file · web viewsehingga budidaya cabai ini menjadi peluang usaha yang masih sangat...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Cabai merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang
bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di
Indonesia. Cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan
sebagiannya untuk ekspor dalam bentuk kering, saos, tepung dan lainnya.
Cabai dan kebudayaan masyarakat Indonesia hampir tidak dapat dipisahkan, terutama
dalam hal masak memasa, Di Bangka Belitung cabai merupakan bumbu dapur yang
wajib di setiap masakan. kenapa tidak, banyak sekali masyarakat Bangka Belitung yang
menggunakan cabai disetiap masakan. Terutama di masakan asam pedas khas Bangka.
karena harganya mahal banyak sekali masyarakat Bangka Belitung khususnya di Bangka
yang pekerjaannya sebagai petani cabai karena bagi mereka bertani cabai sangat
menguntungkan bagi mereka untuk memnuhi kebutuhan mereka.
1.2 Manfaat Cabai
Saat ini cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan
masyarakat baik masyarakan local maupun internasional khususnya di Bangka Belitung.
Setiap harinya permintaan akan cabai semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk di berbagai daerah. Sehingga budidaya cabai ini menjadi peluang usaha
yang masih sangat menjanjikan.
Di Indonesia sendiri jenis cabai yang sering dibudidayakan antara lain cabai keriting,
cabai besar, cabai rawit dan cabai paprika. Sebab menyesuaikan permintaan konsumen,
yang banyak menggunakan jenis cabai tersebut sebagai penyedap makanan. Selain
digunakan sebagai penyedap makanan, cabai juga bias dimanfaatkan sebagai macam
produk olahan seperti saos cabai, sambel cabai, bubuk cabai, dan bumbu instan.
1
1.3 Jenis Cabai
Di indonesia biasanya cabai dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu cabai kecil dan cabai
besar. Sedangkan di luar negeri cabai biasanya dikelompkan menjadi 3 kelompok, yaitu
cabai manis ( sweet pepper), cabai pedas (hot chili), dan cabai lonceng ( bell Pepper).
Mengacu pada kondisi cabai yang terdapat di Indonesia kami mengklasifikasikan cabai
dalam 2 kelompok yaitu :
1. Cabai Rawit
Cabai rawit di dunia internasional dikenal sebagai hot chili atau cabai pedas. Ukuran
cabai ini kecil – kecil, namun rasanya sangat pedas karena kandungan minyak
atsirinya yang sangat tinggi. Cabai rawit di Indonesia banyak macamnya, namun
secara umum dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Cabai Rawit Kecil
Cabai Rawit ini berukuran sangat kecil, hanya memiliki panjang 1 – 2 cm.
meskipun demikian rasa cabai ini sangat pedas. Sangat sesuai dijadikan teman
makan tahu atau tempe goring. Warna cabai waktu masih muda hijau, setelah tua
berubah menjadi merah
b. Cabai rawit Putih
Cabai rawit putih memiliki buah berwarna puth atau putih kekuningan saat masih
muda, dan berubah menjadi merah menyala saat sudah masak. Ukuram cabai ini 2
– 5 cm. rasanya cikup pedas dan cocok dijadikan bahan sambal.
c. Cabai rawit hijau
Cabai ini memiliki buah berwarna hijau tua saat masih muda,dan merah gelap saat
tua. Panjangnya antara 2- 3 cm. rasanya tidak terlalu pedas, sehingga banyak
orang memakannya sebagai teman makan gorengan.
2. Cabai Besar
Cabai besar merupakan cabai dengan ukuran yang lebih panjang dibandingkan
dengan cabai rawit. Rata – rata panjang buahnya sekitar 10 cm, namun terkadang
mencapai 15 cm bahkan 20 cm. saat muda buah cabai besar berwarna hijau tua.
2
Ketika sudah tua warnanya berubah menjadi merah menyala, merah tua, atau tetap
hijau. Di pasar biasanya cabai besar dikelompokan lagi menjadi : cabai merah besar,
cabai keriting, cabai hijau dan sebagainya.
