doa dan aspek medikolegalnya

54
1 DEATH ON ARRIVAL Disusun untuk memenuhi tugas referat kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Disusun oleh Mona Tania Pahdariesa (4151121504) Adinda Leonisti (4151121505) Rikza Anaupal (4151121506) Imas Masturoh (4151121507) Futri Yuma Amelia (4151121508) Slamet Iriyanto (4151121509) Leni Widiawati (4151121510) Fitria Diah Suharjo (4151121511) Dian Muthia Luthfiana (4151121512) Indriyani Nurhakimudin (4151121513)

Upload: malayasika

Post on 17-Feb-2016

104 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Doa Dan Aspek Medikolegalnya

TRANSCRIPT

Page 1: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

1

DEATH ON ARRIVAL

Disusun untuk memenuhi tugas referat kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Disusun oleh

Mona Tania Pahdariesa (4151121504)Adinda Leonisti (4151121505)Rikza Anaupal (4151121506)Imas Masturoh (4151121507)Futri Yuma Amelia (4151121508)Slamet Iriyanto (4151121509)Leni Widiawati (4151121510)Fitria Diah Suharjo (4151121511)Dian Muthia Luthfiana (4151121512)Indriyani Nurhakimudin (4151121513)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

CIMAHI 2013

Page 2: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa atas rahmat, berkah, dan karunia-Nya, sehingga penyusun mampu

menyelesaikan referat untuk memenuhi tugas Laboratorium Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal dengan judul “Death on Arrival”.

Proses penyusunan referat ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang paling

dalam, penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

dokter/dosen Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang telah

memberikan bimbingan, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu

penyelesaian referat ini sehingga dapat selesai tepat waktu

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam bentuk tata

bahasa, ejaan, penyusunan, maupun dari segi materi. Oleh karena itu penyusun

terbuka terhadap saran dan kritik konstruktif agar penyusunan referat yang akan

datang lebih baik.

Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih.

Cimahi, Juli 2013

Penyusun

ii

Page 3: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3

2.1 Definisi Death on Arrival..............................................................................3

2.2 Tanatologi.....................................................................................................3

2.2.1 Definisi tanatologi...............................................................................3

2.2.2 Cara mendeteksi kematian..................................................................3

2.2.3 Tanda kematian...................................................................................5

2.3 Kematian wajar dan tidak wajar....................................................................8

2.4 Tatalaksana Death on Arrival.......................................................................11

2.5 Surat keterangan kematian............................................................................11

2.5.1 Isi surat kematian................................................................................12

2.5.2 Kegunaan surat kematian....................................................................13

2.5.3 Dasar hukum surat kematian...............................................................25

2.5.4 Kasus yang boleh diberikan surat keterangan kematian dan kasus yang

tidak boleh diberikan surat keterangan kematian.........................................25

BAB III KESIMPULAN...................................................................................29

iii

Page 4: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus kematian seseorang dalam perjalanan menuju sarana kesehatan atau yang

biasa dikenal dengan istilah dead on arrival sering ditemukan dalam praktik dokter

sehari-hari. Dead on arrival merupakan istilah yang digunakan pada pasien yang

meninggal secara klinis sebelum sampai di rumah sakit.1

Kematian mendadak menurut WHO didefinisikan sebagai suatu proses

kematian yang terjadi dalam 24 jam semenjak gejala-gejala mulai timbul.2

Mekanisme kematian mendadak dapat disebabkan oleh cara yang wajar dan tidak

wajar. Seseorang dikatakan meninggal dengan cara yang wajar (natural sudden

death) apabila disebabkan oleh penyakit, sedangkan dikatakan meninggal tidak wajar

(unnatural sudden death) apabila disebabkan oleh perlukaan akibat pembunuhan,

bunuh diri, atau kecelakaan.3

Dalam menangani kasus kematian mendadak seorang dokter harus mampu

menentukan apakah kematian tersebut merupakan kematian wajar (natural sudden

death) atau kematian tidak wajar (unnatural sudden death). Selain cara kematian

mendadak perlu diketahui penyebab kematian mendadak. Beberapa penelitian

menunjukan bahwa penyebab kematian mendadak terbanyak disebabkan oleh

penyakit sistem kardiovaskular, yaitu sudden cardiac arrest atau sudden cardiac

death.3

1

Page 5: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

2

Penentuan cara dan sebab kematian seseorang dapat menjadi penting terkait

dengan kepentingan hukum, membantu penyelesaian klaim asuransi yang adil,

membantu upaya keselamatan kerja dalam bidang industri dan otomotif dengan

pengumpulan data korban kecelakaan industri maupun kecelakaan lalu lintas lainnya.

Dead on arrival bukanlah diagnosis, melainkan hanya keterangan kematian

sementara saat diperiksa pertama kali oleh dokter. Dead on arrival belum dapat

dikatakan termasuk kematian mendadak sebelum ditegakkan sebab kematian pastinya

melalui hasil otopsi klinis atau otopsi forensik. Prosedur yang medikolegal dokter

pada kasus dead on arrival adalah untuk menentukan apakah termasuk kematian

wajar atau tidak wajar. Maka dari itu diperlukan pemahaman yang baik bagi seorang

dokter tentang materi dead on arrival sehingga bisa mempraktikan pemanfaatan ilmu

kedokteran untuk kepentingan hukum serta keadilan.4,5

Page 6: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Death on Arrival

Death on arrival istilah yang digunakan pada pasien yang meninggal secara

klinis sebelum sampai di rumah sakit. Kasus death on arrival di Indonesia masih

belum banyak dilaporkan, namun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

terdapat laporan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2012 terdapat 121

jenazah.1

2.2 Kematian Mendadak

2.2.1 Definisi Kematian mendadak

Menurut world Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan kematian

mendadak yaitu suatu proses kematian yang terjadi dalam 24 jam semenjak gejala-

gejala timbul.2

2.2.2 Mekanisme Kematian Mendadak

1) Natural Sudden Death

Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang

terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian

mendadak dengan terminologi ”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah

di sini berarti kematian hanya disebabkan oleh penyakit bukan aibat trauma atau

racun .6

3

Page 7: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

4

Kematian alamiah dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu:6

1. Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor fisik dan

emosi mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat aktivitas fisik, dimana

cara mati dapat lebih mudah diterangkan atau kematian tersebut terjadi selama

perawatan/pengobatan yang dilakukan oleh dokter (attendaned physician).

2. Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih mencurigakan

seringnya diakibatkan TKP nya atau pada saat orang tersebut meninggal tidak

dalam perawatan atau pengobatan dokter (unattendaned physician), terdapat

kemungkinan hadirnya saksi-saksi yang mungkin ikut bertanggung jawab terhadap

terjadinya kematian.

Pada kematian alamiah kategori pertama, kematian alamiah dapat dengan lebih

mudah ditegakkan, dan kepentingan dilakukannya autopsi menjadi lebih kecil. Pada

kematian alamiah kategori kedua, sebab kematian harus benar-benar ditentukan agar

cara kematian dapat ditentukan dan kematian alamiah dan tidak wajar sedapat

mungkin ditentukan dengan cara apakah kekerasan atau racun ikut berperan dalam

menyebabkan kematian.

Pada kematian alamiah kategori kedua, karena keadaan yang lebih

mencurigakan, polisi akan mengadakan penyidikan dan membuat surat permintaan

visum et repertum. Pada keadaan ini hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam visum

et repertum, dan persetujuan keluarga akan menjadi prioritas yang lebih rendah dari

kepentingan penegakan hukum.

Page 8: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

5

Pada kematian mendadak alamiah, penyebab paling banyak yaitu ditemukan

pada sistem kardiovaskuler, walaupun tidak semua lesinya ditemukan pada jantung

dan pembuluh darah besar. Sebagai contoh antara lain, perdarahan otak masif,

perdarahan subarachnoid, kehamilan ektopik terganggu, hemoptisis, hematemesis dan

emboli paru, dapat menyertai penyakit jantung dan aneurisma aorta dalam

menyebabkan kematian mendadak.6

2) (unnatural sudden death) yaitu dikatakan meninggal tidak wajar apabila

disebabkan oleh perlukaan akibat pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan.

2.2.3 Penyebab Kematian Mendadak

Penyebab kematian mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh,

yaitu sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem

gastrointestinal, sistem hemopoietik, dan sistem endokrin.7

1. Sistem Kardiovaskular

Penyakit jantung (sudden cardiac death) merupakan 60% dari keseluruhan

kasus penyebabk kematian mendadak. Sudden cardiac death adalah kematian tidak

terduga karena penyakit jantung yang didahului dengan atau tanpa gejala yang terjadi

1 jam sebelumnya.8 Sudden cardiac death merupakan 91% dari semua kasus

terbanyak pada kematian mendadak.9 Pada penyakit kardiovaskular lebih dari 50%

adalah penyakit jantung iskemik akibat sklerosis koroner yang dapat mengakibatkan

kematian mendadak.10

Sklerosis koroner dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti makanan

berlemak, kebiasaan merokok, diabetes mellitus, stress psikis, hipertensi. Adanya

Page 9: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

6

sklerosis dengan lumen yang menyempit hingga pin point sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis iskemik karena tidak semua kematian pembuluh darah koroner

disertai kelainan pada otot jantung. Sumbatan pada pembuluh darah koroner

merupakan awal dari munculnya berbagai penyakit kardiovaskular yang dapat

menyebabkan fibrilasi ventrikel, infark miokard, dan kematian.10

2. Sistem Respirasi

Kematian biasanya dapat melalui mekanisme perdarahan dan asfiksia.

Perdarahan dapat terjadi pada tuberculosis paru, kanker paru, bronkiektasis, abses

paru. Sedangkan asfiksia dapat terjadi pada pneumonia, spasme pada saluran

pernapasan, asma, penyakit paru obstruktif kronis, aspirasi darah atau tersedak.10

3. Sistem Saraf Pusat

Masalah mati mendadak yang berhubungan dengan penyakit system saraf pusat

biasanya akibat dari perdarahan yang dapat terjadi pada subarachnoid atau

intraserebral. Perdarahan subarachnoid berhubungan dengan ruptur aneurisma. Pada

umumnya, ruptur terjadi karena adanya kelainan kongenital pada dinding pembuluh

darah. Pada dewasa muda, kematian mendadak karena adanya kelainan pada sistem

saraf pusat akibat pecahnya aneurisma serebri yang masih dapat diketahui lokasinya

bila pemeriksaan pembuluh darah otak dilakukan dengan teliti.7

Perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan kolaps mendadak dan kematian

yang cepat. Tanda-tanda yang dapat muncul seperti sakit kepala, kaku kuduk

beberapa hari atau minggu sebelum ruptur yang mematikan tersebut. Pada otopsi

ditemukan daerah perdarahan pada bagian bawah otak. Kematian yang berkaitan

Page 10: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

7

dengan fungsi otak adalah kekacauan dari batang otak dalam mengatur jantung dan

pernapasan.7

Stroke adalah suatu sindroma akibat lesi vaskular regioner yang terjadi di

daerah batang otak, daerah subkortikal maupun kortikal. Lesi vaskuler tersebut dapat

terjadi tersumbatnya pembuluh darah (stroke iskemik) maupun pecahnya pembuluh

darah (stroke hemoragik).11

4. Sistem Pencernaan

Kematian dapat cepat terjadi pada kasus perdarahan akibat gastritis kronis atau

ulkus duodeni. Kematian mendadak juga dapat disebabkan oleh varises esofagus.

