dokga diare bobby happy
DESCRIPTION
dokgaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan
pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut
sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat
ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun ( 1,5%
merupakan pasien dewasa ) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis.
Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak –
anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap
dehidrasi sedang – berat. Frekuensi kejadian diare pada negara – negara berkembang
termasuk Indonesia lebih bnyak 2 – 3 kali dibandingkan negara maju.1
Pada penderita diare akut pada 123 pasien di Rumah Sakit Persahabatan dari 1
November 1993 s.d 30 April 1994 Hendarwanto, Setiawan B dkk. Mendapatkan
etiologi infeksi. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak
mengalami diare 1,6-2 kali setahun.1
Angka insiden diare adalah angka kesakitan diare baru (semua umur) pertahun.
Sedangkan angka kesakitan baru (golongan balita) pertahun disebut episode. Angka
kesakitan diare (insiden) di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 diare) 423 per 1000
penduduk, sedangkan episode diare balita adalah 1,0-1,5 kali pertahun.2
Angka diare di puskesmas sawangan, yaitu 866 kasus atau 2,3%. Diare masuk
dalam kelompok lima belas penyakit terbanyak di puskesmas kecamatan sawangan,
yaitu menempati urutan ke delapan.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Melakukan pelayanan kedokteran keluarga yang merupakan pendekatan
tatalaksana pada pasien dengan diare di keluarga, terutama mencakup tingkat
pencegahan dengan pendekatan secara holistik dan komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah klinis, keluarga dan lingkungan yang dihadapi
pasien.
b. Terlaksananya pendekatan kedokteran keluarga pada pasien diare
1
c. Mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal permasalahan tersebut.
d. Mencari solusi yang tepat dalam pemecahan masalah-masalah kesehatan
keluarga pasien khususnya penyakit yang diderita pasien.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Puskesmas
a. Melakukan pembinaan yang berkesinambungan pada pasien diare.
b. Memberikan informasi faktor penyebab internal dan eksternal penderita diare
wilayah kerja Puskesmas Sawangan Depok
c. Sebagai bahan kajian bagi penentu kebijakan dalam program penanganan
Penyakit diare di Puskesmas Sawanga Depok.
1.3.2. Bagi Mahasiswa
a) Melatih mahasiswa melakukan pendekatan kedokteran keluarga yang dapat
diterapkan pada praktek kedokteran keluarga selanjutnya.
b) Melatih mahasiswa agar dapat berkomunikasi yang baik dengan
masyarakat.
1.3.3. Bagi Pasien
a) Mengetahui informasi mengenai diare, dan penatalaksanaannya.
b) Mengetahui pola hidup yang sehat, terkait pasien diare.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastroenteritis (diare) adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dan biasanya ( lebih dari 3 x sehari)
dengan atau tanpa darah dan lendir.1,2,3,4
2.2 Epidemiologi
Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang
merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran
klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal-hal
berikut : adanya traveling (domestik atau internasional), kontak personal, adanya
sangkaan food-borne transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada
demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada
demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi.
Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme (seperti E.coli 0157:H7)
membutuhkan beberapa hari masa inkubasi.1,3,4
2.3 Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit,
virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain. 1,3,4
Infeksi1,3,4
1. Enteral
Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia
entero colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG.,
Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas,
Proteus dll.
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting
yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit
pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang
menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery
diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi
mukosa.
3
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas.
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan
dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan
aktifitas disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa
usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana
mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin
memegang peranan.
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan
Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam
sel epitel kolon.
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1
dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan
perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-
uremic syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,
menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang
masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth
lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin
serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin)
yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery
diarrhea
Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak
langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan
feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan
air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to
person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus
halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan
heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan
proses ulcerative colitis.
Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui
person to person jarang terjadi.
4
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat
mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya
enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti
accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT).
Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.
Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.
Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan
mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus,
Cytomegalovirus (CMV), echovirus. Virus-virus tersebut merupakan penyebab
diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada
manusia, Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, serta
serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau
water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa.
Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum, Balantidium coli.
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis
masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme
asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite
dipengaruhi oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah
dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik,
diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas
rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah terpapar dengan
manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia.
Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan
gembung.
Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya
umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik
yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang
5
simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang
fulminant.
Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari
kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan
asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa
diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada
penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita
AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare yang
lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis,
cestodiasis dll.
Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa
dan larva, menimbulkan diare.
Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan
perdarahan usus..
Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu,
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea
dan nyeri abdomen.
Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix.
Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
Fungus: Kandida/moniliasis
2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea: E.coli,
Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.
Makanan:
Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,
Streptococcus anhaemoliticus lyticus dll.
Alergi: susu sapi, makanan tertentu.
Malabsorbsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa),
disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asma
amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows
milk, vitamin dan mineral.
6
Imunodefisiensi: hipogmaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton),
penyakit grnaulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA
heavycombinationa.
Terapi obat, antibiotic, kemoterapi, antacid dll.
Tindakan tertentu seperti gastektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.
Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic)
Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning),
alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis
2.4 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai
berikut: 1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotic; 2). Sekresi
cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3). Malabsorbsi asam empedu,
malabsorbsi lemak; 4). Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6). Gangguan permeabilitas
usus; 7). Inflamasi dinding usus, disebut diare imflamatorik; 8). Infeksi dinding usus,
disebut diare infeksi. 1,3,4
Diare osmotic: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l.
MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorbsi mukosa usus missal
pada defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa. 1,3,4
Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dari usus, menurunnya basorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan
diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena
efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, penyakit yang
menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbs garam empedu), dan
efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat dll). 1,3,4
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada
gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier
dan hati. 1,3,4
Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini
disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATP ase di enterosit dan
absorpsi Na+ dan air yang abnormal. 1,3,4
7
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas
dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus
halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi,
hipertiroid. 1,3,4
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus
halus. 1,3,4
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang
berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi air-
elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau
non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit crohn). 1,3,4
Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari
sudut kelaianan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa)
dan invasive (merusak mukosa). Bakteri noninvasive menyebabkan diare karena toksin
yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare
toksigenik a.l. kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor
merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, lalu membentuk adenosisn
monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion
klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme
absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu
keluarnya ino klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat
dikompensasi eleh mneingginya absorsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion
bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa
yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus. 1,3,4
2.5 Patogenesis1,3,4
Yang berperan pada pathogenesis diare akut terutama karena infeksi yaitu factor
kausal (agent) dan factor pejamu (host). Factor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diri terhadap
organism yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari factor-fkator daya tangkis atau
lingkungan internal saluran cerna a.l keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan
juga lingkungan mikroflora usus. Faktro kausal yaitu daya penetrasi yang dapat masuk
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang memperngaruhi sekresi cairan usus
8
halus serta daya lekat kuman. Pathogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri
atas:
a. Diare karena bakteri Non-Invasif (Enterotoksigenik).
Bakteri yang tidak merusak mukosa missal V.cholerae Eltor, Enterotoksigenic E.coli
(ETEC) dan C.perfringens. V.Cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini
menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel
usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
b. Diare karen Bakteri/parasit invasif (Enterovasif).
Bakteri yang merusak (invasive) antara lain: Enteroinvasif E.coli (EIEC),
Salmonella, Shigelle, Yersinia, C.Perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh
kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik
eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau demikian, infeksi
kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman
Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu: S.paratyphi B, Styphimurium,
S.entereiditis, S.choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E.histolitica dan
G.lamblia.
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasrkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. 1,3,4
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena
penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan
malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon sering
berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi
ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu:
nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif,
atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus
halus tidak invasive, dan patpgen ileokolon lebih mengarah ke invasive. Pasien yang
memakai toksin atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami
nausea dan muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang
mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan
9
mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang diahsilkan. Parasit yang
tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan Cryptosporidium, biasanya
menyebabkan rasa tidak nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin
berhubungan dengan steatorea ringan, perut bergas dan kembung. 1,3,4
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan Shigella, dan organism yang
menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemorragic E.coli
(serotype O157:H7) menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organism Yersinia
seringkali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut
kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Compylobacter jejuni sering
bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkali kelumpuhan anggota badan dan
(GBS). Kelumpuhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai
malpraktek dokter karena ketidaktahuan masyarakat. 1,3,4
Diare air merupakan gejala tipikal dari organism yang menginvasi epitel usus dengan
inflamasi minimal, seperti virus enteric, atau organism yang menempel tetapi tidak
menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E.coli, protozoa, dan helminthes.
Beberapa organism sperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio spesies
(missal, V parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi mukosa
usus; pasien karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam
beberapa jam atau hari. 1,3,4
Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat
timbul pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorrhagik dan Shigella, terutama anak
kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enteric lain dapat disertai sindrom Reiter
(arthritis, uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau glomerulonefritis.
Demam enteric, disebabkan Salmonella parathypi, merupakan penyakit sistemik yang
berat yang bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala
respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan (rash). 1,3,4
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan auspan oral terbatas karena nausea dan
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa
haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap,
tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah
ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala. 1,3,4
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan:
10
1) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak,
pasien belum jatuh dalam presyok. 1,3,4,5
2) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam
presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam1,3,4,5
3) Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis) 1,3,4,5
2. Pemeriksaan Fisik
Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan
ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas.
Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas
bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
“clue” bagi penentuan etiologi. 1,3,4,5
3. Pemeriksaan Penunjang1,3,4,5
1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit, kadar elektrolit serum,
2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral
tubuh.
3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan adanya
infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
4) Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi giardiasis
dan tes serologic amebiasis
5) Foto x-ray abdomen
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi
bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih
muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada
keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya miroorganisme atau ova, maka
diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan
mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin. 1,3,4
11
Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,
adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin,
dan diare persisten yang belum mendapat antibiotic. 1,3,4,6
Penentuan derajat dehidrasi1,3,4,6
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan:
1. Keadaan kilnis: ringan, sedang, dan berat (telah dibicarakan dia atas)
2. Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat
a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 – 1,040
b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 – 1,032
c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 – 1,028
3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP)
Bila CVP +4 s/d +11 cm H2 : normal
Bila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi
Skor penilaian klinis dehidrasi
Klinis Skor
Rasa haus/munta 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60> 2
Frekuensi nadi >120 x/mnt 1
Kesadaran apati 1
Kesadaran somnolen, spoor atau koma 2
Frekuensi napas >30 x/mnt 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer womens hand 1
12
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50 – 60 tahun 1
Umur >60 tahun 2
2.7 Penatalaksanaan
Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan
kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita
mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang
dijual bebas. Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah
lebih dari 24 jam belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah
feses yang dikeluarkan. 1,3,4,5,6
Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:
1. Rehidrasi : 1,3,4,5
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat
dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan
cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalkasanaan yang agresif seperti cairan intravena atau
rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus
diberikan. Terapi rehidrasi orla murah, efektif dan lebih praktis dairpada cairan intravena.
