ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar...

67
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN ANAK DENGAN DISABILITAS DAN ORANG TUANYA PADA YAYASAN SAYAP IBU BANTEN SKRIPSI Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: TIO AJIE SEPTIAN 1111054100033 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M  

Upload: hoangkien

Post on 14-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN

ANAK DENGAN DISABILITAS DAN ORANG TUANYA

PADA YAYASAN SAYAP IBU BANTEN

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial (S.Sos)

Oleh:

TIO AJIE SEPTIAN

1111054100033

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

 

Page 2: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

 

Page 3: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

 

Page 4: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

 

Page 5: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

i

ABSTRAK

Tio Ajie Septian

1111054100033

Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan

melanjutkan tongkat estafet pembangunan serta memiliki peran strategis, mempunnyai

ciri atau sifat khusus yang akan menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara

pada masa depan. Oleh karena itu, setiap anak harus mendapatkan pembinaan dari sejak

dini, anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal, baik fisik, mental dan sosial. Dan adapun dalam fenomena

dan realita kehidupan sering kali kita jumpai seorang anak yang kondisi fisiknya tidak

pada kondisi sempurnya. Dan ini menjadi hambatan baginya untuk dapat menjalani

kehidupan dengan sebagaimana mestinya. Untuk itu dirasa perlu untuk membuat

serangkaian kegiatan atau pelayanan guna menolong anak tersebut. Dalam hal ini

kaitannya sangat erat dengan bidang kesejahteraan sosial yaitu usaha kesejahteraan

sosial khususnya kaum disabillitas. Maka dengan dirasa sangat perlunya usaha tersebut

dilaksanakan, dalam kesempatan ini penulis akan mencoba menjabarkan bagaimana

usaha kesejahteraan sosial melaui Peran Pekerja sosial yang dilakukan di Lembaga

disabilitas Yayasan Sayap Ibu Bintaro dalam usaha pendampingan yang dilakukannya

baik itu kepada anak disabilitas maupun orang tuanya.

Adapun metode penelitian dalam penyusunan skripsi ini menggunakan

pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata yang terrtulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.

Untuk pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan 7 orang responden, terdiri

dari 2 orang pekerja sosial, 2 orang penerima layanan, dan 3 orang petugas non pekerja

sosial. Dalam pemilihan informan, penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, sedangkan uji validitas data menggunakan triangulasi sumber.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa peran yang pekerja sosial YSIB

melakukan peran diantaranya yaitu fasilitaor, broker (pengubung), Mediator, Pembela,

Pelindung. Adapun untuk peran tambahan yang dilakukan oleh pekerja sosial yaitu

berupa motivator, dalam berbagai kesempatan pekerja sosial kedapatan memberikan

motivasi dalam proses pendampingan, serta peran monitoring yaitu pekerja sosial

mengawasi bagaimana program pelayanan berlangsung dengan baik melalui

pendampingan yang dilakukannya.

 

Page 6: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya. Sehingga pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Peran Pekerja Sosial dalam pendampingan anak disabilitas dan orang

tuanya di Yayasan Sayap Ibu”.

Pada kesempatan ini pula, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada pihak-pihak yang sangat berperan penting membantu dalam proses

penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat serta karunianya sehingga penulis

dapat menjalani kehidupan dengan baik walaupun banyak kerikil tajam, akan

tetapi dengan bantuan dan pertolongannya sehingga penulis dapat melalui itu

semua dan menyelesaikan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakulltas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Prodi Kesejahteraan Sosial UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Nunung Khoiriyah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku dosen pembimbing bagi peneliti, yang

telah banyak memberikan bantuan, pengarahan, pengetahuan dan bersedia

meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membantu peneliti dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan

keikhlasan yang telah beliau curahkan.

6. Seluruh Dosen prodi kesejahteraan sosial yang telah banyak membimbing

peneliti untuk terus semangat menjalani studi, yang telah banyak memberikan

banyak bantuan, keilmuan kepada peneliti selama kuliah.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan ilmunya yang cukup banyak kepada peneliti, dan Staf karyawan

yang telah membantu peneliti dalam berbagai prosedur perkuliahan.

 

Page 7: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

iii

8. Yayasan Sayap Ibu Bintaro, yang telah bersedia memberikan kesempatan

kepada peniliti untuk melakukan penelitian terkait dengan Peran Pekerja Sosial.

9. Bapak Zulfahmi, & Bapak Doni Romdoni selaku Pekerja Sosial YSIB yang

selama penelitian berlangsung telah banyak memberikan pengarahan serta

bantuan kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

10. Kedua orang tua saya, Bapak M. Syahroji & Ibu Suwartini yang telah

memberikan segenap daya upaya yang dimiliki sehingga peneliti bisa sampai

pada tahap ini.

11. Adik yang saya sayangi, Salsya Arsalty & Bella kinanti yang cukup menjadi

inspirasi bagi peneliti untuk tetap terus berjuang selama masa kuliah.

12. Teman-teman keluarga besar mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khusnya angkatan 2011 yang telah sama-sama berjuang

bersama peneliti selama proses perkuliahan.

13. Terima kasih kepada mba Lianisari yang selama kuliah telah cukup banyak

membantu peneliti.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna,

mengingat kemampuan dan keterbatasan waktu peneliti. Akhir kata, semoga Allah SWT

melimpahkan keberkahan dan segala bimbingan, bantuan dan jasa semua pihak yang

telah diberikan kepada peneliti.

Jakarta, 28 Mei 2018

Tio Ajie Septian

 

Page 8: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 5

1. Pembatasan Masalah .................................................................... 5

2. Perumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5

1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6

E. Metodologi Penelitian ........................................................................ 7

1. Pendekatan Penelitian ................................................................. 7

2. Jenis Penelitian ............................................................................ 8

3. Sumber Data ................................................................................ 9

4. Teknik Pemilihan Informan ......................................................... 10

5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 10

6. Teknik Analisa Data .................................................................... 11

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................... 12

8. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 12

BAB. II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Peran ................................................................................ 14

B. Profesi Pekerjaan Sosial .................................................................... 14

1. Pengertian Pekerja Sosial ............................................................ 15

C. Fungsi dan Tugas Pekerja Sosial ........................................................ 17

 

Page 9: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

v

D. Peran Pekerja Sosial .......................................................................... 17

E. Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial ........................................................... 19

F. Pengertian Pendampingan ................................................................. 23

G. Pengertian Anak ................................................................................ 24

H. Pengertian Disabilitas ........................................................................ 24

I. Pengertian Orang Tua ........................................................................ 27

J. Kerangka Berpikir ............................................................................. 30

BAB III. GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah lembaga .................................................................................. 31

B. Karakteristik Lembaga Berdasarkan Tipologi Organisasi Pelayanan

Kemanusiaan (Human Service Organizations) .................................. 33

C. Alur dan Prosedur Pelayanan Klien.................................................... 36

D. Struktur Manejemen Lembaga ........................................................... 37

BAB IV PEMBAHASAN

A. Peran Pekerja Sosial dalam Pendampingan Anak Disbilitas Dan

Orang Tuanya Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro ................................... 40

BAB V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 50

B. Saran ................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

Page 10: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak sejatinya adalah sebuah ruh atau jiwa yang dibalut dengan jasad

yang dititipkan oleh Allah SWT kepada para orang tua. Oleh karena titipan

dari Tuhan (Allah SWT) maka secara langsung para orang tua telah diberi

amanah untuk dapat mendidiknnya dengan baik. Sesuai dengan firman Allah

SWT Surrah Al-Mukminun ayat 12-14:

ساىخلق اولقد علقة الط فةخلق اثن (٢١)هكيي قرار فيط فة جعل اثن (٢١)طيي هي ساللة هي اإل

غة ال علقةفخلق ا غةفخلق اهض اال وض اعظاه اال عظامفكسو و اثن لح شأ فتباركآخرخل ق اأ سيللا أح

٢١)ال خالقيي

Artinya :

12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasal) dari tanah.

13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam

tempat yang kokoh (rahim).

14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah

itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan

tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.

kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha

sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

 

Page 11: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

2

Akan tetapi karena Tuhan maha berkehendak pada segala sesuatu dan

makhluknya yaitu manusia. Maka dalam hal ini seorang anak pun tidak luput dari

kuasa Tuhan (takdir) Allah SWT.

Karena itulah tidak jarang pula ita jumpai kondisi anak manusia dalam bentuk

yang kurang sempurna baik itu secara fisik maupun kondisi batinnya. Yang bisa

saja didapati sejak ia lahir atau pun seiring dengan berjalannya waktu kehidupan.

Mungkin dengan kondisi yang terbatas tersebut Tuhan ingin menguji manusia

sebagai makhluknya. Dan sebagai makhluk yang beriman, kita harus menyadari

serta tidak berputus asa dalam menjalani ujian dari Tuhan YME.

Adapun data mengenai jumlah kaum disabilitas di indonesia yaitu :

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, pada 2010

tercatat jumlah penyandang disabilitas mencapai sekira 9.046.000 jiwa dari sekira

237 juta jiwa. Jika dikonversi dalam bentuk persen, jumlahnya sekira 4,74 persen.

Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Teguh Pramono menjelaskan,

jumlah tersebut dibagi ke dalam beberapa kategori.

"Cacat melihat kategori ringan sebanyak 5.313 jiwa dan parah sebanyak 507 jiwa.

Cacat mendengar kategori ringan sebanyak 5.268 jiwa, sementara kategori parah

456 jiwa," kata Teguh kepada Okezone, Kamis (3/11/2015).

Untuk disabilitas yang kesulitan berjalan atau menaiki tangga, kata dia,

kategori ringan berjumlah 2.432 jiwa sementara kategori parah sebanyak 656

jiwa. "Penyandang cacat yang kesulitan mengingat atau konsentrasi, termasuk

seperti autis atau down syndrome, kategori ringan sebanyak 2.126 jiwa sementara

kategori berat sebanyak 616 jiwa," katanya

Ia melanjutkan, penyandang cacat yang kesulitan mengurus diri sendiri dalam

kategori ringan sebanyak 1.511 jiwa sedangkan kategori parah berjumlah 533

jiwa.

 

Page 12: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

3

Teguh menambahkan, pendataan terhadap kaum disabilitas dibatasi dari usia 10

tahun ke atas, karena di usia tersebut masyarakat dinilai sudah bisa

mengidentifikasi dirinya sendiri. Sehingga, pendataan yang dilakukan menjadi

cukup proporsional.1

Pada abad ke dua puluh, hampir di semua masyarakat Barat, disabilitas

telah dihubungkan dengan kekurangan pikiran dan tubuh, yaitu meliputi orang

yang pincang, duduk di kursi roda, menjadi korban keadaan seperti kebutaan,

kekurangan pendengaran, sakit jiwa, dan gangguan jiwa. Orang-orang yang

memiliki kekurangan biasanya sangat tergantung kepada keluarga, teman, dan

pelayanan sosial yang kadang berlebihan ditempatkan dalam sebuah lembaga.2

Sebagian besar dari penyandang cacat tersebut adalah mereka yang masih

dikategorikan anak. Anak-anak butuh perhatian khusus terlebih lagi keadaan

sosial mereka masih sangat rentan mendapatkan diskriminasi dari lingkungan

mereka yang tergolong normal, keluargalah yang berperan penting dalam

perkembangan sosial anak agar menjadi pribadi yang baik di masa depannya.

Setiap anak juga memiliki Hak Asasi Manusia termasuk di dalamnya anak

berkebutuhan khusus, mereka juga diakui oleh masyarakat, Bangsa-bangsa di

dunia dan merupakan landasan bagi kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian di

seluruh dunia. Diakui dalam masa pertumbuhan secara fisik dan mental, anak

membutuhkan perawatann, perlindungan, yang khusus, serta perlindungan hukum

baik sebelum maupun sesudah lahir.3

Anak-anak disabilitas juga mendapatkan perlindungan khusus. Undang-

undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat menyebutkan bahwa pada

BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Sebagai berikut: Penyandang cacat adalah setiap

orang yang mempunyai kelainan fisik, dan atau mental, yang dapat mengganggu

1 “Penyandang Disabilitas di Indonesia” https://news.okezone.com/read/2015/12/03/337/1260124/penyandang-disabilitas-di-indonesia-

mencapai-9-juta-jiwa artikel diakses pada 7 Juni 2018 2 Colin Barnes dan Goef Mercer, Disabilitas sebuah Pengantar. Penerjemah Siti Napsiyah dkk

(Jakarta: PIC UIN Jakarta), h. 1-2. 3 Syamsu yusuf, Psikology Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Penerbit PT. Remaja

Rosdakarya, Januari 2011), h. 36.

