perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perbandingan...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA KETOROLAK DAN
PETIDIN SEBAGAI OBAT ANTI NYERI PASCAOPERASI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Dimas Sigit Widodo
G0008084
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Perbandingan Efektivitas antara Ketorolac dan Petidin sebagai Obat Anti Nyeri Pasca Operasi
Dimas Sigit Widodo, NIM G0008084, Tahun 2011
Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari , Tanggal 2011 Pembimbing Utama
Nama : MH. Sudjito, dr., Sp.An.KNA
NIP : 19510917 197903 1 002 ...............................
Pembimbing Pendamping
Nama : Heri Dwi Purnomo, dr., M. Kes. Sp. An
NIP : 19661013 200604 1 001 ...............................
Penguji Utama
Nama : R. Th. Supraptomo, dr., Sp.An
NIP : 19570308 198603 1 006 ...............................
Anggota Penguji
Nama : Soemartanto, dr., Sp. An. KIC
...............................
Surakarta, 2011
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP : 19660702 199802 2 001 NIP. 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 2011 Dimas Sigit Widodo NIM G0008084
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Dimas Sigit Widodo. G0008084. Perbandingan Efektivitas antara Ketorolak dan Petidin sebagai Obat Anti Nyeri Pascaoperasi. Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan Penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara ketorolak dan petidin sebagai obat anti nyeri pascaoperasi. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental dengan desain penelitian “randomized control two group design”. Besar sampel sebanyak 30 pasien dan dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok A (n = 15) mendapatkan ketorolak 30 mg iv 15 menit sebelum menutup kulit dan kelompok B (n = 15) mendapatkan petidin 0,5 mg/kg BB iv 15 menit sebelum menutup kulit. Dilakukan pengamatan skor nyeri pada jam ke 1, jam ke 2, dan jam ke 3 pasca operasi. Pengukuran dilakukan dengan Visual Analog Scales (VAS). Kemudian data dianalisis menggunakan program SPSS. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna secara statistik rerata skor VAS kelompok A (ketorolak 30 mg iv) dan kelompok B (petidin 0,5 mg/kg BB iv) pada jam ke 1 (p = 0,011) dan ke 2 (p = 0,031) pascaoperasi Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan antara pemberian petidin 0,5 mg/kg BB iv dan ketorolak 30 mg iv dimana petidin lebih efektif dibandingkan ketorolak dalam mengurangi nyeri pascaoperasi. Kata Kunci : Ketorolak, petidin, VAS, pascaoperasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Dimas Sigit Widodo. G0008084. Comparative Study between Intravenous Ketorolac and Intravenous Petidin for Management of Post-operative Pain. Medical Faculty of Sebelas Maret University. Objective: This study aims to know the different of effectivity between intravenous ketorolac and intravenous petidin for management post operative pain. Method: This study was an analytical experimental using “randomized control two group design” approach. Subject were 30 patients. These samples were taken by using simple randomisation for 2 groups. Group A (n = 15) received intravenous ketorolac 30 mg 10 minutes before skin closing, group B (n = 15) received intravenous petidin 0,5 mg/kg BB 10 minutes before skin closing. Pain scales were observed at the 1st , 2nd and 3rd hours post-surgery. Measurement was by using Visual Analog Scales (VAS). Then it was analyzed by using SPSS. Results: This study shows there was a significant mean difference of VAS score between group A (intravenous ketorolac 30 mg) and group B (intravenous petidin 0,5 mg/kg BB) at the first hour post-surgery (p = 0,011) and second hour post-surgery (p = 0,031) Conclusion: From this study it can be concluded that the giving of intravenous petidin 0,5 mg/kg BB has more effective analgesia effect than intravenous ketorolac 30 mg. Keywords: Ketorolac, Petidin, VAS, Post Operative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Alloh subhanahu wata’ala Tuhan seluruh alam atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Efektivitas antara Ketorolak dan Petidin sebagai Obat Anti Nyeri Pascaoperasi”. Penulis memuji, memohon pertolongan, dan meminta ampun kepada-Nya.
Atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M. Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. MH. Sudjito, dr., Sp. An.KNA selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan waktu, pengarahan, bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis. 4. Heri Dwi Purnomo, dr., M. Kes. Sp. An selaku Pembimbing Pendamping yang
telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.
5. R. Th. Supraptomo, dr., Sp. An selaku Penguji Utama yang telah memberikan waktu, saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
6. Soemartanto, dr., Sp. An. KIC selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan waktu, saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Staf Bagian Anestesi dan Terapi Intensif yang telah banyak membantu dalam pengambilan data.
8. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bu Eny dan Mas Nardi yang telah berkenan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak ibu dan keluargaku tercinta yang telah memberikan begitu banyak dukungan dari semua sisi.
