dinkes word imunisasi
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Pada tahun 1974
cakupan vaksinasi baru mencapai 5% sehingga dilaksanakan imunisasi global
yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI).1,2
Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/
kelurahan mencapai 100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari
seluruh bayi di desa/kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang
terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Pencapaian UCI desa/
kelurahan tahun 2009 masih sangat rendah, yaitu 69,6%. Hal ini disebabkan
antara lain karena kurang perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah
terhadap program imunisasi, kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik
rutin maupun tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang
adekuate. Selain itu juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan
kesehatan swasta, kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi.3,4
Menurut data profil kesehatan Indonesia 2008, di Sumatera Selatan angka
kejadian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) masih tinggi.
Penyakit campak, terjadi 766 kasus (7,2%) dengan 232 kasus (2,2%) terjadi pada
orang yang telah divaksinasi. C a m p a k ( measles, morblli, rubela) disebabkan oleh
virus measles yang termasuk dalam genus Morbillivirus famili Paramyxoviridae.
Campak merupakan penyakit akut yang sangat menular, dan ditandai dengan
Gejala utama dari campak adalah demam, batuk, coryza, konjungtivitis, dan
bercak koplik yang diikuti timbulnya ruam makulopapular pada hari ke tiga
sampai hari ke tujuh.
Dari data profil Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2010, didapatkan
bahwa cakupan imunisasi campak di kota palembang rata-rata mencapai 93,28%,
Namun pada profil Puskesmas Gandus pada tahun 2012, cakupan imunisasi
1
2
campak di Puskesmas Gandus untuk tahun 2011 hanya mencapai 75%. Hasil ini
masih di bawah standar UCI Nasional per kecamatan pada tahun 2012 yang
seharusnya mencapai 90%.6
Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai
umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi optimal. Faktor – faktor seperti pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, pendapatan per kapita keluarga per bulan, jumlah anak yang
dimiliki, pengetahuan sikap dan perilaku orang tua terhadap imunisasi diketahui
berperan dalam pemberian imunisasi.1-3
Menurut Lawrence Green dalam Notoadmojo (2003) perilaku
dilaterbelakangi oleh tiga faktor yakni: faktor predisposisi (predisposing factor),
faktor yang mendukung (enabling factor), faktor-faktor yang memperkuat dan
mendorong (reinforcing factor). Faktor perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya untuk memunculkan masalah kesehatan termasuk imunisasi di
negara-negara berkembang. Perilaku dan sikap ibu yang tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu
tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya.4 Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi, tingkat
pengetahuan ibu, dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi campak khususnya
di Puskesmas Gandus Kota Palembang.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana cakupan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas
Gandus Kota Palembang?
2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosiodemografi, tingkat
pengetahuan ibu, dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi campak di
wilayah kerja Puskesmas Gandus Kota Palembang?
3
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi
campak di wilayah kerja Puskesmas Gandus Kota Palembang.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan pemberian imunisasi campak dan alasan mengapa
tidak diberikan imunisasi campak pada anak di wilayah kerja
Puskesmas Gandus Kota Palembang.
2. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu,
tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pendapatan per kapita
keluarga per bulan, dan jumlah anak yang dimiliki dengan pemberian
imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Gandus Kota
Palembang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi peneliti
1. Menambah informasi, pengetahuan, dan wawasan tentang imunisasi
dasar pada balita.
2. Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian sebagai bekal
dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.2. Bagi Institusi
Memberikan karya bagi almamater sehingga dapat menambah data yang
baru yang dapat digunakan oleh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UNSRI.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Dengan meningkatnya kualitas program imunisasi akan menurunkan
angka kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Campak
2.1.1 Definisi
Penyakit campak adalah suatu penyakit berjangkit. Campak atau rubeola
adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam,
batuk, konjungtivitis dan ruam kulit. Campak ialah penyakit infeksi virus akut,
menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a. stadium kataral, b. stadium
erupsi dan c. stadium konvalesensi.4
Campak adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium:
1. Stadium kataral
Di tandai dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam
ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.
2. Stadium erupsi
Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka,
tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.
3. Stadium konvalesensi
Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi
hiperpigmentasi.
2.1.2 Etiologi
Campak disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus
Morbillivirus. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam
tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat
aktif sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan
ginjal kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel
raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat
dideteksi bila ruam muncul.
