dokumen audit investigasi bpk soal ... -...
TRANSCRIPT
Daftar Tabel
Tabel 1 Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan 2011 .................. 6
Tabel 2 Kronologis Pembangunan P3SON Hambalang sesuai Surat Kepala Biro Keuangan
dan Rumah Tangga Kemenpora Nomor 278.A/B.II.SESKEMENPORA/7/2011 ................... 31
Tabel 3 Rincian Pengembalian Dana dari PT AK ke KSO AW .............................................. 77
Tabel 4 Rincian Pengembalian Dana dari PT Wika ................................................................ 77
1
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
BAGIAN I
SIMPULAN
Berdasarkan Undang – Undang (UU) No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, serta memperhatikan Surat Permintaan DPR RI Nomor PW.01/10954/DPR RI/XII/2011
tanggal 16 Desember 2011 perihal audit investigasi terhadap pelaksanaan pembangunan Pusat
Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON), BPK telah melaksanakan
pemeriksaan atas pembangunan P3SON yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup
Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2010 dan 2011 pada Kementerian Pemuda dan Olah Raga
(Kemenpora) dan instansi terkait lainnya di Jakarta dan Bogor.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan terhadap
peraturan perundangan dan atau penyalahgunaan wewenang dalam proses persetujuan kontrak tahun
jamak, dalam proses pelelangan, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan dalam proses pencairan uang
muka, yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON. Indikasi penyimpangan
dan atau penyalahgunaan wewenang tersebut mengakibatkan timbulnya indikasi kerugian negara
sekurang-kurangnya sebesar Rp243,66 Milyar dengan penjelasan singkat sebagai berikut:
1. Permohonan untuk memperoleh persetujuan kontrak tahun jamak tidak memenuhi persyaratan
yaitu sebagai berikut:
a. Surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan ditandatangani
oleh pihak yang tidak berwenang, yaitu Ses Kemenpora tanpa memperoleh pendelegasian
wewenang dari Menpora.
b. Pendapat teknis kelayakan kontrak tahun jamak yang dimaksudkan dalam PMK
56/PMK.02/2010 tanggal 2 Maret 2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak
Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, ditandatangani oleh Pejabat yang
tidak berwenang yaitu Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum, bukan oleh Menteri Pekerjaan Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara.
c. Tidak seluruh unit bangunan yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan lebih
dari satu tahun anggaran.
2
d. Kemenpora memanipulasi data dalam pengajuan revisi RKA-KL TA 2010 sebagai salah satu
syarat persetujuan revisi RKA-KL TA 2010 oleh Kementerian Keuangan. Data keluaran
(output) yang dinyatakan naik dari 108.553 m2 menjadi 100.398 m
2, pada kenyataan nya turun
dari 108.553 m2 menjadi 100.398 m
2.
e. Revisi RKA-KL Kemenpora TA 2010 sebagai salah satu syarat persetujuan kontrak tahun
jamak belum ditandatangani oleh Dirjen Anggaran, pada saat persetujuan kontrak tahun
jamak diberikan oleh Menteri Keuangan.
f. Pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora 2010 oleh
Menteri Keuangan tidak memiliki dasar hukum yang jelas.
2. Dalam proses pelelangan, terdapat indikasi penyimpangan dan atau penyalahgunaan wewenang
sebagai berikut:
a. Penetapan pemenang lelang pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang dengan
nilai Rp1,2 Triliun yang seharusnya ditetapkan oleh Menpora, ditetapkan oleh pihak yang
tidak berwenang yaitu Ses Kemenpora, tanpa memperoleh pendelegasian wewenang dari
Menpora.
b. Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap penawaran calon kontraktor peserta lelang
pekerjaan konstruksi proyek pembangunan P3SON tidak dilakukan oleh Panitia Pengadaan,
melainkan oleh rekanan yang akan dimenangkan.
c. Proses pelelangan pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang yang pada
akhirnya memenangkan KSO AW dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi dokumen
prakualifikasi antara dokumen penawaran dari KSO AW dengan dokumen penawaran
dari rekanan yang lain. Standar penilaian untuk mengevaluasi penawaran dari KSO AW
menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp1,2 T, sedangkan standar penilaian untuk
mengevaluasi penawaran dari rekanan lain menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp262
M.
2) Mengumumkan lelang dengan memberikan informasi yang tidak benar dan tidak lengkap
yaitu mengubah informasi mengenai nilai pekerjaan yang hendak dilelang dengan cara
memberikan surat pemberitahuan yang tidak dipublikasikan secara transparan.
3) Menggunakan nilai paket pekerjaan yang tidak seharusnya digunakan untuk
mengevaluasi Kemampuan Dasar (KD) peserta lelang sehingga dapat memenangkan
KSO AW.
3. Pencairan anggaran tahun 2010 dilakukan melalui penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)
oleh RI (Kabag Keuangan Kemenpora) meskipun Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan bukti
3
pertanggungjawaban belum ditandatangani dan diuji oleh pejabat yang berwenang yaitu Har
selaku Penguji SPP dan Su selaku Bendahara.
Selain itu, terdapat indikasi penyimpangan lain yang ditemukan, namun tidak langsung
mengakibatkan terjadinya indikasi kerugian negara, yaitu sebagai berikut:
1. Izin penetapan lokasi, izin site plan, dan IMB atas proyek pembangunan P3SON Hambalang
diberikan oleh Pemkab Bogor meskipun Kemenpora belum/tidak melakukan studi Amdal
terhadap proyek pembangunan P3SON Hambalang dimaksud.
2. Penandatanganan Surat Keputusan Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2
di
Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor oleh Kepala BPN, didukung dengan
dokumen yang tidak sesuai kenyataan berupa: (i) surat pelepasan hak dari Probosutedjo selaku
bekas pemegang hak yang diduga palsu; dan (ii) Surat Pernyataan Sesmenpora yang menyatakan
bahwa pada pengadaan lahan P3SON Hambalang dimaksud tidak terjadi kerugian negara
berdasarkan LHP BPK RI adalah tidak sesuai kenyataan. LHP BPK yang menjadi rujukan Ses
Kemenpora tidak mencakup pemeriksaan atas proses pembebasan lahan P3SON Hambalang.
3. Penetapan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 oleh Kementerian Keuangan, untuk pekerjaan
konstruksi P3SON Hambalang sudah dilakukan oleh Dirjen Anggaran meskipun persyaratan
berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ada adalah
untuk skema pembiayaan tahun jamak, sementara itu persetujuan kontrak tahun jamak belum
disetujui.
4. Kontraktor utama P3SON Hambalang yaitu KSO AW mensubkontrakkan pekerjaan utama yang
seharusnya dikerjakan sendiri sesuai dengan ketentuan dalam Keppres 80 tahun 2003 pasal 32 (3),
kepada perusahaan lain.
Uraian selengkapnya mengenai temuan pemeriksaan tersebut disajikan pada Bagian III.B
Laporan Hasil Pemeriksaan ini.
BPK menyarankan kepada institusi penegakan hukum terkait, dalam hal ini kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi, untuk menindaklanjuti sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Jakarta, 30 Oktober 2012
Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
Penanggung Jawab Pemeriksaan
J. Widodo H. Mumpuni
4
BAGIAN II
UMUM
1. Dasar Penugasan Pemeriksaan
a. UUD 1945 Pasal 23 E, Pasal 23 F dan Pasal 23 G UUD 1945
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
c. Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
serta memperhatikan Surat Permintaan DPR RI Nomor PW.01/10954/DPR RI/XII/2011 tanggal
16 Desember 2011 perihal audit investigasi terhadap pelaksanaan pembangunan P3SON.
2. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan inivestigatif ini bertujuan untuk mengungkap adanya indikasi kerugian negara
dan/atau unsur pidana dalam pembangunan P3SON Hambalang, sesuai pasal 13 UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
3. Ruang Lingkup Pemeriksaan
a. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap seluruh kegiatan mencakup penyiapan lahan, proses
perencanaan anggaran, perencanaan pekerjaan, dan pelaksanaan pekerjaan yang terkait
proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON)
Hambalang Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Kemenpora.
Pemeriksaan ini tidak mencakup pemeriksaan atas perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban kegiatan pengadaan peralatan untuk P3SON yang direncanakan bernilai
Rp1,4T sesuai surat Ses Kemenpora kepada Menteri Keuangan Nomor
1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010 perihal persetujuan kontrak tahun
jamak. Pemeriksaan ini juga tidak mencakup aliran dana yang melalui rekening-rekening PT
AK, PT WK, DK-I AK, dan DBG WK yang tidak terkait langsung dengan penerimaan dan
penggunaan uang muka proyek dengan cut off pemeriksaan sampai dengan 30 Oktober 2012.
4. Standar Pemeriksaan
a. Peraturan BPK RI No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
b. Keputusan BPK RI No. 17/K/I-XIII.2/12/2008 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan
Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi Yang Mengakibatkan Kerugian
Negara/Daerah.
5. Data Objek/Kegiatan yang Diperiksa
Proyek pembangunan P3SON Kemenpora yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan
Citeureup Kabupaten Bogor didukung dengan alokasi anggaran Kemenpora sebesar
Rp1.196.676.000.000 dengan rincian sebagai berikut:
5
a. DIPA Revisi tahun 2010 nomor 0001/092-01.1/-/2010 tanggal 23 Juli 2010 sebesar
Rp275.000.000.000 untuk pembangunan Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional
(PPPON) Hambalang seluas 108.533 m2 dengan kode anggaran 10.10.05.0024.00165
(program peningkatan sarana dan prasarana olahraga – sub kegiatan pembangunan gedung
pendidikan).
b. DIPA Revisi tahun 2011 nomor 0015/092-01.1.01/00/2011 tanggal 14 Juli 2011 sebesar
Rp400.000.000.000 untuk lanjutan pembangunan P3SON Hambalang dengan kode anggaran
092.01.07.3824.03.013.012 (program pembinaan dan pengembangan olah raga – kegiatan
peningkatan prasarana dan sarana keolahragaan – sub kegiatan penyediaan sarana olah raga).
c. DIPA tahun 2012 nomor 0015/092-01.1.01/00/2012 tanggal 9 Des 2011 sebesar
Rp521.676.000.000 untuk pembangunan P3SON Hambalang dengan kode anggaran
092.01.06.3824.002.006.040 (program kepemudaan dan keolahragaan - kegiatan peningkatan
prasarana dan sarana keolahragaan – sub kegiatan penyediaan sarana olah raga).
Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai kontrak pekerjaan perencanaan, konstruksi, dan
manajemen konstruksi sebagai berikut:
a. Kontrak konsultan perencanaan tahun 2010 dengan rekanan PT YK yaitu nomor
027.A/SPK/PPK/P3SON/8/2010 tanggal 30 Agustus 2010 senilai Rp5.825.820.000. Kontrak
ini diaddendum dengan kontrak nomor 035.A/SPK/PPK/P3SON/12/2010 tanggal 9 Des 2010
senilai Rp5.825.820.000.
b. Kontrak konsultan perencanaan tahun 2011 dengan rekanan PT YK yaitu nomor
67.A/SPK/PPK/P3SON/1/2011 tanggal 14 Januari 2011 senilai Rp8.593.200.000.
c. Kontrak induk pekerjaan konstruksi dengan rekanan KSO AW yaitu Nomor Kontrak
3894/Seskemenpora/BP/10/2010 tanggal 10 Desember 2010 senilai Rp1.077.921.000.000.
Kontrak induk ini dirinci ke dalam beberapa kontrak anak yang terpisah yaitu:
(1) Kontrak anak tahun 2010 nomor 3895/Seskemenpora/BP/10/2010 tanggal 10 Desember
2010 senilai Rp246.238.455.479.
(2) Kontrak anak tahun 2011 nomor 0513.A/Seskemenpora/BP/12/2010 tanggal 29 Des 2010
senilai Rp507.405.139.999. Kontrak ini diaddendum dengan kontrak nomor
185.8/Sekemenpora/D.5/10/2011 tanggal 04 Oktober 2011 menjadi senilai
Rp508.397.273.332.
(3) Per Juli 2012 kontrak anak tahun 2012 belum dibuat.
d. Kontrak manajemen konstruksi tahun 2010 dengan rekanan PT CCM yaitu nomor
027.B/SPK/PPK/P3SON/8/2010 tanggal 30 Agustus 2010 senilai Rp4.888.345.000. Kontrak
ini diaddendum dengan kontrak nomor 035.B/SPK/PPK/P3SON/12/2010 tanggal 9 Des 2010
menjadi senilai Rp1.000.000.000.
6
e. Kontrak manajemen konstruksi tahun 2011 dengan rekanan PT CCM yaitu nomor
067.B/SPK/PPK/P3SON/1/2011 tanggal 14 Januari 2011 senilai Rp8.119.595.000.
Sampai dengan Juli 2012, total realisasi pembayaran kepada konsultan perencana, kontraktor
konstruksi, dan konsultan manajemen konstruksi adalah sebesar Rp471.707.439.659 dengan
rincian pada Tabel 1.
Tabel 1 Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan 2011
No Uraian Nilai SPM (Rp) Nilai SP2D (Rp) Penerima
Tahun 2010
1 Pekerjaan jasa Konsultan Perencana 5.825.820.000 5.084.357.000 PT YK
2 Pembayaran uang muka pekerjaan konstruksi 214.840.100.000 189.449.906.363 KSO AW
3 Pembayaran pelaksanaan konstruksi 31.398.355.479 27.687.640.740 KSO AW
4 Pekerjaan jasa Manajemen Konstruksi 1.000.000.000 872.727.273 PT CCM
Jumlah tahun 2010 253.064.275.479 223.094.631.376
Tahun 2011
1 Pekerjaan jasa Konsultan Perencana 8.593.200.000 7.499.520.000 PT YK
2 Pembayaran termijn pekerjaan fisik 267.783.868.438 236.136.683.987 KSO AW
3 Pekerjaan jasa Manajemen Konstruksi 5.702.359.091 4.976.604.296 PT CCM
Jumlah tahun 2011 282.079.427.529 248.612.808.283
Total tahun 2010 dan 2011 535.143.703.008 471.707.439.659
Keterangan: Tahun 2012 belum ada pembayaran.
Realisasi belanja dengan mata anggaran 53 (Belanja Modal) total sebesar Rp471.707.439.659
tersebut telah diakui sebagai aset Kemenpora dan dicatat dalam Laporan Keuangan Kemenpora tahun
2010 dan 2011 sebagai akun Konstruksi Dalam Pengerjaan.
7
BAGIAN III
URAIAN HASIL PEMERIKSAAN
A. Dasar Hukum Kegiatan/Obyek yang Diperiksa
Peraturan perundangan dan dasar hukum yang berlaku untuk kegiatan proyek
pembangunan P3SON ini adalah sebagai berikut:
1. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
4. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. PP No. 40 tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai atas Tanah
6. PP No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
7. Perpres 65 tahun 2006 tanggal 6 Juni 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
8. Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
9. Peraturan Menteri Keuangan No. 56/2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak
Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
10. Peraturan Menteri Keuangan 69/2010 yang diubah dan diganti dengan PMK 180/2010 tentang
Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2010
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan
Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan
Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
14. Perda Kabupaten Bogor No. 17 tahun 2000 tentang RT RW Kab. Bogor
B. Materi Temuan
1. Jenis Penyimpangan
a) Penyimpangan dalam pemberian izin lokasi, site plan, dan Izin Mendirikan
Bangunan sebagai berikut:
1) Bupati Bogor (RY) menandatangani site plan meskipun persyaratan pemberian izin
yang diatur dalam Peraturan Bupati Bogor Nomor 30 tahun 2009 tanggal 17 Juni
2009 tentang Pedoman Pengesahan masterplan, site plan dan Peta Situasi berupa
pelaksanaan studi Amdal tidak dipenuhi oleh Kemenpora selaku pemohon. Hal ini
melanggar pasal 22 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
8
Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa setiap kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan wajib memiliki Amdal.
2) Kepala Badan Perizinan Terpadu Kab Bogor (SS) menerbitkan IMB untuk proyek
pembangunan P3SON Hambalang, meskipun Kemenpora belum melakukan studi
Amdal atas proyek tersebut. Hal ini melanggar ketentuan dalam Perda Kab Bogor
Nomor 12 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2010 tentang Bangunan Gedung pasal 25
yang menyatakan bahwa persyaratan tata bangunan meliputi adanya pengendalian
dampak lingkungan.
3) DN selaku rekanan PT CKS tidak melaksanakan pekerjaan berupa studi Amdal
meskipun telah menerima pembayaran.
b) Penyimpangan Dalam Penerbitan SK Hak Pakai dan Sertipikat Hak Pakai atas
Tanah Hambalang sebagai berikut:
1) Kepala BPN (JW) menandatangani SK Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas
312.448 m2
dengan didukung dokumen yang tidak sesuai kenyataan berupa: (i) surat
pelepasan hak dari Probosutedjo selaku pemegang hak sebelumnya yang diduga
palsu; dan (ii) Surat Pernyataan Ses Kemenpora yang menyatakan bahwa pada
pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi kerugian negara berdasarkan LHP BPK RI
adalah tidak sesuai kenyataan. Pernyataan bahwa dalam pengadaan lahan dimaksud
tidak terjadi kerugian negara, ternyata tidak pernah dimuat dalam LHP BPK RI
dimaksud.
2) Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN (LAW) atas perintah Sestama BPN (MM)
menyerahkan SK Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2
kepada
Anggota DPR-RI (IM) tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon. Hal
ini melanggar prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005
yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala BPN No. 1 tahun 2010 yang
menyatakan bahwa SK tersebut hanya dapat diserahkan kepada instansi pemohon
atau kuasa yang ditunjuknya.
c) Penyimpangan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak sebagai berikut:
1) Ses Kemenpora (WM) mengajukan surat permohonan persetujuan kontrak tahun
jamak dengan mengatasnamakan Menpora tanpa memperoleh pelimpahan wewenang
dari Menpora.
2) Ses Kemenpora (WM) bersama Kepala Biro Perencanaan Kemenpora/PPK (DK)
menyajikan data dan dokumen yang tidak benar sebagai syarat kelengkapan
persetujuan kontrak tahun jamak dan revisi RKA-KL tahun 2010 yaitu sebagai
berikut:
9
(a) Menafsirkan secara sepihak pernyataan Direktur PBL Kementerian PU bahwa
“pembangunan tersebut dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk
beberapa bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan lebih dari
12 bulan”. Tanpa konfirmasi kepada Kementerian PU, Ses Kemenpora
menafsirkan bahwa yang dimaksud pernyataan tersebut adalah seluruh
pembangunan fisik gedung dan lapangan serta infrastruktur dilaksanakan melalui
satu kontrak tahun jamak.
(b) Dalam rangka revisi RKA-KL, menyajikan data volume keluaran yang tidak
sesungguhnya yaitu yang seharusnya volume yang akan dibangun turun dari
semula 108.553 m2 menjadi 100.398 m
2, tetapi justru menyajikan volume itu
seolah-olah naik dari semula 108.553 m2 menjadi 121.097 m
2.
3) Direktur Jenderal Anggaran (AR) setelah melalui proses berjenjang dari Kasie II E-4
(RH), Kasubdit II E (S) dan Direktur II (DPH) memberikan masukan, data dan
informasi yang tidak benar kepada pejabat di atasnya dalam proses pemberian
dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora tahun 2010
dan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak. Pemberian masukan dilakukan
dengan cara menyampaikan Nota Dinas. Nota Dinas tersebut berisi antara lain:
“Mengingat permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract)
tersebut telah dilengkapi data pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan)
yunior maupun senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak dapat
dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan volume kegiatan
diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena pertimbangan KDB
dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak, maka dispensasi
waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.”
Nota Dinas dengan isi yang sama juga disampaikan secara berjenjang dari Kasubdit II
E kepada Direktur Anggaran II, dari Direktur Anggaran II kepada Dirjen Anggaran
dan dari Dirjen Anggaran kepada Menteri Keuangan.
4) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara berjenjang,
mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen Anggaran,menyetujui
pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora
2010, meskipun Pasal 20 (1) PMK 180/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran
Tahun 2010 menetapkan bahwa “Batas akhir penerimaan usul revisi anggaran untuk
APBN TA 2010 ditetapkan tanggal 15 Oktober 2010 untuk revisi anggaran pada
DJA.”
10
Sebagai syarat pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan,
RKA KL P3SON harus diubah untuk menunjukkan adanya kegiatan lebih dari satu
tahun anggaran. Atas dasar itu, Ses Kemenpora harus mengajukan usulan perubahan
RKAKL. Namun karena batas waktu pengajuan revisi telah dilampaui, maka Ses
Kemenpora meminta dispensasi keterlambatan pengajuan revisi RKA KL dimaksud
pada tanggal 16 November 2010. Menteri Keuangan menyetujui permintaan
dispensasi ini pada tanggal 1 Desember 2010 dengan disposisi “Selesaikan” pada
surat usulan dimaksud.
Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui hal tersebut setelah mendapat masukan
secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan Dirjen Anggaran
berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: “Mengingat revisi perubahan volume
kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena
pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak,
maka dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.”
5) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara berjenjang,
mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen Anggaran, menyetujui
kontrak tahun jamak meskipun persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 5, dan Pasal
12 PMK 56/2010 tidak terpenuhi.
Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak meskipun
permohonan persetujuan kontrak tahun jamak ditandatangani oleh WM selaku Ses
Kemenpora dengan mengatasnamakan Menpora tanpa ada pendelegasian
wewenang dari Menpora.
Menteri Keuangan (ADWM) tidak mengetahui dan tidak membaca surat
permohonan persetujuan kontrak tahun jamak yang diajukan Kemenpora karena
surat tersebut didisposisi oleh Sekjen Kementerian Keuangan (MPN) langsung
kepada Dirjen Anggaran.
Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan
Kemenpora meskipun: (i) tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 5
(2) PMK 56/2010 yaitu adanya rekomendasi dari instansi teknis fungsional yang
menyatakan kelayakan atas kontrak tahun jamak yang akan dilakukan; (ii) tidak
memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun 2007 pada BAB
III.A.1.f yang mensyaratkan bahwa “Pembangunan Gedung Negara yang
pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu
tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan
pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah
memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum”.
11
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, yang ada hanyalah pendapat teknis yang
ditandatangani oleh pejabat yang tidak berwenang yaitu Direktur Penataan
Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 45/PRT/M/2007
pejabat yang berwenang memberikan Pendapat Teknis adalah Menteri Pekerjaan
Umum.
Pada tanggal 1 Desember 2010, Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak
tahun jamak yang diajukan Kemenpora sebelum memastikan bahwa persyaratan
revisi RKA-KL sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 12 (2) PMK 56/2010 dan
sejalan dengan pasal 14 UU No. 17/2003, telah terpenuhi.
Revisi RKA-KL yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang diajukan akan dibiayai
lebih dari 1 (satu) tahun anggaran baru disetujui oleh Dirjen Anggaran pada
tanggal 6 Desember 2010.
Menteri Keuangan (ADWM) memberikan persetujuan kontrak tahun jamak setelah
mendapat masukan secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan
Dirjen Anggaran, berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: “Mengingat permohonan
persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract) tersebut telah dilengkapi
data pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan
pembangunan P3SON dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun
senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak dapat dipertimbangkan untuk
disetujui.”
6) Dirjen Anggaran (AR) dengan mengatasnamakan Menteri Keuangan setelah melalui
proses penelaahan secara berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E dan
Direktur II, menetapkan Surat Penetapan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (SP-RKAKL) Kemenpora tahun 2011 pada tanggal 25
November 2010 yang di dalamnya memuat kegiatan pembangunan P3SON dalam
skema tahun jamak. Padahal pada saat itu, persetujuan Menteri Keuangan bahwa
pembangunan P3SON dapat dilaksanakan dalam kontrak tahun jamak belum ada.
Selain itu Dirjen Anggaran (AR) juga setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E dan Direktur II menyetujui revisi
RKA-KL Kemenpora 2010, meskipun surat usulan revisi RKA-KL dari WM selaku
Ses Kemenpora mencantumkan volume keluaran yang seolah-olah naik dari semula
108.533 m2 menjadi 121.097 m
2. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa secara
substansial volume keluaran yang dimaksud surat Ses Kemenpora tersebut justru
turun dari semula 108.533 m2 menjadi 100.398 m
2.
12
Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Pasal 7 butir (1) huruf c PMK 180/2010
tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2010 bahwa revisi anggaran tidak boleh
mengurangi volume keluaran (output) Kegiatan Prioritas Nasional atau Prioritas
Kementerian Negara/Lembaga.
7) Direktur PBL Kementerian PU (GH) menerbitkan Pendapat Teknis pembangunan
P3SON Hambalang dengan pelaksanaan pembangunan lebih dari satu tahun anggaran
pada tanggal 22 Oktober 2010, yang tidak menjadi kewenangannya dan tidak pernah
ada pelimpahan wewenang dari Menteri PU.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun
2007 pada BAB III.A.1.f yang menyatakan bahwa “Pembangunan Gedung Negara
yang pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu
tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan
pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah
memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum”.
8) Direktur PBL (GH) menyampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan Kemenpora
(DK) pada tanggal 23 November 2010 berupa analisa perhitungan biaya
pembangunan P3SON Hambalang yang rekap-nya sebesar Rp1.129 Miliar telah
diparaf oleh Pengelola Teknis (DP). Perhitungan analisa biaya tersebut diminta oleh
DK dalam rangka menanggapi Surat Dirjen Anggaran tanggal 15 November 2010
yang antara lain menyampaikan bahwa dalam rangka persetujuan kontrak tahun
jamak dibutuhkan antara lain analisa biaya komponen terhadap bangunan yang
mengalami perubahan dari instansi teknis fungsional. Perhitungan analisa biaya
pembangunan konstruksi P3SON Hambalang sebesar Rp1.129 Miliar ternyata disusun
oleh KS dari PT AK yang tidak mengikuti standar harga satuan tertinggi per m2
bangunan gedung negara sesuai Keputusan Bupati Bogor yang berlaku, tetapi dengan
terlebih dahulu menambahkan inflasi sebesar 2,95%.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No
45/PRT/M/2007 tahun 2010, yaitu:
(a) Pada BAB III, Bagian A angka 1 huruf e : Penyusunan pembiayaan bangunan
gedung Negara didasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi bangunan gedung
negara yang berlaku. Untuk penyusunan program dan pembiayaan pembangunan
bangunan gedung Negara yang belum ada standar harganya atau memerlukan
penilaian khusus, harus dikonsultasikan kepada Instansi teknis setempat.
(b) Pada BAB IV, Bagian B : Standar harga satuan tertinggi pembangunan gedung
Negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh
Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI ditetapkan oleh Gubernur.
13
d) Penyimpangan dalam proses persetujuan RKA-KL tahun 2011 yaitu Dirjen
Anggaran (AR) menetapkan RKA-KL APBN Murni Kemenpora tahun 2011 untuk
proyek P3SON meskipun tidak memenuhi persyaratan.
Dalam APBN Murni tahun 2011 proyek P3SON Hambalang mendapatkan alokasi sebesar
Rp500 Miliar yang terdiri dari Rp400 Miliar untuk pekerjaan konstruksi dan Rp100
Miliar untuk pengadaan peralatan. SP-RKAKL tahun 2011 menetapkan bahwa alokasi
anggaran untuk pengadaan peralatan sebesar Rp100 Miliar tersebut diblokir oleh Ditjen
Anggaran, sedangkan pekerjaan konstruksi sebesar Rp400 Miliar tidak diblokir, padahal
dokumen pendukung berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang ada adalah untuk skema pembiayaan tahun jamak, sementara itu persetujuan
kontrak tahun jamak belum disetujui. Hal ini melanggar ketentuan yang diatur dalam
PMK nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL
TA 2011.
e) Penyimpangan dalam proses pelelangan perencanaan konstruksi, pelelangan
pekerjaan konstruksi dan pelelangan manajemen konstruksi yaitu Panitia
Pengadaan Barang dan Jasa Kemenpora (WiM dkk) bersama-sama dengan staf
perusahaan calon rekanan mengatur pelelangan dengan cara sebagai berikut:
1) Lelang Perencanaan Konstruksi
(a) Pada penilaian faktor kesesuaian pengalaman pekerjaan tenaga ahli terdapat
ketidaksesuaian antara pengalaman pekerjaan yang diajukan dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
(b) Penghitungan jumlah tahun pengalaman tenaga ahli tidak akurat dan tumpang
tindih.
2) Lelang Konstruksi
(a) Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi dokumen
prakualifikasi antara dokumen penawaran dari KSO AW dengan dokumen
penawaran dari rekanan yang lain.
Standar penilaian untuk mengevaluasi penawaran dari KSO AW
menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp1,2T, sedangkan standar penilaian untuk
mengevaluasi penawaran dari rekanan lain menggunakan nilai pekerjaan sebesar
Rp262M. Evaluasi Tim BPK terhadap kertas kerja Panitia Pengadaan
menyangkut penilaian dokumen prakualifikasi peserta lelang menunjukkan
bahwa seluruh peserta prakualifikasi semestinya tidak dapat dinyatakan lulus
prakualifikasi sehingga pelelangan seharusnya diulang. Hasil evaluasi adalah
sebagai berikut: (rincian terlampir Lampiran 1)
14
(1) KSO AW seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 68,42
(lebih kecil dari Passing Grade 75) dan aspek Kemampuan Dasar (KD)
yang diperkenankan adalah sebesar Rp880.590.000.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T).
(2) PT JK seharusnya gugur karena aspek KD yang diperkenankan adalah
sebesar Rp947.922.889.372 (lebih rendah dari ambang batas Rp1,2T) dan
aspek Personil mendapat nilai 4 (lebih rendah dari ambang batas 5).
(3) PT NK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 69,35
(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang
diperkenankan adalah sebesar Rp192.200.900.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T) dan aspek Sisa Kemampuan Keuangan (SKK) adalah
sebesar Rp405.005.989.172 (lebih rendah dari ambang batas Rp960 Miliar).
(4) PT HK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 64,32
(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang
diperkenankan adalah sebesar Rp168.321.694.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,27 (lebih
rendah dari ambang batas 30).
(5) PT WK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 64,25
(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang
diperkenankan adalah sebesar Rp354.514.000.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,81 (lebih
rendah dari ambang batas 30).
(6) KSO IL seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 52 (lebih
kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang diperkenankan
adalah sebesar Rp518.761.000.000 (lebih rendah dari ambang batas Rp1,2T)
dan aspek Personil mendapat nilai 3,75 (lebih rendah dari ambang batas 5).
(b) Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak benar dan tidak lengkap.
Dalam pengumuman pelelangan yang dimuat dalam Koran Tempo tanggal 18
Agustus 2010, Panitia menyatakan bahwa nilai pagu anggaran untuk pekerjaan
yang hendak dilelang adalah sebesar Rp262.784.797.000. Disebutkan pula bahwa
anggaran sedang dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak dari Kementerian
Keuangan. Pada saat yang bersamaan, Kemenpora sedang mengajukan
persetujuan kontrak tahun jamak dengan nilai pekerjaan sebesar
Rp1.129.296.256.000.
Setelah mendapatkan konsep dari WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan, DK
selaku PPK secara sepihak lalu menandatangani surat pemberitahuan nomor
15
No.01-SP-PPK-8-2010 yang ditujukan kepada calon penyedia jasa pemborongan.
Isinya menginformasikan bahwa nilai pekerjaan yang saat ini sedang diajukan
persetujuan kontrak tahun jamak adalah sebesar Rp1,2T. Namun, surat
pemberitahuan tersebut hanya disampaikan kepada sebagian peserta yang telah
mengambil dokumen lelang. Adapun PT DGI dan KSO IL tidak menerima
pemberitahuan tersebut sehingga memasukkan penawaran dengan asumsi nilai
pekerjaan sebesar Rp262M.
Hal tersebut melanggar ketentuan Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 4 huruf h
dan Penjelasannya pada Lampiran Bab II, Point A.1.a.2), Point A.1.a.3).b yang
menetapkan bahwa panitia/pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas
tentang adanya pelelangan umum yang memuat di antaranya perkiraan nilai
pekerjaan.
(c) Menggunakan nilai paket pekerjaan yang tidak disepakati untuk mengevaluasi
Kemampuan Dasar (KD) Peserta Lelang.
Sesuai ketentuan dalam PP No. 29 tahun 2000 Pasal 14 ayat (1), (2) dan (3),
Keppres 80 tahun 2003 Lampiran 1 Bab II.A.1.b : (1).j), dan Permen PU No 43
Tahun 2007 pada L3, penilaian KD = 2 NPt (nilai pengalaman tertinggi). Untuk
perusahaan yang menjalin kerja sama operasi, NPt yang dipakai adalah NPt dari
perusahaan yang menjadi Lead-firm. Peserta dianggap lulus jika memiliki KD
lebih besar atau sama dengan nilai pekerjaan/kontrak yang hendak dilelang.
