digital_20285118-s-agung nugroho priyambodo.pdf

117
UIVERSITAS IDOESIA AALISIS PEGARUH PERTUMBUHA USAHA, EFISIESI MAAJEME MODAL KERJA, DA ALIRA KAS PEMEGAG SAHAM TERHADAP KIERJA PASAR PERUSAHAA: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAA PERIGKAT SWA100 SKRIPSI AGUG UGROHO PRIYAMBODO 0806370772 FAKULTAS EKOOMI PROGRAM S1 EKSTESI AKUTASI DEPOK 2012 Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Upload: arumsari

Post on 05-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

U�IVERSITAS I�DO�ESIA

A�ALISIS PE�GARUH PERTUMBUHA� USAHA, EFISIE�SI

MA�AJEME� MODAL KERJA, DA� ALIRA� KAS

PEMEGA�G SAHAM TERHADAP KI�ERJA PASAR

PERUSAHAA�:

STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAA� PERI�GKAT SWA100

SKRIPSI

AGU�G �UGROHO PRIYAMBODO

0806370772

FAKULTAS EKO�OMI

PROGRAM S1 EKSTE�SI AKU�TA�SI

DEPOK

2012

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 2: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

U�IVERSITAS I�DO�ESIA

A�ALISIS PE�GARUH PERTUMBUHA� USAHA, EFISIE�SI

MA�AJEME� MODAL KERJA, DA� ALIRA� KAS

PEMEGA�G SAHAM TERHADAP KI�ERJA PASAR

PERUSAHAA�:

STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAA� PERI�GKAT SWA100

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

AGU�G �UGROHO PRIYAMBODO

0806370772

FAKULTAS EKO�OMI

PROGRAM S1 EKSTE�SI AKU�TA�SI

U�IVERSITAS I�DO�ESIA

DEPOK

2012

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 3: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

ii

HALAMA� PER�YATAA� ORISI�ALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar

�ama : Agung �ugroho Priyambodo

�omor Mahasiswa : 0806370772

Tanda Tangan :

Tanggal : 26 Januari 2012

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 4: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

iii

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 5: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

iv

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi

S1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak,

baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit

bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Aria Farahmita S.E., Ak., CPA, MSM, selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberi arahan dan

bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orangtua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan

serta dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis.

3. Hidayatul Ummah, dan Teguh Kuncoro yang selalu setia memberikan

dukungan moril bagi penulis.

4. Ilmiya, Morgan, Linda, Ilham, dan Hanif serta teman-teman lainnya yang

telah ikut memberikan dukungan dan semangat bagi penulis baik selama

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi ini.

5. Serta seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

yang telah banyak membantu penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan pihak-pihak yang telah berjasa bagi penulis. Dan semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan penggunanya.

Depok, 26 Januari 2012

Penulis

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 6: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

v

HALAMA� PER�YATAA� PERSETUJUA� PUBLIKASI

TUGAS AKHIR U�TUK KEPE�TI�GA� AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Agung Nugroho Priyambodo

NPM : 0806370772

Program Studi : Sarjana Ekstensi

Departemen : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti �oneksklusif (�on-exclusive

Royaltiy-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Usaha, Efisiensi Manajemen Modal Kerja, dan

Aliran Kas Pemegang Saham Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan: Studi Empiris

Pada Perusahaan Peringkat SWA100

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok

Pada tanggal: 26 Januari 2012

Yang menyatakan

(Agung Nugroho Priyambodo)

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 7: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

vi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Agung Nugroho Priyambodo

Program Studi : Ekstensi Akuntansi

Judul : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Usaha, Efisiensi Manajemen

Modal Kerja, dan Aliran Kas Pemegang Saham Terhadap Kinerja

Pasar Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Peringkat

SWA100

Penelitian ini berusaha untuk memberikan bukti empiris mengenai

pengaruh pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan aliran

kas pemegang saham terhadap kinerja pasar perusahaan. Dalam penelitian ini

terdapat dua variabel kontrol yang dimasukkan ke dalam model penelitian yaitu,

efektivitas penggunaan aset, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan

142 observasi di setiap modelnya, dan menggunakan 3 ukuran kinerja pasar

perusahaan yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan wealth added index relative to

total assets (WAI™/TA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan

usaha, efisiensi working capital management, dan efektivitas penggunaan aset

memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Kata kunci: sharpe ratio, jensen’s alpha, wealth added index (WAI™), sustainable

growth rate, cash conversion cycle, dividend yield, ukuran perusahaan, return on

assets (ROA)

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 8: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

vii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Agung Nugroho Priyambodo

Study Program: Extension of Accounting

Title : Effect Analysis of Business Growth, Efficiency of Working

Capital Management, and Shareholder's Cash Flow to Company's

Market Performance: Empirical Studies on SWA100 Ranked

Companies

This study aims to provide empirical evidence about the influence of

business growth, efficiency of working capital management, and shareholder’s

cash flows to the company's market performance. There are two control variables

are included in the research model: effectiveness of using assets, and company

size. This study uses 142 observations in each model, and company's market

performance is measured using three methods: Sharpe ratio, Jensen's alpha, and

wealth added index relative to total assets (WAI ™ / TA). The results of this study

indicate that the business growth, efficiency of working capital management, and

effectiveness of using assets has a significant influence on the company's market

performance.

Key words: sharpe ratio, jensen’s alpha, wealth added index (WAI™), sustainable

growth rate, cash conversion cycle, dividend yield, company size, return on assets

(ROA)

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 9: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR

iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ABSTRAK

vi

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR DIAGRAM

xi

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I. PE�DAHULUA� 1

1.1 Latar Belakang Penelitian 1

1.2 Perumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 8

1.6 Sistematika Penulisan 8

BAB II. TI�JAUA� LITERATUR 10

2.1 Hipotesis Pasar Efisien 10

2.2 Return 12

2.3 Risiko

13

2.4 Kinerja Pasar Perusahaan 16

2.4.1 Sharpe Ratio 18

2.4.2 Jensen’s Alpha 19

2.4.3 Wealth Added Index Relative to Total Assets (WAI™/TA) 21

2.5 Faktor-Faktor Finansial Perusahaan 23

2.5.1 Sustainable Growth Rate 23

2.5.2 Cash Conversion Cycle 24

2.5.3 Dividend Yield 25

2.6 Penelitian - Penelitian Sebelumnya 25

2.7 Ikhtisar Tinjauan Literatur dan Identifikasi Penelitian Selanjutnya 38

2.8 Perumusan Hipotesis 39

BAB III. METODOLOGI PE�ELITIA� 42

3.1 Kerangka pemikiran 42

3.2 Model Penelitian 45

3.3 Hipotesis Penelitian 46

3.4 Operasionalisasi Variabel 47

3.4.1 Variabel Dependen 47

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 10: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

ix Universitas Indonesia

3.4.1.1 Sharpe Ratio 47

3.4.1.2 Jensen’s Alpha (JA) 48

3.4.1.3 Wealth Added Index Relative to Total Assets

(WAI™/TA) 49

3.4.2 Variabel Independen 51

3.4.2.1 Sustainable Growth Rate (SGR) 51

3.4.2.2 Cash Conversion Cycle (CCC) 51

3.4.2.3 Dividend Yield (DY) 52

3.4.2.4 Return on Assets (ROA) 52

3.4.2.5 Ukuran Perusahaan (Log(TA)) 52

3.4.2.6 Dummy Tahun 52

3.5 Data dan Sampel 53

3.6 Teknik Pengujian 54

3.6.1 Uji Kriteria Ekonometrika 54

3.6.1.1 Uji Normalitas 54

3.6.1.2 Uji Multikolinearitas (Multicolinearity) 55

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas (Heterocedasticity) 55

3.6.1.4 Uji Autokorelasi (Autocorellation) 56

3.6.2 Uji Statistik 57

3.6.2.1 Uji F 57

3.6.2.2 Uji Nilai Koefisien Determinasi (Uji R2) 58

3.6.2.3 Uji t 58

BAB IV. A�ALISIS HASIL PE�ELITIA� 59

4.1 Hasil Pemilihan Sampel 59

4.2 Statistik Deskriptif 60

4.3 Pengujian Kriteria Ekonometrika 65

4.3.1 Uji Normalitas 65

4.3.2 Uji Multikolinesritas (Multicolinearity) 65

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas (Heterocedasticity) 66

4.3.4 Uji Autokorelasi (Autocorellation) 67

4.4 Pengujian Statistik 67

4.4.1 Uji F 67

4.4.2 Uji Nilai Koefisien Determinasi (Uji R2) 68

4.4.3 Uji Hipotesis (Uji t) 69

4.4.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Usaha Terhadap

Kinerja Pasar Perusahaan 70

4.4.3.2 Pengaruh Efisiensi Working Capital

Management Terhadap Kinerja Pasar

Perusahaan 73

4.4.3.3 Pengaruh Aliran Kas Pemegang Saham

Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan 75

4.4.3.4 Pengaruh Variabel Kontrol Terhadap Kinerja

Pasar Perusahaan 76

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 11: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

x Universitas Indonesia

4.4.3.5 Pengaruh Variabel Dummy Tahun Terhadap

Kinerja Pasar Perusahaan 78

BAB V. KESIMPULA� DA� SARA� 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Implikasi Penelitian 81

5.2 Keterbatasan dan Saran 82

DAFTAR PUSTAKA 83

LAMPIRAN

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 12: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

xi Universitas Indonesia

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Capital Market Line 18

Diagram 2.2 Security Market Line 20

Diagram 3.1 Kerangka Pemikiran 45

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 13: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

xii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian-Penelitian Sebelumnya 33

Tabel 4.1 Ikhtisar Pemilihan Sampel 60

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Regresi 61

Tabel 4.3 Uji Jarque-Bera (JB test) 65

Tabel 4.4 Nilai Tolerance dan VIF 66

Tabel 4.5 Uji Breusch-Pagan-Godfrey 66

Tabel 4.6 Uji Breusch-Godfrey (Lagrange-Multiplier Test) 67

Tabel 4.7 Uji F 68

Tabel 4.8 Nilai Koefisien Determinasi 68

Tabel 4.9 Uji Hipotesis (Uji t) 70

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 14: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRA�

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan

Lampiran 2 Hasil (Output) Model Penelitian 1

Lampiran 3 Hasil (Output) Model Penelitian 2

Lampiran 4 Hasil (Output) Model Penelitian 3

Lampiran 5 Hasil (Output) Model Penelitian Yang Menggunakan

Sustainable Growth Rate (SGR) Dengan Time Lag 1

Periode

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 15: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB I

PE�DAHULUA�

1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan dunia usaha dan perekonomian di

dunia maupun di Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan aktivitas

pendanaan baik untuk melakukan ekspansi usaha, maupun hanya untuk

menjaga kelangsungan usahanya. Salah satu alternatif pendanaan bagi

perusahaan adalah dengan mengumpulkan dana masyarakat umum melalui

pasar modal. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan

jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang,

ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Di dalam

Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 memberikan

pengertian yang lebih spesifik tentang pasar modal, yaitu kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan

publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan

profesi yang berkaitan dengan efek.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu

negara, oleh karena itu banyak negara berlomba-lomba untuk memajukan

pasar modal melalui berbagai kebijakan, baik yang bersifat langsung

maupun tidak langsung. Pasar modal memiliki dua fungsi utama, yaitu

fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Darmadji, 2008). Pasar modal

dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan

fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak

yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan

dana (issuer atau pihak yang menerbitkan efek). Dengan adanya pasar

modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan

dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan

pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut

sebagai tambahan modal untuk menjalankan kegiatan bisnisnya. Pasar

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 16: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

2

Universitas Indonesia

modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena memberikan

kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana,

sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Menurut Jones (2007), Investasi merupakan komitmen dana

terhadap satu atau lebih aset yang akan dipegang selama beberapa waktu

mendatang. Jones (2007) juga menyebutkan bahwa kegiatan investasi

terkait dengan manajemen kekayaan investor yang merupakan jumlah dari

pendapatan sekarang dan nilai saat ini dari pendapatan di masa datang.

Investasi dapat dilakukan pada aset-aset finansial (seperti saham, dan

obligasi), maupun pada aset-aset riil (seperti logam mulia, komoditas, dan

properti). Akan tetapi, investasi dalam bentuk saham merupakan investasi

yang paling populer di masyarakat luas dan paling ramai diperdagangkan

di pasar modal, sehingga jika membicarakan investasi dan pasar modal

selalu dikaitkan dengan investasi saham. Investor sebagai pemilik dana

dalam berinvestasi selalu mempertimbangkan dua hal, yaitu return dan

risiko. Investor selalu berharap memperoleh return dari dana yang telah

diinvestasikannya, namun harapan investor tersebut tidak selalu terwujud

karena terdapat ketidakpastian di masa datang. Ketidakpastian itulah yang

sering diidentifikasi sebagai risiko dalam berinvestasi.

Dengan mempertimbangkan return dan risiko, investor dapat

melakukan berbagai analisis ketika mengambil keputusan investasi,

diantaranya seperti analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis

teknikal merupakan analisis yang menggunakan data pasar (seperti harga

saham historis, volume perdagangan, dsb.) untuk melakukan penilaian

terhadap suatu saham. Sedangkan analisis fundamental merupakan

penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai faktor-

faktor finansial suatu perusahaan, kondisi makro ekonomi, dan kondisi

sektor industri suatu perusahaan. Dengan kata lain, analisis fundamental

merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk

mengevaluasi ataupun memproyeksi nilai suatu saham. Karena kemudahan

dalam mendapatkannya, laporan keuangan sampai saat ini masih menjadi

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 17: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

3

Universitas Indonesia

sumber informasi utama bagi investor terutama di Indonesia dalam

melakukan analisis fundamental. Akan tetapi, tidak sedikit dari investor

yang masih belum mengetahui sebenarnya faktor-faktor finansial apa saja

yang berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan serta dapat mereka

jadikan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.

Penelitian-penelitian di bidang finansial menunjukkan bahwa

terdapat faktor-faktor finansial yang berkaitan erat dengan kinerja pasar

perusahaan yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan

investasi. Faktor-faktor finansial yang diidentifikasi berpengaruh terhadap

kinerja pasar perusahaan antara lain adalah nilai perusahaan (Fama dan

French, 1992; Fama dan French, 1998a,b; Kothari dan Shanken, 1997;

Pontiff dan Schall, 1998), ukuran perusahaan (Fama dan French, 1992;

Rouwenhorst, 1999; Hobart, 2006), dan efektivitas penggunaan aset

(Hobart, 2006).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Soenen di tahun

2003 yang diberi judul “Indicators of Successful Companies”, Johnson dan

Soenen (2003) menganalisa 478 perusahaan di Amerika Serikat pada

periode 1982 sampai 1998. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk

mengidentifikasi faktor-faktor finansial yang dapat membedakan mana

perusahaan yang sukses dan mana perusahaan yang kurang sukses. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berukuran besar,

profitable, dengan working capital management yang efisien dan tingkat

pertumbuhan usaha yang tinggi adalah perusahaan yang menghasilkan

kinerja yang lebih tinggi dari perusahaan-perusahaan lainnya berdasarkan

tiga ukuran kinerja, yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan economic value

added relative to total assets (EVA®/TA).

Dalam The Economist yang diterbitkan pada tanggal 29 November

2001, Stern Stewart & Co. sebuah konsultan internasional untuk value

management yang lebih dahulu dikenal sebagai pengembang dari metode

economic value added (EVA®) memperkenalkan metode wealth added

index (WAI™). Stern Stewart & Co. menjelaskan bahwa wealth added

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 18: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

4

Universitas Indonesia

index (WAI™) adalah indikator adanya kelebihan kekayaan yang

dihasilkan di atas harapan pemegang saham. Dimana harapan tersebut

didasarkan pada risiko saham yang disesuaikan dengan persepsi para

pemegang saham. Gagasan pokok dari wealth added index (WAI™) adalah

perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya hanya jika

pengembalian mereka kepada investor melalui kenaikan harga saham dan

pemberian dividen melampaui cost of equity mereka (tingkat

pengembalian minimum yang diisyarakatkan investor untuk menaruh uang

pada saham berisiko). WAI™ dihadirkan oleh Stern Stewart & Co. untuk

menyempurnakan dua kelemahan utama dari total shareholder return

(TSR) indikator penciptaan nilai yang banyak digunakan untuk menilai

kinerja pasar perusahaan. Kelemahan yang pertama, yaitu metode TSR

tidak melakukan penyesuaian atas risiko saham. Kelemahan yang kedua,

yaitu metode TSR hanya menghitung kinerja saham yang diterbitkan pada

saat awal dan tidak menghitung kinerja saham yang baru diterbitkan oleh

perusahaan.

Berdasarkan pengetahuan penulis, belum banyak penelitian di

Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan usaha,

efisiensi working capital management, dan aliran kas pemegang saham

terhadap kinerja pasar perusahaan, terutama penelitian yang menggunakan

wealth added index (WAI™) sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut

dalam konteks perusahaan di Indonesia. Penelitian ini akan penulis beri

judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Usaha, Efisiensi Manajemen

Modal Kerja, dan Aliran Kas Pemegang Saham Terhadap Kinerja Pasar

Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Peringkat SWA100”.

Penelitian yang penulis lakukan mengadaptasi dari penelitian

Johnson dan Soenen (2003) yang berjudul “Indicators of Successful

Companies”. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini

dan penelitian Johnson dan Soenen (2003). Perbedaan yang pertama

adalah penelitian ini dilakukan dalam konteks perusahaan di Indonesia,

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 19: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

5

Universitas Indonesia

sedangkan penelitian Johnson dan Soenen (2003) dilakukan dalam konteks

perusahaan di Amerika Serikat. Dengan adanya perbedaan konteks

perusahaan yang diteliti maka terdapat perbedaan asumsi pasar antara

penelitian ini dan penelitian Johnson dan Soenen (2003), dimana Jones

(2007) maupun Schroeder (2009) menyebutkan bahwa pasar modal di

Amerika Serikat efisien dalam bentuk semi-kuat, sedangkan Legowo dan

Machfoedz (1998) menyebutkan bahwa pasar modal di Indonesia efisien

dalam bentuk lemah. Perbedaaan yang kedua adalah dalam penelitian ini

tidak menggunakan ukuran kinerja usaha tetapi hanya ukuran kinerja

pasar, dan menggunakan salah satu metode pengukuran kinerja pasar yang

masih jarang digunakan, yaitu wealth added index (WAI™). Menurut

Jensen (2001) tujuan perusahaan adalah value maximization, maka untuk

mengetahui sukses atau tidaknya suatu perusahaan dapat dilakukan dengan

mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam menjalankan

value maximization. Dan karena keseluruhan perusahaan yang dijadikan

sampel penelitian ini adalah perusahaan publik yang sahamnya

diperdagangkan di bursa saham maka evaluasi kinerja manajemen

perusahaan dalam menjalankan value maximization dilakukan dengan

melihat kinerja pasar perusahaan. Perbedaan yang ketiga adalah penulis

mencoba memasukkan dividend yield sebagai faktor finansial yang diduga

berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan. Dividen menjadi menarik

untuk penulis teliti karena termasuk salah satu faktor finansial yang masih

relatif belum banyak diteliti terutama di Indonesia dalam hubungannya

dengan kinerja pasar perusahaan.

Di dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan tiga metode

untuk mengukur kinerja pasar perusahaan dimana ketiganya merupakan

risk adjusted return, yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan wealth added

index relative to total assets (WAI™/TA). Terdapat tiga faktor finansial

yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan yang

akan diteliti di dalam penelitian ini, yaitu pertumbuhan usaha, efisiensi

working capital management, dan aliran kas pemegang saham. Ketiga

faktor finansial itu masing-masing diwakili oleh sustainable growth rate,

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 20: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

6

Universitas Indonesia

cash conversion cycle, dan dividend yield. Dua dari tiga faktor finansial

yang diteliti, kecuali aliran kas pemegang saham adalah faktor finansial

yang terbukti secara empiris di dalam penelitian Johnson dan Soenen

(2003) sebagai faktor-faktor finansial yang memiliki pengaruh signifikan

terhadap kesuksesan perusahaan dan dapat dijadikan indikator perusahaan

yang sukses.

Stern Stewart & Co. dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan

tahun 2011 bekerja sama dengan majalah SWA membuat dan

mempublikasikan peringkat 100 perusahaan publik dengan kapitalisasi

pasar terbesar di Indonesia berdasarkan metode wealth added index

(WAI™). Dan karena penelitian ini ditekankan pada penggunaan wealth

added index (WAI™) sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan, maka yang

menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang termasuk dalam

peringkat SWA100. Dengan memilih sampel dari perusahaan peringkat

SWA100 tersebut, penulis juga berharap sampel yang digunakan di dalam

penelitian ini dapat merepresentasikan populasinya, yaitu perusahaan-

perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian

ini, penulis tidak mengikutsertakan perusahaan-perusahaan dari kelompok

sektor industri keuangan dan perbankan sebagai sampel penelitian.

Alasannya adalah karena kelompok sektor industri tersebut memiliki

karakteristik khusus yang jauh berbeda dari sektor industri lainnya,

sehingga menyebabkan perlunya penggunaan ukuran atau variabel yang

berbeda.