Varises esofagus sering merupakan komplikasi dari sirosis hepatis. Mekanisme

terjadinya akibat dari hipertensi portal yang disebabkan oleh kelainan intrahepar

(virus hepatitis, sirosis bilier, tumor primer maupun metastasis hepar, trombosis vena

hepatika) menyebabkan sirkulasi portal dalam hepar terbendung, sehingga tidak

lancar. Sebagai kompensasinya, aliran portal akan melalui pembuluh vena lain untuk

masuk ke sirkulasi darah. Varises esofagus dapat pecah, sehingga terjadi perdarahan

ke dalam gastrointestinal.7

Ulkus peptikum dapat menyebabkan kematian mendadak. Lokasi usus mulai

dari bawah esofagus, lambung, dan duodenum bagian atas. Komplikasi pada ulkus

peptikum yang sering terjadi adalah perdarahan, perforasi, dan obstruksi. Jika

perdarahan pada ulkus peptikum banyak, maka akan menimbulkan hematemesis dan

melena. Luka pada daerah lambung lebih sering menyebabkan hematemesis,

sedangkan luka pada duodenum akan menyebabkan melena. Hematemesis dan

Page 11: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

8

melena sendiri akan memicu timbulnya syok hipovolemik dan dapat berujung

kematian.8

5. Sistem Hematopoietik

Ruptur dari limpa dapat menyebabkan kolaps dan mati mendadak. Ruptur

limpa dengan cepat dapat terjadi karena ruptur secara spontan atau akibat trauma. Hal

ini terjadi jika limpa terlibat dalam berbagai penyakit yang cukup berat, yaitu

leukemia, malaria, hemopfilia.7

6. Sistem Endokrin

Penyakit pada sistem endokrin jarang berhubungan dengan kematian

mendadak. Jika ada, biasanya berhubungan dengan organ lain. Kelenjar endokrin

pada pankreas jarang berhubungan dengan kematian mendadak. Hipoglikemi

merupakan sebab kematian yang dapat terjadi karena tumor pankreas atau overdosis

pemberian insulin. Pada hiperfungsi maupun hipofungsi tiroid dapat menyebabkan

mati mendadak karena efeknya terhadap jantung. Pada pasien tirotoksikosis 50% mati

mendadak dan tidak terduga tanpa adanya kelainan infark miokard atau emboli

pulmo. Perdarahan yang besar pada adenoma tiroid dapat menyebabkan mati

mendadak karena sumbatan akut dari trakhea.7

2.4 Aspek Medikolegal

Pelaku pembunuhan akan melakukan suatu tindakan kejahatan dengan bersih

yaitu tanpa diketahui oleh keluarga, masyarakat dan pihak penyidik (polisi). Salah

satu bentuk modus pembunuhan dapat berupa kecelakaan atau meninggal

Page 12: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

9

diperjalanan ketika menuju kerumah sakit (death on arrival) dimana sebelumnya

korban mengalami serangan suatu penyakit (natural sudden death) atau modus

lainya.12

Dokter sebagai seseorang yang ahli mempunyai kewenangan untuk

memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam

mengeluarkan dan menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak

(sudden death) karena dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak

penyidik merupakan kematian yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan

prosedur atau kecerobohan yang dokter lakukan dapat mengakibatkan dokter yang

membuat dan menandatangani surat kematian tersebut dapat terkena sangsi hukuman

pidana.1 Maka dari itu ada beberapa prinsip yang harus diketahui oleh dokter

berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu: 13

a. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang

signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian?

b. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada

keracunan?

c. Apakah almarhum merupakan pasien yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau

poliklinik di rumah sakit?

d. Apakah almarhum mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit

tersering penyebab natural sudden death?

Pada tahap medikolegal, setelah dipastikan penyebab kematian, pada kematian

wajar dokter akan menerbitkan surat kematian dan pada kematian tidak wajar dokter

Page 13: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

10

melaporkan kepada polisi, polisi akan membuat Surat Pembuatan Visum (SPV) dan

sebagai dokter berkewajiban membuat VeR berdasarkan Pasal 133 KUHAP ayat 1

yaitu “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban

baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan

tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli

kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”. Serta ayat 2 “Permintaan

keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang

dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan

mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat”. Permintaan tersebut dilanjutkan dengan

pasal 179 KUHAP ayat 1 yaitu “Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli

kedokteran kehakirnan atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan

ahli demi keadilan”.13,14

Untuk meminimalisirkan dan mengetahui sejauh mana perjalanan penyakit atau

keadaan korban yang menyebabkan meninggal, dokter dapat melakukan pembadahan

untuk meneggakan diagnosis dan sesuai pada pasal 199 KUHAP ayat 2 “bedah mayat

klinis sebagaimana dimaksud pada ayat ditujukan untuk menegakkan diagnosis dan

atau menyimpulkan penyebab kematian”. Lalu dilanjutkan dengan pasal 121 KUHAP

ayat 1 “Bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan oleh

dokter sesuai dengan keahlian dan kewenangannya” dan ayat 2 yaitu “Dalam hal pada

saat melakukan bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis ditemukan adanya

dugaan tindak pidana, tenaga kesehatan wajib melaporkan kepada penyidik sesuai

dengan peraturan perundang-undangan”.14

Page 14: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

11

2.4 Pengelolaan Death on Arrival

Sebuah kematian mendadak dapat mungkin dilaporkan kepada dokter umum

dan hal pertama yang paling penting untuk memastikan dan menentukan apakah

kematian termasuk wajar atau tidak wajar. Ketika mendapatkan pasien dengan

kematian mendadak, hal pertama yang dilakukan adalah mencari tau mengenai

identitas korban, identifikasi mengenai riwayat penyakit terdahulu, bukti-bukti

penyakit jantung atau penyakit serius lalu menanyakan kronologis meninggalnya

pasien. Kemudian dokter umum memeriksa tanda-tanda pasti kematian, seperti lebam

mayat, kaku mayat, dan penurunan suhu tubuh. Namun, perlu dipertimbangkan

mengenai kemungkinan kematian tidak wajar. Sehingga tubuh pasien dijauhkan dari

manipulasi berlebihan karena bila pasien telah dicurigai sebagai korban kematian

yang tidak wajar, tempat ditemukannya korban dapat menjadi tempat kejadian

perkara. Selain itu, perlu diperhatikan barang-barang yang dibawa atau berada pasien,

seperti botol obat kosong, surat yang ditulis oleh korban sebelum kematian, dan

sejenisnya. Dokter umum harus dapat menentukan waktu kematian pasti. Waktu

kematian dapat diperkirakan berdasarkan kaku mayat, lebam mayat, dan penurunan

suhu tubuh. Bila didapatkan kecurigaan kematian yang tidak wajar, dokter wajib

menginformasikan kepada keluarga dan pihak yang berwajib. Setelah itu, pihak yang

