dokga diare bobby happy

61
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun ( 1,5% merupakan pasien dewasa ) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak – anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang – berat. Frekuensi kejadian diare pada negara – negara berkembang termasuk Indonesia lebih bnyak 2 – 3 kali dibandingkan negara maju. 1 Pada penderita diare akut pada 123 pasien di Rumah Sakit Persahabatan dari 1 November 1993 s.d 30 April 1994 Hendarwanto, Setiawan B dkk. Mendapatkan etiologi infeksi. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6-2 kali setahun. 1 Angka insiden diare adalah angka kesakitan diare baru (semua umur) pertahun. Sedangkan angka kesakitan baru (golongan balita) pertahun disebut episode. Angka kesakitan diare (insiden) di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 diare) 423 per 1000 penduduk, sedangkan episode diare balita adalah 1,0-1,5 kali pertahun. 2 1

Upload: vividewa

Post on 24-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dokga

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan

pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut

sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat

ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun ( 1,5%

merupakan pasien dewasa ) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis.

Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak –

anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap

dehidrasi sedang – berat. Frekuensi kejadian diare pada negara – negara berkembang

termasuk Indonesia lebih bnyak 2 – 3 kali dibandingkan negara maju.1

Pada penderita diare akut pada 123 pasien di Rumah Sakit Persahabatan dari 1

November 1993 s.d 30 April 1994 Hendarwanto, Setiawan B dkk. Mendapatkan

etiologi infeksi. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak

mengalami diare 1,6-2 kali setahun.1

Angka insiden diare adalah angka kesakitan diare baru (semua umur) pertahun.

Sedangkan angka kesakitan baru (golongan balita) pertahun disebut episode. Angka

kesakitan diare (insiden) di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 diare) 423 per 1000

penduduk, sedangkan episode diare balita adalah 1,0-1,5 kali pertahun.2

Angka diare di puskesmas sawangan, yaitu 866 kasus atau 2,3%. Diare masuk

dalam kelompok lima belas penyakit terbanyak di puskesmas kecamatan sawangan,

yaitu menempati urutan ke delapan.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Melakukan pelayanan kedokteran keluarga yang merupakan pendekatan

tatalaksana pada pasien dengan diare di keluarga, terutama mencakup tingkat

pencegahan dengan pendekatan secara holistik dan komprehensif.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi masalah klinis, keluarga dan lingkungan yang dihadapi

pasien.

b. Terlaksananya pendekatan kedokteran keluarga pada pasien diare

1

c. Mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal permasalahan tersebut.

d. Mencari solusi yang tepat dalam pemecahan masalah-masalah kesehatan

keluarga pasien khususnya penyakit yang diderita pasien.

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Puskesmas

a. Melakukan pembinaan yang berkesinambungan pada pasien diare.

b. Memberikan informasi faktor penyebab internal dan eksternal penderita diare

wilayah kerja Puskesmas Sawangan Depok

c. Sebagai bahan kajian bagi penentu kebijakan dalam program penanganan

Penyakit diare di Puskesmas Sawanga Depok.

1.3.2. Bagi Mahasiswa

a) Melatih mahasiswa melakukan pendekatan kedokteran keluarga yang dapat

diterapkan pada praktek kedokteran keluarga selanjutnya.

b) Melatih mahasiswa agar dapat berkomunikasi yang baik dengan

masyarakat.

1.3.3. Bagi Pasien

a) Mengetahui informasi mengenai diare, dan penatalaksanaannya.

b) Mengetahui pola hidup yang sehat, terkait pasien diare.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gastroenteritis (diare) adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja

yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dan biasanya ( lebih dari 3 x sehari)

dengan atau tanpa darah dan lendir.1,2,3,4

2.2 Epidemiologi

Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang

merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran

klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal-hal

berikut : adanya traveling (domestik atau internasional), kontak personal, adanya

sangkaan food-borne transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada

demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada

demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi.

Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme (seperti E.coli 0157:H7)

membutuhkan beberapa hari masa inkubasi.1,3,4

2.3 Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit,

virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain. 1,3,4

Infeksi1,3,4

1. Enteral

Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia

entero colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG.,

Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas,

Proteus dll.

Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting

yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit

pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang

menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery

diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi

mukosa.

3

Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas.

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan

dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan

aktifitas disakaridase.

Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa

usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana

mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin

memegang peranan.

Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan

Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam

sel epitel kolon.

Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1

dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan

perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-

uremic syndrome.

Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,

menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang

masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth

lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin

serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin)

yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery

diarrhea

Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak

langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan

feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan

air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to

person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus

halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan

heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan

proses ulcerative colitis.

Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang

terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui

person to person jarang terjadi.

4

V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan

menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat

mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya

enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti

accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT).

Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.

Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.

Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan

mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea

Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus,

Cytomegalovirus (CMV), echovirus. Virus-virus tersebut merupakan penyebab

diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).

Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada

manusia, Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, serta

serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.

Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau

water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.

Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa.

Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium

parvum, Balantidium coli.

Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis

masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme

asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite

dipengaruhi oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah

dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik,

diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas

rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah terpapar dengan

manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia.

Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan

gembung.

Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun

penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya

umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik

yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang

5

simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang

fulminant.

Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari

kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan

asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa

diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada

penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita

AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare yang

lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.

Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis,

cestodiasis dll.

Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa

dan larva, menimbulkan diare.

Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan

perdarahan usus..

Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu,

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea

dan nyeri abdomen.

Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix.

Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.

Fungus: Kandida/moniliasis

2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea: E.coli,

Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.

Makanan:

Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan

mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,

Streptococcus anhaemoliticus lyticus dll.

Alergi: susu sapi, makanan tertentu.

Malabsorbsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa),

disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asma

amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows

milk, vitamin dan mineral.

