dok teknis lei-04

Upload: petani-bandeng

Post on 14-Jul-2015

50 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

NILAI (SKALA INTENSITAS) INDIKATOR-INDIKATORPengelolaan Hutan Tanaman Lestari

1.

Pendahuluan

Dokumen Teknis LEI-04 menunjukkan nilai (skala intensitas) dari setiap indikator penilaian SERTIFIKASI Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL) yang terdapat pada Standar LEI 5000-2. Skala intensitas ini merupakan acuan bagi Panel Pakar II dalam evaluasi kinerja dan proses pengambilan keputusan sertifikasi PHTL.

2.

Ruang Lingkup

Dokumen ini menjabarkan pengertian dan nilai (skala intensitas) dari setiap indikator-indikator penilaian sertifikasi PHTL pada aspek produksi, ekologi, dan sosial.

3.

Acuan

a) Standar LEI 5000, Kerangka Sistem Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL). b) Standar LEI 5000-2, Sistem Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL).

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

1

4.

Skala Intensitas Indikator-Indikator dalam Penilaian Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL)

4.1. Aspek ProduksiINDIKATOR P1.1 Kepastian lahan sebagai areal hutan tanaman. PENGERTIAN Kesesuaian status areal unit manajemen terhadap tata guna lahan (Tata Guna Hutan/TGH, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi/RTRWP, Present LandUse/PLU) sejak awal sampai minimal untuk selama jangka waktu pengusahaan akan memberikan jaminan kepastian areal yang diusahakan. Untuk lebih memberikan jaminan kepastian areal secara yuridis serta memperkecil konflik penggunaan areal di masamasa mendatang, maka setiap bentuk pengubahan fungsi hutan baik yang disebabkan oleh adanya perubahan tata guna lahan harus segera dikukuhkan/ditetapkan kembali. Pal batas merupakan salah satu bentuk rambu yang memberikan pesan bahwa areal yang berada di dalamnya telah dibebani oleh hak dan fungsi tertentu. Kebakaran hutan merupakan faktor gangguan yang pengaruhnya sangat besar terhadap sumberdaya secara keseluruhan. Mengingat akibat yang ditimbulkannya dapat melintasi batas wilayah lain dan karena kejadiannya yang sulit diduga, diperlukan kesiapan manajemen secara khusus dalam kerangka pencegahan maupun penanggulangannya untuk tujuan perlindungan hutan. Hal tersebut dapat tercermin dalam organisasi, personal, sarana dan perlengkapan yang memadai sesuai dengan tingkat resiko bahaya kebakaran yang terjadi. Pemilihan jenis tanaman pokok, tindakan (sistem dan teknik) silvikultur dalam tingkat perencanaan (management plan) serta implementasi yang didasarkan atas pertimbangan yang sesuai dengan tujuan perusahaan, daya dukung lahan, ekosistem dan kondisi sosial masyarakat sekitar dipastikan memberikan implikasi keberhasilan unit manajemen dalam mengelola sumberdayanya. NILAI Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali KETERANGAN Kepastian status areal unit manajemen memenuhi semua aspek legalnya; hasil pengukuhan/penetapan dan tata batas kawasan hutan diakui oleh instansi pemerintah terkait serta sektor lain; dan kondisi pal batas sesuai persyaratan. Kepastian status areal unit manajemen memenuhi semua aspek legalnya; hasil pengukuhan/penetapan dan tata batas kawasan hutan diakui oleh pengguna lain serta instansi pemerintah; namun kondisi pal batas belum memenuhi persyaratan. Kepastian status areal unit manajemen memenuhi semua aspek legalnya, namun hasil pengukuhan/penetapan dan tata batas kawasan hutan hanya diakui oleh masyarakat saja atau pemerintah saja. Kepastian status areal unit manajemen memenuhi semua aspek legalnya, namun pengukuhan/penetapan dan tata batas kawasan hutan belum selesai dilakukan. Kepastian status areal unit manajemen tidak memenuhi semua aspek legalnya.

P1.2 Sistem manajemen kebakaran hutan.

Baik

Tersedia organisasi termasuk yang melibatkan masyarakat/instansi terkait; peralatan termasuk early warning system, tenaga terlatih; dan Standard Operating Procedure (SOP) untuk melakukan tindakan preventif maupun supresif terhadap bahaya kebakaran yang memadai. Tersedia organisasi termasuk yang melibatkan masyarakat/instansi terkait; peralatan termasuk early warning system, tenaga terlatih memadai, namun belum ada SOP untuk melakukan tindakan preventif maupun supresif terhadap bahaya kebakaran yang memadai. Tersedia organisasi termasuk yang melibatkan masyarakat/instansi terkait; peralatan termasuk early warning system, tenaga terlatih; dan SOP untuk melakukan tindakan preventif maupun supresif terhadap bahaya kebakaran namun tidak memadai. Belum tersedia organisasi termasuk yang melibatkan masyarakat/instansi terkait; peralatan termasuk early warning system, tenaga terlatih; dan SOP untuk melakukan tindakan preventif maupun supresif terhadap bahaya kebakaran. Pemilihan jenis tanaman pokok dan tindakan silvikultur sesuai dengan daya dukung lahan, ekosistem setempat dan kondisi sosial masyarakat. Pemilihan jenis tanaman pokok dan tindakan silvikultur ditentukan dan diterapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemilihan jenis tanaman pokok dan tindakan silvikultur terpilih diterapkan kurang sesuai dengan daya dukung lahan, ekosistem setempat dan kondisi sosial masyarakat. Tidak ada upaya untuk memilih dan menerapkan pemilihan jenis tanaman pokok dan tindakan silvikultur.

Sedang Jelek Jelek Sekali Baik Sekali Baik Sedang Jelek

P1.3 Pemilihan jenis tanaman pokok, sistem dan teknik silvikultur.

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

2

INDIKATOR P1.4 Pengembangan manfaat hasil hutan non kayu.

PENGERTIAN Hutan tidak hanya bermanfaat kayunya saja, karena itu perlu ada upaya mengoptimalkan manfaat sumberdaya lainnya baik dalam bentuk jasa maupun barang. Dengan demikian hutan tanaman yang dibangun terasa manfaatnya bagi masyarakat. Keberadaan dan potensi hasil hutan non kayu setiap saat memberikan peluang dan jaminan atas keberadaan hutan tanaman itu sendiri. Petak Ukur Permanen (PUP) dimaksudkan sebagai laboratorium lapangan atau sebagai wahana pengamatan riap yang dapat digunakan untuk membuat tabel volume, uji coba perlakuan silvikultur, serta kegiatan penelitian dan pengembangan lainnya untuk menuju hutan produksi lestari. Tingkat kebenaran dalam pendugaan produksi kayu jangka panjang ditentukan oleh tata laksana dan intensitas sampling dalam pelaksanaan inventarisasi berulang secara keseluruhan. Inventarisasi berulang diperlukan untuk mengoreksi perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, dapat dilakukan setiap tiga sampai sepuluh tahun tergantung pada daur yang digunakan, luas areal yang dikelola, serta gangguan dan kegagalan yang terjadi. Jatah produksi tahunan disesuaikan dengan potensi atau kemampuan lahan maksimal untuk menghasilkan biomass per satuan luas dan waktu serta kemampuan penanaman kembali. Hasil hutan (kayu) akan lestari jika jumlah yang dikeluarkan maksimal sama dengan jatah produksi yang telah ditetapkan. Selanjutnya praktek keteraturan pemanenan hasil hutan kayu menurut waktu akan menyederhanakan pengaturan kelestarian untuk daur berikutnya.

NILAI Baik Sedang Jelek

KETERANGAN Terdapat pengembangan potensi hasil hutan non kayu dan berhasil dikelola secara lestari. Terdapat upaya pengembangan potensi hasil hutan non kayu, namun belum dapat dimanfaatkan secara lestari. Tidak ada upaya pengembangan potensi hasil hutan non kayu.

P1.5 Penerapan pengamatan pertumbuhan tegakan dan hasilnya.

