dewi tri anggraeni

40
JURNAL SKRIPSI ATAU ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh DEWI TRI ANGGRAENI NPM 1510500022 1

Post on 01-Feb-2016

258 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fff

TRANSCRIPT

JURNAL SKRIPSI ATAU ARTIKEL SKRIPSIDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OlehDEWI TRI ANGGRAENINPM 1510500022

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAHFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL2014IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL-SAADAWI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMKDra. Sri Mulyati, M. Pd.Drs. Tri Mulyomo, M. Pd.Dewi Tri Anggraeni

ABSTRAKPenelitian ini menggunakan bidang kajian implikatur percakapan, implikatur percakapan merupakan implikasi pragmatis yang terdapat di dalam percakapan sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Novel adalah prosa fiksi yang menceritakan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Implikasi adalah sebagai akaibat langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data berupa novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi. Wujud datanya berupa penggalan-penggalan dialog atau percakapan yang di dalamnya mengandung implikatur percakapan, yang terdapat pada novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dengan teknik lanjut catat. Teknik analisis datanya menggunakan metode padan. Teknik penyajian hasil analisisnya adalah metode informal.Berdasarkan penelitiannya hasil analisis berupa wujud implikatur percakapan, jenis implikatur percakapan, dan implikasi pembelajaran bahasa dan sastra di SMK.

A. 4

B. PENDAHULUAN1. Latar BelakangManusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan manusia lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan sarana efektif dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari. Menurut Kridalaksana (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007: 1), bahasa adalah sistem lambing bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh mmasyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dalam masyarakat, manusia perlu berinteraksi dengan orang lain. Suatu interaksi bisa terjadi karena adanya komunikasi atau percakapan. Bahasa adalah alat komunikasi dan kerjasama yang paling efektif. Bahasa juga dipakai manusia untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Konsep implikatur yang dikembangkan oleh Grice dalam teori prinsip kerja sama, konsep yang dikembangkan sebenarnya merupakan sebuah teori mengenai bagaimana orang menggunakan bahasa. Dalam implikatur, Grice (dalam Hermaji, 2005:35-39) menyatakan bahwa terdapat empat maksim dasar yang memfokuskan pada tuturan yang harus dituturkan oleh partisipan untuk mencapai sebuah efisiensi maksimal dan bersifat rasional. Prinsip kerja sama tersebut melibatkan orang-orang yang dapat berkomunikasi secara jelas, relevan, dan seksama. Empat maksim dasar percakapan yaitu meliputi maksim kualitas, kuantitas, hubungan, dan cara. Empat maksim itu terdapat dalam teori prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh Grice. Grice (dalam Hermaji, 2005:56) mengemukakan bahwa berdasarkan tuturan yang diimplikasikan, implikatur dibedakan atas implikatur yang dipraanggapkan yaitu implikatur yang menjadi dasar bersama bagi peserta tindak tutur berdasarkan kesamaan pengetahuan, yang kedua yaitu implikatur nonkonvensional yaitu implikatur yang tersirat sebagai peristiwa tindak tutur.

2. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut.a. Bagaimana aspek politik dalam novel Perempuan Di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi.b. Bagaimana aspek pendidikan dalam novel Perempuan Di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi.c. Bagaimana aspek psikologi dalam novel Perempuan Di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi.d. Kesulitan-kesulitan guru untuk mengajarkan implikatur percakapan dalam suatu novel Perempuan Di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi dalam Bahasa Indonesia. e. Kesulitan-kesulitan siswa saat belajar implikatur percakapan dalam sebuah novel. f. Upaya guru untuk mengatasi kesulitan belajar implikatur percakapan novel Perempuan Di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi.3. Pembatasan MasalahUntuk menghindari meluasnya permasalahan maka penulis membatasi permasalahan dalam penulisan karya ilmiah ini: Implikatur Percakapan Dalam Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El-Saadawi dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMK.

4. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah yang ada sebagai berikut.a. Bagaimanakah wujud implikatur percakapan dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi?b. Jenis implikatur percakapan apa sajakah dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi?c. Bagaimanakah implikasinya bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMK? 5. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga hal yaitu sebagai berikut.a. Mendeskripsikan wujud implikatur percakapan dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi?b. Mendeskripsikan jenis implikatur percakapan dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi?c. Mendeskripsikan alternatif pembelajaran wujud dan jenis implikatur percakapan dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi di SMK? 6. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, mahasiswa, guru, dan pihak-pihak lain yang menggunakannya, serta diharapkan pula memeroleh manfaat sebagai berikut.a. Manfaat TeoretisManfaat teoretik dalam penelitian ini sebagai berikut.1. Penelitian ini secara teoretis dapat dijadikan tambahan pengetahuan akan teori-teori kebahasaan yang telah ada.2. Menambah wawasan serta mengetahui keterkaitan penggunaan implikatur percakapan di dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi serta pembelajarannya di SMK.3. Mengetahui wujud, jenis, dan sumber implikatur percakapan di dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi.4. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia pada masa kini dan masa yang akan datang.

b.Manfaat PraktisManfaat praktis penelitian ini sebagai berikut.1. Bagi SiswaPenelitian ini diharapkan dapat mengetahui kapasitas pengetahuan siswa dalam menggunakan implikatur percakapan dalam sebuah novel.

2. Bagi PenulisPenelitian ini dapat bermanfaat untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang implikatur percakapan dalam sebuah novel. Selain itu, menambah macam atau warna kajian bagi mahasiswa, khususnya jurusan bahasa Indonesia.

C. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS1. Kajian PustakaKajian pustaka membahas mengenai pustaka-pustaka atau penelitian yang telah diteliti sebelumnya yang mempunyai objek kajian sama atau hampir mirip dengan yang peneliti lakukan. Hal ini dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya.Penelitian yang berjudul Implikatur Percakapan dalam Dialog Novel Mengukir Cinta di Pasir Pantai Karya Ahmad Munif dan Implikasinya Terhadappembelajaran Bahasa dan Sastra di SMA, penulis Likha Ujiyanti, 2012, jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Pancasakti Tegal. Skripsi ini mengkaji tentang implikatur percakapan dalam novel Mengukir Cinta di Pasir Pantai karya Ahmad Munif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.Persamaan antara penelitian yang penulis lakukan dan Likha Ujiyanti adalah sama-sama mengkaji mengenai implikatur percakapan. Adapun perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan Likha Ujiyanti adalah sumber data yang digunakan. Penulis menggunakan novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi sebagai sumber datanya, sedangkan Likha Ujiyanti menggunakan Novel Mengukir Cinta di Pasir Pantai karya Ahmad Munif.2. Landasan Teoretisa. Hakikat Karya SastraKarya sastra adalah karya berupa pikiran yang bersifat imajinatif yang memuat peristiwa kehidupan seseorang. Karya sastra juga dikatakan karya hasil dari proses kreativitas seorang pengarang. Secara umum karya sastra dapat dibedakan atas puisi, prosa fiksi (novel dan cerpen), dan drama.Karya sastra ialah karya imajinatif, baik lisan maupun tertulis. Karya sastra ialah karya yang bersifat fiktif (rekaan). Sebuah karya sastra meskipun bahannya (inspirasinya) diambil dari dunia nyata, tetapi sudah diolah oleh pengarang melalui imajinasinya sehingga tidak dapat diharapkan realitas karya sastra sama dengan realitas dunia nyata. Sebab, realitas dunia nyata sudah ditambah sesuatu oleh pengarang, sehingga kebenaran dalam karya sastra ialah kebenaran yang dianggap ideal oleh pengarangnya (Noor, 2009: 11)Dalam penelitian ini banyak teori yang berhubungan karena penelitian ini merupakan analisis mengenai penggunaan implikatur percakapan di dalam salah satu karya sastra yaitu novel. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk menyertakan beberapa teori mengenai karya satra terutama tentang pengertian novel karena novel merupakan objek penelitian ini. Selain itu, lingkup pragamatik meliputi implikatur percakapan, deiksis, presuposisi (praanggapan), prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Teori di atas akan mendukung tercapainya penelitian ini agar lebih mudah dipahami dan lebih mudah dimengerti. Penulis mencoba membuat penelitian dengan judul Implikatur Percakapan di dalam Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El-Saadawi.

b.Hakikat Pragmatik. Dalam bab ini terdiri dari beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian. Karena dalam penelitian ini merupakan analisis mengenai penggunaan implikatur percakapan dalam sebuah novel, penulis merasa perlu untuk menyertakan beberapa teori mengenai lingkup pragmatik meliputi tindak tutur, implikatur percakapan, praanggapan, dan deiksis. Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti mencoba untuk membuat sebuah penelitian yang mengambil sebuah tema yang mungkin belum atau sudah dilakukan penelitian oleh peneliti yang lain yaitu dengan judul Implikatur Percakapan dalam Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El-Saadawi.