berwajib akan mengirimkan surat permintaan visum dan dokter harus dapat

meyakinkan keluarga korban agar dapat dilakukan pemeriksaan forensik.15

Page 15: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

12

Pada kasus kematian mendadak, autopsi dan pemeriksaan histopatologi

merupakan suatu keharusan. Sampel diambil dari semua organ yang dianggap terlibat

dengan perjalanan penyakit hingga menyebabkan kematian, juga kelainan pada organ

yang tampak secara makroskopik, walau mungkin kelainan tersebut tidak

berhubungan langsung dengan penyebab kematian. Setiap jenis organ dimasukkan

pada wadahnya sendiri, menghindari bias pembacaan mikroskopik. Eksisi sampel

organ haruslah mencakup daerah yang normal dan daerah yang kita curigai secara

mikroskopik terjadi proses patologi. Informasi mengenai temuan-temuan pada autopsi

perlu disertakan dalam permintaan pemeriksaan histopatologi. Sedangkan pada

unnatural sudden death selain dilakukan autopsi forensik, dilakukan juga pemeriksaan

penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium dan toksikologi.15

2.4.1 Pemeriksaan Luar

1. Pakaian

Pakaian mayat dicatat dengan teliti meliputi bahan, warna dasar, warna, corak

atau motif, bentuk atau model, ukuran, dan merek. Indentifikasi bila ada pengotoran

atau robekan dan bila ditemukan saku maka harus diperiksa isinya.4

2.Tanda-tanda Kematian

a. lebam mayat: lebam mayat dapat digunakan sebagai tanda pasti kematian yaitu

memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam warna merah terang pada keracunan

CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan aniline, nitrit, nitrat, sulvonal;

Page 16: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

13

mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat

yang menetap; dan memperkiraan saat kematian.10

b. kaku mayat: dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda kematian dan

memperkirakan saat kematian. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian

dan mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh

(otot-otot kecil) ke arah dalam.10

c. penurunan suhu tubuh: kecepatan penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu

keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh dan pakaian. Selain

itu suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.10

2.4.2 Pemeriksaan Dalam

1. Pemeriksaan Lidah

Pada permukaan lidah, perhatikan adanya kelainan bekas gigitan baru atau

lama. Bekas gigitan yang berulang dapat ditemukan pada penderita epilepsi. Bekas

gigitan ini dapat pula terlihat pada penampang lidah. Pengirisan lidah sebaiknya tidak

sampai teriris putus, agar setelah selesai autopsi, mayat masih tampak berlidah utuh.

 2. Pemeriksaan Tonsil

Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput, gambaran

infeksi, nanah dan sebagainya. Ditemukannya tonsilektomi kadang-kadang membantu

dalam identifikasi.

 3. Pemeriksaan Kelenjar Gondok

Untuk melihat kelenjar gondok dengan baik, otot-otot leher terlebih dahulu

dilepaskan dari perlekatannya di sebelah belakang. Dengan pinset bergigi pada tangan

Page 17: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

14

kiri, ujung bawah otot-otat leher dijepit dan sedikit diangkat, dengan gunting pada

tangan kanan, otot leher dibebaskan dari bagian posterior. Setelah otot leher ini

terangkat, maka kelenjar gondok akan tampak jelas dan dapat dilepaskan dari

perlekatannya pada rawan gondok dan trakea. Perhatikan ukuran dan beratnya.

Periksa apakah permukaannya rata, catat warnanya, adakah perdarahan berbintik atau

resapan darah. Lakukan pengikisan di bagian lateral pada kedua baga kelenjar gondok

dan catat perangai penampang kelenjar ini. 

4. Pemeriksaan Kerongkongan (Esofagus)

Esofagus dibuka dengan jalan menggunting sepanjang dinding belakang.

Perhatikan adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir serta kelainan yang

mungkin ditemukan (misalnya striktura, varises). Setelah selesai diperiksa, esofagus

dilepaskan dari perlekatannya dengan batang tenggorok mulai dari arah bawah.

 5. Pemeriksaan Batang Tenggorok (Trakea)

Pemeriksaan dimulai pada mulut atas batang tenggorok, dimulai pada epiglotis.

Perhatikan adakah edema, benda, asing, perdarahan dan kelainan lain. Perhatikan

pula pita suata dan kotak suara. Pembukaan trakea dilakukan dengan melakukan

pengguntingan dinding belakang (bagian jaringan ikat pada cincin trakea) sampai

mencapai cabang bronkus kanan dan kiri. Perhatikan adanya benda asing, busa,

darah, serta keadaan selaput lendirnya.

 6. Pemeriksaan Tulang Lidah, Rawan Gondok (Kartilago Tiroidea), dan Rawan

Cincin (Kartilago Krikoidea)

Page 18: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

15

Tulang lidah kadang-kadang ditemukan patah unilateral pada kasus pencekikan.

Tulang lidah terlebih dahulu dilepaskan dari jaringan sekitarnya dengan

menggunakan pinset dan gunting. Perhatikan adanya patah tulang, resapan darah.

Rawan gondok dan rawan cincin seringkali juga menunjukkan resapan darah pada

kasus dengan kekerasan pada daerah leher (pencekikan, penjeratan, gantung).

 7. Pemeriksaan Arteri Karotis Interna

Arteri karotis komunis dan interna biasanya tertinggal melekat pada pemukaan

depan ruas tulang leher. Perhatikan adanya tanda kekerasan pada sekitar arteri ini.

Buka pula arteri ini, dengan menggunting dinding depannya dan perhatikan keadaan

intima. Bila kekerasan pada daerah leher mengenai arteri ini, kadang-kadang dapat

ditemukan kerusakan pada intima, di samping terdapatnya resapan darah pada

permukaan luar arteri.

 8. Pemeriksaan Kelenjar Kacangan (Timus)

Kelenjar kacang biasanya telah berganti menjadi thymic fat body pada orang

dewasa, namun kadang-kadang masih dapat ditemukan (status thymicolymphaticus).

Kelenjar kacangan melekat di permukaan depan kandung jantung. Pada

permukaannya perhatikan akan adanya perdarahan berbintik serta kemungkinan

adanya kelainan lain.

