dinas lingkungan hidup daerah provinsi sulawesi …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/laporan iklh...

63
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT http://lh.sulbarprov.go.id [email protected]

Upload: dinhthuy

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI SULAWESI BARAT

http://lh.sulbarprov.go.id [email protected]

Page 2: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

i |

Kualitas lingkungan hidup sangat penting bagi

kehidupan manusia. Untuk menjaga kelangsungan

hidupnya, manusia membutuhkan kondisi udara

yang segar, air yang bersih, lingkungan yang nyaman,

dan kondisi-kondisi lingkungan yang berkualitas.

Bagaimana kita mengetahui bahwa lingkungan hidup

kita berkualitas? Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

(IKLH) telah disepakati sebagai ukuran indikator

kualitas lingkungan hidup apakah dalam kondisi baik

atau buruk.

Buku ini menyajikan informasi tentang Kualitas

Lingkungan Hidup di Provinsi Sulawesi Barat. Informasi kualitas lingkungan

meliputi kondisi kualitas air, udara dan lahan yang direpresentasikan melalui

nilai Indeks Kualitas Udara (IKU), Indeks Kualitas Air (IKA) dan Indeks Tutupan

Hutan (ITH). Lebih lanjut, buku ini juga menyajikan faktor-faktor penekan

(pressure), dan juga rekomendasi perbaikan kualitas lingkungan khususnya

pada kualitas air serta tutupan lahan dan hutan.

Dengan terbitnya buku ini, diharapkan dapat memberikan informasi

kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah

tentang kondisi lingkungan, dan sebagai bahan evaluasi kebijakan

pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta sebagai

bentuk pertanggung jawaban kepada publik tentang pencapaian target

program-program pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dan memberikan masukan sehingga buku ini dapat diterbitkan secara tepat

waktu. Masukan dari perbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan

penyusunan buku ini di waktu-waktu mendatang.

Mamuju, Januari 2018

Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Provinsi Sulawesi Barat,

dr. Hj. FATIMAH, MM

NIP. 19590419 198703 2 004

Page 3: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

ii |

Pengarah:

Drs. H. Ismail Zainuddin, M.Pd

Sekrataris Daerah Prov. Sulbar

Penanggung Jawab:

dr. Hj. Fatimah, M.M

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah

Provinsi Sulawesi Barat

Koordinator:

Drs. Amram, M.Si

Kabid. Penataan dan Penaatan PPLH

Ketua:

Zuhriani Sardin, S.T, M.Si

Anggota:

Elmi, S.T.

Desiana Malino, S.Si

Fransiscus Pakiding, S.E

Kontributor:

Dinas Kehutanan Prov. Sulbar

Bid. Pengendalian Pencemaran &

Kerusakan Lingkungan

Editor:

Fransiscus Pakiding, S.E

Desain & Tata Letak:

Fransiscus Pakiding, S.E

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI SULAWESI BARAT Kompleks Perkantoran Gubernur Sulawesi Barat

Jl. H.A.M. Pattana Endeng, Rangas Baru

Mamuju – Sulawesi Barat

Website: http://lh.sulbarprov.go.id

Email: [email protected]

i Prolog

ii Daftar Isi

1 Sejarah Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup

Environment Quality Index 1

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 1

3 Kualitas Lingkungan Hidup

Sulawesi Barat

Indeks Kualitas Air 3

Indeks Kualitas Udara 14

Indeks Tutupan Hutan 19

Indeks Kualitas Lingkungan 23

25 Penutup

Kesimpulan 25

Rekomendasi 26

Page 4: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

1 |

INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

A. Environmental Quality Index (EQI).

EQI yang dikembangkan oleh Virginia Commonwealth University (VCU) pada

tahun 2008 pada dasarnya hanya mengukur kecenderungan kualitas atau

kondisi lingkungan dari media air, udara, dan lahan, beban pencemar

toksik, perkembangbiakan burung (keanekaragaman hayati), dan

pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2009 dikembangkan kembali sebagai

Indikator dan parameter untuk menghitung kualitas lingkungan

ditetapkan oleh komite teknis yang dibentuk oleh tim penyusun EQI. Komite

ini terdiri dari para pakar, serta wakil-wakil dari pemerintah negara bagian

dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai penetapan bobot

pada awalnya dilakukan dengan tehnik Delphi.

B. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup( IKLH)

Kementerian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan DANIDA menunjuk

tim konsultan untuk menyusun indeks kualitas lingkungan pada tahun

2009. Tim konsultan kemudian mengajukan konsep yang merupakan

adopsi dari EPI. Selain itu BPS juga sejak tahun 2008 mengembangkan

indeks kualitas lingkungan perkotaan. Dari berbagai seminar yang diadakan

oleh BPS dan Focus discussion group (FGD) yang diadakan oleh KLH

bekerjasama dengan DANIDA, akhirnya diputuskan untuk mengadopsi

konsep indeks yang dikembangkan oleh BPS dan VCU yang dimodifikasi.

Konsep IKLH, seperti yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga

indikator kualitas lingkungan yaitu Kualitas air sungai, Kualitas udara, dan

Tutupan hutan. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada

ketentuan yang mengaturnya, seperti:

1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003

tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur

tatacara penghitungan indeks pencemaran air (IPA).

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-45/

MENLH/10/1997 tentang Indeks Pencemaran Udara.

Page 5: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

2 |

Pada IKLH 2009 hingga 2011 dilakukan penyempurnaan agar IKLH lebih

mencerminkan kondisi senyatanya di lapangan. Hal yang disempurnakan

adalah perubahan titik acuan dan Metoda perhitungan. Sebagai pem-

banding atau target untuk setiap indikator adalah standar atau ketentuan

yang berlaku berdasarkan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh

pemerintah, seperti ketentuan tentang baku mutu air dan baku mutu udara

ambien. Selain itu dapat digunakan juga acuan atau referensi universal

dalam skala internasional untuk mendapatkan referensi ideal (Benchmark).

Pada IKLH 2012, struktur IKLH relatif sama dengan yang sebelumnya, yaitu

terdiri dari 3 (tiga) indikator, namun ada perubahan dalam pembobotan.

Hal ini mengingat perlu adanya keseimbangan antara indikator yang

mewakili green issues (isu hijau) dan brown issues (isu coklat). Isu hijau

adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani aspek-

aspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Isu hijau

seharusnya memiliki kontribusi yang sama terhadap IKLH, namun karena

hanya diwakili 1 (satu) indikator, yaitu tutupan hutan, maka bobotnya lebih

besar dibanding indikator lainnya. Sedangkan isu coklat menangani isu

pencemaran lingkungan hidup yang pada umumnya berada pada sektor

industri dan perkotaan. indikator udara dan air yang mewakili isu coklat

memiliki bobot sama.

Page 6: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

3 |

PROVINSI SULAWESI BARAT

A. Abstrak

Pemerintah mempunyai kewajiban melaksanakan pembangunan dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Namun pembangunan

yang dilaksanakan harus berkelanjutan (sustainable development).

Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan keseimbangan antara manfaat

secara ekonomi, ekologi dan social. Bagi sebagian pemerintah daerah, tidak

jarang sebagian pembangunan dimaknai lebih pada pembangunan dari sisi

ekonomi, sehingga seringkali ukuran-ukuran keberhasilan pembangunan

diukur dari jumlah pendapatan daerah, pertumbuhan ekonomi dan inflasi,

bahkan kawasan konservasi dianggap sebagai penghambat pembangunan.

Sangat jarang untuk bias mendengarkan sebuah keberhasilan

pembangunan daerah diukur darii indicator kualitas lingkungan hidup.

Sebagai sebuah contoh, dalam suatu kesempatan seroang kepala daerah

yang telah menjabat selama 2 (dua) periode kepemimpinannya, baru akan

mengetahui tentang instrument-instrumen pengendalian lingkungan hidup

seperti DDDTLH, RPPSDALH, KLHS, dan IKLH. Dalam konteks inilah,

penghitungan indicator kualitas lingkungan hidup suatu daerah sebagai

dampak dari pembangunan itu sendiri perlu dilakukan dan dipahami oleh

pengambil kebijakan.

Pembangunan ekonomi yang seringkali bersifat eksploitatif, perlu

dilakukan pengendalian. Beberapa instrummen untuk pengendalian antara

lain; Daya Dukung Dan Daya Tamping Lingkungan Hidup (DDDTLH),

Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH),

Rencana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

(RPSDALH), Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup (IKLH)

B. Permasalahan Lingkungan Sulawesi Barat

Sejalan dengan pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat, tidak lepas dari

berbagai permasalahan lingkungan hidup yang ikut berpengaruh baik

secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap proses

Page 7: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

4 |

pembangunan. Dari identifikasi isu lingkungan yang telah dihimpun,

ditetapkan beberapa isu yang dianggap paling nampak dan prioritas untuk

menjadi perhatian, berkaitan dengan perhitungan Indeks Kualitas

Lingkungan HIdup di Sulawesi Barat. Adapun isu lingkungan prioritas yang

dapat dirangkum untuk tahun 2016 – 2017 yakni:

1. Permasalahan lahan kritis, kerusakan hutan dan sumber-sumber air.

Kerusakan ekosistem hutan memberikan dampak pada konservasi lahan

maupun kerusakan sumber-sumber air. Kecenderungan ini tampak pada

menurunnya kualitas lingkungan hidup akibat tekanan penduduk

maupun bencana alam dan pemanfaatan sumber daya alam secara

berlebihan yang melampaui daya dukung lingkungan itu sendiri.

Pembalakan hutan secara liar dan perambahan hutan untuk konversi

menjadi lahan pertanian tidak saja mengakibatkan rusaknya habitat

ekosistem namun juga mengakibatkan menurunnya biodiversitas yang

berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan, banjir dan

kekeringan, perubahan iklim serta dampak sosial ekonomi penyertanya.

Disamping itu dengan rusaknya hutan di daerah hulu mengakibatkan

tingginya sedimentasi pada daerah aliran sungai yang menyebabkan

pendangkalan sungai serta menurunnya kualitas air sungai.

a. Tekanan (Pressure).

Lahan kritis dapat didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami

kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang

ditentukan atau diharapkan. Fungsi yang dimaksud pada defenisi

tersebut adalah fungsi produksi dan fungsi tata airnya. Fungsi produksi

berkaitan dengan fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi

tumbuhan dan fungsi tata air berkaitan dengan fungsi tanah sebagai

tempat berjangkarnya akar dan menyimpan air tanah.

Adapun faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah :

1) Terjadinya longsor dan letusan gunung berapi.

2) Penebangan liar (illegal logging).

3) Kebakaran hutan.

4) Pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak berasaskan kelestarian.

5) Penataan zonasi kawasan belum berjalan.

6) Pola pengelolaan lahan tidak konservatif.

Page 8: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

5 |

7) Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan).

Lahan kritis umumnya terdapat di daerah pegunungan atau di daerah

aliran sungai (DAS) bagian hulu, dengan ciri utama antara lain lahan

berlereng terjal, tanpa atau sedikit vegetasi penutup tanah (gundul),

adanya tanda-tanda lahan telah tererosi, dan tanah berwarna merah

karena lapisan atasnya telah tererosi.

b. Status (State).

Faktor-faktor penyebab terjadinya banjir dan kekeringan/kebakaran di

masing–masing daerah berdasarkan analisis data perubahan penutupan

lahan dan iklim disebabkan oleh semakin luasnya lahan kritis akibat

pembalakan hutan secara besar-besaran dan pembukaan lahan untuk

perkebunan dan pertambangan, yang berakibat semakin luasnya padang

alang-alang dan semak belukar. Lahan seperti ini sangat kecil

resistensinya dalam menahan air pada musim hujan dan kekeringan pada

saat musim kemarau panjang yang berdampak pada kebakaran hutan.

Terjadinya lahan kritis dapat menyebabkan kerusakan fisik, kimia, dan

biologi tanah. Perlu adanya upaya dan solusi untuk mengurangi lahan

kritis pada masing–masing daerah yaitu melakukan reklamasi dengan

membuat tanaman penghijauan, penanaman tanaman semusim, dan

pembuatan teras.

Berdasarkan buku Sulbar Dalam Angka 2017, data lahan kritis di

Provinsi Sulawesi Barat untuk kawasan hutan mencapai 166.400,96 Ha

dan di luar kawasan hutan mencapai 360.129,98 Ha. Disamping itu,

potensi lahan kritis pada kawasan hutan mencapai 716.203 Ha dan di

luar kawasan hutan mencapai 162.366,98. Berdasarkan data tersebut di

atas dapat disimpulkan bahwa potensi kerusakan hutan di wilayah

Sulawesi Barat sangat tinggi. Penetapan lahan kritis ini mengacu pada

lahan yang telah sangat rusak karena kehilangan penutupan vegetasinya,

sehingga kehilangan atau berkurang fingsinya sebagai penahan air,

pegendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro dan retensi karbon.

2. Permasalahan pencemaran Lingkungan.

Sampah kerap kali menimbulkan masalah, menjadi pemicu banjir,

pencemaran lingkungan, menyebabkan bau tak sedap, merusak

pandangan, dan berbagai macam masalah yang berdampak negatif pada

Page 9: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

6 |

lingkungan hidup. Seperti kita ketahui dan sering kita saksikan dilayar

kaca, Beberapa tahun terakhir ini Banjir merupakan salah satu persoalan

yang akrab dengan semua Negara di dunia, bahkan yang paling parah,

hamper sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan banjir langganan

tiap tahun saat datangnya musim penghujan. Adapun pemicu banjir itu

selain besarnya curah hujan juga diakibatkan adanya penumpukan

sampah di saluran air.

