ditya n. subagja€¦ · sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfa dan organ limfoid. beberapa...

24

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • P e n y u n t i n gS y a h r i r A l k i n d i

    P e n u l i sS y a h r i r A l k i n d iTa n o k o P r a w i r a

    D e s a i n G r a fi sG a d i s A i s y aD i t y a N . S u b a g j a

    P u b l i k a s iF a r h a n To n i

    keluhan, pujian, kritik, atau saran

    dapat dilayangkan ke

    [email protected]

    narahubung: 081514727970

    (Alkindi)

  • Kenapa manusia? Apa istimewanya manusia? Manusia selalu digadang-gadang sebagai satu-satunya rational being, satu-satunya makhluk yang memiliki akses menginterpretasi dan meriwayatkan fenomena kehidupan melalui akalnya. Manusia diandaikan memberikan 'isi' bagi dunia melalui penamaan dan konstruksi bahasa yang memberikan keleluasaan manusia melegitimasikan dirinya sebagai makhluk rasional.

    Manusia melalui bahasa memberikan makna ruang bagi semesta, memberikan distingsi atas apa yang dikenal, yang belum dikenal, dan apa yang tidak akan bisa dikenal. Posisi manusia tidak terlepas dari pengetahuan dan peradaban: pengetahuan sebagai fasilitas dan peradaban sebagai institusinya. Peradaban memberikan bukti riwayat perkembangan dan ketergantungan manusia terhadap keadaan dirinya. Kondisi inilah yang akan coba kami gambarkan dan rampungkan melalui analisa ala kadarnya dan tentu saja,

    absurd.

  • 12 Anatomi Tubuh Manusia

    Dan Fungsinya Secara Lengkap

    Mar 27 2015 - 2:26pm bobsusanto

    Sistem Kerangka – Tubuh manusia terdiri dari susunan kerangka atau

    berbagai macam tulang yang saling berkaitan satu sama lain. Di dalam

    kepala terdiri dari 8 buah tulang, kerangka dada 25 buah tulang, wajah 14

    tulang, tulang belakang & pinggul 26 buah, tulang telinga 6 buah, lengan 64,

    lidah 1 dan tulang kaki 62 buah. Adapun fungsi kerangka yaitu:

    Dapat menahan bagian-bagian tubuh agar tidak roboh;

    Dapat melindungi seluruh alat tubuh yang halus seperti jantung,

    paru-paru dan otak;

    Sistem Otot – Sistem otot berfungsi untuk menggerakkan tubuh. Otot

    merupakan apa yang memungkinkan manusia untuk melakukan segala

    aktivitas dari berjalan hingga mengangkat benda berat. Sistem otot pada

    manusia terdiri dari 600 otot.

    Sistem Peredaran Darah – Sistem peredaran darah atau sirkulasi dan

    kardiovaskular yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

    Sistem peredaran manusia adalah jantung, yang berbentuk runjung dan

    letaknya terbalik. Bagian dalam jantung terdiri dari 4 ruang yaitu serambi kiri,

    serambi kanan, bilik kiri dan bilik kanan. Antara serambi kiri dan bilik kiri

    saling berhubungan, begitu juga serambi kanan dan bilik kanan saling

    berhubungan satu sama lain.

    1

  • Sistem Pencernaan – Yakni sistem organ manusia yang fungsinya menerima dan mencerna makanan. Proses pencernaan makanan menyerap zat-zat gizi yang dibawa ke dalam aliran darah, dan membuang bagian atau sisa makanan yang tidak bisa dicerna oleh tubuh. Sistem pencernaan mulai dari mulut sampai ke anus yaitu dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar, rektum dan berakhir di anus.

    Sistem Pernapasan – Organ yang digunakan untuk bernafas ialah paru-

    paru. Pada sistem pernafasan, oksigen merupakan kebutuhan yang sangat

    utama, karena manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan

    karbondioksida dan uap air.

