dki.pdf

12
  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi 2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit.Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2007). 2.1.2. Definisi Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen yang dipengaruhi faktor endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff, 2008). 2.2. Epidemiologi Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan (Djuanda, 2007). Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational. Berdasarkan penelitian tahunan dari institusi yang sama, bahwaangka kejadianuntuk penyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95% dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan (Wolff, 2008).

Upload: icha-monicha

Post on 29-Mar-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 1/12

 

BAB 2 

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau

substansi yang menempel pada kulit.Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak

yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat

bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2007).

2.1.2. Definisi Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non

imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen yang

dipengaruhi faktor endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi,

fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada

penyakit ini (Wolff, 2008).

2.2. Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai

golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis

kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan

cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara

lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan

(Djuanda, 2007).

Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic 

menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional nonfatal pada tahun

2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang

merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational.

Berdasarkan penelitian tahunan dari institusi yang sama, bahwaangka

kejadianuntuk penyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika,

menunjukkan 90-95% dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan

80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan (Wolff, 2008).

Page 2: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 2/12

 

Di Jerman, angka insiden DKI adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana

insiden tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per 10.000 pekerja

setiap tahunnya), tukang roti dan tukang masak. Berdasarkan jenis kelamin, DKI

secara signifikan lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Tingginya

frekuensi ekzem tangan pada wanita dibanding pria karena faktor lingkungan,

bukan genetik (Hogan, 2010).

2.3. Etiologi 

2.3.1. Faktor Eksogen 

Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi

potensi iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan

bentuk senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang

dimaksudkan termasuk sifat kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik,

konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan.

Selain itu, sifat dari pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan

 jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah

pajanan sebelumnya juga turut menyebabkan DKI. Faktor lingkungan seperti

lokalisasi tubuh yang terpajang dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan,

gesekan atau goresan, kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin

menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan

pada bahan iritan (Wolff, 2008).

2.3.2. Faktor Endogen

2.3.2.1. Faktor genetik

Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk

mengeluarkan radikal bebas, dan mengubah derajat enzym antioksidan,dan

kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya

dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon

tubuh terhadap bahan-bahan ititan.Selain itu, predisposisi genetik terhadap

kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan (Wolff, 2008). Pada

penelitian, diduga bahwa faktor genetik mungkin mempengaruhi kerentanan

terhadap bahan iritan (Tony, 2010).

Page 3: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 3/12

 

2.3.2.2. Jenis Kelamin

Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan

wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Hubungan antara jenis

kelamin dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan oleh

bahan iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada

pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan

berdasarkan penelitian (Wolff, 2008).

2.3.2.3. Umur

Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi bahan-

bahan kimia dan bahan iritan lewat kulit.Banyak studi yang menunjukkan bahwa

tidak ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya

umur. Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi

kulit yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang

tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda (Wolff,

2008).

2.3.2.4. Suku

Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit mempengaruhi

berkembangnya dermatitis kontak iritan secara signifikan.Karena eritema sulit

diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai satu-

satunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada

kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan

daripada kulit putih (Wolff, 2008).

2.3.2.5. Lokasi Kulit

Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan,

sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan

terhadap dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten

(Tony, 2010).

2.4. Patogenesis 

Pada respon iritan, terdapat komponen yang menyerupai respon

imunologis yang dapat ditunjukkan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai

Page 4: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 4/12

 

oleh pelepasan mediator peradangan, khususnya sitokin dari sel kulit yang non-

imun (keratinosit) yang mendapat rangsangan kimia. Proses ini tidaklah

membutuhkan sensitasi sebelumnya. Kerusakan sawar kulit menyebabkan

pelepasan sitokin-sitokin seperti Interleukin-1α  (IL-1α), IL-1β, tumor necrosis

factor -α  (TNF-α). Pada dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF-a

hingga sepuluh kali lipat dan granulocyte-macrophage colony-stimulating

 factor (GM-CSF) dan IL-2 hingga tiga kali lipat. TNF-α adalah salah satu sitokin

utama yang berperan dalam dermatitis iritan, yang menyebabkan peningkatan

ekspresi  Major Histocompatibility Complex  (MHC) kelas II dan intracelluler

adhesin molecul-I  pada keratinosit (Wolff, 2008).

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan peradangan klasik

ditempatterjadinya kontak dikulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila

iritan kuat.Ada dua jenis bahan iritan yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat

akan menyebabkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua

orang,sedangkan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang

kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena depilasi yang

menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah

kerusakan sel yang di bawahnya oleh bahan iritan (Djuanda 2007).

2.5. Gambaran Klinis 

Berdasarkan gejala klinis dermatitis kontak iritan ada dua yaitu dermatitis

kontak iritan akut dan dermatitis iritan kronik.

2.5.1. Dermatitis kontak iritan akut

Pada dermatitis kontak iritan akut, reaksi sering disebabkan oleh paparan

tunggal iritan dan manifestasi kulit biasanya menghilang dalam beberapa hari

sampai minggu.Sumber iritan yang paling sering adalah kimia atau abrasi pada

kulit.Salah satu peristiwa awal utama sebelum kerusakan kulit yang diamati

adalah pelepasan sitokin proinflamasi. Hal ini pada gilirannya memperkuat reaksi

inflamasi dengan melepaskan kemokin, sehingga vasodilatasi dan infiltrasi sel

(misalnya, limfosit, eosinofil, makrofag, neutrofil, sel T) ke dalam epidermis dan

dermis. Tanda histopatologis dari iritasi adalah kerusakan epidermis yaitu

Page 5: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 5/12

 

spongiosis dan pembentukan microvesikel, eritema, indurasi, dan edema yang

mengarah ke daerah yang menyakitkan lokal dari kulit (Johanson, 2011).

2.5.2. Dermatitis kontak iritan kronis 

Distribusi penyakit ini biasanya pada tangan. Pada dermatitiskontak iritan

kumulatif, biasanya dimulai dari sela jari tangan dan kemudian menyebar ke

bagian dorsal dan telapak tangan.Pada ibu rumah tangga, biasanya dimulai dari

ujung jari (pulpitis) (Richard, 2009).

DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-

ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor.

Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis

iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu memberi kelainan.

Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan,

bahkan bisa bertahun-tahun kemudian.Sehingga waktu dan rentetan kontak

merupakan faktor paling penting (Djuanda, 2008).

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal

dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.Bila kontak terus berlangsung

maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan

hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh

penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian

(Djuanda, 2008).

2.5.3. Dermatitis Kontak Iritan Akibat Deterjen

Stratum korneum di kulit sangat penting dalam membentuk penghalang

terhadap lingkungan eksternal dan mencegah kehilangan air. Lapisan superfisial

yang mengandung sel-sel epitel tertanam dalam lapisan ganda lemak, asam lemak,

dan kolesterol dengan kadar air antara 20% dan 35%. Hampir semua bentuk

dermatitis kontak iritan akibat detergen melibatkan gangguan dalam stratum

korneum, tetapi dalam beberapa kasus didahului oleh respon inflamasi local

(Adam, 2009). Deterjen menaturasi protein dan merusak membran sel. Oksidasi

telah terbukti meningkatkan potensi iritan dari beberapa surfaktan (Tony, 2010).

Gangguan pada lapisan ganda lemak dalam dermatitis iritan tangan terjadi

ketika terkena deterjen, sabun, dan bahan kimia atau iritan lainnya. Hasil

Page 6: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 6/12

 

peradangan dari iritan yang baik dan cukup kuat atau kontak dengan kulit untuk

waktu yang cukup lama akan mengikis penghalang. Paparan berulang atau berat

akan menyebar ke lapisan lebih dalam dari kulit dan endothelium (Adam, 2009).

2.6. Histopatologik

Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik. Pada

DKI akut (oleh iritan primer), dalam dermis terjadi vasodilatasi dan sebukan sel

mononuclear di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas. Eksositossi di

epidermis diikuti spongiosis dan edema intrasel, dan akhirnya terjadi nekrosis

epidermal. Pada keadaan berat kerusakan epidermis dapat menimbulkan vesikel

atau bula. Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan neutrophil (Djuanda,

2008).

2.7. Diagnosis

Diagnosis DKI didasarkan atas anamnesis dan gambaran klinis. Uji temple

tidak dapat dilakukan pada stadium akut, karena akan memperberatkan penyakit.

(Arif, 2008).

2.8. Penatalaksaan

Secara teoritis, pengobatannya sederhana-baik dengan mencegah agar

tidak terjadi kontak antara pasien dengan iritan, atau dengan melindungi tangan

mereka terhadap bahan tersebut.Tetapi pada prakteknya tidak mungkin untuk

menghindari terjadinya kontak dengan iritan tanpa beralih profesi. Di samping itu,

pada banyak profesi sifat pekerjaannya menyebabkan pemakaian sarung tangan

tidak mungkin dilakukan (Robin, 2005).

Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis

kontak iritan adalah sebagai berikut:

1. Kompres dingin dengan cairan Burrow

Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan

membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2- jam

(Levin, 2006).

Page 7: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 7/12

 

2. Glukokortikoid topical

Kortikosteroid adalah immunosuppressif dengan sifat anti-inflamasi yang

memodifikasi respon kekebalan tubuh terhadap rangsangan beragam.Tindakan

lainnya termasuk vasokonstriksi dan antiproliferasi. Agen ini telah membatasi

penggunaan dalam pengobatan dermatitis kontak iritan (Hogan, 2010). Pada

pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian

prednisone oral pada 2 minggu pertama, dengan dosis inisial 60 mg, dan di

tapering 10mg (Wolff, 2008).

3. Antibiotik dan antihistamin

Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi

sekunder oleh bakteri.Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang

telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi,

persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari.

Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk

mencegah perkembangan selulitis dan untuk mempercepat penyembuhan.

Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga

digunakan.Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang

disebabkan oleh dermatitis akibat iritan.Ada beberapa percobaan klinis secara

acak mengenai efisiensi antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara

klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala

simptomatis (Levin, 2006).

2.9. Pencegahan

1. Penggunaan Emolien

Pelembab yang digunakan 3-4 kali sehari adalah tatalaksana yang sangat

berguna.Menggunakan emolien ketika kulit masih lembab dapat meningkatkan

efek emolien. Emolien yang dipakai dengan perbandingan lipofilik hidrofilik

yang tinggi diduga paling efektif karena dapat menghidrasi kulit lebih baik

(Johanson, 2011). Emolien dipakai sebelum dan setelah bekerja untuk

mencegah dan mengobati dermatitis yang terjadi (Tony, 2010).

Page 8: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 8/12

 

2. Edukasi

Tujuan spesifik dari program pendidikan pasien adalah sebagai berikut: Untuk

mengubah perilaku dan mengurangi gejala kulit pada pekerjaan basah,

meningkatkan kepatuhan, meningkatkan tingkat pengetahuan,

menginformasikan pekerja dan remaja tentang potensi berbahaya, kelompok

risiko dan tindakan pencegahan sebelum mereka mulai magang , untuk

meminimalkan risiko alergi pekerjaan atau penyakit kulit, meningkatkan

kualitas hidup terkait kesehatan, memperoleh keterampilan pemecahan masalah

yang berkaitan dengan penyakit kulit (Tony, 2010).

3. Penggunaan sarung tangan

Sarung tangan mungkin merupakan pilihan yang paling umum dari peralatan

pelindung untuk mencegah dermatits kontak iritan.Sarung tangan digunakan

untuk melindungi pekerja terhadap kerusakan kesehatan kulit dari paparan

tempat kerja (Tony, 2010). Selain itu, pemakaian alat pelindung diri yang

adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai

salah satu upaya pencegahan (Djuanda, 2008).

2.10. Komplikasi

Adapun komplikasi DKI adalah:

a. DKI meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topical.

b. Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh S. Aureus.

c. Neurodermatitis sekunder.

d. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.

2.11. Prognosis

Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan

dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi

pada DKI kronis yang penyebabnya multi faktor, juga pada penderita atopi.

(Djuanda, 2008)

Page 9: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 9/12

 

2.12. Tingkat Pengetahuan 

2.12.1. Definisi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.12.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif  

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu

Suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari

sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Paham

Diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan

dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Kemampuan untuk menjabarkan suatu obyek ke dalam komponen-komponen

yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

e. Sintesis

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.12.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.

Page 10: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 10/12

 

Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki

pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

c. Keyakinan

Diperoleh secara turun-menurun, baik keyakinan yang positif maupun

keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

majalah, radio, koran, televise, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun,

 jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan

fasilitas yang lebih baik.

f. Kebudayaan

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.13. Sikap 

2.13.1. Definisi Sikap 

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).

2.13.2 Komponen Sikap

a. Kognitif (cognitive)

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar

bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi

dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.

Page 11: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 11/12

 

b. Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek

sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

obyek tertentu.

c. Kognitif (conative)

Komponen kognitif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam

diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo,

1997).

2.13.3. Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari:

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap.

d. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.14. Perilaku

2.14.1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,

karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2003).

Page 12: dki.pdf

7/21/2019 dki.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dkipdf 12/12

 

2.14.2. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku

itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Perubahan alamiah

Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam yang terjadi.

Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau

sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya

 juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan terencana

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh

subjek.

c. Kesediaan untuk berubah

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam

masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang akan mengadopsi

inovasi tersebut dengan cepat dan sebagian mengadopsi secara lambat. Hal ini

menegaskan bahwa setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai

kesediaan untuk berubah.