perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id analisis konsumsi .../analisis... · memenuhi kebutuhan...

99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN GAS ELPIJI DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Skripsi Oleh : INDAH NOVADA MAULINA NIM. I 0306005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: duongcong

Post on 12-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP

PENGGUNAAN GAS ELPIJI DI WILAYAH KOTA SURAKARTA

Skripsi

Oleh :

INDAH NOVADA MAULINA

NIM. I 0306005

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Indah Novada Maulina, NIM : I 0306005. ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN GAS ELPIJI DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.

Program konversi minyak tanah ke gas elpiji bukan hanya sekedar program penghematan energi, tetapi juga suatu kebijakan merubah perilaku. Hal ini terlihat dari sikap pro dan kontra masyarakat. Kondisi ini juga terjadi di kota Surakarta, dimana konversi minyak tanah ke gas elpiji baru dilakukan pada pertengahan tahun 2009. Adanya perbedaan penerimaan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendapatan, pendidikan, dan sosialisasi yang didapatkan oleh masyarakat. Masalah transformasi perilaku masyarakat ini tentu juga akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat, hal ini selaras dengan prinsip pemasaran bahwa kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh perilaku konsumen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku dan tingkat konsumsi masyarakat kota Surakarta dalam mengunakan gas elpiji. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu: penentuan sampel, kuesioner, analisis cluster dan analisis konsumsi. Dalam pengambilan jumlah sampel, menggunakan rumus Taro Yamane, yang dilanjutkan dengan teknik area dan purposive sampling. Kuesioner mengacu pada model perilaku Kotler, dimana perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Analisis cluster digunakan untuk mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta. Selanjutnya dilakukan perhitungan guna mengetahui berapa jumlah konsumsi gas elpiji di kota Surakarta. Jumlah Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 400 responden. Dari hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat Surakarta paling banyak menggunakan tabung gas ukuran 3 kg, memakai gas atas keinginan sendiri, melakukan aktivitas memasak setiap hari dan motivasi penggunaan dikarenakan praktis, murah dan mudah didapatkan. Mayoritas masyarakat menganggap gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan, lebih ramah lingkungan dan praktis dari minyak tanah. Masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta terbagi atas 3 cluster. Cluster 1 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Cluster 2, usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di bawah rata-rata populasi. Cluster 3, usia dan pendapatan di bawah rata-rata populasi namun jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Konsumsi penggunaan gas elpiji tidak dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan usia, tetapi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang dimiliki. Kebutuhan gas elpiji per keluarga sebesar 11,6 kg/bulan, konsumsi gas elpiji perorangan sebesar 2,9 kg/bulan dan konsumsi gas elpiji masyarakat kota Surakarta sebesar 1.541.582 kg/bulan. Kata kunci : Perilaku Masyarakat, Karakteritik Masyarakat,Tingkat Konsumsi. xvii + 113 hal; 48 gambar; 13 tabel; 7 lampiran Daftar pustaka : 33 (1995 – 2010)

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT Indah Novada Maulina, NIM: I 0306005. ANALYSIS OF CONSUMPTION AND SOCIETY BEHAVIOR TO USE LPG IN SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Industrial Engineering Department Faculty of Engineering, University, in October 2010.

Kerosene to LPG is not just a program energy savings, but also a policy to change behavior. This condition can seen from the attitude of the pros and cons of society. This condition also occurs in the Surakarta city , where the conversion of kerosene to LPG new conducted in mid 2009. The difference of this revenue influenced by the level of knowledge, income, education, and socialization that obtained by the public. Transformation problem society behavior is certainly also going to affect the index of public consumption, it is balance with the marketing principle that consumption activities are influenced by consumer behavior.

This purpose of this research is to determine how the behavior and index of people in Surakarta city public consumption in using LPG gas. For knowing this research , performed in 4 steps , consist of : the determination sample, questionnaire, cluster analysis and consumption analysis. In taking the sample size, used a formula Taro Yamane, who that is continued with the area and purposive sampling technique. Questionnaire reference Kotler behavioral model, where consumer behavior is influenced by cultural factors, social, personal and psychological. Cluster analysis is used to find out how the characteristics of the LPG user community in the Surakarta city. Then, calculate to find out how many LPG consumption in the Surakarta city.

There are 400 respondents which is used as sample in this research. This research produces note that the most widely used Surakarta 3 kg gas cylinder size with their own desire, to do all their activities. Their motivation use LPG because they can cook every day with practical, inexpensive and easily obtained. The majority of the people considered gas LPG is cheaper, easily available, more environmentally friendly and practical of kerosene. LPG user community in the Surakarta city can be divided into 3 clusters. Cluster 1 has the characteristics of age, revenue and number of family members above the average population. Cluster 2, age, income and family member below the average population. Cluster 3, age and income below the average population but the number of family members above the average population. The consumption of using LPG is not affected by the amount of income and age, but it influence depend on the number of their family . Based on this research, it can be known that every family needs LPG gas at 11.6 kg per month, consumption of LPG for individuals at 2.9 kg / month and the LPG consumption of urban communities Surakarta amounted to 1,541,582kg/month. Keywords: society behavior, public characteristic, index consumption. xvii + 113 p.; 48 pictures; 13 tables; 7 attachments Reference: 33 (1995 - 2010)

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari

penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan

manfaat dari penelitian yang dilakukan dan sistematika penulisan untuk

menyelesaikan penelitian.

1.1 Latar Belakang

Energi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat. Hampir semua sektor kehidupan (industri, rumah tangga, transportasi,

jasa, dan lain-lain) tidak bisa dipisahkan dari sektor energi. Saat ini Indonesia

sedang mengalami krisis energi. Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2005 rata-rata produksi minyak bumi

dan kondensat sebesar 991 ribu barel per hari (bph), pada tahun 2006 sebesar

945 ribu bph, sedangkan pada tahun 2007 hanya memproduksi 896 ribu bph.

Sementara itu, kebutuhan konsumsi energi nasional sekitar 1,3-1,35 juta bph.

Terdapat selisih yang cukup tajam antara tingkat produksi yang ideal dengan

kebutuhan. Ketimpangan antara tingkat produksi dan konsumsi energi tersebut

mengakibatkan krisis energi skala nasional khususnya pada energi BBM. Hal ini

membuat pemerintah mencanangkan program konversi bahan bakar khususnya

konversi pengunaan minyak tanah ke gas elpiji secara bertahap (Edi, 2009).

Program konversi minyak tanah ke gas elpiji dicanangkan sebagai program

peningkatan kesejahteraan rakyat, penghematan energi, serta program

penghematan subsidi minyak tanah (Perpres Nomor 5 Tahun 2006). Namun pada

kenyataannya, program konversi minyak tanah ke gas elpiji bukan hanya sekedar

kebijakan penghematan energi, tetapi juga suatu kebijakan merubah perilaku

masyarakat yang semula menggunakan minyak tanah beralih ke penggunaan

elpiji. Hal ini ditandai dari sikap pro dan kontra masyarakat. Ada masyarakat yang

menerima dalam artian menggunakan paket elpiji yang diberikan oleh pemerintah,

dan ada juga masyarakat yang menolak untuk menggunakan paket elpiji

(Mulyani, 2008). Bahkan, disinyalir terdapat sebagian masyarakat yang semula

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-2

mencoba beralih dari minyak ke gas elpiji, kembali menggunakan bahan bakar

minyak tanah (Sunarti, 2007).

Kondisi ini juga terjadi di daerah Surakarta, dimana konversi minyak tanah

ke gas elpiji baru dilakukan pada pertengahan tahun 2009. Keengganan

masyarakat beralih menggunakan gas elpiji dikarenakan masyarakat telah terbiasa

menggunakan minyak tanah, selain untuk kebutuhan memasak juga sebagai

penerangan. Minyak tanah dinilai lebih murah dan efisien, karena bisa dibeli per

liter secara eceran. Gas elpiji juga dianggap kurang aman oleh masyarakat

dikarenakan sering bocor dan meledak (Syaraf, 2009). Adanya perbedaan

penerimaan masyarakat ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan,

pendapatan, tingkat pendidikan dan sosialisasi yang didapatkan oleh masyarakat

(Yumantoko, 2008).

Masalah transformasi perilaku masyarakat ini tentu akan berpengaruh

terhadap tingkat konsumsi masyarakat terhadap gas elpiji. Dimana ini selaras

dengan prinsip pemasaran bahwa kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh perilaku

konsumen (Kotler, 1997). Hal ini tentu juga akan berpengaruh terhadap

keberhasilan atau tercapainya target awal dari program konversi minyak tanah ke

elpiji. Apalagi saat ini, pemerintah kota Surakarta akan menghadapi sistem

rayonisasi elpiji yang akan mengakibatkan berkurangnya kuota yang diberikan

untuk Kota Surakarta (Fid, 2010). Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta

agar tidak terjadi kelangkaan gas elpiji.

Bertitik tolak dari uraian diatas maka dilakukan riset pemasaran guna

mengetahui bagaimana perilaku dan tingkat konsumsi masyarakat dalam

menggunakan gas elpiji dengan judul “Analisis Konsumsi Dan Perilaku

Masyarakat Terhadap Penggunaan Gas Elpiji di Kota Surakarta”.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku masyarakat

dan indeks konsumsi dalam menggunakan gas elpiji di wilayah kotamadya

Surakarta.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-3

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji rumah tangga

di wilayah kota Surakarta.

2. Mengetahui tingkat konsumsi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji

rumah tangga di wilayah kota Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan-

kebijakan tentang pengendalian persediaan sumber daya energi terhadap

konsumsi energi gas elpiji beberapa tahun kedepan.

2. Sebagai bahan evaluasi tingkat konsumsi gas elpji masyarakat, sehingga

pemerintah dapat menjaga keseimbangan supply dan demand gas elpiji.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para distributor elpiji di

kota Surakarta dalam menentukan segmentasi konsumen.

1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dibuat batasan-batasan untuk menghindari

permasalahan yang terlalu luas dan supaya hasil analisis yang didapatkan sesuai

dengan tujuan. Batasan masalah yang digunakan, yaitu:

1. Responden yang diambil berdasarkan data demografi yaitu jumlah kepala

keluarga, dan wilayah yang diteliti berdasarkan keurbanan suatu daerah.

2. Gas elpiji rumah tangga meliputi gas elpii dengan ukuran 3 kg dan 12 kg.

1.6 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Responden memiliki interpretasi yang sama dengan maksud peneliti terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner.

2. Jawaban yang diberikan responden dapat mewakili pendapat mereka sendiri

dan dilakukan atas kemauan sendiri.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-4

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan

tugas akhir ini, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, manfaat penelitian, perumusan

masalah, asumsi-asumsi, sistematika penulisan yang dipergunakan

dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat uraian konsep, teori dan fakta serta studi sejenis

sebelumnya yang mendukung penelitian. Sumber pustaka dapat

diambil dari buku, jurnal ilmiah, seminar, majalah, surat kabar, dan

lain-lain.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses

pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flow chart

dan tiap tahapnya dijelaskan secara singkat, padat dan jelas.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menjelaskan proses pengumpulan dan validasi data-data, baik

data primer (langsung) atau data sekunder (tidak langsung) dan

menjelaskan proses pengolahan data.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi uraian analisis dan interpretasi hasil pengolahan data

serta validasi hasil terhadap lingkungan penelitian nyata (real word)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan serta

saran-saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas konsep, teori dan fakta yang digunakan dalam penelitian

sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa

permasalahan yang ada serta penelitian sejenis yang pernah dilakukan.

2.1 Perilaku Konsumen

Beberapa ahli mendefinisikan perilaku konsumen. Kotler (1997)

menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen memilih,

membeli dan memanfaatkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginannya.

Menurut Engel, et al (2003), perilaku konsumen didefinisikan sebagai

tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi serta

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan

menyusul tindakan tersebut. Sedangkan Hawkins, et al (2001) berpendapat bahwa

perilaku konsumen merupakan studi mengenai individu, kelompok, dan organisasi

serta proses mereka ketika menyeleksi, menggunakan dan menghabiskan produk,

jasa, pengelolaan atau ide untuk memuaskan kebutuhan.

Sumarwan (2003) menarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah

semua kegiatan, tindakan, proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut

pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan

produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.

Perilaku konsumen merupakan hal kompleks dan dipengaruhi banyak

faktor. Pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus benar-

benar dirancang dengan baik dengan memperhatikan faktor-faktor perilaku

konsumen tersebut (Kotler, 1997).

Beberapa sifat dari perilaku konsumen yaitu:

1. Consumer Behavior Is Dynamic

Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan

aksi dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan

besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian

menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-2

sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan tempat tertentu

tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu perusahaan harus

senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih

konsumennya.

2. Consumer Behavior Involves Interactions

Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan

tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan

memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen semakin

baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen.

3. Consumer Behavior Involves Exchange

Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain

seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai

gantinya.

2.1.1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Konsumen akan melalui beberapa tahapan dalam melakukan tindakan

pembelian sampai akhirnya konsumen memutuskan apakah ia akan membeli atau

tidak. Menurut Kotler (2008), ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses

pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Secara skematik, tahapan

tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses keputusan pembelian konsumen

Sumber: Kotler, 2008

Model ini menekankan proses pembelian sejak sebelum pembelian sampai setelah

pembelian. Setiap konsumen akan melewati kelima tahap ini untuk setiap

pembelian yang mereka buat. Konsumen membalik tahap-tahap tersebut pada

pembelian yang lebih rutin. Uraian mengenai proses keputusan pembelian

dijelaskan dibawah ini :

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-3

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau

kebutuhan. Menurut Kotler (2007), kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus,

baik internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang

timbul dari dalam diri seperti lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan stimulus

eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan karena dorongan eksternal.

Sedangkan menurut Engel, et al (2003), pengenalan kebutuhan pada akhirnya

bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan

aktual (situasi konsumen sekarang) dengan keadaan yang diinginkan. Ketika

ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, maka kebutuhan

akan dikenali.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari

informasi yang lebih banyak. Menurut Engel, et al (2003), konsumen akan

mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal)

atau melakukan pengumpulan informasi dari lingkungan sekitarnya (pencarian

eksternal). Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk

melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan. Apabila pencarian

internal tidak mencukupi, maka konsumen memutuskan untuk mencari

informasi tambahan melalui pencarian eksternal dari lingkungan.

3. Evaluasi Alternatif

Menurut Engel et, al (2003), tahap ini didefinisikan sebagai proses dimana

suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan

konsumen. Untuk memilih alternatif, konsumen akan menggunakan beberapa

kriteria evaluasi yang berbeda, misalnya nama, merek, asal produk dan

sebagainya. Dengan kriteria tersebut konsumen akan memilih salah satu dari

beberapa alternatif yang ada. Sedangkan menurut Kotler (2007), proses

evaluasi konsumen adalah proses yang berorientasi kognitif, yaitu mereka

menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk terutama

berdasarkan kesadaran dan rasional. Beberapa konsep dasar dalam memahami

proses evaluasi konsumen yaitu pertama konsumen berusaha memenuhi suatu

kebutuhan, kedua konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk dan

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-4

ketiga konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut

dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang

digunakan untuk memuaskan kebutuhan.

4. Keputusan Pembelian

Pembelian menurut Engel, et al (2003), yaitu suatu proses keputusan konsumen

apabila memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti dapat diterima bila

perlu. Menurut Kotler (2007), dalam tahap evaluasi konsumen membentuk

preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Selanjutnya konsumen

membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi antara niat pembelian dan keputusan

pembelian (gambar 2.2). Faktor pertama adalah faktor sikap atau pendirian

orang lain. Faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai konsumen dan

motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin

kuat sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan

konsumen, maka konsumen akan semakin menyesuaikan maksud

pembeliannya. Faktor kedua yang dapat mempengaruhi niat pembelian dan

keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi. Adanya

faktor ini akan dapat mengubah rencana pembelian suatu produk yang akan

dilakukan konsumen.

Gambar 2.2 Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan

pembelian Sumber: Kotler, 2008

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan

atau ketidakpuasan tertentu (Kotler, 2007). Sehingga tugas pemasar tidak

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-5

cukup berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca

pembelian. Dalam hal ini pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,

tindakan pasca pembelian dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian.