c.Tindak TuturDalam novel yang akan dibahas ini penulis menggunakan teori pragmatik yang akan dikaji, percakapan berhubungan dengan tindak tutur manusia. Tindak tutur adalah kegiatan yang menjelaskan bahasa itu digunakan untuk menyatakan suatu komunikasi dalam suatu tindakan. Tindak tutur merupakan satuan komunikasi linguistik yang bersifat sentral dalam pragmatik. Artinya, pokok kajian utama dalam pragmatic adalah tindak tutur, bukan kalimat sebagai satuan dalam gramatika.Tindak tutur merupakan kegiatan berbahasa yang menjelaskan bahasa itu digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau tindakan (Bowo, 2013: 17).Menurut Suwito (1985: 33), tindak tutur merupakan produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu yang merupakan kesatuan terkecil dalam komunikasi. Tindak tutur pada dasarnya merupakan tindakan yang dinyatakan melalui tuturan atau ujaran.Penelitian ini juga dapat membantu penulis kaitannya dengan cara menganalisis implikatur percakapan yang lebih mendalam mengenai fungsi yang terdapat dalam implikatur percakapan dalam sebuah wacana novel (karya sastra). Penelitian ini membantu penulis dengan cara menganalisis implikatur percakapan dalam sebuah karya sastra. Penelitian tersebut meneliti tentang apa jenis-jenis implikatur percakapan yang terkandung dalam ujaran yang mengandung implikatur percakapan pada teks bahasa sumber, bagaimana pola pergeseran pragmatis pada terjemahan jaran yang mengandung implikatur, teknik penerjemahan apa yang diterapkan dan bagaimana pergeseran daya pragmatis yang akibatnya dan bagaimana tingkat keakuran ujaran dalam kaitannya dengan teknik yang diterapkan.

d. Pengertian WacanaIsitilah wacana (discourse) sering dipertukarkan dengan teks. Dalam bahasa Jerman, misalnya, hanya dipakai istilah teks untuk keduanya. Hal itu tampak dari istilah yang dikemukakan oleh Van Dijk (1997:x). dalam tradisi berbahasa Inggris dapat dibedakan bahwa teks lebih mengacu kepada bahasa tulis, sedangkan wacana pada bahasa lisan, walaupun perbedaannya terletak pada soal penekaan belaka. Dari sudut lain, wacana sering menyiratkan wacana intteraktif, sedangkan teks menyiratkan monolog noninteraktif.Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat/ klausa dengan kohesi dan koherensi yang berkesinambungan, mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan dan tulis (Tarigan, 1987:27) bertitik tolak pada definisi tersebut maka objek kajian wacana adalah kalimat, alenia, penggalan wacana, dan wacana utuh.Kridalaksana (1993:231) wacana adalah merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Ia medefinisikan bahwa wacana sebagai satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal merupakan gramatikal tertinggi/ terbesar. Wacana ini dapat direalisasikan dalam bentuk ensiklopedia, paragraph, serta kalimat yang membawa amanat lengkap.Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan wacana adalah satuan tertinggi, terbesar, dan terlengkap dalam hirarki gramatikal yang mengungkapkan satuan hal (subjek) tertentu yang disajikan secara utuh dan koheren, baik berupa lisan maupun tulis. Wacana merupakan satuan bahasa di atas kalimat/ klausa. Sebuah wacana mengungkap subjek tertentu, yaitu mengandung idea tau pesan. Istilah wacana adalah isitilah umum yang dipakai dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Titik singgung analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakai nahasa. Bahasa yang dianalisis berbeda dengan studi bahasa dalam penegrtian linguistik semata, tetapi bahasa yang dianalisis ditinjau dari aspek kebahasaan unntuk tujuan praktik tertentu dalam komunikasi.

e. Implikatur PercakapanImplikatur merupakan sesuatu yang memiliki implikasi di dalam suatu percakapan.Implikatur percakapan merupakan implikasi pragmatis yang terdapat di dalam percakapan sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Grice (1975: 43-45) dalam tulisannya Logic and Conversation berpendapat bahwa implikatur teori hubungan, yaitu hubungan antara ekspresi, arti, makna penutur, dan implikasi pragmatis. Lebih lanjut istilah implikatur digunakan untuk menjelaskan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan berbeda dengan apa yang dikatakan. Implikatur percakapan diartikan sebagai proposisi atau pernyataan implikatif yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur dalam percakapan.1. Implikatur KonvensionalImplikatur konvensional adalah salah satu jenis implikatur yang maknanya ditentukan oleh unsure atau satuan pembentuknya (misalnya, kata). Implikatur jenis tersebut lebih mudah dipahami, karena tidak memerlukan konteks. Maknanya secara jenis dapat dimengerti berdasarkan unsur pembentuknya, misalnya.