Kejadian seperti diatas juga tidak akan menutup kemungkinan bakal

terjadi di daerah tidak terkecuali di Sulawesi Barat. Penumpukan sampah

di saluran-saluran air menyebabkan pendangkalan kali, tersumbatnya

aliran air (drainase), yang pada akhirnya menimbulkan genangan air yang

berpotensi menibulkan banjir. Selain banjir, dampak yang ditimbulkan

dari pola pembuangan sampah sembarangan adalah terjadinya

pencemaran air. Di sisi lain, air buangan limbah rumah tangga di

Sulawesi Barat khususnya di perkotaan sebagian besar langsung di

alirkan ke badan air. Khusus bagi penduduk yang bermukim di sepanjang

pinggir sungai, pembuangan tinja langsung dialirkan ke badan air.

a. Tekanan (Pressure)

Pola hidup masyarakat Sulawesi Barat dalam mengelola sampah masih

sangat kurang. Sebagian besar masyarakat menjadikan sungai dan pantai

sebagai tempat pembuangan sampah yang paling praktis. Akibatnya

terjadi pencemaran air dan menimbulkan banjir pada musim penghujan.

Selain sampah-sampah, limbah-limbah rumah tangga lainnya secara

umum di Sulawesi Barat belum ada yang dikelola sebelum di buang ke

lingkungan. Fenomena ini bukan hanya menjadi persoalan satu wilayah

tetapi sudah menjadi isu pokok di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Selain pencemaran akibat tata cara pengelolaan sampah yang kurang

baik, kegiatan pertambangan juga secara tidak langsung mengakibatkan

pencemaran sungai, khususnya kegiatan pertambangan galian sirtu di

sungai. Kendaraan yang masuk keluar sungai selain menyebabkan

kekeruhan air sungai juga membawa partkel-pertikel logam yang

menyebabkan pencemaran air sungai.

Dismaping itu, kondisi hutan yang saat ini sudah kritis secara tidak

langsung memberikan kontribusi terhadap kualitas air sungai. Tingginya

Page 10: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

7 |

curah hujan mengakibatkan erosi sehingga tutupan lahan tidak dapat lagi

menahan arus air. Kondisi ini menyebabkan tingkat kekeruhan air sungai

menjadi sangat tinggi. Di beberapa daerah, pola pemukiman masyarakat

yang berada di bantaran sungai, khususnya di daerah Mamasa dan

Polewali Mandar secara tidak langsung berpengaruh terhadap tingginya

bakteri ecoli dalam air.

Gambar : Dokumentasi Pencemaran Lingkungan

Pemukiman di Pinggiran Sungai

Mamasa

Tumpukan Sampah di kanal

Mamuju

Sumber : Dari berbagai sumber.

b. Status (State).

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air pada 3 (tiga) sungai besar di

Sulawesi Barat (Lariang, Mandar dan Mamasa) menunjukkan bahwa

kualitas air sungai di Sulawesi Barat masih dalam kategiri kurang. Hal ini

disebabkan oleh beberapa parameter, khsusnya parameter DO dan

kekeruhan air yang cukup tinggi khususnya di sungai Lariang.

Page 11: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

8 |

SULAWESI BARAT

A. Indeks Kualitas Air

1. Umum

Air merupakan elemen yang sangat signifikan bagi kehidupan mahluk hidup

baik hewan, tumbuhan, dan manusia. Semua memerlukan air untuk

membantu metabolism yang ada didalam tubuh karena hapir tiga perempat

dari tubuh kita adalah air. Jadi kita bisa membayangkan betapa susahnya

jika tidak ada air didunia ini. Air juga penting bagi lingkungan dan

kelestarian alam beserta isinya. Apabila keberadaan air tidak seimbang

dengan keberadaan alam maka tidak akan tercipta keselarasan yang indah.

Misalnya air tidak bisa memenuhi kebutuhan hutan, maka manfaat

hutan tidak akan bisa dirasakan oleh mahluk hidup yang lainnya.

Fungsi air juga merupakan zat yang sangat dibutuhan selain udara dan tidak

seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air.

Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan

membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk

keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi,

transportasi, dan lain-lain. Akan tetapi, air bisa menjadi petaka jika kita

tidak bisa merawat sumbernya. Air bisa menjadi perantara penyakit-

penyakit yang menyerang manusia. Oleh karena itu, untuk

merasakan manfaat air bagi kehidupan khususnya bagi kesehatan tubuh.

Akan lebih bijak jika kita merawat keberadaan sumber air yang ada.

Dalam penghitungan Indeks Kualitas Air, perhitungan menggunakan hasil

uji kualitas air sungai yang berada di Sulawesi Barat. Berdasarkan data dari

Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi

Sulaawesi Barat, terdapat 151 sungai yang tersebar di 6 (enam) kabupaten.

Dari 151 sungai tersebut, terdapat 5 (lima) sungai yang merupakan sungai

besar yakni : Sungai Lariang, Sungai Karama, Sungai Mandar, Sungai

Mamasa dan Sungai Mapilli. Dari kelima sungai tersebut, tiga diantaranya

merupakan sungai lintas provinsi yakni :

Page 12: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

9 |

a. Sungai Lariang (Sungai terpanjang dan terbesar di Pulau Sulawesi).

Sungai ini berhulu di Provinsi Sulawesi Tengah dan bermuara di

Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.

b. Sungai Karama ( Sungai terbesar kedua di Pulau Sulawesi). Sungai ini

hulunya berada di Kabupaten Luwu-Provinsi Sulawesi Selatan, dan

bermuara di Kabupaten Mamuju-Provinsi Sulawesi Barat. Pengelolaan

sungai tersebut sedang dalam proses kerjasama dengan Pemerintah Cina

untuk dijadikan sebagai sumber Pembangkit Listrik bertenaga Air yang

terbesar di Indonesia

c. Sungai Mamasa. Sungai ini hulunya berada di Kabupaten Mamasa-

Provinsi Sulawesi Barat dan Bermuara di Provinsi Sulawesi Selatan.

Sungai ini juga menjadi Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air di PLTA

Bakaru dan sekaligus menjadi pengairan bagi Areal Persawahan di

Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan.

Dari sekian banyak sungai yang mengalir di Sulawesi Barat, jumlah sungai

tersebut dibagi kedalam 4 wilayah sungai sebagaimana tercantum dalam

tabel berikut:

Tabel 3.16 : Pembagian Wilayah Sungai di Sulawesi Barat

No. Nama WS Nama DAS Nama Kabupaten

1 WS Palu-Lariang Lariang Mamuju Utara, Sulbar-Sulteng

Minti Mamuju Utara, Sulbar-Sulteng

Rio Mamuju Utara, Sulbar-Sulteng

Letawa Mamuju Utara, Sulbar-Sulteng

Bambaira Mamuju Utara, Sulbar-Sulteng

Surumana Mamuju Utara, Sulbar-Sulteng

2 WS Kalukku-Karama Saddang Mamasa, Sulbar-Sulsel

Karama Mamuju

Malunda Majene

Mandar Majene

Babalalang Mamuju

Mapilli Polewali Mandar

3 WS Saddang Saddang Mamasa, Sulbar-Sulsel

Mamasa Mamasa

Galanggang Polewali Mandar

Bone-Bone Mamuju

4 WS Karama Karama Mamuju

Budong-Budong Mamuju Tengah

Karossa Mamuju Tengah

Mamuju Mamuju

Sumber : Dokumen RTRW Provinsi Sulawesi Barat

Page 13: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

10 |

2. Metoda Perhitungan

Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan

berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115

Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman

tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan

metoda indeks pencemaran (Pollution Index – PI).

Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang

merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter

kualitas air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang

dicantumkan dalam baku peruntukan air j. Dalam hal ini peruntukan yang

akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Formula penghitungan indeks pencemaran adalah :

dimana:

(Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij

(Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij

Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 ≤ PIj ≤ 1,0

b. Tercemar ringan jika 1,0 < PIj ≤ 5,0

c. Tercemar sedang jika 5,0 < PIj ≤ 10,0

d. Tercemar berat jika PIj > 10,0.

Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa air sungai tersebut tidak

memenuhi baku peruntukan air j, dalam hal ini mutu air kelas II.

Penghitungan indeks kualitas air dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai

satu sampel;

b. Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO,

COD, BOD, Total Phospat, Fecal Coli dan Total Coli;

c. Hitung persentase jumlah sampel yang mempunyai nilai PIj > 1, terhadap

total jumlah sampel pada tahun yang bersangkutan.

Page 14: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

11 |

d. Melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% - 100% (terbaik – terburuk)

jumlah sampel dengan nilai PIj > 1, menjadi nilai indeks dalam skala 0 –

100 (terburuk – terbaik).

Untuk pengambilan sampel air sungai dipilih dari masing-masing Kabupaten

dengan kriteria bahwa sungai tersebut merupakan sungai lintas kabupaten

atau merupakan sungai prioritas yang akan dikendalikan pencemarannya.

Pemantauan untuk setiap sungai dilakukan 5 kali dalam satu tahun dengan

6 titik lokasi pengambilan sampel sehingga dihasilkan paling tidak 30 sampel

kualitas air sungai untuk setiap sungai dalam setahun.

3. Indeks Kualitas Air

Indeks kualitas air Provinsi Sulawesi Barat dihitung berdasarkan hasil

pemantauan pada 3 (tiga)sungai besar di Sulawesi Barat yakni; Sungai

Lariang, Sungai Mandar dan Sungai Mamasa yang dipantau oleh Dinas

Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Barat ditambah dengan 5 (lima) sungai

yang dipantau oleh Kabupaten Majene yakni; Sungai Tammerodo, Sungai

Tinambung, Sungai Deking, Sungai Tubo dan Sungai Mangge.

Untuk ketiga sungai yang dipantau oleh Provinsi Sulawesi Barat dilakukan

pemantauan pada 6 (enam) titik sampling dengan 5 (lima) kali pemantauan,

dan khusus untuk sungai Mamasa terdapat titik tambahan di Sungai

Sanggora sebagai pertemuan anak sungai. Untuk sungai di Kabupaten

Majene dilakukan pemantauan hanya satu kali. Dengan demikian, jumlah

hasil uji sampel kualitas air sungai yang dijadikan perhitungan adalah

sebanyak 100 sampel.

Hasil perhitungan dan status Indeks Kualitas Air di Sulawesi Barat dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel : Indeks Kualitas Air Sungai Lariang

Mutu Air

Jumlah Titik

Sampel Yg Memenuhi

Mutu Air

Persentase

Pemenuhan Mutu Air

Bobot

Nilai Indeks

Nilai Indeks

Per mutu Air

Memenuhi 1 3% 70 2,33

Cemar Ringan 17 57% 50 28,33

Cemar Sedang 3 10% 30 3,00

Cemar Berat 9 0% 10 0,00

Total 30 - - -

Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai Lariang 33,67

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah Provinsi Sulawesi Barat

Page 15: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

12 |

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 30 (tiga puluh) hasil uji

kualitas air di Sungai Lariang hanya 1 hasil yang memenuhi baku mutu

sisanya tercemar, bahkan terdapat 9 (sembilan) titik yang mengalami cemar

berat. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat kekerungan Sungai Lariang yang

cukup tinggi khususnya pada musim penghujan.

Tabel : Indeks Kualitas Air Sungai Mandar

Mutu Air

Jumlah Titik Sampel Yg

Memenuhi Mutu Air

Persentase

Pemenuhan Mutu Air

Bobot

Nilai Indeks

Nilai

Indeks Per mutu Air

Memenuhi 14 47% 70 32,67

Cemar Ringan 16 53% 50 26,67

Cemar Sedang 0 0% 30 0,00

Cemar Berat 0 0% 10 0,00

Total 30 - - -

Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai Mandar 59,33

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah prov. Sulbar.

Untuk sungai Mandar, hasil perhitungan indeks kualitas air menunjukkan

bahwa dari 30(tiga puluh) hasil uji, terdapat 16 sampel uji yang tercemar

ringan dan sisanya memenuhi baku mutu. Kondisi cemar ringan ini

dipengaruhi oleh parameter DO (dissolved oxygen) yang seluruhnya melebihi

baku mutu namun tidak signifikan.

Tabel : Indeks Kualitas Air Sungai Mamasa

Mutu Air

Jumlah Titik Sampel Yg

Memenuhi Mutu Air

Persentase

Pemenuhan Mutu Air

Bobot

Nilai Indeks

Nilai

Indeks Per mutu Air

Memenuhi 7 20% 70 14,00

Cemar Ringan 27 77% 50 38,57

Cemar Sedang 1 3% 30 0,86

Cemar Berat 0 0% 10 0,00

Total 35 - - -

Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai Mamasa 53,43

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah prov. Sulbar.

Dari hasil tersebut diatas, terdapat 1 sampel hasil uji yang melebihi baku

mutu, 27 sampel hasil uji tercemar ringan dan hanya 7 sampel hasil uji yang

memenuhi baku mutu. Kondisi ini dipengaruhi oleh kekeruhan air Sungai

Page 16: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

13 |

Mamasa pada masa-masa tertentu khususnya pada musim hujan namun

tidak signifikan. Selain itu, parameter DO (dissolved oxygen) yang seluruhnya

melebihi baku mutu.

Tabel : Indeks Kualitas Air Sungai di Majene

Mutu Air

Jumlah Titik Sampel Yg

Memenuhi

Mutu Air

Persentase

Pemenuhan Mutu Air

Bobot

Nilai Indeks

Nilai

Indeks Per mutu Air

Memenuhi 5 100% 70 70,00

Cemar Ringan 0 0% 50 0,00

Cemar Sedang 0 0% 30 0,00

Cemar Berat 0 0% 10 0,00

Total 5

Nilai Indeks Pencemaran Air di Majene 70,00

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah prov. Sulbar.

