differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

48
Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas TUGAS MANDIRI MANAGEMEN KELAS Diajukan sebagai tugas akhir pada mata kuliah managemen kelas Oleh : IDRIS NIM: 08 105 016 PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN ) BATUSANGKAR Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas 1. Pengertian Bebera pendapat para ahli tentang diferensiasi individu. 1) Philip R.E Verson, perbedaan individu adalah perbedaan-perbedaan dalam kesiapan belajar. 2) Sunarto dan agung hartono, didalam bukunya perkembangan peserta didik menjelaskan bahwa perbedan individu sebagai berikut setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewas, dan sifat individu adalah sifat yang berkaitan dengan orang perorangan atau berkaitan dengan perbedaan individu perorangan. Dan dapat disimpul kan bahwa Differennsiasi individu adalah adanya perbedaan antara satu individu dengan individu lainya baik perbedaan fisik maupun psikologis. Jadi hal ini artinya disini adalah setiap orang itu memiliki perbedaan satu sama lain, tentu perbedaan ini disebabkan oleh beberapa factor. 2. Factor-faktor terjadinya perbedaan individu

Upload: khoirul-huda-frederiksen

Post on 24-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

TUGAS MANDIRIMANAGEMEN KELAS

Diajukan sebagai tugas akhir pada mata kuliah managemen kelas

Oleh : IDRIS

NIM: 08 105 016

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN )

BATUSANGKAR

Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

1. Pengertian

Bebera pendapat para ahli tentang diferensiasi individu.

1) Philip R.E Verson, perbedaan individu adalah perbedaan-perbedaan dalam kesiapan belajar.

2) Sunarto dan agung hartono, didalam bukunya perkembangan peserta didik menjelaskan

bahwa perbedan individu sebagai berikut setiap orang, apakah ia seorang anak atau

seorang dewas, dan sifat individu adalah sifat yang berkaitan dengan orang perorangan

atau berkaitan dengan perbedaan individu perorangan.

Dan dapat disimpul kan bahwa Differennsiasi individu adalah adanya perbedaan

antara satu individu dengan individu lainya baik perbedaan fisik maupun psikologis. Jadi hal

ini artinya disini adalah setiap orang itu memiliki perbedaan satu sama lain, tentu perbedaan

ini disebabkan oleh beberapa factor.

2. Factor-faktor terjadinya perbedaan individu

Setiap orang memiliki perbedaan satu sama lain yang dilatarbelakangi oleh factor yang

berbeda-beda sehingga menimbulkan perbedaan antar individu. Beberapa perbedaan yang

sangat normal, sehingga tidak memerlukan penyelesaian dengan program khusus. Disisi

lain individu satu anak ada yang memerlukan perhatian khusus dengan cara tertentu.

Adapun factor yang mempengaruhi perbedaan individu ini sebagai berikut :

1) Perbedaan Intelektual, yaitu perbedaan berdasarkan IQ seorang individu dengan individu

lainnya. Yang mana ada individu yang memiliki IQ dibawah rata-rata, sedang dan tinggi.

2) Bakat, merupakan suatu kemampuan diri seseorang yang lebih menonjol.

3) Keadaan jasmani, ini setiap individu memiliki kondisi atau keadaan fisik yang berbeda, ada

yang kuat n ada yang lemah. Ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukannya

Page 2: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

4) Penyusuian social dan emosional

5) Lingkungan keluarga yang berbeda

6) Latar belakang budaya

7) Factor pendidikan.

Pendapat beberapah alhli yang sepakat bahwa dasarnya kergaman dalam kecakapan dan

kepribadian dapat dipengaruhi oleh tiga factor :

a) Hereditas(pembawaan)

Merupakan sifat dari bawaan berdasarkan keturunan yang bersifat kodrat, misalnya fisik,

kecakapan,dll. Ini di pengaruhi oleh seberapa besar kualitas gen yang diturunkan oleh orang

tua individu tersebut.

b) Environment

Dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana individu berinteraksi dalam keluarga dan

masyarat. Baik lingkungan fisik maupun sosio-psikologis, juga termasuk pelajar.

c) Maturity(kematangan)

Ini mengacu pada fase-fase perkembangan yang di alami individu dari bayi hingga tua,

diman banyak terjadi perubahan-perubahan perkembangan bentuk tubuh n pola berfikir

seorang individu.

3. Strategi bimbingan terhadap peserta didik

a. Strategi untuk Peserta didik yang lambat

· pemberian informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, baik cara belajar di sekolah

maupun dirumah.

· Bantuan penempatan yaitu menempatka peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan

yang sesuai, seperti kelompok belajar, keelompok diskusi, dan kelompok kerja. Dan ini juga

berfungsi sebagai perbaikan tentang masalahkesulitan social yang dialami peserta didik.

· Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi mendiskusikan

kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari cara pemecahannya. Terutama yang terkait

dengan cara memotivasi siswa giat belajar, dan cara-cara melayani/memperlakukan peserta

didik dirumah.

· Memberikan pembelajaran remidi (remedial teaching), yaitu mengadakan pembelajaran

kembali atau pembelajaran ulang secara khusus bagi peserta didik yang lamban.

· Menyajikan pembelajaran seecara konkrit dan actual kepada siswa yang lamban yaitu dengan

mengunakan media yang bervariasi dan metode pembelajaran yang bervariasi, untuk

membantu/mempermudah siswa memahami konsep-konsep pembelajaran.

· Memberikan layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapi kesulitan-kesulitan

emosional serta hambatan-hambatan lainnya.

b. Strategi untuk peserta didik yang cepat

Page 3: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

· Usaha percepatan (akselarasi), anak cerdaas diberi kesempatan untuk menyelesaikan suatu

program pendidikan dalam jangkawaktu yang lebih singkat berbeda dengan yang

seharusnya dilakukan

· Menyediakan sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualitas tinggi

agar mereka dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya tampa banyak rintangan.

· Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan ilmiah, mengikut sertakan dalam

lomba karya ilmiah.

· Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan-

kegiatan yang bersifat social.

Jenis-jenis kecerdasan ganda dan pengembangannya pada siswa

Prof. Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari universitas Harvard,

meneliti tentang kecerdasan manusia. Ia menemukan bahwa setiap orang memiliki

beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya dengan kecerdasan

ganda atau intelegensi ganda, multiple intellegensi. Kecerdasan ganda adalah kemampuan

untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu poroduk yang bernilai dalam satu latar

belakang budaya tertentu.

Ada delapan jenis intelegensi yang dikemukakan oleh Howard Gardner, antara lain

yaitu:

1. Intelegensi Bahasa (Linguistik), Intelegensi Bahasa mencakup kemempuan-kemampuan

berpikir dengan kata-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan

kalimat baik lisan maupun tertulis.

2. Intelegensi Logis-Matematis, Adalah kemampuan berpikir dalam penalaran atau menghitung,

seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis.

3. Intelegensi Visual special, Yaitu kemempuan berpikir dalam citra dan gambar, seperti

kemampuan membayangkan bentuk suatu objek.

4. Intelegansi Musikal, Adalah kemampuan berpikir dengan nada, irama, dan melodi, juga pada

suara alam.

5. Intelegansi Kinestetik Tubuh, Yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh

termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk

mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan.

6. Intelegensi Intrapersonal, Adalah kemampuan berpikir untuk memahami diri sendiri,

melakukan fefleksi diri dan bermetakognisi.

7. Intelegensi Interpersonal (Sosial), Adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan

orang lain.

8. Intelegensi Naturalis, Adalah kemampuan untuk memahami gejala alam.

Cara meningkatkan/mengembangkan kecerdasan tersebut adalah :

Page 4: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

1. Mengaktifkan seluruh indra anak didik, Begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh indra

manusia sehingga dimanfaatkan seoptimal mungkin. Dengan melatih indra-indra anak didik

dalam setiap kegiatan pembelajran maka anak didik akan peka terhadap stimulus-stimulus

yang dapat merangsang indranyaMelatih intelegensi/kecerdasan yang berimbang

2. Melatih intelegensi/kecerdasan yang berimbang

Langkah-langkah yang harus dilakukan didalam melatih kecerdasan yang berimabang

adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi intelegensi anak didik, Caranya adalah sebelum memulai pelajaran guru

dapat memberikan tes atau angket kepada siswanya untuk menjajagi intelegensi mereka,

pertanyaan-pertanyaan itu dibaca dan diisi sendiri oleh siswa kemudian guru mengolahnya.

b. Menyusun rencana pelajaran yang dapat mengembangkan beberapa kecerdasan

c. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh intelegensi/ kecerdasan

anak didik.

