perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id foto jurnalistik .../foto...foto jurnalistik letusan gunung...

143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi 2010 Dalam Buku ”Kilas Balik 2009-2010” Karya Pewarta Foto Antara) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh : Genadi Adha D0207118 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: ngotuong

Post on 18-Aug-2019

249 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010

(Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

2010 Dalam Buku ”Kilas Balik 2009-2010” Karya Pewarta Foto Antara)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

Genadi Adha

D0207118

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010(Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

2010 Dalam Buku ”Kilas Balik 2009-2010” Karya Pewarta Foto Antara)

Oleh :

Genadi Adha

D0207118

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

pada Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

(QS. al-Fatihah : ayat 1)

”Lakukan semua dengan kesungguhan sertakeyakinan dan serahkanlah semua hasilnya kepada

Allah SWT”

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN :

- Bapak dan Ibu tercinta, doamu dan kasihmu

selalu menyertaiku,

- Adik-adikku tercinta,

- Para sahabat dan teman-teman yang selalu

memberi dukungan, motivasi, hiburan,

berkarya dalam hangat kekeluargaan.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi berjudul “FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010

(Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi 2010

Dalam Buku ”Kilas Balik 2009-2010” Karya Pewarta Foto Antara) yang disusun

dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana dan

kelulusan dari Program S-1 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Fotografi adalah suatu yang dianggap amat menarik sekaligus sulit. Kalau

melihat foto yang sangat bagus, kita sering bertanya-tanya, bagaimana cara

membuat foto yang bagus? Apakah harus menggunakan kamera yang canggih dan

mahal? Atau, bisakah kamera kompak (pocket) menghasilkan foto yang menarik?

Fotografi memang gampang-gampang susah. Bidang ini memang

membutuhkan ketekunan, tetapi yang paling penting adalah pengetahuan tentang

kamera itu sendiri dan dasar-dasar teknik memotret.

Dengan menggunakan metode semiotik, penulis ingin mengungkap secara

semiotik tentang pesan dan makna dalam ”Foto Jurnalistik Letusan Gunung

Merapi 2010 Dalam Buku Kilas Balik 2009-2010”.

Penulis yakin tanpa bantuan dari semua pihak penulis tidak dapat

menyelesaikan penulisan ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Maha Besar Allah SWT dan Al-Qur’an ( penjawab semua keraguan dan

misteri ) beserta Nabi Muhammad SAW pembawa cahaya terang.

2. Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik;

3. Prof. Drs. Pawito Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret.;

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

4. Dra Prahastiwi Utari, Ph D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret;

5. Dra. Sri Urip Haryati M.Si, selaku pembimbing akademik, yang telah

berkenan memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

6. Drs. Haryanto, M.Lib selaku dosen pembimbing yang telah merelakan

waktu untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini;

7. Segenap dosen pengajar yang telah memberikan bekal pengetahuan,

ketrampilan dan bimbingan selama menempuh pendidikan di FISIP

Universitas Sebelas Maret;

8. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah membesarkan dan memberikan

kebebasan kepada saya untuk mencari dan membentuk jalan hidup saya

sendiri serta memberikan bantuan dan motivasi baik materiil maupun

spiritual;

9. Adik-adikku tercinta, Muhammad Agung Afrizal dan Muhammad Rizky

Afrillah, atas semangat, keceriaan, dan motivasi yang selalu diberikan.

10. Raina Sari Wulan yang telah memberikan sejuta warna dalam penulis;

11. Keluarga besar LKBN Antara Foto dan semua pewarta fotonya untuk

semua pelajaran fotojurnalistik.;

12. FFC-UNS beserta seluruh rakyatnya yang telah memberikan tambahan

ilmu dan share tentang fotografi, serta menjadikan fotografi sebagai bagian

dari hidup saya;

13. Keluarga besar kost ”Technopark” (Hafidz Novalsyah, Taufan Yusuf

Nogroho, Muhammad Azis, Faka Yudhistira, Herka Yanis P, Yestha F.

Pahlevi, dan Bernard) yang menjadikan hari-hari indah penuh tawa, ceria,

dan rangkaian cerita;

14. Keluarga besar Summer Production, (Amin Maulin Nastria, Dyah

Puspitasari, Kenyo Ratih, Robitoh Na’im, Brigitta Keshia, Ema Yuliani,

Okki Mahdi Yasser, Tomi Hernawan, Yurista Nindya, Ajeng Dian

Kartikasari, Selly Putri, Wynna Widianita) senang bisa belajar, bekerja

dan bermain bersama kalian;

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

15. Maulana Surya, Pusa Kurniawan, Ahmad, Sigit Rilo, Dwi Aji, Nanda

Bagus, Marwan Jembar, Lukman Hakim dan Aprilia Budi terima kasih

untuk diskusinya bersama penulis;

16. Teman-teman S1 Ilmu Komunikasi angkatan 2007, kalian adalah saudara

sebangku perkuliahan dimana kita di tempa untuk mampu menjadi diri

yang hebat dalam menghadapi tantangan di masa depan;

17. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang tetap terukir dalam setiap kata dari karya ini.

Semoga mereka mendapatkan pahala dan imbalan dari Allah SWT.

Penulis yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari anda.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pengajaran khususnya dan

dunia pendidikan pada umumnya.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

Genadi Adha

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

ABSTRAK ..................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 13

E. Telaah Pustaka

1. Komunikasi.................................................................. ............ 14

2. Foto Jurnalistik......................................................................... 19

3. Objek dan Peristiwa Foto Jurnalistik ....................................... 26

4. Tempat atau Kejadian .............................................................. 27

5. Analisis Semiotika ................................................................... 27

F. Kerangka Pemikiran....................................................................... 38

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian......................................................................... 40

2. Metode Penelitian..................................................................... 41

3. Sumber Data............................................................................. 42

4. Validitas Data........................................................................... 43

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

5. Unit Analisis........................................................................ .... 44

H. Analisis Data............................................................................ ..... 48

BAB II DESKRIPSI UMUM BIRO FOTO LKBN ANTARAA. Sejarah

1. Kantor Berita Nasional ANTARA........................................... 51

2. ANTARA Foto......................................................................... 55

B. Visi dan Misi

1. Visi ........................................................................................... 58

2. Misi.................................................................................. ........ 58

C. Bentuk-Bentuk Layanan LKBN ANTARA ................................... 59

D. Struktur Redaksi Foto .................................................................... 62

E. Kilas Balik 2009-2010 ................................................................... 64

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Data .................................................................................. 69

B. Hubungan Makna Antar Korpus .................................................... 119

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 121

B. Saran............................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 125

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Peta Tanda Barthes ................................................................ 35

Bagan 1.2 Kerangka Pemikiran................................................................ 40

Bagan 1.3 Triangulasi Teori..................................................................... 44

Bagan 1.4 Struktur Biro Foto LKBN ANTARA ..................................... 62

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR KORPUS

Gambar Korpus 1 ........................................................................................... 71

Gambar Korpus 2 ........................................................................................... 77

Gambar Korpus 3 ........................................................................................... 85

Gambar Korpus 4 ........................................................................................... 92

Gambar Korpus 5 ........................................................................................... 99

Gambar Korpus 6 ........................................................................................ . 105

Gambar Korpus 7 ........................................................................................ . 112

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

ABSTRAK

Genadi Adha, D0207118, “FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNGMERAPI 2010” (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik LetusanGunung Merapi 2010 Dalam Buku ”Kilas Balik 2009-2010” Karya PewartaFoto Antara), Skripsi, Program S-1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

Perkembangan media massa yang telah pesat, terutama foto jurnalistikyang mempunyai peran sebagai pelengkap visualilasi peristiwa dalam surat kabarkini telah menjadi dimensi yang lain dalam bentuk multimedia karena tuntutanzaman. Foto jurnalistik selain sebagai pelengkap bagi surat kabar, foto jurnalistikmampu berdiri sendiri sebagai foto dengan peran dan ciri khasnya.

Buku yang bertajuk Kilas Balik 2009-2010 adalah buku fotojurnalistikdimana isinya adalah kumpulan foto-foto terbaik karya pewarta foto LembagaKantor Berita Nasional (LKBN) Antara Foto dalam kurun waktu 2009-2010.Setiap lembar halaman dalam buku Kilas Balik berisi foto-foto jurnalistik yangmengisahkan perjalanan bangsa ini dalam kurun waktu satu tahun. Merupakangagasan positif untuk memperkaya khasanah dokumentasi peristiwa yangmencatat berbagai macam peristiwa penting yang pernah terjadi di tanah air.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna-makna visual dalamfoto-foto letusan Gunung Merapi 2010 yang ditampilkan dalam Buku yangbertajuk Kilas Balik 2009-2010. Peneliti tentu ingin mengetahui apa maknasebenarnya yang terkandung pada isi foto tersebut. Metodologi yang digunakandalam penelitian ini adalah analisis semiotik Roland Barthes, yang berguna untukmenganalisis makna dalam foto jurnalistik di media, dalam hal ini adalah kantorberita nasional. Analisis dilakukan secara kualitatif dengan unit analisis denotasidan konotasi yang terdapat dalam objek penelitian yang berupa foto dan captiondari fotojurnalistik letusan Gunung Merapi 2010 yang berjumlah tujuh foto.

Akhirnya temuan dari studi ini tidak lain adalah jawaban dari rumusanmasalah sebelumnya, pembentukan makna yang secara keseluruhan diperolehsetelah melewati tahapan analisis, disertai dengan tahapan identifikasi hubunganpertandaan dengan metode semiotik Roland Barthez.

Selanjutnya karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna bagi penelitianlanjutan dengan menggunakan metode yang berbeda, sehingga dapat lebihdikembangkan lagi dari berbagai segi, baik dalam hal analisis, hingga isi darikarya ilmiah yang akan ditulis oleh peneliti-peneliti selanjutnya.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRACT

Genadi Adha, D0207118, “MERAPI MOUNTAIN ERRUPTION 2010PHOTOJOURNALISM” (Semiotic Study about Message and Meaning ofMerapi Mountain Erruption 2010’s Photo-journalism in “Kilas Balik 2009-2010 Book” by Antara Fotojournalists”, Thesis, Major in CommunicationScience. Faculty of Social Science and Political Science, Sebelas MaretUniversity of Surakarta, 2012)

The development of mass media goes rapidly, especially photojournalismwhich have a role as complementary visualization of events in newspaper.Nowadays, it becomes another dimension in multimedia form because of thedemands of the times. Besides its function as a complement of newspaper,photojournalism are able to stand as a photo with the role and trademark itself.

This book called Kilas Balik 2009-2010 is a fotojournalism book. Thisbook consists of best photographs from LKBN Antara’s photo-journalist since2009 until 2010. The situation of Indonesia in a year fills every pages of thisbook. It’s a positive idea to enrich the whealthy of event documentation whichnoted lots of events happened in this country.

This study aims to uncover the meanings of visual images of MountMerapi eruption in 2010 which featured in the book entitled Kilas Balik 2009-2010. Writer definitely want to know what is the true meaning contained in thecontent of the photos. Method used in this research is semiotic analysis develovedby Roland Barthes for analyzing the meaning in photojournalism in media, in thiscase, news agency. Analysis was done as a qualitative reseach with denotation andconnotation as the analyzing unit. These analyzing unit were found in researchobject, the photos and the caption about Merapi Mountain erruption in 2010.There are 7 photos used in this research.

Finally, the conclusion taken about this study is the answer from previousproblem. Meaning was formed totally after the analysis step following by theidentification meaning relations done with semiotic analysis develoved model byRoland Barthez.

Furthermore, this thesis can be used for the future research with a differentmethod, so that it can be developed from other sides, such as the analysis sideuntil content the thesis which would be found by the other researcher.

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Foto jurnalistik menghentikan waktu dan memberikan gambaran nyata

bagaimana waktu membentuk sejarah. Dimana foto jurnalistik menghubungkan

manusia di seluruh dunia dengan bahasa gambar. Karena sifat dasarnya yang

dokumentatif maka foto jurnalistik mampu membuat masyarakat melihat kembali

rekaman imaji atas apa yang telah dilakukan di masa lalu dan juga membuat

pertanyaan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Foto jurnalistik adalah media komunikasi yang menggabungkan elemen

verbal dan visual. Elemen verbal yang berupa kata-kata itu disebut caption yang

melengkapi informasi sebuah gambar, karena sebuah foto tanpa keterangan dapat

kehilangan makna.

Dalam berita, terdapat karakteristik intrinsik yang disebut sebagai nilai

berita (news value) yang menjadi ukurn yang diterapkan untuk menentukan

kelayakan suatu berita dalam media massa. (Ishwara, 2007: 53-58) Peristiwa yang

memiliki nilai berita ini misalnya mengandung beberapa unsur sebagai berikut:

a. Konflik

Konflik fisik atau non fisik seperti perdebatan umumnya menaikkan

kelayakan suatu berita karena adanya kerugian maupun korban atau isu

yang menyangkut kualitas dari kehidupan masyarakat. Kekerasan

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

semacam tersebut membangkitkan emosi pembaca yang menyaksikan

atau bersangkutan secara langsung.

b. Kemajuan dan Bencana

Keberhasilan seperti penemuan dari riset dan uji coba yang

menguntungkan publik maupun sebaliknya bencana alam maupun

bencana lainnya yang berkaitan dengan masyarakat menjadi salah satu

kelayakan berita.

c. Konsekuensi

Konsekuensi berarti adanya sebab akibat timbulnya peristiwa lainnya

yang memengaruhi banyak orang dari satu peristiwa. Seluruh berita

yang layak berita memiliki konsekuensi. Contohnya, pertandingan

sepak bola konsekuensinya tidak sebesar kampanye politik nasional,

namun peristiwa perang memiliki konsekuensi yang paling besar

diantara semuanya.

d. Kemahsyuran dan Terkemuka

Pada prinsip ini, nama membuat berita dan nama besar membuat berita

lebih besar. Ada aura berita di sekitar orang terkenal. Hal tersebut

menjadi salah satu layak berita karena ada konsekuensi dari nama

besar tersebut.

e. Saat yang Tepat (Timeliness) dan Kedekatan (Proximity)

Dua prinsip ini lebih mengarah pada perbedaan ukuran suatu berita

dari informasi bukan-berita. Timeliness mengarah pada kesegaran

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

suatu peristiwa yang diberitakan, sementara proximity mengarah pada

kedekatan pembaca dengan lokasi peristiwa yang diberitakan.

f. Keganjilan

Keganjilan mengarah pada peristiwa luar biasa atau tidak umum,

bersifat kebetulan, kejadian yang kontras, maupun ketahyulan tertentu.

g. Human Interest

Selain mengumpulkan fakta kejadian, wartawan mengarah pada

prinsip human interest dengan menjelajahi lebih dalam tentang unsur-

unsur kemanusiaan seperti menyangkut emosi, fakta biografis,

kejadian dramatis, deskripsi, motivasi, ambisi, kerinduan, kesukaan,

dan ketidaksukaan umum dari masyarakat. Prinsip ini mengarah pada

nilai cerita (story value).

h. Seks

Pertimbangan editor mengangkat berita juga berkenaan dengan seks.

Terlebih jika dikaitkan dengan ketenaran atau nama besar, seperti

contohnya pemberitaan kawin-cerai artis di media massa.

i. Aneka nilai

Cerita tentang binatang juga menarik karena banyak diantaranya

mengandung unsur keganjilan.

Jurnalis foto senior Kompas Eddy Hasby, menjabarkan berita dalam foto

jurnalistik memuat isu yang bertingkat dari nilai beritanya, diantaranya:

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

a. Lokal

Isu lokal biasa digarap oleh media cetak daerah. Kapasitas pemberitaan

bersifat lingkungan yang sempit dan memiliki hubungan emosional

yang sempit, sebatas antar kampung, desa dan sekitarnya.

b. Regional

Berita dengan isu regional dikonsumsi seytingkat lebih tinggi dari

lokal. Meskipun masih jadi menu utama di media daerah, namun berita

tentang bupati bisa berkembang ke tingkat provinsi dan meningkat

menjadi isu nasional bila memiliki relasi dengan pusat.

c. Nasional

Pada tingkat nasional pemberitaan banyak disajikan oleh media

nasional yang dikonsumsi pembaca seluruh Indonesia. Isu yang

beredar memengaruhi dan dapat mengubah masyarakat dalam tatanan

nasional. Berita tingkat nasional dapat mencuat ke level internasional,

seperti bencana alam yang memengaruhi kawasan asia dan menyita

perhatian penduduk dunia.

d. Internasional

Isu internasional adalah apa yang dianggap penting bagi pembaca di

seluruh dunia dan berpengaruh secara jamak. (Wijaya, 2011:13)

Letusan Gunung Merapi 2010 menjadi sorotan banyak media massa dalam

negeri maupun asing karena Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi

teraktif di dunia. Sesuai tugasnya, media massa sebagai sarana atau media

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

komunikasi bagi masyarakat luas memberitakan peristiwa atau agenda tahunan

tersebut, sehingga masyarakat mendapatkan haknya, yaitu menerima informasi

layak dan memadai.

Berbagai berita terkait letusan Gunung Merapi 2010 disampaikan surat

kabar dengan beragam bentuk. Mulai dari berita yang bersifat langsung (straight

news), berita kisah (feature), analisa pakar, serta rubrik-rubrik khusus mengenai

bencana alam tersebut. Kehadiran berbagai berita tersebut menjadi semakin

lengkap dan menarik dengan adanya gambar, foto, grafik, dan bentuk visual

lainnya yang menjadi unsur pelengkap berita.

Salah satu bagian dari pemberitaan bencana alam Merapi dalam surat

kabar yang menarik perhatian pembaca adalah tampilan foto tentang peristiwa

tersebut. Dengan foto, pembaca bisa melihat gambaran langsung (berupa visual)

tentang letusan Gunung Merapi 2010 yang diabadikan oleh pewarta foto secara

langsung. Karena seni dokumentasi terutama dalam bentuk foto maupun yang

berbasis fotografi semakin terasa sangat penting.

Tahun demi tahun fotografi semakin berkembang, bahkan era sekarang ini

di zaman digitalisasi, fotografi menjadi semakin canggih dan semakin mudah

dirasa. Perkembangan dunia fotografi yang juga diiringi perkembangan teknologi

yang lainnya akan juga menentukan perkembangan media massa dalam aspek

fotografi. Semakin canggihnya teknologi termasuk komputerisasi tentunya akan

memudahkan para pewarta foto dalam mengirimkan hasil karyanya menuju kantor

pusat guna mempercepat proses cetak. Demikian halnya dengan peliputan letusan

Gunung Merapi 2010. Dari beraneka ragam bahasa yang digunakan sebagai

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

sarana komunikasi, salah satunya adalah Fotografi. Fotografi adalah bahasa

gambar, yang merupakan hasil akhir dari bentuk komunikasi percetakan maupun

komunikasi visualisasi. (Andreas Freininger, 1985)

Sebagai salah satu media untuk berkomunikasi, fotografi menyampaikan

makna-makna dan pesan yang terekam dan dikemas sedemikian rupa. Lahirnya

fotografi dicanangkan pada tahun 1839 di negara Perancis. Pada tahun tersebut, di

negara Perancis disahkan pernyataan bahwa fotografi merupakan sebuah

terobosan teknologi. (Arbain Rambey, 2003)

Tujuan utama dalam fotografi adalah komunikasi. Sebagian besar orang

memotret karena ingin fotonya dilihat oleh orang lain dengan menyampaikan

pesan dan kesan kepada orang lain maupun khalayak luas melalui perwujudan

gambar atau visual, dimana kata-kata atau tulisan tidak dapat menjadi media

untuk menyampaikannya. Kemampuan fotografi untuk mendokumentasikan

segenap aspek maupun peristiwa dan tahapan dalam kehidupan manusia terus

berkembang dengan pesat, yang tidak hanya menjadikannya sebatas sebagai

media dokumentasi semata.

Andreas Freininger (1985), menyebutkan sejumlah fungsi fotografi

berdasarkan tujuannya: Pertama, Fotografi dapat berfungsi sebagai penerangan

ketika ini digunakan untuk pemotretean dan dokumen yang bertujuan untuk

mendidik atau memungkinkan untuk mengambil keputusan yang benar. Kedua,

Fotografi digunakan sebagai media informasi yang digunakan untuk

menyampaikan informasi tertentu, ketika ini digunakan untuk jual beli atau media

iklan serta propaganda politik. Ini bertujuan untuk memasarkan barang, jasa

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

maupun gagasan. Ketiga, Fotografi sebagai media penemuan, karena kamera

memiliki keunggulan daripada mata, maka ia digunakan untuk penemuan dalam

lapangan penglihatan. Ini terjadi dibidang riset dan pemotretan ilmu pengetahuan.

Tujuan gambar semacam ini ialah untuk membuka lapangan baru bagi

penyelidikan, untuk memperluas pandangan dan cakrawala intelek serta

memperkaya taraf hidup. Keempat, Fotografi digunakan sebagai media

pencatatan. Pemotretan memungkinkan adanya alat yang paling sederhana dan

murah untuk mereproduksi karya seni, mikrofilm dan dokumen. Kelima, Fotografi

digunakan sebagai media hiburan. Ini digunakan sebagai sarana hiburan yang

tidak terbatas yang bertujuan sebagai pemuas kebutuhan rohani manusia. Keenam,

Fotografi digunakan sebagai media pengungkapan diri. Dengan gambar-gambar

tersebut manusia mengutarakan pendapatnya mengenai jagad, perasaan, gagasan

dan pemikiran mereka.

Oscar Matuloh, pewarta foto senior Galeri Foto jurnalistik Antara (GFJA)

membagi fotografi menjadi beberapa sub disiplin, diantaranya, fotografi seni,

fotografi komersil dan fotografi dokumentasi. Menurutnya, foto dokumentasi

merupakan induk dari foto jurnalistik. Ini dipahami ketika foto dokumentasi

dipublikasikan dalam media massa (Fotomedia, 2001).

R. Amien Nugroho (2005), mendefinisikan foto jurnalistik (foto pers)

dapat disebut juga press photo atau foto berita: foto jurnalistik yaitu foto yang

lazim digunakan di kalangan pers. Foto seperti ini biasanya memberitakan suatu

peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Misalnya, foto, bencana alam,

kecelakaan, olah raga, termasuk banyak hal yang menyangkut pembangunan seni

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

budaya, teknologi dan sebagainya. Foto jurnalistik juga dibuat dalam keadaan

yang sebenarnya, bukan manipulasi.

Dokumentasi sejarah umat manusia, tidak akan lengkap tanpa adanya foto

jurnalistik. Selain hal tersebut, foto jurnalistik juga mampu membentuk sebuah

opini masyarakat. Bahkan juga mempengaruhi kebijakan para pengambil

keputusan di sejumlah negara yang mana dapat menentukan nasib ribuan

rakyatnya (Fotomedia, 1994). Foto jurnalistik dalam tatanan ilmu fotografi

diantara bidang fotografi yang lain adalah ilmu foto yang tidak memperbolehkan

terjadinya manipulasi dalam proses penciptaannya. Setiap kejadian dibuat dan

ditampilkan jujur adanya tanpa penambahan atau pengurangan yang menyangkut

elemen foto sehingga dapat mengubah nilai berita. Dalam kejadian tertentu,

kualitas foto terkadang menjadi tersingkir jika dibandingkan dengan nilai

aktualitas berita dari kejadian tersebut.

Tujuan foto jurnalistik adalah untuk mengkomunikasikan pesan secara

jelas sehingga para pembaca dapat memahami situasi atau kejadian secara cepat.

Kekuatan sebuah foto jurnalistik yang bagus adalah kekuatan dari pesan yang

dapat dipahami dengan sekilas (Frank Hoy, 1986).

Dalam sekejap, otoritas seorang jurnalis foto dimanfaatkan untuk

mengabadikan suatu berita dengan menekan tombol pelepas rana kemeranya

(shutter), dapat merangkum berjuta kalimat yang mampu memvisualisasikan

suatu peristiwa. Pada hakikatnya foto mempunyai kelebihan jika dibandingkan

dengan media oral. Selain mudah untuk proses pengingatannya, foto juga

mempunyai efek lain yang timbul jika kita melihatnya. Foto bisa menimbulkan

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

“efek bayangan” yang lain, tergantung dari siapa, sudut pandang apa, pekerjaan,

pendidikan, pengalaman dan pengetahuan orang yang melihatnya (Fotomedia,

2003).

Oleh karena itu, sebuah foto yang tidak menarik bagi penikmatnya,

mungkin justru sangat menarik bagi penikmat foto yang lainnya. Adanya foto

jurnalistik dalam sebuah surat kabar tidak lepas dari kebijakan lembaga media

surat kabar tersebut dalam pemberitaan secara menyeluruh. Dalam hal ini,

kebijakan redaksional sebuah surat kabar dalam menampilkan sebuah berita,

khususnya foto jurnalistik. Hal itu, tentu saja, memiliki maksud dan tujuan

tertentu, di mana masing-masing media memiliki perbedaan yang sifatnya

mendasar seperti visi dan misi media, pengemasan pesan visual bahkan sampai

pada ideologi yang dianut media tersebut.

Berbagai surat kabar, melalui foto jurnalistik, menampilkan beragam hal

mengenai letusan Gunung Merapi tahun 2010, seperti proses pengeavakuasian

warga sekitar lereng gunung Merapi, proses erupsi Merapi, hingga keadaan warga

yang mengungsi akibat erupsi Merapi tersebut. Disinilah foto jurnalistik ikut

berperan dalam upaya menyajikan bentuk visualisasi letusan Gunung Merapi

melalui bidikan lensa para fotografer.