Menurut Mowen dan Minor (1998), kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai

keseluruhan sikap konsumen yang didapatkan dari barang dan jasa setelah

mereka menggunakannya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas

pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komentar

negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Hal ini

merupakan suatu upaya untuk mempertahankan pelanggan yang menjadi unsur

penting dalam strategi pemasaran.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Mempelajari dan menganalisis perilaku konsumen bukanlah suatu yang

mudah dilakukan karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling

berinteraksi satu sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam

mengambil keputusan membeli dan mengkonsumsi suatu produk tertentu adalah

kebudayaan, sosial, personal dan psikologikal (Kotler, 2008), yang dapat dilihat

pada gambar 2.3.

Budaya

Budaya Sosial

Kelompok referensi

Pribadi Usia Psikologis

Subbudaya Keluarga Tahap siklus hidup Motivasi Pekerjaan Persepsi Situasi Ekonomi Pembelajaran Pembeli

Kelas sosial

Peran dan status

Gaya hidup Kepercayaan Kepribadian Sikap Konsep diri

Gambar 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Sumber: Kotler, 2008

Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. Dengan

kata lain, ada faktor yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor

lain kurang bepengaruh. Contoh, pilihan wanita terhadap lipstik kurang

dipengaruhi oleh keluarga, yang mungkin berpengaruh adalah faktor sosial lain,

misalnya lingkungan pergaulan. Contoh lain, dalam menentukan tempat kuliah,

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-6

faktor keluargalah yang paling berpengaruh. Faktor kebudayaan kecil

pengaruhnya (Simamora, 2002).

A. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor yang berpengaruh paling luas dan mendalam

pada perilaku konsumen. Yang termasuk ke dalam faktor kebudayaan adalah

budaya (suatu simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan manusia dan

diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku

manusia dalam masyarakat yang ada), sub budaya (ciri sosialisasi yang khas

bagi masing-masing anggotanya yaitu bangsa, ras, geografi), dan kelas sosial

(kelas dimana orang tersebut berada), dimana kesemuanya turut

mempengaruhi perilaku konsumen.

1. Budaya

Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling

dasar. Makhluk paling rendah biasanya dituntun oleh naluri. Sedangkan

manusia, perilaku biasanya dipelajari dri lingkungan sekitarnya. Sehingga

nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada

daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada dilingkungan

yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat

pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru

yang diinginkan konsumen.

2. Sub Budaya

Budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil

yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku

anggotanya atau sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan

pengalaman hidup dan situasi yang umum. Sub budaya meliputi

kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Seperti

kelompok kebangsaan yang bertempat tinggal disuatu daerah mempunyai

cita rasa dan minat etnik yang khas. Demikian pula halnya dengan

kelompok keagamaan. Daerah geografi adalah daerah subbudaya

tersendiri. Banyaknya subbudaya ini merupakan segmen yang penting dan

pemasar sering menemukan manfaat dengan merancang produk yang

disesuaikan dengan kebutuhan subbudaya tersebut.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-7

3. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan

teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya memiliki nilai, minat dan

perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya ditentukan hanya oleh satu

faktor, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan,

pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa

sistem sosial, anggota kelas yang berbeda memegang peran tertentu dan

tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Kelas sosial juga

memperlihatkan preferensi produk dan merk yang berbeda.

B. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti referensi

keluarga, peranan, dan status sosial konsumen.

1. Kelompok referensi

Perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.

Kelompok yang berpengaruh langsung dan dimana seseorang menjadi

anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya, kelompok

referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung

(berhadapan) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku

seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok referensi dimana ia

tidak menjadi anggotanya. Pemasar dalam hal ini berupaya

mengidentifikasikan kelompok referensi dari pasar sasarannya. Kelompok

ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup. Mereka

dapat mempengaruhi pilihan produk dan merk yang akan dipilih seseorang

2. Keluarga

Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga

adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam

masyarakat. Keluarga orientasi adalah keluarga yang terdiri dari orang tua

yang memberikan arah dalam hal tuntutan agama, politik ekonomi dan

harga diri.

3. Peran dan Status

Seseorang dapat menjadi anggota banyak kelompok seperti keluarga, klub,

dan organisasi. Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-8

didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang

diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya.

Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum

yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih

produk sesuai dengan perandan status mereka.

C. Faktor Personal

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor personal seperti umur dan

siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan

konsep diri.

1. Umur dan Siklus Hidup

Orang akan mengubah barang atau jasa yang mereka beli sepanjang

kehidupan meraka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai

dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga

pemasar hendaknya mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang

sesuai untuk setiap tahap itu.

2. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.

Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasikan kelompok yang

berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata

terhadap produk mereka.

3. Kondisi Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar

barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan dapat memperhatikan

gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Jika indikator

ekonomi menunjukka resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah

untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk

produk mereka secara seksama.

4. Gaya Hidup

Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama

mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Gaya hidup adalah

pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya.

Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi utama pelanggan yaitu

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-9

kegiatan, minat dan pendapatnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang

lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup

menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di

dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup data membantu

pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya

hidup mempengaruhi perilaku pembelian.

5. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku

pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik

yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama

terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan

dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi,

kemampuan bersosialisasi, dan sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan

untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merk

tertentu.

D. Faktor Psikologis

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti motivasi,

persepsi, proses belajar, sikap dan kepercayaan.

1. Motivasi

Sesorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya dalah

kebutuhan biologis, timbul dari dorongan tertentu seperti rasa lapar, haus

dan ketidaknyamanan. Kebutuhan lainya adalah kebutuhan psikologis,

timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki.

Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas

yang kuat. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang

mengarahkan seseorang mencari kepuasan.

2. Persepsi

Seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana seseorang itu

akan bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang

dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin

bertindak secara berbeda karena perbedaan persepsi meraka terhadap

situasi ini. Persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengatur dan

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-10

menginterpretasikan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang

berarti mengenai dunia.

3. Proses Belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan alam perilaku seseorang yang

timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil

proses belajar. Secara teori pembelajaran seseorang dihasilkan melalui

dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan. Para pemasar

dapat membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya

dengan dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi dan

memberikan penguatan positif.

4. Sikap dan Kepercayaan

Dengan melalui proses belajar, seseorang akan mempunyai sikap dan

kepercayaan tertentu. Sikap adalah kesiapan mental yang diorganisasikan

melalui pengalaman dan memiliki pengaruh tertentu pada tanggapan

seseorang terhadap suatu objek dan situasi yang berhubungan dengannya.

Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk akan terbentuk melalui

sikap positif terhadap produk, yang didukung dengan adanya pengenalan

dan pemahaman yang baik terhadap produk tersebut. Selain itu,

kepercayaan terhadap produk juga dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang

diperoleh konsumen. Kepercayaan terhadap produk akan membawa

konsumen tetap membeli atau menggunakan produk tersebut

(Simamora, 2002).

2.2 Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji

2.2.1 Pengertian Minyak Tanah dan Gas Elpiji

Minyak tanah yang sering digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak

atau penerangan merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna, tidak

larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Minyak tanah termasuk dalam

golongan petroleum terdestilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79, titik didih

1630 C – 2040 C, dan titik beku 540 C.

Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan gas hasil produksi dari kilang

minyak dan kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane (C3H8) dan

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-11

butana (C4H12) yang dicairkan. Elpiji lebih berat dari udara dengan berat jenis

sekitar 2,01, tekanan uap elpiji cair dalam tabung sekitar 5,0 – 6,2 Kg / Cm2.

2.2.2 Pengertian Konversi Tanah Ke Gas Elpiji

Konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah sebuah transisi perubahan

pemakaian energi dari yang semula menggunakan minyak tanah sebagai bahan

bakar utama kini menggunakan gas elpji. Program ini mulai disosialisasikan oleh

pemerintah pada pertengahan tahun 2006. Program ini diluncurkan dengan tujuan

selain untuk menghemat anggaran pemerintah, juga untuk menghemat

pengeluaran keluarga dan rumah tangga.

Ada beberapa pengertian konversi minyak tanah yang diungkapkan oleh

beberapa tokoh ekonomi yang sekilas tampak berbeda, namun sebenarnya

memiliki inti yang sama.

Menurut Anggito Abimanyu, Kepala Badan Fiskal (BKF) Departemen

Keuangan, mengungkapkan bahwa :

“Konversi minyak tanah merupakan upaya mengerem peningkatan konsumsi

bahan bakar minyak bersubsidi melalui penyediaan tabung gas dan sosialisasi.”

Pendapat tersebut serupa dengan yang disampaikan oleh Fadhil Hasan,

Ekonomi Senior Indef ini mengungkapkan bahwa :

“Program konversi minyak tanah menjadi elpiji merupakan upaya pemerintah

untuk mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak sehingga dapat mengurangi

biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.”

Sedangkan menurut Pertamina sebagai salah satu pihak yang ditunjuk

pemerintah dalam pelaksanaan program konversi minyak tanah ke elpiji

mengungkapkan bahwa :

“Program konversi minyak tanah ke gas elpiji merupakan program pemerintah

yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak

tanah ke elpiji. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung

elpiji beserta isinya, kompor gas dan aksesorinya kepada rumah tangga dan

usaha mikro pengguna minyak tanah.”

Tidak banyak ahli atau pakar yang mengungkapkan definisi konversi

minyak tanah ke elpiji, namun dari tiga pendapat yang diuraikan tersebut dapat

dikatakan bahwa pada intinya konversi minyak tanah ke elpiji merupakan

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-12

program yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya untuk menghemat bahan

baker bersubsidi melalui penggunaan gas elpiji yang dinilai lebih irit.

2.2.3 Alasan Dilakukannya Prrogram Konversi Minyak Tanah Ke elpiji

Beberapa hal yang menjadi alasan bagi pemerintah dalam mengambil

kebijakan tentang program konversi minyak tanah antara lain :

1. Subsidi elpiji lebih rendah daripada subsidi minyak tanah.

2. Elpiji lebih sulit dioplos dan disalahgunakan.

3. Elpiji lebih bersih daripada minyak tanah, sehingga dapat mengurangi tingkat

polusi udara.

4. Subsidi elpiji sudah berhasil diterapkan di negara –negara lain seperti India

dan Brasil.

5. Pelaksana program konversi minyak tanah ke elpiji.

Pemerintah menunjuk beberapa pihak atau instansi sebagai pelaksana

program konversi minyak tanah ke elpiji, sehingga program tersebut dapat

berjalan sesuai dengan harapan pemerintah, pihak atau instansi yang ditunjuk oleh

pemerintah tersebut, yaitu :

1. Kementrian Negara Koperasi dan UKM (KUKM)

Instansi ini bertugas mengadakan kompor dan aksesorinya berupa regulator dan

selang serta mendistribusikannya bersama tabung dari pertamina.

2. PT. Pertamina (Persero)

Pertamina dalam program ini bertugas untuk :

a. Menyediakan tabung elpiji 3 kg untuk perdana ditambah kebutuhan tabung

untuk rolling.

b. Menyediakan gas elpiji 3 kg sebagai pengganti minyak tanah.

c. Mempersiapkan infrastruktur dan jalur distribusinya.

3. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan

Instansi ini bertugas untuk melakukan sosialisasi program peralihan

penggunaan minyak tanah ke elpiji.

2.2.4 Sasaran Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji

1. Rumah tangga

Rumah tangga yang berhak menerima paket elpiji 3 kg beserta kelengkapannya

harus memenuhi persyaratan persyaratan dan kriteria sebagai berikut :

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-13

a. Ibu rumah tangga

b. Pengguna minyak tanah murni

c. Kelas sosial C1 ke bawah (Pengeluaran konsumsi 1,5 juta / bulan)

d. Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat

keterangan dari kelurahan setempat.

2. Usaha Mikro

Usaha mikro yang berhak menerima paket elpiji 3 kg beserta kelengkapannya

harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut :

a. Usaha mikro tersebut merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan

baker memasak dalam usahanya.

b. Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat

keterangan dari kelurahan setempat.

c. Melampirkan surat keterangan usaha dari kelurahan setempat.

2.2.5 Dasar Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji

1. Surat Menteri ESDM, No. 3249/26/mem/2006, tanggal 31 Agustus 2006.

Perihal: Hasil rapat Koordinasi Terbatas yang dipimpin oleh Wakil Presiden

mengenai diversifikasi minyak tanah ke elpiji (pertamina dituntut untuk

melaksanakan konversi minyak tanah ke elpiji bagi konsumen rumah tangga).

2. Surat Wakil Presiden RI No. 20/WP/9/2006, tanggal 1 September 2006.

Perihal: Konversi pemakaian minyak tanah ke elpiji.

2.3 Teknik Sampling

Dalam suatu penelitian, jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang

akan diteliti, disebut populasi. Secara ideal, sebaiknya kita meneliti seluruh

anggota populasi. Akan tetapi, seringkali populasi penelitian sangat besar

sehingga tidak mungkin untuk diteliti seluruhnya dengan waktu, biaya dan tenaga

yang tersedia. Dalam keadaan demikian, maka penelitian dilakukan terhadap

sampel, yaitu sebagian dari populasi yang telah memenuhi kriteria untuk diteliti.

Keuntungan dari teknik sampling antara lain mengurangi biaya, mempercepat

waktu penelitian dan dapat memperbesar ruang lingkup penelitian

(Singarimbun, 1995).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-14

2.3.1 Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel

Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 1997). Populasi

dalam setiap penelitian harus disebutkan secara jelas yaitu yang berkenaan dengan

besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan

diketahuinya ukuran populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya ukuran

sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah

generalisasi. Terdapat banyak rumus dalam menentukan ukuran sampel

diantaranya, rumus empiris oleh Issac dan Michael (Sukardi, 2004), rumus Slovin

(Umar, 2004) dan Taro Yamane (Rahmat, 2001).

2.3.2 Teknik Pengambilan Sampling

Terdapat banyak cara untuk memperoleh sampel yang diperlukan dalam

penelitian. Ada 2 macam metode pengambilan sampel (Aaker, 1995) yaitu

pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel

secara tidak acak (nonprobability sampling).

A. Probability Sampling

probability sampling adalah cara pengambilan sampling yang memberikan

kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi, memiliki

peluang yang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Pengambilan

sampel secara acak, terdiri dari:

1. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), adalah

sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian

atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh setiap unit penelitian untuk

dipilih sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran sampel yang dikehendaki

dibagi dengan ukuran populasi.

2. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic sampling), adalah suatu

teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih

secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari daftar

populasi dipilih sebagai sampel.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-15

3. Pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified sampling), adalah suatu

teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian

anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil

dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini

dapat dilakukan berdasarkan ciri/karakteristik tertentu dari populasi yang

sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Pengambilan sampel kelompok (cluster sampling), adalah suatu teknik

pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual melainkan

kelompok individual (cluster) berdasar ciri/karakteristik tertentu. Selanjutnya

dari cluster-cluster yang ada, dipilih satu cluster secara acak, kemudian

diambil sampel secara acak dari cluster terpilih ini. Hal ini dimungkinkan

karena masing-masing cluster dianggap homogen sehingga tidak diperlukan

dilakukan pengambilan sampel pada semua cluster.

5. Pengambilan sampel secara bertahap (double sampling), adalah suatu teknik

pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama

dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Tahap selanjutnya dilakukan

wawancara ulang dengan tambahan untuk mendapatkan informasi yang lebih

detail.

6. Pengambilan sampel berdasarkan wilayah (area sampling). Teknik ini dipakai

ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar

di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV

ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata

tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat.

Prosedurnya :

1. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah

(Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.

2. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten?,

Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)

3. Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel

penelitiannya.

4. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak

atau random.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-16

Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil

datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

B. Non Probability Sampling

Pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling) adalah

metode sampling yang setiap anggota populasinya tidak memiliki peluang yang

sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu

untuk terpilih tidak diketahui. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri dari:

1. Accidental sampling (convenience sampling), adalah suatu teknik

pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang

paling mudah diperoleh atau dijumpai.

2. Purposive sampling (judgmental sampling), adalah suatu teknik pengambilan

sampel dimana pemilihan sampel dilakukan dengan memilih orang-orang

yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel

tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri

atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

3. Quota sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel

diambil dari suatu sub populasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik

tertentu dalam batasan jumlah atau kuota tertentu yang diinginkan.

4. Snowball sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel yang sangat

sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri-ciri khusus yang sulit

dijangkau. Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap

responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai

rekan-rekan lain yang mempunyai kesamaan karakteristik yang dibutuhkan.

2.4 Metode Pengumpulan Data

Data dapat dikumpulkan dengan beberapa cara, dengan cara dan sumber

yang berbeda. Metode pengumpulan data terdiri dari:

2.4.1 Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara

mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-17

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai

responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,

kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti

melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan

dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga

responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan

pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan

multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang

kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi

negatif.