 9. Pemeriksaan Paru-Paru

Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri. Tentukan permukaan paru-

paru. Pada paru-paru yang mengalami emfisema, dapat ditemukan cekungan bekas

penekanan iga. Perhatikan warnanya, serta adanya bintik perdarahan atau bercak

Page 19: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

16

perdarahan akibat aspirasi darah ke dalam alveoli (tampak pada permukaan paru-paru

sebagai bercak berwama merah-hitam dengan batas tegas), resapan darah, luka, buih,

dan sebagainya. Perabaan paru-paru yang normal terasa seperti meraba spons/karet

busa. Pada paru-paru dengan proses peradangan, perabaan dapat menjadi padat atau

keras. Penampang paru-paru diperiksa setelah melakukan pengirisan paru-paru yang

dimulai dari apeks sampai ke basal, dengan tangan kiri memegang paru-paru pada

daerah hilus. Pada penampang paru ditentukan wamanya serta dicatat kelainan yang

mungkin ditemukan.

 10. Pemeriksaan Jantung

Jantung dilepaskan dari pembuluh darah besar yang keluar/masuk ke jantung

dengan jalan memegang apeks jantung dan dengan kepalan tinju kanan mayat.

Perhatikan akan adanya resapan darah, luka atau bintik-bintik perdarahan. Pada

autopsi jantung, ikuti sistematika pemotongan dinding jantung yang dilakukan

dengan ‘mengikuti’ aliran darah di dalam jantung. Pertama-tama jantung diletakkan

dengan permukaan ventral menghadap ke atas. Posisi ini dipertahankan terus sampai

autopsi jantung selesai. Vena kava superior dan inferior dibuka dengan jalan

menggunting dinding belakang vena-vena tersebut. Dengan gunting buka pula aurikel

kanan. Perhatikan akan adanya kelainan baik pada aurikel kanan maupun atrium

kanan. Dengan pisau panjang, masuki bilik jantung kanan sampai ujung pisau

menembus apeks di sisi kanan septum dengan mata pisau mengarah ke lateral,

lakukan irisan menembus tebal otot dinding sebelah kanan. Dengan demikian, rongga

bilik jantung sebelah kanan dapat terlihat.

Page 20: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

17

Lakukan pengukuran lingkaran katup trikuspidal serta memeriksa keadaan

katup, apakah terdapat penebalan, benjolan atau kelaman lain. Tebal dinding bilik

kanan diukur dengan terlebih dahulu membuat irisan tegak lurus pada dinding

belakang bilik kanan ini, 1 sentimeter di bawah katup. Irisan pada dinding depan bilik

kanan dilakukan menggunakan gunting, mulai dari apeks, menyusuri septum pada

jarak setengah sentimeter, ke arah atas menggunting dinding depan arteria pulmonalis

dan memotong katup semilunaris pulmonal. Katup diukur lingkarannya dan keadaan

daun katupnya dinilai. Pembukaan serambi dan bilik kiri dimulai dengan

pengguntingan dinding belakang vv. pulmonales, yang disusul dengan pembukaan

aurikel kiri.

Dengan pisau panjang, apeks jantung sebelah kiri dari septum ditusuk, lalu

diiris ke arah lateral sehingga bilik kiri terbuka. Lakukan pengukuran lingkaran katup

mitral serta perulaian terhadap keadaao katup. Tebal otot jantung sebelah kiri diukur

pada irisan tegak yang dibuat 1 sentimeter di sebelah bawah katup pada dinding

belakang. Dengan gunting, dinding depan bilik kiri dipotong menyusun septum pada

jarak ½ sentimeter, terus ke arah atas, membuka juga dinding depan aorta dan

memotong katup semilunaris aorta. Lingkaran katup diukur dan daun katup dinilai.

Pada daerah katup semilunaris aorta dapat ditemukan dua muara a. koronaria, kiri dan

kanan. Untuk memeriksa keadaan a. koronaria sama sekali tidak boleh menggunakan

sonde, karena ini akan dapat mendorong trombus yang mungkin terdapat.

 

Page 21: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

18

Pemeriksaan nadi jantung ini dilakukan dengan membuat irisan melintang

sepanjang jalannya pembuluh darah. A. koronaria kiri berjalan di sisi depan septum,

dan a.koronaria kanan ke luar dari dinding pangkal aorta ke arah belakang. Pada

penampang irisan diperhatikan tebal dinding arteri, keadaan lumen serta

kemungkinan terdapatnya trombus. Septum jantung dibelah untuk melihat kelainan

otot, baik merupakan kelainan yaug bersifat degeneratif maupun kelainan bawaan

Nilai pengukuran pada jantung normal orang dewasa adalah sebagai berikut: ukuran

jantung sebesar kepalan tangan kanan mayat, berat sebesar 300 gram, ukuran

lingkaran katup serambi bilik kanan sekitar 11 cm, yang kiri sekitar 9,5 cm, lingkaran

katup pulmonal sekitar 7 cm dan aorta sekitar 6,5 cm. Tebal otot bilik kanan 3-5 mm

sedangkan yang kiri sekitar 14 mm.

 11. Pemeriksaan Aorta Torakalis

Pengguntingan pada dinding belakang aorta torakalis dapat memperlihatkan

permukaan dalam aorta. Perhatikan kemungkinan terdapatnya deposit kapur, ateroma

atau pembentukan aneurisma. Kadang-kadang pada aorta dapat ditemukan tanda

kekerasan merupakan resapan darah atau luka. Pada kasus kematian bunuh diri

dengan jalan menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, bila korban mendarat dengan

kedua kaki terlebih dahulu, seringkali ditemukan robekan melintang pada aorta

torakalis.

 12. Pemeriksaan Aorta Abdominalis

Bloc organ perut dan panggul diletakkan di atas meja potong dengan

permukaan belakang menghadap ke atas. Aorta abdominalis digunting dinding

Page 22: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

19

belakangnya mulai dari tempat percabangan a. iliaka komunis kanan dan kiri.

Perhatikan dinding aorta terhadap adanya penimbunan perkapuran atau ateroma.

Perhatikan pula muara dari pembuluh nadi yang keluar dari aorta abdominalis ini,

terutama muara a. renalis kanan dan kiri. Mulai pada muaranya, a. renalis kanan dan

kiri dibuka sampai memasuki ginjal. Perhatikan apakah terdapat kelainan

penyempitan dinding pembuluh darah yang mungkin merupakan dasar dideritanya

hipertensi renal oleh yang bersangkutan.

