disusun oleh : muhammad nashar ramadhany …
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT MIGRASI KELUAR MASYARAKAT
KABUPATEN/KOTA DI PULAU MADURA
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY
16502010111023
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat migrasi Keluar
Masyarakat Kab/Kota Madura
Muhammad Nashar Ramadhany
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawiajaya
Email:[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat migrasi keluar Kab/Kota Madura dan menganalisis factor- factor
yang mempengaruhi terjadinua migrasi keluar Kab/Kota Madura. Metode Analisis yang dipakai di dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik regresi data panel menggunakan analisis cross section dengan
mengambil data dari 4 Kab/Kota di wilaya Madura, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
tahun 2013 yaitu data sekunder terbitan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil dari penelitian ini didapatkanlah
kesimpulan bahwa pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat migrasi keluar masyaraka Kab/Kota
Madura adalah positif dan signifikan, yang berarti jika terjadi peningkatan tingkat pengangguran terbuka di
setiap Kab/Kota di Madura akan meningkatkan tingkat migrasi keluar dan disamping itu tingkat upah rill juga
berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat migrasi keluar masyarakat Kab/Kota Madura yang mana hal ini
berarti jika terjadi kenaikan variable upah rill maka tingkat migrasi keluar akan semakin tinggi
Kata kunci: Migrasi, Tingkat Upah , Tenaga Kerja
A. PENDAHULUAN
Pembangunn ekonomi merupakan proses dinamis yang dalam jangka menengah atau panjang akan
membawa dampak perubahan strukural dan transformasi ekonomi. Tujuan pembangunan meliputi kenaikan
pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang
merata, serta kemakmuran antar daerah. Namun kenyataannya masih besar distribusi pendapatan dan
pembangunan yang tidak merata yang mengakibatkan terjadi pengingkatan angka kesenjangan ekonomi yang
semakin tinggi, baik antar pusat dan daerah, antar masing-masing daerah, antar golongan, dan di seluruh aspek
yang membuat struktur perekonomian yang tidak kokoh.
Sesuai dengan tujuan utama migrasi yaitu untuk meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya, sehingga
pada umumnya mereka bermigrasi untuk mencari pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan dan status sosial
yang lebih tinggi di daerah tujuan. Sementara itu Martin (2003) menyatakan migrasi adalah perpindahan penduduk
dari satu daerah ke daerah lain, yang terjadi karena adanya perbedaan kondisi kedua daerah tersebut. Perbedaan
terbesar yang mendorong terjadinya migrasi adalah kondisi ekonomi dan non ekonomi. Berdasarkan
pengelompokannya, maka faktor yang mendorong migran untuk migrasi dibedakan dalam tiga kategori, yaitu
faktor demand pull, supply push dan network. Faktor demand pull terjadi jika ada permintaan tenaga kerja dari
daerah tujuan Faktor supply push terjadi jika tenaga kerja sudah tidak mungkin lagi memperoleh pekerjaan di
daerahnya sendiri, sehingga mendorong mereka untuk migrasi ke daerah lain. Network factor merupakan faktor
yang dapat memberi informasi bagi migran dalam mengambil keputusan untuk migrasi.
Menurut Todaro (1998) migrasi internal sebagai proses alamiah yang menyalurkan surplus tenaga kerja di
daerah pedesaan ke sektor industri modern di kota yang daya serap tenaga kerjanya lebih tinggi. Proses ini
dipandang positif secara sosial, karena memungkinkan berlangsungnya suatu pergeseran sumber daya manusia
dari lokasi yang produk marjinal sosialnya nol ke lokasi yang produk marjinal sosialnya bukan hanya positif tetapi
juga akan terus meningkat sehubungan dengan adanya akumulasi modal dan kemajuan teknologi. Berdasarkan
teoriteori tersebut terlihat bahwa tujuan utama migrasi adalah meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya,
sehingga masalah migrasi masih dipandang sebagai suatu hal yang positif dalam pembangunan ekonomi. Namun,
fakta yang terjadi di negara berkembang berbeda dengan pandangan tersebut, dimana arus migrasi tenaga kerja
dari pedesaan yang umumnya bekerja pada sektor pertanian jauh melampaui tingkat penciptaan atau penambahan
lapangan pekerjaan khususnya sektor industri atau jasa-jasa layanan sosial di perkotaan.
Kehadiran para pendatang tersebut cenderung melipatgandakan tingkat penawaran tenaga kerja di perkotaan,
sementara persediaan tenaga kerja yang sangat bernilai di pedesaan semakin tipis. Kedua, di sisi permintaan,
penciptaan kesempatan kerja didaerah perkotaan lebih sulit dan jauh lebih mahal daripada penciptaan lapangan
kerja di pedesaan karena kebanyakan jenis pekerjaan sektor-sektor industri di perkotaan membutuhkan aneka
inputinput komplementer yang sangat banyak jumlah maupun jenisnya.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga mengalami kondisi yang demikian. Sehubungan
dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah, sebagai contoh pertumbuhan ekonomi yang tinggi di pulau
Jawa merupakan penyebab meningkatnya jumlah penduduk migran yang masuk ke daerah ini. Selain itu Jawa
yang merupakan daerah paling berkembang sektor industrinya dibanding daerah lain di Indonesia menjadi daerah
tujuan utama migran luar Jawa untuk migrasi ke daerah tersebut. Hal ini dikarenakan, sektor industri yang
merupakan salah satu faktor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi, menjadi faktor penarik bagi migran yang
berharap mendapat kesempatan kerja yang lebih baik.
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, pertama, faktor-faktor apa yang mempengaruhi
tingkat migrasi internal keluar Kab/Kota Madura. Kedua, Seberapa penting faktor tersebut dalam mempengaruhi
keputusan bermigrasi keluar Kab/Kota Madura.
