dharma agung “namu myoho renge kyo” - pbnshi.or.id fileatau namas tidak dapat diterjemahkan...

28
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA NO.09 JUNI 2005 1 addharma Pundarika Sutra (Myo Ho Reng Kyo, Jpn) merupakan sutra yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni dalam kurun 8 tahun terakhir sebelum Beliau memasuki Parinirvana. Saddharma Pundarika Sutra berisi kebenaran dan kebijaksanaan tertinggi dari Sang Buddha, yang secara pembabaran dan ajaran yang terkandung didalam berbeda dengan sutra-sutra sebelumnya. Sutra-sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra, dibabarkan berdasarkan kepada kapasitas dan tingkat pemahaman manusia yang artinya Sang Buddha menyesuaikan ajaranNya dengan kemampuan manusia untuk menerimanya, sedangkan Saddharma Pundarika Sutra dibabarkan oleh Sang Buddha berdasarkan keinginan dan kebijaksanaan yang sebenarnya dari Sang Buddha itu sendiri, tanpa terikat atau terpengaruh oleh kapasitas dan kemampuan dari mereka yang mendengarkan. Jelas point ini, memberikan perbedaan yang mendalam, sutra-sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra tidak mencerminkan atau mewakili keinginan dan kebijaksanaan sesungguhnya dari Sang Buddha. DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” Oleh: Sidin Ekaputra,SE Buddha Sakyamuni sejak awal pencapaian Penerangan Agung, telah berkeinginan untuk membabarkan Saddharma Pundarika Sutra, namun akal bakat dan kemampuan manusia pada saat itu belum memadai sehingga, Ia mengambil kebijaksanaan membabarkan sutra- sutra lain sebagai jalan Upaya saja. ichiren Daishonin, pendiri Nichiren Shu setelah menjalani masa pembelajaran yang mendalam dalam mengkaji sutra- sutra Sang Buddha, menemukan S N

Upload: lydung

Post on 18-Feb-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA

NO.09JUNI 2005

1

addharma Pundarika Sutra (Myo Ho Reng Kyo, Jpn) merupakan sutra yang dibabarkan

oleh Buddha Sakyamuni dalam kurun 8 tahun terakhir sebelum Beliau memasuki Parinirvana. Saddharma Pundarika Sutra berisi kebenaran dan kebijaksanaan tertinggi dari Sang Buddha, yang secara pembabaran dan ajaran yang terkandung didalam berbeda dengan sutra-sutra sebelumnya. Sutra-sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra, dibabarkan berdasarkan kepada kapasitas dan tingkat pemahaman manusia yang artinya Sang Buddha menyesuaikan ajaranNya dengan kemampuan manusia untuk menerimanya, sedangkan Saddharma Pundarika Sutra dibabarkan oleh Sang Buddha berdasarkan keinginan dan kebijaksanaan yang sebenarnya dari Sang Buddha itu sendiri, tanpa terikat atau terpengaruh oleh kapasitas dan kemampuan dari mereka yang mendengarkan. Jelas point ini, memberikan perbedaan yang mendalam, sutra-sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra tidak mencerminkan atau mewakili keinginan dan kebijaksanaan sesungguhnya dari Sang Buddha.

DHARMA AGUNG

“NAMU MYOHO RENGE KYO”Oleh: Sidin Ekaputra,SE

Buddha Sakyamuni sejak awal pencapaian Penerangan Agung, telah berkeinginan untuk membabarkan Saddharma Pundarika Sutra, namun akal bakat dan kemampuan manusia pada saat itu belum memadai sehingga, Ia mengambil kebijaksanaan membabarkan sutra-

sutra lain sebagai jalan Upaya saja.

ichiren Daishonin, pendiri Nichiren Shu setelah menjalani masa pembelajaran yang

mendalam dalam mengkaji sutra-sutra Sang Buddha, menemukan

S

N

Page 2: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

2

bahwa hanya Saddharma Pundarika Sutra sebagai sebuah ajaran yang sesungguhnya dan sesuai keinginan hati dari Sang Buddha. Nichiren mengajarkan kita untuk menaruh hati kepercayaan yang mendalam tanpa keraguan akan kebenarannya ini, dan agar kita melaksanakan penyebutan O’daimoku “Namu Myoho Renge Kyo” sebagai sebuah wujud pencapaian Kesadaran Tertinggi yang diberikan oleh Sang Buddha. Beliau mengatakan bahwa O’daimoku tidak hanya mewakili sebuah kebenaran dari Sang Buddha tetapi merupakan Kebenaran itu sendiri, dan bahwa melalui penyebutan O’daimoku kita akan memperoleh seluruh karunia kebajikan, harta pusaka, dan kekuatan gaib dari Sang Buddha Sakyamuni dan juga para Buddha dari sepuluh penjuru dunia. Penambahan aksara “Namu” kepada “Myoho Renge Kyo”, jelas merupakan sebuah Pencerahan yang diperoleh Nichiren Daishonin. Manusia pada Masa Akhir Dharma sangat sulit untuk melakukan pelaksanaan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang suci, para arif bijaksana pada jaman dahulu, sehingga dengan penuh welas asih Sang Buddha memberikan permata pusaka ini dalam tujuh aksara “Na Mu Myo Ho Ren Ge Kyo” sebagai satu-satunya jalan bagi kita umat manusia untuk dapat mencapai Jalan Penerangan Agung.

amu, berasal dari kata sansekerta Namas. Namu atau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam

bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya hanya mengikuti lafal pengucapan saja. Namu dalam bhs.Jepang bisa berarti “Kimyo”. Nikko Shonin, salah satu dari Enam Bhiksu Senior (Pengikut Utama Nichiren Daishonin), mencatat pembabaran Nichiren Daishonin dijelaskan, “...Terdapat dua hal dimana kita mencurahkan hidup kita: Kepada manusia, yang mana adalah Buddha Sakyamuni dan kepada hukum, yang mana adalah Saddharma Pundarika Sutra... dalam istilah "Kimyo", aksara Ki (cina) berarti “Kembali atau Mencurahkan” ini menunjukkan pada aspek fisik dari hidup yang digambarkan dalam huruf Myo (“Hidup” ditulis berbeda aksara dengan Myo dari Myoho) adalah aspek spritual. Oleh karena itu, kata Namu mengandung suatu makna yang lengkap yaitu mengabdikan secara sungguh-sungguh seluruh hidup kita baik secara fisik maupun kejiwaan. Dengan kata lain, kita percaya sepenuhnya kepada Sang Buddha dan ajaranNya, terutama Saddharma Pundarika Sutra, dimana kita mencurahkan sepenuh jiwa kita dan dengan setiap cara yang memungkinkan. Dalam bagian Jigage (Sajak) dari Bab.II (Juryo) Saddharma Pundarika Sutra, terdapat

satu bagian kata berikut : “Isshin Yoku Ken Butsu, Fuji Shaku Shin’myo” ini berarti “Dengan sepenuh jiwa raga ingin bertemu dengan Buddha dalam kehidupan kali ini”. Secara jelas mengambarkan kata dari Namu, bahwa pendirian kita, pengertian, perlindungan dan pencurahan semuanya dimulai dari diri sendiri yang didasarkan pada ketulusan hati darikepercayaan dan pelaksanaan. Namu juga bisa berarti "Pasrah" dan "Maju". Pasrah bukan berarti mundur atau putus asa, "Pasrah" berarti menyadari, menerima, mengakui dan melihat kedalam diri sendiri atas segala kesalahan atau karma buruk yang telah dibuat. Namu berarti juga harus "Maju", maju bersemangat menatap masa depan, dengan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran dan pengalaman yang berharga. O’daimoku yang sebenarnya, adalah

N

Page 3: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

3

menerima dan mengakui segala kesalahan yang telah dilakukan dan intropeksi diri untuk menjadi lebih maju pada masa mendatang. Sebuah kesalahan besar jika diantara kita menyebut O’daimoku dengan landasan kesombongan dan egoisme diri sendiri. Odaimoku dengan dasar ego tidak akan menghasilkan apapun juga. Ketika kita Odaimoku dengan sikap menerima dan maju, maka diri kita akan “dihidupkan kembali”, kita menjadi seorang yang baru dan penuh vitalitas.

yoho berarti Saddharma (bhs.skt), yang berarti 'sangat dalam dan tidak

terjangkau.' Sad atau Myo dari Myoho dapat diartikan sebagai Kebenaran, Kesempurnaan, Gaib, Sulit Dimengerti, Tak Terbandingkan, Sulit diterima dan Mencakupi Semuanya. Ho berarti Dharma atau Hukum. Maha Guru Tien T’ai, menjelaskan dalam (jp.Hokke Gengi) bahwa Myo berarti Sangat Sulit Dimengerti. Pertama, adalah analisa perbandingan dimana menjelaskan bahwa Saddharma Pundarika Sutra sangat unggul dibandingkan dengan seluruh Ajaran Buddha lainnya. Kedua, Myo berarti telah mencakupi seluruh Saddharma Pundarika Sutra, dalam hal ini termasuk secara menyeluruh termasuk semua ajaran Sakyamuni Buddha, dimana Beliau membabarkan Dharmanya selama 42 tahun hidupNya. Nichiren Daishonin juga menambahkan bahwa aksara Myo dari Myoho Renge Kyo adalah yang terpenting, Beliau menjelaskan dalam Surat “Daimoku dari Saddharma Pundarika Sutra”, bahwa “ Jika disana terdapat sebuah gudang penuh dengan pusaka yang berharga, tetapi jika tidak ada kunci, maka tidak dapat membukanya. Jika tidak dapat membukanya, pusaka yang ada didalam gudang

tersebut tidak dapat terlihat, aksara Myo dari Saddharma Pundarika Sutra (Myoho Renge Kyo) adalah kuncinya. Ini adalah sutra untuk membuka pintu dari semua ajaran Kebijaksanaan dan mengungkapkan segala aspek Kebenaran dari semua kenyataan”. Dan juga dalam Surat “Membuka Mata” (Kaimoku Sho) dikatakan, “Myo berarti Penuh dengan Kurnia, yang mana semua berarti Kesempurnaan… ini seperti meletakkan setetes air dari samudra luas, yang mana setetes air telah mencakupi air dari semua sungai yang mengalir ke laut”. Myo juga dapat diartikan Membangunkan “Sifat Sejati atau Jiwa Buddha” yang ada dalam diri kita dan dapat membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

enge berarti Pundarika (skt) atau Bunga Teratai. Pundarika melambangkan kemurnian dan

kesadaran Buddha. Pundarika juga melambangkan Sebab Akibat yang berkesinambungan seperti Bunga Teratai yang mempunyai Bunga dan Biji dalam waktu yang bersamaan, begitu juga dengan segala perbuatan (karma) yang kita lakukan memberikan akibat pada saat yang sama (Inga Guci). Bunga Teratai berkembang di air yang kotor, namun bunganya tetap putih dan bersih. Ini berarti kita sebagai seorang Buddhis harus mampu menjadikan dirinya tetap bersih dan suci meskipun tinggal dalam lingkungan yang kotor. Kita harus mampu menjadi teladan dan panutan dalam masyarakat, melalui pelaksanaan ajaran Buddha dalam

M

kehidupan sehari-hari.

yo berarti Sutra, yaitu catatan-catatan pembabaran ajaran Buddha Sakyamuni.

Sutra-sutra ini dituliskan setelah kemoksaan Sang Buddha oleh para murid-muridnya, agar ajaran Buddha tidak terlupakan atau hilang oleh jaman.

amu “Myoho Renge Kyo” atau O’daimoku secara keseluruhan berarti bahwa mereka

yang menerima secara sepenuh hati dan sungguh-sungguh dalam pelaksanaan Saddharma Pundarika Sutra, akan mampu menghidupkan kembali dirinya dan lepas dari segala penderitaan dalam kehidupan, membangkitkan Sifat Sejati dalam diri masing-masing, membentuk watak, prilaku dan jiwa yang bersih, kuat dan suci sehingga pada akhirnya akan membawa kita mencapai Jalan Penerangan Agung. O’daimoku adalah Buah Kebijaksanaan Yang Tertinggi dari Sang Buddha. Buddha Sakyamuni dan Nichiren Daishonin memberikan Pusaka Yang Tak Terhingga dan Selalu Dijaga Oleh Para Buddha ini kepada kita, manusia Masa Akhir Dharma, sebagai satu-satunya jalan yang mampu membawa kita mencapai Kesadaran Buddha. Sebutlah O’daimoku dengan hati yang bersih dan hati kepercayaan yang kuat, serta laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari, maka Racun berubah menjadi Obat, Penderitaan menjadi Kebahagiaan. Gassho.

R

N

K

Page 4: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

Bimbingan Oleh:YM.Bhiksuni Myosho Obata(Bhiksuni Pembimbing Indonesia)

4

etelah kita menyebut Do jo ge, Aku akan menceritakan tentang Tiga Pusaka (San Ki E Mon):

"Kami berlindung kepada Buddha ! Bersama-sama dengan semua mahluk hidup, marilah kita mencapai Jalan Agung."

"Kami berlindung kepada Dharma! Bersama-sama dengan semua mahluk hidup, marilah kita memasuki Gudang Sutra dan membuat Kebijaksanaan dan Welas asih kita dalam dan luas seperti samudera."

"Kami berlindung kepada Sangha! Bersama-sama dengan semua mahluk hidup, marilah kita membimbing semua mahluk untuk mencapai Kebebasan dari semua rintangan dan penderitaan."

Buddhisme Selatan mengucapkan dalam bahasa Pali:

Buddham saranam gacchami.Dhammam saranam gacchami.Sangham saranan-i gacchami.

