disiplin pegawai negeri sipil di kantor...
TRANSCRIPT
i
DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR KEMENTERIAN
AGAMA KOTA JAKARTA SELATAN
(Studi Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 dan
Peraturan Menteri Agama Nomor 28 Tahun 2013)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh :
Yulita Rosalina
1110048000045
KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA
P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1438H/2017M
v
ABSTRAK
Nama :YULITA ROSALINA
NIM : 1110048000045
Prodi/Konsentrasi : Ilmu Hukum / Hukum Kelembagaan Negara
Judul Skripsi : DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR
KEMENTERIAN AGAMA KOTA JAKARTA SELATAN
(Studi Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 28 Tahun 2013)
Penelitian ini berangkat dari latar belakang rendahnya disiplin Aparatur
Negara khusunya Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga tidak dapat mewujudkan
pemerintahan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran
betapa pentingnya kedisiplinan bagi Aparatur Negara sebagai pelaksana
penyelenggara negara dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik karena
tegak atau runtuhnya negara tergantung dari sumber daya manusianya yaitu
Aparatur Negara. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan pemberdayaan disiplin PNS sebagai aparatur pemerintah,
abdi negara dan abdi masyarakat juga dapat memberikan kontribusi pemikiran dan
wacana dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
khususnya dalam hal pelaksanaan peraturan kepegawaian bagi PNS.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian empiris
adalah penelitian lapangan dengan atas dasar kepustakaan, yaitu penelitian
terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Dimana yang dikaji adalah aturan-
aturan yang tertulis dalam perundang-undangan, norma, ataupun kaidah lainnya
serta melakukan wawancara terhadap responden dan melalui observasi
(pengamatan) langsung.
Hasil penelitian menunjukan bahwa masih ditemukan pelanggaran disiplin
yang dilakukan oleh PNS sehingga memperburuk citra birokrasi negara Indonesia
dan kinerja dari PNS itu sendiri. Upaya-upaya dalam meningkatkan disiplin PNS
terus dilakukan dalam rangka meningkatkan kedisiplinan PNS itu sendiri.
Kata Kunci: Kedisiplinan, Pegawai Negeri Sipil, dan Kementerian Agama Jakarta
Selatan.
Pembimbing: Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum
Daftar pustaka: 1975 sampai 2011
vi
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بسم للا الر
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang
dengan limpahan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa peneliti haturkan pula kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke
zaman yang terang benderang ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana
Hukum (SH) pada Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara, Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
peneliti miliki, serta dengan bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang
dengan sabar berusaha meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan
bimbingan yang akhirnya penelitian skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sebagai ungkapan rasa syukur, peneliti menyampaikan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Para Wakil Dekan.
vii
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Dosen Pembimbing yang telah bersedia
memberikan saran, kritik, bantuan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan
berlangsung, dan segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.
5. Orang tua tercinta, H. Aslih Kurniawan, S.H., M.M., M.si. dan Hj.
Nurhasanah, S.Pd.I. yang telah membesarkan, mendidik, memotivasi dan
selalu mengirimkan doa serta mencurahkan kasih sayangnya kepada peneliti.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada
keduanya. Kakak-kakak tersayang, Lukman Hakim., S.H., M.H. dan Zainal
Arifin., S.E., serta adik Anindia Putri Lestari yang selalu senantiasa
mendoakan dan memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan semasa kuliah khususnya Kelas Ilmu Hukum
B dan Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara, terima kasih untuk
kebersamaannya dalam suka maupun duka selama berada dalam studi Ilmu
Hukum. Sahabat-sahabat terbaik sedari MI, MTs, sampai MA yang telah
turut menghibur peneliti dalam masa-masa sulit kala studi dan penelitian
skripsi ini.
viii
7. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikannya (Amin).
Peneliti mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf apabila
terdapat kata-kata di dalam penelitian ini yang kurang berkenan bagi pihak-pihak
tertentu. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dijadikan
rujukan penyusunan skripsi selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 20 Juli 2017
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….…………………i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .………..………………………..ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………..iii
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………iv
ABSTRAK ………………………………………………………………………v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ……………………………….……..1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………....……6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………..……..……7
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ……………………...…8
E. Metode Penelitian ……………………………………...……10
F. Metode Penulisan …………………………………...……….14
G. Sistematika Penulisan ………...……………………….……14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Disiplin Kerja Pegawai
1. Pengertian Disiplin ………………………………..…….16
2. Disiplin Kerja ………………………………………..….27
B. Pengertian dan Sejarah PNS di Indonesia
1. Pengertian PNS …………………………………………19
x
2. Sejarah PNS ……………………………………….……22
C. Perihal PNS
1. Dasar Hukum ……………………………………………23
2. Hak dan kewajiban ………………………………..…….24
3. Tugas dan Fungsi ……………………...……………...…26
4. Peraturan Jam Kerja PNS …..……………...…………….28
D. Teori Birokrasi …………………………...…………………29
E. Pusat Birokrasi di Indonesia
1. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara …………33
2. Badan Kepegawaian Negara ……………………….……37
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
KOTA JAKARTA SELATAN
A. Profil Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan …...40
B. Visi Misi dan Tugas Fungsi Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Selatan …………….....................................................43
C. Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Selatan …………………………………………...…………..45
BAB IV PELAKSANAAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
KEMENTERIAN AGAMA KOTA JAKARTA SELATAN
A. Kedisiplinan Jam Kerja PNS di Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Selatan ………………………………….…….48
B. Upaya Peningkatan Disiplin PNS di Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Selatan ……………….………..……….59
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………..…………………..72
B. Saran ……………………………………………...…………73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Definisi negara sebagaimana yang dijelaskan Aristoteles adalah
perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya
dapat berdiri sendiri sepenuhnya hingga menjadi negara, dengan tujuan
kesenangan dan kehormatan bersama.1 Untuk mencapai yang demikian itu
negara membutuhkan aparatur ataupun pegawai pemerintah guna pelaksanaan
fungsi negara tersebut. Fungsi pemerintah beserta aparaturnya terhadap
masyarakat adalah melayani (service function) dan mengatur (regulating
function). Kedua fungsi tersebut dijalankan untuk dapat mensejahterakan
rakyat.
Pemerintah berupaya memenuhi dan melayani sendiri kebutuhan-
kebutuhan masyarakat, disamping itu pemerintah mengatur segala bidang agar
segala sesuatu tertib dan teratur. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut
diperlukan pegawai negeri yang mempunyai kemampuan melaksanakan tugas
secara profesional dan bertanggungjawab dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme.
Seorang pegawai negeri juga wajib setia dan taat kepada Pancasila
sebagai filsafah dan ideologi negara, Undang-undang Dasar Negara Republik
1 Soehino, S.H, Ilmu Negara, (Yogyakarta : Liberty, 2008, Cet. VIII), h. 25.
2
Indonesia 1945, negara dan pemerintah. Kesetiaan dan ketaatan penuh ini
berarti bahwa pegawai negeri berada sepenuhnya dibawah pimpinan
pemerintah, dan sebagai abdi masyarakat pegawai negeri harus memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.2 Sebagai abdi negara dan
abdi masyarakat setiap pegawai negeri harus mampu meletakan kepentingan
negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sebagaimana terlihat sepanjang sejarah, maka kedudukan dan peranan
Pegawai Negeri adalah penting dan menentukan, karena Pegawai Negeri
adalah unsur aparatur negara, untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional.3 Tujuan
pembangunan nasional salah satunya adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur yang merata dan berkesinambungan antara
materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.4
Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
Pembangunan Nasional sangatlah bergantung terhadap kesempurnaan aparatur
negara. Kemudian kesempurnaan aparatur negara pada dasarnya bergantung
pada kesempurnaan dari Pegawai Negeri itu sendiri. Dalam pelaksanaan
tugasnya, aparatur negara dituntut untuk melakukan pelayanan dan
pengayoman kepada masyarakat dengan baik. Dengan demikian aparatur
2Rozali Abdullah, Hukum Kepegawaian, (Jakarta, CV. Rajawali, 1986), h. 18.
3Nainggolan, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta, Pertja, 1987), h. 23.
4Nainggolan, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, h. 23.
3
negara harus menciptakan image “bersih dan berwibawa” di tengah-tengah
iklim persaingan yang mewarnai kehidupan nasional saat ini.
Saat ini Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan pekerjaan yang paling
diminati para pencari kerja. Hal tersebut bukan hanya adanya jaminan
penghasilan hingga masa tua atau pensiun, melainkan juga adanya status
sosial baru dalam kalangan pemerintah. Ada sejumlah permasalahan yang
dihadapi oleh birokrasi Indonesia berkenaan dengan Sumber Daya Manusia
(SDM). SDM yang dimaksudkan adalah Pegawai Negeri Sipil yang
ditempatkan dan bekerja di lingkungan birokrasi untuk menjalankan tugas
pokok dan fungsi sebagaimana telah ditetapkan. Permasalahan tersebut antara
lain besarnya jumlah PNS dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke
tahun, rendahnya kualitas dan ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki,
kesalahan penempatan dan ketidakjelasan jalur karier yang dapat ditempuh.5
Terkait kondisi kinerja PNS, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,
Taufiq Effendi mengakui, saat ini masih terdapat banyak kekurangan.
Beberapa diantaranya, disiplin pegawai rendah, motivasi kurang, budaya dan
etos kerja rendah, kualitas pelayanan buruk, tingkat korupsi tinggi, dan
produktivitas rendah.6 Berdasarkan hasil observasi mengenai pembangunan
menunjukan bahwa hambatan pelaksanaan pembangunan terkadang justru
5Ambar Teguh Sulistiyani, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia,
(Yogyakarta, Penerbit Gaya Media, 2004), h. 329.
6 Kompas, 8 Mei 2008, “pemerintah akan naikkan gaji PNS 20 persen”, diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2008/05/08/19205050/about.html.
4
muncul dari kalangan Aparatur Negara sendiri. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh The Liang Gie adalah sebagai berikut :
“Dalam praktek, Pegawai Negeri Indonesia pada umumnya masih
banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai,
sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan
nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir
mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis
melainkan kesatuan pada bagian– bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan
corak yang berbeda serta kurang menghargai ketepatan waktu“.7
Indonesia sebagai negara hukum telah memberikan kepastian hukum
dalam mengatur aparatur pemerintah demi menghindari kekuasaan absolut
Presiden dan kesewenang-wenangan pemerintah terhadap pegawainya.8 Cara
yang paling baik untuk membatasi kekuasaan yang absolut adalah melalui
Peraturan Perundang-Undangan, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
dan Peraturan Perundang-Undangan Lainnya.
Di era sekarang ini, sungguh ironis dikarenakan meskipun sudah ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus mengenai Kode
Etik PNS maupun mengenai Hak dan Kewajibannya, PNS yang berdaya guna
dan efektif masih sangat jauh dari harapan. Banyaknya keluhan yang datang
dari masyarakat menunjukkan masih adanya berbagai keterbatasan pada
aparatur pemerintahan ini. Sering terdengar keluhan masyarakat terutama
tentang pelayanan para aparat pemerintahan. Berbagai keluhan akan
7 S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian , (Gunung
Agung, Jakarta , 1983), h. 42.
8 Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Cet. VII (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2008), h. 131.
5
kelambatan pelayanan tersebut tidak saja disebabkan oleh kuantitas maupun
kualitas aparatur, tetapi juga dapat disebabkan karena masalah kedisiplinan.9
Ironisnya lagi, ketidakdisiplinan dalam bekerja ini dilakukan oleh
hampir semua tingkatan PNS. Mulai dari pegawai rendahan sampai para
pejabat, mulai dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar dan prinsipil.
Sebagai abdi masyarakat dan juga abdi Negara sepertinya sudah terlupakan.10
Salah satu indikasi rendahnya kualitas PNS tersebut adalah adanya
pelanggaran disiplin yang banyak dilakukan oleh PNS. Salah satu upaya
meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut sebenarnya
Pemerintah Indonesia telah memberikan suatu regulasi dengan di
keluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53
tersebut, ditetapkan dalam Surat Edaran Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010.
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud adalah
peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban –
kewajiban tidak ditaati atau dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil.11
Dengan
maksud untuk mendidik dan membina Pegawai Negeri Sipil, bagi mereka
9 Badan Kepegawaian Negara, Wacana Pengembangan Kepegawaian, (Jakarta, Badan
Kepegawaian Negara, 2002), h.7
10 Kabar Indonesia, “Disiplin PNS Memprihatinkan”, artikel diakses pada 16 Februari 2009 dari
www.kabarindonesia.com.
11
Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia, (Yogyakarta, Liberty, 1988), h. 121.
6
yang melakukan pelanggaran atas kewajiban dan larangan dikenakan sanksi
berupa hukuman disiplin.12
Berdasarkan uraian diatas, maka timbulah kewajiban dan hak setiap
Pegawai Negeri Sipil. Salah satu kewajibannya yaitu setiap Pegawai Negeri
wajib mentaati peraturan jam bekerja dan tata tertib pekerjaan. Peraturan jam
bekerja ditetapkan oleh menteri yang diserahi urusan pegawai, sedang tata
tertib pekerjaan diatur dengan keputusan menteri yang bersangkutan.13
Namun
pada kenyataannya sekarang ini nampak lebih banyak pegawai negeri yang
kurang disiplin dalam bekerja. Terutama dalam disiplin waktu kerja seperti
halnya keterlambatan hingga mangkir dari kewajibannya untuk bekerja.
