dewan perwakilan rakyat republik indonesia laporan ... · - kasus ini diawali oleh banyaknya...

16
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI III DPR-RI KE PRVONSI MALUKU UTARA PADA MASA PERSIDANGAN IVTAHUN SIDANG 2013 2014 A. PENDAHULUAN I. Dasar Kunjungan Lapangan Kunjungan Kerja Spesifik dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR-RI tentang Rencana Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RIke Provinsi MalukuUtara Pada Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2013-2014. II. Ruang Lingkup Sasaran Kunjungan Kerja Spesifik meliputi bidang-bidang yang termasuk dalam ruang lingkup tugas Komisi III DPR RI, yaitu Bidang Hukum, Perundang-Undangan, Hak Asasi Manusia, dan Keamanan. III. Susunan Tim No. Nama Keterangan 1. Drs. Al Muzzamil Yusuf, M.Si Ketua TIM / Pimpinan Komisi III / F-PKS 2. Ruhut Sitompul, S.H. Anggota TIM / F-PD 3. Markus Silano, S.IP Anggota TIM / F-PD 4. Dr. H. Subyakto,S.H.,M.H.,M.M Anggota TIM / F-PD 5. Aboe Bakar Al Habsy, SE Anggota TIM / F-PKS 6. Drs. H. Ahmad Kurdi Moekri Anggota TIM / F-PPP 7. Drs. Otong Abdurrahman Anggota TIM / F-PKB IV. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kunjungan Lapangan Waktu : Selasa,10 Juni 2014 Jumat, 13 Juni 2014. Tempat : Provinsi Maluku Utara

Upload: vokhanh

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI III DPR-RI KE PRVONSI MALUKU UTARA

PADA MASA PERSIDANGAN IVTAHUN SIDANG 2013 – 2014

A. PENDAHULUAN

I. Dasar Kunjungan Lapangan

Kunjungan Kerja Spesifik dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pimpinan

DPR-RI tentang Rencana Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RIke

Provinsi MalukuUtara Pada Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2013-2014.

II. Ruang Lingkup

Sasaran Kunjungan Kerja Spesifik meliputi bidang-bidang yang termasuk

dalam ruang lingkup tugas Komisi III DPR RI, yaitu Bidang Hukum,

Perundang-Undangan, Hak Asasi Manusia, dan Keamanan.

III. Susunan Tim

No. Nama Keterangan

1. Drs. Al Muzzamil Yusuf, M.Si Ketua TIM / Pimpinan Komisi III / F-PKS

2. Ruhut Sitompul, S.H. Anggota TIM / F-PD

3. Markus Silano, S.IP Anggota TIM / F-PD

4. Dr. H. Subyakto,S.H.,M.H.,M.M Anggota TIM / F-PD

5. Aboe Bakar Al Habsy, SE Anggota TIM / F-PKS

6. Drs. H. Ahmad Kurdi Moekri Anggota TIM / F-PPP

7. Drs. Otong Abdurrahman Anggota TIM / F-PKB

IV. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kunjungan Lapangan

Waktu : Selasa,10 Juni 2014 – Jumat, 13 Juni 2014.

Tempat : Provinsi Maluku Utara

2

V. Objek Kunjungan Lapangan

Tim Komisi III DPR RI dalam Kunjungan Kerja Spesifik di Provinsi Maluku

Utara melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

1. Pertemuan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai, Pimpinan

DPRD Kabupaten Pulau Morotai, Pengurus Pusat Perhimpunan Pemuda

dan Mahasiswa Maluku Utara beserta Masyarakat.

2. Pertemuan dengan Kapala Kepolisian Daerah Maluku Utara.

3. Pertemuan dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utara.

4. Kunjungan Lapangan ke Kantor PT. MMC dilanjutkan dengan pertemuan

dengan Pimpinan PT. Morotai Marine Culture (MMC).

VI. Tujuan Kunjungan Kerja Spesifik

1. Mendapat informasi langsung dari pihak yang berkepentingan terhadap

permasalahan ini yakni Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai dan

Pihak PT. MMC dan pihak-pihak terkait lainnya yaitu DPRD Kabupaten

Pulau Morotai serta aparatur penegak hukum (Kepolisian dan Kejaksaan)

terkait permasalahan ini di wilayah Propinsi Maluku Utara.

2. Mengetahui motif dan latar belakang terjadinya permasalahan ini, dan

sejauh mana proses penegakan hukum terhadap persoalan ini yang

dilakukan oleh aparatur penegak hukum, apakah telah sesuai dengan

hukum yang berlaku.

3. Mendorong penciptaan suasana yang kondusif di masyarakat pasca

permasalahan ini di wilayah Provinsi Maluku Utara khususnya di Kabupaten

Pulau Morotai.

B. HASIL KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK :

I. Pertemuan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai,

Pimpinan DPRD Kabupaten Pulau Morotai dan Pengurus Pusat

Perhimpunan Pemuda dan Mahasiswa Maluku Utara beserta Masyarakat.

