perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to...

63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK DAN LOMPAT KEDEPAN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : MOKHAMMAD FIRDAUS X 4606021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: dangkhue

Post on 04-May-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH

DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK DAN LOMPAT KEDEPAN

TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER

PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

MOKHAMMAD FIRDAUS

X 4606021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN

PENDEKATAN LONCAT TEGAK DAN LOMPAT KEDEPAN

TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER

PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA

TAHUN 2010

Oleh :

MOKHAMMAD FIRDAUS

NIM. X 4606021

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Mokhammad Firdaus. PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARANLOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK DANLOMPAT KEDEPAN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUHGAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14SURAKARTA TAHUN 2010, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember. 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh

pendekatan pembelajaran lompat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar

lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta

tahun 2010. (2) Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran lompat

tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Subyek dalam penelitian

ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/

2011 yang berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data adalah dengan tes dan

pengukuran kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Teknik analisis data yang

digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : (1) Ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran lompat jauh

dengan lompat tegak dan lompat kedepan terhadap kemampuan lompat jauh gaya

schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran

2010/2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing kelompok

adalah thit sebesar 3,24 > nilai ttabel5% sebesar 2.145. (2) Pendekatan pembelajaran

lompat jauh dengan lompat kedepan memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap

kemampuan lompat jauh gaya schnepper siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14

Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Peningkatan kelompok 1 (K1) sebesar

18,01%, lebih kecil dari pada kelompok 2 (K2) yaitu 25,41%

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Mokhammad Firdaus. EFFECT OF DIFFERENT LEARNINGAPPROACH LONG JUMP JUMP UP AND JUMP FORWARD LONGJUMP ON THE RESULT OF LEARNING STYLE ON STUDENTSCHNEPPER CLASS VIII PUTRA SMP NEGERI 14 SURAKARTA IN2010, Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education SebelasMaret University in Surakarta, December. 2010.

The purpose of this study is to determine: (1) The differences influence

learning approach jump up and jump forward to the results of learning style

schnepper long jump at the eighth grade boys SMP 14 Surakarta in 2010. (2)

Which is better between learning approach vertical jump and jump ahead of the

learning styles schnepper long jump at the eighth grade boys SMP 14 Surakarta in

2010.

This research uses experimental methods. The subjects in this study is the

son of eighth grade students of SMP Negeri 14 Surakarta school year 2010/2011,

amounting to 30 people. Data collection technique is to test and measurement

capabilities long jump schnepper style. The data analysis technique that is used

with the t test at significance level of 5%.

Based on the results obtained the following conclusions: (1) There is a

significant difference between learning approach long jump with a jump up and

jump ahead of the long jump ability schnepper force on the eighth grade boys

Surakarta SMP Negeri 14 Academic Year 2010/2011. By calculating the value of

the final test results of each group is at 3.24 tcount> ttabel5% value of 2145. (2)

learning approach to the long jump with a jump forward to have a better effect on

the ability of the long jump style schnepper eighth grade boys Surakarta SMP

Negeri 14 Academic Year 2010 / 2011. Increase in group 1 (K1) of 18.01%,

smaller than in group 2 (K2), ie 25.41%

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah: 11)

Jenius adalah 1%,bakat dan keringat 99 %

( Thomas Alva Edison )

Sesuatu yang kita dapatkan dengan susah payah akan selalu terkenang dan

sulit untuk melepaskannya

(Penulis)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada

Ibu dan Bapak Tercinta

Adiku Tersayang

Seseorang Yang Kusayang KDJ

Keluarga Besar KMS Menwa 905 UNS

Rekan Prodi Penjaskesrek ’06

Dan Almamater

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Dengan diucapakan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan

penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami

hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut

dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Prof.Dr. H.M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Drs. H. Sunardi, M.Kes. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Tri Winarti Rahayu, S.Pd., M.Or. sebagai pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala SMP Negeri 14 Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011,

yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Rekan POK ”06 yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan

Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini

dapat bermanfaat.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................................ i

PENGAJUAN.................................................................................................. ii

PERSETUJUAN ............................................................................................. iii

PENGESAHAN............................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR. ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah.................................................................. 3

C. Pembatasan Masalah................................................................. 3

D. Perumusan Masalah .................................................................. 3

E. Tujuan Penelitian...................................................................... 4

F. Manfaat Penelitian.................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI...................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6

1. Lompat Jauh ....................................................................... 6

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Lompat Jauh............. 8

3. Pembelajaran Penjasorkes ................................................... 14

4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP....................... 19

5. Pendekatan Pembelajaran...................................................... 23

6. Power..................................................................................... 24

7. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Schnepper..... 26

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

a. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh

Gaya Schnepper Menggunakan Lompat Tegak.............. 26

b. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh

Gaya Schnepper Menggunakan Lompat Kedepan.......... 28

B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 29

C. Perumusan Hipotesis................................................................. 31

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 32

B. Metode Penelitian .................................................................... 32

C. Definisi Operasional Variabel ................................................... 34

D. Populasi dan Sampel................................................................. 34

E. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 35

F. Teknik Analisis Data ................................................................ 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN...................................................................... 38

A. Deskripsi Data .......................................................................... 38

B. Uji Prasyarat Analisis Data ....................................................... 39

C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 41

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................... 45

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 47

A. Simpulan .................................................................................. 47

B. Implikasi................................................................................... 47

C. Saran ........................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49

LAMPIRAN .................................................................................................... 51

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Lompat Jauh Gaya

Schnepper Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)..................................... 38

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ......................................................... 39

Tabel 3 Tabel Range Katagori Reliabilitas .............................................................. 39

Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ....................................................... 40

Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas............................................................ 41

Tabel 6 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2....... 41

Tabel 7 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1 ........................ 42

Tabel 8 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2 ........................ 42

Tabel 9 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok....................... 43

Tabel 10 Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan

Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper Dalam Persen

Pada K1 dan K2 ........................................................................................... 44

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Awalan Lompat Jauh ............................................................................... 11

Gambar 2 Sikap dan Gerakan pada Waktu Akan Melakukan Tumpuan .................... 12

Gambar 3 Sikap Melayang di Udara......................................................................... 13

Gambar 4 Sikap Badan pada Waktu Mendarat ......................................................... 14

Gambar 5 Pembelajaran Loncat Tegak..................................................................... 27

Gambar 6 Pembelajaran Lompat Kedepan ............................................................... 28

Gambar 7 Rancangan Penelitian............................................................................... 32

Gambar 8 Pembagian kelompok secara Ordinal Pairing .......................................... 33

Gambar 9 Pemanasan............................................................................................... 89

Gambar 10 Pelaksanaan Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper ......... 90

Gambar 11 Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Lompat Tegak................ 90

Gambar 12 Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Lompat Kedepan............ 91

Gambar 13 Pelaksanaan Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper......... 91

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Gaya Schnepper...................... 51

Lampiran 2 Program Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Schnepper

dengan Lompat Tegak dan Lompat Kedepan ........................................ 52

Lampiran 3 Pengambilan Sampel Penelitian…………………………………… ...... 62

Lampiran 4 Data Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper ......... 63

Lampiran 5 Rangking Data Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya

Schnepper ............................................................................................. 64

Lampiran 6 Pengelompokan Sampel Penelitian Dengan Teknik Ordinal Pairing

Berdasarkan Urutan Rangking .............................................................. 65

Lampiran 7 Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya

Schnepper ............................................................................................. 66

Lampiran 8 Uji Normalitas Kelompok 1 dan Kelompok 2 ....................................... 70

Lampiran 9 Hasil Perhitungan Data Untuk Uji Homogenitas ................................... 72

Lampiran 10 Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper.................. 73

Lampiran 11 Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya

Schnepper ............................................................................................. 74

Lampiran 12 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai

Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper Kelompok

1 ........................................................................................................... 78

Lampiran 13 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai

Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper

Kelompok 2 ......................................................................................... 79

Lampiran 14 Uji Perbedaan Data Tes Awal Antara Kelompok 1 dan

Kelompok 2 .......................................................................................... 80

Lampiran 15 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1............ 82

Lampiran 16 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2............ 84

Lampiran 17 Uji Perbedaan Data Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan 2..................... 86

Lampiran 18 Prosentase Peningkatan Latihan Kemampuan Lompat Jauh Gaya

Schnepper pada Kelompok 1 dan Kelompok 2...................................... 88

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Lampiran 19 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian.................................................... 89

Lampiran 20 Surat-surat Ijin Penelitian ....................................................................... 92