Cairan oral antara lain: ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung
kebutuhan dan status dehidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derjat dehidrasi. Dehidrasi terdiri
dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2-
5% dair BB. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien
kehilangan cairan 8-10% dari berat badan.
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar dari tubuh. Macam – macam pemberian cairan:
13
a. BJ plasma dengan rumus:
BJ plasma – 1,025
Kebutuhan cairan = ----------------------------- x Berat Badan x 4 ml
0,001
b. Metode pierce berdasarkan klinis:
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)
c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l.
skor
Kebutuhan cairan = ------------ x 10 % x kgBB x 1 liter
Bila skor < 15
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang, nasogastrik atau
intravena.
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah.
Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan per oral atau
selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat
dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g
glukosa, 3.5 g NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 g KCl setiap liter. Contoh oralit
generic, renalyte, pharolit dll.
2. Diet 1,3,4,6
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan
minum minuman sari buah, the, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti
14
pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase
transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol
harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
3. Obat anti-diare1,3,4,6
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. a) yang paling efektif yaitu derifat opiad
missal loperamid, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamid paling disukai karena
tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat
lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan
ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri
yang panas (termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat
memperlama penyembuhan penyakit. b) obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4 x 2
tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti. c) obat
anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari.
4. Obat antimikroba1,3,4,6
Dalam praktek sehari-hari acapkali dokter langsung memberikan
antibiotik/antimikroba secara empiris. Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada
diare akut dewasa seperti terlihat pada table berikut
Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut
Indikasi Pemberian Antibiotik Pilihan Antibiotik
Demam (suhu oral >38,50C), bloody stools,
leukosit, laktoferin, hemoccult, sindroma
disentri
Kuinolon 3 – 5 hari
Kotrimoksazole 3 – 5 hari
Traveler’s diarrhea Kuinolon 1 – 5 hari
Diare persisten (kemungkinan Giardiasis) Metronidazole 3x500 mg selama 7 hari
Shigellosis Kotrimoksazole selama 3 hari
Kuinolon selama 3 hari
Intestinal Salmonellosis Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon
15
selama 7 hari
Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai Febrile Dysentry
ETEC Terapi sebagai Traveler’s diarrhea
EIEC Terapi sebagai Shigellosis
EHEC Peranan antibiotik belum jelas
Vibrio non kolera Terapi sebagai febrile dysentery
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile dysentery
Yersiniosis Umumnya dapat di terapi sebagai febrile
dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV 1 g/6
jam selama 5 hari
Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari.
Atau Tinidazole 2 g single dose atau Quinacine
3 x 100 mg selama 7 hari
Ingtestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5 – 10 hari +
pengobatan kista untuk mencegah relaps:
Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau
Paramomycin 3 x 500 mg 10 hari atau
Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari
Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau immunocompromised :
Paromomycin 3 x 500 selama 7 hari
Isosporiosis Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari
Obat-obat Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak digunakan
untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan flora usus. Namun berbagai
hasil uji klinis belum dapat merekomendasikan obat ini untuk diare akut secara
umum. Probiotik meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium, Streptokokus spp, yeast
(Saccaromyces boulardi),dan lainnya.
2.8 Pencegahan
16
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:
1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum
memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum
menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain
dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau
proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.
2.9 Pengertian kedokteran keluarga 8
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan tugas profesi untuk
mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat tetap dan semakin percaya pada
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya
pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu
sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa
membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten
untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan
latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini
bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan bagi pasiennya.
17
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu kedokteran
yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit terhadap fungsi
keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit, cara
pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga
agar dalam keadaan normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang
profesi dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk
menjalankan praktek dokter keluarga.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang
mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada
kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal
sebagai primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan:
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar
Ada lima fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurut Effendi ( 1998), yaitu :
1). Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membesarkan anak .
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga .
2). Fungsi psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman .
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga .
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga .
d) Memberikan identitas keluarga.
3). Fungsi sosialisasi
a) Membina sosialisi pada anak.
18
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya.
4). Fungsi ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan keluarga dimasa
yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
5) Fungsi pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan ,
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat -tingkat perkembangannya.
2.10 Pelayanan dokter keluarga dengan pendekatan holistik
Dokter Keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (di
fasilitas/sistem pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang
dihadapi – tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin
– sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan pendekatan holistik,
bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan
lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien yang
mengutamakan pencegahan serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum,
etika dan moral”. Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi
dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan
kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui CME/CPD atau program
spesialisasi. Seperti juga ”Dokter”, Dokter Keluarga menyelengarakan pelayanan
kesehatan tingkat primer sebagai generalis atau Dokter Praktik Umum. Cakupan layanan
lebih luas dan dalam daripada ”Dokter” tetapi tetap dalam lingkup pelayanan primer. Ilmu
19
dan keterampilannya sebagai penyelenggara layanan primer lebih lengkap dibandingkan
”Dokter”. Seperti telah dikatakan di atas, sekalipun mampu menerapkan pendekatan
kedokteran keluarga, seorang ”Dokter” mempunyai keterbatasan karena keterbatasan
waktu pendidikan di fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter. Oleh
karena itu seorang ”Dokter” harus menambah ilmu dan keterampilannya dalam lingkup
pelayanan primer melalaui program CME/CPD terstruktur atau pendidikan dokter spesialis
untuk mencapai predikat DK atau SpFM. Dengan demikian dokter yang bergelar profesi
“DK” dapat didefinisikan secara singkat sebagai ”Dokter” (Praktik Umum) yang
memperoleh pendidikan tambahan khusus melalui program CME/CPD dan menerapkan
pendekatan kedokteran keluarga dalam praktiknya di tempat pelayanan kesehatan primer.