10. Teman-teman Fakultas Kedokteran 08, khususnya yang sudah membantu banyak dalam penyusunan skripsi ini serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran di masa mendatang untuk peningkatan karya ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat. Surakarta, 2011 Dimas Sigit Widodo NIM G0008084
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Perumusan Masalah................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian....................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian..................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka........................................................................ 4
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... . 13
C. Hipotesis ................................................................................. . 13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 14
B. Lokasi Penelitian .................................................................... 14
C. Subjek Penelitian ................................................................... 14
D. Teknik Sampling ..................................................................... 15
E. Identifikasi Variabel ................................................................ 16
F. Definisi Operasional Variabel................................................... 16
G. Rancangan Penelitian .............................................................. 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
H. Alat dan Bahan Penelitian..................................................... 19
I. Cara Kerja............................................................................. 19
J. Analisis Data.......................................................................... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian............................................ 22
B. Efek Ketorolak dan Petidin Terhadap Nyeri Post Operasi.... 24
C. Efek Samping Obat................................................................ 25
BAB V PEMBAHASAN ....................................................................... 26
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................ 30
B. Saran ..................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 31
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Umur, BMI, dan Lama Operasi............................................................22
Tabel 2. Tekanan Darah Sistolik, Diastolik dan Nadi Pre Operasi ....................23
Tabel 3. Status Fisik dan Jenis Kelamin.............................................................23
Tabel 4. Distribusi Tingkat Pendidikan..............................................................24
Tabel 5. Jenis Operasi ........................................................................................24
Tabel 6. Skor VAS .............................................................................................25
Tabel 7. Kejadian Mual, Muntah, dan Mual Muntah..........................................25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Visual Analog Scale (VAS) .............................................................12
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran ............................................................13
Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian...........................................................18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Responden Penelitian
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data SPSS
Lampiran 3. Lembar Informed Consent
Lampiran 4. Lembar Penelitian
Lampiran 5. Surat Bukti Penelitian dan Pengambilan Sampel
Lampiran 6. Surat Keterangan Ethical Clearence
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan
yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya
dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian yang akan ditangani
ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan
dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam
perawatan pasca bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering
timbul adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 1998).
Nyeri menurut The International Association for the Study of Pain,
nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual.
Pengelolaan nyeri pasca operasi yang tidak optimal akan
meningkatkan morbiditas pasien. Tingginya angka morbiditas pasca
operasi akan menyebabkan bertambahnya waktu penyembuhan, lama
tinggal, dan menambah biaya rawat di rumah sakit. Oleh karena itu,
pengelolaan nyeri pasca operasi yang optimal, bukan saja merupakan
upaya mengurangi penderitaan penderita tetapi juga meningkatkan kualitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
hidupnya. Telah terbukti bahwa tanpa pengelolaan nyeri pasca operasi
yang adekuat, penderita akan mengalami gangguan fisiologis maupun
psikologis yang pada gilirannya secara bermakna meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas (Meliala, 2008; Permady et al., 2000).
Metode penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologis
dan non farmakologis. Pendekatan farmakologis yang biasa digunakan
adalah analgetik golongan opioid untuk nyeri yang hebat dan golongan
non steroid untuk nyeri sedang atau ringan. Beberapa obat analgetik yang
sering digunakan adalah ketorolak dan petidin. Ketorolak merupakan obat
anti inflamasi golongan non steroid (OAINS) yang bekerja pada proses
tranduksi dengan menghambat sintesis prostaglandin melalui
penghambatan enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase dibutuhkan
untuk mensintesis suatu sensor nosiseptor perifer yang dapat menimbulkan
nyeri (Wong, 1996). Sedangkan, petidin atau meperidin merupakan obat
analgetik golongan narkotik yang bekerja pada tempat spesifik pada
susunan saraf pusat yang disebut reseptor opioid, di mana tempat kerja
meperidin secara spesifik adalah pada reseptor κ (Kramer, 1997).
Pemilihan penggunaan obat yang efektif seharusnya menjadi salah satu
pertimbangan dalam mengobati nyeri pasca operasi.
B. Perumusan Masalah
Adakah perbedaan efektivitas antara ketorolak dan petidin dalam
mengurangi nyeri pasca operasi ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas
antara ketorolak dan petidin sebagai anti nyeri pasca operasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti – bukti
empiris mengenai perbedaan efektivitas antara ketorolak dan petidin
sebagai anti nyeri pasca operasi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi ahli anestesi dalam pemilihan obat untuk
mengurangi nyeri pasca operasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Nyeri
a. Definisi
Menurut The International Association for the Study of
Pain, nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang
tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara
potensial dan aktual.
b. Klasifikasi
Pengalaman sensorik dalam nyeri bersifat multidimensi dan
dengan berbagai tingkat variasi. Berdasarkan aspek intensitas,
nyeri dapat dikategorikan atas nyeri ringan, sedang, dan berat;
berdasarkan lamanya nyeri dapat dikategorikan atas transient
(sementara), intermittent (berulang), dan persistent (menetap);
berdasarkan kualitasnya, nyeri dapat dikategorikan atas tajam,
tumpul, terbakar, dan sebagainya; berdasarkan waktunya, nyeri
dapat dikategorikan atas nyeri akut dan nyeri kronis; berdasarkan
patofisiologinya, nyeri dapat dikategorikan atas nyeri nosiseptif,
nyeri inflamasi, nyeri neuropatik, dan nyeri psikogenik (Clifford J.
