dna mitokondri1

64
DNA mitokondria (mtDNA) manusia mudah mengalami mutasi sehingga mempunyai laju polimorfisme tinggi. Daerah genom mitokondria manusia yang mempunyai polimorfisme tertinggi adalah D-loop, yaitu daerah non penyandi. Sifat khas lain mtDNA adalah pola pewarisan melalui garis ibu tanpa mengalami rekombinasi dengan mtDNA ayah Sekuen DNA mitokondria mtDNA Fosil Jari Siberia Tempatkan Spesies Baru Manusia Purba Diarsip dalam : News Penelitian , Sains (KeSimpulan) Analisis DNA membawa ke era 40.000 tahun yang lalu. Pada musim panas 2008, tim peneliti Rusia menggali sepotong tulang jari manusia di Siberia yang terisolasi dalam gua dan menyimpannya untuk dianalisis kemudian. Asumsi bahwa fragmen yang mencolok berasal dari salah satu Neanderthal yang meninggalkan peralatan dalam gua antara 30.000 hingga 48.000 tahun yang lalu. Tulang-tulang yang berserak nampak luar biasa. Namun, materi genetik memberikan cerita lain, ketika peneliti Jerman mengekstrak dan sequencing DNA dari fosil, mereka mengidentifikasi bahwa tidak cocok dengan Neanderthal ataupun manusia modern yang juga pada saat itu. Data genetik yang dipublikasikan di Nature mengungkap bahwa tulang mungkin milik manusia yang sebelumnya tidak dikenal, spesies manusia yang telah punah dan bermigrasi dari Afrika jauh sebelum kerabat kita. "Ini benar-benar melampaui harapan kami. Saya hampir tidak percaya. Kedengarannya terlalu fantastis untuk menjadi kenyataan," kata Svante Pääbo, direktur genetika evolusi di Institut Max Planck untuk Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman. Para peneliti yang tidak terlibat dalam studi memuji temuan tersebut tetapi memperingatkan untuk tidak terlalu banyak menarik kesimpulan dari studi tunggal. "Dengan data di tangan, anda tidak bisa mengklaim penemuan spesies baru," kata Eske Willerslev, biolog evolusi dan direktur Centre for GeoGenetics di University

Upload: dodnur

Post on 23-Jan-2016

94 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anthropologi

TRANSCRIPT

Page 1: DNA Mitokondri1

DNA mitokondria (mtDNA) manusia mudah mengalami mutasi sehingga mempunyai laju polimorfisme tinggi. Daerah genom mitokondria manusia yang mempunyai polimorfisme tertinggi adalah D-loop, yaitu daerah non penyandi. Sifat khas lain mtDNA adalah pola pewarisan melalui garis ibu tanpa mengalami rekombinasi dengan mtDNA ayah

Sekuen DNA mitokondria mtDNA Fosil Jari Siberia Tempatkan Spesies Baru Manusia Purba

Diarsip dalam : News Penelitian, Sains (KeSimpulan) Analisis DNA membawa ke era 40.000 tahun yang lalu. Pada musim panas 2008, tim peneliti Rusia menggali sepotong tulang jari manusia di Siberia yang terisolasi dalam gua dan menyimpannya untuk dianalisis kemudian. Asumsi bahwa fragmen yang mencolok berasal dari salah satu Neanderthal yang meninggalkan peralatan dalam gua antara 30.000 hingga 48.000 tahun yang lalu. Tulang-tulang yang berserak nampak luar biasa.

Namun, materi genetik memberikan cerita lain, ketika peneliti Jerman mengekstrak dan sequencing DNA dari fosil, mereka mengidentifikasi bahwa tidak cocok dengan Neanderthal ataupun manusia modern yang juga pada saat itu. Data genetik yang dipublikasikan di Nature mengungkap bahwa tulang mungkin milik manusia yang sebelumnya tidak dikenal, spesies manusia yang telah punah dan bermigrasi dari Afrika jauh sebelum kerabat kita.

"Ini benar-benar melampaui harapan kami. Saya hampir tidak percaya. Kedengarannya terlalu fantastis untuk menjadi kenyataan," kata Svante Pääbo, direktur genetika evolusi di Institut Max Planck untuk Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman.

Para peneliti yang tidak terlibat dalam studi memuji temuan tersebut tetapi memperingatkan untuk tidak terlalu banyak menarik kesimpulan dari studi tunggal. "Dengan data di tangan, anda tidak bisa mengklaim penemuan spesies baru," kata Eske Willerslev, biolog evolusi dan direktur Centre for GeoGenetics di University of Copenhagen.

Jika studi mendukung kesimpulan awal, temuan akan menandai untuk pertama kalinya bahwa manusia yang relatif punah telah diidentifikasi dengan analisis DNA, juga menunjukkan bahwa manusia zaman es lebih beragam daripada yang pernah dipikirkan. Sejak akhir abad kesembilan belas, para peneliti mengetahui bahwa dua spesies Homo (Neanderthal dan manusia modern) hidup berdampingan pada akhir zaman es. Pada tahun 2003, Homo floresiensis ditemukan di pulau Flores, Indonesia, tetapi belum ada tanda-tanda 'hobbit' kecil ini di tempat lain. Relatif diidentifikasi di Siberia, namun meningkatkan kemungkinan bahwa beberapa spesies Homo berkisar di Eropa dan Asia telah tumpang tindih dengan nenek moyang langsung manusia modern.

Page 2: DNA Mitokondri1

Situs Siberia di Pegunungan Altai yang disebut Denisova Cave, sudah dikenal sebagai sumber yang kaya artefak Mousterian and Levallois, dua gaya alat (toolmakers) dikaitkan dengan Neanderthal. Selama lebih dari satu dekade, ilmuwan Rusia dari Institute of Archaeology and Ethnology di Novosibirsk mencari tulang. Mereka menemukan beberapa spesimen tulang, mencatat setiap peristiwa penting dengan sarung tangan khusus untuk mencegah kontaminasi dari DNA manusia modern.

Ketika tulang jari ditemukan, "kami tidak bertaruh untuk perhatian khusus itu", kata Michael Shunkov, arkeolog dari Novosibirsk institute. Tapi Pääbo telah menjalin hubungan dengan tim Rusia pada tahun sebelumnya untuk mengumpulkan material pemeriksaan genetis dari manusia zaman es. Setelah mendapatkan tulang, tim Jerman mengekstrak genetik tulang dan sequencing DNA mitokondria (mitochondrial DNA atau mtDNA), jenis DNA yang paling banyak dan terbaik untuk memperoleh urutan dari jaringan kuno.

Setelah membaca ulang urutan mtDNA rata-rata 156 kali setiap memastikan keakuratan, para peneliti membandingkannya dengan 54 genome mtDNA manusia modern, genome manusia modern dari 30.000 tahun yang lalu (juga ditemukan di Rusia), dan enam genome Neanderthal. DNA Gua Denisova menempati sebuah kelas tersendiri. Meskipun genome mtDNA Neanderthal berbeda dari Homo sapiens pada rata-rata 202 posisi nucleotide, sampel Denisova Cave berbeda pada rata-rata posisi 385 posisi.

Perbedaan menyiratkan bahwa leluhur Siberia bercabang dari pohon keluarga manusia pada 1.000.000 tahun yang lalu, jauh sebelum perpisahan antara manusia modern dan Neanderthal. Jika demikian, spesies tersebut harus telah meninggalkan Afrika dalam migrasinya yang tidak diketahui sebelumnya, antara Homo erectus 1.900.000 tahun yang lalu dan dari nenek moyang Neanderthal yaitu Homo heidelbergensis pada 300.000 sampai 500.000 tahun yang lalu.

Johannes Krause juga dari Max Planck Institute di Leipzig, mengatakan bahwa para peneliti kini menghasilkan sekuens inti DNA dari tulang dengan harapan sekuensing seluruh genome. Jika mereka berhasil akan menjadi human genome sequenced tertua, lebih tua dari Manusia Saqqaq Eskimo di Greenland pada 4.000 tahun lalu yang dilaporkan oleh Willerslev dan rekan-rekannya melaporkan pada bulan Februari lalu.

Genome lengkap mungkin juga memungkinkan para peneliti untuk mengajukan nama resmi

Page 3: DNA Mitokondri1

spesies baru. Mereka merencanakan berdasarkan dari genome mtDNA. Tetapi menunggu hingga lebih banyak tulang yang ditemukan atau sampai DNA memberikan gambaran yang lebih jelas hubungannya dengan manusia modern dan Neanderthal.

Willerslev menekankan bahwa bukti mtDNA tidak memverifikasi temuan Siberia mewakili sebuah spesies baru karena mtDNA diwariskan hanya dari ibu. Ada kemungkinan bahwa manusia modern atau Neanderthal yang hidup di Siberia pada 40.000 tahun yang lalu memiliki mtDNA yang tidak biasa, mungkin berasal dari persilangan antara H. erectus, Neanderthal, manusia modern atau manusia kuno lain yaitu spesies Homo yang tidak diketahui. Bidikan DNA nukleus hanya akan benar untuk menentukan posisi relatif Siberia dalam pohon keluarga manusia.

Antropolog juga ingin melihat penjadwalan yang lebih halus dari sedimen dan deskripsi yang lebih baik dari tulang jari itu sendiri. "Saya belum melihat tulang dan ingin melihatnya. Stratigrafik usia untuk tulang adalah 30.000 sampai 48.000 tahun, tetapi usia mtDNA dapat setua H. erectus. Itu tidak banyak memberitahu kita tentang evolusi manusia, kecuali jika benar-benar mewakili spesies kuno yang masih hidup," kata Owen Lovejoy, antropolog di Kent State University di Ohio.

Gua telah menghasilkan beberapa petunjuk tentang budaya hominin Siberia, walaupun suatu fragmen yang dihias dengan lubang ditemukan sebelumnya dalam lapisan yang sama di dua situs Neanderthal Murcia. Pääbo menduga nenek moyang manusia yang lain (misteri baru). "Ini menarik bahwa studi molekuler memberikan kontribusi dalam paleontologi di mana hanya ada sedikit atau tidak ada morfologi yang diawetkan. Jelas kita berdiri di awal dalam banyak perkembangan menarik," kata Pääbo.

Krause, J. et al. Nature doi:10.1038/nature08976 (2010). Rasmussen, M. et al. Nature 463, 757-762 (2010). Derevianko, A., Shunkov, M. & Volkov, P. Archaeol. Ethnol. Anthropol. Eurasia 34, 13-25 (2008).

Berbicara mengenai cultural evolution atau evolusi budaya, kita akan berhadapan dengan dua istilah yaitu evolusi dan budaya. Evolusi sendiri merupakan terminologi yang berasal dari biologi, yang menggambarkan fenomena asal usul adanya variasi spesies dan bagaimana manusia kemudian menjadi makhluk yang paling dominan di dunia saat ini. Evolusi merupakan suatu fenomena yang telah lama dikenal dalam bidang biologi. Fenomena yang berupaya dijawabnya tentunya adalah variasi dalam spesies dan juga dinamika variasi tersebut dari waktu ke waktu yang didapatinya melalui berbagai penemuan fosil. Ada 2 hal yang menentukan dinamilka yang terjadi dalam evolusi, yaitu variasi melalui mutasi yang bersifat random dan kekuatan seleksi.

Sebagaimana kita tahu bahwa teori evolusi Darwin mendapatkan kritik keras dari berbagai pihak khususnya bidang Agama. Franz Dahler mencoba melakukan penelitian untuk mencari jalan keluar atas permasalahan diatas. Dahler mencoba menguji kesahihan dari teori evolusi tanpa mengesampingkan doktrin suci agama. Aneka temuan fosil purbakala ada sesuatu yang diyakini sebagai jejak manusia primitive. Penyelidikan manusia menurut Dahler merupakan petualangan

Page 4: DNA Mitokondri1

yang sangat menegangkan. Fosil pertama ditemukan di lembah Neandertal, Jerman tahun 1856. Lalu Eugene Dubois menemukan fosil yang lebih tua umurnya dari Neandertal di Trinil, Jawa Tengah. Penelitian terus dilakukan hingga sebuah misteri terpecahkan. Sampai pada Tahun 1944 di Afrika Timur ditemukan 2000 fosil Hominid (leluhur manusia). Para sarjana beranggapan bahwa manusia pertama adalah berasal dari afrika atau yang kita kenal sebagai teori Out Of Africa Theory yang secara telak mematahkan teori Multiregional. Teori ini berdasarkan penelusuran genetik populasi manusia menggunakan biologi molekulen yang memastikan bahwa manusia modern berevolusi dari benua Afrika. Manusia modern tidak mendapatkan kontnibusi genetik dari hominid-hominid pendahulunya seperti hominid Eropa (Neanderthal) maupun hominid Asia baik yang fosilnya ditemukan di Peking maupun di Jawa. Teoni ini dipublikasikan di jurnal Science, yang salah seorang penulisnya adalah Prof. Sangkot Marzuki. Penelitian ini mengambil sampel DNA 12.127 orang pnia dari 163 populasi. Fokus penelitian ini adalah 3 marka genetik kromosom Y (YAP, M89, M 130) yang diturunkan secara paternal. Ketiga marka tersebut diturunkan dari lokus M 168 yang dimiliki oleh semua populasi manusia modern di luar Afrika, sehingga marka ini menunjukkan pertanda migrasi besar-besaran dari Afrika yang terjadi puluhan ribu tahun yang lalu. Prof. Sangkot menyatakan “Jika terdapat individu yang tidak menunjukkan satu dari ketiga marka tersebut, maka kontribusi hominid lokal menjadi mungkin, tetapi semua sampel menunjukkan marka tersebut, sehingga simpulannya semua manusia modern berasal dari Afrika”. Jadi secara genetik terbukti bahwa manusia-manusia purba seperti Neanderthal, Peking maupun manusia Jawa telah terputus, tidak sempat berevolusi dan digantikan manusia modern (Homo sapiens sapiens).

Teori-teori lain :1) Telah menjadi perdebatan yang sangat lama di antara pada ahli Paleoanthropology mengenai nenek moyang manusia modern. Teori yang pertama yaitu teori Multiregional (Kontinyuitas regional) yang menyatakan bahwa evolusi manusia purba terjadi di banyak tempat secara independen. Proses terbentuknya spesies baru (speciation) terjadi akibat isolasi geografis pada suatu kelompok atau populasi yang kawin mawin secara terus menerus. Para penganut teori ini berkeyakinan bahwa adanya kontinyuitas evolusi manusia terekspresi tidak hanya dari bukti-bukti genetik, tetapi juga secara anatomis dan arkeologis. Sebagai contoh hidung manusia purba Eropa (Homo neanderthalensis) dipertahankan oleh manusia modern Eropa sebagai respon terhadap iklim Eropa, sedangkan tulang pipi yang tajam pada manusia Jawa purba (Homo erectus) dipertahankan oleh penduduk Aborigin Australia.

Paleantropologi terus melakukan eskavasi untuk menemukan sebuah misteri tentang manusia pertama. Beberapa premis telah kita ketahui, jika kita dapat menghitung sebuah gigi fosil manusia purba disitulah kita dapat menemukan berapa juta tahun umur mereka. Subjek ini merupakan salahs atu terpenting yang dipelajari dalam Antropologi Ragawi. Begitupula tentang Missing Link yang belum pernah terpecahkan hingga saat ini. Akhir-akhir ini Out Of Africa Theory terpecahkan dengan adanya teori baru yaitu Afrasia djijidae. Berikut adalah versi ceritanya :

1) Temuan terbaru kian menunjukkan keberadaan manusia primata berakar dari Asia, bukan Afrika sebagaimana yang selama ini disimpulkan. Berdasarkan hasil temuan fosil baru di wilayah Myanmar, Asia Tenggara, oleh sejumlah peneliti gabungan dalam tim internasional, nenek moyang manusia diduga lahir dari Asia dan bermigrasi ke Afrika jutaan tahun kemudian.

Page 5: DNA Mitokondri1

Fosil yang dinamai Afrasia djijidae ini menjadi langkah penting di dalam pembuktikan originalitas tanah asal manusia awal. Sebab, sampai 18 tahun yang lalu, manusia pertama masihlah fosil primata berumur 30 juta tahun yang ditemukan di Mesir, Afrika Utara. Baru mulai tahun 1990, ketika peneliti mulai menemukan fosil-fosil lain di China, yang ternyata hidup 37 sampai 45 juta tahun lalu. Empat buah gigi geraham yang diidentifikasikan sama dengan geligi milik fosil Afrotarsius libycus, yang ditemukan di wilayah Gurun Sahara di Libia. Baik sama dalam hal ukuran, bentuk, maupun umurnya.Menurut Jean Jacques Jaeger, ahli paleontologi dari University of Poitiers, Prancis yang merupakan ketua tim peneliti, kesamaan ini mengacu pada kemungkinan bahwa kedua fosil merupakan jejak manusia primata yang datang atau berpindah ke Afrika dari Asia.Terlebih dalam pemeriksaan lebih lanjut, dikatakan Jaeger, secara karakteristik gigi Afrasia dari Myanmar itu lebih primitif daripada Afrotarsius dari Libia.2) Para peneliti sependapat nenek moyang langsung kita adalah primata bipedal yang muncul di Afrika. Namun spesimen di Myanmar menggulingkan hipotesis.Sebuah spesimen primata bertanggal 37 juta tahun di rawa kuno Myanmar meminta rekonstruksi ulang pohon keluarga primata dengan hipotesis alternatif munculnya leluhur manusia berakar di Asia.Selama 18 tahun terakhir, fosil setiap antropoid awal ditemukan di Mesir bertanggal 30 juta tahun. Pada tahun 1990-an, para peneliti menemukan spesimen primata mungil berdating 37 juta hingga 45 juta tahun di Cina, Myanmar, dan negara Asia lainnya.

Antropoid mungkin benar-benar muncul di Asia dan bermigrasi ke Afrika beberapa juta tahun kemudian. Tetapi paleontolog tidak memiliki fosil untuk menunjukkan kapan dan bagaimana antropoid berjalan kaki dari Asia ke Afrika, kata Christopher Beard, paleontolog Carnegie Museum of Natural History di Pittsburgh, Pennsylvania.

Pada tahun 2005, Beard dan tim internasional menemukan molar kernel seukuran popcorn. Gigi berdating 38 juta tahun milik spesies baru primata seukuran tupai kecil. 4 geraham antropoid primitif dinamai Afrasia djijidae.

