di episentrun 7,6 skala richter

112
Kepanikan makin menjadi ketika setiap orang saling mencari dan menemukan anggota keluarganya sudah tidak bernyawa lagi... Dal am proses pencarian para korban yang masih tertimbun di hotel Ambacang, Posko Jenggala bertemu dengan Prudential... tindakan yang paling pertama dilakukan... Dengan melakukan pertolongan secara medis... Bahwa kondisi alam yang subur, pendistribusian bahan pangan bukanlah hal yang menjadi prioritas... pemulihan kondisi psikologis lebih menitikberatkan terhadap anak-anak... Untuk orang dewasa... dihadapkan pada kenyataan pembangunan infrastruktur... kami hanyalah sekumpulan manusia yang masih memiliki sedikit nurani dan berusaha merasakan apa yang mereka rasakan. Buku ini menceritakan tentang peristiwa gempa yang terjadi di Padang Pariaman pada September 2009 silam dan kegiatan yang dilakukan oleh Posko Jenggala bersama Prudential untuk meringankan penderitaan yang dialami oleh para korban. Berbagai macam kegiatan yang disusun secara kronologis, diharapkan buku ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan penanganan bencana yang sering terjadi. Muhammad Shiddiq Akbar, Lahir di Jakarta, 20 Juli 1986. Menamatkan studinya dalam bidang Hubungan Internasoinal di Universitas Nasional pada tahun 2008. Mulai aktiv dalam dunia sosial pada tahun 2005. Pernah terlibat misi kemanusiaan dalam menangani penggusuran Pedagang Kaki Lima di Pasar Minggu bersama Jaringan Kota (2005), gempa Bantul bersama Front Nasional (2006), tanggul Situ Gintung bersama IMADA (2009). Aktiv dan terlibat dalam Gerakan Kemanusiaan Posko Jenggala saat gempa Pangalengan (2009), gempa Sumatra Barat (2009), Banjir Karawang (2010), dan letusan Gunung Merapi (2011). Aksi Kemanusiaan di episentrum 7,6 skala richter

Upload: shiddiq

Post on 15-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Karya ini saya persembahkan untuk seluruh relawan yang terlibat dan masyarakat Padang Pariaman yang berani bangkit dari keterpurukan akibat gempa bumi 30 September 2009

TRANSCRIPT

Page 1: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Kepanikan makin menjadi ketika setiap orang saling mencari dan menemukan anggota keluarganya sudah tidak bernyawa lagi... Dalam proses

pencarian para korban yang masih tertimbun di hotel Ambacang, Posko Jenggala bertemu dengan Prudential... tindakan yang paling pertama

dilakukan... Dengan melakukan pertolongan secara medis... Bahwa kondisi alam yang subur, pendistribusian bahan pangan bukanlah hal yang

menjadi prioritas... pemulihan kondisi psikologis lebih menitikberatkan terhadap anak-anak... Untuk orang dewasa... dihadapkan pada kenyataan

pembangunan infrastruktur... kami hanyalah sekumpulan manusia yang masih memiliki sedikit nurani dan berusaha merasakan apa yang mereka

rasakan.

Buku ini menceritakan tentang peristiwa gempa yang terjadi di Padang Pariaman pada September 2009 silam dan kegiatan yang dilakukan

oleh Posko Jenggala bersama Prudential untuk meringankan penderitaan yang dialami oleh para korban. Berbagai macam kegiatan yang

disusun secara kronologis, diharapkan buku ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan penanganan bencana yang sering terjadi.

Muhammad Shiddiq Akbar, Lahir di Jakarta, 20 Juli 1986. Menamatkan studinya dalam bidang Hubungan Internasoinal di

Universitas Nasional pada tahun 2008. Mulai aktiv dalam dunia sosial pada tahun 2005. Pernah terlibat misi kemanusiaan dalam

menangani penggusuran Pedagang Kaki Lima di Pasar Minggu bersama Jaringan Kota (2005), gempa Bantul bersama Front

Nasional (2006), tanggul Situ Gintung bersama IMADA (2009). Aktiv dan terlibat dalam Gerakan Kemanusiaan Posko Jenggala

saat gempa Pangalengan (2009), gempa Sumatra Barat (2009), Banjir Karawang (2010), dan letusan Gunung Merapi (2011).

Aksi Kemanusiaandi episentrum 7,6 skala richter

Page 2: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Penulis dan Tata Letak

Muhammad Shiddiq Akbar

Editor

Nurman Dani

Andi Hutagalung

Simon Philips Ryfal

Editor Foto

Andy Firmansyah

Desain Sampul

Andi Hakim

Foto Isi

Bara Muskita

Jarot Priksono

Cecep

Diego Dirgantara

Syahban Darsono

Page 3: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Aksi Kemanusiaandi episentrum 7,6 skala richter

Page 4: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Daftar Isi

Prakata iii

I. 7,6 Skala Richter Mengguncang Sumatera Barat 1Menjelang Sore di Padang Kapas 4

II. Panggilan Kemanusiaan 7

III. Gerakan Kemanusiaan 15Pengobatan Gratis 19Pemulihan Kondisi Psikologis Pasca Gempa 25

IV. Tahapan Rekonstruksi 31Rumah, Kelapa dan Gotong Royong 35Tk Azizah 45Perpustakaan dan Pasukan Kodok 49Pembangunan Sekolah 55Kampung Tengah dan Sungai Limau 59Pembangunan Surau Rambai 63Monumen Posko Jenggala dan Prudential 69

V. Kebahagiaan di Padang Kapas 71

VI. Potongan dari Pariaman 79

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHERii

Page 5: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Prakata

Rasanya negeri ini tak henti-hentinya dilanda musibah, mulai dari kebakaran, gempa, angin puting beliung, banjir,

kekeringan, tanah longsor, lumpur Porong, tsunami hingga gunung Merapi, rentetan peristiwa bencana mengalami

peningkatan eskalasi dalam beberapa tahun belakangan ini. Di Jepang, gempa terjadi hampir setiap hari, di laut ombak

adalah keharusan untuk menjadikan kubangan air itu agar tetap bernama laut, angin adalah keharusan bagi udara agar

awan dapat berpindah, tetesan air dari langit adalah anugerah tuhan melalui hujan. Namun bahayanya, statement yang

berkembang adalah ”korban meninggal akibat bencana”. Dengan kata lain, fenomena alam adalah sebuah kesalahan.

Namun, bukankah kegagalan serta ketidaksiapan kita untuk mengantisipasinya!. Belum lagi ketidakjelasan

sistem pencegahan dan peringatan dini terhadap bencana, penanganan saat terjadinya bencana, serta tindakan pasca

bencana. Semoga hal ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi siapapun agar kita semua lebih siap dalam menghadapi

situasi darurat. Gempa yang terjadi di Padang Pariaman pada September 2009 silam, hanyalah sebagian kecil peristiwa

buruk yang menimpa penduduk di bumi ini. kita semua tentu berharap musibah seperti ini tidak akan terjadi kembali.

Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku yang berjudul

“Aksi Kemanusiaan di Episentrum 7,6 Skala Richter”. Apa bila terdapat tokoh yang belum disebutkan, serta terdapat

kesalahan penulisan nama ataupun kesalahan lainnya, saya sebagai penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Jakarta, 28 Maret 2011

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER iii

Page 6: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

a dream you dream alone is only a dreama dream you dream together is reality

- John Lenon -

Page 7: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

1

I. 7, 6 SKALA RICHTER MENGGUNCANG SUMATERA BARAT

Sumber foto : google.com&fpi.or.id

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 8: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Kondisi bangunan perkantoran di kota Padang

Gempa berkekuatan 7,6 SR menghancurkan Kota

Padang dan Kabupaten Pariaman, membuat jaringan

komunikasi lumpuh seketika. Ditambah aliran listrik

terputus sehingga gelap gulita menyelimuti wilayah

Padang Pariaman dan membuat tempat itu nyaris

seperti kota mati pada malam harinya. Kepanikan

makin menjadi ketika setiap orang saling mencari dan

menemukan anggota keluarganya sudah tidak bernyawa

lagi. Ribuan orang meninggal dunia, tidak sedikit mereka

yang selamat membutuhkan pertolongan yang serius.

ore itu tiba-tiba saja tanah bergetar

dengan kuat. Seluruh bangunan mulai

bergoncang, hiasan dinding mulai

lepas dari tempatnya, satu persatu gunungan tanah

juga bangunan diatasnya yang kokoh hancur dalam

kejapan mata. Semua orang mulai berlarian keluar

menjauhi bangunan, mata mereka mulai terperangah

melihat pemandangan sekitar yang luluh lantak, naas

bagi mereka yang tidak berhasil menyelamatkan

diri. Tiang-tiang beton dan puing-puing bangunan

menghimpit tubuh hingga lemas tak berdaya.

S

2

HotelAmbacang yanghancurakibatgempa

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 9: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Korban gempa sedang mencari harta benda ditengah reruntuhan bangunan yang telah hancur Korban pingsan setelah mengetahui keluarganya meninggal dunia

Kepanikan semakin bertambah, tatkala usai gempa muncul isu tsunami dan terjadi kebakaran di

sejumlah bangunan yang sudah tidak utuh lagi, kemudian disusul dengan hujan deras yang hampir merata

disetiap sudut Kota Padang dan Kabupaten Pariaman, namun mereka tetap bertahan di luar rumah hingga

malam hari karena khawatir akan terjadinya gempa susulan.

Mereka tidak dapat berbuat banyak, yang dapat dilakukan hanyalah menyelamatkan apa yang masih

tersisa. Tanpa ada peringatan dan pemberitahuan, musibah itu tiba-tiba saja datang menghampiri tanpa

pandang bulu. Realita yang terjadi meninggalkan luka dan trauma yang mendalam. Apa yang telah dibangun

bertahun-tahun kini hancur dalam hitungan detik.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 3

Page 10: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

MENJELANG SORE DI PADANG KAPAS

Ketika terjadinya gempa, Aris (25 tahun)

warga Padang Kapas, sedang berada di salah satu

kedai dekat rumahnya untuk minum kopi. Selang

beberapa detik setelah terjadinya gempa, muncul

kepulan asap di sekelilingnya. Mulanya Aris mengira

telah terjadi kebakaran di wilayahnya, ternyata

setelah diteliti lebih jauh, asap tersebut merupakan

debu yang berasal dari reruntuhan bangunan rumah

yang berada di sekitarnya.

Aris tidak menyangka, gempa tersebut akan

terjadi dan meluluhlantakkan kampungnya. Setelah

meyakinkan dirinya atas peristiwa yang sedang

berlangsung, spontan saja Aris yang ketika itu sedang

menikmati kopinya, panik dan segera pulang kerumah

yang kebetulan tidak jauh dari kedai. Setibanya di

rumah, Aris merasa lega karena kondisi keluarganya

baik-baik saja walaupun sebenarnya Aris agak sedih

setelah melihat rumahnya sudah tidak berbentuk

seperti sebelum dia tinggalkan. Kemudian Aris

mengambil sepeda motor miliknya untuk melihat

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Kondisi rumah di Padang Kapas

Warga yang lemas saat melihat bagunan rumahnya yang telah hancur

4

Page 11: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

rumah saudaranya yang tidak jauh dari bibir pantai,

ketika itu Aris melihat air laut sempat naik hingga

setinggi 3 meter. Melihat kondisi itu, Aris kemudian

pergi untuk menjauh dari pantai.

Pengakuan Aris tersebut diperkuat oleh David (26

tahun), yang mengatakan bahwa warga berlarian untuk

menjauh dari wilayah pantai karena khawatir akan terjadi

tsunami. David yang pada saat itu berada di tepi jalan

untuk menghindar dari bangunan rumahnya yang sudah

setengah hancur, bingung apakah dia harus ikut lari

bersama yang lain atau diam bersama keluarganya untuk

menyelamatkan harta benda yang tersisa.

Mendekati magrib, tiba-tiba saja hujan turun

dengan lebat. Warga yang pada saat itu masih dalam

keadaan panik, berteduh di tepian rumah dan pohon-

pohon besar, bahkan beberapa diantaranya ada yang

tidak berteduh dan enggan masuk kedalam rumah karena

khawatir akan terjadi gempa susulan. Memasuki malam

yang semakin gelap, situasi di Padang Kapas semakin

mencekam, ungkap beberapa warga. Isak tangis dari ibu

dan bayinya yang tak kunjung berhenti disertai dengan

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Kondisi bangunan rumah dan pertkoan di Pariaman

Aris (25 tahun), warga Padang Kapas David (26 thaun), warga Padang Kapas

5

Page 12: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Suasana kota yang gelap gulita Evakuasi malam yang dilakukan tim SAR (Search And Rescue)

tidak adanya p enerangan akibat gardu listrik di wilayah Padang yang hancur, memaksa warga meraba-raba

dalam kegelapan dengan menggunakan penerangan seadanya untuk membenahi rumahnya dan

menyelamatkan apa yang tersisa.