Hasil pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Majene pada lima sungai

yakni; Sungai Tinambung, Sungai Tammerodo, Sungai Deking, Sunga Tubo

dan Sungai Mangge semuanya memenuhi baku mutu. Namun demikian,

tidak dapat dikatakan secara mutlak bahwa sungai-sungai di Majene

semuanya sudah memenuhi baku mutu karena sampel yang diuji untuk

masing-masing sungai, hanya dilakukan sekali pemantauan dalam satu

tahun. Sesuai dengan persyaratan minimal, pengambilan sampel air minimal

2 kali dalam satu tahun yakni pada musim hujan dan musim kemarau.

Selain sungai-sungai tersebut, masih ada beberapa sungai lainnya yang

dipantau, namun tidak dapat dijadikan bahan rujukan karena terdapat

beberapa parameter pokok yang tidak diuji. Untuk itu, hasil perhitungan

Indeks Kualitas Air Sulawesi Barat untuk tahun 2017 ini, tidak dapat

mewakili masing-masing kabupaten.

Hasil perhitungan Indeks Pencemaran Air menghasilkan angka 0 (terjelek)

sampai dengan 100 (sangat baik), dibagi dalam 5 (lima) kategori yakni:

a. 95 – 100 = sangat baik

b. 80 – 94 = baik

c. 65 – 79 = cukup

d. 45 – 64 = kurang

e. 0 – 44 = kurang baik (jelek)

Page 17: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

14 |

Dari hasil perhitungan rata-rata indeks kualitas air Sulawesi Barat diperoleh

nilai sebagai berikut:

Tabel : Indeks Kualitas Air Sulawesi Barat

No. Nama Sungai Nilai IKA

1 Lariang/Matra 33,67

2 Mandar/polewali 59,33

3 Mamasa 53,43

4 Majene 70,00

Sulawesi Barat 54,11

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah Prov. Sulbar

Berdasarkan kategori indeks pencemaran air, maka kualitas air di Sulawesi

Barat untuk tahun 2017 masuk dalam kategori kurang.

B. Indeks Kualitas Udara

1. Umum

Menjaga kualitas udara merupakan tanggung jawab kita semua. Udara yang

bersih akan menciptakan generasi yang sehat dan sebaliknya udara yang

kotor akan membangun generasi yang rentan akan penyakit. Kualitas udara

perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam

dekade terakhir. Ekonomi kota yang tumbuh dan telah mendorong

urbanisasi merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas udara

di perkotaan.

Pencemaran Udara merupakan salah satu dari berbagai permasalahan yang

dihadapi oleh daerah perkotaan. Kualitas udara perkotaan di Indonesia

menunjukkan kecenderungan menurun dalam dekade terakhir. Ekonomi

kota yang tumbuh dan telah mendorong urbanisasi merupakan faktor

penting yang mempengaruhi kualitas udara di perkotaan. Kebutuhan

transportasi dan energi meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk,

perkembangan kota, dan berubahnya gaya hidup karena meningkatnya

pendapatan. Peningkatan konsumsi energi ini meningkatkan pencemaran

udara yang pada akhirnya menimbulkan kerugian ekonomi dan

meningkatnya biaya kesehatan. Kegiatan pembangunan yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan sangat ironis apabila

Page 18: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

15 |

ternyata semakin merusak kualitas lingkungan khususnya udara yang

semakin kotor dan tidak sehat.

Pencemaran udara dibedakan menjadi pencemaran primer dan pencemaran

sekunder. Pencemaran primer adalah pencemaran yang ditimbulkan

langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah salah

satu contoh dari pencemaran udara primer karena merupakan hasil dari

pembakaran. Pencemaran sekunder adalah pencemar yang terbentuk dari

reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam

smog fotokimia adalah salah satu contoh dari pencemaran udara sekunder.

Sumber pencemaran udara yang utama di kota-kota besar adalah sumber

bergerak yaitu transportasi dan sumber tidak bergerak yaitu pembangkit

listrik dan industri. Transportasi diperkirakan menyumbangkan 76% dari

total emisi pencemar oksida nitrogen (NOx). Sedangkan untuk emisi

hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO), transportasi merupakan

kontributor utama (lebih dari 90%). Kualitas emisi kendaraan bermotor

ditentukan oleh beberapa faktor antara lain teknologi mesin; perawatan

kendaraan; teknologi pengontrolan/pereduksi emisi; dan kualitas bahan

bakar

Sistem transportasi dan tata ruang perkotaan juga mempengaruhi pola

pergerakan manusia dan kendaraan dari suatu kota yang pada akhirnya

mempengaruhi kualitas udara. Pengendalian pencemaran udara melalui

peningkatan sistem transportasi terfokus pada dua aspek, yaitu

pengurangan volume kendaraan dan pengurangan kepadatan lalu lintas.

Pencemaran udara berdasarkan objek yang terkena dampak dapat dibagi

dalam 3 kategori antara lain :

1) Dampak terhadap kesehatan meliputi:

Penyakit pernapasan, misalnya : asma, bronchitis, tenggorokan, dan

penyakit pernafasan lainnya.

Penurunan tingkat kecerdasan(IQ) anak-anak

Terganggunya fungsi reproduksi

2) Dampak Terhadap Lingkungan meliputi:

Pemanasan global (Global Worning),

Penipisan lapisan Ozon

Menghambat Fotosintesis tumbuhan

Page 19: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

16 |

Hujan asam

Meningkatkan Efek Rumah Kaca

3) Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara

tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain

klorosis, nekrosis, dan bintik hitam.

Untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan

melalui beberapa usaha antara lain: penghijauan dan reboisasi, pengolahan

atau daur ulang limbah asap industri, menghentikan pembakaran hutan,

mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak

menghasilkan gas karbon monoksida, menjaga kelestarian linkungan,

menghemat energi yang digunakan serta memberi sanksi yang tegas kepada

oknum – oknum yang merusak kelestarian alam, seperti menebang pohon

secara ilegal.

2. Metoda Perhitungan

Kualitas udara, terutama di kota-kota besar dan metropolitan, sangat

dipengaruhi oleh kegiatan transportasi. Pada tahun 2008 kegiatan

transportasi di Indonesia diperkirakan mengemisikan CO2, CH4, dan N2O

masing-masing sebesar 83 juta ton, 24 ribu ton, dan 3,9 ribu ton.

Data kualitas udara didapatkan dari pemantauan di 5 ibukota kabupaten

dengan menggunakan metoda passive sampler pada lokasi-lokasi yang

mewakili daerah permukiman, industri, dan padat lalulintas kendaraan

bermotor. Sedangkan parameter yang diukur adalah SO2 dan NO2.

Pengukuran kualitas udara yang dilakukan pada lokasi tersebut dianggap

mewakili kualitas udara tahunan untuk masing-masing parameter.

Selanjutnya nilai konsentrasi rata-rata tersebut dikonversikan menjadi nilai

indeks dalam skala 0 – 100 untuk setiap ibukota provinsi. Formula untuk

konversi tersebut adalah :

Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula

sebagai berikut:

Page 20: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

17 |

dimana:

IPU = Indeks Pencemaran Udara

IPNO2 = Indeks Pencemar NO2

IPSO2 = Indeks Pencemar SO2

3. Indeks Kualitas Udara

Pengambilan sampel kualitas udara dengan menggunakan Metoda passive

sampler oleh Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Barat,

bekerjasama dengan Laboratorium Pusarpedal Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan RI. Pengambilan sampel udara ambien dilaksanakan

di 6 (enam) kabupaten di Sulawesi Barat pada 4 (empat) titik sampling di

setiap kabupaten. Lokasi pengambilan sampling tersebut mewakili

transportasi, industri/agro industri, pemukiman, dan perkantoran/

komersial.

Hasil uji kualitas udara pada 6 (enam) kabupaten di Sulawesi Barat, dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel : Hasil Uji Kualitas Udara Ambien (NO2)

No. Kabupaten Lokasi

NO2(µg/Nm3)

P1 P2 Average

(P1+P2)

Average

Kota

Jumlah rata-rata Provinsi Sulawesi Barat 6,85

1

Kabupaten Mamuju

Transportasi 13,1 7,2 10,15 6,33

Industri/Agro Industri 3,7 3,24 3,47

Pemukiman 7,4 4,6 6,00

Perkantoran/

Komersial

6,6 4,8 5,70

2

Kabupaten

Majene

Transportasi 9,89 11,4 10,65 8,29

Industri/Agro Industri 5,4 4,8 5,10

Pemukiman 9,11 8,7 8,91

Perkantoran/ Komersial

8,82 8,2 8,51

3

Kabupaten

Mamuju Utara

Transportasi 4,7 3,2 3,95 5,31

Industri/Agro Industri 9,1 10,8 9,95

Pemukiman 3,9 4,7 4,30

Perkantoran/

Komersial

3,9 2,2 3,05

4

Kabupaten Polewali

Mandar

Transportasi 9,7 15 12,35 9,24

Industri/Agro Industri 10,6 hilang 10,60

Pemukiman 3 rusak 3,00

Perkantoran/

Komersial

12,2 9,8 11,00

Page 21: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

18 |

No. Kabupaten Lokasi

NO2(µg/Nm3)

P1 P2 Average

(P1+P2)

Average

Kota

5

Kabupaten Mamasa

Transportasi 6,2 4,8 5,50 8,19

Industri/Agro Industri 9,1 7,5 8,30

Pemukiman 13,24 hilang 13,24

Perkantoran/

Komersial

6,6 4,8 5,70

6

Kabupaten

Mamuju Tengah

Transportasi 3,8 4,5 4,15 3,75

Industri/Agro Industri 1 5,4 3,20

Pemukiman 3,2 5,6 4,40

Perkantoran/ Komersial

4 2,5 3,25

Sumber : LHU Laboratorium Pusarpedal KLHK

Tabel : Hasil Uji Kualitas Udara Ambien (SO2)

No. Kota Lokasi

SO2(µg/Nm3)

P1 P2 Average

(P1+P2)

Average

Kota

Jumlah rata-rata Provinsi Sulawesi Barat 6,84

1

Kabupaten Mamuju

Transportasi 3,29 2,57 2,93 5,07

Industri/Agro Industri 6,83 7,2 7,02

Pemukiman 11,88 2,57 7,23

Perkantoran/Komersial 3,23 2,99 3,11

2

Kabupaten Majene

Transportasi 11,43 9,42 10,43 14,94

Industri/Agro Industri 20,24 20,4 20,32

Pemukiman 13,48 10,28 11,88

Perkantoran/Komersial 17,77 16,52 17,15

3

Kabupaten Mamuju

Utara

Transportasi 2,57 3,72 3,15 4,30

Industri/Agro Industri 2,57 2,69 2,63

Pemukiman 8,09 6,66 7,38

Perkantoran/Komersial 4,1 4,01 4,06

4

Kabupaten Polewali

Mandar

Transportasi 6,86 2,57 4,72 8,11

Industri/Agro Industri 2,57 hilang 2,57

Pemukiman 5,16 rusak 5,16

Perkantoran/Komersial 22,11 17,88 20,00

5

Kabupaten Mamasa

Transportasi 2,67 3,62 3,15 3,87

Industri/Agro Industri 6,21 2,57 4,39

Pemukiman 3,7 hilang 3,70

Perkantoran/Komersial 3,13 5,32 4,23

6

Kabupaten Mamuju

Tengah

Transportasi 8,43 7,71 8,07 4,73

Industri/Agro Industri 4,14 4,67 4,41

Pemukiman 2,83 4,88 3,86

Perkantoran/Komersial 2,57 2,57 2,57

Sumber : LHU Laboratorium Pusarpedal KLHK

Berdasarkan hasil uji kualitas udara ambien tersebut di atas, dengan

menggunakan rumus formula sebagaimana telah dikemukan sebelumnya,

maka diperoleh indeks kualitas udara sebagai berikut:

Page 22: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

19 |

Tabel : Indeks Kualitas Udara Sulawesi Barat

No. Provinsi/Kabupaten Kon.NO2 Kon.SO2 IPNO2 IPSO2 IPU

1 Kabupaten Mamuju 6,33 5,07 99,78 99,37 99,57

2 Kabupaten Majene 8,29 14,94 99,71 98,13 98,92

3 Kabupaten Mamuju Utara

5,31 4,30 99,81 99,46 99,64

4 Kabupaten Polewali

Mandar 9,24 8,11 99,67 98,99 99,33

5 Kabupaten Mamasa 8,19 3,87 99,71 99,52 99,61

6 Kabupaten Mamuju

Tengah 3,75 4,73 99,87 99,41 99,64

Provinsi Sulawesi Barat 6,85 6,84 99,76 99,15 99,45

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah Prov. Sulbar

Berdasarkan data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas

lingkungan hidup di Sulawesi Barat masih dalam kategori baik dengan hasil

indeks yang mencapai 99,45. Kondisi ini didukung oleh wilayah Sulawesi

Barat yang masih didominasi oleh sebagian besar hutan, serta masih

kurangnya industri yang menghasilkan emisi udara yang signifikan.

Jika dibandingkan dengan tahun 2016, Indeks Kualitas Udara pada tahun

2017 sedikit mengalami peningkatan yakni dari 99,29 menjadi 99,45 atau

mengalami kenaikan sekitar 0,16.

C. Indeks Tutupan Hutan

1. Umum

Dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 20 Undang Undang Nomor 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan, telah diatur tentang perencanaan kehutanan yang

terdiri dari lima tahapan yaitu: Inventarisasi, pengukuhan, penatagunaan,

pembentukan wilayah pengelolaan dan penyusunan rencana kehutanan.

Output dari inventarisasi hutan salah satunya adalah mengidentifikasi

status kawasan hutan sebagai input dalam pengukuhan kawasan hutan.

Menurut Pasal 5 Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan

penjelasannya, kawasan hutan terdiri dari hutan negara, hutan desa, hutan

kemasyarakatan, hutan adat dan hutan hak.