Dari penjelasan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk memilih
judul penelitian dalam tugas akhir “DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA JAKARTA SELATAN (Studi
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 dan Peraturan
Menteri Agama Nomor 28 Tahun 2013)”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah mengenai kedisiplinan dalam
kalangan pegawai negeri, maka peneliti membatasi penelitian ini pada
kedisiplinan jam kerja PNS di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
12
M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, (Jakarta, PT. Purel Mundial,
1992), h. 85.
13Sastra Djatmika dan Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, (Jakarta, Djamban, 1975), h.
152.
7
Selatan. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri dan Peraturan Menteri Agama Nomor 28
Tahun 2013 tentang Disiplin kehadiran PNS di Kementerian Agama, dan
upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin kerja yang
diterapkan di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan.
2. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana kedisiplinan jam kerja PNS di Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Selatan?
b. Apa saja upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin PNS di
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti, yaitu:
a. Untuk mengetahui kedisiplinan jam kerja PNS di Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan
disiplin PNS di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan.
8
2. Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini peneliti membedakan manfaat menjadi
dua, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
1) Untuk dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan tingkat
kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur pemerintah, abdi
negara, dan abdi masyarakat.
2) Untuk memperkaya ilmu pengetahuan baik di bidang Hukum pada
umumnya maupun di bidang Hukum Kelembagaan Negara pada
khususnya.
b. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran dan wacana bagi para elit eksekutif dan legislatif dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa khususnya
dalam hal pelaksanaan peraturan kepegawaian bagi Pegawai Negeri
Sipil, serta bagi masyarakat luas agar berperan serta aktif dalam
mengevaluasi kinerja aparatur negara.
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Tinjauan kajian terdahulu perlu dilakukan untuk menguasai teori yang
relevan dengan topik atau masalah penelitian dan rencana model analisis yang
akan dipakai. Idealnya penulis dapat mengetahui hal-hal apa yang telah diteliti
9
dan yang belum diteliti, sehingga tidak terjadi duplikasi atau plagiat
penelitian.
Agysta Shahnaz, dengan judul skripsi “Patologi birokrasi:
Pelanggaran hukum terhadap peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil
(studi kasus di lingkungan satuan polisi pamong praja provinsi DKI
Jakarta)”. Metode yang digunakan adalah metode yuridis empiris, yang
dilakukan pada tahun 2010. Pada skripsi tersebut membahas tentang
pelanggaran disiplin oleh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan satuan polisi
pamong praja provinsi DKI Jakarta beserta dengan hukumannya.
Muhamad Haryono, dengan judul skripsi “Penegakan hukuman
disiplin berat bagi Pegawai Negeri Sipil di pemerintahan kota Bandung
provinsi Jawa Barat”. Metode yang digunakan adalah metode yuridis
sosiologis, yang dilakukan pada tahun 2012. Pada skripsi tersebut lebih
menitikberatkan tentang proses penegakan hukuman berat bagi Pegawai
Negeri Sipil yang melanggar peraturan disiplin di pemerintahan kota
Bandung.
Rozali Abdullah, SH. dengan judul buku “Hukum Kepegawaian”.
Diterbitkan oleh CV Rajawali pada tahun 1986, cetakan pertama. Dalam buku
tersebut hanya membahas teori terkait Pegawai Negeri Sipil, seperti fungsi
dan peranan serta pengadaan dan pembinaan pegawai negeri sipil, kewajiban
dan hak-hak pegawai negeri sipil, kenaikan pangkat pegawai negeri sipil, dan
pemberhentian pegawai negeri sipil.
10
Helman Fachri dan Peri Irawan, dengan judul jurnal “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Pegawai di RRI Pontianak”. Metode
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Dalam jurnal ini
menjelaskan tentang faktor apa saja yang mempengaruhi disiplin kerja.
Dari tinjauan (review) kajian terdahulu yang telah disebutkan diatas,
perbedaan terhadap karya peneliti adalah pembahasan dan objek
penelitiannya. Dimana pembahasan yang peneliti fokuskan adalah tentang
penerapan disiplin jam kerja, dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
disiplin kerja.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan
pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan
suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam
gejala yang bersangkutan.14
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian hukum empiris.
Penelitian hukum empiris atau sosiologis yaitu penelitian hukum yang
memperoleh datanya dari data primer atau data yang diperoleh langsung
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ( Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986,
cet.III), h.43
11
dari masyarakat.15
Penelitian sosial empiris didasarkan pada kenyataan di
lapangan atau melalui observasi (pengamatan) langsung.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kasus (casus approach) yang dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kasus mengenai permasalahan kedisiplinan pegawai negeri
sipil di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan dengan tetap
melihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Menteri Agama Nomor 28
Tahun 2013 tentang Disiplin kehadiran Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Agama.
3. Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan penulis yaitu :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer
meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.16
Bahan
Hukum primer yaitu bahan yang berisi ketentuan hukum mengikat dan
tertulis. Seperti halnya peraturan perundang-undangan maupun
15
Yulianto Achmad dan Mukti Fajar, Dualisme penelitian hukum normatif dan Empiris.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 154
16
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008, cet.IV),
h.51.
12
peraturan pemerintah yang terkait. Dalam penelitian ini yang termasuk
bahan hukum primer adalah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan Menteri
Agama Nomor 28 Tahun 2013 tentang Disiplin kehadiran Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Agama.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum
yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang
hukum meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan
komentar-komentar atas putusan pengadilan.
c. Bahan non-hukum
Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder yang dipandang perlu. Bahan-bahan non-hukum
tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas wawasan
peneliti. Bahan non-hukum dapat diperoleh dengan cara wawancara
dengan seseorang agar mendapatkan informasi yang lebih jelas dalam
melakukan suatu penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Bila
dilihat dari sumber hukum, maka pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
13
a. Studi Pustaka
Dimana peneliti melakukan studi terhadap bahan atau literature
kepustakaan seperti halnya terhadap peraturan yang terkait.
b. Observasi
Mengenai hal yang terkait dengan penelitian ini dengan
melakukan pemantauan terhadap objek penelitian ini yaitu Pegawai
Negeri Sipil Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan.
c. Wawancara
Pengambilan data di lapangan secara langsung kepada responden
dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Selatan dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan
penelitian yang peneliti lakukan.
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematik
data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun dari hasil
wawancara langsung, catatan lapangan dan bahan-bahan lain tersebut
kemudian disesuaikan dengan aturan yang ada secara sistematis sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, dalam hal ini peneliti
mengadakan suatu penelitian dengan cara mengumpulkan data dari buku-
buku, karya ilmiah, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian ini, pengamatan langsung terhadap
14
objek penelitian, dan pengambilan data di lapangan dengan wawancara
kepada responden.
Seluruh data yang diperoleh kemudian di olah dan di analisis secara
kualitatif, maka sampailah peneliti menyajikan data tersebut ke dalam bab-
bab dan sub-sub bab nya.
F. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok
penelitian penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam
mempelajari tata urutan, maka peneliti dalam menggunakan teknik penulisan
ini berdasarkan buku “PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI FAKULTAS
SYARIAH DAN HUKUM 2017” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dan sistematis maka penulis melakukan
klasifikasi pada penelitian ini dalam uraian per bab.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka terdahulu, metode dan teknik
penulisan, dan sistematika penulisan.
15
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menerangkan tentang pengertian disiplin pegawai,
pengertian dan sejarah PNS di Indonesia, dasar hukum mengenai
PNS, hak dan kewajiban PNS, dan tugas dan fungsi PNS, jam
kerja PNS, teori birokrasi serta pusat birokrasi di Indonesia.
BAB III : GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
KOTA JAKARTA SELATAN
Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan, visi dan misi, tugas
dan fungsi, serta struktur organisasi di kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta selatan.
BAB IV : PELAKSANAAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
KEMENTERIAN AGAMA KOTA JAKARTA SELATAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang bagaimana kedisiplinan PNS
dalam hal jam kerja di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Selatan dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk
meningkatkan disiplin PNS di Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Selatan.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang dikemukakan
oleh penulis yang didapatkan berdasarkan pemaparan pada bab-
bab sebelumnya.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Disiplin Kerja Pegawai
1. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari kata Latin discipulus yang berarti siswa atau
murid. Di bidang psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan dengan
perkembangan, latihan fisik, dan mental serta kapasitas moral anak
melalui pengajaran dan praktek. Kata ini juga berarti hukuman atau latihan
yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan. Makna lain
dari kata yang sama adalah seseorang yang mengikuti pemimpinnya.1
M. Situmorang dan Jusuf Juhir berpendapat bahwa adapun yang
dimaksud dengan disiplin ialah ketaatan, kepatuhan dalam menghormati
dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada
keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.2
Menurut Wirjo Surachmad dalam buku Wawasan Kerja Aparatur
Negara, menjelaskan pengertian disiplin adalah : “sikap mental yang
tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau
masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan
yang ditetapkan Pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang berlaku
1Dolet Unaradjan, Manajemen Disiplin, (Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), h.8.
2
Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat di Lingkungan
Aparatur Pemerintah, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1994), h. 153.
17
dalam masyarakat”.3 Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang
menjadi tanggung jawabnya.
Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun
pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah
peraturan. Di samping beberapa pengertian mengenai disiplin pegawai
tersebut di atas, A.S. Moenir mengemukakan bahwa : “Disiplin adalah
ketaatan yang sikapnya impersonal, tidak memakai perasan dan tidak
memakai perhitungan pamrih atau kepentingan pribadi”.4
Selanjutnya
untuk lebih memperjelas arti dan makna disiplin kerja, Alex S.
Nitisemitoantara lain mengemukakan, bahwa kedisiplinan lebih dapat
diartikan suatu sikap atau perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau instansi
yang bersangkutan baik secara tertulis maupun tidak tertulis.5
2. Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku yang berniat
untuk mentaati segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran
diri untuk menyesuaikan dengan peraturan organisasi. Ada dua macam
disiplin kerja, yaitu:
a. Disiplin diri (self discipline)
3 Wirjo Surachmad, Wawasan Kerja Apartur Negara, ( Jakarta, Pustaka Jaya, 1993), h.24.
4A.S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, (Jakarta,
Gunung Agung, 1983), h. 152.
5Alex S. Nitisemito, Manegemen Sumber Saya Manusia, (Jakarta, Sasmito Bross, 1980), h. 260.
18
Disiplin diri merupakan disiplin yang dikembangkan atau dikontrol
oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari
tanggung jawab pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilai-
nilai yang ada diluar dirinya. Disiplin diri merupakan hasil proses
belajar (sosialisasi) dari keluarga dan masyarakat. Penanaman nilai-
nilai yang menjunjung disiplin, baik yang ditanamkan oleh orang tua,
guru ataupun pimpinan merupakan bekal positif bagi tumbuh dan
berkembangnya disiplin diri.
b. Disiplin kelompok
Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual
semata. Selain disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Hal
ini didasarkan atas pandangan bahwa di dalam kelompok kerja
terdapat standar ukuran prestasi yang telah ditentukan.
Disiplin kelompok akan tercapai apabila disiplin diri telah
terbentuk dalam diri karyawan. Artinya kelompok akan menghasilkan
pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat
memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.
Ada kalanya disiplin kelompok juga turut memberikan andil bagi
pengembangan disiplin diri. Misalnya, jika hasil kerja kelompok
mencapai target yang diinginkan dan karyawan mendapat penghargaan
maka disiplin kelompok yang selama ini diterapkan dapat memberikan
insight, karyawan menjadi sadar betapa pentingnya disiplin.
19
Kaitan antara disiplin diri dan disiplin kelompok dilukiskan seperti
dua sisi mata uang, keduanya saling melengkapi dan menunjang.
Disiplin diri tidak dapat dikembangkan secara optimal tanpa dukungan
disiplin kelompok. Sebaliknya, disiplin kelompok tidak akan bisa
ditegakkan tanpa adanya dukungan disiplin pribadi.
B. Pengertian dan Sejarah PNS di Indonesia
1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pegawai berarti:
“orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan, dsb)”, sedangkan
“negeri” berarti pegawai pemerintah yang berada di luar politik, bertugas
melaksanakan administrasi pemerintahan berdasarkan perundangan-
undangan yang telah ditetapkan, dan “negeri sipil” berarti pegawai negeri
atau aparatur Negara yang bukan militer.6
A.W. Widjaja berpendapat bahwa, “Pegawai adalah merupakan
tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran)
yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal
pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
(organisasi)”. Selanjutnya Musanef memberikan definisi pegawai sebagai
pekerja atau worker adalah, “Mereka yang secara langsung digerakkan
oleh seorang manajer untuk bertindak sebagai pelaksana yang akan
6 Kamus Besar Bahasa Indonesia
20
menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan karya-karya yang
diharapkan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan”.7
Ada dua pengertian pegawai negeri menurut Undang-Undang
Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan UU No.8
Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu:
a. Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi
masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah,
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.
b. Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang
ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan
digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.8
Jenis Pegawai Negeri Sipil di atur dalam Pasal 2 ayat (1) UU
N0.43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri
dibagi menjadi:
7Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia , (Jakarta, Gunung Agung, 1984, cet.II ), h .4.
8 Soewarno Handayaningrat, Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional, (Jakarta,
Gunung Agung, 1999, cet.XII), h. 147.