Panitia meluluskan KSO AW karena dianggap memenuhi syarat nilai KD. Untuk
mengevaluasi KSO AW, Panitia menetapkan nilai kontrak yang hendak dilelang
adalah Rp1,2 T. Sedangkan untuk peserta lainnya, Panitia menetapkan nilai
kontrak yang hendak dilelang adalah Rp262 M.
Untuk menaikan nilai KD KSO AW, Panitia menggabungkan 2 proyek
terbesar yang pernah dikerjakan oleh PT AK yaitu proyek pembangunan stadion
Surabaya Barat (Rp440M) dan proyek pembangunan jembatan Suramadu
(Rp443M) sehingga total NPt-nya menjadi sebesar Rp883M (=Rp440M +
Rp443M). Dengan demikian, nilai KD = 2 x Rp883 = Rp1,7T atau melebihi
ambang batas Rp1,2T.
Seharusnya Panitia hanya menghitung satu proyek saja yang sesuai dengan
bidang pekerjaan sejenis, sehingga maksimal NPt-nya adalah Rp440M, dan score
KD-nya = 2xRp440M = Rp880M.
16
3) Lelang Manajemen Konstruksi
(a) Menyusunkan dokumen penawaran perusahaan pendamping dan memasukkannya
untuk mengikuti pelelangan.
(b) Menggunakan nama-nama tenaga ahli dengan bukti dokumen SKA yang tidak
benar.
f) Penyimpangan dalam penetapan pemenang lelang konstruksi yaitu Ses Kemenpora
(WM) telah melampaui wewenangnya dengan menetapkan pemenang lelang untuk
pekerjaan bernilai di atas Rp 50 Miliar tanpa memperoleh pelimpahan wewenang
dari Menpora sebagai pejabat yang berwenang menetapkan.
Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 26 bahwa pejabat yang
berwenang menetapkan penyedia barang/jasa adalah Menteri untuk pengadaan
barang/jasa yang dibiayai dari APBN yang bernilai di atas Rp 50 Miliar.
g) Penyimpangan dalam proses pembayaran dan pencairan uang muka yaitu RI selaku
Kabag Keuangan Kemenpora tetap menyusun dan menandatangani SPM,
meskipun Pejabat Penguji Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Bendahara
belum menandatangani dokumen SPP dari PPK yang berarti belum menguji
kelengkapan dan kebenaran tagihan sesuai tugasnya. SPM itu bersama dengan
Surat Pertanggungjawaban Belanja dari WM selaku Ses Kemenpora diajukan ke
KPPN untuk penerbitan SP2D.
h) Penyimpangan dalam hal pelaksanaan pekerjaan konstruksi berupa rekanan KSO
AW mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utamanya kepada perusahaan lain
yaitu di antaranya kepada PT DC dan PT GDM.
Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 32 (3) bahwa Penyedia
barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan
mensubkontrakkan kepada pihak lain. Juga pasal 32 (4) bahwa Penyedia barang/jasa
dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan
mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali disub-
kontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.
2. Fakta dan Proses Kejadian
Proyek Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional
(P3SON) Kementerian Pemuda dan Olahraga yang berlokasi di Desa Hambalang, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor merupakan proyek yang telah direncanakan untuk dibangun sejak
tahun 2004 pada saat fungsi pembinaan olahraga nasional masih berada pada Ditjen Olahraga
17
Departemen Pendidikan Nasional. Pada awal perencanaannya proyek ini hanya dimaksudkan
sebagai kamp latihan olahraga bagi para pelajar berskala nasional.
Setelah terhenti pembangunannya pada tahun 2006 karena permasalahan status tanah,
proyek ini dilanjutkan kembali pada tahun 2010 setelah Kemenpora memperoleh alokasi APBN
2010 untuk pembangunan Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON) di desa
Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Memperhatikan adanya alokasi anggaran
untuk PPPON ini, Menpora mengembangkan ide pembangunan Sekolah Olahraga Nasional yang
diintegrasikan dengan Pusdiklat Olahraga. Sehingga pada Januari 2010 Biro Perencanaan
Kemenpora menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pembangunan P3SON Bukit Hambalang.
Menurut Kerangka Acuan Kerja tersebut, tujuan pembangunan ini di antaranya adalah
untuk mengintegrasikan sekolah olahraga dan Pusat Pelatihan atlet elit nasional ke dalam satu
sistem manajemen sehingga program penerapan iptek olahraga relatif dapat dikontrol.
Proyek ini direncanakan akan dibangun di wilayah perbukitan Desa Hambalang
Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor di atas lahan seluas 32 ha dan diperkirakan akan
memakan waktu selama 3 tahun yang dimulai pada 2010 dengan estimasi biaya sebesar Rp1,1
Triliun.
Secara garis besar, proses pembangunan P3SON ini berlangsung melalui beberapa
tahapan kegiatan yaitu:
1. Pemilihan lokasi dan pengurusan izin pembangunan
2. Perencanaan anggaran
3. Pemilihan rekanan pelaksana
4. Pelaksanaan pekerjaan dan pembayaran
Secara terinci, proses kejadian dan fakta yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan lahan dan status kepemilikan tanah
Bermula dari rencana Ditjen Olahraga Depdiknas untuk membangun Pusat Pendidikan
Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional (National Training Camp Sport Center), pada
tahun 2004 dibentuk tim verifikasi yang bertugas mencari lahan yang representatif untuk
merealisasikan rencana tersebut. Hasil tim verifikasi ini menjadi bahan Rapim Ditjen
Olahraga Depdiknas untuk memilih lokasi yang dianggap paling cocok bagi pembangunan
pusat olah raga tersebut.
Untuk mencari lokasi yang dikehendaki, tim verifikasi yang diketuai oleh DK
menyepakati kriteria pemilihan lokasi yaitu: (i) kesesuaian RUTR dengan lokasi; (ii) luas
lahan lebih dari 20 ha; (iii) jarak tidak lebih dari 70 km dari Jakarta dan dapat ditempuh
kurang dari 1 jam; (iv) topografi tanah memiliki kemiringan maksimal 15%; (v) kenyamanan
lingkungan udara; (vi) kondisi lahan bukan lahan produktif; (vii) status tanah; dan (viii) harga
tanah per meter/segi tidak lebih dari Rp30.000.
18
Dari lima lokasi yang disurvei yaitu: Karawang, Hambalang, Cariu, Cibinong, dan
Cikarang, pada Mei 2004 tim verifikasi memberikan penilaian tertinggi pada lokasi desa
Hambalang Citeureup Bogor dengan nilai maksimal yaitu memenuhi semua kriteria penilaian
tersebut di atas, sehingga lokasi tersebut dipilih untuk dibangun.
Selanjutnya, menindaklanjuti pemilihan lokasi tersebut, TCM selaku Dirjen Olah Raga
Depdiknas mengajukan permohonan penetapan lokasi Diklat Olahraga Pelajar Nasional
kepada Bupati Bogor. Bupati Bogor menyetujui dengan mengeluarkan Keputusan Bupati
Bogor nomor 591/244/Kpes/Huk/2004 tanggal 19 Juli 2004. Sambil menunggu ijin penetapan
lokasi dari Bupati Bogor tesebut, pada 14 Mei 2004, TCM selaku Dirjen Olahraga telah
menunjuk pihak ketiga yaitu PT. LKJ untuk melaksanakan pematangan lahan dan pembuatan
sertipikat tanah dengan kontrak No.364/KTR/P3oP/2004 dengan jangka waktu pelaksanaan
sampai dengan 9 November 2004 senilai Rp4.359.521.320.
Namun demikian, pada saat itu lokasi tersebut termasuk ke dalam zona kerentanan
gerakan tanah menengah tinggi sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM. Sesuai dengan
sifat batuannya, PVMBG menyarankan untuk tidak mendirikan bangunan di lokasi tersebut
karena memiliki risiko bawaan yang tinggi bagi terjadinya bencana alam berupa gerakan
tanah.
Selain itu, status tanah di lokasi dimaksud masih belum jelas, meskipun telah dikuasai
sejak pelepasan/pengoperan hak garapan dari para penggarap kepada Ditjen Olahraga setelah
realisasi pembayaran uang kerohiman kepada para penggarap sesuai Berita Acara Serah
Terima Pelepasan/Pengoperan Hak Garapan tertanggal 19 September 2004. Sejak itulah area
tanah tersebut diakui sebagai aset Ditjen Olahraga dan kemudian pada tanggal 18 Oktober
2005 diserahterimakan kepada organisasi baru yaitu Kementerian Negara Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora) setelah Ditjen Olahraga berubah menjadi Kemenpora.
Lokasi tersebut semula termasuk ke dalam area perkebunan Ciderati seluas 7.050.550
m2 yang Hak Guna Usaha (HGU)-nya dipegang oleh PT BE berdasarkan SK Mendagri
No.1/HGU/DA/77 tanggal 25 Januari 1977 dan berakhir pada 31 Desember 2002. Sesuai
ketentuan PP 40/1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai atas Tanah pasal 17(2) bahwa
dengan berakhirnya HGU tersebut, maka bidang tanah dimaksud menjadi berstatus Tanah
Negara sampai dimohonkan kembali perpanjangan jangka waktu HGU dimaksud. PT BE
mengajukan perpanjangan jangka waktu HGU pada tanggal 22 Maret 2000 namun mendapat
perpanjangan jangka waktu HGU dari Kepala BPN pada tanggal 1 Juni 2006 hanya untuk
area seluas 6.578.315 m2 tidak termasuk area tanah yang direncanakan akan dibangun diklat
olahraga pelajar nasional oleh Ditjen Olahraga/Kemenpora seluas 327.810 m2.
Setelah menguasai secara fisik dan membayar uang kerohiman kepada penggarap,
Kemenpora perlu mendapatkan legalitas formal penguasaan tanah di area tersebut. Untuk itu,
19
Kemenpora mengajukan permohonan pensertipikatan tanah tersebut kepada Kepala Kantor
Pertanahan Kab Bogor dengan suratnya nomor B/0227/BU.Setmenpora/II/2006 tanggal 8
Februari 2006. Menanggapi permohonan tersebut dan setelah Kemenpora melunasi biaya
pengukuran tanah, pada tanggal 7 September 2006 Kantor Pertanahan Kab. Bogor mengukur
kembali area tanah tersebut dan menerbitkan peta Bidang dengan no. 3059/2006 yang
menyebutkan luas tanah adalah 312.448 m2 . Dengan mendasarkan pada hasil pengukuran ini,
selanjutnya BT selaku kuasa Kemenpora mengajukan secara resmi permohonan Hak Pakai
kepada Kepala Kanwil BPN Jawa Barat melalui Kepala Kantah Kab. Bogor pada tanggal 22
September 2006.
Meskipun telah ada kesepakatan pada rapat tanggal 28 Januari 2007 antara pihak
Kemenpora dengan BPN mengenai pertimbangan untuk memberikan suatu hak atas tanah
kepada Kemenpora bagi kepentingan Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Prestasi Olahraga Nasional (PPPPON), namun kesepakatan ini tidak segera terealisasi. BPN
masih mempermasalahkan adanya pelanggaran oleh Kemenpora karena mengadakan tanah
tanpa melalui Panitia Pengadaan Tanah sesuai ketentuan dalam Keppres 55 tahun 2003
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Padahal pada saat itu telah berlaku ketentuan dalam Perpres 65 tahun 2006 tanggal 6 Juni
2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
yang mencabut ketentuan dalam Keppres 55/2003 tersebut. Perpres 65/2006 tidak lagi
memasukkan sarana olah raga sebagai domain pembangunan untuk kepentingan umum.
Selama tahun 2007 tidak ada perkembangan yang berarti dalam hal pengurusan
sertipikat Hak Pakai yang telah dimohonkan pihak Kemenpora. Pihak BPN Pusat tetap tidak
memproses permohonan hak dari Kemenpora tersebut dengan dalih Kemenpora belum
menyelesaikan pelepasan hak dari PT BE selaku bekas pemegang hak sebelumnya.
Sedangkan pihak Kemenpora berpendapat bahwa tidak ada lagi hubungan antara tanah yang
dimohon untuk P3SON dimaksud dengan HGU PT BE, sesuai surat Ses Kemenpora No.
0298.1/Ses Kemenpora/2/2007 tanggal 27 Pebruari 2007 kepada Deputi Bidang Hak Tanah
dan Pendaftaran Tanah BPN.
Pada 2 Juni 2008, dalam rangka menyelesaikan status kepemilikan lahan di desa
Hambalang, WM selaku Ses Kemenpora membentuk kelompok kerja yang disebut Panitia
Peningkatan Status Kepemilikan Tanah P3SON di desa Hambalang dan menunjuk DK selaku
Ketua. Pokja ini bertugas: (i) melakukan pengkajian, koordinasi dan kegiatan lain dalam
rangka pengurusan dan penyelesaian status kepemilikan lahan di Desa Hambalang; dan (ii)
menjalankan langkah-langkah lain yang dianggap perlu dan tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Pembentukan pokja tersebut belum membuahkan hasil dalam mengupayakan akselerasi
penerbitan hak atas tanah Hambalang. Upaya tersebut dilanjutkan dengan penunjukan
20
personil tertentu yang dianggap mampu melakukan pendekatan kepada pemegang hak
sebelumnya dalam hal ini Pro selaku pemilik PT BE. Berikutnya, dalam tahun 2009 dicoba
diadakan pertemuan-pertemuan informal dengan Pro maupun bersurat kepada yang
bersangkutan dan kepada Direksi PT BE untuk memperoleh surat pelepasan hak dari PT BE
selaku pemegang hak tanah sebelumnya seperti yang dipersyaratkan oleh BPN, di antaranya
mengirimkan surat-surat berikut:
Menerbitkan Surat Karo Umum Kemenpora No. 0453/Setmenpora/BU/2/2009 tanggal 16
Februari 2009 kepada Pro mengenai permintaan pertemuan sehubungan keinginan
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (AD) untuk bertemu Pro.
Menerbitkan Surat Ses Kemenpora No.0476/Ses Kemenpora/2/2009 tanggal 17 Februari
2009 kepada Pro mengenai permintaan menerbitkan surat pernyataan pelepasan hak atas
tanah seluas 312.448 m2 yang akan digunakan sebagai persyaratan agar BPN dapat
menerbitkan sertipikat.
Menerbitkan Surat Ses Kemenpora No.1408/Ses Kemenpora/4/2009 tanggal 28 April
2009 kepada Direksi PT BE mengenai permintaan menerbitkan surat pernyataan
pelepasan hak atas tanah seluas 312.448 m2 yang akan digunakan sebagai persyaratan
agar BPN dapat menerbitkan sertipikat.
Selain itu upaya juga dilakukan oleh AD selaku Menpora dengan berkunjung secara
langsung untuk bertemu dengan Kepala BPN dalam rangka memperoleh penjelasan mengenai
proses permohonan sertipikat tanah Hambalang yaitu pada tanggal 10 Mei 2006 dan 6 April
2009.
Secara simultan dari sisi BPN RI, pemberian Hak Pakai atas lahan tersebut sudah mulai
diproses oleh BPN sejak pengajuan permohonan oleh Kemenpora tanggal 22 September
2006. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005 tentang Standar Prosedur
Operasi Pengaturan dan Pelayanan (SPOPP) Pemberian Hak Pakai bahwa layanan ini
seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu 45 hari kerja jika seluruh syaratnya terpenuhi.
SPOPP tersebut menetapkan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi bagi instansi pemerintah
untuk memperoleh Hak Pakai adalah:
Surat rekomendasi dari instansi induk yang mengajukan permohonan
Foto kopi identitas pemohon atau kuasanya
Surat Kuasa jika dikuasakan
Data fisik yaitu surat ukur/peta bidang
Data yuridis di antaranya: surat-surat bukti perolehan tanah (misalnya sertipikat, girik,
surat kapling, surat penunjukan kapling, surat pelepasan hak), surat pernyataan asset yang
menerangkan pencantuman dalam daftar inventaris, secara fisik telah dikuasai sejak
kapan, tidak sengketa, bukan tanah pihak lain.
21
Untuk memproses permohonan Hak Pakai tersebut, jajaran Deputi Bidang Hak Tanah
dan Pendaftaran Tanah (HTPT) BPN telah melakukan kajian dan penelitian terhadap proses
pemberian Hak Pakai dan telah melaporkan kepada Kepala BPN melalui nota dinas nomor
20/ND/D.I/I/2007 tanggal 22 Januari 2007. Nota dinas itu pada intinya berisi bahwa agar
permohonan tersebut dapat dipenuhi, masih diperlukan syarat-syarat:
a. Penyelesaian perolehan hak dari PT BE selaku pemegang HGU sebelumnya;
b. Pelaksanaan pengoperan hak garapan agar dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan
agar tidak terjadi cacat hukum dan tidak menjadi temuan oleh pihak pemeriksa;
c. Penjelasan mengenai luas tanah yang akan dipergunakan;
d. Menunggu selesainya proses perkara di PTUN Jakarta.
Dari ke-empat syarat tersebut, syarat ke-tiga dan empat telah dapat diselesaikan
sehingga tinggal syarat pertama yaitu penyelesaian perolehan hak dari pemegang hak
sebelumnya dan syarat kedua yaitu tidak ada permasalahan dengan pemeriksa. Selanjutnya
JW selaku Kepala BPN tetap menghendaki agar kedua syarat tersebut dipenuhi.
Oleh karena itu, pihak BPN dalam hal ini Deputi II beserta jajarannya terus menunggu
sampai syarat tersebut terpenuhi. Selama proses pemenuhan syarat tersebut, BPN membuat
Risalah Pengolahan Data (RPD) sebagai bentuk telaahan staf dalam rangka pemberian Hak
Pakai dimaksud. Sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 8 tahun 2009 tanggal 26
Februari 2009 tentang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan di Lingkungan BPN RI, RPD
ini adalah salah satu bentuk naskah dinas berupa Telaahan Staf yang dimaksudkan sebagai
risalah telaah akhir yang disajikan oleh jajaran staf BPN RI yang menjadi dasar bagi Kepala
BPN RI dalam menetapkan hak tertentu atas tanah bagi suatu subyek hak yang memenuhi
syarat dan aturan hukum. RPD ini adalah dokumen resmi yang menyertai dokumen resmi
pertanahan lainnya dan disimpan bersama dokumen hak atas tanah lainnya. RPD ini
dipertanggungjawabkan kebenarannya oleh seluruh jajaran staf Kepala BPN RI baik secara
hukum, administrasi, maupun secara fisik.
Dalam rangka penelaahan kelengkapan syarat pemberian Hak Pakai atas tanah yang
diajukan Kemenpora tersebut, Deputi Kepala BPN Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
(HTPT) telah menyelesaikan telaahannya dalam bentuk RPD lalu mengajukan kepada Kepala
BPN RI dengan Nota dinas nomor 449/ND/DII/VIII/09 tanggal 31 Agustus 2009 yang
ditandatangani oleh BE selaku Deputi Bidang HTPT. Pada saat itu, Deputi II Bidang HTPT
telah menyelesaikan RPD yang pada tanggal 28 Agustus 2009 telah ditandatangani bersama
oleh BE selaku Deputi HTPT, BS selaku DirekturPengaturan dan Pengadaan Tanah
Pemerintah, MW selaku Kasubdit Penetapan Hak Tanah, S selaku Plh. Kasie Penetapan Hak
Wil II, dan EW selaku staf pengolah data. Namun setiap halamannya telah pula diparaf hanya
oleh S selaku Plh. Kasie Penetapan Hak Wil II.
22
Berdasarkan RPD tersebut, jajaran staf Deputi II menyatakan bahwa Kepala BPN RI
dapat menandatangani konsep SK Penetapan Hak Atas Tanah menjadi SK Penetapan Hak
Atas Tanah. Di samping itu, seluruh jajaran staf telah mempertimbangkan segala aspek
pertanahan lainnya yang diperlukan dalam penetapan hak atas tanah.
Setelah membaca nota dinas dan RPD dari Deputi II BPN bertanggal 31 Agustus 2009
tersebut, JW sempat menandatangani SK Hak Pakai atas nama Kemenpora yang diajukan.
Namun JW menerangkan bahwa SK tersebut dibatalkan kembali olehnya setelah mendengar
saran lisan dari BE yang baru saja purna tugas sebagai Deputi II BPN bahwa akan menjadi
lebih sempurna dan lebih baik jika ditambahkan satu data yuridis berupa Surat Pernyataan
Pelepasan Hak dari PT BE sebagai bekas pemegang HGU untuk tanah dimaksud.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa setelah penyelesaian dan penyampaian RPD
tanggal 28 Agustus 2009 tersebut, masih terdapat beberapa koreksi yang bersifat redaksional
maupun substansial. Setelah mengalami beberapa koreksi redaksional oleh Biro TU Pimpinan
BPN (TUPP), RPD bersama konsep SK Penetapan Hak diajukan ke meja Kepala BPN, lalu
pada tanggal 13 Oktober 2009 mendapatkan catatan dari Kepala BPN untuk ditanggapi oleh
Deputi II. Untuk menjawab catatan ini, MM selaku Plt. Deputi II (Deputi II definitif telah
pensiun TMT 1 September 2009) mengirimkan nota dinas nomor 501/ND/DII/XI/09 tanggal
6 November 2009.
Penjelasan Deputi II tersebut kurang memuaskan Kepala BPN sehingga JW selaku
Kepala BPN RI kembali memberikan disposisi pada tanggal 10 November 2009 yang
berbunyi: “sebelum tt, saya perlu diskusi dulu dengan Plt D-II.”
Meskipun MM tidak datang berdiskusi seperti permintaan JW, JW tidak
menindaklanjuti disposisinya itu dan tetap menunggu pemenuhan persyaratan berupa surat
pernyataan pelepasan hak dari bekas pemegang hak sebelumnya. Namun demikian, oleh staf
tata usaha disposisi Kepala BPN tersebut bersama dengan warkah lengkap tetap disampaikan
kepada Deputi II untuk ditindaklanjuti. Kemudian pada tanggal 15 Desember 2009, MM
selaku Plt. Deputi II mengirimkan disposisi kepada Kepala BPN yaitu: “Yth. Bapak Ka BPN
RI: Dh, dilaporkan, maka dengan dasar kepemilikan kantor Menpora terhadap tanah
(terlampir) sudah dapat diproses. Terima kasih.”
Lembar disposisi tersebut diberi tanda OK dan paraf, namun JW selaku Kepala BPN
menyatakan tidak pernah melihat disposisi ini dan tidak mengenal tulisan tangan OK dan
paraf yang ada.
Selanjutnya, kepada BS selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah
BPN RI pada tanggal 17 Desember 2009 utusan Kemenpora menyerahkan dokumen asli Surat
Pernyataan H. Probosutedjo bertanggal 22 November 2009 untuk melengkapi syarat
penetapan hak. Dan untuk menyertakan dokumen tersebut ke dalam RPD, pada tanggal 21
Desember 2009 dengan nota dinas nomor 334/ND/DPPTP/XII/2009 BS meminta kembali
23
berkas RPD yang sudah berada di meja Karo TUPP BPN RI untuk dikoreksi. Dengan adanya
dokumen tersebut, BS selaku Direktur memerintahkan kepada MW selaku Kasubdit dan S
selaku Kasie untuk menyisipkan ke dalam uraian RPD tanpa memperbarui tanda tangan
penyusun dan penanggungjawab RPD. S melanjutkan perintah tersebut kepada EW selaku
staf penyusun RPD.
RPD yang telah disisipi dengan dokumen baru tersebut, diajukan kembali kepada
Kepala BPN RI dengan nota dinas Plt Deputi II nomor 01/ND/DII/I/2010 tanggal 04 Januari
2010 dengan menambahkan satu butir penjelasan yaitu: “sehubungan dengan penjelasan
tersebut angka 5 di atas, telah ada Surat Pernyataan dari H. Probosutedjo, Komisaris Utama
PT BE selaku bekas pemegang Hak Guna Usaha Nomor 1/Hambalang yang menyatakan
tidak keberatan apabila Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Negara Pemuda
dan Olahraga menjadikan lahan tersebut untuk sarana dan prasarana olahraga dan tidak
akan melakukan tuntutan/gugatan ke pengadilan di kemudian hari.”
Menindaklanjuti nota dinas tersebut, JW selaku Kepala BPN menandatangani SK Hak
Pakai pada tanggal 6 Januari 2010. JW menerangkan bahwa adanya Surat Pernyataan H.
Probosutedjo tanggal 22 November 2009 tersebut dapat dipandang sebagai bentuk
penyelesaian perolehan hak dari bekas pemegang hak. Karena itu, JW menandatangani SK
Hak Pakai dimaksud. Pada saat menandatangani SK Hak Pakai tersebut, JW selaku Kepala
BPN menyatakan tidak yakin apakah melihat asli dokumen Surat Pernyataan H. Probosutedjo
yang selama ini ditunggu. JW hanya melihat uraian dalam RPD dan nota dinas bahwa surat
tersebut telah ada.
Hasil analisis terhadap RPD Nomor 03/PHT/Dit.PPTP/VIII/2009 tanggal 28 Agustus
2009 menunjukkan bahwa beberapa fakta hukum yang dijadikan sebagai pertimbangan oleh
BPN dalam rangka pemberian Hak Pakai tersebut tidak sesuai kenyataan yang sebenarnya
yaitu sebagai berikut:
Poin VII.9.d. menyatakan bahwa “sesuai hasil audit BPK RI yang menegaskan tidak ada
unsur kerugian negara dalam proses perolehan tanah aset Menpora atas tanah seluas
312.448 m2 yang terletak di Desa Hambalang Kec Citeureup Kab Bogor.”
Yang dimaksud hasil audit BPK RI dalam pernyataan itu adalah LHP nomor
18/HP/XVI/03/2009 tanggal 17 Maret 2009 atas Program Pembinaan dan
Pemasyarakatan Olahraga dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga serta
BA 69 TA 2007 dan 2008 sebagaimana yang disebut dalam RPD poin VI.1.b.8).d.
LHP tersebut menyajikan temuan pemeriksaan atas program kegiatan Kemenpora yang
dilaksanakan dalam periode TA 2007-2008, sedangkan pengadaan tanah dimaksud telah
dilakukan pada tahun 2004. Dengan demikian LHP tersebut tidak relevan dengan kondisi
pengadaan tanah dimaksud.
24
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pernyataan poin VII.9.d. tersebut adalah hasil
rapat koordinasi membahas permohonan Hak Pakai atas nama Kemenpora di kantor BPN
RI yang diprakarsai oleh Deputi II BPN RI dan dihadiri oleh unsur Kemenpora serta
auditor BPK RI pada tanggal 14 Juli 2009. Undangan resmi rapat tersebut yang
dikeluarkan oleh BE selaku Deputi II nomor 2521/002-300/VII/2009 tanggal 2 Juli 2009
tidak menyebutkan mengundang unsur BPK RI untuk hadir dalam rapat. Adapun
kehadiran staf auditor BPK RI dalam rapat tersebut bukan atas perintah resmi BPK RI
dan tidak merepresentasikan pendapat BPK RI.
Poin VII.9.e. menyatakan “bahwa secara materiil telah ada kesepakatan lisan yang
disampaikan oleh Ibu Rita selaku Direktur Utama PT BE sebagaimana diuraikan dalam
surat Seskemenpora tanggal 18 September 2009 nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009
dan surat pernyataan Ses Kemenpora tanggal 18 September 2009 nomor 2917.B/Ses
Kemenpora/8/2009.”
Bahwa tidak pernah ada surat bernomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan
2917.B/Ses Kemenpora/8/2009 yang bertanggal 18 September 2009. Yang ada adalah
surat bernomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009
bertanggal 18 Agustus 2009, yang tidak menyebutkan adanya kesepakatan lisan tersebut.
Poin VI.1.b.8). menyebutkan bahwa “sebagai tindak lanjut angka 5) di atas Ses
Kemenpora dengan Surat Pernyataan tanggal 18 Agustus 2009 Nomor 2917.B/Ses
Kemenpora/8/2009 menyatakan:
a. Tanah tersebut sudah dikuasai secara fisik sejak tahun 2004 sampai sekarang ini
b. Sudah tercatat sebagai aset Kemenpora Nomor 2531/BU.Set.Menpora/X/2005
tanggal 18 Oktober 2005.
c. Tidak ada sengketa/perkara dengan pihak manapun.
d. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK RI Tahun 2009 tanggal 17 Maret 2009
nomor 18/HP/XVI/03/2009 atas Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga
dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga serta BA 69 TA 2007
dan 2008, tidak ada temuan mengenai pengadaan tanah seluas 312.448 m2 di Desa
Hambalang Kec Citeureup Kab Bogor.
e. Kami telah 2 kali mengirim surat permohonan pelepasan Hak Atas Tanah kepada
Bapak Pro dan Direksi PT BE, namun sampai saat ini belum mendapatkan
tanggapan sebagaimana diharapkan, berdasarkan informasi yang diterima, pimpinan
PT BE menyatakan bahwa tanah tersebut bukan tanah mereka lagi, tetapi sudah
menjadi tanah Negara.”
Bahwa terdapat 3 (tiga) lembar Surat Pernyataan yang ditandatangani Ses Kemenpora
bertanggal 18 Agustus 2009 yaitu 1 (satu) lembar Surat Pernyataan Ses Kemenpora
25
tertanggal 18 Agustus 2009 nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan 2 (dua) lembar
Surat Pernyataan nomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009.
Surat Pernyataan nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 tertanggal 18 Agustus 2009
dikirimkan secara resmi ke BPN melalui loket Bagian Persuratan dan diterima pada
tanggal 20 Agustus 2009.
Adapun mengenai Surat Pernyataan bernomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009
tertanggal 18 Agustus 2009, terdapat dua surat bernomor sama dengan isi surat berbeda.
Surat Pernyataan nomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009 yang pertama dikirim ke BPN
dengan cara dibawa langsung oleh PM yang pada waktu itu menjabat sebagai Karo
Umum Kemenpora dan disampaikan langsung kepada MW selaku Kasubdit Penetapan
Hak Tanah di kantor BPN Pusat. Surat yang ditandatangani WM selaku Semenpora
dengan dilengkapi materai cukup ini berisi pernyataan sebagaimana poin a, b dan c
tersebut di atas. Setelah surat tersebut disampaikan, MW memberikan petunjuk agar isi
surat pernyataan tersebut diperbaiki dengan mencantumkan hasil pemeriksaan BPK dan
pernyataan dari PT BE. PM kemudian memperbaiki surat tersebut dengan menambahkan
poin d dan e tersebut di atas dan mengirimkan kembali ke MW. Surat Pernyataan yang
kedua ini tidak lagi menggunakan materai sebagaimana Surat Pernyataan yang pertama.
Poin VI.1.b.9). dan poin VII.8. menyebutkan bahwa “…..telah ada Surat Pernyataan
Komisaris Utama PT BE (Pro) yang menyatakan tidak keberatan apabila Kemenpora
mengelola lahan tersebut untuk kepentingan sarana dan prasarana olahraga dan tidak
akan melakukan gugatan ke pengadilan.”
Bahwa yang dimaksud dengan Surat Pernyataan Komisaris Utama PT BE (Pro)
tersebut adalah surat pernyataan tertanggal 22 November 2009 yang bertanda tangan H.
Probosutedjo di atas kertas bermeterai cukup.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa untuk area tanah yang telah dikeluarkan dari
HGU PT BE, Pro menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mendapatkan penggantian
apapun dan tidak pernah memberikan pelepasan hak kepada siapapun. Selain itu,
berkenaan dengan surat pernyataan bertanda tangan dirinya tanggal 22 November 2009
tersebut, Pro menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak pernah dihubungi oleh utusan
Kemenpora dan tidak pernah menandatangani surat tersebut. Yang bersangkutan tidak
tahu tanda tangan yang tertera di surat tersebut itu tanda tangan siapa.
Surat Pernyataan tersebut diterima langsung oleh Swi (staf Direktur Pengaturan dan
Pengadaan Tanah Pemerintah BPN RI) pada tanggal 17 Desember 2009 tanpa melalui
bagian persuratan BPN RI. Swi menyatakan bahwa pada hari diterimanya surat tersebut,
BS selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN RI
memerintahkannya melalui telepon untuk menerima secara langsung dokumen asli surat
pernyataan yang akan diantar oleh utusan Kemenpora. Dan setelah Swi menerima, lalu
26
yang bersangkutan meletakkan surat tersebut di meja kerja BS. Namun yang
bersangkutan tidak ingat nama orang yang mengantarkan surat tersebut ke kantor BPN.
