direktori perhubungan

203
DIREKTORI Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan

Upload: phunghanh

Post on 09-Dec-2016

317 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Direktori Perhubungan

DIREKTORIKementer ian Perhubungan

K e m e n t e r i a n P e r h u b u n g a n

Page 2: Direktori Perhubungan
Page 3: Direktori Perhubungan
Page 4: Direktori Perhubungan

2Direktori Kementerian Perhubungan

Page 5: Direktori Perhubungan

SambutanMenteri Perhubungan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu hak untuk memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan ciri penting negara demokratis yang menjungjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaran negara yang baik. Keterbukaan informasi publik juga merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya. Berkenaan dengan itu, Buku Direktori Kementerian Perhubungan merupakan jawaban untuk memberikan informasi yang komprehensip mengenai program kebijakan umum pembangunan, peluang investasi dan prosedur perijinan yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat yang ingin bergerak di Sektor transportasi.

Transportasi merupakan salah satu pilar dalam mendukung pembangunan Indonesia karena berbagai alasan; Pertama pembangunan Sektor transportasi meningkatkan interaksi dan membuka terjadinya pemahaman antar masyarakat. Kedua, dari segi ekonomi pembangunan transporatsi membuka peluang terjadinya perdagangan antar wilayah sehingga dapat mengurangi perbedaan harga antar wilayah. Ketiga, pembangunan transportasi meningkatkan mobilitas tenaga kerja sehingga mengurangi konsentrasi keahlian dan ketrampilan pada beberapa wilayah. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Perhubungan telah dan akan terus melaksanakan berbagai program pembangunan untuk mendukung pembangunan berbagai wilayah Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan berbagai program pembangunan transportasi di berbagai wilayah Indonesia memerlukan partisipasi masyarakat dan para investor. Partisipasi masyarakat menjadi penting karena masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi dan stakeholder mempunyai kepentingan langsung terhadap penyelenggaraan jasa transportasi. Sementara itu peran investor sangat dibutuhkan dalam pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi mengingat keterbatasan kemampuan Pemerintah dalam membiayai seluruh pembangunan sarana dan prasarana transportasi di seluruh wilayah Indonesia.

Akhirnya saya berharap buku “Direktori Kementerian Perhubungan” dapat dijadikan referensi bagi semua pihak yang ingin berinvestasi dan bergerak di Sektor Transportasi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

MENTERI PERHUBUNGAN

E.E. MANGINDAAN

3Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 6: Direktori Perhubungan

Kata Sambutan Menteri Perhubungan

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Kebijakan umum 2010 – 2014

B. Tujuan 2010 - 2014

C. Strategi 2010 - 2014

BAB II KERANGKA DAN PELUANG INVESTASI SEKTOR PERHUBUNGAN

A. Kerangka dan Peluang Investasi Sektor Perhubungan

B. Kriteria Proyek Kerjasama Pemerintah Dan Swasta (KPS) Dan Peluang Investasi

BAB III PROSEDUR Perizinan PELAYANAN JASA PERHUBUNGAN

A. Subsektor Perhubungan Darat

B. Subsektor Perhubungan Laut

C. Subsektor Perhubungan Udara

D. Subsektor Perkeretaapian

BAB IV PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN

A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Darat

B. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut

C. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara

BAB V PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

A. Kerangka Hukum

B. Prosedur Pelayanan Informasi Publik di Kementerian Perhubungan

C. Pengaduan Masyarakat

D. Tindak Lanjut Penanganan Pelayanan Informasi Publik Dan Pengaduan Masyarakat

Lampiran

Inventarisasi Peraturan Bidang Transportasi

Peraturan Pelaksanaan Amanat keempat Undang-undang Transportasi

3

4

5

7

8

9

9

11 – 25

27 – 28

29

31 – 51

53 – 75

77 – 123

125 – 132

133

135 – 138

139 – 158

158 – 167

169

170

171 – 172

173 – 175

175 – 177

178

178 – 198

199 – 200

DAFTAR ISI

4Direktori Kementerian Perhubungan

Page 7: Direktori Perhubungan

5Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 8: Direktori Perhubungan

6Direktori Kementerian Perhubungan

Page 9: Direktori Perhubungan

A. Kebijakan Umum 2010-2014

Kebijakan umum Kementerian Perhubungan dalam pembangunan dan penyelenggaraan transportasi pada tahun 2010-

2014 adalah sebagai berikut:

1. Mendukung pergerakan kelancaran mobilitas penumpang dan distribusi barang/jasa untuk mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah dan meningkatkan daya saing produk nasional;

2. Mewujudkan ketahanan nasional dan wawasan nusantara guna memantapkan penalaran keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);

3. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi guna memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa transportasi;

4. Memberikan ruang seluas-luasnya kepada daerah berdasarkan kewenangannya dan memberikan kemudahan kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan angkutan massal;

5. Mendorong partisipasi peran serta swasta dengan memperhitungkan tingkat pelayanan agar tetap terjaga efisiensi, pemerataan kepentingan daya beli masyarakat lainnya serta kepentingan operator terkait dengan jaminan kelangsungan usaha;

6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia transportasi guna mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang andal, efisien dan efektif;

7. Mendorong pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap dampak

perubahan iklim.

B. Tujuan 2010-2014

Mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien yang didukung SDM transportasi yang berkompeten

guna mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera, sejalan dengan perwujudan Indonesia yang aman dan damai

serta adil dan demokratis.

7Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 10: Direktori Perhubungan

Penyelenggaraan kegiatan transportasi yang efektif berkaitan dengan ketersediaan aksesbilitas, optimalisasi kapasitas,

maksimalisasi kualitas serta keterjangkauan dalam pelayanan, sedangkan penyelenggaraan transportasi yang efisien

berkaitan dengan kemampuan pengembangan dan penerapan teknologi transportasi serta peningkatan kualitas SDM

transportasi yang berdampak kepada maksimalisasi dayaguna dan minimasi biaya yang menjadi beban masyarakat.

C. Strategi 2010-2014

Di dalam mewujudkan kebijakan umum serta mencapai tujuan tersebut di atas, ditempuh melalui 2 (dua) strategi pokok

pembangunan perhubungan:

1. Strategi dan Penataan Penyelenggaraan Perhubungan. Strategi ini diarahkan untuk penataan penyelenggaraan perhubungan dilanjutkan dengan penataan Sistem Transportasi

Nasional sejalan dengan perubahan lingkungan strategis baik pada skala lokal, regional maupun global, penataan penyeleggaraan perhubungan dilakukan melalui kegiatan pengembangan sarana dan prasarana perhubungan dibarengi dengan pelaksanaan reformasi dan restrukturisasi kelembagaan dan peraturan di bidang perhubungan (regulatory refrom), peningkatan profesionalisme Sumber Daya Manusia perhubungan dengan melibatkan peran serta swasta dalam pengoperasian dan pembangunan infrastruktur perhubungan, serta mereposisi peran pemerintah dari operator dan pemilik (owner) menjadi regulator dan fasilitator.

2. Strategi pembangunan perhubungan Strategi Pembangunan Perhubungan diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan termasuk

keselamatan dan keamanan dalam kerangka penyediaan aksesbilitas jasa perhubungann kepada masyarakat baik di seluruh pelosok tanah air di mancanegara.

8Direktori Kementerian Perhubungan

Page 11: Direktori Perhubungan

9Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 12: Direktori Perhubungan

10Direktori Kementerian Perhubungan

Page 13: Direktori Perhubungan

1. Peran Infrastruktur Transportasi dan KPS di

Indonesia

Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan

global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah

mengalami pertumbuhan GDP sebesar 4,5 persen, sementara banyak negara-

negara lain yang mengalami kontraksi ekonomi.

Untuk memberikan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional dan

perluasan lapangan kerja maka ditargetkan pertumbuhan ekonomi nasional

tahun 2010 – 2014 rata-rata berkisar antara 6,30% - 6,8% pertahun (sumber

: RPJMN 2010-2014) dan untuk itu dibutuhkan total investasi kumulatif selama

lima tahun berkisar antara Rp 11.913,2-Rp 12.462,6 triliun atau rata-rata berkisar

antara Rp. 2.382 – Rp. 2.492 triliun per tahun. Dalam upaya pencapaian target

pertumbuhan ekonomi nasional tersebut maka sektor transportasi ditargetkan

tumbuh rata-rata sekitar 9,5% pertahun sehingga kebutuhan pembiayaan

operasional dan pembangunan (investasi) di sektor transportasi di luar jalan

selama kurun waktu 2010-2014 rata-rata sebesar Rp. 325,26 triliun per tahun,

dengan alokasi sumber pendanaan dari: APBN (rupiah murni dan pinjaman luar

negeri) rata-rata sebesar Rp. 30,67 triliun pertahun, investasi BUMN rata-rata

sebesar Rp. 2,681 triliun pertahun, sehingga gap pembiayaan sebesar rata-rata

sebesar Rp. 291,91 triliun pertahun diharapkan dapat diperoleh melalui investasi

swasta.

Pemerintah telah menyadari peran penting sektor swasta untuk memenuhi

kebutuhan ini dan karenanya telah menyediakan suatu sarana bagi pihak

swasta agar dapat ikut berperan serta dalam pembangunan infrastruktur melalui

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Program KPS milik pemerintah

ini mencakup rentang infrastruktur yang luas, termasuk diantaranya adalah

infrastruktur sektor transportasi.

Transportasi sebagai salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan

mobilitas penumpang berkembang sangat dinamis, serta berperan di dalam

mendukung, mendorong, dan menunjang segala aspek kehidupan baik dalam

pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Pertumbuhan sektor transportasi akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi

secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting

A. Kerangka dan Peluang Investasi Sektor Perhubungan

11Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 14: Direktori Perhubungan

dan strategis, baik secara makro maupun mikro. Keberhasilan sektor transportasi secara makro

dapat terlihat dari sumbangan nilai tambahnya dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

(PDB), dampak ganda (multiplier effect) yang ditimbulkannya terhadap pertumbuhan sektor-sektor

lain dan kemampuannya meredam laju inflasi melalui kelancaran distribusi barang dan jasa ke

seluruh pelosok tanah air. Oleh karenanya ketersediaan infrastruktur transportasi yang handal dan

memadai merupakan hal yang sangat penting untuk diupayakan, dan KPS tentunya diharapkan

dapat menjadi bagian utama guna mewujudkan ketersediaan infrastruktur transportasi yang handal

dan memadai tersebut.

2. Pihak-Pihak Utama Dalam Kerangka KPS

Mengacu pada Buku Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) ”Panduan Bagi Investor Dalam

Investasi Di Bidang Infrastruktur” yang dikeluarkan oleh Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, berikut dijelaskan tentang pihak-pihak utama yang secara umum terlibat dalam

proyek infrastruktur KPS dan hubungan yang ada diantara mereka yang disesuaikan dengan sektor

transportasi. Pihak-pihak tersebut adalah:

a. Badan Usaha yang merupakan badan hukum Indonesia yang dimiliki oleh para Sponsor

Proyek, yang menandatangani Perjanjian Kerjasama (PK) atau Cooperation Agreement

dengan Badan Kontrak Pemerintah atau Government Contracting Agency (GCA). Badan

usaha dalam Panduan ini dan didalam peraturan-peraturan pemerintah disebut juga sebagai

“Badan Usaha”.

b. Bank-bank Komersial Asing dan Domestik menyediakan pendanaan berupa kredit untuk

Proyek. Bank domestik tersebut dapat menyediakan pendanaan berupa kredit untuk proyek-

proyek kecil, namun untuk proyek-proyek yang besar pada umumnya diperlukan pendanaan

dari pihak asing.

c. Bank Pembangunan Multilateral termasuk Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB),

dan afiliasinya seperti Asosiasi Penjamin Investasi Multilateral atau Multirateral Investment

Guarantee Association (MIGA). Pada situasi tertentu, badan ini dapat menyediakan

penambahan fasilitas kredit antara lain dalam bentuk jaminan risiko parsial atau partial risk

guarantees (PRGs) kepada perusahaan-perusahaan ataupun para kreditur proyek.

d. Para Sponsor Proyek merupakan para pemegang saham dari Badan usaha. Sponsor Proyek

ini dapat terdiri dari investor lokal ataupun asing dan pada umumnya mereka bertanggung

jawab untuk melakukan pengembangan proyek selain dari penempatan modal. Mereka

biasa disebut juga dalam Panduan ini sebagai “pelaksana pembangunan” atau disebut

“developers.”

e. Penjaminan Infrastruktur, yang dikenal sebagai PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII),

telah didirikan oleh Pemerintah Indonesia untuk menyediakan penjaminan-penjaminan atas

kewajiban-kewajiban pemerintah yang timbul berdasarkan perjanjian-perjanjian KPS.

12Direktori Kementerian Perhubungan

Page 15: Direktori Perhubungan

f. Dana Infrastruktur, yang dikenal sebagai Indonesian Infrastructure

Fund (IIF), didanai oleh Pemerintah Indonesia (melalui PT. Sarana

Multi Infrastruktur), bank pembangunan multilateral, Korporasi

Keuangan Internasional atau the International Finance

Corporation (IFC) dan Pemerintah Jerman untuk memberikan

kredit bagi kegiatan infrastruktur di Indonesia. Pihak-pihak

tersebut dapat menyediakan fasilitas kredit sebagian dari

jumlah pinjaman uang dibutuhkan oleh debitur.

g. Pihak Ketiga Pemberi Jasa, kemungkinan akan diikutsertakan oleh Badan Usaha untuk berbagai macam

kepentingan pembangunan dan pelaksanaan proyek, termasuk perekayasaan teknik, pengadaan dan konstruksi

(EPC), kegiatan operasional dan perawatan atau Operation and Maintenance (O&M) dan lain-lain. Jasa-jasa

ini akan dituangkan dalam perjanjian-perjanjian tersendiri yang dibuat antara Badan usaha dan pemberi jasa

tertentu tersebut.

h. Para Pengguna, adalah pembeli akan jasa penyelenggaraan transportasi yang disediakan oleh Badan Usaha

yang dapat merupakan masyarakat.

i. Badan Yang Mengeluarkan Lisensi dan Perizinan merupakan badan-badan Pemerintah diluar Kementerian

Perhubungan yang bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan lingkungan, investasi asing dan pendirian

perusahaan, sebagai contoh: Badan Koordinasi Penanaman Modal, (BKPM), Kementerian Lingkungan Hidup,

Kementerian Tenaga Kerja, Imigrasi, dan badan-badan lainnya yang diperlukan oleh Badan usaha untuk

memperoleh berbagai Izin dan persetujuan untuk melaksanakan kegiatan operasinya.

j. Badan Kontrak Pemerintah atau Government Contracting Agency (GCA) adalah Kementerian Perhubungan c.q

Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian Perhubungan untuk proyek-proyek KPS Nasional dan Kepala

Pemerintahan Daerah untuk proyek-proyek KPS daerah yang mengadakan tender-tender dan menjadi mitra

investor untuk proyek KPS tersebut. GCA akan mengadakan kontrak dengan Badan usaha untuk melaksanakan

proyek melalui suatu Perjanjian Kerjasama (PK) atau Cooperation Agreement atau akan menerbitkan Izin untuk

Badan usaha dalam rangka mengelola proyek KPS.

k. Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) merupakan komite antar kementerian yang

diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi

atas kebijakan yang terkait dengan upaya percepatan penyediaan infrastrukur termasuk yang akan melibatkan

pihak swasta. Berdasarkan peraturan yang berlaku, KKPPI diwajibkan untuk memberikan persetujuan terhadap

permintaan atas dukungan pemerintah (jaminan-jaminan) yang mendasari pertimbangan dan persetujuan

Menteri Keuangan.

l. Unit Pusat Kerjasama Pemerintah dan Swasta atau Public Private Partnership Central Unit (P3CU), merupakan

unit dalam Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dikepalai oleh Direktur

Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta. Unit ini mempunyai sejumlah fungsi termasuk diantaranya:

memberikan bantuan kepada KKPPI untuk menyusun kebijakan dan melakukan penilaian atas permintaan

dukungan bersyarat dari pemerintah, membantu Pemerintah untuk mempersiapkan penerbitan buku KPS yang

memuat daftar proyek yang berpeluang bagi penanam modal swasta, yang mendukung GCA untuk melakukan

persiapan proyek-proyeknya dan mengembangkan kemampuan dari badan-badan pemerintah dalam rangka

pelaksanaan KPS.

13Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 16: Direktori Perhubungan

m. Kementerian Keuangan (Unit Pengelolaan Risiko), Kementerian Keuangan memberikan persetujuan atas

pemberian jaminan pemerintah dan insentif-insentif pajak yang dapat ditawarkan oleh Pemerintah dalam proyek

KPS. Unit ini merupakan bagian dari Kementerian yang bertanggung jawab untuk mengkaji setiap permintaan

jaminan. Jaminan-jaminan yang telah disetujui akan dikelola oleh PT PII.

n. Penasehat P3CU dan Kementerian Keuangan, Upaya-upaya dari P3CU dan Kementerian Keuangan, untuk

mengembangkan suatu kerangka KPS yang baik dan untuk membantu GCA dalam menyiapkan proyek-

proyek yang menjanjikan, telah didukung oleh penasehat hukum, keuangan dan perekayasaan teknik yang

pendanaannya dilakukan oleh berbagai badan multilateral dan bilateral.

3. Kerangka Hukum

Interaksi antara berbagai pihak diatur oleh tiga perangkat undang-undang dan beberapa peraturan sebagai berikut

dibawah ini: Peraturan dasar KPS, peraturan khusus sektor transportasi, dan peraturan umum lainnya yang mengatur

tentang berbagai kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor transportasi di Indonesia.

Berdasarkan sistem hukum Indonesia, undang-undang mengatur hal-hal yang bersifat umum. Pelaksanaan dari suatu

ketentuan hukum pada umumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri. Peraturan-peraturan ini

pada umumnya mengatur tentang tahapan-tahapan dan prosedur khusus untuk melaksanakan ketentuan perundang-

undangan dan peraturan pemerintah terkait. Sedangkan, Peraturan Presiden (biasa juga disebut sebagai Perpres),

diterbitkan sebagai dasar untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan dan program-program Presiden, yang mana

harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan Presiden juga terkadang merupakan

panduan atas pelaksanaan lebih lanjut dari suatu peraturan maupun Peraturan Pemerintah yang sudah ada.

14Direktori Kementerian Perhubungan

Page 17: Direktori Perhubungan

Sejalan dengan visi modernisasi infrastruktur nasional yang membuka peluang investasi pihak swasta dalam

penyediaan infrastruktur, telah lahir paket Undang-Undang sektor transportasi yang baru yang diharapkan dapat

meningkatkan peran serta swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi di Indonesia. Namun demikian, tidak

semua peraturan perundangundangan sektor transportasi yang ada telah dilengkapi dengan Peraturan Pemerintahnya,

ataupun meskipun sudah diterbitkan Peraturan Pemerintahnya, namun Peraturan Menterinya belum diselesaikan.

Para investor harus mencermati status keberlakuan atas peraturan pada subsektor yang diminatinya, oleh karena

peraturan-peraturan tambahan sering kali baru diterbitkan kemudian dan untuk peraturan-peraturan yang adapun

sering kali dilakukan beberapa perubahan.

4. Simpul KPS Kementerian Perhubungan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 90 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Simpul Kerjasama

Pemerintah Swasta (KPS) Kementerian Perhubungan, bahwa Simpul KPS Kementerian Perhubungan merupakan

unit kerja fungsional yang bertanggung jawab kepada Menteri. Simpul KPS merupakan pemberdayaan organisasi unit

kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing dalam penyediaan dan

pembangunan infrastruktur melalui mekanisme KPS. Simpul KPS mempunyai tugas untuk menyiapkan perumusan

kebijakan, sinkronisasi, koordinasi, pengawasan dan evaluasi

pembangunan proyek-proyek infrastruktur dengan skema KPS.

Dalam simpul KPS terdapat pengarah dan pelaksana. Pengarah

yang diketuai oleh Menteri Perhubungan dengan anggota para

direktur jenderal teknis. Pengarah memiliki tugas, yaitu:

a. Memberikan petunjuk dan pengarahan kebijakan yang terkait

langsung maupun tidak langsung dengan substansi program

dan pelaksanaan pembangunan KPS sektor transportasi di

lingkungan Kementerian Perhubungan kepada Pelaksana

dalam rangka efektifitas pelaksanaan tugas;

b. Memutuskan dan menetapkan kebijakan dan isu-isu strategis

terkait pelaksanaan KPS sektor transportasi di lingkungan

Kementerian Perhubungan yang dirumuskan oleh Pelaksana;

c. Memantau pelaksanaan tugas Pelaksana dan memberikan petunjuk dalam mengatasi setiap hambatan dan

permasalahan dalam pelaksanaan KPS sektor transportasi di lingkungan Kementerian Perhubungan;

d. Mengkoordinasikan pelaksanaan KPS infrastruktur sektor transportasi di lingkungan Kementerian Perhubungan

dengan Kementerian/Lembaga/pihak-pihak lain yang berkepentingan yang bersifat lintas bidang/sektoral.

Dalam melaksanakan tugasnya pengarah dibantu oleh pelaksana dengan ketua harian Kepala Pusat Kajian Kemitraan

dan Pelayanan Jasa Transportasi. Dalam pelaksana terdapat koordinator proyek kerjasama, koordinator prastudi

kelayakan proyek kerjasama, koordinator transaksi proyek kerjasama, dan koordinator manajemen pelaksana. Dalam

melaksanakan tugasnya pelaksana mempunyai tugas sebagai berikut:

15Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 18: Direktori Perhubungan

a. Mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan KPS sektor transportasi di lingkungan Kementerian Perhubungan;

b. Menyiapkan perumusan kebijakan pelaksanaan KPS sektor transportasi di lingkungan Kementerian Perhubungan

untuk ditetapkan oleh Pengarah;

c. Membantu Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam penyiapan dan pelaksanaan kebijakan KPS

sektor transportasi di lingkungan Kementerian Perhubungan;

d. Membantu Pengarah dalam koordinasi dengan Kementerian/Lembaga/pihak-pihak lain yang berkepentingan

berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya lintas sektoral/bidang.

5. Proses Pelaksanaan KPS Dengan Badan Usaha

Dalam Penyediaan Infrastruktur

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 90 Tahun 2010 Tentang Panduan Pelaksanaan Kerjasama

Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi, proses pelaksanaan KPS dengan

badan usaha adalah sebagai berikut:

a. Proyek Berdasarkan Inisiasi Pemerintah (Solicited), merupakan proses investasi penyelenggaraan proyek sektor

transportasi yang berdasarkan ide proyek dari inisiasi Kementerian Perhubungan dengan tahapan sebagai

berikut:

1) Perencanaan Proyek

a) Koordinasi kesesuaian proyek

Koordinator : Biro Perencanaan

Proses perencanaan diawali dari forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional

(Musrenbangnas) yang merupakan forum musyawarah implementasi perpaduan Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Perhubungan dan Renstra Pemerintah Daerah bidang Perhubungan, yang

kemudian tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dijadikan

acuan dalam penyusunan Renstra.

Renstra memuat strategi pembangunan transportasi nasional, kebijakan umum, program kementerian,

kewilayahan dan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara

menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan

kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan Renstra melibatkan proses konsultatif atas-

bawah (top-down) dan bawah-atas (bottom-up).

Renstra dijabarkan ke dalam Rencana Kerja (Renja) yang merupakan rencana pembangunan

tahunan Kementerian Perhubungan, yang memuat prioritas pembangunan transportasi, rancangan

kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk

arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan

secara spesifik memuat daftar proyek beserta pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan Renja

berdasarkan Renstra yang dilengkapi dengan Prastudi Kelayakan.

16Direktori Kementerian Perhubungan

Page 19: Direktori Perhubungan

b) Menyusun Daftar Usulan Proyek

Koordinator : Biro Perencanaan

Penyusunan daftar Usulan Proyek Kerjasama (PK) Potensial dan Prioritas berdasarkan identifikasi

proyek yang tertuang dalam Renstra sedangkan daftar usulan proyek yang siap ditawarkan

berdasarkan identifikasi proyek yang tertuang dalam Renja. Daftar Usulan Proyek Kerjasama (PK)

Potensial dan Prioritas serta proyek yang siap ditawarkan disampaikan kepada Bappenas untuk

dimasukkan ke dalam PPP Book. Perencanaan proyek yang sudah tertuang dalam Renstra dan

Renja tersebut kemudian dibuat Prastudi Kelayakan.

2) Penyiapan Prastudi Kelayakan Proyek Kerjasama

Penyiapan Prastudi Kelayakan Proyek Kerjasama meliputi kegiatan :

a) Prastudi Kelayakan Proyek Kerjasama

Koordinator: Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi dan Subsektor Terkait.

Prastudi Kelayakan merupakan suatu preliminary appraisal/site reconnaissance/survey studi suatu

kawasan (region) terhadap potensi permintaan (demand) yang berisi kajian :

(1) Kajian Hukum

- Analisis Kelembagaan

- Analisis Peraturan Perundang-undangan

(2) Kajian Teknis

- Analisis Teknis

- Penyiapan Tapak

- Rancang Bangun Awal (Basic Engineering Design)

- Lingkup dan Keluaran Proyek

(3) Kajian Kelayakan Proyek

- Kajian Kelayakan Proyek dalam Prastudi Kelayakan PK berisi:

- Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS)

- Analisis Pasar

- Analisis Keuangan

- Analisis Risiko

(4) Kajian Lingkungan dan Sosial

- Analisis Awal Dampak Lingkungan

- Analisis Sosial

- Rencana Pemukiman Kembali

17Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 20: Direktori Perhubungan

(5) Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur

Bentuk kerjasama harus mencerminkan alokasi risiko, penanggung jawab pembiayaan dan

status pengelolaan aset kerjasama.

(6) Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

- Dukungan pemerintah

Dukungan pemerintah untuk PK bertujuan meningkatkan kelayakan keuangan PK.

Pemberian dukungan pemerintah antara lain diberikan dalam bentuk Perizinan, pelelangan

tanah, dukungan sebagian konstruksi, dan/atau bentuk lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dukungan pemerintah untuk PK diberikan dalam

bentuk kontribusi fiskal dan/atau non fiskal. Dukungan pemerintah diberikan kepada

PK yang layak secara ekonomi berdasarkan Analisis Biaya Manfaat Sosial. Dukungan

pemerintah diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dukungan pemerintah dalam bentuk fiskal terdiri dari:

• DukunganLangsung

• PembebasanTanah

• DukunganBersyarat

• InsentifPajak

• KawasanEkonomiKhusus

Dukungan pemerintah dalam bentuk non fiskal terdiri dari:

• PerizinanTransportasiPerkeretaapian

• PerizinanTransportasiPenyeberangan

• PerizinanTransportasiLaut

• PerizinanTransportasiUdara

- Jaminan pemerintah

• JaminanPemerintahuntukPKbertujuanuntukmengurangirisikoBadanUsaha.

• Jaminan Pemerintah diberikan oleh Menteri Keuangan dan/atau Badan Usaha

Penjaminan Infrastruktur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

18Direktori Kementerian Perhubungan

Page 21: Direktori Perhubungan

(7) Rancangan Rencana pengadaan badan usaha

(8) Rancangan ketetentuan (termsheet) Perjanjian Kerjasama

b) Konsultasi publik

Koordinator: Ditjen Perhubungan Darat, Ditjen Perkeretaapian, Ditjen Perhubungan Laut, Ditjen

Perhubungan Udara dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan.

Konsultasi publik adalah upaya yang dilakukan pemerintah untuk melibatkan warganegara dalam

merumuskan sebuah kebijakan atau peraturan. Konsultasi publik meliputi kegiatan komunikasi

informasi, identifikasi dan pembahasan terhadap berbagai isu strategis antara instansi pemberi kontrak

dengan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan penyiapan proyek kerjasama. Konsultasi

publik harus dipahami sebagai salah satu bentuk partisipasi publik yang bertujuan untuk meningkatkan

akuntabilitas publik. Partisipasi publik tidak dapat terlaksana tanpa adanya transparansi informasi.

Konsultasi publik mencakup isu akuntabilitas Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah, risiko, dampak

lingkungan dan dampak sosial harus dibahas pada saat tahap seleksi dan penetapan prioritas proyek

dan pada tahap penyiapan Prastudi kelayakan.

c) Evaluasi Proyek

Koordinator : Tim Kecil (terdiri dari Biro Perencanaan, Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa

Transportasi serta Sub sektor terkait)

Hasil Evaluasi Proyek adalah sebagai berikut :

(1) Bentuk Kerjasama

(2) Tinjauan Risiko adalah pengidentifikasian berbagai risiko dalam proyek dan hal-hal yang dapat

mengurangi risiko tersebut, dan usulan pengalihan risiko tersebut oleh berbagai pihak kepada

PK. Pada umumnya, tinjauan risiko ini dilakukan dan merupakan bagian dari Studi Kelayakan.

Beberapa risiko pokok yang teridentifikasi dalam proyek KPS di Indonesia dan pengelolaan dan

pengurangan risiko pada umumnya terdiri dari sebagai berikut :

- Pembebasan Tanah

- Tarif

- Permintaan

- Risiko Negara dan Risiko Politik

- Kelayakan Kredit Pembeli Utama (Off-taker)

19Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 22: Direktori Perhubungan

3) Transaksi Proyek Kerjasama

a) Market sounding

Koordinator : Ditjen Perhubungan Darat, Ditjen Perkeretaapian, Ditjen Perhubungan Laut, Ditjen

Perhubungan Udara dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan.

Usulan proyek yang sudah dinyatakan layak dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu konsultasi publik

dan market sounding. Proses konsultasi publik dilakukan pada tahap penyusunan prastudi kelayakan

dengan pemangku kepentingan. Proses konsultasi publik dilakukan dalam bentuk penyebarluasan

informasi pada PPP Book.

Market Sounding dilakukan pada tahap sebelum proses pelelangan untuk menjaring minat dan

masukan calon dari mitra-mitra swasta tentang bagaimana proyek dapat distrukturisasi secara optimal.

Hasil Market sounding digunakan sebagai acuan dalam menentukan kelayakan PK untuk dilelangkan.

Jika market sounding tidak menghasilkan minat calon investor maka perlu dilakukan dokumen

perencanaan PK.

b) Pelelangan

Koordinator : Subsektor Terkait / Unit Layanan Pelelangan (ULP) (apabila ULP telah mendapatkan

tambahan penugasan pengadaan badan usaha). Semua proyek KPS infrastruktur di Sektor Transportasi

harus dilakukan melalui proses pelelangan yang kompetitif yang didahului proses struktural pada

umumnya termasuk proses pra-kualifikasi meliputi :

- Pembentukan panitia

- Pelelangan Pra-kualifikasi

- Dokumen Pelelangan

- Pembukaan dokumen penawaran

- Evaluasi dokumen penawaran

- Penetapan pemenang lelang.

c) Perjanjian/ Konsesi

Koordinator : Biro Hukum dan KSLN

Anggota : Ditjen Perhubungan Darat, Ditjen Perkeretaapian, Ditjen Perhubungan Laut, Ditjen

Perhubungan Udara dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan

- Proses Pembentukan Badan Usaha

20Direktori Kementerian Perhubungan

Page 23: Direktori Perhubungan

- Proses Penandatanganan Perjanjian Kerjasama

- Perencanaan manajemen pelaksanaan perjanjian kerjasama.

4) Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama

Koordinator : Badan Usaha / Swasta

Proses Pelaporan Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dilakukan oleh Badan Usaha / Swasta

kepada Subsektor terkait. Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama meliputi kegiatan :

a) Pembangunan

- Pra Konstruksi

- Konstruksi

b) Pengoperasian

b. Proyek Berdasarkan Inisiasi Badan Usaha (Unsolicited, merupakan proses investasi penyelenggaraan proyek

sektor transportasi berdasarkan ide proyek dari Badan Usaha / Swasta, dengan tahapan sebagai berikut:

1) Perencanaan Proyek

Koordinator : Badan Usaha/Swasta

Perencanaan proyek pada Unsolicited dilakukan oleh Badan Usaha. Badan Usaha dapat mengembangkan

proyek kerjasama berdasarkan inisiasi swasta apabila proyek tersebut :

a) Belum termasuk/terdaftar dalam rencana pokok (master plan) di sektor terkait;

b) Dapat secara teknis terintegrasi dengan rencana pokok dari sektor terkait;

c) Secara ekonomi dan finansial dinilai layak; dan

d) Tidak memerlukan Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal, misalnya tidak perlu bantuan

secara langsung.

2) Penyiapan Studi Kelayakan Proyek (FS)

Koordinator : Badan Usaha/Swasta

Untuk proyek Unsolicited, pemrakarsa proyek diwajibkan untuk menyiapkan Pra-Studi Kelayakan dan

berhak untuk meminta agar biaya-biaya Studi Kelayakan tersebut dibayarkan oleh pemenang tender dalam

hal pemrakarsa proyek tidak berpartisipasi dalam tender proyek tersebut.

21Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 24: Direktori Perhubungan

Pra-Studi Kelayakan terdiri dari rancangan dasar proyek serta analisa keuangan dan dokumentasi lainnya

sebagaimana diatur dalam peraturan-peraturan yang berlaku, meliputi bentuk kerja sama yang diusulkan

serta tingkatan dan jenis dukungan pemerintah yang diperlukan, rencana pelaksanaan, hasil dari konsultasi

publik dan lain-lain, sebagaimana disebutkan dalam panduan ini.

Pra-Studi Kelayakan dilakukan untuk memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku, menyediakan dasar

pertimbangan untuk menentukan keputusan dijalankannya proyek KPS dan menentukan besarnya dukungan

pemerintah yang diperlukan. Namun demikian, Pra-Studi Kelayakan bukan merupakan pengaturan tentang

hal-hal yang perlu diajukan oleh badan usaha ketika akan mengikuti tender proyek. Sementara dokumen-

dokumen tender yang terkait harus mengacu kepada hasil Pra-Studi Kelayakan, peserta tender pada

umumnya mempunyai keleluasaan untuk mengajukan solusi yang inovatif untuk dapat mengurangi biaya

dan/atau meningkatkan kualitas. Apabila dimungkinkan, dokumen-dokumen tender tersebut memuat hasil

yang diharapkan dari suatu proyek dan tidak sekedar memuat saran-saran yang diperlukan.

a) Pra-Studi Kelayakan Proyek

Pra-Studi Kelayakan Proyek mencakup komponen-komponen kajian sebagai berikut:

(1) Kajian Hukum

(2) Kajian Teknis

(3) Kajian Kelayakan Proyek

(4) Kajian Lingkungan dan Sosial

(5) Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur

(6) Rancangan Rencana pengadaan badan usaha

(7) Rancangan ketetentuan (termsheet) Perjanjian Kerjasama

b) Konsultasi publik

Koordinator : Badan Usaha/Swasta

Konsultasi publik adalah upaya yang dilakukan pemerintah untuk melibatkan warganegara dalam

merumuskan sebuah kebijakan atau peraturan. Konsultasi publik meliputi kegiatan komunikasi

informasi, identifikasi dan pembahasan terhadap berbagai isu strategis antara instansi pemberi

kontrak dengan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan penyiapan proyek kerjasama.

22Direktori Kementerian Perhubungan

Page 25: Direktori Perhubungan

Konsultasi publik harus dipahami sebagai salah satu bentuk partisipasi publik yang bertujuan untuk

meningkatkan akuntabilitas publik. Partisipasi publik tidak dapat terlaksana tanpa adanya transparansi

informasi. Konsultasi publik mencakup isu akuntabilitas Pemerintah/ Pemerintah Daerah, risiko,

dampak lingkungan dan dampak sosial harus dibahas pada saat tahap seleksi dan penetapan prioritas

proyek dan pada tahap penyiapan Prastudi kelayakan.

c) Evaluasi Proyek

Koordinator : Tim Kecil (terdiri dari Biro Perencanaan, Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa

Transportasi serta Sub sektor terkait)

Hasil Evaluasi Proyek adalah sebagai berikut :

(1) Bentuk Kerjasama

(2) Tinjauan Risiko

d) Persetujuan sebagai Pemrakarsa.

Koordinator : Tim Kecil (terdiri dari Biro Perencanaan, Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa

Transportasi serta Sub sektor terkait)

Tim Kecil memberikan saran dan masukan serta pertimbangan dalam rangka persetujuan Badan

Usaha sebagai Pemkrakarsa antara lain sebagai berikut :

(1) Evaluasi terhadap badan usaha sebagai pemrakarsa.

