disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar...

13
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 1 KEDUNGJATI TAHUN AJARAN 2015/2016 JURNAL Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: YUDIKA RAHMAD PUTRA PRATAMA 202011049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015/2016

Upload: doantuyen

Post on 09-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION

POSSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SISWA KELAS VIII SMP N 1 KEDUNGJATI TAHUN AJARAN 2015/2016

JURNAL

Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

YUDIKA RAHMAD PUTRA PRATAMA

202011049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015/2016

Page 2: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas
Page 3: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas
Page 4: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas
Page 5: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas
Page 6: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

TIPE PRE SOLUTION POSSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 1 KEDUNGJATI

TAHUN AJARAN 2015/2016

Yudika Rahmad Putra Pratama

Tri Nova Hasti Y

Novisita Ratu

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52 – 60, Salatiga, Jawa Tengah 50711

e-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model problem posing tipe pre solution

posing efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika siswa

kelas VIII SMP N 1 Kedungjati. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N

1 Kedungjati semester ganjil Tahun Ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik cluster sampling dan diperoleh sampel 28 siswa untuk kelas eksperimen dan 28

untuk kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group

design dengan kondisi awal kemampuan pemecahan masalah kedua kelas yang sama. Sampel

terdiri dari kelas VIII A sebagai kelas eksperimen (28 siswa) yang diajarkan menggunakan

model problem posing tipe pre solution posing dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol (28

siswa) yang diajarkan menggunakan model konvensional. Instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah tes kemampuan pemecahan masalah. Teknik pengumpulan data

menggunakan metode tes yaitu pretest dan posttest. Uji coba validasi instrumen tes

kemampuan pemecahan masalah meliputi validasi ahli. Uji prasyarat terhadap kemampuan

awal meliputi uji normalitas dengan metode Kolomogrov-Smirnov dan uji homogenitas

variansi populasi menggunakan metode Lavene. Dengan α = 0,05 (5%) diperoleh simpulan

bahwa kedua kelompok sampel masing-masing berasal dari populasi berdistribusi normal dan

kedua kelompok sampel tersebut diambil dari populasi yang mempunyai variansi homogen.

Pada uji keseimbangan mempunyai kemampuan yang tidak jauh berbeda atau seimbang.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dari hasil analisis didapat signifikansi sebesar

0,012<0,05 dengan rata-rata kelas eksperimen 87,50 lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu

79,57. Hal ini menunjukkan bahwa model problem posing tipe pre solution posing efektif

terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Kedungjati Tahun

Ajaran 2015/2016.

Kata Kunci : problem posing tipe pre solution posing, kemampuan pemecahan masalah

PENDAHULUAN

Pemecahan masalah adalah proses

pemerolehan atau pembentukan pengetahuan

(Nakin, 2003). Dengan kata lain, pemecahan

masalah dapat difungsikan pendidikan sebagai

jembatan bagi siswa dalam menambah maupun

memperoleh pengetahuan khususnya pengetahuan

matematika. Pemecahan masalah merupakan

bagian dari kurikulum metematika yang sangat

penting karena dalam proses pembelajaran

maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan

memperoleh pengalaman menggunakan

pengetahuan serta keterampilan yang sudah

dimiliki. Melalui kegiatan ini aspek-aspek

kemampuan matematika dapat dikembangkan

secara lebih baik. Polya(1985) mengajukan empat

langkah fase penyelesaian masalah yaitu

memahami masalah, merencanakan penyelesaian,

menyelesaikan masalah dan melakukan

pengecekan kembali semua langkah yang telah

dikerjakan.

Hal ini sesuai dengan tujuan

pembelajaran matematika yang tertuang dalam

permendiknas No 22 (Depdiknas, 2006) tentang

standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMA

antara lain:1) memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan pemecahan masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh; 2)

mengkomunikasikan gagasan dengan symbol,

Page 7: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah; 3) memiliki

sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah. Namun pada

kenyataannya kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa masih rendah.

Rendahnya kemampuan pemecahan

masalah matematika di Indonesia ditunjukkan

oleh penelitian dan penilaian. Berdasarkan

Program for International Student Assessment

(PISA) pada tahun 2009 terkait kemampuan

pemecahan masalah, Indonesia menduduki urutan

60 dari 65 negara dengan skor 371 (Fleischman,

et al., 2010). Hasil penelitian TIMSS tahun 2011,

menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi

matematika adalah sebesar 386 (Provasnik, et al.,

2012). Skor prestasi matematika terkait

kemampuan pemecahan masalah hanya mencapai

Low International Benchmark. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia

rata-rata masih berada pada kemampuan

mengetahui angka dan desimal, operasi serta

grafik dasar.

