisis terhadap kertas kerja Panitia

Pengadaan menunjukkan bahwa PT YK seharusnya tidak lulus secara teknis dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1) Dalam proses evaluasi terdapat ketidak sesuaian penilaian antara posisi yang

disyaratkan dengan personil yang diajukan oleh PT YK, yaitu untuk posisi

Koordinator Tenaga Ahli, PT YK mengajukan personil yang tidak memiliki

pengalaman sebagai koordinator.

2) Pada penilaian faktor kesesuaian pengalaman pekerjaan tenaga ahli terdapat ketidak

sesuaian antara pengalaman pekerjaan yang diajukan dengan pekerjaan yang akan

dilaksanakan.

3) Penghitungan jumlah tahun pengalaman tenaga ahli tidak akurat dan tumpang tindih.

4) Berdasarkan penghitungan kembali evaluasi teknis dokumen PT YK diketahui hasil

evaluasi teknis sebesar 68,53, terdiri dari nilai pengalaman perusahaan sebesar 8,18,

Pendekatan dan metodologi 28,70 dan Kualifikasi tenaga ahli 31,65 (rincian terlampir

Lampiran). Nilai evaluasi tersebut di bawah nilai passing grade yang ditetapkan

panitia lelang sebesar minimal 70.

Atas pelaksanaan evaluasi prakualifikasi dan dokumen penawaran tersebut, WiM selaku

Ketua Panitia Pengadaan, BS selaku Sekretaris Panitia Pengadaan, J selaku Anggota

Panitia Pengadaan dan HaH selaku wakil PT YK memberi keterangan bahwa proses

evaluasi prakualifikasi dan teknis dilakukan sendiri oleh pegawai PT YK bertempat di

sebuah ruangan di Hotel Century Senayan Jakarta. Panitia Pengadaan hanya menerima

hasil evaluasi dari PT YK melalui saudara HaH dalam bentuk soft copy maupun hard

copy dan kemudian membuatkan Berita Acara Evaluasinya.

Sebelum pengumuman pelelangan diterbitkan, diadakan pertemuan untuk membahas

tentang rencana pembangunan proyek Hambalang yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait

dengan proyek ini yaitu PPK, Panitia Pengadaan, PT YK sebagai konsultan perencana,

PT CCM sebagai manajemen konstruksi dan PT AK sebagai pemborong konstruksi

bertempat di Hotel Le Kristal Pondok Indah Jakarta yang dikoordinasikan oleh AW. AW

adalah Marketing Manager PT MSG yang di kemudian hari mendapatkan pekerjaan

sebagai sub kontraktor dari PT YK dalam proyek Hambalang ini.

Page 69: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

68

2) Pelelangan untuk manajemen konstruksi

Berdasarkan dokumen lelang diketahui Panitia lelang mengumumkan Pengadaan

Pekerjaan Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi pada tanggal 26 Juni 2010 melalui

koran Media Indonesia. Pengambilan dokumen prakualifikasi dijadwalkan tanggal 28

Juni 2010 sampai dengan 6 Juli 2010, sedangkan Pengembalian Dokumen Prakualifikasi

tanggal 29 Juni 2010 sampai dengan tanggal 9 Juli 2010. Berdasarkan Berita Acara

Evaluasi Dokumen Prakualifikasi Panitia Lelang Nomor : 006.B/PPBJ/P3SON/2010

Tanggal 12 Juli 2010 yang mengambil dokumen prakualifikasi adalah 13 Perusahaan

yaitu:

1) PT In

2) PT CCM

3) PT PT BIE

4) PT PT JCM

5) PT IK

6) PT MUI

7) PT EI

8) PT WCB

9) PT KKU

10) PT Is

11) PT GU

12) PT GRM

13) PT BIS

Berdasarkan Pengumuman Hasil Evaluasi Prakualifikasi No. 009.B/PPBJ/P3SON/7/2010

Tanggal 14 Juli 2010, dari 10 (sepuluh) peserta yang memasukkan dokumen

prakualifikasi, 7 (tujuh) peserta di antaranya dinyatakan lulus prakualifiaksi, yaitu :

1) PT CCM

2) PT JCM

3) PT WB

4) PT EII

5) PT KKU

6) PT In

7) PT GRM

Selanjutnya DK selaku Pejabat Pembuat Komitmen menetapkan dengan Surat Penetapan

Hasil Prakualifikasi Nomor: 008.B/PPK/P3SON/7/2010 Tanggal 14 Juli 2010. Panitia

Page 70: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

69

lelang memberikan penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) pada tanggal 28 Juli 2010 dengan

hasil yang ditetapkan dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan Nomor:

011.B/PPBJ/7/2010 Tanggal 28 juli 2010. Pemasukan Dokumen Penawaran ditutup

tanggal 6 Agustus 2010. Dari 7 (tujuh) jumlah penyedia jasa yang lolos prakualifikasi,

hanya 5 (lima) perusahaan yang memasukkan dokumen penawaran sampul pertama,

yaitu:

1) PT. GRM

2) PT KKU

3) PT CCM

4) PT JCM

5) PT In

Berdasarkan Berita Acara Pembukaan Penawaran Sampul pertama Nomor:

12.B/PPBJ/7/2010 Tanggal 6 Agustus 2010 kelima perusahaan tersebut secara

administrasi dinyatakan lengkap dan secara teknis dinyatakan lulus. Menurut evaluasi

yang dilakukan Panitia Pengadaan, PT CCM menempati peringkat tertinggi evaluasi

tertinggi dengan nilai 83,76. Terhadap hasil evaluasi tersebut, DK selaku PPK

mengeluarkan surat nomor 022.B/PPK/PPAL/P3SON/8/2010 tanggal 13 Agustus 2010

tentang Penetapan Peringkat Akhir dan Pemenang Seleksi Umum yang menetapkan PT

CCM sebagai pemenang lelang.

Hasil analisis dan pemeriksaan terhadap kertas kerja yang dibuat Panitia Pengadaan

menunjukkan bahwa secara teknis PT CCM tidak layak lulus dengan pertimbangan

sebagai berikut:

1) Hasil konfirmasi kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang saat

ini bertindak sebagai pemegang otoritas sertifikasi ahli konstruksi sebagaimana

dimaksud pada pasal 31 (3) UU No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

menunjukkan bahwa Surat Keterangan Ahli (SKA) atas nama Ir. Dwie Suksmono

Hadhi, MT., Mulyatno, Satiawarman Mulyono, Ir. Titi Erman, Ir. Rachmad

Mekaniawan, dan Ir. Rr. Soesie Arianie adalah SKA atas nama orang lain. Dengan

demikian, nama-nama tersebut tidak berhak menyandang keahlian dimaksud.

2) Berdasarkan penghitungan kembali evaluasi teknis dokumen PT CCM diketahui hasil

evaluasi teknis sebesar 52,53, terdiri dari nilai pengalaman perusahaan sebesar 3,

Pendekatan dan metodologi 26,48 dan Kualifikasi tenaga ahli 23,05. Nilai evaluasi

tersebut di bawah nilai passing grade yang ditetapkan panitia lelang sebesar minimal

70.

Page 71: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

70

Atas pelaksanaan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran

tersebut, WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan, BS selaku Sekretaris Panitia Pengadaan, J

selaku Anggota Panitia Pengadaan, beserta para staf PT CCM yaitu MG, AG, RHa, YS

dan RMS menerangkan bahwa proses evaluasi prakualifikasi bukan dilakukan oleh

Panitia Pengadaan melainkan dilakukan oleh para staf PT CCM atas perintah Mul dan

dikoordinasikan oleh AG bertempat di sebuah ruangan di Hotel Century Senayan Jakarta

dan di kantor PT CCM. Panitia Pengadaan hanya menerima hasil evaluasi dari PT CCM

melalui AG dalam bentuk soft copy maupun hard copy. Kemudian Panitia Pengadaan

membuatkan Berita Acara Evaluasinya. RHa menjelaskan bahwa dirinya bersama RMS

membuat dokumen penawaran 6 (enam) perusahaan lain sebagai pendamping (yaitu PT

JCM, PT WB, PT EII, PT KKU, PT In dan PT GRM) untuk diikutkan dalam seleksi

prakualifikasi dan teknis proyek ini, setelah sebelumnya Mul menghubungi perusahaan-

perusahaan tersebut. Selanjutnya Staf PT CCM lainnya yaitu YS dan RMS memasukkan

dokumen prakualifikasi dan mengisi daftar hadir pemasukan dokumen prakualifikasi atas

nama perusahaan-perusahaan pendamping tersebut. Ke-6 perusahaan tersebut bersama PT

CCM selanjutnya dinyatakan lulus seleksi prakualifikasi.

