diabetes melitus

71
MAKALAH SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS Disusun Oleh Kelompok 1A : 1. Khristina Damayanti (201111065) 2. Maria Valenzya (201111073) 3. Marieta (201111075) 4. Monica Sukmaningtyas (201111080) 5. Petrus Ganggu (201111085) 6. Tiyastutik (201111108) 7. Yolanda Dias (201111118)

Upload: monica-sukmaningtyas

Post on 29-Nov-2015

292 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mengenai penyakit diabetes melitus beserta asuhan keperawatan mengenai diabetes melitus

TRANSCRIPT

Page 1: Diabetes Melitus

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh Kelompok 1A :

1. Khristina Damayanti (201111065)

2. Maria Valenzya (201111073)

3. Marieta (201111075)

4. Monica Sukmaningtyas (201111080)

5. Petrus Ganggu (201111085)

6. Tiyastutik (201111108)

7. Yolanda Dias (201111118)

S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTA ELISABETH

SEMARANG

2012/2013

Page 2: Diabetes Melitus

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya

atas berkat dan campur tangan-Nyalah, maka kami dapat menyelesaikan makalah

sistem endokrin “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit diabetes melitus

“ ini dengan baik. Semoga apa yang kami tulis dan kami paparkan dalam makalah ini

dapat dimengerti dan di pahami dengan baik oleh pembaca sehingga dapat

bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga dan meningkatkan status kesehatan dalam

kehidupan sehari – hari.

Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 21 Mei 2013

Penyusun

Page 3: Diabetes Melitus

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Tujuan

BAB II PENYAKIT DIABETES MELITUS

2.1 Anatomi dan Fungsi kelenjar Pankreas…………………………………

2.2 Mekanisme umpan balik kelenjar pancreas…………………………….

2.3 Peranan pancreas dalam mengatur metabolism glukosa……………….

2.4 Metabolisme glukosa dalam tubuh……………………………………..

2.5 Patofisiologi diabetes mellitus………………………………………….

2.6 Pemeriksaan diagnostic diabetes mellitus…………………………….

2.7 Diet untuk DM I, II, III dan implikasi keperawatannya…………………

2.8 Farmakologi anti diabet, hormone insulin

dan implikasi keperawatannya…………………………………………..

2.9 Penatalaksanaan Diabetes mellitus : suntik insulin……………………..

2.10 Askep diabetes mellitus…………………………………………………

2.11 Keterampilan memberikan suntik insulin……………………………..

2.12 Pendidikan kesehatan: perawatan kaki diabet:

(senam kaki, perawatan kuku) dan diet DM……………………………

2.13 Keterampilan cek GDS dan reduksi urine…………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………

3.2 Saran…………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Diabetes Melitus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diabetes Melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit

ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam

keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus (DM) dapat timbul secara

perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti

minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang

menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,

sampai kemudian orang tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar glukosa

darahnya.

Penyakit DM terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas, asimtomatik

dan diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaringan atau

pemeriksaan untuk penyakit lain. Dari sudut pasien diabetes mellitus sendiri, hal

yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian

didiagnosis sebagai diabetes mellitus dengan keluhan yaitu terjadi kelainan pada

kulit seperti gatal-gatal, bisulan. Selain itu juga terjadi kelainan ginekologis

seperti keputihan dan lain-lain

Gejala-gejala pada DM merupakan akibat dari adanya ketidak seimbangan

dalam metabolisme hidrat arang, protein, lemak dengan produksi ataupun fungsi

horman insulin.

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinik yang terdiri dari

peningkatan kadar gula darah, ekkresi gula melalui air seni dan gangguan

mekanisme kerja hormon insulin. Kelainan tersebut timbul secara bertahap dan

bersifat menahun.

Penyakit Diabetes Melitus (DM) ini terjadi akibat terjadinya gangguan

mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam tubuh

tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam

terjadinya Diabetes Mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang

merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan,

memperbesar kemungkinan manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang

dilahrikan dengan bakat tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat

di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam

tubuh dengan masukan zat gizi melalui makanan.

Page 5: Diabetes Melitus

1.2 Tujuan

1.2.1 agar mahasiswa mengatahui anatomi dan fisiologi kelenjar

pancreas

1.2.2 agar mahasiswa mengetahui metabolism glukosa dalam tubuh

1.2.3 agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan keperawatan klien

dengan penyakit diabetes mellitus

1.2.4 agar mahasiswa mengetahui keterampilan keperawatan untk pasien

dengan diabetes mellitus

1.3 Manfaat

1.3.1 Mahasiswa mengatahui anatomi dan fisiologi kelenjar pancreas

1.3.2 Mahasiswa mengetahui metabolism glukosa dalam tubuh

1.3.3 Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan keperawatan klien dengan

penyakit diabetes mellitus

1.3.4 Mahasiswa mengetahui keterampilan keperawatan untk pasien

dengan diabetes mellitus

Page 6: Diabetes Melitus

BAB II

PENYAKIT DIABETES MELITUS

2.1 Anatomi dan Fungsi kelenjar Pankreas

Pankreas adalah suatu organ lonjong dari kira-kira 15 cm, yang terletak

di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari 98%

sel-sel dengan sekresi ekstern, yang memproduksi enzim-enzim cerna yang

disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau Langerhans)

dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon yang disalurkan langsung ke

aliran darah. Dalam pankreas terdapat empat jenis sel endokrin, yakni:

Sel-alfa, yang memproduksi hormon glukagon yang merangsang hati

memproduksi glukosa; bekerja berlawanan dengan insulin.

Sel-beta dengan banyak granula berdekatan membran selnya, yang berisi

insulin (Lat. insula= pulau). Setiap hari dieksresikan k.l. 2 mg (= 50 UI)

insulin, yang dengan aliran darah diangkut ke hati. Kira-kira 50% dari

hormon ini dirombak di sini, sisanya diuraikan dalam ginjal.

Sel-D memproduksi somatostatin (antagonis somatropin).

Sel-PP memproduksi PP (pancreatic polypeptide), yang mungkin

berperan pada penghambatan sekresi endokrin dan empedu

FUNGSI

1. Glukagon hormone

fungsi utama : meningkatkan kadar gula darah

sekresi distimulasi oleh kadar gula darah

Organ target : hepar / peningkatan glikogenolisis

metabolisme lemak : peningkatan lipolisis

dalam kead. Tertentu (lapar, sakit) : peningkatan glikoneogenesis/asam aminop

menjadi glukosa

2. Insulin hormone

Page 7: Diabetes Melitus

fungsi utama : menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan difusi

glukosa dalam sel

efek anabolik insulin :

terhadap hepar : meningkatkan sintesa dan penyimpanan glikogen,

m’hambat glikogenolisis, glikoneogenesis, ketogenesis, meningkatkan

trigliserida

terhadap otot : m’ningkatkan sintesa protein, meningkatkan transpor as.

Amino, meningkatkan glikogenesis

Gambar Pankreas

2.2 Mekanisme umpan balik kelenjar pancreas

Page 8: Diabetes Melitus

Keterangan

1. Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yang sangat penting yaitu bila

glukosa darah meningkat ke konsentrasi sangat tinggi setelah makan dan

kecepatan sekresi insulin juga meningkat, sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorpsi

dari usus hampir segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen.

Kemudian, selama jam berikutnya jika konsentrasi glukosa darah dan kecepatan

sekresi insullin turun hati melepaskan glukosa kembalike dalam darah.

2. Fungsi insulin dan glukagon sebagai sistem umpan balik terpisah dan penting

untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang normal. Jika konsentrasi

meningkat sampai kadar yang sangat tinggi maka insulin disekresikan sebaliknya

insulin menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun ke arah normal.

Sebaliknya penurunan glukosa darah merangsang sekresi glukagon kemudian

glukagon berfungsi dalam arah sebaliknya untuk meningkatkan glukosa ke arah

normal.

3. Pada hipoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah atas hipotalamus

merangsang susunan saraf simpatis sebaliknya epinefrine yang disekresi oleh

kelenjar adrenal, masih menyebabkan pelepasan glukosa lebih lanjut dari hati.