 

Page 13: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

4

atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan aktivitas

secara selayaknya, yang terdiri dari : (a) penyandang cacat fisik, (b) penyandang

cacat mental, (c) penyandang cacat fisik dan mental.4 Selanjutnya pada BAB III

Hak dan Kewajiban Pasal 5 yaitu setiap penyandang cacat mempunyai hak dan

kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.5

Kita sebagai mahkluk yang paling berakal diantara makhluk Tuhan

lainnya. Hendaknya dapat tetap terus menjalani kehidupan dengan baik.

Walaupun dengan keterbatasan kondisi yang ada. Maka dalam hal ini dirasa perlu

ada nya serangkaian kegiatan pendampingan dan pemberian keterampilan agar

anak-anak dengan kondisi fisik yang terbatas dapat menjalankan kehidupan

dengan baik

Tentunya para orang tua sudah lebih dimudahkan dengan banyaknya

lembaga sosial yang ada, dan banyaknya perkembangan teknologi. Jadi apabila

terdapat orang tua yang mendapati anaknya pada kondisi yang kurang sempurna.

Dapat segera langsung mendatangi lembaga sosial setempat untuk meminta

pertolongan, guna mendapatkan pendampingan serta keterampilan, agar anak

tersebut lebih mudah menjalani kehidupannya. Salah satu lembaga yang peduli

terhadap anak disabilitas adalah Yayasan Sayap Ibu Jakarta yang telah melakukan

inovasi pendekatan dalam penanganan anak, yaitu melalui pendekatan

psikososial.6

Oleh karena uraian tersebut dan dalam kaitannya dengan bidang kesejahteraan

sosial dan Pekerjaan sosial, maka pada kesempatan kali ini peneliti, mencoba

untuk meneliti mengenai peran yang dilakukan oleh Pekerja sosial di Lembaga

sosial yang menangani masalah disabilitas. Adapun Judul penelitiannya yaitu

“Peran Pekerja Sosial dalam pendampingan anak disabilitas dan orang tuanya di

Lembaga sosial. Dan untuk setting tempat pada penelitian kali ini penulis

mengambil settinng di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

4 Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 1 BAB 1 5 Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 5 BAB 3 6 Departemen Sosial RI, Standar Rehabilitasi Psikososial Pekerja Migram (Jakarta: 2004), h.2

 

Page 14: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

5

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka penulis

membatasi permasalahan pada: Peran Pekerja Sosial dalam

pendampingan anak dengan disabilitas dan orang tuanya pada Yayasan

Sayap Ibu Bintaro.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka penulis

merumuskan masalah pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Pekerja sosial dalam proses pendampingan anak

dengan disabilitas dan orang tuanya pada Yayasan Sayap Ibu

Bintaro?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penellitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Untuk mendeskripsikan peran Pekerja Sosial dalam proses

Pendampingan anak dengan disabilitas dan orang tuanya pada

Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

2. Manfaat Penelitian

a. Segi akademis

1.) Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis, berkaitan

dengan konsep dan metodologi dalam penelitian.

2.) Penelitian ini dapat menambah sumbangan pengetahuan

tentang pelayanan anak dan peran Pekerja Sosial dalam proses

pendampingan anak disabilitas

3.) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen

perguruan tinggi yang berguna untuk rujukan bagi siapa saja

yang membacanya

 

Page 15: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

6

b. Segi praktis

1) Bahan masukan bagi instansi atau lembaga yang fokus terhadap

anak berkebutuhan khusus (difable).

2) Memberikan masukan bagi Yayasan Sayap Ibu Jakarta atau

lembaga pelayanan kesejahteraan anak disabilitas dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan bagi penerima manfaat.

3) Memberikan masukan dan saran bagi Pekerja Sosial yang

bergerak dalam pendampingan anak disabilitas.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah

dari penyusunan skripsi yang penulis teliti, agar terhindar dari kesamaan

judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelum-sebelumnya.

Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan skripsi

yang hampir sama dari segi judul yang penulis buat, tetapi peneliti akan

memaparkan sudut perbedaannya, yaitu:

1. Judul : Peran Pekerja Sosial terhadap biopsikososial spiritual

anak tunarungu wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”

Bambu Apus Jakarta Timur

Nama : Ika Nurjayanti

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah

Program studi : Kesejahteraan Sosial

Dalam penelitiannya, Ika lebih menekankan pada aspek biopsikososial

spiritual anak tuna rungu wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara

“Melati” Bambu Apus Jakarta Timur. Walaupun pada variable

pertamanya sama dengan peneliti yaitu peran Pekerja Sosial akan

tetapi terdapat perbedaan pada objek penelitiannya yaitu Anak tuna

rungu, dan adapun setting tempat penelitian yang dilakukan juga

berbeda dengan peneliti.

 

Page 16: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

7

2. Judul : Peran Pekerja Sosial dalam proses Resosialisasi anak yang

berhadapan dengan hukum (Studi Kasus Penerima Manfaat Di Panti

Sosial Marsudi Putra Handayani Cipayung, Jakarta Timur)

Nama : Sonia Pratiwi

Perguruan tinggi : UIN Syarif Hidayatullah

Program Studi : Kesejahteraan Sosial

Dalam penelititannya, Sonia lebih menekankan pada Peran Pekerja

Sosial dalam bidang tugas Resosialisai anak yang Berhadapan Dengan

Hukum, serta objek penelitiannya yaitu anak dalam penerima manfaat

di sini juga tegolong dalam kondisi normal. Adapun juga latar tempat

yang dijadikan penelitian juga berbeda dengan peneliti, dalam hal ini

Sonia mengambil setting tempat di PSMP Handayani.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam suatu

penelitian untuk menghasilkan yang diinginkan tercapai. Metode

penelitian ini kemudian dibagi menjadi:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dipilih untuk mendapatkan fakta-fakta dan informasi

mengenai peran-peran Perkerja Sosial dalam Proses Pendampingan

anak disabilitas. Untuk mencapai tujuan penelitian dan

mendapatkan gambaran yang mendalam dari penelitian ini, maka

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang

terrtulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.7

Menurut Crasswell sebagaimana dikutip oleh Eriyanto,

beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama,

7 Lexi .J. Moeleong. Metode penelitian Kuaalitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007)

 

Page 17: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

8

Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil.

Kedua, penelitian kualitatif lebih memperhatikan interpretasi.

Ketiga, penelitian kualitatif merupakan alat utama dalam

mengumpulkan data dan analisis data serta penelitian kualitatif

harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi

di lapangan. Keempat, penelitian kualitatif menggambarkan bahwa

penelitian terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data dan

pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.8

Pendekatan kualitatif peneliti gunakan dengan beberapa pertimbangan,

yaitu pendekatan kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim dalam

mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-

perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan

bermakna di lapangan.9

Oleh karenaitu pendekatan tersebut dianggap tepat untuk menggambarkan

peran Pekerja Sosial dalam proses Pendampingan dengan tujuan agar penerima

manfaat dapat lebih berfungsi dengan baik di masyarakat.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study), studi

kasus merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini

dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang

terkait oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah

penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna dan

memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak

mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan

dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut.

8 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta : LkiS, 2001)

h.3 9 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), Cet

ke-2 , h. 39

 

Page 18: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

9

Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda

dengan kasus lainnya.10

Studi kasus adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari

sustu “sistem yang berbatas” (bounded system) pada suatu kasus atau

beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data

secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang

kaya akan konteks. Sesuai dengan salah satu ciri dari model studi

kasus adalah keunikan dari kasus yang diangkat. Dalam studi kasus,

kasus yang diangkat biasanya kasus-kasus yang memiliki keunikan

dapat berupa program, kejadian, aktivitas atau subjek penelitian.11

Peneliti akan mencoba mencari tahu peran Pekerja sosial pada Proses

pendampingan anak dan Orang tua nya di lembaga sosial.

3. Sumber data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi

ini, maka penelitian ini menggunakan penelititan lapangan (field

research). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

dua macam, yaitu data primer dan data sekunder:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek

penelitian, yakni Pekerja sosial yang melakukan proses

Pendampingan pada anak disabilitas dan orang tuanya di Yayasan

Sayap Ibu Jakarta.

b. Data Ssekunder, yaitu data yang peneliti peroleh baik berupa

dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

10 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian kualitatif, Cet. 1.

(Yogyakarta: Ar-ruz media, 2012), h. 61 11 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial, cet 3, ( Jakarta:

Salemba Humanika, 2012 ) h.76

 

Page 19: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

10

4. Teknik pemilihan Informan

Teknik yang diguunakan oleh penulis untuk pemilihan informan dalam

penelitian ini adalah teknik Purposive sampling di mana pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang

apa yang kita harapkan.12

Adapun jumlah informan yang akan penulis wawancarai:

a. Manajer Yayasan Sayap Ibu Bintaro

b. Dua orang Pekerja sosial di Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

c. Pada studi kasus ini penulis hanya menggunakan dua orang

penerima manfaat yaitu orang tua anak disabilitas yang

direhabilitasi di Yayasan Sayap Ibu, yang dibimbing oleh Pekerja

Sosial agar lebih fokus dan mendalam.

d. Dua orang pegawai non Pekerja Sosial di Yayasan Sayap Ibu

Bintaro. Guna, menambah informasi terkait dengan peran Pekerja

Sosial di Yayasan Sayap Ibu.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik

triangulasi yaitu pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara adalah metode penggumpulan data dengan jalan tanya

jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistemik dan berlandaskan

kepada tujuan penyelidik.13

Wawancara juga dapat dikatakan

sebagai percakapan yang dilakukan dengan maksud dan tujuan

tertentu untuk mendapatkan data serta informasi yang kongkret

dari hasil pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara.

12 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013),

Cet.19, h. 85 13 Ibid, h.63

 

Page 20: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

11

b. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi

dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Maksud

pengumpulan dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata

tentang situasi sosial sebagai faktor di sekitar subjek penelitian.14

Adapun studi dokumentasi yang penulis teliti yakni berupa brosur

profil lembaga, draft kepegawaian, dan dokumen lainya.

6. Teknik Analisa Data

Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan

mengurutkannya kedalam pola dan pengelompokan data. Nasir mengemukakan

analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena

dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna

memecahkan masalah penelitian.15

Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya

dengan langkah-langkah sebagai berikut:16

a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang

relevan dengan proses pendampingan anak disabilitas dan orang

tuanya yang dilakukan oleh Pekerja sosial Yayasan Sayap Ibu.

b. Penyajian data, setelah data mengenai proses pendampingan anak

dan orang tuanya yang dilakukan oleh pekerja sosial Yayasan

Sayap Ibu diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan

dalam bentuk narasi, visual gambar, bagan, tabel, dan lain

sebagainya.

14 Heribertus B.Sutopo, Metodologi penelitian untuk ilmu-ilmu sosial dan budaya (Surakarta:

Universitas Sebelas Maret, 1996), h.36 15 Moh.Nasir D, Metode Penelitian ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h.405 16 Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet.

13, h.103

 

Page 21: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

12

c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan

menghubungkan dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk

menarik kesimpulan.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi dengan

cara membandingkan dengan sumber-sumber data yang diperoleh

dengan kenyataan yang ada pada saat penelitian. Adapun ketekunan

pengamatan, yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan

berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau

tentatif.

8. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Banten di Jl. Graha

Raya Bintaro no. 33 B Kelurahan Pondok Aren Kecamatan Pondok

kacang Barat Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan waktu penelitian

dilakukan pada bulan Februari s.d Juni 2018.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menggunakan pedoman penulisan karya ilmiah

(Skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA Universittas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman skripsi

ini.

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan

dalam penelitian ini, maka penulis membagi dalam lima bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuann dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, pedoman skripsi, tinjauan pustaka, serta sistematika

penulisan.

 

Page 22: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

13

BAB II Landasan Teori, Yang membahas mengenai pengertian

Peran, Pekerja sosial, pengertian pendampingan, definisi anak disabilitas

dan orang tua nya.