Dalam teks Hua Yi, kata-katanya diucapkan seperti ini:

Na Mo FoNa Mo FaNa Mo Seng

TRI RATNA (SAN KI E MON)

Dalam Buddhisme, Tiga Pusaka ini adalah objek pemujaan yang paling utama. Terdapat Empat Kebajikan Buddhisme dalam Nichiren Shu:

o Menghargai kebaikan yang diberikan oleh orangtua,

o Menghargai kebaikan yang diterima dari seorang raja (Negara),

o Menghargai kebaikan yang diterima dari semua orang (Masyarakat),

o Menghargai kebaikan yang diterima dari Tiga Pusaka (Buddha, Dharma, dan Sangha).

Mengambil perlindungan kepada Tiga Pusaka adalah suatu hal yang sangat penting bagi semua orang yang menyebut dirinya seorang Buddhis. Dari poin inilah perwujudan sebagai seorang Buddhis dimulai. Tiga Pusaka itu adalah Buddha, Dharma, dan Sangha.

S

Bersambung Ke Hal. 7

Page 5: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

5

Seri Pelajaran Mahayana

DELAPAN RUAS JALAN KEMULIAAN( BAGIAN. 1 )

Sang Buddha bersabda : “ Di antara semua jalan, maka `Delapan Ruas Jalan Kemuliaan‘ adalah yang terbaik. Di antara semua kesunyataan, maka `Empat Kesunyataan Mulia‘ adalah yang terbaik. Di antara semua keadaan, maka keadaan tanpa nafsu adalah yang terbaik; dan di antara semua makhluk hidup, maka orang yang `Melihat’ adalah yang terbaik.” (Dhammapada, 273).

eperti seorang dokter yang berpengalaman, Sang Buddha mengenali dulu penyakit penderitaan tersebut. Beliau

kemudian mengidentifikasikan penyebabnya dan menentukan penyembuhannya. Untuk kemudian guna kepentingan umat manusia, Beliau meracik penemuannya tersebut dalam suatu rumusan yang sistimatis, dimana dapat dengan mudah diikuti oleh umat manusia guna melenyapkan penderitaan. Rumusan tersebut mencakup pengobatan fisik dan mental, dimana salah satunya disebut Delapan Ruas Jalan Kemuliaan. Delapan Ruas Jalan Kemuliaan yang ditemukan oleh Sang Buddha adalah salah satu jalan untuk melenyapkan penderitaan dan menuju Nirvana. Jalan ini menghindari penyiksaan diri yang berlebihan yang mana dapat melemahkan intelektual seseorang dan pemanjaan diri berlebihan yang dapat menghambat kemajuan spiritual seseorang. Delapan Ruas Jalan Kemuliaan tersebut terdiri dari Pandangan Benar, Pikiran Benar, Perkataan Benar,

Perbuatan Benar, Mata Pencaharian Benar, Usaha Benar, Kesadaran Benar dan Konsentrasi Benar.

1. Pandangan Benar

andangan Benar merupakan pengetahuan mengenai Empat Kebenaran Mulia. Dengan kata lain berusaha

memahami diri sendiri sebagaimana adanya. Kata kunci dalam paham Buddhisme adalah Pandangan Benar. Ajaran Sang Buddha pada umumnya adalah berdasarkan pengetahuan dan bukan berdasarkan suatu kepercayaan yang tidak beralasan. Pandangan Benar sangat penting dan merupakan hal utama yang harus kita pelajari terlebih dahulu, sebelum mempelajari lebih lanjut Ajaran Sang Buddha. Seperti proses tahapan dalam sekolah, maka Pandangan Benar dapat disebut kelas SD, kemudian berlanjut

kepada Hukum Sebab Akibat yang dapat disebut SLTP, lalu pengertian Sunyata (Kekosongan) yang dapat digolongkan tahap lanjutan atas atau SLTA, kemudian baru pengembangan Prajna (Kebijaksanaan) yang dapat dikategorikan sebagai sarjana lengkap. Terdapat tiga Pandangan Utama yang harus diperhatikan agar kita selalu berada dalam jalur Pandangan Benar, yaitu :a. Pandangan benar terhadap karma

dimana semua makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, dan ahli waris karmanya sendiri.

b. Pandangan benar terhadap sepuluh persoalan, yaitu :

• Kebajikan tinggi dalam berdana • Kebajikan dalam pemberian

yang banyak • Kebajikan dalam pemberian

yang sedikit • Akibat dari perbuatan yang

buruk dan baik • Kebajikan perbuatan terhadap

ibu • Kebajikan perbuatan terhadap

ayah • Adanya makhluk yang lahir

secara spontan • Adanya dunia ini • Adanya dunia dan alam

kehidupan yang lain • Adanya makhluk hidup yang

melakukan latihan yang benar dan memiliki pencapaian yang benar yang dengan usahanya sendiri dalam berbagai kehidupan dan kemudian mengajarkan Kebenaran kepada makhluk lainnya.

S

P

Page 6: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

6

c. Pandangan benar terhadap Empat Kebenaran Mulia.

Pandangan benar dalam kenyataan kehidupan modern saat ini juga mencakup mengenai berbagai pengetahuan yang semestinya kita sadari, sehingga dapat membuka wawasan kita terhadap berbagai hal yang terjadi di sekeliling kita.

Katak Dalam Sumur

Ada seekor katak yang seumur hidup tinggal di suatu sumur. Katak tersebut sangat menyenangi kehidupannya di lingkungan sumur tersebut. Kalau siang hari yang panas dia berendam di kedalaman sumur, dan di malam hari dia loncat ke luar sumur, bermain di sekeliling pinggiran sumur. Sampai suatu hari datanglah seekor kura-kura dari lautan. Katak tersebut dengan bangganya menceritakan bagaimana senangnya dia menjalani kehidupannya di dalam sumur, dan menawarkan kura-kura tersebut untuk tinggal di dalamnya. Kura-kura yang melihat kecilnya sumur tersebut tentu saja menolak, dan mengatakan bahwa dia senang tinggal di luar sumur, karena dapat menyelami berbagai lautan dengan berbagai corak kehidupannya. Sang kura-kura menceritakan berbagai hal-hal menarik di luar sumur yang belum pernah dialami oleh sang katak. Namun semua cerita kura-kura tersebut dianggap sebagai dongeng yang tidak masuk akal saja. Sehingga sang katak tidak peduli akan kehidupan di luar sumur, dan tetap memilih tinggal di sumur kecil kebanggaannya.

Demikian juga sering terjadi dalam kehidupan ini yang tanpa disadari telah menarik garis-garis pemisah yang menciptakan kotak yang menutup diri kita sendiri.

Memang kehidupan sang katak akan menyenangkan buat katak itu sendiri, tetapi dengan menceritakan kebahagiaan hidup di sumur kepada seekor kura-kura yang biasa hidup di lautan luas, akanlah tidak ada artinya. Demikian juga sebaliknya bagi seekor kura-kura yang menikmati kebahagian hidup di laut, menceritakan kehidupan tersebut kepada seekor katak di sumur juga sia-sia adanya. Kita sering terkotak oleh pengetahuan terbatas yang kita yakini. Buddha Dharma tidaklah terbatas, sebagaimana dicontohkan oleh Sang Buddha dengan segenggam daun ditanganNya dibandingkan dengan daun-daun yang ada di seluruh hutan. Bagaimana dapat melampaui pengetahuan yang tertulis, itulah yang penting untuk kita raih dalam kehidupan kali ini. Tentunya dengan suatu Pandangan Benar, maka segala pengetahuan akan dapat kita alami juga pada akhirnya.

2. Pikiran Benar

ikiran Benar dapat dibagi atas tiga ruas pengertian, yaitu : 1. Pikiran yang tanpa keserakahan [lobha],

kebencian [dosa] dan kebodohan batin [moha] ; 2.Pikiran yang berisi cinta kasih [metta] ; 3.Pikiran yang berisi kasih sayang [karuna] Keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin adalah halangan utama atau tiga racun dunia bagi kita dalam menuju Pencerahan. Kita harus senantiasa berusaha untuk memelihara pikiran benar, agar bisa mengatasi tiga racun dunia tersebut, sehingga memasuki Jalan KeBuddhaan. Pikiran merupakan hal yang sangat mempengaruhi dalam usaha kita memperoleh Pencerahan. Pikiran yang tidak dapat diatasi akan merupakan halangan sehingga dapat menimbulkan sifat kebencian kepada orang lain tanpa ada dasar sama

sekali.

Bhiksu Menggendong Wanita Cantik

Dalam perjalanan menuju kembali ke vihara, seorang Bhiksu tua bersama muridnya seorang bhiksu muda tiba di tepian sungai yang deras. Pada saat itu seorang wanita muda cantik dengan pakaian jaman dulu (panjang sampai ke tumit) berdiri kebingungan di tepian sungai. Melihat Bhiksu tua dan bhiksu muda yang bermaksud menyeberang tersebut, maka wanita muda ini meminta tolong untuk diseberangkan. Dengan spontan Bhiksu tua menawarkan kesediaannya untuk membantu, dan secara sigap mengendong wanita muda tersebut ke seberang. Bhiksu muda yang ikut menyeberang hanya bisa terpelongo menyaksikan pemandangan tersebut yang menurut pikiran dia sangatlah tidak pantas dilakukan oleh gurunya. Namun sebagai seorang murid yang setia, maka bhiksu muda ini mengurungkan niatnya untuk menegur gurunya. Setelah tiga malam tidak bisa tidur karena selalu memikirkan tingkah laku gurunya tersebut, dimana sampai timbul kebencian yang sangat besar terhadap gurunya. Maka akhirnya bhiksu muda ini memutuskan untuk bertanya kepada gurunya, dimana apabila tidak diperoleh jawaban yang memuaskan maka dia akan berhenti menjadi muridnya. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali dengan mata yang masih kuyuh, bhiksu muda tersebut menemui gurunya yang sedang duduk minum teh. Bhiksu tua agak kaget juga melihat kemunculan muridnya yang tidak biasanya tersebut. Sesampainya bhiksu muda ini, langsung dia menanyakan, “Guru, ini ada pikiran yang menganggu saya dan sampai saat ini masih belum dapat saya peroleh

P

Page 7: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

7

jawabannya. Untuk itu harap guru mau memberikan penjelasan. Kenapa guru tiga hari yang lalu menggendong wanita muda cantik menyeberang sungai tanpa merasa risih, padahal itukan tidak sopan sama sekali?” Bhiksu tua tersebut sempat bingung dan tidak mengerti apa yang dimaksud karena kejadian tersebut sudah tidak diingatnya lagi. Setelah dijelaskan lebih detail, dan sesudah Bhiksu tua mengerti duduk persoalannya, maka diapun tertawa sambil berkata, “Ha...ha...ha..., muridku yang malang, guru hanyalah mengendongnya untuk membantu dia menyeberangi sungai yang deras tersebut , tetapi Anda sungguh malang sekali, malah mengendongnya dari tiga hari yang lalu sampai sekarang!”

Buddha berarti Telah Mencapai Tempatnya dan Kebuddhaan adalah tujuan dari semua Buddhisme. Buddha Sakyamuni, pendiri dari Buddhisme, adalah manusia pertama dalam sejarah yang telah mencapai tingkatan ini. Berdasarkan inilah, semua Buddhis diseluruh dunia mengambil perlindungan dalam Buddha. Kemudian, dalam Buddhisme Mahayana, banyak terdapat Buddha-buddha lain selain Buddha Sakyamuni bermunculan. Sebagai contoh Buddha lain seperti Buddha Amitabha dan Buddha Obat – Bhaisajyaraja (Yakushi) Buddha, semua mulai bermunculan sebagai objek pemujaan. Dan Dharma adalah salah satu dari Tiga Pusaka, Ini merupakan kumpulan tulisan (sutra) yang dikelompokkan secara bersama-sama dan disebut Tri-Pitaka (San Zou), Tiga Keranjang atau kumpulan. Diantara mereka, terdapat Sutra (Kyo) dan Vinaya (Aturan,Ritsu) semua adalah ajaran dan pembabaran yang disampaikan oleh Buddha Sakyamuni. Komentar dan penjelasan Sutra dan Vinaya (Ron), bagian ketiga dari tulisan, dibuat oleh para sarjana atau bhiksu-bhiksuni yang mempunyai kebajikan tinggi pada masa lampau. Terakhir, Sangha adalah terdiri dari empat macam pengikut yakni Para Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka dan Upasika. Ini termasuk semua orang yang percaya ajaran yang disebut Buddhisme dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kemudian ini juga termasuk seluruh Buddhis. Dan Nichiren Daishonin menulis dalam Itai Doshinji, semua hal adalah mungkin, jika semua bersatu dalam satu semangat. Tidak ada sesuatu apapun yang dapat dicapai

jika tidak bersatu. Jika semua orang bersatu dalam satu pikiran dan tujuan meskipun berbeda badan. Mereka akan mencapai tujuan mereka. Bagaimanapun, jika mereka menjadi satu badan tetapi mempunyai pikiran yang berbeda, mereka akan tidak mampu untuk mencapai apa yang luar biasa. Nichiren Daishonin mengingatkan kita agar disatukan tujuan kita semua maka kita akan mencapai tujuan dari kita semua para pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Kata-kata Itai Doshin, berarti satu tujuan tetapi berbeda badan, sering digunakan untuk menguraikan tentang kesatuan didalam Sangha. Lagipula, Nichiren Daishonin berkata dalam Issho Jobutsu Sho, ‘Ketika kamu membersihkan sebuah cermin berdebu, maka akan bersinar seperti sebuah permata. Pikiran yang sesat dan belum dewasa adalah seperti sebuah cermin yang berdebu. Ketika kamu membersihkan pikiran berdebumu, ia akan menjadi sebuah cermin yang mencerminkan kebenaran yang sejati itu.' Taruhlah hati kepercayaanmu didalam Tiga Pusaka atau Tri Ratna (Buddha, Dharma dan Sangha) dan biarkanlah pikiranmu berkilau siang dan malam. Bagaimana cara agar kamu bisa bersinar ? Cukup hanya sebut, Namu Myoho Renge Kyo. Gassho.