Woolf , 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
c. Mekanisme nyeri
Proses dari sumber rangsang nyeri sampai dirasakan
sebagai persepsi nyeri terdapat suatu rangkaian elektrofisiologi
yang disebut nosiseptif sensoris (Sylvia AP and Lorraine MW,
2006). Proses fisiologis tersebut meliputi:
1) Transduksi
Transduksi merupakan konversi dari stimulus noksius
berupa rangsang suhu, mekanik, atau kimia, menjadi aktifitas
listrik di ujung terminal saraf nosiseptor (Sylvia AP and
Lorraine MW, 2006).
2) Transmisi
Transmisi merupakan proses penyaluran potensial aksi
dari saraf nosiseptor perifer ke pusat saraf nosiseptor di
susunan saraf pusat (Sylvia AP and Lorraine MW, 2006).
3) Modulasi
Merupakan proses interaksi antara sistem analgesik
endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan input nyeri yang
masuk ke kornu posterior medula spinalis (Tanra, 2005).
Substansi yang dapat bekerja sebagai modulator nyeri di
medula spinalis yaitu dinorfin, serotonin, enkefalin,
norepinefrin, dopamin, dan gama amino buteric acid (GABA)
akan mengurangi nyeri, sedangkan substansi P, adenosine tri
phosphate (ATP), exitatory amino acid meningkatkan nyeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
(Kelly et al., 2001). Kornu posterior ini dapat diibaratkan
sebagai pintu gerbang yang dapat tertutup atau terbuka dalam
menyalurkan asupan nyeri. Peristiwa terbuka dan tertutupnya
pintu gerbang tersebut diperankan oleh sistem analgesik
endogen di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan
persepsi nyeri menjadi sangat pribadi dan subjektif pada setiap
orang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya,
pendidikan, kepribadian, status emosional, dan jenis kelamin
(Tanra, 2005).
4) Persepsi
Persepsi merupakan hasil akhir proses interaksi yang
kompleks dari proses transduksi, trasmisi, dan modulasi yang
diterjemahkan oleh daerah somatosensorik korteks serebri
berupa perasaan subjektif sebagai persepsi nyeri (Sylvia AP
and Lorraine MW, 2006).
2. Ketorolak
Ketorolak adalah suatu obat analgetik anti inflamasi non steroid
(OAINS) yang menunjukkan efek analgesik yang potensial namun
efek anti inflamasinya sedang, dapat diberikan secara intramuskular
atau intravena. Obat ini sangat berguna untuk mencegah nyeri pasca
bedah, baik sebagai obat tunggal atau diberikan bersama opioid.
(Marino and Sutin, 2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Ketorolak secara kompetitif menghambat kedua isoenzim
siklooksigenase (COX), COX - 1, dan COX - 2, dengan cara
memblokade ikatan arakhidonat yang menghasilkan efek farmakologis
anti inflamasi, analgesia, dan anti pireksia (Wong, 1996).
Ketorolak 30 mg intra muskular memberikan efek analgesia
yang setara dengan morfin 10 mg atau meperidin 100 mg. Keuntungan
penting dari ketorolak untuk terapi analgesi yaitu tidak menimbulkan
depresi pernafasan atau depresi kardiovaskular (Wong, 1996).
a. Farmakokinetik
Ketorolak dimetabolisme terutama oleh sitokrom P450
kemudian dikonjugasi asam glukoronat. Pada pemberian dosis
tunggal intravena waktu paruh 5,2 jam, puncak analgetik dicapai
dalam 2 jam. Lama analgetik 4 - 6 jam. Ekskresi terutama melalui
ginjal (91,4 %) dan melalui feses (6,1 %) (Burke et al., 2006).
b. Farmakodinamik
Ketorolak merupakan suatu analgesik non narkotik. Obat
ini merupakan obat anti inflamasi non steroid yang menunjukkan
aktivitas anti piretik yang lemah dan anti inflamasi. Ketorolak
mengganggu sintesis prostaglandin dengan menghambat enzim
siklooksigenase (COX) dan dapat dianggap sebagai analgesik yang
bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor
opioid (Burke et al., 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Petidin
Petidin atau meperidin termasuk dalam analgetik golongan
narkotik. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1939 oleh Eisleb dan
Schaumann. Rumus kimia dari meperidin adalah etil – 1 – metil – 4 –
fenilpiperidin – karboksilat (Kramer, 1997; Morgan et al., 2002).