 13. Pemeriksaan Anak Ginjal (Kelenjar Suprarenalis)

Kedua anak ginjal harus dicari terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan

lanjut pada bloc alat rongga perut dan panggul. Hal ini perlu mendapat perhatian,

karena bila telah dilakukan pemeriksaan atau telah dilakukan pemisahan alat rongga

perut dan panggul, anak ginjal sukar ditemukan. Anak ginjal kanan terletak di bagian

mediokranial dari kutub atas ginjal kanan, tertutup oleh jaringan lemak, berada antara

permukaan belakang hati dan permukaan bawah diafragma. Untuk menemukan anak

ginjal sebelah kanan ini, pertama-tama digunting otot diafragma sebelah kanan.

 Pada tempat yang disebutkan di atas, lepaskan dengan pinset dan gunting jaringan

lemak yang terdapat dan akan tampak anak ginjal yang berwarna kuning kecoklat--

coklatan, berbentuk trapesium dan tipis. Anak ginjal kemudian dibebaskan dari

jaringan sekitamya dan diperiksa terhadap kemungkinan terdapatnya kelainan ukuran,

resapan darah dan sebagainya.

 Anak ginjal kiri terletak di bagian mediokranial kiri kutub atas ginjal kiri, juga

tertutup dalam jaringan lemak, terletak antara ekor kelenjar liur perut (pankreas) dan

Page 23: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

20

diafragma. Dengan cara yang sama seperti pada pengeluaran anak ginjal kanan, anak

ginjal kiri yang berbentuk bulan sabit tipis dapat dilepaskan untuk dilakukan

pemeriksaan dengan seksama. Pada anak ginjal yang normal, pengguntingan anak

ginjal akan memberikan penampang dengan bagian korteks dan medula yang tampak

jelas.

 14. Pemeriksaan Ginjal, Ureter, dan Kandung Kencing

Kedua ginjal masing diliputi olehjaringan lemak yang dikenal sebagai kapsula

adiposa ginjal. Adanya trauma yang mengenai daerah ginjal seringkali menyebabkan

resapan darah pada kapsul ini. Dengan melakukan pengirisan di bagian lateral

kapsula, ginjal dapat dibebaskan.

Untuk pemeriksaan lebih lanjut, ginjal digenggam pada tangan kiri dengan

pelvis ginjal dan ureter terletak antara telunjuk dan jari tengah. Irisan pada ginjal

dibuat dari arah lateral ke medial, diusahakan tepat di bidang tengah sehingga

penampang akan melewati pelvis ginjal. Pada tepi insan, dengan menggunakan pinset

bergigi, simpai ginjal dapat di”cubit” dan kemudian dikupas secara tumpul. Pada

ginjal yang normal, hal ini dapat dilakukan dengan mudah. Pada ginjal yang

mengalami peradangan, simpai ginjal mungkin akan melekat erat dan sulit

dilepaskan. Setelah simpai ginjal dilepaskan, lakukan terlebih dahulu pemeriksaan

terhadap permukaan ginjal. Adakah kelainan berupa resapan darah, luka-luka ataupun

kista-kista retensi.

Pada penampang ginjal, perhatikan gambaran korteks dan medula ginjal. Juga

perhatikan pelvis ginjal akan kemungkinan terdapatnya batu ginjal, tanda peradangan,

Page 24: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

21

nanah dan sebagainya. Ureter dibuka dengan meneruskan pembukaan pada pelvis

ginjal, terus mencapai vesika urinaria. Perhatikan kemungkinan terdapatnya batu,

ukuran penampang, isi saluran serta keadaan mukosa. Kandung kencing dibuka

dengan jalan menggunting dinding depannya mengikuti bentuk huruf T. Perhatikan

isi serta selaput lendirnya.

 15. Pemeriksaan Hati dan Kandung Empedu

Pemeriksaan dilakukan terhadap permukaan hati, yang pada keadan biasa

menunjukkan permukaan yang rata dan licin, berwarna merah-coklat. Kadangkala

pada permukaan hati dapat ditemukan kelainan berupa jaringan ikat, kista kecil,

permukaan yang berbenjol-benjol, bahkan abses.

 Pada perabaan, hati normal memberikan perabaan yang kenyal. Tepi hati

biasanya tajam. Untuk memeriksa penampang, buatlah 2 atau 3 irisan yang melintang

pada punggung hati sehingga dapat terlihat sekaligus baik bagian kanan maupun kiri.

Hati yang normal menunjukkan penampang yang jelas gambaran hatinya. Pada hati

yang telah lama mengalami perbendungan dapat ditemukan gambaran hati pala.

 Pada kandung empedu diperiksa ukurannya serta diraba akan kemungkinan

terdapatnya batu empedu. Untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan pada saluran

empedu, dapat dilakukan pemeriksaan dengan jalan menekan kandung empedu ini

sambil memperhatikan muaranya pada duodenum (papilla Vateri). Bila tampak

cairan coklat hijau keluar dari muara tersebut, ini menandakan saluran empedu tidak

tersumbat. Kandung empedu kemudian dibuka dengan gunting untuk memperlihatkan

selaput lendirnya yang seperti beludru berwarna hijau-kuning.

Page 25: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

22

 16. Pemeriksaan Limpa dan Kelenjar Getah Bening

Limpa dilepaskan dari sekitarnya. Limpa yang normal menunjukkan permukaan

yang berkeriput, berwama ungu dengan perabaan lunak kenyal. Buatlah irisan

penampang limpa, limpa normal mempunyai gambaran limpa yang jelas, berwama

coklat-merah dan bila dikikis dengan punggung pisau, akan ikut jaringan limpa.

Jangan lupa mencatat ukuran dan berat limpa. Catat pula bila ditemukan kelenjar

getah bening regional yang membesar.