BAB III Gambaran Umum Lembaga, menjelaskan sejarah

berdirinya Yayasan, landasan hukum, tugas pokok dan fungsi, struktur

lembaga dan divisi-divisi, tahapan pelayanan, manajemen program,

personalia, sarana dan prasarana, serta daya tampung.

BAB IV Pembahasan, menjelaskan atau analisa tentang peran

Pekerja sosial Pada proses pendampingan anak disabilitas dan orang tua

nya di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

BAB V Penutup, Dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan

dari pemikiran sebelumnya serta saran-saran sebagai bentuk hasil dari

analisa dalam penelitian penulis.

 

Page 23: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Peran

Peranan memiliki kata dasar dari kata peran, berbicara mengenai peran,

tentu tidak bisa dilepaskan dengan status kedudukan, kedudukan dan

peranan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, akibat hubungan saling

ketergantungan satu dengan yang lainnya. artinya tidak ada peranan tanpa

kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peranan. Setiap individu di

dalam kehidupannya mempunyai peran yang harus dijalankan, mereka

mempunyai peran karena orang tersebut mempunyai status dalam

masyarakat, walaupun kedudukanya itu berbeda antara satu dengan orang

lain tersebut. Akan tetapi masing-masing darinya berperan sesuai dengan

statusnya. Sedangkan definisi peran dan peranan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan definisi

peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.17

B. Profesi Pekerja Sosial

Pekerja sosial merupakan suatu profesi yang muncul di abad ke-20.

Berbeda dengan profesi lain, yang muncul lebih dulu yang

mengembangkan spesifikasi untuk mencapai kematangannya, maka

pekerja sosial berkembang dan dikembangkan dari berbagai spesifikasi

pada berbagai lapangan praktis. Dalam sejarah perkembangannya,

pengertian profesi pekerjaan sosial sendiri mengalami perkembangan.

Pekerjaan sosial mengintervensi ketika seseorang berinteraksi dengan

17 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Balai Pustaka, 1998), Cet 1, h. 667.

 

Page 24: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

15

lingkungannya. Prinsip-prinsip hak-hak manusia dan keadilan sosial

merupakan hal yang fundamental bagi pekerjaan sosial.18

1) Pengertian Pekerja Sosial

Tercatat ada beberapa ahli mengemukakan tentang definisi pekerjaan

sosial seperti:

a) Walter A. Friedlander : Pekerja Sosial merupakan suatu pelayanan

profesional yang prakteknya didasarkan pada pengetahuan dan

keterampilan ilmiah dalam hubungan kemanusiaan yang membantu

individu-individu baik secara perorangan maupun dalam kelompok

untuk mencapai kebebasan sosial dan pribadi.

b) Allan Pincus dan Anne Minahan: Pekerja Sosial adalah

menitikberatkan pada permasalahan interaksi manusia dengan

lingkungan sosialnya sehingga mereka mampu melaksanakan

tugas-tugas kehidupan, mengurangi ketegangan, serta mewujudkan

aspirasi dan nilai-nilai mereka. Jadi Pekerja Sosial dalam konteks

ini melihat masalah yang dihadapi orang lain dengan melihat situasi

sosial tempat orang tersebut berada atau terlibat.

c) Leonora Serafica de Guzman: Pekerja Sosial adalah profesi yang

bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan sosial yang

terorganisasi, di mana kegiatan tersebut bertujuan untuk

memberikan fasilitas dan memperkuat relationship, khususnya

dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling

menguntungkan antara individu dengan lingkungan sosialnya

dengan menggunakan metode pekerja sosial sehingga individu

maupun masyarakat dapat menjadi lebih baik.19

18 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan sosial ( Depok: Fisip UI

Press, 2005), h. 11-12 19 Istiana Hermawati, Metode dan Teknik dalam Praktek Pekerjaan Sosial, ( Yogyakarta: Adicita

Karya Nusa, 2001), h. 1-4

 

Page 25: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

16

Di atas telah dikemukakan para ahli terkemuka, beberapa mengenai

pekerjaan sosial pun mendapat perhatian yang luas dari ahli Ilmuan di

Indonesia, termasuk di dalamnya para akademisi. Pengertian Pekerja

Sosial yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

Pekerja Sosial adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai

tanggung jawab untuk memperbaiki dan mengembangkan interaksi

antara orang dengan lingkungan sosial sehingga tugas-tugas

kehidupan mereka mengatasi kesulitan-kesulitan, serta

mewujudkan aspirasi-aspirasi dan nilai-nilai mereka.20

Profesi pekerja sosial di Indonesia belum sepopuler di Negara-

negara maju, masih banyak orang yang menganggap rendah profesi

Pekerja Sosial, padahal di Negara-negara maju Pekerja Sosial telah

dianggap sebagai sebuah profesi yang serius. Menjadi seorang

pekerja sosial tidak semata-mata tanpa mempunyai modal

keterampilan. Pekerja sosial sebagai pekerja profesional harus

membekali diri mereka dengan keterampilan-keterampilan khusus.

Keberadaan Pekerja Sosial di Indonesia telah mendapat pengakuan

dari Pemerintah Indonesia antara lain melalui penerbitan Surat

Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 11/HUK?/ 1989, tanggal 02

Maret 1989 tentang pendelegasian wewenang pengangkatan,

pembebasan sementara, pemberhentian dan pengangkatan jabatan

pekerja sosial di lingkungan Departemen Sosial. Sementara itu,

definisi perkerja sosial menurut Buku Panduan Pekerjaan Sosial

adalah sebagai berikut: “pekerja sosial adalah pegawai negeri sipil

yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara

penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan

pelayanan kesejahteraan sosial di lingkungan instansi pemerintah

maupun badan atau organisasi sosial lainnya.21

20 Soetarjo, Praktek Pekerja Sosial, ( Bandung: Kopma STKS, 1993), h. 5. 21 HM. Cholis Hasan dan Abdul Malik, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

10/HUK/2007/ Tentang Pembinaan Teknis Jabatan fungsional Pekerja Sosial Nomor

 

Page 26: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

17

C. Fungsi dan Tugas Pekerja Sosial

Fungsi dan tugas Pekerjaaan Sosial, pekerja sosial bertujuan untuk

membantu orang meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan tugas

kehidupan, memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi

dengan orang lain maupun sistem sumber, dan mempengaruhi kebijakan

yang ada. Dengan demikian orang tersebut dapat mencapai

kesejahteraannya, baik sebagai individu maupun kolektif.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pekerjaan sosial melaksanakan fungsi

sebagai berikut:

a. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya

secara lebih efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan

memecahkan masalah mereka.

b. Mengaitkan orang dengan sistem sumber

c. Mempermudah interaksi, mengubah dan menciptakan hubungan baru

antara orang dan sistem sumber kemasyarakatan.

d. Mempermudah interaksi, mengubah dan menciptakan relasi antar

orang di lingkungan sistem sumber.

e. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, serta

perkembangan kebijakan dan perundang-undangan sosial.

f. Meratakan sumber-sumber material.

g. Bertindak sebagai pelaksanaan kontrol sosial.22

D. Peran Pekerja Sosial

Pekerja sosial juga memiliki peranan yang harus ia jalankan, berikut

adalah peran pekerja sosial yang dikemukakan oleh Parsons, Jorgensen,

dan Hernandez:

a. Fasilitator, dalam literatur pekerja sosial, peranan “fasilitator” sering

disebut sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya bahkan sering

dipertukarkan satu sama lain. Barker juga memberikan definisi

43/HUK/2007 Tentang Pedoman Pendidikan & pelatihan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial, ( Biro

Organisas & Kepegawaian Depeartemenn Sosial, 2007), h.2. 22 Istiana Hermawati, Metode dan Teknik dalam Praktik Pekerjaan Sosial, h 14-20

 

Page 27: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

18

pemungkin atau fasilitator sebagai tanggung jawab untuk membantu

klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional.

Peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien

mampu melakukan perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati

bersama.

b. Broker, Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai

kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungan menjadi sangat penting

dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh “keuntungan”

maksimal. Peranan sebagai broker mencakup menghubungkan klien

dengan barang-barang dan pelayanan dan mengontrolkualitas barang

dan pelayanan tersebut.

c. Mediator, pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam

berbagai kegiatan pertolongannya. Peran ini sangat penting dalam

paradigma generalis. Peran mediator diperlukan terutama pada saat

terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara

berbagai pihak. Lee dan Swenson memberikan contoh bahwa pekerja

sosial dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan ketiga” untuk

menjembatani antara keanggotaan kelompok dan sistem lingkungan

yang menghambatnya.

d. Pembela, sering kali pekerja sosial harus berhadapan dengan sistem

politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber yang diperlukan

oleh klien manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau

oleh klien, pekerja sosial harus memainkan peranan sebagai pembela.

e. Pelindung, tanggung jawab pekerja sosial terhadap masyarakat

didukung oleh hukum, hukum tersebut memberikan legitimasi kepada

pekerja sosial untuk menjadi pelindung terhadap orang-orang yang

lemah dan rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung

(guardian role), pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan

korban, calon korban, dan populasi yang beresiko lainnya.23

23 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 97-103

 

Page 28: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

19

E. Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial

Dalam teori Midgey untuk ke semua praktik pekerja sosial tersusun dalam

suatu prinsip-prinsip general yang menggambarkan keyakinan filsafat dari sosial

profesi yang menjadi sebuah pedoman pekerja sosial untuk bekerja dengan klien-

klien mereka, beberapa prinsip ini menekankan nilai-nilai dan ide-ide dari pada

prosedur praktik.

1. Prinsip Dasar Pekerja Sosial

Adapun prinsip-prinsip dasar Pekerja sosial sebagai berikut:

a. Pengakuan akan Harkat dan Martabat Manusia (Human Worth and

dignity). Martabat adalah harga diri yang paling tinggi bagi setiap

manusia dan merupakan hal yang paling penting dipertaruhkan

keberadaannya. Pekerja sosial adalah suatu kegiatan yang berupaya

agar manusia dapat diterima oleh orang lain sesuai dengan

martabatnya. Pekerja sosial tidak boleh membedakan antara manusia

satu dengan yang lainnya. Pengakuan bahwa setiap manusia

mempunyai hakikat dan martabat harga diri dan juga pengakuan

bahwa setiap manusia mempunyai potensi yang dikembangkan

sepanjang hidup manusia harus dihormati.

b. Hak untuk menentukan diri sendiri (Self Determination)

Di mana suatu prinsip yang berdasarkan bahwa manusia atau individu

itu mempunyai hak untuk menentukan diri sendiri. Pekerja sosial juga

percaya bahwa individu-individu, kelompok, dan masyarakat

mempunyai hak untuk menentukan kebutuhan–kebutuhan mereka. Dan

bagaimana hal itu dapat dicapai. Setiap orang bebas mentukan

nasibnya sendiri, keyakinan bahwa setiap orang dan menusia

mengalami penderitaan pribadi ekonomi atau sosial mempunyai hak

untuk menentukan diri sendiri dan bagaimana cara untuk

mengatasinya. Pekerja sosial juga tidak bersifat memerintah, memohon

atau bahkan mempengaruhi klien-klien mereka untuk membuat

keputusan. Sebaliknya, pekerja sosial membantu klien untuk

 

Page 29: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

20

mendapatkan kembali keyakinan akan kemampuan kepada diri sendiri

untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.

c. Kesempatan yang sama bagi semua orang (equal opportunity).

Keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama

yang hanya dibatasi oleh kemampuan masing-masing, setiap orang

mempunyai kesempatan yang sama yang dibatasi kemampuan.

d. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility). Pada hakikatnya

manusia itu disamping sebagai makhluk individu juga sebagai

makhluk sosial yang memiliki tanggung jawab sosial, segala

kebutuhan seseorang individu akan terpenuhi oleh pihak lain sehingga

secara langsung dan tidak langsung setiap orang bertanggung jawab

secara sosial terhadap orang lain di lingkungan sosial, ia akan

terpanggil dan dituntut untuk ikut mengatasinya.24

2. Prinsip Khusus Pekerja Sosial

Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai pekerja sosial, dalam

memberikan pelayanan kepada penerima manfaat, terdapat prinsip-prinsip

yang dijalankan oleh pekerja sosial. Selain terdapat prinsip dasar pekerja

sosial, seperti yang telah diunngkapkan di atas, terdapat pula prinsip

khusus pekerja sosial, seperti yang akan diuraikan berikut:

a) Prinsip penerimaan (The Priciple of Acceptance)

Prinsip ini melihat bahwa praktisi kesejahteraan sosial harus berusaha

menerima klien mereka apa adanya, tanpa “menghakimi” klien tersebut.