3
BAB II
SYARAT TUMBUH
Syarat tumbuh merupakan kondisi optimal yang dibutuhkan tanaman untuk dapat tumbuh
dan berkembang, serta berproduksi dengan baik. Secara umum syarat tumbuh meliputi 2
faktor. Factor – factor tersebut antara lain, factor iklim dan tanah.
2.1 Iklim
Iklim merupakan peranan yang sangat besar dalam menentukan cocok atau
tidaknya suatu tempat untuk membudidayakan suatu tanaman. Kondisi iklim
sering menyebabkan suatu tanaman hanya endemik di tempat – tempat tertentu
saja. Beberapa iklim yang mempengaruhi tanaman cabai antara lain, ketinggian
tempat, curah hujan, intensitas cahaya matahari, suhu udara, kelembaban udara,
dan kecepatan angin.
1. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap kondisi iklim suatu tempat.
Beberapa unsure iklim seperti suhu udara, curah hujan, tekanan udara, dan
intensitas matahari sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
2. Curah Hujan
Tanaman cabai tidak menyukai cursh hujan yang berlebihan namun demikian
tanaman ini membutuhkan kelembapan yang cukup untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
3. Cahaya Matahari
Cabai membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi, setidaknya diatas
70%. Apabila intensitas cahaya matahari berkurang, berpengaruh terhadap
umur panen buah.
4. Suhu Udara
Suhu Udara juga besar pengaruhnya terhadap tanaman cabai. Suhu udara yang
sesuai dengan tanaman cabai antara 8-34 derajat celcius. Namun optimalmya,
tanaman cabai sebaiknya mendapatkan suhu udara siang 21-28 derajat celcius
dan malam 8-20 derajat celcius.
5. Kelembaban Udara
4
Tanaman cabai tidak menyukai curah hujan yang terlalu berlebihan, namun
tanaman ini menyukai kelembaban yang cukup tinggi yaitu 80-95%.
6. Kecepatan Angin
Angin berperan sebagai pembantu penyerbukan serta sirkulasi udara.
2.2 Tanah
Tanah merupakan aspek penting dalam budidaya cabai, karena tanah merupakan
media tumbuh sekaligus sebagai sumber unsur hara. Yang perlu dilihat dari
kondisi tanah antara lain jenis tanah, tekstur tanah, pH tanah, kandungan air tanah
dan kandungan bahan organic tanah
1. Jenis tanah
Tanaman ini memerlukan tanah yang gembur dengan kesuburan yang tinggi
untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Beberapa jenis tanah antara lain
yaitu, tanah alluvial, tanah andosol, tanah litosol, dan tanah grumosol.
2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan relative antara fraksi – fraksi dalam
tanah, yaitu pasir , debu, dan liat. Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman
cabai adalah lempung berpasir, pasir berlempung, lempung, dan lempung
berdebu, sedangkan tanah yang berliat tinggi tidak cocok untuk lahan tanaman
cabai.
3. Suhu Tanah
Tanaman cabai menyukai suhu tanah yang hangat, tidak terlalu panas dan
tidak terlalu dingin. Suhu tanah yang diinginkan antara 15 – 30℃.
4. Derajat keasaman (pH) Tanah
Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan cabai adalah pH netral,
yaitu antara 6,0 – 7,5.
5. Kedalaman Air Tanah
Kedalaman air tanah yang sesuai untuk tanaman cabai antara 50 – 200 cm
6. Kandungan Bahan Organik
Bahan organic juga berperan dalam menyerap unsure hara yang ditambahkan
kedalam tanah melalui pemupukan. Tanah dengan kandungan bahan organik
5
yang rendah, ketika diberi pupuk, akan seperti ember penuh lubang yang
diberi air. Lebih banyak yang terbuang percuma dibandingkan dengan yang
dapat dimanfaatkan. Tanah yang mengandung sedikit bahan organik akan
menyebabkan produksi tanaman cabai menurun.
