dimensi dan struktur ilmu
TRANSCRIPT
“DIMENSI DAN STRUKTUR ILMU”
I. Definisi-Definisi
a. Menurut Lexicon of Countempory
English, Dimension is a
measurement of height, width, longth
and thickness or depth. (Dimensi
adalah suatu pengukuran tinggi, lebar, panjang dan ketebalan
atau dalamnya sesuatu). Dimensi dapat berarti sifat
perluasan hal yang penting dan watak yang cocok.
b. Standart desk dictionary mendefinisikan structure is a
combination of related parts or the position and arrangement
of parts. (strukture adalah suatu kombinasi dari bagian-bagian
yang berhubungan atau pengaturan bagian-bagian menurut
posisinya).
c. Ilmu atau science merupakan satu perkataan yang bermakna
ganda. Pertama, ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk
menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang
sebagai satu kebutuhan. Kedua, ilmu menuju pada masing –
masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu
pokok soal tertentu, misalnya biologi, geografi atau sosiologi.
Ada banyak definisi ilmu, dibawah ini ada beberapa definisi ilmu
menurut para ahli antara lain :
Filsafat Ilmu 1
1. Ilmu adalah penyelidikan yang efisien (Churchman dan
Rusel).
2. Ilmu adalah penelaan mengenai pertimbangan-pertimbangan
itu yang kesepakatan ilmu mengenainya dapat bercapai
(Norman Campbell)
II. Dimensi Ilmu
Apabila ilmu dibahas dari sudut salah satu dimensinya,
maka ini merupakan suatu analisis dari sudut tinjauan khusus
yang bercorak eksternal. Untuk keperluan penelaahan terhadap
iii-nu, sudut tinjauan dari arah luar itu lalu merupakan suatu
hampiran studi tertentu atau suatu perspektif dalam analisis.
Hampiran atau perspektif ini dapat berasal pertama-tama dari
berbagai cabang ilmu khusus yang dapat mengambil konsep
ilmu sebagai sasaran penelaahannya. Dari kepustakaan yang
membahas ilmu dari berbagai hampiran ilmu-ilmu tertzntu,
tampaklah sejumlah dimensi ilmu yang sejalan dengan ilmu-ilmu
yang bersangkutan, yaitu :
a. Ilmu ekonomi: dimensi ekonomik dari ilmu
Hampiran ilmu ekonomi akan melahirkan dimensi ekonomik
yang_ membahas ilmu sebagai suatu kekuatan produktif yang
langsung sebagaimana dianut oleh-negara-negara sosialis
atau sebagai a major factor in the maintenance and
Filsafat Ilmu 2
development of production (suatu faktor utama dalam
mempertahankan dan mengembangkan produksi) seperti
dikemukakan oleh Bernal.
b. Linguistik: dimensi linguistik dari ilmu
Dengan tinjauan linguistik orang dapat memandang ilmu
sebagai suatu bahasa buatan. Misalnya Charles Morris
menyatakan bahwa ilmu adalah suatu bahasa, yakni sebagai
(seperangkat tanda-tanda dengan hubungan-hubungan
spesifik tertentu satu dengan yang lain, dengan obyek-obyek,
dan dengan praktek).
c. Matematik: dimensi matematis dari ilmu
Dimensi ini menekankari segi kuantitatif dan proses
kuantifikasi dalam ilmu. Kelanjutan hampiran matematik yang
berlebihan ialah pendapat bahwa apa yang disebut ilmu
hanyalah pengetahuan yang dapat dinyatakan dengan
rumus-rumus matematik.
d. Ilmu politik: dimensi politik dari ilmu
Dengan hampiran ilmu politik orang dapat membahas ilmu
dari sudut tinjauan pemerintahan atau sebagai faktor
kekuasaan dalam negara
e. Psikologi: dimensi psikologis dari ilmu
Perspektif psikologi telah melahirkan dimensi psikologis dari
ilmu. Misalnya C. H. Waddington yang mengarang buku The
Filsafat Ilmu 3
Scientific Attitude (1941) berpendapat bahwa ilmu bukanlah
suatu kumpulan muslihat, melainkan suatu sikap terhadap j
dunia ini
f. Sosiologi: dimensi sosiologis dari ilmu
Dari perspektif inilah ilmu belakangan ini dianggap sebagai
sebuah social institution, sebagai suatu social activity, atau
menurut Haberer sebagai suatu jaringan kebiasaan dan
peranan (a network of habits and -roles-Y yang menghimpun,
menguji, dan menyebarkan pengetahuan.