Kemampuan praktisi kesejahteraan sosial untuk menerima klien (pihak yang

membutuhkan bantuan) nya dengan sewajarnya akan dapat banyak membantu

perkembangan relasi antara mereka. Maka anda sebagai praktisi kesejahteraan

sosial harus berusaha untuk tidak menghakimi klien tersebut berdasarkan

penampilan fisiknya. Seorang praktisi harus berusaha meredam perasaan suka

24 Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah, ( Jawa Barat: Cinta

Indonesia, 2013), h. 78-85.

 

Page 30: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

21

atau tidak suka yang terlihat dari penampilan fisik seseorang. Karena dengan

adanya sikap (Acceptance) maka klien akan dapat merasa lebih percaya diri dan

tidak kaku dalam berbicara dengan praktisi kesejahteraan sosial, sehingga ia dapat

mengungkapkan perasaan yang mengganjal di hatinya. Dengan cara seperti ini

maka relasi antara praktisi dengan klien dapat dikembangkan.

b) Prinsip komunikasi (The Principle of Communication)

Prinsip komunikasi ini berkaitan erat dengan kemampuan praktisi

kesejahteraan sosial untuk menangkap informasi ataupun pesan yang

dikemukakan oleh klien. Pesan yang disampaikan klien dapat berbentuk pesan

verbal, yang diucapkan klien melalui ucapannya. Atau pesan tersebut dapat

berbentuk non verbal, misalnya dari cara duduk klien cara menggunakan

tangannya, cara klien meletakkan tangannya dan sebagainya. Dari pesan non

verbal tersebut kita bisa menangkap apakah klien sedang merasa gelisah, cemas,

takut, gembira dan berbagai ungkapan lainnya. Bila suatu saat klien tidak dapat

mengungkapkan perasaan apa yang dirasakan, praktisi kesejahteraan sosial

diharapkan dapat membantu klien tersebut untuk mengungkapkan apa yang ia

rasakan. Dengan berkembangnya komunikasi antara praktisi dan klien, maka

praktisi dapat menelaah permasalahan. Kita harus bisa menangkap informasi yang

dilontarkan klien baik verbal maupun non verbal dari si klien.

c) Prinsip kerahasiaan (The Principle of Confidentiality)

Dalam prinsip ini praktisi kesejahteraan sosial harus menjaga kerahasiaan dari

kasus yang sedang ditanganinya. Sehingga kasus itu tidak dibicarakan dengan

sembarang orang yang tidak terkait dengan penanganan kasus tersebut. Dengan

dijaminnya kerahasiaan ini, maka klien akan dapat lebih bebas mengungkapkan

permasalahan yang ia hadapi ataupun perasaan yang ia rasakan. Ia akan merasa

lebih aman mengungkapkan perasaannya karena ia yakin apa yang ia utarakan

dalam relasi dengan praktisi kesejahteraan sosial akan terjaga kerahasiaanya.

 

Page 31: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

22

d) Prinsip partisipasi (The Principle of Participation)

Praktisi diharapkan akan mengajak kliennya untuk ikut serta berperan aktif

dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Karena tanpa peran aktif dari

klien, maka tujuan dari terapi tersebut sulit untuk tercapai. Dalam prinsip ini,

tergambar bahwa ”perbaikan” kondisi seseorang bukanlah hasil kerja dari praktisi

kesejahteraan sosial itu sendiri. Tetapi rasa tanggung jawab dan keinginan yang

sungguh dari klien untuk memperbaiki kondisinya justru menjadi kunci

keberhasilan dari proses pemberian bantuan ini.

e) Prinsip Individualisasi (The Principle of Individualization)

Menganggap bahwa setiap individu itu berbeda antara satu dengan yang

lainnya, sehingga seorang praktisi kesejahteraan sosial haruslah berusaha

memahami keunikan (uniqueness) dari setiap klien. Karena itu, dalam proses

pemberian bantuan harus berusaha mengembangkan intevensi yang sesuai dengan

kondisi kliennya agar mendapatkan hasil yang optimal. Dengan adanya prinsip

individualisasi ini maka praktisi kesejahteraan sosial diharapkan tidak

menyamaratakan setiap klien. Sehinngga pendekatan dalam melakukan terapi

lebih diutamakan dengan penanganan kasus perkasus.

f) Prinsip Sadar Diri (The Principle of Self A warnes)

Prinsip kesadaran diri (self a warness) ini membuat praktisi kesejahteraan

sosial unntuk bersikap profesional dalam menjalin relasi dengan kliennya. Dalam

arti bahwa praktisi kesejahteraan sosial harus mampu mengendalikan dirinya

sehingga tidak terhanyut oleh perasaan ataupun permasalahan yang dihadapi oleh

kliennya. Praktisi kesejahteraan sosial di sini haruslah tetap rasional, tetapi harus

mampu menyelami perasaan kliennya secara objektif. Apabila seorang pekerja

 

Page 32: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

23

sosial tidak dapat mengendalikan emosinya maka sebaiknya klien tersebut

dialihkan ke praktisi pekerja sosial yang lain.25

g) Sikap-sikap tidak menghakimi (The Principle of Non Judgement)

Pekerjaan sosial yang menerapkan sikap tidak menghakimi tidak

menimbulkan rasa bersalah, atau derajat tanggung jawab klien atas sebab-sebab

masalah atau kebutuhan-kebutuhan, tetapi meliputi pemberian penilaian-penilaian

evaluatif tentang sikap-sikap, standard-standard, atau tindakan-tindakan klien.

Sikap tidak menghakimi diterapkan ke dalam semua proses pekerjaan sosial.

Akan tetapi, keadan-keadaan tertentu seperti saat-saat ketika klien merasa

terdemoralisasi, terstigmatisasikan, atau disalahkan, menuntut sikap tidak

menghakimi yang sangat sensitif. Pandangan yang tidak menghakimi

mengandung arti sikap-sikap dan perilaku-perilaku pekerja sosial yang tidak

menghakimi. Pekerja sosial tidak menghakimi orang lain sebagai baik atau buruk,

berharga atau tidak berharga. Akan tetapi, pekerja sosial melakukan penilaian-

penilaian atau keputusan-keputusan profesional setiap hari tentang pendekatan-

pendekatan alternatif dan solusi-solusi yang tepat. Pandangan yang tidak

menghakimi ialah suatu prinsip yang harus diterapkan secara universal. Pekerja

sosial harus menyadari di dalam dirinya keadaan-keadaan yang memicu sikap

menghakimi dan menyalahkan itu. Standard profesional mewajibkan pekerja

sosial untuk menghadapi nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan pribadi yang dapat

mengakibatkan efek merusak terhadap interaksi dengan klien.26

F. Pengertian Pendampingan

Pendampingan merupakan proses interaksi timbal balik (tidak satu arah)

antara individu / kelompok / komunitas yang mendampingi dan individu /

kelompok / komunitas yang didampingi dengan tujuan memotivasi dan

25 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Pengantar Pada

pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan), (Depok, Fisip UI Press, 2005), h.80-84 26 Fredi Akbar, “Prinsip-prinsip etik Pekerjaan Sosial”, Artikel diakses pada tanggal 26 Mei 2018,

dari: http://kesejahteraan sosialunpas.wordpress.com/2010/12/05prinsip-prinsip-etik-pekerjaan-

sosial/

 

Page 33: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

24

mengorganisir individu/ kelompok/ komunitas dalam mengembangkan sumber

daya dan potensi orang yang didampingi dan tidak menimbulkan ketergantungan

terhadap orang yang mendampingi (mendorong kemandirian). (Yayasan Pulih,

2011)27

G. Pengertian Anak

Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan

melanjutkan tongkat estafet pembangunan serta memiliki peran strategis,

mempunnyai ciri atau sifat khusus yang akan menjamin kelangsungan eksistensi

bangsa dan negara pada masa depan. Oleh karena itu, setiap anak harus

mendapatkan pembinaan dari sejak dini, anak perlu mendapatkan kesempatan

yang seluas-luasnya untuk dapat tumbbuh dan berkembang secara optimal, baik

fisik, mental dan sosial.28

Undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Menjelaskan

bahwa “anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Adapun pengertian anak dalam

bahasa Arab, anak disebut al-thifl yang berarti lunak atau lembut. Itulah sebabnya

anak dianggap sebagai sesuatu yang sangat rentan, yakni mudah pecah dan patah

kalau berbenturan dengan benda keras.29

H. Pengertian Disabilitas

Disabilitas adalah istilah payung yang meliputi gangguan, keterbatasn

aktivitas dan pembatasan partisipasi. Disabilitas atau cacat (bahasa inggris:

disability) dapat bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional,

perkembangan atas beberapa kombinasi dari ini.30

Peyandang cacat adalah setiap

27 https://kamuspsikososial .wordpress.com/tag/definisi-pendampingan/ diakses pada tanggal 26

Mei 2018. 28 Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen sosial RI, Petunjuk Teknis Penanganan

Anak yang berhadapan dengan Hukum, (Panti sosial Marsudi Putra Handayani, 2007), 29 Maria Ulfah Ansor dan Abdullah Ghalib, Parenting with Love: Panduan Islami Mendidik anak

Penuh Cinta dan Kasih Sayang, (Jakarta: PT Miizania Pustaka, 2010), h.52 30 Wikipedia, diakses pada 21 Juni 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Disabilitas

 

Page 34: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

25

orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental, yang dapat mengganggu atau

merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara

selayaknya.31

Menurut UPIAS (Persatuan Penyandang Cacat Melawan Segregasi)

definisi Kekurang sempurnaan Tubuh, organ dan mekanisme tubuh. Sedangkan

disabilitas adalah terbatasnya aktivitas yang disebabkan oleh organisasi sosial

kontemporer (kekuasaan) yang tidak mempertimbangkan mereka yang memiliki

kekurangan secara fisik dan dengan demikian menghalangi mereka untuk

berpartisipasi dalam aktivitas sosial.32

Menurut DPI (Disable People’s International) definisi Kekurangan fisik

atau (Impairment) adalah keterbatasan fungsional pada seorang individu yang

disebabkan oleh kekurangan fisik, mental dan sensorik. Sedangkan Disabilitas

adalah hilangnya atau terbatasnya kesempatan untuk mengambil bagian dalam

kehidupan normal di dalam masyarakat dan tingkat yang sama dengan yang lain

dikarenakan halangan fisik dan sosial.33

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1980 membagi

pengertian penyandang cacat dalam 3 hal, yaitu impairment, disability, handicap

tahun 1980. Pengertian dan klasifikasi kecacatan tersebut sebagai berikut:

a. Impairment: any loss abnormality psychological- psychological,

oranatomical structure or function, diartikan sebagai suatu kehilangan

atau ketidaknormalan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan

struktur atau fungsi anatomis (suatu kehilangan atau ketidaknormalan

baik psikologi), fisiologis merupakan kelainan struktur atau fungsi

anatomis).

b. Disability: any restriction or lack(resulting from an impairment) of

ability to perform an activity in the manner or within the range

31

Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h.3. 32

Colin Barnes dan Geof Mercer, Disabilitas: Sebuah Pengantar, Tim Penerjemah, (PIC UIN

Jakarta, 2007), h.18. 33

Ibid, h.105.

 

Page 35: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

26

considered normal for a human being, diartikan sebagai suatu

ketidakmampuan melaksanakan suatu aktifitas/kegiatan tertentu

sebagaimana layaknya orang normal yang disebabkan oleh kondisi

impairment yang berhubungan dengan usia dan masyarakat dimana

seorang berada.

c. Handicap: adisadvatage for a given individual resulting from or

disability, that limits or prevents the fulfillment or a role that is normal

(depending on age), sex social and cultural factor) for that individual,

diartikan kesulitan/kesukaran dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan

masyarakat, baik di bidang sosial ekonomi maupun psikologi yang

dialami oleh seseorang yang disebabkan oleh ketidaknormalan psikis,

fisiologis maupun tubuh, dan ketidakmampuannya melaksanakan

kegiatan hidup secara normal.34

Dengan demikian impairment mencakup dimensi fisik, Disability

mencakup dimensi aktivitas personal dalam aktivitas sehari-hari, sedangkan

Handicap mencakup dimensi peranan sosial.

