di episentrun 7,6 skala richter
DESCRIPTION
Karya ini saya persembahkan untuk seluruh relawan yang terlibat dan masyarakat Padang Pariaman yang berani bangkit dari keterpurukan akibat gempa bumi 30 September 2009TRANSCRIPT
Kepanikan makin menjadi ketika setiap orang saling mencari dan menemukan anggota keluarganya sudah tidak bernyawa lagi... Dalam proses
pencarian para korban yang masih tertimbun di hotel Ambacang, Posko Jenggala bertemu dengan Prudential... tindakan yang paling pertama
dilakukan... Dengan melakukan pertolongan secara medis... Bahwa kondisi alam yang subur, pendistribusian bahan pangan bukanlah hal yang
menjadi prioritas... pemulihan kondisi psikologis lebih menitikberatkan terhadap anak-anak... Untuk orang dewasa... dihadapkan pada kenyataan
pembangunan infrastruktur... kami hanyalah sekumpulan manusia yang masih memiliki sedikit nurani dan berusaha merasakan apa yang mereka
rasakan.
Buku ini menceritakan tentang peristiwa gempa yang terjadi di Padang Pariaman pada September 2009 silam dan kegiatan yang dilakukan
oleh Posko Jenggala bersama Prudential untuk meringankan penderitaan yang dialami oleh para korban. Berbagai macam kegiatan yang
disusun secara kronologis, diharapkan buku ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan penanganan bencana yang sering terjadi.
Muhammad Shiddiq Akbar, Lahir di Jakarta, 20 Juli 1986. Menamatkan studinya dalam bidang Hubungan Internasoinal di
Universitas Nasional pada tahun 2008. Mulai aktiv dalam dunia sosial pada tahun 2005. Pernah terlibat misi kemanusiaan dalam
menangani penggusuran Pedagang Kaki Lima di Pasar Minggu bersama Jaringan Kota (2005), gempa Bantul bersama Front
Nasional (2006), tanggul Situ Gintung bersama IMADA (2009). Aktiv dan terlibat dalam Gerakan Kemanusiaan Posko Jenggala
saat gempa Pangalengan (2009), gempa Sumatra Barat (2009), Banjir Karawang (2010), dan letusan Gunung Merapi (2011).
Aksi Kemanusiaandi episentrum 7,6 skala richter
Penulis dan Tata Letak
Muhammad Shiddiq Akbar
Editor
Nurman Dani
Andi Hutagalung
Simon Philips Ryfal
Editor Foto
Andy Firmansyah
Desain Sampul
Andi Hakim
Foto Isi
Bara Muskita
Jarot Priksono
Cecep
Diego Dirgantara
Syahban Darsono
Aksi Kemanusiaandi episentrum 7,6 skala richter
Daftar Isi
Prakata iii
I. 7,6 Skala Richter Mengguncang Sumatera Barat 1Menjelang Sore di Padang Kapas 4
II. Panggilan Kemanusiaan 7
III. Gerakan Kemanusiaan 15Pengobatan Gratis 19Pemulihan Kondisi Psikologis Pasca Gempa 25
IV. Tahapan Rekonstruksi 31Rumah, Kelapa dan Gotong Royong 35Tk Azizah 45Perpustakaan dan Pasukan Kodok 49Pembangunan Sekolah 55Kampung Tengah dan Sungai Limau 59Pembangunan Surau Rambai 63Monumen Posko Jenggala dan Prudential 69
V. Kebahagiaan di Padang Kapas 71
VI. Potongan dari Pariaman 79
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHERii
Prakata
Rasanya negeri ini tak henti-hentinya dilanda musibah, mulai dari kebakaran, gempa, angin puting beliung, banjir,
kekeringan, tanah longsor, lumpur Porong, tsunami hingga gunung Merapi, rentetan peristiwa bencana mengalami
peningkatan eskalasi dalam beberapa tahun belakangan ini. Di Jepang, gempa terjadi hampir setiap hari, di laut ombak
adalah keharusan untuk menjadikan kubangan air itu agar tetap bernama laut, angin adalah keharusan bagi udara agar
awan dapat berpindah, tetesan air dari langit adalah anugerah tuhan melalui hujan. Namun bahayanya, statement yang
berkembang adalah ”korban meninggal akibat bencana”. Dengan kata lain, fenomena alam adalah sebuah kesalahan.
Namun, bukankah kegagalan serta ketidaksiapan kita untuk mengantisipasinya!. Belum lagi ketidakjelasan
sistem pencegahan dan peringatan dini terhadap bencana, penanganan saat terjadinya bencana, serta tindakan pasca
bencana. Semoga hal ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi siapapun agar kita semua lebih siap dalam menghadapi
situasi darurat. Gempa yang terjadi di Padang Pariaman pada September 2009 silam, hanyalah sebagian kecil peristiwa
buruk yang menimpa penduduk di bumi ini. kita semua tentu berharap musibah seperti ini tidak akan terjadi kembali.
Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku yang berjudul
“Aksi Kemanusiaan di Episentrum 7,6 Skala Richter”. Apa bila terdapat tokoh yang belum disebutkan, serta terdapat
kesalahan penulisan nama ataupun kesalahan lainnya, saya sebagai penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Jakarta, 28 Maret 2011
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER iii
a dream you dream alone is only a dreama dream you dream together is reality
- John Lenon -
1
I. 7, 6 SKALA RICHTER MENGGUNCANG SUMATERA BARAT
Sumber foto : google.com&fpi.or.id
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Kondisi bangunan perkantoran di kota Padang
Gempa berkekuatan 7,6 SR menghancurkan Kota
Padang dan Kabupaten Pariaman, membuat jaringan
komunikasi lumpuh seketika. Ditambah aliran listrik
terputus sehingga gelap gulita menyelimuti wilayah
Padang Pariaman dan membuat tempat itu nyaris
seperti kota mati pada malam harinya. Kepanikan
makin menjadi ketika setiap orang saling mencari dan
menemukan anggota keluarganya sudah tidak bernyawa
lagi. Ribuan orang meninggal dunia, tidak sedikit mereka
yang selamat membutuhkan pertolongan yang serius.
ore itu tiba-tiba saja tanah bergetar
dengan kuat. Seluruh bangunan mulai
bergoncang, hiasan dinding mulai
lepas dari tempatnya, satu persatu gunungan tanah
juga bangunan diatasnya yang kokoh hancur dalam
kejapan mata. Semua orang mulai berlarian keluar
menjauhi bangunan, mata mereka mulai terperangah
melihat pemandangan sekitar yang luluh lantak, naas
bagi mereka yang tidak berhasil menyelamatkan
diri. Tiang-tiang beton dan puing-puing bangunan
menghimpit tubuh hingga lemas tak berdaya.
S
2
HotelAmbacang yanghancurakibatgempa
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Korban gempa sedang mencari harta benda ditengah reruntuhan bangunan yang telah hancur Korban pingsan setelah mengetahui keluarganya meninggal dunia
Kepanikan semakin bertambah, tatkala usai gempa muncul isu tsunami dan terjadi kebakaran di
sejumlah bangunan yang sudah tidak utuh lagi, kemudian disusul dengan hujan deras yang hampir merata
disetiap sudut Kota Padang dan Kabupaten Pariaman, namun mereka tetap bertahan di luar rumah hingga
malam hari karena khawatir akan terjadinya gempa susulan.
Mereka tidak dapat berbuat banyak, yang dapat dilakukan hanyalah menyelamatkan apa yang masih
tersisa. Tanpa ada peringatan dan pemberitahuan, musibah itu tiba-tiba saja datang menghampiri tanpa
pandang bulu. Realita yang terjadi meninggalkan luka dan trauma yang mendalam. Apa yang telah dibangun
bertahun-tahun kini hancur dalam hitungan detik.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 3
MENJELANG SORE DI PADANG KAPAS
Ketika terjadinya gempa, Aris (25 tahun)
warga Padang Kapas, sedang berada di salah satu
kedai dekat rumahnya untuk minum kopi. Selang
beberapa detik setelah terjadinya gempa, muncul
kepulan asap di sekelilingnya. Mulanya Aris mengira
telah terjadi kebakaran di wilayahnya, ternyata
setelah diteliti lebih jauh, asap tersebut merupakan
debu yang berasal dari reruntuhan bangunan rumah
yang berada di sekitarnya.
Aris tidak menyangka, gempa tersebut akan
terjadi dan meluluhlantakkan kampungnya. Setelah
meyakinkan dirinya atas peristiwa yang sedang
berlangsung, spontan saja Aris yang ketika itu sedang
menikmati kopinya, panik dan segera pulang kerumah
yang kebetulan tidak jauh dari kedai. Setibanya di
rumah, Aris merasa lega karena kondisi keluarganya
baik-baik saja walaupun sebenarnya Aris agak sedih
setelah melihat rumahnya sudah tidak berbentuk
seperti sebelum dia tinggalkan. Kemudian Aris
mengambil sepeda motor miliknya untuk melihat
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Kondisi rumah di Padang Kapas
Warga yang lemas saat melihat bagunan rumahnya yang telah hancur
4
rumah saudaranya yang tidak jauh dari bibir pantai,
ketika itu Aris melihat air laut sempat naik hingga
setinggi 3 meter. Melihat kondisi itu, Aris kemudian
pergi untuk menjauh dari pantai.
Pengakuan Aris tersebut diperkuat oleh David (26
tahun), yang mengatakan bahwa warga berlarian untuk
menjauh dari wilayah pantai karena khawatir akan terjadi
tsunami. David yang pada saat itu berada di tepi jalan
untuk menghindar dari bangunan rumahnya yang sudah
setengah hancur, bingung apakah dia harus ikut lari
bersama yang lain atau diam bersama keluarganya untuk
menyelamatkan harta benda yang tersisa.
Mendekati magrib, tiba-tiba saja hujan turun
dengan lebat. Warga yang pada saat itu masih dalam
keadaan panik, berteduh di tepian rumah dan pohon-
pohon besar, bahkan beberapa diantaranya ada yang
tidak berteduh dan enggan masuk kedalam rumah karena
khawatir akan terjadi gempa susulan. Memasuki malam
yang semakin gelap, situasi di Padang Kapas semakin
mencekam, ungkap beberapa warga. Isak tangis dari ibu
dan bayinya yang tak kunjung berhenti disertai dengan
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Kondisi bangunan rumah dan pertkoan di Pariaman
Aris (25 tahun), warga Padang Kapas David (26 thaun), warga Padang Kapas
5
Suasana kota yang gelap gulita Evakuasi malam yang dilakukan tim SAR (Search And Rescue)
tidak adanya p enerangan akibat gardu listrik di wilayah Padang yang hancur, memaksa warga meraba-raba
dalam kegelapan dengan menggunakan penerangan seadanya untuk membenahi rumahnya dan
menyelamatkan apa yang tersisa.
Beberapa warga ada yang mendirikan tempat berlindung dari sisa-sisa bangunan rumahnya, namun
ada juga yang tetap terjaga hingga pagi hari. Siam (47 tahun), masih beruntung karena memiliki truk yang
biasa ia pakai untuk mengangkut pasir, sehingga dapat dijadikan tempat untuk berlindung keluarganya kala
itu. Berbeda dengan Darmalis (48 tahun), ia harus rela tidur di kandang kerbau miliknya yang tidak jauh dari
rumah karena sudah tidak ada lagi yang bisa diselamatkan dari bangunan rumah yang telah hancur.
Kesedihan bukan hanya disebabkan oleh rumah yang sudah porak-poranda. Basir (27 tahun), harus
merasakan kepedihan yang lebih mendalam karena Siro sang bapak tewas tertimpa reruntuhan tembok
rumahnya saat sedang berusaha untuk menyelamatkan keponakannya kala gempa sedang berlangsung.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER6
II. PANGGILAN KEMANUSIAAN
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 7
Andi Sahrandi, Koordinator Posko Jenggala saat mencari informasi korban gempa di Dusun Ambalau
i b a - t i b a s a j a s
a y a d i k e j u t k a
n oleh pemberitaan
media elektronik yang
menyiarkan peristiwa
terjadinya gempa di
Sumatera Barat. Menurut
informasi dari BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika), gempa dengan
kekuatan 7,6 SR terjadi pada
pukul 17.16 WIB, Rabu, 30
September 2 0 0 9 d a n
berpusat di 57 KM Barat
Daya Pariaman.