Selanjutnya setelah lengkap, berkas warkah pemberian hak tersebut diserahkan oleh
Deputi II selaku pemroses berkas dengan nota dinas kepada Kepala BPN tanggal 4
Januari 2010 dan diterima oleh YA selaku Kasubbag TU Kepala BPN untuk permintaan
tanda tangan Kepala BPN. Setelah SK Hak ditandatangani Kepala BPN, selanjutnya SK
Hak tersebut beserta berkas lengkap diserahkan oleh Kasubbag TU Kepala BPN kepada
LAW selaku Kepala Bagian Persuratan pada tanggal 6 Januari 2010 untuk diberi nomor,
didistribusikan dan diarsipkan. Sejak penerimaan berkas tanggal 6 Januari 2010 tersebut,
sampai dengan dikeluarkan pada tanggal 20 Desember 2011 untuk keperluan scanning
dokumen, tidak ada peminjaman berkas oleh pihak lain, yang berarti berkas tidak pernah
keluar dari tempat penyimpanan yang dikuasai Bagian Persuratan BPN. Pada saat
pertama kali dibuka, dokumen berupa Surat Pernyataan H. Probosutedjo tertanggal 22
November 2009 tersebut sudah dalam bentuk kertas fax yang difotokopi dan tidak ada
dokumen asli.
Dalam keputusan tentang Hak Pakai sesuai Surat Keputusan nomor 1/HP/BPN RI/2010
tanggal 06 Januari 2010 tentang pemberian Hak Pakai atas nama Kemenpora atas tanah di
Kab Bogor Jawa Barat, Kepala BPN melampirkan pernyataan pelepasan hak garapan dari
para penggarap, namun tidak mencantumkan Surat Pernyataan H. Probosutedjo tanggal 22
November 2009 tersebut sebagai salah satu pertimbangan atas terbitnya surat keputusan
tersebut.
Setelah SK Hak Pakai ditandatangani Kepala BPN, sesuai prosedur yang diatur dalam
Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005 yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala
BPN No. 1 tahun 2010 bahwa SK tersebut hanya dapat diserahkan kepada instansi pemohon
atau kuasa yang ditunjuknya. Namun faktanya SK tersebut oleh LAW atas perintah MM
diserahkan kepada IM pada tanggal 6 Januari 2010 tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora.
Sebelumnya, IM pernah menghubungi MM via telepon untuk meminta bantuan agar SK Hak
Pakai dapat segera jadi dan MM menjanjikan akan membantu. Pada hari penandatanganan SK
Hak tanggal 6 Januari 2010 tersebut, pagi hari MM menghubungi IM via telepon mengatakan
bahwa SK Hak sudah ditandatangani Kepala BPN, lalu sore harinya IM datang untuk
mengambil SK Hak tersebut.
Selanjutnya berdasarkan surat keputusan tersebut, Kepala Kantor Pertanahan Kab
Bogor menerbitkan tanda bukti hak atas tanah berupa Sertipikat Hak Pakai Nomor 60 pada
tanggal 20 Januari 2010.
27
b. Perizinan dari Pemerintah Daerah
1) Izin Lokasi
Setelah lokasi desa Hambalang dipilih, pada tanggal 10 Mei 2004 TCM selaku Dirjen
Olahraga Depdiknas mengirim surat kepada Bupati Bogor No. 0514 A/OR/2004 tentang
rencana pembangunan Gedung Diklat Olahraga Pelajar Nasional. Surat tersebut meminta
Bupati Bogor untuk membantu penyelesaian penerbitan izin penetapan lokasi, penyelesaian
proses berbagai perizinan termasuk pertanahan dan dukungan infrastruktur serta dukungan
fasilitas lainnya.
Tim Pertimbangan Pemberian Izin Lokasi dan atau penetapan Lokasi di Kabupaten
Bogor pada tanggal 15 Juli 2004 membuat Berita Acara Rapat Pembahasan Izin/Penetapan
Lokasi yang dimohon oleh Dirjen Olahraga Depdiknas yang ditandatangani oleh AS selaku
Plh. Sekretaris Daerah Kab.Bogor. Kesimpulan rapat tersebut adalah bahwa permohonan
lokasi Diklat Pengembangan Atlet Nasional Ditjen Olahraga Depdiknas dapat
dipertimbangkan dengan syarat:
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sesuai Perda No.17/2000 diberikan 20%
Perolehan hak atas tanah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.
Rapat tersebut tidak mempertimbangkan kondisi lokasi yang dimohon yang berada
dalam zona rawan bencana sesuai dengan hasil penelitian dan pemantauan yang dilakukan
Badan Geologi Kementerian ESDM dalam hal ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wilayah tersebut merupakan
zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi. Artinya, pada zona itu sering terjadi gerakan
tanah. Sejak 1996 secara berkala, pihak PVMBG telah menerbitkan Peta Zona Kerentanan
Gerakan Tanah. Peta tersebut terus diperbarui dan terakhir tahun 2009 peta menyebutkan
bahwa wilayah Hambalang Bogor termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah
tinggi, artinya pada daerah ini gerakan tanah sering terjadi terutama dipicu oleh curah hujan
yang tinggi, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Kondisi yang rentan gerakan tanah tersebut telah terbukti dengan terjadinya bencana
gerakan tanah di antaranya yang terjadi pada 30 Januari 2002 yaitu di kampung Tajur Tapos
desa Hambalang Kabupaten Bogor. Menurut laporan hasil pemeriksaan gerakan tanah yang
diterbitkan oleh PVMBG nomor 388/42.02/DGV/2002 tanggal 21 Februari 2002, penyebab
gerakan tanah tersebut adalah adanya “perbedaan sifat fisik batuan dasar pembentuk lereng
antara breksi tufa setengah lapuk yang meluluskan air terletak di atas batu lempung yang
kedap air dan mudah lunak bila jenuh air. Hal ini akan menyebabkan air permukaan mudah
meresap ke dalam lapisan tanah/batuan melalui pori-pori antar butir tanah kemudian tertahan
pada lapisan lempung di bawahnya, sehingga permukaan batu lempung akan menjadi lunak
dan licin. Akibatnya breksi tufa beserta tanah pelapukannya yang terletak di bagian atas akan
mudah bergerak dengan bidang lincir permukaan batu lempung.”
28
Dalam laporan tanggal 21 Februari 2002 itu pula, mengingat kawasan tersebut
termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi, PVMBG telah
mengusulkan saran penanggulangan agar bencana tak terulang yaitu:
Relokasi rumah-rumah yang terletak di daerah yang telah bergerak ke lokasi yang lebih
aman.
Mengosongkan rumah-rumah yang telah rusak berat dan pada saat pemeriksaan masih
dihuni.
Mengatur kembali penggunaan lahan di daerah yang telah bergerak agar areal persawahan
diganti dengan lahan pertanian yang tidak membutuhkan banyak air.
Pada bulan November-Desember 2011 terjadi lagi gerakan tanah di lokasi desa
Hambalang. Dengan adanya bencana tersebut, PVMBG menerbitkan laporan singkat dengan
surat yang ditujukan kepada Kepala BNPB, Gubernur Jawa Barat, dan Bupati Bogor
bernomor 1384/45/BGL.V.2012 tanggal 7 Juni 2012. Dalam laporan tersebut, PVMBG
menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya bencana tersebut adalah:
Sifat fisik batu lempung (sweeling clay) yang mudah mengembang bila terkena air.
Adanya air permukaan yang mengalir bebas di permukaan dan meresap ke dalam tanah,
hingga menjenuhkan lapisan batu lempung menjadi mengembang dan menjadi bubur.
Adanya penggalian pada lereng bagian bawah yang terjal (>800) dan memotong lapisan
lempung mengembang, sehingga lapisan batu lempung dan lapisan batuan vulkanik di
atasnya bergerak ke bawah.
Hasil penelitian PVMBG terhadap kondisi lapisan tanah di wilayah tersebut menunjukkan
bahwa:
Lapisan atas berupa lapisan batuan vulkanik lapuk yang kurang kompak;
Bagian bawah berupa lapisan batu lempung yang bersifat mengembang (swelling clay);
Terdapat akumulasi air yang cukup banyak di atas lapisan batu lempung;
Pada lapisan batu lempung di beberapa tempat terindikasi adanya
pembuburan/penggemburan tanah/lempung.
Menurut Risalah hasil rapat pembahasan, diketahui ada perwakilan dari 10 instansi
terkait yang hadir dan memberikan usulan/pertimbangan yaitu:
Bappeda Kab. Bogor (JP)
Kantah Kab. Bogor (WH)
Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kab. Bogor (MNS dan HJCh)
Dinas Pertanian Kab. Bogor (NGR)
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Bogor (MY )
Dinas Cipta Karya Kab. Bogor (Jay)
Bagian Hukum (Gu)
Bagian Pemerintahan Umum (YS )
29
Camat Citeureup (AchK)
Dinas Kehutanan dan Perkebunan (tidak ada nama namun ada tanda tangannya)
Pada tanggal 16 Juli 2004, Kepala Bappeda Kab. Bogor (MRM) membuat nota dinas
Nomor 591/27/Sarpraswil-Bap/04 kepada Bupati Bogor melalui Sekda Kab. Bogor perihal
permohonan penetapan lokasi untuk pembangunan Gedung Diklat Olahraga Pelajar di Desa
Hambalang Kec. Citeureup yang menyatakan bahwa:
Berdasarkan Perda Kab. Bogor No. 17 tahun 2000 tentang RTRW Kab. Bogor, lokasi
yang dimohon termasuk dalam dominasi peruntukan pertanian lahan kering, di lokasi
tersebut dimungkinkan adanya pembangunan diklat olahraga dengan luas tutupan
bangunan (KDB) maksimal 20%.
Mempertimbangkan Persetujuan DPRD Kab.Bogor No.170/53-DPRD tanggal 24 Mei
2004 yang pada prinsipnya menyetujui rencana pembangunan gedung diklat olahraga
pelajar nasional
Berdasar hasil rapat pembahasan Tim Pertimbangan Pemberian Ijin Lokasi pada tanggal
14 Juli 2004, kiranya permohonan Penetapan Lokasi an Ditjen Olahraga Depdiknas dapat
dipertimbangkan untuk pembangunan diklat olahraga di atas tanah seluas +- 30 ha.
Adapun Ketentuan teknis yang harus dipenuhi antara lain:
Luas tutupan bangunan (KDB) maksimum 20% dan sisanya untuk penghijauan
Diwajibkan menanam pohon pelindung untuk konservasi lingkungan
Diwajibkan membuat Amdal
Pada daerah dengan kemiringan lebih dari 40 derajat agar dipertahankan sebagai daerah
konservasi
Site plan /rencana tapak bangunan setiap perubahannya harus disahkan oleh Bupati Bogor
dan dikonsultasikan terlebih dulu dengan Bappeda Bogor
Dalam pelaksanaan pembangunannya, tidak diperkenankan merubah/memindahkan batas
desa dan kecamatan yang ada, agar tetap dipertahankan dan atau dibuat dengan tanda-
tanda yang pasti.
Keputusan Bupati Bogor No.591/244/Kpts/Huk/2004 tanggal 19 Juli 2004 tentang
penetapan lokasi pembangunan gedung pendidikan dan pelatihan olahraga pelajar nasional
terletak di Desa Hambalang Kec. Citeureup Kab. Bogor seluas +- 30 HA, menyebutkan pihak
Ditjen Olahraga Depdiknas diwajibkan untuk membuat Dokumen Amdal serta site plan
sebelum pembangunan dilaksanakan dikoordinasikan dengan Dinas Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor. Keputusan ini berlaku selama 12 bulan sejak di
tetapkan dan dapat diperpanjang satu kali atas permohonan yang bersangkutan dengan
mengajukan permohonan kembali paling lama 10 hari sebelum masa berlakunya berakhir.
30
Pada tanggal 15 Februari 2007 Deputi Pemberdayaan Olahraga menerbitkan Surat no.
B.0016/Deputi IV Menpora/II/2007 kepada Bupati Bogor mengenai perubahan Keputusan
Bupati Bogor No:591/244/KPTS/Huk/2004, yang semula bernama Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Olahraga Pelajar Nasional, dengan pemrakarsa Depdiknas dengan 300.000 m2.
menjadi bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional di Sentul,
dengan pemrakarsa Kemenpora dengan luas 312.448m2.
Surat Deputi Pemberdayaan Olahraga tanggal 15 Februari 2007 No.B.0018/Deputi IV
Menpora/II/2007 ditujukan kepada Bupati Kab. Bogor tentang Permohonan penetapan lokasi
pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional untuk
dimasukan ke dalam rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) yang diperuntukan sebagai
kawasan olahraga.
Pada tanggal 27 Februari 2007 Bupati Bogor menerbitkan Keputusan Bupati Bogor No.
591/61/Kpts/huk/2007 tentang Penetapan kembali lokasi untuk pembangunan pusat
Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olah Raga Nasional seluas 312.448 m2 di Desa
Hambalang Kecamatan Citeureup bagi Kepentingan Kemenpora. Dalam Surat Keputusan
tersebut disebutkan sebelum pelaksanaan kegiatan pembangunan diwajibkan untuk menyusun
laporan studi kelayakan, melakukan penelitian fisik tanah dan batuan yang pelaksanaannya
bekerjasama dengan Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Departemen ESDM,
membuat dokumen Amdal, Peil Banjir, Masterplan dan IMB. Surat Keputusan ini
ditembuskan ke Tim Pertimbangan Pemberian Izin lokasi dan penetapan lokasi.
2) Studi Amdal
Untuk melaksanakan syarat yang disebutkan dalam Keputusan Bupati Bogor
No.591/244/Kpts/Huk/2004 tanggal 19 Juli 2004 tentang penetapan lokasi pembangunan
gedung pendidikan dan pelatihan olahraga pelajar nasional terletak di Desa Hambalang Kec.
Citeureup Kab. Bogor seluas + 30 Ha, Kemenpora mulai melakukan studi Amdal dengan
membuat perjanjian kerja sama dengan PT CKS nomor KTR-
0309.1/PPK.D.IV.Menpora/VIII/2006 tanggal 14 Agustus 2006. Atas kontrak tersebut, DN
selaku Direktur PT CKS telah menerima pembayaran netto sebesar Rp295.000.000.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sampai dengan pemeriksaan (September
2012), PT CKS menyatakan bahwa hanya menerima uang sebesar Rp90.000.000, sedangkan
sisanya sebesar Rp205.000.000 telah diserahkan kepada seseorang bernama NS dengan tanda
terima bertanggal 08 Januari 2007 untuk keperluan biaya pekerjaan penyusunan Amdal
kegiatan pengembangan PPPON di Hambalang. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, PT
CKS telah menggunakan uang sebesar Rp90.000.000 tersebut untuk keperluan penyusunan
TOR Amdal dan uji laboratorium yang dilaksanakan dalam periode April 2005 – Desember
2006. Output yang dihasilkan belum merupakan dokumen studi Amdal yang lengkap namun
31
hanyalah Kerangka Acuan Analisa Dampak Lingkungan dan hasil uji lab. Sedangkan studi
Amdal di tahun 2010 – 2011 tidak pernah dilakukan karena Kemenpora tidak menyediakan
dananya.
Karena studi Amdal belum dilakukan dan sambil menunggu penyelesaian sertipikat
atas lahan dimaksud, pada tanggal 9 Januari 2007 NS menitipkan uang tunai sebesar
Rp205.000.000 tersebut kepada AAA selaku PPK dan akan digunakan kembali jika proses
penyelesaian Amdal telah dilaksanakan. Namun sampai dengan pemeriksaan ini (Oktober
2012), Amdal dimaksud tidak pernah diselesaikan dan uang tunai sebesar Rp205.000.000
tersebut tidak pernah diminta kembali oleh NS.
Meskipun pernah terhenti di tahun 2006, untuk memenuhi persyaratan studi Amdal,
pada tanggal 28 Juli 2011 DK (selaku Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga
Kemenpora) menyurati Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor dengan surat
No.278.A/B.II.SESKEMENPORA/7/2011 perihal Pengajuan Dokumen Evaluasi Lingkungan
Hidup (DELH). Dalam surat tersebut Kemenpora memberitahukan bahwa pembangunan
Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional telah dilakukan mulai tahun 2003
seperti tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Kronologis Pembangunan P3SON Hambalang sesuai Surat Kepala Biro
Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Nomor 278.A/B.II.SESKEMENPORA/7/2011
No. Masa/Periode Instansi Kegiatan
1. 2003 - 2004 Ditjen Olahraga
Depdiknas
Penetapan lokasi
Penyelesaian Pengoperan/Pelepasan Hak
Garapan dengan santunan kerohiman
2 2004 - 2009 Kemenpora Pelaksanaan Pembangunan berupa
bangunan masjid, asrama dan lapangan
sepakbola
Pengurusan sertipikat Hak Pakai atas nama
Kemenpora
3 2009 - Juli 2011 Kemenpora Diperoleh sertipikat Hak Pakai No.60
Tahun 2010 tgl.20 Januari 2010
Penyempurnaan Perencanaan
Pelaksanaan lanjutan pembangunan P3SON
Pada tanggal 4 Agustus 2011 Kepala BLH Kab. Bogor (NM) menindaklanjuti
permohonan penyusunan DELH kegiatan pembangunan P3SON dengan membuat surat ke
kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Propinsi Jawa Barat dengan surat
No.660.1/1.577/Dam-BLH perihal Usulan Penyusunan DELH.
Pada tanggal 12 Agustus 2011 Kepala BPLHD Propinsi Jawa Barat (SW)
menindaklanjuti Surat BLH Kab.Bogor no. 660.1/1.577/Dam-BLH dengan bersurat ke
Deputi I Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan no.surat
32
660.1/3.223/I/2011 perihal Data Usulan Kegiatan yang wajib DELH di Kab.Bogor. Dalam
surat tersebut disampaikan hal-hal sebagai berikut:
Kegiatan pembangunan P3SON telah memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Men-LH No.14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum
memiliki Dokumen Lingkungan Hidup, di antaranya telah memiliki izin usaha dan/atau
kegiatan sebelum ditetapkannya UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kegiatan pembangunan P3SON telah sampai tahap konstruksi sebelum ditetapkannya UU
No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Lokasi Kegiatan pembangunan P3SON sesuai dengan RTRW dan/atau rencana tata ruang
kawasan setempat.
Kegiatan pembangunan P3SON tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki
dokumen lingkungan hidup akan tetapi tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Kegiatan pembangunan P3SON dinyatakan perlu mendapatkan penetapan/pengesahan
dan penerbitan surat perintah untuk melakukan penyusunan DELH yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup sebelum dilakukan proses penilaian oleh instansi
pengelola lingkungan hidup di daerah.
Pada tanggal 14 Agustus 2011 Deputi I MENLH Bidang Tata Lingkungan bersurat ke
Kepala BPLHD Propinsi Jawa Barat dengan surat no. B-7203/Dep.I/LH/08/2011 perihal
Surat Perintah Menyusun DELH. Dalam surat tersebut dinyatakan hal-hal sebagai berikut:
Surat Perintah menyusun DELH ditujukan kepada penanggung jawab kegiatan (dhi
Kemenpora) didasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan KemenLH terhadap data
verifikasi yang disampaikan oleh BPLHD Provinsi Jawa Barat
KemenLH meminta BPLHD Provinsi Jawa Barat meneruskan Surat Perintah ini ke BLH
Kab. Bogor untuk selanjutnya menyampaikannya ke penanggung jawab kegiatan (dhi
Kemenpora)
Dokumen DELH yang telah disusun oleh Kemenpora selanjutnya agar disampaikan ke
BLH Kab. Bogor yang berwenang menilai sesuai dengan pengaturan pada Psl 12
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen
Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Usaha dan/atau
Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010
bahwa penyusunan dokumen evaluasi lingkunan hidup yang dilakukan antara tanggal 4
Oktober 2010 sampai dengan 3 Oktober 2011 wajib memiliki sertipikat kompetensi
auditor lingkungan hidup yang teregistrasi.
33
Apabila setelah tanggal 3 Oktober 2011 kegiatan yang sudah ditetapkan DELH/DPLH
maupun DPPL belum juga mendapatkan pengesahan terhadap dokumen yang disusun,
maka penetapan DELH/DPLH maupun DPPL dianggap tidak berlaku dan kegiatan
tersebut dianggap tidak memiliki dokumen lingkungan hidup
Sesuai dengan pasal 18 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup bagi Usaha bahwa
penyusunan DELH atau DPLH tidak membebaskan penanggungjawab kegiatan (dhi
Kemenpora) dari sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya penyimpangan atau pelanggaran terhadap
ketentuan hukum yang berlaku maka Surat Perintah dan/atau Persetujuan DELH akan
ditinjau kembali atau dibatalkan.
Pada tanggal 19 Oktober 2011 DK selaku Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga
Kemenpora bersurat ke Asisten Deputi Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
dengan surat no.351/BII.SESKEMENPORA/10/2011. Adapun isi surat tersebut adalah
sebagai berikut:
Kemenpora menyatakan bahwa belum dapat menyelesaikan penyusunan DELH yang
seharusnya harus sudah selesai sebelum tanggal 3 Oktober 2011.
Kemenpora memohon agar diberikan dispensasi waktu penyelesaian penyusunan DELH
karena bangunan yang sedang didirikan adalah bangunan Negara dan akan digunakan
untuk kepentingan pendidikan.
Pada tanggal 16 April 2012 Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan bersurat kepada
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan nomor surat:B-
3874/Dep.I/LH/PDAL/04/2012 perihal Arahan Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
memiliki dokumen lingkungan. Dalam surat tersebut disampaikan hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan informasi yang diterima bahwa terdapat kegiatan pembangunan Kemenpora
yang telah berjalan namun belum memiliki dokumen lingkungan
Sesuai ayat (1) dan (2) Pasl 121 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa:
Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 2 tahun, setiap usaha dan/atau
kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen Amdal wajib menyelesaikan audit lingkungan hidup, dan
Pada saat berlakunya UU ini, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin
usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL/UPL wajib membuat dokumen
pengelolaan lingkungan hidup
Sehubungan dengan ketentuan pada Pasal 2 Peraturan MENLH Nomor 14 Tahun 2010
tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki
Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan yang
menyatakan bahwa DELH wajib disusun paling lama tanggal 3 Oktober 2011
34
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, diinformasikan bahwa PP No. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan telah diterbitkan dan mulai diberlakukan, di mana dalam
peraturan tersebut hanya dikenal dokumen Amdal dan UKL-UPL yang dipersyaratkan
untuk penerbitan Izin Lingkungan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka terhadap kegiatan yang sudah ditetapkan
DELH/DPLH namun belum melakukan penilaian dan kegiatan yang sudah berjalan
namun tidak memiliki dokumen lingkungan, maka akan diberlakukan pengaturan sesuai
dengan pengaturan dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan.
Berdasarkan wawancara antara Tim Pemeriksa dengan Kabid Pengkajian Dampak
Lingkungan BLH Kab. Bogor (ES) tanggal 17 Juli 2012 diketahui hal-hal sebagai berikut:
Kemenpora selaku pemrakarsa kegiatan P3SON belum pernah mengajukan draft
Kerangka Acuan Amdal maupun Andal, RLK/RPL.
Surat BLH Kab. Bogor No.660.1/2.159/Dam-BLH tanggal 15 Oktober 2010 perihal
Pengumuman Rencana Kegiatan tidak dapat dianggap sebagai bukti pendaftaran
pengesahan dokumen Amdal karena surat tersebut merupakan public notice yang
merupakan salah satu lampiran dalam Kerangka Acuan.
BLH Kab. Bogor belum pernah menerima undangan public hearing terkait kegiatan study
Amdal dari Kemenpora
Surat Keterangan No.02/X/CKS/2010 tanggal 15 Oktober 2010 yang dibuat oleh PT
Cikaracak Kreasi Sejati tidak dapat dianggap sebagai bagian dari proses penyusunan
Amdal karena proses penilaian Amdal berada di BLH Kab.Bogor.
BLH Kab. Bogor telah menindaklanjuti Surat Kemenpora
No.278.A/BII.SESKEMENPORA/7/2011 tanggal 28 Juli 2011 perihal pengajuan
dokumen lingkungan hidup dengan meneruskan ke BPLHD Provinsi Jawa Barat.
Sampai dengan saat ini (17 Juli 2012) BLH Kab. Bogor tidak pernah menerima draft
DELH atas nama Kemenpora.
Sampai dengan laporan hasil pemeriksaan ini dibuat (Oktober 2012), dokumen Amdal
yang dimaksud belum ada dan belum disampaikan oleh Kemenpora.
3) Site Plan
Dalam hal pengurusan Master / Site Plan, DK selaku Karo Perencanaan Kemenpora
atas nama Ses Kemenpora mengajukan surat nomor 1572/Seskemenpora/6/2010 perihal
permohonan pengesahan site plan kepada Bupati Bogor melalui Sekda pada tanggal 3 Juni
2010 dengan melampirkan sebagian dokumen yang dipersyaratkan sesuai bunyi pasal 8
Peraturan Bupati Bogor Nomor 14 tahun 2007 yang telah diubah dengan Peraturan Bupati
35
Bogor Nomor 30 tahun 2009 tanggal 17 Juni 2009 tentang Pedoman Pengesahan Masterplan,
Site Plan dan Peta Situasi. Adapun persyaratan yang belum dipenuhi adalah fotokopi
dokumen pengelolaan lingkungan yaitu Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal),
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) / Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Gambar site plan akhirnya disahkan dengan Keputusan Bupati Bogor nomor
591.3/231/kpts/SP/Huk/2010 tanggal 25 Oktober 2010, meskipun sampai dengan saat tersebut
Kemenpora belum menyerahkan dokumen Amdal/UKL/UPL dan juga belum melakukan studi
Amdal. Hal ini melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 22 UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Burhanuddin selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan dan Yani Hasan selaku
Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman menerangkan bahwa penetapan site plan tetap
dilakukan oleh Bupati atas pertimbangan Dinas Tata Ruang dan Pertanahan serta Dinas Tata
Bangunan dan Permukiman meskipun studi Amdal belum pernah dilakukan oleh Kemenpora
selaku pemohon karena pihak Pemkab Bogor pada dasarnya memberikan kemudahan proses
penetapan tersebut mengingat itu adalah proyek Pemerintah Pusat yang perlu didukung
daerah.
2. Izin Mendirikan Bangunan
Dalam hal pengurusan IMB, Pada tanggal 5 Pebruari 2007 Kasubbag Tata Usaha
Deputi Pemberdayaan Olahraga Kemenpora (BT) mengeluarkan surat No.
B.0021.1/D.IV/Menpora/II/2007 kepada Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor
mengenai permohonan Ijin Mendirikan Bangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Prestasi Olahraga Nasional di Desa Hambalang.
Pada tanggal 26 Oktober 2010 DK mengajukan permohonan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional dengan
nomor register pendaftaran 661565026664.
Berdasarkan hasil penelitian administrasi dan pemeriksaan lapangan yang dilakukan
oleh Badan Perizinan Terpadu Pemkab Bogor, permohonan perizinan tersebut telah
memenuhi persyaratan. Kemudian pada tanggal 30 Desember 2010 dikeluarkan Keputusan
Bupati Bogor No. 641/003.2.1/00910/BPT/2010 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama Kemenpora
di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup. Dengan rincian bangunan meliputi: pos jaga, tugu,
gedung penunjang dan pool mobil, sport science dan kebugaran, GOR serbaguna, lapangan
sepakbola, masjid, asrama olahragawan senior putra/putri, asrama olahragawan junior
putra/putri, sekolah, tenis dan basket indoor, hall senam dan gulat, hall angkat besi, angkat
berat dan binaraga, lapangan tembak indoor dan outdoor, koram renang, lapangan atletik,
gedung serbaguna, bulutangkis dan sepak takraw indoor, lapangan tenis, basket, volley pantai
36
indoor, lapangan panahan, extreme sport, pagar tembok, tempat parkir grassblok, sumur
resapan dan septictank.
Dalam pelaksanaan pembangunan, pemegang izin harus memenuhi syarat-syarat antara
lain jarak bangunan dengan as jalan 15 m', dan jarak pagar dengan as jalan 10 m', ketinggian
bangunan dari muka tanah 12 m' dan dilarang menambah tanpa persetujuan teknik Dinas Tata
Bangunan dan Pemukiman.
IMB tersebut dikeluarkan oleh SS selaku Badan Perizinan Terpadu (BPT) Kabupaten
Bogor dengan mengatasnamakan Bupati Bogor setelah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam SOP Pelayanan Perizinan Terpadu berdasarkan Peraturan Bupati Bogor
Nomor 17 tahun 2009 yang mulai berlaku pada 1 April 2009. SOP ini mengacu ketentuan
yang diatur dalam Perda Kabupaten Bogor nomor 23 tahun 2000 tentang IMB bahwa
penerbitan IMB tidak harus memenuhi persyaratan berupa adanya studi Amdal terlebih
dahulu. Karena itulah Kepala BPT Kabupaten Bogor tetap memproses permohonan IMB
meskipun Amdal tidak ada. Selain itu, SS selaku Kepala BPT Kabupaten Bogor beranggapan
bahwa dokumen Amdal sudah dipenuhi dalam pembuatan site plan, jadi seharusnya setelah
site plan keluar masalah Amdal sudah selesai.
Padahal Perda Kabupaten Bogor nomor 12 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2010
tentang Bangunan Gedung pasal 25 menyatakan bahwa persyaratan tata bangunan meliputi
adanya pengendalian dampak lingkungan. SOP Pelayanan Perizinan Terpadu belum
mengakomodasi ketentuan mengenai kewajiban membuat dokumen Amdal yang diatur dalam
Perda Nomor 12 tahun 2009 tersebut.
c. Perencanaan Kegiatan dan Anggaran Tahun 2009
Kemenpora mendapatkan penetapan Pagu Indikatif dan Rancangan Awal Rencana
Kerja Pemerintah TA 2010 sebesar Rp993.859.500.000 pada tanggal 16 April 2009, melalui
Surat Edaran Bersama Menteri Negara Pembangunan Nasional/Bappennas dan Menteri
Keuangan No.0080/M.PPN/04/2009 dan No.SE-1223/MK/04/2009. Sesuai pagu indikatif
tersebut, Kemenpora mengalokasikan anggaran untuk Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Olahraga sebesar Rp75.544.300.000. Selanjutnya berdasarkan alokasi Pagu
Indikatif, Kemenpora menyusun Rencana Kerja (Renja) tahun 2010 yang ditetapkan oleh Ses
Kemenpora atas nama Menteri pada tanggal 12 Mei 2009, serta mengalokasikan anggaran
untuk Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga sebesar Rp65.544.300.000.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor.SE-1927/MK.02/2009 tanggal 6
Juli 2009, Kemenpora hanya mendapatkan penetapan Pagu Sementara tahun 2010 sebesar
Rp983.859.500.000 atau turun sebesar Rp10.000.000.000 dari Pagu Indikatif, dengan alokasi
pada Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga tetap sebesar Rp65.544.300.000.
37
RKA KL Pagu Sementara TA 2010 Kemenpora belum mengalokasikan kegiatan
Pembangunan P3SON Hambalang.
Bahan Penjelasan antara Komisi X DPR RI dengan Kemenpora pada tanggal 25
Agustus 2009 tentang Pembahasan RKA KL RAPBN Kemenpora Tahun 2010 menunjukkan
bahwa Kemenpora masih membutuhkan tambahan alokasi anggaran sebesar
Rp500.000.000.000 untuk beberapa kegiatan yang diangap penting dan belum terdanai pada
Pagu Sementara, yaitu antara lain untuk kegiatan lanjutan pembangunan Sentul sebesar
Rp50.000.000.000. Selanjutnya pada tanggal 24 September 2009, Kemenpora mendapatkan
penetapan Pagu Definitif TA 2010 melalui Surat Edaran Menteri Keuangan No.SE-
2679/MK.02/2009 menjadi sebesar Rp1.553.859.460.000 atau meningkat sebesar
Rp569.999.960.000, yang meliputi tambahan anggaran pendidikan sebesar
Rp510.000.000.000 dan perubahan anggaran lainnya sebesar Rp60.000.000.000.
Pimpinan Komisi X DPR RI dan Tim Pokja Anggaran Komisi X DPR RI telah
menyetujui pada akhir September 2009 untuk mengalokasikan anggaran pada Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga sebesar Rp486.645.554.000 atau meningkat
sebesar Rp421.101.254.000 dari alokasi pada Pagu Sementara. RKA KL Pagu Definitif TA
2010 yang disampaikan oleh Ses Kemenpora kepada Menteri Keuangan Cq. Dirjen Anggaran
melalui Surat Nomor 3352.B/Ses Kemenpora/10/2009 tanggal 1 Oktober 2009 menunjukkan
bahwa Kemenpora mengalokasikan kegiatan pembangunan P3SON Hambalang sebesar
Rp125.000.000.000 dengan nomenklatur Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional.
Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa WM sebagai Ses Kemenpora sejak bulan
Agustus 2009 telah memulai rencana perhitungan terhadap perkiraan biaya pembangunan
P3SON Hambalang secara keseluruhan, yang meliputi pekerjaan konstruksi maupun
kebutuhan peralatan/perlengkapan olahraga dan kesehatan. LLI – Direktur CV RM sebagai
Tim Asistensi Kemenpora menjelaskan bahwa pada bulan Agustus 2009 pihaknya pernah
diminta WM untuk membantu merencanakan kembali proyek Sentul tahun 2006, yaitu antara
lain dengan menyiapkan draft TOR dan RAB untuk pekerjaan fisik bangunan dan peralatan
sebesar Rp1,7 Triliun.