Berdasarkan hasil penelitian dan

penilaian tampak bahwa terjadi kesenjangan

antara proses pembelajaran yang dilaksanakan di

sekolah dengan proses pembelajaran yang

semestinya. Proses pembelajaran matematika

yang dilaksanakan di sekolah seharusnya

mendukung perkembangan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini

mengindikasikan perlunya dirancang suatu model

pembelajaran matematika yang dapat melibatkan

siswa secara aktif dan menyenangkan tentunya

dengan melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi

di kelas. Siswa harus mencoba menemukan

sendiri pola-pola dan struktur matematika melalui

pengalaman belajarnya sehingga dapat memahami

materi pelajaran tersebut. Salah satu metode

pembelajaran matematika yang dapat digunakan

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah adalah model pembelajaran problem

posing (Mahmudi, 2008).

Problem posing ialah perumusan soal

dari informasi atau situasi yang tersedia, baik

dilakukan sebelum, ketika, atau setelah

penyelesaian suatu soal (Silver & Cai, 1996:523),

metode pembelajaran problem posing adalah

metode pembelajaran yang menekankan siswa

mengajukan pertanyaan sendiri atau merumuskan

ulang soal menjadi pertanyaan-pertanyaan

sederhana yang lebih sederhana yang mengacu

pada penyelesaian soal tersebut dapat dikuasai

oleh siswa. Dimana soal-soal dapat berupa

gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan

dengan materi pelajaran. Metode ini mengarahkan

pada siswa untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Dalam hal ini, problem posing

merupakan salah satu pembelajaran yang

menuntut adanya keaktifan siswa baik mental

maupun fisik. Pada penelitian ini mengambil

model pembelajaran problem posing tipe pre

solution posing. Alasan mengapa mengambil

model tersebut karena memiliki bentuk aktifitas

kognitif matematika, yakni Siswa membuat

pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan

yang dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada

soal itu dibuat guru , sedangkan siswa membuat

pertanyaan dan jawabannya sendiri (Silver,1994).

Penerapan model problem posing tipe

pre solution posing juga dapat diterapkan sebagai

berikut (Silver,1994):a) menguraikan isi,

implementasinya adalah guru menjelaskan materi

kepada siswa, jika perlu untuk memperjelas

konsep guru tersebut memberikan siswa kode

pada setiap langkah tersebut, b) menggambarkan

masalah, implementasinya adalah Menggunkan

model problem posing guru memberi stimulus

kepada siswa berupa gambar, cerita, diagram,

paparan, dan lain-lain, kemudian siswa

menggambarkan masalah atau menjabarkan

masalah yang diberikan dengan mengidentifikasi

stimulus yang diberikan, c) membuat masalah,

implementasinya adalah guru memberi latihan

dengan model problem posing tipe pre solution

posing dengan mengaitkan masalah yang

berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-

hari, d) mendiskusikan masalah, implementasinya

adalah guru menjadi fasilitator kepada siswa

untuk memandu siswanya berdiskusi untuk

memecahkan masalah. Guru hanya memantau dan

mengarahkan jalannya kegiatan belajar mengajar,

tidak boleh ikut terlibat dalam pemecahan

masalah. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan

kepercayaan para siswa bahwa mereka memiliki

kemampuan untuk mencari pemecahan masalah

itu sendiri, e) mendiskusikan alternatif pemecahan

masalah, implementasinya adalah guru membahas

tugas yang diberikan dengan model problem

posing tipe pre solution posing dan guru melatih

siswa untuk mencari kemungkinan pertanyaan

lain yang didapat dari stimulus yang diberikan.

Dalam penelitian ini, model inilah

yang akan diterapkan dalam pembelajaran

matematika. Model pembelajaran ini dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membuat soal sesuai situasi yang diberikan oleh

guru dan menyelesaikannya sendiri atau

diselesaikan oleh siswa yang lain, sehingga akan

terlihat kegiatan siswa akan lebih dominan

dibandingkan dengan guru. Soal yang telah

disusun dapat diajukan sebagai bahan diskusi

bersama teman sekelompok apabila muncul

permasalahan dapat didiskusikan dengan guru.

