diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA
PADA PRAMUNIAGA RAMAYANA MAKASSAR TOWN SQUARE
KOTA MAKASSAR TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Meraih Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
Friesta Devia Dwi Ranthy
70200108034
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2012
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt, karena atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya, sehingga penelitian dan penyusunan skipsi dengan judul “Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Pramuniaga Ramayana
Makassar Town Square (M‟tos) Kota Makassar Tahun 2012” dapat penulis
selesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini, masih jauh dari
kesempurnaan, namun dengan kerendahan hati, penulis memberanikan diri untuk
mempersembahkannya sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Peminatan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Tidak sedikit hambatan dan tantangan yang penulis hadapi selama
menempuh perkuliahan sampai pada penulisan skripsi ini, namun alhamdulilah,
berkat petunjuk Allah swt dan dukungan semua pihak kepada penulis sehingga
semua ini dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada kedua orang tuaku tercinta yakni Ayahanda dr. Kamaruddin
Askar dan Ibunda Ninik Kurniaty, kakek dan nenekku yang tersayang
Alm.H.Kumar Dg.Siama dan Hj.Hasmi, kakak-adikku tercinta Fikha Vinky
Prautami dan Fadyl Wira Adi Putra Utama, serta seluruh keluargaku yang
v
senantiasa memberikan do‟a, kasih sayang, kesabaran, pengorbanan sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1.
Ungkapan kebahagiaan dan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya
juga tak lupa penulis sampaikan kepada:
1. Ayahanda Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT. MS selaku Rektor Univesitas
Islam Negeri Alauddin dan segenap birokrasi institusi yang telah menyediakan
fasilitas dan kemudahan berupa sarana dan prasarana selama penulis
menimbah ilmu.
2. Ayahanda Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPD. MH.Kes. selaku Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu A. Susilawaty, S.Si. M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat
UIN Alauddin Makassar.
4. Bapak Hasbi Ibrahim, S.KM, M.Kes. selaku Pembimbing I dan Bapak
Muhammad Rusmin, S.KM, MARS. selaku Pembimbing II yang penuh
keikhlasan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Para Pembantu Dekan, Dosen, serta segenap Staf Fakultas Ilmu Kesehatan,
yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh kuliah.
6. Ibu Fatmawaty Mallapiang, SKM., M.Kes selaku Penguji I dan Bapak
Dr.Hasaruddin, M.Ag selaku Penguji II yang banyak memberikan masukan
berupa kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada yang terkhusus: Ady Atmah yang telah menyemangati dan
memberikan dukungan kepada penulis selama ini.
vi
8. Ibu Maya selaku Kepala bagian HRD PT Ramayana Lestari Sentosa, tbk dan
para pramuniaga (SPG) di PT Ramayana Lestari Sentosa, tbk yang telah
banyak membantu penulis dalam proses penelitian.
9. Kepada geng gomang: Isna, Kiki, dan Titin, yang senantiasa memberikan do‟a
dari jauh dan menjadi sahabat yang terbaik buat penulis.
10. Sahabatku Sukma, Iras, Kaka, Dj, Ana, Citto, Mega, Hadi, Jute‟, Pitti, Erna,
Dewi, Bakri, Vera, Rita, Candra, Azis, Kadir, Arni, Mu‟min, Insani, Ida,
butsiarah, dilla, riska, dian, irmayanti, herman, musa, yang selalu memberikan
dukungan, sharing, dan mengajarkan arti kehidupan dalam indahnya
kebersamaan.
11. Kepada kakak angkatku: kak rais, kak thobo, kak denny yang selalu
membantuku dalam penelitian dan memberi semangat terhadap penulis.
12. Kepada keluarga besar Mahasiswa UIN Alauddin Makassar: teman-teman
seangkatan (The Big Family Public Health Angkatan 08, PBL Kec.Parangloe /
Pakkolompo, dan KKN- Kel.Romang Lompoa), adinda Mahasiswa Jurusan
Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar angkatan 2009-2012, teman-
teman di HMJ FIK UIN, dan seluruh alumni SDN 1 Pugung Raharjo, SDN
Kalukuang III (2002), SMP Muhammadiyah Syuhada (2005), SMAN 14
(2008).
13. Kakanda alumni „05, „06, „07, serta kepada teman-teman K3 08: Suci, Ani,
Cici, Appy, Dzul, Fadly, Qalbi, Cua, Ateng, Darwin, Tasrif, yang telah
memberikan motivasi buat penulis.
vii
Akhir kata, penulis dengan segala kerendahan hati berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat memberikan khasanah ilmu
pengetahuan. Penulispun berdo‟a semoga amal dan budi baik semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini mendapat balasan yang
berlimpah dari Allah swt, Aamiin.
Wallahu Walliyut Taufiq Walhidayah
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Makassar, 28 Agustus 2012
Penulis
Friesta Devia Dwi Ranthy
NIM. 70200108034
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR SKRIPSI........................... iii
KATA PENGANTAR …………………………………………… iv
DAFTAR ISI.......................................................................... …….. viii
DAFTAR TABEL............................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………... xii
ABSTRAK....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Kerja ......................... 7
B. Tinjauan Umum Tentang Umur ………………………….. 20
C. Tinjauan Umum Tentang Masa kerja ……………………. 23
D. Tinjauan Umum Tentang Lama kerja ……………………. 25
E. Tinjauan Umum Tentang Faktor Psikologis ……………… 27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ............................. 32
B. Pola pikir variabel yang diteliti ............................................... 34
C. Defenisi Operasional dan kriteria objektif............................ 35
D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 37
ix
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian............................................. 39
B. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian............................... 39
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 39
D. Sumber Data......................................................................... 41
E. Tekhnik Pengumpulan Data................................................. 41
F. Pengolahan dan penyajian data............................................ 42
G. Analisis Data........................................................................ 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..................................................................... 43
B. Pembahasan.......................................................................... 51
C. Keterbatasan Peneliti……………………………………… 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................... 60
B. Saran..................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 5.1: Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pramuniaga
PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Kota Makassar Tahun 2012…. 44
Tabel 5.2: Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia Pramuniaga
PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Kota Makassar Tahun 2012..... 45
Tabel 5.3: Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pramuniaga
PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Kota Makassar Tahun 2012..... 45
Tabel 5.4: Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja Pramuniaga
PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Kota Makassar Tahun 2012..... 46
Tabel 5.5: Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Pramuniaga
PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Kota Makassar Tahun 2012..... 46
Tabel 5.6: Analisis Hubungan Umur dengan Kelelahan kerja Pramuniaga
PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Kota Makassar Tahun 2012..... 47
Tabel 5.7: Analisis Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan kerja Pramuniaga
PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Kota Makassar Tahun 2012..... 48
Tabel 5.8: Analisis Hubungan Lama Kerja Dengan Kelelahan kerja Pramuniaga
PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Kota Makassar Tahun 2012..... 49
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian…… 34
ABSTRAK
Nama Penulis : Friesta Devia Dwi Ranthy
NIM : 70200108034
Judul : Faktor - faktor yang Berhubungan
dengan Kelelahan Kerja pada Pramuniaga Ramayana
Makassar Town Square (M’TOS) Kota Makassar
Tahun 2012 (Pembimbing: Hasbi Ibrahim dan
Muhammad Rusmin)
xiii
Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang sama. Pada
pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningatan dalam rata-rata
panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu
pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak
normal. Berdasarkan hasil survei awal pada tanggal 10 Mei 2012 pada 40 karyawan,
diperoleh hasil yang mengalami kelelahan pada shift pagi sebanyak 19 pramuniaga, sedangkan pada shift malam sebanyak 20 pramuniaga yang mengalami kelelahan pada
pramuniaga PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum
dan khusus. Dimana tujuan umum yaitu Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar
Tahun 2012. Dan tujuan khususnya yaitu Untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, dan
lama kerja dengan kelelahan kerja pada Pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota
Makassar Tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survey analitik dengan rancangan
Cross Sectional Study melalui wawancara dan kuesioner. Pada penelitian ini umur, masa
kerja, dan lama kerja, dinyatakan sebagai variabel independen dan kelelahan kerja sebagai variabel dependen yang diamati bersama-sama. Jumlah populasi sebanyak 193 pramuniaga
dan sampel sebanyak 127 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkam bahwa Pada kelompok usia yang berumur
muda(<40 Tahun) sebanyak 117 responden yang sering mengalami kelelahan kerja sebanyak 116 orang (91,3%), pada kelompok usia yang berumur tua (≥40 Tahun) sebanyak 10
responden yang sering mengalami kelelahan kerja sebanyak 9 orang (7,1%). Pada kelompok
masa kerja baru(< 3Tahun) sebanyak 124 responden yang sering mengalami kelelahan kerja sebanyak 122 orang (96,1%), pada kelompok masa kerja lama (≥ 3 Tahun) sebanyak 3
responden yang sering mengalami kelelahan kerja sebanyak 3 orang (2,4%). pada kelompok
lama kerja yang memenuhi syarat (≤ 8 jam sehari) sebanyak 76 responden yang sering mengalami kelelahan kerja sebanyak 75 orang (59,1%), pada kelompok lama kerja yang tidak
memenuhi syarat (>8 jam sehari) sebanyak 51 responden yang sering mengalami kelelahan
kerja sebanyak 50 orang (39,4%), Jadi, kesimpulannya: umur, masa kerja, dan lama kerja
tidak memiliki hubungan dengan kelelahan pada pekerja pramuniaga PT.Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Maka disarankan kepada pihak pengelola di pramuniaga ramayana PT. Ramayana
Lestari Sentosa, Tbk yaitu Disarankan bagi pihak perusahaan untuk memberikan promosi kesehatan mengenai kelelahan kerja.
Kata Kunci: Kelelahan kerja, umur, masa kerja, lama kerja
Daftar Pustaka: 1985-2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kondisi perkembangan pembangunan ke arah industrialisasi
dimana persaingan pasar semakin ketat, sangat diperlukan tenaga yang sehat
dan produktif. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang
kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
seluruh masyarakat, termasuk masyarakat pekerja. Masyarakat pekerja
mempunyai kedudukan yang sangat penting sebagai perilaku dan tujuan
pembangunan, dimana dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dituntut
adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai
produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan
daya saing di era globalisasi (Depkes, 2005).
