dinkes word imunisasi

40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Pada tahun 1974 cakupan vaksinasi baru mencapai 5% sehingga dilaksanakan imunisasi global yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). 1,2 Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai 100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Pencapaian UCI desa/ kelurahan tahun 2009 masih sangat rendah, yaitu 69,6%. Hal ini disebabkan antara lain karena kurang perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap program imunisasi, kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik rutin maupun tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang adekuate. Selain itu juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan kesehatan swasta, kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi. 3,4 1

Upload: kykylullabys

Post on 26-Jul-2015

826 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dinkes Word Imunisasi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat

efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Pada tahun 1974

cakupan vaksinasi baru mencapai 5% sehingga dilaksanakan imunisasi global

yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI).1,2

Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/

kelurahan mencapai 100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari

seluruh bayi di desa/kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang

terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Pencapaian UCI desa/

kelurahan tahun 2009 masih sangat rendah, yaitu 69,6%. Hal ini disebabkan

antara lain karena kurang perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah

terhadap program imunisasi, kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik

rutin maupun tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang

adekuate. Selain itu juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan

kesehatan swasta, kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi.3,4

Menurut data profil kesehatan Indonesia 2008, di Sumatera Selatan angka

kejadian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) masih tinggi.

Penyakit campak, terjadi 766 kasus (7,2%) dengan 232 kasus (2,2%) terjadi pada

orang yang telah divaksinasi. C a m p a k ( measles, morblli, rubela) disebabkan oleh

virus measles yang termasuk dalam genus Morbillivirus famili Paramyxoviridae.

Campak merupakan penyakit akut yang sangat menular, dan ditandai dengan

Gejala utama dari campak adalah demam, batuk, coryza, konjungtivitis, dan

bercak koplik yang diikuti timbulnya ruam makulopapular pada hari ke tiga

sampai hari ke tujuh.

Dari data profil Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2010, didapatkan

bahwa cakupan imunisasi campak di kota palembang rata-rata mencapai 93,28%,

Namun pada profil Puskesmas Gandus pada tahun 2012, cakupan imunisasi

1

Page 2: Dinkes Word Imunisasi

2

campak di Puskesmas Gandus untuk tahun 2011 hanya mencapai 75%. Hasil ini

masih di bawah standar UCI Nasional per kecamatan pada tahun 2012 yang

seharusnya mencapai 90%.6

Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai

umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi optimal. Faktor – faktor seperti pendidikan orang tua,

pekerjaan orang tua, pendapatan per kapita keluarga per bulan, jumlah anak yang

dimiliki, pengetahuan sikap dan perilaku orang tua terhadap imunisasi diketahui

berperan dalam pemberian imunisasi.1-3

Menurut Lawrence Green dalam Notoadmojo (2003) perilaku

dilaterbelakangi oleh tiga faktor yakni: faktor predisposisi (predisposing factor),

faktor yang mendukung (enabling factor), faktor-faktor yang memperkuat dan

mendorong (reinforcing factor). Faktor perilaku merupakan faktor yang paling

besar pengaruhnya untuk memunculkan masalah kesehatan termasuk imunisasi di

negara-negara berkembang. Perilaku dan sikap ibu yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu

tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya.4 Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi, tingkat

pengetahuan ibu, dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi campak khususnya

di Puskesmas Gandus Kota Palembang.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana cakupan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas

Gandus Kota Palembang?

2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosiodemografi, tingkat

pengetahuan ibu, dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi campak di

wilayah kerja Puskesmas Gandus Kota Palembang?

Page 3: Dinkes Word Imunisasi

3

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi

campak di wilayah kerja Puskesmas Gandus Kota Palembang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui cakupan pemberian imunisasi campak dan alasan mengapa

tidak diberikan imunisasi campak pada anak di wilayah kerja

Puskesmas Gandus Kota Palembang.

2. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu,

tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pendapatan per kapita

keluarga per bulan, dan jumlah anak yang dimiliki dengan pemberian

imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Gandus Kota

Palembang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi peneliti

1. Menambah informasi, pengetahuan, dan wawasan tentang imunisasi

dasar pada balita.

2. Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian sebagai bekal

dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.4.2. Bagi Institusi

Memberikan karya bagi almamater sehingga dapat menambah data yang

baru yang dapat digunakan oleh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UNSRI.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Dengan meningkatnya kualitas program imunisasi akan menurunkan

angka kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Page 4: Dinkes Word Imunisasi

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Campak

2.1.1 Definisi

Penyakit campak adalah suatu penyakit berjangkit. Campak atau rubeola

adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam,

batuk, konjungtivitis dan ruam kulit. Campak ialah penyakit infeksi virus akut,

menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a. stadium kataral, b. stadium

erupsi dan c. stadium konvalesensi.4

Campak adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium:

1. Stadium kataral

Di tandai dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam

ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.

2. Stadium erupsi

Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka,

tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.

3. Stadium konvalesensi

Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi

hiperpigmentasi.

2.1.2 Etiologi

Campak disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus

Morbillivirus. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam

tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat

aktif sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan

ginjal kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel

raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat

dideteksi bila ruam muncul.

Page 5: Dinkes Word Imunisasi

5

2.1.3 Epidemiologi

Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan

Subdit Surveilans dan Daerah pada tahun 1998-1999, kasus-kasus campak terjadi

karena anak belum mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40–100

persen dan mayoritas adalah balita (>70 persen). Frekuensi KLB campak pada

tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi se-Indonesia ke Subdit

Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada periode 1998–1999: dari

32 kejadian menjadi 56 kejadian. Angka frekuensi itu sangat dipengaruhi

intensitas laporan dari provinsi atau kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan sistern

pencatatan dan pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian cukup

tinggi terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap

kecenderungan meningkatnya frekuensi KLB campak di Indonesia, seperti Jawa

Barat, NTB, Jambi, Bengkulu dan Yogyakarta.4

2.1.4 Patofisiologi

Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan

saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel

mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada

hiperplasi limfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama

menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik pada mukosa

bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi

sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Bronkopneumonia dapat

disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.

2.1.5 Diagnosis Banding

Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah

campak jerman, infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia,

demam skarlantina, penyakit riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan

dengan ruam kulit pada penyakit campak.

Page 6: Dinkes Word Imunisasi

6

1. Campak jerman.

Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di

daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.

2. Eksantema subitum.

Perbedaan dengan penyakit campak. Ruam akan timbul bila suhu badan menurun.

3. Infeksi enterovirus

Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan

derajat demam dan berat penyakitnya.

4. Penyakit Riketsia

Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang

secara khas terlihat pada penyakit campak.

5. Meningokoksemia

Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai

batuk dan konjungtivitis. 4

6. Ruam kulit akibat obat

Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah

ada riwayat penyuntikan atau menelan obat.

7. Demam skarlantina.

Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur

seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah

dibedakan dengan campak.

Page 7: Dinkes Word Imunisasi

7

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel

raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat

diisolasi pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan

limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak

biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar

glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk

rubeola/campak.

2.1.7 Komplikasi

1. Bronkopnemonia

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus,

streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan

kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita

penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu

pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.

2. Komplikasi neurologis

Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,

gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis.

2.1.8 Prognosis

Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis

buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis

atau bila ada komplikasi4.

Angka kematian kasus di Amerika Serikat telah menurun pada tahun-tahun ini

sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan

sosioekonomi membaik.

Page 8: Dinkes Word Imunisasi

8

2.2.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen

yang serupa, tidak terjadi penyakit. Vaksinasi adalah suatu tindakan yang dengan

sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari mikoorganisme

patogen untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang.1,8

Kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dan interaksi sel di dimana

tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen. Dilihat dari cara timbulnya

maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif.

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat

oleh individu itu sendiri. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan

dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh

imunoglobulin lainya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat

oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau

terpajan secara ilmiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada

kekebalan pasif karena adanya memori imunologik. Tujuan imunisasi adalah

untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan

penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan

menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola.2,9

2.2.2. Vaksin

2.2.2.1. Pengertian

Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman,

komponen kuman (bakteri, virus, atau riketsia), atau racun kuman

(toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan

kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.8,9

2.2.2.2. Jenis–Jenis Vaksin2,8,9

Pada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

Page 9: Dinkes Word Imunisasi

9

1. Vaksin Hidup Attenuated

Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit.