Kabarnya, gempa
dengan kedalaman 71 KM, tidak hanya dirasakan di Jambi dan Medan saja, tetapi terasa hingga ke Negara
Malaysia dan Singapura. Menurut catatan ahli gempa, wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan
gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus tersebut.
Pertanyaan dan kegelisahan mulai muncul, seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa
tersebut. Simpang siurnya pemberitaan mengenai kondisi terkini Kota Padang dan sekitarnya semakin membuat
tercengang. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh media elektronik tidak dapat mengabarkan langsung dari
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
8
lokasi terjadinya gempa karena lumpuhnya sistem
komunikasi. Menurut pemberitaan, diperkirakan
korban meninggal mencapai 1300 jiwa dan 4 desa
tertimbun tanah akibat longsor. Beberapa jalan menuju
Padang sempat terputus sehingga bantuan yang masuk
dari luar untuk para korban pun belum dapat dikirim.
Belum saja usai derita korban gempa di wilayah
Jawa Barat, kini saudara kita yang tinggal di Sumatera
Barat, khususnya Kota Padang dan Kabupaten
Pariaman, harus merasakan hal yang serupa. Gerakan
Kemanusiaan Posko Jenggala yang baru saja selesai
menangani korban gempa di Pangalengan, Bandung,
Jawa Barat, langsung bergegas dan mempersiapkan
keberangkatan menuju Kota Padang. Tanpa adanya
instruksi para relawan Posko Jenggala pun berinisiatif
untuk saling berkomunikasi dan segera berkumpul di
sekretriat Posko Jenggala tak lama setelah pemberitaan
gempa tersiar. Dengan dukungan kawankawan dari
Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA), saya pun
membuka komunikasi dengan Andi Sahrandi selaku
koordinator Posko Jenggala untuk bergabung.Jalan di Lembah Anai yang tertutup akibat longsor
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Tugu simpang tiga Pariaman yang roboh akiat gempa
9
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Satu persatu relawan mulai
berdatangan ke sekretariat Posko
Jenggala di Jln. Gunung Indah II no 50,
C i p u t a t , Ta n g e ra n g , u n t
u k merencanakan apa yang akan
dilakukan. Hadir pula Diego
D i r g a n t a r a r e l a w a n d a r i
Perhimpunan Mahasiswa Bandung
(PMB) yang turut bergabung.
Sementara itu, adzan magrib
menghentikan sejenak rapat yang
dipimpin oleh Andi Sahrandi
bersama para relawan untuk
mempersiapkan keberangkatan
menuju Padang dan Pariaman. Selang
beberapa saat rapat kemudian
dilanjutkan, karena stok logistik dan
obat-obatan dirasa kurang cukup,
kemudian Andi memutuskan tim
diberangkatkan pada tanggal 1
Oktober 2009 pukul 11:00 WIB.
10
RelawanPosko Jengggala
Keesokan harinya, persiapan yang begitu detail mulai dari
obat-obatan, makanan, air mineral, pembalut wanita, pakaian,
selimut, tenda, genset hingga alat-alat pertukangan dan lain
sebagainya sudah tertata rapih di sekretariat Posko Jenggala. Dan
akhirnya para relawan siap untuk berangkat ke Kota Padang.
Ternyata tidak semudah yang diperkirakan, mundurnya
beberapa tenaga medis membuat rencana yang telah ditetapkan
harus ditata ulang, namun hal itu tidak membuat para relawan Posko
Jenggala mengurungkan niatnya untuk membantu saudara kita yang
sedang tertimpa musibah. Peralatan dan barang bantuan yang cukup
banyak memaksa Posko Jenggala membagi dua tim untuk menuju
lokasi, melalui jalur udara dan jalur darat.
Perjalanan tim kesehatan ke lokasi yang dituju ternyata tidak
begitu mulus. Mulanya tim kesulitan mencari transportasi untuk
berangkat ke lokasi karena seluruh maskapai penerbangan menuju
Padang sudah penuh untuk beberapa hari ke depan. Untunglah pada
saat itu Arifin Panigoro mengirimkan pesawat pribadinya yang
sedang berada bersamanya di Singapura dan memerintahkan
pilotnya untuk membawa pesawatnya menuju Jakarta dan
mengangkut tim Posko Jenggala ke Padang melalui Bandara Halim
Perdana Kusuma. Sesampainya rombongan di Bandara Halim,
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 11
Pesawat yang mengangkut tim medis Posko Jenggala
pesawat yang ditumpangi tim Posko Jenggala belum dapat diberangkatkan karena jalur udara sedang
disterilisasi dan dipersiapkan untuk Presiden SBY dalam melakukan kunjungan singkat bencana ke Padang
Pariaman. Dengan penuh kesabaran dan sedikit rasa cemas akan kondisi para korban di sana, akhirnya
pesawat yang semula dijadwalkan berangkat pada pukul 11:00 WIB, baru bisa berangkat pukul 16:00 WIB.
Setibanya tim kesehatan di Bandara Internasional Minangkabau, hari sudah mulai gelap. Kali ini tim
kesulitan mencari kendaraan menuju lokasi yang akan dijadikan tempat posko sementara. Beberapa orang
yang coba menyewakan kendaraannya justru mencari keuntungan yang besar ditengah kesulitan. Setelah satu
jam, akhirnya sebuah truk pengangkut pasir disewa untuk meneruskan perjalanan menuju lokasi. Hingga
Posko Jenggala tiba, jalur yang dapat dimasuki ke wilayah Padang hanya melalui udara dan laut, sedangkan
jalur darat masih terisolasi akibat longsor yang menutup ruas jalan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER12
Suasana yang mencekam masih terasa pekat ketika tim dari Posko Jenggala tiba. Kondisi Bandara
Minangkabau saat itu begitu tegang serta dipenuhi aktivitas pendistribusian bantuan, hilir mudik kedatangan tim
relawan dari NGO (Non Govermental Organization) lokal maupun internasional dan beberapa pasukan militer dari
luar negeri, serta kedatangan sanak famili para korban, menjadi pemandangan pertama tim Posko Jenggala.
Kepanikan semakin terasa ketika tim mulai keluar dari komplek Bandara Minangkabau, padatnya arus lalu
lintas di sepanjang perjalanan, banyaknya aktivitas alat-alat berat yang sedang melakukan penggalian di gedung-
gedung yang hancur, hiruk pikuk para korban yang masih mencari keluarganya di puing bekas reruntuhan
bangunan, ratusan meter antrean kendaraan di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), penjagaan lokasi-
lokasi tertentu oleh aparat kepolisian dan tentara, kilauan cahaya lampu kamera para wartawan yang sibuk
mencari gambar, laju ambulance dengan bunyi sirine yang tiada henti-hentinya turut mewarnai pemandangan
para volunteer Posko Jenggala yang baru tiba.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER
TNI bersama warga saat mencari korban di reruntuhan bangunan Kondisi bangunan perkantoran di pusat Kota Padang
13
Andi Sahrandi, Koordinator Posko Jenggala membantu tim dari BASARNAS mengevakuasi korban di hotel Ambacang
Karena hari sudah malam, setibanya
Posko Jenggala di jalan Doby no. 33, yang
dijadikan lokasi tujuan pertama Posko
Jenggala untuk melakukan pengobatan gratis
tidak memungkinkan dilakukan pada malam
hari, akhirnya sebagian tim bergegas ke
tempat-tempat vital dan langsung membantu
tim SAR untuk mengevakuasi para korban di
Hotel Ambacang dan sekitarnya yang masih
terjebak di dalam reruntuhan gedung.
Dalam proses pencarian para korban
yang masih tertimbun di Hotel Ambacang,
Posko Jenggala bertemu dengan Prudential.
PT Prudential Life Assurance merupakan
salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia yang pada saat terjadinya gempa, sedang mengadakan
workshop di Hotel Ambacang. Pertemuan inilah yang akhirnya berkembang menjadi kerjasama antara
Prudential dan Posko Jenggala kedepannya.
Sedangkan untuk tim kedua yang membawa peralatan dan personil pendukung, diberangkatkan dari
sekretariat Posko Jenggala pada hari yang sama melalui jalur darat dengan menggunakan dua unit mobil
operasional. Setelah menempuh perjalanan selama 3 hari, akhirnya tim tiba di Padang Pariaman. Untuk
bantuan bahan makanan dan bantuan lainnya yang belum terangkut seperti peralatan mandi, pembalut
wanita, selimut, pakaian dan tenda dikirim dengan menggunakan jasa ekspedisi yang tiba lima hari kemudian.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
14
III. GERAKAN KEMANUSIAAN
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 15
dimana Indonesia sedang mengalami perubahan kontur peta perpoli t ikan tanah air ,ahun 1998, merupakan cikal bakal sekal igus momentum lahirnya GerakanKemanusian Posko Jenggala . Berawal dari penumbangan terhadap rezim Orde Baruyang di lakukan ole h berbagai lapisan
masyarakat dan mahasiswa sebagai pelopornya, Posko Jenggala yang saat itu belum mempunyai nama, mulai
terlibat dalam penyuplaian logistik dan bantuan kesehatan bagi para demonstran. Banjir besar yang melanda
Jakarta tidak lama berselang setelah mundurnya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan, membuat Andi
Sahrandi dan kawan-kawan merasa tergerak untuk membantu. Peristiwa tersebut menjadikan Posko Jenggala
seolah-olah menemukan format kajian dalam melakukan gerakan kemanusiaannya.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER16
Selanjutnya, gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh di penghujung tahun 2004, membuat
organisasi ini semakin total dalam melakukan tindakannya. Karena bencana yang begitu hebat serta untuk
mempermudah koordinasi, maka dibentuklah nama Gerakan Kemanusiaan Posko Jenggala. N ama Jenggala itu
sendiri berasal dari nama sebuah jalan di wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu
tempat tinggal Arifin Panigoro dan sering dijadikan tempat penerimaan logistik dari para donatur serta lokasi
untuk berkumpul dalam membicarakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan.
Semenjak berkibar nama Gerakan Kemanusiaan Posko Jenggala untuk pertama kalinya, selanjutnya
Posko Jenggala semakin gencar dalam melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya. Hampir disetiap peristiwa
bencana alam di tanah air, Posko Jenggala selalu hadir untuk membantu. Bahkan disaat tidak ada peristiwa
bencana sekalipun, Posko Jenggala sering menyelenggarakan kegiatan sosial dalam bentuk pelayanan
kesehatan dan lingkungan. Tidak hanya di dalam negeri saja, Posko Jenggala juga pernah membantu korban
badai Katrina di New Orleans, Amerika Serikat pada tahun 2005.
Posko Jenggala memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan gerakan kemanusiaanya. Ketika beberapa
organisasi / LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang terlibat dalam penanganan bencana, kebanyakan dari
mereka hanya berorientasi pada pendistribusian logistik dan pendataan. Kalaupun ada organisasi yang
melakukan tindakan medis, mereka hanya terbatas pada organisasi yang memang dibidangnya, seperti Palang
Merah Indonesia (PMI) misalnya.
Gempa bumi yang memporakporandakan Padang Pariaman membuat Posko Jenggala mencoba
memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Mulai dari pengobatan, pemulihan kondisi psikologis, pemberian
alat-alat pertukangan, pendistribusian logistik hingga pembenahan infrastruktur dan fasilitas umum telah
dilaksanakan bersama dengan Prudential sebagai mitra kerjasama.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 17
Kondisi rumah sakit darurat di pusat Kota Padang Warga mendirikan dapur-dapur darurat untuk memasak
Melihat terbatasnya sarana dan fasilitas pendukung kesehatan yang rusak akibat gempa, maka tindakan
yang paling pertama dilakukan oleh Posko Jenggala dalam menghadapi situasi di Padang Pariaman ini adalah
dengan melakukan pertolongan secara medis. Selain itu, gempa yang meluluhlantakkan wilayah Padang
Pariaman sangat memberikan pukulan traumatis bagi warga setempat. Sehingga diperlukan pemulihan kondisi
psikologis agar kondisi mental para korban dapat bangkit untuk membangun kehidupannya kembali.
