dna rekombinan

13
DNA REKOMBINAN Plasmid Plasmid adalah salah satu vektor yang biasa digunakan dalam proses pengklonan gen. Vektor adalah pembawa molekul DNA di dalam proses pengklonan gen. Plasmid adalah molekul DNA utas ganda sirkuler (tak berujung) yang berukuran kecil yang terdapat di dalam sitoplasma, dan dapat melakukan replikasi secara autonom. Karakteristik yang penting dari plasmid adalah dapat melakukan replikasi, terdapat di luar kromosom, dan secara genetik dapat ditransfer dengan stabil. Plasmid ini terdapat baik secara alami, maupun sudah mengalami modifikasi yang disesuaikan dengan keperluan di dalam manipulasi genetik. Satu sel dapat mengandung lebih dari satu kopi plasmid. Plasmid berukuran 1 300 kb, sehingga dapat dibedakan dengan mudah dari kromosom bakteri yang berukuran 3000 5000 kb. Plasmid yang terlibat dalam proses konjugasi (plasmid F) biasanya berukuran besar. Untuk replikasi plasmid dapat berada dalam keadaan terpisah dari kromosom (non-integratif) dan terintegrasi dalam kromosom bakteri (episom). Plasmid terdapat di dalam sitoplasma organisme prokaryot dan eukaryot sederhana uniseluler. Selain terdapat dalam bakteri, plasmid juga terdapat pada Saccharomyces cerevisiae(plasmid 2 um). Plasmid dapat dikelompokkan berdasarkan sifat yang disandi oleh gen yang dikandungnya, yaitu : (i) Plasmid F (fertilitas) membawa gen tra, yang bertanggung jawab terhadap proses konjugasi; (ii) Plasmid R (resistensi) mengandung gen resistensi terhadap antibiotic atau logam berat; dan (iii) Plasmid yang mengandung gen penyandi toksin dan bakteriosin seperti ColE1 dari E.coli; (iv) Plasmid degradatif yang mempunyai kemampuan untuk melakukan metabolisme molekul organic seperti toluene (TOL dari Pseudomonas putida); (v) Plasmid virulensi yang bertanggung jawab terhadap patogenitas dari sel inang (pTi pada Agrobacterium tumefaciens) Elektroforesis Dalam kegiatan biologi molekuler, elektroforesis merupakan salah satu cara untuk memvisualisasikan keberadaan DNA, plasmid, dan produk PCR. DNA dapat dilihat secara langsung dan dapat ditentukan ukurannya berdasarkan migrasinya pada gel agarose maupun gel poliakrilamid. Migrasi DNA dalam gel disebut sebagai elektroforesis. Untuk dapat divisualisasikan, maka DNA yang terdapat digel diwarnai dengan Ethidium Bromida (EtBr), kemudian dilihat di atas sinar ultra violet. Ethidium bromida dapat menangkap sinar ultra violet sehingga pendaran sinar UV ini dapat terlihat. Ethidium mengikat molekul DNA, sehingga molekul DNA dapat terlihat ketika dilihat di atas sinar ultra violet. DNA merupakan molekul bermuatan negatif, sehingga bila diletakkan dalam medan listrik, DNA akan bermigrasi dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan migrasi ditentukan oleh : i) ukuran molekul DNA; ii) prosentase/kerapatan gel yang dilalui DNA; iii) arus listrik yang diberikan untuk memigrasikan molekul DNA. Semakin kecil ukurannya DNA akan semakin cepat migrasi DNA. Semakin rapat

Upload: memorita-madsar

Post on 02-Jan-2016

189 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bioteknologi

TRANSCRIPT

Page 1: Dna Rekombinan

DNA REKOMBINAN

Plasmid

Plasmid adalah salah satu vektor yang biasa digunakan dalam proses pengklonan gen.

Vektor adalah pembawa molekul DNA di dalam proses pengklonan gen. Plasmid adalah molekul

DNA utas ganda sirkuler (tak berujung) yang berukuran kecil yang terdapat di dalam sitoplasma,

dan dapat melakukan replikasi secara autonom. Karakteristik yang penting dari plasmid adalah

dapat melakukan replikasi, terdapat di luar kromosom, dan secara genetik dapat ditransfer

dengan stabil. Plasmid ini terdapat baik secara alami, maupun sudah mengalami modifikasi yang

disesuaikan dengan keperluan di dalam manipulasi genetik. Satu sel dapat mengandung lebih

dari satu kopi plasmid.

