diagnosa keperawatan kesehatan ibu dan anak

51
COMMUNITY HEALTH NURSING DIAGNOSA KEPERAWATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK OLEH KELOMPOK 5 K3LN 2011 Chindy Purbo Labdo Aprilia Dwi Puspitasari Icca Presilia A Kartika Puspa Ayu Kadek Nova Praydni D Dwi Setyo P Feronicha Gadis M Fiqih Andrian Ilmansyah PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: dwi-setyo-purnomo

Post on 22-Nov-2015

92 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tugas Diagnosa Keperawatan Kesehatan Ibu dan Anak

TRANSCRIPT

COMMUNITY HEALTH NURSINGDIAGNOSA KEPERAWATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

OLEHKELOMPOK 5K3LN 2011Chindy Purbo LabdoAprilia Dwi PuspitasariIcca Presilia AKartika Puspa AyuKadek Nova Praydni DDwi Setyo PFeronicha Gadis MFiqih Andrian Ilmansyah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangProses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga, orang terdekat, atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan konstribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien. Perawat berusah keras mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui penerapan lim tahap proses keperawatan, berupa pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Allen, 1998). Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respons individu, keluarga, atau kemunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial. Diagnose keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggunga jawab perawat (Allen, 1998). Terdapat empat tipe diagnose keperawatan, yaitu actual, risiko tinggi, sehat, dan siindrom. Aktual menunjukkan pernyataan yang secara klinis telah divalidasi oleh karakteristik mayor yang dapat teridentifikasi. Risiko menunjukkan penilaian klinis dimana klien rentan mengalami masalah dari klien lainnya dalam situasi yang sama atau serupa. Sehat menunjukkan keinginan klien yang secara klinis telah divalidasi untuk beralih dari tingkat kesejahteraan spesifik ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Sindrom menunjukkan kluster dari diagnose keperawatan aktual atau resiko tinggi yang diduga akan timbul karena situasi atau kejadian tertentu (Carpenito, 1999). Berdasarkan hal tersebut, memahami bagaimana membuat diagnosa keperawatan yang baik sangatlah penting bagi mahasiswa keperawatan. B. TujuanMahasiswa mampu menganalisa dan menyusun diagnosa keperawatan komunitas sesuai dengan topik yang diberikan.

PEMBAHASAN

A. Pengkategorian DataDATA SUBJEKTIFDATA OBJEKTIF

Data tentang nilai dan keyakinan didapatkan melalui metode Focus Group Discussion (FGD). Warga Dusun Precet, terutama penduduk perempuan, menikah di usia belia dengan alasan untuk mencegah hubungan seksual di luar pernikahan. Kebiasaan ini lebih menjadi tradisi dari generasi ke generasi tanpa berpedoman pada nilai agama dan adat istiadat. Sehingga, masyarakat tidak mempunyai pandangan negatif terhadap kebiasaan ini. Berdasarkan hasil wawancara kepada 22 sampel pasangan usia subur dapat diketahui bahwa sebesar 19 keluarga (86%) mengatakan rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya ketika hamil, dan sisanya sebanyak 3 keluarga (14%) mengatakan tidak rutin memeriksakan kehamilannya. Sebanyak 19 keluarga (86%) dari total sampel 22 keluarga mengatakan tidak pernah mengalami keguguran dan sisanya sebanyak 3 keluarga (14%) pernah mengalami keguguran Sebesar 100% mengatakan mendapatkan dukungan selama kehamilannya. Sebesar 100% (22 orang) mengatakan sumber air berasal dari sumber air pegunungan. Sebesar 100% (22 orang) mengatakan kondisi sumber air bersih dan jernih. Sebanyak 21 keluarga (95%) mengatakan cuaca di dusun precet ini dingin dan sisanya sebanyak 1 keluarga (5%) mengatakan cuaca panas. Sebanyak 22 orang (100%) mengatakan bahwa sikap tenaga kesehatan ramah terhadap masyarakat. Sebanyak 22 orang (100%) mengatakan jangkauan ke pelayanan kesehatan tergolong mudah. Sebanyak 22 orang (100%) warga dusun Precet mengatakan bahwa pasar dapat dijangkau dengan mudah. Sebanyak 22 orang (100%) mengatakan tidak tahu mengenai PHBS Komposisi pasangan usia subur menurut usia di dusun Precet yaitu pada perempuan usia 30 th sebanyak 12 orang (55%). Sedangkan pada laki-laki usia 30 th sebanyak 5 orang (23%), 31-40 th sebanyak 12 orang (54%), >40 th sebanyak 5 orang (23%). Pasangan usia subur di dusun Precet rata-rata menikah pada usia 16 tahun bagi yang perempuan yaitu sebesar 64% (14 orang) dan 1.000.000 sebanyak 2 orang (9%), sedangkan untuk penghasilan diantara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 sebanyak 20 orang (9%), dan tidak ada (0%) warga yang berpenghasilan dibawah Rp 500.000. Sebanyak 12 orang (55%) memiliki tabungan berupa sawah, 4 orang (18%) memiliki tabungan berupa simpanan PKK dan sisanya yaitu 6 orang (27%) tidak mempunyai tabungan. Sebagian besar pasangan usia subur sebanyak 21 orang (95%) tidak mempunyai tabungan, sedangkan sisanya yaitu 1 orang (5%) mempunyai tabungan. Sebanyak 22 orang (100%) menerapkan perilaku PHBS dalam kehidupan sehari-harinya. Sebanyak 12 orang (55%) mendapatkan informasi kesehatan terbaru, sedangkan sisanya yaitu 10 orang tidak mendapatkan informasi mengenai kesehatan terbaru. Topik informasi kesehatan yang terbaru yang diterima warga dusun precet sebagian besar adalah mengenai Ca cervix, yaitu sebanyak 8 orang (64%), 3 orang (25%) mendapatkan topik mengenai DBD dan sisanya 1 orang (11%) mengenai menstruasi. Sebagian besar penduduk dusun precet menghabiskan waktu luang dengan berdiam diri di rumah, yaitu sebesar 18 orang (82%) dan sisanya sebesar 4 orang (18%) memilih untuk pergi ke tempat rekreasi.