3) Pelelangan untuk konstruksi fisik

Meskipun kontrak konsultan perencana belum menerbitkan output pekerjaannya

berupa gambar detil perencanaan yang siap digunakan untuk lelang konstruksi, Panitia

Pengadaan telah mengeluarkan pengumuman pelelangan konstruksi melalui harian Koran

Tempo tanggal 18 Agustus 2010. Dalam pengumuman tersebut dicantumkan pagu

anggaran TA 2010 sebesar Rp262.784.897.000. Terdapat pula penjelasan di paragraf

terakhir yang berbunyi “Anggaran dalam proses kontrak multiyears dari Kementerian

Keuangan, apabila anggaran tersebut tidak jadi disetujui maka peserta tidak dapat

menuntut ganti rugi.”

Angka pagu anggaran sebesar itu berdasarkan alokasi anggaran dalam DIPA Revisi

APBNP TA 2010, meskipun hasil perhitungan teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian

Pekerjaan Umum untuk proyek dimaksud menyebutkan bahwa anggaran yang diperlukan

setidaknya mencapai Rp392.111.849.000. Pada saat yang sama pula Kemenpora sudah

memiliki rencana pembangunan proyek dimaksud senilai Rp1.175.320.006.000 dan

sedang mengajukan permohonan kontrak tahun jamak kepada Kementerian Keuangan.

Keinginan pihak Kemenpora untuk membangun proyek senilai Rp1.175.320.006.000

sementara alokasi anggaran yang tersedia hanyalah maksimal Rp275.000.000.000,

menimbulkan kebimbangan Panitia Pengadaan dalam melakukan pelelangan.

Untuk itu, pada tanggal 19 Agust 2010, WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan

menyusun konsep pemberitahuan tambahan kepada para calon peserta lelang lalu

Page 72: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

71

menyodorkan kepada DK selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk disetujui dan

selanjutnya dibantu oleh salah satu anggota Panitia Pengadaan (J) menyampaikan

pemberitahuan tersebut kepada semua calon peserta pelelangan. Dalam pemberitahuan

tersebut, DK selaku PPK menyampaikan bahwa anggaran masih dalam proses

persetujuan multiyears dengan total nilai kegiatan direncanakan sebesar

Rp1.200.000.000.000. Hasil konfirmasi kepada calon penyedia jasa menunjukkan bahwa

sepengetahuan mereka nilai proyek yang dilelang adalah Rp262.784.897.000 seperti yang

tertulis dalam pengumuman pelelangan di Koran Tempo. Karena itu, sebagai syarat untuk

mengikuti pelelangan, para calon penyedia jasa menyiapkan dukungan bank dengan

mendasarkan pada nilai proyek Rp262.784.897.000 tersebut.

Surat Pemberitahuan PPK kepada calon penyedia jasa tidak ditembuskan kepada

Panitia Lelang, melainkan kepada Ses Kemenpora.

Sesuai daftar hadir Pengambilan Dokumen Prakualifikasi, dalam periode tanggal

18 sampai dengan 26 Agustus 2010 terdapat 8 (delapan) perusahaan yang mengambil

dokumen prakualifikasi yakni:

1) PT PP (Persero) Tbk

2) PT NK (Persero)

3) PT WK

4) PT AK (Persero) atas nama KSO Adhi- Wika

5) PT HK (Persero)

6) PT DGI Tbk

7) PT JKMP Tbk

8) PT IK (Persero) atas nama KSO IK – PT LTMK – PT LRR.

Keseluruhan perusahaan tersebut telah memasukkan dokumen prakualifikasi pada periode

yang ditentukan.

Terhadap seluruh dokumen prakualifikasi yang telah dimasukkan oleh calon

penyedia jasa tersebut, Panitia Pengadaan telah melakukan evaluasi dalam periode

tanggal 31 Agustus sampai dengan 1 September 2010 dan menerbitkan Berita Acara

Evaluasi Dokumen Prakualifikasi No.06-BAE.PQ-P3SON-11-2010 tanggal 1 September

2010, dengan hasil evaluasi bahwa dari 8 (delapan) peserta yang memasukkan dokumen

tersebut, 3 (tiga) di antaranya tidak lulus prakualifikasi, sebagai berikut:

1) PT PP (Persero) Tbk. tidak lulus prakualifikasi karena: (i) Tidak melampirkan surat

keterangan tidak pailit dari pengadilan; (ii) tidak melampirkan Surat Pernyataan

Tidak Akan Menuntut; (iii) tidak memenuhi grade SBU Tata Lingkungan (25004 =

Gred 6, yang disyaratkan adalah gred 7); (iv) tidak memenuhi grade SUJK Tata

Lingkungan (250004 = Gred 6, yang disyaratkan adalah gred 7);

Page 73: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

72

2) PT DGI tidak lulus prakualifikasi karena melampirkan surat dukungan Bank hanya

senilai Rp30.000.000.000 (yang dipersyaratkan adalah senilai Rp120.000.000.000

atau 10% dari nilai proyek yang dilelang);

3) KSO Istaka – Lince – Leotunggal tidak lulus prakualifikasi karena nilai total evaluasi

adalah 64,59 atau di bawah nilai ambang batas 75.

Hasil pemeriksaan terhadap kertas kerja yang dibuat Panitia dalam mengevaluasi

dokumen prakualifikasi menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1) Panitia Pengadaan mencantumkan nilai Dukungan Bank (DB) KSO Istaka – Lince –

Leotunggal sebesar Rp123.000.000.000, namun dokumen pendukung yang ada

adalah DB dari Bank DKI sebesar Rp26.300.000.000. Dengan demikian, seharusnya

KSO Istaka – Lince – Leotunggal tidak lulus karena DB < Rp120.000.000.000.

2) Panitia Pengadaan memberi penilaian penuh untuk Sisa Kemampuan Keuangan

(SKK) PT NK. Padahal SKK PT NK hanya bernilai Rp426.125.278.464. Sesuai

ketentuan RKS, peserta lelang harus memiliki SKK minimal Rp960.000.000.000

(80% x Rp1,2T).

3) Panitia Pengadaan menggunakan ambang batas dengan nilai proyek

Rp262.784.897.000 untuk menghitung Kemampuan Dasar (KD) peserta PT. HK, PT

NK, PT WaK, PT JK, KSO Istaka – Lince – Leotunggal, padahal nilai proyek yang

dilelang adalah Rp1,2 T. Hal ini mengakibatkan calon peserta tersebut lulus dalam

penilaian KD.

4) Dengan menggunakan standar yang berbeda dengan KSO Istaka – Lince –

Leotunggal, Panitia menggunakan ambang batas Rp960.000.000.000 untuk KSO

AW. Hal ini tidak sesuai dengan nilai kontrak yang seharusnya menggunakan

ambang batas Rp1,2 T. Untuk menilai KD milik KSO AW, Panitia menggabungkan

dua paket pekerjaan PT AK yang pernah dikerjakan, yaitu Pekerjaan Pembangunan

Stadion di Wilayah Surabaya Barat senilai Rp440.295.000.000 dan Pembangunan

Jembatan Suramadu senilai Rp443.395.673.000, sehingga KD KSO AW menurut

evaluasi Panitia lelang menjadi sebesar Rp1.767.381.346.000 {=2 x

(Rp440.295.000.000 + Rp443.395.673.000)}. Menurut Keppres 80 Tahun 2003,

untuk menilai KD dari perusahaan kemitraan, digunakan rumus KD = 2 NPt dari lead

firm yang sesuai dengan bidang pekerjaan sejenis. Dengan demikian sesuai ketentuan,

KD KSO AW seharusnya adalah Rp880.590.000.000 (= 2 x Rp440.295.000.000),

yang berarti berada di bawah ambang batas Rp1,2T.

Hasil prakualifikasi tersebut telah diumumkan di papan pengumuman Kantor

Kemenpora pada tanggal 3 September 2010. Pengumuman No.09-PENG-PPBJ-P3SON-

9-2010 tersebut berisi informasi bahwa:

Page 74: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

73

1) Terdapat 5 (lima) peserta yg dinyatakan Lulus Prakualifikasi, yaitu PT NK (Persero),

PT WaK, KSO AW, PT JKMP Tbk, PT HK (Persero).

2) Terhadap hasil evaluasi dokumen prakualifikasi tersebut, PT PP (Persero) Tbk dengan

Surat No. 064/Ext/PP/KDVOII/IX/2010 tanggal 7 September 2010 mengajukan

sanggahan kepada PPK dengan alasan panitia pelelangan tidak mengklarifikasi

dokumen penawaran. Menanggapi sanggahan tersebut, DK selaku PPK menjawab

dengan Surat No. 005.22/B.III/SESKEMENPORA/9/2010 tanggal 23 September

2010 yang menjelaskan bahwa alasan Panitia tidak mengklarifikasi dokumen

penawaran PT PP adalah karena PT PP tidak melampirkan dokumen sebagaimana

yang dipersyaratkan dalam tahap pra-kualifikasi sehingga Panitia tidak

mengklarifikasi dokumen lain.