2.4.2 Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan

perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk

membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan

pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran

tersebut. Bungin (2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat

digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak

terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.

1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam

keseharian responden.

2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat

harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu

objek.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-18

3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok

terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi,

jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi

dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

2.4.3 Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan

karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh

oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan

kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara,

selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang

diekspresikan dalam suatu wawancara.

a. Penggunaan kuesioner tepat bila :

1. Responden (orang yang merespon atau menjawab pertanyaan) saling

berjauhan.

2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila

mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau

tidak menyetujui suatu fitur khusus dari sistem yang diajukan.

3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh

pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.

4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa

diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.

b. Jenis pertanyaan dalam kuisoner

Perbedaaan pertanyaan dalam wawancara dengan pertanyaan dalam kuesioner

adalah dalam wawancara memungkinkan adanya interaksi antara pertanyaan

dan artinya. Dalam wawancara analis memiliki peluang untuk menyaring

suatu pertanyaan, menetapkan istilah-istilah yang belum jelas, mengubah arus

pertanyaan, memberi respons terhadap pandanmgan yang rumit dan umumnya

bisa mengontrol agar sesuai dengan konteksnya. Beberapa diantara peluang-

peluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner. Jadi bagi penganalisis

pertanyaan-pertanyaan harus benar-benar jelas, arus pertanyaan masuk akal,

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-19

pertanyaan-pertanyaan dari responden diantisipasi dan susunan pertanyaan

direncanakan secara mendetail. Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner,

sebagai berikut:

1. Pertanyaan terbuka: pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan

respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah

jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa

diterjemahkan dengan benar.

2. Pertanyaan tertutup: pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup

pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden.

c. Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk kuesioner

adalah sebagai berikut :

1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar kata-

katanya tetap sederhana.

2. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan dalam

pilihan kata-kata. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.

3. Pertanyaan harus singkat.

4. Jangan memihak responden dengan berbicara kapada mereka dengan

pilihan bahasa tingkat bawah.

5. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam

pertanyaan –pertanyaan yang menyulitkan.

6. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang-orang

yang mampu merespons). Jangan berasumsi mereka tahu banyak.

7. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat

sebelum menggunakannya.

8. Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah

tepat bagi responden.

d. Skala Dalam Kuesioner

Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol

terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur

atribut atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala

adalah sebagai berikut :

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-20

1. Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab

kuesioner.

2. Agar respoden memilih subjek kuesioner.

Menurut Hair (1988) ada empat macam skala yang dapat digunakan, sebagai

berikut:

1. Nominal

Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala

nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya

semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk

setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering

anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 = Basis Data,

4 = Program e-mail.

2. Ordinal

Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan

dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga

menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu

kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.

3. Interval

Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-

masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi

matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa

dilakukan analisis yang lebih lengkap.

4. Rasio

Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval

di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol.

Skala rasio paling jarang digunakan.

e. Merancang Kuesioner

Merancang formulir-formulir untuk input data sangat penting, demikian juga

merancang format kuesioner juga sangat penting dalam rangka

mengumpulkan informasi mengenai sikap, keyakinan, perilaku dan

karakteristik.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-21

1. Format kuesioner sebaiknya adalah :

a. Memberi ruang kosong secukupnya,

b. Menunjuk pada jarak kosong disekeliling teks halaman atau layar.

Untuk meningkatkan tingkat respons gunakan kertas berwarna putih

atau sedikit lebih gelap, untuk rancangan survey web gunakan tampilan

yang mudah diikuti, dan bila formulirnya berlanjut ke beberapa layar

lainya agar mudah menggulung kebagian lainnya.

c. Memberi ruang yang cukup untuk respons,

d. Meminta responden menandai jawaban dengan lebih jelas.

e. Menggunakan tujuan-tujuan untuk membantu menentukan format.

f. Konsisten dengan gaya.

2. Urutan Pertanyaan

Dalam mengurutkan pertanyaan perlu dipikirkan tujuan digunakannya

kuesioner dan menentukan fungsi masing-masing pertanyaan dalam

membantu mencapai tujuan.

a. Pertanyaan-pertanyaan mengenai pentingnya bagi responden untuk

terus, pertanyaan harus berkaitan dengan subjek yang dianggap

responden penting.

b. Item-item cluster dari isi yang sama.

c. Menggunakan tendensi asosiasi responden.

d. Kemukakan item yang tidak terlalu kontroversial terlebih dulu.

2.5 Pengujian Data

Sebelum melakukan pengolahan data, kuesioner yang disebarkan kepada

para resonden diuji datanya, yang meliputi:

2.5.1 Uji validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, 1997). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur itu

dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen ukur dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan

fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-22

relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas

rendah.

Cara yang digunakan adalah dengan analisis item, dimana setiap nilai yang

ada pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan nilai total seluruh butir

pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product

moment :

( ) ( ) ( )( )[ ] ( )[ ]2

Y2YN2

X2XN

YXXYNr

S-S×S-S

S×S-S=

Persamaan (2.1)

Dimana :

r = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan

N = jumlah responden

X = skor pertanyaan

Y = skor total sampel

Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r

product moment. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dianggap valid bila

memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek yang sama. Apabila dalam

perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan pernyataan

tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya, karena kalimat yang

kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda.

2.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen

ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Bila suatu

instrumen ukur dipakai dua kali – untuk mengukur konsep yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen ukur tersebut

reliabel. Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran

(Azwar, 1997).

Secara teoritis, besarnya koefisien korelasi/reliabilitas berkisar antara

0.00 – 1.00. Namun pada kenyataannya, koefisien 0.00 dan 1.00 tidak pernah

tercapai dalam pengukuran, karena konsistensi (maupun ketidakkonsistensian)

yang sempurna tidak dapat terjadi dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan

sosial yang menggunakan manusia sebagai subjeknya, dimana dalam diri manusia

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-23

terdapat berbagai sumber eror yang sangat mempengaruhi kecermatan hasil

pengukuran.

Reliabilitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s

Alpha. Rumus untuk menghitung koefisien Cronbach’s Alpha adalah dengan

persamaan :

÷÷ø

öççè

æ S-

-=

tviv

n

n1

1a

persamaan (2.2)

dimana:

n = jumlah variabel/atribut

vi = varians variabel/atribut

vt = varians nilai total

2.5.3 Uji Outlier

Outlier adalah nilai ekstrim yang diperoleh untuk suatu variabel pada case

tertentu. Pengertian ekstrim bukan merupakan ekstrim absolut tetapi ekstrim

relatif terhadap sebagian besar nilai-nilai lainnya untuk variabel yang sama.

Outlier dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Outlier tipe 1, outlier yang terjadi karena kesalahan prosedur seperti kesalahan

memasukkan data/coding. Outlier tipe 1 sedapat mungkin harus dihilangkan.

2. Outlier tipe 2, adalah outlier yang terjadi karena kejadian yan luar biasa, yaitu

secara kebetulan terpilih nilai ekstrim. Outlier tipe 2 dapat dikeluarkan dari

sampel jika tidak diinginkan ada nilai ekstrim, tentunya dengan pertimbangan

yang logis.

3. Outlier tipe 3, outlier yang terjadi karena kejadian yang luar biasa dimana nilai

ekstrim tersebut tidak dapat dijelaskan atau secara nalar mesnya nilai akstrim

tersebut tidak pernah mucul (bukan bagian populasi). Outlier tipe 3 harus

segera dikeluarkan dari sampel karena tidak logis.

4. Outlier tipe 4, outlier dimana nilainya sendiri tidak ekstrim tetapi

kombinasinya dengan nilai variabel-variabel lain menjadi aneh atau tidak

lumrah (outlier multivariat). Jika kombinasi ini dipandang tidak wajar atau

tidak logis, maka outlier tersebut harus di keluarkan dari sampel, tetapi jika

dianggap sebagai bagian dari populasi , maka outlier tersebut sebaiknya tetap

diikutkan dalam sampel (Hair, 1998).

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-24

Setelah mendapatkan deskritif dari data penelitian, langkah selanjutnya adalah

melakukan standarisasi data (z score), yang dirumuskan, sebagai berikut:

s

Xxz

-= persamaan (2.3)

N

xxxxX N++++=

- ....321 persamaan (2.4)

( )

1

2

1

-

-= å

N

xxs persamaan (2.5)

Keterangan:

z = nilai z score data

X = nilai rata-rata

σ = standar deviasi

x = nilai data

N = jumlah data

Evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score ini berada pada rentang

3 sampai dengan 4 (Hair, dkk, 1995). Oleh karena itu kasus-kasus atau

observasi-observasi yang mempunyai z-score > 3,0 akan dikategorikan

outliers.

2.6 Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah semua metode statistik yang secara simultan

menganalisis lebih dari dua variabel. Metode-metode analisis multivariat

dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Metode dependence

Metode dependence adalah metode analisis multivariat yang jelas-jelas

memisahkan antara variabel dependen dan variabel independen. Dalam

kelompok pertama ini, satu atau beberapa variabel diperlakukan sebagai

variabel dependen sedangkan sisanya sebagai variabel independen. Yang

termasuk dalam kelompok dependen adalah multiple regression analysis,

multiple discriminant analysis, logistic regression, multivariat analysis of

variance (MANOVA), canonical correlation analysis dan structural equation

modeling (LISRELL).

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-25

2. Metode interdependence

Metode interdependence adalah metode-metode analisis multivariat yang tidak

memisahkan variabel-variabel menjadi variabel independen dan variabel

dependen. Dalam kelompok ini tidak ada istilah variabel independen dan

variabel dependen. Diantaranya adalah analisis faktor, cluster dan

multidimentional scalling.

2.7 Analisis Cluster

Analisis cluster merupakan teknik multivariate yang tujuan utamanya

adalah untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik

yang dimiliki masing-masing objek (Hair, et al, 1998). Berdasarkan kriteria

tertentu, analisis cluster mengklarisifikasikan objek (dapat berupa responden,

produk, atau entity) sehingga setiap objek yang berada dalam satu grup akan

bersifat saling memiliki kemiripan (homogen/similar), sedangkan objek-objek

antar grup akan bersifat heterogen. Berdasarkan hal ini, analisis cluster akan

berusaha meminimumkan variansi di dalam cluster (within-cluster) dan

memaksimumkan variansi antar grup (between-cluster). Seperti halnya analisis

faktor, pada analisis cluster tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau

tergantung, semua variabel diperhitungkan secara simultan.

Salah satu sifat analisa cluster adalah ‘more an art than a science’

(Hair, et al, 1998) sehingga dapat dengan mudah mengalami salah terap

(misapplied). Ukuran kesamaan atau logaritma yang berbeda dapat mempengaruhi

hasil. Untuk mengatasi hal ini, harus dilakukan analisis cluster berulang-ulang

dengan menggunakan merode yang berbeda-beda sehingga dapat menemukan

pola tersembunyi dalam pengelompokan objek-objek yang ada. Menurut

(Hair, et al, 1998) langkah-langkah analisis cluster dapat dibagi dalam enam

tahap, yaitu:

1. Penentuan Tujuan Analisis

Tujuan analisis cluster ada tiga, yaitu taxonomy description yang merupakan

analisis cluster dilakukan dengan tujuan eksplorasi (exploratory purpose), yaitu

untuk mengklasifikasikan objek-objek kedalam beberapa grup. Data

simplification adalah analisis cluster yang dilakukan untuk menyederhanakan

data, yaitu dengan mereduksi jumlah observasi bagi keperluan analisis

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-26

selanjutnya. Relationship identification yaitu analisis cluster yang dilakukan

untuk mengidentifikasi hubungan kemiripan (similarity) dan perbedaan

(differences)

2. Penyusunan Desain Riset Analisis

Desain riset analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran

kemiripan objek dan penstandarisasian data. Dalam pendeteksian outlier,

outlier dapat merubah struktur asli dan menghasilkan cluster yang tidak

representatif terhadap struktur populasi yang sesungguhnya, oleh karena itu

pendeteksian terhadap outlier sangat diperlukan. Outlier dapat dideteksi dengan

menggunakn grafik, dimana dari grafik tersebut dapat diketahui adanya objek-

objek yang mempunyai profil yang berbeda, yang ditunjukkan dari nilai yang

sangat ekstrim pada satu atau beberapa variabel.

Pada analisis cluster, konsep kemiripan adalah sangat mendasar. Kemiripan

interobjek adalah pengukuran kesesuaian atau kemiripan antara objek yang

akan dikelompokkan. Kemiripan interobjek dapat dilihat dari tiga ukuran, yaitu

korelasi dan jarak untuk data metrik, serta asosiasi untuk data nonmetrik.

Untuk mengetahui kemiripan dapat dilihat dari koefisien korelasi antara

pasangan objek. Korelasi yang tinggi mengindikasikan kemiripan, dan

sebaliknya korelasi yang rendah mengindikasikan perbedaan. Tetapi,

pengukuran korelasi ini sangat jarang digunakan karena penekanan aplikasi

analisis cluster adalah pada jarak objek bukan pola nilainya.

Pengukuran jarak berdasar kemiripan yang mewakili kemiripan sebagai

kedekatan observasi dengan yang lain. Pengukuran jarak sesungguhnya adalah

pengukuran terhadap perbedaan, dimana semakin besar nilainya menunjukkan

semakin kurang kemiripannya. Jarak dikonversikan sebagai pengukuran

kemiripan dengan menggunakan hubungan kebalikan. Pengukuran asosiasi

berdasar kemiripan digunakan untuk membandingkan objek yang termasuk

data nonmetrik (nominal dan ordinal). Pengukuran ini dapat menilai tingkat

kepercayaan atau kesesuaian antara pasangan responden.

Sebelum proses penstandarisasian data dimulai, perlu ditentukan lebih

dahulu apakah data perlu distandarisasikan atau tidak. Pertimbangan antara lain

kebanyakan pengukuran jarak sangat peka terhadap perbedaan skala atau

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-27

besarnya variabel. Variabel dengan standar deviasi yang besar mempunyai

pengaruh yang lebih terhadap nilai akhir kemiripan dan bila dilihat melalui

grafik, tidak akan terlihat adanya perbedaan pada dimensi sehubungan dengan

letaknya. Proses standarisasi dapat terbagi menjadi dua, yaitu standarisasi

variabel dan standarisasi observasi/objek. Standarisasi variabel adalah

perubahan dari setiap variabel menjadi skor standar (Z score) dengan

mengurangi mean dan membaginya dengan standar deviasi setiap variabel.

Standarisasi observasi dilakukan terhadap responden atau objek. Standarisasi

ini sangat diperlukan, jika clustering dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi

kepentingan relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Menurut Dillon dalam proses clustering, teknik yang dapat dilakukan untuk

pengukuran jarak, antara lain:

a. Interval

1. Euclidian Distance

D(X,Y) = ( )2å - ii YX persamaan (2.6)

2. Squared Euclidian Distance

D(X,Y) = ( )2å - ii YX

b. Frekuensi

1. Chi Square

D(X,Y) = ( )( )

( )( )( )

( ) ÷÷ø

öççè

æ -+

- ååi

ii

i

ii

YE

YEY

XE

XEX 22

persamaan (2.7)

c. Biner

1. Squared Euclidian Distance

D(X,Y) = b + c persamaan (2.8)

2. Euclidian Distance

D(X,Y) = cb + persamaan (2.9)

3. Pengujian Asumsi

Analisis cluster tidak termasuk teknis statistik inferensia, dimana parameter

analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi. Analisis

cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik. Syarat

kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting karena

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-28

memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji. Adapun hal-hal

yang perlu diuji adalah kerepresentatifan sampel dan multikolonieritas. Dalam

kepresentatifan sampel, sampel dikumpulkan dan cluster diperoleh dengan

harapan dapat mewakili struktur populasi. Baik atau tidaknya analisis cluster

sangat tergantung pada seberapa representatif sampel, sehingga sampel harus

diuji kerepresentatifannya terlebih dahulu. Sementara itu, dalam

multikolonieritasan, variabel-variabel yang bersifat multikolonier secara

implisit mempunyai bobot lebih besar. Multikolinieritasan bertindak ebagai

proses pembobotan yang berpengaruh pada analisis, sehingga variabel-variabel

yang digunakan terlebih dahulu harus diuji tingkat multikolinieritasannya.

4. Pembentukan Cluster (Partisi) dan Penilaian Overall Fit

Proses partisi (partitioning) dan penilaian overall fit dimulai setelah

variabel-variabel yang digunakan dipilih dan matriks korelasi dibentuk.

