diana dan nurul kelompok 4

14
MAKALAH TEKNIK LALU LINTAS (Kondisi Kapasitas Jalan di Kota Semarang) Disusun Oleh: Diana Indriastuti Nurul Badriyah SMTS 06-A FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Upload: nurul-badriyah

Post on 14-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sistem transportasi

TRANSCRIPT

MAKALAH TEKNIK LALU LINTAS(Kondisi Kapasitas Jalan di Kota Semarang)

Disusun Oleh:Diana IndriastutiNurul BadriyahSMTS 06-A

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANJURUSAN TEKNIK SIPILUNIVERSITAS GUNADARMA2013

PEMBAHASAN

1. Volume Lalu LintasVolume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati simpang/ sepenggal jalan yang akan diamati. Data yang penting pada evaluasi simpang adalah menentukan volume lalu lintas tiap jamnya. Dalam memperkirakan volume lalu lintas di suatu simpang sebidang dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu: Penghitungan lalu lintas pada jam-jam puncak/ peak hour (pagi, siang, dan sore) pada hari-hari kerja. Volume lalu lintas pada hari minggu atau hari libur biasanya akan lebih kecil dari pada hari-hari kerja. Sedangkan pada daerah wisata, jam puncak terjadi pada hari libur. Menentukan rute untuk masing-masing jam puncak.

2. Kapasitas JalanKapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kendaraan/jam), atau dengan mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpang per jam atau (smp)/jam.

3. Kondisi Lalu Lintas Kota SemarangHampir 50% jalan di Kota Semarang rusak parah di berbagai wilayah. Saat musim hujan mengguyur di berbagai wilayah Kota Semarang berpotensi kerusakan jalan dimana-mana, hal ini merupakan pekerjaan rumah lama yang makin lama semakin parah. tingkat kemacetan di Kota Semarang semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak, dengan kapasitas jalan yang tidak bertambah, kendaraan yang melaluinya justru terus meningkat. Tiap pagi dan sore, beberapa titik keramaian bahkan mengalami penumpukan volume kendaraan sehingga menghambat kelancaran lalu lintas. Belum lagi menyangkut ketidakdisiplinan masyarakat. Kebiasaan parkir mobil sembarangan di pinggir-pinggir jalan protokol terus berlangsung. Tanda larangan seakan-akan tidak ada, sehingga lajur jalan menjadi sempit. Keegoisan untuk memutar sesukanya, pengendara motor yang cenderung berhenti di luar garis marka, benar-benar menyulitkan pengendara lain dari arah berlawanan.

