dinamika perjuangan diplomasi indonesia dalam periode perang kemerdekaan

13
PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE REVOLUSI KEMERDEKAAN( 1945 – 1950 ) NAMA : MUHAMMAD FARIS NPM : 1006761963

Upload: muhammad-el-faris-shyne-moros

Post on 30-Jun-2015

597 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE REVOLUSI KEMERDEKAAN( 1945 – 1950 )

NAMA : MUHAMMAD FARIS

NPM : 1006761963

Page 2: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

I. PENDAHULUAN

Saat di proklamirkan sebuah kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh Soekarno di

Jalan Pengangsaan Timur 56, Jakarta Pusat bukanlah sebuah akhir dari sebuah

perjuangan dari kehidupan bangsa Indonesia, namun itu semua menjadi awal dari

sebuah jalan untuk mendapat sebuah kedaulatan bangsa.

Dalam perang kemerdekaan Indonesia dalam periode 1945 – 1950 adalah sebuah

periode yang terpenting dalam sejarah bangsa dan tanah air kita, karena dalam periode

inilah rakyat berkorban habis-habisan dan menderita tak terhingga buat mencapai dan

mempertahankan kemerdekaan dan persatuan nasional kembali setelah penjajahan dan

perpecahan berabad-abad lamanya1

Dalam periode ini terdapat 2 cara utama yang dilakukan oleh para pemimpin

Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan bangsa yang baru beberapa waktu

memproklamirkan dirinya sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dari kedatangan

belanda yang menginginkan kembali bekas daerah jajahannya yaitu Indonesia yang

dulunya bernama Hindia Belanda dengan membonceng tentara sekutu yang ingin

mengambil semua daerah bekas jajahan Jepang yang telah kalah dalam perang dunia

kedua dan taktik yang digunakan oleh para pemimpin bangsa yaitu : berperang melalui

diplomasi di berbagai meja perundingan dan berperang dengan senjata.

Taktik diplomasi yang dilakukan oleh sebagian para pemimpin bangsa mendapat

halangan dari beberapa kalangan pemimpin bangsa yang menginginkan perjuangan

bangsa Indonesia tidak dapat dilakukan dalam meja namun harus dilakukan dengan

angkat senjata yang mengakibatkan stabilitas negara yang masih muda ini berada dalam

posisi kritis dan jikalau itu dibiarkan berlanjut-lanjut akan merugikan negara yang

masih baru ini.

Dalam situasi yang sulit tersebut itu Presiden Soekarno Menampilkan dirinya dan

menghimbau kepada rakyat, dan sebagian orang yang mampu berbicara secara radikal

sementara dengan diam-diam mendukung politik diplomasi, maka sekali lagi dia

1?kata-kata ini disadur dari sebuah buku karangan Dr. A. H Nasution berjudul “Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 3 Diplomasi sambil Bertempur” hal xx

Page 3: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

menjadi penengah koonflik yang dapat memberikan legitimasi kepada semua pihak atas

nama revolusi2.

Akhirnya diplomasi menjadi salah satu alat untuk melakukan perjuangan dalam

periode revolusi kemerdekaan, namun tetap saja ada pihak yang kurang menerima

hasil-hasil dari perundingan di atas meja karena lebih banyak menguntungkan pihak

Belanda daripada Indonesia.Itu semua dilakukan untuk mendapatkan kedaulatan

Bangsa dari dunia Internasional.

II. ISI

Perjuangan Indonesia setelah di proklamirkan kemerdekaan bukanlah akhir

tetapi merupakan awal untuk mendapatkan kedaulatan bangsa serta pengakuan dari

dunia internasional dikarenakan kedatangan Belanda dengan membonceng tentara

sekutu yang saat itu dikomando oleh Inggris.

Kedatangan Tentara Sekutu di wilayah Indonesia untuk mengamankan seluruh

wilayah yang pernah dikuasai oleh Poros AXIS( Jerman, Italy, dan Jepang), namun

Belanda yang berada di sekutu menginginkan wilayah Indonesia dengan mengatakan

bahwa Indonesia adalah boneka Jepang dan pemimpin-pemimpin Indonesia adalah

hasil binaan Jepang dan Belanda menginginkan Indonesia kembali kepada mereka.