Momen as it happens yang berhasil ditampilkan seorang fotografer

tentunya patut dihargai sebab disini menentukan kesiapan dan kesigapan

fotografer dalam bertindak, tepatnya saat melihat sesuatu yang dianggap menarik.

Sekali lagi meskipun karya sebuah gambar atau kadang kala tidak mempunyai

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

nilai artistik dan keindahan, tetapi kesigapan fotografer sering kali mendapat

penghargaan yang tinggi. (Atok Sugiarto, 2004)

Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Foto sebagai lembaga

yang menyediakan berita dan foto untuk digunakan oleh media massa cetak

maupun online di seluruh Indonesia. Dalam Penelitian ini, LKBN Antara Foto

penulis pilih karena merupakan kantor berita yang dimiliki oleh Indonesia dan

kredibilitasnya yang sudah tidak diragukan lagi. Di samping itu, foto-foto

jurnalistik yang dimuat mempunyai kualitas yang bagus, baik dilihat dari segi

teknis fotografi maupun sebagai karya jurnalistik. Hal tersebut dikarenakan

LKBN Antara Foto merupakan bagian tersendiri yang khusus menangani bidang

fotografi, serta perkembangan dan pengembangannya.

Buku yang bertajuk Kilas Balik 2009-2010 adalah buku foto jurnalistik

dimana isinya adalah kumpulan foto-foto terbaik karya pewarta foto Lembaga

Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Foto dalam kurun waktu 2009-2010.

Setiap lembar halaman dalam buku Kilas Balik berisi foto-foto jurnalistik yang

mengisahkan perjalanan bangsa ini dalam kurun waktu satu tahun. Foto-foto yang

masuk dalam buku ini berasal dari hasil liputan fotografer LKBN Antara Foto,

yang disiarkan secara online melalui www.antarafoto.com yang diseleksi oleh

Oscar Motuloh, salah satu fotografer senior LKBN Antara Foto. Kilas Balik 2009-

2010, merupakan gagasan positif untuk memperkaya khasanah dokumentasi

peristiwa yang mencatat berbagai macam peristiwa penting yang pernah terjadi di

tanah air. Dari kejadian yang kontroversial sampai banjir dan kemacetan Jakarta

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

yang telah dianggap sebagai keseharian oleh penyelenggara kota metropolitan

ibukota Republik Indonesia. (Oscar Motuloh, 2010)

Komposisi dalam buku Kilas Balik tidak tersaji secara kronologis, yang

mana lebih mengutamakan keberadaan nilai berita, dimana waktu terbungkus

secara otomatis didalamnya. Dengan pengkategorian seperti ini, pencampuran

antara foto-foto penuh warna dengan foto hitam putih menjadi dimungkinkan,

sehingga emosi pembaca bisa menikmati alur buku ini.

Hal-hal yang ditekankan pada penelitian ini adalah tentang makna dan isi

pesan foto yang berkaitan dengan tanda (peristiwa atau objek secara menyeluruh)

yang terdapat pada buku foto jurnalistik Kilas Balik 2009-2010 yang berisi foto-

foto pilihan LKBN Antara Foto. Dengan begitu, diharapkan analisis dengan

menggunakan teori semiotika dapat mengungkapkan beberapa tanda, objek dan

makna serta penilaian dengan objek pembahasan dan bahan analisis adalah hasil

dari foto-foto yang terdapat dalam buku foto jurnalistik tersebut. Selain itu

analisis ini juga untuk mengetahui apakah pesan yang ingin disampaikan

fotografer melalui foto jurnalistiknya sampai pada masyarakat atau konsumen

media massa yang tidak seluruhnya memahami fotografi.

Latar belakang pemilihan buku foto jurnalistik Kilas Balik 2009-2010

sebagai objek penelitian karena buku foto tersebut merupakan salah satu dari buku

foto yang dikeluarkan oleh LKBN Antara Foto yang bekerjasama dengan Galeri

Foto jurnalistik Antara (GFJA). Melalui buku semacam ini, dapat dipahami lebih

jernih tentang apa yang disebut sebagai foto jurnalistik dan bukan sebuah buku

kumpulan foto biasa yang hanya menyajikan keindahan gambar.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Faktor utama kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu pesan

dapat diketahui pemaknaannya. Artinya bahwa makna yang terkandung dalam

foto-foto jurnalistik dalam buku foto Kilas Balik 2009-2010 dapat diketahui

pemaknaannya secara tersirat. Pemaknaan dilakukan dari tanda-tanda fotografi

yang muncul dari foto tersebut untuk merepresentasikan pemaknaan yang sedang

diteliti dalam foto tersebut.

Berangkat dari berbagai uraian tersebut dan dengan asumsi bahwa tidak

semua pesan dalam foto dapat dengan mudah dipahami oleh khalayak awam,

peneliti berniat melakukan penelitian tentang letusan Gunung Merapi buku foto

jurnalistik Kilas Balik 2009-2010 yang berisi foto-foto pilihan LKBN Antara

Foto. Di sini, peneliti akan mencoba meneliti sekaligus mengintepretasikan isi

pesan dalam buku foto jurnalistik tersebut agar dapat membuka wacana kita

tentang apresiasi fotografi, khususnya foto jurnalistik tentang letusan gunung

Merapi 2010.

B. Rumusan Masalah

Foto-foto letusan Gunung Merapi 2010 yang terdapat pada buku foto

jurnalistik “Kilas Balik 2009-2010” dipilih berdasarkan objek dan peristiwanya,

selain itu juga judul foto, komposisi objek, komposisi frame, pengambilan sudut

gambar (angle) dan yang tidak ketinggalan adalah caption foto yang terdapat

dalam indexs buku foto jurnalistik Kilas Balik 2009-2010 untuk mengetahui detail

objek dan peristiwanya yang menjadi landasan teori dan bagian pembahasan.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Penulis menganalisis isi foto dengan menggunakan teori semiotika karena

menyangkut dengan pemaknaan obyeknya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

Pesan apa yang disampaikan para fotografer LKBN Antara Foto atas foto-

foto Letusan Gunung Merapi 2010 yang terdapat dalam buku foto jurnalistik

“Kilas Balik 2009-2010” dan makna yang terkandung dilamnya?

Selain itu juga permasalahan lain yang muncul apakah pesan yang ingin

disampaikan oleh fotografer sampai pada penikmat foto, karena tidak semua

penikmat foto memahami tentang foto jurnalistik.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang penulis maksudkan adalah:

Mengetahui makna dan pesan apa yang terdapat dalam lambang-

lambang visual yang terkandung dalam foto jurnalistik peliputan

letusan gunung Merapi 2010 oleh pewarta foto LKBN Antara Foto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

teoritis berupa penambahan kajian semiotika menggunakan kode-kode

fotografi untuk membedah makna pada foto jurnalistik.

2. Manfaat praktis

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para

praktisi media, pakar semiotika, pemerhati komunikasi, dengan

memberikan pengetahuan secara lebih mendalam tentang makna dalam

foto letusan Merapi agar dapat lebih memahami dengan berbagai

latarbelakang. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai titik balik untuk melaksanakan penelitian serupa secara lebih

mendalam.

E. Telaah Pustaka

1. Komunikasi

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan, yang di

dalamnya terlibat berbagai elemen-elemen komunikasi yakni sumber

(source), media (channel), penerima (receiver), dan respon (feedback).

Agar sebuah proses komunikasi lebih efektif, maka gagasan, ide, dan opini

akan di-encode atau diterjemahkan menjadi pesan yang mudah diterima

(decode) oleh penerima. Dalam sebuah proses komunikasi, pesan adalah

hal yang utama. (Effendy, 1995:13)

Pertalian jalinan sosial dan pikiran yang diberikan pada simbol-

simbol komunikasi akan mempermudah dan menguatkan elemen-elemen

komunikasi meng-encode dan men-decode simbol menjadi pengertian

bermakna. Secara utuh ini merupakan konteks tak terpisahkan antara

maksud komunikator dan interpretasi komunikan dalam kegiatan

pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna tersebut. Dr. Phil.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Astrid S. Susanto menyatakan, pesan hendaknya bisa dihayati oleh

komunikan, sehingga menjadi milik komunikator dan

komunikan.(Susanto, 1995:9)

Komunikasi massa merupakan salah satu bidang dari sekian

banyak bidang yang dipelajari dan diteliti oleh ilmu komunikasi.

Komunikasi tentu punya tujuan, menurut R. Wayne Pace, Brent D.

Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Effective

Communication, menyatakan bahwa tujuan sentral dari komunikasi terdiri

atas:

a. Untuk memperkokoh pengertian

b. Untuk memunculkan suatu penerimaan

c. Untuk memotivasi tingkah laku

Orang melakukan komunikasi karena mempunyai tujuan seperti di

atas. Akan tetapi seseorang dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku

orang lain apabila komunkasinya itu memang komunikatif.

Menurut Harold Laswell, komunikasi juga digunakan karena

mempunyai fungsi sebgai berikut:

a. Pengamatan terhadap lingkungan, penyingkapan ancaman dan

kesempatan yang mempengaruhi nilai-nilai masyarakat dan

bagian-bagian dalamnya

b. Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi

lingkungan.

c. penyebaran warisan sosial.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Fungsi-fungsi tersebut melekat erat dalam proses komunikasi. Jika

proses komunikasi sudah kita ketahui maka kita akan lebih

mempelajarinya secara mendalam mengenai komponen-komponen yang

ada di dalamnya. Hal itu penting karena komponen-komponen tersebut

sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses komunikasi itu

sendiri. Dalam proses komunikasi kita akan menemukan beberapa

komponen yang berkaitan satu sama lain. Masing-masing mempunyai

peran yang sama pentingnya. Komponen tersebut akan membentuk suatu

proses yaitu proses komunikasi. Komponen komunikasi menurut Harold

Laswell meliputi:

a. Komunikator

b. Pesan

c. Media

d. Komunikan

e. Efek

Berdasar paradigma Laswell tersebut, kita dapat melihat bahwa

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan tanda-tanda/lambang sebagai medianya.

Namun komunikasi tidak sekedar dilihat dari pengiriman pesan semata.

Lebih dari itu, menurut Fiske, Komunikasi dadalah proses generation of

meaning atau proses pembangkitan makna. Menurut konsep ini , pesan

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

adalah susunan tanda-tanda dengan melalui penerima (receiver) akan

menghasilkan makna, oleh karena itu bagian yang paling penting adalah

"teks" dan "bagaimana membacanya". Membaca adalah proses

menemukan makna-makna yang terpikirkan ketika pembaca berhadapan

teks dengan membawa serta aspek pengalaman sosial dan budaya dalam

memahami tanda, lamabang dan kode yang membentuk teks. Oleh sebab

itu pemaknaan pesan bisa menjadi berbeda antara pembaca dan pembuat

karena adanya perbedaan aspek pengalaman sosial dan budaya. (Effendi,

2000:32)

Secara sederhana komunikasi merupakan pengiriman dan

penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan

yg dimaksud dapat dipahami. Harold Laswell menjelaskan bahwa dalam

komunikasi terdapat setidaknya terdapat lima aspek penting yang terjadi.

Aspek tersebut dilontarkan dalam urutan pertanyaan, who says what in

which channel to whom with what effect? (siapa mengatakan apa dengan

saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?). Dalam konsep

yang Lasswell tersebut, dalam sebuah komunikasi setidaknya terdapat

beberapa komponen utama. Who merujuk pada pelaku komunikasi atau

komunikator, What berarti apa atau isi-isi, pesan-pesan yang dikirim oleh

komunikator. Kemudian terdapat Which channel atau saluran yang

digunakan, berarti medium komunikasi yang digunakan. To whom

mengacu pada sasaran yang dituju komunikator atau biasa disebut

khalayak atau komunikan. Sedangkan what effect mengacu pada dampak

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

yang akan diterima dan dirasakan khalayak, terkait dengan pesan yang

telah dikirim oleh komunikator.

Pada umumnya bentuk komunikasi dapat dibagi menjadi lima

bagian, komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi

kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Dari kelima

bentuk di atas, komunikasi massa menjadi bentuk komunikasi yang

penting, karena hubungannya dengan khalayak yang banyak (mass).

Komunikasi Massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat

diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.

Deddy Mulyana mengatakan, komunikasi massa adalah komunikasi yang

menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau

elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang

yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang

tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. (Deddy Mulyana, 2005)

Pesan atau Isi dari komunikasi massa menjadi satu pokok dari komponen-

komponen komunikasi yang diutarakan Lasswell. pesan dalam komunikasi

massa bersifat umum, maka dari itu pesan harus diketahui oleh semua

orang. pesan atau isi merupakan hal penting untuk dibahas. Menjadi

penting karena teidak mungkin media surat kabar, majalah, (cetak,

internet) dapat memikat perhatian khalayak jika pesan yang disampaikan

tidak memberikan efek bagi khalayaknya.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Dalam proses komunikasi, para ahli membagi cara berkomunikasi

membagi dua macam, yaitu komunikasi verbal dan non verbal.

Komunikasi verbal adalah bahasa yang kita gunakan setiap hari.

Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi dalam bentuk tanda-

tanda yang memerlukan pemakanaan khusus untuk mengartikannnya.

Salah satu bentuk komunikasi non verbal adalah gesture atau bahasa tubuh

yang terdiri darei ekspresi dan tinmgkah laku. Bahasa tubuh atau gesture

merupakan salah satu bentuk dari bahasa non verbal dan dalam pengartian

tidak bisa diartikan secara universal. Hal ini terpengaruh oleh masyarakat

pengguna bahasa tersebut dalam mengarikan suatu bahasa non verbal. Arti

dari tiap bahasa tubuh ini dipengaruhi oleh budaya yang berkembang

dalam masyarakat tesebut. Tetapi sebagian besar bahasa isyarat yang

digunakan untuk berkomuniksai di dunia ini maknannya relatif sama.

Misalnya saat orang merasa bahagia, maka ia akan tersenyum. Saat

seseorang merasa sedih atau marah, maka ia akan mengerutkan dahi atau

melotot. (Riana, 2009:7).

2. Foto Jurnalistik

Dalam berkomunikasi bahasa merupakan sesuatu yang sangat

penting, karena melalui bahasa kita bisa memberikan simbol-simbol yang

kemudian bisa dimengerti oleh penerima pesan. Demikian pula dengan

sebuah foto memiliki posisi yang sama dengan bahasa. Seorang penulis

merangkai kata-kata agar bisa dinikmati dan diterima oleh orang lain,

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

demikian pula dengan foto. Seorang fotografer mempergunakan foto

sebagai bahasa untuk disampaikan kepada orang lain. Menurut Guru Besar

Universitas Missouri, Cliff Edom, foto jurnalistik adalah “paduan kata dan

gambar”(Mirza, 2004:4). Wilson Hick redaktur senior majalah ‘Life’

(1937-1950) dalam buku World and Pictures, foto jurnalistik adalah media

komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.( Hick dalam Hasby,

2007).

Menurut Hermanus Prihatna, foto berita atau foto jurnalistik adalah

sebuah berita visual yang disampaikan pada masyarakat luas dan tentunya

mempunyai nilai berita tinggi bahkan sampai kejadian secepat mungkin.

Syarat utama yang paling mendasar dari sebuah berita haruslah ingin

diketahui orang banyak dan dari sudut pandang itulah kita bisa menilai

kekuatan foto yang dapat disebut sebagai foto berita.( Hermanus Prihatna,

2003).

Foto yang mengandung aksi, emosi, komposisi, fokus perhatian,

dan menceritakan sebuah cerita lebih baik daripada yang mungkin

dilakukan oleh kata-kata, menurut Dian P. Saraswati, merupakan foto

jurnalistik yang memiliki kualitas yang baik. Disamping itu, kriteria

penting lainnya adalah foto jurnalitik harus memuat nilai-nilai jurnalistik

yang menunjukkan realitas objektif yang mengandung pesan dan

signifikansi bagi kebutuhan informasi audiens.(Tim Peneliti Dewan Pers,

dkk., 2006:204)

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Wilson Hick redaktur senior majalah ‘Life’ (1937-1950) dalam

buku World and Pictures mengungkapkan ada delapan karakteristik khas

dalam ranting ilmu komunikasi tersebut:

1. Dasar foto jurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata.

Keseimbangan data terulis pada tesk gambar adalah mutlak.

Captiaon foto atau keterangan gambar sangat membantu suatu

gambar untuk memberikan informasi secara lengkap kepada

masyarakat atau pembaca. Menurut Hick caption foto adalah , “unit

atau bagiandasar dari foto jurnalisatik”. Pada bagian tersebut dapat

dibentuk pendekatan-pendekatan foto jurnalistik.

2. Medium foto jurnalistik biasanya tercetak, bisa media cetak, kantor

berita, koran atau majalah, tanpa memperhatikan tirasnya. Berbeda

sekali dengan keberadaan foto penerangan yang muatannya adalah

kisah sukses dan positif, maka informasi yang disebarkan dari foto

jurnalistik adalah sebagaimana adanya, disajikan dengan sejujur-

jujurnya.

3. Lingkup foto jurnalistik adalah manusia. Itu sebabnya seorang foto

jurnalistik harus punya kepentingan mutlak pada manusia. Posisinya

berada pada puncak piramida sejian dan pesan visual. Ginny

Southworth menyimpulkan , “ merangkul manusia adalah

pendekatan prioritas bagi jurnalis, karena kerja dengan subyek yang

bernama manusia adalah segala-galanya dalam profesi tersebut”.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

4. Bentuk liputan foto jurnalistik adalah suatu upaya yang muncul dari

bakat-bakat dan kemampuan dar seorang jurnalis yang bertujuan

melaporkan beberapa aspek dari berita sendiri. Menurut Chick

Harrity yang cukup lama bergabung dengan Associated Press (AP) –

kantor berita Amerika Serikat – dan “US News & World Report”,

tugas seorang foto jurnalis adalah melaporkan berita sehingga bisa

memberikan kesan pada pembaca seolah-olah mereka hadir dalam

peristiwa tersebut.

5. Foto jurnalistik adalah fotografi komunikasi, dimana komunikasi

bisa diekspresikan seorang foto jurnalis terhadap subyeknya. Obyek

pemotretan hendaknya mampu dibuat berperan aktif dalam gambar

yang dihasilkan sehingga lebih pantas menjadi subyek aktif.

6. Pesan yang disampaikan dari suatu hasil visual foto jurnalistik harus

jelas dan segera bisa dipahami seluruh lapisan masyarakat. Pendapat

pribadi atau pengertian sendiri tidak dianjurkan dalam foto

jurnalistik. Gaya pemotretan yang khas, bahkan dengan polesan seni

tidak menjadi batasan dalam berkarya, yang penting pesan harus

tetap komunikatif bagi lapisan masyarakat luas.

7. Foto jurnalistik membutuhkan tenaga penyunting yang handal,

berwawasan visual luas, populis, arif dan jeli dalam menilai karya-

karya yang di hasilkan, serta mampu membina dan membantu

mematangkan ide dan konsep sebelum memberikan penugasan.

Penyuntingan meliputi pemilihan gambar, saran-saran hingga

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

meminta dilakukan suatu pengambilan gambar ulang (untuk liputan

timeless -- tak terkait dengan waktu ) jika kurang layak siar.

8. Kepercayaan yang paling mendasar bagi foto jurnalistik adalah

menginformasikan sesuatu yang mutlak dibutuhkan dalam dunia

yang semakin kompleks ini. (Hick dalam Hasby, 2007).

Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis,

namun juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar

mengandung tajam dan kekaburan yang beralasan. Ini dalam artian

memenuhi syarat secara teknis fotografi. Fokus secara cerita, kesan, pesan

dan misi yang akan disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan

dipahami.

Foto jurnalistik sendiri dapat dibagi lagi kedalam sembilan kategori

foto jurnalistik, yaitu:

Spot news / Hard News (Berita Hangat)

Foto beragam peristiwa yang langka dan dapat mengubah sejarah

dunia sehingga harus segera disiarkan, seperti peristiwa bencana

alam, kecelakaan yang merenggut ratusan jiwa, kebakaran, hingga

aksi terorisme atau bom bunuh diri.

General news (Berita Umum)

Foto rekaman peristiwa yang terjadwal, rutin atau bersifat seremoni

yang dapat mencakup bermacam-macam tema, seperti kunjungan

presiden, peresmian sebuah gedung, dan HUT suatu negara.

People in the News (Potret dalam segala kondisi)

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Foto yang menyajikan karakteristik sesuai dengan hati sang subyek,

apakah dalam kondisi yang gembira atau sedih, seperti orang yang

menangis karena kehilangan saudara saat perang atau orang yang

gembira setelah memenangkan sebuah perlombaan.

Sports (Olahraga)

Foto event olahraga seperti turnamen sepakbola Piala Eropa, tenis,

balap sepeda atau jenis olahraga lainnya.

Culture and the Art

Foto kegiatan kebudayaan dan kesenian, seperti acara Grebeg

Sekaten, pementasan tarian tradisional kebanggaan para raja,

pementasan teater, konser music legendaries ataupun sejenisnya.

Portrait

Foto wajah close up atau profil seseorang karena orang tersebut

memiliki kekhasan dalam wajahnya maupun kekhasan serta daya

tarik sebuah keunikan dari orang tersebut.

Science and Technology

Foto peristiwa dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti

penerbangan pesawat ulang aling, penemuan-penemuan ilmiah baru,

perkembangan teknologi komunikasi digital atau operasi kembar

siam.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Nature and Environment (Alam dan Lingkungan)

Foto peristiwa yang berhubungan dengan alam dan lingkungan,

seperti gunung meletus, konservasi alam, pelepasan orang utan ke

habitat aslinya, banjir atau kebakaran hutan.

Daily Life (Celah Kehidupan / Keseharian)

Foto kegiatan manusia sehari-hari. Kategori ini tidak terikat dengan

unsur kehangatan berita. Hal yang diutamakan dalam kategori foto

ini adalah segi keunikan, humor, maupun perjuangan seseorang

dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti aktivitas pedagang

asongan, pekerja bangunan atau nelayan.

Feature

Foto feature bukan sekedar snapshot, tapi adalah bentuk usaha

wartawan untuk memilih sudut pandang yang khas dan bukan

sekedar didikte oleh peristiwa itu sendiri, sehingga memberikan

makna lebih dalam terhadap sebuah peristiwa. Sebagai contoh, saat

terjadi kebakaran, wartawan tidak hanya memotret api yang menyala

dan petugas pemadam kebakaran yang berusaha menjinakkan api,

tapi juga memotret ekspresi pemilik rumah yang sedih kehilangan

tempat tinggal maupun penggambaran kehisterisan seseorang karena

mengetahui sanak keluarganya menjadi korban dalam peristiwa

tersebut. (Agung, 2004)

Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek. Pertama, isi pesan

(content of message), yang kedua adalah lambang (symbol). Kongkritnya,

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

isi pesan itu adalah isi foto dan caption. Isi pesan yang bersifat latent,

yakni pesan yang melatarbelakangi sebuah pesan, dan pesan yang bersifat

manifest, yaitu pesan yang tampak tersurat.( Effendy, 1993: hal 38)

Dalam hal ini, isi pesan yang dimaksud adalah isi (content) dari

foto jurnalistik yang berupa lambang-lambang berbentuk foto begitu juga

konteks yang menyertainya.

Karena elemen utamanya adalah foto, maka konsekuensinya foto

harus mampu dalam menggantikan kata-kata. Sementara hal-hal yang

tidak bisa tergambarkan oleh foto, terungkap sebagai naskah atau caption.

3. Objek dan Peristiwa Foto Jurnalistik

Objek dan peristiwa merupakan hal yang sangat penting untuk

diabadikan oleh seorang fotografer. Hal ini bersifat natural mengingat

insting dari seorang fotografer yang sangat tinggi untuk selalu

mengabadikan momen atau peristiwa yang langka. Banyak hal yang dapat

diperoleh dari suatu peristiwa atau objek foto, karena biasanya

menyangkut pokok pikiran dari sebuah artikel yang akan di muat dalam

media cetak.

Selain itu objek dan peristiwa yang akan diabadikan bersifat

universal. Foto jurnalistik yang diabadikan berdasarkan objek dan

peristiwa harus memiliki isi berita karena ukurannya, bukan seberapa jauh

berita itu menjangkau tetapi bagaimana foto itu dapat menyentuh emosi

dan perasaan pembaca. Gambar-gambar yang diambil oleh seorang

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

fotografer juga harus bisa mewakili dari keadaan yang terjadi sebenarnya.

Hal ini harus dilakukan agar bisa dinikmati oleh pembaca dan juga untuk

menggugah emosi dan melibatkan perasaan pembaca melalui media cetak.

4. Tempat dan Kejadian

Tempat atau kejadian merupakan hal yang terpenting karena

menyangkut keberadaan objek dan terjadinya sebuah peristiwa, sehingga

pembaca mengetahui kapan dan dimana peristiwa itu terjadi. Selain itu

kondisi sosiokultural masyarakat dapat dikaitkan sebagai tempat atau

kejadian yaitu sebagai pengukur sejauh mana kejadian yang berlangsung

dapat mempengaruhi pola pikir dan sejauh mana kondisi tersebut

berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

5. Analisis Semiotika

Kata semi dalam semiologi berasal dari istilah latin semeion yang

artinya tanda. Semiologi dikembangkan untuk menganalisis tanda-tanda.

Studi sistematis suatu tanda-tanda dikenal sebagai semiologi, yang artinya

secara harafiah adalah kata-kata mengenai tanda-tanda (Berger, 2005:3).