Peringkat SWA100 tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 disusun

berdasarkan data pasar per 31 Desember 2007 sampai dengan per 31

Desember 2010. Periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dipilih

penulis agar memperoleh gambaran kondisi terkini dari objek penelitian

ini dan agar hasil dari penelitian ini masih tetap relevan sampai dengan

beberapa waktu mendatang. Di samping itu, pada tahun 2008 terjadi krisis

ekonomi global yang walaupun tidak terlalu berpengaruh terhadap

perekonomian Indonesia namun ikut mempengaruhi kinerja saham-saham

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 21: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

7

Universitas Indonesia

di Bursa Efek Indonesia, sehingga dengan memilih periode tersebut

penulis berharap di dalam penelitian ini dapat mencakup periode bullish

maupun bearish.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis uraikan di

atas, maka masalah yang ingin diangkat oleh penulis adalah:

Apakah pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan

aliran kas pemegang saham memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar

perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:

Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan usaha, efisiensi working capital

management, dan aliran kas pemegang saham terhadap kinerja pasar

perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya,

maka diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

1) Membantu investor dalam mengambil keputusan investasi,

terutama ketika melakukan analisa laporan keuangan dengan

melihat informasi keuangan yang merupakan faktor finansial yang

berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan.

2) Membantu perusahaan (emiten) sebagai masukan bagi mereka

dengan menunjukkan faktor-faktor finansial yang berpengaruh

terhadap kinerja pasar perusahaan, sehingga mereka dapat

mengetahui hal-hal apa saja yang harus ditingkatkan atau

dievaluasi dalam aktivitas usaha mereka untuk meningkatkan

kinerja pasarnya.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 22: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

8

Universitas Indonesia

3) Membantu akademisi dan peneliti dalam menambah referensi

untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

hubungan serta pengaruh faktor-faktor finansial terhadap kinerja

pasar perusahaan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada mengetahui bagaimana

signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

yang diteliti melalui model ordinary least squares (OLS) regression.

Variabel independen penelitian ini adalah tiga faktor finansial yang diduga

memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan, yaitu pertumbuhan

usaha, efisiensi working capital management, dan aliran kas pemegang

saham. Ketiga faktor finansial itu masing-masing diwakili oleh sustainable

growth rate, cash conversion cycle, dan dividend yield. Sedangkan

variabel dependen penelitian ini adalah ukuran kinerja pasar perusahaan,

yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha dan wealth added index relative to total

assets (WAI™/TA). Waktu pengamatan dalam penelitian ini adalah empat

tahun, yaitu dari periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Tujuan

penulis memilih periode tersebut adalah agar penulis memperoleh

gambaran kondisi terkini dari objek penelitian ini dan agar hasil dari

penelitian ini masih tetap relevan sampai dengan beberapa waktu

mendatang. Ruang lingkup penelitian ini juga penulis batasi hanya

meneliti perusahaan-perusahaan yang ada di peringkat SWA100 tahun

2008 sampai dengan tahun 2011, kecuali perusahaan-perusahaan dari

kelompok sektor industri keuangan dan perbankan. Alasannya adalah

karena kelompok sektor industri tersebut memiliki karakteristik khusus

yang jauh berbeda dari sektor industri lainnya, sehingga menyebabkan

perlunya penggunaan ukuran atau variabel yang berbeda.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian yang akan penulis lakukan memiliki sistematika

penulisan sebagai berikut:

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 23: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

9

Universitas Indonesia

• Bab I : Pendahuluan

Bab ini memberikan penjelasan singkat mengenai latar

belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat serta sistematika

penulisan.

• Bab II : Tinjauan Literatur

Bab ini menguraikan berbagai teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Teori-teori tersebut kemudian digunakan untuk

mengembangkan hipotesis penelitian.

• Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai populasi dan sampel penelitian,

serta teknik dan metode analisis data yang penulis gunakan di dalam

penelitian ini.

• Bab IV : Analisis Hasil Penelitian

Bab ini berisikan analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap

hasil penelitian yang kemudian diinterpretasikan guna memperoleh

jawaban atas permasalahan yang menjadi dasar dilakukannya

penelitian ini.

• Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini menjelaskan kesimpulan yang didapatkan dari hasil

penelitian yang penulis lakukan, keterbatasan penelitian, serta

rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 24: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

10 Universitas Indonesia

BAB II

TI�JAUA� LITERATUR

2.1 Hipotesis Pasar Efisien

Inti dari hipotesis pasar efisien adalah menyatakan bahwa tidak ada

informasi relevan yang diabaikan oleh pasar. Dalam hal ini yang

dimaksud dengan efisiensi pasar adalah seberapa cepat pasar menyerap

suatu informasi baru yang dicerminkan dengan adanya penyesuaian harga

menuju harga keseimbangan yang baru. Dalam suatu pasar yang efisien,

harga dari suatu sekuritas akan dengan cepat terkoreksi dengan adanya

informasi penting yang berkaitan dengan sekuritas tersebut dan

merefleksikan semua informasi yang tersedia di pasar. Dan kebalikannya,

pada pasar yang tidak atau kurang efisien maka harga sekuritas akan tidak

atau kurang mencerminkan semua informasi yang ada di pasar yang

berkaitan dengan sekuritas tersebut. Dengan kata lain, dalam pasar yang

kurang efisien akan terdapat jeda waktu (lag) dari munculnya suatu

informasi sampai pada proses penyesuaian harga, sehingga terdapat

peluang bagi investor untuk memperoleh keuntungan dari memanfaatkan

jeda waktu (lag) tersebut.

Hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis)

menggambarkan efisiensi pasar surat berharga atas informasi yang

berkaitan terhadap pasar tersebut. Terdapat tiga bentuk pasar dalam

efficient market hypothesis (Jones, 2007), yaitu:

1) Efisien dalam bentuk lemah (weak form).

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi

di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk

sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga

dan volume perdagangan, serta peristiwa lainnya di masa lalu)

tidak dapat lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 25: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

11

Universitas Indonesia

masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat

ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa

memprediksi nilai pasar saham di masa yang akan datang dengan

menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisa

teknikal.

2) Efisien dalam bentuk semi-kuat (semi strong form).

Pasar efisien dalam bentuk semi-kuat berarti harga pasar

sekuritas yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi

historis ditambah dengan semua informasi saat ini yang

dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock split,

penerbitan saham baru, kesulitan keuangan yang dialami

perusahaan, dan peristiwa-peristiwa terpublikasi lainnya yang

berdampak pada aliran kas perusahaan di masa datang). Pada pasar

efisien bentuk semi-kuat, return tak normal hanya terjadi di seputar

pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari

respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar

dinyatakan efisien dalam bentuk semi-kuat bila informasi terserap

atau direspon dengan cepat oleh pasar (dalam satu hingga dua spot

waktu atau hari di sekitar pengumuman). Return tak normal yang

terjadi berkepanjangan (lebih dari tiga spot waktu) mencerminkan

sebagian respon pasar terlambat dalam menyerap atau

menginterpretasi informasi, dan dengan demikian dianggap pasar

tidak efisien dalam bentuk semi-kuat.

3) Efisien dalam bentuk kuat (strong form).

Pasar efisien dalam bentuk kuat berarti harga pasar saham

yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis,

informasi saat ini yang dipublikasikan, serta informasi yang tidak

dipublikasikan (informasi kalangan dalam perusahaan). Pada pasar

efisien bentuk kuat tidak akan ada seorang investor pun yang bisa

memperoleh return tak normal, karena tidak ada kelompok yang

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 26: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

12

Universitas Indonesia

memonopoli akses informasi yang berhubungan dengan harga

saham sehingga memperoleh return tak normal dengan

memanfaatkan informasi dari orang dalam perusahaan. Dengan

demikian maka pasar modal akan menjadi sempurna, dimana

semua informasi bebas diperoleh tanpa pungutan biaya, tersedia

bagi siapa saja, dan pada waktu yang bersamaan.

2.2 Return

Di dalam buku yang berjudul “Investments: Analysis and

Management” (Jones, 2007), disebutkan bahwa return dari suatu investasi

terdiri dari dua komponen, yaitu:

1) Yield.

Komponen dasar yang banyak dipikirkan oleh investor saat

mendiskusikan return dari kegiatan investasi adalah aliran kas

(pendapatan) secara periodik yang mereka terima, baik bunga

ataupun dividen tergantung jenis investasi yang kita tanamkan. Jika

kita berinvestasi pada obligasi, maka besarnya yield ditunjukkan

dari bunga obligasi yang dibayarkan. Sedangkan jika kita

berinvestasi pada saham, maka besarnya yield ditunjukkan oleh

besarnya dividen yang kita terima. Yang menarik bagi investor

adalah pembayarannya diberikan secara tunai kepada investor.

Yield diukur dari besarnya aliran kas yang diberikan terhadap harga

dari sekuritas tersebut, seperti harga saat pembelian atau harga

pasar saat ini.

2) Capital gain (loss).

Komponen kedua adalah kenaikan atau penurunan dari

harga sekuritas (baik saham ataupun surat hutang jangka panjang),

yang biasa disebut capital gain (loss). Secara sederhana kita dapat

mengatakan capital gain (loss) sebagai perubahan harga.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 27: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

13

Universitas Indonesia

Dari kedua komponen return di atas, maka dapat dihitung return total dari

suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain (loss) yang

diperoleh dari suatu investasi.

Total return = Yield + Price change

Capital gain (loss) dapat berupa angka minus (-), nol (0), atau positif (+).

Sedangkan yield hanya dapat berupa angka (0), dan positif (+).

2.3 Risiko

Selain mempertimbangkan return, seorang investor dalam

mengambil keputusan investasi juga perlu mempertimbangkan tingkat

risiko suatu investasi. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan

perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan

investor. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin

besar risiko investasi tersebut. Jones (2007) menyebutkan bahwa ada

beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu

investasi, yaitu:

1) Risiko suku bunga.

Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi return suatu

investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham

secara terbalik, ceteris paribus. Jika suku bunga naik maka return

investasi yang berkaitan dengan suku bunga (contohnya deposito),

juga akan naik. Kondisi itu dapat menarik minat investor yang

sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan dana

investasinya dari saham ke dalam deposito. Jika aksi investor

tersebut terjadi dalam skala besar maka banyak investor yang

menjual sahamnya. Dan sesuai dengan hukum permintaan-

penawaran, jika penawaran lebih banyak dari permintaan maka

harga saham akan turun, ceteris paribus.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 28: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

14

Universitas Indonesia

2) Risiko pasar.

Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi

variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar.

Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar

saham. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti

terjadinya resesi ekonomi, maupun perubahan politik.

3) Risiko inflasi.

Peningkatan inflasi akan mengurangi daya beli uang yang

telah diinvestasikan oleh investor. Maka dari itu, risiko inflasi juga

biasa disebut risiko daya beli. Jika terjadi peningkatan inflasi,

investor biasanya akan menuntut tambahan premium inflasi untuk

mengkompensasi penurunan daya beli yang ia alami.

4) Risiko bisnis.

Risiko dalam menjalankan bisnis pada suatu jenis industri

disebut sebagai risiko bisnis. Contohnya perusahaan pembuat suku

cadang untuk kendaraan roda atau roda empat yang bergerak pada

industri otomotif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik

industri otomotif itu sendiri.

5) Risiko finansial.

Risiko ini berkaitan dengan kebijakan perusahaan untuk

menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar

proporsi hutang pada modal suatu perusahaan, maka semakin besar

risiko finansial yang dihadapi perusahaan tersebut.

6) Risiko likuiditas.

Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang

diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.

Semakin cepat suatu sekuritas bisa diperdagangkan, maka semakin

likuid sekuritas tersebut, begitupula sebaliknya. Dan semakin tidak

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 29: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

15

Universitas Indonesia

likuid suatu sekuritas maka semakin besar pula risiko likuiditas

yang dihadapi.

7) Risiko nilai tukar mata uang.

Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang

domestik (negara tempat perusahaan tersebut) dengan nilai mata

uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata

uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).

8) Risiko negara (country risk).

Risiko ini juga biasa disebut dengan risiko politik, karena

sangat berkaitan dengan kondisi politik suatu negara. Bagi investor

yang berinvestasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi

negara yang bersangkutan sangatlah penting diperhatikan untuk

menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.

Dalam teori portofolio modern, risiko total dapat

dipisahkan menjadi dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan

risiko nonsistematis. Risiko sistematis atau yang biasa disebut

dengan risiko pasar adalah risiko yang diakibatkan oleh faktor-

faktor makro dan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar

secara keseluruhan. Perubahan tersebut mempengaruhi variabilitas

return suatu investasi. Karena terjadi di pasar secara keseluruhan

maka risiko sistematis tidak dapat didiversifikasi. Sedangkan risiko

nonsistematis atau yang biasa dikenal dengan risiko spesifik atau

risiko perusahaan adalah risiko yang tidak terkait dengan

perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko nonsistematis lebih

terkait dengan perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit

sekuritas. Dan berdasarkan teori manajemen portofolio, risiko

perusahaan dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi

terhadap aset investasi yang ada dalam suatu portofolio.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 30: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

16

Universitas Indonesia

2.4 Kinerja Pasar Perusahaan

Di dalam komunitas ilmu pengetahuan tidak ada kesepakatan dan

tidak ditentukan secara pasti bagaimana cara untuk mengevaluasi kinerja

suatu perusahaan. Hal itu dapat terlihat dari fakta bahwa begitu banyak

metode yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Salah satu

faktor yang menentukan dalam pemilihan metode yang digunakan untuk

menilai kinerja perusahaan adalah cara pandang, pola pikir, serta

kepentingan dari pihak yang akan menilai kinerja. Banyak pihak

berpendapat bahwa perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang

berhasil mencapai tujuannya. Ada setidaknya dua teori utama mengenai

apa yang menjadi tujuan didirikannya suatu perusahaan (Jensen, 2001),

yaitu:

1) Value maximization theory.

Value maximization theory menyatakan bahwa tujuan

didirikannya suatu perusahaan adalah untuk menciptakan nilai

sebanyak-banyaknya. Yang dimaksud nilai di sini adalah nilai

keseluruhan pemegang klaim finansial atas perusahaan, yaitu

kreditor, pemegang saham preferen, dan pemegang saham biasa.

Akan tetapi dalam pengaplikasiannya, value maximization theory

seringkali diturunkan lebih spesifik lagi menjadi shareholder value

maximization yang berarti menciptakan nilai (kekayaan) sebesar-

besarnya bagi pemegang saham perusahaan. Hal ini dapat

dilakukan karena klaim selain untuk pemegang saham pada

umumnya tidak terpengaruh dengan peningkatan nilai perusahaan.

Dengan adanya perlindungan terhadap kreditor (salah satunya

melalui debt covenant), nilai hutang relatif tidak berubah banyak

dengan adanya perubahan nilai perusahaan.

2) Stakeholder theory.

Stakeholder theory menyatakan bahwa tujuan perusahaan

harus mempertimbangkan seluruh stakeholder perusahaaan. Yang

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 31: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

17

Universitas Indonesia

dimaksud stakeholder adalah individu atau kelompok yang

dipengaruhi dan mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan,

sehingga tidak hanya meliputi pemegang klaim finansial, namun

termasuk juga karyawan, konsumen, komunitas masyarakat, dan

pemerintah. Dalam teori ini yang dimaksimalkan adalah nilai untuk

seluruh stakeholder perusahaan (stakeholder maximization).

Stakeholder maximization dipandang lebih bijaksana, karena

mengutamakan tanggung jawab di atas profitabilitas, serta melihat

perusahaan sebagai koalisi untuk melayani semua pihak yang terlibat di

dalamnya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Namun banyak juga

yang menganggap bahwa stakeholder maximization kurang memiliki

kejelasan dalam hal fokus tujuan, serta seringkali menimbulkan

kebingungan bagi manajemen perusahaan, karena mereka harus melayani

berbagai kepentingan berbeda dengan agenda kepentingan yang berbeda-

beda pula. Dan oleh karena itu, maka hampir sebagian besar perusahaan di

berbagai belahan dunia lebih memilih untuk mengadopsi value

maximization ketimbang stakeholder maximization sebagai tujuan dasar

didirikannya perusahaan mereka. Tidak seperti stakeholder maximization,

value maximization memiliki kejelasan fokus tujuan, tidak

membingungkan, dan dapat dengan mudah diukur keberhasilan

pencapaiannya.

Karena tujuan perusahaan adalah value maximization, maka untuk

mengetahui sukses atau tidaknya suatu perusahaan dapat dilakukan dengan

mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam menjalankan

value maximization. Sehingga, jika manajemen suatu perusahaan berhasil

menciptakan nilai sebanyak-banyaknya bagi pemegang sahamnya, maka

perusahaan itu dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang sukses. Untuk

perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa saham, evaluasi

kinerja manajemen perusahaan dapat dilakukan dengan melihat besarnya

keuntungan ekonomis (economic profit) yang dihasilkan perusahaan

tersebut atau yang sering disebut dengan economic value added (EVA®

).

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 32: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

18

Universitas Indonesia

Dengan konsep economic value added (EVA®

) ini, analis dapat

mengevaluasi seberapa besar manajemen perusahaan telah menciptakan

nilai bagi perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Sedangkan untuk

mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan yang saham perusahaannya

diperdagangkan di bursa saham dapat dilakukan dengan melihat return

saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi return yang diberikan oleh

suatu saham, berarti semakin besar pula nilai atau kekayaan baru yang

dihasilkan oleh manajemen perusahaan bagi para pemegang sahamnya.

2.4.1 Sharpe Ratio

Sharpe ratio dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga

disebut dengan reward-to-variability ratio (RVAR). Perhitungan Sharpe

ratio didasarkan pada konsep garis pasar modal (Capital Market Line).

Dimana garis pasar modal (Capital Market Line) adalah garis yang

menggambarkan hubungan antara return harapan dengan risiko total dari

portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Portofolio efisien merupakan

portofolio dengan return tertinggi pada risiko tertentu atau portofolio

dengan risiko terendah pada return tertentu. Garis pasar modal dapat

digunakan untuk menentukan tingkat return harapan untuk setiap risiko

portofolio yang berbeda.

Diagram 2.1

Capital Market Line

Sumber: Jones (2007)

Persamaan yang digunakan untuk menghitung Sharpe ratio adalah

sebagai berikut:

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 33: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

19

Universitas Indonesia

Rata-rata total return portofolio p selama periode tertentu dikurangi

rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode tertentu merupakan

excess return portofolio p atau yang biasa disebut dengan risk premium

yang merupakan kompensasi untuk memikul risiko. Sedangkan standar

deviasi portofolio p merupakan pengukur total risiko portofolio p.

Sehingga Sharpe ratio merupakan rasio yang mengukur premi risiko untuk

setiap unit risiko total pada suatu portofolio. Semakin tinggi nilai Sharpe

ratio suatu portofolio maka akan semakin baik kinerja portofolio tersebut,

karena memberikan premi risiko yang lebih tinggi relatif terhadap risiko

total yang dimiliki. Oleh karena itu, nilai Sharpe ratio dapat digunakan

untuk pemeringkatan portofolio. Jika digambarkan dalam bentuk grafik,

maka kinerja pasar akan berada pada garis pasar modal (Capital Market

Line), portofolio yang memiliki kinerja yang lebih baik dari kinerja pasar

(superior) akan berada di atas garis pasar modal, sedangkan portofolio

yang memiliki kinerja yang kurang baik dibanding kinerja pasar akan

berada di bawah garis pasar modal.

2.4.2 Jensen’s Alpha

Jensen’s alpha atau yang sering juga disebut Jensen’s differential

return measure merupakan pengukuran kinerja portofolio yang dihitung

melalui selisih antara excess return aktual dari suatu portofolio selama satu

periode dan premi risiko yang seharusnya didapatkan sesuai tingkat risiko

sistematis yang dimiliki dengan menggunakan capital asset pricing model

(CAPM). Perhitungan Jensen’s alpha didasarkan pada konsep garis pasar

sekuritas (security market line/SML). Dimana garis pasar sekuritas

(security market line/SML) adalah garis yang menghubungkan tingkat

return harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). Garis

pasar sekuritas digunakan untuk menilai sekuritas secara individual pada

kondisi pasar yang seimbang, yaitu menilai tingkat return yang diharapkan

dari suatu sekuritas individual pada suatu tingkat risiko sistematis (beta)

tertentu. Garis pasar sekuritas memberikan gambaran mengenai hubungan

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 34: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

20

Universitas Indonesia

antara risiko dan return dari aset-aset individual ataupun portofolio yang

tidak efisien.