Beberapa warga ada yang mendirikan tempat berlindung dari sisa-sisa bangunan rumahnya, namun

ada juga yang tetap terjaga hingga pagi hari. Siam (47 tahun), masih beruntung karena memiliki truk yang

biasa ia pakai untuk mengangkut pasir, sehingga dapat dijadikan tempat untuk berlindung keluarganya kala

itu. Berbeda dengan Darmalis (48 tahun), ia harus rela tidur di kandang kerbau miliknya yang tidak jauh dari

rumah karena sudah tidak ada lagi yang bisa diselamatkan dari bangunan rumah yang telah hancur.

Kesedihan bukan hanya disebabkan oleh rumah yang sudah porak-poranda. Basir (27 tahun), harus

merasakan kepedihan yang lebih mendalam karena Siro sang bapak tewas tertimpa reruntuhan tembok

rumahnya saat sedang berusaha untuk menyelamatkan keponakannya kala gempa sedang berlangsung.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER6

Page 13: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

II. PANGGILAN KEMANUSIAAN

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 7

Page 14: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Andi Sahrandi, Koordinator Posko Jenggala saat mencari informasi korban gempa di Dusun Ambalau

i b a - t i b a s a j a s

a y a d i k e j u t k a

n oleh pemberitaan

media elektronik yang

menyiarkan peristiwa

terjadinya gempa di

Sumatera Barat. Menurut

informasi dari BMKG (Badan

Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika), gempa dengan

kekuatan 7,6 SR terjadi pada

pukul 17.16 WIB, Rabu, 30

September 2 0 0 9 d a n

berpusat di 57 KM Barat

Daya Pariaman.

Kabarnya, gempa

dengan kedalaman 71 KM, tidak hanya dirasakan di Jambi dan Medan saja, tetapi terasa hingga ke Negara

Malaysia dan Singapura. Menurut catatan ahli gempa, wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan

gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus tersebut.

Pertanyaan dan kegelisahan mulai muncul, seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa

tersebut. Simpang siurnya pemberitaan mengenai kondisi terkini Kota Padang dan sekitarnya semakin membuat

tercengang. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh media elektronik tidak dapat mengabarkan langsung dari

Page 15: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

8

Page 16: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

lokasi terjadinya gempa karena lumpuhnya sistem

komunikasi. Menurut pemberitaan, diperkirakan

korban meninggal mencapai 1300 jiwa dan 4 desa

tertimbun tanah akibat longsor. Beberapa jalan menuju

Padang sempat terputus sehingga bantuan yang masuk

dari luar untuk para korban pun belum dapat dikirim.

Belum saja usai derita korban gempa di wilayah

Jawa Barat, kini saudara kita yang tinggal di Sumatera

Barat, khususnya Kota Padang dan Kabupaten

Pariaman, harus merasakan hal yang serupa. Gerakan

Kemanusiaan Posko Jenggala yang baru saja selesai

menangani korban gempa di Pangalengan, Bandung,

Jawa Barat, langsung bergegas dan mempersiapkan

keberangkatan menuju Kota Padang. Tanpa adanya

instruksi para relawan Posko Jenggala pun berinisiatif

untuk saling berkomunikasi dan segera berkumpul di

sekretriat Posko Jenggala tak lama setelah pemberitaan

gempa tersiar. Dengan dukungan kawankawan dari

Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA), saya pun

membuka komunikasi dengan Andi Sahrandi selaku

koordinator Posko Jenggala untuk bergabung.Jalan di Lembah Anai yang tertutup akibat longsor

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Tugu simpang tiga Pariaman yang roboh akiat gempa

9

Page 17: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Satu persatu relawan mulai

berdatangan ke sekretariat Posko

Jenggala di Jln. Gunung Indah II no 50,

C i p u t a t , Ta n g e ra n g , u n t

u k merencanakan apa yang akan

dilakukan. Hadir pula Diego

D i r g a n t a r a r e l a w a n d a r i

Perhimpunan Mahasiswa Bandung

(PMB) yang turut bergabung.

Sementara itu, adzan magrib

menghentikan sejenak rapat yang

dipimpin oleh Andi Sahrandi

bersama para relawan untuk

mempersiapkan keberangkatan

menuju Padang dan Pariaman. Selang

beberapa saat rapat kemudian

dilanjutkan, karena stok logistik dan

obat-obatan dirasa kurang cukup,

kemudian Andi memutuskan tim

diberangkatkan pada tanggal 1

Oktober 2009 pukul 11:00 WIB.

10

RelawanPosko Jengggala

Page 18: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Keesokan harinya, persiapan yang begitu detail mulai dari

obat-obatan, makanan, air mineral, pembalut wanita, pakaian,

selimut, tenda, genset hingga alat-alat pertukangan dan lain

sebagainya sudah tertata rapih di sekretariat Posko Jenggala. Dan

akhirnya para relawan siap untuk berangkat ke Kota Padang.

Ternyata tidak semudah yang diperkirakan, mundurnya

beberapa tenaga medis membuat rencana yang telah ditetapkan

harus ditata ulang, namun hal itu tidak membuat para relawan Posko

Jenggala mengurungkan niatnya untuk membantu saudara kita yang

sedang tertimpa musibah. Peralatan dan barang bantuan yang cukup

banyak memaksa Posko Jenggala membagi dua tim untuk menuju

lokasi, melalui jalur udara dan jalur darat.

Perjalanan tim kesehatan ke lokasi yang dituju ternyata tidak

begitu mulus. Mulanya tim kesulitan mencari transportasi untuk

berangkat ke lokasi karena seluruh maskapai penerbangan menuju

Padang sudah penuh untuk beberapa hari ke depan. Untunglah pada

saat itu Arifin Panigoro mengirimkan pesawat pribadinya yang

sedang berada bersamanya di Singapura dan memerintahkan

pilotnya untuk membawa pesawatnya menuju Jakarta dan

mengangkut tim Posko Jenggala ke Padang melalui Bandara Halim

Perdana Kusuma. Sesampainya rombongan di Bandara Halim,

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 11

Page 19: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Pesawat yang mengangkut tim medis Posko Jenggala

pesawat yang ditumpangi tim Posko Jenggala belum dapat diberangkatkan karena jalur udara sedang

disterilisasi dan dipersiapkan untuk Presiden SBY dalam melakukan kunjungan singkat bencana ke Padang

Pariaman. Dengan penuh kesabaran dan sedikit rasa cemas akan kondisi para korban di sana, akhirnya

pesawat yang semula dijadwalkan berangkat pada pukul 11:00 WIB, baru bisa berangkat pukul 16:00 WIB.

Setibanya tim kesehatan di Bandara Internasional Minangkabau, hari sudah mulai gelap. Kali ini tim

kesulitan mencari kendaraan menuju lokasi yang akan dijadikan tempat posko sementara. Beberapa orang

yang coba menyewakan kendaraannya justru mencari keuntungan yang besar ditengah kesulitan. Setelah satu

jam, akhirnya sebuah truk pengangkut pasir disewa untuk meneruskan perjalanan menuju lokasi. Hingga

Posko Jenggala tiba, jalur yang dapat dimasuki ke wilayah Padang hanya melalui udara dan laut, sedangkan

jalur darat masih terisolasi akibat longsor yang menutup ruas jalan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER12

Page 20: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Suasana yang mencekam masih terasa pekat ketika tim dari Posko Jenggala tiba. Kondisi Bandara

Minangkabau saat itu begitu tegang serta dipenuhi aktivitas pendistribusian bantuan, hilir mudik kedatangan tim

relawan dari NGO (Non Govermental Organization) lokal maupun internasional dan beberapa pasukan militer dari

luar negeri, serta kedatangan sanak famili para korban, menjadi pemandangan pertama tim Posko Jenggala.

Kepanikan semakin terasa ketika tim mulai keluar dari komplek Bandara Minangkabau, padatnya arus lalu

lintas di sepanjang perjalanan, banyaknya aktivitas alat-alat berat yang sedang melakukan penggalian di gedung-

gedung yang hancur, hiruk pikuk para korban yang masih mencari keluarganya di puing bekas reruntuhan

bangunan, ratusan meter antrean kendaraan di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), penjagaan lokasi-

lokasi tertentu oleh aparat kepolisian dan tentara, kilauan cahaya lampu kamera para wartawan yang sibuk

mencari gambar, laju ambulance dengan bunyi sirine yang tiada henti-hentinya turut mewarnai pemandangan

para volunteer Posko Jenggala yang baru tiba.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER

TNI bersama warga saat mencari korban di reruntuhan bangunan Kondisi bangunan perkantoran di pusat Kota Padang

13

Page 21: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Andi Sahrandi, Koordinator Posko Jenggala membantu tim dari BASARNAS mengevakuasi korban di hotel Ambacang

Karena hari sudah malam, setibanya

Posko Jenggala di jalan Doby no. 33, yang

dijadikan lokasi tujuan pertama Posko

Jenggala untuk melakukan pengobatan gratis

tidak memungkinkan dilakukan pada malam

hari, akhirnya sebagian tim bergegas ke

tempat-tempat vital dan langsung membantu

tim SAR untuk mengevakuasi para korban di

Hotel Ambacang dan sekitarnya yang masih

terjebak di dalam reruntuhan gedung.

Dalam proses pencarian para korban

yang masih tertimbun di Hotel Ambacang,

Posko Jenggala bertemu dengan Prudential.

PT Prudential Life Assurance merupakan

salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia yang pada saat terjadinya gempa, sedang mengadakan

workshop di Hotel Ambacang. Pertemuan inilah yang akhirnya berkembang menjadi kerjasama antara

Prudential dan Posko Jenggala kedepannya.

Sedangkan untuk tim kedua yang membawa peralatan dan personil pendukung, diberangkatkan dari

sekretariat Posko Jenggala pada hari yang sama melalui jalur darat dengan menggunakan dua unit mobil

operasional. Setelah menempuh perjalanan selama 3 hari, akhirnya tim tiba di Padang Pariaman. Untuk

bantuan bahan makanan dan bantuan lainnya yang belum terangkut seperti peralatan mandi, pembalut

wanita, selimut, pakaian dan tenda dikirim dengan menggunakan jasa ekspedisi yang tiba lima hari kemudian.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

14

Page 22: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

III. GERAKAN KEMANUSIAAN

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 15

Page 23: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

dimana Indonesia sedang mengalami perubahan kontur peta perpoli t ikan tanah air ,ahun 1998, merupakan cikal bakal sekal igus momentum lahirnya GerakanKemanusian Posko Jenggala . Berawal dari penumbangan terhadap rezim Orde Baruyang di lakukan ole h berbagai lapisan

masyarakat dan mahasiswa sebagai pelopornya, Posko Jenggala yang saat itu belum mempunyai nama, mulai

terlibat dalam penyuplaian logistik dan bantuan kesehatan bagi para demonstran. Banjir besar yang melanda

Jakarta tidak lama berselang setelah mundurnya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan, membuat Andi

Sahrandi dan kawan-kawan merasa tergerak untuk membantu. Peristiwa tersebut menjadikan Posko Jenggala

seolah-olah menemukan format kajian dalam melakukan gerakan kemanusiaannya.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER16

Page 24: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Selanjutnya, gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh di penghujung tahun 2004, membuat

organisasi ini semakin total dalam melakukan tindakannya. Karena bencana yang begitu hebat serta untuk

mempermudah koordinasi, maka dibentuklah nama Gerakan Kemanusiaan Posko Jenggala. N ama Jenggala itu

sendiri berasal dari nama sebuah jalan di wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu

tempat tinggal Arifin Panigoro dan sering dijadikan tempat penerimaan logistik dari para donatur serta lokasi

untuk berkumpul dalam membicarakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan.

Semenjak berkibar nama Gerakan Kemanusiaan Posko Jenggala untuk pertama kalinya, selanjutnya

Posko Jenggala semakin gencar dalam melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya. Hampir disetiap peristiwa

bencana alam di tanah air, Posko Jenggala selalu hadir untuk membantu. Bahkan disaat tidak ada peristiwa

bencana sekalipun, Posko Jenggala sering menyelenggarakan kegiatan sosial dalam bentuk pelayanan

kesehatan dan lingkungan. Tidak hanya di dalam negeri saja, Posko Jenggala juga pernah membantu korban

badai Katrina di New Orleans, Amerika Serikat pada tahun 2005.