Dalam paradigma SDM, pekerja yang produktif merupakan unsur
terpenting dalam memacu pertumbuhan sosial ekonomi dan memperluas
pemerataannya. Bukan hanya itu, pekerja yang sehat adalah tulang punggung
keluarga dan bangsa dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karenanya
menyehatkan masyarakat pekerja merupakan bagian integral dari investasi
pembangungan bangsa.
Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
2
seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang
merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang
sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan (Depnaker, 2003).
Era industrialisasi saat ini dan masa mendatang memerlukan dukungan
tenaga kerja yang sehat secara produktif dengan suasana kerja yang aman,
nyaman, dan serasi. Sampai saat ini, jumlah angkatan kerja yang bekerja pada
sektor-sektor industri, baik industri pemerintah maupun swasta, sektor formal
maupun informal, semakin bertambah seiring dengan perkembangan proses
industrilisasi. Perhatian terhadap kualitas tenaga kerja sangat diperlukan untuk
memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja melalui proses
pencegahan kecelakaan dan kelelahan akibat kerja, serta pembinaan atau
pengawasan lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
(Wahyu, 2003).
Dalam upaya untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit
(kuratif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(rehabilitative) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan melalui penyelenggaraan upaya kesehatan kerja (Depkes,
2000).
3
Di Indonesia telah ditetapkan lamanya kerja sehari maksimum adalah 8
jam kerja dan sebaliknya adalah waktu istirahat (untuk kehidupan keluarga
dan sosial kemasyarakatan). Memperpanjang waktu kerja hanya akan
menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan, dan
penyakit akibat kerja (Suma’mur, 1996).
Kelelahan kronis banyak terjadi di perusahaan-perusahaan. Dalam
survey di USA, kelelahan merupakan problem besar, ditemukan sebanyak
24% seluruh orang dewasa yang datang ke poliklinik menderita kelelahan
kronis. Data yang hampir sama terlihat dalam komunitas yang dilaksanakan
oleh Kendel di Inggris, yang menyebutkan bahwa 25% wanita dan 20% pria
mengeluh selalu lelah (Setiawaty, 1994).
Penelitian lain mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan
menunjukkan bahwa 65% kasus kelelahan disebabkan karena faktor psikis,
3% karena faktor fisik, dan 33% karena faktor fisik dan psikis (Setiawaty,
1994). Di USA, survei epidemologi yang dilaksanakan oleh Kennedy,
melaporkan bahwa perasaan kelelahan kerja merupakan kelainan yang
tersering dalam urutan ketujuh (Setiawaty, 1994).
Dari penelitian mengenai hubungan umur, lama kerja, dan masa kerja,
terhadap kelelahan oleh I Made Pujawan dan Raden Nimrod pada pengrajin
perahu Pinisi di Bulukumba, diperoleh bahwa keluhan kelelahan terbesar
dirasakan oleh semua pekerja kelompok umur di atas 40 tahun dibandingkan
dengan kelompok umur di bawah 40 tahun setelah bekerja dalam sehari kerja.
Sedangkan mengenai hubungan masa kerja terhadap kelelahan diperoleh
4
bahwa dari responden yang mengalami kelelahan, keluhan kelelahan tertinggi
dialami oleh tenaga kerja dengan masa kerja kategori lama (>3 tahun) yaitu
sebanyak 46% (I Made & Nimrod).
Untuk itu perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 di sektor
kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kelelahan kerja
dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan
produktivitas dan efisiensi.
Ramayana Departement Store Makassar merupakan salah satu jaringan
yang menyediakan beberapa macam barang seperti pakaian, baik untuk laki-
laki, wanita dewasa, remaja maupun anak-anak, serta sepatu dan sandal.
Karena Ramayana Departement Store merupakan perusahaan dagang maka
yang menjadi kegiatan produksinya adalah pengadaan barang atau aliran
masuk barang ke Ramayana. Dalam penelitian yang akan dilakukan di bagian
Pramuniaga PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Makassar yang berlokasi di
M’TOS dipilih karena melihat hazard dan risiko yang ada pada lingkungan
kerjanya.
Berdasarkan hasil survei awal pada tanggal 10 Mei 2012 pada 40
karyawan, diperoleh hasil yang mengalami kelelahan pada shift pagi sebanyak
19 pramuniaga, sedangkan pada shift malam sebanyak 20 pramuniaga yang
mengalami kelelahan pada pramuniaga PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pramuniaga
Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar Tahun 2012.
5
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peniliti ingin mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pramuniaga Ramayana Makassar
Town Square Kota Makassar Tahun 2012.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
kerja pada Pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota
Makassar Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kelelahan kerja pada
Pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar Tahun
2012.
b. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan kelelahan pada
Pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar Tahun
2012.
c. Untuk mengetahui hubungan lama kerja dengan kelelahan pada
Pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar Tahun
2012.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan bagi Pemerintah
dan Instansi terkait yakni pihak perusahaan tempat penelitian dan lainnya
dalam rangka menentukan kebijakan dalam peningkatan status kesehatan
dan perlindungan bagi para tenaga kerja untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja bahkan kematian sebagai akibat dari kelelahan kerja
dimasa yang akan datang.
2. Manfaat Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bacaan bagi peneliti
berikutnya.
3. Manfaat Bagi Peneliti
a. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan serta penerapan ilmu melalui penelitian
lapangan.
b. Sebagai bahan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih
lanjut faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada
Pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar 2012.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Kerja
1. Pengertian Kelelahan Kerja
Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang
sama. Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan
peningatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil untuk
menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu pendistribusian yang hati-hati
sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana yang tampak
dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang
tidak normal(Nurmianto, 2003).
Banyak definisi tentang kelelahan kerja yang dikemukakan, namun
secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola
yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap
individu yang telah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya
(Satalaksana, 1979). Lelah merupakan suatu perasaan yang mempunyai
arti tersendiri dan sifatnya subjektif bagi setiap orang (Suma‟mur, 1996).
Berikut adalah pengertian kelelahan kerja menurut para ahli:
a. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah
dan penurunan kesiagaan, persepsi yang lambat dan lemah yang
bersifat kronis atau merupakan penurunan kinerja dan
mental/psikososial (Grandjean, 1985).
8
b. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa
kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan kegiatan yang harus dilaksanakan (Wignjosoebroto,
2000).
c. Kelelahan kerja menurut Eko Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan
menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja.
Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri.
d. Kelelahan kerja menurut Tarwaka (2004), merupakan suatu
mekanisme perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut,
sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat.
e. Menurut Mc Farland kelelahan kerja merupakan suatu kelompok
gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja,
keterampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan (Hotmatua,
2006).
f. Menurut Cameron kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks
yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis
tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya
perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas
kerja(Ambar, 2006).
Bekerja adalah salah satu usaha. Setiap manusia senantiasa dituntut
untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup, bahkan Allah swt telah
9
menyediakan waktu siang bagi kita untuk bekerja. Hal ini dikemukakan
dalam firman Allah swt pada Q.S. al-furqaan/25 : 47 yang berbunyi:
Terjemahnya:
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan
tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun
berusaha”(Departemen Agama RI, 1996).
Ayat diatas menjelaskan 3 hal yaitu, pertama Allah menciptakan
malam sebagai pakaian, kedua Allah menjadikan tidur untuk istirahat dan
yang ketiga Allah menjadikan siang bagi manusia untuk bertebaran
dimuka bumi guna berusaha dan menebar kebaikan.
Keserasian perurutan uraian ayat ini dengan ayat sebelumnya dapat
juga ditemukan jika kita menyadari bahwa kegelapan malam dari remang-
remang hingga sangat kelam, lalu disusul lagi sedikit demi sedikit dengan
datangnya terang, serupa dengan keadaan bayangan yang didahului oleh
gelap hingga ia menghilang dengan datangnya terang.
Thabathaba‟i menulis: keadaan manusia yang ditutupi oleh pakaian
kegelapan malam, keterhentian dari aktivitas untuk beristirahat, lalu
ketersebaran mereka mencari rezeki setelah munculnya siang,
sebagaimana disebut oleh ayat ini, memiliki keserupaan dengan apa yang
diuraikan ayat yang lalu tentang kehadiran bayangan (gelap) kemudian
menjadikan matahari sebagai bukti, lalu menggenggam dan
menghilangkan bayang-bayang itu.
10
Ayat diatas menyatakan: Dan diantara bukti-bukti keesaan Allah
dan kekuasaan-Nya adalah bahwa Dia-lah sendiri yang menjadikan untuk
kamu sekalian malam dengan kegelapannya sebagai pakaian yang
menutupi diri kamu, dan menjadikan tidur sebagai kegiatan kamu sehingga
kamu dapat beristirahat guna memulihkan tenaga, dan Dia juga
menjadikan siang untuk bertebaran antara lain berusaha mencari rezeki.
Kata subatan terambil dari kata sabata yaitu memutus. Yang
dimaksud adalah memutus kegiatan dan gerak tanpa mencabut nyawa.
Sementara ulama seperti pakar tafsir Az-Zamakhsyari memahami kata
Subatan dalam arti kematian karena ulama ini memperhadapkan kata
tersebut dengan kata Nusyuran yang dipahaminya dalam arti kebangkitan
dari kubur. Memang, dari segi bahasa, kematian dapat dinamai subat
karena ia memutus hidup duniawi. Disisi lain, al-quran dalam surah az-
zumar (39): 42
Terjemahnya:
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang)
jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan
Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.
11
Ayat diatas menjelaskan bahwa orang-orang yang mati itu rohnya
ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya; dan orang-
orang yang tidak mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat
kembali kepadanya lagi.
Ibn‟Asyur juga membuka dua kemungkinan makna bagi kata
Musyur. Pertama dalam arti bertebaran mencari rezeki disiang hari dan
kedua dalam arti kebangkitan dari kubur. Dengan demikian kita menjadi
mengerti bahwa istirahat yang cukup itu sangat bermanfaat untuk
mengembalikan kondisi dan kestabilan tubuh sehingga tubuh dapat
terhindar dari kejadian negatif seperti kecelakaan dalam bekerja yang
menyebabkan kelelahan kerja. (Shihab, M. Quraish, 2002 dalam Abdullah,
2005).
Adapun ayat yang lain menjelaskan tentang kelelahan kerja, hal ini
telah dikemukakan dalam firman Allah yaitu pada Q.S. an-naba (078):9
yang berbunyi:
Terjemahnya:
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat(Departemen Agama
RI, 1996).