    Sistem Endokrin – Sistem yang mengontrol kelenjar tanpa adanya saluran

    yang menghasilkan hormon atau komunikasi di dalam tubuh dengan

    hormon. Hormon itu sendiri merupakan bahan kimia pembawa pesan yang

    disintesis dan disekresikan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin terdiri

    dari kelenjar tiroid, kelenjar himofise, hipotalamus, paratiroid, pineal, dan

    adrenal.

    Sistem Imun – Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh berada di seluruh

    tubuh terutama pada bagian limfa. Sistem imun ini merupakan sistem

    pertahanan tubuh manusia terhadap infeksi atau serangan-serangan

    molekul asing seperti bakteri, virus, dan parasit penyebab penyakit.

    Sistem Indera – Sistem indera pada manusia berfungsi sebagai penerima

    rangsangan dari lingkungan sekitarnya. Manusia memiliki 5 indera yang

    biasa disebut dengan panca indera yaitu indera pengelihatan atau mata,

    indera pendengaran atau telinga, indera penciuman atau hidung, indera

    peraba atau kulit, dan indera pengecap atau lidah. Setiap bagian-bagian

    indera memiliki fungsi yang berbeda-beda.

    Sistem Limfatik – Yaitu sistem sirkulasi yang berfungsi untuk mengalirkan

    limfa didalam tubuh manusia. Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfa dan

    organ limfoid. Beberapa fungsi limfatik antara lain: mengangkut limfosit,

    mengembalikan cairan & protein ke peredaran darah, menghancurkan dan

    menyaring mikroorganisme. Bila terjadi infeksi maka kelenjar limfa ini dapat

    menghasilkan zat antibodi.

    2

  • Sistem Ekskresi – Organ-organ ekskresi di dalam tubuh manusia terdiri dari ginjal, hati, kulit, dan paru-paru. Ginjal berfungsi dalam mengeluarkan urin, hati berfungsi mengeluarkan zat warna empedu, kulit berfungsi mengeluarkan keringat, sedangkan paru-paru berfungsi dalam mengeluarkan uap air & karbondioksida.

    Sistem Saraf – Sistem saraf pada manusia tersusun atas sistem saraf pusat

    dan tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak & sumsum tulang belakang.

    Sedangkan dalam sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf otonom dan

    somatis. Sistem saraf bertugas untuk menyampaikan rangsangan dari

    reseptor untuk direspon oleh tubuh manusia. Dalam menanggapi

    rangsangan, ada beberapa komponen penting yang harus dimiliki sistem

    saraf yaitu: reseptor, penghantar impuls, dan efektor.

    Sistem Reproduksi – Yaitu suatu rangkaian dan interaksi organ dalam yang

    berfungsi untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada perempuan

    berpusat di ovarium yang fungsinya untuk menghasilkan ovum dan hormon.

    Alat reproduksi perempuan terdiri dari rahim, indung telur, liang senggama.

    Indung telur merupakan kelenjar kelamin yang menghasilkan sel-sel telur.

    Sedangkan alat reproduksi pada laki-laki yaitu testis yang berfungsi sebagai

    penghasil sperma dan hormon testosteron.

    Sumber http://www.seputarpengetahuan.com/

    3 1

  • Saya sering bertanya-tanya dan memikirkan hal tersebut. Mungkin terlihat remeh ataupun tidak penting, tetapi apa yang membuat seorang manusia hidup? Apa tujuan manusia hidup di dunia ini? Manusia memiliki instrumen pendamping akal dan naluri yang hewan atau benda lain tidak memilikinya: empati dan simpati. Manusia tidak luput dari konflik perasaan dan logika yang seringkali bertabrakan karena tidak berkaitan. Robot yang berbentuk manusia (android) yang sering muncul pada film-film karya ilmiah tertentu, memiliki fisik yang 99%

    terlihat seperti manusia, tetapi mereka tidak punya ekspresi dan perasaan. Faktor itulah hal yang membuat manusia hidup. Bayangkan jika manusia tidak memiliki perasaaan selama hidupnya dan menjadi makhluk yang dingin tanpa ekspresi, apa yang akan kita kejar di hidup ini? Mungkin opini saya ini terdengar klise, tetapi saat kita merasakan jatuh cinta, semuanya begitu indah, bukan? Seperti tidak ada masalah yang menghampiri. Kehidupan begitu cerah dan berwarna ibarat hisapan kesekian sebuah daun hijau yang di linting.