Posko Jenggala memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan gerakan kemanusiaanya. Ketika beberapa

organisasi / LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang terlibat dalam penanganan bencana, kebanyakan dari

mereka hanya berorientasi pada pendistribusian logistik dan pendataan. Kalaupun ada organisasi yang

melakukan tindakan medis, mereka hanya terbatas pada organisasi yang memang dibidangnya, seperti Palang

Merah Indonesia (PMI) misalnya.

Gempa bumi yang memporakporandakan Padang Pariaman membuat Posko Jenggala mencoba

memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Mulai dari pengobatan, pemulihan kondisi psikologis, pemberian

alat-alat pertukangan, pendistribusian logistik hingga pembenahan infrastruktur dan fasilitas umum telah

dilaksanakan bersama dengan Prudential sebagai mitra kerjasama.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 17

Page 25: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Kondisi rumah sakit darurat di pusat Kota Padang Warga mendirikan dapur-dapur darurat untuk memasak

Melihat terbatasnya sarana dan fasilitas pendukung kesehatan yang rusak akibat gempa, maka tindakan

yang paling pertama dilakukan oleh Posko Jenggala dalam menghadapi situasi di Padang Pariaman ini adalah

dengan melakukan pertolongan secara medis. Selain itu, gempa yang meluluhlantakkan wilayah Padang

Pariaman sangat memberikan pukulan traumatis bagi warga setempat. Sehingga diperlukan pemulihan kondisi

psikologis agar kondisi mental para korban dapat bangkit untuk membangun kehidupannya kembali.

Bahwa kondisi alam yang subur dan keterampilan penduduk mengolah berbagai jenis makanan, maka

pendistribusian bahan pangan bukanlah hal yang menjadi prioritas untuk dilakukan. Walaupun disetiap

malam hari, beberapa tim menyusup ke perkampungan penduduk untuk membagikan bantuan seperti beras,

mie instan, biskuit, susu, tenda, handuk dan selimut. Hal itu dilakukan agar pendistribusian logistik tepat

sasaran serta menghindari terjadinya perebutan bantuan dan juga memantau kondisi para korban dan

mencari lokasi untuk dilakukan pengobatan pada keesokan harinya.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER18

Page 26: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

PENGOBATAN GRATIS

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 19

Page 27: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Waktu menunjukan pukul 05:30 WIB, udara lembab pagi hari membangunkan Nanda dari tidur

lelapnya. Dengan kondisi badan yang masih lemas akibat menempuh perjalanan yang panjang. Usai solat

subuh, Nanda segera bergegas mempersiapkan segala kebutuhan untuk kegiatan pengobatan. Satu persatu

tumpukan obat mulai disusun berdasarkan kriterianya. Kursi dan meja mulai ditata untuk stan pendaftaran

dan tempat pemeriksaan pasien, spanduk pengobatan gratis Posko Jenggala mulai dikibarkan agar warga

sekitar mengetahui keberadaan dan kegiatan yang akan dilangsungkan. Setelah dipersiapkan bersama tim

yang lainnya, kegiatan pengobatan siap untuk dimulai.

Tim kesehatan Posko Jenggala saat melakukan kegiatan pengobatan gratis

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER20

Page 28: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Dokter Posko Jenggala saat mengobati pasien Klinik darurat Posko Jenggala

Hari pertama melakukan kegiatan, ternyata cukup banyak pasien yang datang untuk memeriksakan

kondisi kesehatannya, banyak dari mereka yang mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan

dan harus mendapatkan penanganan serius. Bahkan beberapa diantaranya harus dibawa dengan kendaraan

khusus ke tempat pengobatan.

Selanjutnya, karena lokasi yang berada di pusat kota dan semakin banyaknya organisasi kemanusiaan

yang mendirikan posko bantuan, maka Posko Jenggala memutuskan untuk berpindah lokasi ke tempat yang

masih minim akan bantuan. Hingga akhirnya, setelah sehari menggelar pengobatan di pusat Kota Padang, hari

berikutnya Posko Jenggala berpindah base camp ke kediaman Dokter Nazar di Kecamatan Tarandam, Lubuk

Alung, Kabupaten Padang Pariaman.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 21

Page 29: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Dalam program pengobatan gratis yang diselenggarakan oleh Posko Jenggala, sedikitnya

8000 warga di sembilan titik terdaftar dan mengikuti program pengobatan gratis ini. Adapun

tempat penyelenggaraan pengobatan gratis yaitu :

1. Jln. Doby no 33, Kota Padang

2. Desa Padang Kapas, Kecamatan Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman

3. Desa Sikabu, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman

4. Desa Kabun Sunur Timur, Kecamatan Nan Sabaris, Nagari Sunur, Kabupaten Padang Pariaman

5. Desa Kubu Nagari Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman

6. Desa Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman

7. Desa Salisikan, Kabupaten Padang Pariaman

8. Desa Terandam, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman

9. Desa Induriang, Kapau, Bukit Tinggi

Pengobatan gratis ini dilaksanakan dengan mendatangi wilayah-wilayah yang belum mendapatkan

pelayanan kesehatan baik dari pemerintah maupun organisasi swasta lainnya. Sedangkan untuk pelaksanaan

teknis di lapangan, pengobatan ditempatkan di rumah-rumah yang memiliki tempat cukup luas untuk

menampung jumlah orang yang banyak, kemudian tim dibagi menjadi dua bagian dan ditempatkan pada

wilayah yang berbeda. Masing-masing tim terdiri dari dokter, perawat, apoteker dan beberapa personil

lapangan guna membantu pelaksanaan teknis. Pengobatan gratis ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi fisik

para korban agar tetap sehat, sehingga mereka pun tetap fokus dalam menata kembali kehidupannya yang

turut hancur akibat gempa.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER22

Page 30: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Dari rekapitulasi data yang dikumpulkan oleh

tim kesehatan, penyakit terbanyak yang diderita oleh

pasien yang mengikuti program pengobatan gratis ini

umumnya luka luar akibat tertimpa reruntuhan

bangunan. Namun tidak sedikit pula pasien yang

mengalami penyakit akibat lingkungan yang buruk

seperti penyakit kulit, diare dan infeksi saluran

pernafasan akibat buruknya sanitasi dan kondisi

lingkungan akibat gempa.

Tidak sedikit dari pasien yang hadir harus

mendapatkan perawatan yang cukup serius karena luka-

luka yang dideritanya. Selain melakukan pengobatan

terhadap pasien yang sakit, Posko Jenggala juga

memberikan vitamin dan susu terhadap anak-anak

dibawah usia 12 tahun. Hal ini bertujuan agar kondisi

kekebalan tubuh anak meningkat sehingga penyakit pun

tidak mudah menghampirinya. Tidak hanya anggota dari

Posko Jenggala saja yang turut terlibat dalam

pelaksanaan pengobatan gratis ini, beberapa mahasiswa

dan relawan lokal pun turut dilibatkan sehingga kegiatan

ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Dokter Posko Jenggala saat melakukan pengobatan di Bukit Tinggi

Dokter Posko Jenggala saat melakukan pengobatan di Desa Sikabu

23

Page 31: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Pernah suatu ketika Posko Jenggala menyelengarakan pengobatan di Desa Singguling, Kecamatan Lubuk

Alung, namun entah apa yang ada dibenak warga setempat, keberadaan saya dan Posko Jenggala saat itu kurang

dihargai. Padahal kondisi di desa tersebut hampir 80% rusak berat. Dilihat dari kerusakannya, dapat dipastikan

banyak orang yang memerlukan pertolongan secara medis. Akhirnya tanpa menunggu lama pengobatan

dialihkan ke Desa Salisikan yang berada ± 25 km dari Desa Singguling. Berbeda dengan desa lainnya, Salisikan

merupakan desa yang tidak begitu parah. Umumnya rumah penduduk di desa ini terbuat dari kayu sehingga

kerusakan yang ditimbulkan tidak seperti di desa lain yang struktur bangunan rumahnya terbuat dari batu

dengan campuran semen dan kapur sebagai perekat dindingnya. Hanya saja Desa Salisikan ini sempat terisolasi

hampir lima hari karena akses masuk dan keluar dari desa ini tertimbun oleh batu-batu besar.

Kegiatan pengobatan gratis Posko Jenggala saat bekerjasama dengan PPTI

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER24

Page 32: Di Episentrun 7,6 Skala Richter
Page 33: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

, . : - 4 . t . ,.:01-ir..‘„4,-, .0:,-

=,r;. .,•• 2... ,,-''• 7.".4. *.ra.'' P.107V--..:-.? --,,''. 'el.

1.7.: ..<'-' '..rer..7•0 "..rr

1 r,r '',‘; ' .",... :./..r,,_::%•', -,,. '7.

(„, • ,v,, ....,11, '.-' ,,.

1. ‘.".s.;1, : "..l''-!f ''7 , ,''-•rrt.

7..,_•.e.4-0..,,...%. r• ) - /,...' r '7

i' •;•,..;'-. ' r,. ' ''.)''','' '' , ,.c•c-. I 7.11

AKSI KEMANUSLAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER II 25

i

Page 34: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Trauma secara fundamental tidak

hanya dapat mengubah cara hidup korban,

tetapi lebih dalam lagi, yakni aspek

psikologisnya. Pengaruh ke dalam dimensi

psikologis ini dapat ditemukan di dalam

semua peristiwa negatif seperti bencana

alam. Proses pemulihan trauma dapat

memberikan kontribusi yang besar bagi

proses rekonstruksi sosial secara

keseluruhan. Tujuan utama dari pemulihan

trauma adalah memberikan korban

semacam perasaan ingin bangkit dan

memberikan mereka harapan agar dapat

menentukan hidup mereka lagi. Kegiatan

Posko Jenggala dalam proses pemulihan

trauma tersebut dimulai dengan

melibatkan para korban di dalam proses

komunikasi yang bersifat konstruktif.

Rumitnya problematika trauma sama sekali

bukan alasan bagi siapapun untuk

memalingkan muka dari masalah tersebut.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER26

Page 35: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Gempa berkekuatan 7,6 SR yang mengguncang wilayah Sumatera Barat, tidak hanya menyebabkan

banyaknya korban jiwa ataupun kerusakan infrastruktur, tetapi juga meninggalkan trauma yang luar biasa,

terutama pada perempuan dan anak-anak.

Rasa trauma yang

d i t i m b u l k a n o l e h

peristiwa bencana alam

tentunya berbeda-beda

pada setiap orang. Namun

umumnya gejala yang

terjadi seperti rasa cemas

yang b e r l e b i h a n ,

perasaannya menjadi

kaku dan tumpul,

tertekan dan selalu sedih.

Cepat panik dan agresif,

sulit dan susah tidur,

merasa gelisah dan

tegang hampir dialami

oleh kebanyakan orang

yang merasakan langsung

kejadian gempa tersebut.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 27

Page 36: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Pembagian kaos “Anak Minang Anak Kita” oleh koordinator Posko Jenggala Relawan Prudential saat membagikan boneka kepada anak-anak diwilayah Padang Kapas

Dalam menangani dan melaksanakan pemulihan kondisi psikologis pasca gempa, target utama Posko

Jenggala lebih menitikberatkan terhadap anak-anak. Sedangkan untuk orang dewasa, mereka lebih

dihadapkan pada kenyataan baru melalui program pembangunan infrastruktur. Sehingga keduanya dapat

dilaksanakan secara beriringan tanpa harus meninggalkan atau memprioritaskan salah satu diantaranya.

Dalam program ini, Posko Jenggala bersama Prudential mencoba menghilangkan trauma anak-anak

dengan mengajak mereka bermain, belajar, menonton film bersama, memberi pemahaman akan kebersihan

lingkungan, dan memberi mereka hadiah seperti boneka, perlengkapan bermain serta alat pendukung kegiatan

belajar mengajar. Bahkan Posko Jenggala dan Prudential juga membayarkan biaya pendidikan kepada beberapa

anak di Desa Padang Kapas yang menjadi wilayah pembangunan. Selain itu, Posko Jenggala turut mengajak

semua lapisan masyarakat melalui pemberian ribuan kaos anak-anak dengan slogan “Anak Minang Anak Kita”.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER28

Page 37: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Tidak hanya relawan dari

Posko Jenggala dan Prudential

saja yang terlibat secara langsung

dalam menghilangkan rasa

trauma yang menghampiri anak-

anak, beberapa mahasiswa lokal

dan penduduk setempat turut

serta dilibatkan dalam

menghilangkan rasa trauma yang

timbul akibat gempa.