1) Dia kuliah di Universitas Diponegoro Semarang.2) Anak itu sedang makan nasi goreng.3) Saya akan pergi ke Jakarta.Implikatur tersebut di dalam tindak tutur, merupakan implikatur konvensional. Semua orang dapat memahami dan maknai ujaran tersebut berdasarkan unsure atau satuan pembetuknya.2. Implikatur NonkonvensionalImplikatur nonkonvensional adalah salah satu jenis implikatur yang maknanya lebih ditentukan oleh konteks yang melingkupinya. Kemunculan makana dalam implikatur tersebut terjadi sebagai akibat peristiwa tindak tuttur. Implikatur nonkonvensional inilah yang disebut sebagai implikatur percakapan. Jenis implikatur ini terjadi akibat adanya penyimpangan atau pelanggaran terhadap prisip percakapan, baik prinsip kerja sama maupun prinsip kesatuan. Perhatikan percakapan berikut.1) A : Kamu kenal dengan Ana?B : Oh.., Ana yang kuliah di Universitas Semarang?Saya pernah bertemu dia di sana.A : Iya, KAmu kuliah di sana juga?B : Saya ngantar adik.Implikatur nonkonvensional yang terdapat pada percakapan tersebuat, khususnya ujaran Saya ngantar adik adalah Ia tidak kuliah di Universitas Semarang.3. Praanggapan Praanggapan merupakan jenis implikatur yang makananya merujuk pada tanda dan pemahaman bersama tentang hal yang diungkapkan. Implikatur ini dijadikan dasar atau pijakan bersama bagi penutur dan lawan tutur (peserta percakapan) dalam memahami makna. Pemahaman tersebut dilakukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.2) A : Saya kemarin dari Swiss.B : Oh.., dari Swiss, ada apa?A : Jam saya rusak.B : Memperbaiki jam di sana?Praanggapan yang terdapat di dalam percakapan khususnya Jam saya rusak dan memperbaiki jam di sana adalah Swiss terkenal dengan jamnya. Praanggapan tersebut muncul akibat adanya penyimpangan prisip kerja sama, khususnya bidal cara atau pelaksanaan.4.Implikatur Percakapan KhususImplikatur percakapan khusus adalah salah satu jenis implikatur yang kehadirannya memerlukan konteks secara khusus. Konteks tersebut diperlukan guna memahami makna tersirat di dalamnya. 3) A : Banyak anggota legislatif terpilih yang berijazah palsu.B : Jangan-jangan istrinya juga palsu!Implikatur yang terdapat di dalam percakapan tersebut adalah implikatur percakapan khusus yag bermakna menyindir. Tindak tutur tersebut digunakan untuk menyindir atau mengkritik anggota legislative (DPR dan DPRD) yang cenderung menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya.

5. Implikatur Percakapan UmumImplikatur percakapan umum adalah salah satu jenis implikatur yang kehadirannya tidak memenuhi konteks khusus. Makna implikatur yang terdapat di dalam tuturan sudah jelas.4) Kamu jangan menghadiri pertemuan itu!Tindak tutur tersebut memiliki implikatur melarang atau memperingati. Hal itu dapat dipahami dari penggunaan kata larangan jangan, sehingga dikategorikan sebagai implikatur percakapan umum, karena tidak memerlukan konteks khusus.Penulis juga berusaha mengemukakan cara mengidentifikasikan implikatur percakapan. Untuk memahami dan mengidentifikasikan implikatur pada sebuah percakapan bisa menggunakan