Diagram 2.2

Security Market Line

Sumber: Jones (2007)

Persamaan yang digunakan untuk menghitung untuk Jensen’s

alpha ini adalah sebagai berikut:

Dari persamaan di atas dapat pula dikatakan bahwa Jensen’s alpha

adalah merupakan excess return di atas atau di bawah garis pasar sekuritas

(security market line/SML). Jensen’s alpha juga dapat menunjukkan

perbedaan antara tingkat return aktual yang dihasilkan oleh portofolio

dengan tingkat return harapan jika portofolio tersebut berada pada garis

pasar sekuritas (security market line). Hal itu terlihat dari persamaan

berikut ini:

Nilai Jensen’s alpha yang bernilai positif memiliki arti bahwa suatu

portofolio memberikan return yang lebih besar dari return harapannya

(berada di atas garis pasar sekuritas). Hal itu merupakan kondisi yang

bagus karena berarti portofolio tersebut memiliki return yang relatif lebih

tinggi untuk tingkat risiko sistematisnya. Sedangkan nilai Jensen’s alpha

yang bernilai negatif memiliki arti bahwa suatu portofolio memiliki return

yang relatif lebih rendah untuk tingkat risiko sistematisnya. Dalam

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 35: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

21

Universitas Indonesia

penggunaan Jensen’s alpha untuk mengevaluasi kinerja portofolio ataupun

sekuritas individual, Jones (2007) menyatakan bahwa perlu dilakukannya

tes signifikansi secara statistik ketika menginterpretasikan nilai Jensen’s

alpha. Karena walaupun nilai Jensen’s alpha bernilai positif atau negatif,

namun mungkin saja tidak berbeda secara signifikan dengan nol (secara

statistik).

2.4.3 Wealth Added Index Relative to Total Assets (WAI™

/TA)

Metode wealth added index (WAI™

) dikembangkan oleh Stern

Stewart & Co., sebuah konsultan internasional untuk value management

yang lebih dahulu dikenal sebagai pengembang dari metode economic

value added (EVA®

) pada akhir era 1980-an. Metode wealth added index

(WAI™

) sendiri pertama kali dipublikasikan dalam The Economist yang

diterbitkan pada tanggal 29 November 2001. Stern Stewart & Co. (2002)

menjelaskan bahwa wealth added index (WAI™

) adalah indikator adanya

kelebihan kekayaan yang dihasilkan di atas harapan pemegang saham.

Dimana harapan tersebut didasarkan pada risiko saham yang disesuaikan

dengan persepsi para pemegang saham. Gagasan pokok dari wealth added

index (WAI™

) adalah perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang

sahamnya hanya jika pengembalian mereka kepada investor melalui

kenaikan harga saham dan pemberian dividen melampaui cost of equity

mereka (tingkat pengembalian minimum yang diisyarakatkan investor

untuk menaruh uang pada saham berisiko).

Persamaan yang digunakan untuk menghitung WAI™

adalah sebagai

berikut:

TSR merupakan total shareholder return yang dihitung secara

harian. CoE merupakan biaya ekuitas yang dihitung secara harian.

Sedangkan Market Cap Beginning of the Day merupakan kapitalisasi pasar atau

corporate value yang juga dihitung secara harian, dimana kapitalisasi

pasar yang dimaksud adalah posisi di awal periode penghitungan (saat

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 36: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

22

Universitas Indonesia

pembukaan perdagangan saham). Menurut Stern Stewart & Co. (2002)

perhitungan WAI™

dengan formula di atas harus dihitung secara harian.

Jika tidak dihitung secara harian, maka penghitungan WAI™

tidak

mengikutsertakan semua aksi korporasi yang berpengaruh terhadap nilai

WAI™

yang terjadi selama periode penghitungan, seperti penerbitan saham

baru, pembagian dividen, dsb. Timing adjustment diperlukan ketika

mengakumulasikan nilai WAI™

harian menjadi ukuran tahunan atau lima-

tahunan, tujuannya agar nilai WAI™

yang dihasilkan dapat

diperbandingkan dengan periode waktu yang berbeda-beda. Timing

adjustment tersebut dilakukan melalui penyesuaian biaya ekuitas terhadap

tingkat inflasi.

WAI™

dihadirkan oleh Stern Stewart & Co. untuk

menyempurnakan dua kelemahan utama total shareholder return (TSR),

indikator penciptaan nilai yang banyak digunakan untuk menilai kinerja

perusahaan. Kelemahan yang pertama, yaitu metode TSR tidak melakukan

penyesuaian atas risiko saham, walaupun sudah dapat dipastikan

pemegang saham akan mengharapkan return yang lebih tinggi untuk

saham-saham berisiko tinggi. Kelemahan yang kedua, yaitu metode TSR

hanya menghitung kinerja saham yang diterbitkan pada saat awal dan tidak

menghitung kinerja saham yang baru diterbitkan oleh perusahaan.

Sebagaimana penghitungan lainnya yang hanya berdasarkan data pasar,

proses perhitungan WAI™

tidak memerlukan akses ke seluruh isi laporan

keuangan perusahaan. Dengan demikian, selain dapat diperbandingkan

dengan perusahaan-perusahaan di luar negeri tanpa khawatir terdapat

perbedaan standar akuntansi, WAI™

juga terbebas dari praktik-praktik

penyusut nilai seperti pengaturan laba (earnings management).

WAI™

digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan manajemen

perusahaan dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham perusahaan.

Berhasil atau tidaknya manajemen perusahaan dalam upayanya

menciptakan nilai bagi pemegang saham perusahaan dapat dilihat dari

besarnya tambahan kekayaan yang diciptakan perusahaan bagi pemegang

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 37: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

23

Universitas Indonesia

sahamnya. Jika nilai WAI™

positif berarti ada tambahan kekayaan yang

diciptakan perusahaan bagi pemegang sahamnya (perusahaan digolongkan

sebagai wealth added creator). Namun sebaliknya, jika nilai WAI™

negatif

berarti perusahaan telah menghancurkan kekayaan pemegang saham

(perusahaan digolongkan sebagai wealth destroyer). Menurut Stern (2009)

besarnya WAI™

juga turut dipengaruhi oleh ukuran (size) perusahaan.

Oleh sebab itu, agar lebih objektif dalam menilai tambahan kekayaan yang

diciptakan perusahaan bagi pemegang sahamnya maka digunakanlah

wealth added index relative to total assets (WAI™

/TA).

2.5 Faktor-Faktor Finansial Perusahaan

Yang dimaksud dengan faktor-faktor finansial perusahaan adalah

segala hal yang berkaitan dengan keuangan suatu perusahaan yang

memiliki arti tertentu atau dapat pula berupa data mentah keuangan suatu

perusahaan yang telah diolah sehingga memiliki arti tertentu (contohnya

seperti rasio keuangan). Berdasarkan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya sejumlah faktor finansial diduga selalu berkaitan erat dengan

kinerja pasar perusahaan.

2.5.1 Sustainable Growth Rate

Demi mengembangkan usahanya di masa mendatang, perusahaan

pasti membutuhkan uang untuk mewujudkan rencana jangka panjangnya.

Ada beberapa opsi yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan terbuka

untuk mendapatkan uang tersebut yaitu dengan mendapatkan pinjaman

atau menerbitkan saham baru, namun ada konsekuensi dari dua tindakan

itu yaitu adanya tambahan beban atau tambahan pembayaran dividen.

Sustainable growth rate merupakan tingkat pertumbuhan usaha tertinggi

yang dapat dipertahankan oleh perusahaan tanpa harus meningkatkan

leverage keuangannya (Higgins, 1977). Konsep sustainable growth rate

muncul dari pertanyaan, “Seberapa cepat suatu perusahaan dapat tumbuh

dan berkembang tanpa harus meminjam uang melebihi debt ratio yang

dikehendaki dan tanpa harus menerbitkan lebih banyak saham?”.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 38: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

24

Universitas Indonesia

Sustainable growth rate merepresentasikan uang yang tetap tinggal di

dalam perusahaan atau dengan kata lain laba yang tidak didistribusikan

kepada para pemegang saham, yang dapat diinvetasikan kembali untuk

kemajuan perusahaan atau ekspansi usaha. Dengan begitu setidaknya

terdapat dua cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

meningkatkan sustainable growth rate mereka, yaitu dengan

meningkatkan profitabilitas usaha mereka atau dengan mengurangi

pembayaran dividen. Semakin tinggi sustainable growth rate maka akan

semakin bagus, karena berarti akan semakin fleksibel keuangan

perusahaan yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha. Perhitungan

sustainable growth rate adalah seperti berikut:

2.5.2 Cash Conversion Cycle

Arus kas yang terus berputar dari suppliers ke persediaan,

kemudian ke piutang usaha, dan kembali lagi menjadi kas, itulah yang

disebut cash conversion cycle. Perusahaan yang memiliki cash conversion

cycle yang pendek dapat diasumsikan kegiatan operasinya berjalan lancar

tanpa adanya hambatan yang berarti, karena perusahaan tersebut dapat

menghasilkan kas dalam waktu yang relatif singkat dari kegiatan

operasinya. Semakin pendek cash conversion cycle suatu perusahaan maka

akan membuat semakin tinggi likuiditas dari perusahaan tersebut. Setiap

perusahaan dituntut untuk tidak hanya menghasilkan penerimaan dan laba,

namun juga memastikan bahwa penerimaan tersebut dapat menghasilkan

kas dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan memiliki cash

conversion cycle yang pendek maka perusahaan akan terhindar dari risiko

mengalami kekurangan kas untuk menjalankan operasi maupun membayar

kewajiban dan beban, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup dari

perusahaan itu. Cash conversion cycle adalah proxy dari efisiensi working

capital management. Working capital adalah total investasi perusahaan

dalam aset lancar maupun aset lainnya yang mana aset tersebut diharapkan

untuk diubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang. Namun

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 39: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

25

Universitas Indonesia

seringkali ketika kata working capital digunakan sebenarnya yang

dimaksud adalah net working capital yaitu selisih antara aset lancar dan

kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan (Keown et al., 2005).

Perhitungan cash conversion cycle adalah seperti berikut:

2.5.3 Dividend Yield

Dividend yield merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar

suatu perusahaan membayarkan dividen pada setiap tahunnya relatif

terhadap harga saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam bentuk

persentase. Dividend yield adalah suatu cara untuk mengukur seberapa

besar aliran kas yang didapatkan oleh investor untuk setiap rupiah dana

yang diinvestasikan pada saham suatu perusahaan. Semakin besar nilai

dividend yield, maka akan semakin menarik bagi investor dan pemegang

saham, karena perusahaan dianggap mampu memberikan nilai tambah

kepada mereka. Hal itu dikarenakan dividen merupakan manfaat langsung

yang dapat dirasakan oleh para pemegang saham atas keberhasilan dan

keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan. Selain itu, dividen juga

dipandang sebagai suatu bentuk apresiasi yang diberikan oleh perusahaan

kepada para pemegang saham atas kontribusi mereka di dalam perusahaan.

Perhitungan dividend yield adalah seperti berikut:

2.6 Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Banyak penelitian telah dilakukan untuk meneliti mengenai

hubungan dan pengaruh faktor-faktor finansial terhadap kinerja

perusahaan, baik itu kinerja usaha maupun kinerja pasar perusahaan. Pada

paragraf-paragraf selanjutnya penulis akan menguraikan secara singkat

sejumlah penelitian yang meneliti pengaruh faktor-faktor finansial

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 40: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

26

Universitas Indonesia

terhadap kinerja perusahaan yang telah dilakukan baik di dalam negeri

maupun di luar negeri.

Pada tahun 2003 Johnson dan Soenen melakukan penelitian yang

diberi judul “Indicators of Successful Companies”. Johnson dan Soenen

(2003) menggunakan sharpe ratio, jensen’s alpha, dan economic value

added relative to total assets (EVA®

/TA) sebagai metode untuk mengukur

kesuksesan perusahaan secara finansial. Tujuan dari penelitian yang

dilakukan oleh Johnson dan Soenen di tahun 2003 ini adalah untuk

mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat membedakan mana

perusahaan yang sukses dan mana perusahaan yang kurang sukses secara

finansial. Informasi keuangan yang diduga dapat menjadi indikator

perusahaan yang sukses secara finansial yang mereka teliti antara lain

adalah book-to-market ratio, ukuran perusahaan, sustainable growth rate,

return on assets (ROA), struktur permodalan, rasio likuiditas, cash

conversion cycle, earnings volatality, pengeluaran R&D, dan pengeluaran

iklan. Dalam penelitiannya tersebut, Johnson dan Soenen menemukan

bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, sustainable growth rate, return

on assets (ROA), dan cash conversion cycle adalah informasi keuangan

yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan perusahaan secara

finansial. Selanjutnya, Johnson dan Soenen (2003) menguji kemampuan

prediksi dari informasi-informasi keuangan itu dalam mendefinisikan

perusahaan yang sukses secara finansial melalui pendekatan binary logit

model (logistic regression). Uji tersebut dimaksudkan guna mengetahui

apakah informasi-informasi keuangan yang diteliti memiliki potensi

menjadi indikator perusahaan yang sukses secara finansial atau tidak. Dan

dari hasil penelitiannya itu, pada akhirnya Johnson dan Soenen (2003)

mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, sustainable growth

rate, return on assets (ROA), dan cash conversion cycle adalah informasi

keuangan yang dapat dijadikan indikator perusahaan yang sukses secara

finansial.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 41: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

27

Universitas Indonesia

Kemudian pada penelitian lainnya yang berjudul “Modelling the

Relationship between Financial Indicators and Company Performance –

An Empirical Study for US Listed Companies”, Hobart (2006)

menggunakan tiga ukuran kinerja perusahaan. Ketiga ukuran kinerja

perusahaan yang digunakan oleh Hobart yaitu kinerja profitabilitas yang

diwakili oleh return on investment (ROI), kinerja pasar yang diwakili oleh

perubahan nilai pasar akhir tahun perusahaan, dan kinerja arus kas yang

diwakili oleh arus kas kepada pemegang saham. Dalam penelitiannya itu,

Hobart melakukan pemodelan mengenai hubungan tujuh belas indikator

finansial terhadap ketiga ukuran kinerja perusahaan yang mempunyai

tujuan hampir sama dengan Johnson dan Soenen di tahun 2003 yaitu untuk

mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi indikator penting

bagi kesuksesan finansial perusahaan. Indikator-indikator finansial yang

diteliti dalam penelitian Hobart (2006) ini adalah book-to-market ratio,

ukuran perusahaan, sustainable growth rate, return on assets (ROA),

struktur permodalan, current ratio, quick ratio, cash conversion cycle,

peringkat efek saham, peringkat hutang jangka panjang, peringkat hutang

jangka pendek, pengeluaran R&D, pengeluaran modal, pengeluaran iklan,

opini auditor, perubahan persentase penjualan, dan EBIT margin. Di

dalam penelitiannya tersebut, Hobart (2006) menemukan bukti empiris

bahwa opini auditor, cash conversion cycle, struktur permodalan,

perubahan persentase penjualan, dan sustainable growth rate mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap ketiga ukuran kinerja perusahaan yang

ia gunakan.

Iqbal, Muhammad (2004) melakukan penelitian untuk mengetahui

apakah economic value added (EVA®

), return on assets (ROA), return on

equity (ROE), dan earnings per share (EPS) secara bersama-sama dan

secara individual memiliki pengaruh terhadap harga saham dan juga

terhadap market value added (MVA). Penelitian ini menggunakan metode

analisis regresi pool least square terhadap 20 perusahaan dengan periode

2000-2002 dengan menggunakan dua model yaitu model pertama meneliti

pengaruh EVA®

, ROA, ROE, dan EPS terhadap harga saham dan model

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 42: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

28

Universitas Indonesia

kedua meneliti EVA®

, ROA, ROE, dan EPS terhadap MVA. Hasil dari

penelitian model pertama menunjukkan bahwa EVA®

, ROA, ROE, dan

EPS secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga

saham, dan dalam penelitian secara individual hanya ROA dan EPS yang

memiliki pengaruh signifikan, sedangkan EVA®

dan ROE tidak memiliki

pengaruh signifikan. Hasil dari penelitian model kedua menunjukkan

bahwa EVA®

, ROA, ROE, dan EPS secara bersama-sama memiliki

pengaruh signifikan terhadap MVA, dengan EVA®

dan ROA secara

individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MVA, sedangkan

ROE dan EPS secara individual tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap MVA.

Yunarti (2006) meneliti untuk mengetahui variabel fundamental

apa saja yang berpengaruh terhadap return saham. Sampel yang digunakan

adalah perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEJ periode 2003-

2005 dengan melibatkan variabel rasio keuangan earnings per share,

return on equity, price-earnings ratio, price to book value, debt to equity

ratio, dan return on assets. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earnings

per share, return on equity, price earnings ratio, price to book value dan

return on assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham

namun hanya variabel return on equity yang memiliki pengaruh positif

terhadap return saham.

Sianipar (2006) meneliti untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh informasi akuntansi terhadap harga pasar saham perusahaan-

perusahaan yang tergabung dalam dua belas kelompok industri di BEJ

dengan fondasi teoritis yang berdasarkan model Feltham-Ohlson (1995)

dalam periode amatan tahun 2002-2004. Komponen informasi akuntansi

yang digunakan adalah nilai buku ekuitas, laba sisa, aktiva operasi bersih,

dan laba operasional. Hasil penelitian menunjukkan variabel nilai buku

ekuitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap harga pasar saham

pada 3 dari 10 kelompok industri, laba sisa memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap harga pasar saham pada 1 dari 10 kelompok industri,

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 43: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

29

Universitas Indonesia

aktiva operasi bersih memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap harga

pasar saham pada 2 dari 10 kelompok industri, sementara laba operasional

memiliki pengaruh namun tidak signifikan terhadap harga pasar saham

perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Secara simultan semua variabel

tersebut berpengaruh siginifikan terhadap harga saham perusahaan.

Harto, Budi (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui

pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham. Rasio keuangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah earnings per share (EPS), return on

equity (ROE), price to book value (PBV), price earnings ratio (PER) dan

debt to equity ratio (DER). Metode penelitian yang digunakan adalah

metode panel data, karena data pengujian dibagi dua yaitu cross-section

(banyak perusahaan) dan time series (tahun pengujian lebih dari satu

tahun), sedangkan untuk model penelitiannya menggunakan random effect

model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa earnings per share, return

on equity, dan price to book value memiliki pengaruh signifikan terhadap

harga saham, sedangkan rasio keuangan price earnings ratio dan debt to

equity ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.

Selain itu, diketahui bahwa variabel earnings per share, price earnings

ratio, dan price to book value memiliki hubungan positif dengan harga

saham. Sedangkan variabel return on equity dan debt to equity ratio

memiliki hubungan negatif dengan harga saham. Berdasarkan hasil

penelitiannya, Harto, Budi (2007) menyimpulkan bahwa para investor

dalam mengambil keputusan investasinya pada suatu saham dapat

menggunakan informasi rasio keuangan earnings per share, return on

equity, dan price to book value. Sedangkan informasi rasio keuangan price

earnings ratio dan debt to equity ratio tidak memberikan manfaat yang

signifikan jika dijadikan dasar informasi bagi investor dalam pengambilan

keputusan.

Roswati (2007) meneliti hubungan antara variabel current ratio,

total assets turnover, debt to equity ratio, return on equity, earnings per

share dan price to book value terhadap harga saham pada industri

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 44: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

30

Universitas Indonesia

manufaktur dengan sub industri retail, makanan dan minuman, rokok,

produk otomotif, dan farmasi. Ditemukan bahwa dalam industri retail,

rasio yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah return on

equity, earnings per share dan price to book value. Dalam industri

makanan dan minuman rasio keuangan yang berpengaruh signifikan

terhadap harga saham adalah earnings per share dan price to book value.

Dalam industri rokok rasio keuangan yang berpengaruh signifikan

terhadap harga saham adalah current ratio, total assets turnover, debt to

equity ratio, earnings per share dan price to book value. Dalam industri

otomotif rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap harga

saham adalah debt to equity ratio, return on equity, earnings per share dan

price to book value. Di industri farmasi rasio keuangan yang berpengaruh

signifikan terhadap harga saham adalah current ratio, earnings per share

dan price to book value. Dalam lima kategori industri tersebut secara

keseluruhan, rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap harga

saham adalah current ratio, total assets turnover, debt to equity ratio,

earnings per share dan price to book value. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan variasi rata-rata harga saham masih dapat dijelaskan dengan

sangat baik oleh rasio-rasio keuangan dalam jangka waktu 1-3 bulan,

terhitung sejak publikasi laporan keuangan tahunan.

Purwandari (2007) menganalisa hubungan rasio keuangan earnings

per share, assets turnover, quick ratio, dan debt ratio terhadap return

saham dengan menggunakan dua model perhitungan return saham yang

berbeda yaitu, buy-and-hold return dan cummulative return. Sampel yang

digunakan adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam

LQ 45 selama tiga kali berturut-turut dalam periode 2000-2004. Hasil

penelitian menunjukkan variabel rasio keuangan yang memiliki hubungan

yang positif dan signifikan terhadap buy-and-hold return adalah earnings

per share dan assets turnover. Sedangkan pada cummulative return,

diperoleh hasil bahwa earnings per share, assets turnover dan quick ratio

memiliki hubungan yang positif dan signifikan.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 45: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

31

Universitas Indonesia

Fadhliyah (2008) meneliti untuk mengetahui pengaruh nilai buku

ekuitas dan laba per saham terhadap harga saham dan apakah terdapat

perbedaan hubungan laba per saham dan nilai buku ekuitas terhadap harga

saham perusahaan dalam industri defensive dan siklikal. Ada dua model

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, pertama adalah model

Ohlson dan kedua adalah modifikasi model Ohlson dengan penambahan

variabel dummy. Penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan nilai buku

ekuitas dan laba per saham terhadap harga saham pada seluruh sampel dan

masing-masing sampel industri. Penelitian ini juga menemukan adanya

perbedaan pengaruh nilai buku ekuitas dan laba per saham terhadap harga

saham berdasarkan nilai laba yang diperoleh dan berdasarkan kelompok

industri.