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya

berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan

bersama-sama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi,

pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak

dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).

Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi,

dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga

mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2004:15).

Semiotik sebagaimana dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure

dalam Course in General Linguistics, adalah “ilmu yang mempelajari

peran tanda (sign) sebagai bagian dari kehidupan sosial”. Semiotika adalah

ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda

dalam penggunaannya di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, semiotika

mempelajari relasi di antara komponen-komponen tanda, serta relasi antara

komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya. Saussure

memandang relasi tanda sebagai relasi struktural, yang didalamnya tanda

dapat dilihat sebagai sebuah kesatuan antara sesuatu yang bersifat

material, oleh Roland Barthes – sebagai penerus Saussure – disebut

penanda (signifier) dan sesuatu yang bersifat konseptual, yang disebut

petanda (signified) (Piliang, 2003:47).

Semiotika berprinsip dan menyandarkan diri pada aturan dan kode

sosial yang berlaku di masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami

maknanya secara kolektif. Aksis sintagmatik yaitu, cara pemilihan dan

pengkombinasian tanda-tanda, berdasarkan aturan (rule) atau kode

tertentu, sehingga dapat menghasilkan sebuah ekspresi bermakna. Tanda-

tanda dikombinasikan dilandasi oleh aturan (kode) tertentu di masyarakat.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Kode adalah seperangkat aturan atau konvensi bersama yang di dalamnya

terdapat tanda-tanda yang .dapat dikombinasikan, sehingga

memungkinkan pesan dikomunikasikan dari seseorang kepada orang lain.

Metode semiotika memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek

kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode di

balik tanda dan teks tersebut.

Istilah semiotika dan semiologi atau dalam istilah lain semasiologi,

semenik, dan semik merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna

atau arti dari suatu tanda atau lambang.

Menurut John Fiske (1990), semiotika atau semiologi adalah studi tentang

tanda dan bagaimana tanda-tanda itu bekerja. Semiotika memiliki tiga

bidang studi utama:

1. Tanda, studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-

tanda yang berbeda dalam menyampaikan makna, dan cara

tanda-tanda terkait dengan itu terkait dengan manusia yang

menggunakannya. Tanda merupakan konstruksi manusia dan

hanya bias dipahami dalam artian manusia yang

menggunakannya.

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Yang mana

mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi

kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi

saluran komunikasi dan mentransmisikannya.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Dimana bergantung

pada penggunaan kode-kode atau tanda-tanda itu untuk

keberadaan dan bentuknya. (Fiske, 1990:60).

Tanda itu sendiri berarti suatu hal atau keadaan yang menerangkan

objek kepada subjek. Tanda selalu menunjuk pada hal yang riil (benda),

kejadian, atau tindakan. Tanda dapat berupa benda-benda seperti tugu-tugu

jalan, tanda-tanda lalu lintas, tanda pangkat dan jabatan, tanda-tanda baca

dan tanda tangan. Tanda adalah arti statis, lugas, umum dan obyektif.

Simbol atau lambang ialah suatu hal atau keadaan yang memimpin

pemahaman subjek kepada objek. Simbol dapat berupa lambang partai,

palang merah, salib, bulan bintang, simbol matematika dan logika,

departemen, sekolah, universitas, dan lain-lain. Isyarat ialah suatu hal atau

keadaan yang diberitahukan oleh subjek kepada objek. Artinya, subjek

selalu berbuat sesuatu untuk memberitahu kepada objek yang diberi

isyarat agar objek mengetahuinya pada saat itu juga. Isyarat tidak dapat

ditangguhkan pemakaiannya. Ia hanya berlaku pada saat dikeluarkan oleh

subjek. Isyarat dapat berupa gerak tubuh atau anggota badan. (Fiske,

1990:61).

Roland Barthes mengembangkan dua sistem pertandaan bertingkat

berdasarkan semiotika struktural yang dikembangkan Saussure yaitu

disebutnya sebagai sistem denotasi dan konotasi, Sistem denotasi terdiri

dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materealitas penanda dan

konsep abstrak yang ada dibaliknya. Sistem denotasi merupakan sistem

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pertandaan tingkat pertama. Pada tingkat denotasi, bahasa menghadirkan

konvensi atau kode-kode yang bersifat eksplisit, yakni kode-kode yang

makna tandanya segera tampak ke pemukaan berdasarkan relasi penanda

dan petandanya. Pada sistem konotasi rantai penanda/petanda pada sistem

denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang

lain pada rantai pertandaan yang lebih tinggi. Sistem konotasi merupakan

sistem pertandaan tingkat kedua. Menurut Barthes, pada tingkat konotasi,

sistem kode tandanya bermuatan makna-makna tersembunyi atau dengan

kata lain bahasa menghadirkan kode-kode yang makna tandanya bersifat

implisit (Piliang, 2003:155).

Roland Barthes menciptakan dua tingkatan pertandaan (staggered

systems) yang juga memungkinkan untuk menghasilkan makna yang

bertingkat pula. Tingkatan pertandaan tersebut adalah denotasi

(denotation) dan konotasi (connotation). Pada tingkat denotasi, perandaan

menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan

rujukannya pada realitas. Pada tingkat denotasi makna yang dihasilkan

bersifat eksplisit, langsung, dan pasti. Makna denotasi (denotative

meaning), dalam hal ini adalah makna pada apa yang tampak. Denotasi

adalah tanda yang penandanya mempunyai konvensi atau kesepakatan

tingkat tinggi. Sedangkan pada tingkat konotasi makna yang dihasilkan

dari hubungan antara penanda dan petanda bersifat eksplisit, tidak

langsung dan tidak pasti yang memungkinkan terhadap berbagai

kemungkinan. Pada tingkat konotasi, aspek psikologis seperti perasaan,

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

emosi, atau keyakinan dikaitkan dengan penanda yang menghasilkan

makna-makna lapis kedua. Makna lapis kedua tersebut bersifat implisit,

tersembunyi, yang disebut makna konotatif (connotative meaning). Mitos,

dalam pemahaman semiotika Barthes, adalah pengkodean makna dan

nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu

yang dianggap alamiah. Roland Barthes melihat mitos sebagai tahap

pemaknaan yang lebih dalam tingkatannya, akan tetapi bersifat

konvensional (Piliang, 2003:261).

Faktor penting dalam konotasi adalah penanda dalam tatanan

pertama. Penanda tatanan pertama merupakan tanda konotasi. Barthes

(1977) menegaskan bahwa setidaknya pada foto, perbedaan konotasi dan

denotasi menjadi jelas. Denotasi merupakan reproduksi mekanis di atas

film tentang objek yang ditangkap kamera. Konotasi merupakan bagian

manusiawi dari proses tersebut. Hal tersebut mencakup seleksi atas apa

yang masuk dalam frame, fokus, rana sudut pandang kamera, kualitas dari

film yang digunakan. Denotasi adalah apa yang difoto, sedangkan

konotasi adalah bagaimana memfotonya. (Fiske, 1990:119).

Mitos adalah cara penandaan (signification), sebuah bentuk.

Pertama-tama kita harus mendeskripsikannya sebagai sebuah bentuk.

Sebab mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa dijadikan mitos

asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek

pesannya, namun oleh cara dia mengutarakan pesan itu sendiri (Barthes,

2009:152).

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Dalam sistem semiologi kita berhadapan dengan tiga istilah, yaitu

penanda, petanda, dan tanda. Tanda adalah kesatuan asosiatif penanda dan

petanda. Di antara penanda, petanda, dan tanda terdapat implikasi

fungsional yang amat erat, yang memiliki peranan penting untuk mengkaji

mitos dalam skema semiologis apabila kita melihat perbedaan di antara

ketiganya (Barthes, 2009:158-159).

Mitos adalah sistem khusus yang terbentuk dari serangkaian rantai

semiologis yang telah ada sebelumnya: mitos adalah sistem semiologis

tingkat kedua. Mitos melihat materi-materi seperti bahasa, fotografi,

lukisan, poster, ritual, objek-objek, dan lain-lainnya hanya sebagai bahan

mentah, sehingga kesatuannya adalah bahwa mereka berubah status hanya

menjadi bahasa. Mitos hanya ingin melihat sekumpulan tanda didalamnya,

sebuah tanda global yang merupakan istilah terakhir (ketiga) dari

rangkaian semiologis tingkat pertama (Barthes, 2009:161).

Interpretations of myths require an understanding of the culturefrom which the sign is taken (Rose, 2001). The myth is what iscreated by the image, regardless of the truth of that meaning(Barthes, 1972; Rose, 2001). The ideologies of any culture areconsidered myths (Chandler, 2004). In this sense, the word ‘myth’is referring to a possible fictitious or unproven story or outcome(McNeill, 1999). As Barthes (1972) states (p.112), “This is the casewith mythology: it is a part both of semiology inasmuch as it is aformal science, and of ideology inasmuch as it is an historicalscience: it studies ideas-in-form.” The mythical concept canoriginate from one signifier or a mass of signifiers but leads tosome form of signification (Barthes, 1972).According to Barthes (1972), the form and the concept creatingmyth are easily understood by the viewer and lead to signification.The basic idea of the myth is to hide no

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

meaning from the viewer. Form can be created by one or acollection of signifiers in the first order system, based on theirrelationship to each other. Out of form(s) come the conceptsleading to “signification,” the final message of the sign. Since thebasic idea of myth is to display meaning, mythological conceptsare typically universally understood by the reader.(Interpretasi tentang mitos memerlukan budaya pemahaman darimana tanda itu diambil (Rose, 2001). Mitos adalah apa yangdiciptakan oleh gambar, terlepas dari kebenaran makna teresebut(Barthes, 1972; Rose, 2001). Setiap ideologi budaya dianggapsebagai mitos (Chandler, 2004). Dalam pengertian ini, kata"mitos" mengacu pada kemungkinan fiktif atau cerita yang belumterbukti (McNeill, 1999). Menurut Barthes (1972) (p.112), "iniadalah kasus dengan mitos: ini merupakan bagian kedua darisemiologi karena itu adalah ilmu formal dan ideologi karena ituadalah ilmu sejarah: ia mempelajari ide-dalam-bentuk". Konsepmitos bisa berasal dari satu penanda atau massa penanda tetapimenyebabkan beberapa bentuk signifikasi (Barthes, 1972).Menurut Barthes (1972), bentuk dan konsep mitos menciptakanmudah dipahami oleh pembaca dan menyebabkan signifikasi. Idedasar dari mitos adalah untuk tidak menyembunyikan makna daripembaca. Formula dapat dibuat dengan satu atau kumpulanpenanda dalam pertama Untuk sistem, berdasarkan hubunganmereka satu sama lain. Dari bentuk-bentuk datang konsepterkemuka untuk "makna" pesan terakhir dari tanda. Karena idedasar dari mitos adalah untuk menampilkan arti, konsep mitologisbiasanya universal dipahami oleh pembaca.). (Steve Marshall andJennifer Lemanski, 2010:8-9).

Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut

sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun atas sistem lain

yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan

konotatif, yang berbeda dengan denotatif atau pemaknaan tataran pertama.

Tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Pada saat bersamaan,

tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Jadi, tanda konotatif tidak

sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Hal ini dijelaskan dalam

peta bagaimana tanda bekerja oleh Barthes.

Bagan 1.1

Peta Tanda Barthes

1. signifier

(penanda)

2. signified

(Petanda)

3. denotatif sign (tanda denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER

(PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE SIGNIFIED

(PETANDA KONOTATIF)

6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Sumber : Cobley & Jansz. (1999) dalam Sobur (2004:69).

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri

atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda

denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes,

tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga

mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam

pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Barthes. Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi

merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi

merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan

dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan

denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan

menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut

mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat

alamiah (Budiman, 1999:22). Dalam kerangka Barthes, konotasi identik

dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi

untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai

dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga

terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai

suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang

telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem

pemaknaan tataran kedua.

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi,

yang disebutnya sebagai “mitos”, dan berfungsi untuk mengungkapkan

dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam

suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi

penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos

dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau,

dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa

penanda (Sobur, 2004:71).

Gambar-gambar bisa menjadi tulisan sejauh mereka bermakna.

Oleh sebab itu kita akan mempergunakan bahasa, wacana, tuturan, dan

lain-lain, untuk menunjuk segala unit atau sintesis yang mengandung

makna, baik berbentuk verbal atau visual: fotografi akan menjadi jenis

wicara bagi kita sebagaimana artikel surat kabar, bahkan objek-objek lain

pun akan menjadi wicara, jika dia memaksudkan suatu makna (Barthes,

2009:154).

The resistance of the image to interpretation in the hermeneuticsof visual rhetoric has made it impossible to create stronggeneralizations about the persuasive possibilities of the image inour increasingly visual culture. The problem of idiosyncraticinterpretation threads throughout the work of the first semioticanalysis of the visual message, Roland Barthes. In his earlier workon “the press photo,” Roland Barthes approaches the photographas a message characterized by emission, transmission, andreception. At the source of the message’s emission, Barthes locatesa number of provisional agents: photographers, literally inscribingthe image; writers, adding interpretive captions; and editors,selecting which photographs to display in the first place and howto link them to stories. At the level of transmission, Barthes asksthat we attend to the material emplacement and intertextuallinkages between the photograph and its caption, the news story,and with the broader newspaper or newsmagazine in which it isprinted.At the level of reception, Barthes briefly mentions thepublic addressed by the photograph, although he offers nocommentary as to how the semiotic analyst would explainreception.Understanding these three levels at work in thephotographic message, for Barthes, allows the analyst to identifythe semiotic construction of a connoted message.This relativelysimple model for unpacking connotation, and, correspondingly, theideological fixation of semantic content, in the photographicmessage is complicated in Barthes’s text by a certain paradox,

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

namely, that the connoted message is laminated onto a “purelydenotative” message that always exceeds the symbolic system ofconnotation.(Kekuatan gambar untuk menginterpretasi retorika visualmenjadikan itu hal yang tidak mungkin untuk dijadikangeneralisasi yang kuat mengenai kemungkinan foto persuasifdalam budaya visual kita yang terus meningkat. Permasalahanrangkaian interpretasi menjadi pekerjaan pertama dalammenganalisis semiotik pesan gambar, Roland Barthes. Dalamkarya sebelumnya tentang "foto pers", dalam pendekatannyaRoland Barthes, foto sebagai pesan yang ditandai dengan emisi,transmisi penerimaan dan sumber emisi pesan. Barthesmenempatkan sejumlah agen sementara: fotografer secara harfiahmenghasilkan foto, penulis menambahkan keterangan interpretif,dan editor yang memilih untuk menampilkan foto-foto di temapatpertama dan bagaimana menghubungkannya dengan ceita. Padatingkat transmisi, Barthes meminta kami menghadiri keemplasemen material dan hubungan intertekstual antara foto danketerangannya, kisah berita, dan dengan surat kabar atau majalahberita yang di cetak secara luas. Pada tingkat penerimaan Barthessecara singkat menyebutkan foto tersebut diterima oleh publik,meskipun ia menawarkan komentar tentang bagaimana analisissemiotik akan menjelaskan penerimaan tersebut. memahami tigacara penerimaan pesan fotografi, bagi barthes, memungkinkananalis untuk mengidentifikasi konstruksi semiotik pesandikonotasikan. Model ini relatif sederhana untuk membongkarkonotasi, dan, dengan demikian, fiksasi ideologis isi semantik,dalam pesan fotografi adalah rumit dalam teks Barthes olehparadoks tertentu, yaitu bahwa pesan dikonotasikan adalahdilaminasi ke pesan "murni denotatif" yang selalu melebihi sistemsimbolis konotasi). (Walter Wade, 2010:2-3).

F. Kerangka Pemikiran

Fotografi dengan sifat-sifatnya mampu merekam sesuatu secara obyektif,

membuatnya sangat cocok untuk menyajikan peristiwa yang mengandung unsur

berita. Fotografi mampu mewakili ribuan kata, melintasi batasan-batasan bahasa

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dan langsung dapat dimengerti oleh manusia diseluruh dunia tanpa harus

diterjemahkan terlebih dahulu. Dalam sebuah foto terdapat rangkaian tanda dan

simbol yang membentuk makna. Makna dari sebuah foto adalah pesan yang

hendak disampaikan fotografer kepada khalayak. Rangkaian makna tersebut

berupa tanda-tanda yang membentuk denotatif atau makna yang bersifat eksplisit

dan tanda-tanda yang membentuk makna konotatif atau makna yang bersifat

implisit yang membutuhkan interpretasi yang lebih mendalam.

Penulis memilih metode semiotika Roland Barthes sebagai pedoman

analisis yang paling tepat. Berbagai visualisasi pemaknaan “Foto jurnalistik

Letusan Gunung Merapi 2010” baik dari yang tampak kasat mata maupun yang

tersembunyi secara implisit akan dianalisis berdasarkan tahapan pemaknaan yang

telah ditentukan. Tahap pertama adalah tahap denotasi yaitu, tingkat pertandaan

yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan

rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung, dan

pasti. Makna denotasi (denotative meaning), dalam hal ini adalah makna pada apa

yang tampak. Tahap kedua adalah tahap konotasi yaitu, tingkat penandaan yang

menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang didalamnya beroperasi

makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (artinya terbuka

terhadap berbagai kemungkinan).

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Bagan 1.2

Kerangka Pemikiran

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan

obyek penelitian secara detail berupa kecenderungan penggunaan bahasa

teks dan bahasa visual dalam foto jurnalistik dengan pendekatan Semiotika

Komunikasi. Melihat bentuk-bentuk komunikasi yang diperlukan sebagai

sistem tanda. Jenis penelitian ini lebih bersifat interpretatif kualitatif

menggunakan analisis semiotika terhadap data kualitatif, data yang kurang

Foto-foto “Foto jurnalistik Letusan GunungMerapi 2010 dalam buku foto jurnalistik

“Kilas Balik 2009-2010”

Elemen Visual FotoLetusan Merapi:

Teknis1. Pencahayaan2. Jarak3. Angle4. Setting5. Komposisi

Analisis SemiotikRoland Barthes

KesimpulanMakna yang terdapat dalam lambang-lambang visual “Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi 2010 dalam buku fotojurnalistik “Kilas Balik 2009-2010”

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

bersifat bilangan atau angka-angka namun bersifat kategori substansif

yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi

secara ilmiah (scientific).

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk mencermati foto jurnalistik

peliputan Letusan Merapi 2010 dalam buku foto jurnalistik “Kilas Balik

2009-2010” adalah kualitatif. Yakni prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun simbolis

dari foto-foto yang diamati.

Beberapa hal yang berkaitan dengan konsep dasar penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut :

Teori yang digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya.

Penelitian ini tidak bertujuan menguji teori atau membuktikan

kebenaran suatu teori. Teori ini dikembangkan berdasarkan data

yang dikumpulkan.

Tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini. Sampling

adalah pikiran peneliti aspek apa, dari peristiwa apa, dan siapa

yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu dan karena itu

terus dilakukan sepanjang penelitian. Sampling bersifat purposif,

yakni tergantung pada tujuan fokus suatu saat.

Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal, tapi bersifat internal,

yakni penelitian itu sendiri tanpa menggunakan teks, eksperimen,

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

atau angket. Instrumen dengan sendirinya tidak berdasarkan

definisi-definisi operasional. Yang dilakukan hanyalah menyeleksi

aspek-aspek yang khas yang berulangkali terjadi, yang berupa pola

atau tema dan tema itu senantiasa diselidiki lebih lanjut dan lebih

dalam. Dalam kualitatif, peneliti juga berperan sebagai instrumen

Analisa data bersifat terbuka, open ended, induktif. Dikatakan

terbuka karena untuk perubahan, perbaikan, dan penyempurnaan

berdasarkan data baru yang masuk.

Hasil penelitian tidak dapat diramalkan atau dipastikan sebelumnya

sebab akan banyak hal yang tidak terduga sebelumnya sebagai hal-

hal yang baru. Oleh sebab itu, dalam penelitian selalu terbuka

kemungkinan discovery atau penemuan.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua jenis sumber

data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah buku foto jurnalistik “Kilas Balik

2009-2010” peliputan foto jurnalistik letusan gunung Merapi 2010.

Dengan jumlah 7 buah foto untuk diteliti.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

diambil dari buku-buku, artikel, jurnal, majalah, surat kabar, situs

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

internet, serta wawancara dengan pihak yang berkompeten dengan

obyek penelitian.

4. Validitas Data

Triangulasi merupakan persoalan penting dalam pengumpulan data

dalam konteks penelitian komunikasi kualitatif agar data yang berhasil

dikumpulkan bersifat valid dan reliable. Validitas data dalam penelitian

komunikasi kualitatif lebih menunjuk pada tingkat sejauh mana daya yang

diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti.

Reliabilitas berkaitan dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan

cata pengumpulan data. (Pawito, 2007: 82) Pengembangan validitas data

dilakukan karena data yang telah berhasil digali di lapangan studi,

dikumpulkan dan kemudian dicatat dalam kegiatan penelitian, selain harus

diupayakan kedalaman dan kemantapannya, juga harus diupayakan

kebenarannya. (Sutopo, 2006: 91).

Ada beberapa jenis teknik triangulasi, yaitu triangulasi data

(sumber), triangulasi metode, triangulasi teori, triangulasi peneliti. Peneliti

akan menggunakan teknik triangulasi teori karena peneliti bisa

menggunakan satu teori lebih mendalam daripada teori yang lain sebagai

fokus utama dari kajiannya. (Sutopo, 2002:83).

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Bagan 1.3

Triangulasi Teori

5. Unit Analisis

Sebuah karya foto jurnalistik yang akan diambil tidak hanya

berdasarkan objek dan peristiwa saja tetapi juga berhubungan dengan :

a) Judul Foto

Judul Foto adalah isi foto. Pemberian judul pada foto sebagai

pendukung caption. Foto yang memiliki judul memudahkan pembaca

segera memaknai isi foto atau cerita yang ingin disampaikan

fotografer. Selain itu judul foto biasanya singkat dan padat, sehingga

dapat merangsang pembaca untuk berfikir dan melihat makna foto

lebih cepat daripada membaca isi foto.

b) Isi foto

Isi foto adalah cerita tersirat yang menjadi jawaban dari

pertanyaan mengapa.

c) Komposisi foto

Komposisi dalam fotografi pada dasarnya adalah penyusunan

elemen yang ada disekitar obyek foto, elemen-elemen ini mencakup

teori 1

Makna teori 2 suatu peristiwa

(konteks)

teori 3

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

garis, shape, form, warna, terang dan gelap, yang kemudian

dirangkai ke dalam sebuah bingkai (frame). Menurut John

Szarkwoski dari Museum of Modern Art, New York,

mendeskripsikan komposisi adalah sebagai tugas fotografer untuk

pemenuhan tugas dan penyerdehanaan tentang suatu aspek

kehidupan lebih bermakna. Empat karakter dari komposisi yang baik

adalah :

1. Desain yang sederhana

2. Penekanan atau penonjolan pusat perhatian

3. Penggunaan kamera yang tepat untuk membangun hubungan

antara elemen-elemen pada bingkai

4. Penggunaan latar depan dan latar belakang sebagai ruang

lingkup desain elemen-elemen dengan selektif fokus atau

selektif detail. (Frank P. Hoy, 1986:163)

d) Angle atau sudut pengambilan gambar

Merupakan dari sisi mana objek dan peristiwa diabadikan.

Pengambilan sudut gambar pada frame kamera merupakan kontrol

bidikan mata agar bisa mendapatkan gambar dari bagian kiri atau

kanan, atas atau bawah. Tehnik framing memberikan suatu

pengertian untuk mengontrol sudut pandang dan isi. Selain itu

kreatifitas fotografer dalam menentukan sudut pandang sangat

berpengaruh pada hasil.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

e) Warna

Warna adalah kesan yang ditangkap oleh mata kita karena

adanya refleksi dari obyek yang kita lihat. Warna telah diyakini

memiliki representasi yang berbeda-beda terhadap kesan seseorang

dalam mempersepsinya. Dengan kata lain kehadiran simbolis dari

suatu warna diartikan berbeda, pada saat-saat tertentu dari warna

yang lain. Setiap warna memiliki makna, antara lain:

Warna Merah menampilkan kesan energi, kekuatan, hasrat,

erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan,

darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perang, bahaya,

kecepatan, panas, perhatian, kekerasan.

Warna Biru merujuk pada kesan seperti berikut ini;

komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan,

inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut,

kreatifitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas,

kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan,

kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi,

idealisme, empati, dingin, konservatisme, persahabatan dan

harmoni, serta kasih sayang.

Warna Hijau menunjukkan; warna bumi, penyembuhan fisik,

kesuksesan materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban

tanaman dan pohon, pertumbuhan, pencapaian personal,

kebangkitan, pembaharuan, muda, stabilias, daya tahan,

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

kesegaran, alami, lingkungan, kesehatan, keamanan, rujukan,

cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan, ketergantungan,

persahabatan.

Warna Hitam melambangkan sengsara, berkabung, bencana,

muram, kegelapan, kebodohan, misteri, ketiadaan,

keputusasaan, kematian, ilmu sihir, kejahatan, dan teror.

Warna Ungu merujuk pada; pengaruh, pandangan ketiga,

kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi

yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, transoformasi,

kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi,

ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, hubungan

spiritual, kepercayaan yang dalam, harga diri, independensi,

magic atau keajaiban, kontemplasi dan meditasi, ambisi.

Warna Oranye menunjukkan: kehangatan, energi,

keseimbangan, entusiasme, perluasan, pencapaian bisnis,

kariir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahbatan,

kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan,

gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal

kecil, murah, ketertarikan, independent.