Plasmid berukuran 1 – 300 kb, sehingga dapat dibedakan dengan mudah dari kromosom

bakteri yang berukuran 3000 – 5000 kb. Plasmid yang terlibat dalam proses konjugasi (plasmid

F) biasanya berukuran besar. Untuk replikasi plasmid dapat berada dalam keadaan terpisah dari

kromosom (non-integratif) dan terintegrasi dalam kromosom bakteri (episom). Plasmid terdapat

di dalam sitoplasma organisme prokaryot dan eukaryot sederhana uniseluler. Selain terdapat

dalam bakteri, plasmid juga terdapat pada Saccharomyces cerevisiae(plasmid 2 um). Plasmid

dapat dikelompokkan berdasarkan sifat yang disandi oleh gen yang dikandungnya, yaitu : (i)

Plasmid F (fertilitas) membawa gen tra, yang bertanggung jawab terhadap proses konjugasi; (ii)

Plasmid R (resistensi) mengandung gen resistensi terhadap antibiotic atau logam berat; dan (iii)

Plasmid yang mengandung gen penyandi toksin dan bakteriosin seperti ColE1 dari E.coli; (iv)

Plasmid degradatif yang mempunyai kemampuan untuk melakukan metabolisme molekul

organic seperti toluene (TOL dari Pseudomonas putida); (v) Plasmid virulensi yang bertanggung

jawab terhadap patogenitas dari sel inang (pTi pada Agrobacterium tumefaciens)

Elektroforesis

Dalam kegiatan biologi molekuler, elektroforesis merupakan salah satu cara untuk

memvisualisasikan keberadaan DNA, plasmid, dan produk PCR. DNA dapat dilihat secara

langsung dan dapat ditentukan ukurannya berdasarkan migrasinya pada gel agarose maupun gel

poliakrilamid. Migrasi DNA dalam gel disebut sebagai elektroforesis. Untuk dapat

divisualisasikan, maka DNA yang terdapat digel diwarnai dengan Ethidium Bromida (EtBr),

kemudian dilihat di atas sinar ultra violet. Ethidium bromida dapat menangkap sinar ultra violet

sehingga pendaran sinar UV ini dapat terlihat. Ethidium mengikat molekul DNA, sehingga

molekul DNA dapat terlihat ketika dilihat di atas sinar ultra violet. DNA merupakan molekul

bermuatan negatif, sehingga bila diletakkan dalam medan listrik, DNA akan bermigrasi dari

kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan migrasi ditentukan oleh : i) ukuran molekul DNA; ii)

prosentase/kerapatan gel yang dilalui DNA; iii) arus listrik yang diberikan untuk memigrasikan

molekul DNA. Semakin kecil ukurannya DNA akan semakin cepat migrasi DNA. Semakin rapat

Page 2: Dna Rekombinan

media yang digunakan, semakin tinggi prosentasenya, maka semakin lambat DNA bermigrasi.

Semakin besar arus yang diberikan, maka semakin cepat DNA bermigrasi.

Gel elektroforesis digunakan untuk memisahkan fragmen DNA berdasarkan ukurannya.

Dimana jika sentrifugasi berarti memisahkan molekul menggunakan kekuatan gravitasi

sementara gel elektroforesis berarti memisahkan molekul dengan menggunakan kekuatan

elektrik. Gel elektroforesis mengambil keuntungan bahwa, sebagai asam organik, DNA

bermuatan negatif. Ketika diletakkan di dalam medan listrik, molekul DNA menuju ke kutub

positif (anoda) dan menjauhi kutub negatif (katoda). Sebelum dilakukan elektroforesis, suspensi

DNA terlebih dahulu harus ditambahkan loading buffer (dye), yang berfungsi untuk i)

menambah densitas, sehingga DNA akan selalu berada di dasar well; ii) pewarna untuk

memudahkan meletakkan sampel DNA ke dalam well, iii) agar dapat bergerak ke arah anoda

dengan laju yang dapat diperkirakan sehingga dapat digunakan sebagai tanda migrasi DNA.

Pewarna yang biasa digunakan adalah bromophenol blue dan xylene cyanol.

Restriksi

Restriksi plasmid merupakan proses pemotongan fragmen DNA pada situs tertentu sesuai

yang diinginkan dengan menggunakan enzim restriksi. Enzim restriksi adalah enzim yang

bekerja untuk memotong fragmen DNA pada situs spesifik. Seperti diketahui, di dalam

Bioteknologi terdapat dua kategori enzim yang berperan dalam proses rekombinasi DNA, yaitu

enzim yang berperan dalam isolasi DNA dan penyiapan DNA rekombinan (di mana dua molekul

DNA dikombinasikan). DNA spesifik atau gen diisolasi/diambil dari DNA dengan memotong

“sugar – phosphat backbone” DNA asalnya, dan DNA dari dua sumber yang berbeda dicampur

dan dikombinasi. Molekul DNA rekombinan tidak dapat dibuat dengan mudah tanpa adanya dua

jenis enzim, yaitu: enzim restriksi endonuklease yang berperan sebagai “gunting” untuk

memotong DNA pada situs spesifik dan DNA ligase yang berperan sebagai lem yang

merekatkan dua molekul DNA di dalam tabung reaksi. Restriksi endonuklase memotong “sugar

– phosphat backbone” DNA pada kedua utasnya. Restriksi endonuklease mengenali urutan

spesifik di dalam molekul DNA. Urutan yang spesifik tersebut pada umumnya terdiri dari 4 – 6

pasang basa dan bersifat palindromik (palindrom). Palindrom merupakan daerah yang memiliki

urutan basa yang sama dengan utas pasangannya jika dibaca dari arah yang sama yaitu 5’ – 3’.