Berdasarkan hasil inventarisasi hutan selanjutnya dilakukan pengukuhan

kawasan hutan yang terdiri dari beberapa tahapan diantaranya:

penunjukan, penataan batas, pemetaan dan penetapan. Karena output dari

inventarisasi hutan adalah status kawasan hutan dan menjadi input dalam

Page 23: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

20 |

pengukuhan maka dapat kita katakan pada tahapan pengukuhan ini adalah

upaya untuk menetapkan status kawasan hutan yang terdiri dari hutan

negara, hutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan adat dan hutan hak. Jika

dihubungkan antara definisi kawasan hutan dengan wewenang yang

diberikan oleh negara kepada pemerintah adalah “Menetapkan status

wilayah tertentu sebagai kawasan hutan” dapat kita lihat bahwa tahap

pengukuhan kawasan hutan ini yang dilakukan adalah penetapan status

kawasan hutan.

Berdasarkan hasil pengukuhan kawasan hutan selanjutnya dilaksanakan

penatagunaan kawasan hutan yang terdiri dari penetapan fungsi kawasan

hutan dan penggunaan kawasan hutan. Pada tahapan ini terlihat

bahwa penetapan fungsi kawasan hutan dilakukan dalam kegiatan

penatagunaan hutan. Fungsi kawasan hutan yang ditetapkan terdiri dari :

Hutan Lindung, Hutan Konservasi dan Hutan Produksi.

Setelah penetapan fungsi kawasan hutan kemudian dilanjutkan dengan

pembentukan wilayah pengelolaan hutan yang terdiri dari: Pembentukan

unit pengelolaan, penetapan luas kawasan hutan minimal 30%

serta perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Keempat tahapan

ini diakhiri dengan penyusunan rencana kehutanan

Secara umum dapat kita lihat bahwa dalam perencanaan kehutanan ada dua

hal yang ditetapkan yaitu status kawasan hutan melalui proses pengukuhan

kawasan hutan dan fungsi kawasan hutan melalui proses penatagunaan

kawasan hutan. Setelah adanya kedua penetapan ini juga dimungkinkan

perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan melalui tahapan

pembentukan wilayah pengelolaan hutan.

2. Metoda Perhitungan

Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam ekosistem.

Selain berfungsi sebagai penjaga tata air, hutan juga mempunyai fungsi

mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan tempat tumbuhnya

berbagai plasma nutfah yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan data dari program Menuju Indonesia Hijau (MIH), klasifikasi

hutan terbagi atas hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah

hutan yang belum mendapatkan gangguan atau sedikit sekali mendapat

Page 24: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

21 |

gangguan manusia. Sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh

melalui suksesi sekunder alami pada lahan hutan yang telah mengalami

gangguan berat seperti lahan bekas pertambangan, peternakan, dan

pertanian menetap.

Untuk menghitung indeks tutupan hutan yang pertama kali dilakukan

adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder untuk setiap

provinsi. Nilai indeks didapatkan dengan formula:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑇𝐻 =𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛

Luas Wilayah Administrasi

Jadi,

dimana:

ITH = indeks tutupan hutan

%TH = Persentase Tutupan Hutan

Meskipun kerapatan hutan sekunder lebih kecil dari hutan primer namun

secara alami hutan sekunder mulai membentuk hutan kembali meskipun

prosesnya sangat lambat. Selain itu ada juga upaya-upaya yang dilakukan

manusia untuk mempercepat proses penghutanan kembali hutan sekunder.

Membandingkan luas hutan primer dan hutan sekunder yang bersumber

dari program MIH dengan luas kawasan hutan yang ditetapkan oleh Menteri

Kehutanan barangkali kurang tepat karena mungkin lokasinya yang

berbeda. Namun yang penting adalah bahwa perbandingan tersebut sedikit

memberikan gambaran tentang seberapa besar kerusakan hutan yang terjadi

di Indonesia.

3. Indeks Tutupan Hutan

Pada hakekatnya tutupan hutan dan lahan secara tidak langsung memiliki

kontribusi besar dalam perubahan kualitas air sungai dan pencemaran

udara. Jika persentase luas hutan masih lebih besar dari total luas wilayah

suatu daerah, dapat disimpulkan bahwa kualitas lingkungan di daerah

tersebut masih cukup baik. Jika kualitas hutan masih terjaga, maka secara

tidak langsung ikut menjaga kualitas air sungai dan tingkat pencemaran

udara. Sebaliknya, jika semakin banyak alih fungsi hutan akan

3,54

501003,84100 xTHxITH

Page 25: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

22 |

menimbulkan pencemaran air sungai dan udara. Untuk perhitungan indeks

tutupan hutan maka diperlukan data hutan primer dan hutan sekunder

yang kemudian dijumlahkan.

Tabel : Luas Hutan Primer dan Sekunder

Kabupaten Hutan Primer Hutan Sekunder Jumlah Total

Mamuju Utara 81.080,61 51.534,78 32.615,39

Mamuju 80.458,25 179.590,64 260.048,89

Mamuju Tengah 121.434,30 74.496,02 195.930,32

Majene 99,35 30.891,27 30.990,62

Polman 2.021,58 38.750,83 40.772,41

Mamasa 33.262,34 112.410,90 145.673,24

Jumlah Total 318.356,43 487.674,44 806.030,87

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat

Data tutupan hutan primer dan sekunder dirinci per kabupaten yang

diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat sebagaimana tabel

di atas, kemudian dibandingkan dengan luas wilayah administrasi, maka

diperoleh persentase tutupan hutan sebagai berikut:

Tabel : Perhitungan Tutupan Hutan 2017

Kabupaten Luas Wilayah

Administrasi (Km2)

Luas Tutupan

Hutan (Km2)

Persentase

TH

Mamuju Utara 3.043,75 1.326,15 43,570

Mamuju 4.999,69 2.600,49 52,013

Mamuju Tengah 3.014,37 1.959,30 64,999

Majene 947,84 309,91 32,696

Polman 2.022,30 407,72 20,161

Mamasa 2.909,21 1.456,73 50,073

Provinsi Sulawesi

Barat 16.937,16 8.060,31 48,015

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah Prov. Sulbar

Hasil perhitungan tutupan hutan di atas, menjadi dasar untuk memperoleh

Indeks Tutupan Hutan dengan melakukan konversi pesentase yang

merupakan perbandingan luas tutupan hutan dengan luas wilayah

administrasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka diperoleh Indeks Tutupan Hutan

Sulawesi Barat sebagai berikut:

3,54

501003,84100 xTHxITH

Page 26: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

23 |

Tabel : Indeks Tutupan Hutan Sulawesi Barat

Kabupaten ITH

Mamuju Utara 62,50

Mamuju 70,27

Mamuju Tengah 82,23

Majene 52,48

Polewali Mandar 40,94

Mamasa 68,48

Provinsi Sulawesi Barat 62,82

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah Prov. Sulbar

Dengan demikian, maka nilai Indeks Tutupan Hutan Sulawesi Barat untuk

tahun 2017 adalah 62,82. Nilai ini sedikit turun dibandingkan tahun 2016

yakni sebesar 67,28 atau mengalami penuruan sekitar 4,46.

D. Indeks Kualitas Lingkungan

Perhitungan Indeks kualitas lingkungan memiliki sifat komparatif yang

berarti nilai satu kabupaten relatif terhadap kabupaten lainnya. Hasil

perhitungan indeks kualitas lingkungan bukan semata-mata untuk melihat

indeks kualitas lingkungan semata akan tetapi bagaimana melakukan

sinergi lintas sektor untuk memperbaiki kualitas lingkungan untuk

meningkatkan kualitas lingkungan di Provinsi Sulawesi Barat. Indeks

kualitas lingkungan hidup Provinsi Sulawesi Barat dihitung berdasarkan

hasil perhitungan Indeks Pencemaran Air, Indeks Pencemaran Udara dan

Indeks Tutupan Hutan.

Untuk indeks kualitas air, digunakan perhitungan dari tiga sungai utama di

Sulawesi Barat yakni Sungai Lariang, Sungai Mandar dan Sungai Mamasa

yang masing-masing dilakukan pada 6 (enam) lokasi titik sampling dan 5

(lima) kali periode pemantauan ditambah dengan hasil uji kualitas air di

Kabupaten Majene yakni; Sungai Tammerodo, Sungai Tinambung, Sungai

Deking, Sungai Tubo dan Sungai Mangge yang masing-masing diuji sekali

dalam setahun. Sedangkan pada indeks kualitas udara dan tutupan hutan

merupakan data pada tiap-tiap kabupaten.

Dengan demikian, nilai indeks kualitas lingkungan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 27: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

24 |

𝐼𝐾𝐿𝐻 =IPA + IPU + ITH

3

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka diperoleh Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup sebagai berikut:

Tabel : Indeks Kualitas Lingkungan

No. Uraian IPA IPU ITH IKLH

1 Nilai Indeks Kualitas Lingkungan 54,11 99,45 62,82 72,13

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah Prov. Sulbar

Setelah mendapatkan nilai IKLH dari Indeks Kualitas Air, Kualitas Udara dan

Tutupan Hutan dilakukan perbandingan dengan luas wilayah dan jumlah

penduduk untuk memperoleh Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Sulawesi

Barat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐼𝐾𝐿𝐻𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 = ∑ 𝐼𝐾𝐿𝐻𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 𝑖𝑥𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 𝑖

𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖

5

𝑖=1

Tabel : Nilai IKLH Sulawesi Barat 2017

No. Kabupaten Nilai IKLH Jumlah

Penduduk Nilai IKLH

Sulbar 2017

(1) (2) (3) (4)

72,13

1 Mamuju Utara 72,13 161.030

2 Mamuju 72,13 272.260

3 Majene 72,13 166.400

4 Polewali Mandar 72,13 427.480

5 Mamasa 72,13 154.930

6 Mamuju Tengah 72,13 124.380

Total 72,13 1.1.306.480

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas LH Daerah Provinsi Sulawesi Barat

Nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Sulawesi Barat sebesar 72,13

menunjukkan bahwa kualitas lingkungan hidup di Sulawesi Barat masih

cukup baik. Namun demikian jika di lihat dari setiap parameter, yang perlu

mendapat perhatian khusus adalah kualitas air dan tutupan hutan.

Page 28: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

25 |

A. Kesimpulan

Indeks kualitas lingkungan hidup di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh

faktor pencemaran air, udara dan jumlah tutupan hutan/lahan. Semakin

rendah tingkat pencemaran air dan udara serta semakin luas tutupan

hutan/lahan maka kualitas lingkungan di daerah tersebut akan semakin

baik. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas lingkungan hidup, maka

semua pihak harus terlibat aktif dalam menjaga kelestarian fungsi

lingkungan hidup.

Perubahan kualitas lingkungan hidup di daerah juga dipengaruhi dengan

pertambahan jumlah penduduk serta pembukaan usaha baru yang

memanfaatkan serta mengalifungsikan hutan lindung. Oleh karena itu,

pemerintah harus secara bijaksana dalam melakukan pemberian izin kepada

setiap usaha/kegiatan khususnya dalam pengelolaan hutan sehingga jumlah

tutupan hutan jika dibandingkan dengan luas daerah masih seimbang.

Pada tahun 2017, nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Sulawesi Barat

masuk dalam kategori cukup dengan nilai Indeks 72,13. Nilai ini sedikit lebih

meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai nilai

68,76. Namun demikian, jika dirinci pada masing-masing kategori, Indeks

Kualitas Air masuk dalam kategori kurang dengan nilai hanya mencapai

54,11 desangkan indeks tutupan lahan masuk dalam kategori cukup. Untuk

kualitas udara, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya masih dalam kondisi

sangat bagus dengan nilai indeks mencapai 99,45.

Dengan adanya perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup sehingga

diperoleh suatu nilai yang dapat digunakan untuk melihat kategori kualitas

lingkungan di suatu daerah maka diharapkan dapat mempermudah semua

pemangku kepentingan (stakeholder) mulai dari pemerintah dan masyarakat

(publik) untuk memahami kondisi lingkungannya.

Dengan mengetahui kondisi lingkungan maka bagi pemerintah dapat

digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pemuatan kebijakan

pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dan bagi

masyarakat (publik) dengan adanya pemahaman aakan kondisi lingkungan

Page 29: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

26 |

dapat membantu pemerintah untuk terlibat secara langsung dalam

pengelolaan lingkungan hidup.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka direkomendasikan beberapa

hal sebagai berikut :

1. Dalam penyusunan tata ruang kota, pemerintah harus

memperhitungkan penempatan pemukiman warga yang berada di

sekitar bantaran sungai untuk mengurangi tingkat pencemaran air

khususnya dari limbah rumah tangga.

2. Pemerintah daerah perlu untuk memperhatikan program pengendalian

pencemaran air agar nilai indeks kualitas air di setiap daerah dapat

mengalami kenaikan.

3. Perlu alokasi anggaran yang cukup untuk melakukan pemantauan

kualitas air pada sungai-sungai utama di masing-masing kabupaten,

sehingga dapat mewakili kualitas air setiap kabupaten secara

proporsional dan objektif.

4. Dalam pengujian kualitas air sungai, agar memperhatikan parameter

minimal yang dipersyaratkan untuk perhitungan indeks kualitas air

yakni; TSS, DO, COD, BOD Total Phospat, Fecal Coli dan Total Coli.

5. Hasil perhitungan yang dilakukan pada Tahun 2017 masih

membutuhkan pembenahan dan penyempurnaan khususnya

keterwakilan dan keakuratan sumber data. Oleh karena itu dibutuhkan

untuk pemantauan kualitas air dan udara maka dibutuhkan metoda dan

pengambilan sampel yang lebih akurat.