4. Hormon pertumbuhan (STH dan ACTH) dan kortisol disekresikan dalam respon

terhadap hipoglikemia yang berkepanjangan dan mereka menurunkan kecepatan

penggunaan glukosa oleh bagian terbesar sel-sel tubuh

2.3 Peranan pancreas dalam mengatur metabolisme glukosa

Page 9: Diabetes Melitus

Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau

monosakarida, dan unit kimia yang kompleks, seperti disakarida dan

polisakarida. Karbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi

monosakarida dan diabsorbsi, terutama dalam duodenum dan jejunum

proksimal. Sesudah diabsorbsi, kadar glukosa darah akan meningkat untuk

sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula. Pengaturan

fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada hati yang :

1. mengekstraksi glukosa

2. menyintesis glikogen

3. melakukan glukogenolisis

Dalam jumlah yang lebih sedikit, jaringan perifer otot dan adiposa juga

dipergunakan ekstrak glukosa sebagai sumber energi sehingga jaringan-jaringan

ini ikut berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah.

Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati yang digunakan oleh

jaringan-jaringan perifer bergantung pada keseimbangan fisiologis beberapa

hormon yaitu:

1. hormon yang merendahkan kadar glukosa darah

2. hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah

Insulin merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah, dibentuk oleh sel-

sel beta beta pulau Lengerhans pankreas. Hormon yang meningkatkan kadar

glukosa darah, antara lain:

1. glukagon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau Lengerhans

2. epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin

lain

3. glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal

4. growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.

Glukagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormon, membentuk suatu

pelawan mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat

pengaruh insulin.

2.4 Metabolisme glukosa dalam tubuh

Page 10: Diabetes Melitus

Karbohidrat (dengan bantuan enzim amilase)

Monosakarida(glukosa)

Glukosa dalam darah

Sebagian disimpan di dalam hati dan otot2 tulang sbg glikogen (menghendaki kerja

insulin)

Digunakan saat aktivitas otot dan diisi kembali dengan glukosa darah

Proses pembakaran

CO2 sbg hsl buangan, diekskresikan mll : paru2 (air,CO2),kulit (keringat), ginjal

(urine)

Kelebihannya

Disimpan sebagai lemak, BB

Jika kadar glukosa darah dalam batas normal ® sebagian besar jaringan

menggunakan glukosa sebagai sumber energi.

Kelebihan glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Sintesis glikogen dari

glukosa disebut glikogenesis.

Simpanan glikogen terbatas sehingga kelebihan glukosa yang lain diubah

menjadi lemak (lipogenesis).

Jika kadar glukosa darah turun, tubuh mengubah glikogen kembali menjadi

glukosa (glikogenolisis)

Dengan menyeimbangkan metabolisme oksidatif, sintesis glikogen,

pemecahan glikogen, dan sintesis lemak, tubuh dapat mempertahankan kadar

glukosa darah dalam batas normal.

Jika homeostasis gagal dan glukosa darah melebihi kadar kritis (pada diabetes

mellitus), kelebihan glukosa akan diekskresi dalam urin.

Ekskresi glukosa dalam urin hanya terjadi jika ambang ginjal untuk reabsorbsi

glukosa terlampaui.

2.5 Patofisiologi diabetes mellitus

Pengertian

Page 11: Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang

mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan

berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.

(Barbara C. Long)

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan

gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang

disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner

dan Sudart)

Diabetes melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan

oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai

karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat

dikontrol (WHO).

Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan

insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompk kelaianan heterogen yang

ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah /hiperglikemi (Suzzane C.

Smeltzer, 1996 : 1220)

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah

disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop

elektron. (Arif Mansjoer, 1999 : 580)

Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara

genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya

toleransi karbohidrat (Sylvia A Price and Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Diabetes Melitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara

genetis dan klinis termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau

berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai komplikasi

kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.

Jenis Diabetes Melitus dikelompokkan menurut sifatnya :

Page 12: Diabetes Melitus

Diabetes melitus tergantung insulin

Diabetes melitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus

Diabetes melitus terkait malnutrisi

Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu seperti penyakit pankreas,

penyakit hormonal, obat-obatan / bahan kimia, kelainan insulin / reseptornya,

sindrom genetik dll

Faktor Penyebab Diabetes melitus

Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian

besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi

menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.

Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi

insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena

kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui

Type Diabetes Melitus

1. Diabetes Tipe I ( IDDM )

Diabetes yang disebabkan oleh faktor autoimun, dimana terjadi kerusakan

pada sel beta yang memproduksi insulin. Faktor lingkungan yang dapat

menyebabkan kerusakan autoimun tersebut diantaranya adalah virus

(Campak, Rubella, coxsackievirus ).

2. Diabetes Tipe II ( NIDDM )

Penyebabnya belum diketahui secara jelas. Tipe ini bukan merupakan

penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan akibat dari kondisi

yang menyebabkan hiperglikemi. Kondisi abnormal tersebut seperti

produksi glukosa yang berlebihan pada hepar, kerusakan produksi insulin,

dan terjadi resistensi insulin pada perifer yang dimulai pada hepar,

jaringan adiposa, serta otot

3. Diabetes Melitus Sekunder

Diabetes melitus yang terjadi akibat gangguan yang spesifik seperti

kerusakan pankreas,gangguan endorin dan faktor genetik yang

dihubungkan dengan intoleransi terhadap glukosa atau juga diabetes

Page 13: Diabetes Melitus

yang dibangkitan oleh zat-zat kimia atau obat-obat seperti

kortikosteroid.

Gejala Penderita Diabetes Mellitus

Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu:

banyak minum,

banyak kencing,

berat badan turun.

Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya,

kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita

terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya

terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet. Tetangga saya ibu Ida juga tak

pernah menyadari kalau menderita diabet ketika badannya yang gemuk tiba-tiba terus

menyusut tanpa dikehendaki. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa

kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan

atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan

keputihan pada perempuan.

Gejala:

Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru

diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium.

Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara lain :

Rasa haus

Banyak kencing

Berat badan turun

Rasa lapar

Badan lemas

Rasa gatal

Kesemutan

Mata kabur

Kulit Kering

Gairah sex lemah

Komplikasi:

Page 14: Diabetes Melitus

Penglihatan kabur

Penyakit jantung

Penyakit ginjal

Gangguan kulit dan syaraf

Pembusukan

Gairah sex menurun

Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa

menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabet jangan sampai lengah

untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat

sendiri. Bila tidak waspada maka bisa  berakibat pada gangguan pembuluh darah a.l.

gangguan pembuluh darah otak (stroke),

pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),

pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),

pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta

pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).

Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran

kemih.

2.6 Pemeriksaan diagnostic diabetes mellitus

a. Kadar gula darah plasma waktu puasa > 140 mg/dl

b. Tes toleransi glukosa : pemberian larutan karbohidrat sederhana

c. Hemoglobin glikosilasi : pada saat gula darah meningkat, sel-sel glukosa

disambung dengan Hb (disatukan) waktu biasanya 2-4 bulan

d. Pemeriksaan insulin untuk glukosa

e. Pemeriksaan urine untuk keton

f. Pemantauan kadar glukosa darah mandiri

2.7 Diet untuk DM I, II, III dan implikasi keperawatannya

Diit yang tepat pada pasien DM

Protein

Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang

Page 15: Diabetes Melitus

asupan protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan

mengkonsumsi 10% sampai 20% energy dari protein total. Menurut konsensus

pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein untuk

penyandang diabetes juga 10%-20% energi.

Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari atau

10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan

65% hendaknya bernilai biologic tinggi.

Total Lemak

Asupan lemak dianjurkan 7lt;7% energy dari lemak jenuh dan tidak

jennuh 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya dari lemak tidak

jenuh tunggal. Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energy.

Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet

disiplin diet dislipidemia tahap II yaitu 1000 mg/dl mungkin perlu penurunan

semua tipe lemak makanan untuk menurunkan kadar lemak plasma dalam bentuk

kilomikron.

Lemak Jenuh dan Kolesterol

Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah

untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu < 7% asupan

energy sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan kolesterol makanan

hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.

Karbohidrat dan Pemanis

Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total

karbohidrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah

dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada

sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan

mempunyai respon glikemik yang berbeda,prioritas hendaknya lebih pada jumlah

total karbohidrat yang dikonsumsi daripada sumber karbohidrat. Anjuran

konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 45-65%

energy.

Sukrosa

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari

perencanaan makan tidak memperburuk control glukossa darah pada individu

dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa

harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak

Page 16: Diabetes Melitus

hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan

subtitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan

kandugan zat gizi lain dari makanan yang mengandung sukrosa harus

dipertimbangkan, seperti lemak yang sering ada bersama sukrosa dalam

makanan. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan lebih banyak zat

gizi dari pada makanan dengan sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.

Pemanis

Fluktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan

kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat

memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun

demikian, karena pengaruh dalam jumlah besar (20% energy) potensial

merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan

sebagai bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita disiplemia

hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun

tidak ada alas an untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran

yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan

yang mengandung pemanis fruktosa. Sorbitol, manitoldan xylitol adalah gula

alcohol biasa (polyols) yang menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada

sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secara berlebihan

dapat mempunyai pengaruh laksatif. Sakarin, aspartame, acesulfame k adalah

pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita

DM.

Serat

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk

orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat

makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah

kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut.

Natrium

Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa

yaitu tidak lebih dari 3000 mgr, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan

sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari.

Alkohol

Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan

masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak

terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes

terkendali dengan baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada

mereka yang menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya

Page 17: Diabetes Melitus

diminum pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah

kesehatan lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu

anjuran untuk mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol

diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak

(1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak). Anjuran bagi orang diabetes

yang tidak dapat meninggalkan alkohol adalah sebagai berikut :

- Alkohol tidak boleh dikonsumsi apabila :

- kadar glukosa darah belum terkendali

- Kadar trigleserida darah meningkat

- Menggunakan obat diabetes sulfonylurea generasi pertama karena

dapat memberikan efek samping.

- Menderita penyakit gastritis, pankreatis, tipe tertentu penyakit

ginjal dan jantung. Alkohol mengandung kalori tinggi sehingga

tidak baik bagi yang kegemukan.

- Tidak diminum bila peut kosong karena dapat menyebabkan

hipoglikemia.

- Alkohol mengganggu kesadaran sehingga dapat membuat

perencanaan makan kurang bisa dipatuhi.

- Batasi tidak lebih dari 1-2 minuman saja, tidak lebih dari 2x

seminggu. Untuk yang menggunakan insulin, tidak lebih dari 2

minuman alkohol (1 minuman alkohol setara dengan 340 gr bir,

140 gr anggur atau 42 distilled spirits).

Mikronutrien

Vitamin dan Mineral

Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplementasi vitamin

dan mineral. Walaupun ada alas an teoritis untuk memberikan suplemen anti

oksidan, pada saat ini, hanya sedikit bukti yang menunjang bahwa terapi tersebut

menguntungkan.

Pemberian kromium menguntungkan pengendalian glikemik bagi mereka yang

kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parenteral. Kebanyakan orang dengan

diabetes agaknya tidak kekurangan kromium oleh karena itu suplementasi

kromium tidak bermanfaat. Walaupun kekurangan magnesium dapat berperan

pada resistansi insulin, intoleransi karbohidrat dan hipertensi, data yang ada

menyarankan bahwa evaluasi rutin kadar magnesium serum dianjurkan pada

pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita devisiensi magnesium.

Suplementasi kalium mungkin diperrlukan bagi pasien yang kehilangan kalium

kerena menggunakan diuretik. Hiperkalimea dapat terjadi pada pasien dengan

Page 18: Diabetes Melitus

insufiensi ginjal atau hipoaldosteronisme hiporeninemik atau pasien rawat inap

yang minum angiotensin converting enzyim inhibitor, dalam hal ini dapat

dilakukan pembatasan kalium dalam diet pasien.

Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang Diabetes

Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

Kompisisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein  dan 20-25%

dari lemak.

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan

diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhankalori

basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung

pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya

komplikasi dan berat badan.

Cara lain adalah seperti table I. cara yang lebih gampang lagi adalah dengan

pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori,

dan gemuk 1300-1500 kalori.

Tabel I. Kebutuhan kalori penyandang diabetes

Kalori/kg BB ideal

Status Gizi Kerja santai sedang berat

Gemuk 25 30 35

Normal 30 35 40

Kurus 35 40 40-50

Perhitungan berat badan idaman dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah

sebagai berikut

Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm- 100 cm)x 1 kg

Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus

modifikasi menjadi : Berat badan ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg. Sedangkan

Page 19: Diabetes Melitus

menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg),tinggi badan (m2).

Adalah sebagai berikut :

Berat normal : IMT = 18,5 – 22,9 kg/m2

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori :

1. Jenis kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai angka

25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/ kg BB untuk pria.

2. Umur

Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada orang

dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB.

Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-

anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.

Penurunan kebutuhan kalori di atas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap decade

antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, di atas 70

tahun dikurangi 20%.

3. Aktivitas Fisik atau pekerjaan

Jenis aktivitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktivitas

dikelompokkan sebagai berikut :

Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%

Ringan : pegawai kantor, pegawai took, guru, ahli hokum, ibu rumah tangga dan lain-

lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.

Sedang : pegawai di industry ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang,

kebutuan dinaikkan menjadi 30% dari basal.

Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah

40%.

Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50%

dari basal.

4. Kehamilan / laktasi

Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan ada trimester II

dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550

kalori/hari.

Page 20: Diabetes Melitus

5. Adanya komplikasi

Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan

tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.

6. Berat badan

Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada

tingkat kegemukan/kerusakannya.

Gula

Gula dan produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan tertentu,  misalnya

pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat makanan cair, gula boleh

diberikan untuk mencukupi kebutuhan kalori, dalam jumlah terbatas. Penggunaan

gula sedikit dalam bumbu diperbolehkan sehingga memungkinkan pasien dapat

makan makanan keluarga. Anjuran penggunaan gula untuk orang dengan DM sama

dengan untuk orang-orang normal yaitu tidak lebih dari 5% kebutuhan kalori total.

Sumber Diet Diabetes Melitus

Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa kebutuhan

bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk Penukar (P). lihat

lampiran I. berdasarkan pola makan pasien tersebut dan Daftar Bahan Makanan 

Penukar, dapat disusun menu makanan sehari-hari.

Daftar Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan

ukuran tertentu dan dikeompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan

hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang

kurang lebih sama.

Dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :

Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.

Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani

Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati

Golongan IV : sayuran

Golongan V : buah-buahan

Golongan VI : susu

Golongan VII : minyak

Page 21: Diabetes Melitus

Golongan VIII : makanan tanpa kalori

Diambil dari Penatalaksanaan Gizi Pada Diabetes Melitus.

Di Tulis oleh : Kartini Sukardji pada Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Terpadu edisi kedua tahun 2009. Bab V

Macam Diet I II III IV V VI VII VIII

Energi (kal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

Protein (gr) 50 55 60 65 70 80 85 90

Lemak (gr) 30 35 40 45 50 55 65 65

Hidrataran (gr) 160 195 225 260 300 325 350 390

MACAM MACAM DIET

                                        

- Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuK

- Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita yang mempunyai berat badan normal

- Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita yang kurus, diabetes remaja atau

juvenille diabetes serta diabetes dengan komplikasi.

2.8 Farmakologi anti diabet, hormone insulin dan implikasi keperawatannya

Obat-obat anti diabetes

Page 22: Diabetes Melitus

Golongan nama generik nama dagang dosis

Sulfonylurea chlorpropamid

e

diabenese 250-500

mg

glibenclamide daonil,euglucon 2,5-15

mg

gliquidone glurenorm 30-120

mg

gliclazide diamicron 20-320

mg

glipizide minidiab,glicotrol 2,5-20

mg

glipmepride amaryl 1-8 mg

Biguanides metformin glucophage,diabe

x

0,5-3 mg

alpha glucosidase

inhibitor

acarbose glucobay 50-600

mg

Meglitinides nateglinides starlix 180-540

mg

repaglinides novonorm 0,5-16

mg

Tiazolidinediones pioglitazone actos 15-30

mg

rosiglitazone avandia 4-8 mg

Contoh obat :

•      Diabenese (klorpropamid) 250mg.

- Indikasi : diabetes melitus tanpa komplikasi tipe nonketotik ringan, sedang

atau parah.

- KI: diabetes melitus tipe remaja dan pertumbuhan, diabetes parah atau tidak

stabil, diabetes terkomplikasi dengan ketosis dan asidosis, koma diabetik.

- ES: erupsi kulit, eritema

•      Daonil (glibenklamid) 5mg

- Indkasi : diabetes melitus pada orang dewasa.

- KI: diabetes melitus Tipe I, diabetes penguraian metabolik, koma diabetik,

gangguan ginjal parah, kehamilan dan menyusui.

- Dosis : awal, sehari 2,5mg, dinaikan 2,5mg  dengan interval 3-5 hari sampai

metabolik tercapai.

Page 23: Diabetes Melitus

•      Glucobay (akarbose) 50mg, 100mg

- Indikasi : terapi penambah untuk diet, penderita diabetes mellitus

- KI: hipersensitif, gangguan intenstinal kronis berkaitan dengan absorbsi dan

pencernaan, gangguan ginjal berat dan kehamilan.

- ES: gangguan pencernaan seperti kembung, diare, nyeri saluran cerna.

- Dosis : awali dengan 50mg, kemudian ditingkatkan  hingga 100-200mg 3X

sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah  4-8 minggu.

•      Clamega (glibenklamid) 5mg

- I : diabetes melitus ringan atau sedang.

- KI: diabetes militus dengan komplikasi dan ginjal parah.

- ES : reaksi hipoglikemia, reaksi alergi kulit

- DS : ½ tablet perhari bersama makan pagi, dosis dapat di tingkatkan hingga 1

tablet, maksimum 3 tablet per hari

Mekanisme Kerja Obat Anti Diabet

1. SULFONYLUREA

Obat Golongan ini digunakan Untuk menurunkan glukosa darah, obat

inimerangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak  insulin. Jadi

syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk

insulin, sehingga  obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe 2.

Efek Samping : Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai

dalam 3 – 4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan diet dan pasien mulai

sadar berolahraga serta minum obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati,

dosis perlu diperhatikan karena lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara

umum obat ini baik untuk menurunkan glukosa darah.

2. BIGUANIDES

Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara

mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa

oleh hati yang melebihi normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga

kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan

glukosa darah menjadi turun.

- Efek Samping : Metformin biasanya jarang memberikan efek

samping. Tetapi pada beberapa orang bisa timbul keluhan terutama pada saluran

cerna, misalnya :

- Gangguan pengecapan

Page 24: Diabetes Melitus

- Nafsu makan menurun

- Mual, muntah

3. ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITORS

Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna,

sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di

usus menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan

glukosa ke darah menjadi lambat, dan  glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.

Efek Samping : Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang

kadangmengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut,

bahkan diare. Keluhan ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian

berangsur bisa berkurang

4. MEGLITINIDES

Golongan Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secaracepat

dan dalam waktu singka.Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm)

dan Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea,

efek samping hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh

efek rangsangan pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi.

5. THIAZOLIDINEDIONES

Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena

bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap

insulin, sehingga insulin bisa bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan

lebih banyak diangkut masuk ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan

turun. Selain itu, obat thiazolidinediones juga menjaga hati agar tidak

banyak memproduksi glukosa. Efekmenguntungkan lainnya adalah obat ini

biasa menurunkan trigliserida darah.

Efek Samping : Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak,

berat badan naik, dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan

hati.

2.9 Penatalaksanaan Diabetes mellitus : suntik insulin

Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan/

mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan jangka panjangnya

adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara

Page 25: Diabetes Melitus

menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah

tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan

pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri. Kriteria pengendalian

DM dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kriteria pengendalian diabetes melitus 4

Baik Sedang Buruk

Glukosa darah plasma vena (mg/dl)

- Puasa

- 2 jam

80-109

110-159

110-139

160-199

>140

>200

HbA1c (%) 4-6 6-8 >8

Kolesterol total (mg/dl) <200>240

Kolesterol LDL

- tanpa PJK

- dengan PJK

<130>159

>129

Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35>250

>200

- BMI/IMT

perempuan

laki-laki

18,9-23,9

20 -24,9

23-25

25-27

>25 atau <18,5>27 atau <20>160/95

Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang

mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak

insulin. Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.

Page 26: Diabetes Melitus

Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :

1. Fase akut/ketoasidosis

koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki

keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.

2. Fase subakut/ transisi

Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll,

stabilisasi penyakit dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan

kepada penyandang DM/keluarga mengenai pentignya pemantauan

penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin,

pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan

jasmani.

3. Fase pemeliharaan

Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status

metabolik dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi

Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam

penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :

- Bebas dari gejala penyakit

- Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya

- Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya

Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya,

yaitu diusahakan supaya anak-anak :

- Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

- Mengalami perkembangan emosional yang normal

- Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa

darah serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala

hipoglikemia

- Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu

berpartisipasi dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada

- Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM,

keluarga, maupun oleh lingkungan

- Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM

untuk mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan

intelegensinya

Keadaan ideal yang ingin dicapai ialah penyandang DM tipe 1

dalam keadaan asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat

berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta

mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi.

Page 27: Diabetes Melitus

Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh sebagian besar penyandang DM

maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-

prinsip penatalaksanaan diabetes. 1-4

Untuk mencapai tujuan ini penatalaksanaan dibagi menjadi

1. Pemberian insulin

2. Penatalaksanaan dietetic

3. Latihan jasmani

4. Edukasi

5. Home monitoring (pemantauan mandiri )

Pemberian Insulin

Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas

tidak dapat memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya

pasien harus mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa

darah yang tinggi. Penghentian suntikan akan menimbulkan

komplikasi akut dan bisa fatal akibatnya.

Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin.

Tujuan terapi ini terutama untuk :

1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau

mendekati normal.

2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada

diabetes.

Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya

hidup seperti program diet dan olahraga secara teratur.

Sebelum membahas mengenai cara kerja pompa insulin pada

pengobatan diabetes melitus tipe 1, akan dijelaskan mengenai cara

kerja dan jenis insulin

Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa

terutama bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga

bisa menaikan glukosa. Karbohidrat dipecah menjadi glukosa dan

masuk ke peredaran darah, dan glukosa darah dapat meningkat. Secara

terus menerus pankreas melepaskan insulin pada saat makan atau

tidak. Setelah makan, glukosa meningkat di dalam peredaran darah

dan pengeluaran insulin oleh pankreas juga meningkat. Tugas pokok

insulin adalah mengatur pengangkutan atau masuknya glukosa dari

darah ke dalam sel sehingga glukosa darah bisa turun. Jadi, insulin

berperan dalam mengatur kestabilan glukosa di dalam darah. Insulin

Page 28: Diabetes Melitus

juga bekerja di hati. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan

membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin

turun. Maka hati akan memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk

ke darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar

yang normal.1-4

Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses

pencernaan sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau

pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa

suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot

(intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh vena

(intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan

pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke

dalam kulit (insulin medijector).

Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama

kerja insulin tersebut, yakni :

1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)

2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)

3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)

4. Mixed Insulin

5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)

6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)

Tabel 4. Insulin yang Tersedia dan yang Akan Tersedia di

Indonesia

- Tipe Insulin Mulai Kerja Puncak Lama Kerja

Ultra Short Acting (Quick-Acting, Rapid Acting)

Insulin Analogues

Insulin Aspart (NovoRapid, Novolog)

Insulin Lispro (Humalog) 15-30 min 60-90 min 3-5 hr

Short-Acting (Soluble, Neutral)

Insulin Reguler, Actrapid, Humulin R 30-60 min 2-4 hr

6-8 hr

Intermediate-Acting (Isophane)

Insulatard, Humulin N, NPH 1-2

hr 4-8 hr 16-24 hr

Long-Acting Insulin (Zinc-based)Monotard, Humulin

Lente, Humulin Zn 1-3 hr 4-12 hr 16-24 hr

Very Long Acting Insulin

Page 29: Diabetes Melitus

Insulin Glargine (Lantus)

Insulin Detemir (Levemir) 2-4 hr 4-24hr (nopeak) 24-

36 hr

Mixed Insulin (Short + Intermedidiate-Acting Insulin)

Mixtard 30/70, NovoMix, Humulin 30/70 30 min 2-8 hr

24 hr

Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1

Pompa insulin merupakan suatu alat yang tampak seperti pager yang

digunakan untuk mengelola masuknya insulin ke dalam tubuh pasien diabetes.

Sebuah pompa insulin terdiri dari sebuah tabung kecil (Syringe) yang

berisikan insulin dan microcomputer yang membantu pasien untuk

menentukan berapa banyak insulin yang diperlukan. Insulin dipompakan

melalui selang infus yang terpasang dengan sebuah tube plastic ramping yang

disebut cannula, yang dipasang pada kulit subkutan perut pasien. Selang infus

harus diganti secara teratur setiap minggunya. Di Indonesia, alat ini masih

jarang digunakan walaupun sudah ada distributornya. Akan tetapi di negara

lain seperti Amerika, penggunaan alat ini kini menjadi favorit pasien diabetes

karena keefektifan penggunaanya. 5

Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah

ini :

- Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari

- Kadar glukosa darah sering tidak teratur

- Lelah menggunakan terapi injeksi insulin

- Ingin mengurangi resiko hipoglikemi

- Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan

- Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel

Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa

insulin, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni :

1. Mengecek kadar glukosa darah ( setidaknya 4 hari sekali, sebelum makan)

untuk mengetahui berapa dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol

kadar glukosa darah tubuh

2. Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan tersebut

membuat kadar glukosa darah tinggi atau tidak.

3. Perhatikan secara teratur ( setiap setelah makan) pompa insulin untuk

meminimalisir kerusakan.

Page 30: Diabetes Melitus

Menurut studi yang dilakukan National Institute of Health

selama 10 tahun terhadap 1000 penderita diabetes melitus tipe 1, didapatkan

bahwa penggunaan terapi insulin yang intensif, seperti contohnya menggunakan

pompa insulin, dapat mengurangi komplikasi diabetes secara efektif. Studi ini

menunjukan bahwa terapi insulin intensif :

- Mengurangi komplikasi kebutaan 76 %

- Mengurangi komplikasi amputasi 60 %

- Mengurangi resiko terkena penyakit ginjal 54 %

Sebelum adanya pompa insulin, satu cara yang bisa digunakan untuk

memasukan insulin ke dalam tubuh yakni dengan menyuntikan insulin secara

terus menerus ke tubuh setiap harinya. Pompa insulin bekerja seperti pankreas

dan telah diprogram secara otomatis untuk memasukan insulin ke dalam tubuh

kapan pun diperlukan.

Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan Continuous

Subcutaneous Insulin Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling menyerupai

metode fisiologi tranfer insulin ke dalam tubuh. Insulin yang dipergunakan dalam

pompa insulin adalah insulin “prandial” (short atau rapid acting insulin), sehingga

dosis basal akan tertutupi oleh dosis prandial “bolus” yang diberikan secara

intensif selama 24 jam.

Menurut studi retrospektif yang dilakukan Nimri, penggunaan pompa

insulin terbukti menunjukan perbaikan kontrol glikemik terhadap anak yang

menderita diabetes tipe 1. Kemajuan ini diikuti dengan penurunan insiden

hipoglikemia dan penambahan berat badan terhadap anak-anak tersebut yakni

36.5 menjadi 11.1 kejadian per 100 pasien-tahun. 6-8

Keuntungan penggunaan pompa insulin yakni :

1. Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin

2. Penurunan kadar HbA1C yang terkontrol

3. Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia

4. Mengurangi variasi kadar glukosa darah

5. Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes

Kekurangan Penggunaan pompa insulin yakni :

1. Ada resiko infeksi jika tidak mengganti insertion site pada cannula secara

teratur

Page 31: Diabetes Melitus

2. Pemeriksaan gula darah yang lebih sering

3. Memiliki resiko terkena hiperglikemi yang dapat mengakibatkan diabetic

ketoacidosis yang lebih besar jika tidak mempergunakan pompa dalam

jangka waktu yang lama.

Di Indonesia sendiri, insiden diabetes melitus tipe 1 sangat jarang. Sehingga

penggunaan pompa insulin pun masih jarang digunakan. Walaupun alatnya

sudah ada di Indonesia, akan tetapi harganya relatif mahal. Inilah yang

membuat para dokter jarang merekomendasikan terapi pompa insulin kepada

pasiennya yang menderita DM tipe 1 maupun tipe 2.

2.10 Askep diabetes mellitus

Tn. Aris(58th) datang ke RS dengan KU : Sakit berat, kesadaran: somnolent. Dari

hasil pengkajian didapatkan data: pasien sesak nafas, nafas kusmaull, nafas bau

aseton, hasil TTV S: 37, N: 90, RR : 40, TD: 90/60, GDS : 380, BB : 60 kg, TB: 150

cm. Hasil lab BGA : PCO2 50, PH : 7,2, HCO3 : 18, HBA1C 7, SaO2 93 %, Chol

250, HDL 60, Albumin 3,0, Na 125, Kalium 3,0, Klorida 90 pada hasil lab urin

glukosa positif, urin protein 35, keton 7, reduksi urin +3, terpasang 02 masker 7 liter.

Pasien tampak lemah dan kelelahan, punya riwayat DM, tidak punya riwayat penyakit

pankreas. Pasien sudah 5 hari di rawat di RS, hasil pengkajian akhir KU sakit sedang,

kesadaran CM, pasien mengeluh sesak nafas berkurang, mual, muntah, nyeri

abdomen, kulit kering, gatal-gatal pada kulit, mata kabur, pada ibu jari kaki terdapat

ulcus kehitaman, terpasang O2 nasal 3 liter, SaO2 96 % , S : 36, N : 88 ,RR : 30, TD :

100/60, jumlah urin 3000 cc, hasil GDS : 290, pasien punya kebiasaan olah raga

senam lansia, pasien mendapat diet DM. Pasien mendapat injeksi Hum N 4 unit jam

20.00, terapi oral Amaryl 1x1 mg pagi, injeksi ca gluconas 1x10 mg.

Kata sulit :

Nafas kusmaull: cepat dan dangkal

Nafas bau aseton: nafas berbau seperti buah-buahan/manis/aroma terapi

Ulcus: kerusakan lokal permukaan organ/jaringan ditimbulkan oleh terkelupasnya

jar. Nekrotik radang

HBA1C : pemeriksaan untuk mengetahui glukosa dalam tubuh seseorang <3bln

yang lalu

HDL : lipoprotein densitas tinggi

Page 32: Diabetes Melitus

GDS : gula darah sewaktu

Somnolent : kesadaran dimana mudah tertidur walau diajak bicara

Pengkajian

Pola gordon

1. Pola pemeliharaan kesehatan.

Pasien mengatakan punya kebiasaan olahraga senam lansia.

2. Pola nutrisi dan metabolik.

Pasien mengatakan mual dan muntah, BB 60 kg, pasien mendapat diit DM

3. Pola eliminasi.

Jumlah urin pasien 3000 cc.

4. Pola aktivitas dan latihan.

Pasien mengatakan sesak nafas.

5. Pola tidur dan istirahat.

Tidak terkaji

6. Pola kognitif dan sensori

Pasien merasa nyeri pada perut, gatal-gatal dikulit, pandangan kabur

7. Pola persepsi dan konsep diri

Tidak terkaji

8. Pola peran dan hubungan

Tidak terkaji

9. Pola seksual dan reproduksi

Tidak terkaji

10. Pola koping dan toleransi terhadap stress

Tidak terkaji

11. Pola nilai dan kepercayaan

Tidak terkaji

I. PEMERIKSAAN FISIK

KU : pasien tampak sakit sedang

Page 33: Diabetes Melitus

TTV : TD : 100/60 mmHg, N : 88x/mnt, RR : 30x/nmt, S : 360 C,

SPO2

96%, GDS 209

II. Hasil Pemeriksaaan Diagnostik

DATA LAB.

BGA: PCO2: 50, Ph: 7,2, HCO3: 18, HBA1C 7, SaO2 93%, chol 250,

HDL 60, albumin 3,0, Na 125, kalium 3,0, klorida 90, pada hsl lab urine

glukosa (+), urine protein 35, keton 7, reduksi urin (+) 3.

Hasil rontgen :-

III. Program Terapi.

Tgl/jam Jenis terapi Rrute terapi dosis Indikasi

terapi

1-06-2010

jam 20:00

jam 8:00

jam 8:00

Hum N

amaryl

Ca Gluconas

Parenteral

Oral

Parenteral

4 unit

1x1 mg

1x10 mg

ANALISA DATA

DATA PROBLEM ETIOLOGY

DS :

-pasien mengeluh sesak nafas

berkurang

-Nyeri abdomen

DO :

- BGA : asidosis respiratorik

terkompensasi sebagian

-SaO2 96%

-RR : 30 x/menit

Gangguan pertukaran gas Perubahan membrane

alveolar-kapiler

DS :

DO :

-jumlah urine 3000

-Mual

Defisit volume cairan Kehilangan volume cairan

aktif

Page 34: Diabetes Melitus

-Muntah

-Kulit kering

-TD : 100/60 mmHg

DO :

pada ibu jari terdapat ulcus

kehitaman

gatal-gatal pada kulit

mata kabur

GDS :260 g/dl

Resiko cedera Internal (Hipoksia jaringan,

Fisik)

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar

kapiler ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas berkurang, Nyeri

abdomen. SaO2 96%, RR : 30 x/menit, BGA: asidosis respiratorik

terkompensasi sebagian

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif

ditandai dengan jumlah urine : 3000 cc, mual, muntah, kulit kering,

TD :100/60 mmHg

3. Resiko cedera berhubungan dengan internal (hipoksia jaringan, fisik) ditandai

dengan pada ibu jari terdapat ulcus kehitaman, gatal-gatal pada kulit, mata

kabur, GDS : 209 g/dl

PERENCANAAN

TGL/

JAM

NO DP Tujuan dan

kriteria hasil

Intervensi Rasional

1. Gangguan

pertukaran

gas setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama

5x24jam

dengan

kriteria hasil

:

-Tidak

terpasang

O2 nassal 3

1. Monitor

TTV

2. Monitor

saturasi

O2

3. Monitor

1. Pasien dengan DM

dapat terjadi

peningkatan RR

karena adanya

kompensasi tubuh

akibat terbentuknya

badan-badan keton.

2. Kondisi

hiperglikemia dapat

mempegaruhi kadar

oksigen dalam darah

3. Klien dengan

gangguan

pertukaran gas BGA

Page 35: Diabetes Melitus

ltr

-RR : 16-20

x/menit

-Pasien tidak

mengeluh

sesak nafas

-pH 7,35-

7,45

- hco3 21-28

-pco2 35-45

BGA

4. Monitor

pola

pernafasa

n

5. Berikan

posisi

semi

fowler

6. Berikan

teknik

relaksasi

7. Lanjutkan

pemberia

n terapi

O2

3L/menit

8. Kolaboras

i dalam

pemberia

n obat

analgesik

nya tidak normal

4. Terbentuknya

badan-badan keton

mempengaruhi pola

pernafasan pasien

DM

5. Dapat meningkatkan

ekspansi paru,

memperlanjacaralira

ndarah.

6. Merileksasikan

pikiran serta otot

abdomen,

dapatmengurangi

rasa nyeri

7. Memenuhi kadar

oksigen dalam

tubuh

8. Mengurangi nyeri

abdomen.

2. Defisit

volume

cairan

teratasi

setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama

5x24jam

dengan

1. Monitor

kelembap

an

membran

mukosa,

kulit,turg

or kulit,

cap.refill

2. Monitor

hasil

lab.elektr

1. Mengetahui tanda-

tanda dehidrasi

karena pada pasien

dengan DM dapat

terjadi poliuri

2. Pasien dengan DM

dapat terjadi

pengeluaran

elektrolit melalui

urine.

Page 36: Diabetes Melitus

kriteria hasil

:

jumlah urine

3000 cc/hari

Mual (-)

Muntah (-)

Kulit lembab

TD : 120/80

mmHg

olit

3. Monitor

mual,

muntah

4. Berikan

air minum

2400-

3000cc/ha

ri

5. Hitung

balance

cairan

6. Kolaboras

i dalam

pemberia

n terapi

infus

3. Dapat meningkatkan

asam lambung yg

seterusnya berakibat

ke asidosis.

4. Mencegah dehidrasi

karena pada pasien

DM dapat terjadi

poliuri dan

polidipsi.

5. Mengetahui

keseimbangan

intake dan output

6. Poliuri

mengakibatkan

sejumlah cairan

dalam tubuh

terbuang, pemberian

infus dapat

memenuhi

keb.cairan tubuh

serta mencegah

dehidrasi.

3

.

Cedera tidak

terjadi

setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama

6x24jam

setelah

dilakukan

tindakan

1. Monitor

keadaan

kulit

2. Bantu

dalam

pemenuha

n ADL.

1. Mengetahui

perkembangan pada

ulkus apakah

berkurang/tidak.

2. Pasien dengan mata

kabur dapat terjadi

peningkatan resiko

cedera

3. Banyak istirahat

dapat

Page 37: Diabetes Melitus

keperawatan

:

pada ibu jari

tidak

terdapat

ulcus

kehitaman

gatal-gatal

pada kulit (-)

mata kabur

berkurang

GDS : g/dl

3. Anjurkan

pasien

untuk

banyak

istirahat

4. Beri

penghalan

g tempat

tidur.

5. Berikan

sikat gigi

yang

berbuluh

halus.

6. Posisikan

lingkunga

n kamar

nyaman

dan

terang.

7. Lanjutkan

diet

pasien

DM

meminimalkan

resiko cedera

4. Meminimalkan

resiko cedera

5. Mencegah

terjadinya luka di

gusi, karena pasien

DM proses

penyembuhan luka

dapat lama karena

sel-sel untuk

penyembuhan

kurang nutrisi

(glukosa)

6. Memberikan rasa

nyaman pada pasien

7. Kadar glukosa

dalam darah

meningkat, diet DM

dimaksudkan untuk

menyeimbangkan

kembali kadar

glukosa dalam darah

Page 38: Diabetes Melitus

8. Lanjutkan

pemberia

n obat

Hum N 4

unit pada

jam 20.00

9. Lanjutkan

pemberia

n terapi

obat

amaryl

1x1 mg

pagi,

injeksi Ca

Gluconas

1x10 mg.

8. Kondisi

hipoekskresi insulin.

9. Merupakan

pengobatan pada

pasien DM untuk

menyeimbangkan

kadar gula dalam

darah

2.11 Keterampilan memberikan suntik insulin

Sifat-Sifat Insulin :

Ada empat sifat insulin :

4. Cara kerja insulin : Insulin dikelompokan menjadi massa kerja cepat,

masa kerja sedang,dan massa kerja lambat.

5. Kekuatan insulin : sediaan insulin memiliki kadar unit insulin yang

berbeda beda dalam satu ml volume. Insulin 100-U yang paling sering

digunakan. Sedangkan yang paling kecil menggunakan insulin U-40,

hal yang penting untuk menghindari kesalahan dalam pemberian dosis

yang tepat ialah dengan selalu mencocokan kadar insulin dan kalibrasi

semprit dalam satuan unit / ml.

6. Sumber insulin : Sifat antigenesitas insulin dapat menurunkan aktivitas

reseptor-reseptor insulin. Dahulu sediaan insulin yang dipakai berasal

dari kombinasi pankreas sapi dan babi. Suatu insulin jenis tunggal

yang berasal dari babi diperuntukan pasen alergi, kedua jenis insulin

Page 39: Diabetes Melitus

diatas menyerupai insulin manusia dan ada teknik buatan rekombinan

DNA secara bakteriologis.

7. Kemurnian insulin : Insulin standar dapat mengandung subtansi

subtansi yang mirip pro insulin dan antigenik lainnya

(glukagon,polipeptida pankreas ) dalam jumlah kecil.

Cara Pemberian Insulin

- Intravena:  bekerja sangat cepat yakni dalam 2-5 menit akan terjadi

penurunan glukosa darah.

- Intra muskuler : penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan.

- Subcutan : penyerapanya tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan,

kedalaman, konsentrasi. Lokasi abdomen lebih cepat dari paha maupun

lengan.

Cara Penyuntikan Insulin :

7. Gunakan spuid insulin yang dikalibrasi sama dengan unit insulin

8. Pilihlah insulin sesuai dengan tipe, kekuatan, jenis, dan merek dagang

yang disebutkan dalam resep.

9. Putarlah atau kocoklah dengan perlahan botol. Untuk setiap jenis insulin

yang bukan reguler atau globin insulin.