Setiap enzim restriksi mengenali urutan spesifik dan memotong hanya di tempat-tempat

tertentu dari urutan basa tersebut. Enzim restriksi memotong DNA double strands dengan

memutus ikatan kovalen di antara phosphat dari satu deoksiribonukleotida dengan gula dari

deoksiribonukleotida yang berbatasan dengannya. Terdapat dua tipe hasil pemotongan, ujung

rata (blunt end) dan ujung kohesif (sticky end). Ujung rata (blunt end) dihasilkan ketika dua utas

molekul dipotong pada posisi yang sama, bagian akhirnya rata dan tidak ada nukleotida yang

tidak berpasangan. Ujung kohesif (sticky end) dihasilkan ketika setiap molekul DNA dipotong

pada posisi yang tidak sama sehingga salah satu utas (5’ atau 3’) menggantung dengan beberapa

Page 3: Dna Rekombinan

nukleotida. Akhiran single strand yang tidak rata ini dapat berpasangan secara spontan dengan

basa pasangannya sehingga disebut “sticky” (mudah lengket) atau kohesif.

Enzim restriksi banyak diisolasi dalam bakteri dimana enzim tersebut memotong atau

memisahkan, DNA asing bakteriofage sebelum DNA bakteriofage menyerbu ke dalam dinding

sel bakteri host untuk memproduksi fage-fage yang baru. Sel bakteri resisten karena DNA

mereka dimodifikasi secara kimia, terutama dengan penambahan gugus metil untuk melindungi

situs pengenalan dari restriksi endonuklease sehingga mereka tidak dapat dipotong. Enzim

restriksi dinamakan berdasarkan organisme dari mana enzim tersebut diisolasi. Sebagai contoh

Eco RI yang diisolasi dari Escherichia coliRY13: Eco berasal dari huruf pertama nama genus dan

dua huruf pertama nama spesies; R adalah tipe strain dan I adalah enzim pertama dari tipe

tersebut. Selain itu juga terdapat BamHI enzim pertama yang diisolasi dari Bacillus

amyloliquefaciens strain H, Sau3A merupakan enzim yang diisolasi dari Staphylococcus aureus

strain 3A, TaqI dari Thermus aquaticus, HinfI merupakan enzim pertama yang diisolasi dari

Haemophilus influenzaetipe Rf, dan lain-lain.

Satu unit aktivitas enzim restriksi didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat

memotong 1 ug DNA fage λselama 1 jam dalam kondisi buffer yang optimum pada suhu 37oC.

Elusi

Elusi atau isolasi fragmen tunggal DNA adalah proses pemisahan fragmen DNA target

dari campuran fragmen-fragmen DNA pengotornya.Hal ini penting dalam rekayasa genetik

karena fragmen tersebut dapat digunakan untuk pelacak dalam mendeteksi gen DNA lain dan

dapat dicangkokkan ke fragmen DNA lainnya. Fragmen DNA yang tidak tercampur dengan

fragmen DNA lainnya diperoleh melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pemisahan

fragmen yang ingin diisolasi dari fragmen lainnya dengan pemotongan menggunakan enzim

restriksi atau hasil PCR, yang dilanjutkan dengan elektroforesis menggunakan gel agarose.

Tahap selanjutnya adalah mendeteksi fragmen yang akan diisolasi dan memotong gel agarose

yang mengandung fragment tersebut. Tahap terakhir adalah mengisolasi fragmen DNA dari gel

agarose dengan cara melewatkannya pada membran Hybon N netral dan memberi larutan buffer

elusi yang berisi Tris buffer dan Sodium Dodesil Sulfat. Sekarang telah banyak perangkat (kit)

yang digunakan untuk mengisolasi DNA dari gel agarose, antara lain : GFX TM PCR DNA dan

Gel Band Purification Kit dari Amersham Pharmacia Biotech. Pada praktikum ini dilakukan

isolasi DNA dari gel agarose dengan menggunakan metode yang relatif sederhana dan murah.

Selain itu juga akan digunakan kit dari gel agarose dengan GFX TM PCR DNA dan Gel Band

Purification Kit dari Amersham Pharmacia Biotech untuk memberi gambaran tentang

penggunaan kit, walaupun dalam pelaksanaan praktikum ini kit yang digunakan adalah produk

lain, namun prosedurnya memiliki kemiripan.

Ligasi

Page 4: Dna Rekombinan

Ligasi adalah proses penyambungan antara satu fragmen DNA dengan fragmen DNA

lainnya. Di dalam pengklonan gen, DNA insert disambungkan dengan vector pengklonan.

Terdapat beberapa jenis vector, diantaranya vector untuk bakteri adalah plasmid, phage dan

cosmid, serta beberapa vector lain yang digunakan untuk organisme selain bakteri, yaitu Yeast

Artificial Chromosomes (YAC), Bacterial Artificial Chromosomes (BAC), Plant Cloning

Vectors dan Mammalian Cell Vectors (Barnum, 2005).