Menurut JA Browne mendefinisikan penyandang cacat adalah seseorang

yang karena keterbatasan/ketidakmampuan fisik atau mental mengalami kesulitan

dalam melakukan fungsi pada satu atau lebih aktivitas kehidupan sehari-hari.35

Definisi penyandang cacat menurut Undang-undang RI Nomor 4 Tahun

1997 tentang Penyandang Cacat menjelaskan bahwa penyandang cacat adalah

setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat

mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan

secara selayaknya yang terdiri dari:

a. Penyandang cacat fisik;

b. Penyandang cacat mental;

34 Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h.5. 35 Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h.6.

 

Page 36: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

27

c. Penyandang cacat fisik dan mental.36

2. Ciri-ciri Penyandang Disabilitas

Berikut ini adalah ciri-ciri penyandang disabilitas

a. Penyandang Cacat Fisik, yaitu individu yang mengalami kelainan

kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan organ sehingga

mengakibatkan gangguan fungsi tubuuh. Misalnya ganggua penglihatan,

pendengaran, dan gerak.

b. Penyandang Cacat Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan

mental dan atau tingkah laku akibat bawaan atau penyakit. Individu

tersebut tidak bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum

dilakukan orang lain (normal), sehingga menjadi hambatan dalam

melakukan kegitan sehari-hari.

c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental, yaitu individu yang mengalami

kelainan fisik dan mental sekaligu atau cacat ganda seperti gangguan pada

fungsi tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara seta

mempunyai kelainan mental atau tingkah laku, sehingga yang

bersangkutan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari selayaknya.37

I. Pengertian Orang Tua

Kartono dan arifin menjelaskan bahwa orang tua adalah pria dan wanita

yang terikat dalam ikatan perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung

jawab bersama sebagai dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Lalu arifin

juga menambahkan bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah orang yang

menjadi pendidik dan membina yang berada di lingkungan keluarga.38

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua

merupakan dua individu berbeda yang telah sepakat dalam membina suatu rumah

36

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997, Tentang Penyandang Disabilitas,

Biro Hukum Departemen Sosial RI Tahun 1997), h.2. 37

Erlina Heria, Penyandang Disabilitas, artikel diakses pada 12 September 2013 dari

http:///erlinaheria.blogspot.com/2012/10/penyandang-disabilitas.html 38

Arifin.hubungan timbal balik pendidikan agama di lingkungan sekolah dan keluarga

(jakarta:bulan bintang, 1997), h.114

 

Page 37: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

28

tangga dan siap untuk memenuhi segala kebutuhan jasmani dan rohani anggota

keluarganya yaitu anak. Siap berarti mampu bertanggung jawab dalam memenuhi

segala pemenuhan hak wajib yang didapat oleh seorang anak, seperti pendidikan,

bimbingan , kasih sayang, dan pengajaran moral dari kedua orang tuanya karena

anak merupakan amanah dari Tuhan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan

apapun.

a) Peran Orang Tua

Setiap orang tua dalam menjalankan kehidupan berumah tangga tentunya

memiliki tugas dan peran yang sangat penting, yakni melahirkan;

mengasuh; membesarkan; mengarahkan sang anak menuju kepada

kedewasaan; serta menanamkan norma dan nilai-nilai yang berlaku. Di

samping itu, orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi yang

ada pada diri anak, menjadi teladan yang baik, dan mampu

mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan

kasih sayang.39

Teori lain menjelaskan peran orang tua terhadap anak pada umumnya

adalah teori attachment (kelekatan). Menurut teori ini, hubungan yang hangat dan

penuh rasa percaya dengan orang tua akan membuat anak memiliki rasa aman dan

percaya diri yang baik dalam membangun relasi sosial.40

Dari pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa peran dari

orang tua tidaklah hanya melahirkan anak mereka ke dunia, tetapi juga harus

mampu mendidik hingga menjadikan anak-anak tersebut sebagai suatu pilar yang

dapat berguna untuk orang lain dan menorehkan prestasi di masa depannya.

Dukungan dan kelekatan dari kedua orang tua tentunya sangat berpengaruh

terhadap kemandirian anak dalam bersosialisasi dan mengaktualisasikan dirinya.

Oleh karena itu, keberfungsian seorang anak berhasil atau tidaknya tergantung

dari bagaimana kedua orang tua mendidiknya.

39 Astrida, S.pd,”Peran dan fungsi orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional

anak,”h.1. 40

Dra. Nilam Widyani, Buku Psikologi Populer: Relasi Orang Tua & Anak (Elex Media

Komputindo), h. 94.

 

Page 38: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

29

b) Pola Asuh Orangtua-Anak

Menurut Baumrind seperti yang dikutip oleh Santrock menerangkan

bahwa pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang

terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam

keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.

Santrock juga menjelaskan bahwa penelitian Diana Baumrind sangat berpengaruh.

Ia percaya bahwa orang tua tidak boleh menghukum atau menjauh dalam

mengasuh anak mereka. Terdapat 4 jenis gaya pengasuhan yang telah dijelaskan

oleh Baumrind, yaitu:41

a. Pengasuhan Otoritarian

Otoritarian adalah gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum

dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan

menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Gaya pengasuhan ini

mengakibatkan anak seringkali tidak bahagia, takut, minder, dan

memiliki komunikasi yang lemah.

b. Pengasuhan Autoritatif (dapat diandalkan)

Gaya ini mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan

batas dan kendali pada tindkan mereka. Tindakan verbal memberi dan

menerima dimungkinkan, dan orang tua bersikap hangat dan

penyayang terhadap anak. Gaya pengasuhan ini mengakibatkan

perilaku anak menjadi percaya diri dan kompeten secara sosial.

c. Pengasuhan Yang Mengabaikan

Gaya ini mengajarkan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan

anak. Anak yang memiliki orang tua seperti ini biasanya pengendalian

dirinya buruk, tidak dewasa, dan merasa terasing dari keluarga.

d. Pengasuhan Yang Menuruti

Pola ini mengajarkan bahwa orang tua sangatt terlobat dengan anak

tetapi tidak menaruh banyak tuntutan dan kontrol yang ketat pada

41

John W. Santrock, Child Development 11 edition (University of Texas at Dallas: Erlangga,

2007), h. 167.

 

Page 39: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

30

mereka. Pola pengasuhan orang tua seperti ini biasanya menyebabkan

inkompetensi sosial anak, terutama dalam pengendalian diri.

J. Kerangka Berpikir

PERAN

Pekerja sosial

Pendampingan

Anak dengan disabilitas dan orang tuanya

Yayasan Sayap IBU

Bintaro

 

Page 40: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

31

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

YAYASAN SAYAP IBU BINTARO

A. Sejarah Lembaga

Yayasan Sayap Ibu (YSI) didirikan sejak tanggal 30 September

1955, dilatarbelakangi karena keprihatinan terhadap nasib anak-anak yang

terlantar atau ditelantarkan oleh orang tuanya. Pendirinya adalah Ny.

Sutomo, Ny. Sukardi dan Ny. Gerland Sunaryo. "YAYASAN SAYAP

IBU" diambil dari bahasa belanda "onder moeder's vleugels" yang

menggambarkan sayap induk ayam yang menjadi naungan para anak ayam

yang memerlukan perlindungan bilamana ada bahaya dan juga tempat

untuk mendapatkan rasa aman dan kehangatan. Induk ayam akan membela

matimatian anaknya terhadap binatang lain maupun bahkan manusia yang

mengganggu anak-anaknya.

Dengan kepindahan Ny. Sukardi ke Bandung dan Ny. G. Sunaryo ke

Nederland maka pada tahun 1961, kemudian dilakukan reorganisasi dan

dipilih kepengurusan baru yang yang terdiri antara lain : Ny. Ciptaningsih

Utaryo, Ny. Soekirman, Ny. Soerjadi, Ny. Rae Sita dan Ny.

Moestakimoen. Pada tahun 1968, YSI melakukan restrukturisasi dan

menempatkan diri dibawah pembinaan Badan Pembina Kegiatan

Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta Yang diketuai oleh Ny. J. S. Nasution

dan

Badan Kerjasama Panti Asuhan yang diketuai Ny. Nidia Sumarno

Dasar yang menjadi acuan adalah Undang-Undang No.4 tahun

1997 tentang Penyandang Cacat pada pasal 5 serta Undang-undang 23

tahun 2002 tentang perlindungan anak, di mana secara tegas disebutkan

bahwa hak-hak anak meliputi asas non diskriminasi, kepentingan yang

terbaik bagi anak, hak dalam keberlangsungan untuk hidup, hak tumbuh

 

Page 41: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

32

kembang secara layak baik fisik, mental, spiritual, hak perlindungan, dan

hak untuk turut serta partisipasi dalam lingkup kehidupan sosial. Yayasan

Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten atau dikenal juga dengan nama

Yayasan Sayap Ibu – Bintaro adalah organisasi nirlaba yang merupakan

pengembangan dari Yayasan Sayap Ibu, yang bertujuan untuk melakukan

usaha kesejahteraan sosial kemasyarakatan yang bersifat terbuka dan

bersedia bermitra dengan lembaga, perusahaan atau perorangan baik dari

dalam maupun luar negeri dalam bidang pembangunan kesejahteraan

sosial dengan prinsip kemanfaatan sebesarbesarnya bagi anak cacat ganda

terlantar. Diresmikan oleh Kementerian Sosial pada tanggal 1 Oktober

2005, dengan memegang teguh komitmen terhadap perlindungan dan

perawatan tumbuh kembang anak disabilitas ganda terlantar yang secara

tidak langsung juga berarti membantu pemerintah dalam memenuhi hak-

hak anak akan perlindungan dan perawatan.

Tahun 2009 kami menerima bantuan lahan fasilitas sosial (fasos) dari PT. Jaya

Real Property melalui Pemda Kabupaten Tangerang. Didanai oleh

Bennink Foundation dari Netherlands, berdirilah bangunan permanen YSI

Cabang Prov. Banten yang terletak di Jl. Graha Raya Bintaro No.33B

Pondok Kacang Barat – Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Pengembangan terus dilakukan oleh YSI – Bintaro, pada bulan

maret 2015 diresmikan sebuah Unit Pelayanan Disabilitas (UPD) yang

terletak di Ciputat. UPD adalah upaya untuk meningkatkan pelayanan bagi

anak disabilitas yang masih berada dalam asuhan orangtua atau

keluarganya. Tidak sampai disitu saja upaya untuk meningkatkan

pelayanan bagi anak disabilitas yang berada di masyarakat. Kemudian di

awal tahun 2016, sebuah kerjasama dimulai dengan Paguyuban orang tua

anak disabilitas di daerah Bojongsari Depok atau yang dikenal dengan

Paguyuban Keluarga Disabilitas Mandiri kemudian di Bulan Mei 2018,

YSIB meresmikan UPD di Kota Tangerang yang terletak di Kec. Pinang

Kota Tangerang yang bekerjasama dengan PT. Crown Indonesia.

 

Page 42: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

33

Setelah merubah panti sistem yang awalnya hanya berfokus kepada

pengasuhan anak disabilitas semata, pada tahun 2015 dimulai kegiatan

pendidikan anak disabilitas yang bertujuan untuk kemandirian anak di

masa yang akan datang. Kemudian pada tahun 2018, izin operasional

untuk menyelenggarakan pendidikan khusus bagi anak disabilitas ganda

didapatkan YSI Bintaro dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Melalui undang-undang No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang

Disabilitas, YSI – Bintaro terus berkomitmen untuk memberikan hak-hak

anak penyadang disabilitas yang ada di masyarakat, sehingga tercipta

sebuah masyarakat inklusi yang peduli terhadap para penyandang

disabilitas.

B. Karakteristik Lembaga Berdasarkan Tipologi Organisasi Pelayanan

Kemanusiaan (Human Service Organizations)

Yayasan Sayap Ibu cabang provinsi Banten berusaha untuk

mencapai visi di mana setiap anak yang memiliki disabilitas mendapatkan

akses layanan pendidikan yang berkualitas, dengan guru atau pendamping

profesional dan terlatih. Untuk mencapai visi di atas YSI-Banten pada saat

ini antara lain mengelola “Pendidikan Khusus atau Pendidikan Luar Biasa”.