  • 5

    Ketika kita masuk ke dalam utopia berwarna yang disebut “cinta” tersebut lalu merasakan patah hati (yang mana saya yakin pembaca pasti pernah merasakan bagaimana sakit hati itu, ditinggal orang yang disayangi tanpa alasan yang jelas, maupun orang yang kita sayangi meninggalkan dunia ini. Bagaimana rasanya? Menyakitkan bukan?

    Rasanya semua masalah menghampiri kita dalam satu waktu. Semuanya begitu menyebalkan, bahkan orang-orang terdekat di sekitar anda seperti ingin menusuk anda dalam tidur anda!

    Mungkin apa yang saya tulis sebelumnya agak berlebihan tetapi begitulah adanya. Kita menjadi paranoid akan semuanya saat mencoba untuk bangkit dari sebuah keterpurukan, dan menjadi pesimis yang optimal.

    Perbandingan antara jatuh cinta, sakit hati, dan perasaan lah yang membuat kita hidu dan juga mendapatkan ketenangan batin. Untuk itu, hargailah waktu yang masih kita miliki agar kita bisa berbuat apa yang menurut kita berguna.

  • 6

  • A l i e n a s i S u b j e k

    d a l a m

    P e l a k s a n a a n B u d a y a

    Budaya sebagai hasil dialektika manusia dengan alamnya tentu membutuhkan dan tergantung dengan subyek-subyek yang melakoninya. Budaya dan adat istiadat telah dilakukan secara turun-temurun dan sudah mengalami banyak distorsi dalam pelaksanaannya. Budaya dan ritualnya harus dilakukan secara sepihak dan tidak egaliter, pengikutnya harus melakukannya tanpa adanya proses argumentasi dan rasionalisasi, inilah sumber kemerosotan nilai, des-pritualisasi dan nihilisme saat subyek mempertanyakan otoritas dan otentikasi suatu kebudayaan. Manusia mulai mengambil jarak dengan nilai-nilai spiritual seperti nilai agama dan kebudayaan, namun tetap ada subyek yang melakukan ritual-ritual tertentu tanpa sadar. Budaya itu adalah identitas subyek, saat subyek melakukan suatu ritual budaya tanpa sadar ia telah melabeli dirinya dalam konstruksi kebudayaan, inilah

    permasalahannya, subyek membutuhkan identitas untuk aktualisasi dirinya dalam masyarakat dan tanpa sadar ia bergantung pada pelaksanaan ritual itu sendiri. Tanpa sadar, subyek melakukan ritual budaya secara turun-temurun untuk mencari eksistensi dirinya agar diakui oleh tatanan masyarakat. Subyek pada dasarnya mencari kebebasan berpikir yang independen. Ritual budaya dilakukan secara turun-temurun dan subyek kehilangan otoritas berpikirnya sehingga tanpa sadar ia melakukan berbagai ritual budaya yang sudah bercampur dengan nilai agama, pengetahuan dan teknologi. Alienasi atau keter-asingan terjadi pada titik ini, subyek yang harusnya berpikir secara bebas dan kritis di indoktrinasi oleh nilai-nilai kebudayaan dan agama. Subyek harus memilih apakah mem-pertahankan dirinya sebagai entitas tunggal atau mem-pertahankan dirinya dalam masyarakat sebagai entitas –

    7

  • tunggal. Interaksi subyek menghasilkan suatu komunitas dan perspektif baru dalam melaksanakan dan memahami kebudayaan. Proses dialektika kebudayaan tidak akan berakhir, subyek akan terus mencari suatu bentuk ritual kebudayaan yang diimplementasikan dalam norma, UU dan kehidupan sehari-hari. Media pun ber-perngaruh besar karena sering dianggap sebagai sumber kebenaran yang faktual meskipun banyak kebohongan dan kepentingan di dalamnya, namun medialah yang menunjukkan kita sebuah bentuk dunia baru yang serba transparan dan tanpa sekat sehingga perpindahan dan pergeseran budaya semakin cepat terjadi.