Tujuan penelitian ini adalah melihat perkembangan migrasi keluar Kab/Kota Madura serta menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya migrasi keluar Kab/Kota Madura. Sesuai dengan permasalahan yang
dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesa bahwa diduga migrasi disebabkan oleh faktor ekonomi
seperti upah riil yang lebih tinggi di daerah tujuan, Pertumbuhan ekonomi ang lebih tinggi daerah tujuan yang
menjadi daya tarik bagi migran . Selain itu arus migrasi ini dapat mengganggu keseimbangan pasar kerja yang
ada di daerah tujuan seperti terjadinya kelebihan penawaran tenaga kerja di daerah tujuan.
B. KERANGKA TEORITIS
1. Pengertian Migrasi Penduduk
Secara sederhana migrasi didefenisikan sebagai aktivitas perpindahan. Sedangkan secara formal, migrasi
didefenisikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain yang
melampaui batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian suatu negara. Bila melampaui batas
negara maka disebut dengan migrasi internasional. Sedangkan migrasi dalam negeri merupakan perpindahan
penduduk yang terjadi dalam batas wilayah suatu negara, baik antar daerah
ataupun antar propinsi. Pindahnya penduduk ke suatu daerah tujuan disebut dengan migrasi masuk. Sedangkan
perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah disebut dengan migrasi keluar (Depnaker, 1995).
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi
a. Menurut Lee (1987) ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam studi migrasi penduduk, yaitu :
Faktorfaktor daerah asal
b. Faktor-faktor yang terdapat pada daerah tujuan
c. Rintangan antara
d. Faktor-faktor individual.
Pada sisi lain, setiap daerah mempunyai faktor pendorong (push factor) yang menyebabkan sejumlah
penduduk migrasi ke luar daerahnya. Faktor pendorong itu antara lain kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan
jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, fasilitas perumahan dan kondisi lingkungan
yang kurang baik. Todaro (1998) menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif mempengaruhi
setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap
faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Variasi tersebut tidak hanya
terdapat pada arus migrasi antar wilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada migrasi antar negara. Beberapa
faktor non ekonomis yang mempengaruhi keinginan seseorang melakukan migrasi adalah:
a. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para migran untuk melepaskan dari kendala-kendala tradisional
yang terkandung dalam organisasi-organisasi sosial yang sebelumnya mengekang mereka.
b. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana meteorologis, seperti banjir dan kekeringan.
c. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju
pertumbuhan penduduk suatu tempat.
d. Faktor -faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar yang berada pada
tempat tujuan migrasi.
2. Model Migrasi Todaro
Proses pencapaian titik ekuilibrium pengangguran (yang akan tercapai setelah tingkat pendapatan yang
diharapkan di kota sama dengan tingkat pendapatan aktual di desa) yang akan menghentikan arus migrasi
(bukannya keseimbangan tingkat upah di desa dan kota seperti dikemukakan model pasar tenaga kerja neoklasik)
tersebut bisa pula dijelaskan secara diagramatis. Diagramnya sudah tersaji pada gambar 1. Asumsikanlah dalam
suatu perekonomian (atau negara) hanya ada dua sektor, yakni sektor pertanian di perdesaan dan sektor industri
di perkotaan. Tingkat permintaan tenaga kerja (kurva produk marjinal tenaga kerja) di dalam sektor pertanian di
lambangkan oleh garis yang melengkung ke bawah, AA’. Adapun tingkat permintaan tenaga kerja di sektor
industri di tunjukkan oleh garis lengkung (dari kanan ke kiri) MM’.
Total angkatan kerja yang tersedia disimbolkan oleh OAOM. Dalam perekonomian pasar neoklasik
(upah di tentukan oleh mekanisme pasar dan segenap tenaga kerja akan dapat terserap), tingkat upah ekuilibrium
akan tercipta bila W*A = W*M, dengan pembagian tenaga kerja sebanyak OAL*A untuk tercipta bila W*A =
W*M, dengan pembagian tenaga kerja sebanyak OAL*A untuk sektor pertanian,dan OML*M untuk sektor
industri. Sesuai dengan asumsi Full employment, segenap tenaga kerja yang tersedia akan terserap habis oleh dua
sektor ekonomi tersebut
Namun, apa yang akan terjadi jika tingkat upah ditentukan oleh pemerintah (bukannya oleh mekanisme
pasar lagi, sehingga garis lengkungnya tidak lagi fleksibel), sebagaimana telah diasumsikan oleh model Todaro,
katakanlah sebesar ŴM yang terletak di atas W*A jika kita juga berasumsi bahwa dalam perekonomian tersebut
tidak ada pengangguran, maka tenaga kerja sebanyak OMLM akan bekerja di sektor industri manufaktur di
perkotaan, sedangkan sisanya sebanyak OALM akan berkecimpung dalam sektor pertanian di pedesaan dengan
tingkat upah pasar yang mencapai OAW**A (ini lebih kecil dari pada tingkat upah pasar yang mencapai
OAW*A). Maka tercipta suatu kesenjangan atau selisih tingkat upah antara kota dan dan desa sebanyak ŴM –
W**A (WM adalah tingkat upah yang ditentukan oleh pihak pemerintah).
Jika para pekerja di pedesaan bebas melakukan migrasi (ada negara yang melarang melakukan migrasi,
misalnya Cina), maka meskipun di desa tersedia lapangan kerja sebanyak OMLM mereka akan pergi ke kota-kota
guna memburu tingkat upah yang lebih tinggi. Jika peluang (probabilitas) bagi mereka untuk mendapatkan
pekerjaan yang diinginkan kita nyatakan sebagai rasio antara penyerapan tenaga kerja di sektor industri
manufaktur, atau LM, dan total angkatan kerja desa, atau LUS, maka nilai peluang itu dapat kita hitung
berdasarkan rumus berikut ini:
Nilai peluang perolehan pekerjaan itulah yang selanjutnya akan menyamakan tingkat upah di pedesaan,
yakni WA, dengan tingkat pendapatan yang diharapkan di perkotaan sebesar: (LM/LUS)(WM). Adanya selisih
tingkat upah desa-kota tersebut kemudian mendorong terjadinya arus migrasi dari desa ke kota. Tempat
kedudukan (lokus) titik-titiknya diperlihatkan sebagai kurva qq’ dalam peraga diatas. Titik ekuilibrium
pengangguran yang baru kini berada di titik Z, dimana selisih pendapatan aktual antara desa dan kota sama dengan
WM – WA. Jumlah tenaga kerja yang masih ada di sektor pertanian adalah OALA, sedangkan tenaga kerja
sebanyak OMLM ada di sektor industri manufaktur dengan tingkat upah WM. Sisanya, yakni LUS = OMLA –
OMLM, akan menganggur atau memasuki kegiatan sektor informal yang berpendapatan rendah. Ini menjelaskan
adanya pengangguran di daerah perkotaan dan logika atau rasionalitas ekonomi atas terus berlangsungnya migrasi
dari desa ke kota, meskipun angka pengangguran diperkotaan cukup tinggi.