20
Sistem pelayanan kesehatan yang ideal sangat tergantung pada masalah kesehatan
suatu Negara. Di Indonesia sebagai Negara berkembang, kita menghadapi masalah utama
kemiskinan yang berimplikasi pada rendahnya tingkat pendidikan dan buruknya nutrisi,
serta kurangnya sanitasi yang memudahkan penyebaran penyakit menular. Di samping itu,
biaya kesehatan masih sangat tinggi dikarenakan belum adanya sistem pembiayaan
kesehatan yang ideal.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan penduduk Indonesia, telah diadopsi beberapa model sistem pelayanan kesehatan
baik yang bersifat liberal maupun sosialis. Namun demikian, belum ada model ideal yang
mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang cukup kompleks ini. Hal ini disebabkan
permasalahan ini tidak hanya mencakup bidang kesehatan, namun juga berkaitan dengan
berbagai bidang kehidupan seperti fisik, mental, sosial, ekonomi, budaya, spiritual, dll.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif untuk
mengatasinya.
Menurut Goodman, karakteristik sistem pelayanan kesehatan yang ideal adalah sebagai
berikut:
1. Mensubsidi pasien yang berasuransi dan membebani yang tidak.
2. Subsidi untuk asuransi swasta harus sesuai dengan nilai sosial individu yang
ditanggung.
3. Nilai sosial asuransi adalah jumlah yang kita keluarkan untuk pelayanan pasien yang
tidak berasuransi.
4. Beban yang dibayar oleh pasien yang tidak berasuransi harus digunakan untuk
mengkompensasi biaya pelayanan kesehatannya.
5. Subsidi untuk pasien berasuransi baru harus diberikan dengan mengurangi perkiraan
jumlah yang harus dibayar untuk pelayanan pasien tersebut.
6. Subsidi untuk pasien berasuransi tidak tergantung pada jumlah yang dibayar ke
asuransi.
7. Jumlah optimal pasien yang tidak berasuransi bukan nol.
8. Prinsip reformasi disesuaikan dengan jumlah yang disamakan untuk semua warga
Negara, tanpa melihat jumlah pendapatannya.
9. Subsidi asuransi kesehatan tidak perlu ditambahkan dalam anggaran.
21
10. Peraturan pemerintah harus berperan secara financial.
Dari berbagai masalah dan kebutuhan ini, muncullah ide mengenai model pelayanan
kesehatan yang disebut dokter keluarga. Model ini telah teruji melalui penelitian berkaitan
dengan strategi dan operasionalnya. Model baru sistem pelayanan kesehatan ini
menunjukkan lebih jauh kriteria pendekatan dokter keluarga dalam prakteknya, dengan
objek meliputi individu, keluarga, dan komunitas. Strateginya lebih mengarah pada
promotif dan preventif sebanyak 60%, dibandingkan dengan kuratif yang hanya 40%.
Pendekatannya dilakukan secara holistik, komprehensif, dan integratif dengan terapi dan
intervensi yang rasional dan berkelanjutan. Dalam model ini juga diterapkan sistem
advokasi yang bertujuan memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.7,8,9
Secara praktis, model ini meliputi diagnosis holistik (bukan hanya diagnosis klinis,
namun meliputi status biomedis, faktor risiko, dan upaya kesehatan) dan intervensi
kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik, kunjungan rumah,
kunjungan tempat kerja, yang dapat menurunkan total kunjungan pasien (morbiditas) dan
kasus hospitalisasi secara signifikan. Fenomena tersebut didukung dengan terapi rasional
serta mediasi dan advokasi untuk kasus hospitalisasi yang dapat menurunkan total biaya
kesehatan. Menurut teori ekuilibrium biaya kesehatan, rasio pendapatan tim dokter
keluarga dengan total biaya kesehatan berkisar 25-50%.
Sehubungan dengan sistem kesehatan nasional, pelayanan kesehatan dokter keluarga
yang telah diaplikasikan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membentuk standar
pelayanan kesehatan dasar dokter keluarga, yang beroperasi dalam klinik, organisasi
tertentu, dan jejaringnya dalam pelayanan kesehatan strata satu. Deskripsi dan peranan
dokter keluarga dapat dinyatakan sebagai organisasi pelayanan kesehatan fungsional strata
satu yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang
berkualitas dengan pendekatan integratif dan komprehensif terhadap objek tertentu tanpa
batasan wilayah.7,8,9
Model pelayanan kesehatan dokter keluarga ini cukup menjanjikan karena mampu
meningkatkan health performance, kualitas pelayanan kesehatan, profesionalitas tim
kesehatan, dan produktivitas populasi umum. Model ini juga dapat menurunkan total biaya
kesehatan sehingga meningkatkan devisa Negara dan menurunkan faktor risiko serta
masalah kesehatan.
22
2.11 Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan
primer yang komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan
mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta
pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis
kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.
Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di
tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit
rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan
dan perundangan. Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif,
holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan
lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa
memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang
lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :
a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga
b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam
pelayanan kedokteran keluarga
c. Menguasai ketrampilan berkomunikasi Dan diharapkan dapat menyelenggarakan
hubungan profesional dokter-pasien untuk :
a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga
dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga
b. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana
menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan
keluarga
23
c. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim
pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Karakteristik Dokter Keluarga
1. Lynn P. Carmichael (1973)
a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan
b. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat
c. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya
d. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit
e. Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan
penyakit.
2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)
a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawab
b. Pelayanan primer dan lanjut
c. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi
d. Memandang pasien dan keluarga
e. Melayani secara maksimal
3. IDI (1982)
a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
b. Pelayanan menyeluruh dan maksimal
c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
e. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya
Tugas Dokter Keluarga, meliputi :
1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu
guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan
sakit,
4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,
5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
24
6. Menangani penyakit akut dan kronik,
7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,
8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau
dirawat di RS,
9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
10.Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
11.Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
12.Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
13.Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus.
Wewenang Dokter Keluarga
1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,
2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,
4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,
5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,
6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan
primer,
7. Melakukan perawatan sementara,
8. Menerbitkan surat keterangan medis,
9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,
10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.
Kompetensi Dokter Keluarga
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang
lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu
dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar.
Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan,
1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,
2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam
pelayanan kedokteran keluarga,
3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional
25
dokter- pasien untuk :
a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan
perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,
b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana
menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,
c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
2.12. Fungsi, tugas dan kompetensi dokter keluarga 8
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan
sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya,
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif,
kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan
profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai
pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangungjawabkan
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju
sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien
sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
26
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap
memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan
nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat
dan menjadi panutan masyarakat
Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :
a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit
b. Melayani individu dan keluarganya
c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit
d. Menangani penyakit akut dan kronik
e. Merujuk ke dokter spesialis
Kewajiban dokter keluarga :
a. Menjunjung tinggi profesionalisme
b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek
c. Bekerja dalam tim kesehatan
d. Menjadi sumber daya kesehatan
e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer
Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006
adalah :
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat
g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek
27
2.13 Perbedaan dokter praktek umum dan dokter keluarga
Tabel 3. Menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter
keluarga :
DOKTER PRAKTEK
UMUM DOKTER KELUARGA
Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan
Menyeluruh, Paripurna,
bukan sekedar yang
dikeluhkan
Cara PelayananKasus per kasus dengan
pengamatan sesaat
Kasus per kasus dengan
berkesinambungan
sepanjang hayat
Jenis PelayananLebih kuratif hanya
untuk penyakit tertentu
Lebih kearah pencegahan,
tanpa mengabaikan
pengobatan dan rehabilitasi
Peran keluarga Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Promotif dan
pencegahanTidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
Hubungan dokter-
pasienDokter – pasien
Dokter – pasien – teman
sejawat dan konsultan
Awal pelayanan Secara individual
Secara individual sebagai
bagian dari keluarga
komunitas dan lingkungan
28
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Data Identitas Pasien
NAMA : Nn.Lu
USIA : 20 tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
AGAMA : Islam
PENDIDIKAN : 20
STATUS : Belum menikah
PEKERJAAN : Karyawan Swasta
ALAMAT : Jl.Haji Maksum RT 2/4 No.35
3.2 Riwayat Penyakit
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tangga 9 Januari 2011.
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluh BAB cair ± 3x sehari, dan mual-mual sejak 1 hari sebelum masuk
Puskesmas.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Sawangan dengan keluhan BAB cair lebih dari 3
kali perhari sejak 1 hari yang lalu. BAB tidak disertai lendir dan darah, tidak
berampas dan berbusa, volume setengah gelas belimbing. Ia juga mengeluhkan sakit
perut, demam terus menerus sejak 1 hari yang lalu, dan nafsu makan menurun. Selain
itu nyeri pada ulu hati disertai mual sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat kebiasaan makan tidak teratur dan gemar mengkonsumsi makanan
pedas dan asam. Diakuinya bahwa selama ini lebih sering mengkonsumsi makanan
dari luar, karena kegiatannya banyak diluar rumah (bekerja sebagai asisten
pemasaran).
Pasien bekerja di toko salah satu Departement Store di Jakarta, bekerja kurang
lebih 8 jam perhari, pekerjaannya tidak begitu berat, hanya duduk melayani pembeli
dan sesekali membantu pekerjaan temannya seperti menata makanan yang berserakan.
Di waktu senggang, mengaku tidak suka mengemil atau memakan makanan ringan.
Sehari-hari hanya makan jika merasa lapar tanpa ada jadwal tertentu. Di tempatnya
29
bekerja, tersedia kantin yang diakuinya cukup bersih, terkadang di saat istirahat ia
membeli makanan di kantin tersebut.