6
BAB III
BUDIDAYA TANAMAN3.1 Penyemaian Benih
Bibit cabai yang baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik dan sehat
pula. Sebaliknya bibit yang buruk apalagi membawa bibit penyakit, akan
menghasilkan ktanaman yang jelek dan produksi rendah. Untik mendapatkan bibit
yang baik, benih harus disemai dengan langkah – langkah yang baik dan benar
sehingga akan didapatkan bibit yang berkualitas.
1. Pesemaian tanaman cabai
pesemaian merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit tanaman atau yang baik.
Adapun tahapan pesemaian adalah ukuran bedeng pesemaian sebagai berikut.
- lebar bedeng 1 – 1,2 m.
- panjang bedeng 3 – 5 m.
- tinggi bedeng 15 – 20 cm.
2. Penyemaian benih tanaman cabai
Kebutuhan benih untuk satu hektar berkisar antar 300 – 500 benih. Sebelum benih
disemai atau ditabur, tempat pesemaian disiram merata. Beberapa cara menyemai benih
cabai rawit sebagai berikut :
– semai bebas atau ditabur merata.
– semai dalam baris.
– semai berkelompok.
3.2 Penanaman
Setelah lahan diolah secara baik, maka penanaman bibit cabai siap dilakukan. Menanam
bibit cabai bukan sama sekali pekerjaan yang sulit, apalagi sudah biasa melakukannya.
Berikut langkah – langkah dalam melakukan penanaman.
a. Pemasangan mulsa
Mulsa dipasang setelah bedengan diberi pupuk dasar dan dilakukan pengapuran
jika pH tanah tersebut rendah.
Bedengan disemprot terlebih dahulu
Pemasangan mulsa sebaiknya tidak dilakukan sendirian
Plastik mulsa dipotong sesuai ukuran bedengan, kemudian dibentangkan sepanjang
bedengan.
7
Setelah bagian ujung terjepit kencang pada bedengan, bagian sisi mulsa juga ditarik
sekencang mungkin kemudian dijepit dengan bedengan.
Sebaiknya pemasangan mulsa dilakukan pada siang hari yang terik, karena Plastik
mulsa akan mengembang dan menempel erat pada bedengan.
b. Pembuatan lubang
Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
Kaleng yang digunakan diberi pegangan dari kayu yang panjangnya 1 meter. Kayu
dipasang pada sisi kanan dan kiri kaleng.
Bagian mulsa yang akan dilubangi, ditandai dengan menggunakan spidol. Jarak
tanda disesuaikan dengan jarak tanam ajuran untuk varietas cabai yang akan
ditanam.
Kaleng tersebut ditempelkan pada mulsa plastik yang telah ditandai.
Dengan cara ini lubang pada mulsa cepat dibuat.
Lubang tanam pada bedengan cukup dibuat dengan mengorek tanah sedikit pada
bagian mulsa yang berlubang.
c. Penanaman bibit
Bibit yang ditanam sebaiknya harus cukup umur, yaitu setelah 1 – 1,5 bulan di lahan
persemaian. Pada saat ini, bibit telah memiliki 6 – 8 helai daun, dengan ketinggian
antara 10 – 20 cm.
Langkah – langkah penanaman bibit adalah sebagai berikut:
Sebaiknya penanaman bibit dilakukan pada sore hari untuk menghindari layunya
bibit akibat sinar matahari.
Bibit dipindahkan secara hati – hati dari tempat persemaian kelahan. Kemudian
disemprot dengan menggunakan fungsida untuk menghindari serangan cendawan,
khususnya penyakit rebah semai.
Bibit dilepas dari polybag degan hati – hati, sebaiknya tanah yang melengket pada
bibit tidak dihilangkan.