Meperidin bekerja pada tempat spesifik pada susunan saraf pusat yang
disebut reseptor opioid, di mana tempat kerja meperidin secara spesifik
adalah pada reseptor κ (Horn, 1998). Petidin menimbulkan analgesia,
sedasi, euforia, depresi nafas, dan efek sentral lain (Santoso, 2003).
a. Farmakokinetik
Jalur pemberian meperidin sama seperti dengan morfin.
Pada pemberian secara intramuskuler, meperidin diabsorbsi
secara cepat dan komplit, di mana kadar puncak dalam plasma
dicapai dalam waktu 20 – 60 menit (Kramer, 1997; Rushman et
al., 1998; Stoelting, 1999). Bioavailabilitas secara oral mencapai
45 % - 75 %. Meperidin 64 % teikat pada protein plasma, dengan
lama kerja 2 – 4 jam dan waktu paruh eliminasinya adalah 3 – 4
jam (Kramer, 1997; Rushman et al., 1998). Rata –rata
metabolisme meperidin adalah 17 % per jam (Stoelting, 1999).
Meperidin 80 % dimetabolisme di hati melalui proses
hidrolisis dan dimetilasi menjadi normeperidin dan asam
meperidinat. Setelah mengalami konjugasi akan dikeluarkan
melelui ginjal (Kramer, 1997; Rushman et al., 1998). Sebanyak 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
% - 10 % meperidin diekskresikan melalui ginjal tanpa
mengalami perubahan, sedangkan kurang dari 10 % diekskresi
melalui sistem bilier (Rushman et al., 1998).
b. Farmakodinamik
Meperidin mempunyai efek analgesia, sedasi, euforia, dan
depresi pernapasan. Efek yang menonjol adalah analgesia. Pada
pemberian secara intramuskuler dengan dosis 50 – 76 mg, akan
meningkatkan ambang nyeri sampai 50 % (Kramer, 1997;
Stoelting, 1999).
Tekanan darah akan mengalami sedikit penurunan pada
pemberian meperidin dosis tinggi. Selain itu juga menyebabkan
hipotensi orthostatik oleh karena hilangnya refleks sistem saraf
simpatis kompensatorik. Pada penggunaan usus besar,
kontraktilitas otot jantung akan menurun, menurunkan volume
sekuncup dan tekanan pengisian jantung akan meningkat (Kramer,
1997).
Pada sistem respirasi, frekuensi nafas kurang dipengaruhi.
Depresi pernapasan terjadi terutama karena penurunan volume
tidal dan penurunan kepekaan pusat nafas terhadap CO2. Selain
itu, pemakaian meperidin dapat mengurangi spasme bronkus.
Sedangkan, pada otak, penggunaan meperidin akan mengurangi
konsumsi oksigen otak, aliran darah otak, dan menurunkan
tekanan intra kranial (Morgan et al., 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4. Propofol
Propofol menjadi sangat populer sebagai agen anestesi
intravena golongan non barbiturat pada bedah rawat jalan, oleh karena
waktu pulihnya cepat baik pada bolus tunggal , penyuntikan berulang
atau titrasi terus-menerus melalui infus.( Julien FB et al., 1994)
Ditemukan awal tahun 1970 merupakan derivat dari fenol dengan sifat
hypnotic dihasilkan dari perkembangan 2,6-diisopropofol. Pertama kali
digunakan secara klinik oleh Kay dan Rolly pada tahun 1977, sebagai
agen induksi anestesi . Propofol telah digunakan untuk induksi dan
maintenance anestesi sebaik untuk sedasi (Cucchiara R. F et al., 2005).
5. Status Fisik ASA
Pasien yang akan mengalami anestesi dan pembedahan dapat
dikategorikan dalam beberapa status fisik, yang semula diusulkan dan
digunakan oleh American Society of Anesthesiologist (ASA), karena
itu status fisik diberi nama ASA.
Status fisik diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu:
a. ASA I
Pasien dengan status ASA I adalah pasien sehat organik, fisiologik,
biokimia, dan psikiatrik
b. ASA II
Pasien dengan status ASA II adalah pasien dengan penyakit
sistemik ringan sampai sedang, yang disebabkan baik oleh keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang harus diobati dengan jalan pembedahan maupun oleh proses-
proses patologik
c. ASA III
Pasien dengan status ASA III adalah pasien dengan penyakit
sistemik berat, apapun penyebabnya
d. ASA IV
Pasien dengan status ASA IV adalah pasien dengan penyakit
sistemik berat yang mengancam jiwa, yang tidak selalu dapat
dikoreksi dengan pembedahan.
e. ASA V
Pasien dengan status ASA V adalah pasien yang hanya
kemungkinan kecil untuk hidup.