Bahkan Andi Sahrandi

yang akrab dipanggil Babeh, turun

langsung dalam menangani

trauma terhadap anak-anak.

Baginya anak-anak merupakan

generasi penerus bangsa yang

apabila tidak memperoleh

pendidikan dengan baik sejak usia

dini akan memberikan dampak

yang buruk bagi kehidupan di

masa mendatang.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 29

Page 38: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Hubungan yang terjalin antara anak-anak dan para volunteer begitu erat, seakan mereka telah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya. Bahkan Nini Sumohandoyo (Marketing & Communication

Director Prudential Indonesia) yang akrab dipangil Kak Nini oleh anak-anak di Padang Kapas, memiliki kesan

tersendiri bagi anak perempuan bernama Pia. Bagi Pia, Nini merupakan sosok wanita yang cukup ramah dan

terbuka terhadap anak-anak.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER30

Page 39: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

IV. TAHAPAN REKONSTRUKSI

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 31

Page 40: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Koordinator Posko Jenggala saat melakukan pemilihan rumah yang akan dibantu di Padang Kapas

eiring berjalannya waktu dan dirasa cukup bagi Posko Jenggala dalam melakukan tindakan medis pasca

gempa, maka selanjutnya program pengobatan dihentikan dan kemudian dilanjutkan dengan

pembangunan kembali rumah dan fasilitas umum yang hancur agar kelanjutan hidup para korban,

menjadi lebih jelas tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah yang seringkali berujung pada janji-

janji dan berbuah pada proses birokrasi yang berbelit-belit hingga akhirnya realisasi pun tak kunjung tiba.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER32

Page 41: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Relawan Prudential saat membantu pembangunan rumah warga yang hancur Kunjungan Prudential saat meresmikan rumah contoh

Ketika gempa terjadi, seminar yang tengah berlangsung di Hotel Ambacang spontan saja berhenti. Para

peserta yang berasal dari berbagai cabang Prudential diseluruh negara, lari berhamburan keluar gedung hotel

untuk menyelamatkan diri. Dari 30 peserta seminar, 11 diantaranya meninggal dunia akibat tertimpa

reruntuhan bangunan di hotel tersebut. Prudential sebagai perusahaan yang bergerak dibidang asuransi

terpanggil untuk menolong korban gempa di Sumatera Barat. Prudential sebelumnya pernah memberikan

bantuan untuk membantu para korban melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun karena komitmennya

yang tinggi untuk membantu, Prudential pun ingin terlibat langsung dalam memberikan bantuan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 33

Page 42: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Peristiwa runtuhnya Hotel Ambacang mempertemukan antara Prudential dengan Posko Jenggala.

Ketika itu, Andi Sahrandi dan Bara Muskita relawan dari Posko Jenggala, sedang membantu mengevakuasi

para korban di Hotel Ambacang bertemu dengan orang-orang dari Prudential. Mereka mengungkapkan

maksudnya untuk membantu para korban. Dan akhirnya bantuan dari Prudential inilah yang direalisasikan

dalam bentuk pembangunan oleh Posko Jenggala.

Rumah contoh tahan gempa

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER34

Page 43: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

RUMAH, KELAPA DAN GOTONG ROYONG

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 35

Page 44: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Gempa yang melululantakkan Kota Padang

dan Kabupaten Pariaman, membuat Posko Jenggala

mengambil tindakan jangka panjang. Setelah melihat

kerusakan yang cukup parah dan dianggap perlu

membuat triger bagi proses rekonstruksi, maka lima

hari pasca gempa, Posko Jenggala membuat satu

rumah contoh tahan gempa di desa atau Korong

Singguling, Kecamatan Lubuk Alung.

Pembuatan rumah contoh ini dimaksudkan

sebagai blueprint bagi siapa saja, termasuk

pemerintah yang ingin merancang bangunan tahan

gempa sebagai tempat berlindung.

Mulanya, proses pembangunan rumah contoh

di Singguling masih berjalan sesuai rencana. Namun

karena kurangnya respon dari masyarakat setempat

akhirnya pembangunan ditunda dan kemudian

dipindahkan ke Desa Sikabu.

Secara teknis pembangunan rumah contoh

tahan gempa ini diserahkan langsung kepada warga.

Karena ketika itu, seluruh tim Posko Jenggala masih

terfokus dengan program kesehatan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER36

Page 45: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Setelah berjalan selama lima hari, ternyata

hasil tim verifikasi dari Posko Jenggala menyatakan

bahwa kondisi bangunan yang dibuat oleh warga

tidak memenuhi kualifikasi sebagai bangunan tahan

gempa. Akhirnya, Posko Jenggala memutuskan untuk

membangun satu rumah contoh lagi di daerah

Padang Kapas, Kecamatan Toboh Gadang, Kabupaten

Padang Pariaman.

Pembangunan rumah contoh inilah yang akan

dijadikan tolak ukur bagi pembangunan rumah

selanjutnya, walaupun dalam perjalanannya bentuk

rumah disesuaikan oleh para pemiliknya. Proses

pembuatan rumah contoh di Padang Kapas, memakan

waktu selama 4 hari dengan pengawasan langsung

dari tim Posko Jenggala. Dengan ukuran rumah 6x8

m2, diharapkan rumah ini menjadi tempat tinggal yang

layak sehingga dapat dipergunakan 10 hingga 20

tahun mendatang. Selain itu, rumah ini juga dapat

dijadikan tempat tinggal sementara sampai warga

mampu secara ekonomi untuk membangun kembali

rumah mereka yang telah hancur. Rapat bersama warga dalam membicarakan pembangunan rumah

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Tim Posko Jenggala saatmalakukan pemeriksaan struktur bangunan

37

Page 46: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Rumah contoh ini dibangun secara gotong

royong atau yang dikenal dengan istilah goro oleh

masyarakat setempat. Hampir seluruh bangunan

rumah dibuat menggunakan bahan baku dari batang

pohon kelapa. Melihat bahwa pohon kelapa yang

begitu berlimpah di wilayah Sumatera Barat termasuk

Padang dan Pariaman, sehingga pemanfaatan sumber

daya alam yang tepat dapat memberikan kemudahan

dalam pembangunan infrastruktur bagi korban gempa

yang rumahnya hancur.

Penebangan pohon kelapa untuk bahan baku

Selain itu, dengan menggunakan pohon kelapa

sebagai bahan baku bangunan, hal-hal yang dapat

merusak lingkungan seperti penggundulan hutan dan

pengabsahan penggunaan kayu ilegal dengan alasan

bantuan bagi korban gempa yang dapat dijadikan

celah oleh para pembalak liar dapat dihindari,

sehingga kelestarian hutan Indonesia tetap terjaga.

Warga Padang Kapas saat bergotong royong membangun rumah

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER38

Page 47: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Peresmian rumah contoh oleh Prudential

Setelah pembangunan rumah contoh selesai, dimana Prudential sebagai mitra kerjasama dalam program

yang dilaksanakan Posko Jenggala dalam membangun 127 rumah di Padang Kapas yang kemudian berkembang

menjadi 133 rumah di Kecamatan Toboh Gadang, Surau Rambai, perpustakaan di Padang Kapas, sekolah dan 26

rumah di Kampung Tengah, 1 rumah di Sikabu, 1 rumah di Singguling, dan 1 rumah di Sungai Limau, selanjutnya

Prudential sebagai mitra Posko Jenggala diundang untuk meresmikan bangunan rumah yang akan digunakan

sebagai acuan bagi pembangunan yang telah direncanakan. Selain itu, kedatangan Prudential menandakan bahwa

pembangunan rumah bagi penduduk telah dimulai. Setelah selesainya acara peresmian, maka tahapan

selanjutnya adalah pemilihan rumah yang layak untuk mendapatkan bantuan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 39

Page 48: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Warga saat melihat peta lokasi pembangunan 127 rumah

Setelah kembalinya Posko Jenggala

melakukan pengobatan di Bukit Tinggi dan

seiring pulangnya tim kesehatan ke Jakarta, maka

tim yang tersisa untuk melaksanakan program

rekonstruksi berjumlah empat orang. Dengan

Jarot pada bendahara, Cecep pada Quality Control,

Diego sebagai verifikasi data lapangan, serta saya

sendiri mendapatkan tugas sebagai logistik.

Terhitung mulai tanggal 19 Oktober 2009,

pembangunan rumah pun berlangsung dan dibagi

menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah

memilih 50 rumah yang akan dikerjakan dengan

jangka waktu pembangunan selama 50 hari.

Warga kemudian bergotong royong bersama

melakukan pembersihan lokasi, selanjutnya

pemasangan pondasi bangunan mulai dilakukan

secara bersamaan di setiap rumah. Setelah

pondasi mengering dan cukup kuat, kemudian

rangka bangunan dipasang dan disusul dengan

pemasangan atap agar pengerjaan bangunan

tetap dapat dilakukan meski sedang hujan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER40

Page 49: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Pemindahan pohon kelapa dari lokasi penebangan Pemotongan bahan baku Pendistribusian bahan baku

Agar pengerjaan bangunan lebih terarah, Diego membentuk anggota dan jadwal gotong royong yang

akan melakukan pengerjaan rumah. Hal tersebut dilakukan agar warga tidak setiap hari melakukan

pengerjaan rumah, sehingga mereka masih dapat melakukan aktivitas lainnya termasuk mencari nafkah untuk

menghidupi keluarganya di luar jadwal gotong royong yang telah ditetapkan. Namun jika ada warga yang

tidak dapat hadir pada saat jadwal gotong royong, mereka dapat menggantinya dikemudiaan hari demi

memenuhi persyaratan dalam menerima bantuan yang diberikan. Selain itu, warga pun diminta untuk

menyerahkan 3 batang pohon kelapa yang sudah tidak produktif sebagai bahan baku pembuatan rumah.

Selanjutnya, pengolahan bahan baku dari kelapa ternyata memakan waktu yang cukup panjang. Mulai dari

pemilihan pohon untuk ditebangan, pembelahan dengan mesin chainsaw, pemindahan ke lokasi pemotongan

dengan menggunakan gerobak, hingga kemudian dipotong menggunakan mesin sawmill dan dijadikan bahan

baku dengan ukuran yang telah ditetapkan. Selain itu, lokasi pohon kelapa yang jauh dari tempat pemotongan,

ditambah dengan kondisi jalan yang berlumpur saat hujan turun, membuat beban pekerjaan semakin berat.

Sehingga untuk mempercepatnya, pembelian bahan baku yang telah jadi terpaksa dilakukan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 41

Page 50: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Penerima bantuan rumah dari Posko Jenggala & Prudential di Desa Tobah Baru

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Setelah melewati waktu 50 hari, ternyata

pembangunan pada tahap pertama belum dapat

diselesaikan karena masih terkendala proses

pembuatan bahan baku. Namun pembangunan pada

tahap kedua tidak dapat ditunda karena target waktu

pembangunan yang ditetapkan tidak melebihi 3 bulan,

sehingga pembangunan tahap kedua harus segera

dimulai dan berjalan beriringan tanpa menghilangkan

proses tahapan tadi.

Pemilihan rumah pada tahap kedua ini

ternyata banyak mengalami masalah, dimana warga

Padang Kapas yang rumahnya tidak masuk dalam

daftar penerima bantuan, menanyakan alasan

mengapa mereka tidak mendapatkan bantuan dan

mengapa jumlah rumah yang tersisa harus

dipindahkan ke desa lain.

Mulanya, warga Padang Kapas memberikan

angka 127 sebagai jumlah rumah yang hancur di

wilayahnya. Namun setelah dilakukan pendataan dan

pemilihan rumah oleh Diego Dirgantara selaku tim

verifikasi, Diego menemukan beberapa warga yang

42

Pemeriksaan rumah warga yang akan dibantu oleh tim dari Posko Jenggala

Page 51: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

namanya masuk dalam daftar penerima bantuan, memiliki rumah lebih dari satu. Selain itu, tedapat juga rumah

yang ditinggal penghuninya karena merantau keluar daerah. Sehingga ditetapkan bahwa jumlah penerima

bantuan di wilayah Padang Kapas hanya berjumlah 89 rumah yang pantas untuk dibantu. Demi memenuhi angka

127 yang telah ditetapkan bersama oleh Posko Jenggala dan Prudential, maka dilakukan perluasan wilayah ke

desa sebelah, yaitu Desa Toboh Baru dan Desa Palak Pisang.