    Pembahasan Para pemikir strukturalis merumuskan langue (kode-kode umum) dan parole (ide personal) membentuk aturan yang homogenis (disepakati bersama) sebagai struktur yang alamiah. Kemudian lahirlah heterogenitas (keragaman), dan keragaman melairkan unique (keunikan). Langue dan parole

    menciptakan aturan. Aturan hanya dapat berarti jika dipraktekkan dan dimani-festasikan.

    Masyarakat memiliki kultur yang

    membentuk sign system untuk menentukan

    makna.

    Sebuah hubungan interaktif antara beberapa pihak (individu) memerlukan suatu keteraturan, dan keteraturan ini termanifestasikan dalam perundangan (entah tertulis ataupun tidak) yang sifatnya konvensional. Hal ini dikarenakan dasar penciptaan norma-aturan dalam sebuah masyarakat merupakan suatu bentuk penyelasaran serta menjaga keharmonisan hubungan antar individu Homogenitas (kese-ragaman) selanjutnya akan melahirkan heterogenitas (keragaman). Kumpulan individu akan semakin ber-kembang dan terlahir komunitas -komunitas baru sebagai sub-masyarakat (Sebagai bagian dari masyarakat universal). Alienasi menjadi salah satu sebab kelahiran ”komunitas baru”

  • 9

    sebagai awal mula pembentukan masyarakat. Sebab ini dikarenakan terjadi ketimpangan atau ketidakselarasan interaksi antara individu dengan komunitas masyarakat besarnya. Hingga berujung pada terjadi disharmoni antara internalisasi-eksternalisasi nilai dan sikap individu terhadap kelompok besar. Ketika individu-individu ini berkumpul maka yang terjadi adalah terlahirnya komunitas baru sebagai bagian dari kelompok masyarakat yang lebih besar.

    Setiap keteraturan akan melahirkan kekacauan dan

    pada kekacauan itu pula tercipta keteraturan.

    Proses semacam ini akan terus berlangsung secara dialektis selama ada kehidupan. Sebagai proses dialektika, interaksi manusia dengan alam melahirkan sebagai kebudayaan. Juga seiring perkembangan manusia dengan keteraturan dan kekacauannya, budaya pun mengalami hal yang sama. Budaya bisa jadi berkembang atau bahkan bergeser. Sebuah kondisi skizofrenis (keterpecahan) pun

    lahir dalam masyarakat beserta budaya serta peradabannya. Mengacu pada pemikiran Karl Marx yang memang sangat materialistis ”kesadaran individu sangat dipengaruhi oleh kondisi masyarakatnya.” skizofrenia (keterpecahan) pun lahir sebagai akibat dari ”mesin hasrat” (upaya manusia yang melepaskan dirinya dari setiap kontrol), sebuah kondisi yang memaksa manusia untuk berperilaku ”ambigu” bahkan secara kolektif. Terutama pada masyarakat yang masih sangat bergantung pada nilai-nilai tradisi (menganggap tradisi sebagai warisan masa lalu yang bersifat sakral). Kebudayaan (sebagai hasil dialektika manusia dengan alam sekitarnya) pun berkembang dan bergeser dengan sangat cepat. Para pemikir mengistilahkan perkembangan dan perubahan budaya yang sangat cepat ini dengan istilah ”kebudayaan kontemporer”. Sebuah kebudayaan yang serba virtual hingga seakan tak ada lagi jarak dan waktu. Pada akhirnya kebudayaan kontemporer ini mengarahkan manusia pada kehidupan banal, yang tak lagi ”mengizinkan” manusia melakukan perenungan untuk mengetahui apa dan siapa dirinya.