Warna Putih melambangkan kesucian, ketentraman,

kebenaran, simbol kehalusan, kelembutan, dan kewanitaan.

(Djohar, 2008)

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

H. Analisis Data

Pertama-tama data dipilih dan dikumpulkan berdasarkan foto-foto

peliputan letusan gunung Merapi 2010 dalam buku foto jurnalistik “Kilas Balik

2009-2010. Dari data tersebut dianalisis satu-persatu makna konotatif dan

denotatif berdasarkan model Semiotika Roland Barthes. Dimana Semiotika

Roland Barthes merupakan penyempurnaan dari semiologi Saussure dan tanda

mewakili konsep, ide, dan perasaan dalam cara tertentu sehingga memungkinkan

orang untuk membaca, menyandi balik, atau menafsirkan makna yang terdapat

didalamnya. Penganalisisisan dilakukan dengan terlebih dahulu menafsirkan

tanda-tanda yang muncul tersebut secara semiotik dan selanjutnya dilakukan

pembahasan secara mendalam.

a. Menentukan foto

Tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah menentukan foto “Foto

jurnalistik Letusan Gunung Merapi 2010” beserta teks foto (caption) dalam

buku foto jurnalistik “Kilas Balik 2009-2010, kemudian diambil menjadi data

penelitian. Data penelitian tersebut berisi Pemaknaan mengenai foto-foto

tersebut.

b. Teknis foto

Kemudian tahap selanjutnya, data yang masih berupa foto tersebut

diuraikan menjadi teks tertulis yang dianalisis berdasarkan komposisi yang

meliputi unsur-unsur pencahayaan, jarak, angle, dan setting. Komposisi

dilakukan berdasarkan point of interest dalam sebuah frame yang didukung

oleh unsur –unsur materi di sekitarnya sehingga keseimbangan di antara

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

unsur-unsur tersebut tetap terjaga. Pencahayaan meliputi bentuk (shape),

kontras (contrast), warna (colour), dan tekstur. Jarak dan angle meliputi long

shot, medium shot, close up, high angle, low angle, foreground, background,

horizontal, dan vertical. Setting dapat digunakan sebagai penunjuk ruang atau

wilayah maupun sebagai penunjuk waktu.

c. Menarik makna denotatif

Dalam konsep Barthes, tahap denotatif mencakup semua tanda verbal

maupun nonverbal. Pada tingkat denotatif peneliti menguraikan tanda-tanda

dalam foto yang bersifat eksplisit, langsung, dan pasti, dalam hal ini adalah

tanda pada apa yang tampak dalam foto. Pengungkapan makna secara

langsung dan kasat mata tersebut akan dihasilkan makna yang bersifat

sebenarnya sesuai dengan apa yang terdapat dalam foto.

d. Menarik makna konotatif

Dalam konsep Barthes, tanda denotatif terdiri atas penanda denotatif

dan petanda denotatif. Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah

juga penanda konotatif. Jadi, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna

tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang

melandasi keberadaannya.

Tahap kedua, yaitu tahap konotatif membutuhkan proses interpretatif

yang lebih dalam dan dimaknai dengan cakupan yang lebih luas. Setelah itu

kemudian diperoleh petanda baru yang terkait dalam konteks sosial, budaya,

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dan sistem nilai yang ada. Pada tahap konotasi ini makna yang tersembunyi

digali dan dimaknai. Pada tingkat konotasi makna yang dihasilkan bersifat

eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti yang memungkinkan terhadap

berbagai kemungkinan. Pada tingkat konotasi, aspek psikologis seperti

perasaan, emosi, atau keyakinan dikaitkan dengan penanda yang

menghasilkan makna-makna konotatif.

Dari kedua tahap pemaknaan tersebut maka akan diperoleh hasil

analisis dari foto jurnalistik Letusan Gunung Merapi 2010 yang

mengungkapkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini akan tercapai.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB II

DESKRIPSI UMUM BIRO FOTO LKBN ANTARA

A. SEJARAH

1. Kantor Berita Nasional ANTARA

Kantor berita ANTARA yang berdiri pada tanggal 13 Desember

1937, didirikan oleh tokoh-tokoh pers pada saat itu yaitu A.M.

Sipahoetar; R.M. Soemanang; Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena.

Berdirinya ANTARA bersamaan dengan diterbitkannya buletin

ANTARA yang pertama kali.

Pada masa pendudukan Jepang, ANTARA merupakan bagian dari

kantor berita Jepang yaitu Kantor Berita Domei. Melalui kantor berita

tersebut berita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus

1945 disebarluaskan ke seluruh dunia oleh para pejuang yang bekerja di

Domei. Pada waktu Ibukota RI pindah dari Jakarta ke Yogyakarta,

ANTARA turut pindah ke Yogyakarta dan setelah pengakuan kedaulatan

Republik Indonesia pada tahun 1949, ANTARA pindah ke Jakarta lagi.

Pada mulanya ANTARA dikelola oleh sebuah yayasan, tetapi

pada tahun 1962 statusnya diubah menjadi lembaga melalui Keputusan

Presiden Republik Indonesia No. 307, setelah menyatukan berbagai

kantor berita yang ada, yaitu yayasan Kantor Berita ANTARA, PIA

(Press Indonesian’s Agency), INPS (Indonesian National Press Service)

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dan APB (Asian Press Bureau), menjadi satu lembaga kantor berita

dengan nama Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA.

Kantor berita ANTARA pada mulanya dipimpin oleh Soemanang

sebagai Pemimpin Redaksi dan A.M Sipahoetar sebagai Redaktur I.

Beberapa waktu kemudian Adam Malik mengajak sahabatnya, Pandoe

Kartawigoena untuk mengelola kantor berita tersebut.

Selama tahun pertama, berita dan ulasan yang dimuat dalam

buletin ANTARA tidak saja berasal dari para pembantu di berbagai kota

di Hindia Belanda, tetapi juga para mahasiswa yang sedang belajar di luar

negeri seperti Belanda, Amerika, Jepang, Irak, Filipina dan Mesir.

Mereka menyumbangkan tulisan secara sukarela tanpa memperoleh

imbalan honorarium. Penyebaran buletin terutama di luar pulau Jawa,

masih lamban karena harus menggunakan jasa pos laut. Pengiriman berita

melalui telegram sangat mahal, sedangkan menggunakan pos udara belum

lazim pada saat itu. Di Medan misalnya, buletin ANTARA baru sampai

kira-kira seminggu setelah terbit. Pada saat itu para pelanggan bukan

hanya surat kabar yang dikelola oleh kalangan pribumi, akan tetapi

berbagai surat kabar yang dikelola oleh nonpribumi yang diANTARAnya

adalah harian Keng Po di Jakarta yang dipimpin oleh Injo Beng Goat, dan

surat kabar Sin Tit Po di Surabaya yang dipimpin oleh Tjoa Sik Ien.

Pada awal sistem penyaluran berita di ANTARA adalah melalui

sistem morse, radio dan penerbitan berita. Kemudian sejalan dengan

perkembangan IPTEK sejak 1 Juli 1986, ANTARA melakukan

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

komputerisasi baik dalam pengumpulan, penyuntingan dan

pendistribusian berita. ANTARA menyebarkan berita ke berbagai media

dan para pelanggannya melalui jaringan VSAT (satelit), elektronik mail

dan sarana lainnya.

Berdirinya kantor berita ANTARA memberikan peran yang cukup

besar pada masa lalu, diantaranya dapat mengabadikan perjuangan bangsa

Indonesia yang pada saat itu melawan kolonialisme Belanda. Contohnya,

dapat merekam melalui foto pada saat peristiwa penurunan bendera

Belanda di Hotel Yamato yang kemudian sangat berarti bagi sejarah

bangsa Indonesia. Selain itu, kantor berita ANTARA dapat menyiarkan

peristiwa yang sangat penting bagi bangsa Indonesia yaitu peristiwa

Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Seiring dengan perkembangannya, LKBN ANTARA mengalami

hambatan atau masalah yang berasal dari dalam yang terdapat pada

lembaga tersebut. Pada tahun 1967 terdapat pengurus yang terlibat

dengan adanya gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemerintah

melakukan upaya pembersihan pada lembaga tersebut, yang juga

berpengaruh pada Biro Foto ANTARA. Upaya pembersihan pemerintah

pada saat itu melakukan pembakaran foto-foto dokumentasi perjuangan

bangsa Indonesia yang dibakar oleh salah satu oknum militer,

mengakibatkan bukti-bukti perjuangan yang akan menjadi sejarah

musnah tanpa satupun yang tersisa.

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Selama lebih dari setengah abad, ANTARA sebagai salah satu

kantor berita di dunia bertekad untuk selalu menghadirkan berita dan foto

mengenai peristiwa-peristiwa penting dan mutakhir secara cepat dan

lengkap ke seluruh dunia.

Kantor pusat LKBN ANTARA di Pasar Baru yang merupakan

bangunan bersejarah karena pernah menyebarluaskan Proklamasi

kemerdekaan RI pada tahun 1945. Layaknya museum, gedung ini

menyimpan dan memamerkan berbagai peninggalan wartawan sejak

tahun 1945-1950 yang dapat dikunjungi oleh siapa pun yang berminat.

Tak kurang dari 3000 berita luar negeri yang berasal dari para

mitra kerjanya dan 250 berita hasil liputan wartawannya sendiri

disebarluaskan setiap hari melalui teknologi komunikasi terkini, seperti

VSAT dan DVB, serta berbagai teknologi berbasis internet, seperti situs

web, e-mail dan fft (file transfer protocol).

ANTARA juga bekerjasama dengan mitra-mitra asing seperti

Reuters, Bloomberg dan Bridge-Telerate dalam menjual layanan data

informasi pasar global. Dengan kantor-kantor berita asing di Asia Pasifik,

ANTARA membentuk konsorsium Asia Pulse dalam memberikan

layanan informasi bisnis Asia dan membentuk konsorsium Asia Net

dalam menyebarluaskan rilis media secara global.

2. ANTARA Foto

ANTARA Foto adalah bagian dari Lembaga Kantor Berita

Nasional (LKBN) ANTARA yang berdiri sejak tahun 1937 dan khusus

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

menyediakan pelayanan distribusi foto berita. Salah seorang pewarta foto

terkemuka pada masa itu bernama Abdul Wahab, yang sempat

mengabadikan peristiwa perobekan bendera Belanda di menara Hotel

Oranye pada peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya. Peristiwa

bersejarah tersebut dibadikan dari lantai dua Kantor Berita ANTARA

kebetulan posisinya bersebelahan jalan dengan Hotel Oranye. ANTARA

Foto merupakan ujung tombak foto jurnalistik modern sejak masa

perjuangan kemerdekaan RI.

Bersama dengan pemerintahan RI, ANTARA Foto pun sempat

pindah ke Yogyakarta pada tahun 1949 dan ditutup pada tahun 1958

dengan alasan merugi. Pada tahun 1965, seluruh arsip koleksi foto

ANTARA di musnahkan oleh tim militer RI pasca G30S PKI. Di bawah

komando seorang prajurit angkatan Darat seluruh koleksi arsip milik biro

foto dibakar di depan gedung ANTARA di jalan ANTARA, Pasar Baru,

Jakarta Pusat. Baru kemudian di tahun 1972 ANTARA Foto beroperasi

kembali di bawah Direktorat Logistik. Melayani foto-foto khusus luar

negeri bekerjasama dengan UPI. Hampir semua koran nasional termasuk

TVRI berlangganan ANTARA Foto.

Setelah kembali melayani paket pemberitaan foto dalam negeri

dengan mengambil momentum diadakannya KTT ASEAN pertama di

Bali yang berlangsung pada tahun 1976, ANTARA Foto kembali masuk

jajaran Direktorat Redaksi pada tahun 1978, hal ini ditandai dengan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

pemuatan foto hasil liputan Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober di

Senayan.

Sebagai bagian utuh dari fungsi pemberitaan visual Kantor Berita

ANTARA. ANTARA Foto adalah ujung tombak foto jurnalistik modern

sejak masa perjuangan kemerdekaan RI. ANTARA Foto memiliki

kontributor foto jurnalistik di seluruh Indonesia dan dalam segala

keterbatasannya melayani penerbitan pers nasional dan internasional,

termasuk mengelola koleksi foto bersejarah IPPHOS yang mengalami

kebangkrutan di millennium kedua ini.

Kepala ANTARA Foto, Oscar Motuloh, menjelaskan “ANTARA

Foto adalah bagian dari divisi pemberitaan Kantor Berita ANTARA.

Secara keseluruhan ada dua, teks dan foto, nah fotonya itu dikendalikan

disini. Jadi dia berfungsi sebagai kantor berita foto. Foto-foto itu adalah

hasil dari polling atau semacam foto-foto yang dihimpun dari kontributor-

kontributor foto baik yang terdaftar sebagai wartawan foto tetap dari

ANTARA Foto ataupun kontributor- kontributor atau stringer- stringer

foto di seluruh daerah di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menampung

semuanya agar bisa segera digunakan oleh pelanggan-pelanggan

ANTARA khususnya di bidang pers, seperti koran-koran, majalah-

majalah, yang bisa mengakses langsung dari foto yang tadi dikumpulkan

menjadi satu itu. Jadi produk dari ANTARA Foto itu tidak langsung ke

masyarakat tapi melalui pelanggan-pelanggannya, jadi karena dilanggani

koran dan lain-lain

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memahami bahwa

ANTARA Foto adalah kantor berita yang merupakan bagian dari divisi

pemberitaan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA yang

menangani dan mengendalikan berita dalam bentuk foto atau foto

jurnalistik.

ANTARA Foto, yang didukung oleh 14 pewarta foto yang berada

di ANTARA Foto Jakarta serta jaringan kantor Biro ANTARA di 33

propinsi, memberikan pelayanan terutama dalam pengadaan serta

kecepatan penyampaian berbagai foto berita hingga ke tangan konsumen

baik media cetak maupun perorangan. Kurang lebih 60 foto disiarkan

ANTARA setiap harinya dan foto-foto tersebut merupakan hasil seleksi

dari 100 lebih foto yang diterima ANTARA.

Spesialisasi dari Biro Foto ANTARA adalah menghadirkan

sebuah berita secara visual. Ragam foto ANTARA adalah kenegaraan:

Presiden/Wapres atau Ibu Presiden/Wapres, kegiatan Departemen atau

seorang Menteri Departemen, MPR/DPR, keamanan dan militer,

olahraga, seni dan budaya, human interest (Feature), dan foto daerah

(hasil liputan kontributor foto daerah).

ANTARA Foto dipimpin oleh seorang kepala setingkat

Wapempelred/Wadir. Dalam struktur yang berlaku membawahi dua

kepala bagian (Kared Foto dan Supervisor Quality Foto) serta lima

Kepala Seksi (Kasie Administarsi dan Keuangan, Kasie Liputan Foto,

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Kasie Penyuntingan Foto, Kasie Teknik Foto, dan Kasie Pemasaran dan

Dokumentasi Foto). Secara keseluruhan personalnya berjumlah 29 orang.

B. VISI DAN MISI LKBN ANTARA

1. Visi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA:

Menjadi kantor berita berkelas dunia, melalui penyediaan jasa

berbagai produk berbasis informasi untuk mewujudkan masyarakat

berbasisi pengetahuan, yang didukung oleh tata kelola perusahaan yang

baikbdan berstandar internasional.

2. Misi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA yaitu,

Menghasilkan berita dan berbagai produk berbasis informasi lainnya

secara cepat, akurat dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta

pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.

Menjalankan peran media sebagai jembatan ANTARA Negara dan

masyarakatnya dan berperan sebagai duta informasi bangsa

Memberikan layanan terintegrasi komunikasi pemasaran bbagi

stakeholders

Memberikan layanan pendidikan jurnalistik multimedia

Berperan aktif dalam membangun masyarakat baru yang berbasis

pengetahuan

Adapun yang menjadi moto dari pemberitaan ANTARA adalah:

“Cepat, tepat (akurat) dan lengkap”.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

C. BENTUK-BENTUK LAYANAN LKBN ANTARA

Layanan berita ANTARA tersaji dalam bentuk :

1) General News

Berbagai berita aktual dan lengkap, dari dalam dan luar negeri baik

dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, dihadirkan ke monitor

pelanggan dengan cepat melalui satelit VSAT. Melalui fasilitas ini,

pelanggan dapat menerima berita tersebut secara 24 jam terus menerus.

2) Layanan foto

Sistem komputer foto ANTARA memberikan layanan foto dalam

bentuk paket atau satuan melalui internet, dial-up atau melalui sistem

parabola. Kerjasama ANTARA dengan kantor internasional juga

diwujudkan dalam penerimaan foto jurnalistik. Foto Jurnalistik tersebut

meliputi peristiwa politik, ekonomi, sosial, budaya, olahraga dan

hiburan.

3) Data seketika

Merupakan layanan data dan informasi dari pusat-pusat pasar

internasional bekerjasama dengan Reuters, Dow Jones, Bridge-Telerate

dan Bloomberg yang menyediakan data ekonomi, keuangan, komoditi,

bursa efek di dunia. Disajikan berupa data, grafik, berita dan analisa para

pakar dari seluruh dunia.

4) International Market Quote (IMQ)

Merupakan layanan data seketika dalam negeri yang terjadi di

lantai Bursa Efek Jakarta. IMQ tidak hanya menyajikan data tetapi

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

termasuk grafik dan informasi mengenai ekonomi dan keuangan. IMQ

adalah hasil kerjasama ANTARA dengan kantor berita Australia (AAP).

5) ANTARA Finantial, Economic and Comodity Research (AFECR)

Merupakan layanan berita yang disajikan seketika khusus untuk

mendukung IMQ. Layanan ini memuat informasi yang berkaitan dengan

kegiatan bursa dalam dan luar negeri, perusahaan go-public, valuta

asing, berita ekonomi, keuangan dan politik yang mempengaruhi

kegiatan di Bursa Efek Jakarta.

6) Asia Pulse

Merupakan suatu konsorsium dengan pendiri ANTARA,

AAP/Australia, Press Trust of India/India, Yonhap/Korea Selatan,

Nikkei/Jepang, dan Oman News Agency/Oman. Sebagai kontributor

adalah Malaysia, Filipina, RRC, Pakistan, dan Bangladesh. Asia Pulse

menyediakan pelayanan dalam bentuk informasi tentang peluang bisnis

di negara pendiri dan kontributor, ANTARA lain berisi bahan-bahan dari

blue book, tender internasional dan peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan penanaman modal, ekonomi dan keuangan.

7) AFX Asia

Menyediakan berita-berita ekonomi dan keuangan di seputar Asia

dan Pasifik dengan Bank Data di Hongkong secara akurat dan dalam

waktu yang cepat.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

8) PR Wire (Jaringan Kehumasan)

Selain layanan berita, ANTARA juga memiliki layanan yang dapat

mempublikasikan kegiatan atau program di suatu perusahaan melalui

jaringan kehumasan atau public relation yang dimiliki ANTARA yaitu

PR Wire.

Layanan PR Wire terdiri dari :

1. Press Release

ANTARA menyediakan layanan pembuatan press release siap

siar dalam bahasa Indonesia dan Inggris, dan kemudian akan dimuat

di suratkabar atau stasiun televisi.

2. Layanan International Asia Net

Melalui mitra kerja di luar negeri yaitu Asia Net, bahan-bahan

press release suatu acara dapat disebarluaskan ke media di seluruh

dunia. ANTARA memiliki kerjasama dengan perusahaan public

relation di Amerika, Eropa, Asia dan Australia dengan jaringan

komunikasi handal. Asia Net adalah sebuah konsorsium dengan para

pendiri ANTARA, AAP/Australia, Bernama/Malaysia,

Yonhap/Korea Selatan dan Kyodo/Jepang.

3. Layanan PR Wire lainnya yaitu :

Penyelenggaraan konferensi pers, penulisan feature,

pengiriman foto, pengumuman, undangan, ralat dan lain-lain.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

D. STRUKTUR REDAKSI FOTO

ANTARA Foto dipimpin oleh seorang kepala setingkat

Wapempelred/Wadir. Dalam struktur yang berlaku membawahi dua kepala

bagian (Kared Foto dan Supervisor Quality Foto) serta lima Kepala Seksi

(Kasie Administarsi dan Keuangan, Kasie Liputan Foto, Kasie Penyuntingan

Foto, Kasie Teknik Foto, dan Kasie Pemasaran dan Dokumentasi Foto).

Secara keseluruhan personalnya berjumlah 29 orang

Bagan 1.4

Struktur Organisasi Biro Foto ANTARA

Bagan atau struktur diatas merupakan struktur organisasi

ANTARA Foto secara umum atau keseluruhan. Sedangkan untuk

redaksional, yang terkait langsung dengan proses seleksi foto, ANTARA

Foto, hanya meliputi Kepala ANTARA Foto yang membawahi Supervisor

dan Kepala Redaksi Foto, yang juga membawahi Kepala Seksi Liputan dan

Kepala Seksi Penyuntingan.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Dalam proses seleksi foto, sebagai pemegang wewenang tertinggi

pada ANTARA Foto. Kepala ANTARA Foto, yang berperan dalam hal

kebijakan lembaga, kode etik, dan norma-norma, memberikan kepercayaan

secara penuh kepada Kepala Redaksi Foto untuk memimpin proses seleksi

foto. Kepala Redaksi adalah orang yang mengendalikan secara keseluruhan

proses seleksi foto dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Biro.

Kepala Redaksi membawahi lima Kepala Seksi, dua diantaranya adalah

Kepala Seksi Liputan dan Kepala Seksi Penyuntingan. Kepala Seksi Liputan

membawahi semua pewarta foto tetap, kontributor, dan stringer baik di pusat

maupun di daerah sekaligus bertanggungjawab atas pembagian tugas

peliputan. Kepala Seksi Penyuntingan, yang juga editor foto, bertanggung

jawab memilih dan mengedit foto dan teks foto yang akan disiarkan, dan

menyiarkan foto-foto yang dianggap layak siar.

Selain itu, ada pula Supervisor yang turut terlibat dalam proses

seleksi foto. Supervisor adalag orang yang berada di bawah Kepala Biro

yang bertugas mengontrol proses seleksi foto. Supervisor berkoordinasi

dengan Kepala Redaksi dan bertanggungjawab kepada Kepala Biro. Karena

jumlah editor foto yang tidak terlalu banyak, maka Supervisor pun

merangkap menjadi editor, begitu pula dengan Kepala Redaksi Foto.

E. Kilas Balik 2009-2010

Kehadiran foto dalam media massa baik cetak maupun online

memiliki 'suara' tersendiri dalam mengkonstruksikan sebuah peristiwa.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Bahasa foto merupakan bahasa visual yang lebih mudah dipahami oleh

semua orang yang bisa melihat dibandingkan dengan bahasa verbal. Media

massa di Indonesia yang dulunya sarat dengan tulisan kini berubah menjadi

dominasi gambar (foto).

Kilas Balik 2009-2010 menyajikan arsip visual beragam peristiwa

Tanah Air yang terekam di ujung lensa pewarta foto Kantor Berita

ANTARA dalam kurun waktu 2009-2010. Semua hasil karya yang telah

disiarkan baik di website ANTARAfoto.com maupun di media yang menjadi

pelanggan ANTARA dirangkum dalam sajian yang diharapkan menjadi

dokumen saksi sejarah bangsa ini. Foto-foto tersebut selanjutnya diseleksi

oleh kurator Oscar Motuloh yang dibantu oleh tim diANTARAnya Prihatna

yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Foto ANTARA, Zarqoni Maksum,

Maha Eka Swasta dan Prasetyo Utomo.

Buku KILAS BALIK 2009–2010 karya pewarta foto ANTARA

merupakan kumpulan foto terpilih hasil bidikan para pewarta foto Lembaga

Kantor Berita Nasional ANTARA yang tersebar keseluruh pelosok negri ini

selama dua tahun. KILAS BALIK 2009 -2010 merupakan sebuah bingkai

untuk kembali membuka catatan-catatan peristiwa penting yang terjadi di

Indonesia.

Pada awalnya KILAS BALIK merupakan sebuah tradisi pencatatan

foto jurnalistik yang digelar di ruang pamer utama galeri foto jurnalistik

ANTARA. Tujuan pameran ini adalah sebuah wujud apresiasi kepada karya

para pewarta foto ANTARA pada setiap HUT ANTARA yang bertepatan

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pada tanggal 13 Desember. Selajan dengan beputarnya waktu di penghujung

akhir tahun 2010, untuk kali pertamanya ANTARA menerbitkan kumpulan

karya-karya foto jurnalistik terpilih dari berbagai medan peristiwa dengan

tajuk KILAS BALIK 2009-2010.

Buku setebal 204 halaman dan menampilkan 220 karya foto

jurnalistik dari 55 pewarta foto yang dikuratori oleh Oscar Motuloh ini

seolah menjadi angin segar bagi insan fotografi dalam kelangkaan pustaka

dalam ranah fotografi jurnalistik di Indonesia. Buku ini juga seolah menyapa

dan menampakan perwujudan pengabdian para pewartafoto sebagai saksi

sejarah terhadap segala peradaban bangsa Indonesia.

Semua permasalahan itu barangkali bisa ditemukan definisi

visualnya ketika menelaah lembar demi lembar buku "Kilas Balik 2009-

2010". Terekam dengan jelas bagaimana seorang pewarta foto harus berada

di garis depan dalam merekam peristiwa yang terjadi. Merekalah orang-

orang pertama yang mengabarkan, bahkan dalam situasi yang mungkin bisa

membahayakan jiwanya.