B. Perumusan Diagnosa KeperawatanNODATAPROBLEM

1DS: -DO: Data Angket/Kuesioner (n= 22) Tingkat pendidikan terakhir PUS dusun Precet masih relatif rendah: 91%(20 orang) memiliki pendidikan SD, 9% (2 orang) memiliki pendidikan SMP Pengetahuan pasangan usia subur di dusun Precet mengenai batasan usia menikah pada perempuan diantara 22 PUS yang menjawab dengan benar yaitu sebanyak 6 orang (27%), yang menjawab salah sebanyak 16 orang (73%). Sebagian besar jarak kandang dengan rumah kurang dari 1 meter sebesar 72% (13 orang), antara 1-5 meter sebesar 17% (3 orang), antara 6-10 meter sebesar 5% (1 orang) dan yang lebih dari 10 meter sebesar 6% (1 orang). Pasangan usia subur di dusun Precet sebanyak 22 orang (100%) mengatakan tidak tahu mengenai PHBS. Komponen PHBS yang tidak diketahui warga dusun precet diantaranya adalah cara cuci tangan yang benar, jarak minimal antara septictank dengan sumber air, perbandingan antara luas rumah dengan jumlah penghuni, ada/tidaknya ventilasi rumah, dll. Sebanyak 3 keluarga (14 %) mengatakan tidak rutin memeriksakan kehamilan-nya. Sebanyak 3 keluarga (14%) pernah mengalami keguguran. Sebanyak 3 keluarga (14%) yang memberikan ASI tetapi kurang dari 6 bulan dan 1 keluarga (4%) tidak memberikan ASI karena belum melahirkan. Defisit Pengetahuan

2DS: -DO: Data Angket/Kuesioner (n= 22) Konsultasi kehamilan masih jarang sekali dilakukan oleh pasangan usia subur di dusun Precet, hal ini dapat dillihat dari presentase sebesar 95% (21 orang) responden tidak pernah melakukan konsultasi kehamilan. Sebagian besar pasangan usia subur dusun precet tidak rutin melakukan pemeriksaan terhadap kesehatannya, yaitu sebanyak 17 orang (77%) dan sisanya sebanyak 5 orang (23%) rutin dalam memeriksakan kesehatannya. Sebagian besar pasangan usia subur di dusun precet memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya bila sakit saja, yaitu sebanyak 17 orang (77%) dan sisanya sebanyak 5 orang (23%) memanfaakan pelayanan kesehatan untuk control kesehatannya. Sebagian besar pasangan usia subur sebanyak 21 orang (95%) tidak mempunyai tabungan kesehatan, sedangkan sisanya yaitu 1 orang (5%) mempunyai tabungan kesehatan.Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan

3DS: Data hasil metode Focus Group Discussion PUS RT 01 dan RT 02 RW 01 Dusun Precet Desa Sumbersekar Tradisi dari generasi ke generasi bahwa perempuan, menikah di usia belia dengan alasan untuk mencegah hubungan seksual di luar pernikahan.DO: Data Angket/Kuesioner (n= 22) Pasangan usia subur di dusun Precet rata-rata menikah pada usia 16 tahun bagi yang perempuan yaitu sebesar 64% (14 orang) dan yang menikah pada usia 24 minggu.