Sebelum proses dimulai, harus dilakukan pemilihan algoritma pembentukan

cluster yang akan digunakan, dan penentuan berapa jumlah cluster yang akan

dibentuk. Algoritma pembentukan cluster terdiri dari prosedur hirarki

(hierarchical procedures) dan prosedur non hirarki (nonhierarchical

procedures).

Teknik hirarki adalah teknik clustering yang membentuk konstruksi hirarki

atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon. Jadi proses

pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Teknik hirarki

terbagi menjadi dua, yaitu metode agglomeratif (agglomerative methods) dan

metode divisive (divisive methods). Metode agglomeratif dimulai dengan

pernyataan bahwa setiap objek membentuk clusternya masing-masing. Dua

objek dengan jarak terdekat bergabung, selanjutnya objek ketiga akan

bergabung dengan cluster yang ada atau bersama objek yang lain membentuk

cluster yang lain membentuk cluster baru. Hal ini dilakukan dengan tetap

memperhitungkan jarak kedekatan antar objek. Proses akan terus berlanjut

hingga akhirnya terbentuk satu cluster yang terdiri dari keseluruhan objek.

Sementara itu, metode divisif berlawanan dengan metode agglomeratif. Metode

dimulai dengan satu cluster besar yang mencaku semua observasi (objek),

kemudian objek yang memiliki ketidakmiripan besar dipisahkan sehingga

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-29

membentuk cluster yang lebih kecil, dan seterusnya untuk objek-objek yang

tidak mirip lainnya. Proses pemisahan terus berlanjut hingga setiap obsevasi

adalah cluster bagi dirinya sendiri.

Sementara itu, prosedur nonhirarki tidak melibatkan proses pembentukan

kontruksi struktur pohon. Dimulai dengan memilih sejumlah nilai cluster awal

sesuai dengan jumlah yang diinginkan kemudian objek digabungkan ke dalam

cluster-cluster tersebut. Metode nonhirarki yang digunakan adalah K-Means

Clustering.

5. Interpretasi Hasil

Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah karakteristik apa yang

membedakan masing-masing cluster kemudian sesuai dengan tujuan,

pemberian nama dilakukan berdasar apa yang dapat diberikan oleh objek

pembentuk kepada masing-masing cluster tersebut. Tentunya terlebih dahulu

perlu ditentukan spesifikasi/kriteria yang mendasari cluster-cluster yang telah

terbentuk. Disamping itu, interpretasi dari hasil clustering dapat dilakukan

terhadap grafik dendogram maupun analisis nilai koefisien agglomeratif. Jarak

antar pengelompokkan sebenarnya merupakan interpretasi dari beberapa nilai

kedekatan dalam menggabungkan objek dalam cluster. Kemudian perlu juga

diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk cluster tersebut

mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Kolom cluster menunjukkan besaran

between cluster mean dan kolom error menunjukkan besaran within cluster

mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan, sebagai berikut:

sWithinMean

nsBetweenMeaF =

persamaan (2.10)

Interpretasi cluster menghasilkan lebih dari hanya suatu deskripsi.

Interpretasi cluster memberikan penilaian kesesuaian cluster yang terbentuk

berdasar teori prioritas atau pengalaman praktek. Dalam konfirmatori, analisis

cluster memberikan pengertian secara langsung terhadap penilaian kesesuaian.

Cluster juga memberikan langkah-langkah untuk membuat suatu penilaian dari

segi signifikansi prakteknya.

6. Profiling Cluster

Tahap profiling meliputi penggambaran karakteristik dari setiap cluster

untuk menjelaskan bahwa masing-masing cluster adalah berbeda berdasar

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-30

dimensi-dimensi tertentu. Analisis profil tidak memfokuskan pada apa yang

secara langsung menentukan cluster tapi karakteristik cluster setelah proses

identifikasi. Lebih lanjut, adanya penegasan bahwa karakteristik adalah

berbeda secara signifikan terhadap cluster dan dapat memprediksi anggota-

anggota cluster secara lebih spesifik.

2.8 Konsep Dan Definisi Konsumsi

Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah

satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut

pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial

dari kata consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari

pendapatan yang di belanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi

semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran

konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Secara makro agregat,

pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional.

Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi.

Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan

disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume

:MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan

biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif

kecil. Artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar

tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi atau digunakan untuk

menyempurnakan konsumsinya. Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang

kehidupan ekonominya relatif lebih mapan.

Sedangkan menurut BPS, pengeluaran konsumsi adalah semua

pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pesta/upacara,

barang-barang tahan lama dan lain-lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah

tangga, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga.

Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga

merupakan faktor yang turut menentukan perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga

akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi tersebut.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-31

2.8.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga

1. Fungsi Konsumsi Dengan Pendapatan

Menurut Engel ada suatu hubungan antara konsumsi rumah tangga untuk

suatu barang atau golongan barang dengan penghasilan rumah tangga.

Proporsi dari penghasilan yang di keluarkan untuk membeli makanan

berkurang dengan naiknya penghasilan. Hipotesis yang menyatakan konsumsi

fungsi dari pendapatan, diantaranya hipotesis pendapatan absolut (absolute

income hypothesis) yang dikemukakan oleh Keyness. Keyness menduga

bahwa fungsi konsumsi memilki karakteristik, sebagai berikut:

a. Kecenderungan mengkonsumsi merupakan fungsi yang satbil dan besarnya

konsumsi agregat ditentukan oleh besarnya pendapatan agregat.

b. Konsumsi akan meningkat jika pendapatan meningkat, tetai peningkatan

konsumsi yang terjadi akan sebesar peningkatan pendapatan.

c. Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar jarak (gap) antara

pendapatan dan konsumsi. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi

pendapatan, semakin besar proporsi dari pendapatan yang ditabung.

d. Peningkatan pendapatan akan diikuti dengan peningkatan tabungan dalam

jumlah yang lebih besar.

2. Fungsi Konsumsi Dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hyphotesis)

Dikemukakan oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.Modigliani yang mencoba

menerangkan pola pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada

kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang

pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Dalam

modelnya tiga tokoh ini menggunakan asumsi bahwa konsumsi bersikap

rasional. Ini berarti bahwa konsumen berusaha untuk memaksimumkan

kepuasan dari aliran pendapatan yang ia perkirakan berlaku untuknya dan juga

mengasumsikan bahwa dalam memaksimumkan kepuasannya konsumen

menghadapi batasan berupa samanya nilai sekarang dari pada saving yang

terjadi pada umur B sampai umur P dengan hasil penjumlahan nilai sekarang

daripada dissaving yang terjadi pada usia muda dan usia tua.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-32

3. Selain faktor pendapatan dan usia, Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga

dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, kebiasaan adat sosial budaya, dan

gaya hidup seseorang.

2.8.2 Cara Menghitung Konsumsi

1. Rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga didapat dengan membagi

jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan, pendidikan,

kesehatan, perumahan dan lain-lainnya dengan jumlah rumah tangga

keseluruhan.

2. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per-jenis pengeluaran dapat dihitung

dengan membagi seluruh pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dengan

jumlah seluruh rumah tangga.

3. Persentase pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dibanding dengan

pengeluaran rumah tangga total dihitung dari jumlah pengeluaran jenis

tertentu (misal makanan) dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga

dikali seratus.

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang digunakan sebagai acuan atau landasan dalam teori, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Titik Hirdayanti (2004) yang berjudul

“Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Koran Harian Lokal Di

Kotamadya Surakarta”. Penelitian ini mengambil studi kasus koran harian

lokal di kotamadya Surakarta dengan memakai model faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini memakai

pengolahan data yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu

dalam menentukan karakteristik konsumen dengan menggunakan analisis

cluster, namun berbeda dalam studi kasus yang diambil dan pengambilan

model. Secara detail perbedaan tersebut disajikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Titik Hirdayanti (2004)

Bagian Perbedaan

Ket Penulis Titik Hirdayanti

Studi kasus Gas elpiji di kota surakarta

Koran harian lokal di kota surakarta

Kedalaman materi

Global Global

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-33

Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Titik Hirdayanti (2004) (Lanjutan)

Bagian Perbedaan

Ket Penulis Titik Hirdayanti

Pengambilan model

Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler) dan dikembangkan dengan model tingkat konsumsi konsumen

Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler)

Menggunakan faktor dan variabel-variabel penentu perilaku konsumen yang sama (Kotler).

Pengolahan data Deskriptif (prosentase), analisis cluster dan tingkat konsumsi

Deskriptif (prosentase), analisis cluster, dan analisis chi-square

2. Penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin (2009) yang berjudul “Analisis

Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap Produk LPG

Pertamina Kemasan 3 Kg (Studi Kasus Di Desa Leuwiliang, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Penelitian ini mengambil kasus

menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dan analisis regresi

logistik. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang sama dalam

menentukan perilaku konsumen dengan penelitian yang penulis lakukan,

dikarenakan kesamaan produk yang diteliti yaitu gas elpiji, namun berbeda

dalam pengambilan model dan pengolahan data. Secara detail perbedaan

tersebut disajikan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Amirudin (2009)

Bagian Perbedaan

Ket Penulis Amirudin

Studi kasus Gas elpiji di kota Surakarta

Gas elpiji kemasan 3 kg di desa Leuwiliang

Kedalaman materi Global Global

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-34

Tabel 2.2 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Amirudin (2009) (Lanjutan)

Bagian Perbedaan

Ket Penulis Amirudin

Pengambilan model

Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler) dan dikembangkan dengan model tingkat konsumsi konsumen

Model pengetahuan, persepsi dan sikap konsumen

Menggunakan atribut-atribut yang sama di beberapa variabel perilaku konsumen

Pengolahan data Deskriptif (prosentase), analisis cluster dan tingkat konsumsi

Deskriptif (prosentase), dan regresi logistik

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian

beserta penjelasan secara singkat tiap tahapannya. Skema langkah-langkah

penyelesaian masalah dapat dilihat pada gambar 3.1.

Observasi Lapangan Studi Literatur

Identifikasi dan perumusan masalah

Menentukan Desain Sampling dan Riset (Penentuan Responden, Metode Sampling dan Ukuran Sampel)

A

Mulai

Menentukan Tujuan dan Manfaat

Menentukan Model Penelitian

Menyusun Kuesioner

Menyebar Kuesioner

Tahap Pendahuluan

Tahap Pengumpulan Data

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-2

A

Pengujian Data1. Uji validitas2. Uji Reliabilitas3. Uji Outlier

Profil dan Perilaku Konsumen

Valid?

Tingkat konsumsi konsumen

Analisis dan Interpretasi Hasil

Kesimpulan dan Saran

selesai

Tahap Pengolahan Data

Tahap Analisis, Kesimpulan dan Saran

Analisis Cluster

Ya

Tidak

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan)

3.1. Tahap Pendahuluan

Tahap pendahuluan terdiri dari tiga langkah yaitu observasi lapangan dan

studi literatur, menentukan dasar-dasar penelitian, dan menentukan model

penelitian. Adapun penjelasan dari tiap langkah yang ada pada tahap pendahuluan,

sebagai berikut:

3.1.1. Observasi Lapangan dan Studi Literatur

Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui realistik karakteristik

obyek penelitian, perbuatan, kejadian atau peristiwa dan waktu sehingga dapat

mengetahui hambatan dan kendala yang mungkin terjadi saat melakukan

pengamatan. Berikut ini observasi yang dilakukan peneliti, yaitu:

1. Melakukan wawancara ke masyarakat Surakarta khususnya ibu rumah tangga

yang menggunakan gas elpiji. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-3

informasi mengenai program konversi gas elpiji, sosialisasi-sosialisasi apa

saja yang telah didapatkan serta opini-opini mengenai minyak tanah dan gas

elpiji.

2. Melakukan wawancara ke distributor gas elpiji untuk mengetahui harga

pasaran tabung gas elpiji, jumlah penjualan gas elpiji di Surakarta serta

kendala-kendala dalam melakukan pendistributoran gas elpiji.

Setelah melakukan obeservasi, peneliti mencari konsep, teori dan literature

yang mendukung serta relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Referensi-

referensi ini diperoleh melalui buku literatur, web, artikel, jurnal penelitian, serta

Tugas Akhir, yaitu:

1. Data demografi, jumlah kepala keluarga serta tingkat kesejahteraan

masyarakat Surakarta yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) kota

Surakarta.

2. Perkembangan konversi gas elpiji

3. Teori Perilaku konsumen dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.

Data observasi dan literature ini digunakan sebagai dasar dan referensi

untuk membangun kerangka konseptual serta karakterisasi sistem nyata ke dalam

model penelitian.

3.1.2. Menentukan Dasar-Dasar Penelitian

Dasar-dasar penelitian terdiri dari latar belakang masalah, perumusan

masalah dan tujuan penelitian.

3.1.3. Menentukan Model Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana profil dan

perilaku masyarakat serta pola dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap

pemakaian gas elpiji. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan sebuah model,

mengingat dalam melakukan pembelian suatu barang, seorang konsumen

mengalami tahap tahap tertentu, dimana dalam tahap-tahap tersebut konsumen

akan dipengaruhi oleh berbagai rangsangan dan karakteristik konsumen yang akan

mempengaruhi dalam pembeliannya. Model penelitian ini diadopsi dari model

Kotler (2008). Gambaran model penelitian ini, sebagai berikut:

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-4

Gambar 3.2 Model penelitian

Dalam melakukan keputusan pembelian gas elpiji, konsumen (disini

konsumen adalah masyarakat) mengalami lima tahap proses, dimulai dari

pengenalan masalah atau kebutuhan, pencarian informasi sehubungan dengan

kebutuhannya, evaluasi alternatif produk, melakukan keputusan pembelian dan

perilaku setelah pembelian. Dalam melakukan tahap proses keputusan pembelian

ini konsumen dipengaruhi oleh berbagai rangsangan yaitu rangsangan pemasaran

yang berupa 4-p, product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion

(promosi). Rangsangan lain mencakup kekuatan dan peristiwa besar dalam

lingkungan pembeli yaitu ekonomi, teknologi, politik, dan budaya.

Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, dimana di dalamnya

terdapat karakteristik konsumen yaitu budaya, sosial, pribadi dan psikologis

(gambar 3.3).

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-5

Budaya

Budaya Sosial

Kelompok referensi Pribadi Usia Psikologis

Subbudaya Keluarga Tahap siklus hidup Motivasi Pekerjaan Persepsi Situasi Ekonomi Pembelajaran Pembeli

Kelas sosial Peran dan status

Gaya hidup Kepercayaan Kepribadian Sikap Konsep diri

Gambar 3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Sumber: Kotler, 2008

Masukan ini diubah menjadi sekumpulan respon pembeli yang dapat

diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan

jumlah pembelian. Selanjutnya dari keputusan pembelian dan karakteristik

konsumen dapat diketahui indeks konsumsi atau pengeluaran per orang.

3.1.4. Penyusunan Kuesioner

Kuesioner dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen

dalam melakukan pembelian gas elpiji sehingga dapat diketahui indeks konsumsi

pemakaian gas elpiji. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor kebudayaan,

sosial, personal dan psikologikal (Kotler, 2008), dimana setiap faktor memiliki

atribut-atribut tersendiri. Selanjutnya peneliti menentukan maksud dan tujuan

dibuatnya pertanyaan agar pertanyaan dapat sesuai dengan atribut-atribut

karateristik konsumen yang ingin diteliti. Maksud dan tujuan ini diinterpretasikan

dalam bentuk variabel-variabel lebih rinci dengan tujuan mempermudah peneliti

dalam membuat pertanyaan sehingga dapat diketahui bagaimana perilaku

masyarakat dalam menggunakan gas elpiji.

Dalam menentukan variabel dan membuat pertanyaan peneliti melakukan

studi pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perilaku konsumen

(Hirdayanti, 2005) dan (Amiruddin, 2009). Adapun penjabaran variabel-variabel

tersebut ditunjukkan pada tabel 3.1.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-6

Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen

No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban

1 Budaya Keseluruhan kepercayaan-kepercayaan yang dipelajari, nilai-nilai dan kebiasaan yang disediakan oleh perilaku konsumen secar langsung dari anggota masyarakat tertentu

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi budaya

· Kepercayaan · Nilai · Kebiasaan

· Ordinal (likert)

Apakah saudara/i peduli terhadap krisis minyak tanah yang sedang terjadi saat ini?