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah swt menganjurkan untuk
beristirahat agar manusia dapat bekerja dengan tubuh yang segar. Berkata
Ibnu Atsir: “Qoyluulah adalah istirahat dipertengahan siang walaupun
tidak tidur”. Berdasarkan hadits dari Sahl Bin Sa‟d dia berkata: “Tidaklah
kami qoyluulah dan makan siang kecuali setelah shalat jum‟at”. Rasulullah
12
Saw bersabda: “Qoyluulah kalian, sesungguhnya Syaithon tidak
qoyluulah”. al-hazh Ibnu Hajar berkata: “Hadits diatas menunjukkan
bahwa qoyluulah termasuk kebiasaan para sahabat Nabi setiap harinya”
(Shihab, M. Quraish, 2002 dalam Uswatun, 2010).
Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam Musyawarah
Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan
jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia
Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan
memelihara serta mengembangkannya. Memang banyak sekali tuntunan
agama yang merujuk kepada ketiga jenis kesehatan itu.
Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash dia berkata bahwa Rasulullah
saw telah bertanya (kepadaku): “Benarkah kamu selalu berpuasa di siang
hari dan dan selalu berjaga di malam hari? ”Aku pun menjawab: “ya
(benar) ya Rasulullah.”Rasulullah saw pun lalu bersabda: “Jangan kau
lakukan semua itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu, berjagalah dan
tidurlah kamu, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu,
matamu mempunyai hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak
atas dirimu.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-
Ash).
Demikian Nabi saw. menegur beberapa sahabatnya yang
bermaksud melampaui batas dalam beribadah, sehingga kebutuhan
jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan
13
literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan
prinsip: Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak
petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi saw. yang pada dasarnya mengarah
pada upaya pencegahan. Salah satu sifat manusia yang secara tegas
dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan
2. Jenis Kelelahan
Kelelahan kerja dapat dibedakan berdasarkan:
a. Waktu terjadinya kelelahan kerja, yaitu:
1) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau
seluruh tubuh secara berlebihan.
2) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang disebabkan oleh
sejumlah faktor yang berlangsung secara terus menerus dan
terakumulasi.
Gejala-gejala kelelahan kronis ini dapat dicirikan, yaitu:
a) Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi
kurang toleran atau a-sosial terhadap orang lain.
b) Munculnya sifat apatis terhadap orang lain.
c) Depresi yang berat, dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000 dalam
Randall S. Shuler, Susan E. Jackson, 1999).
b. Penyebab terjadinya kelelahan kerja, yaitu:
1) Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam
laktat) dalam darah penurunan waktu reaksi.
14
2) Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang
berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa
lelah, dan ada hubungannya dengan faktor psikososial (Schlutz,
1982).
Perasaan adanya kelelahan secara umum ditandai dengan berbagai
kondisi(Nurmianto,2003), antara lain :
1) Kelelahan visual (penglihatan), muncul dari terlalu letihnya mata.
2) Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban
fisik bagi seluruh organ tubuh.
3) Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat
mental dan intelektual.
4) Kelelahan urat syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu
bagian dari system psikomotorik.
5) Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan
pada jangka waktu yang panjang.
Beberapa penyebab yang cukup mempengaruhi kelelahan kerja,
seperti yang dilansir dari beberapa sumber, yaitu:
1) Pekerjaan yang berlebihan
Kekurangan sumber daya manusia yang kompeten mengakibatkan
menumpuknya yang seharusnya dikerjakan dengan jumlah
karyawan yang lebih banyak.
15
2) Kekurangan waktu
Batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
terkadang tidak masuk akal. Pada saat si karyawan mendiskusikan
masalah tersebut dengan atasannya, si atasan bukannya
memberikan solusi pemecahan namun sering kali memberikan
tugas-tugas baru yang harus dilakukan.
3) Konflik peranan
Konflik peranan biasanya terjadi antar karyawan dengan jenjang
posisi yang berbeda, yang seringkali oleh otoritas yang dimiliki
oleh peranan atau jabatan tersebut.
4) Ambigu peranan
Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus dikerjakan seringkali
membuat para karyawan sesuatu pekerjaan yang seharusnya tidak
dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau ditilik dari sisi keahlian
maupun posisi pekerjaan.
c. Proses dalam otot yang terdiri dari:
1) Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam
bekerja akibat kontraksi otot yang berlangsung lama
mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot
yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya
waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot
menjadi gemetar (Suma‟mur, 1996).
16
2) Kelelahan umum yaitu suatu perasaan yang menyebar yang disertai
adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas
(Grandjean, 1985). Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat
ditandai dengan berbagai kondisi antara lain: lelah pada organ
penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang), rasa malas
bekerja atau circadian fatiquen (Nurmianto, 1998) selain itu
kelelahan umum dicirikan dengan menurunnya perasaan ingin
bekerja, serta kelelahan umum disebut juga kelelahan fisik dan
kelelahan syaraf (Suma‟mur, 1996).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelelahan
a. Umur
Umur mempunyai peranan penting terhadap kejadian kelelahan
kerja. Angka beratnya kelelahan rata-rata lebih meningkat mengikuti
pertambahan usia. Pekerja yang tua secara resmi dinyatakan oleh UUD
diskriminasi usia dalam pekerjaan (Age discrimination in Employment
Act of) 1967, seperti diubah pada 1977, lebih sering dialami pada
tenaga kerja berusia tua (≥40 tahun). Pada usia 40 tahun kapasitas fisik
seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi menurun.
Namun, hanya sedikit orang yang berusia 40 tahun atau lebih.
(Suma`mur, 1995).
17
b. Masa kerja
Anorital, 1991 dalam Novita Retno, 2003 masa kerja dikatakan
baru jika tenaga kerja bekerja kurang dari 3 tahun dan dikatakan lama
jika tenaga kerja bekerja sudah lebih dari 3 tahun.
c. Lama kerja
Manusia akan mengalami kelelahan jika terus menerus bekerja
tanpa adanya istirahat yang cukup dan hal ini dapat memberikan
kontribusi yang besar dalam terjadinya penurunan efektivitas kerja
dan kelelahan kerja. Pekerjaan yang dikerjakan setiap hari sebaiknya
tidak lebih dari 8 jam kerja dan tidak sampai pada malam hari kecuali
ada pekerjaan yang mendadak yang harus dilakukan yang
mengharuskan dilaksanakannya pekerjaan hingga malam hari, karena
malam hari diperuntukkan untuk beristirahat guna mengembalikan
kondisi tubuh agar kembali stabil.
Semakin lama waktu kerja berarti makin besar kemungkinan
untuk mengalami gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan
menurunnya produktivitas kerja (Suma„mur, 1989).
4. Akibat Kelelahan Kerja
Sikap kerja selama bekerja, membuat timbulnya kelelahan fisik
ataupun psikis dengan gejala-gejala yang ditandai sebagai berikut:
(Nasution H.R., 1998).
18
a. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh tubuh, kaki terasa
berat.
b. Menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung
dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin
berbaring.
c. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat
berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu,
cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu,
tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.
d. Sakit kepala, kaku bahu, rasa nyeri di punggung, pernafasan terasa
tertekan, haus, suara serak, pening, spasme kelopak mata, tremor pada
anggota badan dan merasa kurang sehat.
e. Kelelahan otot yang dijumpai paling banyak pada otot-otot kaki,
pinggang, leher dan punggung.
5. Pengukuran Kelelahan Kerja
Menurut Grandjean (2000), mengelompokkan metode
pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a. Kualitas dan Kuantitas hasil kerja
Kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja (waktu
yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap
unit.
19
b. Uji psiko-motor
Salah satu digunakan adalah pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi
adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada
suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.
c. Uji hilangnya kelipatan
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melipat
kelipatan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu
yang diperlukan untuk jarak antara kelipatan.
d. Perasaan kelelahan secara subjektif
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research
Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang
digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Selain itu,
dapat pula digunakan kuesioner untuk mengukur tingkat kelelahan
subjective (KAUPK2).
6. Penanggulangan Kelelahan Kerja
Sikap tubuh dalam kerja harus merupakan sikap tubuh yang alami,
tidak dipaksakan dan tidak canggung, sehingga dicapai efisiensi dan
produktivitas kerja yang optimal dan memberi kenyamanan waktu bekerja.
Dengan demikian selalu diusahakan agar semua pekerjaan dilakukan
dalam sikap ergonomis. Sikap tubuh dalam bekerja harus dilakukan
dengan sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Segala posisi dan
sikap yang tidak alami dihindarkan atau diusahakan agar beban statis dapat
sekeci-kecilnya ( Fikri Efendi, 2002).
20
Dari pekerjaan yang dilakukannya setiap hari kita lihat pramuniaga
bekerja berdiri dari awal sampai selesai. Sikap kerja yang demikian adalah
bekerja dengan kerja otot statis, sirkulasi aliran darah akan terganggu dan
bila berlangsung lama akan menimbulkan kelelahan, gangguan kesehatan
lain sepeti sakit pinggang, nyeri pada punggung, varices dimana wanita
berpeluang lima kali lebih besar dari pria ( Fikri Efendi, 2002).
Begitu juga dengan varices pada kaki erat hubungannya dengan
kelemahan-kelemahan struktural tonus otot pembuluh balik atau vena yang
berfungsi sebagai pompa untuk mengembalikan darah dari jaringan tubuh
ke bilik jantung kanan lemah atau kurang kekuatannya akan terjadi stasis
dan darah cenderung berkumpul di dasar vena sehingga vena melebar dan
membentuk tonjolan-tonjolan besar warna kebiru-biruan.
Penanggulangan untuk menghindari kelelahan pada pekerja wanita
dengan sikap berdiri pada waktu bekerja dengan menyediakan kursi agar
pekerja dapat mengurangi beban kerja otot statis menjadi kerja dinamis
sehingga aliran darah akan lancar, hal lain adalah dengan mengadakan
musik kerja sehingga kejenuhan dan kelelahan kerja akan dapat
dihindarkan.
B. Tinjauan Umum Tentang Umur
Umur adalah variabel yang selalu harus diperhatikan di dalam
penyelidikan-penyelidikan suatu masalah kesehatan. Angka-angka kelelahan,
kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan
hubungan dengan umur (Notoadmodjo, 2003).