(2) Evaluasi terhadap kesesuaian dokumen perencanaan, Rencana Induk masing – masing sub

sektor, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

(3) Alternatif kompensasi yang ditawarkan.

e) Dukungan Pemerintah (Non Fiskal)

Koordinator : Tim Kecil (terdiri dari Biro Perencanaan, Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa

Transportasi serta Sub sektor terkait)

Dukungan Pemerintah diberikan kepada PK yang layak secara ekonomi berdasarkan Analisis Biaya

Manfaat Sosial. Pemberian Dukungan Pemerintah antara lain diberikan dalam bentuk Perizinan,

pelelangan tanah, dukungan sebagian konstruksi, dan/atau bentuk lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dukungan Pemerintah untuk PK diberikan dalam bentuk kontribusi

non fiskal. Dukungan pemerintah non fiskal dalam bentuk Perizinan, adapun Perizinan Sektor

Transportasi adalah sebagai berikut :

(1) Perizinan Transportasi Perkeretaapian;

- Izin Usaha Sarana

- Persetujuan Spesifikasi Teknis Sarana

- Izin Operasi Sarana

23Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 26: Direktori Perhubungan

- Izin Usaha Prasarana

- Izin Pembangunan Prasarana

- Izin Operasi Prasarana

(2) Perizinan Transportasi Penyeberangan

- Izin Pembangunan Prasarana

- Izin Operasi Prasarana

(3) Perizinan Transportasi Laut

- Izin Pembangunan Prasarana

- Izin Operasi Prasarana

(4) Perizinan Transportasi Udara

- Izin Pembangunan Prasarana

- Izin Operasi Prasarana

3) Transaksi Proyek

a) Pelelangan

Koordinator : Subsektor Terkait / Unit Layanan Pelelangan (ULP) (apabila ULP telah mendapatkan

tambahan penugasan pengadaan badan usaha)

Semua proyek KPS di Kementerian Perhubungan harus dilakukan melalui proses pelelangan yang

kompetitif yang didahului oleh proses yang struktural yang pada umumnya termasuk proses pra-

kualifikasi meliputi :

(1) Pembentukan panitia

(2) Pelelangan Pra-kualifikasi

24Direktori Kementerian Perhubungan

Page 27: Direktori Perhubungan

(3) Dokumen Pelelangan

(4) Pembukaan dokumen penawaran

(5) Evaluasi dokumen penawaran

(6) Penetapan pemenang lelang.

b) Perjanjian/ Konsesi

Koordinator: Biro Hukum & KSLN

(1) Proses Pembentukan Badan Usaha

(2) Proses Penandatanganan Perjanjian Kerjasama

(3) Perencanaan manajemen pelaksanaan perjanjian kerjasama.

4) Manajemen Pelaksanaan Perjanjian

Koordinator : Badan Usaha/Swasta

Proses Pelaporan Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dilakukan oleh Badan Usaha / Swasta

kepada Subsektor terkait.

a) Pembangunan

(1) Pra Konstruksi

(2) Konstruksi

b) Pengoperasian

25Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 28: Direktori Perhubungan

26Direktori Kementerian Perhubungan

Page 29: Direktori Perhubungan

1. Kriteria Proyek Kerjasama Pemerintah Dan Swasta (KPS)Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No. 3 Tahun 2009 tentang Tata Cara

Penyusunan Daftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur,

Kriteria Proyek Kerjasama dikategorikan sebagai berikut :

a. Proyek Kerjasama Potensial, dengan syarat memenuhi :

1) Kesesuaian dengan RPJM Nasional/Daerah dan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Daerah;

2) Kesesuaian lokasi dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah;

3) Keterkaitan antar sektor infranstruktur dan antar wilayah;

4) Perkiraan potensi pemulihan biaya (cost recovery) dan ada studi pendahuluan.

b. Proyek Kerjasama Prioritas, dengan syarat memenuhi :

1) Tercantum dalam rencana Kerjasama;

2) Potensial/diusulkan oleh penanggungjawab Proyek Kerjasama untuk unsolicited project sesuai Perpres

67/2005, jo Perpres 13/2010 jo Perpres 56/2011;

3) Layak secara teknis, hukum dan financial berdasarkan pra studi kelayakan;

4) Telah dilakukan indentifikasi resiko dan alokasinya;

5) Telah dilakukan kajian modalitas/bentuk kerjasama yang akan digunakan;

6) Telah diidentifikasi kebutuhan dukungan Pemerintah (bila diperlukan).

c. Proyek Kerjasama Siap Ditawarkan, dengan syarat memenuhi :

1) Potensi minat badan usaha untuk berpartisipasi;

2) Kewajaran jadwal pelelangan dan kesiapan tim pelelangan;

3) Kelengkapan dokumen pelelangan;

4) Telah ada ketersediaan dan/atau persetujuan prinsip dukungan pemerintah (bila diperlukan).

2. Peluang Investasi Di Sektor TransportasiProyek Usulan Kementerian Perhubungan yang tercantum dalam PPP Book 2011.

No Usulan Proyek KPS Kategori Contracting AgencySubSektor Perhubungan Laut

1 Expansion Tanjung Priok Port Kalibaru Siap Tawar Ditjen Perhubungan Laut2 Tanah Ampo Cruise Terminal Siap Tawar Ditjen Perhubungan Laut3 South Banten Airport Siap Tawar Bappeda Provinsi Banten

B.Kriteria Proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dan Peluang Investasi

27Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 30: Direktori Perhubungan

Sub Sektor Perhubungan Laut1 Development of Bulk Terminal Kuala Enok Potensial PT Pelabuhan Indonesia I

2Expansion Tanjung Priok Port Cilamaya

KarawangPotensial Dinas Perhubungan Jawa Barat

3 Development of Pelaihari Port Potensial Ditjen Perhubungan Laut

4 Development of Maloy International Port PotensialDinas Perhubungan Kalimantan

Timur

No Usulan Proyek KPS Kategori Contracting Agency

No Usulan Proyek KPS Kategori Contracting Agency

No Usulan Proyek KPS Kategori Contracting Agency

Sub Sektor Perhubungan Udara1 Expansion Dewandaru Airport Potensial Bappeda Provinsi Jawa Tengah2 Development of Kertajati International Airport Potensial Bappeda Provinsi Jawa Barat3 Kulonprogo International Airport Potensial Dinas Perhubungan Provinsi

4 Development of Singkawang Airport PotensialDinas Perhubungan Provinsi

Kalimantan Barat5 Development of New Bali Airport Potensial Ditjen Perhubungan Udara6 Development of Tjilik Riwut Airport Potensial Ditjen Perhubungan Udara

7 Development of Samarinda Airport PotensialBappeda Provinsi Kalimantan

Timur

Sub Sektor Perkeretaapian

1Rantau Prapat – Duri – Dumai – Teluk Kuantan –

Muaro RailwaysPotensial Bappeda Provinsi Riau

2 Integrated Terminal Gedebage, Bandung Potensial Bappeda Kota Bandung

3Muara Tuhup – Kalipapak – Balikpapan Coal

Railways and TerminalPotensial

Dinas Perhubungan Propinsi Kalimantan Timur

No Usulan Proyek KPS Kategori Contracting AgencySubSektor Perhubungan Udara

1 Development of Pekan Baru Cargo Terminal Potensial Bappeda Provinsi Riau2 Development of Karya Jaya Integrated Terminal Potensial Bappeda Provinsi Sumatera Selatan

28Direktori Kementerian Perhubungan

Page 31: Direktori Perhubungan

29Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 32: Direktori Perhubungan

30Direktori Kementerian Perhubungan

Page 33: Direktori Perhubungan

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Jl. Medan Merdeka Barat, No. 8Gedung Karya, Lt. 8 – 10Jakarta Pusat, 10110Telp. 021 – 3502971, 3811308 Ext. 1103Fax. 021 – 3503013

A. Subsektor Perhubungan Darat

1. Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalana. Pemberian Izin Angkutan Penumpang

Dasar Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

4) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Umum.

Persyaratan :

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk trayek tetap dan teratur adalah memiliki

Izin usaha angkutan dan Izin trayek.

1) Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh Izin usaha angkutan :

a) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b) Memiliki Akta Pendirian Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk

badan usaha, akta pendirian koperasi bagi pemohon berbentuk

koperasi dan tanda kependudukan untuk pemohon perorangan;

c) Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

d) Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU);

e) Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima)

kendaraan bermotor untuk pemohon yang berdomisili di Pulau Jawa,

Sumatera dan Bali;

f) Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan

kendaraan.

2) Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh Izin trayek terdiri dari

persyaratan administratif dan teknis, sebagaimana dijelaskan sebagai

berikut :

a) Persyaratan Administratif

(1) Memiliki surat Izin usaha angkutan;

(2) Menandatangani surat persyaratan kesanggupan untuk

memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin trayek; 31Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 34: Direktori Perhubungan

(3) Memiliki atau menguasai kendaraan yang laik jalan yang dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda

Nomor Kendaraan (STNK) sesuai domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji Kendaraan;

(4) Menguasai fasilitas penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar

lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai kepemilikan dan penguasaan;

(5) Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaaan

kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik

jalan;

(6) Surat keterangan kondisi usaha, seperti permodalan dan sumber daya manusia;

(7) Surat keterangan komitmen usaha seperti jenis pelayanan yang akan dilaksanakan dan standar

pelayanan yang diterapkan;

(8) Surat pertimbangan dari Gubernur, dalam hal ini Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/ Kota

yang membidangi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

b) Persyaratan Teknis

(1) Pada trayek yang dimohon masih dimungkinkan untuk penambahan jumlah kendaraan;

(2) Prioritas diberikan bagi perusahaan angkutan yang mampu memberikan pelayanan angkutan

terbaik.

Selain persyaratan tersebut diatas, pemohon Izin trayek pemadu moda wajib melakukan kerjasama dengan

otorita/ badan pengelola seperti bandara, stasiun kereta api dan pelabuhan untuk pelayanan angkutan

pemadu moda dari dan ke kawasan yang memiliki otorita/ badan pengelola.

Pengajuan Permohonan :

1) Permohonan Izin Usaha Angkutan diajukan kepada :

a) Bupati atau Walikota sesuai domisili perusahaan, baik untuk kantor pusat maupun kantor cabang;

32Direktori Kementerian Perhubungan

Page 35: Direktori Perhubungan

b) Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta untuk pemohon yang berdomisili di Daerah Khusus Ibu kota

Jakarta.

2) Permohonan Izin Trayek diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat untuk :

a) Angkutan Lintas Batas Negara;

b) Angkutan Antar Kota dan Antar Provinsi (AKAP);

c) Angkutan Antar Kota dan Antar Provinsi untuk Antar Jemput;

d) Angkutan Antar Kota dan Antar Provinsi untuk Pemadu Moda.

Penyelesaian Permohonan :

1) Pemberian Izin trayek dan Izin usaha diberitahukan atau ditolak setelah memperhatikan pertimbangan

selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima lengkap;

2) Izin insidentil diberikan kepada perusahaan angkutan yang telah memiliki Izin trayek untuk menggunakan

kendaraan bermotor cadangannya yang menyimpang dari trayek yang dimiliki, dengan ketentuan :

Masa berlaku izin :

1) Izin berlaku untuk jangka waktu 5 tahun;

2) Perubahan dan/ atau perpanjangan masa berlakunya, dilakukan dalam hal :

a) Pembaharuan masa berlaku Izin;

b) Penambahan trayek atau penambahan kendaraan atau penambahan frekuensi;

c) Pengurangan trayek atau pengurangan kendaraan atau pengurangan frekuensi;

d) Perubahan jam perjalanan;

e) Perubahan trayek (dalam hal terjadi perubahan rute, perpanjangan rute atau perpendekan rute);

f) Penggantian dokumen Perizinan yang hilang dan rusak;

g) Pengalihan kepemilikan perusahaan;

h) Penggantian kendaraaan meliputi peremajaan kendaraan, perubahan identitas kendaraan dan tukar

posisi operasi kendaraan.

33Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 36: Direktori Perhubungan

3) Permohonan Izin insidentil hanya diberikan untuk satu kali perjalanan pulang pergi, dan berlaku paling lama

14 hari dan tidak dapat diperpanjang.

b. Pemberian Izin Angkutan Taksi Yang Melayani Bandara Soekarno Hatta

Dasar Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

4) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan

Kendaraan Umum.

Persyaratan :

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pemberian Izin penyelenggaraan angkutan tidak dalam trayek yang

melayani Taksi Bandara Soekarno Hatta.

1) Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh Izin angkutan taksi yang beroperasi atau berstiker

Bandara Soekarno Hatta:

a) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b) Memiliki Akta Pendirian Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha, akta pendirian

koperasi bagi pemohon berbentuk koperasi dan tanda kependudukan untuk pemohon perorangan;

c) Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

d) Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU);

e) Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan.

2) Persyaratan Administratif

a) Memiliki surat Izin usaha angkutan;

b) Menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai

pemegang Izin operasi;

c) Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor laik jalan, yang dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji;

d) Menguasai fasilitas penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi

dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan;

34Direktori Kementerian Perhubungan

Page 37: Direktori Perhubungan

e) Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan

kendaraan bermotor, sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan;

f) Surat keterangan kondisi usaha seperti permodalan dan sumber daya manusia;

g) Surat keterangan komitmen usaha, seperti jenis pelayanan yang akan dilaksanakan dan standar

pelayanan yang diterapkan;

h) Surat pertimbangan dari Gubernur atau Bupati/ Walikota, dalam hal ini Dinas Provinsi atau Dinas

Kabupaten/ Kota.

3) Persyaratan teknis meliputi :

a) Operasi yang dimohon masih memungkinkan untuk penambahan jumlah kendaraan;

b) Prioritas diberikan bagi perusahaan angkutan yang mampu memberikan pelayanan angkutan yang

terbaik.

Prosedur Permohonan :

1) Pemohon menyampaikan permohonan kepada pejabat pemberi Izin;

2) Pejabat pemberi Izin wajib memberikan jawaban persetujuan atau penolakan terhadap permohonan yang

diajukan;

3) Dalam hal permohonan ditolak, pemberi Izin memberikan jawaban secara tertulis dengan disertai alasan

penolakan;

4) Berdasarkan permohonan sebagaimana yang diajukan, pemberi Izin melakukan analisis persyaratan

administratif dan teknis;

5) Apabila permohonan yang diajukan pemohon dapat diterima pejabat pemberi Izin, pemberi Izin memberikan

Izin trayek, berupa :

a) surat keputusan Izin trayek;

b) surat keputusan pelaksanaan Izin trayek;

c) lampiran surat keputusan Izin trayek berupa daftar kendaraan;

d) kartu pengawasan kendaraan;

e) surat pernyataan kesanggupan untuk mentaati seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin trayek, yang

ditandatangani pemohon dan diketahui pejabat pemberi Izin.

Penyelesaian Permohonan dan Masa Berlaku :

Pemberian Izin trayek dan Izin usaha diberitahukan atau ditolak setelah memperhatikan pertimbangan selambat-

lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima lengkap.

Masa berlaku izin:

Masa berlaku penyelenggaraan ini adalah 5 Tahun.

35Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 38: Direktori Perhubungan

c. Pemberian Izin Angkutan Pariwisata (Bersertifikasi ISO 9001: 2008)

Dasar Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

4) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan

Kendaraan Umum.

Persyaratan :

1) Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin usaha angkutan :

a) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b) Memiliki Akta Pendirian Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha, akta pendirian

koperasi bagi pemohon berbentuk koperasi dan tanda kependudukan untuk pemohon perorangan;

c) Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

d) Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU);

e) Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima) kendaraan bermotor untuk pemohon

yang berdomisili di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali;

f) Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan.

2) Persyaratan Administratif

a) Memiliki surat Izin usaha angkutan;

b) Menandatangani surat persyaratan kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai

pemegang Izin trayek;

c) Memiliki atau menguasai kendaraan laik jalan, yang dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda Nomor

Kendaraan (STNK) sesuai domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji Kendaraan;

d) Menguasai fasilitas penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi

dan bangunan serta surat keterangan mengenai kepemilikan dan penguasaan;

e) Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaaan

kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan;

36Direktori Kementerian Perhubungan

Page 39: Direktori Perhubungan

f) Surat keterangan kondisi usaha seperti permodalan dan sumber daya manusia;

g) Surat keterangan komitmen usaha seperti jenis pelayanan yang akan dilaksanakan dan standar

pelayanan yang diterapkan;

h) Surat pertimbangan dari Gubernur, dalam hal ini Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/ Kota yang

membidangi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

3) Persyaratan Teknis

a) Pada trayek yang dimohon masih dimungkinkan untuk penambahan jumlah kendaraan;

b) Prioritas diberikan bagi perusahaan angkutan yang mampu memberikan pelayanan angkutan terbaik.

Pengajuan Permohonan :

1) Permohonan izin usaha angkutan diajukan kepada :

a) Bupati atau Walikota sesuai domisili perusahaan, baik untuk kantor pusat maupun kantor cabang;

b) Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta untuk pemohon yang berdomisili di Daerah Khusus Ibu kota

Jakarta.

2) Permohonan izin operasi diajukan kepada :

Direktur Jenderal Perhubungan Darat yang dilengkapi dengan pertimbangan dari Gubernur dalam hal ini

Dinas Perhubungan LLAJ Provinsi untuk angkutan Pariwisata.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Izin operasi dan Izin usaha diberitahukan atau ditolak setelah memperhatikan pertimbangan

selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima lengkap. Perusahaan

yang telah mendapat Izin operasi diberikan kartu Pengawasan bagi setiap kendaraan yang ditandatangani oleh

Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Masa Berlaku Izin :

Izin operasi berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

37Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 40: Direktori Perhubungan

d. Pemberian Izin Angkutan Barang Khusus

Dasar Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

4) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang Di

Jalan.

Persyaratan :

1) Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin usaha angkutan :

a) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b) Memiliki Akta Pendirian Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha, akta pendirian

koperasi bagi pemohon berbentuk koperasi dan tanda kependudukan untuk pemohon perorangan;

c) Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

d) Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU);

e) Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima) kendaraan bermotor untuk pemohon

yang berdomisili di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali;

f) Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan.

38Direktori Kementerian Perhubungan

Page 41: Direktori Perhubungan

2) Persyaratan Administratif dan Teknis

a) Memiliki surat Izin usaha angkutan;

b) Menandatangani surat persyaratan kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai

pemegang Izin trayek;

c) Memiliki atau menguasai kendaraan laik jalan yang dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda Nomor

Kendaraan (STNK) sesuai domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji Kendaraan;

d) Menguasai fasilitas penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi

dan bangunan, serta surat keterangan mengenai kepemilikan dan penguasaan;

e) Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaaan

kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan;

f) Surat keterangan kondisi usaha seperti permodalan dan sumber daya manusia;

g) Surat keterangan komitmen usaha seperti jenis pelayanan yang akan dilaksanakan dan standar

pelayanan yang diterapkan;

Prosedur Permohonan

Pemohon Izin mengajukan Izin usaha angkutan barang khusus kepada pejabat pemberi Izin sesuai domisili

perusahaan. Pejabat pemberi Izin wajib memberikan jawaban persetujuan atau penolakan terhadap permohonan

yang diajukan. Dalam hal permohonan ditolak, pemberi Izin memberikan jawaban secara tertulis disertai alasan

penolakan.

Penyelesaian Permohonan dan Masa Berlaku:

Pemberian Izin trayek dan Izin usaha diberitahukan atau ditolak setelah memperhatikan pertimbangan selambat-

lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima lengkap.

Masa Berlaku:

Masa berlaku izin penyelenggaraan ini adalah 5 (lima) Tahun.

e. Pemberian Izin Angkutan Alat Berat

Dasar Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

Persyaratan :

1) Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin usaha angkutan :

a) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b) Memiliki Akta Pendirian Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha, akta pendirian

koperasi bagi pemohon berbentuk koperasi dan tanda kependudukan untuk pemohon perorangan;

39Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 42: Direktori Perhubungan

c) Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

d) Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU);

e) Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima) kendaraan bermotor untuk pemohon

yang berdomisili di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali;

f) Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan.

2) Persyaratan Administratif dan Teknis

a) Memiliki surat Izin usaha angkutan;

b) Menandatangani surat persyaratan kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai

pemegang Izin trayek;

c) Memiliki atau menguasai kendaraan laik jalan, yang dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda Nomor

Kendaraan (STNK) sesuai domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji Kendaraan;

d) Menguasai fasilitas penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi

dan bangunan serta surat keterangan mengenai kepemilikan dan penguasaan;

e) Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaaan

kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan;

f) Surat keterangan kondisi usaha, seperti permodalan dan sumber daya manusia;

g) Surat keterangan komitmen usaha seperti jenis pelayanan yang akan dilaksanakan dan standar

pelayanan yang diterapkan;

40Direktori Kementerian Perhubungan

Page 43: Direktori Perhubungan

Prosedur Permohonan

1) Pemohon Izin mengajukan Izin usaha angkutan alat berat kepada pejabat pemberi Izin sesuai domisili

perusahaan;

2) Pejabat pemberi Izin wajib memberikan jawaban persetujuan atau penolakan terhadap permohonan yang

diajukan;

3) Dalam hal permohonan ditolak, pemberi Izin memberikan jawaban secara tertulis disertai alasan

penolakan.

Penyelesaian Permohonan dan Masa Berlaku :

Pemberian Izin trayek dan Izin usaha diberitahukan atau ditolak setelah memperhatikan pertimbangan selambat-

lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima lengkap.

Masa Berlaku:

Masa berlaku izin penyelenggaraan ini adalah 5 (lima) Tahun.

f. Pengujian dan Sertifikasi Tipe Kendaraan Bermotor dan Penelitian Rancang Bangun dan Rekayasa

Kendaraan Bermotor

Dasar Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pendapatan Negara Bukan Pajak;

5) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2004 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor.

41Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 44: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan

sebelum disetujui untuk impor atau diproduksi dan atau dirakit secara massal atau dimodifikasi, wajib memiliki

pengesahan dan sertifikasi uji tipe kendaraan bermotor serta untuk karoseri adalah pengesahan rancang bangun

kendaraan bermotor.

1) Persyaratan Administrasi :

a) Data umum perusahaan pemohon uji tipe;

b) Data spesifikasi teknis kendaraan bermotor yang akan diuji;

c) NIK/ TPT yang diterbitkan oleh Ditjen IUBTT Kementerian Perindustrian;

d) SIUP;

e) NPWP;

f) Akte notaris;

g) Gambar teknis/ brosur kendaraan bermotor yang akan diuji.

2) Pemohon Uji Tipe harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Pemohon adalah penanggung jawab perusahaan pembuat dan/ atau perakit dan/ atau pengimpor dan/

atau pemodifikasi kendaraan bermotor;

b) Mengisi formulir permohonan sebagaimana tertera pada contoh 1 lampiran Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor 9 Tahun 2004;

c) Menyampaikan data umum perusahaan, sebagaimana tertera pada contoh 1 lampiran Keputusan

Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2004;

d) Menyampaikan data spesifikasi teknis kendaraan bermotor sesuai jenis kendaraan bermotor atau

landasan kendaraan bermotor sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang diajukan sebagaimana

tertera pada contoh 1 lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2004;

e) Menyampaikan gambar teknik, foto dan brosur kendaraan bermotor atau landasan kendaraan

bermotor.

42Direktori Kementerian Perhubungan

Page 45: Direktori Perhubungan

3) Pemohon penelitian Rancang Bangun dan Rekayasa Kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a) Mengisi formulir permohonan sebagaimana contoh 7 lampiran Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor 9 Tahun 2004;

b) Mengisi formulir permohonan sebagaimana contoh 8 lampiran Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor 9 Tahun 2004;

c) Menyampaikan data perusahaan sebagaimana contoh 2 lampiran Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor 9 Tahun 2004;

d) Menyampaikan data spesifikasi teknis kendaraan bermotor atau landasan kendaraan bermotor sesuai

jenis kendaraan yang diajukan, sebagaimana contoh 3 lampiran Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor 9 Tahun 2004;

e) Menyampaikan gambar teknis yang meliputi tampak utama, detail, exploded view, sistem rem dan

kelistrikan;

f) Rekomendasi dari agen pemegang merk/ prinsipal bagi kendaraan-kendaraan bermotor yang

dimodifikasi sumbu;

g) Perhitungan-perhitungan teknis konstruksi meliputi antara lain rem, suspensi, axle, chassis, subframe

dan ban bagi kendaraan bermotor yang dimodifikasi.

Prosedur Penerbitan dan Permohonan :

1) Prosedur Penerbitan Sertifikat Uji Tipe

a) Pemohon (APM/ Importir) mengajukan surat permohonan kepada Dirjen Perhubungan Darat dengan

melampirkan berkas persyaratan yang terdiri dari:

(1) Data umum perusahaan pemohon uji tipe;

(2) Data spesifikasi teknis kendaraan bermotor yang akan diuji;

(3) NIK/ TPT yang diterbitkan oleh Ditjen IUBTT Kementerian Perindustrian;

(4) SIUP ;

(5) NPWP;

(6) Akte notaris;

(7) Gambar teknis/ brosur kendaraan bermotor yang akan diuji.

b) Surat dan berkas yang dilampirkan akan diterima, diperiksa kelengkapannya dan dicatat oleh staf

Subdit Sarana Angkutan Jalan (SAJ). Bila ada berkas persyaratan yang kurang maka permohonan

akan dikembalikan kepada pemohon.

c) Setelah berkas lengkap akan dibuatkan surat pengantar uji ke Balai PLJSKB untuk dilakukan pengujian

tipe, dan perintah pembayaran biaya uji tipe yang disetorkan ke nomor rekening BPLJSKB. Setelah

dilakukan pembayaran, maka pemohon harus berkoordinasi dengan Balai PLJSKB untuk melakukan

pengujian kendaraan bermotor selambat-lambatnya 21 hari sejak tanggal pembayaran biaya uji. 43

Direktori Kementerian Perhubungan

Page 46: Direktori Perhubungan

d) Setelah berkoordinasi maka pemohon membawa kendaraan yang akan diuji beserta surat pengantar

uji dan bukti pembayaran biaya uji tipe ke Balai PLJSKB.

e) Setelah Kendaraan diuji dan pengujian selesai dilakukan, Balai PLJSKB akan membuat resume hasil

uji tipe yang akan dikirimkan ke Subdit SAJ untuk diproses.

f) Subdit SAJ akan memeriksa resume hasil uji tipe dari Balai PLJSKB, bila hasilnya lulus akan dibuatkan

Sertifikat Uji Tipe Kendaraan yang diajukan, yang disahkan oleh Dirjen Perhubungan Darat. Bila tidak

lulus, maka akan dibuatkan surat pemberitahuan tidak lulus uji tipe kepada Pemohon dan diberikan

kesempatan untuk melakukan uji ulang terhadap item pengujian yang tidak lulus tersebut dengan

terlebih dahulu melakukan perbaikan terhadap item tersebut.

2) Prosedur Permohonan Sertifikat Registrasi uji Tipe :

a) Setelah Sertifikat Uji Tipe diterima oleh Pemohon (APM/ Importir), maka Pemohon dapat mengajukan

Surat Permohonan Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) kepada Dirjen Perhubungan Darat untuk

Kendaraan Bermotor dengant tipe yang sama, namun dengan Seri Nomor (Nomor Rangka dan Nomor

Mesin) kendaraan yang berbeda, dengan melampirkan berkas persyaratan yang terdiri dari:

(1) Daftar nomor rangka dan nomor mesin kendaraan yang akan dibuatkan SRUT;

(2) Fotokopi Sertifikat Uji Tipe;

(3) NIK/ TPT yang diterbitkan oleh Ditjen IUBTT Kementerian Perindustrian;

(4) Nama pejabat dan jabatan yang menandatangani SRUT;

(5) Surat kuasa pengambilan SRUT dari pimpinan perusahaan diatas materai Rp. 6000,-

(6) Nama dan jabatan dari pemegang surat kuasa yang mengambil/ mengurus SRUT.

b) Surat dan berkas yang dilampirkan akan diterima, diperiksa kelengkapannya dan dicatat oleh staf

Subdit SAJ. Bila ada berkas persyaratan yang kurang maka permohonan akan dikembalikan kepada

pemohon.

c) Setelah berkas lengkap, maka akan SRUT akan dibuatkan/ diproses.

d) Setelah SRUT selesai dibuat dan ditandatangani oleh pejabat perusahaan pemohon dan Direktur

LLAJ atas nama Dirjen Perhubungan Darat, maka staf subdit SAJ akan membuatkan Berita Acara

Penyerahan SRUT sesuai dengan nomor seri dan jumlah SRUT yang diberikan kepada pemegang

surat kuasa yang mengambil atau mengurus SRUT untuk ditandatangani (2 rangkap). Rangkap

pertama untuk diberikan kepada pemohon, dan rangkap kedua untuk disimpan sebagai arsip Subdit

SAJ dengan membubuhkan materai Rp. 6000,- pada tanda tangan Pemohon/ Pemegang Kuasa.

44Direktori Kementerian Perhubungan

Page 47: Direktori Perhubungan

e) Setelah Berita Acara Penyerahan SRUT ditandatangani maka SRUT akan diberikan kepada

Pemohon.

Selain pengujian tipe dan rancang bangun, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat juga memberikan pengesahan

dan sertifikasi pemasangan sistem pemakaian BBG pada kendaraan bermotor.

2. Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Sungai Danau dan

Penyeberangana. Surat Izin Usaha Angkutan Penyeberangan

Dasar Hukum :

1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

2) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan

Danau;

3) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan

Penyeberangan;

Persyaratan :

1) Perorangan Warga Negara Indonesia, Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas, Badan

Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau korporasi yang didirikan untuk itu;

2) Memiliki akta pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan hukum Indonesia atau Kartu

Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia perorangan yang mengajukan surat permohonan Izin

usaha angkutan penyeberangan;

3) Persyaratan tertulis sanggup untuk memiliki sekurang-kurangnya 1 unit kapal penyeberangan berbendera

Indonesia yang memiliki persyaratan keselamatan kelaiklautan kapal yang diperuntukkan bagi angkutan

penyeberangan dan kepastian rencana lintas yang akan dilayani;

4) Memiliki tenaga ahli dalam pengelolaan usaha angkutan penyeberangan;

5) Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

6) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

45Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 48: Direktori Perhubungan

Pengajuan Permohonan :

Permohonan Izin Angkutan Penyeberangan diajukan kepada :

1) Bupati atau Walikota setempat, sesuai domisili perusahaan;

2) Gubernur/ Kepala Daerah Khusus Ibukota, untuk pemohon yang berdomisili di Daerah Khusus Ibukota

Jakarta.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian atau penolakan atas permohonan Izin usaha, diberikan oleh Pejabat pemberi Izin selambat-lambatnya

dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

Masa Berlaku Izin :

1) Izin usaha berlaku selama perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Izin yang bersangkutan;

2) Izin usaha berlaku juga untuk cabang/ perwakilan perusahaan yang bersangkutan di seluruh Indonesia.

b. Persetujuan Pengoperasian Kapal Angkutan Penyeberangan

Dasar Hukum :

1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

2) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan

Danau;

3) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan;

Persyaratan :

Mengajukan permohonan kepada Pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan pengoperasian kapal

angkutan penyeberangan dengan memuat :

1) Surat Izin Usaha Angkutan Penyeberangan;

2) Bukti kesiapan kapal untuk dioperasikan, antara lain memiliki sertfikat kesempurnaan dari Direktorat Jenderal

Perhubungan Laut dan dikelaskan oleh Biro Klasifikasi Indonesia, serta kapal sesuai dengan spesifikasi

teknis lintas dan pelabuhan penyeberangan yang akan dilayani;

3) Lintas yang akan dilayani;

4) Nama dan spesifikasi kapal;

5) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

46Direktori Kementerian Perhubungan

Page 49: Direktori Perhubungan

Pengajuan Permohonan :

Permohonan persetujuan pengoprasian kapal angkutan penyeberangan diajukan kepada :

1) Menteri Perhubungan, untuk kapal yang melayani penyeberangan antar propinsi dan/ atau negara;

2) Gubernur, untuk kapal yang melayani penyeberangan antar Kabupaten/ Kota dalam provinsi;

3) Bupati/ Walikota, untuk kapal yang melayani penyeberangan dalam Kabupaten/ Kota provinsi.

Persyaratan Kapal Angkutan Penyeberangan:

1) Memenuhi persyaratan teknis laik laut dan standar pelayanan minimal kapal penyeberangan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

2) Memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana pelabuhan pada lintas yang dilayani;

3) Memiliki dan mempekerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi yang diperlukan untuk

kapal penyeberangan, dan dapat berbahasa Indonesia serta mengetahui kondisi wilayah operasi yang

dilayani;

4) Memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan kendaraan beserta muatannya

sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku;

5) Mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang ditempatkan pada bagian sebelah samping kiri

dan kanan kapal;

6) Mencantumkan informasi/ petunjuk yang diperlukan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian atau penolakan atas permohonan persetujuan pengoperasian kapal angkutan penyeberangan,

diberikan oleh Pejabat pemberi persetujuan pengoperasian kapal angkutan penyeberangan selambat-lambatnya

dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

Masa Berlaku Izin :

Persetujuan pengoperasian kapal angkutan penyeberangan berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang.

c. Surat Izin Usaha Angkutan Sungai dan Danau

Dasar Hukum :

1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

2) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan

Danau;

3) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan

Penyeberangan;

47Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 50: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

Perorangan Warga Negara Indonesia, Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas, Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau korporasi yang didirikan untuk itu;

1) Memiliki akta pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan hukum Indonesia atau Kartu

Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia perorangan yang mengajukan surat permohonan Izin

usaha angkutan penyeberangan;

2) Memiliki tenaga ahli dalam pengelolaan usaha angkutan sungai dan danau;

3) Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Pengajuan Permohonan :

Permohonan Izin Angkutan Sungai dan Danau diajukan kepada :

1) Bupati atau Walikota setempat, sesuai domisili perusahaan;

2) Gubernur/ Kepala Daerah Khusus Ibu kota, untuk pemohon yang berdomisili di Daerah Khusus Ibu kota

Jakarta.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian atau penolakan atas permohonan Izin usaha, diberikan oleh Pejabat pemberi Izin selambat-lambatnya

dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

Masa Berlaku Izin :

1) Izin usaha berlaku selama perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Izin yang bersangkutan;

2) Izin usaha berlaku juga untuk cabang/ perwakilan perusahaan yang bersangkutan di seluruh Indonesia.

d. Persetujuan Pengoperasian Kapal Angkutan Sungai dan Danau

Dasar Hukum :

1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

48Direktori Kementerian Perhubungan

Page 51: Direktori Perhubungan

2) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan

Danau;

3) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan

Penyeberangan;

Persyaratan :

Mengajukan permohonan kepada Pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan pengoperasian kapal

angkutan sungai dan danau dengan memuat :

1) Surat Izin Usaha Pokoknya;

2) Memiliki kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan teknis/ kelaikan;

3) Memiliki tenaga ahli di bidang angkutan sungai dan danau.

Pengajuan Permohonan :

Permohonan persetujuan pengoprasian kapal angkutan sungai dan danau diajukan kepada:

1) Gubernur, sebagai tugas dekonsentrasi untuk trayek angkutan sungai dan danau antar negara dan trayek

angkutan sungai dan danau antar kota antar propinsi;

2) Gubernur, untuk kapal yang melayani trayek sungai dan danau antar Kabupaten/ Kota dalam provinsi;

3) Bupati/ Walikota, untuk kapal yang melayani trayek sungai dan danau dalam Kabupaten/ Kota provinsi.

Persyaratan Kapal Angkutan Sungai dan Danau:

1) Memenuhi persyaratan teknis laik laut dan standar pelayanan minimal angkutan sungai dan danau sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

2) Memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana pelabuhan pada lintas yang dilayani;

3) Memiliki dan mempekerjakan awak kapal yg memenuhi persyaratan kualifikasi yang diperlukan untuk

angkutan sungai dan danau;

4) Memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang, barang dan hewan sesuai dengan

persyaratan teknis yang berlaku;

5) Mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang ditempatkan pada bagian sebelah samping kiri

dan kanan kapal;

6) Mencantumkan informasi/ petunjuk yang diperlukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian atau penolakan atas permohonan persetujuan pengoperasian kapal angkutan sungai dan danau,

diberikan oleh Pejabat pemberi persetujuan pengoperasian kapal angkutan sungai dan danau selambat-

lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

Masa Berlaku Izin :

Persetujuan pengoperasian kapal angkutan sungai dan danau berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang.

49Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 52: Direktori Perhubungan

3. Bidang Sumber Daya Manusiaa. Sertifikasi Kompentensi Tenaga Penguji (Penguji PNS)

Dasar Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2) PP Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan Bermotor dan Pengemudi;

3) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor;

4) Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Nomor SK. 1076/KP.108/DRJD/2005 tentang Kompetensi Kendaraan

Bermotor.

Persyaratan :

1) Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Pemula harus memenuhi persyaratan:

a) memiliki ijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Mesin/ Otomotif atau yang sederajat

dalam bidang kendaraan bermotor atau untuk yang memiliki ijazah Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Jurusan Listrik dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Jurusan Paspal/ IPA, dengan syarat

wajib memiliki ijazah/ sertifikat kursus otomotif;

b) Memiliki pangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a;

c) Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sekurang-kurangnya golongan B-1;

d) Telah mengikuti dan dinyatakan lulus pendidikan dan latihan dasar penguji kendaraan bermotor.

e) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai

baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;

f) Sehat jasmani dan rohani.

2) Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana harus memenuhi persyaratan :

a) Memiliki ijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Mesin/ Otomotif atau yang sederajat

dalam bidang kendaraan bermotor atau untuk yang memiliki ijazah Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Jurusan Listrik dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Jurusan Paspal/ IPA, dengan syarat

wajib memiliki ijazah/ sertifikat kursus otomotif atau memiliki ijazah D-II PKB;

b) Memiliki pangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b, Pengatur, golongan ruang II/c atau

Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d;

c) Memiliki pengalaman/ masa kerja di bidang pengujian kendaraan bermotor sekurang-kurangnya 2

(dua) tahun kecuali memiliki ijazah D-II PKB;

d) Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sekurang-kurangnya golongan B-1;

e) Telah mengikuti dan dinyatakan lulus pendidikan dan latihan dasar penguji kendaraan bermotor kecuali

memiliki ijazah D-II PKB;

f) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai

baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;

g) Sehat jasmani dan rohani.

3) Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Lanjutan harus memenuhi persyaratan :

a) Memiliki ijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Mesin/ Otomotif atau yang sederajat

dalam bidang kendaraan bermotor atau untuk yang memiliki ijazah Sekolah Menengah Kejuruan

50Direktori Kementerian Perhubungan

Page 53: Direktori Perhubungan

(SMK) Jurusan Listrik dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Jurusan Paspal/ IPA, dengan syarat

wajib memiliki ijazah/ sertifikat kursus otomotif atau memiliki ijazah D-II PKB;

b) Memiliki pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a atau Penata Muda Tingkat I golongan ruang

III/b;

c) Memiliki pengalaman/ masa kerja di bidang pengujian kendaraan bermotor sekurang-kurangnya 2

(dua) tahun kecuali memiliki ijazah D-II PKB;

d) Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sekurang-kurangnya golongan B-1;

e) Telah mengikuti dan dinyatakan lulus pendidikan dan latihan dasar penguji kendaraan bermotor kecuali

memiliki ijazah D-II PKB;

f) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai

baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;

g) Sehat jasmani dan rohani.

4) Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia harus memenuhi persyaratan:

a) Memiliki ijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Mesin/ Otomotif atau yang sederajat

dalam bidang kendaraan bermotor atau untuk yang memiliki ijazah Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Jurusan Listrik dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Jurusan Paspal/ IPA, dengan syarat

wajib memiliki ijazah/ sertifikat kursus otomotif atau memiliki ijazah D-II PKB;

b) Memiliki pangkat Penata, golongan ruang III/c atau Penata Tingkat I golongan ruang III/d;

c) Memiliki pengalaman/masa kerja di bidang pengujian kendaraan bermotor sekurang-kurangnya 2

(dua) tahun kecuali memiliki ijazah D-II PKB;

d) Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sekurang-kurangnya golongan B-1;

e) Telah mengikuti dan dinyatakan lulus pendidikan dan latihan dasar penguji kendaraan bermotor kecuali

memiliki ijazah D-II PKB;

f) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai

baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;

g) Sehat jasmani dan rohani.

51Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 54: Direktori Perhubungan

52Direktori Kementerian Perhubungan

Page 55: Direktori Perhubungan

B. Subsektor Perhubungan Laut

1. Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut

(SIUPAL)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; (Pasal 27 s/d Pasal

30)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

(Pasal 93 s/d Pasal 110).

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Perhubungan

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut.

Persyaratan (Pasal 94 ayat (3) dan ayat (4), PP 20/2010) :

a. Persyaratan administrasi;

1) Surat permohonan perusahaan;

2) memiliki akta pendirian perusahaan;

3) memiliki NPWP;

4) fotocopy identitas penanggung jawab perusahaan;

5) surat keterangan domisili perusahaan dari instansi yang berwenang;

6) memiliki tenaga ahli di bidang ketatalaksanaan angkutan laut dan

kepelabuhanan, nautika (minimal ANT III), dan/atau teknika (minimal ATT

III) pelayaran niaga yang dibuktikan dengan salinan ijazah yang dilegalisir

oleh pejabat yang berwenang;

7) Khusus untuk usaha patungan (joint venture), komposisi saham minimal 51

% dikuasai badan usaha nasional;

8) Surat Pernyataan pakta integritas dari perusahaan untuk tidak memberikan

gratifikasi kepada PNS (bermaterai); dan

9) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari perusahaan atas

kebenaran seluruh dokumen yang disampaikan (bermaterai).

b Persyaratan teknis:

1) memiliki kapal motor berbendera Indonesia yg laik laut dengan ukuran paling

kecil GT 175 (seratus tujuh puluh lima Gross Tonnage);

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 8Telp. 3811308 Pes. 4209, 4223, 4227Jakarta 10110

53Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 56: Direktori Perhubungan

2) memiliki kapal tunda berbendera Indonesia yg laik laut dengan daya motor penggerak paling kecil 150

(seratus lima puluh) tenaga kuda (TK) dengan tongkang berukuran paling kecil GT 175 (seratus tujuh puluh

lima Gross Tonnage);

3) memiliki kapal tunda berbendera Indonesia yg laik laut dengan ukuran paling kecil GT 175 (seratus tujuh

puluh lima Gross Tonnage);

4) memiliki tongkang bermesin berbendera Indonesia yang laik laut dengan ukuran paling kecil GT 175 (seratus

tujuh puluh lima Gross Tonnage).

5) Khusus untuk join venture (PMA), memiliki 1 (satu) unit kapal berbendera Indonesia dengan ukuran paling

kecil 5000 GT dan diawaki oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

Jangka Waktu :

14 (empat belas) hari kerja

2. Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut Khusus (SIOPSUS)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; (Pasal 27 s/d Pasal 30)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; (Pasal 93 s/d Pasal 110)

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut.

Persyaratan :

a. Persyaratan administrasi:

1) Surat permohonan perusahaan;

2) memiliki akta pendirian perusahaan;

3) memiliki NPWP;

4) fotocopy identitas penanggung jawab perusahaan;

5) memiliki surat keterangan domisili perusahaan;

6) memiliki izin usaha dari instansi pembina usaha pokoknya;

54Direktori Kementerian Perhubungan

Page 57: Direktori Perhubungan

7) memiliki tenaga ahli Diploma III di bidang ketatalaksanaan angkutan laut dan kepelabuhanan, nautika

(minimal ANT III) dan/atau teknika (minimal ATT III) pelayaran niaga yang dibuktikan dengan salinan ijazah

yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.

8) khusus untuk usaha patungan (joint venture), melampirkan surat keterangan/ rekomendasi dari instansi

yang berwenang sesuai dengan peruntukan usaha pokoknya;

9) Surat Pernyataan pakta integritas dari perusahaan untuk tidak memberikan gratifikasi kepada PNS

(bermaterai);

10) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari perusahaan atas kebenaran seluruh dokumen

yang disampaikan (bermaterai).

b. Persyaratan teknis:

- memiliki paling sedikit 1 (satu) unit kapal berbendera Indonesia yang laik laut dengan ukuran dan tipe kapal

disesuaikan dengan jenis usaha pokoknya yang dibuktikan dengan salinan grosse akta, surat ukur, dan

sertifikat keselamatan kapal;

Jangka Waktu :

14 (empat belas) hari kerja

3. Surat Keterangan Spesifikasi Kapal

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut.(Pasal 21 ayat (1) huruf g).

Persyaratan :

a. Mengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq. Direktur Lalu

Lintas dan Angkutan Laut;

b. Foto Copy SIUPAL/SIOPSUS;

c. Foto Copy Grosse Akta Kapal;

d. Foto Copy Surat Ukur Kapal;

e. Foto Copy Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal.

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

55Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 58: Direktori Perhubungan

4. Rencana Pola Trayek (RPT) Untuk Kapal Liner (disesuaikan

dengan draft revisi KM. 33)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut.

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Copy SIUPAL;

c. Copy Spesifikasi kapal milik/charter/dioperasikan yang masih berlaku;

d. Laporan realisasi perjalanan kapal (voyage report).

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

5. Rencana Pola Trayek (RPT) Untuk Kapal Tramper

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut.

56Direktori Kementerian Perhubungan

Page 59: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Copy SIUPAL;

c. Copy Spesifikasi kapal milik/charter/ dioperasikan yang masih berlaku;

d. Laporan realisasi perjalanan kapal (voyage report).

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

6. Pemberitahuan Pengoperasian Kapal Milik/Charter (PPKM/PPKC)

Untuk Angkutan Laut Luar Negeri

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut.

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Copy SIUPAL/SIOPSUS;

c. Crew list;

d. Sailing schedule;

e. Company Security Officer (CSO).

f. Khusus untuk kapal charter dilengkapi dengan charter party.

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

57Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 60: Direktori Perhubungan

7. Pemberitahuan Keagenan Kapal Asing (PKKA)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut.

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Copy SIUPAL/SIOPSUS;

c. Letter of Appointment;

d. Ship’s particular kapal yang bersangkutan;

e. Crew list;

f. Sertifikat ISSC;(ditambahkan kepanjangan ISSC IOPP, Q88, CSO)

g. Khusus untuk kapal tanker melampirkan copy sertifikat IOPP, Q88, CSO.

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

58Direktori Kementerian Perhubungan

Page 61: Direktori Perhubungan

8. Surat Keterangan Status Liner

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut.

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Copy SIUPAL/SIOPSUS;

c. Copy Letter of Appointment / Agency Agreement / Charter Party;

d. Copy Sailing Schedule;

e. Surat pernyataan kesanggupan untuk melayari status liner yang telah ditetapkan;

f. Ship’s particular;

g. Crew List;

h. Sertifikat CSO, ISSC;

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

9. Surat Keterangan Rencana Pola Trayek (RPT) Untuk Kapal

Angkutan Laut KhususDasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

d. Surat Edaran Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut No.AL.59/31/05-03 tanggal 25 Juni 2003.

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Copy SIUPAL/SIOPSUS;

c. Copy Spesifikasi kapal milik/charter/ dioperasikan yang masih berlaku;

d. Laporan realisasi perjalanan kapal(voyage report);

e. Crew List.

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

59Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 62: Direktori Perhubungan

10.Izin Penggunaan Kapal Asing (IPKA)

Dasar Hukum :

a. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2008 tahun Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun

2010;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bkua Panjak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

e. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 48 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin

Penggunaan Kapal Asing Untuk Kegiatan Lain Yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang Dan/

Atau Barang Dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri.

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal dan wilayah kerja kegiatan yang ditandai dengan koordinat

geografis;

c. Memiliki charter party antara perusahaan angkutan laut nasional dengan pemilik kapal asing dan kontrak kerja

dan / atau Letter of Intent (LOI) dari pemberi kerja;

d. Copy Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL);

e. Copy Sertifikat Tanda Kebangsaan/ Pendaftaran Kapal;

f. Copy Sertifikat Keselamatan dan Keamanaan Kapal;

g. Copy Sertifikat Pencegahan Pencemaran Kapal;

h. Copy Sertifikat Klasifikasi Kapal;

i. Copy Daftar/ Sijil Awak Kapal; dan

j. Copy Sertifikat Manajemen Keselamatan.

Jangka waktu :

14 (empat belas) hari kerja

60Direktori Kementerian Perhubungan

Page 63: Direktori Perhubungan

11.Clearance Approval For Indonesian Territory (CAIT)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

d. Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.86/Um.209/ MPPT-88 tanggal17 September

1988;

e. Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Nomor Kep.11/K/IV/91 tanggal 8 April 1991;

f. Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM.48/4/13-01 tanggal 9 Maret 2001.

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Sertifikat Pendaftaran Kapal;

c. Sertifikat Keselamatan Kapal;

d. Crew List;

e. Paspor nakhoda dan awak kapal.

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

12.Surat Persetujuan Pembukaan Kantor Cabang

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bkua Panjak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Surat pemberitahuan yang diajukan oleh kantor pusat perusahaan yang bersangkutan;

c. RPT kapal milik, charter dan/atau dioperasikan yang secara rutin menyinggahi pelabuhan sesuai dengan kantor

cabang yang akan dibuka;

d. Surat pengangkatan penanggung jawab kantor cabang yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh pimpinan

kantor pusat;

e. Keterangan domisili kantor cabang yang akan dibuka;

61Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 64: Direktori Perhubungan

f. Fotocopy identitas kepala cabang perusahaan;

g. Laporan Realisasi perjalanan kapal (Voyage Report).

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

13.Rekomendasi Owner’s Representative (O/R)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KM-55/Men/1981.

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Copy SIUPAL/SIOPSUS;

c. Surat penunjukkan sebagai perwakilan perusahaan angkutan laut asing yang diketahui oleh kedutaan besar

Republik Indonesia atau Konsulat di Negara yang bersangkutan;

d. Paspor dari instansi terkait (bagi WNA);

e. Izin kerja dari instansi terkait;

f. Riwayat hidup dari perorangan yang ditunjuk sebagai perwakilan;

g. Laporan kegiatan dari perusahaan angkutan laut asing yang diageni oleh perusahaan angkutan laut nasional ;

h. Pengajuan OR oleh perusahaan pelayaran yang ditunjuk sebagai agen umum oleh principal.

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

14.Certificate Of Owner’s Representative (COR)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;62Direktori Kementerian Perhubungan

Page 65: Direktori Perhubungan

c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KM-55/Men/1981 tentang Pelaksanaan Pembatasan

Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pada Sektor Perhubungan.

e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Copy SIUPAL/SIOPSUS;

c. Surat Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia;

d. KTP bagi TKI;

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja

15.Surat Keterangan Perubahan Pada Siupal/Siopsus

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan

c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan

Angkutan Laut.

Persyaratan :

a. Surat permohonan perusahaan;

b. Akte perubahan nama perusahaan yang disahkan oleh kementerian terkait;

c. Akte perubahan perseroan (untuk perubahan penanggung jawab)

d. NPWP terbaru (untuk perubahan NPWP);

e. Surat keterangan domisili (untuk perubahan alamat);

Jangka Waktu :

1 (satu) hari kerja (persyaratan lengkap)

16.Izin Penetapan Lokasi Terminal Khusus

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Pasal 17 s/d Pasal 19, Pasal 105).

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.53 Tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional. 63Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 66: Direktori Perhubungan

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk

Kepentingan Sendiri .

Persyaratan :

a. salinan surat izin usaha pokok dari instansi terkait;

b. letak lokasi yang diusulkan dilengkapi dengan koordinat geografis yang digambarkan dalam peta laut;

c. studi kelayakan yang paling sedikit memuat:

1) rencana volume bongkar muat bahan baku, peralatan penunjang dan hasil produksi;

2) rencana frekuensi kunjungan kapal;

3) aspek ekonomi yang berisi tentang efisiensi dibangunnya terminal khusus dan aspek lingkungan; dan

4) hasil survei yang meliputi hidrooceanografi (pasang surut, gelombang, kedalaman dan arus), topograji, titik

nol (benchmark) lokasi pelabuhan yang dinyatakan dalam koordinat geografis;

d. rekomendasi dari Syahbandar pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan setempat berkoordinasi dengan

Kantor Distrik Navigasi setempat mengenai aspek keamanan dan keselamatan pelayaran yang meliputi kondisi

perairan berdasarkan hasil survey sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 4 setelah mendapat pertimbangan

dari Kepala Kantor Distrik Navigasi setempat; dan

e. rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota setempat mengenai kesesuaian rencana lokasi terminal khusus

dengan rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Jangka Waktu :

21 (dua puluh satu) hari kerja (14 hari kerja di Dirjen Hubla + 7 hari kerja di Kemenhub (persyaratan lengkap))

17.Izin Pembangunan Terminal Khusus

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan;

c. Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk

Kepentingan Sendiri.

64Direktori Kementerian Perhubungan

Page 67: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. persyaratan administrasi, meliputi:

1) akta pendirian perusahaan;

2) izin usaha pokok dari instansi terkait;

3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

4) bukti penguasaan tanah;

5) bukti kemampuan finansial;

6) proposal rencana tahapan kegiatan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang;

dan

7) rekomendasi dari Syahbandar pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan terdekat setelah mendapat

pertimbangan dari Kepala Distrik Navigasi setempat mengenai perencanaan alur-pelayaran dan Sarana

Bantu Navigasi-Pelayaran.

b. persyaratan teknis, meliputi :

1) gambar hidrografi, topografi, dan ringkasan laporan hasil survei mengenai pasang surut dan arus;

2) tata letak dermaga;

3) perhitungan dan gambar konstruksi bangunan pokok;

4) hasil survei kondisi tanah;

5) hasil kajian keselamatan pelayaran termasuk alur pelayaran dan kolam pelabuhan;

6) batas-batas rencana wilayah daratan dan perairan dilengkapi titik koordinat geografis serta rencana induk

terminal khusus yang akan ditetapkan sebagai daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan

tertentu; dan

7) kajian lingkungan berupa studi lingkungan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan hidup.

Jangka Waktu :

Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.

65Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 68: Direktori Perhubungan

18.Izin Pengoperasian Terminal Khusus

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan;

c. Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk

Kepentingan Sendiri.

Persyaratan :

a. rekomendasi dari Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan terdekat yang sekurang-kurangnya memuat:

1) keterangan bahwa pembangunan terminal khusus telah selesai dilaksanakan sesuai dengan izin

pembangunan yang diberikan oleh Direktur Jenderal dan siap untuk dioperasikan;

2) hasil pembangunan terminal khusus telah memenuhi aspek keamanan, ketertiban, dan keselamatan

pelayaran; dan

3) pertimbangan dari Distrik Navigasi setempat mengenai kesiapan alur-pelayaran dan Sarana Bantu Navigasi-

Pelayaran.

b. laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan selama masa pembangunan;

c. memiliki sistem dan prosedur pelayanan; dan

d. tersedianya sumber daya manusia di bidang teknis pengoperasian pelabuhan yang memiliki kualifikasi dan

kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat.

Jangka Waktu (PP No. 61 Tahun 2009 pasal 121 ayat 1) :

30 (tiga puluh) hari kerja

66Direktori Kementerian Perhubungan

Page 69: Direktori Perhubungan

19.Surat Izin Kerja Keruk (SIKK)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi.

Persyaratan :

a. pemenuhan persyaratan administrasi, meliputi:

1) akte pendirian perusahaan;

2) NomorPokok Wajib Pajak (NPWP);

3) Surat keterangan domisili perusahaan; dan

4) keterangan penanggungjawab kegiatan.

b. pemenuhan persyaratan teknis, meliputi:

1) keterangan mengenai maksud dan tujuan kegiatan pengerukan;

2) lokasi dan koordinat geografis areal yang akan dikeruk;

c. peta pengukuran kedalaman awal (predredge sounding) dari lokasi yang akan dikerjakan;

d. untuk pekerjaan pengerukan dalam rangka pemanfaatan material keruk (penambangan) harus mendapat izin

terlebih dahulu dari instansi yang berwenang;

e. hasil penyelidikan tanah daerah yang akan dikeruk untuk mengetahui jenis dan struktur dari tanah;

f. hasil pengukuran dan pengamatan arus di daerah buang;

g. hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan atau sesuai ketentuan yang berlaku; dan

h. peta situasi lokasi dan tempat pembuangan yang telah disetujui oleh Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara

Pelabuhan, yang dilengkapi dengan koordinat geografis.

i. surat pernyataan bahwa pekerjaan pengerukan akan dilakukan oleh perusahaan pengerukan yang memiliki izin

usaha serta mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk melakukan pengerukan;

j. rekomendasi dari Syahbandar setempat berkoordinasi dengan Kantor Distrik Navigasi setempat terhadap aspek

keselamatan pelayaran setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Kantor Distrik Navigasi setempat.

Jangka Waktu :

21 (dua puluh satu) hari kerja

67Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 70: Direktori Perhubungan

20.Surat Izin Kerja Reklamasi (SIKR)

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi.

Persyaratan :

a. administrasi, meliputi:

1) akte pendirian perusahaan;

2) Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP;

3) surat keterangan domisili perusahaan; dan

4) keterangan penanggungjawab kegiatan.

b. teknis, meliputi:

1) keterangan mengenai maksud dan tujuan kegiatan reklamasi;

2) lokasi dan koordinat geografis areal yang akan direklamasi;

3) peta pengukuran kedalaman awal (predredge sounding) dari lokasi yang akan direklamasi;

4) hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan atau sesuai ketentuan yang berlaku.

5) surat pernyataan bahwa pekerjaan reklamasi akan dilakukan oleh perusahaan yang memiliki izin usaha

serta mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk melakukan reklamasi;

6) rekomendasi dari syahbandar setempat berkoordinasi dengan Kantor Distrik Navigasi setempat terhadap

aspek keselamatan pelayaran setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Kantor Distrik Navigasi

setempat;

7) rekomendasi dari Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan dari pelabuhan setempat akan

kesesuaian dengan Rencana Induk Pelabuhan bagi pekerjaan reklamasi yang berada di dalam Daerah

Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan; dan

8) rekomendasi dari bupati/walikota setempat akan kesesuaian dengan rencana umum tata ruang wilayah

kabupaten/kota yang bersangkutan bagi pekerjaan reklamasi di wilayah perairan terminal khusus.

Jangka Waktu :

21 (dua puluh satu) hari kerja

68Direktori Kementerian Perhubungan

Page 71: Direktori Perhubungan

21.Persetujuan Pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan;

c. Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk

Kepentingan Sendiri.

Persyaratan :

a. bukti kerjasama dengan penyelenggara pelabuhan;

b. data perusahaan yang meliputi akta perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan izin usaha pokok;

c. gambar tata letak lokasi terminal untuk kepentingan sendiri dengan skala yang memadai, gambar konstruksi

dermaga, dan koordinat geografis letak terminal untuk

d. kepentingan sendiri;

e. bukti penguasaan tanah;

f. proposal terminal untuk kepentingan sendiri;

g. rekomendasi dari Syahbandar pada pelabuhan setempat;

h. berita acara hasil peninjauan lokasi oleh tim teknis terpadu; dan

i. studi lingkungan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Jangka Waktu (PP No. 61 Tahun 2009 pasal 137 ayat 2) :

30 (tiga puluh) hari kerja

22.Izin Usaha Badan Usaha Pelabuhan

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Pasal 93 s/d Pasal 95).

b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Pasal 71 s/d Pasal 73).

Persyaratan (PP 61 / 2009 Pasal 71 ayat (3)) :

a. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b. Berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau perseroan terbatas yang khusus didirikan

dibidang kepelabuhanan;

c. Memiliki akta pendirian perusahaan;

d. Memiliki keterangan domisili perusahaan;

69Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 72: Direktori Perhubungan

Persyaratan tambahan:

a. Bukti kepemilikan sarana dan prasarana di bidang kepelabuhanan;

b. Bukti memiliki tenaga ahli di bidang kepelabuhanan yang bersertifikat;

c. Proposal rencana kegiatan.

Jangka Waktu :

21 (dua puluh satu) hari kerja

23.Izin Operasi Pelabuhan Daratan

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Pasal 72);

b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Pasal 105 s/d Pasal 109).

Persyaratan (PP 61 / 2009 Pasal 108 ayat 3) :

a. Pembangunan pelabuhan telah selesai dilaksanakan sesuai dengan izin pembangunan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 107 PP No. 61 Thn 2009;

b. Keamanan, ketertiban dan keselamatan pelayaran;

c. Tersedia pelaksana kegiatan kepelabuhanan;

d. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan;

e. Tersedianya sumber daya manusia di bidang teknis pengoperasian pelabuhan yang memiliki kualifikasi dan

kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat;

f. Rekomendasi dari Penyelenggara Pelabuhan terdekat.

70Direktori Kementerian Perhubungan

Page 73: Direktori Perhubungan

Jangka Waktu (PP 61 / 2009 Pasal 108 ayat 4) :

30 (tiga puluh) hari kerja

24.Izin Penggunaan Terminal Khusus Untuk Kepentingan Umum

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Pasal 102 s.d pasal 108);

b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Pasal 124);

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk

Kepentingan Sendiri.

Persyaratan (PM Nomor 51 Tahun 2011 pasal 22 ayat 2) :

a. alasan penggunaan terminal khusus untuk kepentingan umum;

b. rekomendasi dari Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan mengenai fasilitas yang tersedia pada terminal

khusus dimaksud dapat menjamin keselamatan pelayaran, kelancaran, keamanan dan ketertiban dalam

pengoperasian terminal khusus digunakan untuk melayani kepentingan umum;

c. prosedur tetap pengoperasian terminal khusus yang akan dilaksanakan untuk melayani kepentingan umum

sesuai dengan pelayanan jasa kepelabuhanan untuk pelabuhan laut; dan

d. perjanjian kerjasama antara Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan dengan pengelola terminal khusus yang

bersangkutan.

.

Jangka Waktu (PM Nomor 51 Tahun 2011 pasal 22 ayat 2) :

21 (dua puluh satu) hari kerja

25.Pelimpahan Kewenangan Pelaksanaan Pemanduan

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Pasal 198 ayat 3, dan ayat 5);

b. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Pasal 114, Pasal 115);

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 53 Tahun 2011 tentang Pemanduan.

71Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 74: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Surat permohonan usulan dari BUP dan atau Tersus kepada Menteri Perhubungan cq Dirjen Hubla tembusan

kepada OP/UPP dan Syahbandar setempat dengan melampirkan ;

1) Surat Keputusan Penetapan Perairan Wajib Pandu dan atau Perairan Pandu Luar Biasa;

2) Data Teknis Sarana Bantu dan prasarana Bantu Pemanduan sesuai dengan Persyaratan;

3) Data SDM pandu sesuai dengan Persyaratan.

b. Surat Rekomendasi dari OPP dan UPP setempat kepada Dirjen Hubla Cq.Ditpeleng;

c. Peninjauan Lokasi dan Pemeriksaan Fisik terhadap Persyaratan teknis SDM dan Sarpras Pemanduan yang di

tuangkan dalam Berita acara hasil peninjauan lokasi oleh tim teknis terpadu.

d. Draft usulan Sistem dan Prosedur/Protap Pelayanan Pemanduan.

Jangka Waktu :

Paling lama 3 (tiga) bulan.

26.Penetapan Pelayanan Operasional 24 Jam di Terminal Khusus

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan (Pasal 98);

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 54 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Pasal

21).

Persyaratan :

a. Kondisi alur meliputi kedalaman, pasang surut, sarana bantu navigasi pelayaran;

b. Kesiapan pelayanan pemanduan bagi pelabuhan yang telah ditetapka perairannya sebagai perairan wajib

pandu;

c. Kesiapan fasilitas pelabuhan minimal 1 (satu) berth;

d. Kesiapan gudang di luar pelabuhan apabila bongkar muat dilakukan dengan cara truk tossing;

e. Keamanan dan ketertiban

f. Kesiapan sumber daya manusia operasional;

72Direktori Kementerian Perhubungan

Page 75: Direktori Perhubungan

1) Petugas instansi Pemerintah pemegang fungsi keselamatan pelayaran;

2) Karantina;

3) Bea dan cukai;

5) Imigrasi;

yang dibuktikan dengan rekomendasi dari instansi yang bersangkutan sesuai ketentuan yang berlaku;

g. Kesiapan sarana transportasi darat;

h. Rekomendasi dari pejabat pelaksana fungsi keselamatan pelayaran.

Jangka Waktu :

Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja

27.Penetapan Pelayanan Peti Kemas

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan (Pasal 100);

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 54 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut. (Pasal

23).

Persyaratan :

a. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan;

b. Memiliki sumber daya manusia dengan jumlah dan kualitas yang memadai;

c. Kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal generasi pertama;

d. Tersedianya peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang terpasang dan yang bergerak (container

crane);

e. Lapangan penumpukan (container yard) dan gudang container freight station sesuai kebutuhan;

f. Keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi on line baik internal maupun eksternal;

g. Volume cargo yang memadai.

Jangka Waktu :

30 (tiga puluh) hari kerja.

73Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 76: Direktori Perhubungan

28.Penetapan Peningkatan Kemampuan Pengoperasian Fasilitas Pelabuhan Untuk Melayani Angkutan Curah Cair Dan/Atau Curah

Kering

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 TentangKepelabuhanan (Pasal 100)

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 54 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Pasal

24).

Persyaratan :

a. Kesiapan fasilitas tambat permanen sesuai dengan jenis kapal;

b. Tersedianya peralatan penanganan bongkar muat curah;

c. kedalaman perairan minimal – 5 Meter LWS;

d. Didukung kehandalan sistem operasi menggunakan jaminan informasi on line baik internal maupun eksternal;

e. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan;

f. Memiliki sumber daya manusia dengan jumlah kualitas yang memadai.

74Direktori Kementerian Perhubungan

Page 77: Direktori Perhubungan

Jangka Waktu :

30 (tiga puluh) hari kerja.

29.Penetapan Terminal Khusus Yang Terbuka Bagi Perdagangan

Luar Negeri

Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Pasal 111);

b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan (Pasal 151);

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 54 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Pasal

59).

Persyaratan :

a. Aspek Administratif;

b. Aspek Ekonomi;

c. Aspek Keselamatan Pelayaran;

d. Aspek Teknis Fasilitas Pelabuhan;

e. Fasilitas Kantor dan Peralatan Penunjang bagi Instansi Bea dan Cukai, Imigrasi dan Karantina;

f. Jenis komoditas khusus.

Jangka Waktu :

30 (tiga puluh) hari kerja (PP Nomor 61 Tahun 2008 Pasal 152).

75Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 78: Direktori Perhubungan

76Direktori Kementerian Perhubungan

Page 79: Direktori Perhubungan

C. Subsektor Perhubungan Udara

1. Pemberian Persetujuan Terbang (Flight Approval) Dasar Hukum :

a. Undang-Undang nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah nomor 40 Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara;

c. Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif Atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen

Perhubungan;

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Udara;

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/195/IX/2008

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Persetujuan Terbang (Flight Approval)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal

Perhubungan Udara Nomor SKEP/251/XII/2008;

f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/2759/XII/2010

Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan

Udara Nomor SKEP/195/IX/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Persetujuan

Terbang (Flight Approval).

Persyaratan :

Kegiatan angkutan udara yang harus memiliki persetujuan terbang (flight approval)

terdiri atas :

a. Angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dan luar negeri yang

dilaksanakan di luar persetujuan yang telah diterbitkan, meliputi:

1) Perubahan jadwal penerbangan, yang disebabkan oleh :

a) Gangguan operasional pesawat udara; atau

b) Gangguan operasional bandar udara, seperti pembangunan/

pengembangan fasilitas bandar udara, kecelakaan (accident),

kejadian (incident) di bandar udara pemberangkatan/tujuan.

2) Penambahan penerbangan (extra flight) apabila terdapat lonjakan

permintaan angkutan udara;

3) Perubahan rute yang telah ditetapkan (re-route) yang disebabkan

terganggunya operasional pesawat udara dan/atau terganggunya

pelayanan teknis pesawat udara di darat dan/atau terganggunya

operasional bandar udara;

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 8Telp. 3811308 Pes. 1372, 1315Jakarta 10110

77Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 80: Direktori Perhubungan

4) Perubahan penggunaan tipe pesawat udara, untuk angkutan udara luar negeri. Dan untuk angkutan udara

dalam negeri, apabila mengakibatkan perbedaan kapasitas tempat duduk lebih dari 25%;

5) Penempatan pesawat udara (positioning flight) untuk melaksanakan rute penerbangan; atau

6) Melaksanakan angkutan udara niaga tidak berjadwal sebagai pelengkap dari Izin usaha angkutan udara

niaga berjadwal.

b. Angkutan udara niaga tidak berjadwal penumpang dalam negeri yang menggunakan pesawat udara dengan

kapasitas lebih dari 30 tempat duduk;

c. Angkutan udara niaga tidak berjadwal kargo dalam negeri yang menggunakan pesawat udara dengan berat

tinggal landas lebih dari 5700 kilogram;

d. Angkutan udara niaga tidak berjadwal penumpang dan atau kargo luar negeri;

e. Angkutan udara bukan niaga (general aviation) luar negeri;

f. Penerbangan lintas wilayah udara Indonesia (overflying) oleh pesawat udara asing;

g. Pendaratan teknis (technical landing) bukan untuk tujuan komersial oleh pesawat udara asing;

h. Penerbangan tanpa penumpang umum (ferry flight) untuk ke dan dari luar negeri.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara c.q Kepala Direktorat Angkutan Udara

paling lambat 3 x 24 jam sebelum dilaksanakan penerbangan;

b. Permohonan persetujuan terbang untuk Angkutan Udara Niaga Berjadwal dilengkapi dengan :

1) Pengisian formulir persetujuan terbang (Flight Approval);

2) Permohonan disertai data dukung yang terdiri atas :

a) Daftar tunggu (waiting list) untuk penerbangan tambahan (extra flight);

b) Dokumen kontrak charter untuk penerbangan charter;

c) Persetujuan dari instansi yang berwenang di bidang pertahanan (Security Cleareance) untuk

penerbangan luar negeri (international);

d) Persetujuan dari instansi yang berwenang di bidang hubungan luar negeri (Diplomatic Clearance)

untuk penerbangan luar negeri;dan

e) Data dukung lainnya yg dianggap perlu seperti data dukung rekomendasi dari Direktorat teknis terkait

tentang kemampuan landasan dan fasilitas bandara untuk pengoperasian tipe pesawat berkapasitas

besar.

c. Permohonan persetujuan terbang untuk Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal dilengkapi dengan :

1) Dokumen kontrak charter untuk penerbangan charter;

2) Persetujuan dari instansi yang berwenang di bidang pertahanan (Security Cleareance) untuk penerbangan

luar negeri;

78Direktori Kementerian Perhubungan

Page 81: Direktori Perhubungan

3) Persetujuan dari instansi yang berwenang di bidang hubungan luar negeri (Diplomatic Clearance) untuk

penerbangan luar negeri;

4) C of A dan C of R untuk pesawat beregistrasi Indonesia;

5) Data dukung lainnya yang diperlukan, sesuai dengan tujuan penerbangan.

Penyelesaian Permohonan :

Untuk persetujuan terbang (flight approval) diterbitkan dalam waktu selambat-lambatnya:

a. 1 x 24 jam, dalam hal persetujuan terbang (flight approval) diterbitkan di luar jam kerja; atau

b. 3 x 24 jam, dalam hal persetujuan terbang (flight approval) diterbitkan di hari libur.

Masa Berlaku :

Izin berlaku untuk 1 (satu) kali penerbangan.

2. Izin Usaha Perusahaan Angkutan Udara Niaga Berjadwal dan

Tidak Berjadwal Dasar Hukum :

a. Undang-Undang nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Berlaku Pada Departemen Perhubungan;

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara.

Persyaratan :

a. Memiliki akta pendirian badan usaha Indonesia yang usahanya bergerak di bidang angkutan udara niaga

berjadwal atau angkutan udara niaga tidak berjadwal dan disahkan oleh Menteri yang berwenang;

b. Menyampaikan surat persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Badan Koordinasi Penanaman

Modal Daerah apabila yang bersangkutan menggunakan fasilitas penanaman modal;

c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

d. Surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;

e. Menyampaikan tanda bukti modal yang disetor;

79Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 82: Direktori Perhubungan

f. Menyampaikan garansi / jaminan bank;

g. Menyampaikan rencana bisnis (business plan) untuk kurun waktu minimal 5 (lima) tahun yang sekurang-

kurangnya memuat :

1) Jenis dan jumlah pesawat udara yang akan dioperasikan :

a) Angkutan udara niaga berjadwal memiliki paling sedikit 5 (lima) unit pesawat udara dan menguasai

5 (lima) unit pesawat udara dengan jenis yang mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan rute

yang dilayani;

b) Angkutan udara niaga tidak berjadwal memiliki 1 (satu) unit pesawat udara dan menguasai 2 (dua)

unit pesawat udara dengan jenis yang mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan rute yang

dilayani;

c) Angkutan udara niaga khusus mengangkut kargo memiliki paling sedikit 1 (satu) unit pesawat udara

dan menguasai 2 (dua) unit pesawat udara dengan jenis yang mendukung kelangsungan usaha sesuai

dengan rute atau daerah operasi yang dilayani.

2) Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan (operation base) dan rute penerbangan bagi perusahaan

angkutan udara niaga berjadwal sekurang-kurangnya menggambarkan :

a) Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan (operation base);

b) Keseimbangan rute penerbangan;

c) Peta jaringan rute penerbangan;

d) Rute, frekuensi, rotasi diagram penerbangan dan utilisasi pesawat udara yang akan dilayani secara

bertahap selama 5 (lima) tahun;

3) Aspek pemasaran dalam bentuk potensi permintaan pasar angkutan udara (demand & supply) sekurang-

kurangnya memuat:

a) Peluang pasar angkutan udara secara umum maupun secara khusus pada rute penerbangan atau

daerah operasi yang akan dilayani, meliputi :

(1) Perkembangan jumlah permintaan penumpang atau kargo per tahun untuk jangka waktu

sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terakhir pada rute penerbangan atau daerah operasi yang

akan dilayani;

(2) Potensi jumlah permintaan penumpang atau kargo per tahun untuk jangka waktu sekurang-

kurangnya 5 (lima) tahun ke depan pada rute penerbangan atau daerah operasi yang akan

dilayani;

(3) Rencana utilisasi pesawat udara secara bertahap selama 5 (lima) tahun ke depan bagi perusahaan

angkutan udara niaga tidak berjadwal; dan

80Direktori Kementerian Perhubungan

Page 83: Direktori Perhubungan

(4) Kondisi pesaing yang ada saat ini pada

rute penerbangan atau daerah operasi

yang akan dilayani.

b) Target dan pangsa pasar yang akan diraih,

meliputi :

(1) Segmen pasar yang akan dilayani sesuai

dengan bidang usahanya; dan

(2) Pangsa pasar (market share) per tahun

yang akan diraih pada masing-masing rute

penerbangan atau daerah operasi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan.

4) Sumber Daya Manusia termasuk teknisi dan awak pesawat udara, sekurang-kurangnya memuat tahapan

kebutuhan sumber daya manusia langsung maupun tidak langsung menyangkut kualifikasi dan jumlah per

tahun untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan.

5) Kesiapan dan kelayakan operasi sekurang-kurangnya memuat :

a) Rencana pengadaan, pemeliharaan dan perawatan pesawat udara;

b) Rencana pengadaan fasilitas pendukung operasional pesawat udara;

c) Rencana pengadaan fasilitas pelayanan penumpang pesawat udara; dan

d) Rencana pemasaran jasa angkutan udara.

6) Analisis dan evaluasi dari aspek ekonomi dan keuangan sekurang-kurangnya memuat:

a) Rencana investasi untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan;

b) Proyeksi aliran kas (cashflow), rugi – laba dan neraca untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima)

tahun ke depan;

c) Hasil perhitungan yang meliputi :

(1) Periode pengembalian (payback period);

(2) Nilai bersih saat ini (net present value);

(3) Tingkat kemampulabaan (profitability index);

(4) Tingkat pengembalian hasil intern (internal rate of return).

Prosedur Pengajuan Permohonan :

Permohonan Izin usaha diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara, dengan tembusan

Menteri Perhubungan.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian atau penolakan atas permohonan Izin diberikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara secara tertulis

dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

81Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 84: Direktori Perhubungan

Masa berlaku :

Izin usaha angkutan udara niaga berlaku selama pemegang masih menjalankan kegiatan angkutan udara secara

nyata dengan terus menerus mengoperasikan pesawat udara sesuai dengan Izin yang diberikan dan di evaluasi

setiap tahun.

3. Izin Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga Dasar Hukum :

a. Undang-Undang nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Berlaku pada Departemen Perhubungan;

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara.

Persyaratan :

a. Kegiatan angkutan udara bukan niaga dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, lembaga tertentu,

orang perorangan, dan/atau badan usaha Indonesia lainnya.

b. Persetujuan dari instansi yang membina kegiatan pokoknya;

c. Akta pendirian badan usaha atau lembaga yang telah disahkan oleh menteri yang berwenang atau tanda bukti

identitas diri bagi pemohon orang perseorangan;

d. Pengesahan dan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM;

e. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP);

f. Surat keterangan domisili tempat kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan

g. Menyampaikan rencana kegiatan angkutan udara paling sedikit memuat :

1) Jenis dan jumlah pesawat udara yang akan dioperasikan, sekurang-kurangnya memuat :

a) Jenis dan jumlah pesawat udara yang akan dioperasikan;

b) Sumber dan cara pengadaan pesawat udara.

2) Pusat kegiatan operasi penerbangan;

3) Sumber daya manusia yang terdiri atas teknisi dan personil pesawat udara; dan

4) Kesiapan serta kelayakan operasi, sekurang-kurangnya memuat :

a) Rencana pengadaan, pemeliharaan atau perawatan pesawat udara;

b) Rencana pengadaan fasilitas pendukung operasional pesawat udara;

c) Sumber daya manusia yang tersedia.

82Direktori Kementerian Perhubungan

Page 85: Direktori Perhubungan

Prosedur Pengajuan Permohonan :

Permohonan Izin usaha diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara, dengan tembusan

Menteri Perhubungan.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian atau penolakan atas permohonan Izin diberikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara secara tertulis

dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

Masa berlaku :

Izin kegiatan angkutan udara bukan niaga berlaku selama pemegang Izin masih menjalankan kegiatan angkutan

udara secara nyata dengan terus menerus mengoperasikan pesawat udara sesuai dengan Izin yang diberikan dan

di evaluasi setiap tahun.

4. Izin Usaha Angkutan Agen Penjualan Umum (GSA/General Sales

Agent) Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Berlaku pada Departemen Perhubungan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerinah Nomor 40 Tahun

1995 tentang Angkutan Udara;

d. Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 51 Tahun 2000 tentang Perwakilan dan Agen Penjualan Umum

(General Sales Agent/GSA) Perusahaan Angkutan Udara Asing.

Persyaratan :

a. Badan Hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas, Koperasi dan BUMN yang berbentuk perusahaan

perseroan;

b. Akta Pendirian Badan Usaha yang telah disahkan oleh menteri yang berwenang dan salah satu usahanya

bergerak dibidang penunjang angkutan udara;

c. Pengesahan dan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM;

d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

e. Surat keterangan domisili perusahaan;

f. Surat persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah

apabila menggunakan fasilitas penanaman modal;

g. Memiliki atau menguasai ruang kantor. 83Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 86: Direktori Perhubungan

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan Izin usaha Agen Penjualan Umum diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Perhubungan

Udara;

b. Persetujuan atau penolakan atas permohonan Izin diberikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara dalam

jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

Masa Berlaku :

Izin berlaku selama pemegang Izin masih menjalankan kegiatan usaha Agen Penjualan Umum.

5. Izin Pembangunan Bandar UdaraDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara; dan

f. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang Berlaku Pada Departemen Perhubungan.

Persyaratan :

a. Pembangunan bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di

sekitarnya dikendalikan hanya dapat dilakukan setelah ditetapkan keputusan pelaksanaan pembangunan oleh

Menteri;

b. Pembangunan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya tidak dikendalikan hanya

dapat dilakukan setelah ditetapkan keputusan pelaksanaan pembangunan oleh Bupati/Walikota;

c. Penyelenggara bandar udara melaksanakan pekerjaan pembangunan bandar udara paling lambat 1 (satu)

tahun sejak keputusan pelaksanaan pembangunan ditetapkan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

1) Untuk memperoleh keputusan pelaksanaan pembangunan bandar udara mengajukan permohonan kepada

Menteri melalui Direktur Jenderal dengan melampirkan :

1) Salinan keputusan penetapan lokasi;

2) Rencana induk bandar udara;

3) Bukti penguasaan tanah;

84Direktori Kementerian Perhubungan

Page 87: Direktori Perhubungan

4) Dokumen rancangan teknis bandar udara yang meliputi rancangan awal dan rancangan teknis terinci sesuai

dengan standar yang berlaku;

5) Studi analisis mengenai dampak lingkungan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.

2) Untuk memperoleh keputusan pelaksanaan pembangunan penyelenggara bandar udara mengajukan

permohonan kepada Bupati/Walikota setempat dengan melampirkan :

1) Salinan keputusan penetapan lokasi;

2) Rencana induk bandar udara;

3) Bukti penguasaan tanah;

4) Pertimbangan teknis dari Gubernur sebagai tugas dekonsentrasi;

5) Dokumen rancangan teknis bandar udara yang meliputi rancangan awal dan rancangan teknis terinci sesuai

dengan standar yang berlaku;

6) Studi analisis mengenai dampak lingkungan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.

3) Direktur Jenderal menyampaikan hasil evalusai kepada Menteri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

setelah dokumen diterima secara lengkap;

4) Meneteri menetapkan pelaksanaan pembangunan dengan memperhatikan hasil evaluasi Direktur Jenderal

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap;

5) Bupati/Walikota menetapkan pelaksanaan pembangunan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah

dokumen diterima secara lengkap.

6. Izin Penetapan LokasiDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Perhubungan.

Penetapan lokasi dilakukan dengan memperhatikan :

a. Rencana induk nasional bandar udara;

b. Keselamatan dan keamanan penerbangan;

c. keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain terkait di lokasi bandar udara;

d. kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknis pembangunan, dan pengoperasian;

serta

e. kelayakan lingkungan.

85Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 88: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Surat Permohonan Pemrakarsa;

b. Laporan hasil Studi Kelayakan, yang sekurang-kurangnya memuat :

1) Kelayakan Pengembangan Wilayah;

2) Kelayakan Ekonomi dan Finansial;

3) Kelayakan Teknis Pembangunan;

4) Kelayakan Operasional;

5) Kelayakan Angkutan Udara;

6) Kelayakan Lingkungan.

c. Surat Rekomendasi Gubernur;

d. Surat Rekomendasi Bupati / walikota;

e. Surat Ketersediaan Lahan dari Bupati/walikota atau bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan, harus

memenuhi ketentuan meliputi :

1) Tanah dan/atau perairan dan ruang udara pada lokasi yang telah ditetapkan untuk keperluan pelayanan

jasa kebandarudaraan, pelayanan keselamatan operasi penerbangan, dan fasilitas penunjang bandar udara

harus dikuasai pemrakarsa bandar udara;

2) Penetapan luas tanah danlatau perairan dan ruang udara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus

didasarkan pada penatagunaan tanah dan/atau perairan dan ruang udara yang menjamin keserasian dan

keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain di kawasan letak bandar udara; dan

3) Pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan bandar udara dan pemberian hak atas tanahnya

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Surat Penegasan Rencana Pembiayaan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Penyelenggara bandar udara menyampaikan permohonan penetapan lokasi kepada Menteri Perhubungan

melalui Direktur Jenderal dengan melampirkan persyaratan administrasi;

b. Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap usulan penetapan lokasi yang disampaikan oleh penyelenggara

bandar udara terhadap aspek :

1) Tatanan kebandarudaraan nasional;

2) Kelayakan ekonomi, teknis, operasional dan kelayakan dari segi angkutan udara;

86Direktori Kementerian Perhubungan

Page 89: Direktori Perhubungan

3) Kelayakan/kelestarian lingkungan; dan

4) Pertahanan keamanan negara.

c. Direktur Jenderal menyampaikan hasil evaluasi kepada Menteri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

setelah dokumen diterima secara lengkap.

d. Menteri menetapkan lokasi bandar udara dengan memperhatikan hasil evaluasi Direktur Jenderal selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah hasil evaluasi dari Direktur Jenderal diterima secara lengkap.

7. Izin Pengoperasian Bandar UdaraDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang Berlaku pada Departemen Perhubungan

Persyaratan :

a. Pengoperasian bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di

sekitarnya dikendalikan hanya dapat dilakukan setelah ditetapkan keputusan pelaksanaan pengoperasian oleh

Menteri;

b. Pengoperasian bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya tidak dikendalikan hanya

dapat dilakukan setelah ditetapkan keputusan pelaksanaan pengoperasian oleh Bupati/Walikota;

c. Penetapan keputusan pelaksanaan pengoperasian dilakukan setelah memenuhi persyaratan :

1) Pembangunan bandar udara telah selesai dilaksanakan sesuai dengan keputusan pelaksanaan

pembangunan;

2) Keamanan dan keselamatan penerbangan serta ketertiban;

3) Tersedia fasilitas untuk menjamin kelancaran arus penumpang, kargo dan pos;

4) Pengelolaan lingkungan; dan

5) Tersedia pelaksana kegiatan di bandar udara.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Untuk memperoleh keputusan pelaksanaan pengoperasian bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara

bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya dikendalikan, penyelenggara bandar udara mengajukan

permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dengan melampirkan :

1) Salinan keputusan pelaksanan pembangunan;

2) Salinan sertifikat operasi bandar udara.

b. Untuk memperoleh keputusan pelaksanaan pengoperasian bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang

udara di sekitarnya tidak dikendalikan, penyelenggara bandar udara mengajukan permohonan kepada Bupati/

Walikota setempat dengan melampirkan :

87Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 90: Direktori Perhubungan

1) Salinan keputusan pelaksanaan pembangunan;

2) Salinan sertifikat operasi bandar udara;

3) Pertimbangan teknis dari Gubernur sebagai tugas dekonsentrasi.

c. Direktur Jenderal menyampaikan hasil evalusai kepada Menteri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

setelah dokumen diterima secara lengkap;

d. Meneteri menetapkan pelaksanaan pengoperasian dengan memperhatikan hasil evaluasi Direktur Jenderal

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap;

e. Bupati/Walikota menetapkan pelaksanaan pengoperasian selambat-lambatnya 30 ( tiga puluh) hari kerja setelah

dokumen diterima secara lengkap.

8. Persetujuan dan Pengesahan Hasil Penelitian Kawasan Kebisingan

(BKK) di sekitar Bandar UdaraDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara; dan

e. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang Berlaku pada Departemen Perhubungan.

Persyaratan :

a. Kawasan kebisingan di bandar udara diukur dan ditentukan dengan bertitik tolak pada rencana induk bandar

udara;

b. Tingkat kebisingan ditentukan berdasarkan Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level

(WECPNL);

c. Tingkat kebisingan terdiri dari :

1) Kawasan kebisingan tingkat I dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama dengan 70 dan lebih kecil 75

( 70 ≤ WECPNl < 75 ), yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimantaatkan untuk berbagai jenis kegiatan

dan atau bangunan kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah sakit;

2) Kawasan kebisingan tingkat II dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama dengan 75 dan lebih keeil 80 (

75 ≤ WECPNl < 80), yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimantaatkan untuk berbagai jenis kegiatan

dan atau bangunan kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit dan rumah tinggal;

dan

3) Kawasan kebisingan tingkat III dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama dengan 80 (80 ≤ WECPNl),

yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk membangun fasilitas bandar udara yang

dilengkapi insulasi suara dan dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian Iingkungan

dan pertanian yang tidak mengundang burung.

88Direktori Kementerian Perhubungan

Page 91: Direktori Perhubungan

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Penyelenggara bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara

di sekitarnya mengusulkan penetapan kawasan kebisingan di sekitar bandar udara kepada Menteri melalui

Direktur Jenderal;

b. Penyelenggara bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya tidak dikendalikan

mengusulkan penetapan kawasan kebisingan di sekitar bandar udara kepada Bupati/Walikota setempat;

c. Direktur Jenderal melakukan evaluasi usulan penetapan kawasan kebisingan di sekitar bandar udara terhadap :

1) Rencana induk bandar udara/rencana pengembangan bandar udara;

2) Prakiraan jenis pesawat udara, frekwensi dan periode waktu operasi.

d. Kawasan kebisingan bagi bandar udara yang belum mempunyai rencana induk bandar udara ditentukan

berdasarkan perkiraan jenis pesawat udara, frekwensi dan periode waktu operasi;

e. Direktur Jenderal menyampaikan hasil evaluasi kepada Menteri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

setelah dokumen diterima secara lengkap;

f. Kawasan kebisingan di sekitar bandar udara, untuk tiap-tiap bandar udara pusat penyebaan dan bandar udara

bukan pusat penyebaran yang ruang udara disekitarnya dikendalikan ditetapkan dengan Keputusan Menteri

setelah mendengar pendapat Pejabat yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup selambat-lambatnya

14 (empat belas) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap; dan

g. Kawasan kebisingan di sekitar bandar udara, untuk tiap-tiap bandar udara bukan pusat penyebaran yang

ruang udara di sekitarnya tidak dikendalikan ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota setelah mendengar

pendapat pejabat setempat yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup dan pertimbangan teknis dari

Gubernur sebagai tugas dekonsentrasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen diterima

secara lengkap.

9. Persetujuan dan Pengesahan Hasil Penelitian Kawasan

Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang Berlaku pada Departemen Perhubungan.

89Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 92: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Kawasan keselamatan operasi penerbangan ditentukan batas-batasnya dengan koordinat yang mengacu pada

bidang referensi World Geodetic System 1984 (WGS-84) dan batas-batas ketinggian diatas permukaan laut

rata-rata (Mean Sea Level) dalam satuan meter.

b. Kawasan keselamatan operasi penerbangan disekitar bandar udara meliputi :

1) Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas, yang merupakan kawasan perpanjangan kedua ujung

landasan di bawah Iintasan pesawat udara setelah lepas landas atau akan mendarat, yang dibatasi oleh

ukuran panjang dan lebar tertentu;

2) Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan. yang merupakan sebagian dart kawasan pendekatan

yang berbatasan langsung dengan ujung-ujung landasan dan mempunyai ukuran tertentu, yang dapat

menimbulkan kemungkinan terjadi kecelakaan;

3) Kawasan di bawah permukaan transisi. yang merupakan bidang dengan kemirtngan tertentu sejajar dengan

dan berjarak tertentu dart poras landasan, pada bagian bawah dibatasi oleh titik perpotongan dengan

garts-garis datar yang ditarik tegak lurus pada poros landasan dan pada bagian atas dibatasi oleh garis

perpotongan dengan permukaan horizontal dalam;

4) Kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam, yang merupakan bidang datar dl atas dan sekitar bandar

udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan ukuran tertentu untuk kepentingan pesawat udara

melakukan terbang rendah pada waktu akan mendarat atau setelah lepas landas;

5) Kawasan di bawah permukaan kerucut, yang merupakan bidang dari suatu kerucut yang bagian bawahnya

dibatasi oleh garis perpotongan dengan permukaan horizontal Iuar, masing-masing dengan radius dan

ketingglan tertentu dlhitung dan titik referensi yang ditentukan; dan

6) Kawasan di bawah permukaan horizontal-luar, yang merupakan bidang datar di sekitar bandar udara yang

dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan ukuran tertentu untuk kepentingan keselamatan dan efisiensi

operasi penerbangan antara lain pada waktu pesawat melakukan pendekatan untuk mendarat dan gerakan

setefah tinggal landas atau gerakan dalam hal mengalami kegagalan dalam pendaratan.

c. Kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara ditentukan berdasarkan rencana induk

bandar udara;

90Direktori Kementerian Perhubungan

Page 93: Direktori Perhubungan

d. Kawasan keselamatan operasi penerbangan bagi bandar udara yang belum mempunyai rencana induk bandar

udara ditentukan berdasarkan panjang landasan sesuai rencana pengembangan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Penyelenggara bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara

disekitarnya dikendalikan mengusulkan penetapan kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar

bandar udara kepada Menteri melalui Direktur Jenderal;

b. Penyelenggara bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya tidak dikendalikan

menguslkan penetapan kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara kepada Bupati/

Walikota setempat dengan melampirkan pertimbangan teknis dari Gubernur sebagai tugas dekonsentrasi;

c. Direktur Jenderal melakukan evaluasi usulan penetapan kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar

bandar udara terhadap aspek :

1) Rencana induk/rencana pengembangan bandar udara;

2) Tatananan kebandarudaraan nasional;

3) Keamanan dan keselamatan penerbangan;

4) Rencana Tata Ruang Wilayah.

d. Direktur Jenderal menyampaikan hasil evaluasi kepada Menteri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

setelah dokumen diterima secara lengkap;

e. Kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara, untuk tiap-tiap bandar udara ditetapkan

dengan Keputusan Menteri selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah hasil evaluasi dari Direktur

Jenderal diterima secara lengkap;

f. Kawasan keselamatan operasi penerbangan disekitar bandar udara, untuk tiap-tiap bandar udara ditetapkan

dengan Keputusan Bupati/Walikota setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen

diterima secara lengkap.

10.Persetujuan dan Pengesahan Hasil Penelitian Daerah Lingkungan

Kerja (DLKr) Bandar UdaraDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

91Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 94: Direktori Perhubungan

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang Berlaku pada Departemen Perhubungan.

Pembuatan daerah Iingkungan kerja bandar udara dilakukan dengan memperhatikan:

a. Rencana induk bandar udara atau areal untuk penempatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang bandar

udara;

b. Penguasaan areal tanah dan/atau perairan oleh penyelenggara bandar udara; dan

c. Rencana umum tata ruang wilayah yang ditetapkan untuk daerah ditempat bandar udara berada.

Persyaratan :

Penetapan daerah lingkungan kerja bandar udara dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Bertitik tolak dari lokasi bandar udara yang telah ditetapkan sebelumnya;

b. Luas daerah lingkungan kerja bandar udara, ditetapkan dengan memperhatikan:

1) Rencana induk bandar udara atau rencana pengembangan bandar udara atau areal untuk penempatan

fasilitas pokok dan fasilitas penunjang bandar udara;

2) Penguasaan areal tanah dan/atau perairan oleh penyelenggara bandar udara;

3) Rencana umum tata ruang wilayah yang ditetapkan untuk daerah di tempat bandar udara berada;

c. Batas daerah lingkungan kerja bandar udara ditunjukkan dengan titik koordinat.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a) Penyelenggara bandar udara pusat penyebaran dan badar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara

disekitarnya dikendalikan menyampaikan usulan penetapan daerah lingkungan kerja bandar udara kepada

Menteri melalui Direktur Jenderal, dengan melampirkan :

1) Rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota setempat sebagai hasil koordinasi di tingkat daerah;

2) Hasil evaluasi terhadap daerah lingkungan kerja bandar udara yang diusulkan oleh penyelenggara bandar

udara;

3) Peta yang dilengkapi dengan titik-titik koordinat batas daerah lingkungan kerja bandar udara;

4) Surat persetujuan dari Komandan pangkalan setempat untuk pangkalan udara yang digunakan bersama

untuk melayani penerbangan sipil.

92Direktori Kementerian Perhubungan

Page 95: Direktori Perhubungan

b) Penyelenggara bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya tidak dikendalikan

menyampaikan usulan penetapan daerah lingkungan kerja bandar udara kepada Bupati/Walikota setempat,

dengan melampirkan :

1) Hasil evaluasi terhadap daerah lingkungan kerja bandar udara yang diusulkan oleh penyelenggara bandar

udara;

2) Peta yang dilengkapi dengan titik-titik koordinat batas daerah lingkungan kerja bandar udara;

3) Pertimbangan teknis dari Gubernur sebagai tugas dekonsentrasi;

4) Surat persetujuan dari Komandan pangkalan setempat untuk pangkalan udara yang digunakan bersama

untuk melayani penerbangan sipil.

c) Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap usulan penetapan daerah lingkungan kerja bandar udara yang

disampaikan oleh penyelenggara bandar udara terhadap aspek :

1) Rencana pembangunan, pengoperasian dan pengembangan bandar udara;

2) Fungsi dan kegunaan dari daerah lingkungan kerja bandar udara untuk menjamin keamanan dan

keselamatan penerbangan, kelancaran serta ketertiban dalam penyelenggaraan bandar udara.

d) Direktur Jenderal menyampaikan hasil evaluasi kepada Menteri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

setelah dokumen diterima secara lengkap, dengan melampirkan :

1) Rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota setempat;

2) Rancangan Keputusan Menteri yang dilengkapi dengan peta dan batas daerah lingkungan kerja bandar

udara;

3) Surat persetujuan dari Komandan pangkalan setempat untuk pangkalan udara yang digunakan bersama

untuk melayani penerbangan sipil.

e) Menteri menetapkan daerah lingkungan kerja bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat

penyebaran yang ruang udara disekitarnya dikendalikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah

dokumen diterima secara lengkap;

f) Bupati/Walikota menetapkan daerah lingkungan kerja bandar udara pusat penyebaran yang ruang udara di

sekitarnya tidak dikendalikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen diterima secara

lengkap dengan memperhatikan :

1) Rencana pembangunan, pengoperasian dan pengembangan bandar udara;

2) Fungsi dan kegunaan dari daerah lingkungan kerja bandar udara untuk menjamin keamanan dan

keselamatan penerbangan, kelancaran serta ketertiban dalam penyelenggaraan bandar udara.

93Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 96: Direktori Perhubungan

11.Persetujuan dan Pengesahan hasil penelitian Rencana Induk

Bandar UdaraDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang Berlaku pada Departemen Perhubungan;

f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/120/VI/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pembuatan Rencana Induk Bandar Udara.

Persyaratan :

a. Penyelenggara bandar udara menyusun rencana induk bandar udara yang berlaku untuk kurun waktu 20 (dua

puluh) tahun;

b. Rencana induk bandar udara sekurang-kurangnya memuat :

1) Prakiraan permintaan kebutuhan kebutuhan pelayanan penumpang dan kargo;

2) Kebutuhan fasilitas;

3) Tata letak fasilitas;

4) Tahapan pelaksanaan pembangunan;

5) Kebutuhan dan pemanfaatan lahan;

6) Daerah lingkungan kerja;

7) Daerah lingkungan kepentingan;

8) Kawasan keselamatan operasi penerbangan; dan

9) Batas kawasan kebisingan.

94Direktori Kementerian Perhubungan

Page 97: Direktori Perhubungan

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Penyelenggara bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara

disekitarnya dikendalikan mengusulkan penetapan recana induk bandar udara kepada Menteri melalui Direktur

Jenderal, dengan melampirkan rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota setempat dan memperhatikan

pertimbangan dari instansi terkait lainya;

b. Penyelenggara bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya tidak dikendalikan

mengusulkan penetapan rencana induk bandar udara kepada Bupati/Walikota setempat, dengan melampirkan

pertimbangan teknis dari Gubernur sebagai tugas dekonsentrasi.

c. Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap usulan penetapan rencana induk bandar udara yang di-

sampaikan oleh penyelenggara bandar udara terhadap aspek :

1) Tatanan kebandarudaraan nasional;

2) Keamanan dan keselamatan penerbangan;

3) Prakiraan permintaan jasa angkutan udara;

4) Prakiraan kebutuhan fasilitas bandar udara yang berpedoman pada standar/kriteria perencanaan yang

berlaku;

5) Rencana tata guna lahan dan tata letak fasilitas bandar udara baik untuk pelayanan kegiatan pemerintah

maupun pelayanan jasa kebandarudaraan serta kebutuhan tanah dan/atau perairan untuk pengembangan

bandar udara;

6) Pentahapan waktu pelaksanaan pembangunan yang disesuaikan dengan kemampuan pendanaan, rencana

tata guna lahan dan tata letak fasilitas bandar udara.

d. Direktur Jenderal menyampaikan hasil evaluasi kepada Menteri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

setelah dokumen diterima secara lengkap;

e. Menteri menetapkan rencana induk bandar udara dengan memperhatikan hasil evaluasi Direktur Jenderal

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah hasil evaluasi dari Direktur Jenderal diterima secara

lengkap;

f. Bupati menetapkan rencana induk bandar udara selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen

diterima secara lengkap dengan memperhatikan aspek :

1) Tatanan kebandarudaraan nasional;

2) Keamanan dan keselamatan penerbangan;

3) Prakiraan permintaan jasa angkutan udara;

4) Prakiraan kebutuhan fasilitas bandar udara yang berpedoman pada standar/kriteria perencanaan yang

berlaku;

5) Rencana tata guna lahan dan tata letak fasilitas bandar udara baik untuk pelayanan kegiatan pemerintah

maupun pelayanan jasa kebandarudaraan serta kebutuhan tanah dan/atau perairan untuk pengembangan

bandar udara;

6) Pentahapan waktu pelaksanaan pembangunan yang disesuaikan dengan kemampuan pendanaan, rencana

tata guna lahan dan tata letak fasilitas bandar udara.

g. Penyelenggara bandar udara wajib melakukan evaluasi sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun

terhadap rencana induk bandar udara yang telah ditetapkan oleh Menteri atau Bupati/Walikota;

95Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 98: Direktori Perhubungan

h. Setiap rencana pembangunan fasilitas bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat

penyebaran yang ruang udara di sekitarnya dikendalikan yang tidak sesuai dengan rencana induk wajib

mendapat persetujuan dari Menteri setelah mendapat pertimbangan teknis dari Direktur Jenderal; dan

i. Setiap rencana pembangunan fasilitas bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya

tidak dikendalikan yang tidak sesuai dengan rencana induk wajib mendapat persetujuan dari Bupati/Walikota

setempat.

12.Sertifikat Kecakapan Pemandu Parkir Pesawat Udara (SKP3U)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Drektur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/100/XI/1985 tentang Peraturan dan Tata Tertib

Bandar Udara;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 04/I/1997 Tentang Sertifikat Kecakapan

Pemandu Parkir Pesawat Udara, Sertifikat Kecakapan Operator Garbarata, dan Sertifikat Kecakapan Operator

Peralatan Pelayanan Darat Pesawat Udara.

Persyaratan :

a. Lulus pemeriksaan kesehatan (medical check-up)

b. Lulus pendidikan dan pelatihan pemandu parkir pesawat udara dan Appron Movement Control (AMC); dan

c. Lulus ujian evaluasi teori dan praktek yang diadakan oleh Direktorat Keamanan Penerbangan, Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

Permohonan sertifikat kecakapan diajukan oleh instansi atau perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja kepada

Kepala Direktorat Keamanan Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Masa berlaku :

Berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkannya sertifikat kecakapan pemandu parkir pesawat udara dan

dapat diperpanjang.

96Direktori Kementerian Perhubungan

Page 99: Direktori Perhubungan

13.Sertifikat Kecakapan Operator Garbarata (SKOG)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Drektur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/100/XI/1985 tentang Peraturan dan Tata Tertib

Bandar Udara;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 04/I/1997 tentang Sertifikat Kecakapan Pemandu

Parkir Pesawat Udara, Sertifikat Kecakapan Operator Garbarata, dan Sertifikat Kecakapan Operator Peralatan

Pelayanan Darat Pesawat Udara.

Persyaratan :

a. Lulus pemeriksaan kesehatan (medical check-up);

b. Lulus pendidikan dan pelatihan operator garbarata dan Appron Movement Control (AMC); dan

c. Lulus ujian evaluasi teori dan praktek yang diadakan oleh Direktorat Keamanan Penerbangan, Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

Permohonan sertifikat kecakapan diajukan oleh instansi atau perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja kepada

Kepala Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Masa berlaku :

Berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkannya sertifikat kecakapan pemandu parkir pesawat udara dan

dapat diperpanjang.

14.Sertifikat Kecakapan Operator Peralatan Pelayanan Darat Pesawat Udara (SKOP2DPU)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Drektur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/100/XI/1985 tentang Peraturan dan Tata Tertib

Bandar Udara;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 04/I/1997 tentang Sertifikat Kecakapan Pemandu

Parkir Pesawat Udara, Sertifikat Kecakapan Operator Garbarata, dan Sertifikat Kecakapan Operator Peralatan

Pelayanan Darat Pesawat Udara.

97Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 100: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Lulus pemeriksaan kesehatan (medical check-up);

b. Lulus pendidikan dan pelatihan operator peralatan pelayanan darat pesawat udara dan /atau Approve Movement

Control (AMC); dan

c. Pemohon sertifikat kecakapan diajukan oleh instansi atau perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja

kepada Kepala Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

Permonan sertifikat kecakapan diajukan oleh instansi atau perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja kepada

Kepala Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Masa berlaku :

Berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkannya sertifikat kecakapan pemandu parkir pesawat udara dan

dapat diperpanjang.

15.Sertifikat Kecakapan Basic Air Traffic Service (BATS) Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 171/VII/1997 tentang Sertifikat Kecakapan dan

Rating Pemandu Komunikasi Penerbangan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 12 Tahun 2009 (PKPS 69) tentang Persyaratan Lisensi, rating,

pelatihan dan kecakapan bagi personil pemandu lalu lintas udara.

Persyaratan :

a. Personil yang telah lulus diklat atau Diploma I BATS (Basic Air Traffic Service);

b. Usia pemegang sertifikat tidak boleh kurang dari 18 (delapan belas) tahun;

c. Lulus ujian (teori, praktek, kesehatan);

98Direktori Kementerian Perhubungan

Page 101: Direktori Perhubungan

d. Pengetahuan pemohon untuk tingkat pengetahuan yang sesuai bagi pemegang licence operator komunikasi

penerbangan, minimal pokok-pokok sebagai berikut :

1) Pengetahuan umum, tentang pelayanan lalu lintas udara dalam Negara;

2) Prosedur operasional, radio telephony, phraseology, jaringan telekomunikasi;

3) Peraturan-peraturan dan regulasi-regulasi yang diterapkan oleh operator telekomunikasi penerbangan;

dan

4) Prinsip-prinsip peralatan komunikasi, kegunaan dan keterbatasan peralatan dalam stasiun aeronautika.

e. Pemohon harus memiliki pengalaman :

1) Menyelesaikan pelatihan dalam masa 12 (dua belas) bulan segera mengajukan permohonan dan telah

melakukan praktek kerja dibawah pengawasan personel berkualifikasi tidak kurang dari 2 (dua) bulan;

atau

2) Melakukan praktek kerja di bawah pengawasan personel berkualifikasi tidak kurang dari 6 (enam) bulan

selama masa 12 (dua belas) bulan segera mengajukan permohonan.

f. Keterampilan. Pemohon harus unjuk kompetensi dalam hal:

1) Mengoperasikan peralatan komunikasi; dan

2) Mengirim dan menerima pesan radio telephony secara efisiensi dan akurat.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Surat permohonan diajukan oleh yang bersangkutan kepada Direktur Navigasi Penerbangan;

b. Mengisi formulir pengajuan dan menyertakan kelengkapannya yang terdiri dari:

1) Fotokopi STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan) bidang komunikasi penerbangan sesuai

dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

2) Fotokopi KTP;

3) Surat keterangan sehat jasmani & rohani dari dokter pemerintah;

4) Pas foto berwarna ukuran 25 mm x 30 mm sebanyak 3 (tiga) lembar;

5) Sertifikat kecakapan yang lama (untuk perpanjangan).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian sertifikat dilakukan selambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pemohon dinyatakan lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

16.Sertifikat Kecakapan Flight Service Officer (FSO) Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 171/VII/1997 tentang Sertifikat Kecakapan dan

Rating Pemandu Komunikasi Penerbangan; 99Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 102: Direktori Perhubungan

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 12 Tahun 2009 (PKPS 69) Tentang Persyaratan Lisensi, rating,

pelatihan dan kecakapan bagi personil pemandu lalu lintas udara.

Persyaratan :

a. Personil yang telah lulus diklat Diploma II FSO (Flight Service Officer);

b. Usia pemegang sertifikat tidak boleh kurang dari 18 (delapan belas) tahun;

c. Lulus ujian (teori, praktek, kesehatan);

d. Pengetahuan pemohon untuk tingkat pengetahuan yang sesuai bagi pemegang licence operator komunikasi

penerbangan, minimal pokok-pokok sebagai berikut :

1) Pengetahuan umum, tentang pelayanan lalu lintas udara dalam Negara;

2) Prosedur operasional, radio telephony, phraseology, jaringan telekomunikasi;

3) Peraturan-peraturan dan regulasi-regulasi yang diterapkan oleh operator telekomunikasi penerbangan;

dan

4) Prinsip-prinsip peralatan komunikasi, kegunaan dan keterbatasan peralatan dalam stasiun aeronautika.

e. Pemohon harus memiliki penagalaman :

1) Menyelesaikan pelatihan dalam masa 12 (dua belas) bulan segera mengajukan permohonan dan telah

melakukan praktek kerja dibawah pengawasan personel berkualifikasi tidak kurang dari 2 (dua) bulan;

atau

2) Melakukan praktek kerja di bawah pengawasan personel berkualifikasi tidak kurang dari 6 (enam) bulan

selama masa 12 (dua belas) bulan segera mengajukan permohonan.

f. Keterampilan. Pemohon harus unjuk kompetensi dalam hal :

1) Mengoperasikan peralatan komunikasi; dan

2) Mengirim dan menerima pesan radio telephony secara efisiensi dan akurat.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Surat permohonan diajukan oleh yang bersangkutan kepada Direktur Navigasi Penerbangan;

b. Mengisi formulir pengajuan dan menyertakan kelengkapannya yang terdiri dari:

1) Fotokopi STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan) bidang komunikasi penerbangan sesuai

dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

2) Fotokopi KTP;

3) Surat keterangan sehat jasmani & rohani dari dokter pemerintah;

4) Pas foto berwarna ukuran 25 mm x 30 mm sebanyak 3 (tiga) lembar;

5) Sertifikat kecakapan yang lama (untuk perpanjangan).

100Direktori Kementerian Perhubungan

Page 103: Direktori Perhubungan

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian sertifikat dilakukan selambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pemohon dinyatakan lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

17.Sertifikat Kecakapan Junior Air Traffic Controller (JATC) Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 172/VII/1997 tentang Sertifikat Kecakapan dan

Rating Pemandu Komunikasi Penerbangan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 12 Tahun 2009 (PKPS 69) tentang Persyaratan Lisensi, rating,

pelatihan dan kecakapan bagi personil pemandu lalu lintas udara.

Persyaratan :

a. Lulus diklat bidang ATS;

b. Usia pemegang sertifikat 21 – 65 tahun;

c. Lulus ujian (teori, praktek, kesehatan, ICAO Language Proficiency)

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Surat permohonan diajukan kepada Direktur Navigasi Penerbangan

b. Surat permohonan dilengkapi dengan :

1) Mengisi formulir;

2) Foto copy ijazah ATC;

3) Surat keterangan memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengalaman;

4) Surat keterangan sehat jasmani dari Dokter pemerintah;

5) Pas foto berwarna ukura 25 mm x 30 mm sebanyak 3 (tiga) lembar;

6) Foto copy sertifikat ICAO language proficiency.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian sertifikat dilakukan selambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pemohon dinyatakan lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

101Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 104: Direktori Perhubungan

18.Sertifikat Kecakapan Senior Air Traffic Controller (SATC) Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 172/VII/1997 tentang Sertifikat Kecakapan dan

Rating Pemandu Komunikasi Penerbangan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 12 Tahun 2009 (PKPS 69) tentang Persyaratan Lisensi, rating,

pelatihan dan kecakapan bagi personil pemandu lalu lintas udara.

Persyaratan :

a. Lulus diklat bidang ATS;

b. Usia pemegang sertifikat 21 – 65 tahun;

c. Lulus ujian (teori, praktek, kesehatan, ICAO Language Proficiency).

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Surat permohonan diajukan kepada Direktur Navigasi Penerbangan;

b. Surat permohonan dilengkapi dengan :

1) Mengisi formulir;

2) Foto copy ijazah ATC;

3) Surat keterangan memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengalaman;

4) Surat keterangan sehat jasmani dari Dokter pemerintah;

5) Pas foto berwarna ukuran 25 mm x 30 mm sebanyak 3 (tiga) lembar;

6) Foto copy sertifikat ICAO language proficiency.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian sertifikat dilakukan selambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pemohon dinyatakan lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

19.Sertifikat Kecakapan Junior Aeronautical Information Service

Officer (JAISO) Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 08/II/1999 tentang Sertifikat Kecakapan dan

Rating Pelayanan Informasi Aeronatika.

102Direktori Kementerian Perhubungan

Page 105: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Personil yang telah lulus pendidikan dan pelatihan Diploma II Pengatur Pelayanan Informasi Aeronautika atau

Diploma III Penilik Pelayanan Informasi Aeronautika;

b. Personil yang telah lulus diklat lain dibidang pelayanan informasi aeronautika (dalam dan luar negeri) yang

diakui oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

c. Usia pemegang sertifikat adalah 18 – 60 tahun;

d. Lulus ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Surat permohonan diajukan oleh Calon Petugas Pelayanan Informasi Aeronautika kepada Direktur Navigasi

Penerbangan;

b. Surat permohonan dilengkapi dengan :

1) Salinan STTPL bidang pelayanan informasi aeronautika yang sesuai dengan sertifikat kecakapan yang

dimohon;

2) Salinan KTP;

3) Surat keterangan sehatt jasmani dan rohani dari dokter pemerintah;

4) Pas photo terbaru 2 x 3 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;

5) Sertifikat kecakapan yang lama (khusus bagi pemohon peningkatan dan perpanjangan Sertifikat

Kecakapan).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian sertifikat dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pemohonan Sertifikat

dinyatakan lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

20.Sertifikat Kecakapan Senior Aeronautical Information Service

Officer (SAISO) Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 08/

II/1999 tentang Sertifikat Kecakapan dan Rating Pelayanan Informasi

Aeronatika.

Persyaratan :

a. Personil yang telah lulus pendidikan dan pelatihan Diploma II Pengatur

Pelayanan Informasi Aeronautika atau Diploma III Penilik Pelayanan

Informasi Aeronautika;

b. Personil yang telah lulus diklat lain dibidang pelayanan informasi

aeronautika (dalam dan luar negeri) yang diakui oleh Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara; 103Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 106: Direktori Perhubungan

c. Usia pemegang sertifikat adalah 18 – 60 tahun;

d. Lulus ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Surat permohonan diajukan oleh Calon Petugas Pelayanan Informasi Aeronautika kepada Direktur Navigasi

Penerbangan;

b. Surat permohonan dilengkapi dengan :

1) Salinan STTPL bidang pelayanan informasi aeronautika yang sesuai dengan sertifikat kecakapan yang

dimohon;

2) Salinan KTP;

3) Surat keterangan sehatt jasmani dan rohani dari dokter pemerintah;

4) Pas photo terbaru 2 x 3 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;

5) Sertifikat kecakapan yang lama (khusus bagi pemohon peningkatan dan perpanjangan Sertifikat

Kecakapan).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian sertifikat dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pemohonan Sertifikat

dinyatakan lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

21.Sertifikat Kecakapan Petugas Penanganan Pengangkutan Barang dan/atau Bahan Berbahaya dengan Pesawat Udara (Sertifikat

Kecakapan “A”)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 1989 tentang Penertiban Penumpang, Barang dan Kargo

yang diangkut Pesawat Udara Sipil;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/40/II/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 1989 tentang Penertiban Penumpang, Barang dan Kargo

yang diangkut Pesawat Udara Sipil;

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/275/XII/1998 tentang Pengangkutan Bahan

dan/atau Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara;

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/293/XI/1999 tentang Sertifikat Kecakapan Petugas

Penanganan Pengangkutan Bahan dan/atau Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara.104Direktori Kementerian Perhubungan

Page 107: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Sehat jasmani dan rohani termasuk tidak buta warna;

b. Pendidikan minimal SLTA atau yang sederajat;

c. Lulus pendidikan dan pelatihan bidang penanganan bahan dan/atau barang berbahaya program “A” (Dangerous

Good Training Programme “A”);

d. Lulus ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan;

e. Sertifikat Kecakapan Petugas Penanganan Pengangkutan Bahan dan/atau Barang Berbahaya “A” (Sertifikat

Kecakapan “A”) untuk :

1) Shippers staff;

2) Airlines cargo acceptance staff;

3) Cargo agents staff;

4) Postal acceptance staff; dan

5) Packers.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan Sertifikat Kecakapan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

b. Surat permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani termasuk tidak buta warna dari dokter;

2) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir;

3) Fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

4) Fotokopi KTP; dan

5) Pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat)

lembar.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

22.Sertifikat Kecakapan Petugas Penanganan Pengangkutan Barang dan/atau Bahan Berbahaya dengan Pesawat Udara (Sertifikat

Kecakapan “B”)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 1989 tentang Penertiban Penumpang, Barang dan Kargo

yang diangkut Pesawat Udara Sipil;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/40/II/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan

105Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 108: Direktori Perhubungan

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 1989 tentang Penertiban Penumpang, Barang dan Kargo

yang diangkut Pesawat Udara Sipil;

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/275/XII/1998 tentang Pengangkutan Bahan

dan/atau Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara;

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/293/XI/1999 tentang Sertifikat Kecakapan Petugas

Penanganan Pengangkutan Bahan dan/atau Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara.

Persyaratan :

a. Sehat jasmani dan rohani termasuk tidak buta warna;

b. Pendidikan minimal SLTA atau yang sederajat;

c. Lulus pendidikan dan pelatihan bidang penanganan bahan dan/atau barang berbahaya program “B” (Dangerous

Good Training Programme “B”);

d. Lulus ujian teori, ujian praktek dan pengujian kesehatan;

e. Sertifikat Kecakapan Petugas Penanganan Pengangkutan Bahan dan/atau Barang Berbahaya “B” (Sertifikat

Kecakapan “B”) untuk :

1) Warehouse staff; dan

2) Loading/Unloading sepervisor.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan Sertifikat Kecakapan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

b. Surat permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani termasuk tidak buta warna dari dokter;

2) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir;

3) Fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

4) Fotokopi KTP; dan

5) Pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat)

lembar.

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

106Direktori Kementerian Perhubungan

Page 109: Direktori Perhubungan

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

23.Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan (Sertifikat Kecakapan PKP-

PK Basic)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/94/IV/1998 tentang Persyaratan Teknis dan

Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/57/IV/1999 tentang Pemindahan Pesawat

Udara dan Doc. ICAO 9137 AN 898 Part 1,5, dan 7;

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/345/XII/1999 tentang Sertifikat kecakapan petugas

dan teknisi perawatan kendaraan pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran serta petugas

salvage.

Persyaratan :

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Lulus pendidikan dan pelatihan PKP-PK minimal Basic;

c. Pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tahun 1995; dan

d. Bagi pengemudi kendaraan PKP-PK wajib memiliki Surat Izin Mengemudi minimal B.I; dan

e. Lulus ujian teori, ujian paktek dan pengujian kesehatan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan sertifikat kecakapan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

b. Surat Permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter;

2) Fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

3) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir;

4) Fotokopi KTP;

5) Fotokopi Kartu Pegawai;

6) Fotokopi surat Izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK;

7) Pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat)

lembar; dan

8) Fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki (khusus untuk pemohon peningkatan).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

107Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 110: Direktori Perhubungan

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

24.Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan (Sertifikat Kecakapan PKP-

PK Yunior)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/94/IV/1998 tentang Persyaratan Teknis dan

Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/57/IV/1999 tentang Pemindahan Pesawat

Udara dan Doc. ICAO 9137 AN 898 Part 1,5, dan 7;

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/345/XII/1999 tentang Sertifikat kecakapan petugas

dan teknisi perawatan kendaraan pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran serta petugas

salvage.

Persyaratan :

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Lulus pendidikan dan pelatihan PKP-PK minimal Yunior;

c. Pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tahun 1995; dan

d. Bagi pengemudi kendaraan PKP-PK wajib memiliki Surat Izin Mengemudi minimal B.I; dan

f. Lulus ujian teori, ujian paktek dan pengujian kesehatan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan sertifikat kecakapan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

b. Surat Permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter;

2) Fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

3) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir;

4) Fotokopi KTP;

5) Fotokopi Kartu Pegawai;

6) Fotokopi surat Izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK;

108Direktori Kementerian Perhubungan

Page 111: Direktori Perhubungan

7) Pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat)

lembar; dan

8) Fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki (khusus untuk pemohon peningkatan).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

25.Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan (Sertifikat Kecakapan PKP-

PK Senior)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/94/IV/1998 tentang Persyaratan Teknis dan

Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/57/IV/1999 tentang Pemindahan Pesawat

Udara dan Doc. ICAO 9137 AN 898 Part 1,5, dan 7;

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/345/XII/1999 tentang Sertifikat kecakapan petugas

dan teknisi perawatan kendaraan pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran serta petugas

salvage.

Persyaratan :

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Lulus pendidikan dan pelatihan PKP-PK minimal Senior;

109Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 112: Direktori Perhubungan

c. Memiliki Mualim Pelayaran Terbatas bagi yang mengambil Rating RB;

d. Pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tahun 1995; dan

e. Bagi pengemudi kendaraan PKP-PK wajib memiliki Surat Izin Mengemudi minimal B.I; dan

f. Lulus ujian teori, ujian paktek dan pengujian kesehatan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan sertifikat kecakapan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

b. Surat Permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter;

2) Fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

3) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir;

4) Fotokopi KTP;

5) Fotokopi Kartu Pegawai;

6) Fotokopi surat Izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK;

7) Pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat)

lembar; dan

8) Fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki (khusus untuk pemohon peningkatan).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

26.Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan (Sertifikat Kecakapan PKP-

PK Advance)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/94/IV/1998 tentang Persyaratan Teknis dan

Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/57/IV/1999 tentang Pemindahan Pesawat

Udara dan Doc. ICAO 9137 AN 898 Part 1,5, dan 7;

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/345/XII/1999 tentang Sertifikat kecakapan petugas

dan teknisi perawatan kendaraan pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran serta petugas

salvage.

110Direktori Kementerian Perhubungan

Page 113: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Pendidikan minimal D.III PKP-PK atau yang sederajat;

c. Lulus pendidikan dan pelatihan PKP-PK minimal Advance;

d. Memiliki Mualim Pelayaran Terbatas bagi yang mengambil Rating RB;

e. Bagi pengemudi kendaraan PKP-PK wajib memiliki Surat Izin Mengemudi minimal B.I; dan

f. Lulus ujian teori, ujian paktek dan pengujian kesehatan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan sertifikat kecakapan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

b. Surat Permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter;

2) Fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

3) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir;

4) Fotokopi KTP;

5) Fotokopi Kartu Pegawai;

6) Fotokopi surat Izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK;

7) Pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat)

lembar; dan

8) Fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki (khusus untuk pemohon peningkatan).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

27.Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan (Sertifikat Kecakapan TPK-

PKPPK)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/94/IV/1998 tentang Persyaratan Teknis dan

Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/57/IV/1999 tentang Pemindahan Pesawat

Udara dan Doc. ICAO 9137 AN 898 Part 1,5, dan 7;

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/345/XII/1999 tentang Sertifikat kecakapan petugas

dan teknisi perawatan kendaraan pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran serta petugas

salvage.

111Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 114: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Lulus pendidikan atau pelatihan teknisi perawatan kendaraan PKP-PK sesuai dengan jenis kendaraan dan

tingkat perawaan;

c. Pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tahun 1995; dan

d. Lulus ujian teori, ujian paktek dan pengujian kesehatan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan sertifikat kecakapan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

b. Surat Permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter;

2) Fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

3) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir;

4) Fotokopi KTP;

5) Fotokopi Kartu Pegawai;

6) Fotokopi surat Izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK;

7) Pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat)

lembar; dan

8) Fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki (khusus untuk pemohon peningkatan).

112Direktori Kementerian Perhubungan

Page 115: Direktori Perhubungan

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

28.Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan (Sertifikat Kecakapan

Salvage)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/94/IV/1998 tentang Persyaratan Teknis dan

Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/57/IV/1999 tentang Pemindahan Pesawat

Udara dan Doc. ICAO 9137 AN 898 Part 1,5, dan 7;

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/345/XII/1999 tentang Sertifikat kecakapan petugas

dan teknisi perawatan kendaraan pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran serta petugas

salvage.

Persyaratan :

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Lulus pendidikan atau pelatihan salvage pesawat udara;

c. Pendidikan minimal SLTA berlaku bagi personil yang bertugas di unit PKP-PK mulai Tahun 1995; dan

d. Lulus ujian teori, ujian paktek dan pengujian kesehatan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan sertifikat kecakapan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

b. Surat Permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter;

2) Fotokopi sertifikat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimohon;

3) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) terakhir;

4) Fotokopi KTP;

5) Fotokopi Kartu Pegawai;

6) Fotokopi surat Izin mengemudi minimal B I, bagi pengemudi kendaraan PKP-PK;

7) Pas foto terbaru dan berwarna, dengan latar belakang merah serta berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 (empat)

lembar; dan

8) Fotokopi sertifikat kecakapan yang dimiliki (khusus untuk pemohon peningkatan).

113Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 116: Direktori Perhubungan

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

Masa berlaku :

Masa berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

29.Sertifikat Kecakapan Personil Keamanan PenerbanganDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/160/VIII/2008 tentang Sertifikat Kecakapan

Personil Pengamanan Penerbangan Sipil.

Persyaratan :

a. Usia minimal 18 tahun;

b. Sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna;

c. Pendidikan umum minimal Sekolah Menengah Umum/sederajat;

d. Untuk Sertifikat Kecakapan Junior Avsec telah memiliki Sertifikat Kecakapan Basic Avsec;

e. Untuk Sertifikat Kecakapan Senior Avsec telah memiliki Sertifikat Kecakapan Junior Avsec;

f. Lulus pendidikan dan pelatihan Avsec sesuai tingkat Sertifikat Kecakapan yang dimohon;

g. Lulus ujian teori dan praktek untuk mendapatkan Sertifikat Kecakapan.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan sertifikat kecakapan diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

b. Surat Permohonan dilengkapi dengan :

1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna dari Balai Kesehatan Penerbangan

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara atau Dokter Umum;

2) Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) atau ijazah terakhir yang yelah dilegalisir;

3) Fotokopi tanda lulus pendidikan dan pelatihan Avsec sesuai dengan Sertifikat Kecakapan yang dimohon;

4) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);

5) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK);

6) Pas photo berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 lembar, terbaru dan berwarna dengan berlatar belakang merah;

7) Fotokopi Sertifikat Kecakapan (khusus untuk pemohon peningkatan Sertifikat Kecakapan).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberian Sertifikat Kecakapan dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemohon dinyatakan

lulus ujian.

Masa Berlaku :

Sertifikat berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang.

114Direktori Kementerian Perhubungan

Page 117: Direktori Perhubungan

30.Sertifikat Kesehatan Personil Penerbangan (Sertifikat Kesehatan

Kelas Satu)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 75 Tahun 2000 tentang Standar Sertifikasi Kesehatan Personil

Penerbangan;

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/62/V/2004 tentang Sertifikat Kesehatan personil

Penerbangan;

f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/131/VII/2007 tentang Perubahan atas

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/62/V/2004 tentang Sertifikat Kesehatan

Personil Penerbangan.

Persyaratan :

a. Lulus pengujian kesehatan;

b. Sehat setelah dilakukan pengujian ulang dan / pengujian kesehatan untuk terbang (medical flight test)

c. Sertifikat kesehatan kelas 1 diberikan kepada :

1) Airlines transport pilot;

2) Commercial pilot;

3) Flight navigator;

4) Flight engineer.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan untuk memperoleh sertifikat kesehatan dapat diajukan oleh perorangan atau institusi/perusahaan

yang mempekerjakan personil penerbangan;

b. Permohonan diajukan kepada Dirjen Perhubungan Udara melalui Kepala Balai Kesehatan Penerbangan

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan melampirkan:

1) Pas foto berwarna terbaru berukuran 4 cm x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar (khusus untuk permohonan

pemula);

2) Daftar isi riwayat kesehatan yang telah diisi;

3) Fotokopi sertifikat kesehatan terakhir;

4) Hasil pengujian kesehatan dari dokter umum yang telah memiliki izin penguji kesehatan. 115

Direktori Kementerian Perhubungan

Page 118: Direktori Perhubungan

c. Untuk memperoleh sertifikat kesehatan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

Masa berlaku :

Sertifikat kesehatan kelas I berlaku untuk jangka waktu 6 bulan.

31.Sertifikat Kesehatan Personil Penerbangan (Sertifikat Kesehatan

Kelas Dua)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 75 Tahun 2000 tentang Standar Sertifikasi Kesehatan Personil

Penerbangan;

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/62/V/2004 tentang Sertifikat Kesehatan personil

Penerbangan;

f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/131/VII/2007 tentang Perubahan atas

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/62/V/2004 tentang Sertifikat Kesehatan

Personil Penerbangan.

Persyaratan :

a. Lulus pengujian kesehatan;

b. Sehat setelah dilakukan pengujian ulang dan / pengujian kesehatan untuk terbang (medical flight test)

c. Sertifikat kesehatan kelas II diberikan kepada :

1) Air traffic contoller;

2) Private pilot;

3) Sport pilot;

4) Student pilot;

5) Flight attendent.

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan untuk memperoleh sertifikat kesehatan dapat diajukan oleh perorangan atau institusi/perusahaan

yang mempekerjakan personil penerbangan;

b. Permohonan diajukan kepada Dirjen Perhubungan Udara melalui Kepala Balai Kesehatan Penerbangan

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan melampirkan:

1) Pasfoto berwarna terbaru berukuran 4 cm x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar (khusus untuk permohonan

pemula);

2) Daftar isi riwayat kesehatan yang telah diisi;

3) Fotokopi sertifikat kesehatan terakhir;

4) Hasil pengujian kesehatan dari dokter umum yang telah memiliki izin penguji kesehatan.

116Direktori Kementerian Perhubungan

Page 119: Direktori Perhubungan

c. Terhadap pemohon yang belum memiliki hasil pengujian kesehatan, dilakukan pengujian kesehatan;

d. Untuk memperoleh sertifikat kesehatan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

Masa berlaku :

Sertifikat kesehatan kelas II berlaku untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

32.Sertifikat Kesehatan Personil Penerbangan (Sertifikat Kesehatan

Kelas Tiga)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 75 Tahun 2000 tentang Standar Sertifikasi Kesehatan Personil

Penerbangan;

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/62/V/2004 tentang Sertifikat Kesehatan personil

Penerbangan;

f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/131/VII/2007 tentang Perubahan atas

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/62/V/2004 tentang Sertifikat Kesehatan

Personil Penerbangan.

Persyaratan :

a. Lulus pengujian kesehatan;

b. Sehat setelah dilakukan pengujian ulang dan / pengujian kesehatan untuk terbang (medical flight test)

c. Sertifikat kesehatan kelas III diberikan kepada :

1) Flight operator officer;

2) Basic air traffic services;

3) Flight service officer;

4) Aircraft maintenance engineer;

5) Petugas pelayanan informasi aeronautika;

6) Teknisi elektronika penerbangan;

7) Teknisi listrik penerbangan;

8) Petugas pemandu parkir pesawat udara;

9) Petugas perolongan kecelakaan pesawat dan pemadam kebakaran (PKP-PK);

10) Operator garbarata;

11) Operator peralatan pelayanan darat pesawat udara;

12) Teknisi perawatan kendaraan dan peralatan PKP-PK;

13) Petugas salvage;

14) Petugas pengujian barang dan penumpang di bandar udara;

15) Petugas penanganan dan pengangkutan bahan dan/ atau barang berbahaya dengan pesawat udara.

117Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 120: Direktori Perhubungan

Prosedur Pengajuan Permohonan :

a. Permohonan untuk memperoleh sertifikat kesehatan dapat diajukan oleh perorangan atau institusi/perusahaan

yang mempekerjakan personil penerbangan;

b. Permohonan diajukan kepada Dirjen Perhubungan Udara melalui Kepala Balai Kesehatan Penerbangan

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan melampirkan:

1) Pasfoto berwarna terbaru berukuran 4 cm x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar (khusus untuk permohonan

pemula);

2) Daftar isi riwayat kesehatan yang telah diisi;

3) Fotokopi sertifikat kesehatan terakhir;

4) Hasil pengujian kesehatan dari dokter umum yang telah memiliki izin penguji kesehatan.

c. Terhadap pemohon yang belum memiliki hasil pengujian kesehatan, dilakukan pengujian kesehatan;

d. Untuk memperoleh sertifikat kesehatan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

Masa berlaku :

Sertifikat kesehatan kelas III berlaku untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

33.Penerbitan Sertifikat Operator Penerbangan (Air Operator

Certificate)Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2003;

c. Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara.

Untuk dapat berusaha dibidang angkutan udara, suatu perusahaan harus memiliki 2 (dua) Izin yaitu :

a. Izin usaha angkutan udara (lihat persyaratan Izin usaha angkutan udara);

b. Air Operator Certificate (AOC).

Persyaratan memperoleh AOC :

a. Memiliki Izin usaha angkutan udara;

b. Lulus dalam sertifikasi teknis dan operasional.

Sertifikasi teknis dan operasional dilakukan untuk memastikan dipenuhinya persyaratan-persyaratan teknis dan

operasional dalam Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 2002 tentang Civil Aviation

Safety Regulations (CASR) Part 121 atau Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Tahun 2003 tentang

Civil Aviation Safety Regulations (CASR) Part 135. Pada dasarnya proses sertifikasi teknis dan operasional

dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan penerbangan dalam memenuhi persyaratan sumber

daya yang meliputi :

118Direktori Kementerian Perhubungan

Page 121: Direktori Perhubungan

1) Kemampuan teknis dan operasional, terdiri dari :

a) Fasilitas kantor, hangar, penunjang pengoperasian;

b) Peralatan kantor, perawatan pesawat udara, penunjang pengoperasian;

c) Pesawat udara;

d) Sistem dan prosedur jaminan mutu, keselamatan dan keamanan;

e) Kualifikasi sumber daya manusia;

f) Manual/buku-buku panduan mutu, keselamatan dan kemanan;

2) Kemampuan keuangan, terdiri dari :

a) Mampu untuk memulai usahanya;

b) Mampu untuk bertahan selama 6 (enam) bulan ke depan sejak memulai kegiatan.

Prosedur pengajuan permohonan :

Permohonan diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara selambat-lambatnya 60 (enam

puluh) hari sebelum hari dimulainya pengoperasian pesawat udara.

Penyelesaian Permohonan :

Penyelesaian proses sertifikasi AOC dilakukan melalui 5 fase, yaitu :

a. Pre-Aplikasi

Fase ini dilakukan untuk memastikan bahwa pemohon telah memiliki sumber daya sebagaimana yang

dipersyaratkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 2002 tentang Civil

Aviation Safety Regulations (CASR) Pasrt 135. Apabila pemohon telah dinilai memenuhi persyaratan dan dapat

melanjutkan ke fase berikutnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan memberikan formulir-formulir

sebagai berikut :

1) Pre Application Statement of Interat (Pernyataan Keinginan Pemohon AOC);

2) Certification Job Aids (Panduan Kerja Sertifikasi);

3) Operation Specifications Questionnaire (Daftar Pernyataan Spesifikasi Operasi);

4) Contoh Formal Letter (Contoh Surat Permohonan Resmi).

Selanjutnya Direktur Jenderal Perhubungan Udara membentuk Tim Sertifikasi yang paling sedikit terdiri atas 2

orang inspektur operasi pesawat udara. Besar kecilnya Tim tergantung kepada berapa besar rencana perusahaan

tersebut yang akan diketahui pada fase Pre-Aplikasi. Tim dipimpin oleh Certification Project Manager, salah satu

dari inspektur operasi pesawat udara tersebut. Kepada pemohon juga diminta untuk membentuk Tim sebagai

mitra kerja Tim Sertifikasi AOC.

b. Aplikasi Formal

Pada fase ini, Pemohon mengirim surat permohonan resmi ke Ditjen Hubud sesuai dengan formulir yang telah

diberikan pada fase pre-aplikasi dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut :

1) Schedule of Event;

2) Company Manuals (buku-buku panduan perusahaan);

3) Company Training Programs (buku-buku panduan diklat);

4) Management Qualificarion Resume (ringkasan kualifikasi personil kunci);

119Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 122: Direktori Perhubungan

5) Document of Purchase, Contract of Leasing (dokumen pembelian pesawat, kontrak atau sewa pesawat

udara);

6) Initial Compliance Statement (pernyataan awal pemenuhan persyaratan-persyaratan);

7) Neraca Keuangan, dengan posisi tidak boleh lebih dari 60 hari sebelum tanggal permohonan AOC;

8) Projeksi seluruh sumber-sumber dan penggunaan dana selama 6 (enam) bulan ke depan, dihitung dari

bulan dimana diperkirakan AOC akan diperoleh.

c. Evaluasi Pemenuhan Persyaratan Dokumen

Pada fase ini dilaksanakan evaluasi terhadap dokumen sebagai berikut yang merupakan rincian dari dokumen

pada fase Aplikasi Formal :

1) Compliance Statement;

2) Management Qualification;

3) Company Operating Manual;

4) Company Maintenance Manual;

5) Company Safety Manual;

6) Dangerous Goods Manual;

7) Station Manual;

8) Emergency Respone Manual;

9) Aviation Security Programs;

10) Training Program Manual;

11) Operations Specifications;

12) Aircraft Flight Manual;

13) Aircraft Operation Manual;

14) Quick Reference Handbook;

15) Minimum Equipment List;

16) Charge Data List;

17) Airport Runway Analysis;

18) Flight Attendant Manual;

19) Flight Operation Officer Manual;

20) Maintenance Technical Manuals;

21) Kontrak-kontrak pembelian, penyewaan, perawatan, fasilitas station, ground handling, dll.

d. Demo dan Inspeksi

Pada fase ini Tim Sertifikat AOC melakukan pemeriksaan fisik terhadap kebenaran pernyataan-pernyataan dalam

dokumen yang diserahkan Pemohon kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Di bidang pengoperasian

pesawat udara, dilakukan pemeriksaan fisik terhadap fasilitas pengoperasian di pangkalan utama maupun di

stasiun di bandar udara – bandar udara yang disinggahi dan fasilitas diklat. Bidang operasi pesawat udara

dan perawatan pesawat udara secara bersama-sama memeriksa kelaikan pesawat udara, menyaksikan demo

evakuasi darurat dan melakukan proofing flight.

120Direktori Kementerian Perhubungan

Page 123: Direktori Perhubungan

e. Penerbitan Sertifikat AOC

1) Waktu Proses

Sesuai CASR 121.26 untuk memperoleh AOC, pemohon wajib mengajukan permohonan selambat-

lambatnya 60 hari sebelum hari dimulainya pengoperasian pesawat udara. Kebutuhan waktu 60 hari untuk

memproses penerbitan AOC ini ditetapkan dengan asumsi bahwa pemohon telah siap dengan seluruh

sumber daya yang diperlukan sesuai dengan persyaratan. Bagi Pemohon yang belum siap dengan sumber-

sumber daya tersebut harus memperhitungkan “lead time” sebelum mengajukan permohonan AOC. Hal ini

dikarenakan untuk mempersiapkan fasilitas, peralatan, buku-buku manual/panduan dapat memakan waktu

berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

2) Surveillance

Setelah pemohon memperoleh AOC, dilaksanakan program pengawasan berkesinambungan (surveillance)

oleh Ditjen Hubud dengan cara menempatkan Principal Operation Inspector (POI) / Inspektur Penerbang

dan Principal Maintenance Inspector (PMI) / Inspektur Ahli Perawatan Pesawat Udara untuk memastikan

bahwa pemegang Sertifikat Operator Penerbangan melaksanakan kegiatannya sesuai dengan manuals

(buku-buku panduan) yang telah disetujui Ditjen Hubud.

3) Audit Mutu

Setiap 2 tahun sekali Ditjen Hubud melaksanakan audit mutu yang bertujuan untuk memastikan :

a) Sumber daya pemegang AOC, minimum masih sama dan masih memenuhi persyaratan-persyaratan

seperti pada saat memperoleh AOC (compliance);

b) Sistem dan prosedur jaminan mutu, keselamatan dan keamanan yang telah disetujui Ditjen Hubud

dijalankan (adherence);

c) Sistem dan prosedur jaminan mutu, keselamatan dan keamanan dijalankan, masih dapat memenuhi

kebetuhan;

d) Apabila temuan-temuan audit mengarah kepada indikasi adanya “system breakdown” (terputusnya

sistem dan prosedur jaminan mutu, keselamatan dan keamanan), sistem tersebut segera diperbaiki.

34.Izin Pengoperasian Elevated HeliportDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome);

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/41/III/2010 tentang Persyaratan Standar

Teknis dan Operasional (Manual of Standard 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter

(Heliport); dan

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/100/VI/2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-06, Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat

Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter.

121Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 124: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

Pemilik atau pengelola heliport waib memenuhi persyaratan standar teknis dan operasional Elevated Heliport

yang meliputi persyaratan fisik dan persyaratan operasional sebagaimana diatur dalam SKEP/41/III/2010 Tentang

Persyaratan Standar Teknis dan Operasional (Manual of Standard 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas

Landas Helikopter (Heliport).

Prosedur Pengajuan Permohonan :

Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan melampirkan buku pedoman

pengoperasian heliport (Heliport Manual).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberitahuan atau penolakan Izin diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 hari sejak permohonan

diterima secara lengkap setelah diadakan evaluasi serta pemeriksaan teknis operasional oleh Tim Teknis Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara.

Masa berlaku :

Izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selama prasarana dan fasilitasnya masih memenuhi

persyaratan operasional.

35.Izin Pengoperasian Surface Level HeliportDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome);

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/41/III/2010 tentang Persyaratan Standar

Teknis dan Operasional (Manual of Standard 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter

(Heliport); dan

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/100/VI/2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-06, Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat

Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter.

Persyaratan :

Pemilik atau pengelola heliport waib memenuhi persyaratan standar teknis dan operasional Surface Elevated Heliport

yang meliputi persyaratan fisik dan persyaratan operasional sebagaimana diatur dalam SKEP/41/III/2010 Tentang

Persyaratan Standar Teknis dan Operasional (Manual of Standard 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas

Landas Helikopter (Heliport).

Prosedur Pengajuan Permohonan :

Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan melampirkan buku pedoman

pengoperasian heliport (Heliport Manual).

122Direktori Kementerian Perhubungan

Page 125: Direktori Perhubungan

Penyelesaian Permohonan :

Pemberitahuan atau penolakan Izin diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak

permohonan diterima secara lengkap setelah diadakan evaluasi serta pemeriksaan teknis operasional oleh Tim

Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Masa berlaku :

Izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selama prasarana dan fasilitasnya masih memenuhi

persyaratan operasional.

36.Izin Pengoperasian HelideckDasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome);

d. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/41/III/2010 tentang Persyaratan Standar

Teknis dan Operasional (Manual of Standard 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter

(Heliport); dan

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/100/VI/2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-06, Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat

Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter.

Persyaratan :

Pemilik atau pengelola heliport waib memenuhi persyaratan standar teknis dan operasional Helideck yang meliputi

persyaratan fisik dan persyaratan operasional sebagaimana diatur dalam SKEP/41/III/2010 Tentang Persyaratan

Standar Teknis dan Operasional (Manual of Standard 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas

Helikopter (Heliport).

Prosedur Pengajuan Permohonan :

Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan melampirkan buku pedoman

pengoperasian heliport (Heliport Manual).

Penyelesaian Permohonan :

Pemberitahuan atau penolakan Izin diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 hari sejak permohonan

diterima secara lengkap setelah diadakan evaluasi serta pemeriksaan teknis operasional oleh Tim Teknis Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara.

Masa berlaku :

Izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selama prasarana dan fasilitasnya masih memenuhi

persyaratan operasional.

123Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 126: Direktori Perhubungan

124Direktori Kementerian Perhubungan

Page 127: Direktori Perhubungan

1. Penyelenggaraan PerkeretaapianDasar Hukum : a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;b. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Perkeretaapian;c. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Kereta Api.

Perkeretaapian merupakan satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api.

Perkeretaapian menurut fungsinya terdiri dari perkeretaapian umum; dan perkeretaapian khusus.

a. Perkeretaapian UmumPerkeretaapian umum adalah perkeretaapian yang digunakan untuk melayani angkutan orang dan/atau barang dengan dipungut bayaran. Penyelenggaraan perkeretaapian umum berupa penyelenggaraan prasarana perkeretaapian; dan/atau sarana perkeretaapian. Penyelenggaraan prasarana dan/atau sarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk perkeretaapian.

b. Perkeretaapian KhususPerkeretaapian khusus adalah perkeretaapian yang hanya digunakan untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tertentu dan tidak digunakan untuk melayani masyarakat umum. Menunjang kegiatan pokoknya misalnya badan usaha penambangan batubara menyelenggarakan perkeretaapian khusus untuk mengangkut hasil usaha pokoknya berupa batubara. Penyelenggaraan perkeretaapian khusus berupa penyelenggaraan prasarana perkeretaapian dan sarana perkeretapian.

c. Kegiatan Penyelenggaraan PerkeretaapianPenyelenggaraan prasarana perkeretaapian meliputi kegiatan :1) Pembangunan prasarana;2) Pengoperasian prasarana;3) Perawatan prasarana; dan 4) Pengusahaan prasarana.

D. Subsektor PerkeretaapianDirektorat Jenderal Perkeretaapian

Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 8Telp. (021) 3811308 Pes. 1333, 1331Jakarta 10110

125Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 128: Direktori Perhubungan

Penyelenggaraan sarana perkeretaapian meliputi kegiatan:1) Pengadaan sarana;2) Pengoperasian sarana;3) Perawatan sarana; dan4) Pengusahaan sarana.

2. Jenis Investasi yang Dapat Dilakukan di Sektor Perkeretaapiana. Sebagai Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum

Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian umum wajib memiliki izin usaha, izin pembangunan dan izin operasi.Tahapan perizinan penelenggaraan prasarana perkeretaapian umum dilakukan sebagai berikut:a. penetapan trase jalur kereta api umum oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai kewenangannya;b. penetapan Badan Usaha sebagai penyelenggara prasarana perkeretaapian umum yang dilaksanakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur;

c. perjanjian penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum antara Pemerintah dengan Badan Usaha, paling sedikit memuat:(1) lingkup penyelenggaraan;(2) jangka waktu hak penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum;(3) hak dan kewajiban termasuk risiko yang harus dipikul para pihak, yang didasarkan pada prinsip

pengalokasian risiko secara efisien dan seimbang;(4) standar kinerja pelayanan serta prosedur penanganan keluhan masyarakat;(5) sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian penyelenggaraan;(6) penyelesaian sengketa;(7) pemutusan atau pengakhiran perjanjian penyelenggaraan;(8) fasilitas penunjang prasarana perkeretaapian;(9) keadaan memaksa (force majeure); dan(10) ketentuan mengenai penyerahan prasarana perkeretaapian dan fasilitasnya pada akhir masa hak

penyelenggaraan.d. izin usaha;e. izin pembangunan; danf. izin operasi.

1) Persyaratan Izin Usaha Persyaratan dalam rangka memperoleh izin usaha penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum:a) Akte pendirian badan hukum Indonesia;b) Nomor pokok wajib pajak;c) Surat keterangan domisili perusahaan;d) Rencana kerja;e) Kemampuan keuangan; f) Surat penetapan sebagai penyelenggara prasarana perkeretaapian umum;g) Perjanjian penyelenggaraan prasarana perkeretaapian; dan

126Direktori Kementerian Perhubungan

Page 129: Direktori Perhubungan

h) Sumber daya manusia. Badan Usaha yang telah memiliki izin usaha penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum harus melaksanakan kegiatan:a) perencanaan teknis yang harus mendapat persetujuan Menteri;b) analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau UKL dan UPL; c) pengadaan tanah; dand) mengajukan izin pembangunan prasarana perkeretaapian umum sebelum memulai pelaksanaan

pembangunan fisik.

Kegiatan sebagaimana dimaksud di atas, harus selesai paling lama 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya izin usaha.

Dalam hal waktu 3 (tiga) tahun telah terlampaui belum menyelesaikan kegiatan sebagaimana dimaksud di atas dan tidak ada permohonan dari Badan Usaha untuk memperpanjang penyelesaian kegiatan, maka izin usaha dicabut.

2) Persyaratan Izin PembangunanPersyaratan dalam rangka memperoleh izin pembangunan prasarana perkeretaapian umum:a) Rancang bangun yang dibuat berdasarkan perhitungan;b) Gambar teknis;c) Data lapangan; d) Jadwal pelaksanaan;e) Spesifikasi teknis yang telah disahkan oleh Menteri; f) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau UKL dan UPL; g) Metode pelaksanaan;h) Izin mendirikan bangunan;i) Izin lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; danj) Telah membebaskan tanah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) persen dari total tanah yang dibutuhkan.

Badan Usaha yang telah memiliki izin pembangunan melaksanakan kegiatan:a) melaksanakan pembangunan prasarana perkeretaapian sesuai dengan rencana teknik;b) melaksanakan kegiatan dalam rangka kelaikan prasarana perkeretaapian umum;c) mengajukan izin operasi prasarana perkeretaapian umum.

3) Persyaratan izin operasiPersyaratan dalam rangka memperoleh izin operasi prasarana perkeretaapian umum:a) Prasarana perkeretaapian yang telah dibangun telah sesuai dengan persyaratan kelaikan teknis dan

operasional prasarana perkeretaapian dan telah lulus uji pertama;b) Memiliki sistem dan prosedur pengoperasian prasarana perkeretaapian; c) Tersedianya petugas atau tenaga perawatan, pemeriksaan, dan pengoperasian prasarana

perkeretaapian yang memiliki sertifikat kecakapan; dand) Memiliki peralatan untuk perawatan prasarana perkeretaapian.

Sebelum melakukan permohonan izin usaha penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum, maka terlebih dahulu dilakukan tahapan sebagai berikut:a) Badan Usaha yang akan menyelenggarakan prasarana perkeretaapian umum sebelum diberikan izin

usaha oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya, terlebih dahulu harus ditetapkan sebagai penyelenggara prasarana perkeretaapian umum.

127Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 130: Direktori Perhubungan

b) Badan Usaha yang ditetapkan sebagai penyelenggara prasarana perkeretaapian umum diberikan hak penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum.

c) Hak penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum dituangkan dalam perjanjian penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum antara Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya dan Badan Usaha.

d) Perjanjian penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum paling sedikit memuat:(1) Lingkup penyelenggaraan;(2) Jangka waktu hak penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum;(3) Hak dan kewajiban termasuk risiko yang harus dipikul para pihak, yang didasarkan pada prinsip

pengalokasian risiko secara efisien dan seimbang;(4) Standar kinerja pelayanan serta prosedur penanganan keluhan masyarakat;(5) Sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian penyelenggaraan;(6) Penyelesaian sengketa;(7) Pemutusan atau pengakhiran perjanjian penyelenggaraan;(8) Fasilitas penunjang prasarana perkeretaapian;(9) Keadaan memaksa (force majeure); dan(10) Ketentuan mengenai penyerahan prasarana perkeretaapian dan fasilitasnya pada akhir masa

hak penyelenggaraan.

b. Sebagai Penyelenggara Sarana Perkeretaapian UmumBadan Usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian umum wajib memiliki izin usaha dan izin operasi. 1) Persyaratan izin usaha

Persyaratan dalam rangka memperoleh izin usaha penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum:a) Memiliki akte pendirian badan hukum Indonesia;b) Memiliki nomor pokok wajib pajak;c) Memiliki surat keterangan domisili perusahaan;d) Membuat surat pernyataan kesanggupan untuk memiliki paling sedikit 2 (dua) rangkaian kereta api;e) Mempunyai rencana kerja; danf) Memiliki perjanjian kerja sama dengan penyelenggara prasarana perkeretaapian dalam hal Badan

Usaha hanya sebagai penyelenggara sarana perkeretaapian umum.Badan Usaha yang telah mendapatkan izin usaha penyelenggaran sarana perkeretaapian dapat mengajukan izin operasi sarana perkeretaapian setelah melaksanakan kegiatan:a. penyiapan spesifikasi teknis sarana perkeretaapian;b. studi kelayakan; danc. pengadaan sarana perkeretaapian.

Spesifikasi teknis sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud huruf a disusun oleh Badan Usaha dengan berpedoman pada persyaratan teknis sarana perkeretaapian yang ditetapkan oleh Menteri dan harus mendapat persetujuan Menteri.

Studi kelayakan sebagaimana dimaksud huruf b paling sedikit memuat analisis mengenai:a. sosial ekonomi masyarakat;b. angkutan;c. perkiraan biaya pengadaan sarana perkeretaapian; dand. kelayakan teknik, ekonomi, dan finansial.128

Direktori Kementerian Perhubungan

Page 131: Direktori Perhubungan

2) Persyaratan izin operasiPersyaratan dalam rangka memperoleh izin operasi sarana perkeretaapian umum:a) Memiliki studi kelayakan;b) Memiliki paling sedikit 2 (dua) rangkaian kereta api sesuai dengan spesifikasi teknis sarana

perkeretaapian;c) Sarana perkeretaapian yang akan dioperasikan telah lulus uji pertama yang dinyatakan dengan

sertifikat uji pertama; d) Tersedianya awak sarana perkeretaapian, tenaga perawatan, dan tenaga pemeriksa sarana

perkeretaapian yang memiliki sertifikat kecakapan; e) Memiliki sistem dan prosedur pengoperasian, pemeriksaan, dan perawatan sarana perkeretaapian; danf) Menguasai fasilitas perawatan sarana perkeretaapian.

c. Sebagai Penyelenggara Perkeretaapian KhususBadan usaha yang menyelenggarakan perkeretaapian khusus wajib memiliki persetujuan prinsip pembangunan perkeretaapian khusus, izin pembangunan dan izin operasi.

1) Persetujuan prinsip pembangunan perkeretaapian khususPersyaratan dalam rangka memperoleh persetujuan prinsip pembangunan perkeretaapian khusus:a) Akte pendirian badan usaha;b) Nomor pokok wajib pajak;c) Izin usaha;d) Surat keterangan domisili perusahaan;e) Peta lokasi prasarana perkeretaapian khusus; danf) Kajian kesesuaian antara kebutuhan perkeretaapian khusus dan usaha pokoknya.

Badan usaha yang telah memiliki persetujuan prinsip pembangunan perkeretaapian khusus harus melaksanakan kegiatan:a. perencanaan teknis;b. analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau UKL dan UPL; danc. pengadaan tanah.

2) Izin pembangunan perkeretaapian khususPersyaratan dalam rangka memperoleh izin pembangunan perkeretaapian khusus:a) Surat persetujuan prinsip pembangunan perkeretaapian khusus;b) Rancang bangun yang dibuat berdasarkan perhitungan;c) Gambar-gambar teknis;d) Data lapangan; e) Jadwal pelaksanaan;f) Spesifikasi teknis; g) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau UKL dan UPL; h) Metode pelaksanaan;i) Surat izin mendirikan bangunan; j) Surat izin lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;k) Rekomendasi dari bupati/walikota yang wilayahnya akan dilintasi oleh jalur kereta api; dan

129Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 132: Direktori Perhubungan

l) Bukti pembebasan tanah paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari luas tanah yang dibutuhkan.

Pemegang izin pembangunan wajib:a. melaksanakan pembangunan prasarana dan pengadaan sarana paling lambat 2 (dua) tahun sejak izin

diterbitkan; b. bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan yang timbul selama pelaksanaan pembangunan

prasarana; danc. melaporkan kegiatan pembangunan secara berkala setiap 6 (enam) bulan kepada pemberi izin

pembangunan.

3) Izin operasi perkeretaapian khususPersyaratan dalam rangka memperoleh izin operasi perkeretaapian khusus:a) Pembangunan prasarana dan pengadaan sarana perkeretaapian khusus telah dilaksanakan sesuai

dengan persyaratan kelaikan dan telah lulus uji pertama;b) Memiliki sistem dan prosedur pengoperasian, pemeriksaan, dan perawatan prasarana dan sarana

perkeretaapian khusus;c) Tersedianya petugas prasarana dan awak sarana, tenaga perawatan, dan tenaga pemeriksa prasarana

dan sarana perkeretaapian khusus yang memiliki sertifikat kecakapan.

d. Sebagai Penyelenggara Pengujian Prasarana PerkeretaapianPengujian prasarana perkeretaapian dilakukan oleh Menteri. Dalam pelaksanaannya Menteri dapat melimpahkan pengujian prasarana perkeretaapian kepada Badan Hukum yang mendapat akreditasi dari Menteri atau lembaga yang mendapat akreditasi dari Menteri.

Persyaratan dalam rangka memperoleh akreditasi sebagai badan hukum/lembaga pengujian prasarana perkeretaapian umum yaitu administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi paling sedikit memiliki akte pendirian, nomor pokok wajib pajak dan keterangan domisili. Persyaratan teknis paling sedikit memiliki: 1) Tenaga penguji bersertifikat sesuai dengan jenis prasarana perkeretaapian; 2) Kantor dan tempat pengujian; dan3) Fasilitas dan peralatan pengujian sesuai dengan jenis prasarana perkeretaapian.

e. Sebagai Penyelenggara Pengujian Sarana Perkeretaapian.Pengujian sarana perkeretaapian dilakukan oleh Menteri. Dalam pelaksanaan Menteri dapat melimpahkan pelaksanaan pengujian sarana perkeretaapian kepada Badan hukum yang mendapat akreditasi dari Menteri atau lembaga yang mendapat akreditasi dari Menteri.

Persyaratan dalam rangka memperoleh akreditasi sebagai badan hukum/lembaga pengujian prasarana perkeretaapian terdiri dari persyaratan administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi paling sedikit meliputi berbadan hukum Indonesia, memiliki nomor pokok wajib pajak dan adanya keterangan domisili. Persyaratan teknis paling sedikit memiliki:1) Tenaga penguji bersertifikat keahlian; 2) Kantor dan tempat pengujian; dan3) Fasilitas dan peralatan pengujian.

f. Sebagai Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian.Pendidikan dan pelatihan tenaga penguji prasarana perkeretaapian diselenggarakan oleh Menteri dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat akreditasi dari Menteri.

130Direktori Kementerian Perhubungan

Page 133: Direktori Perhubungan

Persyaratan dalam rangka memperoleh akreditasi sebagai badan hukum/lembaga pendidikan dan pelatihan tenaga penguji prasarana perkeretaapian administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi paling sedikit memiliki akte pendirian, nomor pokok wajib pajak dan keterangan domisili. Persyaratan teknis paling sedikit:1) Menguasai atau memilliki fasilitas pendidikan dan pelatihan;2) Memiliki tenaga pengajar; dan 3) Memiliki metode, kurikulum dan silabus pendidikan dan pelatihan.

g. Sebagai Penyelenggara Pendidikan dan PelatihanTenaga Penguji Sarana Perkeretaapian.Pendidikan dan pelatihan tenaga penguji sarana perkeretaapian diselenggarakan oleh Menteri dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat akreditasi dari Menteri.

Persyaratan dalam rangka memperoleh akreditasi sebagai badan hukum/lembaga pendidikan dan pelatihan tenaga penguji sarana perkeretaapian administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi paling sedikit memiliki akte pendirian, nomor pokok wajib pajak dan keterangan domisili. Persyaratan teknis paling sedikit:1) Menguasai atau memilliki fasilitas pendidikan dan pelatihan;2) Memiliki tenaga pengajar; dan 3) Memiliki metode, kurikulum dan silabus pendidikan dan pelatihan.

h. Sebagai Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Petugas Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian.Petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian meliputi pengatur perjalanan kereta api, pengendali perjalanan kereta api, penjaga perlintasan kereta api, dan pengendali distribusi listrik.

Sertifikat kecakapan petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian diterbitkan oleh Menteri, Badan hukum yang mendapat akreditasi dari Menteri atau lembaga yang mendapat akreditasi dari Menteri. Badan hukum untuk mendapatkan akreditasi harus memenuhi persyaratan teknis.

Lembaga untuk mendapatkan akreditasi harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi paling sedikit memiliki akte pendirian, nomor pokok wajib pajak dan keterangan domisili. Persyaratan teknis paling sedikit memiliki:1) Fasilitas pendidikan kecakapan di bidang pengoperasian prasarana perkeretaapian;2) Tenaga pendidik yang berkompeten di bidang pengoperasian prasarana perkeretaapian; 3) Metode pengajaran di bidang pengoperasian prasarana perkeretaapian;4) Fasilitas pengujian kecakapan petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian;5) Tenaga penguji kecakapan petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian; dan6) Metode pengujian kecakapan petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian.

i. Sebagai Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Awak Sarana PerkeretaapianAwak sarana perkeretaapian terdiri atas masinis dan asisten masinis. Sertifikat kecakapan awak sarana perkeretaapian diterbitkan oleh Menteri, Badan hukum yang mendapat akreditasi dari Menteri atau lembaga yang mendapat akreditasi dari Menteri.

Badan hukum untuk mendapatkan akreditasi harus memenuhi persyaratan teknis. Lembaga untuk mendapatkan akreditasi harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi paling sedikit memiliki akte pendirian, nomor pokok wajib pajak dan keterangan domisili. Persyaratan teknis paling sedikit memiliki:1) Menguasai fasilitas pendidikan kecakapan di bidang awak sarana perkeretaapian;2) Memiliki tenaga pendidik yang berkompeten di bidang awak sarana perkeretaapian; 3) Memiliki metode pengajaran di bidang awak sarana perkeretaapian;

131Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 134: Direktori Perhubungan

4) Fasilitas pengujian kecakapan awak sarana perkeretaapian;5) Tenaga penguji kecakapan awak sarana perkeretaapian; dan6) Metode pengujian kecakapan awak sarana perkeretaapian.

3. Perizinan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah (Terkait Dengan Investasi Di Bidang Perkeretaapian)

a. Perizinan Sebagai Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian UmumPemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat menerbitkan Perizinan untuk penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum yang jaringan jalurnya melintasi kabupaten/kota dalam satu provinsi oleh gubernur dan untuk penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum yang jaringan jalurnya dalam wilayah kabupaten/kota oleh bupati/walikota. Selain itu menerbitkan Perizinan di bidang penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum yang meliputi izin usaha, izin pembangunan setelah mendapat persetujuan dari Menteri dan izin operasi setelah mendapat persetujuan dari Menteri.

b. Perizinan Sebagai Penyelenggara Sarana Perkeretaapian UmumPemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat menerbitkan Perizinan untuk pengoperasian sarana perkeretaapian umum yang jaringan jalurnya melintasi kabupaten/kota dalam satu provinsi oleh gubernur dan untuk pengoperasian sarana perkeretaapian umum yang jaringan jalurnya dalam wilayah kabupaten/kota oleh bupati/walikota. Selain itu dapat menerbitkan Perizinan di bidang penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum berupa izin operasi.

c. Perizinan Sebagai Penyelenggara Perkeretaapian Khusus Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat menerbitkan Perizinan untuk penyelenggaraan perkeretaapian khusus yang jaringan jalurnya melintasi kabupaten/kota dalam satu provinsi oleh gubernur dan untuk penyelenggaraan perkeretaapian khusus yang jaringan jalurnya dalam wilayah kabupaten/kota oleh bupati/walikota. Selain itu dapat menerbitkan Perizinan di bidang penyelenggaraan perkeretaapian khusus yang meliputi persetujuan prinsip pembangunan setelah mendapat persetujuan Menteri, izin pembangunan setelah mendapat persetujuan dari Menteri dan izin operasi, setelah mendapat persetujuan dari Menteri.

132Direktori Kementerian Perhubungan

Page 135: Direktori Perhubungan

133Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 136: Direktori Perhubungan

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Jl. Medan Merdeka Timur Nomor 5Jakarta 10110Telp.: +6221 3456585, 4865064, 3847403, 3847519Fax : +6221 3847480

134Direktori Kementerian Perhubungan

Page 137: Direktori Perhubungan

A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Darat

1. Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi Jl. Raya Setu KM 3,5 Desa Cibuntu Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi

kode pos 17001 Po Box. 153, telp/Fax (021) 8254640, 82608995, 82608996

Program Diklat Pembentukan Dasar (Program Diploma)

a. Pendidikan Program D III LLAJ

1) Kompetensi lulusan pendidikan Program Studi Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ) adalah :

a) Kompetensi utama lulusan adalah mampu mengidentifikasi aspek –aspek yang berkaitan dengan

permintaan dan pelayanan transport dibidang jalan; melakukan perencanaan transportasi; menidentifikasi

biaya operasi kendaraan dan menyusun tarif pentarifan; mengidentifikasi dan menentukan alternatif

pemecahan masalah terkait opersional jalan; melakukan manajemen operasional angkutan umum;

melakukan survey dan analisis data lalu lintas;merencanakan dan mendisain prasarana lalu lintas

dan angkutan umum; mengatur lalu lintas; mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan; analisis dan

mengusulkan pencegahan kecelakaan; memahami karateristik dan rekayasa kendaraan.

b) Kompetensi pendukung lulusan adalah mampu bekerja dengan menggunakan teknologi dan terampil

di bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ) baik secara pelayanan/administratif maupun teknis.

c) Kompetensi lainnya/pilihan lulusan mampu berbahasa inggris dan memiliki kemampuan etika profesi

yang baik dalam menjalankan tugasnya.

2) Lama Pendidikan

Lama Pendidikan Program Studi Diploma III LLAJ adalah selama 3 (tiga) tahun sama dengan 6 (enam)

semester, dimana pada semester 4 taruna diwajibkan untuk mengikuti program KKL (kuliah Kerja Lapangan)

dan pada semester 6 diwajibkan untuk mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang tersebar pada

beberapa di wilayah Indonesia dengan hasil akhir berupa Laporan umum untuk kelompok dan KKW (Kerta

Kerja Wajib) sebagai tuags akhir perseorangan yang nantinya akan dipresentasikan dan dipertahankan di

Sidang Kelulusan Akhir Program 135

Direktori Kementerian Perhubungan

Page 138: Direktori Perhubungan

3) Persyaratan Peserta

Rekrutmen taruna Sekolah Tinggi Transportasi Darat dilakukan oleh Panitia Seleksi Penerimaan Calon

Taruna (Sipencatar) yang dibentuk setiap tahun melalui Surat Keputusan Ketua STTD. Kegiatan penerimaan

taruna baru diarahkan pada kegiatan sosialisasi kedaerah, pemasangan spanduk, penyebaran brosur, iklan

layanan masyarakat di media elektronik (radio) dan pengiriman surat himbauan ke Dinas/Instansi-instansi

pemerintah dan Sekolah-sekolah menengah SMU/SMK/MA, dan lain-lain.

b. Pendidikan Program D III Perkeretaapian

1) Lama Pendidikan:

Lama Pendidikan Program Studi Diploma III Perkeretaapian adalah selama 3 (tiga) tahun sama dengan 6

(enam) semester, dimana pada semester 4 taruna diwajibkan untuk mengikuti program KKL (kuliah Kerja

Laoangan) dan pada semester 6 diwajibkan untuk mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang tersebar

di beberapa wilayah Jawa dan Sumatera dengan hasil akhir berupa Laporan umum untuk kelompok dan

KKW (Kerta Kerja Wajib) sebagai tuags akhir perseorangan yang nantinya akan dipresentasikan dan

dipertahankan di Sidang Kelulusan Akhir Program

2) Persyaratan Peserta :

Rekrutmen taruna Sekolah Tinggi Transportasi Darat dilakukan oleh Panitia Seleksi Penerimaan Calon

Taruna (Sipencatar) yang dibentuk setiap tahun melalui Surat Keputusan Ketua STTD. Kegiatan penerimaan

taruna baru diarahkan pada kegiatan sosialisasi kedaerah, pemasangan spanduk, penyebaran brosur, iklan

layanan masyarakat di media elektronik (radio) dan pengiriman surat himbauan ke Dinas/Instansi-instansi

pemerintah dan Sekolah-sekolah menengah SMU/SMK/MA, dan lain-lain.

c. Pendidikan Program D IV Transportasi Darat (Reguler)

1) Lama Pendidikan :

Lama Pendidikan Program Studi Diploma IV Transportasi Darat adalah selama 4 (empat) tahun sama dengan

8 (delapan) semester, dimana pada semester 6 taruna diwajibkan untuk mengikuti program KKL (kuliah

Kerja Lapangan) dan pada semester 8 diwajibkan untuk mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang

tersebar pada beberapa di wilayah Indonesia dengan hasil akhir berupa Laporan umum untuk kelompok

dan Sripsi sebagai tugas akhir perseorangan yang nantinya akan dipresentasikan dan dipertahankan di

Sidang Kelulusan Akhir Program.

2) Persyaratan Peserta :

Rekrutmen taruna Sekolah Tinggi Transportasi Darat dilakukan oleh Panitia Seleksi Penerimaan Calon

Taruna (Sipencatar) yang dibentuk setiap tahun melalui Surat Keputusan Ketua STTD. Kegiatan penerimaan

taruna baru diarahkan pada kegiatan sosialisasi kedaerah, pemasangan spanduk, penyebaran brosur, iklan

layanan masyarakat di media elektronik (radio) dan pengiriman surat himbauan ke Dinas/Instansi-instansi

pemerintah dan Sekolah-sekolah menengah SMU/SMK/MA, dan lain-lain.

136Direktori Kementerian Perhubungan

Page 139: Direktori Perhubungan

d. Pendidikan Program D IV Transportasi Darat (Extension)

1) Lama Pendidikan :

Program Studi Diploma IV Transportasi Darat Extention adalah selama 1(tahun) tahun sama dengan 2

(dua) semester, dimana pada semester 2 taruna diwajibkan untuk mengikuti program KKL (kuliah Kerja

Lapangan) dan pada semester 2 diwajibkan untuk membuat Skripsi sebagai tugas akhir perseorangan

yang nantinya akan dipresentasikan dan dipertahankan di Sidang Kelulusan Akhir.

2) Persyaratan Peserta :

a) Lulusan Diploma III LLAJ, Diploma III Perkeretaapian dan Diploma III LLASDP dari Sekolah Tinggi

Transportasi Darat.

b) Lulusan D III/ 51 Teknik Sipil, Teknik Elektro, Teknik Mesin yang telah menjadi PNS minimal dengan

masa kerja 1 (satu) tahun sejak diangkat dengan dilengkapi Surat Rekomendasi dari Dishub/ Dinas

LLAJ setempat / Dinas pegawai yang bersangkutan bertugas.

c) Usia maksimal 35 tahun.

d) Tinggi badan minimal Pria 160 Cm, Wanita 155 Cm.

2. Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat (BPPTD) TegalJalan Semeru Nomor 3 Tegal – Jawa Tengah.

Telp. +62-283–351061 / 358031, Fax. +62-283–325220

Program Diklat

Diklat D-II Pengujian Kendaraan Bermotor (D-II PKB)

Diploma II Penguji Kendaraan Bermotor (PKB) berdasarkan Surat Kepala Badan Diklat No. DL.001/B.639/X/Diklat –

2006 serta Keputusan Ketua STTD No. SK.23/ X /KP.007/STTD 2006. Jenis diklat ini dirancang untuk menghasilkan

tenaga profesional di bidang pengujian kendaraan bermotor.

Pesertanya :

Lulusan SMU,IPA,SMK Teknik mesin/Otomotif/Listrik

137Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 140: Direktori Perhubungan

3. Balai Pendidikan Dan Pelatihan Transportasi Darat (BPPTD) BaliJl. Batuyang No. 109x Batubulan Gianyar-Bali

Telp. (0361) 291103-298734 Fax. (0361) 295340

Website: www.bpptd-bali.diklat.dephub.go.id

Email: [email protected]

Program pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan meliputi :

Diklat awal Diploma II Penguji Kendaraan Bermotor (PKB) berdasarkan Surat Kepala Badan Diklat No.DL.001/

B.639/X/Diklat – 2006 serta Keputusan Ketua STTD No. SK.23/ X /KP.007/STTD 2006. Jenis diklat ini dirancang

untuk menghasilkan tenaga profesional di bidang pengujian kendaraan bermotor.

Pesertanya :

Lulusan SMU,IPA,SMK Teknik mesin/Otomotif/Listrik

4. Balai Pendidikan Dan Pelatihan Transportasi Darat (BPPTD) PalembangJl. Sabar Jaya 116 Perajin Mariana, Banyu Asin-Palembang, Sumatera Selatan

Telp: +62-711-7084320, Fax: +62-711-312339

Program pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan meliputi Program D-III Ahli Madya Lalu Lintas Angkutan

Sungai, Danau dan Penyeberangan (D-III LLASDP) dan Diklat Manajemen Operasional Pelabuhan Penyeberangan

(MOPP).138Direktori Kementerian Perhubungan

Page 141: Direktori Perhubungan

B. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut

1. Sekolah Tinggi Ilmu PelayaranJl. Marunda Makmur, Kelurahan Marunda,

Cilincing Jakarta Utara 14150

Telepon (021) 88991618, Faximile (021) 44834345

Program Diklat Pembentukan Dasar (Program Diploma)

a. Diklat Pembentukan :

1) Diploma IV Bidang Studi Nautika;

2) Diploma IV Bidang Studi Teknika;

3) Diploma IV Bidang Studi Ketatalaksanaan, Angkutan Laut dan Kepelabuhan (KALK).

Yang mengacu kepada kompetensi ANT III/ ATT III sesuai standar IMO Model course 7.03 dan 7.04 serta Ahli

ketatalaksanaan angkutan laut dan kepelabuhan dengan lama pendidikan selama 4 tahun (6 semester (3 tahun)

dan praktek berlayar 1 tahun).

Persyaratan peserta :

1) Warga negara Indonesia, pemuda – pemudi beragama;

2) Umur maksimal 23 tahun;

3) Tinggi badan dan berat badan memenuhi persyaratan;

4) Belum pernah menikah dan sanggup tidak menikah selama pendidikan;

5) Berbadan sehat, tidak buta warna, tidak berkacamata dan berpengelihatan serta pendengaran yang baik;

6) Memiliki ijazah/ STTB;

7) Sanggup tinggal di asrama selama pendidikan.

b. Diklat Teknis Profesi Kepelautan :

1) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat I Nautika dan Nautika dengan Lulusan berijazah ANT/ ATT

139Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 142: Direktori Perhubungan

I. Diklat ini mengacu kepada ketentuan aturan II/2 dan kode STCW seksi A-II/2 dari amandemen 1995

konvensi STCW. Ketentuan – ketentuan tersebut mencakup keseluruhan pengetahuan, keterampilan dan

pengalaman minimal yang harus dimiliki untuk memperoleh sertifikat kompetensi ANT – I di kapal – kapal

yang berukuran 5000 GT atau lebih dengan lama pendidikan 3 bulan

Persyaratan Peserta :

a) Memiliki sertifikat ANT – II;

b) Memiliki Sea Service (masa berlayar) minimal 2 tahun terhitung mulai sertifikat keahlian pelaut

diterbitkan;

c) Memiliki standar kesehatan pelaut;

d) Lulus seleksi penerimaan.

2) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat II Nautika dan Nautika dengan Lulusan berijazah ANT/ ATT II.

Diklat ini mengacu kepada ketentuan aturan II/2 dan kode STCW dari amandemen 1995 konvensi STCW.

Ketentuan tersebut mencakup keseluruhan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman minimal yang

harus dimiliki untuk memperoleh sertifikat sebagai nahkoda atau chief officer (Mualim – I) di kapal – kapal

yang berukuran 3000 GT atau lebih dengan lama diklat 9 bulan.

Persyaratan peserta :

a) Memiliki sertifikat ANT – III;

b) Memiliki Sea Service (masa berlayar) minimal 2 tahun terhitung mulai sertifikat keahlian pelaut

diterbitkan;

c) Memiliki standar kesehatan pelaut;

d) Lulus seleksi penerimaan.

3) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat III Nautika dan Nautika dengan Lulusan berijazah ANT/ ATT III.

Diklat ini mengacu kepada ketentuan aturan I/3 dan kode STCW. Seksi A – II/3 dari amandemen 1995

konvensi STCW. Ketentuan tersebut mencakup keseluruhan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

minimal yang harus dimiliki untuk memperoleh sertifikat sebagai ANT/ ATT –III bagi perwira di kapal – kapal

yang berukuran 500 GT yang berlayar di perairan kawasan Indonesia dengan lama diklat 9 bulan.

Persyaratan peserta :

a) Memiliki sertifikat ANT – IV;

b) Memiliki Sea Service (masa berlayar) minimal 2 tahun terhitung mulai sertifikat keahlian pelaut

diterbitkan;

c) Memiliki standar kesehatan pelaut;

d) Lulus seleksi penerimaan.

c. Diklat Keterampilan

Diklat Ketrampilan Keahlian Pelaut (DKKP) adalah diklat yang diselenggarakan untuk menunjang diklat

kompetensi. DKKP untuk setiap pelaut disesuaikan dengan jabatan dan jenis kapal dimana bekerja. Diklat

tersebut antara lain :

140Direktori Kementerian Perhubungan

Page 143: Direktori Perhubungan

1) Basic Safety Training (BST);

2) Advanced Fire Fighting (AFF);

3) Survival Craft and Rescue Boat (SCRB);

4) Medical First Aid (MFA);

5) Medical Care (MC);

6) Tanker Familiarization (TF);

7) Oil Tanker Training Programme (OT);

8) Liquified Gas Tanker Training Programme (LGT);

9) Chemical Tanker Training Programme (CT);

10) Radar ARPA;

11) ORU GMDSS;

12) SSO;

13) ECDIS;

14) BRM;

15) IMDG;

16) OFFSHORE LIFE BOAT COXWAIN;

17) HEALTH AND SAFETY TRAINING.

2. Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Surabaya Kampus I

Jalan Raya Hang Tuah No. 5 Surabaya 60155

Jawa Timur – Indonesia.

Telp. ( 031) 352 3685 , 355 8785. Fax ( 031) 3546028.

Kampus II

Jalan Gunung Anyar Boulervard No. 1 Surabaya.

a. Diklat Pembentukan

1) Bidang Keahlian Nautika Tingkat III (DP-III) Nautika (Crash Program) Mendidik dan melatih para peserta

diklat agar memiliki kopetensi sebagai perwira navigasi di wilayah samudera, penanganan dan pengaturan

muatan serta pengadilan kapal, dan mampu menjadi nahkoda pada kapal < 1.500 GT Near Coastal

Voyage.

141Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 144: Direktori Perhubungan

2) Bidang Keahlian Teknik Tingkat III (DP-III) Teknika (Crash Program) Mendidik dan melatih para peserta

diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira mesin di wilayah perairan samudera, penanganan dan

pemeliharaan permesinan dalam rangka melancarkan pengoperasian kapal, dan mampu menjadi kepala

kamar Mesin (KKM) pada kapal < 3.000 Kw Near Coastal Voyage (NCV).

Lama Pendidikan :

1,5 tahun di kelas (In class training);

1 tahun praktek berlayar (onboard training).

Persyaratan Perserta :

a) Berijasah minimal SMU / MA Jurusan IPA, SMKP + ANT-IV /ATT-IV, SMK jurusan listrik, elektro,

mesin, perkapalan;

b) Berusia maksimal 25 tahun saat masuk pendidikan;

c) Berbadan sehat termasuk mata dan telinga yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang

ditunjuk;

d) Tinggi badan minimal 160 cm bagi pria dan 155 cm bagi wanita;

e) Belum menikah dan sanggup tidak menikah selama pendidikan;

f) Membawa surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) yang masih berlaku;

g) Surat keterangan bebas Narkoba dari Rumah sakit pemerintah atau polri.

3) Bidang Keahlian Nautika Tingkat – IV (DP-IV) Nautika

Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira Navigasi di daerah

pelayaran nusantara, sebagai penanganan dan pengaturan muatan serta pengadilan operasi kapal dan

mampu menjadi Nahkoda untuk kapal < 500 GT NCW (Near Coastal Voyage).

4) Bidang Keahlian Teknik Tingkat – IV (DP-IV) Teknika

Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira permesinan dan

kelistrikan kapal, perawatan dan perbaikan mesin kapal, serta mengendalikan operasi kapal dan personal

di kapal pelayaran nusantara hingga ukuran mesin < 750 Kwh.

Lama pendidikan :

2 tahun (4 semester) teori di kelas;

1 tahun (2 semester) praktek di kapal.

Persyaratan Peserta :

a) Berusia maksimal 22 tahun pada saat masuk pendidikan;

b) Minimal Lulusan SLTP / yang sederajat;

c) Berbadan sehat termasuk kesehatan mata dan telinga yang dibuktikan dengan surat keterangan

dokter yang ditunjuk;

d) Tinggi badan minimal 160 cm bagi pria & 155 cm bagi wanita;

e) Surat keterangan Catatan kepolisian (SKCK) dari POLRI;

f) Belum menikah dan sanggup tidak menikah selama proses pendidikan;142Direktori Kementerian Perhubungan

Page 145: Direktori Perhubungan

g) Surat keterangan bebas narkoba dari Rumah Sakit pemerintah / kepolisian) Lulus seleksi

penerimaan.

