dislokasi sendi temporomandibular

24
DISLOKASI SENDI TEMPOROMANDIBULAR Nur Hayati Nurina M.A Olaf S. Panji A. Prima A. Primasari D. Rangga R. Reggina L. Raissa E.D Pembimbing: drg. Linda Vermiati, Sp. Ort

Upload: mindiya-jandi

Post on 30-Nov-2015

149 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

DISLOKASI SENDI TEMPOROMANDIBULAR

Nur Hayati

Nurina M.A

Olaf S.

Panji A.

Prima A.

Primasari D.

Rangga R.

Reggina L.

Raissa E.D

Pembimbing:

drg. Linda Vermiati, Sp. Ort

BAB I

PENDAHULUAN

Anatomi

Temporomandibular joint menghubungkan rahang bawah (mandibula) ke tulang pada sisi

kepala (tulang temporal). Karena sendi-sendi ini bersifat fleksibel, rahang dapat bergerak

naik, turun, dan ke samping secara halus. Sendi ini juga memungkinkan kita untuk bicara,

mengunyah, dan menguap. Otot-otot menempel dan mengelilingi sendi rahang,

mempertahankan posisi dan pergerakannya.1

Ketika kita membuka mulut, ujung yang bulat dari rahang bawah (kondilus), bergerak

meluncur sepanjang fossa sendi pada tulang temporal. Kondilus akan kembali ke posisi

semula ketika kita mengatupkan mulut. Agar gerakan tetap halus, terdapat diskus yang lunak

di antara kondilus dan tulang temporal. Diskus ini meredam kejutan (shockbreaker) sendi

rahang akibat mengunyah dan pergerakan lain.1

Temporomandibular joint berbeda dengan sendi-sendi lain dalam tubuh manusia. Kombinasi

gerakan meluncur ke satu arah (hinge and sliding motions) membuat sendi ini merupakan

sendi yang paling rumit di dalam tubuh. Selain itu, jaringan yang membentuk TMJ juga

berbeda dengan sendi-sendi lain yang menahan bebean tubuh, seperi sendi lutut atau pinggul.

Karena pergerakannya yang kompleks dan unik, sendi rahang dan otot-otot yang

mengendalikannya dapat menyulitkan baik untuk pasien maupun dokter ketika bermasalah.1

Anatomi Fungsional

Mekanika Pergerakan Mandibula

Pergerakan mandibula merupakan hal yang kompleks. Hal ini merupakan gabungan

dari rotasi dan translasi yang terjadi secara tiga dimensi. Untuk dapat mengerti dengan

baik kompleksitas pergerakan ini, perlu kiranya mempelajari pergerakan yang terjadi

pada sendi temporomandibular secara tersendiri.

Tipe Pergerakan

Terjadi dua jenis pergerakan dalam sendi temporomandibular (TMJ). Dua jenis

pergerakan ini adalah rotasi dan translasi.

a. Pergerakan rotasi

Dalam sistem mastikasi rotasi terjadi ketika mulut membuka dan menutup pada titik

atau sumbu yang tetap dalam kondilus. Dengan kata lain gigi terpisah dan dapat

teroklusi kembali tanpa adanya perubahan posisi dari kondilus.

Pada sendi temporomandibular, rotasi terjadi sebagai pergerakan dalam kavitas

inferior sendi. Dengan demikian rotasi adalah pergerakan anatara permukaan superior

kondilus dengan permukaan inferior dari diskus artikularis. Pergerakan rotasi dari

mandibula dapat terjadi pada tiga bidang yaitu horizontal, frontal, dan sagital. Pada

setiap bidang hal ini terjadi pada sebuah sumbu yang akan dijelaskan pada masing-

masing pembahasan.

Aksis horizontal dari rotasi

Pergerakan mandibula di sekitar aksis horizontal adalah pergerakan membuka dan

menutup mulut. Pergerakan ini disebut sebagai hinge movement dan merupakan satu-

satunya yang masih dianggap sebagai pergerakan rotasi murni.

Aksis vertikal dari rotasi

Pergerakan mandibula di sekitar aksis frontal terjadi ketika satu kondilus bergerak ke

anterior

Aksis sagital dari rotasi

Pergerakan mandibula dalam aksis sagital terjadi ketika satu kondilus bergerak kea

rah inferior.

b. Pergerakan Translasi

Translasi dapat didefinisikan sebagai pergerakan dimana setiap titik dari objek yang

bergerak secara simultan mempunyai kecepatan dan arah yang sama. Pada sistem

mastikasi, translasi terjadi ketika mandibula bergerak maju seperti pada protrusi. Baik

gigi, kondiulus dan ramus semuanya bergerak pada arah yang sama ke derajat yang

sama.

Translasi terjadi pada kavitas superior dari sendi, di antara permukaan superior diskus

artikularis dan permukaan inferior dari fosa artikularis. (antara kompleks diskus

kondilus dan fosa artikularis)

Selama pergerakan normal dari mandibula, baik rotasi dan translasi terjadi secara

simultan. Dengan kata lain, ketika mandibula berotasi pada satu atau lebih aksis,

setiap aksis bertranslasi (berubah orientasinya)

Pergerakan Tiga Dimensi

Ketika otot mulai berkontraksi dan menggerakkan mandibula ke arah kanan, kondilus

kiri terdorong ke luar dari posisi relasi sentralnya. Ketika kondilus kiri mengelilingi di

anterior dari aksis frontal kondilus kanan, ia berhadapan dengan lengkung posterior

dari eminensia artikularis yang menyebabkan pergerakan inferior dari kondilus di

sekeliling aksis sagital dengan resultan kemiringan pada aksis frontal. Sebagai

tambahan kontak dengan gigi anterior menimbulkan pergerakan inferior yang sedikit

lebih besar di bagian anterior dari mandibula dari bagian posterior, yang akan

menghasilkan pergerakan membuka pada aksis horizontal. Karena kondilus kiri

bergerak ke anterior dan inferior, aksis horizontal juga berpindah anterior dan inferior.

Contoh ini menggambarkan selama pergerakan lateral yang sederhana, gerak terjadi

pada setiap aksis, (sagital, horizontal, vertical) dan secara simultan setiat aksis

mengubah kemiringan untuk mengakomodasi pergerakan aksis lainnya. Semua ini

terjadi dalam envelope of motion dan dikontrol oleh sistem neuromuskulatur untuk

mencegah perlukaan pada struktur oral.2

Definisi

Dislokasi TMJ atau dislokasi mandibula adalah pergeseran condylus dari lokasinya yang

normal di fossa mandibularis. 3,4

Klasifikasi dan Etiologi

Terdapat berbagai jenis dislokasi yang dapat terjadi melalui mekanisme traumatik atau

nontraumatik.

Jenis dislokasi dibedakan berdasarkan letak condylus relatif terhadap fossa articularis tulang

temporal:

- Dislokasi anterior

Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap fossa

articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat interupsi pada

sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim.

Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula sebelum muskulus pterygoid

lateral berelaksasi, mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan

tulang dan keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis, dan

pterygoid menyebabkan trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa

temporalis. Dislokasi jenis ini dapat unilateral atau bilateral. Dislokasi tersebut dibedakan

menjadi akut, kronik rekuren, atau kronik. 3,4

- Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya disebabkan

oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap, anestesi umum, ekstraksi

gigi, muntah, atau kejang. Dislokasi anterior juga dapat terjadi setelah prosedur

endoskopik.

- Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada pasien dengan

faktor risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal (kongenital), kehilangan kapsul

sendi akibat riwayat disloasi sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas.

- Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani sehingga condylus

tetap berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama. Biasanya dibutuhkan

reduksi terbuka.

- Dislokasi posterior biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu. Condylus

mandibularis tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus acusticus externum

akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini.

- Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang berada

dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi pergeseran

condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan nervus fasialis, kontusio

serebri, atau gangguan pendengaran.

- Dislokasi lateral biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser ke arah

lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal kepala.

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor risiko dislokasi TMJ, antara lain: 3,4

- Fossa mandibularis yang dangkal

- Condylus yang kurang berkembang sempurna

- Ligamen TMJ yang longgar

- Penyakit jaringan ikat, misalnya sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos

Epidemiologi

Dislokasi mandibular merupakan keluhan yang jarang pada bagian gawat darurat.

Sebuah penelitian melaporkan dislokasi TMJ terjadi sebanyak 37 kasus pada periode 7 tahun,

pada sebuah rumah sakit dengan 100.000 kasus emergensi per tahun. Dislokasi mandibula

anterior merupakan yang paling sering terjadi dan biasanya akibat penyebab nontraumatik. 3,4

Pada sebuah penelitian terhadap 96 kasus dislokasi TMJ, didapatkan bahwa dislokasi

akut merupakan yang paling sering terjadi (47,9%), diikuti oleh dislokasi kronik (30,2%), dan

dislokasi kronik rekuren (21,9%). Penyebab dislokasi yang tersering ialah menguap terlalu

lebar (45,8%), diikuti oleh kecelakaan lalu lintas (13,5%). Jenis dislokasi yang paling sering

terjadi adalah dislokasi anterior bilateral (89,6%).

BAB II

Diagnosis

Anamnesis

Anamnesis kronologis dan komprehensif dan pemeriksaan fisik pasien, meliputi anamnesis

dan pemeriksaan gigi, penting untuk mendiagnosis kondisi kondisi spesifik untuk menentukan

pemeriksaan lebih lanjut, jika ada, dan untuk memberikan terapi spesifik. 5

a. Pasien mungkin memiliki riwayat penggunaan komputer berlebihan (dihubungkan

dengan terjadinya gangguan TMJ)

b. Satu pertiga pasien memiliki riwayat masalah psikiatri

c. Pasien mungkin memiliki riwayat trauma fasial, perawatan gigi yang buruk, dan atau

stress emosional.

d. Pasien dengan gangguan makan kronik menyebabkan prevalensi tinggi gangguan

TMJ.

e. Banyak pasien dengan gangguan TMJ juga mengalami nyeri leher dan bahu.

f. Dokter sebaiknya menanyakan tentang ‘clenching’ di siang hari atau malam hari.

‘Clenching’ di siang hari memiliki asosiasi yang kuat dengan dislokasi TMJ

dibandingkan dengan bruksisme malam hari.

g. Pasien akan mengeluhkan gejala berikut: 5

Nyeri: nyeri biasanya periaurikuler, dihubungkan dengan mengunyah, dan

menyebar ke kepala tetapi tidak seperti sakit kepala. Mungkin unilateral pada sisi

dislokasi TMJ, kecuali pada rheumatoid arthritis. Nyeri: biasanya sering

dideskripsikan sebagai nyeri yang dalam disertai dengan nyeri tajam yang

intermiten seiring dengan gerakan rahang

‘Klik’, ‘pop’ dan ‘snap’: Suara ini biasanya dihubungkan dengan nyeri pada

dislokasi TMJ. “Klik” dengan nyeri pada dislokasi disk anterior disebabkan oleh

reduksi mendadak dari pita posterior ke posisi normal. Klik terisolasi sangat

umum pada populasi umum dan bukan faktor risiko terjadinya kelainan TMJ.

Episode ‘terkunci’ dan pembukaan rahang yang terbatas; ‘Keadaan terkunci’

dapat terbuka atau tertutup, ‘open lock’ adalah ketidakmampuan untuk menutup

mulut dan terlihat saat dislokasi anterior kondilus mandibular di depan tonjolan

artikuler. Jika tidak dikurangi segera maka sangat menyakitkan. ‘Closed lock’

adalah ketidakmampuan untuk membuka mulut karena nyeri atau perubahan

lokasi sendi.

Nyeri kepala: Nyeri dislokasi tidak seperti nyeri kepala biasa. Dislokasi TMJ

mungkin menjadi pencetus pada pasien untuk mengalami sakit kepala, dan saat

berkaitan dengan dislokasi TMJ akan cenderung untuk menjadi berat secara

alamiah. Beberapa pasien mungkin memiliki riwayat nyeri kepala yang tidak

berrespon terhadap pengobatan. Pencetus dari kelainan TMJ tidak boleh

disingkirkan pada pasien tersebut karena diagnosis penting dalam pengobatan

nyeri kepala ini.

Pemeriksaan Fisik5

a. Observasi

Postur kepala saat menghadap ke depan (dapat menunjukkan dislokasi kondilus

posterior)

Maloklusi rahang, gigi abnormal, dan gigi yang copot

Ketegangan otot atau spasme otot leher ipsilateral

b. Pemeriksaan

Rentang gerakan sendi. Pemeriksa memeriksa pembukaan dan penutupan rahang

serta deviasi lateral bilateral. Rentang normal gerakan untuk pembukaan mulut

adalah 5 cm dan gerakan lateral mandibula adalah 1 cm. Pasien sering

mengurangi pembukaan mulut.

Palpasi: Palpasi terbaik TMJ adalah lateral sebagai lekukan tepat di bawah sudut

zigomatikum, 1-2 cm di depan tragus. Aspek posterior sendi dipalpasi melalui

kanal auditori eksternal. Sendi sebaiknya dipalpasi baik pada posisi terbuka

maupun tertutup dan baik lateral maupun posterior. Saat palpasi, pemeriksa

sebaiknya merasakan spasme otot, konsistensi otot atau sendi, dan bunti sendi.

Otot yang dipalpasi sebagai bagian dari pemeriksaan TMJ lengkap yaitu

masseter, temporalis, pterygoid medial, pterygoid lateral, dan

sternokleidomastoid. Pada disfungsi dan nyeri miofasial terisolasi, ‘klik’ dan

‘kelembutan’ sendi bisanya tidak ditemukan.2

Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar X

Secara umum, sinar x pada daerah gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua golongan: 6

a. Sinar X intraoral

Sinar X intraoral merupakan sinar X dental yang paling umum digunakan. Alat

ini memberikan detail dan gambaran kavitas, memeriksa kesehatan akar gigi dan

tulang di sekitar gigi, memeriksa status perkembangan gigi dan memantau

kesehatan umum dari tulang dan rahang.

i. Bitewing6

Pada pemeriksaan ini pasien menggigit suatu paper tab dan menunjukkan

bagian mahkota pada gigi atas dan gigi bawah bersama

ii. Periapikal6,7

Periapikal menunjukkan satu atau dua gigi yang lengkap mulai dari mahkota

hingga akar.

iii. Palatal (disebut juga oklusal) 6,7

Sinar x palatal atau oklusal menangkap keseluruhan gigi atas dan bawah pada

satu tembakan sementara film diletakkan pada permukaan gigitan dari gigi.

b. Sinar X ekstraoral

Sinar X ekstraoral menunjukkan gigi, tetapi fokus utamanya adalah rahang dan

tengkorak. Alat yang termasuk golongan ini tidak menyediakan detail yang

ditemukan pada sinar X intraoral sehingga tidak digunakan untuk mendeteksi

kavitas atau mengidentifikasi masalah gigi per gigi. Alat ini digunakan untuk

melihat gigi impaksi, memantau tumbuh-kembang rahang dalam hubungannya

dengan gigi-geligi dan mengidentifikasi masalah potensial antara gigi dan rahang

beserta TMJ.

i. Panoramik

Sinar x panoramik membutuhkan suatu alat khusus untuk berotasi

mengelilingi kepala. Sinar x menangkap keseluruhan rahang dan gigi-geligi

dalam satu tembakan. Alat ini digunakan untuk merencanakan terapi bagi

implan gigi, memeriksa gigi geraham bungsu, dan mendeteksi masalah

rahang. Panoramik tidak bagus dalam mendeteksi kavitas, kecuali

kerusakannya sangat parah dan dalam.

ii. Tomogram 6

Tomogram menunjukkan lapisan khusus atau potongan dari mulut sementara

yang lain dibuat buram. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa

struktur yang sulit dilihat secara jelas, misalnya karena struktur lainnya sangat

dengan dengan struktur yang akan dilihat.

iii. Proyeksi Sefalometri 6

Menunjukkan keseluruhan sisi kepala. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk

memeriksa gigi-geligi dengan hubungan terhadap rahang dan profil individu.

Ahli ortodonti menggunakan jenis sinar X ini untuk mengembangkan rencana

terapi ini.

iv. Sialografi 6

Sialografi melibatkan visualisasi kelenjar saliva setelah injeksi pewarnaan.

Pewarnaannya disebut agen kontras radioopak yang diinjeksikan menuju

kelenjar saliva sehingga organ tersebut dapat dilihat melalui film sinar X.

2. Computed Tomography

Disebut juga CT-scan. menunjukkan struktur interior tubuh sebagai gambaran tiga

dimensi. Jenis sinar x ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah pada tulang

wajah, seperti tumor atau fraktur. 6

3. MRI (Magnetic Ressonance Image)

MRI baik untuk menunjukkan delineasi dari posisi diskus dan jaringan lunak dari

TMJ. Perforasi diskus dan adhesi sendi tidak dapat ditunjukkan oleh MRI8

BAB III

TATALAKSANA & KOMPLIKASI

Memutuskan terapi yang tepat9,10

Sampai saat ini masih belum ada panduan yang disetujui untuk mendiagnosis kelainan

temporomandibular, begitu pulat erapi yang terbaik. Kebanyakan ahli setuju, terapi

konservatif, non-bedah adalah langkah yang tepat untuk memulai. Pembedahan dan terapi

invasive lain, seperti injeksi dapan menyebabkan masalah dan digunakan sebagai langkar

terakhir. Kelainan TM biasanya sementara dan tidak memburuk. Pada pasien – pasien ini,

gejala dapat dikurangi dengan terapi tunggal yang dapat dilakukan di rumah. Kadang gejala

menghilang tanpa dilakukan terapi sama sekali atau kambuh kembali.

Adapun terapi yang dianjurkan adalah:

Makanan lunak

Dengan memakan makanan yang tidak perlu banyak dikunya, rahang – termasuk sendi

temporomandibular dan otot pengunyahah- mendapatkan kesempatan untuk beristirahat dan

sembuh. 9,10,11

Makanan seperti berikut sebaiknya dihindari: 9,10,11

Makanan besar atau tebal yang perlu membuka mulut dengan lebar

Lengket

Keras, atau renyah

Bila mungkin, makanan dipotong – potong menjadi kecil sehingga mudah dikunyah, makan

yang terbaik adalah makanan yang lunak dan hanya perlu sedikit dikunyah, misalnya:

Yogurt

Soup

Ikan

Pada beberapa orang, gejala menghilang setelah dua atau tiga minggu diet makanan lunak.

Kompres es, latihan dan kompres hangat9,10,11 –

Dengan mengompres sisi wajah + akan melemaskan otot – otot yang menyebabkan spasme,

kemudian dilanjutkan dengan latihan peregangan seperti:

Meletakkan ibu jari kiri di bawah gidepan rahang atas

Letakkan Jari telunjuk dan tengah kanan di atas gigi depan rahang bawah

Secara perlahan, tarik rahang dengan menggunakan tangan.

Bila perlu, pasien dapat dianjurkan berkonsultasi kepada terapis fisik. Rutinitas ini kemudian

diakhiri dengan menempelkan handuk hangat atau kain basah ke sisi wajah + 5 menit, latihan

ioni sebaiknya dilakukan beberapa kali dalam sehari. 9,10,11

Obat – Obatan

Obat yang dapat diberikan antara lain:

Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs), seperti aspirin atau ibuprofen untuk

meredakan nyeri otot dan pembengkakan. 9,10,11Pemberiannya untuk jangka pendek

dan berdasarkan basis regular, bukan pada saat diperlukan selama 2-4 minggu dan

kemudian dilakukan tapering off13

Narkotik diberikan pada pasien dengan nyeri akut berat dan tidak boleh diberikan

lebih dari 10-14 hari.13

Bila NSAID tidak efektif meredakan nyeri, dapat diberikan dosis rendah antidepresan

trisiklik dengan anti muskarinik. 9-11 Obat –obatan ini menghambat transmisi nyeri dan

mengurangi bruxisme malam hari. Jenis yang biasa digunakan adalah Amitriptyline

and nortriptyline dalam dosis kecil. 12

Relaxan otot untuk melemaskan otot rahang seperti diazepam, methocarbamol, and

cyclobenzaprine diberikan dalam dosis efektif terendah.9,12

Splint — Splint yang dipakai didesain untuk seluruh gigi dan ditujukan untuk mencegah gigi

atas dan bawah menyatu sehingga menyulitkan pasien mengatupkan rahangnya. Kerja splint

adalah dengan mengambil tekanan sendi dan otot rahang sehingga memberikan kesempatan

untuk beristirahat dan menyembuhkan diri. Pemakaian splint harus sesuai anjuran dokter dan

tidak boleh dipakai terlalu lama karena akan mengubah gigitan. 1,2 Jenis splint yang dapat

dipakai adalah anterior repositioning splint dan autorepositional splints.4 Faktor – factor yang

mempengaruhi penyembuhan dengan penggunaan splint diperkirakan adalah perubahan

hubungan oklusal, redistribusi gaya oklusi pada gigitan dan perubahan hubungan structural

dan gaya pada TMJ.12

Terapi

Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan pada tata laksana dislokasi temporomandibular merupakan cara terakhir

yang dipilih setelah terapi non pembedahan lainnya. Terapi pembedahan bersifat ireversibel

dan terkadang menimbulkan rasa sakit bahkan kerusakan rahang. Tujuan utama dari terapi

pembedahan adalah:

Menghilangkan nyeri dan membatasi progresivitas penyakit degeneratif

Memperbaiki range of motion dari rahang

Restorasi oklusi fungsional dan anatomi

Terdapat dua tipe pembedahan pada kelainan temporomandibular:

1. Artosentesis

Artrosentesis meliputi pencucian sendi dengan cairan yang diinjeksikan ke dalam ruang

sendi dengan spuit. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal secara intravena.

2. Artroskopi

Artroskopi membutuhkan anestesi umum. Ketika pasien sudah dalam kondisi tidak sadar,

dokter bedah akan melakukan insisi kecil pada depan telinga. Setelah itu, dimasukkan alat

melalui lubang ini sehingga bisa terlihat area sekitar temporomandibular.

3. Pembedahan sendi terbuka

Pembedahan ini baru dilakukan jika ada indikasi seperti:

a. Degenerasi sendi temporomandibular

b. Tumor

Sebelum terapi pembedahan dilakukan, terapi dental splint atau terapi non bedah lain dapat

dilakukan agar otot lebih relaksasi.

Ekuilibrasi

Terapi ekuilibrasi oklusi merupakan salah satu terapi yang sering dilakukan oleh dokter gigi

untuk memperbaiki kondisi dislokasi temporomandibular. Ekuilibrasi oklusi dapat

meningkatkan stabilitas dan ortopedik. Hal ini kemudian dapat meningkatkan fungsi

mastikasi. Pada ekuilibrasi, dilakukan penyesuaian sendi rahang, otot rahang dan giig agar

ototnya berada dalam keadaan rileks, sendi rahang stabil, gigi geligi rahang atas dan bawah

dapat berkontak.

Langkah-langkah ekuilibrasi:

1. Memposisikan sendi rahang dalam posisi stabil(centric relation position). Otot

rahang harus diistirahatkan saat melakukan manuver ini. Pada umumnya, dokter gigi

menggunakan teknik manipulasi bimanual.

2. Penyesuaian gigi dan melakukan plaster gigi.

Komplikasi

Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain yang

disebabkan oleh TMJ sindrom. 16

Komplikasi dari TMJ dapat berupa:

sakit kepala

sakit pada rahang

bunyi “clik-clik” pada rahang.16

arthritis

facial pain

Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain yang

disebabkan oleh TMJ sindrom. 17

Arthritis TMJ

Infectious arthritis, traumatic arthritis, osteoarthritis, RA, dan secondary degenerative

arthritis dapat menyebabkan TMJ.

Infectious arthritis

Infeksi pada TMJ dapat disebabkan dari ekstensi langsung dari infeksi yang berdekatan atau

melalui sistem hematogen. Area ini akan inflamasi dan gerakan dari rahang akan terbatas. X-

ray dapat negatif pada stage awal tetapi lama-kelamaan dapat menggambarkan gambaran

destruksi tulang. Jika dicurigai arthritis supuratif, maka dapat dilakukan aspirasi pada sendi

untuk konfirmasi diagnosis dan untuk mengidentifikasi organisme penyebab. Diagnosis harus

cepat untuk mencegah kerusakan sendi permanent.

Terapi berupa antibiotik, perbaiki status hidrasi, anti nyeri, dan batasi pergerakan sendi.

Penicilin parenteral merupakan obat pilihan utama sampai spesifik bakteri ditemukan. Jika

infeksi sudah teratasi, jaw-opening exercises dapat membantu mencegah scarring dan

keterbatasan gerak. 18

Traumatic arthritis

Jarang. acute injury (contoh: intubasi endotrakeal) dapat menyebabkan arthritis pada TMJ.

Dapat terjadi nyeri, tenderness,dan keterbatasan gerak. Diagnosis berdasarkan anamnesis.

Hasil x-ray negatif, kecuali ketika terjadi intra-articular edema atauhemoragik yang meluas

pada ruang sendi. Terapi berupa NSAIDs, diet makan lunak dan restriksi dari pergerakan

sendi. 18

Osteoarthritis

TMJ dapat terkena, terutama pada usia > 50 tahun. Biasanya pasien mengeluh kaku,grating,

dan mild pain.pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan krepitasi. Sendi yang terkena pada

umumnya bilateral. X-rays dan CT scan dapat menunjukkan flattening and lipping pada

condyle. Terapi berupa simptomatik. 18

Rheumatoid arthritis

 Dapat mengenai TMJ > 17% pada dewasa dan pada anak dengan RA, tetapi biasanya TMJ

merupakan sendi terakhir yang terkena. Nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak merupakan

yang paling serig ditemkan. Pada anak, destruksi condyle mengakibatkan gangguan

pertumbuhan mandibular dan deformitas wajah. Dapat juga terjadi ankilosis. X-rays biasanya

negatif pada stage awal, tetapi lama kelamaan menunjukkan destruksi tulang., yang

mengakibatkan anterior open-bite deformity.

Terapi sama dengan RA pada sendi lain. Pada keadaan akut, dapat diberikan NSAIDs

membatasi gerakan sendi. Night guard atau splint terkadang menbantu. Bedah diperlukan

apabila terjadi ankilosis. 18

Secondary degenerative arthritis

Arthritis tipe ini mengenai usia 20-40 setelah trauma atau dengan persistent myofascial pain

syndrome. Gejala biasanya terbatas saat membuka mulut, unilateral pain, dan krepitus.

Diagnosis berdasarkan x-rays, yang biasanya menunjukkan condylar flattening, lipping,

spurring, or erosion. 18

DAFTAR PUSTAKA

1. National Institute of Dental and Craniofacial Research. TMJ disorders. June 2006.

2. Okeson JP.Management of temporomandibular disorders and occlusion.5th

ed.2003.St.Louis:Mosby p.93-107

3. Mandible dislocation. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/823775.

4. Ugboko VI, Oginni FO, Ajike SO, Olasoji HO, Adebayo ET.  Asurvey of

temporomandibular joint dislocation : aetiology, demographics, risk factors and

management in 96 nigerian cases . International journal of oral and maxillofacial surgery,

2005;34(5):499-502. Diunduh dari: http://cat.inist.fr/?

aModele=afficheN&cpsidt=16863452.

5. Sumber: Ault J, Berman SA. Temporomandibular joint disorder. 2009. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1143410-diagnosis

6. Dental x-rays. The New Yortk Times [online edition].2009 [cited 2009 may 26]. May 26

available from. http://health.nytimes.com/ health/guides /test /

dental-x-rays/overview.html

7. Temporomadibular joint disorder. 2008 [cited 2009 may 26] sept 2006. Available from:

http://medicinenet.com_temporomadibular_joint_disorder/page3.htm#4howare

8. Rao VM, Farole A, Karasik D. Temporomandibular joint dysfunctioncorrelation of mr

imaging, arthrography, and arthroscopy. Vol .174 .1990 [cited 2009 may 26] march

9. Treatment of Temporomandibular Disorders. Diunduh dari www.colgate.com.

Sitasi tanggal 26 Mei 2009.

10. Treatment of Temporomandibular Disorders. Diunduh dari

http://www.simplestepsdental.com/SS/ihtSS/r.WSIHW/st.28829/t.32766/pr.3.html. Sitasi

tanggal 26 Mei 2009.

11. Temporomandibular Joint Disorders. Diunduh dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Temporomandibular_joint_disorder\. Sitasi tanggal 26 Mei

2009.

12. Temporomandibular Disorders: Treatment and medication. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1143410-treatment. Sitasi tanggal 26 Mei 2009.

13. NURINA

14. NURINA

15. NURINA

16. http://tmj.boomja.com/Complications-of-TMJ-24007.html

17. http://www.wrongdiagnosis.com/t/tmj_syndrome/complic.htm

18. http://www.merck.com/mmpe/sec08/ch097/ch097c.html