6. Untuk pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Majene, jumlah

sungai yang dipantau sudah memadai akan tetapi perlu memenuhi

standar minimal yaitu 2 (dua) kali setahun yakni pada musim hujan dan

musim kemarau serta minimal tiga lokasi pada bagian hulu, tengah dan

hilir sungai.

7. Perlu meningkatkan progran penghijauan dan reboisasi untuk

mengembalikan fungsi hutan, untuk meminimalisir tingkat kekeruhan

air pada musim hujan dan meningkatkan tutupan hutan dan lahan.

Page 30: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

27 |

8. Pemerintah harus meminimalisir pemberian izin kepada perusahaan

yang akan melakukan usaha/kegiatan dengan memanfaatkan fungsi

hutan dan lahan sehingga kelestarian hutan tetap terjaga.

9. Kegiatan ini harus dilakukan secara kontiniu karena selain merupakan

kegiatan wajib yang harus dilaksanakan, juga sekaligus dapat

digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam bidang

pengelolaan lingkungan hidup.

Page 31: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

28 |

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. (1997). Keputusan Kepala Bapedal Nomor 107 Tahun 1997 Tentang Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara. Jakarta: Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan.

Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Barat. (2017). Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai. Mamuju: Bidang Pengendalian

Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Barat. (2017). Laporan Pemantauan Kualitas Udara Perkotaan. Mamuju: Bidang Pengendalian

Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan BAPPEDA Provinsi Sulawesi Barat. (2014). Materi Teknis Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014-2034.

Daniel C. Esty, C. K. (2008). 2008 Environmental Performance Index. New Haven: Yale Center for Environmental Law and Policy.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (1999). Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2001). Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencedmaran Air. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2003). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman

Penentuan Status Mutu Air. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

VCU Center for Environmental Studies. (2000, December 6). Virginia

Environmental Quality Index. Dipetik March 10, 2009, dari Virginia Commonwealth University: http://www.veqi.vcu.edu/index.htm

Page 32: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

29 |

Page 33: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Pemantauan Kualitas Air Sungai Lariang

Nama Sungai: Sungai Lariang

Titik Sampling: SM1, TS1 Dusun Tata, Desa Ompi, Kec. Bulutaba Kab. Matra

GPS: S= 02°54'39,4" E= 119°25'13,6"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)Total phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 11075 7,74 5,1 2,9 0,1 750 1500

2 88 7,56 8 3 0,2 1500 4600

3 14 7,67 8 2,9 0,062 430 930

4 44 7,93 18,6 3,5 0,16 750 1500

5 13 7,2 8 2,8 0,11 430 930

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 11075 50 221,5 221,5 32,30795 35 33,6809

COD 5,1 25 0,204 0,204

DO 7,74 4 1,935 1,935

BOD 2,9 3 0,966667 0,96666667

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 88 50 1,76 1,76 1,198571 14,7816 10,4865

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,56 4 1,89 1,89

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 4600 5000 0,92 0,92

TSS 14 50 0,28 0,28 0,630024 22 15,5627

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,67 4 1,9175 1,9175

BOD 2,9 3 0,966667 0,96666667

Total Phospat 0,062 0,2 0,31 0,31

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 930 5000 0,186 0,186

TSS 44 50 0,88 0,88 0,946167 9,03 6,42013

COD 18,6 25 0,744 0,744

DO 7,93 4 1,9825 1,9825

BOD 3,5 3 1,166667 1,16666667

Total Phospat 0,16 0,2 0,8 0,8

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 13 50 0,26 0,26 0,639905 2,043 1,51382

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,2 4 1,8 1,8

BOD 2,8 3 0,933333 0,93333333

Total Phospat 0,11 0,2 0,55 0,55

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 930 5000 0,186 0,186

1

2

3

4

5

Page 34: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Lariang

Titik Sampling: SM2, TS2 Desa Makmur jaya, Prov. SULBAR

GPS: S= 02°56'22,7" E= 119°22'44,1"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)Total phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 12703 7,74 18,3 3,3 0,1 930 1500

2 95 7,91 8 2,6 0,2 750 4600

3 11 7,62 8 3 0,06 930 1500

4 46 8,33 12,8 2,6 0,17 430 750

5 143 7,2 8 2,7 0,15 270 350

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 12703 50 254,06 254,06 37,07957 22 30,4868

COD 18,3 25 0,732 0,732

DO 7,74 4 1,935 1,935

BOD 3,3 3 1,1 1,1

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 95 50 1,9 1,9 1,104881 13,5886 9,6403

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,91 4 1,9775 1,9775

BOD 2,6 3 0,866667 0,86666667

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 4600 5000 0,92 0,92

TSS 11 50 0,22 0,22 0,710714 13 9,20612

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,62 4 1,905 1,905

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,06 0,2 0,3 0,3

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 46 50 0,92 0,92 0,830167 3,6658 2,65775

COD 12,8 25 0,512 0,512

DO 8,33 4 2,0825 2,0825

BOD 2,6 3 0,866667 0,86666667

Total Phospat 0,17 0,2 0,85 0,85

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 750 5000 0,15 0,15

TSS 143 50 2,86 2,86 0,995714 42,55 30,0956

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,2 4 1,8 1,8

BOD 2,7 3 0,9 0,9

Total Phospat 0,15 0,2 0,75 0,75

Fecal Coliform 270 1000 0,27 0,27

Total Coliform 350 5000 0,07 0,07

1

2

3

4

5

Page 35: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Lariang

Titik Sampling: SM3, T3 Desa Makmur Jaya, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara

GPS: S= 02°57'38,0" E= 119°21'19,7"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)Total phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 13511 7,74 1,9 1,2 0,1 750 1200

2 170 7,51 32 4,6 0,1 750 1500

3 21 7,62 16 3,3 0,18 430 750

4 19 7,35 24,9 3,4 0,13 430 930

5 165 7,4 8 2,5 0,14 430 930

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 13511 50 270,22 270,22 39,16014 4,24 27,8522

COD 1,9 25 0,076 0,076

DO 7,74 4 1,935 1,935

BOD 1,2 3 0,4 0,4

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1200 5000 0,24 0,24

TSS 170 50 3,4 3,4 1,377262 0,975 1,1932

COD 32 25 1,28 1,28

DO 7,51 4 1,8775 1,8775

BOD 4,6 3 1,533333 1,53333333

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 21 50 0,42 0,42 0,792143 2,22 1,66672

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,62 4 1,905 1,905

BOD 3,3 3 1,1 1,1

Total Phospat 0,18 0,2 0,9 0,9

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 750 5000 0,15 0,15

TSS 19 50 0,38 0,38 0,801833 2,1 1,58949

COD 24,9 25 0,996 0,996

DO 7,35 4 1,8375 1,8375

BOD 3,4 3 1,133333 1,13333333

Total Phospat 0,13 0,2 0,65 0,65

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 930 5000 0,186 0,186

TSS 165 50 3,3 3,3 1,088476 1,5 1,31049

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,4 4 1,85 1,85

BOD 2,5 3 0,833333 0,83333333

Total Phospat 0,14 0,2 0,7 0,7

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 930 5000 0,186 0,186

1

2

3

4

5

Page 36: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Lariang

Titik Sampling: SM4, T4 Jembatan Lariang, Dusun Marissa, Desa Lariang, Kec. Tikke Raya Kab. Matra

GPS: S= 02°58'35,4" E= 119°20'43,3"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)Total phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 9713 7,67 13,5 3 0,1 430 750

2 137 7,95 32 4,3 0,1 1500 4600

3 12 7,91 16 2,7 0,14 1500 2100

4 33 8,05 30,5 3,5 0,13 1200 2100

5 117 7,2 16 2,8 0,14 36 92

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 9713 50 194,26 194,26 28,39964 4,46 20,3277

COD 13,5 25 0,54 0,54

DO 7,67 4 1,9175 1,9175

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 750 5000 0,15 0,15

TSS 137 50 2,74 2,74 1,480119 4,6 3,41692

COD 32 25 1,28 1,28

DO 7,95 4 1,9875 1,9875

BOD 4,3 3 1,433333 1,43333333

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 4600 5000 0,92 0,92

TSS 12 50 0,24 0,24 0,911071 2,24 1,70992

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,91 4 1,9775 1,9775

BOD 2,7 3 0,9 0,9

Total Phospat 0,14 0,2 0,7 0,7

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 2100 5000 0,42 0,42

TSS 33 50 0,66 0,66 1,047024 1 1,02378

COD 30,5 25 1,22 1,22

DO 8,05 4 2,0125 2,0125

BOD 3,5 3 1,166667 1,16666667

Total Phospat 0,13 0,2 0,65 0,65

Fecal Coliform 1200 1000 1,2 1,2

Total Coliform 2100 5000 0,42 0,42

TSS 117 50 2,34 2,34 0,923962 1,5 1,24573

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,2 4 1,8 1,8

BOD 2,8 3 0,933333 0,93333333

Total Phospat 0,14 0,2 0,7 0,7

Fecal Coliform 36 1000 0,036 0,036

Total Coliform 92 5000 0,0184 0,0184

1

2

3

4

5

Page 37: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Lariang

Titik Sampling: SM5, T5 Dusun Kurondo, Desa Lariang, Kec. Tikke Raya Kab. Matra

GPS: S= 07°01'13,7" E= 119°18'25,4"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)Total phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)1 11458 7,71 42,6 3,5 0,1 230 640

2 235 8,02 8 2,7 0,2 1500 4600

3 12 7,98 16 2,8 0,18 930 1500

4 42 8,11 15,5 4 0,16 930 1500

5 111 7,2 16 2,9 0,11 74 150

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 11458 50 229,16 229,16 33,54517 3,94 23,8831

COD 42,6 25 1,704 1,704

DO 7,71 4 1,9275 1,9275

BOD 3,5 3 1,166667 1,16666667

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 640 5000 0,128 0,128

TSS 235 50 4,7 4,7 1,620714 0,32 1,16814

COD 8 25 0,32 0,32

DO 8,02 4 2,005 2,005

BOD 2,7 3 0,9 0,9

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 4600 5000 0,92 0,92

TSS 12 50 0,24 0,24 0,848333 1,68 1,3308

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,98 4 1,995 1,995

BOD 2,8 3 0,933333 0,93333333

Total Phospat 0,18 0,2 0,9 0,9

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 42 50 0,84 0,84 0,97869 1,13 1,05706

COD 15,5 25 0,62 0,62

DO 8,11 4 2,0275 2,0275

BOD 4 3 1,333333 1,33333333

Total Phospat 0,16 0,2 0,8 0,8

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 111 50 2,22 2,22 0,897238 1,5 1,23593

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,2 4 1,8 1,8

BOD 2,9 3 0,966667 0,96666667

Total Phospat 0,11 0,2 0,55 0,55

Fecal Coliform 74 1000 0,074 0,074

Total Coliform 150 5000 0,03 0,03

1

2

3

4

5

Page 38: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Lariang

Titik Sampling: SM6, T6 Dusun Kalindu, Desa Lariang, Kec. Tikke Raya Kab. Matra

GPS: S= 03°08'51,6" E= 119°18'27,9"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)Total phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 9915 7,61 1,9 2,2 0,1 430 930

2 182 8,02 16 2,5 0,1 930 1500

3 15 7,46 24 3,1 0,16 930 2400

4 34 7,57 15,2 3,1 0,15 430 740

5 131 6,8 32 3 0,13 150 200

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 9915 50 198,3 198,3 28,8754 4,84 20,7028

COD 1,9 25 0,076 0,076

DO 7,61 4 1,9025 1,9025

BOD 2,2 3 0,733333 0,73333333

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 930 5000 0,186 0,186

TSS 182 50 3,64 3,64 1,264048 1,5 1,38705

COD 16 25 0,64 0,64

DO 8,02 4 2,005 2,005

BOD 2,5 3 0,833333 0,83333333

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 15 50 0,3 0,3 0,909762 2,1 1,61828

COD 24 25 0,96 0,96

DO 7,46 4 1,865 1,865

BOD 3,1 3 1,033333 1,03333333

Total Phospat 0,16 0,2 0,8 0,8

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 2400 5000 0,48 0,48

TSS 34 50 0,68 0,68 0,79169 1,05 0,92986

COD 15,2 25 0,608 0,608

DO 7,57 4 1,8925 1,8925

BOD 3,1 3 1,033333 1,03333333

Total Phospat 0,15 0,2 0,75 0,75

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 740 5000 0,148 0,148

5 TSS 131 50 2,62 2,62 1,062857 1,28 1,17645

COD 32 25 1,28 1,28

DO 6,8 4 1,7 1,7

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,13 0,2 0,65 0,65

Fecal Coliform 150 1000 0,15 0,15

Total Coliform 200 5000 0,04 0,04

1

2

3

4

Page 39: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Rekapitulasi Nilai Pij Kabupaten Mamuju Utara

No Pij

1 33,68088321 Cemar Berat

2 10,48647396 Cemar Berat

3 15,56272679 Cemar Berat

4 6,420129725 Cemar Sedang

5 1,513824148 Cemar ringan

6 30,48683829 Cemar Berat

7 9,640301133 Cemar Sedang

8 9,206115218 Cemar Sedang

9 2,657749643 Cemar ringan

10 30,09563047 Cemar Berat

11 27,85223859 Cemar Berat

12 1,193204793 Cemar ringan

13 1,666716878 Cemar ringan

14 1,589486819 Cemar ringan

15 1,310492354 Cemar ringan

16 20,32770664 Cemar Berat

17 3,416924962 Cemar ringan

18 1,709919757 Cemar ringan

19 1,023781924 Cemar ringan

20 1,24573384 Cemar ringan

21 23,88306729 Cemar Berat

22 1,168142713 Cemar ringan

23 1,330802285 Cemar ringan

24 1,057056065 Cemar ringan

25 1,235928032 Cemar ringan

26 20,70283314 Cemar Berat

27 1,387050176 Cemar ringan

28 1,61828099 Cemar ringan

29 0,92985854 Memenuhi baku mutu

30 1,176449171 Cemar ringan

Perhitungan IPA untuk Sungai Lariang

Persentas

e

Pemenuha

Bobot Nilai

Indeks

Nilai

Indeks

Per mutu

3% 70 2,33

57% 50 28,33

10% 30 3,00

0% 10 0,00

33,67

Kategori

Mutu AirJumlah Titik Sampel Yg

Memenuhi Mutu Air

Memenuhi 1

Ringan 17

Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai Lariang

Sedang 3

Berat 9

Total 30

Page 40: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Pemantauan Kualitas Air Sungai Mandar