Panitia Pengadaan bersama unsur Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen

Konstruksi mengadakan rapat penyusunan RKS dan HPS/OE pada tanggal 12 Oktober

2010 yang bertujuan untuk melengkapi RKS dan HPS yang sedang disusun oleh

Konsultan Perencana. Pada saat itu Konsultan Perencana sedang menyusun rencana

pengembangan proyek berdasarkan permintaan DK selaku PPK dengan surat Nomor:

398.A/B1.SESKEMENPORA/9/2010 tanggal 14 September 2010, dan hasilnya baru

diserahkan kepada Kemenpora pada tanggal 15 Oktober 2010. Hasil pekerjaan Konsultan

Perencana inilah yang digunakan oleh Panitia Pengadaan untuk melelang proyek P3SON

dimaksud.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pekerjaan yang diserahkan oleh Konsultan

Perencana pada tanggal 15 Oktober 2010 tersebut adalah Draft RAB 2010, Kriteria

Design dan keterangan umum perencanaan struktur, analisa struktur bangunan, laporan

perancangan ME, Gambar Pengembangan Desain, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat,

sehingga belum dapat digunakan oleh Panitia Pengadaan untuk menyusun HPS/OE

senilai Rp1.112.268.162.000.

Melalui addendum kontrak perencanaan pada tanggal 9 Desember 2010, PPK

bersama dengan rekanan PT YK menyepakati pengembangan lingkup pekerjaan

perencanaan menjadi design pengembangan multiyear yang sebelumnya tidak tercantum

dalam kontrak perencanaan.

Panitia Pengadaan membuat Berita Acara No.16-PPBJ-P3SON-11-2010 tanggal 9

November 2010 tentang Pembukaan Penawaran (Sampul 1). Dalam berita acara tersebut

Panitia menjelaskan bahwa rapat dihadiri oleh lima perusahaan yaitu PT. HK, KSO AW,

PT. WasK, PT. JKMP, PT. NK. Namun dalam penjelasannya hanya empat perusahaan

yang memasukan penawanan, yaitu PT. HK, KSO AW, PT. WaK, dan PT. NK. Adapun

PT JKMP melalui wakilnya yang hadir dalam rapat tersebut, menyampaikan Surat

Direktur PT JKMP Kepada Ketua Panitia Lelang, Nomor: 079/JK/DRM/S-EXT/XI/2010

Page 75: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

74

tanggal 9 November 2010, perihal tidak dapat mengikuti proses lelang. Namun dalam

Berita Acara pembukaan penawaran sampul I tersebut Panitia tidak menjelaskan bahwa

PT JKMP mengundurkan diri.

Berdasarkan keterangan Panitia Pengadaan dalam hal ini WiM, BS dan J, diketahui

bahwa proses evaluasi prakualifikasi maupun evaluasi teknis dilakukan oleh PT AK

sebagai salah satu anggota KSO AW. Proses evaluasi prakualifikasi dilakukan oleh PT

AK yang dikoordinir oleh saudara TS sesuai dengan disposisi KP selaku Wa Ka Divisi I

PT AK melalui saudara AT selaku Manajer Marketing DK-I PT AK. Evaluasi tersebut

dilakukan di Apartemen Somerset Permata Hijau Jakarta. Panitia dihubungi oleh saudara

Teguh Suhanta agar membawa dokumen prakualifikasi peserta lelang ke apartemen

tersebut, yang kemudian dievaluasi oleh PT AK. Panitia lelang hanya menerima hasil

evaluasi prakualifikasi yang diserahkan oleh saudara TS kepada saudara J. Hasil evaluasi

tersebut menetapkan PT KSO AW sebagai peringkat pertama prakualifikasi dan panitia

hanya membuat Pengumuman Penetapan Hasil Evaluasi Prakualifikasi Panitia Lelang

Nomor : 09/PENG/PPBJ/P3SON/9/2010 Tanggal 3 September 2010.

Para staf Konsultan Manajemen Konstruksi (PT CCM) dalam hal ini saudara MG,

AG dan YS menerangkan bahwa proses evaluasi teknis konstruksi dilakukan oleh PT AK.

Mereka menjelaskan bahwa dokumen penawaran peserta lelang dibawa oleh PT AK

melalui saudara KS dan saudara Da untuk dievaluasi di Hotel Aston Jakarta. Hasil

evaluasi tersebut menetapkan PT KSO AW sebagai Pemenang lelang. Hasil tersebut

diserahkan oleh saudara KS kepada saudara MG, AG dan YS yang selanjutnya membuat

Berita Acara Evaluasi Penawaran Sampul I dan Sampul II. Saudara AG dan YS

menyerahkan hasil evaluasi penawaran dan Berita Acara Evaluasi Penawaran Sampul I

dan Sampul II kepada saudara J dan BS selaku Panitia Pengadaan.

Setelah proses evaluasi penawaran dilakukan, pada tanggal 24 November 2010

WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan mengirimkan surat No.28-UPP-PPBJ-SP3SON-11-

2010 kepada PPK perihal usulan penetapan peringkat calon pemenang lelang yaitu KSO

AW sebagai calon pemenang lelang disusul oleh PT WaK dan PT NK sebagai Pemenang

Cadangan I dan II. Dalam surat tersebut Ketua Panitia memberikan catatan agar

selanjutnya Kepala Biro Perencanaan Kemenpora selaku PPK mengusulkan kepada

Menpora untuk menetapkan pemenang lelang.

Menindaklanjuti surat Ketua Panitia Pengadaan tersebut, DK selaku PPK

mengirim surat senada kepada Menpora melalui Ses Kemenpora No.29-PPK-PPL-

SP3SON-11-2010 tanggal 24 November 2010. Selanjutnya WM selaku Ses Kemenpora

membalas surat PPK dengan surat nomor No.3708.A-SESKEMENPORA-11-2010

tanggal 25 November 2010 tentang penetapan pemenang tender tanpa melalui Menpora

sebagai pihak yang berwenang menetapkan pemenang lelang pekerjaan bernilai di atas

Page 76: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

75

Rp50.000.000.000 sesuai ketentuan Keppres 80/2003. Dalam suratnya tersebut, WM

menetapkan pemenang lelang adalah KSO AW. Mengenai hal tersebut, AAM selaku

Menpora tidak mengetahui bahwa sesuai aturan penetapan pemenang harus dilakukan

oleh Menpora. AAM berharap stafnyalah yang seharusnya memberi tahu tentang

kewenangannya itu. Selanjutnya AAM menjelaskan bahwa WM tidak pernah

menyampaikan adanya kewajiban tersebut dan hanya melaporkan secara lisan bahwa

proses pelelangan telah dilakukan dan pemenang lelang telah diperoleh. AAM seharusnya

mengetahui ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 26, bahwa yang berwenang

menetapkan pemenang lelang diatas Rp50 Miliar adalah Menteri, tanpa harus menunggu

diberitahu oleh stafnya.

Lebih jauh AAM menerangkan bahwa untuk pelaksanaan anggaran di lingkungan

Kemenpora, AAM telah menandatangani surat penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA) yang diberikan kepada WM selaku Ses Kemenpora. Tidak ada pelimpahan apapun

diluar itu baik secara lisan maupun tulisan. AAM berpandangan bahwa dengan

menandatangani SK Penunjukan KPA maka sebagian tugas Pengguna Anggaran sudah

dilimpahkan kepada KPA. Adapun di luar itu, AAM berharap staf memberi tahu apa-apa

saja yang harus ditandatangani Menteri.

Penetapan pemenang oleh Ses Kemenpora kemudian dilanjutkan dengan

penunjukan pemenang lelang dengan Surat PPK kepada Pemenang Lelang (KSO AW)

No.32-PPK-SPPJB-P3SON-12-2010 tanggal 8 Desember 2010. Surat ini ditandatangani

oleh PPK dan pihak KSO AW serta diketahui oleh Ses Kemenpora.

Pada tanggal 10 Desember 2010 DK selaku PPK menandatangani kontrak

pekerjaan fisik dengan KSO AW, yaitu Kontrak Induk No.3894-SESKEMENPORA-BP-

10-2010 untuk tahun 2010-2012 senilai Rp1.077.921.000.000, dan kontrak anak tahun

2010 No.3895-SESKEMENPORA-BP-10-2010 senilai Rp246.238.455.479.

Analisis terhadap klausul kontrak anak menunjukkan adanya ketidakkonsistenan

antara Pasal 2 dengan Pasal 4 Kontrak Anak Tahun 2010, yaitu Pasal 2 menyatakan

bahwa biaya pekerjaan adalah senilai Rp246.238.455.479 terdiri dari pekerjaan fisik

Rp154.708.592.189 dan infrastruktur Rp91.529.863.290. Namun Pasal 4 menyatakan

bahwa pembayaran digunakan untuk Uang Muka sebesar Rp214 Miliar dan Pelaksanaan

Pekerjaan sebesar Rp91 Miliar. Selain itu kontrak mengatur bahwa Material On Site

(MOS) atau peralatan yang berada di lokasi proyek, dihitung sebagai progress pekerjaan

sebesar 60% dari nilai pekerjaan, sedangkan barang yang telah dipesan untuk

diimpor/Letter of Credit (L/C) dihitung sebesar 50%.

