disseminated intravascular coagulation (dic)
TRANSCRIPT
Koagulasi Intravaskular Diseminata
Ruslan M, S.Kep, Ns
Koagulasi Intravaskular Diseminata
(KID) ditandai dengan proses aktivasi dari
sistem koagulasi yang menyeluruh yang
menyebabkan pembentukan fibrin di
dalam pembuluh darah sehingga terjadi
oklusi trombotik di dalam pembuluh darah
berukuran sedang dan kecil. Proses
tersebut menjadikan aliran darah
terganggu sehingga terjadi kerusakan
pada banyak organ tubuh. Pada saat yang
bersamaan, terjadi pemakaian trombosit
dan protein dari faktor-faktor pembekuan
sehingga terjadi perdarahan.
Sebelum dikenal istilah KID, dahulu
dikenal istilah-istilah lain yang diberikan
sesuai dengan patofisiologinya:
Coagulation consumption
Hyperfibrinosis
Defibrinasi
Thrombohaemoraghic Syndrome
KID merupakan keadaan yang
termasuk dalam kategori kedaruratan
medik, sehingga memerlukan tindakan
medis dan penanganan segera. Tindakan
dan penanganan yang diberikan
tergantung dari patofisiologi penyakit
yang mendasarinya, apakah terjadi secara
akut atau memang sudah ada penyakit
yang sudah lama diderita. Namun yang
utama dalam memberikan penanganan
tersebut adalah mengetahui proses
patologi KID itu sendiri, sepeti telah
disebutkan sebelumnya, yakni terjadinya
proses trombosis mikrovaskular dan
kemungkinan terjadi perdarahan (diatesa
hemoragik) secara bersamaan.
Gambar 1. Mekanisme KID
Tanda-tanda yang dapat dilihat
pada penderita KID yang disertai dengan
perdarahan misalnya: petekie, ekimosis,
hematuria, melena, epistaksis,
hemoptisis, perdarahan gusi, penurunan
kesadaran hingga terjadi koma yang
disebabkan oleh perdarahan otak.
Sementara tanda-tanda yang dapat
dilihat pada trombosis mikrovaskular
adalah gangguan aliran darah yang
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 1
Pembentukan Fibrin intravaskular
Konsumsi trombosit dan faktor koagulasi
Trombosis pada pembuluh darah dan
kegagalan multi organ
Perdarahan
Aktivasi Sistem Koagulasi
mengakibatkan terjadi iskemia pada organ
dan berakibat pada kegagalan fungsi
organ tersebut, seperti: gagal ginjal akut,
gagal nafas akut, iskemia fokal, gangren
pada kulit.
Berikut ini adalah kondisi klinik
yang dapat menyebabkan terjadinya KID:
Sepsis
Trauma
o Cidera jaringan berat
o Cidera kepala
o Emboli lemak
Kanker
o Myeloproliferative disorder
o Tumor padat
Komplikasi Obstetrik
o Emboli cairan amnion
o Abruptio Placentae
Kelainan pembuluh
darah
o Giant hemangioma
o Aneurysma Aorta
Reaksi terhadap toksin
Kelainan Imunologik
o Reaksi alergi yang berat
o Reaksi hemolitik pada transfusi
o Rejeksi pada transplant
PATOGENESIS
Pada pasien dengan KID, terjadi
pembentukan fibrin oleh trombin yang
diaktivasi oleh faktor jaringan. Faktor
jaringan, berupa sel mononuklir dan sel
endotel yang teraktivasi, mengaktivasi
faktor VII. Kompleks antara faktor
jaringan dan faktor VII yang teraktivasi
tersebut akan mengaktivasi faktor X baik
secara langsung maupun tidak langsung
dengan cara mengaktivasi faktor IX dan
VIII. Faktor X yang teraktivasi bersama
dengan faktor V akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Di saat yang
bersamaan terjadi konsumsi faktor
antikoagulan seperti antitrombin III,
protein C dan jalur penghambat-faktor
jaringan, mengakibatkan kurangnya
faktor-faktor tersebut. Pembentukan
fibrin yang terjadi tidak diimbangi dengan
penghancuran fibrin yang adekuat,
karena sistem fibrinolisis endogen
(plasmin) tertekan oleh penghambat-
aktivasi plasminogen tipe 1 yang
kadarnya tinggi di dalam plasma
menghambat pembentukan plasmin dari
plasminogen. Kombinasi antara
meningkatnya pembentukan fibrin dan
tidak adekuatnya penghancuran fibrin
menyebabkan terjadinya trombosis
intravaskular yang menyeluruh.
DIAGNOSIS
Diagnosis KID tidak dapat
ditegakan hanya berdasarkan satu tes
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 2
laboratorium, karena itu biasanya
digunakan beberapa hasil pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan berdasarkan
kondisi klinik pasien.
Dalam praktik klinik diagnosis KID
dapat ditentukan atas dasar temuan
sebagai berikut:
1. adanya penyakit yang mendasari
terjadinya KID.
2. Pemeriksaan trombosit kurang dari
100.000/mm³.
3. Pemanjangan waktu pembekuan (PT,
aPTT).
4. Adanya hasil degradasi fibrin di
dalam plasma (ditandai dengan
peningkatan D-dimer).
5. Rendahnya kadar penghambat
koagulasi (Antitrombin III)
Rendahnya trombosit pada KID
menandakan adanya aktivasi trombin yang
terinduksi dan penggunaan trombosit.
Memanjangnya waktu pembekuan
menandakan menurunnya jumlah faktor
pembekuan yang tersedia seperti vitamin
K.