 17. Pemeriksaan Lambung, Usus Halus, dan Usus Besar

Lambung dibuka dengan gunting pada kurvatura mayor. Perhatikan isi lambung

dan simpan dalam botol atau kantong plastik bersih bila isi lambung ini diperlukan

untuk pemeriksaan toksikologi atau pemeriksaan laboratorium lainnya. Selaput lendir

lambung disiram dan diperiksa terhadap kemungkinan adanya erosi, ulserasi,

perdarahan/resapan darah. Usus diperiksa akan kemungkinan terdapat darah dalam

lumen serta kemungkinan terdapatnya kelainan bersifat ulseratif, polip dan lain-lain.

 18. Pemeriksaan Kelenjar Liur Perut (Pankreas)

Pertama-tama lepaskan lebih dahulu kelenjar liur perut ini dari sekitarnya.

Kelenjar liur perut yang normal mempunyai warna kelabu agak kekuningan dengan

permukaan yang berbelah-belah dan perabaan yang kenyal. Perhatikan ukuran serta

beratnya. Catat bila ada kelainan.

 19. Pemeriksaan Otak Besar, Otak Kecil, dan Batang Otak

Perhatikan permukaan luar otak dan catat kelainan yang ditemukan. Adakah

perdarahan subdural, perdarahan subaraknoid, kontusio jaringan otak atau laserasi.

Page 26: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

23

Pada edema serebri, girus otak akan tampak mendatar dan sulkus tampak menyempit.

Perhatikan pula akan kemungkinan terdapatnya tanda penekanan yang menyebabkan

sebagian permukaan otak menjadi datar. Pada daerah ventral otak, perhatikan

keadaan sirkulus Willisi. Nilai keadaan pembuluh darah pada sirkulus, adakah

penebalan dinding akibat kelainan ateroma, adakah penipisan dinding akibat

aneurisma, adakah perdarahan. Bila terdapat perdarahan hebat, usahakan agar dapat

ditemukan sumber perdarahan tersebut. Perhatikan pula bentuk serebelum. Pada

keadaan peningkatan tekanan intrakranial akibat edema serebri misalnya, dapat

terjadi herniasi serebelum ke arah foramen magnum, sehingga bagian bawah

serebelum tampak menonjol dan edematous.

 Pisahkan otak kecil dari otak besar dengan melakukan pemotongan pada

pedunkulus serebri kanan dan kiri. Otak kecil ini kemudian dipisahkan juga dari

batang otak dengan melakukan pemotongan pada pedunkulus serebeli. Otak besar

diletakkan dengan bagian ventral menghadap pemeriksa. Lakukan pemotongan otak

besar secara koronal/melintang, perhatikan penampang irisan. Tempat pemotongan

haruslah sedemikian rupa agar struktur penting dalam otak besar dapat diperiksa

dengan teliti. Kelainan yang dapat ditemukan pada penampang otak besar antara lain

adalah: perdarahan pada korteks akibat kontusio serebri, perdarahan berbintik pada

substansi putih akibat emboli, keracunan barbiturat serta keadaan lain yang

menimbulkan hipoksia jaringan otak, infark jaringan otak, baik yang bilateral maupun

unilateral akibat gangguan pendarahan oleh arteri, abses otak, perdarahan

intraserebral akibat pecahnya a. lenticulostriata dan sebagainya.

Page 27: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

24

Otak kecil diperiksa penampangnya dengan membuat suatu irisan melintang,

catat kelainan perdarahan, perlunakan dan sebagainya yang mungkin ditemukan.

Batang otak diiris melintang mulai daerah pons, medula oblongata sampai ke bagian

proksimal medula spinalis. Perhatikan kemungkinan terdapatnya perdarahan. Adanya

perdarahan di daerah batang otak biasanya mematikan.

 20. Pemeriksaan Alat Kelamin Dalam (Genitalia Interna)

Pada mayat laki-laki, testis dapat dikeluarkan dari skrotum melalui rongga

perut. Jadi tidak dibuat irisan baru pada skrotum Perhatikan ukuran, konsistensi serta

kemungkinan terdapatnya resapan darah. Perhatikan pula bentuk dan ukuran dari

epididimis. Kelenjar prostat perhatikan ukuran serta konsistensinya.

Pada mayat wanita, perhatikan bentuk serta ukuran kedua indung telur, saluran

telur dan uterus sendiri. Pada uterus diperhatikan kemungkinan terdapatnya

perdarahan, resapan darah ataupun luka akibat tindakan abortus provokatus. Uterus

dibuka dengan membuat irisan berbentuk huruf T pada dinding depan, melalui

saluran serviks serta muara kedua saluran telur pada fundus uteri. Perhatikan keadaan

selaput lendir uterus, tebal dinding, isi rongga rahim serta kemungkinan terdapatnya

kelainan lain.

 21. Timbang dan catatlah berat masing-masing alat/organ.

Sebelum mengembalikan organ-organ (yang telah diperiksa secara

makroskopik) kembali ke dalam tubuh mayat, pertimbangkan terlebih dahulu

kemungkinan diperlukannya potongan jaringan guna pemeriksaan histopatologik atau

diperlukannya organ guna pemeriksaan toksikologik.

Page 28: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

25

Potongan jaringan untuk pemeriksaan histopatologik diambil dengan tebal maksimal

5 mm. Potongan yang terlampau tebal akan mengakibatkan cairan fiksasi tidak dapat

masuk ke dalam potongan tersebut dengan sempurna. Usahakan mengambil bagian

organ di daerah perbatasan antara bagian yang normal dan yang mengalami kelainan.

Jumlah potongan yang diambil dari setiap organ agar disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing kasus.  Potongan ini kemudian dimasukkan ke dalam botol yang

berisi cairan fiksasi yang dapat merupakan larutan formalin 10% (= larutan

formaldehid 4%) atau alkohol 90-96%, dengan jumlah cairan fiksasi sekitar 20-30

kali volume potongan jaringan yang diambil.

Jumlah organ yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologi disesuaikan

dengan kasus yang dihadapi serta ketentuan laboratorium pemeriksa. Bahan yang

diambil untuk pemeriksaan toksikologi umumnya adalah urin, darah, isi lambung,

dan organ-organ lain seperti hati, ginjal, dan sebagainya tergantung dari jenis dugaan

racunnya. Sedapat mungkin setiap jenis organ ditaruh dalam botol tersendiri. Bila

diperlukan pengawetan, agar digunakan alkohol 90%. Pada pengiriman bahan untuk

pemeriksaan toksikologik, contoh bahan pengawet agar juga turut dikirimkan di

samping keterangan klinik dan hasil sementara autopsi atas kasus tersebut.

