dokter luar negeri masuk indonesia

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Upload: novita-afsari

Post on 07-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: Dokter Luar Negeri Masuk Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Page 2: Dokter Luar Negeri Masuk Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi kepercayaan

Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain

dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental

yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang

mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan

dari orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai

(Moorman, 1993)

Dimensi kepercayaan

a. Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin

terhadap orang lain dalam suatu situasi

b. Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap

bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan

mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada

kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain

Kewajiban dokter menurut UU

Menurut Undang-undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,

pada pasal 51 diatur mengenai kewajiban seorang dokter kepada pasien

1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien

2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian

atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan

Page 3: Dokter Luar Negeri Masuk Indonesia

3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan

juga setelah pasien itu meninggal dunia

4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya

5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi

Faktor yang mempengaruhi kepauasan pengguna jasa layanan kesehatan

1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yangakan diterimanya.

Dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan penting karena

pelayanan kesehatan adalah high personnel contract

2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini

akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat

kepatuhan pasien

3. Biaya. Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral

hazard bagi pasien dan keluarganya

4. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi dan kebersihan ruangan

5. Jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan. Ketepatan

jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini

6. Keandalan dan keterampilanpetugas kesehatan dalam memberikan

pelayanan

7. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien

MRA ( Mutual Recognition Agreement)

Dalam upaya mendukung liberalisasi sektor jasa , terutama terkait lalu lintas

atau perpindahan tenaga kerja terampil, negara-negara anggota ASEAN

menandatangani MRA (Mutual Recognition Agreement) pada tanggal 19 November

2007. MRA ini menjadi sebuah hal mutlak yang dilakukan untuk mendukung

liberalisasi sektor jasa yang berasaskan keadilan/fairness. Setidaknya saat ini telah

Page 4: Dokter Luar Negeri Masuk Indonesia

disepakti 8 MRA dan MRA Framework, yaitu (1) MRA untuk jasa teknik; (2) arsitek;

(3) jasa perawatan; (4) praktisi medis; (5) praktisi gigi/dokter gigi; (6) jasa akuntan;

(7) penyigian (surveying).

Hakikat MRA

Pertama, negara tujuan atau negara penerima mengakui kualifikasi profesional

dan muatan latihan yang diperoleh dari negara pengirim atau negara asal tenaga kerja

terampil. Kedua, negara asal diberikan otoritas untuk mengesahkan kualifikasi dan

pelatihan dengan cara memberikan diploma atau sertifikat. Ketiga, pengakuan tidak

bersifat otomatis. Ada proses untuk penentuan standar dan persyaratan lainnya yang

diterapkan baik di negara penerima maupun di negara asal

ASEAN MRA on Medical Practitioner

MRA untuk jasa dokter ditandatangani di Cha am, Thailand pada tanggal 26

Februaari 2009 bersamaan dengan penandatangan MRA untuk sektor jasa dokter gigi

(dental practitioners) dan jasa akuntansi (accountancy services). MRA ini bertujuan

untuk:

1. Memfasilitasi mobilitas jasa dokter di dalam kawasan ASEAN

2. Bertukar informasi dan meningkatakan kerjasama dalam skema MRA jasa

dokter

3. Mempromosikan pengadopsian best practices untuk standar dan kualifikasi

4. Menyediakan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas dan melatih para

pelaku jasa dokter

Page 5: Dokter Luar Negeri Masuk Indonesia

Tata kelola dokter asing masuk ke Indonesia

Dalam hal tata kelola/regulasi, tahun 2011 UU Pendidikan Kedokteran telah

dirancang. Implementasi dari UU Kedokteran ini memerlukan koordinasi anatara

Kemenkes, Kemendiknas, KKI dan organisasi profesi kedokteran lainnya. UU ini

diharapkan dapat menjadi solusi Indonesia untuk menyamakan kompetensi dengan

negara ASEAN lainnya. Selain itu, dalam kerangka harmonisasi aturan di ASEAN,

pemerintah perlu memperhatikan dan merujuk UU kesehatan, UU praktik kedokteran

dan UU tenaga Kesehatan. Tanpa merujuk UU yang saling terkait, aturan yang

komprehensif dalam upaya memaksimalkan manfaat pasar ASEAN akan sulit

tercapai. Namun sesungguhnya, Indonesia merupakan negara yang meliberalkan

sektor jasa kedokteran cukup longgar. Di Thailand, pemerintah mensyaratkan dokter