Rapat dengan warga pun akhirnya diselenggarakan untuk meluruskan masalah dan mengklarifikasi

jumlah rumah yang akan dibangun. Ternyata angka 127 yang kami peroleh dari warga Padang Kapas sebagai

jumlah total bangunan yang ada di desa mereka. Bangunan tersebut mencakupi 1 kantor desa, 1 surau atau

musholla, 4 warung dan sisanya adalah rumah penduduk yang masih layak untuk dihuni. Dalam rapat

tersebut warga pun masih memaksa agar seluruh pembangunan 127 rumah tetap dilakukan di desa mereka.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Jarot Priksono (sebelah kiri) saat memimpin rapat bersama warga penerima bantuan rumah

43

Page 52: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Diego Dirgantara saat memberikan uang dapur kepada seorang ibu untuk konsumsi gotong royong Andi Sahrandi saat didatangi warga yang meminta bantuan rumah

Namun, Posko Jenggala menolak permintaan dari warga. Tidak terima dengan keputusan dari Posko

Jenggala, sempat salah satu dari warga berbicara akan mengadukan Posko Jenggala ke Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) sebagai bentuk penyelewengan bantuan terhadap korban gempa. Merasa dipermainkan oleh

warga pada saat itu, Jarot Priksono dalam rapat tersebut mengungkapkan rencananya untuk membatalkan

seluruh pembangunan di wilayah Padang Kapas. Mendengar pernyataan tersebut, warga pun meminta agar

rencana tersebut tidak dilakukan dan mereka meminta agar proses rekonstruksi dilanjutkan kembali.

Di saat hampir selesainya waktu pembangunan pada bulan Desember, ternyata ada beberapa warga dari

desa lain yang datang setiap malam ke tempat peristirahatan Posko Jenggala, mereka memaksa kami untuk

melihat kondisi rumahnya yang hancur dan meminta dibangunkan rumah untuk tempat tinggal mereka. Karena

permintaan tersebut, akhirnya Posko Jenggala menambahkan 6 rumah lagi di Desa Palak Pisang. Sehingga total

pembangunan di wilayah Toboh menjadi 133 rumah, yang mencakupi Toboh Padang Kapas sebanyak 89 rumah,

Toboh Baru sebanyak 32 rumah dan Toboh Palak Pisang sebanyak 12 rumah.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER44

Page 53: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

TK AZIZAH

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 45

Page 54: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

TK Azizah saat renovasi

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Taman Kanak-kanak merupakan

jenjang pendidikan bagi anak usia dini

dalam bentuk lembaga formal yang

menekankan pada pemberian rangsangan

pendidikan dalam memacu perkembangan

kecerdasan yang bertujuan untuk

mempersiapkan anak dalam menghadapi

pendidikan lebih lanjut.

Berangkat dari hal tersebut, maka

Posko Jenggala mencari Taman Kanak-

kanak yang hancur untuk dapat diperbaiki

agar proses belajar mengajar bagi anak-

anak tetap berlangsung.

Tidak sedikit tawaran datang dari

berbagai kalangan untuk membantu

kegiatan Posko Jenggala, tetapi tidak semua

diterimanya. Menurut Andi, “jika ingin

membantu, ya bantu saja. Tidak usah pake

embel-embel apa pun”. Namun tidak

dengan Udo yang datang dengan tiba-tiba

dan membantu secara tulus.

46

Page 55: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Udo Angerstein (40 tahun) merupakan warga negara

Jerman. Udo yang telah berkeluarga ini dan dikaruniai

seorang anak laki-laki, menetap di Koto Nan Gadang, Bukit

Tinggi. Keberadaan Udo di Bukit Tinggi untuk menemani

istrinya yang sedang melakukan penelitian guna memenuhi

prasyarat dalam menyelesaikan gelar master dalam bidang

Antropologi.

Udo yang kebetulan berprofesi sebagai wartawan

dari salah satu media elektronik di Jerman, mencoba

mengumpulkan berita pasca terjadinya gempa. Setelah

meliput dibeberapa wilayah yang mengalami kerusakan

cukup parah, Udo pun tersentuh hatinya dan berkeinginan

untuk membantu para korban gempa. Dengan mengunduh

foto-foto hasil liputannya melalui blog atau situs pribadinya

di internet, teman-teman di negaranya yang bersimpatik

mencoba mengirimkan bantuannya melalui Udo.

Jauh sebelum peristiwa gempa terjadi, Udo

merupakan tenaga pengajar volunteer di lembaga pendidikan

yang dikembangkan oleh Andi Sahrandi di daerah Bukit

Tinggi. Udo yang ketika itu telah menghimpun dana bagi

korban gempa, menemui Posko Jenggala yang sedang Udo Angerstein bersama putranya saat berkunjung ke Padang Kapas

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 47

Page 56: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

melakukan kegiatan pengobatan di Bukit Tinggi.

Maksud kedatangan Udo saat itu, adalah untuk

bersilaturahmi sekaligus ingin mengetahui kegiatan

yang sedang dilakukan oleh Posko Jenggala.

Pertemuan yang berlangsung selama 3 jam tersebut

ternyata membuahkan hasil. Setelah mengetahui

program Posko Jenggala, Udo mengungkapkan

maksud kedatangannya untuk menyalurkan bantuan.

Spontan saja, Andi yang berniat merenovasi Taman

Kanak-kanak langsung berkata bahwa bantuan Udo

akan disalurkan untuk merenovasi TK Azizah. Udo Angerstein saat berkunjung ke kediaman Andi Sahrandi di Bukit Tinggi

TK Azizah merupakan salah satu TK di wilayah Pauh Kambar, Kabupaten Padang Pariaman, yang hancur

akibat gempa. Udo yang ketika itu tertarik dengan tawaran program renovasi TK, ingin melakukan survey

terlebih dahulu ke tempat yang dimaksud. Akhirnya pada pertengahan bulan November 2009, Udo datang kePem ma dg gn m ggl gg

Padang Kapas untuk meninjau pembangunan rumah penduduk di wilayah tersebut sebelum akhirnya

berkunjung ke TK yang akan direnovasi.

Dalam membangun kembali TK Azizah, Posko Jenggala juga menggunakan bahan baku dari Pohon

Kelapa. Pola pengerjaan yang diterapkan juga sama seperti pembangunan rumah yaitu dengan gotong royong

dan ditambah dengan tenaga ahli. Dalam waktu satu setengah bulan, bangunan yang telah direnovasi ini telah

rampung pengerjaannya sehingga kegiatan belajar mengajar telah dapat dilaksanakan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER48

Page 57: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

PERPUSTAKAAN DAN PASUKAN KODOK

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 49

Page 58: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Berawal dari keprihatinan Andi

Sahrandi selaku koordinator Posko Jenggala

melihat anak-anak di wilayah pembangunan

yang suka bermain hingga larut malam. Di

usia mereka yang masih dalam pertumbuhan,

seringkali orang tua kurang memperhatikan

faktor keamanan dan kebersihan lingkungan

tempatnya bermain. Sebagian besar dari

mereka bermain di tempat yang kotor dan

tidak jarang penyakit menghampirinya. Selain

itu, anak-anak juga sering mengganggu

aktivitas para relawan yang sedang sibuk

melakukan tugasnya.

Ada yang bersahabat sikapnya dan ada

juga yang sedikit nakal. Asmi misalnya, anak

perempuan berusia 6 tahun ini memiliki

tingkah laku yang pemalu ketika pertama kali

mengenal orang lain. Mulanya ia malu-malu

ketika mengenal saya, namun beberapa hari

setelahnya, Asmi suka sekali mengejek dan

melempar kulit jeruk ke arah saya.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER50

Page 59: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Pasukan kodok bermain di perpustakaan

Berbeda dengan Daskan, bocah berumur 7,5

tahun yang dipanggil “pendek” oleh teman-temannya,

cukup pandai bermain catur. Tanpa mengenal waktu

Daskan selalu mengajak saya, Jarot, Cecep dan Diego

bermain catur. Kemenangan demi kemenangan tak

jarang dia dapatkan walaupun bertanding dengan

orang yang lebih tinggi usianya. Siapapun yang

mencoba bertanding dengannya, harus berkonsentrasi

ekstra untuk mengalahkan Daskan si bocah yang suka

sekali melepaskan bajunya ini. Melihat potensi Daskan

yang selalu unggul dalam bermain catur, akhirnya Andi

Sahrandi menghadiahkan Daskan sebuah papan catur

yang dibawanya langsung dari Jakarta.

Lain halnya dengan Rio, Rani dan Pia, ketiga

bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar ini

selalu mengikuti saya dan Diego kemanapun kami pergi.

Pernah beberapa kali Rio terlelap tidur di tengahtengah

kami dan enggan pulang ke rumah. Saya yang

kebingungan menyikapi perilaku anak-anak mencoba

mengancam mereka dengan menciumnya sehingga

mereka takut saat berada dekat dengan saya.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER

Relawan Prudential bersalaman dengan anak Padang Kapas

51

Page 60: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Mahasiswa lokal saat bermain dengan pasukan kodok

Perilaku anak-anak yang sedikit

nakal dan selalu ingin tahu, sangatlah wajar

dan kami pun mengerti atas tindakan yang

mereka lakukan. Di usianya yang masih

dalam masa pertumbuhan, mereka sangat

membutuhkan perhatian yang khusus dari

lingkungannya, terlebih peristiwa gempa

yang menghancurkan desanya membuat

mereka semakin bingung membedakan

antara kesedihan dan keceriaan.

Kedatangan tim Posko Jenggala dan

Prudential di tengah-tengah mereka, sangat

membuat anak-anak merasa terhibur dan

melupakan kesedihan yang sedang mereka

alami. Untuk itu pula, Posko Jenggala ingin

memberikan sesuatu yang dapat membuat

mereka senang dan juga dapat bermanfaat

bagi kehidupan di masa yang akan datang.

Maka Andi Sahrandi membuka komunikasi

dengan Bara Muskita dan membicarakan

pembuatan perpustakaan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER52

Page 61: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Seiring berjalannya pembangunan 133 rumah di wilayah Toboh Baru, Padang Kapas dan Palak Pisang.

Maka tempat yang paling setrategis dan cocok untuk menentukan lokasi pembuatan perpustakaan adalah di

Padang Kapas. Posisi Desa Padang Kapas yang berada di pusat pembangunan, membuat warga dari desa lain

tidak terlalu jauh untuk mengakses dan memanfaatkan keberadaan perpustakaan sebagai tempat bermain

dan belajar anak-anak.

Posko Jenggala tidak mengalami kesulitan dalam mencari tempat untuk mendirikan bangunan

perpustakaan karena Anto (29 tahun) warga Padang Kapas, memberikan tanah keluarganya untuk dijadikan

tempat berdirinya perpustakaan. Perpustakaan dengan ukuran 8x12 m2 ini, membutuhkan waktu selama

satu setengah bulan hingga dapat dipergunakan. Sistem pengerjaan yang digunakan pun tidak jauh berbeda

dengan pembangunan rumah, yaitu dengan cara bergotong royong.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Relawan Prudential bergotong royong bersama warga saat membersihkan lokasi perpustakaan Pasukan kodok saat membersihkan halaman perpustakaan

53

Page 62: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Untuk melengkapi gedung perpustakaan tersebut, Posko Jenggala juga memberikan fasilitas

pendukung agar anak-anak merasa nyaman ketika berada di perpustakaan. Diantaranya pembangunan dua

unit kamar mandi, seperangkat alat komputer dengan fasilitas pendukungnya, 1000 buku beserta rak dan juga

katalog atau alat peraga agar anak-anak lebih mudah dalam memahami benda-benda di sekitarnya.

Uniknya, Andi Sahrandi melibatkan pasukan “kodok” dalam membangun perpustakaan. Pasukan kodok

yang diketuai oleh Gisman merupakan kumpulan anak-anak kecil yang bertugas sebagai tim sapu bersih.

Pasukan ini mulai dibentuk pada awal pembangunan dengan tujuan mengajarkan anak tentang kebersihan

dan peduli terhadap lingkungan.

Tidak mau kalah dengan orang dewasa, pasukan kodok yang terdiri dari anak-anak ini sangat antusias

sekali dalam melakukan pekerjaannya. Mulai dari membongkar puing bangunan yang hancur, membersihkan

sampah, menanam pohon, hingga mengaduk semen turut dilakoninya. Tidak hanya itu, pasukan kodok juga

memiliki inisiatif yang tinggi, ketika beberapa dari kami sedang sibuk melakukan pembersihan lokasi dan

pendistribusian barang-barang, mereka selalu datang dan membantu tanpa diminta terlebih dahulu. Namun

karena jiwanya yang masih kanak-kanak, semua ini mereka anggap sebagai permainan yang menyenangkan.

Andi Sahrandi pun menganggap anak-anak ini sebagai anak kandungnya sendiri. Dalam beberapa

pembicaraan bersama warga, Andi selalu menekankan bahwa “pembangunan rumah harus segera

diselesaikan karena saya mau anak-anak saya masuk kerumah secepatnya”. Tidak jarang Andi mentraktir

mereka makan di restoran-restoran lokal usai mereka melakukan kegiatannya. Di sela-sela kesibukannya

mengawasi pembangunan, Andi pun sering mengajak pasukan kodok bermain, seperti bermain bola, bermain

catur, hingga berenang di pantai yang tidak jauh dari lokasi mereka tinggal.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER54

Page 63: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

PEMBANGUNAN SEKOLAH

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 55

Page 64: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Mulanya tidak ada rencana dari Posko Jenggala

untuk merenovasi sekolah atau membangun sekolah

yang hancur akibat gempa. Namun saat beberapa tim

sedang menyalurkan bantuan, terlihat bangunan

sekolah yang telah direnovasi oleh salah satu

organisasi lokal. Namun menurut Posko Jenggala, hal

itu hanyalah sebatas penyaluran bantuan yang sia-sia.

Bangunan yang cukup besar itu berlapiskan triplek

dan beralaskan tanah. Melihat cuaca yang tidak

menentu kala itu, kemungkinan kekuatan bangunan

tidak akan bertahan cukup lama. Berangkat dari

kondisi tersebut, Posko Jenggala yang ketika itu sedang mendistribusikan bantuan ke Kampung Tengah,

berencana untuk membangun sekolah yang lebih layak.

Setelah melihat kondisi di Kampung Tengah, Posko Jenggala segera menemui Wali Nagari tokoh desa

setempat untuk mengungkapkan rencana mengenai pembangunan sekolah. Di Kampung Tengah sendiri

sebenarnya sudah ada beberapa organisasi yang memberikan bantuannya dengan membangun rumah semi

permanen bagi warga yang rumahnya hancur, sehingga pembangunan sekolah menjadi prioritas Posko

Jenggala dalam pelaksanaan program bantuan di Desa Kampung Tengah.

Posko Jenggala tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan lahan bagi pendirian bangunan. Wali

Nagari yang ditemui Posko Jenggala saat itu, langsung menghibahkan tanahnya untuk dijadikan lokasi

pembangunan. Bangunan sekolah ini sepenuhnya dibiayai oleh Arifin Panigoro selaku pendiri Posko Jenggala.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER56

Page 65: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Sekolah yang berdiri di lahan seluas 1 hektar

ini terdiri dari 6 ruang kelas, 2 unit MCK, 1 ruang

guru, 1 musholla, 1 perpustakaan dan 1 ruang

serbaguna. Bangunan sekolah dibuat tidak jauh

berbeda dengan konsep rumah contoh yang telah

dibangun oleh Posko Jenggala sebelumnya. Dengan

menggunakan bahan material dari pohon kelapa dan

sistem pengerjaan dengan mekanisme gotong royong

dan dibantu sejumlah tenaga ahli, hanya saja

pembuatan bangunan disesuaikan dengan fungsinya.

Gedung sekolah yang telah siap dipergunakan

Page 66: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Proses konstruksi gedung sekolah

Berbeda dengan bangunan rumah, bangunan

sekolah memiliki lantai yang terbuat dari keramik

dan tembok semen setinggi 1 meter. Selebihnya,

dinding yang dibuat berbahan dari kayu kelapa

dengan jendela kaca dan fentilasi udara diseluruh

ruangan serta memiliki selasar. Tidak hanya itu, di

sekolah yang berbentuk leter U ini terdapat lapangan

olah raga dan lapangan upacara yang dapat

dipergunakan bagi para siswa dalam melaksanakan

proses kegiatan belajar mengajar.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

57

Page 67: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

58 II AKE! KEMANUSL4AN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

1

'or'11. 71.-11/•NOP'IP',111/-NO"-NM/ -MI/-ger

KAMI MENGUCAPKAN TERIMA KAN ATAS BANTUANSEKOLAH DAN RUMAH YANG TELAH DIBERIKAN

OLEH BAPAK ARIFIN PANIGORO

Page 68: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

KAMPUNG TENGAH DAN SUNGAI LIMAU

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 59

Page 69: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Kedatangan kami kali ini ke Kampung Tengah awalnya hanya untuk melihat kemajuan bentuk bangunan

sekolah yang baru beberapa minggu dikerjakan. Namun sesampainya di lokasi, ada pemandangan yang berbeda

dengan orang-orang yang sedang bergotong royong dalam membantu pengerjaan bangunan sekolah. Sungguh

miris kami melihat sekumpulan perempuan lanjut usia sedang mencangkul dan mendorong gerobak pasir untuk

menimbun pondasi bangunan. Sempat timbul pertanyaan dalam benak saya, dimana laki-laki yang seharusnya

melakukan pekerjaan yang mereka lakukan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Rumah contoh tahan gempa di Kampung Tengah, Kabupaten Pariaman

60

Page 70: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Tak lama berselang, waktu istirahat pun tiba. Percakapan mulai keluar diantara kami selaku tim dari

Posko Jenggala dengan mereka yang masih terlihat lelah membantu pengerjaan sekolah di Kampung Tengah.

Canda tawa dan senyum ringan sesekali menjadi bahan hiburan bagi orang-orang yang berada di tempat itu,

namun tak sedikit juga keluh kesah yang mereka sampaikan kepada kami. Akhirnya kami pun mencoba

mengumpulkan orang-orang yang hadir pada saat itu dan memeriksa kondisi bangunan rumah mereka yang

hancur akibat gempa. Dari 28 rumah yang kami periksa, 3 diantaranya masih dalam kondisi layak untuk

ditinggali. Sehingga hanya 25 rumah dan 1 rumah contoh yang kami bangun bagi mereka yang benar-benar

membutuhkannya.

Mulanya kami tidak menyangka akan ada penambahan jumlah rumah mengingat target waktu

pengerjaan yang tinggal 17 hari lagi. Maka untuk memperlancar proses pengerjaan, Diego yang tadinya

ditugaskan di wilayah Padang Kapas dan sekitarnya dalam mengatur mekanisme gotong royong, kemudian

dipindahtugaskan untuk bertanggung jawab dalam pembangunan rumah tersebut.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER

Arifin Panigoro saat memeriksa bangunan rumah di Kampung TengahBantuan rumah di Kampung Tengah

61

Page 71: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Ada yang berbeda pada pembangunan kali ini, permintaan datang langsung dari Jakarta. Karena

kecintaannya terhadap olahraga, Hadi Basalama yang merupakan salah satu pendiri Posko Jenggala mendapat

informasi bahwa terdapat pemain sepak bola nasional yang rumahnya turut hancur akibat gempa. Setelah

mencari keberadaan dan bertemu langsung dengan anak yang memiliki bakat bermain bola tersebut, Posko

Jenggala pun memberikan bantuan untuk membangun kembali rumahnya yang hancur. Namun karena jarak

pembangunan yang terlalu jauh dari lokasi sentral pembangunan Posko Jenggala, maka Posko Jenggala

menyerahkan sepenuhnya bentuk dan pengerjaan rumah kepada keluarga korban. Dengan waktu yang tidak

terlalu lama, rumah ini pun selesai jauh sebelum waktu yang telah ditargetkan.

Bantuan rumah di Sungai Limau

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER62

Page 72: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

PEMBANGUNAN SURAU RAMBAI

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 63

Page 73: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Prudential saat meninjau lokasi surau

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Yang menjadi cikal bakal pembangunan 133

rumah bantuan di Toboh Gadang yang hancur akibat

gempa, justru diawali dari rencana pembangunan

musholla atau yang dikenal dengan istilah surau oleh

masyarakat setempat. Cerita bermula ketika Posko

Jenggala sedang melaksanakan program pengobatan

gratis di Padang Kapas. Kami melihat sekelompok

warga sedang bergotong royong untuk merapihkan

bangunan surau yang sudah luluh lantak untuk

kemudian dipilih bahan-bahan material dari sisa

bangunan yang masih dapat dipergunakan untuk

membangun kembali surau tersebut.

Kami pun mencoba mendekati kerumunan

orang yang sedang bergotong royong. Melihat

semangat mereka yang begitu besar untuk

membangun kembali surau di wilayahnya, maka

keesokan harinya kami kembali datang memberi

batuan alat-alat bangunan seperti cangkul, sekop dan

gerobak untuk mempermudah pengerjaan

pembersihan. Dari situlah terlontar rencana untuk

membangun kembali surau mereka yang telah hancur.

64

Warga begotong royong menyelamatkan bahan bangunan surau yang dapat dimanfaatkan

Page 74: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Namun dalam pelaksanaan berikutnya, Posko Jenggala lebih memprioritaskan pembangunan kembali

rumah penduduk yang hancur tanpa meniadakan pembangunan surau yang semula direncanakan. Sehingga

program selanjutnya setelah pengobatan adalah membangun rumah penduduk yang layak untuk dihuni.

Setelah pembangunan rumah selesai dan diserahkan oleh Prudential bersama Posko Jenggala selaku

mitra kerjasama kepada warga sebagai penerima bantuan melalui acara peresmian yang dilaksanakan pada

tanggal 16 Januari 2010, Prudential selaku pemberi bantuan mengungkapkan kembali komitmennya untuk

melanjutkan kembali pembangunan surau yang tertunda.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 65

Page 75: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Akhirnya pada tanggal 30 Juni 2010, Prudential dan Posko Jenggala kembali ke Padang Kapas untuk

melakukan kerja bakti bersama warga setempat dalam melanjutkan pembangunan surau. Kegiatan ini sekaligus

sebagai peresmian dimulainya pembangunan surau secara simbolik dengan peletakan batu sebagai pondasi

bangunan oleh Andi Sahrandi dari Posko Jenggala bersama Tony Wilkey dan Nini Sumohandoyo dari Prudential.

Namun karena kendala teknis, pembangunan ini baru dapat dimulai secara efektif 4 bulan kemudian.

seiring dengan program kerja yang tidak dapat ditunda serta adanya musibah yang mengharuskan Posko

Jenggala untuk berangkat ke Nusa Tenggara Timur (NTT), Wasior dan Gunung Merapi di Yogyakarta, maka

pembangunan surau Rambai dimandatkan kepada Habibi Fuad yang merupakan relawan lokal Posko Jenggala

dengan pengawasan langsung dari Prudential dan Posko Jenggala. Akhirnya pada tanggal 4 Maret 2011, surau

ini diresmikan dan mulai dapat dipergunakan untuk tempat beribadah.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Prudential bersama warga Padang Kapas saat bergotong royong membersihkan lokasi surau Rambai Andi Sahrandi, Koordinator Posko Jenggala bersama Tony Wilkey, Chief Executive Prudential Asia, saat peletakan batu pertama

66

Page 76: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Meletusnya gunung Merapi di Yogyakarta membuat Posko Jenggala sangat disibukkan dengan kegiatan

kemanusiaannya, sehingga Andi Sahrandi selaku koordinator tidak dapat hadir dalam acara tersebut. Untuk

itu, Irfan Budiman sebagai ketua Posko Jenggala hadir dalam acara peresmian surau bersama Prudential dan

masyarakat Padang Kapas. Dalam sambutannya, Irfan mengungkapkan bahwa “ini merupakan surau terbaik

yang pernah dibuat. Kami merasa senang karena program pembangunan surau ini dapat diselesaikan dan

Posko Jenggala juga senang karena dapat berkerja sama dengan Prudential dalam membantu korban gempa

di Padang Pariaman”.

William Kuan (Presiden Direktur Prudential Indonesia) juga mengatakan “Kami merasa senang dan

terhormat dapat diberikan kesempatan untuk memberikan bantuan yang benar-benar dibutuhkan oleh warga

Padang Kapas sejak gempa melanda tahun 2009. Dalam semangat mendengarkan dan memahami kembali inilah,

Prudential berada di sini untuk menyerahkan surau yang kini telah berdiri tegak kembali untuk segera

digunakan warga beribadah. Bantuan dana, waktu dan tenaga yang diberikan oleh para nasabah, tenaga

pemasaran, karyawan, dan rekan Prudential dalam membangun kembali desa Padang Kapas sangat kami hargai,

dan kami harap akan dapat memberikan manfaat jangka panjang yang sebesar-besarnya bagi warga sekitar”.

