diare akut tanpa dehidrasi

38
Presentasi Kasus SEORANG ANAK 3 TAHUN DENGAN DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI Oleh : Hida Fitriana Rahmawati Putri G9911112076 Pembimbing : Dr. M. L Susi H, M.Sc., Sp.A KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

Upload: neea-nurotus-saniyah

Post on 28-Nov-2015

402 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Presentasi Kasus

SEORANG ANAK 3 TAHUN DENGAN DIARE AKUT TANPA

DEHIDRASI

Oleh :

Hida Fitriana Rahmawati Putri G9911112076

Pembimbing :

Dr. M. L Susi H, M.Sc., Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2013

Page 2: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr.Moewardi Surakarta –

RSUD Pandan Arang Boyolali. Presentasi kasus dengan judul :

“SEORANG ANAK 3 TAHUN DENGAN DIARE AKUT TANPA

DEHIDRASI”

Hari/tanggal : Jumat, 18 Januari 2013

Oleh :

Hida Fitriana Rahmawati Putri G9911112076

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Presentasi Kasus

Dr. M. L Susi H, M.Sc., Sp.A

BAB I

STATUS PASIEN

1

Page 3: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An.RE

Umur : 3 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Ayah : Tn. M

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Nama Ibu : Ny. W

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Sodong, Boyolali

Tanggal MRS : 15 Januari 2013

Tanggal Pemeriksaan : 16 Januari 2013

No. RM : 13420438

II. ANAMNESIS

Tanggal pemeriksaan 16 Januari 2012

Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita tanggal 16 Januari 2013.

A. Keluhan Utama : buang air besar (BAB) cair / mencret

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan BAB cair. HMRS pasien BAB cair sebanyak +

13 kali, air > ampas, setiap BAB + 15 cc (1 sendok makan), warna kuning kehijauan,

lendir (+), darah (-).

Pasien juga mengeluh demam (+) saat HMRS. Demam tinggi mendadak. Rasa

lemas (+), keluar cairan dari telinga (-), batuk (-), pilek (-), nafsu makan dan minum

turun (+), mual (-), muntah(-). BAK tidak ada keluhan, BAK terakhir di RSPA,

sebanyak dua kali, jumlah satu gelas belimbing, warna kuning jernih.

Pasien mengaku sudah di bawa ke bidan dan mendapat obat tetapi tidak tahu

namanya. Saat masuk IGD, pasien dalam keadaan rewel, akral dingin (-), air mata (+),

dan sudah tidak panas.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :

1. Riwayat penyakit serupa : disangkal

2. Riwayat mondok : (+) usia 9 bulan dengan kejang demam

3. Riwayat kejang : (+) usia 9 bulan

2

Page 4: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

4. Riwayat alergi : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat sakit serupa (diare) : disangkal

2. Riwayat alergi : disangkal

E. Riwayat Lingkungan

1. Riwayat sakit serupa : disangkal

2. Riwayat jajan makanan kaki lima : disangkal

F. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Batuk pilek : (+)

Mondok : (+ )

G. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ayah : baik

Ibu : baik

Saudara : baik

H. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal

Pemeriksaan di : Bidan

Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan

Trimester II : 1x/ 1 bulan

Trimester III : 2x/ 1 bulan

Keluhan selama kehamilan : Tidak didapatkan keluhan

Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet penambah darah.

I. Riwayat Kelahiran :

Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3300 gram dan panjang 48cm, lahir

spontan, langsung menangis, menangis kuat, usia kehamilan 40 minggu, persalinan

ditolong bidan.

Kesan : kehamilan dan persalinan tidak ada kelainan

J. Riwayat Postnatal

3

Page 5: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Pemeliharaan post natal dilakukan di bidan sejak pasien berumur 3 hari, dilakukan

penimbangan dan pemantauan kesehatan di posyandu setiap bulannya.

K. Status Imunisasi

JENIS 0 I II III IV

Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan  Polio 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan  BCG   2 bulan      DPT   2 bulan 3 bulan 4 bulan  

Campak         9 bulan

Kesan : imunisasi lengkap sesuai jadwal KMS.

L. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pasien rutin ke puskesmas tiap bulan untuk penimbangan berat badan dan imunisasi,

pasien juga memiliki KMS dan dikatakan oleh bidan tidak pernah berada di bawah

garis merah. Saat ini pasien sudah bisa melompat. Pasien mulai merangkak usia 10

bulan, duduk usia 11 bulan, berjalan usia 1 tahun 2 bulan.