WM merekomendasikan IN dan SA untuk menghitung RAB pekerjaan fisik
bangunan, serta DK dan WS yang akan membantu menghitung RAB peralatan. IN adalah
Direktur Utama PT BIE, SA adalah staf pada PT BIE, WS adalah Sekretaris Program PAL
Kemenpora, dan DK adalah Kepala Biro Perencanaan Kemenpora. Hasil perhitungan RAB
meliputi pekerjaan fisik bangunan sekitar Rp800 Miliar dan peralatan sekitar Rp900 Miliar
diserahkan kepada WM. Selanjutnya WM meminta LLI agar mengubah perhitungan RAB
yang sudah dilakukan, yaitu terakhir menjadi sebesar Rp2,5 Triliun dengan pertimbangan
untuk fisik bangunan sebesar Rp1,2 Triliun dan untuk peralatan sebesar Rp1,3 Triliun.
38
Pada tanggal 1 Oktober 2009, SA mengirimkan hasil perhitungan biaya konstruksi
melalui email [email protected] kepada AH - Kabid Sarana dan Prasarana
Olahraga Kemenpora dengan alamat email [email protected] dan LLI
([email protected]), yang menunjukkan hasil perhitungan sebesar Rp864.576.830.000
terdiri dari biaya konstruksi sebesar Rp753.732.830.000 serta alat dan sarana sebesar
Rp110.844.000.000. SA menghitung draft biaya konstruksi sesuai dengan arahan WM dengan
mempertimbangkan masterplan dan FS yang diterima, perhitungan biaya dibagi menjadi
tahap 2009 sebesar Rp127.544.460.000 dan tahap 2010 – 2011 sebesar Rp737.032.370.000.
Selanjutnya pada tanggal 20 Oktober 2009, SA mengirimkan kembali revisi
perhitungan biaya konstruksi sesuai permintaan AH untuk 3 tahun (2009 – 2013) menjadi
sebesar Rp908.044.934.462, yang meliputi biaya konstruksi sebesar Rp684.100.934.462 serta
alat dan sarana sebesar Rp223.944.000.000. Setelah membaca email tersebut pada tanggal 20
Oktober 2009, AH meminta SA untuk menghitung kembali perkiraan biaya pembangunan
pusat peningkatan prestasi olahraga nasional di Hambalang dengan anggaran total sebesar
Rp2.538.515.883.038 untuk tahun 2010 sampai dengan 2014. Namun pada tanggal 26
Oktober 2009, SA menyatakan kepada AH bahwa dari perhitungan dan hasil analisis
menggunakan masterplan dan FS yang telah ada maka SA mampu mengembangkan menjadi
Rp2.171.534.721.838 untuk 5 tahun anggaran, tetapi SA kesulitan menambah anggaran
menjadi Rp2.538.515.883.038 sebab akan tidak wajar bila melihat dari luasan area dan
fasilitas yang tersebut di dalam masterplan. Lebih lanjut SA menjelaskan bahwa kesulitan
yang ditemukan dalam menyusun biaya sebesar Rp2.538.515.883.038 tersebut karena adanya
regulasi (Permen PU Nomor 45 tahun 2007) yang membatasi terhadap desain bangunan
pemerintah, dan sekitar bulan Januari 2010 sudah tidak mengikuti kegiatan perencanaan
proyek Hambalang.
AH menjelaskan bahwa setelah yang bersangkutan menyerahkan hasil perhitungan
SA sebesar Rp2.171.534.721.838 kepada WM, selanjutnya WM memberikan komentar agar
perhitungannya dilakukan sesuai dengan perhitungan yang sudah dilakukan sekitar Rp2,5
Triliun dan tidak mengurangi biaya peralatan yang dihitung oleh LLI dan Tom. Sebagian dari
hasil perhitungan biaya konstruksi yang dilakukan SA tersebut, terutama perhitungan biaya
untuk tahap 2009, dijadikan dasar oleh AH dalam menyusun Terms of Reference (TOR)
kegiatan pembangunan P3SON Hambalang pada Pagu Definitif TA 2010 sebesar
Rp125.000.000.000 yang ditugaskan dari WM dan Mu (Asdep Sarana dan Prasarana
Kemenpora).
Sehubungan dengan perhitungan biaya pembangunan P3SON Hambalang sejak bulan
Agustus 2009 tersebut, WM menjelaskan bahwa memang pernah meminta bantuan LLI dan
IN untuk membantu menghitung pembiayaan kegiatan di Hambalang yang dikoordinasikan
oleh Bagian Sarana dan Prasarana Olahraga (Mu dan AH). Terkait dengan rencana
39
pembiayaan sebesar Rp2.538.515.883.038 tersebut, WM menyatakan bahwa angka tersebut
diperoleh setelah pembahasan dengan Tim Asistensi. WM juga tidak pernah menyampaikan
rencana perhitungan biaya pembangunan proyek Hambalang yang dibuat LLI dan IN kepada
AD sebagai Menpora sampai dengan akhir Oktober 2009, karena pembahasan tersebut
dianggap masih belum formal menjadi tugas deputi atau sekretariat Kemenpora.
Tahun 2010
Pada tanggal 20 Januari 2010, AAM selaku Menpora menghadiri Rapat Kerja (Raker)
dengan Komisi X DPR RI yang membahas realisasi APBN TA 2009, program kerja 100 hari,
dan Renstra Kemenpora Tahun 2010 sampai dengan 2014. Dalam simpulan raker tersebut
antara lain dinyatakan bahwa Komisi X DPR RI mendesak Kemenpora untuk menjelaskan
secara komprehensif rencana pembangunan pusat pengembangan olahraga terpadu termasuk
sekolah olahraga terpadu nasional di Sentul, Jawa Barat dan akan dibahas lebih mendalam
pada Rapat Kerja yang akan di agendakan dalam waktu dekat. Pada tanggal 20 Januari 2010
tersebut RCA selaku Wakil Ketua Komisi X menyampaikan Memo kepada Sekretaris
Kementerian yang menjadi mitra Komisi X, yaitu Kemendiknas, Kementerian Budpar,
Kemenpora dan Perpusnas, perihal rencana pembahasan dan mendalami RAPBN-P TA 2010,
sehingga diharapkan untuk memberikan usulan program/kerja masing-masing satker sebelum
tanggal 25 Januari 2010.
WM selaku Ses Kemenpora menjawab Memo tersebut dengan Surat No.
138D/SESMENPOR/1/2010 tanggal 22 Januari 2010 dengan memberikan informasi atas
usulan APBN-P tahun 2010 sebesar Rp1.535.825.000.000 untuk kegiatan :
1) Sea Games dan Asean Para Games sebesar Rp550.000.000.000,
2) Lanjutan pembangunan tahap I Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Nasional dan
Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) sebesar Rp625.000.000.000 dari rencana sebesar
Rp2,5 Triliun, dan
3) Peningkatan kegiatan Olahraga Nasional dan Daerah sebesar Rp360.825.000.000.
Namun Rencana Strategis Kemenpora Tahun 2010 – 2014 yang ditetapkan AAM pada
tanggal 28 Januari 2010 hanya merencanakan pendanaan untuk Program kegiatan
Peningkatan Prasarana dan Sarana Keolahragaan sebesar Rp451.060.000.000 selama tahun
2010-2014, tidak mencerminkan penganggaran untuk pembangunan P3SON Hambalang yang
membutuhkan rencana biaya sebesar Rp2,5 Triliun.
Pada tanggal 8 Februari 2010 dalam Raker antara Kemenpora dengan Komisi X, AAM
menyampaikan rencana Lanjutan Pembangunan tahap I P3SON di Bukit Hambalang Sentul
Kabupaten Bogor sebesar Rp625.000.000.000, mengingat dalam DIPA Kemenpora TA 2010
baru tersedia Rp125.000.000.000. AAM juga menyampaikan bahwa usulan tersebut
40
merupakan bagian rencana pembangunan P3SON Bukit Hambalang Sentul yang secara
keseluruhan memerlukan dana sebesar Rp2.500.000.000.000.
Pada Raker selanjutnya tanggal 3 Maret 2010, AAM menyampaikan kepada Komisi
X DPR mengenai permasalahan yang dihadapi oleh Kemenpora untuk kegiatan olahraga
terutama untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia di ajang multi even perlu didukung
pola-pola pembinaan yang intens dari SDM keolahragaan yang berkualitas, perlunya
pembinaan olahraga di sekolah-sekolah yang didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai. Kondisi sekolah olahragawan (SMP dan SMA) di Ragunan sebagai pusat
pembinaan atlit nasional saat ini juga perlu mendapatkan perhatian bersama, kemudian
dengan telah keluarnya sertipikat tanah di Bukit Hambalang Kabupaten Bogor, maka rencana
pembanguan P3SON sudah dimungkinkan untuk diwujudkan pembangunannya dan akan
dimulai pada tahun 2010. AAM mengusulkan tambahan anggaran untuk TA 2010 sebesar
Rp2.125.000.000.000 yang dipergunakan antara lain untuk kegiatan lanjutan pembangunan
tahap I P3SON di Bukit Hambalang Kabupaten Bogor sebesar Rp625.000.000.000, meliputi :
1) Bangunan Operasional dan dukungan perencanaan sebesar Rp25.956.974.000,
2) Gedung Umum sebesar Rp452,112.121.000 dan
3) Gedung pendidikan dan Latihan sebesar Rp146,930.905.000.
Pada tanggal 6 April 2010, Kemenpora mendapatkan penetapan Pagu Indikatif TA
2011 melalui Surat Edaran Bersama Meneg PPN/Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor
SE-120/MK/2010, yaitu dengan alokasi APBN TA 2011 sebesar Rp2.029.090.000.000, yang
diantaranya dialokasikan untuk Program sarana dan prasarana sebesar Rp251.460.000.000.
Selanjutnya pada tanggal 9 April 2010 diadakan Trilateral Meeting antara Bappenas,
Kementerian Keuangan dan Kemenpora yang membahas Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
KL TA 2011 dan Pagu Indikatif RABPN TA 2011.
Dalam Trilateral Meeting tersebut, ketersediaan alokasi program sarana dan
prasarana (Sapras) menjadi sebesar Rp281.460.000.000. Dalam penjabaran rencana kegiatan
Sapras tersebut tidak dialokasikan untuk kegiatan pembangunan P3SON di Hambalang.
Namun pada usulan kebijakan baru pada Program Pembinaan dan Pengembangan Olahraga
Kegiatan Sapras salah satunya adalah terlaksananya pembangunan P3SON Bukit Hambalang
Sentul. Hasil pembahasan tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga
(Renja KL) TA 2011.
Dalam Rapat Kerja antara Kemenpora dengan Komisi X DPR tanggal 13 April 2010
tentang Pembahasan Perubahan RKA-KL Perubahan APBN 2010, AAM menyampaikan
kembali rencana permintaan tambahan anggaran untuk TA 2010 sebesar
Rp2.125.000.000.000 sebagaimana yang disampaikan pada Raker tanggal 3 Maret 2010.
Rincian rencana alokasi tambahan anggaran untuk pembangunan P3SON Hambalang masih
sebesar Rp625.000.000.000.
41
Pada tanggal 16 April 2010, WM juga menyampaikan surat nomor
0793.a/SESKEMENPORA/4/2010 kepada AR selaku Dirjen Anggaran Kementerian
Keuangan untuk meminta tambahan anggaran TA 2010 sebesar Rp2.125.000.000.000 yang
diantaranya sebesar Rp625.000.000.000 akan digunakan untuk kegiatan Lanjutan
pembangunan tahap I P3SON di Hambalang. Sedangkan terkait dengan penyusunan APBN
TA 2011, pada tanggal 16 April 2010 tersebut, WM juga menyampaikan surat nomor
0957/Seskemenpora/4/2010 kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
untuk menyampaikan Renja KL tahun 2011, yang mana sebagian ataupun seluruh alokasi
kegiatan peningkatan prasarana dan sarana keolahragaan sebesar Rp281.460.000.000 tidak
dialokasikan untuk rencana kegiatan Pembangunan P3SON Hambalang, karena Kemenpora
baru memasukkan keluaran dalam bentuk terlaksananya pembangunan pusat diklat sekolah
olahraga Bukit Hambalang Sentul sebagai usulan kebijakan baru sebagaimana yang dibahas
pada pertemuan trilateral meeting.
Dalam Raker antara Kemenpora dengan Komisi X pada tanggal 29 April 2010, AAM
kembali mengusulkan untuk ketiga kalinya usulan tambahan anggaran TA 2010 sebesar
Rp2.125.000.000.000 dengan rincian yang sama sebagaimana Raker pada tanggal 3 Maret
2010 dan 13 April 2010, yaitu antara lain akan digunakan untuk kegiatan Pembangunan
P3SON Hambalang sebesar Rp625.000.000.000. Simpulan Raker tanggal 29 April 2010
(yang diterima Tim BPK tanpa tandata tangan) antara lain menyatakan bahwa Komisi X
menyetujui tambahan anggaran Kemenpora untuk TA 2010 sebesar Rp950.000.000.000 yang
terdiri dari alokasi DJA sebesar Rp350.000.000.000 dan optimalisasi APBN-P TA 2010
sebesar Rp600.000.000.000.
Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 2010, Pokja Anggaran Komisi X DPR RI dan
Pimpinan Komisi X menyetujui alokasi penggunaan tambahan anggaran sebesar
Rp950.000.000.000, yaitu antara lain digunakan untuk kegiatan pembangunan P3SON
Hambalang sebesar Rp150.000.000.000. Sehubungan dengan tambahan anggaran sebesar
Rp950.000.000.000 tersebut, WM menjelaskan bahwa penyusunan alokasi penggunaannya
telah dikonsultasikan dengan AAM selaku Menpora, yaitu diantaranya digunakan untuk
kegiatan pembangunan P3SON Hambalang sebesar Rp150.000.000.000, dan selanjutnya WM
menandatangani matriks persetujuan alokasi penggunaan anggaran tambahan sebesar
Rp950.000.000.000 di hadapan AAM dengan mengatasnamakan Menpora. Tambahan
anggaran APBN P TA 2010 sebesar Rp950.000.000.000 tersebut ditetapkan melalui Surat
Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-224/MK.02/2010 tentang Perubahan Anggaran Belanja
K/L Dalam APBN Perubahan Tahun 2010 pada tanggal 1 Juni 2010.
Selanjutnya terkait dengan pembahasan APBN TA 2011, pada Raker antara
Kemenpora dengan Komisi X tanggal 7 Juni 2010 AAM menyampaikan rencana Kerja
Kemenpora TA 2011. Dalam bahan raker yang disampaikan kepada Komisi X, Menpora
42
meminta tambahan anggaran untuk Lanjutan Pembangunan Diklat/ Sekolah Olahraga Bukit
Hambalang, Citeureup, Bogor sebesar Rp300.000.000.000 dari total usulan tambahan untuk
APBN Definitif TA 2011 sebesar Rp2.000.000.000.000. Simpulan raker tersebut menyatakan
bahwa Komisi X akan mengkaji usulan tambahan anggaran sebesar Rp2.000.000.000.000.
Pagu Sementara Kemenpora TA 2011 ditetapkan sebesar Rp2.084.090.000.000 pada tanggal
24 Juni 2010 melalui SE Menteri Keuangan No.SE-294/MK.02/2010, dan alokasi untuk
kegiatan peningkatan prasrana dan sarana keolahragaan masih sebesar Rp281.460.000.000.
Setelah mendapatkan tambahan alokasi pada APBN-P TA 2010 sebesar Rp150.000.000.000
untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang, pada tanggal 28 Juni 2010 WM selaku Ses
Kemenpora atas nama Menpora menyampaikan Surat No 1887.A/SESKEMENPORA/6/2010
kepada Menteri Keuangan dalam rangka meminta persetujuan pelaksanaan kontrak tahun
jamak untuk pembangunan P3SON Hambalang dengan keseluruhan biaya sebesar
Rp2.575.320.006.000,00 selama tahun 2010 sampai dengan 2012, yaitu meliputi pekerjaan
fisik bangunan sebesar Rp1.175.320.006.000,00 dan peralatan sebesar
Rp1.400.000.000.000,00.
Pada tanggal 12 Juli 2010, WM menyampaikan surat Nomor
2133/Seskemenpora/7/2010 kepada Menteri Keuangan Cq. Dirjen Anggaran terkait dengan
penyampaian RKA KL Pagu Sementara Kemenpora TA 2011. Dalam penyusunan RKA-KL
atas pagu sementara TA 2011, Kemenpora belum mengalokasikan anggaran untuk kegiatan
pembangunan P3SON Hambalang sebagai kegiatan yang akan dilaksanakan di tahun 2011.
Sehari kemudian yaitu pada tanggal 13 Juli 2010, sehubungan dengan permintaan
pelaksanaan kontrak tahun jamak, AR dengan surat nomor S-1882/AG/2010 menyampaikan
kepada Ses Kemenpora terkait dengan informasi dokumen dan prasyarat persetujuan kontrak
tahun jamak yang harus dipenuhi untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang.
Raker antara Kemenpora dengan Komisi X pada tanggal 6 September 2010,
menyimpulkan bahwa Komisi X sepakat dengan usulan tambahan anggaran pada RAPBN TA
2011 sebesar Rp2.000.000.000.000 dengan peruntukan sebagai berikut:
1) Penyediaan dan peningkatan prasarana serta P3SON Hambalang sebesar
Rp500.000.000.000,
2) Pemberian Bonus SEA Games dan ASEAN Para Games Rp100.000.000.000 dan
3) Pelaksanaan SEA Games dan ASEAN Para Games tahun 2011 Rp1.400.000.000.000
Namun Komisi X juga menilai bahwa RKA-KL Kemenpora TA 2011 belum proporsional
antara program kepemudaan, keolahragaan dan dukungan manajemen aparatur, sehingga akan
dibahas dalam Raker/ RDP yang direncanakan tanggal 20 September 2010 sampai dengan 2
Oktober 2010.
Menindaklanjuti Raker sebelumnya, pada tanggal 27 September 2010 dilaksanakan
RDP antara Kemenpora dengan Komisi X yang antara lain menyimpulkan bahwa postur
43
anggaran Kemenpora dan program/ kegiatan yang diusulkan dalan Pagu Sementara TA 2011
belum dapat diputuskan serta mendesak Kemenpora untuk mengajukan usulan perbaikan
RKA-KL TA 2011 dengan memperhatikan masukan dan saran RDP paling lambat tanggal 30
September 2010. Selanjutnya Raker yang dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2010 telah
menyimpulkan bahwa Komisi X menyetujui Pagu Defenitif RAPBN Kemenpora TA 2011
menjadi Rp3.004.090.000.000 atau bertambah sebesar Rp920.000.000.000
(Rp3.004.090.000.000 – Rp2.084.090.000.000) dari Pagu Sementara. Namun dalam Raker
tanggal 25 Oktober 2010 tersebut telah ada kesepakatan antara Menpora dengan Komisi X
bahwa pembahasan dan penetapan alokasi anggaran untuk fungsi, program dan kegiatan
masing-masing satuan kerja di Kemenpora TA 2011 akan dibahas dan ditetapkan antara
Pimpinan, Kapoksi dan Pokja Anggaran Komisi X dengan Pejabat Eselon I Kemenpora antara
tanggal 30 Oktober sampai dengan 2 November 2010.
Penetapan Pagu Definitif Kemenpora TA 2011 sebesar Rp3.004.090.000.000 yang
telah disepakati dengan DPR, kemudian disampaikan dengan Surat Edaran Menteri Keuangan
No.676/MK.02/2010 tanggal 3 November 2010. Selanjutnya pada tanggal 10 November
2010, WM menyampaikan RKA-KL Pagu Defenitif Kemenpora TA 2011 dengan total
Rp3.004.090.000.000 kepada Menteri Keuangan Cq. Dirjen Anggaran dengan Surat Nomor
3546/SESKEMENPORA/11/2010, yang diantaranya terdapat alokasi untuk kegiatan
Pembangunan P3SON Hambalang sebesar Rp500.000.000.000, meliputi pengadaan peralatan
sebesar Rp100.000.000.000 dan pembangunan gedung/konstruksi sebesar
Rp400.000.000.000. Penelaahan terhadap RKA KL Pagu Definitif Kemenpora TA 2011
dilaksanakan di Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan, yang kemudian
ditetapkan SP RKA KL pada tanggal 25 November 2010 dengan nomor STAP-092.01.07-
0/AG/2010, yaitu antara lain menyatakan bahwa anggaran pengadaan peralatan untuk P3SON
Hambalang sebesar Rp100.000.000.000 diberi tanda bintang (blokir) sedangkan anggaran
pembangunan gedung P3SON Hambalang sebesar Rp400.000.000.000 tidak diberi tanda
bintang (tidak diblokir).
Sampai dengan disetujuinya tambahan anggaran pada Pagu Definitif Kemenpora TA
2011 sebesar Rp920.000.000.000 oleh DPR pada tanggal 25 Oktober 2010 dan selanjutnya
dialokasikan untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang sebesar Rp500.000.000.000
yang penelaahan RKA KL-nya telah ditetapkan oleh DJA pada tanggal 25 November 2010,
pengajuan persetujuan pelaksanaan pekerjaan tahun jamak yang diajukan Ses Kemenpora
pada tanggal 28 Juni 2010 belum diterbitkan oleh Kementerian Keuangan. Pada tanggal 15
November 2010, AR selaku Dirjen Anggaran masih meminta kelengkapan persyaratan
persetujuan kontrak tahun jamak dengan surat No.S-3451/AG/2010 menyatakan antara lain:
revisi RKA-KL dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
44
yang menunjukkan lebih dari satu tahun anggaran dan analisa komponen biaya pembangunan
P3SON dari Instansi Teknis Fungsional (Kementerian Pekerjaan Umum).
Setelah kelengkapan persyaratan kontrak tahun jamak untuk pembangunan P3SON
Hambalang dilengkapi oleh Kemenpora, termasuk diantaranya analisa komponen biaya yang
disampaikan Kementerian Pekerjaan Umum dengan Surat Direktur Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) Nomor BU.01.06-Cb/1320 tanggal 23 November 2010, akhirnya
persetujuan kontrak tahun jamak kegiatan pembangunan P3SON Hambalang senilai
Rp1.175.320.006.000,00 untuk tahun 2010 sampai dengan 2012 diterbitkan Dirjen Anggaran
pada tanggal 6 Desember 2010 sekaligus penetapan revisi RKA KL-nya.
Berdasarkan pemeriksaan diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Pada bulan Januari 2010, WM selaku Ses Kemenpora menandatangani Surat Tugas untuk
Tim Asistensi dalam rangka mempersiapkan segala hal yang terkait dengan persiapan
pelaksanaan lanjutan pembangunan P3SON Hambalang, meliputi PNS di Kemenpora
maupun pihak luar Kemenpora, yaitu DK (Kepala Biro Perencanaan Kemenpora, PM
(Kepala Biro Umum Kemenpora), Mu (Asdep Prasarana dan Sarana Olahraga
Kemenpora), WS (praktisi olahraga/sekretaris Program PAL Kemenpora), dan LLI
(Direktur CV RM). Selain itu pada bulan April 2010, DK selaku Kepala Biro
Perencanaan atas nama Ses Kemenpora juga menandatangani Surat Tugas untuk MA
(Komisaris PT MSG) sebagai tim asistensi yang akan membantu proses perijinan di
Kementerian PU.
Namun berdasarkan dokumen komunikasi melalui email yang diperoleh dari Tim
Asistensi diketahui bahwa selain tim asistensi yang ditetapkan dalam Surat Tugas
tersebut, terdapat pihak-pihak lain yang tergabung dalam grup email dengan alamat
[email protected] yang juga membantu menyusun konsep dan
desain perencanaan pembangunan P3SON Hambalang. Pihak-pihak yang ikut
berkomunikasi dalam grup email tersebut adalah Sya (dari OD, Pte, Ltd), ADK (PT GI),
AR (kontraktor), ARD. (swasta), LLI (Direktur CV RM), Tom (ahli olahraga dari ITB),
dan WS (praktisi olahraga). Grup email tersebut dibuat pada awal Januari 2010.
2) Hasil kerja tim asistensi yang dibentuk oleh WM dan DK adalah usulan gambar desain
perspektif terhadap rencana bangunan yang akan dibangun di Hambalang setelah
mempertimbangkan masukan dan arahan dari AAM selaku Menpora dan WM selaku Ses
Kemenpora. Gambar-gambar desain tersebut dipresentasikan beberapa kali kepada WM
maupun AAM, termasuk penentuan jumlah venue yang akan dibangun. Terkait dengan
rencana desain dan bangunan yang akan dibangun di Hambalang, WM menjelaskan
bahwa secara substansi dan konsep pembangunan P3SON Hambalang yang saat ini
dikerjakan merupakan pemikiran AAM, berbeda dengan rencana pembangunan pada
45
masa Menteri sebelumnya (AD) meskipun secara program melanjutkan dari periode
sebelumnya, yaitu antara lain: fasilitas, alat dan bangunan harus standar internasional,
venue olahraga lebih banyak, dan kapasitas daya tampung atlit meliputi yunior dan senior.
DK menjelaskan bahwa pada awal kepemimpinan AAM sebagai Menpora (sekitar akhir
2009), Ses Kemenpora dan tim asistensi telah mempresentasikan rencana pembangunan
proyek Hambalang di Cilangkap, rumah kediaman AAM, berdasarkan permintaan AAM.
Setelah mendapatkan petunjuk dari AAM, kegiatan pembangunan Hambalang yang
waktu itu masih bernama Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON)
selanjutnya dikembangkan menjadi P3SON sehingga disusun kembali KAK yang baru
pada bulan Januari 2010 dari yang sebelumnya sudah disusun KAK pada tanggal 6
November 2009 sebagai data dukung alokasi anggaran sebesar Rp125.000.000.000 di
tahun 2009. Masukan AAM waktu itu antara lain adalah penambahan asrama atlit senior,
amphiteatre, sport extreme, dll. Presentasi gambar desain perspektif untuk P3SON
Hambalang dilakukan beberapa kali sejak bulan Februari 2010 dan final sekitar bulan Juli
2010 yang disetujui AAM selaku Menpora.
Penyusunan gambar desain perspektif untuk kegiatan P3SON Hambalang dilakukan
oleh timnya ADK dari PT GI dan timnya AW dari PT MSG. ADK menjelaskan bahwa
keikutsertaannya dalam perencanaan kegiatan P3SON Hambalang karena diminta
bantuan oleh Sya dari OD, Pte, Ltd untuk mengurus proyek Hambalang dengan menemui
DK pada awal Januari 2010 di Kemenpora. ADK diminta oleh DK untuk merencanakan
konsep dan desain pembangunan P3SON setelah mempertimbangkan masukan dari tim
asistensi, WM dan AAM. ADK telah mempresentasikan gambar-gambar desain yang
dikerjakan kepada WM maupun AAM, tetapi kerjasama tersebut berakhir pada tanggal 28
April 2010 setelah ADK diminta mundur karena WM menyarankan untuk menggabung
desain dari ADK dan desain PT MSG. Pengunduran diri ADK tersebut disepakati di
kantor CV RM yang dihadiri LLI, DK, MA, dan IF (dari PT GI), dengan mendapatkan
kompensasi sebesar Rp400.000.000 dari nilai Rp550.000.000 yang diminta. Pembayaran
kompensasi tersebut diterima ADK dari DK pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar
Rp200.000.000 dan bulan Februari 2011 sebesar Euro 16,000, tetapi sumber pembiayaan
kompensasi berasal dari MA dari PT MSG.
Setelah ADK mundur, penyusunan gambar desain kegiatan pembangunan P3SON
Hambalang dilanjutkan oleh PT MSG yang dikoordinasikan oleh AW. AW adalah
Manajer Pemasaran PT MSG yang diminta oleh MA untuk mewakilinya di Kemenpora.
AW diperkenalkan oleh MA kepada DK sekitar akhir 2009, sedangkan MA
diperkenalkan oleh WM kepada DK. Awalnya AW diminta oleh DK untuk membantu
menghitung biaya desain bangunan P3SON yang ada karena akan digunakan untuk
mengusulkan anggaran, tetapi akhirnya diminta juga untuk menyusun gambar desain
46
dengan memperhatikan desain ADK serta pertimbangan dari WM dan DK. AW
menjelaskan bahwa desain yang dibahas tidak pernah disinkronkan dengan desain
sebelumnya (tahun 2006). Desain final yang dipresentasikan ke AAM disusun oleh PT
MSG. Pemeriksaan lebih lanjut menunnjukkan bahwa meskipun PT MSG tidak ikut serta
dalam proses lelang pengadaan konsultan perencana untuk pekerjaan pembangunan
P3SON Hambalang, tetapi ternyata PT MSG mendapatkan pekerjaan sebagai sub kontrak
dari PT YK (Persero) yang dinyatakan sebagai konsultan perencana pemenang lelang
oleh Kemenpora.
Berdasarkan dokumen berupa print out hasil komunikasi dalam grup email sentul-
[email protected], menunjukkan bahwa AR pernah menyatakan pada
tanggal 12 Januari 2010 bahwa dalam rangka mempersiapkan presentasi kepada AAM
selaku Menpora yang direncanakan tanggal 18 Januari 2010, diusulkan untuk disajikan
perkembangan desain dari yang lama, selanjutnya desain PT AK, dan terakhir desain 3D
yang dibuat Sya dkk. Namun Tim BPK belum memperoleh penjelasan dari AR terkait
dengan pernyataan tersebut.
AD yang menjabat sebagai Menpora sejak tahun 2004 sampai dengan akhir Oktober
2009 menjelaskan bahwa ide pembangunan pusdiklat olahraga di Sentul memang sudah
ada sejak tahun 2004 pada masa Ditjora, Departemen Pendidikan Nasional, tetapi bukan
untuk membangun sport center. Pembangunan pusdiklat olahraga tersebut dihentikan
pada tahun 2007 karena ternyata belum memiliki sertipikat tanah, dan selanjutnya
direncanakan kembali untuk tahun anggaran 2010 dengan mengalokasikan anggaran
sebesar Rp125.000.000.000 sesuai usulan WM, dengan pemahaman untuk pembangunan
seluruh sarana dan prasarana olahraga sampai dengan selesai, bukan multiyears.
Lebih lanjut AD menjelaskan bahwa konsep perencanaan pembangunan P3SON
Hambalang yang sekarang dijalankan sejak tahun 2010 pada masa Menteri AAM berbeda
dengan konsep perencanaan sebelumnya, yaitu sebelumnya direncanakan pembangunan
tidak lebih dari 2 lantai sedangkan yang dibangun saat ini lebih dari 5 lantai,
bangunannya lebih masif, dan jumlah venue yang lebih banyak. Hal tersebut juga
dijelaskan oleh WM bahwa secara substansi dan konsep, pembangunan P3SON
Hambalang merupakan pemikiran AAM, antara lain : fasilitas, alat dan bangunan harus
standar internasional, venue olahraga lebih banyak, dan kapasitas daya tampung atlit
meliputi yunior dan senior.
Dokumen fotokopi masterplan yang disusun PT ECB pada kepemimpinan Menteri
AD, yang diterima Tim BPK menunjukkan bahwa rencana pembangunan Pusat
Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional membutuhkan biaya sebesar Rp372.422.835.550
termasuk pengadaan peralatan.
47
3) Selain gambar desain perspektif, tim asistensi juga menghasilkan perhitungan perkiraan
anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang.
AW dari PT MSG menjelaskan bahwa secara umum rencana biaya pembangunan P3SON
Hambalang dihitung dengan beberapa kali perubahan berdasarkan permintaan jenis,
perubahan bangunan dan kebutuhan Kemenpora. Perhitungan rencana biaya
pembangunan fisik gedung dilakukan secara kasar oleh AW dibantu timnya dari PT MSG
dengan cara mengalikan luasan bangunan dengan harga satuan dari Kabupaten Bogor,
sementara luasan dan jenis bangunan diperoleh dari hasil diskusi tim asistensi.
Perhitungan-perhitungan yang pernah dilakukan oleh AW untuk pekerjaan pembangunan
fisik gedung dan infrastruktur (diluar peralatan) adalah Rp800-an Miliar, Rp900-an
Miliar, Rp1 Triliun-an, Rp1,6-an Triliun, Rp1,2-an Triliun, dan akhirnya sebesar
Rp1.129.206.256.000 (atau sebesar Rp1.175.320.006.000 termasuk biaya konsultan
perencana, manajemen konstruksi dan pengelola teknis) seperti yang menjadi lampiran
Surat Ses Kemenpora No 1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010 dalam
rangka pengajuan pelaksanaan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan.
Perubahan-perubahan perhitungan tersebut dipengaruhi oleh perubahan jenis dan luasan
bangunan setelah didiskusikan dengan DK, WM, maupun AAM. AW juga menjelaskan
bahwa meskipun desain bangunan fisiknya bertambah dan berkurang setelah diskusi
dengan AAM, rencana biaya pembangunan fisik gedungnya tidak berubah yaitu sekitar
Rp1,1 Triliun. Sedangkan perhitungan biaya peralatan sebesar Rp1,4 Triliun disusun oleh
tim asistensi yang lain, yaitu LLI.