Mulyono (2008) meneliti secara empiris mengenai manfaat dari

laporan keuangan untuk menjelaskan return saham. Selain itu, dalam

penelitian ini juga dilihat mengenai variabel-variabel apa saja (dalam

laporan keuangan perusahaan) yang paling bermanfaat bagi investor dalam

mengambil keputusan investasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu rasio profitabilitas (net profit margin, return on equity, return on

assets), rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), rasio solvabilitas (debt

to equity ratio, debt to total assets, times interest earned ratio, Rasio

Aktivitas (total assets turnover, inventory turnover), rasio pasar (price

earnings ratio, price to book value), dan ukuran perusahaan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa laporan interim memiliki nilai manfaat

yang lebih rendah dibandingkan laporan keuangan tahunan dalam

menjelaskan return saham. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa

variabel yang bermanfaat bagi investor guna menjelaskan market adjusted

return maupun abnormal return saham adalah rasio profitabilitas (net profit

margin, return on equity), rasio turnover (total assets turnover), rasio

market value (price to book value) dan faktor ukuran perusahaan (log total

assets). Dari penelitian ini juga dapat terlihat bahwa pergerakan harga

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 46: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

32

Universitas Indonesia

saham banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kinerja finansial

perusahaan.

Alfian (2009) menganalisa pengaruh kinerja perusahaan terhadap

imbal hasil saham di pasar modal Indonesia. sampel yang digunakan yaitu

saham-saham LQ 45 yang terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun

2005 sampai tahun 2007. Beberapa ukuran kinerja perusahaan yang

digunakan yaitu total assets turnover, return on assets, return on equity,

perubahan EPS, perubahan penjualan dan profit margin. Hasil penelitian

mengindikasikan bahwa beberapa ukuran kinerja perusahaan memiliki

sebagian kemampuan untuk menjelaskan imbal hasil saham selama

periode pengujian. Total assets turnover memiliki hubungan yang

signifikan dan pengaruh yang diberikan ialah positif, hal ini menunjukkan

bahwa semakin besar perputaran total aktiva akan semakin besar pula

imbal hasil saham perusahaan. return on assets juga memiliki hubungan

yang signifikan dan memiliki pengaruh yang positif terhadap imbal hasil

saham perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar return on

assets perusahaan maka akan semakin besar pula imbal hasil saham

perusahaan. Hubungan yang signifikan dan memiliki pengaruh yang

positif terhadap imbal hasil saham perusahaan juga ditemukan pada return

on equity. Sedangkan yang tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan imbal hasil saham perusahaan adalah variabel perubahan EPS,

perubahan penjualan, serta profit margin.

Andyono (2009) meneliti pengaruh faktor fundamental perusahaan

yang digambarkan dengan book-to-market ratio, kebijakan pendanaan

perusahaan, dan ukuran perusahaan, serta kondisi makroekonomi yang

digambarkan oleh inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB

sektor tambang terhadap imbal hasil saham perusahaan pertambangan

pada periode 2004-2008 dengan rentang data tahunan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa book-to-market ratio, ukuran perusahaan, tingkat

inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB sektor tambang

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 47: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

33

Universitas Indonesia

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat imbal hasil saham

perusahaan pertambangan.

Berikut ini disajikan tabel yang merupakan rangkuman dari

penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan pada paragraf-

paragraf di atas:

Tabel 2.1

Rangkuman Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Penelitian Variabel

Dependen

Variabel Independen Variabel Yang

Signifikan

Johnson,

Soenen

(2003)

Sharpe ratio,

Jensen’s

alpha,

EVA®

/TA

Book-to-market Ratio,

Size, Sustainable growth

rate, ROA, Capital

Structure, Liquidity,

Cash Conversion Cycle,

Earnings Volatility, R&D

Expenditures,

Advertising Expenditures

Sharpe ratio:

Book-to-market

Ratio, Size,

Sustainable

growth rate,

ROA, Cash

Conversion

Cycle,

Advertising

Expenditures.

Jensen’s alpha:

Book-to-market

Ratio, Size,

Sustainable

growth rate,

ROA, Cash

Conversion

Cycle.

EVA®

/TA: Size,

Sustainable

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 48: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

34

Universitas Indonesia

growth rate,

ROA, Cash

Conversion

Cycle, R&D

Expenditures,

Advertising

Expenditures.

Hobart

(2006)

ROI,

Shareholder

Cash Flow, 5

Market Value

Book-to-market Ratio,

Size, Sustainable growth

rate, ROA, Capital

Structure, Cash

Conversion Cycle, R&D

Expenditures,

Advertising

Expenditures, Capital

Expenditures, Auditor’s

Opinion, Current Ratio,

Quick Ratio, Sales

Percentage Change,

EBIT Margin, Long

Term Credit Rating,

Short Term Credit

Rating, Common Stocks

Rating

ROI: Auditor’s

Opinion, Cash

Conversion

Cycle, Capital

Structure, Sales

Percentage

Change,

Sustainable

growth rate,

Book-to-market

Ratio, EBIT

Margin, ROA,

Common Stocks

Rating, Current

Ratio.

Shareholder

Cash Flow:

Auditor’s

Opinion, Cash

Conversion

Cycle, Capital

Structure, Sales

Percentage

Change,

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 49: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

35

Universitas Indonesia

Sustainable

growth rate,

Size.

5 Market Value:

Auditor’s

Opinion, Cash

Conversion

Cycle, Capital

Structure, Sales

Percentage

Change,

Sustainable

growth rate,

Book-to-market

Ratio, EBIT

Margin, ROA,

Common Stocks

Rating, Size,

Capital

Expenditures.

Iqbal,

Muhammad

(2004)

Harga saham

dan Market

Value Added

(MVA)

EVA®

, ROA, ROE, EPS Secara bersama-

sama terhadap;

harga saham:

EVA®

, ROA,

ROE, EPS.

MVA: EVA®

,

ROA, ROE,

EPS.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 50: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

36

Universitas Indonesia

Secara

individual

terhadap;

harga saham:

ROA, EPS

MVA: EVA®

,

ROA

Yunarti

(2006)

Return

saham

EPS, ROE, PER, PBV,

DER, ROA

EPS, ROE,

PER, PBV.

Sianipar

(2006)

Harga saham Nilai buku ekuitas, laba

sisa, aktiva operasi

bersih, laba operasional

Nilai buku

ekuitas, laba

sisa, aktiva

operasi bersih.

Harto, Budi

(2007)

Harga saham EPS, ROE, PBV, PER,

DER

EPS, ROE, PBV

Roswati

(2007)

Harga saham Current Ratio, DER,

TATO, ROE, EPS, P/B

Ratio

Industri retail:

ROE, EPS, P/B

Ratio.

Subindustri

makanan &

minuman: EPS,

P/B Ratio.

Subindustri

rokok: Current

Ratio, DER,

TATO, EPS,

P/B Ratio.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 51: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

37

Universitas Indonesia

Subindustri

produk

otomotif: DER,

ROE, EPS, P/B

Ratio.

Subindustri

farmasi: Current

Ratio, EPS, P/B

Ratio.

5 industri

disatukan: DER,

TATO, EPS,

P/B Ratio.

Purwandari

(2007)

Buy-and-

hold return,

cummulative

return

EPS, TATO, Quick

Ratio, DER

Buy-and-hold

return: EPS,

TATO, Quick

Ratio, Debt

Ratio.

Cummulative

return: EPS,

TATO, Quick

Ratio, Debt

Ratio.

Fadhliyah

(2008)

Harga saham Nilai buku ekuitas, EPS Nilai buku

ekuitas, EPS.

Mulyono

(2008)

Return

Saham

8et Profit Margin, ROE,

ROA, Current Ratio,

8et Profit

Margin, ROE,

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 52: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

38

Universitas Indonesia

Quick Ratio, DER, Debt

to Total Asset, Times

Interest Earned Ratio,

TATO, Inventory

Turnover, PER, PBV,

ukuran perusahaan

TATO, PBV,

ukuran

perusahaan.

Alfian

(2009)

Return

Saham

TATO, ∆ EPS, Profit

Margin, ROA, ROE, ∆

Sales

TATO, ROA,

ROE.

Andyono

(2009)

Return

Saham

Book-to-market Ratio,

kebijakan pendanaan

perusahaan, ukuran

perusahaan, tingkat

inflasi, tingkat suku

bunga SBI, pertumbuhan

PDB

Book-to-market

Ratio, ukuran

perusahaan,

tingkat inflasi,

tingkat suku

bunga SBI,

pertumbuhan

PDB.

Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

2.7 Ikhtisar Tinjauan Literatur dan Identifikasi Penelitian Selanjutnya

Berdasarkan uraian di atas mengenai penelitian-penelitian

sebelumnya, dapat diketahui bahwa sampai dengan saat ini tidak sedikit

penelitian baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang telah dilakukan

untuk meneliti hubungan ataupun pengaruh faktor-faktor finansial

terhadap kinerja perusahaan. Dan melalui penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya telah didapatkan bukti empiris bahwa beberapa

faktor finansial yang terbukti mempunyai pengaruh signifikan terhadap

kinerja perusahaan, yaitu seperti return on assets (ROA), total assets

turnover (TATO), return on equity (ROE), dan earnings per share (EPS).

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 53: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

39

Universitas Indonesia

Berdasarkan pengetahuan penulis, belum banyak penelitian di

Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan usaha,

efisiensi working capital management, dan aliran kas pemegang saham

terhadap kinerja pasar perusahaan, terutama penelitian yang menggunakan

wealth added index (WAI™

) sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan.

Sehingga menurut penulis, penelitian semacam itu menarik untuk

dilakukan dalam konteks perusahaan di Indonesia.

Dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, juga

banyak penelitian yang belum memasukkan dividen sebagai faktor

finansial yang diduga berkaitan erat dengan kinerja pasar perusahaan.

Menurut pengetahuan penulis, besarnya nilai dividen suatu perusahaan

termasuk salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh beberapa investor di

Indonesia dalam berinvestasi. Dengan dasar pemikiran tersebut, maka

dalam penelitian ini penulis memasukkan dividen sebagai faktor finansial

yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan. Bagi

diri penulis, hal itu menjadi menarik untuk diteliti guna mendapatkan bukti

empiris apakah memang benar dividen merupakan faktor finansial yang

berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan.

2.8 Perumusan Hipotesis

Johnson dan Soenen (2003) dalam penelitiannya menemukan bukti

empiris bahwa sustainable growth rate memiliki pengaruh positif

signifikan baik terhadap Sharpe ratio, terhadap Jensen’s alpha, maupun

terhadap EVA®

/TA. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hobart (2006)

juga ditemukan bukti empiris bahwa sustainable growth rate memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap return on investments (ROI).

Sustainable growth rate merupakan tingkat pertumbuhan usaha tertinggi

yang dapat dipertahankan oleh perusahaan tanpa harus meningkatkan

leverage keuangannya (Higgins, 1977). Sustainable growth rate

merepresentasikan uang yang tetap tinggal di dalam perusahaan, atau

dengan kata lain laba yang tidak didistribusikan kepada para pemegang

saham yang dapat diinvetasikan kembali untuk kemajuan atau ekspansi

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 54: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

40

Universitas Indonesia

usaha. Dengan memiliki nilai sustainable growth rate yang tinggi maka

keuangan perusahaan akan semakin lebih fleksibel dan dapat digunakan

untuk ekspansi usaha. Adanya ekspansi usaha memungkinkan perusahaan

untuk meningkatkan kinerja usahanya di masa datang. Oleh sebab itu,

sustainable growth rate diduga memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap kinerja pasar perusahaan. Berdasarkan teori dan hasil penelitian-

penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis yang diajukan penulis

adalah:

H1: Pertumbuhan usaha memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap kinerja pasar perusahaan.

Pada penelitian Johnson dan Soenen (2003) ditemukan bukti

empiris bahwa cash conversion cycle memiliki pengaruh negatif (antara

panjang siklus dan kinerja) signifikan baik terhadap EVA®

/TA, terhadap

Sharpe ratio, maupun terhadap Jensen’s alpha. Begitu juga dalam

penelitian yang dilakukan oleh Hobart (2006) yang menemukan bukti

empiris bahwa cash conversion cycle memiliki pengaruh negatif signifikan

baik terhadap return on investment (ROI), maupun terhadap perubahan

nilai pasar akhir tahun perusahaan. Cash conversion cycle adalah arus kas

yang terus berputar dari suppliers ke persediaan, kemudian ke piutang

usaha, dan kembali lagi menjadi kas. Perusahaan yang memiliki cash

conversion cycle yang pendek dapat diasumsikan kegiatan operasinya

berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti, karena perusahaan

tersebut dapat menghasilkan kas dalam waktu yang relatif singkat dari

kegiatan operasinya. Dengan memiliki cash conversion cycle yang pendek

maka perusahaan akan terhindar dari risiko mengalami kekurangan kas

untuk menjalankan operasi maupun membayar kewajiban dan beban,

sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup dari perusahaan itu.

Tersedianya kas yang cukup untuk menjalankan operasi akan membuat

perusahaan tidak akan pernah kehilangan kesempatan bisnis yang ada.

Dengan demikian, cash conversion cycle diduga memiliki pengaruh

negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Cash conversion

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 55: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

41

Universitas Indonesia

cycle merupakan proxy dari efisiensi working capital management.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka

rumusan hipotesis yang diajukan penulis adalah:

H2: Efisiensi working capital management memiliki pengaruh

negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Di dalam penelitian Van Horne dan McDonald (1971) ditemukan

bukti empiris bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap nilai pasar saham. Naranjo et al.

(1998) dalam penelitiannya juga menemukan bukti empiris bahwa

dividend yield memiliki hubungan positif dengan return saham. Kemudian

dalam penelitian Lie (2005) ditemukan bukti empiris bahwa perusahaan

yang memutuskan untuk berhenti membagikan selamanya atau dengan

kata lain menghilangkan dividen mengalami kinerja usaha yang buruk

selama tiga bulan pertama setelah pengumuman dan tiga bulan berikutnya.

Dividend yield adalah suatu cara untuk mengukur seberapa besar aliran kas

yang didapatkan oleh investor untuk setiap rupiah dana yang

diinvestasikan pada saham suatu perusahaan. Semakin besar nilai dividend

yield, maka akan semakin menarik bagi investor dan pemegang saham,

karena perusahaan dianggap mampu memberikan nilai tambah kepada

mereka. Hal itu dikarenakan dividen merupakan manfaat langsung yang

dapat dirasakan oleh para pemegang saham atas keberhasilan dan

keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan. Nilai dividend yield yang

tinggi secara tidak langsung juga mengindikasikan kondisi keuangan

perusahaan yang baik, dan tersedianya kas yang cukup bagi perusahaan

untuk menjalankan usahanya. Oleh sebab itu, dividend yield diduga

memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Dividend yield merupakan proxy dari aliran kas pemegang saham.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka

rumusan hipotesis yang diajukan penulis adalah:

H3: Aliran kas pemegang saham memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 56: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

42 Universitas Indonesia

BAB III

METODOLOGI PE ELITIA

3.1 Kerangka Pemikiran

Dengan mempertimbangkan return dan risiko, investor dapat

melakukan berbagai analisis ketika mengambil keputusan investasi,

diantaranya seperti analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis

teknikal merupakan analisis yang menggunakan data pasar (seperti harga

saham historis, volume perdagangan, dsb.) untuk melakukan penilaian

terhadap suatu saham. Sedangkan analisis fundamental merupakan

penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai faktor-

faktor finansial suatu perusahaan, kondisi makro ekonomi, dan kondisi

sektor industri suatu perusahaan. Dengan kata lain, analisis fundamental

merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk

mengevaluasi ataupun memproyeksi nilai suatu saham. Karena kemudahan

dalam mendapatkannya, laporan keuangan sampai saat ini masih menjadi

sumber informasi utama bagi investor terutama di Indonesia dalam

melakukan analisis fundamental. Akan tetapi, tidak sedikit dari investor

yang masih belum mengetahui sebenarnya faktor-faktor finansial apa saja

yang berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan serta dapat mereka

jadikan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.

Penelitian-penelitian di bidang finansial menunjukkan bahwa

terdapat faktor-faktor finansial yang berkaitan erat dengan kinerja pasar

perusahaan yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan

investasi. Faktor-faktor finansial yang diidentifikasi berpengaruh terhadap

kinerja pasar perusahaan antara lain adalah nilai perusahaan (Fama dan

French, 1992; Fama dan French, 1998a,b; Kothari dan Shanken, 1997;

Pontiff dan Schall, 1998), ukuran perusahaan (Fama dan French, 1992;

Rouwenhorst, 1999; Hobart, 2006), dan efektivitas penggunaan aset

(Hobart, 2006).

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 57: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

43

Universitas Indonesia

Pada penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Soenen di tahun

2003 yang diberi judul “Indicators of Successful Companies”, Johnson dan

Soenen (2003) menganalisa 478 perusahaan di Amerika Serikat pada

periode 1982 sampai 1998. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk

mengidentifikasi faktor-faktor finansial yang dapat membedakan mana

perusahaan yang sukses dan mana perusahaan yang kurang sukses. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berukuran besar,

profitable, dengan working capital management yang efisien dan tingkat

pertumbuhan usaha yang tinggi adalah perusahaan yang menghasilkan

kinerja yang lebih tinggi dari perusahaan-perusahaan lainnya berdasarkan

tiga ukuran kinerja, yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan economic value

added relative to total assets (EVA®

/TA). Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan di luar negeri, faktor-faktor finansial yang terbukti secara

empiris berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan, antara lain: ukuran

perusahaan, return on assets (ROA), sustainable growth rate, dan cash

conversion cycle.

Berdasarkan teori, hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, dan

dengan mengadaptasi dari penelitian Johnson dan Soenen (2003) maka

penelitian ini akan menguji signifikansi pengaruh faktor-faktor finansial

berikut ini, yaitu pertumbuhan usaha, efisiensi working capital

management, dan aliran kas pemegang saham terhadap kinerja pasar

perusahaan melalui model ordinary least squares (OLS) regression.

Ketiga faktor finansial yang diteliti masing-masing diwakili oleh

sustainable growth rate, cash conversion cycle, dan dividend yield.

Kinerja pasar perusahaan diwakili oleh Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan

WAI™

/TA. Dalam penelitian ini juga akan dimasukkan faktor finansial

efektivitas penggunaan aset, dan ukuran perusahaan sebagai variabel

kontrol. Kedua faktor finansial yang menjadi variabel kontrol tersebut

diwakili oleh return on assets (ROA), dan nilai total aset perusahaan.

Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, secara

umum efektivitas penggunaan aset yang diukur melalui return on assets

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 58: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

44

Universitas Indonesia

(ROA) terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pasar

perusahaan (Johnson dan Soenen, 2003; Hobart, 2006). Rasio return on

assets (ROA) digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan seberapa

efektif suatu perusahaan dalam menggunakan aset-aset yang dimilikinya

untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini merupakan indikator yang

berguna untuk mengetahui seberapa menguntungkan suatu perusahaan

relatif terhadap seluruh aset yang dimilikinya. Semakin besar rasionya

maka semakin baik, karena itu berarti perusahaan menghasilkan lebih

banyak uang dari yang telah diinvestasikan di dalam perusahaan.

Keefektifan perusahaan dalam penggunaan aset-aset yang dimilikinya

untuk menghasilkan keuntungan merupakan faktor penting bagi

kesuksesan finansial perusahaan, dan menjadi salah satu faktor yang sering

dipertimbangkan oleh investor. Oleh karena itu, efektivitas penggunaan

aset yang diwakili oleh return on assets (ROA) dalam penelitian ini

diprediksi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja pasar

perusahaan.

Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, secara

umum ukuran perusahaan yang diukur melalui nilai total aset perusahaan

terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan

(Fama dan French, 1992; Rouwenhorst, 1999; Hobart, 2006). Ukuran

perusahaan dianggap merepresentasikan kinerja kumulatif perusahaan di

masa lalu. Sehingga perusahaan dengan aset kecil dapat diindikasikan

memiliki kinerja yang tidak begitu baik di masa-masa yang lalu. Dengan

begitu maka semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin rendah

return yang akan didapatkan oleh investor. Hal itu karena perusahaan kecil

dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi. Dan sesuai dengan konsep risk

& return, maka investor akan mengharapkan return yang lebih tinggi dari

perusahaan kecil dibanding perusahaan besar. Oleh karena itu, ukuran

perusahaan yang diukur melalui nilai total aset perusahaan dalam

penelitian ini diprediksi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

kinerja pasar perusahaan. Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 59: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

45

Universitas Indonesia

hubungan antar variabel penelitian dengan berdasarkan adaptasi dari

penelitian Johnson dan Soenen (2003):

Diagram 3.1

Kerangka Pemikiran

Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

3.2 Model Penelitian

Terdapat tiga model penelitian yang akan digunakan dalam

ordinary least squares (OLS) regression penelitian ini. Berikut ini adalah

ketiga model penelitian tersebut:

a. Model penelitian 1

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 60: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

46

Universitas Indonesia

b. Model penelitian 2

c. Model penelitian 3

Ordinary least squares (OLS) regression di dalam penelitian ini

digunakan untuk menguji bagaimana signifikansi pengaruh pertumbuhan

usaha, efisiensi working capital management, dan aliran kas pemegang

saham terhadap kinerja pasar perusahaan. Oleh sebab itu, ketiga model

penelitian di atas digunakan untuk menguji hipotesis satu sampai dengan

hipotesis tiga.