3. Melatih silang intelegensi/kecerdasan yang berbeda

Yang dimaksud dengan ”silang” disini adalah setiap intelegensi/kecerdasan anak didik tidak

dikembangkan secara bersamaan, tetapi dikembangkan satu per satu secara terpisah.

Tujuannya adalah agar anak didik dapat mengasah setiap bagian kecerdasannya selama

waktu tertentu.

http://idrismatematika.blogspot.com/2011/01/differensiasi-individu-sebagai-dasar.html

Page 5: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Makalah Variasi Individu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang memiliki karakteristik profil individu, kemampuan dan tantangan yang merupakan hasil dari predisposisi, pembelajaran dan pengembangan. Ini bermanifestasi sebagai perbedaan individu dalam kecerdasan, kreativitas, gaya kognitif, motivasi dan kapasitas untuk memproses informasi, berkomunikasi, dan berhubungan dengan orang lain.

Meskipun teori intelijen telah dibahas oleh para filsuf sejak Plato , pengujian kecerdasan adalah penemuan psikologi pendidikan, dan bertepatan dengan pengembangan disiplin itu. Melanjutkan perdebatan tentang sifat intelijen berkisar pada apakah intelijen dapat dicirikan oleh satu faktor yang dikenal sebagai kecerdasan umum, beberapa faktor (misalnya, Gardner teori kecerdasan ganda), atau apakah itu bisa diukur sama sekali. Dalam prakteknya, instrumen standar seperti Binet IQ test-Stanford dan WISC yang banyak digunakan di negara-negara maju-ekonomis untuk mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan perawatan pendidikan individual. Anak-anak diklasifikasikan sebagai berbakat sering diberikan dengan atau diperkaya program dipercepat. Anak-anak dengan defisit diidentifikasi dapat diberikan dengan pendidikan ditingkatkan dalam keterampilan tertentu seperti kesadaran fonologi . Selain kemampuan dasar, individu kepribadian karakter juga penting, dengan orang-orang yang lebih tinggi dalam kesadaran dan harapan mencapai prestasi akademis yang unggul, bahkan setelah mengendalikan inteligensi dan kinerja masa lalu.

Kita akan menjumpai bahwa perbedaan individual biasanya merupakan hasil interaksi antara pengaruh keturunan dan pengaruh lingkungan secara bersamaan, yang akhirnya menghasilkan manusia yang unik. Keturunan memberi cetak-biru yang mengarahkan perkembangan fisik dan neurologis, menentukan kadar berbagai hormon, dan sebagainya. Dan cetak-biru ini mengarahkan anak pada kemampuan dan perilaku tertentu yang unik dan berbeda. Namun kondisi lingkungan dan kondisi di kelas juga memiliki pengaruh yang berarti terhadap kemampuan dan perilaku siswa. Sejalan dengan hal ini, seorang guru akan mengidentifikasi berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan siswa secara individual dan memaksimalkan perkembangan ataupun keberhasilan interpersonal masing-masing mereka dalam jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat diambil suatu permasalahan yang dihadapi yaitu bagaimana seharusnya kita menempatkan perbedaan individual pada perspektif yang sebenarnya?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana seharusnya kita menempatkan individu pada perspektif yang sebenarnya.

Page 6: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Inteligensi

Para ahli mendefinisikan dan merumuskan istilah intelegensi secara beragam, namun sebagian besarnya sepakat bahwa definisi dan rumusan istilah intelegensi memiliki sejumlah kualitas tertentu sebagai berikut :

Ø Bersifat Adaptif, artinya dapat digunakan secara fleksibel untuk merespons berbagai situasi dan masalah yang dihadapi.

Ø Berkaitan dengan kemampuan belajar, orang yang inteligen di bidang tertentu dapat mempelajari informasi-informasi dan perilaku-perilaku baru dalam bidang tersebut secara lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan orang yang kurang inteligen.

Ø Istilah intelegensi juga merujuk pada penggunaan pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki untuk menganalisis dan memahami situasi-situasi baru secara efektif.

Ø Istilah Inteligensi melibatkan interaksi dan koordinasi yang kompleks dari berbagai proses mental.

Ø Istilah inteligensi terkait dengan budaya tertentu (culture-specific). Perilaku yang dianggap inteligen dalam suatu budaya tertentu tidak selalu dianggap perilaku yang inteligen dalam budaya lain.

Konsep intelegensi juga menimbulkan menimbulkan kontroversi dan debat panas, seringkali sebagai reaksi terhadap gagasan bahwa setiap orang punya kapasitas mental umum yang dapat diukur dan dikuantifikasi dengan angka. Pihak sekolah dan departemen pendidikan memperdebatkan apakah tes intelegensi itu berguna dan cukup fair atau tidak. Mereka juga berdebat tentang apakah tes seperti itu akan dipakai untuk penempatan murid pada kelas khusus atau jurusan tertentu.

Beberapa pakar mendeskripsikan intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem-solving). Yang lainnya mendeskripsikannya sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Dengan mengombinasikan ide-ide ini kita dapat menyusun definisi intelegensi yang cukup fair, keahlian untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Menurut teori Vygotsky intelegensi harus juga memasukkan faktor kemampuan seseorang untuk menggunakan alat kebudayaan dengan bantuan individu yang lebih ahli. Karena intelegensi adalah konsep yang abstrak dan luas, maka definisinya sendiri cukup banyak.

Minat terhadap intelegensi seringkali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual. Perbedaan individual adalah cara diman orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap.

Dalam pembahasan intelegensi terdapat 4 aspek berikut :

a) Tes Inteligensi Individual

Page 7: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Robert. J. Sterenberg mengingat saat dia kecil dia sangat takut mengikutites IQ. Bahkan sebagai orang dewasa, Sterenberg merasa malu jika ingat saat dia berada di grade enam dan mengikuti tes IQ bersama pelajar dari grade lima. Sternberg akhirnya berhasil mengatasi ketakutannya terhadap tes IQ. Sterenberg Sangat terpesona dengan intelegensi sehingga dia mempelajari soal ini sepanjang hayatnya.

Kita akan mendiskusikan teori intelegensinya. Sebelum itu, mari kita kembali untuk membahas tes intelegensi valid yang pertama.

Tes Binet

Pada 1904 Menteri Pendidikan Perancis meminta psikolog Alfred Binet untuk menyusun metode guna mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon, menyusun tes intelegensi untuk memenuhi permintaan ini. Tes itu disebut skala 1905. Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefinisikan konsep abstrak. Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep intelligence qoutient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis (chronological age – CA), dikalikan 100. Jadi rumusnya, IQ = MA/CA X 100.

Jika mental usia sama dengan usia kronologis, maka IQ orang itu adalah 100. Jika usia mental diatas usia kronologis, maka IQ-nya lebih dari 100.

Tes Binet direvisi berkali-kali untuk disesuaikan dengan kemajuan dalam pemahaman intelegensi dan tes intelegensi. Revisi-revisi ini disebut tes Stanford- Binet (sebab revisi itu m dilakukan di Stanford University). Peneliti menemukan bahwa skor pada Stanford- Binet mendekati pada distribusi normal.

Distribusi Normal

Distribusi normal adalah simetris, dengan mayoritas skor berada pada tengah-tengah rentang skor yang mungkin muncul dan hanya ada sedikit skor yang berada mendekati ujung dari rentang itu.

Tes Stanford-Binet kini dilakukan secara individual untuk orang dari usia 2 tahun hingga dewasa. Tes ini memuat banyak item, beberapa di antaranya membutuhkan jawaban verbal, yang lainnya respons nonverbals.

Edisi keempat tes Stanford-Binet dipublikasikan pada 1985. Salah penambahan penting pada versi ini adalah analisis respons individual dari segi empat fungsi; penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, dan memori jangka pendek. Tes Stanfoprd-Binet masih menjadi salah satu tes yang paling banyak digunakan untuk menilai intelegensi murid. (Aiken, 2003; Walsh & Betz, 2001).