  • Budaya yang sejatinya menjadi ruang komunikasi

    sosial dengan nilai-nilai spiritualitasnya akhirnya tereduksi, menjadi ritual

    tanpa nilai-nilai sakral yang terkandung di dalamnya.

    Lebih parah lagi produk budaya masa lalu hanya menjadi sebuah produk komoditi yang hanya dilihat sebagai barang serta aktivitas yang dinilai dari nilai jualnya. Bagi sebagian masyarakat tradisional, spiritualitas budaya warisan leluhur mungkin masih dapat ditemukan, tapi hal ini pun tidak menjadi jaminan tahun-tahun mendatang upacara-upacara kebudayaan yang sarat dengan nilai-nilai sakral akan dapat ditemukan lagi. Memang watak atau semangat awal lahirnya modern yang berusaha menjadikan manusia sebagai subjek bagi alam (manusia adalah subjek dan alam adalah objek). Tak lain kekuatan ini lahir dari kekecewaan para pemikir kepada abad per-tengahan (pra-modern) yang manusia menjadi objek yang mesti tunduk pada otoritas kekuasaan gereja. Kekecewaan inilah yang menjadikan orang

    modern berpendapat bahwa manusia harus mampu meruntuhkan mitos-mitos dan menjawab setiap persoalan dengan rasionya. Filsafat pun harus di kembalikan lagi fungsinya sebagaimana awal kelahirannya . Oleh sebagian tokoh, pemikiran modern dianggap mengalami kebuntuan. Semangat modern yang berupaya me-lakukan peruntuhan mitos dengan rasio manusia justru menjadi mitos baru. Sebuah bentuk ideal kebebasan manusia (manusia sebagai subjek realitas) dari setiap ketertundukannya pada setiap otoritas malah justru membawa manusia pada bentuk eksploitasi baru (manusia serta alamnya).Kondisi ini melahirkan sebuah masa disebut sebagai era postmodern. Meskipun terjadi perdebatan dan kerancuan yang dikandungnya. Postmodernisme memberikan alternatif tersendiri dalam menghadapi realitas kehidupan manusia. Realitas terbentuk dari bermacam komponen yang menjadi bagiannya. Artinya secara universal realitas merupakan kesatuan atau susunan berbagai komponen-komponen dengan struktur yang ada pada setiap sesuatu dan menjadi bagian dari universalitas

  • sebagai pendirinya.

    Kecenderungan ini melahirkan suatu paham multi- kulturalisme yang menuntut adanya paham pluralisme, di mana setiap ”sesuatu” mengakui adanya ”sesuatu yang lain” di luar dirinya bukan sebagai antitesa yang menuntut penegasian. Namun menjadi partner pembentuk kesatuan dan keutuhan yang bersifat universal

    Pluralisme pada akhirnya akan membentuk monokulturisme karena dilakukan

    secara menyeluruh pada tiap aspek masyarakat. Subyek terkadang merasa terasing dengan ritual kebudayaan yang dimilikinya, seperti umat islam yang banyak melakukan ritual '3-harian, 7-harian, 40-harian' yang merupakan adat Jawa, bahkan hal ini dilakukan oleh umat Islam yang non-Jawa. Hal serupa juga terdapat pada suku Naulu yang sudah tidak boleh lagi melaksanakan ritual pemenggalan kepala akibat

    bertentangan dengan Hukum yang berlaku.

    11

  • (ya) ka l i (a ja) jodo (h)

    Manusia dan hasrat libidinal tidak terpisahkan, seksualitas merupakan sifat dasar manusia dan tidak mengherankan jika dijadikan komoditas. Kalijodo merupakan tempat prostitusi yang baru-baru ini digusur oleh gubernur DKI tercinta, sebenarnya tidak ada yang salah dengan penggusuran itu tetapi apakah hal itu merupakan sesuatu yang dianggap baik dari sudut pandang penghuninya?