š Sangat peduli š Peduli š Ragu-ragu š Tidak peduli š Sangat tidak peduli

2 Subkultur Kelompok budaya yang beda yang ada sebagai segmen yang dapat dikenal/ diidentifikasi di dalam masyarakat yang lebih dalam, lebih kompleks /rumit

Mengetahui pengaruh subkultur tehadap penggunaan LPG di Surakarta

· Kewarganega raan

· Nominal

1. Tempat lahir?

š Eks Karasidenan Surakarta š Jawa selain Eks karasidenan Surakarta š Sumatra š Indonesia tengah š Indonesia timur

· Agama

· Nominal

2. Agama yang anut? š Islam š Hindu š Kristen š Budha š Katolik š Kong hucu

· Suku · Nominal

3. Suku atau etnis? š Jawa š Batak š Minang š Sunda š Arab š Cina š dll

· Umur

· Interval

4. Usia saat ini?

š 17-23 tahun š 41-50 tahun š 24-30 tahun š 31-40 tahun

· Jenis kelamin saudara/i

· Nominal 5. Jenis kelamin? š Pria š Wanita

3 Kelas sosial Sebagai bagian masyarakat yang terdiri dari suatu hierarki kelas status yang berbeda, sehingga setiap anggota dari tiap kelas mempunyai status yang hampir sama dan anggota dari semua kelas lain mempunyai status yang lebih sedikit

Mengetahui sejauh mana pengaruh kelas sosial terhadap tingkat konsumsi atau tingkat pembelanjaan LPG di Surakarta

· Pekerjaan · Nominal 1. Pekerjaan saat ini? š PNS š Wiraswasta š Pegawai swasta š Tidak bekerja š Pelajar/Mahasiswa š lain-lain (sebutkan)

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-7

· Banyaknya pendapatan

· Interval

2. Berapa rata-rata pendapatan selama 1 bulan?

š < Rp. 1.000.000 š Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 š > Rp. 2.000.000 – RP. 3.000.000 š > Rp. 3.000.000 – RP 4.000.000 š > Rp. 4.000.000

· Pendidikan · Nominal 3. Pendidikan terakhir ? š Belum tamat SD š Tamat SD š Tamat SLTP dan sederajat š Tamat SLTA dan sederajat š Tamat PT/ akademi

· Pengeluaran · Ordinal 4. Berapa lama saudara/i menghabiskan satu tabung gas LPG yang gunakan?

š <1 minggu š 3 minggu š 1 minggu š 4 minggu š 2 minggu (berdasarkan jenis LPG yang digunakan)

· Interval 5. Sudah berapa lama saudara/i menggunakan gas elpiji?

š 1-3 bulan š 4-6 bulan š 6 bulan – 1 tahun š > 1 tahun

· Rasio 6. Berapa jumlah pengeluaran saudara/i dalam menggunakan gas LPG selama 1 bulan (Kg) ?

…….. tabung 3 Kg …….. tabung 12 Kg

Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-8

· Nominal 7. Kegiatan sehari-hari apa saja yang sering anda lakukan berkaitan dengan penggunaan gas LPG?

š memasak š water heater š lain- lain (sebutkan)

4 Kultur Rujukan

Adalah setiap orang atau kelompok yang memberikan/bertindak sebagai titik perbandingan (sebagai titik acuan) individu dalam pembentukan salah satu yang mum atau khusus (nilai-nilai,sikap, atau perilaku)

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi kultur rujukan

· Orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen/ pembelian

· Nominal Apakah ada pihak yang mempengaruhi dalam menggunakan gas LPG? Berkaitan dengan pertanyaan diatas, jika ada siapa yang mempemengaruhi dalam menggunakan gas LPG?

š Ada š Tidak š Keluarga š Pemimpin kantor/negara š Teman š Pemuka masyarakat š Tetangga š Artis/ pakar š lain-lain (sebutkan)

· Kegiatan sosial · Nominal Apakah saudara/i sering mengikuti aktivitas tertentu, jika iya sebutkan? Apakah kegiatan tersebut memberikan kontribusi dalam penggunaan gas LPG di rumah saudara/i, berikan persentase terhadap total konsumsi LPG yang digunakan untuk aktivitas tersebut.

š PKK š Kegiatan sosial š Karang taruna š Arisan š Kegiatan keagamaan š lain-lain (sebutkan š tidak signifikan š <10% š 20% š 30%

š 40% š ≤ 50%

5 Keluarga Dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh darah, perkawinan atau adopsi yang tinggal bersama-sama

Mengetahui pihak-pihak dominan yang mempengaruhi penggunaan LPG dari pihak keluarga

· Pengambil keputusan

· Nominal 1. Siapakah yang mengambil keputusan dalam membeli gas LPG di keluarga saudara/i (dikaitkan dengan kepala keluarga)?

š Ayah š Anak laki-laki š Ibu š Anak perempuan š Suami š Istri

Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-9

· Jumlah anggota keluarga

· Ordinal 2. Berapakah jumlah anggota keluarga? (termasuk anda)

š 2 š 4 š 3 š 5 š dll (sebutkan)…..

· Posisi dalam keluarga

· Nominal 3. Posisi saudara/i dirumah jika dikaitkan dengan kepala keluarga?

š Ayah š Anak laki-laki š Ibu š Anak perempuan š Istri

· Nominal 4. Adakah batasan belanja gas LPG dalam keluarga saudara/i?, jika ada siapa yang melakukan pembatasan tersebut (dikaitkan dengan kepala keluarga)?

š Ayah š Anak laki-laki š Ibu š Anak perempuan

· Rasio 5. Berhubungan dengan pertanyaan diatas, berapa jumlah batasan LPG yang anda gunakan selama 1 bulan (Kg)?

…….. tabung 3 Kg …….. tabung 12 Kg

6 Peran dan status sosial

Posisi seseorang dalam tiap kelompok dimana peran akan menentukan status seseorang dalam kelompok tersebut

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi peran an status sosial

· Peran dalam masyarakat

· Nominal 1. Status sosial saudara/i saat ini dalam masyarakat sosial disekitar?

š Warga biasa š Pemuka Agama š Ketua RT š Pemuka masyarakat š Ketua RW š lain-lain

· Peran dalam pekerjaan

Nominal 2. Posisi saudara/i dalam pekerjaan?

š Karyawan š Pimpinan š Pemilik š lain-lain

7 Usia dan tahap daur hidup

Menunjukkan umum responden pada saat dilakukan penelitian

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi usia dan tahap daur hidup

· Usia responden · Interval Seperti pada variabel umur

Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-10

8 Gaya hidup

Karakteristik pribadi dari responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang lain

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari gaya hidup

· Gaya hidup (bepergian, menabung, membaca, berbelanja, dll)

· Nominal 1. Frekuensi saudara/i melakukan aktivitas masak sendiri di rumah?

š Tidak pernah š Kadang-kadang ( 2 hari dalam seminggu) š Cukup sering ( 3hari dalam seminggu) š Sering (5 hari dalam seminggu) š setiap hari

9 Kepribadian dan konsep diri

Karakteristik psikologis bagian dalam yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap lingkungannya

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari kepribadian dan konsep diri

· Kebiasaan sehari-hari dalam menggunkan bahan bakar

· Ordinal 1. Jenis gas elpiji apa yang digunakan?

š 3 Kg š 12 Kg š 50 Kg Ket: boleh memilih lebih dari satu

· Nominal 2. Dimana saudara/i biasanya membeli gas LPG?

š Agen LPG š Pasar swalayan š Warung š Dll

10 Motivasi Daya penggerak dalam individu yang mendorong mereka ketindakan

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari motivasi pembelian

· Hierarki Maslow

· Nominal Alasan saudara/i dalam membeli gas LPG?

š Murah š Higienis š Ramah lingkungan š Praktis š Mudah didapatkan š Lain-lain (sebutkan)

11 Persepsi

Proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan mneginterpretasikan ransangan kedalam suatu gambaran yang bermakna dan saling berkaitan menyangkut tentang dunia

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari persepsi konsumen

· Stimuli perusahaan

· Ordinal (likert)

1. Harga LPG lebih murah dari pada minyak tanah

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-11

· Ordinal 2. LPG lebih mudah didapatkan dimana saja

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

· Ordinal 3. LPG lebih hemat jika dibandingkan menggunakan minyak tanah

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

· Ordinal 4. LPG lebih ramah lingkungan dari pada minyak tanah

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

· Ordinal 5. LPG lebih aman bagi kesehatan dari pada minyak tanah

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

· Ordinal 6. LPG lebih praktis/ mudah digunakan

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

· Ordinal 7. Memasak dengan kompor LPG lebih cepat

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-12

11 Persepsi Proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan mneginterpretasikan ransangan kedalam suatu gambaran yang bermakna dan saling berkaitan menyangkut tentang dunia

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari persepsi konsumen

Stimuli

perusahaan

· Ordinal 8. Kompor LPG lebih mudah dibersihkan

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

· Ordinal 9. Terkadang saudara/i masih merasa takut ketika menggunakan kompor LPG

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

12 Proses belajar

Proses dimana individu memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang pembelian dan konsumsi yang kemudian mereka terapkan pada perilaku yang saling terkait dimasa depan

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari proses belajar

Proses pengetahuan dan pengalaman

· Nominal 1. Bagaimana saudara/i mengetahui tentang program konversi minyak tanah ke gas LPG?

š Iklan di TV š Penyuluhan dari RW/petugas LPG š lain-lain (sebutkan)

Ordinal 2. Materi iklan yang telah disampaikan oleh pemerintah mudah dimengerti, diingat, informative, mendidik dan dapat dipercaya?

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

Ordinal 3. Penyuluhan yang dilakukan sudah jelas dan dapat diterima dengan baik?

š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju

Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-13

13 Kepercayaan dan sikap

kecenderungan yang dipelajari yang menunjukkan kekonsistenan suatu jalan yang baik atau tidak baik berkenaan dengan obyek yang ditentukan

Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari kepercayaan dan sikap konsumen

· Keyakinan, evaluasi, keyakinan normatif (pengaruh orang lain)

Ordinal (likert)

Seberapa besar kepercayaan saudara/i terhadap keberlanjutan program konversi yang telah dilakukan pemerintah?

š Sangat percaya š percaya š Cukup percaya š Kurang percaya š Tidak percaya

Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-14

3.2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data terdiri dari penentukan desain sampling, riset,

menyusun dan menyebarkan kuisioner. Adapun penjelasan dari tiap langkah pada

tahap pengumpulan data, sebagai berikut:

3.2.1. Menentukan Desain Sampling dan Riset

1. Responden

Responden adalah orang yang berdomisili di wilayah kota Surakarta. Jumlah

reponden diperoleh dari data populasi jumlah kepala keluarga. Penentuan

jumlah kepala keluarga sebagai jumlah sampling dikarenakan gas elpiji

merupakan bahan bakar yang bersifat bahan bakar rumah tangga.

Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Surakarta tahun 2008,

jumlah populasi kepala keluarga di wilayah Surakarta, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Data populasi jumlah kepala keluarga di wilayah Surakarta

Kecamatan KK Pasar Kliwon 20709 Banjarsari 43196 Serengan 13679 Jebres 30292 Laweyan 25019 Jumlah 132895

Sumber: BPS kota Surakarta, 2008

2. Metode Sampling

Responden diambil dari data jumlah kepala keluarga dikecamatan yang ada di

wilayah Surakarta, selanjutnya metode yang digunakan adalah area sampling.

Penggunaan area sampling pada penelitian ini bertujuan agar sampel yang

diperoleh dapat mewakili seluruh masyarakat Surakarta. Dimana dari setiap

kecamatan, responden diambil dari kelurahan berdasarkan area, yaitu

kelurahan yang berada di daerah urban atau area yang dekat dengan pusat

kota dan kelurahan yang berada di pinggiran kota. Ukuran tingkat keurbanan

pada penelitian ini adalah lokasi dari pusat kota Surakarta, selain itu juga

mencakup dimensi perkembangan dan kondisi sosial, ekonomi masyarakat,

dan lebih majunya atau kemudahan teknologi dan infrastruktur prasarana

dalam sosialisasi program konversi gas elpiji. Selanjutnya pemilihan area

disetiap kelurahan dilakukan secara random. Jumlah responden dilakukan

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-15

secara proposional sesuai dengan jumlah populasi di wilayah penelitian.

Metode terakhir yang digunakan adalah purposive sampling dimana

responden diambil dengan maksud atau tujuan tertentu atau responden

diambil karena peneliti menganggap bahwa responden tersebut memiliki

informasi yang diperlukan bagi penelitian. Pada penelitian ini responden

ditujukan bagi para ibu rumah tangga dan pengguna gas elpiji. Langkah

pengambilan responden dapat dilihat pada gambar 3.4.

Data populais jumlah kepala keluarga

Rumus Taro Yamane

Jumlah responden se- Surakarta

Metode area sampling

Pengambilan sampel di kelurahan berdasarkan area sampling

Metode purposive sampling

1. 2 +=

dNN

n

Gambar 3.4 Langkah pengambilan responden

3. Ukuran responden

Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Taro Yamane.

1. 2 +=

dN

Nn

Persamaan (3.1)

1)05,0.(132895

1328952 +

=n

n = 398,8 = 400 orang

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-16

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = level signifikansi yang diinginkan

maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 400 responden dengan

proporsi disetiap kecamatannya, sebagai berikut:

Tabel 3.3 Jumlah responden di setiap kecamatan di wilayah Surakarta

Kecamatan KK Jumlah responden Pasar Kliwon 20709 62 Banjarsari 43196 130 Serengan 13679 41 Jebres 30292 91 Laweyan 25019 75 Jumlah 132895 399

Sumber: BPS kota Surakarta, 2008

400 responden ini diperoleh dari 5 kecamatan yang ada disurakarta,

selanjutnya pengambilan responden di setiap kecamatan dilakukan

berdasarkan lokasi kelurahan dari pusat kota Surakarta (daerah urban dan

pinggiran kota). Penentuan wilayah urban dan sub urban di Surakarta

didasarkan pada dua hal, sebagai berikut:

1. Jarak kelurahan dengan pusat kota Surakarta. Daerah yang memiliki

jarak terdekat dengan pusat kota memiliki kemudahan teknologi dan

infrastruktur prasarana dalam sosialisasi program konversi gas elpiji,

sehingga penyampaian informasi akan lebih cepat diterima. Penentuan

jarak masing-masing kelurahan ke pusat kota dilakukan dengan bantuan

program arcgis. Hasil data dapat dilihat pada lampiran.

2. Tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar responden

yang diperoleh dapat mewakili seluruh lapisan masyarakat yang ada di

Surakarta. Data tingkat kesejahteraan masyarakat disetiap kelurahan

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), data dapat dilihat pada

lampiran.

Hasil penentuan lokasi dan pengambilan responden dapat dilihat pada

tabel 3.4.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-17

Tabel 3.4 Jumlah responden di setiap kelurahan di wilayah Surakarta

Kecamatan Kelurahan Jumlah responden

Jumlah

Pasar kliwon Joyosuran 50

62 Kampung Baru 12

Banjarsari Kadipiro 119

130 Keprabon 11

Serengan Joyotakan 25

41 Kemlayan 16

Jebres Sudiroprajan 8

91 Mojongsongo 83

Laweyan Karangasem 49

75 Sriwedari 26

Jumlah 399

3.2.2. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan berdasar hasil desain pengambilan

sampel pada tahap sebelumnya. Kuesioner diberikan dengan mengambil sampel

masyarakat Kota Surakarta di setiap wilayah yang telah ditentukan sebelumnya

dengan sasaran utama adalah ibu rumah tangga pengguna gas elipiji. Jumlah

kuesioner yang disebar adalah 420 kuesioner, hal ini untuk mengantisipasi jika

ada kuesioner yang rusak atau tidak diisi. Hasil dari penyebaran kuesioner

selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar pada tahap pengolahan data.

3.3. Tahap Pengolahan Data

Tahap pengolahan data terdiri dari dua langkah yaitu pengujian data dan

pengolahan data.

3.3.1. Pengujian Data

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan terhadap instrumen yang dipergunakan dalam mencari

data. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) juga valid. Dengan menggunakan alat ukur

yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan

menjadi valid. Langkah-langkah pengujian validitas meliputi:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang

berjumlah minimal 30 orang.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-18

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total.

Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r

product moment.

5. Mengambil kesimpulan.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrument ukur

di dalam mengukur variabel penelitian. Hasil pengukuran dikatakan dapat

dipercaya apabila mampu memberikan hasil ukur yang konsisten (reliable).

Dalam hal ini, relatif sama berarti dengan tetap menerima adanya toleransi

terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran

tersebut. Langkah-langkah pengujian reliabilitas meliputi:

1. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang

berjumlah minimal 30 orang.

2. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

3. Menghitung koefisien Cronbach’s Alpha, nilai r yang diperoleh kemudian

dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment, seperti pada uji

validitas.

4. Mengambil kesimpulan.

c. Uji Outlier

Uji outlier digunakan untuk mengetahui jika ada nilai ekstrim pada atribut

tertentu. Langkah-langkah pengujian outlier adalah sebagai berikut:

1. Membuat deskrptif dari data penelitian.

2. Melakukan standarisasi.

3. Menentukan outlier.

3.3.2. Pengolahan Data

a. Profil dan Perilaku Konsumen

Prosentase karakteristik /profil rsponden dan perilaku konsumen dalam

penggunaan ges elpiji dihitung. Formulasi untuk menghitung prosentase

tersebut, sebagai berikut:

%100´=Nnl

Al

Persamaan (3.2)

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-19

Dimana :

Al = persentase responden denga ciri/perilaku tertentu/perilaku

konsumen dalam pembelian.

nl = jumlah responden dengan ciri/perilaku tertentu.

N = total jumlah responden.

b. Analisis Cluster

Proses analisis cluster dilakukan untuk mengelompokkan objek-objek

berdasarkan persamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut, sehingga

objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kedekatan

hubungan satu sama lain. Langkah-langkah analisis cluster, sebagai berikut:

1. Merumuskan permasalahan.

Dengan cara mendefinisikan variabel-variabel yang digunakan untuk dasar

pengclusteran.

2. Memilih ukuran jarak atau kesamaan

Ukuran jarak menentukan kemiripan atau ketidakmiripan dari objek yang

akan diclusterkan.

a. Ukuran korelasi

Kesamaan antar objek dapat dilihat dari koefisien korelasi antar

pasangan objek yang diukur dengan beberapa variabel.

b. Ukuran jarak

1. Euclidean distance, merupakan ukuran jarak antara dua item X dan Y.

D(X, Y) = ( )2

å - ii YX

Persamaan (3.3)

2. Squared euclidean distance, merupakan ukuran jarak antara dua item X

dan Y.

D(X, Y) = ( )2å - ii YX

Persamaan (3.4)

3. Pearson correlation

Korelasi antara vektor nilai :

S( X , Y ) = ( )1-å

N

ZZ yixi

Persamaan (3.5)

di mana Zxi adalah nilai x yang telah distsaudara/irkan untuk item ke-i

dan N adalah jumlah itemnya.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-20

4. Chebychev

D(X , Y) = maxi ii YX - Persamaan (3.6)

5. Block

D( X , Y ) = ∑ ii YX - Persamaan (3.7)

c. Ukuran asosiasi

Ukuran asosiasi dipakai untuk mengukur data berskala nonmetrik

(nominal atau ordinal).

3. Memilih Prosedur Pengklusteran

Pembentukan cluster menggunakan prosedur nonhirarki, karena metode

ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan cluster

center sehingga distribusi objek (responden) sebagai anggota masing-

masing cluster lebih merata. Metode nonhirarki yan digunakan adalah

metode K-means clustering yang dikembangan oleh MacQueen.

4. Menetapkan Jumlah Cluster

Banyaknya cluster dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan teoritis,

konseptual, dan kepraktisan. Contohnya, kalau tujuan cluster untuk

mengidentifikasi segmen pasar, manajemen mungkin menghendaki cluster

dalam jumlah tertentu (katakan 3, 4, atau 5 cluster)

5. Interpretasi dan Profil Dari Cluster

Meliputi pengkajian mengenai centroids, yaitu rata-rata nilai objek yang

terdapat dalam cluster pada setiap variabel.

6. Menaksir Reliabilitas dan Validitas

a. Melakukan analisis cluster pada data yang sama dengan menggunakan

jarak yang berbeda dan membandingkan hasil lintas ukuran (across

measure) untuk menetukan stabilitas pemecahan.

b. Gunakan metode pengclusteran yang berbeda dan bandingkan hasilnya.

c. Pecah atau bagi data secara acak menjadi 2 bagian.

d. Hilangkan beberapa variabel secara acak. Lakukan pengclusteran yang

didasarkan pada sisa variabel kemudian bandingkan hasilnya dengan

hasil pengclusteran dengan data asli yang masih utuh.

c. Konsumsi Gas Elpiji

1. Menghitung jumlah konsumsi gas elpiji per keluarga.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-21

2. Menghitung jumlah konsumsi gas elpiji per orang.

3. Menghitung jumlah kebutuhan gas elpiji kota Surakarta.

3.4. Tahap Analisis Dan Interpretasi Hasil

Output pengolahan data dari tiap bagian dianalisis dan diinterpretasikan.

Dari hasil analisis dan interpretasi didapatkan informasi yang diharapkan dapat

bermanfaat.

3.5. Kesimpulan Dan Saran

Pada langkah kesimpulan dan saran ditarik kesimpulan dimana kesimpulan

ini dibuat berdasarkan analisis pengolahan data dan juga memberikan saran-saran

dimana saran berisi masukan untuk penelitian-penelitian beriutnya agar dapat

lebih baik lagi.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-1

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini membahas tentang proses pengumpulan data berikut data responden

serta proses pengolahan data yang terdiri dari pengujian validitas, reliabilitas,

analisis multivariat yang relevan terhadap penelitian yaitu analisis cluster, dan

perhitungan indeks konsumsi.

4. 1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada

responden yang relevan dalam penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan di kota

Surakarta dengan menggunakan teknik area sampling kemudian dilanjutkan

dengan teknik purposive sampling.

Untuk menentukan ukuran sampel yang diambil, dihitung berdasarkan

rumus Taro Yamane dengan tingkat ketelitian 95% didapat jumlah sebesar 400

responden. Adapun jumlah kuesioner yang disebar, yang dikembalikan, dan yang

dapat diolah adalah sebagai berikut:

§ Jumlah kuesioner yang disebar adalah 420 kuesioner.

§ Jumlah kuesioner yang dikembalikan adalah 406 kuesioner.

§ Jumlah kuesioner tidak lengkap 6 kuesioner.

§ Jumlah kuesioner yang sah dan dapat digunakan adalah 400 kuesioner.

Data sekunder penelitian didapatkan dari pertamina, BPS dan wawancara

langsung dengan masyarakat pengguna gas elpiji. Data-data tersebut adalah

jumlah penjualan gas elpiji di kota Surakarta, jumlah kepala keluarga, tingkat

kesejahteraan masyarakat kota Surakarta dan informasi mengenai program

konversi masyarakat, sosialisasi konversi gas elpiji, serta opini terhadap gas

elpiji

4. 2 Data Responden

Responden penelitian ini adalah masyarakat di wilayah radius geografis

yang telah ditentukan. Responden dipilih karena keberadaan pada waktu dan

tempat dimana riset sedang dilakukan. Akibatnya peluang terpilih sebagai sampel

hanya dimiliki oleh anggota populasi yang kebetulan berada di sekitar riset,

sedangkan anggota populasi yang tidak berada disekitar riset tidak memiliki

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

peluang menjadi sampel. Rekap profil responden selengkapnya dapat dilihat pada

gambar 4.1 - 4.8.

1. Tempat lahir

Gambar 4.1 Diagram batang tempat lahir masyarakat pengguna gas elpiji

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tempat lahir responden yang menduduki

persentase terbesar adalah eks karasidenan Surakarta.

2. Agama yang dianut

Gambar 4.2 Diagram batang agama yang dianut masyarakat pengguna gas elpiji

Agama terbesar yang dianut oleh responden adalah islam, karena agama islam

adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Surakarta.

3. Suku/etnis

Gambar 4.3 Diagram batang suku/etnis yang dianut masyarakat pengguna

gas elpiji

Ras/etnis responden yang terbesar adalah suku jawa.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-3

4. Usia responden

Gambar 4.4 Diagram batang usia masyarakat pengguna gas elpiji

Dari gambar dapat dilihat responden paling banyak berusia 31-40 tahun,

namun secara keseluruhan dapat dikatakan elpiji dipakai oleh semua kalangan

usia.

5. Pekerjaan responden

Gambar 4.5 Diagram batang pekerjaan masyarakat pengguna gas elpiji

Responden tidak bekerja memiliki persentase terbesar, para resonden ini

hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah.

6. Pendidikan responden

Gambar 4.6 Diagram batang tingkat pendidikan masyarakat pengguna gas elpiji

Responden 52% adalah tamat SLTA/sederajat, 30% tamat PT dan 14% tamat

SLTP/sederajat.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-4

7. Pendapatan responden

Gambar 4.7 Diagram batang pendapatan masyarakat pengguna gas elpiji

Tingkat pendapatan reponden yang memiliki persentase terbesar adalah

Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000.

8. Posisi di rumah

Gambar 4.8 Diagram batang posisi responden di rumah

Hampir seluruh responden memiliki posisi di rumah sebagai istri. hal ini

terjadi karena istri yang mengatur pengeluaran rumah tangga.

4. 3 Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi uji validitas dan reliabilitas, analisis cluster, dan

indeks konsumsi. Proses pengolahan uji validitas dan reabilitas diolah dengan

bantuan software excel dan analisis cluster dilakukan dengan bantuan program

Statistical Package for Social Science (SPSS) 12.0.

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pertanyaan-

pertanyaan dalam kuesioner mampu mengukur pertanyaan yang ingin diukur

(mampu mengukur konsepnya). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan data

seluruh responden yaitu sebanyak 400 responden. Pertanyaan yang diuji adalah

pertanyaan bagian III, karena pertanyaan tersebut berskala likert sedang

pertanyaan yang lain berskala nominal dan interval.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-5

Uji validitas dimulai dengan menghitung korelasi antara masing-masing

pernyataan dengan skor totalnya, dengan teknik korelasi product moment pearson

pada persamaan (2.1). Dari perhitungan didapat nilai-nilai (lihat pada lampiran).

Angka korelasi masing-masing variabel (r-hitung) dibandingkan dengan

nilai (r) product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Jika angka korelasi

hitung lebih besar dari angka (r) product moment, maka hipotesa dapat diterima

dan disimpulkan bahwa pernyataan tersebut berkorelasi positif dengan skor set

variabelnya.

Tabel 4.1 Rekapituasi perbandingan antara t-hitung dan (r) product moment

Variabel r -hitung r-tabel KeteranganX1 0.3174623 0.098 ValidX2 0.5081593 0.098 ValidX3 0.5783933 0.098 ValidX4 0.5008115 0.098 ValidX5 0.6841041 0.098 ValidX6 0.5648473 0.098 ValidX7 0.6793118 0.098 ValidX8 0.6878166 0.098 ValidX9 0.4504851 0.098 Valid

X10 0.5733663 0.098 ValidX11 0.535605 0.098 ValidX12 0.4598372 0.098 ValidX13 0.099485 0.098 Valid

Diperoleh hasil bahwa kesemua skor korelasi lebih besar dari skor tabel,

maka hipotesa dapat diterima, dan disimpulkan bahwa skor masing-masing atribut

berkorelasi positif dengan skor set variabelnya. Ini berarti data dapat dikatakan

telah valid yaitu bahwa atribut-atribut penelitian dalam suatu set variabel dapat

mewakili apa yang ingin diukurnya. Setelah melakukan uji validitas, pengolahan

data dilanjutkan pada uji reliabilitas.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui

konsistensi suatu instrumen ukur di dalam mengukur konsep yang sama. Dengan

kata lain, bila suatu instrumen ukur dipakai dua kali, untuk mengukur konsep

yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen

ukur tersebut dianggap reliabel. Adapun hipotesa untuk pengujian reliabilitas

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-6

adalah bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan komposit set

variabelnya.

Uji reliabilitas dilakukan dengan metode konsistensi inter item, yang

dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha menggunakan

persamaan (2.2). Dari perhitungan didapat rekapitulasi perhitungan uji reliabilitas

seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan uji reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha

Variabel (∑X) ∑(X2) (∑X)2 n Varian ButirX1 1660 7156 2755600 400 0.6675X2 1236 4168 1527696 400 0.8719X3 1544 6200 2383936 400 0.6004X4 1526 6044 2328676 400 0.555775X5 1632 6868 2663424 400 0.5236X6 1663 7117 2765569 400 0.50769375X7 1647 6959 2712609 400 0.44369375X8 1589 6507 2524921 400 0.48674375X9 1458 5624 2125764 400 0.773975

X10 1654 7016 2735716 400 0.441775X11 1733 7609 3003289 400 0.25194375X12 1668 7044 2782224 400 0.2211X13 1494 6052 2232036 400 1.179775

7.52587522.6174

0.722857273

Total varian butirTotal varian

Koefisien Cronbach Alpha

Skor-skor tersebut kemudian dibandingkan dengan angka korelasi (r)

product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Dalam hal ini angka korelasi

tabel untuk 400 responden adalah 0.772. Diperoleh hasil bahwa kesemua angka

Cronbach’s Alpha lebih besar dari skor tabel, maka hipotesa dapat diterima, serta

disimpulkan bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan

komposit set variabelnya. Ini berarti data dapat dikatakan telah reliabel yaitu

bahwa dapat dikatakan konsisten dalam mengukur jawaban responden.

4.3.3 Uji Outlier

Data outlier dapat terjadi karena kesalahan dalam pemasukan data,

kesalahan pada pengambilan sampel atau memang ada data-data ekstrim yang

tidak bisa dihindarkan keberadaannya. Tujuan uji outlier adalah untuk melihat ada

tidaknya data ekstrim atau data yang secara nyata berbeda dengan data-data lain.

Langkah-langkah uji outlier, sebagai berikut:

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-7

1. Standarisasi data, mengubah nilai dalam bentuk z-score, kemudian

menafsirkan nilai z-score tersebut.

2. Deteksi outlier, batas nilai z-score dengan rentang 3 sampai dengan 4. Dari

hasil dapat dilihat bahwa tidak ada satu data pun yang mengalami outlier.

Rekapitulasi uji outlier dapat dilihat pada lampiran.

4.3.4 Analisis Cluster

Analisis cluster adalah salah satu teknik multivariate yang tujuan

utamanya adalah mengelompokkan (klasifikasi) objek-objek ke dalam beberapa

grup berdasarkan karakteristik yang dimiliki masing-masing. Objek dapat

menyatakan konsumen (responden), produk, perusahaan dan entity lainnya.

1. Penentuan Tujuan Analisis

Dalam penelitian ini, analisis cluster dilakukan dengan tujuan untuk

mengelompokkan konsumen pengguna gas elpiji di kota Surakarta berdasarkan

demografi. Variabel demografi yang dipakai sebagai dasar pengelompokkan

adalah usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga.

2. Penyusunan Desain Riset Analisis

Desain risen analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran

kemiripan objek dan penstandarisasian data jika data sangat bervariasi dalam

satuan.

3. Pengujian Asumsi

Analisis cluster tidak termasuk teknik statistik inferensia, di mana

parameter analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi.

Analisis cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik; syarat

kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting kerena memberikan

pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji.

4. Pembentukan Cluster (Partisi)

Tahap selanjutnya adalah pembentukan cluster dengan prosedur nonhirarki

karena metode ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan

cluster centers sehingga distribusi objek (responden) sebagai anggota masing-

masing cluster lebih merata. Metode nonhirarki yang digunakan adalah metode

K-Means Clustering yang dikembangkan oleh MacQueen (Johnson, 1988), yang

memiliki algoritma sebagai berikut:

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-8

1. Tentukan centroid awal (seed point) untuk setiap cluster dari k cluster yang

dibentuk.

2. Tempatkan satu orang responden ke dalam cluster yang terdekat dengan

ukuran jarak euclidian distance. Kemudian menghitung titik centroid baru

untuk cluster yang mendapat tambahan anggota dan cluster yang kehilangan

anggota.

3. Ulangi langkah ke-2 hingga tidak terjadi lagi perpindahan responden.

Jumlah cluster ditetapkan antara 2 hingga 4 cluster karena apabila jumlah

cluster yang dibentuk terlalu banyak, akan menyulitkan interpretasi segmen-

segmen pasar yang terbentuk. Berdasarkan hal tersebut peneliti menetapkan

alternatif jumlah cluster yang digunakan sebanyak 3 cluster.

5. Interpretasi Hasil

Setelah mendapatkan jumlah cluster maka didapat tampilan pertama

(initial) proses clustering data sebelum iterasi, yang dapat dilihat pada

tabel 4.3.