Baik Sekali

Pengukuran pertumbuhan dan riap yang dilanjutkan dengan inventarisasi berulang dalam periode yang cukup telah dilakukan dengan baik sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku; dan telah digunakan baik dalam menyusun management plan, pemanfaatan jenis lainnya maupun revisinya. Pengukuran pertumbuhan dan riap yang dilanjutkan dengan inventarisasi berulang telah dilakukan dengan baik sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku; namun belum digunakan baik dalam menyusun management plan, pemanfaatan jenis lainnya maupun revisinya. Pengukuran pertumbuhan dan riap yang dilanjutkan dengan inventarisasi berulang telah dilakukan, namun belum sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku; dan telah digunakan baik dalam menyusun management plan, pemanfaatan jenis lainnya maupun revisinya. Pengukuran pertumbuhan dan riap yang dilakukan dengan inventarisasi berulang, namun belum sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku; dan belum digunakan baik dalam menyusun management plan, pemanfaatan jenis lainnya maupun revisinya. Pengukuran pertumbuhan dan riap belum dilakukan. Produksi hasil hutan tahunan sesuai dengan rencana pengaturan hasil yang telah ditetapkan yang disusun berdasarkan data yang baik serta sesuai dengan kemampuan menanam kembali. Produksi hasil hutan tahunan sesuai dengan rencana pengaturan hasil yang telah ditetapkan, namun tidak disusun berdasarkan data yang baik serta sesuai dengan kemampuan menanam kembali. Produksi hasil hutan tahunan menunjukkan jauh lebih rendah dari kemampuan hutannya, namun sesuai dengan kemampuan menanam kembali. Produksi hasil hutan tahunan tidak sesuai dengan rencana pengaturan hasil dan diperkirakan terjadi lewah produksi serta kemampuan menanam kembali lebih rendah. Tidak ada pengaturan hasil hutan dan produksinya selalu lebih besar dari kemampuan menanam kembali.

Baik

Sedang

Jelek Jelek Sekali

P1.6 Produksi tahunan sesuai dengan produktivitas hutan, kemampuan penanaman dan daya dukung lahannya.

Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

3

INDIKATOR P1.7 Kualitas Pembukaan Wilayah Hutan (PWH).

PENGERTIAN Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) harus direncanakan dengan mempertimbangkan memenuhi seluruh aspek kegiatan (mobilisasi) dalam pembangunan hutan terutama produksi hasil hutan. Intensitas atau kerapatan dan total panjang jalan (utama, cabang atau sarad) yang optimal, lokasi dan kualitas (konstruksi) jalan, serta jembatan dikerjakan sedemikian rupa sehingga menjamin kelancaran operasional kegiatan pembangunan dan pembinaan hutan tanaman serta kegiatan produksi hasil hutan. Demikian juga terhadap aspek pemeliharaannya. Pemasyarakatan hak-hak atas areal, terutama kepada masyarakat di dalam dan di sekitar areal unit manajemendimaksudkan untuk memberikan pemahaman agar diperoleh kesepahaman dan diharapkan akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam pelestarian sumberdaya hutan. Keberadaan satuan organisasi perencanaan, produksi, pembinaan hutan, penelitian dan pengembangan, konservasi dan lingkungan, sosial masyarakat, keuangan dan administrasi, pemasaran/distribusi, dan Satuan Pengawas Internal (SPI) yang mandiri serta ditunjang oleh jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang memadai dapat menjadi indikator kesungguhan perusahaan hutan tanaman dalam upaya pelestarian produksi. Apapun bentuk gangguan terhadap hutan akan berdampak cukup berarti pada kelestarian hasil, sehingga besaran gangguan (kerusakan) hutan perlu diketahui agar dapat ditentukan tindakan pengelolaan yang tepat. Selain itu kegiatan perlindungan harus dilakukan sebagai upaya antisipasi memperkecil tingkat gangguan yang ada.

NILAI Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

KETERANGAN Sarana dan prasarana PWH dirancang dan diimplementasikan dengan benar sesuai dengan standar yang berlaku. Sarana dan prasarana PWH dirancang dan diimplementasikan dengan benar namun kualitasnya kurang baik. Sarana dan prasarana PWH dirancang belum sesuai dengan yang diimplementasikan. Sarana dan prasarana dirancang dan diimplementasikan tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Tidak ada perencanaan PWH.

P1.8 Permasyarakatan hak-hak atas areal.

Baik Sedang Jelek Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

Terdapat upaya penyuluhan atau pemasyarakatan hak-hak pemasyarakatan atas kawasan unit manajemen secara periodik. Terdapat upaya penyuluhan atau pemasyarakatan hak-hak pemasyarakatan atas kawasan unit manajemen dengan intensitas kurang. Tidak terdapat upaya penyuluhan atau pemasyarakatan hak-hak pemasyarakatan atas kawasan unit manajemen. Seluruh satuan organisasi keberadaannya mandiri dan mempunyai koordinasi yang baik. Seluruh satuan organisasi keberadaannya mandiri namun mempunyai koordinasi yang kurang baik. Tidak semua satuan organisasi mandiri dan koordinasi kurang baik. Satuan organisasi tidak lengkap dan tidak memadai serta tidak ada koordinasi.

P1.9 Satuan organisasi dalam lingkup pengelolaan hutan.

P2.1 Besaran gangguan hutan.

Baik Sekali Baik Sedang Jelek

Relatif tidak ada gangguan perambahan dan alih fungsi, pencurian, kebakaran, dan bentuk gangguan lainnya. Akibat gangguan perambahan dan alih fungsi, pencurian, kebakaran, dan bentuk gangguan lainnya tidak menyebabkan tipe dan fungsi hutan berubah namun demikian pengaturan hasil yang telah direncanakan masih dapat dilaksanakan. Akibat gangguan perambahan dan alih fungsi, pencurian, kebakaran, dan bentuk gangguan lainnya menyebabkan tipe dan fungsi hutan berubah sehingga pengaturan hasil yang telah direncanakan harus direvisi. Akibat gangguan perambahan dan alih fungsi, pencurian, kebakaran, dan bentuk gangguan lainnya menyebabkan lansekap hutan berubah sehingga visi dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan harus direvisi.

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

4

INDIKATOR P2.2 Ketersediaan bibit.

PENGERTIAN Tersedianya bibit yang bermutu baik dari segi genetik, fisik dan fisiologi dalam jumlah cukup dan pada waktu yang tepat, merupakan modal dasar dalam mencapai kelestarian produksi pada hutan tanaman. Bibit dengan mutu genetik tinggi dimungkinkan dapat meningkatkan produktivitas biomassa yang menjadi sasaran produksi hasil hutan pada setiap rotasinya. Bibit yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat akan menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pencapaian target produksi hasil hutan, serta menekan persen kematian tanaman. Kemampuan menanam merupakan modal dasar dalam menuju kelestarian produksi hasil hutan (kayu) untuk daur berikutnya. Statistik penanaman merupakan catatan penanaman yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya yang tidak hanya berisi kuantifikasi penanaman dan keberhasilan penanaman, namun juga mencatat beberapa hal yang berkaitan dengan tata laksana penanaman, catatan ketidakberhasilan dalam penanaman beserta penyebab dan kendalanya. Catatan tersebut dapat dijadikan bahan monitoring dan evaluasi yang mengarah pada perbaikan tata laksana penanaman untuk lebih menjamin pelestarian produksi di masa mendatang. Pemeliharaan pada prinsipnya memberikan ruang tumbuh bagi setiap individu tanaman pokok. Tata laksana, keteraturan dan intensitas pemeliharaan yang tepat untuk setiap tingkat pertumbuhan akan memberikan peluang yang lebih besar terhadap pertumbuhannya. Sebagaimana halnya dengan pemanenan, keteraturan dalam kegiatan pemeliharaan menurut waktu akan menyederhanakan pengaturan kelestarian untuk daur berikutnya dan hal tersebut juga sangat menunjang terwujudnya pelestarian produksi.

NILAI Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

KETERANGAN Bibit dihasilkan dalam jumlah yang sesuai, bermutu tinggi dan tepat waktu. Bibit dihasilkan dalam jumlah yang sesuai , namun bermutu sedang dan tepat waktu. Bibit dihasilkan dalam jumlah yang sesuai, namun tidak tepat waktu. Bibit dihasilkan dalam jumlah yang kurang dan tidak tepat waktu atau jumlahnya sesuai dan tepat waktu namun mutunya jelek Bibit dihasilkan berjumlah kurang dan bermutu rendah serta tidak tepat waktu.

P2.3 Kemampuan penanaman dan kualitas hasilnya.

Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

Penanaman mencapai luasan 100% dari target yang direncanakan dengan mutu hasil penanaman baik. Penanaman mencapai luasan 100% dari target yang direncanakan dengan mutu hasil penanaman belum baik. Penanaman mencapai luasan 90% sampai dengan 80 % dari luas ideal dan berfungsi baik. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah ditetapkan/dikukuhkan dan/atau diakui oleh pihak-pihak terkait adalah 50-80 % dari luas ideal dan berfungsi baik dan/atau proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah ditetapkan/dikukuhkan dan/atau diakui oleh pihak-pihak terkait adalah > 80 % dari luas ideal dan berfungsi sedang. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah ditetapkan/dikukuhkan dan/atau diakui oleh pihak-pihak terkait adalah < 50 % dan berfungsi baik dan/atau proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah ditetapkan/dikukuhkan dan/atau diakui oleh pihakpihak terkait adalah 50-80 % dari luas ideal dan berfungsi sedang dan/atau proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah ditetapkan/dikukuhkan dan/atau diakui oleh pihak-pihak terkait adalah > 80 % dari luas ideal dan berfungsi buruk. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah ditetapkan/dikukuhkan dan/atau diakui oleh pihak-pihak terkait adalah < 50 % dari luas ideal dan berfungsi sedang dan/atau proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah ditetapkan/dikukuhkan dan/atau diakui oleh pihak-pihak terkait adalah 50-80 % dari luas ideal dan berfungsi buruk. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah ditetapkan/dikukuhkan dan/atau diakui oleh pihak-pihak terkait adalah < 50 % dari luas ideal dan berfungsi buruk. Kawasan produksi sangat sesuai dan lebih dari 80 % arealnya telah tertata. Kawasan produksi cukup sesuai dan/atau kawasan produksi sangat sesuai dan lebih dari 50-80 % arealnya telah tertata. Kawasan produksi sangat sesuai namun areal yang tertata kurang dari 50 % dan/atau kawasan produksi cukup sesuai dan arealnya tertata 50-80 % dan/atau kawasan produksi sesuai marginal tetapi arealnya tertata lebih dari 80 %. Kawasan produksi cukup sesuai namun areal yang tertata kurang dari 50 % dan/atau kawasan produksi sesuai marginal tetapi telah tertata 50-80 %. Kawasan produksi sesuai marginal dan areal yang tertata kurang dari 50 %.

Sedang

Jelek

Jelek Sekali

E1.2 Perencanaan penataan areal produksi efektif berdasarkan kesesuaian dan kemampuan lahan serta kelangsungan fungsi tata air.

Areal produksi efektif adalah lahan di dalam areal hutan tanaman yang secara efektif bisa ditanami dengan jenis yang terpilih berdasarkan kelayakan ekologis dan sesuai dengan tujuan perusahaan. Agar produktivitas dari jenis terpilih tersebut bisa terjamin dalam jangka panjang, maka areal produksi efektif perlu ditata atas dasar kesesuaian dan kemampuan lahan dan kelangsungan fungsi tata air.

Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

9

INDIKATOR E1.3 Persentase atau rasio tanda batas aktual kawasan lindung dan areal produksi efektif (kesesuaian dan kemampuan lahan dan kelangsungan fungsi tata air) terhadap tanda batas seharusnya.

PENGERTIAN Tata batas dan atau tanda batas merupakan salah satu alat untuk menunjukkan bahwa penataan telah dilaksanakan. Penataan yang dilakukan dengan baik berdasarkan rasio yang ideal kawasan lindung dan produksi terhadap tanda batas seharusnya akan menjamin kelestarian lahan dan fungsi tata air.

NILAI Baik Sekali Baik

KETERANGAN Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung dan kawasan produksi adalah > 80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi baik. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung dan kawasan produksi adalah 50-80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi baik dan/atau proporsi tanda batas aktual kawasan lindung dan kawasan produksi adalah > 80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi sedang. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung dan kawasan produksi adalah < 50 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi baik dan/atau proporsi tanda batas aktual kawasan lindung dan kawasan produksi adalah 50-80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi sedang dan/atau proporsi tanda batas aktual kawasan lindung dan kawasan produksi adalah > 80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah < 50 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi baik dan berfungsi sedang dan/atau proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah 50-80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah < 50 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah > 80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi baik. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah 50-80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi baik dan/atau proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah > 80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi sedang. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah < 50 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi baik dan/atau proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah 50-80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi sedang dan/atau proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah > 80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah < 50 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi baik dan berfungsi sedang dan/atau proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah 50-80 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. Proporsi tanda batas aktual kawasan lindung adalah < 50 % dari tanda batas seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. SOP penerapan sistem silvikultur memenuhi standar dan tingkat penerapannya baik. SOP penerapan sistem silvikultur memenuhi standar dan tingkat penerapannya sedang dan/atau SOP tidak memenuhi standar tetapi tingkat penerapannya baik. SOP penerapan sistem silvikultur memenuhi standar tetapi tingkat penerapannya buruk dan/atau SOP tidak memenuhi standar tetapi tingkat penerapannya sedang. SOP penerapan sistem silvikultur tidak memenuhi standar dan tingkat penerapannya buruk.

Sedang

Jelek

Jelek Sekali E1.4 Rasio atau persentase tanda batas kawasan lindung yang berfungsi baik terhadap tanda batas seharusnya (ideal). Areal lindung yang sudah dikukuhkan tidak akan berarti jika tidak ditunjukkan oleh pal-pal batas pada batas-batas yang dimaksud secara jelas di lapangan sehingga jelas dan tegas batas antara areal lindung (ketinggian tempat, kecuraman lereng, dan ketebalan gambut) dengan areal produksi/tebangan dan areal lainnya. Pal-pal tersebut tidak memberikan arti apapun jika tidak ada pemeliharaan terhadap keawetan pal-pal tersebut. Baik Sekali Baik Sedang

Jelek

Jelek Sekali E1.5 Perancangan dan penerapan sistem silvikultur yang dapat mengendalikan erosi di areal tebangan atau produksi. Erosi yang diakibatkan oleh praktek-praktek silvikultur seperti pada saat penebangan dan atau pembukaan lahan dapat dikendalikan dengan cara memperbaiki penutupan lahan dengan segera melalui penanaman dan pemberian mulsa dan meminimasi masuknya alat-alat berat yang dapat memadatkan tanah sehingga kualitas lahan (fisik dan kimia tanah) serta fungsi tata air tidak terganggu. Baik Sekali Baik Sedang Jelek

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

10

INDIKATOR E1.6 Perubahan tingkat kesuburan tanah (fisik dan kimia), termasuk pencemarannya akibat kegiatan produksi.

PENGERTIAN Kegiatan produksi yang meliputi penyiapan lahan hingga penanaman, pemeliharaan dan pemanenan sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah, baik sifat kimia maupun fisika tanah. Kesuburan tanah dapat terganggu oleh banyaknya bahan kimia/organik akibat pemupukan maupun pencemaran akibat kegiatan produksi seperti penggunaan jamur mycorhizza yang berlebihan sehingga dapat mempengaruhi kesuburan lahan. Perubahan tingkat kesuburan akan terus cenderung menurun apabila pihak unit manajemen tidak melakukan pemeliharaan kesuburan tanah yang antara lain dinyatakan dalam nutrien budget (neraca hara) dan pemadatan tanah (soil compaction) serta tanah lapisan atas (top-soil) dan tanaman yang sesuai. Kehilangan tanah lapisan atas (top-soil) yang melebihi tingkat erosi yang diperbolehkan (tolerable soil loss) menunjukkan pengelolaan hutan tanaman yang tidak memperhatikan aspek konservasi tanah. Dampak hutan tanaman terhadap tanah selain erosi dipercepat adalah penurunan sifat fisik tanah, seperti pemadatan karena pembukaan lahan yang salah. Selanjutnya peningkatan aliran permukaan karena pemadatan tanah dapat menyebabkan perubahan debit aliran sungai.

NILAI Baik Sekali Baik Sedang Jelek

KETERANGAN Terjadi peningkatan kesuburan tanah dan tidak ada pencemaran. Kesuburan tanah tetap dan tidak terjadi pencemaran dan/atau kesuburan tanah meningkat tetapi ada pencemaran. Kesuburan tanah menurun dan tidak ada pencemaran dan/atau kesuburan tanah tetap tetapi ada pencemaran. Kesuburan tanah menurun dan ada pencemaran.

E1.7 Persentase perubahan erosi tanah pada areal produksi.