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah penulis tuangkan secara

mendalam pada Bab II, maka penjabaran secara spesifik hipotesis

penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Pertumbuhan usaha memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap kinerja pasar perusahaan.

Keterangan:

SR = Sharpe ratio;

JA = Jensen’s alpha;

WAIPERTA = wealth added index relative to total assets;

SGR = sustainable growth rate;

CCC = cash conversion cycle;

DY = dividend yield;

ROA = return on assets;

LOGTA = logaritma nilai total assets;

D08 =

1 jika observasi pada tahun 2008 atau 0 jika

lainnya;

D09 =

1 jika observasi pada tahun 2009 atau 0 jika

lainnya;

D10 =

1 jika observasi pada tahun 2010 atau 0 jika

lainnya;

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 61: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

47

Universitas Indonesia

Atau H0: β1 ≤ 0

H1: β1 > 0

H2: Efisiensi working capital management memiliki pengaruh

negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Atau H0: β2 ≥ 0

H2: β2 < 0

H3: Aliran kas pemegang saham memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Atau H0: β3 ≤ 0

H1: β3 > 0

3.4 Operasionalisasi Variabel

3.4.1 Variabel Dependen

3.4.1.1 Sharpe Ratio

Sharpe ratio (SR) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

dimana:

RVAR = Sharpe ratio (Reward-to-Variability Ratio)

= average total return for portfolio p

TRp = total return for portfolio p

=

Dt = dividends paid during the period

PE = price at the end of period

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 62: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

48

Universitas Indonesia

PB = price at the beginning of period

= average risk-free rate

= rata-rata suku bunga SBI

SDp = standard deviation of return portfolio p

= dihitung selama periode pengamatan dari tahun 2007-

2010 dan diasumsikan tetap selama kurun waktu tersebut

=

n = number of returns in the sample

3.4.1.2 Jensen’s Alpha (JA)

Jensen’s alpha (JA) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

dimana:

αp = Jensen’s alpha

= average total return for portfolio p

TRp = total return for portfolio p

=

Dt = dividends paid during the period

PE = price at the end of period

PB = price at the beginning of period

= average risk-free rate

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 63: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

49

Universitas Indonesia

= rata-rata suku bunga SBI

= average return on market

βp = beta for portfolio p

= dihitung selama periode pengamatan dari tahun 2007-

2010 dan diasumsikan tetap selama kurun waktu tersebut

=

Cov p,M = Covariance between portfolio p and market

=

RM = return on market

σ2

M = variance market

=

n = number of returns in the sample

3.4.1.3 Wealth Added Index Relative to Total Assets (WAI™

/TA)

Semua nilai WAI™

yang digunakan di dalam penelitian ini

penghitungannya dilakukan oleh Stern Stewart & Co. Indonesia yang

dipublikasikan dalam Majalah SWA setiap tahunnya dari tahun 2008

sampai dengan tahun 2011. Wealth added index (WAI™

) dihitung oleh

Stern Stewart & Co. Indonesia dengan rumus sebagai berikut:

dimana:

TSR = Total shareholder return daily

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 64: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

50

Universitas Indonesia

=

Dt = dividends paid during the period

PE = price at the end of period

PB = price at the beginning of period

CoE = Cost of equity daily

=

= Average risk-free rate

= Average return on the market

= Beta of the security

Market Cap Beginning of the Day = Kapitalisasi pasar saat pembukaan

perdagangan saham

TSR merupakan hasil akumulasi perubahan harga saham

perusahaan yang masuk dalam peringkat SWA100 yang dihitung secara

harian dalam kurun waktu lima tahun. TSR ini belum disesuaikan dengan

asumsi bahwa dividen diinvestasikan kembali. Kemudian CoE dihitung

secara harian berdasarkan hari perdagangan saham dengan menggunakan

metode Stern Stewart dan memperhitungkan empat jenis risiko, yaitu

risiko bisnis (business risk) masing-masing sektor, risiko finansial

(financial risk) yang meliputi utang dan modal, sovereign risk, serta risiko

mata uang (currency risk). Sedangkan kapitalisasi pasar (market

capitalization) atau corporate value adalah hasil dari jumlah saham yang

beredar di pasar dikalikan dengan harga saham, yang juga dihitung secara

harian. Dalam perhitungan WAI™, kapitalisasi pasar yang dimaksud

adalah posisi di awal periode penghitungan (saat pembukaan perdagangan

saham). Semua data pasar yang diperlukan untuk penghitungan WAI™

diperoleh Stern Stewart & Co. dari Bloomberg. Selanjutnya WAI™

daily

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 65: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

51

Universitas Indonesia

diakumulasikan selama lima tahun. Ketika diakumulasikan, CoE

disesuaikan dengan tingkat inflasi, yang disebut Stern Stewart & Co.

sebagai timing adjustment. Penyesuaian tersebut diperlukan agar nilai

WAI™

yang dihasilkan dapat diperbandingkan dengan periode waktu yang

berbeda-beda. Wealth added index relative to total assets (WAI™

/TA)

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3.4.2 Variabel Independen

3.4.2.1 Sustainable Growth Rate (SGR)

Sustainable growth rate (SGR) dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

dimana:

ROE t1 = Return on Equity in period t1

3.4.2.2 Cash Conversion Cycle (CCC)

Cash conversion cycle (CCC) dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

dimana:

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 66: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

52

Universitas Indonesia

COGS t1 = Cost of Goods Sold in period t1

3.4.2.3 Dividend Yield (DY)

Dividends Yield (DY) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3.4.2.4 Return on Assets (ROA)

Return on assets (ROA) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3.4.2.5 Ukuran Perusahaan (Log(TA))

Ukuran perusahaan diukur melalui nilai total aset perusahaan

dalam satuan mata uang. Namun agar nilainya tidak terlalu besar demi

mempermudah dalam pengolahan data, maka digunakanlah logaritma dari

nilai total aset perusahaan.

3.4.2.6 Dummy Tahun

Tahun 2007 digunakan sebagai tahun dasar. Dummy tahun yang

digunakan di dalam model adalah sebanyak (n-1), dimana n adalah jumlah

tahun yang ditetapkan sebagai periode penelitian.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 67: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

53

Universitas Indonesia

3.5 Data dan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasar dan

data laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan, kecuali

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kelompok sektor

industri keuangan dan perbankan. Perusahaan dari kelompok sektor

industri keuangan dan perbankan memiliki karakterisitik khusus yang jauh

berbeda dari sektor industri lainnya, sehingga memerlukan penggunaan

ukuran atau variabel yang berbeda. Penulis memperoleh data-data laporan

keuangan yang dibutuhkan untuk penelitian ini melalui ICMD (Indonesian

Capital Market Directory), OSIRIS, dan IDX (Indonesian Stock

Exchange) Database. Penulis menggunakan data wealth added index

(WAI™

) masing-masing perusahaan yang penulis peroleh dari majalah

SWA. Selain itu, penulis juga menggunakan data pasar yang terdiri dari

data harga saham dan nilai dividen tahun 2007 sampai dengan tahun 2010

dari masing-masing perusahaan, serta data Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) yang penulis peroleh melalui Yahoo Finance dan Thomson

Reuters Datastream.

Penentuan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian

ini mengacu kepada penentuan ukuran sampel berdasarkan pengambilan

sampel bertujuan (purposive sampling). Kriteria-kriteria yang digunakan

dalam pengambilan sampel, yaitu:

a. Perusahaan-perusahaan yang ada di peringkat SWA100 dan tidak

pernah keluar dari peringkat tersebut mulai dari tahun 2008 sampai

dengan tahun 2011, kecuali perusahaan dari kelompok sektor industri

keuangan dan perbankan.

b. Data laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia

dan disajikan secara lengkap oleh perusahaan serta dapat diakses oleh

penulis.

c. Laporan keuangan perusahaan berakhir pada periode 31 Desember dan

telah diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP).

d. Tidak memiliki nilai ekuitas yang negatif.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 68: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

54

Universitas Indonesia

e. Outlier yaitu observasi yang lebih besar dari rerata ditambah dengan 3

kali simpangan baku atau observasi yang lebih kecil dari rerata

dikurangi dengan 3 kali simpangan baku, dikeluarkan dari sampel.

3.6 Teknik Pengujian

Di dalam penelitian ini terdapat dua jenis pengujian yang akan

dilakukan, yaitu uji kriteria ekonometrika, dan uji statistik. Ordinary least

squares (OLS) regression dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

pooled data, yaitu menggabungkan antara data runut waktu (time series)

dan data silang (cross section), sehingga regresinya dapat juga disebut

pooled regression. Kedua jenis data tersebut digabungkan berdasarkan

klasifikasi periode, oleh karenanya dalam penelitian ini ditambahkan

variabel kategori (dummy) tahun. Penggunaan pendekatan tersebut

dimaksudkan agar model regresi yang dibangun dapat mencerminkan

heterogenitas data yang digunakan dalam penelitian ini.

3.6.1 Uji Kriteria Ekonometrika

3.6.1.1 Uji ormalitas

Dalam analisis statistika, salah satu asumsi yang berlaku adalah

data berdistribusi normal. Ketika melakukan analisis multivariat, para

peneliti berpedoman jika tiap variabel terdiri atas 30 data maka data

tersebut telah berdistribusi normal. Dan apabila analisis melibatkan 5

variabel, maka diperlukan data sebanyak 5 × 30 = 150. Sehingga uji

normalitas digunakan jika jumlah observasi kurang dari jumlah tersebut,

untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal. Uji

normalitas dapat dilakukan melalui uji Jarque-Bera (JB test) yang tersedia

pada program Eviews. Dengan H0 pada data berdistribusi normal, nilai

probabilitas yang kecil cenderung mengarahkan pada penolakan hipotesis

nol. Jika nilai probabilitas lebih besar dari α berarti H0 diterima bahwa

data berdistribusi normal.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 69: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

55

Universitas Indonesia

3.6.1.2 Uji Multikolinearitas (Multicolinearity)

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier yang

signifikan antarvariabel bebas (Nachrowi, 2006). Dampak yang dapat

ditimbulkan jika terdapat multikolinearitas adalah tidak dapatnya

interprestasi dilakukan, atau tidak dapatnya koefisien regresi diestimasi.

Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat diketahui, dengan cara

melihat (Nachrowi, 2006):

a. Nilai Eigenvalues dan Conditional Index (CI). Persamaan regresi

dapat dinyatakan mempunyai kolinearitas yang kuat antarvariabel

bebasnya adalah jika nilai Eigenvalues mendekati 0 atau nilai CI

berada di atas 30.

b. Nilai VIF dan Tolerance. Multikolinearitas dikatakan ada jika nilai

dari VIF > 1 atau nilai Tolerance mendekati 0. Sebaliknya, jika

nilai VIF mendekati angka 1 atau nilai Tolerance mendekati 1

maka tidak terdapat multikolinearitas.

Cara mengatasi multikolinieritas ada berbagai cara yang dapat

dilakukan, yaitu (Nachrowi, 2006):

a. Melihat informasi sejenis yang ada.

b. Mengeluarkan variabel bebas yang kolinier dengan model.

c. Mentransformasikan variabel.

d. Mencari data tambahan.

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas (Heterocedasticity)

Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana varian tidak konstan

atau berubah-ubah (Nachrowi, 2006). Jika terdapat gejala

heterokedastisitas, maka akan menyebabkan varian dalam model

cenderung akan besar. Dengan besar dan tidak konstannya varian maka

interval kepercayaannya pun semakin lebar dan tidak konsisten, sehingga

berakibat uji hipotesis menjadi tidak akurat. Ada berbagai cara untuk

mengidentifikasi adanya heteroskedastisitas, salah satunya adalah metode

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 70: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

56

Universitas Indonesia

grafik scatterplot. Apabila titik-titik berkumpul sejajar di garis horizontal

nilai 0, maka dapat diduga tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas dapat juga dideteksi dengan uji White, uji Glejser, dan

uji Breusch-Pagan-Godfrey yang tersedia pada program Eviews. Jika nilai

probabilitas pada ketiga uji tersebut lebih kecil dari α, maka model

penelitian mengalami masalah heteroskedastisitas.

Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ada beberapa cara,

yaitu (Winarno, 2009):

a. Metode WLS (Weighted Least Square). Metode ini dapat

digunakan apabila σi2 diketahui.

b. Metode White. Metode ini digunakan apabila besarnya σi2

tidak

diketahui.

c. Metode Tranformasi.

3.6.1.4 Uji Autokorelasi (Autocorellation)

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi

dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2009). Autokorelasi terjadi

karena beberapa sebab. Menurut Gujarati (2009), beberapa penyebab

autokorelasi adalah:

a. Data mengandung pergerakan naik turun secara musiman,

misalnya kondisi perekonomian suatu negara yang kadang

membaik dan kadang memburuk.

b. Kekeliruan memanipulasi data, misalnya data tahunan dijadikan

data kuartalan dengan membagi empat.

c. Data runtut waktu.

d. Data yang dianalisis tidak bersifat stationer.

Cara mengidentifikasikan adanya autokorelasi adalah dengan

melakukan uji (Winarno, 2009):

a. Durbin-Watson. Nilai d (menggambarkan koefisien DW) akan

berada di kisaran 0 hingga 4. Apabila nilai d berada diantara 0 dan

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 71: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

57

Universitas Indonesia

dL (nilai batas bawah d berdasarkan tabel DW), maka ada

autokorelasi positif. Bila nilai d ada diantara dL dan dU (nilai batas

atas d berdasarkan tabel DW), maka tidak dapat diputuskan ada

atau tidaknya autokorelasi. Dan apabila nilai d berada diantara dU

dan 4-dU, maka disimpulkan tidak ada autokorelasi. Bila nilai d ada

diantara 4-dU dan 4-dL, maka tidak dapat diputuskan ada atau

tidaknya autokorelasi. Sedangkan apabila nilai d berada diantara 4-

dL dan 4, maka ada autokorelasi negatif.

b. Breusch-Godfrey. Nama lain dari uji Breusch-Godfrey adalah uji

Lagrange-Multiplier (Pengganda Lagrange). Apabila nilai

probabilitasnya lebih besar dari α berarti tidak terdapat autokorelasi

pada model penelitian.

Beberapa cara untuk mengatasi masalah autokorelasi, yaitu (Modul

Analisa Software Ekonometrika, Lab IE-FEUI):

a. Dengan menambahkan variabel AR (Auto Regressive) pada sisi

kanan persamaan regresi.

b. Dengan menambahkan lag variabel dependen atau menambah lag

pada variabel independen.

3.6.2 Uji Statistik

3.6.2.1 Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen

secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan

dengan melihat signifikansi nilai F pada tabel ANOVA. Secara umum

hipotesisnya dapat dituliskan sebagai berikut:

H0: β1 = β2 = β3 = β4 =…βk = 0 (model tidak dapat menjelaskan variabel

dependen)

H1: Bukan H0 (model dapat menjelaskan variabel dependen)

Jika nilai probabilitas (F Statistik) lebih kecil daripada α maka H0

tidak dapat diterima, yang artinya model dapat menjelaskan variabel

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 72: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

58

Universitas Indonesia

dependen atau dengan kata lain variabel dependen dipengaruhi oleh

seluruh variabel independen secara bersama-sama (Winarno, 2009).

3.6.2.2 Uji ilai Koefisien Determinasi (uji R2)

R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena

dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang

terestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur

seberapa dekatkah regresi yang terestimasi dengan data yang

sesungguhnya (Nachrowi, 2006). Nilai R2 ini mencerminkan seberapa

besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel X.

apabila nilai R2 sama dengan 0 artinya variabel dari Y tidak dapat

diterangkan oleh variabel X, sementara apabila nilai R2 sama dengan satu,

maka semua pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian

nilai R2 baik buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R

2-nya

yang memiliki nilai antara nol dan satu.

3.6.2.3 Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri memiliki pengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan memeriksa nilai signifikansi

di tabel koefisien. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut:

H0: βj = 0

H1: βj ≠ 0

Dimana j=0,1,2……,j (j adalah koefisien slope)

Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen apabila koefisien regresi tidak sama dengan

nol. Namun untuk dapat menolak H0 maka nilai probabilitas (t-statistik)

harus kurang daripada α.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 73: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

59 Universitas Indonesia

BAB IV

A�ALISIS HASIL PE�ELITIA�

4.1 Hasil Pemilihan Sampel

Stern Stewart & Co. dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan

tahun 2011 bekerja sama dengan majalah SWA membuat dan

mempublikasikan peringkat 100 perusahaan publik dengan kapitalisasi

pasar terbesar di Indonesia berdasarkan metode wealth added index

(WAI™

). Dan karena penelitian ini ditekankan pada penggunaan wealth

added index (WAI™

) sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan, maka yang

menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang termasuk dalam

peringkat SWA100. Dengan memilih sampel dari perusahaan peringkat

SWA100 tersebut, penulis juga berharap sampel yang digunakan di dalam

penelitian ini dapat merepresentasikan populasinya, yaitu perusahaan-

perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peringkat

SWA100 tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 disusun berdasarkan data

pasar per 31 Desember 2007 sampai dengan per 31 Desember 2010.

Periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dipilih penulis agar penulis

memperoleh gambaran kondisi terkini dari objek penelitian ini dan agar

hasil dari penelitian ini masih tetap relevan sampai dengan beberapa waktu

mendatang. Di samping itu, pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global

yang walaupun tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian

Indonesia namun ikut mempengaruhi kinerja saham-saham di Bursa Efek

Indonesia, sehingga dengan memilih periode tersebut penulis berharap di

dalam penelitian ini dapat mencakup periode bullish maupun bearish.

Dari 100 perusahaan yang ada dalam peringkat SWA100 setiap

tahunnya, terdapat 59 perusahaan yang konsisten selalu berada dalam

peringkat SWA100 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

Perusahaan-perusahaan dari kelompok sektor industri keuangan dan

perbankan tidak diikutsertakan ke dalam sampel penelitian. Alasannya

adalah karena kelompok sektor industri tersebut memiliki karakteristik

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 74: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

60

Universitas Indonesia

khusus yang jauh berbeda dari sektor industri lainnya, sehingga

menyebabkan perlunya penggunaan ukuran atau variabel yang berbeda.

Dengan begitu tersisa 44 perusahaan yang menjadi sampel penelitian.

Outlier di dalam penelitian ini didefinisikan sebagai observasi yang lebih

besar dari rerata ditambah dengan 3 kali simpangan baku, atau observasi

yang lebih kecil dari rerata dikurangi dengan 3 kali simpangan baku. Dan

observasi yang sesuai dengan definisi outlier tersebut dikeluarkan dari

sampel penelitian ini.

Tabel 4.1

Ikhtisar Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Jumlah perusahaan listed di BEI tahun 2010

420 (Sumber: IDX Fact Book)

Perusahaan yang tidak masuk dalam peringkat SWA100 (320)

Perusahaan yang tidak konsisten berada dalam peringkat

(41) SWA100 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011

Perusahaan yang termasuk kelompok sektor industri

keuangan dan perbankan

(15) (Sumber: JASICA)

Jumlah perusahaan yang menjadi sampel

44 (Lampiran 1)

Jumlah observasi selama empat tahun 176

Outlier (34)

Jumlah total observasi 142

Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

4.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 75: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

61

Universitas Indonesia

Tabel 4.2

Deskripsi Statistik Regresi

Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

Pada tabel 4.2 di atas dapat terlihat bahwa rerata nilai Sharpe ratio

dari perusahaan yang dijadikan sampel selama tahun 2007 sampai dengan

tahun 2010 adalah sebesar 0.202. Simpangan baku variabel Sharpe ratio

sebesar 0.776. Itu artinya nilai Sharpe ratio dari perusahaan yang menjadi

sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 cukup

bervariasi. Rentang nilai Sharpe ratio dari perusahaan-perusahaan yang

diteliti pada periode tersebut tidak terlalu lebar. Hal itu terlihat dari nilai

Sharpe ratio yang berkisar dari minimum -1.437 sampai dengan

maksimum 1.834. Nilai Sharpe ratio dari perusahaan yang menjadi sampel

penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang

Variabel � Rerata Minimum Maksimum

Simpangan

Baku Skewness

SR 142 0.202 -1.437 1.834 0.776 0.059

JA 142 -0.048 -1.125 1.768 0.405 0.326

WAIPERTA 142 0.144 -2.483 5.812 1.186 1.062

SGR 142 0.004 -6.368 0.465 0.606 -8.790

CCC 142 125.940 -327.154 1,625.440 259.503 3.382

DY 142 0.038 0.000 1.641 0.141 10.568

ROA 142 0.092 -0.667 0.622 0.135 -0.369

TA 142 18,815,922 621,835 112,857,000 22,265,457 2.199

D08 142 0.303 0.000 1.000 0.461 0.858

D09 142 0.225 0.000 1.000 0.419 1.315

D10 142 0.232 0.000 1.000 0.424 1.267

Keterangan:

SR = Sharpe ratio;

JA = Jensen’s alpha;

WAIPERTA = wealth added index relative to total assets;

SGR = sustainable growth rate;

CCC = cash conversion cycle;

DY = dividend yield;

ROA = return on assets;

TA = total assets (dalam jutaan rupiah);

D08 = 1 jika observasi pada tahun 2008 atau 0 jika lainnya;

D09 = 1 jika observasi pada tahun 2009 atau 0 jika lainnya;

D10 = 1 jika observasi pada tahun 2010 atau 0 jika lainnya;

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 76: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

62

Universitas Indonesia

bernilai besar hal itu terlihat dari nilai skewness yang bernilai positif

(kurva distribusi data condong ke kanan).