4) Berdasarkan dokumen print out komunikasi melalui email yang dilakukan tim asistensi
dengan pihak terkait lainnya, diketahui bahwa dalam rangka proses penyusunan rencana
biaya pembangunan P3SON Hambalang sampai menjadi sebesar Rp1.129.206.256.000
untuk fisik bangunan dan infrastruktur, yang kemudian diusulkan untuk dilaksanakan
dalam kontrak tahun jamak, bahwa PT MSG telah berkoordinasi dengan PT AK sebagai
member dari KSO AW yang dinyatakan sebagai kontraktor pemenang lelang oleh
Kemenpora pada tanggal 25 November 2010, yaitu :
a. Pada tanggal 28 Januari 2010, RNZR (staf PT MSG) telah menyelesaikan pekerjaan
yang diminta oleh MA (Komisaris PT MSG) untuk menyusun RAB Proyek Sentul
sebesar Rp125.000.000.000, sesuai alokasi anggaran dalam APBN yang ada waktu
itu yaitu Rp125.000.000.000. Sebelumnya, yaitu pada tanggal 11 November 2009,
RNZR juga telah menyampaikan alternatif jadwal lelang untuk kegiatan P3SON
dengan nama waktu itu Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON).
b. Pada tanggal 19 Maret 2010, RNZR melalui email perusahaan PT MSG dengan
alamat [email protected], telah mengirimkan perhitungan RAB Sentul
dengan biaya fisik termasuk peralatan sebesar Rp125 Miliar dan biaya fisik tanpa
48
peralatan sebesar Rp127 Miliar kepada IBW, staf Bagian Pemasaran PT AK Divisi
Konstruksi I, melalui alamat email [email protected]. IBW selanjutnya
meneruskan email tesebut kepada LLI pada tanggal yang sama melalui alamat email
[email protected] . Hal tersebut dilakukan RNZR untuk memenuhi permintaan
MA selaku pimpinannya di PT MSG. Dalam keterangannya kepada Tim BPK, IBW
merasa tidak pernah meneruskan email tersebut kepada LLI karena selama ini jarang
menggunakan email dan yang bersangkutan pernah kehilangan Blackberry.
c. Pada tanggal 22 Maret 2010, RNZR melalui alamat email [email protected]
menyampaikan perhitungan anggaran Sentul update kepada LLI yang ditembuskan
kepada AW dan IBW, selanjutnya oleh LLI diteruskan ke DK melalui alamat email
[email protected]. File yang dikirim oleh RNZR tersebut antara lain berisi
perhitungan biaya pembangunan fisik P3SON Hambalang sebesar
Rp1.522.905.531.000, biaya konsultan perencana sebesar Rp41.423.030.443, biaya
manajemen konstruksi sebesar Rp33.351.631.128, dan biaya pengelola teknis
Rp8.832.852.079 sehingga total sebesar Rp1.606.513.044.650.
AW menjelaskan bahwa perhitungan biaya tersebut dilakukan dengan diskusi
di PT MSG, terutama untuk menghitung biaya konsultan perencana dan manajemen
konstruksi dengan cara interpolasi yang diajarkan oleh MA mengingat Permen PU
No.45 tahun 2007 tidak mengatur persentase perhitungannya untuk nilai pekerjaan
fisik bangunan lebih dari Rp1 triliun. Jumlah venue diperoleh dari WS (tim asistensi)
yang selanjutnya diterjemahkan PT MSG ke dalam perencanaan arsitektur. Setelah
diketahui luasan dan jumlah lantai bangunan, biaya dihitung dengan mengalikan
luasan dengan harga satuan Kabupaten Bogor sebesar Rp7 juta per m2, sehingga
diperoleh angka sebesar Rp1.522.905.531.000 yang terdiri dari pekerjaan standar
sebesar Rp770.246.960.000 dan non-standar sebesar Rp752.658.571.000.
Lebih lanjut AW menjelaskan bahwa perhitungan biaya pembangunan
P3SON Hambalang kemudian turun dari Rp1.522.905.531.000 menjadi
Rp1.129.206.256.000 (atau sebesar Rp1.175.320.006.000 termasuk biaya konsultan
perencana, manajemen konstruksi dan pengelola teknis, seperti yang diusulkan oleh
Ses Kemenpora untuk mendapatkan persetujuan kontrak tahun jamak ke Menteri
Keuangan pada tanggal 28 Juni 2010), karena terdapat penyesuaian-penyesuaian
rencana pembangunan P3SON hasil pembahasan dengan DK, WM, dan AAM, yaitu
perubahan desain, tambahan desain, perubahan luasan, dan lain lain. Dalam
perhitungan final sebesar Rp1.129.206.256.000 tersebut digunakan harga satuan per
m2 bangunan sebesar Rp5 juta-an, yaitu setelah berdiskusi dengan DK untuk lebih
mewajarkan perhitungan. Perhitungan rencana biaya sebesar Rp1.175.320.006.000
disampaikan ke AAM selaku Menpora.
49
AW juga menjelaskan bahwa perintah untuk men-cc-kan penyampaian
perhitungan rencana biaya P3SON Hambalang kepada IBW tersebut adalah dari MA.
Perhitungan kasar biaya pembangunan P3SON Hambalang sebesar
Rp1.129.206.256.000 disampaikan kepada PT AK untuk menghitung asumsi
kesanggupan biaya yang akan dikeluarkan PT AK dalam melaksanakan konstruksi
fisik.
d. Pada tanggal 25 Juni 2010, AW meminta bantuan melalui email dengan alamat
[email protected] kepada MA dengan alamat email [email protected],
untuk dapat dibantu oleh PHP dari PT AK, dalam membuat rincian harga satuan
outdoor.
Selanjutnya pada tanggal 25 Juni 2010 dan 29 Juni 2010, RNZR menyampaikan hasil
analisa perhitungan infrastruktur dan outdoor sentul kepada MA, RS, dan AW. Pada
tanggal 29 Juni 2010 tersebut, RNZR juga menyampaikan melalui alamat
[email protected] hasil analisa infrastruktur dan outdoor sentul kepada PHP
dengan alamat email [email protected] untuk direviu. Hasil analisa harga satuan
infrastruktur dan outdoor tersebut kemudian disampaikan ke DJA sebagai tambahan
kelengkapan data dukung RKA KL untuk anggaran P3SON Hambalang TA 2010
sebesar Rp275.000.000.000.
e. Pada tanggal 30 Juni 2010, RNZR melaporkan melalui email kepada MA dan RS
tentang progress anggaran sentul yang sudah ditandatangani Kementerian PU dan
masih proses di DJA, yaitu data dukung anggaran sebesar Rp275.000.000.000. Selain
itu, RNZR juga menyampaikan kepada MA dan RS terkait dengan penawaran yang
dikirim melalui fax dari PHP untuk pekerjaan penyelidikan tanah dalam rangka
persiapan pembangunan P3SON Hambalang, yaitu dengan atas nama Muh.A.
f. Pada tanggal 23 Juli 2010, PHP menyampaikan melalui email dengan alamat
[email protected] perihal bahan rapat anggaran kepada MA dengan alamat
email [email protected]. Pada hari yang sama, file bahan rapat anggaran
tersebut selanjutnya diteruskan oleh MA kepada RW (staf DK di Biro Perencanaan
Kemenpora), melalui alamat email [email protected], dan selanjutnya RW
meneruskan kepada LLI dan DK.
Bahan anggaran yang disampaikan oleh PHP kepada MA tersebut berisi tiga file
dalam format Microsoft Excel, yaitu Rekap Biaya Presentasi, Schedule kebutuhan
anggaran, dan Schedule multyears1’. File-file tersebut memuat rekap perhitungan
kebutuhan biaya pembangunan P3SON Hambalang sebesar Rp2.575.320.006.000
seperti yang dilampirkan oleh Ses Kemenpora dalam Surat pengajuan kontrak tahun
jamak kepada Menteri Keuangan pada tanggal 28 Juni 2010, jadwal pelaksanaan
pekerjaan pembangunan P3SON Hambalang, serta perkiraan item-item pekerjaan
50
yang akan dilakukan dan RAB-nya untuk menyelesaikan konstruksi fisik masing-
masing bangunan, seperti pekerjaan tanah, pondasi, struktur, ME, dan finishing,
dengan total biaya sebesar Rp1.129.206.256.000 sebagaimana jumlah anggaran yang
diajukan persetujuan kontrak tahun jamak.
Dalam keterangannya kepada Tim BPK, PHP tidak merasa mengirimkan data
tersebut kepada MA dan seingat yang bersangkutan bahwa RNZR dari PT MSG telah
meminjam alamat emailnya untuk mengirimkan data tersebut. Namun RNZR
mengaku bahwa selama ini tidak pernah menggunakan email PHP untuk mengirim
data kepada MA.
g. Berdasarkan Risalah rapat pada tanggal 3-4 November 2010 yang disiapkan oleh PT
CCM sebagai Manajemen Konstruksi untuk kegiatan pembangunan P3SON
Hambalang, diketahui bahwa ada pegawai PT AK yang sudah ikut hadir yaitu: Hen,
KS, dan Da. KS menjelaskan bahwa yang bersangkutan memang menghadiri rapat
tersebut di Kemenpora karena diminta oleh PHP. Rapat pada tanggal 3-4 November
2010 di Kemenpora membahas penyerapan realisasi fisik oleh kontraktor dan bobot
penyerapan yang mungkin dilakukan di lapangan oleh kontraktor untuk alokasi
anggaran pembangunan P3SON Hambalang TA 2010, yaitu antara lain ditetapkan
bahwa penyerapan anggaran tahun 2010 adalah uang muka sebesar 20%. Selain itu
rapat juga meminta dibuat perhitungan alternative perkiraan kebutuhan anggaran
untuk TA 2011 yaitu Rp375.000.000.000, Rp400.000.000.000, dan
Rp475.000.000.000.
Selanjutnya pada tanggal 5 November 2010, KS menyampaikan perhitungan
alternatif target penerapan anggaran di tahun 2011 melalui alamat email
[email protected] kepada LLI dan AG (staf PT CCM), yaitu dengan
memberikan tiga alternatif sebesar Rp400.693.168.928, Rp375.754.772.368, dan
Rp475.931.944.135. KS mengaku bahwa dalam perhitungan tersebut yang
bersangkutan hanya membantu menghitug persentase jumlah produksi pekerjaan di
lapangan dan disampaikan ke PHP. File alternatif kebutuhan anggaran TA 2011
diterima dari PHP.
h. KSO AW ditetapkan sebagai kontraktor pemenang untuk pembangunan P3SON
Hambalang dengan nilai penawaran sebesar Rp1.077.921.000.000, sedangkan HPS
adalah sebesar Rp1.112.268.162.000. Berdasarkan print out email dari Tim Asistensi
diketahui bahwa pada tanggal 10 November 2010, KS dari PT AK melalui alamat
email [email protected] menyampaikan HPS/OE Sentul kepada nama
alamat email ‘M Office’. KS menjelaskan bahwa pengiriman email tersebut
diperintahkan oleh PHP, dan file HPS/OE diperoleh dari tim estimasi, yaitu PHP dan
51
Mul. Penyusunan HPS/OE dilakukan oleh tim estimasi, antara lain melibatkan Mar,
TW, Sam, dan TS dari bagian marketing PT AK.
Terkait dengan penyampaian HPS/OE oleh KS tersebut, AW menjelaskan bahwa PT
AK menyusun draft HPS/OE yang dibutuhkan dan dipandang mampu oleh AK
melalui KS. Draft HPS/OE dari KS diterima oleh Ven, bagian estimating PT MSG,
selanjutnya dibahas dengan PT YK (Bim) dan PT CCM (AG). Hasil pembahasan
disampaikan oleh AW kepada LLI, AT (Manajer Marketing PT AK Div Konstruksi
I), dan Panitia lelang untuk mencocokkan kebutuhan biaya PT AK dan kemampuan
masing-masing peserta.
Dalam keterangannya kepada Tim BPK, AW menjelaskan bahwa terkait dengan email-
email yang ditembuskan kepada PT YK, PT CCM, dan PT AK sebelum proses lelang
dimulai karena yang bersangkutan sejak bulan Februari 2010 sudah mengetahui bahwa
perusahaan-perusahaan tersebut yang akan menjadi pemenang. Sementara itu, RNZR
selaku staf PT MSG menjelaskan bahwa penyampaian perencanaan jadwal pelaksanaan
lelang, pengiriman data lelang, PQ, KAK, HPS, dan lain lain melalui email mengenai
kegiatan P3SON Hambalang kepada pihak PT CCM, PT YK, dan PT. AK didasarkan
pada perintah MA dan/atau RS selaku pimpinan PT MSG.
5) Dirjen Anggaran dengan Surat No.S-3451/AG/2010 tanggal 15 November 2010
menyampaikan kepada Ses Kemenpora bahwa dalam rangka persetujuan kontrak tahun
jamak dibutuhkan antara lain analisa biaya komponen terhadap bangunan yang
mengalami perubahan dari instansi teknis fungsional dalam hal ini Kementerian PU.
Analisa biaya komponen untuk pekerjaan fisik bangunan sebesar Rp1,129 triliun
selanjutnya disampaikan dengan Surat Direktur PBL Nomor BU.01.06-Cb/1320 pada
tanggal 23 November 2010.
Analisa biaya komponen disusun untuk setiap bangunan yang akan dibangun di
Hambalang, terdiri dari pekerjaan standar dan non-standar yang disajikan sebagaimana
Permen PU No.45 tahun 2007. Berdasarkan penjelasan AW dan MG bahwa analisa biaya
komponen dengan nilai rekap sebesar Rp1.129.206.256.000 tersebut disusun oleh PT AK.
MG kemudian menyampaikan form analisa biaya komponen tersebut kepada DP, yang
selanjutnya diketahui bahwa DP membubuhkan paraf pada lembaran rekap dan form
tersebut disertakan dalam Surat Direktur PBL tanggal 23 November 2010.
Dalam keterangannya kepada Tim BPK, KS mengaku sebagai pihak yang menyusun form
analisa biaya komponen untuk bangunan P3SON Hambalang di Kemenpora, bersama
Sam (bagian estimating PT AK), karena sebelumnya mereka diminta PHP untuk
menemui RW. Dalam rapat tersebut DK meminta untuk mengisi perhitungan sesuai
52
format dari Kementerian PU, yang diperuntukkan untuk perhitungan anggaran. Form
dalam bentuk file (softcopy) diterima KS dari RW yang sudah ada isian luasan bangunan,
nilai bangunan, dan total biaya yang direncanakan. Pengisian pekerjaan standar mengikuti
aturan dalam Permen PU No.45 tahun 2007, sedangkan pekerjaan non-standar
disesuaikan dengan kebutuhan yang penting nilai bangunan tidak berubah karena sudah
ditentukan nilainya. Perhitungan dilakukan berulang untuk setiap bangunan. Setiap
bangunan ditambahkan biaya persiapan 2%, tetapi yang bersangkutan tidak tahu
alasannya karena sudah ada isian pada form yang diterimanya. Selanjutnya luasan
bangunan dikalikan dengan harga satuan bangunan Kabupaten Bogor tahun 2009, dengan
klasifikasi A untuk seluruh bangunan. KS menyatakan bahwa harga satuan Kabupaten
Bogor ditambahkan eskalasi harga sekitar 3% berdasarkan usulan DK.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45/PRT/M/2007 tahun
2010 dinyatakan bahwa :
(a) Pada BAB III, Bagian A angka 1 huruf e: Penyusunan pembiayaan bangunan gedung
Negara didasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi bangunan gedung negara yang
berlaku. Untuk penyusunan program dan pembiayaan pembangunan bangunan
gedung Negara yang belum ada standar harganya atau memerlukan penilaian khusus,
harus dikonsultasikan kepada Instansi teknis setempat.
(b) Pada BAB IV, Bagian B: Standar harga satuan tertinggi pembangunan gedung
Negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota
setempat, khusus untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.
Evaluasi terhadap Penyusunan Analisa Komponen Biaya Bangunan sebesar Rp1.129
Miliar, ternyata tidak menggunakan standar harga yang ditetapkan dalam Keputusan
Bupati Bogor Nomor 601/573/kpts/huk/2009 tanggal 29 Des 2009 tentang Standar
Harga Jasa Konstruksi dan Jasa Konsultansi, sebagaimana yang menjadi rujukan
dalam perhitungan komponen biaya masing-masing bangunan tersebut. DP
menjelaskan bahwa standar harga yang digunakan untuk menghitung telah
disesuaikan (dinaikkan) sebesar 2,95% dari harga standar bangunan Kabupaten Bogor
karena mempertimbangkan faktor inflasi, mengingat standar harga Kabupaten Bogor
tersebut diterbitkan tahun 2009 sedangkan perhitungan dilakukan akhir tahun 2010.
Indeks inflasi diperoleh dari situs Badan Pusat Statistik. Permen PU No.45/2007
mengatur bahwa standar harga yang berlaku adalah standar harga tertinggi yang
ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Selain itu, berdasarkan konfirmasi Tim BPK kepada
pihak Sekretariat Kabupaten Bogor dalam hal ini EW (Kabag Pembangunan), DjP
(kasubag pembangunan), dan TiS (Kasubag Administrasi Perencanaan dan
Pelaporan) diketahui bahwa harga standar bangunan yang telah ditetapkan dalam
Keputusan Bupati merupakan harga perkiraan tertinggi yang sudah memperhitungkan
53
keuntungan, pajak, dan inflasi. Perhitungan rencana biaya pembangunan P3SON
Hambalang seharusnya tidak perlu ditambahkan variabel inflasi sebesar 2,95%.
Perhitungan ulang oleh Tim BPK atas analisa komponen biaya pembangunan P3SON
Hambalang dengan memperhatikan standar harga bangunan per m2 sesuai Keputusan
Bupati Bogor Nomor 601/573/kpts/huk/2009 tanggal 29 Des 2009, menghasilkan
total biaya tertinggi untuk kegiatan P3SON (22 bangunan gedung dan infrastruktur)
adalah sebesar Rp816.347.186.247,29 (tanpa mengubah asumsi dan perhitungan
lainnya seperti pada hasil perhitungan yang sudah ada). Terdapat selisih perhitungan
sebesar Rp312.859.067.752,71 (Rp1.129.206.254.000,00 - Rp816.347.186.247,29).
Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai Kontrak Induk (2010 sampai dengan 2012)
antara KSO AW dengan Kemenpora untuk Pembangunan P3SON Hambalang yang
telah ditandatangani pada tanggal 10 Desember 2010 lebih tinggi sebesar
Rp257.852.814.288,05 (Rp1.074.200.000.535,34 - Rp816.347.186.247,29) dari nilai
estimasi tertinggi pembangunan gedung Negara sesuai Permen PU No.45 tahun 2007.
6) WM menyampaikan RKA-KL Pagu Defenitif Kemenpora TA 2011 dengan total Rp3,004
Triliun kepada Dirjen Anggaran pada tanggal 10 November 2010, yang diantaranya
meliputi alokasi untuk kegiatan pembangunan fisik gedung P3SON Hambalang sebesar
Rp400 Miliar. Surat Penetapan RKA KL diterbitkan Dirjen Anggaran pada tanggal 25
November 2010. Rincian item kegiatan dan volume keluaran yang akan dikerjakan sesuai
RKA KL tersebut ternyata sama dengan jadwal alokasi kebutuhan pembiayaan multiyears
yang disusun oleh Kementerian PU dan disampaikan kepada Kemenpora pada tanggal 23
November 2010, sehingga dapat disimpulkan bahwa RKA KL TA 2011 untuk kegiatan
pembangunan gedung P3SON Hambalang sudah diasumsikan dilaksanakan dalam
kontrak tahun jamak sedangkan persetujuan kontrak tahun jamak baru diberikan oleh
Dirjen Anggaran pada tanggal 6 Desember 2010. Meskipun RKA KL sudah disampaikan
oleh WM pada tanggal 10 November 2010, tetapi TOR P3SON Hambalang yang
diusulkan pelaksanaannya dalam kontrak tahun jamak baru dibuat pada tanggal 18
November 2010 dan RAB nya baru disampaikan Kementerian PU pada tangal 23
November 2010. Dirjen Anggaran tidak memberi tanda bintang pada saat penerbitan
Surat Penetapan RKA-KL untuk kegiatan pembangunan gedung P3SON Hambalang.
(Rincian terlampir Lampiran 2)
7) WM atas nama Menpora mengajukan persetujuan kontrak tahun jamak untuk
pembangunan P3SON Hambalang senilai Rp2.575.320.006.000 pada tanggal 28 Juni
2010, yang terdiri dari Rp1.175.320.006.000 pekerjaan fisik gedung (termasuk konsultan
perencana, manajemen konstruksi dan pengelola teknis) dan Rp1.400.000.000.000
pengadaan peralatan. DK menjelaskan bahwa ide pelaksanaan kontrak tahun jamak
54
berasal dari WM, sementara WM menyatakan bahwa kontrak tahun jamak merupakan
usulan dari MA dari PT MSG. Sementara AAM selaku Menpora menyatakan bahwa
kontrak tahun jamak atas kegiatan pembangunan P3SON Hambalang baru diketahuinya
setelah kontrak ditandatangani dan pemenang sudah ditetapkan, meskipun dalam Raker
dengan Komisi X pada tanggal 8 Februari 2010 yang bersangkutan sudah pernah
menginformasikan tentang rencana pembiayaan sebesar Rp2.500.000.000.000.
Selanjutnya dalam Raker antara Menpora dengan Komisi X tanggal 3 Maret 2010, 13
April 2010, dan 29 April 2010, AAM selaku Menpora telah mengajukan usulan
tambahan anggaran pada APBN P TA 2010 sebesar Rp625.000.000.000. Selain itu,
informasi tentang rencana pembiayaan P3SON Hambalang sebesar Rp2.500.000.000.000
tersebut juga pernah disampaikan oleh WM kepada Wakil Ketua Komisi X pada tanggal
22 Januari 2010 dan disampaikan kepada Dirjen Anggaran pada tanggal 29 April 2010,
tetapi AAM selaku Menpora mengaku tidak dilapori oleh WM meskipun secara tersurat
ada tembusan kepada yang bersangkutan.
Dalam keterangannya kepada Tim BPK, WM menjelaskan bahwa setiap tandatangan
yang dilakukan atas nama Menpora pasti WM sebelumnya telah melaporkan kepada
Menpora, jika Menpora diam dan tidak marah maka WM mengartikan Menpora telah
setuju, dalam hal ini termasuk dalam hal pengajuan pembangunan P3SON Hambalang
menjadi kontrak tahun jamak dan penetapan KSO AW sebagai pemenang lelang dengan
nilai kontrak di atas Rp50.000.000.000..
Tahun 2011
Kemenpora mendapatkan penetapan Pagu Indikatif TA 2012 melalui Surat Edaran
Bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor
0091/M.PPN/03/2011 dan SE-189.1/MK.02/2011 tanggal 31 Maret 2011 dengan total alokasi
anggaran sebesar Rp1.400.620.200.000, diantaranya untuk kegiatan peningkatan prasarana
dan sarana keolahragaan sebesar Rp210.260.000.000. Namun dalam pertemuan tiga pihak
antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kemenpora pada tanggal 7
dan 12 April 2011 dialokasikan anggaran untuk kegiatan peningkatan prasarana dan sarana
keolahragaan sebesar Rp527.466.000.000. Dalam Catatan Kementerian/Lembaga antara lain
disebutkan bahwa Pagu Indikatif 2012 belum menampung kegiatan lanjutan yang bersifat
multiyears sehingga mengurang alokasi pagu per program, tetapi Kementerian Keuangan
memberikan catatan bahwa kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak untuk pembangunan
P3SON Hambalang wajib dialokasikan pada pagu indikatif TA 2012 sebesar Rp521,4 Miliar
yang terdiri dari Rp500,3 Miliar di tahun 2012 dan ditambah Rp21,1 Miliar yang tidak
terserap di tahun 2010. Hasil pembahasan tiga pihak tersebut selanjutnya dituangkan dalam
55
Renja KL TA 2012 yang mengalokasikan anggaran kegiatan peningkatan prasarana dan
sarana keolahragaan sebesar Rp527.466.000.000.
Setelah rapat kerja dalam rangka pembicaraan pendahuluan RAPBN 2012 antara
pemerintah dengan Badan Anggaran DPR RI tanggal 22 Juni 2011, Kemenpora mendapatkan
penetapan Pagu Sementara TA 2012 sebesar Rp1.654.133.293.000 melalui Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 215/KMK.02/2011 tanggal 30 Juni 2011, dan selanjutnya pada
tanggal 25 Juli 2011 Plh. Ses Kemenpora menyampaikan Surat Nomor
1568/SESKEMENPORA/7/2011 untuk menyampaikan RKA KL-nya.
Kemenpora mendapatkan tambahan optimalisasi belanja non anggaran pendidikan
sebesar Rp100.000.000.000, sehingga Pagu Definitif Kemenpora TA 2012 menjadi sebesar
Rp1.754.133.293.000 yang ditetapkan melalui Surat Edaran Menteri Keuangan No.SE-
01/MK.2/2011 tanggal 1 November 2011. Menindaklanjuti SE tersebut, Plh Ses Kemenpora
atas nama Menpora menyampaikan RKA KL tahun 2012 berikut data dukung berupa TOR,
RAB beserta Arsip Data Komputer kepada Menteri Keuangan cq. Dirjen Anggaran pada
tanggal 14 November 2011 melalui Surat No.2532/MENPORA/11/2011. Dirjen Anggaran
menetapkan RKA KL TA 2012 untuk Program Kepemudaan dan Keolahragaan sebesar
Rp933.526.000.000 pada tanggal 18 November 2011 dengan menerbitkan SP-RKA KL
Nomor STAP-092.01.06-0/AG/2011, yang antara lain menyebutkan alokasi anggaran sebesar
Rp521.676.000.000 untuk kegiatan pembangunan P3SON Hambalang tanpa tanda blokir.
Di sisi lain, Rekapitulasi APBN tahun 2012 Kemenpora yang disetujui oleh Pimpinan
Komisi X DPR RI pada tanggal 1 Desember 2011 masih memberikan catatan bahwa Program
Pelayanan Kepemudaan dan keolahragaan sebesar Rp933.526.000.000 tersebut berdasarkan
hasil raker Komisi X DPR RI dengan Menpora tanggal 25 Oktober 2011 dan 29 November
2011, terdapat beberapa program mendesak yang tidak terpenuhi dari anggaran cadangan
sejumlah Rp457.368.250.000 yang harus dialokasikan dari efisiensi anggaran pagu sementara
fungsi pelayanan umum, tambahan optimalisasi anggaran non pendidikan, serta anggaran
pembangunan P3SON Hambalang, sementara anggaran pembangunan P3SON Hambalang
yang direalokasi sejumlah Rp250.000.000.000.
Dirjen Anggaran melalui Surat Nomor S-93/AG/2012 tanggal 17 Januari 2012
menyampaikan kepada Ses Kemenpora bahwa pengurangan alokasi anggaran kontrak tahun
jamak pada pembangunan P3SON Hambalang tidak disetujui, dan selanjutnya meminta agar
Kemenpora mengajukan revisi alokasi anggaran kontrak tahun jamak pembangunan P3SON
Hambalang tahun 2012 mengingat merupakan tahun terakhir dengan memperhitungkan
rekapitulasi kontrak P3SON, realaisasi anggaran, fisik dan anggaran yang tidak terserap pada
TA 2010 dan 2011 sesuai laporan pelaksana proyek dan telah diverifikasi oleh KPPN.
Pada tanggal 24 Februari 2012, Plh. Ses Kemenpora menyampaikan Surat
No.0362/SESKEMENPORA/2/2012 kepada Kepala Kantor Kas dan Perbendaharaan Negara
56
Jakarta III perihal permohonan rekonsiliasi khusus data realisasi anggaran multiyears
pembangunan P3SON Hambalang Tahun 2010 – 2011. Setelah Kepala KPPN Jakarta III
menyampaikan data realisasi tahun jamak pembangunan P3SON Hambalang kepada KPA
Kemenpora pada tanggal 27 Februari 2012, selanjutnya Plh Ses Kemenpora mengirimkan
Surat Nomor 0422/SESKEMENPORA/3/2012 tanggal 7 Maret 2012 untuk menyampaikan
laporan rekonsiliasi keuangan pembangunan lanjutan P3SON Hambalang dan pemenuhan
kebutuhan anggarannya pada tahun 2012. Melalui surat tersebut Plh Ses Kemenpora
menyampaikan bahwa total kebutuhan anggaran lanjutan pembangunan P3SON Hambalang
adalah sebesar Rp578.511.510.780 (termasuk anggaran yang tidak terserap di tahun 2010 dan
2011), dan anggaran yang telah dialokasikan pada DIPA TA 2012 adalah sebesar
Rp521.676.000.000 sehingga kekurangan kebutuhan anggaran TA 2012 sebesar
Rp56.835.510.780.
Kekurangan kebutuhan anggaran tahun jamak pembangunan P3SON Hambalang tahun
2012 sebesar Rp56.835.510.780 akan dipenuhi oleh Kemenpora dengan melakukan
optimalisasi pagu anggaran dari kegiatan Program Indonesia Emas sebesar
Rp47.000.000.000, fasilitasi penyelenggaraan PON XVIII tahun 2012 sebesar
Rp4.835.510.780, serta fasilitasi penyelenggaraan dan Chef De Mission Asean School Games
2012 sebesar Rp5.000.000.000. Dirjen Anggaran menetapkan revisi I SP-RKA KL untuk
Program Kepemudaan dan Keolahragaan pada tanggal 24 April 2012 melalui Surat Nomor S-
1065/AG/2012, yaitu sesuai dengan catatan penelaahan menunjukkan alokasi anggaran
sebesar Rp933.526.000.000 diantaranya digunakan untuk belanja modal sebesar
Rp578.511.509.000 (pembangunan P3SON Hambalang).
d. Proses persetujuan kontrak tahun jamak
Sehubungan dengan rencana anggaran tahun 2010 berupa dukungan pembangunan
P3SON senilai Rp275.000.000.000 dan sambil menunggu penetapan perubahan alokasi
anggaran dalam APBN 2010, pada tanggal 31 Mei 2010 DK selaku Kepala Biro Perencanaan
atas nama Ses Kemenpora mengirim surat Nomor 1511.A/SESKEMENPORA/5/2010 kepada
Direktur PBL Kementerian PU agar memberikan bantuan tenaga teknis untuk menghitung
estimasi biaya pembangunan lanjutan tersebut. Surat tersebut menunjukkan bahwa nilai
alokasi anggaran sebesar Rp275.000.000.000 tersebut tidak didasarkan pada perhitungan
teknis yang memadai.
Pada saat yang sama, DK juga mengirim surat nomor
1511.B/SESKEMENPORA/5/2010 kepada Direktur PBL Kementerian PU perihal
permohonan bantuan Tenaga Pengelola Teknis Gedung Negara. Dalam surat nomor 1511.B
ini, DK hanya meminta nama-nama tertentu agar menjadi tim pengelola teknis untuk
ditugaskan kembali tanpa menyebut permintaan untuk menghitung (estimasi) pembangunan
57
lanjutan dimaksud. Permintaan melalui surat 1511.B/SESKEMENPORA/5/2010 tersebut
telah dipenuhi oleh pihak Kementerian PU pada tanggal 7 Juni 2010 dengan mengirimkan
tenaga Pengelola Teknis, Sekretariat, dan Pembantu Pengelola Teknis.
Dalam rangka membalas Surat Nomor 1511.A/SESKEMENPORA/5/2010 tgl 31 Mei
2010 tersebut di atas, pada tanggal 30 Juni 2010 JL selaku Dir PBL Kementerian PU
mengirim surat kepada Karo Perencanaan Set Kemenpora Nomor BU.01.06-Cb/697. Dengan
surat tersebut Dir PBL menyampaikan Analisis Pembangunan dan Rehabilitasi/Renovasi
dengan biaya total sebesar Rp392.111.849.000 untuk 17 unit bangunan dan pekerjaan
perencanaan, pengawasan serta pengelola teknis. Dir PBL juga menyampaikan agar
Kemenpora mengajukan permintaan Tenaga Pengelola Teknis kepada Dir PBL Kementerian
PU, meskipun pada tanggal 7 Juni 2010 Dir PBL telah mengirimkan tenaga pengelola teknis
yang diperbantukan kepada Kemenpora.