Baik Sekali Baik

Indeks Bahaya Erosi rendah (IBE < 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air rendah (< 100 mg/l). Indeks Bahaya Erosi rendah (IBE < 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air sedang (100 - 250 mg/l) dan/atau Indeks Bahaya Erosi sedang (IBE = 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air rendah (< 100 mg/l). Indeks Bahaya Erosi rendah (IBE < 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air tinggi (> 100 mg/l) dan/atau Indeks Bahaya Erosi tinggi (IBE > 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air rendah (< 100 mg/l) dan/atau Indeks Bahaya Erosi sedang (IBE = 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air sedang (100 - 250 mg/l). Indeks Bahaya Erosi sedang (IBE = 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air tinggi (> 250 mg/l) dan/atau Indeks Bahaya Erosi tinggi (IBE > 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air sedang (100 - 250 mg/l). Indeks Bahaya Erosi tinggi (IBE > 1) dan sumbangan unit manajemen terhadap kandungan padatan tersuspensi total dalam badan air tinggi (> 250 mg/l).

Sedang

Jelek

Jelek Sekali

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

11

INDIKATOR E1.8 Persentase perubahan atau hilangnya struktur dan jenis vegetasi pada kawasan lindung.

PENGERTIAN Struktur vegetasi di kawasan lindung sangat erat kaitannya dengan intersepsi air hujan yang jatuh (stem-flow dan throughfall) dan masuk ke dalam tanah. Ini sangat erat kaitannya dengan pengendalian erosi dan pengaturan tata air di sekitar badan-badan air. Oleh karena itu apabila di sekitar badan-badan sungai struktur vegetasi tidak dapat mendukung intersepsi air hujan, maka akan menyebabkan tingginya erosi di areal ini yang pada akhirnya akan mengganggu fungsi dari badan-badan air tersebut. Selain sebagai habitat dan koridor satwa serta sumber plasma nutfah, pengamanan komunitas dan jenis-jenis tumbuhan di kawasan lindung juga harus menjadi titik berat perhatian dalam kegiatan perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam hayati oleh unit manajemen hutan tanaman. Kondisi air di badan air khususnya sungai dikatakan baik apabila selalu mengalir setiap saat, tidak ada perbedaan debit puncak (pada musim penghujan) dengan debit minimum (musim kemarau) yang besar, serta kualitas air dalam keadaan baik sesuai kondisi alaminya. Penurunan kualitas air khususnya kekeruhan secara drastis hingga di bawah baku mutu air yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan yang ada menunjukkan pengelolaan hutan tanaman yang tidak memperhatikan lingkungan. Penurunan kualitas air tersebut lebih disebabkan oleh erosi dipercepat dan aliran permukaan (surface run off) yang tinggi.

NILAI Baik Sekali Baik Sedang Jelek

KETERANGAN Struktur vegetasi berubah < 10 % dan tidak ada jenis yang hilang. Struktur vegetasi berubah 20-30 % dan tidak ada jenis yang hilang dan/atau struktur vegetasi berubah < 10 % tetapi ada jenis yang hilang. Struktur vegetasi berubah > 40 % dan tidak ada jenis yang hilang dan/atau struktur vegetasi berubah 20-30 % dan ada jenis yang hilang. Struktur vegetasi berubah > 40 % dan ada jenis yang hilang.

E1.9 Persentase perubahan kuantitatif (debit sungai), kontinuitas (ketersediaan air yang konstan) dan kualitas (kandungan bahan kimia, padatan, suspensi) di badan-badan air terhadap ukuran standar yang telah ada yang disebabkan oleh aktivitas unit manajemen.

Baik Sekali Baik

Dalam kaitan dengan aktivitas unit manajemen, nisbah antara debit maksimum/minimum rendah (Qmax/Qmin < 20) dan kualitas fisik-kimia air tinggi menurut baku mutu yang berlaku. Dalam kaitan dengan aktivitas unit manajemen, nisbah antara debit maksimum/minimum rendah (Qmax/Qmin < 20) dan kualitas fisik-kimia air sedang menurut baku mutu yang berlaku dan/atau Nisbah antara debit maksimum/minimum sedang (Qmax/Qmin = 20-50) dan kualitas fisik-kimia air baik menurut baku mutu yang berlaku. Dalam kaitan dengan aktivitas unit manajemen, nisbah antara debit maksimum/minimum rendah (Qmax/Qmin < 20) dan kualitas fisik-kimia air jelek menurut baku mutu yang berlaku dan/atau Nisbah antara debit maksimum/minimum tinggi (Qmax/Qmin > 50) dan kualitas fisik-kimia air baik menurut baku mutu yang berlaku dan/atau Nisbah antara debit maksimum/minimum sedang (Qmax/Qmin = 20-50) dan kualitas fisik-kimia air sedang menurut baku mutu yang berlaku. Dalam kaitan dengan aktivitas unit manajemen, nisbah antara debit maksimum/minimum sedang (Qmax/Qmin 20-50) dan kualitas fisik-kimia air jelek menurut baku mutu yang berlaku dan/atau Nisbah antara debit maksimum/minimum tinggi (Qmax/Qmin > 50) dan kualitas fisik-kimia air sedang menurut baku mutu yang berlaku. Dalam kaitan dengan aktivitas unit manajemen, nisbah antara debit maksimum/minimum tinggi (Qmax/Qmin > 50) dan kualitas fisik-kimia air jelek menurut baku mutu yang berlaku. Terdapat sistem/pola pemanfaatan lahan dan memberi manfaat baik terhadap masyarakat maupun tegakan tanaman pokok. Terdapat sistem/pola pemanfaatan lahan tetapi tidak memberi manfaat baik terhadap masyarakat maupun tegakan tanaman pokok. Tidak terdapat sistem/pola pemanfaatan lahan.

Sedang

Jelek

Jelek Sekali E1.10 Penerapan sistem/pola pemanfaatan lahan dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan tegakan hutan tanaman yang dapat mempengaruhi kondisi kualitas lahan dan fungsi tata air. Kondisi kualitas lahan dan kelangsungan fungsi tata air yang baik salah satunya dipengaruhi oleh sistem/pola pemanfaatan lahan dengan menggunakan jenis tanaman yang sesuai serta mempertimbangkan kondisi lingkungan setempat baik biofisik maupun sosial budaya masyarakat. Baik Sedang Jelek

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

12

INDIKATOR E1.11 Kegiatan perlindungan tanah terhadap erosi dan pencemaran tanah dan air (sebagai contoh : penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk ramah lingkungan). E1.12 Kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi struktur dan komposisi jenis hutan (vegetasi) kawasan lindung.

PENGERTIAN Intensitas teknik pengendalian dampak terhadap tanah menunjukkan kesungguhan pengelolaan hutan tanaman dalam penanggulangan dampak pengusahaan hutan tanaman terhadap komponen fisik lingkungan. Pengendalian dampak terhadap tanah dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan konservasi tanah. Kelestarian fungsi kawasan lindung di dalam areal unit manajemen hutan tanaman akan dapat terpelihara dalam jangka panjang jika struktur vegetasi di dalam kawasan terpelihara dengan baik. Kemudian dengan adanya vegetasi yang baik di areal ini maka fungsi tata airnya pun dapat berjalan dengan baik. Lebih lanjut dalam kegiatan rehabilitasi dan pemeliharaan struktur vegetasi di kawasan lindung perlu diperhatikan juga pengayaan jenis-jenis tumbuhan, sehingga kelestarian lahan dan fungsi tata air dapat terjamin dalam jangka panjang. Badan-badan air merupakan muara bagi limbah yang dihasilkan (organik dan anorganik) dari seluruh kegiatan di dalam unit manajemen hutan tanaman. Sebagian besar limbah tidak mudah terurai (plastik, kaleng, dsbnya) memerlukan penanganan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Penentuan kesesuaian lokasi penanganan limbah juga sangat menentukan kemungkinan/konsekuensi terhadap kelestarian kualitas lahan dan fungsi tata air. Jika lokasi penanganan limbah tidak ditentukan secara tepat dan penanganan tidak dilakukan secara tepat pula, maka kelestarian fungsi tata air di badanbadan air akan terganggu. Penggunaan bahan kimia di dalam unit manajemen berpotensi mencemari badan-badan air sehingga penggunaan bahan tersebut harus dikelola secara berhati-hati.