Page 8: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

Dengan demikian akan dapat dilihat sejauh mana

siswa memahami materi yang telah diberikan.

Adanya hasil penelian yang pernah

dilakukan oleh N. I. Fajariyah, YL. Sukestiyarno,

Masrukan, I. Junaedi Jurusan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang Indonesia yang

meneliti tentang “keefektifan implementasi model

pembelajaran problem posing dan creative

problem solving terhadap kemampuan pemecahan

masalah peserta didik di SMP N 1 Tengaran”

pada akhir penelitian beliau menyimpulkan bahwa

Model pembelajaran Problem Posing efektif

terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta

didik di SMP Negeri I Tengaran, maka penelitian

ini akan meneliti tentang ada tidaknya efektivitas

model problem posing tipe pre solution

posingterhadap kemampuan pemecahan masalah

pada pembelajaran matematika siswa kelas VIII

SMP N 1 Kedungjati.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen dan jenis penelitian ini merupakan

True eksperimen. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N

1Kedungjati Tahun Ajaran 2015/2016.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

cluster sampling dan diperoleh sampel 28 siswa

untuk kelas eksperimen dan 28 untuk kelas

kontrol. Variabel penelitian terdiri dari model

Problem Posing Tipe Pre Solution Posing

(variabel bebas) dan kemampuan pemecahan

masalah (variabel terikat). Desain penelitian yang

digunakan adalah pretest-posttest control group

design. Awalnya kedua kelas diberi pretest, usai

pemberian pretest, diberikan perlakuan atau

treatment yang berbeda pada kedua kelas.

Akhir dari pemberian perlakuan, dilakukan tes

sebagai posttest (Sanjaya 2013: 105).

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah tes. Tes adalah pertanyaan

atau latihan serta alat yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Melengkapi data dari

hasil tes penelitian menggunakan teknik

pengumpulan data pendukung yaitu tes tertulis.

Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh

sesuai dengan yang diharapkan. Data yang

diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari

mengunakan data tes. Bentuk tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tes tertulis.

Menurut Arikunto (2006) mengatakan

bahwa tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat

lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu

atau kelompok. Penelitian ini tes yang digunakan

untuk memperoleh data kemampuan pemecahan

masalah siswa dalam menyelsaikan soal setelah

diterapkan model problem posing tipe pre

solution posing. Terdapat dua macam tes yang

digunakan pada penelitian ini yaitu, tes awal

(pretest) yang digunakan untuk mengukur

kemampuan pemecahan masalah siswa awal dan

tes akhir (posttest) digunakan untuk mengukur

kemampuan pemecahan masalah siswa akhir.

Masing–masing berupa soal uraian yang terdiri

dari 5 butir soal tentang bangun datar untuk

pretest dan pythagoras untuk posttest.

Menghindari subjektivitas, maka peneliti

menyusun rubrik penilaian yang kriteria

peniliannya didasarkan pada rubrik penilian yang

dirancang sendiri yaitu dengan nilai tiap aspek

maksimum 5 dan minimun 0. Sebelum intrumen

pretest dan posttest digunakan, dilakukan uji

validasi ahli (judgment experts) oleh 3 pakar yaitu

2 guru matematika dan 1 dosen matematika.

Hipotesis penelitian diuji dengan

independent sample t-test. Syarat independent t-

test adalah normalitas. Terdapat dua macam

independent t-test sample yaitu equal variances

not assusmed (tidak diasumsikan bahwa kedua

variansi sama) dan equal variances assusmed

(diasumsikan bahwa kedua variansi sama). Untuk

mengetahui ini independent sample t-test yang

akan digunakan diperlukan uji homogenitas. Baik

uji normalitas, homogenitas maupun independent

sample t-test, ketiganya akan dilakukan dalam

taraf signifikan 0,05 (5%) dengan alat bantu

penelitian berupa software SPSS 19,0 for

windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Awal Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan skor posttest

kemampuan pemecahan masalah pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh hasil

analisis data statistik deskriptif yang pada Tabel

5.