10. Jangan memberikan insulin yang dingin, biarkan sampai mencapai suhu

kamar

11. Periksalah kekeruhan pial intermediet dan long acting insulin jangan

digunakan bila tidak keruh

12. Periksalah dan buanglah gelembung udara setelah insulin disedot kedalam

semprit.

13. Jika mencampur insulin, dengan melakukan urutan dengan cara menyedot

dua jenis insulin dalam satu semprit yang sama

14. Lakukan penyuntikan pada tempat yang belum digunakan pada bulan

sebelumnya

15. Tusukan jarum kedalam jaringan lemak lebih mendekati otot dari pada

kulit, jika hanya terdapat sedikit jaringan subkutan, cubitlah kulit tersebut

kemudian tusukan jarum dengan sudut 4 5 Derajat dengan kedalaman 3/8

atau ½ panjang jarum, tusukan dengan sudut 90 derajat jika jaringan

lemaknya tebal.

Perhitungan Pemberian Insulin.

Contoh :

Page 40: Diabetes Melitus

Bila dalam vial insulin terdapat 40 unit,dengan dosis 12 ml,dan diberikan

dengan 100 ml maka dosis yang harus diberikan kepada pasien sebanyak 30 ml

Cara perhitungan : 12 / 40 X 100 = 30 ml

2.12 Pendidikan kesehatan: perawatan kaki diabet: (senam kaki, perawatan

kuku) dan diet DM

Senam kaki

Berikut ini beberapa Gerakan Senam Kaki Diabetes yang dapat dilakukan

oleh pasien DM secara teratur dengan sendiri atau bersama-sama :

16. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak

diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai

17. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan

keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak

10 kali

18. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke

atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit

kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan

kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

19. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan

buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali.

20. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

21. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan

turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak

10 kali.

Page 41: Diabetes Melitus

22. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan

gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.

23. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan

kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

24. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan

pergelangan kaki kedepan dan kebelakang

25. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki ,

tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara

bergantian.

26. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola

dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran

seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya

sekali saja

- Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian

koran.

- Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan

kedua kaki

- Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua

kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang

utuh

- Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

-

Perawatan Kuku klien Diabetes Melitus

A. FASE PRA INTERAKSI

1. Verifikasi data

2. Persiapan alat

Air matang

Makanan cair/obat

Corong

Spuit/10 cc

Perlak/pengalas

Bengkok

Saung tangan bersih

Servet makan

B. FASE ORIENTASI

1. Memberi salam/menyapa klien

Page 42: Diabetes Melitus

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuam tindakan

4. Menjelaskan langkah prosedur

5. Menanyakan kesiapan klien

C. FASE KERJA

1. Mencuci tangan

2. Memeriksa kaki pasien setia hari, apakah ada kulit retak, melepuh,

luka, perdarahan

3. Membersihkan kaki setiap hari pada ketika mandi dengan sabun dan

air bersih

4. Menggunakan sikat lunak atau batu apung jika perlu

5. Mengeringkan kaki dengan handuk bersih, lembut, yakinkan sela-sela

jari kaki dalam keadaan kering

6. Memberikan pelembab atau lation pada daerah kaki yang kering tidak

pada sels-sela jari kaki

7. Menggunti kuku kaki urus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak

terlalu pendek atau terlalu dekat denan kulit, kemudian kikir agar kuku

tidak tajam

8. Bila kuku keras sulit dipotng rendam kaki dengan air hangat kuku (37˚

C) kurang lebih 5 menit

9. Memakai alas kaki sepatu atau sendal untuk melindungi kaki agar

tidak terjadi terluka

10. Menggunakan sepatu atau sendal yang sesuai dengan ukuran dan enak

untuk dipakai

11. Melepas sepati tiap 4-6 jam serta gerakan pergelangan dan jari-jari

kaki agar sirkulasi darah tetap baik

12. Mengobati luka jika terjadi luka kecil

D. FASE TERMINASI

1. Merapikan pasien

2. Mengevaluasi

3. Menyampaikan rencana tindak lanjut

4. Berpamitan

5. Merapikan alat

6. Mencuci tangan

E. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN

1. Ketenangan

Page 43: Diabetes Melitus

2. Melakukan komunikasi terapetik

3. Ketelitian selam tindakan

4. Keamanan klien selama tindakan

Keamanan perawat selama tindakan

Diabetes melitus menaikkan risiko terjadinya pengerasan pembuluh nadi besar

atau arteri yang dapat manimbulkan serangan jantung atau stroke serta melemahnya

sirkulasi darah ke kaki. Risiko ini semakin meninght pada perokok maupun penderita,

yang memiliki kelebihan berat badan.

Adanya perubahan maupun luka sekecil apa pun harus diwaspadai meskipun tidak

merasakan sakit. Hal ini karena sirkulasi darah yang kurang menjadikan penderita

rnati rasa.Akan tetapi luka sekecil apapun memungkinkan kuman dapat menginfeksi

dan menyebar lebih cepat karena pasokan darah yang buruk.Oleh karena itu

dibutuhkan perawatan kaki secara teratur. Perawatan kaki pada penderita diabetes

melitus sebagai berikut. Seiring dengan pertambahan usia, pasokan darah ke kaki juga

semakin buruk. Perubahan ini mengakibatkan berkurangnya suplai darah. 

Apabila sirkulasi terhambat pembuluh darah. Mencuci kaki dengan air hangat (suam-

suam kuku), jangan sekali Kaki penderita diabetes yang kali menggunakan air panas,

karena penderita tidak dapat  merasakan apabila kakinya telah melepuh. Periksa

terlebih dahulu suhu air menggunakan tangan. Mencuci kaki menggunakan sabun

yang lembut. Keringkan kaki yang telah dicuci hingga benar benar leering dengan

cermat terutama di sela-sela jari. Hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat

menyebabkan kulit mengelupas dan terluka. Pemotongan kuku dilakukan setelah

mandi. Potong ujung-ujung kaki mengikuti bentuk jari dan jangan memotong terlalu

pendek.  Hindari menggunakan alas pemotong kuku yang terlalu tajam  untuk

membersihkan pinggiran maupun cekungan kuku. Hindari memotong kuku terlalu

pendek, dan perlu berhati-hati  ketik memotong cekungan kuku.

Memakai sepatu yang ukurannya sesuai, sebaiknya bagian atas bertali dan lembut.

Menggunakan kaos kaki yang kering dan bersih. Kaos kaki tiap hari harus diganti

yang bersih. Hindari penggunaan kaos kaki yang terlalu kecil dan sempit

Lakukan  :

Cuci kaki setiap hari  :  Menggunakan sabun ringan dan air hangat, cuci kaki anda

dipagi hari atau sebelum tidur setiap malam. Keringkan hati-hati dengan handuk

lembut, terutama antara jari kaki, dan debu kaki anda dengan bedak untuk menjaga

kelembaban. Jika kulit kering gunakan krim pelembab yang baik setiap hari, tapi

hindari krim itu diantara jari kaki.

Page 44: Diabetes Melitus

Periksa kaki dan jari-jari setiap hari  :  Periksa kaki anda setiap hari apakah ada

luka, memar, luka atau perubahan pada kuku, seperti penebalan atau perubahan

warna. Jika usia atau faktor lain menghambat untuk melihat meminta seseorang

untuk membantu anda atau menggunakan cermin.

Menurunkan berat badan :  Orang dengan diabetes umumnya kelebihan berat

badan, yang hampir dua kali lipat resiko komplikasi.

Kenakan kaos kaki lembut yang tebal  :  Kaos kaki yang terbuat dari campuran

akrilik cocok, tapi hidari kaos kaki atau yang diperbaiki dengan jahitan, yang bisa

menggosok menyebabkan lepuh atau luka kulit lainnya.

Berhenti merokok  :  Tembakau dapat berkontribusi untuk masalah peredaran

darah, yang dapat mengganggu pada pasien dengan diabetes.

Potong kuku kaki dengan hati-hati  :  Jangan pernah memeotong kearah sudut

kuku, dan jangan berbentuk lancip, yang dapat memicu kuku tumbuh kedalam.

Jika kuku anda sulit dipotong, mintalah bantuan ahli perawat atau tenaga medis

anda.