Gigi primata di bawah mikroskop begitu serupa dalam ukuran dan bentuk, mungkin milik spesies yang sama. Kemiripan erat antara fosil antropoid Asia dan Afrika telah ditunjukkan sebelumnya.Namun, analisis lanjut melihat geraham Afrasia djijidae lebih primitif dibandingAfrotarsius libycus terutama tonjolan kecil di bagian belakang molar terakhir lebih rendah. Ciri-ciri primitif serta keragaman lebih besar dan usia dini atau induk antropoid di Asia dibanding Afrika menunjukkan keluarga ini muncul di Asia dan bermigrasi ke Afrika 37 juta hingga 39 juta tahun lalu.

Skenario Out of Asia mungkin kompleks. Tim mengusulkan lebih dari satu jenis antropoid yang bermigrasi dari Asia ke Afrika pada saat itu karena setidaknya ada 2 jenis antropoid awal hidup pada waktu yang sama dengan Afrotarsius libycus di Libya, namun mereka tidak terkait erat dengan Afrotarsius atau Afrasia.Begitu mereka ke Afrika, Afrasia djijidae menemukan kondisi ideal yang subur dengan sedikit karnivora dan mengalami perkembangan evolusioner dengan cepat sehingga memunculkan sejumlah spesies baru. Peneliti lain sependapat jika kedua spesies baru primata dari Myanmar dan Libya memang antropoid awal.

Page 6: DNA Mitokondri1

Ada migrasi besar primata dan mamalia lain antara 2 benua pada saat itu, tapi tidak mudah untuk menyeberang Laut kuno Tethys yang membagi Afrika dan Asia. Dan bagi manusia menunjukkan akar terdalam primata dari Asia, bukan Afrika.

Lesamaan antar spesies terletak pada hanya 4 geraham Afrasia, meskipun gigi adalah cara yang paling handal untuk mengukur keterkaitan. Dan beberapa peneliti belum yakin bahwa Afrotarsius di Libya adalah antropoid dan bukan leluhur tarsius, primata bukan antropoid.

“Kita semua telah mendengar Out of Afrika asal-usul manusia. Sekarang kita berpikir ada migrasi Out of Asia ke Afrika pertama,”

Referensi :http://jurnal.kesimpulan.com/2012/06/afrasia-djijidae-out-of-asia-leluhur.html

http://www.idai.or.id/bi/view.asp?ID=341&IDEdisi=44

http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06/ras-manusia-lahir-dari-asia

http://budaya-indonesia.org/iaci/Jurnal:J2-2008

http://analisisnews.com/analisis/resensi-buku/853-teori-evolusi-asal-dan-tujuan-manusia

TEORI ASAL MULA MANUSIA

Berbagai teori dan fakta yang mengutarakan tentang asal mula manusia. dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai tolak belakang antara teori monogenesis dan teori poligenesis. Pada pandangan teori monogenesis manusia berasal dari satu wilayah dan induk yang sama. Afrika dikenal sebagai tempat awal peradaban manusia di muka bumi ini. Hal ini dibuktikan oleh James Watson dan Alan Wilson terhadap DNA manusia dari berbagai negara, dan mereka menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia berasal dari Afrika sejak 200.000 tahun silam. Termasuk nenek moyang China yang mengaku sebagai keturunan Kaisar Kuning berasal dari Afrika (Chanda,2007). Hal ini pula diutarakan oleh (Djamaluddin,t,t) dimana antara manusia Afrika, Eropa dan China memiliki kesamaan genetik karena adanya evolusi sejalan dengan kehidupan mereka maksdunya ialah manusia yang awalnya hidup di Afrika kemudian meakukan perjalanan ke benua lain dan dalam perjalannannya tetunya mereka melakukan adaptasi, replacement (penggantian) dan hybridism (pencampuran) dengan daerah setempat. Hal inilah yang menurut teori monogenesis menjadikan manusia itu berbeda-beda namun secara genetika mereka sama.

Teori monogenesis erat kaitannya dengan pandangan konvensional manusia awalnya hidup di lingkungan Sabana dan kemudian melakukan perjalanan keluar (Out of Afrika) sejak 70.000 hingga 50.000 SM. Gaya hidup manusia Sabana waktu itu ialah berburu dan pengumpul. Menurut Teori Out of Afrika (Teori OA) menyebutkan bahwa homo erectus (manusia Purba) melakukan perjalanan keluar hingga jauh dari Afrika. Seperti yang dijelaskan pada jurnal Prof. Sangkot Marzuki, ia juga meneliti kromosom manusia dengan 3 jenis kromosom Y yakni YAP, M89, M 130. Ketiga marka tersebut diturunkan dari lokus M 168 yang dimiliki oleh semua

Page 7: DNA Mitokondri1

populasi manusia modern di luar Afrika, sehingga marka ini menunjukkan pertanda migrasi besar-besaran dari Afrika yang terjadi puluhan ribu tahun yang lalu. Peneliti juga menyatkan “Jika terdapat individu yang tidak menunjukkan satu dari ketiga marka tersebut, maka kontribusi manusia lokal menjadi mungkin, tetapi semua sampel menunjukkan marka tersebut, sehingga simpulannya semua manusia modern berasal dari Afrika” (Kompiang,2006).

Selain James Watson dan Wilson terdapat pula ilmuan yakni Keesing yang juga mendukung pembuktian melalui DNA (mitokondria) dan menganggap bahwa penelitian menggunakan DNA ialah yang paling akurat. Terdapat pula pembuktian manusia awalnya dari Afrika yakni dengan tes autosom dan variasi Y-kromosom yang dilakukan oleh Mark Seielstad, E. Bekele, M. Ibrahim, A. Toure dan Mamadou Traore. Mereka mendapatkan bukti bahwa terdapat kesamaan budaya antara manusia luar dan manusia Afrika karena rendahnya rating mutasi yang terjadu dan rendahnya variasi tiap mahluk hidup. Dari sisi dapat dilihat bahwa memang manusia memiliki kesamaan antara mereka.

Penelitian lain yang mendukung teori monogenesis ialah manusia Asia Timur utamanya berawal dari China yang dilakukan oleh Su. Su menguji Y-kromosom (sel genetik jenis laki-laki) haplotypes pada populasi manusia di China. Hasilnya manusia modern yang berada di Asia Timur menunjukkan memiliki karakteristik seperti Afrika dengan asumsi bahwa manusia modern masuk melalui Asia Timur bagian tenggara sekitar 18.000 – 60.000 tahun yang lalu beserta diiringi oleh adanya migrasi dari northward. Manusia di Asia Timur kemudian bermigrasi lagi ke arah Jepang dan Siberia. Lalu manusia yang berada di sebelah utara dipercaya melakukan migrasi ke Amerika. Di dasarkan pada penelitian Paleoantropologi yang menyebutkan bahwa awal peradaban manusia di Amerika berawal dari tahun 20.000 hingga 15.000 tahun yang lalu. Dan manusia mencapai Amerika Utara sekitar tahun 14.800 tahun lalu dengan ditemukannya artefak di gunung Verde, Chili.

Berbeda jauh dengan pandangan kaum poligenesis atau erat dengan pandangan multiregional dimana manusia berawal dari induk dan tempat yang berbeda maka dari sinilah terdapat perbedaan sifat, budaya, cara hidup dan ciri fisik manusia. “But the term polygenesis has been used to refer to the idea that humans evolved separately from several separate ancestor species, rather than out of one single ancestor species - for example, different human races might have evolved out of several separate species of apes, rather than a single species of apes.” (Anonym.t,t) Perkataan tersebut sinkron dengan terbentuknya spesies baru terjadi akibat isolasi geografis pada suatu kelompok atau populasi yang melakukan perkawinan secara terus menerus (Kompiang.2006).Pembuktian dilakukan oleh Gregory J.Adcock, Elizabeth S.Dennis, Simon Easteal, Gavin A.Huttley, Lars S.Jermilin, W.James Peacock di Australia dan menyatakan bahwa uji DNA yang mereka lakukan memiliki ciri yang berbeda dengan manusia lainnya dan manusia yang tercipta di Australia ini mereka sebut dengan Aborigin sebagai suku asli Australia. Para peneliti mengasumsikan bahwa perbedaan manusia antara Afrika dan Australia dikarenakan oleh migrasi Afrika yang tidak mencapai Australia yang disebabkan oleh jarak Australia yang jauh.

Selain itu juga melihat perkataan Lewis Morgan yang mengupas semua sistem kekrabatan suku bangsa di dunia dan masing-masing berbeda. Seperti perbedaan dalam istilah kekerabatan dan marga. Dari sini penulis mengasumsikan bahwa dengan adana sistem kekerabatan yang berbeda

Page 8: DNA Mitokondri1

maka manusia memang berasal dari banyak induk. Selain itu terdapat penemuan yang menyatakan bahwa ras manusia dari Asia yang tertulis dalam jrunal Proceedings of the National Academy of Sciences. Terdapat fosil yang dinamakan Afrasia Djijidae di Myanmar dan penemuan fosil lain di China di tahun 1990. Fosil yang ditemukan ialah berupa gigi geraham yang kemudian diidentifikasi hampir sama dengan fosil Afrotarsius libyscus yang terdapat di Libya (Afrika Utara) maka dari sini dikatakan bahwa penemuan fosil di Asia membuktikan jejak manusia primata yang datang atau berpindah ke Afrika dari Asia (Jacques dalam national geographich.co.id. ia pun menambahkan bahwa karakteristik gigi afrasia dariMyanmar lebih tua dari pada Afrotarsius dari Libya.

Di dasarkan pada kamus berbas Bahasa Indonesia (KBBI) teori sendiri berati perndapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan di dukung oleh data dan argumentasi. Selain itu menurut Kaplan dan Robert Manner menatakan teori yang baik harus melaksanakan fungsi ganda, yaitu (1) menjelaskan fakta yang sudah diketahui, dan (b) membuka celah pemandangan baru yang dapat mengantar kita menemukan fakta baru pula. Maka dari sini penulis menyimpulkan bahwa Pada hakikatnya tidak ada teori yang bersifat mutlak maka setiap teori yang ada mampu dipatahkan dengan penelitian ilmiah yang baru dengan bukti yang semakin modern. Mengenai dua teori yang bertolak belakang yakni taori monogenesis dan poligenesis nampaknya maish menjadi perdebatan di kalangan ilmuan dunia. Dan pendapat manusia mengenai kedua teori tentunya preference.

Teori monogenesis dengan anggapan manusia berasal dari satu induk juga masih dilakukan penelitian dengan berbagai metode, begitu pula dengan teori poligenesis dengan pandangan manusia berawal dari induk yang beragam. Pembuktian teori monogensis di dapatkan dengan uji DNA di beberapa wilayah seperti Eropa bahwa daratan China. teori Poligenesis pun memiliki buktinya tersendiri yakni penelitian dalam suku aborigin dimana uji DNA mereka tidak sama dengan manusia di Afrika. Dalam kondisi yang bertolak belakang ini penulis lebih memposisikan diri pada taori mono genesis karena selain adanya perjalanan keluar Afrika yang menyababkan tersebarnya manusia di muka bumi ini, juga terdapat pendapat menurut kaum historisis, dimana dahulu sebelum bumi mulai mengalami penghangatan, seluruh daratan si bumi tergabung menjadi satu. Maka terdapat kemungkinan bahwa manusia yang asalnya dari Afrika melakukan perjalanan keluar dengan mudah dan nomaden. Namun setelah meluasnya permukaan air laut maka mereka terjebak dalam daratan baru mereka. Kemudian mereka melakukan adaptasi dan mulai hidup menetap untuk memulai suatu peradaban.

Adapatasi yang dilakukan terhadap lingkungan baru tentunya mempengaruhi cara hidup, budaya, dan ciri fisiknya. Hal inilah yang menjadikan beragamnya jenis manusia di muka bumi. Dan penulis lebih setuju dengan pernyataan dari Djamaludddin dalam jurnalnya, “meskipun berbeda antara manusia Afrika, Eropa dan China namun secara genetika mereka sama.

Referensi :Chanda, N., 2007. The African Beginning. dalam Bound Together. New Haven and London: Yale University Press.

Clapham, Christopher. 1996. Africa and the International System. Cambridge: Cambridge University Press.

Page 9: DNA Mitokondri1

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi.

Anonym. t,t. teori out of Afrika. [online] tersedia di http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/19406110.pdf [diakses pada 28 Juni 2012]

Anonym.t,t. Evolutioinist Polygenesis. [online] tersedia di http://conservapedia.com/Polygenesis [diakses pada 28 Juni 2012]

Anonym.t,t. Ras manusia lahir dari Asia? [online] tersedia di http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06/ras-manusia-lahir-dari-asia [diakses pada 28 Juni 2012]

Djamaluddin,t,t. Evolusi di Alam dan Eksistensi Manusia. [online] tersedia di http://media.isnet.org/isnet/Djamal/evolusi.html [ diakses pada 28 Juni 2012]

Kaplan.david dan manners.Robert A. t,t. terjemahan dari Landung simatupang [online] tersedia di http://www.scribd.com/doc/70180366/Review-Buku-Sejarah-Teori-Antropologi-I-II [diakses pada 28 Juni 2012]

Kompiang.Made Gautama.2006. Out of Africa vs Multiregional; Perdebatan 2 teori nenek moyang manusia modern [online] tersedia di http://www.idai.or.id/bi/view.asp?ID=341&IDEdisi=44 [diakses pada 28 Juni 2012]

Teori Out of Africa, Usaha Menguak Asal-Usul Manusia

Dalam ilmu antropologi sebagai suatu kajian mengenai, para akademisi berupaya menjelaskan asal usul dari manusia. Mereka berusaha menjelaskan pertanyaan yang mendasar ini, banyak dari mereka yang mencoba menelurkan hipotesis-hipotesis dan teori-teori tentang asal usul manusia dengan argument-argumen berupa bukti-bukti dan fakta-fakta otentik, baik secara alamiah maupun ilmiah yang dapat mendukung argumen yang mereka kedepankan.

Teori Mainstream yang paling banyak dirujuk oleh para ilmuwan antropologi adalah teori Monogenesis. Dalam ilmu antropologi Monogenesis dapat didefinisikan sebagai suatu teori yang memandang bahwa asal usul manusia berasal dari satu induk saja. Teoritisi Monogenesis yang paling terkenal adalah Charles Darwin dengan bukunya yang berjudul Descent of Man (1871). Teori yang terkenal dari Darwin adalah teori proses evolusi biologis. Menurut Darwin, bentuk hidup tertua berbentuk sangat sederhana seperti Protozoa, dalam jangka yang lama organisasi kehidupan mereka berkembang dan berevolusi. Ia kemudian mengolongkan manusia ke dalam klas mammalia dalam suku primat, kemudian semakin jauh digolongkan ke dalam subsuku Anthrophoid, Infrasuku Homonoid, keluarga Hominidae, dan Jenis Homo Sapiens (Koentjaraningrat: 62-63). Kemudian dari Homo Sapiens ini mereka mengalami evolusi hingga memunculkan adanya variasi warna manusia hingga akhirnya menumbuhkan ras-ras yang berbeda-beda di mana secara biologis dan anatomi tubuh mereka dipengaruhi oleh faktor alam. Ahli biologi C. Darwin (1809-1882) dalam bukunya The Origin of Species (1859) mengajukan bahwa semua bentuk hidup dan jenis mahluk yang kini ada didunia ini dipengaruhi oleh berbagai macam proses alamiah, berevolusi atau berkembang sangat lambat dari bentuk-bentuk yang

Page 10: DNA Mitokondri1

sangat sederhana menjadi beberapa jenis mahluk baru yang lebih kompleks lagi. Sedangkan J.C Prichard (1786-1848) ia menghubungkan data etnografi mengenai ciri-ciri fisik dengan data etnografi mengenai kebudayaan berbagai bangsa yang tersebar didunia. Suatu teori yang menyatakan bahwa perobahan cara hidup, artinya perobahan kebudayaan, juga merupakan salah satu sebab dari perobahan ciri fisik manusia. Sedangkan Teori yang berkontradiksi dengan Monogenesis adalah teori Poligenesis. Teori Poligenesis memandang bahwa ras manusia sejak awal diciptakan beraneka warna, atau karena mahluk manusia diturunkan dari beraneka warna mahluk induk.

Salah satu teori Monogenesis yang dipandang masih cukup relevan adalah teori “Out of africa” atau yang dikenal sebagai ’Asal-usul manusia modern dari Afrika’ yang dikemukakan oleh oleh James Watson dan Alan Wilson. Dimana hipotesis ini menyebutkan bahwa Homo Sapiens yang merupakan spesies mula dari manusia meninggalkan Afrika pada antara 125 000 dan 60 000 tahun lalu, dimana mereka menggantikan populasi manusia yang lebih lama, seperti seperti manusia Neanderthal dan Homo erectus. Teori menolak bahwa ada perkawinan antara Homo Sapiens dengan kedua manusia purba, tetapi Homo Erectus justru menggantikan eksistensi dari keduanya, dan kedua mausia purba itu kemudian punah. Teori ini diperkuat argumennya oleh penelitian DNA Mithocondrial pada tahun 1990an yang dilakukan oleh Allan Wilson dan Rebecca Cann, yang lebih jauh menyebutkan bahwa seluruh manusia di dunia berasal dari satu induk, yaitu Mithocondrial eve (www. archaeology.about.com). Sedangkan teori dari Poligenesis salah satunya adalah teori Multiregional evolution (MRE) atau dikenal sebagai ‘Asal-usul multiregional manusia modern’. Dimana hipotesis dari teori ini terhadap asal usul manusia adalah bahwasanya MRE menyatakan bahwa manusia modern tidak hanya berasal dari Afrika, melainkan juga dari Eropa dan Asia. Artinya bahwa manusia modern muncul di berbagai wilayah sebagai hasil evolusi dari populasi yang sudah ada sebelumnya (archaic population). Evolusi manusia purba terjadi di banyak tempat secara tersendiri-sendiri tanpa ada hubungan antara satu dengan lainnya. Proses terbentuknya spesies baru (spesiasi) terjadi karena terjadi suatu ‘isolasi geografis’ yang memisahkan antara suatu kelompok atau populasi yang kawin mawin dengan komunitas kelompok lainnya secara terus menerus. Para penganut teori ini berkeyakinan bahwa adanya kontinuitas evolusi manusia terekspresi tidak hanya dari bukti-bukti genetik, tetapi juga secara anatomis dan arkeologis.