5
2.1.3 Epidemiologi
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan
Subdit Surveilans dan Daerah pada tahun 1998-1999, kasus-kasus campak terjadi
karena anak belum mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40–100
persen dan mayoritas adalah balita (>70 persen). Frekuensi KLB campak pada
tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi se-Indonesia ke Subdit
Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada periode 1998–1999: dari
32 kejadian menjadi 56 kejadian. Angka frekuensi itu sangat dipengaruhi
intensitas laporan dari provinsi atau kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan sistern
pencatatan dan pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian cukup
tinggi terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap
kecenderungan meningkatnya frekuensi KLB campak di Indonesia, seperti Jawa
Barat, NTB, Jambi, Bengkulu dan Yogyakarta.4
2.1.4 Patofisiologi
Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan
saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel
mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada
hiperplasi limfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama
menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik pada mukosa
bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi
sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Bronkopneumonia dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.
2.1.5 Diagnosis Banding
Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah
campak jerman, infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia,
demam skarlantina, penyakit riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan
dengan ruam kulit pada penyakit campak.
6
1. Campak jerman.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di
daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
2. Eksantema subitum.
Perbedaan dengan penyakit campak. Ruam akan timbul bila suhu badan menurun.
3. Infeksi enterovirus
Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan
derajat demam dan berat penyakitnya.
4. Penyakit Riketsia
Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang
secara khas terlihat pada penyakit campak.
5. Meningokoksemia
Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai
batuk dan konjungtivitis. 4
6. Ruam kulit akibat obat
Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah
ada riwayat penyuntikan atau menelan obat.
7. Demam skarlantina.
Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur
seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah
dibedakan dengan campak.
7
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel
raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat
diisolasi pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan
limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak
biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar
glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk
rubeola/campak.
2.1.7 Komplikasi
1. Bronkopnemonia
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus,
streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan
kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita
penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu
pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.
2. Komplikasi neurologis
Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,
gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis.
2.1.8 Prognosis
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis
buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis
atau bila ada komplikasi4.
Angka kematian kasus di Amerika Serikat telah menurun pada tahun-tahun ini
sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan
sosioekonomi membaik.
8
2.2.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi penyakit. Vaksinasi adalah suatu tindakan yang dengan
sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari mikoorganisme
patogen untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang.1,8
Kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dan interaksi sel di dimana
tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen. Dilihat dari cara timbulnya
maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
oleh individu itu sendiri. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan
dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh
imunoglobulin lainya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat
oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau
terpajan secara ilmiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada
kekebalan pasif karena adanya memori imunologik. Tujuan imunisasi adalah
untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan
penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola.2,9
2.2.2. Vaksin
2.2.2.1. Pengertian
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman,
komponen kuman (bakteri, virus, atau riketsia), atau racun kuman
(toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.8,9
2.2.2.2. Jenis–Jenis Vaksin2,8,9
Pada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
9
1. Vaksin Hidup Attenuated
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit.
Virus atau bakteri liar ini dilemahkan (attenuated) di laboratorium,
biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang. Misalnya vaksin campak
yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk mengubah virus campak liar
menjadi virus vaksin dibutuhkan 10 tahun dengan cara melakukan
penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak
yang menderita penyakit campak pada tahun 1954.
2. Vaksin Inactivated
Vaksin ini dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus
dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif dengan
penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Vaksin inactivated tidak
hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan
dalam suntikan. Vaksin ini tidak menyebabkan penyakit dan tidak dapat
mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. Tidak seperti antigen hidup,
antigen inactivated umumnya tidak dipengaruhi oleh antibodi yang
beredar. Vaksin inactivated selalu membutuhkan dosis multiple, pada
umumnya, pada dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif,
tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Respons imun
protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. Hal ini berbeda
dengan vaksin hidup, yang mempunyai respons imun mirip atau sama
dengan infeksi alami, respons imun terhadap vaksin inactivated sebagian
besar humoral, hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas selular.
2.2.3. Respon Imun pada Imunisasi
Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tubuh. Jika
terpajan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin,
tubuh akan bereaksi untuk menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.7
Secara umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun non-
spesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun non-spesifik merupakan
10
mekanisme pertahanan alamiah. Disebut non-spesifik karena tidak ditujukan
terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya
tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi
tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan
terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan
respons langsung. Jika sistem imun non-spesifik tidak berhasil menghilangkan
antigen, barulah sistem imun spesifik berperan.8-10
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan
segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem
imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih
cepat, kemudian dihancurkan. Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan sel
B. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas selular, sedangkan pertahanan
sel B dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas seluler berperan melawan
antigen didalam sel (intrasel), sedangkan imunitas humoral berperan melawan
antigen diluar sel (ektrasel). Dalam pemberian vaksin, sistem imun spesifik inilah
yang berperan untuk memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi,
melalui mekanisme memori. 8-10
Peran utama vaksinasi adalah menimbulkan memori imunologik yang
banyak. Sel B memori terbentuk di jaringan limfoid bagian sentral germinal.