NILAI Baik Sedang Jelek

KETERANGAN Terdapat SOP perlindungan tanah terhadap erosi dan diimplementasikan di lapangan. Terdapat SOP perlindungan tanah terhadap erosi tetapi tidak diimplementasikan di lapangan. Tidak terdapat SOP perlindungan tanah terhadap erosi.

Baik Sedang Jelek

Terdapat SOP pemeliharaan dan rehabilitasi struktur dan komposisi jenis hutan (vegetasi) dan diimplementasikan di lapangan. Terdapat SOP pemeliharaan dan rehabilitasi struktur dan komposisi jenis hutan (vegetasi) tetapi tidak diimplementasikan di lapangan. Tidak terdapat SOP pemeliharaan dan rehabilitasi struktur dan komposisi jenis hutan (vegetasi).

E1.13 Sistem penanganan limbah untuk menjaga kelestarian kualitas lahan dan fungsi tata air.

Baik Sedang Jelek

Terdapat SOP penanganan limbah dan diimplementasikan di lapangan. Terdapat SOP penanganan limbah tetapi tidak diimplementasikan di lapangan. Tidak terdapat SOP penanganan limbah.

E1.14 Penggunaan bahan kimia yang mungkin dapat mencemari air.

Baik Sedang Jelek

Tidak menggunakan bahan kimia. Menggunakan bahan kimia tetapi tidak ditemukan di badan air. Menggunakan bahan kimia dan ditemukan di badan air.

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

13

INDIKATOR E1.15 Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam sistem pola pemanfaatan lahan yang ramah lingkungan.

PENGERTIAN Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka masyarakat diberi peluang berusaha seluas-luasnya di dalam areal unit manajemen. Bentuk peluang berusaha tersebut adalah kesempatan untuk memanfaatkan tanah dan lahan seluas-luasnya sepanjang tidak menggangu tanaman pokok dan dapat meningkatkan kualitas tanah dan lahan. Kawasan lindung yang didasarkan pada pelestarian plasma nutfah, habitat flora/fauna khas/unik dan atau langka, koridor satwa, zona penyangga, dan sumberdaya hutan yang berfungsi baik dan telah dikukuhkan/ditetapkan dan atau diakui oleh pihak-pihak terkait serta memenuhi pertimbangan biofisik lapangan akan menjamin terpeliharanya keanekaragaman hayati.

NILAI Baik Sedang Jelek Baik Sekali Baik

KETERANGAN Kelompok masyarakat yang terlibat dalam kegiatan unit manajemen hutan tanaman berorientasi pada usaha yang tidak tergantung lahan. Kelompok masyarakat yang terlibat dalam kegiatan unit manajemen hutan tanaman berorientasi pada usaha yang tergantung lahan dengan menerapkan teknik-teknik konservasi tanah. Kelompok masyarakat yang terlibat dalam kegiatan unit manajemen hutan tanaman berorientasi pada usaha yang tergantung lahan tanpa menerapkan teknik-teknik konservasi tanah. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah tertata dengan baik adalah > 80 % dari luas ideal yang harus tertata dan berfungsi baik. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah tertata dengan baik adalah 50-80 % dari luas ideal yang harus tertata dan berfungsi baik dan/atau proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah tertata dengan baik adalah > 80 % dari luas ideal yang harus tertata dan berfungsi sedang. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah yang telah tertata dengan baik adalah < 50 % dari luas ideal yang harus tertata dan berfungsi baik dan/atau proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah tertata dengan baik adalah 50-80 % dari luas ideal yang harus tertata dan berfungsi sedang dan/atau proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah tertata dengan baik adalah > 80 % dari luas ideal yang harus tertata dan berfungsi buruk. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah yang telah tertata dengan baik adalah < 50 % dari luas ideal yang harus tertata dan berfungsi sedang dan/atau proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah tertata dengan baik adalah 50-80 % dari luas ideal yang harus tertata dan berfungsi buruk. Proporsi luas aktual kawasan lindung yang telah tertata dengan baik dan berfungsi buruk adalah < 50 % dari luas ideal yang harus tertata. Penataan areal unit manajemen mempertimbangkan kepentingan konservasi flora/fauna, perlindungan tegakan hutan tanaman, dan sumberdaya hutan yang sangat berguna bagi masyarakat lokal. Penataan areal unit manajemen kurang mempertimbangkan kepentingan konservasi flora/fauna, perlindungan tegakan hutan tanaman, dan sumberdaya hutan yang sangat berguna bagi masyarakat lokal. Penataan areal unit manajemen tidak mempertimbangkan kepentingan konservasi flora/fauna, perlindungan tegakan hutan tanaman, dan sumberdaya hutan yang sangat berguna bagi masyarakat lokal.

E2.1 Persentase luas aktual kawasan lindung (plasma nutfah, habitat flora/fauna khas/unik dan atau langka, koridor satwa, zona penyangga, dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat) yang berfungsi baik dan yang telah dikukuhkan di lapangan terhadap luas ideal (seharusnya) kawasan lindung.

Sedang

Jelek

Jelek Sekali E2.2 Penataan areal unit manajemen yang didasarkan pada kepentingan konservasi flora/fauna, perlindungan tegakan hutan tanaman, dan sumberdaya hutan yang sangat berguna bagi masyarakat lokal. Penataan areal kerja unit manajemen yang mempertimbangkan kepentingan konservasi flora/fauna, perlindungan tegakan hutan tanaman, dan sumberdaya hutan yang sangat berguna bagi masyarakat lokal akan menjamin terpeliharanya keanekaragaman hayati disamping tetap memelihara kestabilan ekosistem tegakan hutan tanaman dalam jangka panjang. Baik Sedang Jelek

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

14

INDIKATOR E2.3 Persentase luas aktual kawasan lindung (plasma nutfah, habitat flora/fauna khas/unik dan atau langka, koridor satwa, zona penyangga, dan areal tanaman kehidupan yang dimanfaatkan oleh masyarakat) yang telah ditata secara baik di lapangan terhadap luas ideal (seharusnya) kawasan lindung.

PENGERTIAN Areal konservasi (areal plasma nutfah, habitat flora/fauna khas/endemik dan atau langka, koridor satwa, zona penyangga) yang sudah ditata dengan baik dan secara jelas telah dipetakan dengan mudah dapat dipantau dan dievaluasi keberadaannya kaitannya dengan proses sistem yang berlangsung di dalam kawasan konservasi itu sendiri maupun dengan areal di sekitarnya sehingga kelestarian keanekaragaman hayati dapat terjamin.

NILAI Baik Sekali Baik

KETERANGAN Proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata > 80 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi baik. Proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata 50-80 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi baik dan/atau proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata > 80 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi sedang. Proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata < 50 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi baik dan/atau proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata 50-80 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi sedang dan/atau proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata > 80 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. Proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata < 50 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi sedang dan/atau proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata 50-80 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. Proporsi aktual kawasan lindung (pertimbangan keanekaragaman hayati) yang telah tertata < 50 % dari yang seharusnya (ideal) dan berfungsi buruk. Kawasan lindung (plasma nutfah, habitat flora/fauna khas/unik dan atau langka, koridor satwa, zona penyangga, dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat) dalam kondisi aman. Kawasan lindung (plasma nutfah, habitat flora/fauna khas/unik dan atau langka, koridor satwa, zona penyangga, dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat) dalam kondisi kurang aman. Kawasan lindung (plasma nutfah, habitat flora/fauna khas/unik dan atau langka, koridor satwa, zona penyangga, dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat) dalam kondisi tidak aman.

Sedang

Jelek

Jelek Sekali E2.4 Terjaminnya/terpeliharanya keamanan kawasan lindung (plasma nutfah, habitat flora/fauna khas/unik dan atau langka, koridor satwa, zona penyangga, dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat). Pemeliharaan batas di sini dimaksudkan tidak hanya pemeliharaan pal batas dan jalan inspeksinya saja, tetapi juga pengawasan pengalihan fungsi areal konservasi ke bentuk lainnya serta pengurangan luas areal konservasi dengan tidak didasarkan alasan yang jelas. Kemudian pengertian kegiatan pemeliharaan juga termasuk pada kegiatan evaluasi dan rehabilitasi kondisi areal konservasi, sehingga fungsi areal sebagai areal konservasi dapat berjalan dengan baik dalam jangka panjang. Pengelolaan tanaman pokok di areal hutan tanaman berpengaruh terhadap keanekaragaman satwaliar di daerah tersebut. Berdasarkan kondisi awal habitat satwaliar, pengelolaan hutan tanaman dapat menurunkan dan/atau meningkatkan keanekaragaman satwaliar. Baik Sedang Jelek

E2.5 Kekayaan jenis satwaliar di areal produksi.