Virus atau bakteri liar ini dilemahkan (attenuated) di laboratorium,

biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang. Misalnya vaksin campak

yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk mengubah virus campak liar

menjadi virus vaksin dibutuhkan 10 tahun dengan cara melakukan

penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak

yang menderita penyakit campak pada tahun 1954.

2. Vaksin Inactivated

Vaksin ini dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus

dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif dengan

penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Vaksin inactivated tidak

hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan

dalam suntikan. Vaksin ini tidak menyebabkan penyakit dan tidak dapat

mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. Tidak seperti antigen hidup,

antigen inactivated umumnya tidak dipengaruhi oleh antibodi yang

beredar. Vaksin inactivated selalu membutuhkan dosis multiple, pada

umumnya, pada dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif,

tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Respons imun

protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. Hal ini berbeda

dengan vaksin hidup, yang mempunyai respons imun mirip atau sama

dengan infeksi alami, respons imun terhadap vaksin inactivated sebagian

besar humoral, hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas selular.

2.2.3. Respon Imun pada Imunisasi

Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tubuh. Jika

terpajan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin,

tubuh akan bereaksi untuk menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.7

Secara umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun non-

spesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun non-spesifik merupakan

Page 10: Dinkes Word Imunisasi

10

mekanisme pertahanan alamiah. Disebut non-spesifik karena tidak ditujukan

terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya

tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi

tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan

terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan

respons langsung. Jika sistem imun non-spesifik tidak berhasil menghilangkan

antigen, barulah sistem imun spesifik berperan.8-10

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang

dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan

segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem

imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih

cepat, kemudian dihancurkan. Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan sel

B. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas selular, sedangkan pertahanan

sel B dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas seluler berperan melawan

antigen didalam sel (intrasel), sedangkan imunitas humoral berperan melawan

antigen diluar sel (ektrasel). Dalam pemberian vaksin, sistem imun spesifik inilah

yang berperan untuk memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi,

melalui mekanisme memori. 8-10

Peran utama vaksinasi adalah menimbulkan memori imunologik yang

banyak. Sel B memori terbentuk di jaringan limfoid bagian sentral germinal.

Antigen asing yang sudah terikat dengan antibodi akan membentuk kompleks Ag-

antibodi dan akan terikat dengan komplemen (C). Kompleks Ag-Ab-C akan

menempel pada sel dendrite folikel (FDC=follicular dendritic cells) karena

terdapat reseptor C di permukaan sel dendrite. Terjadi proliferasi dan diferensiasi

sel limfosit B dan akan terbentuk sel plasma yang menghasilkan antibodi dan sel

B memori yang mempunyai afinitas antigen yang tinggi. Sel B memori akan

berada di sirkulasi sedangkan sel plasma akan migrasi ke sumsum tulang. Bila sel

B memori kembali ke jaringan limfoid yang mempunyai antigen yang serupa

maka akan terjadi proses proliferasi dan diferensiasi seperti semula dengan

menghasilkan antibodi yang lebih banyak dan dengan afinitas yang lebih tinggi.8-10

Page 11: Dinkes Word Imunisasi

11

Dengan demikian, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksinasi

tidak akan mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena sistem

imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka yang tidak

divaksinasi.8-10

2.2.4 Imunisasi Campak

Pada saat ini di negara yang sedang berkembang, angka kejadian

campak masih tinggi dan seringkali dijumpai penyulit, maka WHO

menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan.

a. Dosis dan tata cara pemberian

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang

dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin

hidup, pemberian dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat

memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan secara

subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara intramuscular.

b. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Reaksi samping dari pemberian imunisasi vaksin campak antara

lain demam > 39,5°C, ruam, ensefalitis, dan ensefalopati. Kejadian

ikutan pasca imunisasi campak telah menurun dengan digunakannya

vaksin campak yang dilemahkan.

c. Kontra Indikasi

Imunisasi campak tidak dianjurkan pada anak dengan

imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker,

atau transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan

imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang

terinfeksi HIV.

Page 12: Dinkes Word Imunisasi

12

2.2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi

Jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi dapat dilihat pada tabel 1.