6. DeiksisDeiksis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pragmatik. Hal ini dikarenakan deiksis secara langsusng berhubungan dengan keterkaitan antara struktur bahasa dan konteks yang digunakannya (Levinson 1993 : 55). Terdapat lima buah kategori dalam deiksis yaitu orang, tempat, waktu, wacana, dan deiksis sosial.Deiksis orang mengarah langsung pada kategori gramatikal dari ornag yang bersangkutan yaitu orang pertama, orang kedua, dan ataupun tempat tergantung pada tempat para partipisan tersebut melakukan situasi tutur. Deiksis tempat dijelaskan sebagai kata ganti petunjuk (ini, itu, dari, dan sebagainya) dan deiksis keterangan tempat (disini, disana, disitu, dan sebagainya). Deiksis waktu mengacu pada pemerian kode secara temporal dan pengkodena waktu berhubungan dengan peristiwa tuturan tersebut dilakukan. Secara umum gramatikalnya dalam keterangan waktu, misalnya sekarang, kemarin dan sebagainya.Deiksis wacana mengacu pada penggunaan ekspresi dalan beberapa tuturan untuk menunjukkan jumlah orang yang terlibat di dalam wacana tersebut, termasuk di dalamnya adalah tuturan itu sendiri. Terdapat dua jenis deiksis wacana, yaitu : reference-anaphoric dan nonanaphoric. Deiksis sosial mengacu pada aspek dalam kalimat yang merefleksikan dan menyususn atau ditentukan terlebih dahulu oleh beberapa realitas situasi sosial ketika tuturan tersebut muncul (Fillmore, 1975 hlm. 76 dalam Levinson, 1983 hlm. 89).

D. METODOLOGIPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam pendekatan kualitatif, penulis berusaha mendapatkan sebuah simpulan dari penggambaran data-data dan fakta-fakta yang diteliti. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif karena data penelitian ini tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kualitas bentuk verbal yang terwujud dalam penggalan dialog novel. Penggalan dialog novel yang menjadi data di dalam penelitian ini terealisasi dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi.Wujud data yang diambil dalam penelitian ini yaitu berupa penggalan-penggalan dialog atau percakapan yang di dalamnya mengandung implikatur percakapan, yang terdapat pada novel Perempuan Di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi. Sebagai wujud pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMK.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Menurut Sudaryanto dalam Kesuma (2007: 47) metode padan, yaitu metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti. Tujuan metode padan adalah untuk menentukan kesejatian atau identitas objek penelitian.Dalam penyajian hasil analisis data penelitian ini digunakan metode analisis informal, yaitu metode yang menggunakan penyajian hasil analisis data yang berupa kata-kata atau uraian (Sudaryanto, dalam Kesuma, 2007: 71). Jadi, dengan kata-kata atau uraian ini maka penyajian hasil analisis akan mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. E. IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA.1. Wujud Implikatur PercakapanImplikatur percakapan adalah proposisi tersirat yang terkandung di dalam suatu percakapan. Proposisi yang demikian dapat berupa fungsi pragmatis terselubung yang keberadaannya terimplikasi di dalam tuturan percakapan. Fungsi pragmatis yang tersirat ini dapat diacu oleh maksud tuturan di dalam pemakaiannya untuk berkomunikasi antar penutur di dalam suatu percakapan merupakan wujud implikatur percakapan.Keseluruhan fungsi pragmatis sebagai jabaran dari hasil taksonomi Searle (1969), atas jenis tindak tutur dikategorikan ke dalam lima kategori, yaitu (1) menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, (2) menyuruh, memohon menuntut, menyarankan, menantang, (3) memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh, (4) berjanji, bersumpah, mengancam, dan (5) memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, memberi maaf. Dari lima kategori ini dapat ditemukan sebagai akibat pelanggaran prinsip percakapan yang dapat menjadi implikatur percakapan, jika kehadirannya tersirat di dalam suatu percakapan.a. Penggalan percakapan implikatur melaporkan.Anda tidak akan pernah menjumpai orang seperti dia di dalam maupun di luar penjara ini. Ia menolak semua pengunjung, dan tidak mau berbicara dengan siapapun juga. Biasanya ia tidak menyentuh makanan sama sekali, dan tetap tidak tidur sampai pagi hari. Kadang-kadang penjaga penjara mengamati apabila dia sedang duduk sambil memandang dengan kosong ke depan berjam-jam lamanya. Suatu hari ia minta sebuah pena dan kertas, kemudian ia habiskan waktu berjam-jam lamanya dengan membungkuk di atas pena dan kertas itu tanpa bergerak. Si penjaga surat atau berbuat yang lainnya. Barangkali ia menulis sama sekali tidak menulis apa-apa. (hal-3)Di dalam penggalan percakapan (hal-3) terkandung implikatur melaporkan. Dilihat dari jenis, konteks tuturan melaporkan bahwa penjaga penjara ini melaporkan pada dokter psikiater tahanan yang berbama Firdaus tidak mau berbicara dengan siapapun, ingin makanan sama sekali, dan tetap tidak tidur sampai pagi hari. b.Penggalan percakapan implikatur menyatakan..Mungkin ia setuju jika saya jelaskan bahwa Anda adalah seorang psikiater dan bukan salah seorang pembantu Jaksa Penuntut Umum. Ia menolak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Malahan ia pun menolak untuk menandatangani permohonan kepada Presiden supaya dengan begitu hukumannya dapt diubah menjadi hukuman kurungan badan seumur hidup. (hal-4)Konteks dalam implikatur percakapan yang menyatakan bahwa Firdaus menolak menjawab pertanyaan dan menolak untuk menandatangi permohonan kepada Presiden. Tuturan itu juga mengandung implikatur percakapan yang timbul akibat pelanggaran prinsip kerja sama bidal cara. Implikatur yang dikandung tuturan itu adalah menyatakan.