21
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
Pasal 2 ayat (1) UU No.43 Tahun 1999 tidak menyebutkan apa
yang dimaksud dengan pengertian masing-masing bagiannya, namun dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri
Sipil adalah Pegawai Negeri yang bukan anggota Tentara Nasional
Indonesia dan anggota Kepolisian Republik Indonesia. Berdasarkan
penjabaran tersebut, Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari Pegawai
Negeri yang merupakan Aparatur Negara. Pegawai Negeri Sipil menurut
UU No. 43 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (1) dibagi menjadi; Pegawai Negeri
Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah.9
2. Sejarah PNS di Indonesia
Lahirnya PNS sesungguhnya merupakan bagian dari lahirnya
organisasi birokrasi yang dimulai secara sistemik pada era Prusia. Meski
sesungguhnya sistem ini sudah diawali di jaman Napoleon Bonaparte
ketika ia memperkenalkan salah satu karakter birokrasi, yaitu meritokrasi
atau pemberian reward yang tidak didasarkan kepada derajat
kebangsawanan maupun kekayaan, namun kepada prestasi yang
dicapainya, tidak melihat dari mana latar belakangnya.10
9 Sri Hartini, dkk, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008, cet.IV), h. 36.
10Achmad Subianto, Setelah Pensiun, (Jakarta, RBI Research, 2006, cet.II), h. 26.
22
AE Manihuruk (kepala BAKN 1972-1987) pernah menuturkan
bahwa PNS Indonesia pernah mengalami masa-masa yang penuh
perubahan. Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 25 September
1945 Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa semua PNS eks
pendudukan Jepang (sebelumnya eks pegawai administrasi kolonial
Belanda) dengan sendirinya menjadi PNS Republik Indonesia.11
Di bawah pemerintahan yang silih berganti di era politik liberal,
bisa dibayangkan bagaimana PNS sulit memberikan karyanya secara
optimal, profesional, dan etikal. Di era multipartai setiap partai berusaha
menarik PNS sebagai anggotanya, apalagi yang menduduki posisi strategis
di pusat maupun daerah dalam rangka merebut pengaruh dan kekuasaan
dalam masyarakat. Gayung pun bersambut, karena sebagian PNS pun
menyambut tawaran ini, sebab mereka melihat ada peluang dengan
menjadi anggota partai tertentu, karier mereka bisa cepat menanjak.
Politisi pun berusaha meletakkan anggota-anggotanya untuk menduduki
posisi-posisi strategis di birokrasi. Prinsip-prinsip birokrasi dibabat habis.
Tidak ada lagi meritokrasi, apalagi profesionalisme.12
Di era Nasakom tidak berbeda dengan era multipartai. Nasakom
adalah Eksperimen untuk menggabungkan tiga ideologi besar pada saat
itu, yaitu Nasionalis, Agamis, dan Komunis. Di era Nasakom ini
11 Achmad Subianto, Setelah Pensiun, h. 28.
12 Achmad Subianto, Setelah Pensiun, h. 31.
23
kondisinya makin berat bagi PNS karena lingkungan yang berkembang
adalah lingkungan teror. Manajemen PNS parah, karena urusan
kepegawaian dipolitisir.13
Pemerintahan Orba yang muncul setelah itu mengeluarkan UU No.
8 Tahun 1974 tentang Pegawai Negeri Sipil yang mengangkat kembali
netralitas PNS.14
Lalu perubahan besar terjadi di tahun 1998, kebijakan
administrasi publik berubah total dengan munculnya UU No. 22 Tahun
1999 tentang otonomi daerah. UU No. 22 Tahun 1999 kemudian
melahirkan kebijakan baru di bidang kepegawaian negeri, yaitu UU No. 43
Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri.15
C. Perihal Pegawai Negeri Sipil
1. Dasar Hukum
Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri
Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur
Pemerintah yang bersih dan berwibawa diperlukan adanya suatu perangkat
Peraturan Disiplin yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan dan
sanksi apabila suatu kewajiban tersebut tidak ditaati atau adanya suatu
pelanggaran-pelanggaran dalam menjalankan tugas.
Adapun yang menjadi dasar-dasar hukum pelaksanaan disiplin
Pegawai Negeri Sipil adalah sebagi berikut :
13 Achmad Subianto, Setelah Pensiun), h.34.
14 Achmad Subianto, Setelah Pensiun, h.35.
15 Achmad Subianto, Setelah Pensiun, h. 36.
24
a) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Lembaga Negara Tahun 1974 No 8, Tambahan
Lembaran Negara No 3041).
b) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pembatasan
Kegiatan Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara
Nomor 8 Tahun 1974, tambahan Lembaran Negara Nomor 3201).
c) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 yaitu tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
d) Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980 tentang Badan
Pertimbangan Kepegawaian.
e) Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor
23/SE/1980, tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri tersebut di atas,
diharapkan memberikan dukungan atau dorongan agar supaya Pegawai
Negeri Sipil bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
2. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
Seorang pegawai yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya
tentu akan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya dan
menjauhi larangan –larangan yang akan menurunkan kredibilitasnya.
Sebagai seorang PNS tentu harus menjalankan kewajiban yang dibebankan
kepadanya seperti yang tercantum pada PP Nomor 53 tahun 2010.
PP Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
antara lain memuat kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat
dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran.
Berdasarkan PP Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS terdapat 17
25
(tujuh belas) butir kewajiban Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tercantum
dalam Pasal 3 PP Nomor 53 tahun 2010 adalah:16
a. Mengucapkan sumpah/janji PNS
b. Mengucapkan sumpah/janji jabatan.
c. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah.
d. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
f. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS.
g. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan.
h. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan.
i. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan Negara.
j. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil.
k. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.
l. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik baiknya.
n. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
o. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.
p. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier.
q. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
Hak pegawai negeri diatur dalam beberapa pasal dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yaitu :
a. Pasal 7 : Mengatur tentang hak pegawai negeri dalam memperoleh
gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggungjawabnya.
b. Pasal 8 : Mengatur tentang hak pegawai negeri untuk cuti. Maksud
cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam waktu yang
ditentukan.
16 Badan Kepegawaian Negara, Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta, Badan Kepegawaian
Negara, 2011, cet.I), h. 179.
26
c. Pasal 9 : Mengatur hak setiap pegawai negeri yang ditimpa oleh suatu
kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas berhak memperoleh
perawatan.
d. Pasal 10 :Mengatur hak setiap pegawai negeri untuk pensiun bagi
pegawai negeri yang telah memenuhi syarat.
e. Pasal 18 : Mengatur pemberian hak kenaikan pangkat pegawai negeri
yang dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan
sistem kenaikan pangkat pilihan. Kenaikan pangkat reguler adalah hak,
oleh karena itu apabila seseorang pegawai negeri telah memenuhi
syarat yang telah ditentukan tanpa terikat jabatan dan dapat dinaikkan
pangkatnya, kecuali ada alasan-alasan yang menundanya.
Hak pegawai negeri berdasarkan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yaitu :
a. Pasal 7 (1), (2) dan (3) yang berisi bahwa Setiap pegawai negeri
berhak memperoleh gaji yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung
jawab. Gaji tersebut harus mampu memacu produktivitas dan
menjamin kesejahteraannya.
b. Pasal 8, 9, 10 dan 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tidak
mengalami perubahan.
3. Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri Sipil
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 menyebutkan bahwa :
“Pegawai Negeri adalah unsur aparatur Negara, abdi negara dan abdi
masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintahan, menyelanggarakan tugas
Pemerintahan dan Pembangunan.”
Dari Pasal di atas jelas terlihat bagi kita bahwa fungsi pegawai
negeri tersebut adalah :
27
a. Sebagai aparatur Negara
b. Sebagai abdi Negara
c. Sebagai abdi masyarakat
Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparatur Negara bertugas membantu
Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dalam menyelenggarakan
pemerintahan, tugas melaksanakan peraturan perundangan, dalam arti kata
wajib mengusahakan agar setiap peraturan perundangan ditaati oleh
masyarakat.
Sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat setiap pegawai negeri
harus mampu meletakkan kepentingan Negara dan kepentingan
masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sebagai abdi Negara
seorang pegawai negeri juga wajib setia dan taat kepada Pancasila sebagai
falsafah dan idiologi Negara, kepada Negara Undang-Undang Dasar 1945,
kepada Negara dan kepada pemerintah.17
Sedangkan tugasnya adalah :
a. Menyelenggarakan tugas Pemerintahan
b. Menyelenggarakan tugas Pembangunan
Di dalam Negara Republik Indonesia, pemerintah terlibat langsung
di dalam usaha-usaha pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
umum. Keterlibatan pemerintah dalam usaha pembangunan tersebut,
dilaksanakan melalui aparatnya, dalam hal ini pegawai negeri.18
17 Rozali Abdullah, Hukum Kepegawaian, (Jakarta, CV. Rajawali, 1986, cet. I), h. 18.
18 Rozali Abdullah, Hukum Kepegawaian, h. 21.
28
Dan rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada pokok-
pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum
pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi
pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya
menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu
menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat
banyak.19
Dalam tugas dan kedudukan, PNS harus netral dari pengaruh
semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, untuk menjaga netralitas
pegawai negeri yaitu dengan tidak memperbolehkan/dilarang menjadi
anggota dan/atau pengurus dari partai politik.
Kedudukan pegawai negeri sipil adalah sangat penting dan
menentukan. Berhasil tidaknya misi dari pemerintah tergantung dari
aparatur negara karena pegawai negeri merupakan aparatur negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional.
4. Peraturan Jam Kerja Pegawai Negeri Sipil
Kementerian Agama mempunyai peraturan tersendiri dalam
mengatur disiplin jam kerja PNS, yaitu dalam Peraturan Menteri Agama
Nomor 28 Tahun 2013. Ketentuan jam kerja ini terdapat dalam pasal 2 dan
3, sebagai berikut:
19 C.S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia, (Jakarta: Pradnya
Pramitha, 1979), h.38
29
Pasal 2
Hari kerja di lingkungan Kementerian Agama ditetapkan 5 (lima) hari
kerja per minggu, mulai hari senin sampai dengan hari jumat atau sesuai
dengan ketentuan hari kerja pemerintah daerah.
Pasal 3
1) Setiap PNS wajib memenuhi jam kerja 7,5 jam per hari.
2) Jam kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. Hari senin sampai dengan hari kamis hadir dari pukul 07.30 sampai
dengan pukul 16.00 dengan waktu istirahat dari pukul 12.00
sampai dengan pukul 13.00; dan
b. Hari jumat hadir dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 16.30
dengan waktu istirahat dari pukul 11.30 sampai dengan pukul
13.00.
3) Dalam hal PNS tidak dapat memenuhi ketentuan hadir sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), diberikan toleransi sampai pukul 09.00
dengan kewajiban memenuhi ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
4) PNS yang hadir setelah pukul 09.00 tanpa alas an yang sah dinyatakan
tidak hadir.
5) Jam kerja pada bulan Ramadhan diatur tersendiri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
D. Teori Birokrasi
1. Teori Birokrasi Max Weber
Birokrasi sebagai suatu sistem organisasi formal dimunculkan
pertama sekali oleh Max Weber pada tahun 1947, menurutnya birokrasi
merupakan tipe ideal bagi semua organisasi formal. Weber memandang
birokrasi sebagai arti umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi yang
rasional.
Weber berpendapat bahwa tidak mungkin kita memahami setiap
gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan, sebab yang mampu kita
30
lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang
penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam
kondisi organisasi negara tertentu. Dengan demikian tipe ideal
memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-
aspek yang amat penting yang membedakan antara kondisi organisasi
tertentu dengan lainnya.20
Menurut Weber, atribut birokrasi moderen termasuk
kepribadiannya, konsentrasi dari arti administrasi, efek daya peningkatan
terhadap perbedaan sosial dan ekonomi dan implementasi sistem
kewenangan yang praktis tidak bisa dihancurkan. Birokrasi ala Weber
dikenal juga dengan sebutan “Birokrasi Weberian”.
Birokrasi tersebut dianggap oleh Weber sebagai tidak rasional.
Banyak pengangkatan pejabat yang mengacu pada political-will pimpinan
Dinasti. Akibatnya banyak pekerjaan negara yang “salah-urus” atau tidak
mencapai hasil secara maksimal. Atas dasar “ketidakrasional” itu, Weber
kemudian mengembangkan apa yang seharusnya (ideal typhus) melekat
disebuah birokrasi.
Cita-cita utama dari sistem birokrasi adalah mencapai efisiensi
kerja yang seoptimal mungkin. Menurut Weber organisasi birokrasi dapat
digunakan sebagai pendekatan efektif untuk mengontrol pekerjaan
manusia sehingga sampai pada sasarannya, karena organisasi birokrasi
20Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005,
cet.I), h.16.
31
punya struktur yang jelas tentang kekuasaan dan orang yang punya
kekuasaan mempunyai pengaruh sehingga dapat memberi perintah untuk
mendistribusikan tugas kepada orang lain21
. Organisasi mengoperasikan
prinsip-prinsip dasar hirarki kantor dimana ada garis-garis yang jelas dari
atasan dan bawahan.