21
Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984) menyatakan bahwa, umur
adalah suatu perjalanan hidup yang dimulai ketika ia dilahirkan hingga sampai
kepada kematian. Umur harus mendapat perhatian karena akan mempegaruhi
kondisi fisik, mental, kemauan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Menurut
teori psikolog perkembangan pekerja, umur dapat digolongkan menjadi muda
dan tua.
Menurut Diane E. Papalia dan Sally Wendkos dalam bukunya Human
Development 1995, mengemukakan bahwa usia muda berumur 19-30 tahun,
sedangkan untuk usia tua berumur di atas 40 tahun.
Umur mempunyai peranan penting terhadap kejadian kelelahan kerja.
Angka beratnya kelelahan rata-rata lebih meningkat mengikuti pertambahan
usia. Pekerja yang tua secara resmi dinyatakan oleh UUD diskriminasi usia
dalam pekerjaan (Age discrimination in Employment Act of) 1967, seperti
diubah pada 1977, lebih sering dialami pada tenaga kerja berusia tua (≥40
tahun). Pada usia 40 tahun kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran
dan kecepatan reaksi menurun. Namun, hanya sedikit orang yang berusia 40
tahun atau lebih. (Suma`mur, 1995).
Pada umumnya umur tua mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotorik. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman,
pengertian, perhatian dll yang menyebabkan reaksi dan perilaku umur tua
menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi
yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.
22
Tidak hanya umur tua untuk jenis pekerjaan tertentu usia muda juga
sering pula mengalami kasus kelelahan kerja (Arifin S, 2004 dalam Hatija,
2008).
Dari hasil penelitian di Amerika Serikat ditemukan bahwa pekerja usia
muda lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja usia
tua karena pekerja usia muda biasanya kurang berpengalaman dalam
pekerjaannya.
Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai
kecenderungan untuk menderita kelelahan kerja lebih tinggi dibandingkan
dengan golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tingginya kelelahan kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang
perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh dan tergesa-
gesa (Hatija, 2008).
Perlu diperhatikan Tenaga kerja dengan usia muda utamanya yang
berumur 20-29 tahun sebaiknya diberikan perhatian khusus dan diawasi secara
terus menerus. Tenaga kerja muda sebaiknya tidak bekerja pada pekerjaan-
pekerjaan yang menimbulkan bahaya bagi kesehatan dan keselamatannya.
(Suma`mur, 1995).
Masalah mengenai umur ini perlu diperhatikan oleh perusahaan-
perusahaan utamanya bagi pimpinan perusahaan agar dapat memperhatikan
faktor usia dari tenaga kerja dan memberikan program perlindungan bagi
tenaga kerja sesuai usia mereka.
23
Umur dan pengalaman kerja berpengaruh besar pada pekerja untuk
melakukan tindakan aman dan tindakan tidak aman serta pengusaan untuk
mengatur keselamatan diri sendiri di lapangan.
C. Tinjauan Umum Tentang Masa kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 2001) bahwa masa kerja adalah jangka waktu orang sudah
bekerja pada suatu kantor, badan, dan sebagainya (Depdikbud, 2001). Masa
kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu
tempat. Dari lamanya tenaga kerja berkerja kita dapat melihat pengalaman
kerja mereka (Tulus MA, 1992).
Masa kerja adalah rentan waktu yang telah dilalui oleh seorang tenaga
kerja untuk bekerja pada perusahaan/industri tertentu yang digolongkan
kurang dari 3 tahun dan lebih dari 3 tahun. Bagi tenaga kerja yang masa
kerjanya kurang dari 3 tahun itu dianggap pengalaman bekerjanya masih
sangat terbatas karena masih merupakan tenaga kerja dengan masa kerja baru
sementara jika masa kerjanya lebih dari 3 tahun itu sudah termasuk kedalam
masa kerja lama maka dianggap pengalaman kerjanya sudah banyak dan
mereka sudah mengerti akan seluk beluk pekerjaan di perusahaan atau industri
tempat mereka bekerja (Anorital, 1991 dalam Hatija, 2008).
Ada kecenderungan semakin lama masa kerja seorang tenaga kerja
semakin rendah pula frekuensi kejadian kelelahan kerja yang terjadi. Kondisi
demikian diasumsikan bahwa dengan pengalaman kerja yang cukup membuat
24
seseorang semakin banyak menimba pekerjaan yang memungkinkan mereka
lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya.
Masa kerja dapat mempengaruhi tenaga kerja baik positif maupun
negative, Akan memberikan pengaruh positif kepada tenaga kerja bila dengan
lamanya seseorang bekerja maka dia akan semakin berpengalaman dalam
melakukan tugasnya karena dia telah mengetahui seluk beluk pekerjaan,
Dengan bertambahnya masa kerja seorang tenaga kerja maka bertambah pula
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mengenai pekerjaan dan aspek
keselamatan diri dari pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat terhindar dari
terjadinya kelelahan kerja.
Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin
lamanya seseorang bekerja maka akan menimbulkan kebosanan (Tulus
MA,1992).
Penggolongan masa kerja terdiri atas (Tulus MA,1992):
1. Masa kerja baru : < 6 tahun
2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun
3. Masa kerja lama : >10 tahun
Menurut Prints (1994) seorang tenaga kerja apabila bekerja lebih dari 5
tahun maka dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja dengan masa kerja yang
relatif lama, sementara dikatakan tenaga kerja baru jika masa kerjanya di
bawah atau sama dengan 5 tahun.
25
Anorital (1991) dalam Novita Retno (2003) mengemukakan bahwa
masa kerja dikatakan baru jika tenaga kerja bekerja kurang dari 3 tahun dan
dikatakan lama jika tenaga kerja bekerja sudah lebih dari 3 tahun.
Meski demikian, penggolongan masa kerja dikatakan lama dan baru
tergantung dimana mereka bekerja dan sesuai standarisasi perusahaan/industri.
D. Tinjauan Umum Tentang Lama kerja
Seseorang yang bekerja terus menerus pada suatu ketika akan
mengalami kelelahan, baik bekerja yang membutuhkan tenaga fisik maupun
pekerjaan yang menuntut kerja otak. Kelelahan dapat berupa kelelahan fisik
dan mental, pada saat itulah orang membutuhkan istirahat sebelum seluruh
tenaganya habis (Soekemi, dkk, 1993)
Adapun yang dimaksud dengan lama kerja adalah lamanya seorang
tenaga kerja melakukan pekerjaan dalam satu hari termasuk waktu istirahat.
Waktu istirahat merupakan hal yang mutlak yang perlu diberikan pada para
pekerja, agar dapat mempertahankan kemampuan atau kapasitas kerja, dalam
melakukan pekerjaan fisik maupun mental (Depkes RI, 2005).
Menurut Undang-undang Tenaga Kerja No.25 Tahun 1997 pasal 100
ayat 2 dalam Peraturan dan Perundangan Lama Kerja Undang-undang No.12
Tahun 1948 pasal 10 mengatakan bahwa tenaga kerja :
1. Tidak boleh menjalankan pekerjaan lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu. Apabila pekerjaan itu dijalankan pada malam hari akan
berbahaya bagi kesehatan atau keselamatan pekerja, maka lama seseorang
bekerja tidak boleh lebih dari 6 jam sehari dan 35 jam seminggu.
26
2. Setelah pekerja menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus-menerus harus
diadakan waktu istirahat sekurang-kurangnya setengah jam lamanya.
3. Tiap minggu harus diadakan sekurang-kurangnya satu hari istirahat
Bekerja selama 8 jam per hari dapat diambil sebagai suatu kondisi
yang optimal. Meskipun demikian waktu istirahat masih harus diadakan,
disisipkan dalam kurun waktu 8 jam kerja. Istirahat diperlukan untuk
memulihkan kesegaran baik kondisi fisik maupun mental dan agar terhindar
dari hal-hal negatif ditempat kerja seperti kelelahan. Jumlah waktu istirahat
secara umum berkisar antara 15% bahkan juga sering mencapai 20-30% dari
jumlah waktu jam kerja (Suma`mur, 1989 dalam Kasmawati Saleh, 2004).
Seseorang yang bekerja dengan baik dipengaruhi oleh lama kerjanya
dimana kemampuan fisik akan berangsur menurun dengan bertambahnya
masa kerja akibat kelelahan dari pekerjaan dan dapat diperberat bila dalam
melakukan pekerjaan fisik pekerja tidak melakukan variasi dalam bekerja.
Lama kerja akan menyebabkan kontraksi otot-otot penguat penyangga perut
secara terus menerus dalam waktu lama (Suma„mur, 1989).
Manusia akan mengalami kelelahan jika terus menerus bekerja tanpa
adanya istirahat yang cukup dan hal ini dapat memberikan kontribusi yang
besar dalam terjadinya penurunan efektivitas kerja dan kelelahan kerja.
Pekerjaan yang dikerjakan setiap hari sebaiknya tidak lebih dari 8 jam kerja
dan tidak sampai pada malam hari kecuali ada pekerjaan yang mendadak yang
harus dilakukan yang mengharuskan dilaksanakannya pekerjaan hingga
27
malam hari, karena malam hari diperuntukkan untuk beristirahat guna
mengembalikan kondisi tubuh agar kembali stabil.
Makin lama waktu kerja berarti makin besar kemungkinan untuk
mengalami gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan menurunnya
produktivitas kerja (Suma„mur, 1989).
E. Tinjauan Umum Tentang Faktor Psikologis
Psikologi kerja, merupakan psikologi yang dikaitkan dengan keadaan
kerja. Psikologi kerja erat kaitannya dengan keadaan mental tenaga kerja.
Kondisi mental tenaga kerja selain dipengaruhi oleh factor-faktor didalam
lingkungan kerja, juga dipengaruhi oleh factor-faktor diluar kerja.
Kondisi mental tenaga kerja yang tidak baik dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan kesehatan jiwa, dan dapat berpengaruh terhadap sasaran
atau tujuan kesehatan kerja, sehinggga psikologi kerja juga erat kaitannya
dengan keselamatan kerja.
Sasaran dan tujuan dari keselamatan kerja adalah untuk mendapatkan
derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun social
serta untuk mendapatkan derajat produktivitas tenaga kerja setinggi-tingginya.
Dengan demikian gangguan mental tenaga kerja dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.
Faktor-faktor didalam lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit yang merupakan penyakit akibat
kerja, selain factor psikologi/mental juga terdapat factor-faktor lainnya: factor
fisik factor kimia, factor biologi, factor fisiologi.
28
Lingkup psikologi kerja mempelajari struktur kepribadian, sikap serta
mental tenaga kerja, penyesuaian pekerjaan terhadap kondisi mental,
gangguan-gangguan mental akibat kerja, usaha-usaha preventif serta kuratif.
Berikut adalah pengertian Psikologi menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat
dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2. Menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan lingkungannya.
3. Menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang
meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya,
sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan
lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak
maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
29
Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan ilmu tentang
tingkah laku. Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat luas, semua
yang dialami dan dilakukan manusia merupakan tingkah laku. Semenjak
bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh berbagai tingkah
laku.
Psikologi kerja merupakan bagian dari psikologi social, sehingga
berkaitan pula dengan keadaan social ekonomi tenaga kerja. Manusia,
termasuk tenaga kerja mempunyai rasa suka, duka, benci, gembira, sedih,
kemauan, cita-cita, pendirian, pertimbangan, pemikiran. Tanpa keseimbangan
yang tepat, maka jatuhlah orang tersebut dalam keadaan sakit.
Pencetus, umumnya berupa berbagai stress psikososial seperti musibah
kematian atau kehilangan, stress dalam bekerja, kegagalan, dimarahi
atasannya dan sebagainya. Umumya sebelum jatuh kedalam keadaan sakit,
individu yang berkaitan dengan memobilisasi potensi yang ada pada dirinya,
suatu proses yang disebut adaptasi. Apabila adaptasi berhasil, ia menjadi sehat
kembali, bahkan dapat menjadi lebih kuat dan tangguh dalam mengatasi
problem selanjutnya.
Struktur kepribadian ini dipengaruhi oleh factor-faktor: sifat dari
lahir(keturunan), lingkungan baik dilingkungan keluarga maupun
dilingkungan masyarakat, agama/keimanan.
30
Stress merupakan factor penyebab terjadinya gangguan
mental(gangguan jiwa), stress adalah tekanan mental(problem kejiwaan) yang
tidak dapat diadaptasi(dihilangkan) dan selalu ada dalam alam pemikiran
seseorang, dan merupakan konflik mental.
Stress dapat berasal terdiri atas, yaitu:
1. Dari hubungan kerja: Hubungan antara teman sekerja yang tidak baik,
hubungan dengan tasan yang tidak baik, kekhawatiran kerja(bekerja
dilingkungan yang berbahaya, upah yang kurang, kerja yang
membosankan, kerja terpaksa, kerja tak sesuai dengan keinginan,
perubahan-perubahan kerja yang mendadak.
2. Dari luar kerja: Tekanan social ekonomi, tempat tinggal yang jauh dari
tempat kerja, sulitnya transportasi ketempat kerja.
Gangguan mental akibat kerja disebabkan oleh adanya stress yang
didapat dalam pekerjaannya atau diakibatkan oleh pekerjaannya. Kelelahan
kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan,
dalam waktu yang lama akan menimbulkan RSI (repetition strain injuries)
yaitu nyeri otot, tulang tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh pekerjaan
yang berulang (repetitive). Setiap kerja mengandung reaksi psikologis
pekerjanya. Reaksi ini bisa positif (senang, bergairah, sejahtera) atau negative
(bosan, benci, acuh tak acuh) (Bennet, 1995).
Harus dipahami bahwa setiap pekerjaan menimbulkan ketegangan
(Stresses) dan tekanan (Strains) yang disambut dengan keterampilan dan
sikap. Kemampuan manusia dibatasi oleh potensi yang mencukup :
31
1. Kesanggupan menetapkan suatu sasaran kerja dan kemampuan
mencapainya.
2. Rasa tanggung jawab pendidikan dan pengalaman kerja sebelumnya.
3. Latar belakang sosiologis.
4. Pandangan hidup (Bennet & Rumondang, 1995).
Menurut Muchinsky, (1987) yang mempengaruhi kelelahan kerja pada
factor psikologis, yaitu:
1. Kelelahan mental, berhubungan dengan aktivitas kerja yang monoton.
Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan kepikiran
dan perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan
orang lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat
menimbulkan konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah
diungkapkan. Kelelahan ini diatasi dengan mendesain ulang pekerjaan
sehingga membuat pramuniaga atau karyawan lebih bersemangat dan
bertentangan untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Kelelahan emosional, dihasilkan dari stress yag hebat dan umumnya
ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar
ditempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan
memberikan pelayanan konseling bagi karyawan atau pramuniaga agar
kelelahan emosional yang dirasakan karyawan dapat teratasi dan
performansi kerja karyawan meningkat.
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Kemampuan kerja seseorang berbeda antara satu orang dengan lainnya
dan sangat tergantung dari tingkat aktivitas yang dijalani, lingkungan kerja
dan kondisi kesehatan orang tersebut. Semakin tinggi kemampuan kerja
seorang tenaga kerja dengan tingkat kelelahan yang tidak berarti menunjukkan
tingkat kondisi fisik yang bagus dari tenaga kerja yang bersangkutan, dimana
hal ini akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas.
Berbagai kondisi kerja yang ada di perusahaan, seperti kebisingan,
pencahayaan, beban kerja sendiri (umur, masa kerja, lama kerja, status gizi,
dan sebagainya) dapat menimbulkan atau mempercepat terjadinya kelelahan.
Namun pada penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada beberapa variabel
penelitian, dimana masing-masing faktor tersebut seperti:
1. Kelelahan Kerja
Di saat kelelahan terjadi tubuh merasa mendapat rintangan,
kegiatan menjadi berkurang dan merasa dipaksa menyerah, kemauan
bekerja secara fisik maupun kerja mental menjadi menurun. Bila
pemberian kesempatan untuk beristirahat tidak dilakukan maka kelelahan
akan bertambah dan sangat mengganggu dan apabila dipaksakan terus
menerus setiap hari maka akan berakibat pada keadaan kelelahan kronis.
33
2. Umur
Umur seseorang dalam bekerja ternyata ikut berpengaruh terhadap
kelelahan kerja. Ada anggapan yang menyatakan bahwa semakin tua umur
seseorang, maka akan semakin cepat merasakan lelah (>30 tahun).
Berbeda dengan usia muda, mereka akan lebih bertahan lama dalam
bekerja. Semakin tua umur seseorang, maka kecepatan reaksi pun menurun
akibat kelambatan dalam menerima stimulus.
3. Masa Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 2001) bahwa masa kerja adalah jangka waktu orang
sudah bekerja (pada suatu kantor, badan, dan sebagainya). Masa kerja
adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu
tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif. Akan memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin
lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam
melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif
apabila dengan semakin lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan
pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat
monoton dan berulang-ulang.
4. Lama Kerja
Lama kerja sehari yang dianggap ideal sekarang ini adalah 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu. Memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan
34
biasanya terjadi penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk
timbul rasa nyeri pada bagian-bagian tertentu dari tubuh yang digunakan
dalam bekarja bahkan akan lebih fatal dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja, misalnya pada bagian pramuniaga ramayana M’TOS dapat terjadi
pada tenaga kerja yang melakukan pekerjaanya dengan posisi tidak
ergonomis.
B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti
Berdasarkan konsep pemikiran di atas, maka pola pikir variabel di
gambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: Variabel bebas / Independent
: Variabel terikat / Dependent
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
Umur
Lama kerja
Masa kerja
Kelelahan subyektif
Faktor Psikologis
35
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Kelelahan Kerja
Kelelahan dalam penelitian ini adalah keluhan-keluhan kelelahan
yang dirasakan oleh pramuniaga setelah melaksanakan pekerjaan. Dinilai
berdasarkan total skor dari kuesioner KAUPK2. Pilihan dari pertanyaan
mengenai keluhan kelelahan dibuat dalam bentuk pilihan dan dinilai
dengan skala likert untuk setiap pilihannya.
Cara menentukan skor standar variable kelelahan kerja
Diketahui:
Jumlah pertanyaan: 17
Skor tertinggi tiap pertanyaan: 3
Skor terendah tiap pertanyaan: 1
Skala pertanyaan: 3 ( A, B, C )
Nilai Tertinggi (X) = skor tertinggi x jumlah pertanyaan
= 3 x 17
= 51
Nilai Terendah (Y) = skor terendah x jumlah pertanyaan
= 1 x 17
= 51 / 17
= 33, 33%
Range (R) = x – y
= 100 % - 33, 33%
= 66,67%
36
Karena kriteria dibagi menjadi 2 kategori yaitu sering lelah dan
tidak lelah maka :
Interval (I) = R/K
= 66, 67% / 2
= 33,33%
Kriteria Objektif:
a. Lelah : jika mempunyai total skor dari kuesioner tentang kelelahan ≥
67% dari seluruh pertanyaan yang diajukan.
b. Tidak Lelah : jika mempunyai total skor dari kuesioner tentang
kelelahan < 67% dari seluruh pertanyaan yang diajukan.
2. Umur
Variabel umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kurun
waktu yang dihabiskan oleh responden sejak lahir sampai penelitian ini
dilakukan yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir responden
dengan menggunakan satuan ukur tahun.
Kriteria Objektif:
a. Usia muda : Bila tenaga kerja berumur < 40 tahun
b. Usia tua : Bila tenaga kerja berumur ≥ 40 tahun
3. Masa Kerja
Variabel masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
rentan waktu yang telah dilalui oleh seorang pramuniaga/responden untuk
bekerja di Ramayana Makassar Town Square (M-TOS) Makassar.
37
Kriteria Objektif :
a. Baru : Bila tenaga kerja telah bekerja < 3 Tahun
b. Lama : Bila tenaga kerja telah bekerja ≥ 3 Tahun
4. Lama Kerja
Lama kerja dalam penelitian ini adalah lamanya responden bekerja
dalam sehari.
Kriteria Objektif :
a. Memenuhi syarat : Bila tenaga kerja bekerja ≤ 8 jam sehari.
b. Tidak memenuhi syarat : Bila tenaga kerja bekerja > 8 jam sehari
D. Hipotesis Penelitian
Dari gambaran kerangka di atas, maka disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Hipotesis awal
a. Ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pramuniaga
Ramayana Makassar Town Square (M-TOS) Makassar.
b. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada
pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar.
c. Ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada
pramuniaga Ramayana Makassar Town Square (M-TOS) Makassar.
38
2. Hipotesis Alternatif
a. Tidak ada hubungan yang antara umur dengan kelelahan kerja pada
pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar.
b. Tidak ada hubungan yang antara masa kerja dengan kelelahan kerja
pada pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar.
c. Tidak ada hubungan yang antara lama kerja dengan kelelahan kerja
pada pramuniaga Ramayana Makassar Town Square Kota Makassar.
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survey analitik dengan
rancangan Cross Sectional Study melalui kuesioner dan wawancara. Pada
penelitian ini umur, masa kerja, dan lama kerja, dinyatakan sebagai variabel
independen dan kelelahan kerja sebagai variabel dependen yang diamati bersama-
sama.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk yang
beralamat di jalan Perintis Kemerdekaan Km 8 dan dilaksanakan selama dua hari
yakni pada tanggal 20 - 21 Juli 2012.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang bekerja di
Departemen produksi PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. yang terdiri dari
193 SPG.
2. Sampel
Sampel adalah populasi yang terpilih sebagai sampel. Metode sampling yang
digunakan adalah Simple Random Sampling. Besar sampel di tentukan dengan
menggunakan rumus:
40
n = 𝑁𝑧2𝑝 .𝑞
𝑑2 𝑁−1 + 𝑧2.𝑝 .𝑞
Keterangan:
n = jumlah sampel penelitian
N = jumlah populasi penelitian
z = standar deviasi normal dengan derajat kemaknaan 95% (1,96)
p = proporsi populasi (0,5)
q = 1-p
d = tingkat kepercayaan yang digunakan (0,05)
maka:
n = 𝑁𝑧2𝑝 .𝑞
𝑑2 𝑁−1 + 𝑧2.𝑝 .𝑞
n = 193 .(1,96)20,5.0,5
0,052 193−1 + (1,96)2.0,5.0,5
n = 193.3,8416 .0,25
0,0025 .192+3,8416 .0,25
n = 185 ,3572
0,48+0,9604
n = 185 ,3572
1,4404
n = 127 responden
Dari hasil perhitungan didapatkan sampel tenaga kerja sejumlah 127
responden.
41
D. Sumber Data
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara
dengan menggunakan kuesioner dan observasi terhadap para responden yang
menjadi sampel.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang menyangkut perusahaan termasuk data-data
ketenagakerjaan yang diperoleh di bagian personalia PT.Ramayana Lestari
Sentosa, Tbk.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Library Research
Yaitu mencari bahan dari sumber-sumber bacaan seperti buku-buku dan
skripsi yang relevan dengan kelelahan kerja
2. Field Research
Dalam research lapangan dikenal 2 bentuk pengumpulan data yaitu:
a. Kuesioner
Dengan cara memberikan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh
responden.
42
b. Wawancara
Dengan cara melakukan interview langsung terhadap responden ditempat
kerja.
F. Pengolahan dan Penyajian data
Data yang diperoleh akan diolah dengan komputer melalui program SPSS
16. Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel berupa tabel distribusi
dan frekuensi dan tabel analisa hubungan antara variabel dependent dan variabel
independent.
G. Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan yaitu:
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi
masing-masing variabel independent maupun dependent.
2. Analisis Bivariat
Dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan, ada tidaknya faktor
risiko/hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat secara satu persatu.
Uji statistik yang digunakan untuk membantu analisis adalah uji Fisher’s
exact test, dengan tabulasi silang 2x2 dan derajat kepercayaan 95% (0,05).
Sedangkan untuk penilaian/ interpretasi adalah sebagai berikut:
1. Ho ditolak jika nilai p < 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna.
2. Ha diterima jika nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna.
43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama dua hari mulai dari tanggal 20 sampai
dengan 21 Juli 2012 di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk yang beralamat di
jalan Perintis Kemerdekaan Km 8. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dan wawancara langsung yang dilakukan terhadap para
tenaga kerja pramuniaga dan diambil sebanyak 127 orang tenaga kerja sampel
penelitian untuk mencari tahu informasi lebih lanjut.
Berdasarkan pengolahan data maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
a. Umur
Variabel umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kurun
waktu yang dihabiskan oleh responden sejak lahir sampai penelitian ini
dilakukan yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir responden
dengan menggunakan satuan ukur tahun. Berikut adalah sebaran umur
responden:
44
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pramuniaga
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Kota Makassar Tahun 2012
Usia Responden Jumlah Responden
15 Tahun 2
16 Tahun 5
17 Tahun 17
18 Tahun 10
19 Tahun 9
20 Tahun 20
21 Tahun 15
22 Tahun 10
23 Tahun 7
24 Tahun 8
25 Tahun 2
26 Tahun 3
27 Tahun 5
28 Tahun 1
29 Tahun 1
30 Tahun 2
31 Tahun 1
32 Tahun 1
33 Tahun 0
34 Tahun 0
> = 40 Tahun 8
Jumlah 127
Sumber: Data primer, tahun 2012
Adapun jika dilihat berdasarkan kelompok umur, rata-rata
responden yang bekerja di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. adalah
mereka yang masih terkategori usia muda. Hal ini dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
45
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia Pramuniaga
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Kota Makassar Tahun 2012
Kelompok Usia Jumlah
(n)
Persentasi
(%)
Muda 119 93.7
Tua 8 6.3
TOTAL 127 100.0
Sumber: Data primer, tahun 2012
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 127 responden kelompok
usia yang paling banyak adalah kelompok usia muda (<40 thn) sebanyak
119 orang (93,7%) sedangkan responden yang berusia tua (≥40 thn) hanya
sebanyak 8 orang (6,3%).
b. Masa Kerja
Distribusi masa kerja responden dalam peenelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pramuniaga
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Kota Makassar Tahun 2012
Masa Kerja Jumlah
(n)
Persentasi
(%)
Baru 124 97.6
Lama 3 2.4
TOTAL 127 100.0
Sumber: Data primer, tahun 2012
46
Tabel.5.3 menunjukkan bahwa dari 127 responden yang bekerja di
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. paling sedikit berada pada kelompok
masa kerja lama yaitu sebanyak 3 orang (2,4%) dan yang paling banyak
berada pada kelompok masa kerja baru yaitu sebanyak 124 orang (97,6%).
c. Lama Kerja
Distribusi lama kerja responden pada penelitian ini dapat dilihat
pada table berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja Pramuniaga
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Kota Makassar Tahun 2012
Lama Kerja Jumlah
(n)
Persentasi
(%)
Memenuhi Syarat 76 59.8
Tidak Memenuhi Syarat 51 40.2
TOTAL 127 100.0
Sumber: Data primer, tahun 2012
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 127 responden yang bekerja di
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Distribusi responden yang lama
kerjanya tidak memenuhi syarat (>8 jam sehari) lebih banyak 51 orang
(40,2%) daripada yang memenuhi syarat (≤8 jam sehari) yaitu 76 orang
(59,8%).
47
d. Kelelahan
Tingkat kelelahan responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Pramuniaga
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Kota Makassar Tahun 2012
Sumber: Data primer, tahun 2012
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 127 responden yang bekerja di
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Sebanyak 125 orang (98,4%) yang
mengalami sering lelah dan Sebanyak 2 orang (1,6%) yang tidak pernah
mengalami lelah.
Kelelahan Jumlah
(n)
Persentasi
(%)
Sering 125 98.4
Tidak Lelah 2 1.6
TOTAL 127 100.0
48
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja
Hubungan Umur dengan kelelahan kerja responden dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 5.6
Analisis Hubungan Umur dengan Kelelahan kerja Pramuniaga
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Kota Makassar Tahun 2012
Sumber: Data primer, tahun 2012
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 117 responden yang berumur
muda (< 40 Tahun) ada sebanyak 116 orang (91,3%) yang mengalami
kelelahan kerja dan hanya sebanyak 1 orang (0,8%) yang tidak mengalami
kelelahan kerja. Sedangkan dari 10 responden yang berumur tua (≥ 40
Tahun) ada sebanyak 9 orang (7,1%) yang mengalami kelelahan kerja dan
ada sebanyak 1 orang (0,8%) yang tidak mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji Fisher’s exact test yang telah dilakukan diperoleh nilai
p=0,152 lebih besar dari nilai α = 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan
kelelahan responden yang bekerja di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Usia
Kelelahan
TOTAL
P Lelah Tidak
n % n % n %
Muda 116 91.3 1 0.8 117 92.1
0,152 Tua 9 7.1 1 0.8 10 7.9
TOTAL 125 98.4 2 1.6 127 100.0
49
b. Hubungan Masa Kerja dengan kelelahan
Hubungan masa kerja dengan kelelahan responden dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan kerja Pramuniaga
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Kota Makassar Tahun 2012
Sumber: Data primer, tahun 2012
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 124 responden pada kelompok
masa kerja baru (< 3Tahun) yaitu sebanyak 122 orang (96,1%) yang
mengalami kelelahan kerja, dan sebanyak 2 orang (1,6%) yang tidak
pernah mengalami kelelahan kerja. Sedangkan dari 3 responden pada
kelompok masa kerja lama (≥ 3 Tahun) yaitu sebanyak 3 orang (2,4%)
yang mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji Fisher’s exact test yang telah dilakukan diperoleh nilai
p=1,000 lebih besar dari nilai α=0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
sehingga tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan
responden yang bekerja di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Masa
Kerja
Kelelahan
TOTAL
P Lelah Tidak
n % n % n %
Baru
122 96.1 2 1.6 124 100.0
1,000 Lama
3 2.4 0 0 3 100.0
TOTAL 125 98.4 2 1.6 127 100.0
50
c. Hubungan Lama Kerja dengan kelelahan
Hubungan lama kerja dengan kelelahan responden dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.8
Analisis Hubungan Lama Kerja Dengan Kelelahan kerja Pramuniaga
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Kota Makassar Tahun 2012
Sumber: Data primer, tahun 2012
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 76 responden pada kelompok
lama kerja yang memenuhi syarat (≤ 8 jam sehari) yaitu sebanyak 75
orang (59,1%) yang mengalami kelelahan kerja, dan sebanyak 1 orang
(0,8%) yang tidak pernah mengalami kelelahan kerja. Sedangkan dari 51
responden pada kelompok lama kerja yang tidak memenuhi syarat (>8 jam
sehari) yaitu sebanyak 50 orang (39,4%) yang mengalami kelelahan kerja,
dan 1 orang (0,8%) yang tidak mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji Fisher’s exact test yang telah dilakukan diperoleh nilai
p=1,000 lebih besar dari nilai α=0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Lama Kerja
Kelelahan
TOTAL
Ket Lelah Tidak
n % n % n %
Memenuhi
Syarat
75 59.1 1 0.8 76 59.8
P= 1,000
Tidak
Memenuhi
Syarat
50 39.4 1 0.8 51 40.2
TOTAL 125 98.4 2 1.6 127 100.0
51
sehingga tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan
responden yang bekerja di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
B. PEMBAHASAN
Perlunya mengembangkan dan meningkatkan K3 di sektor kesehatan
dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kelelahan kerja dan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi sebagai dasar penelitian yang dilakukan
dibagian Pramuniaga PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Makassar yang
berlokasi di M’TOS dipilih karena melihat hazard dan risiko yang ada pada
lingkungan kerjanya.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara yang dilakukan terhadap
responden yang menjadi sampel yaitu 127 orang, diperoleh beberapa jawaban
yang berbeda-beda mengenai kelelahan kerja di pramuniaga PT Ramayana Lestari
Sentosa, Tbk. Ada yang menyatakan bahwa kelelahan kerja disebabkan karena
kesalahan dari orang itu sendiri, ada juga yang menyatakan bahwa kelelahan kerja
yang terjadi karena kelalaian, ketidakhati-hatian, dan kecerobohan dalam
melaksanakan pekerjaan. Maka diperoleh hasil penelitian mengenai kelelahan
psikis berdasarkan umur, masa kerja, dan lama kerja sebagai berikut:
1. Hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja
Umur dan pengalaman kerja berpengaruh besar pada pekerja untuk
melakukan tindakan aman dan tindakan tidak aman serta pengusaan untuk
mengatur keselamatan diri sendiri di lapangan. Hal ini menjadi sangat penting
untuk diperhatikan karena umur adalah variabel yang selalu harus
52
diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan suatu masalah kesehatan
Angka-angka kelelahan, kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoadmodjo, 2003).
Dari hasil penelitian di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Diketahui
bahwa dari 117 responden pada semua tenaga kerja yang berumur muda (< 40
Tahun) ada sebanyak 116 orang (91,3%) yang mengalami kelelahan kerja dan
ada sebanyak 1 orang (0,8%) yang tidak mengalami kelelahan kerja.
Sedangkan dari 10 responden yang berumur tua (≥ 40 Tahun) ada sebanyak 9
orang (7,1%) yang mengalami kelelahan kerja dan ada sebanyak 1 orang
(0,8%) yang tidak mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji Fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,152 lebih besar
dari nilai α = 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, tidak
ada hubungan antara umur dengan kelelahan responden yang bekerja di PT
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Hal ini berbeda dengan penelitian Oentoro (2004) menyatakan bahwa
tenaga kerja yang berusia 30 tahun keatas akan lebih cepat menderita
kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang relatif lebih muda. Selain
itu, tenaga kerja yang berumur lebih tua akan mengalami penurunan kekuatan
otot yang berdampak terhadap kelelahan dalam melakukan pekerjaannya
(Setyawati dalam Wignjosoebroto, 2000).
53
Grandjean (1985) menyebutkan bahwa penurunan kekuatan otot akan
menyebabkan kelelahan otot yang terjadi karena adanya akumulasi asam
laktat dalam otot yang dapat menyebabkan menurunnya kerja otot. Pada usia
40 tahun kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi
menurun. Namun, hanya sedikit orang yang berusia 40 tahun yang
menganggap dirinya tua atau lebih tua.
Meski demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata
pada usia muda juga terdapat sejumlah tenaga kerja yang mengalami keluhan
kelelahan kerja. Hal ini dapat berarti bahwa kejadian kelelahan tidak
mengenal umur tergantung bagaimana dari kondisi fisik pekerja, sifat
pekerjaan dan tempat kerjanya. Jika pekerja bekerja dalam kondisi fisik yang
tidak sehat dengan pekerjaan yang berat dan tempat kerja yang tidak nyaman
maka risiko untuk mengalami kelelahan semakin tinggi. Sebaliknya jika
tenaga kerja selalu dalam keadaan sehat dengan lingkungan kerja yang
nyaman maka risiko untuk mengalami kelelahan sangat kecil.
2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja
Adanya kecenderungan semakin lama masa kerja seorang tenaga kerja
semakin rendah pula frekuensi kejadian kelelahan kerja yang terjadi. Kondisi
demikian diasumsikan bahwa dengan pengalaman kerja yang cukup membuat
seseorang semakin banyak menimba pekerjaan yang memungkinkan mereka
lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya.
54
Masa kerja dapat mempengaruhi tenaga kerja baik positif maupun
negatif, akan memberikan pengaruh positif kepada tenaga kerja bila dengan
lamanya seseorang bekerja maka dia akan semakin berpengalaman dalam
melakukan tugasnya karena dia telah mengetahui seluk beluk pekerjaan.
Dengan bertambahnya masa kerja seorang tenaga kerja, maka bertambah pula
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mengenai pekerjaan dan aspek
keselamatan diri dari pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat terhindar dari
terjadinya kelelahan kerja. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif
apabila semakin lamanya seseorang bekerja maka akan menimbulkan
kebosanan (Tulus MA,1992).
Dari hasil penelitian di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. diketahui
bahwa dari 124 responden pada kelompok masa kerja baru (< 3Tahun)
terdapat sebanyak 122 orang (96,1%) yang mengalami kelelahan kerja, dan
sebanyak 2 orang (1,6%) yang tidak pernah mengalami kelelahan kerja.
Sedangkan dari 3 responden pada kelompok masa kerja lama (≥ 3 Tahun)
ketiganya mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji Fisher’s exact test yang telah dilakukan diperoleh nilai
p=1,000 lebih besar dari nilai α=0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
sehinga tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan responden
yang bekerja di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
55
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh
Setyawati dalam Nasution (1998), bahwa semakin lama masa kerja seseorang
maka semakin tinggi tingkat kelelahan. Hal ini menunjukkan tingkat
kelelahan lebih tinggi dialami oleh tenaga kerja dengan masa kerja yang lebih
lama oleh karena semakin lama ia bekerja maka perasaan jenuh akibat
pekerjaan yang monoton tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat
kelelahan yang dialaminya. Kelelahan yang terjadi secara terus menerus
berakibat pada kelelahan kronis.
Meski demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan makna bahwa
tidak selamanya lama masa kerja seseorang yang semakin tinggi akan
memberikan tingkat kelelahan yang semakin tinggi pula. Ini terlihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan tingkat kelelahan lebih tinggi dialami oleh
tenaga kerja dengan masa kerja yang baru. Hal ini dapat disebabkan karena
sifat keprofesionalan atau adaptasi diri seseorang untuk menghadapi situasi
dan kondisi tempat dimana mereka bekerja.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Verawati Rahmat (2002) pada tenaga kerja di unit polish Firma Kali Djaja &
Co Makassar yang diperoleh bahwa tidak ada pengaruh bermakna antara masa
kerja dengan tingkat kelelahan kerja.
Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Muh. Armansyah terhadap pekerja di pengisian LPG PT
Pertamina (persero) Makassar yang menunjukkan bahwa tingkat kelelahan
56
lebih tinggi terdapat pada kelompok tenaga kerja yang memiliki masa kerja
yang baru (≤5 tahun) yaitu sebanyak 22 orang (45,8%) dimana dari hasil uji
chi-square yang telah dilakukan diperoleh nilai p=0,187 lebih besar dari nilai
α=0,05.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa ternyata masa kerja tidak lagi
menjadi sebuah beban bagi tenaga kerja, tetapi justru telah membuat para
tenaga kerja semakin terampil dalam bekerja karena telah bekerja lama dan
pengalaman yang diperoleh pun semakin bertambah sehingga mereka telah
dapat menyiasati beberapa keadaan yang dapat membuat mereka cepat lelah.
Di samping itu berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa peran
perusahaan juga tidak pernah lepas dalam memberikan motivasi melalui
bagian K3 kepada para tenaga kerja serta adanya peraturan yang cukup tegas
sehingga para pekerja dapat bekerja dengan cukup disiplin.
3. Hubungan Antara Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja
Seseorang yang bekerja terus menerus pada suatu ketika akan
mengalami kelelahan, baik bekerja yang membutuhkan tenaga fisik maupun
pekerjaan yang menuntut kerja otak. Kelelahan dapat berupa kelelahan fisik
dan mental, pada saat itulah orang membutuhkan istirahat sebelum seluruh
tenaganya habis (Soekemi, 1993).
57
Menurut Undang-undang Tenaga Kerja No.25 Tahun 1997 pasal 100
ayat 2 dalam Peraturan dan Perundangan Lama Kerja Undang-undang No.12
Tahun 1948 pasal 10 mengatakan bahwa tenaga kerja:
a. Tidak boleh menjalankan pekerjaan lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu. Apabila pekerjaan itu dijalankan pada malam hari akan
berbahaya bagi kesehatan atau keselamatan pekerja, maka lama seseorang
bekerja tidak boleh lebih dari 6 jam sehari dan 35 jam seminggu.
b. Setelah pekerja menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus-menerus harus
diadakan waktu istirahat sekurang-kurangnya setengah jam lamanya.
c. Tiap minggu harus diadakan sekurang-kurangnya satu hari istirahat
Dari hasil penelitian di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. diketahui
bahwa dari 76 responden pada kelompok lama kerja yang memenuhi syarat (≤
8 jam sehari) yaitu sebanyak 75 orang (59,1%) yang mengalami kelelahan
kerja, dan sebanyak 1 orang (0,8%) yang tidak pernah mengalami kelelahan
kerja. Sedangkan dari 51 responden pada kelompok lama kerja yang tidak
memenuhi syarat (>8 jam sehari) yaitu sebanyak 50 orang (39,4%) yang
mengalami kelelahan kerja, dan 1 orang (0,8%) yang tidak mengalami
kelelahan kerja.