Faktor yang sangat berperan dalam proses ligasi adalah Enzim Ligase. Enzim ligase

adalah enzim yang berfungsi menggabungkan fragmen DNA yang telah dipotong dengan enzim

restriksi dengan fragmen DNA vector. DNA insert (fragmen DNA asing) dipotong pada bagian

yang sesuai dengan bagian pemotongan DNA vector, sehingga keduanya dapat saling

berkomplemen. Terdapat dua jenis enzim ligase yang dihasilkan oleh Escherichia coli,

diantaranya T4 DNA Ligase yaitu enzimligase yang dihasilkan oleh bakteri E. coliyang telah

terinfeksi virus T4 dan E.coliDNA Ligase yaitu enzim ligase yang dihasilkan oleh E.colisendiri.

Kedua enzim tersebut mempunyai fungsi mensintesis pembentukan ikatan phosphodiester

yang menghubungkan nukleotida yang satu dengan nukleotida di sebelahnya. Perbedaan dari

kedua enzim tersebut hanya terletak pada kofaktornya, pada T4 DNA Ligase adalah ATP

sedangkan pada E.coli DNA Ligase adalah NAD+(Muladno, 2002). Enzim ligase hanya dapat

menggabungkan fragmen DNA yang mempunyai ujung tidak rata (sticky end) yang saling

berkomplemen dan ujung rata (blunt end). Enzim ligase mengkatalisasi pembentukan ikatan

kovalen antara gula dengan phosphate dari nukleotida yang berdekatan, yang menghendaki satu

nukleotida mempunyai ujung 5’ phosphate bebas dan nukleotida yang berdekatan mempunyai

ujung 3’gugus hidroksil. Enzim ligase tidak membedakan DNA-DNA dari organisme yang

berbeda. Oleh karena itu, dua fragmen DNA dari organisme yang berbeda pun dapat

digabungkan oleh enzim ini. Kedua fragmen ini kemudian menjadi satu molekul DNA yang

disebut sebagai DNA rekombinan. DNA rekombinan ini tidak dapat dilihat keberhasilannya

kecuali dengan memperbanyaknya di dalam sel inang. Proses ini disebut sebagai transformasi

atau cloning gen (Barnum, 2005).

Ligasi berhasil bila kedua ujung yang akan disambungkan berkomplemen. Kecocokan

yang sangat spesifik dibutuhkan bila fragmen DNA yang akan disambungkan mempunyai ujung

tidak rata (sticky end), karena penyambungannya harus mengikuti kaidah Chargaff, yaitu T

berpasangan dengan A dan G berpasangan dengan C. Sedangkan fragmen DNA yang

mempunyai ujung rata (blunt end) dapat disambungkan dengan sembarang fragmen DNA lain

yang berujung rata. Oleh karena itu untuk mengklon suatu fragmen DNA yang spesifik

menggunakan ujung tidak rata sedangkan pengklonan DNAyang tidak memerlukan spesifikasi

tertentu menggunakan ujung rata (Suharsono dan Widyastuti, 2006).

Transformasi

Page 5: Dna Rekombinan

Transformasi adalah penyisipan materi genetik eksternal yang berupa fragmen DNA,

baik DNA kromosom maupun DNA plasmid ke dalam sel. Transformasi bakteri mula-mula

diperkenalkan oleh Frederick Griffith pada tahun 1982, berdasarkan kenyataan bahwa suatu

bakteri dapat melepaskan fragmen DNA-nya ke dalam suatu medium yang kemudian akan

masuk ke dalam sel bakteri yang lain dalam kultur tersebut. Di alam, fragmen DNA tersebut

biasanya dilepaskan oleh sel bakteri yang mati atau mengalami autolisis. Namun, terdapat sel

lain yang ternyata memang melepaskan fragmen DNA pada saat pertumbuhan karena adanya

gentra.

BIOTRANSPORT / VEKTOR KLONING

Vektor adalah molekul DNA yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan yang

akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan memungkinkan

terjadinya replikasi dan ekspresi DNA asing tersebut. Vektor yang dapat digunakan pada

sel inang prokariot, khususnya E.coli, adalah plasmid, bakteriofag, kosmid dan fosmid.

Sementara itu vektor YACs dan YEps dapat digunakan pada khamir. Plasmid Ti,

baculovirus, SV40 dan retrovirus merupakan vektor-vektor yang dapat digunakan pada sel

eukariot tingkat tinggi.Vektor kloning DNA terdiri dari beberapa tipe antara lain adalah

DNA plasmid berupa DNA heliks ganda sirkuler yang dapat bereplikasi secara otonom,

karena memiliki titik awal replikasi (origin of replication = ORI) sendiri.

Plasmid

Secara umum plasmid dapat didefinisikan sebagai molekul DNA sirkuler untai ganda di

luar kromosom yang dapat melakukan replikasi sendiri. Plasmid tersebar luar diantara

organismeprokariot dengan ukuran yang bervariasi dari sekitar 1 kb hingga lebih dari 250 kb (1

kb = 1000 pb). Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus memenuhi

syarat-syarat berikut ini:

1. Mempunyai ukuran relative kecil bila dibandingkan dengan pori dinding sel sehingga dapat

dengan mudah melintasinya.

2. Mempunyai sekurang-kurangnya dua gen marker yang dapat menandai msuk tidaknya

plasmid ke dalam sel inang.

3. Mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya didalam salah satu marker

yang dapat digunakan sebagai tempat penyisipan fragmen DNA.

Page 6: Dna Rekombinan

4. Mempunyai titik awal replikasi (ori) sehingga dapat melakukan replikasi di dalam sel inang.

Gambar 2.3. Struktur plasmid

Virus λ Bakteriofag

Bakteriofag adalah virus yang sel inangnya berupa bakteri. Dengan daur hidupnya

yang bersifat litik atau lisogenik bakteriofag dapat digunakan sebagai vektor kloning pada

sel inang bakteri. Ada beberapa macam bakteriofag yang biasa digunakan sebagai vector

kloning, diantaranya adalah bakteriofag λ dan M13.

Bakteriofag λ

Bakteriofag atau fag λ merupakan virus kompleks yang menginfeksi bakteri E. coli.

Berkat pengetahuan yang memadai tentang fag ini, kita dapat memanfaatkannya sebagai

vector kloning semenjak masa-masa awal perkembangan rekayasa genetika. DNA λ yang

diisolasi dari partikel fag ini mempunyai konformasi linier untai ganda dengan panjang

48,5 kb. Namun masing-masing ujung fosfatnya barupa untai tunggal sepanjang 12 pb

yang komplementer satu sama lain sehingga memungkinkan DNA λ untuk berubah

konformasinya menjadi sirkuler. Dalam bentuk sirkulet, tempat bergabungnya kedua untai

tunggal sepanjang 12 pb tersebut dinamakan kos.

Seluruh untai basa DNA λ telah diketahui. Secara alamiah terdapat lebih dari satu

tempat pengenalan restriksi untuk setiap enzim restriksi yang biasa digunakan. Oleh karena itu,

DNA λ tipe alami tidak cocok untuk digunakan sebagai vektor kloning. Akan tetapi saat ini

telah banyak dikonstruksi derivat-derivat DNA λ yang memenuhi syarat sebagai

vektorkloning. Ada dua macam vektor kloning yang berasal dari DNA λ, yaitu vektor

insersional dan vektor substitusi. Vektor insersional adalah vektor yang dnegan mudah

dapat disisipioleh fragmen DNA asing. Sedangkan vektor substitusi adalah vektor yang untuk

membawa fragmen DNA asing sebagian atau seluruh urutan basanya yang terdapat

didaerah nonesensial dan menggantinya dengan urutan basa fragmen DNA asing tersebut.

Page 7: Dna Rekombinan

Diantara kedua masam vektor λ tersebut, vektor substitusi lebih banyak digunakan

karena kemampuannya untuk membawa fragmen DNA asing hingga 23 kb. Salah satu

contohnya adalah WES, yang mempunyai mutasi pada tiga gen esensial, yaitu W, E, dan S.

vektor ini hanya dapat digunakan pada sel inang yang dapat menekan mutasi tersebut. Cara

substitusi fragmen DNA asing pada daerah non-esensial membutuhkan dua tempat

pengenalan restriksi untuk setiap enzim restriksi. Jika suatu enzim restriksi memotong daerah

nonesensial di dua tempat berbeda, maka segmen DNA λ di antara kedua tempat tersebut

akan dibuang untuk selanjutnya digantikan oleh fragmen DNA asing. Jika pembuatan

segmen DNA λ tidak diikuti oleh subastitusi fragmen DNA asing maka akan terjadi

religasi vektor DNA λ yang kehilangan segmen pada daerah nonesensial. Vektor religasi

semacam ini tidak akan mampu bertahan di dalam sel inang. Dengan demikian, ada suatu

mekanisme seleksi otomatis yang akan membedakan antara sel inang dengan

vektorrekombinan dan sel inang dengan vektor religasi.

Bakteriofag λ mempunyai dua fase daur hidup, yaitu fase litik dan fase lisogenik.

Pada fase litik, transfeksi sel inang (istilah trasnsformasi untuk DNA fag) dimulai dengan

masuknya DNA λ yang berubah konformasinya menjadi sirkuler dan mengalami replikasi

secara indenpenden atau tidak bergantung kepada kromosom sel inang. Setelah replikasi

menghasilkan sejumlah salinan DNA λ sirkuler, masing-masing DNA ini akan melakukan

transkripsi dan translasim membentuk protein kapsid (kepala). Selanjutnya, tiap DNA akan

dikemas dalam kapsid sehingga menghasilkan partikel λ baru yang akan keluar dari sel inang

untuk menginfeksi sel inang lainnya. Sementara itu, pada fase lisogenik DNA λ akan

terintegrasi kedalam kromosom sel inang sehingga replikasinya bergantung kepada

kromosom sel inang. Fase lisogenik tidak menimbulkan lisis pada sel inang.

Didalam medium kultur, sel inang yang mengalami lisis akan membentuk plak berupa

daerah bening diantara koloni-koloni sel inang yang tumbuh. Oleh karena itu, seleksi vector

rekombinan dapat dilakukan dengan melihat terbentuknya plak tersebut.