Weber menjadikan birokrasi atau aparat administrasi sebagai unsur
terpenting bagi perkembangan organisasi sebagai alat untuk mencapai
tujuan tertentu. Dengan demikian fokus Weber adalah pada struktur
normatif dan mekanis untuk mempertahankan struktur tadi. Hal ini
merupakan unsur formal yang menjadi ciri khas dari ideal type of
bureaucracy Weber.22
2. Teori Birokrasi Hegel
Birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organik yang
netral di dalam struktur sosial dan berfungsi sebagai penghubung antara
negara yang memanifestasikan kepentingan umum, dan masyarakat sipil
yang mewakili kepentingan khusus dalam masyarakat.23
Hegel melihat,
bahwa birokrasi merupakan jembatan yang dibuat untuk menghubungkan
antara kepentingan masyarakat dan kepentingan negara yang dalam saat-
21 Robert Denhardt, Theories of Public Organization, (Monterey, CA:Brooks/Cole Publishing
Company, 1984), h. 26.
22 Max Weber, The Theory of Social and Economic Organization, diterjemahkan A. Henderson &
T. Parsons. (New York, Oxford Univ. Press, 1947)
23 Moeljarto Tjokrowinoto, Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep Arah dan Strategi,
(Yogyakarta, PT. Tiara Wacana, 1987, cet.VII), hlm. 82.
32
saat tertentu berbeda. Oleh sebab itu peran birokrasi menjadi sangat
strategis dalam rangka menyatukan persepsi dan perspektif antara negara
(pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi kekacauan.
Birokrasi Hegelian menekankan birokrasi pada posisi yang netral
terhadap kekuatan-kekuatan masyarakat lainnya. Hegel juga menilai
bahwa birokrasi haruslah melayani kepentingan umum karena dalam
kenyataannya kebijakan-kebijakan negara seringkali hanya
menguntungkan sekelompok orang dalam masyarakat.24
3. Teori Birokrasi Karl Max
Birokrasi menurut Karl Marx merupakan suatu kelompok
partikular yang sangat spesifik. Birokrasi bukanlah kelas masyarakat,
walaupun eksistensinya berkaitan dengan pembagian masyarakat ke dalam
kelas-kelas tertentu. Lebih tepatnya, menurut Karl Marx birokrasi adalah
negara atau pemerintah itu sendiri. Birokrasi merupakan instrumen yang
dipergunakan oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan
dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya. 25
Berdasarkan konsep pemikiran seperti itu, maka birokrasi itu
sendiri pada tingkatan tertentu mempunyai hubungan yang sangat erat
24 Arief Budiman, Bentuk Negara dan Pemerataan Hasil-hasil Pembangunan, Majalah Prisma
Edisi 7 Juli 1982, (Jakarta, LP3ES, 1982)
25 Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, (Jakarta, Kencana, 2008,
cet.III), h.23.
33
dengan kelas yang dominan dan pada pemerintah. Eksistensi birokrasi
sangat tergantung pada kelas dominan dan pada pemerintah.26
Konsep
Marx menunjukkan bahwa keberadaan birokrasi pemerintah memihak
pada kekuatan politik yang memerintah.27
E. Pusat Birokrasi PNS di Indonesia
1. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Keadaan aparatur Negara dari tahun 1950 sampai dengan
permulaan tahun 1965 menjurus pada situasi yang tidak kondusif bagi
terwujudnya aparatur Negara yang sehat.28
Banyak terjadi tumpang tindih
dan kesimpangsiuran antara tugas dan wewenang berbagai badan dan
lembaga Negara. Kemudian, melalui sidang umum MPRS ke-4 telah
dikeluarkan ketetapan MPRS Nomor XIII/MPRS/1966 tentang Kabinet
Ampera yang dimaksudkan untuk mengganti Kabinet Dwikora.29
Dari sinilah, tonggak pendayagunaan aparatur Negara yang
dilakukan oleh pemerintah Orde Baru mulai dilakukan. Pada mulanya
pemerintah membentuk Panitia Pembantu Presiden berdasarkan Instruksi
Ketua Presidium Kabinet Ampera Nomor 01/U/IN/8/1966 tentang
Pedoman Kerja Kabinet Ampera. Dan untuk melanjutkan dan melakukan
26 Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003,
cet.VIII), h.23.
27 Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, h. 24.
28 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Dasawarsa Reformasi Birokrasi (1999-2009)
Peran Pendayagunaan Aparatur Negara, (Jakarta, Biro Humas Kementerian Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara, 2009, cet.I), h. 3.
29 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Dasawarsa Reformasi Birokrasi (1999-2009)
Peran Pendayagunaan Aparatur Negara,h. 4.
34
upaya-upaya strategis guna mewujudkan penertiban dan penyempurnaan
administrasi Negara serta aparatur pemerintah, keluarlah Instruksi
Presidium Kabinet Nomor 14/U/IN/1967.
Selanjutnya, dengan Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor
266 Tahun 1967, tanggal 28 Desember 1967, Panitia Pembantu Presidium
tersebut kemudian diberi nama “Tim Pembantu Presiden untuk Penertiban
Aparatur dan Administrasi Pemerintah” atau disebut dengan Tim PAAP.
Hasil yang ditunjukkan oleh Tim PAAP merupakan pola yang diterapkan
dalam pembentukan dan penyusunan organisasi pemerintah sampai
sekarang. Melalui Keputusan Presidium Kabinet Nomor
75/U/KEP/11/1966.30
Keputusan tersebut kemudian disempurnakan lagi dengan
Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 tahun 1966. Di bidang
kepegawaian, dilakukan pengubahan penggolongan PNS dari Golongan I
sampai dengan IV dengan PGPS tahun 1968 yang masih tetap berlaku
sampai sekarang.
Pada tanggal 21 sampai dengan 27 maret 1968, diselenggarakan
Sidang umum MPRS Nomor XLI/MPRS/1968 tentang pembentukan
Kabinet Pembangunan untuk menggantikan Kabinet Ampera dan
menetapkan tugas-tugas pokok Kabinet Pembangunan yang disebut
“Panca Krida Kabinet Pembangunan”. Untuk menindaklanjuti pelaksanaan
Panca Krida Kabinet Pembangunan tersebut, dibentuk Panitia Koordinasi
30 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Dasawarsa Reformasi Birokrasi (1999-2009)
Peran Pendayagunaan Aparatur Negara, h.5.
35
Efisiensi Aparatur Ekonomi Negara dan Aparatur Pemerintah yang disebut
juga “Proyek 13” dengan Keppres Nomor 16 Tahun 1968 yang kemudian
disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun 1968.
Ketika pertama kali dibentuk pada Kabinet Pembangunan I melalui
Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1968, nomenklatur MENPAN
merupakan singkatan dari Menteri Negara Penyempurnaan dan
Pembersihan Aparatur Negara. Dengan pembentukan MENPAN, Tim
PAAP dan Sekretariat Proyek 13 dilebur sebagai staff Kantor MENPAN.31
Di samping melaksanakan tugas menjabarkan program-program
Repelita I khususnya Krida kelima dan sekaligus menjadi Ketua Sektor
Aparatur Pemerintah (Sektor P) dengan fungsi-fungsi yang meliputi
Penyusunan Kebijaksanaan, Perencanaan, Pembuatan Program,
Koordinasi, Pengendalian, dan Penelitian dalam rangka menyempurnakan
dan membersihkan aparatur Negara, MENPAN juga menjadi anggota
Sektor N (Penelitian dan Pengembangan) dan Sektor Q (Keamanan dan
Ketertiban).
a. Visi dan misi
Visi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara adalah
Mewujudkan Aparatur Negara yang Bersih, Kompeten, dan Melayani.
31 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Dasawarsa Reformasi Birokrasi (1999-2009)
Peran Pendayagunaan Aparatur Negara, h.6.
36
Sedangkan misi Kementerian Aparatur Negara adalah Penggerak
Utama Reformasi Birokrasi.32
b. Tugas dan fungsi
Pembangunan aparatur Negara pada dasarnya mencakup aspek
yang sangat luas, mulai dari penataan fungsi-fungsi utama
pemerintahan yang melekat dalam kelembagaan instansi pemerintah
yang harus ditata agar selalu efisien. Pelaksanaan pembangunan
bidang aparatur Negara tercermin dalam lingkup kegiatan
pendayagunaan aparatur Negara (PAN).
Pendekatan yang dilakukan dalam pembangunan bidang aparatur
Negara ialah dengan memperbaiki sistem kelembagaan dan
menyempurnakan tata laksana agar lebih efektif, jelas dan transparan,
kemudian dilakukan penataan manajemen sumber daya manusia
aparatur professional yang mempunyai kompetensi dan akuntabilitas
kinerja pada masyarakat, sehingga dapat melaksanakan tugas,
berfungsi secara maksimal dan pada akhirnya menghasilkan kinerja
pelayanan publik yang prima.
Tugas pendayagunaan aparatur Negara (PAN) pada hakikatnya
merupakan upaya pembinaan, penyempurnaan, penertiban pengawasan
dan pengendalian fungsi dan unsur manajemen pemerintahan secara
terencana dan berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja seluruh
aparatur Negara. Pelaksanaan tugas tersebut dilakukan oleh Menteri
32 Kementerian Pedayagunaan Aparatur Negara, Profil Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi, (Jakarta, Biro Hukum, Komunikasi Dan Informasi Publik Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, 2013, cet.III), h.17.
37
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara melalui upaya kerjasama
secara terkoordinasi dengan instansi terkait.33
Kementerian Negara Pendayagunaan Apartur Negara sebagai garda
terdepan dalam pendayagunaan aparatur Negara, dari periode ke
periode selalu mengembangkan kebijakan perbaikan dan pembaharuan
sistem birokrasi pemerintah untuk merespon perkembangan dan
perubahan politik pemerintahan Negara.
Mengingat lingkup tugasnya yang luas dan strategis serta karakter
kegiatannya lintas instansi dan sektor, maka dalam implementasinya
perlu ditunjang dengan mekanisme koordinasi yang efektif meliputi
seluruh instansi pemerintah untuk menyatukan persepsi dan arah
tindak dalam pelaksanaannya.34
2. Badan Kepegawaian Negara
Pembinaan Pegawai Negeri dilakukan oleh dua lembaga, sebagian
Pegawai Negeri berada di bawah pemerintah Republik Indonesia dan
sebagian lagi berada di bawah pemerintah Hindia Belanda, yaitu Kantor
Urusan Pegawai (KUP) yang berkedudukan di ibukota pemerintahan di
Yogyakarta dan Diensvoor Algemene Personele (DAPZ) yang lebih
dikenal dengan DUUP (Djawatan Umum Urusan Pegawai) yang
berkedudukan di Jakarta.
33Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Dasawarsa Reformasi Birokrasi, (Jakarta, Biro
Humas Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, 2009, cet.I), h.10.
34 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Dasawarsa Reformasi Birokrasi, h.11.
38
Pada tanggal 15 Agustus 1950, pemerintah memandang perlu
untuk memusatkan urusan kepegawaian di Jakarta. Untuk maksud tersebut
ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tanggal 15
Desember 1950. Dengan Peraturan Pemerintah tersebut, KUP di
Yogyakarta dan DUUP di Jakarta digabungkan menjadi satu, menjadi
KUP yang berkedudukan di Jakarta.
Pada tanggal 3 November 1972, pemerintah menetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1972 guna menyempurnakan dan
mengembangkan kedudukan, fungsi, tugas, susunan dan tata kerja institusi
yang mengelola kepegawaian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut,
KUP diubah menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara
(BAKN).35
Ditandai dengan tuntutan reformasi disegala bidang sehingga
terjadinya pergantian sistem pemerintahan dari yang bersifat sentralisasi
ke desentralisasi yang dikenal dengan era “otonomi daerah”. Pada periode
ini, Lembaga pengelola kepegawaian/PNS yang sebelumnya bernama
BAKN berganti menjadi BKN (Badan Kepegawaian Negara) berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor 95 Tahun 1999 dan diperkuat dengan UU
No. 43 Tahun 1999.36
35 Badan Kepegawaian Negara, Direktori Kepegawaian Negara, (Jakarta, Biro Humas dan Protokol
Badan Kepegawaian Negara, 2008, cet.I), h.4.
36 Badan Kepegawaian Negara, Direktori Kepegawaian Negara, h.7.
39
a. Visi dan misi
Visi Badan Kepegawaian Negara adalah Pegawai Negeri Sipil
yang profesional dan sejahtera. Sedangkan misi Badan Kepegawaian
Negara adalah Menyelenggarakan manajemen PNS berbasis
kompetensi untuk mewujudkan PNS yang profesional dan sejahtera.37
b. Tugas dan fungsi
BKN melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen
kepegawaian Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. BKN menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:38
1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang
kepegawaian
2) Penyelenggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan
pelatihan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil
3) Penyelenggaraan administrasi kepegawaian pejabat Negara dan
mantan pejabat Negara
4) Penyelenggaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian
Negara dan mutasi kepegawaian antar propinsi dan/atau antar
kabupaten/kota
5) Penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standar dan
prosedur mengenai mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak, dan
kewajiban, kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil Daerah dan
bidang kepegawaian lainnya.
6) Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang kepegawaian kepada instansi
pemerintah
7) Koordinasi kegiatan instansi fungsional dalam pelaksanaan tugas
BKN
37 Badan Kepegawaian Negara, Direktori Kepegawaian Negara, h.8.
38 Badan Kepegawaian Negara, Direktori Kepegawaian Negara, h.8
40
8) Pelancaran kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi
kepegawaian
9) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata
laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian,
perlengkapan dan rumah tangga.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA
JAKARTA SELATAN
A. Profil Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan terletak di Kelurahan
Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Kota Jakarta selatan, Provinsi DKI
Jakarta. Berdasarkan rekapitulasi keadaan pegawai Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Selatan, jumlah pegawai di Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Selatan adalah 127 pegawai, dengan rincian sebagai berikut:
NO
Unit Kerja
Jenis Kelamin
Jumlah L P
1 Kepala Kantor 1 0 1
2 Sub Bagian Tata Usaha 30 18 48
3 Seksi Pendidikan Madrasah 12 5 17
4 Seksi Pendidikan Agama islam 3 6 9
5 Seksi Pendidikan Diniyah dan Ponpes 7 4 11
6 Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh 10 6 16
7 Seksi Bimbingan Masyarakat Islam 12 12 24
8 Penyelenggara Syariah 1 0 1
JUMLAH 76 51 127
42
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah pegawai pada Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Selatan berjumlah 129 orang. Dengan rincian sebagai
berikut, pegawai laki-laki berjumlah 76 orang dan pegawai perempuan
berjumlah 51 orang.
Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan pegawai di Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:
NO
UNIT KERJA
Tingkat Pendidikan
JML SD SLTP SLTA DIII S1 S2 S3
1 Kepala Kantor 0 0 0 0 0 1 0 1
2 Sub Bagian Tata Usaha 1 1 7 1 36 2 0 48
3 Seksi Pendidikan Madrasah 0 0 4 0 12 1 0 17
4 Seksi Pendidikan Agama
Islam
0 0 2 0 5 1 1 9
5 Seksi Pend. Diniyah dan
Ponpes
0 0 0 1 10 0 0 11
6 Seksi Penyelenggara Haji dan
Umroh
0 0 3 0 12 1 0 16
7 Seksi Bimbingan Masyarakat
Islam
0 0 2 2 18 2 0 24
8 Penyelenggara Syariah 0 0 0 0 1 0 0 1
JUMLAH 1 1 18 4 94 8 1 127
43
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil di
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan berdasarkan pendidikan (S3,
S2, S1, D III, SLTA, SLTP, SD) yaitu jumlah Pegawai Negeri Sipil yang
terbanyak adalah pegawai yang mempunyai tingkat pendidikan strata 1 (S1)
yang berjumlah 94 orang, dan yang mencapai tingkat pendidikan S2 sebanyak
8 orang, S3 sebanyak 1 orang, D III sebanyak 4 orang, SLTA sebanyak 18
orang, SLTP sebanyak 1 orang, dan SD sebanyak 1 orang. Sedangkan jika
dilihat berdasarkan golongan pegawai di Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:
NO
UNIT KERJA
Golongan
JML I II III IV
1 Kepala Kantor 0 0 0 1 1
2 Sub Bagian Tata Usaha 2 5 41 0 48
3 Seksi Pendidikan Madrasah 0 1 15 1 17
4 Seksi Pendidikan Agama Islam 0 0 8 1 9
5 Seksi Pendidikan Diniyah dan Ponpes 0 1 10 0 11
6 Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh 0 2 13 1 16
7 Seksi Bimbingan Masyarakat Islam 1 0 21 2 24
8 Penyelenggara Syariah 0 0 1 0 1
JUMLAH 3 9 109 6 127
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil di
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan yang berada pada golongan
44
I sebanyak 3 orang, golongan II sebanyak 9 orang, golongan III sebanyak 109
orang dan golongan IV sebanyak 6 orang laki-laki.
Adapun wilayah kerja Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Setiabudi
2. Kecamatan Tebet
3. Kecamatan Mampang Prapatan
4. Kecamatan Pasar Minggu
5. Kecamatan Kebayoran Baru
6. Kecamatan Kebayoran Lama
7. Kecamatan Cilandak
8. Kecamatan Pancoran
9. Kecamatan Jagakarsa
10. Kecamatan Pesanggrahan
B. Visi Misi dan Tugas Fungsi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Selatan
1. Visi dan Misi
Visi merupakan cara pandang jauh kedepan mengenai gambaran
kesuksesan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu oleh suatu unit
kerja/instansi. Visi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
adalah Terwujudnya masyarakat Jakarta Selatan yang taat beragama,
rukun, cerdas, mandiri, bermartabat, partisifatif, dan sejahtera lahir batin.
Untuk mencapai visi tersebut, Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Selatan mempunyai misi. Misi yaitu sesuatu yang harus diemban
atau dilaksanakan sesuai visi yang telah ditetapkan agar dapat berjalan dan
terlaksana dengan baik. Misi tersebut adalah:1
1 Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2010, tentang rencana strategis kementerian agama
tahun 2010-2014
45
a. Meningkatkan ketaatan umat beragama
b. Melestarikan kerukunan hidup umat beragama
c. Meningkatkan mutu raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi
agama, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan
d. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan haji, pengembangan
wakaf dan zakat
e. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
2. Tugas dan Fungsi
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan mempunyai
tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi berdasarkan kebijakan kepala
kantor dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.2
Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:3
a. Perumusan visi, misi, serta kebijakan teknis di bidang pelayanan dan
bimbingan kehidupan beragama di Jakarta Selatan
b. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan di bidang bimbingan masyarakat
Islam, pelayanan haji dan umrah, pengembangan zakat dan wakaf,
pendidikan agama dan keagamaan, pondok pesantren, pendidikan
agama Islam pada masyarakat dan pemberdayaan masjid, urusan
agama, pendidikan agama sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan
informasi, keagamaan.
d. Pelayanan dan bimbingan di bidang kerukunan umat beragama
e. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian, dan pengawasan
program
f. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait, dan
lembaga masyarakat
2 Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002, pasal 82, tentang organisasi dan tata kerja
kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota
3 Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002, pasal 83, tentang organisasi dan tata kerja
kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota
46
C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu kerangka kerjasama dari
berbagai bagian menurut pola yang menghendaki adanya tata tertib,
penyusunan yang logis dan hubungannya serasi. Jadi dalam struktur
organisasi terdapat rangka yang menunjukkan segenap tugas pekerjaan
untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2012 tentang Organisasi dan tata kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama, susunan organisasi kantor Kemeterian Agama Kota Jakarta Selatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 357 ayat (1) terdiri atas:4
a. Kepala Kantor dan Wakil Kepala
b. Subbag Tata Usaha
c. Seksi Pendidikan Madrasah
d. Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
e. Seksi Pendidikan Agama Islam
f. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah
g. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam
h. Penyelenggara Syariah
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan mempunyai
tugas sebagai berikut:
a. Menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan satuan
organisasi/satuan kerja di lingkungan Departemen Agama Kabupaten/Kota
dan pemerintah daerah serta instansi vertikal lainnya dan menyusun serta
memelihara tata hubungan kerja yang serasi baik intern maupun ekstern.
4 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012, pasal 357 ayat (1), tentang
organisasi dan tata kerja instansi vertikal kementerian agama
47
b. Mengembangkan pelaksanaan tata kerja Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota kearah terciptanya perubahan paradigm dari fungsi
menguasai kepada fungsi pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
c. Bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas
bawahannya.
d. Mengembangkan pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan visi, misi,
kebijakan teknis dan rencana strategis satuan organisasi atasannya.
e. Penghubung Departemen Agama dengan pemerintah daerah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Dari sub bagian dan seksi dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian
dan Kepala seksi yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan. Setiap sub bagian dan seksi
mempunyai tugas masing-masing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 358,5
yaitu:
a. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi
perumusan kebijakan teknis dan perencanaan, pelaksanaan pelayanan dan
pembinaan administrasi, keuangan dan barang milik Negara di lingkungan
Kantor Kementerian Agama.
b. Seksi pendidikan madrasah mempunyai tugas melakukan pelayanan,
bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data informasi di bidang
RA, MI, MTs, MA, dan MAK.
5
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012, pasal 358, tentang
organisasi dan tata kerja instansi vertikal kementerian agama
48
c. Seksi pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren mempunyai tugas
melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan
data dan informasi di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
d. Seksi pendidikan agama Islam mempunyai tugas melakukan pelayanan
dan bimbingan teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di
bidang pendidikan agama Islam pada PAUD, SD/SDLB, SMP/SMPLB,
SMA/SMALB/SMK.
e. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah mempunyai tugas melakukan
pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan
informasi di bidang penyelenggaraan haji dan umrah.
f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai tugas melakukan
pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan
informasi di bidang bimbingan masyarakat Islam.
g. Penyelenggara Syariah mempunyai tugas melakukan pelayanan,
bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan informasi di
bidang pembinaan syariah.
h. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
49
BAB IV
PELAKSANAAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR
KEMENTERIAN AGAMA KOTA JAKARTA SELATAN
A. Kedisiplinan Jam Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Selatan
Bagi aparatur pemerintah, disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan,
kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan
berkorban. Dalam ajaran Islam, banyak ayat al-qur’an dan hadits yang
memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah
ditetapkan.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (An-Nisā' : 59)
Dari ayat di atas terungkap pesan untuk patuh dan taat kepada para
pemimpin, dan juga terhadap peraturan-peraturan yang ada. Jika terjadi
perselisihan diantara mereka, maka urusannya harus dikembalikan kepada
aturan Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun, tingkat kepatuhan manusia kepada
pemimpinnya tidak bersifat mutlak. Jika perintah yang diberikan pemimpin
bertentangan dengan aturan atau perintah Allah dan Rasul-Nya, maka perintah
50
tersebut harus tegas ditolak dan diselesaikan dengan musyawarah. Namun jika
aturan dan perintah pemimpin tidak bertentangan dengan syariat Allah dan
Rasul-Nya, maka Allah menyatakan ketidaksukaannya terhadap orang-orang
yang melewati batas.
Untuk mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral,
mutlak diperlukan peraturan disiplin PNS yang dapat dijadikan pedoman
dalam menegakkan disiplin, sehingga dapat menjamin terpeliharanya tata
tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas serta dapat mendorong PNS untuk
lebih produktif. Dengan kesadaran dari berbagai pihak dalam mematuhi
peraturan yang ada dan melaksanakan tugas tanggung jawabnya, maka mereka
diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan
tidak melakukan penyimpangan atau melakukan perbuatan tercela baik
didalam maupun diluar jam kerja.1
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil kedisiplinan harus menjadi acuan
hidupnya. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang semakin tinggi
membutuhkan aparatur yang bersih, berwibawa, dan berdisiplin tinggi dalam
menjalankan tugas. Tapi melihat kenyataan tidak semua PNS mentaati dan
mematuhi peraturan perundang-undangan disiplin pegawai. Ketidakdisiplinan
PNS merupakan bahan diskusi “empuk” dan akan selalu menjadi sorotan
tajam masyarakat. Mengingat bagi mereka, status PNS adalah sosok yang
patut dijadikan contoh dan teladan, karena dianggap sebagai kepanjangan
1 Harsono, Perencanaan Kepegawaian, (Bandung : Fokus Media, 2010), h. 6.
51
tangan dari pemerintah. Sangat wajar apabila masyarakat memiliki keinginan
dan harapan yang lebih terhadap kinerja dan produktivitas PNS.2
Menurut Bapak Karsa Sukarsa, Kepala Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Selatan, bahwa Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
telah melaksanakan peraturan disiplin pegawai negeri sipil berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 sejak peraturan tersebut
diberlakukan.3 Namun pada Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan masih
ditemukan pelanggaran disiplin, salah satunya adalah pelanggaran ketentuan
jam kerja.
Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi pelanggaran ketentuan Pasal
3 angka (11) PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,
yaitu setiap PNS wajib masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. Padahal
menurut data yang diperoleh dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Selatan, kantor tersebut sudah menerapkan aturan disiplin jam kerja
berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 28 Tahun 2013.4
Berikut rekapitulasi absensi pegawai Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Selatan.