Hasil uji Fisher’s exact test yang telah dilakukan diperoleh nilai
p=1,000 lebih besar dari nilai α=0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
sehingga tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan responden
yang bekerja di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Hasil penelitian ini
58
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muh. Armansyah
terhadap pekerja di pengisian LPG PT Pertamina (persero) Makassar yang
menunjukkan bahwa jumlah pekerja yang paling banyak memenuhi syarat
yaitu sering yang mengalami kelelahan sebanyak 45 orang (93,8%) dan jarang
mengalami kelelahan sebanyak 3 orang (6,2%).
Tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada kategori yang memenuhi
syarat yaitu 42 orang (87,5%) dan yang memenuhi syarat, tidak dan sering
mengalami kelelahan sebanyak 3 orang (6,25%). Karena waktu bekerja PT
Pertamina standar 8 jam/hari, itupun kalau karyawannya tidak mempunyai
target. Adapun agen atau penyalur ingin memesan pasti karyawan atau
pekerjanya lembur, tetapi lemburnya tidak sampai 11 atau 12 jam/hari.
Dari hasil uji chi-square yang telah dilakukan tidak diperoleh nilai
statistik karena variabel lama kerja bersifat konstan. Dari analisis ini dapat
diketahui bahwa semakin lama seseorang bekerja, tidak mempengaruhi
tingkat kelelahan. Dimana dari analisis ini didapatkan bahwa masa kerja
singkat (1-15 tahun) ternyata memiliki tingkat kelelahan lebih tinggi
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki masa kerja yang lama. Ini
dapat disebabkan karena sifat keprofesionalan atau adaptasi diri seseorang
untuk menghadapi situasi dan kondisi tempat dimana mereka bekerja. Hal ini
pulalah yang ditemukan pada penelitian di PT Ramayana Lestari Sentosa,
Tbk.
59
C. KETERBATASAN PENELITI
Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dari peneliti, yaitu:
1. Peneliti tidak melakukan wawancara pada semua responden serta tidak
mengklasifikasikan berdasarkan shift kerja sehingga memungkinkan
terjadinya bias pada data.
2. Kurangnya pemahaman dan referensi peneliti tentang dalil dan hadits yang
berhubungan dengan penelitian, sehingga dalam penyajian hasil penelitian
tidak dihubungkan dengan dalil dan hadits yang menjadi salah satu referensi
awal penelitian.
57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan antara umur dengan kelelahan responden yang bekerja di
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
2. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan responden yang
bekerja di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
3. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan responden yang
bekerja di PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada pihak pengelola di
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. untuk memberikan penyuluhan kepada
tenaga kerja di Pramuniaga Ramayana tentang kelelahan kerja serta
pencegahannya.
1. Saran bagi perusahaan
Disarankan bagi pihak perusahaan untuk memberikan promosi
kesehatan mengenai kelelahan kerja
2. Saran bagi peneliti
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang factor
lingkungan seperti suhu, penerangan, hubungan antar atasan, hubungan antar
pramuniaga atau karyawan, hubungan antar pribadi.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Master Tabel
3. Hasil Analisis
4. Surat-Surat Keterangan Penelitian
5. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 1996. Al-quran dan Terjemahnya.
Fadhilah. 2011. Studi Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Tenaga Kerja
Wanita di Departement Produksi PT. Maruki Internasional Indonesia Tahun 2011.
Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Makassar: Makassar.
Agung ari, Meningkatkan Prodi Kerja dengan Kacang Hijau, http;//www.google.co.(online)
diakses tgl. 9 mei 2012.
Bennet & Rumondang, 1995. Manajemen K3, Jakarta: Pustaka Binawan Pressindo.
Departemen Pendidikan Kebudayaan, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
_______________________________, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Depnaker, 2003. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.
________, 1997. Undang-Undang No.25 Tahun 1997 Tentang KetenagaKerjaan. Jakarta
Depkes, RI, 2000. Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun 1992. Jakarta
Gulo W. 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo.
Hutapea, Albert, Menuju Gaya Hidup Sehat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Imade & R. Nimrod, Hubungan Umur, Lama Kerja & Masa Kerja Terhadap Kelelahan
Pada Pengrajin Perahu Pinisi di Kelurahan Tana Lemo Kecamatan Bonto Bahari.
Bulukumba, Skripsi Sarjana, Tidak Terbitkan, Bagian FKM & Ilmu Kedokteran
Pencegahan, FAKTEK UNHAS. 2000.
Imansyah Budi, K3 Modal Utama Kesejahteraan Buruh, http;//www.pikiranrakyat.co,id (on
line) Diakses tgl 16 Juni 2012.
Kurnadus, danggur. 2006. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Membangun SDM Pekerja
yang Sehat, Produktif dan Kompetitif. Jakarta : Litbang Danggur & Parnert,
Kuswadji Soedjono. 1997. Pengaturan Tidur Pekerja Shift, Cermin Dunia Kedokteran
No.116,
M.A. Tulus. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Mallapiang, Fatmawaty. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pendengaran
Tenaga Kerja akibat Bising pada Unit Produksi PT. Sermani Stell Coorporation.
Makassar
Narbuko Cholid & Achmadi Abu H,. 1999. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution,H.R, 1998. Kelelahan Tenaga Kerja Wanita dan Pemberian Musik Pengiring di
Andiyanto Batik Yokyakarta. Tesis, Universitas Gajah Mada, Yokyakarta
Notoatmodjo, soekidjo, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Pertama, Penerbit
Rineka Cipta , Jakarta.
Notoatmodjo, S, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakrta: Rineka Cipta.
Oentoro,S, 2004. Kampanye Atasi Kelelahan Mental dan Fisik. UI Press, Jakarta.
Praktinya Wati Ahmad, 2008. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Raoda Yusuf. 2000. Tinjauan Kelelahan Kerja Akibat Iklim Kerja pada Tenaga Kerja PT.
Sermani Skel Coorperation Makassar, Skripsi Tidak diterbitkan.
Setyawaty, L. M., 1994. Hubungan Perasaan Kelelahan Kerja dan Waktu Reaksi dengan
Produktivitas Kerja. Disertasi. Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.
Soekemi. 1993. Materi Pokok Hubungan Kesehatan Tenaga Kerja, Jakarta: Penerbit
Karuniko, Universitas Terbuka,
Suma‘mur, 1994. Higine dan kesehatan Kerja, Jakarta. Penerbit Karuniko, Universitas
Terbuka.
_________ . 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja, Jakarta: CV Haji Mas Agung.
Stang. 2003. Buku Ajar Biostatistik II, Jurusan Biostatistik, FKM UNHAS.
S.Russeng, Syamsiar. 2001. Kelelahan Kerja dan Kecelakaan Lalu Lintas. Yogyakarta
Fanjari, Ahmad S. A. 2005. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Gede, Made. 2011. Aspek Metodologi dalam Penelitian Ergonomi. Program studi kriya seni
Fakultas seni rupa dan desain Institut seni indonesia denpasar 2011: Denpasar
Harianto, Ridwan, 2009. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC
Muis, Abdul. 2011. Gambaran Risiko Ergonomi dan Keluhan Muskuloskeletal pada Usaha
Konveksi di Kecamatan Somba Opu Tahun 2011. Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan
Kesehatan Masyarakat UIN Makassar: Makassar.
Shihab, M. Quraish. 2002. TAFSIR AL-MISBAH Pesan,Kesan, dan Keserasian al-Qur’an
Volume 9 dan 15. Jakarta : Lentera Hati
Armansyah, Muh. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Subyektif
Pekerja Pada Pengisian LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar Tahun 2011.
Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Makassar: Makassar.
L
A
M
P
I
R
A
N
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA
PADA PRAMUNIAGA M’TOS KOTA MAKASSAR
TAHUN 2012
Karakteristik Responden
Nama : …..
Umur : ….. tahun
Status Kawin : Kawin/ Tidak Kawin
Masa Kerja : ….. tahun
Pendidikan : …..
Shift Kerja : Pagi / Malam
A. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)
1. Apakah anda merasa sukar berpikir ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
2. Apakah anda merasa lelah berbicara ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
3. Apakah anda merasa gugup menghadapi sesuatu ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
4. Apakah anda merasa tidak pernah berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu
pekerjaan ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
5. Apakah anda merasa tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
6. Apakah anda cenderung lupa terhadap sesuatu ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
7. Apakah anda merasa kurang percaya terhadap diri sendiri ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
8. Apakah anda merasa tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan anda ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
9. Apakah anda merasa enggan menatap mata orang lain ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
10. Apakah anda merasa enggan bekerja dengan cekatan ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
11. Apakah anda merasa tidak tenang dalam bekerja ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
12. Apakah anda merasa lelah seluruh tubuh ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
13. Apakah anda merasa bertindak lamban ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
14. Apakah anda merasa tidak kuat lagi berjalan ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
15. Apakah anda merasa sebelum bekerja sudah lelah ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
16. Apakah anda merasa daya pikir menurun ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
17. Apakah anda merasa cemas terhadap sesuatu hal ?
a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1
Peneliti melakukan sosialisasi penelitian kepada pramuniaga M’ TOS
Gambar 2
Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan lembar kuesioner
RIWAYAT PENULIS
Friesta Devia Dwi Ranthy lahir di Ujung Pandang
pada tanggal 02 Oktober 1989 anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan dr.Kamaruddin Askar dan
Ninik Kurnia. Penulis mengawali pendidikan di TK.
Aisyiah Lampung Tahun 1996-1997, saya sedih karena orang tua saya bercerai,
jadi saya melanjutkan pendidikan formalnya ada dua yaitu di SD Neg.1 Pugung
Raharjo Lampung dari kelas 1, 2, 3, dan 6, kemudian dilanjutkan di SDN
Kalukuang III Makassar kelas 4 dan 5, melanjutkan pendidikan di SMP
Muhammadiyah 6 Syuhada Makassar, Tahun 2002-2005, dan kemudian
melanjutkan pendidikan di SMA Neg.14 Makassar, Tahun 2005-2008,
selanjutnya penulis melanjutkan Perguruan Tinggi di UIN-ALAUDDIN
Makassar ambil jurusan Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada Tahun 2008.
Semoga dengan berbagai aktivitas yang dijalani penulis dapat bernilai
ibadah pada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan modal yang diperoleh selama
proses menuntut ilmu dapat diaplikasikan kepada masyarakat, sebagai berbakti
kepada kedua orang tua, bangsa, dan agama, Amin Ya Robbal Alamin….