Namun, secara ekonomi rasional, kecenderungan itu sangat merugikan jika di lihat dari perspektif sosial.
Selain itu model ini sendiri masih diliputi banyak kelemahan. Di sini kita menyamaratakan selera, tingkat
pendidikan, tingkat penalaran dan tingkat keterampilan dari semua tenaga kerja (tentu saja ini adalah asumsi yang
tidak realistis). Namun, logika yang terkandung di dalam model ini ternyata mampu menjelaskan mengapa tenaga
kerja pedesaan yang berpendidikan lebih tinggi lebih terdorong untuk melakukan migrasi (karena peluang mereka
memperoleh pekerjaan dengan upah lebih tinggi di kota memang cukup besar). Dorongan bagi mereka untuk
bermigrasi jauh lebih besar daripada yang dirasakan oleh mereka yang kurang berpendidikan. Jadi singkatnya,
model migrasi dari Todaro memiliki empat pemikiran sebagai berikut:
1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang rasional dan
yang langsung berkaitan dengan keuntungan atau manfaat dan biayabiaya relatif migrasi itu sendiri
(sebagian besar terwujud dalam satuan moneter, namun ada pula yang terwujud dalam bentuk-bentuk
atau ukuran lain, misalnya saja kepuasan psikologis
2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatan yang diharapkan di kota
dan tingkat pendapatan aktual di pedesaan (pendapatan yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan
secara rasional bisa diharapkan akan tercapai di masamasa mendatang). Besar kecilnya selisih
pendapatan itu sendiri ditentukan oleh dua variabel pokok, yaitu selisih besaran upah aktual di kota dan
di desa, serta besar atau kecilnya kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan yang menawarkan
tingkat pendapatan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
4. Migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun pengangguran di perkotaan sudah cukup tinggi
(asalkan masih dibawah selisih pendapatan tersebut). Kenyataan ini memiliki landasan yang rasional,
yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah lebih tinggi yang nyata (memang tersedia).
Dengan demikian, lonjakan pengangguran di perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dari
adanya ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antara daerah perkotaan dan daerah
pedesaan (antara lain berupa kesenjangan tingkat upah tadi), dan ketimpanganketimpangan seperti itu
amat mudah ditemui dikebanyakan negara-negara Dunia Ketiga.
3. Teori Upah
Teori Neoklasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan, tiap-tiap pengusaha
menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima
atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marjinal dari faktor poduksi tersebut. Ini berarti bahwa
pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marjinal
seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan oleh
pengusaha adalah :
W = WMPPL x P
W = Tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan
pengusaha pada pekerja
P = Harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang
MPPL = marginal physical product of labor atau pertambahan hasil marjinal pekerja, diukur dalam unit
barang per unit waktu
VMPPL= Value of marginal physical product of labor atau nilai pertambahan hasil marjinal
pekerja atau karyawan
Nilai pertambahan hasil marjinal pekerja VMPPL, merupakan nilai jasa yang diberikan oleh pekerja
kepada pengusaha. Sebaliknya upah, W, dibayarkan oleh pengusaha kapada pekerja sebagai imbalan terhadap jasa
pekerja yang diberikan kepada pengusaha.
Selama nilai pertambahan hasil marjinal pekerja lebih besar dari pada upah yang dibayarkan oleh
pengusaha (VMPPL > W), pengusaha dapat menambah keuntungan dengan menambah pekerja. Di pihak lain,
pengusaha tentu tidak bersedia membayar upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan pekerja
kepada pengusaha. Dilihat dari segi pekerja, mereka tidak bersedia menerima upah yang lebih rendah daripada
nilai usaha kerjanya. Bila pengusaha tertentu membayar upah yang lebih rendah dari nilai usaha kerja pekerja,
maka pekerja tersebut akan mencari pekerjaan di tempat lain yang mampu membayar sama dengan usaha
kerjanya. Dengan kata lain, dengan asumsi adanya mobilitas sempurna, pekerja akan memperoleh upah senilai
pertambahan hasil marjinalnya sebagaimana dinyatakan dalam persamaan di atas. Jadi dapat disimpulkan bahwa
menurut teori Neoklasik, pekerja memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marjinalnya. Dengan kata
lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada
pengusaha.
Dalam rangka memaksimumkan keuntungan, pengusaha memberikan imbalan kepada setiap faktor
produksi sebesar nilai tambahan hasil marjinal masing-masing faktor produsi tersebut. Imbalan terhadap modal
disebut rendemen. Dengan asumsi bahwa terdapat mobilitas sempurna atas tenaga pekerja dan modal, maka
tingkat upah di berbagai perusahaan seharusnya sama, dan tingkat rendemen di berbagai alternatif investasi juga
sama.