6

Imunodefisiensi: hipogmaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton),

penyakit grnaulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA

heavycombinationa.

Terapi obat, antibiotic, kemoterapi, antacid dll.

Tindakan tertentu seperti gastektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.

Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic)

Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning),

alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis

2.4 Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai

berikut: 1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotic; 2). Sekresi

cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3). Malabsorbsi asam empedu,

malabsorbsi lemak; 4). Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di

enterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6). Gangguan permeabilitas

usus; 7). Inflamasi dinding usus, disebut diare imflamatorik; 8). Infeksi dinding usus,

disebut diare infeksi. 1,3,4

Diare osmotic: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen

dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l.

MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorbsi mukosa usus missal

pada defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa. 1,3,4

Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit

dari usus, menurunnya basorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan

diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung

walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena

efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, penyakit yang

menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbs garam empedu), dan

efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat dll). 1,3,4

Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada

gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier

dan hati. 1,3,4

Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini

disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATP ase di enterosit dan

absorpsi Na+ dan air yang abnormal. 1,3,4

7

Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas

dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus

halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi,

hipertiroid. 1,3,4

Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang

abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus

halus. 1,3,4

Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya

kerusakan usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang

berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi air-

elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau

non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit crohn). 1,3,4

Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari

sudut kelaianan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa)

dan invasive (merusak mukosa). Bakteri noninvasive menyebabkan diare karena toksin

yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare

toksigenik a.l. kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor

merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, lalu membentuk adenosisn

monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion

klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme

absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu

keluarnya ino klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat

dikompensasi eleh mneingginya absorsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion

bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa

yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus. 1,3,4

2.5 Patogenesis1,3,4

Yang berperan pada pathogenesis diare akut terutama karena infeksi yaitu factor

kausal (agent) dan factor pejamu (host). Factor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk

mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diri terhadap

organism yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari factor-fkator daya tangkis atau

lingkungan internal saluran cerna a.l keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan

juga lingkungan mikroflora usus. Faktro kausal yaitu daya penetrasi yang dapat masuk

sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang memperngaruhi sekresi cairan usus

8

halus serta daya lekat kuman. Pathogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri

atas:

a. Diare karena bakteri Non-Invasif (Enterotoksigenik).

Bakteri yang tidak merusak mukosa missal V.cholerae Eltor, Enterotoksigenic E.coli

(ETEC) dan C.perfringens. V.Cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada

mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini

menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel

usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

b. Diare karen Bakteri/parasit invasif (Enterovasif).

Bakteri yang merusak (invasive) antara lain: Enteroinvasif E.coli (EIEC),

Salmonella, Shigelle, Yersinia, C.Perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh

kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik

eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau demikian, infeksi

kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman

Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu: S.paratyphi B, Styphimurium,

S.entereiditis, S.choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E.histolitica dan

G.lamblia.

2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasrkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. 1,3,4

1. Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab

penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena

penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan

malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon sering

berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi

ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu:

nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif,

atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus

halus tidak invasive, dan patpgen ileokolon lebih mengarah ke invasive. Pasien yang

memakai toksin atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami

nausea dan muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang

mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan

9

mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang diahsilkan. Parasit yang

tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan Cryptosporidium, biasanya

menyebabkan rasa tidak nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin

berhubungan dengan steatorea ringan, perut bergas dan kembung. 1,3,4

Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan Shigella, dan organism yang

menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemorragic E.coli

(serotype O157:H7) menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organism Yersinia

seringkali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut

kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Compylobacter jejuni sering

bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkali kelumpuhan anggota badan dan

(GBS). Kelumpuhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai

malpraktek dokter karena ketidaktahuan masyarakat. 1,3,4

Diare air merupakan gejala tipikal dari organism yang menginvasi epitel usus dengan

inflamasi minimal, seperti virus enteric, atau organism yang menempel tetapi tidak

menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E.coli, protozoa, dan helminthes.

Beberapa organism sperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio spesies

(missal, V parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi mukosa

usus; pasien karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam

beberapa jam atau hari. 1,3,4

Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat

timbul pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorrhagik dan Shigella, terutama anak

kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enteric lain dapat disertai sindrom Reiter

(arthritis, uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau glomerulonefritis.

Demam enteric, disebabkan Salmonella parathypi, merupakan penyakit sistemik yang

berat yang bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala

respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan (rash). 1,3,4

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan auspan oral terbatas karena nausea dan

muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa

haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap,

tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah

ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala. 1,3,4

Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan:

10

1) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak,

pasien belum jatuh dalam presyok. 1,3,4,5

2) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam

presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam1,3,4,5

3) Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran

menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis) 1,3,4,5

2. Pemeriksaan Fisik

Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam

menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan

ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas.

Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas

bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan

“clue” bagi penentuan etiologi. 1,3,4,5

3. Pemeriksaan Penunjang1,3,4,5

1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis

leukosit, kadar elektrolit serum,

2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral

tubuh.

3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan adanya

infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.

4) Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi giardiasis

dan tes serologic amebiasis

5) Foto x-ray abdomen

Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis

leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi

bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih

muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk mengetahui

mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada

keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya miroorganisme atau ova, maka

diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan

mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin. 1,3,4

11

Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,

adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin,

dan diare persisten yang belum mendapat antibiotic. 1,3,4,6

Penentuan derajat dehidrasi1,3,4,6

Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan:

1. Keadaan kilnis: ringan, sedang, dan berat (telah dibicarakan dia atas)

2. Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat

a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 – 1,040

b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 – 1,032

c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 – 1,028

3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP)

Bila CVP +4 s/d +11 cm H2 : normal

Bila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi

Skor penilaian klinis dehidrasi

Klinis Skor

Rasa haus/munta 1

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1

Tekanan darah sistolik <60> 2

Frekuensi nadi >120 x/mnt 1

Kesadaran apati 1

Kesadaran somnolen, spoor atau koma 2

Frekuensi napas >30 x/mnt 1

Facies cholerica 2

Vox cholerica 2

Turgor kulit menurun 1

Washer womens hand 1

12

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

Umur 50 – 60 tahun 1

Umur >60 tahun 2

2.7 Penatalaksanaan

Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan

kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita

mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang

dijual bebas. Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah

lebih dari 24 jam belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah

feses yang dikeluarkan. 1,3,4,5,6

Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:

1. Rehidrasi : 1,3,4,5

Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat

dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan

cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalkasanaan yang agresif seperti cairan intravena atau

rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus

diberikan. Terapi rehidrasi orla murah, efektif dan lebih praktis dairpada cairan intravena.

Cairan oral antara lain: ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung

kebutuhan dan status dehidrasi.

Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derjat dehidrasi. Dehidrasi terdiri

dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2-

5% dair BB. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien

kehilangan cairan 8-10% dari berat badan.

Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan

yang keluar dari tubuh. Macam – macam pemberian cairan:

13

a. BJ plasma dengan rumus:

BJ plasma – 1,025

Kebutuhan cairan = ----------------------------- x Berat Badan x 4 ml

0,001

b. Metode pierce berdasarkan klinis:

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)

c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l.

skor

Kebutuhan cairan = ------------ x 10 % x kgBB x 1 liter

Bila skor < 15

Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang, nasogastrik atau

intravena.

Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah.

Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan per oral atau

selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat

dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g

glukosa, 3.5 g NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 g KCl setiap liter. Contoh oralit

generic, renalyte, pharolit dll.

2. Diet 1,3,4,6

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan

minum minuman sari buah, the, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti

14

pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase

transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol

harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

3. Obat anti-diare1,3,4,6

Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. a) yang paling efektif yaitu derifat opiad

missal loperamid, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamid paling disukai karena

tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat

lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan

ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri

yang panas (termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat

memperlama penyembuhan penyakit. b) obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4 x 2

tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti. c) obat

anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari.

4. Obat antimikroba1,3,4,6

Dalam praktek sehari-hari acapkali dokter langsung memberikan

antibiotik/antimikroba secara empiris. Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada

diare akut dewasa seperti terlihat pada table berikut

Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut

Indikasi Pemberian Antibiotik Pilihan Antibiotik

Demam (suhu oral >38,50C), bloody stools,

leukosit, laktoferin, hemoccult, sindroma

disentri

Kuinolon 3 – 5 hari

Kotrimoksazole 3 – 5 hari

Traveler’s diarrhea Kuinolon 1 – 5 hari

Diare persisten (kemungkinan Giardiasis) Metronidazole 3x500 mg selama 7 hari

Shigellosis Kotrimoksazole selama 3 hari

Kuinolon selama 3 hari

Intestinal Salmonellosis Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon

15

selama 7 hari

Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari

EPEC Terapi sebagai Febrile Dysentry

ETEC Terapi sebagai Traveler’s diarrhea

EIEC Terapi sebagai Shigellosis

EHEC Peranan antibiotik belum jelas

Vibrio non kolera Terapi sebagai febrile dysentery

Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile dysentery

Yersiniosis Umumnya dapat di terapi sebagai febrile

dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV 1 g/6

jam selama 5 hari

Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari.

Atau Tinidazole 2 g single dose atau Quinacine

3 x 100 mg selama 7 hari

Ingtestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5 – 10 hari +

pengobatan kista untuk mencegah relaps:

Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau

Paramomycin 3 x 500 mg 10 hari atau

Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari

Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau immunocompromised :

Paromomycin 3 x 500 selama 7 hari

Isosporiosis Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari

Obat-obat Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak digunakan

untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan flora usus. Namun berbagai

hasil uji klinis belum dapat merekomendasikan obat ini untuk diare akut secara

umum. Probiotik meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium, Streptokokus spp, yeast

(Saccaromyces boulardi),dan lainnya.

2.8 Pencegahan

16

Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:

1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum

memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum

menyiapkan makanan;

2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain

dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau

proses klorinasi;

3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar

serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);

4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya

menggunakan jamban dengan tangki septik.

2.9 Pengertian kedokteran keluarga 8

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu

dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan tugas profesi untuk

mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat tetap dan semakin percaya pada

sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh

WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan

komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur

pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang

menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya

pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu

sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa

membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten

untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan

latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini

bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan

berkesinambungan bagi pasiennya.

17

Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu kedokteran

yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit terhadap fungsi

keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit, cara

pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga

agar dalam keadaan normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang

profesi dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui

pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk

menjalankan praktek dokter keluarga.

Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang

mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan

pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada

kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor

lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal

sebagai primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan:

1. Promosi kesehatan

2. KIA

3. KB

4. Gizi

5. Kesehatan lingkungan

6. Pengendalian penyakit menular

7. Pengobatan dasar

Ada lima fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurut Effendi ( 1998), yaitu :

1). Fungsi biologis

a) Untuk meneruskan keturunan.

b) Memelihara dan membesarkan anak .

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga .

2). Fungsi psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman .

b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga .

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga .

d) Memberikan identitas keluarga.

3). Fungsi sosialisasi

a) Membina sosialisi pada anak.

18

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

c) Meneruskan nilai-nilai budaya.

4). Fungsi ekonomi

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan keluarga dimasa

yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua

dan sebagainya.

5) Fungsi pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan ,

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat -tingkat perkembangannya.