Di sisi lain, buku ini juga menjadi catatan sejarah. Di setiap

penggalan sejarah selalu ada pembelajaran. "Kilas Balik 2009-2010"

mencoba membuka kembali lembar-lembar sejarah yang tersimpan dan

terkunci di masa lalu, mencoba merangkai dalam bingkai kekinian sehingga

tersingkap makna-makna yang tersirat di balik sebuah peristiwa. Segala

peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 2009-2010 dielaborasi, dimaknai

kembali dan dipaparkan dalam sebuah sajian visual.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Buku ini juga dapat dianggap sebagai sebuah pertanggungjawaban

atas kesaksian para pewarta foto ANTARA yang selalu menjunjung tinggi

nilai-nilai kebenaran universal yang diwujudkan dalam imaji digitalnya.

Profil buku KILAS BALIK 2009 – 2010

Penerbit : Galeri Foto Jurnalistik ANTARA

Kurator : Oscar Motuloh

Penanggung Jawab : Hermanus Prihatna

Materi Foto : Maha Eka Swasta

Penyelaras naskah : Zarqoni maksum, Prasetyo Utomo

Alih Media : Koswara, Himawan Paramayuda, Rahmad

Gunawan, Gunawan Widjaja

Desain Grafis : Andri Ari Setiadi

Bendahara : Rita Budiyanti

Kemitraan dan Humas : Diah KW, Lavanda Wirianata, Iin Syamsudin

Dana : Audi Mirza Alwi

Program Acara : Saptono, Andika Wahyu, Puspa Perwitasari, Rosa

Pangabean

Umum : Daryanto Wibomo, Izmar Patrizki, Yudhi

Mahatma, Eni Sulistyo rini, Sulis, Edi Suhaedi,

Anita, Joanita, Doddy M Gurning, Budhi candra,

Ricky Adrian, Dany Wijaya, Panji Wijaya, Reno

Esnir

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Promosi : Anton Santoso, Dasril Murtiyoso

Dokumentasi : Mahatma Putra, Zalna manase Mesah

Kontributor Foto : Adjat, Agus Bebeng, Akbar Nugroho Gumay,

Akhmad Nazzarudin, Andika Betha, Andika

Wahyu, Ari Bowo Sucipto, Arief priyono, Arief

Pribadi, Basri Marzuki, Basrul Haq, Eric Ireng,

Fahrul Jayadiputra, Fanny Octavianus, FB

Anggoro, Fikri Ali, Hari Atmoko, Hasan Sakri

Ghozali, Herka Yanis Pangaribowo, Hermanus

Prihatna, Himawan Paramayuda, Idhad Zakaria,

Irsan Mulyadi, Irwansyah Putra, Ismar patrizki,

Jafkhairi, M Risyal Hidayat, M Yamin Geli, Maha

Eka Swasta, Maulana Surya Tri Utama,

Muhammad Deffa, Musyawir, Noveradika,

Nyoman Budhiana, Oka Barta, Prasetyo Utomo,

Puspa Perwitasari, R. Rekotomo, Rahmad, Regina

Safri, Reno Esnir, Rezza Estily, Rosa Pangabean,

Sahrul Manda Tikupadang, Saiful Bahri, Saptono,

Syaiful Arif, Ujang Zaelani, Vega, Wahtu Putro

A, Widodo S. Jusuf, Widhan Hidayad, Yudhi

Mahatma, Yusran Ucang, Zarqoni Maksum.

Kertas : Garda Pat 13 Kiara 135 gsm

Alergo Nerro 200 gsm

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Multi Art Glossy 170 gr by Papernia Dwijaya

Percetakan : Pt. Harapan Prima printing

Percetakan materi : Globe Digital Imaging

Pameran Foto

ISBN : 978-979-160077-7-3

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Data

Dalam menganalisis foto-foto pada “Foto jurnalistik Letusan Gunung

Merapi 2010” dalam buku foto jurnalistik Kilas Balik 2009-2010 menggunakan

metode Roland Barthes, pada bab ini penulis membahas tujuh korpus, masing-

masing korpus yang dibahas akan meliputi makna denotatif dan konotatif tentang

tanda. Dalam konsep Barthes, tahap denotatif mencakup semua tanda verbal

maupun nonverbal. Pada tingkat denotatif peneliti menguraikan tanda-tanda

dalam foto yang bersifat eksplisit, langsung, dan pasti, dalam hal ini adalah tanda

pada apa yang tampak dalam foto. Pengungkapan makna secara langsung dan

kasat mata tersebut akan dihasilkan makna yang bersifat sebenarnya sesuai

dengan apa yang terdapat dalam foto.

Dalam konsep Barthes pula pada saat yang bersamaan, tanda denotatif

adalah juga penanda konotatif. Jadi, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna

tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi

keberadaannya. Dan tahap konotatif membutuhkan proses interpretatif yang lebih

dalam dan dimaknai dengan cakupan yang lebih luas. Setelah itu kemudian

diperoleh petanda baru yang terkait dalam konteks sosial, budaya, dan sistem nilai

yang ada. Pada tahap konotasi ini makna yang tersembunyi digali dan dimaknai.

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Pada tingkat konotasi makna yang dihasilkan bersifat implisit, tidak langsung dan

tidak pasti yang memungkinkan terhadap berbagai kemungkinan.

Di bawah ini adalah analisis makna dan tanda dengan menggunakan

metode semotika pada ke tujuh korpus yang berada dalam rangkaian foto tersebut

dan sudah dipilih oleh penulis, yaitu foto “semburan awan panas merapi yang

diambil dari kejauhan di Magelang, Jawa Tengah” fotografer Anis Efizudin,

“seorang warga memasuki rumah yang terkena terjangan abu vulkanik di

Cangkringan, Yogyakarta” fotografer Wahyu Putro, “dua tangan kanan peziarah

memegang nisan Mbah Marijan di Cangkringan, Yogyakarta” fotografer M.

Risyal Hidayat, “Pengungsi berpindah menggunakan kendaraan truk di ruas jalan

Muntilan-Magelang, Jawa Tengah” fotografer Wihdan Hidayat, “seorang bocah

bermain di tumpukan pakaian bekas di Posko Pengungsian Stadion Maguwoharjo,

Sleman, Yogyakarta” fotografer Ismar Patrizki, “satu kendaraan Haglun milik

PMI menyusuri tepian kali Gendol saat evakuasi lanjutan di Desa Ngancar,

Cangkringan, Sleman, Yogyakarta” fotografer Wihdan Hidayat, dan “Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono mengusap wajah seusai berdoa bersama bagi para

korban letusan Gunung Merapi di kantor Kepresidenan, Jakarta” fotografer

Widodo S. Jusuf.

Ketujuh foto tersebut penulis anggap paling dapat menggambarkan

suasana letusan Gunung Merapi dalam sudut pandang fotografi. Dengan

kemampuan bahasa gambar dan dengan dibantu caption, foto jurnalistik dalam

rangkaian foto peliputan letusan Gunung Merapi 2010 dalam buku foto jurnalistik

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Kilas Balik 2009-2010 mampu memperhalus pesan-pesan kritisnya tanpa

mengurangi ketajaman makna serta maksud yang terkandung di dalamnya.

Korpus 1

Caption:Gunung Merapi mengeluarkan awan panas diabadikan dari persawahan yangberjarak 15 kilometer dari puncak Gunung Merapi di Desa Sawangan, Magelang,Jawa Tengah, Sabtu (6/11/2010). Gunung Merapi terus-menerus keluarmengeluarkan awan panas hingga ketinggian 8 kilometer disertai suara gemuruhyang terdengar hingga radius 20 kilometer.Anis Efizudin /Antara

Makna Denotasi

Foto tersebut menggambarkan suasana Gunung Merapi yang

mengeluarkan awan panas terus menerus hingga mencapai ketinggian delapan

kilometer pada tanggal 6 November 2010 silam. Pada keterangan foto juga

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

ditambahkan bahwa letusan tersebut diserati suara gemuruh yang terdengar

hingga radius 20 kilometer.

Gunung Merapi yang mengeluarkan awan panas dalam foto tersebut

digambarkan dengan suasana awan gelap yang menyelimuti sekitarnya, dimana

rumah-rumah, lahan pertanian warga yang dekat dengan wilayah Gunung Merapi

terlihat lebih gelap karena tertutup oleh abu vulkanik akibat letusan tersebut.

Dahsyatnya letusan tersebut digambarkan dengan warna kelabu yang menyelimuti

sektar Gunung Merapi lebih dari sepertiga bagian dalam foto tersebut.

Dalam foto tersebut juga terdapat pancaran cahaya sinar yang lebih terang

berada pada sisi kanan foto. Cahaya tersebut menggambarkan bahwa letusan

tersebut terjadi pada waktu siang hari yang menjadi penggambaran bahwa, letusan

dahsayat tersebut dapat menyebabkan suasana pada siang hari tersebut menjadi

suram dan mencekam.

Komposisi atau suasana dalam foto tersebut menggambarkan suasana

suram dan kelabu pada saat letusan Gunung Merapi yang diabadikan dari

persawahan berjarak 15 kilometer dari puncak Gunung Merapi di Desa Sawangan,

Magelang, Jawa Tengah, pada 6 November 2010, dimana pada foreground

menampilkan pemukiman dan lahan pertanian warga. Fokus pada foto tersebut

adalah Gunung Merapi itu sendiri yang mengeluarkan awan panas yang

mendominan pada foto tersebut. Background dalam foto tersebut adalah awan

kelabu yang lebih dominan dan sedikit awan terang pada lebih dari sepertiga

bagian. Teknik pemotretan ini menggunakan variasi pengambilan gambar yang

diambil secara vertical, dengan menggunakan lensa wide, dengan sudut pandang

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

yang sangat luas atau biasa juga disebut long shot sehingga gambar tekesan luas

dan mampu menyuguhkan pesan bahwa dahsyatnya letusan Gunung Merapi

tersebut. Pengukuran cahaya pada foto tersebut menggabungkan antara ukuran

diagfragma dan speed yang dikomposisikan sedemikian rupa untuk membuat

cahaya yang seimbang dalam foto tersebut agar tidak terkesan over exposure atau

under exposure. Namun dalam dalam frame gambar diatas, pencahayaan dalam

lightmeter diukur pada luncuran awan panas yang keluar dari Gunung Merapi

yang menjadi point of interest dalam foto tersebut, sehingga menimbulkan efek

selektif dalam pencahayaan, dimana benda atau objek yang terkena cahaya

Nampak jelas dalam gambar, sedangkan benda yang tidak terkena cahaya kuat

akan terseleksi menjadi bidang berwana hitam atau bisa dikatakan dengan

mengukur cahaya pada benda yang memiliki kekuatan cahaya tertinggi maka,

benda yang memiliki cahaya yang rendah akan terseleksi pencahayaannya. Dalam

farme ini teknik pencahayaan tetap menggunakan cahaya alami dari cahaya

matahari sebagai pencahayaan yang paling utama, tanpa menggunakan alat bantu

penghasil cahaya atau yang biasa disebut flash atau blitz sehingga menyajikan

kekuatan alami cahaya yang menjadikan lebih dari sepertiga bagian menjadi lebih

berwarna kelabu atau gelap. (Alwi, 2004:45).

Keseimbangan dalam frame tersebut menjadi sangat terasa karena

menggunakan metode pembagian sepertiga dalam pemotretan. Hal tersebut

terlihat dalam penempatan Gunung Merapi di sepertiga tengah pada frame

tersebut. Penempatan Gunung Merapi tersebut cukup mampu menyita perhatian

pandangan penikmat foto yang melihat foto tersebut, karena dapat

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

menggambarkan letusan yang terjadi serta menjadi point of interest sehingga

setiap mata yang melihat langsung tertuju pada Gunung Merapi yang

meluncurkan awan panas tersebut. Komposisi tersebut menjadi dinamis dengan

penempatan gunung merapi dan awan kelabu yang diakibatkan dari letusan

tersebut serta rumah-rumah pemukiman dan lahan pertanian warga yang terlihat

lebih gelap pada sepertiga bawah bagian foto. (Alwi, 2004:45).

Makna Konotasi

Dalam foto tersebut dapat dilihat Gunung Merapi yang sedang

mengeluarkan awan panasnya yang diabadikan dari persawahan yang berjarak 15

kilometer dari puncak merapi. Terlihat pada foto suasana yang mencekam karena

peristiwa alam yang sangat dahsyat yang dapat menghancurkan segala yang ada

disekitarnya.

Dalam mitologi Jawa, Gunung Merapi dipandang sebagai bukan gunung

biasa. Gunung itu dianggap sebagai salah satu segitiga pusat bumi yang sederajat

dengan Keraton Yogyakarta dan Solo, serta Laut Selatan. Bagi masyarakat Jawa

khususnya yang menetap disekitar lereng Gunung Merapi beranggapan letusan

Gunung Merapi tidak pernah dianggap sebagai sebuah bencana. Peningkatan

aktivitas Gunung Merapi selalu dimaknai bahwa sang Penguasa Merapi sedang

punya hajat. (Purwandi, 2007:88).

Mitos kebudayaan Jawa meyakini bahwa letusan Gunung Merapi berasal

dari dua sumber kekuatan manusia yaitu Nyai Roro Kidul (sebagai wanita)

penguasa dan penjaga Laut Selatan dan Kyai Sapu Jagad (sebagai laki-laki)

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

penguasa Gunung Merapi. peristiwa letusan ditandai dengan keluarnya lava yang

diasosiasikan sebagai keluarnya benih laki-laki dan perempuan. Mitos ini benar

karna keberadaan alam semesta membuktikan keberadaannya. Mitos tentang

dewa-dewa dan makhluk- makhluk Ilahi itu benar, karena kepercayaan kepada

hal-hal itu membuktikan kebenaran dan keberadaannya. Mitos tentang dunia ini

benar, karena moralitas di alam membuktikannya. (Purwandi, 2007:90).

Bagi masyarakat Jawa, Gunung Merapi bukanlah sosok yang menakutkan.

Letusan Gunung Merapi dianggap menjadi berkah dari pada sebagai musibah,

karena material vulkanik yang dihasilkan dari luncuran awan panas. akibat letusan

tersebut jutaan meter kubik material pasir dan batu tersedia, lahan-lahan pertanian

menjadi subur untuk ditanami dan menjadi penghasilan bagi masyarakat sekitar

lereng Gunung Merapi.

Warna kelabu seperti yang dituliskan di Kompas.com, memiliki arti:

kesedihan, keadaan yang suram, penderitaan, muram. warna kelabu juga

melambangkan duka dan murung. Bagi seseorang warna kelabu digunakan

sebagai ungkapan perasaan hati sedih dan depresi. Seperti dalam foto ini warna

kelabu menggambarkan suasana sekitar Gunung Merapi yang mencekam

diakibatkan oleh letusan tersebut. (Anna, Kompas.com, 9 Oktober 2008).

Sejak jaman dahulu gunung api telah menarik perhatian nenek moyang

kita, menjadi istimewa karena berkaitan erat dengan kepercayaan mereka sehari-

hari. pada jaman prasejarah mereka mempunyai kepercayaan bahwa roh orang

mati dianggap masih tinggal di sekeliling mereka di pohon, di batu, di sungai, di

laut, di gunung dan dianggap sebagai pelindung kuat yang dapat dimintai

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

pertolongan. Pertunjukan wayang kulit digunakan sebagai media untuk

berkomunikasi dengan nenek moyang yang ada sejak jaman Neolithicum atau

kurang lebih 1500 SM, replika gunung, yaitu gunungan, dipergunakan sebagai

simbol kehidupan. Sebelum pertunjukan wayang kulit dimulai, gunungan

ditancapkan di tengah-tengah kelir, untuk melambangkan awal mula dunia

sebelum ada manusia kecuali tumbuhan dan binatang seperti tergambar pada

gunungan. Gunungan beserta isinya merupakan lukisan kehidupan duniawi dan

batiniah di mana Tuhan Yang Maha Esa menentukan segala kegiatan di alam

semesta. Di dalam gunungan terdapat lukisan raksasa menjulurkan lidahnya yang

merah panjang, kera memanjat pohon bertarung dengan hewan lainnya, burung-

burung berterbagan dan segala jenis hewan lainnya, pohon-pohon dan bunga-

bungaan. lukisan itu semua melambangkan pohon kehidupan duniawi yang

diciptakan Tuhan. terdapat pula ditengah-tengah gunungan, lukisan sebuah rumah

Jawa dengan dua pintunya terkunci rapat dan masing-masing sisinya dijaga oleh

seorang raksasa bersenjata gada. Ini melambangkan hukuman bagi orang yang

buat jahat. Dua pintu yang terkunci rapat dala lukisan itu melambangkan

kedamaian batin yang tersembunyi di belakan kedua pintu itu. (Purwandi,

2007:80).

Foto tersebut diambil dengan metode ”long shot” dengan komposisi yang

dihasilkan berupa objek (point of interest) dengan perwujudan gambar dalam

frame yang nampak luas. Hal ini dikarenakan kamera berada pada jarak jauh

dengan objek foto. Metode ini digunakan oleh fotografer dimana dia akan

menampilkan suasana bahwa lokasi tersebut terlihat luas dan semua element yang

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

ada terekam dalam frame. (Alwi, 2004:45). Pengambilan foto ini yang

menggunakan metode atau teknik long shot diharapkan mampu menggambarkan

tingginya luncuran abu vulkanik yang diluncurkan akibat letusan Gunung Merapi

dengan menampilkan sudut pengambilan gambar dari jauh.

Pencahayaan yang tidak merata dengan penampilan gelap terang pada foto

tersebut juga diartkan sebagai bentuk penggambaran kehidupan manusia dimana

dalam siklus kehidupannya manusia ada sisi waktu gelap dan sebaliknya. Dimana

dengan sisi terang manusia kecerahan atau kenikmatan dan ujian dari Tuhan Yang

Maha Esa, sedangkan penggambaran sisi gelap yaitu manusia berada dalam gelap

atau kelamnya kehidupan, dimana dalam siklus manusia mengalami keterpurukan

atau cobaan dalam hidupnya. Maka dari itu, manusia sebagai makhluk ciptaan

tuhan harus bisa menjalani tantangan dan cobaan yang diberikan, apakah ketika

manusia mendapatkan kesenangan atau keterpurukan yang sedang menimpanya.

(Purwandi, 2007:210).

Korpus 2

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Caption:Seorang warga memasuki rumah yang terkena terjangan abu vulkanik sebelumterjadinya erupsi merapi, di Kawasan Rawan Bencana dusun Jambu, Kepuharjo,Cangkringan, Yogyakarta, Senin (1/11/2010).Wahyu Putro/Antara

Makna Denotasi

Foto tersebut di atas menggambarkan keadaan rumah yang berada di

Kawasan Rawan Bencana dusun Jambu, Kepuharjo, Cangkringan, Yohyakarta

yang terkena terjangan abu vulkanik sebelum terjadinya erupsi Merapi.

Dalam foto digambarkan adanya perabotan rumah tangga yang terdiri dari

enam kursi, dua meja, dua speaker active, satu rak televisi yang menggambarkan

berada dalam ruangan yang merupakan ruang tamu serta, satu orang warga yang

memasuki rumah tersebut. Namun seperti terlihat pada gambar kondisi rumah

yang lebih tepatnya berada pada sebuah ruang tamu dipenuhi oleh abu vulkanik

yang menerjang rumah tersebut. Banyaknya abu yang terlihat pada gambar

sehingga terlihat bahwa rumah tersebut terkesan kotor atau kusam serta abu-abu

yang menjadi warna dominan dalam foto tersebut.

Digambarkan dalam foto terdapat kursi sebagai salah satu perabot yang

ada dalam rumah. Kursi merupakan sebuah tempat duduk yang biasanya bisa

terbuat dari kayu, plastik, besi, dan sebagainya. Kursi dapat dipindahkan,

memiliki empat buah kaki dengan sandaran punggung, dan ada pula yang

menggunakan sandaran lengan serta biasanya digunakan untuk satu orang duduk

bahkan lebih.

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Meja adalah perkakas (perabot) rumah yg mempunyai bidang datar

sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya, pada umumnya

memiliki empat buah kaki dan terletak di depan kursi. Meja bisa terbuat dari

beberapa macam bahan seperti kayu, plastik, besi, dan sebagainya. Meja biasa

diletakan bersamaan dengan kursi dengan bermacam-macam bentuk dan

kegunaan.

Speaker active merupakan seperangkat alat yang biasa digunakan untuk

pengeras suara, menggunkan listrik sebagai daya utama. Berbagai macam bentuk

speaker active, namun pada umumnya berdimensi kubus.

Rak televisi merupakan perkakas (perabot) rumah tangga yang bersusun,

mempunyai bidang datar pada setiap susunnya, biasa digunakan untuk meletakan

televisi pada susunan paling atas. Berbagai macam bentuk dari rak televisi serta

pada umumnya terbuat dari kayu.

Abu vulkanik adalah sisa yang tertinggal hasil dari benda yang terbakar

dari gunung berapi. Abu vulkanik merupakan serpihan-srpihan kecil yang

berwarna abu-abu kehitaman.

Dalam foto tersebut juga terdapat pancaran cahaya yang kuat dari cahaya

matahari yang menerobos atap rumah tersebut. Cahaya matahari menjadi cahaya

yang dominan pada foto tersebut yang mana mampu menggambarkan bahwa

betapa terporak poranda rumah yang terkena dahsyatnya terjangan abu vulkanik.

Komposisi atau susunan dalam foto yang menggambarkan suasana

ruangan dalam suatu rumah yang terkena terjangan abu vulanik pada November

2010 sebelum terjadinya erupsi Gunung Merapi di Kawasan Rawan Bencana

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

dusun Jambu, Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta. Secara gambar focus foto

tersebut adalah pada kursi dalam ruangan yang terdapat pada rumah tersebut dan

diperjelas oleh sorotan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui atap

rumah tersebut. Teknik pemotretan gambar ini menggunakan variasi pengambilan

gambar yang diambil secara horizontal, menggunakan lensa wide, dengan sudut

pandang yang sangat luas atau yang juga biasa disebut long shot sehingga gambar

terkesan luas dan mampu menyuguhkan pesan dari suasana ruangan dalam rumah

yang terkena terjangan abu vulkanik. (Alwi, 2004:45).

Pengukuran dari cahaya dalam foto tersebut menggabungkan antara

ukuran diafragma dan speed yang dikomposisikan sedemikian rupa untuk

membuat cahaya yang seimbang dalam foto yang tidak terkesan over exposure

atau under exposure. Namun dalam frame di atas, pencahayaan dalam lightmeter

diukur pada kursi yang berada pada posisi sepertiga kiri bawah yang merupakan

point of interest foto, yang mana menimbulkan efek selektif dalam pencahayaan,

dimana benda atau objek yang terkena cahaya nampak jelas, sedangkan benda

yang tidak terkena cahaya kuat akan terseleksi menjadi bidang berwana hitam atau

bias. Dilakukan dengan cara mengukur cahaya pada benda yang memiliki cahaya

tertinggi maka, benda yang memiliki kekuatan cahaya rendah akan terseleksi

pencahayaannya. Dalam frame ini teknik pencahayaan tetap menggunakan

pencahayaan alami yang berasal dari matahari yang menerobos masuk melalui

atap rumah tersebut, tanpa menggunakan alat penghasil cahaya atau yang biasa

disebut flash atau blitz sehingga menjadikan lebih dari sepertiga bagian pada

gambar lebih gelap dari pada point of interest. (Alwi, 2004:45).

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Keseimbangan dalam frame tersebut terasa sekali penggunaan metode

pembagian sepertiga dalam pemotretan. Hal tersebut terlihat dengan

ditempatkannya kursi pada bagian sepertiga kiri bawah yang terkena cahaya kuat

matahari yang menerobos masuk melalui atap rumah. Komposisi tersebut terkesan

dinamis dengan ditempatkannya kursi pada bagian sepertiga kiri bawah sebagai

point of interest, yang mana langsung menggiring mata penikmat foto untuk

memahami suasana yang tergambarkan pada frame tersebut.

Makna Konotasi

Dalam foto tersebut digambarkan ruang tamu dalam sebuah rumah

lengkap dengan perabotnya yang terkena serangan abu vulkanik dan ada seorang

warga yang memasuki rumah tersebut. Tampak pada gambar seorang warga

memasuki rumah tersebut dan melihat ke arah perabot rumah, dimana

mengesankan kerusakan yang diakibatkan oleh bencana letusan Gunung Merapi.

Tampak pada foto, seorang warga memasuki rumah yang terkena

terjangan abu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi. Masyarakat Jawa

mengenal adanya prinsip kerukunan, yang mana prinsip itu sendiri bertujuan

untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan harmonis. Berkaitan dengan

peristiwa letusan Gunung Merapi, kata rukun itu sendiri memiliki arti bersatu

untuk saling membantu. Dengan adanya prinsip rukun pada masyarakat Jawa

berusaha untuk saling bahu-membahu bekerjasama untuk membantu tetangga

yang kesulitan. Warga yang selamat berusaha membantu warga lain yang terkena

dampak letusan merapi yang lebih parah. Membantu mengevakuasi warga selamat

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

yang menjadi korban terjangan abu vulkanik, menyelamatkan harta benda warga

yang masih bisa digunakan, dan memindahkan hewan ternak milik warga yang

selamat. Menomorduakan kepentingan pribadi demi kepentingan bersama

merupakan ciri dari masyarakat Jawa. (Magnis-Suseno, 1991:39).