    Seksualitas adalah kebutuhan pokok manusia, penggusuran itu bisa saja membuat penyaluran seksualitas manusia menjadi terhambat, karena siapa lagi yang mau menyediakan jasa untuk pelampiasan nafsu belaka di Jakarta ini?. Jumlah manusia makin bertambah dan tidak mungkin manusia tidak ingin menyalurkan hasrat seksualnya. Mungkinkah paradigma orang Indonesia masih menganggap bahwa seks itu sesuatu yang amoral dan bahkan dianggap tabu di kehidupan sosial kita?. Mungkin ada maksud lain dibalik penggusuran itu apakah ada unsur politiknya? jika kita tengok ke negara maju macam Amerika Serikat ataupun Belanda.

    Seksualitas merupakan hal yang tidak terkesan tabu di masyarakat. Siswa SD pun sudah mulai diberikan pendidikan seksualitas sejak usia dini. Edukasi mengacu pada apa yang sering kita sebut sebagai perempuan malam, jablay, atau pecun di keseharian kita sudah menjadi suatu profesi resmi di negara maju tersebut. Fenomena PSK (Pekerja Seks Komersil) tidak terlihat seperti kaum yang dipinggirkan di masyarakat modern dan dilihat sebagai profesi legal ini harus diperhatikan. Hal yang seharusnya dipertanyakan kedepannya adalah; jika seksualitas merupakan kebutuhan dasar individu apakah pemerintah kita sebaiknya memberikan alternatif dalam pemecahan masalah penyaluran libido ini, dan juga bagaimana cara masyarakat mengubah paradigma bahwa pekerja seks komersil itu merupakan pekerjaan yang hina dan dianggap tabu?

  • Sebagai mahasiswa, ataupun seorang pelajar baik itu SD, SMP, SMA pasti butuh modal untuk mengenyam pendidikan seperti alat tulis, buku pelajaran, buku tulis, tas, seragam, sepatu, dan lain-lain. Saya bisa dibilang seorang kutu buku, karena saya gemar membaca, terutama membaca sebuah buku yang membahas tentang sejarah. Belakangan saya melihat berita dan postingan dari teman-teman saya di beberapa akun sosial media bahwa terdapat banyak kasus tentang pembakaran buku, alasan mereka “buku itu mengajarkan kita untuk pindah ke sebelah kiri” ataupun buku itu mendukung bahaya laten komunisme di Indonesia, dan juga pernah teman saya share

    sebuah video yang memperlihatkan seorang pengendara motor memakai baju palu arit di cegat beberapa orang yang mengaku sebagai “LSM” lalu memukuli pengendara motor tersebut, hal tersebut membuat saya curiga karena pengendara motor tersebut memakai aksesoris yang berlebihan sehingga wajahnya tidak terlihat. Menurut saya, hal ini lantas tidak bisa dibiarkan begitu saja, bangsa ini sudah terlalu lama larut dalam ketakutan bahaya laten komunisme, paham kiri dan sebagainya. Sebenarnya saya bukanlah orang yangt tertarik dengan politik tetapi dari apa yang saya lihat dari yang sempat saya singgung sebelumnya, buku dibakar, pengendara motor dipukuli, membuat

    13

  • saya berpikir;