2.10 Pelayanan dokter keluarga dengan pendekatan holistik

Dokter Keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (di

fasilitas/sistem pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang

dihadapi – tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin

– sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan pendekatan holistik,

bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan

lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien yang

mengutamakan pencegahan serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum,

etika dan moral”. Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi

dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan

kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui CME/CPD atau program

spesialisasi. Seperti juga ”Dokter”, Dokter Keluarga menyelengarakan pelayanan

kesehatan tingkat primer sebagai generalis atau Dokter Praktik Umum. Cakupan layanan

lebih luas dan dalam daripada ”Dokter” tetapi tetap dalam lingkup pelayanan primer. Ilmu

19

dan keterampilannya sebagai penyelenggara layanan primer lebih lengkap dibandingkan

”Dokter”. Seperti telah dikatakan di atas, sekalipun mampu menerapkan pendekatan

kedokteran keluarga, seorang ”Dokter” mempunyai keterbatasan karena keterbatasan

waktu pendidikan di fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter. Oleh

karena itu seorang ”Dokter” harus menambah ilmu dan keterampilannya dalam lingkup

pelayanan primer melalaui program CME/CPD terstruktur atau pendidikan dokter spesialis

untuk mencapai predikat DK atau SpFM. Dengan demikian dokter yang bergelar profesi

“DK” dapat didefinisikan secara singkat sebagai ”Dokter” (Praktik Umum) yang

memperoleh pendidikan tambahan khusus melalui program CME/CPD dan menerapkan

pendekatan kedokteran keluarga dalam praktiknya di tempat pelayanan kesehatan primer.

20

Sistem pelayanan kesehatan yang ideal sangat tergantung pada masalah kesehatan

suatu Negara. Di Indonesia sebagai Negara berkembang, kita menghadapi masalah utama

kemiskinan yang berimplikasi pada rendahnya tingkat pendidikan dan buruknya nutrisi,

serta kurangnya sanitasi yang memudahkan penyebaran penyakit menular. Di samping itu,

biaya kesehatan masih sangat tinggi dikarenakan belum adanya sistem pembiayaan

kesehatan yang ideal.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan penduduk Indonesia, telah diadopsi beberapa model sistem pelayanan kesehatan

baik yang bersifat liberal maupun sosialis. Namun demikian, belum ada model ideal yang

mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang cukup kompleks ini. Hal ini disebabkan

permasalahan ini tidak hanya mencakup bidang kesehatan, namun juga berkaitan dengan

berbagai bidang kehidupan seperti fisik, mental, sosial, ekonomi, budaya, spiritual, dll.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif untuk

mengatasinya.

Menurut Goodman, karakteristik sistem pelayanan kesehatan yang ideal adalah sebagai

berikut:

1. Mensubsidi pasien yang berasuransi dan membebani yang tidak.

2. Subsidi untuk asuransi swasta harus sesuai dengan nilai sosial individu yang

ditanggung.

3. Nilai sosial asuransi adalah jumlah yang kita keluarkan untuk pelayanan pasien yang

tidak berasuransi.

4. Beban yang dibayar oleh pasien yang tidak berasuransi harus digunakan untuk

mengkompensasi biaya pelayanan kesehatannya.

5. Subsidi untuk pasien berasuransi baru harus diberikan dengan mengurangi perkiraan

jumlah yang harus dibayar untuk pelayanan pasien tersebut.

6. Subsidi untuk pasien berasuransi tidak tergantung pada jumlah yang dibayar ke

asuransi.

7. Jumlah optimal pasien yang tidak berasuransi bukan nol.

8. Prinsip reformasi disesuaikan dengan jumlah yang disamakan untuk semua warga

Negara, tanpa melihat jumlah pendapatannya.

9. Subsidi asuransi kesehatan tidak perlu ditambahkan dalam anggaran.

21

10. Peraturan pemerintah harus berperan secara financial.

Dari berbagai masalah dan kebutuhan ini, muncullah ide mengenai model pelayanan

kesehatan yang disebut dokter keluarga. Model ini telah teruji melalui penelitian berkaitan

dengan strategi dan operasionalnya. Model baru sistem pelayanan kesehatan ini

menunjukkan lebih jauh kriteria pendekatan dokter keluarga dalam prakteknya, dengan

objek meliputi individu, keluarga, dan komunitas. Strateginya lebih mengarah pada

promotif dan preventif sebanyak 60%, dibandingkan dengan kuratif yang hanya 40%.

Pendekatannya dilakukan secara holistik, komprehensif, dan integratif dengan terapi dan

intervensi yang rasional dan berkelanjutan. Dalam model ini juga diterapkan sistem

advokasi yang bertujuan memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.7,8,9

Secara praktis, model ini meliputi diagnosis holistik (bukan hanya diagnosis klinis,

namun meliputi status biomedis, faktor risiko, dan upaya kesehatan) dan intervensi

kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik, kunjungan rumah,

kunjungan tempat kerja, yang dapat menurunkan total kunjungan pasien (morbiditas) dan

kasus hospitalisasi secara signifikan. Fenomena tersebut didukung dengan terapi rasional

serta mediasi dan advokasi untuk kasus hospitalisasi yang dapat menurunkan total biaya

kesehatan. Menurut teori ekuilibrium biaya kesehatan, rasio pendapatan tim dokter

keluarga dengan total biaya kesehatan berkisar 25-50%.

Sehubungan dengan sistem kesehatan nasional, pelayanan kesehatan dokter keluarga

yang telah diaplikasikan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membentuk standar

pelayanan kesehatan dasar dokter keluarga, yang beroperasi dalam klinik, organisasi

tertentu, dan jejaringnya dalam pelayanan kesehatan strata satu. Deskripsi dan peranan

dokter keluarga dapat dinyatakan sebagai organisasi pelayanan kesehatan fungsional strata

satu yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang

berkualitas dengan pendekatan integratif dan komprehensif terhadap objek tertentu tanpa

batasan wilayah.7,8,9

Model pelayanan kesehatan dokter keluarga ini cukup menjanjikan karena mampu

meningkatkan health performance, kualitas pelayanan kesehatan, profesionalitas tim

kesehatan, dan produktivitas populasi umum. Model ini juga dapat menurunkan total biaya

kesehatan sehingga meningkatkan devisa Negara dan menurunkan faktor risiko serta

masalah kesehatan.