asing untuk menguasai bahasa lokal. Sementara di Indonesia dari sisi bisnis

kesehatan, perusahaan asing dapat memiliki saham hingga 70%, bahkan diizinkan

untuk mendirikan rumah sakit dengan syarat tetap menyediakan 25% kuota untuk

pasien kurang mampu. Sementara itu, dalam hal arus tenaga dokter asing, pemerintah

telah membuat regulasi tentang dokter asing di Indonesia. Regulasi ini menjabarkan

secara rinci, apa saja dokumen yang dibutuhkan dan dokter asing yang bagaimana

yang dapat diakomodasi di Indonesia.

Infrastruktur pendukung

Berbicara infrastruktur pendukung untuk sektor jasa praktisi medis/dokter,

poin penting yang perlu diperhatikan adalah fasilitas pendidikan baik terkait

ketersediaan SDM dalam memperkuat pengajaran di bidang kesehatan/kedokteran,

maupun ketersediaan teknologi kedokteran. Untuk SDM dalam bidang pendidikan,

seperti yang telah dijelaskan di depan, fasilitas pendidikan dan SDM masih terpusat

di daerah Jawa. Adapun dalam hal teknologi. Pendidikan kedokteran di Indonesia

dapat dikatakan tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, Filipina dan Singapura, di

mana pemerintahnya memberikan perhatian yang besar dalam penguasaan teknologi

Page 6: Dokter Luar Negeri Masuk Indonesia

kedokteran. Terkait dengan teknologi ini tentu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit,

sementara pemerintah hanya mengalokasikan 2,2 % dari total health expenditure,

jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Filipina bahkan Vietnam

yang menempatakn 6,6%. Selain itu, anggaran yang dialokasikan perlu transparansi

dan pengalokasian yang efisien dan efektif. Konsekuensinya, Indonesia masih

berorientasi impor dalam pengadaan teknologi kedokteran baik high-tech maupun

yang standar, sehingga hampir 90% alat-alat kesehatan yang beredar di Indonesia

masih harus diimpor dari luar negeri. Bahkan tercatat nilai pasar alat kesehatan

mencapai 7 triliun rupiah. Keluhan narasumber penelitian ini juga diarahkan tentang

minimnya dana untuk penguasaan teknologi, mengindikasikan minimnya perhatian

pemerintah terhadap penguasaan sektor jasa dokter dan tidak dipandanganya sektor

ini sebagai sektor strategis dan vital dalam urusan ketahanan negara.

Hal yang perlu ditingkatkan dalam mengoptimalkan layanan posisi sektor jasa

praktisi medis/ dokter di Indonesia:

1. Perlunya meningkatkan daya saing tenaga dokter Indonesia melalui

peningkatan standar kompetensi, sambil mengupayakan untuk mengejar

keseragaman kompetensi bersama di antara negara-negara ASEAN. Dalam

hal ini koordinasi antara Kemenkes dan Kemendiknas dan stakeholders

lainnya menjadi kunci terbentuknya regulasi yang memadai untuk standar

kompetensi dokter Indonesia.

2. Melakukan review secara rutin standar kompetensi yang sudah dibuat untuk

bisa mengikuti perkembangan standar kompetensi di negara lainnya

3. Memperbanyak jumlah dokter dengan cara memperbanyak institusi

pendidikan kedokteran. Selain itu, perlu memetakan kembali distribusi dokter

dan intitusi kedokteran yang selama ini bertumpuk di Pulau Jawa.

Page 7: Dokter Luar Negeri Masuk Indonesia

4. Memperkuat infrastruktur pendukung dalam hal ini teknologi kedokteran dan

institusi pendidikan kedokteran yang memadai.

5. Terkait dengan praktik dokter asing, pemerintah perlu memikirkan untuk

menggunakan celah dalam MRA untuk memposisikan dokter Indonesia

menjadi lebih kompetitif dibandingkan dokter asing, misalnya melalui

persyaratan penguasaan bahasa setempat.

Daftar pustaka

Keliat, M, dkk. 2013. Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia dan liberalisasi jasa

ASEAN. [online]

http://www.kemlu.go.id/Documents/Penelitian%20BPPK%202014/Laporan

%20Akhir%20Liberalisasi%20Jasa.pdf [accssed 5 oktober 2015]