Skala Wechsler

Tes lainnya yang banyak dipakai untuk menilai intelegensi murid dinamakan skala wechsler yang dikembangkan oleh David Wechsler. Tes ini mencakup Wechsler Preschool And Primary Scale Of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk anak dan remaja dari usia 6 hingga

Page 8: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

16 tahun; dan Wechsler Adult Intelligence Scale- Revised (WAIS-R). Selain menunjukan IQ keseluruhan, skala Wechsler juga menunjukan IQ verbal dan IQ kinerja.

b) Tes Individual Versus Tes Kelompok

Tes inteligensi seperti stanford binet dan wechsler dilakukan berdasarkan tes individual. Seorang psikolog memahami penilaian inteligensi individual sebagai interaksi antara pemeriksa dan murid. Murid juga diberi tes inteligensi dalam kelompok pada saat yang bersamaan. Tes kelompok lebih nyaman dan ekonomis ketimbang tes individual, namun juga ada kekurangannya. Saat tes dilakukan pada satu kelompok besar, peneliti tak dapat menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecemasan murid, dan sebagainya. Dalam situasi tes kelompok besar, murid mungkin tidak memahami instruksi atau mungkin diganggu murid lain. Karena keterbatasan ini, maka saat akan dibuat keputusan penting menyangkut murid, tes inteligensi kelompok harus dilengkapi dengan informasi lain tentang kemampuan murid dan keputusan untuk menempatkan murid dalam kelas khusus sebaiknya tidak didasarkan pada tes kelompok saja. Informasi relevan mengenai kemampuan murid harus diperoleh dengan cara lain selain tes.

c) Teori Multiple Intelligences

Binet dan Stern memfokuskan pada konsep inteligensi umum, yang oleh Stern dinamakan IQ. Wechsler percaya bahwa adalah mungkin dan perlu untuk mendeskripsikan baik itu intelegensi umum maupun inteligensi verbal spesifik dan inteligensi kinerja seseorang.

Menurut teori inteligensi triarkis dari Robert J. Stenberg (1986, 2000), inteligensi muncul dalam bentuk analitis, kreatif, dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan, dan mempertentangkan. Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan, dan mengimajinasikan. Inteligensi praktis focus pada kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.

Delapan kerangka pikiran Gardner antara lain:

Keahlian verbal Keahlian matematika Keahlian spasial Keahlian tubuh-kinestetik Keahlian music Keahlian intrapersonal Keahlian interpersonal Keahlian naturalis

Proyek Spektrum adalah usaha inovatif yang dilakukan Gardner untuk menguji delapan inteligensi anak-anak. Proyek spectrum diawali dengan ide dasar bahwa setiap punya murid punya potensi untuk mengembangkan kekuatan di satu area atau dua area. Ini memberikan konteks untuk melihat lebih jelas kekuatan dan kelebihan anak-anak.

Key School sekolah dasar K-6 di Indianapolis, menyediakan kepada murid aktivitas yang melibatkan berbagai keterampilan yang berkaitan dengan delapan kerangka Gardner. Tujuan

Page 9: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Key School adalah membuat murid menemukan sendiri minat dan bakat masing-masing, dan kemudian membiarkan mereka mengeksplorasinya.

Emotional Intelligence, emotional intelligences didefinisikan oleh Peter Salovy dan John Mayer sebagai kemampuan untuk memonitor perasaan perasaan diri sendiri dan perasaan serta emosi orang lain, kemampuan untuk membedakannya, dan kemampuan untuk menggunakan informasi ini untuk memandu pemikiran dan tindakannya dirinya.

Kontroversi dan Isu dalam Inteligensi

Isu sifat-asuh, sifat adalah warisan biologis anak, sedangkan asuhan adalah pengalaman lingkungan. Pendukung “sifat” mengatakan bahwa pengaruh terpenting pada perkembangan anak adalah warisan biologis. Pendukung “asuhan” mengatakan bahwa pengalaman lingkunganlah yang paling penting pengaruhnya. Dewasa ini sebagian besar pakar sepakat bahwa lingkungan juga memainkan peran penting (Ceci dkk., 1997; Okagaki, 2000; Sternberg & Grigorenko, 2001; Williams & Sternberg, 2002). Ini berarti bahwa memperkaya lingkungan anak dapat meningkatkan inteligensi mereka. Ini juga berarti bahwa memperkaya lingkungan anak bias meningkatkan prestasi sekolah dan penguasaan keahlian yang dibutuhkan untuk bekerja.

Apakah orang punya inteligensi umum? Sejumlah pakar mengatakan bahwa individu bukan hanya punya inteligensi umum, tetapi inteligensi umum ini juga bias diaplikasikan untuk memprediksi kesuksesan sekolah dan pekerjaan (Brody, 2000). Para pakar inteligensi umum sepakat bahwa inteligensi umum mencakup penalaran atau pemikiran abstrak, kapasitas untuk menyerap pengetahuan, dan kemampuan untuk memecahkan masalah (Brody, 2000; Caroll, 1993).

Etnis dan Kultur

Perbandingan etnis. Di AS, skor rata-rata anak dari keluarga Afrika-Amerika dan Latin berada di bawah anak keluarga kulit putih nonLatin berdasarkan tes inteligensi standar. Perbedaan didasari oleh lingkungan (brooks-Gunn, Klebanov, & Duncan, 1996; Ogbu & Stern, 2001; Onwuegbuzie & Daley, 2001).

Bias cultural dan tes yang fair secara cultural. Banyak tes inteligensi awal mengandung bias cultural, lebih memihak pada anak-anak perkotaan ketimbang pedesaan, anak dari keluarga kelas menengah ketimbang keluarga miskin, lebih memihak kulit putih ketimbang anak minoritas (Miller-Jones, 1989). Beberapa item tes juga sangat jelas mengandung bias cultural.

Tes yang fair secara cultural adalah tes yang diusahakan bebas dari bias cultural. Ada dua jenis tes culture-fair. Yang pertama berisi item-item yang diyakini dipahami oleh anak-anak dari semua kelompok etnis dan sosioekonomi, atau item yang setidaknya dipahami oleh anak-anak yang mengkuti tes. Tipe tes culture-fair kedua tidak menggunakan item verbal.

Pengelompokan dan Penelusuran Kemampuan

Pengelompokan kemampuan antar kelas. Tipe pengelompokan ini mengelompokkan murid berdasarkan kemampuan atau prestasi mereka. Penelusuran diyakini bisa mengelompokkan rentang keahlian dalam kelompok murid, sehingga memudahkan guru untuk mengajar mereka.

Page 10: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Program non-grade (lintas usia). Variasi pengelompokan kemampuan antarkelas dimana murid dikelompokkan berdasarkan kemampuan mereka dalam subjek atau pelajaran tertentu, terlepas dari usia atau tingkat kelasnya. Joplin plan adalah program non-grade untuk pelajaran membaca. Dalam Joplin Plan, murid kelas dua, tiga, dan empat disatukan karena tungkat kemampuan membaca mereka sama.

Pengelompokan Kemampuan dalam kelas. Pengelompokan ini menempatkan murid dalam dua atau tiga kelompok di dalam kelas dengan mempertimbangkan perbedaan kemampuan murid. Pengelompokan kemampuan dalam kelas ini biasanya dilakukan di sekolah dasar di mana guru mengelompokkan muridnya berdasarkan kemampuan membaca mereka.

2.2 Gaya Belajar dan Gaya Berpikir

Intelegensi adalah kemampuan, namun gaya berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang untuk mengguanakan kemampuannya (Drysdale, Ross, & Schuylts, 2001; Sternberg, 1997).

Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir

Dua dikotomi gaya yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang pembelajaran adalah gaya impulsif/reflektif dan mendalam/dangkal.

Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965). Murid yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif. Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif lebih mungkin melakukan tugas berikut :

Ø Mengingat informasi yang terstruktur

Ø Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks

Ø Memecahkan problem dan membuat keputusan

Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Murid reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi.

Gaya mendalam/dangkal. Maksudnya adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu cara yang membantu mereka untuk memahami makan materi tersebut (gaya mendalam), atau sekedar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). Murid yang belajar menggunakan gaya dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cenderung belajar secara pasif, seringkali hanya mengingat informasi. Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat. Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu, pelajar mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangkal (surface learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada penghargaan dari luar, serta pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, &Jackson, 1996).