Sambungan dari Hal. 4

BERSAMBUNG

Page 8: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

8

Buku "Writing Of Nichiren Shonin" Doctrine 2Edited by George Tanabe.Jr, Compiled by Kyotsu HoriTerbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion Association, Tokyo - JapanDiterjemahkan oleh Sidin Ekaputra,SE

Pengenalan

urat ini ditulis untuk Tuan Toki, pada tahun Kenji Ke-4 (1278) di Gunung Minobu. Surat aslinya

masih tersimpan dengan baik di Kuil Hokekyoji di Nakayama, Propinsi Chiba (Baca tentang Kuil ini pada Buletin Edisi Maret 2005). Ini merupakan surat balasan untuk menyatakan rasa terima kasih kepada Tuan Toki atas sumbangannya dalam rangka peringatan kematian ibunya. Surat ini juga mendiskusikan sebuah konsep Buddhisme yang penting. Ajaran Saddharma Pundarika Sutra mencakup dua jenis pelaksanaan, yang terdiri atas 'Bibit Jurui' dan 'Bibit Sotai' untuk mencapai KeBuddhaan. Surat ini secara jelas menyatakan bahwa apa yang kita ketahui sebagai hawa nafsu, karma, dan penderitaan

SHIMON BUTSUJO-GIHal. 245

dari ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutra, termasuk paruh awal dari Saddharma Pundarika Sutra, dapat berubah ke dalam Tiga Kebajikan: Badan Dharma, Kebijaksanaan dan Kesadaran. Konsep ini hanya dapat kita temukan dalam Saddharma Pundarika Sutra, kata Nichiren Shonin, dan melalui hal inilah kita dapat mencapai KeBuddhaan dengan badan kita saat sekarang.

MAKNA AJARAN BUDDHAYANA YANG

PERTAMA KALI DIDENGAR

ang 7 ikat telah kami terima disini, Propinsi Kai yang dikirimkan dari Propinsi Shimofusa. Kita

menerima ini sebagai persembahan untuk peringatan tiga tahun kematian ibumu tercinta. Pertanyaan: Pada bagian

awal dari Maka Shikan, Maha Guru Chang-an memuji dengan berkata, “Kita tidak pernah mendengar tentang ajaran yang disebut Kedamaian dan Perenungan Maka Shikan.” Apa arti dari pernyataan ini? Jawab: ini merupakan pujian kepada meditasi Sempurna dan Seketika, salah satu dari tiga konsep meditasi dari Maha Guru T’ien-t’ai: Bertahap, Dapat Berubah, dan Sempurna dan Seketika. Pertanyaan: Apa itu meditasi Sempurna dan Seketika? Jawab: Ini adalah nama lain dari meditasi Saddharma Pundarika Pertanyaan: Apakah itu Meditasi Saddharma Pundarika? Jawab: Berdasarkan pada pelaksanaan dalam Saddharma Pundarika Sutra, bagi orang biasa

dan mereka yang belum mencapai Pencerahan pada masa akhir dharma ini, terdapat dua ajaran yakni “Bibit Jurui” (Konsep Membuka dan Sejenis) dan “Bibit Sotai” (Membuka dan

S

U

Page 9: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

9

Lain Jenis) yang akan membimbing mereka masuk dalam Kendaraan Buddha (Buddhayana). P e r t a n y a a n : Apakah dasar dari makna ini ? Jawab: Berdasarkan Saddharma Pundarika Sutra Bab.V “Perumpamaan Tanaman Obat” terdapat empat aksara yakni Shu (Bibit), So (Wajah), Tai (Badan) dan Sho (Sifat). "Bibit Jurui" dan "Bibit Sotai" didasarkan pada aksara pertama dari Empat Aksara tersebut; Shu (Bibit), Bibit Kebuddhaan. Dalam Hokke Gengi menyatakan bahwa "Bibit Jurui", adalah: “Segala sesuatu yang memiliki jiwa mempunyai Bibit KeBuddhaan. Jika dengan sepenuh hati mendengar meskipun sebait atau sepatah kalimat dari Sutra, maka segera akan menyadari bahwa semuanya mempunyai Bibit KeBuddhaan. Sekiranya seseorang dengan tangan anjali dan memuja serta berdoa kepada Buddha, maka orang ini akan segera menuju arah KeBuddhaan.” "Bibit Sotai" berarti: "membuka dan merubah Tiga Jalan Iblis dari Hawa Nafsu, Karma Buruk, dan Penderitaan ke jalan Tiga Kebajikan; Hosshin (Badan Dharma), Hannya (Kebijaksanaan) dan Gedatsu (Kesadaran) seketika." Kedua konsep ini, "Bibit Jurui" didasarkan pada Saddharma Pundarika Sutra, meskipun beberapa aspek masih berkaitan dengan berbagai sutra-sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra. Maha Guru Miao-le menjelaskan dalam Hokke Mongu bahwa, “Ajaran khusus hanya

mempunyai Bibit Jurui tidak ada Bibit Sotai.” Ajaran khusus dalam penjelasan ini, tidak mengacu pada pengertian umum yang didasarkan pada Empat Ajaran, Zo (Tripitaka), Tsu (Umum), Betsu (Khusus), dan En (Sempurna), tetapi melainkan mengacu pada pengajaran sempurna yang sudah ada sebelum Saddharma Pundarika Sutra atau pengajaran sempurna yang diajar oleh guru-guru lain selain Maha Guru T’ien-t’ai. Meskipun dalam bagian teori atau bagian pertama dari Saddharma Pundarika Sutra, Bab II “Kebijaksanaan” menyebutkan membuka dan menemukan Bibit Jurui dari manusia dan mahluk surgawi. Ajaran ini dimulai dengan kalimat, “Orang yang menyumbang dan menghormati relik dari Sang Buddha.”, diikuti oleh 20 atau lebih baris kalimat yang menyatakan bahwa bahkan sebuah kebajikan kecil sekalipun akan mendorong kearah Penerangan untu membuka dan menemukan Bibit Jurui. Pertanyaan: Bagaimana dengan membuka dan menemukan Bibit Sotai ? Jawab : Dalam Maka Shikan dikatakan: “Apa yang dimaksud dengan telah mendengarkan ajaran sempurna? Ini berarti Badan Sementara ini langsung berubah menjadi Badan Kekal “Badan Dharma”, Hawa Nafsu langsung berubah menjadi Kebijaksanaan Tak Terbatas, dan

Karma Buruk langsung menjadi Kesadaran. Kelihatannya terdiri atas tiga nama, tetapi hanya satu badan. Singkatnya, Tiga Aspek tersebut menjadi satu peristiwa. Dalam kenyataannya, sejak ke tiga konsep ini menjadi satu kesatuan, tidak terdapat perbedaan diantara mereka. Jika Badan Dharma ini menjadi wujud sebenarnya, maka Kebijaksanaan dan Kesadaran juga akan mengikutinya. Jika Kebijaksanaan menjadi suci dan bersih, maka akan diikuti oleh Badan Dharma dan Kesadaran. Jika ketika Kesadaran menjadi Bebas, maka dapat disimpulkan bahwa Badan Dharma dan Kebijaksanaan juga demikian. Dalam hal ini, kesatuan ini tidak hanya antara Tiga Badan dan Tiga Jalan Iblis, tetapi juga mencakupi seluruh gejala dan penomena yang ada. Oleh karena itu, seluruh fenomena saling berhubungan dengan Buddha Dharma, tidak ada sesuatu pun yang kurang. Hal ini yang dinamakan telah mendengar ajaran sempurna.” Keterangan ini memberikan panduan kita tentang membuka dan menemukan Bibit Sotai. Pertanyaan: Apakah maksudnya ? Jawab : Kutipan diatas dari Maka Shikan yang menyatakan bahwa “Hidup dan Mati” mengacu pada Pikiran dan Badan kita, yang mana menyebabkan penderitaan sebagai hasil dari karma masa lampau kita---secara terperinci

Page 10: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

10

digambarkan dalam Lima Unsur, Dua Belas Perasaan (Enam Panca Indera dan Aspek) dan Delapan Belas “Dunia” (Enam Panca Indera dan Enam Aspek ditambah Enam Kesadaran). “Hawa Nafsu” dapat dikategorikan sebagai “Tiga Ilusi / Kesesatan”: Kesesatan dari pandangan dan pikiran, Kesesatan yang bagaikan butir-butir pasir, dan Kesesatan kegelapan dasar pokok jiwa. “Karma Buruk” mengacu pada berbagai macam karma buruk seperti Lima Dosa Besar, Sepuluh Keburukan dan Empat Dosa Utama. Badan Dharma berarti mengacu pada Badan Buddha (Dharmakaya), Kebijaksanaan Tak Terbatas berarti Badan Kebajikan Buddha (Sambhogakaya), dan Kesadaran mengacu pada Badan Kesadaran dari Buddha (Nirmanakaya). Sejak masa lampau yang tak terbatas, kita telah terhubung dengan Tiga Jalan Sesat: Hawa Nafsu, Karma Buruk, dan Penderitaan. Beruntung, sebab kita telah bertemu dengan Saddharma Pundarika Sutra, kita dipastikan dapat merubah kesesatan dari Tiga Jalan Sesat tersebut menjadi Tiga Kebajikan; Badan Dharma, Kebijaksanaan, dan Kesadaran. Pertanyaan: Hal ini sukar dimengerti, ini bagaikan mengeluarkan air dari kobaran api, atau dari dalam batu tumbuh bunga yang indah. Sudah menjadi hal yang umum dalam Buddhisme,

bahwa sebuah akibat buruk akan timbul dari sebuah sebab buruk; sebagaimana sebuah barang yang bagus dihasilkan dari bahan yang bagus pula. Meskipun demikian, jika kita melihat dari mana kita berasal, secara jelas bahwa kita lahir dari percampuran dua tetes merah dan putih, sel telur dan sperma ibu ayah kita. Ini dapat dikatakan akar keburukan tidak dapat menghasilkan sebuah hal yang suci. Meskipun kita membersihkan diri dengan air dari samudera, tetap tidak akan bersih dan suci. Ketika kita melihat pikiran dan badan kita---bahwa akar pokok semua penderitaan---kita dapat dikatakan semua itu didasarkan pada Tiga Racun: Keserakahan, Kemarahan dan Kebodohan. Dengan kedua jalan ini, Hawa Nafsu dan Tiga Racun menghasilkan berbagai macam karma buruk, Jalan Karma ini menyebabkan kita terikat pada penderitaan Triloka dan Enam Dunia Buruk (Enam Dunia terendah dari Sepuluh Tingkat Dunia). Ini bagaikan seekor burung yang terperangkap dalam kurungan. Bagaimana mungkin ke Tiga Jalan, Hawa Nafsu, Karma Buruk, dan Penderitaan dapat berubah menjadi Tiga Kebajikan; Badan Dharma, Kebijaksanaan dan Kesadaran dari Badan Buddha? Ini seperti mengumpulkan kotoran tinja untuk dibuat seperti kayu cendana, bagaimana mungkin

mengharapkan dapat mengeluarkan keharuman cendana darinya. J a w a b : Pertanyaanmu ini adalah hal yang wajar. Sangat sulit bagi saya untuk dapat

menjawab secara memuaskan. Namun Bodhisattva Nagarjuna, pewaris ke-13 ajaran Sang Buddha, sebagaimana Maha Guru T’ien-t’ai yang dihormati sebagai pendiri ajaran, menyatakan satu aksara “Myo” dalam Daichido-ron: “Ini sama seperti seorang dokter terkenal dan alih yang meramu racun menjadi obat.” Apa yang dimaksud dengan “Racun” disini? Hal ini mengacu pada Tiga Jalan, itu adalah Hawa Nafsu, Karma Buruk dan Penderitaan kita. Kemudian apa yang dimaksud dengan “Obat”? Ini tidak lain berarti merubah Tiga Jalan Sesat menjadi Tiga Kebajikan. Maha Guru T’ien-t’ai dalam Hokke Gengi dikatakan: “Myo” dari Myoho Renge Kyo berarti 'Gaib.” Dan dalam Maka Shikan, Beliau menyatakan: “Sekejap pikiran mengandung sepuluh dunia, semua tidak kurang dari 3.000 gejala keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran, merupakan suatu hal yang mustahil memisahkan sekejap pikiran dari segala hal yang ada. Hubungan ini sangat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata, seperti “Pikiran” yang jatuh dalam dunia yang tidak dapat dimengerti.” Mencapai KeBuddhaan dengan Badan Apa adanya sangat sulit dilukiskan. Sekarang, sekte Kegon dan Shingon telah mencuri konsep yang dibabarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra dan