C. METODE PENELITIAN
Model yang digunakan di dalam penelitian ini berawal dari asumsi bahwa keputusan pertama untuk
bermigrasi merupakan fenomena ekonomi yang menggambarkan tanggapan migran terhadap perbedaan
pendapatan yang diharapkan. Perbedaan kondisi perekonomian juga menjadi faktor yang mempengaruhi migran
untuk bermigrasi. Oleh karena itu, keputusan seseorang untuk melakukan migrasi juga merupakan keputusan
rasional yang didasarkan pada penghasilan yang diharapkan (expected income). Berdasarkan penjelasan diatas
maka persamaan regresi penelitian ini adalah:
MIGRASIit = α + β1TURit + β2NTIit + PEit + β4TPit + εit
𝒊 = 𝟏, 𝟐, ………𝑵 ; 𝒕 = 𝟏, 𝟐, ………𝑻
Keterangan :
MIGRASI= Tingkat Migrasi Keluar
TUR = Rasio tingkat pendapatan Rill
NTI = Rasio proporsi nilai tambah sektor industri
PE = Rasio laju pertumbuhan ekonomi
TP = Tingkat Pengangguran
α = konstanta
β(1…4) = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
N = Banyaknya wilayah observasi (4 Kab/Kota di Madura)
T = Jangka waktu penelitian (2013-2018)
NxT = Banyaknya data panel
ε = Variabel pengganggu
Asumsi dasar dari model ini adalah para migran selalu mempertimbangkan dan membandingkan pasar
kerja dan tingkat perekonomian di daerah asal dan daerah tujuan. Apabila pasar kerja di daerah tujuan lebih besar
dari daerah asal dan kemungkinan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di daerah tujuan maka keputusannya
adalah melakukan migrasi.
Upah riil dan PDRB yang digunakan pada penelitian ini adalah upah riil dan PDRB tahun 2013, hal ini
dikarenakan pada penelitian ini data migran yang digunakan adalah data migran risen tahun 2018 yaitu mereka
yang pindah melewati batas propinsi dalan kurun waktu lima tahun terakhir sebelum pencacahan. Oleh karena itu
asumsi perpindahan migran dipengaruhi oleh upah riil dan rasio PDRB lima tahun sebelumnya.
Metode Analisa
Untuk melihat pengaruh variabel independen yang telah disebutkan diatas dengan variabel dependen,
digunakan teknik Analisis Regresi data Panel, Penggunaan metode analisis data panel karena data yang dianalisis
merupakan gabungan antara data antar waktu (time series) dan data antar individu (cross-section).Pengujian
dilakukan dengan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tinggkat migrasi keluar masyarakat di 4
Kab/Kota Madura
Pengujian Hasil Analisa
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan
berikut ini.
A. Common Effect Model
Pendekatan ini merupakan model data panel yang paling sederhana. Teknik ini melihat data cross section
serta time series sebagai satu kesatuan dengan mengabaikan adanya perbedaan waktu dan individu.
Dengan hanya menggabungkan data time-series dan cross-section, diasumsikan bahwa perilaku data
antar individu selalu sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini menggunakan pendekatan Ordinary Least
Square (OLS).
B. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan
intersepnya. Data panel diestimasi dengan slope yang tidak berubah seiring waktu dari setiap subjek namun
intersep antar individu berbeda karena adanya perbedaan karakteristik perbedaan antar individu (Gujarati,
2012). Fixed Effect Model menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar
data. Metode estimasi ini dikenal pula dengan teknik Least Squares Dummy Variables (LSDV).
C. Random Effect Model
Model ini akan mengestimasi data panel dimana ada kemungkinan variabel pengganggu saling
berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model random effect perbedaan intersep diakomodasi oleh
error terms masing-masing. Keuntungan menggunakan model random effect yakni menghilangkan
heteroskedastisitas.
Pemilihan Spesifikasi Model Terbaik
Untuk memilih salah satu model estimasi yang dianggap paling tepat dari tiga jenis model data panel
maka perlu dilakukan serangkaian uji sebagai berikut.
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk mengetahui pilihan model terbaik antara Common Effect Model dengan Fixed
Effect Model. Hipotesis dalam uji Chow adalah sebagai berikut:
H0 = Common Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Untuk mengetahui apakah menerima H0 atau H1, maka perlu memperhatikan F Restricted, yaitu dengan
melihat p-value F hasil regresi dengan menggunakan model Fixed Effects. H0 ditolak apabila P-value F dihasilkan
lebih kecil dari α 5%. Sebaliknya, H0 akan diterima apabila P-value F > dari nilai α 5%.
b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk mengetahui pilihan model terbaik antara Random Effect Model dengan
Fixed Effect Model. Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test adalah sebagai berikut:
H0 = Random Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Untuk mengetahui apakah keputusannya menerima H0 atau H1, maka cara yang digunakan adalah dengan
melihat Prob.chi2 pada hasil uji Hausman. Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa (Prob.chi2) < α, maka H0
ditolak dan H1 diterima, dan sebaliknya jika (Prob.chi2) > α, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dalam pengujian
ini nilai α yang digunakan adalah sebesar 5% atau 0,05.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji model regresi apakah error term atau residualnya terdistribusi secara
normal atau tidak. Model yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data yang normal atau
mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Untuk menguji apakah residual terdistribusi normal atau tidak, terdapat dua cara yang dapat dilakukan
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan grafik histogram.
Untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, tidak cukup memadai apabila
hanya menggunakan analisis grafik. Hal ini dikarenakan hasil analisis dengan menggunakan grafik tersebut dapat
menyesatkan apabila tidak berhati-hati yaitu data yang terlihat normal namun ternyata memiliki hasil yang
sebaliknya. Uji normalitas dapat menggunakan metode Jarque Bera (JB) dengan melihat nilai JB.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu kondisi variabel bebas yang berkorelasi dengan satu atau dapat pula
lebih variabel bebas lainnya. Konsekuensi dari model regresi yang terdapat Multikolinearitas adalah kesalahan
standar estimasinya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah variabel eksogen. Dalam
pengujian ini akan digunakan suatu matriks korelasi yang menunjukkan koefisien suatu korelasi antar variabel
sebagai pembentuk model. Masalah Multikolinearitas terjadi apabila dalam matriks korelasi antar variabel
mempunyai nilai lebih dari 0.8
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini menyatakan bahwa asumsi populasi variabel endogen mempunyai hubungan dengan berbgai
variabel eksogennya, mempunyai varian sama. Akibat pelanggaran uji ini adalah menyebabkan tidak minimalnya
varian estimasi koefisien regresi. Suatu pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : γ = 0, berarti tidak terdapat Heteroskedastsitas
H1 : γ ≠ 0, terdapat adanya Heteroskedastisitas
Wilayah penolakan H0 adalah probabilitas Obs*R-squared < α, sedangkan penerimaan H0 adalah nilai
probabilitas Obs*R-squared > α. Jika H0 ditolak maka varians dari variabel gangguan untuk tiap pengamatan
besifat berbeda untuk tiap variabel bebasnya, sebaliknya apabila H0 diterima maka varians variabel gangguan
untuk setiap nilai pengamatan adalah sama untuk seluruh variabel independen.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelsi bertujuan menguji apakah model regresi terdapat korelasi antara variabel gangguan pada
periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Pengujian terhadap autokorelasi dilakukan untuk melihat apabila
terdapat suatu korelasi antar sampel yang diurut berdasarkan atas waktu (data time series) atau dalam data cross-
section menurut urutan tempat/ruang.