Page 11: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

2.3 Kepribadian dan Temperamen

Sangat penting untuk menyadari adanya variasi individual dalam kognisi, dan juga penting untuk memahami variasi individual dalam personalitas (kepribadian) dan temperamennya.

a) Kepribadian

Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, dan perilaku tertentu yang menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Lima faktor utama dalam kepribadian yaitu openness, conscientiousness, extraversion, agreableness, dan neuroticsm.

a. Openness (keterbukaan kepada pengalaman)

§ Imajinatif atau praktis

§ Tertarik pada variasi atau rutinitas

§ Indenpenden atau mudah menyesuaikan diri

b. Conscientiousness (kepatuhan)

§ Rapi atau tidak rapi

§ Perhatian atau cereboh

§ Disiplin atau impulsif

c. Extraversion

§ Terbuka secara sosial atau menyendiri

§ Suka bersenang atau bersedih

§ Kasih sayang atau sebaliknya

d. Agreableness (kepekaan nurani)

§ Berhati lembut atau kasar

§ Percaya atau curiga

§ Membantu atau tidak kooperatif

e. Neuroticism (stabilitas emosional)

§ Tenang atau cemas

§ Merasa aman atau tidak aman

§ Puas pada diri atau mengasihani diri sendiri

Page 12: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Menurut konsep interaksi orang-situasi, cara terbaik untuk mengkarakterisi kepribadian individual bukan hanya berdasarkan pada ciri bawaan personal atau karakter saja, namun juga dengan situasinya. Interaksi orang-situasi adalah pandangan yang menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengkonseptualisasikan kepribadian bukan hanya dari segi ciri atau karakteristik pesonal saja, tetapi juga dari segi situasinya. Teori interaksi orang-situasi memperkirakan bahwa murid yang ekstravert akan mampu beradaptasi dengan baik jika dia diminta untuk bekerja sama dengan murid lain, sedangkan murid yang introvert akan mampu beradaptasi dengan lebih baik jika dia diminta mengerjakan tugas secara sendirian. Murid ekstravert akan lebih senang apabila bersosialisasi dengan banyak orang di sebuah pesta, sedangkan murid introvert lebih senang duduk sendiri atau sekedar bercakap dengan satu teman. Kesimpulannya, jangan menganggap bahwa kepribadian itu akan selalu membuat seseorang berperilaku tertentu di semua situasi. Konteks atau situasi juga penting (Burger,2000; Derlega, Winstead, & Jones, 1999). Pantau situasi dimana murid dengan berbagai karakternya yang berbeda tampak merasa nyaman, dan beri mereka kesempatan untuk belajar dalam situasi tersebut.

b) Temperamen

Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan atau respons. Klasifikasi yang paling terkenal adalah klasifikasi oleh Alexander Chess dan Stella Thomas ( Chess & Thomas, 1997; Thomas & Chess, 19991). Mereka percaya bahwa ada tiga tipe atau jenis tempramen:

“Anak mudah” (easy child) biasanya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.

“Anak sulit” (difficult child) cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri, dan lamban dalam menerima pengalaman baru.

“Anak lamban bersikap hangat” (slow-to-warm-up child) biasanya beraktivitas lamban, agak negatif, menunjukan kelambanan dalam beradaptasi, dan intensitas mood yang rendah.

Dalam satu studi, remaja bertempramen sulit biasanya mudah tergoda oleh penyalahgunaan narkoba dan mudah stres (Tubman & Windle, 1995). Dalam studi lain, faktor temperamen yang diberi label”diluar kendali”(mudah tersinggung dan terganggu) yang diketahui ada pada usia 3 sampai 5 tahun ternyata ada hubungannya dengan problem perilaku yang muncul pada usia 13 sampai 15 tahun(Caspi, dkk., 1995). Klasifikasi tempramen sekarang ini lebih difokuskan pada;

a. sikap dan pendekatan positif;

b. sikap negatif dan

c. usaha kontrol (pengaturan diri).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 13: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Variasi individu dipandang sebagai perbedaan individu baik itu secara inteligensi, gaya belajar dan gaya berpikir, maupun kepribadian dan tempramen.

Inteligensi diartikan sebagai keahlian memecahkan masalah dan kemauan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Inteligensi digolongkan atas inteligensi umum (multiple intelligence) dan inteligensi spesifik.

Tes kelompok lebih nyaman dan ekonomis, namun ada sejumlah kekurangan dimana adanya kesulitan dalam menyusun laporan dan dikhawatirkan aka nada gangguan dari murid lain. Sehingga tes inteligensi kelompok harus selalu dilengkapi dengan informasi relevan lain saat akan membuat keputusan untuk murid, begitu pula tes individual.

Dalam melakukan tes inteligensi psikolog harus memperhatikan mengenai etnis, kultur dan kelas sosial tester karena akan sangat berdampak pada hasil test yang dilakukan.

Gaya belajar dan berpikir merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya, dimana anak ada yang cenderung bertindak cepat (impulsif), menggunakan lebih banyak waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (reflektif), belajar ingga memahami makna (mendalam), atau sekedar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (dangkal). Dalam hal ini, guru ditintut berpera untuk membantu pelajar agar berpikir secara mendalam.

Hal yang tidak kalah penting dalam menentukan variasi individu yaitu kepribadian dan temperamen. Kepribadian yaitu pikiran, emosi, dam perilaku khas yang dipakai seseorang untuk beradaptasi dengan dunianya. Kepribadian dipengaruhi oleh stabilitas emosi, ekstraversi, keterbukaan kepada pengalaman, kepatuhan, dan kepekaan nurani. Konsep interaksi orang-situasi menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengarakteristikan kepribadian individu adalah bukan hanya berdasarkan bakat pembawaan saja, tetapi berdasarkan pembawaan dan situasi. Sedangkan temperamen yaitu gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam member tanggapan atau respons. Dalam pendidikan yang melibatkan temperamen anak, guru dapat menunjukan perhatian pada secara individu, mempertimbangkan struktur lingkungan murid, dam mewaspadai problem yang mungkin timbul apabila mengenakan label sulit.

3.2 Saran

Perlu pembelajaran lebih lanjut mengenai variasi individu, guna lebih memahami tentang pembahasan ini lebih mendalam.

http://umisamanputri.wordpress.com/2011/03/28/makalah-variasi-individu/

Page 14: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

1.Pengertian

Bebera pendapat para ahli tentang diferensiasi individu.

1)Philip R.E Verson, perbedaan individu adalah perbedaan-perbedaan dalam

kesiapan belajar.

2)Sunarto dan agung hartono, didalam bukunya perkembangan peserta didik

menjelaskan bahwa perbedan individu sebagai berikut setiap orang, apakah ia

seorang anak atau seorang dewas, dan sifat individu adalah sifat yang

berkaitan dengan orang perorangan atau berkaitan dengan perbedaan individu

perorangan.

Dan dapat disimpul kan bahwa Differennsiasi individu adalah adanya

perbedaan antara satu individu dengan individu lainya baik perbedaan fisik maupun

psikologis. Jadi hal ini artinya disini adalah setiap orang itu memiliki perbedaan satu

sama lain, tentu perbedaan ini disebabkan oleh beberapa factor.

2.Factor-faktor terjadinya perbedaan individu

Setiap orang memiliki perbedaan satu sama lain yang dilatarbelakangi oleh factor yang

berbeda-beda sehingga menimbulkan perbedaan antar individu. Beberapa perbedaan yang

sangat normal, sehingga tidak memerlukan penyelesaian dengan program khusus. Disisi lain

individu satu anak ada yang memerlukan perhatian khusus dengan cara tertentu. Adapun

factor yang mempengaruhi perbedaan individu ini sebagai berikut :

1)Perbedaan Intelektual, yaitu perbedaan berdasarkan IQ seorang individu dengan

individu lainnya. Yang mana ada individu yang memiliki IQ dibawah rata-

rata, sedang dan tinggi.

2)Bakat, merupakan suatu kemampuan diri seseorang yang lebih menonjol.

3)Keadaan jasmani, ini setiap individu memiliki kondisi atau keadaan fisik yang

berbeda, ada yang kuat n ada yang lemah. Ini sangat berpengaruh terhadap

aktivitas yang dilakukannya

4)Penyusuian social dan emosional

5)Lingkungan keluarga yang berbeda

Page 15: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

6)Latar belakang budaya

7)Factor pendidikan.

Pendapat beberapah alhli yang sepakat bahwa dasarnya kergaman dalam kecakapan dan

kepribadian dapat dipengaruhi oleh tiga factor :

a)Hereditas(pembawaan)

Merupakan sifat dari bawaan berdasarkan keturunan yang bersifat kodrat, misalnya

fisik, kecakapan,dll. Ini di pengaruhi oleh seberapa besar kualitas gen yang

diturunkan oleh orang tua individu tersebut.

b)Environment

Dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana individu berinteraksi dalam keluarga

dan masyarat. Baik lingkungan fisik maupun sosio-psikologis, juga termasuk pelajar.

c)Maturity(kematangan)

Ini mengacu pada fase-fase perkembangan yang di alami individu dari bayi hingga

tua, diman banyak terjadi perubahan-perubahan perkembangan bentuk tubuh n pola

berfikir seorang individu.

3.Strategi bimbingan terhadap peserta didik

a.Strategi untuk Peserta didik yang lambat

pemberian informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, baik cara belajar

di sekolah maupun dirumah.

Bantuan penempatan yaitu menempatka peserta didik dalam kelompok-

kelompok kegiatan yang sesuai, seperti kelompok belajar, keelompok

diskusi, dan kelompok kerja. Dan ini juga berfungsi sebagai perbaikan

tentang masalahkesulitan social yang dialami peserta didik.

Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi

mendiskusikan kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari cara

pemecahannya. Terutama yang terkait dengan cara memotivasi siswa giat

belajar, dan cara-cara melayani/memperlakukan peserta didik dirumah.

Memberikan pembelajaran remidi (remedial teaching), yaitu mengadakan

pembelajaran kembali atau pembelajaran ulang secara khusus bagi peserta

didik yang lamban.

Page 16: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Menyajikan pembelajaran seecara konkrit dan actual kepada siswa yang

lamban yaitu dengan mengunakan media yang bervariasi dan metode

pembelajaran yang bervariasi, untuk membantu/mempermudah siswa

memahami konsep-konsep pembelajaran.

Memberikan layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapi

kesulitan-kesulitan emosional serta hambatan-hambatan lainnya.

b.Strategi untuk peserta didik yang cepat

Usaha percepatan (akselarasi), anak cerdaas diberi kesempatan untuk

menyelesaikan suatu program pendidikan dalam jangkawaktu yang lebih

singkat berbeda dengan yang seharusnya dilakukan

Menyediakan sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau

berkualitas tinggi agar mereka dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya tampa banyak rintangan.

Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan ilmiah, mengikut

sertakan dalam lomba karya ilmiah.

Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat social.

Jenis-jenis kecerdasan ganda dan pengembangannya pada siswa

Prof. Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari universitas

Harvard, meneliti tentang kecerdasan manusia. Ia menemukan bahwa setiap orang

memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya dengan

kecerdasan ganda atau intelegensi ganda, multiple intellegensi. Kecerdasan ganda

adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu poroduk

yang bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu.

Ada delapan jenis intelegensi yang dikemukakan oleh Howard Gardner, antara

lain yaitu:

1.Intelegensi Bahasa (Linguistik), Intelegensi Bahasa mencakup kemempuan-

kemampuan berpikir dengan kata-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan

merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tertulis.

Page 17: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

2.Intelegensi Logis-Matematis, Adalah kemampuan berpikir dalam penalaran atau

menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan

matematis.

3.Intelegensi Visual special, Yaitu kemempuan berpikir dalam citra dan gambar,

seperti kemampuan membayangkan bentuk suatu objek.

4.Intelegansi Musikal, Adalah kemampuan berpikir dengan nada, irama, dan melodi,

juga pada suara alam.

5.Intelegansi Kinestetik Tubuh, Yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan

tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti

kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan

cekatan.

6.Intelegensi Intrapersonal, Adalah kemampuan berpikir untuk memahami diri

sendiri, melakukan fefleksi diri dan bermetakognisi.

7.Intelegensi Interpersonal (Sosial), Adalah kemampuan berkomunikasi dan

berinteraksi dengan orang lain.

8.Intelegensi Naturalis, Adalah kemampuan untuk memahami gejala alam.

Cara meningkatkan/mengembangkan kecerdasan tersebut adalah :

1.Mengaktifkan seluruh indra anak didik, Begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh indra

manusia sehingga dimanfaatkan seoptimal mungkin. Dengan melatih indra-indra anak didik

dalam setiap kegiatan pembelajran maka anak didik akan peka terhadap stimulus-stimulus

yang dapat merangsang indranyaMelatih intelegensi/kecerdasan yang berimbang

2.Melatih intelegensi/kecerdasan yang berimbang

Langkah-langkah yang harus dilakukan didalam melatih kecerdasan yang berimabang adalah

sebagai berikut:

a.Mengidentifikasi intelegensi anak didik, Caranya adalah sebelum memulai pelajaran

guru dapat memberikan tes atau angket kepada siswanya untuk menjajagi

intelegensi mereka, pertanyaan-pertanyaan itu dibaca dan diisi sendiri oleh siswa

kemudian guru mengolahnya.

b.Menyusun rencana pelajaran yang dapat mengembangkan beberapa kecerdasan

Page 18: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

c.Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh intelegensi/

kecerdasan anak didik.

3.Melatih silang intelegensi/kecerdasan yang berbeda

Yang dimaksud dengan ”silang” disini adalah setiap intelegensi/kecerdasan anak didik tidak

dikembangkan secara bersamaan, tetapi dikembangkan satu per satu secara terpisah.

Tujuannya adalah agar anak didik dapat mengasah setiap bagian kecerdasannya selama waktu

tertentu.

Guru Dalam Pengelolaan Kelas

1.Tugas Guru

Tugas adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan yang merupakan tanggung

jawab seseorang. Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian khusus sebagai guru. Adapun tugas guru dalam pengelolaan kelas adalah:

a.Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik

berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada

siswa

b.Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah, dapat menjadikan dirinya

sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi

idola para siswa. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi

motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya

sudah tidak menarik, maka kegagalan yang pertama adalah ia tidak akan dapat

menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan

enggan menghadapi guru yang tidak menarik

c.Guru dalam kemasyarakatan yaitu bisa memberikan ilmu pengetahuan, sehingga

guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia

seutuhnya dan bagaimana seorang guru itu tidak hanya menjalin hubungan baik

antar sesame guru dan murid si sekolah tetapi juga menjalin hubungan baik

dengan masyarakat. Sehingga masyarakat tahu akan tugas dan peran guru dalam

masyarakat sekalipun.

Page 19: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Selain itu guru juga harus mengetahui kondisi memahami siswa, artinya

adalah bagaimana seeorang guru itu harus bias mengetahui bagaimana siswa yang sdg

mengalami masalah. Tugas kita sebagai seorang guru harus bisa membantu siswa

teersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan memakai ilmu

psikolaogi, prinsip, metode dan asas konseling. Jadi seorang guru itu harus bisa

menjadi konselor bagi siswanya. Bagaimana siswa itu lepas atau terbantu dari

masalah yang dihadapinya dan mengembalikan gairahnya untuk belajar dan lebih di

motivasi lagi agar semangat belajarnya kembali seperti semula bahkan lebih.

2.Peranan Guru

Peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang

dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan

tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan

guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku

pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan

norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai

dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik

harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja

yang telah menerjunkan diri menjadi guru,. Semua peranan yang diharapkan dari guru

seperti di uraikan di bawah ini:

a.Korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan nilai yang buruk.

b.Inspiratorr, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar

anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik.

c.Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata

pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

d.Organistor, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru, dalam bidang

ini, guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib

Page 20: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

sekolah, menyusun kelender akademik, dan sebaginya. Semuanya di

organisasikan, sehingga mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri

anak didik

e.Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif

belajar

f.Inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan

dan pengajaran

g.Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan

kemudahan kegiatan belajar anak didik

h.Pembimbing, kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik

menjadi manusia yang dewasa

i.Demonstrator, Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus

berusaha dengan membantunya

j.Pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas

adalah tempat berhimpun semua anak didik dan murid dalam rangka menerima

bahan pelajaran dari guru

k.Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup

tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya

l.Supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara

kritis terhadap proses pengajaran

m.Evaluator, guru dituntut menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan

memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik.

Wright (1987) sebagaimana dikutip oleh Robiah Sidin, dalam bukunya bertajuk

“Classroom Management “ (1993:8), menyatakan bahwa guru memiliki dua peran utama, yaitu :

1.The Management role atau peran manajemen, yaitu mengetahui latar belakang siswa,

sosial, ekonomi dan intelektual aka memiliki pengetauan, terampilan, dan profesional;

bertanggung jawab; disiplin, dan produktif; menghargai dan kasih sayang terhadap

siswa; memiliki nilai-nilai moral, prinsip kemanusiaan dalam semua langkahnya; Memiliki

sikap inovatif, kreatif, dan memahami perbedaan dan individualitas di kalangan siswa;

menjadi contoh model bagi siswa, apa yang dikatakan itulah yang dilakukan; menghargai

dan peduli terhadap lingkungan serta memahami perkembangan dan penerapan iptek

dalam kehidupan modern; Mengetahui perbedaan individu siswa, potensi dan kelemahan

siswa, termasuk gaya pebelajaran mereka.

2.The Instructional Role atau peran instruksional. Di samping itu guru juga berfungsi

sebagai:

Page 21: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

1)pembimbing siswa dalam memecahkan kesulitan dalam pembelajaran,

2)sebagai sumber yang dapat membantu memecahkan dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan siswa atau untuk menemukan jawaban atau memperoleh informasi

lanjutan,

3)penilai hasil belajar, untuk menentukan perkembangan hasil belajara siswa, serta

untuk menentukan nilai siswa (Suparlan, 2006: 39-40).

Dari uraian diatas,saya berpendapat bahwa salah satu dari sekian banyak dampak

ketika tidak terlaksananya tugas dan peran guru secara maksimal misalnya, tidak

terbinanya akhlak dan moral siswa. Beberapa kebiasaan buruk siswa seperti tidak berlaku

disiplin dari berbagai peraturan yang telah disepakati bersama, malas, kurang berlaku

sopan dan sebagainya, hal itu berarti tugas guru sebagai pendidik belum maksimal. Tugas

mengajar mungkin sudah terlaksana dengan baik, tapi tugas mendidik? Karena itu,

beberapa peran dan tugas guru di atas merupakan sebuah keharusan untuk

diimplementasikan walaupun memerlukan pemikiran dan pengorbanan yang lebih

banyak. Dengan cara ini barangkali barulah guru dapat dikatakan sebagai sebuah profesi,

dimana guru mampu memberikan solusi terbaik dari berbagai masalah yang dialami

kliennya.

Hubungannya dengan sertifikasi guru, yaitu dengan adanya peningkatan kualitas

dan kesejahteraan guru maka beberapa peran dan tugas guru yang telah diuraikan di atas

kemungkinan dapat diimplementasikan. Dulu, salah satu alasan guru tidak mampu

melaksanakan peran dan tugasnya secara masimal karena persoalan kurangnya

pendapatan/gaji. Maka dengan kebijakan baru pemerintah yakni sertifikasi guru, maka

harapan kita ke depan guru mau dan mampu memaksimalkan peran dan tugasnya.

Sikap /prilaku Guru (Gaya Kepemimpinan Guru)

Menurut Muhibbin Syah (2006:253) dengan menambahkan satu lagi gaya

kepemimpinan guru menurut Barlow (1985) yaitu otoriatif maka gaya kepemimpinan

guru dalam proses belajar mengajar ada empat macam yaitu:

1.otoriter (authoritarian), secara harfiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-

wenang.

Dalam PBM, guru yang otoriter selalu mengarahkan dengan keras segala aktivitas

para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Hanya sedikit sekali kesempatan yang diberikan

kepada siswa untuk berperan serta memutuskan cara terbaik untuk kepentingan belajar

mereka. Memang diakui kebanyakan guru yang otoriter dapat menyelesaikan tugas

keguruannya secara baik, dalam arti sesuai dengan rencana,. Namun guru semacam ini

Page 22: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

sangat sering menimbulkan kemarahan dan kekesalan para siswa khususnya siswa pria,

bukan saja karena wataknya yang agresif tetapi juga kreativitasnya terhambat.

2.laissez faire, guru laissez faire, padanya adalah individualisme (faham yang

menghendaki kebebasan pribadi).

Guru yang berwatak ini biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan PBM

secara seenaknya, ia tidak menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidik meskipun

mungkin memiliki kemampuan yang memadai.

3.Demkratis (Democratic). Artinya demokratis adalah bersifat demokrasi, yang pada

intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua

orang.

Guru yang memiliki sifat ini pada umumnya dipandang sebagai guru yang paling

baik dan ideal. Alasannya, dibanding dengan guru-guru lainnya guru yang demokratis

lebih suka kerja sama dengan rekan-rekan seprofesinya. Namun tetap menyelesaikan

tugasnya secara mandiri. Ditinjau dari sudut hasil pengajaran, guru yang demokratis

dengan otoriter tidak jauh berbeda. Akan , dari sudut moral, guru yang demokratis

ternyata lebih dan karenanya ia lebih disenangi baik oleh rekan-rekan sejawatnya maupun

oleh siswanya sendiri.

4.Otoritatif (authoritative), otoritatif berarti berwibawa karenan adanya kewenangan baik

berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan yang diberikan.

Guru yang otoritatif adalah guru yang memiliki dasar-dasar pengetahuan baik

pengetahuan bidang studi vaknya (jurusan) maupun pengetahuan umum. Guru seperti ini

biasanya ditandai oleh kemampuan memerintah secara baik efektif kepada para siswa dan

kesenangan mengajak kerjasama bila diperlukan dalam mengiktiarkan cara terbaik untuk

menyelenggarakan PBM. Dalam hal ini, ia hampir sama dengan guru yang demokratis.

Namun, dalam hal memerintah atau memberi anjuran, guru yang otoritatif pada umumnya

lebih efektif, karena lebih disenangi oleh para siswa, dan di pandang sebagai pemegang

otoritas ilmu pengetahuan vaknya (jurusan) seperti yang telah diuraikan di muka.

Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan Kelas

Page 23: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Kemampuan merupakan salah satu hal yang sangat penting dikuasai oleh guru.

Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan seperti:

1.Menguasai materi pembelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata, dan

mengemas materi pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan

sasaran kurikuler yang mudah dicerna oleh siswa

2.Memiliki penguasaan tentang teori dan keterampilan mengajar

Memiliki pengetahuan tentang masa pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki

memahami tentang bagaimana siswa belajar

Membuat Instrument untuk Mengukur Kemampuan Guru

Untuk mengetahui kemampuanseorang guru, dapat digunakan instrument berupa

angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh guru yang

bersangkutan.

Angket diberikan langsung kepada siswa yang memang secara langsung berinteraksi

dengan guru tersebut dalam kurun waktu yang sudah lama, misal angket yang digunakan

untuk sertifikasi guru.

Contoh angket:

a. Apakah guru dalam mengajar pernah menggunakan media?

b.Bagaimana penampilan guru ketika masuk sekolah?

c. Metode apa yangdigunakan guru dalam mengajar?

MASALAH-MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS

1.Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Faktor –faktor Penyebab Masalah Pengelolaan Kelas. Menurut Made Pirate,faktor

penyebab itu antara lain:

a)Pengelompokan (pandai,sedang,bodoh),kelompok bodoh akan menjadi sumber

negative,penolakan,atau apatis.

Page 24: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Pendapat saya dalam pengelompokan siswa secara heterogen disini, memang

dari sisi negatifnya akan berdampak pada siswa yang tingkat kecerdasanya tinggi,

karena dalam kelompoknya ada siswa yang tinggkat kecerdasanya lemah. Nanti yang

akan mempengaruhi siswa yang pandai. Dan dampaknya siswa yang pandai,

kreatifitasnya terhalang dan tidak dapat menembangkan pengetahuannya.

Kalau kita tinjau dari sisi positifnya, ini sangat bermanfaat sekali bagi guru dan

siswa, karena siswa yang kurang pandai bisa dipengaruhi oleh siswa yang pandai dan

akan memotivasi siswa yang kurang pandai tadi untuk belajar, terkadang ada juga

siswa yang lebih mudah memahami materi jika yang menjelaskan itu dari temannya.

Dan guru juga sangat terbantu dalam menyampaikan materi dan tujuaan pembelajaran

dengan membagi siswa dalam bentuk kelompok yang heterogen.

b)Karakteristik individual,seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari latar

belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.

c)Kelompok pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia.

Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru. Sering juga

kelompok ini membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.

d)Dalam latihan diharapkan semua anak didik tenang dan bekerja sepanjang jam

pelajaran, kalau ada instrupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tegang atau

cemas. Karena itu perilaku-perilaku menyimpang seorang dua orang bisaditoleransi

asal tidak merusak kesatuan.

e)Dari organisasi kurikulum tentang tim teaching.

Pollard dalam Hilda Karli mengelompokkan kepribadian siswa dalam 5 kelompok besar:

a)Impulsivity/Reflekxivity. Gambaran impulsivity adalah orang yang tergesa-gesa dalam

mengerjakan tugas tanpa berpikir dahulu,sedangkan reflexivity adalah orang yang

sangat mempertimbangkan tugas tanpa berkesudahan.

b)Extroversion/Introversion. Gambaran extroversion adalah orang yang

ramah,terbuka,bahkan kadang-kadang tergantung dari perlakuan teman-teman

sekelompoknya. Sedangkan introversion adalah orang yang tertutup dan sangat

pribadi,malah kadang-kadang tidak mau bergaul dengan teman-temannya.

Page 25: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

c)Anxienty/Adjustment. Gambaran anxienty adalah orang yang merasa kurang dapat

bergaul dengan teman,guru atau tidak dapat menyelesaikan permasalahan dengan

baik,sedangkan adjustment adalah orang yang merasa dapat bergaul dengan

guru,teman atau dapat menyelesaikan masalah dengan baik.

d)Vacillation/Perseverance. Gambaran vacillation adalah oarng yang konsentrasinya

rendah sering berubah-rubah,dan cepat menyerah dalam pekerjaan,sedangkan

perseverance adalah orang yang mempunyai daya konsentrasi kuat dan terfokus serta

pantang menyerah dalam menyelesaiakn pekerjaan.

e)Competitiveness/collaborativeness. Gambaran competitiveness adalah orang yang

mengukur prestasinya dengan orang lain dan sukar bekerja sama dengan orang

lain,sedangkan collaborativeness adalah orang yang sangat tergantung dengan orang

lain dan tidak dapat bekerja sendiri.

Dua kategori pokok tentang pengelolaan masalah siswa,yaitu:

a)Masalah Individu

Kategori masalah individu dalam pengelolaan siswa menurut dreikurs dan

cassel di dasarkan pada tingkah laku manusia itu mempunyai maksud dan tujuan. Setiap

individu mempunyai kebutuhan pokok untuk menjadi dan merasa berguna. Jika individu

ini merasa putus asa dalam mengembangkan rasa memiliki harga diri melalui nilai yang

dapat di terima secara social,ia akan berkelakuan buruk.

b)Masalah Kelompok

Jhonson dan Bany mengidentifikasi 7 masalah kelompok dalam pengelolaan

kelas,yaitu:

Kurangnya kesatuan

Ketidaktaatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja

Reaksi negative terhadap pribadi anggota

Pengakuan kelas terhadap kelakuan guru

Kecendrungan adanya gangguan,kemacetan pekerjaan,dan kelakuan yang di buat-buat

Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan

Page 26: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Semangat juang yang rendah dan adanya sikap bermusuhan.

Kurangnya kesatuan,di tandai dengan konflik-konflik antara individu dan sub

kelompok. Misalnya, konflik antara jenis kelamin dan atau ras dengan murid dari jenis

kelamin atau ras yang lain. Suasana kelas seperti ini ditandai dengan

konflik,permusuhan,ketegangan. Murid merasa tidak puas dengan kelompok dan berpendapat

kelompok tidak menarik. Akhirnya murid tidak saling mendukung.

2. Mengidentifikasi Masalah

Mengidentifikasikan masalah ini perlu dilakukan dengan langkah-langkah :

1)Merasakan adanya masalah

Merasakan adanya masalah dengan cara bertanya pada diri sendiri (merefleksi)

mengenai kualitas pembelajaran yang selama ini di capai. Guru mengangap adanya

masalah kalau ada kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi.

Contoh pertanyaan adanya masalah

Apakah kopetensi awal siswa untuk mengikuti pembelajaran cukup memadai?

Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?

Apakah sarana/prasarana pembelajaran cukup memadai?

Apakah perolehan pembelajaran cukup tinggi?

Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?

Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inovasi

tertentu?

2)Megidentifikasi masalah

Masalah-masalah yang dihadapi tersebut dicari ciri masalahnya untuk dicari

masalah mana yang layak dipecahkan terlebih dahulu.

Tahap ini harus menemukan gagasan awal mengenai permasalahan actual yang

terkait dengan manajemen kelas, iklim belajar, PBM, sumber belajar, dan

perkembangan personal.

Cara mingidentifikasi masalah :

Page 27: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

1)Menulis semua halyang terkait dengan pembelajaran yang dirasakan perlu

memperolehperhatian untuk menghindari dampak yang tidak diharapkan.

2)Memilah dan mengklasifikasikan masalah sesuai dengan jenisnya dan

menggidentifikasi frekuensi timbulnya masalah.

3)Mengurutkan masalah sesuai dengan tingkat urgensinya untuk

ditindaklanjuti

4)Peneliti memilih permasalahan yang urgen untuk dipecahkan.

3)Menganalisis masalah

Analisis masalah adalah untuk menentukan urgensi masalahjuga dimaksudkan

untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan.

Analisis disini adalah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakanya.

Acuan pertanyaan analisis masalah :

a)Bagaimana konteks, situasi atau iklim lokasi masalah itu terjadi?

b)Apalagi kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?

c)Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen pembelajaran dalam

terjadinya masalah?

d)Bagaimana alternative pemecahan yang dapat diajukan?

e)Bagaimana perkiraan waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

4)Memfokuskan masalah

Memfokuskan masalah adalah menentukan pilihan perbaikan yg akan dilakukan

dalam proses pembelajaran.

5)Merumuskan masalah

Deskripsi singkat tentang masalah yang harus dipecahkan dinyatakan dlm bentuk

pertanyaan/kalimat tanya atau pernyataan.

Masalah tersebut dijabarkan dan dirinci secara jelas dan operasional sehingga

tampak ruang lingkupnya.

KONSEP DASAR PENGELOLAAN KELAS

1.Pengertian

Page 28: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Manajemen kelas adalah suatu upaya yang dilakukan guru dalam rangka

menciptakan, mengkondisikan kelas seoptimal mungkin agar tercipta kelas yang kondusif

untuk proses belajar mengajar. Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang

proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami,

memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang

kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal. Jadi jelas betapa pentingnya

pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan

kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan

memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses

pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga

tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.

Manajemen kelas merupakan bagian integral pengajaran efektif yang mencegah

masalah perilaku melalui perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih

baik, pemberian materi pengajaran yang lebih baik, dan interaksi guru siswa yang lebih baik,

membidik pada pengoptimalan keterlibatan dan kerjasama siswa dalam belajar. Teknik

kontrol perilaku atau pendisiplinan pada akhirnya akan tidak terlalu efektif karena teknik

tersebut tidak mendorong perkembangan disiplin diri atau tanggung jawab anak sendiri atas

tindakannya. Nilai-nilai dan ketrampilan sosial harus diajarkan dan dicontohkan oleh guru.

Seorang pendidik atau guru perlu menguasai banyak faktor yang mempengaruhi

motivasi, prestasi dan perilaku siswa mereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan

emosi yang dialami siswa dan kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor

penting yang bisa memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal. Guru

bertanggung jawab untuk berbagai siswa, termasuk mereka dari keluarga yang tidak mampu

atau kurang beruntung, siswa yang mungkin harus bekerja setelah sekolah, atau mereka yang

berasal dari kelompok minoritas etnis, agama atau bahasa atau mereka dengan berbagai

kesulitan atau kecacatan belajar. Tak satupun dari situasi atau faktor ini harus menyebabkan

masalah pendidikan, namun anak-anak ini mungkin beresiko mendapatkan pengalaman

sekolah yang negatif dan tak bermakna jika guru tidak responsif terhadap kebutuhan dan

kemampuan mereka atau mampu menggunakan pengajaran dan strategi kelas yang efektif

dan disesuaikan menurut individu.

Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang

strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas,

Page 29: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek

siswa, orang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan

dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi

untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul; maka dengan tiga pendekatan-

pendekatan yang dikemukakan, akan sangat membantu guru dalam melaksanakan tugas

pekerjaannya.

2.Urgensi Kompetensi Pengelolahan Kelas Bagi Guru Dan Siswa

Pengelolahan kelas sangat penting bagi guru dan siswa, karena dengan pengelolahan

kelas yang baik dan terkontrol dengan baik ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian

tujuan pembelajaran. Jika guru dapat mengelolah kelas dengan baik, makna akan mudah

bagi guru dalam memberikan/mentransfer ilmu yang dimiliki seorang guru kepada siswa.

Dan siswapun akan merasa sangat nyaman dan mudah menerima ilmu yang yang di

sampaikan guru.

Dan jika guru tidak dapat mengelolah kelas dengan baik maka tujuan pembelajaran

akan sulit tercapai, dan guru pun akan mendapat kesulitan dalam proses belajar mengajar

karena kurang terkontrolnya aktivitas siswa dalam kelas. Jadi seorang guru itu harus

memiliki kemampuan untuk mengelolah kelas.

3.Perbedaan konsep pengelolaan kelas dengan pengelolaan pembelajaran

Pengelolahan kelas itu sangat berbeda dengan pengelolahan pembelajaran.

Pengelolaan kelas itu merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

guru, sebab untuk tercapainya tujuan pembelajaran itu, selain dalam menyampaikan

materi, guru harus bisa mengelolah kelas sehingga tercipta kelas yang kondusif dan

disenangi oleh siswa. Untuk itu dalam pengelolaan kelas ini sangat dituntut upaya guru

untuk mengkondisikannya. Sedangkan pengelolaan pembelajaraan itu, juga usaha guru

tetapi lebih menekankan pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam

pembelajaran. Sehingganya nanti tercapainya tujuan pembelajaran yang sesuai dengan apa

yang direncanakan.

MENCIPTAKAN KELAS YANG KONDUSIF

Page 30: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Menata lingkungan fisik kelas yang kondusif

Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif dan

mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Jadi yang dikatakan dengan

menata lingkungan fisik kelas yang kondusif adalah mengatur/menyetting ruangan kelas

sehingga dapat memotivasi siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan kondisi yang

aman, nyaman dan tentram dalam melaksanakan proses pembelajaran. Jika kelas yang

tidak ditata dengan baik maka akan dapat menghalangi baik itu siswa maupunguru dalam

dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas

adalah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang

tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, dan barang-barang lainnya

yang ada di dalam kelas, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi aktif antara siswa

dan guru serta antar siswa, dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu penataan kelas harus

memungkinkan guru dapat memantau semua tingkah laku siswa sehingga dapat dicegah

munculnya masalah disiplin. Melalui penataan kelas, diharapkan siswa dapat memusatkan

perhatiannya dalam proses pembelajaran dan akan bekerja secara efektif.

Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari kondisi kelas yang dapat

mendukung, menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu

diperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas dan isinya, selama proses

pembelajaran. Dalam menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan

beberapa hal sebagai berikut:

1.Visibility ( Keleluasaan Pandangan)

Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas

tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat

memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru

harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.

2. Accesibility (mudah dicapai)

Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil

barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar

tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak

dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja

3.Fleksibilitas (Keluwesan)

Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang

disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang

perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja

kelompok.

4. Kenyamanan

Page 31: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan

kepadatan kelas.

5.Keindahan

Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang

menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan

menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak

duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu

dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar,

hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress:

3) yaitu:

1.Ukuran dan bentuk kelas

Keuntungan dan kerugian kelas, dilihat dari banyak sedikitnya siswa yaitu:

a.Kelas yang besar

Keuntungannya adalah mudah tercipta kelas yang hidup, siswa belajar dari

banyak ragam kawan sehingga mendapatkan banyak pengalaman

Kerugiannya adalah pengelolaannya sukar, banyak ragam kawan,

menimbulkan kesulitan jika tidak ada kecocokan

b.Kelas yang kecil

Keuntungannya adalah Mudah pengelolaannya, Sedikit terdapat

ketidakcocokan

Kerugiannya adalah Sukar diciptakan kelas yang hidup, Siswa tidak mendapat

kesempatan untuk belajar dari banyak ragam kawan

2.Bentuk serta ukuran bangku dan meja

Apabila tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, tidak

berat, bundar, dan sesuai dengan postur tubuh anak didik maka anak didik

dapat belajar dengan baik dan tenang. Sudirman mengemukakan beberapa

contoh formasi tempat duduk:

a.Posisi berhadapan

b.Posisi setengah lingkaran

c.Posisi berbaris kebelakang

Page 32: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

Bentuk serta ukuran dan meja dalam kelas ini juga patut diperhatukan

oleh guru/pihak sekolah, karena bentuk serta ukuran dan meja itu harus

disesuaikan dengan siswanya, ini untuk kenyamanan siswa dalam belajar. Jika

ini tidak diperhatikan akan berdampak negative kepada siswa, contohnya

ukuran meja yang terlalu tinggi, shingga siswa sulit untuk menulis yang

nantinya berakibat pada tulang siswa.

3.Jumlah siswa dalam kelas

Pelaksanaan belajar mengajar dapat efektif, sebuah kelas terdiri dari

antara 30 sampai 40 orang siswa. Denganjumlah yang sesuai dengan kapasitas

maka dapat menimbulkan suasana kelas yang diinginkan. Karna jika siswa

terlalu banyak (lebih dari 40 orang dalam satu kelas) ini berakibat siswa akat

kesulitan dalam berinteraksi dengan teman dan guru yang mengajar. Jadi tidak

baik bagi siswa dan guru yang mengajar.

4.Jumlah siswa dalam setiap kelompok

Dalam pemecahan masalah siswa dalam setiap kelompok sebaiknya

hanya berjumlah 5 sampai 7 orang siswa, karena dalam formalitas dalam

kepemimpinan cepat muncul, ketegangan berkurang, perubahan sikap makin

kurang nampak, dan solidaritas kelompok bertambah.

5.Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang

pandai, pria dan wanita).

Dalam pengelompokan siswa untuk memecahkan suatu masalah yang

diberikan guru, guru harus bisa membagi kelompok-kelompok kecil dalam kelas

secara heterogen. Agar terjadi keseimbangan pada setiap kelompok karena dalam

satu kelompok terdapat siswa yang pintar, biasa, dan kurang pintar.

Mempersiapkan suasana kelas yang kondusif

Menurut James Block memisahkan antara dua kegiatan yakni sebelum guru masukke

kelas (persiapan) dan pada waktu guru masuk kelas (pelaksanaan).

Page 33: Differensiasi individu sebagai dasar pengelolaan kelas

1.Sebelum guru masuk kelas

Tahap ini juga disebut tahap persiapan, dan disebut dengan kegiatan

menciptakan pra-kondisi. Pekerjaan ini dilakukan di luar kelas, sebelim guru

mengajar.

Caranya:

a.Merumuskan apa yang penting yang harus dimilki oleh siswa.

b.Merancang bantuan-bantuan yang cocok yang dapat diberikan kepada

siswa.

c.Merancang waktu yang sesuai dengan topik.

2.Pada waktu guru di kelas

Caranya:

a.Memperhatikan keragaman siswa sehingga guru memperlakukan mereka

dengan cara dan waktu yang berbeda.

b.Mengadakan pengukuran terhadap berbagai pencapaian siswa sebagai hasil

belajarnya

http://pendekarnyasar.multiply.com/journal/item/19/MANAGEMEN_KELAS