Dasar yang menjadi tujuan adalah :

• Untuk mengembangkan dan memperluas program pendidikan dan layanan

pendukung untuk anak-anak disabilitas

• Untuk memperluas dan meningkatkan keahlian para guru atau profesional

lain, dari lintas keahlian dan keilmuan.

• Memastikan bahwa semua anak dengan disabilitas memiliki kesempatan

untuk berpartisipasi dalam layanan pendidikan

• Memastikan bahwa semua anak disabilitas mampu menjadi pribadi yang

mandiri di kemudian hari.

Untuk menyelenggarakan pendidikan bagi penyandang disabilitas

dibutuhkan tenagatenaga profesional dan berpengalaman di bidangnya,

 

Page 43: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

34

sehingga anak-anak disabilitas memiliki kehidupan yang berkualitas.

Sebagai upaya rehabilitasi untuk anakanak penyandang disabilitas,

meningkatkan kemampuan motorik anak, mencegah mereka dari kondisi

yang lebih buruk serta mempertahankan kondisi fisik anak, YSIBanten

memberikan pelayanan terapi, antara lain:

• Fisioterapi, sebagai upaya untuk mengembangkan, memelihara, dan

memulihkan gerak dan fungsi anak-anak disabilitas majemuk melalui

aktivitas fisik, gerak dankomunikasi.

• Terapi Wicara, membantu mengendalikan otot-otot mulut dan rahang,

dan membantu meningkatkan komunikasi.

• Hidroterapi, adalah latihan rehabilitasi yang dilakukan di dalam air.

• Okupasi Terapi, untuk meningkatkan kemandirian individu pada area

aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu

luang yang memungkinkan individu untuk berperan serta dalam aktivitas

keseharian.

Berkat dukungan donatur, YSIB memiliki program layanan “Bantuan Operasi,

Assistensi Kesehatan dan Alat Bantu”, bagi anak penyandang disabilitas

yang memerlukan bantuan. YSIB telah bekerja untuk anak-anak disabilitas

dari berbagai provinsi, bekerja sama dengan pemerintah setempat. Kami

memberikan bantuan akomodasi, transportasi hingga pendampingan ke

rumah sakit dan pemenuhan kebutuhan obat serta alat bantu medis sesuai

kebutuhan anak. Upaya lain untuk memenuhi kebutuhan alat bantu khusus

yang diperlukan oleh anak disabilitas seperti, hearing aids, alat orthotic dan

prostetic serta alat bantu lainnya. Dengan pemberian alat bantu ini kami

berharap dapat memudahkan anak disabilitas dalam melakukan aktivitas

harian mereka.

Keluarga yang memiliki anak penyandang disabilitas sangat

berpotensi mengalami kerentanan menjadi miskin karena memiliki

pengeluaran lebih tinggi dibandingkan keluarga lainnya untuk biaya

 

Page 44: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

35

perawatan anak disabilitas.Untuk mengatasi permasalahan ekonomi

keluarga dengan anak disabilitas, kami memiliki program Usaha Ekonomi

Kreatif (UEK) bekerja sama dengan Kementerian Sosial dan dukungan dari

beberapa Lembaga/Instansi terkait.

Melalui program UEK, kami mengucurkan dana bantuan kepada

keluargakeluarga terpilih serta melakukan monitoring dan evaluasi sehingga

program ini berjalan sesuai harapan dan tepat sasaran. Tujuan akhir dari

program UEK adalah memberdayakan keluarga untuk melakukan wirausaha

yang dapat dijalankan di rumah tanpa harus meninggalkan anak disabilitas

mereka. Dengan program ini harapan kami akan memberikan dampak pada

penguatan ekonomi keluarga sekaligus penguatan pendampingan keluarga

untuk anak dengan disabilitas.

Landasan Hukum Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten, izin operasional :

AD/RT : C-1051.HT.01.02.TH.TH 2004

Akte Notaris : No.7 / tgl. 13 Agustus 2004

Terdaftar pada : Notaris Wenda Taurusita Amidjaja, SH

NPWP : 01.325.091.5-542.000

 

Page 45: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

36

C. Alur dan Prosedur Pelayanan Klien

Untuk penerimaan anak binaan dan tinggal di panti :

• Tahap pertama : laporan dari masyarakat, laporan dari masyarakat

tentang bagaimana dan dimana ditemukan anak tersebut.

• Tahap kedua : lapor kepada polisi, laporan tersebut lalu

dilanjutkan kepada kepolisian, dari pihak YSI juga bisa langsung

menerima laporan tersebutdari kepolisian.

• Tahap Ketiga : Dinas Sosial, dari kepolisian tempat kejadian

perkara lansung di serahkan kepada dinas sosial dan dinas sosial

membuat berita acara tentang sang anak ditemukan

• Tahap Keempat : YSI cabang Banten, kemudian langsung kepada

pihak YSI setelah di assessment oleh pihak Dinas Sosial lalu pihak

YSI mulai bisa mengasuh sang anak.

 

Page 46: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

37

Untuk penerimaan anak binaan non-panti :

• Tahap pertama : keluarga/masyarkat menghubungi pihak YSI

terlebih dahulu

• Tahap kedua : kemudian pihak YSI melakukan survey kepada

calon binaan non-panti mengenai kondisi anak dan keluarganya

baru kemudian dilakukan validasi penerimaan.

• Tahap Ketiga : lalu anak tersebut menjadi anak binaan non-panti.

D. Struktur Manejemen Lembaga

Yayasan Sayap Ibu Bintaro memiliki struktur organisasi

kepegawaian untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Tercapainya

tujuan secara maksimal dan mengatur peranan sesuai fungsinya. Dalam

struktur organisasi ada pembagian kerja, fungsi dan koordinasi dari setiap

kegiatan.

Ketua Umum : Renowati Hardjusubroto

Ketua : M. E. Arifandi

Sekretaris : Rini Tjokrosoeseno

 

Page 47: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

38

Bendahara Umum : Tea Iskandar

Bendahara : Sutan Adrin

Kabid. Logistik & Rumah Tangga : Tati Sapto

Kabid. Pendidikan & Kesehatan : Astrida Daulay

Manager Pelaksana : Tuti Hendrawati

 

Page 48: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

39

Zulfahmi

Ketua : Magfirah

Sekretaris : Supriyanti

Bendahara : Evi Arista

 

Page 49: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

40

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Peran Pekerja Sosial dalam Pendampingan Anak dengan Disbilitas Dan

Orang Tuanya pada Yayasan Sayap Ibu Bintaro

Berdasarkan uraian pada Bab II mengenai Peran Pekerja Sosial

dalam Pendampingan Anak Disabilitas Dan Orang Tuanya Di Yayasan

Sayap Ibu Bintaro. Pekerja Sosial yang dimaksud di sini yaitu sebagai

fasilitator, broker, mediator, pembela, pelindung untuk penerima manfaat di

YSI Bintaro. Peran peksos ini mempunyai peran yang sangat penting bagi

penerima manfaat baik itu yang tinggal di asrama YSI Bintaro maupun yang

tinggal bersama dengan orang tuanya. Karena dengan adanya peran peksos

para penerima manfaat dari YSI Bintaro mendapatkan pendampingan untuk

aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek sosial dan ekonominya.

Karena selain anak disabilitas yang didampingi secara intensif, para orang

tua yang berasal dari keluarga pra Sejahtera juga diberikan berupa Usaha

Ekonomi Kreatif (UEK).

Pekerja sosial di YSI Bintaro juga mempunyai tugas untuk

melakukan rehabilitasi sosial terhadap para anak disabilitas penerima

manfaat. Adapun kegiatannya meliputi: 1. Identifikasi dan verifikasi 2.

Assesment 3. Intervensi / pelayanan 4. Evaluasi, terminasi (bina lanjut) atau

rujukan.

1. Identifikasi dan verifikasi

Identifikasi dan verifikasi merupakan tugas yang dilakukan oleh pekerja

sosial yaitu: melakukan suatu mekanisme penerimaan calon Penerima

Manfaat dari hasil laporan keluarga atau masyarakat yang melaporkan

anak disabilitas untuk tujuan mendapat pelayanan di YSI Bintaro.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Bapak Zulfahmi, yang menjabat

sebagai Pekerja Sosial YSI Bintaro, menjabarkan bahwa tugas pekerja

sosial di sini salah satunya adalah melakukan identifikasi dan verifikasi

 

Page 50: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

41

terhadap calon Penerima Manfaat terkait memenuhi kriteria atau tidak

nantinya. Dan setelah memenuhi kriteria barulah dilakukan assesment

kepada penerima manfaat, dan berdasar pada asssesment itulah

diberikan pelayanan yang dibutuhkan.

“Anak disabilitas yang ada di YSIB berasal dari seluruh Indonesia,

untuk anak dalam panti biasanya dinas sosial yang berperan aktiv

dalam hal merujuk anak tersebut untuk menjalani rehabilitasi anak

dalam panti YSIB, jika data kami terima kemudian akan kami lakukan

visit untuk melihat kondisi anak sambil menjelaskan proses-proses yang

akan ditempuh seperti adanya NIK dan BPJs. Kemudian untuk anak

luar panti jika kami mendapatkan data, kami akan melakukan home visit

ke rumah untuk melakukan verifikasi dan validasi data tersebut, setelah

itu baru dapat diputuskan apakah anak tersebut mendapatkan layanan

seeprti apa. Jika anak tersebut dari anak keluarga yang mampu, kami

hanya akan memberikan berbagai informasi tentang pengasuhan dan

disabilitas, namun jika anak tersebut dari keluarga kurang mampu

maka akan kami berikan tambahan gizi dan memfasilitasi berbagai

kebutuhan anak tersebut.”42

Selain itu juga berdasarkan keterangan dari Bapak Doni Romdoni

selaku Pekerja Sosial di YSIB, yaitu “pertama-tama pelayanan yang

pekerja sosial lakukan di sini yaitu penggolongan yah. Karena anak

binaan di YSIB itu terbagi 2 (dua) yaitu panti dan non panti. Untuk

panti kita biasanya ada prosedur tersendiri seperti laporan dari

masyaraka mengenai ketelantaran, terus dilanjut ke kepolisian, dinas

sosial setempat baru kemudian dirujuk untuk dilakukan pembinaan di

YSIB. Dan untuk yang non panti kita juga ada identifikasi seperti

bagaimana keadaan ekonomi, rumah, penghasilan dari orang tua dari

si anak disbilitas, kemudian bagaimana kondisi disabilitas klien itu

sendiri. Dan setelah dilakukan identifikasi barulah kita terima untuk

kita kasih pelayanan yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan layanan

YSIB.”43

2. Assesment

Setelah kegiatan identifikasi dan verifikasi dilakukan, tahap selanjutnya

dari proses rehabilitasi anak disabilitas di YSI Bintaro adalah assesment

yaitu kegiatan menganalisa kondisi atau permasalahan penerima untuk

kemudian mendapat pelayanan yang dibutuhkan.

42 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 43 Bapak Doni Romdoni, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 8 juni 2018

 

Page 51: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

42

“Tahapannya adalah seperti tahapan pekerja sosial pada umumnya,

setelah data masuk dilakulan verifikasi dan validasi kemudian jika

kasusnya agak rumit diadakan case conference kumudian baru

diputuskan pelayanan yang diberikan kemudian.”44

Selain itu Bapak Doni Romdoni selaku Pekerja sosial di YSIB juga

menambahkan bahwa “iya sebenarnya proses atau tahapan alur dari

antara indentifikasi dan assesment itu ga begitu jauh yah mas, jadi

setelah kita identifikasi mengenai kondisi klien untuk anak yang di

panti, terus kondisi anak disabilitas dan kondisi orang tua nya yang non

panti baik dari segi ekonomi, penghasilan, serta keadaan rumahnya.

Berdasarkan kriteria dan kemudian kita assesment untuk kemudian

ditentukan klien mendapatkan pelayanan yang bagaimana.”45

Tahap assesment adalah tahap yang cukup menentukan untuk

perkembangan penerima manfaat nantinya. Karena kondisi disabilitas

antara penerima manfaat satu dengan yang lainnya berbeda-beda, dan

latar kondisi kesehatan ataupun kejiwaannya serta emosionalnya juga

berbeda. Maka diperlukanlah proses penanganan yang berbeda pula.