Tabel ini berisi penilaian responden pada masing-masing cluster yang telah

ditransformasikan ke distribusi normal baku dengan rataan 0 dan variansi 1. Lebih

lanjut diketahui bahwa nilai positif (> 0) pada tabel mempunyai makna di atas

rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap faktor

tertentu adalah cenderung positif/baik. Sedangkan nilai negatif (< 0) mempunyai

makna di bawah rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster

terhadap faktor tertentu adalah cenderung negatif/buruk.

Tabel 4.3 Initial cluster centers untuk kota Surakarta

Cluster

1 2 3 Zscore(usia) -2.31746 2.01931 .93512 Zscore(income) 2.25428 1.37370 -1.26803 Zscore: Jumlah keluarga 1.09801 -2.26326 1.09801

Sedangkan tabel akhir dari proses clustering tampak pada tabel 4.4.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-9

Tabel 4.4 Final cluster Centers kota Surakarta

Cluster

1 2 3 Zscore(usia) .20392 -.22321 -.00123 Zscore(income) 1.09383 -.21435 -.75341 Zscore: Jumlah keluarga .52478 -1.27690 .53053

Dari tabel 4.4 dapat didefinisikan, sebagai berikut:

1. Cluster 1

Responden mempunyai usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas

rata-rata populasi.

2. Cluster 2

Responden mempunyai usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di

bawah rata-rata populasi.

3. Cluster 3

Responden mempunyai usia dan pendapatan di bawah rata-rata populasi serta

jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi.

Setelah terbentuk cluster, distribusi jumlah objek (responden) pada masing-

masing cluster dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari tabel tersebut dapat diketahui

bahwa dari 400 objek, cluster 1 berjumlah 129 objek, cluster 2 berjumlah 117

objek dan cluster 3 berjumlah 154 objek.

Tabel 4.5 Jumlah anggota tiap cluster kota Surakarta

Cluster 1 129.000 2 117.000 3 154.000

Valid 400.000 Missing .000

Kemudian perlu juga diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk

cluster tersebut mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Kolom cluster

menunjukkan besaran between cluster mean dan kolom error menunjukkan

besaran within cluster mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan

(2.10)

Seperti telah disebutkan sebelumnya, semakin besar nilai F pada suatu faktor

dan angka signifikansinya di bawah 0.05, maka semakin besar pula perbedaan

faktor tersebut pada cluster-cluster yang terbentuk. Pada tabel 4.6 dapat dilihat

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-10

bahwa untuk kota Surakarta, faktor yang memberikan perbedaan pada masing-

masing cluster yang terbentuk, berturut-turut dari besar ke kecil adalah faktor usia

(5,729), faktor pendapatan (323,022) dan faktor jumlah keluarga (413.734).

Tabel 4.6 Analysis of variance perbedan faktor pada tiap cluster kota Surakarta

Cluster Error

F Sig. Mean Square df Mean Square Df Zscore(usia) 5.597 2 .977 397 5.729 .004 Zscore(income) 123.567 2 .383 397 323.022 .000 Zscore: Jumlah keluarga 134.818 2 .326 397 413.734 .000

6. Profiling Cluster

Tahap selanjutnya adalah profiling cluster untuk menjelaskan karakteristik

setiap cluster berdasar profil tertentu. Adapun karakteristik yang digunakan

sebagai pembanding diambil dari data demografi dan perilaku pembelian

responden yang terdiri dari jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, posisi/peran

dalam keluarga, lama menggunakan LPG, jenis LPG yang digunakan, tempat

pembelian LPG, kegiatan yang dilakukan dengan LPG, frekuensi memasak di

rumah, pihak yang memberi pengaruh, pengambil keputusan, motivasi dalam

membeli LPG dan proses pengenalan konversi LPG. Proses profiling cluster

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Dari profiling cluster tersebut maka dapat diketahui karakteristik tiap

cluster masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta. Setelah diketahui

karakteristik tiap cluster maka ciri-ciri masing-masing cluster dapat dilihat pada

tabel 4.7.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-11

Tabel 4.7 Karakteristik cluster kota Surakarta

Cluster 1 Cluster 2 Cluster 31 Usia Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi2 Pendapatan Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi3 Jumlah Keluarga Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Diatas rata-rata populasi4 Jumlah Responden 129 orang 117 orang 154 orang 5 Jenis Kelamin Wanita Wanita Wanita6 Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga dan wiraswasta Ibu rumah tangga dan wiraswasta7 Pendidikan Tamat SLTA/ sedarajat dan Tamat PT/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat SLTP/ sedarajat dan Tamat SLTA/sederajat8 Posisi/peran dalam keluarga Istri Istri Istri9 Lama menggunakan LPG > 1 thn > 1 thn 6bln- 1 thn dan > 1 thn

10 Jenis LPG yang digunakan 12Kg 3 Kg dan 12 Kg 3 Kg11 Tempat pembelian LPG Agen LPG Warung Warung12 Kegiatan yang dilakukan dengan LPG Memasak dan Water heater Memasak Memasak13 Frekuensi memasak dirumah Setiap hari Setiap hari Setiap hari14 Pemberi pengaruh Keluarga Keluarga dan pemerintah Pemerintah15 Pengambil keputusan Istri Istri Istri16 Motivasi pembelian Praktis Murah dan praktis Murah, mudah didapatkan dan praktis17 Pengenalan LPG Iklan TV Iklan TV dan penyuluhan RT/RW Iklan TV dan penyuluhan RT/RW

No Karakteristik RespondenCluster Kota Surakarta

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-12

4.3.5 Konsumsi LPG

Analisis konsumsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola dan

tingkat konsumsi energi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji.

A. Pola Konsumsi

Berdasarkan teori konsumsi penggunaan gas elpiji dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga dan usia.

1. Pendapatan

Berdasarkan teori konsumsi, konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan maka akan semakin tinggi

tingkat konsumsi suatu produk.

a. Tabung 3 kg

Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg

berdasarkan pendapatan keluarga.

1 tabung 2 tabung 3 tabung 4 tabung 5 tabung 6 tabung 8.00

Jumlah tabung

0

10

20

30

40

50

Coun

t

Pendapatan

<Rp. 1000.000

Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000

>Rp. 2000.000 - Rp. 3000.000

>Rp. 3000.000 - Rp. 4000.000

>Rp. 4000.000

Gambar 4.9 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-13

Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg berdasarkan

pendapatan keluarga, yaitu:

Gambar 4.10 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan

Dari gambar 4.10 dapat dilihat persentase jumlah konsumsi gas elpiji di

setiap interval pendapatan keluarga.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-14

a. Tabung 12 kg

Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 12 kg

berdasarkan pendapatan keluarga.

1 tabung 2 tabung

Jumlah tabung dipakai

0

10

20

30

40

50

60C

ount

Pendapatan

<Rp. 1000.000

Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000

>Rp. 2000.000 - Rp. 3000.000

>Rp. 3000.000 - Rp. 4000.000

>Rp. 4000.000

Gambar 4.11 Diagram batang jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per

kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan

Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg

berdasarkan pendapatan keluarga.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-15

Gambar 4.12 Diagram pie jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per

kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan

Dari gambar 4.12 dapat dilihat persentase jumlah konsumsi gas elpiji di

setiap interval pendapatan keluarga.

2. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah konsumsi rumah

tangga.

a. Tabung 3 kg

Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg

berdasarkan jumlah anggota keluarga.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-16

2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

Jumlah anggota keluarga

0

10

20

30

40

50

60

Cou

nt

Jumlah tabung

dipakai

1 tabung

2 tabung

3 tabung

4 tabung

5 tabung

6 tabung

7 tabung

Gambar 4.13 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga

Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg

berdasarkan jumlah anggota keluarga.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-17

Gambar 4.14 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per

kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga

Dari gambar 4.14 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang

dikonsumsi untuk setiap keluarga.

b. Tabung 12 kg

1.0 2.0

Jumlah tabung

0

10

20

30

40

50

60

70

Cou

nt

Jumlah anggota

keluarga

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

Gambar 4.15 Diagram batang jumlah tabung elpiji 12 Kg yang dihabiskan

per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-18

Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg

berdasarkan jumlah anggota keluarga.

Gambar 4.16 Diagram pie jumlah tabung elpiji 12 Kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah

anggota keluarga

Dari gambar 4.16 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang

dikonsumsi untuk setiap keluarga.

3. Siklus Hidup dan Usia

Siklus hidup dan usia juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah konsumsi

rumah tangga.

a. Tabung 3 kg

Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg

berdasarkan usia.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-19

1 tabung 2 tabung 3 tabung 4 tabung 5 tabung 6 tabung 8.00

Jumlah tabung

0

10

20

30

40

Co

un

t

Usia

17-23 thn

24-30 thn

31-40 thn

41-50 thn

51-60 thn

Gambar 4.17 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia

Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg

berdasarkan usia.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-20

Gambar 4.18 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per

kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia

Dari gambar 4.18 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang

dikonsumsi disetiap interval usia.

b. Tabung 12 kg

1 tabung 2 tabung

Jumlah tabung

0

20

40

60

80

Coun

t

Usia

17-23 thn

24-30 thn

31-40 thn

41-50 thn

51-60 thn

Gambar 4.19 Diagram batang jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per

kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-21

Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg

berdasarkan usia.

Gambar 4.20 Diagram pie jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia

Dari gambar 4.20 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang

dikonsumsi disetiap interval usia.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-22

B. Tingkat Konsumsi

Selanjutnya, dari data penelitian, dapat ditentukan indeks konsumsi energi gas

elpiji per orangan, sebagai berikut:

· Consumsiå =å bulan 1 selama elpiji gasPemakaian

= S tabung 3 Kg + S tabung 12 Kg

= 4641 Kg » 52234455 kcal/kg

1 kg LPG = 11255 kcal/kg

· Indeks per keluarga = å

åKK

Consumsi

= 400

52234455 = 130586 kcal/kg per keluarga dalam 1 bln

= 11,6 Kg/keluarga dalam 1 bulan

· Indeks pe orangan = keluarga anggota rata-Rata

keluargaper Indeks

= 4

130586

= 32646,53438 kcal/kg per orang dalam 1 bulan

= 2,9 » 3Kg/orang dalam 1 bulan

· Kebutuhan elpiji di kota Surakarta

= å surakarta di keluarga kepala x keluarga kepala Indeks

= 1.541.582 kg/bulan

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-1

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Pada bab ini dilakukan analisis berdasarkan pengumpulan dan pengolahan

data yang telah dilakukan. Analisis yang akan dilakukan adalah perilaku

masyarakat dalam menggunakan gas elpiji, hasil pengolahan data dengan

menggunakan análisis cluster, indeks konsumsi penggunaan gas elpiji dan analisis

kelemahan penelitian.

5.1 Analisis Perilaku

Perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji di kota Surakarta

dapat dianalisis sebagai berikut:

1. Jenis Gas Elpiji Yang Digunakan

Gambar 5.1 Diagram batang jenis elpiji yang digunakan masyarakat Surakarta

Jenis gas elpiji yang paling banyak digunakan adalah jenis tabung 3 kg dan

diikuti tabung 12 kg. Hal ini dikarenakan tabung 3 kg masih disubsidi oleh

pemerintah sehingga harganya pun lebih murah dari tabung 12 kg.

2. Lama Penggunaan Gas Elpiji

Gambar 5.2 Diagram batang lama penggunaan gas elpiji yang digunakan

masyarakat Surakarta

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-2

Hampir seluruh responden telah menggunakan gas elpiji lebih dari 6 bulan.

Hal ini menunjukkan keberhasilan program konversi gas elpiji yang baru

disosialisasikan pada awal tahun 2009.

3. Tempat Pembelian Gas Elpiji

Gambar 5.3 Diagram batang tempat pembelian gas elpiji masyarakat Surakarta

Warung merupakan tempat yang paling banyak dituju oleh responden

dalam membeli gas elpiji. Kebanyakan warung memiliki jarak yang dekat dengan

rumah sehingga mempermudah dalam pembelian, selain itu di warung responden

dapat membeli dengan bentuk satuan.

4. Frekuensi Pembelian Gas Elpiji

Gambar 5.4 Diagram batang frekuensi pembelian gas elpiji masyarakat Surakarta

Untuk pemakaian tabung 3 kg frekuensi pembelian rata-rata dilakukan <1

minggu, 1 minggu dan 2 minggu sekali, adanya perbedaan ini dikarena kan oleh

berbagai macam faktor, antara lain perbedaan jumlah anggota keluarga, frekuensi

memasak/penggunaan gas elpiji dan faktor-faktor lainnya. Sedangkan untuk

tabung 12 kg rata-rata frekuensi pembelian dilakukan sebulan sekali.

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-3

5. Jumlah Anggota Keluarga

Gambar 5.5 Diagram batang jumlah anggota keluarga masyarakat Surakarta

Dari diagram di atas jumlah anggota keluarga responden yang paling

banyak adalah 5 orang. Semakinbanyak jumlah anggota keluarga semakin besar

jumlah gas elpiji yang digunakan.

6. Status Dalam Masyarakat

Gambar 5.6 Diagram batang status sosial responden dalam masyarakat

Status responden dalam masyarakat didominasi oleh masyarakat biasa,

masyarakat biasa adalah masyarakat umumnya, yaitu masyarakat yang tidak

mempunyai status sosial khusus dalam masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa

status sosial tidak menyebabkan terjadi perbedaan dalam mengkonsumsi gas epiji.

7. Posisi/jabatan Dalam Pekerjaan

Gambar 5.7 Diagram batang posisi/jabatan responden dalam bekerja

Lain-lain mempunyai nilai paling besar karena kebanyakan responden tidak

bekerja (dalam kuesioner ini masuk ke lain-lain). Hal ini membuktikan bahwa

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-4

posisi/jabatan dalam bekerja juga tidak menyebabkan terjadi perbedaan dalam

mengkonsumsi gas epiji.

8. Pengambil Keputusan

Gambar 5.8 Diagram batang pengambil keputusan dalam penggunaan gas elpiji

Pengambil keputusan terbesar dalam mengunakan gas elpiji jika dikaitkan

dengan kepala keluarga adalah istri, hal ini terjadi karena istri yang mengatur

pengeluaran rumah tangga.

9. Pemberi Pengaruh

Gambar 5.9 Diagram pie dan batang pemberi pengaruh dalam penggunaan

gas elpiji

Dari diagram pie 82% tidak ada yang memberi pengaruh dalam

menggunakan gas elpiji yang berarti dalam menggunakan gas elpiji responden

dilakukan atas keinginan sendiri. Sedangkan dari diagram batang pemberi

pengaruh dalam menggunakan gas elpiji adalah pemerintah yang dilakukan

melalui sosialisasi konversi gas elpiji.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-5

10. Kegiatan Penggunaan Gas Elpiji

Gambar 5.10 Diagram batang kegiatan penggunaan gas elpiji

Pemakaian gas elpji terbesar digunakan untuk memasak. Hal ini

mebuktikan bahwa gas elpiji merupakan barang pokok yang tidak bisa lepas dari

kehidupan sehari-hari.

11. Frekuensi Kegiatan Memasak

Gambar 5.11 Diagram batang kegiatan memasak dengan menggunakan gas elpiji

Kegiatan memasak paling besar dilakukan responden setiap hari. Frekuensi

memasak ini berpengaruh terhadap frekuensi jumlah tabung yang digunakan.

12. Motivasi Dalam Menggunakan Gas Elpiji

Gambar 5.12 Diagram batang motivasi dalam menggunakan gas elpiji

Motivasi masyarakat paling besar dalam menggunakan gas elpiji

dikarenakan kepraktisan dalam menggunakan. Selanjutnya harga elpiji dianggap

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-6

lebih murah dan lebih mudah didapatkan dari pada minyak tanah yang harus

mengantri berjam-jam untuk memperolehnya.

13. Pengenalan Program Konversi Gas Elpiji

Gambar 5.13 Diagram batang pengenalan program konversi gas elpiji

Ternyata cara responden mengenal gas elpiji paling banyak melalui iklan di

TV/media massa. Pemerintah banyak menayangkan iklan-iklan mengenai

konversi gas elpiji di TV, radio bahkan koran. Namun hal ini tidak lah cukup,

pemerintah harus lebih meningkatkan sosialisasi penyuluhan secara langsung

kepada masyarakat, hal ini terkait rumor-rumor mengenai gas elpiji yang jika

dibiarkan akna meresahkan masyarakat.