Pada lahan yang mulsanya telah dilubangi dibuat lubang yang cukup besar untuk
memasukkan bibit beserta tanah yang melekat,
Karena bibit masih lemah,sebaiknya bibit diberi pelindung dari sengatan sinar
matahari. Pendidikan ini dapat dibuat dengan yang cukup lebar,kemudian dibentuk
seperti kerucut dan dan diletakkan di sisi barat tanaman. Dengan demikian,bibit
akan tetap mendapat sinar matahari pagi.
d. Penyulaman
8
seminggu setelah tanam,biasanya bibit telah dapat tumbuh dengan baik. Namun ada
kalahnya terdapat beberapa bibit yang tidak tumbuh dengan baik atau bahkan mati.
Bibit bibit yang demikian dapat disebabkan factor-faktor seperti: (1) stress saat
dipindah ditempatkan; (2) bibit tidak dapat beradaptasi dengan lahan ; (3) sderangan
hama dan penyakit.
Cara penyulaman tidak jau berbeda dengan penanaman bibit, bila penyebab bibit mati
karena factor ke 3, sebaiknya dilakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit
terlebih dahulu.
3.3 Pemupukan
Tanaman dapat menumbuhkan unsure hara mikro untuk pertumbuhan dan produksinya.
Unsur hara makro meliputi unsure nitrogen, fosfor, dan kalium. Sedngkan unsur mikro
yang diburuhkan tanaman cabai antara lain boron dan magnesium. Unsure hara makro
dibutuhkan dalam jumlah besar, sedangkan unsure hara mikro hanya dibutuhkan dalam
jumlah relative kecil.
Unsur hara makro yang masing – masing memiliki fungsi yang besar dalam pertumbuhan
dan tanaman. Fungsi – fungsi unsur makro adalah sebagai berikut :
a. Fungsi unsur hara nitrogen bagi tanaman
Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Dapat menyehatkan pertumbuhan daun.
Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.
Meningkatkan berkembangbiakannya mikroorganisme dalam tanah
b. Fungus unsur hara fasfor
Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
dewasa
Dapat mempercepat pembuangan dan pemangkasan buah, biji atau bulir
c. Fungsi unsur hara kalium
Membentuk protein dan karbonhidrat
Mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman
Meningkatkan resitensi tanaman terhadap penyakit
Meningkatkan kualitas biji/buah
3.4 Penyiraman
9
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman tanaman cabai adalah sebagai berikut :
a. Penyiraman sebaiknya dilakukan setiap hari, dengan jumlah air yang diberikan 0,1 – 1
liter.
b. Metode penyiraman ini dilakukan bila lahan tanaman cabai tidak luas. Namun bila
lahan terlalu luas, penyiraman terlalu luas, penyiraman sebaiknya dilakukan dengan
cara mengaliri lewat parit- parit, dengan ketinggian air sekitar 5-10 cm. biarkan air
berada dilahan hingga mengering.
Bagi tanaman cabai dan tanaman lainnya, air (H 2O) penting untuk membentuk zat pati
bersama dengan karbondioksida (CO2). Reaksi sederhananya adalah:
H2O + CO2 (C6 H 12 O6 )n +O2.
BAB IV
10
HAMA DAN PENYAKIT4.1 Hama
1. Trips (Thrips parvispinus)
Trips (Gambar 1) menyerang daun-daun muda, dengan cara menggaruk dan mengisap
cairan daun. Gejala serangan ditandai dengan bagian bawah daun yang terserang
berwarna keperakan, selanjutnya berubah menjadi kecoklatan. Daun tampak keriput,
mengeriting dan melengkung ke atas. Di samping menyerang daun, hama trips dapat
pula menyerang buah sehingga dapat menurunkan kualitas buah.
Gambar 1 (a) Trips pada bunga (b) imago trips, (c) serangan trips pada buah, dan (d) serangan trips
pada daun.