3. Intervensi atau pelayanan

Pelayanan yang diberikan pada tahap intervensi ini ialah merupakan

tahap lanjutan dari assesment penerima manfaat. Karena berdasar

assesment itu lah penerima manfaat mendapat layanan sesuai

kebutuhannya. Seperti penuturan Bapak zulfahmi yaitu:

“Pelayanan yang didapat adalah bantuan tambahan gizi setiap

bulan, terapi, pemeriksaan kesehatan, forum keluarga, parenting skill,

alat bantu disabilitas, pendidikan.”46

Bapak Doni Romdoni juga memaparkan bahwa, “jadi gini mas,

anak disabilitas itu kan berbeda-beda jenisnya, ada downsyndrome,

autisme, dan ada juga hydro cepalus yang semuanya itu juga berbeda

penanganan atau treatmentnya, gizi yang diberikan juga berbeda. Jadi

ya dalam intervensi ini kita berikan layanan sesuai porsi disabilitas

mereka masing-masing.”47

44 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 45 Bapak Doni Romdoni, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 8 juni 2018 46 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 47

Bapak Doni Romdoni, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 8 juni 2018

 

Page 52: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

43

Adapun karena anak binaan YSI Bintaro terbagi menjadi dua macam

yaitu panti dan non panti maka pelayanan yang diberikan juga berbeda.

Penggolongan pelayanan nya meliputi:

a. Panti:

Mendapat program pendidikan & pengasuhan yaitu;

a. Latihan kemandirian

b. Keterampilan

c. Orientasi dan mobilisasi

d. Cara komunikasi

e. Kemampuan sosialisasi

f. Aktivitas rutin harian/aktivitas fungsional

Terapi

a. Fisioterapi, sebagai upaya untuk mengembangkan,

memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi anak-anak

disabilitas majemuk melalui aktivitas fisik, gerak

dankomunikasi.

b. Terapi Wicara, membantu mengendalikan otot-otot mulut

dan rahang, dan membantu meningkatkan komunikasi.

c. Hidroterapi, adalah latihan rehabilitasi yang dilakukan di

dalam air.

d. Okupasi Terapi, untuk meningkatkan kemandirian individu

pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas

dan pemanfaatan waktu luang yang memungkinkan

individu untuk berperan serta dalam aktivitas keseharian.

b. Non-Panti

Unit pelayanan Disabilitas ( UPD )

a. Penyuluhan deteksi dini disabilitas

b. Family development session (FDS)

c. Parenting skill

d. Pelatihan terapi bagi orang tua

 

Page 53: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

44

e. Terapi anak (fisio)

f. Pemeriksaan kesehatan

g. Pendidikan anak disabilitas

h. Konseling disabilitas

i. Publikasi dan sosialisasi

Usaha ekonomi Kreatif

Pembagian nutrisi

Pelayanan medis: Operasi, pemberian alat bantu disabilitas

4. Evaluasi, terminasi, atau rujukan

Setelah dilakukan rehabilitasi dan mendapatkan berbagai layanan

yang dibutuhkan. Maka tahap selanjutnya ialah evaluasi guna melihat

perkembangan penerima manfaat setelah dilakukan rehabilitasi ataukah

sudah cukup perkembangannya untuk kemudian dilakukan terminasi

atau rujukan kepada lembaga terkait. Seperti penuturan yang dikatakan

oleh Bapak Zulfahmi yaitu:

“Proses terminasi memiliki beberapa kriteria yaitu : anak sudah

meninggal, orang tua sudah mandiri (dari segi ekonomi). Anak juga

sudah mandiri dalam arti anak sudah tumbuh dewasa (usia 18 tahun),

cukup mandiri dan bisa bekerja. Ataupun bila usianya sudah memasuki

tahap dewasa dan ada lembaga yang memungkinkan ia untuk

mendapatkan layanan lanjutan maka dilakukanlah rujukan ke lembaga tersebut.”

48

Mengenai proses terminasi, Bapak Doni Romdoni juga

menambahkan bahwa, “sebetulnya memang sesuai dengan yang

dikatakan oleh Pak Zulfahmi ya mas secara formalitas prosedur

terminasi yaitu anak binaan kita sudah mencapai usia 18 tahun atau

tumbuh dewasa, terus juga orang tuanya sudah mampu. Tetapi tidak

menutup kemungkinan juga jika dalam usia tersebut, atau orang tuanya

belum mampu dari sisi ekonominya yaa masih tetap kita bantu dan bina

mas. Akan tetapi lebih kepada proses bina lanjut mereka sudah masuk

usia menuju tahap dewasa.”49

48 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 49

Bapak Doni Romdoni, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 8 juni 2018

 

Page 54: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

45

Selain tugas yang telah dijelaskan di atas, Pekerja Sosial YSI

Bintaro juga mempunyai Peran pada poses pendampingan Anak

Disabilitas dan orang tuanya sesuai dengan teori menurut Parsons,

Jorgesnen, dan Hernandez, sebagai : 1. Fasilitator, 2. Broker, 3.

Mediator, 4. Pembela, 5. Pelindung kepada Penerima Manfaat.

1. Fasilitator

Fasilitator adalah salah satu Peran yang diemban oleh Pekerja Sosial

di YSI Bintaro. Dalam hal ini peran fasilitator yaitu bertanggung jawab

untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional

atau transisional. Peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi atau

memungkinkan penerima manfaat mampu melakukan perubahan yang

telah ditetapkan dan disepakati bersama. Sesuai dengan penuturan

Bapak Zulfahmi yang menjabat sebagai Pekerja Sosial, yaitu:

“Peksos YSI Bintaro juga melakukan peran sebagai fasilitator yang

mana peksos berperan memfasilitasi klien dengan sistem sumber berupa

layanan kesehatan, pendidikan, sosialisasi, & lain sebagainya. Seperti

halnya dalam aspek pendidikan, pada umumnya anak disabilitas yang

sudah memasuki usia sekolah pekerja sosial memfasilitasi untuk supaya

mendapatkan pendidikan di Panti YSIB. Atau ditempatkan di UPD (

unit pelayanan Disabilitas )”50

Menurut Doni Romdoni juga berkata bahwa “iya kita juga di sini

mencari bantuan mas, terutama ke sumber-sumber bantuan lain di luar

dari YSIB. Contohnya seperti waktu itu kita pernah mendapatkan info

mengenai dana puhresos kemudia terus follow up oleh bagian

fundrising, setelah melewati beberapa proses maka diperolehlah dana

puhresos yang kemudian dana tersebut digunakan untuk usaha ekonomi

kreatif (UEK) para orang tua anak disabilitas.”51

Dan menurut keterangan dari salah satu staff ahli gizi dari YSIB

yaitu Ibu Murtikanti menjelaskan bahwa “yang setau saya sih ya mas

peran beliaucukup banyak salah satu yang saya ketahui sih beliau

menjadi fasilitator yaitu menghubungkan anak-anak kami dengan

sumber bantuan seperti contoh nya yaitu mejembatani antara pihak

YSIB dengan WAFCAI (Wheelchair and Friendships Center of Asia

Indonesia ) dalam hal penyediaan Kursi roda untuk anak disabilitas

sesuai dengan kebutuhan fisiknya.”52

50 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 51

Bapak Doni Romdoni, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 8 Juni 2018 52 Ibu Murtikanti P, Staff ahli gizi, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 7 Juni 2018

 

Page 55: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

46

Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro Pekerja Sosial berperan sebagai

fasilitator yaitu menghubungkan penerima manfaat dengan sumber

bantuan yang dibutuhkan yaitu mengenai aspek kesehatan, pendidikan,

sosial dan ekonominya. Seperti contohnya pekerja sosial di sini

menghubungkan penerima manfaat dengan para donatur atau lembaga

sosial yang dapat membantu penerima manfaat untuk melakukan operasi

di Rumah sakit. Dan juga dengan WAFCAI (Wheelchair and

Friendships Center of Asia Indonesia) Yang telah memberikan kursi

roda khusus kepada anak-anak binaan Yayasan Sayap Ibu.

2. Broker

Peranan sebagai broker mencakup menghubungkan klien dengan

barang-barang dan pelayanan dan mengontrol kualitas barang dan

pelayanan tersebut. Sesuai dengan penuturan Bapak Zulfahmi Peranan

pekerja sosial YSI Bintaro dalam hal ini yaitu berperan sebagai:

“Peksos melakukan peran sebagai broker untuk klien kepada sistem

sumber selain ysib. Seperti halnya YSI Bintaro menghubungkan

penerima manfaat dengan program beasiswa pendidikan dari

pemerintah, agar Penerima manfaat yang masih berusia produktif dapat

bersekolah mengikuti jenjang pendidikan formal pada umumnya.”53

Selain itu berdasarkan keterangan dari Bapak Doni Romdoni,

“peran peksos untuk broker yang saya lakukan ialah mengontrol atau

memonitoring pelayanan yang telah berjalan seperti pada program

UPD (Unit Pelayanan Disabilitas) seperti menjadi mensupervisi pekerja

sosial yang bertugas di sana, juga memonitoring program tersebut

apakah sudah berjalan dengan baik antara orang tua anak disabilitas

dengan petugas UPD dan menjadi penghubung antar ke dua nya.”54

Dan juga keterangan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari salah

satu orang tua anak binaan dari YSIB yaitu Ibu .... orang tua dari ananda

Rieke puspita yang berkata bahwa “jadi gini mas, menurut saya sih iya

petugas atau yang mas sebut peksos yaitu Pak Zulfahmi sudah cukup

memerankan perannya sebagai Penghubung soalnya pernah

menghubungkan kami dengan bantuan pendidikan berupa beasiswa dari

Pemerintah katanya senilai satu juta pertahun, untuk biaya sekolah

anak saya. Lumayan kan tuh meringankan saya banget sebagai orang

tua.”55

53 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 54

Bapak Doni Romdoni, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 8 juni 2018 55 Ibunda Rieke Puuspita sari, anak binaan YSIB non Panti, 11 Juni 2018

 

Page 56: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

47

Contoh peran broker dalam bidang pendidikan pekerja sosial telah

menghubungkan penerima manfat dengan sumber bantuan yang ada,

dalam hal ini mengenai aspek pendidikan. Yang mana pekerja sosial

YSIB telah menghubungkan penerima manfaat dengan dinas pendidikan

Tangerang Selatan yang telah bersedia memberikan uang beasiswa

kepada anak binaan YSIB yang berada pada usia sekolah.

3. Mediator

Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan

yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Peran

Pekerja Sosial sebagai mediator Lee dan Swanson memberikan contoh

bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan

ketiga” untuk menjembatani antara keanggotaan kelompok dan sistem

lingkungan yang menghambatnya.

“Beberapa kali peksos YSIB melakukan peran sebagai mediator

antara orangtua anak disabilitas yang sedang konflik dalam rumah

tangganya akibat dari salah satu orangtua tidak mengingkan anaknya

yang disabilitas tinggal dengannya.”56

Selain itu menurut penuturan dari Bapak Doni Romdoni, “peran

peksos sebagai mediator itu sebenernya tidak melulu harus jika ada

kasus masalah aja mas, sebenernya juga bisa dalam keadaan yang

biasa-biasa saja. Seperti saya pernah melakukan mediasi antara

Paguyuban Keluarga Disabilitas daerah Tangerang sini dengan suatu

profesi yaitu profesi fisio terapi 57

Dan juga Ibunda dari Rieke Puspitasari menambahkan, “Kalo yang

seperti mas maksud yaa pernah sih mas Fahmi kaya nengahin kita gitu,

waktu kesulitan berobat di Rumah sakit mas, antara saya pasien (Rieke)

dengan pihak Rumah Sakit waktu itu RS. Fatmawati Jakarta.”58

Dalam banyak kasus pekerja sosial YSIB telah melakukan mediasi

antara orang tua dan anak disabilitas, dalam upaya pencegahan tindak

atau perlakuan yang tidak diinginkan, seperti misalnya orang tua anak

ingin menelantarkan anak disabilitias tersebut begitu saja, dikarenakan

tidak sanggup menerima keadaan bahwa anaknya memiliki kekurangan.