Table 1. Jadwal Pemberian Imunisasi

Jenis VaksinUmur Pemberian Vaksin

Bulan

Program Pengembangan Imunisasi (PPI)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

BCG 1

Hepatitis B 0 1 2 3

Polio 1 2 3 4

DPT 1 2 3

Campak 1

Sumber : DepKes RI

2.2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar

2.2.6.1 Orang tua

1. Pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting

dalam tumbuh kembang anak. Menurut penelitian Feby (2008), semakin

tinggi tingkat pengetahuan ibu maka semakin esar kemungkinan ibu

tersebut untuk mengimunisasikan anaknya.10 Karena dengan pendidikan

yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar

terutama cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan

anaknya, pendidikannya dan sebagainya. Mereka juga menjadi lebih

mengerti maksud, tujuan, dan manfaat program – program kesehatan,

khususnya imunisasi, sehingga mereka akan lebih terdorong untuk turut

memberikan imunisasi pada anaknya.11

Page 13: Dinkes Word Imunisasi

13

2. Pekerjaan

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.

Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan

seringkali tidak disadari oleh pelakunya, seseorang bekerja karena ada

sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas

kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan

yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.12

Berdasarkan asumsi, ibu yang sibuk bekerja untuk mendapatkan

tambahan pendapatan keluarganya, maka kesempatan untuk datang ke

tempat pelayanan imunisasi semakin berkurang.13

3. Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan

anak baik primer maupun yang sekunder.11

4. Jumlah anak

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial

ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan

kasih sayang yang diterima anak. Menurut Katedi (2010), ibu yang

memiliki ≤2 anak akan cendenrung mengimunisasikan anaknya

dibandingkan dengan ibu yang memiliki >2 anak.5 Terlebih lagi jika jarak

anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial

ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan

selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan

primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi.

Begitu juga imunisasi.11

Page 14: Dinkes Word Imunisasi

14

2.2.6.2 Lingkungan

1. Tersedianya sarana dan prasarana

Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya pelayanan kesehatan.

Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan

sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat teratasi. Jika upaya

kesehatan seperti imunisasi tidak dapat terselenggara dengan baik dan

pelayanan kesehatan belum terjangkau secara merata oleh masyarakat,

maka sulit diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat.1

2. Jarak fasilitas

Program kesehatan harus terjangkau masyarakat, baik dari segi

dana yang murah sampai tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.8

3. Penerimaan masyarakat terhadap program kesehatan

Kesalahpahaman/miskonsepsi mengenai imunisasi juga

berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap program

imunisasi. Kesalahpahaman yang terutama menyebabkan masyarakat

tidak berani mengimunisasi anaknya adalah anggapan bahwa imunisasi

memiliki efek samping yang justru berbahaya bagi anak, bahkan dapat

menyebabkan kematian pada anak.10

4. Petugas kesehatan

Sikap dan perilaku petugas kesehatan merupakan faktor penguat

seseorang dalam memilih suatu alternative perilaku sehat. Apabila

pelayanan petugas imunisasi baik, maka akan lebih membuat ibu puas

dan senang akan pelayanan petugas tersebut, sehingga ibu akan berusaha

kembali untuk mengimunisasi anaknya sesuai jadwal imunisasi

berikutnya.12

Page 15: Dinkes Word Imunisasi

15

2.2.6.3 Vaksin

Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati

(inaktif) yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap

perbedaan suhu. Oleh karena itu harus diperhatikan syarat-syarat

penyimpanan dan transportasi vaksin untuk menjamin potensinya ketika

diberikan kepada seorang anak. Bila syarat-syarat tersebut tidak di

perhatikan maka vaksin sebagai material biologis mudah rusak atau

kehilangan potensinya untuk merangsang kekebalan tubuh, bahkan bisa

menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak

diharapkan.2

Page 16: Dinkes Word Imunisasi

16

BAB III

PROFIL PUSKESMAS GANDUS

3.1 Profil Puskesmas Gandus7

3.1.1 Pendahuluan7

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan telah dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2010,

untuk Propinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang ditetapkan sebagai

Sumatera Selatan Sehat 2008. Kebijakan pembangunan kesehatan yang baru harus

lebih progresif dan proaktif, yang dikenal dengan kebijakan Paradigma Sehat.

Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut ditetapkan visi, sedangkan untuk

mewujudkan visi ditetapkan pembangunan kesehatan.

Pengertian paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model

pembangunan kesehatan yang bersifat holistic, melihat masalah kesehatan yang

dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanyan lebih

diarahkan pada peningkatan, pemeliharaaan dan perlindungan kesehatan bukan

hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan Puskesmas adalah unit

pelaksana pembangunan kesehatan yang mandiri dan bertanggung jawab di

wilayah kerja dalam satu kecamatan.

3.1.2 Wilayah7

Berdasarkan surat keputusan walikota Palembang, wilayah kerja

Puskesmas Gandus meliputi 5 kelurahan, yaitu:

1. Kelurahan Pulokerto

2. Kelurahan Gandus

3. Kelurahan Karang Jaya

4. Kelurahan Karang Anyar

5. Kelurahan 36 Ilir

Page 17: Dinkes Word Imunisasi

17

Batas wilayah:

Utara : Kelurahan Keramasan

Selatan : Kabupaten Banyu Asin

Timur : Kecamatan Ilir Barat 1 dan Ilir Barat 2

Barat : Kabupaten Muara Enim

3.1.3 Geografi

Kondisi alam wilayah kerja Puskesmas Gandus beragam terdiri dari sungai

besar dan anak sungai, rawa, perbukitan yang masing-masing daerah memiliki

karakteristik tertentu. Sebagian dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan

sebagian lagi hanya dapat dilalui kendaraan roda dua bahkan terdapat juga daerah

yang hanya dapat dicapai dengan kendaraan sungai dan jalan kaki.

3.1.3 Fasilitas Pelayanan Kesehatan7

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Ibu hamil, nifas, menyusui

KB

Bayi dan balita sakit

2. Pelayanan Pengobatan

Emergensi

Pengobatan Umum

Pengobatan gigi

Rujukan

3. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan di Puskesmas dan Posyandu

Penyuluhan di SD/SLTP/S

Page 18: Dinkes Word Imunisasi

18

4. Pelayanan laboratorium

Pemeriksaan urin rutin

Pemeriksaan darah rutin

Tes Kehamilan

Pemeriksaan DDR

Pemeriksaan kimia darah

Pemeriksaan dahak

5. Klinik Sehat Gilingan Mas

a. Pelayanan gizi

- Pemberian vit A dan garam beryodium

- Uji klinik gara beryodium

- Konsultasi balita BGM dan Obesitas

- Konsultasi bayi/balita sakit

b. Pelayanan Imunisasi

- BCG

- Polio

- DPT

- Hepatitis B

- Campak

- TT Calon Pengantin

- Anti Tetanus Serum

c. Pelayanan sanitasi

- Memberikan konsultasi/penyukuhan penyakit akibat faktor lingkungan

- Memberikan konsultasi tentang rumah sehat jamban dll.

Page 19: Dinkes Word Imunisasi

19

3.1.4 Staf/Tenaga7

Ketenagaan di Puskesmas Gandus termasuk 4 Pustu, 1 Klinik Terapung, 1

Unit Poskeskel yang sampai dengan 1 Februari 2011 dengan perincian

sebagai berikut:

a. Dokter umum : 3 orang

b. Dokter gigi : 1 orang

c. Dokter Spesialis Anak : - orang

d. Dokter SpOG : 1 orang

e. Dokter SpPD : - orang

f. SKM : 5 orang

g. Bidan : 6 orang

h. Akper : 7 orang

i. AKZI : 1 orang

j. Sanitarian : 1 orang

k. Perawat gigi : 2 orang

l. Analisis Kesehatan : 1 orang

3.1.5 Demografi7

1. Penduduk : 56.449 jiwa

2. Penduduk wanita : 28.662 jiwa

3. Penduduk laki-laki : 27.787 jiwa

4. Bumil : 1.467 jiwa

5. Bulin : 1.411 jiwa

6. Bayi : 1.411 jiwa

7. Balita : 5.561 jiwa

8. Usila : 5.139 jiwa

9. KK : 13.116 KK

10. KK Miskin : 4.128 KK

11. Anggota Gakin : 10.364 jiwa

12. RT : 160 RT

Page 20: Dinkes Word Imunisasi

20

13. RW : 40 RW

14. Posyandu : 40 Unit

15. Kader Kesehatan : 205 Orang

3.1.6 Visi dan Misi7

Visi:

“Tercapainya Masyarakat Kecamatan Gandus Yang Bertumpu Pada Pelayanan

Kesehatan Bermutu dan Peran Serta Masyarakat.