C. Riwayat Gangguan Medik sebelumnya.
¡ Pasien menyangkal pernah menerita penyakit yang sama
¡ Pasien menyangkal pernah dirawat dan dioprasi sebelumnya.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Sadar penuh (GCS 15)
Kesan gizi : Cukup
Tanda – Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/80 MmHg
- Tekanan Nadi : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 37,8 derajat celcius
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sclera ikterik -/-, Cekung (-/-)
Mulut dan Gigi : Mucosa bibir kering, Coutage tongue (-), Gigi DBN
Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : Bising Usus (+) , Nyeri Tekan (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Tanda rangsang meningeal : (-)
Motorik : 5/5/5/5
Sensorik : Dalam batas normal
3.3. Data Demografi Keluarga
Tabel 4. Anggota keluarga yang tinggal serumah
No NamaKedudukan
dalam keluargaGender Umur Pendidikan Pekerjaan
Keterangantambahan
1 Tn. Ha Kepala keluarga Laki-laki 47 th SMA Wiraswasta Merokok
2 Ny. Li Ibu rumah tangga Perempuan 47 th SMEA IRT -
3 Tn. Be Anak ke 1 Laki-laki 24 th SMA Karyawan Merokok
4 Nn. Lu Anak ke 2 Perempuan 20 th SMA Karyawati -
5 An. Mu Anak ke 2 Laki-laki 9 th SD - -
30
Gambar 1. Genogram (Keluarga Inti)
Keterangan
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan
Tinggal Serumah
Bentuk keluarga : Keluarga inti (nuclear family)
Tahapan keluarga : Duval 5 (Keluarga dengan anak usia sekolah)
Gambar 2. Family map
Ket :
= dekat
= biasa
3.4 Fungsi dalam Keluarga
1. Pasien adalah anak dari pasangan dari Tn.Ha dan Ny. Li yang datang ke Puskesmas
dengan keluhan BAB cair ± 3x sehari, mual-mual, tidak ada lendir, tidak ada darah,
serta menggigil sejak 1 hari sebelum kepuskesmas.
31
LIVER- HT- ASTHMA- JANTUNG
HT
CA HATIPEMBU-NUHAN
GAST-RITIS
- AMNESIA- DEPRESI
DM - ASTHMA- JANTUNG
HT HT HT HTHTSTROKE
HTDM
HTJANTUNG
HTDIARESAKIT
USIA LANJUTHT
Tn. Ha47 tahun
Nn. Lu20 tahun
Tn. Be24 tahun
Ny. Li47 tahun
An. Mu9 tahun
DBD
2. Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga sangat serta terutama dengan orang
tuanya.
3. Fungsi sosial
Hubungan keluarga pasien dengan lingkungan sekitar cukup baik dan rukun, Pasien
bergaul dengan baik dengan lingkungannya.
4. Fungsi ekonomi
Penghasilan diperoleh dari pasien sendiri yang bekerja sebagai Karyawan Swasta
dengan penghasilan Rp 1.500.000,-/bulan
3.5 Resiko Internal Keluarga
3.5.1 Perilaku Kesehatan Keluarga
1. Kebersihan Pribadi dan Lingkungan
Lingkungan rumah terlihat cukup bersih, dan barang-barang cukup rapi. Rumah terletak
di daerah cukup padat penduduk, jarak antara rumah cukup rapat. Tidak terlihat sampah
berserakan di halaman rumah. Penampilan pasien bersih.
2. Pencegahan spesifik
Pasien makan dirumah dan kantin tempat bekerjanya.
3. Gizi Keluarga
Keluarga makan setiap hari dengan makanan yang di masak oleh ibu. Pasien biasa makan
2 kali sehari. Menu yang biasa di sediakan adalan nasi, lauk (tahu, tempe, ikan/daging
ayam) dan sayur asem serta sayur lodeh. Namun setelah sakit, pasien susah makan.
4. Kesehatan Reproduksi
Pasien sudah masuk usia perkawinan.
5. Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Pasien sangat memperhatikan kesehatannya dengan segera pergi ke dokter begitu pasien
BAB cair ± 3x sehari, mual-mual, tidak ada lendir, tidak ada darah, serta menggigil. Pusat
pelayanan keluarga yang digunakan oleh keluarga adalah Puskesmas Sawangan karena
letaknya dekat dengan rumah. Pasien dan keluarga hanya datang ke Puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan (kuratif). Keluarga pasien menggunakan pelayanan Umum.
6. Kebiasaan perilaku yang buruk
Suka makan dipinggir jalan.
32
3.5.2 Keadaan Rumah
Pasien tinggal bersama ayah, ibunya dan kakaknya serta adiknya dengan rumah milik
ayahnya. Rumah berada di tempat cukup padat penduduknya. Susunan rumah bentuk satu
lantai dengan ukuran 7 x 12,5 m. Terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur,
dapur dan 1 kamar mandi. Terdapat satu pintu masuk berukuran 100 x 200 cm, 2 buah
jendela berukuran 70 x 120 cm. Lantai rumah dari tehel, dinding rumah tembok, dan atap
rumah dari genteng.
Penerangan oleh sinar matahari dapat masuk kedalam rumah. Ventilasi di rumah
cukup karena sebagian jendela terbuka. Kebersihan rumah cukup baik. Barang-barang tertata
rapi. Di dalam kamar mandi terdapat jamban jongkok, bak mandi berukuran 3 x 2,25 m2, dan
1 kran air. Air minum, air untuk mencuci dan air untuk masak di dapatkan dari air pompa
listrik yang mempunyai jarak dengan septik tank 10 meter. Terdapat tempat sampah di dalam
rumah. Keluarga Pasien mempunyai sebuah televisi, radio, dan lemari es.
Gambar 3. Denah rumah
33
KAMAR TIDUR PASIEN
Gambar 4. Peta rumah dicapai dari Puskesmas
2.6. Diagnostik Holistik
1. Aspek personal : Harapan pasien ingin sembuh dari penyakitnya serta tidak ingin sakit
kembali seperti saat ini.
2. Aspek klinik : Diare akut
3. Faktor resiko Intrinsik : Oleh keluarga pasien kurang diperhatikan dalam hal makanan
karena pasien suka makan diluar serta pasien tidak memperhatikan higienis makanan
yang dimakan.