Baik Sedang Jelek

Terjadi peningkatan kekayaan jenis satwa liar di areal produksi. Tidak terjadi peningkatan kekayaan jenis satwa liar di areal produksi. Terjadi penurunan kekayaan jenis satwa liar di areal produksi.

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

15

INDIKATOR E2.6 Sistem informasi sumberdaya hutan (lokasi, potensi, teknik budidaya, teknik pemanenan, dll).

PENGERTIAN Pengembangan dan pembangunan sistem jaringan informasi sumberdaya alam hayati oleh unit manajemen dan pihak terkait merupakan implementasi dari strategi konservasi keanekaragaman hayati dan peningkatan taraf hidup masyarakat lokal. Dengan adanya sistem informasi ini, maka masyarakat lokal dapat memanfaatkan sumberdaya alam hayati secara baik dan benar dalam jangka panjang. Lebih lanjut, dengan adanya sistem informasi yang baik dan benar, maka masyarakat dapat diajak untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melindungi sumberdaya alam hayatinya. Pengendalian hama/penyakit dan gulma merupakan tindakan yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tegakan hutan. Dalam kegiatan tersebut perlu diupayakan pemeliharaan tegakan tanaman dengan menghindari atau membatasi penggunaan bahan-bahan kimia pengendali hama dan penyakit serta gulma yang diduga tidak akan menimbulkan dampak berarti terhadap keanekaragaman hayati.

NILAI Baik Sedang Jelek

KETERANGAN Terdapat rancangan sistem informasi sumberdaya hutan dan dimplementasikan di lapangan. Terdapat rancangan sistem informasi sumberdaya hutan tetapi tidak dimplementasikan di lapangan. Tidak terdapat rancangan sistem informasi sumberdaya hutan.

E2.7 Kegiatan pengendalian hama, penyakit dan gulma dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan (sebagai contoh dengan menggunakan predator alaminya), sehingga tidak mengganggu/mengubah ekosistem alami yang ada di dalam areal unit manajemen. E2.8 Keberadaan sumberdaya hutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal.

Baik Sekali Baik

Pengendalian hama penyakit dan gulma dengan menggunakan integrated pest management system dan tidak mengganggu sistem ekologi. Pengendalian hama penyakit dan gulma dengan menggunakan cara biologis dan tidak mengganggu sistem ekologi dan/atau pengendalian hama penyakit dan gulma dengan menggunakan integrated pest management system tetapi sistem ekologi terganggu. Pengendalian hama penyakit dan gulma dengan menggunakan bahan kimia dan tidak mengganggu sistem ekologi dan/atau pengendalian hama penyakit dan gulma dengan menggunakan cara biologis tetapi sistem ekologi terganggu. Pengendalian hama penyakit dan gulma dengan menggunakan bahan kimia dan mengganggu sistem ekologi. Terdapat sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dan masyarakat lokal memiliki akses dalam pemanfaatannya. Terdapat sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dan masyarakat lokal memiliki akses dalam pemanfaatannya tetapi masyarakat tidak memanfaatkannya. Terdapat sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal tetapi masyarakat lokal tidak memiliki akses dalam pemanfaatannya.

Sedang Jelek

Agar sumberdaya hutan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara lestari, diperlukan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sumberdaya hutan dalam unit manajemen hutan tanaman.

Baik Sedang Jelek

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

16

4.3. Aspek Sosial Ekonomi dan BudayaINDIKATOR S1.1 Kepastian status areal pemanfaatan hutan. PENGERTIAN Pengusahaan hutan di suatu wilayah seharusnya memperhatikan dan menghormati sistem penguasaan tanah (land tenure), yang antara lain terwujud dalam berbagai pola penggunaan lahan (land use). Dengan demikian status areal usaha harus sudah jelas kepenguasaaan dan peruntukannya. Oleh karena ituwilayah konsesi dan warga komuniti harus terbebas dari klaim penguasaan oleh masing-masing pihak dan terbebas dari penggusuran oleh masing-masing pihak. Unit manajemen memberikan kepastian dan jaminan pada warga komuniti untuk memanfaatkan sumberdaya non kayu di wilayah konsesi seperti air, sumberdaya hewan, dan hasil hutan non kayu lainnya. Pemanfaatan sumberdaya non kayu ini harus diijinkan sepanjang tidak mengubah peruntukan lahan. NILAI Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Tidak ada klaim atas status areal pemanfaatan lahan. Ada klaim atas status areal pemanfaatan lahan yang diakomodasikan melalui mekanisme pengelolaan konflik yang disepakati bersama. Ada klaim dan sengketa atas status areal pemanfaatan lahan yang tidak terakomodasi melalui mekanisme pengelolaan konflik yang disepakati bersama. KETERANGAN

S1.2 Kepastian akses pemanfaatan hutan oleh warga komuniti.

Baik Sekali

Warga komuniti diperkenankan meneruskan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam non kayu di wilayah konsesi unit manajemen sesuai dengan mekanisme yang disepakati bersama, dan ada fasilitas yang disediakan unit manajemen bagi warga komuniti untuk memanfaatkan sumberdaya non kayu. Warga komuniti diperkenankan meneruskan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam non kayu di wilayah konsesi unit manajemen sesuai dengan mekanisme yang disepakati bersama, namun tidak ada fasilitas yang disediakan unit manajemen bagi warga komuniti untuk memanfaatkan sumberdaya non kayu. Warga komuniti dilarang meneruskan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam non kayu di wilayah konsesi unit manajemen. Unit manajemen memelihara dan meningkatkan kualitas jalur-jalur komunikasi dan transportasi tradisional atau yang sudah ada sebelum unit manajemen muncul. Unit manajemen tidak mengganggu kualitas jalur-jalur komunikasi dan transportasi tradisional atau yang sudah ada sebelum unit manajemen muncul. Unit manajemen merusak dan/atau menutup jalur-jalur komunikasi dan transportasi tradisional atau yang sudah ada sebelum unit manajemen muncul. Rekrutmen tenagakerja bersifat terbuka, tidak diskriminatif dan informasi peluang kerja disebarluaskan di level komuniti dan ada > 50 % tenaga kerja yang berasal dari komuniti sekitar hutan konsesi unit manajemen. Rekrutmen tenagakerja bersifat terbuka, tidak diskriminatif dan informasi peluang kerja disebarluaskan di level komuniti dan ada 31 50 % tenaga kerja yang berasal dari komuniti sekitar hutan konsesi unit manajemen. Rekrutmen tenagakerja bersifat terbuka, tidak diskriminatif tetapi informasi peluang kerja tidak tersebarluas di level komuniti dan ada 15 30 % tenaga kerja yang berasal dari komuniti sekitar hutan konsesi unit manajemen. Rekrutmen tenagakerja bersifat terbuka, tidak diskriminatif tetapi informasi peluang kerja tidak tersebarluas di level komuniti dan ada < 15 % tenaga kerja yang berasal dari komuniti sekitar hutan konsesi unit manajemen. Tidak ada tenaga kerja yang berasal dari komuniti sekitar hutan konsesi unit manajemen.

Sedang

Jelek Sekali S1.3 Komunikasi dan transportasi warga terjamin. Pengembangan wilayah usaha unit manajemen harus memperhatikan jalur-jalur komunikasi dan transportasi tradisional atau yang sudah ada sebelum unit manajemen muncul. Baik Sekali Sedang Jelek Sekali S1.4 Peluang kerja terbuka bagi seluruh warga komuniti. Unit manajemen hendaknya selalu memperhatikan masalah ketenagakerjaan yang berkaitan dengan proses rekruitmen tenaga kerja bagi warga komuniti. Rekruitmen untuk pekerja tetap diharapkan memperhatikan pasar tenaga kerja lokal yang tersedia. Informasi mengenai peluang kerja di unit manajemen seharusnya juga disebarluaskan di tingkat/kalangan komuniti. Proses yang diharapkan adalah bahwa rekruitmen tersebut terbuka, tidak diskriminatif, dan sesuai dengan kebutuhan. Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

17

INDIKATOR S1.5 Pemanfaatan infrastruktur unit manajemen oleh warga komuniti. S2.1 Unit manajemen mempertimbangkan terjadinya dampak sosial budaya pada komuniti.