Kontrak tidak mengatur syarat/tujuan penggunaan uang muka, hanya mengatur

besaran nilainya. Namun demikian, dokumen RKS yang menjadi bagian tak terpisahkan

Page 77: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

76

dari kontrak menyebutkan bahwa uang muka dibayar untuk membiayai penyediaan

fasilitas lapangan dan mobilisasi peralatan, personil, dan bahan.

f. Pencairan uang muka

Setelah kontrak induk ditandatangani pada tanggal 10 Desember 2010, TBMN selaku

Kuasa KSO AW menyampaikan surat permohonan pembayaran uang muka nomor 001-

002/KSO Adhi-Wika/XII/10 pada tanggal 14 Desember 2010. Berdasarkan surat permohonan

tersebut, pada tanggal 16 Desember 2010 PPK mengajukan Surat Permintaan Pembayaran

(SPP) uang muka pekerjaan untuk menyerap alokasi anggaran tahun 2010. Namun demikian,

meskipun SPP tersebut belum ditandatangani oleh Har selaku Penguji SPP dan Sun selaku

Bendahara Pengeluaran, RI selaku Kabag Keuangan Kemenpora mewakili Kuasa Pengguna

Anggaran Kemenpora tetap menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) pada tanggal 17

Desember 2010. SPM ini yang dijadikan dasar oleh KPPN untuk membayar melalui SP2D

kepada KSO AW di rekening Bank Mandiri nomor 31.254040.4-436.000 senilai

Rp217.137.547.103 pada tanggal 28 Desember 2010.

Pembayaran sebesar Rp217.137.547.103 tersebut terdiri atas Pembayaran Uang Muka

Fisik dan Infrastruktur, serta Pembayaran Kemajuan Pekerjaan Fisik dan Infrastruktur,

dengan rincian sebagai berikut:

a. Uang Muka Fisik senilai Rp131.727.762.578.

b. Uang Muka Infrastruktur Rp57.722.143.785.

c. Kemajuan Pekerjaan Fisik senilai Rp4.697.056.897.

d. Kemajuan pekerjaan Infrastruktur senilai Rp22.990.553.843

Mengantisipasi proses pencairan uang muka oleh KSO AW tersebut, MS selaku Dirut

PT DC mengajukan invoice penagihan uang muka kepada KSO AW pada tanggal 22

Desember 2010 sebesar Rp64.900.000.000.

Setelah uang muka cair, pada tanggal 28 Desember 2010 itu juga, KSO AW

mentransfer dana kepada Divisi Konstruksi I (DK-I) – salah satu divisi PT AK yang

membawahi KSO AW – sejumlah Rp12.391.000.000, dan kepada Divisi Bangunan dan

Gedung (DBG) – salah satu divisi PT Wika yang membawahi KSO AW – sejumlah

Rp6.925.000.000. Di samping itu, pada hari yang sama KSO AW juga mentransfer dana

sebesar Rp13.300.942.000 kepada PT DC – salah satu subkon KSO AW yang menangani

pekerjaan mekanikal elektrikal. Dana yang diterima dengan kuitansi yang ditandatangani MS

selaku Dirut PT DC ini merupakan pembayaran uang muka KSO AW kepada subkon DC.

Esoknya tanggal 29 Desember 2010, KSO AW kembali mentransfer dana kepada DK-I

sebesar Rp70.000.000.000 dan kepada DBG sebesar Rp30.000.000.000. Dana tersebut pada

hari itu juga oleh masing-masing divisi ditransfer kembali ke rekening kantor pusat masing-

masing. Di samping itu, pada hari yang sama KSO AW juga mentransfer dana sebesar

Page 78: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

77

Rp25.000.000.000 kepada DC sebagai bentuk pembayaran uang muka KSO AW kepada

subkon DC.

Pembayaran uang muka kepada PT DC dilanjutkan kembali di tahun 2011 yaitu pada

tanggal 11 Januari 2011 sebesar Rp10.000.000.000, tanggal 19 Januari 2011 sebesar

Rp6.500.000.000, tanggal 25 Januari 2011 sebesar Rp2.000.000.000 dan tanggal 26 Januari

2011 sebesar Rp6.500.000.000, sehingga total keseluruhan uang muka kepada PT DC

berjumlah Rp63.300.942.000.

Dana sebesar Rp82.391.000.000 yang diterima oleh PT AK pada Desember 2010 itu,

selanjutnya telah dikembalikan kepada rekening KSO AW secara bertahap dalam periode 8

Februari – 18 November 2011 dengan rincian pada Tabel 3.

Tabel 3 Rincian Pengembalian Dana dari PT AK ke KSO AW

No Tgl. No. Nota No. Bukti Nilai (Rp)

1 08-02-2011 BC005 B1103005 22.500.000.000

2 06-03-2011 BE019 B1105019 2.500.000.000

3 06-03-2011 BE029 B1105029 15.000.000.000

4 17-03-2011 BF036 B1106036 10.000.000.000

5 14-06-2011 BK141 B1111141 1.000.000.000

6 10-06-2011 BK147 B1111147 1.500.000.000

7 28-06-2011 BL036 B1112036 5.000.000.000

8 28-06-2011 BL035 B1112035 7.500.000.000

9 01-07-2011 BM142 B1113142 5.000.000.000

10 19-12-2011 BX216 6.000.000.000

11 11-11-2011 BU100 2.391.000.000

12 18-11-2011 BV045 4.000.000.000

Jumlah 82.391.000.000

Demikian pula PT Wika telah mengembalikan dana sebesar Rp36.925.000.000 ke

rekening KSO AW yang dilakukan secara bertahap dalam periode 9 Februari – 29 Desember

2011 dengan rincian pada Tabel 4.

Tabel 4 Rincian Pengembalian Dana dari PT Wika

No Tanggal No. Nota No. Bukti Debet

1 11-02-2011 BC017 B1103017 10.000.000.000

2 25-05-2011 BJ047 B1110047 5.000.000.000

3 25-08-2011 BP155 B1116155 2.500.000.000

4 27-09-2011 BR006 B1118006 2.500.000.000

5 30-09-2011 BR007 B1118007 1.000.000.000

6 07-10-2011 BS101 B1119101 2.000.000.000

7 14-10-2011 BS102 B1119102 2.500.000.000

8 07-12-2011 BW129 2.000.000.000

9 22-12-2011 BX217 2.500.000.000

10 29-12-2011 BX218 B1124218 6.925.000.000

Jumlah 36.925.000.000

Page 79: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

78

Bagan aliran dana secara lengkap disertakan sebagai Lampiran 5 di bagian akhir

Laporan ini.

g. Pelaksanaan pembangunan konstruksi

Setelah kontrak induk ditandatangani pada tanggal 10 Desember 2010, TBMN selaku

Lead Firm KSO AW pada bulan Desember 2010 itu juga segera menandatangani kontrak

dengan perusahaan-perusahaan tertentu sebagai sub kontrak yaitu sebagai berikut:

a. Kontrak dengan MS selaku Dirut PT DC No. 01/SPPPP/SENTUL-

HAMBALANG/ADHI-WIKA/XII/2010 tanggal 16 Desember 2010 untuk pekerjaan

mekanikal elektrikal keseluruhan bangunan senilai Rp324.500.000.000.

b. Kontrak dengan NMR selaku Dirut PT GDM No. 02/SPPPP/SENTUL-

HAMBALANG/ADHI-WIKA/XII/2010 tanggal 29 Desember 2010 untuk pekerjaan

struktur dan arsitektur senilai Rp139.960.774.000, sebagai berikut:

1) Pekerjaan Asrama Junior Putri senilai Rp35.785.247.03,70

2) Pekerjaan Asrama Junior Putra senilai Rp35.087.130.741,39

3) Pekerjaan GOR Serbaguna senilai Rp56.364.689.538,36

4) PPN sebesar Rp12.723.706.733,35

Selain itu, KSO AW yang diwakili PHP juga mengikat kontrak dengan SaS selaku

Dirut PT ALP No. 03/SPPPP/SENTUL-HAMBALANG/ADHI-WIKA/XII/2010 tanggal 29

Desember 2010 untuk pekerjaan galian dan timbunan senilai Rp3.415.591.800. Sedangkan

penandatanganan kontrak antara KSO AW dengan sub kontraktor lainnya dilaksanakan pada

tahun 2011 dan 2012 yaitu terhadap 52 perusahaan senilai total Rp530.440.777.985,55.

(rincian terlampir Lampiran 6).

Terhadap pekerjaan-pekerjaan yang telah dikerjakan oleh sub-kontraktor KSO AW

sampai dengan 31 Desember 2011, telah diuji petik yaitu beberapa pekerjaan seperti

pekerjaan beton, baja, pondasi, cut & fill, dan plafond. Nilai pekerjaan-pekerjaan tersebut

yang dibayar oleh Kemenpora kepada KSO AW adalah sebesar Rp129.379.207.431. Untuk

pekerjaan-pekerjaan itu, KSO AW membayar sebesar Rp78.369.241.173 kepada sub-

kontraktor.

