diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan untuk...

124
IMPLEMENTASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM METODE PEMBELAJARAN FIKIH DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Ahmad Nasuki NIM. 11140110000068 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Upload: others

Post on 24-Jan-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE

DALAM METODE PEMBELAJARAN FIKIH

DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Ahmad Nasuki

NIM. 11140110000068

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

2019 M/

i

ABSTRAK

Ahmad Nasuki (11140110000068). Implementasi Teori Multiple Intelligence

dalam Metode Pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara implementasi teori multiple

intelligence pada metode pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

Subjek dari penelitian ini adalah guru fikih kelas 7 dan objek dalam penelitian ini

adalah metode pembelajaran fikih kelas 7 semester genap. Metode yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data didapatkan melalui proses

wawancara, observasi dan dokumentasi. Data diolah melalui tiga teknik, yaitu: (1)

meningkatkan ketekunan, (2) Triangulasi dan (3) menggunakan bahan referensi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi metode

pembelajaran fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta sesuai dengan Multiple

Intelligence peserta didik. Hal ini dibuktikan dari empat buah metode pembelajaran

yang diimplementasikan, yaitu: (1) Metode movie learning yang sesuai dengan

kecerdasan musikal, linguistik dan visual-spasial dominan, (2) Metode tanya jawab

yang sesuai dengan kecerdasan matematis-logis dominan, (3) Metode demonstrasi

yang sesuai dengan kecerdasan kinestetis-jasmani dan interpersonal dominan, (4)

Metode peta konsep yang sesuai dengan kecerdasan visual-spasial dan

intrapersonal dominan.

Kata Kunci: Metode, Multiple Intelligence, Fikih

ii

ABSTRACT

Ahmad Nasuki (11140110000068). Implementation Theory of Multiple

Intelligence in Fiqh Learning Methods in MTs Pembangunan of UIN Jakarta.

This study have a purpose to determine implement the theory of multiple

intelligence in the method of learning fiqh in MTs Pembangunan of UIN Jakarta.

The subjects of this study is 7th grade fiqh teacher and the objects in this study is

the fiqh learning methods in the 7th grade second semester. The method used in this

study is descriptive qualitative. Data obtained through the process of interviews,

observation and documentation. Data is processed through three techniques, they

are: (1) increasing perseverance, (2) Triangulation and (3) using reference

materials.

The results of this study indicate that the implementation of fiqh learning

methods in MTs Pembangunan of UIN Jakarta is quite in accordance with the

Multiple Intelligence of students. This is evidenced from four learning methods

implemented, they are: (1) movie learning method that proper with dominant

musical, linguistic and visual-spatial intelligence, (2) question and answer method

that proper with dominant logical-mathematical intelligence, (3) Demonstration

method that proper with dominant kinesthetic-physical and interpersonal

intelligence, (4) Method of concept maps that proper with dominant visual-spatial

and intrapersonal intelligence.

Keyword: Method, Multiple Intelligence, Fiqh

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak pernah henti

memberikan nikmat, rahmat dan pertolongan kepada penulis. Atas nikmat, rahmat

dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyusun skripsi ini. Selawat dan salam

mudah-mudahan selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. karena dengan

kehadirannya di muka bumi ini dapat merubah zaman jahiliyah menjadi zaman

yang serba ilmiyah.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk memeroleh

gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Islam. Pada saat penyusunan

skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan dan tantangan yang

penulis hadapi. Berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya

penyusunan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. H. Satiri dan Hj. Suhadah selaku orang tua yang telah memberikan dukungan

moril dan materil kepada penulis selama ini.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

periode 2015-2019 dan Prof. Dr. Amany Lubis, MA. selaku rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta saat ini (periode 2019-2023)

3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta periode 2015-2019 dan Prof. Dr. Sururin, M.Ag. selaku dekan FITK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini (periode 2019-2023)

4. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan juga selaku dosen penasehat akademik penulis yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama masa perkuliahan.

5. Dr. Sapiudin Shidiq, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis dalam menyusun skripsi ini

6. Momon Mujiburrahman, MA. selaku kepala MTs. pembangunan UIN Jakarta

yang telah membantu dan memudahkan penulis selama penelitian.

7. Mardi, MA. selaku wakil kepala madrasah bidang kurikulum yang telah

membantu penulis dalam proses pengambilan data.

iv

8. Idham Khalid, M.Ag. selaku guru mata pelajaran Fikih yang telah membantu

dan memfasilitasi penulis selama penelitian.

9. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama para dosen jurusan PAI

yang telah memberikan berbagai macam ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

10. Para staf pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama staf jurusan PAI

yang telah memberikan pelayanan yang baik selama masa perkuliahan

11. Teman-teman seperjuangan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan

2014 terutama kelas PUKIS B yang telah memberikan motivasi, kebersamaan

dan pengalaman berharga selama ini.

12. Teman-teman alumni Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences

terutama angkatan As-Suffah 16 yang telah memberikan motivasi, kebersamaan

dan pengalaman berharga selama ini.

13. Seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memotivasi penulis yang

tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Semoga Allah memberikan balasan yang sebaik-baiknya balasan kepada

mereka. Penulis memohon maaf jika dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan dan

kekurangan. Sebuah pepatah mengatakan,”Tak ada gading yang tak retak”, karena

kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat

penulis harapkan kepada para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, 13 Maret 2019

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT ......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL...............................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5

D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 6

BAB II: KAJIAN TEORI

A. Teori Multiple Intelligence

1. Pengertian Teori Multiple Intelligence ......................................... 7

2. Macam-macam Multiple Intelligence........................................... 11

3. Identifikasi Multiple Intelligence Peserta didik ............................ 16

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran ................................................. 17

2. Macam-macam Metode Pembelajaran ........................................... 19

vi

C. Bidang Studi Fikih

1. Pengertian Fikih ............................................................................. 35

2. Tujuan Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah .................. 38

3. Ruang Lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah ............................ 39

D. Hasil Penelitian yang Relevan......................................................... 40

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 42

B. Metode Penelitian............................................................................. 42

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 42

D. Tekhnik Analisis Data...................................................................... 43

E. Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 44

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah Singkat MTs. Pembangunan UIN Jakarta ....................... 46

2. Visi dan Misi MTs. Pembangunan UIN Jakarta .......................... 48

3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTs. Pembangunan ........... 49

4. Data Peserta Didik MTs. Pembangunan UIN Jakarta .................. 49

B. Temuan Penelitian

1. Implementasi Multiple Intelligence di MTs. Pembangunan .......... 50

2. Kegiatan Belajar Mengajar Fikih di MTs. Pembangunan .............. 52

C. Pembahasan ...................................................................................... 61

1. Kegiatan Mengajar Fikih ............................................................... 61

vii

2. Analisis Implementasi Metode Pembelajaran Fikih dalam Multiple

Intelligence Peserta didik .................................................................. 63

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 73

B. Implikasi........................................................................................... 73

C. Saran ................................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1: Data Peserta Didik MTs. Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran

2018/2019 ........................................................................................... 49

Tabel 4.2: Data Hasil MIR pada Penerimaan Peserta Didik Baru ........................ 51

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Perbedaan Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik

Pembelajaran .................................................................................. 19

Gambar 4.1: Membaca doa bersama sebelum belajar ........................................... 54

Gambar 4.2: Apersepsi dengan cara membaca ayat alquran yang berkaitan dengan

materi ............................................................................................... 56

Gambar 4.3: Peserta didik sedang menyiapkan siwak agar terasa nyaman saat

digunakan ......................................................................................... 57

Gambar 4.4: Peserta didik sedang menyimak video terkait dengan materi salat

jumat ............................................................................................... 58

Gambar 4.5: Peserta didik sedang mendengarkan khutbah jumat ........................ 59

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Instrumen Observasi

Lampiran 2: Pedoman Wawancara Guru Fikih

Lampiran 3: Pedoman Wawancara Waka Kurilulum

Lampiran 4: Hasil Wawancara Guru Fikih

Lampiran 5: Hasil Wawancara Waka Kurikulum

Lampiran 6: Cara Mengidentifikasi Multiple Intelligence Peserta Didik

Lampiran 7: Hasil Multiple Intelligence Reseach Peserta Didik Baru Tahun Ajaran

2018/2019

Lampiran 8: Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 9: Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 10: Surat Keterangan MTs. Pembangunan

Lampiran 11: Lembar Uji Referensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi yang amat penting dalam kehidupan

manusia, karena masa depan seseorang itu tergantung dengan pendidikan

yang ditempuh baik formal maupun informal. Sebagai suatu investasi,

pendidikan dapat menumbuhkan aset yaitu berupa kemampuan peserta

didik dan dapat pula menghilangkan aset tersebut walaupun sudah tertanam

sejak peserta didik dilahirkan.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.1

Undang-undang di atas telah menjelaskan bahwa pendidikan harus

dilakukan dengan terencana agar peserta didik dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan aktif sehingga tujuan pendidikan dapat terealisasi

dengan baik. Namun realitanya, para pendidik masih mengabaikan amanat

undang-undang ini sehingga pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya

maksimal. Misalnya, guru hanya memberikan ilmu yang dimilikinya tanpa

melakukan perencanaan dan strategi yang matang sehingga berpengaruh

pada menurunnya keaktifan peserta didik.

Sebelum melakukan proses kegiatan belajar mengajar (KBM), guru

dituntut untuk menyiapkan perencanaan matang yang dapat dituangkan

kedalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), didalam RPP terdapat

1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2

metode pembelajaran yang akan digunakan selama proses KBM

berlangsung. Apabila metode yang digunakan itu metode pembelajaran

yang membuat peserta didik menjadi aktif, maka keberhasilan KBM dapat

terealisasi dengan baik. Namun, apabila metode pembelajaran tersebut

biasa-biasa saja atau bahkan tidak dapat menarik perhatian para peserta

didik, maka kegiatan KBM pada hari itu dapat dikatakan gagal.

Seluruh guru mata pelajaran (terutama dalam hal ini guru mata

pelajaran fikih) dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam merencanakan

metode pembelajaran yang akan diterapkan di dalam kelas. Sebelum

menerapkan metode, guru juga harus membuat media pembelajaran yang

kreatif dan menarik sesuai dengan metode yang akan diterapkan. Apalagi

banyak sekali pembahasan fikih yang harus dipraktikan, seperti: praktik

wudhu, praktik tayamum, praktik salat minta hujan (istisqa), praktik

penyembelihan hewan kurban, praktik pengurusan jenazah dan lain

sebagainya.

Namun realitas yang terjadi di lapangan bahwa jarang sekali kita

temukan guru fikih yang membuat media pembelajaran kemudian

diterapkan kedalam metode pembelajaran aktif. Sebagai contoh, penulis

mendapatkan data bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) atau

lebih spesifiknya pembelajaran fikih di MTs Darul Ulum Semarang2, SDIT

Al-Hikmah Depok3 dan MAN 3 Kulonprogo4 masih menggunakan metode

pembelajaran pasif. Guru fikih hanya menjelaskan materi dengan lisannya

dan sesekali memeraktikannya di dalam kelas tanpa melibatkan peserta

2 Siti Masri’ah, Peningkatan Hasil Belajar Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran The Power

of Two and Four Mata Pelajaran Fikih Materi Puasa di MTs Darul Ulum Ngaliyan Semarang,

Jurnal Pendidikan Madrasah, Vol. 1, No. 2, 2016, h. 173.

3 Sukron Muhammad Toha, Model Pendidikan Agama Islam Menggunakan Pembelajaran

Active Learning Tingkat Sekolah Dasar, Ta’dibuna Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, 2017,

h. 231

4 Munji Jakfar, Upaya Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Pembelajaran Fikih melalui

Model Market Place Activity di MAN 3 Kulonprogo, Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 3 No.

1, 2018, h. 105

3

didik sehingga banyak terjadi kesalahfahaman dalam mencerna informasi

yang diberikan oleh guru.

Menurut Munif Chatib, kesalahan atau kegagalan dalam mencerna

informasi disebabkan akibat ketidaksesuaian antara gaya mengajar guru

dengan gaya belajar peserta didik.5 Selama ini, guru kurang menyadari hal

tersebut, sehingga ketika proses belajar berlangsung guru kurang

memperhatikan gaya belajar peserta didik.6 Apabila gaya mengajar guru

sesuai dengan gaya belajar peserta didik kemudian dipadukan dengan

metode pembelajaran aktif maka semua pelajaran akan dicerna dengan baik

dan proses KBM juga akan terasa menyenangkan.

Pada hakikatnya, setiap peserta didik berhak memeroleh peluang untuk

mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan

sehari-hari tampak jelas bahwa setiap peserta didik itu memiliki perbedaan

dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang

keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat

mencolok antara seorang peserta didik dengan peserta didik yang lain.

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada

umumnya hanya ditujukan kepada para peserta didik yang berkemampuan

rata-rata, sehingga peserta didik yang berkemampuan lebih atau peserta

didik yang berkemampuan kurang itu terabaikan dan tidak mendapatkan

kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai kapasitasnya.7

Oleh karena itu Howard Gardner, seorang psikolog dari Benua

Amerika merumuskan teori tentang Kecerdasan ganda (multiple

intelligence). Kecerdasan ini meliputi: matematis-logis, visual-spasial,

kinestetik-jasmani, musikal, linguistik, interpersonal, intrapersonal dan

5 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung:Kaifa, 2015), h. 91

6 Febi Dwi Widayanti., Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa dalam Kegiatan

Pembelajaran di Kelas, ERUDIO, vol. 2, No. 1, 2013, h. 8

7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 172

4

naturalis.8 Hal yang menarik dari teori ini adalah terdapat usaha

mendefinisikan ulang tentang kecerdasan. Karena sebelum munculnya teori

ini kecerdasan sering diartikan secara sempit yaitu sebatas kemampuan

menyelesaikan serangkaian tes psikologis kemudian hasil tes tersebut

diubah menjadi angka standar kecerdasan atau yang lebih kita kenal dengan

tes intelligence quotient (IQ).9 Gardner berpendapat sebagaimana yang

dikutip oleh Andyda Meliala bahwa kecerdasan manusia tidak dapat

disimpulkan hanya dengan penilaian IQ saja, karena tes IQ hanya

menggambarkan dua kecerdasan yaitu kecerdasan bahasa dan matematika.

Tes IQ tidak dapat mengukur kualitas yang dibutuhkan untuk sukses dalam

pendidikan seperti kemauan keras, percaya diri, dan motivasi.10

Dalam pembelajaran, teori kecerdasan ini dapat dipadukan dengan

strategi dan metode yang bervariasi sesuai dengan materi yang sedang

dipelajarinya. Misalnya: pada pelajaran olahraga, guru memberikan materi

dengan mengintruksikan kepada peserta didik untuk membaca materi yang

akan dipelajari yaitu tentang cara menendang bola agar tepat sasaran

(linguistik). Setelah membaca, guru memberikan demonstrasi dihadapan

para peserta didik (visual-spasial) dan menginstruksikan kepada para

peserta didik agar mempraktekannya secara individu (kinestetis-jasmani),

lalu guru mengundi siapa yang akan lebih dahulu mempraktekannya dengan

bernyanyi bersama peserta didik sambil mengoper tongkat kecil (musikal).

Untuk mengatasi masalah pendidikan di atas diperlukan upaya

perbaikan kinerja pendidik yang peduli dengan keberagaman kecerdasan

peserta didik. Salah satu upaya memperbaiki kinerja pendidik adalah

dengan diberlakukannya sekolah berbasis multiple intelligence. Madrasah

Pembangunan UIN Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan

multiple intelligence. Madrasah Pembangunan UIN Jakarta merupakan

8 Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara, terj. dari Multiple Intelligence in the Classroom oleh

Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2003), h. 2

9 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 132

10 Andyda Meliala, Anak Ajaib, (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 31-32

5

laboratorium bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Jakarta.

Madrasah Pembangunan menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis

multiple intelligence ini sejak tahun pelajaran 2016/2017. Sistem ini sesuai

dengan visi MP yang mengapresiasi semua kecerdasan peserta didik untuk

menghasilkan alumni yang terbaik dengan kecerdasan dan kemampuan

yang berbeda-beda.11

Dengan melihat latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih

terperinci dan menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul:

Implementasi Teori Multiple Intelligence dalam Metode Pembelajaran

Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

1. Guru tidak menerapkan metode pembelajaran yang aktif

2. Gaya mengajar guru tidak sesuai dengan gaya belajar siswa

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, maka

penulis membatasinya hanya pada metode pembelajaran movie learning,

tanya jawab, demonstrasi, dan peta konsep yang diimplementasikan pada

mata pelajaran Fikih kelas 7 semester genap di MTs Pembangunan UIN

Jakarta.

D. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsep Multiple Intelligence?

2. Apakah implementasi metode pembelajaran fikih di MTs Pembangunan

UIN Jakarta sesuai dengan Multiple Intelligence peserta didik?

11 http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/sambutan-direktur diakses pada 13 Juli 2018

pukul 16.55 WIB

6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konsep multiple intelligence

2. Mengetahui cara implementasi teori multiple intelligence pada metode

pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

3. Mengetahui kesesuaian implementasi metode pembelajaran fikih

dengan multiple intelligence peserta didik.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Melatih mahasiswa untuk memiliki kemampuan melakukan penelitian

ilmiah

2. Memperkaya khazanah keilmuan peneliti dan pembaca

3. Sebagai rujukan bagi para guru, sekolah dan praktisi pendidikan tentang

pentingnya implementasi teori multiple intelligence khususnya pada

metode pembelajaran Fikih

4. Sebagai salah satu solusi agar terciptanya pembelajaran yang aktif,

kreatif, dan menyenangkan.

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Multiple Intelligence

1. Pengertian Teori Multiple Intelligence

Sebelum memasuki teori multiple intelligence, penulis akan

memaparkan sedikit pengertian umum tentang kecerdasan. Menurut

Feldam sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B.Uno mendefinisikan

bahwa kecerdasan sebagai kemampuan memahami dunia, berfikir

secara rasional dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada

saat dihadapkan pada tantangan.12 Menurut Henmon sebagaimana yang

dikutip oleh Hamzah B.Uno mendefinisikan bahwa kecerdasan sebagai

daya atau kemampuan untuk memahami.13 Sedangkan menurut David

Weshler sebagaimana yang dikutip oleh Syaifuddin Azwar

mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan atau totalitas

kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir

secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.14

Dari tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

adalah kemampuan untuk memahami dan berfikir saja (masih sebatas

kecerdasan kognitif) definisi ini yang difahami oleh mayoritas

masyarakat sampai saat ini.

Multiple Intelligence menurut etimologi terdiri dari dua kata, yaitu

Multiple dan Intelligence. Multiple berarti majemuk, ganda15

sedangkan Intelligence berarti kecerdasan.16 Adapun Multiple

Intelligence menurut terminologi sebagaimana yang didefinisikan oleh

Fleetham yang dikutip oleh Yaumi adalah berbagai keterampilan dan

12 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

h. 59 13 Ibid.

14 Syaifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 5

15 The Oxford Dictionary of English Etymology (London: Oxford University Press, 1966), h.

479

16 Ibid. h. 596

8

bakat yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan berbagai

persoalan dalam pembelajaran.17

Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh

Dr. Howard Gardner, ia merupakan seorang psikolog dari Harvard

University.18 Gardner dilahirkan pada tanggal 11 Juli 1943 di Scranton

(sebuah kota bekas pertambangan batu bara) di Timur Laut

Pennsylvania, Amerika Serikat.19

Hal yang menarik dari teori ini adalah terdapat usaha

mendefinisikan ulang tentang kecerdasan. Karena sebelum munculnya

teori ini kecerdasan sering diartikan secara sempit yaitu sebatas

kemampuan menyelesaikan serangkaian tes psikologis kemudian hasil

tes tersebut diubah menjadi angka standar kecerdasan atau yang lebih

kita kenal dengan tes IQ.20 Gardner berpendapat sebagaimana yang

dikutip oleh Andyda Meliala bahwa kecerdasan manusia tidak dapat

disimpulkan hanya dengan penilaian IQ saja, karena tes IQ hanya

menggambarkan dua kecerdasan yaitu kecerdasan bahasa dan

matematika. Tes IQ tidak dapat mengukur kualitas yang dibutuhkan

untuk sukses dalam pendidikan seperti kemauan keras, percaya diri,

dan motivasi.21

Sejauh ini, paradigma guru dan orang tua tentang kecerdasan

cenderung salah kaprah karena mereka hanya mendefinisikan

kecerdasan denga definisi yang sangat sempit. Anak yang berperilaku

baik (saleh/salihah), belum disebut sebagai anak yang pintar oleh

mayoritas guru dan orang tua. Anak yang mempunyai keterampilan

yang memadai dalam bidang melukis, bernyanyi, olahraga pun belum

disebut sebagai anak yang pintar. Adapun anak yang berperilaku

17 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta:

Kencana, 2016), h. 11 18 Munif Chatib, Gurunya Manusia, op. cit., h. 132 19 Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan

Karya, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 158

20 Munif Chatib, Gurunya Manusia, loc. cit.

21 Andyda Meliala, loc. cit.

9

“nakal” dan tidak mempunyai keterampilan psikomotorik namun ia

berhasil mendapatkan nilai matematika, IPA, dan bahasa Inggris yang

sempurna dalam ujian cenderung disebut “anak pintar”. Seharusnya,

sebutan anak pintar berlaku pada semua kemampuan baik kemampuan

afektif, kognitif maupun psikomotorik.22

Banyak sekali contoh tentang salah kaprah pelabelan kata

cerdas/pintar yang ditempelkan oleh guru dan orangtua kepada anak.

Penulis akan memberikan tiga contoh anak yang diusia belia sering

mendapatkan label “anak bodoh” yang dikutip dari buku 95 Strategi

Mengajar Multiple Intelligences23

a. Thomas Alva Edison, ia dikeluarkan dari sekolah formal karena

dianggap bodoh dan dianggap sering merepotkan gurunya dengan

pertanyaan-pertanyaan yang nyeleneh. Namun, pada akhirnya

Edison menjadi ilmuwan yang paling bersinar karena berhasil

menemukan lampu yang dapat menyinari dunia.

b. Albert Einsten, siswa yang dianggap bodoh karena pertanyaan-

pertanyaan dan perilakunya dianggap aneh. Einsten kecil pernah

berperilaku seperti ayam dengan cara mengerami telur hanya untuk

mengetahui bagaimana proses ayam sampai menetaskan telurnya.

Namun siapa sangka, Einsten menjadi ilmuwan hebat yang berhasil

merumuskan teori relativitas dan teori-teori lain

c. Carl Sandburg, penulis cemerlang Amerika yang mengumpulkan

lagu-lagu rakyat Amerika menjadi sebuah antologi. Namun siapa

sangka, Sandburg pernah gagal saat ujian masuk di bidang

matematika dan grammar di West Point, semacam Akabri di

Indonesia.

22 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences, (Jakarta:

Kencana, 2016), h. 7

23 Ibid.

10

Dari ketiga contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

seseorang sangat beragam dan tidak bisa dipaksa untuk disamakan atau

diseragamkan.

Teori Multiple Intelligence ini bukanlah teori untuk menentukan

satu kecerdasan yang sesuai untuk seseorang, melainkan untuk

menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas dalam kedelapan

kecerdasan. Tentu saja kedelapan kecerdasan ini berfungsi bersamaan

dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang.24

Ada empat poin yang harus diperhatikan dalam teori ini25, yaitu:

a. Setiap orang memiliki semua kecerdasan jamak

b. Setiap orang dapat mengembangkan kecerdasan tersebut sampai

tingkat yang optimal

c. Kecerdasan biasanya bekerja secara bersamaan dengan cara yang

kompleks dan selalu berinteraksi satu sama lain

d. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori

Teori Multiple Intelligence ini merupakan validasi tertinggi

gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya

dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan dan

penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing. Teori ini

juga bukan hanya mengakui perbedaan individual untuk tujuan-tujuan

praktis, tetapi juga menganggap sebagai sesuatu yang normal, wajar

dan sangat berharga.26

24 Thomas Amstrong, op.cit. h. 16

25 Ibid., h.16-19 26 Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligence, (Bandung: Nuansa,

2007), h. 11-12

11

2. Macam-macam Multiple Intelligence

Dalam teori multiple intelligence ini Gardner membagi ke dalam

delapan kategori kecerdasan, yaitu:

a. Linguistik

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan

kata-kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini

mencakup kemampuan sintaksis (struktur bahasa), fonologi (bunyi

bahasa), dan semantik (makna bahasa).27 Seorang anak yang

mempunyai kecerdasan linguistik yang baik akan merasa lebih

mudah untuk mempelajari pola huruf dan bunyi dari kata-kata yang

tertulis, terutama untuk mempelajari bahasa-bahasa asing.28

Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan

linguistik adalah suka membaca, menulis, belajar dengan

mendengar, berdiskusi, mengolah kata, memiliki kosakata yang

banyak, meringkas, menjelaskan apa yang ada di pikirannya

dengan baik, berdialog, bertanya jawab. Oleh karena itu, karier

yang sesuai dengan orang yang memiliki kecerdasan linguistik

adalah penyair, wartawan (jurnalis), ilmuwan, novelis, komedian,

pengacara, penceramah, pelatih, guru, motivator, dan lain-lain.29

b. Matematis Logis

Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk

menggunakan angka dan pemikiran logis secara efektif.30

Seseorang yang mempunyai kecerdasan matematis-logis yang baik

sering tertarik dengan bilangan dari usia yang sangat muda. Mereka

menikmati berhitung dan dapat menghitung bilangan dengan cepat.

27 Thomas Amstrong, Op.Cit. h. 6 28 May Lwin, dkk. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, terj. dari How to

Multiply Your Child’s Intelligence: A Practical Guide for Parents of Seven-Year-Olds and Below

oleh Christine Sujana, S.Pd., (Jakarta: Indeks, 2008), h. 13 29 Muhammad Yaumi, op. cit. h. 14 30 Thomas Amstrong, loc.cit.

12

Selain itu, mereka juga dapat menjelaskan konsep secara logis dan

senang membuat kesimpulan ilmiah dari pengamaatan mereka.31

Kegiatan anak yang dominan memiliki kecerdasan matematis-

logis adalah sangat suka bermain dengan bilangan dan berhitung,

baik dalam memecahkan masalah (problem solving), suka

melakukan percobaan yang logis, mempunyai kemampuan untuk

berfikir abstrak, suka bermain teka-teki, selalu ingin mengetahui

bagaimana sesuatu itu berjalan, terarah dalam melakukan kegiatan

yang berdasarkan aturan, suka membuat peta konsep. Oleh karena

itu karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai kecerdasan

matematis-logis yang dominan adalah ilmuwan, insinyur,

programer komputer, akuntan, pekerja konstruksi, guru

matematika, fisikawan, dan lain-lain.32

c. Visual Spasial

Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk

merasakan, membayangkan dunia gambar dan ruang secara

akurat.33 Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna,

garis, bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada diantara

unsur-unsur ini.34 Pesan-pesan keagamaan dapat disampaikan

kepada peserta didik melalui gambar, cerita, komik, yang berisi

pesan-pesan keimanan, akhlak, budi pekerti dan moral yang baik,

luhur dan mulia dengan menggunakan bahasa yang mudah

difahami sesuai dengan tingkat berfikir dan pemahaman peserta

didik.35

Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan visual

spasial adalah suka menggambar, melukis, mempresentasikan ide

31 May Lwin, dkk. op. cit. h. 43 32 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op.cit., h. 15 33 Munif Chatib, op.cit. h. 136 34 Thomas Amstrong, op. cit. h. 6 35 Faisal Ismail, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 34

13

dengan gambar, memiliki imajinasi yang unik, suka dengan benda

yang berwarna-warni, pandai mencocokkan warna yang sesuai.

Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai

kecerdasan visual-spasial adalah arsitek, desainer, pemahat,

fotografer, dan lain-lain yang relevan.36

d. Kinestetik

Kecerdasan kinestetik adalah kepekaan dalam mengontrol

gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respon dan refleks.37

Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti koordinasi,

keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibelitas, dan

kecepatan. Contoh yang paling tampak untuk diamati adalah

aktivitas para atlet atau dalam pertunjukan seni seperti menari atau

bermain drama.38

Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan

kinestetik adalah suka berolahraga, berjalan, berlarian, menari,

membuat kerajinan tangan. Oleh karena itu, karier yang sesuai

dengan orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik adalah atlet,

penari, aktor, artis, dan lain-lain.

e. Musikal

Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk merasakan

(misalnya sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya

sebagai kritikus musik), mengubah (misalnya sebagai komposer

musik) dan mengekspresikan (misalnya sebagai pemain musik)

bentuk-bentuk musik.39

Musik juga memegang peranan yang signifikan dalam

menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada para peserta didik.

36 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op.cit., h. 16 37 Munif Chatib, op.cit. h. 137 38 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, loc. cit. 39 Thomas Amstrong, op. cit. h. 7

14

Misalnya lagu religius yang berjudul “Tuhan” ciptaan Bimbo.

Ketika musik/lagu ini dilantunkan dengan suara yang merdu dan

syahdu maka lagu ini akan memiliki daya sentuh yang sangat

sensitif-inspiratif bagi para pendengarnya.40

Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan

musikal adalah memiliki sensitifitas untuk mendengarkan pola-

pola, bersenandung dan dapat memainkan sesuai dengan irama,

mencari dan menikmati pengalaman musik, sangat bagus dalam

mengambil nada, mempunyai suara merdu. Oleh karena itu, karier

yang sesuai dengan orang yang mempunyai kecerdasan musikal

adalah penyanyi, musisi, pengamat lagu, pencipta lagu, dan lain

sebagainya. 41

f. Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kepekaan mencerna dan

merenspon secara tepat suasana hati, motivasi dan keinginan orang

lain.42 Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai

kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan

yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti

memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman,

memperoleh simpati dari peserta didik yang lain dan sebagainya.43

Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai

kecerdasan interpersonal adalah guru, organisatoris, diplomat,

aktivis, negosiator, mediator, dan lain sebagainya.

40 Faisal Ismail, op. cit. h. 34-35 41 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op. cit., h. 18 42 Munif Chatib, op. cit. h. 137 43 Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2009), h. 14

15

g. Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kepekaan memahami perasaan

sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang

kekuatan dan kelemahan diri.44 Individu yang cerdas dalam

intrapersonal memiliki beberapa indikator kecerdasan,45 yaitu:

1) Secara teratur meluangkan waktu sendiri untuk bermeditasi,

merenung dan memikirkan berbagai masalah;

2) Pernah atau sering menghadiri acara konseling atau seminar

perkembangan kepribadian untuk lebih memahami diri

sendiri;

3) Mampu menghadapi kemunduran, kegagalan, hambatan

dengan tabah;

4) Memiliki hobi atau minat dan kesenangan yang disimpan

untuk diri sendiri;

5) Memiliki tujuan-tujuan yang penting untuk hidup yang

dipikirkan secara kontinu;

6) Memiliki pandangan yang realistis mengenai kekuatan dan

kelemahan diri yang diperoleh dari umpan balik sumber-

sumber lain;

7) Lebih memilih menghabiskan akhir pekan sendiri di

tempat-tempat pribadi dan jauh dari keramaian;

8) Menganggap dirinya orang yang berkeinginan kuat dan

berpikiran mandiri;

9) Memiliki buku harian untuk mengepresikan perasaan,

emosi diri dan menuliskan pengalaman pribadi;

10) Memiliki keinginan untuk berusaha sendiri.

44 Ibid. 45 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op. cit., h. 19

16

Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai

kecerdasan intrapersonal adalah ahli terapi, penyair, psikolog,

filusuf, pemimpin spiritual, dan lain sebagainya.

h. Naturalis

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali pola-pola alam

dan perbedaan-perbedaan diantara berbagai bentuk kehidupan dan

objek alami.46 Komponen inti kecerdasan naturalistik adalah

kepekaan terhadap alam seperti flora dan fauna, keahlian dalam

membedakan angota-anggota suatu spesies, memetakan hubungan

antara satu spesies dengan spesies lain, memelihara alam,

mengunjungi tempat yang banyak dihuni binatang, dan akrab

dengan hewan peliharaan. Oleh karena itu, karier yang sesuai

dengan orang yang mempunyai kecerdasan naturalistik adalah

petani, aktivis alam, ahli geologi, ahli biologi, pelaut, pemancing,

pendaki gunung, penyelam, dan lain-lain.47

3. Identifikasi Multiple Intelligence Peserta Didik

Untuk dapat mengidentifikasi dan mengelompokkan kecerdasan

peserta didik, guru atau tim yang dibentuk pihak sekolah harus

melakukan identifikasi terlebih dahulu. Identifikasi ini bukan

merupakan tes yang mendapatkan nilai, akan tetapi hanya sebatas

untuk mengetahui kecerdasan peserta didik (pre-tes). Adapun

instrumen ini penulis dapatkan dari buku Sekolah Para Juara karya

Thomas Amstrong (terlampir).48

46 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan; Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang,

(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), h. 213 47 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op. cit., h. 21-22 48 Thomas Amstrong, op. cit., h. 46-53

17

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Kata metode mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk

mencapai suatu tujuan. Metode berasal bahasa Yunani yang terdiri dari

dua kata yaitu meta dan hodos. Meta yang memiliki arti melalui dan

Hodos yang memiliki arti jalan atau cara.49 Sedangkan pembelajaran

adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar.50

Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta

didik mencapai kompetisi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam

memilih metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih

strategi belajar).51

Metode pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis

dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Itulah sebabnya para ahli

pendidikan sepakat bahwa seorang guru yang ditugaskan mengajar di

sekolah, haruslah guru yang profesional yaitu yang ditandai oleh

penguasaan terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran,

mata pelajaran dapat disampaikan secara efesien, efektif dan struktur

dengan baik sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan

dengan tepat.52

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan

hanya menggunakan satu metode, akan tetapi guru sebaiknya

menggunakan metode yang bervariasi agar kegiatan pembelajaran tidak

membosankan. Penggunaan metode yang bervariasi juga tidak akan

49 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoretis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan

Interdisipliner), (Jakarta: Buna Aksara, 2003), h. 65.

50 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 17 51 Iif Khoiru Ahmadi, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka.

2011), h. 101. 52 Abuddin Nata, Persepektif Islam Tentang strategi pembelajaran, ( Jakarta : Kencana, 2009),

h. 176-177

18

menguntungkan apabila penggunaannya tidak tepat, oleh karena itu

kompetensi guru sangat diperlukan agar penggunaannya tepat sasaran.53

Metode pembelajaran berbeda dengan model, pendekatan, strategi,

dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar. Sedangkan pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai

titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran ada dua, yaitu pendekatan yang berpusat pada

siswa dan pendekatan yang berpusat pada guru.54

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh

pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama

proses pembelajaran.55 Teknik pembelajaran adalah jalan, alat atau

media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta

didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.56

Model, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran

adalah satu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan

pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan

yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang

relevan selama proses pembelajaran berlangsung.57 Berikut ini adalah

ringkasan mengenai perbedaan antara model, pendekatan, strategi,

metode dan teknik pembelajaran:

53 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,

2013), h. 46

54 Junaedi, dkk. Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 11 55 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 3

56 Ibid. h. 2

57 Ibid.

19

Gambar 2.1

Perbedaan Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik

Pembelajaran.

2. Macam-macam Metode Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan banyak sekali metode pembelajaran yang

dapat diterapkan oleh guru, baik berupa metode yang melibatkan peserta

didik (metode pembelajaran aktif) maupun metode yang tidak

melibatkan peserta didik (metode pembelajaran pasif). Dalam hal ini,

penulis akan memberikan beberapa contoh metode pembelajaran

berdasarkan kecerdasan peserta didik. Metode ini bisa juga digunakan

lebih dari satu kecerdasan.

a. Kecerdasan Linguistik

1) Diskusi

Metode ini juga bisa diimplementasikan untuk peserta didik

yang mempunyai kecerdasan interpersonal.58 Berikut ini adalah

58 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 144

20

prosedur yang dapat dilakukan dalam implementasi metode

diskusi dalam kegiatan pembelajaran:

a) Guru menyiapkan materi pelajaran

b) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

c) Guru membagi tema materi pelajaran sesuai banyaknya

jumlah kelompok dalam satu kelas

d) Tiap kelompok menunjuk salah satu anggota nya untuk

menjadi ketua, sekretaris (notulen), moderator dan anggota

e) Tiap kelompok mendiskusikan tema materi pelajaran dan

mencatat hasilnya dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan

hasil diskusi

f) Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di

depan kelas (depan kelompok lain).59

2) Debat

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode debat dalam kegiatan pembelajaran:

a) Guru membagi dua kelompok, kelompok pro dan kelompok

kontra

b) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan

didebatkan oleh kedua kelompok

c) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu

anggota kelompok pro untuk berbicara lalu ditanggapi oleh

kelompok kontra. Begitu seterusnya sampai sebagian besar

peserta didik bisa mengemukakan pendapatya

d) Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru

menulis inti gagasan dari setiap pembicaraan sampai

sejumlah gagasan yang diharapkan guru terpenuhi

e) Guru menambahkan gagasan yang belum terungkap

59 Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler, (Jogjakarta: Ar Ruz Media,

2016), h. 194

21

f) Dari gagasan-gagasan tersebut, guru mengajak peserta didik

untuk membuat kesimpulan yang mengacu pada topik.60

3) Bercerita (Storytelling)

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode bercerita (Storytelling) dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru membagi kelompok yang terdiri atas kelompok yang

membawakan cerita dan kelompok yang menyimak ide

cerita

b) Guru menentukan topik cerita atau meminta jenis cerita yang

diminati peserta didik

c) Guru membagi naskah cerita bersambung tersebut atau

meminta kepada peserta didik untuk mencari sendiri (jika

peserta didik mencari sendiri, sebaiknya tugas tersebut

diberikan beberapa hari sebelumnya dan menjelaskan aturan

mainnya)

d) Peserta didik meringkas dan mengambil intisari cerita yang

akan dipaparkan

e) Guru menyediakan daftar pertanyaan yang dapat dijawab

oleh peserta didik setelah cerita tersebut disajikan

f) Guru memeriksa dan menjelaskan jawaban yang benar.61

b. Kecerdasan Matematis-Logis

1) Klasifikasi

Sebelum menerapkan metode ini guru harus menyiapkan media

dan alat pendukung berupa gambar atau potongan kalimat dan

alat perekat. Metode ini juga bisa diimplementasikan untuk

60 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 50-51

61 Muhammad Yaumi, op. cit, h. 51-52

22

peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis.62 Berikut

ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam implementasi

metode klasifikasi dalam kegiatan pembelajaran:

a) Guru mengumpulkan data-data yang akan disebar (data

biasanya dalam bentuk potongan gambar atau potongan

kalimat).

b) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok

sesuai dengan materi yang akan diklasifikasikan. Contoh:

guru membagi peserta didik menjadi dua kelompok, yaitu:

kelompok air yang dapat digunakan untuk bersuci dan

kelompok air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci.

c) Guru memberikan informasi dan prosedur terkait materi

yang akan diklasifikasikan.

d) Guru menentukan area klasifikasi. Area klasifikasi sesuai

dengan jumlah kelompok. Tugas peserta didik adalah

mengelompokkan/mengklasifikasikan data-data kedalam

sebuah area.

e) Guru melakukan evaluasi dan penguatan materi.63

2) Eksperimen

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran:

a) Guru menentukan topik atau tugas yang dilakukan dengan

menggunakan aktivitas bereksperimen

b) Guru menjelaskan pola, strategi dan teknik pelaksanaan

perlakuan (mandiri atau kelompok tergantung dari jumlah

peserta didik)

c) Peserta didik menentukan objek yang diselidiki atau diteliti

62 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 153

63 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 150

23

d) Peserta didik mengumpulkan informasi tentang objek yang

diteliti termasuk konsep yang diperoleh melalui buku atau

pemahaman umum dari orang

e) Peserta didik merumuskan atau membuat catatan-catatan

kecil tentang aspek-aspek yang hendak diselidiki

f) Peserta didik melakukan pengamatan atau menyelidiki

tentang objek itu.64

3) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode pemecahan masalah (Problem Solving)

dalam kegiatan pembelajaran:

a) Guru menyiapkan materi pelajaran sekaligus jenis masalah

atau kasus yang akan diberikan kepada peserta didik

b) Guru menyampaikan materi pelajaran pokok kepada siswa

sebagai pengantar

c) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kerja

sebagai langkah awal

d) Guru memberikan satu jenis masalah atau kasus pada setiap

kelompok kerja siswa untuk diselesaikan

e) Peserta didik bekerjasama dalam tiap kelompok untuk

menyelesaikan masalah dan kasus yang diberikan guru

f) Guru memberi pendampingan dan arahan yang diperlukan

agar siswa dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi

g) Selama belajar dan bekerja menyelesaikan masalah, siswa

diperbolehkan untuk mencari sumber referensi lain sebagai

acuan sekaligus untuk menumbuhkan motivasi belajar

mandiri

64 Muhammad Yaumi, op. cit, h. 73

24

h) Setelah berhasil menyelesaikan masalah yang dihadapi,

peserta didik diminta membuat laporan dan kesimpulan

akhir

i) Setiap kelompok mempresentasikan hasil belajarnya di

depan kelas untuk berbagi pengetahuan dengan kelompok

lain.65

c. Kecerdasan Spasial-Visual

1) Peta Konsep (mind mapping)

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode peta konsep dalam kegiatan pembelajaran:

a) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

b) Peserta didik dapat membuat peta konsep di halaman kosong

buku atau kertas gambar dengan cara menuliskan kalimat

utama sebagai kata kunci yang akan menjadi pusat informasi

atau menggunakan gambar dan simbol dengan memberikan

warna yang berbeda

c) Sedapat mungkin gunakan kata kunci tunggal (key word),

tuliskan dengan huruf tebal/kapital

d) Menyusun urutan informasi yang ada dalam setiap kategori

e) Membuat korelasi melalui hubungan antar kategori yang

menunjukkan keterkaitan antar informasi (tiap kata/gambar

harus memiliki garis sendiri)

f) Tarik garis dan kaitkan dengan pusat informasi. Setiap garis

penghubung memiliki warna sendiri. Semakin banyak garis

penghubung yang dibuat, semakin banyak informasi yang

disampaikan.

g) Gunakan garis lengkung untuk menghubungkan antara topik

sentral dan subtopik.

65 Jasa Ungguh Muliawan, op. cit., h. 263

25

h) Kembangkan peta konsep sesuai kreasi anda.66

2) Membaca Gambar

Metode ini juga bisa diimplementasikan untuk peserta didik

yang mempunyai kecerdasan intrapersonal.67 Berikut ini adalah

prosedur yang dapat dilakukan dalam implementasi metode

membaca gambar dalam kegiatan pembelajaran:

a) Guru memilih materi ajar yang mengandung gambar-gambar

dengan kompleksitas tinggi. Contoh: gambar peta, anatomi

tubuh, dan gambar denah masjid al haram

b) Guru menempelkan gambar di kertas karton atau di power

point agar dapat terlihat jelas

c) Dari setiap gambar yang ditampilkan, peserta didik

mempresentasikan pemahaman nya

d) Guru memberikan evaluasi terhadap pemahaman peserta

didik.68

3) Movie Learning

Sebelum menerapkan metode ini guru harus menyiapkan

beberapa media pendukung, diantaranya: Laptop, Proyektor, dan

Sound System. Apabila film yang akan ditayangkan memakan

durasi lama, maka guru terlebih dahulu mengedit atau

memotong bagian-bagian penting dari film yang akan

ditayangkan.

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode Movie Learning dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok

66 Alamsyah said, h. 173

67 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 177

68 Alamsyah Said, op. cit., h. 206

26

b) Setiap kelompok diberikan pertanyaan-pertanyaan penting

untuk dianalisis pada saat film berlangsung dan setelah film

selesai

c) Pada saat film ditayangkan, semua peserta didik serius

memerhatikan sambil memegang pulpen, sesekali mereka

mencatat hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan

dengan pertanyaan yang dibagikan gurunya

d) Setelah film selesai, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi

untuk membahas film dipandu oleh guru.69

d. Kecerdasan Kinestetik

1) Games Ular Tangga

Sebelum menerapkan metode ini guru harus menyiapkan media

pendukung, yaitu: karpet ular tangga jumbo beserta dadu.

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode games ular tangga dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru menyiapkan papan permainan ular tangga jumbo

beserta dadu yang mempunyai mata enam

b) Guru membuat pertanyaan di kertas lalu menempelkannya

pada setiap kotak papan permainan ular tangga

c) Pertanyaan disesuaikan dengan materi ajar yang akan

dipelajari

d) Setiap peserta didik bergantian melempar dadu

e) Jika dadu yang jatuh menunjukkan mata lima, maka peserta

didik harus berjalan lima kotak pada papan ular tangga

f) Jika sudah dijalankan, kotak yang berisi pertanyaan dijawab

oleh peserta didik. Jika benar peserta didik tersebut

mendapat poin

69 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, h. 114

27

g) Apabila kotak yang dituju didapati gambar ular dengan

posisi turun, maka pemain harus turun mengikuti posisi ular.

Begitupun apabila terdapat gambar tangga, maka peserta

didik harus naik mengikuti posisi tangga

h) Pemenang dari permainan ini adalah siswa yang paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar dan lebih dahulu

finish. 70

2) Seni Teatrikal Pantonim

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode seni teatrikal pantonim dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru menentukan waktu, pemeran dan topik aktivitas

pembelajaran pembelajaran berpantonim

b) Guru menyediakan segala bahan dan peralatan yang

dibutuhkan oleh pemain termasuk menyusun naskah yang

diperankan oleh pemain pantonim

c) Peserta didik membagi kelompok yang terdiri atas lima

sampai delapan orang untuk mendiskusikan hasil interpretasi

kelompok sebelum didiskusikan dalam ruang kelas

d) Pemain pantonim memulai gerakan-gerakannya dan seluruh

peserta didik yang sudah dibagi kedalam beberapa kelompok

menyimak sambil mencatat hal-hal penting untuk

didiskusikan

e) Setelah selesai berpantonim, pemain pantonim menunggu

hingga dipanggil kembali untuk menjelaskan gerakan-

gerakannya, sementara peserta didik mendiskusikan secara

kelompok semua makna yang dikonstruksi melalui aktivitas

berpantonim

70 Alamsyah Said, op. cit., h. 240-241

28

f) Peserta didik mempresentasikan hasil interpretasi mereka

tentang pesan-pesan yang dimainkan melalui aktivitas

berpantonim

g) Guru memberikan penilaian terhadap hasil interpretasi

peserta didik

h) Guru mengumumkan kelompok terbaik yang paling

mendekati kebenaran dari seluruh aktivita pantonim.71

3) Demonstrasi

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode demonstrasi dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru menjelaskan indikator pembelajaran

b) Guru menyajikan sekilas materi yang akan disampaikan

c) Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan

d) Guru menunjuk salah seorang peserta didik untuk

mendemonstrasikan (atau guru yang mendemonstrasikan

materi terlebih dahulu) sesuai skenario yang telah disiapkan

e) Seluruh peserta didik memerhatikan demonstrasi dan

menganalisanya

f) Tiap peserta didik atau kelompok mengemukakan hasil

analisanya dan juga pengalaman peserta didik selama

mendemonstrasikan

g) Guru membuat kesimpulan.72

71 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 111-112

72 Cucu Suhana, op. cit., h. 54

29

e. Kecerdasan Musikal

1) Musik Suasana

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode musik suasana dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru meyiapkan musik yang dapat membangun suasana atau

suasana hati yang cocok dengan pelajaran. Musik ini bisa

berupa backsound, suara alam, musik religi dan sebagainya

yang dapat membangun kondisi emosional tertentu73

b) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mendengarkan

musik tersebut

c) Guru memutar musik tersebut hingga selesai

2) Parodi

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode parodi dalam kegiatan pembelajaran:

a) Memilih judul lagu (lirik lagu) yang akan digunakan sebagai

parodi

b) Guru membuat contoh parodi lagu (di dalam lagu berisi

materi ajar)

c) Atau, peserta didik secara kreatif dapat membuat parodi lagu

yang berisi materi ajar.74

f. Kecerdasan Interpersonal

1) Tim Ahli (Jigsaw)

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran:

a) Peserta didik dikelompokkan kedalam empat anggota tim

b) Setiap orang dalam tim diberikan materi yang berbeda

73 Thomas Amstrong, op. cit., h. 119

74 Alamsyah Said, op. cit., h. 216

30

c) Anggota dari tim yang berbeda dan telah mempelajari

bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru

(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka

d) Setelah selesai diskusi, setiap anggota kembali ke kelompok

asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang

sub bab yang dikuasai

e) Guru memberikan evaluasi

f) Penutup.75

2) Kerja Kelompok

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode kerja kelompok dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru membentuk tim dan mendeskripsikan tujuan yang

hendak dicapai, baik secara perorangan maupun yang

dicapai dalam tim

b) Guru memberikan tugas yang hendak dilakukan secara tim

disertai dengan petunjuk-petunjuk teknis untuk

menyelesaikannya

c) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang pentingnya

bekerja dalam tim, memiliki komitmen yang kuat, dan

merasa bangga tentang keberhasilan yang dibangun melalui

tim

d) Peserta didik menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan

kepada tim dan berupaya untuk saling memberi dan

menerima, mengajar, dan membangun kekompakan untuk

memperkuat kerja tim

e) Peserta didik mengeluarkan segala pengetahuan dan

keterampilan dalam upaya menyelesaikan tugas

75 Cucu Suhana, op. cit., h. 49

31

pembelajaran sehingga setiap anggota dalam tim dapat

memberi kontribusi yang berharga demi untuk keberhasilan

tim

f) Peserta didik berpartisipasi aktif dalam menyimpulkan dan

membuat keputusan akhir tentang tugas yang dibebankan

secara bersama-sama.76

3) Cerdas Cermat Berantai

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode cerdas cermat berantai dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Atur deretan duduk siswa dengan rapi dan pastikan jumlah

setiap anggota kelompok sama dengan kelompok lain

b) Berikan nama setiap kelompok. Sebaiknya nama kelompok

diambil dari konten materi ajar. Contoh: materi ajar salat

sunah, nama kelompok: kelompok dhuha, kelompok

rawatib, dan kelompok tahajud

c) Minta setiap kelompok menunjuk ketua kelompoknya

d) Buat aturan main seperti berikut ini:

(1) Setiap deretan antarsiswa yang duduk bersebrangan

menjadi lawan dalam lomba cerdas cermat berantai

(2) Setiap deretan duduk siswa mendapat giliran berebut

menjawab pertanyaan

(3) Anggota kelompok dapat memberitahukan jawaban pada

anggotanya tiga sampai lima pertanyaan untuk setiap

deretan antar siswa yang duduk bersebrangan

e) Guru membuat soal yang mirip namun variatif.77

76 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 147

77 Alamsyah Said, op. cit., h. 276

32

g. Kecerdasan Intrapersonal

1) Melakukan Tugas Mandiri

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode melakukan tugas mandiri dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru menyediakan materi atau tugas-tugas pembelajaran,

tujuan yang hendak dicapai setelah menyelesaikan pekerjaan

tersebut, dan jenis penilaian yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian hasil yang diperoleh peserta didik

b) Guru membacakan atau memperlihatkan di layar atau papan

tulis seluruh jenis tugas pembelajaran yang hendak

diselesaikan dengan peserta didik untuk memilih tugas

tersebut

c) Guru menjelaskan kembali tujuan yang hendak dicapai

untuk masing-masing tugas dan batas waktu untuk

menyelesaikannya

d) Peserta didik melaksanakan tugas tersebut sesuai ketentuan

yang telah disepakati

e) Peserta didik mengoreksi sendiri hasil pekerjaan tersebut

sebelum memperlihatkan kepada teman sebaya nya untuk

mengetahui jika terjadi kesalahan penulisan, penempatan,

atau berbagai jenis kesalahan lainnya

f) Peserta didik meminta teman sebayanya untuk mengedit atau

mengoreksi berbagai kesalahan yang telah dilakukan. Hasil

koreksi tersebut dicatat kemudian dilakukan revisi

g) Peserta didik menyerahkan tugas yang telah dilakukan untuk

mendapatkan nilai dari guru

h) Guru memberikan koreksi, penilaian, dan mengembalikan

pekerjaan tersebut kepada peserta didik.78

78 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 161

33

2) Jurnal Belajar

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode jurnal belajar dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

menuliskan apa yang mereka rasakan dan pikirkan tentang

materi dalam jurnal

b) Guru menginstruksikan peserta didik untuk membuat jurnal

tentang pertanyaan, komentar dan sesuatu yang ada di

pikiran mereka selama pembelajaran berlangsung. Contoh:

apa yang belum mereka pahami? Bagaimana kaitan antara

pengalaman belajar dengan kehidupan pribadi mereka? Apa

yang dapat mereka petik dari kegiatan pembelajaran hari ini?

c) Peserta didik mengumpulkan jurnal tersebut kepada guru

d) Guru membaca jurnal tersebut sebagai evaluasi untuk

kedepannya.79

3) Kontrak Nilai

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode kontrak nilai dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Peserta didik diminta untuk memilih topik yang akan

dipelajari secara mandiri

b) Peserta didik membuat rencana studi, meliputi:

(1) Poin pengetahuan yang akan dikuasai

(2) Kegiatan belajar yang akan dikerjakan

(3) Tanggal penyerahan

79 Melvin L. Silberman, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. dari Active Learning (Bandung:

Nuansa Cendekia, 2016), h. 205

34

c) Guru membimbing dan memeriksa kontrak yang ditulis

peserta didik

d) Guru dan siswa menandatangani kontrak yang dibuat dan

disepakati oleh kedua belah pihak.80

h. Kecerdasan Naturalis

1) Karyawisata

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode karyawisata dalam kegiatan pembelajaran:

a) Persiapan

Meliputi perencanaan awal tujuan karyawisata. Dalam

tahapan ini guru telah menetapkan objek tujuan yang sesuai

dengan materi pembelajaran

b) Pelaksanaan

Meliputi pengaturan lapangan secara keseluruhan, termasuk

agenda dan teknis pelaksanaan, serta kesiapan kelompok-

kelompok belajar peserta didik

c) Hasil Pelaksanaan

Berupa catatan, gambar/foto objek selama karyawisata.

Kelompok-kelompok belajar siswa mendiskusikan catatan

dan temuan serta membuat laporan hasil karyawisata.81

2) Belajar Melalui Alam

Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam

implementasi metode belajar melalui alam dalam kegiatan

pembelajaran:

a) Guru menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dan hal-hal

yang perlu dipelajari dari perjalanan alam

80 Alamsyah Said, h. 291

81 Ibid., h. 307

35

b) Guru memberikan penjelasan khusus mengenai tugas yang

akan dilakukan selama perjalanan

c) Guru dan peserta didik membuat sejumlah pertanyaan

sementara sebagai panduan dasar dalam melakukan

pengamatan dan penyelidikan

d) Peserta didik melaksanakan tugas secara berkelompok sesuai

ketentuan yang telah disepakati

e) Peserta didik berkumpul di suatu tempat yang telah

disepakati setelah selesai melakukan penyelidikan

f) Peserta didik mempelajari, mengkaji kembali, kemudian

merumuskan semua hasil temuan yang diperoleh selama

melakukan penyelidikan dan belajar melalui alam

g) Peserta didik boleh mendiskusikan hasil temuannya dengan

teman baik yang berada di dalam kelompok maupun yang di

luar kelompok

h) Peserta didik melaporkan hasil temuannya

i) Guru memeriksa, membahas di dalam kelas dan memberikan

penilaian terhadap hasil temuan yang diperoleh, kemudian

mengembalikannya kepada peserta didik.82

C. Bidang Studi Fikih

1. Pengertian Fikih

Fikih berasal dari bahasa arab yang memiliki arti yaitu

mengetahui dan memahami.83 Menurut Ibnu al Atsir kata bisa dibaca

menggunakan dua opsi, yaitu (huruf Qaf dibaca kasrah) dan

82 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 184-185

83 Ibnu Mandzur, Lisan al Arab, (Beirut: Dar al Shadir), h. 522

36

(huruf Qaf dibaca Dhammah) akan tetapi opsi yang kedua ini jarang

digunakan dan makna keduanya itu sama (tidak ada perubahan makna)

yaitu mengetahui dan memahami.84 Pemahaman ini dilakukan secara

mendalam yang membutuhkan pengerahan potensi akal.85

Kata fikih sendiri banyak disebutkan dalam alquran salah satunya

terdapat dalam surah Taha ayat 28 yang menceritakan ketika Nabi Musa

berdoa kepada Allah agar dimudahkan saat berdialog dengan Fir’aun:

Artinya: Dia (Nabi Musa as.) berkata: “Tuhan Pemeliharaku,

lapangkanlah untukku dadaku (hatiku) (25) dan mudahkanlah untukku

urusanku (26) dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku (27) supaya

mereka memahami perkataanku (28).(QS. Thaha: 25-28)86

Selain disebutkan dalam alquran, kata fikih juga seringkali

disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW. salah satunya adalah ketika

memberikan motivasi kepada para sahabatnya:

Artinya:

Dari Humaid bin Abdurrahman bahwasanya ia mendengar

Muawiyah berkata: Rasulullah SAW. telah bersabda: “Barangsiapa

84 Sulaiman bin Muhammad al Bujairimi, Tuhfa al Habib ala Syarhi al Khatib: Hasyiyah al

Bujairimi ala al Khatib, (Beirut: Dar el Fikr, 1995), h. 51 85 Burhannudin, Fiqih Ibadah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h.12.

86 Alquran dan Maknanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 313 87 Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih al Bukhari, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987), h. 1134

37

dikehendaki Allah kebaikan, maka Allah akan memahamkannya dalam

perkara agama”. (HR. Bukhari)

Sedangkan fikih secara terminologi adalah:

Artinya: Ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum syariat

tentang perbuatan manusia yang ditemukan dari dalil-dalil yang

terperinci.88

Kata al ahkam pada definisi di atas merupakan bentuk jama’ atau

plural dari kata hukm yang berarti berbagai hukum. Jadi, ilmu fikih ini

membahas tentang hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang harus

dipatuhi dan dijalankan oleh setiap umat islam.

Kata al Syar’iyah pada definisi di atas adalah bentuk penyandaran

kepada subjek yang memberlakukan hukum, yaitu Allah dan

Rasullullah SAW.89 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Syariat adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup

manusia, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan

manusia dan alam sekitar berdasarkan alquran dan hadis.90 Adapun

hukum syariat islam itu terbagi menjadi 5 yaitu: wajib, mandub, haram,

makruh dan mubah.

Kata al ‘Amaliyah pada definisi di atas menunjukkan bahwa hukum

yang dibahas dalam fikih itu mengenai perbuatan manusia. Seperti

hukum mengerjakan salat, hukum membayar zakat dan sebagainya.

88 Syihabuddin al Ramli, Nihayah al Muhtaj ila Syarhi al Minhaj, (Beirut: Dar el Fikr, 1984), h.

31 89 Usman bin Muhammad Syatha al Dimyathi, Ianah al Thalibin ala hilli alfadzi Fathi al Mu’in,

(Beirut, Dar el Fikr: 1997), h. 21 90 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit. h. 1115

38

Kata al muktasab pada definisi di atas berarti yang diusahakan. Hal

ini dikarenakan bahwasanya fikih merupakan hasil usaha para fuqaha

dalam memahami syariat melalui pemikiran yang matang (Ijtihad).

Kata min adillah al Tafshiliyah pada definisi di atas memiliki arti

“dari dalil-dalil yang terperinci” dikarenakan ilmu fikih tidak

mengambil seluruh dalil yang terdapat di dalam alquran dan hadis, akan

tetapi hanya mengambil dalil yang dapat dijadikan hukum (muhkam).

Contoh:

Artinya: “Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat...”

Ayat di atas memerintahkan kepada umat muslim untuk

mengerjakan salat dan menunaikan zakat. Pada ayat tersebut

mengandung perintah yaitu pada lafaz aqimu dan Atuu. Sedangkan

perintah disini menunjukkan kewajiban. Maka dapat disimpulkan

bahwa menunaikan salat dan membayar zakat hukum nya wajib.

Dengan demikian, kajian ilmu fikih itu adalah mengetahui hukum

dari setiap perbuatan mukallaf tentang halal, haram, wajib, mandub,

makruh, atau mubah nya beserta dalil-dalil yang menjadi dasar

ketentuan-ketentuan hukum tersebut, baik dalilnya itu dinyatakan

dalam alquran atau sunah.91

2. Tujuan Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah

Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik

dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara

pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi

91 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: LP2M UIN Jakarta, 2017), h. 7

39

muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah

(sempurna).

Pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat:

1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam

mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan

manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan

hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih

muamalah;

2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam

dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan

ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan

ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung

jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun

sosial.92

3. Ruang Lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah

Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan

pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT. dan

hubungan manusia dengan sesama manusia.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah

meliputi:

1) Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah,

salat fardu, salat sunah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud,

azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa,

zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan

jenazah, dan ziarah kubur.

92 Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 165 Tahun 2014, h. 46

40

2) Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual

beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan

agunan serta upah.93

D. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim

Riau, yang bernama Darul Kutuni Harahap pada tahun 2012 dengan

judul: “Pengembangan Multiple Intelligence Siswa oleh Guru Fiqh di

Madrasah Tsanawiyah Masmur Pekanbaru.” Dari penelitian ini

didapatkan kesimpulan bahwa: Guru fiqh MTs Masmur diantaranya

mempunyai latar belakang keguruan, akan tetapi kurang menguasai

pengembangan multiple intelligence siswa dalam KBM (Kegiatan

Belajar Mengajar). Hal ini dibuktikan dengan hasil presentase penelitian

yang kurang baik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang bernama Muhammad Munji pada tahun 2015 dengan

judul: “Analisis Strategi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran PAI

di MAN 12 Jakarta.” Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa:

Terdapat unsur-unsur dalam strategi Multiple Intelligence dalam

pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta. Hal ini dilihat dari hasil

pengamatan yang dilakukan pada saat KBM, yaitu: Fikih: melaksanakan

praktek shalat jenazah. Kegiatan pembelajaran ini dapat

mengembangkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal. Akidah

akhlak: melaksanakan kegiatan diskusi panel dengan alat peraga mading

dan power point yang di desain secara unik dan menarik. Kegiatan

pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal,

linguistik, dan visual-spasial. Al-Quran Hadis: Melaksanakan kegiatan

pembelajaran diskusi kelompok dan pemutaran lagu nasyid serta

93 Ibid. h. 48

41

pembacaan ayat-ayat al-Quran yang disertai irama lagu. Kegiatan

pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal,

linguistik dan musik. Sejarah Kebudayaan Islam: melaksanakan

kegiatan pembelajaran diskusi panel dan pemutaran film pendek.

Kegiatan pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan

interpersonal, intrapersonal dan linguistik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Walisongo Semarang,

yang bernama Hanifah Lutfiati pada tahun 2008 dengan judul: “Konsep

Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT

Assalamah Ungaran.” Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa:

1) Multiple Intelligence adalah suatu konsep pemikiran yang timbul

untuk menepis anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya dapat diukur

dengan penilaian IQ yang hanya menggambarkan dua kecerdasan saja,

yaitu kecerdasan linguistik dan logis-matematis. Kemudian Gardner

mengungkapkan kecerdasan manusia berjumlah banyak. 2) pelaksanaan

multiple intelligence dalam pembelajaran menuntut pendidik harus

mempunyai daya kreatifitas dalam menerapkan pendekatan multiple

intelligence.

Dari ketiga penelitian diatas, penulis hanya menemukan satu penelitian

yang secara spesifik membahas tentang pengembangan multiple

intelligence yang dilakukan oleh guru fikih dalam KBM, adapun

penelitian yang lain membahas implementasi pada mata pelajaran PAI

saja tidak spesifik kedalam mata pelajaran Fikih.

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang beralamat

di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat Timur,

Tangerang Selatan, Banten 15419 Indonesia. Penulis memilih MTs

Pembangunan UIN Jakarta karena madrasah ini merupakan madrasah berbasis

Multiple Intelligence. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 12

November 2018 sampai 22 Februari 2019

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode kualitatif

menurut Afrizal adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang

mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan)

dan perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau

mengkuantifikasikan data kualitatif yang diperoleh dan dengan demikian tidak

menganalisis angka-angka.94 Penulis juga menggunakan pendekatan deskriptif

analisis yaitu mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian

menyeleksi, membandingkan, menganalisa data, serta menarasikan untuk

mengambil kesimpulan.95

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan

apabila penelitian berhubungan dengan perilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.96

94 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: RajaGrafindo, 2016), h. 13

95 Sudikin dan Mundir, Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda

dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendekia, 2005), h. 24 96 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 203

43

Penulis menggunakan teknik ini untuk mengetahui langkah-langkah yang

dilakukan guru dalam mengimplementasikan teori multiple intelligence ke

dalam metode pembelajaran Fikih, serta penulis juga mengamati kegiatan

yang dilakukan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Dalam teknik ini, penulis membuat catatan lapangan untuk merekam

kejadian yang sedang diamati.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog

baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu

antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.97

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman guru mata

pelajaran Fikih terhadap teori multiple intelligence dan metode

pembelajaran Fikih serta untuk mengetahui sistem yang diterapkan pada

sekolah berbasis multiple intelligence. Pada teknik ini, penulis akan

membuat pedoman wawancara agar kegiatan wawancara berlangsung

secara sistematis dan mudah. Adapun kegiatan wawancara ini penulis

lakukan kepada guru mata pelajaran Fikih dan wakil kepala madrasah

bidang kurikulum.

3. Dokumentasi

Teknik ini penulis lakukan untuk mengumpulkan data berupa dokumen-

dokumen yang relevan dalam penelitian untuk mendukung dan menambah

bukti dari sumber yang sudah ada. Adapun dokumen-dokumen ini meliputi

RPP, foto-foto, hasil wawancara dan lain sebagainya.

D. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara induktif (dari

khusus ke umum), berlangsung selama pengumpulan data di lapangan, dan

97 Wina Sanjaya, op.cit. h. 263

44

dilakukan secara terus menerus. Analisis data yang dilakukan meliputi:

mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan atau verifikasi.98

Reduksi data adalah proses mengolah data dari lapangan dengan memilah

dan memilih lalu menyederhanakan data dengan merangkum hal-hal yang

penting sesuai dengan fokus masalah penelitian.99 Reduksi data ini berlangsung

secara terus menerus selama penelitian berlangsung bahkan sampai setelah

penelitian di lapangan berakhir dan laporan akhir lengkap tersusun.100

Penyajian data disini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa

yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman

yang kita dapat dari penyajian-penyajian tersebut.101

Menarik kesimpulan adalah dengan mencari arti dari benda-benda,

mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang

mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan juga

dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung. Secara sederhana, makna-

makna yang muncul dari data harus diuji kebenaran, kekuatan, dan

kecocokannya.102

E. Pemeriksaan Keabsahan Data

Penulis menggunakan tiga teknik untuk memeriksa keabsahan data dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Meningkatkan ketekunan, yaitu melakukan uji kepercayaan data dengan

jalan melakukan pengamatan dengan cermat dan berkesinambungan.

98 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 216 99 Ibid. 218

100 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016), h. 242-

243 101 Ibid. h. 244 102 Ibid. h. 248

45

Contoh: mayoritas manusia berpendapat bahwa olahraga pagi bermanfaat

untuk menyehatkan badan. Akan tetapi setelah peneliti meningkatkan

ketekunannya, olahraga pagi tersebut bagi sekelompok orang bermanfaat

untuk berniaga.

2. Triangulasi, teknik ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Contoh: data yang diperoleh dengan wawancara lalu

di cek dengan observasi.

3. Menggunakan bahan referensi, yaitu adanya bahan pendukung untuk

membuktikan data yang telah kita temukan. Contoh: rekaman wawancara,

foto.103

103 Ibid. h. 268-273

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah Singkat MTs Pembangunan UIN Jakarta104

Lahirnya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta berawal dari

keinginan akan adanya lembaga pendidikan Islam yang representatif

dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pada awal tahun 1972, panitia pembangunan gedung madrasah

komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).

Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang

ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada

masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan

dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan untuk Madrasah

Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat

Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43

orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan

belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah

yang kemudian ditetapkan sebagai ‘Hari Kelahiran’ Madrasah

Pembangunan.

Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat

Tsanawiyah. Peserta didik angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan

Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja

sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.

104 Sumber data: Buku Panduan Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta

47

Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai

Madrasah Pilot Proyek Percontohan (yakni madrasah dengan kurikulum

yang bermuatan pendidikan umum dan agama sehingga lulusan

madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum sederajat) oleh

Departemen Agama RI.

Tahun pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka

tingkat Aliyah. Peserta didik yang diterima pertama kali sebanyak 32

orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. Setelah empat

tahun berjalan, berkenaan dengan pemerintah dalam hal pendidikan

(khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA

Pembangunan tidak menerima pendaftaran peserta didik baru lagi.

Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang peserta didik terakhir lulus dari

MA Pembangunan IAIN Jakarta.

Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun

2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama

menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.

Tahun pelajaran 2006/2007 atas dorongan rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, Madrasah

Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Jumlah

peserta didik pertama yang diterima adalah 47 peserta didik terbagi

dalam 2 rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun

2009 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan

hasil grade A kategori Memuaskan, sama dengan perolehan akreditasi

MI dan MTs

Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah

Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar

Nasional (MSN) di lingkungan kantor wilayah Departemen Agama

Provinsi DKI Jakarta dan Madrasah Aliyah pun telah diverifikasi MSN

pada 25 Desember 2010. Tahun 2011 kepala Kanwil Kemenag DKI

Jakarta kembali mengukuhkan status MSN.

48

Pada tahun pelajaran 2010/2011 telah dimulai rintisan program

bilingual di tingkat Tsanawiyah yang secara intens dievaluasi dan

disempurnakan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 MA Pembangunan

UIN Jakarta membuka Kelas Bahasa dengan program utamanya

penguasaan TOEFL (peserta didik kelas X) dan IELTS (peserta didik

kelas XI). Dan pada tahun pelajaran 2016/2017 MA Pembangunan UIN

Jakarta telah dicanangkan sebagai Madrasah Berbasis Riset. Pada aspek

manajemen Madrasah Pembangunan UIN mengimplementasikan

Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh sertifikat ISO

9001:2008 No. QSC:00863 untuk pelayanan pendidikan pada seluruh

satuan pendidikan.

2. Visi dan Misi MTs Pembangunan UIN Jakarta

a. Visi

Menjadi lembaga pendidikan terkemuka dalam pembinaan

keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan dengan mengapresiasi

potensi peserta didik

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan usia dini, dasar dan menengah

yang menghasilkan lulusan berakhlakul karimah, cerdas dan

terampil;

2) Melakukan inovasi kurikulum untuk menghasilkan lulusan yang

berkualitas dalam bidang keislaman, keilmuan dan

keindonesiaan;

3) Melakukan pembelajaran aktif dan menyenangkan dalam rangka

meningkatkan potensi peserta didik;

4) Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung

perkembangan potensi peserta didik;

5) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

dalam rangka penjaminan mutu layanan pendidikan;

49

6) Menciptakan partisipasi aktif stakeholders madrasah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan.

3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTs Pembangunan UIN

Jakarta

a. Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik di MTs Pembangunan UIN Jakarta berjumlah 48

pendidik. Mereka merupakan alumnus perguruan tinggi negeri dan

swasta terkemuka di Indonesia.

b. Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan di MTs Pembangunan UIN Jakarta berjumlah

33 orang. Pendidikan minimal para tenaga kependidikan di

madrasah ini adalah Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat).

4. Data Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta

Peserta didik di MTs Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2018/2019

berjumlah 715 orang yang terdiri dari 374 laki-laki dan 341 perempuan.

Adapun secara terperinci bisa dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Data Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun

Ajaran 2018/2019105

No Kelas L P Jumlah

1. 7 111 109 220

2. 8 121 122 243

3. 9 142 110 252

TOTAL 374 341 715

105 Sumber data: Bagian Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta

50

B. Temuan Penelitian

1. Implementasi Multiple Intelligence di MTs Pembangunan UIN

Jakarta

Madrasah Pembangunan UIN Jakarta merupakan madrasah

berbasis Multiple Intelligence. Perbedaan mencolok antara madrasah ini

dengan madrasah atau sekolah lainnya terletak pada pembagian kelas.

Sistem pembagian kelas di madrasah ini berdasarkan hasil tes MIR

(Multiple Intelligence Research) peserta didik. Dengan acuan hasil tes

tersebut, peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kecerdasan

dominan yang mereka miliki.106

Pengelompokan kecerdasan peserta didik dalam satu kelas tidak

hanya dikelompokkan kedalam satu kecerdasan saja, akan tetapi terdiri

dari empat kecerdasan yang dominan. Misalnya kelas 7A terdiri dari

kecerdasan linguistik, musikal, kinestetik dan interpersonal. Alasannya

karena kecerdasan peserta didik masih dapat berkembang dan guru

wajib mengetahui kecerdasan siswa agar agar bisa menyesuaikan

pembelajaran di kelas. 107

Kelas tahfiz, kelas bilingual dan kelas reguler merupaka macam-

macam kelas yang tersedia di madrasah ini. Menurut data yang penulis

dapatkan dari kepala Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta kecerdasan

peserta didik kelas 7 dalam satu kelas rata-rata lebih dari empat

kecerdasan, hanya tiga kelas yang terdapat empat kecerdasan dominan

dalam satu kelas. Dari delapan kecerdasan, kecerdasan naturalis lah

yang mendominasi kecerdasan para peserta didik kelas 7. Berikut ini

adalah data pengelompokkan kelas 7 beserta pengelompokkan

kecerdasan dominan peserta didik yang didapat dari hasil MIR.

106 Hasil wawancara dengan wakil kepala madrasah bidang kurikulum

107 Hasil wawancara dengan wakil kepala madrasah bidang kurikulum

51

Tabel 4.2

Data Hasil MIR pada Penerimaan Peserta Didik Baru108

No. Kelas Kecerdasan dominan Jumlah

Peserta Didik

1. 7 A (Reguler)

1. Musikal: 10 orang

2. Linguistik: 7 orang

3. Kinestetik: 5 orang

4. Interpersonal: 3 orang

5. Tidak terdeteksi: 3

orang

28 orang

2. 7 B (Reguler)

1. Musikal: 11 orang

2. Kinestetik: 7 orang

3. Linguistik: 4 orang

4. Interpersonal: 3 orang

5. Tidak terdeteksi: 3

orang

28 orang

3. 7 C (Reguler)

1. Naturalis: 18 orang

2. Intrapersonal: 5 orang

3. Spasial: 4 orang

4. Tidak terdeteksi: 1

28 orang

4. 7 D (Reguler)

1. Naturalis: 20 orang

2. Intrapersonal: 4 orang

3. Spasial: 3 orang

4. Tidak terdeteksi: 1

orang

28 orang

5. 7 E (Tahfiz)

1. Interpersonal: 5 orang

2. Naturalis: 5 orang

3. Linguistik: 4 orang

4. Kinestetik: 3 orang

24 orang

108 Sumber data: Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta

52

5. Musikal: 3 orang

6. Spasial: 2 orang

7. Interpersonal: 1 orang

8. Matematis-logis: 1

orang

6. 7 F

(Bilingual)

1. Linguistik: 14 orang

2. Musikal: 9 orang

3. Interpersonal: 3 orang

4. Kinestetik: 2 orang

28 orang

7. 7 G

(Bilingual)

1. Naturalis: 12 orang

2. Intrapersonal: 8 orang

3. Spasial: 4 orang

4. Linguistik: 2 orang

5. Matematis-logis: 1

orang

27 orang

8. 7 H

(Bilingual)

1. Naturalis: 12 orang

2. Intrapersonal: 7 orang

3. Musikal: 3 orang

4. Spasial: 3 orang

5. Matematis-logis: 2

orang

27 orang

2. Kegiatan Belajar Mengajar Fikih di MTs Pembangunan UIN

Jakarta

Kegiatan belajar mengajar fikih dilakukan di dalam kelas. Setiap ruang

kelas dilengkapi fasilitas yang dapat menunjang pelajaran dengan baik,

diantaranya adalah satu buah proyektor beserta layar, dua buah speaker

aktif, dua buah AC, satu buah papan tulis, sepasang bangku dan meja

guru, meja dan bangku peserta didik (sesuai dengan jumlah peserta didik

dalam kelas), dan dua buah lemari penyimpan. Adapun KBM ini dibagi

53

menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup.

a. Kegiatan Pembuka

Ketika melakukan kegiatan pembuka ini, guru melakukan salam

pembuka, pengkondisian kelas dan apersepsi. Penulis akan

menjabarkan kegiatan pengkondisian kelas dan apersepsi, karena

kedua kegiatan ini cukup bervariasi. Adapun perincian kegiatan

tersebut yaitu:

1) Pengkondisian Kelas

Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru mengkondisikan

kelas terlebih dahulu. Adapun kegiatan pengkondisian kelas

yang dilakukan oleh guru fikih antara lain:

a) Gerakan Memungut Sampah

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, guru

menginstruksikan kepada peserta didik untuk memungut

sampah yang ada di dalam kelas agar kegiatan pembelajaran

berlangsung dengan nyaman. Gerakan ini biasanya

diterapkan pada jam pelajaran yang berlangsung setelah jam

istirahat dan kelas-kelas yang banyak sampahnya saja.

b) Membaca Doa Bersama

Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, guru

menginstruksikan kepada ketua kelas untuk memimpin

anggota kelasnya membaca doa secara bersama-sama.

Sebelum pembacaan doa, ketua kelas menginstruksikan

kepada anggotanya agar tertib dan pembacaan doa berjalan

dengan lancar. Adapun instruksi yang diucapkan

menggunakan bahasa arab. Berikut ini instruksi yang

diucapkan oleh ketua kelas:

!(siap!)

(berdiri!) !

54

(memberi hormat dan salam!) !

(membaca itikad!) !

(duduk!) !

(berdoa!) !

Gambar 4.1

Membaca doa bersama sebelum belajar

c) Melantunkan Asmaul Husna

Sebelum memulai materi pelajaran, guru seringkali

menginstruksikan kepada peserta didik untuk melantunkan

Asmaul Husna bersama-sama. Pengkondisian kelas seperti

ini dapat menenangkan siswa, hal ini terbukti ketika

pelantunan Asmaul Husna ini kondisi mayoritas peserta

didik sangat khidmat.

2) Apersepsi

Proses pembelajaran akan lebih kreatif, efektif dan inovatif

apabila dimulai dengan apersepsi. Apersepsi merupakan

55

kumpulan hasil pengalaman belajar masa lalu peserta didik yang

dikaitkan dengan pengalaman baru dalam belajar yang akan

ditempuh peserta didik.109 Adapun kegiatan apersepsi yang

dilakukan guru fikih dalam pembelajaran antara lain:

a) Melantunkan Ayat Suci Alquran Secara Bersama-sama.

Adapun ayat yang dibaca adalah ayat yang sesuai dengan

materi yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru

menggunakan metode demonstrasi, yaitu guru membacakan

ayat suci Alquran dengan baik dan benar lalu peserta didik

mengikuti gaya bacaan guru. Sesekali guru membetulkan

dan menerangkan bacaan peserta didik yang terdengar tidak

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Setelah membaca ayat

suci Alquran yang akan dipelajari, guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik yang bersedia untuk

membacakan terjemahan ayat tersebut. Setelah peserta didik

membaca terjemah, guru memberikan kesempatan kepada

beberapa peserta didik yang bersedia untuk menjelaskan isi

kandungan atau maksud ayat yang telah dibaca. Penjelasan

ini tidak merujuk kepada tafsir Alquran, akan tetapi peserta

didik menyampaikan hasil penalaran mereka terhadap

terjemahan yang telah dibacakan.

109 Cucu Suhana, op. cit., h. 23

56

Gambar 4.2

Apersepsi dengan cara membaca ayat alquran yang

berkaitan dengan materi

b) Menggunakan Siwak Bersama

Dalam materi salat jumat ada sub bab yang menjelaskan

tentang kesunahan yang dilakukan sebelum salat jumat,

diantaranya adalah bersiwak. Sebelum bersiwak, guru

menginstruksikan kepada peserta didik untuk

menyiapkan/mengupas siwak yang telah dibawa dari rumah

agar bisa dipakai dengan nyaman. Cara pengupasan kulit

siwak didemonstrasikan oleh guru di depan para peserta

didik menggunakan alat berupa pisau kecil yang telah

disiapkan. Ketika peserta didik megupas siwak, guru

menjelaskan tentang keutamaan bersiwak serta waktu yang

dianjurkan/disunahkan untuk bersiwak.

57

Gambar 4.3

Peserta didik sedang menyiapkan siwak agar terasa nyaman

saat digunakan

c) Contoh Kasus

Mengambil sebuah contoh kasus dalam kehidupan sehari-

hari juga merupakan strategi guru untuk menghidupkan

suasana kelas sebelum belajar. Dalam mengembangkan

apersepsi ini, pertama-tama guru menanyakan cita-cita

peserta didik. Sontak saja para peserta didik ada yang

menjawab ingin menjadi pengusaha, dokter hewan, dokter

spesialis jantung, guru dan profesi lainnya. Lalu guru

memilih profesi dokter spesialis jantung untuk dijadikan

contoh kasus yang dikaitkan dengan materi salat jamak.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru menggunakan metode pembelajaran yang

cukup bervariatif sesuai dengan materi, kegiatan yang direncanakan

58

di hari tersebut dan kecerdasan dominan siswa.110 Dibawah ini

penulis akan menjabarkan metode pembelajaran yang

diimplementasikan oleh guru Fikih beserta langkah-langkahnya

sesuai dengan hasil observasi penulis:111

1) Movie Learning

a) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk

menyimak film dengan baik dan tenang

b) Guru memutar film yang terkait dengan materi

c) Setelah film selesai, guru menunjuk beberapa peserta didik

untuk menjelaskan inti dari film tersebut

d) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain

yang ingin mengutarakan pendapatnya

Gambar 4.4

Peserta didik sedang menyimak video terkait dengan materi

salat jumat

110 Hasil wawancara dengan guru fikih

111 Hasil observasi

59

2) Tanya Jawab

a) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta

didik

b) Para peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan

tersebut

c) Guru memberikan penambahan terhadap jawaban peserta

didik yang belum maksimal

3) Demonstrasi

a) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk

menyusun meja dan bangku di pojok kelas

b) Peserta didik membersihkan ruangan kelas agar bisa

digunakan untuk salat

c) Guru membagi tugas kepada dua orang peserta didik untuk

menjadi muazin, khatib dan imam

d) Peserta didik mendemonstrasikan salat jumat berjamaah

e) Guru memerhatikan demonstrasi peserta didik

f) Guru memberikan evaluasi dan penguatan materi

Gambar 4.5

Peserta didik sedang mendengarkan khutbah jumat

60

4) Peta Konsep

a) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk

menyiapkan buku tulis

b) Guru menentukan materi yang akan dibuat peta konsepnya

c) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk

membuat peta konsep sesuai dengan kreatifitas masing-

masing (perindividu)

d) Guru menilai peta konsep yang telah dibuat oleh peserta

didik dan mengembalikannya

c. Kegiatan Penutup

Setelah kegiatan inti berakhir, guru melakukan kegiatan penutup.

Adapun kegiatan penutup yang guru lakukan adalah membaca doa

bersama-sama dengan cara dilantunkan dengan irama. Doa ini

merupakan syair berbahasa Arab yang populer di kalangan

pesantren dan merupakan doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad

SAW. Berikut ini penggalan doa (syair) yang dibaca:

Berikut ini doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.:

112 Sulaiman bin Asyats, Sunan Abu Daud, Jilid 4, (Lebanon: Dar el Fikr), h. 264

61

C. Pembahasan

1. Kegiatan Belajar Mengajar Fikih

Berdasarkan hasil observasi di kelas 7 MTs Pembangunan UIN

Jakarta dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar fikih melalui

tiga kegiatan, yaitu: kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Dalam kegiatan pembuka, guru melakukan pengkondisian

kelas dan apersepsi. Pengkondisian kelas ini dilakukan agar suasana

kelas nyaman saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun

kegiatan apersepsi dilakukan agar peserta didik dapat

menumbuhkembangkan minat dan perhatian dalam belajar, sehingga

keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap

dan menyenangkan.113 Dalam kegiatan inti, guru menerapkan metode

pembelajaran yang sudah dirancang dalam RPP. Dalam kegiatan

penutup, guru melakukan evaluasi serta membaca doa bersama.

Berdasarkan hasil wawancara, guru fikih menyatakan bahwa ia

menggunakan media pembelajaran sesuai dengan metode dan

perencanaan pada hari itu.114 Berdasarkan hasil observasi, media

pembelajaran yang digunakan guru sesuai dengan metode yang akan

diterapkan, yaitu berupa video pada saat implementasi metode movie

learning, dan peralatan salat pada saat implementasi metode

demonstrasi.115 Media pembelajaran yang digunakan guru bertujuan

untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan proses pembelajaran itu

sendiri.116 Apabila dalam implementasi metode tidak menggunakan

media yang sesuai, maka kemungkinan besar implementasi metode

tersebut akan gagal.

113 Cucu Suhana, op. cit., h. 23

114 Hasil wawancara dengan guru fikih

115 Hasil observasi

116 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Jakarta: Referensi, 2013), h. 7-8

62

Berdasarkan hasil wawancara, guru fikih menyatakan bahwa

dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya menggunakan satu

metode, akan tetapi ia menggunakan metode yang bervariasi sesuai

dengan materi, kegiatan yang dilakukan pada hari itu dan sesuai dengan

kecerdasan dominan yang dimiliki peserta didik. Begitu pun dengan

media pembelajaran yang digunakan, ia menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan metode yang

digunakan.117 Pernyataan ini sesuai dengan hasil observasi yang

dilakukan oleh penulis. Selama masa observasi, penulis menemukan

empat buah metode yang diterapkan oleh guru fikih, yaitu: metode

movie learning, tanya jawab, demonstrasi dan peta konsep.

Implementasi metode-metode tersebut sesuai dengan materi yang

diajarkan, yaitu salat jumat, salat jamak qashar, salat dalam keadaan

sakit dan salat dalam kendaraan. Akan tetapi, metode tersebut kurang

sesuai bagi peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis yang

dominan. Padahal dari delapan kelas, lima kelas diantaranya diisi oleh

peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis yang dominan.118

Berdasarkan hasil wawancara, guru fikih menyatakan bahwa

kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas karena

banyak peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis.119 Namun

menurut hasil observasi, pembelajaran fikih pada materi salat jumat,

jamak qashar, salat dalam keadaan sakit dan salat dalam kendaraan

semua kegiatan pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas. Guru

fikih juga belum mengetahui metode apa yang cocok diimplementasikan

pada materi salat untuk peserta didik yang mempunyai kecerdasan

naturalis.120

117 Hasil wawancara dengan guru fikih

118 Sumber data: Dikjar

119 Hasil wawancara dengan guru fikih

120 Hasil observasi

63

2. Analisis Implementasi Metode Pembelajaran Fikih dalam Multiple

Intelligence Peserta Didik

Jika dilihat menggunakan “kacamata” multiple intelligence, metode

movie learning sesuai dengan peserta didik yang mempunyai

kecerdasan visual, musikal dan linguistik yang dominan. Kandungan

gambar bergerak serta pencahayaan yang baik dalam film membuat para

peserta didik yang mempunyai kecerdasan visual dominan tentu sangat

senang dalam KBM, karena salah satu karakteristik mereka adalah

kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan-

hubungan yang ada diantara unsur-unsur ini. Suara latar yang menarik

dalam suatu film tentu membuat para peserta didik yang mempunyai

kecerdasan musikal dominan tentu sangat antusias, bahkan mereka akan

mengomentari film tersebut apabila suara latar tidak sesuai, karena

mereka memiliki sensitifitas ketika mendengarkan suara. Setelah

penayangan film tersebut selesai guru menunjuk beberapa peserta didik

untuk menjelaskan inti dari film tersebut, penyampaian gagasan

merupakan keahlian peserta didik yang mempunyai kecerdasan

linguistik dominan karena salah satu karakteristik mereka adalah dapat

menjelaskan apa yang ada di pikirannya dengan baik.

Jika dilihat menggunakan “kacamata” multiple intelligence, metode

tanya jawab sesuai dengan peserta didik yang mempunyai kecerdasan

matematis-logis yang dominan. Peserta didik yang memiliki kecerdasan

matematis-logis yang dominan cenderung memiliki ide-ide dan

pertanyaan-pertanyaan abstrak didalam pikirannya. Melalui metode

tanya jawab inilah mereka dapat menyampaikan ide dan pertanyaan

tersebut kepada orang lain.

Jika dilihat menggunakan “kacamata” multiple intelligence, metode

demonstrasi sesuai dengan peserta didik yang mempunyai kecerdasan

kinestetik jasmani dan interpersonal yang dominan. Mendemontrasikan

64

materi salat adalah salah satu materi yang disukai oleh peserta didik

yang mempunyai kecerdasan kinestetik jasmani yang dominan. Karena

karakteristik mereka adalah selalu bergerak, tidak bisa diam, mengetuk-

ngetuk, atau gelisah ketika duduk lama di suatu tempat. Oleh karena itu

mereka harus diikutsertakan dalam kegiatan demonstrasi agar apa yang

mereka pelajari dapat difahami seutuhnya. Ketika mendemonstrasikan

salat berjamaah, peserta didik yang mempunyai kecerdasan

interpersonal dominan akan mengajukan diri untuk menjadi petugas

salat berjamaah seperti menjadi muazin, imam salat karena salah satu

karakteristik mereka adalah suka memimpin kegiatan.

Jika dilihat menggunakan “kacamata” multiple intelligence, metode

peta konsep sesuai dengan peserta didik yang mempunyai kecerdasan

visual spasial yang dominan. Karena karakteristik mereka adalah suka

menggambar, melukis, mempresentasikan ide dengan gambar, memiliki

imajinasi yang unik, suka dengan benda yang berwarna-warni, pandai

mencocokkan warna yang sesuai. Hal inilah yang membuat mereka

sangat pandai dalam membuat peta konsep yang menarik. Metode peta

konsep ini juga sesuai bagi peserta didik yang mempunyai kecerdasan

intrapersonal apabila dikerjakan secara individual karena salah satu

karakteristik mereka adalah lebih memilih bekerja sendiri daripada

bekerja sama dengan orang lain.

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Multiple Intelligence adalah teori yang ingin merubah paradigma klasik

tentang kecerdasan manusia karena sebelum lahirnya teori ini

kecerdasan sering diinterpretasikan dalam ruang lingkup yang terlalu

sempit yaitu berupa angka-angka hasil tes IQ saja. Melalui teori ini, kita

diajak untuk mengakui bahwa kecerdasan manusia sangat beragam dan

tidak bisa diseragamkan. Keberagaman kecerdasan manusia dibagi

menjadi delapan kecerdasan, yaitu: kecerdasan matematis-logis, visual-

spasial, kinestetis-jasmani, musikal, linguistik, interpersonal,

intrapersonal dan naturalis.

2. Implementasi metode pembelajaran fikih di MTs Pembangunan UIN

Jakarta cukup sesuai dengan Multiple Intelligence peserta didik. Hal ini

dibuktikan dari empat buah metode pembelajaran, yaitu:

a. Metode movie learning yang sesuai dengan kecerdasan musikal,

linguistik dan visual-spasial dominan

b. Metode tanya jawab yang sesuai dengan kecerdasan matematis-logis

dominan

c. Metode demonstrasi yang sesuai dengan kecerdasan kinestetis-

jasmani dan interpersonal dominan

d. Metode peta konsep yang sesuai dengan kecerdasan visual-spasial

dan intrapersonal dominan

B. Implikasi

1. Wawasan guru seputar multiple intelligence peserta didik

2. Implementasi metode fikih bagi peserta didik yang mempunyai

kecerdasan naturalis dominan

66

3. Peningkatan sarana dan prasarana untuk pembelajaran peserta didik

yang mempunyai kecerdasan naturalis

C. Saran

1. Bagi Guru

Disarankan untuk mengetahui kecerdasan-kecerdasan peserta didik

ketika akan mengajar, terutama kelas yang dominan diisi oleh

kecerdasan naturalis.

2. Bagi Sekolah

Disarankan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pembelajaran

bagi peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis dominan.

67

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: RajaGrafindo, 2016

Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta:

Prestasi Pustaka. 2011

Alquran dan Maknanya, Tangerang: Lentera Hati, 2013

Al-Bujairimi, Sulaiman bin Muhammad. Tuhfa al Habib ala Syarhi al Khatib:

Hasyiyah al Bujairimi ala al Khatib, Beirut: Dar el Fikr, 1995

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al Bukhari, Beirut: Dar Ibnu Katsir,

1987

Al-Ramli, Syihabuddin. Nihayah al Muhtaj ila Syarhi al Minhaj, Beirut: Dar el

Fikr, 1984

Al-Dimyathi, Usman bin Muhammad Syatha. I’anah al Thalibin ala Hilli Alfadzi

Fathi al Mu’in, Beirut, Dar el Fikr: 1997

Amstrong, Thomas. Sekolah Para Juara, terj. Yudhi Murtanto, Bandung: Kaifa,

2003

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoretis Dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner), Jakarta: Buna Aksara, 2003

Azwar, Syaifuddin. Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2002

Bin Asyats, Sulaiman. Sunan Abu Daud, Jilid 4, Lebanon: Dar el Fikr

Burhannudin, Fiqih Ibadah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001

Chatib, Munif. Gurunya Manusia, Bandung: Kaifa, 2013

. Sekolahnya Manusia, Bandung:Kaifa, 2015

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:

Rineka Cipta, 2013

68

http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/sambutan-direktur diakses pada 13

Juli 2018 pukul 16.55 WIB

Ismail, Faisal. Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2016

Jasmine, Julia. Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligence,

Bandung: Nuansa, 2007

Junaedi, dkk. Strategi Pembelajaran, Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007

Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 165 Tahun 2014

Lwin, May. dkk., Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, terj.

dari How to Multiply Your Child’s Intelligence: A Practical Guide for Parents

of Seven-Year-Olds and Below oleh Christine Sujana, S.Pd., Jakarta: Indeks,

2008

Mandzur, Ibnu. Lisan al Arab, Beirut: Dar al Shadir

Meliala, Andyda. Anak Ajaib, Yogyakarta: Andi, 2004

Muliawan, Jasa Ungguh. 45 Model Pembelajaran Spektakuler, Jogjakarta: Ar Ruz

Media, 2016

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Jakarta: Referensi, 2013

Naisaban, Ladislaus. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok

Pikiran, dan Karya, Jakarta: Grasindo, 2004

Nata, Abuddin. Persepektif Islam Tentang strategi pembelajaran, Jakarta:

Kencana, 2009

Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan; Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,

2016

69

Rosyada, Dede. Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: LP2M UIN Jakarta,

2017

S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Said, Alamsyah., dan Budimanjaya, Andi. 95 Strategi Mengajar Multiple

Intelligences, Jakarta: Kencana, 2016

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2014

Silberman, Melvin L. 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. dari Active Learning,

oleh Raisul Muttaqien, Bandung: Nuansa Cendekia, 2016

Sudikin. dkk. Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda

dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia, 2005

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D), Bandung: Alfabeta, 2009

Suhana, Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama, 2014

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian, Bandung: Refika Aditama, 2014

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008

The Oxford Dictionary of English Etymology London: Oxford University Press,

1966

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi

Aksara, 2010

, Model Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2016

Uno, Hamzah B. dan Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran,

Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Yaumi, Muhammad., dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan

Jamak, Jakarta: Kencana, 2016

70

Jurnal:

Masri’ah, Siti. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran

The Power of Two and Four Mata Pelajaran Fikih Materi Puasa di MTs Darul Ulum

Ngaliyan Semarang, Jurnal Pendidikan Madrasah, Vol. 1, No. 2, 2016

Jakfar, Munji. Upaya Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Pembelajaran

Fikih melalui Model Market Place Activity di MAN 3 Kulonprogo, Jurnal

Pendidikan Madrasah, Volume 3 No. 1, 2018

Toha, Sukron Muhammad. Model Pendidikan Agama Islam Menggunakan

Pembelajaran Active Learning Tingkat Sekolah Dasar, Ta’dibuna Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, 2017

71

LAMPIRAN

72

Lampiran I

Instrumen Observasi

Kelas : 7 ( )

Kecerdasan Dominan : 1. 2.

3. 4.

Materi :

Metode Pemb. : 1.

2.

Kegiatan Pembuka

No. Indikator Ya Tidak

1 Guru Melakukan Pengkondisian Kelas

2 Guru Melakukan Apersepsi

Temuan baru:

Kegiatan Inti

No. Indikator Ya Tidak

1. Guru berinteraksi baik dengan peserta didik

73

2. Media pembelajaran sesuai dengan metode

pembelajaran

3. Metode pembelajaran sesuai dengan

kecerdasan peserta didik

4. Metode pembelajaran sesuai dengan materi

5. Gaya mengajar guru sesuai dengan gaya

belajar peserta didik

Temuan baru:

Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran:

Kegiatan Penutup

No. Indikator Ya Tidak

1 Guru Melaksanakan refleksi (evaluasi)

Temuan baru:

74

Lampiran 2

Pedoman Wawancara

Narasumber : Muhammad Idham Khalid, M.Ag.

Jabatan : Guru Mata Pelajaran Fikih

Waktu Wawancara : 12 November 2018

Tempat Wawancara : Madrasah Pembangunan

1. Di madrasah ini bapak hanya mengajar di kelas 7 atau kelas 8 dan 9 juga?

2. Apakah dalam satu kelas itu hanya dikelompokkan satu kecerdasan saja?

misalnya bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan linguistik masuk di

kelas linguistik, bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal masuk

di kelas interpesonal dan lain sebagainya atau digabung seluruh kecerdasan

yang ada?

3. Dalam mengajar fikih di kelas 7, bapak memakai metode apa saja?

4. Atas dasar pertimbangan apa bapak memilih metode tersebut bukan metode

yang lain?

5. Apakah bapak mengunakan media pembelajaran?

6. Apakah proses KBM hanya dilaksanakan di dalam kelas? Terlebih ketika

berada di kelas yang dominan memiliki kecerdasan naturalis

7. Bagaimana cara bapak mengimplementasikan metode pembelajaran fikih di

kelas yang dominan memiliki kecerdasan musikal?

75

Lampiran 3

Pedoman Wawancara

Narasumber : Mardi, MA.

Jabatan : Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum

Waktu Wawancara : 24 Januari 2019

Tempat Wawancara : MTs. Pembangunan UIN Jakarta

1. Apakah benar madrasah ini berbasis multiple intelligence?

2. Apa perbedaan antara madrasah berbasis multiple intelligence dengan

madrasah biasa pada umumnya?

3. Bagaimana proses penerimaan siswa baru di madrasah ini?

4. Dalam satu kelas itu hanya ada satu kecerdasan atau lebih?

5. Apakah penerapan multiple intelligence di madrasah ini pernah mengalami

perubahan/penyempurnaan dari tahun ke tahun?

76

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Narasumber : Muhammad Idham Khalid, M.Ag.

Jabatan : Guru Mata Pelajaran Fikih

Waktu Wawancara : 12 November 2018

Tempat Wawancara : Madrasah Pembangunan

P: Peneliti

N: Narasumber

P: Di madrasah ini bapak hanya mengajar di kelas 7 atau kelas 8 dan 9 juga?

N: Selain kelas 7, saya juga mengajar di kelas 8

P: Apakah dalam satu kelas itu hanya dikelompokkan satu kecerdasan saja?

misalnya bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan linguistik masuk di

kelas linguistik, bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal

masuk di kelas interpesonal dan lain sebagainya atau digabung seluruh

kecerdasan yang ada?

N: Kalau untuk pengelompokkan tidak satu kecerdasan dalam satu kelas,

hanya ada kelas yang mempunyai kecerdasan dominan. Misalnya di kelas

7A secara umum anak-anak yang dominan kecerdasan linguistik dan

musikal misalnya. Jadi satu kelas itu biasanya ada sekitar dua atau tiga

kecerdasan dominan, bukan satu kelas berisi satu kecerdasan saja.

P: Dalam mengajar fikih di kelas 7, bapak memakai metode apa saja?

N: Kalau metode, yang pasti tidak hanya satu. Jadi disesuaikan juga dengan

materi dan kegiatan yang direncanakan di hari tersebut. Misalnya, ada

praktiknya, ada membaca alquran nya, ada menayangkan video nya, ada

77

diskusi nya, ada praktik nya. jadi macam-macam metode yang saya

gunakan.

P: Atas dasar pertimbangan apa bapak memilih metode tersebut bukan

metode yang lain?

N: saya memilih metode tersebut atas pertimbangan materi yang diajarkan

dan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki peserta didik, karena kasihan

apabila anak yang memiliki beragam kecerdasan tapi tidak dikembangkan

dengan baik.

P: Apakah bapak mengunakan media pembelajaran?

N: Iya, saya memakai media pembelajaran sesuai metode dan perencanaan

yang direncanakan di pertemuan itu. Misalnya, ketika membahas tentang

pelaksanaan salat jama dan qashar atau tentang salat berjamaah, berarti

penggunaan metode yang kita pakai adalah metode demonstrasi, ya kita

kasih contoh dulu atau kasih penjelasan dulu. Penjelasannya bisa dari

praktik kita atau bisa juga tayangan foto dan video di slide setelah itu baru

kita bagi-bagi. Lalu misalnya suasana kelasnya kalau memang shalat

dalam kendaraan berarti penggunaan kursi-kursi kelas disusun seolah-

olah sedang berada dalam kendaraan, jadi kita mensesuaikan. Atau

misalnya kayak kelas 8 ada praktik manasik haji untuk pembahasan

tentang materi haji, ya kebetulan di MP ada miniatur manasik, jadi kita

punya miniatur kabah, hijir ismail, tempat jumrah. Jadi, manasik pun kita

langsung kenakan pakaian ihram. Terus kayak misalnya praktik untuk

makanan halal di kelas 8, nah kita langsung praktik bagaimana

menyembelih hewan, media yang dipakai adalah ayam hidup. Jadi anak-

anak nanti langsung praktik cara menyembelih ayam dengan cara yang

halal. Jadi disesuaikan, engga semua materi dilaksanakan dengan praktik,

atau enggak selamanya materi dilaksanakan dengan diskusi.

78

P: apakah proses KBM hanya dilaksanakan di dalam kelas? Terlebih ketika

berada di kelas yang dominan memiliki kecerdasan naturalis

N: ya, ada beberapa materi yang kita laksanakan di luar kelas. Ketika materi

sujud sukur dan sujud tilawah kita laksanakan di masjid, atau ada juga

materi tentang menghitung zakat mal, maka kita pelajari teorinya dari

ensiklopedia yang ada di perpustakaan. Dan juga seperti tadi ketika materi

haji dan penyembelihan hewan maka kita laksanakan di luar kelas. Jadi

belajarnya tidak hanya di dalam kelas.

P: Bagaimana cara bapak mengimplementasikan metode pembelajaran fikih

di kelas yang dominan memiliki kecerdasan musikal?

B: Musikal itu kan kecenderungan di musik, salah satu penyalurannya adalah

lewat tugas membuat video. Karena konten video itu diiringi dengan

backsound lagu atau musik. Dan juga untuk setiap pertemuan kita

membaca doa nya dibaca dengan nada.

79

Lampiran 5

Hasil Wawancara

Narasumber : Mardi, MA.

Jabatan : Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum

Waktu Wawancara : 24 Januari 2019

Tempat Wawancara : MTs. Pembangunan UIN Jakarta

P: Peneliti

N: Narasumber

P: Apakah benar madrasah ini berbasis multiple intelligence?

N: Iya betul

P: Apa perbedaan antara madrasah berbasis MI dengan madrasah biasa

pada umumnya?

N: Biasanya perbedaan ini dipembagian kelas, sebelum pembagian kelas

anak-anak ada MIR nya, nanti dibagi-bagi berdasarkan MIR dan guru

diwajibkan tahu kondisi anak-anak kemana hasil MIR nya misalkan

bisa ke visual dan sebagainya sehingga guru-guru bisa menyesuaikan

pembelajaran di kelas.

P: Bagaimana proses penerimaan siswa baru di madrasah ini?

N: Penerimaan siswa baru sama seperti pada umum nya, yaitu tes tertulis

dengan materi pelajaran yang di UN kan, ada juga tes baca Alquran dan

tes MIR. Jadi tes MIR itu untuk menentukan kelas-kelas nya.

P: Dalam satu kelas itu hanya ada satu kecerdasan atau lebih?

N: Dalam satu kelas terdiri dari empat kecerdasan yang dimiliki oleh

siswa. Karena di tingkat MTs. ini kecerdasan mereka masih

berkembang, makanya tidak dikelompokkan kedalam satu kecerdasan.

80

P: Apakah penerapan multiple intelligence di madrasah ini pernah

mengalami perubahan/penyempurnaan dari tahun ke tahun?

N: Kalau di MTs. ini belum. Baru mau perubahan pada tahun ajaran ini.

81

Lampiran 6

Cara Mengidentifikasi Multiple Intelligence Peserta Didik

Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok

dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.

Kecerdasan Linguistik

(....) menulis dengan lebih baik dibandingkan teman-teman

sebaya

(....) bercerita panjang lebar atau menyampaikan lelucon dan

kisah-kisah

(....) dapat mengingat nama, tempat, tanggal atau hal-hal sepele

(....) suka game permainan kata

(....) suka membaca buku

(....) mengeja kata dengan tepat (atau pada anak prasekolah, bisa

mengeja kata-kata yang sulit yang biasanya belum dapat

dilakukan oleh anak seusianya)

(....) menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yang

sukar diucapkan

(....) suka mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan (cerita,

ulasan radio, buku bersuara)

(....) memiliki kosakata yang baik untuk anak seusianya

(....) berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang sangat

verbal

Kecerdasan Linguistik Lain:

82

Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok

dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.

Kecerdasan Matematis-Logis

(....) banyak bertanya tentang cara kerja suatu hal

(....) suka bekerja atau bermain angka

(....) suka pelajaran matematika (atau untuk anak prasekolah,

senang berhitung dan melakukan hal-hal yang melibatkan

angka)

(....) menganggap game matematika dan komputer menarik (atau

tidak terbiasa dengan komputer, suka game matematika atau

ilmu pasti lain.

(....) suka permainan catur, main dam atau game strategi lain

(....) suka mengerjakan teka-teki logika atau soal-soal yang sulit

(atau jika usia prasekolah, senang mendengarkan

percakapan tidak serius tetapi logis)

(....) suka membuat kategori, hierarki atau pola logis lain

(....) senang melakukan eksperimen selama pelajaran ilmu pasti

atau pada waktu luang

(....) menunjukkan minat pada mata pelajaran yang berhubungan

dengan sains

(....) dapat mengerjakan tes berpikir logis tipe piagetian

Kecerdasan Matematis-Logis Lain:

83

Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok

dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.

Kecerdasan Spasial

(....) dapat melaporkan bayangan visual dengan jelas

(....) lebih mudah membaca peta, diagram, dan grafik daripada

teks (apabila usia prasekolah, lebih suka menggambar

daripada teks)

(....) suka melamun

(....) suka kegiatan seni

(....) pandai menggambar

(....) senang melihat film, slide, atau presentasi visual lain

(....) suka mengerjakan puzzle, labirin, atau kegiatan visual

sejenis

(....) dapat membangun konstruksi tiga dimensi yang menarik

(misalnya bangunan LEGO)

(....) lebih mudah belajar dengan gambar daripada teks

(....) membuat coret-coret di buku kerja, kertas, atau bahan-bahan

lain

Kecerdasan Spasial Lain:

84

Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok

dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.

Kecerdasan Kinestetik Jasmani

(....) menonjol di salah satu atau lebih cabang olahraga (jika usia

prasekolah, menunjukkan keunggulan kemampuan fisik

untuk anak seusianya)

(....) selalu bergerak, tidak bisa diam, mengetuk-ngetuk, atau

gelisah ketika duduk lama di suatu tempat

(....) pandai meniru gerak isyarat atau tingkah laku orang lain

(....) suka membongkar pasang barang

(....) menyentuh (dengan tangan) barang-barang yang baru

ditemuinya

(....) suka berlari, melompat, gulat atau kegiatan semacam (jika

sudah lebih besar, akan menunjukkan minat pada kegiatan

semacam yang lebih terkendali. Misalnya, berlari ke

sekolah, melompati kursi)

(....) menunjukkan kemahiran dalam bidang keterampilan

(misalnya, pertukangan, menjahit, bengkel) atau memiliki

koordinasi motorik halus yang baik dalam hal lain-lain

(....) mampu mengekspresikan diri secara dramatis

(....) menampakkan berbagai macam sensasi fisik ketika berpikir

atau bekerja

(....) suka bekerja menggunakan tanah liat, atau pengalaman yang

melibatkan sentuhan tangan lain (misalnya, melukis dengan

menggunakan jari)

Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Lain:

85

Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok

dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.

Kecerdasan Musikal

(....) dapat menunjukkan nada yang sumbang

(....) dapat mengingat melodi lagu

(....) memiliki suara yang merdu

(....) memainkan alat musik atau menyanyi bersama paduan suara

atau kelompok lain (atau apabila usia prasekolah, suka

bermain alat musik perkusi dan atau menyanyi dalam

kelompok)

(....) memiliki cara berbicara dan/atau bergerak yang berirama

(....) bersenandung tanpa sadar

(....) mengetuk-ngetuk meja berirama saat sedang bekerja

(....) peka pada bunyi-bunyian di sekitar (misalnya rintik hujan di

atas genting)

(....) bersemangat ketika musik dimainkan

(....) menyanyikan lagu yang tidak diajarkan di kelas

Kecerdasan Musikal Lain:

86

Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok

dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.

Kecerdasan Interpersonal

(....) suka bersosialisasi dengan teman sebaya

(....) berbakat menjadi pemimpin

(....) memberi saran kepada teman yang mempunyai masalah

(....) mudah bergaul

(....) menjadi anggota klub, panitia, atau kelompok informal

diantara teman sebaya

(....) senang mengajari anak-anak lain secara informal

(....) suka bermain dengan teman sebaya

(....) mempunyai dua atau lebih teman dekat

(....) memiliki empati yang baik atau perhatian kepada orang lain

(....) banyak disukai teman

Kecerdasan Interpersonal Lain:

87

Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok

dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.

Kecerdasan Intrapersonal

(....) menunjukkan sikap mandiri atau kemauan yang keras

(....) memahami dengan baik kekurangan dan kelebihan diri

(....) tidak mengalami masalah jika ditinggalkan bermain atau

belajar sendirian

(....) memiliki gaya hidup dan gaya belajar dengan irama

tersendiri

(....) memiliki minat dan hobi yang jarang ia bicarakan

(....) memiliki perencanaan diri yang baik

(....) lebih memilih bekerja sendiri daripada bekerja sama dengan

orang lain

(....) dapat mengepresikan perasaan secara akurat

(....) mampu belajar dari kegagalan dan keberhasilan yang pernah

dialami

(....) memiliki rasa penghargaan terhadap diri sendiri yang baik

Kecerdasan Intrapersonal Lain:

88

Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok

dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.

Kecerdasan Naturalis

(....) berbicara banyak tentang binatang kesayangan, atau lokasi-

lokasi alam favorit ketika bercerita di kelas

(....) suka karya wisata di alam, ke kebun binatang, atau ke

museum purbakala

(....) peka pada bentuk-bentuk alam (misalnya, ketika berjalan-

jalan dengan teman sekelas, ia akan memerhatikan gunung-

gunung, awan-awan atau jika dalam lingkungan perkotaan,

kemampuannya ditunjukkan dengan kepekaan pada

“bentuk-bentuk” budaya populer, seperti model sepatu karet

atau model mobil)

(....) senang menyiram dan merawat tanaman di ruang kelas

(....) suka bermain di sekitar kandang kelinci, akuarium, atau

terarium yang ada di kelas

(....) menunjukkan minat pada ekologi, alam, tanaman, atau

binatang

(....) menyerukan hak-hak binatang atau perlunya melindungi

planet bumi di kelas

(....) suka melakukan proyek yang berhubungan dengan alam,

misalnya mengamati burung, mengumpulkan serangga atau

kupu-kupu, mempelajari pohon atau memelihara binatang

(....) membawa binatang kecil/serangga, bunga, atau benda alam

lain ke sekolah untuk dipamerkan kepada teman sekelas atau

guru

(....) dapat mengerjakan dengan baik tugas/pekerjaan yang

bersinggungan dengan sistem kehidupannya (misalnya,

topik biologi dalam pelajaran ilmu pasti, isu lingkungan

dalam pelajaran ilmu sosial)

89

DAFTAR HASIL SELEKSI PPDB

MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

NOMOR NAMA L / P KELAS

Kecerdasan Dominan

URT SELEKSI

KELAS : 7A

1 30093 ABTHAL AKBAR L REGULER LING

2 30019 ACHMAD FAHREZA L REGULER LING

3 30243 AISYAH ALYA KAMILAH P REGULER LING

4 30039 AZAHRA NUR ISLAMI FARHAT

P REGULER LING

5 30101 BRIAN BIMA AKHTAR L REGULER MUS

6 30245 DANASTRI MADANIAH PRABANI

P REGULER MUS

7 30175 DEVINA PUTRI WARDANA

P REGULER KIN

8 30168 DHAFA NAZHWA ERYANTO

L REGULER MUS

9 30244 FADHLI AZIZ LUTFIANSYAH

L REGULER INTER

10 30251 FARDEEN NAUSHAD ASSHIDIQIE

L REGULER KIN

11 30112 HIKARI AUFA RAFIQI KUSNADI

L REGULER KIN

12 30048 HILYAH SULASI P REGULER MUS

13 30036 MIA AVRILIA P REGULER MUS

14 30203 MUHAMAD FAZLE MAULA AL HADDAD

L REGULER MUS

15 30138 MUHAMMAD FARIS GHALIB

L REGULER

16 30240 MUHAMMAD FARREL AHSAN RAMADHAN

L REGULER KIN

17 30122 MUHAMMAD HAFIDZ ALWY

L REGULER

90

18 30076 MUHAMMAD KHAYRU RASHAD HIDAYAT

L REGULER INTER

19 30008 MUHAMMAD NAUFAL RAMADHAN

L REGULER LING

20 30177 MUHAMMAD RAZAN NUGRAHA

L REGULER KIN

21 30106 MUHAMMAD SYAFIQ YULANDO

L REGULER MUS

22 30050 NAJA FALIQ SHULHAN L REGULER INTER

23 30191 RAFIALDY DIHARJO L REGULER LING

24 30130 RANIA ISYA THAHIRA P REGULER LING

25 30142 RATU AMANDA DIAZ FADHILLA

P REGULER MUS

26 30110 RAZKY GANENDYA CAPRIAWAN

L REGULER MUS

27 30035 SALFA AYU KARINTHYA P REGULER

28 SHEILA ERMITTA P REGULER MUS

91

NOMOR NAMA L / P KELAS

Kecerdasan Dominan

URT SELEKSI

KELAS : 7B

1 30256 ALDEFAN YAZDAN ATTAQEE

L REGULER MUS

2 30091 ALDRIN ALMALCKY L REGULER KIN

3 30239 BAGASKORO NOVIAN WIDAYANTO

L REGULER MUS

4 30198 DAVI SATRIA PUTRA L REGULER LING

5 30260 DIAR ZHELYAN KARIMAH P REGULER KIN

6 30009 ERINA KIRANA DEWI P REGULER MUS

7 30129 FARAZ RAHMAN PUTRA L REGULER MUS

8 30201 FERNAND PRAYATA RICHSAN

L REGULER MUS

9 30011 GIFTALLA MAULY FAIDZA P REGULER MUS

10 30136 IBNU KENAN PRAWIRO L REGULER

11 30067 KHALID ISMAIL ALZAMZAMI

L REGULER LING

12 30113 MUBARAK AKMAL MAHENDROSENO

L REGULER

13 30194 MUHAMAD RAFFA MAULANA

L REGULER INTER

14 30044 MUHAMMAD DAFFA AURANDA

L REGULER KIN

15 30025 MUHAMMAD DAFFA REIFANSYA

L REGULER KIN

16 30065 MUHAMMAD FADIL FERDINANSYAH AISYAH KARIM

L REGULER INTER

17 30181 MUHAMMAD SHIDQI MUSYAFFA

L REGULER KIN

18 30156 NAJWA AQILA ARDIYANTO

P REGULER MUS

19 30166 NASYA SAFANI HIDAYAT P REGULER LING

20 30116 NAYLA NURWAHIDAH RISTIANY

P REGULER MUS

21 30231 NICHOLAS RAMADHAN L REGULER MUS

22 30056 NISRINA MARWA PUTRI SURYASA

P REGULER LING

92

23 30125 RAHMA FITRI ARSANDA P REGULER KIN

24 30052 RAJWA ARRAJAB NOOR L REGULER MUS

25 30062 REFITA OKTAVIERA RAZAK

P REGULER

26 30143 RIZKY FADHILAH MAULANA

L REGULER KIN

27 30097 SAID HILAL ASSAGAF L REGULER INTER

28 ZARA ANINDITA YUDIASARI

P REGULER MUS

Keterangan:

MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK

SPA VISUAL-SPASIAL INTRA

KIN KINESTETIK-JASMANI INTER

MUS MUSIKAL NAT NATURALIS

NOMOR NAMA L / P KELAS

Kecerdasan Dominan

URT SELEKSI

KELAS : 7C

1 30086 AHMAD ASRO SEPTIAN L REGULER INTRA

2 30088 AHMAD DANIAL ARFA L REGULER NAT

3 30155 AISYAH SANRINA PUTRI SITANGGANG

P REGULER NAT

4 30131 ALEA SALSABILA VIANIEDA

P REGULER INTRA

5 30223 ANISA ZAHWA KHASANAH

P REGULER SPA

6 30121 ATHAYA DZATTA MAWARDI

L REGULER SPA

7 30149 ATHTHAR MAULANA PURWASUNU

L REGULER NAT

8 30197 DAFFANDRA ADITYA RAMADHAN

L REGULER NAT

9 30046 DASTIN RAFFA PRAYATA L REGULER SPA

10 30141 DWIGIANTO DIMAS PRABOWO

L REGULER NAT

11 30105 ELDWIFA GRISSELDHA P REGULER SPA

12 30043 FATIHUL CHAIRA L REGULER NAT

13 30108 ISHLAH KHOIRI AHMAD L REGULER NAT

93

14 30217 JOVITO SAKHA L REGULER NAT

15 30133 KAMILATUL AZIZAH P REGULER NAT

16 30102 MUHAMMAD ABYAN HAFIZH

L REGULER NAT

17 30170 MUHAMMAD ADI PRATAMA

L REGULER NAT

18 30070 MUHAMMAD IZZAN ROMERO

L REGULER NAT

19 30114 MUHAMMAD LUFHKYZHA RAZZAN TANRERE

L REGULER NAT

20 30077 NAJWA SAKINAH ALDIANA

P REGULER NAT

21 30253 NAMIRA AMALIAH KUSMIARJA

P REGULER INTRA

22 30119 NIMA RAASYIDATUN NAZIA

P REGULER NAT

23 30190 RIDHO PRATAMA L REGULER

24 30225 SAKYLLA ZAHRA ZULKARNAIN

P REGULER NAT

25 30163 SATRIA ZAINUL BAHRI L REGULER NAT

26 SYAKIRA JUAN HANIFA P REGULER INTRA

27 VIZZYO MAULANA ZEAN L REGULER INTRA

28 YAQZAN IZZATUL WIJDAN

L REGULER NAT

Keterangan:

MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK

SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL

KIN KINESTETIK-JASMANI INTER

MUS MUSIKAL NAT NATURALIS

94

NOMOR NAMA L / P KELAS

Kecerdasan Dominan

URT SELEKSI

KELAS : 7D

1 30045 AHMAD HAIDAR PASHA L REGULER NAT

2 30199 AHMAD HASAN FITAIHI L REGULER NAT

3 30111 BERNESSA DEWI RUSLAN P REGULER NAT

4 30092 DANISWARA ABIYU BAYUPUTRO

L REGULER NAT

5 30134 DAVINA AULIA AZAHRA P REGULER NAT

6 30041 DENZEL OMAR LUBIS L REGULER NAT

7 30038 EMYR MUZAYYAK FIGO DAULAT

L REGULER SPA

8 30042 GALUH SHAFA AULIANA RAHMAN

P REGULER SPA

9 30078 GILDAN FERDINANDA SAEHO

L REGULER NAT

10 30029 HAIQAL HERDIANSYAH PUTERA

L REGULER NAT

11 30107 ILHAM ATTHALLAH FARSYAH

L REGULER INTRA

12 30100 KAFKHA SAIFAN NUGRAHA

L REGULER NAT

13 30290 KHALIFA SATRIO BILLY SUBEKTI

L REGULER NAT

14 30208 KIMI FARELLANDO PUTRA

L REGULER SPA

15 30226 MUHAMMAD DEFFA SYAFI`IE

L REGULER NAT

16 30174 MUHAMMAD FIRAS AZIS L REGULER NAT

17 30242 NASHA AISYAH ALATAS P REGULER NAT

18 30034 NASHWA NAZIRA GHAITSA

P REGULER INTRA

19 30140 NAZHIFA SHABIRA P REGULER NAT

20 30183 RADINO ARSYAD AVISYAL L REGULER NAT

21 30069 RIZKY AHMAD FAWWAZ SAPUTRA

L REGULER NAT

22 30073 RIZKY PUTRA PRIATNA L REGULER INTRA

23 30098 SABIAN AL GHAZALI L REGULER

95

24 30179 SARAH CHAIRUNNISA P REGULER INTRA

25 SYAKIRA NURAFIFAH MUSTAQIM

P REGULER NAT

26 YUSUF BAGAS MAULANA L REGULER NAT

27 ZAKY NURDAVA PUTRA L REGULER NAT

28 ZAZKIA KAYLA RASYA P REGULER NAT

Keterangan:

MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK

SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL

KIN KINESTETIK-JASMANI INTER

MUS MUSIKAL NAT NATURALIS

96

NOMOR NAMA L / P KELAS

Kecerdasan Dominan

URT SELEKSI

KELAS : 7E

1 30172 ADARA FAYZA AMABEL P TAHFIDZ NAT

2 30150 AHMAD YASIN MAULANA AHYUDDIN

L TAHFIDZ KIN

3 30072 AISYATURRIDHO KHAIKANINGRUM

P TAHFIDZ NAT

4 30153 ALIF PASHA L TAHFIDZ SPA

5 30017 ANISAPUTRI NAIRA SHARIFA

P TAHFIDZ INTRA

6 30123 AZKA ALYA FITRIANI P TAHFIDZ NAT

7 30185 CHIARA ALANAMELIA MERIZANTA

P TAHFIDZ LING

8 30139 DEWANGGA RAMADHAN HALIM

L TAHFIDZ LING

9 30193 FARREL HADI WIBIANTORO

L TAHFIDZ INTER

10 30195 FATIMAH NASYWA P TAHFIDZ LING

11 30090 GIGGSHE CALLISTA AGHNIYAYUSAN

P TAHFIDZ SPA

12 30182 HIKMAH SANI NADIA P TAHFIDZ NAT

13 30016 JIHAN ATHIFA AULIA P TAHFIDZ KIN

14 30178 MUHAMMAD ZHARFAN SHABRI

L TAHFIDZ MAT

15 30015 SABITHA MARSYARIRA NAYLA

P TAHFIDZ MUS

16 30236 SHAFIRA RAHMA CANTIKA

P TAHFIDZ KIN

17 30081 SHAOMI ANDINY WIBOWO PUTRI

P TAHFIDZ MUS

18 SHAQUILLA AUDREY ROSELYNN

P TAHFIDZ NAT

19 SOFIE RIZQA WIRANEGARA

P TAHFIDZ INTRA

20 SYAFA ANNISA FITRIANI RUKMANA

P TAHFIDZ INTRA

21 VALLENT PRIMERA CHANDRA

L TAHFIDZ LING

97

22 WIRA WINDRAYA BAYANAKA

L TAHFIDZ INTRA

23 ZHAFIRA AZ ZAHRA P TAHFIDZ MUS

24 ZIDNA ILMA TAQIYA P TAHFIDZ INTRA

Keterangan:

MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK

SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL

KIN KINESTETIK-JASMANI INTER

MUS MUSIKAL NAT NATURALIS

98

NOMOR NAMA L / P KELAS

Kecerdasan Dominan

URT SELEKSI

KELAS : 7F

1 30053 AFNAN AUFA KHALIF L BILINGUAL MUS

2 30033 AIMEE DEVINNE NAJAH P BILINGUAL INTER

3 30192 AINAHAQ SHABIRAH P BILINGUAL MUS

4 30158 ALIF BRAMANTIO ULAAN L BILINGUAL LING

5 30049 ALVISS DAVIE HUNAFA L BILINGUAL LING

6 30066 AQEELA RUBY ANDJANI RAMDHANI

P BILINGUAL LING

7 30109 ARIANNA YASMINE AULIA KANDELA

P BILINGUAL MUS

8 30207 AYSHA RAHMADANI SETIAWAN

P BILINGUAL LING

9 30006 CALISTA ZAHRAFILIA P BILINGUAL LING

10 30021 DECO AHZA DAFYANT L BILINGUAL MUS

11 30205 FAIRUZ NAILAH PUTRI P BILINGUAL MUS

12 30007 GHATAZKA FARRELL JOHAR IBRAHIM

L BILINGUAL INTER

13 30080 GHAZY NAVARO MIRAZA L BILINGUAL KIN

14 30241 HANIFA DWI NATHANIA P BILINGUAL MUS

15 30118 HANNAH ZUHAIRAH KINANTI

P BILINGUAL LING

16 30144 JELITA ZULFAHAYATI CHAVINN

P BILINGUAL MUS

17 30094 MAHIJA JAVAS NUGRAHA

L BILINGUAL INTER

18 30196 MUFTI GUSNAWAN DARMAJI

L BILINGUAL KIN

19 30124 MUHAMMAD HAKIM AL FADIL

L BILINGUAL LING

20 30154 NAILA HAURA SAUSAN P BILINGUAL LING

21 30082 NAURA TSANIYAH MELATI SYAKIRA

P BILINGUAL LING

22 30083 NAURAH TRI MUDAWWINAH

P BILINGUAL LING

23 30161 RAISHA PUTRI AQILA P BILINGUAL MUS

24 30059 RANIA ALISHA RIZKAN P BILINGUAL LING

99

25 30184 RANIA YAHYA KUDDAH p BILINGUAL MUS

26 30211 SALMAN RAFI MARDIANTO UMAEDI

L BILINGUAL LING

27 SITI AISHA ZASKIA DJUNAEDI

L BILINGUAL LING

28 SULTAN NOUVAL GHATFAN EL ANWARI

L BILINGUAL LING

Keterangan:

MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK

SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL

KIN KINESTETIK-JASMANI INTER

MUS MUSIKAL NAT NATURALIS

100

NOMOR NAMA L / P KELAS

Kecerdasan Dominan

URT SELEKSI

KELAS : 7G

1 30055 AFLAH RULLY ANTAR L BILINGUAL NAT

2 30258 AHMAD ATTAR HANIF L BILINGUAL INTRA

3 30071 AHMAD YAZID ARKAAN SYAMSUDIN

L BILINGUAL NAT

4 30068 ALIFYA AMIRA ARIFIN P BILINGUAL MAT

5 30180 CHELSY HAKIM P BILINGUAL NAT

6 30250 CHESSA BONITA ANGELIA P BILINGUAL NAT

7 30012 ERLINDA DEVI FARADIBA P BILINGUAL INTRA

8 30164 FATMA HALIMAH NAILA WAFI

P BILINGUAL SPA

9 30230 HANIFA JACINDA SUTIARSO

P BILINGUAL INTRA

10 30148 HUMAIRAH ABDAH SYAKURAH ALIF

P BILINGUAL NAT

11 30248 KALILA SJARAYYAN HOESIN

P BILINGUAL NAT

12 30246 KEVIN AJIE WIRAWAN L BILINGUAL INTRA

13 30063 MUHAMAD WILDAN RIADI

L BILINGUAL NAT

14 30171 MUHAMMAD AZRY FAWWAZA ANWAR

L BILINGUAL NAT

15 30219 MUHAMMAD DAFFA AXEL GHAISAN

L BILINGUAL INTRA

16 30128 MUHAMMAD DZAKY FAIZAL

L BILINGUAL SPA

17 30255 NADHIFA ABIWARDANI P BILINGUAL INTRA

18 30159 NAYLA KAMILIYA NAYA P BILINGUAL INTRA

19 30023 NAYLA NABILA FASYA P BILINGUAL NAT

20 30095 RADEN RAYHAN RAHMADI HERWINDO

L BILINGUAL NAT

21 30099 RARAS DIYANTI SULANJANI

P BILINGUAL SPA

22 30160 REINA AMELIA FAIZA P BILINGUAL LING

23 30167 SALSABILA RAFI AZZAHRA

P BILINGUAL NAT

101

24 30026 SHAKA PRIYA PRASETIO L BILINGUAL SPA

25 SYAHRA SHAKINA P BILINGUAL LING

26 SYAHROZAD ZALFA NADIA

P BILINGUAL INTRA

27 ZAHRA ZHAFIRA FATHEFI P BILINGUAL NAT

Keterangan:

MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK

SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL

KIN KINESTETIK-JASMANI INTER

MUS MUSIKAL NAT NATURALIS

102

NOMOR NAMA L / P KELAS

Kecerdasan Dominan

URT SELEKSI

KELAS : 7H

1 30117 ACHMAD ALFATH ILHANKARIM

L BILINGUAL MAT

2 30213 ADEEVA RASHIDA P BILINGUAL NAT

3 30087 ALMAS AZZAHRA P BILINGUAL INTRA

4 30014 ALZENA SALSABILA QUDS P BILINGUAL NAT

5 30074 DAFFA SYAFITRA L BILINGUAL MAT

6 30212 DHEA FAIZAH RAMADHANI

P BILINGUAL NAT

7 30189 DIAZ MAHARDIKA PUTRA HIDAYAT

L BILINGUAL INTRA

8 30027 FATIMA SEKARWANGI ARDIANSYAH

P BILINGUAL NAT

9 30209 HARRIDHI FATHI MAULANA

L BILINGUAL NAT

10 30187 HUWAIDAA RANIYYA PUTRI

P BILINGUAL SPA

11 30047 JAISY HADIYAN ABRAHAM

L BILINGUAL INTRA

12 30024 KAYLA ZAHRA ARIEF P BILINGUAL MUS

13 30057 KEENANDYO ADELGHASSAN XAVIER

L BILINGUAL NAT

14 30220 KHALISSA NAJWA FAHNINDRA

P BILINGUAL INTRA

15 30173 LALITA NAIFA ZADA P BILINGUAL INTRA

16 30058 Lathifa Kalya Nurshadrina Rahardjo

P BILINGUAL MUS

17 30210 MUHAMMAD FAIZ ALYAFI

L BILINGUAL NAT

18 30235 NAJWA HASANAH P BILINGUAL NAT

19 30075 NARISWARI NISMARA NITISARA

P BILINGUAL NAT

20 30010 NASYA AZZAHRA P BILINGUAL SPA

21 30137 PRAMATYA GATOT AULIA

L BILINGUAL NAT

22 30061 RAANIYA KHAIRIYYA ARINI

P BILINGUAL MUS

103

23 30206 RAFI DARMAWAN YUANA PUTRA

L BILINGUAL SPA

24 30037 RAISYA NADYA SYAKIRA AKBAR

P BILINGUAL INTRA

25 30146 SALMA QONITA ZAHRA P BILINGUAL INTRA

26 30060 SARAH GERI BOSHA P BILINGUAL NAT

27 VANISSA AULIA NURRAHMA

P BILINGUAL NAT

Keterangan:

MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK

SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL

KIN KINESTETIK-JASMANI INTER

MUS MUSIKAL NAT NATURALIS

104

105

106

107

108

109

110