    “emang salah ya kalo gue cuman baca soal gituan?” Sekarang saya pertanyakan lagi, maaf sebelumnya saya tidak bermaksud untuk bernada diskrimatif terhadap SARA. Apakah jika orang beragama Kristen membaca alquran dan mempelajarinya, ia sudah bisa dibilang sebagai umat islam? Bahkan sebaliknya, orang islam yang membaca dan mempelajari injil, apakah ia sudah bisa dibilang sebagai seorang Kristen? Hal ini menurut saya berlaku juga pada kasus-kasus pembakaran buku, memangnya kita

    menjadi seorang komunis jika membaca sebuah buku yang mengisahkan tokoh sentral PKI pada masanya?. Indonesia yang katanya Negara hukum dan menjunjung tinggi HAM seperti tidak acuh akan kesesatan pikir yang terjadi, tidak ada salahnya bukan belajar sebuah paham dan ideologi tertentu? Bahkan saya pun masih bingung sampai sekarang kenapa gampang sekali kita di-judge dari penampilan kita dan bagaimana cara kita berbicara, apakah sudah terjadi sesat pikir di antara kita? Ataukah masyarakat kita terlalu mudah untuk dibungkam maupun di adu domba?

    14

  • Kontrol Populasi

    enyikapi seksualitas Msebagai kebutuhan asali manusia akan mengarah kepada kecenderungan berkembang biak dan bereproduksi. Demografi dan kondisi suatu wilayah (Baca: Negara) yang bervariasi akan menimbulkan pola populasi dan perkembangan penduduk yang berbeda pula. Negara memiliki wewenang untuk menerbitkan peraturan dan perundang-undangan mengenai persebaran jumlah penduduk. Kebijakan yang dihasilkan pun beragam, ada yang me-manfaatkan luas wilayah teritorinya dengan menyebarkan penduduk hingga ke wilayah tertentu, ada pula yang mem-batasi jumlah anak dalam institusi pernikahan. Pernikahan mele-gitimasikan perkembangan populasi itu sendiri, di budaya manapun manusia cenderung ingin menikah terlebih dahulu sebelum memiliki anak. Komplikasi dan kon-sekuensi dari memiliki anak sangatlah beragam, pertimbangan

    yang utama adalah kesiapan psikis dan biologis. Memiliki anak merupakan fase di mana seseorang individu harus memikirkan dengan matang atas apa yang akan mereka lakukan dan rencanakan dengan matang. Regulasi pemerintah terhadap kontrol populasi menimbulkan berbagai polemik, di antaranya rata-rata usia per-nikahan dan persebaran jumlah penduduk dalam suatu wilayah. Peraturan yang lumrah kita temui adalah pembatasan usia minimal menikah dan maksimal jumlah anak yang dimiliki dalam satu institusi keluarga. Peraturan ini membuktikan tendensi kelompok penguasa untuk mengendalikan dan mengontrol populasi kepen-dudukan dalam suatu teritori kekuasaan tertentu. Contoh kasus yang diambil kali ini adalah peraturan kependudukan di China (katanya sih dibaca Tiongkok), China menerbitkan peraturan bahwa tiap keluarga hanya boleh memiliki satu orang anak beberapa tahun lalu. Peraturan ini tentu saja

    15

  • berimplikasi serius, orang-orang cenderung ingin memiliki anak lelaki karena hanya dibolehkan satu orang anak saja dan berakibat timpangnya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Ketimpangan jumlah ini mengakibatkan menurunnya jumlah perkembangan penduduk karena tingkat reproduksi berkurang. Dalam kurun waktu tidak sampai 20 tahun China sudah bisa menyeimbangkan pertumbuhan penduduknya dan peraturan itu akan segera dicabut kembali. Negara-negara Skandinavia yang minim jumlah penduduknya justru memberikan kompensasi berupa keringanan pajak dan tambahan asuransi bagi keluarga yang memiliki 3 orang atau lebih, hal-hal inilah yang menjadi contoh konkrit kontrol populasi yang bermuara pada rata-rata kepribadian dan kecenderungan penduduk di suatu wilayah untuk memiliki anak atau tidak. Kepribadian sangat berpengaruh apabila kita melihat kasus yang terjadi di Singapura. Singapura sangat bergantung pada sektor jasa dan industri

    dalam pengembangan roda ekonominya, ketergantungan ini menciptakan penduduk yang workaholic.

    Ambisi dan prestisi yang dikejar dalam karir

    menyebabkan angka pernikahan menurun di

    Singapura.

    Mayoritas penduduk Singapura beranggapan per-nikahan dan mempunyai anak akan menghambat jenjang karir yang ingin mereka capai. Ragam fenomena dari beberapa Negara tersebut menegaskan pentingnya institusi kekuasaan dalam melaksanakan perannya mengontrol dan mengendalikan populasi manusia sebagai indikator kemakmuran dan kesejahteraan dalam wilayahnya. Langkah-langkah yang lebih konkrit perlu diambil Pemerintahan Indonesia dalam mengendalikan populasi selain penghimbauan Keluarga Berencana dan Transmigrasi yang bagus dalam konsep namun minim aksi dan pengawasan dalam eksekusinya.

  • 17

  • Indonesia tidak bisa lepas

    dari polemik ini, republik yang kini

    berusia 70 tahun ini telah

    mengalami berbagai tragedi

    kemanusiaan dan politik, sebut

    saja perjuangan pasca ke-

    merdekaan, pem-berontakan dan

    konflik internal di era '49-'60,

    peristiwa G 30 S, Peristiwa Malari

    '74, Reformasi 1998, Tewasnya

    Munir dan aktivis lainnya, Konflik

    Lahan Makam di Priok, isu

    terorisme, perang dunia Maya

    dan berbagai peristiwa lainnya

    yang menjadi pertanda kelamnya

    sejarah per-juangan dan

    peradaban di Indonesia.

    Tragedi-tragedi Politik ini

    memiliki penyebab dan

    dampaknya masing-masing,

    banyak kepentingan dan

    pengaruh terlibat di dalamnya,

    namun apa yang sering luput dari

    perhatian publik? Kemanusiaan.

    Konflik-konflik brutal ini menelan

    begitu banyak korban dan martir,

    namun jumlah korban, identitas

    korban, cara kematian korban,

    hanya menjadi indeks di dalam

    laporan sejarah.

    Politik dan ke-pentingan menjadi

    perhatian utama dalam sejarah

    Tragedi kemanusiaan

    seakan menjadi sekedar alat dan

    pemanis bagi sebuah legitimasi

    dan afirmasi sejarah, pernahkah

    ada studi dan interpretasi

    mendalam mengenai sebuah

    tragedi ke-manusiaan melebihi

    pembahasan terhadap tragedi

    politik yang dilaluinya?

    Fungsi media kembali dipertanyakan, di era kebebasan

    pers dewasa ini, yang kita

    rasakan adalah ketimpangan dan

    keberpihakan media terhadap

    sebuah kekuatan politik tertentu.

    Subjek sejarah seakan

    mengalami pembiasan makna,

    peristiwa yang dicatat dan

    diunggah hanya sekitar polemik,

    konspirasi, dan kepentingan.

    Posisi dan kedudukan manusia di

    dalam sebuah peristiwa –

  • seharusnya tidak hanya sebagai

    alat, tetapi layak dibahas secara

    mendalam isu kemanusiaan apa

    yang terjadi di dalam sebuah

    tragedi, bukan tragedi apa yang

    terjadi di atas sebuah peristiwa

    kemanusiaan.

    Peristiwa kemanusiaan

    dianggap 'kurang genit'

    untuk dibahas dan

    didiskursuskan,

    karena tidak ada identitas pihak

    dan kepentingan golongan

    tertentu. Yang ada 'hanyalah'

    subjek-subjek yang dirampas

    haknya, isu-isu personal kurang

    daya tarik jika dibandingkan

    dengan isu-isu komunal, inilah

    yang menjadi penyebab utama

    ketimpangan isu dan pembiasan

    makna sebuah tragedi di dalam

    ruang publik.

    Kesadaran parsial ini yang

    harus segera dibenahi demi

    terciptanya kesetaraan hak

    individu dalam lingkup disensus

    ruang publik dan suasana politik

    yang egaliter dan transparan.

    19

  • Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16Page 17Page 18Page 19Page 20Page 21Page 22Page 23Page 24