Setelah datangnya sekutu ke Indonesia, mereka merasa heran karena apa yang

dikatakan Belanda bahwa rakyat Indonesia tidak menginginkan Proklamasi sangat

berbeda di lapangan. Mereka melihat di seluruh wilaya rakyat Indonesia mengibarkan

bendera Indonesia yaitu merah putih yang merupakan simbol menyetujuinya rakyat

akan Proklamasi yang dilakukan oleh Soekarno.

Akhirnya salah satu Pangliam sekutu untuk Indonesia yaitu Letjen Christison

melakukan Perundingan dengan Indonesia serta mengeluarkan pendapat yaitu:

2 kalimat ini disadur dari buku sejarah Indonesia Modern, karangan M.C Ricklefs, hal 334

Page 4: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

“The Republic of Indonesia will not be expelled and will be expected to

continue those civil administration in this area outside those occupied by Bristish

Forces. We intend to see the leaders of various movements and shall tell them what we

are coming for. I intend to bring Dutch representatives and Indonesian leaders together

at a round table conference which the Dutch have steadfastly refused to do hiterto.”3

Mendengar pernyataan tersebut Belanda sangat marah karena pernyataan itu

mereka anggap bahwa itu adalah pernyataan secara De Facto sehingga diadakannya

Perjanjian “Civil Affairs Aggreements” yang berisi Kekuasaan Inggris di Indonesia

adalah atas nama Belanda dan setelah keadaannya kondusif Inggris harus memberikan

Indonesia kepada kerajaan belanda.

Terjadilah Pertempuran-pertempuran antara Indonesia menghadapi Sekutu,

Jepang, dan Belanda di berbagai wilayah di Indonesia seperti: Pertempuran 10 hari

Surabaya, Pertempuran 5 Hari di Semarang, pertempuran lautan Api, pembantaian di

Sulawesi yang dilakukan oleh Kapten Raymond Westerling, dan beberapa wilayah di

Indonesia. Setelah melihat itu semua sekutu menginginkan diadakannya perundingan

antara Indonesia dan Belanda, namun Belanda tetap bersikukuh tidak mau berunding

dengan Indonesia dengan dalih Pemimpin Indonesia merupakan kolaborator Jepang.

Indonesia melakukan sebuah taktik dengan membuat sistem parlementer dan

akhirnya terpilihnya Perdana Menteri Pertama yaitu Sutan Syahrir. Awal pemerintahan

yang dilakukan Sutan Syahrir adalah dengan melakukan perundingan dengan belanda

dengan Perundingan bernama Hoge veluwe yang berisi tentang garis wilayah dan

wilayah Indonesia menjadi negara persemakmuran Belanda yang diusung oleh Van

Mook, dari sisi Indonesia Menginginkan pengakuan kedaulatan Indonesia sesuai

dengan wilayah jajahan belanda dan dihentikannya aksi Militer oleh belanda, namun

Belanda menolak usul yang dikeluarkan oleh Indonesia. Akhirnya Indonesia

menyetujui usul belanda yaitu wilayah Indonesia adalah Jawa dan Sumatera dan

mengakui secara De Facto, namun hasil dari perundingan tersebut mendapat kecaman

dari dalam negeri karena hasil itu sangat merugikan Belanda.

3 . kata merupakan ajakan dari panglima tersebut untuk mengadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda, dan Indonesia menganggap bahwa pernyataan itu merupakan De Facto akan kemerdekaan yang telah diproklamirkan oleh Indonesia

Page 5: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

Perundingan Kedua Adalah LinggarJati yang menjadi momentum yaitu Belanda

Mengakui bahwa tidak ada orang kolaborator di Indonesia dan membolehkan Soekarno

dan Hatta ikut dalam perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan yaitu:

a. Belanda mengakui kekuasaan de fakto Republik Indonesia yang meliputiwilayah

Jawa, Madura, dan Sumatra.

b. Belanda dan Indonesia sepakat untuk mendirikan negara Federasi bernama Republik

Indonesia Serikat yang terdiri dari Republik Indonesia, Negara Kalimantan dan

Indonesia Timur.

c. Belanda dan Indonesia mendirikan Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Ratu

Belanda.

d. RIS akan dibentuk selambat-lambatnya pada 1 Januari 1949 dan Uni akan

membentuk organ-organnya sendiri yang mengurus kepentingan bersama dalam

bidang-bidang pertahanan, hubungan luar negeri serta ekonomi dan keuangan.

e. Kedua pihak akan mengurangi kekuatan masing-masing dan pasukan Belanda secara

berangsur ditarik dari wilayah RI yang masih diduduki.

f. RI akan mengakui tuntutan bangsa asing untuk memperoleh ganti rugi atau

mempertahankan hak milik mereka di daerah-daerah yang dikuasai RI.

Dari semua hasil perundingan tersebut adalah untuk menyelesaikan segala

Pertikaian antara Indonesia dan Belanda akhirnya kedua negara tersebut sama-sama

menanda-tangani oleh kedua belah pihak pada tanggal 27 Maret 1947. Hasil dari

perundingan Linggarjati itu mendapat reaksi bagus dari luar negeri kemudian banyak

negara-negara internasional mengakui kemerdekaan Indonesia, namun dari sisi lain

Belanda tetap tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan bahkan Belanda melanggar

perjanjian Linggarjati tersebut dengan melaksanakan Agressi Militer 1 pada tanggal 20

Juli sampai 5 November 1947 dengan dalih Indonesia tidak dapat menjaga ketentraman

di Indonesia, namun ternyata Berita Agresi Militer Belanda tersebut terdengar sampai

ke Australia dan India yang akhirnya terdengar sampai ke Dewan Keamanan PBB dan

mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar

konflik bersenjata dihentikan. Belanda menerima keputusan resolusi PBB karena

mendapat kecaman dari berbagai pihak, dan membentuk Komisi Jasa-jasa Baik yang

akan memerankan peran penting untuk membawa Indonesia dan Belanda ke meja

perundingan untuk mengakhiri pertikaian..

Page 6: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

Dibentuklah Komisi Tiga Negara(KTN) sesuai dengan resolusi DK-PBB yang

beranggotakan perwakilan dari tiga negara yaitu: Australia( yang dipikih oleh

Indonesia), Belgia(yang dipilih oleh Belanda), dan Amerika Serikat( yang dipilih oleh

Australia dan Belgia) dengan tugas utama adalah mengawasi gencatan senjata antara

Indonesia dan Belanda.

Setelah KTN berhasil dalam meredam gencatan senjata kemudian dilanjutkan

diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda di tempat yang netral yaitu di

Kapal Perang Amerika USS Renville, namun hasil dari perundingan tersebut sangat

merugikan pihak Indonesia dan Indonesia juga harus menyetujui perundingan tersebut

karena mendapat tekanan dari pihak Amerika. Dari hasil perundingan tersebut

mendapat kekecewaan dari dalam negeri yang mengakibatkan jatuhnya kabinet Amir

Syarifuddin digantikan oleh Muhammad Hatta.

Dalam Kabinet Hatta kembali Belanda kembali melancarkan Agresi Militer II

dengan melancarkan serangan Ibukota yang berada di Yogyakarta serta menangkap

para pemimpin Indonesia sehingga membuat Indonesia membentuk pemerintah Darurat

di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Akhirnya peristiwa agresi milliter II ini kembali

terdengar ke dalam dunia Internasional kemudian Belanda mendapat kecaman bertubi-

tubi dari Internasional termaksud dari Negara Amerika untuk kembali mengadakan

perundingan jika Belanda tidak segera mengadakan perundingan Belanda terancam

tidak mendapatkan bantuan Marshall Plan untuk membangun kota setelah perang dunia

II.

Akhirnya tanggal 6 Maret 1949 diadakan perundingan kembali antara delegasi RI

dan Belanda yang diketuai oleh van Roijen kemudian dari pihak Indonesia di wakili

oleh Mohammad Roem dan dihadiri oleh anggota UNCI yang menghasilkan beberapa

hal yaitu:

1. Pengembalian Yogyakarta kepada RI,

2. Pengembalian para pemimpin RI dari Bangka ke Yogyakarta dalam kedudukan

semula sebagai anggota pemerintah RI,

3. Mengadakan persiapan Konferensi Meja Bundar,

Page 7: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

4. Mempercepat penyerahan kedaulatan penuh kepada RI Serikat dengan tidak

bersyarat,

5. Masing-masing pemerintah berikrar untuk mengusahakan penghentian perang dan

kembalinya perdamaian.

Hasil perundingan tersebut menghasilkan perjanjian bernama roem-rojien yang

kemudian dilepaskannya para pemimpin negara Indonesia dan dikembalikannya

Yogyakarta kepada tangan Indonesia serta dilanjutkan kepada perundingan selanjutnya

yang Bernama Konferensi Meja Bundar(KMB) pada tanggal 23 Agustus sampai 2

November yang menghasilkan isi dari perjanjian tersebut yaitu:

29

1. Penyerahan kedaulatan kepada Indonesia

2. Indonesia kemudian akan mendirikan RI Serikat, dengan Ir. Soekarno sebagai

presiden pertama,

3. Masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah penyerahan kedaulatan.

Dari semua isi tersebut yang menghasilkan pokok dari semuanya yaitu pengakuan

kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia secara mutlak dan berarti Indonesia sudah

menjadi negara seutuhnya karena telah mempunyai syarat sebuah negara yaitu azas De

Jure dan De Facto.

Dalam Diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia tidak hanya melalui perundinga-

perundingan di atas meja dengan pihak Belanda, tetapi juga melakukan lobi-lobi

internasional dengan ke negara Timur Tengah yang mayoritas penduduknya adalah

muslim yang akhirnya Indonesia mendpat pengakuan dari negara-negar seperti Mesir,

Saudi Arabia, termaksud Palestina yang diwakilkan oleh Syekh Muhammad Amin Al-

Husaini dan negara-negara lainnnya karena perasaan bangsa-bangsa dari timur tengah

yang mayoritas Islam itu merasa Indonesia adalah saudara mereka dan Indonesia telah

dijajah oleh belanda.

III. KESIMPULAN

Page 8: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

Setelah dilihat bagaimana peranan diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia baik itu

dengan cara berunding di atas meja dengan Belanda dan melakukan Lobi-lobi

Internasional untuk mendapatkan pengakuan secara Internasional serta memberitahu

kepada dunia bahwa Indonesia itu negra yang berdaulat dan fitnah yang mengatakan

bahwa Indonesia adalah negara Boneka Jepang itu adalah salah yang di gemborkan

oleh Belanda selama ini, namun dibalik Diplomasi yang dilakukan oleh bangsa

Indonesia terdapat juga semangat rela berkorban oleh rakyat Indonesia dengan

mengangkat senjata seperti kata-kata Bung Karno “kami bangsa Indonesia adalah

bangsa yang cinta kepada kedamaian tetapi kami lebih cinta kepada kemerdekaan

bangsa Indonesia”

IV. DAFTAR PUSTAKA

Page 9: DINAMIKA PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM PERIODE PERANG KEMERDEKAAN

Ricklefs,mc. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Jilid 1. Yogyakarta:

Gajah Mada press.

Insaniwati, Iin N. 2002. Mohamad Roem Karier Politik dan

Perjuangannya(1924-1968). Magelang: IKAPI.

Sunarti, Linda. Perang Kemerdekaan. Modul Sejarah

Astary, Ratih. 2007. Peran Diplomasi dalam Memenangkan Perang

Kemerdekaan RI. Jakarta. Departemen Luar Negeri Republik

Indonesia