Antigen asing yang sudah terikat dengan antibodi akan membentuk kompleks Ag-
antibodi dan akan terikat dengan komplemen (C). Kompleks Ag-Ab-C akan
menempel pada sel dendrite folikel (FDC=follicular dendritic cells) karena
terdapat reseptor C di permukaan sel dendrite. Terjadi proliferasi dan diferensiasi
sel limfosit B dan akan terbentuk sel plasma yang menghasilkan antibodi dan sel
B memori yang mempunyai afinitas antigen yang tinggi. Sel B memori akan
berada di sirkulasi sedangkan sel plasma akan migrasi ke sumsum tulang. Bila sel
B memori kembali ke jaringan limfoid yang mempunyai antigen yang serupa
maka akan terjadi proses proliferasi dan diferensiasi seperti semula dengan
menghasilkan antibodi yang lebih banyak dan dengan afinitas yang lebih tinggi.8-10
11
Dengan demikian, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksinasi
tidak akan mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena sistem
imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka yang tidak
divaksinasi.8-10
2.2.4 Imunisasi Campak
Pada saat ini di negara yang sedang berkembang, angka kejadian
campak masih tinggi dan seringkali dijumpai penyulit, maka WHO
menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan.
a. Dosis dan tata cara pemberian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang
dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin
hidup, pemberian dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat
memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan secara
subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara intramuscular.
b. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Reaksi samping dari pemberian imunisasi vaksin campak antara
lain demam > 39,5°C, ruam, ensefalitis, dan ensefalopati. Kejadian
ikutan pasca imunisasi campak telah menurun dengan digunakannya
vaksin campak yang dilemahkan.
c. Kontra Indikasi
Imunisasi campak tidak dianjurkan pada anak dengan
imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker,
atau transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan
imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang
terinfeksi HIV.
12
2.2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi
Jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi dapat dilihat pada tabel 1.
Table 1. Jadwal Pemberian Imunisasi
Jenis VaksinUmur Pemberian Vaksin
Bulan
Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BCG 1
Hepatitis B 0 1 2 3
Polio 1 2 3 4
DPT 1 2 3
Campak 1
Sumber : DepKes RI
2.2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar
2.2.6.1 Orang tua
1. Pendidikan
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak. Menurut penelitian Feby (2008), semakin
tinggi tingkat pengetahuan ibu maka semakin esar kemungkinan ibu
tersebut untuk mengimunisasikan anaknya.10 Karena dengan pendidikan
yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar
terutama cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan
anaknya, pendidikannya dan sebagainya. Mereka juga menjadi lebih
mengerti maksud, tujuan, dan manfaat program – program kesehatan,
khususnya imunisasi, sehingga mereka akan lebih terdorong untuk turut
memberikan imunisasi pada anaknya.11
13
2. Pekerjaan
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.
Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan
seringkali tidak disadari oleh pelakunya, seseorang bekerja karena ada
sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas
kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan
yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.12
Berdasarkan asumsi, ibu yang sibuk bekerja untuk mendapatkan
tambahan pendapatan keluarganya, maka kesempatan untuk datang ke
tempat pelayanan imunisasi semakin berkurang.13
3. Pendapatan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik primer maupun yang sekunder.11
4. Jumlah anak
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial
ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan
kasih sayang yang diterima anak. Menurut Katedi (2010), ibu yang
memiliki ≤2 anak akan cendenrung mengimunisasikan anaknya
dibandingkan dengan ibu yang memiliki >2 anak.5 Terlebih lagi jika jarak
anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan
selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan
primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi.
Begitu juga imunisasi.11
14
2.2.6.2 Lingkungan
1. Tersedianya sarana dan prasarana
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya pelayanan kesehatan.
Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat teratasi. Jika upaya
kesehatan seperti imunisasi tidak dapat terselenggara dengan baik dan
pelayanan kesehatan belum terjangkau secara merata oleh masyarakat,
maka sulit diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat.1
2. Jarak fasilitas
Program kesehatan harus terjangkau masyarakat, baik dari segi
dana yang murah sampai tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.8
3. Penerimaan masyarakat terhadap program kesehatan
Kesalahpahaman/miskonsepsi mengenai imunisasi juga
berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap program
imunisasi. Kesalahpahaman yang terutama menyebabkan masyarakat
tidak berani mengimunisasi anaknya adalah anggapan bahwa imunisasi
memiliki efek samping yang justru berbahaya bagi anak, bahkan dapat
menyebabkan kematian pada anak.10
4. Petugas kesehatan
Sikap dan perilaku petugas kesehatan merupakan faktor penguat
seseorang dalam memilih suatu alternative perilaku sehat. Apabila
pelayanan petugas imunisasi baik, maka akan lebih membuat ibu puas
dan senang akan pelayanan petugas tersebut, sehingga ibu akan berusaha
kembali untuk mengimunisasi anaknya sesuai jadwal imunisasi
berikutnya.12
15
2.2.6.3 Vaksin
Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati
(inaktif) yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap
perbedaan suhu. Oleh karena itu harus diperhatikan syarat-syarat
penyimpanan dan transportasi vaksin untuk menjamin potensinya ketika
diberikan kepada seorang anak. Bila syarat-syarat tersebut tidak di
perhatikan maka vaksin sebagai material biologis mudah rusak atau
kehilangan potensinya untuk merangsang kekebalan tubuh, bahkan bisa
menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak
diharapkan.2
16
BAB III
PROFIL PUSKESMAS GANDUS
3.1 Profil Puskesmas Gandus7
3.1.1 Pendahuluan7
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan telah dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2010,
untuk Propinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang ditetapkan sebagai
Sumatera Selatan Sehat 2008. Kebijakan pembangunan kesehatan yang baru harus
lebih progresif dan proaktif, yang dikenal dengan kebijakan Paradigma Sehat.
Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut ditetapkan visi, sedangkan untuk
mewujudkan visi ditetapkan pembangunan kesehatan.
Pengertian paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistic, melihat masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanyan lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaaan dan perlindungan kesehatan bukan
hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan Puskesmas adalah unit
pelaksana pembangunan kesehatan yang mandiri dan bertanggung jawab di
wilayah kerja dalam satu kecamatan.
3.1.2 Wilayah7
Berdasarkan surat keputusan walikota Palembang, wilayah kerja
Puskesmas Gandus meliputi 5 kelurahan, yaitu:
1. Kelurahan Pulokerto
2. Kelurahan Gandus
3. Kelurahan Karang Jaya
4. Kelurahan Karang Anyar
5. Kelurahan 36 Ilir
17
Batas wilayah:
Utara : Kelurahan Keramasan
Selatan : Kabupaten Banyu Asin
Timur : Kecamatan Ilir Barat 1 dan Ilir Barat 2
Barat : Kabupaten Muara Enim
3.1.3 Geografi
Kondisi alam wilayah kerja Puskesmas Gandus beragam terdiri dari sungai
besar dan anak sungai, rawa, perbukitan yang masing-masing daerah memiliki
karakteristik tertentu. Sebagian dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan
sebagian lagi hanya dapat dilalui kendaraan roda dua bahkan terdapat juga daerah
yang hanya dapat dicapai dengan kendaraan sungai dan jalan kaki.
3.1.3 Fasilitas Pelayanan Kesehatan7
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Ibu hamil, nifas, menyusui
KB
Bayi dan balita sakit
2. Pelayanan Pengobatan
Emergensi
Pengobatan Umum
Pengobatan gigi
Rujukan
3. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan di Puskesmas dan Posyandu
Penyuluhan di SD/SLTP/S
18
4. Pelayanan laboratorium
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan darah rutin
Tes Kehamilan
Pemeriksaan DDR
Pemeriksaan kimia darah
Pemeriksaan dahak
5. Klinik Sehat Gilingan Mas
a. Pelayanan gizi
- Pemberian vit A dan garam beryodium
- Uji klinik gara beryodium
- Konsultasi balita BGM dan Obesitas
- Konsultasi bayi/balita sakit
b. Pelayanan Imunisasi
- BCG
- Polio
- DPT
- Hepatitis B
- Campak
- TT Calon Pengantin
- Anti Tetanus Serum
c. Pelayanan sanitasi
- Memberikan konsultasi/penyukuhan penyakit akibat faktor lingkungan
- Memberikan konsultasi tentang rumah sehat jamban dll.