WM selaku Ses Kemenpora atas nama Menteri Pemuda dan Olahraga mengajukan
permohonan persetujuan kontrak tahun jamak untuk kegiatan pembangunan P3SON
Hambalang kepada Menteri Keuangan dengan Surat Nomor
1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010. Dalam surat tersebut, WM
menyatakan bahwa keseluruhan biaya proyek diperkirkan sebesar Rp2.575.320.006.000
(termasuk pengadaan peralatan sebesar Rp1.400.000.000.000) yang akan dilaksanakan dalam
periode tahun 2010 sampai dengan 2012. Surat Ses Kemenpora tersebut tidak dilengkapi
persyaratan yang dibutuhkan dalam proses pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak sesuai
dengan PMK No.56/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun
Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Surat tersebut ditandatangani oleh WM dengan mengatasnamakan Menteri Pemuda
dan Olahraga, tetapi tidak ada pelimpahan wewenang atau surat kuasa dari Menpora kepada
Ses Kemenpora. Berdasarkan Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Kemenpora yang
ditetapkan oleh Menpora dengan Peraturan Menpora Nomor PER.0033/MENPORA/II/2008
tanggal 20 Februari 2008, pada Lampiran Bab IV huruf F angka 8 poin c (1) dinyatakan
bahwa “… a.n digunakan jika pejabat yang menandatangani surat dinas telah diberi kuasa
oleh pejabat yang bertanggung jawab …”. Selain itu, penomoran surat Ses Kemenpora
tersebut menggunakan kode nomor Ses Kemenpora bukan Menpora sebagai pejabat yang
diatasnamakan. Mengenai hal ini Menpora (AAM) menyatakan tidak pernah memberikan
pendelegasian wewenang kepada WM untuk mengajukan permohonan tersebut dan hanya
mendapat laporan lisan dari WM perihal perlunya mengajukan persetujuan kontrak tahun
jamak untuk penyelesaian proyek. Adapun mengenai dikeluarkannya surat tersebut, AAM
mengatakan tidak mengetahuinya dan WM tidak selayaknya mengeluarkan surat tersebut.
58
Surat WM tersebut diterima oleh TU Menteri Keuangan pada tanggal 30 Juni 2010
dan langsung disampaikan ke Sekjen Kementerian Keuangan untuk didistribusikan oleh
Sekjen ke unit teknis dalam hal ini Dirjen Anggaran. Selanjutnya MPN selaku Sekjen
Kementerian Keuangan memberi paraf disposisi pada Lembar Disposisi Menteri Keuangan
tersebut kepada Dirjen Anggaran dengan petunjuk “teliti/pendapat”. MPN menyatakan tidak
pernah mendapat pelimpahan wewenang dari Menteri Keuangan untuk mendisposisi surat
yang ditujukan kepada Menteri Keuangan. Pendisposisian surat Menteri Keuangan oleh
Sekjen tersebut dilakukan untuk membantu beban tugas Menteri Keuangan, namun tidak
diatur dalam PMK no. 492/PMK.1/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Surat dan
Dokumen/Arsip di lingkungan Setjen Depkeu.
Pengajuan surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tersebut melanggar
ketentuan yang diatur dalam PMK No.56/PMK.02/2010, Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan
bahwa permohonan persetujuan kontrak tahun jamak diajukan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga kepada Menteri Keuangan bersamaan dengan penyampaian RKA KL tahun
anggaran yang bersangkutan.
Menjawab permintaan Kemenpora yang ditandatangi oleh Ses Kemenpora atas nama.
Menpora sesuai surat nomor 1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010 yang
telah disebutkan sebelumnya, AR selaku Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan mengirim
surat kepada Ses Kemenpora nomor S-1882/AG/2010 tanggal 13 Juli 2010 perihal
kelengkapan data pendukung persetujuan kontrak tahun jamak proyek Hambalang, yaitu agar
melengkapi data pendukung berdasarkan PMK Nomor 56 Tahun 2010 khususnya pasal 3 ayat
(1) dan (2), pasal 5 ayat (2) dan (3), serta pasal 12 ayat (2). Dalam surat tersebut Dirjen
Anggaran Kementerian Keuangan (AR) tidak menanyakan kepada pihak Ses Kemenpora
tentang pendelegasian wewenang menandatangani Surat permohonan pengajuan kontrak
tahun jamak.
Untuk memenuhi persyaratan yang diatur dalam PMK 56/2010 tersebut, pada tanggal
23 Juli 2010 WM mengirim surat Nomor 2274/SESKEMENPORA/7/2010 kepada Dirjen
Cipta Karya (u.p Dir Penataan Bangunan dan Lingkungan) untuk meminta rekomendasi
kelayakan kontrak tahun jamak pembangunan P3SON Hambalang. Lalu dijawab oleh Dir
PBL dengan surat nomor BU.02.06-Cb/1222tanggal 22 Oktober 2010 perihal Pendapat
Teknis Pembangunan P3SON dengan Pelaksanaan Pembangunan Lebih dari Satu Tahun
Anggaran, bahwa pembangunan dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk
beberapa bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan lebih dari 12
bulan, dengan usulan pentahapan sebagai berikut:
untuk bangunan sampai dengan 2 lantai tahun pertama dilakukan penyusunan seluruh
dokumen perencanaan, pematangan lahan, sedangkan tahun kedua pembanguan fisik.
59
Untuk bangunan lebih dari 2 lantai, tahun pertama dilakukan penyusunan seluruh
dokumen perencanaan, pematangan lahan, sedangkan tahun berikutnya untuk
pembangunan fisik gedung.
Surat tersebut dilampiri dengan Pendapat Teknis dari Pengelola Teknis yang meliputi DP,
TuR, SSR, dan ISPS, yang merinci jumlah lantai dan luas masing-masing bangunan. Namun
surat tersebut tidak menjelaskan bangunan mana saja yang pelaksanaan konstruksi fisiknya
diperkirakan memerlukan waktu lebih dari 12 bulan.
Perbandingan antara Surat Direktur PBL Nomor BU.01.06-Cb/697 tanggal 30 Juni 2010
dengan Surat Dir PBL Nomor BU.02.06-Cb/1222 tanggal 22 Oktober 2010 menunjukkan
rencana jumlah bangunan dan luasan yang berbeda untuk proyek P3SON Hambalang, yaitu
dari 17 bangunan seluas 67.427 m2 menjadi 22 bangunan seluas 391.618 m2, serta
peningkatan jumlah analisa biaya pembangunan dari sebesar Rp392.111.849.000 menjadi
Rp1.175.320.005.400 (analisa perhitungan disampaikan melalui Surat Direktur PBL Nomor
BU.01.06-Cb/1320 tanggal 23 November 2010), atau meningkat sebesar Rp783.208.156.400.
Rincian terlampir di Lampiran 3.
Pendapat teknis tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
pada Lampiran BAB III.A.1.f yang menyatakan pembangunan gedung negara yang
pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu tahun
anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan pembiayaannya
harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat Teknis dari
Menteri Pekerjaan Umum. Menteri Pekerjaan Umum (DjK) menyatakan tidak pernah
melimpahkan wewenang penandatanganan Pendapat Teknis kepada pejabat lainnya.
Pada tanggal 22 Oktober 2010 itu pula, Ses Kemenpora mengirimkan surat nomor
3344.A/SESKEMENPORA /10/2010 kepada Dirjen Anggaran dalam rangka menindaklanjuti
surat Dirjen Anggaran Nomor S-1882/AG/2010, yaitu menyampaikan dokumen dan syarat
kelengkapan pengajuan kontrak tahun jamak pembangunan P3SON meliputi : (i) Surat
rekomendasi dari Kementerian PU; (ii) Surat Tanggung Jawab Mutlak dari KPA; (iii) Surat
Pernyataan dari KPA; (iv) Cakupan jenis dan tahapan kegiatan/pekerjaan secara keseluruhan
dan jangka waktu penyelesaian pekerjaan; (v) Ringkasan perkiraan kebutuhan anggaran per
tahun; (vi) KAK dan RAB.
Menanggapi surat Ses Kemenpora Nomor 3344.A/SESKEMENPORA/10/2010
tanggal 22 Oktober 2010, pada tanggal 15 November 2010 Dirjen Anggaran berkirim surat
No.S-3451/AG/2010 kepada Ses Kemenpora yang isinya mempertanyakan pendapat teknis
dari Direktur PBL dengan menyatakan bahwa “pembangunan dimaksud dapat dilaksanakan
lebih dari satu tahun anggaran untuk beberapa bangunan yang pelaksanaan kostruksi
fisiknya diperkirakan lebih dari 12 bulan”.
60
Surat AR tersebut juga menyatakan bahwa terdapat ketidaksesuaian data antara
lampiran surat rekomendasi dari Kementerian PU dengan RKA KL Kemenpora dan data
pendukung awal terkait jumlah lantai dan luas bangunan gedung, sehingga jika akan
dilakukan penyesuaian maka diperlukan revisi RKA KL, analisis komponen bangunan dari
instansi teknis fungsional untuk bangunan yang mengalami perubahan, serta KAK dan RAB
yg telah disesuaikan dan menunjukkan bahwa pekerjaan yang diajukan akan dibiayai lebih
dari 1 tahun anggaran.
Surat tersebut dikeluarkan karena dokumen yang diajukan Kemenpora pada tanggal
22 Oktober 2010 tidak sama dengan data awal yang tercantum dalam RKA KL semula untuk
kegiatan P3SON yaitu:
Jumlah bangunan yang akan dibangun lebih banyak.
Analisa Komponen Bangunan atas jumlah 22 bangunan belum dihitung oleh Kementerian
PU.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan dalam RKA-KL semula masih untuk tahun tunggal (bukan
tahun jamak) sedangkan untuk 22 bangunan tersebut direncanakan menggunakan tahun
jamak.
Untuk menjawab surat itu, keesokan harinya, WM mengirimkan surat nomor B-
3608.A/SESKEMENPORA/11/2010 tanggal 16 Nov 2010 yang intinya memberikan
klarifikasi kepada Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan bahwa yang dimaksud dengan
kalimat “pembangunan tersebut dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk
beberapa bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan lebih dari 12 bulan”
sebagaimana yang tertuang dalam pendapat teknis Direktur PBL adalah “seluruh
pembangunan fisik gedung dan lapangan serta infrastruktur dilaksanakan melalui satu
kontrak tahun jamak.”
Mengenai surat tersebut, WM menyatakan bahwa klarifikasi tersebut hanya
didasarkan pada penjelasan DK dan WiM yang diyakininya telah berkoordinasi dengan
Pengelola Teknis dari Kementerian PU bahwa yang dimaksud dengan surat tersebut adalah
untuk seluruh bangunan. Namun, DP selaku Tim Pengelola Teknis Kementerian PU
menjelaskan bahwa jawaban Ses Kemenpora tersebut tidak melibatkan pihak Kementerian
PU. Menurutnya, data yang disebut dalam lampiran surat Dir PBL tersebut menunjukkan
bahwa bangunan berlantai empat atau lebih secara teknis memerlukan waktu pengerjaan lebih
dari 12 bulan yaitu Sport Science dan Kebugaran, GOR Serbaguna, Asrama Putra Elit dan
Junior, Asrama Putri Elit dan Junior, Sekolah SMP-SMA, dan Gedung Serbaguna.
Selain itu, dengan surat tersebut WM juga mengajukan revisi volume pekerjaan
terkait dengan ketidaksesuaian data antara RKA KL dengan gambar terbaru, yaitu pada RKA
KL volume yang hendak dibangun adalah 108.553 m2 dari volume keseluruhan 123.993 m
2,
61
diajukan untuk direvisi menjadi 121.097 m2 dari volume keseluruhan 135.618 m
2. Dengan
didukung lampiran yang tidak sesuai secara footing dan crossfooting (aritmetik). Seharusnya
surat dan lampiran yang benar sesuai hasil footing (aritmetik) adalah dari “108. 553 m2
menjadi 100.398 m2”
Surat ini pada saat dikirim ke DJA tidak dilampiri:
Analisa Komponen Biaya atas 22 bangunan P3SON dari Kementerian Pekerjaan Umum
KAK dan Rincian Anggaran Biaya yang telah disesuaikan.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan lebih dari satu tahun anggaran dari Kementerian Pekerjaan
Umum.
Kekurangan dokumen tersebut baru dimintakan ke Kementerian Pekerjaan Umum tanggal 22
November 2010 oleh Karo Perencanaan selaku PPK dan dijawab oleh Kementerian PU pada
tanggal 23 November 2010, kemudian disampaikan menyusul ke Ditjen Anggaran.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa penyusunan usulan revisi RKA
KL Kemenpora TA 2010 untuk kegiatan P3SON Hambalang tidak mempertimbangkan
informasi dan data pendukung dari Kementerian Pekerjaan Umum selaku instansi teknis
fungsional. Direktur PBL (GH) dengan Surat Nomor BU.01.06-Cb/1320 tanggal 23
November 2010 telah menyampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan Kemenpora (DK)
bahwa dengan mempertimbangkan waktu yang tersisa di tahun 2010 bisa dilaksanakan
pekerjaan fisik yang hanya berkisar 3 sampai dengan 5% yang sama dengan dengan luas
bangunan sebesar 16.937,27 m2. Staf Karo Perencanaan Kemenpora Rio Wilarso (RW) yang
membuat konsep Surat Ses Kemenpora Nomor 3608.A/SESKEMENPORA/11/2010 tanggal
16 November 2010 beserta lampirannya menjelaskan bahwa Ses Kemenpora (WM)
memberikan arahan agar alokasi anggaran dalam revisi RKA KL dibuat sedemikian rupa agar
dapat menarik uang muka sebesar 20% mengingat adanya perbedaan akun untuk pekerjaan
fisik dan infrastruktur, karena jika mengikuti perhitungan Kementerian PU, Kemenpora tidak
dapat menarik uang muka 20% dari kontrak. Namun hal itu dibantah oleh WM. WM merasa
tidak memahami masalah pencairan 20% dari nilai kontrak.
Selain itu, dengan surat nomor B-3608.A/SESKEMENPORA/11/2010 tanggal 16
Nov 2010 tersebut, WM selaku Ses Kemenpora bermaksud mengajukan dispensasi batas
waktu revisi RKA KL yang berdasarkan PMK 180/2010 sudah harus dilakukan paling lambat
tanggal 15 Oktober 2010. Surat tersebut diterima di kantor DJA pada tanggal 19 November
2010 dan sampai ke meja Dirjen Anggaran pada tanggal 22 November 2010, selanjutnya
Dirjen Anggaran mendisposisi secara berjenjang kepada Direktur Anggaran II (DPH),
Kasubdit II E (S), dan Kasie II E-4 (RH).
62
Terhadap surat WM nomor B-3608.A/SESKEMENPORA/11/2010 tanggal 16 Nov
2010 tersebut, DPH selaku Dir Anggaran II memberi catatan disposisi kepada Kasubdit
Angaran II E pada tanggal 24 November 2010 sebagai berikut:
“tolong dicek benar, apakah yang dimaksud Kementerian PU dengan ‘sebagian’ = ‘seluruh’.
Cermati betul dalam penyelesaian persetujuan kontrak tahun jamak. Tks.”
Tanggal 16 Nov 2010 DK selaku PPK mengirim Memo Dinas Nomor
868/B1.SESKEMENPORA/11/2010 untuk meminta agar Pengelola Teknis Kementerian PU
menyusun Jadwal Pelaksanaan pembangunan tiap bangunan serta jadwal pembiayaan
pembangunan tiap bangunan yang hendak dikerjakan dalam kontrak tahun jamak berdasarkan
tahun anggarannya. Dalam Memo tersebut DK menyampaikan perkiraan alokasi anggaran
tahun 2010 sebesar Rp275 Miliar untuk persiapan perencanaan dan tender pelaksanaan fisik
(pematangan lahan, prasarana, pondasi bangunan). Sedangkan tahun 2011 dan 2012 masing-
masing sebesar Rp400 Miliar dan Rp500 Miliar untuk gambar kerja, pembangunan fisik
bangunan, dan prasarana lingkungan.
Prioritas pekerjaan tiap tahun adalah sebagai berikut:
Pada tahun 2010 difokuskan pekerjaan perencanaan (Gambar Pra Rencana, untuk
digunakan sebagai pedoman lelang), Pematangan tanah dan pondasi beberapa bangunan
yang harus diselesaikan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 beberapa bangunan diharapkan bisa selesai yaitu Asrama yunior putra
putri, Sekolah (SMP, SMA, Perpustakaan), GOR Serbaguna, Fasilitas penunjang (Pos
Jaga, Gedung penunjang, pool mobil, renovasi masjid), pembangunan fisik bangunan
lainnya dapat dimulai terutama untuk pekerjaan pematangan tanah dan pondasi.
Pada tahun 2012 diharapkan seluruh bangunan dapat diselesaikan termasuk prasarana
lingkungan.
Pada hari itu juga, DP selaku Pengelola Teknis Kementerian PU mengirimkan Memo
Dinas kepada Karo Perencanaan Kemenpora untuk membalas Memo Dinas Karo Perencanaan
tersebut di atas. Dalam Memo Dinasnya DP menyampaikan rencana kebutuhan biaya tiap
bangunan dan prasarana lingkungan serta pentahapan pembiayaan pada tiga tahun anggaran,
serta penjadwalan pelaksanaan pekerjaan.
DP selaku Pengelola Teknis menjelaskan bahwa Memo Dinas yang
ditandatanganinya tanggal 16 November 2010 tersebut dibatalkan dan diganti dengan Surat
Dir PBL Nomor BU.01.06-Cb/1320 tanggal 23 Nov 2010 perihal informasi tentang jadwal
pelaksanaan kegiatan dan biaya tiap bangunan dalam kontrak tahun jamak kegiatan
pembangunan P3SON.
Tanggal 22 Nov 2010, DK selaku Pejabat Pembuat Komitmen mengeluarkan surat
Nomor 873/B1.SESKEMENPORA/11/2010 mengirim surat kepada Direktur PBL, dalam
63
rangka meminta permohonan analisis komponen bangunan, jadwal pelaksanaan kegiatan dan
biaya tiap bangunan dalam kontrak tahun jamak berdasarkan Tahun Anggaran. Dalam surat
tersebut DK meminta agar Kementerian PU dapat menyusun dokumen:
Analisis komponen bangunan baru dan rehabilitasi/ renovasi untuk bangunan yang
mengalami perubahan;
Jadwal pelaksanaan pembangunan tiap tahun yang dikerjakan dalam kontrak tahun jamak;
Jadwal pembiaayaan pembangunan tiap bangunan yang akan dikerjakana dalam kontrak
tahun jamak.
Menjawab surat tersebut, tanggal 23 Nov 2010 Direktur PBL mengirim surat kepada
Kepala Biro Perencanaan Kemenpora untuk menyampaikan jadwal pembiayaan dan
pelaksanaan kegiatan, serta analisis biaya masing-masing bangunan selama tahun 2010 –
2012 senilai total Rp1.175 Miliar termasuk pekerjaan konsultan perencana, manajemen
konstruksi, dan pengelola teknis. Dalam surat tersebut juga disampaikan bahwa dengan
mempertimbangkan waktu yang tersisa di tahun 2010 dan anggaran yang tersedia, maka
alokasi anggaran dapat digunakan untuk kegiatan: (i) perencanaan; (ii) uang muka dan
sebagian kecil pekerjaan fisik; dan (iii) pekerjaan manajemen konstruksi.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dalam menyusun analisa biaya bangunan
sebesar Rp1.175 Miliar tersebut, DP menggunakan standar harga yang diterbitkan Pemkab
Bogor tahun 2009 sebagai acuan dengan menambahkan faktor inflasi dan faktor lain yang
tidak dapat dijelaskan. Konfirmasi Tim pemeriksa yang dilakukan kepada penyusun standar
harga Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa standar harga dimaksud telah mengacu kepada
biaya nyata bangunan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan mengandung komponen
jasa konstruksi dan overhead, pajak-pajak, asuransi, perijinan, inflasi, serta keselamatan dan
kesehatan.
Hasil perhitungan ulang terhadap analisis biaya bangunan menunjukkan harga yang
pantas berdasarkan standar harga yang diterapkan untuk proyek tersebut adalah setinggi-
tingginya sebesar Rp816.347.186.247,29 (perhitungan rinci terlampir Lampiran 4).
Pada tanggal 26 November 2010 Subdit II E DJA menyusun Nota Dinas hasil
penelaahan Staf yang disampaikan ke Direktur Anggaran II disertai dengan konsep Nota
Dinas Direktur ke Dirjen Anggaran, yang berisi antara lain: “Mengingat permohonan
persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract) tersebut telah dilengkapi data
pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan P3SON
dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun senior, maka persetujuan
kontrak tahun jamak dapat dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan
volume kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena
64
pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak, maka
dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.”
Selanjutnya pada tanggal 29 November 2010 Direktur Anggaran II menyampaikan
Nota Dinas kepada Dirjen Anggaran perihal Permohonan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak.
Isi Nota Dinas Direktur Anggaran II tepat sama dengan konsep Nota Dinas yang disampaikan
oleh Kasubdit Anggaran II E kepada Direktur Anggaran II. Nota Dinas Direktur Anggaran II
E No ND-1031/AG.4/2010 tanggal 29 November 2010, tidak memperhatikan apakah catatan
disposisi yang pernah diberikan DPH dalam lembar Disposisi Dir Anggaran II pada tanggal
24 November 2010 lalu telah dipenuhi atau belum.
Pada tanggal 29 November 2010 itu pula, AR selaku Dirjen Anggaran menyampaikan
Nota Dinas ND-1034/AG/2010 perihal Permohonan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak
kepada Menteri Keuangan. Isi Nota Dinas Dirjen Anggaran tepat sama dengan konsep Nota
Dinas yang disampaikan oleh Kasubdit Anggaran II E kepada Direktur Anggaran II dan dari
Direktur Anggaran II kepada Dirjen Anggaran. Permohonan tetap diteruskan ke Menteri
Keuangan tanpa memperhatikan kelengkapan data dukung untuk persetujuan kontrak tahun
jamak lengkap. Data dukung tersebut antara lain RKA-KL yang telah menunjukkan kontrak
tahun jamak pada tanggal tersebut belum ditandatangani Dirjen Anggaran.
Tanggal 1 Desember 2010, ADWM selaku Menteri keuangan memberikan disposisi
atas Nota Dinas Dirjen Anggaran tanggal 29 November 2010 tersebut dengan memberikan
catatan disposisi “SELESAIKAN” kepada Dirjen Anggaran. Menteri Keuangan (ADWM)
menyatakan bahwa yang dimaksud disposisi ‘selesaikan’ tersebut adalah setuju pada
substansi surat dan untuk diselesaikan sesuai dengan data yang disajikan dalam nota dinas
Dirjen Anggaran. Menteri Keuangan (ADWM) juga menjelaskan bahwa yang bersangkutan
mengetahui kegiatan tersebut setelah permasalahan tersebut diungkap di media massa. Pada
saat memberi disposisi “Selesaikan” tersebut, Menteri Keuangan (ADWM) mengasumsikan
bahwa dokumen yang menjadi persyaratan persetujuan kontrak tahun jamak P3SON tersebut
telah neto karena analisisnya telah dilakukan di level bawah.
Menindaklanjuti disposisi Menteri Keuangan tersebut, Dirjen Anggaran
mengeluarkan surat nomor S-3576/AG/2010 tanggal 6 Desember 2010 perihal Persetujuan
Revisi SP-SAPSK Kemenpora tahun 2010, kepada Dirjen Perbendaharaan dan Ses
Kemenpora. Dengan surat tersebut Dirjen Anggaran menetapkan revisi/perubahan sasaran
keluaran pada RKA KL/SAPSK Kemenpora (kode 664319) dari yang sebelumya luas
bangunan 108.533m2 menjadi 121.097 m
2.
Pada saat yang sama, AR selaku Dirjen Anggaran dengan mengatasnamakan Menteri
Keuangan menerbitkan surat nomor S-553/MK.2/2010 tanggal 6 Desember 2010 perihal
Persetujuan Kontrak Tahun Jamak Pembangunan P3SON. Persetujuan tahun jamak itu
sebesar Rp1.175.320.006.000 meliputi kegiatan perencanaan sebesar Rp24.277.500.000,
65
manajemen konstruksi sebesar Rp20.148.750.000, pekerjaan fisik sebesar
Rp1.129.206.256.000, dan Pengelola Teknis sebesar Rp1.687.500.000.
Terhadap penerbitan surat itu oleh Dirjen Anggaran, Menteri Keuangan dengan KMK
Nomor 347/KMK.01/2008 telah memberikan pelimpahan wewenang kepada Dirjen Anggaran
untuk dan atas nama Menteri Keuangan menandatangani persetujuan kontrak tahun jamak.
Selain itu, Pasal 6 ayat (1) PMK Nomor 56/PMK.02/2010 menetapkan bahwa proses
penyelesaian persetujuan kontrak tahun jamak oleh Menteri Keuangan dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Anggaran. Berdasarkan kedua peraturan tersebut dan prosedur
operasional standar DJA Nomor SOP-156/AG.4.5.6/2007 tanggal 18 September 2007 bahwa
penetapan persetujuan atau penolakan kontrak tahun jamak tetap dilakukan oleh Menteri
Keuangan meskipun penandatanganan surat persetujuan atau penolakan dilakukan oleh Dirjen
Anggaran.
e. Pemilihan rekanan pelaksana pekerjaan konstruksi
Pelaksanaan pekerjaan yang mencakup perencanaan konstruksi, manajemen konstruksi,
dan konstruksi fisik merupakan pekerjaan yang saling terkait. Panitia Pengadaan yang
dibentuk oleh Ses Kemenpora dengan SK nomor 0093.b Tahun 2010 Tanggal 12 April 2010
melakukan proses pemilihan para rekanan pelaksana untuk ketiga jenis pekerjaan tersebut
dengan metode pelelangan umum pra kualifikasi, sebagai berikut:
1) Pelelangan untuk perencanaan konstruksi
Berdasarkan dokumen lelang, diketahui bahwa Panitia Pengadaan mengumumkan
Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultan Perencana pada tanggal 26 Juni 2010 melalui koran
Media Indonesia. Pengambilan dokumen prakualifikasi dijadwalkan tanggal 28 Juni 2010
sampai dengan 6 Juli 2010, sedangkan Pengembalian Dokumen Prakualifikasi tanggal 29
Juni 2010 sampai dengan tanggal 9 Juli 2010. Berdasarkan Berita Acara Evaluasi
Dokumen Prakualifikasi Panitia Lelang Nomor : 006.a/PPBJ/P3SON/2010 Tanggal 12
Juli 2010, perusahaan yang mengambil dan mengembalikan dokumen prakualifikasi
adalah sebagai berikut:
1) PT CC
2) PT BK
3) PT AA
4) PT YK
5) PT CM
6) PT VK
7) PT CKP
8) PT MK
9) PT Ar/PT W
10) PT LRU
66
11) PT BJ
12) PT BSC
Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen prakualifikasi yang diterima Panitia
tersebut, hanya 7 peserta yang lulus prakualifiaksi berdasarkan Pengumuman Hasil
Evaluasi Prakualifikasi Nomor : 009.A/PPBJ/P3SON/7/2010 Tanggal 14 Juli 2010, yaitu:
1) PT BK
2) PT AA
3) PT YK
4) PT CM
5) PT VK
6) PT CKP
7) PT MK
DK selaku Pejabat Pembuat Komitmen kemudian menetapkan melalui Surat Penetapan
Hasil Prakualifikasi Nomor : 008.a/PPK/P3SON/7/2010 Tanggal 14 Juli 2010. Panitia
Pengadaan memberikan penjelasan pekerjaan (aanwijzing) pada tanggal 28 Juli 2010
dengan hasil yang ditetapkan dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan Nomor :
011.A/PPBJ/7/2010 Tanggal 28 juli 2010. Pemasukan Dokumen Penawaran ditutup
tanggal 6 Agustus 2010. Dari 7 (tujuh) perusahaan penyedia jasa yang lolos
prakualifikasi, hanya 4 (empat) perusahaan yang memasukkan dokumen penawaran
sampul pertama, yaitu :
1) PT MK
2) PT YK
3) PT VK
4) PT BK
Dengan Berita Acara Pembukaan Penawaran Sampul pertama Nomor : 12.A/PPBJ/7/2010
Tanggal 6 Agustus 2010, Panitia Pengadaan menyatakan bahwa keempat perusahaan
tersebut telah lengkap administrasi dan lulus secara teknis. PT YK menempati peringkat
tertinggi evaluasi tertinggi dengan nilai 86,21. Terhadap hasil evaluasi tersebut, DK
selaku PPK mengeluarkan surat nomor 022.A/PPK/PPAL/P3SON/8/2010 tanggal 13
Agustus 2010 tentang Penetapan Peringkat Akhir dan Pemenang Seleksi Umum, yaitu:
1) PT YK (Persero) sebagai Calon Pemenang Lelang;
2) PT VK (Persero) sebagai Calon Pemenang Cadangan I; dan
3) PT BK (Persero) sebagai Calon Pemenang Cadangan II.
Selanjutnya, dengan Surat Penunjukan Penyedia Barang/jasa nomor
026.A/PPBJ/P3SON/8/2010 tanggal 25 Agustus 2010 DK menetapkan PT YK (Persero)
67
sebagai pelaksana pekerjaan Penyempurnaan Perencanaan Pembangunan Lanjutan
P3SON Hambalang dengan harga setelah negosiasi sebesar Rp5.825.820.000.
Tim Pemeriksa tidak dapat melakukan analisis secara menyeluruh terhadap dokumen
penawaran perusahaan lainnya karena Panitia Pengadaan tidak dapat menyerahkan
dokumen dimaksud kepada pemeriksa. Namun, hasil analisis terhadap kertas kerja Panitia
Pengadaan menunjukkan bahwa PT YK seharusnya tidak lulus secara teknis dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1) Dalam proses evaluasi terdapat ketidak sesuaian penilaian antara posisi yang
disyaratkan dengan personil yang diajukan oleh PT YK, yaitu untuk posisi
Koordinator Tenaga Ahli, PT YK mengajukan personil yang tidak memiliki
pengalaman sebagai koordinator.
2) Pada penilaian faktor kesesuaian pengalaman pekerjaan tenaga ahli terdapat ketidak
sesuaian antara pengalaman pekerjaan yang diajukan dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
3) Penghitungan jumlah tahun pengalaman tenaga ahli tidak akurat dan tumpang tindih.
4) Berdasarkan penghitungan kembali evaluasi teknis dokumen PT YK diketahui hasil
evaluasi teknis sebesar 68,53, terdiri dari nilai pengalaman perusahaan sebesar 8,18,
Pendekatan dan metodologi 28,70 dan Kualifikasi tenaga ahli 31,65 (rincian terlampir
Lampiran). Nilai evaluasi tersebut di bawah nilai passing grade yang ditetapkan
panitia lelang sebesar minimal 70.
Atas pelaksanaan evaluasi prakualifikasi dan dokumen penawaran tersebut, WiM selaku
Ketua Panitia Pengadaan, BS selaku Sekretaris Panitia Pengadaan, J selaku Anggota
Panitia Pengadaan dan HaH selaku wakil PT YK memberi keterangan bahwa proses
evaluasi prakualifikasi dan teknis dilakukan sendiri oleh pegawai PT YK bertempat di
sebuah ruangan di Hotel Century Senayan Jakarta. Panitia Pengadaan hanya menerima
hasil evaluasi dari PT YK melalui saudara HaH dalam bentuk soft copy maupun hard
copy dan kemudian membuatkan Berita Acara Evaluasinya.
Sebelum pengumuman pelelangan diterbitkan, diadakan pertemuan untuk membahas
tentang rencana pembangunan proyek Hambalang yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait
dengan proyek ini yaitu PPK, Panitia Pengadaan, PT YK sebagai konsultan perencana,
PT CCM sebagai manajemen konstruksi dan PT AK sebagai pemborong konstruksi
bertempat di Hotel Le Kristal Pondok Indah Jakarta yang dikoordinasikan oleh AW. AW
adalah Marketing Manager PT MSG yang di kemudian hari mendapatkan pekerjaan
sebagai sub kontraktor dari PT YK dalam proyek Hambalang ini.