Tabel 1. Deskripsi Hasil Preetests

N

Minimu

m

Maxim

um Mean

Statistic Statistic Statistic Statistic

kontrol 28 66,25 100,00 80,6250

eksperimen 28 60,00 100,00 81,8750

Terlihat pada tabel 1 bahwa rata-rata kelas

eksperimen adalah 81,875 dan kelas kontrol

adalah 80,62

Page 9: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Awal Siswa

Berdasarkan Tabel 2 nilai signifikan pada

tabel Kolmogorof-Smrirnov bernilai 0,200 atau

20% yang berarti lebih dari 5% atau 0,05. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Setelah

dengan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa

kedua kelas berasal dari populasi yang

berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan

uji homogenitas dengan menggunakan uji

levene’s test for equality of variances.

Tabel 3. Hasil Uji homogenitas untuk

Kemampuan Awal Siswa

Berdasarkan Tabel 3, nilai signifikan pada

uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas

kontrol 0,097 dan lebih dari 0,05. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varian

yang sama atau homogen sehingga kedua kelas

dapat dilakukan uji beda. Selanjutnya dilakukan

uji beda rerata t-test dengan menggunakan uji t-

test for equality of means

Tabel 4. Hasil Uji independent sample t-test

untuk Kemampuan awal siswa terhadap

pemecahan masalah

Berdasarkan Tabel 4, nilai signifikan kedua

kelas adalah 0,684 lebih besar dari 0,05. Jadi

rataan hasil belajar kelas eksperimen sama

dengan hasil belajar kelas kontrol. Ini

menunjukan pada kemampuan awal pemecahan

masalah kedua kelas memiliki kemampuan

pemecahan masalah yang sama.

B. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil perhitungan skor posttest

kemampuan pemecahan masalah pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh hasil

analisis data statistik deskriptif yang pada Tabel

5.

Tabel 5. Deskripsi Hasil Posttest

Berdasarkan hasil uji deskripsi pada Tabel 3,

terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih

tinggi (87,50) daripada kelas kontrol (79,57).

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data Tes Akhir

Kemampuan Pemecahan Masalah

Kolmogorov-Smirnov(a)

Statistic df Sig.

Nilai Posttest

0,116 56 0,059

Berdasarkan Tabel 6 nilai signifikan pada

tabel Kolmogorof-Smirnov bernilai 0,059 atau

5,9% yang berarti lebih dari 5% atau 0,05. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Setelah

dengan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa

kedua kelas berasal dari populasi yang

berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan

uji homogenitas dengan menggunakan uji

levene’s test for equality of variances yang dapat

dilakukan secara bersamaan dengan uji beda.

Kolmogorov-Smirnov(a)

Statistic df Sig.

Hasil Pretest

0,101 56 0,200(*)

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

Hasil Pretest

Equal variances assumed

2,856 0,097

Equal variances not assumed

t-test for Equality of Means

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std.

Error

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Hasil Pretest

Equal variances assumed

0,409

54 0,68

4 1,25000

3,05578

-4,87647

7,37647

Equal variances not assumed

0,409

50,895

0,684

1,25000

3,05578

-4,88504

7,38504

Kelas Sampel Kelas Kontrol

N Valid 28 28

Missing 0 0

Mean 87,5000 79,5714

Kurtosis -1,480 -,984

Std. Error of Kurtosis 0,858 0,858

Minimum 71,00 60,00

Maximum 100,00 100,00

Page 10: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

Tabel 7. Hasil Uji homogenitas untuk

Kemampuan Pemecahan Masalah

Berdasarkan Tabel 7, nilai signifikan pada

uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas

kontrol 0,341 dan lebih dari 0,05. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varian

yang sama atau homogen sehingga kedua kelas

dapat dilakukan uji beda. Selanjutny dilakukan uji

beda rerata t-test dengan menggunakan uji t-test

for equality of means

Tabel 8. Hasil Uji independent sample t-test

dari pada Kemampuan Pemecahan Masalah

Berdasarkan Tabel 8, nilai signifikan kedua

kelas adalah 0,012 lebih kecil dari 0,05. Jadi

rataan hasil belajar kelas eksperimen berbeda

dengan hasil belajar kelas kontrol. Pada tabel 3,

rata-rata kelas eksperimen 87,50 lebih tinggi

daripada kelas kontrol yaitu 79,57 sehingga

kemampuan pemecahan masalah kelas

eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa model problem

posing tipe pre solution posing efektif terhadap

kemampuan pemecahan masalah pada

pembelajaran matematika siswa kelas VIII SMP

N 1 Kedungjati.

C. Pembahasan Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas

dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah siswa yang diajar menggunakan model

problem posing tipe pre solution posing lebih

tinggi dibanding kemampuan pemecahan masalah

siswa yang diajar dengan model konvensional.