Nama Sungai: Sungai Mandar

Titik Sampling: SM1, TS1 Dusun Rante Matama

GPS: S= 02°54'39,4" E= 119°22'44,1"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 168 7,65 29,2 2,4 0,17 750 1500

2 8 7,91 8 3 0,11 750 2100

3 18 7,2 9,4 2,8 0,11 750 210

4 7 7,69 12,1 3,5 0,17 750 2100

5 34 7,16 8 2,5 0,2 750 1500

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 168 50 3,36 3,36 1,305786 4,6 3,3812

COD 29,2 25 1,168 1,168

DO 7,65 4 1,9125 1,9125

BOD 2,4 3 0,8 0,8

Total Phospat 0,17 0,2 0,85 0,85

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 8 50 0,16 0,16 0,739643 1,05 0,9082

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,91 4 1,9775 1,9775

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,11 0,2 0,55 0,55

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 2100 5000 0,42 0,42

TSS 18 50 0,36 0,36 0,687333 1 0,858

COD 9,4 25 0,376 0,376

DO 7,2 4 1,8 1,8

BOD 2,8 3 0,933333333 0,9333333

Total Phospat 0,11 0,2 0,55 0,55

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 210 5000 0,042 0,042

TSS 7 50 0,14 0,14 0,819024 1,066 0,9506

COD 12,1 25 0,484 0,484

DO 7,69 4 1,9225 1,9225

BOD 3,5 3 1,166666667 1,1666667

Total Phospat 0,17 0,2 0,85 0,85

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 2100 5000 0,42 0,42

TSS 34 50 0,68 0,68 0,810476 0,95 0,883

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,16 4 1,79 1,79

BOD 2,5 3 0,833333333 0,8333333

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

1

2

3

4

5

Page 41: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mandar

Titik Sampling: SM2, TS2 Dusun Pao-Pao, Desa Pao-Pao

GPS: S= 02°56'22,7" E= 119°22'44,1"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 162 7,71 18,9 3,7 0,16 430 750

2 14 8,09 13 2,5 0,11 750 2100

3 14 7,4 38,7 2,2 0,1 430 2100

4 29 7,69 21 2,9 0,16 1500 2100

5 116 7,5 8 2,2 0,2 150 200

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 162 50 3,24 3,24 1,219548 2,2 1,7787

COD 18,9 25 0,756 0,756

DO 7,71 4 1,9275 1,9275

BOD 3,7 3 1,233333333 1,2333333

Total Phospat 0,16 0,2 0,8 0,8

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 750 5000 0,15 0,15

TSS 14 50 0,28 0,28 0,767976 1,062 0,9267

COD 13 25 0,52 0,52

DO 8,09 4 2,0225 2,0225

BOD 2,5 3 0,833333333 0,8333333

Total Phospat 0,11 0,2 0,55 0,55

INDEKS PENCEMARAN AIR SULAWESI BARAT:Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 2100 5000 0,42 0,42

TSS 14 50 0,28 0,28 0,823048 1,025 0,9295

COD 38,7 25 1,548 1,548

DO 7,4 4 1,85 1,85

BOD 2,2 3 0,733333333 0,7333333

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 2100 5000 0,42 0,42

TSS 29 50 0,58 0,58 1,004167 2,2 1,71

COD 21 25 0,84 0,84

DO 7,69 4 1,9225 1,9225

BOD 2,9 3 0,966666667 0,9666667

Total Phospat 0,16 0,2 0,8 0,8

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 2100 5000 0,42 0,42

TSS 116 50 2,32 2,32 0,919762 1,05 0,987

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,5 4 1,875 1,875

BOD 2,2 3 0,733333333 0,7333333

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 150 1000 0,15 0,15

Total Coliform 200 5000 0,04 0,04

1

2

3

4

5

Page 42: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mandar

Titik Sampling: SM3, T3 Desa Makmur Jaya, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara

GPS: S= 02°57'38,0" E= 119°21'19,7"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)1 176 7,83 17,3 4,5 0,17 430 120

2 9 8 10 2,6 0,11 930 1500

3 17 7,65 19,7 2,9 0,079 930 1500

4 14 7,35 16,7 2,8 0,17 750 1500

5 136 7,55 8 2,5 0,2 750 1200

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 176 50 3,52 3,52 1,281929 1,5 1,3952

COD 17,3 25 0,692 0,692

DO 7,83 4 1,9575 1,9575

BOD 4,5 3 1,5 1,5

Total Phospat 0,17 0,2 0,85 0,85

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 120 5000 0,024 0,024

TSS 9 50 0,18 0,18 0,746667 1,28 1,0478

COD 10 25 0,4 0,4

DO 8 4 2 2

BOD 2,6 3 0,866666667 0,8666667

Total Phospat 0,11 0,2 0,55 0,55

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 17 50 0,34 0,34 0,804595 1 0,9076

COD 19,7 25 0,788 0,788

DO 7,65 4 1,9125 1,9125

BOD 2,9 3 0,966666667 0,9666667

Total Phospat 0,079 0,2 0,395 0,395

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 14 50 0,28 0,28 0,80269 2,2 1,6559

COD 16,7 25 0,668 0,668

DO 7,35 4 1,8375 1,8375

BOD 2,8 3 0,933333333 0,9333333

Total Phospat 0,17 0,2 0,85 0,85

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 136 50 2,72 2,72 1,107262 1,025 1,0669

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,55 4 1,8875 1,8875

BOD 2,5 3 0,833333333 0,8333333

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1200 5000 0,24 0,24

1

2

3

4

5

Page 43: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mandar

Titik Sampling: SM4, T4 Desa Alu Kec. Alu

GPS: S= 02°58'35,4" E= 119°20'43,3"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 5 7,72 18,9 3,1 0,15 430 750

2 11 7,98 16 2,3 0,12 1500 4606

3 23 7,55 14,4 3 0,296 1500 4600

4 7 7,31 15,8 2,9 0,15 930 2400

5 132 7,55 8 2,7 0,2 1200 2100

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 5 50 0,1 0,1 0,735619 1,2 0,9953

COD 18,9 25 0,756 0,756

DO 7,72 4 1,93 1,93

BOD 3,1 3 1,033333333 1,0333333

Total Phospat 0,15 0,2 0,75 0,75

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 750 5000 0,15 0,15

TSS 11 50 0,22 0,22 0,948981 1,125 1,0407

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,98 4 1,995 1,995

BOD 2,3 3 0,766666667 0,7666667

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 4606 5000 0,9212 0,9212

TSS 23 50 0,46 0,46 1,117643 1,025 1,0723

COD 14,4 25 0,576 0,576

DO 7,55 4 1,8875 1,8875

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,296 0,2 1,48 1,48

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 4600 5000 0,92 0,92

TSS 7 50 0,14 0,14 0,818024 1,025 0,9273

COD 15,8 25 0,632 0,632

DO 7,31 4 1,8275 1,8275

BOD 2,9 3 0,966666667 0,9666667

Total Phospat 0,15 0,2 0,75 0,75

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 2400 5000 0,48 0,48

TSS 132 50 2,64 2,64 1,195357 1,075 1,1368

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,55 4 1,8875 1,8875

BOD 2,7 3 0,9 0,9

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 1200 1000 1,2 1,2

Total Coliform 2100 5000 0,42 0,42

1

2

3

4

5

Page 44: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mandar

Titik Sampling: SM5, T5 Desa Alu Kec. Alu

GPS: S= 03°08'51,6" E= 119°18'22,9"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 115 7,87 17,4 4,3 0,13 150 280

2 18 7,66 24 2,8 0,12 750 1500

3 19 7,3 20,7 2,3 0,25 750 1500

4 32 7,17 13,4 3 0,13 930 1500

5 106 7,59 8 2,9 0,1 430 930

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 115 50 2,3 2,3 1,036119 1,5 1,2891

COD 17,4 25 0,696 0,696

DO 7,87 4 1,9675 1,9675

BOD 4,3 3 1,433333333 1,4333333

Total Phospat 0,13 0,2 0,65 0,65

Fecal Coliform 150 1000 0,15 0,15

Total Coliform 280 5000 0,056 0,056

TSS 18 50 0,36 0,36 0,83119 1,1 0,9749

COD 24 25 0,96 0,96

DO 7,66 4 1,915 1,915

BOD 2,8 3 0,933333333 0,9333333

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 19 50 0,38 0,38 0,871381 1,025 0,9513

COD 20,7 25 0,828 0,828

DO 7,3 4 1,825 1,825

BOD 2,3 3 0,766666667 0,7666667

Total Phospat 0,25 0,2 1,25 1,25

Fecal Coliform 750 1000 0,75 0,75

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 32 50 0,64 0,64 0,8355 1 0,9214

COD 13,4 25 0,536 0,536

DO 7,17 4 1,7925 1,7925

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,13 0,2 0,65 0,65

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 106 50 2,12 2,12 0,917167 1,1 1,0127

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,59 4 1,8975 1,8975

BOD 2,9 3 0,966666667 0,9666667

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 930 5000 0,186 0,186

1

2

3

4

5

Page 45: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mandar

Titik Sampling: SM6, T6 Jembatan Tinambung Kec. Tinambung

GPS: S= 03°08'51,6" E= 119°18'22,9"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 87 7,44 16,9 3 0,14 92 210

2 11 7,32 32 2,9 0,13 430 1500

3 34 7,5 27,6 2 0,19 930 1500

4 17 7,3 24,3 2,9 0,14 430 750

5 107 7,14 16 2,4 0,1 930 240

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 87 50 1,74 1,74 0,872857 1,3 1,1072

COD 16,9 25 0,676 0,676

DO 7,44 4 1,86 1,86

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,14 0,2 0,7 0,7

Fecal Coliform 92 1000 0,092 0,092

Total Coliform 210 5000 0,042 0,042

TSS 11 50 0,22 0,22 0,810952 1,15 0,995

COD 32 25 1,28 1,28

DO 7,32 4 1,83 1,83

BOD 2,9 3 0,966666667 0,9666667

Total Phospat 0,13 0,2 0,65 0,65

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 34 50 0,68 0,68 0,929381 2,2 1,6887

COD 27,6 25 1,104 1,104

DO 7,5 4 1,875 1,875

BOD 2 3 0,666666667 0,6666667

Total Phospat 0,19 0,2 0,95 0,95

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 1500 5000 0,3 0,3

TSS 17 50 0,34 0,34 0,769095 2,2 1,648

COD 24,3 25 0,972 0,972

DO 7,3 4 1,825 1,825

BOD 2,9 3 0,966666667 0,9666667

Total Phospat 0,14 0,2 0,7 0,7

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 750 5000 0,15 0,15

TSS 107 50 2,14 2,14 0,977571 1,1 1,0406

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,14 4 1,785 1,785

BOD 2,4 3 0,8 0,8

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 930 1000 0,93 0,93

Total Coliform 240 5000 0,048 0,048

1

2

3

4

5

Page 46: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Rekapitulasi Nilai Pij Kabupaten Polewali

No Pij

1 3,38120366 Cemar ringan

2 0,90817717 Memenuhi baku mutu

3 0,85802888 Memenuhi baku mutu

4 0,9505672 Memenuhi baku mutu

5 0,8829982 Memenuhi baku mutu

6 1,77866472 Cemar ringan

7 0,92672311 Memenuhi baku mutu

8 0,92952471 Memenuhi baku mutu

9 1,71002203 Cemar ringan

10 0,9870314 Memenuhi baku mutu

11 1,39523132 Cemar ringan

12 1,04783374 Cemar ringan

13 0,9075719 Memenuhi baku mutu

14 1,65594565 Cemar ringan

15 1,06692407 Cemar ringan

16 0,99527267 Memenuhi baku mutu

17 1,04071847 Cemar ringan

18 1,07232238 Cemar ringan

19 0,92730468 Memenuhi baku mutu

20 1,13677256 Cemar ringan

21 1,2890971 Cemar ringan

22 0,97490451 Memenuhi baku mutu

23 0,95129642 Memenuhi baku mutu

24 0,92142831 Memenuhi baku mutu

25 1,0127178 Cemar ringan

26 1,10722166 Cemar ringan

27 0,99502356 Memenuhi baku mutu

28 1,68874938 Cemar ringan

29 1,64795441 Cemar ringan

30 1,04058779 Cemar ringan

Perhitungan IPA untuk Sungai Mandar

Persentase

Pemenuhan

Mutu Air

Bobot Nilai

Indeks

Nilai

Indeks Per

mutu Air

47% 70 32,67

53% 50 26,67

0% 30 0,00

0% 10 0,00

59,33

Kategori

Mutu AirJumlah Titik Sampel Yg

Memenuhi Mutu Air

Memenuhi 14

Ringan 16

Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai Mandar

Sedang 0

Berat 0

Total 30

Page 47: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Pemantauan Kualitas Air Sungai Mamasa

Nama Sungai: Sungai Mamasa

Titik Sampling: SM1, TS1 Dusun Minanga, Desa Lambanan, Kec. Mamasa Kab. Mamasa

GPS: S= 02°54'39,4" E= 119°25'13,6"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 32 7,72 14 2,8 0,1 1500 460