Pemeriksaan secara uji petik terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh sub kontraktor PT

DC menunjukkan bahwa PT DC mensub-kontrakkan kembali sebagian pekerjaan yang

menjadi tanggung jawabnya (setidaknya 13 jenis barang) kepada 14 perusahaan. Terhadap

ke-13 jenis barang tersebut, PT DC membeli dari 14 perusahaan lain seharga

Rp27.878.238.973 (termasuk pajak). Dan terhadap jenis-jenis barang tersebut, harga yang

dicantumkan dalam kontrak antara Kemenpora dengan KSO AW adalah sebesar

Rp113.824.122.280 (termasuk pajak).

Page 80: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

79

Hasil pemeriksaan terhadap ke-14 perusahaan yang menjadi supplier PT DC tersebut

menunjukkan bahwa 8 perusahaan di antaranya adalah perusahaan yang masuk dalam Daftar

Sub-kontraktor dan Supplier (Subcontractor and Vendor Approved List) KSO AW. Lebih

lanjut perusahaan-perusahaan tersebut menerangkan bahwa pada awalnya mereka diminta

oleh PT AK untuk memasukkan penawaran menjadi supplier bagi PT AK dalam proyek

Hambalang tersebut. Namun beberapa lama kemudian, PT DC meminta mereka untuk

menawarkan hal yang sama untuk proyek yang sama untuk memasok barangnya bagi proyek

Hambalang atas nama PT DC.

Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 32 (3) bahwa Penyedia

barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan

mensubkontrakkan kepada pihak lain. Juga pasal 32 (4) bahwa Penyedia barang/jasa dilarang

mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada

pihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali disub-kontrakkan kepada penyedia

barang/jasa spesialis.

Untuk pekerjaan fisik tahun 2010 Kemenpora telah membayar kepada rekanan KSO

AW brutto sebesar Rp31.398.355.479 (2,91% dari nilai kontrak induk). Nilai tersebut terdiri

atas Pekerjaan Fisik sebesar Rp5.326.593.389 dan Pekerjaan Infrastruktur sebesar

Rp26.071.762.090. Sebagian besar (80,54%) dari pembayaran tersebut adalah untuk

pekerjaan mekanikal elektrikal, yaitu sebesar Rp25.289.125.884, yang terdiri atas pekerjaan

Mekanikal Elektrikal pada Pekerjaan Fisik senilai Rp622.762.767 dan pekerjaan mekanikal

elektrikal pada Pekerjaan Infrastruktur senilai Rp24.666.363.117.

Pembayaran tersebut adalah untuk pelaksanaan pekerjaan infrastruktur dan fisik

bangunan sampai dengan akhir Desember 2010 yang diakui dan dilaporkan sebesar 3,8825%

(dari volume kontrak induk), dengan rincian sebagai berikut:

1) Pekerjaan persiapan, prasarana dan penunjang sebanyak 0,1226%

2) Pekerjaan struktur sebanyak 0,2175%

3) Pekerjaan arsitek sebanyak 0,0059%

4) Pekerjaan mekanikal elektrikal sebanyak 3,1271%

5) Pekerjaan infrastruktur dan utilitas sebanyak 0,4094%

Pembayaran dan pengakuan kemajuan fisik pekerjaan tersebut tidak pernah diperiksa

oleh pejabat berwenang yaitu Panitia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada

Pembangunan Lanjutan P3SON Hambalang yang beranggotakan:

1) RI selaku Ketua merangkap anggota

2) AH selaku Wakil Ketua merangkap anggota

3) RS selaku Sekretaris merangkap anggota

4) ENS selaku anggota

5) AP selaku anggota

Page 81: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

80

6) Har selaku anggota

7) Is selaku anggota

Seluruh pembayaran pekerjaan fisik yang diakui di tahun 2010 sebesar

Rp31.398.355.479 telah dibayar berdasarkan permintaan pembayaran yang ditandatangani

oleh TBMN selaku Kuasa KSO AW nomor 003-004/KSO Adhi-Wika/XII/10 tanggal 14

Desember 2010. (rincian terlampir Lampiran 7)

Terhadap nilai pekerjaan mekanikal elektrikal (ME) tahun 2010 sebesar

Rp25.289.125.884 tersebut, Tim BPK RI memeriksa secara uji petik terhadap realisasi

pekerjaan mekanikal elektrikal (ME) senilai Rp14.668.165.611. Hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa sampai dengan akhir Desember 2010, dari nilai pekerjaan yang telah

dibayarkan kepada KSO AW brutto sebesar Rp25.289.125.884, sebagian di antaranya senilai

Rp14.668.165.611 (58,00%) belum dikerjakan oleh rekanan PT DC dan baru dilaksanakan

pada bulan Agustus-November 2011. Sedangkan terhadap pekerjaan senilaiRp10.620.960.273

(42,00%) berupa pekerjaan perkabelan dan pemipaan, sampai dengan laporan ini disusun

(Oktober 2012) Tim Pemeriksa belum memperoleh data pelaksanaan pekerjaannya. (rincian

terlampir Lampiran 8 )

Pembangunan konstruksi proyek P3SON baru dimulai tahun 2011. Sesuai klausul

kontrak, pembayaran kepada KSO AW dilakukan dengan metode tagihan bulanan (monthly

certificates). Sampai dengan saat pemeriksaan (Juli 2012) Kemenpora telah membayar

kepada KSO AW total SPM sebesar Rp514.022.323.917 termasuk pajak (47,6865% dari nilai

total kontrak induk). Pembayaran itu mencakup uang muka dan pekerjaan fisik sampai

dengan akhir Desember 2011 dan belum termasuk pekerjaan fisik di tahun 2012. Terkait

pembayaran sebesar itu, PHP selaku Project Manager KSO AW melaporkan kemajuan fisik

pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan periode pekan terakhir 2011 adalah sebesar

37,5817% dari nilai total kontrak induk. Selama tahun 2012, KSO AW telah melaporkan

kemajuan fisik yang dicapainya per 12 Maret 2012 yaitu sebesar 42,6755%. Laporan

kemajuan ini belum disetujui oleh PPK Kemenpora. Selanjutnya, dengan surat kepada PPK

nomor 916/PPK/P3SON/Adhi-Wika/V/2012 tanggal 16 Mei 2012 KSO AW menghentikan

seluruh pekerjaan dengan alasan belum ada realisasi pembayaran sejak Januari 2012 sd April

2012.

Menyangkut kegiatannya, KSO AW telah menyusun suatu Laporan Keuangan

tersendiri yang terpisah dari laporan keuangan PT AK dan PT WiKa sebagai perusahaan

induk. PT AK dan PT Wika hanya mengakui laba neto yang diperoleh KSO ke dalam laporan

keuangan masing-masing. Laporan Keuangan KSO AW tahun 2010 belum diperiksa oleh

Kantor Akuntan Publik. Sedangkan Laporan Keuangan KSO tahun 2011 telah diperiksa oleh

KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Dalam

tahun 2010, KSO AW mengakui laba sebesar Rp2.518.402.641 (un-audited) dan tahun 2011

Page 82: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

81

sebesar Rp36.079.612.867 (audited). Nilai laba tersebut diakui dalam Laporan Keuangan

Kantor Pusat PT AK tahun 2010 sebesar Rp1.762.881.849 dan tahun 2011 sebesar

Rp25.255.729.007. Laporan Keuangan PT AK tahun 2010 dan 2011 telah diperiksa oleh KAP

RSM AAJ Associates dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

Pada Desember 2011 terjadi bencana longsor yang menimpa sebagian bangunan proyek

P3SON Hambalang yaitu Power House 3, jalan 13, dan gedung tenis / bulu tangkis yang

berada di zona bawah. Terjadinya bencana tersebut telah diteliti oleh tim tanggap darurat

yang dibentuk Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian

ESDM pada Juni 2012. Hasil penelitian yang dituangkan ke dalam surat nomor

1384/45/BGK.V/2012 tanggal 7 Juni 2012 menyebutkan bahwa bencana gerakan tanah

tersebut disebabkan sifat batuan di lokasi tersebut yang memang memiliki kerentanan yang

tinggi terhadap terjadinya gerakan tanah. Jenis batuan berupa tanah lempung yang mudah

mengembang (sweeling clay) jika terkena air diduga menjadi penyebab terjadinya bencana

tersebut. Selain itu, adanya air permukaan yang mengalir bebas di permukaan dan meresap ke

dalam tanah menjenuhkan lapisan batu lempung menjadi mengembang dan menjadi bubur.

Juga adanya penggalian di lereng bagian bawah yang terjal (>800) dan memotong lapisan

lempung mengembang sehingga lapisan batu lempung dan lapisan batuan di atasnya bergerak

ke bawah dan terjadilah nendatan yang merobohkan bangunan di atasnya.

Hasil pemeriksaan oleh ahli geologi dari PVMBG dengan menggunakan alat Ground

Penetration Radar (GPR) yang dilakukan pada beberapa lintasan di lokasi bencana yang

disajikan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa:

1) Lapisan atas berupa lapisan batuan vulkanik di atas lapisan batu lempung

2) Bagian bawah berupa lapisan batu lempung yang bersifat mengembang (sweeling clay)

3) Terdapat akumulasi air yang cukup banyak di atas lapisan batu lempung

4) Pada lapisan batu lempung di beberapa tempat terindikasi adanya pembuburan tanah

lempung.