Pemeriksaan kadar penghambat
pembekuan (AT III atau protein C)
berguna untuk memberikan informasi
prognostik. Pemeriksaan hasil degradasi
fibrin seperti D-dimer, akan membantu
untuk membedakan KID dengan kondisi
lain yang memiliki gejala serupa,
pemanjangan waktu pembekuan dan
turunnya trombosit, seperti pada penyakit
hati kronik.
Rekomendasi KonNas Tatalaksana
DIC pada Sepsis tahun 2001
Kriteria minimal untuk diagnosis
DIC adalah didapatkan keadaan atau
gambaran klinik yang dapat
menyebabkan DIC dengan manifestasi
perdarahan, tromboemboli atau
keduanya, disertai dengan pemeriksaan
laboratorium trombositopenia dan
gambaran eritrosit sel Burr atau D-dimer
positif.
Bilamana fasilitas laboratorium
memungkinkan dapat digunakan kriteria
menurut Bick atau berdasarkan skor DIC
dari ISTH 2001.
Kriteria Laboratorium DIC menurut
KonNas Tata laksana DIC pada
sepsis 2001
1. Hitung trombosit: trombositopeni
pada 98% DIC
2. PT : memanjang pada 50-70%
DIC
3. aPTT : memanjang pada 50-60%
DIC
4. Masa Trombin : memanjang
5. Fibrinogen
6. sFM (soluble fibrin monomer)
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 3
7. D-dimer : meningkat
8. FDP : meningkat
9. Antitrombin : menurun
Kriteria Laboratorium DIC menurut
Bick
1. Aktivasi prokoagualan: PF1+2, TAT,
D-dimer, fibrinopeptide
2. Aktivasi fibrinolitik: D-dimer, FDP,
plasmin, PAP
3. Konsumsi inhibitor: AT III, TAT, PAP,
Protein C & S
4. Kerusakan/kegagalan organ: LDH,
kreatinin, pH, pO2
Sistem Skor DIC (ISTH 2001)
1. Penilaian risiko: apakah terdapat
penyebab DIC?
(jika tidak ada, penilaian tidak
dilanjutkan)
2. Uji Koagulasi (trombosit, PT, D-
dimer, fibrinogen)
3. Skor:
Trombosit: > 100000 = 0 50000-
100000 = 1<50000 = 2
D-dimer: < 500 = 0 500-1000 =
1 >10000=2
PT memanjang: <3 detik = 0 4-6
detik = 1 >6 detik = 2
Fibrinogen: <100mg/dl = 1 >100
mg/dl = 0
4. Jumlah skor:
≥ 5 : sesuai DIC : skor diulang
setiap hari
< 5 : sugestif DIC : skor
diulang dalam 1-2 hari
PENATALAKSAAAN
Penatalakasanaan KID yang utama
adalah mengobati penyakit yang
mendasari terjadinya KID. Jika hal ini
tidak dilakukan , pengobatan terhadap
KID tidak akan berhasil. Kemudian
pengobatan lainnya yang bersifat
suportive dapat diberikan.
1. Antikogulan
Secara teoritis pemberian
antikoagulan heparin akan menghentikan
proses pembekuan, baik yang disebabkan
oleh infeksi maupun oleh penyebab lain.
Meski pemberian heparin juga banyak
diperdebatkan akan menimbulkan
perdarahan, namun dalam penelitian
klinik pada pasien KID, heparin tidak
menunjukkan komplikas perdarahan yang
signifikan.
Dosis heparin yang diberikan
adalah 300 – 500 u/jam dalam infus
kontinu.
Indikasi:
1. Penyakit dasar tak dapat diatasi
dalam waktu singkat
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 4
2. Terjadi perdarahan meski penyakit
dasar sudah diatasi
3. Terdapat tanda-tanda trombosis
dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal,
gagal hati, sindroma gagal nafas
Dosis:
100iu/kgBB bolus dilanjutkan 15-25
iu/kgBB/jam (750-1250 iu/jam) kontinu,
dosis selanjutnya disesuaikan untuk
mencapai aPTT 1,5-2 kali kontrol
Low molecular weight heparin dapat
menggantikan unfractionated heparin.
2. Plasma dan trombosit
Pemberian baik plasma maupun
trombosit harus bersifat selektif.
Trombosit diberikan hanya kepada pasien
KID dengan perdarahan atau pada
prosedur invasive dengan kecenderungan
perdarahan. Pemberian plasma juga patut
dipertimbangkan, karena di dalam
palasma hanya berisi faktor-faktor
pembekuan tertentu saja, sementara pada
pasien KID terjadi gangguan seluruh
faktor pembekuan.
3. Penghambat pembekuan (AT III)
Pemberian AT III dapat bermanfaat
bagi pasien KID, meski biaya pengobatan
ini cukup mahal.
Direkomendasikan sebagai terapi
substitusi bila AT III<70%
Dosis:
Dosis awal 3000 iu (50 iu/kgBB)
diikuti 1500 iu setiap 8 jam dengan
infus kontinu selama 3 – 5 hari.
rumus:
1. 1 iu x BB (kg) x ∆ AT III, dengan
target AT III > 120%
2. ∆ AT III x 0,6 x BB (kg), dengan
target AT III > 125%
4. Obat-obat antifibrinolitik
Antifibrinolitik sangat efektif pada
pasien dengan perdarahan, tetapi pada
pasien KID pemberian antifibrinolitik
tidak dianjurkan. Karena obat ini akan
menghambat proses fibrinolisis sehingga
fibrin yang terbentuk akan semakin
bertambah, akibatnya KID yang terjadi
akan semakin berat.
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 5