Bahwa kondisi alam yang subur dan keterampilan penduduk mengolah berbagai jenis makanan, maka
pendistribusian bahan pangan bukanlah hal yang menjadi prioritas untuk dilakukan. Walaupun disetiap
malam hari, beberapa tim menyusup ke perkampungan penduduk untuk membagikan bantuan seperti beras,
mie instan, biskuit, susu, tenda, handuk dan selimut. Hal itu dilakukan agar pendistribusian logistik tepat
sasaran serta menghindari terjadinya perebutan bantuan dan juga memantau kondisi para korban dan
mencari lokasi untuk dilakukan pengobatan pada keesokan harinya.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER18
PENGOBATAN GRATIS
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 19
Waktu menunjukan pukul 05:30 WIB, udara lembab pagi hari membangunkan Nanda dari tidur
lelapnya. Dengan kondisi badan yang masih lemas akibat menempuh perjalanan yang panjang. Usai solat
subuh, Nanda segera bergegas mempersiapkan segala kebutuhan untuk kegiatan pengobatan. Satu persatu
tumpukan obat mulai disusun berdasarkan kriterianya. Kursi dan meja mulai ditata untuk stan pendaftaran
dan tempat pemeriksaan pasien, spanduk pengobatan gratis Posko Jenggala mulai dikibarkan agar warga
sekitar mengetahui keberadaan dan kegiatan yang akan dilangsungkan. Setelah dipersiapkan bersama tim
yang lainnya, kegiatan pengobatan siap untuk dimulai.
Tim kesehatan Posko Jenggala saat melakukan kegiatan pengobatan gratis
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER20
Dokter Posko Jenggala saat mengobati pasien Klinik darurat Posko Jenggala
Hari pertama melakukan kegiatan, ternyata cukup banyak pasien yang datang untuk memeriksakan
kondisi kesehatannya, banyak dari mereka yang mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan
dan harus mendapatkan penanganan serius. Bahkan beberapa diantaranya harus dibawa dengan kendaraan
khusus ke tempat pengobatan.
Selanjutnya, karena lokasi yang berada di pusat kota dan semakin banyaknya organisasi kemanusiaan
yang mendirikan posko bantuan, maka Posko Jenggala memutuskan untuk berpindah lokasi ke tempat yang
masih minim akan bantuan. Hingga akhirnya, setelah sehari menggelar pengobatan di pusat Kota Padang, hari
berikutnya Posko Jenggala berpindah base camp ke kediaman Dokter Nazar di Kecamatan Tarandam, Lubuk
Alung, Kabupaten Padang Pariaman.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 21
Dalam program pengobatan gratis yang diselenggarakan oleh Posko Jenggala, sedikitnya
8000 warga di sembilan titik terdaftar dan mengikuti program pengobatan gratis ini. Adapun
tempat penyelenggaraan pengobatan gratis yaitu :
1. Jln. Doby no 33, Kota Padang
2. Desa Padang Kapas, Kecamatan Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman
3. Desa Sikabu, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman
4. Desa Kabun Sunur Timur, Kecamatan Nan Sabaris, Nagari Sunur, Kabupaten Padang Pariaman
5. Desa Kubu Nagari Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman
6. Desa Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman
7. Desa Salisikan, Kabupaten Padang Pariaman
8. Desa Terandam, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman
9. Desa Induriang, Kapau, Bukit Tinggi
Pengobatan gratis ini dilaksanakan dengan mendatangi wilayah-wilayah yang belum mendapatkan
pelayanan kesehatan baik dari pemerintah maupun organisasi swasta lainnya. Sedangkan untuk pelaksanaan
teknis di lapangan, pengobatan ditempatkan di rumah-rumah yang memiliki tempat cukup luas untuk
menampung jumlah orang yang banyak, kemudian tim dibagi menjadi dua bagian dan ditempatkan pada
wilayah yang berbeda. Masing-masing tim terdiri dari dokter, perawat, apoteker dan beberapa personil
lapangan guna membantu pelaksanaan teknis. Pengobatan gratis ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi fisik
para korban agar tetap sehat, sehingga mereka pun tetap fokus dalam menata kembali kehidupannya yang
turut hancur akibat gempa.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER22
Dari rekapitulasi data yang dikumpulkan oleh
tim kesehatan, penyakit terbanyak yang diderita oleh
pasien yang mengikuti program pengobatan gratis ini
umumnya luka luar akibat tertimpa reruntuhan
bangunan. Namun tidak sedikit pula pasien yang
mengalami penyakit akibat lingkungan yang buruk
seperti penyakit kulit, diare dan infeksi saluran
pernafasan akibat buruknya sanitasi dan kondisi
lingkungan akibat gempa.
Tidak sedikit dari pasien yang hadir harus
mendapatkan perawatan yang cukup serius karena luka-
luka yang dideritanya. Selain melakukan pengobatan
terhadap pasien yang sakit, Posko Jenggala juga
memberikan vitamin dan susu terhadap anak-anak
dibawah usia 12 tahun. Hal ini bertujuan agar kondisi
kekebalan tubuh anak meningkat sehingga penyakit pun
tidak mudah menghampirinya. Tidak hanya anggota dari
Posko Jenggala saja yang turut terlibat dalam
pelaksanaan pengobatan gratis ini, beberapa mahasiswa
dan relawan lokal pun turut dilibatkan sehingga kegiatan
ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Dokter Posko Jenggala saat melakukan pengobatan di Bukit Tinggi
Dokter Posko Jenggala saat melakukan pengobatan di Desa Sikabu
23
Pernah suatu ketika Posko Jenggala menyelengarakan pengobatan di Desa Singguling, Kecamatan Lubuk
Alung, namun entah apa yang ada dibenak warga setempat, keberadaan saya dan Posko Jenggala saat itu kurang
dihargai. Padahal kondisi di desa tersebut hampir 80% rusak berat. Dilihat dari kerusakannya, dapat dipastikan
banyak orang yang memerlukan pertolongan secara medis. Akhirnya tanpa menunggu lama pengobatan
dialihkan ke Desa Salisikan yang berada ± 25 km dari Desa Singguling. Berbeda dengan desa lainnya, Salisikan
merupakan desa yang tidak begitu parah. Umumnya rumah penduduk di desa ini terbuat dari kayu sehingga
kerusakan yang ditimbulkan tidak seperti di desa lain yang struktur bangunan rumahnya terbuat dari batu
dengan campuran semen dan kapur sebagai perekat dindingnya. Hanya saja Desa Salisikan ini sempat terisolasi
hampir lima hari karena akses masuk dan keluar dari desa ini tertimbun oleh batu-batu besar.
Kegiatan pengobatan gratis Posko Jenggala saat bekerjasama dengan PPTI
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER24
, . : - 4 . t . ,.:01-ir..‘„4,-, .0:,-
=,r;. .,•• 2... ,,-''• 7.".4. *.ra.'' P.107V--..:-.? --,,''. 'el.
1.7.: ..<'-' '..rer..7•0 "..rr
1 r,r '',‘; ' .",... :./..r,,_::%•', -,,. '7.
(„, • ,v,, ....,11, '.-' ,,.
1. ‘.".s.;1, : "..l''-!f ''7 , ,''-•rrt.
7..,_•.e.4-0..,,...%. r• ) - /,...' r '7
i' •;•,..;'-. ' r,. ' ''.)''','' '' , ,.c•c-. I 7.11
AKSI KEMANUSLAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER II 25
i
Trauma secara fundamental tidak
hanya dapat mengubah cara hidup korban,
tetapi lebih dalam lagi, yakni aspek
psikologisnya. Pengaruh ke dalam dimensi
psikologis ini dapat ditemukan di dalam
semua peristiwa negatif seperti bencana
alam. Proses pemulihan trauma dapat
memberikan kontribusi yang besar bagi
proses rekonstruksi sosial secara
keseluruhan. Tujuan utama dari pemulihan
trauma adalah memberikan korban
semacam perasaan ingin bangkit dan
memberikan mereka harapan agar dapat
menentukan hidup mereka lagi. Kegiatan
Posko Jenggala dalam proses pemulihan
trauma tersebut dimulai dengan
melibatkan para korban di dalam proses
komunikasi yang bersifat konstruktif.
Rumitnya problematika trauma sama sekali
bukan alasan bagi siapapun untuk
memalingkan muka dari masalah tersebut.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER26
Gempa berkekuatan 7,6 SR yang mengguncang wilayah Sumatera Barat, tidak hanya menyebabkan
banyaknya korban jiwa ataupun kerusakan infrastruktur, tetapi juga meninggalkan trauma yang luar biasa,
terutama pada perempuan dan anak-anak.
Rasa trauma yang
d i t i m b u l k a n o l e h
peristiwa bencana alam
tentunya berbeda-beda
pada setiap orang. Namun
umumnya gejala yang
terjadi seperti rasa cemas
yang b e r l e b i h a n ,
perasaannya menjadi
kaku dan tumpul,
tertekan dan selalu sedih.
Cepat panik dan agresif,
sulit dan susah tidur,
merasa gelisah dan
tegang hampir dialami
oleh kebanyakan orang
yang merasakan langsung
kejadian gempa tersebut.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 27
Pembagian kaos “Anak Minang Anak Kita” oleh koordinator Posko Jenggala Relawan Prudential saat membagikan boneka kepada anak-anak diwilayah Padang Kapas
Dalam menangani dan melaksanakan pemulihan kondisi psikologis pasca gempa, target utama Posko
Jenggala lebih menitikberatkan terhadap anak-anak. Sedangkan untuk orang dewasa, mereka lebih
dihadapkan pada kenyataan baru melalui program pembangunan infrastruktur. Sehingga keduanya dapat
dilaksanakan secara beriringan tanpa harus meninggalkan atau memprioritaskan salah satu diantaranya.
Dalam program ini, Posko Jenggala bersama Prudential mencoba menghilangkan trauma anak-anak
dengan mengajak mereka bermain, belajar, menonton film bersama, memberi pemahaman akan kebersihan
lingkungan, dan memberi mereka hadiah seperti boneka, perlengkapan bermain serta alat pendukung kegiatan
belajar mengajar. Bahkan Posko Jenggala dan Prudential juga membayarkan biaya pendidikan kepada beberapa
anak di Desa Padang Kapas yang menjadi wilayah pembangunan. Selain itu, Posko Jenggala turut mengajak
semua lapisan masyarakat melalui pemberian ribuan kaos anak-anak dengan slogan “Anak Minang Anak Kita”.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER28
Tidak hanya relawan dari
Posko Jenggala dan Prudential
saja yang terlibat secara langsung
dalam menghilangkan rasa
trauma yang menghampiri anak-
anak, beberapa mahasiswa lokal
dan penduduk setempat turut
serta dilibatkan dalam
menghilangkan rasa trauma yang
timbul akibat gempa.
Bahkan Andi Sahrandi
yang akrab dipanggil Babeh, turun
langsung dalam menangani
trauma terhadap anak-anak.