(Wirjoatmodjo K, 2000)
6. Visual analog Scale
Visual Analog Scale (VAS) merupakan salah satu penilaian
derajat nyeri dari berbagai metode. Penilaian VAS menggunakan skala
0 – 10. Angka 0 menunjukkan tidak nyeri sama sekali dan angka 10
menunjukkan derajat paling nyeri (Gould, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 1. Visual Analog Scale (VAS)
VAS 0 : tidak nyeri
VAS 1-3 : nyeri ringan
VAS 4-6 : nyeri sedang
VAS 7-10 : nyeri berat
(Wirjoatmodjo K, 2000)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Pemberian petidin lebih efektif dibandingkan dengan ketorolak
dalam mengurangi nyeri pasca operasi.
Kerusakan jaringan
Transduksi
Transmisi
Modulasi
Persepsi
Nyeri Pascaoperasi
Ketorolak
1. Faktor psikologis
2. Sensitivitas individu
terhadap obat
3. Faktor genetik
Operasi
Petidin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk studi eksperimental dengan desain
penelitian “the randomized control two group design”.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral dan Ruang Rawat
Inap RSUD Dr. Moewardi.
C. Subjek Penelitian
Populasi penelitian mencakup seluruh pasien yang menjalani
operasi elektif menggunakan teknik anestesi umum di RSUD Dr.
Moewardi. Sampel penelitian diambil dari populasi yang memenuhi
kriteria penelitian.
1. Kriteria inklusi
a. Pasien dewasa laki-laki atau perempuan usia 18 - 60 tahun
b. Status fisik ASA I - II
c. Dilakukan anestesi umum
d. Body Mass Index (BMI) < 30
e. Bersedia mengikuti prosedur penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Kriteria eksklusi
a. Pasien yang menerima terapi analgesik 24 jam sebelum operasi.
b. Pasien dengan kontraindikasi terhadap pemberian obat ketorolak
maupun petidin.
c. Wanita hamil
d. Operasi > 2 jam
3. Kriteria drop out
a. Pasien alergi setelah pemberian obat (ketorolak / petidin).
b. Syok selama menjalani operasi dan pasca operasi
c. Pasien yang mendapatkan tambahan obat analgesi setelah dan
selama operasi
d. Pasien yang pulih sadar lebih dari 60 menit setelah pemberian obat
(ketorolak / petidin).
D. Teknik sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probably
sampling yaitu accidental sampling, di mana setiap yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi dimasukkan dalam subjek penelitian
(Taufiqqurohman, 2004). Setelah itu, pasien dibagi menjadi 2 kelompok
secara random. Kelompok I adalah pasien dengan pemberian ketorolak
sedangkan kelompok II adalah pasien dengan pemberian petidin. Pasien
maupun peneliti tidak mengetahui hasil random dan jenis obat yang
diberikan ketorolak atau petidin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Penelitian ini akan mengambil 30 sampel yang terdiri dari 15
sampel kelompok yang diteliti dan 15 sampel kelompok kontrol. Hal ini
telah sesuai dengan “Rule of Thumb” atau patokan dasar umum, setiap
penelitian yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis
bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006).
E. Indentifikasi variabel
1. Variabel bebas
Ketorolak 30 mg intravena dan petidin 0,5 mg/kg BB
2. Variabel terikat
Nyeri pasca operasi
3. Variabel luar terkendali
Umur, berat badan, BMI, jenis operasi, status fisik ASA, lama operasi
4. Variabel luar tidak terkendali
Jenis kelamin, emosi, status hemodinamika (tekanan darah dan laju
nadi), psikologi pasien
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Ketorolak
Ketorolak adalah jenis obat penurun nyeri dari golongan
analgesik NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drug). Ketorolak
diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Petidin
Petidin adalah jenis obat penurun nyeri dari golongan analgesik
opioid. Petidin diberikan secara intravena dengan dosis 0,5 mg/kg BB.
3. Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain,
nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial
dan aktual.
Diukur dengan metode VAS (Visual Analog Scale) dengan
skala numerik 0 – 10. Angka 0 menunjukkan tidak nyeri sama sekali
dan angka 10 menunjukkan derajat paling nyeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
G. Rancangan Penelitian
Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian
populasi
Inklusi esklusi
Inform consent
Sampel penelitian
Data penelitian diambil pada jam
ke 1, 2 dan 3
Data penelitian diambil pada jam
ke 1, 2 dan 3
Analisis data
Hasil penelitian
randomisasi
Kelompok II (petidin)
Kelompok I (ketorolak)
Prosedur anestesi umum yang sama dan tindakan operasi
Ketorolak 30 mg iv saat menutup
kulit
Petidin 0,5 mg/kg BB iv saat
menutup kulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
H. Alat dan bahan penelitian
1. Alat penelitian
a. Mesin anestesi
b. Monitor elektrik
c. Kateter IV 18 G dan set infus
d. VAS
e. Disposible syringe 3 cc
2. Bahan penelitian
a. Ketorolak 30 mg intra vena
b. Petidin 0,5 mg/kg BB
c. Midazolam 0,05 mg/kg BB
d. Propofol 2 mg/kg BB
e. Atracurium 0,5 mg/kg BB
f. Sevofluran, O2 : N2O = 2 : 2
g. Ondansetron 4 mg
h. Fentanil 1 µg/kg BB
I. Cara Kerja
1. Setelah mendapat persetujuan penelitian, pasien terpilih diberikan
penjelasan tentang maksud dan prosedur penelitian. Bila setuju pasien
menandatangani lembar persetujuan tindakan (informed consent).