Misi:

1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas, pustu,

poskeskel, posyandu kecamatan gandus.

3. Menggerakkan pembangunan masyarakat berwawasan kesehatan di

wilayah Kecamatan Gandus.

4. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu.

Motto:

Anda Sehat Kami Bangga

Nilai:

1. Taqwa

2. Ikhlas

3. Jujur

4. Disiplin

5. Tanggung jawab

BAB IV

Page 21: Dinkes Word Imunisasi

21

PENYELESAIAN MASALAH

Angka kejadian campak di Indonesia masih tinggi. Oleh karena itu ada

program imunisasi campak dari pusat yang harus dilakukan. Salah satu indikator

keberhasilan program ini yaitu mencapai target imunisasi campak. Target yang

ditetapkan yaitu 90%. Estimasi atau perkiraan jumlah penderita campak di

Indonesia tinggi, maka target imunisasi ditetapkan 90% agar semua penderita

balita di Indonesia dapat di imunisasi. Diharapkan tidak ada balita di Indonesia

terlepas dari di imunisasi campak.

Masalah imunisasi campak ini dapat digambarkan dalam diagram tulang

ikan ( Fish bone) seperti tertera dibawah :

dana kurang letak geografis

kurang mendukung

pengumpulan data

kurang lengkap

Gambar 1. Fishbone Program Imunisasi Campak

4.1.1 Input

a. Sarana dan Prasarana

Puskesmas Gandus mengadakan program Imunisasi campak. Hal ini

disebabkan karena tingginya angka penderita campak di puskesmas ini.

Proses

Page 22: Dinkes Word Imunisasi

22

Program ini antara lain dilakukan dengan upaya preventif berupa

penyuluhan langsung kepada masyarakat dan upaya kuratif dengan

pengobatan di Balai Pengobatan Puskesmas. Semua kegiatan tersebut

didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

b. Tenaga dan dana

Puskesmas Gandus ini memiliki tenaga kesehatan yang baik untuk

melakukan upaya promotif, preventif, dan kuratif untuk kasus campak.

Upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia di puskesmas

ini juga telah dilakukan pelatihan program imunisasi campak. Selain

itu puskesmas ini juga memiliki kader-kader di posyandu yang dapat

ikut membantu program ini.

Dana yang didapat hanya baru terbatas dari pusat saja untuk

melakukan gerakan imunisasi ini . Belum ada dana swadaya masyarakat

untuk mendukung program ini.

4.2.2 Proses

a. Perencanaan

Siklus perencanaan dan pengorganisasian yang dilakukan di

Puskesmas Gandus adalah satu tahun (perencanaan tahunan) sesuai

dengan periode tahun anggaran. Perencanaan Program Imunisasi

berpedoman pada Program Pemberantasan Penyakit Menular.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan berdasarkan kegiatan yang telah direncanakan

pada perencanaan awal. Dokter di Puskesmas Gandus Palembang

melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan

standar imunisasi campak kepada perawat atau paramedis melalui

pelatihan dan orientasi.

Page 23: Dinkes Word Imunisasi

23

c. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengamatan terhadap

penderita jumlah penderita campak yang datang berobat ke puskesmas.

Dilakukan aktivitas pencatatan secara lengkap.

BAB V

PENUTUP

Page 24: Dinkes Word Imunisasi

24

5.1 Kesimpulan

Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya

berupa koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada

hari ke-14 setelah terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk

memberi kekebalan terhadap penyakit campak seumur hidup.

Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat

dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian

imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan. Imunisasi campak

terdiri dari dosis 0.5ml yang disuntik secara subkutan, ia sering dilakukan

pada lengan kanan bagian atas. Pada setiap penyuntikan harus

menggunakan jarum dan syringe yang steril.