Autokorelasi juga menunjukkan ketidakbebasan sifat residual regresi dari satu observasi ke observasi
lainnya. Fenomena ini umum ditemukan pada regresi dengan data yang bersifat time series, tetapi kadang juga
ditemukan data cross section. Mendeteksi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson dengan
tingkat kepercayaan α = 5 %. Apabila DW terletak diantara dU dan 4-dU maka tidak ada autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur besarnya variasi perubahan variabel dependen
yang dijelaskan oleh semua variabel independen. Semakin besar kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan perubahan variabel dependen, maka nilai R2 akan semakin besar. Nilai koefisien determinasi ini
terletak diantara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dimana semakin tinggi nilai R2 suatu regresi (mendekati 1), maka hasil
regresi tersebut akan semakin baik.
b. Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji Statistik F)
Uji F ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara sekaligus tanpa memperhatikan tingkat pengaruh dari setiap variabel. Uji F memberikan hasil
yang signifikan meskipun hanya terdapat satu atau dua variabel independen yang berpengaruh secara nyata
terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji F adalah dengan membandingkan p-value (Prob > chi2) dengan
alpha. Alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Apabila p-value (Prob > chi2) < α = 5% maka
variabel independen secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Kebalikannya, jika p-value (Prob > chi2) ≥ α = 5% maka dinyatakan bahwa variabel independen secara bersama-
sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam
persamaan secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dalam melakukan uji t ini
dapat dilakukan dengan cara melihat p-value (P>|z|) dari masing-masing variabel independen. Apabila p-value
(P>|z|) masing-masing variabel independen lebih kecil dibandingkan dengan alpha (p-value (P>|z|) < α = 5%)
maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Begitu juga sebaliknya, apabila p-value (P>|z|) masing-masing variabel independen lebih besar sama
dengan alpha (p-value (P>|z|) ≥ α = 5%) maka berarti bahwa masing-masing variabel independen terkait tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian empiris ini menggunakan metodeRegresi data Panel. Sebelumnya data yang digunakan dalam regresi
ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Data migrasi risen keluar 4 Kab/Kota Madura, Tingkat migrasi keluar (out migration rate) Kab/Kota
Madura diperoleh dari hasil pembagian jumlah migrasi keluar (out migration) dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. Angka ini menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1000 orang
penduduk daerah asal.
2. Data upah riil tahun 2018 Migrasi yang kita teliti pada penelitian ini merupakan migrasi risen yaitu
mereka yang pindah melewati batas propinsi dalan kurun waktu lima tahun terakhir sebelum
pencacahan, oleh karena itu data upah riil yang kita gunakan dalam penelitian ini adalah data upah riil
tahun 2018.
3. Data PDRB 2018 harga konstan menurut lapangan usaha Pada penelitian ini kita melihat perbandingan
rasio proporsi nilai tambah sektor industri. Penggunaan variabel ini untuk melihat ketertarikan migran
untuk pindah dari sektor pertanian ke sektor industri
4. Data tingkat pengangguran terbuka tahun 2018 TPT merupakan persentase jumlah penduduk yang
menganggur terhadap angkatan kerja.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Migrasi Keluar Kab/Kota Madura. Sub bab ini
memperlihatkan hasil pengujian empiris faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi keluar Kab/Kota Madura.
Pengujian koefisien determinasi (R2), t-test, f-test, uji multikolinearitas serta uji autokorelasi dilakukan untuk
analisis ekonometrik. Berikut adalah hasil penelitian : Ukuran Kebaikan Suai (Goodness Of Fit) Ukuran
Kebaikan Suai (R2) mengukur persentase yang bisa dijelaskan oleh variabel independen akan variabel
dependen (Gujarati, 1978). Nilai R2 terletak antara 0 <= R2 <= 1. Jika nilai R2 bernilai 1 maka variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen secara utuh. Sementara jika nilainya 0 maka variabel
independen tidak dapat menjelaskan apapun tentang variabel dependen.
Tabel 1
Hasil Pengolahan E-Views
Sesuai dengan hasil regresi Random effect tersebut, maka hasil penelitian diatas dapat ditulis sebagai
berikut:
MIGRASIit = 124028.1+ 26461.09TPTit – 8.094727PEit + 8352.985TURit – 0.022886NTIit + εit
Dari hasil regresi diatas dapat dilihat nilai kebaikan regresi (R2) nilai kebaikan model regresi dilihat dari hasil
perhitungan koefisien determinasi (R2). Berdasrkan hasil perhitungan pada tabel didapatkan nilai R2 sebesar 0,864
atau 86,4%. Artinya varians dari variabel migrasi keluar di Pulau Madura dapat dijelaskan oleh varians variabel
independen yang masuk ke dalam model regresi sebesar 86,4%, sisanya dijelaskan oleh varians variabel lain di
luar model. hal ini disebabkan karena migrasi merupakan kombinasi dari psikologi dan motif ekonomi
menyangkut berbagai hambatan dan berbagai hal yang sangat kompleks dari satu individu manusia (Mullainathan
dan Thaler, 2000). Artinya lagi bahwa seorang individu akan membuat keputusan sebagai suatu fungsi utilitas
pribadinya menggunakan berbagai informasi yang ada dan memproses informasi yang ada secara tepat menurut
pribadi masing-masing yang bersifat independen (DellaVigna, 2007).