Baginya anak-anak merupakan
generasi penerus bangsa yang
apabila tidak memperoleh
pendidikan dengan baik sejak usia
dini akan memberikan dampak
yang buruk bagi kehidupan di
masa mendatang.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 29
Hubungan yang terjalin antara anak-anak dan para volunteer begitu erat, seakan mereka telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya. Bahkan Nini Sumohandoyo (Marketing & Communication
Director Prudential Indonesia) yang akrab dipangil Kak Nini oleh anak-anak di Padang Kapas, memiliki kesan
tersendiri bagi anak perempuan bernama Pia. Bagi Pia, Nini merupakan sosok wanita yang cukup ramah dan
terbuka terhadap anak-anak.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER30
IV. TAHAPAN REKONSTRUKSI
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 31
Koordinator Posko Jenggala saat melakukan pemilihan rumah yang akan dibantu di Padang Kapas
eiring berjalannya waktu dan dirasa cukup bagi Posko Jenggala dalam melakukan tindakan medis pasca
gempa, maka selanjutnya program pengobatan dihentikan dan kemudian dilanjutkan dengan
pembangunan kembali rumah dan fasilitas umum yang hancur agar kelanjutan hidup para korban,
menjadi lebih jelas tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah yang seringkali berujung pada janji-
janji dan berbuah pada proses birokrasi yang berbelit-belit hingga akhirnya realisasi pun tak kunjung tiba.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER32
Relawan Prudential saat membantu pembangunan rumah warga yang hancur Kunjungan Prudential saat meresmikan rumah contoh
Ketika gempa terjadi, seminar yang tengah berlangsung di Hotel Ambacang spontan saja berhenti. Para
peserta yang berasal dari berbagai cabang Prudential diseluruh negara, lari berhamburan keluar gedung hotel
untuk menyelamatkan diri. Dari 30 peserta seminar, 11 diantaranya meninggal dunia akibat tertimpa
reruntuhan bangunan di hotel tersebut. Prudential sebagai perusahaan yang bergerak dibidang asuransi
terpanggil untuk menolong korban gempa di Sumatera Barat. Prudential sebelumnya pernah memberikan
bantuan untuk membantu para korban melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun karena komitmennya
yang tinggi untuk membantu, Prudential pun ingin terlibat langsung dalam memberikan bantuan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 33
Peristiwa runtuhnya Hotel Ambacang mempertemukan antara Prudential dengan Posko Jenggala.
Ketika itu, Andi Sahrandi dan Bara Muskita relawan dari Posko Jenggala, sedang membantu mengevakuasi
para korban di Hotel Ambacang bertemu dengan orang-orang dari Prudential. Mereka mengungkapkan
maksudnya untuk membantu para korban. Dan akhirnya bantuan dari Prudential inilah yang direalisasikan
dalam bentuk pembangunan oleh Posko Jenggala.
Rumah contoh tahan gempa
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER34
RUMAH, KELAPA DAN GOTONG ROYONG
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 35
Gempa yang melululantakkan Kota Padang
dan Kabupaten Pariaman, membuat Posko Jenggala
mengambil tindakan jangka panjang. Setelah melihat
kerusakan yang cukup parah dan dianggap perlu
membuat triger bagi proses rekonstruksi, maka lima
hari pasca gempa, Posko Jenggala membuat satu
rumah contoh tahan gempa di desa atau Korong
Singguling, Kecamatan Lubuk Alung.
Pembuatan rumah contoh ini dimaksudkan
sebagai blueprint bagi siapa saja, termasuk
pemerintah yang ingin merancang bangunan tahan
gempa sebagai tempat berlindung.
Mulanya, proses pembangunan rumah contoh
di Singguling masih berjalan sesuai rencana. Namun
karena kurangnya respon dari masyarakat setempat
akhirnya pembangunan ditunda dan kemudian
dipindahkan ke Desa Sikabu.
Secara teknis pembangunan rumah contoh
tahan gempa ini diserahkan langsung kepada warga.
Karena ketika itu, seluruh tim Posko Jenggala masih
terfokus dengan program kesehatan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER36
Setelah berjalan selama lima hari, ternyata
hasil tim verifikasi dari Posko Jenggala menyatakan
bahwa kondisi bangunan yang dibuat oleh warga
tidak memenuhi kualifikasi sebagai bangunan tahan
gempa. Akhirnya, Posko Jenggala memutuskan untuk
membangun satu rumah contoh lagi di daerah
Padang Kapas, Kecamatan Toboh Gadang, Kabupaten
Padang Pariaman.
Pembangunan rumah contoh inilah yang akan
dijadikan tolak ukur bagi pembangunan rumah
selanjutnya, walaupun dalam perjalanannya bentuk
rumah disesuaikan oleh para pemiliknya. Proses
pembuatan rumah contoh di Padang Kapas, memakan
waktu selama 4 hari dengan pengawasan langsung
dari tim Posko Jenggala. Dengan ukuran rumah 6x8
m2, diharapkan rumah ini menjadi tempat tinggal yang
layak sehingga dapat dipergunakan 10 hingga 20
tahun mendatang. Selain itu, rumah ini juga dapat
dijadikan tempat tinggal sementara sampai warga
mampu secara ekonomi untuk membangun kembali
rumah mereka yang telah hancur. Rapat bersama warga dalam membicarakan pembangunan rumah
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Tim Posko Jenggala saatmalakukan pemeriksaan struktur bangunan
37
Rumah contoh ini dibangun secara gotong
royong atau yang dikenal dengan istilah goro oleh
masyarakat setempat. Hampir seluruh bangunan
rumah dibuat menggunakan bahan baku dari batang
pohon kelapa. Melihat bahwa pohon kelapa yang
begitu berlimpah di wilayah Sumatera Barat termasuk
Padang dan Pariaman, sehingga pemanfaatan sumber
daya alam yang tepat dapat memberikan kemudahan
dalam pembangunan infrastruktur bagi korban gempa
yang rumahnya hancur.
Penebangan pohon kelapa untuk bahan baku
Selain itu, dengan menggunakan pohon kelapa
sebagai bahan baku bangunan, hal-hal yang dapat
merusak lingkungan seperti penggundulan hutan dan
pengabsahan penggunaan kayu ilegal dengan alasan
bantuan bagi korban gempa yang dapat dijadikan
celah oleh para pembalak liar dapat dihindari,
sehingga kelestarian hutan Indonesia tetap terjaga.
Warga Padang Kapas saat bergotong royong membangun rumah
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER38
Peresmian rumah contoh oleh Prudential
Setelah pembangunan rumah contoh selesai, dimana Prudential sebagai mitra kerjasama dalam program
yang dilaksanakan Posko Jenggala dalam membangun 127 rumah di Padang Kapas yang kemudian berkembang
menjadi 133 rumah di Kecamatan Toboh Gadang, Surau Rambai, perpustakaan di Padang Kapas, sekolah dan 26
rumah di Kampung Tengah, 1 rumah di Sikabu, 1 rumah di Singguling, dan 1 rumah di Sungai Limau, selanjutnya
Prudential sebagai mitra Posko Jenggala diundang untuk meresmikan bangunan rumah yang akan digunakan
sebagai acuan bagi pembangunan yang telah direncanakan. Selain itu, kedatangan Prudential menandakan bahwa
pembangunan rumah bagi penduduk telah dimulai. Setelah selesainya acara peresmian, maka tahapan
selanjutnya adalah pemilihan rumah yang layak untuk mendapatkan bantuan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 39
Warga saat melihat peta lokasi pembangunan 127 rumah
Setelah kembalinya Posko Jenggala
melakukan pengobatan di Bukit Tinggi dan
seiring pulangnya tim kesehatan ke Jakarta, maka
tim yang tersisa untuk melaksanakan program
rekonstruksi berjumlah empat orang. Dengan
Jarot pada bendahara, Cecep pada Quality Control,
Diego sebagai verifikasi data lapangan, serta saya
sendiri mendapatkan tugas sebagai logistik.
Terhitung mulai tanggal 19 Oktober 2009,
pembangunan rumah pun berlangsung dan dibagi
menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah
memilih 50 rumah yang akan dikerjakan dengan
jangka waktu pembangunan selama 50 hari.
Warga kemudian bergotong royong bersama
melakukan pembersihan lokasi, selanjutnya
pemasangan pondasi bangunan mulai dilakukan
secara bersamaan di setiap rumah. Setelah
pondasi mengering dan cukup kuat, kemudian
rangka bangunan dipasang dan disusul dengan
pemasangan atap agar pengerjaan bangunan
tetap dapat dilakukan meski sedang hujan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER40
Pemindahan pohon kelapa dari lokasi penebangan Pemotongan bahan baku Pendistribusian bahan baku
Agar pengerjaan bangunan lebih terarah, Diego membentuk anggota dan jadwal gotong royong yang
akan melakukan pengerjaan rumah. Hal tersebut dilakukan agar warga tidak setiap hari melakukan
pengerjaan rumah, sehingga mereka masih dapat melakukan aktivitas lainnya termasuk mencari nafkah untuk
menghidupi keluarganya di luar jadwal gotong royong yang telah ditetapkan. Namun jika ada warga yang
tidak dapat hadir pada saat jadwal gotong royong, mereka dapat menggantinya dikemudiaan hari demi
memenuhi persyaratan dalam menerima bantuan yang diberikan. Selain itu, warga pun diminta untuk
menyerahkan 3 batang pohon kelapa yang sudah tidak produktif sebagai bahan baku pembuatan rumah.
Selanjutnya, pengolahan bahan baku dari kelapa ternyata memakan waktu yang cukup panjang. Mulai dari
pemilihan pohon untuk ditebangan, pembelahan dengan mesin chainsaw, pemindahan ke lokasi pemotongan
dengan menggunakan gerobak, hingga kemudian dipotong menggunakan mesin sawmill dan dijadikan bahan
baku dengan ukuran yang telah ditetapkan. Selain itu, lokasi pohon kelapa yang jauh dari tempat pemotongan,
ditambah dengan kondisi jalan yang berlumpur saat hujan turun, membuat beban pekerjaan semakin berat.
Sehingga untuk mempercepatnya, pembelian bahan baku yang telah jadi terpaksa dilakukan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 41
Penerima bantuan rumah dari Posko Jenggala & Prudential di Desa Tobah Baru
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Setelah melewati waktu 50 hari, ternyata
pembangunan pada tahap pertama belum dapat
diselesaikan karena masih terkendala proses
pembuatan bahan baku. Namun pembangunan pada
tahap kedua tidak dapat ditunda karena target waktu
pembangunan yang ditetapkan tidak melebihi 3 bulan,
sehingga pembangunan tahap kedua harus segera
dimulai dan berjalan beriringan tanpa menghilangkan
proses tahapan tadi.
Pemilihan rumah pada tahap kedua ini
ternyata banyak mengalami masalah, dimana warga
Padang Kapas yang rumahnya tidak masuk dalam
daftar penerima bantuan, menanyakan alasan
mengapa mereka tidak mendapatkan bantuan dan
mengapa jumlah rumah yang tersisa harus
dipindahkan ke desa lain.
Mulanya, warga Padang Kapas memberikan
angka 127 sebagai jumlah rumah yang hancur di
wilayahnya. Namun setelah dilakukan pendataan dan
pemilihan rumah oleh Diego Dirgantara selaku tim
verifikasi, Diego menemukan beberapa warga yang
42
Pemeriksaan rumah warga yang akan dibantu oleh tim dari Posko Jenggala
namanya masuk dalam daftar penerima bantuan, memiliki rumah lebih dari satu. Selain itu, tedapat juga rumah
yang ditinggal penghuninya karena merantau keluar daerah. Sehingga ditetapkan bahwa jumlah penerima
bantuan di wilayah Padang Kapas hanya berjumlah 89 rumah yang pantas untuk dibantu. Demi memenuhi angka
127 yang telah ditetapkan bersama oleh Posko Jenggala dan Prudential, maka dilakukan perluasan wilayah ke
desa sebelah, yaitu Desa Toboh Baru dan Desa Palak Pisang.
