disparitas putusan pengadilan agama tangerang...

70
DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG KOTA TENTANG HAK ASUH ANAK PASCA CERAI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: MUHAMMAD RIZKY ROMDON NIM : 1111044100048 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: doannguyet

Post on 13-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG KOTA TENTANG

HAK ASUH ANAK PASCA CERAI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

MUHAMMAD RIZKY ROMDON

NIM : 1111044100048

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Page 3: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Page 4: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Page 5: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

v

ABSTRAK

Muhammad Rizky Romdon. NIM 1111044100048. Disparitas Putusan

Pengadilan Agama Tangerang Kota Tentang Hak Asuh Anak Pasca Cerai.

Skripsi, Program Studi Hukum Keluarga (Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah), Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439

H/2018 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Hak

Asuh Anak Pasca Cerai pada Perkara Nomor: 967/Pdt.G/2014/PA.Tng.,

2359/Pdt.G/2016/PA. Tng. Pada penelitian ini penulis memilih objek penelitian di

Pengadilan Agama Tangerang Kota. Penulis ingin mengetahui hal-hal yang

menyebabkan pelimpahan hak asuh anak jatuh kepada ibu kandungnya sebagai

akibat perceraian pada perkara Nomor: 967/Pdt.G/2014/PA.Tng, dan hal hal yang

menyebabkan pelimpahan hak asuh anak jatuh kepada bapak kandungnya sebagai

akibat perceraian pada perkara Nomor: 2359/Pdt.G/2016/PA.Tng. Selain itu juga,

penulis ingin mengidentifikasi pertimbangan hukum hakim yang memberikan hak

asuh anak akibat terjadinya perceraian.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini

berupa analisis terhadap kasus yang berkenaan dengan hak asuh anak pasca cerai

yang terjadi di Pengadilan Agama Tangerang Kota. Kriteria data yang didapatkan

berupa data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah studi pustaka, dan studi dokumenter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hak asuh anak bisa jatuh ke bapak

kandungnya dikarenakan ibu dari anak tersebut tidak bisa menjalankan perannya

sebagai ibu yang baik dalam hal untuk mendidik dan mengasuh anak tersebut.

Kata Kunci : Disparitas, Putusan Pengadilan Agama, Tangerang Kota, Hak

Asuh Anak, Pasca Cerai.

Pembimbing : Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A.

Daftar Pustaka : 1970-2015.

Page 6: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Page 7: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

vii

3. Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A., Dosen Pembimbing Akademik sekaligus

Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan

arahannya yang juga tidak pernah lelah membimbing, mengarahkan, dan

memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga beliau senantiasa diberikan

kesehatan oleh Allah swt.

4. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan

membimbing penulis dari awal masuk kuliah hingga bisa menyelesaikan

skripsi ini, semoga senantiasa dimudahkan segala urusannya.

5. Bapak Faza, Ibu Siti Sholehah, S.Ag, dan Ibu Yanti, terima kasih atas bantuan

administrasi pengurusan skripsi dari awal hingga akhir.

6. Seluruh staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh staf kantor Pengadilan Agama Tangerang Kota.

8. Pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan kemudahan dalam

mengumpulkan referensi kepada penulis.

9. Yang tercinta dan selalu penulis cintai dan sayangi sepanjang hayat, ayahanda

(alm). H. Romdoni, S.E., dan ibunda Hj. Indah Sri Rahayuningsih orang tua

penulis, nenek tercinta Suseni, adik-adik tercinta Hamzah Arafah, Muhammad

Ilham Bintang, Muhammad Jordan Ramadhan, calon teman hidupku Nabila

Al-Halabi, S.Sy., terima kasih tak terhingga atas do’a, semangat, kasih sayang,

pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga kalian

selalu diberi kesehatan dan semoga senantiasa dalam lindungan Allah swt.

10.Teman-teman keluarga Besar prodi Peradilan Agama angkatan 2011 kelas A

dan B yang menjadi teman seperjuangan. Khusus kepada Muhammad Nazir,

Muhammad Fathinnudin, Fahrul Roji, Muhammad Taufiq Rahman, Samsul

Bahri, Nurul Khomsah, Ratnasari, Razak, serta teman-teman yang tidak bisa

saya sebutkan semua namanya satu persatu. Terima kasih atas

kebersamaannya, motivasinya. Kenangan indah yang tidak akan terlupakan

bersama kalian semuanya.

Page 8: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

viii

11.Seluruh pihak yang terkait dengan penulisan skripsi, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah swt. Hanya

untaian kata terimakasih serta do’a yang dapat penulis berikan. Semoga semua

pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, serta arahannya kepada

penulis senantiasa diberi kesehatan dan dalam lindungan Allah swt, diridhoi

setiap langkah kehidupannya serta mendapatkan balasan yang lebih baik di

akhirat kelak.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas balas jasa dan dukungannya,

hanya do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah swt dengan balasan

yang berlipat ganda. Penulispun berharap agar skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tangerang, 30 Maret 2018

Penulis

Muhammad Rizky Romdon

Page 9: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

D. Review Studi Terdahulu .................................................... 7

E. Metode Penelitian .............................................................. 9

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 12

BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG HAK ASUH ANAK....13

A. Hak Asuh Anak dalam Perspektif Hukum Islam .............. 13

B. Hak Asuh Anak dalam Perspektif Hukum Positif ............. 17

C. Pengasuhan Anak Akibat Perceraian ................................ 23

BAB III : PROFIL PENGADILAN AGAMA TANGERANG

KOTA.....................................................................................26

A. Sejarah Singkat .................................................................. 26

Page 10: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

x

B. Letak Geografis ................................................................. 27

C. Yurisdiksi .......................................................................... 28

D. Kewenangan Hukum ......................................................... 32

E. Struktur Organisasi ............................................................ 41

BAB IV : DISPARITAS PUTUSAN PA TANGERANG KOTA

TENTANG HAK ASUH ANAK.........................................44

A. Duduknya Perkara ............................................................. 44

B. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim ............................... 47

C. Analisis Penulis ................................................................. 51

BAB V : PENUTUP..............................................................................55

A. Kesimpulan.........................................................................55

B. Saran...................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59

Page 11: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah swt berpasang-pasangan

antara laki-laki dan perempuan yang dilindungi secara hukum dalam ikatan

perkawinan yang sah sesuai dengan syariat Islam dengan tujuan untuk membentuk

rumah tangga atau keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.1

Perkawinan merupakan salah satu bagian dari kebutuhan hidup yang ada dalam

masyarakat dan juga merupakan suatu lembaga yang sah dan diakui oleh

masyarakat dan negara. Menurut pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah

Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Dalam

ajaran agama Islam, perkawinan itu memiliki nilai ibadah. Kompilasi Hukum

Islam (Dalam ayat 2 nya) menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang

sangat kuat (Mitsqan ghalidan) untuk menaati perintah Allah, dan melaksanakan

nya juga merupakan ibadah. Dalam suatu hubungan pernikahan, kadang kala

memang akan terjadi suatu perceraian. Banyak hal yang menjadi penyebab

perceraian tersebut, dan biasanya yang menjadi korban adalah anak. Dalam suatu

pasangan yang akan bercerai, mereka akan disibukkan dengan mencari

pembenaran terhadap keputusan mereka untuk berpisah. Mereka tidak lagi

mempertimbangkan bahwa ada pihak yang sangat menderita dengan keputusan

tersebut dan kadang kala kehilangan haknya, yaitu anak-anak. Padahal anak

adalah amanah dan karunia Allah swt, yang dalam dirinya melekat harkat dan

martabat sebagai manusia seutuhnya. Perkawinan ialah pertalian yang sah antara

seorang laki – laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama, UU

memandang perkawinan hanya dari hubungan keperdataan demikian bunyi Pasal

26 Burgerlijk Wetboek. Artinya bahwa pasal tersebut hendak menyatakan bahwa

suatu perkawinan yang sah, hanyalah perkawinan yang memenuhi syarat- syarat

1 Pasal 3, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 67.

Page 12: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

2

yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (Burgerlijk

Wetboek) dan syarat – syarat serta peraturan agama dikesampingkan.2

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan

negara. Secara harfiah, hak asasi diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat

pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan YME dan

merupakan anugerahnya, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi

oleh negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.3

Anak juga berhak untuk mengetahui dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

Pengasuhan (hadhanah) anak oleh orang tuanya memiliki kelebihan secara

psikologis, karena memiliki hubungan emosional yang lebih dalam ketimbang

diasuh oleh orang lain. Islam dan HAM memandang betapa pentingnya

pemenuhan hak ini bagi anak. Titik temu Islam dan HAM dalam hal hak anak

yang lain terletak pada pengakuannya atas hak perlindungan anak dari

diskriminasi, eksploitasi, kekerasan, dan penelantaran. Islam menempatkan anak

lelaki dan perempuan setara dan memiliki hak yang sama. Islam tidak

memperkenankan perlakuan diskriminatif terhadap salah satunya. Seperti

penegasan dalam sebuah hadis Nabi ”Berbuat adillah kepada anak-anakmu dalam

pemberian”. Menurut Retnowulan Sutianto, (Hakim Agung Purnabakti),

perlindungan anak merupakan salah satu bidang dalam pembangunan nasional.

Melindungi anak adalah melindungi manusia, dan membangun manusia seutuh

mungkin. Hakekat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya yang berbudi luhur. Mengabaikan masalah perlindungan

anak berarti tidak akan memantapkan pembangunan nasional. Akibat tidak adanya

perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang dapat

mengganggu penegakan hukum, ketertiban, keamanan, dan pembangunan

2 Soebekti, Pokok – Pokok Hukum Perdata ( Jakarta : Intermasa, 2003 ), h. 23.

3 Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Page 13: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

3

nasional. Maka dari itu berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan apabila

kita ingin mengusahakan pembangunan nasional yang memuaskan.4

Hak asuh anak seringkali menjadi permasalahan sebelum atau sesudah

perceraian. Bahkan tidak jarang bila antara mantan suami dan mantan istri, saling

berebut mendapatkan hak asuh anak mereka. Seringkali dalam kenyataannya salah

satu orang wali saja yang mendapatkan hak perwalian anak dan ternyata tidak

dapat melaksanakan kewajibannya, sedangkan pihak lain yang tidak mendapatkan

hak perwalian juga sangat melalaikan kewajibannya, sehingga menyebabkan

kepentingan dari si anak menjadi terabaikan dan penguasaan terhadap anak

menjadi tidak jelas. Dikasus yang lain terjadi juga, bila ada pihak yang sudah

mengantongi putusan Pengadilan Agama untuk mengasuh anak, namun tidak

mematuhi dan menjalankannya, alias tidak mengasuh anak yang dipercayakan

kepadanya dengan baik. Disinilah akan terjadi hilangnya hak bagi anak-anak

tersebut.

Pasal 1 angka (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

(selanjutnya cukup disingkat UU Perlindungan Anak) menegaskan bahwa: “Anak

adalah seseorang yang belum berusia 18tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan”. 5

Berdasarkan ketentuan pasal diatas, maka upaya perlindungan yang diberikan

Undang-undang terhadap seorang anak dilaksanakan sejak dini, yakni sejak anak

dari berupa janin di dalam kandungan ibunya sampai dengan anak berumur 18

tahun. Undang-undang ini meletakkan kewajiban untuk memberikan perlindungan

terhadap anak berdasarkan asas-asas non diskriminasi, kepentingan yang terbaik

bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup, perkembangan dan penghargaan

terhadap anak, sebagaimana yang termuat dalam ketentuan pasal 2 UU

Perlindungan Anak yang menyatakan: “Penyelenggaraan perlindungan anak

4 Romli Atmasasmita (ed) , Peradilan Anak di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,

1997), h. 166.

5 Ministry for Women’s Empowerment Republic of Indonesia and Department of Social

Affair Republic of Indonesia, Republic of Indonesia Law Number 23 Year 2002 on Child

Protection, (Jakarta: Ministry of Women Empowerment, 2002), h. 12.

Page 14: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

4

berasaskan pancasila dan berlandaskan UUD 1945 serta prinsip-prinsip dasar

konvensi hak anak yang meliputi: a. Non diskriminasi b. Kepentingan terbaik bagi

anak, c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, d.

Penghargaan terhadap anak.6

Dalam penjelasan pasal 2 UU Perlindungan anak diatas disebutkan bahwa

asas perlindungan anak disini sesuai dengan prinsip-prinsip pokok yang

terkandung dalam konvensi internasional hak-hak anak. Lebih lanjut yang

dimaksud dengan asas kepentingan yang terbaik bagi anak dalam penjelasan pasal

2 UU Perlindungan anak adalah bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut

anak yang dilakukan oleh orang tua, pemerintah, masyarakat, badan legislatif, dan

badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi

pertimbangan utama. Konflik perebutan hak asuh anak yang dilakukan oleh kedua

orang tuanya justru tidak melindungi hak-hak dan kepentingan anak sebagaimana

diatur UU Perlindungan anak, konflik perebutan anak justru telah merusak

kepentingan, hak-hak dan perkembangan hidup si anak, terlebih jika si anak

diculik dibawa paksa dengan kekerasan, disekap, ditarik-tarik oleh kedua orang

tuanya, dan kekerasan fisik lainnya, jelas mengesampingkan seluruh hak anak

yang diatur dalam UU Perlindungan anak, dan juga merupakan pelanggaran

terhadap ketentuan pasal 4, pasal 13, pasal 16 ayat (1) dan (2), UU Perlindungan

anak yang menyatakan: “Bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh

berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.7

“(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua wali atau pihak lain

manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan berhak mendapat

perlindungan dari: a. Diskriminasi, b. Eksploitasi, c. Penelantaran, d.

Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, e. Ketidakadilan dan perlakuan salah

lainnya. (2) Dalam hal orang tua wali pengasuh anak melakukan segala bentuk

perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka perlu dikenakan

6 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 7 Visi Media, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, (Jakarta:

Visi Media, 2007), h. 8.