Pengujian tingkat Penting (Uji T)
Untuk melihat pengaruh parsial dari setiap variabel independen maka hal yang harus dilakukan adalah
membandingkan nilai Prob. dengan nilai α yang digunakan. Hipotesis nol diterima apabila nilai Prob. variabel
tersebut > dari nilai α. Sedangkan apabila nilai Prob. < α maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif
diterima. Penelitian ini menggunakan nilai α sebesar 5% atau 0,05.
Variabel tingkat pengangguran terbuka (X1) memiliki nilai statistic t sebesar 5,609 dengan probabilitas
0,000. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α = 0,05 yang berarti nilai parameter variabel X1 signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Migrasi keluar di Pula Madura. Nilai koefisien regresi sebesar 26.461,09 memiliki arti bahwa setiap
penambahan 1% tingkat pengangguran terbuka pada tiap kabupaten di Pulau Madura akan meningkatkan tingkat
migrasi keluar sebanyak 26.462 orang.
Variabel Tingkat pertumbuhan Ekonomi (X2) memiliki nilai statistic t sebesar 4,613 dengan probabilitas
0,002. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X2 signifikan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Migrasi keluar di Pulau Madura. Nilai koefisien regresi sebesar -8,09 memiliki arti bahwa setiap penambahan 1
Milyar PDRB pada kabupaten di Pulau Madura akan menurunkan tingkat migrasi keluar sebanyak 8,09 ~ 9 orang.
Variabel tingkat upah rill (X3) memiliki nilai statistic t sebesar 2,700 dengan probabilitas 0,014. Nilai
probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X3 signifikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel tingkat upah rill memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Migrasi keluar di Pulau
Madura. Nilai koefisien regresi sebesar 8352.985 memiliki arti bahwa setiap penambahan 100.000 rupiah nilai
UMK pada kabupaten di Pulau Madura akan meningkatkan migrasi keluar sebanyak 8.353 orang.
Variabel Nilai Tambah Industri (X4) memiliki nilai statistic t sebesar -6,152 dengan probabilitas 0,000.
Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X4 signifikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Nilai tambah industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Migrasi keluar di
Pulau Madura. Nilai koefisien regresi sebesar -0,022 memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 rupiah nilai tambah
industri pada kabupaten di Pulau Madura akan menurunkan migrasi keluar sebanyak 0,022 orang.
Pengujian Simultan (F-test)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independent secara Bersama-sama (simultan)
mempengaruhi variabel dependen. . Hasil uji F pada tabel diatas didapatkan nilai statistic F sebesar 30,27684
dengan nilai probabilitas 0,000 (p <0,05). Karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa minimal terdapat satu variabel independen yang berpengaruh signfikan terhadapvariabel dependennya.
Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk dapat mengetahui apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen, atau kedua variabel mempunyai distribusi normal atau tidak.
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
-40000 -20000 0 20000 40000
Series: Standardized Residuals
Sample 2013 2018
Observations 24
Mean -2.30e-11
Median 5831.854
Maximum 40720.21
Minimum -48686.26
Std. Dev. 26369.41
Skewness -0.326493
Kurtosis 2.017464
Jarque-Bera 1.391767
Probability 0.498634
Sumber: Olah data dengan Eviews 9
Hasil pengujian asumsi normalitas didapatkan nilai statistic uji Jarque-Bera sebesar 1,391 dengan probabilitas
0,19 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan residual berdistribusi normal
Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antar variabel independen dalam regresi berganda. Uji
multikolinearitas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel tersebut. Masalah multikolinearitas terjadi
apabila dalam matriks korelasi antar variabel bebas mempunyai nilai lebih dari 0.8. Tabel berikut adalah hasil dari
uji multikolinearitas.
Tabel 3: Hasil Uji Multikolinieritas
X1 X2 X3 X4
X1 1 -0.0259 -0.069 -0.309
X2 1 0.163 -0.585
X3 1 0.0336
X4 1
Hasil perhitungan nilai korelasi antar variabel X kurang dari 0,80, maka dapat disimpulkan bahwa antar
variabel X tidak terjadi kasus multikolinearitas.
Uji Heterokedatisitas
Tabel 4
Hasil Uji Heterkoedastisitas
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TPT (X1) 2775.234 1849.533 1.500505 0.1491
X2? -0.058892 0.679416 -0.086680 0.9318 X3? 1129.463 1062.606 1.062918 0.3005 X4? 0.000344 0.001479 0.232607 0.8184
Tabel diatas menunjukkan hasil metode Glejser atau hasil regresi dari seluruh variabel independen residual
absolut. Berdasarkan hasil Uji Glejser tersebut maka dapat diketahui tidak ada variabel independen yang
berkorelasi secara signifikan terhadap residual absolut. Oleh karena itu, Ho diterima dan Ha ditolak atau varian
residual bersifat homoskedastis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat unsur.
Hasil pengujian Heteroskedastisitas didapatkan nilai probabilitas pada masing-masing variabel X terhadap nilai
absolut residual lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terjadi kasus heteroskedastisitas.
Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 5
Hasil Uji Autokorelasi
1. Weighted Statistics
R-squared 0.864390 Mean dependent var 153740.9
Adjusted R-squared 0.835840 S.D. dependent var 76833.61
S.E. of regression 31130.40 Sum squared resid 1.84E+10
F-statistic 30.27684 Durbin-Watson stat 1.920384
Prob(F-statistic) 0.000000
Pengujian asumsi autokorelasi dilihat dari nilai statistic Durbin Watson. Hasil statistik Durbin Watson
didapatkan nilai sebesar 1,920. Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai dL 1,0131 dan dU 1,7753. Nilai Durbin
Watson 1,92 lebih dari nilai dU (1,7753) dan kurang dari nilai 4-dU sehingga dapat disimpulkan bahwa residual
hasil pemodelan tidak terjadi kasus autokorelasi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa diatas, disampaikan implikasi sebagai berikut :
1. Pengaruh rasio upah riil terhadap tingkat migrasi keluar Kab/Kota Madura adalah positif dan signifikan
dengan memiliki nilai statistic t sebesar 2,700 dengan probabilitas 0,014. Nilai probabilitas tersebut
kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X3 signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel UMK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Migrasi keluar di Pulau Madura. Hasil
tersebut menunjukan bahwa perpindahan (migrasi) penduduk dari Kab/Kota Madura keluar Kab/Kota
Madura menjadikan faktor upah sebagai daya tarik bagi penduduk untuk melakukan migrasi. Ada
kemungkinan alasan lain yang lebih kuat untuk mendorong migrasi tersebut seperti faktor budaya
masyarakat Kab/Kota Madura dan faktor pendidikan. Akan tetapi faktor upah akan lebih menunjukan
signifikansi karena beberapa kajian dari pola migrasi yang dilakukan di beberapa negara berkembang
menunjukan bahwa faktor upah inilah yang sebenarnya menjadi faktor utama pendudukan melakukan
migrasi (Todaro, 2000; Tan, 1993).
2. Pada variabel rasio proporsi nilai tambah sektor industri dalam pembentukan PDRB adalah signifikan
dan sesuai dengan hipotesa penelitian ini. Dengan memiliki nilai statistic t sebesar -6,152 dengan
probabilitas 0,000. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel
X4 signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai tambah industri memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Migrasi keluar di Pulau Madura. Nilai koefisien regresi sebesar -0,022 memiliki
arti bahwa setiap penambahan 1 rupiah nilai tambah industri pada kabupaten di Pulau Madura akan
menurunkan migrasi keluar sebanyak 0,022 orang.Hal ini terjadi karena penduduk di madura yang
bermigrasi kedaerah lain lebih banyak dan prioritas untuk melakukan pekerjaan di sector idustri hal ini
terjadi bisa saja karena pada Kab/Kota di Madura memiliki tingkat industrialisasi yg rendah karena
sebagian besar pekerjaan di Madura pada sektor pertanian
3. Variabel tingkat pengangguran terbuka (X1) memiliki nilai statistic t sebesar 5,609 dengan probabilitas
0,000. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X1 signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Migrasi keluar di Pula Madura. Nilai koefisien regresi sebesar 26.461,09 memiliki
arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat pengangguran terbuka pada setiap kabupaten di Pulau Madura
akan menyebabkan tingkat migrasi keluar meningkat sebanyak 26.462 orang. Tingkat pengangguran
terbuka disini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat migrasi masyarakat Kabupaten
Madura . Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar (0,000)
temuan ini menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran yang ada di daerah akan
menyebabkan meningkatna minat migrasi masyarakat Kabupaten/Kota Madura
4. Pada variabel Laju Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai statistic t sebesar 4,613 dengan probabilitas
0,002. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X2 signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PDRB memiliki pengaruh yang Negative signifikan
terhadap Migrasi keluar di Pulau Madura. Nilai koefisien regresi sebesar -8,09 memiliki arti bahwa setiap
penambahan PDRB pada kabupaten di Pulau Madura akan menurunkan tingkat migrasi keluar sebanyak
8,09 ~ 9 orang Pola migrasi yang banyak dilakukan di Kabupaten/Kota di Madura dari hasil penelitian
yang telah dilakukan adalah Negatif signifikan, hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya migrasi keluar
adalah perpindahan penduduk dari dalam wilayah Kabupaten/Kota Madura ke luar wilayah
Kabupaten/Kota Madura. Banyak penduduk Kabupaten/Kota Madura yang melakukan migrasi,
penduduk banyak yang melakukan migrasi bertujuan untuk mencari pekerjaan karena lapangan
pekerjaan di Kabupaten/ Kota Madura sangat kecil dan upah yang didapat juga kecil. Hal tersebut yang
membuat minat penduduk Kabupaten/Kota Madura untuk bermigrasi semakin besar. Mereka rela
meninggalkan keluarga untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar,walaupun terdapat peningkatan
pertumbuhan ekonomi pada daerah mereka akan tetapi tidak sebanding dengan daerah lain ang memiliki
tingkat pertumbuhan Ekonomi yang lebih tinggi hal tersebut yang membuat mintat masyarakat Madurua
untuk tetap melakukan Migrasi.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor faktor yang mempengaruhi tingkat migrasi keluar masyarakat
Kab/Kota Madura, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terjadi penurunan tingkat pengangguran terbukan pada setiap Kab/Kota di Madura pada periode tahun 2013
hingga tahun 2018 secara rata- rata, berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat migrasi keluar
masyarakat Kab/Kota di Madura. Hasil ini membuktikan hipotesis pertama yang dibangun yaitu dugaan
Tingkat Pengangguran Terbukan berpengaruh positif terhadap tingkat migrasi di wilayah Madura.
2. Laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat migrasi keluar wilayah Kab/ Kota Madura berpengaruh positif
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dibangun yaitu diduga bahwa laju pertumbuhan
ekonomi berpengaruh positif terhadap tingkat migrasi keluar wilayah Kab/ Kota Madura artinya, Setisp
peningkatan variabel ini akan mempengaruh tingkat migrasi keluar masyarak Madura
3. Pengaruh rasio upah rill terhadap migrasi keluar wilayah Madura adalah positif signifikan dengan
probabilitas sebesar 0.014, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang di bangun yaitu diduga bahwa tingkat
upah rill berpengaruh positif signifikan dengan tingkat migrasi keluar wilayah Madura, yang artinya setiap
peningkatan tingkat upah rill akan menurunkan tingkat migrasi keluar masyarakat Madura
4. Pengtaruh nilai tambah sector industry berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat migrasi keluar
Kab/Kota Madura, dengan nilai koifisien regresi sebesar 0,022 memiliki arti bahwa setiap penambahan 1
nilai tambah industry pada Kab/ Kota Madura akan menurunkan tingkat migrasi keluar masyarakat Kab/Kota
Madura sebanyak 0.022
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan yang telah dipaparkan, beberapa saran yang dapat disampaikan
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif adalah sebagai berikut :
1. Kebijakanaan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya alam dan
potensi daerah pada setip Kab/ Kota di Madura untuk menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya dan
menekan angka pengangguran terbuka yg berada di wilayah Madura
2. Disarankan terhadap pemerintah daerah untuk mengadakan pelatihan terhadap masarakat Madura untuk
pengembangan skill dan potensi sehingga mampu mengoptimalkan surplus tenaga kerja bagi daerah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
3. Mengupayakan peningkatan upah terhadap tenaga kerja di Madura dengan membuat kebijakan tentang upah
regional yang lebih tinggi, karena dibandingkan dengan Kab/ Kota lain di Jawa Timur Madura merupakan
Kota dengan Upah regional rendah, Hal ini menyebabkan tingkat migrasi keluar di wilayah Madura tinggi
karena keinginan masyarakat untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi dan hidup yang lebih layak.
F. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Sampang, BPS Provinsi Jawa Timur
Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Bangkalan, BPS Provinsi Jawa Timur
Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Pamekasan, BPS Provinsi Jawa Timur
Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Sumenep, BPS Provinsi Jawa Timur
Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota,
BPS Provinsi Jawa Timur
Khusaini, Mohammad. 2006. Ekonomi Publik. Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan Daerah. Penerbit
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Cetakan Pertama. ISBN: 979-25-7503-0
Atik Nuraini, 2006, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Migrasi Sirkuler menginap/mondok/Study
Kasus Kabupaten Boyolali. Skripsi, Fakultas Ekonomi UNDIP
Chotib, 2000, “Pengangguran Dan Mobilitas Pekerjaan Di Indonesia : Kajian Data SUPAS 1995 “, Media
Ekonomi, Vol. 6 No.1 FE UI, Jakarta
Waridin, 2002., Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri,
Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.3 No.2 Desember 2002.
Todaro, M.P.,& Smith, 2003., Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga jilid 1, Erlangga, Jakarta
Badan Pusat Satistika (BPS), 2018, Tingkat Migrasi Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota, BPS Provinsi Jawa
Timur
Gujarati, Damodar. 1978 ”Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta.
Mulia, 2004, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi minat tenaga kerja desa untuk bekerja di kota/ Studi
kasus Empat desa di kecamatan Meranggen kabupaten Demak. Skripsi Fakultas UNDIP
Dedi julianto & Alvin alfian, 2017.,Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi tingkat migrasi keluar Sumatra
Barat, Jurnal Ekonomi & Bisnis Darma Andalas, Vol. 19 No. 2, Juli 2017
Syafrida, 2008, “Dampak Kebijakan Migrasi Terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia”, IPB Bogor.
Todaro.M. P., 2000, “Ekonomi Pembangunan”, PT Erlangga
Refiani, Elvina. 2006. Faktor Penyebab dan Dampak Migrasi Sirkuler di Daerah Asal (Kasus Desa Pamijahan,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi
Wijayanti, Ni NSA, dan Ni Luh Karmini.2014.Pengaruh Tingkat inflas, laju pertumbuhan ekonomi dan upah
minimum terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bali. E- jurnal ekonomi pembangunan
3(10) hal: 460-466,ISSN 2303-0178
http://documents1.worldbank.org/analisis keuangan publik Jawa Timur
Purnomo, Didit dan Chuzaimah. 2004. Studi Tentang Niatan Menetap Migran Sirkuler (Kasus Migran Sirkuler
Asal Wonogiri Ke Jakarta). Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.5 No.2 Desember 2004.
Purnomo, Didit. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal : Studi
Empiris Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol. 10 No.1 Juni 2009.
Puspitasari, Ayu Wulan. 2010. Analisis Faktor- Faktor yang Mempemgaruhi Minat Migrasi Sirkuler Ke
Kabupaten Semarang. Semarang: Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Pangeran Diponegoro.
Boediono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFF, Yogyakarta.
Asep Djadja Saefullah. 1992. “The Impact of Population Mobility on Two Village Communities of West Java,
Indonesia”. The Flinders University of South Australia : Adelaide. www.akademika.or.id,arsip,EC-
POP1
http://jatimprov.go.id/Data dinamis Provinsi Jawtimur 2016.
Rizal, Muhammad. 2004. Keputusan migrasi sirkuler pekerja sector formal di Kota Medan. Jurnal Siasat Bisnis
UII
Maulida, Yusni. 2013. Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Migrasi Masuk Di Kota Pekanbaru. Jurnal Ekonomi
Vol. 21 No. 2 Juni 2013.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang upah minimum
Zhao, Yaohui. 1999. ”Labor Migration and Earnings Differences: The Case of Rural China, Economic
Development and Cultural Change
Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor: 188/568/KPTS/013/201 UMK
Ravenstein, 1985. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta
Denik et.al. 2015. Pengaruh Migrasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jember. Jurnal FE UNEJ
Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur, Keaadaan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Timur .
Sriyana, Jaka. 2014. Metode Regresi Data Panel. EKONISIA, Yogyakarta.
Rudiningtyas, Dyah Arini. 2015. Pengaruh Pendapatan dan Belanja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
Kemiskinan, dan Pengangguran (Studi pada APBN 2004-2008). FakultasEkonomi Universitas Islam
Malang : skripsi, tifak dipublikasikan.
Sukirno, Sudono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Jajang Nurjaman, 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI
KE KECAMATAN BANTARGEBANG KOTA BEKASI
Mantra, Ida Bagoes. 1993. Analisa Perkembangan Kependudukan Menuru\ Sensus Penduduk 1990: Dinamika
Mobilitas Indonesia. Yogyakarta Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Pusat Penelitiar
Kependudukan Universitas Gadjah Mada.