Pengendalian trips pada tanaman yang dilakukan dengan sistem pengendalian hama
terpadu (PHT) adalah sebagai berikut:
a. Pemasangan perangkap lekat warna biru, putih atau kuning
b. Pemanfaatan musuh alami. Musuh alami potensial yang dapat digunakan untuk
mengendalikan trips adalah predator kumbang macan Menochilus sexmaculatus
(1 ekor/tanaman) dan jamur patogen Verticillium lecanii (konsentrasi 3 x 108
spora/ml) (Gambar 4). Pelepasan kumbang predator dan penyemprotan jamur
patogen V. lecanii dilakukan mulai tanaman paprika berumur satu minggu setelah
tanam. Penyemprotan jamur patogen V. lecanii dilakukan pada sore hari sekitar
pukul 16.00. Di luar negeri, musuh alami trips sudah diperdagangkan seperti
kepik Orius sp., tungau predator Amblyseius sp. dan jamur patogen V. lecanii.
11
c. Penyemprotan insektisida. Penyemprotan insektisida untuk mengendalikan trips
pada tanaman merupakan upaya terakhir. Insektisida yang dianjurkan adalah
insektisida yang selektif yaitu yang berbahan aktif Spinosad (Tracer 120 EC) dan
Abamektin (Agrimec 18 EC). Penggunaan insektisida dilakukan jika populasi
hama tersebut telah mencapai ambang pengendalian. Menurut Moekasan et al
(2005), nilai ambang pengendalian trips pada tanaman paprika adalah :
Fase vegetatif (0 – 5 minggu setelah tanam) adalah 2,7 ekor trips/daun atas.
Fase berbunga (6 – 11 minggu setelah tanam) adalah 0,3 ekor trips/daun
pucuk dan 0,8 ekor trips/bunga.
Fase berbuah (> 11 minggu setelah tanam) adalah 0,3 ekor trips/daun atas.
2. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Ulat muda makan daun dengan menyisakan epidermis, sehingga daun menjadi
transparan. Ulat tua memakan seluruh bagian daun dan yang ditinggalkan hanya
tulang daunnya saja. Ulat mempunyai warna yang bervariasi, tetapi ada ciri utama,
yaitu adanya garis menyerupai kalung berwarna hitam yang melingkar pada ruas
ketiga. Kepompongnya berwarna coklat tua dan terdapat di permukaan tanah
(Kalshoven 1981).
Gambar 6. Larva S. litura (a), serangan S. litura pada daun paprika (b), imago S. litura (c), dan
kelompok telur S. litura (d) (Foto : a, b, dan d oleh Tonny K. Moekasan; c oleh van Vreden dan A.L.
Ahmadzabidi 1986).
12
Pengendalian ulat grayak:
Pengumpulan kelompok telur dan larva. Kelompok telur dan larva S. litura
yang terdapat pada tanaman dikumpulkan lalu dimusnahkan.
Pemasangan feromonoid seks atau perangkap lampu. Untuk menekan populasi
awal S. litura dipasang perangkap feromonoid seks atau perangkap lampu mulai
saat tanam. Tujuannya adalah untuk menangkap imago atau ngengat S. litura.
Pemanfaatan musuh alami. Musuh alami yang potensial mengendalikan ulat
grayak adalah virus patogen SlNPV (Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis
Virus). Di pasaran musuh alami ini sudah dijual dengan nama Vir-X yang
diproduksi oleh Perusahaan Dompet Duafa Republika. Penyemprotan virus
patogen ini dilakukan mulai umur tanaman 1 minggu setelah tanam dengan
interval 1 minggu.
Penggunaan insektisida. Jika serangan ulat grayak sudah mencapai ambang
pengendalian, yaitu 5% kerusakan daun baru boleh digunakan insektisida.
Insektisida yang dianjurkan adalah insektisida selektif seperti Amamektin
(Proclaim 5 SG) dan Spinosad (Tracer 120 EC) (Moekasan, 2002).