Rapat dengan warga pun akhirnya diselenggarakan untuk meluruskan masalah dan mengklarifikasi
jumlah rumah yang akan dibangun. Ternyata angka 127 yang kami peroleh dari warga Padang Kapas sebagai
jumlah total bangunan yang ada di desa mereka. Bangunan tersebut mencakupi 1 kantor desa, 1 surau atau
musholla, 4 warung dan sisanya adalah rumah penduduk yang masih layak untuk dihuni. Dalam rapat
tersebut warga pun masih memaksa agar seluruh pembangunan 127 rumah tetap dilakukan di desa mereka.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Jarot Priksono (sebelah kiri) saat memimpin rapat bersama warga penerima bantuan rumah
43
Diego Dirgantara saat memberikan uang dapur kepada seorang ibu untuk konsumsi gotong royong Andi Sahrandi saat didatangi warga yang meminta bantuan rumah
Namun, Posko Jenggala menolak permintaan dari warga. Tidak terima dengan keputusan dari Posko
Jenggala, sempat salah satu dari warga berbicara akan mengadukan Posko Jenggala ke Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) sebagai bentuk penyelewengan bantuan terhadap korban gempa. Merasa dipermainkan oleh
warga pada saat itu, Jarot Priksono dalam rapat tersebut mengungkapkan rencananya untuk membatalkan
seluruh pembangunan di wilayah Padang Kapas. Mendengar pernyataan tersebut, warga pun meminta agar
rencana tersebut tidak dilakukan dan mereka meminta agar proses rekonstruksi dilanjutkan kembali.
Di saat hampir selesainya waktu pembangunan pada bulan Desember, ternyata ada beberapa warga dari
desa lain yang datang setiap malam ke tempat peristirahatan Posko Jenggala, mereka memaksa kami untuk
melihat kondisi rumahnya yang hancur dan meminta dibangunkan rumah untuk tempat tinggal mereka. Karena
permintaan tersebut, akhirnya Posko Jenggala menambahkan 6 rumah lagi di Desa Palak Pisang. Sehingga total
pembangunan di wilayah Toboh menjadi 133 rumah, yang mencakupi Toboh Padang Kapas sebanyak 89 rumah,
Toboh Baru sebanyak 32 rumah dan Toboh Palak Pisang sebanyak 12 rumah.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER44
TK AZIZAH
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 45
TK Azizah saat renovasi
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Taman Kanak-kanak merupakan
jenjang pendidikan bagi anak usia dini
dalam bentuk lembaga formal yang
menekankan pada pemberian rangsangan
pendidikan dalam memacu perkembangan
kecerdasan yang bertujuan untuk
mempersiapkan anak dalam menghadapi
pendidikan lebih lanjut.
Berangkat dari hal tersebut, maka
Posko Jenggala mencari Taman Kanak-
kanak yang hancur untuk dapat diperbaiki
agar proses belajar mengajar bagi anak-
anak tetap berlangsung.
Tidak sedikit tawaran datang dari
berbagai kalangan untuk membantu
kegiatan Posko Jenggala, tetapi tidak semua
diterimanya. Menurut Andi, “jika ingin
membantu, ya bantu saja. Tidak usah pake
embel-embel apa pun”. Namun tidak
dengan Udo yang datang dengan tiba-tiba
dan membantu secara tulus.
46
Udo Angerstein (40 tahun) merupakan warga negara
Jerman. Udo yang telah berkeluarga ini dan dikaruniai
seorang anak laki-laki, menetap di Koto Nan Gadang, Bukit
Tinggi. Keberadaan Udo di Bukit Tinggi untuk menemani
istrinya yang sedang melakukan penelitian guna memenuhi
prasyarat dalam menyelesaikan gelar master dalam bidang
Antropologi.
Udo yang kebetulan berprofesi sebagai wartawan
dari salah satu media elektronik di Jerman, mencoba
mengumpulkan berita pasca terjadinya gempa. Setelah
meliput dibeberapa wilayah yang mengalami kerusakan
cukup parah, Udo pun tersentuh hatinya dan berkeinginan
untuk membantu para korban gempa. Dengan mengunduh
foto-foto hasil liputannya melalui blog atau situs pribadinya
di internet, teman-teman di negaranya yang bersimpatik
mencoba mengirimkan bantuannya melalui Udo.
Jauh sebelum peristiwa gempa terjadi, Udo
merupakan tenaga pengajar volunteer di lembaga pendidikan
yang dikembangkan oleh Andi Sahrandi di daerah Bukit
Tinggi. Udo yang ketika itu telah menghimpun dana bagi
korban gempa, menemui Posko Jenggala yang sedang Udo Angerstein bersama putranya saat berkunjung ke Padang Kapas
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 47
melakukan kegiatan pengobatan di Bukit Tinggi.
Maksud kedatangan Udo saat itu, adalah untuk
bersilaturahmi sekaligus ingin mengetahui kegiatan
yang sedang dilakukan oleh Posko Jenggala.
Pertemuan yang berlangsung selama 3 jam tersebut
ternyata membuahkan hasil. Setelah mengetahui
program Posko Jenggala, Udo mengungkapkan
maksud kedatangannya untuk menyalurkan bantuan.
Spontan saja, Andi yang berniat merenovasi Taman
Kanak-kanak langsung berkata bahwa bantuan Udo
akan disalurkan untuk merenovasi TK Azizah. Udo Angerstein saat berkunjung ke kediaman Andi Sahrandi di Bukit Tinggi
TK Azizah merupakan salah satu TK di wilayah Pauh Kambar, Kabupaten Padang Pariaman, yang hancur
akibat gempa. Udo yang ketika itu tertarik dengan tawaran program renovasi TK, ingin melakukan survey
terlebih dahulu ke tempat yang dimaksud. Akhirnya pada pertengahan bulan November 2009, Udo datang kePem ma dg gn m ggl gg
Padang Kapas untuk meninjau pembangunan rumah penduduk di wilayah tersebut sebelum akhirnya
berkunjung ke TK yang akan direnovasi.
Dalam membangun kembali TK Azizah, Posko Jenggala juga menggunakan bahan baku dari Pohon
Kelapa. Pola pengerjaan yang diterapkan juga sama seperti pembangunan rumah yaitu dengan gotong royong
dan ditambah dengan tenaga ahli. Dalam waktu satu setengah bulan, bangunan yang telah direnovasi ini telah
rampung pengerjaannya sehingga kegiatan belajar mengajar telah dapat dilaksanakan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER48
PERPUSTAKAAN DAN PASUKAN KODOK
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 49
Berawal dari keprihatinan Andi
Sahrandi selaku koordinator Posko Jenggala
melihat anak-anak di wilayah pembangunan
yang suka bermain hingga larut malam. Di
usia mereka yang masih dalam pertumbuhan,
seringkali orang tua kurang memperhatikan
faktor keamanan dan kebersihan lingkungan
tempatnya bermain. Sebagian besar dari
mereka bermain di tempat yang kotor dan
tidak jarang penyakit menghampirinya. Selain
itu, anak-anak juga sering mengganggu
aktivitas para relawan yang sedang sibuk
melakukan tugasnya.
Ada yang bersahabat sikapnya dan ada
juga yang sedikit nakal. Asmi misalnya, anak
perempuan berusia 6 tahun ini memiliki
tingkah laku yang pemalu ketika pertama kali
mengenal orang lain. Mulanya ia malu-malu
ketika mengenal saya, namun beberapa hari
setelahnya, Asmi suka sekali mengejek dan
melempar kulit jeruk ke arah saya.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER50
Pasukan kodok bermain di perpustakaan
Berbeda dengan Daskan, bocah berumur 7,5
tahun yang dipanggil “pendek” oleh teman-temannya,
cukup pandai bermain catur. Tanpa mengenal waktu
Daskan selalu mengajak saya, Jarot, Cecep dan Diego
bermain catur. Kemenangan demi kemenangan tak
jarang dia dapatkan walaupun bertanding dengan
orang yang lebih tinggi usianya. Siapapun yang
mencoba bertanding dengannya, harus berkonsentrasi
ekstra untuk mengalahkan Daskan si bocah yang suka
sekali melepaskan bajunya ini. Melihat potensi Daskan
yang selalu unggul dalam bermain catur, akhirnya Andi
Sahrandi menghadiahkan Daskan sebuah papan catur
yang dibawanya langsung dari Jakarta.
Lain halnya dengan Rio, Rani dan Pia, ketiga
bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar ini
selalu mengikuti saya dan Diego kemanapun kami pergi.
Pernah beberapa kali Rio terlelap tidur di tengahtengah
kami dan enggan pulang ke rumah. Saya yang
kebingungan menyikapi perilaku anak-anak mencoba
mengancam mereka dengan menciumnya sehingga
mereka takut saat berada dekat dengan saya.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER
Relawan Prudential bersalaman dengan anak Padang Kapas
51
Mahasiswa lokal saat bermain dengan pasukan kodok
Perilaku anak-anak yang sedikit
nakal dan selalu ingin tahu, sangatlah wajar
dan kami pun mengerti atas tindakan yang
mereka lakukan. Di usianya yang masih
dalam masa pertumbuhan, mereka sangat
membutuhkan perhatian yang khusus dari
lingkungannya, terlebih peristiwa gempa
yang menghancurkan desanya membuat
mereka semakin bingung membedakan
antara kesedihan dan keceriaan.
Kedatangan tim Posko Jenggala dan
Prudential di tengah-tengah mereka, sangat
membuat anak-anak merasa terhibur dan
melupakan kesedihan yang sedang mereka
alami. Untuk itu pula, Posko Jenggala ingin
memberikan sesuatu yang dapat membuat
mereka senang dan juga dapat bermanfaat
bagi kehidupan di masa yang akan datang.
Maka Andi Sahrandi membuka komunikasi
dengan Bara Muskita dan membicarakan
pembuatan perpustakaan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER52
Seiring berjalannya pembangunan 133 rumah di wilayah Toboh Baru, Padang Kapas dan Palak Pisang.
Maka tempat yang paling setrategis dan cocok untuk menentukan lokasi pembuatan perpustakaan adalah di
Padang Kapas. Posisi Desa Padang Kapas yang berada di pusat pembangunan, membuat warga dari desa lain
tidak terlalu jauh untuk mengakses dan memanfaatkan keberadaan perpustakaan sebagai tempat bermain
dan belajar anak-anak.
Posko Jenggala tidak mengalami kesulitan dalam mencari tempat untuk mendirikan bangunan
perpustakaan karena Anto (29 tahun) warga Padang Kapas, memberikan tanah keluarganya untuk dijadikan
tempat berdirinya perpustakaan. Perpustakaan dengan ukuran 8x12 m2 ini, membutuhkan waktu selama
satu setengah bulan hingga dapat dipergunakan. Sistem pengerjaan yang digunakan pun tidak jauh berbeda
dengan pembangunan rumah, yaitu dengan cara bergotong royong.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Relawan Prudential bergotong royong bersama warga saat membersihkan lokasi perpustakaan Pasukan kodok saat membersihkan halaman perpustakaan
53
Untuk melengkapi gedung perpustakaan tersebut, Posko Jenggala juga memberikan fasilitas
pendukung agar anak-anak merasa nyaman ketika berada di perpustakaan. Diantaranya pembangunan dua
unit kamar mandi, seperangkat alat komputer dengan fasilitas pendukungnya, 1000 buku beserta rak dan juga
katalog atau alat peraga agar anak-anak lebih mudah dalam memahami benda-benda di sekitarnya.
Uniknya, Andi Sahrandi melibatkan pasukan “kodok” dalam membangun perpustakaan. Pasukan kodok
yang diketuai oleh Gisman merupakan kumpulan anak-anak kecil yang bertugas sebagai tim sapu bersih.
Pasukan ini mulai dibentuk pada awal pembangunan dengan tujuan mengajarkan anak tentang kebersihan
dan peduli terhadap lingkungan.
Tidak mau kalah dengan orang dewasa, pasukan kodok yang terdiri dari anak-anak ini sangat antusias
sekali dalam melakukan pekerjaannya. Mulai dari membongkar puing bangunan yang hancur, membersihkan
sampah, menanam pohon, hingga mengaduk semen turut dilakoninya. Tidak hanya itu, pasukan kodok juga
memiliki inisiatif yang tinggi, ketika beberapa dari kami sedang sibuk melakukan pembersihan lokasi dan
pendistribusian barang-barang, mereka selalu datang dan membantu tanpa diminta terlebih dahulu. Namun
karena jiwanya yang masih kanak-kanak, semua ini mereka anggap sebagai permainan yang menyenangkan.