Latihan fisik  :Sebagai sarana untuk menjaga berat badan turun dan meningkatkan

sirkulasi, berjalan merupakan salah satu dari semua sekitar latihan terbaik untuk

pasien diabetes. Berjalan merupakan juga olah raga yang sangat baik untuk kaki

anda. Pastikan untuk memakai sepatu atau alas olahraga yang tepat saat berolah

raga. Tanyakan pada tenaga medis anda olahraga apa yang ter baik bagi anda dan

alas apa yang tepat untuk anda.

Gunakan ukuran yang pas setiap kali anda membeli sepatu baru  :  Sepatu paling

penting bagi penderita diabetes karena sepatu yang dipasang buruk terlibat dalam

setengah dari masalah yang mengarah pada amputasi. Karena ukuran kaki dan

bentuk dapat berubah dari waktu kewaktu, setiap orang harus memiliki ukuran

kaki, mereka diukur oleh tukang sepatu yang berpengalaman setiap kali mereka

membeli sepasang sepatu baru. Sepatu baru harus nyaman, sepatu harus memiliki

bagian atasnya kulit atau kanvas, sesuai panjang dan lebar kaki supaya bila

digerakkan bebas dan empuk serta kokoh.

Jangan lakukan !!!!!

Bertelanjang kaki  :  Jangan bertelanjang kaki bahkan dirumah anda sendiri

apalagi jika berjalan diluar. Hal ini sangat berbahaya karena kemungkinan luka,

Page 45: Diabetes Melitus

jatuh dan infeksi. Dan ketika dirumah pun disarankan untuk pakai sandal, jangan

lupa pergi harus pakai sandal.

Jangan menggunakan sepatu hak tinggi, sandan dan sepatu dengan ujung runcing 

:  Jenis alas kaki ini dapat memberikan tekanan berlebihan pada bagian kaki dan

berkontribusi untuk tulang dan gangguan sendi, serta ulkus diabetes. Selain itu,

sepatu dan sandal berujung terbuka dengan tali diantara dua jari pertama juga

harus dihindari.

Jangan minum alkohol  :  Alkohol dapat menyebabkan neuropati (kerusakan saraf)

yang merupakan salah satu konsekuensi diabetes. Alkohol dapat mempercepat

kerusakan terkait dengan penyakit, menghilangkan saraf lebih dan meningkatkan

kemungkinan menghadap memotong tapaknya kecil atau cidera.

Jangan memakai apapun yang terlalu ketat disekitar kaki  :  Stoking dapat

menyempitkan sirkulasi ke kaki dan kai.

Jangan pernah mencoba untuk menghapus kapalan jagung atau kutil sendiri  :   Hal

ini harus dihindari karena jika tidak tepat dapat menyebabkan kerukan tak

tergantikan pada kaki penderita diabetes. Jangan pernah mencoba untuk

memotong kapalan dengan pisau cukur atau alat lain karena memotong sendiri

menyebabkan resiko tinggi, dan luka itu seperti itu sering dapat menyebabkan luka

lebih serius

2.13 Keterampilan cek GDS dan reduksi urine

Melakukan pemeriksaan glukosa dengan glucometer

A. FASE PRA INTERAKSI

1. Verifikasi data

2. Persiapan alat

Sarung tangan bersih

Alcohol swab/cairan antiseptik

Jarum steril

Glukometer

Reagent strips glukosa darah

B. FASE OERIENTASI

1. Memberi salam/menyapa klien

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuam tindakan

4. Menjelaskan langkah prosedur

Page 46: Diabetes Melitus

5. Menanyakan kesiapa klien

C. FASE KERJA

1. Mencuci tangan

2. Memakai sarung tangan bersih

3. memberi posisi klien yang nyaman duduk dikursi atau semi fowler

ditempat tidur

4. Mengambil reagent strip dari tempatnya dan pasang pada glukometer

5. Menekan tombol ‘ON’

6. Memilih lokasi diujung jari klien

7. Melakukan massage jari jari yang dipilih pada lokasi yang akan ditusuk

8. Membersihkan lokasi dengan antiseptik dan tunggu sampai kering

9. Mengambil blood letting yang sudsh berisi jarum steril

10. Meletakkan blood letting diujung permukaan jari dan tekan sehingga

jarum menembus kulit

11. Menghapus darah pertama yang keluar dengan kapas bulat kering

12. Tempelkan ; reagent strip pada lokasi penusukan sehingga sejumlah darah

masuk jangan hanya hapusan darah

13. Menunggu hasil, tekan lokasi penusukan

14. Membaca hasil pada layar

15. Menekan tombol ‘OFF’. Lepaskan strip test dan jarum

16. Melpaskan sarung tangan dan measukan dalam kantong kotor

17. Memberitahu hasil pada klien

D. FASE TERMINASI

1. Merapikan pasien

2. Mengevaluasi

3. Menyampaikan rencana tindak lanjut

4. Berpamitan

5. Merapikan alat

6. Mencuci tangan

E. PENAMPILAN

1. Ketenangan

2. Melakukan komunikasi terapetik

3. Ketelitian selam tindakan

4. Keamanan klien selama tindakan

5. Keamanan perawat selama tindakan

Melakukan pemeriksaan glukosa dalam urin

Page 47: Diabetes Melitus

A. FASE PRAINTERAKSI

1. Verifikasi data

2. Persiapan alat :

Sarung tangan bersih

Botol urin tidak steril

Glukotest

Sarung tangan bersih

B. FASE OERIENTASI

1. Memberi salam/menyapa klien

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuam tindakan

4. Menjelaskan langkah prosedur

5. Menanyakan kesiapan klien

C. FASE KERJA

1. Mencuci tangan

2. Menganjukan klien untuk berkemih, spesimen diambil 10-20 menit

setelah berkemih yang petama kali

3. Memakai sarung tangan setelah memegang urine

4. Mengambil spesimen urine , dalam tempat yang telah disediakan

5. Memasukkan satu buah gloko test kedalm urin selama 30 detik(sesuai

petunjuk pemakaian diastik)

6. Mengangkat gluko test diamkan selama 30 detik-1 menit, amati perubahan

warna yang timbul

7. Membaca hasilnya : bandingkan perubahan warna pada glukotest dengan

warna standar pada tabung glukotest

D. FASE TERMINASI

1. Merapikan pasien

2. Mengevaluasi

3. Menyampaikan rencana tindak lanjut

4. Berpamitan

5. Merapikan alat

6. Mencuci tangan

E. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN

1. Ketenangan

Page 48: Diabetes Melitus

2. Melakukan komunikasi terapetik

3. Ketelitian selam tindakan

4. Keamanan klien selama tindakan

5. Keamanan perawat selama tindakan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diabetes melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan

oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai

karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat

dikontrol (WHO).

Diabetes merupakan penyakit yang dihubungkan dengan penurunan

produksi insulin dan kerusakan pada reseptor insulin. Insulin merupakan

hormone yang dihasilkan oleh sel Beta di pulau Langerhans pancreas. Insulin

memegang peranan penting dalam menunjang sel untuk menggunakan dan

menyimpan glukosa, lemak serta protein. Insulin juga diketahui menyebabkan

perubahan permiabilitas membrane sel. Pada penderita diabetes dapat dilakukan

penatalaksanaan medis seperti memberikan terapi insulin, memberikan diit

khusus untuk pasien DM, selain itu juga dapat dilakukan senam kaki dan

Page 49: Diabetes Melitus

perawatan kuku sebagai tindakan pencegahan risiko cidera untuk pasien

diabetes mellitus.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini daharapkan mahasiswa keperawatan dapat

mengerti anatomi dan fungsi system endokrin terutama pancreas dan dapat

mengetahui penatalaksanaan untuk pasien diabetes mellitus serta dapat

mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai perawat yang

professional.

DAFTAR PUSTAKA

Nathan, David M. dan Linda M. Delahanty. 2005. Menaklukan Diabetes. Jakarta: PT

Bhuana Ilmu Populer.

Brunner & suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Alih

Bahasa : Kuncara dkk, Jakarta, EGC

Endang Lanywati. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit kencing Manis. Yogyakarta,

Kanisius

Tandra, Hans. 2007. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Tandra, Hans. 2009. Diabetes Mellitus. Alex Media

http://www.lkc.or.id/2011/10/26/senam-kaki-untuk-penderita-diabetes-melitus/

http://baitulherbal.com/edukasi/cara-perawatan-kaki-pada-penderita-diabetes/