Page 11: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

11

menjadikan hal itu milik mereka sendiri. Mereka para pencuri yang ulung dan tersohor didunia ini. Pertanyaan: Apakah mungkin bagi kita, umat awam pada masa akhir dharma ini, untuk menerima ajaran yang sulit ini ? Jawab: Kelihatannya kamu tidak begitu yakin dengan apa yang telah aku katakan, maka ijinkan aku mengutip kalimat dari Daichido-ron Nagarjuna jilid 93: “Berbeda dengan pendapat umum bahwa seorang Arahat yang telah mampu mengendalikan semua hawa nafsunya tidak dapat mencapai KeBuddhaan, namun dalam kenyataannya dapat mencapai KeBuddhaan, semua ini hanya diketahui oleh Buddha. Hal ini menjadi bahan diskusi bagi para sarjana Buddhis; namun, ini semua tidak akan dapat dibuktikan hanya melalui sebuah polemik dan perdebatan. Diskusi tanpa hasil sepert ini tidak diperlukan. Kenyataan ini akan menjadi terbukti dengan sendirinya ketika seseorang mencapai KeBuddhaan. Mereka yang belum mencapai Jalan Penerangan tidak perlu berdebat perihal apakah seseorang itu telah mencapai KeBuddhaan atau tidak dan hanya percaya saja.” Ini berarti pengertian yang mendalam dari Saddharma Pundarika Sutra (Konsep Bibit Sotai dan segera mencapai Jalan KeBuddhaan) sangat sulit dimengerti bahkan oleh para Bodhisattva sebelum Saddharma Pundarika Sutra; mereka yang percaya akan ajaran khusus untuk mengatur dan membersihkan diri mereka dari Sebelas Bentuk Ketidak-tahuan;

dan demikian juga para Maha Bodhisattva dari ajaran sempurna seperti Samantabhadra dan Manjusri; yang terkenal telah membebaskan diri mereka dari Empat Puluh Satu Ketidak-tahuan. Tidak perlu dilanjutkan lagi, hal ini sangat membingungkan dan tidak dimengerti oleh ke Tiga Kendaraan (Sravaka, Pratyekabuddha, dan Bodhisattva), mereka yang mengikatkan diri pada ajaran yang bersifat sementara seperti Hinayana dan Vaipulya, atau untuk mereka yang belum mencapai penerangan pada masa akhir dharma. Ini adalah pernyataan dari Nagarjuna. Berdasarkan pada Daichido-ron, kita diingatkan kepada kutipan kalimat yang terdapat dalam Bab.II “Kebijaksanaan” Saddharma Pundarika Sutra yang berbunyi: “Hanya antara Buddha dan Buddha saja yang dapat mengerti.” Kutipan kalimat ini merupakan jalan keluar bagi Ke-dua Kendaraan (Sravaka dan Pratyekabuddha), mereka yang berpikir berdasarkan ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutra, harus mengalahkan kesesatan yang timbul dari pikiran dan pandangan yang salah, menghancurkan sifat keras, dan memusnahkan badan dan kesadaran, dan akan dapat memasuki Jalan Penerangan karena kebajikan dari Saddharma Pundarika Sutra, yang mana

dapat merubah Tiga Jalan Iblis; (Hawa Nafsu), Karma Buruk dan Penderitaan dengan seketika menjadi Tiga Kebajikan; Badan Dharma, Kebijaksanaan dan Kesadaran. Dengan demikian maka Kesadaran dapat dicapai oleh Ke-Dua Kendaraan tersebut. Hal ini menyebabkan baik bagi Bodhisattva maupun manusia biasa dapat mencapai Jalan Penerangan. Maha Guru T’ien-t’ai dalam Hokke Gengi dikatakan: “Ketika seseorang yang berada dalam Jalan Ke-Dua Kendaraan (Dwiyana) mencapai sebuah tingkat kondisi mental yang buruk dan phisik yang kelelahan karena segala keinginan, yang disebut sebagai “Racun”, telah dapat dipadamkan, kemudian dengan memasuki Penerangan yang didasarkan pada Saddharma Pundarika Sutra, maka “Racun” tersebut akan dirubah menjadi “Obat”. Ini adalah kesimpulan dari Nagarjuna. Nagarjuna “Daichido-ron” juga menyatakan,”Saddharma Pundarika Sutra merupakan ajaran rahasia yang sesungguhnya; ajaran-ajaran lain selain sutra ini bukanlah ajaran rahasia.” Pertanyaan: Apakah kebajikan yang ada, untuk kita yang tidak berpendidikan ini, mendengarkan pembabaran ajaran penting ini ? Jawab: Dengan ini, kita baru dapat dikatakan telah benar-benar mendengarkan Saddharma

Page 12: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

12

Pundarika Sutra untuk pertama kalinya. Maha Guru Miao-le menyatakan dalam “Makashikan fugyo-den guketsu”: “Jika percaya bahwa Tiga Jalan Iblis dapat menjadi Tiga Kebajikan, kemudian dengan ini menyebabkan kita dapat menyeberangi sungai antara hidup dan mati; manusia yang tersesat dalam kelahiran dan para Bodhisattva yang berusaha membebaskan diri mereka dari segala ilusi, apalagi kelahiran dalam Triloka dan Enam Dunia Rendah. Ketika kita, manusia yang belum mencapai Pencerahan pada masa akhir dharma ini, mendengarkan ajaran ini, kita tidak hanya dapat memperoleh Penerangan Agung, tetapi kedua orangtua kita juga mendapatkan kebajikan yang sama. Tanpa diragukan lagi, ini sungguh sebuah balas budi yang utama. Maafkan Aku, karena tidak dapat menjelaskan secara terperinci, karena Aku sedang kurang sehat, tetapi Aku berharap akan membahas hal ini lagi pada kesempatan lain.

Tanggal 28 Bulan kedua Tahun Kenji Ke-4Kepada Tuan Toki

Nichiren (Tanda tangan)

Buku "A Collection of Nichiren's Wisdom"Volume 1 Nichiren Shonin GoibunTerbitan : Nichiren Buddhist International CenterDiterjemahkan oleh : Sidin Ekaputra,SE

Air mata Untuk Sutra(Air Mata Madu) Air mata mengalir jatuh ketika saya memikirkan kesulitan-kesulitan besar yg harus saya jalani hari ini, tapi saya tidak bisa menghentikan air mata bahagia ketika saya membayangkan mencapai Kesadaran Buddha dimasa mendatang. Burung dan serangga menangis tanpa menjatuhkan air mata. Nichiren tidak menangis namun air matanya terus mengalir. Beliau mengalirkan airmata bukan untuk hal-hal duniawi, namun semata hanyalah demi Saddharma Pundarika Sutra. Oleh karena itu ini dapat dikatakan sebagai air mata madu.

Goibun "Shoho Jisso Sho"Kenyataan Dari Semua Hal.(Latar Belakang: 17 Mei, 1273, di Pulau Sado, Showa Teihon, Hal.728)

Permata Yang Tak Terhingga Jumlahnya.(Harta Karun)

Walaupun Saddharma Pundarika Sutra terdiri dari hanya delapan bagian, namun sutra ini sama nilainya dengan membaca 16 bagian, karena sutra ini adalah ajaran yang disebarkan oleh Buddha Sakyamuni dan Buddha Taho. Ke-enam belas bagian ini juga sama nilainya dengan bagian-bagian yg tak terhingga jumlahnya karena para Buddha diseluruh alam semesta mengakuinya kebenarannya. Dalam kata lain, satu huruf dari Saddharma Pundarika Sutra sama berharganya dengan 2 huruf, karena Buddha Sakyamuni dan Buddha Taho mengakui kebenarannya; nilai dari satu huruf ini sama dengan nilai huruf yg tak terhitung jumlahnya karena banyak Buddha dari seluruh penjuru alam semesta mengakui kebenarannya. Sama seperti harta karun yg didapat dari permata ajaib pengabul keinginan, yang nilainya sama dengan harta-harta karun yg didapat dari permata-permata yg tak terhingga jumlahnya, karunia dari satu huruf Saddharma Pundarika Sutra adalah sama berharganya dengan huruf-huruf yg tak terhingga jumlahnya.

Goibun "Nichimyo Shonin "Surat untuk Nichimyo Shonin(Latar Belakang: 25 Mei 1272, di Jchinosawa, Pulau Sado, Showa Teihon, Hal.644)

Page 13: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

13

ebelum Nichiren Daishonin meninggal, ketika Ia berusia 61 tahun, Beliau menetapkan Enam Murid Utama untuk

meneruskan usahaNya dalam menyebarluaskan ajaran Nichiren. Hal itu ditetapkan pada Tanggal 8 Oktober 1282, ketika beristirahat di kediaman Ikegami Munenaka dan Munenaga, lima hari sebelum Beliau meninggal. Ke-Enam Murid Utama ini adalah: Nissho, Nichiro, Nikko, Niko, Nitcho and Nichiji. Semasa Nichiren Daishonin masih hidup, pemerintah Shogun mendukung para anggota dan pengikut dari berbagai sekte di Kamakura dan khususnya dari pengikut Tanah Suci, untuk mencegah dan menghentikan penyebaran ajaran Nichiren. Keinginan Nichiren Daishonin untuk mengembalikan ajaran Buddha yang sesungguhnya di Jepang mendapat tantangan yang keras. Ia menyebarkan hati kepercayaan terhadap Guru Buddhism yang sesungguhnya, Buddha Sakyamuni dan ajaran Penerangan Beliau, Saddharma Pundarika Sutra. Sebagai akibatnya Ia menghadapi banyak penganiayaan baik terhadap diriNya, murid-murid and pengikutNya. Sekian banyak usaha itu termasuk upaya pembunuhan terhadap Nichiren Daishonin seperti peristiwa di Komatsubara, Matsubagayatsu, dan Ryuko (Tatsunokuchi). Dua kali Ia dihukum pembuangan, meskipun demikian Ia bisa selamat dari segala penganiayaan terhadap dirinya. Pertama, Ia dibuang

CERITA TENTANG NICHIJI SHONIN

(Salah Satu Dari Enam Murid Utama Nichiren Daishonin)

Oleh:YM.Bhiksu. Shoryo Tarabini

ke semenanjung Izu dan kemudian ke Pulau Sado, yang sangat dingin dan dipenuhi orang-orang jahat, sehingga sangat sedikit orang yang dapat selamat dari hukuman pembuangan itu. Selama penganiayaan yang diterimanya, bukan hanya Nichiren Daishonin yang mendapat tekanan dari pemerintah dan sekte lain,namun juga dialami oleh murid-muridnya. Banyak murid yang tidak tahan terhadap tekanan yang dialami, ada yang dipenjara, kehilangan tanah milik, dicaci maki, dihina dan diasingkan dalam masyarakat. Beberapa ada yang mendapatkan hukuman pembuangan, dan ada juga yang dihukum mati. Bahkan setelah kematian Nichiren Daishonin, pemerintah tetap saja memberikan tekanan dan penganiayaan terhadap murid-muridnya. Namun dibawah bimbingan dari Enam Murid Utama, semua dapat menjaga dan mempertahankan hati kepercayaan terhadap Myoho Renge Kyo. Nissho Shonin memusatkan perhatian penyebarannya di Kamakura dan mendirikan Kuil Myohokke-ji. Nichiro Shonin memusatkan perhatian di daerah Kamakura juga dan mendirikan Kuil Myohoji dan juga diseluruh daerah Kanto (Sekarang Tokyo), yang terpusat pada Ikegami Honmonji, dimana tempat Nichiren Daishonin meninggal dunia. Nikko Shonin melakukan penyebaran di daerah Fuji, mendirikan Kitayama Honmonji dan Taiseikiji. Niko Shonin menyebarkan Nichiren Buddhisme di Propinsi Kazusa, dan kemudian

S

menjaga Kuil Kuon-ji di Gunung Minobu, namun pada akhirnya kembali ke kampung halamannya di Mobara. Nitcho Shonin menjadi kepala bhiksu di Kuil Guhoji Mama di Chiba, setelah Toki Jonin merubah Kuil Tendai itu menjadi Kuil Nichiren Shu. Ia kemudian membantu Nikko Shonin di biara Omosu, di Kuil Kitayama Honmonji selama beberapa tahun. Banyak pengikut awam utama dari Nichiren Daishonin, yang kemudian meletakkan hati kepercayaan yang mendalam dan menjadi bhiksu Nichiren seperti Toki Jonin yang kemudian dikenal sebagai Nichijo Shonin, Soya Kyoshin (Soya Nyudo, atau Horen Nichirai), Bhiksuni Myoho-ama, Tuan Nambu (Hakii

Ket.Rupang Nichiji Shonin

Page 14: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

14

menjadi murid langsung Nichiren Daishonin. Nichiji mempunyai murid-murid antara lain Daifu-bo Nikkyo dari keluarga Matsuno dan Jibu-bo Kenshu Nichi’I dari kuil Shijuku-in di Jissoji sebagaimana halnya Matsuno Jiro Saburo. Kuil Shijuku-in dalam komplek Jissoji dengan Nikko, Nichiji, para pengikut dan murid Nichiji, sebagaimana murid lainnya seperti Nichigen, menjadi pusat untuk penyebarluasan hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra didaerah tersebut. Nichigen kemudian menjadi Kepala pembelajaran di Kuil Shijuku-in. Kuil Jissoji adalah sebuah kuil yang sering dikunjungi oleh Nichiren Daishonin dalam tahap pembelajaran dan penyelesaian tulisannya yang terkenal sebagai Rissho Ankoku-ron (Risalah Menciptakan kedamaian dan ketenteraman negara melalui penegakkan ajaran Buddha yang sebenarnya). Kemudian hari secara keseluruhan komplek kuil Jisso-ji beralih kepada Nichiren Shu. Nichiji Shonin dengan rajin melayani Nichiren Daishonin selama bertahun-tahun. Tidak hanya menemani Nichiren Daishonin pada tahun-tahun akhir di Gunung Minobu, tetapi Ia juga tinggal dan melayani ketika saat-saat tersulit dalam hidup guruNya, Nichiren. Ketika beberapa ratus prajurit datang ketempat kediaman Nichiren Daishonin di Matsubagayatsu di daerah Kamakura, mereka menangkap Nichiren Daishonin dan kemudian ingin memenggal kepalanya di Tatsunokuchi, para murid lainnya juga ditangkap. Nichiro Shonin dan empat orang murid lainnya seketika juga dipenjarakan. Nichiji Shonin tetap setia menjaga dan melayani Nichiren Daishonin, ketika hari-hari paling gelap dalam kehidupan Nichiren Daishonin......