Rerata nilai Jensen’s alpha dari perusahaan yang dijadikan sampel

selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar -0.048.

Simpangan baku variabel Jensen’s alpha sebesar 0.405. Itu artinya nilai

Jensen’s alpha dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama

tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sangat bervariasi. Rentang nilai

Jensen’s alpha dari perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode

tersebut tidak terlalu lebar. Hal itu terlihat dari nilai Jensen’s alpha yang

berkisar dari minimum -1.125 sampai dengan maksimum 1.768. Nilai

Jensen’s alpha dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama

tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai besar hal itu

terlihat dari nilai skewness yang bernilai positif (kurva distribusi data

condong ke kanan).

Rerata nilai WAI™

/TA dari perusahaan yang dijadikan sampel

selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 0.144.

Simpangan baku variabel WAI™

/TA sebesar 1.186. Itu artinya nilai

WAI™

/TA dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama

tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sangat bervariasi. Rentang nilai

WAI™

/TA dari perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode tersebut

sangat lebar. Hal itu terlihat dari nilai WAI™

/TA yang berkisar dari

minimum -2.483 sampai dengan maksimum 5.812. Nilai WAI™

/TA dari

perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai

dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai besar hal itu terlihat dari nilai

skewness yang bernilai positif (kurva distribusi data condong ke kanan).

Rerata nilai sustainable growth rate dari perusahaan yang

dijadikan sampel selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah

sebesar 0.004. Simpangan baku variabel sustainable growth rate sebesar

0.606. Itu artinya nilai sustainable growth rate dari perusahaan yang

menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan tahun

2010 sangat bervariasi. Rentang nilai sustainable growth rate dari

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 77: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

63

Universitas Indonesia

perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode tersebut sangat lebar.

Hal itu terlihat dari nilai sustainable growth rate yang berkisar dari

minimum -6.368 sampai dengan maksimum 0.465. Nilai sustainable

growth rate dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama

tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai kecil hal itu

terlihat dari nilai skewness yang bernilai negatif (kurva distribusi data

condong ke kiri).

Rerata nilai cash conversion cycle dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar

125.940 hari. Simpangan baku variabel cash conversion cycle sebesar

259.503 hari. Itu artinya nilai cash conversion cycle dari perusahaan yang

menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan tahun

2010 cukup bervariasi. Rentang nilai cash conversion cycle dari

perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode tersebut sangat lebar.

Hal itu terlihat dari nilai cash conversion cycle yang berkisar dari

minimum -327.154 hari sampai dengan maksimum 1,625.440 hari. Nilai

cash conversion cycle dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini

selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai besar

hal itu terlihat dari nilai skewness yang bernilai positif (kurva distribusi

data condong ke kanan).

Rerata nilai dividend yield dari perusahaan yang dijadikan sampel

selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 0.038.

Simpangan baku variabel dividend yield sebesar 0.141. Itu artinya nilai

dividend yield dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama

tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 cukup bervariasi. Rentang nilai

dividend yield dari perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode

tersebut tidak lebar atau dapat dikatakan nilainya cenderung berdekatan.

Hal itu terlihat dari nilai dividend yield yang berkisar dari minimum 0

sampai dengan maksimum 1.641. Nilai dividend yield dari perusahaan

yang menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 78: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

64

Universitas Indonesia

tahun 2010 sedikit yang bernilai besar hal itu terlihat dari nilai skewness

yang bernilai positif (kurva distribusi data condong ke kanan).

Rerata nilai return on assets dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar

0.092. Simpangan baku variabel return on assets sebesar 0.135. Itu artinya

nilai return on assets dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini

selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 cukup bervariasi. Rentang

nilai return on assets dari perusahaan-perusahaan yang diteliti pada

periode tersebut tidak lebar atau dapat dikatakan nilainya cenderung

berdekatan. Hal itu terlihat dari nilai return on assets yang berkisar dari

minimum -0.667 sampai dengan maksimum 0.622. Nilai return on assets

dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007

sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai kecil hal itu terlihat dari

nilai skewness yang bernilai negatif (kurva distribusi data condong ke

kiri).

Rerata nilai total assets dari perusahaan yang dijadikan sampel

selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 18,815,922

(dalam jutaan rupiah). Simpangan baku nilai total assets sebesar

22,265,457 (dalam jutaan rupiah). Itu artinya nilai total assets dari

perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai

dengan tahun 2010 tidak terlalu bervariasi. Rentang nilai total assets dari

perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode tersebut sangat lebar

atau dapat dikatakan nilainya cenderung berjauhan. Hal itu terlihat dari

nilai total asset yang berkisar dari minimum 621,835 (dalam jutaan

rupiah) sampai dengan maksimum 112,857,000 (dalam jutaan rupiah).

Nilai total assets dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini

selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai besar

hal itu terlihat dari nilai skewness yang bernilai positif (kurva distribusi

data condong ke kanan).

Jumlah observasi pada periode 2008 yang menjadi sampel adalah

30.3% dari keseluruhan jumlah sampel. Jumlah observasi pada periode

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 79: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

65

Universitas Indonesia

2009 yang menjadi sampel adalah 22.5% dari keseluruhan jumlah sampel.

Sedangkan jumlah observasi pada periode 2010 yang menjadi sampel

adalah 23.2% dari keseluruhan jumlah sampel. Sementara sisanya

sebanyak 24% dari keseluruhan jumlah sampel disimpulkan merupakan

sampel yang berasal dari observasi pada periode 2007.

4.3 Pengujian Kriteria Ekonometrika

4.3.1 Uji �ormalitas

Hasil uji Jarque-Bera (JB test) untuk model penelitian 1, 2, dan 3

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Uji Jarque-Bera (JB test)

Model Penelitian

1 2 3

Jarque-Bera 0.801 0.727 1.624

Probabilitas 0.670 0.695 0.444 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

Dengan H0: data berdistribusi normal, berdasarkan data pada tabel

di atas maka pada α = 5%, H0 diterima (karena nilai probabilitas lebih

besar dari nilai α). Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%,

dapat dikatakan bahwa data yang digunakan pada model penelitian 1, 2,

dan 3 berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Multikolinearitas (Multicolinearity)

Multikolinearitas dideteksi melalui nilai Tolerance dan VIF. Tabel

4.4 berikut menyajikan nilai Tolerance dan VIF untuk variabel-variabel

independen dalam model penelitian ini:

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 80: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

66

Universitas Indonesia

Tabel 4.4

�ilai Tolerance dan VIF

Var. Independen TOL VIF

SGR 0.983 1.018

CCC 0.885 1.130

DY 0.917 1.091

ROA 0.908 1.101

LOGTA 0.847 1.181

D08 0.604 1.657

D09 0.658 1.519

D10 0.629 1.590 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

Tidak terdapat multikolinearitas apabila nilai Tolerance dan VIF

variabel-variabel independen berada pada kisaran 1. Dapat dilihat pada

tabel di atas bahwa variabel-variabel independen dalam penelitian ini

memiliki nilai Tolerance dan VIF sekitar 1, sehingga dapat dikatakan

model-model penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas (Heterocedasticity)

Hasil uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk model penelitian 1, 2, dan

3 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Uji Breusch-Pagan-Godfrey

Model Penelitian 1

F-statistic 0.685 Probabilitas 0.704

Obs*R-squared 5.620 Probabilitas 0.690

Model Penelitian 2

F-statistic 0.775 Probabilitas 0.625

Obs*R-squared 6.330 Probabilitas 0.611

Model Penelitian 3

F-statistic 0.977 Probabilitas 0.457

Obs*R-squared 7.881 Probabilitas 0.445 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

Dengan H0: tidak ada heteroskedastisitas, berdasarkan data pada

ketiga tabel di atas maka pada α = 5%, H0 diterima (karena nilai

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 81: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

67

Universitas Indonesia

probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari nilai α). Kesimpulannya

adalah dengan tingkat keyakinan 95%, dapat dikatakan bahwa tidak

terdapat heteroskedastisitas pada model penelitian 1, 2, dan 3.

4.3.4 Uji Autokorelasi (Autocorellation)

Hasil uji Breusch-Godfrey (Lagrange-Multiplier Test) untuk model

penelitian 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Uji Breusch-Godfrey (Lagrange-Multiplier Test)

Model Penelitian 1

F-statistic 1.018 Probabilitas 0.364

Obs*R-squared 2.173 Probabilitas 0.337

Model Penelitian 2

F-statistic 0.868 Probabilitas 0.422

Obs*R-squared 1.857 Probabilitas 0.395

Model Penelitian 3

F-statistic 0.045 Probabilitas 0.956

Obs*R-squared 0.097 Probabilitas 0.953 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

Dengan H0: tidak ada autokorelasi, berdasarkan data pada tabel di atas

maka pada α = 5%, H0 diterima (karena nilai probabilitas Obs*R-squared

lebih besar dari nilai α). Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan

95%, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model

penelitian 1, 2, dan 3.

4.4 Pengujian Statistik

4.4.1 Uji F

Hasil uji F untuk model penelitian 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada

tabel 4.7 berikut:

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 82: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

68

Universitas Indonesia

Tabel 4.7

Uji F

Model Penelitian

1 2 3

F-statistik 27.498 7.868 24.793

Probabilitas (F-statistik) 0.000 0.000 0.000

Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

Dengan H0: model tidak dapat menjelaskan variabel dependen,

berdasarkan data pada tabel di atas maka pada α = 5%, H0 tidak dapat

diterima (karena nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari nilai α).

Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%, dapat dikatakan

bahwa model penelitian 1, 2, dan 3 masing-masing dapat menjelaskan

variabel dependennya. Atau dengan kata lain variabel dependen pada

masing-masing model penelitian 1, 2, dan 3 dipengaruhi oleh seluruh

variabel independennya secara bersama-sama.

4.4.2 Uji �ilai Koefisien Determinasi (Uji R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) model penelitian 1, 2, dan 3 dapat

dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

�ilai Koefisien Determinasi

Model Penelitian

1 2 3

R-kuadrat 0.623 0.321 0.599

Adj. R-kuadrat 0.601 0.280 0.574 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

Dari tabel di atas dapat terlihat nilai R2 untuk model penelitian 1

adalah 62.3%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 62.3% variasi nilai

variabel dependen Sharpe ratio dapat dijelaskan oleh variabel independen

logaritma nilai total assets, sustainable growth rate, return on assets, cash

conversion cycle, dividend yield, dummy tahun 2008, dummy tahun 2009,

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 83: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

69

Universitas Indonesia

dan dummy tahun 2010. Sedangkan sisanya sebesar 37.7% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Nilai R2 untuk model penelitian 2 adalah 32.1%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa 32.1% variasi nilai variabel dependen Jensen’s alpha

dapat dijelaskan oleh variabel independen logaritma nilai total assets,

sustainable growth rate, return on assets, cash conversion cycle, dividend

yield, dummy tahun 2008, dummy tahun 2009, dan dummy tahun 2010.

Sedangkan sisanya sebesar 67.9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Nilai R2 untuk model penelitian 3 adalah 59.9%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa 59.9% variasi nilai variabel dependen wealth added

index relative to total assets (WAI™

/TA) dapat dijelaskan oleh variabel

independen logaritma nilai total assets, sustainable growth rate, return on

assets, cash conversion cycle, dividend yield, dummy tahun 2008, dummy

tahun 2009, dan dummy tahun 2010. Sedangkan sisanya sebesar 40.1%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

penelitian ini.

4.4.3 Uji Hipotesis (Uji t)

Hasil uji hipotesis untuk model penelitian 1, 2, dan 3 dapat dilihat

pada tabel 4.9 berikut:

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 84: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

70

Universitas Indonesia

Tabel 4.9

Uji Hipotesis (Uji t)

Variabel

Dugaan Model 1 (SR) Model 2 (JA) Model 3 (WAIPERTA)

Hubungan Koef t-stat Prob Koef t-stat Prob Koef t-stat Prob

C 0.5737 0.8371 0.2020 -0.1222 -0.2546 0.3997 1.3080 1.2095 0.1143

SGR H1: + -0.1195 -1.7389 0.0422** -0.1732 -3.5976 0.0003*** -0.3852 -3.5518 0.0003***

CCC H2: − 0.0003 1.5619 0.0604* 0.0001 1.1960 0.1169 0.0001 0.5479 0.2924

DY H3: + 0.0399 0.1303 0.4483 -0.2404 -1.1203 0.1323 -0.1967 -0.4068 0.3424

ROA + 1.2891 4.0277 0.0000*** 1.3997 6.2452 0.0000*** 4.4461 8.8036 0.0000***

LOGTA − -0.0495 -0.5159 0.3034 -0.0168 -0.2499 0.4015 -0.0881 -0.5812 0.2811

D08 -0.9694 -8.4115 0.0000*** 0.2124 2.6317 0.0048*** -1.5915 -8.7521 0.0000***

D09 0.5817 4.7927 0.0000*** 0.0192 0.2253 0.4111 -1.1421 -5.9638 0.0000***

D10

-0.0623 -0.5069 0.3066 -0.0590 -0.6856 0.2471 -0.9668 -4.9888 0.0000***

R² 0.623 0.321 0.599

Adj R² 0.601 0.280 0.574

� 142 142 142

*** signifikan pada α = 1%

** signifikan pada α = 5%

* signifikan pada α = 10%

Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012

4.4.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Usaha Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel sustainable growth rate

sebagai proxy dari pertumbuhan usaha pada hasil regresi model penelitian

1 memiliki nilai koefisien -0.1195 dengan nilai probabilitas t-statistik lebih

kecil dari α = 5%. Sehingga dapat dikatakan variabel sustainable growth

Keterangan:

SR = Sharpe ratio;

JA = Jensen’s alpha;

WAIPERTA = wealth added index relative to total assets

SGR = sustainable growth rate;

CCC = cash conversion cycle;

DY = dividend yield;

ROA = return on assets;

LOGTA = logaritma nilai total assets;

D08 = 1 jika observasi pada tahun 2008 atau 0 jika lainnya;

D09 = 1 jika observasi pada tahun 2009 atau 0 jika lainnya;

D10 = 1 jika observasi pada tahun 2010 atau 0 jika lainnya;

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 85: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

71

Universitas Indonesia

rate memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Sharpe ratio. Pada

hasil regresi model penelitian 2, variabel sustainable growth rate memiliki

nilai koefisien -0.1732 dengan nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari

α = 1%. Sehingga juga dapat dikatakan variabel sustainable growth rate

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Jensen’s alpha. Pada hasil

regresi model penelitian 3, variabel sustainable growth rate memiliki nilai

koefisien -0.3852 dengan nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α =

1%. Sehingga juga dapat dikatakan variabel sustainable growth rate

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap WAI™

/TA.

Johnson dan Soenen (2003) dalam penelitiannya menemukan bukti

empiris bahwa sustainable growth rate memiliki pengaruh positif

signifikan baik terhadap Sharpe ratio, terhadap Jensen’s alpha, maupun

terhadap EVA®

/TA. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hobart (2006)

juga ditemukan bukti empiris bahwa sustainable growth rate memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap return on investments (ROI).

Sustainable growth rate merupakan tingkat pertumbuhan usaha tertinggi

yang dapat dipertahankan oleh perusahaan tanpa harus meningkatkan

leverage keuangannya (Higgins, 1977). Sustainable growth rate

merepresentasikan uang yang tetap tinggal di dalam perusahaan, atau

dengan kata lain laba yang tidak didistribusikan kepada para pemegang

saham yang dapat diinvetasikan kembali untuk kemajuan atau ekspansi

usaha. Dengan memiliki nilai sustainable growth rate yang tinggi maka

keuangan perusahaan akan semakin lebih fleksibel dan dapat digunakan

untuk ekspansi usaha. Adanya ekspansi usaha memungkinkan perusahaan

untuk meningkatkan kinerja usahanya di masa datang.

Hasil yang didapatkan pada uji t ini tidak sesuai dengan penelitian-

penelitian terdahulu dan hipotesis penulis. Walaupun demikian, pada

penelitian Hobart (2006) juga didapatkan bukti empiris bahwa sustainable

growth rate memiliki hubungan negatif dengan arus kas kepada pemegang

saham dan perubahan nilai pasar perusahaan. Jika semakin besar laba yang

direinvestasikan kembali ke dalam perusahaan (sustainable growth rate

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 86: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

72

Universitas Indonesia

tinggi) maka dalam jangka pendek efek yang jelas terlihat oleh investor

adalah minimnya pendistribusian laba oleh perusahaan untuk para

pemegang saham. Efek jangka pendek tersebut mengakibatkan rendahnya

apresiasi pasar terhadap saham perusahaan, karena pasar menilai kebijakan

manajemen perusahaan tidak berpihak kepada para pemegang saham.

Sehingga dalam jangka pendek, semakin tinggi pertumbuhan usaha suatu

perusahaan maka akan mengakibatkan semakin rendah kinerja pasar

perusahaan tersebut.

Efek positif yang dapat ditimbulkan dari tingginya sustainable

growth rate seperti kemungkinan meningkatnya profitabilitas perusahaan

di masa mendatang ataupun adanya ekspansi usaha yang dilakukan

perusahaan belum dapat tercermin dalam harga saham, begitu pula return

saham dalam jangka pendek. Menurut penulis, time lag satu atau dua

periode diperlukan agar dapat melihat hubungan positif antara sustainable

growth rate dan kinerja pasar perusahaan sesuai dengan yang

dihipotesakan pada penelitian ini dan bukti empiris dari penelitian-

penelitian sebelumnya. Setelah penulis mencoba menggunakan time lag

satu periode pada variabel sustainable growth rate yang hasil regresinya

secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5, ditemukan bahwa variabel

sustainable growth rate memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan

terhadap kinerja pasar perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi

rendahnya pertumbuhan usaha suatu perusahaan dalam jangka panjang

tidak terlalu mempengaruhi apresiasi pasar terhadap saham perusahaan

tersebut. Hal itu dikarenakan walaupun usaha suatu perusahaan bertumbuh

dengan adanya ekspansi usaha yang akan meningkatkan pendapatan

perusahaan, namun belum pasti membuat laba perusahaan tersebut juga

akan meningkat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil yang

didapatkan pada uji t ini berbeda dengan hipotesis satu (H1) penulis yang

menyatakan bahwa pertumbuhan usaha memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Sehingga hipotesis satu (H1)

penelitian ini tidak dapat diterima.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 87: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

73

Universitas Indonesia

4.4.3.2 Pengaruh Efisiensi Working Capital Management Terhadap Kinerja

Pasar Perusahaan

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel cash conversion cycle

sebagai proxy dari efisiensi working capital management pada hasil

regresi model penelitian 1 memiliki nilai koefisien 0.0003 dengan nilai

probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 10%. Sehingga dapat dikatakan

variabel cash conversion cycle memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap Sharpe ratio. Pada hasil regresi model penelitian 2, variabel cash

conversion cycle memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α =

10%. Sehingga dapat dikatakan variabel cash conversion cycle memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap Jensen’s alpha. Pada hasil regresi

model penelitian 3, variabel cash conversion cycle memiliki nilai

probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga juga dapat

dikatakan variabel cash conversion cycle memiliki pengaruh yang tidak

signifikan terhadap WAI™

/TA.

Pada penelitian Johnson dan Soenen (2003) ditemukan bukti

empiris bahwa cash conversion cycle memiliki pengaruh negatif (antara

panjang siklus dan kinerja) signifikan baik terhadap EVA®

/TA, terhadap

Sharpe ratio, maupun terhadap Jensen’s alpha. Begitu juga dalam

penelitian yang dilakukan oleh Hobart (2006) yang menemukan bukti

empiris bahwa cash conversion cycle memiliki pengaruh negatif signifikan

baik terhadap return on investment (ROI), maupun terhadap perubahan

nilai pasar akhir tahun perusahaan. Cash conversion cycle adalah arus kas

yang terus berputar dari suppliers ke persediaan, kemudian ke piutang

usaha, dan kembali lagi menjadi kas. Perusahaan yang memiliki cash

conversion cycle yang pendek dapat diasumsikan kegiatan operasinya

berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti, karena perusahaan

tersebut dapat menghasilkan kas dalam waktu yang relatif singkat dari

kegiatan operasinya. Dengan memiliki cash conversion cycle yang pendek

maka perusahaan akan terhindar dari risiko mengalami kekurangan kas

untuk menjalankan operasi maupun membayar kewajiban dan beban,

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 88: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

74

Universitas Indonesia

sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup dari perusahaan itu.