8. Jarak KelahiranKehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orangtua. Upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluargakeluarga muda baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka. Tentu saja pandangan ini masih bisa di pertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga sangat berkaitan dengan banyak faktor (Sugiri, 2007). Di masyarakat masih berlaku kebiasaan dimana sebagian besar suami-istri hanya berbincang tentang ukuran keluargaketika ingin menambah jumlah anak, tetapi tidak detail hingga menyentuh masalah kesiapan istri untuk menerima kehamilan baru (Rahima, 2003). Secara medis, rahim sebenarnya sudah siap untuk hamil kembali tiga bulan setelah melahirkan. Namun berdasarkan catatan statistik penelitian bahwa jarak kelahiran yang aman antara anak satu dengan lainnya adalah 27 sampai 32 bulan. Pada jarak ini si ibu akan memiliki bayiyang sehat serta selamat saat melewati proses kehamilan (Agudelo, 2007). Penelitian The Demographic and Health Survey, menyebutkan bahwa anakanak yang dilahirkan 2-5 tahun setelah kelahiran anak sebelumnya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggidaripada yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun, maka jarak kehamilan yang aman adalah 2-5 tahun (Yolan, 2007).

9. Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah PemukimanPertambahan jumlah penduduk pada suatu wilayah secara otomatis akan memperkecil daya dukung sarana prasarana di suatu wilayah. Dengan analogi yang sama pertambahan penduduk juga akan terkait langsung terhadap jumlah timbulan di wilayah permukiman atau perkotaan. Kuantitas dan pemerataan penempatan sarana persampahan sangat berpengaruh terhadap efektifitas pengelolaan sampah.Pola pengelolaan sampah di banyak daerah di Indonesia masih terbagi atas 2 (dua) kelompok pengeloalaan yaitu antara pengelolaan yang dilaksanakan oleh masyarakat dari timbulan, pewadahan, pengangkutan dan pembuangan akhir atau pemusnahan atau sampai ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan pengelolaan yang dilaksanakan oleh pemerintah yang melayani pengangkutan sampah dari TPS ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).Pengelolaan secara terpadu terhadap persampahan oleh pemerintah atau oleh pihak swata yang ditunjuk oleh pemerintah secara umum belum banyak dilaksanakan, kecuali dibeberapa kota besar di Indonesia. Keterbatasan anggaran dalam pemenuhan sarana persampahan adalah alasan pokok pemerintah dan minat swasta yang masih rendah dalam menangani bisnis bidang persampahan.Perubahan Paradigma Pengelolaan SampahDari tinjauan seperti disebutkan sebelumnya bahwa pola pengelolaan sampah yang dilaksanakan saat ini belum tercapai pola pengelolaan terpadu dari masyarakat sebagai penghasil sampah dan pemerintah sebagai penyedia dan pengelola sarana persampahan. Dari sisi masyarakat masih terbentuk presepsi bahwa sampah adalah bahan yang sudah tidak terpakai dan telah menjadi kewajiban pihak pemerintah untuk mengelolanya dan membersihkannya.Pola pendekatan baru dalam pengelolaan sampah saat ini telah di konsepkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Startegi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP). Kebijakan Nasionala tersebut merupakan reaksi atas pengelolaan sampah di waktu sebelumnya yang dilaksanakan secara konvensional dan terkesan adanya sekat pemisah antara masyarakat sebagai produsen sampah dan peran pemerintah sebagai pengelola persampahan.Dalam Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengolahan Persampahan yang terkait dengan tema perilaku pengelolaan sampah disebutkan antara lain, kebijakan pengurangan sampah semaksiamal mungkin dimulai dari sumbernya dengan pola meningkatkan pemahaman kepada masyarakat tentang upaya 3R (reduce, reuse, recycle) dan mengembangkan sistem insentif dan disinsentif . Dalam hal partisipasi masyarakat kebijakan yang dituangkan adalah meningkatkan pemahaman sejak dini, menyebarluaskan pemahaman tentang sampah kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah, meningkatkan pembinaan pengeloaan sampah khususnya kepada kaum perempuan.Konsep Pengelolaan Sampah 3RPengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan berbagai macam cara. Teknik pengolahan sampah yang pada awalnya menggunakan pendekatan kumpul-angkut-buang, kini telah mulai mengarah pada pengolahan sampah berupa reduce-reuse-recycle (3R). Reduce berarti mengurangi volume dan berat sampah, reuse berarti memanfaatkan kembali dan recycleberarti daur ulang sampah. Teknik pengolahan sampah dengan pola 3R, secara umum adalah sebagai berikut:1) Reduce (pengurangan volume)Ada beberapa cara untuk melakukan pengurangan volume sampah, antara lain:a. Incenerator (pembakaran)Merupakan proses pengolahan sampah dengan proses oksidasi, sehingga menjadi kurang kadar bahayanya, stabil secara kimiawi serta memperkecil volume maupu berat sampah yang akan dibuang ke lokasi TPA.b. Balling (pemadatan)Merupakan sistem pengolahan sampah yang dilakukan dengan pemadatan terhadap sampah dengan alat pemadat yang bertujuan untuk mengurangi volume dan efisiensi transportasi sampah.c. Composting (pengomposan)Merupakan salah satu sistem pengolahan sampah dengan mendekomposisikan sampah organik menjadi material kompos, sperti humus dengan memanfaatkan aktivitas bakteri.d. Pulverization (penghalusan)Merupakan suatu cara yang bertujuan untuk mengurangi volume, memudahkan pekerjaan penimpunan, menekan vektor penyakit serta memudahkan terjadinya pembusukan dan stabilisasi.2) ReuseReuse adalah pemanfaatan kembali atau mengguanakan kembali bahan-bahan dari hasil pembuangan sampah menjadi bahan yang dapat di pergunakan kembali. Misalnya sampah konstruksi bangunan.3) RecycleRecycle adalah kegiatan pemisahan benda-benda anorganik (misalnya: botol-botol bekas, kaleng, kardus dan lainnya) dari tumpukan sampah untuk diproses kembali menjadi bahan baku atau barang yang lebih berguna.

