diajukan kepada fakultas syariah dan hukum untuk memenuhi...

96
MOBILISASI ULAMA TERHADAP KONTESTASI PEMILIHAN KEPALA DESA (STUDI KASUS PEMILIHAN KEPALA DESA ZED KECAMATAN MENDO BARAT TAHUN 2017) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Fatma Agustina NIM. 11150450000010 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 15-Feb-2020

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

MOBILISASI ULAMA TERHADAP KONTESTASI PEMILIHAN

KEPALA DESA (STUDI KASUS PEMILIHAN KEPALA DESA ZED

KECAMATAN MENDO BARAT TAHUN 2017)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Fatma Agustina

NIM. 11150450000010

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan
Page 3: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan
Page 4: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan
Page 5: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

iv

ABSTRAK

Fatma Agustina. NIM 11150450000010. Mobilisasi Ulama terhadap

Kontestasi Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Zed

Kecamatan Mendobarat Tahun 2017). Skripsi Strata Satu (S1) Jurusan Hukum

Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk mobilisasi serta pengaruh

ulama kepada masyarakat dalam kontestasi pemilihan Kepala Desa Zed Istilah

ulama merupakan orang ‘alim yang memiliki atribut ‘ilm sebagai suatu kekuatan

yang berakar kuat dalam ilmu pengetahuan literatur. Oleh karena itulah, secara

etimologis ulama kemudian diartikan sebagai seorang pakar yang memiliki

pemahaman tinggi tentang Ilmu-ilmu agama (‘ulum al diniyah) yang mempunyai

Hak-hak istimewa (Priveleges) di mata masyarakat. Ulama memperoleh hak

istimewa dikarenakan ulama mempunyai tugas sebagai pelaksana hukum fiqih

terhadap masyarakat sekaligus sebagai penanggung jawab dalam pengajaran Ilmu-

ilmu agama dan pelestarian praktek-praktek ortodoksi keagamaan para

penganutnya. Hal ini yang menimbulkan kultur taklid masyarakat kepada ulama

karena menilai apa yang disampaikan ulama adalah kebenaran sehingga,

timbullah dimensi kekuasaan patrimonial yang dimiliki oleh ulama.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif di dukung oleh

data-data dengan format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan

berbagai kondisi, sebagai situasi, atau berbagai fenomena yang timbul di

masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi.

Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data

sekunder. Sumber data primer yaitu dengan mendapatkan melalui wawancara

infrorman ulama, calon kandidat serta tokoh masyarakat. Sumber data sekunder

merupakan data tambahan yang diperoleh dalam bentuk tertulis berkaitan dengan

letak geografis, demografis dan kehidupan sosial budaya, keagamaan, pendidikan,

adat istiadat dan ekonomi pada masyarakat Desa Zed.

Dari hasil analisis data yang terkumpulkan disimpulkan bahwa Bentuk mobilisasi ulama terhadap kontestasi pemilihan Kepala Desa Zed Tahun 2017

adalah lebih kepada bidang keagamaan dengan menggunakan fasilitas ibadah

seperti khutbah jum’at, pengajian majelis ta’lim, jamaah masjid baik laki-laki

maupun prempuan, pengajian para pemuda-pemudi desa, serta mendekatkan

masyarakat secara individualis. Adapun faktor-faktor Pengaruh dari mobilisasi

ulama terhadap kontestasi pemilihan Kepala Desa Zed Kecamatan Mendo Barat

Kabupaten Bangka terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Zed Kecamatan

Mendo Barat adalah Pertama, sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan

ekonomis, Kedua, ingin memiliki peran dalam pemerintahan Desa, Ketiga,

sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian.

Kata kunci: Ulama, Partisipasi Politik, Masyarakat.

Pembimbing : Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag, M.Si

Daftar Pustaka : 2000 s.d 2014

Page 6: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan semesta

alam, yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan kepada penulis.

Sehingga atas karunia pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul: Mobolisasi Ulama terhadap Kontestasi Pemilihan Kepala

Desa(Studi kasus Pemilihan Kepala Desa Zed Kecamatan Mendobarat), sebagai

salah satu syarat untuk menyelasaikan studi pada Program Studi Hukum Tata

Negara Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh

umatnya.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan motivasi

dari berbagai sehingga segala kesuliatan dan hambatan dapat diatas dan tentunya

dengan izin Allah Swt. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan kali

ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, M.A, Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.,MA., M.H Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sri Hidayati,M.Ag dan Masyrofah, M.Si Ketua dan Sekretaris Program

studi Hukum Tata Negara.

4. Hj.Masyrofah,S.Ag,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan dan memotivasi

selama membimbing penulis.

5. Seluruh Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan

memberikan ilmu yang berharga kepada penulis beserta seluruh staf dan

karyawan yang telah memberikan pelayanan terpadu selama kuliah di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Terima kasih banyak kepada kedua orang tua saya, bapak Puad dan Ibu

Siti Batto yang selalu mendoakan penulis dan selalu memberikan motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan.

7. Kakak-kakak kandung dan keponakan-keponakan dikampung yang selalu

memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Ayahanda Suharjono selaku kepala Desa Zed dan beserta Staf

Pemerintah Desa Zed yang senantiasa telah memberikan waktu untuk bisa

Page 7: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

vi

di wawancarai dan serta Informasi Data-data Desa dalam mengumpulkan

Data-data Desa.

9. Ust. Zainan, Ust. M.Ma’ruf, Ust Ali Akbar, dan H. Saidi yang telah

memberikan waktu untuk bisa di wawancarai serta bimbingan nasehat dan

sarannya dalam melakukan wawancara.

10. Terima kasih banyak kepada sahabat-sahabat terkhusus Firda Aulia dan

Helma Suryani yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta doa

kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi.

11. Kakak Syamsul Maarif, kak Rati Juliana dan kak Nurma Oktaviany yang

selalu mendoakan dan memberi semangat serta berpatisipasi dalam

penulisan skripsi.

12. Sahabat-sahabat 5 menara tambah 1, Firda Aulia, Nana Andriyana, Siti

Rofiqoh, Badriyah dan juga Andhika Tiara, yang selalu memberikan

motivasi serta doanya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

13. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis, Lesnida Borotan, Tarmizi

Kabalmay, Ahmad Nubli, Muhammad Ridwan, dan Azka Febriawan dan

teman-teman Hiqma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

14. Teman-teman Hukum Tata Negara angkatan 2015 dan KKN Formicidae

19 2018 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Para polisi wanita bhayangkara Jakarta Selatan, Bripda Widia, Bripda Esa,

Bripda Nazah, Bripda Delvian, Bripda Melin, Bripda Yayu, dan Keluarga

besar Mumtaz Islamic Mentoring yang telah memberikan semangat serta

doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Tanpa mengurangi rasa hormat, kepada seluruh pihak yang telah banyak

memberikan inspirasi juga dukungan kepada penulis untuk mencapai cita-cita

yang telah diimpikan dan telah membantu secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan skripsi ini. Semoga segala kebaikan akan diganjar

dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah Swt.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 2 September 2019

Penulis

Page 8: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii

ABSTRAK .............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan, dan Rumusan Masalah.......................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 5

D. Review Studi Terdahulu ............................................................................... 6

E. Metode Penelitian ......................................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 12

BAB II KONSEP PARTISIPASI POLITIK ULAMA

A. Definisi dan Tipologi Ulama ........................................................................ 13

B. Tanggung Jawab Ulama dan Fungsi Ulama ................................................ 17

C. Pengaruh Ulama Serta Partisipasi Politik Masyarakat ............................... 24

D. Definisi Mobilisasi Ulama ........................................................................... 26

E. Definisi Politisasi Agama ............................................................................. 28

BAB III PENGARUH MASYARAKAT TERHADAP PEMILIHAN

KEPALA DESA ZED

A. Profil Singkat Desa Zed ............................................................................... 32

B. Karakter Masyarakat Desa Zed .................................................................... 35

C. Realitas Mobilisasi Ulama terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat

dalam Pemilihan Kepala Desa Zed .............................................................. 38

BAB IV RESPON DAN ANALISIS MOBILISASI ULAMA

TERHADAP PEMILIHAN KEPALA DESA ZED TAHUN 2017

A. Analisis Mobilisasi Ulama Terhadap Kontestasi Pemilihan Kepala

Desa

tahun 2017 .................................................................................................... 44

B. Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Mobilisasi Ulama Terhadap

Kontestasi Pemilihan Kepala Desa Tahun 2017........................................... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................. 60

B. Saran ............................................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 62

LAMPIRAN ............................................................................................................. 66

Page 9: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan kyai di tengah-tengah masyarakat pada umumnya melakukan

banyak peran. Mereka dapat sebagai pendidik agama, pemuka agama, pelayan

sosial dan sebagian sosial ada yang melakukan peran politik. Sebagai pendidik

agama, kyai biasanya memiliki pondok pesantren, di mana sehari-hari mereka

mengajarkan agama kepada para santrinya.1

Kyai sebagai pemuka agama, bertindak sebagai pemimpin kegiatan ibadah

seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan haji. Sedangkan dalam politik,

mereka melakukan perannya yang terkait dengan kepentingan umum baik melalui

partai politik secara langsung atau tidak langsung maupun lewat saluran-saluran

lain yang bisa dilakukan.2

Keterlibatan para kyai dalam lingkungan masyarakat memberikan beberapa

perubahan-perubahan situasional menyangkut pilihan politik yang terjadi, secara

umum dapat dikemukakan ada dua model kyai. Pertama, model yang memilih

diam dan lebih memperhatikan lembaga pendidikan (dakwah) yang dimilikinya,

dari pada terlibat langsung dalam urusan sosial politik yang dapat menghancurkan

lembaga dakwah tersebut. kyai type ini, harus bersikap hati-hati. Kedua, dengan

model berbagai perubahan sosial politik yang terjadi di masyarakat. Perubahan

bagi kyai merupakan tawaran nilai dari sesuau yang baru, kemungkinan besar bisa

memberikan hal-hal yang lebih baik dari nilai-nilai yang lama. Sehingga dengan

demikian kyai bisa saling bekerja sama dengan instansi politik.3

1Imam Suprayogo, Kyai dan Politik, (Malang: UIN Malang Preaa,2009). H. 4

2Imam Suprayogo, Kyai dan Politik, (Malang: UIN Malang Preaa,2009). H. 5

Page 10: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

2

Sikap ini membuat para kyai lebih berani untuk terjun pada perubahan

sosial politik yang terjadi. Perubahan sosial politik dengan cara ini bisa tetap

berjalan dalam jalur yang aman tidak terpaku dengan tradisi yang telah

berkembang. Kyai tipe ini cenderung agresif dan termasuk ikut terlibat dalam

partai-partai politik.

Kemudian Kyai bagi umat beragama, khususnya di pedesaan

kedudukannya sangat sentral. Pemuka agama ini dijadikan sebagai panutan dalam

kegiatan-kegiatan keagamaan, karena di pandang memiliki kelebihan-kelebihan

yang bersifat transeneden, pemuka agama atau kyai amat dihormati dan memiliki

kharisma.4

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ulama adalah pewaris

yang ahli dalam pengetahuan agama Islam. Terdapat pengertian ulama dari

berbagai sumber diantaranya adalah ulama merupakan hamba Allah yang memiliki

ciri-ciri tertentu, menjadi pewaris para nabi, pemimpin dan panutan,

mengembankan amanah Allah, penerang bumi, pemelihara, kemaslahatan dan

kelestarian hidup manusia.5

Desa Zed merupakan salah satu desa yang terletak di kawasan hutan

lindung yang banyak terdapat perkebunan serta tanaman rempah-rempah, tanaman

kelapa sawit, ladadan lain sebagainya. Desa Zed berpenduduk mayoritas beragama

Islam. Dengan kultur masyarakat yang mayoritas beragama Islam maka budaya

Islam memengaruhi kehidupan dalam kegiatan masyarakatnya. Hal ini dibuktikan

ketika masyarakat Desa Zed melakukan suatu kegiatan pembangunan atau

kegiatan-kegiatan penting lainnya baik sebelum maupun sesudahnya, masyarakat

Desa Zed selalu mengadakan acara keagamaan seperti hari-hari besar dalam Islam

3Nurlatifah Nasir, “Kyai dan Islam dalam Mempengaruhi Prilaku Memilih Masyarakat

KotaTasikmalaya”, Jurnal Politik Profetik, VI, 2 (Agustua, 2015), h. 32.

4Imam Suprayogo, Kyai dan Politik, (Malang: UIN Malang Press,2009). h. 289.

5http://kbbi.web. Id/ulama, diakses pada tanggal 27 Juli 2019.

Page 11: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

3

yang bermanfaat besar bagi kalangan masyarakat terutama pada anak-anak, remaja

dan seluruh masyarakat.

Pengaruh budaya Islam yang besar ini, telah memengaruhi kepatuhan dan

kepercayaan masyarakat kepada salah satu kepimpinan yaitu tokoh ulama.Tokoh

ulama lebih dipercaya dan dipatuhi oleh masyarakat daripada kepala Desa. Bukan

hanya di masalah pembangunan, tetapi juga dalam keikutsertaan masyarakat dalam

menentukan hak suara pada pemilihan umum. Sedangkan dalam politik, mereka

melakukan perannya yang terkait dengan kepentingan umum baik melalui partai

politik secara langsung atau tidak langsung maupun lewat saluran-saluran lain

yang bisa dilakukan.6

Sebagai contoh ketika diadakan pemilihan Kepala Desa Zed pada Tahun

2017 mayoritas pemilih adalah masa yang di mobilisasi oleh ulama tertentu yang

condong kepada salah satu kepala desa. di Desa Zed ada beberapa tokoh-tokoh

ulama yang sangat vokal dalam memengaruhi suara masyarakat, karena di Desa

Zed ada beberapa ulama denga tipe masing-masing dari berbagai latar belakang,

ada yang menjadi pengasuh pesantren, ada yang sebatas sebagai pengajar majelis

ta’lim dan juga ulama yang berperan sebagai imam masjid, dari latar belakang

masing-masing ulama tersebut, mereka mempunyai komposisi masa yang besar

sehingga hal ini juga dapat di jadikan sebagai faktor pendukung suara untuk

memenangkan salah satu calon kepala Desa Zed. Selain itu tokoh ulama dipercaya

oleh masyarakat Desa Zed sebagai seorang yang selalu mendekatkan diripada sang

pencipta. Oleh karena itu masyarakat lebih mempercayai tokoh ulama yang

terhindar dari perbuatan tercela dan menyesatkan.

Ulama dan tokoh masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena dua hal ini

sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dalam bermasyarakat, dapat dikatakan

bahwa dalam bermasyarakat memiliki keanekaragaman kepribadian yang dimiliki

6Imam Suprayogo, Kyaidan Politik,.hl,.4.

Page 12: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

4

seseorang, begitu juga dalam memilih ulama biasanya masyarakat mengikuti

ulama yang benar-benar mereka anggap sebagai motivasi hidup dalam kegiatan

beribadah, namun tidak menjauhkan ulama-ulama yang lain. Desa Zed memiliki

beberapa Tokoh Ulama yang diikuti oleh masing-masing warga masyarakat,

begitupun dalam pemilihan Kepala Desa masyarakat akan mengikuti masing-

masing Ulama yang secara tidak langsung berpolitik dalam kegiatan keagamaan,

seperti menggunkan media dakwah, atau berkomunikasi secara langsung dengan

sistem silaturrahmi ketempat Ulama, hal ini sangat mempengaruhi dalam

pemilihan Kepala Desa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk

mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan peran ulama dalam pemilihan

dalam pemilihan Kepala Desa Zed, dengan demikian dapat dirumuskan dengan

judul peneltian sebagai berikut “Mobilisasi Ulama terhadap Kontestasi

Pemilihan Kepala Desa, (Studi Kasus Pemilihan Desa Zed Kecamatan

Mendobarat Kabupaten Bangka Tahun 2017 ).

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Upaya ulama dalam memerankan perannya sebagai pemuka agama

sehingga terjadinya beberapa permasalah dalam situasi kehidupan perubahsan

sosial masyarakat. Adapun identifikasi masalah yang penulis dapatkan dalam

penelitian antara lain :

a. Strategi ulama kurang optimal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat Desa

Zed dalam kontestasi Pemilihan Kepala Desa Zed.

b. Masyarakat belum merasakan manfaat ulama dalam memerankan perannya

sebagai memobilisasikan masyarakat dalam kontestasi pemilihan Kepala Desa

Zed.

c. Kurang efektifnya ajakan ulama dalam mempengaruhi masyarakat Desa Zed,

untuk memenangkan salah satu calon kandidat Kepala Desa Zed.

Page 13: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

5

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka masalah ini hanya

dibatasi pada Mobilisasi Ulama terhadap Kontestasi Pemilihan Kepala Desa Zed

Tahun 2017, dengan fokus penelitian pada bentuk dan pengaruh mobilisasi ulama

terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan Kepala Desa Zed.

3. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang sudah penulis uraikan diatas, maka

pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana bentuk mobilisasi dalam kontestasi pemilihan Kepala Desa Zed ?

b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi ulama terhadap tingkat

partisipasi masyarakat dalam pemilihan Kepala Desa Zed?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian,ini penulis memiliki tujuan diantaranya :

a. Menjelaskan konsep dan strategi mobilisasi ulama dalam kontestasi pemilihan

Kepala Desa Zed yang berkaitan dengan pemahaman dari tokoh ulama mengenai

mobilisasi ulama itu sendiri terhadap pemenangan kandidat Kepala Desa Zed.

b. Menjelaskan dampak positif dari pengaruh mobilisasi ulama terhadap tingkat

partisipasi masyarakat serta respon calon kandidat kepala desa mengenai

mobilisasi ulama dalam kontestasi pemilihan Kepala Desa Zed.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara akademik, hasil penelitian akan menambah wawasan dan pengetahuan

penulis dan pembaca tentang politik dan hokum mengenai mobilisasi ulama

terhadap kontestasi pemilihan kepala desa.

b. Manfaat teoritis, memberikan sumbangan pemikiran di bidang Hukum Tata

Negara, berkaitan dengan politik hukum dalam pilkada, memperluas dan

mengembangkan ilmu pengetahuan hukum yang menjadi rujukan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya. Sebagai pengetahuan tambahan untuk dibaca

Page 14: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

6

oleh masyarakat pada umumnya da n dipelajari lebih lanjut oleh kalangan hukum

pada khususnya.

c. Secara praktis, hasil penelitian ini akan menambah hasil inventarisasi kekayaan

dan intelektual di lingkungan akademik UIN Syarif Hidayatullah di fakultas

syariah dan hukum khususnya melalui hasil penelitian penulis mengenai

mobilisasi ulama terhadap kontestasi pemilihan kepala desa.

D. Review Studi Terdahulu

Dalam rangka mendukung penelitian ini, peneliti telah berusaha melakukan

penelusuran terhadap berbagai karya-karya ilmiah baik berbentuk buku, jurnal dan

sebagainya yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Adapun hasil

penelitian yang peneliti dapatkan antara lain :

Skripsi karya Akbar Faqih Maula Nahdli Mahasiswa Fakultas Ilmu Politik

dan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Keterlibatan Ulama

dalam Politik”(Studi terhadap Peran Ulama dalam Kemenangan Idris Pradi pada

pemilukada kota depok tahun 2015). Penelitian ini adalah mengenai bahwa adanya

keterlibatan dan pengaruh ulama dalam pemenangan pasangan Idris dan Pradi

pada pilkada kota depok tahun 2015. Ada beberapa ulama yang terhimpun dalam

MUI yang melakukan mobilisasi umat untuk memenangkan pasangan Idris dan

Pradi pilkada kota Depok tahun 2015.

Berbeda dengan penulis, dalam penelitian yang dibahas adalah penulis hanya

menfokuskan pada mobilisasi ulama secara langsung terhadap masyarakat Desa

Zed, masing-masing ulama tidak hanya memenangkan salah satu calon saja, tetapi

masing-maisng ulama mempunyai dukungan calon kandidat. Selain itu berbeda

dengan penulis, saudara akbar hanya ingin mengetahui sejauh mana keterlibatan

ulama dalam kemenangan pasangan Idris dan Pradi.

Skripsi karya Muhammad Dafan Inanda Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Pengaruh Ulama

terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Kraksan (Studi Kasus pada Pilkada

Kabupaten Probolinggo Tahun 2008). Penelitian ini adalah mengenai tingginya

Page 15: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

7

tingkat partisipasi politik masyarakat dan pengaruh ulama terhadap tingkat

partisipasi politik masyarakat kraksan pada pilkada kabupaten Probolinggo tahun

2008. Saudara Dafan juga menggunakan jenis penelitian kualitatif yang didukung

oleh data-data yang bersifat kuantitatif.

Berbeda dengan penulis, penulis hanya memfokuskan pada bentuk

mobilisasi ulama terhadap masyarakat Desa Zed. Selain itu, penulis sendiri

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan format deskriptif dalam bentuk

Field Research merupakan penelitian lapangan.