19
3.1.4 Staf/Tenaga7
Ketenagaan di Puskesmas Gandus termasuk 4 Pustu, 1 Klinik Terapung, 1
Unit Poskeskel yang sampai dengan 1 Februari 2011 dengan perincian
sebagai berikut:
a. Dokter umum : 3 orang
b. Dokter gigi : 1 orang
c. Dokter Spesialis Anak : - orang
d. Dokter SpOG : 1 orang
e. Dokter SpPD : - orang
f. SKM : 5 orang
g. Bidan : 6 orang
h. Akper : 7 orang
i. AKZI : 1 orang
j. Sanitarian : 1 orang
k. Perawat gigi : 2 orang
l. Analisis Kesehatan : 1 orang
3.1.5 Demografi7
1. Penduduk : 56.449 jiwa
2. Penduduk wanita : 28.662 jiwa
3. Penduduk laki-laki : 27.787 jiwa
4. Bumil : 1.467 jiwa
5. Bulin : 1.411 jiwa
6. Bayi : 1.411 jiwa
7. Balita : 5.561 jiwa
8. Usila : 5.139 jiwa
9. KK : 13.116 KK
10. KK Miskin : 4.128 KK
11. Anggota Gakin : 10.364 jiwa
12. RT : 160 RT
20
13. RW : 40 RW
14. Posyandu : 40 Unit
15. Kader Kesehatan : 205 Orang
3.1.6 Visi dan Misi7
Visi:
“Tercapainya Masyarakat Kecamatan Gandus Yang Bertumpu Pada Pelayanan
Kesehatan Bermutu dan Peran Serta Masyarakat.
Misi:
1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas, pustu,
poskeskel, posyandu kecamatan gandus.
3. Menggerakkan pembangunan masyarakat berwawasan kesehatan di
wilayah Kecamatan Gandus.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu.
Motto:
Anda Sehat Kami Bangga
Nilai:
1. Taqwa
2. Ikhlas
3. Jujur
4. Disiplin
5. Tanggung jawab
BAB IV
21
PENYELESAIAN MASALAH
Angka kejadian campak di Indonesia masih tinggi. Oleh karena itu ada
program imunisasi campak dari pusat yang harus dilakukan. Salah satu indikator
keberhasilan program ini yaitu mencapai target imunisasi campak. Target yang
ditetapkan yaitu 90%. Estimasi atau perkiraan jumlah penderita campak di
Indonesia tinggi, maka target imunisasi ditetapkan 90% agar semua penderita
balita di Indonesia dapat di imunisasi. Diharapkan tidak ada balita di Indonesia
terlepas dari di imunisasi campak.
Masalah imunisasi campak ini dapat digambarkan dalam diagram tulang
ikan ( Fish bone) seperti tertera dibawah :
dana kurang letak geografis
kurang mendukung
pengumpulan data
kurang lengkap
Gambar 1. Fishbone Program Imunisasi Campak
4.1.1 Input
a. Sarana dan Prasarana
Puskesmas Gandus mengadakan program Imunisasi campak. Hal ini
disebabkan karena tingginya angka penderita campak di puskesmas ini.
Proses
22
Program ini antara lain dilakukan dengan upaya preventif berupa
penyuluhan langsung kepada masyarakat dan upaya kuratif dengan
pengobatan di Balai Pengobatan Puskesmas. Semua kegiatan tersebut
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
b. Tenaga dan dana
Puskesmas Gandus ini memiliki tenaga kesehatan yang baik untuk
melakukan upaya promotif, preventif, dan kuratif untuk kasus campak.
Upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia di puskesmas
ini juga telah dilakukan pelatihan program imunisasi campak. Selain
itu puskesmas ini juga memiliki kader-kader di posyandu yang dapat
ikut membantu program ini.
Dana yang didapat hanya baru terbatas dari pusat saja untuk
melakukan gerakan imunisasi ini . Belum ada dana swadaya masyarakat
untuk mendukung program ini.
4.2.2 Proses
a. Perencanaan
Siklus perencanaan dan pengorganisasian yang dilakukan di
Puskesmas Gandus adalah satu tahun (perencanaan tahunan) sesuai
dengan periode tahun anggaran. Perencanaan Program Imunisasi
berpedoman pada Program Pemberantasan Penyakit Menular.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan berdasarkan kegiatan yang telah direncanakan
pada perencanaan awal. Dokter di Puskesmas Gandus Palembang
melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan
standar imunisasi campak kepada perawat atau paramedis melalui
pelatihan dan orientasi.
23
c. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengamatan terhadap
penderita jumlah penderita campak yang datang berobat ke puskesmas.
Dilakukan aktivitas pencatatan secara lengkap.
BAB V
PENUTUP
24
5.1 Kesimpulan
Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya
berupa koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada
hari ke-14 setelah terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk
memberi kekebalan terhadap penyakit campak seumur hidup.
Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat
dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian
imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan. Imunisasi campak
terdiri dari dosis 0.5ml yang disuntik secara subkutan, ia sering dilakukan
pada lengan kanan bagian atas. Pada setiap penyuntikan harus
menggunakan jarum dan syringe yang steril.
Dari pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Gandus, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak tercapainya target program imunisasi >90%
disebabkan terutama kurangnya sumber tenaga dan kurangnya usaha
preventif-promotif melalui penyuluhan dan penyebaran informasi kepada
masyarakat. Namun terdapat masalah-masalah lain yang juga perlu
diperhatikan seperti terbatasnya dana yang tersedia untuk melakukan kegiatan,
dan pendidikan yang rendah. Sangat diharapkan semoga pada tahun 2012 ini
target imunisasi di Puskesmas Gandus dapat mencapai tergetnya 90%.
5.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya penyakit campak ibu seharusnya
memberikan vaksin campak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
agar tidak terjadi penularan penyakit campak dan sebaiknya jika ada satu
anak yang terkena penyakit campak, maka anak lain dianjurkan tidak
berdekatan dengan anak tersebut. Karena virusnya keluar melalui napas
atau semburan ludah ( droplet ) bisa terisap lewat hidung atau mulut dan
akan menulari anak lain.
25
Kepala Puskesmas dan petugas puskesmas
1. Secara teratur dan berkala dokter bersama dengan staf puskesmas
diharapkan memberikan penyuluhan di puskesmas kepada penderita dan
anggota keluarga mengenai pentingnya imunisasi campak, pengenalan
tanda-tanda bahaya penyakit campak.
2. Memberikan pelatihan kepada kader untuk bisa memberikan imunisasi
campak dan yang lain, melatih mereka agar dapat memberikan peyuluhan
kepada penderita, anggota keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya
imunisasi campak.
3. Memberikan pembinaan, pengawasan serta melakukan evaluasi secara
berkala oleh kepala puskesmas dan dinas kesehatan untuk meningkatkan
kemampuan, motivasi, dan kesempatan agar kinerja dari petugas kesehatan
di Puskesmas Pembina sehingga menjadi lebih baik.
4. Mendeteksi hambatan dan kekurangan yang ada serta menanggulanginya
termasuk aktivitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.
a. Pemerintah daerah
1. Peningkatan bantuan kepada Dinas Kesehatan dalam hal promosi
pencegahan dan penanggulangan demam berdarah dengue.
2. Peningkatan dukungan, kesempatan dan kemudahan yang sebesar-
besarnya kepada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
tentang kesehatan melalui peningkatan penyuluhan tentang
pentingnya imunisasi campak.
b. Bagi masyarakat
1. Memberikan respon positif terhadap upaya pemerintah dalam
mencapai target imunisasi 90% agar semua balita di Indonesia
dapat hidup dengan sehat.
2. Segera memeriksakan kepada dokter/petugas puskesmas jika
terdapat tanda-tanda penyakit campak.
3. Melaporkan langsung kepada puskesmas setempat, lurah, camat,
jika ada balita yang baru lahir atau balita yang belum di imunisasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Ali, M., 2002, Pengetahuan, Sikap, Dan Prilaku Ibu Bekerja Dan Tidak
Bekerja Tentang Imunisasi, http://library.usu.ac.id./modules.php. 30
Desember 2008
2. Arni, 2008, Studi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan WD.Buri di Desa
Pebaoa Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun.
3. Arif, M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aeculapius, Jakarta.
4. Azwar, A, 2003, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi ke -3,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
5. Bengen, D.g. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis
Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan. IPB. Bogor
6. Profil Puskesmas Gandus, 2012
7. Benyamin. 1994, Pasien, Citra, Peran dan Prilaku. PT Kansius,
Yogyakarta.
8. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta, Jakarta 2003
9. Cahyono K.D, Faktor-faktor Mempengaruhi tindakan imunisasi anak usia
12 – 23 bulan di indonesa. Tahun 2009. htt/www.yongstation.com
10. Brunner and Sudarth : Keserhatan Masyarakat Suatu Pengantar. Jakarta,
Buku Kedokteran EGC 2001.
11. Parwati SB. Campak dalam perspektif perkembangan imunisasi dan
diagnosis. Pediatri pencegahan mutakhir I, CE IKA Unair, 2000 : 73-92.