Bakteriofag M13

Ada jenis bakteri lain yang dapat menginfeksi bakteri E.coli. berbeda dengan λ

yang mempunyai struktur ikosahedral berekor, fag jenis kedua ini mempunyai struktur

Page 8: Dna Rekombinan

berupa filament. Contoh yang paling penting adalah M13, yang mempunyai genom berupa

untai tunggal DNA sirkuler sepanjang 6.408 basa. Infeksinya pada sel inang berlangsung melaui

pili, suatu penonjolan pada permukaan sitoplasma. Ketika berada didalam sel inang genom

M13 berubah menjadi untai ganda sirkuler yang dengan cepat akan bereplikasi

menghasilkan sekitar 100 salinan. Salinan-salinan ini membentuk untai tunggal sirkuler

baru yang kemudian bergerak ke permukaan sel inang.

Dengan cara seperti ini DNA M13 akan terselubungi oleh membran dan keluar dari sel

inang menjadi partikel fag yang infektif tanpa menyebabkan lisis. Oleh karena fag M13

terselubungi denngan cara pembentukan kuncup pada membrane sel inang, maka tidak ada batas

ukuran DNA asing yang dapat disisipkan kepadanya. Inilah salah satu keuntungan

penggunaan M13 sebagai vektor kloning bila dibandingkan dengan plasmid dan λ.

Keuntungan lainnya adalah bahwa M13 dapat digunakan untuk sekuensing (penentuan urutan

basa) DNA mutagenesis tapak terarah (site directed mutagenesis) karena untai tunggal DNA

M13 dapat dijadikan cetakan (template) didalam kedua proses tersebut. Meskipun demikian,

M13 hanya mempunyai sedikit sekali daerah pada DNA-nya yang dpat disisipi oleh DNA

asing. Disamping itu tempat pengenalan restriksinyapun sangat sedikit. Namun sejumlah derivat

M13 telah dikonstruksi untuk mengatasi masalah tersebut.

Cosmid

Kosmid merupakan vektor yang dikonstruksi dengan menggunakan kos dari DNA

lamdha dengan plasmid. Kemampuannya untuk membawa fragmen DNA sepanjang 32 hingga

47 kb menjadikan kosmid lebih menguntungkan daripada fag λ dan plasmid.

Fasmid

Selain kosmid, ada kelompok vektor sintetik yang merupakan gabungan antara plasmid

dan fag λ. Vektor yang dinamakan fasmid ini membawa segmen DNA λ yang berisi tempat

att. Tempat att digunakan oleh DNA λ untuk berintegrasi dengan kromosom sel inang pada sel

lisogenik.

Vektor YACs

Page 9: Dna Rekombinan

Seperti halnya kosmid YACs (yeast artificial chromosomes atau kromosom buatan

dari khamir) dikonstruksi dengan menggabungkan antara DNA plasmid dan segmen tertentu

DNA kromosom khamir. Segmen kromosom khamir yang digunakan terdiri dari sekuens

telomere, sentromer, dan titik awal replikasi.YACs dapat membawa fragmen DNA genomic

sepanjang lebih dari 1 Mb. Oleh karena itu, YACs dapat digunakanuntuk menggklon gen

utuh manusia, misalnya gen penyandi cystic fibrosis yang panjangnya 250 kb. Dengan

kemampuannya itu YACs sangat berguna dalam pemetaan genom manusia seperti pada proyek

pemetaan genom manusia.

Vektor YEps

Vektor-vektor untuk keperluan kloning dan ekspresi gen pada Saccharomyces

cereviceaedirancang atas dasar plasmid alami berukuran 2 µm, yang selanjutnya dikenal

dengan plasmid 2 mikron. Plasmid ini memiliki sekuens DNA sepanjang 6 kb, yang mencakup

titik awal replikasi dan dua gen yang terllibat dalam replikasi. Vektor-vektor yang dirancang

atas dasar plasmid 2 mikron disebut YEps (yeast episomal plasmids). Segmen plasmid 2

mikronnya membawa titik awal replikasi, sedangkan segmen kromosom khamirnya membawa

suatu gen yang berfungsi sebagai penanda seleksi, misalnya gen LEU2 yang terlibat dalam

biosintesis leusin. Meskipun biasanya bereplikasi seperti plasmid pada umumnya, YEps

dapat terintegrasi kedalam kromosom khamir inangnya.

Plasmid Ti Agrobacterium tumefaciens

Sel-sel tumbuhan tidak mengandung plasmid alami yang dapat digunakan sebagai

vektorkloning. Akan tetapi, ada suatu bakteri, yaitu Agrobacterium tumefaciens, yang

membawa plasmid berukuran 200 kb dan disebut plasmid Ti (tumor inducing atau

penyebab tumor). bakteri A. tumefaciens dapat menginfeksi tanaman dikotil seperti tomat dan

tambakau serta tanaman monokotil, khususnya padi. Ketika infeksi berlangsung bagian tertenntu

plasmid Ti, yang disebut T-DNA, akan terintegrasi kedalam DNA kromosom tanaman,

mengakibatkan terjadinya pertumbuhan sel-sel tanaman yang tidak terkendali. Akibatnya

akan terbentuk tumor atau crown gall.