Mengingat sifat batuan yang mudah mengembang jika terkena air, maka PVMBG

tidak menyarankan di lokasi itu dibangun bangunan berpenghuni karena longsor susulan akan

mudah terjadi pada zona tersebut.

Kejadian longsor tersebut bukan kejadian yang pertama kali terjadi di wilayah

tersebut. Pada tahun 2002 juga pernah terjadi bencana gerakan tanah yang sama dan dalam

peta kerentanan gerakan tanah yang diterbitkan PVMBG, wilayah tersebut termasuk ke dalam

zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi.

Page 83: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

82

Gambar 1 Hasil Pantauan Ground Penetrating Radar

Sumber: PVMBG

Runtuhnya tanah yang diatasnya telah dibangun beberapa bangunan pada proyek

tersebut tidak membuat KSO AW menghentikan pekerjaannya. Meskipun kontrak anak tahun

2012 belum disusun sehingga tidak dapat dibayar, namun pekerjaan tetap dilaksanakan.

Sampai dengan tanggal 12 Maret 2012, PHP selaku Project Manager KSO AW melaporkan

telah mencapai kemajuan pekerjaan fisik sebesar 42,6755% dari total kontrak induk. Laporan

kemajuan ini telah diperiksa dan disetujui oleh MG selaku konsultan manajemen konstruksi

PT CCM namun belum disetujui PPK. Kemajuan fisik ini menunjukkan bahwa telah terjadi

tambahan pekerjaan sebanyak 5,0938% sejak akhir tahun 2011 yang telah dilaporkan

sebelumnya.

Tidak adanya realisasi pembayaran bulanan sejak Januari sampai dengan Maret 2012

membuat KSO AW mulai mengurangi aktivitas pekerjaannya, dan benar-benar menghentikan

pekerjaan mulai bulan Mei 2012 yaitu dengan mengeluarkan surat nomor

916/PPK/P3SON/ADHI-WIKA/V/2012 tanggal 16 Mei 2012 perihal penghentian pekerjaan

yang ditujukan kepada PPK Kemenpora.

Secara umum AAM selaku Menpora menyatakan bahwa dalam pelaksanaan proyek

Hambalang ini, AAM berusaha melakukan pengendalian dan pengawasan namun dilakukan

secara lisan dengan meminta laporan dari staf. Laporan tersebut juga hanya didengarnya

secara lisan dan sepanjang pengetahuannya, staf selalu melaporkan bahwa proyek berjalan

lancar dan baik-baik saja. Semua bentuk pengendalian itu tidak pernah didokumentasikan

dengan baik dan memadai. Hal ini tidak sesuai dengan PP 60/2008 tentang Sistem

Page 84: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

83

Pengendalian Intern Pemerintah pasal 18 bahwa Pimpinan instansi wajib menyelenggarakan

kegiatan pengendalian di antaranya berupa otorisasi atas transaksi dan kejadian penting dan

dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

Selain itu pada pasal 40 diatur bahwa Pimpinan instansi wajib memiliki, mengelola,

memelihara, dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem

Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

AAM menyatakan bertanggung jawab secara moril terhadap pelaksanaan anggaran

dan proyek Hambalang ini, namun penyimpangan yang terjadi adalah tanggung jawab dari

para pelaku yang tidak diketahuinya.

Seluruh rangkaian fakta dan proses kejadian disajikan secara kronologis dalam Lampiran 11 di

bagian akhir laporan ini.

3. Penyebab dan Akibat

Permasalahan tersebut disebabkan adanya dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan

dan/atau penyalahgunaan wewenang dan/ atau kelalaian dan/ atau pembiaran dari pihak-pihak

terkait dalam proses perencanaan dan pelaksanaan proyek P3SON Hambalang yang berakibat

pada terjadinya indikasi penyimpangan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak, dalam

proses pelelangan, dan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang berakibat pada terjadinya

indikasi kerugian negara sekurang-kurangnya sebesar Rp243.663.748.370, sebagai berikut:

a. Dalam proses pencairan uang muka

Karena proses persetujuan kontrak tahun jamak menyalahi ketentuan, maka kontrak induk

tidak boleh terjadi dan uang muka tidak boleh didasarkan pada nilai kontrak induk. Oleh

karena itu pembayaran uang muka yang diterima KSO AW netto sebesar Rp189.449.906.363

yang sebagian di antaranya telah dipotong pada saat pembayaran termin 2010 dan 2011

senilai total Rp72.519.748.706,93 sehingga sisanya sebesar Rp116.930.157.656,08

(dibulatkan menjadi Rp116.930.157.656) merupakan indikasi kerugian negara.

b. Dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi

Terdapat pemahalan harga atas pekerjaan ME yang berindikasi merugikan negara setidaknya

sebesar Rp75.723.624.456 (rincian terlampir Lampiran 9). Selain itu terdapat pemahalan

harga dalam pekerjaan struktur yang berindikasi kerugian negara setidaknya sebesar

Rp51.009.966.258. (rincian terlampir Lampiran 10).

Indikasi kerugian negara tersebut diperoleh dengan cara membandingkan jumlah uang negara

yang dikeluarkan oleh Kemenpora dengan nilai pekerjaan sebenarnya (real-cost) yang

dikerjakan oleh sub-kontraktor yang dihitung secara uji petik.

Page 85: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

84

4. Pihak-pihak yang diduga terkait

Pihak-pihak yang diduga terkait dengan indikasi penyimpangan dan atau penyalahgunaan

wewenang dalam proyek pembangunan P3SON Hambalang adalah sebagai berikut:

a. Dalam proses pemberian izin-izin

1) RY selaku Bupati Bogor menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan P3SON

berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor meskipun

Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi Amdal atas rencana pembangunan

tersebut.

2) SS selaku Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor atas nama Bupati Bogor

menerbitkan IMB, meskipun Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi Amdal

atas proyek tersebut.

3) Bu selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor membantu Bupati

Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan P3SON Hambalang,

meskipun Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi Amdal atas proyek

tersebut.

4) YH selaku Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kabupaten Bogor membantu

Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan P3SON berlokasi

di Desa Hambalang, meskipun Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi

Amdal atas proyek tersebut.

5) AAA selaku PPK kegiatan studi Amdal tahun 2007 menerima dari NS dana kegiatan

studi Amdal yang tidak dikerjakan di tahun 2007.

6) DN selaku Direktur PT CKS tidak menyelesaikan kewajibannya yang telah diikat dengan

kontrak pekerjaan studi Amdal tahun 2007.

b. Dalam proses pensertipikatan tanah

1) JW selaku Kepala BPN

a) Menandatangani SK Hak Pakai untuk Kemenpora atas tanah Hambalang dengan

didukung dokumen yang tidak sesuai kenyataan, di antaranya berupa surat pelepasan

hak dari pemegang hak terdahulu yang diduga palsu.

b) Tidak memperhatikan dengan cermat dan tidak melihat dokumen asli surat

pernyataan pelepasan hak yang menjadi persyaratan penting sebelum menandatangani

SK Hak Pakai.

2) MM selaku Sestama sekaligus Plt Deputi II BPN

a) Memerintahkan LAW untuk menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang yang tidak

berhak menerima.

Page 86: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

85

b) Tidak menandatangani RPD mutakhir meskipun merubah RPD dengan memasukkan

surat pernyataan pelepasan hak.

3) BS selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN memerintahkan

staf untuk menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang diduga palsu dalam RPD.

4) EW selaku staf pengolah data Deputi II BPN atas perintah Kasie, Kasubdit, dan Direktur

menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang diduga palsu, dalam RPD sehingga SK

Hak Pakai dapat ditandatangani.

5) LAW selaku Kabagian Persuratan BPN menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang yang

tidak berhak menerima.

6) WM selaku Sekretaris Kemenpora menandatangani Surat Pernyataan terkait tanah yang

tidak sesuai kenyataannya

c. Dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak dan penyusunan anggaran

1) AAM selaku Menteri Pemuda dan Olahraga tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya

untuk menyampaikan permohonan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan dan

membiarkan Ses Kemenpora melampaui wewenang Menpora yaitu mengusulkan

permohonan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan.