4. Faktor resiko Ekstrinsik : Keluarga pasien hanya menyarankan untuk pengobatan
kuratif saja sedangkan upaya preventif kesehatan masih kurang disamping itu gaji
pasien yang paspasan.
5. Derajat Fungsional : 4, keadaan fisik sudah baik.
34
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Analisa Kasus
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah diare akut ec infeksi bakteri. Hal ini
didapatkan dari anamnesis dan gejala klinis yang tampak pada pasien. Mengeluh BAB
cair lebih dari 3 kali perhari sejak 1 hari yang lalu. BAB tidak disertai lendir dan
darah, tidak berampas dan berbusa, volume setengah gelas belimbing. Ia juga
mengeluhkan sakit perut, demam terus menerus sejak 1 hari yang lalu, dan nafsu
makan menurun. Selain itu nyeri pada ulu hati disertai mual sejak 2 hari yang lalu.
Dari hasil kunjungan ke rumah pasien, terlihat keadaan dirumah pasien yang kurang
bersih. Untuk itu edukasi kepada keluarga mengenai penyakit pasien sangat di
utamakan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terulang kembali penyakit yang sama.
Serta edukasi terhadap pasien tentang resiko jika sering makan diluar rumah.
4.2. Identifikasi Masalah
- Fungsi Biologis = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi biologis telah
terpenuhi dengan baik seperti memenuhi gizi keluarga
- fungsi psikologis = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi ini telah berjalan
dengan baik, dengan adanya pemberian motivasi – motivasi pada anggota keluarga
- fungsi sosialisasi = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi ini telah berjalan
dengan baik, dengan akrabnya dan peduli terhadap lingkungan sekitar
- fungsi ekonomi = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi ini telah berjalan
dengan baik, dengan adanya pekerjaan tetap yang menunjang
- Fungsi pendidikan = pada pasien maupun keluarga pasien fungsi ini kurang berjalan
dengan baik, terlihat pada keluarga ini hanya mampu menyekolahkan anaknya hingga
SMA
4.3. Pelaksanaan Program
Tabel 5. Pelaksanaan Program
No. Waktu Kegiatan Hasil
1. 7 Januari 2012 Kunjungan 1
Anamnesa, identifikasi fungsi
keluarga, identifikasi keadaan
lingkungan dan rumah pasien,
Ibu pasien dan paseien sangat
kooperatif.
Permasalahan yang ditemukan :
35
dan mencari kemungkinan
masalah yang ada pada
keluarga ataupun pasien.
Kebersihan rumah yang kurang
baik.
Kebiasaan pasien suka makan
diluar rumah/kantin tempat kerja
2. 20 Januari 2012 Kunjungan 2
Menginformasikan
kepada anggota keluarga
pasien tentang penyakit
pasien.
Menginformasikan kepada
anggota keluarga tentang
kebersihan rumah dan
lingkungan rumah
Edukasi kepada orang tua pasien
mengenai penyakit pasien,
gejalanya, dan cara
pencegahannya
Edukasi kepada anggota
keluarga mengenai pentingnya
kebersihan rumah serta pola
hidup sehat
3. 25 Januari 2012 Kunjungan 3
Melihat hasil intervensi yang
sudah dilakukan pasien/
anggota keluarga pada
kunjungan kedua
Keadaan rumah dan lingkungan
rumah sudah cukup rapih dan
bersih.
Ibu pasien serta pasein sudah
memperhatikan kebutuhan gizi
pasien.
4.4. Koping Skoring
Tabel 5. Koping skoring keluarga binaan
No. MasalahSkor awal
Upaya penyelesaian SasaranResume hasil
akhir perbaikanSkor akhir
1. Pasien datang dengan keluhan BAB cair ± 3x sehari, mual-mual, tidak ada lendir, tidak ada darah, serta menggigil
3 Edukasi terhadap keluarga mengenai pencegahan terhadap diare akut
Keluarga Sudah ada perbaikan penyakit pasien
4
2. Kebiasaan pasien suka makan diluar dan jajan dipinggir jalan
3 Edukasi terhadap keluarga serta pasien sendiri agar lebih peduli tentang
Keluarga Sudah ada perbaikan dengan sesekali membawa
4
36
kebersihan makanan.
makanan dari rumah.
3. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
1 Mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan kondisi pasien
Keluarga dan pasien
Sudah mencari pekerjaan tetapi belum mendapat pekerjaan yang tepat
2
4. Faktor Perilaku :Kesehatan keluargaTidak segera membawa pasien untuk berobat. Keluarga berobat ke dokter hanya jika tidak ada perubahan setelah minum obat2 warung atau pada saat gejala bertambah berat
2 Edukasi mengenai pentingnya berobat segera ke pelayanan kesehatan terdekat pada saat ada keluhan agar tidak terjadi komplikasi dan dapat diobati segera.
Keluarga dan pasien
Sudah mulai perduli tentang pentingnya memeriksakan diri segera kepusat kesehatan jika mempunyai keluhan penyakit
3
Total skor awal 9 Total skor akhir 13
Rata –rata 2,25 Rata –rata 3,25
Skoring kemampuan menyelesaikan masalah dalam keluarga
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah:
Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 Keluarga mau melakukan tetapi tidak mampu, tidak ada sumber ( hanya keinginan)
penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.
Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider.
Skor 4 Keluarga mau melakukan tapi tak sepenuhnya, masih tergantung upaya provider.
Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.