Skripsi karya Ahmad Mikail Mahasiswa Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Ulama Sebagai Kekuatan

Politik (Peran Ulama Nahdlatul Ulama dalam Kemenangan Ipong muchlissoni di

Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015). Penelitian ini adalah mengenai

teori prilaku memilih dan memilih rasional, yaitu bahwa anggota dewan syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo berhasil memengaruhi dan meyakinkan para pemilih

di kabupaten ponorogo yang sebagian besar adalah seorang Nahdliyin untuk

memilih Ipong Muchlissoni sebagai Bupati mereka selanjutnya.

Berbeda dengan penulis sendiri, dalam penelitian yang dibahas penulis

hanya memfokuskan untuk memaparkan tentang pengaruh ulama terhadap

masyarakat dalam kontestasi pemilihan Kepala Desa Zed, sebagaimana fungsi

ulama yang menjadi panutan bagi masyarakat, sehingga tinggi partisipasi

masyarakat dalam memilih Kepala Desa Zed.

Dengan melihat penelitian terdahulu di atas, maka penulis merasa perlu

melakukan penelitian lebih lanjut tentang bentuk mobilisasi ulama dan pengaruh

mobilisasi dlaam pemilihan Kepala Desa Zed Kecamatan Mendobarat Tahun

2017.

E. Metode Penelitian

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini, maka

penting bagi penulis untuk menyusun metode yang nanti akan digunakan sebagai

petunjuk dalam melakukan penelitian, yang meliputi prosedur dan alat yang

Page 16: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

8

digunakan peneliti7 dengan tujuan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan

Mobilisasi Ulama terhadap kontestasi pemilihan Kepala Desa pada Desa Zed

Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka Tahun 2017. Adapun metode

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh Subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan menggunakan metode yang alamiah.8 Pada

penelitian ini yaitu untuk menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat dan pengaruh

kepemimpinan ulama terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Zed Kecamatan

Mendobarat.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu untuk

menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat dan pengaruh kepemimpinan ulama

terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Zed Kecamatan Mendobarat.

Penelitian ini di dukung oleh data-data dengan format deskriptif dalam bentuk

Field Research merupakan penelitian lapangan atau penelitian di lapangan9.

Bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, sebagai situasi, atau

berbagai fenomena yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian

berdasarkanapa yang terjadi.10

Dalam penelitian ini penulis menggunakan

7Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1993, Cet. Kedua), h. 24.

8LexyJ. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitataif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),

h. 06.

9Bungaran Antonium Simanjuntak, Metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta: Pustaka Obor

Indonesia, 2014) h. 12.

Page 17: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

9

pendekatan sosiologis untuk memperoleh data yang yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dikaji.

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

a. Data primer

Data Primer dalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh

peneliti dari sumber pertama atau utama, Menurut Lofland sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.11

Data primer tersebut merupakan data

utama dari hasil penelitian di lapangan, wawancara dan dokumentasi yang

dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji, yang

diamati atau diwawancarai, dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman

video/audio tapes, pengambilan foto yang digunakan oleh peneliti.

Data ini peneliti dapatkan melalui wawancara kepada informan Ulama,

calon kandidat serta tokoh masyarakat. Data primer tersebut merupakan data

utama dari hasil pengamatan, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh

peneliti berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Metode ini digunakan

untuk mendapatkan data dan informasi tentang besar pengaruh ulama terhadap

masyarakat dalam pemilihan kepala desa, Hal ini dilakukan dengan cara tanya

jawab secara langsung dengan ulama yang benar-benar berpatisipasi dengan

memobilisasi masyarakat dalam pemilihan Kepala Desa Zed.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan olah

pihak lain, yang biasanya dalam bentuk-bentuk publikasi atau jurnal. dokumen

atau sumber tertulis, foto dan data statistik. Data sekunder merupakan data

10

Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2004) h.36.

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitataif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013), h. 157.

Page 18: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

10

tambahan yang diperoleh dalam bentuk tertulis berkaitan dengan letak geografis,

demografis, dan kehidupan sosial budaya, keagamaan, pendidikan, adat istiadat

dan ekonomi, pada masyarakat Desa Zed.

Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah semua bahan yang

memberikan penjelasan mengenai data primer berupa tulisan-tulisan, baik dalam

bentuk buku, jurnal, artikel, maupun melalui informasi media internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk teknik pengumpulan data yang akan penulis gunakan dalam penelitian

ini, menggunakan tekhnik observasi atau pengamatan, wawancara, dan

dokumentasi, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

a. Wawancara

Pada penelitian ini penulis menggunakan tekhnik wawancara, yaitu penulis

akan melakukan tanya jawab antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan.12

Yang berkaitan dengan bentuk dan pengaruh mobilisasi Ulama

terhadap kontestasi pemilihan kepala desa, dimana peneliti akan mewawancarai

secara langsung tokoh Ulama, Tokoh masyarakat dan Calon kandidat dengan

menggunakan tehnik tehnik indept interview (wawancara mendalam) atau

wawancara tak terstruktur.

Dalam hal ini proses wawancara dilakukan secara terbuka disebut juga

wawancara terbuka (open interview) yaitu subjeknya tahu bahwa mereka sedang

diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu.13

Dalam hal ini peneliti akan mewawancara langsung pihak-pihak yang terkait

permasalahan yang akan dikaji.

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitataif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013), Hlm. 186.

13

LexyJ. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitataif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2013),

Hlm. 189.

Page 19: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

11

b. Observasi atau pengamatan

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka peneliti menggunakan

tehnik observasi atau pengamatan yaitu tekhnik pengumpulan data yang

mengharuskan peneliti turun kelapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan

ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan

perasaan, yang diamati oleh peneliti hal-hal yang terkait dan relevan dengan data

yang dibutuhkan.14

Dalam melakukan observasi, peneliti akan mencatat data yang

terjadi dilapangan, berupa catatan lapangan yang peneliti dapatkan baik berupa

hasil wawancara maupun hasil observasi yang berkaitan dengan latar belakang

informan, yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji yaitu Mobilisasi

Ulama terhadap kontestasi pemilihan Kepala Desa Zed tahun 2017 di Kecamatan

Mendobarat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan tehnik akhir yang digunakan untuk pengumpulan

data dalam penelitian ini. Untuk melakukan proses dokumentasi maka

membutuhkan dokumen, record, foto. Dokumen tertulis baik berupa buku, arsip-

arsip dan karya-karya orang lain yang dibutuhkan peneliti, serta data dari observasi

atau pengamatan dan wawancara berupa data catatan harian, gambar atau

kumpulan foto,15

4. TeknikAnalisis Data

Untuk menganalisis data penelitian dipergunakan metode kajian secara

kualitatif dari berbagai data yang telah terkumpul. Dalam menganalisis data

penelitian ini penulis menggunakan tehnik deskriptif analisisyaitu dengan

menggambarkan beberapa data yang di kumpulkan, yaitu data yang diperoleh dari

hasil wawancara, serta dari pihak masyarakat Desa Zed terkait dengan masalah

14

Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), Hlm. 63.

15

Lexy J. Moleong, h. 216

Page 20: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

12

penelitian, selanjutnya dilakukan analisa terhadap data yang telah terkumpul

dengan tujuan memperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini merupakan karya ilmiah, maka peneltian ini disusun menjadi

bab-perbab denagn tujuan untuk memudahkan dalam menarik sebuah kesimpulan

dengan tetap mengacu pada inti permasalahan. Oleh karena itu, masing-maisng

bab tersebut masih mmepunyai korelasi dengan tema yang dibahas menjadi satu

kesatuan.

Adapun uraian sistem penyusunan penelitian adalah sebaagi berikut :

Bab I terdiri dari pendahuluan pada Bab ini dibahas Latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II konsep partisipasi politik ulama, pada Bab ini membahas tentang

kajian konsep ulama dan politik. Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka seputar

konsep ulama, meliputi definisi ulama, tipologi ulama, peran fungsi dan

tanggung jawab ulama, pengaruh ulama, pasrtisipasi politik masyarakat Desa

Zed, pengertian Mobilisasi serta pengertian politisasi ulama.

Bab III berisi pengaruh masyarakat terhadap pemilihan kepala Desa Zed,

pada bab ini, membahas tentang Pilkades Desa Zed kecamatan mendobarat tahun

2017, karakteristik desa, karakter masyarakat desa, tipologi desa, realitas

mobilisasi ulama Desa Zed dalam kontestasi pemilihan kepala desa.

Bab VI membahas tentang analisis hasil penelitian , yaitu analisis tentang

mobilisasi ulama dalam kontestasi pilkada di Desa Zed, serta hasil dari analisis

faktor-fatktor mobilisasi ulama terhadap tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam

pemilihan Kepala Desa Zed.

Bab V yaitu penutup terdiri dari kesimpulan akhir dan saran- saran yang

berkenaan dnegan pembahasan penelitian ini.

Page 21: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

13

BAB II

ULAMA DAN POLITIK

A. Definisi dan Tipologi Ulama

lstilah ulama adalah bentuk jamak dari kata benda (fail) bahasa Arab

‘alim artinya orang yang tahu, orang memiliki ilmu agama, atau orang

memiliki ilmu pengetahuan, kata‘alim berasal dari kata kerja ‘alima yang

berarti “mengetahui atau “berpengetahuan tentang agama. Sedangkan ‘alim

adalah seorang yang memiliki atribut ‘ilm sebagai suatu kekuatan yang berakar

kuat dalam ilmu pengetahuan dan literatur. Oleh karena itulah, secara

etimologis ulama diartikan sebagai seorang pakar yang memiliki pemahaman

tinggi tentang ilmu-ilmu agama (‘ulum al diniyah) yang mempunyai hak-hak

istimewa (privileges) di mata masyarakat. Ulama memperoleh hak istimewa

dikarenakan ulama mempunyai tugas sebagai pelaksana hukum fiqih terhadap

masyarakat disamping tetap penanggung jawab dalam pengajaran ilmu-ilmu

agama dan melestarikan praktek-praktek ortodoksi keagamaan para

penganutnya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kultur taklid masyarakat

kepada ulama karena menilai apa yang disampaikan ulama adalah kebenaran

sehingga kemudian timbullah dimensi kekuasaan patrimonial yang dimiliki

oleh ulama.1Seorang ulama tumbuh dan berkembang yakni umat Islam.

Secara terminologis ulama adalah orang yang tahu atau orang yang

memiliki ilmu agama dan ilmu pengetahuannya tersebut memiliki rasa takut

untuk tunduk kepada Allah SWT. Oleh kalangan awam Indonesia, pengertian

ulama kerapkali dikesankan berubah menjadi tunggal (mufrad), untuk itu kata

ulama sering digunakan, meskipun digunakan untuk menunjuk orang yang

dikatagorikan sebagai alim. Dari segi istilah pengertian ulama juga sering

disempitkan karena diartikan sebagai orang yang memiliki pengetahuan dalam

bidang fiqih, di Indonesia identik dengan fukaha, bahkan dalam pengertian

sehari-hari diartikan sebgaai fukaha dibidang ibadah saja. Hal ini terpengaruh

1Wasisto Raharjo Jati. “Ulama dan Pesantren Dinamika Politik dan Kultur Nahdatul

Ulama”, Ulul Albab, , 13, 1, (Tahun 2012), h. 97.

Page 22: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

14

dengan tradisi masa lalu yaitu pada akhir abad ke 19 atau awal abad ke 20

dimana ulama diidentikan dengan kiai di pesantren yang kebanyakan keahlian

dibidang fiqih saja.2

Dalam pengertian lain kata Kyai juga berasal dari bahasa Jawa kuno.

Kyai-kyai artinya orang yang di hormati. Sedangkan dalam pemakaiannya

dipergunakan untuk: Pertama, benda atau hewan yang di keramatkan seperti

kiai plered (tombak), Kedua, orang tua pada umumnya, Ketiga orang yang

memiliki keahlian dalam agama Islam, yang mengajar santri di pondok

pesantren. Sedangkan secara terminologis pengertian kyai adalah “pendiri atau

pemimpin sebuah pesantren yang sebagai muslim“terpelajar” telah

membaktikan hidupnya “demi Allah” serta menyebarluaskan dan mendalami

ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui pendidikan Islam.3

Dalam perspektif Al-Qur‟an ada beberapa sebutan yaitu ulama‟, Ulul ilm,

arrasikhunfil’ilm, Ahludzikr dan UlulAlbab. Kata Ulama disebut dua kali

dalam Al-Qur‟an yang terdapat pada surat Asy Syura ayat 197. Firman Allah

dalam Surat Asy Syura ayat 197

Artinya: Dan Apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa Para ulama

Bani Israil mengetahuinya.

Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Fathir ayat 28, berbunyi:

2Moch Eksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchith Muzadi, (Yogyakarta: LkiS

Yogyakarta, 2000, Cet. Pertama), h. 1.

3Moch Eksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchith Muzadi ,h.,1.

Page 23: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

15

Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan

binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah

ulama.

Berdasarkan pada firman Allah SWT dalam ayat tersebut, yang

dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui

kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Kata Ulama dalam surat Asy Syuraa

untuk menyebutkan Bani Israil yang mengetahui untuk diturunkannya Al-

Qur‟an pada Nabi Muhammad SAW dari kitab mereka. Sedangkan dalam surat

Fathir istilah Ulama dipergunakan untuk menyebut hamba-hamba Allah swt

yang takut.4 Berdasarkan kedua ayat tersebut, menyimpulkan pengertian ulama

tidak hanya mengacu pada penguasaan ilmu agama melainkan juga ilmu

umum; atau penguasaan pengetahuan tentang ayat ayat Allah, baik yang

bersifat kawniyyah maupun qur'aniyyah. Menurut Shihab yang membedakan

antara sarjana atau cendekiawan dengan ulama tidak terletak pada bidang

ilmunya melainkan pada apakah ilmu yang dimilikinya mengantar manusia

kepada pengetahuan tentang kebenaran Allah, taqwa dan khasyyah (takut

kepada-Nya) atau tidak.5

Kiai, memiliki pemaknaan yang beragam. Dari sisi istilah, secara umum

„kiai‟ diartikan sebagai penyebutan kepada seseorang yang di hormati yang

memiliki ilmu keagamaan. Namun, secara luas, tentunya terdapat beberapa

penafsirannya. Di dalam beberapa daerah, „ajengan‟ memiliki arti sinonim

‟kiai‟ajengan memiliki makna sebagai orang yang terkenal, yang kemudian

diikuti dengan penjelasan “terutama guru agama Islam”. Dalam penjelasan

tersendiri mengenai arti kata „kiai‟ secara istilah terdapat beberapa pengertian,

yaitu Pertama, sebutan bagi alim ulama atau cerdik pandai-agama Islam.

Kedua, alim ulama. Ketiga, sebutan bagi guru ilmu gaib seperti dukun dan

4Moch Eksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchith Muzadi. h.,2.

5Abd.Kadir Ahmad Kadir, “Partisipasi Ulama dalam Pendidikan Islam dan

Pandangannya Tentang Penyelenggaraan Madrasah di Indonesia Dewasa Ini”, Al-Qalam, XVII,

XII (Januari-Juni, 2006), h. 4.

Page 24: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

16

sebagainya. Keempat, kepala distrik atau nama lain sebutan di daerah. Kelima,

sebutan bagi benda yang dianggap bertuah seperti di keraton-keraton, senjata,

gamelan, dan sebagainya disebut dengan „kiai‟. Pemaknaan mengenai kata

„kiai‟ juga dapat diartikan sebagai seorang „ahli‟ yang berfokus pada bidang

keagamaan.6

Secara sederhana, ulama dibagi pada dua tipologi, yaitu Pertama, ulama

akhirat atau ulama yang berorientasi pada keakhiratan. Kedua, ulama su‟ atau

ulama yang berorientasi pada keduniaan. Penampilan ulama terkadang terkesan

antagonistik dan kontras selama ini diatas permukaan, lebih di dorong pada

permukaan, lebih di dorong pada permukaan orientasi antar ulama yang satu

dengan ulama yang lain, sehingga ada ulama yang menjadi “tokoh idola” dan

“panutan umat” dan ada juga ulama yang menjadi “bola” yang dimainkan oleh

penguasa untuk kepentingan dunia yang sesaat ini.7

Dalam konstalisasi kehidupan masyarakat, khususnya kehidupan politik

menurut Amien Rais, seperti yang dikutip dalam buku Moch Eksan dengan

judul Kyai Kelana, ada tiga tipologi ulama. Pertama, kiai atau ulama tradisi

yang menguasai kitab kuning tetapi wawasan keilmuan dan

kemasyarakatannya terbatas atau pas-pasan. Tipe ulama ini menurut Amien

Rais tidak memberikan akses berarti dalam kehidupan demokrasi. Tipe Kedua,

kiai atau ulama yang memiliki kemampuan handal dalam ilmu agama tetapi

memiliki wawasan yang luas terhadap perkembangan zaman. Tipe yang kedua

ini bersikap modernis dan positif bagi kehidupan demokrasi. Tipe yang ketiga,

kiai atau ulama yang terjun kedunia politik praktis yang sebenarnya sering

menghambat perkembangan demokrasi8

Beragam sikap politik kiai yang terjadi menunjukkan bahwa keterlibatan

kiai dalam politik didorong oleh motif yang beragam. Motif disini adalah

6Sayfa Auliya Achidsti, Kian dan Pembangunan Institusi Sosial (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005, Cet. Pertama), h., 28-29.

7Moch Eksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchith Muzadi. 4.

8 Kehidupan Politik Amin Rais dalam Buku Moch Eksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai

Muchit Muzadi, h. 6.

Page 25: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

17

dorongan dan kekuatan yang berasal dari diri kiai sendiri, pesantren atau

bahkan luar, baik disadari maupun tidak, untuk mencapai tujuan tertentu.

Mencoba memahami motif keterlibatan kiai dalam politik, bukanlah persoalan

yang mudah. Disini kita akan memasuki ruang subjektif kiai dan dorongan

dirinya terlibat dalam politik.9

B. Tanggung Jawab dan Fungsi Ulama

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, keberadaan kiai diposisikan

dalam kelompok dan dalam struktur masyarakat. Kiai ditempatkan sebagai

tokoh, yang karena dianggap memiliki kelebihan dalam hal ilmu pengetahuan

agama dan kebijaksanaan, sering kali didatangi dan dimintai nasehat. Dalam

kehidupan masyarakat modern, beberapa fungsi dari psikolog dalam hal

layanan konsultasi terdapat dalam peran kiai terhadap lingkungan sekitarnya.

Pendapat Zamakhasyari Dhofier,10

secara teknis seseorang pantas dan

berkembang untuk disebut sebagai seorang kiai adalah apabila telah memiliki

pesantren, walaupun tidak menutup kemungkinan, tokoh yang tidak memiliki

pesantren tetap dapat disebut kiai, tergantung bagaimana karakter dan faktor

sosial masing-masing.11

Hadis riwayat Abu Daud dan Tirmizi mengatakan bahwa ulama adalah

pewaris para nabi (inna al-ulama waratsatul anbiya), hadis itu merupakan

tugas kenabian yang di alihkan kepada ulama setelah para nabi wafat. Ulama

yang dalam sosiologi masyarakat muslim Indonesia dikenal dengan sautan kiai

memiliki fungsi waratsaul anbiya yang bertugas untuk menjaga, melestarikan,

mengembangkan dan mengamalkan risalah rosulullah SAW ditengah-tengah

kehidupan umat manusia. Fungsi tersebut tidak ringan namun suci dan mulia

menjadi Mujahid Fi sabilillah dengan ilmu pengetahuan yang di miliki

9H. Saidi,”Kiai dan Politikk: Mengintip Motif Kiai NU dalam Pemilu 2009 di Glenmore

Kabupaten Banyuwangi”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, x, 1 (September, 2016), h. 4.

10 Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 148.

11Sayfa Auliya Achidsti, Kian dan Pembangunan Institusi Sosial, h., 29-30.

Page 26: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

18

membutuhkan sikap rela berkorban, tulus ikhlas, dan semata-mata ingin

mendapatkan mardlatillah demi Izzatul Islam Walmuslimin.12

Dalam tanggung jawab seorang ulama dan posisi ulama berada di

tengah-tengah masyarakat lapisan bawah adalah pergerak rakyat untuk

berjuang membebaskan diri dari penjajahan dan penindasan, sehingga segala

bentuk penjajahan dan penindasan tidak dapat bertahan kuat di tengah-tengah

bangsa Indonesia. Tugas utama Ulama adalah bergerak di bidang da‟wah, amar

ma’ruf dan nahi mungkar, yaitu kegiatan spritual keagamaan, sosial,

kebuadayaan, pendidikan, ekonomi, pertahanan dan keamanan. K.H. Hasan

Basri selaku ketua MUI pada tahun 1984 -1990, menyatakan ketika menjawab

pertanyaan wartawan sinar pagi: “Ulama selalu menghadapi masalah-masalah

politik yang terjadi di masyarakat, tetapi tidak meninggalkan tugas utama

sebagaimana mestinya. Pengetahuan agama tidak hanya terbatas di bidang

agama, tetapi juga mengenai kenegaraan dan kemasyarakatan.