2) WM selaku Sekretaris Kemenpora

a) Mengajukan usulan revisi RKA KL TA 2010 dengan data yang tidak benar, yaitu

yang seharusnya terjadi penurunan volume kegiatan tetapi menyajikannya menjadi

kenaikan volume kegiatan.

b) Mengajukan pendapat teknis yang tidak ditandatangani Menteri PU sebagai syarat

kelengkapan persetujuan kontrak tahun jamak

c) Menandatangani surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tanpa

pendelegasian wewenang dari Menpora

d) Mengajukan permohonan persetujuan kontrak tahun jamak bagi jasa Konsultan

Perencana dan Manajemen Konstruksi meskipun kontrak pekerjaan jasa tersebut

sudah ditandatangani dan pekerjaan sudah dilaksanakan.

e) Menjawab permintaan klarifikasi dari Dirjen Anggaran dengan surat tertanggal 15

November 2010 terkait dengan kejelasan maksud pendapat teknis dari Kementerian

PU tanpa menanyakan kembali secara resmi kepada Direktur PBL sebagai pihak yang

paling berwenang menerbitkan pendapat teknis

Page 87: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

86

3) DK selaku Kepala Biro Perencanaan Kemenpora dan Pejabat Pembuat Komitmen

a) Menyampaikan informasi dan data dukung yang tidak sesuai dengan persyaratan

kontrak tahun jamak kepada Wafid Muharam dan Direktorat Jenderal Anggaran.

b) Mengusahakan dokumen pendukung dari Kementerian Pekerjaan Umum untuk

digunakan sebagai persyaratan Kontrak Tahun Jamak tanpa mempertimbangkan

ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun 2007.

c) Tidak menyampaikan informasi pelaksanaan kegiatan pembangunan P3SON kepada

Dirjen Anggaran dalam bentuk dokumen tertulis agar dapat memperoleh persetujuan

kontrak tahun jamak.

4) ADWM selaku Menteri Keuangan

a) Memberikan persetujuan dispensasi waktu pengajuan revisi RKA KL TA 2010 dari

Ses Kemenpora yang melebihi batas waktu yang diatur dalam PMK

69/PMK.02/2010.

b) Menetapkan persetujuan kontrak tahun jamak meskipun beberapa persyaratan belum

dipenuhi, yaitu: (i) alokasi anggaran belum tersedia dalam APBN; (ii) permohonan

tidak diajukan oleh Menpora (AAM) tetapi hanya ditandatangani Ses Kemenpora

(WM); (iii) pendapat teknis Kementerian Pekerjaan Umum tidak ditandatangani

Menteri PU (DjK), tetapi oleh Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kementerian PU (GH); dan (iv) RKA KL Kemenpora TA 2010 yang menunjukkan

pekerjaan dibiayai lebih dari satu tahun anggaran belum ditetapkan.

5) AR selaku Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan

a) Memberikan kesempatan kepada Ses Kemenpora (WM) untuk mengajukan revisi

RKA KL TA 2010 dengan Surat Nomor S-3451/AG/2010 tanggal 15 November 2010

padahal batas waktu pengajuan revisi anggaran telah lewat.

b) Menyetujui revisi kedua SP-SAPSK Kemenpora TA 2010 yang diajukan Ses

Kemenpora (WM), meskipun terjadi pengurangan volume keluaran kegiatan yang

tidak sesuai PMK Nomor 69/PMK.02/2010.

c) Menandatangani surat persetujuan kontrak tahun jamak meskipun revisi RKA KL

salah ditetapkan.

d) Menetapkan SP-SAPSK Kemenpora TA 2011 dalam skema tahun jamak pada saat

persetujuan kontrak tahun jamak belum diterbitkan.

6) MPN selaku Sekjen Kementerian Keuangan memberikan disposisi yang bukan

wewenangnya dalam Lembar Disposisi Menteri Keuangan kepada Dirjen Anggaran atas

surat permohonan persetujuan tahun jamak dari Kemenpora.

Page 88: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

87

7) DPH selaku Direktur Anggaran II Kementerian Keuangan

a) Tidak meneliti draft usulan persetujuan kontrak tahun jamak dengan cermat atas hasil

penelaahan yang disampaikan bawahan, terutama meyakinkan kembali apakah

bawahan tidak salah menafsirkan/membaca data dukung yang disampaikan Ses

Kemenpora.

b) Tidak menanyakan kembali jawaban disposisi yang diberikan kepada bawahan untuk

meyakinkan kejelasan maksud pendapat teknis dari Kementerian PU.

c) Tidak mengecek kembali apakah seluruh persyaratan, kelengkapan, dan kriteria yang

diminta dalam PMK 56/2010 telah ditelaah dan diberikan pendapat oleh bawahan.

8) S selaku Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan

a) Tidak menelaah kelayakan kegiatan pembangunan P3SON untuk dilaksanakan dalam

tahun jamak.

b) Tidak meneliti ulang hasil penelaahan staf berdasarkan dokumen pendukung yang

ada.

c) Menyimpulkan dalam laporan hasil penelaahan bahwa data dukung untuk persetujuan

kontrak tahun jamak telah lengkap, padahal belum disertakan RKA KL yang

menunjukkan pekerjaan dibiayai lebih dari satu tahun anggaran.

d) Mengusulkan dispensasi atas pengajuan revisi RKA KL dari Ses Kemenpora yang

telah melewati batas waktu.

9) RH selaku Kasie II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan

a) Tidak memverifikasi dan menelaah dengan cermat dokumen usulan revisi RKA KL

dari Ses Kemenpora sehingga terjadi kesalahan penetapan persetujuan revisi RKA

KL yang menjadi syarat persetujuan kontrak tahun jamak.

b) Menyusun laporan hasil penelaahan dengan menyatakan bahwa Surat Direktur PBL

tanggal 23 November 2010 sebagai pendapat teknis dari Direktorat Jenderal Cipta

Karya, padahal yang menandatangani saat itu adalah Direktur PBL dan surat tersebut

hanya terkait dengan informasi jadwal dan alokasi biaya, bukan pendapat teknis

tentang kelayakan kontrak tahun jamak.

c) Menyatakan dalam nota dinas hasil penelaahan bahwa terjadi perubahan volume dari

108.533 m2 menjadi 121.097 m

2 sesuai dengan pendapat teknis Kementerian PU

tanggal 22 Oktober 2010, padahal pendapat teknis tidak menyatakan seperti itu.

Page 89: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

88

d) Menyusun konsep nota dinas hasil penelaahan yang tidak sepenuhnya mendasarkan

pada data dukung yang ada, misalnya menyebutkan bahwa pendapat teknis adalah

Surat Informasi Jadwal Pelaksanaan Kegiatan.

e) Menafsirkan pendapat teknis atas kegiatan P3SON yang tidak didukung dengan

pertimbangan instansi teknis fungsional.

10) AM Staf Seksi II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan

a) Tidak menelaah dengan cermat dokumen usulan revisi RKA KL dari Ses Kemenpora

sehingga terjadi kesalahan penetapan pesetujuan revisi RKA KL yang menjadi syarat

persetujuan kontrak tahun jamak.

b) Tidak menelaah usulan revisi RKA KL dengan membandingkan data dukung dari

Kementerian PU.

c) Tidak memberikan pendapat atau hasil penelaahan terhadap seluruh persyaratan

dalam PMK 56/2010 dibandingkan dengan data dukung yang disampaikan Ses

Kemenpora.

d) Menafsirkan pendapat teknis kegiatan P3SON yang tidak didukung dengan

pertimbangan instansi teknis fungsional.

e) Memberikan peluang untuk melengkapi kembali data pendukung tanpa

menyampaikan usulan surat permintaan kekurangan data dukung.

11) GH selaku Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian PU

a) Menandatangani pendapat teknis dalam rangka proyek tahun jamak yang digunakan

oleh Kemenpora sebagai syarat pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak kepada

Menteri Keuangan tanpa memiliki pendelegasian kewenangan dari Menteri Pekerjaan

Umum.

b) Menambahkan pernyataan dalam surat tgl 23 November 2010 bahwa pembangunan

P3SON dapat dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak, meskipun tidak diminta

pendapatnya oleh DK dan hal tersebut bukan merupakan kewenangannya.

c) Menyampaikan analisa biaya komponen kepada Ses Kemenpora yang tidak disusun

oleh Kementerian PU dengan mekanisme normal, yaitu antara lain tanpa tanda tangan

pejabat struktural dan staf yang menyusunnya, serta tidak sepenuhnya mengikuti

Permen PU No.45 tahun 2007.

12) DP selaku Pengelola teknis Kementerian PU

a) Menerbitkan Memo Dinas yang menjustifikasi penafsiran pendapat teknis dari

Direktur PBL secara salah untuk menjawab permintaan klarifikasi dari Dirjen

Anggaran.

Page 90: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

89

b) Memberikan paraf dan menyampaikan kepada Kemenpora melalui Surat Direktur

PBL tanggal 23 November 2010 hasil analisis biaya pembangunan P3SON

Hambalang yang tidak sepenuhnya merupakan produk Kementerian PU, tetapi

ternyata disusun oleh pegawai PT AK yang merupakan perusahaan pemenang lelang

kosntruksi, serta telah ditambahkan inflasi sebesar 2,95% dari standar harga tertinggi

per m2 bangunan gedung negara yang berlaku sesuai Keputusan Bupati Bogor.

d. Dalam proses pemilihan rekanan

1) AAM selaku Menteri Pemuda dan Olahraga

a) AAM selaku Menteri Pemuda dan Olahraga tidak melaksanakan tugas dan

wewenangnya dalam penetapan pemenang lelang atas pengadaan barang/jasa diatas

Rp50 Milyar sesuai dengan Keppres 80/2003 pasal 26, dan membiarkan Ses

Kemenpora melampaui wewenang Menpora dalam penetapan pemenang lelang atas

pengadaan barang/jasa diatas Rp50 Milyar.

b) Tidak melakukan pengendalian intern berdasarkan ketentuan perundangan atas

pelaksanaan kegiatan di instansi yang dipimpinnya, yang berdampak pada tidak

dipatuhinya ketentuan perundangan dalam hal otorisasi dan dokumentasi kejadian

penting, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan P3SON Hambalang.