Sanenaga, pendukung dana dari Kuil Kuonji di Gunung Minobu, kemudian merubah namanya menjadi Nichi’en Shonin), Shijo Kingo (Genshuiun Nichirai Shonin), dan juga bhiksuni seperti Endo Tamemori (Abutsu-bo Nittoku) dan Sennichi-ama, Ota Jomyo (Myonichi), Ishikawa No Hyoe (Ishikawa Nyudo, pendukung dana untuk biara Omosu dan Kuil Kitayama Honmonji), Ichinosawa Nyudo, Yadoya Mitsunori (yang bekerja didepartemen keamanan dan sipir penjara Kamakura), Ko Nyudo dan Ko-no-ama, Takahashi Rokuro Hyoe (Takahashi Nyudo) dan banyak yang lain lagi. Nichiji Shonin, merasakan bahwa kata-kata dan keinginan Nichiren Daishonin harus diwujudkan yakni mewujudkan Tanah Buddha diseluruh dunia, oleh karenanya pada akhirnya ia memutuskan untuk menyebarluaskan ajaran Nichiren ke luar negeri, dan ia adalah Bhiksu Nichiren Shu pertama yang menjalani tugas misionaris ke luar negeri. Banyak bhiksu Jepang yang pergi ke China, setelah belajar membawa pulang ajaran yang dipelajari ke Jepang, namun tidak ada yang membawa ajaran dari Jepang ke negeri lain. Sebelum kita membicarakan tentang kegiatan penyebarluasan Nichiji Shonin ke luar negeri, mari kita melihat latar belakang dirinya. Nichiji Shonin adalah seorang pribadi yang berani, dan senang bertualang. Nichiji Shonin, yang mempunyai nama lengkap Renge Ajari Nichiji Shonin, dilahirkan dengan nama “Matsuchiyo” di keluarga samurai pada tahun 1250 di Mimatsu, kota Matsuno, daerah Ihara, Propinsi Suruga (Sekarang Propinsi Shizuoka). Ia adalah putra kedua dari Tuan Matsuno Rokuro Zaemon. Tempat kediaman orangtuanya di Matsuno sekarang dikenal sebagai kuil Nichiren Shu yang disebut Kuil Horen-ji.

Pada masa itu belum ada sekolah modern seperti saat sekarang. Matuchiyo dikirim ke sekolah kuil Jissoji di daerah Iwamoto pada umur tujuh tahun. Jissoji adalah sebuah institusi dan kuil utama cabang Jimon dari Sekte Tendai. Tempat ini juga mempunyai perpustakaan dan sutra-sutra Buddha yang luas dan lengkap. Matsuchiyo memulai pembelajarannya dibawah bimbingan dari seorang shami muda atau calon bhiksu, empat tahun lebih tua darinya, bernama Hoki-bo (yang kemudian hari dikenal sebagai Nikko Shonin, 1246-1333) yang tinggal di kuil Shijuku-in dalam kompleks Jissoji. Dari tahun ke tahun, keduanya tumbuh menjadi lebih dekat dan akrab. Matsuchiyo akhirnya menjalani upacara Tokudo, adalah sebuah upacara untuk menjadi seorang bhiksu Tendai, dan diberi nama Kai-ko. Berdasarkan catatan Betto Toki, Kai-ko dikatakan telah dikirim ke Gunung Hiei dibawah perlindungan dari kelompok Matsuno, dimana ia belajar dipusat pembelajaran Tendai, dan melakukan penelitian yang dalam mengenai ajaran rahasia dan pelaksanaan Tendai. Pada tahun 1270, setelah Nikko Shonin menjadi seorang murid dari Nichiren Daishonin, untuk berkunjung melihat gurunya di Kamakura dan ia membawa Kai-ko bersamanya. Ketika Kai-ko bertemu dengan Nichiren Daishonin di gubuknya di Matsubagayatsu, ia merubah hati kepercayaannya kepada ajaran pokok dan pelaksanaan dari Saddharma Pundarika Sutra dan menjadi murid Nichiren Daishonin, ia menerima nama baru sebagai Nichiji. Ia telah berusi 21 tahun ketika itu. Bagaimanapun ia mempunyai hubungan yang erat dengan Nikko Shonin, ia pada awalnya murid pertama dari Nikko Shonin, namun setelah bertemu Nichiren Daishonin, atas persetujuan Nikko Shonin, ia BERSAMBUNG

Page 15: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

15

pacara Pernikahan adalah salah satu peristiwa terpenting dalam kehidupan kita.

Bagaimanapun, jumlah pasangan yang siap menikah berkurang jumlahnya setiap tahun baik di Amerika maupun Jepang. 50 tahun yang lalu, setiap 12 orang dari 1.000 orang di Amerika menikah, tetapi sekarang hanya 8 orang dari setiap 1.000 orang saja. Berdasarkan sensus tahun 1975 di Jepang, terdapat 95 persen dari populasi yang berusia diatas 40 tahun telah menikah, namun sekarang hanya terdapat 70 persen saja. Meskipun demikian, jumlah acara pernikahan mengalami peningkatan sejak 11 september 2001, ketika teroris menyerang di pantai timur Amerika, hal ini berkaitan dengan perasaan sendiri yang mendera orang-orang. Saya sendiri, secara pribadi telah melaksanakan tiga kali upacara pernikahan untuk pasangan muda disini. Upacara Pernikahan dapat dilaksanakan di Kuil Nichiren Shu, dimana terdapat mandala Gohonzon disemayamkan. Namun, upacara pernikahan diluar ruangan sangat populer di Amerika saat sekarang. Mereka mengadakannya di berbagai tempat seperti ruang pertemuan di hotel, rumah pernikahan pribadi, pantai, atau Taman. Saddharma Pundarika Sutra Bab.XXI mengatakan, “Baik didalam sebuah taman, dalam hutan, dibawah pohon, didalam sebuah biara, atau

hutan belantara, dirikanlah sebuah stupa dan buatlah persembahan, karena itu kalian ketahuilah bahwa tempat dimana stupa itu muncul adalah Tempat Penerangan. Ditempat itu Sang Buddha mencapai Anuttara-samyaku-sambodhi. Ditempat ini Sang Buddha memutarkan roda dharma. Ditempat ini Sang Buddha memasuki Pari-Nirvana.” Oleh karena itu, ketika Aku melaksanakan sebuah Upacara Pernikahan diluar kuil, Aku menyiapkan satu set Altar, seperti Gohonzon, sepasang lilin, dan dupa serta juga sepasang bunga, dimana tempat akan diadakan upacara tersebut. Musik yang dimainkan pada acara pernikahan itu dapat berupa musik tradisional pernikahan

dalam tradisi barat, gagaku (musik tradisional Jepang), lagu Hawai, atau lagu-lagu lainnya. Ini semua tergantung dari selera pasangan yang akan menikah. Hal yang terpenting adalah pasangan yang akan menikah, akan mengucapkan janji pernikahan didepan Mandala Gohonzon Nichiren Shu yang merupakan simbol dari keharmonisan alam semesta. Upacara pernikahan bisa saja berbeda-beda tergantung efisiensi, karenanya aku tidak menguraikannya disini. Tradisi pertukaran cincin pernikahan juga dilakukan. Disamping pertukaran cincin, persembahan juzu, dupa, membaca (Dokyo) Saddharma Pundarika Sutra, menyebut (Shodai) Odaimoku, “Namu Myoho Renge Kyo” dengan sungguh hati dan

UPACARA PERNIKAHAN DI AMERIKA

Oleh: YM.Bhiksu Shokai Kanai(Kepala Kuil Nichiren Buddhist Los Angeles)

U

Page 16: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

16

tradisi Jepang ‘san, san, kudo’ juga diperlukan. Upacara ini adalah

Ket.Altar untuk Upacara Pernikahan diluar ruangan (Pantai)

yang ada pada pasanganmu. Buatlah impian pasanganmu adalah impian mu juga. Kemudian bantulah satu sama lain untuk mewujudkannya. Kehidupan pernikahan adalah bagian dari pelaksanaan Buddhisme. Saddharma Pundarika Sutra, Bab II, mengatakan, “Ekka Shu Shin” yang berarti “Buddha membuat semua mahluk hidup berbahagia.” Bab. XVI dalam sutra yang sama dikatakan, “In Go Shin Ren Bo” yang berarti “Sebab kamu jatuh cinta kepada Sang Buddha.” Buddha tidak berada diluar dirimu atau diluar pasanganmu. Ia ada dalam dirimu dan pasanganmu. Kehidupan pernikahan adalah pelaksanaan yang terindah dalam Saddharma Pundarika Sutra. Gassho.

Sumber: The “Bridge” Nichiren Shu Buddhist International Center, Edisi No.41, 2003

meminum tiga gelas kecil sake dengan tiga macam ukuran gelas yang berbeda diantara pasangan. “Tiga” adalah tidak terpisahkan dan merupakan nomor keberuntungan. Jadi sembilan kali tegukan sake melambangkan tiga kali kebahagiaan. Ini adalah sebuah harapan dan doa agar pasangan yang menikah ini tidak akan terpisahkan. Bagaimanapun, setelah beberapa tahun berlalu sejak pernikahan, banyak pasangan suami istri yang terikat oleh egoisme masing-masing. Mereka akan berkata, “Hidup pernikahan adalah merepotkan! Saya tidak dapat melakukan apa yang ingin aku lakukan!”. Namun, Pernikahan yang ideal adalah

dimana kamu dapat merasakan kebahagiaan terhadap segala sesuatu

LAGU NICHIREN SHU

TACHIWATARUSyair Asli : Nichiren Shonin

Musik : Hirota RyutaroLirik : Ikeda Shiro

Tachi wataruMi no ukikumo moHarenu beshiTaenu minori noWashi no yamakaze

Even the clouds of sadnessThat spread over meWould be blown clear awayBy the winds of Mt.EagleFilled with the sound of the Lotus Sutra

Page 17: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

17

antera, pusaka, dan jimat di Jepang, dikenal sebagai “O'mamori”. Secara halfiah, kata

O'mamori berarti “Melindungi atau Mempertahankan”. O'mamori ini digunakan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan secara menyeluruh terhadap permasalahan dalam kehidupan seperti penyakit, kecelakaan, kebakaran, keselamatan dalam kelahiran bayi, kebangkrutan dan lain-lain. O'mamori, biasanya terbuat dari potongan kain atau kertas, dan bahan lain yang berukuran kecil, dan diatasnya tertulis nama dewa atau suatu aksara doa. O'mamori dalam Nichiren Shu Buddhisme, dibuat dalam berbagai macam bentuk dan ukuran dan diatasnya tertera aksara Namu Myoho Renge Kyo, baik yang hanya mencakup Empat Raja Langit saja atau lengkap meliputi dewa-dewi lainnya. O'fuda adalah suatu jimat yang hampir sama dengan O'mamori. O'fuda juga dituliskan nama para dewa, atau nama suatu kuil suci, atau aksara doa khusus lainnya. Perbedaan antara O'mamori dan O'fuda sedikit hanya berdasarkan pada fungsi pengunaannya saja. Kedua-duanya selalu digunakan oleh kuil-kuil suci Shinto dan Buddha. Nichiren Shonin, pendiri Nichiren Shu pernah juga menuliskan sebuah jimat/O'fuda bagi Nanjo Tokimitsu, salah seorang muridnya untuk melindungi bangunan yang telah selesai dibangun. Penggunaan O'mamori dan O'fuda sangat luas dikalangan Buddhis, hampir semua sekte mempunyai O'mamori dan O'fuda dengan kegunaan dan karakteristiknya masing-masing.

Perbedaan antara O'mamori dan O'fuda dibedakan berdasarkan pengunaannya. Pada awalnya O'mamori disimpan dalam sebuah tabung bambu kecil dan dikenakan seperti sebuah kalung, sekarang ini telah dibuatkan kantong khusus dari kain (O'mamori Bukuro) dan dikenakan oleh mereka yang menginginkan perlindungan. Sedangkan, O'fuda biasanya digunakan untuk melindungi rumah dan diletakkan di pintu gerbang atau pintu masuk rumah atau ditempatkan di tempat suci keluarga (kamidana). Jimat digunakan oleh orang-orang dalam kaitan dengan kekuatan gaib yang mampu melindungi dari marabahaya, dan juga untuk mendapatkan kesejahteraan, kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. O'mamori dalam Nichiren Shu Buddhisme, mempunyai pengertian yang jauh lebih dalam, yakni;1. O'mamori tidak hanya semata-mata

sebagai media perlindungan saja tetapi juga sebagai upaya untuk peningkatan hati kepercayaan;

2. O'mamori hanya sebuah jalan upaya, sebagai pintu gerbang menuju hati kepercayaan yang sebenarnya;

3. O'mamori mempunyai kekuatan karena hati kepercayaan orang yang bersangkutan, bahwa mereka yang melaksanakan Saddharma Pundarika Sutra pasti akan mendapatkan perlindungan dari para dewa-dewi.

4. O'mamori dalam Nichiren Shu yang bertuliskan Gohonzon, melambangkan kesempurnaan jiwa manusia yang sebenarnya, artinya dengan mengenakan O'mamori, kita hendaknya berusaha mewujudkan kesempurnaan jiwa tersebut.

5. O'mamori juga untuk mengingatkan kita pada ajaran Sang Buddha, agar kita selalu menjaga sikap dan tingkah laku, sehingga selalu sesuai dengan ajaran Buddhisme.

Semua kebudayaan dan religius mempunyai O'mamori yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari, hal ini tidak hanya terbatas pada kebudayaan timur tetapi juga kebudayaan barat. Di Jepang sendiri, O'mamori begitu populer dan sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Setiap orang berkunjung ke sebuah Kuil Buddha atau Shinto pasti akan menginginkan dan membawa pulang sebuah O'mamori baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Gassho.