Dari pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Gandus, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak tercapainya target program imunisasi >90%

disebabkan terutama kurangnya sumber tenaga dan kurangnya usaha

preventif-promotif melalui penyuluhan dan penyebaran informasi kepada

masyarakat. Namun terdapat masalah-masalah lain yang juga perlu

diperhatikan seperti terbatasnya dana yang tersedia untuk melakukan kegiatan,

dan pendidikan yang rendah. Sangat diharapkan semoga pada tahun 2012 ini

target imunisasi di Puskesmas Gandus dapat mencapai tergetnya 90%.

5.2 Saran

Untuk mencegah terjadinya penyakit campak ibu seharusnya

memberikan vaksin campak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

agar tidak terjadi penularan penyakit campak dan sebaiknya jika ada satu

anak yang terkena penyakit campak, maka anak lain dianjurkan tidak

berdekatan dengan anak tersebut. Karena virusnya keluar melalui napas

atau semburan ludah ( droplet ) bisa terisap lewat hidung atau mulut dan

akan menulari anak lain.

Page 25: Dinkes Word Imunisasi

25

Kepala Puskesmas dan petugas puskesmas

1. Secara teratur dan berkala dokter bersama dengan staf puskesmas

diharapkan memberikan penyuluhan di puskesmas kepada penderita dan

anggota keluarga mengenai pentingnya imunisasi campak, pengenalan

tanda-tanda bahaya penyakit campak.

2. Memberikan pelatihan kepada kader untuk bisa memberikan imunisasi

campak dan yang lain, melatih mereka agar dapat memberikan peyuluhan

kepada penderita, anggota keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya

imunisasi campak.

3. Memberikan pembinaan, pengawasan serta melakukan evaluasi secara

berkala oleh kepala puskesmas dan dinas kesehatan untuk meningkatkan

kemampuan, motivasi, dan kesempatan agar kinerja dari petugas kesehatan

di Puskesmas Pembina sehingga menjadi lebih baik.

4. Mendeteksi hambatan dan kekurangan yang ada serta menanggulanginya

termasuk aktivitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.

a. Pemerintah daerah

1. Peningkatan bantuan kepada Dinas Kesehatan dalam hal promosi

pencegahan dan penanggulangan demam berdarah dengue.

2. Peningkatan dukungan, kesempatan dan kemudahan yang sebesar-

besarnya kepada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan

tentang kesehatan melalui peningkatan penyuluhan tentang

pentingnya imunisasi campak.

b. Bagi masyarakat

1. Memberikan respon positif terhadap upaya pemerintah dalam

mencapai target imunisasi 90% agar semua balita di Indonesia

dapat hidup dengan sehat.

2. Segera memeriksakan kepada dokter/petugas puskesmas jika

terdapat tanda-tanda penyakit campak.

3. Melaporkan langsung kepada puskesmas setempat, lurah, camat,

jika ada balita yang baru lahir atau balita yang belum di imunisasi.

Page 26: Dinkes Word Imunisasi

26

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: Dinkes Word Imunisasi

27

1. Ali, M., 2002, Pengetahuan, Sikap, Dan Prilaku Ibu Bekerja Dan Tidak

Bekerja Tentang Imunisasi, http://library.usu.ac.id./modules.php. 30

Desember 2008

2. Arni, 2008, Studi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan WD.Buri di Desa

Pebaoa Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun.

3. Arif, M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aeculapius, Jakarta.

4. Azwar, A, 2003, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi ke -3,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta

5. Bengen, D.g. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis

Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan

Lautan. IPB. Bogor

6. Profil Puskesmas Gandus, 2012

7. Benyamin. 1994, Pasien, Citra, Peran dan Prilaku. PT Kansius,

Yogyakarta.

8. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta, Jakarta 2003

9. Cahyono K.D, Faktor-faktor Mempengaruhi tindakan imunisasi anak usia

12 – 23 bulan di indonesa. Tahun 2009. htt/www.yongstation.com

10. Brunner and Sudarth : Keserhatan Masyarakat Suatu Pengantar. Jakarta,

Buku Kedokteran EGC 2001.

11. Parwati SB. Campak dalam perspektif perkembangan imunisasi dan

diagnosis. Pediatri pencegahan mutakhir I, CE IKA Unair, 2000 : 73-92.