Dalam perspektif masyarakat Jawa, rumah memiliki makna yang lebih dari

sekedar tempat bernaung dan berkumpulnya keluarga. Dalam bahasa Jawa rumah

disebut dengan wisma, yang merupakan simbol harkat, martabat, dan lambang

kesempurnaan sebagai manusia, khususnya bagi kaum adam atau laki-laki.

Karena menurut orang Jawa, wong urip iku mung mampir ngombe (hidup manusia

itu cuma mampir minum) yang mana minum untuk menghilangkan rasa haus,

dalam artian manusia hidup hanya sementara di dunia ini. Rumah sebagai tempat

yang cukup untuk berlindung dari panas dan hujan. Masyarakat Jawa tradisional

memiliki kepercayaan yang berkaitan dengan universal antara peristiwa-peristiwa

di dunia dan kekuasaan-kekuasaan alam supranatural. Dimana dalam pandangan

Jawa, rumah yang menjadi tempat tinggal manusia harus menempati tempat yang

tepat, pencapaian tempat bergantung dari keberhasilan usaha-usaha, pemenuhan

keinginan-keinginan, pemuasan kepentingan-kepentingan manusia itu sendiri.

Menempati tempat yang salah akan mengganggu keselarasan dunia supranatural

yang seperti dipercayai masyarakat Jawa yang mana akan mengganggu kekuatan-

kekuatan angker yang dapat membahayakan dan mengganggu ketentraman. Maka

dari itu, manusia berkepentingan untuk menempati tempatnya yang tepat, karena

keselamatannya tergantung dari apakah manusia itu menemukan tempatnya dan

tetap tinggal pada tempat tersebut. (Magnis-Suseno, 1991:93).

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Bagi penduduk desa di lereng Gunung Merapi, tanah tempat tinggal

mempunyai hubungan erat dengan pemiliknya beserta keluarganya. tanah yang

jelek dan angker mempengaruhi keadaan kesehatan, ekonomi, hubungan sosial

orang yang menempatinya. biasanya hai itu ditandai dengan kondisi penghuni

tempat tinggal yang sering sakit-sakitan, suka bertengkar dengan sesama anggota

keluarga atau masyarakat sekitar, kesulitan dalam mencari jodoh, dan bagi yang

memiliki ladang pertanian akan mengalami gagal panen. Sebaliknya jika warga

menempati tanah yang baik tentunya akan berdampak baik bagi yang menempati

tanah tersebut seperti selalu mendapatkan keberuntungan, kesejahteraan, dan

keselamatan hidup. Penduduk desa di lereng Gunung Merapi mempunyai

kepercayaan bahwa menentukan arah hadap suatu bangunan tempat tinggal

membawa pengaruh terhadap keselamatan dan kesejahteraan pemiliknya dan

keluarganya. Penghindaran arah bangunan agar tidak menghadap Gunung Merapi

dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bagi pemilik

bangunan. Misalnya, bagi warga yang tinggal di lereng selatan Gunung Merapi,

warga kebanyakan mendirikan rumah menghadap ke arah selatan atau menghadap

ke arah jalan desa, agar supaya arah bangunan tidak menghadap Gunung Merapi.

Rumah tempat tinggal yang menghadap ke arah Gunung Merapi bagi warga

sekitar dianggap sebagai rumah yang angker, karena pemiliknya dianggap tidak

menghormati, menantang, dan menyediakan rumahnya sebagai tempat tinggal

makhluk halus yang menghuni Gunung Merapi. (Triyoga, 2010:98).

Foto tersebut diambil dengan metode ”long shot” dengan komposisi yang

dihasilkan berupa objek (point of interest) dengan perwujudan gambar dalam

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

frame yang nampak luas. Hal ini dikarenakan kamera berada pada jarak jauh

dengan objek foto. Metode ini digunakan oleh fotografer dimana dia akan

menampilkan suasana bahwa lokasi tersebut terlihat luas dan semua element yang

ada terekam dalam frame. (Alwi, 2004:45). Bisa dikatakan juga teknik bidikan

kamera dari jarak tertentu yang mampu memperlihatkan suatu objek secara

menyeluruh. (Nugroho, 2006:204). Dengan sudut pandang gambar yang luas serta

terlihat kedalaman ruang mampu menampilkan suasana keadaan rumah yang

terkena terjangan abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi.

Pencahayaan alami yang berasal dari cahaya matahari yang masuk

menerobos bagian atap rumah yang rusak karena terjangan abu vulkanik dari

letusan Gunung Merapi sehingga adanya cahaya yang tidak merata yang

mengakibatkan adanya bayangan gelap berwana hitam pada sisi yang tidak

terkena cahaya matahari tersebut. Hal tersebut sama halnya dengan kehidupan

manusia yang memiliki dus sisi, yaitu sisi terang dan sisi gelap. Sisi terang adalah

pengaruh sisi baik dari pencarian akan nilai-nilai luhur spirituil dalam kehidupan

manusia, sedangkan sisi gelap adalah sesuatu kenyataan adanya pengaruh nafsu-

nafsu dalam diri manusia yang tidak bisa dikendalikan. Nafsu-nafsu dianggap

sebagai perasaan kasar dan tidak baik. Jaka manusia dikuasai oleh nafsu berarti

dia membiarkan dirinya dikuasai dari luar kesadarannya, memboroskan kekuatan

batinnya, dan menimbulkan kesan yang kurang baik bagi yang melihatnya.

Manusia yang dikendalikan oleh nafsunya tidak dapat menyesuaikan diri dengan

tata-aturan yang ada dalam norma-norma kehidupan. Manusia hendaknya

berusaha untuk menumpulkan dorongan-dorongan hati dan kecondongan-

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

kecondongan naluriah agar tidak dikuasai oleh nafsunya. Selalu berusaha untuk

mempertahankan keseimbangan batin dan menunjukan diri untuk selalu tenang,

halus, terkontrol, rasional dan berkepala dingin. (Magnis-Suseno, 1991:123).

Korpus 3

Caption:Satu kendaraan Heglun (amfibi) milik PMI menyusuri tepian Kali Gendol saatevakuasi lanjutan di Desa Ngancar, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Kamis(11/11). Sebagai salah satu kendaraan segala medan Heglun sangan berguna untukmembantu tim SAR dalam operasi evakuasi korban erupsi Merapi.Wihdan Hidayat/Antara

Maksa Denotasi

Foto tersebut menggambarkan suasana evakuasi lanjutan dengan

menggunakan satu kendaraan Heglun (amfibi) milik PMI di tepian Kali Gendol

yang mana menggambarkan betapa hancur leburnya tanaman-tanaman yang

berada di tepian Kali Gendol tersebut, sehingga tidak memungkinkan kendaraan

biasa untuk melintasi wilayah tersebut, seperti yang dijelaskan pada caption foto

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

yaitu “Sebagai salah satu kendaraan segala medan Heglun sangan berguna untuk

membantu tim SAR dalam operasi evakuasi korban erupsi Merapi” di Desa

Ngancar, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, pada Kamis (11/11).

Evakuasi lanjutan yang melibatkan kendaraan segala medan tersebut yang

mana bertujuan untuk mencari korban-korban yang masih tertinggal atau

tertimbun oleh tumpukan tanah atau bangunan pasca erupsi Merapi. Karena

dahsyatnya letusan yang dihasilkan sehingga menghancurkan segala macam

benda akibat terjangan abu vulkanik, Digambarkan dalam foto tersebut, satu

kendaraan Heglun milik PMI dengan tujuh orang sukarelawan yang melintasi

hamparan padang pasir yang merupakan tepian Kali Gendol, banyaknya batang

pohon yang hancur akibat terjangan abu vulaknik, dan satu pohon yang masih

berdiri dengan kokoh.

Hagglen ialah kendaraan dengan dua bagian terpisah, beroda rantai yang

mampu membawa hingga 17 orang untuk digunakan di segala medan. Nama

sebenarnya dari kendaraan tersebut adalah Hägglunds yang diambil dari nama

perusahaan pembuat kendaraan tersebut, atau nama lainnya adalah Bandvagn 206

yang disingkat menjadi BV 206. Awalnya kendaraan tersebut dibuat untuk

transportasi pasukan militer dan logistik di Swedia Utara yang merupakan daerah

bersalju. Kemudian saat ini kendaraan tersebut dikembangkan dan diproduksi

massal untuk keperluan swasta dengan berbagai macam varian yang pada

umumnya untuk kendaraan pemadam kebakaran, pengawas hutan, serta kendaraan

di daerah bersalju dan di rawa-rawa.

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Secara foto jurnalistik, foto tersebut di nilai kurang memenuhi standart

karena kurang adanya kesamaan antara yang terekam dalam gambar dengan

caption foto yang menyertainya. Pada kalimat pertama caption foto menyebutkan

"Satu kendaraan Heglun (amfibi) milik PMI menyusuri tepian Kali Gendol saat

evakuasi lanjutan di Desa Ngancar, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Kamis

(11/11)", namun dalam foto tersebut warna langit yang mendominasi lebih

menarik pembaca karena dengan warna birunya yang cerah. Maka yang terjadi

ketika pembaca melihat foto tersebut kesan yang di dapat pertama kalinya adalah

langit biru yang cerah bukan kendaraan yang seadang menyusuri tepian Kali

Gendol saat evakuasi. Caption foto diharapkan mampu menggiring mata untuk

kembali melihat foto, dimana caption yang menghembuskan nafas untuk

menghidupkan foto dengan memberikan pendalaman akan sebuah peristiwa. Ia

mempertemukan foto dengan konteksnya dan membantu pembaca memahami

cerita yang ada di balik foto. (Wijaya, 2011:42)

Komposisi foto atau susunan foto secara teknik menggambarkan situasi

evakuasi lanjutan di tepian Kali Gendol, di Desa Ngancar, Cangkringan, Sleman,

Yogyakarta, dimana satu kendaraan Heglun (amfibi) milik PMI berada pada titik

sepertiga teknik pengambilan gambar dalam fotografi. Secara gambar fokus foto

tersebut satu kendaraan Heglun yang menjadi inti dari cerita dalam foto tersebut

mengenai evakuasi lanjutan pasca letusan Gunung Merapi. Teknik pemotretan

tersebut menggunakan variasi pengambilan gambar yang diambil secara

horizontal, menggunakan lensa wide, dengan sudut pandang yang sangat luas atau

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

bisa juga disebut dengan long shot, sehingga gambar terkesan luas dan mampu

menyuguhkan suasana panorama dari lokasi evakuasi tersebut. (Alwi, 2004:45).

Pengukuran cahaya dalam foto tersebut menggabungkan antara ukuran

diafragma dan speed yang dikomposisikan sedemikian rupa untuk membuat

cahaya yang seimbang dalam foto agar tidak terkesan over exposure atau under

exposure, sehingga warna langit yang biru dapat terekam pada frame tersebut.

Dalam frame ini pencahayaan menggunakan pencahyaan alami yang berasal dari

cahaya matahari, tanpa menggunakan alat bantu penghasil cahaya yang biasa

disebut flash atau blitz sehingga dapat menyajikan kekuatan cahaya alami yang

indah dalam fotografi. Dalam frame tersebut digambarkan suatu kekontrasan atas

peristiwa alam, dibalik birunya langit yang cerah dan hangat berlawanan dengan

keadaan yang ada dipermukaan, dimana debu dan pasir mendominasi, dengan kata

lain alam bisa menjadi tempat yang mengerikan jika suatu bencana terjadi. (Alwi,

2004:45).

Makna Konotasi

Dalam foto menggambarkan kegiatan evakuasi yang dilakukan oleh

Palang Merah Indonesia (PMI) menggunakan kendaraan segala medan, Heglun

(amfibi) di tepian Kali Gendol, di Desa Ngancar, Cangkringan, Sleman,

Yogyakarta.

Gambar diatas diambil menggunakan metode ”long shot” dengan

komposisi sepertiga dalam pemotretan yang dihasilkan berupa perwujudan kecil

namun terlihat dengan mata gambaran suasana yang luas. Hal ini dikarenakan

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

kamera berada pada jarak jauh dengan objek foto. Metode tersebut digunakan oleh

fotografer untuk menggambarkan luasnya pemandangan yang sebenarnya dan

ingin menghasilkan frame dengan sudut pandang yang luas juga. (Alwi, 2004:45).

Seperti halnya yang dituliskan di Kompas.com, warna biru memiliki arti:

kesetiaan, ketenangan, sensitif dan bisa diandalkan. Biru memiliki arti stabil

karena merupakan warna langit. Meski langit kelabu dan akan hujan, tetapi di atas

awan-awan itu warna langit tetaplah biru. (Anna, Kompas.com, 9 Oktober 2008).

Warna biru yang terlihat dominan pada gambar tersebut memiliki makna

yang mempertegas bahwa keadaan sudah aman kembali seperti sedia kala. warna

biru yang mana dapat menimbulkan perasaan tenang dan dingin, melahirkan

perasaan sejuk, tentram, hening dan damai, memberi kenyamanan dan

perlindungan. Warna biru yang kuat bisa merangsang kemampuan intuitif dan

memudahkan dalam meditasi. Masyarakat Jawa selalu berusaha menjaga

ketentraman, ketenangan, kesejahteraan dan keseimbangan dunia yang mana

merupakan sifat pribadi Jawa yang baik. (Endraswara, 2003:39)

Alam bagi masyarakat Jawa merupakan tempat yang angker, mengerikan

dan menakutkan, tempat kebuasan, kekacauan yang penuh bahaya, penuh dengan

roh-roh yang tidak dikenal. Alam dijadikan tempat bagi orang yang bertapa, untuk

mencari kesaktian sehingga bahaya-bahaya yang diakibatkan oleh alam tidak

dapat mengancamnya, maka dari itu alam merupakan tempat tinggal sementara

dan tempat untuk membuktikan diri. Hutan bagi masyarakat Jawa adalah wilayah

yang dibabad untuk memperoleh tanah yang memberi berkat bagi umat manusia.

Hutan yang pada dasarnya adalah tempat bagi roh-roh dan binatang-binatang buas

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

yang bukan merupakan tempat bagi manusia. Sehingga manusia membudidayakan

alam untuk menjadi tempat yang layak untuk dihuni.(Magnis, 1991:131).

Bencana letusan Gunung Merapi bagi masyarakat Jawa kental dikaitkan

dengan apa yang terjadi pada alam supranatural. Masyarakat, alam, dan alam

supranatural bagi masyarakat Jawa adalah sebagai satu kesatuan, yang dipercayai

bahwa semua peristiwa alam empiris berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang

terjadi di alam metempiris (gaib). Masyarakat adan alam berada dalam satu sisi

yang sama dan berkaitan dengan alam supranatural, seperti sisi sebelah luar dan

sisi sebelah dalam. apa yang terjadi pada sisi realitas yang lain memiliki

kecocokan yang sama pada sisi satunya. Oleh karena itu, manusia tidak boleh

bertindak gegabah seolah-olah permasalahan pada manusia hanya terbatas pada

dimensi sosial dan alamiah, namun masih ada dimensi non-alamiah (gaib),

sehingga tidak terjadi benturan-benturan dengan kekuatan supranatural yang

merupakan kekuatan alam murni. Satu-satunya cara untuk menghindari benturan

tersebut adalah belajar dari pengalaman. Orang-orang Jawa tradisional belajar

melalui pengalaman yang berkaitan dengan sikap-sikap apa yang membawa

celaka dan sikap yang membawa slamet. (Magnis-Suseno, 1991:90)

Masyarakat Jawa percaya bahwa Gunung Merapi merupakan keraton

makhluk halus yang mempunyai tata cara atau sopan santun yang harus ditaati

oleh setiap penduduk yang tinggal disekitar lereng gunung tersebut. Pelanggaran

terhadap tata cara atau kesopanan tersebut akan menimbulkan malapetaka yang

tidak hanya oleh pelanggarnya saja, tetapi juga berdampak bagi seluruh warga

desa yang berada di sekitar lereng gunung teraktif di Pulau Jawa tersebut. Ada

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

pantangan-pantangan yang harus dihindari masyarakat jika ingin mendapatkan

kesejahteraan dan keselamatan yaitu, pantangan merumput, menebang pohon dan

memindahkan benda-benda yang ada di tempat-tempat angker, bercocok tanam

dan mendirikan bangunan di atas pasir dan batuan vulkanik yang merupakan

tempat kesenangan bagi makhluk halus penghuni Gunung Merapi, mendirikan

rumah tempat tinggal ke arah gunung yang dianggap menantang penguasa

penghuni Gunung Merapi dan masih banyak pantangan-pantangan lainnya yang

harus ditaati penduduk setempat. Jika Gunung Merapi meletus, mengeluarkan

lahar besar, hujan abu, hujan es, hujan air, dan material lainnya, penduduk

setempat pantang mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan keadaan Merapi

saat itu karena tidak diperkenankan oleh penguasa Merapi. Pantangan biasanya

disampaikan kepada penduduk oleh leluhur yang telah meninggal dunia atau

makhluk utusan penguasa Merapi melalui mimpi. (Triyoga, 2010:101).

Foto tersebut adalah keseluruhan gambar yang menceritakan suasana

evakuasi lanjutan untuk menemukan korban dari bencana alam letusan Gunung

Merapi yang dilambangkan dengan perwujudan kecil sebuah kendaraan segala

medan Huggle (amfibi) dengan beberapa orang relawan yang berada diatasnya

yang tersusun dengan rapi dan harmonis dalam frame tersebut. Manusia

merupakan bentuk kekuatan kecil yang tiada bandingannya dengan alam, alam

bisa menjadi sangat ganas apabila manusia tidak menjaganya, maka dari itu

manusia harusnya bisa menjaga alam dengan baik sehingga terjadi hubungan yang

saling menguntungkan antara manusia dengan alam.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Korpus 4

Caption:Beberapa pengungsi kembali berpindah menuju tempat lebih aman menggunakankendaraan truk saat melintas di ruas jalan Muntilan-Magelang, Jawa Tengah,Jumat (5/11/2010).Wihdan Hidayat/Antara

Makna Denotasi

Foto tersebut menggambarkan suasana pengungsi yang kembali berpindah

menuju tempat lebih aman. Hal tersebut seperti tertuliskan dalam caption foto

yaitu “Beberapa pengungsi kembali berpindah menuju tempat lebih aman

menggunakan kendaraan truk saat melintas di ruas jalan Muntilan-Magelang,

Jawa Tengah, Jumat (5/11).

Dalam pada foto tersebut digambarkan satu truk pengangkut muatan

dengan bak penuh dengan pengungsi yang akan berpindah menuju ke tempat yang

lebih aman dalam kondisi hujan. Perpindahan tersebut disebabkan karena daerah

rawan bencana yang diperluas kembali karena stastus aktifitas dari Gunung

Merapi yang terus meningkat. Hal ini dilakukan demi keselamatan penduduk

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

sekitar lereng Gunung Merapi yang berada di pos pengungsian yang sebelumnya

dengan jarak terdekat dari wilayah letusan Gunung Merapi agar tidak

bertambahnya korban dari bencana alam tersebut.

Pada foto tersebut diperlihatkan pengungsi yang menggunakan masker

(penutup wajah) dan payung yang mana bertujuan agar tidak terkena hujan dan

debu abu vulkanik yang berasal dari letusan Merapi, seperti yang terlihat pada

deretan rumah yang menjadi background tampak berwarnaa abu-abu karena

tertutup abu vulkanik..

Payung merupakan alat pelindung badan agar tidak terkena panas sinar

matahari atau hujan, biasanya payung terbuat dari kain atau kertas yang diberi

tangkai dan dapat dilipat-lipat. Fungsi payung selain sebagai alat pelindung juga

sebagai tanda kebesaran/derajat seseorang.

Truk merupakan kendaraan besar dengan bak terbuka atau pun dengan bak

tertutup (boks), yang biasa digunakan untuk mengangkut muatan barang. Pada

umumnya bagian bak dari truk bisa menampung segala jenis barang dengan

kapasitas yang besar.

Komposisi foto atau susunan dalam foto ini menggambarkan suasana

pengungsi yang kembali berpidah menuju tempat lebih aman dengan

menggunakan truk di ruas jalan Muntilan-Magelang, Jawa Tengah. Dimana secara

gambar, fokus dari foto tersebut adalah truk pengangkut muatan yang penuh

dengan pengungsi di bagian tengah pada foto. Sebagai latar pada frame tersebut

adalah deretan rumah-rumah warga yang dilalui oleh truk pengangkut muatan

pengungsi tampak kabur atau out of focus. Teknik pemotretan pada foto ini

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

menggunakan variasi pengambilan gambar yang diambil secara horisontal,

menggunakan lensa tele, dengan sudut pandang yang diperbesar karena jauhnya

objek dari si fotografer biasa disebut long shot. Sesuai dengan prinsip dari lensa

tele itu sendiri, mendekatkan yang jauh, sehingga mampu menyuguhkan gambar

dengan lebih dekat dan terseleksi secara focus serta mata dari penikmat foto dapat

langsung tertuju pada point of interest pada frame tersebut. Pada foto tersebut juga

menggunakan metode panning, dimana fotografer mengambil gambar dari objek

yang bergerak dengan mengikuti arah gerakan dari objek tersebut, sehingga

menampilkan efek kabur pada latar belakang dari gambar tersebut. (Sugiarto,

2006:162)

Pengukuran dari cahaya dalam foto tersebut menggabungkan antara

ukuran diafrgama dan speed yang dikomposisikan sedemikian rupa untuk

membuat cahaya yang seimbang yang tida terkesan over exposure atau under

exposure. Dalam frame ini teknik pencahayaan tetap menggunakan pencahayaan

alami dari sumber cahaya matahari, tanpa menggunakan alat bantu penghasil

cahaya atau biasa disebut flash atau blitz, sehingga gambar yang disajikan

terkesan natural dan apa adanya, pengambilan gambar tersebut dilakukan siang

hari. (Alwi, 2004:45).

Keseimbangan dalam frame tersebut terasa sekali penggunaan metode sepertiga

dalam pemotretan. Hal tersebut terlihat dengan ditempatkannya truk pengangkut

muatan yang berisi pengungsi dengan pada bagian sepertiga tengah, penempatan

tersebut cukup mampu menyita pandangan penikmat foto yang melihat foto ini,

meskipun dalam teknik pengambilan foto menggunakan teknik panning dalam

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

fotografi, sehingga komposisi tersebut terkesan sangat dinamis dengan adanya

efek kabur atau out of focus pada background dalam gambar tersebut. (Sugiarto,

2006:162)

Makna Konotasi

Foto tersebut menggambarkan truk muatan yang mengangkut para

pengungsi yang berpindah mencari tempat yang lebih aman saat melintas di ruas

jalan Muntilan-Magelang, Jawa Tengah. Pada umumnya truk digunakan untuk

mengangkut barang, dalam kondisi darurat seperti evakuasi pengungsi truk

digunakan untuk mengangkut manusia.

Pada foto diperliahatkan pengungsi yang menaiki truk menggunakan

payung sebagai pelindung agar tidak terkena hujan dan abu vulkanik yang berasal

dari letusan Gunung Merapi. Payung dengan fungsi utama adalah sebagai alat

pelindung dari sinar matahari yang terik dan air hujan agar tidak mengenai tubuh.

Namun di beberapa daerah di Indonesia, payung juga punya arti sebagai tanda

pangkat jabatan atau simbol derajat seseorang di masyarakat. Seorang raja jika

sedang bepergian atau keluar dari istana juga selalu menggunakan payung. adapun

tujuannya adalah selain untuk melindungi agar tidak terkena sinar matahari juga

agar bayangan tubuh sang raja tidak muncul dan terlihat serta terinjak oleh

pengiringnya, terutama pada bagian kepala. Karena raja adalah orang yang

mendapat kehormatan paling tinggi. Pada jaman dulu payung juga digunakan

untuk melakukan berbagai macam ritual dan upacara tradisional. Bahkan hingga

saat ini di Bali payung masih digunakan untuk menjalankan ibadah dan upacara

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

adat yang dilakukan secara bersama-sama di pura atau tempat suci. Sementara

untuk daerah Jawa, ketika ada orang meninggal dan mau dimakamkan juga

menyertakan payung dengan tujuan agar orang yang meninggal tersebut bisa

mendapat keteduhan ketika harus menjalani kehidupan di alam yang lain.

(http://www.imagebali.net)

Bagi penduduk sekitar lereng Gunung Merapi baru akan mengungsi ketika

mendengar suara yang yang dihasilkan oleh bunyi kentongan bambu yang ada di

setiap desa di sekitar lereng Gunung Merapi. Mereka mencari tempat

perlindungan ke desa-desa yang berada di bawah kaki Gunung Merapi atau

menuju jalan raya untuk mencari kendaraan yang akan mengangkut mereka

menuju tempat aman. Biasanya pemerintah setempat menyediakan tempat untuk

menampung para pengungsi. Mereka ditampung di barak-barak pengungsian

bencana alam, sekolah-sekolah, kantor-kantor pemerintah, dan tempat-tempat

aman yang dapat digunakan untuk menampung para pengungsi.

Penduduk di sekitar lereng Gunung Merapi mempunyai kepercayaan kuat

desa mereka selalu akan terbebas dari amukan Gunung Merapi. Mereka merasa

lebih aman dan tentram tinggal di desa daripada tinggal di kota. Kehidupan di

kota, menurut mereka jauh lebih berbahaya dan mengandung resiko terancam jiwa

karena kejahatan, kecelakaan lalu lintas, tekanan batin, dan petaka lainyang

cenderung banyak terjadi dengan intensitas yang tinggi. Sebaliknya, hidup di

lereng Merapi dianggap beresiko kecil dan menguntungkan. Letusan Merapi

meskipun dianggap berbahaya tetapi hanya terjadi secara periodik dalam jangka

waktu yang relatif cukup lama dan dapat diramalkan secara relatif pasti.

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Masyarakat lereng Gunung Merapi percaya bahwa, para roh leluhur yang

bersemayam di Gunung Merapi dianggap selalu menolak amukan Merapi

terhadap desa mereka. Bahkan mereka berkeyakinan, para roh leluhur itu dapat

dimintai bantuannya jika mereka dilanda kesulitan. Masyarakat sekitar lereng

Gunung Merapi baru akan mengungsi jika letusan Merapi telah mencapi desa dan

dianggap dapat membahayakan jiwa. Menurut kepercayaan mereka biasanya baru

akan melakukan pengungsian jika sudah mendapat perintah dari roh para leluhur

sebelum Gunung Merapi meletus. perintah yang diberikan oleh roh para leluhur

biasanya disertai cara-cara untuk menyelamatkan diri selama pengungsian

berlangsung. Perintah tersebut diberikan melalui juru kunci Gunung Merapi atau

warga pada masing-masing desa yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi

dengan roh para leluhur. (Triyoga, 2010:124).

Ciri khas dalam pandangan dunia Jawa ialah bahwa manusia tidak

dibenarkan mau meninggalkan dunia. Dengan kata lain, manusia tidak boleh

mengikat diri dengan dunia, tetapi jangan pula menarik diri dari dunia. Harusnya

manusia bisa menerima apa yang terdapat di dunia, tidak hanya lingkungan dalam

jangka yang sempit, tetapi dalam jangka yang luas. Apa yang terjadi di dunia ini

bukan untuk dihindari tetapi di terima dengan berbagai macam kondisi dan solusi.

(Magnis-Suseno, 1991:145).

Masyarakat yang hidup di lereng Gunung Merapi menganggap desa

mereka sebagai tanah pusaka, warisan leluhur yang harusnya di jaga selama-

lamanya. Masyarakat Jawa memegang falsafah hidup mengenai tanah desa, yaitu

sadumuk bathuk sanyari bumi dak bela pati yang berarti, setiap jengkal tanah

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

akan dipertahankan sampai mati. Dan ada pula alasan lain yang dipakai untuk

tidak meninggalkan desa, wong nguyuh ora bakal nguyuhi awake dhewe yang

artinya, jika merapi meletus, niscaya letusannya tidak mengenai tubuh merapi atau

desa-desa yang berada di lereng lerengnya. Maka dari itu masyarakat di sekitar

lereng Gunung Merapi tidak pernah menanggapi ajakan pemerintah untuk

melakukan transmigrasi atau pun bedhol desa. (Triyoga, 2010:125).

Pada foto tersebut diperlihatkan latarbelakang dari truk pengangkut

tersebut berupa deretan rumah penduduk berwarna keabu-abuan yang disebabkan

oleh guyuran hujan yang bercampur dengan abu vulkanik letusan Gunung Merapi.

warna abu-abu memiliki arti kuno, kotor, lemah, kehabisan energi dan lamban.

Namun warna abu-abu merupakan termasuk golongan warna netral atau seimbang

yang mana merupakan warna alam. warna ini banyak digunakan pada alat-alat

elektronik, kendaraan dan perangkat dapur. (Dean Martin Saerang,

http://www.ideaonline.co.id, 28 Agustus 2009)

Foto tersebut diambil dengan metode ”long shot” dengan komposisi yang

dihasilkan berupa objek (point of interest) dengan perwujudan gambar dalam

frame yang nampak luas. Hal ini dikarenakan kamera berada pada jarak jauh

dengan objek foto. Metode ini digunakan oleh fotografer dimana dia akan

menampilkan suasana bahwa lokasi tersebut terlihat luas dan semua element yang

ada terekam dalam frame. (Alwi, 2004:45). Bisa dikatakan juga teknik bidikan

kamera dari jarak tertentu yang mampu memperlihatkan suatu objek secara

menyeluruh. (Nugroho, 2006:204). Dalam frame tersebut juga dikombinasikan

dengan teknik panning, yang mana dengan menggunakan teknik tersebut bias

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

menghasilkan gambar dengan efek gerak. Teknik tersebut merupakan salah satu

cara kreatif untuk menghasilkan gambar dengan efek gerak. Fotografer bermaksud

menggambarkan suasana jalannya perpindahan pengungsi yang menggunakan

truk pengangkut yang berjalan dengan cepat agar supaya sampai pada lokasi

pengungsian yang lebih aman dalam keadaan yang genting pada saat bencana

letusan Gunung Merapi tersebut. (Sugiarto, 2006:162).

Foto tersebut menceritakan bagaimana suasana evakuasi pengungsi yang

harus berpindah-pindah mencari lokasi yang aman bagi keselamatan jiwanya.

Dalam pandangan masyarakat Jawa, manusia harusnya mencari tempat yang tepat

demi keselamatan dirinya. Jika salah dalam menempati suatu tempat maka

keselamatan yang menjadi taruhannya. Dalam foto tersebut digambarkan

pengungsi rela berdesak-desakan di atas truk pengangkut demi mencapai tempat

yang aman bagi keselamatan jiwa mereka. (Magnis-Suseno, 1991:93).

Korpus 5

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Caption:Seorang bocah bermain di tumpukan pakaian bekas di Posko Pengungsian StadionMaguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Selasa (9/11). Hingga Selasa (9/11/2010)jumlah pengungsi Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta telahmencapai lebih dari 320.000 jiwa.Ismar Patrizki/Antara

Makna Denotasi

Foto tersebut menggambarkan banyaknya jumlah pengungsi yang berada

di posko pengungsian dan seorang bocah (anak) yang bermain di tumpukan

pakaian dengan gembiranya seperti yang tertulis dalam caption dari foto tersebut

yaitu “Seorang bocah bermain di tumpukan pakaian bekas di Posko Pengungsian

Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Selasa (9/11). Hingga Selasa

(9/11/2010) jumlah pengungsi Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta

telah mencapai lebih dari 320.000 jiwa.”, dimana dalam foto tersebut

digambarkan banyaknya jumlah pengungsi dengan tumpukan baju yang menjadi

tempat untuk bermain anak tersebut. Hal tersebut seperti apa yang disampaikan

dalam keterangan foto tersebut pada kalimat kedua bahwa jumlah pengungsi yang

mencapai lebih dari 320.000 jiwa.

Komposisi foto atau susunan foto dengan sebagian besar adalah

penggambaran dimana seorang anak yang bermain di tumpukan pakaian bekas di

posko pengungsian, dengan lebih dari sepertiga bagian dari foto tersebut adalah

latarbelakang. Secara gambar fokus dari frame tersebut berada pada anak yang

bermain di tumpukan pakaian bekas yang berada hampir di sepertiga bagian frame

foto tersebut. Sebagai latar dari frame tersebut adalah tumpukan pakaian bekas

yang memenuhi hampir 2/3 bagian pada foto.

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Teknik pemotretan gambar ini menggunakan variasi pengambilan gambar

yang diambil secara horizontal, menggunakan lensa wide dengan sudut pandang

yang sangat luas atau juga biasa disebut long shot sehingga gambar terkesan luas

dan mampu menyuguhkan suasana tempat bermain anak di posko pengungsian

tersebut. (Sugiarto, 2006:15)

Dalam pengukuran kecepatan atau speed dari gambar tesebut tidak begitu

kental mempengaruhi gambar, dalam menentukan cahaya dalam frame ini. Speed

dipadukan dengan bukaan diafragma yang mana menghasilkan cahaya yang pas

dan seimbang, sehingga foto tidak over exposure atau under exposure. Kontras

arah cahaya yang diterapkan dalam gambar tersebut menggunakan main light

cahaya alami yang berasal dari cahaya matahari dan pengambilan gambar

dilakukan pada siang hari.

Keseimbangan dalam frame tersebut terasa sekali penggunaan metode

pembagian sepertiga dalam dalam pemotretan. Hal tersebut terlihat dengan

ditempatkannya anak yang bermain di tumpukan pakaian bekas pada hampir

serpertiga kiri bagian bawah pada foto tersebut. Penempatan anak tersebut cukup

mampu menyita pandangan penikmat foto yang melihat foto ini, karena anak

tersebut menjadi satu-satunya point of interest dalam foto tersebut sehingga

menjadikan komposisi dalam frame tersebut terkesan dinamis.

Makna Konotasi

Dalam foto tersebut terlihat kegiatan seorang anak yang bermain di

tumpukan pakaian bekas di Posko Pengungsian Stadion Maguwoharjo, Sleman,

Yogyakarta. Tampak pada gambar ekspresi ceria dari pengungsi anak yang

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

bermain ditumpukan pakaian bekas tersebut. Masyarakat sekitar lereng Gunung

Merapi mengungsi pada saat yang sangat dekat dengan letusan Gunung Merapi

sehingga pada saat para pengungsi menuju posko-posko yang telah disediakan

sebagai tempat yang digunakan untuk penampungan para korban bencana alam

tersebut hanya membawa keluarganya dan sedikit dari harta benda mereka. Oleh

karena itu tumpukan pakaian adalah merupakan hasil sumbangan yang

dikumpulkan dari para dermawan yang membantu korban bencana alam letusan

Gunung Merapi tersebut.

Sebagai homo ludens manusia gemar bermain atau bercengkerama. Bagi

orang dewasa bermain adalah rekreasi, tetapi bagi anak-anak adalah sebagian dari

proses belajar ( Wijaya dalam Sobur, 1996:106). Meskipun menurut pandangan

orang dewasa permainan yang dimainkan oleh anak-anak sangat berbahaya tetapi

bagi anak hal ini merupakan sesuatu yang menarik.

Bagi masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi mengungsi untuk

menghindari bahaya letusan Gunung Merapi bukan menjadi hal yang baru, karena

letusan gunung api teraktif di Indonesia tersebut sudah menjadi peristiwa periodic

yang dapat ditentukan dalam jangka waktu. Bagi mereka letusan Gunung Merapi

bukan sebagai ancaman yang menakutkan, bagi mereka merupakan suatu berkah

yang diberiakan oleh roh-roh penguasa gunung tersebut, kerena setelah setelah itu

kehidupan akan menjadi lebih tenang dan baik. Maka dari itu mereka harus bisa

merelakan atas apa yang terjadi pada desa, tempat tingga, dan harta benda mereka

serta menyembunyikan segala duka. Masyarakat Jawa mempunyai suatu

keutamaan yang sangat dihargai yaitu mampu untuk memperkatakan hal-hal yang

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

yang tidak baik secara tidak langsung, berita yang tidak enak, hal-hal yang tidak

disenangi, keadaan duka untuk tidak langsung diekspresikan agar tidak membawa

situasi yang buruk bagi individu-individu yang lain. Walaupun seseorang diliputi

kesedihan yang mendalam dan apabila mendapat kunjungan dari orang yang

dibenci, ia diharapkan tersenyum dan bergembira. Pada umumnya orang Jawa

yang sopan adalah menghindari keterusterangan yang serampangan. (Magnis-

Suseno, 1991:43).

Nasib anak-anak dalam keluarga selama mereka belum mendapat

penghasilan sendiri masih menjadi tanggung jawab orang tuanya. Bahkan

walaupun anak sudah berkeluarga sendiri, jika mendapat kesulitan, orang tua

selalu siap membantu. Keluarga Jawa sebagai suatu sistem, mempunyai hubungan

baik material maupun spiritual. Dalam hal ini dikatakan bahwa pendidikan dalam

keluarga tidak bermaksud untuk menghasilkan orang yang dapat berdiri sendiri

melainkan menekankan orang yang sosial, sedangkan individualitas personal

seseorang akan mewujudkan suatu dasar moril yang kuat. Orang memerlukan

bimbingan dalam segala bidang. Bagi orang Jawa, keluarganya, orang tuannya,

anak-anaknya, merupakan rakyat yang paling penting di dunia. Oleh karena itu

mereka selalu mendapat bimbingan serta petunjuk mengenai nilai kebudayaan

Jawa yang berguna bagi sosialitas mereka agar tidak menyimpang dari norma-

norma kebudayaan mereka. Persatuan dan kesatuan dalam keluarga merupakan

sesuatu yang penting bagi keluarga Jawa. Keluarga merupakan suatu unit

kesatuan yang mempunyai ciri-cirinya sendiri. Oleh karena itu di dalam keluarga

Jawa masing-masing anggotanya harus mampu bersosialitas dengan anggotanya

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

yang lain, di samping harus mampu mengembangkan dirinya. Ada pepatah Jawa

yaitu anak molah bapa kepradhah artinya jika anak berbuat sesuatu yang kurang

baik yang terkena akibatnya tidak hanya dia sendiri, tetapi juga orang tuanya.

Tega larane ora tega patine, pepatah ini menunjukkan bahwa betapapun bencinya

orang tua kepada anaknya namun toh masih dalam batas-batas tertentu. Jiniwit

katut artinya kalau orang dicubit kulitnya, dagingnya juga turut kena. Ini berarti

bahwa jika salah satu anggota keluarga menderita berarti juga penderitaan bagi

anggota lainnya. (Purwandi, 2007:187).

Foto tersebut diambil dengan metode ”long shot” dengan komposisi yang

dihasilkan berupa objek (point of interest) dengan perwujudan gambar dalam

frame yang nampak luas. Hal ini dikarenakan kamera berada pada jarak jauh

dengan objek foto. Metode ini digunakan oleh fotografer dimana dia akan

menampilkan suasana bahwa lokasi tersebut terlihat luas dan semua element yang

ada terekam dalam frame. (Alwi, 2004:45). Bisa dikatakan juga teknik bidikan

kamera dari jarak tertentu yang mampu memperlihatkan suatu objek secara

menyeluruh. (Nugroho, 2006:204). Dengan sudut pandang gambar yang luas serta

terlihat kedalam ruang mampu menampilkan suasana dari tempat bermain anak di

posko pengungsian yang terwakili secara jelas dengan tumpukan pakaian bekas

yang menggunung.

Foto tersebut adalah keseluruhan gambar yang menceritakan keadaan di

posko pengungsian Gunung Merapi, dimana perasaan duka, sedih, gundah-gulana

yang bagi masyarakat Jawa harus disembunyikan agar tidak membawa pengaruh

buruk bagi individu-individu lainnya. Hal tersebut dilambangkan dengan seorang

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

anak bermain di tumpukan pakaian bekas yang dengan ekspresi gembiranya. Bagi

para orang tua yang anaknya ikut serta menjadi pengungsi dari bencana alam

letusan Gunung Merapi haruslah menjaga rasa keceriaan dari anak tersebut.

Karena anak-anak masih dalam masa perkembangan secara fisik dan yang paling

utama adalah secara mental, harusnya dijaga ketenangan jiwanya untuk

menghilangkan stress dan trauma dari letusan Gunung Merapi agar tidak

membawa pengaruh buruk bagi masa depan anak-anak tersebut.

Korpus 6

Caption:Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengusap wajahnya seusai berdoa bersamabagi para korban letusan Gunung Merapi saat memberikan keterangan pers dikantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat (5/11).Widodo S. Jusuf/Antara

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Makna Denotasi

Foto tersebut memperlihatkan kegiatan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono mengusap wajahnya seusai berdoa, hal tersebut didukung dari

visualisai gambar serta adanya caption foto yang menyebutkan “Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono mengusap wajahnya seusai berdoa bersama bagi para

korban letusan Gunung Merapi saat memberikan keterangan pers di kantor

Kepresidenan, Jakarta, Jumat (5/11)”. Dari penggambaran dalam foto, Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono mengusap wajahnya seusai berdoa berharap

mendapatkan pengabulan dari Tuhan Yang Maha Esa atas doa yang dipanjatkan.

Komposisi atau susunan foto dengan sebagian besar penggambaran

suasana seusai berdoa yang dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo

Bambang Yudhoyono saat memberikan keterangan pers, dimana lebih dari

sepertiga bagian frame menggambarkan kegiatan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono dan empat buah microphone dari empat stasiun televisi. Dan

selebihnya diisi dengan latarbelakang yang merupakan kantor Kepresidenan

Republik Indonesia. Fokus foto terletak di area objek tersebut dengan dukungan

teknik pemotretan menggunakan bukaan diafrgma kecil yang mana menimbulkan

efek ruang tajam sempit. Dimana memisahkan objek atau point of interest sebagai

elemen yang fokus dan background sebagai elemen yang nampak kabur atau blur

(out of focus) dalam foto. Objek atau point of interest yang ditampilkan oleh

fotografer dari foto tersebut adalah kegiatan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono mengusap wajahnya seusai berdoa bersama bagi para korban letusan

Gunung Merapi, sehingga memiliki sudut pandang mata yang lebih padat, namun

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

menciptakan frame foto yang memiliki keseimbangan (balancing) diantara objek-

objeknya. (Alwi, 2004:45).

Dalam pengukuran kecepatan atau speed dari gambar tersebut tidak begitu

berpengaruh pada gambar. Dalam menentukan cahaya dalam frame tersebut,

speed depadukan dengan bukaan diafragma yang mana menghasilkan cahaya yang

pas dan seimbang, sehingga cahaya yang masuk kedalam frame atau cahaya yang

tertangkap kamera terasa pas dan tidak terkesan over exposure maupun under

exposure. Kontras arah cahaya yang diterapkan dalam gambar tersebut

menggunakan main light cahaya alami yang ditimbulkan dari nyala lampu dan

pengambilan gambar dilakukan did ala ruangan. (Alwi, 2004:45).

Keseimbangan dalam frame tersebut sangat terlihat dan terasa, dimana

pembagian ruang dengan teknik sepertiga terlihat jelas disini dan membentuk foto

yang bagus. Serta pengambilan gambar dilakukan dengan metode “medium close

up” dengan frame horisontal dengan lensa tele, yang membelah frame menjadi

dua bagian, atas dan bawah, yang menyerupai aliran garis yang membujur dari

sudut kanan atas foto menuju sudut kiri bawah foto, dengan menggunakan objek

utama yang sangat kental terlihat menciptakan foto yang indah dengan komposisi

yang rapi dan tertata serta mampu menyajikan gambar yang lebih padat dan detail

fokus pada point of interest. (Alwi, 2004:46).

Makna Konotasi

Dalam foto tersebut menggambarkan kegiatan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono mengusap wajahnya seusai berdoa bersama bagi para korban letusan

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Gunung Merapi saat memberikan keterangan pers di kantor Kepresidenan,

Jakarta.

Gambar diatas diambil menggunakan metode “medium close up” dalam

pemotretan, dimana memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Objek yang

merupakan sosok tubuh manusia mendominasi dalam frame dan background

menjadi tidak dominan. (Pratista, 2008:105). Gambar tersebut diharapkan mampu

menyampaikan pesan dari gerakan yang terjadi pada bagian dada ke atas dari

tubuh manusia yang menjadi point of interest pada frame tersebut sehingga dapat

menyampaikan pesan kepada penikmat foto. Ungkapan rasa simpati dari Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono kepada para korban letusan Gunung Merapi yang

dalam gambar terekam dengan mengusap wajahnya seusai berdoa bersama.

Presiden adalah orang yang paling berkuasa dalam suatu negara. Dalam

pandangan orang Jawa, kekuasaan menurut hakikatnya bersifat homogen, bersifat

satu dan sama saja dimana pun ia menampakkan diri. Kekuasaan dalam budaya

Jawa disimbolkan dengan seorang raja. Raja adalah seorang figur yang dapat

memusatkan suatu takaran kekuatan kosmis (gaib) yang besar, dan merupakan

seseorang yang sakti. Raja merupakan wakil atau penjelmaan Tuhan. Kekuatan

kosmis seorang raja sering digambarkan sebagai sebuah lensa yang dapat

memusatkan cahaya matahari ke bumi. Sakti dan tidak saktinya seorang raja juga

dapat dilihat dan diukur pada besar kecilnya monopoli kekuasaan yang

dipegangnya. Jadi, semakin luas wilayahnya semakin besar pula kekuatan dalam

kerajaannya yang berasal dari kekuatan kosmis. Dari seorang raja yang berkuasa

mengalirlah ketenangan dan kesejahteraan di daerah sekelilingnya yang terbukti

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

dalam kesuburan tanah dari wilayah kekuasaannnya dan apabila tidak terjadi

bencana-bencana alam seperti banjir, letusan gunung berapi dan gempa bumi. Jika

kekuasaan seorang raja bener-benar menyeluruh maka tidak mungkin ada

kekuatan-kekuatan alam yang masih bisa bergerak. Oleh karena itu kekuasaan

seorang raja terlihat dalam keteraturan serta kesuburan masyarakat dan alam, jadi

apabila semuanya tentram, bila tanah memberikan panen yang berlimpah-limpah,

bila setiap penduduk dapat makan dan berpakaian secukupnya, dan semua orang

merasa puas, itu merupakan suatu keadaan yang oleh orang jawa disebut sebagai

adil makmur. Keadaan yang oleh masyarakat Jawa sangat dicita-citakan yaitu tata

tentrem karta raharja. (Magnis-Suseno, 1991:100).

Meletakan tangan pada muka seperti mengusap muka pada bagi umat

Muslim merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan ketika selesai berdoa, yang

mana dengan gerakan tersebut mengharapkan pengabulan dari segala doa yang

dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tangan merupakan bagian tubuh

manusia yang terdiri dari dua buah dan berada di sisi kanan dan kiri tubuh

manusia. Tangan tersusun atas berbagai ruas dengan sejumlah persendian dan

umumnya memiliki sepuluh jari, yaitu lima jari di tangan kanan dan lima jari di

tangan sisi kiri. Jari-jari tangan tersusun atas ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari

manis, dan kelingking dimana besar dan ukurannya berbeda-beda. Jari-jari tangan

juga sebagai media untuk mencengkram, mengambil, memegang, hingga fungsi

yang tak terhilangkan, sebagai indera peraba. Bahkan sebagian besar kegiatan

sehari-hari seseorang tak luput dari peranan tangan. (Bertens, 1999:9)

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Setiap kebudayaan pasti memiliki aspek fundamental yakni aspek

kepercayaan atau keyakinan, terutama kepercayaan terhadap sesuatu yang sakral,

yang suci, atau yang gaib. Bagi masyarakat Jawa, hidup ini penuh dengan

upacara, baik upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia

sejak dari keberadaannya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa,

sampai dengan saat kematiannya; atau juga upacara-upacara yang berkaitan

dengan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mencari nafkah, khususnya bagi

para petani, pedagang, nelayan; dan upacara-upacara yang berhubungan dengan

tempat tinggal, seperti membangun gedung untuk berbagai keperluan,

membangun dan meresmikan rumah tinggal, pindah rumah dan lain sebagainya.

Upacara-upacara itu semua dilakukan untuk menangkal pengaruh buruk dari daya

kekuatan gaib yang tidak dikehendaki yang akan membahayakan bagi

kelangsungan kehidupan manusia. Dalam kepercayaan lama, upacara dilakuakan

dengan mengadakan sesaji atau semacam korban yang disajikan kepada daya-daya

kekuatan gaib tertentu. Tentu dengan upacara ini harapan pelaku upacara adalah

agar hidup senantiasa dalam keadaan selamat. (Triyoga, 2010:108).

Agama yang masuk ke Indonesia khususnya yang di pulau Jawa di bawa

melalui pengaruh animisme dan dinamisme. Berkaitan dengan sisa-sisa

kepercayaan animisme dan dinamisme, kepercayaan mengesakan Tuhan itu sering

menjadi tidak murni oleh kerena tercampur dengan penuhanan terhadap benda-

benda yang dianggap keramat, baik benda mati maupun benda hidup. Begitu juga

kuburan-kuburan ataupun petilasan-petilasan, hari-hari tertentu, dipandang

memiliki berkah atau juga bisa membawa kesialan. Barang-barang, benda-benda

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

ataupun orang-orang keramat itu dipandang sebagi penghubung dengan Tuhan.

Kaitannya dengan takdir (ketentuan baik atau buruk dari Tuhan), dalam budaya

Jawa tampak telah terpengaruh oleh teologi Jabariyah sehingga terdapat

kecenderungan orang lebih bersikap pasrah, sumarah, dan narimo ing pandum

terhadap ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Tuhan. Namun demikian

manusia juga mempunyai peluang untuk berikhtiar sesuai kemampuan yang

dimiliki, dengan berdoa dan memohon pertolongan kepada Tuhan. (Triyoga,

2010:106).

Foto tersebut menyiratkan suasana duka yang sedang dilanda oleh bangsa

Indonesia yang mana pada frame tersebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

mengusap wajahnya seusai berdoa bersama bagi para korban letusan Gunung

Merapi. Dalam frame tersebut juga digambarkan bahwa Bangsa Indonesia

memohon pertolangan dan ampunan dari Tuhan Yang Maha Esa atas bencana

yang menimpa negeri ini.

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Korpus 7

Caption:Peziarah memegang nisan makam Mbah Marijan saat pemakaman di Jalan SrunenGlagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Kamis (28/10/2010). MbahMarijan merupakan salah satu korban erupsi Gunung Merapi.M. Risyal Hidayat/Antara

Makna Denotasi

Foto di atas menggambarkan suasana pemakaman Mbah Marijan yang

merupakan salah satu korban erupsi Gunung Merapi yang tervisualisasikan pada

foto serta caption foto yang menyebutkan “Peziarah memegang nisan makam

Mbah Marijan saat pemakaman di Jalan Srunen Glagaharjo, Cangkringan,

Sleman, Yogyakarta, Kamis (28/10/2010). Mbah Marijan merupakan salah satu

korban erupsi Gunung Merapi”. Dalam caption tersebut tersuratkan peziarah

memegang nisan makam Mbah Marijan pada saat pemakaman yang

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

menggambarkan peziarah kehilangan sosok Mbah Marijan serta diperkuat pada

caption kedua yang menyuratkan Mbah Marijan merupakan salah satu korban

erupsi Gunung Merapi.

Mbah Marijan atau Mas Penewu Suraksohargo adalah seorang juru kunci

Gunung Merapi, lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan,

Sleman, 5 Februari 1927 lalu. Mbah Marijan mendapat amanah Sri Sultan

Hamengkubuwono IX sebagai juru kunci Gunung Merapi sejak tahun 1982. Pada

saat letusan Gunung Merapi tahun 2006, Mbah Marijan menjadi di kenal oleh

masyarakat Indonesia, karena keberaniannnya untuk tidak mengungsi dari

Gunung Merapi, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk

mengungsi ketika Gunung Merapi akan meletus. Pada 26 Oktober 2010, Mbah

Marijan ditemukan menjadi salah satu korban letusan Gunung Merapi oleh tim

SAR (Search and Rescue).

Nisan adalah benda kubur yang diletakkan di bagian atas makam sebagai

tanda. Bentuknya bermacam-macam sesuai dengan agama dan kepercayaan, jenis

kelamin, kedudukan atau sistem klasifikasi sosial yang berlaku dalam kelompok

budaya masyarakat pembuatnya. Pada nisan sering dicantumkan jati diri orang

yang dimakamkan, seperti nama, tanggal lahir, dan tanggal kematian. Nisan dapat

ditancapkan dalam posisi tegak atau diletakkan membujur di atas makam.

(Marzuki, 2009).

Taburan bunga merupakan bunga tujuh rupa yang bertujuan untuk

mengharumkan makam atau digunakan untuk acara adat maupun keagamaan yang

terdiri dari mawar merah, mawar putih, cempaka, kantil, kenanga, melati, dan

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

melati gambir. Taburan bunga biasanya digunakan sebagai elemen pelengkap

pada setiap tradisi keagamaan di Indonesia.

Komposisi tersebut menampilkan perpaduan antara papan nisan makam

dan dua tangan kanan dari dua orang peziarah. Dimana sang fotografer

menyampaikan ide dari komposisi foto ini dengan menempatkan nama Marijan

pada nisan sebagai unsur yang paling dominan, dua tangan kanan pada kanan atas

dan kiri atas serta kembang bunga yang ditabur pada bagian bawah foto. Fokus

foto terletak pada nama yang tertera pada nisan makam, menggunakan bukaan

diagfragma lebar yang mana menimbulkan efek ruang tajam sempit, sehingga

nyata terlihat memisahkan foreground dan background akibat terseleksi oleh

diafragma yang menimbulkan efek blur pada benda yang tidak berada di area titik

fokus, sehingga seolah-olah objek utama terkesan dikelilingi oleh elemen

pendukung yaitu tangan dan taburan bunga dimana akan menggiring pandangan

mata khalayak atau point of interest menuju langsung kepada objek utama

gambar. (Alwi, 2004:49).

Dalam pengukuran speed atau kecepatan dari gambar tersebut tidak kental

mempengaruhi gambar, dalam menentukan cahaya dalam frame ini, speed

dipadukan dengan bukaan diafragma yang mana menghasilkan cahaya yang pas

dan seimbang, sehingga foto tidak over dan tidak under. Teknik pencahayaan

yang digunakan memanfaatkan cahaya alami yang dihasilkan oleh matahari

sebagai sumber utama cahaya dan pengambilan gambar dilakukan pada siang hari

di luar ruangan. (Alwi, 2004:45).

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Keseimbangan dalam frame tersebut terasa sekali penggunaan metode

pembagian sepertiga dalam pemotretan. Hal tersebut terlihat dengan

ditempatkannya nama Marijan sebagai fokus utama yang berada di sepertiga

bagian bawah dari foto. Penempatan nama Marijan cukup menyita pandangan

penikmat foto yang melihat foto ini. Karena nama Marijan ditulis dengan

menggunakan cat pewarna putih pada foto hitam putih menjadi sesuatu yang lebih

dinamis untuk komposisi tersebut. (Sugiarto, 2006:57).

Foreground dari foto ini adalah nama Marijan yang tertera pada nisan

makam, foreground terlihat kuat karena papan nisan makam yang dominan

berwarna hitam dan ditambah dengan seleksi fokus yang dihasilkan oleh

diagfragma bukaan besar pada kamera. (Sugiarto, 2006:175).

Pemotretan dilakukan dengan posisi vertical dan close up yang mana

mampu menyajikan gambar yang lebih padat dan lebih detail pada fokus point of

interest. Dengan menggunakan teknik foto hitam putih dimana foto yang

dihasilkan untuk menambah kesan dramatis sehingga dapat menggambarkan

suasana haru yang terdapat dalam foto tersebut. (Feininger, 1959:95)

Makna Konotasi

Dalam foto tersebut terdapat sebuah nisan makam, dua tangan kanan dari

dua orang serta taburan bunga tujuh rupa pada makam. Nisan adalah benda kubur

yang diletakkan di bagian atas makam sebagai tanda, bisa bermacam-macam

bentuknya dan menggunakan bahan yang bermacam-macam pula. Nisan telah ada

sejak puluhan ribu tahun yang lalu, orang-orang primitif menggunakan sepotong

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

batu untuk menandai makam orang mati. menjadi kebiasaan bagi orang-orang

primitif untuk memberikan tanda pada makam dimana bertujuan untuk menjaga

agar roh jahat yang dianggap hidup dekat orang mati tidak bangun serta cara

untuk memperingatkan agar orang tidak mendekati tempat dimana roh jahat

tinggal. setelah berabad-abad lamanya, tujuan penggunaan nisan pada makam

berubah. pada saat ini penggunaan nisan lebih kepada bertujuan untuk

mengingatkan siapa yang terbaring didalam makam. Dengan bermacam bentuk

nisan, saat ini orang menjadi tidak takut untuk mengunjungi makam, karena pada

awalnya makam merupakan suatu tempat yang terkesan angker, yang penuh akan

hal-hal gaib. Sekarang diseluruh wilayah nusantara dapat ditemukan makam

dengan menggunakan nisan. (Marzuki, 2009).

Tangan merupakan bagian tubuh manusia yang terdiri dari dua buah dan

berada di sisi kanan dan kiri tubuh manusia. Tangan tersusun atas berbagai ruas

dengan sejumlah persendian dan umumnya memiliki sepuluh jari, yaitu lima jari

di tangan kanan dan lima jari di tangan sisi kiri. Jari-jari tangan tersusun atas ibu

jari, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking dimana besar dan ukurannya

berbeda-beda. Jari-jari tangan juga sebagai media untuk mencengkram,

mengambil, memegang, hingga fungsi yang tak terhilangkan, sebagai indera

peraba. Bahkan sebagian besar kegiatan sehari-hari seseorang tak luput dari

peranan tangan. Pada umumnya dalam budaya Indonesia, tangan kanan dan kiri

memiliki peranan dan pemilahan tugas masing-nasing. Peranan tangan kanan

digambarkan sebagai organ penggerak kegiatan manusia yang memiliki sifat baik

seperti, makan minum, jabat tangan, mengacungkan tangan, dan sebagainya atau

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

difungsikan sebagai organ yang memikul berbagai kegiatan yang memiliki tatanan

kesopanan, etis dan etika baik. Sedangkan peranan tangan kiri pada umumnya

diartikan untuk kegiatan yang konon sedikit dalam hal yang tidak baik atau etis.

Tangan dengan posisi organ sebelah kiri cenderung tidak etis atau tidak patut

dipergunakan untuk makan minum, berjabat tangan, maupun hal sejenisnya yang

umum dilakukan oleh peranan tangan kanan. Seperti contoh, saat kita memberikan

sesuatu kepada orang dengan posisi maupun usia yang lebih tinggi daripada kita,

sesuai dengan etika kita menyerahkan dengan menggunakan tangan kanan, jika

dilakukan dengan menggunakan tangan kiri maka seseorang akan dikatakan

melanggar etika. Oleh sebab itu lebih baik kita melakukan hal-hal yang baik

dengan menggunakan tangan kanan, karena lebih menunjukan kesopanan, etis,

dan etika baik. Seperti yang terlihat pada gambar dua tangan dari dua manusia

memegang nisan makam, menunujukkan bahwa hal yang baik ingin disampaikan

kepada seseorang meskipun orang tersebut sudah meninggal. (Bertens, 1999:9)

Meskipun dengan teknik fotografi hitam putih atau black and white, pada

foto tersebut warna hitam (gelap) yang lebih dominan. Dimana warna hitam

secara kental memaknai suasana berkabung yang amat dalam atas meninggalnya

Marijan yang menjadi korban dari letusan Gunung Merapi pada saat pemakaman.

Dalam kehidupan sehari-hari, hitam juga difungsikan untuk menyimbolkan

kesedihan akan kematian, namun tak luput juga untuk dilambangkan sebagai hal

kejahatan, teror, maupun keburukan.

Taburan bunga yang biasanya terdapat pada makam atau pun ada pada

acara-acara ritual adat maupun keagamaan. Kembang tujuh rupa adalah kembang

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

setaman ditambah bunga-bungaan lainnya yang berjumlah tujuh jenis. Kembang

tujuh rupa yang biasa dikenal oleh masyarakat terdiri dari, mawar merah, mawar

putih, cempaka, kantil, kenanga, melati, dan melati gambir. Menurut kalangan

tokoh spiritual bahwa, masyarakat Jawa biasanya mensakralkan bunga atau

kembang tujuh rupa digunakan sebagai sarana untuk melakukan sebuah acara

ritual adat maupun keagamaan dan pelengkap dalam sesajen. Kembang tujuh

rupa, dimaksudkan agar apa yang menjadi tujuan hidup manusia dapat terkabul

dan terlaksana. (Pambagyo, 2010)

Gambar ini diambil dengan menggunakan teknik pengambilan gambar

secara “close up”, metode tersebut menyajikan komposisi yang terlihat atau

nampak hanyalah objek yang difoto saja atau objek yang menjadi point of interst,

pada seluruh permukaan foto atau jendela bidik. Teknik ini sangat berpengaruh

besar dalam memperlihatkan ekspresi atau detail dari suatu benda. Dalam frame

ini terlihat nyata metode “close up” menyampaikan makna dari foto yang mana

peziarah merasakan kehilangan yang amat sangat atas meninggalnya Marijan,

melalui tangan yang memegang nisan makam Marijan. Diharapkan pengambilan

gambar dengan metode tersebut dapat menyimbolkan peziarah yang kehilangan

anggota keluarganya yang menjadi korban dari letusan Gunung Merapi.

Dalam frame tersebut digambarkan dua tangan kanan yang memegang

nisan dari Marijan, yang tak lain Marijan adalah seorang pemangku adat atau juru

kunci dari gunung merapi yang bagi warga sekitar Marijan dihormati karena

dedikasi yang diberikannya untuk setia menjaga gunung Merapi. Dalam tradisi

Jawa, berdasarkan penggambaran dari frame tersebut secara keseluruhan adalah

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

sebuah harapan untuk mendapatkan pitulungan atau pertolongan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa agar tujuan hidup manusia

dapat terkabul, serta agar orang yang sudah meninggal diberikan keselamatan

akherat dan dilapangkan dalam kuburnya. (Pambagyo, 2010).

B. Hubungan Makna Antar Korpus

Dari analisis sejumlah korpus di atas, maka dapat ditarik hubungan antar

korpus satu dengan yang lainnya pada “Foto jurnalistik Letusan Gunung Merapi

2010” dalam buku foto jurnalistik Kilas Balik 2009-2010 sebagai berikut:

Seperti pada korpus 1, korpus 2 dan korpus 3, dimana ketiga korpus

tersebut menyajikan penggambaran dari aspek letusan dan kerusakan pada foto

jurnalistik letusan Gunung Merapi 2010, yang dilambangkan dengan

penggambaran Gunung Merapi ketika mengeluarkan awan panas. Yang mana

awan panas tersebut menghasilkan kerusakan atas desa-desa, lahan pertanian,

rumah-rumah warga dan hutan yang berada di sekitar lereng Gunung Merapi.

Bencana alam letusan Gunung Merapi menjadi kerusakan yang sangat parah

terhadap lingkungan sekitar lereng gunung tersebut.

Selanjutnya dalam korpus 4 dan korpus 5, menggambarkan aspek evakuasi

dari bencana alam letusan Gunung Merapi 2010. Penggambaran aspek tersebut

digambarkan melalui korpus 4, dimana terlihat truk pengangkut muatan penuh

dengan pengungsi yang berpindah menuju tempat pengungsian yang lebih aman

yang diakibatkan bertambah luasnya daerah rawan bencan alam tersebut. Maka

dari itu demi keselamatan jiwa para pengungsi mereka berbondong-bondong

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

berpindah ketempat yang lebih aman. Pada korpus 5, disajikan suasana pengungsi

melalui penggambaran seorang anak yang bermain dengan gembira ditumpukan

pakaian bekas. Dari penggambaran latarbelakang dalam frame tersebut tampak

tumpukan pakaian bekas yang menggunung seolah menyiratkan banyaknya

jumlah pengungsi dari bencana alam letusan Gunung Merapi.

Sedangkan pada korpus 6 dan korpus 7, yang mana penggambaran dari

aspek penokohan. Pada korpus 6, digambarkan Presiden Susilo Bambang

Yodhoyono menyatakan simpatinya dengan penggambaran kegiatan usai

mengusap muka seusai berdoa bagi korban letusan Gunung Merapi. Kemudian

pada korpus 7, yang mana digambarkan nisan dari juru kunci Merapi Mbah

Maridjan, menyiratkan pemanjatan doa yang dilakukan oleh peziarah makan

dengan memegang nisan, serta rasa kehilangan yang teramat sangat karena

kehilangan anggota keluarga yang menjadi korban dari letusan Gunung Merapi.

Serangkaian analisis korpus diatas memaknai foto jurnalistik letusan

Gunung Merapi 2010 dengan kebudayaan dan kepercayaan Jawa. Yang mana bagi

masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi menganggap bahwa letusan tersebut

bukan sebagai ancaman atau pun becana, mereka memaknainya sebagai berkah

yang diberikan dari penguasa Merapi. Meskipun mereka juga bersedih dan

berduka atas kehilangan harta benda mereka atas letusan tersebut, namun mereka

harus tabah dan jangan sampai mengekspresikan kesedihan mereka itu, karena

setelah bencana tersebut usai lahan-lahan pertanian menjadi subur sebagai ganti

yang diberikan oleh penguasa Merapi. Serta tokoh yang berduka dan tokoh yang

menjadi korban dari letusan Gunung Merapi.

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemilihan dan penampilan tentang makna visual, pada dasarnya foto

jurnalistik “Letusan Gunung Merapi 2010” dalam buku foto jurnalistik Kilas Balik

2009-2010 adalah cerita dari gabungan antara karya seni dan karya jurnalistik

yang diangkat melalui kepekaannya sebagai seorang pewarta foto dalam melihat

dan memvisualisasikan letusan Gunung Merapi 2010.

Dari rangkaian foto dan caption, foto jurnalistik dalam buku tersebut yang

kemudian dilakukan analisis dalam setiap aspek dari foto-foto tersebut mengenai

visualisasi makna, dan pada akhirnya dapat disimpulkan mengenai makna yang

terkandung dalam foto “Letusan Gunung Merapi” dalam buku foto jurnalistik

Kilas Balik 2009-2010, sebagai berikut :

1. Pada korpus satu, fotografer menggambarkan suasana dari letusan

Gunung Merapi dimana dengan menggunakan teknik pengambilan

gambar yang bervariasi sehingga menimbulkan seleksi dalam

pencahayaan sehingga warna hitam mendominasi frame tersebut.

Warna hitam yang ditimbulkan menggambarkan suasana kesuraman

dari letusan Gunung Merapi.

2. Pada korpus dua, dimana fotografer menggambarkan suasana sebuah

ruangan dalam rumah yang terkena terjangan abu vulkanik yang

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

diakibatkan oleh letusan Gunung Merapi. Secara teknik pengambilan

gambar dimana pemotretan menggunakan lensa wide (lebar) sehingga

terasa cocok untuk menggambarkan suasana terporakporanda ruangan

tersebut.

3. Pada Korpus tiga, fotografer ingin menggambarkan suasana evakuasi,

tetapi penulis menilai kurang tepat karena tidak adanya

kesinambungan antara point interest dalam foto dengan caption yang

menjelaskan foto tersebut. Dalam foto digambarkan wana langit biru

yang menjadi daya tarik mata untuk melihat, dimana warna biru

menyimbolkan bahwa Merapi sudah aman dari bencana, maka dari itu

dilakukan evakuasi pencarian korban.

4. Pada korpus empat, foto tersebut menggambarkan suasana pengungsi

yang berpindah menggunakan truk pengangkut menuju tempat yang

lebih aman. Foto tersebut menerapkan teknik pengambilan gambar

panning. Dengan menggunakan teknik tersebut penulis menilai

fotografer berhasil menggambarkan suasana panik yang terjadi pada

saat itu, diperlihatkan dengan truk yang bergerak dengan cepat dan

efek garis pada latarbelakang truk yang ditimbulkan dari penggunaan

teknik panning.

5. Pada korpus lima, dimana fotografer menggambarkan ekspresi seorang

bocah yang sedang bermain di atas tumpukan pakaian di posko

pengungsian. Foto tersebut menjadi menarik karena bocah yang

menjadi point of interest pada foto tersebut terlihat jelas, sehingga

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

dapat langsung mangarahkan mata yang melihat foto tersebut menuju

point of interest.

6. Pada korpus enam, digambarkan kegiatan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono ketika usai berdoa bersama untuk para korban letusan

Gunung Merapi. Foto tersebut memiliki nilai berita yang tinggi karena

tokoh yang ada pada frame tersebut merupakan orang paling penting di

Indonesia.

7. Pada korpus tujuh, foto tersebut menggambarkan suasana peziarah

yang merasa kehilangan atas tewasnya juru kunci Merapi Mbah

Marijan yang menjadi salah satu korban dari letusan Gunung Merapi.

Foto detail dua tangan kanan peziarah yang memegang nisan tersebut

di tambah menggunakan teknik hitam putih agar menimbulkan kesan

dramatis bagi yang melihat foto tersebut.

B. Saran

1. Karya foto merupakan sebuah karya yang nilai karyanya subyektif, jadi

dalam penelitian semiotika untuk membedah makna sebuah foto

memerlukan banyak acuan serta peneliti harus rajin untuk mengumpulkan

berbagai referensi yang terkait dengan bahan dan objek yang akan diteliti

untuk mendapatkan kesamaan makna dan arti dengan dasar yang dapat

dipercaya validitasnya.

2. Tidak cukup dengan menggunakan sebuah teori untuk memaknai arti dari

sebuah foto, maka dari itu perlu digunakan banyak teori yang dipakai oleh

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

peneliti selanjutnya agar mampu mengungkap makna dalam foto-foto

tersebut secara lebih mendalam dan tidak menutup kemungkinan bagi

peneliti untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal yang melatarbelakangi

Biro Foto LKBN Antara dalam pemuatan foto-foto jurnalistiknya.

3. Perlunya mematangkan konsep dan pemikiran sebelum memutuskan

mengambil tema yang tepat sebagai bahan penelitian, supaya dalam proses

pengerjaan nantinya tidak mendapatkan hambatan yang berarti.

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Audy Mirza. 2004. Foto jurnalistik Metode Memotret dan MengirimFoto ke Media Massa. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Agung, Yuniadhi. 2006. Pengantar Fotografi Jurnalistik. Dalam diskusi “KetikaFoto Bercerita” di Balai Soedjatmoko, Solo 7 Oktober 2006.

Arifin, H. Anwar. 1998. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta :PT. RajaGrafindo Persada.

Barthes, Roland. 2007. Membedah Mitos-mitos Budaya Massa: Semiotika atauSosiologi Tanda, Simbol, dan Representasi. Yogyakarta & Bandung:Jalasutra.

Budiman, Kris. 1999. Semiotika. Yogyakarta: LKIS.

D. Lawrence & Schramm. Wilbur, Azas-azas Komunkasi Antar Manusia, LP3ES,Jakarta, 1987.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta :Jalasutra.

Drajat, Ray Bachtiar. 2008. Chip Foto Video Digital Spesial, “Ritual Fotografi.Jakarta : Elex Media Komputindo.

Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset.

Endraswara, Suwardi. 2003. Falsafah Hidup Jawa, Menggali Mutiara kebijakandari Intisari Filsafat Kejawen. Yogyakarta: Cakrawala

Fotomedia. 2001. Fokus : Foto jurnalistik (Dalam Skripsi Wawan H Prabowo).Jakarta.

Fotomedia. 1994. Aretikel : Potret dan Dedikasi dan Pengorbanan Demi SebuahPerjuangan (Dalam Skripsi Wawan H Prabowo). Jakarta.

Fotomedia. 2003. Foto jurnalistik, Gabungan Gambar dan Kata. Jakarta.

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Freininger, Andreas. 1985. The Complete Photographer (Dalam skripsi Wawan HPrabowo). Jakarta : Dahara Prize.

Freininger, Andreas. 1959. The Creative Photographer. New Jersey: PrenticeHall.

Hasby, Eddy. 2008. Foto jurnalistik. Dalam diskusi “Klinik Foto jurnalistikKompas” di JEC Yogyakarta 31 Mei 2008.

Hoy, Frank P. 1986. Photojournalism The Visual Approach. New Jersey: PrenticeHall.

Ishwara, Luwi. 2007. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit BukuKompas.

Motuloh, Oscar I. 2003. Foto jurnalistik Suatu Pendekatan Dengan Suara Hati.Jakarta: Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA.

Mulyana, Deddy. 2005. lImu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Nugroho, R. Amien. 2005. Kamus Fotografi. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Prihatna, Hermanus. 2003. Foto Berita Hukum dan Etika Penyiaran. Jakarta:Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA.

Rambey, Arbain. 2003. Sejarah Fotografi dan Sejarah Teknologi. Jakarta :Kompas.

Riana, Septine. 2009. Bahasa Tubuh, Memahami Emosi dan Pikiran Orang.Yogyakarta : Rumah Pengetahuan.

Sindhunata. 2006. Mata Hati. Jakarta : Kompas Gramedia.

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

St. Sularto (ed.), 2001. Humanisme dan Kebebasan Pers: Menyambut 70 TahunJakob Oetama. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiarto, Atok. 2005. “PAPARAZZI” Memahami Fotografi Kewartawanan.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sugiarto, Atok. 2006. Indah Itu Mudah, Buku Panduan Fotografi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Suprapto, Tommy. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, Dan Peran ManajemenDalam Komunikasi. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic PublishingService).

Susanto. Astrid S. 1995. Filsafat Komunikasi. Bandung : Binacipta.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori danTerapannya Dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Tim Peneliti Dewan Pers, dkk. 2006. Menyingkap Profesionalisme Kinerja SuratKabar di Indonesi. Jakarta : Pusat Kajian Media dan Budaya Populer,Dewan Pers, dan Departemen Komunikasi dan Informasi.

Triyoga, Lucas Sasongko. Merapi Dan Orang Jawa, Persepsi danKepercayaannya. Jakarta : Grasindo

Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.

Wijaya, Taufan. 2011. Foto jurnalistik, Dalam Dimensi Utuh. Klaten: CV.Sahabat

Jurnal

Marshall, Steve. and Lemanski, Jennifer. 2010. "A Semiological Analysis ofTsunami Images in Internet Fundraising Appeals by Fortune 500Companies". All Academic Incorporated.http://citation.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/0/9/1/8/4/pages91841/p91841-1.php . Halaman 8-9. Diakses pada 24 Maret 2012,Pukul 01.35 WIB.

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FOTO JURNALISTIK .../Foto...FOTO JURNALISTIK LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 (Studi Semiotik Makna dan Pesan Fotojurnalistik Letusan Gunung Merapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Wade, Walter. 2010. "What’s The Big Picture? Idiosyncratic and IdeologicalViewing Practices and the Hermeneutics of Visual Rhetoric". AllAcademic Incorporated.http://www.allacademic.com/meta/p403158_index.html. Halaman 2-3.Diakses pada 24 Mei 2012, pada pukul 22.30 WIB.

Internet

http://djohar1962.blogspot.com/2008/08/arti-warna.html

Ed Zoelverdi, Letihnya Sang Mata Hati, 2008(http://edzoelverdi.com/2008/05/30/letihnya-sang-mata-hati/)

http://dwiyono17.wordpress.com/tag/filosofi-budaya-jawa/

http://www.ideaonline.co.id/iDEA/Tips/Dekorasi-ruang/Mengenal-Efek-Psikologi-Warna, diakses pada 1 Juni 2012, pada pukul 22.48 WIB.

http://www.imagebali.net/detail-artikel/336-penggunaan-payung-untuk-hiasan-interior-dan-makna-filsafatnya.php, diakses pada 25 Mei 2012, pada pukul 20.43WIB.

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/11/15371612/Warna.Kelabu.Pilihannya.Orang.Stres, diakses pada 15 Februari 2012, pada pukul 18.54 WIB.

http://www.purbakala.net/open/nisan.tua.kompleks.pekuburan.islam.tuminting.manado, diakses pada 10 Februari 2012, pukul 02.47 WIB.

http://riofernando.wordpress.com

http://sabdalangit.wordpress.com, pada 3 Februari 2012, pukul 23.18 WIB