O'MAMORI DAN O'FUDAOleh: Sidin Ekaputra

M

Page 18: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

18

Seri Penjelasan Saddharma Pundarika SutraOleh: YM.Bhiksu Shokai KanaiSumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu MuranoDiterjemahkan oleh: Sidin Ekaputra,SE

BAB IVPEMAHAMAN MELALUI KEPERCAYAAN

RINGKASAN

idaklah cukup hanya sekedar mempertahankan suatu kepercayaan

secara buta. Pemahaman membantu kepercayaan, dan pada saat yang sama kepercayaan dan pemahaman akan berkembang menjadi tindakan. Ke-empat Shomon Agung atau Pendengar Hukum Buddhisme diliputi oleh kegembiraan yang luar biasa pada saat mendengar Dharma yang belum pernah mereka dengar sebelumnya, dan setelah mengetahui bahwa Sariputra, salah satu rekan shomon mereka, dipastikan Kebuddhaannya di masa mendatang dengan gelar Buddha Cahaya Bunga dalam bab sebelumnya. Sehingga mereka berkomentar bahwa semua itu bagaikan mendapat harta karun yang tak ternilai tanpa perlu mencarinya. Kemudian mereka mengungkapkan perumpamaan tentang “Orang kaya dan Putranya yang miskin”.

Penjelasan

“Menyingkapkan bahu kanan mereka” (P.88, L.9):

Telah menjadi suatu kebiasaan di India untuk menyingkapkan bahu seseorang sebagai tanda hati yang tulus. Akibatnya, para bhiksu dan umat awam di Nichiren Shu

mengenakan kesa dari bahu kiri mereka dan bukan dari sebelah kanan.

“ M e n g a t u p k a n tangan mereka dengan sepenuh hati” (P.88, L.10):

D a l a m Nichiren Shu, kita mengatupkan tangan kita dalam gassho dan menyebut Odaimoku atau Mantra Agung dari Saddharma Pundarika Sutra, “Namu Myôhô Renge Kyô”. “Namu” berarti Pengabdian, Cinta, Kepercayaan, dan Harapan. Oleh karena itu ketika kita menyebut Odaimoku, kita berjanji untuk mengabdikan diri kita kepada ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra, mempercayai Buddha Abadi, menerima welas asih Sang Buddha, dan berharap agar doa kita terjawab.

“Kami telah memperoleh harta tak ternilai meski kami tidak mencarinya.” (P.89, L. 7):

Ini bukanlah berarti bahwa kita hanya perlu duduk dan menunggu harta muncul begitu saja. Seperti yang akan Anda lihat dalam perumpamaan berikut, sama seperti sang anak yang memperbaiki sikap mentalnya

secara bertahap dalam jangka waktu 20 tahun, begitu pula kita harus berjuang untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Penerangan memang seharusnya tercapai dalam kekacauan kehidupan kita sehari-hari, bukan dalam pengasingan yang sepi. Marilah kita selalu mencoba memperbaiki diri kita, memberi contoh kepada anak-anak kita, cucu-cucu kita, dan masyarakat, selangkah demi selangkah.

PERUMPAMAAN TENTANG ORANG KAYA DAN PUTRANYA YANG MISKIN (P.89, L.9 - P.92, Baris terakhir):

eorang anak laki-laki yang miskin melarikan diri dari ayahnya ketika ia masih amat muda. Ia

tinggal di negeri lain selama bertahun-

Salinan Saddharma Pundarika Sutra dan Komentar Nichiren

T

S

Page 19: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

19

tahun. Ia berkelana ke seluruh penjuru, mencari makanan dan pakaian. Beberapa tahun kemudian ketika ia berkelana kesana kemari, ia kebetulan berjalan menuju negeri asalnya. Pada saat itu ayahnya tinggal di sebuah kota di daerah perbatasan. Ia telah berusaha dengan sia-sia mencari anaknya semenjak anaknya tersebut melarikan diri. Sang ayah sekarang telah menjadi amat kaya. Ia memiliki harta yang tak terukur banyaknya. Gudang-gudangnya penuh dengan emas, perak, koral, dan kristal. Ia mempunyai banyak pembantu, pedati, sapi, dan domba. Ia berurusan dengan banyak saudagar dan pelanggan. Putranya yang miskin itu kebetulan tiba di kota dimana ayahnya tinggal. Sang ayah telah memikirkan tentang putranya semenjak pertama kali ia melarikan diri. Ia berpikir, “Aku sekarang tua dan jompo. Aku memiliki banyak harta, tetapi aku aku tidak memiliki putra lain selain yang telah pergi. Ketika aku mati, semua hartaku akan berceceran dan hilang. Itulah sebabnya, aku selalu berusaha mencari anakku.” Pada saat itu, putranya yang miskin kebetulan berdiri di pintu gerbang rumah orang kaya tersebut. Ketika melihat orang kaya itu, putra yang miskin itu ketakutan dan berpikir, “Apakah ia seorang raja atau semacam raja? Ini bukanlah tempat dimana aku dengan mudah memperoleh pekerjaan untuk mendapat makanan dan pakaian. Jika aku tinggal lebih lama lagi, aku pasti akan dipaksa untuk bekerja.” Maka ia mencoba untuk lari. Orang kaya itu dengan segera mengenalinya sebagai putranya. Ia begitu lega. Segera ia mengutus orang yang berdiri di sebelahnya untuk membawa kembali putranya. Utusan itu dengan segera berlari menuju putranya yang miskin dan menangkapnya. Putra yang miskin itu

menjadi ketakutan dan beteriak, “Aku tidak melakukan kesalahan. Kenapa engkau menghentikanku?” Sang utusan menariknya secara paksa. Putra miskin itu berpikir, “Aku telah ditangkap meskipun aku tak bersalah. Aku akan dibunuh.” Akibat ketakutan yang semakin menjadi-jadi, ia pun pingsan dan terjatuh ke tanah. Melihat semua ini dari kejauhan, Sang ayah berkata kepada utusannya, “Aku tidak menginginkannya lagi. Jangan membawanya secara paksa! Tuangkan air dingin ke wajahnya untuk membangunkannya!” Sang ayah berkata demikian karena menyadari bahwa putranya terlalu tidak pantas dan layak untuk bertemu dengan seorang yang terhormat. Ia tahu bahwa pria tersebut adalah putranya, tapi dengan suatu maksud ia menahan diri untuk tidak memberitahukan hal ini kepada orang lain. Terbangun, putra yang miskin itu berdiri dan pergi ke sebuah desa kaum miskin untuk mendapatkan makanan dan pakaian. Orang kaya itu mengirimkan utusannya secara diam-diam. Ia berkata kepada dua orang yang kelihatan kumal, lemah, dan tidak bertata krama, “Pergi dan katakan dengan baik-baik kepada pria miskin itu bahwa ia diterima untuk bekerja disini dengan bayaran dua kali lipat perhari. Jika ia setuju, bawa ia kemari dan bekerjalah bersama-sama dengan kalian membersihkan debu dan kotoran.” Putra yang miskin itu mengambil bayarannya di muka dan mulai bekerja membersihkan debu dan kotoran. Melihat hal tersebut, Sang ayah merasakan belas kasihan yang luar biasa dan melepaskan kalungnya, pakaiannya, serta perhiasan lainnya. Ia mengenakan pakaian kumal dan kotor, mendekati para pekerjanya dan berkata, “Kerjalah dengan sungguh-sungguh! Jangan malas!” Melihat putranya yang

miskin itu bekerja keras, sang ayah berkata kepadanya, “Jangan sungkan-sungkan untuk mengambil nampan, beras, garam, dan cuka – sebanyak yang kau suka! Buat dirimu senyaman mungkin.” Bertahun-tahun kemudian, orang kaya itu memberi pria miskin tersebut sebuah nama dan memanggilnya sebagai putranya. Ia begitu gembira karena diperlakukan sedemikian baiknya, akan tetapi ia tetap menganggap dirinya adalah pegawai rendahan. Beberapa tahun pun lewat lagi. Setelah itu sang ayah dan putranya saling mempercayai satu sama lainnya. Sekarang sang putra tidak lagi merasa sungkan memasuki rumah ayahnya, tetapi ia masih tetap tinggal di rumah lamanya. Sekarang orang kaya tersebut jatuh sakit. Setelah sekian lamanya, sang ayah memperhatikan bahwa putranya telah menjadi jauh lebih tenang dan damai, bahwa ia punya keinginan untuk memperbaiki hidupnya, dan ia merasa malu atas pikiran bahwa ia dulunya merasa tidak pantas dan layak. Karena merasa waktu ajalnya telah tiba, ia meminta putranya untuk memanggil semua sanak saudaranya, raja, para menteri, dan seluruh anggota rumahnya. Ketika mereka semua telah berkumpul, Ia pun berkata kepada mereka, “Tuan dan nyonya sekalian, inilah putaku, putraku yang sesungguhnya. Aku adalah ayahnya yang asli. Ia melarikan diri dariku ketika aku dulu tinggal di kota tertentu, dan berkelana dengan segala kesulitan selama lebih dari limapuluh tahun. Nama aslinya adalah ini. Semua hartaku sekarang menjadi miliknya.” Mendengar hal itu putra yang miskin menjadi amat gembira. Belum pernah ia merasa sedemikian bahagianya. Ia berpikir, ”Tidak pernah aku memimpikan akan memiliki semua harta ini untukku. Semua ini benar-benar di luar dugaanku.”

Page 20: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

20

ita mempunyai banyak kesempatan untuk lebih mengenali dunia Buddha atau Keberadaan Buddha

didalam kehidupan kita sehari-hari. Pada suatu keadaan yang sulit atau berada dalam bahaya, kadang-kadang kita merasakan bahwa kita telah dilindungi oleh sesuatu yang tidak kelihatan atau sunyata. Kita harus berterima kasih kepada Sang Buddha, karena telah membuat hati kepercayaan kita semakin kuat dalam keadaan tersebut. Perlu diketahui, bahwa Dunia Buddha dapat diumpamakan sesuatu yang tidak kelihatan atau

Keberadaan Buddha itu tidak tersentuh. Ini adalah suatu ukuran untuk mengetahui sampai sejauh mana hati kepercayaan kita. Mungkin kalian mempunyai pengalaman religius dalam kehidupanmu. Jika kamu mempunyai sebuah kesempatan, kamu dapat berbicara dengan orang disekitarmu tentang pengalaman religius tersebut. Kamu dapat membagi pengalaman tersebut kepada semua temanmu sehingga mereka dapat menyebut Odaimoku bersama-sama denganmu dan ini akan membuat Odaimoku menjadi lebih tersebarluaskan. Pengalaman religius ini hanya dapat diketahui

oleh hati kepercayaan kuat dan utuh, dan ini diperlukan untuk menjaga hati kepercayaanmu agar tetap suci dan bersih. Ini adalah kepercayaan tanpa syarat. Pengetahuan akan ajaran akan membuat kehidupan religius mu lebih dalam; namun hati kepercayaan jauh lebih berharga. Ini berati pengetahuan tentang ajaran tanpa adanya hati kepercayaan tidak akan pernah membuat dirimu mencapai sebuah kehidupan religius yang sebenarnya. Saddharma Pundarika Sutra itu sama seperti Bel yang ada dikuil, karena penafsiran dan pemahaman terhadap Saddharma Pundarika

HIDUP DALAM KEPERCAYAANOleh: YM.Bhiksu. Gakugyo Matsumoto

(Kuil Hilo Nichiren Mission, Hawai - Amerika Serikat)

K

PENJELASAN:

1. Putra yang miskin: melambangkan umat manusia yang secara kejiwaan begitu miskinnya dibanding dengan Sang Buddha.

2. Negara asal : melambangkan jiwa agung alam semesta.

3. Orang Kaya : melambangkan Sang Buddha Abadi, asal muasal dari jiwa agung seluruh alam semesta.

4. Ia melarikan diri dari ayahnya: melambangkan perbuatan egois kita yang mengabaikan jiwa agung alam semesta.

5. Sang anak secara kebetulan tiba di rumah ayahnya: melambangkan bahwa kita secara tidak sadar mencari Sang Buddha Abadi.

6. Putra yang miskin ketakutan oleh ayahnya yang luar biasa: melambangkan bahwa kita

kadang takut akan kebenaran sejati.

7. Upah dua kali lipat per hari: melambangkan bahwa pelaksanaan Saddharma Pundarika Sutra akan menerima kurnia baik jauh lebih banyak daripada melaksanakan ajaran lainnya.

8. Ia harus membersihkan debu dan kotoran : berarti bahwa kita harus membersihkan pikiran-pikiran kotor kita yang melekat pada diri kita dan benda.

9. Tinggal disini, bekerja keras, dan aku akan membayarmu lebih: melambangkan keselamatan yang dimulai dari tingkatan rendah akan naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi secara bertahap.

10. Mewarisi kekayaan ayahnya: melambangkan kesadaran kita akan jiwa agung alam semesta

Orang kaya tersebut adalah Buddha Abadi sedangkan putranya yang miskin adalah kita yang tidak menyadari bahwa sesungguhnya kita adalah anak-anak Buddha. Kita sering meminta kepada Buddha, “Berikan aku ini! Berikan aku itu!”. Ini masih suatu tingkatan shomon yang rendah dan tidak layak. Melalui nasehat Sang Buddha, jika kita terus berusaha tanpa mengenal kata menyerah, meski akan butuh waktu yang lama, kita pasti akan menerima harta tak ternilai Kebuddhaan tanpa kita sangka. Gassho.