RINGKASAN

Pada kasus Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang telah diberikan, terdapat beberapa masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang ditemukan dan bisa diangkat sebagai diagnose keperawatan. Masalah kesehatan tersebut muncul dikarenakan terdapat penyimpangan antara teori dan kenyataan. Namun pada kasus ini, pasangan usia subur (PUS) dusun Precet Desa Sumbersekar tidak merasakan ada sebuah masalah kesehatan dari perilaku dan budaya mereka. Masalah kesehatan tersebut berupa budaya mengenai nikah usia muda bagi wanita disertai tidak adanya penundaan kehamilan. Kurangnya kesadaran warga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, pemberian makanan tambahan yang tidak tepat, pengelolaan sampah yang tidak tepat, jarak kandang yang membahayakan kesehatan, kurangnya pengetahuan mengenai PHBS, dan penggunaan alat perlindungan diri yang masih minim.Berdasarkan masalah kesehatan tersebut, ditemukan 5 diagnosa keperawatan yang bisa diangkat. Diagnosa keperawatan tersebut berupa deficit pengetahuan, ketidakefetifan pemeliharaan kesehatan, risiko ketidakmampuan menjadi orang tua, risiko kontaminasi, kesiapan meningkatkan proses kehamilan-persalinan. Dengan didasari oleh 5 diagnosa keperawatan tersebut, perawat di komunitas dapat merencanakan intervensi yang akan dilakukan. Namun sebelumnya perawat harus mendiskusikan kepada warga di dusun tersebut, apakah masalah tersebut perlu untuk dilakukan intervensi dan menentukan diagnose yang dijadikan prioritas utama.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Latihan. Jakarta: EGCCarpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Pegangan Dosen. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. Jakarta: EGCManuaba, I.B.G, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta: EGC.Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan, Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawiroharjoSaifuddin, 2005. Buku Acuan Praktis Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoMarmi, 2011. Asuhan Kebidanan Pada masa Antenatal, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Depkes RI, 2002a. Ibu Sehat Bayi Sehat, Jakarta