Referensi:• Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta• Koerbardiati, Toetik. Teori-Teori Munculnya Manusia Modern.• http://www.sciencedaily.com/releases/2007/05/070509161829.htm• http://www.actionbioscience.org/evolution/johanson.html/• http://archaeology.about.com/od/oterms/g/outofafrica.htm

Pernahkan terbenak didalam pikiran kita bagaimana manusia itu tercipta? Apakah benar ada sesuatu yang hadir secara tiba-tiba tanpa ada yang menjadi penyebab serta faktor? Bukan kah adanya suatu peristiwa hadir karena adanya hubungan diantara sebab-akibat, dimana suatu peristiwa yang terjadi pasti ada sesuatu yang hadir sebagai penyebab sehingga peristiwa yang datang sebagai akibat itu kemudian ada? Menarik kemudian untuk kita bahas mengenai evolusi manusia modern, melihat bagaimana keberagaman yang ada diantara manusia tersebut. Keberagaman yang ada dalam manusia modern, yang terdiri dari berbagai macam suku dan

Page 11: DNA Mitokondri1

budaya terlihat bagaimana masyarakat penghuni Eropa, Asia, Afrika, dan masyarakat diberbagai belahan dunia lain, memiliki perbedaan bentuk fisik dan karakter berbeda. Lalu apa kemudian yang melatarbelakangi perbedaan tersebut, bagaimana evolusi yang terjadi sehingga kemudian dapat merubah konstalasi keberagaman yang mana dipercaya manusia berasal dari keturunan Adam dan Hawa? Bagaimana kemudian teori evolusi menjawab nya?

Teori Evolusi Darwin

Charles Robert Darwin adalah seseorang biolog dari Inggris, dimana menjadi orang yang pertama dalam mengemukakan teori evolusi yang dipertahankan hingga dewasa ini. Di masa muda, Darwin memiliki ketertarikan dalam melihat keberagaman makhluq hidup yang ada, terutaman dalam species burung. Darwin mengira bahwasanya variasi pada paruh burung dikarenakan adanya proses adaptasi. Dengan demikian Darwin pu menduga apabila awal mula kehidupan dan keberagam dikarenakan adanya “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin, makhluq hidup yang ada di ciptakan sama, akan tetapi mengalami pengadaptasian sesuai dengan lingkungan dan kondisi alam sehingga terjadi keberagaman diantara mereka. Individu-individu yang ada akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi selanjutnya, dan kemudian dari satu generasi ke generasi berikut nya sifat yang diturunkan mengalami akumulasi dan membentuk karakteristik yang berbeda. Darwin menamakan proses tersebut sebagai “evolusi melalui seleksi alam”, dimana bependapat bahwasanya suatu spesies berasal dari spesies lain. Tentu teori yang dikemukakan oleh Darwin tidk seutuhnya lepas dari teori yang ada sebelumnya, yang mana sangat terkait dengan teori Lamarck. Menurut Lamarck, makhluq hidup mewariskan ciri-ciri mereka miliki ke generasi berikutnya. Akan tetapi kemudian ternyata Darwin dan Lamarck mengelami kekeliruan dalam menyimpulkan hipotesis, sebab pada masa mereka, kehidupa hanya dapat dipelajari melalui peralatan yang primitif dan sangat tidak memadai. Bidang-bidang ilmu dalam genetika dan biokimia pun masih belum ada. Oleh karena itu teori-teori mereka mengenai evolusi hany berdasarkan pengamatan yang belum teruji secara benar.

James Watson

Kurang tepatnya penganalisaan yang dilakukan oleh apa yang dikemukakan dalam teori Darwin, akan tetapi teori Darwin inilah yang mengawali perkembangan teori evolusi hingga saat ini, dimana mempertanyakan apa yang menjadi latar belakan dari keberagaman makhluq hidup. Didalam sejarah teori evolusi, salah satu ilmuwan yang memberikan kontribusi penting didalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam teori evolusi adalah James Watson. James Watson adalah ilmuwan molekular, genetik biologist, dan zoologist terkemuka di era modern yang kemudian mematahkan secara mutlak teori Darwin memlalui struktur DNA yang ia temukan bersama Francis Crick di tahun 1953. Dalam DNA itu, Watson dan Crick menemukan pola susunan unsur kimia, yang merupakan kode pemrograman genetik semua makhluk hidup. Kode DNA tersusun dari empat macam nukleotida, yakni Adenin,Thymin, Cyanin dan. Guanin, yang disebuthuruf penyusun kode genetika. Polymer inilahyang menentukan pembentukan DNA dan sekaligus juga evolusi makhluk hidup. Watson dan Crick menerima anugerah Nobel untuk kedokteran bagi temuannya ini pada tahun 1962. Selain Darwin, pada saat yang hampir bersamaan Gregor Mendel, seorang pendeta dari Austria juga melakukan penelitian sifat herediter pada tanaman, dengan melakukan persilangan beberapa jenis tanaman kacang. Ia mengirimkan satu eksemplar hasil penelitian persilangannya kepada Darwin. Akan tetapi pakar

Page 12: DNA Mitokondri1

sejarah ilmu pengetahuan Ernst PeterFischer menceritakan nasib laporan itu :“Hukum genetika, belum dikenal oleh Darwin. Memang diketahui, bahwa Darwin menerima satu eksemplar laporannya, tapi juga diketahui ia tidak sempat membukanya.

Artinya, ia tidak kenal hukum herediter, dan tentu saja tidak dapat membuat gambaran mengenai mekanisme genetika.“Hasil penelitian sifat herediter Mendel dan penemuan struktur DNA oleh Watson danCrick membuat para ahli evolusi biologi dapat memecahkan rahasia evolusi sejenis burung gelatik yang diamati Darwin di pulau Galapagos. Dari struktur DNA para peneliti bukan hanya dapat mengikuti mekanisme evolusi, melainkan juga mengetahui bagaimana organisme berubah tampilannya. Dewasa ini diketahui, teori mutasi gen sebagai pemicu evolusi ternyata tidak tepat. Sebab gen makhluk hidup memiliki kemampuan yang jauh lebih hebat dari yang dibayangkan.Untuk melakukan perubahan, gen ibaratnya dengan cerdik mengaktifkan saklar yang mematikan atau menghidupkan protein tertentu dalam sel.

Allan Wilson

Salah satu ilmuwan yang memberi kontribusi besar adalah Allan Wislon. Allan Charles Wilson adalah seorang pelopor dalam penggunaan pendekatan molekuler untuk memahami perubahan evolusioner dan merekonstruksi filogeni, dan kontributor untuk mempelajari evolusi manusia. Allan Wilson pertama kali menjadi perhatian dunia ketika ia menerbitkan sebuah makalah berjudul “Immunological Time-Scale For Hominid Evolution”. Bersama dengan Vincent Sarich, Wilson berpendapat bahwa asal-usul spesies manusia dapat dilihat melalui, apa yang disebut, sebuah “molecular clock”. Ketika Wilson, bersama muridya Mary-Claire King dan Sarich menganalisis serta membandingkan bahan genetik manusia dan simpanse, mereka menemukan 99 persen identik. Dari karya King, menggunakan penalaran ‘jam molekuler’ (perbedaan lebih besar sama dengan waktu yang lebih besar sejak nenek moyang terakhir bersama mereka) Wilson menyimpulkan bahwa awal proto-hominid berevolusi hanya lima juta tahun lalu. Antropolog yang paling kontemporer, yang disukai tanggal sekitar 25 juta tahun, dipecat pekerjaannya sebagai tidak masuk akal.

Pada awal 1980-an, sebagai temuannya untuk usia proto-manusia yang mulai lebih diterima secara luas, Wilson lagi menjatuhkan bom pada pemikiran antropologis tradisional dengan karya terbaik dikenal dengan Rebecca Cann dan Mark Stoneking pada apa yang disebut “Mitochondrial Eve” hipotesis. Dalam usahanya untuk mengidentifikasi penanda genetik informatif untuk melacak sejarah evolusi manusia, ia mulai fokus pada mitokondria DNA (mtDNA) - gen yang duduk dalam sel, tetapi tidak dalam inti, dan diwariskan dari ibu ke anak. Materi DNA ini menjadi penting karena ia cepat bermutasi, sehingga membuatnya mudah untuk merencanakan perubahan selama rentang waktu yang relatif singkat. Dengan membandingkan perbedaan mtDNA Wilson percaya bahwa mungkin untuk memperkirakan waktu, dan tempat, mengenai manusia modern pertama berevolusi. Dengan penemuannya bahwa mtDNA manusia secara genetik jauh lebih beragam daripada simpanse mtDNA, ia menyimpulkan bahwa ras-ras manusia modern saat ini telah mengalami keberagaman dari populasi tunggal dibanding manusia spesies lama seperti Neandertan dan Homo erectus yang telah punah.Dia dan timnya membandingkan mtDNA pada orang dari latar belakang ras yang berbeda dan menyimpulkan bahwa semua manusia modern berevolusi dari satu “lucky mother” di Afrika sekitar 150.000 tahun yang lalu.

Page 13: DNA Mitokondri1

Hal tersebut dapat kita lihat juga melalui penelitian Dr Robert yang berpendapat bahwa Berdasarkan penemuan-penemuan arkeologis, para ahli mempunyai teori bahwa seluruh manusia apapun rasnya berasal dari Afrika dan menyebar keseluruh penjuru dunia (Out of Africa theory). Disini Dr Roberts mempunyai metode-metode menghubungkan iklim dunia pada saat itu dengan proses migrasi ini, dan membuat teori-teori arah perjalanan manusia. Dari penelitian DNA diketahui bahwa seluruh ras manusia modern sekarang ternyata bisa dihubungkan dengan ras afrika. Jadi ras kaukasian, mongol dll semuanya asalnya dari ras afrika! Ini barangkali akan sangat menarik bagi yang meyakini agama-agama Ibrahim, bahwa seluruh manusia berasal dari pasangan Adam dan Hawa. Kalau kita menghubungkannya dengan teori dalam serial ini, berarti pasangan manusia pertama ini seharusnya rasnya afrika.Dari jejak DNA dari berbagai ras didunia diketahui bahwa ada sekelompok kecil orang afrika yang berhasil keluar dari benua ini dan menjadi nenek moyang semua bangsa di dunia. Dr Roberts memperkirakan bahwa ini terjadi pada 70,000 tahun yang lalu, ketika iklim bumi berubah, dan gurun Sahara menghijau hanya beberapa ratus tahun lamanya. Kesempatan ini memungkinkan sekelompok manusia melintasi Afrika dan menyeberang ke jazirah Arab sebelah selatan. Dan kemudian berkembang ke berbagai belahan dunia lain (Mita, 2011).

Kesimpulan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya teori evolusi yang pertama kali dibawa kepermukaan, telah membawa dampak besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan biology hingga saat ini. Pertanyaan mengenai latar belakang dari keberagaman manusia dan nenek moyang manusia itu sendiri telah mengalami proses yang panjang untuk menjawabnya. Dari tesis sederhana oleh Darwin hingga penemuan molekul kompleks DNA dan RNA, yang kemudian dapat memperlihatkan bagaimana sejarah manusia berasal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya manusia berawal dari satu ayah dan ibu yang sama, yang mana kemudian mengalami mutasi gen dari generasi ke generasi, sehingga terjadi masyarakat yang beragam seperti yang ada saat ini

Daftar PustakaArtikel Online:

Duaderajat, 2007. Teori Evolusi Darwin dan Biologi Moder. [Online] dalam http://www.scribd.com/doc/56405141/Edisi-I-Teori-Evolusi-Darwin-Dan-Biologi-Modern [diakses pada 29 Juni 2012]

Mita, 2011. Semua Manusia Asalnya Afrika. [online] dalam http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2011/03/14/semua-manusia-asalnya-dari-afrika/ [diakses pada 29 Juni 2012]

Yahya, Harun, 2009. Runtuhnya Teori Evolusi Darwin. [online] dalam http://www.slideshare.net/Shobrie/keruntuhan-teori-evolusi-1224784 [diakses pada 29 Juni 2012]

—-, —. Allan Wilson. [online] dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Allan_Wilson [ diakses pada 29 Juni 2012]

Page 14: DNA Mitokondri1

1.Dalam peta dunia dapat diperoleh penjelasan bahwa Afrika dapat dipilahkan dalam lima kawasan yakni Afrika Selatan, Afrika Tenah, Afrika Timur dan Afrika Barat. Mendasarkan pada teori monogenesis Out of Africa yang mengatakan bahwa manusia berasal dari satu wilayah dan induk yang sama. Maka Afrika ialah salah satu tempat yang dipercaya sebagai induk dari keseluruhan tumbuh kembang (asal-usul) manusia di muka bumi. Adalah James Watson dan Alan Wilson yang telah membutikan berdasarkan DNA manusia dari berbagai negara, dan menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia berasal dari Afria sejak 200.000 tahun silam. Termasuk nenek moyang China yang mengaku sebagai keturunan Kaisar Kuning berasal dari Afrika (Chanda,2007)Jelaskanlah teori tersebut dan jelaskan pula teori lainnya tentang asal usula manusia ini, baik yang bersperspektif monogenesis maupun poligenesis?

PENJELASAN• Teori Monogenesis menyatakan bahwa manusia berasal dari satu wilayah dan induk yang sama.• Teori Poligenesis menyatakan bahwa bahasa-bahasa dunia tumbuh dari berbagai sumber dan tidak dari satu bahasa induk.• Teori Out of Africa, teori yang berdasarkan penelusuran genetik populasi manusia menggunakan biologi molekulen yang memastikan bahwa manusia modern berevolusi dari benua Afrika. Manusia modern tidak mendapatkan kontribusi genetik dari hominid-hominid pendahulunya seperti hominid Eropa (Neanderthal) maupun hominid Asia baik yang fosilnya ditemukan di Peking maupun di Jawa. Penelitian mengambil sampel DNA 12.127 orang pria dari 163 populasi. Fokus penelitian ini adalah 3 marka genetik kromosom Y (YAP, M89, M 130) yang diturunkan secara paternal. Ketiga marka tersebut diturunkan dari lokus M 168 yang dimiliki oleh semua populasi manusia modern di luar Afrika, sehingga marka ini menunjukkan pertanda migrasi besar-besaran dari Afrika yang terjadi puluhan ribu tahun yang lalu. “Jika terdapat individu yang tidak menunjukkan satu dari ketiga marka tersebut, maka kontribusi hominid lokal menjadi mungkin, tetapi semua sampel menunjukkan marka tersebut, sehingga simpulannya semua manusia modern berasal dari Afrika”. Secara genetik terbukti bahwa manusia-manusia purba seperti Neanderthal, Peking maupun manusia Jawa telah terputus, tidak sempat berevolusi dan digantikan manusia modern (Homo sapiens sapiens). Di samping itu, penelitian ini juga mendapatkan bahwa pola dan waktu migrasi ternyata menghasilkan keanekaragam genom yang selanjutnya ikut berperan terhadap faktor predis posisi dan ketahanan kelompok atau suku tertentu terhadap suatu penyakit. Seperti contoh, penelitian terakhir tentang genom hepatitis B yang dilakukan di lembaga Eykman mendapatkan suatu pola kekerapan penyakit yang sama di antara beberapa kelompok suku di Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pola dan saat migrasi suku-suku tersebut di masa lalu. Akan sangat menarik apabila keanekaragaman ini lebih digali dan diteliti terhadap tidak hanya terhadap genom hepatitis B tetapi juga penyakit lain.

Jika teori Out Of Africa dikaitan dengan teori monogenesis, memberikan kesimpulan bahwa Afrika ialah salah satu tempat yang dipercaya sebagai induk dari keseluruhan tumbuh kembang (asal-usul) manusia di muka bumi, dengan didukung berdasarkan DNA manusia dari berbagai negara.

Page 15: DNA Mitokondri1

• Teori lainnya yang membahas tentang asal usul manusia adalah :1. Teori Afro-European-sapiens hypothesis2. Teori Multiregional Evolution Model3. Teori Evolusi Menurut Darwin

• Teori Afro-European-sapiens hypothesis

Berdasarkan analisis morfologi pada fosil dari Afrika dan Eropa, teori Afro-European-sapiens hypothesis atau yang disebut juga African hybridization and replacement model. Menguraikan bahwa sedikitnya ada proses evolusi secara gradual dari awal sampai pada akhir archaic Homo sapiens yang pada akhirnya mengarah pada kemunculan awal dari anatomically modern Homo sapiens di Afrika pada akhir masa Pleistosin tengah dan Pleistosin atas. Studi tentang kemunculan populasi modern Eropa, anatomically modern Homo sapiens dari Afrika bermigrasi ke Eropa melalui Timur Tengah. Populasi pendatang dari Afrika ini kemudian semakin berkembang dan bertambah banyak serta menggantikan atau menghapuskan populasi Neandertal yang telah hidup terlebih dulu di Eropa. Adanya periode penggantian ini berlangsung ribuan tahun. Dalam masa ini diduga telah terjadi hibridisasi dalam derajat yang berbeda -beda . Dengan kata lain menerima adanya hibridisasi antara populasi pendatang dan populasi asli. Teori ini didukung oleh data genetik dari Krings et al. Hasil sekuensi mtDNA dari Neandertal yang ditemukan pada tahun 1856 di Jerman, menunjukkan bahwa hasil sekuensi Neandertal berada di luar variasi mtDNA manus ia modern. Dengan kata lain, Neandertal punah tanpa memberikan kontribusi mtDNA terhadap gene pool manusia modern (di Eropa). Artinya, kontinuitas genetik tidak terjadi di Eropa seperti yang dinyatakan oleh Multiregional Evolution Model. Teori ini juga membandingkan karakteris tik morfologi antara archaic Homo sapiens dan anatomically modern Homo sapiens di Cina. Sehingga Afrika diduga adalah tempat yang tepat sebagai sumber berkembangnya manusia modern sekitar 100.000 tahun yang lalu yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah di luar Afrika. Berkenaan dengan transisi dari Neandertal dan manusia modern, terbuktik tidak hanya data mtDNA yang menunjukkan bukti -bukti tentang Out of Africa melainkan juga Ychromosome dan DNA inti yang memperkuat hipotesis bahwa manusia modern mempunyai kesamaan genetik dengan populasi Afrika di masa lalu.

Kesimpulan dari teori Afro-European-sapiens hypothesis, diambil dari berbagai teori para ilmuwan yang menguraikan bahwa manusia pada awalnya berasal dari Benua Afrika yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Jika teori Afro-European-sapiens hypothesis dikaitan dengan teori monogenesis, memberikan kesimpulan bahwa Afrika ialah salah satu tempat berawalnya manusia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.