Kedua kelas memiliki perbedaan dalam

kemampuan pemecahan masalah, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model problem posing tipe

pre solution posing efektif terhadap kemampuan

pemecahan masalah siswakelas VIII SMP N 1

Kedungjati Tahun Ajaran 2015/2016. Hal ini

sesuai dengan rumusan hipotesis dalam penelitian

ini.

Problem posing pada dasarnya adalah

pengajuan soal mandiri, tetapi ada beberapa

macam problem posing menurut Silver dan Cai

dalam Ali Mahmudi pembelajaran problem

posing diaplikasikan dalam tiga bentuk aktivitas

kognitif matematika yaitu:a) Pre solution posing,

yaitu pembuatan soal berdasarkan situasi atau

informasi yang diberikan; b) Within solution

posing, yaitu pembuatan atau formulasi soal yang

sedang diselesaikan; c) Post solution posing yaitu

memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi

soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan

soal-soal baru yang lebih menantang.

Pada penelitian ini mengambil model

pembelajaran problem posing tipe pre solution

posing. Alasan mengapa mengambil model

tersebut karena memiliki bentuk aktifitas kognitif

matematika, yakni Siswa membuat pertanyaan

dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat

oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu

dibuat guru , sedangkan siswa membuat

pertanyaan dan jawabannya sendiri (Silver,1994).

Model problem posing tipe pre solution

posing dilakukan di kelas eksperimen sebanyak

tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama yang

diajarkan pada kelas eksperimen adalah

menemukan theorema pythagoras, diawali dengan

memberikan masalah berbentuk gambar pada

siswa dan mengingatkan kembali tentang berbagai

macam bentuk segitiga dan dilanjutkan dengan

mencari dan membuktikan sendiri theorema

pythagoras diharapkan siswa dapat aktif dalam

mengikuti pembelajaran. Berikut ini merupakan

bentuk aktivitas siswa pada pertemuan pertama.

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

Hasil Postest

Equal variances assumed

0,924 0,341

Equal variances not assumed

t-test for Equality of Means

t df

Sig. (2-

taile

d)

Mean Differe

nce

Std. Error

Differe

nce

95% Confidence Interval

of the

Difference

Hasil Posttest

Equal variances assumed

2,594

54 0,01

2

7,9285

7

3,0567

5

1,80015

14,0569

9

Equal varian

ces not assumed

2,594

50,97

1

0,012

7,9285

7

3,0567

5

1,79180

14,0653

4

Page 11: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

Gambar 1 Pengenalan macam-macam bentuk

segitiga

Gambar 1 merupakan proses guru

memperkenalkan macan-macam bentuk segitiga

kepada siswa. Dengan mengenalkan kembali

macam-macam bentuk segitiga diharapkan siswa

dapat mengingat materi sebelumnya yang

berhubungan dengan segitiga, selanjutnya siswa

dibimbing untuk membuktikan sendiri teorema

pythagoras.

Gambar 2 Langkah-langkah pembuktian

theorema pythagoras

Gambar 2 merupakan langkah-langkah yang

akan dilakukan oleh siswa untuk menemukan

theorema pythagoras. Dengan dituntunnya siswa

untuk menemukan sendiri theorema pythagoras,

diharapkan siswa dapat menguasai tentang materi

theorema pythagoras.Setelah siswa paham

mengenai teorema pythagoras, dengan melihat

LKS yang disediakan guru siswa melakukan

aktifitas-aktifitas problem posing tipe pre solution

posing tentang theorema pythagoras.

Gambar 3 aktifitas problem posing siswa

Pada gambar 3 merupakan aktifitas siswa

menggunakan model Problem Posing Tipe Pre

Solution Posin, guru sebagai fasilitator dan

membimbing siswa dalam memecahkan masalah.

Pertemuan kedua siswa dituntut untuk dapat

menemukan kebalikan tripel pythagoras. Dengan

pedoman siswa selalu aktif dalam pembelajaran,

siswa disuruh menemukan sendiri kebalikan tripel

pythagoras.