22

2.11 Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan

primer yang komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan

mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta

pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis

kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.

Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di

tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit

rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan

dan perundangan. Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif,

holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan

lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa

memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang

lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :

a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam

pelayanan kedokteran keluarga

c. Menguasai ketrampilan berkomunikasi Dan diharapkan dapat menyelenggarakan

hubungan profesional dokter-pasien untuk :

a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga

dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga

b. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan

penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan

keluarga

23

c. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim

pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Karakteristik Dokter Keluarga

1. Lynn P. Carmichael (1973)

a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan

b. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat

c. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya

d. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit

e. Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan

penyakit.

2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)

a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawab

b. Pelayanan primer dan lanjut

c. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi

d. Memandang pasien dan keluarga

e. Melayani secara maksimal

3. IDI (1982)

a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat

b. Pelayanan menyeluruh dan maksimal

c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan

d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya

e. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya

Tugas Dokter Keluarga, meliputi :

1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu

guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,

2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,

3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan

sakit,

4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,

5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,

24

6. Menangani penyakit akut dan kronik,

7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,

8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau

dirawat di RS,

9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,

10.Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,

11.Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,

12.Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,

13.Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu

kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang Dokter Keluarga

1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,

2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,

3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,

4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,

5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,

6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan

primer,

7. Melakukan perawatan sementara,

8. Menerbitkan surat keterangan medis,

9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,

10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Kompetensi Dokter Keluarga

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang

lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu

dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah

kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar.

Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan,

1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,

2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam

pelayanan kedokteran keluarga,

3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional

25

dokter- pasien untuk :

a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan

perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,

b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan

penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,

c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada

penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

2.12. Fungsi, tugas dan kompetensi dokter keluarga 8

Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu :

a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)

Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan

sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya,

dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif,

kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan

profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai

pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan

dipertangungjawabkan

b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)

Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif

sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju

sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya

c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)

Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi

kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan

harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien

sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik

d. Manager

Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam

maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan

26

komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap

memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana

e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)

Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,

menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan

nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat

dan menjadi panutan masyarakat

Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :

a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit

b. Melayani individu dan keluarganya

c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit

d. Menangani penyakit akut dan kronik

e. Merujuk ke dokter spesialis

Kewajiban dokter keluarga :

a. Menjunjung tinggi profesionalisme

b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek

c. Bekerja dalam tim kesehatan

d. Menjadi sumber daya kesehatan

e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter

Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006

adalah :

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinik dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan

epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun

masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,

terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat

g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

27

2.13 Perbedaan dokter praktek umum dan dokter keluarga

Tabel 3. Menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter

keluarga :

DOKTER PRAKTEK

UMUM DOKTER KELUARGA

Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas

Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan

Menyeluruh, Paripurna,

bukan sekedar yang

dikeluhkan

Cara PelayananKasus per kasus dengan

pengamatan sesaat

Kasus per kasus dengan

berkesinambungan

sepanjang hayat

Jenis PelayananLebih kuratif hanya

untuk penyakit tertentu

Lebih kearah pencegahan,

tanpa mengabaikan

pengobatan dan rehabilitasi

Peran keluarga Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan

dilibatkan

Promotif dan

pencegahanTidak jadi perhatian Jadi perhatian utama

Hubungan dokter-

pasienDokter – pasien

Dokter – pasien – teman

sejawat dan konsultan

Awal pelayanan Secara individual

Secara individual sebagai

bagian dari keluarga

komunitas dan lingkungan

28

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Data Identitas Pasien

NAMA : Nn.Lu

USIA : 20 tahun

JENIS KELAMIN : Perempuan

AGAMA : Islam

PENDIDIKAN : 20

STATUS : Belum menikah

PEKERJAAN : Karyawan Swasta

ALAMAT : Jl.Haji Maksum RT 2/4 No.35

3.2 Riwayat Penyakit

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tangga 9 Januari 2011.

A. Keluhan Utama

Pasien mengeluh BAB cair ± 3x sehari, dan mual-mual sejak 1 hari sebelum masuk

Puskesmas.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Sawangan dengan keluhan BAB cair lebih dari 3

kali perhari sejak 1 hari yang lalu. BAB tidak disertai lendir dan darah, tidak

berampas dan berbusa, volume setengah gelas belimbing. Ia juga mengeluhkan sakit

perut, demam terus menerus sejak 1 hari yang lalu, dan nafsu makan menurun. Selain

itu nyeri pada ulu hati disertai mual sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat kebiasaan makan tidak teratur dan gemar mengkonsumsi makanan

pedas dan asam. Diakuinya bahwa selama ini lebih sering mengkonsumsi makanan

dari luar, karena kegiatannya banyak diluar rumah (bekerja sebagai asisten

pemasaran).

Pasien bekerja di toko salah satu Departement Store di Jakarta, bekerja kurang

lebih 8 jam perhari, pekerjaannya tidak begitu berat, hanya duduk melayani pembeli

dan sesekali membantu pekerjaan temannya seperti menata makanan yang berserakan.

Di waktu senggang, mengaku tidak suka mengemil atau memakan makanan ringan.

Sehari-hari hanya makan jika merasa lapar tanpa ada jadwal tertentu. Di tempatnya

29

bekerja, tersedia kantin yang diakuinya cukup bersih, terkadang di saat istirahat ia

membeli makanan di kantin tersebut.