2 8 7,76 9,7 2,9 0,09 200 350

3 20 7,4 9,2 3,5 0,062 230 380

4 224 7,83 47,9 4,2 0,12 270 350

5 83 7,8 8 2 0,2 150 210

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 32 50 0,64 0,64 0,8793333 0,56 0,7372

COD 14 25 0,56 0,56

DO 7,72 4 1,93 1,93

BOD 2,8 3 0,93333333 0,9333333

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 460 5000 0,092 0,092

TSS 8 50 0,16 0,16 0,596381 0,07 0,4246

COD 9,7 25 0,388 0,388

DO 7,76 4 1,94 1,94

BOD 2,9 3 0,96666667 0,9666667

Total Phospat 0,09 0,2 0,45 0,45

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 350 5000 0,07 0,07

TSS 20 50 0,4 0,4 0,6286667 0,23 0,4734

COD 9,2 25 0,368 0,368

DO 7,4 4 1,85 1,85

BOD 3,5 3 1,16666667 1,1666667

Total Phospat 0,062 0,2 0,31 0,31

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 380 5000 0,076 0,076

TSS 224 50 4,48 4,48 1,5276429 4,48 3,3469

COD 47,9 25 1,916 1,916

DO 7,83 4 1,9575 1,9575

BOD 4,2 3 1,4 1,4

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 270 1000 0,27 0,27

Total Coliform 350 5000 0,07 0,07

TSS 83 50 1,66 1,66 0,8269524 1,66 1,3114

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,8 4 1,95 1,95

BOD 2 3 0,66666667 0,6666667

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 150 1000 0,15 0,15

Total Coliform 210 5000 0,042 0,042

1

2

3

4

5

Page 48: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mamasa

Titik Sampling: SM2, TS2 Jembatan Tedong-Tedong, Kampung Baru Desa Buntu Buda Kec. Mamasa

GPS: S= 02°56'22,7" E= 119°22'44,1"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)Total

phospat

Fecal

Coliform

Total

Coliform

1 42 7,36 16 2,9 0,1 200 350

2 15 7,63 12,5 3,3 0,09 150 280

3 22 7,5 12,4 2,9 0,062 430 750

4 15 7,36 23,9 3,4 0,12 230 430

5 114 7,2 8 2,6 0,2 140 200

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 42 50 0,84 0,84 0,722381 1,9 1,4373

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,36 4 1,84 1,84

BOD 2,9 3 0,96666667 0,9666667

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 350 5000 0,07 0,07

TSS 15 50 0,3 0,3 0,6376429 2,2 1,6197

COD 12,5 25 0,5 0,5

DO 7,63 4 1,9075 1,9075

BOD 3,3 3 1,1 1,1

Total Phospat 0,09 0,2 0,45 0,45

Fecal Coliform 150 1000 0,15 0,15

Total Coliform 280 5000 0,056 0,056

TSS 22 50 0,44 0,44 0,6668095 1,3 1,0331

COD 12,4 25 0,496 0,496

DO 7,5 4 1,875 1,875

BOD 2,9 3 0,96666667 0,9666667

Total Phospat 0,062 0,2 0,31 0,31

Fecal Coliform 430 1000 0,43 0,43

Total Coliform 750 5000 0,15 0,15

TSS 15 50 0,3 0,3 0,7350476 3,4 2,4597

COD 23,9 25 0,956 0,956

DO 7,36 4 1,84 1,84

BOD 3,4 3 1,13333333 1,1333333

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 430 5000 0,086 0,086

TSS 114 50 2,28 2,28 0,9209524 4 2,9024

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,2 4 1,8 1,8

BOD 2,6 3 0,86666667 0,8666667

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 140 1000 0,14 0,14

Total Coliform 200 5000 0,04 0,04

1

INDEKS PENCEMARAN AIR SULAWESI BARAT:

3

4

5

Page 49: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mamasa

Titik Sampling: SM3, T3 Pertemuan sungai paladan & sungai mamasa, Desa Salubue, Kec. Mamasa, Kab.Mamasa

GPS: S= 02°57'38,0" E= 119°21'19,7"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 67 7,52 17 2 0,1 230 750

2 32 7,91 8,6 1,2 0,11 230 380

3 24 7,5 21,6 2,8 0,062 200 350

4 160 8,3 25,1 3,3 0,14 230 380

5 113 7,4 8 2,8 0,2 200 280

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 67 50 1,34 1,34 0,7780952 2,4 1,784

COD 17 25 0,68 0,68

DO 7,52 4 1,88 1,88

BOD 2 3 0,66666667 0,6666667

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 750 5000 0,15 0,15

TSS 32 50 0,64 0,64 0,6025 2,6 1,8872

COD 8,6 25 0,344 0,344

DO 7,91 4 1,9775 1,9775

BOD 1,2 3 0,4 0,4

Total Phospat 0,11 0,2 0,55 0,55

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 380 5000 0,076 0,076

TSS 24 50 0,48 0,48 0,6760476 5,32 3,7921

COD 21,6 25 0,864 0,864

DO 7,5 4 1,875 1,875

BOD 2,8 3 0,93333333 0,9333333

Total Phospat 0,062 0,2 0,31 0,31

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 350 5000 0,07 0,07

TSS 160 50 3,2 3,2 1,1978571 4,16 3,0611

COD 25,1 25 1,004 1,004

DO 8,3 4 2,075 2,075

BOD 3,3 3 1,1 1,1

Total Phospat 0,14 0,2 0,7 0,7

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 380 5000 0,076 0,076

TSS 113 50 2,26 2,26 0,945619 3,68 2,6867

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,4 4 1,85 1,85

BOD 2,8 3 0,93333333 0,9333333

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 280 5000 0,056 0,056

1

2

3

4

5

Page 50: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mamasa

Titik Sampling: SM4, Jembatan Malabo Desa Malabo Kecamatan Tandukkalua

GPS: S= 02°58'35,4" E= 119°20'43,3"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 36 7,37 19 2,6 0,1 270 350

2 71 7,78 10,5 3 0,13 230 430

3 15 7,8 24 2,9 0,062 200 280

4 166 8,1 20,4 4,1 0,13 200 280

5 67 7,6 8 2,3 0,2 270 350

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 36 50 0,72 0,72 0,7184524 4,6 3,2921

COD 19 25 0,76 0,76

DO 7,37 4 1,8425 1,8425

BOD 2,6 3 0,86666667 0,8666667

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 270 1000 0,27 0,27

Total Coliform 350 5000 0,07 0,07

TSS 71 50 1,42 1,42 0,8215714 1,4 1,1478

COD 10,5 25 0,42 0,42

DO 7,78 4 1,945 1,945

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,13 0,2 0,65 0,65

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 430 5000 0,086 0,086

TSS 15 50 0,3 0,3 0,6775238 1,5 1,1638

COD 24 25 0,96 0,96

DO 7,8 4 1,95 1,95

BOD 2,9 3 0,96666667 0,9666667

Total Phospat 0,062 0,2 0,31 0,31

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 280 5000 0,056 0,056

TSS 166 50 3,32 3,32 1,2048095 3,06 2,3254

COD 20,4 25 0,816 0,816

DO 8,1 4 2,025 2,025

BOD 4,1 3 1,36666667 1,3666667

Total Phospat 0,13 0,2 0,65 0,65

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 280 5000 0,056 0,056

TSS 67 50 1,34 1,34 0,8095238 3,76 2,7196

COD 8 25 0,32 0,32

DO 7,6 4 1,9 1,9

BOD 2,3 3 0,76666667 0,7666667

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 270 1000 0,27 0,27

Total Coliform 350 5000 0,07 0,07

1

2

3

4

5

Page 51: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mamasa

Titik Sampling: SM5, T5 Jembatan Gantung, Kelurahan Sasakan, Kec. Sumarorong, Kab. Mamasa, Prov. Sulbar

GPS: S= 03°01'13,7" E= 119°18'25,4"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)1 45 6,83 16 2,2 0,1 1500 4600

2 28 7,12 8,2 3,5 0,12 210 350

3 16 7,6 20,2 3 0,062 200 270

4 318 8 23,6 4,2 0,12 150 200

5 87 7,5 16 2,4 0,1 200 270

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 45 50 0,9 0,9 0,9858333 2,4 1,8346

COD 16 25 0,64 0,64

DO 6,83 4 1,7075 1,7075

BOD 2,2 3 0,73333333 0,7333333

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 1500 1000 1,5 1,5

Total Coliform 4600 5000 0,92 0,92

TSS 28 50 0,56 0,56 0,6735238 2,2 1,6269

COD 8,2 25 0,328 0,328

DO 7,12 4 1,78 1,78

BOD 3,5 3 1,16666667 1,1666667

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 210 1000 0,21 0,21

Total Coliform 350 5000 0,07 0,07

TSS 16 50 0,32 0,32 0,656 1,36 1,0677

COD 20,2 25 0,808 0,808

DO 7,6 4 1,9 1,9

BOD 3 3 1 1

Total Phospat 0,062 0,2 0,31 0,31

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 270 5000 0,054 0,054

TSS 318 50 6,36 6,36 1,642 1,4 1,5258

COD 23,6 25 0,944 0,944

DO 8 4 2 2

BOD 4,2 3 1,4 1,4

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 150 1000 0,15 0,15

Total Coliform 200 5000 0,04 0,04

TSS 87 50 1,74 1,74 0,8298571 8 5,6872

COD 16 25 0,64 0,64

DO 7,5 4 1,875 1,875

BOD 2,4 3 0,8 0,8

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 270 5000 0,054 0,054

5

1

2

3

4

Page 52: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mamasa

Titik Sampling: SM6, T6 Jembatan Sikuku, Kec. Messawa, Kab. Mamasa, Prov. Sulbar

GPS: S= 03°08'51,6" E= 119°18'22,9"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 43 7,55 11 2,4 0,1 150 280

2 53 7,62 3,7 2,8 0,12 200 280

3 13 7,4 40,4 2,9 0,062 92 150

4 350 7,8 24,5 3,1 0,12 92 230

5 120 7,1 8 3,3 0,1 92 230

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 43 50 0,86 0,86 0,6705 2,4 1,762

COD 11 25 0,44 0,44

DO 7,55 4 1,8875 1,8875

BOD 2,4 3 0,8 0,8

Total Phospat 0,1 0,2 0,5 0,5

Fecal Coliform 150 1000 0,15 0,15

Total Coliform 280 5000 0,056 0,056

TSS 53 50 1,06 1,06 0,7003333 1,728 1,3184

COD 3,7 25 0,148 0,148

DO 7,62 4 1,905 1,905

BOD 2,8 3 0,93333333 0,9333333

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 200 1000 0,2 0,2

Total Coliform 280 5000 0,056 0,056

TSS 13 50 0,26 0,26 0,7320952 1,025 0,8907

COD 40,4 25 1,616 1,616

DO 7,4 4 1,85 1,85

BOD 2,9 3 0,96666667 0,9666667

Total Phospat 0,062 0,2 0,31 0,31

Fecal Coliform 92 1000 0,092 0,092

Total Coliform 150 5000 0,03 0,03

TSS 350 50 7 7 1,671619 1,7 1,6859

COD 24,5 25 0,98 0,98

DO 7,8 4 1,95 1,95

BOD 3,1 3 1,03333333 1,0333333

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 92 1000 0,092 0,092

Total Coliform 230 5000 0,046 0,046

TSS 120 50 2,4 2,4 0,8904286 1,5 1,2335

COD 8 25 0,32 0,32

BOD 7,1 4 1,775 1,775

Total Phospat 3,3 3 1,1 1,1

Fecal Coliform 0,1 0,2 0,5 0,5

Total Coliform 92 1000 0,092 0,092

DO 230 5000 0,046 0,046

1

2

3

5

4

Page 53: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Nama Sungai: Sungai Mamasa

Titik Sampling: SM6, T7 Desa Sepang, Kec. Messawa

GPS: S= 03°08'51,6" E= 119°18'22,9"

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)

Total

phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 39 7,59 15 2,2 0,2 92 230

2 31 7,62 7,4 3,1 0,11 150 280

3 17 7,2 35,3 3,2 0,062 92 230

4 312 7,8 8,9 2,4 0,16 230 230

5 143 7,1 8 2,2 0,1 210 290

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 39 50 0,78 0,78 0,7355476 0,733333 0,7344

COD 15 25 0,6 0,6

DO 7,59 4 1,8975 1,8975

BOD 2,2 3 0,73333333 0,7333333

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 92 1000 0,092 0,092

Total Coliform 230 5000 0,046 0,046

TSS 31 50 0,62 0,62 0,658619 0,15 0,4776

COD 7,4 25 0,296 0,296

DO 7,62 4 1,905 1,905

BOD 3,1 3 1,03333333 1,0333333

Total Phospat 0,11 0,2 0,55 0,55

Fecal Coliform 150 1000 0,15 0,15

Total Coliform 280 5000 0,056 0,056

TSS 17 50 0,34 0,34 0,7238095 0,092 0,5159

COD 35,3 25 1,412 1,412

DO 7,2 4 1,8 1,8

BOD 3,2 3 1,06666667 1,0666667

Total Phospat 0,062 0,2 0,31 0,31

Fecal Coliform 92 1000 0,092 0,092

Total Coliform 230 5000 0,046 0,046

TSS 312 50 6,24 6,24 1,4888571 6,24 4,5362

COD 8,9 25 0,356 0,356

DO 7,8 4 1,95 1,95

BOD 2,4 3 0,8 0,8

Total Phospat 0,16 0,2 0,8 0,8

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 230 5000 0,046 0,046

TSS 143 50 2,86 2,86 0,9223333 2,86 2,1249

COD 8 25 0,32 0,32

BOD 7,1 4 1,775 1,775

Total Phospat 2,2 3 0,73333333 0,7333333

Fecal Coliform 0,1 0,2 0,5 0,5

Total Coliform 210 1000 0,21 0,21

DO 290 5000 0,058 0,058

1

2

3

4

5

Page 54: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Rekapitulasi Nilai Pij Kabupaten Mamasa