Page 21: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

21

Sutra bisa saja berbeda tergantung pada kapasitas dan kemampuan orang yang membacanya, demikian pula bunyi bel bisa berbeda tergantung dari besar kecilnya alat pemukul bel tersebut. Secara umum, diketahui bahwa Saddharma Pundarika Sutra adalah salah satu ajaran Buddhisme yang terkenal. Banyak dari para pendiri sekte Buddhis, para Bhiksu / bhiksuni, orang dewasa, anak muda, pria dan wanita membaca Saddharma Pundarika Sutra. Dan juga diketahui bahwa Saddharma Pundarika Sutra berisi kebenaran Buddhisme yang tertinggi. Namun, tidak banyak penyelidikan teoritis seperti ajaran Buddha lainnya untuk reputasi dan tujuannya. Pada tingkatan moralitas dalam Saddharma Pundarika Sutra, tidak ada kesempatan untuk berdebat tentang teori yang ada, karena ini adalah sebuah ajaran yang sesungguhnya dan yang dijanjikan oleh Sang Buddha Sakyamuni, sebagaimana Beliau mengatakan dalam Bab.II “Kebijaksanaan” dan ini adalah sebuah permata yang ia simpan dengan ketat. Ishin-Tokunyu adalah sebuah kata yang menjelaskan tentang Hati Kepercayaan dan ini hanya terdapat dalam Saddharma Pundarika Sutra. Ichinen-Shinge adalah sebuah kata yang menjelaskan bahwa siapapun yang dapat menerima dan mempercayai Sutra ini maka secara serta merta ia telah mengerti ajaran Sutra ini. Ini berarti kepercayaan dan pelaksanaan akan membuat seseorang mengerti. Kata-kata seperti ini belum pernah kita dengar: “Jika kamu dapat memahami, maka kamu harus mempercayainya.” Namun kebanyakan orang akan berkata: “Aku akan percaya jika aku telah memahami ajarannya, dan Aku tidak akan percaya jika tidak mengerti.” Kata-kata ini menunjukkan kepada mereka-mereka yang tidak pernah

memahami ajaran dari Dharma Yang Luar Biasa ini (Myoho). Ini berarti kepercayaan dan pelaksanaan dapat membuat seseorang mengerti. Studi Ilmu Perbintangan terus berkembang dari hari ke hari. Bagaimanapun, kita tetap tidak mengetahui segalanya bahkan didalam sistem tata surya kita sendiri. Pada abad ini, kemajuan teknologi manusia telah mengirimkan banyak roket peneliti untuk mempelajari planet diluar tata surya dan mempelajarinya. Ini adalah buah kebijaksanaan manusia, tetapi kita tidak akan pernah mampu memahami segalanya. Meskipun kita tidak memahaminya, kita dapat mengikuti kelangsungan dari ruang dan melanjutkan hidup mati yang tidak ada akhirnya. Perkembangan fasilitas transportasi membuat dunia ini menjadi kecil, dan kita dapat tiba dimana saja didunia ini dalam sehari. Ilmu pengetahuan berkembang mengenai segala fenomena mulai dari dalam bumi sampai puncak gunung bahkan sampai kedalam lautan. Meskipun demikian, kita tidak dapat mengendalikan bencana alam. Meskipun kita telah mengerti secara logika, kita tetap harus mengikuti alam semesta dan hidup sebagai bagian dari mahluk hidup lainnya. Orang yang membutuhkan sebuah bukti terhadap ajaran untuk dapat percaya, adalah sama seperti mereka yang ingin tinggal disuatu tempat dimana tidak pernah ada bencana alam. Apakah ada tempat seperti itu ? jawabannya tidak ada. Demikian juga, kita harus membuat pikiran kita secara murni dan suci percaya pada ajaran sebagaimana adanya, dan ketika kita melakukan hal itu, maka kita secara alami telah terselamatkan dari penderitaan dan kesedihan. Pada saat semua manusia mempunyai sebuah pikiran yang suci untuk percaya

dalam Saddharma Pundarika Sutra sebagaimana adanya, segala penderitaan akan musnah, dan dunia ini akan berubah menjadi Tanah Suci Buddha. Ini bukanlah sebuah mimpi, tetapi merupakan tujuan dan jiwa dari Saddharma Pundarika Sutra. Oleh karena itu, Apakah kamu percaya kepadaNya atau masih memerlukan sebuah bukti logis untuk percaya ? kamu harus menjaga hati kepercayaan yang kuat dan murni untuk mendapatkan jawabannya. Untuk menjaga hati kepercayaan mu yang kuat dan murni, saya menyarankan agar kamu mengambil beberapa kutipan kalimat dalam Saddharma Pundarika Sutra dan mencoba menyimpannya dalam hati mu sebagai sebuah petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Nichiren Shonin berkata dalam “Surat Kepada Myoho Ama Gozen”: “Saddharma Pundarika Sutra menjelaskan bahwa tubuh fisik kita adalah Tubuh Perwujudan dari Sang Buddha, Pikiran kita adalah Tubuh Dharma dari Sang Buddha, dan Latar belakang kita adalah Tubuh Sejati dari Sang Buddha, jadi jika dapat percaya pada satu kata atau ungkapan dalam Saddharma Pundarika Sutra, maka kita akan mendapatkan karunia kebajikan Sang Buddha.” Jalan terbaik untuk masuk dalam kehidupan religius yang indah, jangan hanya belajar atau menjadi sebagai pengetahuan saja dari ajaran tetapi temukan kutipan kalimat yang terbaik dari Saddharma Pundarika Sutra untuk kamu, dan terima serta jaga dalam kehidupan mu sehari-hari.Gassho.

Page 22: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

22

Foto bersama seluruh anggota

ULANG TAHUN KE-2NICHIREN SHU INDONESIA

28 APRIL 2005

ada tanggal 28 April 2005, Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia genap berusia 2 tahun.

Sebuah usia yang masih sangat muda, meskipun demikian selama kurun 2 tahun ini telah banyak hasil dan perkembangan yang dicapai. Tidak sedikit juga rintangan dan tantangan yang datang menghadang, baik dalam hal pembinaan umat maupun dalam kendala materi keorganisasian. Umat Nichiren Shu sekarang telah mencapai 70 orang yang tersebar dibeberapa wilayah Indonesia, seperti DKI Jakarta, Tangerang (Banten), Semarang (Jawa Tengah), D.I.Yogyakarta, Batam (Riau). Selain itu, Nichiren Shu Indonesia saat ini mempunyai dua buah Vihara yakni Vihara Pundarika (Myoho San Renge Ji) Sunter - Jakarta sebagai Pusat dan Cetya Bodhicitta - Kepulauan Seribu.

Upacara Perayaan Ulang Tahun ke-2 Nichiren Shu Indonesia dipusatkan di Vihara Pundarika, dengan diawali Dokyo (Pembacaan paritta Saddharma Pundarika Sutra)

bersama-sama. Selesai upacara dilanjutkan dengan ceramah dan diskusi mengenai makna dari 28 April, yang merupakan hari penting bagi Nichiren Shu Buddhisme. 28 April adalah Hari berdirinya Nichiren Shu yang dikenal dengan sebutan Rikyo Kaishu. Nichiren Shu di dirikan oleh

Nichiren Shonin 752 tahun yang lalu. Jadi jelas hari ini merupakan hari bersejarah bagi umat Nichiren Shu. Selesai ceramah dan diskusi, dilanjutkan dengan acara pemotongan kue ulang tahun yang dilakukan oleh Bapak Tony Soehartono selaku Pendiri Yayasan dan Sdr.Sidin Ekaputra sebagai Ketua Pengurus Pusat. Meskipun tidak semua umat dapat hadir dalam acara ini, namun tidak mengurangi suasana ceria dan gembira. Semoga Dharma Agung semakin tersebarluaskan dibumi Indonesia. Semoga membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi semua mahluk hidup. Gassho.

Bpk.Tony Soehartono (kiri) dan Sdr.Sidin Ekaputra (kanan) meniup lilin Ulang Tahun ke-2 Nichiren Shu Indonesia

P

ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU(Liputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia dan Luar Negeri)

Page 23: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

23

disebut Jumma, membakar lebih dari 400 rumah, memperkosa 10 orang wanita, dan membunuh beberapa orang. Dalam kejadian ini, empat kuil tradisional Buddhis hancur. Nichiren Shu International segera memberikan sumbangan sebesar 500.000 Yen untuk membangun kembali daerah ini melalui BNN, yang bekerjasama dengan Jumma Net, mengumpulkan sumbangan sebesar 1.500.000 Yen.

ulai tanggal 12–19 pebruari, Buddhist NGO Network (BNN) yang mengorganisir perjalanan

Perdamaian ke Chittagong Hill Tracts (CHT) di Bangladesh. Program ini dilaksanakan dibawah koordinasi dari BNN dan Jumma Net; sebuah Organisasi Non Pemerintah Jepang yang secara konsisten peduli terhadap kesejahteraan manusia, dan Tiga anggota komite BNN ikut serta dalam perjalanan ini (termasuk seorang petugas dari Departemen Misionaris Nichiren Shu Pusat). BNN didirikan pada tanggal 22 Januari 2003, dengan anggota 50 orang Buddhis dari 40 Sekte, termasuk didalamnya Japanese Buddhist NGOs. Nichiren Shu Pusat juga menyertakan dua orang anggota dalam komite perencanaan BNN. Pada tanggal 26 Agustus 2003, para penyerang Bengali menyerang penduduk pribumi yang

M

Latar belakang masalah ini sangat rumit. CHT adalah sebuah wilayah pegunungan, yang mencakup 10 persen wilayah negara, terletak di bagian tenggara Banglades. Sejak jaman dulu, orang-orang mongoloid yang disebut Jumma mendiami tempat ini, bercocok tanam dan bertani. Orang-orang Jumma mempunyai 13 kelompok suku seperti Chakma, Marma atau Tripura, dan semuanya berjumlah sekitar 600.000 jiwa. Sebagaimana diketahui bahwa para Bengalis kebanyakan adalah kaum muslim, sedangkan mayoritas Jumma adalah Buddhis. Pada masa kolonial Inggris, para penduduk asli mendapatkan otoritas dan diperhatikan, namun sejak kemerdekaan tahun 1971 mereka terabaikan. Kemudian, hubungan diantara mereka menjadi buruk dan menjadi konflik bersenjata, sejak 25 tahun lalu. Apalagi pada tahun 1979, pemerintah melakukan kolonialisasi didaerah CHT, dan memindahkan orang-orang Bengali sejumlah 400.000 orang ke daerah tersebut. Ini membuat situasi semakin rumit dan parah. Setelah upaya perdamaian dilakukan lebih dari 10 kali, terakhir maka perjanjian perdamaian dengan

Ket.(Kanan) YM.Bhiksu Kanshin Mochida meminum air dari bambu yang diberikan oleh penduduk setempat

Ket.Seorang penduduk sedang menceritakan kejadian yang dialami kepada rombongan

MISI DAMAI di CHITTAGONG

Page 24: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

24

Ven.Sumanalankar Mahathero, ketua PBM, yang sibuk melakukan kegiatan perdamaian dengan mendapatkan dukungan dari Jumma Net, Jepang, mengatakan, “Aku tidak tahu apakah aku masih hidup beberapa bulan mendatang.” Menanggapi segala permasalahan ini, UNDP (Program Pengembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa) membuat sebuah proposal untuk melakukan pemindahan terhadap para pemukim Bengali, namun belum mendapatkan jawaban dari pemerintah. Banglades adalah salah satu negara penerima utama bantuan internasional yang mencakup Bantuan Pengembangan Pemerintah (ODA) dari Jepang. Oleh karena itu, kita berharap pemerintah Banglades akan lebih memperhatikan konsensus dan pendapat internasional dan menyelesaikan persoalan dalam negerinya. SELESAI.(Oleh:YM.Bhiksu Kanshin Mochida)

PEMBINAAN KE JAWA TENGAH & D.I.YOGYAKARTA

19-21 MEI 2005

nama “CHT Accord” ditanda tangani antara pemerintah dan beberapa kelompok yang disebut PCJSS (Parbattya Catgram Jana Samhsti Samiti). Melalui perjanjian ini, perbaikan terhadap segala kehancuran dimulai, lebih dari 2.000 tentara menyerah kepada pemerintah, dan mereka sungguh mengharapkan perdamaian. Namun, disisi pemerintah belum menyelesaikan persoalan

antara para pendatang Bengali dan penduduk setempat Jumma. Kebetulan, pada tanggal 13 pebruari, 13 anggota Misi Perdamaian masuk ke propinsi Khagrachari. Melalui kerjasama dengan Parbatya Bouddha Mission (PBM), mereka mengunjungi Mahalchari dan Lemuchari dimana terdapat sebuah kuil Buddha bersejarah yang musnah terbakar habis dalam kerusuhan. Di perkampungan Lemuchari, sebuah kuil tua yang digunakan sebagai pusat berkumpul para penduduk juga dibinasakan, dengan menghancurkan kepala rupang Buddha dan membuangnya ke sungai. Sementara itu, Misi Damai juga mngunjungi para penetap dari kaum Bengali diarea konflik, dan mereka juga menjadi korban setelah dipaksa pindah dari berbagai daerah dan tidak mendapatkan tempat untuk hidup. Separuh penduduk desa itu bergantung pada bantuan makanan dari pemerintah. Pendudukan secara tidak sah terhadap tanah para penduduk Jumma tetap berlangsung dari hari ke hari, ini sangat mengkhawatirkan.