• Teori Multiregional Evolution Model , yang dipelopori oleh Wolpoff, Thorne dan Wu. Menyatakan bahwa manusia modern tidak hanya berasal dari Afrika, melainkan juga dari Eropa dan Asia. Artinya bahwa manusia modern muncul di berbagai wilayah sebagai hasil evolusi dari populasi yang sudah ada sebelumnya (archaic population). Proses terbentuknya spesies baru (speciation) terjadi akibat isolasi geografis pada suatu kelompok. Mereka berkeyakinan bahwa adanya kontinyuitas evolusi manusia terekspresi tidak hanya dari bukti-bukti genetik, tetapi juga secara anatomis dan arkeologis. Sebagai contoh hidung manusia purba Eropa (Homo

Page 16: DNA Mitokondri1

neanderthalensis) dipertahankan oleh manusia modern Eropa sebagai respon terhadap iklim Eropa, sedangkan tulang pipi yang tajam pada manusia Jawa purba (Homo erectus) dipertahankan oleh penduduk Aborigin Australia.

Teori Multiregional Evolution Model, dapat dikaitkan dengan teori polygenesis dimana manusia modern berasal dari berbagai wilayah (eropa dan asia), dan tidak dari satu wilayah (afrika).

• Sama halnya dengan perkembangan bahasa, yang menyatakan tempat kelahiran bahasa manusia di Afrika. Seorang peneliti dari Universita Auckland, Selandia Baru, yang mempelajari soal fonem - satuan bunyi terkecil yg mampu menunjukkan kontras makna - pada 504 bahasa yang digunakan manusia sekarang ini menemukan bahwa jumlah fonem yang tertinggi ditemukan di Afrika dan mulai berkurang seiring dengan semakin jauh jaraknya dari Afrika. Fonem paling sedikit ditemukan di Amerika Selatan dan di pulau-pulau tropis di Samudera Pasifik. Terlihat bahwa pada populasi yang kecil, keanekaragaman bahasa juga berkurang. Pola penggunaan fonem di seluruh dunia mencerminkan pola keragaman genetik manusia, yang juga berkurang setelah manusia keluar dari Afrika, yang dianggap secara luas sebagai asal muasal nenek moyang manusia. Perkembangan bahasa ini sangat terkait dengan teori monogenesis yang menguraikan bahwa afrika adalah tempat awal kelahiran bahasa manusia.

• Teori Evolusi Menurut DarwinMengemukakan bahwa spesies yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies-spesies sebelumnya. Semua species berhubungan satu sama lain dan mempunyai “common ancestor” (berasal dari satu garis keturunan) dan melalui mutasi species baru muncul. Seleksi alam sangat menentukan berlangsungnya mekanisme evolusi.Teori Evolusi Darwin ini, lebih dikaitkan kedalam teori polygenesis, yaitu spesies yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies sebelumnya, bukan dari satu induk. Kesimpulannya adalah awal mula manusia ada bukan di afrika.

Refrensi :

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2011/03/14/semua-manusia-asalnya-dari-afrika/http://www.scribd.com/doc/88543266/Asal-Usul-Manusiahttp://www.terbaca.com/2010/06/sejarah-evolusi-manusia-sesungguhnya.htmlhttp://tidakmenarik.wordpress.com/2009/05/04/studi-dna-ras-manusia-pertama-berasal-dari-namibia/http://mohammadgie.wordpress.com/2012/04/13/teori-asal-usul-munculnya-manusia-modern-berasal-dari-afrika-out-of-africa/http://www.idai.or.id/bi/view.asp?ID=341&IDEdisi=44http://intisari-online.com/read/afrika-tempat-asal-mula-bahasahttp://grelovejogja.wordpress.com/2007/12/03/teori-evolusi-charles-darwin/http://www.forumsains.com/biologi-smu/teori-evolusi-dan-asal-usul-manusia/

beberapa teori yang menjadi gagasan tentang asal mula perkembangan manusia modern di dunia. dari berbagai pendapat para ahli yang ada telah berkembang hingga saat ini, diantaranya:

Page 17: DNA Mitokondri1

Teori yang pertama yaitu teori Multiregional (Kontinyuitas regional) yang menyatakan bahwa evolusi manusia purba terjadi di banyak tempat secara independen. Proses terbentuknya spesies baru (speciation) terjadi akibat isolasi geografis pada suatu kelompok atau populasi yang kawin mawin secara terus menerus. Para penganut teori ini berkeyakinan bahwa adanya kontinyuitas evolusi manusia terekspresi tidak hanya dari bukti-bukti genetik, tetapi juga secara anatomis dan arkeologis. Sebagai contoh hidung manusia purba Eropa (Homo neanderthalensis) dipertahankan oleh manusia modern Eropa sebagai respon terhadap iklim Eropa, sedangkan tulang pipi yang tajam pada manusia Jawa purba (Homo erectus) dipertahankan oleh penduduk Aborigin Australia.

Teori yang kedua ialah Out of Africa yang menyatakan bahwa nenek moyang seluruh manusia modern di dunia adalah orang Afrika, ini membuktikan bahwa leluhur pertama manusia modern itu kebetulan bertahan hidup di Afrika dan menyebar ke seluruh dunia, sedangkan manusia2 kuno di wilayah lainnya punah karena tak dapat bertahan hidup. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa ras manusia (Homo sapiens sapiens) pernah nyaris punah sekitar 70.000 tahun lalu. Saat itu dipercaya terjadi krisis yang mengakibatkan berkurangnya populasi manusia hingga tinggal 2.000 orang. Berbagai implikasi dari temuan ini kembali menyegarkan debat mengenai apakah manusia benar-benar berasal dari Afrika atau apakah masing-masing berevolusi secara terpisah di berbagai tempat di dunia.Menurut Teori Out of Africa : Penyebaran homo sapiens merupakan rute terpanjang yang dilalui oleh manusia purba Homo sapiens yang terjadi 4 juta tahun yg lalu, dalam penyebarannya mulai dari Afrika melalui darat ke seluruh bagian bumi sampai Amerika Selatan.Di samping itu, penelitian ini juga mendapatkan bahwa pola dan waktu migrasi ternyata menghasilkan keanekaragam genom yang selanjutnya ikut berperan terhadap faktor predis posisi dan ketahanan kelompok atau suku tertentu terhadap suatu penyakit. Seperti contoh, penelitian terakhir tentang genom hepatitis B yang dilakukan di lembaga Eykman mendapatkan suatu pola kekerapan penyakit yang sama di antara beberapa kelompok suku di Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pola dan saat migrasi suku-suku tersebut di masa lalu. Akan sangat menarik apabila keanekaragaman ini lebih digali dan diteliti terhadap tidak hanya terhadap genom hepatitis B tetapi juga penyakit lain. Barangkali hal ini akan bisa menghasilkan penerus-penerus Prof. Sangkot yang kontnibusi dan reputasinya tidak perlu disangsikan lagi dalam bidang biologi molekuler di negara kita bahkan di dunia.

Teori ketiga yang menyatakan bahwa ASIA Tenggara adalah pusat penyebaran (manusia modern) setelah Afrika,” kata Profesor Sangkot Marzuki”Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan molekul sederhana yang mempunyai fungsi kompleks menurunkan sifat (herediter) yang dimiliki suatu organisme ke generasi berikutnya. DNA pertama kali dapat dimurnikan pada 1868 oleh ilmuwan Swiss, Friedrich Miescher, yang menamainya nuclein, berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad ke-20.Francis Crick dan James Watson, peraih Nobel Kedokteran pada 1962, adalah orang yang mampu memecahkan teka-teki struktur DNA sebagai materi genetik. Revolusi genom ini dinilai mampu menjadi dasar penelitian tentang asal-usul manusia.Peneliti Alan Wilson selanjutnya memelopori pemanfaatan variasi DNA mitokondria (struktur dalam sel) dalam penelitian sejarah asal-usul manusia itu. Di Amerika Serikat, pada 1980-an, Wilson membandingkan DNA mitokondria dari sekitar 150 individu yang berasal dari benua

Page 18: DNA Mitokondri1

Afrika, Eropa, dan Australia. Hasilnya menakjubkan. “Hanya ada satu pohon filogenetik DNA mitokondria, yaitu Afrika,” kata Wilson saat itu.Penelitian Wilson menunjukkan bahwa Homo sapiens (manusia modern) berasal dari Afrika pada 150-200 ribu tahun lampau. Mereka bermigrasi keluar dari Afrika sekitar 100 ribu tahun lalu.Dengan temuan terbarunya, Profesor Sangkot Marzuki bisa disebut melengkapi informasi yang dikemukakan Wilson. Sangkot dan kawan-kawan melakukan penelitian komprehensif. Mereka menggunakan lebih dari 54 ribu sampel DNA milik hampir 2.000 individu yang mewakili 73 populasi etnik di Asia. Penelitian ini bahkan jauh lebih besar daripada skala studi terhadap kromosom Y, marker genetika yang diturunkan lewat sistem paternal, yang dilakukan Stephen Oppenheimer dari Oxford University.Hasil riset terbaru DNA tentang asal-usul manusia Asia itu membuktikan bahwa Asia Tenggara merupakan episentrum migrasi Homo sapiens dari Afrika itu, yang kemudian melakukan arus balik migrasi ke berbagai kawasan. “Jadi dari Afrika hanya ada satu jalur migrasi, yaitu ke Asia,” kata Sangkot.Menurut Sangkot, dari Afrika sekitar 100 ribu tahun lalu, Homo sapiens menginjakkan kaki di Asia Tenggara sekitar 60 ribu tahun. Migrasi itu dilakukan dengan menyusuri pantai selatan Afrika, sebelum menyebar ke wilayah Asia lainnya.Manusia-manusia inilah yang kemudian tinggal di wilayah Paparan Sunda. Sangkot meyakini manusia modern telah hidup di Paparan Sunda jauh sebelum daratan ini mencair pada 10 ribu tahun lalu.Hasil penelusuran genetik yang dilakukan Sangkot menunjukkan populasi etnik di Asia memiliki satu pohon kekerabatan yang sama. Lima puluh persen gen Asia Timur ditemukan di populasi Asia Tenggara. Artinya, kata Sangkot, “Keanekaragaman genetik di selatan semakin tinggi, sedangkan etnik di kawasan utara Asia lebih homogen.” Inilah yang membuahkan kesimpulan bahwa Asia Tenggara adalah pusat penyebaran populasi Asia. Teori Sangkot ini dinamai Out of Sundaland (teori Keluaran Paparan Sunda).Hasil temuan tersebut otomatis membantah teori sebelumnya yang menyebut ada jalur majemuk migrasi nenek moyang bangsa Asia, yakni melalui jalur utara dan jalur selatan, serta membantah bahwa bangsa Asia Tenggara (yang berbahasa Austronesia) berasal dari Taiwan (Out of Taiwan).Tapi benarkan manusia yang berdiam di Paparan Sunda itu telah memiliki peradaban yang lumayan seperti dipercayai Oppenheimer? Sangkot menolak berspekulasi bahwa 60 ribu tahun lalu manusia modern yang bermigrasi dari Afrika telah membangun suatu peradaban yang modern di Paparan Sunda. Faktanya, kawasan itu telah tenggelam sejak 10 ribu tahun lalu. “Harus ada riset detail lagi,” kata Sangkot.Teori Sangkot tentang Out of Sundaland (teori Keluaran Paparan Sunda) memang secara kasatmata menguatkan teori Oppenhaimer. Tapi Sangkot enggan mendukung gagasan Oppenhaimer. “Data kami tidak mendukung, tapi menolak pun tidak,” kata Sangkot.

Referensi:http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg01446.htmlhttp://www.idai.or.id/bi/view.asp?ID=341&IDEdisi=44http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/12/13/IQR/mbm.20101213.IQR135342.id.html

Page 19: DNA Mitokondri1

EVOLUSI PRIMATA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar balakang

Nenek moyang primata masa kini barangkali adalah sekelompok insektivora yang relatif tidak menarik ditinjau dari perspektif kita umat manusia atau berbentuk seperti shrew pohon. Primata sendiri berarti “yang terutama”, dan hal ini tidak mengherankan, sebab manusia pastilah menganggap ordo mammalianya sebagai yang terpenting. Begitu juga halnya dengan jika kelinci yang menyusun taksonomi, lagomorpha akan dijadikan primata. Primata tampaknya telah mengalami suatu evolusi pada awal mulanya untuk mengembangkan jari tidak terspesialisasi yang amat baik untuk kehidupan arboreal. Perubahan dalam pengelihatan, modifikasi pelvis, perilaku, dan perkembangan orak terjadi. Dan pada primata modern, termasuk kita, terlihat bahwa ciri hidup terestrial dan bukannya arboreal menandakan modernisasi primata.

Berbicara mengenai evolusi manusia dan primata, tidaklah berarti bahwa manusia berasal dari kera. Dalam menjelaskan mengenai evolusi, terutama mengenai evolusi manusia kita harus

Page 20: DNA Mitokondri1

berhati-hati dan dapat bersikap netral. Hal ini berarti apapun keyakinan kita mengenai asal usul manusia, kita harus bisa mengemukakan bagaimana pendapat sekelompok orang dan bagaimana mengenai pendapat dari kelompok yang lain, dan bukan hanya pendapat kita sendiri. Apabila memang manusia berasal dari kera seklapun, para ahli evolusi tidak akan dapat membuktikannya. Metode demikian kita kenal dengan metode pendekatan. Jadi dalam membuktikan evolusi kita tidak menggunakan metode pendekatan pembuktian.

Banyak mamalia, misalnya paus, telah memodifikasi susunan lima-jari aslinya di ujung tungkai depan menjadi struktur-struktur terspesialisasi. Misalnya saja pada sirip (flipper) pada paus dan lumba-lumba. Pada kuda, kelima jari telah menjadi satu jari tunggal dengan kukunya. Pada primata, semua jari tetap ada dan meneruskan susunan-bersendi dari struktur reptil yang primitif.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Evolusi Primata

Evolusi primata merupakan salah satu contoh evolusi dengan data yang “cukup lengkap”. Teori evolusi yang hanya didasarkan atas adanya fosil tidak pernah dapat menerangakan dengan lengkap apa yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu untuk mempelajari evolusi suatu organisme, biasanya para ahli menggunakan data suatu organisme yang masih hidup hingga kini. Dalam hal ini, yang dilakukan para ahli ialah melihat perubahan stuktur dari organisme-organisme yang paling erat hubungan kekerabatan dengan organisme sasaran yang diteliti. Dengan mengaitkan perubahan-perubahan suatu cirri, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang terjadi pada masa silam. Dalam hal ini, digunakan pendekatan pada golongan primata.

Salah satu definisi evolusi adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari perubahan yang berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Pada dasarnya evolusi tidak untuk membuktikan apakah suatu jenis berasal dari jenis yang lain. Memang menurut Darwin, suatu organisme berasal dari organisme lain. Tetapi pembuktian bahwa sustu jenis berasal dari jenis yang lain tidak pernah dapat dibuktikan. Yang dipelajari dalam evolusi adalah proses perubahannya.

Primata muncul sekitar 70 juta tahun yang lalu seiring dengan punahnya dinosaurus. Setidaknya, itulah fosil tertua yang pernah ditemukan dari primata. Sekarang, ordo primata dibagi menjadi dua sub ordo, yakni Prosimian (meliputi lemur, tarsius, dll) dan Antropoid (kera, monyet, manusia). Prosimian yang dahulu mendominasi primata, sekarang semakin tersingkir dan akhirnya menjadi endemik beberapa daerah seperti Madagaskar. Dengan pemisahan garis filogenetik, maka cabang dari Anthropoidea ada 3: monyet, kera, dan Hominid (manusia). Monyet pertama muncul kira-kira 50 juta tahun lalu. Awal mulanya, monyet dunia baru muncul dari cabang primata kuno, dan belakangan monyet dunia lama berevolusi sebagai garis keturunan terpisah. Garis keturunan yang tersisa setelah pemisahan monyet disebut garis Hominoid.

George Gaylord Simpson menyarankan pengelompokan garis itu ke superfamilia Hominoidea. Pengelompokan itu mencakup: Hylobatidae (kera kecil), Pongidae (kera besar), Hominidae

Page 21: DNA Mitokondri1

(manusia). Namun, belakangan ini para taksonom cenderung tidak membedakan lagi antara kera kecil dan kera besar. Kera kecil mencakup siamang alias gibbon dan kerabatnya. Kera besar contohnya gorila, simpanse, dan orangutan. Simpanse punya 2 spesies dan beberapa subspesies (masih kontroversi), sementara itu orangutan dan gorila hanya punya 1 spesies, namun orangutan punya 2 spesies: P. pygmaeus pygmaeus, dan P. pygmaeus abelli. Manusia modern juga hanya memiliki 1 spesies, yakni Homo sapiens. Fosil kera primitif yang pernah ditemukan kira-kira berusia 35 juta tahun dan dinamakan Aegyptopithecus, yakni “kera fajar”. Karena itu merupakan garis keturunan hominoid, maka kera tersebut adalah nenek moyang bersama kera dan manusia. Divergensi antara kera purba dan manusia diduga terjadi sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu.

Awal mulanya, primata mengadaptasikan kehidupan arboreal. Sendi bahu yang sangat fleksibel pada monyet dan kera memudahkan mereka untuk berayun-ayun dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Tipe lokomosi seperti itu disebut brachiasi (dari kata Latin brachia/brachium untuk lengan). Pengemukanya adalah Sir Arthur Keith,yang menyadari keuntungan lokomosi itu di hutan. Modifikasi lainnya adalah pergeseran mata ke tengah wajah, sehingga citra dari kedua mata dapat menumpuk ditengah dan menghasilkan citra yang lebih baik. Kebanyakan primata memiliki pegangan tangan dan kaki yang kuat dan fleksibel. Namun, kemampuan itu telah tereduksi hampir seratus persen pada primata bipedal yang plantigrad, seperti umat manusia.

Akan tetapi, hampir semua primata dari yang paling kuno sampai yang paling baru sekalipun, memiliki tangan dengan ibu jari yang dapat berputar. Hal ini sangat menguntungkan bukan saja untuk memegang objek, namun melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan. Apalagi, dengan perkembangan neokorteks (cerebrum) yang amat pesat, hal ini memberikan jalan lapang untuk perkembangannya. Tangan yang telah “terbebaskan” dari peralihan cara hidup dari arboreal ke non arboreal nampaknya telah banyak berperan dalam komunikasi yang lebih baik diantara spesiesnya, dan karena itu mendorong perkembangan interaksi kelompok, berbicara, dan akhirnya: penciptaan budaya.