2. Sebelum menjalani operasi pasien dipersiapkan sesuai prosedur rutin.
Semua pasien dipuasakan 6 jam sebelum operasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Di ruang persiapan dilakukan penilaian VAS sebagai data dasar.
4. Pasien dipersiapkan di ruang operasi kemudian dilakukan pengukuran
tekanan darah dan laju nadi dengan menggunakan monitor elektrik
sebagai data dasar.
5. Pasien menjalani prosedur anestesi umum yang sama dan tindakan
operasi. Premedikasi diberikan midazolam 0,05 mg/kg BB dan fentanil
1 µg/kg BB. Pasien diinduksi dengan propofol 2 mg/kg BB. Fasilitas
intubasi dengan atracurium 0,5 mg/kg BB. Pemeliharaan anestesi
dilakukan dengan sevofluran, O2 : N2O = 2 : 2.
6. Kelompok A dan kelompok B diberikan ondansetron 4 mg kira- kira
10 menit sebelum menutup kulit. Catat waktu yang dibutuhkan untuk
menjalani operasi hingga selesai.
7. Pada kelompok I, pasien diberi ketorolak 30 mg intravena saat
menutup kulit. Kemudian diukur skor nyeri dengan VAS pada menit
ke 60, menit ke 120, dan menit ke 180.
8. Pada kelompok II, pasien diberi petidin 0,5 mg/kg BB intravena saat
menutup kulit. Kemudian diukur skor nyeri dengan VAS pada menit
ke 60, menit ke 120, dan menit ke 180
9. Jika VAS lebih dari 3, diberikan obat analgetik tambahan, yaitu :
ketorolak 30 mg atau obat analgetik golongan opioid (bila diperlukan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
J. Analisis data
Hasil pengamatan dicatat pada formulir yang sudah disediakan.
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan bantuan program
komputer SPSS 17,0 for Window. Untuk menguji perbedaan rerata skala
variabel numerik antara dua kelopok seperti data VAS, umur, berat badan,
BMI, tekanan darah sistolik dan diastolik, denyut nadi, dan lama operasi
dilakukan uji statistik T - Test atau Mann Whitney. Untuk mengetahui
proporsi atau frekuensi skala variabel kategorikal antara dua kelompok
seperti jenis kelamin, status fisik, jenis operasi, dan tambahan analagesik
yang diperlukan dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test. Semua uji
di atas dianggap memiliki kemaknaan statistik bila nilai p < 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
Hasil uji statistik karakteristik subjek penelitian dengan Mann
Whitney terhadap kedua kelompok menurut umur, BMI, dan lama operasi
tidak ada perbedaan bermakna (p > 0,05) (Tabel 1).
Tabel 1. Umur, BMI, dan Lama Operasi
Variabel Kelompok Rerata Standar Deviasi p
Umur (tahun) Ketorolak 42,67 14,59 0,868
Petidin 43,67 9,19
BMI (kg/m²) Ketorolak 20,96 2,46 0,191
Petidin 19,70 1,82
Lama operasi (menit) Ketorolak 63,67 34,30 0,560
Petidin 66,67 29,68
Berdasarkan tekanan darah sitolik, diastolik, dan pengukuran nadi tidak
didapatkan perbedaan bermakna pada uji statistik Mann Whitney antara kedua
kelompok baik sebelum operasi maupun pasca operasi (p > 0,05) (Tabel 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel 2. Tekanan Darah Sistolik, Diastolik dan Nadi Pre Operasi
Kelompok Rerata ± Standar Deviasi Nilai p
- Tekanan darah sistolik
Ketorolak 126,67 ± 13,45 0,715
Petidin 126,00 ± 11,21
- Tekanan darah diastolik
Ketorolak 78,00 ± 8,62 0,641
Petidin 79,33 ± 8,84
- Frekuensi nadi
Ketorolak 83,93 ± 6,76 0,916
Petidin 83,73 ± 8,35
Nilai adalah rerata ± standar deviasi
Uji statistik Chi Square terhadap kedua kelompok menurut status fisik
(ASA) dan jenis kelamin tidak ada perbedaan bermakna (p > 0,05) (Tabel 3).