c. Penggalan percakapan implikatur menunjukkan.Apakah saya seorang wanita lemah-lembut? jawab saya.Ia memalingkan kepalanya ke satu sisi, menunjuk pada sebuah jendela yang amat kecil, dan berkata, Itulah selnya. Saya akan pergi ke sana dan berusaha membujuknya supaya datang dan menemui Anda. (hal-4)Konteks penggalan percakapan dalam hal-4 mengandung implikatur menunjukkan bahwa sebuah jendela yang amat kecil itu adalah sel yang dihuni oleh Firdaus, dan seorang dokter psikiater akan dating menemuinya untuk membujuk dan menemui dokter psikiater tersebut.

d. Penggalan percakapan implikatur menyuruh.Jangan menjawab sambil duduk. Berdirilah!Saya menyadari bahwa saya sudah berdiri tegak pada waktu lingkaran-lingkaran putih dan hitam telinga itu bergerak ke atas dalam suatu gerak serentak untuk sekali lagi melihat ke mata saya. (hal-46)Konteks dalam implikatur percakapan hal 46 mengandung menyuruh, konteks ini menyuruh Firdaus untuk berdiri pada saat menjawab pertanyaan. Tuturan itu juga mengandung implikatur pelanggaran prinsip kerja sama bidal cara. Implikatur percakapan yang terkandung di dalam tutran itu adalah menyuruh untuk berdiri dan tidak duduk saat menjawab pertanyaan. Karena dinyatakan degan kata-kata atau bahasa tulis maka tuturan itu termasuk pada tipe verbal tulis.

e. Penggalan percakapan implikatur menyarankan.Tidak mudah untuk mencari pekerjaan sekarang ini apabila yang kau miliki hanyalah ijazah sekolah menengah.Lalu apa yang bisa ia perbuat sekarang?Sama sekali tak ada. Sekolah menengah itu tak mengajarkan mereka apa-apa. Saya seharusnya mengirimkannya ke sebuah latihan dagang.Tak ada gunanya bicara tentang apa yang seharusnya dapat lakuakan. Apa yang akan kau lakukan sekarang?Dia dapat tinggal bersama kita sampai saya mendapatkan pekerjaan baginya.(hal-51)Dalam percakapan hal 51 mengandung implikatur menyarankan yang dilakukan oleh paman Firdaus kepada istrinya agar Firdaus tinggal bersamanya sampai pamannya mendapatkan pekerjaan untuk Firdaus. Selain mengandung fungsi pragmatis menyarankan tuturan itu juga mengandung implikatur percakapan, yaitu paman Firdaus menyarankan untuk Firdaus tinggal bersama-sama paman beserta istrinya. Implikatur itu timbul akibat pelanggaran prinsip kerja sama bidal cara.

g. Penggalan percakapan implikatur menuntut.Jika ia mau membayar uang seratus pon, itu akan merupakan suatu rahmat dari Allah. Saya akan mampu melunasi hutang-hutangku dan membeli pakaian dalam, juga satu atau dua baju untuk Firdaus. Kita tidak akan membiarkan dia kawin dengan baju yang dia pakai sekarang. (hal-54)Tuturan itu memiliki fungsi pragmatis menuntut. Konteks percakapan itu istri paman Firdaus menuntut pada calon suami Firdaus agar mau member seratus pon. Impikatur itu timbul akibat pelanggaran prinsip kerja sama bidal cara.