Kita yang hidup pada masa sekarang tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti mengenai apa yang terjadi pada masa lalu. Oleh karena itu, digunakan data fosil dan data dari organisme yang hidup pada masa kini. Bukti yang digunakan untuk mempelajari perubahan akan ditinjau dari banyak segi, yang dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi peda masa lalu. Suatu sifat akan berevolusi sesusia dengan perkembangan waktu dan tempat. Dengan menggunakan data fosil dan organisme aktuil mempunyai senmua sifat terevolusi. Analisis yang dilakukan pada primata primitive sampai dengan primata  yang maju, yakni manusia memberikan gambaran sebagai berikut:

2.1.1        Perkembangan Primata primitif ke Primata maju

Hubungan antara tulang vertebra dan tengkorak mengalami perubahan yang berangsur-angsur menuju titik berat tengkorak. Mula-mula hubungan ini terdapat dibagian tepi menjadi tepat berada di bawah. Perubahan ini diikuti dengan perubahan cara berjalan dari empat kaki menjadi dua kaki. Sejalan dengan perubahan ini, maka otot leherpun menjadi lebih lemah, seadngkan panggul menjadi lebih penting dan kuat. Bentuk tengkorak yang memanjang dengan rahang besar, gigi yang kuat dan membentuk moncong menjadi bertambah pendek. Rongga hidung yang besar sekarang menjadi jauh lebih kecil.

Page 22: DNA Mitokondri1

Bola mata pada organisme non primata tidak mempunyai tulang yang meliputinya. Tetapi pada kera dan manusia, mata sudah sepenihnya ter-lindung. Hal ini menunjukkan bahwa mata menjadi organ yang sangat penting. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa mata ynag menghadap ke samping, menjadi berangsur-angsur menghadap ke depan. Penglihatanpun berubah dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, dan kemampuan melihat warna meningkat dari hitam putih untuk membedakan gelap dan terang menjadi mampu melihat hampir semua spectrum warna. Hal ini erat kaitannya dengan cara hidup dari malam hari menjadi siang hari. Selain itu, matapun diperlukan untuk melihat makan diantara ranting-ranting pohon, dan untuk menyelinap dengan mudah diantara hutan.

Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku. Hal ini terlihat bahwa tupai mempunyai cakar, sedangkan primata lebih lanjut mempunyai kuku yang tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku yang tipis. Cakar mula-mula digunakan untuk mengais mencari makan. Dengan berubahnya cara hidup dari hidup di tanah menjadi kehidupan arboreal, maka cakar menjadi mengganggu kemapuan bergerak dengan cepat di atas pohon.kehidupan arboreal lebih membutuhkan kemampuan untuk me-megang. Dengan demikian, terjadi pula perubahan cara memegang dengan terbentuknya ibu jari dengan persendiaan yang lain daripada jari-jari yang lain. Hal ini erat kaitannya dengan timbulnya flora hutan sebagai habitat baru di muka bumi. Cakar perlu untuk naik pohon, tetapi selalu terkait kalau pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Selain itu, terjadi pula perubahan dari telapak tangan. Hal ini penting berkaitan dengan kemampuan untuk memegang yang terlihat pada kera, yang mempunyai “empat tangan”, bahkan pada kera Amerika Selatan, ekorpun dapat digunakan untuk memegang.

Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan lebih penting daripada kaki. Hal ini terlihat pada bangsa kerayang memilki tangan yang lebih panjang dan lebih kuat daripada kaki. Struktur ini penting untuk dapat nerayun-ayun dan berpindah tempat. Dengan berubahnya permukaan bumi, maka jumlah hutan menjadi semakin sedikit. Selain itu, ditemukan primata besar yang tidak dapat ditunjang oleh hutan. Dengan demikian, primata mulai turun ke permukaan bumi. Akibatnya tangan menjadi kurang diperlukan sedangkan kaki diperlukan untuk mengejar mangsa dan menghindarkan diri dari predator.

Volume otak mengalami perubahan pesat. Faktor ini sangat nyata terlihat pada golongan kera-manuasia. Australopithecus hanya mempunyai volume otak 600 cc, sedangkan manusia modern sekitar dua kali lebih besar. Data fosil menunjukkan bahwa fosil manusia lainnya mempunyai kisaran antara keduanya. Perubahan volume otak dapat pula dilihat pada perubahan dahi.

Gambar Evoolusi Tengkorak Primata

2.1.2        Data Fosil Evolusi Primata

Bermacam-macam fosil primata seperti Mesopithecus, Miopithecus,dan Aegyptophitecus dari lapisan Oligosen; Parapithecus, Propliopithecus yang berbentuk seperti bajing, diperkirakan tidak mempunyai hubungan kekerabatan yang cukup dengan manusia. Fosil primata yang paling tua dan masih termasuk famili Homonidae adalah Dryopithecus, Limnopithecus, Brahmapithecus, Sivapithecus, Pliopithecus, Oreopithecus, dan Proconsul yang dikenal sejak zaman Miosen.

Dryopithecus dianggap berkerabat dengan bangsa beruk dan kera, sedangkan Proconsul, merupakan fosil Homidid tertua yang diduga berkerabat dengan gorilla dan simpanse. Fosil Brahmapithecus, dan Sivapithecus belum diketahaui kerabat dekatnya. Kemudian kita mengenal

Page 23: DNA Mitokondri1

fosil Hominid yang lebih muda yakni Ramapithecus yang dianggap sebagai fosil yang erat hubungannya dengan manusia. Fosil ini pada mulanya hanya sebuah tulang rahang. Namun kini pandangan tersebut berubah, karena penemuan baru telah meberikan pandangan yang lebih baik. Fosil ini ternyata identik dengan Dropithecus. Fosil berikutnya adalah Kenyapithecus.

Fosil Homo mungkin pula telah ada, namun data yang ada belum meyakinkan. Baru kemudian, pada lapisan yang lebih muda, mulai dijumpai Paraustralopithecus aethiopicus, yang kemudian oleh para ahli yang beraliran progresif sekaran disebut Homo aethiopicus, Australopithecus (A. africanus, A. afarensis), Homo, Meganthropus palaeojavanicus (Homo mojokertoensis), dan Paranthropus (P. boisei, P. robustus). Kedua marga fosil terakhir dan Gigantopithecus adalah fosil manusia atau kera berukuran besar dan mungkuin pantas dinamakan raksasa. Fosol-fosil yang menempati lapisan lebih atasa adalah Zinjanthropus, Homo habilis, Homo ergaster, Homo rudolfensis. Baru kemudian kita mengenal manusia purba, Homo erectus (Sinatropus, Pithecanthropus, Atlanthropus, Telanthropus, Eoanthropus dan Homo heidelbergensis). Fosil-fosil Hominid yang paling muda semuanya sudah dianggap sebagai Homo-sapiens (Swancombe, Steinheim, Cro-Magnon), dan Homo sapiens neaderthalensis (Homo soloensis, Homo rhodosiensis).

2.1.3        Data Genetika Molekuler Fosil Primata

Pendekatan molekuler dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Universitas California di Berkeley. Tahun 1987 mereka mengemukakan hasil analisis ADN mitokondria yang menunjukkan bahwa ADN mitokondria manusia yang paling primitif (wanita, karena ADN mitokondria diturunkan dari pihak ibu) terdapat di Afrika. Bila dikaji mengenai kecepatan mutasi ADN mitokondria, dan dikaitkan dengan perubahan yang terjadi, maka dapat disimpulkan bahwa manusia yang paling primitif harus sudah berada di muka bumi sekitar 200.000 tahun yang lalu. Hal ini menimbulkan kontroversi dengan data fosil, karena menurut fosil, Homo sapiens pertama berumur paling sedikit sekitar 250.000 – 1.000.000 tahun yang lalu. Apalagi bila kita membaca buku yang lebuh tua, maka dapat kita menemukan bahwa perkiraan manusia pertama adalah sekitar 15.000.000 tahun yang lalu.

Penelitian tadinya dilakukan oleh kelompok lain dengan menggunakan analisis ADN kromosom Y menunjukkan bahwa pria pertama berasal dari daerah Aka Afrika, di tempat suku Pygmee berada. Pendekatan tersebut di atas, meskipun mengarah kepada Afrika sebagai daerah asal manusia, sangant didukung oleh data fosil.

Meskipun data molekuler sangat cocock dengan data fosil, namun data yang masih ada belum cukup memastikan asal usul manusia. Teori lain menyatakan bahwa manusia pertama mungkin adalah suatu hybrid antara manusia primitif (Homo erectus dengan Homo habilis dan Homo neaderthalensis) dan dihasilkan manusia modern yang hidup sekarang. Pendapat lain mengatakan bahwa asal usul manusia terjadi di Afrika dan Asia.ada pula kemungkinan yang jauh lebih kecil yakni di Eropa dan Australia. Pendapat ini didasarkan pada fosil Homo erectus dan fosil Homo sapiens.

2.2 Radiasi Primata

Page 24: DNA Mitokondri1

Perkembangan evaluasi Primata dimulai dari moyang yang berupa hewan Mammalia pemaan serangga menurunkan Prosimian yang hidup pada zaman Palaeosin. Hewan ini bertubuh kecil seperti cecurut, bermoncong, dan berekor panjang. Mereka tangas dan cerdas, mempunyai organ-organ penggenggan dan lima jari. Dari Prosimian perkembangan radiasi evolusi menuju 4 golongan besar yang masih tetap hidup sekarang ini.

2.2.1        Prosimian Modern

Kelompok besar pertama yakni Prosimian modern. Yang termasuk kelompok ini adalah lemur dan loris, sekarang hidup di pulau Madagaskar. Hewan-hewan ini masih mempunyai moncong dan ekor yang panjang, berkuku, bukan cakar dengan kemampuan untuk memanipulasi obyek, hal ini merupakan ciri umum Primata.

Gambar Evolusi Primata Modern

Hewan lain yang termasuk Prosimian modern ialah tarsier (binatang hantu), hidup di Asia Selatan dan Indonesia (daerah pantai Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra). Pada hewan ini tidak dijumpai lagi moncong yang panjang mata lebih ke depan tidak seperti mata lemur yang agak kesamping oleh karena itu, tarsier dapat memfokuskan satu titik dengan kedua matanya Nampak adanya peningkatan pada alat-alat penglihatan dan mekanisme saraf yang memberikan kemampuan untuk kedalaman persepsi (binocular stereoscopic vision) dan penglihatan warna pada tahap-tahap beranekaragam.

Tarsius besarnya kira-kira sama dengan seekor tikus besar dan dapat bergerak sejauh yang bisa dilakukan seekor kangguru. Tarsius dapat memutar kepalanya nyaris 360 derajat, sehingga dapat memandang lingkungan yang ada tepat di belakangnya. Dalam hal ukuran relatif otak dan bentuk hidung, tarsius mirip dengan monyet.

2.2.2        Ceiboidea (Monyet Dunia Baru)

Ceboidea hanya hidup pada lingkungan pohon dan ditemukan di daerah hutan-hutan sebelah selatan Amerika Utara, Amerika tengah, Dan Amerika Selatan. Mereka terbagi menjadi dua family, yakni callithricidae dan Cebidae. Callithricidae atau Marmoset adalah Primata kecil yang telah menempati niche seperti bajing di hutan Dunia Baru. Perkembangan yang menonjol pada cakar untuk memanjat yang merupakan bagian penting dari pergerakan mereka.

Ceboidae hidup dilingkungan pohon. Namun lebih berkembang dibandingkan dengan Callithricidae. Mereka mengembangkan beraneka ragam besar tubuh dan adaptasi ekologis di pohon-pohon. Beberapa anggota Cebidae telah beeradaptasi dengan cara hidup dilingkungan pohon dengan jalan mengembangkan “kaki ke-5” dalam bentuk ekor prehensile (penggenggam, dapat digunakan untuk memegang sesuatu). Ekor prehensile tidak hanya terdapat pada moyet Dunia lama.

Monyet dunia baru adalah hewan asli Amerika Selatan. Kebanyakan tidak  memiliki ibu jari yang dapat diputar, yang merupakan ciri khas dari primata-primata yang lebih maju. Cupingnnya lebar dan membentang ke arah samping, sehingga hidung tampak rata. Monyet capuchin yang

Page 25: DNA Mitokondri1

digunakan di Eropa dalam pertunjukan-pertunjukan hiburan tergolong contoh monyet dunia baru.

2.2.3    Cercopithecoidea (Monyet Dunia Lama)

Semua Primata dunia lama kecuali prosimian adalah catarrhini. (hidung terbelah). Monyet-moyet dunia lama diklasifikasikan dalam satu famili yakni Cercopithecidae yang terbagi menjadi 2 sub famili yaitu cercopithecinae (moyet babon) dan colobinae (monyet pemakan daun).

Pada catatan fosil cercopithecoidea berkembang pada zaman Oligosin dan Miosin. Pada akhir Moisin mereka telah menempati sejumlah niche lingkungan pohon serta terestrial di Afrika dan Erasia. Pada saat sekarang mereka berkembang menjadi Colonin (monyet pemakan daun) dan cercopithecin. Cercopithecin yang hidup sekarang menempati iklim dan habitat yang lebih luas dibandingkan Primata lain, kecuali manusia.

1)      Colobinae

Colobinae hidup beradaptasi makan daun vegetasi muda. Mereka mempunyai puncak gigi yang tajam pada gigi molar, kantung pipi khusus, dan bentuk perut khusus untuk mencernakan makanan. Pencernaan dilakukan dengan bantuan bakteri yang hidup pada perutnya yang mirip dengan kantung. Langur (sebutan untuk berapa Colobinae) mendiami banyak habitat. Beberapa diantaranya digunung-gunung tinggi dengan sedikit pohon dan makannya bergantung pada puncak-puncak cemara dan kuliy pohon dan dedaunan.

2)      Cercopithecinae

Sub famili ini menempati beraneka habitat, mulai dari savanna terbuka (babon, macaques, monyet patas) sampai hutan (mandril, mangabey, dan quenon) tingkah laku social babon dan Cercopithecinae terrestrial banyak dipelajari oleh ahli antropologi untuk mengetahui factor-faktor lingkungan dan ekologi yang menolong membentuk nenek moyang manusia.

Mereka berjalan di atas 4 kaki (quadrapedal dan mengembangkan kemampuan mencengkeram, tetapi tidak dengan ekor prehensile. Bentuk pergerakan mereka dinamakan branch walking (berjalan) diatas cabang), plantigrade (kencenderungan bergerak pada permukaan plantar = tapak tangan atau tapak kaki) da digitigrase (kecenderungan bergerak dengan jari tangan atau jari kaki)

Gibbon mempunyai tengkorak yang lebih kecil dibandingkan dengan Hominoid yang lain dan semata-mata orboreal. Bentuk Gibbon khusus untuk bergerak arboncal, disebut brachiation. Branchiation memungkinkan gibbon bergerak arboncal, disebut brachiantion. Branchiation memungkinkan gibbon bergerak lebih cepat antara pepohonan dengan menggunakan kedua lengannya, hingga tangannya berfungsi sebagai sebuah kait. Tetapi jika ia turun ke tanah berjalan-jalan di atas dahan –dahan dilakukan dengan 2 kaki.

Orangutan seperti gibbon hidup terbatas di Asia Tenggara dan pernah hidup tersebar luas di Asia. Cara bergerak orangutan dinamakan quadramanual (empat tangan). Meskipun orangutan menghabiskan banyak waktunya di atas pohon dengan menggunakan 4 anggota badanya, jua

Page 26: DNA Mitokondri1

dapat berjalan jauh sekali di daratan tanah, khususnya jantan dewasa hampir 2 kali lebih besar daripada betinanya dan menjalani hidup membujang.

Gorila sangat terbatas ruang lingkupnya dan sekarang hanya terdapat di hutan pegunungan daerah katulistiwa dan dataran tinggi Afrika timur. Gorila adalah vegetarian terestial, pemakan daun yang tumbuh didataran tanah. Susunan kerangka sangat khusus untuk menopang berat badan terestrial dan berjalan diatas buku-buku jari. Cara bergerak seperti ini terlihat pada bentuk dada, bahu, pergelangan tangan, dan tulang lumbar verteberal yang kuat.

Gambar Cercopithecinae

Simpanse tidak mempunyai catatan fosil, hidup terbatas di daerah hutan dan bagian berhutan kera. Karena adaptasi mereka, mempunyai struktur badan yang orthograde (tegak), yang memungkinkan mereka berjalan jauh di atas permukaan tanah, tetapi juga posisi duduk dalam jangka waktu lama. Untuk duduk, babon telah mengembangkan sepetak kulit pada bagian belakang yang dinamakan ischial callosities.

3)      Hominoidea

Kelompok ini muncuk pada zaman Paleosin. Selama Miosin awal radiasi Hominoidea bercabang menjadi dua yakni Anthropoidea (kera) dan Hominidea (keluarga manusia). Kedua famili ini ditandai dengan hilangnya ekor dan berkembangnya ukuran besar badan. Otak. Anthropoidae dan Hominiidae jauh lebih berkembang dan demikian fungsi lebih kompleks. Kera-kera yang hidup sekarang dibagi 4 genus, yakni gibbon, orangutan, simpanse, dan gorila.

2.3 Makhluk –makhluk pra –Homo sapiens

Evolusi makhluk – makhluk  pra –Homo sapiens dapat digolongkan  menjadi dua bagian besar, yakni:

2.3.1 Evolusi pra – Homo sapiens berdasarkan Hubungan Kekerabatan manusia dengan Hewan

Klasifikasi Homo sapiens adalah sebagai berikut:

Kingdom            : Animalia

Kelas                  : Mammalia

Ordo                   : Primata

Subordo : Anthropoidea

Famili                 : Homonoidea

Genus                 : Homo

Page 27: DNA Mitokondri1

Species   : Homo sapiens

Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia dengan  hewan, evolusiner pra-Homo sapiens secara garis besar mengalami 4 perkembangan, yakni:

Famili Tupaiidae

Famili Tupaiidae merupakan ordo Primata, yakni golongan hewan pemakan serangga.

Famili Lemuroidae

Famili ini merupakan Ordo Primata primitif termasuk di dalamnya adalah jenis binatang setelah kera. Misalnya Tarsius spectrum (binatang hantu), yang hidup di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra), dan Filipina. Jenis binatang tersebut mempunyai ekor panjang serta berkuku bukan cakar dengan kemampuan memanipulasi objek.