Masih ada lagi dimensi-dimensi ilmu lainnya yang tidak
berdasarkan cabang ilmu dan bidang pengetahuan di atas,
melainkan berpangkat pada berbagai aspek realitas di dunia
ini. Dimensi-dimensi termaksud yang menonjol ialah :
- Cultural dimension (dimensi kebudayaan)
Kebudayaan merupakan salah satu segi penting dari
kehidupan manusia.
- Historical dimension (Dimensi sejarah)
Dari segi sejarah umat manusia ilmu dapat ditinjau sebagai
suatu bagian dari proses historis secara keseluruhan yang
berlangsung pada zaman-zaman yang berbeda dan di
tempat-tempat yang berlainan.
- Humanistic dimension (dimensi kemanusiaan)
Filsafat Ilmu 4
Science sebagai pengalaman yang dihayati menurut
Enrico Cantore merupakan suatu faktor yang mencetak
seluruh kepribadian manusia ilmiah.
- Recreational dimension (dimensi rekreasi)
Ditinjau dari segi permainan yang menggembirakan atau
hiburan yang menyegarkan
- System dimension (dimensi sistem)
Bilamana memang realitas di dunia ini mengandung
banyak sekali kebulatan yang teratur, maka wajarlah kalau
science ditinjau sebagai salah satu kebulatan sistem yang
terdiri dari unsur-unsur yang berada dalam keadaan
berinteraksi.
Demikianlah, sebagai ikhtisar seluruh paparan mengenai
keluasan ilmu dapatlah kiranya disajikan bagan yang
berikut :
Filsafat Ilmu 5
III. Struktur Ilmu
Ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan. sistematik terdiri dari
komponen-komponen yang saling berkaitan atau
dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoretis atau
memberikan penjelasan termaksud. Pertama-tama mengenai
sasaran atau obyek pengetahuan ilmiah itu perlulah diberikan
penjelasan yang memadai. Setiap cabang ilmu khusus
mempunyai obyek sebenarnya (proper object) yang dapat
dibedakan menjadi obyek material dan obyek formal. Obyek
material adalah fenomena di dunia ini yang ditelaah oleh ilmu,
sedang obyek formal adalah pusat perhatian dalam penelaahan
ilmuwan terhadap fenomena itu. Aneka fenomena yang ditelaah
oleh segenap cabang ilmu khusus banyak sekali, mencapai
ribuan sejalan dengan bertambahnya cabang-cabang ilmu itu.
Tetapi, suatu penggolongan yang sistematik dapat
mengelompokkan segenap obyek material pengetahuan ilmiah
menjadi enam jenis yang berikut:
a. Ide abstrak
b. Benda fisik
c. Jasad hidup
d. Gejala rohani
e. Peristiwa social
f. Proses tanda
Filsafat Ilmu 6
Kumpulan pernyataan yang memuat pengetahuan ilmiah
dapat mempunyai empat bentuk
1) Deskripsi
Ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak deskriptif
dengan memberikan pemerian mengenai bentuk, susunan,
peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomenon yang
bersangkutan. Bentuk ini umumnya terdapat pada cabang-
cabang ilmu khusus yang terutama bercorak deskriptif seperti
misalnya ilmu anatomi atau geografi.
2) Preskripsi
Ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak preskriptif
dengan memberikan petunjuk-petunjuk atau ketentuan-
ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau
sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan obyek
sederhana itu.
3) Eksposisi Pola
Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang
memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri,
kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomenon yang
ditelaah.
4) Rekonstruksi Historis
Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang berusaha
menggambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau
Filsafat Ilmu 7
alasan yang diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa
lampau
Pada cabang-cabang ilmu yang telah lebih dewasa, selain
empat bentuk pernyataan di muka terdapat pula proposisi-
proposisi yang dapat dibedakan menjadi tiga ragam sebagai
asas, kaidah, dan teori.
1) Asas ilmiah
Suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang
mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang
telah diamati, Asas ilmiah' dalam arti yang pertama misalnya
ialah asas peredaran planet berdasarkan pengamatan dalam
astronomi yang menyatakan bahwa makin dekat sesuatu
planet dengan matahari, makin pendek masa perputarannya.
2) Kaidah ilmiah
Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah
sebuah proposisi yang mengungkapkan hubungan tertib yang
dapat diperiksa kebenarannya di antara fenomena sehingga
umumnya berlaku pula untuk berbagai, fenomena yang
sejenis.
3) Teori ilmiah
Suatu teori dalam scientific knowledge adalah sekumpulan
proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi
penjelasan mengenai sejumlah fenomena.