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan, karena pendidikan

olahraga bersifat mendidik. Dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani dipakai

sebagai wahana atau pengalaman belajar. Pendidikan jasmani memberikan

dampak positif bagi siswa, yaitu dalam pembentukan psikomotor, perkembangan

afektif dan kognitif. Berdasarkan alasan tersebut, maka pendidikan jasmani

dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Nasional. Ditinjau dari pendidikan

jasmani dan kesehatan, aktifitas gerak siswa merupakan sarana pendidikan,

sehingga pendidikan jasmani dan kesehatan diharapkan dapat merangsang

perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa. Salah satu masalah menonjol

yang mengakibatkan lambatnya prestasi olahraga adalah masalah kurangnya

pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam praktek olahraga, diantaranya meliputi

aspek ilmu yang masih minim yaitu pemanfaatan dan pengembangan sarana dan

prasarana, teori belajar motorik sebatas teori saja, itupun dalam taraf yang belum

memuaskan, serta karena kurang efektif dan efisiennya pembinaan dan metode

pendidikan. Kondisi tersebut perlu di antisipasi dengan adanya penelitian

keolahragaan yang mengarah pada peningkatan ilmu dan sumber daya manusia

pada siswa. Pendidikan jasmani memiliki peran penting dalam rangka membentuk

manusia seutuhnya, karena tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan

jasmani. Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik,

melainkan juga perkembangan psikis siswa,

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan disekolah,

mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Cabang olahraga atletik terdiri

dari nomor jalan, lari, lempar, dan lompat. Di Sekolah Menengah Pertama salah

satu materi yang harus diajarkan dalam praktek atletik adalah lompat jauh gaya

schnepper. Untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

diperlukan pembelajaran-pembelajaran yang variatif dan inovatif, untuk

mengurangi kejenuhan pembelajaran. Selama ini pembelajaran lompat jauh yang

dilakukan oleh sebagian besar guru penjasorkes adalah pembelajaran lompat jauh

yang masih konvensional atau tradisional. Sehingga diperlukan kreatifitas dari

guru penjasorkes untuk memodifikasi pembelajaran lompat jauh gaya schnepper.

Pembelajaran lompat jauh dengan memperhatikan ketinggian tolakan dan

peningkatan loncatan kedepan selama ini belum pernah dilakukan dan

dipraktekkan dalam pembelajaran praktek penjasorkes khususnya lompat jauh di

tingkat Sekolah Menengah Pertama, sehingga hal ini menarik untuk melakukan

penelitian tentang pembelajaran lompat jauh dengan memperhatikan lompatan

tegak dan memperhatikan lompatan kedepan. Lompat jauh adalah salah satu

nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Tujuan utama dalam melakukan

lompatan adalah untuk mencapai lompatan yang sejauh- jauhnya.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus kreatif dalam

menyajikan materi pembelajaran dengan berbagai cara agar bahan pelajaran yang

disajikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Husdarta & Yudha M. Saputra

(2000 : 61) mengemukakan, “Keterampilan memvariasikan metode dalam proses

belajar mengajar meliputi tiga aspek (1) variasi dalam gaya mengajar, (2) variasi

dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, (3) variasi dalam interaksi

antara guru dan siswa”.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini diarahkan untuk mengetahui

perbedaan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan pendekatan

pembelajaran lompat tegak dan lompat kedepan. Masalah– masalah yang telah

diuraikan diatas yang melatar belakangi judul “Perbedaan pengaruh pembelajaran

lompat jauh dengan pendekatan loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil

belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14

Surakarta tahun 2010” .

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kurang optimalnya pengembangan prasarana dan sarana pembelajaran

penjasorkes sehingga pembinaan dan metode pendidikan tidak efisien.

2. Kurangnya kreatifitas guru penjasorkes untuk memodifikasi pembelajaran

lompat jauh.

3. Belum diketahui perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak

dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

C. Pembatasan Masalah

Berbagai permasalahan yang muncul maka masalah dalam penelitian ini

perlu dibatasi agar pembahasan tidak menyimpang dari judul penelitian.

Pembatasan masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan pendekatan

pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan.

2. Kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah tersebut, dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1. Adakah Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan

lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa

putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010?

2. Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran loncat tegak dan

lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa

putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas muka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat

kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra

kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

2. Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran loncat tegak dan

lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa

putra kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memiliki manfaat sebagai

berikut :

1. Secara praktis sebagai upaya untuk membantu meningkatkan kemampuan

lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14

Surakarta tahun 2010.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru penjaskes di SMP

untuk mempertimbangkan faktor-faktor meloncat tegak dan latihan melompat

kedepan sebagai rangsangan pembelajaran untuk mendukung pencapaian

prestasi lompat jauh secara maksimal.

3. Menjadi pengertian yang baru bagi penulis untuk mengetahui hasil

pembelajaran lompat jauh gaya schnepper yang maksimal.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lompat Jauh

Dalam olahraga atletik terdapat beberapa nomor perlombaan. Nomor-

nomor perlombaan itu seperti nomor jalan, nomor lari, nomor lompat, nomor

lempar. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam olahraga atletik.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Tamsir Riyadi (1985 : 2) yang menyatakan

nomor lompat terbagi menjadi beberapa nomor lomba, yaitu: “Lompat tinggi,

lompat jauh, lompat jangkit, dan lompat tinggi galah.”

Pengertian atau definisi dari lompat jauh menurut J.M. Ballesteros (1979

: 54) bahwa: “ Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan yang dibuat sewaktu

awalan dengan daya vertical yang dihasilkan dari kekuatan kaki saat melakukan

tolakan.” Pendapat lain dikemukakan oleh M. Yusuf Adisasmita (1992 : 112)

bahwa : “Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang olahraga

atletik. Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan

dengan menumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak

lompat sejauh-jauhnya. “

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa

lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat sejauh-jauhnya yang didahului

dengan lari awalan dengan jarak tertentu dan kemudian dilanjutkan dengan

gerakan menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan, lalu melayang di

udara dan mendarat pada bak lompat. Gerakan-gerakan tersebut merupakan suatu

rangkaian gerakan yang tidak terputus-putus atau dalam pelaksanannya

merupakan gerakan yang berkelanjutan.

Teknik dalam lompat jauh ada beberapa macam yang harus dikuasai oleh

seorang pelompat jauh. Hal ini dikemukakan oleh Tamsir Riyadi (1985 : 95)

sebagai berikut : “ Tinjaun secara teknis pada lompat jauh meliputi 4 masalah,

yaitu; cara melakukan awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara mendarat

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

melakukan pendaratan.” Hal ini sesuai dengan pendapat dari Aip Syarifuddin

(1992 : 90) tentang teknik lompat jauh sebagai berikut :

Nomor lompat (termasuk nomor lompat jauh) yang merupakan nomorteknik, maka teknik untuk lompat jauh yang benar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:a. Awalan atau ancang-ancang (Approach run)b. Tolakan (Take Off)c. Sikap badan di udara (Action in the Air)d. Sikap mendarat (Landing).

Dalam pelaksanaan lompat jauh, ada beberapa teknik atau gaya.

Menururt J.M, Ballesteros (1979 : 54) yang dimaksud gaya dalam lompat jauh

adalah : "Gerak yang dibuat di udara (Sesudah tolakan) disebut teknik lompatan /

gaya." Memperhatikan dari pengertian di atas, yang dimaksud dengan gaya yaitu

posisi badan pelompat pada waktu melayang. Dalam tahap melayang di udara

yang penting bukan cara melayangnya tetapi tetap terpelihara keseimbangan

badan dan mengusahakan tahanan udara sekecil mungkin sehingga menambah

lamanya lompatan. Di dalarn lompat jauh ada tiga macam gaya, seperti yang

dikemukakan oleh Tamsir Riyadi (1985 : 95) yaitu : "Dalam lompat jauh terdapat

tiga macam gaya, yaitu : gaya jongkok, gaya tegak (schnepper) dan gaya jalan di

udara. Perlu diketahui yang menyebabkan adanya perbedaan dari ketiga gaya

tersebut hanya terletak pada saat melayang di udara saja." Pada saat melayang ini,

keseirnbangan tubuh pelompat haruslah dijaga dan jika seorang pelompat

dianjurkan untuk membuat gerakan yang dapat menambah jauhnya lompatan.

Soegito (1989 : 39) menyatakan bahwa : “Sikap melayang, adalah sikap setelah

gerakan melompat dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas. Pada saat

itu keseimbangan harus dijaga jangan sampai jatuh, bahkan kalau mungkin harus

diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jauh jarak jangkauan”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya dalam

lompat jauh dilakukan pada waktu seorang pelompat jauh berada pada saat

melayang di udara.

a. Lompat jauh gaya Schnepper

Dalarn gaya ini pada saat melayang di udara, seorang pelompat seolah-

olah membentuk gerakan menggantung di udara. Sedangkan teknik gerakan

lompat jauh gaya schnepper menurut Tamsir Riyadi (1985:98) yaitu :

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Setelah kaki kanan bertumpu, maka kaki kanan diangkat ke depan seperti pada

gaya jongkok. Kedua tangan diangkat ke depan. Pada saat kaki kanan lepas dari

tanah dan badan mulai melayang di udara, kaki kiri yang sudah terayun ke depan

tadi segera diayun ke belakang kembali sehingga sejajar dengan kaki kanan.