4. Ketidakseimbangan Kapasitas Jalan dengan Laju Pertumbuhan PendudukKota Semarang sebagai kota yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah transportasi,masalah kemacetan dan masalah ketidaknyamanan berlalu lintas sebagaimana kota-kota besar lainnya. Hal ini merupakan akibat dari perkembangan ekonomi masyarakat yang menyebabkan peningkatan mobilitas penduduk untuk memenuhi kebutuhannya.Meningkatnya jumlah penduduk di wilayah perkotaan menyebabkan harga lahan di dalamkota meningkat, sehingga lahan untuk tempat tinggal pun semakin sulit dan mahal. Hal ini menyebabkan penduduk akan bergeser dan berpindah ke kawasan pinggiran kota (urban fringe area) sehingga dapat diduga bahwa berkembangnya lokasi-lokasi permukiman di pinggiran kota pada akhirnya akan meningkatkan pergerakan yang mengarah ke pusat kota (komuter) yang berfungsi sebagai pusat kegiatan penduduk (Kusumantoro, 1994).Meningkatnya pergerakan di Kota Semarang menuntut penyediaan jaringan jalan yang mampu menampung pergerakan tersebut. Perkembangan Kota Semarang yang menyebar ke daerah pinggiran membutuhkan jaringan jalan yang mampu menghubungkan daerah pinggiran dengan pusat kota. Beberapa jalan yang menghubungkan pinggiran-pusat kota seperti Jalan Kaligawe, Jalan Siliwangi, Jalan Setia Budi, Jalan Soegiyopranoto, dan Jalan Majapahit. Keberadaan jalan-jalan tersebut pada jam-jam puncak selalu mengalami kemacetan, karena volume kendaraan yang tinggi tidak disertai dengan peningkatan kapasitas jalan.Kecenderungan perkembangan Kota Semarang dipengaruhi oleh adanya peningkatan kegiatan sosial ekonomi penduduk, baik yang ada di dalam kota itu sendiri maupun di daerah sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan adanya kecenderungan penduduk dari daerah sekitarnya untuk melakukan urbanisasi kedalam Kota Semarang sehingga akan mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk kota Semarang. Adapun laju pertumbuhan rata-rata penduduk Kota Semarang pada tahun 20002003 sebesar 2,00 % pertahun, dan pada tahun 20032006 meningkat menjadi sebesar 2,23 % per tahun ( BPS Semarang, 2006 ). Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Kecamatan Banyumanik sebesar 2,82 % pertahun dan terendah di Kecamatan Mijen sebesar 1,60 % per tahun. Jumlah penduduk pada akhir tahun 2006 paling banyak terjadi di Kecamatan Semarang Barat mencapai kurang lebih 132,754 jiwa dan terendah di Kecamatan Tugu sebanyak kurang lebih 20.627 jiwa.Peningkatan jumlah penduduk ini menyebabkan meningkatnya kegiatan transportasi Kota Semarang, sehingga mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi juga meningkat. Apabila antara keduanya tidak terjadi keseimbangan, maka akan menimbulkan peliknya pola pergerakan yang terjadi di Kota Semarang, sehingga dapat mengakibatkan seluruh sistem jaringan jalan menjadi bias atau kabur, yang diwarnai pula dengan adanya masalah lalu-lintas di Kota Semarang.Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi kota Semarang maka akan diikuti pula dengan meningkatnya laju pertumbuhan pemilikan kendaraan dari tahun ke tahun.Kota Semarang mempunyai luas lahan sebesar 37.370,00 Ha dengan luas jaringan jalan sebesar 860,260 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa luas jaringan jalan yang ada hanya sekitar 2,3 % dari wilayah luas Kota Semarang. Dapat dikatakan bahwa keadaan jaringan jalan yang ada saat ini sangat kurang memadai jika dibandingkan dengan kebutuhan kota terhadap prasarana jalan, yaitu sekitar 20% dari luas total wilayah kotanya. Adapun laju perkembangan jaringan jalan sebesar 3,4% pertahun, yang dirasakan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat perkembangan pemilikan kendaraan bermotor sebesar 4,29% per tahun.Dengan meningkatnya persentase kepemilikan kendaraan dari tahun ke tahun ini menyebabkan meningkatnya pergerakan penduduk yang tercermin dalam kegiatan transportasi Kota Semarang. Di sisi yang lain, dapat dilihat bahwa penambahan kapasitas jalan tidak sebanding dengan peningkatan jumlah kendaraan yang ada. Pertambahan kapasitas jalan sangat terbatas, karena lahan di perkotaan terbatas untuk berkembang.Berdasarkan hasil penelitian Rencana Induk Transportasi Kota Semarang Tahun 2002, diketahui bahwa jalan-jalan di atas memiliki nilai V/C antara 0,80-0,85, ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan jalan-jalan tersebut sangat rendah (overload). Selain volume kendaraan yang terus meningkat, guna lahan di sepanjang koridor juga ikut berperan dalam permasalahan di atas. Berdasarkan guna lahan pada jalan-jalan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu industri (Jalan Kaligawe), permukiman (Jalan Majapahit) dan perdagangan jasa (Jalan Siliwangi, Jalan Setia Budi dan Jalan Soegiyopranoto).

5. Volume dan Kapasitas di Daerah-Daerah Kota SemarangKapasitas adalah volume maksimum yang melewati infrastruktur (jalandan persimpangan) dalam kondisi kondisi yang khusus. Kapasitas lebih dikenal dengan Daya tampung maksimal suatu ruas jalan terhadap kapasitas volume lalu lintas yang melintas. Kapasitas ruas jalan berbeda beda kemampuannya tergantung / dipengaruhi lebar dan penggunaan jalan tersebut (untuk satu atau dua arah).Penentuan kinerja segmen jalan akibat arus lalu lintas yang ada atau yang diramalkan dimana kapasitas dapat juga dihitung, yaitu arus maksimum yang dapat dilewatkan dengan mempertahankan tingkat kinerja tertentu. Lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untuk melewatkan arus lalu-lintas tertentu, dengan mempertahankan tingkat kinerja tertentu dapat juga dihitung untuk tujuan perencanaan. Pengaruh kapasitas dan kinerja dari segi perencanaan lain, misalnya pembuatan median atau perbaikan lebar bahu, dapat juga diperkirakan. (MKJI, 1997 ; 5-17).

C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam)Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:

dimana:C = Kapasitas (smp/jam)CO = Kapasitas dasar (smp/jam)FCW = Faktor penyesuaian lebar jalanFCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kerebFCCS = Faktor penyesuaian ukuran kotaMenganalisa hasil rekapitulasi data dengan menghitung kapasitas jalan dan dibandingkan dengan volume arus lalu lintas sehingga diperoleh V/C RATIO yang akan menunjukkan tingkat pelayanan ( Level of Service ) ruas jalan. Jalan Thamrin- Kapasitas Jalan : 5337.7 smp/jam- Volume Lalulintas:Pukul 07.00 08.00 :1886.8 smp/jamPukul 12.00 13.00 : 1944.85 smp/jamPukul 16.00 17.00 : 2104.55 smp/jamLevel Of Service:Pukul 07.00 08.00 : 0.35 smp/jamPukul 12.00 13.00 : 0.36 smp/jamPukul 16.00 17.00 : 0.39 smp/jam Jalan Gajah Mada- Kapasitas Jalan : 4717.9 smp/jam- Volume Lalu lintas:Pukul 07.00 08.00 : 2687.3 smp/jamPukul 12.00 13.00 : 2596.5 smp/jamPukul 16.00 17.00 : 2661.9 smp/jamLevel Of Service:Pukul 07.00 08.00 : 0.57 smp/jamPukul 12.00 13.00 : 0.55 smp/jamPukul 16.00 17.00 : 0.56 smp/jamSolusi dari Penyebab tidak Seimbangnya antara Kapasitas dan Pertambahan Penduduk sebagai berikut Memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan Merubah sirkulasi lalu lintas menjadi jalan satu arah Mengurangi konflik di persimpangan melalui pembatasan arus tertentu, biasanya yang paling dominan membatasi arus belok kanan Meningkatkan kapasitas persimpangan melalui lampu lalu lintas, persimpangan tidak sebidang/flyover Mengembangkan inteligent transport sistem Pengembangan jaringan pelayanan angkutan umum Pengembangan lajur atau jalur khusus bus ataupun jalan khusus bus yang di Jakarta dikenal sebagai Busway Pengembangan kereta api kota, yang dikenal sebagai metro di Perancis, Subway di Amerika, MRT di Singapura Subsidi langsung seperti yang diterapkan pada angkutan kota di Transjakarta, Batam ataupun Jogjakarta maupun tidak langsung melalui keringanan pajak kendaraan bermotor, bea masuk kepada angkutan umum

KESIMPULANDari pembahasan yang telah di bahas dapat disimpulkan bahwa volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati simpang/ sepenggal jalan yang akan diamati sedangkan Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu. Hubungan antara kapasitas dan volume lalu lintas harus seimbang dengan pertambahan penduduk, yang mana dengan bertambahnya penduduk dapat di barengi dengan optimalnya kapasitas yang disediakan.Permasalahan Kota Semarang berdasarkan hasil penelitian Rencana Induk Transportasi Kota Semarang Tahun 2002, diketahui bahwa jalan-jalan di atas memiliki nilai V/C antara 0,80-0,85, ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan jalan-jalan tersebut sangat rendah (overload). Selain volume kendaraan yang terus meningkat, guna lahan di sepanjang koridor juga ikut berperan dalam permasalahan di atas. Berdasarkan guna lahan pada jalan-jalan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu industri (Jalan Kaligawe), permukiman (Jalan Majapahit) dan perdagangan jasa (Jalan Siliwangi, Jalan Setia Budi dan Jalan Soegiyopranoto). Maka dari itu perlu solusi dari permasalah tersebut, salah satunya dengan mengoptimalkan kapasitas jalan yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.radarnusantara.com/2013/03/perbaikan-jalan-di-kota-semarang-perlu.htmlhttp://www.ilmusipil.com/volume-dan-kapasitas-lalu-lintaswww.polines.ac.id/wahana/upload/.../jurnal_wahana_1332667266.pdfeprints.undip.ac.id/5812/1/cahyawatiTA.pdfportalgaruda.org/download_article.php?article=7465