68
2) Pelelangan untuk manajemen konstruksi
Berdasarkan dokumen lelang diketahui Panitia lelang mengumumkan Pengadaan
Pekerjaan Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi pada tanggal 26 Juni 2010 melalui
koran Media Indonesia. Pengambilan dokumen prakualifikasi dijadwalkan tanggal 28
Juni 2010 sampai dengan 6 Juli 2010, sedangkan Pengembalian Dokumen Prakualifikasi
tanggal 29 Juni 2010 sampai dengan tanggal 9 Juli 2010. Berdasarkan Berita Acara
Evaluasi Dokumen Prakualifikasi Panitia Lelang Nomor : 006.B/PPBJ/P3SON/2010
Tanggal 12 Juli 2010 yang mengambil dokumen prakualifikasi adalah 13 Perusahaan
yaitu:
1) PT In
2) PT CCM
3) PT PT BIE
4) PT PT JCM
5) PT IK
6) PT MUI
7) PT EI
8) PT WCB
9) PT KKU
10) PT Is
11) PT GU
12) PT GRM
13) PT BIS
Berdasarkan Pengumuman Hasil Evaluasi Prakualifikasi No. 009.B/PPBJ/P3SON/7/2010
Tanggal 14 Juli 2010, dari 10 (sepuluh) peserta yang memasukkan dokumen
prakualifikasi, 7 (tujuh) peserta di antaranya dinyatakan lulus prakualifiaksi, yaitu :
1) PT CCM
2) PT JCM
3) PT WB
4) PT EII
5) PT KKU
6) PT In
7) PT GRM
Selanjutnya DK selaku Pejabat Pembuat Komitmen menetapkan dengan Surat Penetapan
Hasil Prakualifikasi Nomor: 008.B/PPK/P3SON/7/2010 Tanggal 14 Juli 2010. Panitia
69
lelang memberikan penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) pada tanggal 28 Juli 2010 dengan
hasil yang ditetapkan dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan Nomor:
011.B/PPBJ/7/2010 Tanggal 28 juli 2010. Pemasukan Dokumen Penawaran ditutup
tanggal 6 Agustus 2010. Dari 7 (tujuh) jumlah penyedia jasa yang lolos prakualifikasi,
hanya 5 (lima) perusahaan yang memasukkan dokumen penawaran sampul pertama,
yaitu:
1) PT. GRM
2) PT KKU
3) PT CCM
4) PT JCM
5) PT In
Berdasarkan Berita Acara Pembukaan Penawaran Sampul pertama Nomor:
12.B/PPBJ/7/2010 Tanggal 6 Agustus 2010 kelima perusahaan tersebut secara
administrasi dinyatakan lengkap dan secara teknis dinyatakan lulus. Menurut evaluasi
yang dilakukan Panitia Pengadaan, PT CCM menempati peringkat tertinggi evaluasi
tertinggi dengan nilai 83,76. Terhadap hasil evaluasi tersebut, DK selaku PPK
mengeluarkan surat nomor 022.B/PPK/PPAL/P3SON/8/2010 tanggal 13 Agustus 2010
tentang Penetapan Peringkat Akhir dan Pemenang Seleksi Umum yang menetapkan PT
CCM sebagai pemenang lelang.
Hasil analisis dan pemeriksaan terhadap kertas kerja yang dibuat Panitia Pengadaan
menunjukkan bahwa secara teknis PT CCM tidak layak lulus dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1) Hasil konfirmasi kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang saat
ini bertindak sebagai pemegang otoritas sertifikasi ahli konstruksi sebagaimana
dimaksud pada pasal 31 (3) UU No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
menunjukkan bahwa Surat Keterangan Ahli (SKA) atas nama Ir. Dwie Suksmono
Hadhi, MT., Mulyatno, Satiawarman Mulyono, Ir. Titi Erman, Ir. Rachmad
Mekaniawan, dan Ir. Rr. Soesie Arianie adalah SKA atas nama orang lain. Dengan
demikian, nama-nama tersebut tidak berhak menyandang keahlian dimaksud.
2) Berdasarkan penghitungan kembali evaluasi teknis dokumen PT CCM diketahui hasil
evaluasi teknis sebesar 52,53, terdiri dari nilai pengalaman perusahaan sebesar 3,
Pendekatan dan metodologi 26,48 dan Kualifikasi tenaga ahli 23,05. Nilai evaluasi
tersebut di bawah nilai passing grade yang ditetapkan panitia lelang sebesar minimal
70.
70
Atas pelaksanaan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran
tersebut, WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan, BS selaku Sekretaris Panitia Pengadaan, J
selaku Anggota Panitia Pengadaan, beserta para staf PT CCM yaitu MG, AG, RHa, YS
dan RMS menerangkan bahwa proses evaluasi prakualifikasi bukan dilakukan oleh
Panitia Pengadaan melainkan dilakukan oleh para staf PT CCM atas perintah Mul dan
dikoordinasikan oleh AG bertempat di sebuah ruangan di Hotel Century Senayan Jakarta
dan di kantor PT CCM. Panitia Pengadaan hanya menerima hasil evaluasi dari PT CCM
melalui AG dalam bentuk soft copy maupun hard copy. Kemudian Panitia Pengadaan
membuatkan Berita Acara Evaluasinya. RHa menjelaskan bahwa dirinya bersama RMS
membuat dokumen penawaran 6 (enam) perusahaan lain sebagai pendamping (yaitu PT
JCM, PT WB, PT EII, PT KKU, PT In dan PT GRM) untuk diikutkan dalam seleksi
prakualifikasi dan teknis proyek ini, setelah sebelumnya Mul menghubungi perusahaan-
perusahaan tersebut. Selanjutnya Staf PT CCM lainnya yaitu YS dan RMS memasukkan
dokumen prakualifikasi dan mengisi daftar hadir pemasukan dokumen prakualifikasi atas
nama perusahaan-perusahaan pendamping tersebut. Ke-6 perusahaan tersebut bersama PT
CCM selanjutnya dinyatakan lulus seleksi prakualifikasi.
3) Pelelangan untuk konstruksi fisik
Meskipun kontrak konsultan perencana belum menerbitkan output pekerjaannya
berupa gambar detil perencanaan yang siap digunakan untuk lelang konstruksi, Panitia
Pengadaan telah mengeluarkan pengumuman pelelangan konstruksi melalui harian Koran
Tempo tanggal 18 Agustus 2010. Dalam pengumuman tersebut dicantumkan pagu
anggaran TA 2010 sebesar Rp262.784.897.000. Terdapat pula penjelasan di paragraf
terakhir yang berbunyi “Anggaran dalam proses kontrak multiyears dari Kementerian
Keuangan, apabila anggaran tersebut tidak jadi disetujui maka peserta tidak dapat
menuntut ganti rugi.”
Angka pagu anggaran sebesar itu berdasarkan alokasi anggaran dalam DIPA Revisi
APBNP TA 2010, meskipun hasil perhitungan teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum untuk proyek dimaksud menyebutkan bahwa anggaran yang diperlukan
setidaknya mencapai Rp392.111.849.000. Pada saat yang sama pula Kemenpora sudah
memiliki rencana pembangunan proyek dimaksud senilai Rp1.175.320.006.000 dan
sedang mengajukan permohonan kontrak tahun jamak kepada Kementerian Keuangan.
Keinginan pihak Kemenpora untuk membangun proyek senilai Rp1.175.320.006.000
sementara alokasi anggaran yang tersedia hanyalah maksimal Rp275.000.000.000,
menimbulkan kebimbangan Panitia Pengadaan dalam melakukan pelelangan.
Untuk itu, pada tanggal 19 Agust 2010, WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan
menyusun konsep pemberitahuan tambahan kepada para calon peserta lelang lalu
71
menyodorkan kepada DK selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk disetujui dan
selanjutnya dibantu oleh salah satu anggota Panitia Pengadaan (J) menyampaikan
pemberitahuan tersebut kepada semua calon peserta pelelangan. Dalam pemberitahuan
tersebut, DK selaku PPK menyampaikan bahwa anggaran masih dalam proses
persetujuan multiyears dengan total nilai kegiatan direncanakan sebesar
Rp1.200.000.000.000. Hasil konfirmasi kepada calon penyedia jasa menunjukkan bahwa
sepengetahuan mereka nilai proyek yang dilelang adalah Rp262.784.897.000 seperti yang
tertulis dalam pengumuman pelelangan di Koran Tempo. Karena itu, sebagai syarat untuk
mengikuti pelelangan, para calon penyedia jasa menyiapkan dukungan bank dengan
mendasarkan pada nilai proyek Rp262.784.897.000 tersebut.
Surat Pemberitahuan PPK kepada calon penyedia jasa tidak ditembuskan kepada
Panitia Lelang, melainkan kepada Ses Kemenpora.
Sesuai daftar hadir Pengambilan Dokumen Prakualifikasi, dalam periode tanggal
18 sampai dengan 26 Agustus 2010 terdapat 8 (delapan) perusahaan yang mengambil
dokumen prakualifikasi yakni:
1) PT PP (Persero) Tbk
2) PT NK (Persero)
3) PT WK
4) PT AK (Persero) atas nama KSO Adhi- Wika
5) PT HK (Persero)
6) PT DGI Tbk
7) PT JKMP Tbk
8) PT IK (Persero) atas nama KSO IK – PT LTMK – PT LRR.
Keseluruhan perusahaan tersebut telah memasukkan dokumen prakualifikasi pada periode
yang ditentukan.
Terhadap seluruh dokumen prakualifikasi yang telah dimasukkan oleh calon
penyedia jasa tersebut, Panitia Pengadaan telah melakukan evaluasi dalam periode
tanggal 31 Agustus sampai dengan 1 September 2010 dan menerbitkan Berita Acara
Evaluasi Dokumen Prakualifikasi No.06-BAE.PQ-P3SON-11-2010 tanggal 1 September
2010, dengan hasil evaluasi bahwa dari 8 (delapan) peserta yang memasukkan dokumen
tersebut, 3 (tiga) di antaranya tidak lulus prakualifikasi, sebagai berikut:
1) PT PP (Persero) Tbk. tidak lulus prakualifikasi karena: (i) Tidak melampirkan surat
keterangan tidak pailit dari pengadilan; (ii) tidak melampirkan Surat Pernyataan
Tidak Akan Menuntut; (iii) tidak memenuhi grade SBU Tata Lingkungan (25004 =
Gred 6, yang disyaratkan adalah gred 7); (iv) tidak memenuhi grade SUJK Tata
Lingkungan (250004 = Gred 6, yang disyaratkan adalah gred 7);
72
2) PT DGI tidak lulus prakualifikasi karena melampirkan surat dukungan Bank hanya
senilai Rp30.000.000.000 (yang dipersyaratkan adalah senilai Rp120.000.000.000
atau 10% dari nilai proyek yang dilelang);
3) KSO Istaka – Lince – Leotunggal tidak lulus prakualifikasi karena nilai total evaluasi
adalah 64,59 atau di bawah nilai ambang batas 75.
Hasil pemeriksaan terhadap kertas kerja yang dibuat Panitia dalam mengevaluasi
dokumen prakualifikasi menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Panitia Pengadaan mencantumkan nilai Dukungan Bank (DB) KSO Istaka – Lince –
Leotunggal sebesar Rp123.000.000.000, namun dokumen pendukung yang ada
adalah DB dari Bank DKI sebesar Rp26.300.000.000. Dengan demikian, seharusnya
KSO Istaka – Lince – Leotunggal tidak lulus karena DB < Rp120.000.000.000.
2) Panitia Pengadaan memberi penilaian penuh untuk Sisa Kemampuan Keuangan
(SKK) PT NK. Padahal SKK PT NK hanya bernilai Rp426.125.278.464. Sesuai
ketentuan RKS, peserta lelang harus memiliki SKK minimal Rp960.000.000.000
(80% x Rp1,2T).
3) Panitia Pengadaan menggunakan ambang batas dengan nilai proyek
Rp262.784.897.000 untuk menghitung Kemampuan Dasar (KD) peserta PT. HK, PT
NK, PT WaK, PT JK, KSO Istaka – Lince – Leotunggal, padahal nilai proyek yang
dilelang adalah Rp1,2 T. Hal ini mengakibatkan calon peserta tersebut lulus dalam
penilaian KD.
4) Dengan menggunakan standar yang berbeda dengan KSO Istaka – Lince –
Leotunggal, Panitia menggunakan ambang batas Rp960.000.000.000 untuk KSO
AW. Hal ini tidak sesuai dengan nilai kontrak yang seharusnya menggunakan
ambang batas Rp1,2 T. Untuk menilai KD milik KSO AW, Panitia menggabungkan
dua paket pekerjaan PT AK yang pernah dikerjakan, yaitu Pekerjaan Pembangunan
Stadion di Wilayah Surabaya Barat senilai Rp440.295.000.000 dan Pembangunan
Jembatan Suramadu senilai Rp443.395.673.000, sehingga KD KSO AW menurut
evaluasi Panitia lelang menjadi sebesar Rp1.767.381.346.000 {=2 x
(Rp440.295.000.000 + Rp443.395.673.000)}. Menurut Keppres 80 Tahun 2003,
untuk menilai KD dari perusahaan kemitraan, digunakan rumus KD = 2 NPt dari lead
firm yang sesuai dengan bidang pekerjaan sejenis. Dengan demikian sesuai ketentuan,
KD KSO AW seharusnya adalah Rp880.590.000.000 (= 2 x Rp440.295.000.000),
yang berarti berada di bawah ambang batas Rp1,2T.
Hasil prakualifikasi tersebut telah diumumkan di papan pengumuman Kantor
Kemenpora pada tanggal 3 September 2010. Pengumuman No.09-PENG-PPBJ-P3SON-
9-2010 tersebut berisi informasi bahwa:
73
1) Terdapat 5 (lima) peserta yg dinyatakan Lulus Prakualifikasi, yaitu PT NK (Persero),
PT WaK, KSO AW, PT JKMP Tbk, PT HK (Persero).
2) Terhadap hasil evaluasi dokumen prakualifikasi tersebut, PT PP (Persero) Tbk dengan
Surat No. 064/Ext/PP/KDVOII/IX/2010 tanggal 7 September 2010 mengajukan
sanggahan kepada PPK dengan alasan panitia pelelangan tidak mengklarifikasi
dokumen penawaran. Menanggapi sanggahan tersebut, DK selaku PPK menjawab
dengan Surat No. 005.22/B.III/SESKEMENPORA/9/2010 tanggal 23 September
2010 yang menjelaskan bahwa alasan Panitia tidak mengklarifikasi dokumen
penawaran PT PP adalah karena PT PP tidak melampirkan dokumen sebagaimana
yang dipersyaratkan dalam tahap pra-kualifikasi sehingga Panitia tidak
mengklarifikasi dokumen lain.
Panitia Pengadaan bersama unsur Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen
Konstruksi mengadakan rapat penyusunan RKS dan HPS/OE pada tanggal 12 Oktober
2010 yang bertujuan untuk melengkapi RKS dan HPS yang sedang disusun oleh
Konsultan Perencana. Pada saat itu Konsultan Perencana sedang menyusun rencana
pengembangan proyek berdasarkan permintaan DK selaku PPK dengan surat Nomor:
398.A/B1.SESKEMENPORA/9/2010 tanggal 14 September 2010, dan hasilnya baru
diserahkan kepada Kemenpora pada tanggal 15 Oktober 2010. Hasil pekerjaan Konsultan
Perencana inilah yang digunakan oleh Panitia Pengadaan untuk melelang proyek P3SON
dimaksud.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pekerjaan yang diserahkan oleh Konsultan
Perencana pada tanggal 15 Oktober 2010 tersebut adalah Draft RAB 2010, Kriteria
Design dan keterangan umum perencanaan struktur, analisa struktur bangunan, laporan
perancangan ME, Gambar Pengembangan Desain, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat,
sehingga belum dapat digunakan oleh Panitia Pengadaan untuk menyusun HPS/OE
senilai Rp1.112.268.162.000.
Melalui addendum kontrak perencanaan pada tanggal 9 Desember 2010, PPK
bersama dengan rekanan PT YK menyepakati pengembangan lingkup pekerjaan
perencanaan menjadi design pengembangan multiyear yang sebelumnya tidak tercantum
dalam kontrak perencanaan.
Panitia Pengadaan membuat Berita Acara No.16-PPBJ-P3SON-11-2010 tanggal 9
November 2010 tentang Pembukaan Penawaran (Sampul 1). Dalam berita acara tersebut
Panitia menjelaskan bahwa rapat dihadiri oleh lima perusahaan yaitu PT. HK, KSO AW,
PT. WasK, PT. JKMP, PT. NK. Namun dalam penjelasannya hanya empat perusahaan
yang memasukan penawanan, yaitu PT. HK, KSO AW, PT. WaK, dan PT. NK. Adapun
PT JKMP melalui wakilnya yang hadir dalam rapat tersebut, menyampaikan Surat
Direktur PT JKMP Kepada Ketua Panitia Lelang, Nomor: 079/JK/DRM/S-EXT/XI/2010
74
tanggal 9 November 2010, perihal tidak dapat mengikuti proses lelang. Namun dalam
Berita Acara pembukaan penawaran sampul I tersebut Panitia tidak menjelaskan bahwa
PT JKMP mengundurkan diri.
Berdasarkan keterangan Panitia Pengadaan dalam hal ini WiM, BS dan J, diketahui
bahwa proses evaluasi prakualifikasi maupun evaluasi teknis dilakukan oleh PT AK
sebagai salah satu anggota KSO AW. Proses evaluasi prakualifikasi dilakukan oleh PT
AK yang dikoordinir oleh saudara TS sesuai dengan disposisi KP selaku Wa Ka Divisi I
PT AK melalui saudara AT selaku Manajer Marketing DK-I PT AK. Evaluasi tersebut
dilakukan di Apartemen Somerset Permata Hijau Jakarta. Panitia dihubungi oleh saudara
Teguh Suhanta agar membawa dokumen prakualifikasi peserta lelang ke apartemen
tersebut, yang kemudian dievaluasi oleh PT AK. Panitia lelang hanya menerima hasil
evaluasi prakualifikasi yang diserahkan oleh saudara TS kepada saudara J. Hasil evaluasi
tersebut menetapkan PT KSO AW sebagai peringkat pertama prakualifikasi dan panitia
hanya membuat Pengumuman Penetapan Hasil Evaluasi Prakualifikasi Panitia Lelang
Nomor : 09/PENG/PPBJ/P3SON/9/2010 Tanggal 3 September 2010.
Para staf Konsultan Manajemen Konstruksi (PT CCM) dalam hal ini saudara MG,
AG dan YS menerangkan bahwa proses evaluasi teknis konstruksi dilakukan oleh PT AK.
Mereka menjelaskan bahwa dokumen penawaran peserta lelang dibawa oleh PT AK
melalui saudara KS dan saudara Da untuk dievaluasi di Hotel Aston Jakarta. Hasil
evaluasi tersebut menetapkan PT KSO AW sebagai Pemenang lelang. Hasil tersebut
diserahkan oleh saudara KS kepada saudara MG, AG dan YS yang selanjutnya membuat
Berita Acara Evaluasi Penawaran Sampul I dan Sampul II. Saudara AG dan YS
menyerahkan hasil evaluasi penawaran dan Berita Acara Evaluasi Penawaran Sampul I
dan Sampul II kepada saudara J dan BS selaku Panitia Pengadaan.
Setelah proses evaluasi penawaran dilakukan, pada tanggal 24 November 2010
WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan mengirimkan surat No.28-UPP-PPBJ-SP3SON-11-
2010 kepada PPK perihal usulan penetapan peringkat calon pemenang lelang yaitu KSO
AW sebagai calon pemenang lelang disusul oleh PT WaK dan PT NK sebagai Pemenang
Cadangan I dan II. Dalam surat tersebut Ketua Panitia memberikan catatan agar
selanjutnya Kepala Biro Perencanaan Kemenpora selaku PPK mengusulkan kepada
Menpora untuk menetapkan pemenang lelang.
Menindaklanjuti surat Ketua Panitia Pengadaan tersebut, DK selaku PPK
mengirim surat senada kepada Menpora melalui Ses Kemenpora No.29-PPK-PPL-
SP3SON-11-2010 tanggal 24 November 2010. Selanjutnya WM selaku Ses Kemenpora
membalas surat PPK dengan surat nomor No.3708.A-SESKEMENPORA-11-2010
tanggal 25 November 2010 tentang penetapan pemenang tender tanpa melalui Menpora
sebagai pihak yang berwenang menetapkan pemenang lelang pekerjaan bernilai di atas
75
Rp50.000.000.000 sesuai ketentuan Keppres 80/2003. Dalam suratnya tersebut, WM
menetapkan pemenang lelang adalah KSO AW. Mengenai hal tersebut, AAM selaku
Menpora tidak mengetahui bahwa sesuai aturan penetapan pemenang harus dilakukan
oleh Menpora. AAM berharap stafnyalah yang seharusnya memberi tahu tentang
kewenangannya itu. Selanjutnya AAM menjelaskan bahwa WM tidak pernah
menyampaikan adanya kewajiban tersebut dan hanya melaporkan secara lisan bahwa
proses pelelangan telah dilakukan dan pemenang lelang telah diperoleh. AAM seharusnya
mengetahui ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 26, bahwa yang berwenang
menetapkan pemenang lelang diatas Rp50 Miliar adalah Menteri, tanpa harus menunggu
diberitahu oleh stafnya.
Lebih jauh AAM menerangkan bahwa untuk pelaksanaan anggaran di lingkungan
Kemenpora, AAM telah menandatangani surat penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) yang diberikan kepada WM selaku Ses Kemenpora. Tidak ada pelimpahan apapun
diluar itu baik secara lisan maupun tulisan. AAM berpandangan bahwa dengan
menandatangani SK Penunjukan KPA maka sebagian tugas Pengguna Anggaran sudah
dilimpahkan kepada KPA. Adapun di luar itu, AAM berharap staf memberi tahu apa-apa
saja yang harus ditandatangani Menteri.
Penetapan pemenang oleh Ses Kemenpora kemudian dilanjutkan dengan
penunjukan pemenang lelang dengan Surat PPK kepada Pemenang Lelang (KSO AW)
No.32-PPK-SPPJB-P3SON-12-2010 tanggal 8 Desember 2010. Surat ini ditandatangani
oleh PPK dan pihak KSO AW serta diketahui oleh Ses Kemenpora.
Pada tanggal 10 Desember 2010 DK selaku PPK menandatangani kontrak
pekerjaan fisik dengan KSO AW, yaitu Kontrak Induk No.3894-SESKEMENPORA-BP-
10-2010 untuk tahun 2010-2012 senilai Rp1.077.921.000.000, dan kontrak anak tahun
2010 No.3895-SESKEMENPORA-BP-10-2010 senilai Rp246.238.455.479.
Analisis terhadap klausul kontrak anak menunjukkan adanya ketidakkonsistenan
antara Pasal 2 dengan Pasal 4 Kontrak Anak Tahun 2010, yaitu Pasal 2 menyatakan
bahwa biaya pekerjaan adalah senilai Rp246.238.455.479 terdiri dari pekerjaan fisik
Rp154.708.592.189 dan infrastruktur Rp91.529.863.290. Namun Pasal 4 menyatakan
bahwa pembayaran digunakan untuk Uang Muka sebesar Rp214 Miliar dan Pelaksanaan
Pekerjaan sebesar Rp91 Miliar. Selain itu kontrak mengatur bahwa Material On Site
(MOS) atau peralatan yang berada di lokasi proyek, dihitung sebagai progress pekerjaan
sebesar 60% dari nilai pekerjaan, sedangkan barang yang telah dipesan untuk
diimpor/Letter of Credit (L/C) dihitung sebesar 50%.
Kontrak tidak mengatur syarat/tujuan penggunaan uang muka, hanya mengatur
besaran nilainya. Namun demikian, dokumen RKS yang menjadi bagian tak terpisahkan
76
dari kontrak menyebutkan bahwa uang muka dibayar untuk membiayai penyediaan
fasilitas lapangan dan mobilisasi peralatan, personil, dan bahan.
f. Pencairan uang muka
Setelah kontrak induk ditandatangani pada tanggal 10 Desember 2010, TBMN selaku
Kuasa KSO AW menyampaikan surat permohonan pembayaran uang muka nomor 001-
002/KSO Adhi-Wika/XII/10 pada tanggal 14 Desember 2010. Berdasarkan surat permohonan
tersebut, pada tanggal 16 Desember 2010 PPK mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) uang muka pekerjaan untuk menyerap alokasi anggaran tahun 2010. Namun demikian,
meskipun SPP tersebut belum ditandatangani oleh Har selaku Penguji SPP dan Sun selaku
Bendahara Pengeluaran, RI selaku Kabag Keuangan Kemenpora mewakili Kuasa Pengguna
Anggaran Kemenpora tetap menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) pada tanggal 17
Desember 2010. SPM ini yang dijadikan dasar oleh KPPN untuk membayar melalui SP2D
kepada KSO AW di rekening Bank Mandiri nomor 31.254040.4-436.000 senilai
Rp217.137.547.103 pada tanggal 28 Desember 2010.
Pembayaran sebesar Rp217.137.547.103 tersebut terdiri atas Pembayaran Uang Muka
Fisik dan Infrastruktur, serta Pembayaran Kemajuan Pekerjaan Fisik dan Infrastruktur,
dengan rincian sebagai berikut:
a. Uang Muka Fisik senilai Rp131.727.762.578.
b. Uang Muka Infrastruktur Rp57.722.143.785.
c. Kemajuan Pekerjaan Fisik senilai Rp4.697.056.897.
d. Kemajuan pekerjaan Infrastruktur senilai Rp22.990.553.843
Mengantisipasi proses pencairan uang muka oleh KSO AW tersebut, MS selaku Dirut
PT DC mengajukan invoice penagihan uang muka kepada KSO AW pada tanggal 22
Desember 2010 sebesar Rp64.900.000.000.
Setelah uang muka cair, pada tanggal 28 Desember 2010 itu juga, KSO AW
mentransfer dana kepada Divisi Konstruksi I (DK-I) – salah satu divisi PT AK yang
membawahi KSO AW – sejumlah Rp12.391.000.000, dan kepada Divisi Bangunan dan
Gedung (DBG) – salah satu divisi PT Wika yang membawahi KSO AW – sejumlah
Rp6.925.000.000. Di samping itu, pada hari yang sama KSO AW juga mentransfer dana
sebesar Rp13.300.942.000 kepada PT DC – salah satu subkon KSO AW yang menangani
pekerjaan mekanikal elektrikal. Dana yang diterima dengan kuitansi yang ditandatangani MS
selaku Dirut PT DC ini merupakan pembayaran uang muka KSO AW kepada subkon DC.
Esoknya tanggal 29 Desember 2010, KSO AW kembali mentransfer dana kepada DK-I
sebesar Rp70.000.000.000 dan kepada DBG sebesar Rp30.000.000.000. Dana tersebut pada
hari itu juga oleh masing-masing divisi ditransfer kembali ke rekening kantor pusat masing-
masing. Di samping itu, pada hari yang sama KSO AW juga mentransfer dana sebesar
77
Rp25.000.000.000 kepada DC sebagai bentuk pembayaran uang muka KSO AW kepada
subkon DC.
Pembayaran uang muka kepada PT DC dilanjutkan kembali di tahun 2011 yaitu pada
tanggal 11 Januari 2011 sebesar Rp10.000.000.000, tanggal 19 Januari 2011 sebesar
Rp6.500.000.000, tanggal 25 Januari 2011 sebesar Rp2.000.000.000 dan tanggal 26 Januari
2011 sebesar Rp6.500.000.000, sehingga total keseluruhan uang muka kepada PT DC
berjumlah Rp63.300.942.000.
Dana sebesar Rp82.391.000.000 yang diterima oleh PT AK pada Desember 2010 itu,
selanjutnya telah dikembalikan kepada rekening KSO AW secara bertahap dalam periode 8
Februari – 18 November 2011 dengan rincian pada Tabel 3.
Tabel 3 Rincian Pengembalian Dana dari PT AK ke KSO AW
No Tgl. No. Nota No. Bukti Nilai (Rp)
1 08-02-2011 BC005 B1103005 22.500.000.000
2 06-03-2011 BE019 B1105019 2.500.000.000
3 06-03-2011 BE029 B1105029 15.000.000.000
4 17-03-2011 BF036 B1106036 10.000.000.000
5 14-06-2011 BK141 B1111141 1.000.000.000
6 10-06-2011 BK147 B1111147 1.500.000.000
7 28-06-2011 BL036 B1112036 5.000.000.000
8 28-06-2011 BL035 B1112035 7.500.000.000
9 01-07-2011 BM142 B1113142 5.000.000.000
10 19-12-2011 BX216 6.000.000.000
11 11-11-2011 BU100 2.391.000.000
12 18-11-2011 BV045 4.000.000.000
Jumlah 82.391.000.000
Demikian pula PT Wika telah mengembalikan dana sebesar Rp36.925.000.000 ke
rekening KSO AW yang dilakukan secara bertahap dalam periode 9 Februari – 29 Desember
2011 dengan rincian pada Tabel 4.
Tabel 4 Rincian Pengembalian Dana dari PT Wika
No Tanggal No. Nota No. Bukti Debet
1 11-02-2011 BC017 B1103017 10.000.000.000
2 25-05-2011 BJ047 B1110047 5.000.000.000
3 25-08-2011 BP155 B1116155 2.500.000.000
4 27-09-2011 BR006 B1118006 2.500.000.000
5 30-09-2011 BR007 B1118007 1.000.000.000
6 07-10-2011 BS101 B1119101 2.000.000.000
7 14-10-2011 BS102 B1119102 2.500.000.000
8 07-12-2011 BW129 2.000.000.000
9 22-12-2011 BX217 2.500.000.000
10 29-12-2011 BX218 B1124218 6.925.000.000
Jumlah 36.925.000.000
78
Bagan aliran dana secara lengkap disertakan sebagai Lampiran 5 di bagian akhir
Laporan ini.
g. Pelaksanaan pembangunan konstruksi
Setelah kontrak induk ditandatangani pada tanggal 10 Desember 2010, TBMN selaku
Lead Firm KSO AW pada bulan Desember 2010 itu juga segera menandatangani kontrak
dengan perusahaan-perusahaan tertentu sebagai sub kontrak yaitu sebagai berikut:
a. Kontrak dengan MS selaku Dirut PT DC No. 01/SPPPP/SENTUL-
HAMBALANG/ADHI-WIKA/XII/2010 tanggal 16 Desember 2010 untuk pekerjaan
mekanikal elektrikal keseluruhan bangunan senilai Rp324.500.000.000.
b. Kontrak dengan NMR selaku Dirut PT GDM No. 02/SPPPP/SENTUL-
HAMBALANG/ADHI-WIKA/XII/2010 tanggal 29 Desember 2010 untuk pekerjaan
struktur dan arsitektur senilai Rp139.960.774.000, sebagai berikut:
1) Pekerjaan Asrama Junior Putri senilai Rp35.785.247.03,70
2) Pekerjaan Asrama Junior Putra senilai Rp35.087.130.741,39
3) Pekerjaan GOR Serbaguna senilai Rp56.364.689.538,36
4) PPN sebesar Rp12.723.706.733,35
Selain itu, KSO AW yang diwakili PHP juga mengikat kontrak dengan SaS selaku
Dirut PT ALP No. 03/SPPPP/SENTUL-HAMBALANG/ADHI-WIKA/XII/2010 tanggal 29
Desember 2010 untuk pekerjaan galian dan timbunan senilai Rp3.415.591.800. Sedangkan
penandatanganan kontrak antara KSO AW dengan sub kontraktor lainnya dilaksanakan pada
tahun 2011 dan 2012 yaitu terhadap 52 perusahaan senilai total Rp530.440.777.985,55.
(rincian terlampir Lampiran 6).
Terhadap pekerjaan-pekerjaan yang telah dikerjakan oleh sub-kontraktor KSO AW
sampai dengan 31 Desember 2011, telah diuji petik yaitu beberapa pekerjaan seperti
pekerjaan beton, baja, pondasi, cut & fill, dan plafond. Nilai pekerjaan-pekerjaan tersebut
yang dibayar oleh Kemenpora kepada KSO AW adalah sebesar Rp129.379.207.431. Untuk
pekerjaan-pekerjaan itu, KSO AW membayar sebesar Rp78.369.241.173 kepada sub-
kontraktor.
Pemeriksaan secara uji petik terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh sub kontraktor PT
DC menunjukkan bahwa PT DC mensub-kontrakkan kembali sebagian pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya (setidaknya 13 jenis barang) kepada 14 perusahaan. Terhadap
ke-13 jenis barang tersebut, PT DC membeli dari 14 perusahaan lain seharga
Rp27.878.238.973 (termasuk pajak). Dan terhadap jenis-jenis barang tersebut, harga yang
dicantumkan dalam kontrak antara Kemenpora dengan KSO AW adalah sebesar
Rp113.824.122.280 (termasuk pajak).
79
Hasil pemeriksaan terhadap ke-14 perusahaan yang menjadi supplier PT DC tersebut
menunjukkan bahwa 8 perusahaan di antaranya adalah perusahaan yang masuk dalam Daftar
Sub-kontraktor dan Supplier (Subcontractor and Vendor Approved List) KSO AW. Lebih
lanjut perusahaan-perusahaan tersebut menerangkan bahwa pada awalnya mereka diminta
oleh PT AK untuk memasukkan penawaran menjadi supplier bagi PT AK dalam proyek
Hambalang tersebut. Namun beberapa lama kemudian, PT DC meminta mereka untuk
menawarkan hal yang sama untuk proyek yang sama untuk memasok barangnya bagi proyek
Hambalang atas nama PT DC.
Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 32 (3) bahwa Penyedia
barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan
mensubkontrakkan kepada pihak lain. Juga pasal 32 (4) bahwa Penyedia barang/jasa dilarang
mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada
pihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali disub-kontrakkan kepada penyedia
barang/jasa spesialis.