Menjelang sampai pada titik ketinggian kedua kaki (terutama bagian paha)

bersama-sama diayunkan ke belakang dalam posisi kedua lutut agar di tekuk

rileks dan wajar, badan membusur ke depan (ditegakkan atau melenting) kedua

lengan diayun ke depan-atas (dapat pula diayun ke samping bawah), pandangan

ke depan atau serong atas. Kemudian saat badan mulai bergerak turun, kedua kaki

diayun dan diluruskan jauh ke depan, perhatian dipusatkan bawah sikap badan,

kaki dan kedua lengan hampir sama dengan gaya jongkok.

Lompat jauh gaya menggantung atau gaya lenting (schnepper)

merupakan gaya lompat jauh yaitu pada saat melayang di udara membentuk sikap

seperti orang menggantung.Seperti dikemukakan Aip Syarifudin (1992: 94)

bahwa, “lompat jauh gaya menggantung disebut juga gaya lenting (schnepper).

Gaya ini sama seperti sikap badan orang yang sedang menggantung dengan badan

dilentingkan kebelakang”. Lebih lanjut Aip Syarifudin (1992: 94) sikap badan saat

melayang di udara pada lompat jauh gaya menggantung yaitu “Pada waktu lepas

dari tanah (papan tolakan), sikap badan di udara melenting kebelakang,kedua kaki

lemas ditarik kebelakang. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa atau

diayun kedepan,badan dibungkukan,kemudian mendarat pada dua kaki kedua

tangan ke depan”. Untuk mencapai prestasi Lompat jauh, maka bagian bagian

yang terlibat dalam gerakan lompat jauh harus dirangkaikan dengan baik dan

harmonis.

2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lompat Jauh

Keberhasilan untuk melopat sejauh-jauhnya dipengaruhi oleh banyak

faktor. Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Unsur-unsur yang berpengaruh

terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi gaya

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan

keseimbangan”. Sedangkan Jonath U, Haag E, dan Krempel R. ( 1987 : 196 )

persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: “Faktor kondisi fisik yaitu,

kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama.

Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan

pendaratan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, untuk mencapai

prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik.

Ditinjau dari faktor kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi

pencapaian prestasi lompat jauh antara lain: daya ledak, kecepatan, kekuatan,

kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat

meliputi awalan, tolakan, melayang diudara dan pendaratan. Prestasi yang tinggi

dapat dicapai, jika unsur-unsur kondisi fisik yang terlibat dikerahkan dengan

teknik yang benar.

a.Teknik Lompat Jauh Gaya Schnepper

Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus

dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang

dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan benar. Berkaitan

dengan teknik lopmat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Tinjauan

secara teknis pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu, cara melakukan

awalan, tumpuan, melayang diudara dan cara melakukan pendaratan”. Menurut

Jonath et al. ( 1987 : 197 ) bahwa, “Lompat jauh dapat dibagi ke dalam ancang-

ancang, tumpuan, melayang dan mendarat”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, teknik lompat

jauh terdiri dari empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat.

Kempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan

tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih

jelasnya keempat teknik lompat jauh gaya schnepper dapat diuraikan secara

singkat sebagai berikut:

1) Awalan

Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan

adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar

merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan

yang sejauh-jauhnya.

Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum

salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Jes Jerver ( 1999 : 34 )

menyatakan “Maksut berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan

kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu

take of “. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari

mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan

tersebut antara 30-35 meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Tamsir Riyadi

( 1985 : 95 ) menyatakan:

Jarak awalan tergantung dari masing-masing atlet. Bagi pelompat yangdalam jarak relatif pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal(full speed) maka jarak awalan cukup dekat/pendek saja (sekitar 30-35meter atau kurang dari itu). Sedangkan bagi atlet lain dalam jarak relatifjauh baru mencapai maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh sekitar40-45 meter atau lebih jauh dari itu. Bagi pemula sudah barang tentu jarakawalan lebih pendek dari ancer-ancer tersebut.

Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat

individual tergantung dari masing-masing pelompat. Kecepatan awalan harus

sudah dicapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat

langkah terakhir sebelum menumpu tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat

menolak dibalok tumpuan.

Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan

dengan kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau

diperlebar untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Menurut

Aip Syarifuddin ( 1992 : 91 ) bahwa, “Untuk menjaga kumingkinan pada waktu

melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan,

biasanya pelompat membuat dua buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan

memulai melakukan awalan dengan papan tolakan”. Untuk lebih jelasnya berikut

ini disajikan ilustrasi pemberian tanda untuk membuat cherkmark untuk ketepatan

tumpuan sebagai berikut :

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Bak Pasir

Tanda 30-35 m Tanda

pertama kedua

Papan tolak

Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh

(Aip Syarifuddin, 1992:91)

2) Tumpuan

Tumpuan merupakan perubahan gerak horisontal ke gerak vertikal yang

dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya

pelompat sudah mempersiapkan diri untuk tolakan sekuat-kuatnya pada langkah

terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan

dilakukan dengan menjejakan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah

melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke atas yang benar. Jes Jarver (

1999 : 35 ) menyatakan, “Maksud dari take off adalah merubah gerakan lari

menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil

memperahankan kecepatan horisontal badan ke depan membuat sudut lebih

kurang 45 dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi

horisontal.

Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal

dengan menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan

tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu ( melewati

balok tumpuan ), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika

penempatan kaki tumpu jauh berada balok tumpuan akan sangat merugikan

terhadap pencapaian lompatan. Menurut Tamsir Riyadi ( 1985 : 96 ) teknik

menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:

1) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat.2) Sesaat akan menumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan

berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik (sekitar 45 )

3) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan.4) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta di ayunkan ke depan atas.

Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah)

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

5) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisilutut ditekuk.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai

berikut:

Gambar 2. Tumpuan dalam Lompat Jauh

(Tamsir Riyadi, 1985 : 98 )

3) Melayang Di Udara

Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan

kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan

tolak, badan sipelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya

penarik bumi”. Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang

disebut berat badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-

kira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak kebelakang.

Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus

melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan

kedua tangan kearah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan

yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan

melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih

jauh, karena kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang

menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu

diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh,

sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al (1987 : 200) menyatakan, “Pada

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan

pendaratan”.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh

sebagai berikut :

Gambar 3. Sikap Melayang di Udara

(Tamsir Riyadi, 1985 : 99 )

4) Pendaratan

Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat

jauh. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat

dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus

dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan hamper duduk dan kaki

lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh

pasir, pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan,

sehingga badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan.

Menurut Soegito (1992 : 41) teknik pendaratan sebagai berikut :

1) Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai

berikut :

a) Luruskan kedua kaki ke depan.

b) Rapatkan kedua kaki sejajar.

c) Bungkukkan badan ke depan.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

d) Ayunkan kedua tangan ke depan.

e) Berat badan dibawa ke depan.

2) Pada saat jatuh di pasir atau mendarat :

a) Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar.

b) Segera lipat kedua lutut.

c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah

arah belakang.

Berikut ini disajikan teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya

schenepper sebagai berikut :

Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh

(Tamsir Riyadi, 1985 : 101 )

3. Pembelajaran Penjasorkes

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan.

Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program

sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian

penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak

akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu

senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan

mentalnya. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira,

tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-

mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-

olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak

berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani

merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk

mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah

penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan

IPA, dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal

tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara

serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang

pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya

membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran,

seperti kebugaran jasmani yang rendah.

Di kalangan guru penjas sering ada anggapan bahwa pelajaran

pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya cukup

dengan cara menyuruh anak pergi ke lapangan, menyediakan bola sepak untuk

laki-laki dan bola voli untuk perempuan. Guru tinggal mengawasi di pinggir

lapangan. Kelemahan ini berpangkal pada ketidakpahaman guru tentang arti dan

tujuan pendidikan jasmani di sekolah, di samping ia mungkin kurang mencintai

tugas itu dengan sepenuh hati. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah

mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat

yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak

itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat,

agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Tujuan

pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan

kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina

sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial,

emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk

mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam

melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan

pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu

mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah

bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya

sebagai pelatih atau pengatur kegiatan. Misi pendidikan jasmani tercakup dalam

tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor.

Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak

pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam

perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan

pembelajaran pengembangan domain psikomotor. Dalam hal ini, untuk mencapai

tujuan tersebut , guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa

yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang

mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik itu

dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional

dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh,

yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.

a. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Teori-teori ilmu olah raga merupakan dasar yang fundamental sebagai

penunjang dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Guru merupakan

sarana menyambung ilmu-ilmu tersebut dengan sistem atau metode pembelajaran

agar disiplin ilmu tersebut tersampaikan dengan baik. Akan tetapi penguatan

dalam praktik di lapangan adalah salah satu cara agar keseimbangan interaksi

antara teori dan praktek dalam pembelajaran akan membawa keberhasilan dalam

penampilan olahraga. Prinsip-prinsip pengaturan pelaksanaan gerakan dalam

proses pembelajaran hendaknya harus diperhatikan oleh seorang guru agar

tercapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang benar sehingga

menghasilkan peningkatan kualitas. Menurut Sugiyanto (1996: 55-57) bahwa,

"ada beberapa prinsip dalam pengaturan melakukan gerakan antara lain, prinsip

pengaturan giliran praktek, beban belajar meningkat, kondisi belajar bervariasi

dan pemberian motivasi dan dorongan semangat".

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Aktifitas bergerak merupakan ciri khas dari pembelajaran jasmani.

Ketika seorang siswa mengikuti pelajaran Penjas, di sana pasti terdapat aktifitas

gerak. Belajar gerak merupakan salah satu sarana untuk memperoleh ketrampilan

gerak yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan jasmani. Sugiyanto (1996: 25)

menerangkan : "belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-

respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh".

Dari pendapat di atas menerangkan bahwa gerak merupakan proses

pembelajaran pendidikan jasmani mempelajari pola-pola keterampilan tubuh.

Sehingga ada syarat-syarat dalam belajar gerak yang harus dipenuhi. Soemanto Y.

(1990: 6) menerangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam belajar gerak

adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui tujuan. Jadi harus mengenal dan yakin akan kegunaan tujuanitu bagi dirinya.

2) Mempunyai tanggapan yang jelas terhadap kecakapan itu.3) Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan. Pada taraf permulaan yang

penting adalah teknik gerakan yang benar, selanjutnya baru menujuprestasi.

4) Latihan untuk meningkatkan prestasi.

Manusia adalah individu yang sangat unik. Perbedaan sifat, kualitas

maupun perilaku merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tiap-tiap

karakter manusia. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu

memiliki potensi yang berbeda untuk berhasil dalam mempelajari keterampilan

gerak. Namun sebenarnya pencapaian keterampilan gerak bukan hanya

dipengaruhi oleh faktor fisik atau sifat bawaan melainkan juga, dipengaruhi oleh

faktor lingkungan baik secara kualitatif maupun kuantitatif atau menunjang proses

belajar gerak, yang pada gilirannya akan menentukan tingkat prestasi.

Untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar yang optimal, maka perlu

dipelajari tentang unsur-unsur yang berkaitan dengan proses pembelajaran

pendidikan jasmani. Unsur-unsur tersebut meliputi: kurikulum pendidikan

jasmani, prinsip-prinsip pembelajaran dan jenis-jenis latihan. Apabila unsur-unsur

tersebut dapat terpenuhi dalam proses pembelajaran, maka diharapkan tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Menurut Drowatzky yang dikutip

Sugiyanto (1996:27) belajar gerak adalah: "belajar yang mewujudkan mulai

respon-respon muscular diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh".

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Pendapat lain dikemukakan Rusli Lutan (1988: 102), "belajar motorik adalah

seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang

mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil".

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar

motorik merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil

dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan

perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor

tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang lebih tua lebih

terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak lebih muda),

meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar.

b. Tahapan Belajar Keterampilan

Proses belajar gerak keterampilan membahas tentang apa yang terjadi

pada diri pelajar, apa yang diperbuat oleh pelajar serta tingkat penguasaan yang

dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Di sini waktu berperan dalam proses

atau tahapan belajar keterampilan. Sugiyanto (1996: 45-47) mengemukakan

bahwa proses belajar keterampilan dibagi dalam 3 fase:

1) Fase KognitifMerupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Pada fasekognitif, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakanyang dipelajari.

2) Fase AsosiatifFase asosiatif desebut juga fase menengah. Pada fase asosiatif inimenerangkan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secaraterpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakanketerampilan.

3) Fase OtonomFase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Faseini ditandai dengan tingkat penguasaan gerak dimana pelajar mampumelakukan gerakan keterampilan secara otomatis.

Proses belajar yang berulang-ulang serta pendalaman materi dapat

mempercepat tahapan belajar keterampilan. Dari ketiga fase atau tahapan belajar

di atas dapat tercapai dengan cepat atau lambat, tergantung ketekunan pelajar serta

dukungan dari guru pendidik.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa

adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.

Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti

mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara umum remaja

dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana

remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja

juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan

juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.

Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh

waktu tertentu. WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:

- Remaja Awal : 10 – 14 tahun

- Remaja akhir : 15 – 20 tahun

Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat

dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah

Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-

masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal ini berkisar antara umur 10-14

tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang

ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam

tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.

b. Ciri-Ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi

perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa

perubahan yang terjadi selama masa remaja.

1) Ciri Fisik/Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan

menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja

laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja mengalami perubahan yang sangat besar.

Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam

memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones)

yang saling berhubungan dengan pertumbuhan.

Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa

sistem reproduksinya sudah efektif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti

payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan

dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya

hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal

pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

2) Ciri Psikologis

Psikologis Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki

beberapa ciri sebagai berikut:

a) Kegelisahan

Remaja mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang

hendak diwujudkan di masa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum

memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik

menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai

mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.

b) Pertentangan

Pertentangan pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua

mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang

lain.

c) Mengkhayal

Keinginan menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan.

Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal

mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang

menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya munculnya sebuah ide cemerlang.

d) Aktivitas kelompok

Berbagai macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka

berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.

e) Keinginan mencoba segala sesuatu

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity), mereka lalu

menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah

dialaminya.

c. Ciri-Ciri Penting Pada Masa Remaja Awal atau Anak SMP

1) Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual

Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks

sekunder mulai berkembang seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya jakun

pada anak laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa

menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada. Dengan adanya kedewasaan biologis

ini, remaja memiliki kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa

lainnya dalam hal reproduksi.

2) Masa remaja awal merupakan periode yang singkat

Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam

perkembangan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat,

yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.

3) Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan pesat

Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada

anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan

dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.

4) Masa remaja awal merupakan masa negatif

Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan

atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang pada masa sebelumnya sudah

berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli psikologi

perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua.

d. Perkembangan Anak Usia SMP

Selama di SMP/ MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif,

afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa

anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya

merupakan fenomena yang harus di hadapi oleh guru.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

1) Perkembangan Aspek Kognitif

aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan

dan ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang

dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan

menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika

formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti

peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu

kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan

menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam.

Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa

dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu

alat vital untuk kegiatan kognitif.

2) Perkembangan Aspek Afektif

Ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan

afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau

sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan

orang lain.

3) Perkembangan Psikomotorik

Perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan

jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa

tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering

menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak

memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses

pencarian jati diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Yudha M. Saputra (2001: 13)

bahwa”, siswa SMP berada pada tahap pencarian jati diri, mereka selalu mencari

sesuatu yang baru”.

Berdasarkan uraian diatas, guru harus mampu menciptakan kondisi belajar

yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP. Seorang guru harus mampu

membangkitkan motivasi belajar siswa dengan memberikan bentuk-bentuk

pembelajaran yang menyenangkan dan mengandung unsur kompetisi dan

tantangan, tetapi tujuan pembelajaran tetap tercapai. Salah satunya dengan

menggunakan media alat bantu. Termasuk dalam membelajarkan lompat jauh

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

gaya jongkok. Guru harus mempunyai kreativitas dan inisiatif agar pembelajaran

lompat jauh tidak membosankan siswa, diantaranya dengan menggunakan alat

bantu tali dan kotak kardus.

Dengan mengetahui karakteristik siswa, diharapkan guru dapat

menciptakan ide dalam penyusunan program pembelajaran yang sesuai. Terutama

dalam upaya membentuk karakter dan mempersiapkan para siswa untuk

menghadapi masyarakat diluar sekolah. Selain itu juga dapat mengembangkan

bermacam-macam aspek perkembangan siswa pada tingkat SMP. Aspek yang

dapat dikembangkan mencakup fisik, motorik, sosial, emosional, kepribadian,

kognisi, keterampilan olahraga dan sebagainya.

5. Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pengertian pendekatan secara umum dapat diartikan atau disamakan

dengan proses, metode atau cara untuk mencapai sesuatu. Perlu memahami arti

dari masing masing kalimat pendekatan pembelajaran. Menurut definisi kata,

pendekatan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, atau cara untuk

mendekati sesuatu. Sedangkan pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana

para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga

terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya.

Berdasarkan dua pengertian tentang pendekatan dan pembelajaran

tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara

kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses

pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa,

"pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku

siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh

hasil belajar secara optimal". Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang

akan ditempuh oleh guru dan siswa dengan cara mempergunakan teknik yang

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

didasari oleh pengertian yang mendalam guna mencapai tujuan instruksional

dalam mencapai tertentu.