Tabel 3. Status Fisik dan Jenis Kelamin
Kelompok
Variable Ketorolak Petidin p
n % n %
- ASA I 8 53,33 % 6 40 % 0,464
ASA II 7 46,67 % 9 60 %
- Laki - laki 2 13,33 % 1 6,67 % 0,543
Perempuan 13 86,67 % 14 93,33 %
Hasil uji statistik dengan Chi Square terhadap kedua kelompok menurut
tingkat pendidikan tidak ada perbedaan bermakna (p > 0,05) (Tabel 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 4. Distribusi Tingkat Pendidikan
Kelompok
Pendidikan Ketorolak Petidin total p
n % n % n %
- SD 6 40 % 6 40 % 12 40 % 0,924
- SMP 4 26,67 % 4 26,67 % 8 23,33%
- SMA 4 26,67 % 3 20 % 10 33,33 %
- S1 1 6,67 % 2 13,33 % 3 10 %
Hasil uji statistik dengan Chi Square terhadap kedua kelompok menurut
jenis operasi tidak ada perbedaan bermakna (p > 0,05) (Tabel 5).
Tabel 5. Jenis Operasi
Kelompok
Jenis operasi Ketorolak Petidin total p
n % n % n %
Eksisi limfadenopati colli 2 13,33 % 2 13,33 % 4 13,33 % 0,896
Tiroidektomi 2 13,33 % 3 20 % 5 16,67 %
Eksisi tumor mamae 4 26,67 % 2 13,33 % 6 20 %
Eksisi soft tissue tumor 5 33,33 % 4 26,67 % 9 30 %
Mastektomi 1 6,67 % 2 13,33 % 3 10 %
Isthmolobektomi 1 6,67 % 2 13,33% 3 10 %
B. Efek Ketorolak dan Petidin terhadap Nyeri Pasca Operasi
Efek obat anti nyeri diukur berdasarkan skor VAS pada jam ke 1, jam
ke 2, dan jam ke 3 pascaoperasi. Hasil uji statistik Mann Whitney terhadap
kedua kelompok menurut skor VAS didapatkan perbedaan bermakna pada jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
ke 1 pasca operasi (p = 0,011) dan pada jam ke 2 pasca operasi (p = 0,031).
Nilai VAS sebelum operasi dan pada jam ke 3 antara kedua kelompok tidak
berbeda bermakna (p > 0,05) (Tabel 6).
Tabel 6. Skor VAS
Kelompok Waktu
pre op 1 jam post op 2 jam post op 3 jam post op
Ketorolak 0,00 ± 0,00 1,13 ± 0,52 0,67 ± 0,49 0,53 ± 0,52
Petidin 0,00 ± 0,00 0,60 ± 0,51 0,27 ± 0,46 0,33 ± 0,49
Nilai p 1,000 0,011* 0,031* 0,277
Nilai adalah rerata ± standar deviasi, *p = bermakna
C. Efek Samping Obat
Efek samping obat pada penelitian ini dinilai dari kejadian mual,
muntah, dan mual - muntah yang terjadi selama penelitian.
Tabel 7. Kejadian Mual, Muntah, dan Mual Muntah
Kelompok
Gejala Ketorolak (n = 15) Petidin (n = 15)
Mual 0 2 (13,33 %)
Muntah 0 0
Mual - muntah 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli 2011 sampai dengan Desember
2011 di Instalasi Bedah Sentral dan Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi dan
didapatkan subjek penelitian sebanyak 30 pasien. Subjek penelitian dibagi
menjadi dua kelompok yang masing - masing kelompok terdiri dari 15 pasien.
Kelompok I mendapat ketorolak sebagai obat anti nyeri pasca operasi dan
kelompok II mendapat petidin sebagai obat anti nyeri pascaoperasi. Semua subjek
penelitian memenuhi kriteria inklusi, eksklusi dan tidak ada yang mengalami drop
out.
Pada kedua kelompok penelitian sebelum perlakuan dilakukan pencatatan
dan pengukuran terhadap variabel umur, BMI, lama operasi, jenis kelamin, status
fisik ASA, tekanan sistolik, tekanan diastolik, denyut nadi, tingkat pendidikan,
dan jenis operasi. Hal ini dikarenakan variabel - variabel tersebut dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Kriteria umur ditetapkan 18 – 60 tahun. Setelah umur 60 tahun pasien
mengalami penurunan sensitivitas terhadap nyeri dan terjadi peningkatan respon
terhadap obat analgesia. Sedangkan pada umur 18 tahun secara fisiologis tubuh
sudah dianggap matang. Menurut Ready (2000), lama operasi berhubungan
dengan trauma operasi yang pada akhirnya mempengaruhi tingkatan nyeri pasca
operasi. Sedangkan BMI berhubungan dengan volume distribusi obat (Stoelting,
1999). Pada tabel 1 terlihat tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05) dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ketiga variabel tersebut, yaitu : nilai p dari umur (p = 0,868), lama operasi (p =
0,560), dan body mass index (p = 0,191).
Tekanan sistolik, diastolik, dan denyut nadi berpengaruh pada
hemodinamik sehingga perlu dilakukan pengukuran. Dari tabel 2 terlihat tidak ada
perbedaan yang bermakna dari ketiga variabel tersebut, yaitu : nilai p dari tekanan
sistolik (p = 0,715), tekanan diastolik (p = 0,641), dan denyut nadi (p = 0,916).