Dalam kesempatan tersebut, Prudential juga menyerahkan karpet, hiasan berupa kaligrafi dan beberapa

alat pendukung ibadah lainnya kepada pengurus surau. Acara yang begitu meriah sengaja dipersiapkan langsung

oleh Prudential sebagai apresiasi terhadap masyarakat Padang Kapas yang berani bangkit dari keterpurukan

akibat gempa. Peresmian ini juga dimeriahkan dengan penampilan tarian khas Minang oleh anak-anak dari

pasukan kodok. Tidak hanya itu, salah satu perwakilan pasukan kodok juga ikut memberikan sambutan dengan

menggunakan bahasa Inggris. Tony Wilkey dan Wiliam Kuan yang mendengarkan, sedikit menahan rasa tawa

namun menyimpan rasa kagum terhadap anak tersebut.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 67

Page 77: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER68

Page 78: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 69

Page 79: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Pada awal bulan Januari 2010, di mana target

waktu seluruh pembangunan yang dilakukan telah

memasuki tahap finishing, sebuah monumen didirikan

di daerah Padang Kapas yang menjadi pusat

pembangunan yang dilakukan oleh Posko Jenggala

bersama Prudential. Monumen yang berdiri kokoh

dari batang pohon kelapa ini melambangkan inti

bahan material yang digunakan dalam membangun

kembali desa-desa yang hancur akibat gempa.

Perjuangan yang dilakukan untuk berani

bangkit dari keterpurukan dan kehancuran dengan

mengedepankan semangat gotong royong, rasa

kebersamaan dan kekeluargaan yang tinggi dengan

mengedepankan kepentingan bersama, telah tercipta

selama masa pembangunan. Perbedaan tingkat sosial

antara sesama anggota Prudential, Posko Jenggala, Udo

Angerstein dan masyarakat seakan melebur menjadi

satu dalam aksi kemanusiaan untuk meringankan

penderitaan korban akibat gempa 7,6 skala richter yang

terjadi pada tahun 2009 silam. Hal ini lah yang menjadi

pesan moral dalam monumen tersebut.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER70

Page 80: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

V. KEBAHAGIAAN DI PADANG KAPAS

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 71

Page 81: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

angunan-bangunan terlihat berdiri

serempak di seluruh wilayah, mulai dari

pembangunan rumah di Padang Kapas,

Toboh Baru, Palak Pisang, Kampung Tengah,

Sunggai Limau hingga TK Azizah dan bangunan

sekolah pun telah rampung untuk digunakan.

Bahkan hampir seluruh warga yang mendapat

bantuan telah menempati rumah jauh sebelum

waktunya. Dengan waktu yang tinggal beberapa hari

lagi, program ini hampir memasuki waktu yang telah

ditentukan untuk diresmikan.

Untuk mempercepat pengerjaan, Posko

Jenggala menambah jumlah pekerja diseluruh lokasi

pembangunan. Tidak hanya para pekerja bangunan

saja yang sibuk untuk menyelesaikan tugasnya,

warga pun semakin giat bekerja. Mulai dari sanak

saudara mereka dari tempat lain datang untuk

membantu, ibu-ibu yang semula bergotong-royong

memasak untuk suaminya, kini mulai menggenggam

palu, gergaji dan alat-alat pertukangan lainnya untuk

turut serta menyelesaikan bangunan rumah.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER72

Page 82: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Pekerja bangunan yang didatangkan untuk membantu rumah warga Pendistribusian bahan material kepada warga untuk pembangunan rumah

Pengerjaan bangunan hampir mendekati selesai, hanya bagian-bagian kecil saja yang belum terpasang.

Sebagian ada yang masih memasang dinding rumah, sebagaian lagi ada yang mulai memindahkan perabotan

dan barang-barang lainnya. Warga yang rumahnya belum selesai, mulai panik dan bergegas merapihkan

bangunan. Segala cara mereka lakukan agar rumah yang mereka bangun cepat rampung, tidak sedikit mereka

yang tertinggal mendatangkan pekerja bangunan tambahan.

Jadwal gotong royong bagi warga pun sepertinya sudah tidak berlaku lagi. Hampir setiap hari mereka

bekerja hingga larut malam. Satu minggu sebelum acara peresmian, pekerjaan mulai memasuki tahap finishing.

Seluruh pekerjaan mulai difokuskan pada pembersihan jalan dan halaman rumah yang kotor akibat bahan

material yang tercecer. Agar terlihat lingkungan lebih asri, penanaman 1000 pohon dilakukan Posko Jenggala

bersama masyarakat, mulai dari halaman sekolah di Kampung Tengah, halaman perpustakaan dan jalan utama

menuju surau, serta disepanjang jalan dari Korong Toboh Baru, Padang Kapas hingga ke Palak Pisang.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 73

Page 83: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Julie Lyle, Chief Marketing Officer Prudential Asia Raisis Panigoro saat menyerahkan kunci perpustakaan kepada ketua pasukan kodok Arifin Ponogor, founding father Posko Jenggala

Akhirnya pada tanggal 16 Januari 2010, diselenggarakan peresmian bangunan oleh Posko Jenggala

dan Prudential di wilayah Padang Kapas. Penyerahan kunci rumah secara simbolik kepada warga diserahkan

oleh Julie Lyle, Chief Marketing Officer Prudential Corporation Asia. Untuk kunci perpustakaan, diserahkan

Raisis Panigoro dari Posko Jenggala kepada ketua pasukan kodok. Sedangkan untuk peresmian bangunan

sekolah di Kampung Tengah dilakukan oleh Arifin Panigoro secara terpisah.

Selain penyerahan kunci secara simbolik, acara peresmian tersebut juga menandakan bahwa

pembangunan yang dilakukan oleh Posko Jenggala dan Prudential telah berakhir. Dalam acara ini, warga

tidak lupa mengucapkan puji syukur kepada Tuhan dan berterimakasih kepada Posko Jenggala dan

Prudential yang telah membangun rumah mereka yang hancur akibat gempa pada 30 September 2009.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER74

Page 84: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Seluruh orang yang hadir pada saat itu, begitu ceria. Sambutan yang meriah dipersembahkan oleh

seluruh warga dilokasi pembangunan. Berbagai atraksi dan tarian daerah ditampilkan saat menyambut

kedatangan Prudential dan Arifin Panigoro beserta keluarga. Pasukan kodok seperti tidak mau ketinggalan,

mereka turut meramaikan acara dengan menari dan bernyanyi. Ibu-ibu pun seperti ingin ambil bagian,

mereka memasak dari malam hari untuk menyajikan makanan khas terbaik bagi para dermawan yang telah

membantu desa mereka. Hanya senyuman kebahagiaan yang terlihat disana seolah mereka menyampaikan

rasa terima kasih yang tidak terhingga.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 75

Page 85: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Warga berdoa untuk keselamatan seluruh relawan Jarot Priksono saat berpamitan kepada warga

Setelah selesainya acara peresmian bangunan oleh Posko Jenggala dan Prudential, keesokan sorenya

kami mengadakan silaturahmi bersama warga di Padang Kapas. Acara silaturahmi ini berlangsung secara

sederhana namun penuh khidmat. Dalam acara tersebut, tidak lupa kami sampaikan terima kasih dan

permohonan maaf kepada warga setempat atas perlakuan kami jika ada yang tidak berkenan. Untuk kesekian

kalinya, ucapan syukur dan terimakasih disampaikan warga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bantuan

yang diberikan melalui kami.

Suasana semakin haru ketika kami menyampaikan maksud untuk pulang. Hampir seluruh warga yang

hadir tak kuasa menahan air mata, rasanya baru kemarin kami datang dan sekarang harus berpamitan untuk

pulang. Beberapa warga meminta kami untuk mengundur waktu kepulangan kami. Bahkan yang lebih berat

lagi, kami semua diminta untuk tinggal dan menetap disana.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER76

Page 86: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Hingga acara ini usai, warga pun belum mau beranjak dari tempat duduknya dan terus mengajak kami

berbicara hingga larut malam. Keesokan harinya pada tanggal 18 Januari 2010, kami mulai merapihkan barang-

barang dan bergegas untuk pulang. Setelah memasuki sore hari dan adzan magrib berkumandang, kami pun

telah siap untuk berangkat dari desa Padang Kapas. Anehnya ketika kami ingin berpamitan untuk berangkat

suasana disana tidak seramai seperti biasanya. Orang-orang yang terlihat hanyalah sekumpulan anak-anak dan

mereka yang kebetulan rumahnya berada di sisi jalan dan berdekatan dengan tempat tinggal kami. Padang

Kapas serasa seperti sedang hening dan berduka atas kepulangan kami.

Berkat doa dan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, pada

tanggal 21 Januari 2010, saya bersama tim Posko Jenggala tiba di Jakarta dengan selamat. Tidak ada

penghormatan atau sambutan meriah layaknya pejuang perang yang pulang dari pertempuran, namun peluk

bahagia yang diberikan Andi Sahrandi selaku koordinator Posko Jenggala merupakan kesan tersendiri bagi kami.

77

Kendaraan operasional yang digunakan Posko Jenggala saat berada di Pariaman Tim Posko Jengga bersama relawan lokal

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 87: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

110 hari sudah tim relawan Posko Jenggala berada di Padang Pariaman. Suka, duka, sedih dan gembira

telah banyak saya lewati bersama. Walaupun masih ada sedikit pekerjaan yang belum terselesaikan oleh para

pemilik bangunan rumah. Namun memang sejak awal kami hanyalah sekumpulan manusia yang masih

memiliki sedikit nurani dan berusaha merasakan apa yang mereka rasakan. Tanggung jawab kami adalah apa

yang telah diamanahkan dapat terselesaikan. Kami tidak mungkin membantu orang yang tidak mau

membantu dirinya sendiri, dan kami tidak mungkin membantu orang yang tidak memerlukan bantuan. Jerih

payah dan tetesan keringat yang kami keluarkan hanya akan terbayar dengan senyuman dan kebahagiaan

yang dapat mereka nikmati. Ini bukan akhir dari tugas kemanusiaan yang kami ambil, ini bukan akhir dari

perjalanan yang kami lakukan dan ini juga bukan akhir dari keberhasilan yang telah kami selesaikan, namun

kami berharap ini merupakan akhir dari penderitaan yang dirasakan masyarakat di Padang Kapas dan

sekitarnya, sehingga mereka dapat kembali menatap masa depan.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER78

Page 88: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

VI.__ POTONGAN DARI PARIAMAN

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 79

Page 89: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

( Untuk bang Baban)Nanti udah datang dari Jakarta telponke Hp Bapak ya bang, kalau tidak ke HpEsia ya bang. Jangan lupakan Gisman yakalau dilupakan, paling nanti gak ingatsama gisman lo bang. Gisman pasti gak didilupakan abang, pasti gisman ingat terussama abang, seterusnya pasti Gisman gak dilupakanabang Baban

(dari Gisman)tanda tangan Gisman Pasukan Kodok

80 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 90: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

untuk bang Diego

Halo bang Diego Maradona pemain bola,nanti telpon Gisman kalo udah sampeJakarta ya bang. Ingat pesan GismanJangan lupa sama semuanya.Nanti telepon ke Hp bapak ya bang,inget pesen Gisman!

tanda tangan gismanJangan dilupakan Gisman

(Gisman)

untuk Babeh ketua Jenggala

Be, udah datang kok gak dikasi kabar be?nanti telepon ke Hp bapak ya Be.Gisman gak akan melupakan Babe selamanya.Gisman pasti ingat sama Babe.Gak dilupakan...Gisman pasti inget sama Babe.Gak dilupakan sama Gisman ya Be..!

ini tanda tangan Gismanini Be

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 81

Page 91: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

* Untuk om Baban *

Om, kalau om pergi, om janji ya akankembali lagi jangan lupakan kami.Kami gak akan lupain om, tapi om janjijuga ya ngak akan lupain kami.