Famili Pongidae Famili Homonidae

2.3.2 Evolusi pra – Homo sapiens Berdasarkan Ditemukannya Fosil

Evolusi pra – Homo sapiens berdasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan di berbagai lapisan dunia. Berdasarkan fosil yang ditemukan diperkirakan kehidupan manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang tersebar menjadi 3 zaman, yakni:

1)      Zaman Miosin (25 – 10 juta tahun yang lalu)

Tingkat pertama, yakni Plipithecus. Makhluk ini sepenuhnya bersifat kera, oleh karena itu dinamakan kera primitif. Tubuhnya kecil dan pendek. Kedua tangannya mungkin masih digunakan untuk bergelantungan di dahan pohon. Mereka belum dapat berjalan tegak. Diduga, kera primitif hidup 35 – 25 juta tahun yang lalu. Ditemukan oleh tim ekspedisi Universitas Yale di Fayum tahun 1961.

Tingkat kedua, Proconsul, yakni kera purba yang hidup sekitar 25 -15 juta tahun yang lalu. Para ahli berpendapat bahwa makhluk ini tidak sepenuhnya bersifat kera; disebabkan pada muka, rahang, gig geliginya terdapat ciri yang ditafsirkan sebagai ciri manusia. Makhluk ini ditemukan di danau Victoria, dikatakan oleh seorang ahli: “Mungkinkah ini merupakan bisikan samar – samar pertama tentang makhluk hidup yakni manusia”. Proconsul semakin banyak terkumpul dan semuanya menunjukkan bahwa binatang ini muncul dengan berbagai ukuran yang berbeda – beda; ada yang sekecil simpanse dan ada yang menjadi sebesar gorilla. Tipe gorilla inilah yang menjadi nenek moyang gorilla modern.

Tingkat ketiga, Dryopithecus, yakni kera raksasa yang hidup sekitar 15 – 10 juta tahun yang lalu. Makhluk ini sejenis Proconsul. Fosilnya ditemukan luas di Eropa, India, Cina, dan Afrika. Fosil ini belum lengkap untuk menunjukkan salah satu anggota dari genus yang luas manuju ke arah manusia. Karena rekonstruksi makhluk ini dibuat terutama dengan menggunakan fragmen – fragmen dan gigi – gigi. Dryopithecus memiliki bentuk badan yang cukup besar serta sangat gemar mengembara sehingga menempati hutan tropis yang sangat luas.

Page 28: DNA Mitokondri1

Tingkat keempat, Ramapithecus, yakni primata paling purba yang pada umumnya dianggap sebagai leluhur manusia. Hidup sekitar 15 -10 juta yang lalu. Ukurannya jauh lebih lebih kecil daripada manusia sekarang, yakni 0,9 – 1,2 meter dan kapasitas tengkoraknya lebih kurang 40 cc. Ramapithecus memiliki busur gigi yang lebih kecil namun jauh lebih besar daripada kera. Bentuknya kira-kira mirip dengan busur gigi manusia. Pada manusia, tanganlah yang melakukan sebagian besar pemecahan dan pencabikan makanan yang keras, sedangkan pada kebanyakan kera, gigi tampak merupakan satu-satunya alat untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Fosil dari makhluk ini ditemukan pada tahun 1930-an di bukit Siwalik (Pakistan) oleh G. E. Lewis dari Universitas Yale.

2)      Zaman Pliosin (10 – 2 juta tahun yang lalu)

Pada zaman ini telah muncul makhluk baru yakni primata yang  tidak menyerupai primata yang hidup sebelumnya. Makhluk ini bukan  kera penghuni hutan, tetapi lebih banyak hidup di padang rumput terbuka. Makhluk ini berjalan  tegak dengan  kedua kakinya. Ada dua jenis makhluk ini, yakni:

Tahap kelima, Australopithecus afarensis

Makhluk ini merupakan tingkatan kelima. Australopithecus afarensis merupakan makhluk purba yang diduga merupakan keturunan Ramapithecus. Hidup sekitar 5 juta tahun yang lalu. Makhluk ini juga dianggap sebagai Hominoid paling awal yang menurut beberapa ahli sudah  mampu berjalan tegak.

Gambar Fosil Australopithecus afarensis

Australopithecus afarensis ditemukan oleh Lois dan Mary Leakey dibagian Timur dan Utara Afrika Selatan, di tebing Olduvai dekat dengan Ethiopia. Fosil – fosil makhluk ini ditemukan dari lapisan – lapisan batuan yang berbentuk tebing lembah. Dengan  metode kalium –  argon dapat ditentukan dengan tepat fosil itu.

Tahap keenam, Australopithecus africanus

Australopithecus africanus merupakan tingkatan keenam. Makhluk ini ditemukan oleh Raymond Dart, pada tahun 1924, yakni seorang ahli otonomi dan palaentologi dari Universitas Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan. Fosil Australopithecus africanus dipelajari Dart dari koleksi batuan yang mengandung fosil dari suatu lubang galian pertambangan kapur di Taung, Batswana. Fosil terbenam dalam salah satu bagian batuan dimana tengkorak – tengkorak yang ditemukan tidak menyerupai tengkorak lainnya yang pernah dilihatnya.

Ketika tenggkorak  tdi dipisahkan sama sekali dari batuan, Nampak suatu tengkorak yang menakjubkan. Dalam beberapa hal, tengkorak ini menyerupai anak manusia yang berumur lima atau enam tahun. Tetapi dalam hal beberapa lainnya tengkorak tadi jelas menyerupai tengkorak kera. Dart menamakan penemuanya dengan Australopithecus africanus, artinya “Kera Afrika Selatan”. dia terus mempelajarinya dan setelah empat tahun bekerja berhasil memisahkan rahang tengkorak sedemikian, sehingga giginya tampak jelas. Terlihat gigi – giginya sangat menyerupai gigi anak manusia. Lain dari itu, dari letak foramen magnum, yakni lubang yang

Page 29: DNA Mitokondri1

menghadap ke tengkorak dan yang melewati oleh urat saraf tulang belakang menuju ke otak, menghadap langsung ke bawah. Dart merasa bahwa tengkorak tadi adalah tengkorak suatu makhluk yang letak kepalanya seperti pada manusia; mungkin makhluk tersebut sudah berjalan tegak.

Penemuan Dart didukung oleh ahli palaentologi lain yang berkerja di Afrika Selatan, yakni Robert Broom. Setelah bertahun – tahun dia mempelajari fosil Mammalia di Afrika Selatan. dengan beberapa teman sekerja, Broom mencari fosil – fosil lagi yang mungkin dapat memberikan petunjuk untuk memperkuat kesimpulannya. Selama empat puluh tahun berikutnya, terkumpul sudah bahan fosil yang fosil tengkorak, tulang kaki, dan tulang panggul. Semua fosil diharapkan dapat memberi  petunjuk dengan jelas bahwa memang sesungguhnya di Afrika Selatan  terdapat makhluk pra – manusia (pra – Homo sapiens).

3)      Zaman Pleistosin (2 juta tahun yang lalu sampai sekarang)

Pada zaman ini manusia menglami evolusi yang sangat cepat dan sudah menggunakan perkakas baik dari batu  maupun kayu. Mereka sudah pandai berburu, sudah dapat menggunakan api dan diduga sudah dapat berbicara. Anggapan  ini berdasarkan pada volume otak yang lebih besar bila dibandingkan dengan makhluk sebelumnya.

Tahap ketujuh, Australopithecus robustus

Australopithecus robustus merupakan makhluk sejenis Australopithecus africanus, namun ukurannya lebih besar. Tinggi badannya mencapai 1,5 meter dan berat badannya 65 – 75 kg, mempunyai gigi – gigi besar dan otak rahang yang kuat yang menunjukkan bahwa spesies ini adalah herbivora. Sedangkan Australopithecus robustus lebih langsing, berat badanya kira – kira 50 kg dan tingginya 1,2 meter. Meskipun catatan fosil jauh dari sempurna, akan tetapi ada petunjuk bahwa Australopithecus tersebut hidup di Afrika Selatan  kira – kira selama 750. 000 tahun yang lalu. Selama waktu  itu, Australopithecus africanus makin lama makin menyerupai manusia, sedangkan Australopithecus robustus tetap tidak berubah.

Tahap kedelapan, Australopithecus boisei

Makhluk ini merupakan tahap kedelapan, yang merupakan jenis Australopithecus yang paling besar. Australopithecus boisei hidup di Afrika Timur, dengan ciri – ciri badan tegap, muka dan giginya khas lagi kokoh, tempurung kepalanya rendah dan kasar. Diduga hidup 1,5 juta tahun yang lalu. Ditemukanj oleh Leakey di Lenbah Olvuvai, Tanzania.

Tahap kesembilan, Homo habilis

Makhluk ini merupakan keturunan dari Australopithecus purba yang lebih ramping dan berbeda dengan  saudara – saudaranya, karena lebih tinggi intelegensinya. Homo habilis (manusia tukang) merupakan pembuat dan  memakai alat. Homo habilis hidup sekitar 2 – 1,5 tahun yang lalu. Beberapa ahli berpendapat bahwa makhluk ini sebagai “manusia sejati pertama”, yang lebih cerdas daripada Homo habilis karena memiliki rongga otek yang lebih besar. Ditemukan oleh Leakey di Lembah Olduvai.

Page 30: DNA Mitokondri1

Tahap kesepuluh, Homo erectus

Makhluk ini diduga hidup pada 1,5 – 0,5 juta tahun yang lalu. Homo erectus dapat berjalan tegak, kakinya panjang dan lurus, dan tulang tungkainya lebih maju. Otaknya lebih besar dengan valume berkisar 750 – 1.400 cc. Homo erectus sebagai manusia purba sudah pandai membuat perkakas, misalnya kapak genggam, walaupun masih agak kasar. Kehidupannya dengan berburu mammalian besar. Telah menggunakan api, sudah dapat berbicara untuk mengajari anaknya bagaimana membuat perkakas. Makhluk ini ditemukan tersebar di dunia.

Kenapa Homo erectus dapat hidup di seluruh dunia belumlah jelas. Mungkin tipe makhluk ini berevolusi di beberapa tempat menyebar sepanjang daratan subur dan yang mudah dilalui, terbentang dari Afrika Timur, mengitari Samudra Indonesia sampai ke Jawa.

Gambar Fosil Homo erectus

Perkembangan evolusi sejalan dengan masa pengembaraan mereka dari abad ke abad. Makhluk ini di temukan diberbagai tempat, antara lain:

Pithecanthropus erectus (manusia jawa), ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891. Dubois adalah seorang dokter Belanda menemukan fosil manusia Jawa di daerah Trinil (sepanjang tepi bengawan solo). Fosil yang ditemukan berupa rahang beberapa gigi, dan sebagian dari tulang tengkorak.

Pithecanthropus pekinensis (Sinathropus pekinensis) (manusia Cina). Fosil makhluk ini ditemukan oleh Davidson Black dan Tranz Weidenreich pada tahun 1920 dari suatu penggalian di dalam sebuah gua kapur di dekat Peking. Volume otaknya 900 – 1.200 cc. kebudayaannya sudah lebih maju daripada Pithecanthropus. Mereka telah menggunakan senjata dan perkakas yang terbuat dari tulang dan batu sebagai alat – alat kerja. Penggunaan api nampaknya sudah biasa. Para ahli berpendapat bahwa mahkluk ini suka membunuh sesamanya. Hal ini terbukti dari tulang – tulang tengkorak kosong yang menunjukkkan bekas dibelah dengan senjata dari bawah ke atas. Banyak ahli juga berpendapat bahwa Sinanthropus pekinensis merupakan varian dari Pithecantropus, karena kedua manusia purba mempunyai struktur tubuh yang sama dan hidup pada zaman yang sama, yakni kira – kira 500.000 tahun yang lalu.

Meganthropus Palaeojavanicus (Manusia Raksasa Jawa). Meganthropus palaeojavanicus ditemukan di Sangiran di pulau jawa oleh Von Koningswald pada tahun 1939 – 1941.

Manusia Heidelberg.. Manusia heidelberg ditemukan di Jerman Tahap kesebelas, munculnya makhluk yang dinamakan Homo sapiens purba, yakni makhluk

yang hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu. Makhluk ini sebagai hasil penemuan fosil dari tiga tengkorak yang tidak lengkap, yakni kepingan tengkorak, tulang, dan beberapa gigi. Dari fosil yang ada ditafsirkan bahwa manusia purba ini merupakan tipe peralihan antara Homo erectus ke Homo sapiens yang lebih modern. Kemampuan membuat alat sudah jauh lebih maju, bahkan ada yang menduga bahwa mereka sudah mulai bercocok tanam.

Tahap keduabelas, adalah munculnya Homo sapiens neanderthalesis (Manusia Lembah Neander (Neanderthal)) , yakni makhluk yang diduga hidup pada masa antara 75.000 – 10.000 tahun yang lalu. Fosil makhluk ini ditemukan tahun 1856 di Lembah Neanderthal, Jerman. Bentuk tubuhnya sepenuhnya manusia, hidungnya terlihat mancung. Ukuran volume otaknya relative sudah termasuk dalam kisaran ukuran rongga antara 1.,6 – 1,8 meter, berbahu lebar, berdada cembung, dan berotot padat. Manusia Lembah Neander sudah memiliki kemampuan membuat

Page 31: DNA Mitokondri1

dam memakai pakaian dari kulit dan hidup menetap secara sederhana di gua – gua. Para ahli pada umumnya sependapat bahwa manusia Lembah Neander adalah leluhur manusia modern, walaupun sekelompok ahli masih meragukan.

Umumnya masih diperdebatkan apakah Homo sapiens neanderthalesis pra-manusia ataukah manusia? Sebagian para ahli berpendapat bahwa makhluk ini manusia walaupun wajahnya menyeramkan. Nama biologiny menunjukkan bahwa ia ditempatkan dalam genus dan spesies yang sama dengan kita, tetapi ditempatkan pada subspecies yang berbeda dengan  manusia. Manusia Neander tidak berdagu dan mempunyai otak yang sama besar dengan otak manusia sekarang. Volume otak ini berkaitan dengan kemampuan berbicara yang berkembang dengan baik. Ia hidup di gua – gua, menggunakan  api dan dapat membuat peralatan dengan baik. Anggota keluarga yang mati dikuburnya.

Homo sapiens neanderthalesis pernah “disingkirkan” dari catatan Homo sapiens secara anatomis modern. Banyak teori yang telah diajukan untuk menjelaskan perkembangan dan kepunahan Neanderthal. Teori – teori tersebut telah berspekulasi mengenai hubungan Neanderthal Eropa dengan  bentuk – bentuk lain dari Timur Tengah dalam rangka upaya mencari tempat Homo sapiens neanderthalesis dalam evolusi manusia.

Teori – teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

v  Neanderthal adalah bentuk transisi antara Homo erectus dan Homo sapiens yang kemudian berevolusi menjadi manusia modern. Bentuk progresif dari Timur Tengah dianggap bentuk yang lebih maju.

v  Neanderthal telah terspesialisasi, terisolir secara geneti yang telah teradaptasi dengan lingkungan dingin glasial Eropa. Ketika iklimnya bertambah hangat 40.000 tahun yang lalu. Mereka punah atau oleh bentuk – bentuk yang tidak begitu terspesialisasi dari Timur Tengah, yang berimigrasi ke Eropa.

v  Teori yang sama dengan yang kedua, tetapi bukannya digantikan oleh bentuk – bentuk lain yang dating, melainkan mereka secara genetik tenggelam, tertelan begitu mereka kawin dengan bentuk – bentuk yang lebih maju.

Beberapa teori mungkin benar, atau mungkin salah. Nampaknya memang Neanderthal Eropa sedikitnya agak terisolir secara genetik. Apakah morfologi yang berbeda merupakan akibat founder effect tidaklah pasti. Sama saja seperti pertanyaan yang mempermasalahkan apakah mereka menyumbangkan gen pada populasi manusia modern. Nampaknya juga tidak mungkin teknologi  Neanderthal tidak cukup menghadapi kebudayaan lain yang menyerbu, karena populasi setempat biasanya cenderung untuk lebih teradaptasi dengan lingkungan lokal daripada populasi imigan. Namun, kita banyak melihat kasus – kasus sejarah mengenai kekuatan teknologi kuat menggantikan  teknologi setempat. Misalnya, jatuhnya suku Indian Amerika setelah kontak dengan orang Eropa.

Tahap ketiga belas, yakni munculnya manusia Cro-Magnon. Makhluk ini merupakan Hominidae (manusia) purba termodern. Diduga hidup 10.000 – ribuan tahun yang lalu. Mereka memiliki

Page 32: DNA Mitokondri1

kebudayaan yang cukup maju, bercocok tanam secara baik, memelihara binatang, menguasai lingkungan, bahkan kemudian membangun kota serta mengembangkan peradapan. Ciri – cirinya adalah memiliki dagu yang menonjol, hidung mancung, gigi kecil dan merata, serta raut wajah yang tampan. Sesungguhnya makhluk ini mirip dengan orang – orang Eropa sekarang.

Cro – magnon diambilkan dari nama gua di Prancis, tempat fosil – fosil makhluk ini ditemukan. Tanpa ragu – ragu para ahli anthropologi menempatkan manusia Cro – Magnon pada spesies dan subspecies yang sama dengan kita (Homo sapiens). Manusia Cro – Magnon memiliki ciri tinggi, tegak, dan mempunyai otak yang sama besarnya dengan otak manusia sekarang. Ia pandai sekali membuat alat – alat dan juga ahli seni. Selain batu, mereka menggunakan tulang, gading, dan tanduk kijang untuk membuat alat-alatnya. Beberapa dari bahan  ini diukur dengan corak – corak atau dipahatkan menjadi bentuk – bentuk benda yang dapat dikenal.

Bagaimana hubungan antara manusia Cro – Magnon dan Homo sapiens yang sekarang hidup di Eropa tidak begitu jelas. Uraian palaentologi manusia sebenarnya membinggungkan, bahkan lebih membinggungkan daripada uraian yang terlihat di atas. Fosil manusia selalu tidak lengkap dan selalu sukar untuk menentukan umurnya. Kadang-kadang para ahli anthropologi tidak bekerja sama dengan para ahli biologi mengenai lainnya dan begitu sebaliknya. Tetapi penelitian mengenai zaman terjadinya sebagian besar evolusi genus Homo mendapat kemajuan pesat. Dikemudian hari tentu kita akan lebih mengetahui lagi mengenai asal – usul manusia (manusia – manusia pra- Homo sapiens).

Tahap keempat belas, yakni munculnya Homo sapiens–sapiens (manusia modern). Tidak pasti benar kapan munculnya manusia modern, namun para peneliti ada yang beranggapan bahwa manusia modern muncul sejak sekitar 2.000 tahun Sebelum Masehi.

2.4 Sejarah Manusia

Sejarah manusia adalah asal usul manusia. Fakta atau bukti yang diperoleh untuk mempelajari sejarah manusia dengan bantuan fosil-fosil yang ditemukan pada lapisan bumi. Dari fosil-fosil yang ditemukan, didapatkan kesimpulan bahwa deretan-deretan fosil yang terdapat di batuan muda berbeda apabila dibandingkan dengan fosil-fosil dari batuan yang lebih tua. Perbedaan itu disebabkan oleh perubahan yang perlahan-lahan. Cara penyebaran hewan dan tumbuhan dapat membuka tabir mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada moyangnya.

Tidak akurat untuk menganggap kalau manusia berkembang dari makhluk yang mirip atau identic dengan kera yang hidup di masa kini. Sebenarnya, baik manusia maupun kera berkemban dari nenek moyang bersama yang barangkali sama sekali tidak mirip dengan kera masa kini dalam hal ciri-ciri spesifiknya. Manusia dank era telah berdivergensi dan menjalani jalur-jalur adaptif yang berbeda selama sekitar 8 juta tahun. Banyak anti-evolusionis meng-anggap bahwa evolusi menyatakan kalau kera yang mirip sekali dengan gorilla masa kini memunculkan manusia dalam jangka waktu yang relatif pendek (ribuan tahun). Pandangan-pandangan itu mencegah pertimbangan terbuka akan nilai teori evolusi untuk menjelaskan keberagaman pada semua organisme.

Berhubungan dekat dengan perspektif tersebut adalah ide yang sama salahnya, bahwa evolusi selalu berjalan lurus (evolusi ortogenik) dari bentuk nenek moyang melalui serangkaian bentuk

Page 33: DNA Mitokondri1

turunan hingga menjadi organisme yang sangat adaptif dan relatif permanen. Proses ovolusi berlangsung terus, dan pada banyak kasus garis-garis keturunan berkembang seperti semak-semak, bukannya pohon. Tidak ada bentuk yang teramat khusus yang merupakan perwujudan penuh sebuah garis keturunan, akan tetapi percabangan terus menerus terjadi dan jarang ada serangkaian bentuk yang membentuk sebuah garis keturunan tunggal yang tak bercabang.

Pada kasus manusia, garis keturunan hominid menhasilkan sebuah genus dan spesies berbeda, yang mungkin pernah berkoeksistensi satu sama lain untuk jangka waktu yang cukup lama. Pada saat yang sama, beberapa kera menjalani garis-garis evolusionernya sendiri untuk menghasilkan kera-kera masa kini, kera-kera lain menjadi punah. Banyak diantara bentuk-bentuk yang punah itu merupakan cabang dari garis keturunan kera dan bukan merupakan nenek moyang langsung dari kera masa kini. Pelajaran yang penting dari hal tersebut adalah bahwa begitu terjadi divergensi di masa yang sangat lampau antara cabang hominid (manusia) dengan pongid(kera) dalam evolusi primata, sebuah proses selektif yang berbeda beroperasi pada massing-masing kelompok besar tersebut.

Miskonsepsi ketiga adalah  bahwa semua ciri yang berasosiasi dengan hominid muncul secara bersamaan atau setidaknya mulai berkembang bersama-sama. Namun kenyataannya sama sekali tidak seperti itu. Ciri-ciri semacam postur yang tegak tampaknya sudah ada jauh sebelum karakteristik-karakteristik khas hominid lainnya muncul.

Kepercayaan keempat yang dipegang oleh pendukaung pandangan kreasionis adalah bahwa penerimaan garis keturunan evolusioner manusia bertentangan dengan keimanan Yahudi-Kristen ataupun komitmen pada agama apapun juga secara umum. Walupun sejumlah sekte fundamentalis yang menerima interpretasi harfiah teks suci secara tidak kritis dapat menghadapi konflik dengan kerangka kerja evolusioner, banyak sekali pemeluk agama yang dapat mendamaikan komitmen-komitmen intelektual dan spiritual mereka.nia yang mirip sekali dengan gorila nyatakan juta tahun. banyak gkali sama sekali tidak mirip denngan kerayakan kera, gi

Klasifikasi makhluk hidup menggolongkan manusia sebagai hewan Vertebrata, yakni sebagai Mammalia. Bila kita membedah tubuh manusia, bagian-bagian tubuhnya seperti jantung, usus, hati, dan paru-paru tidak banyak berbeda dengan jantung, usus, hati, dan paru-paru kucing atau kera. Dengan demikian pula jika kita mempelajari sistem saraf, sistem endokrin, pernafasan, pencernaan, reproduksi atau kontraksi otot-ototnya, kita akan selalu menemukan proses-proses kimia dan fisika yang pada prinsipnya sama yang seperti terdapat pada hewan. Manusia mempunyai rambut dan manyusui anaknya. Manusia mempunyai gerakan bipedal (Latin: bi= dua, dan pedes= kaki) yang berlainan dengan gerakan  mammalia lainnya. Bagian-bagian anatomi manusia dengan kera sangat serupa, oleh karena itu mereka dimasukkan ke dalam satu golongan yakni Ordo Primata.

Setiap spesies mempunyai ciri-ciri khas yakni ciri struktur, ciri fisiologi, dan ciri tingkah laku yang membedakan dari spesies yang lain. Kadang-kadang sukar untuk dapat membedakan spesies yang berlainan tetapi yang dekat hubungan kekeluargaannya. Meskipun diantara individu dalam spesies manusia banyak terdapat keanekaragaman, spesies manusia dapat dibedakan dengan jelas dari hewan yang paling menyerupai, yakni Primata besar lainnya.

Page 34: DNA Mitokondri1

2.4.1        Ciri-ciri Struktur Manusia

Perbedaan jasmani yang mencolok yang terdapat antara manusia dengan hewan ialah dalam hal kemampuan manusia untuk berdiri, berjalan, dan berlari dengan tegak pada kedua kaki. Oleh karena itu, tangan manusia bebas untuk mengerjakan atau membawa sesuatu. Kemampuan ini menyangkut banyak modifikasi anatomi. Kaki manusia lebih panjang daripada lengannya, sesuatu hal yang membedakan dari Primata lainnya.  Kaki manusia yag mempunyai lekukan besar dengan ibu jari yang sebidang letaknya dengan jari lainnya, sangat berbeda dengan kaki kera. Kaki manusia sesuai untuk berjalan atau berlari, akan tetapi tidak sesuai untuk berpegangan pada dahan-dahan pohon. Kepala manusia terletak pada tulang belakang sedemikian rupa, sehingga memungkinkan manusia untuk dapat melihat lurus ke depan jika berdiri tegak.

Otak manusia relatif besar. Manusia masa kini mempunyai volume tempurung otak besar 1.200 samapi 1.500 cc, tempurung otak simpanse hanya hanya 350 sampai 450 cc. Tidak ada hubungan mutlak antara besarnya ukuran otak dengan kecerdasan. Otak individu yang mempunyai otak terbesar belum tentu merupakan individu yang tercerdas.  Namun tidak dapat disangkal bahwa otak manusia mempunyai kemampuan besar untuk belajar.  Ciri-ciri kepala manusia lainnya adalah muka yang tegak lurus, rahang yang tidak begitu menonjol, dagu yang nyata, hidung yang jelas dengan ujung memanjang dan bibir yang mempunyai selaput lendir dibagian luar.

Tubuh manusia mempunyai penyebaran rambut yang istimewa. Penyebaran rambut ini berbeda-beda pada berbagai macam populasi manusia. Kaum pria dari beberapa populasi manusia mempunyai janggut lebat. Banyaknya rambut pada manusia berbeda-beda, begitu pula rambut pada lengan dan kaki. Kita hanya dapat mengira-ngira apa artinya adaptasi penyebaran rambut demikian itu dan sampai sekarang pemikiran-pemikiran semacam itu tidak mempunyai arti sama sekali.

2.4.2        Kemampuan Jasmani

Gambaran mengenai batas-batas kemampuan jasmani dapat dilihat dari hasil-hasil pertandingan olah raga. Misalnya untuk lari jarak pendek (100m), manusia dapat mencapai lari 36 km per jam. Banyak macam hewan dapat lari lebih cepat dari pada manusia. Hewan-hewan ini mempunyai kaki yang lebih panjang daripada kaki manusia dalam perbandingan tubuhnya. Macan tutul dapat dapat mengejar kijang dengan kecepatan lebih dari 100 km perjam.biaasanya berat jenis tubuh manusia lebih rendah daripada berat jenis air. Karena itu, di laut tenang dapat terapung untuk jengka waktu lama. Manusia dapat berenang dengan baik. Untuk jarak 100m manusia dapat berenang dengan kecepataan rata-rata 6,8 km perjam. Untuk menempuh jarak 1,5 km kecepatan menurun sampai 5,3 km perjam. Bahkan dengan bantuan alat-alat di tangan dan kakipun kemampuan berenang manusia masih jauh di bawah kemampun ikan pedang yang dapat membelah air dengan kecepatan 64 km perjam atau kemampuan kura-kura laut dan ikan paus yang dapat berenang dengan kecepatan 25 km perjam.

Perbandingan-perbandingan di atas menunjkkan bahwa kwmampuan jasmani manusia di bawah kemampuan jasmani hewan. Tetapi manusia mempunyai kecakapan yang jauh lebih tinngi dari pada hewan. Karena kecakapan ini mennusia mampu  menggunakan alat indranya yang paling sempurna yakni alat pengliha dengan sebaik-baiknya. Manusia dapat menafsirkan rangsangan

Page 35: DNA Mitokondri1

yang dapat di terima dan mempunyai pikiran yang tidak terhingga banyaknya dalam mengadakan reaksi terhadap apa yang dialaminya.

2.4.3        Ciri-ciri fisiologi

Sebagian besar keunggulan struktur manusia lebih banyak berhubungan dengan ciri tingkah lakunya dari pada dengan ciri fisiologinya, meskipun memang kadang-kadang sukar untuk membedakan kedua hal ini. Secara fisiologik manusia tidak banyak berbeda dengan mamalia lainnya, terutama primata. Karena itu dalam banyak hal untuk memahami fisiologi manusia dapat menggunakan percobaan dengan Mammalia.

Pada manusia tidak terdapat musim berbiak. Kegiatan reproduksi dapat terjadi setiap saat sepannjang tahun. Populasi manusia dapat di jumpai individu dengan hari lahir pada semua bulan dalam setiap tahun. Pada kera dan sebangsanya terdapat kecenderungan ke arah tidak adanya musim tetentu dalam reproduksi. Kebanyakan hewan yang di pelihara manusia cenderung mempunyai ciri fisiologi seperti manusia, meskipun di alam bebas tetap mempunya musi biak.

Tidak hanya hewan mempunyai umur panjang seperti manusia. Hal ini di sebabkan proses fisiologi pada umur tua menjadi lemah, dan organisme tua lebih mudah di bunuh oleh predator atau parasit. Hal inilah yang mempersulit penentuan umur sesungguhnya pada kebanyakan organisme. Tetapi dari catatan kebun binatang dan akuarium, yang hewannya hidup terlindung diperoleh data mengenai kemungkinan umur yang dapat di capai sebagai spesies hewan. Ternyata hanya penyu besar yang umurnya lebih panjang dari pada manusia. Umur rata-rata manusia mungkin lebih panjang daripada umur hewan.

Manusia berumur panjang tetapi memerlukan jangka waktu lama untuk  menjadi dewasa. Banyak hewan sejak menetas dan  lahir telah dapat berdiri sendiri.. anak Mammalia paling sedikit memerlukan waktu beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum dapat mengurusi dirinya sendiri, oleh karena masih harus mendapat makanan dari air susu ibunya. Anak mamnusia selama 6-9 tahun sama sekali bergantung pada orang dewasa. Setelah itu, untuk beberapa waktu ia masih tetap bergantung pada orang dewasa meskipun berkurang. Yang paling mendakati keadaan ini adalah kera besar. Anak yang memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk dapat hidup berdiri sendiri. Manusia meningkat sekitar umur 14 tahun, kera sekitar 10 tahun. Perkembangan manusia mencapai kesempurnaan pada umur sekitar 20 tahun, sedang pada kera sekitar pada umur 12 tahun.

2.4.4        Ciri-ciri tingkah laku

Manusia tidak berdaya sebagai individu tersendiri, walaupun  memiliki otak yang besar. Biasanya manusia hidup bersama-sama membentuk masyarakat. Demikian juga dengan hewan banyak yang hidup bermasyarakat, misalnya serangga. Masyarakat serangga berdasarkan tingkah laku yang merupakan sifat bawaan, sedangkan masyarakat berlandaskan pada tingkah laku yang di pelajarinya. Sedangkan masyarakat kera, jauh lebih teratur, walau dengan di bandingkan dengan masyarakat manusia yang paling sederhana.

Page 36: DNA Mitokondri1

Hal penting yang membedakan manusia dengan hewan adalah bahasa. Walaupun mausia dapat mengadakan komunikasi melalui isyarat, tetapi untuk menggantikan bahasa atau dipakai untuk menekan sesuatu. Bahasa manusia rumit, karenatidak hanya terdiri sistem teriakan dan panggilan. Bahasa adalah dasar kemanusiaan. Namun kita belum mengetahui kapan manusia mulai dapat berbicara; tidak ada keterangan mengenai bagai mana bahasa itu di mulai. Oleh karena itu, bahasa adalah suatu ciri dasar tingkah laku manusia.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan Primata primitif ke Primata maju, meliputi: o Hubungan antara tulang vertebra dan tengkorak mengalami perubahan yang berangsur-

angsur menuju titik berat tengkorako Bola mata pada organisme non primata tidak mempunyai tulang yang meliputinya.

Tetapi pada kera dan manusia, mata sudah sepenihnya ter-lindung.o Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku.o Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan lebih penting daripada kaki.o Volume otak mengalami perubahan pesat.o Perkembangan evaluasi Primata:

Prosimian Modern, termasuk lemur dan loris, sekarang hidup di pulau Madagaskar, tarsier (binatang hantu), hidup di Asia Selatan dan Indonesia (daerah pantai Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra).

Ceiboidea (Monyet Dunia Baru), Ceboidea terbagi menjadi dua family, yakni callithricidae dan Cebidae.

Cercopithecoidea (Monyet Dunia Lama), Monyet-moyet dunia lama diklasifikasikan dalam satu famili yakni Cercopithecidae yang terbagi menjadi 2 sub famili yaitu cercopithecinae (moyet babon) dan colobinae (monyet pemakan daun).

Hominoidea, kelompok ini muncuk pada zaman Paleosin. Selama Miosin awal radiasi Hominoidea bercabang menjadi dua yakni Anthropoidea (kera) dan Hominidea (keluarga manusia).

Evolusi makhluk – makhluk pra –Homo sapiens dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yakni:

Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia dengan hewan, evolusiner pra-Homo sapiens secara garis besar mengalami 4 perkembangan, yakni:

§ Famili Tupaiidae, yakni golongan hewan pemakan serangga. § Famili Lemuroidae, termasuk di dalamnya adalah jenis

binatang setelah kera. Misalnya Tarsius spectrum (binatang hantu).

§ Famili Pongidae § Famili Homonidae

Page 37: DNA Mitokondri1

Evolusi pra – Homo sapiens berdasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan di berbagai lapisan dunia. Berdasarkan fosil yang ditemukan diperkirakan kehidupan manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang tersebar menjadi 3 zaman, yakni:

o § Zaman Miosin (25 – 10 juta tahun yang lalu)

ü Tingkat pertama, yakni Plipithecus.

ü Tingkat kedua, Proconsul, yakni kera purba yang hidup sekitar 25 -15 juta tahun yang  lalu.

ü Tingkat ketiga, Dryopithecus, yakni kera raksasa yang hidup sekitar 15 – 10 juta tahun yang lalu.

ü Tingkat keempat, Ramapithecus, yakni primata paling purba yang pada umumnya dianggap sebagai leluhur manusia. Hidup sekitar 15 -10 juta yang lalu.

§ Zaman Pliosin (10 – 2 juta tahun yang lalu)

ü  Tahap kelima, Australopithecus afarensis, hidup sekitar 5 juta tahun yang lalu.

ü  Tahap keenam, Australopithecus africanus

§ Zaman Pleistosin (2 juta tahun yang lalu sampai sekarang)

ü Tahap ketujuh, Australopithecus robustus

ü Tahap kedelapan, Australopithecus boisei, diduga hidup 1,5 juta tahun yang lalu.

ü Tahap kesembilan, Homo habilis, hidup sekitar 2 – 1,5 juta tahun yang lalu.

ü Tahap kesepuluh, Homo erectus, diduga hidup pada 1,5 – 0,5 juta tahun yang lalu. Makhluk ini di temukan diberbagai tempat, antara lain: Pithecanthropus erectus (manusia jawa), Pithecanthropus pekinensis (Sinathropus pekinensis) (manusia Cina), Meganthropus Palaeojavanicus (Manusia Raksasa Jawa), dan Manusia heidelberg yang ditemukan di Jerman

ü Tahap kesebelas, munculnya makhluk yang dinamakan Homo sapiens purba, yakni makhluk yang hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu.

ü Tahap keduabelas, adalah munculnya Homo sapiens neanderthalesis (Manusia Lembah Neander (Neanderthal)) , yakni makhluk yang diduga hidup pada masa antara 75.000 – 10.000 tahun yang lalu.

ü Tahap ketiga belas, yakni munculnya manusia Cro-Magnon. Makhluk ini merupakan Hominidae (manusia)  purba termodern. Diduga hidup 10.000 – ribuan tahun yang lalu.

Page 38: DNA Mitokondri1

ü Tahap keempat belas, yakni munculnya Homo sapiens–sapiens (manusia modern). Tidak pasti benar kapan munculnya manusia modern, namun para peneliti ada yang beranggapan bahwa manusia modern muncul sejak sekitar 2.000 tahun Sebelum Masehi.

