diuretika
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diuretik adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan ekskresi urin, sehingga
dapat menghilangkan cairan berlebihan di jaringan, misalnya pada udem.
( panduan praktikum farmakologi, hal 35 )
Diuretik adalah obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine.
( farmakologi ulasan bergambar edisi II, hal 226 )
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih ( dieresis ) melalui
kerja langsung terhadap ginjal.
( OOP, hal 519 )
B. Pembentukan Kemih
1. Fungsi Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan dari
dalam dengan jalan mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat.
Untuk ini darah mengalami filtrasi, dimana semua komponennya melintasi “ saringan ” ginjal
kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1 juta filter kecil
ini ( glomeruli ) dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh ( ± 5 liter ) sudah dimurnikan dengan
melewati saringan tersebut.
Fungsi penting lainnya adalah mengulasi kadar garam dan cairan tubuh, ginjal mengatur
komposisi ion dan volume urin dengan reabsorsi atau sekresi ion dan atau air pada lima daerah
fungsional sepanjang nefron, yaitu pada tubulus proksimalansa henle, tubulus distal dan diuktus
renalis rektus. ( OOP, hal 519 )
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut
penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk menormalkan akibat
suatu diuretik. Secara umum diuretic dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu (1) diuretic
osmotic ; (2)penghambat mekanisme transport elektrolit d dalam tubuli ginjal. ( Farmakologi
dan Terapi,hal 380 )
2. Mekanisme Kerja Diuretika
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga
pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja
khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni
a. Tubuli proksimal. Ultra filtrate mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorpsi
secara aktif untuk kurang lebih 70 %, antara lain ion dan air, begitu pula glukosa dan urem.
Karena reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidais berubah dan
tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis ( manitol, sorbitol ) bekerja disini dengan
merintangi reabsorpsi air dan juga natrium. Menarik jaringan ke darah
b. Lengkungan Henle. Dibagian menarik dari Henle’s loop ini ± 25 % dari semua ion Cl yang telah
di filtrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari dan tetapi tanpa air,
hingga filtrat menjadi hipotosis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetanida dan
efakrinat, bekerja terutama disini dengan merintangi transport Cl dan demikian reabsorpsi
pengeluaran dan air juga diperbanyak.
c. Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini diabsorpsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat
menjadi lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan
memperbanyak ekskresi dan Cl sebesar 5-10 %. Dibagian kedua ion ditukarkan dengan ion atau .
proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron
( spinorolakton ) dan zat-zat penghemat kalium ( amilorida, triamteren ) bertitik kerja disini
dengan mengakibatkan ekskresi ( kurang dari 5% dan retensi )
d. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH ( vasopressin ) dari hipofisis bertitik kerja
dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.
Penggolongan Diuretik ( OOP, hal 521 - 526 )
Pada umumnya diuretik dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :
a. Diuretik lengkungan
Furosemid, Bumetanida dan Etakrinat. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak
singkat ( 4-6 jam ). Mekanisme bekerja pada lengkungan Henle dengan cara mereabsorsi kurang
lebih 25% semua ion yang telah difiltrasi secara aktif kemudian disusul dengan reabsorbsi pasif
dari dan tetapi pengeluaran dan air juga diperbanyak.
b. Derivate – thiazida : hidroklorothiazida, klortakdon, mefrusida, indapamidadan, klopamida
efeknya lebih lemah dan lambat, tetapi bertahan lebih lama ( 6-8 jam ). Mekanismenya : bekerja
pada tubuli distal dengan cara mereabsorbsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi
lebih cair dan lebih hipotonis. Obat-obatan tersebut bekerja ini dengan memperbanyak ekskresi
dan sebesar 5-10 %.
c. Diuretic penghemat kalium : Antagonis aidosteron ( spironolakton, kankrenoat ), amilorida, dan
triamteren.
Efek-efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
guna menghemat ekskresi kalium. Mekanismenya : bekerja pada tubuli distal dengan cara
menukarkan ion dengan ion atau proses ini dikendalikan oleh kelenjar anak ginjal aldosteron.