Page 15: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

5

pemberatan hukuman”. “setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari

sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak

manusiawi”.8

Anak juga manusia yang memiliki hak asasi sebagaimana manusia

lainnya. Posisi anak termasuk rentan karena kelemahan yang dimilikinya. Anak

belum bisa secara mandiri mengambil keputusan dan bertindak. Anak memiliki

peluang untuk mendapatkan tindakan-tindakan yang tidak adil, baik dari keluarga

sendiri, termasuk orang tua, dari masyarakat, maupun dari negara. Karena itu,

perlindungan terhadap hak anak perlu dimajukan. Meski ada perbedaan konsep

hak anak menurut Islam dan hak asasi manusia, penghormatan hak anak tetap

menjadi prioritas. Agama-agama, terutama Islam, memberi perhatian yang serius

terhadap hak anak bahkan sebelum anak lahir.9

Perebutan anak terkadang hingga mengesampingkan hak anak untuk

memperoleh pendidikan, anak di bawa pergi jauh ketempat persembunyian, tidak

disekolahkan dan diposisikan di dalam rumah terus menerus, dijauhkan dari

kehidupan sosialnya, sehingga mengesampingkan hak anak untuk bermain dan

bergaul dengan teman sebayanya. Hal ini jelas merupakan sebuah pelanggaran

terhadap ketentuan pasal 9 ayat (1) dan pasal (11) UU Perlindungan anak yang

menyatakan: “(1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai

dengan minat dan bakatnya”.10

Konsep anak dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, memasukkan anak yang masih dalam kandungan. Janin dimasukkan

sebagai anak dengan tujuan mencegah adanya tindakan dari orang yang tidak

8 Syaifullah, dkk., Undang-Undang Rumah Tangga No. 23 Tahun 2004 dan Undang-

Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, ( Padang Sumbar: Praninta Offset, 2008), h. 49. 9 Abu Hadian Shafiyarrahman, Hak-hak Anak dalam Syariat Islam, dari Janin hingga

Paska Kelahiran, (Muntilan: Al-Manar, 2003), h. 24. 10

Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dan Departemen Sosial

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak,( Jakarta: Laksana, 2003), h. 17.

Page 16: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

6

bertanggung jawab terhadap usaha penghilangan janin yang dikandung

seseorang.11

Berdasarkan pemikiran diatas, maka kajian ini akan difokuskan pada

“DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG KOTA

TENTANG HAK ASUH ANAK PASCA CERAI”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya perkara yang diputus oleh Pengadilan

Agama Tangerang Kota, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai

berikut:

a. Putusan mengenai “Hak asuh anak pasca cerai di Pengadilan Agama

Tangerang Kota” dibatasi dengan perkara Nomor:

967/Pdt.G/2014/PA.Tng., Nomor: 2539/Pdt.G/2016/PA.Tng.

b. Hak asuh anak pasca cerai di Pengadilan Agama Tangerang Kota

dibatasi dengan perkara Nomor: 967/Pdt.G/2014/PA.Tng., Nomor:

2539/Pdt.G/2016/PA.Tng.

c. Putusan yang ada di Pengadilan Agama Tangerang Kota dibatasi pada

perkara dengan Nomor: 967/Pdt.G/2014/PA.Tng., Nomor:

2539/Pdt.G/2016/PA.Tng.

d. Data yang diteliti di Pengadilan Agama Tangerang Kota dibatasi pada

data tahun 2014 dan 2016.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana disparitas

putusan PA Tangerang Kota tentang hak-hak anak pasca perceraian. Selanjutnya

pertanyaan penelitian dalam skripsi ini dirinci sebagai berikut:

a. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus hak asuh anak di PA

Tangerang Kota ?

b. Apa saja hak-hak anak pasca perceraian perspektif hukum positif ?

11

Apong Herlina, Perlindungan Anak ,( Jakarta: Laksana, 2003), h. 7.

Page 17: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi disparitas hak-hak anak pasca perceraian dalam

putusan PA Tangerang Kota tahun 2014, dan 2016.

b. Mengidentifikasi hak-hak anak pasca perceraian perspektif hukum

positif (Undang-Undang yang berlaku di Indonesia).

c. Mendeskripsikan pertimbangan hakim dalam memutus hak asuh anak

pasca perceraian di PA Tangerang Kota.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Dapat memberikan pemikiran akademisi tentang

pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu

hukum, terutama tentang hak asuh anak pascacerai.

b. Secara Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi masyarakat dan juga penegak hukum, sehingga

mempunyai wawasan komprehensif terutama tentang hak asuh anak

pascacerai.

D. Review Studi Terdahulu

Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Nia Octaviani (1111044100051/Peradilan Agama/Syariah dan

Hukum) Peranan KPAI dalam Penyelesaian Perebutan Hak Asuh

Anak Pasca Cerai.

Pada skripsi ini membahas mengenai, kasus penyelesaian Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam perebutan hak asuh anak

pasca cerai semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dalam undang-

undang No. 35 Tahun 2014 pasal 76 mengenai tugas Komisi

Page 18: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

8

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yaitu menyelesaikan kasus-

kasus tentang perebutan anak pasca cerai yang dilakukan dengan cara

melakukan mediasi dengan para pihak-pihak dalam menyelesaikan

kasus-kasus perebutan hak asuh anak. Oleh karena itu pihak KPAI

untuk menyelesaikan kasus-kasus tentang perebutan hak asuh anak itu

dilakukan dengan mediasi ketika mediasi tersebut tidak

menyelesaikan maka pihak KPAI menyerahkan sepenuhnya kepada

pihak yang bersangkutan.

Dalam pembahasan skripsi Nia Octaviani membahas tentang tugas

KPAI dalam menyelesaikan kasus perebutan hak asuh anak pasca

cerai. Sedangkan skripsi ini terfokus pada disparitas putusan

Pengadilan tentang hak asuh anak pascacerai.

2. Ahmad Firdaus (111044100084/Peradilan Agama/Syariah dan

Hukum) Hak Hadhanah Bagi Anak Yang Belum Mumayiz

Analisis Putusan No. 184/Pdt.G/2011/PA.Dpk).

Berisi tentang Hakim menetapkan putusan dalam kasus ini tidak

berdasarkan Kompilasi Hukum Islam maupun Undang-undang yang

ada, akan tetapi majelis hakim hanya mengikuti Yurispurdensi

Mahkamah Agung No. 110 K/AG/2007 tanggal 7 Desember 2007

menyatakan bahwa masalah utama dalam hadhanah adalah

kemaslahatan dan kepentingan anak bukan semata-mata yang secara

normatif tidak berhak dan sesuai pula dengan Undang-Undang No: 23

tahun 2002 tentang perlindungan anak, karena yurisprudensi

Mahkamah Agung hakim dapat menggunakannya sebagai landasan

hukum dalam memutus perkara tersebut. Karena jika berijtihad itu

ketika hukum tidak ada landasannya maka hakim berijtihad dan

putusan No. 181/Pdt.G/2011/PA.Dpk ini karena sudah ada

yurisprudensi Mahkamah Agung maka hakim berpatokan dengan

yurisprudensi ini, tidak dengan berijtihad lagi.

Dalam pembahasan skripsi Ahmad Firdaus membahas tentang

bagaimana hakim menetapkan putusan tentang hak hadhanah bagi

Page 19: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

9

anak yang belum mumayiz. Sedangkan skripsi ini terfokus pada

disparitas putusan Pengadilan tentang hak asuh anak pasca cerai.

3. Muhammad Martin (1112044100044/Peradilan Agama/Syariah

dan Hukum) Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Dalam Mengembalikan Hak-Hak Pada Anak-anak Terlantar.

Pada skripsi ini membahas mengenai, di dalam hukum positif dan

hukum Islam seorang anak berhak mendapatkan asuhan yang layak

dari orang tuanya, mendapat pendidikan yang baik, dan berhak

mendapat hidup yang layak dari orang tuanya. Beberapa faktor yang

menyebabkan anak seharusnya hidup dengan layak dan terpenuhi hak-

haknya, akan tetapi dalam faktanya hak-hak tersebut tidak didapatkan

oleh anak, dan anak hidup terlantar. Faktor tersebut adalah ekonomi,

masalah ekonomi masih menjadi penyebab tertinggi hilangnya hak-

hak anak sehingga anak hidup terlantar, perceraian orang tua yang

sibuk kerja, kasih sayang tidak didapat secara utuh dari orang tua.

Adapun peran KPAI dalam mengembalikan hak-hak anak terlantar

adalah dengan melimpahkannya kepada LPSA dan Panti Swasta untuk

dirawat agar mendapatkan hidup yang lebih layak dan dalam

memenuhi hak pendidikannya KPAI bekerja sama dengan Dinas

Pendidikan lalu untuk menjamin hak kesehatannya, KPAI bekerja

sama dengan pengawasan perlindungn anak khususnya anak terlantar,

masih belum optimalnya yang disebabkan keterbatasan kewenangan

yang tidak sebanding dengan ekspektasi kerja, sulitnya pembangunan

KPAD di setiap provinsi dan keterbatasan anggaran.

Dalam pembahasan skripsi Muhammad Martin membahas tentang

Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Dalam Mengembalikan

Hak-Hak Pada Anak-anak Terlantar. Sedangkan skripsi ini terfokus

pada disparitas putusan Pengadilan tentang hak asuh anak pasca cerai.

Page 20: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

10

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh penyusun untuk

menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah. Metode adalah proses

prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian

adalah pemeriksaan secara hati-hati tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk

merambah pengetahuan manusia. Jadi metode penelitian dapat diartikan sebagai

proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Dimana penelitian kualitatif adalah berpijak dari realita atas peristiwa

yang berlangsung di lapangan. Apa yang di hadapi dalam penelitian adalah sosial

kehidupan sehari-hari. Penelitian seperti berupaya memandang apa yang sedang

terjadi dalam dunia tersebut dan meletakkan temuan-temuan yang diperoleh di

dalamnya. Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh peneliti selama dilapangan

termasuk dalam suatu posisi yang berdasarkan kasus, yang mengarahkan

perhatian pada spesifikasi kasus-kasus tertentu.12

Sedangkan pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan hukum normatif.

2. Kriteria dan Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-

sumber penelitian berupa data primer dan data sekunder.13

Adapun sumber data

yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah: Pertama, putusan Pengadilan

Agama Tangerang Kota dengan perkara Nomor: 967/Pdt.G/2014/PA.Tng., dan

yang kedua putusan Nomor: 2539/Pdt.G/2016/PA.Tng., tentang hak asuh anak

12

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2001), cet. 3, h. 82. 13

Peter Muhammad Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2008), h. 141.

Page 21: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

11

pascacerai di Pengadilan Agama Tangerang Kota, yang akan digunakan oleh

penulis sebagai tinjauan terhadap analisis putusan tersebut dan buku-buku yang

akan membahas langsung mengenai hak asuh anak pascacerai.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan pustaka.14

Data ini terdiri atas buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini, baik yang ditulis

langsung oleh penulis maupun berupa analisis dari penulis lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya

dengan sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data

yang akan dianalisa sesuai dengan yang diharapkan. Dalam upaya mengumpulkan

data, metode yang dipergunakan sebagai berikut:

a. Studi Dokumenter

Studi dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data

dengan menggunakan sumber dokumen tertulis yang berhubungan

dengan masalah penelitian, misalnya dari sumber dokumen, buku, koran,

dan majalah.

b. Studi Pustaka

Dilakukan untuk mendapatkan data tentang teori-teori tentang hak

asuh anak pasca cerai dalam perspektif Undang-undang.

4. Pedoman Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini memiliki dasar acuan “Pedoman Penulisan

Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan

oleh UIN Jakarta Press tahun 2017.

5. Metode Analisis Data

Tahap terakhir dalam sebuah penelitian setelah dua kesimpulan adalah

analisis data. Tahapan tersebut dilakukan dengan menganalisis data yang telah

14

Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya

2005), cet. XXI, h. 6.

Page 22: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

12

terkumpul dengan tujuan memperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian.

Sedangkan kesimpulan ditarik dari metode induktif, yaitu dengan menghimpun

data dari konsep-konsep Al-Qur’an dan Hadist, serta ditunjang dalam perundang-

undangan yang diberlakukan dan Putusan tahun 2014 dan 2016 dari Pengadilan

Agama Tangerang Kota. Data yang terkumpul tersebut dianalisis dan ditarik

kesimpulannya sehingga dapat menjawab inti batasan dan rumusan masalah

penelitian.

F. Sistematika Penulisan

BAB I, Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

review studi, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II, Berkenaan dengan hak asuh anak pasca cerai perspektif hukum

Islam dan hukum positif serta pengasuhan anak akibat perceraian.

BAB III, Pada bab ini akan dipaparkan penjelasan secara terperinci

terkait dengan gambaran wilayah Pengadilan Agama Tangerang Kota, sekilas

tentang Pengadilan Agama Tangerang Kota, letak geografis, struktur organisasi

di Pengadilan Agama Tangerang Kota, yurisdiksi, dan kewenangan hukum.

BAB IV, Penjelasan pada bab ini yaitu menganalisis Putusan Pengadilan

Agama Tangerang Kota tentang perkara hak asuh anak yang berisi tentang

duduk perkara, pertimbangan hukum hakim, dan analisis penulis terhadap

Putusan Pengadilan Agama Tangerang Kota dengan Nomor Perkara:

967/Pdt.G/2014/PA.Tng., dan Nomor Perkara: 2539/Pdt.G/2016/PA.Tng.

BAB V, Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran dari

penelitian ini agar permasalahan hadhanah dapat dijelaskan dengan baik.

Page 23: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

13

BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG HAK ASUH ANAK

A. Hak Asuh Anak dalam Perspektif Hukum Islam

Secara sederhana hak asuh anak atau biasa disebut dengan Hadanah

mempunyai pengertian Ja’alahu Fi Hadhinihi menjadikannya dalam pelukan.

Dalam pengertian lain bahwa, Shana’ahu Fi Shadrihi menempatkannya di dada.

