diagnosa kepera

32
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul Diagnosa .1 : Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan Kriteria evaluasi : Keseimbangan cairan adekuat - Tanda-tanda vital stabil - Turgor kulit stabil - Membran mukosa lembab - Pengeluaran urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam Intervensi : 1. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasional : Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi pengeluran dan penggantian cairan. 2. Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer.

Upload: fikrinurlatifatulqolbi

Post on 18-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul

Diagnosa .1 :

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan

Kriteria evaluasi :

Keseimbangan cairan adekuat

- Tanda-tanda vital stabil

- Turgor kulit stabil

- Membran mukosa lembab

- Pengeluaran urine normal 1 2 cc/kg BB/jam

Intervensi :

1. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan.

Rasional : Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi pengeluran dan penggantian cairan.

2. Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer.

Rasional : Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan tambahan.

3. Catat adanya mual, muntah, perdarahan

Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipordemia.

4. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia).

5. Berikan cairan parinteral dengan kolaborasi dengan tim medis.

Rasional : Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan /mencegah hipotensi.

6. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic

7. Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual/muntah yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pemasukan.

1) Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur.

Rasional : Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.

2) Pantau studi laboratorium (Hb, Ht).

Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.

Diagnosa 2 :

Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses inflamasi.

Tujuan : Pola napas efektif

Kriteria Evaluasi :

- RR normal : 14 20 x/menit

- Alan napas bersih, sputum tidak ada

Intervensi :

1) Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan

Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan hilangnya kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah secara drastis.

2) Tinggikan kepala tempat tidur

Rasional : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk untuk menigkatkan inflasi paru.

3) Dorong untuk batuk/ nafas dalam

Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.

4) Auskultasi suara napas

Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi & pneumonia.

5) Berikan O2 jika dibutuhkan

Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan

6) Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA

Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.

Diagnosa .3 :

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.

Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam pemecahan masalah.

Kriteria Evaluasi :

- Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan insektisida.

- Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah

- Mampu melakukan hubungan /interaksi social.

Intervensi :

1. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil.

Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat

2. Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan.

Rasional : Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi koping yang digunakan pada rencana perawatan saat ini

3. Tetap tidak bersikap tidak menghakimi

Rasional : Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan keamanan pasien.

4. Berikan umpan balik positif

Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan kesadaran diri dalam perilaku

5. Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi

Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan terhadap bantuan, untuk bekerja.

6. Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping.

Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat membantu menngkatkan kesadaran.

7. Berikan informasi tentang efek meneguk insektisida

Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-organ vital bila menelan insektisida (baygon)

8. Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi

Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan denganNursing Care Plan

NoTanggalJamNo DxPerencanaanParaf

Tujuan & kriteria hasilIntervensiRasional

17 Februari 201510.00 12.00ISetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, menunjukkan patensi jalan nafas dengan cairan sekret mudah dikeluarkan dan nyeri terasa berangsur-angsur hilang dibuktikan dengan kriteria hasil:

1. Pasien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

2. Pasien tampak rileks dan tidur dengan nyenyak3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan 1. Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri, buat rentang intensitas pada skala 1-10

2. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien

3. Catat kemungkinan penyebab nyeri, patofisiologi dan pkikologi

4. Dorong pasien mengatakan perasaan tentang nyeri

5. Berikan tindakan kenyamanan, dorong dan ajarkan teknik relaksasi6. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain tentang pemberian analgesik rutin sesuai indikasi1. Membantu dalam evaluasi gejala nyeri. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri2. Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal dan non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri3. Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien daripada anterolateral

4. Takut/masalah dapat meningkat tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri

5. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian

6. Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari puncak periode nyeri

27 Februari 2015

10.00 12.00

IISetelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24 jam, menunjukkan patensi jalan nafas dengan cairan sekret mudah di keluarkan dibuktikan dengan kriteria hasil:

1. Pasien mengatakan sesaknya mulai hilang2. Mengeluarkan sekeret tanpa kesulitan1. Catat perubahan dan pola nafas2. Observasi penurunan ekspansi dinding dada

3. Catat karakteristik batuk (misal: menetap, efektif/tidak efektif, produksi dan karakteristik sputum)4. Pertahankan posisi tubuh/kepala lebih tinggi dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan

5. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain dalam pemebrian bronkodilator

1. Penggunaan otot interkostal/abnominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas

2. Ekspansi dada terbatas/ tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan dan sekret

3. Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebabnya

4. Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasien dipengaruhi

5. Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan vikositas sekret

37 Februari 201510.00 12.00

IIISetelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24 jam, menunjukkan patensi jalan nafas dengan cairan sekret mudah di keluarkan, dengan kriteria hasil:

1. RR dalam rentang normal

2. Pasien berpartisipasi dalam aktivita

3. Suara paru jelas dan bersih1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada, catat upaya pernafasan2. Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas

3. Observasi pola batuk dan karakteristik sekret4. Dorong dalam nafas dalam dan latihan batuk

5. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain tentang pemberian oksigen1. Kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas, ekspansi terbatas terdapat pada atelektasis

2. Perubahan bunyi nafas menunjukkan obstruksi sekunder

3. Kongesti alveolar mengakibatkan betuk kering

4. Meningkatkan banyaknya sputum yang keluar

5. Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas

2.12 Implementation

1. No Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dan rongga dada

NoTanggalJamImplementasiEvaluasi FormatifParaf

17 Februari 2015

7 Februari 2015

7 Februari

201510.00

10.00

10.10

10.00

10.15

10.201. Mencatat perubahan dan pola nafas klien

2. Mengobservasi penurunan ekspansi dinding dada

3. Menanyakan pasien tentang nyeri dan tentukan karakteristik nyerinya

4. Mengkaji pernyataan verbal / non verbal

5. Mengkaji frekuensi, kedalaman, dan ekspansi dada6. Auskultasi buny nafas dan catat adanya bunyi nafasP : sputum berkurang

Q : batuk masih berdahak

R : saluran napas

S :

T : sputum dikeluarkan saat batuk

2. No Dx 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

27 Februari 201510.00

10.05

10.15

10.1510.20

1. Mencatat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan psikologi

2. Mendorong pasien mengatakan perasaan tentang nyeri

3. Mencatat karakteristik batuk

4. Mempertahankan posisi kepala lebih tinggi

5. Mengobservasi pola batuk dan karakteristik sekretP : sesak berkurang

Q : sesak ringan

R : dada

S :

T :tidak menentu

3. No Dx 3 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplay oksigen

37 Februari

201512.00

11.00

10.30

10.45

11.001. Memberikan tindakan kenyamanan dorong dan ajarkan teknik relaksasi

2. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain tentang pemberian analgesik

3. Kolaborasikan dengan tim kesehatan dalam pemberian bronkodilator

4. Mengajarkan pasien nafas dalam dan latihan batuk5. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain dalam pemberian oksigenP : adanya cairan di alveoli

Q : tidak pucat

R : ektremitas

S :

T :

2.13 Evaluasi / SOAPIE

NoTanggal / JamJamNo. DiagnosaCatatan PerkembanganParaf

1IS : klien mengatakan dada saya masih nyeri dan sakit

O : pasien terlihat meringis kesakitan

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intevensi

IIS : klien mengatakan saya sesak napas dan batuk

O : RR = 24 x/menit, aktivitas pasien lemah, terapi O2

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

IIIS : klien mengatakan dada saya terasa sesak dan sakit

O : RR = 24 x/menit

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

2IS : klien mengatakan nyeri dada sudah mulai berkurang

O : pasien sudah dapat tidur dengan nyenyak

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

IIS : klien mengatakan saya sudah tidak sesak lagi, rasanya dada ini lega

O : RR = 20 x/menit, pasien terlihat rilex

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

IIIS : klien mengatakan saya tidak sesak lagi tetapi saya merasa mual

O : TD = 130/90 mmHg

A : masalah teratasi sebgaian

P : lanjutkan intervensi

31S : klien mengatakan dada saya sudah tidak nyeri lagi, lebih enakan

O : pasien dapat tidur nyenyak dan tidak pernah meringis kesakitan lagi

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

IIIS : klien mengatakan saya sudah bisa bernafas dengan lega

O : RR = 20 x/menit, terapi O2 dilepas

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

Diagnosis Keperawatana. Pola Nafas tidak efektif b.d.efek stimulasi nikotonink-muskarinink pada system saraf pusat.b. Ketidakseimbangan cairan b.d.peningkatan hilangnya cairan tubuh.c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak adekuatnya intake nutrisi,ketidakinginan untuk makan.3. Rencana asuhan keperawatanNo. Waktu/tglDiagnosa keperawatanTujuan dan Kriteria Hasil (NOC)Interensi (NIC)Rasional

1Pola Nafas tidak efektif b.d.efek stimulasi nikotonink-muskarinink pada system saraf pusat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola napas efektif dengan Kriteria Hasil:- Ekspensi dada simetris (5)- Napas pendek tidaka ada (5)- Tidak ada penggunaan otot bantu (5)A. Pengkajian1. Monitor TTV setiap 15 menit untuk beberapa jam.B. Pendidikan 2. Ajarkan batuk efektif, teknik pernapasan dalam.C. Kolaboratif 3. Lakukan kolaborasi dengan psikiater klinisD. Aktivitas mandiri4. Tinggikan kepala tempat tidur1. Monitor TTV setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahannya segera kepada dokter. Catat tanda-tanda seperti muntah, mual dan nyeri abdomen. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan, intravena sesuai pesanan.2. Memudahkan ekspansi paru dan mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.3. Jika keracunan sebagai suatu usaha untuk membunuh diri, maka lakukan safety precaution, konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian.4. Menurunkan kemungkinan aspirasi,diafragma bagian bawah meningkatkan inflasi paruh.