Filsafat Ilmu 8
Demikian sebagai ikhtisar dapatlah struktur pengetahuan ilmiah
ditunjukkan secara sistematik dalam bagan yang berikut :
Filsafat Ilmu 9
IV.Kedudukan manausia menurut kajian Filsafat Ilmu dilihat
dari dua pandangan yaitu :
1) Dari pandangan teologis :
Manusia bagian dari objek karena pandangannya terhadap
sang pencipta. Teologi merefleksikan hubungan Allah dan
manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami
imannya dengan cara lebih baik, dan ingin
mempertanggungjawabkannya: "aku tahu kepada siapa aku
percaya" (2Tim 1:12). Teologi bukan agama dan tidak sama
dengan Ajaran Agama. Dalam teologi, adanya unsur
"intellectus quaerens fidem" (akal menyelidiki isi iman)
diharapkan memberi sumbangan substansial untuk integrasi
akal dan iman, iptek dan imtaq, yang pada gilirannya sangat
bermanfaat bagi hidup manusia masa kini.
2) Dari pandangan filsafat ilmu
Manusia adalah subyek dari filsafat karena manusialah yang
mengembangkan filsafat dan mengeksplorasi ilmu
pengetahuan. Manusia sebagai subjek pembanding antara
filsafat dan ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan hasil akal
seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran sedalam – dalamnya atau mempelajari kebenaran
yang mendalam. Sebagai subjek filsafat manusia terus
mengembangkan diri dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan
Filsafat Ilmu 10
yang ditemukan melalui metode ilmiah dan ilmu pengetahuan
tersebut semakin berkembang.
V.Logika deduksi dan Logika induksi
1) Logika deduksi contohnya :
Semua logam jika dipanaskan akan memuai (Umum =
Premis Mayor)
Besi, tembaga, aluminium termasuk logam (Khusus =
Premis minor)
Besi jika dipanaskan akan memuai (Khusus = Konkluksi)
Berdasarkan contoh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
logika deduksi adalah cara/proses berfikir dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
2) Logika Induksi contohnya :
Besi jika dipanaskan akan memuai (Khusus = Konkluksi)
Besi, tembaga, aluminium termasuk logam (Khusus =
Premis minor)
Semua logam jika dipanaskan akan memuai (Umum =
Premis Mayor)
Berdasarkan contoh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
logika induksi adalah cara/proses berfikir dengan
menyimpulkan seseuatu yang bersifat umum dari berbagai
pernyataan yang bersifat khusus.
Filsafat Ilmu 11
VI. Teori - teori kebenaran menurut Filsafat Ilmu menurut
saya ada sebagai berikut :
1) Teori Korespondensi
Teori korespondensi (Correspondence Theory of Truth)
menerangkan bahwa : Kebenaran atau sesuatu keadaan
benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud suatu pernyataan/ pendapat dengan objek yang
dituju/ dimaksud oleh pernyataan/ pendapat
tersebut.Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan
fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan
situasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu
yaitu pernyataan (statement), persesuaian (agreement),
situasi (situation), kenyataan (realitas) danputusan
(judgement). Kebenarana dalah fidelity to objective reality.
Atau dengan bahasa latinnya: edaequatioin telectuset rei
(kesesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut
oleh aliran realis. Pelopornya Plato, Aristoteles dan Moore.
Dikembangkan lebih lanjut oleh IbnuSina, Thomas Aquinas di
abad skolastik, serta oleh Bertrand Russel pada abad
Modern. Cara berfikiri lmiah yaitu logika induktif
menggunakan teori korespondensi ini.
Filsafat Ilmu 12
2) Teori Koherensi
Teori koherensi (The Coherence Theory of Truth)
menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak
ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.Dengan
demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan
itu dilaksanakan atas petimbangan yang konsisten dan
pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya. Teori
ini sudah ada sejak pra Socrates, kemudian dikembangkan
oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori
dianggap benar apabila telah dibuktikan (justifikasi) benar
dan tahan uji (testable). Kalau teori ini bertentangan dengan
data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar,
maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3) Teori Pragmatisme
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth)
menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki
kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi
kehidupanmanusia.Kaum pragmatis menggunakan kriteria
kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan
(workability), dan akibat yang memuaskan (satisfactory
consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang
mutlak/ tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat
Filsafat Ilmu 13
dan akibatnya. Akibat/ hasilyang memuaskan bagi
kaumpragmatis adalah :
Sesuai dengan keinginan dan tujuan.
Sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen
Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap
eksis (ada).
4) Agama sebagai teori Ilmu Dan Pengetahuan kebenaran
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan akal, budi,
fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam
teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber
dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia
dapat mencari dan menemukan kebenaran melalui
agama.Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila
sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu
sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama dengan kitab
suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala
persoalan manusia, termasuk kebenaran.