Dalam konteks Hadanah al-Thifl, Hadanah dapat diartikan dengan menjaga,

mengasuh, mendidik bayi atau anak kecil, sejak mulai lahir sampai tumbuh

dewasa, dapat menjaga, melindungi dirinya dari berbagai bahaya dan dapat hidup

secara mandiri.

Menurut Al-Shan’any, Hadanah adalah memelihara seorang anak yang

tidak bisa mandiri dan tidak bisa memelihara diri dari segala sesuatu yang dapat

merusak dan mendatangkan bahaya bagi dirinya.1 Sementara menurut Al-Sayyid

Sabiq, Hadanah mengandung arti melakukan pemeliharaan terhadap anak-anak

yang masih kecil, baik laki-laki maupun perempuan atau yang sudah besar tetapi

belum tamyiz, bisa menjaga dirinya dari sesuatu yang menyakitinya dan

merusaknya, bisa mendidik jasmani dan rohani serta akalnya yang mampu berdiri

sendiri menghadapi persoalan hidup dan memikul suatu tanggung jawabnya.2

Pemeliharaan anak juga mengandung arti sebuah tanggung jawab orang

tua untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencukupi

kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya, tanggung jawab

pemeliharaan berupa pengawasan dan pelayanan serta pencukupan nafkah

tersebut bersifat berkelanjutan sampai anak tersebut mencapai batas umur yang

legal sebagai mumayyiz yang telah mampu berdiri sendiri.3

1 Al-Shan’any, Subul al-Salam (bandung: darus sunah.2015), h.227.

2 Sayyid Sabiq, Fiqhi Al-Sunnah Terjemahan, Jilid 1 (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi,

1970), h.173. 3 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia

(Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.293.

Page 24: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

14

Faktor untuk kecakapan atau kepatutan untuk memelihara anaknya maka harus

ada syarat- syarat tertentu, yaitu4 :

1. Berakal sehat, disebabkan karena orang gila tidak boleh menangani dan

menyelenggarakan hadhanah.

2. Merdeka, sebab seorang budak kekuasaannya kurang terhadap anak dan

kepentingan terhadap anak lebih tercurahkan kepada tuannya.

3. Beragama Islam, karena masalah ini untuk kepentingan agama yang ia

yakini atau masalah perwalian yang mana Allah swt tidak mengizinkan

terhadap orang kafir.

4. Amanah.

5. Bermukim bersama anaknya, bila salah satu diantara mereka pergi maka

ayah lebih berhak karena untuk menjaga nasabnya.

6. Dewasa, karena anak kecil sekalipun mumayyiz tetapi ia butuh orang

lain untuk mengurusi dirinya.

7. Mampu mendidik, jika penyakit berat atau perilaku tercela maka

membahayakan jiwanya.5

Tugas dan kewajiban memelihara serta mengasuh anak itu pada dasarnya

merupakan tanggung jawab orang tua, ibu dan bapaknya. Tetapi apabila dalam

perkawinan itu terjadi syiqaq, dan bubar ditengah jalan, putus, terjadi perceraian,

cerai hidup, maka ibunya lebih berhak untuk mengasuh anak daripada bapaknya

selama tidak ada halangan (seperti gila). Pengasuhan dan pemeliharaan seperti itu

disebut dengan Hadanah. Selanjutnya, penggunaan istilah Hadanah itu dalam

sistem hukum di Indonesia menjadi istilah permanen yang digunakan bagi posisi

anak yang “disengketakan” pengurusannya di pengadilan akibat perceraian hidup

antara suami-isteri (ibu dengan ayahnya).

Pemeliharaan anak juga mengandung arti sebuah tanggung jawab orang

tua untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencukupi

4 Ibnu Qasim, Tausyih Ala Ibnu Qasim, Al-Hidayah, (Surabaya: Karya Toha Putra, 1998)

h. 234-235 5 Musthafa Kamal Pasha, Chalil, Wahardjani, Fikih Islam, Yogyakarta: Citra Karsa

Mandiri, 2002, h. 304

Page 25: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

15

kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya, tanggung jawab

pemeliharaan berupa pengawasan dan pelayanan serta pencukupan nafkah

tersebut bersifat berkelanjutan sampai anak tersebut mencapai batas umur yang

legal sebagai mumayyiz yang telah mampu berdiri sendiri.6

Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai masa hak asuh anak. Imam

Hanafi berpendapat masa asuhan adalah tujuh tahun untuk lelaki dan Sembilan

tahun untuk perempuan. Imam Hambali berpendapat masa asuh anak lelaki dan

perempuan adalah tujuh tahun dan setelah itu diberi hak memilih dengan siapa ia

akan tinggal7. Menurut Imam Syafi’I berpendapat bahwa batas mumayyiz anak

adalah jika anak itu sudah berumur tujuh atau delapan tahun. Sedangkan Imam

Malik memberikan batas usia anak mumayyiz adalah 7 tahun. Berdasarkan dari

ayat-ayat Al-Qur’an seperti yang terdapat di dalam QS. Lukman: 31 ayat 12-19,

setidaknya ada delapan nilai-nilai pendidikan yang harus diajarkan orang tua

kepada anaknya seperti berikut ini :

1. Agar senantiasa mensyukuri nikmat Allah SWT.

2. Tidak mensyariatkan Allah dengan sesuatu yang lain.

3. Berbuat baik kepada orang tua, sebagai bukti kesyukuran anak.

4. Memperlakukan orang tua secara baik-baik (ma’ruf).

5. Setiap perbuatan apapun akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

6. Menaati perintah dari Allah SWT seperti shalat, amar ma’ruf dan nahi

munkar, serta sabar dalam menghadapi cobaan.

7. Tidak sombong dan angkuh.

8. Sederhana dalam bersikap dan bertutur kata.

Kompilasi Hukum Islam Pasal 105 (a) menyebutkan bahwa batas

mumayyiz seorang anak adalah berumur 12 tahun.8 Sedangkan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa anak dikatakan

6 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia

(Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 293. 7 http://dunia-dalamkata.blogspot.com/2010/06/pemeliharaan-anak-hadhonah.

Di posting oleh dunia dalam kata di 18.59 html (21April 2018) 8 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,

2007), h. 138.

Page 26: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

16

mumayyiz jika sudah berusia 18 tahun atau telah melangsungkan pernikahan.9

Dasar hukum hak asuh anak dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Menurut Al-Qur’an dan Hadis

Dasar hukum melakukan Hadanah adalah wajib, karena pada prinsipnya

dalam Islam bahwa anak-anak mempunyai hak untuk dilindungi, baik atau

keselamatan akidah maupun dirinya dari hal-hal yang menjerumuskan mereka ke

dalam neraka. Adapun yang menjadi dasar hukum disyariatkannya Hadanah

antara lain dalam firman Allah SWT Q.S. At–Tahrim ayat 6 yang berbunyi

sebagai berikut :

ال قدا الىاس لكم وارا أ ا ملئكت غلظ شداد ا أا الذه آمىا قا أوفسكم حجارة عل( ( ٦ التحزم فعلن ما ؤمزن ما أمزم عصن ل للا

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat

malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan”.(Q.S. At-Tahrim:6)

Umar bin Syu’aib meriwayatkan dari ayahnya, bahwa : Seorang

perempuan datang kepada Rasulullah saw, seraya berkata: “Ya Rasulullah, anak

ini telahku kandung di rahimku telah kususui dengan air susuku, telah bernafas

dikamarku, Ayahnya (suamiku) menceraiku dan menghendaki anak ini dariku”.

9 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

Pasal 47.

Page 27: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

17

Rasulullah bersabda kepadanya :

عىما; أن امزأة قالت ا رسل للا إن ابى ذا للا رض 10عه عبد للا به عمز

اء, حجزي ل ح ثد ل سقاء, عاء, أراد أن ه كان بطى ل , إن أباي طلقى

اي صلى للا عل سلم أ وت أحق ب, ما لم تىكح ر تىزع مى فقال لا رسل للا

د أب دا أحمد, Artinya:

“Dari Abdullah Ibnu Amar bahwa ada seorang perempuan berkata: Wahai Rasulullah,

sesungguhnya anakku ini perutkulah yang mengandungnya, susuku yang memberinya

minum, dan pangkuanku yang melindunginya. Namun ayahnya yang menceraikanku

ingin merebutnya dariku. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda

kepadanya: "Engkau lebih berhak terhadapnya selama engkau belum nikah." Riwayat

Ahmad dan Abu Dawud.”

Kalau ada anak yang sudah mumayyiz (bisa membedakan antara yang

benar maupun salah), ia bebas memilih ikut ayah atau ibunya. Sebab keduanya

mempunyai hak untuk memelihara dan anak mempunyai hak untuk memilih.11

B. Hak Asuh Anak Menurut Hukum Positif

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Pemeliharaan anak pada dasarnya merupakan tanggung jawab kedua orang

tuanya, yang meliputi hal masalah pendidikan, ekonomi, kasih sayang kedua

orang tuanya dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak. Oleh

karena itu yang terpenting antara suami dan istri yang terpenting dalam

memelihara anak ialah kerja sama, saling mendukung dan saling tolong menolong

antara suami dan istri sampai anak tersebut tumbuh menjadi dewasa. Akan tetapi,

Faktanya dalam UU Perkawinan sampai saat ini belum mengatur secara khusus

tentang penguasaan anak bahkan di dalam PP Nomor 9 Tahun 1975 secara luas

dan rinci. Sehingga pada waktu itu sebelum tahun 1989, para hakim masih

10

Hasan, Irwaa-ul Ghaliil (no.2187), Sunan Abi Dawud (VI/371, no. 2259). 11

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana ( Cet.. VIII; Jakarta: Sinar Grafika,2014), h. 24-25

Page 28: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

18

menggunakan kitab-kitab fiqhi. Barulah setelah diberlakukannya UU No. 7 tahun

1989 tentang Peradilan Agama dan Inpres No. 1 Tahun 1999 tentang

penyebarluasan KHI, masalah Hadanah menjadi hukum positif di Indonesia dan

Peradilan Agama diberi wewenang untuk memeriksa dan

menyelesaikannya.12

Kendati demikian, secara global sebenarnya UU Perkawinan

telah memberi aturan pemeliharaan anak tersebut yang dirangkai dengan akibat

putusnya sebuah perkawinan. Di dalam pasal 41 dinyatakan:

Apabila perkawinan putus karena perceraian, maka akibat itu adalah:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik

anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada

perselisihan mengenai pengasuhan anak Pengadilan memberikan

keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semuanya biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam

kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan

dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagian

bekas istri.

Menyangkut kewajiban orang tua terhadap anak dimuat di dalam Bab X mulai

pasal 45-49. Di dalam pasal 45 dinyatakan :

(1) Kedua orang Tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka

sebaik-baiknya.

(2) Kewajiban orang tua yang yang dimaksud di dalam ayat (1) pasal ini

berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana

berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Pasal 46

(1) Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka

yang baik.

12

Abdul Mannan, “Problematika Hadhanah dan Hubungannya dengan Praktik Hukum

Acara Di Peradilan Agama, dalam Mimbar Hukum No. 49 THN IX 2000, h. 69.

Page 29: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

19

(2) Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya,

orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu

memerlukan bantuannya.

Pasal 47

(1) Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum

pernah melangsungkan perkawinan, kecuali apabila ada kepentingan anak

itu menghendakinya.

(2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum

di dalam dan di luar Pengadilan.

Pasal 48

Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau

menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum

berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan

perkawinan, kecuali apabila ada kepentingan anak itu menghendakinya.

Pasal 49

(1) Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap

seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang

tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung

yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang dengan keputusan

Pengadilan dalam hal-hal:

1. Ia sangat melalaikannya terhadap anaknya.

2. Ia berkelakuan buruk sekali.

(2) Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih tetap

berkewajiban untuk memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut.

Pasal-pasal di atas, jelas menyatakan kepentingan anak tetap di atas

segala-segalanya. Terjemahnya semangat UUP sebenarnya sangat berpihak

kepada kepentingan dan masa depan anak. Hanya saja UUP hanya menyentuh

aspek tanggung jawab pemeliharaan yang masih bersifat material saja dan kurang

Page 30: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

20

memberi penekanan pada aspek pengasuhan non materialnya.13

Semangat

pengasuhan material dan non material inilah yang akan dipertegas oleh KHI.

Undang-Undang Perlindungan anak No. 23 Tahun 2002 jo. No. 35 Tahun

2014 Dan Convention on the Right of the Child (CRC) Tahun 1989 Dalam UU

No. 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak jo. UU No. 35 tahun 2014 ternyata

pada prinsipnya sama dengan yang diajarkan dari keteladanan Nabi Muhammad

saw, dan ajaran Islam memiliki kesamaan dan persamaan dengan prinsip-prinsip

dasar yang ada dalam CRC atau bisa disebut dengan Konvensi Hak Anak.

Undang-undang perlindungan Anak juga terinspirasi adanya CRC (Convention on

the Right of the Child) yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-

bangsa pada tanggal 20 November 1989, telah disebutkan bahwa ada empat

prinsip dasar di dalam CRC yaitu : non discrimination, the best interest of child,

right of survival, develop and participation.14

Dalam perlindungan Konvensi Hak Anak juga mengatakan kedua orang

tua bertanggung jawab untuk menjamin perlindungan bagi anak dan

pengembangan pertumbuhan bagi anaknya. Hal ini tercantum dalam pasal 27 ayat

2 yang menyatakan bahwa:

“Orang tua atau mereka yang bertanggung jawab atas anak memikul

tanggung jawab utama untuk menjamin, dalam batas-batas kemampuan dan

keuangan mereka, kondisi kehidupan yang diperlukan bagi pengembangan

anak.”15

Sehingga pengasuhan anak menjadi dasar hukum yang wajib dilakukan

bagi orang tuanya untuk mengasuh, merawat dan mendidik anak-anaknya,

sebagaimana yang telah disebutkan di dalam pasal 26 Undang-undang

Perlindungan Anak bahwa:

(1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :

a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;

13

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Cet.I;

Jakarta: Kencana, 2004), h. 301. 14

http://pih.kemlu.go.id/files/UUNo23tahun2003PERLINDUNGANANAK(diakses10juni

2018)

15

Pasal 27 ayat (2) Undang-undang RI No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

Page 31: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

21

b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat

dan minatnya.