2) WM selaku Ses Kemenpora menandatangani surat penetapan pemenang lelang konstruksi

Proyek Pembangunan P3SON Hambalang dengan melampaui kewenangannya.

3) WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan Kemenpora

a) Memerintahkan BaS selaku Sekretaris untuk melakukan verifikasi secara formalitas

hasil evaluasi prakualifikasi dan penawaran lelang pekerjaan P3SON Hambalang, dan

membuat berita acara setiap tahap hasil pekerjaan lelang pekerjaan P3SON

Hambalang.

b) Memerintahkan J untuk mengadministrasikan seluruh dokumentasi lelang,

menditribusikan pemberitahuan perubahan anggaran dari Rp262M menjadi Rp1,2T

kepada peserta lelang.

c) Membuat pemberitahuan perubahan nilai pekerjaan yang sebelumnya Rp262M

menjadi Rp1,2T (sesuai keterangan PPK).

d) Memerintahkan J untuk memberikan nomor surat pemberitahuan PPK mengenai

perubahan nilai pekerjaan dari Rp262M menjadi Rp1,2T.

e) Memerintahkan J mendistribusikan surat perubahan nilai pekerjaan dari Rp262M

menjadi Rp1,2T kepada peserta lelang.

Page 91: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

90

f) Memerintahkan J untuk menerima hasil pekerjaan Konsultan Perencana yang belum

layak menjadi dasar aanwijzing dan dokumen lelang untuk pekerjaaan multiyears

senilai Rp1,2 Triliun

4) J selaku Anggota Panitia Pengadaan Kemenpora

a) Memberikan nomor surat pemberitahuan PPK yang dibuat oleh WiM mengenai

perubahan nilai pekerjaan dari Rp262 Miliar menjadi Rp1,2 Triliun.

b) Mendistribusikan surat pemberitahuan PPK mengenai perubahan nilai pekerjaan

sebelumnya senilai Rp262 Miliar menjadi Rp1,2 Triliun kepada peserta lelang.

c) Menerima hasil pekerjaan Konsultan Perencana yang belum layak menjadi dasar

aanwijzing dan dokumen lelang untuk pekerjaaan multiyears senilai Rp1,2 Triliun.

5) BaS selaku Sekretaris Panitia Pengadaan Kemenpora

a) Melakukan verifikasi seluruh hasil evaluasi baik prakualifikasi maupun penawaran

sesuai dengan arahan dan perintah Ketua Panitia Lelang.

b) Membuat seluruh berita acara tahap pelelangan dari hasil prakualifikasi dan

penawaran (Sampul I dan Sampul II).

6) RW selaku Staf Biro Perencanaan Kemenpora

a) Membantu menyusun data pendukung RKA-KL tanpa memperhatikan hasil

perhitungan Kementerian Pekerjaan Umum.

b) Membantu menyusun Konsep Surat Keluar untuk permohonan revisi RKA-KL tanpa

didukung data yang cermat.

c) Membantu melengkapi dokumen pendukung dari Instansi Teknis Fungsional yang

tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang profesional.

d) Membantu menyusun desain pelaksanaan pekerjaan tanpa dasar penetapan dan

kebutuhan yang ditentukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga.

7) MA selaku Komisaris PT MSG memerintahkan AW untuk mengkoordinasikan

pertemuan para pihak yang terkait dengan proyek P3SON Hambalang.

8) AW selaku Marketing Manager PT MSG aktif mengkoordinasikan pertemuan pihak-

pihak terkait yaitu konsultan perencana, manajemen konstruksi, pemborong konstruksi,

Panitia Pengadaan, dan PPK proyek P3SON Hambalang sebelum proses pelelangan

dimulai.

9) HaH selaku staf PT YK mengkoordinasikan tim staf PT YK untuk melakukan evaluasi

prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran PT YK bertempat di sebuah

ruangan di Hotel Century Senayan Jakarta.

Page 92: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

91

10) AS selaku Direktur PT CCM meminta stafnya (Mul dan RS) untuk melanjutkan proses

teknis penawaran setelah bertemu dengan MA dalam rapat di kantor Kemenpora dan

memastikan bahwa yang akan bertindak sebagai rekanan manajemen konstruksi adalah

PT CCM.

11) Mul selaku Manajer Pemasaran PT CCM

a) Memerintahkan AG bersama timnya untuk menyiapkan kebutuhan dokumen dalam

rangka pelelangan di Kemenpora.

b) Menghubungi beberapa perusahaan lain untuk dapat membantu mendukung

penawaran sebagai perusahaan pendamping pelelangan.

12) AG selaku staf PT CCM mengkoordinasikan tim staf PT CCM untuk mengurus seluruh

proses penawaran termasuk melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap

dokumen penawaran PT CCM dan perusahaan-perusahaan pendamping.

13) RHa selaku staf PT CCM

a) Melakukan evaluasi prakualifikasi dan evaluasi teknis terhadap dokumen penawaran

yang disusun PT CCM sendiri.

b) Membuat dokumen penawaran atas nama perusahan-perusahan lain sebagai

pendamping bagi PT CCM untuk mengikuti pelelangan.

c) Menyerahkan hasil evaluasi penawaran beserta kertas kerjanya kepada Panitia

Pengadaan.

14) RMS selaku staf PT CCM memasukkan dokumen penawaran perusahan-perusahaan

pendamping untuk mengikuti pelelangan.

15) YS selaku staf PT CCM memasukkan dokumen prakualifikasi dan mengisi daftar hadir

pemasukan dokumen prakualifiaksi atas nama perusahaan-perusahaan pendamping.

16) MG selaku staf PT CCM sekaligus Team Leader Manajemen Konstruksi menerima hasil

evaluasi rekanan konstruksi dari KS dan menyerahkan hasilnya kepada Panitia Pengadaan

untuk dibuatkan Berita Acara.

17) TS selaku staf PT AK mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi prakualifikasi dokumen

penawaran pekerjaan konstruksi yang memenangkan PT AK

18) AT memberi disposisi kepada TS untuk mengkoordinasikan pelelangan yang hendak

diikuti PT AK.

19) KS selaku staf PT AK bersama Da membawa dokumen penawaran peserta lelang

konstruksi untuk dievaluasi di Hotel Aston, dan kemudian memberikan hasil evaluasinya

kepada MG.

Page 93: Dokumen Audit Investigasi BPK Soal ... - media.viva.co.idmedia.viva.co.id/documents/2012/10/31/555_Hasil audit BPK soal... · LHP BPK yang menjadi rujukan Ses Kemenpora tidak mencakup

92

e. Dalam proses pencairan uang muka

1) RI selaku Kabag Keuangan Kemenpora menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)

sebesar Rp217.137.547.103 untuk pembayaran uang muka oleh KPPN melalui SP2D

kepada rekanan pelaksana meskipun pekerjaan belum dilaksanakan oleh rekanan dan

bukti pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan belum diverifikasi oleh pejabat yang

berwenang.

2) TBMN selaku Kepala DK-I PT AK sekaligus Kuasa KSO AW meminta dan menerima

pembayaran uang muka proyek P3SON Hambalang sebesar Rp189.449.906.363 yang

tidak seharusnya diterima.

3) MS selaku Dirut PT DC menerima uang muka sebesar Rp63.300.942.000 yang tidak

seharusnya.

f. Dalam proses pelaksanaan pembangunan konstruksi

1) RI dkk. selaku Panitia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada Pembangunan

Lanjutan P3SON Hambalang melalaikan kewajibannya memeriksa pekerjaan fisik dan

infrastruktur proyek untuk pembayaran tahun 2010.

2) TBMN selaku Kepala DK-I PT AK sekaligus Kuasa KSO AW

a) Meminta dan menerima pembayaran atas pekerjaan fisik dan infrastruktur pekerjaan

P3SON Hambalang tahun 2010 yang tidak dikerjakan pada saat tagihan diajukan ke

Kemenpora sekurang-kurangnya sebesar Rp25.289.125.884.

b) Menandatangani kontrak pekerjaan utama kepada sub kontrak

3) MS selaku Dirut PT DC menagih pembayaran pekerjaan tahun 2011 atas jenis pekerjaan

yang belum dikerjakan pada saat tagihan diajukan kepada KSO AW sekurang-kurangnya

sebesar Rp14.668.165.611.

Jakarta, 30 Oktober 2012

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

Penanggung Jawab Pemeriksaan

J. Widodo H. Mumpuni