VII. Pendapat mengenai ilmu itu bebas nilai
Menurut saya ilmu itu bebas nilai karena dilihat dari dua aspek.
Pertama yaitu etika teologis dan yang kedua yaitu ontologis.
Maka ilmu dalam penempatan teoritis bebas nilai. Kegiatan
ilmiah dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang
agama, etnis, ideologi, dan bangsa. Kecuali nilai yang bisa
Filsafat Ilmu 14
mengikat, adalah kebenaran atau hikmah. kebenaran ilmu dalam
penempatan yang praktis adalah ilmu harus tunduk kepada nilai-
nilai yang bersifat menyeluruh atau universal yaitu mengabdi
untuk kebenaran sehingga tidak mungkin ilmu itu tidak bebas
nilai.ilmu itu bebas nilai, yaitu dalam setiap kegiatan ilmiah selalu
didasarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Anggapan itu
menyatakan bahwa ilmu menolak campur tangan faktor eksternal
yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri, yaitu ilmu
harus bebas dari pengandaian, pengaruh campur tangan politis,
ideologi, agama dan budaya, perlunya kebebasan usaha ilmiah
agar otonomi ilmu terjamin, dan pertimbangan etis menghambat
kemajuan ilmu. Pada kenyataannya, ilmu bebas nilai dan harus
menjadi nilai yang relevan, dan dalam aktifitasnya terpengaruh
oleh kepentingan tertentu. Nilai-nilai hidup harus diimplikasikan
oleh bagian-bagian praktis ilmu jika praktiknya mengandung
tujuan yang rasional. Dapat dipahami bahwa mengingat di satu
pihak objektifitas merupakan ciri mutlak ilmu, sedang dilain pihak
subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai
yang ikut menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan
yang dibuatnya.
VIII. Tanggung jawab ilmuwan ditinjau dari pendekatan :
1) Ontologi : pengkajian objek membuahkan pengetahuan
Filsafat Ilmu 15
kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat
mengubah kodrat manusia, merendahkan martabat manusia,
dan mencampuri permasalahan kehidupan. Secara
ontologistanggung jawab ilmuwan membatasi lingkup
penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada
dalam jangkauan pengalaman manusia.
2) Epistimologi : cara mendapatkan ilmu pengetahuan (metode
ilmiah).
Banyak yang akan berpendapat bahwa tanggung jawab
ilmuwan adalah untuk memperoleh pengetahuan yang
berguna dalam sedemikian rupa sehingga tidak akan
menimbulkan penderitaan, kerusakan atau kerugian untuk
mereka yang terlibat dengan eksperimen yang memperoleh
pengetahuan. Sebaliknya, mungkin ada situasi di mana hasil
terbaik hanya dapat dicapai secara efisien jika ada beberapa
bentuk kerusakan atau kerugian kehidupan. Bagi para ilmuwan
ada pertempuran terus-menerus antara apa yang secara etis
dapat diterima dan apakah melanggar etika ini akan
menguntungkan umat manusia dalam jangka panjang.
3) Aksiologi : kegunaan ilmu pengetahuan.
Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuan.Hal ini di
sebabkan oleh sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan
untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat
Filsafat Ilmu 16
objektif.Sikap ilmiah bagi seorang ilmuan bukanlah membahas
tentang tujuan dari ilmu,melainkan bagaimana cara untuk
mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan
dapat dipertangungjawabkan secara sosial untuk melestarikan
keseimbangan alam semesta ini serta dapat
dipertangungjawabkan kepada Tuhan, Artinya selaras dengan
manusia dan dengan kehendak Tuhan.
KESIMPULAN
1. Ilmu sangat penting dan mempunyai peranan amat besar dalam
kehidupan
2. Ilmu merupakan sebuah istilah umum yang menyebut segenap
pengetahuan ilmiah sebagai satu kebulatan, pengertian lainnya,
ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah
yang mempelajari sesuatu proyek soal tertentu
3. Dimensi ilmu sebagai tiga bagian yakni : cabang ilmu
pengetahuan reflektif abstrak dan aspek realitas.
4. Saling kaitan diantara segenap komponen agar dapat menjadi
dasar realitas merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah
5. Menyatakan bahwa ilmu bebas nilai, maksudnya ilmu tidak bisa
dipengaruhi oleh nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Filsafat Ilmu 17
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Gie, T.L, Pengantar Filsafat Ilmu, Penerbit Liberty Yogyakarta,
Cat. VII, 2007
2. Mc Artkur, T. Longman Lexicon Of Contemporary English,
Longman Group Limited, 1981
3. Standard Desk Dictionary, Fuuk And Wagnals Inc, New York,
1974
Filsafat Ilmu 18