C. Riwayat Gangguan Medik sebelumnya.

¡ Pasien menyangkal pernah menerita penyakit yang sama

¡ Pasien menyangkal pernah dirawat dan dioprasi sebelumnya.

D. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Sadar penuh (GCS 15)

Kesan gizi : Cukup

Tanda – Tanda Vital :

- Tekanan Darah : 110/80 MmHg

- Tekanan Nadi : 80x/menit

- RR : 20x/menit

- Suhu : 37,8 derajat celcius

Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sclera ikterik -/-, Cekung (-/-)

Mulut dan Gigi : Mucosa bibir kering, Coutage tongue (-), Gigi DBN

Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen : Bising Usus (+) , Nyeri Tekan (+)

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Tanda rangsang meningeal : (-)

Motorik : 5/5/5/5

Sensorik : Dalam batas normal

3.3. Data Demografi Keluarga

Tabel 4. Anggota keluarga yang tinggal serumah

No NamaKedudukan

dalam keluargaGender Umur Pendidikan Pekerjaan

Keterangantambahan

1 Tn. Ha Kepala keluarga Laki-laki 47 th SMA Wiraswasta Merokok

2 Ny. Li Ibu rumah tangga Perempuan 47 th SMEA IRT -

3 Tn. Be Anak ke 1 Laki-laki 24 th SMA Karyawan Merokok

4 Nn. Lu Anak ke 2 Perempuan 20 th SMA Karyawati -

5 An. Mu Anak ke 2 Laki-laki 9 th SD - -

30

Gambar 1. Genogram (Keluarga Inti)

Keterangan

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan

Tinggal Serumah

Bentuk keluarga : Keluarga inti (nuclear family)

Tahapan keluarga : Duval 5 (Keluarga dengan anak usia sekolah)

Gambar 2. Family map

Ket :

= dekat

= biasa

3.4 Fungsi dalam Keluarga

1. Pasien adalah anak dari pasangan dari Tn.Ha dan Ny. Li yang datang ke Puskesmas

dengan keluhan BAB cair ± 3x sehari, mual-mual, tidak ada lendir, tidak ada darah,

serta menggigil sejak 1 hari sebelum kepuskesmas.

31

LIVER- HT- ASTHMA- JANTUNG

HT

CA HATIPEMBU-NUHAN

GAST-RITIS

- AMNESIA- DEPRESI

DM - ASTHMA- JANTUNG

HT HT HT HTHTSTROKE

HTDM

HTJANTUNG

HTDIARESAKIT

USIA LANJUTHT

Tn. Ha47 tahun

Nn. Lu20 tahun

Tn. Be24 tahun

Ny. Li47 tahun

An. Mu9 tahun

DBD

2. Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga sangat serta terutama dengan orang

tuanya.

3. Fungsi sosial

Hubungan keluarga pasien dengan lingkungan sekitar cukup baik dan rukun, Pasien

bergaul dengan baik dengan lingkungannya.

4. Fungsi ekonomi

Penghasilan diperoleh dari pasien sendiri yang bekerja sebagai Karyawan Swasta

dengan penghasilan Rp 1.500.000,-/bulan

3.5 Resiko Internal Keluarga

3.5.1 Perilaku Kesehatan Keluarga

1. Kebersihan Pribadi dan Lingkungan

Lingkungan rumah terlihat cukup bersih, dan barang-barang cukup rapi. Rumah terletak

di daerah cukup padat penduduk, jarak antara rumah cukup rapat. Tidak terlihat sampah

berserakan di halaman rumah. Penampilan pasien bersih.

2. Pencegahan spesifik

Pasien makan dirumah dan kantin tempat bekerjanya.

3. Gizi Keluarga

Keluarga makan setiap hari dengan makanan yang di masak oleh ibu. Pasien biasa makan

2 kali sehari. Menu yang biasa di sediakan adalan nasi, lauk (tahu, tempe, ikan/daging

ayam) dan sayur asem serta sayur lodeh. Namun setelah sakit, pasien susah makan.

4. Kesehatan Reproduksi

Pasien sudah masuk usia perkawinan.

5. Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Pasien sangat memperhatikan kesehatannya dengan segera pergi ke dokter begitu pasien

BAB cair ± 3x sehari, mual-mual, tidak ada lendir, tidak ada darah, serta menggigil. Pusat

pelayanan keluarga yang digunakan oleh keluarga adalah Puskesmas Sawangan karena

letaknya dekat dengan rumah. Pasien dan keluarga hanya datang ke Puskesmas untuk

mendapatkan pengobatan (kuratif). Keluarga pasien menggunakan pelayanan Umum.

6. Kebiasaan perilaku yang buruk

Suka makan dipinggir jalan.

32

3.5.2 Keadaan Rumah

Pasien tinggal bersama ayah, ibunya dan kakaknya serta adiknya dengan rumah milik

ayahnya. Rumah berada di tempat cukup padat penduduknya. Susunan rumah bentuk satu

lantai dengan ukuran 7 x 12,5 m. Terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur,

dapur dan 1 kamar mandi. Terdapat satu pintu masuk berukuran 100 x 200 cm, 2 buah

jendela berukuran 70 x 120 cm. Lantai rumah dari tehel, dinding rumah tembok, dan atap

rumah dari genteng.

Penerangan oleh sinar matahari dapat masuk kedalam rumah. Ventilasi di rumah

cukup karena sebagian jendela terbuka. Kebersihan rumah cukup baik. Barang-barang tertata

rapi. Di dalam kamar mandi terdapat jamban jongkok, bak mandi berukuran 3 x 2,25 m2, dan

1 kran air. Air minum, air untuk mencuci dan air untuk masak di dapatkan dari air pompa

listrik yang mempunyai jarak dengan septik tank 10 meter. Terdapat tempat sampah di dalam

rumah. Keluarga Pasien mempunyai sebuah televisi, radio, dan lemari es.