Ulama hidup di tengah-tengah masyarakat, maka Ulama tetap layak

berpolitik praktis yang meliputi tiga hal: Pertama, terlibat langsung politik

praktis, Kedua menyuarakan hati nurani masyarakat. Ketiga, menjadi kekuatan

moral. Salah satu aspek dari banyaknya masalah yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat adalah politik. Disinilah perlunya kehadiran ulama untuk berperan

sebagai kekuatan moral melalui da‟wah serta fatwa-fatwanya, dan hal ini sudah

berjalan sejak dulu.

Dengan posisi demikian, tidaklah sukar menilai ulama di tengah-tengah

masyarakat, baik tingkat bawah maupun tingkat atas dengan bimbingan dan

nasehat-nasehatnya. Fungsi ulama membangun kesadaran untuk beramal secara

konkrit, seperti pembangunan bidang fisik, yaitu membangun musholla,

langgar, pesantren, madrasah, universitas, rumah sakit, rumah panti asuhan

anak yatim dan fakir miskin. Ulama dapat juga menggerakkan umat

membangun jembatan, jalan, dan menanam pohon lindung di seluruh pelosok

Nusantara. Ulama sebagai gerakan pembangunan tidak di ragukan lagi yaitu

berupa seruan para ulama, karena Ulama adalah panutan umat, semua itu di

12

MochEksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchith Muzadi, h.,9.

Page 27: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

19

kerjakan ulama dengan ikhlas tanpa balas jasa, dengan memotivasi hanya

mencari ridha Allah SWT saja. Oleh karena itu ulama di katagorikan sebagai

orang yang tahu tentang perintah Allah SWT dan dilaksanakannya semua jihad

atau bersungguh-sungguh.13

Tugas atau peran utama yang harus dijalankan ulama sesuai dengan

tugas kenabian.Pertama, menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Kedua,

menjelaskan ajaran-ajaran Islam. Ketiga, memutuskan perkara atau problem

yang dihadapi masyarakat. Keempat,memberikan contoh pengamalan. Tugas

ulama di atas bersifat normatif merupakan konsekuensi posisinya sebagai

pewaris Nabi. Fungsi ulama, dengan demikian, adalah sebagai mubalig,

pengajar, hakim dalam arti pengambil keputusan, dan teladan bagi

pengikutnya.14

Fungsi dan peran ulama mengalami transformasi sesuai kondisi zaman.

Kelihatannya fungsi ulama pada zaman kerajaan dan kolonial Belanda dan

menurut Pijper fungsi ulama adalah sebagai penghulu dan guru agama. Fungsi

sebagai penghulu meliputi fungsi-fungsi (1) penasehat atau mufti, (2) hakim

(qadli) (3) pemangku mesjid dan seluruh pegawai bawahannya; (4) pengurus

dan pencatat pernikahan, perceraian, dan rujuk menurut hukum Islam; dan (5)

pengawas pendidikan agama.15

Sementara menurut Horikoshi16

secara konsisten membedakan

penggunaan istilah kyai dari ulama karena fungsi formal yang diperankannya.

Ulama lebih memerankan fungsi-fungsi administratif, sedangkan kyai lebih

cenderung bermain pada tataran kultural. Menggunakan istilah kyai dan ulama

karena analisisnya yang lebih ditekankan pada aspek kultural dari kehidupan

13

MochEksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchith Muzadi (Yogyakarta: Lkis

Yogyakarta, 2000, Cet. Pertama),h.,8.

14

MochEksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchith Muzadi (Yogyakarta: LkiS

Yogyakarta, 2000, Cet. Pertama),h.,9.

15

Abd.Kadir Ahmad Kadir, “Partisipasi Ulama dalam Pendidikan Islam dan

PandangannyaTentang Penyelenggaraan Madrasah di Indonesia Dewasa Ini”, Al-Qalam, XVII,

XII (Januari-Juni, 2006), h. 6.

16

Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1987, Cet. Pertama), h.,

114.

Page 28: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

20

figur sosial yang disebut kyai. selebihnya untuk melihat fungsi sosial politik

yang diperankannya seperti judul skripsi ini. Fenomena perbedaan perilaku

sosial politik dikalangan kyai, dalam banyak hal di pengaruhi oleh dua faktor.

Pertama, faktor posisi sosial kyai yang menurut studi-studi terdahulu

memperlihatkan adanya suatu kekuatan penggerak perubahan masyarakat.

Misalnya menunjukan kekuatan kyai sebagai sumber perubahan sosial, bukan

saja pada masyarakat pesantren tapi juga pada masyarakat sekitarnya.17

Ulama yang menduduki posisi sentral dalam masyarakat Islam pedesaan

dan menyatakan berbagai golongan hingga mampu melakukan tindakan

kolektif. Bebrapa orang yang terdekat dengan ulama rata-rata mereka memiliki

kepentingan pribadi dan menggunakan nama pribadi. Kepentingan tersebut

yaitu seperti untuk menduduki posisi kepemimpinan agar lebih di kenal dan

terpandang oleh masyarakat mereka maisng-masing, dengan sikap antusias

para ulama sehingga mereka pun memanfaatkan peran mereka masing-masing

sebagai ulama.18

secara politis kyai dikatagorikan sebagai sosok yang tidak mempunyai

pengalaman dan kemampuan profesional, tetapi secara sosial terbukti mampu

menjembatani berbagai kepentingan melalui bahasa yang paling mungkin

digunakan. Kedua, faktor kekuatan personal yang diwarnai oleh pemikiran

teologis yang menjadi dasar perilaku yang diperankannya. Sebagai sosok yang

sering di identifikasi memiliki kekuatan kharismatik ditengah-tengah

masyarakat, kyai dipandang memiliki kemampuan luar biasa untuk

menggerakkan masyarakat khususnya dalam menentukan pilihan-pilihan

17

Abd.Kadir Ahmad Kadir, “Partisipasi Ulama dalam Pendidikan Islam dan

PandangannyaTentang Penyelenggaraan Madrasah di Indonesia Dewasa Ini”, Al-Qalam, XVII,

XII (Januari-Juni, 2006), h. 7.

18

Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1987, Cet. Pertama), h.,

114.

Page 29: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

21

politik. Dia bukan politisi, tapi kalkulasi politiknya sering dianggap fatwa

politik yang terakhir untuk diikuti.19

Dalam perkembangan zaman adanya fungsi birokrasi ulama sebagai

penghulu dan lebih pada otoritas keilmuan dan pemimpin ibadah yaitu

Pertama, sebagai pemangku masjid dan madrasah. Kedua, pengajar dan

pendidik, dan ketiga ulama sebagai ahli penguasa dan hukum Islam.20

memasukkan dimensi politik sebagai salah satu fungsi ulama. Fungsi-

fungsi tersebut adalah ulama sebagai, (1) guru, (2) mubalig, (3) pegawai

pemerintah, dan (4) politisi. Ulama sebagai pegawai pemerintah biasanya

berfungsi sebagai syaikhul Islam, Qadhi, Khatib, imam dan guru-guru dalam

lembaga pendidikan pemerintah. Dalam pandangan Islam, ulama sebagai orang

yang memiliki pengetahuan agama adalah pengganti para nabi dalam segala

rujukan permasalahan umat. Dalam konteks di Indonesia, dan di dunia hanya

dimengerti oleh minoritas umat Islam. Dalam kaitan ini para ulama adalah

rujukan umat: ulama memegang peran dan tugas kedakwahannya yang diyakini

sebagai kewajiban jalan agama. Kiai disini yang merupakan seorang ulama,

memiliki peran dan fungsi sosial yang penting dalam masyarakat beragama. 21

Berhubung kaitan dengan peranan ulama di Indonesia adalah dalam

kedudukannya sebagai pemuka pendapat atau opinion leader. Dalam konteks

kajian ini, aspirasi masyarakat boleh diwakilkan kepada para ulama selaku

pemimpin pendapat bagi memberikan idea-idea, cadangan dan pandangan

tentang pembangunan kepada pihak kerajaan. Ulama dalam masyarakat

19

Dr.Miftah Faridl, “Peran Sosial Politik Kyai di Indonesia”Jurnal Sosio Teknologi, 11, 6

(Agustus, 2007), h. 238.

20

Abd.Kadir Ahmad Kadir, “Partisipasi Ulama dalam Pendidikan Islam dan

Pandangannya Tentang Penyelenggaraan Madrasah di Indonesia Dewasa Ini”, Al-Qalam, XVII,

XII (Januari-Juni, 2006), h. 4.

21

Sayfa Aulia Achidsti,”Eksistensi Kiai dalam Masyarakat” Ibda Jurnal Kebudayaan), h.

159.

Page 30: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

22

mempunyai fungsi sebagai pemimpin tidak formal. Kedudukan dan tugasnya

tidak hanya dalam bidang keagamaan saja.22

Oleh karena itu, ulama terlibat dalam aktivitas politik, sosial dan perkara

kemasyarakatan merupakan tindakan yang amat mustahak. Sebagai pemimpin

tidak formal, ulama termasuk pula sebagai elit bukan politik. Ia tidak

mempunyai kekuasaan dalam lembaga politik formal maupun dalam struktur

pentadbiran, akan tetapi ia boleh menggunakan hak politik, melakukan

aktivitas-aktivitas politik, dan berhubungan langsung dengan elit politik yang

berada dalam institusi politik dalam mewujudkan kepentingannya mengemban

amanah masyarakat. Maka dalam kajian ini dipandang perlu untuk mengetahui

aktivitas pada ulama dalam bidang politik dan aktivitas lainnya dalam bidang

sosial kemasyarakatan. kiai, sebagaimana peran individu yang tersebar di desa

atau kota. Melihat perbedeaan ulama dari segi geopolitik tersebut tetap saja

menempatkan kiai sebagai tokoh yang berada diatas dari pada masyarakat biasa

pada umumnya.23

Dalam politik keterlibatan ulama merupakan satu cara lain untuk

menegaskan keadaan mereka di Indonesia pasca-kolonial. Keterlibatan ulama

dalam politik ini pada gilirannya memberi berbagai pandangan baru kepada

ulama untuk memiliki peran dan mendapatkan posisi di Pengadilan Agama

Islam atau kantor-kantor di bawah Kementrian Agama. Sebagian ulama

menduduki jabatan di Kementrian Agama tersebut karena ada kepentingan.

Mereka yang menggunakan pengaruh masing-masing dalam kebijakan

pemerintah, seperti Kementian Agama mewakili sumber peran yang besar bagi

pembagian jabatan-jabatan administrasi (guru, pengurus masjid, dan hakim

agama) yang menjadikan mentri tampil sebagai pelindung bagi

konstituennya.24

Hal ini termasuk dalam Partisipasi ulama untuk pembangunan

22

Mambaul Ngadhimah, “Peran serta Ulama dalam Membangun Nilai-Nllai Demokrasi

pada Pilkada”, Al-Tahrir, 10, 2 (Desember, 2010), h.233.

23

Sayfa Aulia Achidsti,”Eksistensi Kiai dalam Masyarakat” Ibda Jurnal Kebudayaan

Islam, 12, 2 (Juli- Desember, 2014), h. 160.

24

Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan, (Bandung: Miza Media Utama, 2012), h,.376.

Page 31: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

23

yang merupakan pelaksanaan dari pada aktivitas politik, karena pembangunan

yang dilaksanakan sesungguhnya bertujuan untuk mempertingkatkan

kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Setiap bentuk aktivitas yang melibatkan

masyarakat dan negara merupakan aktivitas politik. Segala sesuatu yang

digerakkan oleh manusia ini yaitu politik. Kegiatan politik dapat berupa

keterlibatan dalam partai politik dan partisipasi dalam pembangunan yang

berlaku dalam lingkungan masyarakat.25

Dengan kedudukan dalam struktur sosial yang diposisikan dalam

tingkatan elit, kiai menjadi tumpuan bagi aspirasi dan kebutuhan masyarakat

disekitarnya. Oleh karena itulah, kiai dalam gerakannya juga tidak jarang atau

juga harus bersentuhan dengan politik. Sejak masa awal kerajaan Islam di

Nusantara, para ulama telah memainkan peran penting. Bahkan, para raja di

zaman dulu tersebut, proses penobatannya pun di haruskan melalaui prosesi

melibatkan para pemuka agama sebagai pelantik, atau paling tidak, kaum

agama dilibatkan sebagai simbolisasi dukungan kalangan agama pada kenaikan

tahtanya itu.26

Secara umum, perjuangan ulama merupakan salah satu kerangka

keseluruhan dari peran kiai, dengan menggambarkan cita-cita fundamental

serta tujuan untuk tetap mempertahankan peran mereka dalam masyarakat.

Menurut Horikoshi27

, keterlibatan dan keprihatinan politik kiai dalam turut

memikirkan nasib masyarakat merupakan tugas sekunder dan pada saat

bersamaan merupakan bagian yang penting dari perjuanagn Islam. Sejarah

mengatakan bahwa tugas keagamaan dan sosial adalah dua sisi mata uang

sebagai tugas para kiai. Horikoshi menekankan bahwa fungsi keulamaan yang

primer kemudian adalah fungsi keagamaan, bahwa peran ulama yang paling

25

Haidir Fitrah Siagian, “Partisipasi Ulama di Sulawesi Selatan dalam Aktivitas Politik

dan Kemasyarakatan”, Jurnal Dakwah Tabligh, 16, 1 (Juni, 2015), h. 101.

26Sayfa Aulia Achidsti,”Eksistensi Kiai dalam Masyarakat” Ibda Jurnal Kebudayaan

Islam, 12, 2 (Juli- Desember, 2014), h. 66.

27

Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, h., 243.

Page 32: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

24

bernilai sebagaimana telah berlangsung adalah peran tradisional mereka

sebagai penanggungjawab dalam mempertahankan keyakinan itu sendiri.28

C. Pengaruh Ulama serta Partisipasi Masyarakat

a. Pengaruh Ulama terhadap Masyarakat

Secara ideal, seorang Kyai diharapkan berperan sebagai figur moral dan

pemimpin sosial,serta tokoh sentral dalam masyarakatnya, sebab dibawah

merekalah terletak cita-cita dan eksistensi umat. Oleh karena itu ukuran

seorang kyai tidak dapat hanya dilihat dari segi apa uang dilakukannya dan dari

karakteristik pribadinya saja, tetapi yang penting sejauh mana masyarakat

memberikan pengakuan kepadanya. Kiai, ditinjau baik dari kekuatan maupun

karakter dan kharisma personalnya, merupakan sosok merupaka soosk

mempengaruhi proses pembentukan institusi sosial masyarakat.29

Pengaruh kyai sebagai sosok yang kuat kecakapan dan pancaran

kepribadian sebagai seorang pemimpin pesantren, hal ini menentukan

kedudukan suatu pesantren. Kemampuan kyai menggerakkan masa yang

bersimpati dan para pengikutnyaakan memberikan peran strategis baginya

sebagai pemimpin informal masyarakat melalui komunikasi intensif dengan

penduduk yang mendukungya. Sehingga dalam kedudukan itu, kyai dapat

disebut sebagai agent of change dalam masyarakat yang berperanana penting

dalam suatu proses perubahan sosial.30

Gelar kehormatan kyai bagi kalangan elit agama khususnya di Jawa

masih sering diperdebatkan karena sering dikaitkan dengan politik. Sebagian

kalangan berpendapat bahwa kyai seharusnya cukup berperan sebagai

pengayom umat terutama dalam kehidupan beragama, oleh karena itu lebih

tepatnya seorang ulama menghindarkan diri dari kegiatan politik. Ada pula

yang mengatakan sebaliknya, tidak ada alasan seorang kyai untuk

28

Sayfa Auliya Achidsti, Kian dan Pembangunan Institusi Sosial, , h., 66.

29

Sayfa Auliya Achidsti, Kian dan Pembangunan Institusi Sosial, , h., 31.

30Sayfa Aulia Achidsti,”Eksistensi Kiai dalam Masyarakat” Ibda Jurnal Kebudayaan

Islam, 12, 2 (Juli- Desember, 2014), h. 159.

Page 33: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

25

meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik merupakan bagian kehidupan

agama sendiri. Tapi kenyataannya kyai sebagai salah satu elemen yang esensial

di dalam subsistem politik kebangsaan dalam menyikapi suatu fenomena

politik di dalam konteks kebangsaan yang plural serta dinamis. Dengan

berpijak kenyataan terjadi di lapangan tersebut, maka perlu kiranya

diberdayakan suatu kerangka dasar untuk pemberdayaan kyai,sebagai agen of

exchange politik publik, yang diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai

teladan dalam pendewasaan politik umat dalam masyarakat luas.31

Dalam pendewasaan politik pengaruh kyai pesantren kecil maupun besar

begitu berarti bagi masyarakat, daya motivasi mereka dikalangan penduduk

pedesaan seringkali berdasarkan kekuatan kharismatik. Seni berbicara dan

pidato yang terlatih, digabungkan dengan kecakapan mengalami jiwa

penduduk desa, mengakibatkan kyai dapat tampil sebagai juru bicara

masyarakat yang diakui. Dengan demikian ia mempunyai kemungkinan besar

untuk mempengaruhi pembentukan opini dan kehendak di kalangan penduduk,

termasuk dalam memilih pemimpin secara langsung dalam pilkada.32

b. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah suatu proses aktif yang mengandung arti bahwa orang

atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks

politik hal ini, mengacu pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses

politik. Keikutsertaan warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga

mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para

pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi maka istilah yang tepat adalah

mobilisasi politik. Partisipasi politik dalam pilkada adalah keterlibatan warga

termasuk ulama dalam hal ini keikutsertaan Kyai, Muballigh, MUI, dalam

segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusansampai dengan

31

Mambaul Ngadhimah, “Peran serta Ulama dalam Membangun Nilai-Nllai Demokrasi

pada Pilkada”, Al-Tahrir, 10, 2 (Desember, 2010), h. 236.

32

Mambaul Ngadhimah, “Peran serta Ulama dalam Membangun Nilai-Nllai Demokrasi

pada Pilkada”, Al-Tahrir, 10, 2 (Desember, 2010), h. 232-233.

Page 34: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

26

penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan

keputusan.33

Ulama sebagai agent of moral and social change dituntut mau

menyampaikan aspirasi politik umat ke hadapan pemerintah (umara), bentuk-

bentuk partisipasi ulama dalam pilkada adalah a) partisipasi aktif, dilakukan

secara formal, melalui pemberian “fatwa” atau “tausiah” kepada umat agar

turut mendukung suksesnya pilkada agara bisa berjalan dengan aman, damai,

dan kondusif,mengikuti sosialisasi pilkada yang diselenggarakan KPU dan atau

kandidat Kada dan Wakada, dan ikut serta memeberikan hak pilihnya. Secara

non formal ulama buktikan dengan kesediaannya memberikan dukungan

spritual berupa do‟a restu, saran pendapat, membantu menyelesaikan problem-

problem yang tidak bisa selesai secara administratif dan material, serta

komunikator atau juru bicara kandidat; dan b) partisipasi pasif, adalah ulama

yang dikatagorikan sebagai orang yang apatis secara total, atau mungkin

mereka dapat menjadi aktif pada berbagai tingkatan partisipasi.34

Partisipasi ulama secara aktif dalam pilkada merupakan wujud dorongan

alamiah sebagai bentuk tanggung jawab, kepedulian sosial atau friendship serta

bentuk solidaritas sosial ulama dalam keikut sertaan membangun demokrasi

berdasarkan nilai-nilai ahlakul karimah, dalam rangka mengimbangi derasnya

laju peradaban modern yang mengagumkan, tapi tanpa disertai keimanan.

Maka peran serta ulama dituntut untuk mewarnai paradigma politik.35

D. Definisi Mobilisasi Ulama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mobilisasi adalah pengerahan

orang untuk dijadikan tentara dalam keadaan perang, Pemerintahan dapat

33

Mambaul Ngadhimah, “Peran serta Ulama dalam Membangun Nilai-Nllai Demokrasi

pada Pilkada”, Al-Tahrir, 10, 2 (Desember, 2010), h. 233.

34

Mambaul Ngadhimah, “Peran serta Ulama dalam Membangun Nilai-Nllai Demokrasi

pada Pilkada”, Al-Tahrir, 10, 2 (Desember, 2010), h. 236.

35

Mambaul Ngadhimah, “Peran serta Ulama dalam Membangun Nilai-Nllai Demokrasi

pada Pilkada”, Al-Tahrir, 10, 2 (Desember, 2010), h. 238-239.

Page 35: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

27

mengundang bagi pemuda-pemudinya.36

Maksudnya adalah pengerahan dari

seseorang untuk menyuruh atau mnggerakkan orang lain untuk mengikuti

pendapatnya, terutama dalam ranah politik.

Dalam pengertian lain Mobilisasi adalah aktivitas berbagai kelompok

yang berusaha untuk memperoleh (dan menggunakan) power untuk mencapai

tujuan tertentu, atau merupakan interaksi antar kelompok yang berada di dalam

masyarakat. Secara teoritik mobilisasi merupakan interaksi terkait dengan

konsep pengambilan keputusan politik dan kebijakan publik maupun konsep

civil society dan manajemen konflik.37

Mobilisasi dalam konsep ‘political decision-making dan kebijakan

publik, bertolak dari „authoritative allocation of values’. Allocation’ mengacu

pada bagaimana proses pengambilan keputusan itu berlangsung, sedangkan

‘authority’ berkaitan dengan pelaksanaan keputusan sehingga kebijakan publik

sebagai autcome proses pengambilan keputusan politik yang harus

dilaksanakan. Allocation akan dapat mendorong munculnya mobilisasi

persuasif, sedangkan authority akan dapat mendorong munculnya mobilisasi

represif. Dalam hal ini bersinggungan dengan dua kriteria. Degree of hierarchy

yang mengukur kettanya kontrol dari tingkat sentralisasi dan type of values

yang melihat tingkat-tingkat capaian jangka pendek dengan menggunakan

tindakan tertentu. Oleh karen itu, mobilisasi juga membutuhkan structure of

authirutative decision making dan structure of accountability, struktur otoritatif

pengambilan keputusan berkaitan dengan legitimasi, Sedangkan

akuntabilitas berkaitan dengan pertanggung jawaban kepada kelompok yang

memilihnya.38

Mobilisasi berdasarkan konsep pengambilan keputusan dan kebijakan

publik masih memiliki daya tarik yang paling menarik adalah janji-janji kepada

36

https://kbbi.web.id/mobilisasi, diakses pada tanggal 19 Agustus 2019, jam 11.00 WIB.

37 Hilmy Mochtar, Demokrasi dan Politik Lokal di Kota Santri, (Malang: UB Press,

2011), h. 51.

38

Hilmy Mochtar, Demokrasi dan Politik Lokal di Kota Santr,h. 52.

Page 36: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

28

rakyat pemilih untuk mewujudkan nilai-nilai yang berlaku universal. Dalam

arti lain mobilisasi merupakan tindakan kolektif (collective action) sebagai

proses persaingan atau konflik antar anggota kelompok yang berkaitan dengan

power, kepentingan dan tujuan berbeda. Konsep mobilisasi dalam tindakan

kolektif memiliki dua model, yaitu polity model dan mobilization model. Model

pertama mengacu pada pemerintah seabagai organisasi yang mengendalikan

instrumen koersif, maksudnya adalah pemerintah yang mengendalikan di

antara bagian-bagian di kedua belah pihak yang terlibat konflik. Sedangkan

model yang kedua mengacu kepada tindakan kolektif masing-maisng pihak

yang terkait dengan kepentingan kelompok, tingkat organisasi, jumlah sumber

yang berada di bawah kendali kolektif.

E. Definisi Politisasi Agama

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, Politisasi berarti membuat

keadaan (perbuatan, gagasan, dan sebagainya) bersifat politis.39

Dari

pengertian ini dapat ditarik sebuah arti, dimana politisasi diartikan sebagai

sebuah perbuatan baik berupa gagasan, ide, dan lain sebagainya menjadi

bersifat politik. Jika politisasi dikaitkan dengan agama, maka, pengertian

politisasi agama menjadi: suatu perbuatan baik perbuatan itu berupa gagasan,

ide, pemahaman dan lain sebagainya yang berkenaan tentang keagamaan

menjadi bersifat politik, bukan bersifat keagamaan lagi.

Dengan kata lain, dalam Politisasi agama terdapat instrumentalisasi

agama untuk kepentingan politik tertentu. Politisasi agama juga menjadi salah

satu konsep penting dalam memahami Teologi Politik seperti Islam Politik,

dimana memandang agama memiliki daya fungsional strategis terhadap realitas

politik yang ada.40

Pada intinya, politisasi agama tidak dapat menyudutkan

salah satu agama yang ada di Indonesia, melainkan kepada semua praktik-

praktikhitam yang mengatas namakan agama dalam ruang lingkup politiknya.

Politisasi agama yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan

39

https://kbbi.web.id/politisasi, diakses pada tanggal 19 Agustus 2019, jam 11.10 WIB.

40Budi Kurniawan, “Politisasi Agama di Tahun Politik: Politik Pasca Kebenaran di

Indonesia dan Ancaman Bagi Demokrasi”, Sosiologi Agama, 1, XII, (Januari-Juni, 2018), h. 137.

Page 37: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

29

justru bisa mereduksi nilai dari agama itu sendiri. Karena agama merupakan

sesuatu yang bersifat emosional dan lahir dari sikap batin seseorang. Sehingga,

pengambilan isu agama dalam berpolitik bagi sebagiangolongan memang

memiliki nilai-nilai tersendiri.

Perbedaan antara politisasi dengan politik agama menurut Lukman

Hakim Syaifudin sebagai Mentri Agama di Indonesia mengatakan bahwa

Politik agama adalah upaya memasukkan nilai-nilai agama dalam bidang

politik. Sementara, politisasi agama tidak lain hanyalah menggunakan agama

sebagai alat untuk kepentingan politik. Namun demikan, agama dan politik

tidak bisa dipisahkan, karena pada dasarnya agama dan politik memiliki tujuan

yang sama, yaitu untuk menebarkan rahmat bagi alam semesta. Demikian juga

politik memiliki tujuan untuk mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan di

tengah-kita. Pada titik inilah politik agama dibolehkan, terlebih dalam konteks

keindonesiaan yang setiap aspek kehidupan pun selalu mengandung muatan

agama.41

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin

menyatakan bahwa ketika agama dijadikan ideologi yang kuat dan digunakan

untuk politik, sah dan boleh. Tetapi, ketika agama dijadikan alat legitimasi

politik ini jadi masalah. Dalam hal ini, wajar kalau pola pikir kita yang keliru

digunakan pihak tertentu untuk melegitimasi politik. Ketika agama dijadikan

simbol, itu akan berbahaya. Fakta menunjukkan bahwa politisi Islam dalam

ranah demokrasi tidak sungguh-sungguh menggunakan Islam sebagai standar.

Para politisi Islam cenderung pragmatis yang minus visi dan ideologis dalam

sistem demokrasi.42

Dilihat dari deal-deal politik yang mereka lakukan dengan parpolnya

untuk kepentingan. Terjadilah transaksi-transaksi politik yang akhirnya, tidak

ada teman abadi dalam politik. Tetapi yang ada kepentingan abadi. Menjadi

41

https://www.nu.or.id/post/read/93418/menag-jelaskan-beda-politisasi-dan-politik-

agama, diakses pada tanggal 25 Agustus 2019, jam 06.46 WIB.

42

https://www.republika.co.id/berita/retizen/surat-pembaca/ppsawn349/politisasi-agama

dan-ulama-dalam-tahun-politik, diakses pada tanggal 25 Agustus 2019, jam 07.13 WIB.

Page 38: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

30

wajar jika negara kacau karena diatur oleh orang-orang yang tidak kapabel dan

hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Sementara ulama juga rentan

masuk dalam jebakan penguasa dan dijadikan sebagai legitimasi kebijakan. Hal

ini harus diwaspadai oleh umat Islam yang menjadi basis massa para ulama itu.

Jika umat dan ulama terjebak dalam jebakan penguasa, maka mereka akan

menjadi korban. Bukan hanya mereka, tetapi juga negeri ini. Karena mereka

merupakan tulang punggung Indonesia. Maka ulama tidak boleh menjadi

stempel kekuasaan yang buruk dan bertentangan dengan Islam. Tidak boleh

menjadi alat penguasa untuk memecah-belah umat. Tidak menggadaikan

agamanya untuk kepentingan diri sendiri dan penguasa jahat.

Nabi saw menyatakan, “Janganlah kalian mendekati pintu penguasa

karena ia benar-benar menjadi berat dan menghinakan” ( H.R ath-Thabarani

dan ad-Dailami). Bahkan Imam Ja‟far ash-Shadiq ra, juga menyatakan, “Para

fuqaha’ adalah orang-orang amanah [di mata] Rasul. Jika kalian melihat

Fuqaha‟ telah condong kepada para penguasa, maka curigailah mereka.”

Karena itu pada masala lalu para penguasa itulah yang mendatangi para ulama,

bukan ulama mendatangi istana mereka. Ini juga yang menunjukkan akhlak

dan adab mereka kepada para ulama yang merupakan pewaris Nabi saw, dan

orang-orang yang dipercaya Rasul, menjadi penyambung lidah mereka.43

Harus disadari bahwa fungsi ulama salah satunya ialah melakukan

muhasabah lil hukam. Muhasabah itu adalah kewajiban syariah. Dibangun

berdasarkan kaidah dan hukum syariah tentang amar ma‟ruf nahi mungkar.

Bahkan lahir dari cinta. Sebagaimana dalam riwayat Imam al-Hakim, Nabi saw

menyatakan, “Penghulu para syuhada adalah Hamzah dan siapa saja yang

berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu menasihati penguasa tersebut,

kemudian penguasa itu membunuh dirinya. Karena amar ma‟ruf nahi mungkar

ini membutuhkan ilmu, maka tugas ini banyak diemban oleh para ulama.

Apalagi para ulama hakikatnya orang yang hanya takut kepada Allah. Maka

43 https://www.republika.co.id/berita/retizen/surat-pembaca/ppsawn349/politisasi-agama-

dan-ulama-dalam-tahun-politik, di akses pada tanggal 25 Agustus 2019, jam 07.11 WIB.

Page 39: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

31

mereka selalu menjadi tokoh terdepan dalam melaksanakan amar ma‟ruf nahi

mungkar, termasuk muhasabah terhadap para penguasa.

Page 40: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

32

BAB III

PENGARUH MASYARAKAT TERHADAP PEMILIHAN KEPALA DESA

A. Profil Singkat Desa Zed

Desa Zed merupakan salah satu desa di Kecamatan Mendo

Barat Kabupaten Bangka mempunyai luas wilayah 5.627 km2 dengan

batas-batas administrasi sebagai berikut:Sebelah Utara Desa Zed

berbatasan langsung dengan Desa Puding Besar, sebelah Selatan

berbatasan dengan Desa Labu, sebelah Barat berbatasan dengan Desa

Puding Besar, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kemuja.

Berdasarkan pada batas wilayah tersebut, maka dapat dikatakan

bahwa Desa Zed merupakan Deza yang dikelilingi oleh beberapa desa

yang penduduknya saling damai dan tentram. Desa Zed merupakan

Desa dengan bermata pencaharian mayoritas berkebun. Jika dilihat

dari beberapa Desa yang mengelilingi Desa Zed memiliki nama Desa

yang unik berupa nama buah-buahan, hal ini menunjukan bahwa

Kecamatan Mendo barat memiliki tanah yang subur.

Secara Geografis Desa Zed berbentuk jenis tanah perbukitan

dataran rendah dengan kondisi tanah sedikit bergelombang. Luas

permukiman di Desa Zed 125 Ha, Luas persawahan 150 Ha, dan Luas

perkebunan atau pertanian 5.315 Ha. Sebagaimana wilayah tropis,

Desa Zed mengalami musim kemarau dan musim penghujan dalam

tiap tahunnya. Jarak pusat desa dengan Ibukota kecamatan yang

dapat ditempuh dengan perjalanan darat adalah 8,5 km, jarak Desa ke

Ibukota kabupaten adalah 32 km, sedangkan jarak desa ke provinsi

dengan perjalanan darat mencapai 25 km. Desa Zed merupakan salah

satu desa pertanian yang ada di Kabupaten Bangka.

Secara Geografis Desa Zed berbentuk jenis tanah perbukitan

dataran rendah dengan kondisi tanah sedikit bergelombang tanah

berjenis asosiasi podsolik coklat kekuning-kuningan dengan bahan

induk komplek batu pasir kwarsit dan batuan plitonik masam.

Page 41: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

33

1) Tipologi dan Tingkat Perkembangan Desa

Berdasarkan kondisi spesifik keunggulan potensi sumber daya

alam, sumber daya manusia dan potensi kelembagaan serta potensi

prasarana dan sarana dalam menentukan arah pengembangan dan

pembinaan masyarakat berdasarkan karakteristik keunggulan

komparatif dan kompetitif maka Desa Zed mempunyai tipologi

sebagai desa perkebunan dan desa pertanian hal ini dicirikan oleh

sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian berkebun,

bertani, dan berdagang.

Adapun tingkat perkembangan Desa Zed adalah Desa

Swadaya, ini berarti bahwa Desa Zed mulai menunjukkan

perkembangan dengan memiliki ciri – ciri sebagai berikut : sudah

mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri, lembaga sosial

mulai berfungsi, administrasi desa sudah berjalan, mata pencaharian

mulai beragam, sudah mulai berinteraksi dengan wilayah sekitarnya,

adat istiadat mulai longgar karena pengaruh arus informasi, tingkat

pendidikan dan kesehatan mulai membaik.

Tabel 3.11

No Uraian Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Satuan

1 Penduduk dan keluarga

a. Jumlah penduduk laki-laki 1.455 Orang

b. Jumlah penduduk perempuan 1.343 Orang

c. Jumlah keluarga 652 keluarga

2 Sumber penghasilan utama penduduk

1Data profil desa tahun 2016

Page 42: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

34

No Uraian Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Satuan

a. Pertanian, perikanan, perkebunan 2113 Orang

b. Industri pengolahan (pabrik, kerajinan,

dll)

20 Orang

c. Perdagangan besar/eceran dan rumah

makan

50 Orang

d. Angkutan, pergudangan, komunikasi 5 Orang

e. PNS 24 Orang

f. Peternakan 2 Orang

g. Jasa 2 Orang

3 Tenaga kerja berdasarkan latar belakang

pendidikan

a. Lulusan S-1 keatas 25 Orang

b. Lulusan SLTA 393 Orang

c. Lulusan SMP 260 Orang

d. Lulusan SD 300 Orang

e. Tidak tamat SD/ tidak sekolah 6 Orang

Beradasarkan pada Tabel diatas, bahwa Desa Zed sangat

menjunjung pendidikan dibuktikan dengan adanya lulusan S-1 keatas

berjumlah 25 orang dan lulusan dengan angka tertinggi adalah lulusan

SLTA berjumlah 393 orang, hal ini sangat mempengaruhi sistem

politik dalam masyarakat, dan berkaitan antara pendidikan. Pada tabel

diatas menunjukan bahwa mayoritas masyarakat Desa Zed bermata

Page 43: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

35

pencaharian pertanian, perikanan dan perkebunan dengan angka

tertinggi 2113 orang. Mata pencaharian juga mempengaruhi sistem

politik dalam masyarakat, biasanya masyarakat akan

menentukanpilihan kepala desa yang mampu mengelola desa dengan

baik, serta mengatasi perekonomian yang terjadi di masyarakat, baik

berupa pengelolaan dana desa maupun pengelolaan dana desa. dalam

hal ini pembentukan kepala desa sangat mempengaruhi ulama, karena

baik bagi ulama, baik pula bagi masyarakat. Oleh karena tidak secara

langsung peran ulama sangat mempengaruhi dalam masyarakat.

2. Administrasi Pemerintahan Desa

Desa Zed terdiri dari 4 Dusun dan 12 RT, susunan organisasi

pemerintah Desa Zed terdiri dari kepala Desa dan perangkat Desa

yaitu Sekrtaris Desa, dan Pelaksana Teknis Lapangan dan Unsur

Kewilayahan.2

Berikut susunan Organisasi pemerintah Desa Zed :

Kepala Desa : 1 orang.

Perangkat Desa

Sekretaris Desa : 1 orang.

Kepala Urusan : 3 orang.

Kepala Seksi : 3 orang.

Unsur kewilayahan : 4 orang.

B. Karakter Masyarakat Desa Zed

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup

bermasyarakat, biasanya tanpak dalam perilaku keseharian mereka.

Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat

digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di daerah tertentu.

Masyarakat desa juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin

yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau

2www..Prodeskel.binadesa.go/id diakses pada tanggal 27 Juli 2019, jam

10.00 WIB

Page 44: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

36

anggota masyarakat yang amat kuat. Pada hakikatnya bahwa

seseorang merasa bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat

itu sendiri, dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan

bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau

anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai

masyarakat yang saling mencintai saling menghormati.

Dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai hak tanggung

jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di

dalam masyarakat. Kehidupan dalam masyarakat Desa memiliki ciri

khas antara lain: pertama, di dalam masyarakat pedesaan di antara

warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila

dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya. Kedua, sistem

kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.

Ketiga, sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari

pertanian. Keempat, masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal

mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya. Tetapi

Raharjdo, menambahkan bahwa sejumlah sosiolog dalam

merumuskan karakteristik masyarakat cenderung mengacu pada pola

pola pikiran yang bersifat teoritik, seperti konsep dari Ferdinand

Tonnies3, Emile Durkheim, dan Charles Horton Cooley.

Desa Zed merupakan desa yang memiliki nilai-nilai budaya

dan adat istiadat yang mengatur pergaulan serta kehidupan

masyarakatnya sehari-hari. Masyarakat desa ini juga sangat berpegang

teguh terhadap nilai-nilai kebudayaan dan adat istiadat yang terdapat

di desa mereka. Nilai-nilai kebudayaan serta adat istiadat yang

berlaku, membentuk suatu prilaku dan sikap masyarakat yang

mempunyai rasa solidaritas yang tinggi dan menjujung tinggi prinsip

kebersamaan. Seperti dengan adanya adik beredik dalam bahasa

Indonesia artinya saudara kandung., adik beredik merupakan alat

3http://id.wikipedia.org/Ferdinand_T%C3%B6nnies ,diakses pada tanggal

23 Juni 2019, Jam 11.14 WIB

Page 45: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

37

pemersatu masyarakat sekaligus dapat mengikat atau terikat kepada

hubungan kekerabatan yang sekaligus pula sebagai dasar gotong

royong, dan saling hormat menghormati.

Dalam segenap aspek kehidupan masyarakat Desa Zed, adik

beredik ini sangat berperan penting karena merupakan dasar bagi

sistem kekerabatan dan menjadi landasan untuk semua kegiatan yang

bertalian dengan pelaksanaan adat dan juga interaksi dengan sesama

masyarakat. Melalui Adik Beradik semua masyarakat Desa Zed

saling berkerabat. Hubungan kekerabatan ini dapat tebentuk melalui

hubungan darah dan dapat juga terbentuk melalui hubungan saudara.

Jadi Adik Beredik adalah landasan sistem kekerabatan dan menjadi

landasan bagi semua kegiatan, khususnya kegiatan yang bertalian

dengan pelaksanaan adat istiadat dan interaksi antar sesama

masyarakat.4

Adik Beredik ini didukung oleh dua faktor yang dikenal

dengan Ayak dan Adik , dalam bahasa Indonesia Ayak berarti kakak

laki-laki. Adik Beredik merupakan suatu jaringan kerja sosial-budaya

yang bersifat gotong royong dan kebersamaan yang terdapat pada

masyarakat.Selain Adik Beradik yang merupakan alat pemersatu,

dalam kehidupan bermasyarkat juga dikenal dengan konsepTulong

Menulong merupakan dialeg bahasa melayu dalam bahasa Indonesia

yang berarti Tolong menolong, yang harus diterapkan dalam hidup

bermasyarakat. Tolong menolong atau saling bantu-membantu satu

sama lain dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah yang

dianggap akan lebih mudah jika di selesaikan secara bersama-sama.

Masyarakat Desa Zed mempunyai persepsi bahwa kehidupan

sosial budaya di kota tidak sama seperti di Desa Zed. Tingkat

solidaritas masyarakat di kota lebih rendah, selain itu interaksi sesama

warga juga terjadi seperlunya saja. Masyarakat di kota saling tidak

4Suharjono, Kepala Desa Zed, Interview Pribadi, Desa Zed, 22 Febuarai

2019.

Page 46: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

38

peduli dan sibuk dengan urusannya masing-masing serta kurangnya

rasa kekeluargaan yang terbentuk. Begitu juga dalam hal budaya dan

adat istiadat yang terdapat di kota jauh berbeda daripada adat-istiadat

yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat desa

khususnya Desa Zed. Kehidupan dikota merupakan masyarakat yang

heterogen, menyebabkan beranekaragam budaya dan adat-istiadat,

sehingga tidak ada lagi peraturan yang dapat membentuk masyarakat

menjadi semakin erat dan merasa saling membutuhkan satu sama lain,

bahkan lebih cenderung pada sekelompok orang yang bersifat non

Friendly.

Masyarakat Desa Zed memiliki solidaritas yang tinggi,

menciptakan kehidupan yang damai, tentram dan sejahtera, hal ini

menjadi faktor utama masyarakat desa enggan meninggalkan Desa

Zed dan pindah ke kota maupun di tempat lain. Masyarakat Desa

mempunyai rasa kekhawatiran yang tinggi karena takut jika tidak bisa

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Masyarakat Desa

Zed sudah merasa nyaman tinggal di Desa Zed dengan kehidupan

sosial budayanya yang sudah terbentuk dan terjalin dengan baik.5

C. Realitas mobilisasi ulama terhadap tingkat partisipasi masyarakat

dalam pemilihan Kepala Desa Zed

Kiprah ulama’ secara langsung dalam proses mendorong

kesadaran pemilih sebenarnya sudah lama dilakukan, baik yang secara

terang-terangan terjun langsung yang ikut andil dalam pemilihan

kepala desa Zed. Seperti beberapa ulama yang. Beberapa sosok

ulama-ulama yang berbeda dalam memepengaruhi masyarakat atau

para ulama memiliki caranya tersendiri dalam memengaruhinya.

Tidaklah dinafikan kehadiran beberapa ulama yang berbeda

pilihannya masing-masing dalam pemilihan kepala desa di Desa Zed

5Mat Amin, Tokoh Masyarakat Desa Zed, Inteview Pribadi, Desa Zed, 22

Febuari 2019.

Page 47: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

39

yang akan memotivasi masyarakat untuk sadar dalam menyalurkan

aspirasinya untuk memilih seseorang pemimpin.6

Figur ‘alim, ramah dan tidak pernah berkeinginan untuk

meraih jabatan merupakan daya tarik yang kuat untuk membangkitkan

kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya.

Kepemimpinan para ulama yang karismatik tidak mementingkan

jabatan, hanya saja semata-mata untuk melaksanakan kewajiban

syari’at. Di Desa Zed kiprah ulama’ secara langsung pada kancah

politik dapat terlihat dalam struktural pemerintah desa serta di

lingkungan sehari-hari dalam desa itu sendiri. Pada Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden RI Tahun 2014 dapat terlihat dengan

dibentuknya Forum Kyai Kampung.7Meskipun terbentuknya forum ini

secara jelas-jelas memihak salah satu pasangan calon, tetapi tidak bisa

dinafikan akan mendorong dalam peningkatan kesadaran pemilih

untuk menyalurkan aspirasinya.

Keikutsertaan Ulama’ dalam pemilihan Kepala Desa Zed

Secara tidak langsung biasanya dilakukan ulama’ dalam pengajian-

pengajian maupun melalui Jam’iyah-Jam’iyah yang ada dikalangan

masyarakat. Peran ulama’ secara tidak langsung ini biasanya bukan

keberpihakan terhadap salah satu pasangan calon tetapi menganjurkan

masyarakat agar tidak golput didalam pemilihan umum. Karena

semakin banyaknya golput di masyarakat menandakan semakin

menurun tingkat kesadaran mereka.

Peran ulama’ dalam pemilihan kepala desa adalah wujud

ketaatan terhadap syara’. Hukum syara’ sendiri secara istilah adalah

khitob atau doktrin syari’ yang berhubungan dengan perbuatan

6H.Saidi, “Kiai dan Politik: Mengintip Motif Kiai NU dalam Pemilu

Glenmore Kabupaten Banyuwangi, Kahazanah Pendidikan, X, 1 (September 2016), h.

7.

7Riyanto, “Peran Ulama dalam Meningkatkan Kesadaran Pemilih pada

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 di kabupaten

Demak”, Addin, 9, 2 (Agustus,

2015), h. 428.

Page 48: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

40

mukallaf, baik berupa tuntunan, pilihan, atau ketetapan. Adapun

hukum Syara’ menurut istilah ahli fiqh adalah pengaruh yang

ditimbulkan oleh doktrin syari’ dalam perbuatan mukallaf, seperti

kewajiban, keharaman, dan kebolehan. Islam mewajibkan

pemeluknya untuk mematuhi segala aturan yang berlaku.8

Pemilihan Kepala Desa atau Pilkades merupakan salah satu

proses demokrasi di Indonesia pada tingkat desa. Pemilihan kepala

desa dilakukan secara langsung oleh masyarakat desa untuk memilih

calon kepala desa sesuai dengan kehendaknya masing-masing. Oleh

karena itu keikut sertaan masyarakat dalam berpartisipasi politik

secara langsung untuk memilih pemimpin di desa, diharapkan dapat

menciptakan suatu tatanan Pemerintahan yang lebih baik bagi

percepatan pembangunan pada tingkat desa. Partisipasi politik

masyarakat di desa sangat diperlukan demi terlaksananya tujuan dan

cita-cita dari Undang-Undang dasar 1945 untuk menciptakan

masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Hal ini juga diperkuat oleh

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 68 Ayat (2) butir kelima

yang mengharuskan agar setiap masyarakat dapat berpartisipasi dalam

setiap kegiatan desa. Dengan begitu masyarakat bisa secara langsung

mempengaruhi segala kebijakan dan keputusan yang dibuat oleh

pemerintah.

Partisipasi politik dalam suatu pemilihan umum khususnya

pada tingkat desa tentunya tak lepas dari peran panitia pemilihan

kepala desa. Berhasil atau tidaknya suatu pemilihan dapat dipengaruhi

oleh bagaimana panitia dalam mensosialisasikan kepada masyarakat

tentang suatu pemilihan yang akan dilakukan serta mempengaruhi

masyarakat tentang arti pentingnya berpartisipasi untuk menggunakan

hak suara yang dimiliki oleh setiap masyarakat yang terdaftar sebagai

pemilih tetap. Untuk itulah peran panitia sangat diharapkan secara

8Riyanto, “Peran Ulama dalam Meningkatkan Kesadaran Pemilih pada

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI Tahun 2014 di Kabupaten Demak”, Addin,

9, 2 (Agustus, 2015), h. 428-429.

Page 49: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

41

maksimal untuk dapat melaksanakan peranannya dalam suatu

pemilihan demi teriptanya partisipasi politik masyarakat yang tinggi.

Pemilihan kepala desa yang dilakukan pada tahun 2017 dilakukan

secara serentak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa yang mengatur peraturan desa secara tersendiri. Salah

satu perubahan yang dilakukan adalah dengan diadakannya proses

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) secara serentak. Hal ini sesuai

dengan Pasal 31 Ayat (1) yang berbunyi : “Pemilihan Kepala Desa

dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten/Kota”.9

Beberapa ulama masing-masing berbeda dalam pilihannya

terhadap calon kepala desa dalam pemilihan Kepala Desa Zed

kecamatan mendo barat, para ulama-ulama tersebut dalam kegiatan

sehari-harinya sebagai pengisi khutbah dan ada juga beberapa

memiliki jamaah dalam pengajiannya, dengan ada kesempatan seperti

itu para ulama bisa memanfatkan kesempatan yang ada, dengan cara

mengayomi masyarakat sebagai jama’ahnya dan secara langsung juga

ada yang mengarahkannya untuk memilih calon kepala desa sesuai

pilihannya masing-masing. Oleh sebab itu banyak masyarakat yang

terpengaruh serta banyak yang percaya dengan pilihan yang di

anjurkan oleh para ulama yang mereka guru dalam menuntut ilmu

agama tersebut.10

Oleh karena itu, adanya pemilihan Kepala Desa, di Desa Zed

ini banyak masyarakat yang terkecoh atau ikut-ikutan dalam

menentukan pilihannya masing-masing dan dukungan para ulama

serta beberapa masyarakat juga melihat dampak dari latarbelakang

para calon Kepala Desa Zed tersebut. Diselenggarakannya pemilihan

Kepala desa yang ada di Desa Zed ini hampir saja terjadi kericuhan,

9Undang-Undang Desa dan Peraturan Pelaksanaan,Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Bandung: Fukosindo Mandiri. h.

18.

10

Suharjono, Kepala Desa Zed, Interview Pribadi, Desa Zed 22 Febuari

2019.

Page 50: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

42

karena ketidak setujunya masyarakat terhadap pemenangan dalam

pemilihan kepala desa tersebut. sebelum hari pemilihan keapala desa

dilaksanakan, sebagian ulama yeng memerankan peranya

sebagaimana mestinya: sebagai khotib sholat jum’at, dan beberapa

juga sebagai pengajar pesantren. Ulama yang senantiasa ingin

menunujukkan jati dirinya sendiri sehingga banyak dikenal oleh

masyarakat, dengan eksistensinya dikalangan masyarakat desa, maka

semakin mudahnya mereka mempengaruhinya suara rakyat untuk

memilih kepala desa sesuai pilihannya masing-masing.11

Di dalam Desa Zed masing-masing ada empat calon kepala

desa, dan masing-masing mempunyai perbedaan dukungan ulama

tersendiri. Masyarakat yang sangat peduli dan antusias terhadap

pemilihan kepala desa. Masyarakat Desa Zed ingin mempunyai

pemimpin yang bisa membuat desa menjadi lebih maju dengan hidup

sejahtera. Visi misi serta tujuan masyarakat Desa Zed yaitu membuat

mereka sangat antusias dalam memilih pemimpin yang baik dan jujur.

Sehingga beberapa ulama sangat menggunakan kesempatan ini untuk

memilih pemimpin yang sesuai dengan pilihan mereka masing-

masing. Sehingga sebagian dari ulama tersebut menggunakan cara

tersendiri untuk mendapatkan suara masyarakat.

Tujuan dari ulama dalam memengaruhi masyarakat tersebut,

dikarenakan mereka tahu kualitas calon kepala desa tersebut, sehingga

mereka takut jika orang-orang desa itu memilihi pemimpin yang salah.

dikarenakan ini bukan hanya untuk kepentingan mereka semata tetapi

untuk kepentingan desa dan masyarakat. dalam mempengaruhi

masyarakat, para ulama pun tidak memaksa dengan keras dan tidak

secara terang-terangan namun kebanyakan dari mereka memilih untuk

secara diam-diam atau secara tersembunyi-sembunyi, dikarenakan

mereka tidak mau di bilang ikut andil dalam pemilihan kepala desa

11

Suharjono, Kepala Desa Zed, Interview Pribadi, Desa Zed, 22 Febuari

2019.

Page 51: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

43

dan sebagian masyarakat tidak mau ikut campur dalam ranahnya

unutuk memilih kepala desa, karena mereka seperti sudah mengetahui

iming-iming serta janji manisnya para calon kandidiat kepala desa.

dalam pemilihan kepala desa tersebut ulama hanya mengarahkan

masyarakat untuk memilih calon sesuai pilihan mereka masing-

masing, dikarenakan mereka yang melihat calon kepala desa tidak

sesuai kriteria pemimpin ideal dan ada juga menurut para ulama desa,

salah satu para calon kepala desa cacat dalam kesehatannya, karena

faktor umur serta dikarenakan juga ada calon kandidiat ada yang

memiliki dua istri.12

Beberapa masyarakat yang meminta nasehat sekaligus

pendapat salah satu ulama agar dapat memberikan gambaran,

pemimpin yang seperti apa yang baik untuk agama dan negara.

Dengan mulai pertanyaan tersebut, beberapa ulama pun menjawab

pertanyaan masyarakat serta menasehatkan untuk lebih condong

kepada pemimpin yang mereka pilih. Karena dalam setiap ulama

memiliki masing-masing pemimpin yang mereka pilih, pasti sudah

mmepunyai tujuan tertentu, ada yang karena terikat hubungan saudara

sehingga ulama tersebut lebih memilih untuk kemenangan saudaranya,

dan ada juga untuk kemaslahatan masyarakat serta tidak jauh dari

unsur kepentingan politik. Dan karena ulama memiliki ketenaran

masing-masing dalam masyarakat dan mereka mempunyai cara

tersendiri dalam mengarahkan masyarakat untuk amar ma’ruf nahi

munkar.13

12

Mat Amin, Tokoh Masyarakat Desa Zed, Interview Pribadi, Desa Zed, 24

Febuari 2019.

13Amri, Masyarakat Desa Zed , Interview Pribadi, Desa Zed, 26 Febuari 2019.

Page 52: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

44

BAB IV

RESPON DAN ANALISIS MOBILISASI ULAMA TERHADAP

PEMILIHAN KEPALA DESA ZED TAHUN 2017

A. Analisis Mobilisasi Ulama Terhadap Kontestasi Pemilihan Kepala Desa

tahun 2017

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawamcara serta

observasi menggunakan data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan

Kepala Desa Zed Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka Provinsi Bangka

Belitung pada Tahun 2017, yang diikuti oleh lima calon kepala desa yang akan

menjabat selama satu periode, dari Tahun 2017-2021, bahwa secara umum

keterlibatan ulama dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa di Desa Zed cukup

mempengaruhi dalam hal memobilisasi masyarakat terhadap pilihannya masing -

masing.

Kemudian berdasarkan data mengenai peran ulama dalam memobilisasi

masyarakat pada pemilihan kepala desa dapat di deskripsikan bahwa pengaruh

ulama dalam mengkampanyekan salah satu calon menggunakan beberapa pola

kampanye untuk mempengaruhi pilihan masyarakat kepada calon tertentu. di Desa

Zed terdapat empat tokoh ulama yang berpengaruh, dan menjadi rujukan

masyarakat dalam memilih salah satu calon kepala desa, namun secara umum

keterlibatan ulama dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa hanya sebatas

memberikan motivasi ataupun arahan mengenai ciri – ciri pemimpin yang ideal

yang dapat dijadikan teladan dalam masyarakatnya guna memberikan pelayanan

yang terbaik kepada warganya.1

Tabel 0.2 Polarisasi Kampanye Ulama

Nama Ulama Pola Kampanye Respon Masyarakat

1M. Ma’ruf, Tokoh Ulama, Interview Pribadi, Desa Zed, 23 Febuari 2019.

Page 53: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

45

Ust. M. Ma’ruf

- Melalui Majelis Ta’lim

remaja

- Secara individu

perorangan

- Pendekatan kepada

sekelompok warga

- Menurut saya model

kampanye yang seperti itu

tidak cukup untuk

mempengaruhi kepada

pilihan masing – masing

masyarakat kepada semua

calon ( Arman 30 tahun)

- Menurut seharusnya ulama

yang bersifat netral, dan

boleh saja ulama itu

menjelaskan kepada

masyarakat bahwa kriteria

pemimpin yang baik itu

yang mampu melayani

masyarakatnya dengan

baik. (Abdurrahman ,50

Tahun)

- Menurut Saya cara ustadz

mengkampanyekan calon

kepala desa tidak

menunjukan

keberpihakanya, karena

beliau tidak menunjuk

kepada calon tertentu

untuk di pilih. (titin dahlia,

34 Tahun)

Ust. Zainan

- Melalui pengajian ibu –

ibu dan bapak – bapak

- Pendekatan personal

kepada santri pesantren

- Menurut saya tidak boleh

bahwa seorang ulama itu

terlalu menyudutkan salah

satu calon kandidat dalam

pemilihan pilkada kalau

Page 54: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

46

- Melalui Khutbah

- Terlibat langsung untuk

mengkampanyekan

kandidat calon tertentu.

bukan untuk

kemasalahatna umum atau

kemasalahatn masyarakat,

seharusnya bersifat netral

dan lebih baik lagi

memberikan contoh yang

layak untuk masyarakat. (

Kholil Mahrub, 27 Tahun)

- Menurut saya ulama itu

hanya untuk memebrikan

tauladan serta sifat

netralnya dalam memilih

calon kepaal desa, tidak

terllau menonjolkan diri

untuk mengarahkan

masyarakat agar memilih

pilihan atau dukungannya.(

Suryana, 41 Tahun )

- Menurut saya ulama itu

tidak boleh menggunakan

kesempatan ini agar untuk

menaikan kharismatiknya

atau ketenarannya di

lingkungan masyarakat,

harus memberikan arahan

atau pelajaran yang baik

untuk masyarakat desa.

(Amri, 57 Tahun )

Ust.Ali Akbar

- Melalui Pengajian remaja

masjid

- Menurut saya, seharusnya

ulama itu sebagai

penengah bagi masyarakat

Page 55: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

47

- Melalui Khutbah –

khutbah

- Pendekatan kepada santri

- Melalui Pengajian

rumahan jamaah ibu –

ibu

bukan sebagai provokator

dalam masalah yang ada di

masyarakat, dan seorang

ulama juga harus bisa

mendinginkan suasana

yang ada dlaam

masyarakat bukan malah

menjadi-jadi. (Yana, 49

Tahun)

- Menurut saya, tidak harus

menyebutkan didalam

khutbah secara langsung,

ya walaupun kelihatannya

tidak secara langsung tapi

masyarakat pun ada yang

tau tujuan dan maksud dari

isi khutbah ulama tersebut.

( Zarkasi, 65 Tahun)

- Menurut saya, ustad itu

tidak mensosialisasikan

kepada masyarakat siapa

yang mereka dukung, dan

siapa mereka yang tidak

mereka dukung,

seharusnya mereka bisa

menerima siapa pun itu

yang menjadi pemimpin

atau kepala desa yang

terpilih dan seharusnya

para ustad menerima siapa

pun itu, tidak untuk

Page 56: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

48

menjauhi. ( Umar Nazi, 53

Tahun )

H. Saidi

- Pendekatan kepada jamaah

masjid

- pendekatan kepada jamaah

pengajian rumahan ibu –

ibu

- Pendekatan Kepada jamaah

Pengajian Rumahan

Bapak – bapak

- melalui Khutbah

- Menurut saya ,beliau tidak

begitu menunjukan

kampanye untuk calon

kades tertentu, karena yang

beliau tunjukan hanya cara

cara memilih calon

pemimpin yang dapat

dijadikan panutan dan

pelayan bagi

masyarakatnya,

(Zuhriyah, 48 Tahun )

Menurut tabel diatas, berdasarkan model kampanye yang dilakukan oleh

tokoh ulama setempat untuk mengkampanyekan beberapa calon kepala desa, ,

maka dapat penulis simpulkan bahwa Desa Zed dalam memilih Kepala Desa

sangat dipengaruhi oleh Ulama. Dalam hal ini, mobilisasi Ulama dalam kontestasi

pemilihan kepala Desa sangat dipengaruhi oleh tokoh agama, karena mereka

beranggapan bahwa pilihan terbaik seorang pemimpin berdasarkan pilihan Ulama

mereka masing-masing. Desa Zed memiliki empat orang Ulama yang memiliki

pola kampanye sama yaitu lebih kepada bidang keagamaan, seperti pada Majelis

Ta’lim remaja, baik secara individu maupun pendekatan kepada sekelompok

orang, melalui pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak, pendekatan personal kepada

santri pesantren, melalui Khutbah, dan terlibat langsung untuk mengkampanye

terhadap kandidat calon pilihannya masing-masing.

Namun kebanyakan hanya ditujukan untuk orang-orang yang masih

dianggap dekat dengan masing – masing tokoh ulama tersebut seperti, Jamaah

Masjid / Musholla, Jamaah Pengajian baik laki-laki maupun perempuan, Santri

Page 57: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

49

Pesantren, remaja Masjid dan Sekelompok warga baik dari Karang taruna atau

LSM. Di dalam metode penyampaian inspirasi terhadap calon kepala desa.

Metode penyampaian inspirasi terhadap calon kepala Desa tersebut

bermacam-macam dilakukan oleh para Ulama, hal ini dengan tujuan agar

masyarakat tidak salah dalam memilih pemimpin. Masyarakat harus tahu

karekteristik seorang pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab, serta

menjalankan tugas dengan baik. Kemakmuran suatu Desa tergantung pada

seorang pemimpin, begitupula dengan Desa Zed, sangat antusiias dalam memilih

calon kepala Desa.

Selain itu juga ada tokoh ulama setempat untuk mengkampanyekan salah

satu calon kepala Desa, kebanyakan hanya ditujukan untuk orang – orang yang

masih dianggap dekat dengan masing – masing tokoh ulama tersebut seperti,

Jamaah Masjid atau Musholla , Jamaah Pengajian baik laki laki maupun

perempuan , Santri Pesantren, remaja Masjid dan Sekelompok warga baik dari

Karang taruna atau LSM. Selain itu cara ulama dalam memobilisasi masyarakat

ada pula yang menampilkan secara terbuka kepada masyarakat sebagai orang

yang terang–terangan mendukung salah satu calon kepala desa. Hal ini diperjelas

oleh salah satu tokoh ulama, Bapak Zainan mengatakan bahwa:

“...Saya termasuk salah satu orang yang dianggap sebagai tokoh

masyarakat Desa Zed, yang secara terang – terangan mendukung dan

menjadi tim sukses salah satu calon kades. Karena bagi saya calon kades

yang saya dukung ini merupakan sosok calon pemimpin yang mempunyai

jiwa kepemimpinan yang bagus, merakyat dan mampu melayani masyarakat

Desa Zed untuk lima tahun kedepan. Maka karena saya sebagai salah satu

tim sukses yang bertujuan untuk memenangkan calon kades pilihan saya,

maka saya selalu mengkampanyekan beliau baik dalam pengajian, ataupun

khutbah dan juga forum pengajian lainnya yang ada di Desa Zed.”2

Hal ini juga dipertegaskan oleh bapak M. Makruf, mengatakan bahwa:

“...Saya termasuk salah satu orang yang pernah bekerja di kantor

Desa Zed, dan saya juga termasuk yang dianggap sebagai tokoh masyarakat

Desa Zed, saya tidak secara terang-terangan, hanya saja saya hanya melalui

secara perorangan dan saya juga tidak memaksakan masyarakat untuk

2Zainan, Tokoh Ulama, Interview Pribadi, Desa Zed, 23 Febuari 2019.