Tersedianya kas yang cukup untuk menjalankan operasi akan membuat

perusahaan tidak akan pernah kehilangan kesempatan bisnis yang ada.

Hasil yang didapatkan pada uji t ini tidak sesuai dengan penelitian-

penelitian terdahulu dan hipotesis penulis. Walaupun demikian, dalam

penelitian Hobart (2006) juga ditemukan bukti empiris bahwa cash

conversion cycle memiliki hubungan positif dengan arus kas pemegang

saham. Cash conversion cycle selain mencerminkan efisiensi working

capital management juga mengindikasikan tingkat likuiditas perusahaan.

Perusahaan dengan cash conversion cycle yang panjang akan memiliki

likuiditas yang kurang baik sehingga memiliki risiko yang lebih besar dari

perusahaan dengan cash conversion cycle yang pendek. Sesuai dengan

konsep risk & return, maka investor akan mengharapkan return yang lebih

tinggi dari perusahaan dengan cash conversion cycle yang panjang

dibanding perusahaan dengan cash conversion cycle yang pendek. Tidak

konsistennya signifikansi pengaruh cash conversion cycle terhadap ketiga

ukuran kinerja pasar perusahaan lebih disebabkan karena perbedaan risiko

yang diperhitungkan dalam masing-masing metode risk adjusted return.

Sharpe ratio memperhitungkan risiko total sedangkan Jensen’s alpha

maupun WAI™

/TA hanya memperhitungkan risiko sistematis dengan

asumsi investor menerapkan manajemen portofolio untuk meminimalkan

risiko spesifik perusahaan, sehingga cash conversion cycle yang panjang

sebagai bagian dari risiko spesifik perusahaan hanya berpengaruh

signifikan terhadap Sharpe ratio.

Sementara itu, tidak siginifikannya pengaruh cash conversion cycle

terhadap Jensen’s alpha dan WAI™

/TA mengindikasikan bahwa tinggi

rendahnya efisiensi working capital management suatu perusahaan tidak

selalu mempengaruhi apresiasi pasar terhadap saham perusahaan tersebut.

Seperti yang telah disebutkan di atas, hal itu dikarenakan cash conversion

cycle yang panjang sebagai bagian dari risiko spesifik perusahaan dapat

diminimalkan pengaruhnya melalui penerapan manajemen portofolio

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 89: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

75

Universitas Indonesia

terhadap aset investasi. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil

yang didapatkan pada uji t ini berbeda dengan hipotesis dua (H2) penulis

yang menyatakan bahwa efisiensi working capital management memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Sehingga

hipotesis dua (H2) penelitian ini tidak dapat diterima.

4.4.3.3 Pengaruh Aliran Kas Pemegang Saham Terhadap Kinerja Pasar

Perusahaan

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel dividend yield sebagai proxy

dari aliran kas pemegang saham pada hasil regresi model penelitian 1

memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga

dapat dikatakan variabel dividend yield memiliki pengaruh yang tidak

signifikan terhadap Sharpe ratio. Pada hasil regresi model penelitian 2,

variabel dividend yield memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar

dari α = 10%. Sehingga dapat dikatakan variabel dividend yield memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap Jensen’s alpha. Pada hasil regresi

model penelitian 3, variabel dividend yield memiliki nilai probabilitas t-

statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga juga dapat dikatakan variabel

dividend yield memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap

WAI™

/TA.

Di dalam penelitian Van Horne dan McDonald (1971) ditemukan

bukti empiris bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap nilai pasar saham. Naranjo et al.

(1998) dalam penelitiannya juga menemukan bukti empiris bahwa

dividend yield memiliki hubungan positif dengan return saham. Kemudian

dalam penelitian Lie (2005) ditemukan bukti empiris bahwa perusahaan

yang memutuskan untuk berhenti membagikan selamanya atau dengan

kata lain menghilangkan dividen mengalami kinerja usaha yang buruk

selama tiga bulan pertama setelah pengumuman dan tiga bulan berikutnya.

Dividend yield adalah suatu cara untuk mengukur seberapa besar aliran kas

yang didapatkan oleh investor untuk setiap rupiah dana yang

diinvestasikan pada saham suatu perusahaan. Semakin besar nilai dividend

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 90: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

76

Universitas Indonesia

yield, maka akan semakin menarik bagi investor dan pemegang saham,

karena perusahaan dianggap mampu memberikan nilai tambah kepada

mereka. Hal itu dikarenakan dividen merupakan manfaat langsung yang

dapat dirasakan oleh para pemegang saham atas keberhasilan dan

keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan. Nilai dividend yield yang

tinggi secara tidak langsung juga mengindikasikan kondisi keuangan

perusahaan yang baik, dan tersedianya kas yang cukup bagi perusahaan

untuk menjalankan usahanya.

Hasil yang didapatkan pada uji t ini tidak sesuai dengan penelitian-

penelitian terdahulu dan hipotesis penulis. Pengaruh dividend yield sebagai

proxy dari aliran kas pemegang saham yang tidak siginifikan terhadap

ketiga ukuran kinerja pasar perusahaan mengindikasikan bahwa besar

kecilnya aliran kas pemegang saham tidak terlalu mempengaruhi apresiasi

pasar terhadap saham perusahaan tersebut. Hal itu dikarenakan sebagian

investor ada yang mendambakan aliran kas yang besar melalui dividen,

sementara sebagian lainnya kurang menyukai aliran kas yang besar

melalui dividen karena mempertimbangkan faktor pajak. Berdasarkan

analisis yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan pada uji t ini berbeda

dengan hipotesis tiga (H3) penulis yang menyatakan bahwa aliran kas

perusahaan untuk pemegang saham memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap kinerja pasar perusahaan. Sehingga hipotesis tiga (H3) penelitian

ini tidak dapat diterima.

4.4.3.4 Pengaruh Variabel Kontrol Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan

1) Efektivitas penggunaan aset

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel return on assets

(ROA) sebagai proxy dari efektivitas penggunaan aset pada hasil

regresi model penelitian 1 memiliki nilai koefisien 1.2891 dengan

nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Pada hasil

regresi model penelitian 2, variabel return on assets (ROA)

memiliki nilai koefisien 1.3997 dengan nilai probabilitas t-statistik

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 91: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

77

Universitas Indonesia

lebih kecil dari α = 1%. Pada hasil regresi model penelitian 3,

variabel return on assets (ROA) memiliki nilai koefisien 4.4461

dengan nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%.

Sehingga dapat dikatakan variabel return on assets (ROA) sebagai

proxy dari efektivitas penggunaan aset memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Hasil yang didapatkan pada uji t ini sesuai dengan prediksi

penulis, dan hasil dari penelitian Johnson dan Soenen (2003),

maupun penelitian Hobart (2006). Rasio return on assets (ROA)

digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan seberapa efektif

suatu perusahaan dalam menggunakan aset-aset yang dimilikinya

untuk menghasilkan keuntungan. Semakin efektif suatu perusahaan

dalam menggunakan aset-aset yang dimilikinya untuk

menghasilkan keuntungan, maka akan berdampak pada semakin

meningkatnya profitabilitas perusahaan tersebut. Para investor

akan mencari saham perusahaan-perusahaan dengan profitabilitas

tinggi, sehingga apresiasi pasar terhadap saham-saham tersebut

juga akan meningkat.

2) Ukuran perusahaan

Pada tabel 4.9 di atas dapat terlihat bahwa variabel

logaritma total assets sebagai proxy dari ukuran perusahaan pada

hasil regresi model penelitian 1 memiliki nilai probabilitas t-

statistik lebih besar dari α = 10%. Pada hasil regresi model

penelitian 2, variabel logaritma total assets memiliki nilai

probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%. Pada hasil regresi

model penelitian 3, variabel logaritma total assets memiliki nilai

probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga dapat

dikatakan variabel logaritma total assets sebagai proxy dari ukuran

perusahaan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap

kinerja pasar perusahaan.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 92: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

78

Universitas Indonesia

Hasil yang didapatkan pada uji t ini tidak sesuai dengan

prediksi penulis dan hasil dari penelitian Fama dan French (1992),

Rouwenhorst (1999), serta Hobart (2006). Ukuran perusahaan

dianggap merepresentasikan kinerja kumulatif perusahaan di masa

lalu. Sehingga perusahaan dengan aset kecil dapat diindikasikan

memiliki kinerja yang tidak begitu baik di masa-masa yang lalu.

Dengan begitu maka semakin besar ukuran suatu perusahaan maka

semakin rendah return yang akan didapatkan oleh investor. Hal itu

karena perusahaan kecil dianggap memiliki risiko yang lebih

tinggi. Dan sesuai dengan konsep risk & return, maka investor

akan mengharapkan return yang lebih tinggi dari perusahaan kecil

dibanding perusahaan besar. Pengaruh ukuran perusahaan yang

tidak signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan pada penelitian

ini menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran suatu perusahaan

(berdasarkan ukuran total assets) tidak terlalu mempengaruhi

apresiasi pasar terhadap saham perusahaan tersebut. Memang pada

kenyataannya, terutama di bursa saham Indonesia tidak selalu

saham-saham perusahaan kecil memberikan return yang lebih

besar dibandingkan return dari saham-saham perusahaan yang

tergolong besar, begitupun sebaliknya.

4.4.3.5 Pengaruh Variabel Dummy Tahun Terhadap Kinerja Pasar

Perusahaan

Dengan menggunakan tiga dummy tahun untuk mencerminkan

empat periode observasi (2007, 2008, 2009, 2010), dan yang menjadi

observasi dasar adalah periode tahun 2007, maka model regresi yang

dihasilkan diasumsikan merupakan model regresi untuk periode tahun

2007. Dalam tabel 4.9 terlihat bahwa variabel dummy tahun 2008 pada

hasil regresi model penelitian 1 memiliki nilai koefisien -0.9694 dengan

nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat

dikatakan nilai Sharpe ratio periode tahun 2008 lebih kecil dari periode

tahun 2007. Pada hasil regresi model penelitian 1, variabel dummy tahun

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 93: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

79

Universitas Indonesia

2009 memiliki nilai koefisien 0.5817 dengan nilai probabilitas t-statistik

lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat dikatakan nilai Sharpe ratio

periode tahun 2009 lebih besar dari periode tahun 2007. Pada hasil regresi

model penelitian 1, variabel dummy tahun 2010 memiliki nilai probabilitas

t-statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga dapat dikatakan nilai Sharpe

ratio periode tahun 2010 sama dengan periode tahun 2007.

Dalam tabel 4.9 terlihat bahwa variabel dummy tahun 2008 pada

hasil regresi model penelitian 2 memiliki nilai koefisien 0.2124 dengan

nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat

dikatakan nilai Jensen’s alpha periode tahun 2008 lebih besar dari periode

tahun 2007. Pada hasil regresi model penelitian 2, variabel dummy tahun

2009 memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%.

Sehingga dapat dikatakan nilai Jensen’s alpha periode tahun 2009 sama

dengan periode tahun 2007. Pada hasil regresi model penelitian 2, variabel

dummy tahun 2010 memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α

= 10%. Sehingga dapat dikatakan nilai Jensen’s alpha periode tahun 2010

sama dengan periode tahun 2007.

Dalam tabel 4.9 terlihat bahwa variabel dummy tahun 2008 pada

hasil regresi model penelitian 3 memiliki nilai koefisien -1.5915 dengan

nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat

dikatakan nilai WAI™

/TA periode tahun 2008 lebih kecil dari periode

tahun 2007. Pada hasil regresi model penelitian 3, variabel dummy tahun

2009 memiliki nilai koefisien -1.1421 dengan nilai probabilitas t-statistik

lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat dikatakan nilai WAI™

/TA periode

tahun 2009 lebih kecil dari periode tahun 2007. Pada hasil regresi model

penelitian 3, variabel dummy tahun 2010 memiliki nilai koefisien -0.9668

dengan nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat

dikatakan nilai WAI™

/TA periode tahun 2010 lebih kecil dari periode

tahun 2007.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 94: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

80 Universitas Indonesia

BAB V

KESIMPULA DA SARA

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini berusaha untuk memberikan bukti empiris mengenai

pengaruh pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan

aliran kas pemegang saham terhadap kinerja pasar perusahaan. Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel kontrol yang dimasukkan ke dalam

model penelitian yaitu, efektivitas penggunaan aset, dan ukuran

perusahaan. Penelitian ini menggunakan 142 observasi di setiap modelnya,

dan menggunakan 3 ukuran kinerja pasar perusahaan yaitu Sharpe ratio,

Jensen’s alpha, dan wealth added index relative to total assets

(WAI™/TA).

Setelah dilakukan analisa terhadap hasil penelitian, maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1) Pertumbuhan usaha memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap kinerja pasar perusahaan dalam jangka pendek. Atau

dapat dikatakan, semakin tinggi pertumbuhan usaha suatu

perusahaan maka akan mengakibatkan semakin rendah kinerja

pasar perusahaan tersebut dalam jangka pendek.

2) Bila memperhitungkan risiko spesifik perusahaan, efisiensi

working capital management memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Atau dapat

dikatakan, bila memperhitungkan risiko spesifik perusahaan,

semakin rendah efisiensi working capital management suatu

perusahaan (cash conversion cycle panjang) maka akan

mengakibatkan semakin tinggi kinerja pasar perusahaan

tersebut.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 95: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

81

Universitas Indonesia

3) Aliran kas pemegang saham memiliki pengaruh yang tidak

signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Atau dapat

dikatakan besar kecilnya aliran kas suatu perusahaan untuk

pemegang sahamnya tidak terlalu mempengaruhi kinerja pasar

perusahaan tersebut.

4) Efektivitas penggunaan aset ditemukan berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja pasar suatu perusahaan, sementara

ukuran perusahaan ditemukan berpengaruh tidak signifikan

terhadap kinerja pasar suatu perusahaan.

5.2 Implikasi Penelitian

1) Bagi investor, dengan diperolehnya bukti empiris bahwa

pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan

efektivitas penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan terhadap

kinerja pasar perusahaan, maka investor dapat menjadikan faktor-

faktor finansial tersebut sebagai dasar pertimbangan ketika

mengambil keputusan investasi.

2) Bagi perusahaan, dengan diperolehnya bukti empiris bahwa

pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan

efektivitas penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan terhadap

kinerja pasar perusahaan, maka dapat menjadi masukan bagi

perusahaan untuk senantiasa mengevaluasi faktor-faktor finansial

tersebut demi meningkatkan kinerja pasar perusahaan mereka.

3) Bagi akademisi dan peneliti, dengan diperolehnya bukti empiris

bahwa pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management,

dan efektivitas penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan

terhadap kinerja pasar perusahaan, maka akan menambah referensi

atau bahan rujukan bagi penelitian-penelitian mereka selanjutnya

yang berkaitan dengan hubungan serta pengaruh faktor-faktor

finansial terhadap kinerja pasar perusahaan.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 96: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

82

Universitas Indonesia

5.3 Keterbatasan dan Saran

1) Ukuran perusahaan ditemukan memiliki pengaruh yang tidak

signifikan di ketiga ukuran kinerja pasar perusahaan. Penulis

menduga penggunaan total assets sebagai dasar ukuran perusahaan

tidaklah terlalu tepat. Sehingga penulis menyarankan pada

penelitian-penelitian selanjutnya besar kecilnya perusahaan dapat

diukur melalui market value of equity (market capitalization).

2) Penggunaan metode wealth added index (WAI™) sebagai salah

satu ukuran kinerja perusahaan menjadikan perusahaan peringkat

SWA100 sebagai dasar pengambilan sampel penelitian ini, karena

nilai wealth added index (WAI™) tidak dipublikasikan oleh pihak

lain, kecuali oleh majalah SWA dan Stern Stewart & Co. Hal itu

berakibat pada terbatasnya jumlah observasi yang mungkin

menjadi penyebab tidak signifikannya pengaruh beberapa faktor

finansial yang diteliti terhadap kinerja pasar perusahaan. Sehingga

dalam penelitian-penelitian selanjutnya diharapkan dapat

menambah jumlah observasi baik jumlah perusahaan yang diteliti

maupun lama periode observasinya.

3) Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berasal dari beragam

sektor industri, kecuali sektor industri keuangan dan perbankan.

Pada penelitian-penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk

membagi sampel dalam beberapa kelompok berdasarkan klasifikasi

masing-masing sektor industrinya, agar hasil dari penelitian

tersebut dapat lebih akurat dan dapat dibandingkan hasil

penelitiannya antara satu sektor industri dengan sektor industri

lainnya.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 97: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

83 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Black, F & Scholes, M.S. (1973). The Pricing of Options and Corporate

Liabilities. Journal of Political Economy (81), p. 637-654.

Busija, E.C., O’Neill, H.M., & Zeithaml, C.P. (1997). Diversification

Strategy, Entry Mode, and Performance: Evidence of Choice And

Constraints. Strategic Management Journal (18), p. 321–327.

Chan, L.K., Hamao, Y., & Lakonishok, J. (1991). Fundamentals and Stock

Returns in Japan. Journal of Finance (46), p. 1739-1789.

Combs, J.G. & Ketchen, D.J. (1999). Explaining Interfirm Cooperation

and Performance:Toward A Reconciliation of Predictions From the

Resource-Based View and Organizational Economics. Strategic

Management Journal (20), p. 867–888.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fahkruddin. (2008). Pasar Modal di

Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat.

Dess, G.G., Lumpkin, G.T., & Covin, J.G. (1997). Entrepreneurial

Strategy Making and Firm Performance: Tests of Contingency and

Configurational Models. Strategic Management Journal (18/9), p. 677–

695.

Fama, E.F. & French, K. (1992). The Cross-Section of Expected Stock

Returns. Journal of Finance (47), p. 427-466.

Fama, E.F. & French, K. (1998a). Taxes, Financing Decisions and Firm

Value. Journal of Finance (53), p. 819–841.

Fama, E.F. & French, K. (1998b). Value Versus Growth: The International

Evidence. Journal of Finance (53), p. 1975–1998.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 98: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

84

Universitas Indonesia

Farjoun, M. (1998). The Independent And Joint Effects of The Skill and

Physical Bases of Relatedness in Diversification. Strategic Management

Journal (19/7), p. 611–630.

Gujarati, Damodar N., & Porter, Dawn C. (2009). Basic Econometrics. Ed.

5, McGraw-Hill.

Harto, Budi. (2007). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga

Saham (Studi pada Saham-saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta). Tesis

Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Hickman, Kent A., Hunter, Hugh O., & Byrd, John W. (2002).

Foundations of Corporate Finance. Ed. 2, South-Western, Ohio.

Higgins, R.C. (1974). Growth, Dividend Policy, and Capital Costs in the

Electric Utility Industry. Journal of Finance, 29, pp. 1189-1201.

Higgins, Robert, C. (1977). How Much Growth Can a Firm Afford?.

Financial Management, Vol. 6, No.3 (Autumn, 1977), pp.7-16.

Hitt, M. & Hoskisson, R. (1997). International Diversification: Effects on

Innovation and Firm Performance in Product Diversified Firms. Academy

of Management Journal (40/4), p. 767-98.

Hobarth, Mag Lukas L. (2006). Modelling the Relationship between

Financial Indicators and Company Performance – An Empirical Study for

US Listed Companies. Dissertation Vienna University of Economics and

Business Administration.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2000). Standar Profesional Akuntan Publik.

Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan Per 1

September 2007. Jakarta: Salemba Empat.

Iqbal, Muhammad. (2004). Analisis Pengaruh Economic Value Added,

Return on Asset, Return on Equity, dan Earning per Share terhadap

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 99: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

85

Universitas Indonesia

Harga Saham dan Market Value Added (Penelitian Empiris di Bursa Efek

Jakarta Tahun 2000-2002). Tesis Fakultas Ekonomi, Universitas

Indonesia.

Jensen, Michael C. (2001). Value Maximization, Stakeholder Theory, and

the Corporate Objective Function. Harvard Business School Working

Paper, Boston.

Johansson, J.K. & Yip, G.S. (1994). Exploiting Globalization Potential:

U.S. and Japanese Strategies. Strategic Management Journal (15/8), p.

579–601.

Johnson, R. & Soenen, L. (2003). Indicators Of Successful Companies.

European Management Journal (21), p. 364-369.

Jones, Charles P. (2007). Investments: Analysis and Management. Ed. 10,

John Wiley & Sons, Inc., New York.

Keats, B.W. & Hitt, M.A. (1988). A Causal Model of Linkages among

Environmental Dimensions, Macro Organizational Characteristics, and

Performance. Academy of Management Journal (31/3), p. 570–598.

Keown, Arthur, J dan John D. Martin dan J. William Petty dan David F.

Scott, JR. (2005). Financial Management: Principles and Applications.

Tenth Edition. Pearson Prentice Hall.

Kothari, S.P dan Jay Shanken. (1997). Book-to-Market, Dividend Yield,

and Expected Market Returns: A time-series Analysis. Journal of Financial

Economics, 44, pp.169-203.