Dari pendapat ahli yang dikemukakan di atas, dalam proses pembelajaran

terjadi dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu: (1) ada satu pihak yang

memberi, dalam hal ini guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu, perserta didik

atau siswa. Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas

merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, baik pengelolaan

dalam persiapan, proses hingga evaluasi pengajaran. Sementara siswa merupakan

subyek dalam pembelajaran yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan dalam

proses pembelajaran. Karena siswa merupakan pelaku utama dalam melaksanakan

segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Kedua pihak tersebut saling berkaitan

dan berinteraksi dalam proses pembelajaran. Sehingga komponen tersebut tidak

dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar, yaitu guru menyampaikan materi

pelajaran dan siswa menerimanya. Maka dari itu pembelajaran dapat terjadi

apabila terjadi interaksi antara guru dan siswa.

Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan

akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya alasan untuk

belajar dan siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan. Dalam tujuan

pembelajaran dapat dicapai sehingga perlu dibuat program pembelajaran yang

baik dan benar. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang

menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat alokasi

waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran.

6. Power

a.pengertian Power

Power merupakan perpaduan dua unsur komponen kondisi fisik yaitu

kekuatan dan kecepatan.Kualitas power akan tercermin dari unsure kekuatan dan

kecepatan yang dalam pelaksanaanya dilakukan dengan eksplosif dalam waktu

yang sesingkat mungkin. Berkaitan dengan power, Sajoto (1995: 17) menyatakan

bahwa “Daya ledak otot atau muscular power adalah kemampuan seseorang untuk

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

melakukankekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerjakan dalam waktu

sependek-pendeknya. Dalam hai ini dinyatakan bahwa daya otot adalah perkalian

antara kekutan dan kecepatan”. Sedangkan menurut Sugiyanto (1999: 21)

mengemukakan bahwa “Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang

memungkinkan kerja otot atau sekelompok otot dan kecepatan rangsangan syaraf

serta kecepatan kontraksi”.

Berdasarkan definisi diats bdapat ditarik kesimpulan bahwa daya ledak

atau power merupakan gabungan antara dua unsure yaitu kekuatan dan kecepatan

dalam berkontraksi. Dengan dmikian untuk dapat menghasilkan power otot yang

baik diperlukan latihan kekuatan dan kontraksi otot. Adapun tujuan latihan power

adalah untuk meningkatkan ketrampilan teknik serta penekanan pada beban untuk

tiap elemen gerakan.

b.Jenis-jenis Power

Bompa (1990 : 285) membedakan power menjadi 2 jenis, yaitu power

askilik dan power skilik. Power askilik secara dominan diperlukan pada cabang

olahraga melempar,menolak,dan melompat (atletik), unsur-unsur gerakan

senam,beladiri,loncat indah dan permainan. Sedangkan power Siklik diperlukan

pada cabang olahraga antara lain dayung,bersepeda,renang, dan berlari cepat.

c.Unsur-unsur Penentu Power

Ada beberapa hal yang dapat menentukan kemampuan power seseorang

untuk menghasilkan power,seseorang harus memiliki kecepatan dan kekuatan

yang baik. Menurut Suharno H.P (1985: 59) faktor-faktor penentu power adalah:

1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih dan atlit

2) Kekuatan otot dan kecepatan otot

3) Waktu rangsangan dibatasi secara kongkrit lamanya

4) Koordinasi gerak harmonis

5) Tergantung banyak sedikiynya zat kimia dalam otot (ATP)

Pada dasrnya penentu baik dan tidaknya power yang dimiliki seseorang

tergantung pada intensitas kontraksi otot dan kemampuan otot untuk berkontraksi

secara mksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima rangsangan serta

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

produksi biokimia dalam otot sangat menentukan power yang dihasilkan. Jika

unsur-unsur tersebut diatas dimiliki seseorang,maka ia akn memiliki power yang

baik. Namun sebaliknya jika unsur-unsur tersebut tidak memiliki maka power

yang dihasilkan juga tidak akan baik.

7. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh

Kemampuan lompat jauh dipengaruhi oleh baiknya power otot tungkai,

power otot tungkai yang dimiliki seseorang akan lebih baik apabila dilatih secara

sistematis dan kontinyu dengan metode yang tepat dan baik. Tanpa dilatih secara

sistematis dan kontinyu power yang dimiliki tidak berperan dalam aktifitas

olahraga. Menurut Suharno HP (1985:38) ciri-ciri untuk mengembangkan power

yaitu : (1) melawan beban relatif ringan, (2) gerakan latihan yang dinamis, (3)

gerakan-gerakan merupakan satu gerak yang singkat dan selaras. Sedangkan

menurut Gunter Berhard (1986:75) bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan

power otot tungkai antara lain :

1. Loncatan-loncatan tinggi dan jauh yang sederhana melalui rintanganyang berjenis-jenis (elastis,bilah, gawang,peti)

2. Jalan berjingkat, pertama-tama tidak dipaksa, tetapi kemudian selalulebih memperhatikan dorongan yang kuat keatas dimana kaki dantangan harus dibantu.

3. Perpindahan yang menerus dari beberapa langkah ancang-ancang,pendaratan harus secara elastis dilakukan dengan kaki, pada loncatandengan kaki yang bergantian.

Seseorang yang memiliki power otot tungkai yang baik maka gerakan-

gerakan yang dilakukan lebih singkat, cepat dan maksimal. Maka seorang

pelompat khususnya pada atlit lompat jauh harus bisa melakukan dan

menggunakan power otot tungkai yang dimiliki secara maksimal.

a. Pendekatan Pembelajaran Loncat Tegak

Lompatan yang tinggi merupakan faktor yang sangat menentukan

keberhasilan dalam lompat jauh. Untuk memperoleh lompatan yang tinggi, maka

power otot tungkai berperan penting dalam gerakan pada lompat . Tanpa memiliki

power otot tungkai yang baik maka akan kesulitan untuk melakukan lompatan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dalam teknik lompat jauh dengan sempurna. Loncatan tinggi akan memberikan

peluang yang lebih besar pada pelompat untuk melompat sejauh-jauhnya.

Dilihat dari pola gerakan lompat jauh, maka power otot tungkai berperan dalam

lompat tinggi terutama saat akan melayang diudara. Untuk keberhasilan loncatan

secara maksimal harus ditopang awalan yang baik dan koordinasi yang tepat

antara tolakan dan awalan. Maka untuk mendapatkan loncatan dan keberhasilan

saat melayang diperlukan awalan dan tumpuan, langkah yang tepat dan sempurna,

sehingga diperlukan latihan – latihan melompat tegak keatas untuk menciptakan

kemampuan melompat yang baik. Dengan menggunakan alat bantu kardus atau

menggunakan tali yang dibentangkan, kemudian siswa diajak untuk melakukan

gerakan melompat melewati kardus atau tali yang dibentangkan. pembelajaran ini

diharapkan melatih pola gerak yang memaksa tubuh untuk melaukan lompatan

tegak keatas, sehingga diharapkan siswa terlatih gerak pola gerak tubuhnya untuk

melakukan gerakan yang menyerupai gerakan tolakan lompat jauh.

Gambar 5. Teknik melompat tegak

(Moch Djumidar A Widya, 2004: 73)

Ditinjau dari modifikasi pembelajaran atletik, pembelajaran lompat jauh

gaya schnepper menggunakan loncat tegak merupakan modifikasi kondisi

penampilan (skill).Berdasarkan pelaksanaan pebbelajaran lompat jauh gaya

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

schnepper.menggunakan loncat tegak dapat di identifikasi kelebihan dan

kelemahanya.

Kelebihan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan loncat tegak

antara lain :

1. Dapat menimbulkan rasa senang sehingga motivasi belajar siswa

meningkat

2. Siswa akan saling berlomba untuk melompat lebih tinggi, sehingga

merangsang lompatan siswa menjadi lebih tinggi untuk membuat gerak.

Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper memggunakan loncat tegak

antara lain :

1. Siswa hanya berkonsentrasi untuk menloncat , sehingga gerak

menggantung terabaikan

2. Dengan gerak meloncat siswa kurang berkonsentrasi pendaratan,sehingga

pendaratan menjadi salah.

b. Pendekatan Pembelajaran Lompat Kedepan

Tolakan adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda

yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong

kemuka yang kuat. Lompatan kedepan merupakan metode pembelajaran lompat

jauh dengan memperhatikan lompatan kedepan, keuntungan pelaksanaan

pembelajaran dengan lompatan kedepan adalah merangsang siswa untuk

melakukan lompatan sampai ke sasaran yang telah ditentukan, gerakan ini

memerlukan koordinasi yang kompleks, sehingga diperlukan tugas gerak yang

paling sederhana dengan pemberian sasaran ban bekas atau simpai agar

pembelajaran yang dilakukan lebih menarik.