Mr. Shinji Hongo melakukan yang terbaik dalam membangun sekolah ini.

embinaan secara rutin dilakukan untuk daerah Jawa Tengah (Semarang) dan D.I.Yogyakarta. Pada

tanggal 19 mei 2005, Sdr.Sidin Ekaputra berangkat menuju Semarang dengan mengunakan Kereta Api Argo Anggrek dan setelah menempuh perjalanan selama 6 jam, tiba di Semarang jam 15.10. Bapak.Darmaji dan Bapak. Nur Alamsyah menunggu dan

menjemput Sdr.Sidin Ekaputra di stasiun Kereta. Kemudian langsung menuju ke Hotel. Setelah makan malam, pertemuan dilaksanakan sekitar jam 19:00 di rumah kediaman Bpk.Nur Alamsyah. Hadir dalam pertemuan itu Bpk.Kwik Ing Hao, selaku Ketua Wilayah Jawa Tengah, Bpk.Darmaji, Bpk.Nur Alamsyah, Bpk.Yukwet, Ibu dr.Yunisari, dan beberapa anggota lainnya. Pertemuan kali ini membahas tentang Tri Ratna Nichiren Shu yakni Buddha Pokok Sakyamuni, yang dibawakan oleh Sdr.Sidin Ekaputra. Sebelum ceremah tersebut dibuka dengan Dokyo Shodai bersama. Diskusi pun digelar setelah acara ceramah, dan akhirnya pertemuan selesai sekitar

jam 22:00. Keesokan harinya tanggal 20 Mei 2005, Sdr.Sidin Ekaputra bersama Bpk.Kwik Ing hao dan Istri, dan Bpk.Darmaji berangkat menuju D.I.Yogyakarta dengan mengunakan Bus, yang memerlukan waktu 4 jam untuk tiba di Yogyakarta. Setelah Chek In Hotel dan istirahat sebentar, rombongan sempat jalan-jalan disekitar Malioboro dan makan malam dengan nasi gudeg ala resehan. Pertemuan dilaksanakan di rumah Bpk.Agus Hidayat, sekitar jam 20:00 dan berakhir jam 23:00. Sebuah kebersamaan dan kekeluargaan yang tidak ternilai terasa dalam pertemuan ini. Gassho.

P

Page 25: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

25

Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu di seluruh Jepang dan Dunia)Oleh: Sidin Ekaputra,SE

oleh Enchin ke kuil ini. Jisso-ji pada satu waktu terdiri dari 49 kuil. Setelah Nichiren Shonin tiba dikuil ini, Chikai menjadi muridnya, dan mengubah namanya menjadi Nichigen dan menjadi kepala kuil kedua. Pada tahun 1568, Kuil Jisso-ji, dibakar habis oleh Takeda Shingen, namun semua catatan yang ada dapat terselamatkan. Kuil ini kemudian dibangun kembali oleh bhiksu kesembilan, Nichiko pada periode Keicho (1596-1615). Beberapa kali Kuil Jisso-ji hancur karena bencana alam seperti topan, dan telah diselamatkan oleh banyak orang dan keluarga seperti Shijo,

ichiren Shonin menulis risalah yang terkenal “Rissho Ankoku-Ron” dan belajar semua naskah-naskah

buddhisme didalam kuil ini dalam keinginannya untuk mendapatkan ajaran yang sesungguhnya, Beliau belajar di Kyozo (perpustakaan sutra-sutra Buddhis) di Kuil ini. Kuil berada dalam lingkungan yang tenang dan dari sini dapat melihat Gunung Fuji, dan karena keaslian dan kelengkapan tempat ini sehingga Nichiren Shonin memilih tempat ini untuk tempat pembelajarannya. Sepanjang masa pem-belajarannya (kira-kira tahun 1257-60,) bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kelaparan dan wabah penyakit serta perang saudara terus menerus terjadi. Nichiren Shonin yang kritis akan keadaan ini, pergi kekuil ini untuk mencari tahu sebab-sebab segala bencana ini dan cara untuk mengatasinya. Di Kuil Jisso-ji terdapat satu dari dua naskah Issai-kyo (semua naskah sutra Buddha) yang dibawa oleh Bhiksu Enchin dari Dinasti Tong. Nichiren Shonin meng-habiskan waktu selama dua tahun untuk belajar, merenung dan menulis “Rissho Ankoku-ron” dan menyampaikan risalah itu kepada para penguasa, Hojo Tokiyori pada bulan juli 1260. Fokus utama dari risalah ini adalah agar para penguasa mengikuti ajaran yang sesungguhnya Saddharma Pundarika Sutra dengan menganti

KUIL GANBON-ZAN JISSO-JI

ajaran Zen dan Nembutsu untuk menyelamatkan negara dan rakyat agar hidup dalam kedamaiannya. Jika hal ini tidak dilakukan maka negara ini akan mendapat serangan dan penghancuran dari seberang lautan (Kokkan yang pertama).

Ringkasan Sejarah

uil Jisso-ji didirikan pada tahun 1145 sebagai Kuil Tendai Shu (Sekte Tendai) oleh bekas kaisar Toba

Hohoh. Keseluruhan dari Issai-kyo telah berhasil dibawa dengan aman

N

K

Tangga bertingkat menuju kuil Jisso-Ji

Page 26: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

26

Misawa, Nanjo, Nishiyama, Matsuno, Uchifusa, Hakiri dan lain-lain.

Saat Sekarang

uil Jisso-ji saat sekarang menempatkan Issai-Kyo di dalam Aula Soshi-do (Aula pendiri). Rupang Nichiren

K

Ket. (Kiri) Aula Hondo, (Kanan) Pintu Gerbang Kuil

Shonin yang memegang naskah “Rissho Ankoku-ron” juga diabadikan di Soshi-do. Sebagai tambahan dari bangunan ini, Kuil Jisso-ji juga terdapat Aula Hondo (Aula Buddha Sakyamuni), Aula Shichimen-do (Aula Shichimen), Pintu Gerbang Sanmon, Bel Shoro-do, Kuri (Tempat tinggal bhiksu) dan bangunan lainnya.

Kuil ini merupakan salah satu dari sekian banyak kuil penting Nichiren Shu lainnya. Gassho.

lamat: 2-30 Monomigaoka Ito-shi Shizuoka-ken. Transportasi: Kerata Api JR Ito-sen Ito-eki

-> naik Bus ke Shimota/Atsukawa -> Ohara-machi berhenti disini -> 5 menit jalan kaki atau Kereta Api : JR Ito-sen Ito-eki -> Bus Arai-sen Butsugen-ji berhenti-> 10 menit (jalan setapak batu menanjak). Kuil Butsugen-ji mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan pembuangan ke semenanjung Izu. Ini adalah tempat dimana Nichiren Shonin dibuang atau menjalani hukumannya, dan kuil ini dikenal juga sebagai tempat dimana ia menyadari

KUIL KAIKO-ZAN BUTSUGEN-JI

A

Page 27: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005 No.09/ Juni 2005

27

Zuishin-butsu. Dekat dengan pantai dimana dikenal sebagai Manaita-iwa (Batu Papan Dayung), dimana Nichiren Shonin hampir meninggal akibat ombak dari laut, dan sepasang suami istri yang telah menyelamatkan Nichiren Shonin yaitu Funamori Yasaburo dan istri (kuburan mereka) di Kuil Renkei-ji dalam daerah yang sama. Pada tahun 1261, Nichiren Shonin kembali ke Kamakura dari Shimousa, tetapi Beliau kembali ditangkap dan dikirim ke Izu. Ia disini menyakinkan muridnya Nichiro agar jangan menemaninya pada tanggal 21 mei. Perahu tersebut sampai disebuah tempat yang disebut Kawana di Ito. Yasaburo dan istrinya menyambut Nichiren dan menjaga Beliau secara diam-diam. Dan kemudian Nichiren Shonin dikirim ketempat penguasa setempat Sukemitsu Ito untuk berada dalam pengawasannya. Tetapi bagaimanapun Nichiren Shonin telah menyembuhkan beliau dari sakitnya yang berat dengan doa, dan Ia akhirnya mengikuti Nichiren Shu. Beliau kemudian mempersembahkan sebuah rupang Buddha yang didapat dari lautan. Nichiren Shonin menyimpan rupang ini sebagai pusaka dan objek pemujaanNya dan

ini juga sebagai Zuishin-butsu.

Ringkasan Sejarah

ukemitsu Ito mempunyai sebuah aula Bishamon-do yang dibangun untuk Nichiren Shonin agar

beliau dilindungi dari segala hal negatif. Nichiren Shonin tinggal di aula Bishamon-do, ketika Beliau menjalani hukuman pembuangan di Ito. Kuil Butsugen-ji dibangun ditempat dimana Bishamon-do berada. Nichiren Shonin menulis gosho “Shion-sho” dan “Kyoki Jikaku-sho” ditempat ini.Keadaan Saat Sekarang

intu gerbang Sanmon dibangun pada masa Tokugawa (pertengahan abad 19), Soshi-do (Aula

Pendiri) dan Bishamon-do yang baru dibangun pada tahun 1951 untuk memperingati hari kelahiran Nichiren Shonin ke 750 tahun.

Cerita Tentang Zuishin Butsu Dari Nichiren Shonin

ada bulan juni 1261, ketika Nichiren Shonin dibuang ke Ito, sesuatu

S

P

P

yang buruk terjadi di sekitar laut pada malam hari. Sesuatu yang aneh terlihat dilaut, orang-orang melempar jaring ke dalam lautan untuk menangkap sesuatu benda tersebut, dan ternyata itu adalah sebuah rupang emas Buddha dengan posisi berdiri dan rupang disimpan oleh penguasa setempat Jito Sukemitsu. Jito Sukemitsu, penguasa setempat yang sedang menderita sakit berat kemudian meminta Nichiren Shonin untuk mendoakan kesembuhannya. Kemudian akibat doa dari Nichiren, beliau sembuh total dari sakitnya dan ini yang menyebabkan beliau akhirnya menjadi pengikut Nichiren Shonin. Beliau juga kemudian mempersembahkan rupang emas Buddha dari laut tersebut kepada Nichiren Shonin. Nichiren Shonin menerima rupang itu dan merawat serta menjadikannya objek pemujaan sampai akhir hidupnya. Nichiren Shonin telah mewujudkan hubungan yang erat antara Saddharma Pundarika Sutra dan diriNya, ketika menjalani pembuangan di Izu. Berdasarkan kejadian pembuangan di Izu ini, Nichiren Shonin mewujudkan diri atas pernyataaan dalam Saddharma Pundarika Sutra. Gassho.

BUKU - BUKU DAN VCD / CD

VCD / CD :1. VCD Dokumentasi 750th Anniversary Ceremony (2 disk)2. VCD Kuil Pusat Nichiren Shu, Minobusan Kuon-Ji (1 disk)3. VCD Nichiren Art and Belief (1 disk)4. VCD Kuil-Kuil Nichiren Shu (1 disk)5. VCD Dokumentasi Peresmian Nichiren Shu Indonesia, (3 disk)6. VCD The Life Of Nichiren, format animasi (2 disk)7. CD Gongyo Nichiren Shu (1 disk)

BUKU-BUKU:1. Buku Penjelasan Gohonzon Nichiren Shu, Oleh Sidin Ekaputra (142 halaman)2. Buku Nichiren Shonin di Pertapaan Gunung Minobu, Oleh YM.Nichiyu Iwama, (80 halaman)3. Dan beberapa buku lain dalam proses penerjemahan.

Page 28: DHARMA AGUNG “NAMU MYOHO RENGE KYO” - pbnshi.or.id fileatau Namas tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain, karena itu penerjemahan kedalam bahasa China atau lainnya ... Saddharma

No.09 / Juni 2005

28

Topik Utama:~Dharma Agung "Namu Myoho

Renge Kyo, Hal. 01

Ceramah :~San Ki E Mon, Hal.04~Upacara Pernikahan di

Amerika, Hal.15~O'Mamori dan O'Fuda, Hal.17

~Hidup Dalam Hati Kepercayaan, Hal.20

Goibun:~Shimon Butsujo-Gi, Hal.08

Serba Serbi:~Seri A Collection of Nichiren

Wisdom, Hal.12~Seri Penjelasan Saddharma

Pundarika Sutra, Hal.18~Seri Pengenalan Kuil-Kuil

Nichiren Shu, Hal.25~Seri Pelajaran Mahayana,

Hal.05~Cerita Tentang Nichiji Shonin,

Hal.13~Lagu Nichiren Shu, Hal.16

Aneka Peristiwa:~Ulang Tahun 2 NSHI, Hal.22~Misi Damai Di Chittagong,

Hal.23~Pembinaan Ke Jawa Tengah

dan Yogyakarta Hal. 24

Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email: [email protected] Website: www.nshi.org

Dana ParamitaBuletin "LOTUS"

Rp.6.000,-

PENGUMUMAN

Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo

Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:

Bank Central Asia (BCA)KCP.Muara Karang

No.Account : 637-012-8152A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia

JADUAL DAN BAHAN pelajaranJAKARTA, TANGERANG, BATAM, JAWA TENGAH DAN

D.I.YOGYAKARTA

BAHAN PELAJARAN :::

MINGGU I, 5 JUNI 2005Bahan : Topik Utama : Dharma Agung "Myoho Renge Kyo"MINGGU II, 12 JUNI 2005Bahan: Ceramah Bhiksuni Myosho Obata: Tri Ratna (San Ki E Mon) MINGGU III, 19 JUNI 2005Bahan: Goibun Nichiren Shonin "Shimon Butsujo-Gi"MINGGU IV, 26 JUNI 2005Bahan : Diskusi Umum

JADUAL PERTEMUAN :::

JAKARTA (SETIAP MINGGU):10:00 - 10:40 Dokyo Shodai (Membaca Paritta dan Odaimoku)10:40 - 12:00 Pelajaran / Diskusi

TANGERANG (SETIAP MINGGU KE-2)16:00 - 16:30 Dokyo Shodai 16:30 - 18:00 Pelajaran / Diskusi

SEMARANG / JAWA TENGAH (SETIAP RABU)19:00 - 21:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi

D.I.YOGYAKARTA (SETIAP JUMAT)20:00 - 22:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi