diagnosa mikrobiologi

23
Diagnosa Mikrobiologi Daignosis yang akurat dari infeksi adalah penting jika akan dilakukan perawatan yang tepat. Tujuan utama dari diagnosa mikrobiologi adalah untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan memberikan petunjuk mengenai terapinya. Biasanya laboratorium menggunakan kultur, namun menggunakan tes serologi, pada organisme yang tidak dapat dikultur seperti virus hepatitis B atau dengan organisme yang jika dikultur dapat membahayakan staff laboratorium (Bagg, 2006). Prinsip Umum 1. Spesimen Mikrobiologikal Penting bagi seorang praktisi untuk mengetahui dan memilih kualitas spesimen yang baik agar mendapat akurasi yang tepat dari mikrobiologinya. Mendapatkan spesimen yang baik adalah tanggung jawab praktisi. Jika dapat, spesimen harus ada sebelum menentukan terapi antimikroba (Bagg, 2006). Ada tiga jenis spesimen yaitu: Tipe Spesimen Untuk kultur Penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup mikroorganisme. Cairan (pus, urine, darah dsb.) atau jaringan

Upload: alfin-bahida

Post on 27-Nov-2015

274 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Diagnosa Mikrobiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosa Mikrobiologi

Diagnosa Mikrobiologi

Daignosis yang akurat dari infeksi adalah penting jika akan dilakukan

perawatan yang tepat. Tujuan utama dari diagnosa mikrobiologi adalah untuk

mengidentifikasi organisme penyebab dan memberikan petunjuk mengenai

terapinya. Biasanya laboratorium menggunakan kultur, namun menggunakan tes

serologi, pada organisme yang tidak dapat dikultur seperti virus hepatitis B atau

dengan organisme yang jika dikultur dapat membahayakan staff laboratorium

(Bagg, 2006).

Prinsip Umum

1. Spesimen Mikrobiologikal

Penting bagi seorang praktisi untuk mengetahui dan memilih kualitas

spesimen yang baik agar mendapat akurasi yang tepat dari

mikrobiologinya. Mendapatkan spesimen yang baik adalah tanggung

jawab praktisi. Jika dapat, spesimen harus ada sebelum menentukan terapi

antimikroba (Bagg, 2006).

Ada tiga jenis spesimen yaitu:

Tipe Spesimen

Untuk kultur Penting untuk mempertahankan kelangsungan

hidup mikroorganisme.

Cairan (pus, urine, darah dsb.) atau jaringan

Idealnya ambil cairan yang sesungguhnya, bukan

dari hasil usapan.

Simpan di tempat steril dan segera bawa ke

laboratorium.

Untuk mendeteksi

produk mikrobial

Tidak perlu mempertahankan kelangsungan hidup

mikroorganisme.

Hasil cepat di dapat

Contoh: mendeteksi dinding sel antigen dan

toksin

Page 2: Diagnosa Mikrobiologi

Untuk mendeteksi

antibodi

Contoh: dari serum, serebrospinal fluid/ saliva.

2. Pelebelan Spesien dan Formulir Permintaan

Ketelitian seorang praktisi dibutuhkan agar mendapat hasil diagnosa yang

akurat dari pasien yang benar. Pemeriksaan identitas, serta surat

permintaan penting sebelum dilakukan identifikasi spesimen, sehingga

tidak tertukar dan seorang laboratoris dapat melaporkan hasilnya dengan

baik (Bagg, 2006).

3. Transportasi

Semua spesimen harus dikirim sesegera mungkin, karena dalam beberapa

spesimen (urine, bakteri dan jamur), dapat mengalami kesalahan

penghitungan, karena pertumbuhannya yang cepat, atau ada juga

organisme yang tidak dapt bertahan lama sehingga hasilnya negatif. Pada

spesimen cairan atau jaringan, tampatkan di tempat steril tanpa tambahan

bahan pengawet, jangan tambahkan formal salin jika dapat membunuh

organismenya, untuk hasil swab yang paling sring digunakan adalah stuart

atau amies yang mengandung agar basah (Bagg, 2006).

4. Sampling dan flora normal

Pada rongga mulut, terdapt flora normal yang dapat mengkontaminasikan

spesimen, seorang klinisi harus mengambil tindakan pencegahan untuk

mengambil spesimen yang tak terkontaminsi (Bagg, 2006).

5. Prosessing spesimen

Ada beberapa metode dalam pemrosesan spesimen, yaitu mikroskopik

langsung, biakan / kultur, tes serologi dan diagnosis molekuler, berikut

kami jabarkan (Bagg, 2006).

A. Pemeriksaan mikroskopik langsung

Walaupun kemajuan-kemajuan terakhir dalam imunodiagnostik,

pemeriksaan dengan miksroskop cahaya masih berperan sentral dalam

diagnosis dini penyakit infeksi. Pemeriksaan dengan mikroskop

Page 3: Diagnosa Mikrobiologi

memberiksan bukti langsung tercepat adanya infkesi dan mempengeruhi

pengambilan keputusan oleh dokter selama tahap-tahap awal penanganan

pasien (Ronald. 2002).

Pemeriksaan dengan langsung dapat dilakukan dengan beberapa metode

diantaranya adalah dengan pewarnaan, atau pengecatan, diantaranya

adalah:

1. Pewarnaan gram

Pemeriksaan apusan yang diwarnai oleh gram masih merupakan

pemeriksaan mikroskopik yang paling banyak diminta dilaboratorium

mikrobiologi klinik. Alasan keberhsailan metode ini adalah bahwa

mikroorganisme yang tidak diwarnai lebih mudah di kenali dari pada

mikroorganisme yang tidak diwarnai, dan bakteri terwarnai berbeda-

beda berdasarkan perbedan struktural dinding selnya. Bakteri gram-

positif memiliki dinding sel yang tebal terwarnai ungu, sedangkan

bakteri gram- negatif yang memiliki dingin sel yang relatif tipis,

dilapisi oleh membran luar yang mengandung lipopolisakarida,

terwarnai merah (Ronald. 2002).

2. Pewarnaan oranye akridin

Pewarnaa ini memiliki warna yang kontras, zat wana oranye akridin

diserap oleh mikroorganisme dan sel utuh dan molekul-molekul zat

warna terselip di dalam untai ganda DNA, zat ini mengeluarkan

fluoresensi oranye terang yang mudah dilihat dibawah mikroskop

cahaya. Tekhnik ini lebih sensitif darai pewarnaan gram. Ia dapat

mendeteksi organisme yang 5 sampai sepuluh kali lebih sedikit dari

gram, apusan positifnya masih dapat diwarnai dengan pewarnaan

gram. Dengan cara ini dokter dapat tahu reaksi gram bakteri apabila

diperlukan (Ronald. 2002).

3. Pewarnaan tahan asam

Beberapa mikroorganisme tahan asam seperti Mycobacterium spp.,

Nacordia spp., Isopora dll dapat di deteksi dengan pewarnaan tahan

asam, beberapa metode pewarnaan tahan asam adalah pewarnaan

Page 4: Diagnosa Mikrobiologi

ziehl-neelsen, pewarnaan kinyoun, pewarnaan fluorokrom, tahan asam

modifikasi. Secara umum, pewarnaan ini memiliki konsep atau metode

yang sama, yaitu: pembuatan apusan yang tipis, pengeringan udara,

dan fiksasi dengan panas, apusan dialiri zat pewarna primer penetratif,

didekolorsasi dengan suatu reagen yang mengandung asam mineral

kuat, dan diberi warna tandingan dengan zat warna ke-dua (Ronald.

2002).

4. Preprat Kalium Hidroksida

Penggunaannya jika terdpat spesimen yang jumlahnya sedikit seperti

kerokan kuku dari pasien dengan infeksi jamur dermatofit tidakcocok

diwarnai dengan gram, rambut, kulit dsb. Spesimen-spesimen ini dapat

dijernihkan dengan menggunakan (KOH) 10 % atau 20 %, tanpa

mempengarhui morfologi jamur. Spesimen diletakkan dalam setetes

KOH di atas kaca objek, ditutup dengan kaca penutup, dan setelah 5

menit, diperiksa dengan menggunakan mikroskop di bawah

pencahayaan yang rendah. Pemanasan rinfan preparat arau pendiaman

yang lebih lama dalam KOH akan menjernihkan spesimen-spesimen

yang tebal. Pemeriksaan kerokan kulit yang diberi KOH harus

dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kesalah pahaman

membedakan elemen jamur denganbidang batas sel. Beberapa ahli

mikologi menambahkan zat warna seperti putih kalkofluor atau tinta

ke KOH untuk mempertajam kontras antara elemen jamur dan latar

belakang (Ronald. 2002).

B. Pembiakan atau Kultur

Karakteristik mikroorganisme dapat dipelajari dengan baik jika kita

memiliki biakan murni (kultur murni). Biakan murni merupakan suatu

kultur yang terdiri dari satu macam mikroorganisme. Untuk memperoleh

kultur murni, kita harus dapat menumbuhkan mikroorganisme di

laboratorium. Untuk kebutuhan tersebut harus tersedia nutrisi dan keadaan

lingkungan yang mendukung pertumbuhannya. Hal ini juga penting untuk

Page 5: Diagnosa Mikrobiologi

mencegah masuknya organisme lain ke dalam kultur, seperti organisme

yang tidak diinginkan yang disebut kontaminan, yang terdapat dimana-

mana. Teknik mikrobiologi yang tepat diperlukan untuk menghindari

kontaminan. Sekali kultur murni diperoleh, selanjutnya kita dapat

menggunakannya untuk meneliti sifat biokimia, fisiologi, genetika, dan

karakteristiknya (Kusnadi, 2011).

1. Medium Biakan

Mikroorganisme dapat dibiakan dalam air yang sudah ditambah

dengan nutrien yang sesuai. Medium biakan adalah larutan encer yang

mengandung nutrien penting, yang menyediakan kebutuhan bagi sel

mikroba supaya dapat tumbuh dan menghasilkan banyak sel yang

serupa. Di samping sumber energi berupa senyawa organik dan

anorganik atau cahaya, medium biakan harus memiliki sumber

karbon, nitrogen dan nutrien penting lainnya. Medium biakan dapat

disiapkan dalam keadaan cair maupun gel (semi padat). Dari cair

dapat diubah menjadi padat dengan penambahan agar. Medium biakan

yang mengandung agar dapat disimpan dalam bentuk lempeng pada

cawan Petri tertutup, dimana sel mikroba dapat tumbuh dan

membentuk massa yang terlihat sebagai koloni sel. Disamping itu

medium biakan yang mengandung agar dapat pula disimpan dalam

tabung reaksi dengan kemiringan tertentu, dimana sel mikroba dapat

tumbuh dengan memberikan karakteristik pertumbuhan yang khas

(Kusnadi, 2011).

2. Konsep Biakan Murni

Medium agar merupakan substrat yang baik untuk memisahkan

campuran mikroba sehingga masing-masing jenis dapat terpisah.

Teknik yang sering digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada

medium agar diharapkan mikroba tersebut dapat tumbuh agak

berjauhan dari sesamanya, juga setiap selnya berhimpun membentuk

koloni. Koloni merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat

Page 6: Diagnosa Mikrobiologi

dengan mata langsung. (gambar 2.1). Semua sel dalam koloni itu

sama; dianggap semua sel itu merupakan keturunan (progeny) satu

mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakan murni

(Kusnadi, 2011).

3. Postulat Koch

Percobaan Robert Koch dan para peneliti mikrobiologi lainnya di

laboratorium membuktikan bahwa mikroba tertentu menyebabkan

timbulnya penyakit tertentu pula dan hal ini telah menuntun pada

kriteria yang mendasari ditariknya kesimpulan semacam itu. Kriteria

ini dikenal dengan postulat Koch, dan menjadi pedoman tetap yang

dipakai dalam mengungkap suatu agen penyebab penyakit sampai

kini. Postulat Koch tersebut adalah (Kusnadi, 2011):

Mikroorganisme tertentu selalu dapat dijumpai berasosiasi dengan

penyakit tertentu

Mikroorganisme itu dapat diisolasi dan ditumbuhkan menjadi

biakan murni di laboratorium

Biakan murni dari mikroorganisme tersebut akan menimbulkan

penyakit yang sama dengan jenis penyakit yang disebabkan

sebelumnya, bila disuntikan pada hewan yang rentan (suseptibel)

Penggunaan prosedur laboratorium memungkinkan diperolehnya

kembali mikroorganisme penyebab penyakit yang disuntikan itu

dari hewan yang sengaja diinfeksi dalam percobaan. Sejak

ditemukkanya bahwa jasad renik merupakan penyebab penyakit

tertentu, maka banyak perhatian ditunjukkan kepada

pengembangan cara-cara untuk pencegahan dan pengobatan

penyakit tersebut. Penyebab etiologis (agen kausatif) untuk

sebagian besar infeksi bakteri patogen yang dikenal dewasa kini,

seperti antraks, Gonorhoe, demam tifoid , infeksi luka, TBC,

difteri dan kolera, tetanus, meningitis dan sebagianya telah

Page 7: Diagnosa Mikrobiologi

diketahui penyebabnya dan telah dikembangkan upaya

pencegahanya dengan berbagai cara, misalnya dengan vaksinasi.

C. Tes serologis dan immunesare

Test serologis digunakan untuk menghitung partikel virus dalam

hal mempelajari replikasi virus, penggunaan mikroskop medan terang dan

mikroskop elektron yang memiliki keterbatasan, menghitung virus

berdasarkan pada pengaruh terhadap inang yang diinfeksikan dan untuk

menentukan unit virus infectious maupun unit terkecil yang menyebabkan

suatu efek terdeteksi ketika ditempatkan pada inang yang rentan.

Pendekatan perhitungan partikel virus dilakukan dengan metode (Suryati,

2007):

a. Plaque assay, yaitu menunjukan 2 zona lisis/penghambat

pertumbuhan, untuk mengisolasi virus yang murni (secara

genetis identik).

b. Efisiensi plating, yaitu sistem efisiensi pencawanan

(virion menginfeksi sel inang < 100 %) tetapi bukan jumlah

virion, misalnya untuk mengekspresikan konsentrasi suspensi

virus (titer) yang akurat PFU (Plaque Forming Unit).

c. Infektivitas sel inang, yaitu infeksi yang dapat mematikan pada

seluruh sel inang dengan cara; melekukan pengenceran

serial (10 x), menginjeksikan sampel setiap pengenceran

terhadap sejumlah hewan yang sensitif, perbandingan/fraksi

hewan yang mati dan hidup pada setiap pengenceran

dibuat dalam bentuk tabulasi dan hasil pengenceran

dihitung 50 % dari seluruh hewan mati (end poin).

D. Metode Molekular

1. Imunofluoresens

Dalam laoratorium mikrobiologi ada dua kategori pemeriksaan deteksi

antigen yang di dasarkan imunofluoresens. Pemeriksaan

Page 8: Diagnosa Mikrobiologi

imunofluoresensi langsung (DFA), yang antigen antibodinya telah

dikonjugasikan dengan zat warna fluoresens bereaksi, digunakan

secara ekslusif untuk mendeteksi antigen. Pemeriksaan imuno

fluoresensi tidak langsung (IFA). Pada pemeriksaan ini antigen dan

antibodi bereaksi, diikuti oleh reaksi dengan konjugat antibodi yang

ditujukan kepada antibodi pertama. Tersedia bermacam DFA untuk

deteksi antigen-antigen mikroba. Diantara DFA yang paling populer

adalah pemeriksaan untuk Chlamydia trachomatis, Legionella spp

herpes simplek virus, varisela zoster virus dll.

Prosedur pemeriksan berupa pembuatan apusan spesimen yang

difiksaasi dengan aseton atau metanol, perendaman apusan dengan

konjugat antibodi, pembilasan spesimen secara cermat untuk

menghilangkan konjugat antibodiyang tidak terikat dan pemeriksaan

dibawah mikroskop dengan cahaya ultra violet.

2. Antibodi monoklonal

Bila antigen tertentu dimasukkan ke dalam system imun, semua sel B

yang mengenal banyak epitop pada antigen akan dirangsang dan

memproduksi antibodi. Darah yang diambil, tersebut akan

mengandung antibodi yang multiple yang akan bereaksi dengan setiap

epitop. Serum tersebut disebut poliklonal oleh karena mengandung

produk yang berasal dari banyak klon sel B. Memurnikan antibodi

yang diperlukan dari serum tersebut sangatlah sulit. Klon adalah

segolongan sel yang brasal dari satu sel dan karenaya identik secara

genetik. Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diproduksi oleh

sel-sel yang berasal satu klon sel. Kloning dapat dilakukan dengan

mengencerkan larutan sel sedemikian rupa sehingga dalam biakan sel

diperoleh sumur yang hanya mengandung satu sel (Suryati, 2007).

Protein mieloma adalah protein /imunoglobin yang dproduksi

neoplasma sel plasma. Tumor ini tumbuh tanpa kontrol dan

immunoglobulin tersebut ditemukan dalam jumlah besar pada pasien

Page 9: Diagnosa Mikrobiologi

dengan mieloma. Bila sel B tunggal menjadi ganas, semua antibodi

adalah identik (Suryati, 2007).

Sel plasma yang diambil dari darah tidak akan tumbuh dalam biakan

jaringan dan akan mati dalam beberapa hari. Sebalkinya sel meiloma

akan tumbuh terus menerus dalam biakan jaringan. Satu sel plasma

dan satu sel meiloma dapat difusikan menjedi satu sel yang disebut

hibridoma yang mempunyai sifat dari kedua sel asalnya dan akan

membentuk antibodi monoclonal. Dalam antibodi monoklonal semua

molekulnya adalah identik (Suryati, 2007).

Antibodi monoklonal merupakan bahan standar yang dapat

digunakan dalam laboratorium untuk identifikasi berbagai jenis sel,

typing darah dan menegakkan diagnosis berbagai penyakit. Kemajuan

sekarang telah memungkinkan untuk memproduksi antibody

monoclonal manusia melalui rekayasa genetika dalam jumlah yang

besar untuk digunakan dalam terapi berbagai penyakit (Suryati, 2007).

c. Elisa

Enzyme Linket Immuno Sporbent Assay (ELISA) adalah teknik dasar

antibodi dalam menentukan langsung sampel lingkungan. Keuntungan

bersama dalam pengumpulan data menggunakan teknik ELISA adalah

sampel lingkungan langsung dapat menggunakan peralatan yang sesuai

ukuran (melewati ukuran yang kecil dapat menghasilkan sesuai standar

yang ditentukan) dan juga dapat memanipulasi dari sampel utama yang

tidak menguntungkan dari teknik kepekaan (Suryati, 2007).

Deteksi antigen virus dengan Elisa

Deteksi virus pada jaringan hewan biasanya dilakukan dengan

mengisolasi agens penyebabnya dengan menggunakan hewan

percobaan, telur berembrio dan atau system biakan sel. “Cara klasik”

ini masih penting dan sentral karena biasanya diperlukan sebagai

Page 10: Diagnosa Mikrobiologi

tambahan pengujian untuk menilai sifat biologis penting virus seperti

penentuan patotipe, untuk memastikan seberapa pentingnya isolat virus

yang didapat. Namun, system kultivasi mempunyai kelemahan yaitu

tidak dapat dipakai untuk diagnosis cepat karena memerlukan waktu

untuk menumbuhkan dan mengidentifikasi virus, di samping mungkin

juga adanya gangguan yang ditimbulkan oleh kontaminasi jamur dan

atau bakteri, atau virus perolehan (Suryati, 2007).

Selain itu terdapat virus-virus yang tidak dapat dengan cepat

ditumbuhkan seperti beberapa virus enteric, dan virus demikian, harus

menggunakan cara lain untuk menunjukkannya. Konsekwensinya,

banyak timbul minat untuk mengembangkan teknik yang

memungkinkan secara langsung menunjukkan adanya suatu virus atau

antigennya dalam suatu spesimen klinis yang tidak hanya untuk alas an

praktis seperti mengurangi waktu yang diperlukan untuk identifikasi,

tetapi juga untuk penghematan biaya. Terdapat minat besar untuk

mengembangkan metode cepat yang tidak bergantung kepada hewan

untuk menguji sifat-sifat virus seperti patogenisitasnya. Cara

pengujian demikian akan mempercepat karakterisasi virus seperti virus

Nescastle disease yang penting bagi usaha pencegahannya nanti

setelah informasi tentang patogenitas suatu isolat diketahui (Suryati,

2007).

Diagnose Infeksi Oral

Untuk mendapatkan diiagnosis yang tepat dari infeksi oral akan

mengalami beberapa kesulitan. Beberapa infeksi oral adalah endogen (disebabkan

oleh normal flora). Besar dan kompleksitas dari flora oral berarti bahwa ini dapat

memperumit hasil interpretasi. Terutama jika spesimen didapatkan tidak secara

tepat dan terkontaminasi dengan organisme dari flora normal. Spesimen untuk

laboratorium mikrobiologi dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: dari infeksi

Page 11: Diagnosa Mikrobiologi

purulen, spesimen dari oral muksa, dan dapat juga diambil dari periodontal dan

karies gigi (Bagg, 2006).

Pemeriksaan Mikrobiologi

Dua jenis pemeriksan mikrobiologi yang sering dilakukan untuk lesi jaringan

lunak mulut adalah: oral mycological smear dan oral bacteriological smear

(Marwati, 2009).

Oral Mycological Smear

Oral mycological smear dilakukan untuk membuktikan adanya infeksi jamur

pada lesi yang ditemukan. Pemeriksaan ini diawali dengan melakukan swab pada

mukosa mulut yang dicurigai, dengan menggunakan cotton swab. Kemudian

dengan cotton swab dan spesimen yang didapat, dilakukan streaking pada

permukaan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dalam cawan petri. Setelah itu

cawan petri tersebut dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 – 48 jam untuk

membiakkan jamurnya. Seseudah 48 jam akan tumbuh koloni jamur berwarna

putih- kekuningan (Marwati, 2009).

Gambar 1. Koloni Candida yang tumbuh setelah diinkubasi selama 48 jam

Langkah selanjutnya adalah melakukan streaking lagi pada petri lain untuk

mengekstraksi Candida albicans. Setelah tumbuh koloni, lakukan streaking lagi

pada agar yang miskin nutrisi. Dalam agar ini Candida albicans akan membentuk

klamidospora. Hasil akhirnya adalah Candida albicans murni (Marwati, 2009).

Page 12: Diagnosa Mikrobiologi

Gambar 2. Klamidospora terbentuk bila Candida albicans dibiakkan dalam agar corn-meal

Ada beberapa spesies Candida yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu

Candida albicans, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida

pseudotropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida guilliermondii

(Marwati, 2009).

Oral Bacteriological Smear

Bahan yang akan diperiksa diambil dari permukaan gigi, kemudian dioleskan

di atas slide spesimen. Kemudian difiksasi di atas nyala api spiritus. Berikutnya

dituangi dengan pewarna carbol fuchsin, dibiarkan 10 menit. Lalu dituangi dengan

pewarna methylene blue, biarkan 10 menit (Marwati, 2009).

Diagnosis infeksi mukosa mulut

infeksi jamur

Jamur dapat dibudidayakan dengan mudah dari rongga mulut. Spesimen dapat

dikumpulkan dari tempat tertentu pada mukosa mulut dengan apusan. Atau,

keberadaan jamur dapat ditentukan dengan mengumpulkan sebuah bilas oral, di

mana pasien membilas mulut mereka dengan saline steril dan meludah. Bilasan

kemudian dapat diinokulasi pada media selektif untuk jamur. Keuntungan dari

bilasan mulut adalah bahwa hal itu juga dapat diinokulasi pada media untuk

isolasi patogen potensial lainnya, misalnya Staphylococcus aureus dan koliform

(Bagg, 2006).

Page 13: Diagnosa Mikrobiologi

Hal ini juga memberikan hasil semi- kuantitatif. Agar Sabouraud adalah media

isolasi yang paling banyak digunakan untuk jamur , tetapi sebagian besar spesies

memiliki morfologi kolonial yang sama ketika ditanam pada media ini. Hal ini

sangat disayangkan, karena meskipun Candida albicans adalah jamur yang paling

umum terisolasi dari mulut, spesies lain juga sering hadir - dan pasien sering

membawa lebih dari satu spesies secara bersamaan. Hal ini penting, karena itu,

untuk menggunakan agar tambahan pada spesies yang berbeda menghasilkan

berbagai jenis koloni, misalnya CHROMagar ® (Gambar 12.10) (Bagg, 2006).

Setelah inkubasi, koloni jamur diambil dari piring utama. Semua yang dikenai uji

tabung kuman (Gambar 12.11 ), yang mengidentifikasi isolat potensial Candida

albicans dan C. dubliniensis dari spp Candida lainnya. Tabung kuman jamur

negatif, diidentifikasi berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut , untuk asimilasi

misalnya gula atau tes fermentasi gula. peralatan komersial juga tersedia untuk

identifikasi jamur. Tes sensitivitas antijamur dapat dilakukan. The repro-ducibility

tes ini telah sulit untuk membakukan , dan beberapa metode laboratorium yang

dibutuhkan secara teknis. Namun, surveilans dari resistensi antijamur , terutama

untuk azoles, menjadi semakin penting (Bagg, 2006).

infeksi virus

Virus Herpes simpleks adalah penyebab paling umum dari infeksi virus dari

mukosa mulut . Virus ini dapat dibudidayakan dengan mudah dalam sel kultur

jaringan dari usapan virus jaringan lesi dan hasilnya mungkin tersedia dalam

waktu 48 jam . Namun, dengan munculnya obat anti - virus tertentu, hasil yang

lebih cepat yang diinginkan dan ini mungkin dicapai melalui penggunaan tes

deteksi antigen cepat seperti immunofluorescence. Teknik serologi yang

digunakan sedikit dalam pengaturan klinis, karena mereka terlalu lambat untuk

Page 14: Diagnosa Mikrobiologi

diagnosis primer infeksi dan tidak ada tanda serologi penyakit reaktivasi (Bagg,

2006).

Diagnosis herpes zoster biasanya dilakukan secara klinis, tetapi dapat

dikonfirmasi dengan tes laboratorium. Deteksi antigen dan serologi adalah

metode yang paling bernilai. Diagnosa herpangina dan penyakit tangan , kaki dan

mulut juga biasanya dilakukan secara klinis, tetapi isolasi virus cox - sackie

relevan dapat dicoba dalam kultur jaringan, idealnya dari spesimen tinja (Bagg,

2006).

Jumlah saliva laktobasilus dan Streptococcus mutans dapat dilakukan sebagai

komponen tes aktivitas karies.

Pap gingiva mendalam dengan demonstrasi kompleks fuso - spirochaetal berguna

untuk konfirmasi ulseratif necrotising akut gingivitis (Bagg, 2006).

Bagg. 2006. Essential Of Microbiology For Dental Student 2th Edition. Oxford

University Press.

Ronald. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Egc

Suryati. 2007. Prosedur Diagnostik Dengan Metodeklasik Dan Metode

Molekuler. Bogor: Ipb

Kusnadi. 2011. Diambil Pada 15 Januari 2014 Pukul 23.30.

Http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpmipa/Jur._Pend._Biologi/19680509199403-

Kusnadi/Buku_Common_Text_Mikrobiologi,_Kusnadi,Dkk/Bab_Ii_Metode.Pdf

Marwati. 2009. Pentingnya Pemeriksaan Penunjang Untuk

Penatalaksanaan Penyakit Mulut. Jakarta: Universitas Trisakti

Page 15: Diagnosa Mikrobiologi