Gambar 3. Denah rumah

33

KAMAR TIDUR PASIEN

Gambar 4. Peta rumah dicapai dari Puskesmas

2.6. Diagnostik Holistik

1. Aspek personal : Harapan pasien ingin sembuh dari penyakitnya serta tidak ingin sakit

kembali seperti saat ini.

2. Aspek klinik : Diare akut

3. Faktor resiko Intrinsik : Oleh keluarga pasien kurang diperhatikan dalam hal makanan

karena pasien suka makan diluar serta pasien tidak memperhatikan higienis makanan

yang dimakan.

4. Faktor resiko Ekstrinsik : Keluarga pasien hanya menyarankan untuk pengobatan

kuratif saja sedangkan upaya preventif kesehatan masih kurang disamping itu gaji

pasien yang paspasan.

5. Derajat Fungsional : 4, keadaan fisik sudah baik.

34

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Analisa Kasus

Diagnosis kerja pada pasien ini adalah diare akut ec infeksi bakteri. Hal ini

didapatkan dari anamnesis dan gejala klinis yang tampak pada pasien. Mengeluh BAB

cair lebih dari 3 kali perhari sejak 1 hari yang lalu. BAB tidak disertai lendir dan

darah, tidak berampas dan berbusa, volume setengah gelas belimbing. Ia juga

mengeluhkan sakit perut, demam terus menerus sejak 1 hari yang lalu, dan nafsu

makan menurun. Selain itu nyeri pada ulu hati disertai mual sejak 2 hari yang lalu.

Dari hasil kunjungan ke rumah pasien, terlihat keadaan dirumah pasien yang kurang

bersih. Untuk itu edukasi kepada keluarga mengenai penyakit pasien sangat di

utamakan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terulang kembali penyakit yang sama.

Serta edukasi terhadap pasien tentang resiko jika sering makan diluar rumah.

4.2. Identifikasi Masalah

- Fungsi Biologis = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi biologis telah

terpenuhi dengan baik seperti memenuhi gizi keluarga

- fungsi psikologis = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi ini telah berjalan

dengan baik, dengan adanya pemberian motivasi – motivasi pada anggota keluarga

- fungsi sosialisasi = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi ini telah berjalan

dengan baik, dengan akrabnya dan peduli terhadap lingkungan sekitar

- fungsi ekonomi = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi ini telah berjalan

dengan baik, dengan adanya pekerjaan tetap yang menunjang

- Fungsi pendidikan = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi ini kurang berjalan

dengan baik, terlihat pada keluarga ini hanya mampu menyekolahkan anaknya hingga

SMA

4.3. Pelaksanaan Program

Tabel 5. Pelaksanaan Program

No. Waktu Kegiatan Hasil

1. 7 Januari 2012 Kunjungan 1

Anamnesa, identifikasi fungsi

keluarga, identifikasi keadaan

lingkungan dan rumah pasien,

Ibu pasien dan paseien sangat

kooperatif.

Permasalahan yang ditemukan :

35

dan mencari kemungkinan

masalah yang ada pada

keluarga ataupun pasien.

Kebersihan rumah yang kurang

baik.

Kebiasaan pasien suka makan

diluar rumah/kantin tempat kerja

2. 20 Januari 2012 Kunjungan 2

Menginformasikan

kepada anggota keluarga

pasien tentang penyakit

pasien.

Menginformasikan kepada

anggota keluarga tentang

kebersihan rumah dan

lingkungan rumah

Edukasi kepada orang tua pasien

mengenai penyakit pasien,

gejalanya, dan cara

pencegahannya

Edukasi kepada anggota

keluarga mengenai pentingnya

kebersihan rumah serta pola

hidup sehat

3. 25 Januari 2012 Kunjungan 3

Melihat hasil intervensi yang

sudah dilakukan pasien/

anggota keluarga pada

kunjungan kedua

Keadaan rumah dan lingkungan

rumah sudah cukup rapih dan

bersih.

Ibu pasien serta pasein sudah

memperhatikan kebutuhan gizi

pasien.

4.4. Koping Skoring

Tabel 5. Koping skoring keluarga binaan

No. MasalahSkor awal

Upaya penyelesaian SasaranResume hasil

akhir perbaikanSkor akhir

1. Pasien datang dengan keluhan BAB cair ± 3x sehari, mual-mual, tidak ada lendir, tidak ada darah, serta menggigil

3 Edukasi terhadap keluarga mengenai pencegahan terhadap diare akut

Keluarga Sudah ada perbaikan penyakit pasien

4

2. Kebiasaan pasien suka makan diluar dan jajan dipinggir jalan

3 Edukasi terhadap keluarga serta pasien sendiri agar lebih peduli tentang

Keluarga Sudah ada perbaikan dengan sesekali membawa

4

36

kebersihan makanan.

makanan dari rumah.

3. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

1 Mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan kondisi pasien

Keluarga dan pasien

Sudah mencari pekerjaan tetapi belum mendapat pekerjaan yang tepat

2

4. Faktor Perilaku :Kesehatan keluargaTidak segera membawa pasien untuk berobat. Keluarga berobat ke dokter hanya jika tidak ada perubahan setelah minum obat2 warung atau pada saat gejala bertambah berat

2 Edukasi mengenai pentingnya berobat segera ke pelayanan kesehatan terdekat pada saat ada keluhan agar tidak terjadi komplikasi dan dapat diobati segera.

Keluarga dan pasien

Sudah mulai perduli tentang pentingnya memeriksakan diri segera kepusat kesehatan jika mempunyai keluhan penyakit

3

Total skor awal 9 Total skor akhir 13

Rata –rata 2,25 Rata –rata 3,25

Skoring kemampuan menyelesaikan masalah dalam keluarga

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah:

Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.