Penjelasan Bupati :

- Bahwa 6 (enam) bulan setelah dilantik debagai Bupati, langsung

dihadapkan pada permasalahan ini.

- DPRD meminta untuk PT MMC ditutup dengan alasan kurang lebih 114 Ha

lahan yang tidak memiliki izin, tidak memiliki IMB, energy Genset tidak ada,

dan beberapa permasalahan lain.

3

- Bupati atas dasar investasi banya meminta untuk PT MMC ditutup

sementara.

- Atas dasar investasi, Bupati menyarankan kepada Perusahaan untuk

diberikan izin tanpa dibayar, namun perusahaan tidak menanggapi.

- Bupati telah memberikan teguran kepada PT MMC, namuin dilawan oleh PT

MMC.

- Hasil penelitian dari DKP bahwa PT MMC telah melakukan pelanggaran

mencapai 114 Ha dari izin awal yang semula hanya 4,5 ha. Perlu diketahui

bahwa izin dikeluarkan pertama kali oleh Pemerintah Daerah Halmahera

Utara dengan izin seluas 4,5 Ha, bahkan Bupati Halmahera Utara pernah

mengeluarkan SK untuk PT MMC ditutup.

- Permasalahan bermula ketika Tim yang dikirim oleh Bupati untuk

merealisasikan SK Bupati dihadang oleh pihak PT MMC dan akhirnya

terjadi pengrusakan terhadap fasilitas PT MMC.

Ketua DPRD :

- Permasalahan terhadap PT MMC yaitu terkait dengan pembayaran Pajak

yang sampai sekarang belum dibayar.

- DPRD telah meminta agar kasus ini dihentikan (SP3) oleh Kepolisian dan

perusahaan segera beroperasi namun belum ditanggapi oleh Kepolisian.

- DPRD meminta kepada Komisi III DPR RI untuk ikut dalam menyelesaikan

masalah ini, dengan meminta kepada Kapolri untuk menghentikan kasus ini.

Wakil Ketua DPRD :

- Kasus ini diawali oleh banyaknya laporan masyarakat bahwa PT MMC

banyak melakukan kesalahan.

- Bahwa sejak bulan November 2010, telah dilakukan langkah-langkah untuk

perbaikan perusahaan.

- DPRD memberikan rekomendasi dan meminta kepada Bupati agar segera

mengambil langkahh tegas terhadap perusahaan PT MMC.

Perwakilan Mahasiswa.

- Mempertanyakan terkait status Bupati Kabupaten Pulau Morotai sebagai

Tersangka. Padahal perlu diketahui bahwa kasus pidana terkait dengan

pengrusakan fasilitas perusahaan PT MMC telah seleai, PTUN telah selesai

dan Perdata akan diselesaikan oleh Pemerintah Daerah terkait dengan

pemberian ganti kerugian.

4

- Mahasiswa meminta kepada Komisi III DPR RI untuk ikut dalam

penyelesaian kasus ini yaitu dengan memanggil Kapolri agar menjelaskan

duduk persoalan perkara ini.

Perwakilan Masyarakat.

- Pada tahun 2011, seluruh Kepala Desa Kabupaten Pulau Morotai mengusir

PT MMC, namun hingga saat ini perusahaan belum juga keluar dari Pulau

Morotai.

- Beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh PT MMC adalah dengan

menggunakan terumbu karang untuk bahan material.

- Terumbu karang sekitar lokasi perusahaan oleh perusahaan diambil sekitar

puluhan ribu kubik dan ratusan pohon bahan bakau,oleh perusahaan

diambil untuk bahan material.

- Begitu juga batu karang yang masih hidup dilaut diambil dan digunakan

untuk bahan material bangunan.

- PT MMC telah mencuri beberapa wilayah yang tidak masuk dalam kontrak

yaitu dengan mencuri terumbu karang, pohon bakau dan lain-lain.

- Masyarakat meminta agar kasus ini segera diselesaikan.

Kepala Dinas Tenaga Kerja

- PT MMC melakukan kontrak Pulau untuk melakukan operasi sejak tahun

2007 oleh Pemerintah Daerah Halmahera Utara.

- Ada klausul dalam kontrak yang dilakukan oleh PT MMC dengan

Pemerintah Daerah Halmahera Utara bahwa pulau yang dikontrak oleh

perusahaan akan menjadi milik perusahaan.

- Bahwa sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan, Bupati berwenang

memberhentikan sementara suatu perusahaan, oleh karena itu tindakan

Bupati tentang pemberhentian sementara PT MMC telah sesuai hukum.

- Hampir seluruh nelayan yang beroperasi di sekitar perusahaan PT MMC

diusir oleh perusahaan.

- Warga yang berdomisili disekitar perusahaan diusir oleh perusahaan.