No Pij

1 0,737165894 Memenuhi baku mutu

2 0,424599953 Memenuhi baku mutu

3 0,473350704 Memenuhi baku mutu

4 3,346945824 Cemar ringan

5 1,311382904 Cemar ringan

6 1,437329858 Cemar ringan

7 1,61965867 Cemar ringan

8 1,03311058 Cemar ringan

9 2,459704759 Cemar ringan

10 2,902425993 Cemar ringan

11 1,784016844 Cemar ringan

12 1,887194512 Cemar ringan

13 3,792060151 Cemar ringan

14 3,061083283 Cemar ringan

15 2,686688983 Cemar ringan

16 3,292124984 Cemar ringan

17 1,147819588 Cemar ringan

18 1,163838157 Cemar ringan

19 2,325421036 Cemar ringan

20 2,719644168 Cemar ringan

21 1,834648108 Cemar ringan

22 1,626904165 Cemar ringan

23 1,06769284 Cemar ringan

24 1,525805361 Cemar ringan

25 5,687207701 Cemar Sedang

26 1,762040046 Cemar ringan

27 1,31841776 Cemar ringan

28 0,890670657 Memenuhi baku mutu

29 1,685869248 Cemar ringan

30 1,233463222 Cemar ringan

31 0,734441311 Memenuhi baku mutu

32 0,477639535 Memenuhi baku mutu

33 0,515928399 Memenuhi baku mutu

34 4,536204118 Cemar ringan

35 2,124888089 Cemar ringan

Perhitungan IPA untuk Sungai Mamasa

Persentase

Pemenuhan

Mutu Air

Bobot Nilai

Indeks

Nilai

Indeks Per

mutu Air

20% 70 14,00

77% 50 38,57

3% 30 0,86

0% 10 0,00

53,43

Kategori

Mutu AirJumlah Titik Sampel Yg

Memenuhi Mutu Air

27

Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai Mamasa

Sedang 1

Berat 0

Total 35

Memenuhi 7

Ringan

Page 55: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Pemantauan Kualitas Air Sungai di Kabupaten Majene

Nama Sungai: (1) Sungai Tammerodo, (2) Sungai Tinambung

(3) Sungai Deking, (4) Sungai Tubo, (5) Sungai Mangge

Periode TSS (mg/L) DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)Total phospat

(mg/L)

Fecal

Coliform

(mg/L)

Total

Coliform

(mg/L)

1 226 8,08 16 0,808 0,19 30 30

2 10 7,2 48 2 0,24 230 230

3 12 1,68 32 0,48 0,16 700 7000

4 9 8,87 48 0,81 0,2 300 1100

5 27 8,08 8 1,14 0,12 4300 4300

Periode Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru (Ci/Lij)R (Ci/Lij)M Pij

TSS 226 50 4,52 4,52 1,20504762 0,64 0,96482

COD 16 25 0,64 0,64

DO 8,08 4 2,02 2,02

BOD 0,808 3 0,269333333 0,269333333

Total Phospat 0,19 0,2 0,95 0,95

Fecal Coliform 30 1000 0,03 0,03

Total Coliform 30 5000 0,006 0,006

TSS 10 50 0,2 0,2 0,86609524 0,23 0,63365

COD 48 25 1,92 1,92

DO 7,2 4 1,8 1,8

BOD 2 3 0,666666667 0,666666667

Total Phospat 0,24 0,2 1,2 1,2

Fecal Coliform 230 1000 0,23 0,23

Total Coliform 230 5000 0,046 0,046

TSS 12 50 0,24 0,24 0,71428571 0,24 0,53282

COD 32 25 1,28 1,28

DO 1,68 4 0,42 0,42

BOD 0,48 3 0,16 0,16

Total Phospat 0,16 0,2 0,8 0,8

Fecal Coliform 700 1000 0,7 0,7

Total Coliform 7000 5000 1,4 1,4

TSS 9 50 0,18 0,18 0,8725 0,18 0,62994

COD 48 25 1,92 1,92

DO 8,87 4 2,2175 2,2175

BOD 0,81 3 0,27 0,27

Total Phospat 0,2 0,2 1 1

Fecal Coliform 300 1000 0,3 0,3

Total Coliform 1100 5000 0,22 0,22

TSS 27 50 0,54 0,54 1,28617143 0,54 0,98637

COD 8,08 25 0,3232 0,3232

DO 8 4 2 2

BOD 1,14 3 0,38 0,38

Total Phospat 0,12 0,2 0,6 0,6

Fecal Coliform 4300 1000 4,3 4,3

Total Coliform 4300 5000 0,86 0,86

5

1

2

3

4

Page 56: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Rekapitulasi Nilai Pij Kabupaten Majene

No Pij

1 0,964815984 Memenuhi Baku Mutu

2 0,633648547 Memenuhi Baku Mutu

3 0,532824587 Memenuhi Baku Mutu

4 0,629942954 Memenuhi Baku Mutu

5 0,986366297 Memenuhi Baku Mutu

Perhitungan IPA untuk Sungai di Majene

Persentase

Pemenuhan

Mutu Air

Bobot Nilai

Indeks

Nilai Indeks

Per mutu Air

100% 70 70,00

0% 50 0,00

0% 30 0,00

0% 10 0,00

70,00

INDEKS PENCEMARAN AIR SULAWESI BARAT:

No. Nilai IPA

1 33,67

2 59,33

3 53,43

4 70,00

54,11Sulawesi Barat

Nama Sungai

Majene

Mamasa

Mandar/polewali

Lariang/Matra

Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai di Majene

Sedang 0

Berat 0

Total 5

Mutu AirJumlah Titik Sampel Yg

Memenuhi Mutu Air

Memenuhi 5

Ringan 0

Kategori

Page 57: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

NILAI IKA PROVINSI SULAWESI BARAT

No. Nama Sungai Nilai IPA

1 Lariang/Matra 40,00

2 Mandar/polewali 59,33

3 Mamasa 53,43

4 Majene 70,00

4 Sulawesi Barat 55,69

Page 58: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

HASIL PEMANTAUAN KUALITAS UDARA Perhitungan Indeks Pencemaran Udara

P1 P2 Average

(P1+P2)

Average

Kota

Jumlah rata-rata Provinsi Sulawesi Barat

1Kabupaten

MamujuTransportasi 13,1 7,2 10,15 6,33

Industri/Agro Industri 3,7 3,24 3,47

Pemukiman 7,4 4,6 6,00

Perkantoran/ Komersial 6,6 4,8 5,70

2 Kabupaten Majene Transportasi 9,89 11,4 10,65 8,29

Industri/Agro Industri 5,4 4,8 5,10

Pemukiman 9,11 8,7 8,91

Perkantoran/ Komersial 8,82 8,2 8,51

3Kabupaten

Mamuju UtaraTransportasi 4,7 3,2 3,95 5,31

Industri/Agro Industri 9,1 10,8 9,95

Pemukiman 3,9 4,7 4,30

Perkantoran/ Komersial 3,9 2,2 3,05

4Kabupaten Polewali

MandarTransportasi 9,7 15 12,35 9,24

Industri/Agro Industri 10,6 hilang 10,60

Pemukiman 3 rusak 3,00

Perkantoran/ Komersial 12,2 9,8 11,00

5Kabupaten

MamasaTransportasi 6,2 4,8 5,50 8,19

Industri/Agro Industri 9,1 7,5 8,30

Pemukiman 13,24 hilang 13,24

Perkantoran/ Komersial 6,6 4,8 5,70

6Kabupaten

Mamuju TengahTransportasi 3,8 4,5 4,15 3,75

Industri/Agro Industri 1 5,4 3,20

Pemukiman 3,2 5,6 4,40

Perkantoran/ Komersial 4 2,5 3,25

Sumber : Hasil Uji Kualitas Udara oleh KLHK

No. Kota Lokasi

6,85

NO2(µg/Nm3)

Page 59: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

P1 p2 Average

(P1+P2)

Average

Kota

Jumlah rata-rata Provinsi Sulawesi Barat

1Kabupaten

MamujuTransportasi 3,29 2,57 2,93 5,07

Industri/Agro Industri 6,83 7,2 7,02

Pemukiman 11,88 2,57 7,23

Perkantoran/ Komersial 3,23 2,99 3,11

2 Kabupaten Majene Transportasi 11,43 9,42 10,43 14,94

Industri/Agro Industri 20,24 20,4 20,32

Pemukiman 13,48 10,28 11,88

Perkantoran/ Komersial 17,77 16,52 17,15

3Kabupaten

Mamuju UtaraTransportasi 2,57 3,72 3,15 4,30

Industri/Agro Industri 2,57 2,69 2,63

Pemukiman 8,09 6,66 7,38

Perkantoran/ Komersial 4,1 4,01 4,06

4Kabupaten Polewali

MandarTransportasi 6,86 2,57 4,72 8,11

Industri/Agro Industri 2,57 hilang 2,57

Pemukiman 5,16 rusak 5,16

Perkantoran/ Komersial 22,11 17,88 20,00

5Kabupaten

MamasaTransportasi 2,67 3,62 3,15 3,87

Industri/Agro Industri 6,21 2,57 4,39

Pemukiman 3,7 hilang 3,70

Perkantoran/ Komersial 3,13 5,32 4,23

6Kabupaten

Mamuju TengahTransportasi 8,43 7,71 8,07 4,73

Industri/Agro Industri 4,14 4,67 4,41

Pemukiman 2,83 4,88 3,86

Perkantoran/ Komersial 2,57 2,57 2,57

Sumber : Hasil Uji Kualitas Udara oleh KLHK

6,84

No. Kota Lokasi

SO2(µg/Nm3)

Page 60: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Perhitungan Indeks Pencemaran Udara

Jadi :

Rekap Perhitungan IPU per Kabupaten terdapat pada tabel :

No. Provinsi/Kabupaten Kon.NO2 Kon.SO2 IPNO2 IPSO2 IPU

1 Kabupaten Mamuju 6,33 5,07 99,78 99,37 99,57

2 Kabupaten Majene 8,29 14,94 99,71 98,13 98,92

3 Kabupaten Mamuju Utara 5,31 4,30 99,81 99,46 99,64

4 Kabupaten Polewali Mandar 9,24 8,11 99,67 98,99 99,33

5 Kabupaten Mamasa 8,19 3,87 99,71 99,52 99,61

6 Kabupaten Mamuju Tengah 3,75 4,73 99,87 99,41 99,64

Provinsi Sulawesi Barat 6,85 6,84 99,76 99,15 99,45

Page 61: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

Luas Tutupan Hutan Per Kabupaten

Kabupaten Hutan Primer Hutan Sekunder Jumlah Total

Mamuju Utara 81.080,61 51.534,78 132.615,39

Mamuju 80.458,25 179.590,64 260.048,89

Mamuju Tengah 121.434,30 74.496,02 195.930,32

Majene 99,35 30.891,27 30.990,62

Polman 2.021,58 38.750,83 40.772,41

Mamasa 33.262,34 112.410,90 145.673,24

Jumlah Total 318.356,43 487.674,44 806.030,87

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat

Rumus yang digunakan untuk menghitung Persentase Tutupan Hutan (TH) adalah

Kabupaten

Luas Wilayah

Administrasi

(Km2)

Luas Tutupan

Hutan (Km2)Persentase TH

Mamuju Utara 3.043,75 1.326,15 43,570

Mamuju 4.999,69 2.600,49 52,013

Mamuju Tengah 3.014,37 1.959,30 64,999

Majene 947,84 309,91 32,696

Polman 2.022,30 407,72 20,161

Mamasa 2.909,21 1.456,73 50,073

Provinsi Sulawesi Barat 16.937,16 8.060,31 43,919

Jadi untuk menghitung Indeks Tutupan Hutan :

Kabupaten ITH

Mamuju Utara 62,50

Mamuju 70,27

Mamuju Tengah 82,23

Majene 52,48

Polewali Mandar 40,94

Mamasa 68,48

Provinsi Sulawesi Barat 62,82

Luas Tutupan Hutan

Persentase TH =

Luas Wilayah Administrasi

3,54

501003,84100 xTHxITH

Page 62: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

NILAI IKLH PROVINSI SULAWESI BARAT

Berdasarkan rumus :

maka diperoleh nilai IKLH kabupaten sebagai berikut :

No. Uraian IPA IPU ITH IKLH

1 Nilai Indeks Sulawesi Barat 54,11 99,45 62,82 72,13

DATA PENDUDUK SULAWESI BARAT TAHUN 2016

No. Kabupaten Luas (km2)Jumlah

Penduduk

(1) (2) (3) (4)

1 Mamuju Utara 3.043,75 161.030,00

2 Mamuju 4.999,69 272.260,00

3 Majene 947,84 166.400,00

4 Polewali Mandar 2.022,30 427.480,00

5 Mamasa 2.909,21 154.930,00

6 Mamuju Tengah 3.014,37 124.380,00

16.937,16 1.306.480,00

dari nilai IKLH setiap Kabupaten, dapat dihitung nilai IKLH Provinsi Sulawesi Barat

berdasarkan perhitungan :

Maka diperoleh nilai IKLH Provinsi sebagai berikut : 72,13

Total

Page 63: DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI …lh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/Laporan IKLH Prov. Sulbar 2017.pdf · kepada para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun

DITERBITKAN OLEH:

BIDANG PENATAAN DAN PENAATAN PPLH

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI SULAWESI BARAT