2 Diakses pada 3 Oktober 2010 dari http://bkn.go.id/kanreg01/en/berita/201-peraturan-pemerintah-
nomor-53-tahun-2010-antara-tantangan-dan-realita.html?showall=1
3 Wawancara pribadi dengan Bapak Kasra Sukarsa, Jakarta, 6 Juni 2016.
4 Wawancara pribadi dengan Bapak Kasra Sukarsa, Jakarta, 6 Juni 2016.
52
REKAPITULASI ABSENSI KINERJA PEGAWAI
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA JAKARTA SELATAN
UNIT KERJA : Eselon IV & III
UNIT KERJA : Sekretariat Urusan Kepegawaian
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1H. Karsa Sukarsa
NIP.19630717 199504 1 00122 22 13
100.00%
2Drs.H. Maksudi Alamsyah
NIP.19581215 198503 1 00222 22 1
100.00%
3Drs. H.Ahmad Baihaqi, Ms, Msi
NIP. 19650610 199303 1 00122 22
100.00%
4Drs. H. Hamidullah AR, M.Si
NIP. 19620709 199001 1 00122 22 2 1 3
100.00%
5Drs.H. Sambas, M.Pd
NIP. 19690908 199603 1 00222 22 2 4
100.00%
6H. Nasrudin, Lc
NIP. 19730305 200312 1 00122 22 3 1 3
100.00%
7Dra.Hj. Khadijah MA
NIP.19610603 199603 2 00222 22 1 3 4 9
100.00%
8H. Fatullah, S.Ag
NIP. 19701202 200604 1 01422 22
100.00%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Syamsuddin, S.IP
NIP.19691231 200212 1 01022 21 1 4
95.45%
2Hj.Ashyar Rohmaniyati
NIP. 19631124 198903 2 00222 19 2 1
86.36%
3Fitri Wardhani, ST
NIP.19830905 200801 2 01622 21 1 1
95.45%
4Marman, S. Kom
NIP.19730307 200604 1 00122 22
100.00%
5Harry Susanto, SE
NIP. 19771021 200901 1 00722 22
100.00%
6Lili Fatma Hidayati, SE
NIP. 19750112 200901 2 00322 22 1
100.00%
7Elga El Yunita, SH.I
NIP. 19850704 200901 2 00922 21 1 1
95.45%
8Desi Rosmalina, SH
NIP. 19761202 200912 2 00422 21 1
95.45%
9H. Mamat, SH
NIP. 19630706 199103 1 00322 22 4 7
100.00%
10Sarmilih, SE
NIP. 19760806 201101 1 01122 22
100.00%
11Sinta Dewi Sejati
NIP. 19820601 200901 2 01222 22
100.00%
12Mariatul Qibtia
NIP. 19850827 200901 2 01022 21 1 2 1
95.45%
13Sidik Raharja
NIP. 19750414 200901 1 01122 21 1
95.45%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
53
UNIT KERJA : Sekretariat Urusan Keuangan
UNIT KERJA : Sekretariat Urusan Informasi & Humas
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Khesar Erwindho, MM
NIP. 19811017 200312 1 00122 22 6
100.00%
2Farkhan Wadji, SE
NIP.19770404 200312 1 00422 22 1 3
100.00%
3Tasbiah
NIP. 19600412 198103 2 00122 22
100.00%
4Abdul Yazid, S.Pd
NIP.19740828 199403 1 00122 21 1 1 2
95.45%
5Subhan , S.Kom
NIP. 19730612 200604 1 02522 22 1
100.00%
6Tri Bowo, SE
NIP. 19771201 200901 100922 22 1 1
100.00%
7Ahadian Ahmad, SE
NIP. 19810405 200912 1 00622 21 1 1 3
95.45%
8Shinta Sari Wibowo, SE
NIP. 19851022 200901 2 00522 22
100.00%
9Astri Shinta Pramadewi, SE
NIP. 19850119 200901 2 00922 21 1 1
95.45%
10Indina Fadjriah, SE
NIP. 19841218 200912 2 00622 22 6
100.00%
11Erik Julian Davitra, SE
NIP.19820717 200901 1 01022 21 1 7
95.45%
12Harumantyo Widigdo,S. Sos
NIP. 19830808 200901 1 01222 22
100.00%
13Anggi Laksono Sidianto, S. Ip
NIP. 19820525 200901 1 01322 19 3 2
86.36%
14Ratri Putri Dwi P, SE
NIP.19880331 201101 2 01222 20 2 1 1
90.91%
15Marliana
NIP. 19860326 200501 2 00122 22 1 7
100.00%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Rayhan Firdaus, S.Kom
NIP. 19741217 200112 1 00322 22 1
100.00%
2Rahmi Siregar, S.Sos
NIP. 19791216 200912 2 00222 22
100.00%
3Anugrah Arief Purnama
NIP. 19800927 200312 1 00122 22 6 14
100.00%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
54
UNIT KERJA : Sekretariat Urusan Umum
UNIT KERJA : Sekretariat Urusan KUB
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Mulyanto, SH
NIP.19700405 199203 1 00322 20 2 1
90.91%
2H. Nurhadi Yusuf, S.Sos
NIP.19580719 198203 1 00622 22 5 5
100.00%
3Radius Candra, SE
NIP. 19721125 200312 1 00122 18 1 3 1
81.82%
4Eva Rosalina, S.Sos
NIP.19801001 200901 2 01022 21 1
95.45%
5Wiwit Aryani Subekti, SE
NIP. 19771218 200901 2 00222 21 1
95.45%
6Yanti Agus Mulyanti, SE
NIP. 19800803 200912 2 00322 22
100.00%
7Edu Edward Nazar
NIP. 19791215 200901 1 00122 22 2 19
100.00%
8Miftahurrozak, A.Md
NIP. 19770228 200604 1 00822 16 6 13
72.73%
9Alex Azwar
NIP. 19730403 200901 1 00722 22
100.00%
10Ade Suhendra
NIP. 19750627 200901 1 01122 22 11
100.00%
11Aditya Bima Sacti, SE, MM.
NIP. 19751024 200801 1 01422 12 10 7 7
54.55%
12Bukhori, SE.
NIP. 19740901 200604 1 01322 17 1 4 1
77.27%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Saiful Anam, S.Sos.I
NIP. 19770525 200312 1 00422 21 1 1 10
95.45%
2Ruchyat
NIP. 19690926 199003 1 00122 21 1 2 1
95.45%
3Muhammad Agus
NIP. 19750806 200910 1 00222 21 1 15
95.45%
4Victor Halomoan Habeahan, S.Ag
NIP. 19750302 200212 1 00322 19 3 3 8
86.36%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
55
UNIT KERJA : Seksi Pendidikan Madrasah
UNIT KERJA : Seksi Pendidikan Agama Islam
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Sumadi, S.Pdi
NIP.19590424 198203 1 00422 22 1 7
100.00%
2Syarifudin,S.Pd.
NIP. 19631230 199303 1 00222 22 1
100.00%
3Ngatuwasno, S.Sos.
NIP. 19680915 199703 1 00222 22 1 3
100.00%
4Agus Tamrin
NIP. 19630903 199103 1 00122 22
100.00%
5Abdul Rahman, S.Sos.
NIP.19800822 200312 1 00322 22
100.00%
6Uswatun Hasanah, S.Pd
NIP.19711006 200604 2 00122 22 1
100.00%
7Juariyah Suprapti
NIP.19681004 198803 2 00222 21 1 2
95.45%
8Hani Febria Handayani,SH
NIP. 19830220 200312 2 00122 22 1 13
100.00%
9H. Feriyanto, SE
NIP. 19680622 1989031 00222 22 1 7
100.00%
10Dimas Purwanto, S.Pd
NIP. 19800921 200604 1 02022 22 6
100.00%
11Ajeng Winduri
NIP. 19670828 199003 2 00222 22 11
100.00%
12Ahmad Mujibur Rahman, S.Kom
NIP. 19800602 200604 1 01622 21 1 2
95.45%
13Rochmadi, SE
NIP. 19810509 200901 1 00822 22 3 1
100.00%
14Fikri Fauzi, SE
NIP. 19860703 201101 1 00522 22 2 2 6
100.00%
15Achmad Bram Zulkarnain
NIP. 19831016 200901 1 00822 22 18
100.00%
16Rodiawati
NIP. 19750530 200501 2 00322 22 9
100.00%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1M. Imron Rosyadi, MA
NIP. 19770309 200501 1 00322 22 1 8
100.00%
2Zubaidah
NIP. 19620702 198802 2 00122 22 2
100.00%
3Sofy Maylina, S.PdI
NIP.19810527 200212 2 00222 22 3
100.00%
4Arief Syaefudin, SE
NIP.1977073 200212 1 00322 22 1
100.00%
5Izzul Azizah, S.Ag
NIP.19761023 200212 2 00222 22
100.00%
6Suratni
NIP.19710520 199403 2 00222 22
100.00%
7Eti Kusumawati, SS
NIP. 19810122 200312 2 00322 21 1 1
95.45%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
56
UNIT KERJA : Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
UNIT KERJA : Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Hj. Jasmarti,SH
NIP.19580808 199403 2 00222 15 5 2 1
68.18%
2Suwarni, SH
NIP.19781210 200312 2 00322 20 2 1 6
90.91%
3Sestiawari, S. Kom
NIP. 19840920 201101 2 02422 20 2 1 3
90.91%
4Aries Tuti Ningsih, SE
NIP. 19780418 200901 2 00422 19 3 2 5
86.36%
5Ahmad Tsauban, S. Ag
NIP. 19770815 201101 1 00222 22 3
100.00%
6Ade Dharma Kurniawan, SE
NIP. 19790917 201101 1 00822 22 2
100.00%
7Mauris Yazdi Sandiah, SH
NIP.19830620 201101 1 00822 10 12 1 8 9
45.45%
8Romy Yuswana, SE
NIP. 19791029 201101 1 00422 15 5 2 1 7
68.18%
9Fauzi Rozzi
NIP. 19770825 200910 1 00222 21 1 3 1
95.45%
10M. Yusuf, S.Pd
NIP.19670522 200604 1 00322 18 1 3 1
81.82%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Husni, SH
NIP. 19630609 198997 1 00122 22
100.00%
2Hj.Siti Lutfiah, S.Pd.
NIP. 19580611 198803 2 00122 21 1 19
95.45%
3Sri Purwaningsih, SH
NIP. 19630327 199403 2 00222 21 1 19
95.45%
4H. TB. Muhaimin, S.Pd
NIP. 19611112 198303 1 00622 22
100.00%
5Drs. Ahmad Kasir
NIP.19650205 199403 1 00422 22 2 20
100.00%
6Ahmad Sulaiman, S Ag
NIP.19760615 200212 1 00522 20 2 3
90.91%
7Riza Fadhly, S.Kom
NIP. 19751022 200312 1 00222 16 5 1 1
72.73%
8Vitri Sarastuti, SH
NIP. 19790429 200312 2 00222 22 20
100.00%
9Fadilah, SE.I
NIP. 19800315 200604 2 02322 22
100.00%
10Ithrin Harameini, S.Psi
NIP. 19871102 200903 1 00222 17 5 1
77.27%
11Sukaryadi
NIP. 19580313 199002 1 00122 22
100.00%
12Ahmad Fikri
NIP. 19810616 200910 1 00122 22 2
100.00%
13Sonia Melinda
NIP. 19840524 20091 2 00622 21 1 15
95.45%
14Cecep Mahyudin
NIP. 19730604 200910 1 00122 22
100.00%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
57
UNIT KERJA : Seksi Bimbingan Masyarakat Islam
Ket erangan:
S = Sakit C = Cuti
I = Izin TK = Tanpa Keterangan
DL = Dinas Luar PC = Pulang Cepat
DT = Datang Terlambat
HARI EFEKTIF HADIR
1 2 3 4 S C I TK DL DK PC DT
1Hj. Siti Asiah, S.Pd.I
NIP.19610518 198203 2 00122 21 1 1 1 2
95.45%
2Dra. Nuraida Azhari
NIP.19621010 199203 2 00222 19 1 1 1 1 2 9
86.36%
3Emma Fatmayani Sari,S.Ag
NIP. 19720703 200112 2 00222 20 2 1 2
90.91%
4Fahrur Rozi, S.Sos.
NIP.19741103 199403 1 00122 21 1 5
95.45%
5Drs. Bahrudin
NIP.19581013 199403 1 00122 22 1 1
100.00%
6Sri Budiarti,S.Sos
NIP. 19660926 198903 2 00222 22 1 1 1 4
100.00%
7Andayani,SE
NIP.19761213 200312 2 00122 22 2 1 19
100.00%
8M. Yunus Hasyim,S.Ag
NIP. 19770620 200604 1 01122 22 1
100.00%
9Rohimah Rahmawati
NIP.19660924 198803 2 00222 22 1
100.00%
10Siti Latifah, Amd
NIP. 19770215 200212 2 00322 19 2 1 1 1 15
86.36%
11Darmawan
NIP. 19580114 199003 1 00122 22 1 21
100.00%
12Khoirunnisa, SE
NIP. 19860220 201101 2 01322 22 2 7
100.00%
13Mira Anggraeni P, S.Ik
NIP. 19821119 200901 2 00522 22 1 2 15
100.00%
14Drs. Burhanuddin, MM
NIP. 19660404 199903 1 00322 22 1
100.00%
15Firda Widyasari, ST
NIP. 19801212 201101 2 01322 22 1
100.00%
16Koko Salaka, SH
NIP. 19780124 200901 1 00522 20 2 1 1 16
90.91%
17Syukrillah, S.Ag
NIP.15040930522 22
100.00%
18M. Y u s u f, S.Pd
NIP. 19650316 198603 1 00322 21 1 3
95.45%
19Hj. Harningsih, S.Sos
NIP.19620806 198403 2 00322 22 5
100.00%
20Rizhy Firmansyah, Lc
NIP. 19820830 200901 1 00822 22 2
100.00%
21Hj. Elly Karim, S.Pd.I
NIP. 19650820 198903 2 00222 19 3 19
86.36%
22Ahmad Zarkasih, SE
NIP.19840722 200912 1 00322 20 2 4
90.91%
23Naman
NIP. 19720710 200701 1 03522 22 8
100.00%
24Prihandoko, A.Md
NIP. 19751116 200501 1 00622 19 3 10
86.36%
NO NAMA / NIPJUMLAH
KETERANGAN%
58
Jika di lihat dari tabel di atas, pelanggaran disiplin jam kerja di Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan masih saja terjadi. Masih banyak
pegawai yang tidak mematuhi Pasal 3 PMA Nomor 28 Tahun 2013 tentang
Disiplin Kehadiran Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Agama,
yaitu masih banyak ditemukannya pegawai yang tidak masuk tanpa
keterangan, datang terlambat, dan pulang cepat. Padahal di dalam pasal
tersebut sudah sangat jelas diberitahukan jam berapa pegawai harus datang
dan pulang, serta sanksi yang akan didapatkan jika pegawai tidak masuk tanpa
keterangan.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Selatan,5 ada beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam
melaksanakan kedisiplinan pegawai, khususnya dalam masalah jam kerja ini.