Gambar 6. Teknik melompat kedepan(Moch Djumidar A Widya, 2004: 66)

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Ditinjau dari modifikasi pembelajaran atletik, pembelajaran lompat jauh

gaya schnepper menggunakan lompat kedepan.Berdasarkan pelaksanaan

pembelajaran lompat jauh gaya schnepper.menggunakan lompat kedepan dapat di

identifikasi kelebihan dan kelemahanya.

Kelebihan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan lompat

kedepan antara lain :

1. Siswa dapat melompat lebih jauh kedepan,sehingga siswa terangsang

untuk melompat sejauh mungkin.

2. Siswa dapat mengkoordinasikan gerakan dari mengayun kedua lengan

tolakan kaki,melayang di udara dan pendaratan dengan baik.

Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper dengan lompat kedepan

antara lain :

1. Siswa menjadi terangsang untuk melompat sejauh jauhnya dengan tujuan

melatih jarak yang bsa di capai tanpa memperhatikan gerakan yang

sebenarnya.

2. Pembelajaran lompaj jauh dengan lompat tegak tidak berkesinambungan

dengan awalan,tolakan dan melayang.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat

dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:

a. Pengaruh pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan loncat tegak

dan lompat kedepan

Kemampuan lompat jauh dapat dipelajari dengan pendekatan

pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan. Pembelajaran lompat jauh

dengan metode pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan

memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada pemberian

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

materi dan pola gerakan pada tiap tahapan. Perbedaan dalam pemberian materi

gerakan teknik dan perbedaan pola gerakan ini dapat berpengaruh pada perbedaan

dalam hal pembentukan kemampuan lompat jauh. Hal ini akan dapat

menyebabkan perbedaan dalam pembentukan pola gerak dan pembentukan

kemampuan.

Berdasarkan karakteristik dari masing masing pendekatan pembelajaran

tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Pada pendekatan

pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan loncat tegak lebih di

fokuskan pada gerakan melayang di udara dan pendaratan, sedangkan teknik

awalan dan tumpuan kurang di kembangkan. Padahal untuk mencapai hasil yang

maksimal teknik-teknik lompat jauh yang meliputi awalan, tumpuan, melayang di

udara dan pendaratan harus dikembangkan secara bersama-sama. Sedangkan pada

pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper dengan lompat kedepan

teknik-teknik lompat jauh gaya schnepper yaitu awalan, tumpuan, melayang dan

pendaratan dikembangkan secara bersama-sama.Dengan dikembangkan teknik

lompat jauh gaya schnepper sevara bersama –sama, maka mempunyai peluang

mencapai hasil yang optimal.

Berdasarkan karakteristik dari masing-masing pendekatan pembelajaran

tersebut tentu akan menimbulkan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar

lompat jauh gaya schnepper. Aperbedaan unsur yang di kembangkan dari kedua

pendekatan pembelajaran tersebut, hal ini akan berpengaruh yang berbeda

terhadap pencapaian hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Dengan demikian

diduga, pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan

loncat tegak dan lompat kedepan akan memeiliki pengaruh yang berbeda terhadap

peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.

b. Perbedaan pengaruh pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan

loncat tegak dan lompat kedepan

Dalam mempelajari lompat jauh dengan metode pendekatan

pembelajaran loncat tegak memungkinkan siswa dapat menguasai materi yang

diajarkan secara lebih mendalam. Selain itu koreksi dan pembetulan terhadap

gerakan yang salah akan lebih efektif dan mudah dilakukan. Hal ini akan

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

memungkinkan siswa dapat menguasai teknik yang ada dalam lompat jauh secara

benar. Bagi siswa yang baru belajar metode ini cocok karena proses belajarnya

secara bertahap dan mudah dilaksanakan. Namun seringkali metode ini

membosankan bagi siswa, terutama yang sudah menguasai materi. Selain itu

metode pendekatan pembelajaran meloncat tegak menuntut guru untuk lebih

kreatif melakukan model-model pembelajaran agar tercapai kemampuan lompat

jauh yang maksimal.

Pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan pembelajaran loncat tegak

dan lompat kedepan, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan pembelajaran lompat kedepan

bentuk gerakannya mirip seperti lompat jauh sebenarnya, sehingga siswa akan

lebih banyak memiliki kesempatan untuk mempelajari lompat jauh sesuai dengan

karakteristik sesungguhnya. Hal ini akan memberikan peluang untuk dapat lebih

leluasa untuk meningkatkan kemampuan lompat jauhnya. Namun bagi siswa yang

memiliki daya tangkap kurang dan siswa pemula yang baru mempelajari lompat

jauh, akan banyak mengalami kesalahan dalam melakukan lompat jauh. Selain itu

penguasaan pada tiap komponen teknik lompat jauh akan lebih mendalam.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat

kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra

kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.

2. Metode pendekatan pembelajaran lompat kedepan lebih baik pengaruhnya

daripada metode pendekatan pembelajaran loncat tegak terhadap hasil belajar

lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14

Surakarta tahun 2010.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

1.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lapangan olahraga SMP Negeri 14 Surakarta.

2.Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama satu setengah bulan (6 minggu)

dengan tiga dalam satu minggu. Dilaksanakan di bulan Oktober sampai dengan

November 2010.

B. Metode Penelitian

1. Metode dan Rancangan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Di dalam penelitian eksperimen ini menggunakan randomized control group

pretest – posttest design. Pembagian kelompok ke dalam 2 kelompok dengan cara

“pairing of subject”, seperti dikatakan Sutrisno Hadi (1994:484) yaitu: Subject

pairing sudah tentu sekaligus berarti juga group matching, karena pada

hakikatnya subject matching adalah sedemikian rupa sehingga pemisahan

pasangan-pasangan subyek (pair of subject) masing-masing subyek ke grup

eksperimen dan ke group kontrol secara otomatis akan menyeimbangkan kedua

group itu.

Adapun cara pairing yang digunakan yaitu ordinal pairing dengan bagan

sebagai berikut:

1 2

4 3

5 6

8 7

9 dst

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Pembagian menjadi dua kelompok eksperimen tersebut berdasarkan prestasi tiap

individu pada tes awal lompat jauh gaya schnepper. Setelah prestasi tes awal

diranking, kemudian sampel yang mempunyai prestasi awal setara dipasang-

pasangkan ke dalam kelompok 1 dan kelompok 2. Dengan demikian kelompok

tersebut sebelum diberi perlakuan berangkat dari titik tolak yang sama. Apabila

nanti pada akhir perlakuan terdapat perbedaan, maka hal itu benar-benar hanya

dikarenakan oleh pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Berikut ini rancangan

penelitian.

K-1 P1 T2

T1

S Op

K-2 P2 T2

Keterangan:

S : Subyek penelitian

T1 : Tes awal Lompat jauh gaya schnepper

K-1 : Kelompok A

K-2 : Kelompok B

P1 : Latihan lompat tegak

P2 : Latihan lompat kedepan

T2 : Tes akhir lompat jauh gaya schnepper

Op : Ordinal pairing

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

C. Definisi Operasional Variabel

1. Pendekatan Pembelajaran LoncatTegak

Dengan menggunakan alat bantu kardus atau menggunakan tali yang

dibentangkan, kemudian siswa diajak untuk melakukan gerakan meloncat

melewati kardus atau tali yang dibentangkan dengan menggunakan kedua kaki

sebagai tumpuan untuk melakukan loncatan keatas. Pembelajaran ini diharapkan

melatih pola gerak yang memaksa tubuh untuk melaukan loncatan tegak keatas,

sehingga diharapkan siswa terlatih gerak pola gerak tubuhnya untuk melakukan

gerakan yang menyerupai gerakan tolakan lompat jauh.

2. Pendekatan Pembelajaran lompat kedepan

Lompatan kedepan merupakan metode pembelajaran lompat jauh dengan

memperhatikan lompatan kedepan. Sehingga diperlukan tugas gerak yang paling

sederhana dengan pemberian sasaran ban bekas atau simpai agar pembelajaran

yang dilakukan lebih menarik.Dimana dalam melakukan lompat kedepan

menggunakan satu kaki sebagai tumpuan untuk melompat kedepan. Hal ini juga

melatih kaki sebagai tumpuan yang terkuat dalm melakukan gerakan lompat jauh

gaya schnepper.

3. Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper.

Hasil belajar lompat jauh gaya schnepper merupakan bentuk unjuk kerja

siswa untuk melakukan lompat jauh gaya schnepper yang telah ditentukan

berdasarkan peraturan yang berlaku.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14

Surakarta tahun 2010 yang berjumlah 90 siswa yang terbagi dalam 5 kelas.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Agar sampel yang diperoleh dapat mewakili populasi, maka dalam

penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Widodo

J. Pudjiraharjo ( 1996 : 57 ) sebagai berikut :

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

222

22

SZdN

SxzNn

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N = Besarnya populasi

Z = Nilai Standar normal yang besarnya tergantung ,bila = 0.05

maka z =1.67, bila = 0.01, maka z = 1.96

S = besarnya varians ( = SD2 +)

D = besarnya penyimpangan yang masih dapat di tolerer ( semakin kecil

d, akan semakin tinggi penelitian, d = 0.1 % )

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sejumlah 90 subyek

sedangkan jumlah sampel berdasarkan rumus diatas diperoleh rumus sejumlah 30

siswa dengan proporsional random dari 5 kelas. ( penghitungan terlampir )

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan pengukuran. Sesuai

dengan variabel yang diteliti, data yang terkumpul adalah data kemampuan lompat

jauh gaya schnepper, yang diberikan sebelum dan sesudah treatment. Tes yang

digunakan sesuai dengan judul penelitian ini adalah tes lompat jauh dari Pusat

Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depdikbud Jakarta. (1980: 14).

F. Teknik Analisis Data

1.Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a.Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors

dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut :

Pengamatan x1, x2,.....xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...... zn dengan

menggunakan rumus :

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Xi - X

zi =

S

Keterangan :

Xi = Dari variabel masing-masing sampel

X = Rata-rata

S = Simpangan baku

b) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(zi) = P(zzi).

c) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,......zn yang lebih kecil atau sama dengan

zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi).

banyaknya z1, z2,......zn yang zi

maka S(zi) =

n

d) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.

Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini Lo.

b.Uji Homogenitas

Untuk mencari atau menguji homogenitas data, digunakan rumus untuk

mencari uji homogenitas (Soetrisno Hadi, 1986: 284) Adapun rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

kt

bs

dbvkdbvb SD

SDF

2

2

:

Keterangan :

db : vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar

db : vk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil

bsSD2

= Varians yang lebih besar

ktSD 2 = Varians yang lebih kecil

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2.Uji Perbedaan

Untuk menghitung perbedaan menggunakan rumus t-test dari

Soekatamsi (1993), adalah sebagai berikut :

t =

)1N(N

d

Md2

Keterangan :

t : Nilai perbedaan

Md : Rata-rata selisih antara X1 dan X2

D : Penyimpangan (selisih) antara X1 dan X2 dari Md

N : Jumlah pasangan

Mengkonsultasikan hasil t-test dengan t-tabel dengan taraf signifikansi

5% dan db = N – 1. Jika thitung < ttabel = 5%, maka Ho ditolak. Artinya tidak ada

perbedaan pengaruh latihan lompat tegak dan latihan lompat kedepan terhadap

hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa pura kelas VIII SMP Negeri

14 Surakarta tahun 2010.

Jika thitung > ttabel = 5%, maka Hi diterima. Artinya ada perbedaan

perbedaan pengaruh latihan lompat tegak dan latihan lompat kedepan terhadap

hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa pura kelas VIII SMP Negeri

14 Surakarta tahun 2010.

Untuk mencari peningkatan hasil pembelajaran lompat jauh dari tes awal

ke tes akhir digunakan rumus dari Jerry R. Thomas dan Jack K. Nelson ( 1990 :

136 ) sebagai berikut :

Nilai peningkatan hasil latihan = %100xpretestMean

differentMean

Dimana Mean different = mean posttest - mean

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Data

Setelah dilaksanakan penelitian, diperoleh data. Data yang dikumpulkan

berupa tes kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Data yang dikumpulkan terdiri

dari data tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok 1

dan kelompok 2. Data tersebut kemudian dikelompokkan dan dianalisis dengan

statistik, seperti terlihat pada lampiran. Berturut-turut disajikan mengenai deskripsi

data, uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis hasil pembahasan hasilm analisis

data.

Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan lompat jauh gaya

schnepper yang dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Lompat Jauh Gaya SchnepperKelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)

Kelompok

Latihan Lompat

Jauh

Tes NHasil

Terendah

Hasil

TertinggiMean SD Uji t

Kelompok 1

(Latihan Loncat

Tegak)

Awal 15 2.10 3.60 2.76 0.417.033

Akhir 15 2.15 4.03 3.38 0.54

Kelompok 2

(Latihan Lompat

ke depan)

Awal 15 1.80 3.52 2.76 0.4414.567

Akhir 15 3.43 4.05 3.45 0.42

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan

kelompok 1 memiliki rerata kemampuan lompat jauh gaya schnepper adalah 2.76,

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

sedangkan setelah mendapat perlakuan memiliki rerata kemampuan lompat jauh gaya

schnepper adalah 3.38. Adapun rata-rata kemampuan lompat jauh gaya schnepper

pada kelompok 2 sebelum diberi perlakuan adalah 2.76, sedangkan setelah mendapat

perlakuan memiliki rata-rata kemampuan lompat jauh gaya schnepper adalah 3.45.

B. Uji Prasyarat Analisis Data

Sebelum data hasil penelitian dianalisis dengan teknik t-tes, terlebih

dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu dengan 1) uji reliabilitas, 2) uji

normalitas, 3) uji homogenitas.

1. Uji Reliabilitas

Agar data yang dianalisis adalah hasil dari suatu tes atau pengukuran

yang baik, maka perlu uji reliabilitas. Dalam penelitian ini diadakan uji reliabilitas

tehadap hasil tes awal dan tes akhir kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data

No. Hasil Tes Reliabilitas Katagori

1 Awal 0.882 Tinggi

2 Akhir 0.902 Tingkat Tinggi

Adapun hasil dari analisis yang dilakukan dengan uji reliabilitas tes awal

diperoleh R = 0.882 dan uji reliabilitas pada tes akhir diperoleh R = 0.902. Hasil

tersebut kemudian di konsultasikan dengan tabel kategori reliabilitas tes termasuk

dalam kategori tinggi dan tingkat tinggi, serta dapat digunakan sebagai alat ukur.

Adapun dalam mengartikan katagori koefisien reabilitas tes tersebut dengan

menggunakan pedoman tabel koefisien dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B.

(1992:22) yaitu :Tabel 3. Tabel Range Katagori Reliabilitas

No Kategori Validita Reliabilita Obyektivita

1 Tingkat Tinggi 0,80 – 1,00 0,90 – 1,00 0,95 – 1,002 Tinggi 0,70 – 0,79 0,80 – 0,89 0,85 – 0,943 Cukup 0,50 – 0,69 0,60 – 0,79 0,70 – 0,844 Kurang 0,30 – 0,49 0,40 – 0,59 0,50 – 0,695 Tidak Signifikan 0,00 – 0,29 0,00 – 0,39 0,00 – 0,49

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2. Uji Normalitas

Bentuk data yang normal merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi sebelum digunakan untuk menganalisis data. Pengujian normalitas data

dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 dengan

mengikuti uji Liliefors pada taraf = 0,05. Hasil pengujian tersebut disajikan dalam

tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

Kelompok N M SD Lo Lt5%

K1 15 2.76 0.41 0.091 0.220

K2 15 2.76 0.44 0.088 0.220

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung

sebesar 0.091, dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf

signifikansi 5% yaitu 0.220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada

K1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan data hasil uji normalitas yang

dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung sebesar 0.088, dimana nilai tersebut lebih

kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.220. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari

kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka

apabila nantinya kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan, maka perbedaan

tersebut dikarenakan oleh perbedaan rata-rata kemampuan lompat jauh gaya

schnepper. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah

sebagai berikut :

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas

Dari hasil uji homogenitas varians yang tertera dalam tabel di atas,

diperoleh hasil dengan db = 14 lawan 14, angka F tabel 5% = 2.48, sedangkan harga

F hitung = 0.87. Yang ternyata lebih kecil dari harga F tabel 5%. Karena F hitung < F tabel 5%,

maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1

dan kelompok 2 memiliki varians yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis

1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan

Sebelum dilakukan uji perbedaan dengan t-tes telah diadakan "Matching",

yaitu tes awal yang mempunyai kemampuan setara dipasang-pasangkan dibagi

menjadi 2 kelompok, yakni kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini dilakukan

untuk menjaga keseimbangan antara kedua kelompok tersebut.

Dalam penentuan kelompok, kelompok 1 mendapat perlakuan latihan

loncat tegak dan kelompok 2 mendapat perlakuan latihan lompat ke depan. Hasil t-

test untuk tes awal antara K1 dan K2 dapat dilihat dalam tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2

Kelompok N Mean to t t5%

K1 15 2.760.316 2,145

K2 15 3.38

Dari rangkuman hasil t-test untuk tes awal di atas, pada K1 dapat

diketahui bahwa rata-rata sebesar 2.76 sedangkan K2 diketahui bahwa rata-rata

sebesar 3.38. Dengan derajat kebebasan N - 1 = 15 - 1 = 14 pada taraf signifikansi

Kelompok N SD2 Fo Ft5%

K1 15 0.170.87 2.48

K2 15 0.19

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,145 sedangkan nilai thitung sebesar 0.316.

Ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Maka hipotesis nol

diterima. Dengan demikian antar kelompok sebelum diberi perlakuan tidak ada

perbedaan yang signifikan pada awalnya.

2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan

a. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan

Setelah masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan yaitu, kelompok 1

(K1) mendapat perlakuan latihan loncat tegak dan kelompok 2 (K2) mendapat

perlakuan latihan lompat ke depan, kemudian diadakan tes akhir. Dan untuk

membuktikan apakah program latihan yang diberikan telah menunjukkan pengaruh

yang meyakinkan terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper, maka dicari

dengan uji t-test antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok.

Adapun hasil t-test untuk mengetahui peningkatan prestasi tes awal ke tes akhir

antara K1 dan K2 dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini :

1) Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada K1

Tabel 7. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1

Tes N Mean to t t5%

Awal15

2.767.033 2.145

Akhir 3.37

Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K1 dapat diketahui bahwa pada tes

awal rata-rata sebesar 2.76 dan tes akhir sebesar 3.37. Dengan derajat kebebasan 14

(N – 1 = 15 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,145,

sedangkan nilai to sebesar 7.033. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis

nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes akhir pada K1 ada perbedaan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat perlakuan K1 memiliki peningkatan

kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang signifikan.

2) Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada K2

Tabel 8. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2

Tes N Mean to t t5%

Awal15

2.7614.567 2,145

Akhir 3.70

Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K2 dapat diketahui bahwa pada tes

awal rata-rata sebesar 2.76 dan tes akhir sebesar 3.70. Dengan derajat kebebasan 14

(N – 1 = 14 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,145,

sedangkan nilai to sebesar 14,567. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis

nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes akhir pada K2 ada perbedaan

yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat perlakuan K2 memiliki peningkatan

kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang signifikan.

3) Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Kelompok 1 dan 2

Untuk mengetahui ada perbedaan hasil latihan antara K1dan K2 setelah

diberi perlakuan, dapat dilihat pada hasil t-test untuk tes akhir dari kedua kelompok

dalam tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok

Kelompok N Mean to t t5%

K115

3.373,24 2.145

K2 3.70

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Berdasarkan rangkuman di atas, pada tes akhir pada K1 diketahui rata-rata

sebesar 3.37 dan untuk K2 diketahui rata-rata sebesar 3.70. Dengan derajat kebebasan

14 (N – 1 = 15 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai to sebesar 3,24,

sedangkan nilai t tabel sebesar 2,145. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis

nol ditolak. Dengan demikian pada tes akhir kemampuan lompat jauh gaya

schnepper antara K1 dan K2 terdapat perbedaan yang signifikan.

4) Perbedaan Prosentase Peningkatan

Untuk mengetahui kelompok yang memiliki prosentase peningkatan yang

lebih baik, diadakan perhitungan perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap

kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya

schnepper dalam persen pada kelompok 1 dan 2 adalah :

Tabel 10. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan

Lompat Jauh Gaya Schnepper Dalam Persen Pada K1 dan K2

Kelompok NMean

Pretest

Mean

Posttest

Mean

Different

Prosentase

Peningkatan

K1 15 3,37 2,76 0,61 18,10 %

K2 15 3,70 2,76 0,94 25,41 %

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki

peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper sebesar 18,10 %. Sedangkan

kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper sebesar

25,41 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki

prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang lebih besar

dari pada kelompok 1.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan

Loncat Tegak dan Lompat Kedepan Terhadap Kemampuan Lompat Jauh

Gaya Schenepper.

Berdasarkan uji perbedaan yang dilakukan pada tes akhir antara

kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil

penghitungan data tes akhir kedua kelompok diperoleh thitung sebesar 3,24, nilai thitung

tersebut lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), dengan db = 15 – 1 = 14 pada taraf

signifikansi 0,05 (5%) ttabel sebesar 2,145. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendekatan pembelajaran lompat

jauh dengan loncat tegak dan lompat kedepan terhadap peningkatan kemampuan

lompat jauh gaya schenepper.

Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan loncat tegak dengan media

kardus atau tali memiliki karakteristik mempengaruhi siswa untuk melompati

ketinggian dan mempengaruhi gerakan melayang yang lama diudara menjaga

kestabilan sudut lompatan yang optimal. Sudut yang optimal sangat berpengaruh

penting dalam pembentukan pola gerak lompatan. Sedangkan pendekatan

pembelajaran lompat jauh dengan lompat kedepan dengan media simpai atau bilah

memberikan rangsangan untuk melakukan lompatan yang sejauh jauhnya. Sasaran

didepan merupakan alat bantu yang membuat rasa senang pada siswa sehingga

memotivasi siswa untuk melakukan lompatan sejauh jauhnya dan berkompetisi.

Berdasarkan karakteristik lompat tegak dan lompat kedepan sebagai sarana

pendekatan pembelajaran lompat jauh tersebut tentunya menimbulkan pengaruh

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schenepper.

2. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Lompat Kedepan Memiliki

Pengaruh yang Lebih Baik Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya

Schenepper.

Berdasarkan prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya

schenepper antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) menunjukkan bahwa

kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan yang lebih besar daripada kelompok 1 (K1).

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan lompat jauh gaya schnepper sebesar 18,10%,

kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper

sebesar 25,41%. Prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper

kelompok 2 (K2) lebih besar daripada kelompok 1 (K1) berarti pendekatan

pembelajaran lompat jauh gaya schnepper dengan lompat kedepan memiliki

pengaruh yang lebih baik daripada pendekatan pembelajaran dengan lompat tegak.

Hal ini karena, pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper

dengan lompat kedepan memiliki orientasi yaitu membiasakan siswa untuk

membentuk teknik gerakan melompat ke depan. Serta memiliki tujuan untuk

membentuk sudut tolakan yang optimal saat melayang di udara sehingga pola

gerakan melompat dapat mencapai jarak lompatan yang jauh. Selain itu pendekatan

pembelajaran menggunakan lompat kedepan mempengaruhi siswa untuk

membiasakan melayang di udara dalam posisi melenting. Dimana posisi melenting

saat melayang di udara mirip teknik yang sebenarnya dalam pelaksanaan gerakan

lompat jauh gaya schnepper. Dari kebiasaan gerak tersebut maka timbul pengaruh

yang lebih baik pada teknik lompat jauh gaya schnepper. Penekanan pembelajaran

yang tepat untuk siswa SMP yaitu pada teknik pola gerak lompatan dan sudut

lompatan yang optimal. Ciri pada alat yang menggunakan lompat kedepan lebih

sesuai dengan pola gerakan saat melayang di udara dan penempatan sudut tolakan.

Sementara pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper

menggunakan lompat tegak memiliki karakteristik dalam memotivasi siswa untuk

melompat setinggi tingginya. Dengan melompat ke atas, para siswa lebih senang dan

berkompetisi sesama siswa untuk meraih lompatan setingi-tingginya. Akan tetapi

pola teknik gerakan siswa terabaikan karena hanya berkonsentrasi untuk melompat

ke atas. Sehingga pola gerakan menjadi tidak terkontrol.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah

dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima, sehingga dapat

diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran lompat

jauh dengan loncat tegak dan lompat ke depan terhadap kemampuan lompat

jauh gaya schnepper siswa putra kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun

Pelajaran 2010/ 2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing

kelompok adalah thitung sebesar 3,24 dengan ttabel taraf signifikansi 5% sebesar

2,145. Ternyata thitung lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol.

2. Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan lompat kedepan memiliki

pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

Peningkatan kelompok 1 (K1) sebesar 18,10%, lebih besar dari pada

kelompok 2 (K2) yaitu 25,41%.

B. Implikasi

Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini bahwa, setiap pendekatan

pembelajaran dengan lompat kedepan memilki efektifitas yang berbeda dalam

meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Usaha untuk

meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper, maka perlu diterapkan

pendekatan yang baik dan tepat. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan lompat jauh yang tepat,

khususnya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

C. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang

ditimbulkan, maka kepada guru Penjaskes di SMP Negeri 14 Surakarta B,

disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh, pengajar dan

pembina dapat memberikan pembelajaran lompat jauh dengan menerapkan

metode pembelajaran menggunakan lompat tegak dan metode pembelajaran

menggunakan lompat kedepan.

2. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh, harus

menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan perkembangan

siswa.

3. Dalam memberikan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper guru

menggunakan metode atau media-media yang lebih inovatif dengan tujuan

agar dapat menarik antusiasme siswa dalm pembelajaran tersebut.

Mengingat metode pembelajaran menggunakan lompat kedepan merupakan

bentuk pembelajaran yang efektif khususnya bagi anak-anak usia SMP, maka

disarankan agar metode pembelajaran ini disosialisasikan agar dapat dipahami dan

diterapkan oleh guru-guru SMP pada umumnya.