Skor 2 Keluarga mau melakukan tetapi tidak mampu, tidak ada sumber ( hanya keinginan)

penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.

Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum

dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider.

Skor 4 Keluarga mau melakukan tapi tak sepenuhnya, masih tergantung upaya provider.

Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.

BAB V

37

EVALUASI PEMBINAAN YANG TELAH DILAKUKAN

5.1 Hasil Pembinaan

1. Edukasi terhadap keluarga mengenai pencegahan terhadap diare akut, hasil

pembinaannya sudah ada perbaikan penyakit pasien.

2. Edukasi terhadap keluarga serta pasien sendiri agar lebih peduli tentang

kebersihan makanan, hasil pembinaannya sudah ada perbaikan dengan sesekali

membawa makanan dari rumah.

3. Mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan kondisi pasien, hasil pembinaannya

sudah mencari pekerjaan tetapi belum mendapat pekerjaan yang tepat.

4. Edukasi mengenai pentingnya berobat segera ke pelayanan kesehatan terdekat

pada saat ada keluhan agar tidak terjadi komplikasi dan dapat diobati segera, hasil

pembinaannya sudah mulai perduli tentang pentingnya memeriksakan diri segera

kepusat kesehatan jika mempunyai keluhan penyakit.

5. Total skor akhir rata-rata didapatkan 3,25 dimana sebelumnya 2,25 yang artinya

keluarga dan pasien mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum

dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider.

5.2 Kesimpulan

1. Telah ditegakkan diagnosa pasti Nn. Lu 20 tahun, berdasarkan anamnesis, gejala

klinis, dan pemeriksaan fisik yaitu diare akut ec infeksi bakteri.

2. Telah dilakukan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan.

Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian obat diare seperti

Kotrimoksazol tab 2x1, Loperamid tab 2-1-1, Parasetamol 3x500 mg, Antasida

tab 3x1 dan Oralit 2x1 sachet.

3. Telah dilaksanakan tindakan pembinaan kesehatan keluarga pada keluarga inti

serta lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat.

4. Telah dilakukan penilaian kemampuan keluarga untuk menyelesaikan masalah.

Dan penyelesaiannya adalah :

a. Mengadakan diskusi-diskusi terhadap semua anggota keluarga tentang

pemahaman penyakit, menghindari faktor pencetus dan pengobatan terhadap

pasien.

38

b. Memberikan motivasi kepada keluarga bahwa dengan hidup bersih dapat

membantu keluarga yang menderita diare, menjadi berkurang terjangkitnya

diare.

c. Memeberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya segera kontrol

kedokter walaupun keluhan diare belum parah.

d. Memberikan konseling tentang pentingnya kebersihan makanan dan untuk

mendukung kesembuhan pasien.

e. Upaya pembinaan Kesehatan terhadap keluarga Nn. Lu usia 20 tahun sudah

dapat dilakukan cukup sempurna.

5.3 Saran

1 Edukasi yang diberikan tentang pelaksanaan selalu dijelaskan dengan bahasa yang

dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga.

2 Provider dapat membentuk suasana kekeluargaan sehingga tidak ada kesan

mereka diperintah, tetapi mereka melakukan atas dasar kesadaran mereka sendiri.

3 Provider yang berada di balai pengobatan disarankan dapat dengan cermat dalam

anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien saat mereka datang dengan keluhan, dan

dapat menilai dari data pembinaan untuk menilai keluhan saat ini, komplikasi,

efek samping obat.

4 Provider dapat melakukan pelayanan dengan cara holistik dalam menilai suatu

kasus, sistimatis dan berkesinambungan.

5 Untuk selalu mengingat pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan

kedokteran keluarga.

6 Hendaknya puskesmas setempat menyediakan alat penunjang diagnosis sehingga

pasien tidak perlu dirujuk ke puskesmas rujukan.

7 Pemerintah dapat menyediakan dan menyalurkan obat-obatan yang diperlukan

oleh puskesmas tepat waktu.

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo,Aru W et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi IV. FKUI. Jakarta :

2006. Hlm 410-415.

2. Behram,Kliegman,Arvin. Dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. ed15. EGC:

Jakarta, 2000.hlm 889-893.

3. DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American Journal of

Gastroenterology, No.11, November 1997.

4. Marcellus Simadibrata K, Daldiyono, Diare Akut. Dalam Noer HMS-Waspadji S-

Rachman AM. Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, jilid 1. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 408 – 413

5. World Gastroenterology Organisation. Global Guidelines 2005. .

http://www.emedicine.com/gastroen/topic224 . Diakses tanggal 09/01/2012.

6. J.J. Kambona. Gastroenteritis. 25 April 2008. http://www.emedicine.com/emerg/topic213.

Diakses tanggal 10/01/2012.

7. Diagnostik Holistik Sistem Kedokteran Keluarga. 1 Juli 2011. http://nadya-

mynewworld.blogspot.com/2011/07/sistem-kedokteran-keluarga.html. Diakses tanggal

10/01/2012

8. Goodman, J.C. 2001. Characteristics Of An Ideal Health Care System.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpunan_Dokter_keluarga_Indonesia diakses tanggal

13/02/2012

9. Roebijoso, Jack. 2010. Family Doctor, Strategic and Operational Health Service

Management Model, A Revolution in Primary Health Care, in Indonesia, 2010 : The Role

of General Practitioners and family Doctors.http://medicalera.com/3/18203/sistem-

pelayanan-kesehatan-yang-ideal-dokter-keluarga diakses tanggal 13/02/2012

40

LAMPIRAN

FOTO KUNJUNGAN RUMAH WARGA

41

RUANG MAKAN DAPUR

KAMAR MANDI HAL. BELAKANG

HAL. DEPAN HAL. SAMPING

RUANG TAMU RUANG TAMU

42