3. Kutu Daun persik (Myzus persicae)
Kutu daun persik sering pula disebut sebagai kutu daun tembakau. Nimfa dan
serangga dewasa menyerang daun-daun muda, dengan cara menusuk dan mengisap
cairan daun. Gejala serangan ditandai dengan perubahan tekstur daun menjadi
keriput, terpuntir, berwarna kekuningan, pertumbuhan tanaman kerdil, daun menjadi
layu dan akhirnya mati. Di samping itu, kutu daun merupakan vektor penyakit virus
PLRV dan PVY. Tubuhnya berwarna kuning kehijauan, dengan panjang tubuh
berkisar antara 0,8 – 1,2 mm.
13
Pengendalian kutu daun persik pada tanaman paprika yang dilakukan dengan sistem
PHT adalah sebagai berikut :
Pemanfaatan musuh alami. Di alam, kutu daun persik mempunyai musuh alami
yang potensial yaitu parasitoid Aphidius sp., kumbang macan M. sexmaculatus,
dan larva lalat Syrphidae. Pelepasan kumbang macan M. sexmaculatus dilakukan
sejak tanaman paprika berumur 1 minggu setelah tanam dan diulang setiap
minggu.
Penggunaan insektisida. Jika populasi kutu daun persik telah mencapai ambang
pengendalian, yaitu 7 ekor/10 daun, maka pertanaman disemprot dengan
insektisida Fipronil (Regent 50 EC) atau Alfametrin (Fastac 15 EC).
4. Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.)
Hama ini menyerang sejak dari persemaian sampai tanaman dewasa. Serangan
serangga dewasa pada daun ditandai oleh bercak-bercak putih bekas tusukan
ovipositor. Serangan berat akan mengakibatkan daun mengering seperti terbakar.
Gejala serangan oleh larva berupa alur-alur putih pada permukaan daun.
Pengendalian lalat pengorok:
Pemasangan perangkap lekat warna kuning. Pada saat tanam dipasang perangkap
lekat warna kuning di atas kanopi tanaman sebanyak 1 buah per 2 m2
Penggunaan insektisida. Insektisida yang selektif dan efektif yang dianjurkan
untuk mengendalikan lalat pengorok daun adalah Kartap hidroklorida (Padan 50
SP) atau Siromazin (Trigard 75 WP)
14
Imago (a), larva (b), pupa (c), dan gejala kerusakan oleh serangan Liriomyza sp. pada tanaman
cabai (d)
4.2 Penyakit
1. Penyakit busuk buah
Penyakit busuk buah disebabkan oleh beberapa spesies cendawa parasit phytophthora
capsici. Cedawa parasit ini dapat menyerang batang, daun, maupun buah.
Serangannya ditandai dengan bercak coklat kebasahan. Tanaman yang terserang
serius mengalami kematian. Serangan pada buah ditandai dengan bercak berwarna
coklat kehitaman. Buah menjadi tampak basah dan membusuk.
Langkah – langkah yang dapat dilakukan dalam pengendalian serangan penyakit ini
adalah :
Lahan untuk budidaya hendaknya dipilih yang bebas dari serangan cendawan-
cendawan tersebut
Pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang resisten terhadap serangan
beberapa spesies cendawan tersebut
Hindari lahan tergenangi air terlalu lama, kurangi kerapatan tanaman guna
mengurangi kelembaban tanah
15
Tanaman yang terserang hendaknya dibongkar kemudian di musnahkan agar
tidak menular.
2. Penyakit layu semai
Penyakit ini ditandai dengan layunya tanaman cabai yang baru berkecambah.
Penyebabnya adalah beberapa jenis cendawan yang hidup ditanah, antara lain
Fusarium sp. dan phitium sp.
Langkah – langkah yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini adalah sebagai
berikut :
Menggunakan benih yang stril dari spora cendawan ini
Melakukan pengilahan tanah dengan sempurna, yaitu dengan membalik tanah
agar terkena sinar matahari
Sanitasi dan kelembaban lahan persemaian harus dijaga sebaik mungkin
Penyemprotan lahan sebelum digunakan dengan menggunakan fungisida seperti
benomyl dan sebagainya.