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

d. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti

pada anak.

(2) Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau

karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung

jawabnya, sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), maka hal ini dapat

beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian apabila kedua

orang tua telah bercerai maka pengasuhan dan pemeliharaan anak tetap

merupakan kewajiban dan tanggung jawab bagi orang tua, walaupun dari

salah satu kedua orang tuanya memiliki hak asuh anak. Akan tetapi dalam

pengasuhan dan pemeliharaan anak merupakan hak anak-anaknya lah yang

lebih diutamakan demi untuk kemaslahatan anak ke depannya. Hal ini

tercantum dalam pasal 14 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 jo. No.35

tahun 2014 tentang perlindungan anak yang menyatakan :

(1) Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali

jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa

pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan

pertimbangan terakhir.

(2) Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

anak tetap berhak:

a. Bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua

orang tuanya.

b.Mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, perlindungan dan pendidikan

untuk proses tumbuh kembang dari kedua orang tuanya; dan

c. Memperoleh hak anak lainnya;

Dari pasal di atas, hal tersebut sejalan dengan Konvensi Hak Anak (KHA)

sebagaimana penjelasan pada pasal 9 yang menyatakan bahwa pada dasarnya

seorang anak berhak untuk hidup bersama orang tuanya, kecuali kalau hal ini

Page 32: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

22

dianggap tidak sesuai dengan kepentingan terbaiknya. Hak anak adalah bagian

integral dari hak asasi manusia, dan Konvensi Hak Anak merupakan bagian

integral dari instrumen internasional di bidang HAM.16

Hak anak untuk

mempertahankan hubungan dengan orang tuanya jika terpisah dari salah satu atau

keduanya, maka kewajiban Negara dalam kasus dimana pemisahan seperti itu

terjadi akibat tindakan Negara. Namun dalam hal ini Negara juga berwenang atas

pemisahan anak dari orang tuanya sesuai dengan keputusan pengadilan. Oleh

karena itu dari ketentuan hukum mengenai perlindungan anak bahwa prinsipnya

yaitu pada asas kepentingan terbaik bagi anak yang harus dijadikan pertimbangan

utama, sebagaimana termaktub dalam KHA (Konvensi Hak Anak) Pasal 3 Ayat 1

yang berbunyi:

“Dalam semua tindakan yang menyangkut anak-anak, baik yang dilakukan oleh

pemerintah atau oleh swasta, pengadilan, penguasa-penguasa pemerintahan atau

badan-badan legislative, kepentingan terbaik dari anak-anak harus menjadi

pertimbangan utama.

2. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pengertian Hadanah juga

telah dirumuskan di dalam pasal 1 huruf (g) bahwa yang dimaksud dengan

pemeliharaan dan mendidik anak hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri.17

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) ini, Hadanah (pemeliharaan) anak

dipegang oleh ibu yang telah diceraikan oleh suaminya. Akan tetapi, kalau sang

istri sudah menikah lagi dengan laki-laki lain maka gugurlah hak pemeliharaan

anak dari si ibu tadi.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada pasal 105 (a) yang mengatur tentang

hak asuh anak berbunyi sebagai berikut:

Pasal 105 :

Dalam hal terjadinya perceraian :

16

https://seputarfarid.wordpress.com/2015/03/15/konvensi-hak-anak-pengalaman-di-

indonesia/ (diakses pada tanggal 10 Juni 2018) 17

Daud Ali, Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional (Ciputat:

Logos,1999), h. 139.

Page 33: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

23

a. Pemeliharaan anak yang ghairu mumayyiz atau belum berumur 12

tahun, adalah hak ibunya;

b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk

memilih diantara ayah dan ibunya sebagai hak pemeliharaan anak;

c. Biaya pemeliharaan anak ditanggung ayahnya.18

C. Pengasuhan Anak Akibat Perceraian

Pemeliharaan dan Pengasuhan anak adalah tugas dan kewajiban kedua

orang tua, karena anak yang masih kecil (ghair mumayyiz) sangat memerlukan

pengasuhan, bimbingan, dan pendidikan dari kedua orang tuanya. Menurut Sayyid

Sabiq, Hadanah adalah melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil,

laki-laki maupun perempuan atau yang sudah besar tetapi belum tamyiz, bisa

menjaga dirinya dari sesuatu yang menyakitinya dan merusaknya, bisa mendidik

jasmani dan rohani serta akalnya yang mampu berdiri sendiri menghadapi

persoalan hidup dan memikul suatu tanggung jawabnya.19

Menurut Rahmat

Hakim, Hadanah bermakna memelihara anak-anak yang masih kecil, baik laki-

laki maupun perempuan, atau menjaga kepentingannya karena belum dapat berdiri

sendiri, serta melindungi diri dari segala yang membahayakan dirinya sesuai

dengan kadar kemampuannya.

Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku selama

ayah dan ibu masih terikat tali pernikahan, tetapi berlanjut sejak terjadinya

perceraian. Apabila terjadi perceraian antara suami dengan isteri, sementara

mereka mempunyai anak yang masih kecil, maka ibu lebih berhak daripada ayah

untuk mengasuh anak tersebut, selama tidak terdapat halangan. Prioritas

pemberian hak asuh kepada ibu, karena ibu yang menyusui dan lebih dari sekedar

cakap untuk mengasuh dan merawatnya. Sosok ibu akan lebih sabar dan memiliki

kemampuan melakukan hal-hal seperti itu. Selain itu pada hakikatnya ibu

mempunyai banyak waktu dan kesempatan, sedangkan bapak tidak demikian.

Mengingat alasan-alasan itulah, ibu didahulukan daripada bapak dalam mengasuh

18

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h.138.

19 Al-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 173.

Page 34: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

24

dan merawat anak. Hal itu sejalan dengan kandungan hadis riwayat Abu Daud

dari Abdullah bin Umar, yang terjemahannya sebagai berikut:

”Telah menceritakan kepada kami Rauh dan telah menceritakan pula

kepada kami Ibnu Juraij dari „Amru bin Syuaib dari bapaknya dari Abdullah bin

„Amru, dia berkata: bahwa ada seorang wanita datang kepada Nabi Shallallahu

„Alaihi Wasallam, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya anakku ini,

dulu perutku adalah tempat baginya, pangkuanku adalah rumah baginya, dan

payudaraku adalah tempat minum baginya, tapi bapaknya ingin merebutnya

dariku?” Beliau menjawab: “Kamu lebih berhak atasnya (anakmu) selama kamu

belum menikah (lagi).” (HR. Ahmad dari Abdullah ibnu Umar) Kandungan

hukum yang terdapat dalam hadis tersebut menggambarkan bahwa seorang ibu

lebih berhak dari pada bapak dalam hal mengasuh anak, apabila bapak

berkehendak mencabut hak pengasuhan dari tangan ibunya.

Dalam riwayat hadis diatas, wanita itu telah mengemukakan berbagai

alasan yang menyebabkan ibu lebih berhak daripada bapak: “Dulu perut sang ibu

adalah tempat bagi anaknya, pangkuan sang ibu adalah rumah bagi anaknya, dan

payudara sang ibu adalah tempat minum bagi anaknya”. Hal itu disahuti dan

dibenarkan oleh Nabi Muhammad saw. Mengenai kewenangan Hadanah ibu yang

disebut lebih kuat daripada bapaknya itu, di kalangan para ulama pun tidak terjadi

silang pendapat. Demikian pula di level sahabat, dan itu ditunjukkan dengan telah

dipraktikkannya hal tersebut oleh Abu Bakar Ash Shidiq dan Umar Ibn Khattab.

Menurut kalangan jumhur ulama, apabila ibu dari anak yang bersangkutan itu

telah nikah lagi dengan laki-laki lain, maka gugurlah hak Hadanah bagi ibunya.

Pendapat jumhur fuqaha tersebut berbanding tidak lurus dengan pendapat

Al-Hasan dan Ibnu Hazm. Mereka berpendapat, bahwa hak Hadanah tidak jatuh

dari seorang ibu walaupun sudah kawin dengan laki-laki lain. Salah satu yang

menjadi alasannya adalah suatu riwayat yang menceritakan bahwa Anas bin Malik

diasuh oleh ibunya, walaupun ia sudah kawin.

Demikian pula Ummi Salamah memelihara anak laki-lakinya setelah ia

kawin dengan Rasulullah saw., dan anak perempuan Hamzah diasuh oleh saudara

Page 35: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

25

dari ibunya, sedangkan ia sudah kawin,berdasarkan keputusan yang ditetapkan

oleh Rasulullah saw.20

Dalam Pasal 41 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa

akibat putusnya perkawinan yang disebabkan perceraian ialah :

1. Posisi ibu atau bapak tetap memiliki kewajiban untuk memelihara dan

mendidik anak-anaknya. Hal itu semata-mata ddidasarkan atas

kepentingan anak, apabila di antara keduanya terjadi sengketa mengenai

penguasaan dan pengasuhan anak.

2. Pada dasarnya seorang bapak lah yang bertanggung jawab atas semua

biaya pemeliharaan dan pendidikan anak. Apabila dalam praktiknya

bapak tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka pengadilan dapat

memutuskan seorang ibu untuk ikut memikul biaya tersebut.

3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas

isteri.21

20

Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam: Setiap Ada Pintu Masuk Tentu Ada

Jalan Keluar (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994), h. 216. 21

Pasal 41 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

Page 36: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

26

BAB III

PROFIL PENGADILAN AGAMA TANGERANG KOTA

A. Sejarah Singkat

Di wilayah Nusantara, sebelum pemerintahan kolonial Belanda terdapat

empat macam lembaga Pengadilan, Pengadilan Pradata, Padu, Adat dan Peradilan

Serambi. Pengadilan Pradata merupakan Pengadilan Kerajaan yang menangani

kasus-kasus tindak pidana dan kasus-kasus makar yang ditangani oleh Raja secara

langsung. Sedangkan Pengadilan Padu ditangani oleh pejabat yang ditunjuk oleh

Raja menangani kasus-kasus perdata dan pidana ringan. Pengadilan Adat

menangani yang berhubungan dengan sengketa masyarakat adat ditangani oleh

Kepala Adat kebanyakan terdapat di wilayah Indonesia diluar Pulau Jawa.

Pengadilan Serambi, pada masa Sultan Agung memerintah kerajaan Mataram,

menggantikan pengadilan Pradata yang kewenangannya meliputi kasus pidana

dan perdata. Kekuasaan Pengadilan serambi dijabat oleh Raja, akan tetapi dalam

prakteknya ditangani oleh para Penghulu yang diangkat oleh Raja. Pada awal

pemerintahan Kolonial Belanda, keberadaan Pengadilan Agama masih tetap

dipertahankan. Bahkan keberadaanya diakui dalam Staats Blaad 1882 Nomor 152

tanggal 19 Januari 1882 untuk Pengadilan Agama di wilayah Jawa dan Madura

dan dalam Staatsblaad 1937 Nomor 638 untuk Pengadilan Agama diwilayah

Kalimantan Selatan dan Timur, meliputi perkawinan, perceraian, waris dan wakaf.

Pengadilan Agama Tangerang dibentuk berdasarkan Staatsblad 1882

Nomor 152 tentang Pembentukan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura tanggal

18 Januari dengan nama Raad Agama / Penghulu Landraad.1

Pengadilan Agama Tangerang bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan II,

Komplek Perkantoran Cikokol Kota Tangerang. Berdasarkan Keputusan Ketua

Mahkamah Agung Nomor: 37/KMA/SK/II/2017 tanggal 9 Februari 2017 tentang

Peningkatan Kelas Pada Dua Puluh Sembilan Pengadilan Agama Kelas I.B dan

Dua Puluh Satu Pengadilan Agama Kelas I.B menjadi Kelas I.A., status kelas

1http://www.patangerangkota.go.id/v3/2.SEKRETARIAT/sub.pegawai/profil/ProfilPAtan

geranguploadwebsite2018.pdf (diakses 11 juni 2018)

Page 37: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

27

Pengadilan Agama Tangerang yang semula Kelas I.B meningkat menjadi Kelas

I.A. Kapasitas perkara yang ditangani setiap tahun cenderung meningkat. Tahun

2017, perkara yang ditangani Pengadilan Agama Tangerang sebanyak 2.817

perkara. Kantor Pengadilan Agama Tangerang dibangun di atas tanah

seluas+2.020 m2 dengan status tanah hak pakai berdasarkan sertifikat yang

diterbitkan Badan Pertanahan Nasional Tangerang Nomor 28 dan 29 tanggal 21

September 1984 dan telah dibalik nama atas nama Pemerintah Republik Indonesia

Cq Mahkamah Agung RI. Adapun luas gedung Pengadilan Agama Tangerang

seluas+1858m2 dua lantai yang telah dibangun pada tahun 2009.

B. Letak Geografis

Alamat kantor Pengadilan Agama Tangerang Kota berada di Jl. Perintis

Kemerdekaan II Rt.07/03, Kel. Babakan Kec. Tangerang, Kota Tangerang.

Telp. (021) 552 4565 Fax. (021) 553 8573.

Wilayah Administratif daerah tingkat II kota Tangerang dilokasi sangat

strategis letak geografisnya, terutama pengembangan ekonomi wilayah dan

penduduknya secara umum. Letak geografis kota Tangerang terletak antara 66’

Lintang selatan sampai dengan 6.13’ Lintang Utara dan 106.36’ Bujur Timur

sampai dengan 106.42’ Bujur Timur. Batas wilayah :

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga dan

Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

2. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Curug Kecamatan

Serpong dan Kecamatan Pondok Aren Kabupaten Tangerang

3. Sebelah Timur Berbatasan dengan DKI Jakarta

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten

Tangerang

Page 38: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

28

C. Yurisdiksi

Wilayah hukum/Yurisdiksi Pengadilan Agama Tangerang meliputi seluruh

wilayah Daerah Tingkat II Kota Tangerang yang terdiri dari 13 (tiga belas)

kecamatan dan 104 (seratus empat) kelurahan.2 Yaitu:

1. Kecamatan Batuceper

a. Kelurahan Poris Gaga

b. Kelurahan Batu Jaya

c. Kelurahan Batu Sari

d. Kelurahan Batuceper

e. Kelurahan Poris Gaga Baru

f. Kelurahan Kebon Besar

g. Kelurahan Poris Jaya

2. Kecamatan Cibodas

a. Kelurahan Cibodasari

b. Kelurahan Cibodas

c. Kelurahan Cibodas Baru

d. Kelurahan Panunggangan Barat

e. Kelurahan Uwung Jaya

f. Kelurahan Jatiuwung

3. Kecamatan Ciledug

a. Kelurahan Peninggilan

b. Kelurahan Sudimara Timur

c. Kelurahan Sudimara Barat

d. Kelurahan Parung Serab

e. Kelurahan Sudimara Jaya

f. Kelurahan Peninggilan Utara

g. Kelurahan Tajur

2 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kota Tangerang 2015,(Arsip Pengadilan Agama

Kota Tangerang), h.1

Page 39: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

29

h. Kelurahan Sudimara Selatan

4. Kecamatan Larangan

a. Kelurahan Gaga

b. Kelurahan Larangan Utara

c. Kelurahan Larangan Selatan

d. Kelurahan Larangan Indah

e. Kelurahan Cipadu

f. Kelurahan Kreo

g. Kelurahan Kreo Selatan

h. Kelurahan Cipadu Jaya

5. Kecamatan Cipondoh

a. Kelurahan Gondrong

b. Kelurahan Cipondoh Indah

c. Kelurahan Petir

d. Kelurahan Poris Pelawad Indah

e. Kelurahan Cipondoh

f. Kelurahan Poris Pelawad

g. Kelurahan Cipondoh Makmur

h. Kelurahan Kenanga

i. Kelurahan Ketapang

j. Kelurahan Poris Pelawad Utara

6. Kecamatan Tangerang

a. Kelurahan Tanah Tinggi

b. Kelurahan Suka Asin

c. Kelurahan Buaran Indah

d. Kelurahan Sukarasa

e. Kelurahan Babakan

f. Kelurahan Cikokol

g. Kelurahan Sukasari

h. Kelurahan Kelapa Indah

Page 40: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

30

7. Kecamatan Jatiuwung

a. Kelurahan Keroncong

b. Kelurahan Jatake

c. Kelurahan Pasir Jaya

d. Kelurahan Gandasari

e. Kelurahan Alam Jaya

f. Kelurahan Manis Jaya

8. Kecamatan Periuk

a. Kelurahan Gembor

b. Kelurahan Gebang Raya

c. Kelurahan Sangiang Jaya

d. Kelurahan Periuk

e. Kelurahan Periuk Jaya

9. Kecamatan Karang Tengah

a. Kelurahan Pondok Pucung

b. Kelurahan Parung Jaya

c. Kelurahan Karang Tengah

d. Kelurahan Karang Timur

e. Kelurahan Pondok Bahar

f. Kelurahan Padurenan

g. Kelurahan Karang Mulia

10. Kecamatan Neglasari

a. Kelurahan Kedaung Wetan

b. Kelurahan Karang Anyar

c. Kelurahan Neglasari

d. Kelurahan Karangsari

e. Kelurahan Selapajang Jaya

f. Kelurahan Kedaung Baru

g. Kelurahan Mekarsari

Page 41: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

31

11. Kecamatan Karawaci

a. Kelurahan Karawaci Baru

b. Kelurahan Bojong Jaya

c. Kelurahan Nusa Jaya

d. Kelurahan Cimone

e. Kelurahan Cimone Jaya

f. Kelurahan Pabuaran

g. Kelurahan Sumur Pacing

h. Kelurahan Bugel

i. Kelurahan Marga Sari

j. Kelurahan Sukajadi

k. Kelurahan Gerendeng

l. Kelurahan Pasar Baru

m. Kelurahan Koang Jaya

n. Kelurahan Pabuaran Tumpeng

o. Kelurahan Karawaci

p. Kelurahan Nambo jaya

12. Kecamatan Pinang

a. Kelurahan Panunggangan Utara

b. Kelurahan Sudimara Pinang

c. Kelurahan Pinang

d. Kelurahan Nerogtog

e. Kelurahan Panunggangan Timur

f. Kelurahan Kunciran

g. Kelurahan Kunciran Indah

h. Kelurahan Kunciran Jaya

i. Kelurahan Cipete

j. Kelurahan Pakojan

k. Kelurahan Panunggangan

13. Kecamatan Benda

a. Kelurahan Benda

Page 42: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

32

b. Kelurahan Jurumudi

c. Kelurahan Jurumudi Baru

d. Kelurahan Belendung

e. Kelurahan Pajang

D. Kewenangan Hukum

Tugas pokok Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan

Kehakiman ialah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap

perkara yang diajukan kepadanya (pasal 2 ayat 1 UU No.14 1970 tentang

ketentuan pokok kekuasaan kehakiman), termasuk didalamnya menyelesaikan

perkara Voluntair (penjelasan pasal 2 ayat 1 tersebut). Berdasarkan ketentuan

undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama, khususnya pasal 1,2,49 dan

penjelasan umum angka 2, serta peraturan perundang-undangan lain yang berlaku,

antara lain: Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan, PP No.28

Tahun 1977 Tentang perwakafan tanah milik, Inpres No.1 Tahun 1991 Tentang

Kompilasi Hukum Islam, Permenag No. 2 Tahun 1987 yang diubah dengan

Permenag No. 3 Tahun 2005 Tentang Wali Hakim.3

Berdasarkan Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

menyebutkan bahwa yang menjadi kewenangan absolute Pengadilan Agama

adalah: menerima, memeriksa, mengadili dan memutus serta menyelesaikan

perkara antara orang-orang yang beragama Islam dalam bidang:

1. Perkawinan

Dalam bidang perkawinan meliputi hal-hal yang diatur dalam atau

berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan

menurut syari’ah, antara lain:

a. Izin beristeri lebih dari seorang;

3 A. Mukti Arto, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,1996),h.1.

Page 43: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

33

b. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua

puluh satu) tahun dalam hal orang tua atau wali atau keluarga dalam garis

lurus ada perbedaan pendapat;

c. Dispensasi kawin;4

d, Pencegahan perkawinan;

e. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;

f. Pembatalan perkawinan;

g. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri;

h. Perceraian karena talak;

i. Gugatan perceraian;

j. Penyelesian harta bersama;

k. Penguasaan anak-anak;

l. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan bilamana bapak

yang seharusnya bertangung jawab tidak memenuhinya;

m. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada

bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;

n. Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak;

o. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;

p. Pencabutan kekuasaan wali;

q. Penunjukkan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal

kekuasaan seorang wali dicabut;

r. Menunjuk seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup

umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya

padahal tidak ada penunjukkan wali oleh orang tuanya;

s. Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap wali yang telah

menyebabkan kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah

kekuasaannya;

t. Penetapan asal usul seorang anak;

4 http://www.pa-tangerangkota.go.id/v3/index.php/tentang-pengadilan/tupoksi-pengadilan

(diakses pada tanggal 8 Juli 2018 – 11:39 PM)

Page 44: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

34

u. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan

perkawinan campuran;

v. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan

menurut peraturan yang lain.

2. Waris

Hukum kewarisan sering dikenal dengan istilah faraidh. Hal ini karena

dalam Islam, bagian-bagian warisan yang menjadi hak ahli waris telah ditentukan

dalam Al Qur’an. Yang dimaksud dengan “waris” adalah penentuan siapa yang

menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian

masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan

tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang

penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli

waris.5

3. Wasiat

Yang dimaksud dengan “wasiat” adalah perbuatan seseorang memberikan

suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang

berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.

4. Hibah

Yang dimaksud dengan “hibah” adalah pemberian suatu benda secara

sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain

atau badan hukum untuk dimiliki.

5. Wakaf

Yang dimaksud dengan “wakaf’ adalah perbuatan seseorang atau

sekelompok orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu

5Hukum Islam di Indonesia, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta,1995, hal.355.)

Page 45: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

35

tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau

kesejahteraan umum menurut syari’ah.

6. Zakat

Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara

etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa) dan berkah (al-

barakatu). Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai arti mengeluarkan

sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok

tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula.6

7. Infaq

Yang dimaksud dengan “infaq” adalah perbuatan seseorang memberikan

sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan,

minuman, mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau menafkahkan sesuatu

kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu Wata’ala.

8. Shodaqoh

Adapun Shodaqoh merupakan pemberian suatu benda oleh seseorang

kepada orang lain karena mengharapkan keridhaan dan pahala dari Allah. Dan

tidak mengharapkan suatu imbalan jasa atau penggantian. Atau dapat pula

diartikan memberikan sesuatu dengan maksud untuk mendapatan pahala.7

9. Ekonomi Syari’ah

Yang dimaksud dengan “ekonomi syari’ah” adalah perbuatan atau

kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antara lain meliputi :

a. Bank syari’ah;

b. Lembaga keuangan mikro syari’ah;

6 Zakat & Empowering Jurnal Pemikiran dan Gagasan – Vol II 2009

https://www.researchgate.net/profile/Irfan_Beik/publication/281207037_Analisis_Peran_Zakat_da

lam_Mengurangi_Kemiskinan_Studi_Kasus_Dompet_Dhuafa_Republika/links/55db325508aed6a

199ac553e/Analisis-Peran-Zakat-dalam-Mengurangi-Kemiskinan-Studi-Kasus-Dompet-Dhuafa-

Republika.pdf

7 Zuhdi, Studi Hukum Islam Jilid 3 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993) h. 82.

Page 46: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

36

c. Asuransi;

d. Syari’ah;

e. Reksadana syari’ah;

f. Obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah;

g. Sekuritas syari’ah;

h. Pembiayaan syari’ah;

i. Pegadaian syari’ah;

j. Dana pensiun lembaga keuangan syari’ah;

k. Bisnis syari’ah.

Kewenangan Pengadilan Agama meliputi:

1. Kewenangan Mutlak (Absolute Competensi) yaitu kewenangan yang

menyangkut kekuasaan mutlak untuk mengadili suatu perkara, artinya

perkara tersebut hanya bisa diperiksa dan diadili oleh Pengadilan Agama.

Dalam istilah lain disebut “Atribut Van Rechsmacht”.

2. Kewenangan Relatif (Relative Competensi) yaitu kewenangan mengadili

suatu perkara yang menyangkut wilayah/daerah hukum (yurisdiksi), hal ini

dikaitkan dengan tempat tinggal pihak-pihak berperkara. Ketentuan umum

menentukan gugatan diajukan kepada pengadilan yang mewilayahi tempat

tinggal tergugat (Pasal 120 ayat (1) HIR/Pasal 142 ayat (1) RBg. Dalam

Perkara perceraian gugatan diajukan ke pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat tinggal isteri (Pasal 66 ayat (2) dan Pasal 73 ayat (1)

Undang-undang Nomor 7 tahun 1989). Dalam istilah lain kewenangan

relatif ini disebut “Distribute van Rechtsmacht”. Maka

persoalan/problematik dari kompetensi absolut dari suatu peradilan

ditentukan oleh siapa pencari keadilannya dan atau apa jenis

perkaranya.8

8 https://journal.ugm.ac.id/jmh/article/viewFile/16262/10808 (diakses pada tanggal 8 Juli

2018-11:20 PM

Page 47: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

37

Sedangkan yang merupakan kompetensi absolut Peradilan Agama adalah

terdapat pada pasal 49, yang berbunyi ayat (I) Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat

pertama antara orang yang beragama Islam dibidang: Perkawinan, kewarisan,

wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, wakaf dan Shadaqah.

Pada ayat (2) bidang perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf

a ialah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai

perkawinan yang berlaku. Kemudian pada ayat (3) Bidang kewarisan.

Sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf b ialah penentuan siapa-siapa

yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan

bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta

peninggalan tersebut.9

Begitu pula tugas Pengadilan Agama Tangerang Kota adalah menerima,

memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara tertentu diantara orang

Islam atau yang mewujudkan diri dengan hukum islam berupa: Perkawinan,

waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqoh dan ekonomi Syari’ah.10

Selain dari kewenangan dan tugas pokok diatas, dalam pasal 52A Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2006 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama

memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun

Hijriyah”.

Pengadilan Agama selain diberikan tugas dan kewenangan sebagaimana tersebut

di atas, juga memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan atas pelaksanaan

tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, dan seluruh jajarannya

(vide : Pasal 53 ayat Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang-

9 Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, cet. Ke-9, (Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada, 2002), h. 28.

10 Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, Tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, h.34-36.

Page 48: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

38

Undang No. 3 Tahun 2006); Serta terhadap pelaksanaan administrasi

umum. (vide : Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman). Pengawasan tersebut dilakukan secara berkala oleh Hakim

Pengawas Bidang ;

2. Fungsi Pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan dan

petunjuk kepada jajarannya, baik yang menyangkut tugas teknis yustisial,

administrasi peradilan maupun administrasi umum. (vide : Pasal 53 ayat

(3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang dirubah Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua Undang-undang Nomor 50

Tahun 2009) ;

3. Fungsi Administratif, yaitu memberikan pelayanan administrasi

kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi,

perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi

peradilan lainnya. Dan memberikan pelayanan administrasi umum kepada

semua unsur di lingkungan Pengadilan Agama (Bidang Kepegawaian,

Bidang Keuangan dan Bidang Umum);

4. Fungsi Nasehat, yaitu memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat

tentang hukum Islam pada instansi pemerintah di wilayah hukumnya,

apabila diminta sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dengan perubahan kedua

yaitu Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009;

5. Fungsi lainnya, yaitu pelayanan terhadap penyuluhan hukum, riset dan

penelitian serta llain sebagainya, seperti diatur dalam Keputusan Ketua

Mahkamah Agung RI. Nomor : KMA/004/SK/II/1991;

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Pengadilan Agama Tangerang

dalam Tahun 2016 telah menetapkan kebijakan umum sebagai pedoman dalam

pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan memperhatikan

cetak biru (blue print) Mahkamah Agung RI dan Reformasi Birokrasi yang

dituangkan dalam 8 (delapan) area perubahan, maka Pengadilan Agama

Page 49: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

39

Tangerang menetapkan kebijakan-kebijakan dengan skala prioritas untuk

mendukung terwujudnya visi dan misi, yaitu meliputi:11

1. Fungsi Teknis

Mengimplementasikan kebijakan-kebijakan Mahkamah Agung RI, antara lain:

a. Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman

Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu Di

Pengadilan;

b. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 02 Tahun 2014 Tentang

Penyelesaian Perkara Di Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding

Pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan;

c. Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan.

2. Manajemen Administrasi Perkara

Peningkatan penyelesian perkara dan minutasi tepat waktu dengan

mengefektifkan teknologi informasi dalam proses administrasi pengadilan.

Mengimplementasikan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2014

Tentang Dokumen Elektronik Sebagai Kelengkapan Permohonan Kasasi Dan

Peninjauan Kembali.

3. Manajemen SDM (Sumber Daya Manusia)

Peningkatan kapasitas SDM, dengan melakukan kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

a. Pembinaan secara rutin;

b. Melaksanakan DDTK (Diklat di Tempat Kerja) terkait pelaksanaan

tupoksi;

11

http://www.pa-tangerangkota.go.id/v3/index.php/tentang-pengadilan/tupoksi-

pengadilan (diakses 11 juni 2018)

Page 50: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

40

c. Pengawasan oleh Hakim Pengawasan Bidang;

d. Evaluasi Kerja;

e. Mengikutsertakan Hakim dan pegawai untuk diklat, bimbingan teknis atau

sosialisasi;

f. Melaksanakan pemilihan role model:

4. Manajemen Keuangan

Pengelolaan keuangan dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan

sampai dengan pelaporan anggaran/keuangan dengan mengoptimalkan

pemanfaatan teknologi informasi yaitu aplikasi RKA-KL, SAS, SAIBA, e-Rekon,

KOMDANAS.

5. Manajemen Aset

Pengelolaan BMN dengan melaksanakan pengusulan status penggunaan

BMN, penghapusan terhadap BMN yang telah rusak berat, penatausahaan BMN

dengan pemanfaatan aplikasi SIMAK BMN dan aplikasi persediaan. Sedangkan

penatausahaan BMN dalam rangka mendukung terwujudnya tertib pengelolaan

BMN adalah menyediakan data agar pelaksanaan pengelolaan BMN dapat sesuai

dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,

akuntabilitas, dan kepastian nilai.12

6. Keterbukaan Informasi

Mengembangkan website sebagai media informasi publik dengan

melengkapi menu informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat

Visi Pengadilan Agama Tangerang Kota yaitu “Terwujudnya Pengadilan

Agama Tangerang yang Terhormat dan Bermartabat”. Misi Pengadilan Agama

Tangerang Kota yakni sebagai berikut :

12

http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/87. Diakses pada tanggal

08 Juli 2018-11:29 PM

Page 51: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

41

1.Mewujudkan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat Pencari Keadilan;

2.Meningkatkan Kualitas SDM yang Memiliki Kompetensi dan Integritas dalam

rangka Peningkatan Pelayanan pada Masyarakat;

3.Melaksanakan Pembinaan dan Pengawasan secara Efektifdan Efisien;

4.Melaksanakan Tertib Administrasi dan Manajemen Peradilan yang Efektif dan

Efisien;

5.Mengupayakan Tersedianya Anggaran serta Sarana dan Prasarana sesuai

Ketentuan dan Kebutuhan.

E. Struktur Organisasi Tahun 2015 - sampai sekarang

1. Ketua : Dra. Hj. Muhayah, S.H., M.H.

2. Wakil Ketua : Drs. H.M. Slamet Turhamun, M.H.

3. Dewan Hakim : a) Drs. Uki,

b) Dra. Yenitati, S.H,

c) Drs. Bustanuddin Jamal, M.Hum,

d) Drs. Moch. Tadjuddin, M.H,

e) H. Antung Jumberi, S.H., M.H.I., f) Dra. Marfu’ah,

g) Hj, Musidah, S.Ag., M.H.I.,

h) Dra. Aprin Astuti, M.S.I.,

i) Drs. Ali Usman

j) Endin Tajudin, S.Ag.,

k) Hj. Yayuk Afiyanah, S.Ag., M.A.,

l) Drs. Masgiri, M.H.

4. Sekretaris : Hadi Sunarso, S.E.

5. Panitera : Drs. Mukhtar, M.H.

6. Ka. Sub. Perencanaan, TI dan : Fetty Fatihatun Najihah, S.H.I

Pelaporan

7. Ka. Sub. Kepegawaian, : Nurwinda Findiani, S.E.

Organisasi, dan Tata Laksana

8. Ka. Sub. Umum dan : Hana Nuraeni, S.Sos.

Keuangan

9. Panmud Permohonan : H. Fathullah, S.H., M.H.

10. Panmud Gugatan : Mardiati, S.H., M.H.

11. Panmud Hukum : Ahmad Muhtadin, S.H.I.

12. Panitera Pengganti : Hikmah Nurmala, S.H.,

Kumalasari, S.H.,

Irvan Yunan, S.H.,

Julisnaina N.S., S.H.I.,

Hj. Mustainah, S.Pd.I., S.Sy.,

Windy Indrawati, S.E., S.H.,

Page 52: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

42

Eka Kurniati Khadam, S.H.,

Susmakadaranipa, S.Ag.

13. Jurusita : Amin Hidayat Sanie,

Abdul Rochim,

Agus Priono, S.H.,

Dra. Hj. Lathifah, HM,

Uus Usnadi,

Endang Dwi P, S.H.,

Mardianah, S.H.,

Pradnya Paramita, A.Md.

Daftar Nama Ketua Periode 1942-Sekarang

1 KH. Djunaedi ( Periode Tahun 1942 - 1949 )

2 KH. Mhd. Sirodj ( Periode Tahun 1949 - 1954 )

3 KH. Mursan ( Periode Tahun 1955 - 1960 )

4 KH. Abdullah Mu’min ( Periode Tahun 1960 - 1965 )

5 KH. Sa’ban Salim ( Periode Tahun 1965 - 1970 )

6 KH. Yusuf Mustafa Harahap ( Periode Tahun 1970 - 1972 )

7 KH. Sumarna ( Periode Tahun 1972 - 1974 )

8 H. Halimi, BA ( Periode Tahun 1974 - 1978 )

9 Drs. Humaidi ZA ( Periode Tahun 1978 - 1979 )

10 Drs.H.Satibi Abdul Hadi ( Periode Tahun 1979 - 1980 )

11 H.Yusuf Effendi ( Periode Tahun 1980 - 1984 )

12 H. Abdullah Juki, SH ( Periode Tahun 1984 - 1987 )

13 Drs. H. Muhammad Hasyim ( Periode Tahun 1987 - 1989 )

14 Drs. H.Adurrahman Abror ( Periode Tahun 1989 - 1994 )

15 Drs. H. Zurrihan Ahmad, SH, M.Hum ( Periode Tahun 1994 - 1999 )

16 Drs.HM. Nadjmi, SH. M.Hum ( Periode Tahun 1999 -.2002 )

17 Drs.H.A.H.Chairuddin Ridwan, SH ( Periode Tahun 2002 - 2004 )

18 Drs.H.Ahmad Fathoni, SH, M.Hum ( Periode Tahun 2004 - 2007 )

19 Drs. Tata Sutayuga, SH. ( Periode Tahun 2007 - 2010 )

20 Drs. H. Ambo Asse., SH.,MH. ( Periode Tahun 2010 - 2012 )

21 Drs. H. Chazim Maksalina., MH. ( Periode Tahun 2012 - 2014 )

22 Drs. Nasirudin, MH ( Periode Tahun 2014 - 2015 )

23 Dra. Hj. Muhayah, S.H., M.H ( Periode Tahun 2015 -

Sekarang)

Page 53: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

43

Daftar Pegawai dan staff pengadilan Agama Tangerang Kota

No. Uraian Jumlah

1 Pegawai 38

2 Pegawai Laki 17

3 Pegawai perempuan 21

4 Ketua 1

5 Wakil ketua 1

6 Hakim 12

7 Panitera 1

8 Sekretaris 1

9 Panitera Muda 3

10 Kasubbag 3

11 Panitera Pengganti 8

12 Jurusita 8

Page 54: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

44

BAB IV

DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG KOTA

TENTANG HAK ASUH ANAK PASCA CERAI

A. Duduknya Perkara

1. Perkara pertama

Tentang posita atau duduk perkara dalam surat permohonan pada tanggal

02 Juni 2014 yang terdaftar di Pengadilan Agama Tangerang Kota pada perkara

nomor: 967/Pdt.G/2014/PA.Tng. Penggugat telah mengajukan pokok-pokok

permasalahan dan dalam hal ini memberikan kuasa kepada 1. Subhan Aziz, SH 2.

Achmad Tadzuddin, SH, yang mana dapat peneliti deskripsikan tentang alasan-

alasan pemohon dapat mengajukan cerai gugat kepada termohon di Pengadilan

Agama Tangerang Kota sebagai berikut:

Pada tanggal 30 April 2005 telah melangsungkan pernikahan sesuai

kutipan akta nikah nomor : 410/ 91/IV/2005 tanggal 02 Mei 2005 dimana hasil

pernikahan tersebut telah lahir dua orang anak masing masing 1). ANAK I

PENGGUGAT DAN TERGUGAT, (Perempuan) lahir pada 31 Oktober 2005, dan

2) ANAK II PENGGUGAT DAN TERGUGAT (laki-laki) lahir pada 21

November 2010. Dikarenakan kehidupan rumah tangga antara Penggugat dan

Tergugat sudah tidak ada lagi kecocokan dan sering terjadi pertengkaran, maka

Penggugat telah mengajukan gugat cerai melalui Pengadilan Agama Tigaraksa

yang terdaftar dengan perkara nomor 1775/Pdt.G/2013/PA.Tgrs. Atas gugatan

yang Penggugat ajukan tersebut, maka Pengadilan Agama Tigaraksa telah

menjatuhkan putusan yang hanya sebatas mengabulkan perceraian antara

penggugat dengan tergugat sebagaimana akta cerai nomor:

0132/AC/2014/PA.Tgrs, sedangkan hak untuk perwalian, pengasuhan dan

pemeliharaan anak belum ada putusan yang dimintakan oleh masing-masing

pihak, oleh karenanya diajukanlah gugatan perwalian anak ini.

Setelah adanya perceraian antara penggugat dan tergugat, pada awalnya

kedua anak tersebut diasuh dan dirawat oleh penggugat selaku ibunya, namun

Page 55: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

45

sejak beberapa bulan terakhir anak kedua yang saat ini berusia 4 tahun 6 bulan

dikuasai pengurusan dan perawatannya oleh tergugat sementara anak pertama

tetap diasuh dan dirawat serta dibiayai semua kebutuhannya oleh penggugat

karena penggugat secara waktu dan finansial masih sanggup mengurus dan

membiayai anak-anaknya, dimana penggugat saat ini memiliki pekerjaan yang

baik. Penggugat sebagai ibu dari anak-anaknya seringkali tidak mendapatkan

kesempatan untuk sekedar bermain dengan anak kedua yang berada dalam

penguasaan tergugat, satu dan lain hal anak kedua ternyata tidak diasuh dan

dirawat langsung oleh tergugat melainkan dititipkan dirumah orang tua tergugat

dan sehari-hari dirawat dan diasuh oleh saudari perempuannya yang berada di

daerah Comal Pemalang Jawa Tengah karena Tergugat sejak tahun 2012 sampai

saat ini tidak diketahui keberadaanya, mengetahui kondisi demikian bagaimana

penggugat bisa tenang jika anaknya diasuh dan dirawat hanya oleh saudari

tergugat saja yang berada jauh dari penggugat dan tergugat sementara kakaknya si

adik ini setiap hari selalu menanyakan kabar adiknya yang berada di Pemalang.

Mengingat telah beberapa bulan lamanya penggugat menderita dan merasa

sangat bersedih melihat kondisi anak ke dua yang tidak mendapatkan perhatian

dan kasih sayang dari kedua orang tuanya secaralayak dan baik. Selama itu pula

penggugat mencoba untuk mendapatkan kemurahan hati tergugat agar

diperkenankan untuk dapat merawat, mendidik dan yang terutama dapat

mencurahkan kasih sayang dari penggugat kepada anak-anaknya yang sangat

memerlukannya. Dengan diberikannya hak atas perwalian, pengasuhan dan

pemeliharaan anak kepada Penggugat (ibunya) akan sangat berpengaruh positif

terhadap perkembangan kejiwaan anak dan akan berdampak positif pula terhadap

fisik kedua anak tersebut, sehingga anak tidak akan mudah sakit-sakitan serta

dapat menjadi anak yang berakti kepada kedua orang tua, agama dan bangsa di

masa mendatang.