Plasmid Ti rekombinan dengan suatu gen target yang disisipkan pada daerah T -DNA

dapat mengintergrasikan gen tersebut kedalam DNA tanaman.Dalam prakteknya, ukuran

Page 10: Dna Rekombinan

plasmid Ti yang begitu besar sangatt sulit untuk dimanipulasi. Namun ternyata apabila

bagian T-DNA dipisahkan dari bagian-bagian lain plasmid Ti, integrasi dengan DNA

tanaman masih dapat asalkan T-DNA dan bagian lainnya tersebut masih berada didalam satu sel

bakteri A. tumefaciens. Dengan demikian, manipulasi atau penyisipan fragmen DNA asing

hanya dilakukan pada T-DNA dengan cara seperti halnya yang dilakukan pada plasmid E.

coli. Selanjutnya, plasmid T-DNA rekombinan yang dihasilkan ditrasnformasikan ke dalam sel

A. tumefaciens yang membawa plasmid Ti tanpa bagian T-DNA. Perbaikan prosedur

berikutnya adalah pembuangan gen-gen pembentuk tumor yang terdapat pada T-DNA.

Baculovirus

Baculovirus merupakan virus yang menginfeksi serangga, salah satu protein penting

yang disandi oleh genom virus ini adalah polihedrin, yang akan terakumulasi dalam jumlah

sangat besar didalam nuclei sel-sel serangga yang diinfeksi karena gen tersebut mempunyai

promote yang sangat aktif. Promoter ini dapat digunakan untuk memacu overekspresi gen-gen

asing yang diklon ke dalam genom baculovirus sehingga akan diperoleh produk protein

yang sangat banyak jumlahnya di dalam kultur sel-sel serangga yang terinfeksi.

Vektor Kloning pada Manusia

Vektor untuk melakukan kloning pada sel-sel mamalia juga dikonstruksi atas dasar

genom virus. Salah satu diantaranya yang telah cukup lama dikenal adalah SV40, yang

menginfeksi berbagai spesies mamalia. Genom SV40 panjangnya hanya 5,2 kb. Genom ini

mengalami kesulitan dalam pengepakan sehingga pemanfaatan SV40 untuk mentransfer

fragmenfragmen besar menjadi terbatas.Vektor lainnya adalah Retrovirus, mempunyai genom

berupa RNA untai tungaal yang ditranskripsi balik menjad DNA untai ganda setelah terjadi

infeksi. DNA ini kemudian terintegrasi dengan stabil ke dalam genom sel mamalia inang

sehingga retrovirus telah digunakan sebagai vektor dalam terapi gen. Retrovirus mempunyai

beberapa promoter yang kuat.

KULTUR SEL

Kultur sel berperan penting dalam bidang rekayasa genetika dan bioteknologi.

Teknik pengembangbiakan sel, baik sel prokariot maupun sel eukariot mendapatkan perhatian

Page 11: Dna Rekombinan

utama karena kultur sel merupakan sumber produk biologis atau mediator dari berbagai

reaksi biokonversi (Radji, M., 2011). Kendala utama yang sering dijumpai adalah bahwa

teknk kultur sel dalam skala laboratorium tidak selalu langsung dapat diekstrapolasikan

menjadi kultur dalam skala industry. Kultivasi sel pada skala besar memerlukan proses

yang lebih rumit dan canggih dibandingkan dengan kultur sel skala kecil. (Radji, M., 2011)

Kultur Mikroorganisme

Beberapa jenis mikroorganisme seringkali digunakan dalam produksi senyawa

rekombinan melalui teknologi rekayasa genetika. Sistem biologi ini lebih diminati karena

lebih mudah dan lebih aman untuk diproduksi, baik dalam skala laboratorium maupun

dalam skala industry. Umumnya mikroorganisme yang paling sering digunakan adalah

Eschericia coli dan Saccharomyces cerevisiae. (Radji, M., 2011)

Mikroorganisme umumnya dapat dibiakkan pada media perbenihan cair atau media

perbenihan padat yang mengandung agar. Proses pertumbuhan mikroorganisme dalam

kondisi media perbenihan tersebut, jumlah sel secara bertahap akan menurun

setelahmencapai pertumbuhan yang stabil, karena selain nutrisi dalam media perbenihan

menipis juga karena akumulasi metabolit mikroorganisme dapat menghambat pertumbuhan.

Dengan demikian pada kondisi tersebut pertumbuhan mikroorganisme akan berhenti setelah

mencapai waktu tertentu. (Radji, M., 2011)

Salah satu cara untuk mengatasi penurunan pertumbuhan mikroorganisme yang

sedang dibiakkan, telah dikembangkan suatu metode yang mampu terus-menerus dapat

dibiakkan sel mikroorganisme yaitu dengan menambahkan medium perbenihan segar secara

berkesinambungan. Kemudian sel yang telah tumbuh dan metabolitnya dialirkan keluar

bejana perbenihan, melalui pipa khusus yang dapat diatur waktu alirnya. Dengan cara

tersebut, akan dapat dibuat situasi dimana sel mikroorganisme dapat terus-menerus

dibiakkan. Metode kultivasi ini disebut dengan metode “continuous culture”. Namun

demikian sebagian besar industry bioteknologi masih menggunakan metode kultur di dalam

tangki tanpa aliran masuk medium segar dan aliran keluar biakan mikroorganisme. Metode

klutur statis ini disebut dengan “batch culture”. (Radji, M., 2011)