Andi Sahrandi pun menganggap anak-anak ini sebagai anak kandungnya sendiri. Dalam beberapa
pembicaraan bersama warga, Andi selalu menekankan bahwa “pembangunan rumah harus segera
diselesaikan karena saya mau anak-anak saya masuk kerumah secepatnya”. Tidak jarang Andi mentraktir
mereka makan di restoran-restoran lokal usai mereka melakukan kegiatannya. Di sela-sela kesibukannya
mengawasi pembangunan, Andi pun sering mengajak pasukan kodok bermain, seperti bermain bola, bermain
catur, hingga berenang di pantai yang tidak jauh dari lokasi mereka tinggal.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER54
PEMBANGUNAN SEKOLAH
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 55
Mulanya tidak ada rencana dari Posko Jenggala
untuk merenovasi sekolah atau membangun sekolah
yang hancur akibat gempa. Namun saat beberapa tim
sedang menyalurkan bantuan, terlihat bangunan
sekolah yang telah direnovasi oleh salah satu
organisasi lokal. Namun menurut Posko Jenggala, hal
itu hanyalah sebatas penyaluran bantuan yang sia-sia.
Bangunan yang cukup besar itu berlapiskan triplek
dan beralaskan tanah. Melihat cuaca yang tidak
menentu kala itu, kemungkinan kekuatan bangunan
tidak akan bertahan cukup lama. Berangkat dari
kondisi tersebut, Posko Jenggala yang ketika itu sedang mendistribusikan bantuan ke Kampung Tengah,
berencana untuk membangun sekolah yang lebih layak.
Setelah melihat kondisi di Kampung Tengah, Posko Jenggala segera menemui Wali Nagari tokoh desa
setempat untuk mengungkapkan rencana mengenai pembangunan sekolah. Di Kampung Tengah sendiri
sebenarnya sudah ada beberapa organisasi yang memberikan bantuannya dengan membangun rumah semi
permanen bagi warga yang rumahnya hancur, sehingga pembangunan sekolah menjadi prioritas Posko
Jenggala dalam pelaksanaan program bantuan di Desa Kampung Tengah.
Posko Jenggala tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan lahan bagi pendirian bangunan. Wali
Nagari yang ditemui Posko Jenggala saat itu, langsung menghibahkan tanahnya untuk dijadikan lokasi
pembangunan. Bangunan sekolah ini sepenuhnya dibiayai oleh Arifin Panigoro selaku pendiri Posko Jenggala.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER56
Sekolah yang berdiri di lahan seluas 1 hektar
ini terdiri dari 6 ruang kelas, 2 unit MCK, 1 ruang
guru, 1 musholla, 1 perpustakaan dan 1 ruang
serbaguna. Bangunan sekolah dibuat tidak jauh
berbeda dengan konsep rumah contoh yang telah
dibangun oleh Posko Jenggala sebelumnya. Dengan
menggunakan bahan material dari pohon kelapa dan
sistem pengerjaan dengan mekanisme gotong royong
dan dibantu sejumlah tenaga ahli, hanya saja
pembuatan bangunan disesuaikan dengan fungsinya.
Gedung sekolah yang telah siap dipergunakan
Proses konstruksi gedung sekolah
Berbeda dengan bangunan rumah, bangunan
sekolah memiliki lantai yang terbuat dari keramik
dan tembok semen setinggi 1 meter. Selebihnya,
dinding yang dibuat berbahan dari kayu kelapa
dengan jendela kaca dan fentilasi udara diseluruh
ruangan serta memiliki selasar. Tidak hanya itu, di
sekolah yang berbentuk leter U ini terdapat lapangan
olah raga dan lapangan upacara yang dapat
dipergunakan bagi para siswa dalam melaksanakan
proses kegiatan belajar mengajar.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
57
58 II AKE! KEMANUSL4AN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
1
'or'11. 71.-11/•NOP'IP',111/-NO"-NM/ -MI/-ger
KAMI MENGUCAPKAN TERIMA KAN ATAS BANTUANSEKOLAH DAN RUMAH YANG TELAH DIBERIKAN
OLEH BAPAK ARIFIN PANIGORO
KAMPUNG TENGAH DAN SUNGAI LIMAU
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 59
Kedatangan kami kali ini ke Kampung Tengah awalnya hanya untuk melihat kemajuan bentuk bangunan
sekolah yang baru beberapa minggu dikerjakan. Namun sesampainya di lokasi, ada pemandangan yang berbeda
dengan orang-orang yang sedang bergotong royong dalam membantu pengerjaan bangunan sekolah. Sungguh
miris kami melihat sekumpulan perempuan lanjut usia sedang mencangkul dan mendorong gerobak pasir untuk
menimbun pondasi bangunan. Sempat timbul pertanyaan dalam benak saya, dimana laki-laki yang seharusnya
melakukan pekerjaan yang mereka lakukan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Rumah contoh tahan gempa di Kampung Tengah, Kabupaten Pariaman
60
Tak lama berselang, waktu istirahat pun tiba. Percakapan mulai keluar diantara kami selaku tim dari
Posko Jenggala dengan mereka yang masih terlihat lelah membantu pengerjaan sekolah di Kampung Tengah.
Canda tawa dan senyum ringan sesekali menjadi bahan hiburan bagi orang-orang yang berada di tempat itu,
namun tak sedikit juga keluh kesah yang mereka sampaikan kepada kami. Akhirnya kami pun mencoba
mengumpulkan orang-orang yang hadir pada saat itu dan memeriksa kondisi bangunan rumah mereka yang
hancur akibat gempa. Dari 28 rumah yang kami periksa, 3 diantaranya masih dalam kondisi layak untuk
ditinggali. Sehingga hanya 25 rumah dan 1 rumah contoh yang kami bangun bagi mereka yang benar-benar
membutuhkannya.
Mulanya kami tidak menyangka akan ada penambahan jumlah rumah mengingat target waktu
pengerjaan yang tinggal 17 hari lagi. Maka untuk memperlancar proses pengerjaan, Diego yang tadinya
ditugaskan di wilayah Padang Kapas dan sekitarnya dalam mengatur mekanisme gotong royong, kemudian
dipindahtugaskan untuk bertanggung jawab dalam pembangunan rumah tersebut.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER
Arifin Panigoro saat memeriksa bangunan rumah di Kampung TengahBantuan rumah di Kampung Tengah
61
Ada yang berbeda pada pembangunan kali ini, permintaan datang langsung dari Jakarta. Karena
kecintaannya terhadap olahraga, Hadi Basalama yang merupakan salah satu pendiri Posko Jenggala mendapat
informasi bahwa terdapat pemain sepak bola nasional yang rumahnya turut hancur akibat gempa. Setelah
mencari keberadaan dan bertemu langsung dengan anak yang memiliki bakat bermain bola tersebut, Posko
Jenggala pun memberikan bantuan untuk membangun kembali rumahnya yang hancur. Namun karena jarak
pembangunan yang terlalu jauh dari lokasi sentral pembangunan Posko Jenggala, maka Posko Jenggala
menyerahkan sepenuhnya bentuk dan pengerjaan rumah kepada keluarga korban. Dengan waktu yang tidak
terlalu lama, rumah ini pun selesai jauh sebelum waktu yang telah ditargetkan.
Bantuan rumah di Sungai Limau
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER62
PEMBANGUNAN SURAU RAMBAI
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 63
Prudential saat meninjau lokasi surau
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Yang menjadi cikal bakal pembangunan 133
rumah bantuan di Toboh Gadang yang hancur akibat
gempa, justru diawali dari rencana pembangunan
musholla atau yang dikenal dengan istilah surau oleh
masyarakat setempat. Cerita bermula ketika Posko
Jenggala sedang melaksanakan program pengobatan
gratis di Padang Kapas. Kami melihat sekelompok
warga sedang bergotong royong untuk merapihkan
bangunan surau yang sudah luluh lantak untuk
kemudian dipilih bahan-bahan material dari sisa
bangunan yang masih dapat dipergunakan untuk
membangun kembali surau tersebut.
Kami pun mencoba mendekati kerumunan
orang yang sedang bergotong royong. Melihat
semangat mereka yang begitu besar untuk
membangun kembali surau di wilayahnya, maka
keesokan harinya kami kembali datang memberi
batuan alat-alat bangunan seperti cangkul, sekop dan
gerobak untuk mempermudah pengerjaan
pembersihan. Dari situlah terlontar rencana untuk
membangun kembali surau mereka yang telah hancur.
64
Warga begotong royong menyelamatkan bahan bangunan surau yang dapat dimanfaatkan
Namun dalam pelaksanaan berikutnya, Posko Jenggala lebih memprioritaskan pembangunan kembali
rumah penduduk yang hancur tanpa meniadakan pembangunan surau yang semula direncanakan. Sehingga
program selanjutnya setelah pengobatan adalah membangun rumah penduduk yang layak untuk dihuni.
Setelah pembangunan rumah selesai dan diserahkan oleh Prudential bersama Posko Jenggala selaku
mitra kerjasama kepada warga sebagai penerima bantuan melalui acara peresmian yang dilaksanakan pada
tanggal 16 Januari 2010, Prudential selaku pemberi bantuan mengungkapkan kembali komitmennya untuk
melanjutkan kembali pembangunan surau yang tertunda.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 65
Akhirnya pada tanggal 30 Juni 2010, Prudential dan Posko Jenggala kembali ke Padang Kapas untuk
melakukan kerja bakti bersama warga setempat dalam melanjutkan pembangunan surau. Kegiatan ini sekaligus
sebagai peresmian dimulainya pembangunan surau secara simbolik dengan peletakan batu sebagai pondasi
bangunan oleh Andi Sahrandi dari Posko Jenggala bersama Tony Wilkey dan Nini Sumohandoyo dari Prudential.
Namun karena kendala teknis, pembangunan ini baru dapat dimulai secara efektif 4 bulan kemudian.
seiring dengan program kerja yang tidak dapat ditunda serta adanya musibah yang mengharuskan Posko
Jenggala untuk berangkat ke Nusa Tenggara Timur (NTT), Wasior dan Gunung Merapi di Yogyakarta, maka
pembangunan surau Rambai dimandatkan kepada Habibi Fuad yang merupakan relawan lokal Posko Jenggala
dengan pengawasan langsung dari Prudential dan Posko Jenggala. Akhirnya pada tanggal 4 Maret 2011, surau
ini diresmikan dan mulai dapat dipergunakan untuk tempat beribadah.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Prudential bersama warga Padang Kapas saat bergotong royong membersihkan lokasi surau Rambai Andi Sahrandi, Koordinator Posko Jenggala bersama Tony Wilkey, Chief Executive Prudential Asia, saat peletakan batu pertama
66
Meletusnya gunung Merapi di Yogyakarta membuat Posko Jenggala sangat disibukkan dengan kegiatan
kemanusiaannya, sehingga Andi Sahrandi selaku koordinator tidak dapat hadir dalam acara tersebut. Untuk
itu, Irfan Budiman sebagai ketua Posko Jenggala hadir dalam acara peresmian surau bersama Prudential dan
masyarakat Padang Kapas. Dalam sambutannya, Irfan mengungkapkan bahwa “ini merupakan surau terbaik
yang pernah dibuat. Kami merasa senang karena program pembangunan surau ini dapat diselesaikan dan
Posko Jenggala juga senang karena dapat berkerja sama dengan Prudential dalam membantu korban gempa
di Padang Pariaman”.
William Kuan (Presiden Direktur Prudential Indonesia) juga mengatakan “Kami merasa senang dan
terhormat dapat diberikan kesempatan untuk memberikan bantuan yang benar-benar dibutuhkan oleh warga
Padang Kapas sejak gempa melanda tahun 2009. Dalam semangat mendengarkan dan memahami kembali inilah,
Prudential berada di sini untuk menyerahkan surau yang kini telah berdiri tegak kembali untuk segera
digunakan warga beribadah. Bantuan dana, waktu dan tenaga yang diberikan oleh para nasabah, tenaga
pemasaran, karyawan, dan rekan Prudential dalam membangun kembali desa Padang Kapas sangat kami hargai,
dan kami harap akan dapat memberikan manfaat jangka panjang yang sebesar-besarnya bagi warga sekitar”.