Untuk pekerjaan fisik tahun 2010 Kemenpora telah membayar kepada rekanan KSO
AW brutto sebesar Rp31.398.355.479 (2,91% dari nilai kontrak induk). Nilai tersebut terdiri
atas Pekerjaan Fisik sebesar Rp5.326.593.389 dan Pekerjaan Infrastruktur sebesar
Rp26.071.762.090. Sebagian besar (80,54%) dari pembayaran tersebut adalah untuk
pekerjaan mekanikal elektrikal, yaitu sebesar Rp25.289.125.884, yang terdiri atas pekerjaan
Mekanikal Elektrikal pada Pekerjaan Fisik senilai Rp622.762.767 dan pekerjaan mekanikal
elektrikal pada Pekerjaan Infrastruktur senilai Rp24.666.363.117.
Pembayaran tersebut adalah untuk pelaksanaan pekerjaan infrastruktur dan fisik
bangunan sampai dengan akhir Desember 2010 yang diakui dan dilaporkan sebesar 3,8825%
(dari volume kontrak induk), dengan rincian sebagai berikut:
1) Pekerjaan persiapan, prasarana dan penunjang sebanyak 0,1226%
2) Pekerjaan struktur sebanyak 0,2175%
3) Pekerjaan arsitek sebanyak 0,0059%
4) Pekerjaan mekanikal elektrikal sebanyak 3,1271%
5) Pekerjaan infrastruktur dan utilitas sebanyak 0,4094%
Pembayaran dan pengakuan kemajuan fisik pekerjaan tersebut tidak pernah diperiksa
oleh pejabat berwenang yaitu Panitia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada
Pembangunan Lanjutan P3SON Hambalang yang beranggotakan:
1) RI selaku Ketua merangkap anggota
2) AH selaku Wakil Ketua merangkap anggota
3) RS selaku Sekretaris merangkap anggota
4) ENS selaku anggota
5) AP selaku anggota
80
6) Har selaku anggota
7) Is selaku anggota
Seluruh pembayaran pekerjaan fisik yang diakui di tahun 2010 sebesar
Rp31.398.355.479 telah dibayar berdasarkan permintaan pembayaran yang ditandatangani
oleh TBMN selaku Kuasa KSO AW nomor 003-004/KSO Adhi-Wika/XII/10 tanggal 14
Desember 2010. (rincian terlampir Lampiran 7)
Terhadap nilai pekerjaan mekanikal elektrikal (ME) tahun 2010 sebesar
Rp25.289.125.884 tersebut, Tim BPK RI memeriksa secara uji petik terhadap realisasi
pekerjaan mekanikal elektrikal (ME) senilai Rp14.668.165.611. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa sampai dengan akhir Desember 2010, dari nilai pekerjaan yang telah
dibayarkan kepada KSO AW brutto sebesar Rp25.289.125.884, sebagian di antaranya senilai
Rp14.668.165.611 (58,00%) belum dikerjakan oleh rekanan PT DC dan baru dilaksanakan
pada bulan Agustus-November 2011. Sedangkan terhadap pekerjaan senilaiRp10.620.960.273
(42,00%) berupa pekerjaan perkabelan dan pemipaan, sampai dengan laporan ini disusun
(Oktober 2012) Tim Pemeriksa belum memperoleh data pelaksanaan pekerjaannya. (rincian
terlampir Lampiran 8 )
Pembangunan konstruksi proyek P3SON baru dimulai tahun 2011. Sesuai klausul
kontrak, pembayaran kepada KSO AW dilakukan dengan metode tagihan bulanan (monthly
certificates). Sampai dengan saat pemeriksaan (Juli 2012) Kemenpora telah membayar
kepada KSO AW total SPM sebesar Rp514.022.323.917 termasuk pajak (47,6865% dari nilai
total kontrak induk). Pembayaran itu mencakup uang muka dan pekerjaan fisik sampai
dengan akhir Desember 2011 dan belum termasuk pekerjaan fisik di tahun 2012. Terkait
pembayaran sebesar itu, PHP selaku Project Manager KSO AW melaporkan kemajuan fisik
pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan periode pekan terakhir 2011 adalah sebesar
37,5817% dari nilai total kontrak induk. Selama tahun 2012, KSO AW telah melaporkan
kemajuan fisik yang dicapainya per 12 Maret 2012 yaitu sebesar 42,6755%. Laporan
kemajuan ini belum disetujui oleh PPK Kemenpora. Selanjutnya, dengan surat kepada PPK
nomor 916/PPK/P3SON/Adhi-Wika/V/2012 tanggal 16 Mei 2012 KSO AW menghentikan
seluruh pekerjaan dengan alasan belum ada realisasi pembayaran sejak Januari 2012 sd April
2012.
Menyangkut kegiatannya, KSO AW telah menyusun suatu Laporan Keuangan
tersendiri yang terpisah dari laporan keuangan PT AK dan PT WiKa sebagai perusahaan
induk. PT AK dan PT Wika hanya mengakui laba neto yang diperoleh KSO ke dalam laporan
keuangan masing-masing. Laporan Keuangan KSO AW tahun 2010 belum diperiksa oleh
Kantor Akuntan Publik. Sedangkan Laporan Keuangan KSO tahun 2011 telah diperiksa oleh
KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Dalam
tahun 2010, KSO AW mengakui laba sebesar Rp2.518.402.641 (un-audited) dan tahun 2011
81
sebesar Rp36.079.612.867 (audited). Nilai laba tersebut diakui dalam Laporan Keuangan
Kantor Pusat PT AK tahun 2010 sebesar Rp1.762.881.849 dan tahun 2011 sebesar
Rp25.255.729.007. Laporan Keuangan PT AK tahun 2010 dan 2011 telah diperiksa oleh KAP
RSM AAJ Associates dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian.
Pada Desember 2011 terjadi bencana longsor yang menimpa sebagian bangunan proyek
P3SON Hambalang yaitu Power House 3, jalan 13, dan gedung tenis / bulu tangkis yang
berada di zona bawah. Terjadinya bencana tersebut telah diteliti oleh tim tanggap darurat
yang dibentuk Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian
ESDM pada Juni 2012. Hasil penelitian yang dituangkan ke dalam surat nomor
1384/45/BGK.V/2012 tanggal 7 Juni 2012 menyebutkan bahwa bencana gerakan tanah
tersebut disebabkan sifat batuan di lokasi tersebut yang memang memiliki kerentanan yang
tinggi terhadap terjadinya gerakan tanah. Jenis batuan berupa tanah lempung yang mudah
mengembang (sweeling clay) jika terkena air diduga menjadi penyebab terjadinya bencana
tersebut. Selain itu, adanya air permukaan yang mengalir bebas di permukaan dan meresap ke
dalam tanah menjenuhkan lapisan batu lempung menjadi mengembang dan menjadi bubur.
Juga adanya penggalian di lereng bagian bawah yang terjal (>800) dan memotong lapisan
lempung mengembang sehingga lapisan batu lempung dan lapisan batuan di atasnya bergerak
ke bawah dan terjadilah nendatan yang merobohkan bangunan di atasnya.
Hasil pemeriksaan oleh ahli geologi dari PVMBG dengan menggunakan alat Ground
Penetration Radar (GPR) yang dilakukan pada beberapa lintasan di lokasi bencana yang
disajikan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa:
1) Lapisan atas berupa lapisan batuan vulkanik di atas lapisan batu lempung
2) Bagian bawah berupa lapisan batu lempung yang bersifat mengembang (sweeling clay)
3) Terdapat akumulasi air yang cukup banyak di atas lapisan batu lempung
4) Pada lapisan batu lempung di beberapa tempat terindikasi adanya pembuburan tanah
lempung.
Mengingat sifat batuan yang mudah mengembang jika terkena air, maka PVMBG
tidak menyarankan di lokasi itu dibangun bangunan berpenghuni karena longsor susulan akan
mudah terjadi pada zona tersebut.
Kejadian longsor tersebut bukan kejadian yang pertama kali terjadi di wilayah
tersebut. Pada tahun 2002 juga pernah terjadi bencana gerakan tanah yang sama dan dalam
peta kerentanan gerakan tanah yang diterbitkan PVMBG, wilayah tersebut termasuk ke dalam
zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi.
82
Gambar 1 Hasil Pantauan Ground Penetrating Radar
Sumber: PVMBG
Runtuhnya tanah yang diatasnya telah dibangun beberapa bangunan pada proyek
tersebut tidak membuat KSO AW menghentikan pekerjaannya. Meskipun kontrak anak tahun
2012 belum disusun sehingga tidak dapat dibayar, namun pekerjaan tetap dilaksanakan.
Sampai dengan tanggal 12 Maret 2012, PHP selaku Project Manager KSO AW melaporkan
telah mencapai kemajuan pekerjaan fisik sebesar 42,6755% dari total kontrak induk. Laporan
kemajuan ini telah diperiksa dan disetujui oleh MG selaku konsultan manajemen konstruksi
PT CCM namun belum disetujui PPK. Kemajuan fisik ini menunjukkan bahwa telah terjadi
tambahan pekerjaan sebanyak 5,0938% sejak akhir tahun 2011 yang telah dilaporkan
sebelumnya.
Tidak adanya realisasi pembayaran bulanan sejak Januari sampai dengan Maret 2012
membuat KSO AW mulai mengurangi aktivitas pekerjaannya, dan benar-benar menghentikan
pekerjaan mulai bulan Mei 2012 yaitu dengan mengeluarkan surat nomor
916/PPK/P3SON/ADHI-WIKA/V/2012 tanggal 16 Mei 2012 perihal penghentian pekerjaan
yang ditujukan kepada PPK Kemenpora.
Secara umum AAM selaku Menpora menyatakan bahwa dalam pelaksanaan proyek
Hambalang ini, AAM berusaha melakukan pengendalian dan pengawasan namun dilakukan
secara lisan dengan meminta laporan dari staf. Laporan tersebut juga hanya didengarnya
secara lisan dan sepanjang pengetahuannya, staf selalu melaporkan bahwa proyek berjalan
lancar dan baik-baik saja. Semua bentuk pengendalian itu tidak pernah didokumentasikan
dengan baik dan memadai. Hal ini tidak sesuai dengan PP 60/2008 tentang Sistem
83
Pengendalian Intern Pemerintah pasal 18 bahwa Pimpinan instansi wajib menyelenggarakan
kegiatan pengendalian di antaranya berupa otorisasi atas transaksi dan kejadian penting dan
dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.
Selain itu pada pasal 40 diatur bahwa Pimpinan instansi wajib memiliki, mengelola,
memelihara, dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem
Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.
AAM menyatakan bertanggung jawab secara moril terhadap pelaksanaan anggaran
dan proyek Hambalang ini, namun penyimpangan yang terjadi adalah tanggung jawab dari
para pelaku yang tidak diketahuinya.
Seluruh rangkaian fakta dan proses kejadian disajikan secara kronologis dalam Lampiran 11 di
bagian akhir laporan ini.
3. Penyebab dan Akibat
Permasalahan tersebut disebabkan adanya dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan
dan/atau penyalahgunaan wewenang dan/ atau kelalaian dan/ atau pembiaran dari pihak-pihak
terkait dalam proses perencanaan dan pelaksanaan proyek P3SON Hambalang yang berakibat
pada terjadinya indikasi penyimpangan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak, dalam
proses pelelangan, dan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang berakibat pada terjadinya
indikasi kerugian negara sekurang-kurangnya sebesar Rp243.663.748.370, sebagai berikut:
a. Dalam proses pencairan uang muka
Karena proses persetujuan kontrak tahun jamak menyalahi ketentuan, maka kontrak induk
tidak boleh terjadi dan uang muka tidak boleh didasarkan pada nilai kontrak induk. Oleh
karena itu pembayaran uang muka yang diterima KSO AW netto sebesar Rp189.449.906.363
yang sebagian di antaranya telah dipotong pada saat pembayaran termin 2010 dan 2011
senilai total Rp72.519.748.706,93 sehingga sisanya sebesar Rp116.930.157.656,08
(dibulatkan menjadi Rp116.930.157.656) merupakan indikasi kerugian negara.
b. Dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Terdapat pemahalan harga atas pekerjaan ME yang berindikasi merugikan negara setidaknya
sebesar Rp75.723.624.456 (rincian terlampir Lampiran 9). Selain itu terdapat pemahalan
harga dalam pekerjaan struktur yang berindikasi kerugian negara setidaknya sebesar
Rp51.009.966.258. (rincian terlampir Lampiran 10).
Indikasi kerugian negara tersebut diperoleh dengan cara membandingkan jumlah uang negara
yang dikeluarkan oleh Kemenpora dengan nilai pekerjaan sebenarnya (real-cost) yang
dikerjakan oleh sub-kontraktor yang dihitung secara uji petik.
84
4. Pihak-pihak yang diduga terkait
Pihak-pihak yang diduga terkait dengan indikasi penyimpangan dan atau penyalahgunaan
wewenang dalam proyek pembangunan P3SON Hambalang adalah sebagai berikut:
a. Dalam proses pemberian izin-izin
1) RY selaku Bupati Bogor menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan P3SON
berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor meskipun
Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi Amdal atas rencana pembangunan
tersebut.
2) SS selaku Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor atas nama Bupati Bogor
menerbitkan IMB, meskipun Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi Amdal
atas proyek tersebut.
3) Bu selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor membantu Bupati
Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan P3SON Hambalang,
meskipun Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi Amdal atas proyek
tersebut.
4) YH selaku Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kabupaten Bogor membantu
Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan P3SON berlokasi
di Desa Hambalang, meskipun Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi
Amdal atas proyek tersebut.
5) AAA selaku PPK kegiatan studi Amdal tahun 2007 menerima dari NS dana kegiatan
studi Amdal yang tidak dikerjakan di tahun 2007.
6) DN selaku Direktur PT CKS tidak menyelesaikan kewajibannya yang telah diikat dengan
kontrak pekerjaan studi Amdal tahun 2007.
b. Dalam proses pensertipikatan tanah
1) JW selaku Kepala BPN
a) Menandatangani SK Hak Pakai untuk Kemenpora atas tanah Hambalang dengan
didukung dokumen yang tidak sesuai kenyataan, di antaranya berupa surat pelepasan
hak dari pemegang hak terdahulu yang diduga palsu.
b) Tidak memperhatikan dengan cermat dan tidak melihat dokumen asli surat
pernyataan pelepasan hak yang menjadi persyaratan penting sebelum menandatangani
SK Hak Pakai.
2) MM selaku Sestama sekaligus Plt Deputi II BPN
a) Memerintahkan LAW untuk menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang yang tidak
berhak menerima.
85
b) Tidak menandatangani RPD mutakhir meskipun merubah RPD dengan memasukkan
surat pernyataan pelepasan hak.
3) BS selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN memerintahkan
staf untuk menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang diduga palsu dalam RPD.
4) EW selaku staf pengolah data Deputi II BPN atas perintah Kasie, Kasubdit, dan Direktur
menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang diduga palsu, dalam RPD sehingga SK
Hak Pakai dapat ditandatangani.
5) LAW selaku Kabagian Persuratan BPN menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang yang
tidak berhak menerima.
6) WM selaku Sekretaris Kemenpora menandatangani Surat Pernyataan terkait tanah yang
tidak sesuai kenyataannya
c. Dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak dan penyusunan anggaran
1) AAM selaku Menteri Pemuda dan Olahraga tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya
untuk menyampaikan permohonan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan dan
membiarkan Ses Kemenpora melampaui wewenang Menpora yaitu mengusulkan
permohonan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan.
2) WM selaku Sekretaris Kemenpora
a) Mengajukan usulan revisi RKA KL TA 2010 dengan data yang tidak benar, yaitu
yang seharusnya terjadi penurunan volume kegiatan tetapi menyajikannya menjadi
kenaikan volume kegiatan.
b) Mengajukan pendapat teknis yang tidak ditandatangani Menteri PU sebagai syarat
kelengkapan persetujuan kontrak tahun jamak
c) Menandatangani surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tanpa
pendelegasian wewenang dari Menpora
d) Mengajukan permohonan persetujuan kontrak tahun jamak bagi jasa Konsultan
Perencana dan Manajemen Konstruksi meskipun kontrak pekerjaan jasa tersebut
sudah ditandatangani dan pekerjaan sudah dilaksanakan.
e) Menjawab permintaan klarifikasi dari Dirjen Anggaran dengan surat tertanggal 15
November 2010 terkait dengan kejelasan maksud pendapat teknis dari Kementerian
PU tanpa menanyakan kembali secara resmi kepada Direktur PBL sebagai pihak yang
paling berwenang menerbitkan pendapat teknis
86
3) DK selaku Kepala Biro Perencanaan Kemenpora dan Pejabat Pembuat Komitmen
a) Menyampaikan informasi dan data dukung yang tidak sesuai dengan persyaratan
kontrak tahun jamak kepada Wafid Muharam dan Direktorat Jenderal Anggaran.
b) Mengusahakan dokumen pendukung dari Kementerian Pekerjaan Umum untuk
digunakan sebagai persyaratan Kontrak Tahun Jamak tanpa mempertimbangkan
ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun 2007.
c) Tidak menyampaikan informasi pelaksanaan kegiatan pembangunan P3SON kepada
Dirjen Anggaran dalam bentuk dokumen tertulis agar dapat memperoleh persetujuan
kontrak tahun jamak.
4) ADWM selaku Menteri Keuangan
a) Memberikan persetujuan dispensasi waktu pengajuan revisi RKA KL TA 2010 dari
Ses Kemenpora yang melebihi batas waktu yang diatur dalam PMK
69/PMK.02/2010.
b) Menetapkan persetujuan kontrak tahun jamak meskipun beberapa persyaratan belum
dipenuhi, yaitu: (i) alokasi anggaran belum tersedia dalam APBN; (ii) permohonan
tidak diajukan oleh Menpora (AAM) tetapi hanya ditandatangani Ses Kemenpora
(WM); (iii) pendapat teknis Kementerian Pekerjaan Umum tidak ditandatangani
Menteri PU (DjK), tetapi oleh Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kementerian PU (GH); dan (iv) RKA KL Kemenpora TA 2010 yang menunjukkan
pekerjaan dibiayai lebih dari satu tahun anggaran belum ditetapkan.
5) AR selaku Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan
a) Memberikan kesempatan kepada Ses Kemenpora (WM) untuk mengajukan revisi
RKA KL TA 2010 dengan Surat Nomor S-3451/AG/2010 tanggal 15 November 2010
padahal batas waktu pengajuan revisi anggaran telah lewat.
b) Menyetujui revisi kedua SP-SAPSK Kemenpora TA 2010 yang diajukan Ses
Kemenpora (WM), meskipun terjadi pengurangan volume keluaran kegiatan yang
tidak sesuai PMK Nomor 69/PMK.02/2010.
c) Menandatangani surat persetujuan kontrak tahun jamak meskipun revisi RKA KL
salah ditetapkan.
d) Menetapkan SP-SAPSK Kemenpora TA 2011 dalam skema tahun jamak pada saat
persetujuan kontrak tahun jamak belum diterbitkan.
6) MPN selaku Sekjen Kementerian Keuangan memberikan disposisi yang bukan
wewenangnya dalam Lembar Disposisi Menteri Keuangan kepada Dirjen Anggaran atas
surat permohonan persetujuan tahun jamak dari Kemenpora.
87
7) DPH selaku Direktur Anggaran II Kementerian Keuangan
a) Tidak meneliti draft usulan persetujuan kontrak tahun jamak dengan cermat atas hasil
penelaahan yang disampaikan bawahan, terutama meyakinkan kembali apakah
bawahan tidak salah menafsirkan/membaca data dukung yang disampaikan Ses
Kemenpora.
b) Tidak menanyakan kembali jawaban disposisi yang diberikan kepada bawahan untuk
meyakinkan kejelasan maksud pendapat teknis dari Kementerian PU.
c) Tidak mengecek kembali apakah seluruh persyaratan, kelengkapan, dan kriteria yang
diminta dalam PMK 56/2010 telah ditelaah dan diberikan pendapat oleh bawahan.
8) S selaku Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
a) Tidak menelaah kelayakan kegiatan pembangunan P3SON untuk dilaksanakan dalam
tahun jamak.
b) Tidak meneliti ulang hasil penelaahan staf berdasarkan dokumen pendukung yang
ada.
c) Menyimpulkan dalam laporan hasil penelaahan bahwa data dukung untuk persetujuan
kontrak tahun jamak telah lengkap, padahal belum disertakan RKA KL yang
menunjukkan pekerjaan dibiayai lebih dari satu tahun anggaran.
d) Mengusulkan dispensasi atas pengajuan revisi RKA KL dari Ses Kemenpora yang
telah melewati batas waktu.
9) RH selaku Kasie II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
a) Tidak memverifikasi dan menelaah dengan cermat dokumen usulan revisi RKA KL
dari Ses Kemenpora sehingga terjadi kesalahan penetapan persetujuan revisi RKA
KL yang menjadi syarat persetujuan kontrak tahun jamak.
b) Menyusun laporan hasil penelaahan dengan menyatakan bahwa Surat Direktur PBL
tanggal 23 November 2010 sebagai pendapat teknis dari Direktorat Jenderal Cipta
Karya, padahal yang menandatangani saat itu adalah Direktur PBL dan surat tersebut
hanya terkait dengan informasi jadwal dan alokasi biaya, bukan pendapat teknis
tentang kelayakan kontrak tahun jamak.
c) Menyatakan dalam nota dinas hasil penelaahan bahwa terjadi perubahan volume dari
108.533 m2 menjadi 121.097 m
2 sesuai dengan pendapat teknis Kementerian PU
tanggal 22 Oktober 2010, padahal pendapat teknis tidak menyatakan seperti itu.
88
d) Menyusun konsep nota dinas hasil penelaahan yang tidak sepenuhnya mendasarkan
pada data dukung yang ada, misalnya menyebutkan bahwa pendapat teknis adalah
Surat Informasi Jadwal Pelaksanaan Kegiatan.
e) Menafsirkan pendapat teknis atas kegiatan P3SON yang tidak didukung dengan
pertimbangan instansi teknis fungsional.
10) AM Staf Seksi II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
a) Tidak menelaah dengan cermat dokumen usulan revisi RKA KL dari Ses Kemenpora
sehingga terjadi kesalahan penetapan pesetujuan revisi RKA KL yang menjadi syarat
persetujuan kontrak tahun jamak.
b) Tidak menelaah usulan revisi RKA KL dengan membandingkan data dukung dari
Kementerian PU.
c) Tidak memberikan pendapat atau hasil penelaahan terhadap seluruh persyaratan
dalam PMK 56/2010 dibandingkan dengan data dukung yang disampaikan Ses
Kemenpora.
d) Menafsirkan pendapat teknis kegiatan P3SON yang tidak didukung dengan
pertimbangan instansi teknis fungsional.
e) Memberikan peluang untuk melengkapi kembali data pendukung tanpa
menyampaikan usulan surat permintaan kekurangan data dukung.
11) GH selaku Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian PU
a) Menandatangani pendapat teknis dalam rangka proyek tahun jamak yang digunakan
oleh Kemenpora sebagai syarat pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak kepada
Menteri Keuangan tanpa memiliki pendelegasian kewenangan dari Menteri Pekerjaan
Umum.
b) Menambahkan pernyataan dalam surat tgl 23 November 2010 bahwa pembangunan
P3SON dapat dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak, meskipun tidak diminta
pendapatnya oleh DK dan hal tersebut bukan merupakan kewenangannya.
c) Menyampaikan analisa biaya komponen kepada Ses Kemenpora yang tidak disusun
oleh Kementerian PU dengan mekanisme normal, yaitu antara lain tanpa tanda tangan
pejabat struktural dan staf yang menyusunnya, serta tidak sepenuhnya mengikuti
Permen PU No.45 tahun 2007.
12) DP selaku Pengelola teknis Kementerian PU
a) Menerbitkan Memo Dinas yang menjustifikasi penafsiran pendapat teknis dari
Direktur PBL secara salah untuk menjawab permintaan klarifikasi dari Dirjen
Anggaran.
89
b) Memberikan paraf dan menyampaikan kepada Kemenpora melalui Surat Direktur
PBL tanggal 23 November 2010 hasil analisis biaya pembangunan P3SON
Hambalang yang tidak sepenuhnya merupakan produk Kementerian PU, tetapi
ternyata disusun oleh pegawai PT AK yang merupakan perusahaan pemenang lelang
kosntruksi, serta telah ditambahkan inflasi sebesar 2,95% dari standar harga tertinggi
per m2 bangunan gedung negara yang berlaku sesuai Keputusan Bupati Bogor.
d. Dalam proses pemilihan rekanan
1) AAM selaku Menteri Pemuda dan Olahraga
a) AAM selaku Menteri Pemuda dan Olahraga tidak melaksanakan tugas dan
wewenangnya dalam penetapan pemenang lelang atas pengadaan barang/jasa diatas
Rp50 Milyar sesuai dengan Keppres 80/2003 pasal 26, dan membiarkan Ses
Kemenpora melampaui wewenang Menpora dalam penetapan pemenang lelang atas
pengadaan barang/jasa diatas Rp50 Milyar.
b) Tidak melakukan pengendalian intern berdasarkan ketentuan perundangan atas
pelaksanaan kegiatan di instansi yang dipimpinnya, yang berdampak pada tidak
dipatuhinya ketentuan perundangan dalam hal otorisasi dan dokumentasi kejadian
penting, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan P3SON Hambalang.
2) WM selaku Ses Kemenpora menandatangani surat penetapan pemenang lelang konstruksi
Proyek Pembangunan P3SON Hambalang dengan melampaui kewenangannya.
3) WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Memerintahkan BaS selaku Sekretaris untuk melakukan verifikasi secara formalitas
hasil evaluasi prakualifikasi dan penawaran lelang pekerjaan P3SON Hambalang, dan
membuat berita acara setiap tahap hasil pekerjaan lelang pekerjaan P3SON
Hambalang.
b) Memerintahkan J untuk mengadministrasikan seluruh dokumentasi lelang,
menditribusikan pemberitahuan perubahan anggaran dari Rp262M menjadi Rp1,2T
kepada peserta lelang.
c) Membuat pemberitahuan perubahan nilai pekerjaan yang sebelumnya Rp262M
menjadi Rp1,2T (sesuai keterangan PPK).
d) Memerintahkan J untuk memberikan nomor surat pemberitahuan PPK mengenai
perubahan nilai pekerjaan dari Rp262M menjadi Rp1,2T.
e) Memerintahkan J mendistribusikan surat perubahan nilai pekerjaan dari Rp262M
menjadi Rp1,2T kepada peserta lelang.
90
f) Memerintahkan J untuk menerima hasil pekerjaan Konsultan Perencana yang belum
layak menjadi dasar aanwijzing dan dokumen lelang untuk pekerjaaan multiyears
senilai Rp1,2 Triliun
4) J selaku Anggota Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Memberikan nomor surat pemberitahuan PPK yang dibuat oleh WiM mengenai
perubahan nilai pekerjaan dari Rp262 Miliar menjadi Rp1,2 Triliun.
b) Mendistribusikan surat pemberitahuan PPK mengenai perubahan nilai pekerjaan
sebelumnya senilai Rp262 Miliar menjadi Rp1,2 Triliun kepada peserta lelang.
c) Menerima hasil pekerjaan Konsultan Perencana yang belum layak menjadi dasar
aanwijzing dan dokumen lelang untuk pekerjaaan multiyears senilai Rp1,2 Triliun.
5) BaS selaku Sekretaris Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Melakukan verifikasi seluruh hasil evaluasi baik prakualifikasi maupun penawaran
sesuai dengan arahan dan perintah Ketua Panitia Lelang.
b) Membuat seluruh berita acara tahap pelelangan dari hasil prakualifikasi dan
penawaran (Sampul I dan Sampul II).
6) RW selaku Staf Biro Perencanaan Kemenpora
a) Membantu menyusun data pendukung RKA-KL tanpa memperhatikan hasil
perhitungan Kementerian Pekerjaan Umum.
b) Membantu menyusun Konsep Surat Keluar untuk permohonan revisi RKA-KL tanpa
didukung data yang cermat.
c) Membantu melengkapi dokumen pendukung dari Instansi Teknis Fungsional yang
tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang profesional.
d) Membantu menyusun desain pelaksanaan pekerjaan tanpa dasar penetapan dan
kebutuhan yang ditentukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga.
7) MA selaku Komisaris PT MSG memerintahkan AW untuk mengkoordinasikan
pertemuan para pihak yang terkait dengan proyek P3SON Hambalang.
8) AW selaku Marketing Manager PT MSG aktif mengkoordinasikan pertemuan pihak-
pihak terkait yaitu konsultan perencana, manajemen konstruksi, pemborong konstruksi,
Panitia Pengadaan, dan PPK proyek P3SON Hambalang sebelum proses pelelangan
dimulai.
9) HaH selaku staf PT YK mengkoordinasikan tim staf PT YK untuk melakukan evaluasi
prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran PT YK bertempat di sebuah
ruangan di Hotel Century Senayan Jakarta.
91
10) AS selaku Direktur PT CCM meminta stafnya (Mul dan RS) untuk melanjutkan proses
teknis penawaran setelah bertemu dengan MA dalam rapat di kantor Kemenpora dan
memastikan bahwa yang akan bertindak sebagai rekanan manajemen konstruksi adalah
PT CCM.
11) Mul selaku Manajer Pemasaran PT CCM
a) Memerintahkan AG bersama timnya untuk menyiapkan kebutuhan dokumen dalam
rangka pelelangan di Kemenpora.
b) Menghubungi beberapa perusahaan lain untuk dapat membantu mendukung
penawaran sebagai perusahaan pendamping pelelangan.
12) AG selaku staf PT CCM mengkoordinasikan tim staf PT CCM untuk mengurus seluruh
proses penawaran termasuk melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap
dokumen penawaran PT CCM dan perusahaan-perusahaan pendamping.
13) RHa selaku staf PT CCM
a) Melakukan evaluasi prakualifikasi dan evaluasi teknis terhadap dokumen penawaran
yang disusun PT CCM sendiri.
b) Membuat dokumen penawaran atas nama perusahan-perusahan lain sebagai
pendamping bagi PT CCM untuk mengikuti pelelangan.
c) Menyerahkan hasil evaluasi penawaran beserta kertas kerjanya kepada Panitia
Pengadaan.
14) RMS selaku staf PT CCM memasukkan dokumen penawaran perusahan-perusahaan
pendamping untuk mengikuti pelelangan.
15) YS selaku staf PT CCM memasukkan dokumen prakualifikasi dan mengisi daftar hadir
pemasukan dokumen prakualifiaksi atas nama perusahaan-perusahaan pendamping.
16) MG selaku staf PT CCM sekaligus Team Leader Manajemen Konstruksi menerima hasil
evaluasi rekanan konstruksi dari KS dan menyerahkan hasilnya kepada Panitia Pengadaan
untuk dibuatkan Berita Acara.
17) TS selaku staf PT AK mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi prakualifikasi dokumen
penawaran pekerjaan konstruksi yang memenangkan PT AK
18) AT memberi disposisi kepada TS untuk mengkoordinasikan pelelangan yang hendak
diikuti PT AK.
19) KS selaku staf PT AK bersama Da membawa dokumen penawaran peserta lelang
konstruksi untuk dievaluasi di Hotel Aston, dan kemudian memberikan hasil evaluasinya
kepada MG.
92
e. Dalam proses pencairan uang muka
1) RI selaku Kabag Keuangan Kemenpora menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)
sebesar Rp217.137.547.103 untuk pembayaran uang muka oleh KPPN melalui SP2D
kepada rekanan pelaksana meskipun pekerjaan belum dilaksanakan oleh rekanan dan
bukti pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan belum diverifikasi oleh pejabat yang
berwenang.
2) TBMN selaku Kepala DK-I PT AK sekaligus Kuasa KSO AW meminta dan menerima
pembayaran uang muka proyek P3SON Hambalang sebesar Rp189.449.906.363 yang
tidak seharusnya diterima.
3) MS selaku Dirut PT DC menerima uang muka sebesar Rp63.300.942.000 yang tidak
seharusnya.
f. Dalam proses pelaksanaan pembangunan konstruksi
1) RI dkk. selaku Panitia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada Pembangunan
Lanjutan P3SON Hambalang melalaikan kewajibannya memeriksa pekerjaan fisik dan
infrastruktur proyek untuk pembayaran tahun 2010.
2) TBMN selaku Kepala DK-I PT AK sekaligus Kuasa KSO AW
a) Meminta dan menerima pembayaran atas pekerjaan fisik dan infrastruktur pekerjaan
P3SON Hambalang tahun 2010 yang tidak dikerjakan pada saat tagihan diajukan ke
Kemenpora sekurang-kurangnya sebesar Rp25.289.125.884.
b) Menandatangani kontrak pekerjaan utama kepada sub kontrak
3) MS selaku Dirut PT DC menagih pembayaran pekerjaan tahun 2011 atas jenis pekerjaan
yang belum dikerjakan pada saat tagihan diajukan kepada KSO AW sekurang-kurangnya
sebesar Rp14.668.165.611.
Jakarta, 30 Oktober 2012
Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
Penanggung Jawab Pemeriksaan
J. Widodo H. Mumpuni