Berdasarkan uraian di atas adalah jelas Tergugat telah melalaikan

kewajibannya dalam mengasuh dan merawat anaknya serta berselisih tidak

semestinya, sehingga akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan kedua anak

Page 56: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

46

hasil perkawinan Penggugat dan Terguguat khusunya terhadap anak ke dua

Penggugat dan Tergugat yang saat ini di asuh dan dirawat oleh saudaranya

Tergugat. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan akan arti pentingnya peran

ibu dalam merawat, memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan penuh

sentuhan kasih sayangnya. Karenanya adalah adil dan sangat manusiawi apabila

hak perwalian, pengasuhan dan pemeliharaan atas kedua anak tersebut diberikan

kepada penggugat. Mengingat biaya yang dibutuhkan dalam mengurus dan

merwat serta mendidik anak-anak sangatlah besar, maka adil dan patut secara

hukum jika Tergugat selaku ayah dari anak-anaknya turut di bebankan untuk

menanggung biaya-biaya kebutuhan kedua anak tersebut dengan memberikan

biaya sebasar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) setiap bulannya sampai anak-anak

dewasa atau sudah menikah. Berdasarkan yurisprudensi (putusan Mahkamah

Agung RI. No. 102/K/Sip/1973 tanggal 24 April 1974) menyatakan bahwa

mengenai perwalian anak patokannya adalah ibu kandung yang diutamakan

karena kepentingan anak yang menjadi kriterum dan putusan Mahkamhah

Agugng RI. No. 906/K/Sip/1973 menyatakan, bahwa kepentingan anaklah yang

menjadi patokan untuk menentukan siapa orang tua yang diserahi pemeliharaan

anak.

Bahwa mengingat pentingnya agar kedua anak Penggugat dan Teruggat

dapat berada dilingkungan orang-orang yang mau secara tulus untuk merawat,

memlihara dan mendidik serta mencurahkan kasih sayangnya, maka adalah adil

apabila selama jalannya proses pemerikasaan perkara ini, pengasuhan dan

perawatan anak di berikan kepada Penggugat.

2. Perkara Kedua

Tentang posita atau duduk perkara dalam surat permohonan pada tanggal

19 Desember 2016 yang terdaftar di Pengadilan Agama Tangerang Kota pada

perkara nomor: 2539/Pdt.G/2016/PA.Tng. Pemohon telah mengajukan pokok-

pokok permasalahan yang mana dapat peneliti deskripsikan tentang alasan-alasan

Page 57: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

47

pemohon dapat mengajukan cerai talak kepada termohon di Pengadilan Agama

Tangerang Kota sebagai berikut:

Pada tanggal 30 Maret 2009 telah melangsungkan pernikahan sesuai kutipan

akta nikah nomor : 151/ 45/III/2009 dimana hasil pernikahan tersebut telah lahir

seorang anak yang laki-laki umur 7 tahun, pada awalnya perkawinan antara

Pemohon dan Termohon berjalan dengan baik hidup rukun dan bahagia akan

tetapi seiring dengan berjalannya waktu terjadi percekcokan dan perbedaan

prinsip yang mendalam sehingga sering terjadi pertengkaran, perselisihan semakin

hari semakin besar dan sudah tidak dapat didamaikan lagi yang akhirnya pemohon

mengajukan permohonan cerai talak di Pengadilan Agama Tangerang Kota.

Keduanya telah berpisah tempat tinggal sejak bulan januari 2016 karena

Termohon pergi meninggalkan Pemohon sampai sekarang tidak pernah kembali

lagi dan tidak diketahui alamatnya. Keluarga dan tetangga Pemohon telah

berusaha menasehati dan mendamaikan keduanya, namun tidak berhasil.

B. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

1. Perkara Pertama

Pengambilan keputusan sangat diperlukan oleh hakim atas sengketa yang

diperiksa dan diadilinya. Hakim harus dapat mengolah dan memproses data-data

yang diperoleh selama proses persidangan baik dari bukti, surat, saksi,

persangkaan, pengakuan maupun sumpah yang terungkap dalam persidangan.

Sehingga keputusan yang akan dijatuhkan dapat didasari oleh rasa tanggung

jawab, keadilan, kebijaksanaan, profesionalisme dan bersifat obyektif.

Majelis hakim dalam memutuskan suatu perkara dituntut suatu keadilan

dan untuk itu hakim melakukan penilaian terhadap peristiwa dan fakta-fakta yang

ada apakah benar-benar terjadi. Hal ini hanya bisa dilihat dari pembuktian

mengklasifikasikan anatara yang penting dan tidak penting (mengkualifikasi), dan

menanyakan kembali kepada pihak-pihak lawan mengenai keterangan saksi-saksi

dan fakta-fakta yang ada.

Adapun pertimbangan hukum dalam memutuskan perkara Nomor

967/Pdt.G/2014/PA.Tng, adalah bahwa Majelis hakim telah berusaha secara

Page 58: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

48

optimal memberikan nasehat dan saran kepada Penggugat agar dapat

menyelesaikan permasalahannya dengan musyawarah, akan tetapi tidak berhasil,

untuk selanjutnya dibacakanlah surat gugatan Penggugat tersebut dan terhadap

dail-dalil tetap dipertahankan oleh Penggugat.1

Majelis hakim juga mempertimbangkan hal lainnya yaitu, bahwa gugatan

Penggugat dapat dibuktikan dengan mengajukan alat bukti berupa fotokopi KTP

Nomro 3174014302800001 atas nama penggugat yang dikeluarkan oleh camat

kecamatan serpong selanjutnya diberi tanda bukti P.1, fotokopi surat keterangan

ghoib nomor 140/253/Kel.Brn-2014 yang menerangkan bahwa Tergugat sejak

tahun 2012 sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya yang dikeluarkan oleh

Lurah Buaran pada tanggal 16 September 2014, fotokopi kutipan akta nikah No.

410/91/IV/2005 yang dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Serpong, Kota

Tangerang Selatan pada tanggal 2 mei 2015, fotokopi akta cerai Nomor

0132/AC/2014/PA.Tgrs yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Tigaraksa pada

tanggal 6 Desember, Fotokopi akta kelahiran nomor 474.1/1706-DKCSKB/2005

atas nama anak 1 Penggugat dan Tergugat yang dikeluarkan oleh kepala dinas

kependudkan catatan sipil dan keluarga berencana Kabupaten Tangerang pada

tanggal 22 mei 2005, Fotokopi akta kelahiran nomor 3674/LU-20012011-000523

atas nama anak II penggugat dan Tergugat, yang dikeluarkan oleh kepala dinas

kependudukan catatan sipil dan keluarga berencana kabupaten Tangerang pada

tanggal 20 Januari 2011. Seluruh fotokopi tersebut telah diberi cukup dan telah

dicocokan dengan aslinya dan ternyata sesuai. Penggugat juga menghadirkan 2

orang saksi yang menerangkan mengenai dalil gugatan pemohon yang pada

intinya menguatkan dalil-dalil permohonan pemohon dan telah berusaha

merukunkan akan tetapi tidak berhasil kini rumah tangga Pemohon pisah tempat

tinggal sejak Januari 2009.

Sebagaimana yang dimaksud dalam kompilasi hukum Islam pada 105 jelas

di nyatakan “dalam hal terjadi perceraian : a. Pemeliharaan anak yang belum

mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibu nya” dengan penegasan

1 Pertimbangan hukum Majelis Hakim terdapat dalam putusan dengan perkara nomor

967/Pdt.G/2014/PA.Tng

Page 59: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

49

bahwa biaya pemeliharaan di tanggung oleh ayahnya. Artinya jelas bahwa

seharusnya hak pemeliharaan dan pengasuhan terhadap kedua anak-anak adalah

Penggugat selaku ibunya mengingat perkembangan psikologi anak-anak dibawah

umur sangat di tentukan oleh kasih sayang dan belaian dari seorang ibu, agar

nantinya dapat terbentuk menjadi anak-anakyang tidak kekurangan kasih sayang

seorang ibu. Mengingat bunyi pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta dalil-dalil hukum yang berkenaan dengan perkara ini;

1. Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk

menghadap di persidangan, tidak hadir;

2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek;

3. Menetapkan 2 (dua) orang anak Penggugat dan Tergugat masing-masing

bernama anak 1 Penggugat dan Tergugat, perempuan, lahir tanggal 31

Oktober 2004 dan Anak II Penggugat dan Tergugat, laki-laki lahir 21

November 2010, berada dibawah hadlanah (pengasuhan dan

pemeliharaan) Penggugat sebagai ibunya;

4. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara yang

hingga kini dihitung sejumlah Rp. 591.000,- (lima ratus sembilan puluh

satu rupiah);

2. Perkara Kedua

Pada kasus ini berdasarkan surat permohonan pemohon ditambah

keterangannya di depan sidang, ditemukan fakta-fakta hukum sebagai berikut:

a.Telah terjadi perselisihan terus-menerus antara Pemohon dengan

Termohon;

b.Keduanya telah berpisah tempat tinggal sejak bulan januari 2016 karena

Termohon pergi meninggalkan Pemohon sampai sekarang tidak pernah

kembali lagi dan tidak diketahui alamatnya;

c.Keluarga dan tetangga Pemohon telah berusaha menasehati dan

mendamaikan keduanya, namun tidak berhasil.

Page 60: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

50

Menurut pasal 1 UU No.1 tahun 19742 perkawinan adalah ikatan lahir dan

bathin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha

Esa. Sejalan hal tersebut bahwa tujuan perkawinan adalah untuk mewujudkan

adanya keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah; Dari ketentuan al-Qur’an

dan UU No.1 tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang sangat

fundamental dalam perkawinan sudah tidak ada lagi dan hal tersebut menunjukan

bahwa sebenarnya perkawinan Pemohon dengan Termohon sudah pecah, apalagi

Pemohon di depan sidang telah menyatakan tidak mau lagi mempertahankan

rumah tangganya dan pemohon bersikeras menyatakan ingin mentalak

termohon,Mempertahankan perkawinan (rumah tangga) yang demikian adalah

suatu perbuatan yang sia-sia karena dapat mengakibatkan akses-akses yang

negatif bagi semua pihak, bahkan dapat menjadi neraka duniawi bagi pihak-pihak

yang bersangkutan; Pemohon telah menunjukan tekadnya yang kuat untuk

mentalak Termohon, hal tersebut menunjukan bahwa rumah tangga Pemohon

dengan Termohon tidak dapat dipertahankan lagi, karena tidak mungkin Pemohon

akan mengakhiri perkawinannya dengan perceraian seandainya masih ada cara

untuk mempertahankan perkawinan tersebut; Tentang masalah apa dan siapa yang

menjadi penyebab terjadinya pertengkaran, tidak patut dibebankan ke salah satu

pihak dan tidak perlu dicari-cari, karena mencari-cari kesalahan satu pihak justru

menimbulkan pengaruh yang tidak baik bagi kedua belah pihak, hal ini sesuai

dengan yurisprudensi Mahkamah Agung No. 38/K/AG/1996 tanggal 5 oktober

1996.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis

berpendapat bahwa alasan hukum yang diajukan oleh Pemohon untuk mentalak

Termohon telah sesuai dengan maksud pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah

No.9 tahun 1975 jo. Pasal 22 ayat 2 Peraturan Pemerintah tersebut jo. Pasal 116

huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, sehingga permohonan Pemohon dapat

dikabulkan dengan memberi izin kepada Pemohon untuk ikrar menjatuhkan talak

terhadap Termohon di depan sidang Pengadilan Agama Tangerang setelah

2 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab undang-undang hukum perdata, h. 549-550.

Page 61: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

51

putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap; Dan karena Termohon telah tidak

datang menghadap meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut, dan ketidak

datangannya tersebut tidak didasarkan atas alasan yang sah dan dibenarkan oleh

undang-undang dan permohonan Pemohon tidak melawan hukum serta beralasan,

oleh karenanya berdasarkan pasal 126 HIR, permohonan Pemohon harus diputus

dengan verstek; Perkara ini termasuk bidang perkawinan, maka sesuai ketentuan

pasal 89 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan Agama

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 dan

Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1989, biaya perkara dibebankan kepada Pemohon. Terhadap

alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal tersebut, permohonan pemohon

untuk bercerai dengan termohon cukup beralasan dan tidak melawan hukum, dan

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut majelis hakim berpendapat

permohonan pemohon dapat diterima.3 Selanjutnya dibacakanlah amar putusan

dari majelis hakim yang berisi sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon

2. Mengabulkan permohonan Pemohon dengan verstek;

3. Menetapkan memberi izin kepada pemohon untuk menetapakan ikrar

thalak terhadap termohon di depan sidang Pengadilan Agama

Tangerang;

4. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara ini

sebesar Rp. 341.000,- (tiga ratus empat puluh satu ribu rupiah).

C. Analisa Penulis

Dalam hal ini penulis melihat pertimbangan hukum yang diberikan

Majelis Hakim dapat dilihat untuk kepentingan anak atau kemaslahatan anak. Dari

pasal 14 UU No. 23 tahun 2002 anak berhak diasuh oleh orang tuanya sendiri.

Kecuali ada hal yang menentukan yang lain. Kemudian berdasarkan pasal 105

Huruf (a) KHI inpres No. 1 1991 yang berbunyi apabila terjadi perceraian maka

3 Pertimbangan hukum Majelis Hakim terdapat dalam putusan dengan perkara nomor

2539/Pdt.G/2016/PA.Tng

Page 62: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

52

pemeliharaan anak yang belum mumayiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak

ibunya. Pemeliharaan anak pasca cerai (hadonah) pelaksanaanya tidak sebatas

kegiatan formalitas yang begitu saja tanpa dibarengi dengan mendidik yang

bertujuan untuk menjadikan anak sehat baik fisik maupun psikisnya salah satu hal

penting yang mungkin kuran dipertimbangkan oleh kedua orang tua ketika terjadi

perceraian adalah tanggung jawab kedua orang tua, baik ketika orang tuanya

masih hidup atau hilang tidak diketahui keberadaanya atau juga karena terjadi

perceraian. Pemeliharaan ini meliputi berbagai hal di antaranya masalah ekonomi,

pendidikan dan masalah-masalah lain yang menjadi kebutuhan pokok anak.

Dalam pemeliharaan dan pendidikan yang baik adalah menjaga dan

mengatur segala hal yang anak-anak itu belum mampu dan sanggup mengaturnya

sendiri, maka dalam pemeliharaan dan pengasuhan oleh kedua orang tuanya yakni

bapak dan ibunya, sehingga anak akan dapat tumbuh sehat jasmani dan rohaninya.

Akan tetapi seandainya kedua orang tua terpaksa bercerai, sedangkan keduanya

mempunyai anak yang belum mumayyiz, maka ibualah yang lebih berhak untuk

medidik dan merawat anak itu hingga ia mengerti akan kemaslahatan dirinya.

Hak pemeliharaan di dalam pasal 41 undang-undang Nomor 41 undang-

undang No. 1 tahun 1974,4 sekalipun kedua orang tua anak tersebut sudah tidak

bersama lagi dalam hal ini adalah cerai, baik ibu ataupun ayah dari anak tersebut

tetap berkewajiban mendidik dan memelihara anak tersebut, semata-mata demi

kepentingan sianak. Jika terjadi sengketa mengenai hak pemeliharaan anak sudah

jelas hakim Pengadilan Agama yang akan memberi putusannya, sesuai dengan

bukti-bukti dan keterangan dari saki-saksi yang diajukan ke Pengadilan Agama

dalam persidangan. Karena dalam masalah hak asuh anak adalah persoalan yang

menyangkut masa depan lahir dan bathin, perkembangan moral akhlak,

pendidikan agama seorang anak.

Dengan demikin penamaan aqidah, budi pekerti dan akhlak sejak dini

menjadi penting untuk perkembangan jiwa si anak. Karena tentunya sebgai orang

tua menginginkan anak hasil perkawinan mereka dapat terpelihara agama, jiwa,

4 http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2011/02/undang-undang-republik-

indonesia-nomor_3072.html (diakses pada tanggal 8 Juli 2018-12:30 PM)

Page 63: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

53

harta, serta keturunan, dan kehormatannya. Hal ini tentunya sesuai dengan tujuan

dari Hukum Islam. Karena pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan anak

dalam pengakuan ibu dan bapaknya, dengan adanya pengawasan dan perlakuan

akan dapat menumbuhkan jasmani dan akhlaknya, membersihkan jiwanya, serta

mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.

Kemudian KHI memperjelas lagi dalam pasal 156 yang berbunyi : Akibat

putusnya perkawinan karena perceraian ialah:

a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya,

kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh:

1. Wanita-wanita garis lurus ke atas dari ibu

2. Ayah

3. Wanita-wanita gadis lurus ke atas dari ayah

4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

5. Wanita-wanita kerabat menurut garis ke samping dari ibu

6. Wanita-wanita kerabat menurut garis ke samping dari ayah

b. Anak yang sudah mumayyiz barhak memilih untuk mendapatkan hadhanah

dari ayah atau dari ibunya

c. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan

jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi,

maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat

memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak

hadhanah juga.

d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut

kemampuannya sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat

mengurusi diri sendiri sampain 21 tahun.

e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak. Pengadilan

agama yang memberikan putusan yaitu berdasarkan huruf (a), (b), (c), dan (d).

f. Pengadilan dapat pula dengan mengingatkan kemampuan ayahnya menetapkan

jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang turut

padanya.

Page 64: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

54

Dalam melaksanakan hadhanah bagi suami isteri yang bercerai jika anak

tersebut belum mumayyiz maka ibulah yang lebih berhak dari pada ayah. Namun,

dalam hal ini untuk mendapatkan atau melaksanakan hadhanah bukanlah suatu hal

yang mudah. Karena walaupun hadhin adalah orang tua kandung si anak atau dari

kalangan ibu secara berurutan bukan berarti ia begitu saja menguasai atau dapat

melaksanakan hadhanah tetapi ia juga harus amanah, dna mampu mendidik. Tidak

hanya seorang hadhin harus mempunyai kemampuan secara materi saja.

Dalam kasus ini penulis telah melihat pertimbangan-pertimbangan.

Majelis Hakim yang sangat releven tidak ada terjadinya pluralisme dalam

pengasuhan anak. Agar tidak terjadinya kekhawatiran tersebut hak pemeliharaan

dan pengasuhan anak sebaiknya diteteapkan dan diserahkan kepada orang yang

memnuhi syarat-syarat pengasuhan anak yang sesuai dengan kemampuannya.

Tidak selamanya hadhanah itu jatuh kepada ibu, bahkan juga jatuh kepada

garis keturunan ibu ke atas. Sang bapak pun mempunyai hak yang sama dengan

ibu, akan tetapi di dalam Islam ibu dan garis keturunan ibu yang menjadi prioritas

dalam pengasuh anak dengan catatan ibu harus memnuhi persyaratan yang ada.

Karena dalam hal pengasuhan anak ini yang pertama harus diperhatikan adalah

kepentingan anak tersebut dan memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk

memberikan rasa aman kepada anak yang menjadi korban perceraian, dalam hal

ini Majelasi Hakim mengutamakan bagaimana memberi perlindungan dan

kebaikan anak demi kemaslahatan dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan

oleh orang tuanya.

Page 65: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian dari bab sebelumnya, maka penulis

mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Disparitas hak asuh anak pasca perceraian dalam putusan PA tangerang

kota tahun 2014 dan 2016, Nomor perkara 967/Pdt.G/2014/PA.Tng.,

berdasarkan putusan jelas tergugat telah melalaikan kewajibannya dalam

mendidik dan merawat anaknya serta berselisih tidak semestinya, sehingga

akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan kedua anak hasil

perkawinan Penggugat dan Tergugat khususnya terhadap anak ke dua

penggugat dan tergugat yang saat ini diasuh dan dirawat oleh saudara

tergugat. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan akan arti pentingnya

peran ibu dalam merawat, memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan

penuh sentuhan kasih sayangnya. Sedangkan Nomor perkara

2539/Pdt.G/2016/PA.Tng. dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur sangat

fundamental dalam perkawinan sudah tidak ada lagi dan hal tersebut

menunjukkan bahwa sebenarnya perkawinan Pemohon dengan Termohon

sudah pecah, apalagi Pemohon di depan sidang telah menyatakan tidak

mau lagi mempertahankan rumah tangganya dan pemohon bersikeras

menyatakan ingin mentalak termohon, keduanya telah berpisah tempat

tinggal sejak bulan Januari 2016, karena termohon pergi meninggalkan

pemohon sampai sekarang tidak pernah kembali lagi dan tidak diketahui

alamatnya.

Terlihat disparitas dari kedua putusan tersebut yaitu pada perkara

nomor 967/Pdt.G/2014/PA.Tng., hak asuh anak jatuh ke tangan ibu dan

perkara nomor 2539/Pdt.G/2016/PA.Tng., hak asuh anak jatuh ke tangan

bapak, sedangkan dalam pasal 105 KHI anak yang belum mumayyiz hak

asuhnya jatuh ke tangan ibunya akan tetapi pada putusan nomor

Page 66: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

56

2539/Pdt.G/2016/PA.Tng. hak asuh anak bisa jatuh ke tangan bapak.

Dalam memutus perkara tersebut tentu majelis hakim mempunyai dasar

dalam mengambil keputusan diantaranya adalah dengan menggunakan:

Pasal 1 undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Pasal 14

undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, Pasal 19

huruf F Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1975 Jo. Pasal 22 ayat 2

Peraturan Pemerintah, Pasal 41 undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, Pasal 116 poin b Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang

menyatakan: “Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena

hal lain di luar kemampuannya”. KHI inpres No 1 Tahun 1991 dasar

hukum ini sesuai dengan kepentingan anak yang belum mumayyiz.

2. Selain menggunakan pasal sebagai dasar pertimbangan yang dipakai oleh

Majelis Hakim dalam menghadapi perkara, bahwa majelis hakim juga

telah berusaha secara optimal memberikan nasehat dan saran kepada

penggugat dan pemohon agar dapat menyelesaikan permasalahannya

dengan musyawarah akan tetapi tidak berhasil, dan Majelis Hakim juga

mempertimbangkan dengan cara melihat kesenangan bathin serta demi

kepentingan pertumbuhan dan pendidikan yang kesemuanya itu demi

kebaikan anak tersebut di masa mendatang.

3. Hak-hak anak tercantum dalam pasal 14 Undang-undang Nomor 23 tahun

2002 jo. No.35 tahun 2014 tentang perlindungan anak yang menyatakan :

(1) Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali

jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa

pemisahan itu adalah demi kepntingan terbaik bagi anak dan

merupakan pertimbangan terakhir.

(2) Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

anak tetap berhak:

a. Bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan

kedua orang tuanya.

Page 67: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

57

b. Mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, perlindungan, dan juga

pendidikan untuk proses tumbuh kembang dari kedua orang tuanya

c. Memperoleh hak anak lainnya;

Dari pasal di atas, hal tersebut sejalan dengan Konvensi Hak Anak (KHA)

sebagaimana penjelasan pada pasal 9 yang menyatakan bahwa pada dasarnya

seorang anak berhak untuk hidup bersama orang tuanya, kecuali kalau hal ini

dianggap tidak sesuai dengan kepentingan terbaiknya. Hak anak adalah bagian

integral dari hak asasi manusia, dan Konvensi Hak Anak merupakan bagian

integral dari instrumen internasional di bidang HAM. Hak anak untuk

mempertahankan hubungan dengan orang tuanya jika terpisah dari salah satu atau

keduanya, maka kewajiban Negara dalam kasus dimana pemisahan seperti itu

terjadi akibat tindakan Negara. Namun dalam hal ini Negara juga berwenang atas

pemisahan anak dari orang tuanya sesuai dengan keputusan pengadilan. Oleh

karena itu dari ketentuan hukum mengenai perlindungan anak bahwa prinsipnya

yaitu pada asas kepentingan terbaik bagi anak yang harus dijadikan pertimbangan

utama.

B. Saran

Berdasarkan kenyataan yang sudah diuraikan diatas, sebagai catatan akhir

maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Niat pernikahan yang dilakukan oleh sepasang suami isteri harus dilandasi

dengan cinta dan kasih sayang. Karena pernikahan tersebut juga diniatkan

untuk membentuk keluarga yang kekal dan abadi agar terbentuk keluarga

yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

2. Jika perceraian tidak bisa terhindar maka pihak yang diberi kuasa hak asuh

anak hendaklah menjalankan kewajibannya sesuai amanah yang diberikan

kepadanya.

3. Anak merupakan buah hati, anugerah dari Allah swt maka dari itu

merawat serta mendidiknya dengan baik merupakan kewajiban orang tua,

Page 68: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

58

sehingga kelak ia akan menjadi anak yang berbudi luhur dan berakhlak

mulia.

4. Kepada para suami dan istri yang ingin mengakhiri perkawinannya di

Pengadilan Agama lebih baik memikirkan kembali atas keputusan yang

akan diambil. Karena jika itu terjadi maka pada akhirnya yang menjadi

korban yaitu anaknya sendiri akibat perceraian kedua orang tuanya.

Page 69: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika

Pressindo, 2007.

Ali, Daud, Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional,

Ciputat:Logos, 1999.

Arto, A. Mukti, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996.

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001, cet. 3.

Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, cet.VIII.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dan Departemen

Sosial Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No. 23

Tahun 2002 tentang perlindungan anak, Jakarta: Laksana, 2003.

Mannan, Abdul, Problematika Hadhanah dan Hubungannya dengan Praktik

Hukum Acara Di Peradilan Agama dalam Mimbar Hukum, 2000.

Marzuki, Peter Muhammad, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media

Grup, 2008.

Minstry for Women’s Empoworment Republic of Indonesia and Department of

Social Affair Republik of Indonesia, Republic of Indonesia Law Number

23 Year 2002 on Child Protection, Jakarta

Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,

2005.

Nuruddin, Amir dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Pasha, Musthafa Kamal, Fikih Islam, Yogyakarta:Citra Karsa Mandiri, 2002.

Qasim, Ibnu, Tausyih Ala Ibnu Qasim, Surabaya: Al-Hidayah, 2005.

Rasyid, Roihan, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002, Cet 9.

Romli, Atmasasmita (ed) , Peradilan Anak di Indonesia, Bandung: Mandar Maju,

1997.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Al-Sunnah, Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1970, Jilid 1.

Page 70: DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42996/1/MUHAMMAD... · yang ditetapkan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

60

Said, Fuad, Perceraian Menurut Hukum Islam: Setiap Ada Pintu Masuk Tentu

Ada Jalan Keluar, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994.

Shafiyarrahman, Hadian Abu. Hak-hak Anak dalam Syariat Islam dari Janin

hingga Paska Kelahiran, Muntilan: Al-Manar, 2003.

Shan’any-Al, Subul al-Salam, Bandung: Darus Sunah, 2015.

Soebekti, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermasa, 2003.

Syaifullah, dkk., Undang-Undang Rumah Tangga No. 23 Tahun 2004 dan

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, Padang Sumbar:

Praninta Offset, 2008.

Visi Media, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

Jakarta: Visi Media, 2007. Zuhdi, Studi Hukum Islam Jilid 3 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.

Peraturan Perundang-undangan

Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia,

Bandung: Citra Umbara

Pasal 41 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

Pasal 47 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, Tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Sumber Internet

http://dunia-dalamkata.blogspot.com/2010/06/pemeliharaan-anak-hadhonah.html

(diakses 21 April 2018)

http://www.pa-tangerangkota.go.id/v3/index.php/tentang-pengadilan/profil-

pengadilan/struktur-organisasi (diakses 11 juni 2018)

http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/87.

(diakses 8 Juli 2018)

https://www.researchgate.net/profile/Irfan_Beik/publication/281207037_Analisis_

Peran_Zakat_dalam_Mengurangi_Kemiskinan_Studi_Kasus_Dompet_Dh

uafa_Republika/links/55db325508aed6a199ac553e/Analisis-Peran-Zakat-

dalam-Mengurangi-Kemiskinan-Studi-Kasus-Dompet-Dhuafa-

Republika.pdf