Dalam kesempatan tersebut, Prudential juga menyerahkan karpet, hiasan berupa kaligrafi dan beberapa
alat pendukung ibadah lainnya kepada pengurus surau. Acara yang begitu meriah sengaja dipersiapkan langsung
oleh Prudential sebagai apresiasi terhadap masyarakat Padang Kapas yang berani bangkit dari keterpurukan
akibat gempa. Peresmian ini juga dimeriahkan dengan penampilan tarian khas Minang oleh anak-anak dari
pasukan kodok. Tidak hanya itu, salah satu perwakilan pasukan kodok juga ikut memberikan sambutan dengan
menggunakan bahasa Inggris. Tony Wilkey dan Wiliam Kuan yang mendengarkan, sedikit menahan rasa tawa
namun menyimpan rasa kagum terhadap anak tersebut.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 67
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER68
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 69
Pada awal bulan Januari 2010, di mana target
waktu seluruh pembangunan yang dilakukan telah
memasuki tahap finishing, sebuah monumen didirikan
di daerah Padang Kapas yang menjadi pusat
pembangunan yang dilakukan oleh Posko Jenggala
bersama Prudential. Monumen yang berdiri kokoh
dari batang pohon kelapa ini melambangkan inti
bahan material yang digunakan dalam membangun
kembali desa-desa yang hancur akibat gempa.
Perjuangan yang dilakukan untuk berani
bangkit dari keterpurukan dan kehancuran dengan
mengedepankan semangat gotong royong, rasa
kebersamaan dan kekeluargaan yang tinggi dengan
mengedepankan kepentingan bersama, telah tercipta
selama masa pembangunan. Perbedaan tingkat sosial
antara sesama anggota Prudential, Posko Jenggala, Udo
Angerstein dan masyarakat seakan melebur menjadi
satu dalam aksi kemanusiaan untuk meringankan
penderitaan korban akibat gempa 7,6 skala richter yang
terjadi pada tahun 2009 silam. Hal ini lah yang menjadi
pesan moral dalam monumen tersebut.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER70
V. KEBAHAGIAAN DI PADANG KAPAS
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 71
angunan-bangunan terlihat berdiri
serempak di seluruh wilayah, mulai dari
pembangunan rumah di Padang Kapas,
Toboh Baru, Palak Pisang, Kampung Tengah,
Sunggai Limau hingga TK Azizah dan bangunan
sekolah pun telah rampung untuk digunakan.
Bahkan hampir seluruh warga yang mendapat
bantuan telah menempati rumah jauh sebelum
waktunya. Dengan waktu yang tinggal beberapa hari
lagi, program ini hampir memasuki waktu yang telah
ditentukan untuk diresmikan.
Untuk mempercepat pengerjaan, Posko
Jenggala menambah jumlah pekerja diseluruh lokasi
pembangunan. Tidak hanya para pekerja bangunan
saja yang sibuk untuk menyelesaikan tugasnya,
warga pun semakin giat bekerja. Mulai dari sanak
saudara mereka dari tempat lain datang untuk
membantu, ibu-ibu yang semula bergotong-royong
memasak untuk suaminya, kini mulai menggenggam
palu, gergaji dan alat-alat pertukangan lainnya untuk
turut serta menyelesaikan bangunan rumah.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER72
Pekerja bangunan yang didatangkan untuk membantu rumah warga Pendistribusian bahan material kepada warga untuk pembangunan rumah
Pengerjaan bangunan hampir mendekati selesai, hanya bagian-bagian kecil saja yang belum terpasang.
Sebagian ada yang masih memasang dinding rumah, sebagaian lagi ada yang mulai memindahkan perabotan
dan barang-barang lainnya. Warga yang rumahnya belum selesai, mulai panik dan bergegas merapihkan
bangunan. Segala cara mereka lakukan agar rumah yang mereka bangun cepat rampung, tidak sedikit mereka
yang tertinggal mendatangkan pekerja bangunan tambahan.
Jadwal gotong royong bagi warga pun sepertinya sudah tidak berlaku lagi. Hampir setiap hari mereka
bekerja hingga larut malam. Satu minggu sebelum acara peresmian, pekerjaan mulai memasuki tahap finishing.
Seluruh pekerjaan mulai difokuskan pada pembersihan jalan dan halaman rumah yang kotor akibat bahan
material yang tercecer. Agar terlihat lingkungan lebih asri, penanaman 1000 pohon dilakukan Posko Jenggala
bersama masyarakat, mulai dari halaman sekolah di Kampung Tengah, halaman perpustakaan dan jalan utama
menuju surau, serta disepanjang jalan dari Korong Toboh Baru, Padang Kapas hingga ke Palak Pisang.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 73
Julie Lyle, Chief Marketing Officer Prudential Asia Raisis Panigoro saat menyerahkan kunci perpustakaan kepada ketua pasukan kodok Arifin Ponogor, founding father Posko Jenggala
Akhirnya pada tanggal 16 Januari 2010, diselenggarakan peresmian bangunan oleh Posko Jenggala
dan Prudential di wilayah Padang Kapas. Penyerahan kunci rumah secara simbolik kepada warga diserahkan
oleh Julie Lyle, Chief Marketing Officer Prudential Corporation Asia. Untuk kunci perpustakaan, diserahkan
Raisis Panigoro dari Posko Jenggala kepada ketua pasukan kodok. Sedangkan untuk peresmian bangunan
sekolah di Kampung Tengah dilakukan oleh Arifin Panigoro secara terpisah.
Selain penyerahan kunci secara simbolik, acara peresmian tersebut juga menandakan bahwa
pembangunan yang dilakukan oleh Posko Jenggala dan Prudential telah berakhir. Dalam acara ini, warga
tidak lupa mengucapkan puji syukur kepada Tuhan dan berterimakasih kepada Posko Jenggala dan
Prudential yang telah membangun rumah mereka yang hancur akibat gempa pada 30 September 2009.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER74
Seluruh orang yang hadir pada saat itu, begitu ceria. Sambutan yang meriah dipersembahkan oleh
seluruh warga dilokasi pembangunan. Berbagai atraksi dan tarian daerah ditampilkan saat menyambut
kedatangan Prudential dan Arifin Panigoro beserta keluarga. Pasukan kodok seperti tidak mau ketinggalan,
mereka turut meramaikan acara dengan menari dan bernyanyi. Ibu-ibu pun seperti ingin ambil bagian,
mereka memasak dari malam hari untuk menyajikan makanan khas terbaik bagi para dermawan yang telah
membantu desa mereka. Hanya senyuman kebahagiaan yang terlihat disana seolah mereka menyampaikan
rasa terima kasih yang tidak terhingga.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 75
Warga berdoa untuk keselamatan seluruh relawan Jarot Priksono saat berpamitan kepada warga
Setelah selesainya acara peresmian bangunan oleh Posko Jenggala dan Prudential, keesokan sorenya
kami mengadakan silaturahmi bersama warga di Padang Kapas. Acara silaturahmi ini berlangsung secara
sederhana namun penuh khidmat. Dalam acara tersebut, tidak lupa kami sampaikan terima kasih dan
permohonan maaf kepada warga setempat atas perlakuan kami jika ada yang tidak berkenan. Untuk kesekian
kalinya, ucapan syukur dan terimakasih disampaikan warga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bantuan
yang diberikan melalui kami.
Suasana semakin haru ketika kami menyampaikan maksud untuk pulang. Hampir seluruh warga yang
hadir tak kuasa menahan air mata, rasanya baru kemarin kami datang dan sekarang harus berpamitan untuk
pulang. Beberapa warga meminta kami untuk mengundur waktu kepulangan kami. Bahkan yang lebih berat
lagi, kami semua diminta untuk tinggal dan menetap disana.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER76
Hingga acara ini usai, warga pun belum mau beranjak dari tempat duduknya dan terus mengajak kami
berbicara hingga larut malam. Keesokan harinya pada tanggal 18 Januari 2010, kami mulai merapihkan barang-
barang dan bergegas untuk pulang. Setelah memasuki sore hari dan adzan magrib berkumandang, kami pun
telah siap untuk berangkat dari desa Padang Kapas. Anehnya ketika kami ingin berpamitan untuk berangkat
suasana disana tidak seramai seperti biasanya. Orang-orang yang terlihat hanyalah sekumpulan anak-anak dan
mereka yang kebetulan rumahnya berada di sisi jalan dan berdekatan dengan tempat tinggal kami. Padang
Kapas serasa seperti sedang hening dan berduka atas kepulangan kami.
Berkat doa dan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, pada
tanggal 21 Januari 2010, saya bersama tim Posko Jenggala tiba di Jakarta dengan selamat. Tidak ada
penghormatan atau sambutan meriah layaknya pejuang perang yang pulang dari pertempuran, namun peluk
bahagia yang diberikan Andi Sahrandi selaku koordinator Posko Jenggala merupakan kesan tersendiri bagi kami.
77
Kendaraan operasional yang digunakan Posko Jenggala saat berada di Pariaman Tim Posko Jengga bersama relawan lokal
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
110 hari sudah tim relawan Posko Jenggala berada di Padang Pariaman. Suka, duka, sedih dan gembira
telah banyak saya lewati bersama. Walaupun masih ada sedikit pekerjaan yang belum terselesaikan oleh para
pemilik bangunan rumah. Namun memang sejak awal kami hanyalah sekumpulan manusia yang masih
memiliki sedikit nurani dan berusaha merasakan apa yang mereka rasakan. Tanggung jawab kami adalah apa
yang telah diamanahkan dapat terselesaikan. Kami tidak mungkin membantu orang yang tidak mau
membantu dirinya sendiri, dan kami tidak mungkin membantu orang yang tidak memerlukan bantuan. Jerih
payah dan tetesan keringat yang kami keluarkan hanya akan terbayar dengan senyuman dan kebahagiaan
yang dapat mereka nikmati. Ini bukan akhir dari tugas kemanusiaan yang kami ambil, ini bukan akhir dari
perjalanan yang kami lakukan dan ini juga bukan akhir dari keberhasilan yang telah kami selesaikan, namun
kami berharap ini merupakan akhir dari penderitaan yang dirasakan masyarakat di Padang Kapas dan
sekitarnya, sehingga mereka dapat kembali menatap masa depan.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER78
VI.__ POTONGAN DARI PARIAMAN
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 79
( Untuk bang Baban)Nanti udah datang dari Jakarta telponke Hp Bapak ya bang, kalau tidak ke HpEsia ya bang. Jangan lupakan Gisman yakalau dilupakan, paling nanti gak ingatsama gisman lo bang. Gisman pasti gak didilupakan abang, pasti gisman ingat terussama abang, seterusnya pasti Gisman gak dilupakanabang Baban
(dari Gisman)tanda tangan Gisman Pasukan Kodok
80 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
untuk bang Diego
Halo bang Diego Maradona pemain bola,nanti telpon Gisman kalo udah sampeJakarta ya bang. Ingat pesan GismanJangan lupa sama semuanya.Nanti telepon ke Hp bapak ya bang,inget pesen Gisman!
tanda tangan gismanJangan dilupakan Gisman
(Gisman)
untuk Babeh ketua Jenggala
Be, udah datang kok gak dikasi kabar be?nanti telepon ke Hp bapak ya Be.Gisman gak akan melupakan Babe selamanya.Gisman pasti ingat sama Babe.Gak dilupakan...Gisman pasti inget sama Babe.Gak dilupakan sama Gisman ya Be..!
ini tanda tangan Gismanini Be
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 81
* Untuk om Baban *
Om, kalau om pergi, om janji ya akankembali lagi jangan lupakan kami.Kami gak akan lupain om, tapi om janjijuga ya ngak akan lupain kami.