Dimana aldosteron menstimulasi reabsorbsi dan ekskresi , proses ini dihambat secara
kompotetif ( saingan ) oleh obat-obat ini mengakibatkan ekskresi kurang dari 5% dan retensi .
d. Diuretika osmotis manitol dan sorbitol
Obat-obat ini hanya reabsorbsi sedikit oleh tubuli hingga reabsorbsi air juga terbatas. Efeknya
adalah dieresis osmotif dengan sekresi air kuat dan relatif sedikit ekskresi mekanismenya :
bekerja pada tubuli proksimal dengan cara mereabsorbsi ultrafiltrat yang mengandung sejumlah
besar garam untuk kurang lebih 70% antara lain ion dan air, begitupula glukosa dan ureum
karena reabsorbsi secara proposional, maka susunan filtrate tidak berubah dan tetapi isofonis
terhadap plasma. Obat-obat tersebut bekerja ditubuli ini dengan merintangi reabsorbsi air dan
juga Natrium. Natrium adalah ekskresi air kuat sedangkan sedikit.
e. Perintang – karbonanhidrase : Asetozolamide
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrose ditubuli proksimal juga . Mekanisme bekerja pada
tubuh proksimal dengan harus merintangi enzim karbonanhidrase sehingga disamping karbonat,
juga dan diekskresikan lebih banyak bersamaan dengan air.
C. Obat
1. Benzotiadiazid
Sistem golongan ini merupakan hasil dari penelitian zat penghambat enzim karbonik anhidrase.
Benzotiazid berefek langsung terhadap transport dan ditubuli ginjal, lepas dari efek
penghambatnya terhadap enzim karbonik anhidrase. Tiazid dapat meninggikan ekskresi ion
terutama pada pemberian jangka pendek, dan mungkin efek ini menjadio kecil bila
penggunaannya berlangsung dalam jangka panjang. Ekskresi Natrium yang berlebihan tanpa
disertai jumlah air yang sebanding dapat menyebabkan hiponatremia dan hipokloremia, terutama
bila penderita tersebut mendapat diet rendah garam, namun secara keseluruhan golongan tiazid
cenderung kuat, karena intensitas dieresis yang ditimbulkan relative lebih rendah.
2. Diuretik Hemat Kalium
Yang tergolong dalam kelompok ini adalah antagonis aldosteron, triamteren dan amilorid. Efek
diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
Antagonis aldosteron
Mekanisme adalah penghambat kompetitif terhadap aldosteron, sehingga dengan pembentuk
antagonis aldosteron, reabsorbsi dihilir tubuli distal dan diktus koligentes dikurangi, dengan
demikian ekskresi juga berkurang.
Triamteren dan amilorid
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium eklorida, sedangkan ekskresi kalium
berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi
dengan menghambat sekresi di sel tubuli distal.
3. Diuretik kuat
Diuretik kuat mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan
diuretik lain. Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa Henle bagian asenden, karena itu
kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam
etakrinat, furosemid, dan bumetanid.
( Farmakologi dan Terapi, hal 390 )
Furosemid
Farmakokonetik :
Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65%
diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus
tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan
cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang
lebih distal lagi.
Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa
menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%
HCT
Bekerja dibagian muka tubuli distal, efek diuretiknya lebih ringan dari diuretik
lengkungan tetapi bertahan lebih lama 6 – 12 jam. Daya hipotensinya lebih kuat, maka banyak
digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sekarang. Reabsorbsinya dari
usus sampai 20% CA 70% plasma t½ 6 – 12 jam ekskresinya lewat kemih secara utuh.
Gambar : Mekanisme kerja obat golongan diuretik
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat - Timbangan
- Spuit Injeksi
- Beaker Glass
- Gelas Ukur
- Sudip
- Mortir dan Stamper
- Kapas
- Tabung ependrof 2,5 cc untuk menampung urine
- Stopwatch
Bahan - Tablet Furosemid
- Tablet HCT
- Lar. Nacl
- PGA
- Kertas indicator untuk mengukur pH
3.2 Skema Kerja
3.3 Dosis
Perhitungan dosis furosemid :
1. Nacl 0,9%
Yang disuntikan pada mencit 0,5 ml
2. Furosemid
Dosis pada mencit : 40 mg x 0,0026 = 0,104 ml
Furosemid yang tersedia 40 mg / tab
Membuat 50 mg → 40 mg / 50 ml
Jadi yang disuntikkan pada mencit = = 0,13 ml (13 cc)
Dosis pada mencit = 80 mg x 0,0026 = 0,208 mg
Jadi yang disuntikkan pada mencit = ml (26 cc)
Perhitungan dosis HCT :