Dari :PiaReciIntandan teman-teman

82 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 92: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Be, Babeh sudah baik sama kamiBe, maafkan kami kalau kami punya salah yaBe. Kapan-kapan Babe ke sini ya, kami semuasudah menunggu babeh di Padang.Be, tolong kesini, kami semua kangen sama babe

Rani

18 Januari 2010

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 83

Page 93: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

84 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 94: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

untuk Babeh

Be, jangan lupain kami sama teman-teman kamiBe. kami tidak lupa babe atas kebaikan Babehsama kami.Be, janji ya akan kesini lagi. Janji..!

Surat dari :PiaReciIntan dan teman-teman

18 Januari 2010

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 85

Page 95: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Putri kangen dengan kalian semua.Putri minta, hati-hati nanti dijalan dan Putriberterimakasih kepada pasukan Jenggaladan pasukan Kodok.om Baban, dibaca ya surat dari puteri semua

dari Putri.untukBabeh, om Baban, bang Sidik, bangDiego om Cecep dan om Jarot

86

Page 96: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

untuk : abang Sidiq

Bang sidik, telepon ke Hp Gisman ya bangabang harus sehat. abang jangan selalu keingetan samaGisman ya bangJangan lupakan GismanSemoga inget pesan Gisman bang

tanda tangan Gisman ini bang(Gisman)

Dari Rani dan teman-teman.Babeh dan teman-teman Babeh, kalau pergi keJakarta, balik kesini lagi ya, bawa bang Sidik,

bang Diego, om Baban, om Cecep dan om Jarotdan Babeh.Be, babeh kan janji pergi jalan-jalan Be. PleaseBe kesini lagi. Babeh, nanti Babeh buka suratini ada hadiah untuk Babeh, bang Sidik, bangDiego, om Baban, om Jarot, om Cecep. Bagikanya Beh hadiahnya.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 87

Page 97: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

dari: Pia, Reci, Intanuntuk bang Sidik dan Diego

abang Sidik, kalau abang pergi jangan lupain kamidan teman-teman. kami janji gak akan lupain abang..!

abang diego, jangan lupain kami dan teman-teman.kami dan teman-teman janji tidak akan melupakanbang diego dan teman-teman

18 Januari 2010

88 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 98: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Priyantono OemarWartawan Republika

Jika direndam kayu kelapa bisa sekuat kayu besi kalimantan.

Rumah 8x6 meter itu hampir jadi, Senin (16/11) lalu. Seorang pekerja sedang memakupapan di atas jendela. Pekerja yang lain mengolah papan agar jadi rapi ketika disambungkandengan papan lainnya. Bagian depan dan samping rumah itu sudah dipasangi dinding. Atap sengjuga sudah dipasang. Pada dinding bagian depan ada beberapa papan yang sudah dicat warnakuning. "Wah ini jangan dicat, nanti dipernis saja, biar kelihatan seratnya," ujar KoordinatorPosko Jenggala, Andi Sahrandi.

Bahan-bahan rumah itu dari kayu kelapa: tiang dari kayu kelapa, kuda-kuda dari kayukelapa, lantai dari kayu kelapa, dinding dari kayu kelapa, dan paran dari kayu kelapa. Paranadalah kayu panjang yang dipakai untuk menghubungkan tiang di bagian atas. Rumah-rumahgadang juga menggunakan paran dari kayu kelapa. Di rumah gadang, paran kayu kelapa

menunjukkan kelenturannya, karena struktur rumah gadang membutuhkan paran yang melengkung. Sumatra Baratberlimpah pohon kelapa. Posko Jenggala bersama Prudential pun berinisiatif memanfaatkan kayu kelapa untukrumah korban gempa di Padang Pariaman. Ada 133 rumah tinggal, satu rumah pustaka, tiga sekolah, dan satu masjid,yang dibangun di tiga nagari di tiga kecamatan.

KualitasPadang Pariaman merupakan salah satu sentra kelapa rakyat di Sumatra Barat. Permintaan terhadap kayu

kelapa dari Padang Pariaman pun terus meningkat berkaitan dengan kian mahalnya harga kayu hutan. Yang dicariadalah pohon kelapa berusia di atas 50 tahun dan sudah tak produktif. Semakin tua akan semakin bagus kualitasnya(di atas 60 tahun). Diameter batang pangkal pohon kelapa berusia di atas 50 tahun mencapai 40 cm. Berdasarkanketinggiannya, bisa dipotong menjadi tiga batang.

Posko Jenggala juga mencari pohon kelapa dengan kriteria ini. Batang pohon yang bisa dimanfaatkan adalahbagian bawah pohon, sepanjang 8 meter. "Empat meter pertama bisa menghasilkan papan selebar 20 cm denganketebalan 2 cm. Empat meter berikutnya menghasilkan papan selebar 18 cm dengan ketebalan dua cm," ungkapCecep Rimba, relawan Posko Jenggala. Sepanjang 5-6 meter lagi adalah batang kualitas rendah, meski masih dipakaiuntuk balok-balok kecil. Selebihnya tak bisa lagi digunakan, karena kayunya semakin lunak: Bagian dalamnyamengandung zat gula, sehingga

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 89

Page 99: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

disebut orang Minang sebagai umbuik karambia yang enak dimakan. Batang kelapa memiliki kerapatan serat yangberbeda. Batang bagian luar memiliki kerapatan serat yang tinggi. Bagian yang keras inilah yang disebut orangMinang sebagai ruyung, yang menjadi kekuatan kayu kelapa.

Batang bagian dalam kerapatan seratnya rendah. Sedangkan batang bagian tengah (antara bagian luar dan bagiandalam) memiliki kerapatan serat sedang. Jika dibuat papan atau tiang, batang dengan kerapatan serat yang rendahmemiliki peluang sangat mudah diserang organisme perusak, seperti rayap. Tapi, ini bisa diatasi dengan pemakaian resinataupun vernis. Serat kayu kelapa yang pendek-pendek dan kasar juga memunculkan keraguan soal kekuatannya.Terlebih jika harus menahan beban berat (dijadikan kuda-kuda dan paran). Pengolahan yang baik akan membuatnya kuatdan awet. "Agar menjadi kuat, kayu direndam di rawa beberapa waktu, kemudian diangin-anginkan sampai kering. Iniakan membuat kayu kelapa menjadi kuat seperti kayu besi kalimantan," ujar Jarot Priksono, relawan Posko Jenggala."Kayu kelapa bisa tahan sampai 15 tahun," tambah Sobari, warga Korong Toboh Padang Kapas, Nagari Toboh Gadang,Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, yang mempunyai usaha penggergajian kayu kelapa.

Untuk membantu kekuatannya, rumah 8x6 m itu memiliki 12 tiang dengan ketebatal 10x10 cm. Empat buahmerupakan tiang utama (setinggi 4,5 meter), ditempatkan di bagian tengah, sedangkan delapan lagi (setinggi 3,3meter) ditempatkan di pinggir. Jarak tiang 2-3 meter. Di beberapa bagian dipasang jendela (sebanyak empat jendela),sehingga kusen jendela juga bisa menjadi kekuatan penopang kayu di atasnya. Kusen empat pintu juga bisa menjadipenopang paran. ***

Murah dan Tahan Gempa

Ketika rumah batu bata makin banyak di Sumatra Barat, kayu kelapa banyak dipakai untuk warung ataupunkandang kerbau. Karenanya, ketika Posko Jenggala mengusulkan pembuatan rumah kayu kelapa tak serta-merta diterimawarga. "Rumah saya juga terbuat dari kayu kelapa," ujar Andi, menunjuk rumah kayunya di Kapau, Bukittinggi. Rumahkayu pula yang tak rusak ketika gempa 7,6 SR memorakporandakan bangunan tembok di Padang dan Padang Pariaman.Kelenturan konstruksi rumah kayu membuatnya tak goyah oleh kekuatan getaran gempa. Kayu kelapa juga menjadipilihan yang meringankan biaya, karena harganya lebih murah dari harga kayu hutan. "Papan kayu kelapa, kalau kita beliyang berkualitas bagus, harganya Rp 1,2 juta per kubik. Kalau kayu hutan Rp 1,5 juta per kubik," ujar Jarot.

dikutip dari “Republika Online”29 November 2009

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER90

Page 100: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Ramili (Warga Padang Kapas)

Saya takjub kepada rekan-rekan Pudential dan Posko Jenggala atas bantuan dan kerja

kerasnya dalam membantu masyarakat Padang Kapas. Dengan membangun kembali rumah

dan fasilitas umum yang telah hancur akibat gempa, kini warga di Padang Kapas sudah bisa

menempati dan menikmati apa yang telah dibangun bersama-sama dahulu.

Saya atas nama masyarakat Padang Pariaman dan warga Padang Kapas khususnya,

mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada para relawan dari Prudential dan

Posko Jenggala. Berkat mereka anak-anak menjadi semangat dan termotivasi kembali serta

selalu ceria, seakan-akan tidak pernah ada musibah dan kesulitan yang dialami akibat

peristiwa gempa yang terjadi.

Sekali lagi, kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bantuan

yang telah diberikan melalui Prudential dan Posko Jenggala kepada kami semua. Semoga

amal ibadah mereka mendapatkan balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha Agung,

Bactiar Bugih (Warga Padang Kapas)

Saya sekeluarga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh

Posko Jenggala dan Prudential. Jika tidak ada bantuan dari Posko Jenggala dan Prudential

saya tidak bisa membayangkan kehidupan masyarakat Padang Kapas saat ini. Sekali lagi saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Posko Jenggala dan Prudential.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKAuA RICTHER 91

Page 101: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Anto (warga Padang Kapas)

Kalo gak ada Posko Jenggala saya tidak tau saat ini saya tinggal dimana.

Yang saya tahu, warga Padang Kapas lah yang pertama kali mendapat bantuan berupa rumah

yang layak diseluruh wilayah Pariaman ini dan itu semua berkat bantuan dari Posko Jenggala

dan Prudential. Kalo gak ada Posko Jenggala dan Prudential mungkin hingga saat ini kami

belum bisa membangun rumah seperti ini.

David (warga Padang Kapas)

Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada orang-orang dari Posko Jenggala dan

Prudential. Semoga musibah seperti ini tidak terjadi lagi di desa kami.

Tiar (warga Palak Pisang)

Bagus, terima kasih.

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER92

Page 102: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Koordinator Posko Jenggala saat bermain dengan Pasukan Kodok

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 93

Page 103: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Relawan Prudential dan Posko Jenggala saat bergotong royong

94 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 104: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Relawan Prudential dan Posko Jenggala

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 95

Page 105: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Tony Wilkey saatbergotong royongmembersihkanSurau Rambai

William Kuan &Tony Wilkey saatmakan siangbersama wargaPadang Kapas

Nini Sumohandoyosaat beristirahatdisela-selakegiatangotong royong

96 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 106: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Andi Sahrandi, Mark Fancy, Julie Lely

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 97

Page 107: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Berfoto bersama anak-anak Padang Kapas

98 AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Page 108: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Tony Wilkey, William Kuan dan Irfan Budiman saat peresmian Surau Rambai

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 99

Page 109: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Mereka yang Bersama...

Irfan Budiman

Syaifullah

Satria Wijaya

Pitria

Diego Dirgantara

Jarot Priksono

Nanda Lestari

UciNurul

Arief Kurniawan

Nurmandani

Cecep

Heni

Japrak Haes

Didin

Arif Fardimal

ImranZahdi

Dinna Muskita

Lucky Sucahyo

Au dy

Wirya

Andi Sahrandi

Pratidona Ahcmad Yhudo

Bara Muskita

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER

Priyantono

Daus

Sjaban Darsono

Faron

100

Page 110: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Kevin Holmgren

Agus Sudirman

William Kuan

Risma

NiniSumohandoyo

Udo Angerstein

TonyWilkey

Agnasta

IvanBilly

Julie Lely

IrmaDelima

Susan HabibiFuad

MarcFancy

Rahmasari

Ditto

ChadTendler

KikyAzuz

Wiwid Susanto

Uncu

Tidjane Thiam

Priskilla

Pak Wali

Ronal

AKSI KEMANUSIAAN DI EPISENTRUM 7,6 SKALA RICTHER 101

Barry Stowe

DwiAstuti

Kin Lan

dan lainnyayang tidak bisa

disebutkansatu persatu

Page 111: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

didukung oleh :

Page 112: Di Episentrun 7,6 Skala Richter

Karya ini saya persembahkan untuk seluruh relawan yang terlibat

dan masyarakat Padang Pariaman yang berani bangkit dari

keterpurukan akibat gempa bumi pada 30 September 2009 lalu.

Semoga korban yang meninggal dunia diterima di sisi Tuhan Yang

Maha Esa serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.