h. Penggalan percakapan implikatur berterima kasihSungguh, kita penuh dengan rasa terima kasih kepada Allah untuk segalanya yang Dia telah limpahkan kepada kita. Semoga Dia selallu terpuji dan diagugkan. Sungguh hati kita benar-benar penuh dengan rasa syukur kepada Allah yang Mahakuasa. (hal 54-55)Konteks percakapan itu adalah ucapan terima kasih atau syukur kepada Allah atas segala yang telah dilimpahkan. Jenis kesantunan yang dilanggar adalah kesantunan positif, yaitu ia mengucapkan terima kasih kepada Allah.2. Jenis-Jenis Implikatur Percakapana. Implikatur KonvensionalImplikatur Konvensional adalah salah satu jenis implikatur yang maknanya ditentukan oleh unsur atau satuan pembentuknya. Implikatur konvensional mudah dipahami, karena tidak memerlukan konteks. Hasil analisis data sebagai berikut. Apakah yang akan kau perbuat di Kairo, Firdaus?Lalu saya menjawab: Saya ingin ke El Azhar dan belajar seperti Paman.Kemudian ia tertawa dan menjelaskan bahwa El-Azhar hanya untuk kaum pria saja. Lalu saya menangis, dan memegang tanganya, sementara kereta api ,ulai bergerak maju(hal-22)Dalam penggalan percakapan tersebut mengandung implikatur percakapan konvensional yang mudah dipahami. Dalam tuturan tersebut memiliki fungsi praguratif menyatakan. Dalam konteks ini yang mengandung menyatakan bahwa Firdaus akan pergi belajar ke El Azhar seperti pamannya.

b. Implikatur NonkonvensionalImplikatur nonkonvensioanal adalah salah satu jenis implikatur yang maknanya lebih ditentukan oleh konteks yang melingkupinya. Kemunculan makna dalam implikatur tersebut terjadi sebagai akibat peristiwa tindak tutur. Hasil analisis data sebagai berikut."Saya menyadari bahwa seorang karyawati lebih takut kehilangan pekerjaannya daripada seorang pelacur akan kehilangan nyawanya. Seorang karyawati takut kehilangan pekerjaannya dan menjadi seorang pelacur karena dia tidak mengerti bahwa kehidupan seorang pelacur menurut kenyataannya lebih baik daripada kehidupan mereka. (...)Saya tahu sekarang bahwa kita semua adalah pelacur yang menjual diri dengan macam-macam harga, dan bahwa pelacur yang mahal jauh lebih baik daripada pelacur murahan." - hal. 110

Dalam penggalan percakapan tersebut terjadi pelanggaran prinsip yang terjadi pada implikatur percakapan konvensional. Percakapan di atas menyatakan sub fungsi melaporkan bahwa Seorang karyawati takut kehilangan pekerjaannya dan menjadi seorang pelacur karena dai tidak mengerti bahwa kehidupan seorang pelacur menurut kenyataannya lebh baik daripada kehidupan mereka.c. Implikatur KhususImplikatur khusus adalah salah satu jenis implikatur yang kehadiranya memerlukan konteks secara khusus. Hasil analisis data sebagai berikut.Dibandingkan dengan dia, saya hanyalah seekor serangga kecil yang sedang merangkak di tanah diantara jutaan serangga lain. (hal:6)Dalam penggalan percakapan (hal-6) terkandung implikatur menyatakan. Fungsi pragmatis yang diperankan oleh tuturan Firdaus, saya hanyalah seoekor serangga kecil yang sedang merangkak ditanah diantara jutaan serangga lain. Adalah menyatakan. Tuturan itu ternyata juga mengandung implikatur karena melanggar prinsip kerja sama bidal kualitas. d. Implikatur Umum Implikatur umum adalah jenis implikatur yang kehadiranya tidak memenuhi konteks khusus. Hasil analisis data sebagai berikut. Mata yang mematikan, seperti sebilah pisau, menusuk-nusuk, menyayat jauh kedalam, mata itu menatap tanpa bergerak, tetap.Tak berkedip sedikit pun. Tak ada urat sekecil apa pun pada wajah yang bergerak. (hal:11)Dalam tuturan percakapan (hal-11) terkandung implikatur dengan fungsi menyatakan. Dalam penggalan percakapan (hal-11), tuturan itu juga mengandung implikatur percakapan yang timbul akibat pelanggaran prinsip kerja sama bidal cara. Dalam penggalan percakapan mata yang mematikan menatap tanpa gerak

e.PraanggapanPraanggapan berupa andaian penutur bahwa mitra tutur dapat mengenal pasti orang atau benda yang diperkatakan (Palmer, 1989 : 181; Stubbs 1983 : 214, Lyons 1978 : 592, Austin 1962 : 51 dalam Rustono 1999 : 105). Pendapat-pendapat di atas mengakui adanya kesamaan pemahaman antara penutur dan mitra tuturnya tentang suatu hal yang menjadi pangkal tolak komunikasi penutur. Dan dengan ini, komunikasi antar pesera tutur dapat berjalan tanpa hambatan. Sebuah tuturan dapat mempraanggapkan tuturan yang lain. Sebuah tuturan dikatakan mempraanggapkan tuturan yang lain jika ketidakberatan tuturan kedua atau yang dipraanggapan mengakibatkan tuturan yang pertama atau mempraanggapkan tidak dapat dikatakan benar atau salah (Palmer 1989 : 181, Austin 1962 : 50, Lyons 1978 : 596). Hasil analisis data sebagai berikut.Apa yang terjadi dengan kau, Firdaus?Dan Saya bertanya dengan suara merenung. Apakah Ibrahim telah lupa?Lupa apa? tanyanyaSaya tak tahu Fatheya.Kau hidup di dunia mimpi sayang.Itu tak benar, Itu tak benar Fatheya. Memang benar telah terjadi. Hal-116

Di dalam penggalan percakapan (hal-116) terkandung implikatur menyatakan. Tuturan Firdaus dalam penggalan percakapan tersebut merupakan tuturan representatif. Tuturan itu memiliki fungsi pragmatis memberitahukan yang terkandung pada penggalan itu tidak benar. Memang benar telah terjadi. Bahwa pada penggalan percakapan tuturan Firdaus bahwa sesuatu memang benar telah terjadi. Selain itu tuturan yang dilakukan oleh Firdaus mengandung implikatur percakapan sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip kerja sama bidal kuantitas.F. PENUTUP1. Simpulana. Wujud implikatur percakapan dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi adalah (a) Implikatur percakapan melaporkan, menunjukan, dan menyebutkan. (b) Implikatur percakapan menyuruh, memohon, menuntut, dan menyarankan. (c) Implikatur percakapan memuji, mengkritik, dan mengucapkan terimakasih. (d) Implikatur percakapan berjanji, bersumpah, dan mengancam. (e) Implikatur percakapan memutuskan, membatalkan, melarang, dan mengizinkan.b. Jenis implikatur percakapan dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi adalah implikatur yang dipraanggapkan dan implikatur nonkonvensional.Temuan hasil penelitian ini memiliki implikasi yang positif terhadap pembelajaran bahasa dan sastra indonesia, khususnya dalam pembelajaran pragmatik yaitu pada implikatur percakapan pada novel. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para guru bahasa indonesia dalam merumuskan materi atau dapat menjadi bahan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan implikatur percakapan dalam novel. Disamping itu, hasil penelitian ini dapat membantu siswa di SMA dalam memahami ilmu pragmatik terutama pada implikatur percakapan yang dikaitkan dengan karya sastra terutama pada novel, dalam mata pelajaran bahasa dan sastra indonesia.2.SaranMaka dengan hasil penelitian ini, penulis menyarankan sebagai berikut.a. Untuk menentukan secara tepat wujud dan jenis implikatur percakapan, hendaknya tuturan tersebut dapat dilihat dalam pemakaian kalimat yaitu modus kalimat yang digunakan dan konteks yang melingkupinya.b. Untuk menambah wawasan dalam menggunakan wujud dan jenis implikatur percakapan yang dikaitkan dengan karya sastra khusunya pada novel. Oleh karena itu, hendaknya diperbanyak pengkajian dan penelitian wujud dan jenis implikatur percakapan yang selama ini masih kurang, khususnya di Universitas Pancasakti Tegal.c.Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang wujud dan jenis implikatur percakapan karena masalah tersebut masih banyak yang belum terpecahkan dan hendaknya penelitian tentang wujud dan jenis implikatur percakapan dikaitkan dengan prinsip kerja sama yang melatar belakangi tuturan tersebut. Disarankan agar wujud dan jenis implikatur percakapan tidak menyimpang dri prinsip kerja sama.