Page 12: Dna Rekombinan

Pertumbuhan bakteri terdiri dari beberapa fase yaitu, fase lag, fase log (eksponensial),

fase pertumbuhan tetap (stasioner), dan fase penurunan/kematian sel. (Radji, M., 2011). Dalam

rekayasa genetika, fase eksponensial merupakan fase yang sangat penting karena pada fase

ini, sebagian besar mikroorganisme mensintesis metabolit sekunder. (Radji, M., 2011)

Efektifitas dan efisiensi metode kultur sangat penting dalam pembutan sediaan

farmasi berbasis rekayasa genetika. Oleh sebab itu dalam kultivasi mikroorganisme seringkali

diupayakan agar fase lag dapat berlangsung sesingkat mungkin dan mengupayakan untuk

menunda agar biakan tidak cepat masuk pada fase pertumbuhan tetap. Untuk tujuan yang

pertama biasanya diupayakan dengan cara memasukkan sejumlah inokulum yang tepat yang

telah dilakukan prekultur, sehingga inokulum dapat beradaptasi secara optimal dengan

volume medium perbenihan yang ada dalam tangki kultur. Sedangkan untuk tujuan kedua

dapat diupayakan dengan berbagai macam cara, salah satunya yang berhasil adalah dengan cara

menambahkan kembali medium segar tepat pada waktu akhir fase eksponensial. (Radji, M.,

2011)

Teknik penambahan medium segar pada akhir fase eksponensial ini disebut

dengan“feed batch culture”. Untuk mencapai pertumbuhan mikroorganisme yang optimal,

tidak hanya harus memberikanmedium perbenihan dengan nutrisi yang sesuai, tetapi juga

harus diperhatikan beberapa factor penting lainnya yaitu kondisi pH medium, oksigen dan

suhu inkubasi. Selain itu dalam kultur ini harus bebas dari mokroorganisme lainnya.

(Freshney, R.I., 2005; Radji, M., 2011)

Kultur Sel Hewan

Sel hewan dapat diisolasi dari berbagai jaringan tertentu setelah dipapar dengan

enzim protease atau tripsin. Sel yang telah didapat tersebut apabila dimasukkan kedalam

tabung kultur yang mengandung medium perbenihan cair yang sesuai, maka sel akan

tumbuh. Sel hewan yang diperoleh tersebut dikenal dengan kultur primer, tidak dapat bertahan

lama dan akan mati dalam perbenihan artificial, sehingga sel primer ini tidak banyak digunakan

dalam bidang rekayasa genetika. (Freshney, R.I., 2005; Radji, M., 2011)

Namun ada beberapa jenis sel hewan, memiliki sifat immortal, sehingga dapat tumbuh

secara terus menerus didalam media perbenihan artifisial. Sel yang disebut dengan

Page 13: Dna Rekombinan

“continuous cell lines” ini dapat hidup selama beberapa bulan bahkan selama bertahun-tahun

sepanjang dilakukan kultur ulang menggunakan medium segar secara berkala. Sel yang

mampu hidup secara terus menerus tersebut biasanya didapatkan dari jaringan hewan yang

mengalami malignansi (sel kanker), sehingga bersifat immortal dan dapat berkembang

dengan cepat. (Freshney, R.I., 2005; Radji, M., 2011)

Keberhasilan kultur sel hewan secara in vitro sangat tergantung tidak saja pada nutrisi

medium perbenihan yang sesuai, tapi juga pada adanya factor pertumbuhan dan hormone.

Medium harus mengadung larutan buffer dengan pH larutan yang sesuai (sekitar 7,0) dan

larutan harus isotonis. Kultivasi sel hewan lebih rumit dibandingkan kultivasi sel

mikroorganisme. Beberapa jenis kultur sel hewan, telah diproduksi secara komersial dan

aman untuk dimanfaatkan dalam penelitian rekayasa genetika. (Freshney, R.I., 2005; Radji, M.,

2011)

Kultur Sel Tumbuhan

Tanaman merupakan sumber penting untuk mendapatkan senyawa bioaktif yang

dapat digunakan sebagai obat atau bahan baku obat. Berbagai senyawa aktif telah berhasil

diekstraksi dari tanaman atau bagian tertentu dari tanaman, akan tetapi hasilnya hanya dalam

jumlah yang sangat sedikit. Hal ini telah memacu para peneliti untuk mencari alternative lain

untuk memproduksi senyawa aktif yang terkandung dalam bagian tumbuhan agar dapat

dihasilkan senyawa dalam jumlah yang cukup besar untuk diproduksi secara komersial

(Radji, M., 2011)

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencoba memproduksi senyawa aktif yang

berasal dari tanaman melalui kultur sel tanaman. Namun upaya tersebut tidak mudah,

terutama jika dibiakkan dalam skala besar. (Radji, M., 2011)

Gambar 2.4. Skema kloning, proses dimulai dari transfer gen kedalam plasmid hingga

kultivasi sel host