1. Dosis pada mencit = 25 mg x 0,0026 = 0,065 mg/ml
2. Dosis HCT 25 mg/ 50 ml =
3. Dosis HCT 12,5 mg/ 50 ml =
3.4 Cara Kerja
1. Semua mencit dipuasaakan selama ± 16 jam, tetapi tetap diberi minum.
2. Mencit dikelompokan menjadi tiga kelompok, masing-masing terdiri dari dua ekor mencit,
menurut dosis obat yang tersedia.
3. Kelompok 1 mencit diberi air hangat secara oral sebanyak 1 ml/25 g mencit kemudian disuntik
NaCl 0,9% (0,5 ml) secara intraperitoneal (ip).
4. Kelompok 2 mencit disuntik intraperitoneal (ip) furosemid dosis 40 mg (13 cc) dan 80 mg (26
cc).
5. Kelompok 3 mencit disuntik intraperitoneal (ip) HCT dosis 12,5 mg (26 cc) dan 25 mg (13 cc).
6. Tempatkan mencit dalam kandang kusus yang tersedia dan tampung urin yang diekskresikan :
catat jumlah urin kumulatif setiap turun 30 menit selama 4 jam.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Hasil pengamatan :
No perlakuan berat Vol.
air
v.
perlakuan
Mulai
kemih
PH
1 2 3 4
1 Nacl 20 g 0,8 0,5 00-40 - 0,3 - 0,3 0,3
ml/jam
7
2 F. 40 20 g 0,8 0,13 00-17 1 0,2 - - 0,6
ml/jam
7
3 F. 80 20 g 0,8 0,26 00-01 0,7 0,5 - - 0,6
ml/jam
8
Analis Hasil :
Analis hasil furosemid :
1. F. 40 =
2. F. 80 =
3. Nacl =
Memberikan efek + jika prosentasi ˃ 75 %
Analis hasil HCT :
1. Nacl =
2. HCT 12,5 mg =
3. HCT 25 mg =
BAB V
PEMBAHASAN
Furosemid merupakan diuresis kuat yang bekerja pada lengkung henle bagian menaik,
mula kerjanya cepat ± 0,5 – 1 jam bertahan 4 – 6 jam. Kemudian HCT adalah diuresis yang
bekerja pada bagian muka tubuli dista yang efek diuretiknya lebih ringan dari furosemid.
Dari hasil percobaan furosemid 40mg memiliki mula kerja 17 menit lebih cepat dari pada
HCT 12,5 mg yang mula kerjanya yaitu 65 menit. Sedangkan pada furosemid 80mg memiliki
mula kerja 1 menit lebih cepat dari pada HCT 25mg yang mula kerjanya yaitu 51 menit.
Pada saat pemberian furosemid 40mg dan 80mg yang memiliki mula kerja lebih cepat
yaitu furosemid 80mg. Setelah 2 jam praktikum, didapat jumlah urin kumulatif yang sama antara
furosemid 40mg dan 80mg yaitu 0,6 ml/jam. Hal ini dikarenakan keadaan hewan uji (mencit)
yang diberi furosemid 80mg kurang sehat. Sedang kan pada pemberian HCT 12,5mg dan 25mg
yang memiliki mula kerja lebih cepat yaitu HCT 25mg. Dan jumlah urin kumulatif pada HCT
25mg lebih banyak dibandingkan dengan HCT 12,5mg. Hal ini dikarenakan dosis pada HCT
25mg lebih kuat, sehingga memberikan efek diuretik yang lebih cepat dan lebih banyak
dibandingkan dengan HCT dosis rendah.
Dari hasil percobaan, jumlah urin kumulatif furosemid 40mg dan 80mg sama banyak
yaitu 0,6ml/jam dan persentasinya adalah 75%. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang ada
yang seharusnya, furosemid itu memberikan efek positif bila prosentasinya diatas 75%.
Kemungkinan dikarenakan kondisi hewan uji yang berbeda antara hewan uji satu dengan yang
lain, jadi daya reabsorpsi elektrolit didalam hewan uji mempengaruhi jumlah urin kumulatifnya.