Dari :PiaReciIntandan teman-teman
82 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Be, Babeh sudah baik sama kamiBe, maafkan kami kalau kami punya salah yaBe. Kapan-kapan Babe ke sini ya, kami semuasudah menunggu babeh di Padang.Be, tolong kesini, kami semua kangen sama babe
Rani
18 Januari 2010
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 83
84 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
untuk Babeh
Be, jangan lupain kami sama teman-teman kamiBe. kami tidak lupa babe atas kebaikan Babehsama kami.Be, janji ya akan kesini lagi. Janji..!
Surat dari :PiaReciIntan dan teman-teman
18 Januari 2010
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 85
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Putri kangen dengan kalian semua.Putri minta, hati-hati nanti dijalan dan Putriberterimakasih kepada pasukan Jenggaladan pasukan Kodok.om Baban, dibaca ya surat dari puteri semua
dari Putri.untukBabeh, om Baban, bang Sidik, bangDiego om Cecep dan om Jarot
86
untuk : abang Sidiq
Bang sidik, telepon ke Hp Gisman ya bangabang harus sehat. abang jangan selalu keingetan samaGisman ya bangJangan lupakan GismanSemoga inget pesan Gisman bang
tanda tangan Gisman ini bang(Gisman)
Dari Rani dan teman-teman.Babeh dan teman-teman Babeh, kalau pergi keJakarta, balik kesini lagi ya, bawa bang Sidik,
bang Diego, om Baban, om Cecep dan om Jarotdan Babeh.Be, babeh kan janji pergi jalan-jalan Be. PleaseBe kesini lagi. Babeh, nanti Babeh buka suratini ada hadiah untuk Babeh, bang Sidik, bangDiego, om Baban, om Jarot, om Cecep. Bagikanya Beh hadiahnya.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 87
dari: Pia, Reci, Intanuntuk bang Sidik dan Diego
abang Sidik, kalau abang pergi jangan lupain kamidan teman-teman. kami janji gak akan lupain abang..!
abang diego, jangan lupain kami dan teman-teman.kami dan teman-teman janji tidak akan melupakanbang diego dan teman-teman
18 Januari 2010
88 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Priyantono OemarWartawan Republika
Jika direndam kayu kelapa bisa sekuat kayu besi kalimantan.
Rumah 8x6 meter itu hampir jadi, Senin (16/11) lalu. Seorang pekerja sedang memakupapan di atas jendela. Pekerja yang lain mengolah papan agar jadi rapi ketika disambungkandengan papan lainnya. Bagian depan dan samping rumah itu sudah dipasangi dinding. Atap sengjuga sudah dipasang. Pada dinding bagian depan ada beberapa papan yang sudah dicat warnakuning. "Wah ini jangan dicat, nanti dipernis saja, biar kelihatan seratnya," ujar KoordinatorPosko Jenggala, Andi Sahrandi.
Bahan-bahan rumah itu dari kayu kelapa: tiang dari kayu kelapa, kuda-kuda dari kayukelapa, lantai dari kayu kelapa, dinding dari kayu kelapa, dan paran dari kayu kelapa. Paranadalah kayu panjang yang dipakai untuk menghubungkan tiang di bagian atas. Rumah-rumahgadang juga menggunakan paran dari kayu kelapa. Di rumah gadang, paran kayu kelapa
menunjukkan kelenturannya, karena struktur rumah gadang membutuhkan paran yang melengkung. Sumatra Baratberlimpah pohon kelapa. Posko Jenggala bersama Prudential pun berinisiatif memanfaatkan kayu kelapa untukrumah korban gempa di Padang Pariaman. Ada 133 rumah tinggal, satu rumah pustaka, tiga sekolah, dan satu masjid,yang dibangun di tiga nagari di tiga kecamatan.
KualitasPadang Pariaman merupakan salah satu sentra kelapa rakyat di Sumatra Barat. Permintaan terhadap kayu
kelapa dari Padang Pariaman pun terus meningkat berkaitan dengan kian mahalnya harga kayu hutan. Yang dicariadalah pohon kelapa berusia di atas 50 tahun dan sudah tak produktif. Semakin tua akan semakin bagus kualitasnya(di atas 60 tahun). Diameter batang pangkal pohon kelapa berusia di atas 50 tahun mencapai 40 cm. Berdasarkanketinggiannya, bisa dipotong menjadi tiga batang.
Posko Jenggala juga mencari pohon kelapa dengan kriteria ini. Batang pohon yang bisa dimanfaatkan adalahbagian bawah pohon, sepanjang 8 meter. "Empat meter pertama bisa menghasilkan papan selebar 20 cm denganketebalan 2 cm. Empat meter berikutnya menghasilkan papan selebar 18 cm dengan ketebalan dua cm," ungkapCecep Rimba, relawan Posko Jenggala. Sepanjang 5-6 meter lagi adalah batang kualitas rendah, meski masih dipakaiuntuk balok-balok kecil. Selebihnya tak bisa lagi digunakan, karena kayunya semakin lunak: Bagian dalamnyamengandung zat gula, sehingga
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 89
disebut orang Minang sebagai umbuik karambia yang enak dimakan. Batang kelapa memiliki kerapatan serat yangberbeda. Batang bagian luar memiliki kerapatan serat yang tinggi. Bagian yang keras inilah yang disebut orangMinang sebagai ruyung, yang menjadi kekuatan kayu kelapa.
Batang bagian dalam kerapatan seratnya rendah. Sedangkan batang bagian tengah (antara bagian luar dan bagiandalam) memiliki kerapatan serat sedang. Jika dibuat papan atau tiang, batang dengan kerapatan serat yang rendahmemiliki peluang sangat mudah diserang organisme perusak, seperti rayap. Tapi, ini bisa diatasi dengan pemakaian resinataupun vernis. Serat kayu kelapa yang pendek-pendek dan kasar juga memunculkan keraguan soal kekuatannya.Terlebih jika harus menahan beban berat (dijadikan kuda-kuda dan paran). Pengolahan yang baik akan membuatnya kuatdan awet. "Agar menjadi kuat, kayu direndam di rawa beberapa waktu, kemudian diangin-anginkan sampai kering. Iniakan membuat kayu kelapa menjadi kuat seperti kayu besi kalimantan," ujar Jarot Priksono, relawan Posko Jenggala."Kayu kelapa bisa tahan sampai 15 tahun," tambah Sobari, warga Korong Toboh Padang Kapas, Nagari Toboh Gadang,Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, yang mempunyai usaha penggergajian kayu kelapa.
Untuk membantu kekuatannya, rumah 8x6 m itu memiliki 12 tiang dengan ketebatal 10x10 cm. Empat buahmerupakan tiang utama (setinggi 4,5 meter), ditempatkan di bagian tengah, sedangkan delapan lagi (setinggi 3,3meter) ditempatkan di pinggir. Jarak tiang 2-3 meter. Di beberapa bagian dipasang jendela (sebanyak empat jendela),sehingga kusen jendela juga bisa menjadi kekuatan penopang kayu di atasnya. Kusen empat pintu juga bisa menjadipenopang paran. ***
Murah dan Tahan Gempa
Ketika rumah batu bata makin banyak di Sumatra Barat, kayu kelapa banyak dipakai untuk warung ataupunkandang kerbau. Karenanya, ketika Posko Jenggala mengusulkan pembuatan rumah kayu kelapa tak serta-merta diterimawarga. "Rumah saya juga terbuat dari kayu kelapa," ujar Andi, menunjuk rumah kayunya di Kapau, Bukittinggi. Rumahkayu pula yang tak rusak ketika gempa 7,6 SR memorakporandakan bangunan tembok di Padang dan Padang Pariaman.Kelenturan konstruksi rumah kayu membuatnya tak goyah oleh kekuatan getaran gempa. Kayu kelapa juga menjadipilihan yang meringankan biaya, karena harganya lebih murah dari harga kayu hutan. "Papan kayu kelapa, kalau kita beliyang berkualitas bagus, harganya Rp 1,2 juta per kubik. Kalau kayu hutan Rp 1,5 juta per kubik," ujar Jarot.
dikutip dari “Republika Online”29 November 2009
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER90
Ramili (Warga Padang Kapas)
Saya takjub kepada rekan-rekan Pudential dan Posko Jenggala atas bantuan dan kerja
kerasnya dalam membantu masyarakat Padang Kapas. Dengan membangun kembali rumah
dan fasilitas umum yang telah hancur akibat gempa, kini warga di Padang Kapas sudah bisa
menempati dan menikmati apa yang telah dibangun bersama-sama dahulu.
Saya atas nama masyarakat Padang Pariaman dan warga Padang Kapas khususnya,
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada para relawan dari Prudential dan
Posko Jenggala. Berkat mereka anak-anak menjadi semangat dan termotivasi kembali serta
selalu ceria, seakan-akan tidak pernah ada musibah dan kesulitan yang dialami akibat
peristiwa gempa yang terjadi.
Sekali lagi, kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bantuan
yang telah diberikan melalui Prudential dan Posko Jenggala kepada kami semua. Semoga
amal ibadah mereka mendapatkan balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha Agung,
Bactiar Bugih (Warga Padang Kapas)
Saya sekeluarga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh
Posko Jenggala dan Prudential. Jika tidak ada bantuan dari Posko Jenggala dan Prudential
saya tidak bisa membayangkan kehidupan masyarakat Padang Kapas saat ini. Sekali lagi saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Posko Jenggala dan Prudential.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 91
Anto (warga Padang Kapas)
Kalo gak ada Posko Jenggala saya tidak tau saat ini saya tinggal dimana.
Yang saya tahu, warga Padang Kapas lah yang pertama kali mendapat bantuan berupa rumah
yang layak diseluruh wilayah Pariaman ini dan itu semua berkat bantuan dari Posko Jenggala
dan Prudential. Kalo gak ada Posko Jenggala dan Prudential mungkin hingga saat ini kami
belum bisa membangun rumah seperti ini.
David (warga Padang Kapas)
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada orang-orang dari Posko Jenggala dan
Prudential. Semoga musibah seperti ini tidak terjadi lagi di desa kami.
Tiar (warga Palak Pisang)
Bagus, terima kasih.
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER92
Koordinator Posko Jenggala saat bermain dengan Pasukan Kodok
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 93
Relawan Prudential dan Posko Jenggala saat bergotong royong
94 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Relawan Prudential dan Posko Jenggala
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 95
Tony Wilkey saatbergotong royongmembersihkanSurau Rambai
William Kuan &Tony Wilkey saatmakan siangbersama wargaPadang Kapas
Nini Sumohandoyosaat beristirahatdisela-selakegiatangotong royong
96 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Andi Sahrandi, Mark Fancy, Julie Lely
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 97
Berfoto bersama anak-anak Padang Kapas
98 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Tony Wilkey, William Kuan dan Irfan Budiman saat peresmian Surau Rambai
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 99
Mereka yang Bersama...
Irfan Budiman
Syaifullah
Satria Wijaya
Pitria
Diego Dirgantara
Jarot Priksono
Nanda Lestari
UciNurul
Arief Kurniawan
Nurmandani
Cecep
Heni
Japrak Haes
Didin
Arif Fardimal
ImranZahdi
Dinna Muskita
Lucky Sucahyo
Au dy
Wirya
Andi Sahrandi
Pratidona Ahcmad Yhudo
Bara Muskita
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER
Priyantono
Daus
Sjaban Darsono
Faron
100
Kevin Holmgren
Agus Sudirman
William Kuan
Risma
NiniSumohandoyo
Udo Angerstein
TonyWilkey
Agnasta
IvanBilly
Julie Lely
IrmaDelima
Susan HabibiFuad
MarcFancy
Rahmasari
Ditto
ChadTendler
KikyAzuz
Wiwid Susanto
Uncu
Tidjane Thiam
Priskilla
Pak Wali
Ronal
AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 101
Barry Stowe
DwiAstuti
Kin Lan
dan lainnyayang tidak bisa
disebutkansatu persatu
didukung oleh :
Karya ini saya persembahkan untuk seluruh relawan yang terlibat
dan masyarakat Padang Pariaman yang berani bangkit dari
keterpurukan akibat gempa bumi pada 30 September 2009 lalu.
Semoga korban yang meninggal dunia diterima di sisi Tuhan Yang
Maha Esa serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.