Ø Ciri-ciri Manusia o Kaki manusia lebih panjang daripada lengannya, sesuatu hal yang membedakan dari

Primata lainnya.o Otak manusia relatif besar. Manusia masa kini mempunyai volume tempurung otak

besar 1.200 samapi 1.500 cc, tempurung otak simpanse hanya hanya 350 sampai 450 cc.o Kemampuan jasmani manusia di bawah kemampuan jasmani hewan. Tetapi manusia

mempunyai kecakapan yang jauh lebih tinngi dari pada hewan.o Pada manusia tidak terdapat musim berbiak. Kegiatan reproduksi dapat terjadi setiap

saat sepannjang tahun.o Manusia berumur panjang tetapi memerlukan jangka waktu lama untuk menjadi

dewasa.o Biasanya manusia hidup bersama-sama membentuk masyarakat.o Hal penting yang membedakan manusia dengan hewan adalah bahasa, bahasa adalah

suatu ciri dasar tingkah laku manusia.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini pastilah masih banyak kekurangan, namun lihatlah makalah ini sebagai dasar pengetahuan kita tentang perkembangan manusia dan primata secara evolusioner, sehingga kita bisa berfikir dengan cermat darimana sebenarnya kita berasal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2006. “Sejarah Manusia-Primata” (online) http://www.talkorigins.org/faqs/faq-transitional/part2a.html#primate diakses 1 Oktober 2009 pkl. 20.30 WIB

Anonymous. 2006. “ Sejarah Penemuan Fosil Manusia Purba, Manusia Kera dan Manusia Modern – Teori Perkembangan Evolusi Antar Waktu Arkeologi Biologi” (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengah_Kuno diakses 1 Oktober 2009 pkl. 20.43 WIB

Darwin, Charles.1958.On the Origin of Species, New York and Scarborough, Ontario: Mentor Book

Fried,  G. H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Penebit Erlangga . Jakarta

Jr, Dolt,H. Robert, 1971. Evolution Of The Earth, Mc Graw Hill, Book Company, New York

Kardong, V. Kenneth, 2005. An Introduction to Biological Evolution, Mc Graw Hill, Higher Education

Ruse, M., 1982. Darwinism Defended, The Benyamin/ Cummungs Publ. Company Inc.

Waluyo, Lud, 2004. Evolusi Organik, UMM Press, Malang

Page 39: DNA Mitokondri1

EVOLUSI, TEORI EVOLUSI, DAN TEORI DARWIN1

Oleh: Drs. Abdul Gafur, M.Si.

Program Studi Biologi FMIPA Unlam

Sejak dipopulerkan oleh Darwin satu setengah abad yang lalu, konsep evolusi telah berkembang menjadi konsep yang kompleks. Sebagai salah satu pemikiran yang paling mengguncang dunia, gagasan tentang evolusi mendapat tantangan hebat, di samping penganut yang kuat. Namun bagaimanapun juga, pemahaman yang benar mengenai apa yang dimaksud dengan evolusi, dan beberapa istilah serta konsep yang terkait, perlu sekali dimiliki oleh siapa saja sebelum ia memutuskan untuk mengikuti atau menentangnya.

Evolusi sebagai Fakta

Secara umum istilah ‘evolusi’ bermakna :

A gradual process in which something changes into a different and usually more complex or better form2.

Perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit)”3.

Dalam konteks biologi, evolusi dimaksudkan sebagai ‘evolusi makhluk hidup, evolusi biologis, atau evolusi organik’ untuk menyatakan bahwa yang mengalami perubahan itu adalah makhluk hidup. Jadi, pada intinya dalam kata ‘evolusi’ terkandung makna proses perubahan. Dengan demikian, evolusi adalah peristiwa atau kejadian.

Apakah kejadian atau peristiwa itu memang benar-benar terjadi? Untuk itu diperlukan bukti. Begitu pula dengan evolusi. Jika evolusi (proses perubahan) itu memang terjadi, apa buktinya? Dikemukakanlah bukti-bukti evolusi yang pada dasarnya ingin menunjukkan bahwa perubahan itu memang benar-benar terjadi.

Peristiwa evolusi tidak dapat diamati secara langsung. Apa yang dikatakan sebagai ‘bukti evolusi’ selama ini sebenarnya hanyalah bukti inferensian. Dalam hal ini, ada sejumlah gejala atau fakta dianggap dapat membuktikan adanya evolusi karena hanya dapat dijelaskan dengan memuaskan berdasarkan konsep evolusi. Sudah barang tentu pembuktian seperti itu bersifat tentatif. Suatu penjelasan untuk sementara dianggap benar selama belum ada penjelasan lain yang lebih mampu menjelaskan suatu gejala secara lebih memuaskan.

Evolusi sebagai Teori

Teori adalah “Systematically organized knowledge applicable in a relatively wide variety of circumstances, especially a system of assumptions, accepted principles, and rules of procedure devised to analyze, predict, or otherwise explain the nature or behavior of a specified set of

Page 40: DNA Mitokondri1

phenomena”4. Jika fenomenanya adalah gravitasi, teori yang dipergunakan untuk menjelaskannya disebut teori gravitasi. Begitu pula, teori untuk menjelaskan kejadian perubahan makhluk hidup (evolusi) dikenal sebagai ‘teori evolusi’.

Jadi, teori evolusi dimaksudkan sebagai penjelasan tentang bagaimana evolusi itu terjadi (mekanisme evolusi). Bisa terjadi ada beberapa penjelasan yang diberikan mengenai suatu fenomena. Mengenai evolusi, pada abad ke-19 Lamarck memberikan penjelasan bagaimana evolusi itu terjadi, yang dikenal sebagai teori evolusi Lamarck atau teori Lamarck. Penjelasan yang diberikan oleh Lamarck itu kemudian dianggap tidak benar karena ada penjelasan lain yang dipandang lebih memuaskan, terutama yang diberikan oleh Darwin dan dikenal sebagai teori evolusi Darwin atau teori Darwin.

Selain sebagai penjelasan tentang evolusi, teori evolusi bisa juga dimaksudkan sebagai teori yang menyatakan bahwa ada ada kekerabatan di antara organisme (Panchen, 1992) atau ada perubahan dan diversifikasi makhluk hidup. Dalam hal ini teori evolusi merupakan penjelasan terhadap berbagai fenomena yang kemudian ditunjuk sebagai bukti evolusi.

Darwin dan Evolusi

Ada dua macam sumbangsih Darwin yang berkaitan dengan evolusi. Yang pertama adalah ia menyajikan sejumlah besar fakta sebagai bukti evolusi. Yang kedua, ia memberikan penjelasan mengenai mekanisme evolusi, yang dikenal sebagai teori Darwin.

Mayr5 membedah paradigma evolusioner Darwin menjadi lima teori utama yang menjadi dasar dari pemikiran tentang evolusi:

1. Evolusi itu sendiri. Teori ini menyatakan bahwa dunia tidaklah konstan atau baru saja tercipta dan tidak pula bersiklus (melingkar), melainkan terus berubah, dan bahwa organisme mengalami transformasi (perubahan) dalam perjalanan waktu.

2. Asal usul yang sama (common descent). Teori ini menyatakan bahwa setiap kelompok organisme diturunkan (berasal) dari moyang yang sama, dan bahwa semua kelompok organisme akhirnya dirunut balik ke satu asal kehidupan di bumi.

3. Perbanyakan spesies. Teori ini menjelaskan tentang asal mula keanekaragaman makhluk hidup yang amat besar, melalui perpecahan menjadi spesies-spesies anak ataupun ‘pertunasan’, yaitu terbentuknya populasi pendiri yang terisolasi geografis dan akhirnya berkembang menjadi spesies baru.

4. Gradualisme. Menurut teori ini perubahan evolusioner terjadi melalui perubahan populasi secara bertahap, bukan dengan dihasilkannya individu baru secara mendadak yang merupakan tipe baru.

5. Seleksi alami (Natural Selection). Menurut teori ini perubahan evolusioner tercapai melalui produksi berlimpah variasi di setiap generasi. Sedikit individu yang bertahan hidup, berkat karakter-karakter terwariskan yang lebih adaptif, menurunkan generasi selanjutnya.

Inti dari teori evolusi Darwin adalah bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alami. Gagasannya itu lahir melalui penalaran induktif dan deduktif. Prosesnya diikhtisarkan sbb6.

Page 41: DNA Mitokondri1

Pengamatan 1: Kecenderungan populasi untuk bertambah besar, dengan peningkatan secara geometrik, karena potensi reproduksi organisme yang sangat tinggi.

Pengamatan 2: Kenyataannya, jumlah individu dalam populasi kurang lebih konstan.

Kesimpulan 1 : Adanya ‘struggle for existence’ alias ‘struggle for survival’

Pengamatan 3 : Organisme bervariasi.

Kesimpulan 2 : Adanya ‘natural selection’ alias ‘survival of the fittest’.

Mengenai variasi, Darwin menekankan pentingnya variasi yang terwariskan dengan mengatakan “… any variation which is not inherited is unimportant for us7.”. Kemudian, mengenai seleksi alami Darwin sejak semula mengemukakan bahwa “… natural selection has been the main, but not the exclusive, means of modification.”8

Kelemahan paling serius dari penjelasan Darwin berpangkal dari ketidaktahuannya tentang hereditas (pewarisan sifat). Teori yang diajukannya mengenai pewarisan sifat ini terbukti sama sekali keliru.

Sintesis Modern

Umumnya biologiwan sekarang mengakui bahwa evolusi adalah fakta. Karena itu, istilah ‘teori’ dalam hal ini dipandang tidak cocok lagi, kecuali untuk menyebut berbagai model yang mencoba menjelaskan bagaimana evolusi itu berlangsung. Diskusi panjang lebar di kalangan biologiwan sekarang hanya mengenai mekanismenya.

Sejak abad ke-20 genetika dan biologi populasi menyisip ke dalam kajian evolusi. Teori Darwin tentang seleksi alami tidak lagi dipandang sebagai teori terbaik tentang mekanisme evolusi. Gagasan sekarang tentang evolusi biasanya disebut sebagai Modern Synthesis (Sintesis Modern) yang mencakup mekanisme selain seleksi alami. Evolusi menjadi didefinisikan sebagai perubahan komposisi genetik (frekuensi alel di dalam kumpulan gen) suatu populasi dari generasi ke generasi. Ketika biologiwan berkata ia telah mengamati evolusi, maksudnya ia telah mendeteksi adanya perubahan dalam frekuensi gen di dalam suatu populasi. Sering adanya perubahan frekuensi gen itu diinferensikan dari perubahan fenotipe yang dapat diwariskan (Moran, 1997b).

Futuyma (1986) menguraikan prinsip utama Sintesis Modern sebagai berikut.

1. Populasi mengandung variasi genetik yang muncul melalui mutasi acak (artinya tidak terarah secara adaptif) dan rekombinasi.

2. Populasi berevolusi dengan perubahan-perubahan dalam frekuensi gen akibat random genetic drift, gene flow, dan khususnya seleksi alami.

3. Sebagian besar varian genetik mempunyai pengaruh fenotipe yang kecil sehingga perubahan fenotipe terjadi bertahap.

Page 42: DNA Mitokondri1

4. Diversifikasi terjadi melalui spesiasi, yang normalnya melibatkan berkembangnya secara bertahap isolasi reproduksi di antara populasi-populasi.

5. Proses-proses tersebut, yang terus berlangsung dengan cukup lama, membuahkan perubahan-perubahan yang cukup besar untuk membenarkan ditetapkannya taraf-taraf taksonomik yang lebih tinggi (genus, famili, dst.)

Ada dua macam evolusi: mikroevolusi dan makroevolusi. Perubahan di dalam populasi, yang hanya berupa perubahan frekuensi alel, disebut mikroevolusi. Perubahan yang lebih besar, misalnya yang menyebabkan terbentuknya spesies baru, disebut makroevolusi. Sebagian evolusionis berpendapat bahwa makroevolusi hanyalah kumpulan mikroevolusi. Sebagian lagi berpendapat bahwa mekanisme makroevolusi berbeda dari perubahan mikroevolusi. Punctuated equillibrium adalah salah satu teori yang diajukan untuk menjelaskan mekanisme makroevolusi berdasarkan pola yang terekam dalam catatan fosil.

Seleksi Alami

Seleksi alami dipandang sebagai proses yang mengubah frekuensi gen di dalam populasi. Colby (1997) mendefinisikan seleksi alami sebagai keberhasilan reproduksi yang berlainan di antara kelompok-kelompok varian genetik di dalam kumpulan gen (gene pool). Endler (1992) mendeskripsikan  seleksi alami sebagai proses yang terjadi jika populasi memiliki 3 kondisi:

1. Variasi di antara individu-individu dalam hal suatu sifat tertentu (variasi fenotip)2. Hubungan yang konsisten antara sifat itu dengan kemampuan reproduksi dan kelangsungan

hidup (variasi fitness)3. Hubungan yang konsisten, untuk sifat itu, antara tetua dan keturunannya; hubungan itu

setidaknya secara parsial tidak tergantung pada efek lingkungan (pewarisan sifat)

Apabila ketiga kondisi itu terpenuhi, satu atau dua hal berikut akan terjadi:

1. Distribusi frekuensi sifat itu akan berbeda di antara kelompok-kelompok umur atau tahap-tahap sejarah-hidup, dan perbedaan itu tidak sesuai dengan yang diramalkan berdasarkan ontogeni (pertumbuhan dan perkembangan).

2. Apabila populasi tidak dalam keadaan setimbang, distribusi sifat itu di dalam semua keturunan dalam populasi akan berbeda dari distribusinya di dalam semua tetua, tidak sesuai dengan yang diramalkan berdasarkan kondisi (a) dan (c) saja.

Kondisi (a), (b), dan (c) mencakup semua aspek biologi, dan proses (hasil 1 dan 2) murni berasal dari peluang dan statistika.

Seleksi alami dapat dipecah menjadi banyak komponen. Beberapa di antaranya adalah kelangsungan hidup dan dayatarik seksual. Seleksi seksual adalah seleksi alami yang bekerja pada faktor-faktor yang berperan terhadap keberhasilan organisme untuk kawin.

Page 43: DNA Mitokondri1

Genetic Drift

Genetic drift adalah perubahan secara kebetulan dalam frekuensi alel suatu kumpulan gen. Meski bisa terjadi pada populasi besar maupun kecil, peristiwa ini terutama terjadi pada populasi yang kecil. Sebagai mekanisme evolusi, genetic drift dipandang setara dengan seleksi alami, malah bisa lebih penting. Mana sebenarnya yang lebih penting di antara keduanya masih diperdebatkan, tetapi setidaknya sebagian tergantung pada ukuran populasi. Di populasi kecil, drift bisa jauh lebih berperan.  Bottleneck effect dan founder effect adalah dua contoh dari proses stokastik tersebut. Sebagai proses acak, genetic drift tidak akan memberikan hasil yang sama pada populasi yang berlainan (Mader, 2001).

Mutasi

Mutasi merupakan bahan mentah evolusi. Peran pentingnya adalah untuk menghasilkan variasi. Mutasi pada dasarnya merupakan kekeliruan dalam penyalinan DNA. Macamnya berupa perubahan kode genetik, penyisipan atau hilangnya suatu gen, dan inversi atau duplikasi gen atau bagian gen. Kebanyakan mutasi dipandang netral dari sudut pandang fitness. Banyak mutasi yang tidak segera memperlihatkan efek pada fenotipe, sehingga tidak terdeteksi. Akan tetapi, kalau mutasi itu sampai menimbulkan efek pada fenotipe, biasanya efeknya merugikan. Hanya sedikit sekali mutasi yang menguntungkan. Nilai adaptif mutasi sepenuhnya tergantung pada kondisi lingkungan.

Sekali alel bermutasi, kombinasi alel-alel tertentu bisa lebih adaptif dari kombinasi yang lain pada kondisi lingkungan tertentu. Fenotipe yang paling cocok baru muncul apabila alel-alel yang tepat dikelompokkan oleh peristiwa rekombinasi.

Gene Flow/Migration

Migrasi gen adalah pergerakan alel di antara populasi-populasi melalui perkawinan individu antarpopulasi.  Individu baru yang masuk ke suatu populasi, lalu kawin di populasi itu, bisa membawa alel baru ke kumpulan gen populasi itu. Dengan demikian, variasi di dalam populasi itu meningkat.

Penutup

Evolusi, teori evolusi, dan teori Darwin adalah tiga hal yang berbeda meskipun berkaitan sangat erat. Evolusi dapat dipandang sebagai fakta dan sebagai teori. Sebagai fakta, evolusi adalah perubahan. Teori evolusi menjelaskan mekanisme perubahan itu. Teori Darwin hanyalah salah satu dari beberapa teori evolusi yang pernah diajukan, dan sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan. Menentang teori Darwin belum tentu menentang teori evolusi karena bisa juga berarti mengajukan teori evolusi lain yang lebih baik dari teori evolusi Darwin. Menentang teori evolusi seyogyanya dilakukan dengan memberikan penjelasan (teori) lain yang lebih dapat diterima mengenai berbagai fakta yang selama ini diyakini sebagai bukti evolusi atau fakta yang selama ini dapat dijelaskan berdasarkan konsep evolusi.

Page 44: DNA Mitokondri1

Daftar PustakaAppleman, P. (editor). 1970. Darwin. W.W. Norton & Company. New York.

Colby, C. 1997. Introduction to Evolutionary Biology. Talk. Origins. Archive.

Endler, J.A. 1992. Natural Selection: Current Usages. Dalam E.F. Keller dan E.A. Lloyd (editor). Keywords in Evolutionary Biology. Harvard University Press. Cambridge.

Futuyma, D.J. 1986. Evolutionary Biology. Second edition. Sinauer Associates.

Hanes, J. 1997. What is Darwinism?. Talk. Origins. Archive.

Mader, S.S. 2001. Biology. Seventh edition. McGraw-Hill. Boston.

Moran, L. 1997a. The Modern Synthesis of Genetics and Evolution. Talk. Origins. Archive.

Moran, L. 1997b. What is Evolution?. Talk. Origins. Archive.

Moran, L. 1997c. Random Genetic Drift. Talk. Origins. Archive.

Moran, L. 1997d. Evolution is a Fact and a Theory. Talk. Origins. Archive.

Teori Sintetik. Teori ini merupakan gabungan dari teori Lamarck, Darwin, dan hukum pewarisan Mendel yang isinya mengungkapkan bahwa evolusi terjadi karena perubahan frekuensi gen dari suatu generasi ke generasi berikutnya.