Hambatan-hambatan yang ada dalam melaksanakan kedisiplinan pegawai
diantaranya adalah masih rendahnya tingkat kesadaran pegawai untuk berbuat
dan bersikap disiplin dalam pelaksanaan tugas misalnya keterlambatan masuk
kerja dan alasan jarak tempuh rumah yang terbilang jauh, cuaca yang tidak
bersahabat, Pegawai Negeri yang menggunakan jasa angkutan kota (angkot).
Mereka juga berpendapat peraturan jam kerja yang sudah diterapkan
terlalu pagi, padahal ketentuan jam kerja sudah diatur dalam ketetapan
peraturan yang berlaku di kantor tersebut. Kurangnya disiplin pegawai dalam
hal ini memicu sering terjadinya pelanggaran jam kerja. Hal tersebut
membuktikan bahwa masih rendahnya aspek moril dan kesadaran dalam diri
5 Wawancara pribadi dengan Bapak Kasra Sukarsa, Jakarta, 6 Juni 2016.
59
pegawai. Mereka tidak menyadari bahwa PNS adalah abdi Negara dan
masyarakat yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat umum.
Hal-hal tersebut di atas merupakan hambatan yang ada dalam
melaksanakan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil yang ada di lingkungan
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan. Jika dipahami terhadap
informasi yang telah dihimpun tersebut di atas, dapat dikatakan hanya alasan-
alasan klasik dan sederhana, tetapi jika hal itu dibiarkan saja, maka bisa
dibayangkan akan terjadi hal-hal yang lebih dari sekadar itu, namun hal
tersebut dapat dikembalikan kepada kesadaran masing-masing Pegawai
Negeri Sipil itu sendiri.
Rendahnya kualitas disiplin dan etos kerja PNS bisa menjadi akar
penyebab pelayanan publik yang kurang berkualitas. Hal ini juga akan
berdampak pada munculnya perilaku PNS yang bisa menyimpang seperti
KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), sehingga dapat berakibat kepada
kualitas pelayanan publik yang tidak akuntabel dan tidak transparan. Oleh
karena itu untuk menghindari hal tersebut, kedisiplinan harus ditingkatkan.
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan telah melakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor
tersebut. Berikut peneliti jabarkan mengenai upaya-upaya tersebut.
60
B. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Disiplin Kerja
Pegawai Negeri Sipil Dalam Rangka Reformasi Birokrasi Di Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk
melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek
kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur
Negara, serta dilaksanakan dalam rangka untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).6 Apabila sebuah instansi masih
melakukan pelanggaran disiplin, dirasa perlu untuk melakukan perbaikan agar
kita tidak terus berada dalam keterpurukan dan ketertinggalan.
Allah SWT telah menjanjikan bahwa Allah SWT tidak akan merubah
keadaan suatu kaum sebelum kaum tersebut yang merubahnya, karena itulah
diperlukan sebuah reformasi ke arah yang lebih baik.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.” (Ar-Ra`d : 11)
Dari ayat di atas jelaslah bahwa dalam perubahan nasib suatu kaum
ada dua aktor yang berada di balik keduanya, yaitu manusia dan Allah SWT.
6 Reformasi Birokrasi, diakses dari www.menpan.go.id
61
Pada ayat tersebut diterangkan bahwa dalam melakukan perubahan
(reformasi) tidak cukup dilakukan oleh satu atau dua orang saja, namun secara
jelas Allah SWT menyatakan bahwa untuk melakukan perubahan diperlukan
kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan jelas untuk
mewujudkan perubahan tersebut.
Dalam mewujudkan hal tersebut, maka langkah awal yang harus
dilakukan adalah meningkatkan disiplin pegawai. Disiplin yang dimaksud
mencakup unsur-unsur kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan-peraturan
yang berlaku, besarnya rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang
diberikan, dan sanggup menjalankan serta tidak mengelak untuk menerima
sanksi dan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh apabila melanggar
tugas dan wewenang.
Dalam rangka meningkatkan disiplin PNS, di Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Selatan dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pembinaan dalam peningkatan disiplin pegawai
Di dalam sistem pembinaan PNS dikenal dua sistem pembinaan,
yaitu sistem karir dan sistem prestasi kerja. Menurut pasal 12 Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, ditegaskan
bahwa: Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan
pembangunan secara berhasil guna dan berdayaguna, diperlukan Pegawai
Negeri Sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui
62
pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem
karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dipahami dan diketahui
bahwa substansi dari sistem pembinaan PNS tersebut adalah terdapatnya
persyaratan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ketentuan, serta
mendukung terhadap pencapaian tugas pelayanan kepada masyarakat
secara profesional, bertanggungjawab, jujur, dan adil dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Lebih lanjut pula, terdapat keterkaitan arah antara pembinaan
dengan prestasi yang diharapkan dari pegawai. Dengan perkataan lain,
bahwa sistem pembinaan PNS menganut sistem perpaduan antara sistem
prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi
kerja. Dengan demikian akan diperoleh penilaian yang objektif terhadap
kompetisi PNS. Oleh sebab itu, unsur pembinaan terhadap PNS haruslah
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya atas dasar segi-segi yang terkait
dengan prestasi kerja.
Pembinaan PNS dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau
proses memelihara, menjaga dan memajukan organisasi melalui setiap
pelaksanaan tugas personal, baik secara struktural maupun fungsional,
agar pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan tidak
terlepas dari usaha mewujudkan tujuan Negara atau cita-cita bangsa
Indonesia.7
Dengan pendapat tersebut dapat dimengerti, bahwa betapa
7 Nawawi, Sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta, Bumi Aksara, 1992), h.110
63
pentingnya kegiatan pembinaan PNS diselenggarakan yang pada intinya
tujuan pendayagunaan kepegawaian Negara, yaitu terwujudnya
peningkatan kualitas PNS antara lain untuk meningkatkan mutu dan
keterampilan serta memupuk kegairahan bekerja.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Selatan terus berupaya melakukan pembinaan kepada
pegawai melalui berbagai macam kegiatan untuk memotivasi pegawai
dalam upaya peningkatan disiplin dan kinerja pegawai. Pembinaan yang
dilakukan berkaitan dengan pembinaan etika dan disiplin sesuai dengan
pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS agar visi dan misi Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan dapat terlaksana dan dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang baik.
Dalam upaya peningkatan disiplin pegawai, kepala Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan telah membuat program
pembinaan terhadap pegawai yang dilaksanakan oleh Kepala Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan dan Kepala Seksi masing-
masing unit.
Dalam kegiatan pembinaan ini, Kepala Kantor dan pimpinan unit
memberikan pengarahan kepada pegawai pelaksana mengenai kedisiplinan
dan program kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Dapat disimpulkan pada dasarnya kegiatan pembinaan yang diarahkan
pada pembinaan etika dan disiplin tersebut bertujuan untuk meningkatkan
moral/etika, disiplin, kinerja, dan pengembangan karir pegawai.
64
2. Apel setiap senin pagi
Kementerian Agama merupakan salah satu dari sekian banyak
instansi di Indonesia yang mewajibkan apel pagi setiap harinya, seperti di
wilayah dan di daerah.
Pelaksanaan apel pagi bagi PNS merupakan persiapan dalam
mengawali tugasnya. Dengan menyisihkan 20-30 menit sebelum bekerja
untuk melaksanakan apel adalah bukti kesiapan PNS dan lembaga dimana
PNS tersebut untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Manfaat
apel pagi sesungguhnya sangatlah besar, waktu apel dapat dipakai untuk
menyampaikan informasi-informasi penting berkaitan dengan kedinasan.
Pada Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
dilaksanakan apel rutin setiap hari senin pada pukul 08.00 – 08.30 pagi.
Dalam kegiatan ini, Kepala Kantor dan pimpinan unit memberikan
pengarahan kepada pegawai pelaksana mengenai kedisiplinan dan program
kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Apel pagi di
hari senin merupakan rutinitas yang harus diikuti oleh semua PNS
dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan, karena
apel merupakan bagian dari kewajiban bagi setiap PNS.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
disiplin PNS, maka apel adalah kewajiban bagi PNS karena pelaksanaan
apel sebagai fungsi pengawasan / pengendalian dan sarana menyampaikan
informasi.
65
Apel juga menjadi kebutuhan bagi PNS di lingkungan Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan, yaitu untuk menyiapkan diri
secara fisik, kedisiplinan, dan kesiapan / kekompakan yang baik untuk diri
sendiri dalam melaksanakan tugas sebaik-baiknya.
Menurut Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan,
apel pagi setiap hari senin merupakan kegiatan secara rutin dan teratur
bukan sekedar memenuhi kewajiban belaka, tetapi upaya untuk
membentuk sikap disiplin PNS dan sekaligus memotivasi kinerja pegawai
di lingkungan Kantor. Dalam hal pelaksanaan apel pagi setiap hari senin,
bertindak sebagai Pembina apel tidak hanya Kepala Kantor saja,
melainkan bergantian dengan Pimpinan setiap unit dengan jadwal yang
telah disepakati.
Ternyata apel pagi di hari senin bukan hanya sekedar berkumpul,
berbaris rapi, hormat, laporan dan tata urutan protokoler lain seperti pada
umumnya, namun juga dapat digunakan sebagai media positif untuk
membangun dan mencapai visi dan misi yang telah dilakukan secara rutin
dan konsisten. Kegiatan ini dirasakan cukup efektif, terbukti adanya
peningkatan disiplin pegawai tidak hanya terkait jam masuk dan pulang
kerja saja tetapi juga disiplin dalam penyelesaian pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
66
3. Menerapkan Absensi Finger Scan (Sidik Jari)
Menurut pasal 3 angka 11 PP Nomor 53 Tahun 2010 disebutkan,
setiap pegawai negeri sipil wajib masuk dan mentaati ketentuan jam kerja.
Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kewajiban
untuk “masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja” adalah setiap PNS
wajib datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan jam kerja
serta tidak berada di tempat umum bukan karena dinas. Apabila
berhalangan hadir wajib memberitahukan kepada pejabat yang berwenang.
Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang cepat dihitung secara
kumulatif dan dikonversi 7 ½ (tujuh setengah) jam sama dengan 1 (satu)
hari tidak masuk kerja.
Untuk mengetahui kinerja pegawai maka perlu dilakukan penilaian
kinerja. Penilaian kerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut
maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja
pegawai. Ketidakhadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja, sehingga instansi atau lembaga tidak dapat mencapai
tujuan secara optimal.
Dalam rangka meningkatkan disiplin pegawai, maka upaya
pengendalian dan pengawasan disiplin kerja pegawai perlu dilaksanakan
secara terus menerus dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan
sebagai alat pengawasan dan pengendalian adalah melihat tingkat
kehadiran pegawai melalui absensi. Pencatatan absensi pegawai
67
merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan sumber daya
manusia (SDM atau Human Resources Management). Informasi yang
mendalam dan terperinci mengenai kehadiran seorang pegawai dapat
menentukan prestasi kerja seseorang, gaji/upah, produktivitas, dan
kemajuan instansi/lembaga secara umum.
Sistem pelaporan absensi manual yang selama ini dilakukan
cenderung manipulasi dan tidak menyampaikan laporan kehadiran
pegawai dengan apa adanya. Hal ini menjadikan penghambat bagi organisasi
untuk memantau kedisiplinan pegawai dalam hal ketepatan waktu
kedatangan dan jam pulang pegawai setiap hari. Salah satu penerapan
teknologi guna mencapai tujuan meningkatkan efektifitas kerja adalah
dengan meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu dengan menggunakan mesin
absensi sidik jari (finger scan), dengan mesin tersebut otomatis tidak akan
dapat dimanipulasi.
Sejak September 2012 Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Selatan mulai menggunakan finger scan. Hal ini dilakukan dengan harapan
akan meningkatkan tingkat kedisiplinan para Pegawai, dan untuk
menghindari kecurangan Pegawai apabila menggunakan absensi manual
dimana mereka masih menitipkan absen pada temannya.
Untuk lebih meningkatkan kedisiplinan pegawai di lingkungan
kementerian agama, pelaksanaan absensi Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta selatan diadakan dua
kali yaitu pagi hari yang diadakan jam 07.30 WIB dan pada waktu siang
68
hari yang dilakukan pada jam 13.00 WIB. Dengan diadakan absensi satu
hari 2 ( dua ) kali ini diharapkan para pegawai dapat melaksanakan tugas
dengan baik dan selalu siap ditempat, dengan itu pula kedisiplinan
pegawai akan terwujud.
Menurut Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
mengungkapkan bahwa setelah adanya absensi finger scan ini disiplin jam
kerja para PNS di kantor tersebut semakin meningkat. Menurutnya,
Banyak isu-isu yang beredar yang mengatakan bahwa PNS itu kerjanya
santai, hanya datang dan absen saja. Tidak bisa dielakkan juga bahwa
banyak PNS yang menitip absen pada PNS lain. Dan yang harus dilakukan
PNS-PNS sekarang adalah, hilangkan isu-isu negatif itu.
4. Mengeluarkan surat edaran tentang disiplin PNS
Pengabdian seorang PNS adalah tugas dan kewajiban yang harus
dipertanggungjawabkan. Pengabdian tersebut harus lahir dari hati nurani
agar dapat mengetahui tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai PNS.
Lantas yang tak kalah pentingnya, jangan sampai ada PNS yang tidak
mengetahui peraturan kepegawaian yang berlaku.
Untuk menghindari ketidaktahuan PNS terhadap peraturan disiplin,
maka dikeluarkannya surat edaran tentang Disiplin PNS untuk seluruh
pegawai. Peraturan tersebut harus diketahui dan dipahami oleh seluruh
PNS sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
sehari-hari sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat.