56 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 57

Bapak Doni Romdoni, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 8 Juni 58

Ibunda Rieke Puspita sari, anak binaan YSIB non Panti, Kediaman Rieke, 11 Juni 2018

 

Page 57: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

48

Akan tetapi setelah telah melalui jalan mediasi dengan pekerja sosial,

maka niat orang tua tersebut tidak jadi untuk dilakukan,

4. Pembela

Sering kali pekerja sosial harus berhadapan dengan sistem politik

dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber yang diperlukan oleh

klien manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh

klien, pekerja sosial harus memainkan peranan sebagai pembela.

“Dengan Undang-undang No. 8 Tahun 2016, tentang penyandang

disabilitas, pekerja sosial melakukan pembelaaan terhadap hak-hak

anak disabilitas. misalnya anak tersebut yang dilanggar untuk hak

mendapat pendidikan, maka peksos akan melakukan pembelaan untuk

anak tersebut agar memperoleh pendidikan. Apabila terdapat

penolakan dari pihak sekolah dalam hal penerimaan anak binaan YSIB

untuk bersekolah di sekolah tersebut”59

Selain itu juga Ibunda dari Rieke puspitasari menambahkan bahwa,

“iya waktu itu saya pernah juga mencari sekolah SLB mas untuk si

Rieke dibantu juga oleh Pak Fahmi waktu itu kami mencari sekolah SLB

di daerah Jakarta Selatan tapi yaa karena domisili saya dan Rieke ada

di Tangerang Selatan, jadi agak sulit mas, soalnyakan beda rayon, terus

juga memang kuota untuk siswa di sana tidak begitu banyak mas. Jadi

ya kami mencari alternatif sekolah lain, dan akhirnya dapat di sini

daerah karang tengah lebak bulus, itu juga berdasar relasi dari Pak

Fahmi yang alhamdulillah Rieke bisa bersekolah sampai sekarang.”60

Hal ini juga dikarenakan bahwa anak disabilitas juga mempunyai

hak yang sama untuk dapat hidup selayaknya manusia normal lainnya,

tanpa melihat kondisi fisik yang dideritanya. Selain pada aspek

pendidikan pekerja sosial juga melakukan pembelaan pada bidang

lainnya. Seperti dalam bidang kesehatan apabila anak binaan YSIB

mengalami penolakan untuk berobat di rumah sakit atau puskesmas

setempat maka pekerja sosial akan maju untuk membela haknya

tersebut.

5. Pelindung

Tanggung jawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh

hukum, hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial

59 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 60 Ibunda Rieke Puspita sari, anak binaan YSIB non Panti, Kediaman Rieke, 11 Juni 2018

 

Page 58: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

49

untuk menjadi pelindung terhadap orang-orang yang lemah dan rentan.

Dalam melakukan peran sebagai pelindung (guardian role), pekerja

sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan

populasi beresiko lainnya.

“Peksos ysib juga melindungi anak disabilitas dari ketelantaran,

karena banyak orangtua yang bingung dalam pengasuhan anak

disabilitas, nanum setelah dilakukan pemberian pengertian orangtua

akan mengurungkan niatnya untuk menelantarkan anaknya tsb. Dan

juga membimbing orang tua untuk dapat mendidik anaknya yang

disabilitas dengan baik serta, memberikan pengetahuan apabila anak

mengalami tindakan yang kurang mengenakkan dari lingkungan

sekitar.”61

Selain itu menurut salah satu staff ahli gizi yaitu Ibu Murtikanti S,.

mengatakan bahwa “ada juga soalnya mas pernah kasus ditangani

YSIB. Seperti tadinya normal namun karena si suami berlaku kasar

kepada anak tersebut yang menyebabkan luka cukup serius di bagian

kepala. Karena mengalami disabilitas akibat kejadian tersebut akhirnya

anak itu di rehap di YSIB. Selain itu juga karena untuk menghindari

eksploitasi anak mengingat ibu klien sedang sakit. Ditambah lagi

khawatir malah suami berlaku kasar lagi dan cenderung mengeksloitasi

maka Pak Fahmi maengambil tindakan untuk melindungi anak tersebut

dengan cara menjadikan anak tersebut anak binaan panti.”62

Karena seperti banyak kasus pula kita jumpai seseorang dengan

keterbatasan sering mengalami tindak perilaku yang kurang

menyenangkan, yang bahkan tindak seperti itu juga tidak jarang

dilakukan oleh orang terdekat oleh karena kurang pemahaman. Dalam

hal ini pekerja sosial melakukan perlindungan kepada anak disabilitas

binaan YSIB ataupun keluarganya apabila mengalami tindakan yang

kurang mengenakkan dari lingkungan sosialnya.

61 Bapak Zulfahmi, Pekerja sosial, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 6 Juni 2018 62 Ibu Murthikanti p, Staff gizi YSIB, Wawancara Pribadi, YSI Bintaro, 8 Juni 2018

 

Page 59: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

50

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan data serta pembahasan yang telah dilakukan. Adapun untuk

peran pekerja sosial yang dilakukan oleh Pekerja sosial Yayasan Sayap Ibu Bintaro

sudah cukup melakukan perannya dengan cukup baik. Dan peran yang dilakukan

diantaranya adalah Fasilitator, Broker, Mediator, Pembela, Pelindung.

1. Fasilitator

Pekerja sosial dapat menjadi orang yang dapat memfasilitasi penerima manfaat

dengan sumber bantuan yang dibutuhkan, hal ini karena pekerja sosial melakukan

perannya dengan cukup baik memberikan bantuan yang telah diberikan oleh pihak

sumber bantuan kepada penerima manfaat.

2. Broker

Pekerja sosial telah menjadi penghubung antara pihak pemberi Bantuan

(sumber bantuan) kepada penerima manfaat dari Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

Karena setiap keluhan ataupun kurangnya pelayanan yang diterima oleh penerima

manfaat selalu disampaikan kepada pihak sumber bantuan

3. Mediator

Pekerja sosial menjadi pihak yang baik dalam hal memediasi apabila terjadi konflik

atau ketidak sesuaian antara penerima manfaat dan sumber bantuan, serta dapat

menjadi penengah konflik jika terjadi pada salah satu pihak. Seperti contoh

penerima manfaat (orang tua) mengalami konflik akibat salah satu orang tua

disabilitas tidak mengiinginkan anaknya tinggal bersamanya.

4. Pembela

Pekerja sosial dapat menjadi pembela yang baik untuk penerima manfaat karena

jika ada pelanggaran hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh penerima manfaat

tapi tidak diberikan oleh pihak sumber bantuan maka pekerja sosial langsung

memainkan perannya agar penerima manfaat mendapatkan bantuan yang

dibutuhkannya.

 

Page 60: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

51

5. Pelindung

Pekerja sosial menjadi pelindung yang baik apabila terjadi tindak perilaku yang

tidak baik terhadap anak disabilitas, maupun orang tua serta keluarganya. Seperti

contoh pekerja sosial melakukan perlindungan terhadap anak disabilitas dari

penelantaran karena pihak orang tua tidak mengerti bagaimana cara mendidiknya.

Kemudian setelah itu pekerja sosial melakukan pelatihan parenting skill kepada

orang tuanya tersebut.

Adapun tambahan peran yang setidaknya dilakukan oleh pekerja sosial di

Yayasan Sayap Ibu yaitu peran motivator. Karena dalam berbagai kesempatan

pekerja sosial YSIB dalam sela-sela kegiatan tersebut hampir selalu memberikan

motivasi kepada para orang tua anak disabilitas, keluarga, maupun anak disabilitas

itu sendiri agar mereka tetap teguh dan kuat untuk menjalani kehidupan, serta

memberikan dorongan semangat untuk tetap berjuang untuk perkembangan

anaknya.

B. Saran

Saran untuk pekerja sosial yang melakukan perannya di lembaga sosial, ialah

supaya jangan terlalu terpaku dengan teori yang ada, soalnya berbagai macam

pelayanan sosial yang dilakukan terkadang menuntut kita untuk dapat berperan

lebih aktif dari teori yang ada, sehubungan dengan layanan sosial yang kita

lakukan.

 

Page 61: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Depok:

Fisip UI Press, 2005

Arifin.hubungan timbal balik pendidikan agama di lingkungan sekolah dan

keluarga (jakarta:bulan bintang, 1997)

Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati. Belajar Teori Pekerja

Sosial, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011.

Astrida, S.pd,”Peran dan fungsi orang tua dalam mengembangkan kecerdasan

emosional anak,”

Barnes, Colin dan Mercer, Geof. Disabilitas sebuah Pengantar. Penerjemah Siti

Napsiyah dkk, Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2003),

Chataria Rusmiyati, dkk, efektifitas Peran Pekerja Sosial Studi Kasus Panti sosial

Petirahan Anak Satria Baturaden, (Yogyakarta: Balai Pendidikan dan

Penelitian Kesejahteraan sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Palayanan Kesejahteraan sosial, 2013

Chayoo, wawa. “Pengertian, Fungsi dan Peran Pekerja Sosial”, Artikel diakses

pada tanggal 25 Mei 2018, dari :

http://wawanchayoo.blogspot.com/2012/07pengertian fungsi dan peran

pekerja sosial

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kamus Pusat Pembinaan

dan pengembangan Bahasa Balai Pustaka, 1998

Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta:

Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006)

Departemen Sosial RI, Standar Rehabilitasi Psikososial Pekerja Migram

(Jakarta: 2004)

Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen sosial RI, Petunjuk Teknis

Penanganan Anak yang berhadapan dengan Hukum, (Panti sosial Marsudi

Putra Handayani, 2007),

 

Page 62: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

Dra. Nilam Widyani, Buku Psikologi Populer: Relasi Orang Tua & Anak (Elex

Media Komputindo

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta :

LkiS, 2001) h.3

Fredi Akbar, “Prinsip-prinsip etik Pekerjaan Sosial”, Artikel diakses pada tanggal

26Mei2018,dari:http://kesejahteraansosialunpas.wordpress.com/2010/12/0

5prinsip-prinsip-etik-pekerjaan-sosial/

Ghoniy, M. Djunaidi & Almansyur, Fauzan, Metodologi Penelitian Kualitatif,

Depok: Ar-Ruz Media, 2012

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial, cet 3, (

Jakarta: Salemba Humanika, 2012 )

Hasan, HM. Cholis dan Malik, Abdul. Keputusan Menteri Sosial repuplik

Indonesia Nomor 10/HUK/2007 tentang Pembinaan teknis Jabatan

Fungsional Pekerja Sosial Nomor 43/HUK/2007 Tentang Pedoman

Pendidikan & Pelatihan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial, Biro organisasi

& kepegawaian Departemen Sosial, 2007

Heribertus B.Sutopo, Metodologi penelitian untuk ilmu-ilmu sosial dan budaya

(Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996)

Hermawati, Istiana. Metode dan Praktek Dalam Pekerjaan Sosial, Jogjakarta: Adi

Cipta Karya Nusa, 2001.

John W. Santrock, Child Development edition (University of Texas at Dallas:

Erlangga, 2007

Lexi .J. Moeleong. Metode penelitian Kuaalitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007)

Maria Ulfah Ansor dan Abdullah Ghalib, Parenting with Love: Panduan Islami

Mendidik anak Penuh Cinta dan Kasih Sayang, (Jakarta: PT Miizania

Pustaka, 2010), h.52

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian kualitatif, Cet.

1. (Yogyakarta: Ar-ruz media, 2012)

Moh.Nasir D, Metode Penelitian ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993),

Soetarjo. Praktek Pekerja Sosial, Bandung: Kopma STKS, 1993

 

Page 63: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

Syamsu yusuf, Psikology Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Penerbit

PT. Remaja Rosdakarya, Januari 2011)

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:

Alfabeta, 2013)

Tristiasi Ardi, Observasi dan Wawancara, ( Malang : Banyumedia Publising,

2003)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997, Tentang Penyandang

Disabilitas, Biro Hukum Departemen Sosial RI Tahun 1997), h.2.

Wikipedia, diakses pada 21 Juni 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Disabilitas

 

Page 64: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

LAMPIRAN

1. Foto Bersama Pekerja Sosial

 

Page 65: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

2. Foto bersama Manager YSIB

3. Foto bersama Ahli Gizi YSIB

 

Page 66: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan

4. Foto bersama Kepala Unit Pengembangan

5. Foto bersama Anak disabilitas dan Orang tuanya

 

Page 67: Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41325/1/TIO AJIE...Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan