direktorat jenderal bina usaha kehutanan dan fungsi ... i. pendahuluan ... benih hasil ekstraksi...

23
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR : P.04/VI-BUHT/2012 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN HUTAN TANAMAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (6) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Hutan Tanaman, ditetapkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai budidaya tanaman HTR diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan tentang Pedoman Budidaya Tanaman Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); /5. Peraturan... KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN JAKARTA

Upload: nguyenkiet

Post on 19-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

NOMOR : P.04/VI-BUHT/2012

TENTANG

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN HUTAN TANAMAN RAKYAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (6) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Hutan Tanaman, ditetapkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai budidaya tanaman HTR diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanantentang Pedoman Budidaya Tanaman Hutan Tanaman Rakyat(HTR).

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

/5. Peraturan...

KEMENTERIAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

JAKARTA

Page 2: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

~ 2 ~

5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);

6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/menhut-II/2009 tentang Tentang Standard Dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin Atau Pada Hutan Hak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.68/Menhut-II/2011;

10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan.

11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Hutan Tanaman;

12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2012tentang Rencana Kerja Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat.

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN HUTAN TANAMAN

RAKYAT

Pasal 1

Pedoman Budidaya Tanaman HTR sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan ini.

Pasal 2 Pedoman budidaya tanaman HTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, merupakan acuan bagi para pelaksana pembangunan HTR dalam melakukan budidaya tanaman HTR.

/Pasal 3...

Page 3: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

~ 3 ~

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : J A K A R T A Pada Tanggal : 4 September 2012 DIREKTUR JENDERAL,

IR. BAMBANG HENDROYONO,MM

NIP. 19640930 198903 1 001

Tembusan : 1. Menteri Kehutanan; 2. Para Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Kehutanan; 3. Gubernur di seluruh Indonesia; 4. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia 5. Para Pejabat Eselon II Lingkup Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan; 6. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan wewenang di bidang Kehutanan di

seluruh Indonesia; 7. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang diserahi tugas dan wewenang di bidang

Kehutanan di seluruh Indonesia; 8. Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi di seluruh Indonesia.

Page 4: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan

Nomor : P.04/VI-BUHT/2012

Tanggal : 4 September 2012

Tentang : Pedoman Budidaya Tanaman Hutan Tanaman Rakyat

Page 5: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 2

B. Maksud dan Tujuan ............................................................................ 2

C. Ruang Lingkup .................................................................................... 2

D. Pengertian ..................................................................................... 2

II. PERBENIHAN DAN PEMBIBITAN ......................................................... 4

A. Perbenihan .......................................................................................... 4

1. Sumber Benih ................................................................................ 4

2. Pengumpulan Benih ...................................................................... 4

3. Ekstraksi Benih .............................................................................. 4

4. Penyimpanan Benih ........................................................................ 4

B. Pembibitan .......................................................................................... 4

C. Sumber Bibit Tanaman ....................................................................... 5

III. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN ..................................................... 7

A. Tapak Alang-Alang atau Semak Belukar ............................................ 7

1. Sistem Silvikultur ........................................................................... 7

2. Pola dan Teknik Silvikultur ............................................................. 7

a. Monokultur (sejenis) .................................................................. 7

b. Campuran ................................................................................. 7

3. Kegiatan ......................................................................................... 7

a. Penyiapan Lahan ....................................................................... 7

b. Penanaman ............................................................................... 7

c. Pemeliharaan ............................................................................ 7

B. Tapak Areal Bekas Tebangan (Logged Over Area) .............................. 8

1. Sistem Silvikultur ........................................................................... 8

2. Pola dan Teknik Silvikultur ............................................................. 8

3. Kegiatan ......................................................................................... 8

a. Penyiapan Lahan ....................................................................... 8

b. Penanaman ............................................................................... 9

c. Pemeliharaan ............................................................................ 9

C. Tapak Hutan Gambut .......................................................................... 9

1. Sistem Silvikultur ........................................................................... 9

2. Pola dan Teknik Silvikultur ............................................................. 9

3. Kegiatan ......................................................................................... 9

a. Penyiapan Lahan ....................................................................... 9

b. Penanaman ............................................................................. 10

c. Pemeliharaan .......................................................................... 10

D. Tapak Hutan Mangrove ..................................................................... 10

1. Sistem Silvikultur ......................................................................... 11

2. Pola dan Teknik Silvikultur ........................................................... 11

3. Kegiatan ....................................................................................... 11

a. Penyiapan Lahan ..................................................................... 11

b. Penanaman ............................................................................. 11

Page 6: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

c. Pemeliharaan .......................................................................... 12

E. Tapak Areal yang telah ditanami ..................................................... 12

1. Sistem Silvikultur ......................................................................... 13

2. Pola dan Teknik Silvikultur ........................................................... 13

3. Kegiatan ....................................................................................... 13

a. Penyiapan Lahan ..................................................................... 13

b. Penanaman ............................................................................. 13

c. Pemeliharaan .......................................................................... 14

IV. PERLINDUNGAN HUTAN .................................................................... 15

A. Pengendalian Hama dan Penyakit .................................................... 15

B. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Pengamanan ........................... 15

V. PEMANENAN ..................................................................................... 16

VI. PENUTUP .......................................................................................... 17

Page 7: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pembangunan hutan tanaman melalui skema Hutan Tanaman Rakyat

(HTR) merupakan kebijakan Kementerian Kehutanan yang strategis, karena

sangat relevan dengan prinsip pembangunan pro-poor, pro-growth, pro-job, dan

pro-environment. Program HTR bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

hutan melalui kegiatan pembangunan hutan tanaman, dengan memberikan

akses legal kepada masyarakat untuk mengelola kawasan hutan produksi.

Pembangunan hutan tanaman merupakan salah satu rangkaian tindakan

silvikultur atau budidaya tanaman hutan. Dalam pelaksanaannya kegiatan

teknik silvikultur pada HTR perlu memperhatikan kondisi tapak, persyaratan

tumbuh suatu jenis pohon, faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat

setempat.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara

Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman

Rakyat telah menetapkan beberapa aturan dasar dalam pelaksanaan budidaya

tanaman pada HTR. Pada prinsipnya jenis tanaman pada HTR dapat berupa

tanaman pokok (tanaman hutan) dan tanaman budidaya tahunan. Komposisi

untuk jenis tanaman budidaya tahunan paling luas 40% dari areal kerja.

Pola tanam yang dapat dikembangkan adalah Pola tanam monokultur, pola

tanam campuran, dan pola tanam agroforestri yang disesuaikan dengan

kondisi tapak setempat.

Khusus untuk tanaman pokok disarankan tanaman unggulan lokal yang cepat

tumbuh dan menguntungkan. Hasil hutan yang diharapkan dari HTR selain

kayu adalah hasil hutan bukan kayu, dan tanaman penghasil pangan dan

energi.

Kondisi tapak untuk pelaksanaan pembangunan HTR pada kenyataannya

sangat beragam, namun dapat dikelompokan dalam 5 (lima) tipe kondisi tapak

yaitu : alang-alang atau semak belukar, areal bekas tebangan (Logged Over

Area/LOA), hutan gambut, hutan mangrove dan areal yang telah ditanami

seperti tanaman sawit, tanaman karet dan tanaman campur antara lain

cokelat, kopi, cengkeh, kelapa, pala dan buah-buahan. Pada setiap kondisi

tapak tersebut, diperlukan sistem silvikultur, pola dan teknik silvikultur

tertentu agar produktivitas dapat berkelanjutan.

Page 8: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

2

Untuk dapat melaksanakan budidaya tanaman HTR yang berbeda-beda

kondisi tapaknya, diperlukan sebuah pedoman sebagaimana amanat pasal 8

ayat (6) Permenhut P.55/Menhut-II/2011 yang menyatakan bahwa ketentuan

lebih lanjut mengenai budidaya tanaman HTR diatur dengan Peraturan

Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan pedoman budidaya tanaman HTR ini untuk mendukung

keberhasilan program pembangunan hutan tanaman rakyat, dimana program

ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan produktivitas hutan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pedoman ini ditujukan sebagai panduan bagi para pemegang IUPHHK-HTR

dalam melaksanakan kegiatan HTR di kawasan hutan produksi.

C. Ruang Lingkup

Pedoman budidaya tanaman HTR dibedakan berdasarkan karakteristik lahan

atau tapak areal HTR yang ditemui di lapangan. Dalam pedoman ini, dibahas

beberapa tipe kondisi tapak HTR yaitu: alang-alang atau semak belukar, areal

bekas tebangan (Logged Over Area/LOA), hutan gambut, hutan mangrove dan

areal yang telah ditanami seperti tanaman sawit, tanaman karet dan tanaman

campur.

Ruang Lingkup pedoman budidaya tanaman HTR meliputi serangkaian

kegiatan silvikultur yang dimulai dari : perbenihan dan pembibitan;

penanaman dan pemeliharaan; perlindungan hutan; dan pemanenan.

D. Pengertian

1. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi

yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi

dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka

menjamin kelestarian sumberdaya hutan.

2. Tanaman Pokok adalah tanaman untuk tujuan produksi hasil hutan

berupa kayu perkakas/pertukangan dan atau hasil hutan bukan kayu

perkakas/pertukangan.

3. Tanaman budidaya tahunan berkayu adalah jenis tanaman yang daurnya

lebih dari satu tahun dan menghasilkan produk selain kayu, antara lain

jenis-jenis tanaman karet, kelapa, kopi, dan cengkeh.

Page 9: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

3

4. Sistem Silvikultur adalah sistem pemanenan sesuai tapak/tempat tumbuh

berdasarkan formasi terbentuknya hutan yaitu proses klimatis dan edaphis

dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka pengelolaan hutan lestari

atau sistem teknik bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih atau

bibit, menyemai, menanam, memelihara tanaman dan memanen.

5. Agroforestry dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada

hutan tanaman (IUPHHK-HT) adalah optimalisasi pemanfaatan lahan

hutan di areal kombinasi izin usaha hutan tanaman dengan tanaman

pangan (tumpang sari) dan atau ternak dan atau perikanan darat secara

temporal dengan tidak mengubah fungsi pokok usaha pemanfaatan hasil

hutan kayu

6. Teknik silvikultur adalah penggunaan teknik-teknik atau perlakuan

tehadap hutan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas

hutan. Perlakuan tersebut dapat dilakukan pada tahap permudaan,

pemeliharaan dan penjarangan, serta pemanenan.

7. Hutan Bekas Tebangan (Logged Over Area/LOA) adalah hutan alam

sekunder yang telah menampakkan bekas tebangan atau Hutan yang

tumbuh dan berkembang secara alami sesudah terjadi

kerusakan/perubahan akibat penebangan dan kegiatan lainnya.

8. Sumber benih adalah suatu tegakan hutan yang berada di dalam atau di

luar kawasan hutan yang diperuntukan sebagai penghasil benih.

9. Benih adalah biji (generatif) dan atau bagian tanaman muda (vegetatif)

yang telah diseleksi dengan benar untuk dijadikan bibit.

10. Persemaian adalah suatu tempat yang dikelola secara khusus untuk tujuan

memperbanyak suatu jenis atau beberapa jenis tanaman baik dari benih

maupun bahan vegetatif.

11. Bibit adalah anakan atau tanaman muda hasil dari pembiakan dari benih

(generatif) maupun dari pembiakan vegetatif (Stek, cangkok, sambungan,

kultur jaringan).

12. Ajir adalah potongan kayu atau bambu dengan ukuran panjang dan tebal

tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan, untuk penopang tanaman

muda agar kuat.

Page 10: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

4

II. PERBENIHAN DAN PEMBIBITAN

A. Perbenihan

1. Sumber Benih :

Sumber benih untuk pembuatan bibit disarankan dari sumber benih

berupa areal produksi benih, tegakan benih terseleksi, tegakan benih

teridentifikasi atau pohon-pohon plus dari zona pengumpulan benih.

2. Pengumpulan Benih :

Benih dapat dikumpulkan dengan cara memetik buah yang masak, atau

mengumpulkan buah yang masak atau jatuh di lantai hutan.

3. Ekstraksi Benih

Buah yang terkumpul, selanjutnya diekstraksi, melalui beberapa cara

sebagai berikut :

a. Untuk buah polong atau buah kering; ekstraksi dapat dilakukan dengan

penjemuran di tempat terbuka, atau dikeringkan dengan alat pengering

buatan, kemudian biji dipisahkan dari kotoran;

b. Pada buah yang berdaging, biji diekstraksi dengan cara merendam buah

dalam air, setelah lunak biji dikeluarkan dan dibersihkan lalu dijemur.

4. Penyimpanan Benih

Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut.

Terdapat 3 macam karakter benih yaitu :

a. benih ortodoks yaitu benih yang dapat disimpan lama dengan daya

kecambah tetap tinggi antara lain mangium, merbau, sengon dan pinus;

b. benih intermediate yaitu benih yang dapat disimpan agak lama dengan

daya kecambah tetap tinggi antara lain agathis, jabon, eucalyptus,

mahoni, gmelina, nyawai, binuang bini dan khaya;

c. benih rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat disimpan lama antara

lain meranti, eboni, kayu bawang dan ramin.

B. Pembibitan

Pengadaan bibit dapat melalui pembuatan persemaian. Pembuatan

persemaian disesuaikan dengan luas areal HTR yang dikelola dan atau

kelayakan secara ekonomi. Bibit tanaman yang dianjurkan ditanam

disarankan tanaman unggulan lokal yang cepat tumbuh dan bernilai

ekonomis.

Terdapat dua macam persemaian, yaitu:

Page 11: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

5

1. Persemaian sementara dengan ukuran kecil dan dekat dengan areal

penanaman dimana secara ekologis dan transportasi menguntungkan;

2. Persemaian permanen dimana pengelolaannya dapat dilakukan secara

besar-besaran.

Persyaratan umum untuk tempat persemaian adalah :

a. Lahan datar atau kemiringan kurang dari 5%;

b. Dekat dengan sumber air dan tidak pernah kering;

c. Kondisi biofisik sesuai persyaratan tumbuh jenis yang akan

disemaikan;

d. Tanah subur, remah dan bertekstur ringan;

e. Sebaiknya dekat sumber tenaga kerja, dan berada di pinggir jalan

angkutan.

Tata ruang persemaian diatur sedemikian rupa sehingga luas lahan

persemaian tidak seluruhnya digunakan untuk persemaian tetapi meliputi

pemanfaatan untuk kepentingan lainnya seperti bedeng tabur, bedeng

sapih, bak penampung air, saluran air, jalan dan lain-lain.

C. Sumber Bibit Tanaman

Bibit yang digunakan dalam persemaian dapat berasal dari biji/benih,

cabutan, stek dan cangkokan. Perlakuan untuk setiap jenis sumber bibit

diuraikan sebagai berikut :

1. Benih : biji disemaikan dalam bedeng tabur sampai berkecambah dan

muncul minimal 2 daun. Kemudian disapih dalam wadah, dan

ditempatkan pada bedeng sapih. Setelah bibit berumur 3-4 bulan atau

batang telah berkayu, bibit siap ditanam di lapangan;

2. Cabutan : bibit cabutan diambil dari areal hutan dimana anakan alam

tersedia. Anakan yang langsung untuk dijadikan bibit adalah anakan yang

mempunyai minimal 2-3 helai daun atau tinggi sekitar 20 cm. Kegiatan

pencabutan anakan dilakukan pada musim hujan dengan cara putaran

(digali melingkar anakan) yang langsung dipindahkan ke wadah. Setelah

berumur 3-4 bulan atau batang anakan telah berkayu, bibit siap ditanam

di lapangan;

3. Stek : pembuatan stek dapat dilakukan melalui stek batang, stek pucuk,

dan stek akar (tergantung jenis).

a. Stek batang, ukuran stek batang minimal diameter 1 cm, panjang

antara 10-20 cm;

b. Stek pucuk, dipilih dari pucuk yang memiliki minimal 3 titik tumbuh;

Page 12: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

6

c. Stek akar diambil dari akar lateral (bukan akar tunjang) anakan atau

pohon tertentu antara lain sungkai, sukun, gelam, nangka dan

sonokeling.

4. Cangkokan : pembuatan bibit dari cangkokan diambil dari cabang autotrof

(cabang yang mengarah ke atas), dilakukan dengan mengupas kulit dan

ditutup dengan sabut kelapa, hingga terjadi pertumbuhan akar.

Page 13: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

7

III. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN

Kegiatan penanaman dimulai dari penyiapan lahan, pembuatan lubang tanam,

dan pola tanam. Sedangkan pemeliharaan meliputi kegiatan penyulaman,

pendangiran, pemupukan, pemangkasan, dan penjarangan. Teknik penanaman

dan pemeliharaan untuk pelaksanaan pembangunan HTR dikelompokan dalam 5

(lima) tipe kondisi tapak yaitu : tapak alang-alang atau semak belukar, tapak areal

bekas tebangan (Logged Over Area/LOA), tapak hutan gambut, tapak hutan

mangrove dan tapak areal yang telah ditanami.

A. Tapak Alang-Alang atau Semak Belukar

1. Sistem Silvikultur

Tebang Habis Pemudaan Buatan (THPB) diawali dengan penanaman dan

bukan penebangan.

2. Pola dan Teknik Silvikultur

a. Monokultur (sejenis)

b. Campuran

c. Agroforestri antara lain Tumpang Sari, Silvopastural, Silvofisheris,

Apikultur, Wanafarma

3. Kegiatan

a. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan pada tapak alang-alang atau semak belukar dilakukan

dengan cara yang mudah dan murah secara manual, dan tanpa

pembakaran. Penyiapan lahan secara manual dapat berupa lingkaran

(cemplongan) atau pembersihan pada jalur tanam dilakukan dengan

cara pembabatan/pemotongan alang-alang atau semak belukar serta

mencangkul dan membalik tanah untuk mengeluarkan akar rimpang

alang alang atau semak belukar pada areal yang akan ditanami.

b. Penanaman

i. Pola tanam yang digunakan adalah tanaman sejenis dan campuran.

Jarak tanam pada pola tanam sejenis dan campuran disesuaikan

dengan kondisi lahan dengan jumlah tanaman sekurang-kurangnya

400 pohon/ha;

ii. Untuk pola tanam agroforestri jarak tanam disesuaikan dengan

kebutuhan;

iii. Pemasangan ajir dilakukan sesuai jarak tanam yang digunakan;

iv. Pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan ukuran wadah media

bibit;

Page 14: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

8

v. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang lebih baik lubang tanam

dapat diberi pupuk dasar berupa kompos atau pupuk kandang;

vi. Waktu penanaman dimulai pada awal musim hujan.

c. Pemeliharaan

i. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati dan rusak

sehingga jumlah tanaman sekurang-kurangnya 400 pohon/ha;

ii. Penyiangan dan pendangiran dilakukan sesuai dengan kondisi

lapangan;

iii. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang lebih baik dapat dilakukan

pemupukan;

iv. Pemangkasan cabang (pruning) disesuaikan dengan kondisi tegakan;

v. Penjarangan dilakukan jika diperlukan.

B. Tapak Areal Bekas Tebangan (Logged Over Area)

1. Sistem Silvikultur

Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dan atau Tebang Rumpang diawali dengan

penanaman dan bukan penebangan. Dalam hal areal tersebut masih

terdapat tegakan hutan alam dan telah ditumbuhi oleh jenis-jenis pionir

antara lain mahang, trema, yang telah memiliki diameter diatas 20 cm

ditetapkan sebagai areal perlindungan setempat dan pengembangan hasil

hutan bukan kayu dan dapat dimanfaatkan pada saat pemanenan

tanaman pokok serta selanjutnya dapat dilaksanakan dengan sistem THPB.

2. Pola dan Teknik Silvikultur

Kombinasi Bina Pilih dan Pengayaan Tanaman dengan pemeliharaan yang

intensif.

3. Kegiatan

a. Penyiapan Lahan

i. Pembuatan jalur tanam dengan lebar dan arah jalur yang

memberikan ruang tumbuh yang cukup;

ii. Melakukan inventarisasi untuk memilih dan menandai pohon

komersil tingkat pancang dan tiang yang berada pada jalur tanam

untuk dipelihara;

iii. Membersihkan jalur tanam dengan menghilangkan tanaman

pengganggu dan memelihara pohon komersial yang telah diberi

tanda;

iv. Jarak antar jalur tanam dengan memperhatikan lebar tajuk tegakan

tinggal;

Page 15: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

9

v. Pemasangan ajir dilakukan di tengah jalur tanam sesuai kebutuhan.

b. Penanaman

i. Pembuatan lubang tanam dilakukan disamping ajir dan disesuaikan

dengan ukuran yang memungkinkan perbaikan sirkulasi air dan

udara pada tanah;

ii. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang lebih baik lubang tanam

dapat diberi pupuk dasar berupa kompos atau pupuk kandang;

iii. Waktu penanaman dimulai pada awal musim hujan;

iv. Penanaman dilakukan dengan cara mengeluarkan bibit dari wadah

dengan hati-hati, tanah tidak boleh lepas dari akar tanaman karena

hal ini dapat menyebabkan tanaman mati. Pada saat menanam

leher akar berada pada permukaan tanah;

v. Tanah disekitar tanaman dipadatkan agar tanaman cukup kuat dan

tidak roboh.

c. Pemeliharaan

i. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati dan rusak

sehingga jumlah tanaman sekurang-kurangnya 400 pohon/ha;

ii. Penyiangan dan pendangiran dilakukan sesuai dengan kondisi

lapangan;

iii. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang lebih baik dapat dilakukan

pemupukan;

iv. Pemangkasan cabang (pruning) disesuaikan dengan kondisi tegakan;

v. Penjarangan dilakukan jika diperlukan.

C. Tapak Hutan Gambut

1. Sistem Silvikultur

Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dan atau Tebang Habis Pemudaan Buatan

(THPB), tergantung kepada kondisi tapak yang diawali dengan penanaman

dan bukan penebangan.

2. Pola dan Teknik Silvikultur

Kombinasi Bina Pilih dan Pengayaan Tanaman dengan pemeliharaan yang

intensif.

3. Kegiatan

a. Penyiapan Lahan

i. Pembersihan lahan pada jalur tanam dilakukan secara manual

dengan membabat tumbuhan pengganggu, dilakukan dengan cara

yang mudah dan murah secara manual, dan tanpa pembakaran;

Page 16: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

10

ii. Khusus di tempat-tempat yang selalu tergenang air atau muka air

rendah dapat dibuat kanal-kanal yaitu : kanal utama dan kanal

sekunder. Kanal utama berfungsi sebagai sirkulasi air dan sarana

transportasi dalam rangka mengeluarkan hasil tanaman HTR.

Kanal sekunder berfungsi sebagai saluran sirkulasi air;

iii. Lebar dan kedalaman masing-masing kanal sesuai kebutuhan;

iv. Pembuatan jalur tanam dilakukan dengan membuat jalur bersih

selebar kurang lebih 2-5 m untuk pola tanam sejenis dan lebar

kurang lebih 5 meter untuk pola tanam agroforestri;

v. Pemasangan ajir dilakukan di tengah jalur tanam.

b. Penanaman

i. Pada pola agroforestri, tanaman semusim disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat pengelola HTR;

ii. Pada lahan yang tidak dikanalisasi, dapat dibuat gundukan pada

sekitar ajir dengan meninggikan tanah. Gundukan dibuat pada

awal musim kemarau disetiap ajir yang terpasang. Agar gundukan

kuat maka dilakukan pemadatan atau diberi penahan dari sisa-sisa

kayu yang terdapat disekitarnya;

iii. Lubang tanam untuk tanaman pokok dibuat disesuaikan dengan

ukuran wadah bibit;

iv. Penanaman dimulai pada awal musim hujan dengan melepaskan

wadah bibit secara hati-hati dan menanamnya pada lubang tanam

secara tegak lurus.

c. Pemeliharaan

i. Penyiangan dan pendangiran dilakukan sesuai dengan kondisi

lapangan;

ii. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang lebih baik dapat dilakukan

pemupukan dengan menggunakan pupuk daun yang disemprotkan

ke daun tanaman;

iii. Pemangkasan cabang (pruning) disesuaikan dengan kondisi tegakan

untuk mengurangi tingkat kerobohan.

D. Tapak Hutan Mangrove

Hutan mangrove atau hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di rawa berair

payau yang terletak di pantai dan dipengaruhi pasang surut air laut. Jenis

yang dikembangkan di mangrove harus disesuaikan dengan zonasi lahan

mangrove, yaitu : Avicenia sp, Rhizophora spp, Sonneratia spp, Bruguiera spp

dan Xylocarpus spp.

Page 17: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

11

1. Sistem Silvikultur

Tebang pilih untuk penebangan akhir daur sedangkan untuk pemanfaatan

antara menggunakan sistem pemangkasan cabang sesuai ukuran yang

dibutuhkan.

2. Pola dan Teknik Silvikultur

a. Sistem monokultur;

b. Agroforestri antara lain Tumpang Sari, Silvopastural, Silvofisheris,

Apikultur, Wanafarma.

3. Kegiatan

a. Penyiapan Lahan

i. Pembuatan jalur tanam dilakukan dengan cara pembuatan jalur

rintisan dan membersihkannya;

ii. Pembuatan ajir ukurannya lebih panjang daripada umumnya dan

dipasang sesuai jarak tanam;

iii. Khusus pada lahan yang mudah terabrasi, sebaiknya dilakukan

pemasangan turus sebagai penahan abrasi yang dapat dibuat dari

kayu, batu atau bambu;

iv. Khusus pada lahan yang selalu tergenang, disarankan sistem

penanaman dapat dilakukan dengan cara membuat hamparan

lahan dengan luasan tertentu dibatasi oleh pagar bambu yang

berbentuk persegi empat atau persegi panjang yang diisi dengan

media tanam berupa tanah mangrove sekitarnya;

v. Khusus pada sistem empang parit, komposisi jalur empang

terhadap jalur tanam mangrove disesuaikan dengan kebutuhan,

sebagai contoh jika 2 : 6, artinya 2 meter untuk jalur empang parit

dan 6 meter untuk jalur tanam.

b. Penanaman

Penanaman di lahan mangrove dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

penanaman dengan bibit dan penanaman langsung dengan benih,

melalui :

i. Untuk penanaman menggunakan bibit, buat lubang tanam saat air

surut dengan ukuran sedikit lebih besar dari ukuran wadah dekat

ajir yang telah dipasang;

ii. Segera setelah lubang tanam dibuat, bibit ditanam dengan terlebih

dahulu melepaskan wadah secara hati-hati;

iii. Lubang tanam di sekeliling bibit ditutup lagi dan ditimbun hingga

batas leher akar;

Page 18: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

12

iv. Agar tanaman tidak terbawa arus, maka tanaman diikatkan pada

ajir;

v. Untuk penanaman yang menggunakan benih, benih tersebut

langsung ditanam dekat ajir dengan membenamkannya sedalam

sekurang-kurangnya sepertiga ukuran panjang benih;

vi. Dalam hal ijin HTR yang diberikan merupakan hutan bakau yang

masih utuh, maka tidak dilakukan penanaman tetapi hanya

pemeliharaan dan pemanenan.

c. Pemeliharaan

i. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati dan

rusak pada tahun pertama;

ii. Penyiangan dilakukan pada tanaman muda sampai umur 2 tahun

dan tergantung kerapatan gulma. Penyiangan dilakukan dengan

cara membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman pokok;

iii. Agar tanaman muda tidak diganggu kepiting, remis, kera dan hama

serangga dan organisme lain, maka tanaman dapat diberi perlakuan

perlindungan berupa : (a) bumbung bambu yang dipasang

mengelilingi tanaman (b) pagar kecil dari ranting/pelepah/daun

paku-pakuan yang dipasang dan diikatkan pada tanaman di

lapangan;

iv. Khusus pada sistim apiculture, pemasangan stup lebah dilakukan di

bawah tegakan mangrove. Untuk mendapatkan hasil madu yang

baik penempatan stup disarankan di zona Sonneratia;

v. Khusus pada sistem silvopastural, pembuatan kandang ternak

dilakukan berdampingan dengan areal tanaman mangrove, agar

mudah dalam pemberian pakan pada ternak tersebut;

vi. Dalam hal ijin HTR yang diberikan merupakan hutan bakau yang

masih utuh, maka pemeliharaan yang dilakukan melalui pembinaan

permudaan alami.

E. Tapak Areal yang telah ditanami

Kondisi tapak HTR yang telah ditanami yaitu lahan-lahan yang telah ditanami

dengan berbagai macam jenis tanaman tahunan maupun tanaman semusim.

Kegiatan pengelolaannya biasa dilakukan oleh masyarakat sekitar yang telah

lebih dulu memanfaatkan lahan tersebut. Adapun tapak HTR tersebut antara

lain berupa tanaman karet, tanaman sawit, tanaman campur antara lain

cokelat, kopi, cengkeh, kelapa, pala dan buah-buahan.

Page 19: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

13

1. Sistem Silvikultur

Tebang Rumpang untuk tanaman campur dan untuk tanaman sawit dan

karet dengan Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ), diawali dengan penanaman

dan bukan penebangan.

2. Pola dan Teknik Silvikultur

Dilaksanakan dengan pola tanaman campuran dengan memasukan

tanaman pokok secara bertahap untuk memenuhi peraturan yang berlaku.

3. Kegiatan

a. Penyiapan Lahan

Untuk Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) penyiapan lahan dilakukan

dengan membuat jalur tanam, sedangkan untuk tebang rumpang

dilakukan pada tempat-tempat yang kosong.

b. Penanaman

b.1. Penanaman areal HTR yang sudah ada tanaman karet

Dilakukan inventarisasi potensi tanaman karet yang meliputi

jumlah pohon, jarak tanam, umur dan kondisi penutupan tajuk.

Berdasarkan hasil inventarisasi tersebut, selanjutnya dilakukan

tindakan sebagai berikut :

i. Apabila jumlah tanaman karet telah mencapai 40% dari luasan,

maka lahan ditanami dengan tanaman pokok kehutanan jenis

tanaman unggulan lokal mencapai luasan 60%;

ii. Apabila tanaman karet telah melebihi 40% dari luasan, maka

dilakukan penebangan tanaman karet hingga maksimal 40%

dari luasan lahan dan dilakukan penanaman tanaman pokok

kehutanan hingga mencapai luasan 60% dari luasan lahan.

b.2. Penanaman areal HTR yang sudah ada tanaman Sawit

i. Untuk tanaman sawit yang masih muda (umur sampai dengan

3 tahun) di ganti dengan tanaman pokok kehutanan

disarankan tanaman unggulan lokal;

ii. Apabila terdapat tanaman sawit berumur rata-rata diatas 3

(tiga) tahun, maka diberikan kesempatan mengembangkan

tanaman sawit tersebut sampai umur 20 (dua puluh) tahun,

dengan kewajiban menanam tanaman kehutanan sebagai batas

petak dan blok;

iii. Apabila tanaman sawit tersebut berumur rata-rata diatas 10

(sepuluh) tahun, wajib ditanami tanaman kehutanan sebagai

Page 20: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

14

tanaman sela menyebar dengan jumlah 400 pohon/Ha

dan/atau dengan jarak 5 (lima )x 5 (lima) meter.

iv. Khusus tanaman sawit berumur rata-rata 20 (dua puluh)

tahun atau lebih, tanaman sawit harus ditebang dan diganti

tanaman hutan dan tanaman sela menyebar dengan jumlah

400 Pohon/Ha, selanjutnya dipelihara sampai umur masak

tebang sesuai dengan jenis dan tapaknya;

v. Penanaman dimulai pada awal musim hujan dengan

melepaskan wadah bibit secara hati-hati kemudian tanam bibit

di lubang tanam yang telah dibuat.

b.3. Penanaman areal HTR berupa tanaman campur

Pada lahan HTR yang telah ditanami dengan tanaman campur,

maka perlu dilakukan inventarisasi tanaman pada tanaman

campur antara lain jenis tanaman, jarak tanam, umur dan kondisi

penutupan tajuk. Berdasarkan hasil inventarisasi selanjutnya

dilakukan :

i. Penanaman tanaman pokok kehutanan minimal 60% sisanya

dapat ditanami berbagai jenis tanaman tahunan berkayu (tidak

didominasi oleh satu jenis tanaman);

ii. Pemasangan ajir dilakukan pada lahan yang masih kosong dan

jarak tanam disesuaikan dengan kondisi tapak dan kebutuhan;

iii. Pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan ukuran wadah

bibit;

iv. Penanaman tanaman pokok dimulai pada awal musim hujan.

c. Pemeliharaan

i. Pemeliharaan terhadap tanaman karet dan tanaman tahunan

antara lain melalui penyiangan, pendangiran, dan pemangkasan

disesuaikan dengan kondisi tegakan;

ii. Untuk tanaman pokok pada tanaman campur disarankan

pemupukan sesuai kebutuhan;

Page 21: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

15

IV. PERLINDUNGAN HUTAN

Perlindungan hutan terdiri dari kegiatan pengendalian hama dan penyakit,

pencegahan kebakaran dan pengamanan.

A. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan antara lain :

1. Kegiatan pengawasan/inspeksi tanaman atau tegakan secara intensif agar

kesehatan hutan terjaga;

2. Cara pengendalian hama & penyakit dapat dilakukan antara lain dengan :

a. Mekanik atau fisik : menebang pohon yang sakit sejak awal, membuang

benalu, merusak sarang hama dan membasmi hama dan penyakitnya;

b. Silvikultur : dengan mengatur kerapatan tegakan, mengatur drainase

dan melakukan pemeliharaan tanaman secara intensif;

c. Biologi : dengan menggunakan predator hama dan penyakit;

d. Kimiawi : menggunakan insektisida sesuai dengan dosis dan frekuensi

pemberantasan, atau menggunakan fungsisida sesuai dengan dosis

yang dianjurkan.

B. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Pengamanan

1. Melakukan patroli secara rutin terus-menerus dan mandiri;

2. Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan dan pihak-pihak terkait;

3. Membersihkan areal penanaman dari sumber bahan bakar dan pembuatan

sekat bakar, teras pada lereng yang miring untuk mencegah menjalarnya

api;

4. Menanam jenis pohon sesuai dengan tempat tumbuhnya dan mengadakan

pemeliharaan intensif, sehingga tumbuhan bawah yang dapat mempercepat

menjalarnya api dapat ditekan.

Page 22: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

16

V. PEMANENAN

Kegiatan pemanenan meliputi kegiatan penebangan, pembagian batang,

pengulitan, penyaradan, dan pengangkutan.

1. Pemanenan adalah penebangan yang dilakukan terhadap tegakan tanaman

pokok yang telah mencapai masak tebang/umur daur ekonomis;

2. Pemanenan dilaksanakan sesuai sistem silvikultur pada masing-masing tapak,

dengan prinsip yang ditebang adalah pada petak tebang yang telah siap panen

sesuai daur dengan peralatan panen yang dibenarkan;

3. Pada tapak LOA pemanenan hutan alam dapat dilakukan setelah hutan

tanaman mencapai daur ekonomis dimasukan dalam RKT akhir daur;

4. Khusus pemanenan di lahan mangrove yang bertujuan untuk produksi arang,

kegiatan pemanenan dilakukan sebagai panen antara dengan cara

pemangkasan cabang sesuai dengan kebutuhan, sedangkan pemanenan pohon

utama dilakukan pada akhir daur dengan sistem tebang pilih.

Page 23: DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN dan Fungsi ... I. PENDAHULUAN ... Benih hasil ekstraksi disimpan sesuai dengan karakter benih tersebut. Terdapat 3 macam karakter benih yaitu

17

VI. PENUTUP

Pedoman ini dibuat untuk memudahkan bagi pelaku pembangunan hutan

tanaman rakyat, sehingga diharapkan program HTR akan berjalan sesuai dengan

target yang ditentukan.