Tingkat pendidikan berhubungan dengan persepsi nyeri seseorang.
Menurut Kidd dan Urban (2001), makin tinggi pendidikan makin tinggi
harapannya terhadap penanganan nyeri yang diberikan, sehingga nantinya akan
berpengaruh pada pain behaviours. Persebaran dan hasil statistik tingkat
pendidikan pada penelitian ini terlihat pada tabel 4 di mana tidak terdapat
pebedaan yang bermakna (p = 0,924).
Jenis operasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkatan
nyeri pasca operasi (Stoelting, 1999; Millen and Sheikh, 2003; Rahman and
Beattie, 2005), karena jenis operasi akan menentukan luasnya manipulasi
pembedahan serta kerusakan jaringan yang akan terjadi. Lokasi dan ukuran insisi
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada nyeri pasca operasi. Incisi
yang panjang lebih nyeri dibandingkan insisi yang pendek (Rahman and Beattie,
2005). Pada penelitian ini jenis operasinya meliputi: Eksisi limfadenopati colli,
tiroidektomi, eksisi tumor mamae, eksisi soft tissue tumor, mastektomi, dan
isthmolobektomi. Dari analisis statistik jenis operasi pada kedua kelompok tidak
didapatkan adanya perbedaan bermakna (p = 0,896).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Efek obat anti nyeri pada penelitian ini didasarkan pada penilaian VAS
(Visual Analog Scale) pada jam ke 1, jam ke 2 dan jam ke 3 pasca operasi.
Menurut Williamson dan Hoggart (2005), VAS merupakan teknik pengukuran
nyeri yang reliabel, valid, dan sensitif baik untuk anak-anak maupun dewasa.
Pengukuran VAS cepat, mudah, dan umum digunakan dalam penelitian maupun
studi klinis. Skor VAS merupakan perasaan subjektif pasien yang dianalogkan ke
dalam angka-angka dari 0 - 10. Keamanan dari obat diukur berdasarkan efek
samping obat yang dialami pasien selama penelitian.
Hasil penelitian nilai VAS antara kedua kelompok (tabel 6) terdapat
perbedaan yang bermakna pada jam ke 1 (p = 0,011) dan jam ke 2 (p = 0,031).
Sedangkan pada jam ke 3 pasca operasi, skor nilai VAS antara kedua kelompok
tidak berbeda bermakna secara statistik (p = 0,277).
Ketorolak merupakan obat golongan NSAID yang biasa digunakan
sebagai obat anti nyeri pasca operasi. Obat ini bekerja dengan menghambat
sintesa prostaglandin dengan memblokade enzim siklooksigenase. Efek samping
yang umum ditimbulkan antara lain nyeri gastrointestinal, mual, dispepsia, pusing
(Smith et al., 2000). Sedangkan petidin merupakan obat golongan opioid yang
sudah umum digunakan sebagai obat anti nyeri yang bekerja secara sentral pada
reseptor κ (Horn, 1998). Efek samping yang sering timbul antara lain mual,
muntah, sedasi, mulut kering (Schumacher et al., 2004).
Dari tabel 7 terlihat bahwa terdapat 2 pasien (13,33 %) dari kelompok
petidin mengalami efek samping berupa mual selama penelitian. Penelitian yang
dilakukan Burhan Uddin et al. (2007), juga mendapatkan efek samping serupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
berupa mual sebesar 5,71 %. Efek samping mual ini terjadi akibat reaksi
farmakologis dari petidin yang menstimulasi area chemical trigger zone (CTZ)
(Aitkenhead et al., 1998).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Burhan
Uddin (2007) tentang efek ketorolak dan petidin sebagai obat anti nyeri pasca
operasi. Hasilnya didapatkan bahwa petidin mempunyai efek analgesi yang lebih
baik dibandingkan ketorolak, namun ketorolak merupakan obat yang lebih aman
dibandingkan petidin. Hasil penelitian Hossaen (2003), juga mendapatkan ada
perbedaan yang signifikan antara petidin dan ketorolak dalam mengurangi nyeri
pasca operasi yang dievaluasi menggunakan instrumen VAS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang secara
statistik signifikan antara pemberian petidin 0,5 mg/kg BB iv dan ketorolak
30 mg iv di mana petidin lebih efektif dibandingkan ketorolak dalam
mengurangi nyeri pascaoperasi. Namun, berdasarkan efek samping, ketorolak
lebih aman dibandingkan petidin.
B. Saran
1. Diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak agar dapat memperlihatkan
hasil yang lebih baik.
2. Diperlukan metode pengukuran nyeri yang lain sebagai perbandingan
penelitian.
3. Diperlukan pencatatan variabel efek samping selain mual, muntah dan
mual muntah akibat pemberian ketorolak dan petidin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user