Gambar 4 Langkah-langkah

pembuktian kebalikan triple pythagoras

Gambar 4 merupakan cara guru untuk

membimbing siswa untuk menemukan sendiri

kebalikan tripel pythagoras. Dengan

membuktikan sendiri kebalikan triple pythagoras,

diharapkan siswa dapat menguasai tentang

kebalikan triple pythagoras pythagoras. Setelah

siswa paham mengenai kebalikan triple

pythagoras, sama seperti halnya pertemuan

pertama dengan melihat LKS yang disediakan

guru siswa melakukan aktifitas-aktifitas problem

posing tipe pre solution posing.

Gambar 5 Mengembangkan

pemahaman siswa

Dengan memberi siswa latihan soal yang

diperlihatkan pada gambar 5 diharapkan siswa

semakin paham terhadap materi tentang kebalikan

triple pythagoras.

a. Pada kertas berpetak, gambarlah segitiga dengan

panjang sisinya 15 satuan, 20 satuan dan 25

satuan. Apakah segitiga yang terbentuk adalah

segitiga siku-siku? Bandingkan kuadrat sisi

miring dengan jumlah kuadrat sisi yang lain.

Apakah yang dapat kalian simpulkan?

b. Pada kertas berpetak, gambarlah segitiga dengan

panjang sisinya 12 satuan, 14 satuan dan 16

satuan. Apakah segitiga yang terbentuk adalah

segitiga lancip? Bandingkan kuadrat sisi miring

dengan jumlah kuadrat sisi yang lain. Apakah

yang dapat kalian simpulkan?

c. Pada kertas berpetak, gambarlah segitiga dengan

panjang sisinya 15 satuan, 20 satuan dan 28

satuan. Apakah segitiga yang terbentuk adalah

segitiga siku-siku? Bandingkan kuadrat sisi

miring dengan jumlah kuadrat sisi yang lain.

Apakah yang dapat kalian simpulkan?

Diketahui segitiga ABC dengan panjang

sisi-sisinya adalah 6cm, 11cm, dan 14cm

Pada segitiga ABC, diketahui panjang AB =

6cm, AC = 8cm, dan BC = 10cm. bentuk

apakah segitiga ABC tersebut ? Mengapa ?

Page 12: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

Gambar 6 Aktivitas siswa

Gambar 6 merupakan salah satu proses

problem posing tipe pre solution posing, dimana

Guru hanya sebagai fasilitator membimbing

siswa dengan melihat bahan tersebut siswa

dituntut untuk mengembangkan soal dan

menjawabnya sendiri sesuai dengan prinsip

problem posing tipe pre solution posing.

Pada pertemuan ketiga siswa dituntut untuk

mengenal sudut-sudut istimewa pada theorema

pythagoras. Dengan mengingatkan kembali

tentang sudut-sudut istimewa guru memberi

aktifitas kepada siswa.

Melalui aktivitas siswa yang dilakukan

dengan LKS yang telah disediakan guru, siswa

dibimbing untuk membuktikan sendiri

perbandingan sudut-sudut isitimewa pada segitiga

siku-siku diharapkan siswa semakin paham

dengan sudut-sudut istimewa pada teorema

pythagoras.

Setelah siswa paham mengenai sudut-sudut

istimewa pada pythagoras, dengan melihat LKS

yang disediakan guru siswa melakukan aktivitas-

aktivitas problem posing tipe pre solution posing.

Gambar 6Aktivitas siswa menggunakanmodel

problem posing tipe pre solution posing

Gambar 6 merupakan salah satu proses

problem posing tipe pre solution posing, dimana

Guru hanya sebagai fasilitator hanya

membimbing siswa dengan melihat bahan

tersebut siswa dituntut untuk mengembangkan

soal dan menjawabnya sendiri sesuai dengan

prinsip problem posing tipe pre solution posing.

Berbeda dengan kelas eksperimen, pada

kelas kontrol guru mengajar menggunakan

metode konvesional. Guru hanya memberikan

materi dan memberi latihan soal pada kelas

kontrol. Tetapi dalam pembelajaran baik di kelas

eksperimen maupun kelas kontrol, siswa

diajarkan untuk menemukan penyelesaian

masalah sendiri karena hal ini sesuai dengan

pendekatan scientific. Perbedaan antara kedua

kelas terletak pada penerapan model problem

posing tipe pre solution posing. Pada kelas

eksperimen, guru menyajikan masalah, siswa

diminta untuk membuat soal sendiri dan

menjawab soal yang dibuat sendiri. Sedangkan

kelas kontrol, guru sebagai fasilitator namun guru

tidak menberikan masalah seperti apa yang

diterapkan pada kelas eksperimen. Melalui model

problem posing tipe pre solution posingpada kelas

eksperimen memiliki kemampuan pemecahan

masalah yang lebih baik dibandingkan kelas

kontrol. Oleh karena itu, model problem posing

tipe pre solution posing memberikan kesempatan

kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah pada pelajaran matematika.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan

bahwa problem posing tipe pre solution posing

merupakan salah satu model pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran

ini mewajibkan siswa membuat pertanyaan dan

jawaban sendiri berdasarkan soal yang diberikan

guru.