3. Penyakit Embun Tepung
Penyakit ini menyerang daun, ranting, bunga, buah. Ditandai dengan munculnya
tepung – tepung berwarna putih yang meyelimuti bagian tanaman yang diserang.
Selanjutnya muncul benang – benang yang menyelimuti bagian tadi. Daun yang
terkena penyakit ini akan menggulung, mongering kemudian mati.
Langkah – langkah untuk mengendalikan penyakit ini atara lain :
Lakukan penyiraman rutin terhadap tanaman pada musim kemarau untuk
mengurangi intensitas serangan
16
Jarak tanam jangan terlalu rapat, pangkas cabang – cabang yang terlalu panjang
Bagian tanaman yang terserang sebaiknya segera dipangkas dan dibakar
Untuk mencegah serangan meluas, dapat disemprotkan fungsida khususnya
pada musim kemarau.
4. Penyakit virus
Virus yang menyerang tanaman cabai adalah jenis virus TMV. Gejala serangan virus
biasanya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang terhambat, daun menjadi
keriting dan timbul bercak – bercak coklat dengan halo kuning dan biasanya tanaman
akan gagal membentuk buah.
Langkah – lagkah yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini antara lain :
Lahan budidaya yang digunakan harus benar – benar bebas dari serangan virus,
minimal selama 5 tahun
Tidal menggunakan bekas tanman yang lainmasih semafili dengan tanaman
cabai, misalnya bekas tanaman semangka
Serangga – serangga hama misalnya thrips harus diberantas, karena merupakan
salah satu vector pembawa virus
Tanaman yang telah terkena virus sebaiknya dibongkar dan dimusnahkan dengan
pembakaran
Serangan yang sudah meluas biasanya akan menyebabkan lahan lahan budidaya
menjadi puso. Dan tidak boleh digunakan untuk budidaya tanaman cabai atau
kerabatnya selama 5 tahun.
5. Daun keriting chilli
Daun cabe yang terserang menjadi keriting dan warnanya menguning, bila serangan
hebat pertumbuhan menjadi kerdil. Tanaman cabe yang terserang ruas-ruasnya
17
menjadi pendek, daun menjadi kecil dan tepi daun melengkung ke atas. Penyakit ini
banyak menyerang di musim kemarau.
Cabe yang telah terserang tanaman ini harus dicabut dan dibakar, gulma harus
dibersihkan dan dapat diberikan insektisida sistemik secara rutin dengan dosis anjuran
sebelum tanaman terserang.
Gambar cabe kriting
18
BAB V
PANEN DAN PASCAPANENsetelah menanam dan memelihara tanaman cabai, tibalah saatnya paling mengembirakan yaitu
panen. Tanaman cabai biasanya mulai dapat dipanenkan saat berumur 2 – 4 bulan setelah tanam,
tergantung jenis dan varietasnya. Selanjutnya pemanenan dapat dilakukan 3 – 7 hari sekali
tergantug banyaknya buah cabai yang siap pakai.Buah yang di hasilkan setiap pemanenan
berkisar 1 kuwintal per hektar.
5.1 Panen
1. Waktu Panen
Waktu panen buah cabai harus tepat, artinya buah memang telah benar – benar tua,
tetapi tidak terlalu matang. Buah yang terlalu matang akan mengalami umur simpan
yang sangat pendek. Untuk itu perlu diamati ciri – ciri buah cabai yang telah cukup
tua untuk dipanen. Cirri – cirri buah yang telah siap panen antara lain :
Mulai terjadi perubahan warna kulit buah cabai untuk bebrapa varietas cabai.
Umumnya, perubahan warna terjadi dari hijau atau hijau tua menjadi merah, merah
menyala dan merah tua.
Buah cabai telah mencapai ukuran optimal, ditandai dengan diametr buah yang lebih
besar dan menggembung
Selain memperhatikan tanda – tanda tersebut, penentuan waktu panen juga dapat
dilakukan dengan memperhitungkan umur panen tanaman.
2. Tekhnik Memanen
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan buah cabai, sebagai berikut :
a. Pemanenan dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan banyaknya buah
dilahan. Apabila buah banyak, pemanenan dapat dilakukan 3 – 4 hari sekali. Bila
tidak terlalu banyak dilakukan hanya 1 minggu sekali.
b. Selang waktu pemanenan juga tergantung kondisi pasar. Apabila harga bagus,
pemanenan dapat dilakukan 3 – 4 kali sehari. Namun bila harga kurang bagus
sebaiknya pemanenan dilakukan 1 minggu sekali.
19
c. Sebelum melakukan pemanenan, minimal 2 hari sebelumnya, penyemprotan
pestisida kimiawi harus dihentikan
d. Pemanenan dilakukan pada pagi hari, sekitar pukul 06.00 – 08.00, atau sore hari
setelah pukul 15.00. hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan buah cabai
akibat sengatan sinar matahari ( untuk cabai konsumsi)
e. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada hari yang cerh, tidak sedang turun hujan
f. Pemanenan dilakukan dengan memetik buah dengan tangan atau dengan gunting
panen steril.pemetikan dilakukan dengan menyisakan tangkainya agar lebih awet.
5.2 Pascapanen
1. Sortasi dan Grading
Untuk kegiatan sortasi dan grading buah cabai tidak ada aturan khusus, karena ukuran
buah masing – masing varietas berbeda – beda.namun secara umum, dalam sortasi
dan grading dapat dibuat 4 kelompok buah, yaitu :
a. Cabai dengan ukuran memenuhi standar
b. Cabai dengan ukuran di bawah standar
c. Cabai yang rusak
d. Cabai yang terserang hama dan penyakit
Cabai yang termasuk dalam kelompok (a) dapat langsung dipasarkan dan dijual.
Sedangkan cabai yang termasuk kelompok (b) dan (c), biasanya hanya dapat
dijual pada industry berbahan baku cabai, misalnya industry saos, cabai bubuk,
dan sebagainya, tentunya dengan harga yang murah. Khusus untuk cabai
kelompok (d), sebaiknya dimusnahkan agar tidak menular kecabai lain.
2. Penyimpanan
Penyimpanan yang baik akan membuat cabai dapat tahan cukup lama. Secara umum
cabai dapat disimpan dalam 3 bentuk, yaitu bentuk segar, sebagai produk atara ( by
Product), dan bentuk kering. Dari ketiganya, bentuk kering lebih tahan lama.
Untuk mempertahan umur simpan cabai dalam bentuk segar, perlu dilakukan
langkah- langkah sebagai berikut :
a. Pilih cabai yang baik dan tidak mengalami kerusakan
b. Cabai yang disimpat tidak berada dalam kondisi basah bagian kulitnya
20
c. Cabai disimpat pada suhu sekitar 4℃. Sebaiknya jangan disimpan pada suhu
dibawah 0℃, karena cabai justru akan mengalami kerusakan dengan cepat.
3. Pengemasan
Cabai yang dilakukan biasanya dikemas dengan menggunakan karung saat diangkut
dari lahan. Setelah disortir oleh pedagang, biasanya cabai dipindahkan dalam
keranjang – keranjang. Khusus untuk pasar swalayan, pengemasan dilakukan dengan
styrofom berplastik, terutama untuk cabai – cabai besar, misalnya paprika. Cara ini
merupakan cara pengemasan yang paling baik dengan kerusakan yang dapat ditekan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T.T dan N. Indrianto. 2004. Cabai Rawit, Cabai Merah, Cabai Jawa.
Penerbit Absolut, Yogyakarta.
Prajnata, F. 1999. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan.penerbit Swadaya,
Jakarta
Widodo, W.D. 2000. Memperpanjang Umur Produktif Cabai : 60 Kali Petik. Trubus
Agrisarana, Jakarta
Andi S.2004.Penyakit Cabai.www.wordpres.org.id (22 November 2011)
Bastiar . 2003. Hama Tanaman. www.schoving.com (22 November 2011)
22