Page 58: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

50

memilih salah satu calon kandidat, hanya saja saya menyinggung gambaran

sosok kepemimpinan yang baik serta ideal untuk masyarakat Desa Zed itu

seperti pemimpin yang akan mengerti agama dan peduli terhadap

masyarakat serta, saya sebenarnya lebih ke individu masing-masing

masyarakat terutama keluarga saya sendiri, hanya saya saling menghargai

pendapat satu sama lain dan saya juga bersifat netral, tidak menutup

kemungkinan saya akan pilih salah satu calon kepala desa yang pernah

menjabat sebelumnya. Dan bagi anak-anak atau para kaum pemuda yang

datang kerumah pun saya hanya memberikan gambaran kepemimpinan

sesuai yang dibutuhkan oleh masyarakat dan desa pada saat ini.”3

Masyarakat Desa Zed sangat dipengaruhi oleh ulama, teruatama dalam

pemilihan kepala desa, sebagaimana dikatakan oleh Ust Ali Akbar Bahwa:

“...Saya sebagai salah satu anggota majelis atau orang yang

berpengaruh baik dalam lingkungan masyarakat maupun dalam kalangan

pemerintahan desa dan kalangan pengurus masjid, saya sangat

menganjurkan para pemuda-pemudi desa terutama jamaah saya yang setiap

malam kamis mengaji dirumah, saya dengan antusias memberikan arahan

serta nasehat termasuk arahan untuk memilih pemimpin yang baik untuk

desa kita agar lebih maju dan berkembang lagi, disitu kita sangat

membutuhkan sosok pemimpin yang baik dan benar sesuai pilihan saya dan

kesepakatan majelis yang ada di Desa Zed. tidak lupa juga mnegarahkan

jamaah-jamaah yang lain juga, baik itu ibu-ibu maupun bapak-bapak, tetapi

saya tidak memaksa atau menekan kan masyarakat secara paksaan, saya

juga menghargai setiap pandapat yang berbeda-beda.”4

Dari hasil Interview diatas bisa dikatakan bahwa ulama sangat

menekankan masyarakat secara lemah lembut untuk kemaslahatan masyarakat

serta untuk kebaikan Desa Zed sendiri. Masing-masing ulama memiliki cara

tersendiri dalam mendekatkan diri kepada masyarakat Desa Zed. Oleh karena itu,

denagn bentuk pola mobilisasi para ulama dalam menggerakkan masyarakat agar

memilih sesuai yang mereka pilih. Tetapi para ulama juga memiliki sifat netral

juga dalam menghargai para pendapat masyarakat dan mereka mengerti karena

indonesia menganut asas demokrasi juga. Keadaan masyarakat desa dengan

adanya bentuk mobilisasi seperti ini membuat masyarakat hampir kebingungan

dan penuh kebimbangan dalam memilih kepala desa. Bentuk dari mobilisasi

3M. Ma’ruf, Tokoh Ulama, Interview Pribadi, Desa Zed, 23 Febuari 2019.

4Ali Akbar, Tokoh Ulama, Interview Pribadi, Desa Zed, 23 febuari 2019.

Page 59: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

51

ulama itu sendiri seperti para ulama terlihat pada saat mereka membawa khutbah

dan dalam suatu pengajian-pengajian setiap malam kamis dan malam sabtu di

masjid-masjid serta di musholla-musholla yang ada di Desa Zed itu sendiri.

Dengan cara arahan dari pembicaraannya sedikit menyinggung mengenai

pemilihan kepala Desa. ulama memiliki majlis ta’lim masing-masing. Dengan

keadaan masyarakat saat itu hampir terjadi kericuhan di Desa Zed sendiri, karena

terjadi pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat kemudian masih bisa di

netralisirkan oleh salah satu ulama Desa Zed juga. Ulama Desa Zed tersebut

memiliki peran masing-masing yang berbeda-beda, ada ulama sebagai ustad atau

selaku guru di pondok pesantren, ada juga sebagai kepala sekolah dan sekaligus

sebagai pengajar di Madrasah Ibtida’yah dan ada juga sebagai pengurus masjid di

desa, dan juga sebagai ulama kondang serta sebagai guru mengaji di Desa Zed,

salah satu dari ulama di atas berperan aktif dalam struktur pemerintahan desa.

mereka sanagat di segani dan di hormati oleh sebagian masyarakat.

Masing-masing dari calon kepala desa, di Desa Zed Kecamatan Mendo

Barat tersebut, dua dari calon kepala desa yang sudah pernah menjabat

sebelumnya sudah pernah menjadi kepala desa dengan tahun yang berbeda salah

satu dari dua calon kepala Desa Zed tersebut pada saat menjabat Desa Zed desa

bisa dikatakan sangat begitu maju dengan masyarakat yang begitu sejahtera dan

tidak adanya terjadi saling fitnah dan tidak terjadi berpecah belah satu sama lain.

pada tahun 2017 ulama yang mulai ikut andil dalam pesta demokrasi yang di

lakasanakan secara langsung oleh masyarakat Desa Zed.

Ulama yang memiliki pengaruh sebagai agent of moral and social change

dituntut mau menyampaikan aspirasi politik umat dihadapan pemerintah

(umara)5, bentuk-bentuk partisipasi ulama dalam pilkada adalah, Pertama

partisipasi aktif, dilakukan secara formal, melalui pemberian “Fatwa” atau

tausiyah pada umat agar turut mendukung suksesnya pilkada agar bisa berjalan

dengan aman, damai, dan kondusif mengikuti sosialisai pilkada yang

diselenggarakan KPU dan ikut serta memberikan hak pilihannya.

5Mambaul Ngadimah, “Peran serta Ulama dalam Membangun Nilai-Nilai Demokrasi

pada Pilkada”, Al-Tahrir, 10, 2 (Desembe, 2010), h. 232-233.

Page 60: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

52

Secara non formal ulama buktikan kesediaannya memberikan dukungan

berupa Do’a, restu saran, pendapat, membantu menyelesaikan problem-problem

yang tidak bisa selesai secara administratif dan material, serta komunikator/jubir

kandidiat.6 Peran ulama yang ada di Desa Zed ini ternasuk ulama yang aktif

dalam memerankan kewajiban serta perannya sebagai ulama, dengan alasan para

ulama untuk demi kemaslahatan masyarakat dan desa.

B. Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Mobilisasi Ulama Terhadap Kontestasi

Pemilihan Kepala Desa Tahun 2017

Selanjutnya mengenai analisis pengaruh mobilisasi ulama dalam pilkades

di desa zed, membuktikan bahwa pesta demokrasi yang di laksanakan lima

Tahun sekali itu dikatakan sabagai salah satu pesta demokrasi yang berhasil.

Karena pada pemilihan Kepala Desa Zed Tahun 2017 tersebut antusias

masyarakat dalam menggunakan hak pilihannya lebih tinggi, hal tersebut bisa

dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.3 Partisipasi Masyarakat7

No. Pemilih dan Pengguna Hak

Pilih

Laki-laki Prempuan Total

1. Pemilih 1.130 800 1.930

2. Pengguna Hak Pilih 958 690 1.648

3. Partisipasi 84,77% 86,25% 85,38%

Berdasarkan analisis tabel diatas, jumlah pemilih untuk pilkades

tahun 2017 sendiri masih dikatakan relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan

adanya faktor partisipasi ulama dalam memobilisasikan masa dalam hal

pemilihan terhadap masing-masing calon Kepala Desa Zed Kecamatan

Mendo barat.

6Mambaul Ngadimah, “Peran serta Ulama dalam Mebangun Nilai-Nilai

Demokrasi pada Pilkada”, Al-Tahrir, 10, 2 (Desember, 2010), h. 232-233.

7Sumber Data Panitia Pemilihan Kepala Desa Zed.

Page 61: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

53

Berdasarkan karakter masyarakat Desa Zed yang termasuk

masyarakat yang bisa dikatakan religius dan masih mengikuti anjuran para

ulama atau tokoh ulama yang dikatagorikan berilmu atau memiliki ilmu

Agama yang lebih dan juga yang pernah mengabdi di pondok pesantren. Dan

dengan karismatik para ulama dalam setiap perannya. Beberapa pertanyaan

yang di wawancarai oleh penulis sebagai berikut :

“...Saya salah satu anggota dari majelis yang ada di Desa Zed,

ajakan ulama terhadap suara rakyat dilakukan secara diskusi atau

forum-forum tertentu dan dalam kontak seperti Muzakaroh yang ada

dalam suatu majelis yang tujuannya untuk memperbaiki atau

memberikan pandangan-pandangan yang baik kedepan untuk

kemaslahatan desa dan masyarakat. Tetapi dalam hal ini ulama juga

bersifat netral dan memberikan pandangan kepada masyarakat agar bisa

memilih kepala yang baik yang di butuhkan oleh masyarakat. dalam hal

ini peran ulama sangat penting dengan keadaan suasan politik seperti

ini, agar bisa mengarahkan masyarakat untuk hal-hal yang lebih baik

untuk kedepannya. Bagusnya, Dengan ajakan dan arahan dari salah satu

ulama tersebut masyarakat tetap dengan keadaan kondisi yang aman

dan damai.”8

Hal ini juga ditegaskan oleh bapak Abdurrahman, mengatakan bahwa :

“...Saya hanya mendengar ajakan ulama ya seperti hanya

sedikit menyinggung tema pada saat khutbah jumat yaitu tentang

pemimpin yang baik serta sesuai dengan amar ma’ruf nahi munkar,

disitu ulama hanya menjelaskan beberapa karakteristik pemimpin yang

baik dan ideal untuk masyarakat desa, menurut saya ajakan ulama tidak

secara terang-terangan dan tidak menyudutkan salah satu calon kepala

desa, dan ulama hanya mengarahkan untuk memilih calon sesuai

kriteriapemimpin yang baik. Dan saya sedikit mendengarkan dengan

keadaan kondisi masyarakat terjadi keributan di salah satu media sosial

terjadi keributan, tapi saya mendengar dari masyarakat an tetangga

saya, setau saya kondisi lingkungan masyarakat seperti biasa.”9

Hal ini juga disampaikan oleh ibu Hj. Yana, mengatakan bahwa :

8Junaidi, Warga Masyarakat Desa Zed, Interview Pribadi, Desa Zed, 25 Febuari

2019.

9Abdurrahman, Warga Masyarakat Desa Zed, Intreview Pribadi, Desa Zed, 25

Febuari 2019.

Page 62: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

54

“...Dalam memilih pemilihan kepala desa Tahun 2017

kemarin, saya tidak mengikuti arahan dari siapa pun saya hanya

mengikuti kemauan diri sendiri serta mengikuti hati nurani saya,

mengenai ajakan para ulama setau saya hanya melalui majelis-majelis

yang ada di Desa Zed. Ulama sangat memiliki peran penting dalam

suasana politik yang sangat sensitif terutama untuk masyarakat Desa

Zed, saya mendengar dan melihat keributan yang ada di salah satu

media sosial bahwa beberapa dari masyarakat yang pro dan kontra

terhadap masing-maisng calon kepala desa yang mereka dukung, dan

itu sangat berdampak pada kehidupan lingkungan sosial dalam sehari,

dan bahkan beberapa masyarakat tidak saling menyapa satu sama lain.

dan karena pada tahun 2017 tersebut bisa dikatakan tingginya

partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala Desa Zed.”10

Hal ini disampaikan oleh bapak M. Kholil, Mengatakan bahwa :

“...Saya sebagai salah satu tim sukses dalam kemenangan

salah satu calon kepala Desa Zed, dan saya hanya bermain di belakang

layar saja,saya tidak secara langsung mempengaruhi masyarakat namun

saya juga sedikit banyak membantu proses pengauh suara kandidat

yang saya dukung. Dan dengan ajakan para ulama yang seharusnya bisa

bersifat netral terhadap maisng-masing calon kepala desa tidak

seharusnya mendukung salah satu calon sesuai dengan pilihannya, dan

ulama seharusnya tidak mengunggulkan salah satu calon kandidat

kepala desa, ulama juga harus berada di tengah-tengah, agar masyarakat

juga tidak bingung dengan kebimbangannya dalam memilih calon

kepala desa, dan untungnyadalam pemilihan kemaren Tahun 2017

hampir rata-rata masyarakat bisa memilih sendiri mana calon kepala

desa yang baik dan mana yang pantas untuk dijadikan Kepala Desa

Zed.”11

Dari hasil wawancara penulis kepada informan, ada beberapa

informan menyatakan benar adanya ajakan para ulama terhadap beberapa

calon kandidat dari dukungan mereka masing-masing, namun sangat

berdampak terhadap masyarakat Desa Zed terutama para anggota majelis

serta beberapa tokoh masyarakat, sehingga sempat membuat masyarakat

dalam keadaan bimbang dalam memilih serta antusiasnya partisipasi politik

masyarakat terhadap pemilihan Kepala Desa Zed Kecamatan Mendobarat

10

Hj. Yana, Warga Masyarakat Desa Zed, Interview Pribadi, Desa Zed, 27 Febuari

2019.

11

Kholil Mahrub, Warga Masyarakat Desa Zed, Interview Pribadi, Desa Zed, 25

Febuari 2019.

Page 63: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

55

Tahun 2017. Dari hasil tersebut dapat dikatakan cara mobilisasi dari ulama

terhadap masyarakat Desa Zed dikatakan berhasil dengan cara mempengaruhi

suara masyarakat yaitu dengan cara pendekatan majelis dan pendekatan

perorangan serta pendekatan dengan macam-macam tokoh masyarakat.

Dengan pengaruh para ulama terhadap masyarakat Desa Zed dengan

kedudukan dalam struktur sosial yang diposisikan dalam tingkat elite, ulama

menjadi tumpuan bagi aspirasi dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Oleh

karena itu, ulama dalam gerakannya juga tidak jarang, atau juga harus,

bersentuhan dengan politik. Secara umum, perjuanagan merupakan satu

kerangka keseluruhan dari peran ulama, mengambarkan cita-cita fundamental

serta tujuan untuk tetap mempertahankan peran mereka dalam masyarakat.

keterlibatan dan keprihatinan politik ulama dalam turut memikirkan nasib

masyarakat merupakan tugas sekunder dan pada saat bersamaan merupakan

bagian yang penting dari perjuangan Islam.12

Pada pengumpulan data dipergunakan beberapa teknik salah satunya

adalah wawancara. Wawancara mendalam dilakukan mendalam terhadap para

ulama yang ada di Desa Zed. Di samping itu, dilakukan observasi untuk

menyajikan gambaran realistik perilaku ulama atau kejadian dalam peran

politiknya sebagai warga negaar untuk menjawab pertanyaan dan membantu

mengerti prilaku manusia, dalam evaluasi tertentu melakukan umpan balik

terhadap pengukuran tersebut. memahami motif politik ulama yang dijadikan

alasan mereka berpolitik ternyata tidak mudah. Ulama sebagai elite agama

biasanya dalam melakukan sebuah tindakan dan keputusan selalu

mempertimbangkan banyak aspek.

Kebebasan menentukan pilihan pada dasarnya merupakan fitrah

manusia. Ulama sebagai seorang individu dalam kajian ini, jika dikaitkan

dengan tindakannya untuk terjun ke politik. Teori tindakan sosial Parson

menyebutkan bahwa perilaku manusia itu adalah subjek yang bertindak

12

Sayfa Auliya Achidsti, Kiai dan Pembangunan Institusi Sosial (Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2015, Cet. Pertama), h.,64-65.

Page 64: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

56

secara konkrit dan subjek yang terus menerus dinamis bereaksi diluar struktur

yang melengkapinya, namun dalam nilai-nilai individunya.

Pilihan untuk politik atau tidak bagi seorang ulama merupakan

pilihan individu ulama yang didasarkan atas internalisasi nilai-nilai

keagamaan yang di milikinya sekaligus dikontektualisasikan dalam

kehidupan sosial yang ada di masyarakatnya. Sebagai sorang individu yang

memiliki banyak peran di masyarakat dan juga merupakan elite didalam

organisasi-organisasi besar, seorang ulama ketika memilih berpolitik atau

tidak, sulit dibedakan antara sikap politik dirinya dengan sikap politik dari

organisasi, apalagi secara kebetulan sikap politik ulama memiliki sikap

politik ulama-ulama lain dengan jumlah yang besar maka sulit dibedakan

sikap politik individu ulama yang bersangkutan dengan sikap politik dari

organisasi berkaitan dengan konteks ini seorang Kiai berpolitik tentunya

memiliki tujuan, motif yang hanya dirinya dan Allah SWT yang tahu.

Tersembunyinya motif dan tujuan tersebut biasanya akan menghasilkan

karakter berpolitik yang khas yang merupakan karakter bawaan dari motif

dan tujuan mereka berpolitik. Pola ini tergantung dari bentukan dan proses

interaksi dalam dirinya sendiri maupun proses interaksi diluar dirinya,

Karakter yang berbeda itu selanjutnya dibawa dalam penerapan tindakan

untuk menentukan, memilih, menyikapi persoalan-persoalan pribadi dan

sosial yang ada. Manusia secara individu, boleh memilih salah satu dari

pilihan dalam menentukan alternatif pilihannya.

Dari teori tindakan sosial ini dapat dianalisa bahwa pilihan berpolitik

bagi seorang Kiai dalam Pilkada, sebagaimana diungkapkan oleh para

informan adalah sebagai berikut: Kiai berpolitik adalah pilihan pribadi,

berpolitik merupakan bagian perjuangan dalam ber amar ma’ruf nahi

munkar, sikap politik Kiai adakalanya merupakan cerminan dari sikap politik

yang dipilih Jam‟iyah Nahdlatul Ulama, pilihan perpolitik merupakan bentuk

intrepetasi atas dogma agama Islam yang dianut dan kontektualisasi peran

kemasyarakatan Kiai dan pesantren untuk merespon isu-isu kontenporer yang

Page 65: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

57

menjadi isu utama dalam masyarakat, dan perbedaan sikap dalam merespon

politik adalah sebuah dinamika yang wajar dalam organisasi.13

Setiap tindakan yang dilakukan Kiai secara individu maupun

kelompok akan menghasilkan karakter yang berbeda sebagai hasil bentukan

proses internalisasi dan interaksi sosial yang ada dalam dirinya. Karakter

yang berbeda seorang Kiai juga merupakan bagian dari struktur pemahaman

seorang Kiai dalam hal agama Islam menjadikan sebuah pola karakter yang

berbeda dan unik jika dibandingkan dengan karakter manusia awam. Karakter

khas yang berasal dari internalisasi dogma-dogma agama islam yang dimiliki

Kiai selanjutnya dibawa dalam penerapan tindakan menentukan, memilih,

menyikapi persolan-persolan pribadi dan kelompoknya. dalam bertindak

seorang Kiai biasanya berusaha untuk mengetahui terlebih dahulu apa yang

diinginkan kemudian mencari rujukan-rujukan yang bersifat otoritatif dalam

Al Qur‟an dan Sunnah, selanjutnya dikaji bagaimana hukum halal haramnya

baru kemudian merespon dengantindakan apa yang akan dilakukan.

Dalam pandangan Kiai yang dogmatis berpolitik merupakan

tindakan yang sangat mulia sehingga perlu cara yang baik pula untuk

mencapai tujuan yang dituju atau dalam teori tindakan sosial pola sikap ini

merupakan Zwerk Rational. Akan tetapi bagi Kiai yang pragmatis bahwa

berpolitik yang memiliki tujuan mulia tidak harus dilakukan dengan cara

yang baik pula, adakalanya berdasarkan cara yang tepat dan cepat untuk

mencapai tujuan yang hendak dicapai. Tindakan ini masih dalam kategori

tindakan yang rasional meskipun tidak seideal yang Pertama, tindakan ini

sering disebut dengan Wrektrational Action. Meskipun banyak yang

beranggapan bahwa berpolitik merupakan suatu upaya yang cara

memperolehnya dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Kiai sebagai seorang yang memiliki kemampuan spiritual lebih dibanding

masyarakat awam akan selalu mendasarkan tindakan yang dilakukan

berdasarkan sumber rujukan yang otoritatif berupa Al Qur‟an, Hadits dan

13

H. Saidi, “Kiai dan Politik: Mengintip Motif Kiai NU dalam pemilu 2009 di Glenmore

Kabupaten Banyuwangi”, Khazanah Pendidikan, X, 1 (September 2016), h.16-17.

Page 66: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

58

juga Ijma‟. Dengan demikian pola tindakan yang dilakukan selalu secara

ideal masih dalam rangka misi suci untuk beribadah dan perjuangan dakwah

agama Islam. 14

Sikap pragmatis Kiai dalam berpolitik, internalisasi ilmu agama yang

dimilikinya masih dipergunakannya sebagai perangkat rasionalitas yang

digunakan untuk bertindak. Makanya dengan adanya tindakan tersebut,

tindakan manusia dibedakan dalam dua orientasi penting, yaitu motivasi dan

nilai individu yang bertindak Dengan tujuan untuk memperbesar kepuasan

dan mengurangi kekecewaan.Sedangkan dalam orientasi nilai berhubungan

dengan standar-standar yang mempengaruhi dan mengendalikan pilihan-

pilihan individu terhadap tujuan yang hendak dicapai.

Standar nilai berupa Al Qur‟an dan Hadits merupakan standar nilai

yang menjadi pijakan rasional seorang Kiai dalam bertindak, artinya Kiai

yang rasional dan Kiai yang pragmatis memiliki motivasi untuk bersikap

sesuai Al Qur‟an dan Sunnah merupakan pengendali utama atas pilihan-

pilihan tindakan yang akan dilakukan. Hal ini dapat kita lihat dari sosok

K.M.Thohir Achmad yang sangat dogmatis, sebagai seorang politisi

seharusnya beliau bisa melakukan tindakan-tindakan yang dapat digunakan

untuk kepentingan dirinya dan partainya, akan tetapi perasaan yang selalu di

awasi oleh Allah SWT, dan teguh dalam memegang sumpah dan janjinya

sehingga berusaha bertindak yang tidak melanggar aturan dan hukum yang

berlaku. Sikap teguh pada syariat agama nampaknya adalah pilihan dan

mampu mengalahkan dorongan dan motivasi diri sendiri untuk berkuasa dan

mempertahankan kekuasaanya selama mungkin dalam politik.

Seseorang Kiai memilih berpolitik atau tidak berpolitik tergantung

pada sistem nilai yang dipegangnya. Berkaitan dengan hal tersebut

seharusnya nilai-nilai sosial merupakan seperangkat sikap masyarakat yang

dihargai sebagai suatu kebenaran dan dijadikan standar bertingkah laku guna

14

H. Saidi, “Kiai dan Politik: Mengintip Motif Kiai NU dalam pemilu 2009 di Glenmore

Kabupaten Banyuwangi”, Khazanah Pendidikan, X, 1 (September 2016), h.18.

Page 67: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

59

memperoleh kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis. Dalam

konteks ini, keyakinan agama seorang Kiai (antara lain didasari atas

pemahaman fiqh) akan mempengaruhi semua aspek kehidupannya. Agama

Islam yang produk-produk hukumnya dibahas dalam fiqh menjadi sistem nilai

yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang muslim,baik dalam kehidupan

sosial, ekonomi maupun politik. Pemikiran ini secara teoritis didasarkan pada

pendapat Talcott Parson bahwa agama menjadi satu-satunya sistem acuan

nilai (sistem referenced values) bagi seluruh sistem tindakan (sistem of

actions). 15

Secara umum pola sikap yang dimiliki Kiai pada umumnya dalam

pandangan teori tindakan sosial terkategori sebagai Traditional Action suatu

pola tindakan yang didasarkan atas kebiasan-kebiasaan dalam mengerjakan

seseuatu dimasa lalu. Dalam kasus Kiai dalam tindakan politiknya yang

memiliki corak pemahaman yang diwariskan dari kitab-kitan klasik yang

diajarkan di pesantren-pesantren tradisional. Secara tidak sengaja melalui

pola pengajaran yang relatifsama maka Kiai memiliki pola tindakan sosial

yang hampir sama pula. Meskipun pola sikap dalam politik masing-masing

Kiai mendasarkan atas keyakinan yang terdapat dalam dirinya sendiri dan

menghasilakan karakter yang berbeda, akan tetapi bentukan sistem

pendidikan pesantren tradisional yang telah melembaga sangat kuat secara

turun temurun membentuk sikap hidup, dan kepercayaan akan nilai-nilai dan

dogma-dogma yang membentuk seorang Kiai dalam corak dan pandangan

keagamaannya relatif memiliki kesamaan bentuk. Sehingga pola yang telah

mapan ini membentuk Kiai pesantren diseluruh Indonesia untuk bertindak

dalam pandangan yang masih merujuk pada organisasi Nahdlatul Ulama dan

mampu dipersatukan dalam lembaga yang mewadahi Kiai tradisional dalam

cakupan yang besar.

15

H. Saidi, “Kiai dan Politik: Mengintip Motif Kiai NU dalam pemilu 2009 di Glenmore

Kabupaten Banyuwangi”, Khazanah Pendidikan, X, 1 (September 2016), h.119-20.

Page 68: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisa tentang pengaruh mobilisasi

ulama terhadap kontetasi pemilihan Kepala Desa Zed Kecamatan Mendo

Barat Tahun 2017, maka Penulis menyimpulkan :

1. Bentuk mobilisasi ulama terhadap kontestasi pemilihan Kepala Desa

Zed Tahun 2017 adalah lebih kepada bidang keagamaan dengan

menggunakan fasilitas ibadah seperti khutbah jum’at, pengajian majelis

ta’lim, jamaah masjid baik laki-laki maupun prempuan, pengajian para

pemuda-pemudi desa, serta mendekatkan masyarakat secara

individualis.

Oleh karena itu, bebrapa ulama menggunakan polarisasi atau

bentuk kampanye dengan beberapa cara yang berbeda-beda, dengan

hasil wawancara dari beberapa informan bentuk dari polarisasi tersebut

adalah terutama pendekatan para ulama dengan masyarakat dengan

melalui pengajian serta majelis ta’lim dan mendekatkan masyarakat

secara individualis, dengan keberhasilan pengaruh dari mobilisasi

ulama terhadap masyarakat Desa Zed adalah tinggi nya tingkat

partisipasi masyarakat terhadap pemilihan Kepala Desa Zed.

2. Faktor-faktor Pengaruh dari mobilisasi ulama terhadap kontestasi

pemilihan Kepala Desa Zed Kecamatan Mendo Barat Kabupaten

Bangka terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Zed Kecamatan

Mendo Barat adalah Pertama, sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan

ekonomis, keikutsertaan ulama tersebut karena adanya kepentingan

seperti supaya mendapatkan fasilitas yang lebih baik secara ekonomi

maupun politik. Kedua, ingin memiliki peran dalam pemerintahan

Desa, serta ingin dihargai atau dihormati oleh masyarakat desa. Ketiga,

sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian,

Page 69: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

61

3. secara umum organisasi keagamaan di Desa Zed selalu terbuka untuk

mengadakan kerjasama dengan pihak mana pun. Keempat, sebagai

sarana untuk mengejar nilai-nilai khusus, seperti dengan adanya fatwa

ulama agar pilkada berjalan sesuai aturan, santun tetap menjaga

ukhuwah tidak money politik dan semua warga wajib memilih. Kelima,

untuk memperkuat moral individu, dengan memberikan dukungan

material dan termotivasi memberkan dukungan material, moral serta

spritual dalam bentuk memeberikan restu dan do’a melalui tahlil, yasin,

istighosah, sima’un, mujahadah dan lain-lain.

B. Saran

1. Hendaknya para panitia penyelenggara Pemilihan Kepala Desa Zed

Kecamatan mendobarat Harus lebih efektif dalam menanani

permaslahan yang ada di lingkungan Masyarakat Desa Zed.

2. Hendaknya masyarakat Harus membedakan dimana posisi ulama

sebagai panutan dalam masalah politik dan ulama sebagai panutan

dalam masalah Agama dan Sosial.

3. Hendaknya masing-masing calon kepala desa yang mencalonkan

dirinya sebagai calon Kepala Desa Zed Kecamatan Mendobarat,

harusnya bisa menetralisirkan para ulama yang akan berpihak kepada

salah satu dari mereka yang didukungkan oleh ulama agar masyarakat

tidak bimbang serta penuh kebingungan dalam memilih Kepala Desa

Zed.

4. Hendaknya para pegawai-pegawai yang ada di pemerintahan Desa Zed

harus lebih kondusif terutama dalam menyiapkan data-data desa, agar

setiap riset atau penelitian mengenai Desa Zed lebih akurat serta

memadai.

Page 70: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

62

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahan.

Aziz Abdul AL-Badri. Mujio. Politik Ulama dalam Menghadapi Penguasa Islam.

Bandung: CV Pustaka Setia, 2005.

Achidsti Auliya, Sayfa. Kian dan Pembangunan Institusi Sosial, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 20015

Anwar Rosehan, Andi Bahruddin Malik. Ulama dalam Penyebaran Pendidikan

dan Khazanah Keagamaan. Jakarta: PT. Pringgondani Berseri, 2003.

Antonium Simanjuntak, Bungaran, MetodelogiPenelitianSosial, Jakarta: Pustaka

Obor Indonesia, 2014

Bungin, Burhan, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2004

Burhanudin, Jajat Ulama dan Kekuasaan, Bandung: Miza Media Utama, 2012.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan

visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, 2011.

Eksan, Moch, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchith Muzadi, Yogyakarta: Lkis

Yogyakarta, 2000.

Horikoshi, Hiroko, Kyai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1987.

MoleongJ, Lexy., Metodologi Penelitian Kualitataif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013.

Patilima, Hamid, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.

Suprayogo Imam, Kyai dan Politik, Malang: UIN Malang Preaa,2009.

Syaikh Aziz Abdul Al-Badri, Ulama Mengoreksi Penguasa, Jakarta: CV. Pustaka

Mantiq, 1991.

Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1993.

Wasisto Raharjo Jati. “Ulama dan Pesantren Dinamika Politik dan Kultur

Nahdatul Ulama”, Ulul Albab, 2012.

Page 71: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

63

Jurnal dan Makalah Ilmiah

Achidsti Auliya, Sayfa “Eksistensi Kiai dalam Masyarakat” Ibda Jurnal

Kebudayaan Islam. Vol. 2014, 12, (2014): 1693-6736.

Fitra, Haidir Siagian, dkk. “Partisipasi Ulama di Sulawesi Selatan di Dalam

Aktivitas Politik dan Kemasyarakatan”. Jurnal Dakwah Tabligh. Vol.

2015, 1 (2015): 98-110

Kadir, Abdul Ahmad, “Partisipasi Ulama dalam Pendidikan Islam dan

PandangannyaTentang Penyelenggaraan Madrasah di Indonesia Dewasa

Ini” , Al-Qalam, Vol. 2006, 17, (2006): 1-18.

Kurniawan, Budi “Politisasi Agama di Tahun Politik: Politik Pasca Kebenaran di

Indonesia dan Ancaman Bagi Demokrasi”, Sosiologi Agama, Vol. 2018,

12, (2018): 1-37.

Miftah Faridl, “Peran Sosial Politik Kyai di Indonesia”Jurnal Sosio Teknologi,

(2007)

Nasir, Nurlatifah. “Kyai dan Islam dalam Mempengaruhi Prilaku Memilih

Masyarakat Kota Tasikmalaya”, Jurnal Politik Profetik, Vol. 2015, 6,

(2015): 28-30.

Ngadhimah, Mambaul, “Peran serta Ulama dalam Membangun Nilai-Nllai

Demokrasi pada Pilkada”, Al-Tahrir,Vol. 2010, 10, (2010): 225-246.

Riyanto, “Peran Ulama dalam Meningkatkan Kesadaran Pemilih pada Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden 2014 di kabupaten Demak”, Addin,Vol.

2015, 2, (2015): 421-4440.

Saidi,”Kiai dan Politikk: Mengintip Motif Kiai NU dalam Pemilu 2009 di

Glenmore Kabupaten Banyuwangi”, Jurnal Khazanah Pendidikan. Vol.

2016. 1, (2016): 2-20.

Undang-Undang Desa dan Peraturan Pelaksanaan,Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Bandung: Fukosindo

Website

Diakses dari http://kbbi.web. Id/ulama, pada tanggal 27 Juli 2019, Jam 05.00 WIB.

Diakses dari http://id.wikipedia.org/Ferdinand_T%C3%B6nnies ,pada tanggal 23

Juni 2019, Jam 11.14 WIB

Page 72: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

64

diakses dari www. Prodeskel binadesa.go/id, pada tanggal 27 Juli2019, jam 10.00

WIB

diakses https://kbbi.web.id/politisasi, diakses pada tanggal 19 Agustus 2019,

Jam 11.10 WIB.

Nu.or..id, Nu Online, diakses dari https://www.nu.or.id/post/read/93418/menag-

jelaskan-beda-politisasi-dan-politik-agama, diakses pada tanggal 25

Agustus 2019, jam 06.46 WIB.

Republika.co.id, Ichsan Emral Alamsyah, Politisasi Agama dan Ulama Tahun

Politik, diakses dari https://www.republika.co.id/berita/retizen/surat-

pembaca/ppsawn349/politisasi-agama-dan-ulama-dalam-tahun-politik,

pada tanggal 25 Agustus 2019, jam 07.13 WIB.

Interview

Interview pribadi dengan Abdurrahman, Warga Masyarakat Desa Zed, Bangka,

Desa Zed, 25 Febuari 2019.

Interview pribadi denganKholil Mahrub, Warga Masyarakat Desa Zed, 25 Febuari

2019

Interview pribadi dengan H. Saidi, Tokoh Ulama, Desa Zed, 23 Febuari 2019.

Interview pribadi dengan Hj. Yana, Warga Masyarakat Desa Zed, , 27 Febuari

2019.

Interview pribadi dengan Junaidi, Warga Masyarakat Desa Zed, Desa Zed, 25

Febuari 2019.

Interview pribadi dengan Mat Amin, Tokoh Masyarakat Desa Zed, 22 Febuari

2019

Interview pribadi dengan Ust M. Ma’ruf, Tokoh Ulama, Desa Zed, 23 Febuari

2019.

Interview pribadi dengan Suharjono, Kepala Desa Zed, Desa Zed, 22 Febuarai

2019

Interview pribadi dengan UstAli Akbar, Tokoh Ulama, Desa Zed, 23 Febuari

2019

Interview pribadi dengan Ust Zainan, Tokoh Ulama, Desa Zed, 23 Febuari 2019

Page 73: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

65

Interview Pribadi,dengn Amri, Warga Masyarakat Desa Zed, Desa Zed, 26

Febuari 2019

Page 74: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

64

Page 75: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

66

Transkip Wawancara ulama

Nama : M. Ma’ruf

Tanggal : 23 Febuari 2019

1. Bagaimanakah bapak menyikapi kontestasi pilkades tahun 2017?

Jawaban : saya menyikapinya, sama dengan tahun sebelumnya, dan karena

ulama juga sangat berpengaruh terhadap masyarakat serta sangat berperan dalam

pilkades ini.

2. Apakah bapak terlibat langsung dakam pemenangan untuk salah satu kandidat

calon kepala desa tahun 2017?

Jawaban : saya tidak terlibat dalam pemenangan tersebut, saya bersifat netral.

Dan saya tidaka da pro ke siapa pun, karena memmang orang yang mencalon

kades itu pun tidak ada datang kerumah untuk meminta dukungan kemudian

memberikan motivasi orang lain agar memilihnya tersebut. hanya saja saya

memberikan gambaran ke masyarakat agar memilih pemimpin yang baik dan

pemimpin yang tepat saja

3. Bagaimana tanggapan anda jika ada ulama, langsung berkiprah di salah satu

pemenangan pilkades tahun 2017?

Jawaban : kalau ulama ikut campur dalam pemenangan calon kepala desa itu

boleh saja. Ulama boleh mendukung salah satu calon, yang mungkin menurut

ulama itu adalah sosok pemimpin yang menurut mereka ideal atau cocok atau

yang tepat untuk dipilih sebgai seorang pemimpin.

4. Apakah ustad pernah mensosialisasikan salah satu calon kandidat kepala desa?

Jawaban : tidak pernah. Tapi hanya untuk secara umum kriteria pemimpin yang

baik dan ideal sesuai syariat tetapi tidak untuk menyebut namanya secara terang-

terangan.

5. Apakah bapak dalam menentukan pilihan kepala desa salah satu pilihan bapak,

memberikan penekanan kepada jamaah atau membebaskan mereka?

Page 76: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

67

Jawaban : kalau untuk penekanan sih tidak ada, karena saya netral. Cuma saya

saya hanya memberi gambaran saja. Contohnya seperti si A, yang sudah punya

pengalaman atau karakter yang sesuai ahlakul karimah , begitu juga dengan calon

kandidat yang lainnya.

Informan

M. Ma’ruf

Page 77: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

68

Transkip Wawancara Ulama

Nama : Zainan

Tanggal : 23 Febuari 2019

1. Bagaimana ustad menyikapi kontestasi pilkades Tahun 2017 ?

Jawaban :dalam kontestasi pemilihan kepala desa tahun ini saya lebih

cenderung mendukung salahs atu calon kandidat kepala desanya, bulan berarti

tidak untuk mendukung yng lainnya, dan bukan berarti calon kandidat yang

lainnya tidak baik, karena calon kandidat ytang saya dukung itu sesuai dengan

kesepakatan majelis, dan lebih dekat dengan masyarakat serta rasa sosialnya

lebih peduli.

2. Bagaimana ustad dalam kontestasi Tahun 2017 yang lalu, langsung terlibat

dalam penekanan kepada masyarakat?

Jawaban : iya, saya memang langsung terlibat dalam pelihan kepala desa

tahanu 2017, tapi tidak memaksa secaar keras atau memaksa masyarakat

sesuai dengan keinginan saya, saya juga memberikan kebebasan kepada

mereka untuk memilihan sesuai pilhan hati mereka, hanya saya saja saya

mengarahakn untuk pemimpin yang sesuai syariat Islam nya.

3. Bagaimana tanggapan ustad jika ada ulama berkiprah dalam pemenangan

salah satu calon dalam pemilihan kepala desa?

Jawaban : pada dasarnya ulama/kyai di suasana politik sekarang ini, itu

memang harus mengayomi majlis atau masyarakat untuk menentukan pilihan

pemimipin yangs sesuai siyasah syar’iyah. Jadi baiknya ulama memang harus

terjun ke lapangan untuk hal-hal politik, kalau tidak ada ulama maka manusia

juga akan seperti binatang. Bukan maksud saya untuk menapikkan calon

kandidat yang lainnya, hanya saja pilihan yang kita dukung itu adalah pilhan

yang tepat untuk menjadi pemimpin desa. dan dalam khutbah pun boleh saja

mengarahkan masyarakatnya hanya untuk memberikan gambaran, tapi janagn

neyalah artikan politik juga untuk hal-hal kepentingan pribadi.

Page 78: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

69

4. Bagaimana sikap ustad terhadap jamaah terkait pemilihan kepala desa tahun

lalu ?

Jawaban : kalau terhadap jamaah, artinya jamaah-jamaah kita yang terlibat

langsung dan memilih kandidat ysng lain, itu tidak jadi masalah, karena saya

memberikan kebebasan juga kepada mereka. Dan karena kita menganut asas

demokrasi jadi bebas hal untuk kebaikan masyarakat, serta saya saling

mengahargai pendapat maisng-masing juga. Yang terpenting politik di desa

tetap berjalan lancar serta untuk menjaga ukhuwah Islamiyah.

5. Bagaimana ustad di dalam khutbah atau ta’limnya pernah mensosialisasikan

kepada masyarakat atau jamaah untuk memilihsalh satu calon kandidiat yang

ustad pilih ?

Jawaban : sebenarnya saya hanay memberikan gambaran untuk memilih

pemimpin yang baik dan sesuai kriteria dalam Islam saja, tidak untuk

mensosialisasikan satu calon kandidat saja, hanya memberkan ganbaran

kepada jamaah khutbah agar bisa membedakan mana keriteria pemimpin yang

baik dan tepat untuk desa terutama.

Informan

Zainan

Page 79: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

70

Transkip Wawancara Ulama

Nama : Ali Akbar

Tanggal : 23 Febuari 2019

1. Bagaimana ustad menyikapi kontestasi pemilihan kepala desa tahun lalu ?

Jawaban : alhamdulillah dalam pemilihan kepala desa tahun 2017

kemaren berjalan dengan lancar, sesuai dengan Undang-undang yang

berlaku.

2. Apakah ustad dalam pemilihan kepala desa terlibat langsung dalam

pemenangan salah satu calon kepala desa ?

Jawaban : iya, saya memang terlibat langsung.

3. Bagaimana tanggapan ustad jika ada ulama atau tokoh agama langsung

berkiprah dalam pemenangan salah satu calon kepala desa tahun lalu ?

Jawaban : peran ulama yang sangat penting dalam hal suasana politik

sepeprti ini, karena fatwa-fatwa dari ulama sangat dibutuhkan oleh

masyarakat, untuk memilih figur-figur pemimpin untuk masyarakat, sesuai

dengan pendidikan atau sesuai dengan ahlak serta pengetahuannay, saya

mendukung calon kandidat si B karena sesuai keseparan di ranah majlis

dana karena si B juaga seorang tokoh majelis.

4. Bagaimana sikap ustad terhadap jamaah ustad, terkait pilihan kepala desa

Tahun 2017 ?

Jawaban : sikap saya hanya memberikan arahan kepada jamaah, agar

memilih pemimpin yang berahlak dan berilmu agama. Tapi saya tidak

memaksa kepada masyarakat, karen aitu hak mereka. Saya hanya

memberikan penjelasannya saja agar bisa memilih yang baik diantara yang

baik.

5. Apakah ustad ikut mensosialisasikan salah satu calon kandidiat kepada

jamaah dalam khutbah mamupun dalam pengajian ?

Page 80: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

71

Jawaban : saya hanya mengarahkan secara tidak langsung, tidak

menyebut namanya, tapi tujuan saya unutk kandidat yang saya dukung.

Informan

Ali Akbar

Page 81: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

72

Transkip Wawancara Ulama

Nama : H.Saidi

Tanggal : 24 Febuari 2019

1. Bagaimana ustad menyikapi kontestasi pemilihan kepala desa tahun lalu ?

Jawaban : dalam menyikapi kontestasi pilkada tahun kemaren saya

bersikap seperti biasa, sama seperti yahun sebelumnya, hanya saja ada

yang sedikit berbeda, ya karena salah satu calon kades itu sendiri adik ipar

saya sendiri.

2. Apakah ustad dalam pemilihan kepala desa terlibat langsung dalam

pemenangan salah satu calon kepala desa ?

Jawaban : iya, saya memang terlibat langsung, tapi hanya secara

sembunyi –sembunyi.

3. Bagaimana tanggapan ustad jika ada ulama atau tokoh agama langsung

berkiprah dalam pemenangan salah satu calon kepala desa tahun lalu ?

Jawaban : ya tidak ada masalah sih, selagi tidak menyalah artikan politik

hanya untuk kepentingan pribadi, memang perlu ulama itu untuk

memerankan posiisnya dimana aiya akan bertindak, karena ini untuk

kemaslahatan ummat.

4. Bagaimana sikap ustad terhadap jamaah ustad, terkait pilihan kepala desa

Tahun 2017 ?

Jawaban : tanggapan saya ya sepeprti biasa-biasa saja, saya masih

menghargai pendapat mereka, saya tidak memaksa juga, hanya saja saya

mengarahkan atau menyuurhkan anaka-anak saya serta menantu saya juga,

agar memilih pemimpin yang benar dan Islami juga.

5. Apakah ustad ikut mensosialisasikan salah satu calon kandidiat kepada

jamaah dalam khutbah maupun dalam pengajian ?

Page 82: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

73

Jawaban : saya hanya mengarahkan saja, tidak menyebut namanya

secara langsung. Hanay menjelaskan saja kriteria pemimpin yg bak

sepeprti apa begitu.

Informan

H. Saidi

Page 83: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

74

Transkip Wawancara Masyarakat

Nama : Junaidi

Profesi : guru SD

Tanggal : 25 Febuari 2019

1. Apakah anda ikut memilih Pilkades Tahun 2017 ?

Jawaban : iya. Saya ikut andil dalam pemilihan kepala desa.

2. Bagaimana cara anda memilih calon dalam pemilihan kepala desa

tahun 2017

Jawaaban : dalam pemilihann kepala desa tersebut, saya

mnecoblos nomor pada gambar dan nama calon kepala yang tertera di

dalam kertas tersebut, dan saya memilih calon pun sesuai hati nurani

sya, tidak secaar keterpaksaan juga.

3. Dalam pemilihan tahun lalu, apakah anda termausk timses salah satu

calo kepala desa ?

Jawaban : tidak, saya bukan timses calan kepala desa.

4. Apakah dalam memilih kepala desa, anda mengikuti saran orang

lainatau dari diri sendiri ?

Jawaban : ya, menurut saran orang lain, tapi itu sesuai visi dan misi

yang disampaikan oleh calon kepala desa pada saat debat calon kepala

desa tersebut.

5. Bagaimanakah tanggapan anda, jika ulama atau tokoh agama memilih

salah satu calon kepala desa sesuai pilihannya ?

Jawaban : peran ulama dalam pemilihan kepala desa itu sangat penting,

karena setiap pemimpin atau sekalian calon kepala desa, haruslah

memiliki adab yang baik dan bisa di teladankan oleh rakyat atau

masyarakatnya yang dalam tingkahlakunya sehari-hari.

Page 84: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

75

Jadi pperan ulama mengarahkan kepada rakyat untuk bisa melihat dan

memilih mana pemimpin yang berahlak dan mana yang hanya

menginginkan jabatannya saja.

6. Bagaimana ajakan ulama dalam memilih calon kepala desa ?

Jawaban : ajakan tersebut dilakukan secra diskusi atau forum-forum

tertentu atau dalam kontak seperti Muzakaroh dalam suatu majelis

yang tujuannya untuk memperbaiki atau memberikan pandangan-

pandangan yang baik kedepan untuk kemaslahatan desa dan

masyarakat. Dalam hal ini ajakan ulama bersifat netral dan

memberikan pandangan kepada masyarakat agar bisa memilih kepala

desa yang lebih baik untuk masyarakat.

7. Apakah cara ulama dalam mengajak jamaah untuk memilih salah satu

calon kepala desa itu menggunakan fasilitas ibadah ?

Jawaban : tidak sama sekali.

8. Bagaimana kondisi jamaah ketika mengetahui antara ulama A dan

ulama B saling berebut suara jamaah ?

Jawaban : dalam hal ini ulama dalam kontek pemilihan kepala desa di

desa kami ini hanya satu orang, tidak ada ulama memihak kepada salh

satu calon kepala desa, ulama hanya sebgai penasehat untuk

masyarakay saja.

Informan

Junaidi

Page 85: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

76

Transkip Wawancar Masyarakat

Nama : Arman

Profesi : pegawai kantor Desa Zed

Tanggal : 25 Febuari 2019

1. Apakah anda ikut memilih Pilkades Tahun 2017 ?

Jawaban : iya. Saya ikut andil dalam pemilihan kepala desa.

2. Bagaimana cara anda memilih calon dalam pemilihan kepala desa

tahun 2017

Jawaaban : saya memilih sesuai hati nurani saya, saya tidak

memihak salah satu calon kandidat manapun, karena saya sebagi

petugas panitia dalam pemilihan kepla desa tersebut. jadi saya harus

bersifat netral.

3. Dalam pemilihan tahun lalu, apakah anda termausk timses salah satu

calo kepala desa ?

Jawaban: tidak, saya bukan timses calon kepala desa.

4. Apakah dalam memilih kepala desa, anda mengikuti saran orang

lainatau dari diri sendiri ?

Jawaban tidak, saya tidak pernha mengikuti saran siapa pun, karena

saya tidak mau ikut campur dalam kampanye seperti nitu, jadi saya

sesuai pilihan saya aja.

5. Bagaimanakah tanggapan anda, jika ulama atau tokoh agama memilih

salah satu calon kepala desa sesuai pilihannya ?

Jawaban : peran ulama sih memnaqg baik untuk masyarakat, tapi tidak

untuk memanafaatkan suasana politik juga untuk kepentingan pribadi,

tapi ada juga ulama hanya ingin mneyelamatkan rakyat untuk

kemaslahatan bersama. Itu ulama yang baik dunia akhirat.

Page 86: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

77

6. Bagaimana ajakan ulama dalam memilih calon kepala desa ?

Jawaban :sebenarnya tidak ada mungkin yah ajakan ulama secara

terang-terangan, yng syaa tau hanya di khutbah saja, ulama

menyinggung tentang kriteria pemimpin itu aja sih.

7. Apakah cara ulama dalam mengajak jamaah untuk memilih salah satu

calon kepala desa itu menggunakan fasilitas ibadah ?

Jawaban : tidak sama sekali.

8. Bagaimana kondisi jamaah ketika mengetahui antara ulama A dan

ulama B saling berebut suara jamaah ?

Jawaban :

Unutk hal ini setau saya sih jamaah seperti biasa aja, Cuma pasti adlah

ya pro dan kintra terhadap calon yang ini, maupun yang itu. pasti

semua masyarakat punya alasan tersendiri tergadap calon yngiya pilih.

Tidak semata-mata hanay karena ikut ulam yang ini, atau yng itu.

Informan

Arman

Page 87: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

78

Transkip Wawancara Masyarakat

Nama : Kholil Mahrub

Profesi : Guru Di Mts Negeri 2

Tanggal : 25 Febuari 2019

1. Apakah anda ikut memilih Pilkades Tahun 2017 ?

Jawaban : iya. Saya ikut andil dalam pemilihan kepala desa.

2. Bagaimana cara anda memilih calon dalam pemilihan kepala desa

tahun 2017

Jawaaban : untuk menentukan pilihan saya melihat drai sosok atau

figur orangnya nya dulu, yang kedua dari segi pengalaman kandidat

tersebut di masyarakat, yang ketiga dari segi kepemimpinannya

pengaruhnya terhadap masyarakat, jadi tiga poin tersebut sangat

menentukan bagi sya adalam menentukan pemilihan kepala desa.

3. Dalam pemilihan tahun lalu, apakah anda termausk timses salah satu

calo kepala desa ?

Jawaban: iya, saya di katakan termasuk timses salah satu calon

kandidiat kepala desa, tapi saya hanya bermain di belkaang layar saja

dan tidak langsung untuk mempengaruhi masyarakat, namun saya

sedikit banyaknya membantu proses pengaruh suara untuk masuk ke

kandidiat yang saya dukung. Tapi saya tidak dikatakan sebagai timses

formal, hanaya saja bermain di bermain di belakang layar saja.

4. Apakah dalam memilih kepala desa, anda mengikuti saran orang lain

atau dari diri sendiri ?

Jawaban : saya hanya mengikuti diri sendiri, karena dengan alasan ya

and atau sendiri calon kandidiat itu masih satu darah dengan saya

sendiri, tapi saya sesuai hati nurani dan tidak paksaaan, akrean kita saja

memakai asas demokrasi.

Page 88: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

79

5. Bagaimanakah tanggapan anda, jika ulama atau tokoh agama memilih

salah satu calon kepala desa sesuai pilihannya ?

Jawaban : saya dan kawan-kawan saya pernah kompromi dengan para

ulama itu sendiri dalam pemilihan kepala desa tahun 2017. Ya kita

saling mengahargai saja pperbedaan kita dalam memilih, tidakada

secara paksaan juga, dan ulama pun juga sedemikian rupa untuk bebas

dalam milih sesuai pilihannya masing-masing.

6. Bagaimana ajakan ulama dalam memilih calon kepala desa ?

Jawaban : seharusnya ulama bersikap netralitas, atau ulama sebagai

penengah untuk memilih pemimpin siapa pun itu, tidak harus berpihak

ke siapa pun. Ajakan nya sih bisa berupa face to face langsung atau

bahkan bisa dari mulut ke mulut para jamaahnya.

7. Apakah cara ulama dalam mengajak jamaah untuk memilih salah satu

calon kepala desa itu menggunakan fasilitas ibadah ?

Jawaban : mungkin sih tidak, tapi kemungkinan besar secara diam-

diam ada. Memang secara aturanya pun tidak boleh menggunakan

fasilitas ibadah untuk mengkampanyekan hal-hal seperti menyudutkan

calon si A begitu.

8. Bagaimana kondisi jamaah ketika mengetahui antara ulama A dan

ulama B saling berebut suara jamaah ?

Jawaban : masyarakat sempat bimbang serta kebingungan, tapi dengan

keadaan masyarakat yang sekarang dari segi pemikirannya pun sudah

pinter dari pada zama-zaman terdahulu atau sebelumnya, jadi

masyarakat bisa memilih mana yang baik, dan mana yang buruk.

Informan

Kholil Mahrub

Page 89: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

80

Transkip Wawancara Masyarakat

Nama : Abdurrahman

Profesi : kepala sekolah SDN 9 Desa Zed

Tanggal : 25 Febuari 2019

1. Apakah anda ikut memilih Pilkades Tahun 2017 ?

Jawaban : iya. Saya ikut andil dalam pemilihan kepala desa.

2. Bagaimana cara anda memilih calon dalam pemilihan kepala desa

tahun 2017

Jawaaban : untuk memilih calon tersebut saya melihat dari pengalaman

serta kepedulian sosial yang tinggi untuk masyarakat dan desa, serta

tidak untuk hanaya semata-mata karena ingin menduduki jabatannya

saja.

3. Dalam pemilihan tahun lalu, apakah anda termausk timses salah satu

calo kepala desa ?

Jawaban: tidak. Saya bukan sebagai timsesnya salah satu calon kepla

desa itu sendiri, ya walaupun salah satu calon kepala desa ituadalah

adik kandung saya sendiri, karena saya tiak mau ikut campur atau

bawa nama keluarga dalam ranah politik itu sendiri.

4. Apakah dalam memilih kepala desa, anda mengikuti saran orang lain

atau dari diri sendiri ?

Jawaban : saya hanya mengikuti diri sendiri, saya pun bersifat netral,

tidak menutup kemungkinan karena dia adik saya,maka saya harus

memilihnya tidak sama sekali, saya hanyaingin yang terbaik untuk

desa nukan untuk nama baik keluarga besar saya, karena ini untuk

masyarakat Desa Zed itu sendiri.

5. Bagaimanakah tanggapan anda, jika ulama atau tokoh agama memilih

salah satu calon kepala desa sesuai pilihannya ?

Page 90: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

81

Jawaban : ya boleh saja sih, asalkan ulama itu sendiri bisa bersifat

netral serta bisa mengayomi atau memberi nasehat yang baik unutk

masyarakat desa.

6. Bagaimana ajakan ulama dalam memilih calon kepala desa ?

Jawaban : ajakan ulama ya seperti hanya sedikit menyinggung tema

khutbah tentang pemimpin yang baik serta untuk amar ma’ruf nahi

munkar, disitu ualam hanya menjelaskan beberapa ahlak atau prilaku

pemimpin yang baik serta ideal untuk masyarakat desa.

7. Apakah cara ulama dalam mengajak jamaah untuk memilih salah satu

calon kepala desa itu menggunakan fasilitas ibadah ?

Jawaban menurut saya sih tidak ada, yang saya tahu sih tidaka da sama

skelai, ya mungkin di majelis atau pengajian mereka.

8. Bagaimana kondisi jamaah ketika mengetahui antara ulama A dan

ulama B saling berebut suara jamaah ?

Jawaban : kondisi masyarakat kata sih ada sedikit terjadi keributan dan

kericuhan tapis ya tidak meneliit secra jelas sih, saya hanya dengar dari

masyarakat lainnya dan tetangga saya. Yaa setau saya sih masyarakat

baik-baik saja.

Informan

Abdurrahman

Page 91: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

82

Transkip Wawancara Masyarakat

Nama : Suryana

Profesi : Wiraswasta

Tanggal : 26 Febuari 2019

1. Apakah anda ikut memilih Pilkades Tahun 2017 ?

Jawaban : iya. Saya ikut andil dalam pemilihan kepala desa.

2. Bagaimana cara anda memilih calon dalam pemilihan kepala desa

tahun 2017

Jawaaban :saya yang tadinya hanya ikut-ikutan dari yang kata tetangga

sampai bahkan kata pak ustad. Karena ya masing-masing calon bagis

aya ya semua nay baikdan bagus.

3. Dalam pemilihan tahun lalu, apakah anda termausk timses salah satu

calo kepala desa ?

Jawaban: tidak. Saya bukan timses nya sama sekali.

4. Apakah dalam memilih kepala desa, anda mengikuti saran orang lain

atau dari diri sendiri ?

Jawaban saya ikut bersama suami saya dan anak-anak saya.

5. Bagaimanakah tanggapan anda, jika ulama atau tokoh agama memilih

salah satu calon kepala desa sesuai pilihannya ?

Jawaban : ya boleh saja sih, malahan boleh banget, biar masyarakat

tidak buta terhadap pilihan mana yng baik dna mana yang buruk, ya

kalau tidak ada nasehat dari ualam desa ini akan penuh dengan ke

zaliman dan kemaksiatan kali yah.

6. Bagaimana ajakan ulama dalam memilih calon kepala desa ?

Page 92: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

83

Jawaban : saya sih tidak pernah mendengarajakan aulama sih, hanay

saja mungkin bersifat menyinggung tentaang calon ekpla desa, untuk

menjadi pemimpin yang baik untuk desa..

7. Apakah cara ulama dalam mengajak jamaah untuk memilih salah satu

calon kepala desa itu menggunakan fasilitas ibadah ?

Jawaban : menurut saya sih tidak ada kok,

8. Bagaimana kondisi jamaah ketika mengetahui antara ulama A dan

ulama B saling berebut suara jamaah ?

Jawaban : katanya sih, masyarakat nya ramainya di media sosial ada

yang sahut menyahut atau saling berlomba-lomba dalam komentar di

salah satu media sosial.

Informan

Suryana

Page 93: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

84

Transkip Wawancara Tokoh Masyarakat

Nama : Amri

Profesi : Petani

Tanggal : 26 Febuari 2019

1. Apakah anda ikut memilih Pilkades Tahun 2017 ?

Jawaban : iya. Saya ikut andil dalam pemilihan kepala desa.

2. Bagaimana cara anda memilih calon dalam pemilihan kepala desa

tahun 2017

Jawaaban : terutama saya melihat dari segi pengalaman dan ahlaknya

terhadap masyarakat, serta kedekatannya dengan masyarakat.

3. Dalam pemilihan tahun lalu, apakah anda termausk timses salah satu

calo kepala desa ?

Jawaban: tidak. Saya bukan timses nya sama sekali.

4. Apakah dalam memilih kepala desa, anda mengikuti saran orang lain

atau dari diri sendiri ?

Jawaban : saya ikut sesuai kemauan diri saya sendiri, tidak ada pkasaan

dari siapa pun.

5. Bagaimanakah tanggapan anda, jika ulama atau tokoh agama memilih

salah satu calon kepala desa sesuai pilihannya ?

Jawaban : boleh saja kok, terutama nasehat ulama itu sangat penting

untuk masyarakat desa, dan para ulama pun tidak boleh hanya

mendukung satu calon kandidat saja, mereka harus bersifat netral atau

sebagai penengah dalam masyarakat.

6. Bagaimana ajakan ulama dalam memilih calon kepala desa ?

Jawaban : ajakan sih jarang yah, ya yang tau mungkin dari para ulama-

ulama itu sendiri yah.

Page 94: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

85

7. Apakah cara ulama dalam mengajak jamaah untuk memilih salah satu

calon kepala desa itu menggunakan fasilitas ibadah ?

Jawaban : tidak sama sekali kok. Malahan ulama pun secara halus dan

secara baik-baik saja.

8. Bagaimana kondisi jamaah ketika mengetahui antara ulama A dan

ulama B saling berebut suara jamaah ?

Jawaban : setau saya kondisi jamaa baik-baik saja, ya akata anak saya

rame nya di media sosial sih.

Informan

Amri

Page 95: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

86

Transkip Wawancara Masyarakat

Nama : Hj. Yana

Profesi : Guru SDN 9 Zed

Tanggal : 27 Febuari 2019

1. Apakah anda ikut memilih Pilkades Tahun 2017 ?

Jawaban : iya. Saya ikut andil dalam pemilihan kepala desa.

2. Bagaimana cara anda memilih calon dalam pemilihan kepala desa

tahun 2017

Jawaaban : saya melihat dari segi ahlak dan kepedulian sosial terhadap

masyarakat serta ketegasannya dalam pemerintahan desa maupun

ketegasananya terhadap kebijakannya.

3. Dalam pemilihan tahun lalu, apakah anda termausk timses salah satu

calo kepala desa ?

Jawaban: tidak. Saya bukan timses nya sama sekali.

4. Apakah dalam memilih kepala desa, anda mengikuti saran orang lain

atau dari diri sendiri ?

Jawaban : saya ikut sesuai kemauan diri saya sendiri, tidak ada

pakasaan dari siapa pun.

5. Bagaimanakah tanggapan anda, jika ulama atau tokoh agama memilih

salah satu calon kepala desa sesuai pilihannya ?

Jawaban : ya seharusnya ulama itu kan sebagai teladan untuk

masyarakat serta sebagai penegah untuk masyaraakat juga dan ahrus

bisa bersifat netral, tidak boleh hanay mendukung satu calon kandidat

saja.

6. Bagaimana ajakan ulama dalam memilih calon kepala desa ?

Jawaban : ajakan nya setau saya mungkin lewat majelis-majelisnya

saja yah.

Page 96: Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47541/1/FATMA... · seperti sholat, khutbah, doa, puasa, zakat dan

87

7. Apakah cara ulama dalam mengajak jamaah untuk memilih salah satu

calon kepala desa itu menggunakan fasilitas ibadah ?

Jawaban : tidak sama sekali kok. Kemungkinan ya karena ulama kalau

penagjian sering nay di masjid, jadi mau gak mau mungkin orang

mengira mereka menunggunakan masjid untuk kampanye begditu,

padahal tidak juga sih.

8. Bagaimana kondisi jamaah ketika mengetahui antara ulama A dan

ulama B saling berebut suara jamaah ?

Jawaban : saya sempat baca juga sih konflik yang terjaid di media

sosial tersebut, tetapi sekarang sudah mulai untuk baik laagi, ya tidaka

da yang mau di permasahkan lagi.

Informan

Hj. Yana