PENGERTIAN Dalam kehidupan sosial ekonomi sehari-hari, unit manajemen mengijinkan warga komuniti untuk menggunakan fasilitas fisik yang dibangun di wilayah konsesi. Ijin tadi diberikan sepanjang tidak mengganggu usaha dan tidak membahayakan keselamatan warga komuniti tersebut. Dalam kegiatan pengusahaan hutan unit manajemen harus mempertimbangkan dampak sosial dan budaya. Dampak tersebut antara lain berupa : keterasingan akibat terpisahnya komuniti oleh kegiatan pengusahaan hutan; dampak yang mengakibatkan degradasi kultural seperti rusaknya situs dan hilangnya akses untuk melakukan kegiatan sosial budaya di lokasi tertentu akibat kegiatan pengusahaan hutan. Unit manajemen mengganti konsekuensi yang ditimbulkan oleh kegiatannya yang berpengaruh terhadap kerusakan sumberdaya alam, berpindahnya hak milik, dan kemungkinan digunakannya pengetahuan lokal. Penggantian tersebut haruslah dilakukan secara rasional dan saling menguntungkan berdasarkan kesepakatan bersama dan dipatuhi oleh kedua belah pihak. Untuk itu unit manajemen diharapkan mengembangkan mekanisme kompensasi terhadap penggunaan atau kerusakan sumberdaya milik warga komuniti.

NILAI Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Baik Sekali Sedang Jelek Sekali

KETERANGAN Unit manajemen mengijinkan warga komuniti untuk menggunakan fasilitas fisik dan sosial yang tersedia. Unit manajemen mengijinkan warga komuniti untuk menggunakan fasilitas fisik atau sosial yang tersedia. Unit manajemen tidak mengijinkan warga komuniti untuk menggunakan fasilitas fisik maupun sosial yang tersedia. Kegiatan sosial-budaya dari warga komuniti dan benda-benda budaya yang ada di wilayah konsesi dipertahankan dan dilindungi eksistensinya oleh unit manajemen dan dikeluarkan dari wilayah kerja. Kegiatan sosial-budaya dari warga komuniti dan benda-benda budaya yang ada di wilayah konsesi dikeluarkan dari wilayah kerja. Unit manajemen tidak memperhatikan eksistensi kegiatan sosial-budaya dari warga komuniti dan benda-benda budaya yang ada di wilayah konsesi.

S2.2 Ada kompensasi terhadap penggunaan atau kerusakan sumberdaya milik warga komuniti.

Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

Unit manajemen mengganti kerugian yang diderita warga komuniti sesuai dengan kesepakatan yang yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Unit manajemen mengganti kerugian yang diderita warga komuniti tetapi belum sesuai dengan kesepakatan yang diatur oleh kedua belah pihak. Unit manajemen mengganti kerugian yang diderita warga komuniti sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan berdasarkan aturan yang berlaku oleh pihak yang berwenang. Unit manajemen mengganti kerugian yang diderita warga komuniti menurut standar yang ditentukan oleh unit manajemen sendiri. Unit manajemen tidak mengganti kerugian yang diderita warga komuniti akibat kegiatan pengusahaan hutan. Sumber mata pencaharian makin bervariasi sebagai akibat adanya kegiatan pengusahaan hutan dan ada dukungan unit manajemen sehingga pendapatan ekonomi rumah tangga warga komuniti meningkat. Sumber mata pencaharian makin bervariasi sebagai akibat adanya kegiatan pengusahaan hutan dan dukungan unit manajemen tetapi belum signifikan meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga. Sumber mata pencaharian tetap dan pendapatan ekonomi rumah tangga tetap/tidak meningkat.

S2.3 Penambahan ragam sumber ekonomi bagi warga komuniti.

Kegiatan pengusahaan hutan oleh unit manajemen diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi warga komuniti. Manfaat ekonomi itu bisa berupa terciptanya peluang kerja baru yang terkait dengan keberadaan unit manajemen. Dengan terciptanya lapangan kerja baru tersebut, maka pilihan ragam pekerjaan bagi warga komuniti akan bertambah. Unit manajemen diharapkan untuk secara aktif mengembangkan program pengembangan ekonomi yang berbasis potensi setempat.

Baik Sekali Sedang Jelek Sekali

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

18

INDIKATOR S2.4 Jaminan lingkungan yang sehat bagi warga komuniti.

PENGERTIAN Dalam kegiatan pengusahaan hutan, unit manajemen harus memperhatikan dampak penggunaan teknologi terhadap lingkungan. Lingkungan di sini dapat berarti lingkungan alam yang tidak tercemar oleh penggunaan bahan kimia; atau lingkungan pemukiman yang terbebas dari polusi udara, suara, dll. Unit manajemen paling tidak harus menunjukkan usaha untuk mengelola dampak tersebut. Unit manajemen diharapkan untuk ikut bertanggungjawab terhadap status kesehatan komuniti. Tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari usaha untuk secara pro-aktif meningkatkan status kesehatan komuniti; kerjasama dengan otoritas kesehatan; penggunaan fasilitas kesehatan di unit manajemen. Unit manajemen membantu menyediakan pengadaan fasilitas umum sebagai bagian dari kewajiban sosial terhadap komuniti. Kegiatan ini dilakukan dengan terencana, memperhatikan masalah dan potensi penyelesaian masalah yang ada dalam komunitas, kebutuhan setempat, dan pengikutsertaan warga dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program tersebut. Keberadaan unit manajemen akan mempengaruhi kehidupan sosial budaya di suatu wilayah. Agar dampak kehadirannya dapat terkontrol, unit manajemen harus mengembangkan mekanisme pengelolaan konflik. Melalui pranata ini, segala potensi maupun kasus konflik dibicarakan, diselesaikan dan dikelola. Pranata pengelolaan konflik tersebut diprakarsai oleh unit manajemen dan proses pembentukan dan cara kerjanya disepakati, disetujui, dan diterima oleh warga komuniti. Mekanisme pengelolaan konflik yang dibuat harus mempertimbangkan rasa keadilan dan keseimbangan dalam proses-proses negosiasi. Mekanisme tersebut terbuka terhadap berbagai pilihan resolusi konflik mulai dari hukum adat, kesepakatan lokal maupun hukum formal.

NILAI Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Baik Sekali Baik Sedang Jelek Jelek Sekali

KETERANGAN Unit manajemen memperhatikan pilihan pemakaian teknologi berkaitan dengan dampak terhadap lingkungan dan mempunyai kegiatan kelola lingkungan yang mendukung. Unit manajemen memperhatikan pilihan pemakaian teknologi berkaitan dengan dampak terhadap lingkungan namun kegiatan kelola lingkungan belum dilaksanakan dengan baik. Unit manajemen tidak memperhatikan pilihan pemakaian teknologi berkaitan dengan dampak terhadap lingkungan dan tidak mempunyai kegiatan kelola lingkungan yang mendukung. Kondisi kesehatan warga komuniti terjamin dan ada usaha aktif unit manajemen untuk meningkatkan status kesehatan warga komuniti. Ada usaha dari unit manajemen untuk meningkatkan status kesehatan komuniti dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi komuniti tetapi tidak disertai dengan subsidi pelayanan kesehatan. Kondisi kesehatan komuniti tidak terjamin dan tidak ada upaya penanggulangan gangguan kesehatan oleh unit manajemen. Program pengadaan fasilitas umum dibuat berdasarkan masalah dan kebutuhan warga komuniti, direncanakan dan dilaksanakan secara partisipatif. Program pengadaan fasilitas umum dibuat berdasarkan peraturan dan petunjuk instansi terkait, tanpa terlalu mementingkan perencanaan dan pelaksanaan yang partisipatif. Tidak ada program pengadaan fasilitas umum yang dibuat secara terencana. Tidak ada konflik yang signifikan antara unit manajemen dan warga komuniti sebagai akibat dari bekerjanya mekanisme pengelolaan konflik. Ada konflik yang dikelola dengan baik melalui mekanisme yang disepakati bersama. Ada konflik yang dikelola dengan baik melalui aturan perusahaan. Ada konflik yang diselesaikan oleh aparat keamaan. Ada konflik yang berkepanjangan atau tidak terselesaikan.