5) Bidang Keahlian Nautika Tingkat – Dasar (DP-D) Nautika

Mendidik dan melatih para diklat agar memiliki kompetensi sebagai ABK untuk dapat melaksanakan tugas

jaga navigasi pada tingkat penunjang.

6) Bidang Keahlian Teknika Tingkat Dasar (DP-D) Teknika

Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai ABK untuk dapat melaksanakan

pengoperasian, perawatan dan perbaikan permesinan kapal serta data pengendali operasi kapal pada

tingkat penunjang.

Lama Pendidikan :

3 bulan teori dan praktek di kampus, 3 bulan praktek di kapal.

Persyaratan Peserta :

a) Berusia maksimal 40 tahun pada saat masuk pendidikan;

b) Minimal Lulusan SLTP / yang sederajat;

c) Berbadan sehat termasuk kesehatan mata dan telinga yang dibuktikan dengan sertifikat kesehatan

dari rumah sakit yang ditunjuk;

d) Tinggi badan minimal 160 cm bagi pria & 155 cm bagi wanita;

e) Surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) dari POLRI;

f) Belum menikah dan sanggup tidak menikah selama proses pendidikan;

g) Surat keterangan bebas narkoba dai rumah sakit pemerintah / kepolisian;

h) Lulus seleksi penerimaan.

b. Diklat Penjenjangan

1) Bidang keahlian Nautika Tingkat III (DP-III) Nautika / Teknika

Meningkatkan kompetensi dan keahlian peserta didik sebagai perwira navigasi di wilayah perairan samudera,

penanganan dan pengaturan muatan serta pengendalian kapal, dan mampu menjadi nahkoda pada kapal <

1.500 GT Near Coastal Voyage atau sebagai perwira mesin di wilayah perairan samudera, penanganan dan

pemeliharaan permesinan dalam rangka memperlancar pengoperasian kapal dan mampu menjadi Kepala

Kamar Mesin (KKM) pada kapal < 3.000 Kw Near Coastal Voyage (NCV).

Lama Pendidikan : 9 bulan

Persyaratan :

a) Pengalaman Ijazah ANT/ATT – IV harus 2 tahun dari tanggal penerbitan Ijazah, kecuali ijazah dari

diklat Pemutkahiran;

b) Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani dari dokter umum/praktek;

c) Legalisir Buku Pelaut dari Syahbandar, yang berisikan sign on dan sign off yang ditandatangani oleh

Nahkoda Kapal;143

Direktori Kementerian Perhubungan

Page 146: Direktori Perhubungan

d) Surat Keterangan Masa Berlayar di kapal niaga (bukan kapal Negara) dengan pengalaman minimal 2

tahun dari Syahbandar;

e) Perjanjian kontrak dari Perusahaan (sign on dan sign off).

2) Bidang Keahlian Nautika Tingkat IV (DP-IV) Nautika / Teknika

Meningkatkan kompetensi dan keahlian peserta didik sebagai perwira Navigasi di daerah pelayaran

nusantara dan internasional, penanganan dan pengaturan muatan serta pengendalian operasi kapal

dan mampu menjadi Nahkoda untuk kapal < 500 GT NCW (Near Coastal Voyage) atau sebagai perwira

Permesinan dan kelistrikan kapal, perawatan dan perbaikan mesin kapal, serta mengendalikan operasi

kapal dan personal di kapal pelayaran nusantara dan internasional hingga ukuran mesin <750 Kwh.

Lama Pendidikan : 9 bulan

Persyaratan :

a) Pengalaman ljasah ANT/ATT - IV harus 2 tahun dari tanggal penerbitan ljasah kecuali Ijasah dan diklat

Pemutakhiran;

b) Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani dari dokter umum/praktek;

c) Legalisir Buku Pelaut dan Syahbandar, yang berisikan sign on dan sign off yang ditandatangani oleh

Nakhoda Kapal;

d) Surat Keterangan Masa Berlayar di kapal Niaga (bukan kapal Negara) dan pengalaman minimal 2 th

dan Syahbandar;

e) Perjanjian Kontrak dari Perusahaan (Sign on dan Sign off).

3) Bidang Keahlian Nautika Tingkat - V (DP-V) Nautika / Teknika

Meningkatkan kompetensi dan keahlian peserta didik sebagai perwira Navigasi di daerah pelayaran

nusantara, <500 GT NCW (Near Coastal Voyage) dan sebagai perwira Permesinan dan kelistrikan kapal,

perawatan dan perbaikan mesin kapal, serta mengendalikan operasi kapal dan personal di kapal pelayaran

nusantara hingga ukuran mesin <750 Kwh.

Lama Pendidikan : 3 bulan

Persyaratan :

a) Pengalaman Ijazah ANT / ATT – D harus 2 tahun dari tanggal penerbitan Ijazah, kecuali ijazah dari

diklat Pemutkahiran;

b) Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani dari dokter umum/praktek;

c) Legalisir Buku Pelaut dari Syahbandar, yang berisikan sign on dan sign off yang ditandatangani oleh

Nahkoda Kapal;

144Direktori Kementerian Perhubungan

Page 147: Direktori Perhubungan

d) Surat Keterangan Masa Berlayar di kapal niaga (bukan kapal Negara) dengan pengalaman minimal 2

tahun dari Syahbandar;

e) Perjanjian kontrak dari Perusahaan (sign on dan sign off).

4) Bidang Keahlian Nautika – Dasar (DP-D) Nautika / Teknika

Meningkatkan kompetensi dan keahlian peserta didik sebagai ABK untuk dapat melaksanakan tugas jaga

navigasi dan dapat melaksanakan pengoperasian, perawatan dan perbaikan permesinan kapal serta data

pengendali operasi kapal pada tingkat penunjang.

Lama Pendidikan : 1 bulan

Persyaratan :

a) Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani dari dokter umum/praktek;

b) Basic Safety Training (BST);

c) Legalisir Buku Pelaut dari Syahbandar yang berisikan sign on dan;

d) sign off yang ditandatangani oleh Nahkoda Kapal;

e) Surat Keterangan Masa Berlayar di kapal niaga (bukan kapal Negara) dengan pengalaman minimal 6

bulan dari Syahbandar;

f) Perjanjian kontrak dari Perusahaan (sign on dan sign off);

3. Balai Pendidikan Dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) BarombongJln. Permandian Alam No.1 Barombong Makassar,

Sulawesi Selatan

Telepon : +62-411-317322

Fax : +62-411-326435

E-mail : [email protected]

a. Program Diklat Pembentukan Diklat Pelaut (DP – IV)

1) Bidang Keahlian Nautika Tingkat – IV (ANT-IV)

Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira Navigasi di daerah

pelayaran nusantara, penanganan dan pengaturan muatan serta pengendalian operasi kapal dan mampu

menjadi Nakoda untuk kapal < 500 GT NCV (Near Coastal Voyage)

145Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 148: Direktori Perhubungan

2) Bidang Keahlian Teknika Tingkat – IV (ATT-IV)

Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira Permesinan dan

kelistrikan kapal, perawatan dan perbaikan mesin kapal, serta mengendalikan operasi kapal dan personal

di kapal pelayaran nusantara hingga ukuran mesin <750 Kwh.

Lama Pendidikan:

2 tahun (4 semester) teori di kelas;

1 tahun (2 semester) praktek di kapal.

Persyaratan Peserta:

a) Warga Negara Republik Indonesia, minimal memiliki ijazah SLTP atau sederajat;

b) Usia pada tanggal 01 September 2011 tidak kurang dari 15 tahun serta tidak lebih 22 tahun;

c) Tinggi badan minimal 156 cm untuk pria dan 154 cm untuk wanita;

d) Tidak bertato/beranting-anting (melubangi daun telinga dan hidung);

e) Pendaftar datang sendiri ditempat pendaftaran untuk mengambil/mengisi formulir dan menyerahkannya

kembali dengan melampirkan :

(1) Formulir pendaftaran yang telah diisi 1(satu) lembar;

(2) Foto copy ijazah terakhir/surat keterangan lulus yang diligalisir 2 (dua) lembar;

(3) Foto copy akte kelahiran 2 (dua) lembar;

(4) Surat keterangan catatan kepolisian (SKCK), asli dan foto copy 2 (dua) lembar;

(5) Surat keterangan belum menikah dari KUA 2 (dua) lembar;

(6) Surat pernyataan bersedia tinggal di asrama dan bersedia tidak menikah selama mengikuti

pendidikan dan pelatihan, diketahui oleh orang tua/wali bermaterai Rp.6000,- 2 (dua) lembar;

(7) Surat pernyataan orang tua/wali bersedia menanggung seluruh biaya pendaftaran dan biaya

selama mengikut diklat di BP2IP Barombong bermaterai Rp.6000,- 2 (dua) lembar;

(8) Pas photo berwarna ukuran 3 x 4.

b. Program Diklat Penjenjangan Diklat Pelaut (DP – IV)

Bidang Keahlian Tingkat Dasar

1) Bidang Keahlian Nautika Tingkat – Dasar (ANT-D)

Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai ABK untuk dapat melaksanakan

tugas jaga navigasi pada tingkat penunjang.

2) Bidang Keahlian Teknik Tingkat Dasar (ATT-D)

Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai ABK untuk dapat melaksanakan

pengoperasian, perawatan dan perbaikan permesinan kapal serta data pengendali operasi kapal pada

tingkat penunjang.

Lama Pendidikan :1 bulan teori dan praktek di kampus

146Direktori Kementerian Perhubungan

Page 149: Direktori Perhubungan

Persyaratan :

a) Memiliki pengalaman layar dari Administrator pelabuhan kelas I, sebagai perwira Deck maupun perwira

mesin dikapal niaga minimal 2 Tahun;

b) Memilki sertifikat Keterampilan Khusus Pelaut : BST, PSCRB, MEFA dan AFF;

c) Khusus bagi calon peserta yang belum memiliki sertifikat KKP : PSCRB, MEFA ,dan AFF. diberi

kesempatan untuk mengikuti diklat tersebut di BP2IP Barombong dengan biaya murah dengan

pemberian diskon hingga 30%;

d) Fotokopi Buku pelaut;

e) Fotokopi KTP;

f) SKCK dari kepolisian RI;

g) Pas foto warna ukuran 3×4 cm baju putih dasi hitam latar belakang biru (ANT)Merah (ATT)10 lembar.

Bidang Keahlian Tingkat IV

1) Bidang Keahlian Nautika Tingkat IV

Sebagai Nakhoda (Master) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000GT pada daerah pelayaran

kawasan Indonesia.

2) Bidang Keahlian Tehnika Tingkat IV

Sebagai KKM (Chief Engineer) di kapal niaga dengan batasan diatas 750KW dan kurang dari 3000KW

pada daerah pelayaran Indonesia atau pada kapal niaga dengan batasan kurang dari 750KW pada daerah

pelayaran lokal.

Lama Pendidikan : 6 bulan teori dan praktek di kampus

Persyaratan :

a) Memiliki pengalaman layar dari Administrator pelabuhan kelas I, sebagai perwira Deck maupun perwira

mesin dikapal niaga minimal 2 tahun;

b) Memilki sertifikat Keterampilan Khusus Pelaut : BST, PSCRB, MEFA dan AFF;

c) khusus bagi calon peserta yang belum memiliki sertifikat KKP : PSCRB, MEFA ,dan AFF diberi

kesempatan untuk mengikuti diklat tersebut di BP2IP Barombong dengan biaya murah dengan

pemberian diskon hingga 30%.

d) Fotokopi Buku pelaut

e) Fotokopi KTP

f) SKCK dari kepolisian RI.

g) Pasfoto warna ukuran 3 × 4 cm baju putih dasi hitam latar belakang biru (ANT)Merah (ATT). Sebanyak

10 Lembar.

147Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 150: Direktori Perhubungan

4. Balai Pendidikan Dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) SorongJl. Tanjung Saoka No 1 Sorong – Papua Barat

Telp/fax : (0951) 328808

e-mail : [email protected]

Blogspot : bp2ipsorong.blogspot.com

a. Diklat Pembentukan

1) Ahli Nautika Tingkat IV (ANT-IV);

2) Ahli Teknika Tingkat IV (ATT-IV);

Lama pendidikan : 3 Tahun ( 2 tahun teori dan 1 tahun prakter berlayar).

Persyaratan :

a) Usia minimal 15 tahun;

b) Berijasah minimal SLTP atau sederajat;

c) Sehat jasmani dan rohani;

d) Belum menikah.

b. Diklat Penjenjangan

1) Ahli Nautika Tingkat IV (ANT-IV);

2) Ahli Teknika Tingkat IV (ATT-IV);

3) Ahli Nautika Tingkat V (ANT-V);

4) Ahli Teknika Tingkat V (ATT-V);

5) Ahli Nautika Tingkat Dasar (ANT-D);

6) Ahli Teknika Tingkat Dasar (ATT-D).

Persyaratan :

Diklat Pelaut IV (ANT-IV / ATT-IV)

a) Usia minimal 17 tahun;

b) Berijasah minimal SLTP atau sederajat;

c) Memiliki ijasah kepelautan ANT-V / ATT-V;

148Direktori Kementerian Perhubungan

Page 151: Direktori Perhubungan

d) Memiliki sertifikat keterampilan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

e) Memiliki masa layar 2 tahun;

f) Memiliki buku pelaut;

g) Memiliki dokumen identitas diri;

h) Sehat jasmani maupun rohani;

i) Lama diklat : 9 bulan.

Diklat Pelaut V (ANT-V / ATT-V)

a) Usia minimal 17 tahun;

b) Berijasah minimal SLTP atau sederajat;

c) Memiliki ijasah kepelautan ANT-D / ATT-D;

d) Memiliki sertifikat keterampilan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

e) Memiliki masa layar 2 tahun;

f) Memiliki buku pelaut;

g) Memiliki dokumen identitas diri;

h) Sehat jasmani maupun rohani;

i) Lama diklat : 3 bulan.

Diklat Pelaut Tingkat Dasar (ANT-D / ATT-D)

a) Usia minimal 17 tahun;

b) Berijasah minimal SLTP atau sederajat;

c) Memiliki masa layar 6 bulan;

d) Memiliki buku pelaut;

e) Memiliki dokumen identitas diri;

f) Sehat jasmani maupun rohani;

g) Lama diklat : 1 bulan;

5. Balai Pendidikan Dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) TangerangJln. Raya Karang Serang Nomor: 1, Kecamatan Sukadiri,

Kabupaten Tangerang 15530 Propinsi Banten

Telepon 021 59370327, 59370328, 59370329 Fax 021 59370330

149Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 152: Direktori Perhubungan

a. Diklat Pembentukan :

1) Diklat Pelaut IV Pembentukan (DP-IV Pembentukan);

2) Diklat Pelaut Dasar (DP-D);

3) Diklat pembibitan Officer Plus (OP) 60.

b. Diklat Teknis Profesi Kepelautan (DTPK).

c. Diklat Keterampilan Khusus Pelaut (DKKP) .

d. Diklat Substansi Kepelautan.

e. Diklat Teknologi Pelayaran Nusantara I (DTPN-I) :

1) Jurusan Nautika :

a) Sebagai Perwira Jaga (Deck Watchkeeping Officer) di kapal niaga untuk setiap ukuran kapal pada

daerah pelayaran kawasan Indonesia;

b) Sebagai Mualim 1 (Chief Officer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000GT pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

c) Sebagai Nakhoda (Master) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 GT pada daerah pelayaran

kawasan Indonesia.

2) Jurusan Teknika :

a) Sebagai Masinis 3 (Third Engineer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 kW pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

b) Sebagai Masinis 2 (Second Engineer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 kW pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

c) Sebagi KKM (Chief Engineer) di kapal niaga dengan batasan diatas 750 kW dan kurang dari 3000 kW

pada daerah pelayaran Indonesia atau pada kapal niaga dengan batasan kurang dari 750 kW pada

daerah pelayaran lokal.

f. Diklat Teknologi Pelayaran Nusantara II (DTPN-II)

1) Jurusan Nautika :

a) Sebagai Perwira Jaga (Deck Watchkeeping Officer) di kapal niaga untuk ukuran kapal kurang dari 500

GT pada daerah pelayaran kawasan Indonesia atau di kapal niaga untuk ukuran kapal kurang dari

3000 GT pada daerah pelayaran lokal;

b) Sebagai Mualim 1 (Chief Officer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 500 GT pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia dan daerah pelayaran lokal;

c) Sebagai Nakhoda (Master) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 500 GT pada daerah pelayaran

kawasan Indonesia.

2) Jurusan Teknika :

a) Sebagai Masinis 3 (Third Engineer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 kW pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

b) Sebagai Masinis 2 (Second Engineer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 750 kW pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

c) Sebagi KKM (Chief Engineer) di kapal niaga dengan kurang dari 750 kW pada daerah pelayaran

kawasan Indonesia dan daerah pelayaran lokal.

150Direktori Kementerian Perhubungan

Page 153: Direktori Perhubungan

g. Diklat Teknologi Pelayaran Dasar (DTPD):

1) Jurusan Nautika

Juru mudi, AB deck atau kelasi untuk setiap jenis dan ukuran kapal pada semua daerah pelayaran.

2) Jurusan Teknika

Oiler, AB engine atau wiper untuk setiap jenis dan ukuran kapal pada semua daerah pelayaran.

h. Diklat Teknis Profesi Kepelautan (TPK) Tingkat IV :

1) Jurusan Nautika

a) Sebagai Perwira Jaga (Deck Watchkeeping Officer) di kapal niaga untuk setiap ukuran kapal pada

daerah pelayaran kawasan Indonesia;

b) Sebagai Mualim 1 (Chief Officer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 GT pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

c) Sebagai Nakhoda (Master) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 GT pada daerah pelayaran

kawasan Indonesia.

2) Jurusan Teknika

a) Sebagai Masinis 3 (Third Engineer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 kW pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia.;

b) Sebagai Masinis 2 (Second Engineer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 kW pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

c) Sebagai KKM (Chief Engineer) di kapal niaga dengan batasan diatas 750 kW dan kurang dari 3000 kW

pada daerah pelayaran Indonesia atau pada kapal niaga dengan batasan kurang dari 750 kW pada

daerah pelayaran lokal.

i. Diklat Teknis Profesi Kepelautan (TPK) Tingkat V

1) Jurusan Nautika

a) Sebagai Perwira Jaga (Deck Watchkeeping Officer) di kapal niaga untuk ukuran kapal kurang dari 500

GT pada daerah pelayaran kawasan Indonesia atau di kapal niaga untuk ukuran kapal kurang dari

3000 GT pada daerah pelayaran lokal;

b) Sebagai Mualim 1 (Chief Officer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 500 GT pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia dan daerah pelayaran lokal;

c) Sebagai Nakhoda (Master) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 500 GT pada daerah pelayaran

kawasan Indonesia.

2) Jurusan Teknika

a) Sebagai Masinis 3 (Third Engineer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 3000 kW pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

b) Sebagai Masinis 2 (Second Engineer) di kapal niaga dengan ukuran kurang dari 750 kW pada daerah

pelayaran kawasan Indonesia;

c) Sebagi KKM (Chief Engineer) di kapal niaga dengan kurang dari 750 kW pada daerah pelayaran

kawasan Indonesia dan daerah pelayaran lokal.

j. Diklat Ketrampilan Pelaut Dasar (KPD) :

1) Jurusan Nautika

Juru mudi, AB deck atau kelasi untuk setiap jenis dan ukuran kapal pada semua daerah pelayaran.

2) Jurusan Teknika

Oiler, AB engine atau wiper untuk setiap jenis dan ukuran kapal pada semua daerah pelayaran.151

Direktori Kementerian Perhubungan

Page 154: Direktori Perhubungan

6. Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) MakassarJalan Tentara Pelajar No. 173 Makassar 90172, Sulawesi Selatan

Telepon 0411 (316975) Fax. (0411) 316974

a. Diklat Pembentukan :

1) Program studi Nautika

Program studi nautika memberikan program diklat untuk membentuk lulusan menjadi perwira pelayaran

niaga bagian dek, sesuai chapter II Regulation STCW 1978 Amandemen 1995 tingkat kompetensi Ahli

nautika tingkat II (ANT-II) dan setelah memenuhi persyaratan pengawakan kapal niaga berwenang menjabat

sebagai Nakhoda/perwira pada kapal pelayaran samudera.

2) Program studi Teknika

Program studi teknika memberikan program diklat untuk membentuk lulusan menjadi perwira pelayaran

niaga bagian mesin, sesuai chapter III Regulation STCW 1978 Amandemen 1995 tingkat kompetensi Ahli

teknika tingkat II (ATT-II) dan setelah memenuhi persyaratan pengawakan kapal niaga berwenang menjabat

sebagai Kepala Kamar Mesin pada kapal pelayaran samudera.

b. Program studi Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan

Program studi Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan memberikan program diklat untuk membentuk

lulusan menjadi Ahli Manajemen Angkutan Laut dan Kepelabuhanan yang siap bertugas di pelabuhan dengan

menguasai administrasi, pengoperasian pelabuhan, atau menjadi manajer bisnis pelayaran.

c. Diklat Pelaut II, yaitu program diklat yang diarahkan kepada peserta didik profesi pelaut yang akan meningkatkan

kompetensi kepelautan dari ijazah Ahli Nautika/Tekni ka Tingkat III menjadi Ahli Nautika/Teknika Tingkat II

(mengacu pada Regulation II/2.1 STCW 1978 Amandemen 1995).

d. Diklat Pelaut III, yaitu program diklat yang diarahkan kepada peserta didik profesi pelaut yang akan meningkatkan

kompetensi kepelautan dari ijazah Ahli Nautika/Teknika Tingkat IV menjadi Ahli Nautika/Teknika Tingkat III

mengacu pada Regulation III/1, III/3.2, III/2.1 dan STCW 1978 Amandemen 1995).

152Direktori Kementerian Perhubungan

Page 155: Direktori Perhubungan

7. Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) SemarangJL. Singosari 2A (024) 8311527-8311528, Fax (024)8311529

Website : pip-semarang.ac.id

Email : [email protected]

a. Program Diklat Diploma IV :

1) Program Studi Nautika;

2) Program Studi Tehnika;

3) Program Studi Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan (KALK).

b. Program Diklat Teknis Kepelautan :

1) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-II Nautika (TPK-II Nautika);

2) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-III Nautika (TPK-III Nautika);

3) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-IV Nautika (TPK-IV Nautika);

4) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-II Teknika (TPK-II Tehnika);

5) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-III Teknika (TPK-III Tehnika);

6) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-IV Teknika (TPK-IV Tehnika).

8. Balai Besar Pendidikan Penyegaran Peningkatan Ilmu Pelayaran Jl. Danau Sunter Utara Blok G Sunter Podomoro, Jakarta Utara (14350)

Telepon: +6221- 6510754, 6519773, 6519775

Fax: +6221- 6510722

Diklat Keahlian Pelaut :

a. Diklat Pelaut ANT – I;\

153Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 156: Direktori Perhubungan

Persyaratan:

1) Ijazah ANT- II;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum minimal D-III Pelayaran/Strata A Pelayaran/Akademi Pelayaran/D-IV Pelayaran;

6) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ANT-II;

7) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA, MC, RS, ARPA, GMDSS.

b. Diklat Pelaut ATT – I

Persyaratan :

1) Ijazah ATT- II;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum min. D-III Pelayaran/Strata A Pelayaran/Akademi Pelayaran/D-IV Pelayaran;

6) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ATT-II;

7) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA, MC.

c. Diklat Pelaut ANT – II

Persyaratan :

1) Ijazah ANT- III;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum min. D-III Pelayaran/Strata A Pelayaran/Akademi Pelayaran/D-IV Pelayaran/SMA;

6) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ANT-III;

7) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA, MC, RS, ARPA, GMDSS.

d. Diklat Pelaut ATT – II

Persyaratan:

1) Ijazah ATT- III;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum min. SMP/SMA sederajat Ijazah umum min. D-III Pelayaran/Strata A Pelayaran/Akademi

Pelayaran/D-IV Pelayaran;

6) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ATT-III;

7) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA, MC.

e. Diklat Pelaut ANT – III

Persyaratan :

1) Ijazah ANT- IV;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;154Direktori Kementerian Perhubungan

Page 157: Direktori Perhubungan

5) Ijazah umum min SMA/SMP;

6) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ANT-IV;

7) Sertifikat profesiensi;

8) BST, SCRB, AFF, MFA, RS, ARPA, GMDSS;

f. Diklat Pelaut ATT – III

Persyaratan :

1) Ijazah ATT- IV;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum min. SMP/SMA sederajat;

6) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ATT-III;

7) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA.

g. Diklat Pelaut ANT – IV

Persyaratan :

1) Ijazah ANT- V;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum min SMA/SMP;

6) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ANT-V;

7) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA, GMDSS.

h. Diklat Pelaut ATT – IV

Persyaratan :

1) Ijazah ATT- V;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum min. SMP/SMA sederajat;

6) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ATT-V;

7) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA.

i. Diklat Pelaut ANT – V

Persyaratan:

1) Ijazah ANT-D;

2) Minimal Usia 18 th;

3) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

4) Buku Pelaut;

5) Surat Keterangan masa layar;

6) Ijazah umum min SMA/SMP sederajat;

7) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ANT-D;

8) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA.

155Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 158: Direktori Perhubungan

j. Diklat Pelaut ATT – V

Persyaratan:

1) Ijazah ATT- D;

2) Minimal usia 18 tahun;

3) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

4) Buku Pelaut;

5) Surat Keterangan masa layar;

6) Ijazah umum min. SMP/SMA sederajat;

7) Surat Tanda Tamat Pendidikan Kelautan (STTPK) ATT-V;

8) Sertifikat profesiensi BST, SCRB, AFF, MFA.

k. Diklat Pelaut ANT – D

Persyaratan:

1) Minimal Usia 18 tahun;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum min SMA/SMP sederajat;

6) Sertifikat profesiensi BST.

l. Diklat Pelaut ATT – D

Persyaratan :

1) Minimal Usia 18 tahun;

2) Sertifikat kesehatan mata dan telinga;

3) Buku Pelaut;

4) Surat Keterangan masa layar;

5) Ijazah umum min SMA/SMP sederajat;

6) Sertifikat profesiensi BST.

9. Balai Pendidikan Dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) JakartaJl. M. Kahfi II/88 RT.02/05 Cipedak Jagakarsa – Jakarta Selatan 12630

Telepon: (021)7870223, 7869209;

Fax: (021) 7270186

156Direktori Kementerian Perhubungan

Page 159: Direktori Perhubungan

Menyelenggarakan diklat-diklat teknis kelautan untuk pegawai negeri sipil bidang transportasi laut di Kementerian

Perhubungan dan Dinas Perhubungan.

a. Diklat Teknis Bidang Perkapalan Dan Kepelautan

1) Marine Inspector Type A;

2) Marine Inspector Type B;

3) Marine Inspector Radio;

4) Marine Surveyor;

5) Pengukuran Kapal Dalam Negeri;

6) Pengukuran Kapal Internasional;

7) Pendaftaran & Kebangsaan Kapal;

8) Penilaian Kapal;

9) Penimbalan Kompas;

10) Penilikan Gambar dan Rancang Bangun Kapal.

b. Diklat Teknis Bidang KPLP

1) Kesyahbandaran Klas A;

2) Kesyahbandaran Klas B;

3) KPLP Tk. Tamtama;

4) KPLP Tk. Bintara;

5) KPLP Tk. Perwira;

6) Rescue Team Tk. Dasar;

7) ISPS Code ( PFSO);

8) Port State Control Officer (PSCO);

9) Pekerjaan Bawah Air;

10) Menyelam;

11) Konstable (Menembak);

12) Pencegahan & Penanggulangan Pencemaran Laut.

c. Diklat Teknis Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut

1) Ketatalaksanaan Angkutan Laut;

2) Penanganan Muatan di Pelabuhan.

d. Diklat Teknis Bidang Pelabuhan & Pengerukan

1) Kepelabuhanan;

2) Kepanduan (Maritime Pilot);

3) Bongkar-Muat Barang di Pelabuhan;

4) Tally Pelabuhan.

e. Diklat Teknis Bidang Kenavigasian

1) SBNP Tk. Dasar;

2) SBNP Tk. Terampil;

3) SBNP Tk. Mahir.

f. Diklat Teknis Bidang Sekretariat Ditjen. Hubla

1) TTPL Tk. Pratama;

2) TTPL Tk. Madya;

157Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 160: Direktori Perhubungan

3) English Maritime;

4) PPNS.

g. Pelatihan/Penyuluhan Untuk SDM Dinas Teknis Bidang Perhubungan Laut Dan Instansi Terkait

1) DTBPL;

2) Dasar – dasar Marine Inspector;

3) Dasar – dasar Kesyahbandaran;

4) Pengukuran Kapal dibawah 7 GT.

C. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara

1. Sekolah Tinggi Penerbangan IndonesiaPO BOX 509 Curug, Tangerang, Banten 15001

Telp. (021) 598-2203/2204/2205, Fax. (021)5982234

a. Program Diklat Jurusan Penerbang

Diploma II Penerbang Sayap Tetap.

b. Program Diklat Jurusan Keselamatan Penerbangan

1) Diploma I Basic Air Traffic Sevices (D-I BATS);

2) Diploma II Pengatur Lalu Lintas Udara (D-II PLLU);

3) Diploma III Penilik Lalu Lintas Udara (D-III PLLU);

4) Diploma IV Ahli Lalu Lintas Udara (D-IV PLLU);

5) Diploma II Pengatur Komunikasi (D-II KP);

6) Diploma II Aeronautical Information Service/Pengatur Penerangan Aeronautika (D-II AIS/RPA);

7) Diploma III Aeronautical Information Service/Pengatur Penerangan Aeronautika (D-III AIS/PPA);

8) Diploma IV Aeronautical Information Service/Pengatur Penerangan Aeronautika (D-IV AIS/PPA);

9) Diploma III Pertolongan Kecelakaan Penerbangan (D-III PKP).

c. Program Diklat Jurusan Teknik Penerbangan

1) Diploma II Teknis Listrik Bandara (D-II RTL);

2) Diploma III Teknik Listrik Bandara (D-III PTL);

3) Diploma IV Teknik Listrik Bandara (D-IV ATLB);

158Direktori Kementerian Perhubungan

Page 161: Direktori Perhubungan

4) Diploma II Teknik Radio (D-II RTR);

5) Diploma III Teknik Radio (D-III PTNU);

6) Diploma IV Teknik Navigasi Radio (D-IV ATNU);

7) Diploma II Pengatur Teknik Pesawat Udara (D-II RTPU);

8) Diploma III Penilik Teknik Pesawat Udara (D-III PTPU);

9) Diploma IV Ahli Teknik Pesawat Udara (D-IV ATPU);

10) Diploma III Teknik Mekanikal Bandar Udara;

11) Diploma III Penilik Teknik Bangunan Dan Landasan (D-III PTBL).

d. Program Diklat Jurusan Manajemen Penerbangan

1) Diploma III Administrasi Perhubungan Udara (D-III APU);

2) Diploma III Operasi Bandar Udara;

3) Diploma III Operasi Pesawat Udara.

e. Program Diklat Lanjutan Dan Diklat Pendek

1) Diploma III Penerbangan Sayap Tetap (D-III ATPL);

2) Diploma III Penilik Lalu Lintas Udara (D-III PLLU);

3) Air Traffic Controller Radar (Radar PLLU);

4) Diploma III Penerangan Aeronautika (Diklat Lanjutan);

5) Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran Dasar (PKPPK-D);

6) Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran Yunior (PKP-PK Y);

7) Senior Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran (SPKP-PK);

8) Administrasi Pendidikan;

9) Penanganan Kargo Udara (Air Cargo Handling);

10) Pelayanan Informasi Bandara (Airport Information Center);

11) Penataran Instruktur;

12) Pengelolaan Suku Cadang Bandar Udara;

13) Pengangkatan Dan Penyelamatan Pesawat (Salvage);

14) Manajemen Bandara (Airport Management);

15) Pengoperasian Garbarata (Aviobridge Operation);

16) Penanganan Bagasi (Baggage Conveyor Handling);

17) Pengamanan Penerbangan Tingkat Dasar (Basic Aviation Security);

18) Pengamanan Penerbangan Tingkat Dasar Khusus (Basic Aviation Security);

19) Instrumen Dasar Pesawat (Basic Avionic);

20) Awak Kabin Pesawat (Cabin Attendant);

21) Kursus Dasar Jalur Transmisi (Transmission Line Basic Course);

22) Kursus Serat Optik (Fiber Optic Course);

23) Kursus Teknik Digital (Digital Technique Course);

24) Kursus Teknik Komunikasi (Communication Technique Course);

25) Kursus Teknik Navigasi I/II/III (NDB/VOR-DME/ILS);

26) Kursus Dasar Teknik Radar;

27) Bahasa Inggris Penerbangan;

28) Fasilitas Bandar Udara (Airport Facilities);

29) Instruktur Terbang (Flight Instructor Course);159

Direktori Kementerian Perhubungan

Page 162: Direktori Perhubungan

30) Pemangku Operasi Penerbangan (Flight Operation Officer);

31) Penanganan Kegiatan Darat (Ground Handling Officer);

32) Hygiene Dan Sanitasi Bandar Udara;

33) Kursus Keudaraan Tingkat Dasar;

34) Kursus Keudaraan Tingkat Lanjutan;

35) Kursus Keudaraan Tingkat Lanjutan II;

36) Komersial Bandar Udara (KBU).

2. Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) MedanJl Penerbangan No.85 Padang Bulan KM.8,5 Medan, Sumatera Utara

Telepon: +62 - 61- 8360675/Fax +62 – 61 - 8367965

a. Program Diklat Pembentukan Dasar (Program Diploma)

1) Diploma I Basic Air Traffic Services (BATS)

Lama Pendidikan selama 1 (satu) tahun atau 2 Semester.

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Departemen Perhubungan;

b) Pendidikan terakhir SLTA/ sederajat;

c) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan keterangan Dokter;

d) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang;

e) Bersedia mematuhi peraturan Diklat yang berlaku dan menandatangani Surat Pernyataan yang

diketahui oleh kepala instansi masing-masing.

2) Diploma II Pengatur Komunikasi Penerbangan (RKP)

Lama Pendidikan selama 2 (dua) tahun atau 4 Semester.

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Departemen Perhubungan/ UMUM;

b) Pendidikan terakhir D. I Basic ATS.Untuk Program Extension (Pegawai);

c) SLTA/ sederajat untuk umum;

d) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan keterangan Dokter;

e) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang;

160Direktori Kementerian Perhubungan

Page 163: Direktori Perhubungan

f) Bersedia mematuhi peraturan Diklat yang berlaku dan menandatangani Surat Pernyataan yang

diketahui oleh kepala instansi masing-masing.

3) Program Diploma II Lalu Lintas Udara (Air Traffic Service)

Lama Pendidikan selama 2 tahun (4 Semester) termasuk didalamnya program On the Job Training selama

3 bulan.

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Departemen Perhubungan/Umum;

b) Lulusan SLTA (IPA/IPS) atau sederajat dengan melalui jalur Sipencatar;

c) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Dokter;

d) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang bagi Pegawai Negeri Sipil/BUMN;

e) Bersedia untuk mentaati Peraturan dan Tata Tertib Diklat yang berlaku;

f) Menandatangani Surat Pernyataan yang diketahui oleh Kepala Instansi masing-masing.

4) Diploma III Penilik Lalu Lintas Udara (PLLU)

Lama Pendidikan selama 3 (tiga) tahun atau 6 Semester.

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Departemen Perhubungan/ UMUM;

b) Pendidikan terakhir D.II RLLU Untuk Program Extension;

c) SLTA/ sederajat untuk umum melalui jalur Seleksi Penerimaan Calon Taruna (Sipencatar);

d) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan keterangan Dokter;

e) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang;

f) Bersedia mematuhi peraturan Diklat yang berlaku dan menandatangani Surat Pernyataan yang

diketahui oleh kepala instansi masing-masing.

5) Diploma I Pendidikan Dasar Teknik Radio Bandara (PDTR)

Lama Pendidikan selama satu tahun (2 Semester).

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Departemen Perhubungan;

b) Lulusan SLTA IPA atau sederajat;

c) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Dokter;

d) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang;

e) Bersedia untuk mentaati Peraturan dan Tata Tertib Diklat yang berlaku;

f) Menandatangani Surat Pernyataan yang diketahui oleh Kepala Instansi masing-masing.

6) Diploma II Pengatur Teknik Radio Bandara (RTR)

Lama Pendidikan selama satu tahun (2 Semester).

Persyaratan Peserta:

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Departemen Perhubungan;

b) Pendidikan Terakhir Ijazah Diploma I PDTR untuk Program Extension;

c) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan Dokter;

d) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang;161

Direktori Kementerian Perhubungan

Page 164: Direktori Perhubungan

e) Bersedia mentaati peraturan Diklat yang berlaku dan menandatangani Surat Pernyataan yang diketahui

oleh Kepala Instasi masing-masing.

7) Diploma III Teknik Navigasi Udara (TNU)

Lama Pendidikan selama 3 (tiga) tahun atau 6 semester termasuk pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

selama 2 (dua) bulan.

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Departemen Perhubungan/Umum;

b) Pendidikan terakhir D.II RTR Untuk Program Extension;

c) SLTA IPA/sederajat untuk umum melalui jalur Seleksi Penerimaan Calon Taruna (Sipencatar);

d) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Dokter;

e) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang bagi Pegawai Negeri Sipil/BUMN;

f) Bersedia untuk mentaati Peraturan dan Tata Tertib Diklat yang berlaku;

g) Menandatangani Surat Pernyataan yang diketahui oleh Kepala Instansi masing-masing.

8) Diploma I Pendidikan Dasar Teknik Listrik Bandara (PDTL)

Lama pendidikan selama satu tahun (2 Semester).

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Perhubungan;

b) Lulusan SLTA IPA atau sederajat;

c) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan keterangan Dokter;

d) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang;

e) Bersedia mematuhi peraturan Diklat yang berlaku dan menandatangani Surat Pernyataan yang

diketahui oleh kepala instansi masing-masing.

9) Diploma II Pengatur Teknik Listrik Bandara (RTL)

Lama pendidikan selama satu tahun (2 Semester).

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Perhubungan;

b) Pendidikan terakhir Ijazah Diploma I PDTL untuk Program Extension;

c) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan keterangan Dokter;

d) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang;

e) Bersedia mematuhi peraturan Diklat yang berlaku dan menandatangani Surat Pernyataan yang

diketahui oleh kepala instansi masing-masing.

10) Diploma III Penilik Teknik Listrik Bandara (PTL)

Lama pendidikan selama 3 tahun (6 Semester) termasuk pelaksanaan PKL.

Persyaratan Peserta :

a) Pegawai Negeri Sipil/BUMN Perhubungan/Umum;

b) Pendidikan terakhir D.II RTR Untuk Program Extension;

c) SLTA IPA/sederajat untuk umum melalui jalur Seleksi Penerimaan Calon Taruna (Sipencatar);

d) Sehat Jasmani dan Rohani yang dinyatakan dengan keterangan Dokter;162Direktori Kementerian Perhubungan

Page 165: Direktori Perhubungan

e) Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang;

f) Bersedia mematuhi peraturan Diklat yang berlaku dan menandatangani Surat Pernyataan yang

diketahui oleh kepala instansi masing-masing.

b. Program Pendidikan Dan Pelatihan Teknis (Short Course)

1) Pelayanan Informasi Bandara (Airport Information Officer);

2) Basic Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (Basic PKP-PK);

3) Junior Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (Junior PKP-PK);

4) Senior Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (Senior PKP-PK);

5) Pengamanan Penerbangan Tingkat Dasar (Basic Aviation Security);

6) Pengamanan Penerbangan Tingkat Junior (Junior Aviation Security);

7) New English Proficiency (NEP);

8) Manajemen Bandar Udara (MBU).

3. Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) SurabayaJl Jemur Andayani I/73 Surabaya 60236

Telp. : 031-8410871 8472936

Fax. 031-8790005,

Email : [email protected]

Websute : www.atkpsby.ac.id

a. Program Diploma

1) Jurusan Teknik Penerbangan :

a) D I Pend. Dasar Teknik Listrik;

b) D II Teknik Listrik Bandar Udara;

c) D III Teknik Listrik Bandar Udara;

d) D I Pend. Dasar Teknik Radio;

e) D II Teknik Telekomunikasi Dan Navigasi Udara;

f) D III Teknik Telekomunikasi Dan Navigasi Udara;

g) D I Teknik Bangunan Dan Landasan;

h) D II Teknik Bangunan Dan Landasan;

163Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 166: Direktori Perhubungan

i) D III Teknik Bangunan Dan Landasan;

j) D III Teknik Perawatan Pesawat Udara;

k) D III Teknik Mekanikal Bandar Udara;

2) Jurusan Keselamatan Penerbangan :

a) D I Basic Air Traffic Service / ATS;

b) D II Lalu Lintas Udara;

c) D III Lalu Lintas Udara;

d) D II Aviation Security;

e) D III PKPPK;

f) D III Operasi Darat Bandar Udara;

g) D III Operasi Terminal Bandar Udara.

b. Program Non Diploma

1) Jurusan Teknik Penerbangan :

a) Teknik Perawatan Komputer (Hardware);

b) Teknik Digital;

c) Radar Principle;

d) Airport System Planning;

e) CNS/ATM Foundation Training For Technition;

f) Local Area Network;

g) Teknik Bangunan Dan Landasan;

h) Recurent Training Teknik Penerbangan.

2) Jurusan Keselamatan Penerbangan :

a) Marshalling;

b) Airport Information Officer (AIO);

c) Apron Movement Controller (AMC);

d) CNS/ATM Foundation Training For Operation Staf;

e) Recurent Training Keselatan Penerbangan;

f) Aviation Security;

g) PKP-PK;

h) Penanganan Cargo Udara (Air Cargo Handling);

i) Manajemen Bandara Udara;

j) Pengoperasian Garbarata;

k) Penanganan Bagasi;

l) Awak Kabin Pesawat (Cabin Attendant);

m) Fasilitas Bandar Udara (Airport Facilities);

n) Pemangku Operasi Penerbangan;

o) Ground Handling Officer (Penanganan Kegiatan Darat);

p) Komersial Bandar Udara;

q) Pengelolaan Suku Cadang Bandar Udara;

164Direktori Kementerian Perhubungan

Page 167: Direktori Perhubungan

r) Human Factor;

s) Flight Operation Officer (FOO);

t) Aviation English.

4. Akademi Teknik Dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) MakassarJl Poros Makassar – Maros Km 25 Macoppa, Maros Sulawesi Selatan

Telp (0411) 373212,

Fax (0411) 373562

a. Program Diklat Diploma (Pembentukan) :

1) Diploma III Lalu Lintas Udara;

2) Diploma III Teknik Telekomunikasi Dan Navigasi Udara;

3) Diploma III Teknik Listrik Bandar Udara;

4) Diploma II Telekomunikasi Penerbangan;

5) Diploma III Penerbangan Aeronautika.

b. Program Diklat Non Diploma (Penataran) :

1) Diklat Rating Genset And ACOS;

2) Diklat Rating Air Conditioning (AC);

3) Diklat Rating Papi / Vasi System;

4) Diklat Ahli CCR;

5) Diklat Junior Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK);

6) Diklat Basic Aviation Security;

7) Diklat Junior Aviation Security;

8) Diklat Marshaller;

9) Diklat Manajemen Bandar Udara Tingkat Madya;

10) Diklat Pemrograman Visual Foxtro;

11) Diklat Digital;

12) Diklat Basic PKP-P;

13) Diklat Hygiene Dan Sanitasi;

165Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 168: Direktori Perhubungan

14) Diklat Airport Information Officer (AIO);

15) Diklat Keudaraan;

16) Diklat CNS / ATM;

17) Diklat New English Proficiency;

18) Diklat Flight Operation Officer (FOO);

19) Diklat Dangerous Goods;

20) Diklat Push Back;

21) Diklat Baggage Towing Tractor (BTT);

22) Diklat ATC Refresher.

5. Balai Pendidikan Dan Pelatihan Penerbangan (BPP Pnb) Palembang Jl. Adi Sucipto, Talang Betutu Palembang 30155 Sumatera Selatan

Telepon: +61-711-313339, 362166

Fax: +61-711-312339, 361551

Email : bpl_pnb_palembang ;

Website : www.bpp-pnb-palembang.net

Menyelenggarakan diklat-diklat teknis keudaraan bagi pegawai negeri sipil di sektor transportasi udara dan umum :

a. Diklat Manajemen Bandar Udara;

b. Diklat Keudaraan Tingkat Dasar;

c. Diklat Basic AVSEC;

d. Diklat Teknik Komputer;

e. Diklat Kawasan Bandar Udara;

f. Diklat Basic PKP-PK;

g. Diklat Keudaraan Tingkat Sarjana.

166Direktori Kementerian Perhubungan

Page 169: Direktori Perhubungan

6. Balai Pendidikan Dan Pelatihan Penerbangan (BPP Pnb) JayapuraTanjung Kayu Baru No. 6 Tanjung Ria Jayapura 99117

Telepon (0967).541049

Fax (0967) 541562

Menyelenggarakan diklat-diklat teknis keudaraan bagi pegawai negeri sipil di sektor transportasi udara :

a. Diklat Basic PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran);

b. Diklat Junior PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran);

c. Diklat Senior PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran);

d. Diklat Basic AVSEC (Aviation Security);

e. Diklat Junior AVSEC (Aviation Security);

f. Diklat Senior AVSEC (Aviation Security);

g. Diklat Teknik Komputer;

h. Diklat Teknik Digital;

i. Diklat KKOP (kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan);

j. Diklat Hygiene dan Sanitasi;

k. Diklat Keudaraan Tingkat Dasar;

l. Diklat AIO (Airport Information Officer).

167Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 170: Direktori Perhubungan

168Direktori Kementerian Perhubungan

Page 171: Direktori Perhubungan

169Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 172: Direktori Perhubungan

A. Kerangka Hukum 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5149);

4. Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara serta Susunan

Organisasi, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

perhubungan;

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 72 Tahun 2010 tentang Standar Prosedur Operasional dan Layanan Informasi

Publik di Lingkungan Kementerian Perhubungan;

7. Keputusan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Nomor KP 36 tahun 2011 tentang Pemberian

Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan Pelayanan Informasi dan Pengaduan Masyarakat.

170Direktori Kementerian Perhubungan

Page 173: Direktori Perhubungan

B. Prosedur Pelayanan Informasi Publik di Kementerian Perhubungan1. Alur Pelayanan Permohonan Informasi Publik

Alur Prosedur Pelayanan Informasi

a. Prosedur Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Kementerian Perhubungan, sebagai berikut:

1) Setiap orang dapat memperoleh informasi dan dokumentasi Kementerian Perhubungan baik secara tertulis

maupun tidak tertulis;

2) Setiap permohonan informasi harus mengisi formulir permohonan informasi yang telah disediakan.

3) Petugas informasi akan mengevaluasi permohonan permintaan informasi terkait dengan:

a) Nama dan alamat Pemohon Informasi;

b) Subjek dan format informasi;

c) Cara penyampaian informasi yang diminta oleh Pemohon Informasi;

d) Alasan Kepentingan permintaan informasi.

4) Permohonan permintaan yang telah memenuhi persyaratan administrasi akan dicatat dalam buku register

dan kepada pemohon informasi diberikan tanda permintaan informasi;

5) Permohonan informasi diteruskan kepada Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi untuk didistribusikan

kepada unit kerja sesuai dengan tugas fungsinya masing-masing untuk menyiapkan jawabannya;

6) Jawaban Informasi disampaikan secara tertulis paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan

diterima oleh Petugas Informasi dan dapat diperpanjang 7 (tujuh) hari kerja dengan memberikan alasan

secara tertulis;

KEGIATANPIHAK TERLIBAT

PETUGAS INFORMASI PPID ATASAN PPID WAKTU

1. Menerima surat permohonan

(10 + 7) hari dengan

pemberitahuan terlebih dahulu apabila ada

perpanjangan

2. Memeriksa syarat-syarat pengajuan permohonan

3. Meregister dan meneruskan permohonan untuk diproses

4. Memproses permohonan

5. Menerima surat keberatan

30 hari

6. Memeriksa syarat-syarat pengajuan surat keberatan

7. Meregister dan meneruskan keberatan untuk diproses

8. Memproses keberatan

9. Melaksanakan keputusan tertulis

10. MendokumentasikanInisiatif Badan Publik11. Membuat laporan layanan

Informasi Publik

1 hari

1 hari

1 hari

1 hari

1 hari

1 hari

7 hari

7 hari

20 hari

1

1

2

24

3

171Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 174: Direktori Perhubungan

7) Permohonan informasi dapat dilakukan penolakan dengan pertimbangan informasi tersebut termasuk yang

dikecualikan atau bersifat rahasia;

8) Penolakan informasi dilakukan dengan Keputusan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi yang

disertai alasan penolakan;

9) Pemohon Informasi dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada atasan Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi melalui Petugas Informasi berdasarkan alasan yang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku;

10) Pengajuan keberatan dicatat dalam buku register keberatan dan diteruskan kepada atasan Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi;

11) Atasan pejabat memberikan tanggapan atas kebertan yang diajukan oleh Pemohon Informasi dalam jangka

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan secara tertulis;

12) Alasan tertulis disertakan bersama tanggapan apabila atasan pejabat menguatkan putusan yang ditetapkan

oleh bawahannya;

13) Pencatatan registrasi pemohon, proses pemberian informasi hingga pemberitahuan tertulis pengambilan

informasi maupun permintaan perpanjangan pemenuhan informasi maupun penolakan informasi,

didokumentasikan secara baik;

14) Laporan Pelaksanaan Pelayanan Informasi disusun setiap 3 (tiga) bulan.

b. Mekanisme Pendokumentasian Permohonan Informasi Publik

1) Pencatatan

Pencatatan dilakukan dengan prosedur administrasi yang berlaku di Kementerian Perhubungan. Pelayanan

Informasi Publik yang diterima baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

a) Data surat permohonan informasi,sebagai berikut :

(1) Nomor pendaftaran yang diisi berdasarkan nomor setelah permohonan Informasi Publik diregistrasi;

(2) Nama;

(3) Alamat;

(4) Pekerjaan;

(5) Nomor telepon/e-mail;

(6) Rincian Informasi yang dibutuhkan;

(7) Tujuan penggunaan informasi;

(8) Cara memperoleh informasi;

(9) Cara mendapatkan salinan informasi.

b) Permohonan permintaan yang telah memenuhi persyaratan administrasi, akan dicatat dalam buku

register dan kepada pemohon informasi diberikan tanda bukti permintaan informasi.

2) Diteruskan kepada unit kerja terkait

Permohonan informasi yang telah dicatat kemudian diteruskan kepada Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi dan didistribusikan kepada unit kerja sesuai dengan tugas fungsinya masing-masing untuk

menyiapkan jawaban.

3) Pengarsipan

Penataan dokumen atau pengarsipan dokumen dilakukan dengan penyimpanan baik berupa bentuk fisik hardcopy,

pencatatan dalam pembukuan dan secara elektronik. Penyimpanan dokumen diatur dan disesuaikan dengan

sarana dan pra sarana yang ada serta berdasarkan prosedur pengarsipan yang berlaku.172Direktori Kementerian Perhubungan

Page 175: Direktori Perhubungan

1. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat di Information Center (IC)a. Alur Pelayanan Pengaduan Masyarakat

C. Pengaduan Masyarakat

b. Prosedur Pelayanan Pengaduan Masyarakat

1) Petugas Informasi melakukan verifikasi data yang masuk melalui pengaduan masyarakat di email portal

www.dephub.go.id dan SMS centre.

2) Melakukan pencatatan pengaduan masyarakat, sebagai berikut:

a) Tanggal Pengaduan

b) Nama

c) Alamat

d) Nomor telpon

e) Rincian Isi Pengaduan

f) Klasifikasi Pengaduan

g) Sub sektor/ Unit kerja/ lokasi

3) Mengklasifikasikan pengaduan masyarakat berdasarkan unit kerja terkait dengan pengaduan.

dikategorisasikan berdasarkan sub sektor, badan, sekretariat dan inspektorat.

4) Penanggung jawab harian Information Center menindaklanjuti pengaduan masyarakat dengan menanggapi,

menjawab langsung dan meneruskan pengaduan pada unit kerja terkait.

5) Meneruskan dan menyampaikan pengaduan masyarakat kepada unit kerja terkait untuk dapat

ditindaklanjuti.

6) Unit kerja terkait memproses pengaduan masyarakat dengan menanggapi, menjawab dan

menindaklanjuti.

NO. KEGIATANPIHAK TERLIBAT

PETUGAS ICPENANGGUNGJAWAB

HARIANSUBSEKTOR

& BADAN

1. Melakukan verifikasi data

2. Mencatat pengaduan masyarakat

3.Mengklasifikasikan pengaduan berdasarkan subsektor dan badan

4. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat

5.Menanggapi, menjawab langsung dan meneruskan

6. Memproses pengaduan masyarakat

7. Menanggapi, menjawab dan menindaklanjuti

8.Mencatat tanggapan, jawaban dan hasil tindak lanjut

9. Mendokumentasikan

10. Laporan bulanan

173Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 176: Direktori Perhubungan

7) Hasil proses pengaduan masyarkat dikembalikan kepada penanggung jawab harian information center

untuk selanjutnya dijawab melalui media elektronik yang sama.

8) Keseluruhan alur prosedur pengaduan masyarakat dicatat dan didokumentasikan dan kemudian dilaporkan

secara berkala.

c. Mekanisme Pendokumentasian Pengaduan Masyarakat

Pengaduan Masyarakat yang diterima oleh Petugas IC ditangani secara cepat tepat tertib dengan cara sebagai

berikut :

1) Pencatatan

Pencatatan dilakukan dengan pengadministrasian yang berlaku di Kementerian Perhubungan. Pengaduan

Masyarakat yang diterima melalui website (www.dephub.go.id) dan SMS Center dilakukan pencatatan

sebagai berikut :

a) Data surat pengaduan meliputi :

(1) Nomor dan tanggal agenda

(2) Tanggal pengaduan

(3) Kategori / klasifikasi pengaduan

b) Identitas pelapor melputi :

(1) Nama pengirim

(2) Alamat

(3) No telepon

(4) Isi pengaduan

c) Lokasi kasus meliputi :

(1) Sub sektor / unit kerja

(2) Kabupaten / kota

2) Penelaahan

Pengaduan yang telah dicatat kemudian dan dikelompokkan berdasarkan jenis penyimpangan dengan

kode masalah sebagai berikut :

01. Penyalahgunaan wewenang

02. Pelayanan masyarakat

03. Korupsi / pungli

04. Kepegawaian / ketenagakerjaan

05. Pertanahan / perumahan

06. Hukum / pengadilan dan HAM

07. Kewaspadaan nasional

08. Tata laksana / regulasi

09. Lingkungan hidup

10. Umum

Langkah – langkah penelaahan materi pengaduan masyarakat meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

1) Merumuskan inti masalah yang diadukan

2) Menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang relevan

3) Meneliti dokumen dan / atau informasi yang pernah ada dalam kaitannya dengan pengaduan yang

baru saja diterima174Direktori Kementerian Perhubungan

Page 177: Direktori Perhubungan

4) Menetapkan hasil penelaahan pengaduan masyarakat untuk proses selanjutnya

Hasil penelaahan pengaduan masyarakat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :

1) Ditanggapi / dijawab langsung oleh petugas IC

2) Diteruskan kepada unit kerja terkait

3) Tidak ditanggapi / diabaikan

3) Diteruskan kepada unit kerja terkait

Kegiatan meneruskan pengaduan masyarakat kepada unit kerja yang berwenang melakukan penanganan,

tindakan korektif dan tindakan hukum lainnya sesuai dengan kedudukan, tugas pokok, fungsi dan

kewenangannya berdasarkan ketetuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

4) Pengarsipan

Penataan dokumen atau pengarsipan dokumen dilakukan dengan penyimpanan baik berupa bentuk fisik

hardcopy, pencatatan dalam pembukuan dan secara elektronik. Penyimpanan dokumen diatur berdasarkan

klasifikasi jenis masalah, unit kerja terlapor serta urutan waktu pengaduan yang penyimpanannya disesuaikan

dengan sarana dan pra sarana yang ada serta berdasarkan prosedur pengarsipan yang berlaku.

D. Tindaklanjut Penanganan Pelayanan Informasi Publik Dan Pengaduan Masyarakat1. Permohonan Informasi

a. Tindak Lanjut Pelayanan Informasi Publik

Setelah pemohon informasi mengisi formulir permohonan informasi, maka petugas pelayanan informasi

menindaklanjutinya dengan :

1) Diteruskan kepada unit kerja terkait

Kegiatan meneruskan pengaduan masyarakat kepada unit kerja yang berwenang dan menguasai informasi

yang diminta, sesuai dengan kedudukan, tugas pokok, fungsi dan kewenangannya berdasarkan ketetuan

peraturan perundang – undangan yang berlaku.

2) Waktu Penyampaian Informasi

Setelah diteruskan dan dijawab oleh unit terkait, Petugas Informasi memberitahukan kepada pemohon

dengan formulir pemberitahuan. Dalam proses pemberian informasi dilakukan dalam waktu 7 hari dan

dapat penambahan waktu 3 hari apabila memamang dibutuhkan waktu tambahan dan tertulis dalam surat

pemberitahuan.

b. Tindaklanjut Keberatan Informasi

Setelah pemohon informasi mengajukan keberatan secara tertulis kepada Atasan PPID maupun mengisi formulir

pengajuan keberatan dengan disertai alasan, maka selanjutnya ditindaklanjuti dengan:

175Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 178: Direktori Perhubungan

1) Tanggapan

Atasan PPID memberikan tanggapan atas keberatan informasi dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kerja sejak diterima kebratan tertulis. Tanggapan dapat berisi alasan tertulis maupun penguatan

pemberian informasi dari PPID

2) Sengketa Informasi Melalui Komisi Informasi

Pemohon informasi dapat mengajukan penyelesaian sengketa ke Komisi Informasi dalam waktu paling

lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterima tanggapan tertulis dari atasan PPID.

3) Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Melalui Komisi Informasi

Penyelesaian sengketa dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah Komisi Informasi

menerima permohonan penyelesaian sengketa informasi. Komisi informasi akan melakukan mediasi, paling

banyak dua kali mediasi untuk mencapai kesepakatan atas sengketa informasi. Apabila mediasi tidak

berhasil akan dilakukan ajudikasi. Selanjutnya penyelesaian sengketa diproses oleh Komisi Informasi.

2. Pengaduan MasyarakatPengaduan masyarakat yang berkadar pengawasan wajib diselesaikan dengan melakukan pembuktian atas

kebenaran substansinya melalui kegiatan-kegiatan, sebagai berikut :

a. Pemeriksaan

b. Telaahan Lanjutan

Telaahan lanjutan dilakukan sebagai berikut :

1) Mempelajari dan merumuskan permasalahan;

2) Pemaparan hasil rumusan kepada pimpinan instansi untuk kasus-kasus yang signifikan;

3) Merumuskan bahwa pengaduan sudah mengarah kepada adanya pelanggaran terhadap peraturan yang

berlaku.

c. Konfirmasi

Kegiatan konfirmasi dilakukan sebagai berikut :

176Direktori Kementerian Perhubungan

Page 179: Direktori Perhubungan

1) Mengidentifikasi terlapor;

2) Mencari informasi tambahan dari sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diadukan sebagai

bahan pendukung.

d. Klarifikasi

Kegiatan klarifikasi dilakukan sebagai berikut :

1) Meminta penjelasan baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan

yang diadukan;

2) Melakukan penilaian terhadap permasalahan yang diadukan dengan mengacu kepada peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

3) Meminta dokumen pendukung atas penjelasan yang telah disampaikan oleh pihak-pihak yang telah

dimintakan penjelasan.

e. Waktu Penyelesaian

Penanganan pengaduan masyarakat harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 90 (Sembilan

puluh) hari setelah surat pegaduan diterima, kecuali ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

f. Pelaporan

1) Laporan hasil pemeriksaan disusun secara sistematik, singkat, jelas dan dapat dipertanggungjawabkan

serta memuat kesimpulan dari hasil telaahan lanjutan, konfirmasi dan klarifikasi, pemeriksaan dengan data

pendukung serta saran tindak lanjut;

2) Hasil pemeriksaan atas pengaduan masyarakat yang disalurkan oleh Pusat Komunikasi Publik harus

dilaporkan kepada pimpinan Sekretaris Jenderal selaku Pengarah Information Center;

3) Hasil pemeriksaan pengaduan masyarakat segera disampaikan oleh petugas kepada :

a. Pimpinan unit kerja terlapor;

b. Pimpinan penerima pengaduan.

g. Perlindungan Terhadap Pelapor dan Terlapor

Selama proses pengaduan, unit kerja yang berwenang menangani pengaduan masyarakat wajib memberikan

perlindungan hukum dan perlakuan yang wajar baik kepada pelapor maupun terlapor.

177Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 180: Direktori Perhubungan

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

1. UU NO 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

1) PP No 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan

Perkeretaapian

1. KM 40 Tahun 2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Lokomotif

2. KM 41 Tahun 2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Kereta Yang Ditarik Lokomotif

3. KM 42 Tahun 2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Kereta Dengan Penggerak Sendiri

4. KM 43 Tahun 2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Gerbong

5. KM 44 Tahun 2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Peralatan Khusus

6. KM 45 Tahun 2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Penomoran Sarana Perkeretaapian

INVENTARISASI PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG – UNDANG TRANSPORTASI

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. PERKERETAAPIAN

178Direktori Kementerian Perhubungan

Page 181: Direktori Perhubungan

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

7. PM 92 Tahun 2010 tentang Keahlian Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian

8. PM 93 Tahun 2010 tentang Keahlian Tenaga Pemeriksa prasarana perkeretaapian

9. PM 94 Tahun 2010 tentang Keahlian Tenaga Perawatan sarana perkeretaapian

10. PM 95 Tahun 2010 tentang Keahlian Tenaga Perawatan prasarana perkeretaapian

11. PM 96 Tahun 2010 tentang Sertifikasi Keahlian Tenaga Penguji Sarana Perkeretaapian

12. PM 97 Tahun 2010 tentang Sertifikasi Keahlian Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian

179Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 182: Direktori Perhubungan

13. PM 9 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api.

14. PM 10 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Peralatan Persinyalan Perkeretaapian

15. PM. 11 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian

16. PM. 12 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Instalasi Listrik Perkeretaapian.

17. PM 13 Tahun 2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Kereta dengan Penggerak Sendiri.

18. PM. Nomor 14 Tahun 2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Lokomotif.

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

180Direktori Kementerian Perhubungan

Page 183: Direktori Perhubungan

19. PM. Nomor 15 Tahun 2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Kereta yang Ditarik Lokomotif

20. PM. Nomor 16 Tahun 2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Peralatan Khusus

21. PM. Nomor 17 Tahun 2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Gerbong

22. PM. 18 Tahun 2011 tentang Sertifikat Auditor Perkeretaapian

23. PM. 19 Tahun 2011 tentang Sertifikat Kecakapan Penjaga Perlintasan

24. PM. 20 Tahun 2011 tentang Akreditasi Badan Hukum atau Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perkeretaapian

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

181Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 184: Direktori Perhubungan

25. PM 21 Tahun 2011 tentang Sertifikat Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api

26. PM. 22 Tahun 2011 tentang Sertifikat Inspektur Perkeretaapian

27. PM. 23 Tahun 2011 tentang Sertifikat Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian

28. PM. 28 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api

29. PM. 29 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Stasiun

30. PM. 30 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengujian Prasarana Perkeretaapian

31. PM. 31 Tahun 2011 tentang Standar dan Tata Cara Pemeriksaan Prasarana Perkeretaapian

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

182Direktori Kementerian Perhubungan

Page 185: Direktori Perhubungan

32. PM. 32 Tahun 2011 tentang Standar dan Tata Cara Perawatan Prasarana Perkeretaapian

33. PM. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kegiatan dan Kelas Stasiun Kereta Api.

34. PM. 36 Tahun 2011 tentang Pedoman Perpotongan, Persinggungan dan/atau Persambungan Jalur Kereta Api, Jalan atau Bangunan Lain

35. PM. 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

2) PP No 72 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Kereta Api

36. PM. 38 Tahun 2010 tentang Pedoman Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api.

37. PM 9 Tahun 2011 Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

183Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 186: Direktori Perhubungan

38. PM. 34 Tahun 2011 tentang Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dan Barang dengan Kereta Api

39. PM. 35 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Standar Pembuatan Grafik Perjalanan Kereta Api

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

184Direktori Kementerian Perhubungan

Page 187: Direktori Perhubungan

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

2. UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

1) PP Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

1. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Pelabuhan

2. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Otoritas Pelabuhan;

3. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 64 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Syahbandar;

4. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam;

5. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 68 Tahun 2010 tentang Perubahan Permenhub Nomor KM. 45 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara bukan Pajak yang berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

B. PELAYARAN

185Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 188: Direktori Perhubungan

6. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 42 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok.

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

2) PP Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian

1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;

3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2011 tentang Pemanduan;

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

186Direktori Kementerian Perhubungan

Page 189: Direktori Perhubungan

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut

3) PP Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan

1. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 01 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance)

2. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 22 Tahun 2010 tentang Pengangkutan Barang/muatan antar Pelabuhan Laut di dalam Negeri.

3. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 73 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan No KM 22 Tahun 2010 tentang Pengangkutan Barang/muatan antar Pelabuhan Laut di dalam Negeri.

4) PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Perlindungan Lingkungan Maritim

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

187Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 190: Direktori Perhubungan

5) PP Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas PP Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, LN Nomor 43, TLN Nomor 5208

1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 48 Tahun 2011 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penggunaan Kapal Asing Yang Tidak Termasuk Untuk Melayani Kegiatan mengangkut penumpang dan / Barang dalam kegiatan angkutan laut Dalam Negeri

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

188Direktori Kementerian Perhubungan

Page 191: Direktori Perhubungan

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

1. UU No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

1. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 10 Tahun 2009 Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulations Part 171) Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telekomunikasi Dan Radio Navigasi Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Service And Radio Navigation Service Providers)

2. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 11 tahun 2009 tentang peraturan keselamatan penerbangan sipil bagian 172 (civil aviation safety regulations part 172) tentang penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan (air traffic service providers).

3. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 12 Tahun 2009 Tanggal Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 69 (Civil Aviation Safety Regulations Part 69) Tentang Persyaratan Licence, Rating, Pelatihan Dan Kecakapan Bagi Personel Pemandu Lalu Lintas Udara (Air Traffic Services Personnel Licensing, Rating, Training, And Proficiency Requirements).

189Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 192: Direktori Perhubungan

4. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 13 Tahun 2009 Tanggal Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 143 (Civil Aviation Safety Regulations Part 143) Tentang Sertifikasi Dan Persyaratan Pengoperasian Bagi Penyelenggara Pelatihan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan (Certification And Operating Requirements For Ats Training Provider).

5. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2009 Tanggal 16 Februari 2009 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 170 (Civil Aviation Safety Regulations Part 170) Tentang Peraturan Lalu Lintas Udara (Air Traffic Rules).

6. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 15 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 11 (Civil Aviation Safety Regulations Part 11) tentang Persyaratan Tata Cara Untuk Mengamandemen Dan Membatalkan Serta Mengabulkan Atau Menolak Permohonan Pengecualian Dan Kondisi Khusus Dari Peraturan-Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Procedural Requirements For Amending And Repealing Of, And Granting Or Denying Petition Of Exemption, And Special Condition From The Civil Avation Safety Regulations).

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

190Direktori Kementerian Perhubungan

Page 193: Direktori Perhubungan

7. Peraturan Menteri Perhubungan KM 25 Tahun 2009 Tentang Pendelegasian Kewenangan Menteri Perhubungan Kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara Di Bidang Penerbangan

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2008 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 45 (Civil Aviation Safety Regulations Part 45) Tentang Identifikasi Dan Tanda Pendaftaran Pesawat Udara (Identification And Registration Marking).

9. Peraturan Menteri Perhubungan No KM. 8 Tahun 2010 Tentang Program Keselamatan Penerbangan Nasional.

10. Peraturan Menteri Perhubungan No KM. 9 Tahun 2010 Tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional

11. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

191Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 194: Direktori Perhubungan

12. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 13 Tahun 2010 tentang Batas Kawasan Kebisingan Di Sekitar Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta

13. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2010 Tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Di Sekitar Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta.

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 16 Tahun 2010 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Pkps) Bagian 63 (Civil Aviation Safety Regulations (Casr) Part 63) Tentang Persyaratan Personel Pesawat Udara Selain Penerbang Dan Personel Penunjang Operasi Pesawat Udara (Licensing Flight Crew Members Other Than Pilot, Flight Operation Officers, And Certification Of Flight Attendant)

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

192Direktori Kementerian Perhubungan

Page 195: Direktori Perhubungan

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 18 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Kepmenhub No Km 41 Tahun 2001 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 91 (Civil Aviation Safety Regulation Part 91) Tentang Peraturan Umum Pengoperasian Pesawat Udara (General Operating And Flight Rules)

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 19 Tahun 2010 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 05 (Civil Aviation Safety Regulation Part 05) Tentang Satuan Pengukuran (Unit Of Measurements)

17. Peraturan Menteri Perhubungan No KM. 20 Tahun 2010 tentang Safety Management System

18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Km 26 Tahun 2010 Tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan Dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

193Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 196: Direktori Perhubungan

19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 30 tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Km 42 Tahun 2001 Tentang Sertifikasi Penerbang Dan Instruktur Terbang

20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 34 Tahun 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Km 18 Tahun 2007 Tentang Tarif Angkutan Udara Perintis

21. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 52 Tahun 2010 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 174 (Civil Aviation Safety Regulations Part 174) Tentang Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services)

22. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 55 Tahun 2010 Tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Di Sekitar Bandar Udara Lombok Baru

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

194Direktori Kementerian Perhubungan

Page 197: Direktori Perhubungan

23. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 56 Tahun 2010 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 60 (Civil Aviation Safety Regulations Part 60) Tentang Persyaratan Alat Bantu Pelatihan Sintetis (Synthetic Training Devices)

24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2010 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141 (Civil Aviation Safety Regulations Part 141) Tentang Persyaratan Sertifikasi Dan Operasi Untuk Sekolah Penerbang (Certification And Operating Requirement For Pilots Schools)

25. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 58 Tahun 2010 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 142 (Civil Aviation Safety Regulations Part 142) Tentang Persyaratan Sertifikasi Dan Operasi Pusat Pendidikan Dan Pelatihan (Certification And Operating Requirements For Training Centers)

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

195Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 198: Direktori Perhubungan

26. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 41 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Otoritas Bandar Udara.

27. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 49 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 172 (Civil Aviation Safety Regulation Part 172) tentang Penyelenggara Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Provider)

28. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 55 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 176 (Civil Aviation Safety Regulation Part 1762) tentang Pencarian dan Pertolongan (Search And Rescue)

29. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171) tentang Penyelenggara Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Service Providers)

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

196Direktori Kementerian Perhubungan

Page 199: Direktori Perhubungan

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

30. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 63 Tahun 2011 tentang Kriteria, Tugas Dan Wewenang Inspektur Penerbangan

31. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 64 Tahun 2011 tentang Kriteria, Tugas Dan Wewenang Teknisi Penerbangan

32. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara

32. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara

197Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 200: Direktori Perhubungan

D. LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

1. UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas

2. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum LLAJ

198Direktori Kementerian Perhubungan

Page 201: Direktori Perhubungan

E. PERATURAN PELAKSANAAN DARI 4 UNDANG – UNDANG TRANSPORTASI

No. UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN MENTERI

1. UU NO 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

2. UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

3. UU No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

4. UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Multimoda Ditetapkan tanggal 4 Pebruari 2011

199Direktori

Kementerian Perhubungan

Page 202: Direktori Perhubungan

1. UU NO 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

2. UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

3. UU No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

4. UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Telah di sampaikan oleh Menteri Perhubungan kepada Menteri Hukum dan HAM dengan nomor surat HK.005/281Phb-2011 tanggal 9 Juni 2011 untuk proses Harmonisasi

Telah disampaikan oleh Menteri Perhubungan kepada Menteri Hukum dan HAM dengan surat Nomor : HK 005/2/5 phb 2011 tanggal 13 Juni 2011 untuk proses harmonisasi.

No. UNDANG-UNDANG

PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI

KETERANGAN

200Direktori Kementerian Perhubungan

Page 203: Direktori Perhubungan

Pusat Komunikasi PublikKementerian Perhubungan – Republik Indonesia

Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 IndonesiaTelp/Fax : (021) 350 3385, 350 4631Website : www.dephub.go.ide-mail : [email protected]