69
Di Kantor kementerian Agama Kota Jakarta Selatan selalu
dikeluarkan surat edaran tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil. Surat
tersebut diedarkan setiap ada peraturan baru yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Surat edaran ini diedarkan disaat apel senin pagi ataupun
disaat pembinaan lainnya.
Tolak ukur dalam penegakkan aturan disiplin Pegawai Negeri Sipil
adalah dengan menaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah
ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Disamping itu, unsur pengetahuan yang
dimiliki oleh pegawai terhadap aturan-aturan disiplin juga sangat penting,
karena dengan mengetahui aturan tersebut dapat memudahkan pegawai
dalam menjalankan kewajibannya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan sudah
mengetahui aturan disiplin, walaupun tidak menjelaskan secara rinci isi
dari aturan tersebut, namun secara garis besar sudah menunjukkan bahwa
pegawai di dinas ini sudah memahami aturan disiplin Pegawai Negeri
Sipil.
5. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat
sebagai pengendalian yang terus-menerus, dilakukan oleh pimpinan
langsung kepada bawahannya, agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut
berjalan secara afektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan
70
perundang-undangan yang berlaku.8
Pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan merupakan pengawasan yang menyeluruh terhadap pelaksanaan
kegiatan oleh bawahan dengan maksud agar pimpinan mengetahui
kegiatan nyata dari setiap aspek pelaksanaan tugas dan sasaran yang telah
ditetapkan. Apabila terjadi penyimpangan, pimpinan segera mengambil
langkah-langkah perbaikan.9
Untuk mengantisipasi dan meminimalisir tindakan indisipliner
yang dilakukan oleh pegawai dalam rangka upaya peningkatan disiplin,
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan melakukan pengawasan
terhadap pegawainya melalui pengawasan langsung (pengawasan melekat)
dari pimpinan.
Fakta yang ditemukan di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Selatan adalah intensitas pengawasan langsung oleh pimpinan cukup baik.
Pimpinan sering melakukan pengawasan langsung terhadap pelaksana.
Pimpinan bertindak nyata dan efektif dalam mewujudkan kedisiplinan
pegawai. Pimpinan aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap,
gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti pimpinan selalu
ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk
jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
8 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989 tentang pedoman pelaksanaan
pengawasan melekat.
9 Viktor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam Lingkungan
Aparatur Pemerintah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.14
71
Pengawasan melekat ini terbukti di saat penulis hadir pada waktu
apel senin pagi. Sebelum apel di mulai, pimpinan sudah berada di Kantor
tersebut untuk mengontrol jam datang para pegawai. Hal ini ditujukan agar
para pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk,
pengarahan dan pengawasan dari atasannya.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian, penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sudah dilaksanakan
sejak pelaksanaan peraturan tersebut diberlakukan. Peraturan Pemerintah
ini sangat membantu dalam peningkatan kinerja yang efektif dan efisien
walaupun dalam penerapannya masih ada beberapa pegawai yang
melanggar peraturan pemerintah ini. Para PNS di Kementerian Agama
Kota Jakarta Selatan masih ada yang melanggar disiplin jam kerja, padahal
ketentuan jam kerja ini sudah terperinci di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2013. Faktor yang mendasari pelanggaran disiplin ini
adalah masih rendahnya kesadaran dari PNS itu sendiri.
2. Kantor Kementerian Agama kota Jakarta selatan telah melakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan kedisiplinan PNS, antara lain:
Pertama, melakukan pembinaan bagi para PNS. Pembinaan yang
dimaksud adalah berkaitan dengan pembinaan etika dan disiplin sesuai
dengan pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS agar visi misi Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan dapat terlaksana dan dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang baik. Kedua, melakukan apel
senin pagi. Rutinitas ini tidak pernah dilewatkan di kantor ini karna sangat
membawa manfaat. Ketiga, mengeluarkan surat edaran tentang disiplin
PNS agar peraturan tersebut diketahui dan dipahami oleh seluruh PNS dan
73
untuk menghindari ketidaktahuan PNS terhadap peraturan disiplin
pegawai tersebut. Keempat, menerapkan absensi finger scan (sidik jari).
Absensi finger scan ini sangat membawa manfaat di kantor ini karena
tidak ada lagi PNS yang menitip absen seperti ketika masih menggunakan
absensi tulis/manual. Kelima, pengawasan melekat yang dilakukan
langsung oleh kepala kantor.
B. Saran
1. Penerapan disiplin di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
sudah cukup baik, tetapi masih harus ditingkatkan lagi agar tujuan dari
pemerintah untuk mereformasi birokrasi menjadi lebih baik.
2. Melakukan Pembinaan Khusus. Pembinaan khusus ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran Pegawai bahkan pembentukan mental dari
pegawai, sebab dengan melakukan pembinaan khusus ini diharapkan dapat
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku para pegawai.
3. Disiplin itu terwujud tidak hanya bersifat insidentil semata, artinya ketika
adanya teguran, peringatan bahkan kecaman dari atasan barulah sikap
disiplin itu diperhatikan, melainkan harus ditanamkan sebagai simbol
patriotisme yang diharapkan nantinya akan berdampak signifikan terhadap
kemajuan dan kemakmuran bangsa dan negara Indonesia yang tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al-Qur’anul karim
Achmad, Yulianto dan Mukti Fajar. Dualisme Penulisan Hukum Normatif dan
Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Abdullah, Rozali. Hukum Kepegawaian. Jakarta: CV. Rajawali, 1986.
Ali, Ahmad. Menguak Tabir Hukum. Jakarta: Chandra Pratama, 1996.
Budiman, Arief. Bentuk Negara dan pemerataan hasil-hasil pembangunan,
Majalah Prisma edisi 7 Juli 1982. Jakarta: LP3ES, 1982.
Djatmika, Sastra dan Marsono. Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta:
Djamban, 1975.
Handayaningrat, Soewarno. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan
Nasional. Jakarta: Gunung Agung, 1999.
Harsono. Perencanaan Kepegawaian. Bandung: Fokus Media, 2010.
Kansil, C.S.T. Pokok-pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia. Jakarta:
Pradnya Paramitha, 1979.
Kusnardi, Moh dan Saragih, Bintan R. Ilmu Negara, Cet. VII. Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2008.
Mahfud, Moh. Hukum Kepegawaian Indonesia. Yogyakarta: Liberty, 1988.
Moenir, S. Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan
Kepegawaian. Jakarta: Gunung Agung, 1983.
Musanef. Managemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Gunung Agung, 1984.
Nainggolan. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Pertja, 1987.
Negara, Badan Kepegawaian. Wacana Pengembangan Kepegawaian. Jakarta:
Badan Kepegawaian Negara, 2002.
Negara, Badan Kepegawaian. Direktori Kepegawaian Negara. Jakarta: Badan
Kepegawaian Negara, 2008.
Negara, Badan Kepegawaian. Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Badan
Kepegawaian Negara, 2011.
Nitisemito, Alex S. Manegemen Sumber Saya Manusia. Jakarta: Sasmito Bross,
1980.
Situmorang, Victor M dan Juhir, Jusuf. Aspek Hukum Pengawasan Melekat di
Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994).
Subianto, Achmad. Setelah Pensiun. Jakarta: RBI Research, 2006.
Sulistiyani, Ambar Teguh. Memahami Good Governance Dalam Perspektif
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gaya Media, 2004.
Suparno, M. Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa. Jakarta: PT.
Purel Mundial, 1992.
Surachmad, Wirjo. Wawasan Kerja Apartur Negara. Jakarta: Pustaka Jaya, 1993.
Soehino. Ilmu Negara, cet.VIII. Yogyakarta: Liberty, 2008.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum,cet.III. Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1986.
Tjokrowinoto, Moeljarto. Politik Pembangunan: sebuah analisis konsep arah dan
strategi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1987.
Thoha, Miftah. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
Thoha, Miftah. Birokrasi Pemerintah di Era Reformasi. Jakarta: Kencana, 2008.
Thoha, Miftah. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Unaradjan, Dolet. Manajemen Disiplin. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2003.
Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek, cet.IV. Jakarta: Sinar
Grafika, 2008.
Weber, Max. The Theory of Social and Economic Organization, diterjemahkan A.
Henderson & T. Parsons. New York: Oxford Univ Press, 1947.
Wicaksono, Kristian Widya. Administrasi dan birokrasi pemerintah. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006.
Peraturan Perundang-Undangan dan internet
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2013
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014
Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002
Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2010
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989
http://bkn.go.id/kanreg01/en/berita/201-peraturan-pemerintah-nomor-53-tahun-
2010-antara-tantangan-dan-realita.html?showall=1
www.kabarindonesia.com
www.menpan.go.id
http://nasional.kompas.com/read/2008/05/08/19205050/about.html
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA
Narasumber : Karsa Sukarsa
Jabatan : Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
Hari/Tanggal : Senin, 6 Juni 2016
Tempat : Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
Jalan Buncit Raya Nomor 2, Pejaten Barat, Pasar Minggu
1. Apakah Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan sudah
menerapkan peraturan disiplin pegawai negeri sipil berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010?
Jawab: Ya, Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan telah
melaksanakan peraturan disiplin pegawai negeri sipil berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 sejak peraturan tersebut
diberlakukan.
2. Pelanggaran disiplin apa sajakah yang masih sering terjadi di Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan?
Jawab: Pelanggaran yang masih terjadi sampai sekarang adalah masalah
jam kerja, masih ada beberapa PNS yang masih tidak disiplin dalam
masalah jam kerja ini, terutama pada saat jam masuk kantor masih ada
yang datang terlambat. Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan
sudah menerapkan aturan disiplin jam kerja berdasarkan Peraturan Menteri
Agama Nomor 28 Tahun 2013 yaitu sebagai berikut:
Hari kerja mulai hari senin sampai dengan jum’at
Jam efektif kerja dalam satu hari adalah selama 7,5 jam.
Jam efektif kerja hari senin sampai hari kamis dari pukul 07.30 s/d
pukul 16.00. Jam istirahat dari pukul 12.00 s/d pukul 13.00.
Jam efektif kerja hari jum’at dari pukul 07.30 s/d pukul 16.30. Jam
istirahat dari pukul 11.30 s/d pukul 13.00.
Tapi yang terjadi di kantor ini masih ada PNS yang datang pukul 07.45
bahkan ada yang pukul 08.00 WIB.
3. Faktor apa saja menjadi hambatan dalam melaksanakan kedisiplinan
pegawai, khususnya dalam masalah jam kerja ini?
Jawab: Faktor yang mendasari pelanggaran disiplin di kantor ini adalah
faktor intern, yaitu dari dalam pribadi PNS itu sendiri. Masih rendahnya
tingkat kesadaran pegawai untuk berbuat dan bersikap disiplin dalam
pelaksanaan tugas, misalnya keterlambatan masuk kerja dan alasan jarak
tempuh rumah yang terbilang jauh, cuaca yang tidak bersahabat, dan para
pegawai yang menggunakan jasa angkutan kota (angkot). Biasanya para
pegawai berpendapat bahwa peraturan jam kerja yang sudah diterapkan
terlalu pagi, padahal ketentuan jam kerja sudah diatur dalam ketetapan
perarturan yang berlaku di kantor ini.
4. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin kerja
pegawai negeri sipil di kantor kementerian agama kota Jakarta selatan?
Jawab: upaya-upaya yang sudah dilakukan di kantor ini antara lain:
Pertama, Melakukan pembinaan bagi para PNS. Pembinaan yang
dimaksud adalah berkaitan dengan pembinaan etika dan disiplin sesuai
dengan pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS agar visi misi Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan dapat terlaksana dan dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang baik. Diantaranya adalah
pembinaan disiplin yang dilakukan oleh kepala kantor dan kepala seksi
masing-masing unit. Dalam kegiatan pembinaan ini diharapkan mampu
meningkatkan disiplin para PNS.
Kedua, Melakukan apel senin pagi. Rutinitas ini tidak pernah dilewatkan
di kantor ini karna sangat membawa manfaat, apel ini bukan hanya saja
melakukan baris berbaris tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk membentuk
sikap disiplin PNS dan sekaligus memotivasi kinerja pegawai
dilingkungan Kantor. Dalam apel ini juga biasanya dijadikan sarana untuk
mengeluarkan surat edaran tentang disiplin PNS agar peraturan tersebut
diketahui dan dipahami oleh seluruh PNS dan untuk menghindari
ketidaktahuan PNS terhadap peraturan disiplin pegawai tersebut.
Ketiga, Menerapkan absensi finger scan (sidik jari). Absensi ini sudah
diterapkan sejak September 2012. Absensi finger scan ini sangat
membawa manfaat di kantor ini karena tidak ada lagi PNS yang menitip
absen seperti ketika masih menggunakan absensi tulis/manual. Sejak
adanya absensi finger scan ini disiplin jam kerja para PNS di kantor ini
meningkat.
5. Apakah bapak melakukan pengawasan terhadap kedisiplinan para
PNS?
Jawab: Ya, pengawasan yang sudah saya lakukan ini adalah pengawasan
melekat, ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kedisiplinan PNS. Saya sendiri melakukan pengawasan yang menyeluruh
terhadap pelaksanaan kegiatan oleh bawahan, karena jika seorang
pimpinan bersikap acuh terhadap para pegawainya ditakutkan para
pegawai tidak merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, dan
pengarahan dari atasannya.