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan

pada bab IV, maka dapat disimpulkan model

problem posing tipe pre solution posingefektif

terhadap kemampuan pemecahan masalah

siswakelas VIII SMP N 1 Kedungjati Tahun

Ajaran 2015/2016, ditunjukan dengan nilai

signifikan kedua kelas adalah 0,012 lebih kecil

dari 0,05. Jadi rataan hasil belajar kelas

eksperimen berbeda dengan hasil belajar kelas

kontrol. Diperkuat dengan rata-rata kelas

eksperimen 87,50 lebih tinggi dari pada kelas

kontrol yaitu 79,57 sehingga kemampuan

pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik

dari pada kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka

disarankan bagi: (1) Guru agar dapat menerapkan

model pembelajaran problem posing tipe pre

solution posing sebagai variasi pembelajaran

dikelas. Guru perlu memiliki keterampilan yang

menciptakan sebual metode pembelajaran yang

efektif untuk menciptakan suatu pembelajaran

yang bermakna bagi siswa; (2) Setelah diketahui

model pembelajaran problem posing tipe pre

solution posing efektif terhadap kemampuan

pemecahan masalah siswa, siswa hendaknya

dapat mengikuti pembelajaran matematika

dengan baik dan mampu menyerap apa yang

disampaikan oleh guru; (3) Penerapan model

pembelajaran problem posing tipe pre solution

posing memberikan hasil yang baik terhadap

kemampuan pemecahan masalah siswa, oleh

sebab itu pihak sekolah diharapkan untuk

membantu mengembangkan model pembelajaran

tersebut sehingga model pembelajaran tersebut

dapat menjadi pilihan para guru sebagai salah

satu satu model pembelajaran yang dapat

Page 13: Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12685/2/T1_202011049_Full...dengan teknik . cluster. sampling . ... untuk kelas

meningkatkan prestasi sekolah khususnya pada

bidang pembelajaran matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia nomor 22

Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk

Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Jakarta: Depdiknas

Arikunto, Suharsini. 2007. Manajemen Penelitian.

Fajariyah, Sukestiyarno, Masrukan, Junaedi. 2012

. keefektifan implementasi model

pembelajaran problem posing dan

creativeproblem solving terhadap

kemampuan pemecahan masalahpeserta

didik di SMP N 1 Tengaran.

Fleischman, H.L., Hopstock, P. J., Pelczar M.P.,

Shelley, B. E., & Xie, H. 2010. Highlights

from PISA 2009: Performance of U.S. 15-

year-old students in reading, mathematics,

and science literacy in an International

context.Tersedia pada

http://nces.ed.gov/pubs2011/2011004.pdf.

Mahmudi, Ali. 2008. Pembelajaran Problem

Posing untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika. Makalah

Disampaikan pada Seminar Nasional

Matematika diselenggarakan oleh Jurusan

Matematika FMIPA UNPAD Bekerjasama

dengan Departemen Matematika UI,

Sabtu, 13 Desember 2008.

Nakin, J. B. N. (2003). Ceativity and Divergent

Thinking in Geometry Education.Disertasi

University of South Africa. [Online].

Tersedia:http://etd.unisa.ac.za/ETD-

db/theses/available/etd-04292005-

151805/unrestricted/00thesis.pdf.[7 Januari

2008].

Polya, George, ((1985), How To Solve It 2nd ed

Princeton University Press , New Jersey

Provasnik,S., Kastberg, D., Ferraro, D.,

Lemanski,N., Roey S., & Jenkins F. 2012.

Highlights from TIMSS 2011 mathematics

and science achievement of U.S. fourth-

and eighth-grade students in an

International context.

Silver, E.A. & Cai, S.. 1996. An Analysis of

Arithmetic Problem Posing by Middle

School Students,Journal for Research in

Mathematics Education. 27: 521-539

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran

Matematika. Bandung: JICA