14. Kepercayaan Terhadap Program Konversi

Gambar 5.14 Diagram batang kepercayaan terhadap program konversi gas elpiji

Kepercayaan masyarakat terhadap konversi gas elpiji sangat beragam ada

yang percaya, cukup percaya dan kurang percaya. Kurang percayanya masyarakat

terhadap program konversi elpiji dikarenakan masyarakat masih kurang mengerti

maksud dan tujuan pemerintah dalam melakukan program ini. Selain itu

maraknya kasus peledakan gas elpiji membuat masyarakat merasa tidak aman

ketika menggunakan gas elpiji. Untuk itu sosialisasi diikuti pembenahan dari

material konversi perlu dilakukan agar mengembalikan kepercayaan masyarakat.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-7

15. Persepsi Terhadap Gas Elpiji

a. Sosialisasi

Gambar 5.15 Diagram batang persepsi terhadap penyuluhan gas elpiji

Materi iklan dan penyuluhan yang diberikan menurut resonden sudah

dapat dimengerti, mudah diingat,informatif, mendidik dan dapat dipercaya.

b. Harga

Gambar 5.16 Diagram batang persepsi terhadap harga elpiji

Hampir seluruh responden setuju bahwa harga gas elpiji lebih murah

dari minyak tanah. Hal ini dikarenakan gas elpiji masih mendapatkan

subsidi dari pemerintah sehingga harganya lebih terjangkau dari minyak

tanah. Selain itu didasarkan atas fakta bahwa pada penggunaan kompor

gas selama seminggu secara umum, rumah tangga akan mengunakan eliji

dengan massa 3kg (dari 3kg massa elpiji tersebut sama dengan 5,22 liter

minyak tanah), sedangkan dari jumlah 5,22 liter tersebut, ternyata jumlah

tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga pada umumnya

pula selama 5 hari. Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat kita ketahui

bahwa penggunaan gas elpiji lebih hemat dan irit dibandingkan

penggunaan minyak tanah karena memiliki selisih 2 hari penggunaan

dengan konversi massa yang sama.

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-8

c. Kemudahan dalam mendapatkan

Gambar 5.17 Diagram batang persepsi terhadap kemudahan dalam

mendapatkan elpiji

69% setuju dan 26 % sangat setuju bahwa gas elpiji lebih mudah

didapatkan dari minyak tanah. Masyarakat harus mengantri berjam-jam

hanya untuk mendapatkan 1 L minyak tanah. Karena hal ini lah menjadi

salah satu motivasi masyarakat memutuskan untuk beralih menggunakan

gas elpiji.

d. Ramah Lingkungan

Gambar 5.18 Diagram batang persepsi emisi gas elpiji

Lebih dari 80% responden setuju bahwa gas elpiji lebih ramah

lingkungan dari minyak tanah. Dilihat dari segi emisi (gas pembakaran)

ternyata berdasarkan fakta yang ada menjelaskan bahwa gas pembakaran

kompor minyak tanah berupa asap kompor menyebabkan asap dengan

tingkat polutan yang cukup tinggi dilihat dari warna asap kompor tersebut

yaitu hitam, sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti

lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-9

e. Praktis

Gambar 5.19 Diagram batang persepsi terhadap cara penggunaan elpiji

68% setuju dan 25% sangat setuju bila pemakaian gas elpiji lebih

praktis dari minyak tanah. Di segi penggunaan, LPG dinilai lebih mudah

dalam penggunaan dibandingkan penggunaan kompor yang menggunakan

minyak tanah dengan bukti semisal pada saat menggunakan kompor

minyak tanah, perlu menggunakan sumbu yang kemudian dibasahi dengan

minyak tanah dan disulut dengan api barulah sumbu tersebut akan

menghasilkan api yang digunakan untuk dimasukan ke sumbu kompor

guna meratakan sumbu (kapilaritas) pada kompor minyak tanah. Di sisi

lain ketika menggunakan kompor gas yang menggunakan LPG, maka

tidak perlu repot-repot untuk melakukan prosedur selama prosedur kompor

minyak tanah. Selain hal-hal kemudahan yang telah dijabarkan diatas,

kemudahan dan kepraktisan penggunaan kompor berbasis LPG adalah

kemudahan dalam perawatannya.

f. Keamanan

Gambar 5.20 Diagram batang persepsi terhadap keamanan elpiji

26% sangat setuju, 41% setuju, 13% ragu-ragu, 19% tidak setuju dan

1% sangat tidak setuju bahwa mereka masih merasa takut menggunakan

gas elpiji. Ketakutan masyarakat dalam menggunakan gas elpiji terpaku

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-10

pada rumor bahwa elpiji atau kompor gas lebih rawan untuk meledak.

Untuk masyarakat yang tidak setuju menganggap bahwa dengan

penggunaan yang benar ledakan pada gas elpiji dapat dihindari apalagi

saat ini pemerintah menetapkan bahwa tabung gas elpiji telah memenuhi

standard Safety SNI 19-1452-2001.

5.2 Analisis Cluster

Analisis cluster dilakukan untuk mencari karakteristik perilaku masyarakat

kota Surakarta dalam menggunakan gas elpiji. Dalam menggunakan gas elpiji

masyarakat Surakarta terdiri dari 3 cluster. Dari tabel 4.10 perbedaan dari ketiga

cluster ini akan dijelaskan, sebagai berikut:

1. Cluster 1

Cluster 1 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota

keluarga di atas rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTA dan PT/akademik,

menggunakan gas elpiji jenis 12 kg, membeli di agen, telah menggunakan

elpiji > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan wáter heater, dan

motivasi pembelian dikarenakan praktis.

2. Cluster 2

Cluster 2 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota

keluarga di bawah rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTA, menggunakan

gas elpiji jenis 3 kg dan 12 kg, membeli di warung, telah menggunakan

elpiji > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan motivasi

pembelian dikarenakan praktis dan murah.

3. Cluster 3

Cluster 3 mempunyai karakteristik usia dan pendapatan di bawah rata-rta

populasi tetapi memiliki jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi.

Pendidikan tamat SLTP dan SLTA, menggunakan gas elpiji jenis 3 kg,

membeli di warung, menggunakan elpiji 6 bulan - 1 tahun dan > 1 tahun,

menggunakan gas elpiji untuk memasak dan motivasi pembelian dikarenakan

murah, mudah didapatkan dan praktis.

Dari penjelasan perbedaan karakteristik ketiga cluster di atas, cluster 1

termasuk dalam masyarakat dengan ekonomi yang lebih mapan. Hal ini terlihat

dari jumlah pendapatan di atas rata-rata, dan tingkat pendidikan tamat SLTA dan

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-11

PT/akademik. Masyarakat pada cluster ini sudah menggunakan gas elpiji jauh

sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi gas elpiji,

pemakaian >1tahun, sehingga ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan

konversi gas elpiji, masyarakat pada cluster ini tidak terjadi perubahan perilaku.

Hal ini pun terlihat dari motivasi dalam mengunakan gas elpiji, mereka

menggunakan gas dikarenakan lebih praktis. Masyarakat cluster ini sudah tidak

merasa takut dalam menggunakan gas elpiji, dikarenakan mereka menganggap

ledakan dapat dihindari dengan penggunaan yang tepat. Cluster ini kebanyakan

menggunakan tabung 12 Kg, karena dirasa lebih praktis tanpa harus melakukan

pembelian ulang setiap minggunya, meskipun harga tabung 12 kg lebih mahal dari

tabung 3 kg. Penggunaan gas pada cluster ini tidak hanya untuk kebutuhan

memasak tetapi juga untuk water heater.

Cluster 3 adalah cluster yang dinilai sebagai sasaran paling potensial

dilakukannya program konversi gas elpiji. Hal ini dikarenakan cluster ini

mempunyai pendapatan dibawah rata-rata populasi, sedangkan jumlah anggota

keluarga di atas rata-rata populasi sehingga dapat dikategorikan sebagai keluarga

yang ekonominya masih rendah. Selain itu pembelian gas elpiji dimotivasi

dikarenakan gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan daripada minyak tanah.

Namun kendala bagi pemerintah, cluster ini memiliki tingkat pendidikan tamat

SLTP dan sebagian besar dulunya adalah pengguna minyak tanah, sehingga

program konversi gas elpiji bukan hanya merubah bahan bakar dari minyak tanah

ke gas elpiji tetapi juga merubah perilaku dan kebiasaan. Sebagian besar

masyarakat pada cluster ini masih merasa takut dalam menggunakan gas elpiji

dikarenakan tabung gas sering bocor dan meledak. Hal ini terjadi karena

kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan dan mengantisipasi jika

terjadi kebocoran pada tabung gas. Oleh karena itu pemerintah harus lebih

meningkatkan sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap

pemakaian dan perawatan produk konversi.

Cluster 2 adalah campuran cluster 1 dan 3. Hal ini terlihat dari

penggunaan tabung gas dimana sebagian menggunakan tabung 3 Kg dan

sebagiannya lagi menggunakan tabung 12 kg. Meskipun begitu cluster ini tetap

menjadi sasaran konversi gas elpiji karena cluster ini termasuk dalam masyarakat

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-12

menengah ke bawah, dilihat dari pendapatan di bawah rata-rata. Motivasi

menggunakan gas elpiji dikarenakan praktis dan murah.

5.3 Analisis Konsumsi

Konsumsi penggunaan gas elpiji dipengaruhi oleh faktor pendapatan,

jumlah anggota keluarga dan usia.

1. Pendapatan

Berdasarkan teori konsumsi, konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan maka akan semakin

tinggi tingkat konsumsi suatu produk. Namun, dari gambar 4.9 ternyata

pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap jumlah konsumsi gas elpiji.

Hal ini membuktikan bahwa gas elpji merupakan suatu barang kebutuhan

pokok yang dibutuhkan oleh semua orang dan tidak terpatok terhadap jumlah

pendapatan yang dimiliki.

2. Jumlah Anggota Keluarga

Dari gambar 4.13 dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga

berpengaruh terhadap jumlah konsumsi gas elpiji. Semakin banyak anggota

keluarga yang dimiliki maka akan semakin besar pula konsumsi gas elpiji

yang digunakan. Keluarga yang memiliki jumlah anggota 3 orang

mengkonsumsi sebanyak 3 tabung dalam sebulan, keluarga yang

beranggotakan 4 orang mengkonsumsi 4 tabung dalam sebulan dan keluarga

yang beranggotakan 5 orang mengkonsumsi 5-6 tabung dalam sebulan.

3. Usia

Dari gambar 4.17 diketahui bahwa siklus hidup dan usia tidak berpengaruh

terhadap konsumsi pemakaian gas elpiji. Hal ini membuktikan bahwa usia

bukanlah batasan dalam menggunakan gas elpiji.

Berdasarkan faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian gas elpiji yaitu

jumlah anggota keluarga dapat dilakukan perhitungan indeks konsumsi gas elpiji

yang digunakan oleh masyarakat Surakarta. Setelah melakukan perhitungan, maka

diperoleh indeks konsumsi gas elpiji per keluarga sebesar 130.586 kcal/bulan atau

11,6 Kg/bulan, indeks konsumsi gas elpiji perorangan sebesar 32.646 kcal/bulan

atau 2,9 Kg/bulan. Sedangkan jumlah gas elpiji yang dibutuhkan oleh masyarakat

Surakarta 1.541.912,614 kg/bulan.

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-13

1. Validasi terhadap real word

Berikut ini adalah grafik perbandingan antara kebutuhan gas elpiji kota

Surakarta secara nyata yang diperoleh dari Pertamina (data dapat dilihat pada

lampiran) dengan kebutuhan elpiji oleh peneliti, yaitu:

Gambar 5.21 Grafik konsumsi gas elpiji kota Surakarta

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara jumlah

kebutuhan gas elpiji dengan stok gas elpiji dari pertamina. Setiap bulannya

rata-rata pertamina menyediakan gas elpiji sebesar 2305 kl/bulan, sedangkan

kebutuhan gas elpiji masyarakat kota Surakarta sebesar 1.541.912,614

kg/bulan atau 3751 kl/bulan (3kg = 7,3 liter). Terdapat selisih yang cukup

besar antara tingkat produksi dengan kebutuhan masyarakat kota Surakarta.

Ketimpangan antara tingkat produksi dan kebutuhan masyarakat tersebut

akan menyebabkan kelangkaan gas elpiji di kota Surakarta. Besarnya jumlah

gap antara kebutuhan dan produksi gas elpiji ini dikarenakan peneliti

langsung mengalikan antara kebutuhan setiap keluarga berdasarkan

perhitungan dengan seluruh jumlah kepala keluarga yang ada di Surakarta.

Padahal kebutuhan konsumsi setiap keluarga tidak selalu bersifat linier.

2. Validasi terhadap penelitian yang telah ada

Berdasarkan hasil penelitian Yanti (2007), diperoleh energi useful sebesar

2,48 Kg/orang dalam sebulan. Sedangkan energi yang diperoleh oleh peneliti

sebesar 2,9 Kg/bulan. Meskipun metode yang digunakan dalam memperoleh

energi berbeda, pada penelitian Yanti (2007) energi diperoleh berdasarkan

energy final dan efesiensi alat memasak, sedangkan pada penelitian ini

perolehan energi langsung didapatkan dari jumlah energi yang di konsumsi

masyarakat, namun demikian jumlah energy useful yang diperoleh tidak jauh

berbeda.

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user VI-1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas kesimpulan dari analisa dan interpretasi hasil penelitian yang

mengacu pada tujuan penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran untuk

mengimplementasikan manfaat yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dan pengolahan data serta analisis

yang telah dilakukan, maka dari penelitian ini diambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. Profil masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta, mayoritas lahir di

karasidenan Surakarta, beragama islam, berasal dari suku jawa, berusia

31-40 tahun, tidak bekerja atau ibu rumah tangga, memiliki pendapatan 1jt-2 jt,

tingkat pendidikan tamat SLTA/sederajat, dan posisi dirumah sebagai istri.

2. Perilaku konsumen dalam menggunakan gas elpiji di kota Surakarta, sebagai

berikut:

a. paling banyak menggunakan tabung gas 3 kg, karena masih disubsidi oleh

pemerintah, sudah menggunakan gas elpiji > 1 tahun, dan lebih memilih

membeli gas elpiji di warung dari pada agen, dikarenakan lebih mudah dalam

pembelian dan jarak.

b. Mayoritas hanya masyarakat biasa dan tidak memiliki jabatan dalam pekerjaan

(tidak bekerja), hal ini membuktikan bahwa status sosial dan jabatan dalam

bekerja tidak bepengaruh dalam menggunakan gas elpiji.

c. Dalam menggunakan gas eliji dilakukan atas keinginan sendiri adapun yang

memberi pengaruh dari luar paling besar dipengaruhi oleh pemerintah melalui

sosialisasi konversi gas elpiji.

d. Gas elpiji digunakan sebagai bahan bakar utama dalam memasak dengan

mayoritas frekuensi kegiatan memasak dilakukan setiap hari dan motivasi

dalam menggunakan gas elpiji dikarenakan kepraktisan dalam penggunaan,

murah dan mudah didapatkan.

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS KONSUMSI .../Analisis... · memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user VI-2

e. Masyarakat mengangap gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan, lebih ramah

lingkungan dan praktis dari minyak tanah. Namun meskipun demikian masih

banyak masyarakat yang merasa takut dalam menggunakan gas elpiji terkait

rumor ledakan tabung gas elpiji.

3. Karakteristik masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta data dilihat pada

tabel 4.9.

4. Konsumsi penggunaan gas elpiji tidak dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan

usia, tetapi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang dimiliki. Semakin

banyak anggota keluarga, semakin besar jumlah konsumsi gas elpiji yang

digunakan. Kebutuhan gas elpiji per keluarga sebesar 11,6 Kg/bulan, konsumsi

gas elpiji perorangan sebesar 2,9 Kg/bulan dan konsumsi gas elpiji masyarakat

kota Surakarta sebesar 1.541.582 Kg/bulan atau 3751 KL/bulan sementara itu

jumlah produksi gas elpiji untuk kota Surakarta sebesar 2305 KL/bulan,

ketimpangan antara jumlah kebutuhan dan produksi ini dapat menyebabkan

terjadinya kelangkaan gas elpiji di kota Surakarta.

6.2 Saran

Untuk perbaikan selanjutnya, ada bebarapa saran yang dapat dijadikan

pertimbangan bagi pemerintah dan penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat

diberikan oleh penulis, sebagai berikut:

1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan cluster masyarakat 2 dan 3 dalam

melakukan sosialisasi konversi gas elpiji. Karena masyarakat pada cluster ini

rentan terhadap rumor-rumor yang berkaitan dengan gas elpiji.

2. Pertamina meningkatkan jumlah produksi gas elpiji untuk wilayah kota Surakarta,

mengingat ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi sebesar

1446 KL/bulan yang akan berakibat terjadinya kelangkaan gas elpiji di kota

Surakarta.