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

K. Riwayat Nutrisi dan Kebiasaan Makan Anak

- ASI diberikan sejak lahir.

- Susu formula mulai usia 6 bulan sampai usia 2 tahun.

- Bubur susu diberikan sejak usia 6 hingga 8 bulan

- Nasi tim diberikan sejak umur 9 bulan sampai 1 tahun.

- Nasi dengan lauk dan sayur yang bervariasi. Diberikan mulai usia 1 tahun sampai

sekarang, porsi 1 piring, 3kali/hari.

- Saat perawatan : makan nasi lauk pauk dari RS 3x/hari habis setengah piring, buah

dimakan meskipun sedikit-sedikit, dengan cemilan berupa roti dan gorengan di

sela-sela jam makan, minum air putih sebanyak 5-6 gelas setiap hari.

Kesan : kualitas dan kuantitas baik

L. Riwayat Keluarga Berencana :

Ibu penderita tidak mengikuti program KB.

4

Page 6: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

M. Pohon Keluarga

II

III

An RE

3 tahun

Penderita merupakan anak pertama dari Tn. M dan Ny. W. Riwayat anak lahir

meninggal tidak ada, riwayat keguguran tidak ada. Ayah dan ibu menikah satu

kali.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan di bangsal Edelweis RSPA tanggal 16 Januari 2013

1. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum

Keadaan umum : sedang, compos mentis, tidak tampak dehidrasi

Derajat kesadaran : compos mentis

Status gizi : kesan gizi baik

B. Tanda vital

Nadi : 104 x/menit, reguler, isi tegangan cukup, simetris

Pernafasan : 30 x/menit

Suhu : 37,3 o C (per axiler)

C. Kulit

Warna sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)

D. Kepala

Bentuk mesosefal, rambut hitam sukar dicabut

5

I

Page 7: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

E. Mata

CA (-/-) SI (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+), air mata (+/+)

F. Hidung

Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)

G. Mulut

Sianosis (-), MB (+), lidah putih kotor pinggir hiperemis (+), T1-T1 hiperemis (-),

faring hiperemis (-), kripte melebar (-)

H. Telinga

Bentuk normal, tragus pain (-), mastoid pain (-), discharge (-/-)

I. Tenggorok

Uvula ditengah, tonsil T1-T1, mukosa faring hiperemis (-), kripte melebar (-)

J. Leher

Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak

meningkat.

K. Lymphonodi

Pre aurikuler : tidak membesar

Retroaurikuler : tidak membesar

Submandibuler : tidak membesar

Submental : tidak membesar

Servicalis : tidak membesar

Supraclavicular : tidak membesar

L. Thorax

Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor / sonor

Auskultasi : SDV (+/+), ST (-/-)

Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kesan normal

Auskultasi :bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,

bising (-)

M. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)

6

Page 8: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Auskultasi : bising usus (+) meningkat

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba, turgor kulit kembali

cepat

N. Anorektal : dalam batas normal

O. Ekstremitas

Akral dingin - - edema - -

- - - -

Capillary Refill Time< 2”

Arteri dorsalis pedis teraba kuat

P. Status Gizi

1. Secara klinis

Nafsu makan : menurun

Kepala : rambut jagung (-), rambut susah dicabut

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-)

Ekstremitas : pitting oedem (-/-)

Status gizi secara klinis : gizi kesan baik

2. Secara Antropometri :

BB : 12,3 kg

TB : 90 cm

Usia : 3 tahun 4 bulan

BB/U = 12,3/15 x 100 = 82% ; -2<z score<0

TB/U = 90/98.5 x 100 = 91,37% ; -3<z score<-2

BB/TB = 12,3/12,9 x 100 = 95,35% ; -1<z score<0

Status gizi secara antropometri : gizi baik

3. Analisis Diet :

Kesan kualitas dan kuantitas cukup

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 15/1/13

7

Page 9: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Na 131 mmol / L

K 3,69 mmol / L

Cl 107 mmol / L

IV. RESUME

Pasien, seorang anak laki-laki, usia 3 tahun datang ke IGD RSPA dengan keluhan

BAB cair. BAB sejak 12 jam SMRS. BAB cair sebanyak + 13 kali, air > ampas, setiap

BAB + 15 cc (1 sendok makan), warna kuning kehijauan, lendir (+). Demam (+) saat

HMRS. Demam tinggi mendadak. Nafsu makan dan minum turun (+), BAK terakhir di

RSPA, sebanyak dua kali, jumlah satu gelas belimbing, warna kuning jernih. Pasien

mengaku sudah di bawa ke bidan dan mendapat obat tetapi tidak tahu namanya. Saat

masuk IGD, pasien dalam keadaan rewel, air mata (+), dan sudah tidak panas.

Riwayat pemeliharaan prenatal baik. Riwayat kelahiran, lahir spontan dengan usia

kehamilan 40 minggu ditolong bidan, pemeliharaan postnatal baik. Riwayat imunisasi

lengkap sesuai KMS. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan baik.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sedang, compos mentis, tidak

tampak dehidrasi, kesan gizi baik. Tanda vital: HR= 104x/menit, RR= 30x/menit, T =

37,3 oC. Mata, mulut, leher dan pulmo dalam batas normal. Abdomen peristaltic usus

meningkat. Status gizi secara antropometri : gizi baik. Pemeriksaan laboratorium tanggal

15 Januari 2013 didapatkan Na 131 mmol/L, K 3,69 mmol/L, Cl 107 mmol/L.

VI. DAFTAR MASALAH

1. BAB cair > 13 kali

2. Nafsu makan dan minum (+) turun

3. Demam

VII.DIAGNOSIS KERJA

1. Diare akut tanpa dehidrasi

VIII. PENATALAKSANAAN

A. Mondok bangsal anak

B. IVFD RL 12 tpm makro

C. Oralit 120 ml bila diare, 60 ml bila muntah

8

Page 10: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

D. L-bi0 2 x sach I p.o.

E. Zinc 1 x 20 mg p.o

I. PLANNING

A. Diagnosis

Cek feses rutin

B. Monitoring

KUVS per 8 jam

BCD per 8 jam

Status hidrasi per 8 jam

C. Edukasi

1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, kondisi pasien saat ini dan

terapinya.

2. Jaga higienitas.

X. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad sanam : bonam

Ad fungsionam : bonam

PROGRESS REPORT

Tanggal 15 Januari 2013 16 Januari 2013 17 Januari 2013

S Mencret (-), demam (-), mual

(-), nyeri perut (-), BAK (+)

warna kuning jumlah banyak,

nyeri (-), batuk (-), pilek (-),

Demam (-), mual (-), nyeri

perut (-), BAB (+), BAK (+)

warna kuning jumlah banyak,

nyeri (-), batuk (-), pilek (-),

Demam (-), mual (-), nyeri

perut (-), BAB (+), BAK (+)

warna kuning jumlah banyak,

nyeri (-), batuk (-), pilek (-),

9

Page 11: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

makan minum (+). makan minum (+). makan minum (+).

O

KU Baik, CM, gizi kurang Baik, CM, gizi kurang Baik, CM, gizi baik

VS HR: 100x/menit ; RR:

28x/menit ; t: 36,80C

HR: 98x/menit ; RR:

30x/menit ; t: 36,80C

HR: 112x/menit ; RR:

30x/menit ; t: 36,50C

Pemeriksaan

Fisik

Mata : CA (-/-) SI (-/-)

Mulut : MB (+)

Pulmo : SDV (+/+), ST (-/-)

Abdomen : supel, nyeri tekan

(-)

Ekstremitas :

Akral dingin

Oedem

CRT <2”, ADP teraba kuat

Mata : CA (-/-) SI (-/-)

Mulut : MB (+)

Pulmo : SDV (+/+), ST (-/-)

Abdomen : supel, nyeri tekan

(-)

Ekstremitas :

Akral dingin

Oedem

CRT <2”, ADP teraba kuat

Mata : CA (-/-) SI (-/-)

Mulut : MB (+)

Pulmo : SDV (+/+), ST (-/-)

Abdomen : supel, nyeri tekan

(-)

Ekstremitas :

Akral dingin

Oedem

CRT <2”, ADP teraba kuat

Ass 1. Diare akut tanpa dehidrasi 1. Diare akut tanpa dehidrasi 1. Diare akut tanpa dehidrasi

Terapi 1. Mondok bangsal anak

2. IVFD RL 12 tpm

makro

3. Oralit 120 ml bila

diare, 60 ml bila

muntah

4. L-bi0 2 x sach I p.o.

5. Zinc 1 x 20 mg p.o

1. Mondok bangsal anak

2. IVFD RL 12 tpm

makro

3. Oralit 120 ml bila

diare, 60 ml bila

muntah

4. L-bi0 2 x sach I p.o.

5. Zinc 1 x 20 mg p.o

1. Mondok bangsal anak

2. IVFD RL 12 tpm

makro

3. Oralit 120 ml bila

diare, 60 ml bila

muntah

4. L-bi0 2 x sach I p.o.

5. Zinc 1 x 20 mg p.o

Plan Feses rutin KUVS / BCD 8 jam BLPL

Monitoring KUVS/TD /8 jam

BC/D /8 jam

10

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

Page 12: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

11

Page 13: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak

di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga

diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia.

Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena

infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan

sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan

elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina

propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi.

Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi

sistemik. 

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi

dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya

intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi

serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif,

efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara

umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperluk

an jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak

terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan

dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan

menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.1  

DEFINISI

Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuknya encer dengan

frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi buang air

besar sudah lebih dari 4 kali sehari, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan bila

frekuensinya lebih dari 3 kali sehari.2

Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang

berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid diare akut

ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan

karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa

gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7

hari.

12

Page 14: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

EPIDEMIOLOGI

Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3

juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang

berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5

episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes.

diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini

meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare

masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat

proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan

peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara

langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus

ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunnya di Inggris dan 352 juta dollar di

Amerika Serikat.1 Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah

menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas

hidup anak di masa depan.3

KLASIFIKASI

 Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi

lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-

obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non

infeksi karena alergi, radiasi.1

 

ETIOLOGI

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh

gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare

pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari

80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis

mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan

virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.

13

Page 15: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus

cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,

Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan

Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,

Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia,

Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan

trichuris trichiura.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk

melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan

kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya

belum matang, villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan

dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan

motilitasnya sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan

dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen.

Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan

patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat

menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin

shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare

oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Sebuah studi tentang masalah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di

bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen

infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak penderita

diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas

merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas

tropis dan iklim sedang. Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu

seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak

sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia.

Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika

akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal

antibiotika akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri

juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya

14

Page 16: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia,

radang tenggorokan, dan otitis media.1

 

PATOFISIOLOGI

4

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare

osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena

terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus

sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare

15

Page 17: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan

menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus

terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post

vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.1  

MANIFESTASI KLINIS

Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu

makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir

atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijauan-hijauan karena

bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi

dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari

laktosa yang tidak diabsorpsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum

dan sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat

gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.5

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai

dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan

berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan

berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan

dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.1 

Derajat Dehidrasi 

 

Gejala & Tanda Keadaan Umum MataMulut/

LidahRasa Haus Kulit

% turun

BB

Estimasi

def.

cairan

Tanpa Dehidrasi Baik, Sadar Normal Basah

Minum

Normal, Tidak

Haus

Dicubit

kembali

cepat

< 5 50 %

Dehidrasi Ringan

-SedangGelisah Rewel Cekung Kering

Tampak

Kehausan

Kembali

lambat5 – 10

50–100

%

Dehidrasi Berat Letargik,

Kesadaran

Sangat

cekung

Sangat

kering

Sulit, tidak

bisa minum

Kembali

sangat

>10 >100 %

16

Page 18: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Menurun dan kering lambat

Sumber : Sandhu 20016

 Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi

hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi isonatremia ( 130m – 150 mEg/L ) dan dehidrasi

hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe isonatremia

(80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare

hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis

metabolik dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia.

Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal

ini akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai

upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru ( pernapasan Kussmaul ). Untuk pemenuhan

kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya

produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat

dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara

bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.

Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada

keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan

tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan

hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali

pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian

karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi

lambung. EKG menunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya

gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel

tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.1

KOMPLIKASI

a. Dehidrasi.

b. Renjatan hipovolemik.

c. Kejang.

17

Page 19: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

d. Bakterimia.

e. Malnutrisi.

f. Hipoglikemia.

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

PENATALAKSANAAN 

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi

efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang

hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya

sebagai baku emas.

Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian

secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa

nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan

pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe

vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat

(violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat

dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya

untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah

dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS)

untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan

dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L. Anak yang diare dan tidak lagi

dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.  

a. Dehidrasi Ringan – Sedang 

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian

oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena

sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat

minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-

2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan

sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.

18

Page 20: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Secara ringkas kelompok ahli gastroenterologi dunia memberikan pilar yang

perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak,

yaitu: 

1. Menggunakan CRO ( Cairan Rehidrasi Oral ).

2. Cairan hipotonik.

3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam.

4. Realiminasi cepat dengan makanan normal.

5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus.

6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan.

7. ASI diteruskan.

8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan ).

9. Anti diare tidak diperlukan. 

b. Dehidrasi Berat  

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan

anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan

Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit

parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai

berikut: 

Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam

Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam

 

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan

penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya

menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet

sebagaimana biasanya . Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan

segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan

agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai

biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan

parenteral makan dan minum tetap dapat dilanjutkan.1

 

Pemilihan jenis cairan

Cairan parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa

syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki

19

Page 21: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak

diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang

akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian, konsentrasi kaliumnya rendah

dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau

tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam

jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi

kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah

cairan rehidrasi oral dengan osmolalitas 210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75

mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.

Komposisi cairan Parenteral dan Oral :

 

 Osmolalitas(mOsm/

L)

Glukosa(g/

L)

Na+(mEq/

L)

CI-

(mEq/

L)

K+(mEq/

L)

Basa(mEq/

L)

NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -

NaCl 0,45 %

+D5428 50 77 77 - -

NaCl 0,225%

+D5253 50 38,5 38,5 - -

Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28

Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20

Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10

Standard WHO-

ORS311 111 90 80 20 Citrat 10

Reduced

osmalarity

WHO-ORS

245 70 75 65 20 Citrat 10

EPSGAN

recommendatio

n

213 60 60 70 20 Citrat 3

  1

20

Page 22: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Mengobati Penyebab Diare

Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis.

Obat anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki

kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan

sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar

kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya

sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita

diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus

(Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh

karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang

menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare

dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Antimotilitis seperti difenosilat dan

loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth,

gangguan absorpsi dan sirkulasi.

 Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:

Kolera :

Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)

Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

 Shigella :

  Trimetroprim 5-10mg/kg/hari

Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)

Asam Nalidiksat 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)  

 Amebiasis:

Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)

Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5

hari tergantung reaksi (untuk semua umur). 

Giardiasis :

Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari ).1

 Antisekretorik - Antidiare

21

Page 23: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Salazer –lindo E dkk dari Department of Pediatrics, Hospital National Cayetano

Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril ( acetorphan ) yang

merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup

efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu

motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan

rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya

memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk

dan Cejard dkk.Untuk pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut

yang bersifat multisenter dan melibatkan sampel yang lebih besar.1

 Probiotik 

Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan

pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran

cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui

reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat

dipakai untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh rotavirus maupun

mikroorganisme lain, pseudomembran kolitis maupun diare yang disebabkan oleh karena

pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotic associated diarrhea) dan traveller’s

diarrhea.

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare

akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif

dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3

lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari kedua pemberian sebanyak 1 – 2

kali. Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pengobatan diare adalah : perubahan

lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen,

kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor

toksin, efek trofik pada mukosa usus dan immunomodulasi.1

 

Mikronutrien

Dasar pemikiran penggunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut

didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran

cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali

22

Page 24: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

berperan di dalam metallo – enzims, poliribosomes , selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan

penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan . Sazawal S dkk melaporkan pada

bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam

menurunkan lama dan beratnya diare. Strand menyatakan efek pemberian seng tidak

dipengaruhi atau meningkat bila diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut

dengan vitamin A tidak memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun

frekuensi diare. Bhandari dkk mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan

plasebo selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi diare

persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang mendapat

ASI.1

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare,

terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih

dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak

makalah ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik. Pemberian

kembali makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan

gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan

lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan

pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh

Lama more RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara

signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nukleotide adalah

bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel

imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin

( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan sereal). Makanan yang

harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat

memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak

yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.

Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang

menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa

berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan

sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh

karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2 – 3 hari akan sembuh

23

Page 25: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan

berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama.

Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa.

Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya

sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus. Pada

situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah

lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik.1

 

Menanggulangi Penyakit Penyerta 

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga

dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa

penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran

napas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain (sepsis,campak

), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal.1

24

Page 26: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Putra, Deddy Satriya. 2008. Diare Akut pada Anak. http://www.dr- rocky.com/layout- artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak

2. Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Cetakan IV. FKUI: Jakarta

3. Triatmodjo, Pudjarwoto. 2008. Pola Kuman Penyebab Diare Akut pada Neonatus dan Anak. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08PolaKuman086.pdf/08PolaKuman086.html

4. Anonim. 2007. Patofisiologi Diare. http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/patofisilogi-diare.pdf

5. Cyber nurse. 2009. Gastroenteritis. http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/

6. Sandhu, BK. 2001. Pratical guideline for the Management of Gastroenteritis in Children J Ped Gastroenterol Nutr;33:S36-9

25

Page 27: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

26