S2.5 Status kesehatan komuniti terjamin.

S2.6 Pengadaan fasilitas umum untuk warga komuniti.

S2.7 Bekerjanya mekanisme pengelolaan konflik.

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

19

INDIKATOR S2.8 Tercipta dan terpeliharanya produktivitas usaha warga komuniti.

PENGERTIAN Kehadiran unit manajemen diharapkan tidak hanya secara pasif mempengaruhi kehidupan ekonomi, tetapi juga harus secara aktif ikut mengembangkan perekonomian komuniti. Aktivitas unit manajemen dalam mengembangkan ekonomi komuniti terwujud dalam berbagai program pengembangan ekonomi dalam kerangka kelola sosial. Keberadaan unit manajemen selain bermanfaat secara ekonomis pada tingkat komuniti juga harus membawa manfaat yang sama di tingkat kawasan yang lebih luas. Kontribusi tersebut berupa tambahan manfaat ekonomi bagi masyarakat luas baik dalam bentuk retribusi dan/atau pajak untuk pengembangan kawasan. Kontribusi lain bisa berupa terbukanya pasar di kawasan sekitar unit manajemen. Dalam menjalankan proses pengusahaan hutan, unit manajemen harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja pekerja. Cara yang bisa dilakukan antara lain dengan menyediakan fasilitas jaminan kesehatan, alat-alat perlindungan kerja, aturan yang menjamin keselamatan kerja, dan penyediaan pertolongan pertama pada kecelakaan. Perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak hanya mencakup pekerja tetap tetapi juga pekerja harian dan borongan.

NILAI Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Baik Sekali Baik Jelek Jelek Sekali

KETERANGAN Unit manajemen aktif mengembangkan perekonomian komuniti sehingga produktivitas usaha warga meningkat secara signifikan. Unit manajemen aktif mengembangkan perekonomian komuniti tetapi belum secara optimal meningkatkan produktivitas usaha warga komuniti. Kehadiran unit manajemen tidak berpengaruh terhadap produktivitas usaha warga komuniti. Unit manajemen memenuhi kewajiban pembayaran retribusi/pajak tepat waktu sesuai aturan dan secara signifikan berpengaruh positif terhadap pasar domestik di kawasan sekitar unit manajemen. Unit manajemen memenuhi kewajiban pembayaran retribusi/pajak tepat waktu sesuai aturan tetapi belum secara signifikan berpengaruh positif terhadap pasar domestik di kawasan sekitar unit manajemen. Unit manajemen melalaikan kewajiban membayar pajak/retribusi sesuai aturan dan kehadirannya tidak secara signifikan berpengaruh positif terhadap pasar domestik di kawasan sekitar unit manajemen. Ada jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, tersedia sistem dan alat perlindungan/keamanan kerja, fasilitas/pelayanan kesehatan memadai dan angka kecelakaan kerja rendah. Ada jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, tersedia sistem dan alat perlindungan/keamanan kerja tetapi tidak digunakan sebagaimana mestinya, fasilitas/pelayanan kesehatan memadai dan angka kecelakaan kerja rendah. Ada jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, tersedia sistem dan alat perlindungan/keamanan kerja tetapi tidak digunakan sebagaimana mestinya, fasilitas/pelayanan kesehatan tidak memadai dan angka kecelakaan kerja rendah. Tidak ada jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, tersedia sistem dan alat perlindungan/ keamanan kerja tetapi tidak digunakan sebagaimana mestinya, fasilitas/pelayanan kesehatan tidak memadai dan angka kecelakaan kerja tinggi. Pekerja dilibatkan dalam pembuatan perjanjian kerja sejak awal. Kepada pekerja diinformasikan hak dan kewajibannya pada awal kerja. Pekerja tidak dilibatkan dalam pembuatan perjanjian kerja sejak awal dan tidak ada informasi yang jelas mengenai hak dan kewajibannya.

S2.9 Besarnya kontribusi unit manajemen dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan unit manajemen.

S3.1 Keselamatan dan kesehatan kerja pekerja terlindungi.

S3.2 Keterlibatan pekerja dalam pembuatan perjanjian kerja.

Sebagai bagian dari unit produksi, pekerja harus dilibatkan sejak awal dengan berbagai ketentuan mengenai hak dan kewajiban mereka. Hal ini tercermin dari pengikutsertaan wakil-wakil dari Serikat Pekerja pada pembuatan perjanjian kerja yang akan menerangkan posisi, hak dan kewajiban pekerja dalam suatu unit manajemen. Perjanjian ini merupakan penegasan hak dan kewajiban pekerja dan unit manajemen yang mengikat kedua belah pihak dan menjadi media untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis.

Baik Sekali Sedang Jelek Sekali

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

20

INDIKATOR S3.3 Kebebasan untuk berserikat terjamin.

PENGERTIAN Sebagai bagian dari hak pekerja untuk mengartikulasikan pendapat, unit manajemen memberikan kebebasan kepada pekerja untuk berserikat secara demokratis, permanen, berkesinambungan, independen, dan dibentuk secara sukarela. Serikat pekerja merupakan wadah untuk melindungi dan membela hak dan kepentingan pekerja. Unit manajemen harus memperhatikan para pekerja sebagai aset perusahaan. Perhatian tersebut diwujudkan dalam penyediaan fasilitas kesejahteraan pekerja di lingkungan kerja maupun pemukiman mereka. Unit manajemen mempunyai sistem penjenjangan karir yang terbuka bagi semua pekerja berdasarkan potensi dan prestasi mereka. Posisi-posisi yang ada diisi berdasarkan pada penilaian atas kemampuan pekerja, dilakukan melalui sistem promosi yang jelas dan tanpa diskriminasi. Sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas pekerja, unit manajemen secara aktif melakukan kegiatan pendidikan dan keterampilan bagi setiap pekerja. Kegiatan itu bisa dilakukan di unit manajemen maupun dengan mengirim ke instansi lain. Unit manajemen mempunyai rencana dan mekanisme untuk mengatur sehingga semua pekerja mendapat kesempatan yang sama. Struktur upah dan gaji yang diterapkan oleh unit manajemen baik kepada pekerja tetap, harian, maupun borongan harus memenuhi standar lokal. Besaran uang yang diterima harus mampu membuat pekerja dan keluarganya hidup layak menurut standar setempat.

NILAI Baik Sekali Sedang Jelek Sekali

KETERANGAN Unit manajemen membebaskan pekerja untuk berserikat sesuai inisiatif pekerja. Unit manajemen membebaskan pekerja untuk berserikat sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Unit manajemen melarang pekerja untuk berserikat.

S3.4 Pengadaan fasilitas bagi kesejahteraan pekerja. S3.5 Peningkatan karir terbuka bagi seluruh pekerja.

Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Baik Sekali Sedang Jelek Sekali Baik Sekali Sedang Jelek Sekali

Fasilitas untuk pekerja disediakan oleh unit manajemen sesuai dengan standar kelayakan. Fasilitas untuk pekerja disediakan oleh unit manajemen sesuai kemampuan tetapi tanpa mempertimbangkan standar kelayakan. Fasilitas untuk pekerja tidak disediakan oleh unit manajemen. Ada sistem penjenjangan karir jelas dan terbuka bagi pekerja sesuai latar belakang pendidikan, prestasi, potensi dan masa kerja. Ada sistem penjenjangan karir jelas dan terbuka bagi pekerja tetapi hanya didasarkan pada latar belakang pendidikan dan prestasi kerja. Tidak ada sistem penjenjangan karir jelas dan terbuka bagi pekerja sesuai prestasi. Ada usaha peningkatan pendidikan dan ketrampilan pekerja yang teratur dan terbuka bagi semua pekerja sesuai potensi mereka. Ada usaha peningkatan pendidikan dan ketrampilan pekerja tetapi tidak terencana. Tidak ada usaha peningkatan pendidikan dan ketrampilan pekerja.

S3.6 Peningkatan pendidikan dan keterampilan bagi seluruh pekerja.

S3.7 Upah pekerja memenuhi standar lokal.

Baik Sekali Sedang Jelek Sekali

Tingkat upah pekerja sesuai dengan standar kelayakan hidup setempat. Tingkat upah pekerja sesuai dengan standar minimal regional. Tingkat upah pekerja tidak sesuai dengan standar minimal regional.

Dokumen Teknis LEI-04 Nilai (Skala Intensitas) Indikator-Indikator PHTL

21