2Ketidakseimbangan cairan b.d.peningkatan hilangnya cairan tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,di harapkan keseimbangan cairan adekuat dengan KH:1. TTV stabil (5)2. Turgor kulit normal (5)3. Membran mukosa lembab

A.Pengkajian1.Monitor pemasukan dan pengeluaran cairanB.Pendidikan 2. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus.C.Kolaborasi3.Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan cairan parenteral.D.Aktivitas Mandiri4.Beriakan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur

1.Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran dan penggantian cairan3.Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan/mencegah hipotensi.4.Pemasukan peroral bergantung pada pengembalian gungsi gastrointestinal

3Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak adekuatnya intake nutrisi,ketidakinginan untuk makan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi terpenuhi dengan Kriteria Hasil:1. Pasien dapat mempertahankan status nutsisi yang adekuat (5)

A. Pengkajian1. Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, BB, dan derajat penurunan BB, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual muntah dan diareB. Pendidikan2. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam program kegiatan/latihanC. Kolaboratif3. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.D. Aktivitas mandiri4. berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang1. Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.2. Dapat meningkatkan pelepasan endorphin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan3. Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik pasien4. Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar

BAB IVPENUTUPKESIMPULANRacun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan.(Mc Graw-Hill Nursing Dictionary)Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah 1)Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin2)Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan3)Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon4)Zat kimia pertanian : Insektisida5)Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek6)Bisa ular atau seranggaSARANUntuk mencegah diri dari keracunan organofosfat ini sebaiknya di sarankan untuk melakukan Tindakan perawatan spesifik bertujuan :(Pencegahanterjadinya keracunan(Memperthankan saluran pernafasan yang bersihDaftar Pustakahttp://www.indonesiaindonesia.com/f/10707-keracunan-bahan-kimiamakanan/09/06/20http://luviony.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-keracunan.htmlMuttaqin,A.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien Sistem Gastrointestinal Jakarta: Salemba Medika.Wilkinson, Judith.M, Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: Kirimkan Ini lewat Email

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1801671071409276026&postID=8596562179673305854&target=blog" \o "BlogThis!" \t "_blank" BlogThis!

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1801671071409276026&postID=8596562179673305854&target=twitter" \o "Berbagi ke Twitter" \t "_blank" Berbagi ke Twitter

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1801671071409276026&postID=8596562179673305854&target=facebook" \o "Berbagi ke Facebook" \t "_blank" Berbagi ke Facebook

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1801671071409276026&postID=8596562179673305854&target=pinterest" \o "Bagikan ke Pinterest" \t "_blank" Bagikan ke Pinterest0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama

Blog Subscription

Follow meYou can follow my updates on Twitter

Posts RSSRead my full posts on your favorite feed reader

FacebookBecome a fan of our blog on Facebook

Search this blog

Top of Form

Bottom of Form

Top of Form

Bottom of Form

Top of Form

Bottom of Form

Top of Form

Bottom of Form

exka saputra Lihat profil lengkapku

Blog Archive

HYPERLINK "http://exkasaputra.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=45" 2012 (45)

HYPERLINK "http://exkasaputra.blogspot.com/2012_10_01_archive.html" Oktober (29)

TABEL DAN GAMBAR TANDA BACA DAN KEGUNAANYA KUTIPAN PARAGRAF PEDOMAN HIDUP ISLAM SEJARAH MKCH GERAKAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN DAKWAH ISLAM PAHAM DAN ISME MUHAMMADIYAH ROBO-ROBO YASINAN TAHLILAN ASKEP PAROTITIS ASKEP HISPRUNG ASKEP GASTREOFAGUS ASKEP CA.LAMBUNG ASKEP LABIOSCKISIS ASKEP HEPATITIS AKUT ASKEP OBSTRUKSI USUS HALUS DAN BESAR ASKEP KOLITIS ULSERATIF ASKEP PEROTINITS ASKEP INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT ASKEP GE.DEHIDRASI ASKEP TRAUMA TUMPUL DAN TAJAM ASKEP ULKUS PEPTIKUM ASKEP PANKREATITS ASKEP KOLEATITIS AKUT VARISES ESOVAGUS askep labioshisis

HYPERLINK "http://exkasaputra.blogspot.com/2012_03_01_archive.html" Maret (16)

Popular Posts

ASKEP GE.DEHIDRASIBAB II PEMBAHASAN A. Definisi Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakt...

ASKEP INTOKSIKASI ORGANOFOSFATBAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan ...

ASKEP TRAUMA TUMPUL DAN TAJAMASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA TRAUMA TUMPUL DAN TEMBUS ABDOMEN A. Definisi Trauma adalah pengalaman yang mempengaruhi dan meng...

ASKEP PAROTITISBAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penyakit parotitis atau g ondongan adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeks...

ASKEP KOLITIS ULSERATIFBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Colitis Ulcerati f (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus ...

terapi komplementerNama Kelompok 8 : Kelas : 1 B (Semester II) 1. Aan Aji Prayogi ...

ASKEP ULKUS PEPTIKUMBAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ulkus peptikum adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval pada permukaan mukosa lambun...

ASKEP HISPRUNGBAB II PEMBAHASAN A. Definisi Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus yan...

VARISES ESOVAGUSBAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal pembuluh darah v...

ASKEP HEPATITIS AKUTBAB II PEMBAHASAN A. Definisi Hepatitis Akut Hepatitis atau lebih dikenal dengan "Penyakit Hati" adalah terja...

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

_1488939938.unknown

_1488939937.unknown