BAB V
37
EVALUASI PEMBINAAN YANG TELAH DILAKUKAN
5.1 Hasil Pembinaan
1. Edukasi terhadap keluarga mengenai pencegahan terhadap diare akut, hasil
pembinaannya sudah ada perbaikan penyakit pasien.
2. Edukasi terhadap keluarga serta pasien sendiri agar lebih peduli tentang
kebersihan makanan, hasil pembinaannya sudah ada perbaikan dengan sesekali
membawa makanan dari rumah.
3. Mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan kondisi pasien, hasil pembinaannya
sudah mencari pekerjaan tetapi belum mendapat pekerjaan yang tepat.
4. Edukasi mengenai pentingnya berobat segera ke pelayanan kesehatan terdekat
pada saat ada keluhan agar tidak terjadi komplikasi dan dapat diobati segera, hasil
pembinaannya sudah mulai perduli tentang pentingnya memeriksakan diri segera
kepusat kesehatan jika mempunyai keluhan penyakit.
5. Total skor akhir rata-rata didapatkan 3,25 dimana sebelumnya 2,25 yang artinya
keluarga dan pasien mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider.
5.2 Kesimpulan
1. Telah ditegakkan diagnosa pasti Nn. Lu 20 tahun, berdasarkan anamnesis, gejala
klinis, dan pemeriksaan fisik yaitu diare akut ec infeksi bakteri.
2. Telah dilakukan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan.
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian obat diare seperti
Kotrimoksazol tab 2x1, Loperamid tab 2-1-1, Parasetamol 3x500 mg, Antasida
tab 3x1 dan Oralit 2x1 sachet.
3. Telah dilaksanakan tindakan pembinaan kesehatan keluarga pada keluarga inti
serta lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat.
4. Telah dilakukan penilaian kemampuan keluarga untuk menyelesaikan masalah.
Dan penyelesaiannya adalah :
a. Mengadakan diskusi-diskusi terhadap semua anggota keluarga tentang
pemahaman penyakit, menghindari faktor pencetus dan pengobatan terhadap
pasien.
38
b. Memberikan motivasi kepada keluarga bahwa dengan hidup bersih dapat
membantu keluarga yang menderita diare, menjadi berkurang terjangkitnya
diare.
c. Memeberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya segera kontrol
kedokter walaupun keluhan diare belum parah.
d. Memberikan konseling tentang pentingnya kebersihan makanan dan untuk
mendukung kesembuhan pasien.
e. Upaya pembinaan Kesehatan terhadap keluarga Nn. Lu usia 20 tahun sudah
dapat dilakukan cukup sempurna.
5.3 Saran
1 Edukasi yang diberikan tentang pelaksanaan selalu dijelaskan dengan bahasa yang
dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga.
2 Provider dapat membentuk suasana kekeluargaan sehingga tidak ada kesan
mereka diperintah, tetapi mereka melakukan atas dasar kesadaran mereka sendiri.
3 Provider yang berada di balai pengobatan disarankan dapat dengan cermat dalam
anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien saat mereka datang dengan keluhan, dan
dapat menilai dari data pembinaan untuk menilai keluhan saat ini, komplikasi,
efek samping obat.
4 Provider dapat melakukan pelayanan dengan cara holistik dalam menilai suatu
kasus, sistimatis dan berkesinambungan.
5 Untuk selalu mengingat pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan
kedokteran keluarga.
6 Hendaknya puskesmas setempat menyediakan alat penunjang diagnosis sehingga
pasien tidak perlu dirujuk ke puskesmas rujukan.
7 Pemerintah dapat menyediakan dan menyalurkan obat-obatan yang diperlukan
oleh puskesmas tepat waktu.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo,Aru W et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi IV. FKUI. Jakarta :
2006. Hlm 410-415.
2. Behram,Kliegman,Arvin. Dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. ed15. EGC:
Jakarta, 2000.hlm 889-893.
3. DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American Journal of
Gastroenterology, No.11, November 1997.
4. Marcellus Simadibrata K, Daldiyono, Diare Akut. Dalam Noer HMS-Waspadji S-
Rachman AM. Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, jilid 1. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 408 – 413
5. World Gastroenterology Organisation. Global Guidelines 2005. .
http://www.emedicine.com/gastroen/topic224 . Diakses tanggal 09/01/2012.
6. J.J. Kambona. Gastroenteritis. 25 April 2008. http://www.emedicine.com/emerg/topic213.
Diakses tanggal 10/01/2012.
7. Diagnostik Holistik Sistem Kedokteran Keluarga. 1 Juli 2011. http://nadya-
mynewworld.blogspot.com/2011/07/sistem-kedokteran-keluarga.html. Diakses tanggal
10/01/2012
8. Goodman, J.C. 2001. Characteristics Of An Ideal Health Care System.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpunan_Dokter_keluarga_Indonesia diakses tanggal
13/02/2012
9. Roebijoso, Jack. 2010. Family Doctor, Strategic and Operational Health Service
Management Model, A Revolution in Primary Health Care, in Indonesia, 2010 : The Role
of General Practitioners and family Doctors.http://medicalera.com/3/18203/sistem-
pelayanan-kesehatan-yang-ideal-dokter-keluarga diakses tanggal 13/02/2012
40
LAMPIRAN
FOTO KUNJUNGAN RUMAH WARGA
41
RUANG MAKAN DAPUR
KAMAR MANDI HAL. BELAKANG
HAL. DEPAN HAL. SAMPING
RUANG TAMU RUANG TAMU