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus yang diduga kematian mendadak hampir semua pemeriksaan

toksikologi harus dilakukan. Tanpa pemeriksaan toksikologi penegakkan sebab

kematian menjadi kurang tajam. Pemeriksaan yang rutin dilakukan diantaranya:10

1. Pemeriksaan Darah

Page 29: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

26

Pemeriksaan mikroskopis darah bertujuan untuk melihat morfologi sel-sel darah

merah. Cara ini tidak dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah.

Cara pemeriksaannya darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca

objek dan ditambahkan satu tetes garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup.

Darah diambil dengan semprit dan jarum yang bersih. Diambil 2 contoh darah masing

masing sebanyak 50 ml dari jantung sebelah kanan dan kiri. Dua contoh darah tepi

diambil masing-masing 30 ml dari tempat yag berlainan, biasanya dari vena leher

atau subaxila dari arteri femoralis. Perhatikan warna darah pada intksikasi dengan

racun yang menimbulkan hemolisis (bias ular, pirogalol, hodroquinon, dinitrofenol

dan arsen) darah dan organ-organ dalam berwarna coklat kemerahan gelap. Pada

racun yang menimbulkan gangguan trombosit akan terdapat banyak bercak

perdarahan pada organ-organ. Bila terjadi keracunan yang cepat menimbulkan

kematian, misalnya sianida, alkohol, kloroform, maka darah dalam jantung dan

pembuluh darah besar tetap cair tidak terdapat bekuan darah.

2. Urin

Ambil 1 ml atau 2 ml urin dengan semprit dan jarum yang bersih, seluruh urin

diambil dari kandung kemih untuk pemeriksaan toksikologi. Urin dimasukkan ke

dalam kontainer kosong, kecuali bila ada penundaan pemeriksaan, dapat dimasukkan

sodium azide.

3. Muntahan atau isi lambung

Muntahan dapat dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dapat ditutup rapat,

pada autopsi isi lambung dapat dimasukkan ke dalam wadah yang sama dengan

Page 30: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

27

membuka kurvatura minor dengan gunting. Laboratorium tertentu jugaakan meminta

sampel dinding lambung karena bubuk atau debris tablet dapat melekat pada lipatan

lambung dengan konsentrasi yang tinggi.

4. Feses

Isi rektum umumnya tidak diperlukan untuk analisa kecuali ada kecurigaan

keracunan logam berat, sampel sebanyak 20-30 gram dapat dimasukkan ke dalam

wadah yang dapat tertutup rapat.

5. Pemeriksaan rambut

Pemeriksaan laboratorium terhadap rambut dalam bidang forensic adalah untuk

membantu penentuan identitas seseorang, menunjukan keterkaitan antara seseorang

yang dicurigai dengan suatu kejahatan tertentu. Pemeriksaan makroskopis pada

rambut dicatat keadaan warnanya, panjangnya, bentuk, dan zat pewarna rambut.

Untuk pemeriksaan mikroskopisnya. Rambut dibersihkan dengan air, alcohol dan eter

kemudian letakkan pada glas objek dan tetesi gliseril kemudian tutup dengan glass

penutup dengan cara ini dapat dilihat gambaran medula dari rambut. Untuk melihat

pola sisik dari rambut dibuat cetakan rambut pada sehelai film selulosa dengan

menteteskan asam asetat glacial, lalu letakan rambut yang telah dibersihkan diatasnya

dan ditekan menggunakan glass objek.

6. Hati

Bahan yang penting untuk analisis tosikologi, diambil seluruh hati atau paling

sedikit 500 gram untuk pemeriksaan histologik. Bila hanya sebagian hati yang

Page 31: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

28

diambil sebagai sampel maka berat total hati harus dicantumkan dalam lembar

permintaan pemeriksaan.

Page 32: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dead on arrival merupakan istilah dimana pada pasien yang meninggal secara

klinis sebelum sampai di rumah sakit. Seorang dokter dalam menangani kasus

kematian mendadak dan mampu menentukan cara dan sebab kematian korban, hal ini

bertujuan untuk mdmbantu menegakkan kepentingan hukum serta keadilan.

29

Page 33: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

DAFTAR PUSTAKA

1. Suryani L, Zaidar Z. Aspek medikolegal dead on arrival. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/119875322/forensik (diunduh 31 Juli 2013).

2. James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s forensic medicine. 13th

edition. 2011. p. 54.

3. Sharma RK. Concise textbook of forensic. 3rd edition. 2011. p 22-27.

4. Staf pengajar bagian kedokteran forensik FK UI. Teknik autopsi forensik. Jakarta: bagian kedokteran forensik, fakultas kedokteran universitas Indonesia; 2000.

5. Kerkutanto. Aspek medikolegal pelayanan gawat darurat. Maj. Kedokt Indon, Volum:57, nomor: 2, Pebuari 2007.

6. Payne-James J. Simpson’s Forensic Medicine. Thirteenth edition. New York: Arnold. 2011: 54-64.

7. Rahmawati ALM. Hubungan Antara Usia Dengan Prevalensi Dugaan Mati Mendadak. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2010.

8. Moerdowo. Sekitar Masalah Serangan Jantung. Jakarta: Bharata Karya Aksara. 1984.

9. Wujoso, Hari. Pola Penyakit Penyebab Kematian Medadak Di Laboratorium Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran UNS Tahun 1990-1998. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta. 2000.

10. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.

11. Sidharta P, Mardjono, M. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2008. p : 290−2.

12. Olshaker JS, Jackson MC, Smock. Forensic Emergency Medicine. 2nd edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:2007. P. 55-71.

13. Draper R. Sudden death. 2011. Tersedia di: http://www.patient.co.uk/doctor/sudden-death (diunduh 31 Juli 2013).

30

Page 34: Doa Dan Aspek Medikolegalnya

31

14. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

15. Draper R, Willacy H. tersedia di: http://www. Patient.co.uk/doctor/suddendeath. (diunduh: 1 Agustus 2013).