Legowo, Herman. & Machfoedz, Mas’ud. (1998). Efisiensi Pasar Modal:

Perbandingan Pada Dua Periode Yang Berbeda Dalam Pasar Modal

Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 13, No. 2, p. 78-90.

Lie, Erik. (2005). Operating Performance Following Dividend Decreases

and Omissions. Journal of Corporate Finance, 12, pp.27-53.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 100: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

86

Universitas Indonesia

Nachrowi, Djalal Nachrowi., & Usman, Hardius. (2006). Pendekatan

Populer dan Praktis EKO@OMETRIKA Untuk Analisis Ekonomi dan

Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

Jakarta.

Naranjo, Andy dan M. Nimalendran dan Mike RyngaertSource. (1998).

Stock Returns, Dividend Yields, and Taxes. The Journal of Finance, Vol.

53, No. 6 (Dec., 1998), pp. 2029-2057.

Nguyen, T.H., Seror A.., & Devinney, T.M. (1990). Diversification

Strategy and Performance in Canadian Manufacturing Firms. Strategic

Management Journal (11/5), p. 411–418.

Pontiff, Jeffrey dan Lawrence D. Schall. (1998). Book-to-Market Ratios as

Predictors of Market Returns. Journal of Financial Economics, 49, pp.141-

160.

Ross, Stephen A. (1995). Fundamentals of Corporate Finance. Ed. 3,

Irwin.

Rouwenhorst, Geert. K. (1999). Local Return Factors and Turnover in

Emerging Stock Markets. The Journal of Finance, Vol.54, No.4, pp.1439-

1464.

Schroeder, Richard G., Calrk, Myrtle W., Cathey, Jack M. (2009).

Financial Accounting Theory and Analysis: Text and Cases. Ninth

Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Stern, Erik. (2009). Strategi Mendongkrak WAI dan RWA. Majalah SWA

13/XXV, pp.74-76.

Stern Stewart & Co. (2002). Introduction to the Wealth Added Index

(WAI™

) A @ew Performance Measurement and Strategic Planning

Platform. Perspective on Business, London.

Swakarya, Sembada. (2008). Peringkat SWA100. Majalah SWA 19/XXIV.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 101: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

87

Universitas Indonesia

Swakarya, Sembada. (2009). Peringkat SWA100. Majalah SWA 13/XXV.

Swakarya, Sembada. (2010). Peringkat SWA100. Majalah SWA 13/XXVI.

Swakarya, Sembada. (2011). Peringkat SWA100. Majalah SWA

13/XXVII.

Van Horne, J.C. & J.G. McDonald. (1971). Dividend Policy and @ew

Equity Financing. Journal of Finance, 26, pp. 507-519.

Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis Ekonometrika dan Statistika

dengan EViews. Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Young, David. (2001). EVA and Value Based Management: A Practical

Guide to Implementation. McGraw-Hill, New York.

Zajac E.J., Kraatz M.S., & Bresser R.K.F. (2000). Modeling the Dynamics

of Strategic Fit: A @ormative Approach to Strategic Change. Strategic

Management Journal (21/4), p. 429–453.

Modul Analisa Software Ekonometrika, Laboratorium Komputasi,

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 102: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

LAMPIRA� 1

DAFTAR SAMPEL PERUSAHAA�

�O KODE

EMITE� �AMA EMITE�

1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk

2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk

3 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk

4 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk

5 ASII PT Astra International Tbk

6 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

7 BLTA PT Berlian Laju Tanker Tbk

8 BMTR PT Global Mediacom Tbk

9 BNBR PT Bakrie & Brothers Tbk

10 BRPT PT Barito Pacific Tbk

11 BUMI PT Bumi Resources Tbk

12 ENRG PT Energi Mega Persada Tbk

13 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk

14 GGRM PT Gudang Garam Tbk

15 HMSP PT HM Sampoerna Tbk

16 INCO PT International Nickel Indonesia Tbk

17 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk

18 INKP PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk

19 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk

20 ISAT PT INDOSAT Tbk

21 JRPT PT Jaya Real Property Tbk

22 KIJA PT Kawasan Industri Jababeka Tbk

23 KLBF PT Kalbe Farma Tbk

24 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk

25 LSIP PT PP London Sumatra Tbk

26 MEDC PT Medco Energi International Tbk

27 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk

28 MPPA PT Matahari Putra Prima Tbk

29 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

30 PLIN PT Plaza Indonesia Realty Tbk

31 PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk

32 RALS PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk

33 RMBA PT Bentoel International Investama Tbk

34 SMAR PT SMART Tbk

35 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk

36 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 103: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

37 SMRA PT Summarecon Agung Tbk

38 TINS PT Timah (Persero) Tbk

39 TKIM PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk

40 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk

41 TURI PT Tunas Ridean Tbk

42 UNSP PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk

43 UNTR PT United Tractor Tbk

44 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 104: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

LAMPIRA� 2

HASIL (OUTPUT) MODEL PE�ELITIA� 1

1. Uji �ormalitas

0

4

8

12

16

20

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Series: ResidualsSample 1 142Observations 142

Mean 5.00e-17Median -0.010454Maximum 1.456307Minimum -1.054904Std. Dev. 0.476120Skewness 0.182714Kurtosis 3.042454

Jarque-Bera 0.800760Probability 0.670066

2. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LogTA .847 1.181

SGR .983 1.018

ROA .908 1.101

CCC .885 1.130

DY .917 1.091

D08 .604 1.657

D09 .658 1.519

D10 .629 1.590

a. Dependent Variable: SR

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 105: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0.685092 Prob. F(8,133) 0.7041

Obs*R-squared 5.620016 Prob. Chi-Square(8) 0.6897

Scaled explained SS 5.034849 Prob. Chi-Square(8) 0.7538

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:29

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.831167 0.455401 1.825130 0.0702

LOGTA -0.078924 0.063799 -1.237081 0.2182

SGR 0.036517 0.045677 0.799469 0.4254

ROA -0.226951 0.212682 -1.067089 0.2879

CCC -0.000181 0.000112 -1.605903 0.1107

DY -0.082697 0.203658 -0.406058 0.6854

D08 -0.036685 0.076577 -0.479060 0.6327

D09 0.014293 0.080650 0.177228 0.8596

D10 0.014441 0.081610 0.176956 0.8598 R-squared 0.039578 Mean dependent var 0.225094

Adjusted R-squared -0.018192 S.D. dependent var 0.322830

S.E. of regression 0.325754 Akaike info criterion 0.655931

Sum squared resid 14.11335 Schwarz criterion 0.843273

Log likelihood -37.57113 Hannan-Quinn criter. 0.732059

F-statistic 0.685092 Durbin-Watson stat 1.574120

Prob(F-statistic) 0.704058

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 106: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

4. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.017860 Prob. F(2,131) 0.3642

Obs*R-squared 2.172893 Prob. Chi-Square(2) 0.3374

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:23

Sample: 1 142

Included observations: 142

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.120318 0.690992 0.174124 0.8620

LOGTA -0.014179 0.096623 -0.146749 0.8836

SGR 0.007194 0.069081 0.104140 0.9172

ROA -0.021604 0.321705 -0.067156 0.9466

CCC -4.65E-05 0.000172 -0.269649 0.7879

DY 0.012001 0.306630 0.039139 0.9688

D08 -0.026702 0.117213 -0.227806 0.8202

D09 -0.009765 0.121619 -0.080291 0.9361

D10 -0.017317 0.124174 -0.139457 0.8893

RESID(-1) -0.028222 0.087918 -0.321005 0.7487

RESID(-2) -0.127535 0.091189 -1.398590 0.1643 R-squared 0.015302 Mean dependent var 5.00E-17

Adjusted R-squared -0.059866 S.D. dependent var 0.476120

S.E. of regression 0.490164 Akaike info criterion 1.486148

Sum squared resid 31.47422 Schwarz criterion 1.715121

Log likelihood -94.51652 Hannan-Quinn criter. 1.579193

F-statistic 0.203572 Durbin-Watson stat 1.984985

Prob(F-statistic) 0.995679

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 107: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

5. Hasil Penelitian

Dependent Variable: SR

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:23

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.573709 0.685339 0.837118 0.4040

LOGTA -0.049530 0.096011 -0.515879 0.6068

SGR -0.119532 0.068739 -1.738923 0.0844

ROA 1.289132 0.320068 4.027682 0.0001

CCC 0.000264 0.000169 1.561855 0.1207

DY 0.039948 0.306488 0.130341 0.8965

D08 -0.969352 0.115241 -8.411507 0.0000

D09 0.581690 0.121371 4.792650 0.0000

D10 -0.062253 0.122817 -0.506874 0.6131 R-squared 0.623211 Mean dependent var 0.201538

Adjusted R-squared 0.600547 S.D. dependent var 0.775652

S.E. of regression 0.490230 Akaike info criterion 1.473400

Sum squared resid 31.96332 Schwarz criterion 1.660741

Log likelihood -95.61137 Hannan-Quinn criter. 1.549527

F-statistic 27.49778 Durbin-Watson stat 2.035904

Prob(F-statistic) 0.000000

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 108: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

LAMPIRA� 3

HASIL (OUTPUT) MODEL PE�ELITIA� 2

1. Uji �ormalitas

0

2

4

6

8

10

12

-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8

Series: ResidualsSample 1 142Observations 142

Mean 4.53e-17Median -0.007127Maximum 0.756152Minimum -0.842338Std. Dev. 0.333401Skewness 0.050710Kurtosis 2.664447

Jarque-Bera 0.727052Probability 0.695221

2. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LogTA .847 1.181

SGR .983 1.018

ROA .908 1.101

CCC .885 1.130

DY .917 1.091

D08 .604 1.657

D09 .658 1.519

D10 .629 1.590

a. Dependent Variable: JA

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 109: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0.775237 Prob. F(8,133) 0.6252

Obs*R-squared 6.326558 Prob. Chi-Square(8) 0.6107

Scaled explained SS 4.618851 Prob. Chi-Square(8) 0.7974

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:28

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.224618 0.201060 1.117166 0.2659

LOGTA -0.013346 0.028167 -0.473804 0.6364

SGR 0.003184 0.020166 0.157897 0.8748

ROA -0.151602 0.093900 -1.614513 0.1088

CCC -2.17E-05 4.96E-05 -0.437534 0.6624

DY -0.005277 0.089916 -0.058690 0.9533

D08 -0.036826 0.033809 -1.089248 0.2780

D09 0.015196 0.035607 0.426755 0.6702

D10 0.018062 0.036031 0.501292 0.6170 R-squared 0.044553 Mean dependent var 0.110374

Adjusted R-squared -0.012917 S.D. dependent var 0.142901

S.E. of regression 0.143821 Akaike info criterion -0.979215

Sum squared resid 2.751026 Schwarz criterion -0.791874

Log likelihood 78.52430 Hannan-Quinn criter. -0.903088

F-statistic 0.775237 Durbin-Watson stat 1.805502

Prob(F-statistic) 0.625175

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 110: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

4. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.867745 Prob. F(2,131) 0.4223

Obs*R-squared 1.856621 Prob. Chi-Square(2) 0.3952

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:28

Sample: 1 142

Included observations: 142

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.078621 0.486065 0.161750 0.8718

LOGTA -0.009818 0.067958 -0.144470 0.8854

SGR -0.002413 0.048320 -0.049928 0.9603

ROA 0.003204 0.228398 0.014027 0.9888

CCC -3.12E-05 0.000122 -0.254859 0.7992

DY -0.020155 0.218048 -0.092436 0.9265

D08 -0.012110 0.081301 -0.148953 0.8818

D09 -0.005670 0.085344 -0.066436 0.9471

D10 0.000322 0.086206 0.003739 0.9970

RESID(-1) 0.013520 0.090188 0.149906 0.8811

RESID(-2) -0.118104 0.090277 -1.308243 0.1931 R-squared 0.013075 Mean dependent var 4.53E-17

Adjusted R-squared -0.062263 S.D. dependent var 0.333401

S.E. of regression 0.343624 Akaike info criterion 0.775761

Sum squared resid 15.46812 Schwarz criterion 1.004733

Log likelihood -44.07902 Hannan-Quinn criter. 0.868806

F-statistic 0.173549 Durbin-Watson stat 1.985912

Prob(F-statistic) 0.997785

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 111: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

5. Hasil Penelitian

Dependent Variable: JA

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:28

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.122183 0.479906 -0.254597 0.7994

LOGTA -0.016804 0.067232 -0.249947 0.8030

SGR -0.173170 0.048134 -3.597648 0.0005

ROA 1.399730 0.224126 6.245272 0.0000

CCC 0.000142 0.000118 1.195973 0.2338

DY -0.240445 0.214617 -1.120346 0.2646

D08 0.212367 0.080697 2.631651 0.0095

D09 0.019150 0.084990 0.225318 0.8221

D10 -0.058966 0.086002 -0.685640 0.4941 R-squared 0.321231 Mean dependent var -0.048454

Adjusted R-squared 0.280402 S.D. dependent var 0.404675

S.E. of regression 0.343282 Akaike info criterion 0.760753

Sum squared resid 15.67304 Schwarz criterion 0.948094

Log likelihood -45.01345 Hannan-Quinn criter. 0.836881

F-statistic 7.867853 Durbin-Watson stat 1.959977

Prob(F-statistic) 0.000000

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 112: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

LAMPIRA� 4

HASIL (OUTPUT) MODEL PE�ELITIA� 3

1. Uji �ormalitas

0

4

8

12

16

20

24

-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Series: ResidualsSample 1 142Observations 142

Mean -1.51e-16Median -0.009722Maximum 2.008553Minimum -2.111887Std. Dev. 0.751267Skewness -0.250817Kurtosis 3.150874

Jarque-Bera 1.623525Probability 0.444075

2. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LogTA .847 1.181

SGR .983 1.018

ROA .908 1.101

CCC .885 1.130

DY .917 1.091

D08 .604 1.657

D09 .658 1.519

D10 .629 1.590

a. Dependent Variable: WAIPerTA

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 113: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0.976901 Prob. F(8,133) 0.4569

Obs*R-squared 7.880963 Prob. Chi-Square(8) 0.4452

Scaled explained SS 7.435169 Prob. Chi-Square(8) 0.4905

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:32

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.295518 1.153857 1.989431 0.0487

LOGTA -0.250746 0.161647 -1.551188 0.1232

SGR 0.017535 0.115731 0.151518 0.8798

ROA 0.800604 0.538876 1.485692 0.1397

CCC -0.000456 0.000285 -1.600148 0.1119

DY -0.353366 0.516012 -0.684802 0.4947

D08 0.051045 0.194024 0.263084 0.7929

D09 -0.065143 0.204344 -0.318789 0.7504

D10 0.103883 0.206778 0.502393 0.6162 R-squared 0.055500 Mean dependent var 0.560428

Adjusted R-squared -0.001312 S.D. dependent var 0.824825

S.E. of regression 0.825366 Akaike info criterion 2.515303

Sum squared resid 90.60348 Schwarz criterion 2.702644

Log likelihood -169.5865 Hannan-Quinn criter. 2.591431

F-statistic 0.976901 Durbin-Watson stat 1.518576

Prob(F-statistic) 0.456892

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 114: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

4. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.044596 Prob. F(2,131) 0.9564

Obs*R-squared 0.096615 Prob. Chi-Square(2) 0.9528

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:32

Sample: 1 142

Included observations: 142

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.025096 1.092939 0.022962 0.9817

LOGTA -0.003248 0.153027 -0.021227 0.9831

SGR 0.001669 0.110507 0.015102 0.9880

ROA 0.016050 0.511944 0.031352 0.9750

CCC -2.02E-05 0.000277 -0.072776 0.9421

DY -0.000414 0.487982 -0.000848 0.9993

D08 -0.004790 0.183999 -0.026031 0.9793

D09 -0.000481 0.193810 -0.002481 0.9980

D10 0.003501 0.195577 0.017903 0.9857

RESID(-1) -0.016703 0.090165 -0.185253 0.8533

RESID(-2) -0.022745 0.093062 -0.244404 0.8073 R-squared 0.000680 Mean dependent var -1.51E-16

Adjusted R-squared -0.075604 S.D. dependent var 0.751267

S.E. of regression 0.779149 Akaike info criterion 2.413071

Sum squared resid 79.52662 Schwarz criterion 2.642044

Log likelihood -160.3281 Hannan-Quinn criter. 2.506117

F-statistic 0.008919 Durbin-Watson stat 1.990700

Prob(F-statistic) 1.000000

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 115: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

5. Hasil Penelitian

Dependent Variable: WAIPERTA

Method: Least Squares

Date: 01/18/12 Time: 14:33

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.307979 1.081393 1.209532 0.2286

LOGTA -0.088053 0.151496 -0.581223 0.5621

SGR -0.385244 0.108463 -3.551840 0.0005

ROA 4.446112 0.505034 8.803595 0.0000

CCC 0.000146 0.000267 0.547857 0.5847

DY -0.196709 0.483606 -0.406755 0.6848

D08 -1.591474 0.181839 -8.752126 0.0000

D09 -1.142138 0.191511 -5.963824 0.0000

D10 -0.966781 0.193792 -4.988765 0.0000 R-squared 0.598606 Mean dependent var 0.143713

Adjusted R-squared 0.574462 S.D. dependent var 1.185793

S.E. of regression 0.773532 Akaike info criterion 2.385583

Sum squared resid 79.58077 Schwarz criterion 2.572924

Log likelihood -160.3764 Hannan-Quinn criter. 2.461711

F-statistic 24.79313 Durbin-Watson stat 2.019998

Prob(F-statistic) 0.000000

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 116: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

LAMPIRA� 5

HASIL (OUTPUT) MODEL PE�ELITIA� YA�G ME�GGU�AKA�

SUSTAI�ABLE GROWTH RATE (SGR) DE�GA� TIME LAG 1 PERIODE

1. Model Penelitian 1

Dependent Variable: SR

Method: Least Squares

Date: 01/17/12 Time: 19:03

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.493642 0.693145 0.712177 0.4776

LOGTA -0.036530 0.096987 -0.376646 0.7070

SGR_1 0.030248 0.071080 0.425554 0.6711

ROA 1.278070 0.323429 3.951626 0.0001

CCC 0.000259 0.000171 1.513159 0.1326

DY 0.100343 0.325887 0.307906 0.7586

D08 -0.983963 0.116191 -8.468511 0.0000

D09 0.569595 0.122457 4.651371 0.0000

D10 -0.084640 0.123428 -0.685742 0.4941 R-squared 0.615168 Mean dependent var 0.201538

Adjusted R-squared 0.592020 S.D. dependent var 0.775652

S.E. of regression 0.495435 Akaike info criterion 1.494520

Sum squared resid 32.64558 Schwarz criterion 1.681861

Log likelihood -97.11092 Hannan-Quinn criter. 1.570648

F-statistic 26.57566 Durbin-Watson stat 2.012192

Prob(F-statistic) 0.000000

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012

Page 117: digital_20285118-S-Agung Nugroho Priyambodo.pdf

2. Model Penelitian 2

Dependent Variable: JA

Method: Least Squares

Date: 01/17/12 Time: 19:03

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.235283 0.502006 -0.468686 0.6401

LOGTA 0.001675 0.070242 0.023850 0.9810

SGR_1 0.039214 0.051479 0.761754 0.4476

ROA 1.383895 0.234242 5.907981 0.0000

CCC 0.000134 0.000124 1.079705 0.2822

DY -0.159547 0.236022 -0.675986 0.5002

D08 0.190813 0.084151 2.267515 0.0250

D09 0.001391 0.088689 0.015680 0.9875

D10 -0.091423 0.089392 -1.022719 0.3083 R-squared 0.258411 Mean dependent var -0.048454

Adjusted R-squared 0.213804 S.D. dependent var 0.404675

S.E. of regression 0.358816 Akaike info criterion 0.849267

Sum squared resid 17.12358 Schwarz criterion 1.036608

Log likelihood -51.29795 Hannan-Quinn criter. 0.925395

F-statistic 5.793069 Durbin-Watson stat 1.982133

Prob(F-statistic) 0.000002

3. Model Penelitian 3

Dependent Variable: WAIPERTA

Method: Least Squares Date: 01/17/12 Time: 19:04

Sample: 1 142

Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.034060 1.127619 0.917029 0.3608

LOGTA -0.044208 0.157779 -0.280192 0.7798

SGR_1 0.122743 0.115633 1.061481 0.2904

ROA 4.409416 0.526159 8.380388 0.0000

CCC 0.000128 0.000278 0.460501 0.6459

DY 0.034104 0.530158 0.064329 0.9488

D08 -1.636442 0.189021 -8.657465 0.0000

D09 -1.179822 0.199215 -5.922340 0.0000

D10 -1.038804 0.200794 -5.173484 0.0000 R-squared 0.564224 Mean dependent var 0.143713

Adjusted R-squared 0.538012 S.D. dependent var 1.185793

S.E. of regression 0.805980 Akaike info criterion 2.467768

Sum squared resid 86.39737 Schwarz criterion 2.655109

Log likelihood -166.2115 Hannan-Quinn criter. 2.543896

F-statistic 21.52531 Durbin-Watson stat 2.079870

Prob(F-statistic) 0.000000

Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012