Tim Hukum

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam permasalahan ini yaitu :

o Kasus pengrusakan sebagian asset PT MMC.

- Ada sebagian tokoh masyarakat yang kecewa dengan PT MMC yang

berujung pada penyerbuan ke PT MMC.

5

- Terhadap kasus ini, ada 6 (enam) orang telah dihukum pidana dan

mereka justru meminta kepada Majelis hakim untuk divonis sebesar-

besarnya.

- Para pelaku 18 (delapan belas) orang diintimidasi oleh Penyidik untuk

mengakui bahwa Bupati telah mempengaruhi untuk dilakukan

pengrusakan.

o Tuduhan criminal terhadap Bupati.

- Ada 8 (delapan) akte yang diterbitkan oleh Notaris, bahkan 8 saksi

mencabut kesaksian di Polda Maluku Utara terkait pengakuan bahwa

Bupati menyuruh untuk dilakukan pengrusakan.

o Kasus perampokan kekayaan Negara oleh PT MMC.

- Luas izin sebelumnya adalah 4,5 Ha, namun akhirnya menjadi 114 Ha

dan hal ini sangat merugikan Negara.

II. Pertemuan Dengan Manajemen PT. Morotai Marine Cultuure (MMC)

TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI melakukan kunjungan

lapangan dengan meninjau langsung kantor PT MMC.TIM Komisi III DPR RI

tiba di lokasi pada hari Rabu11 Juni 2014 sekitar pukul 16.00 WITdengan

menggunakan kapal laut kurang lebih 30menit perjalanan dari kota Kabupaten

Pulau Morotai, serta bertemu dan berdialog dengan Pimpinan PT MMC.

TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI bertemu dan berdialog

dengan Pemilik, Direktur dan Manajer PT MMC serta Kuasa Hukum dari PT

MMC.Pertemuan dilaksanakan di Aula PT MMC yang dimulai pada pukul 16.00

hingga 18.00 WIT. Dalam penjelasannya, pihak PTMMC mengemukakan

beberapa hal terkait dengan permasalahan yang terjadi antara PT MMC dengan

Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai :

Legalitas PT MMC

- PT MMC didirikan berdasarkan Surat Permohonan IUP Budidaya Pusat

No. 018/MMC-J/V/2007 tanggal 28 Mei 2007.

- Surat Izin Usaha Perikanan di Bidang Pembudidayaan Ikan No.

5051/DPB/PB.510.D5/X/07 yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal

Perikanan Budidaya tertanggal 11 Oktober.

- Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Bidang Budidaya Ikan No.

523.30/01/IUP/DKP-HU/V/07, tertanggal 14 Mei 2007 dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Utara.

6

- Surat Keterangan Domisili No.DS/NNB/298/10 2010 pada wilayah

Pemerintah Kab.Pulau Morotai, Kec.Morotai Selatan Barat Desa Ngele-

Ngele Besar tertanggal 8 Oktober 2010.

- Surat Izin Tempat Usaha No.503/85/SITU/2010 yang ditandatangani

oleh Bupati Kab.Pulau Morotai tertanggal 19 Mei 2010.

- Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar No.62/27.06/PB/X/2010

yang ditandatangani oleh Kepala Dinas PERINDAGKOP dan UMKM

Kab.Pulau Morotai tertanggal 18 Oktobr 2010.

- Tanda Daftar Perusahaan No.270652050062 yang ditandatangani oleh

Kepala Dinas PERINDAGKOP dan UMKM Kab.Pulau Morotai tertanggal

18 Oktober 2010.

Kronologis Kejadian

- Awal mula kejadian penyerangan terhadap PT MMC oleh Pemkab.Pulau

Morotai berdasarkan SK Bupati No.500/33/PM/2012, tertanggal 13

Februari 2012 tentang Penghentian Sementara kegiatan usaha PT MMC

dan Surat Pelaksanaan Bupati No. 500/33/PM/2012 tertanggal 24

Februari 2012.

- Penerbitan SK Bupati tersebut dengan alasan PT MMC tidak memiliki

SIUP, tidak membayar Retribusi/Pajak dan melanggar hukum.

- Pada tanggal 23 Maret 2012, unsur Pimpinan Pemda Morotai datang

untuk menutup paksa perusahaan. Pertama dengan mematikan lampu

listrik dengan cara mematikan diesel. Pada saat aksi dilakukan terjadi

perlawanan dari pihak karyawan, namun malah terjadi tindakan

pemukulan kepada wakil Direktur.

- Kemudian pada tanggal 25 maret 2012 yakni hari Minggu, yang

semestinya pegawai libur justru diperintahan untuk kembali melakukan

tindakan anarkis di perusahaan dengan personil yang lebih besar

dengan mematikan mesin pembangkit listrik, merusak rumah siput

mutiara, menjarah ikan-ikan, menjarah siput mutiara, merusak pintu

gudang dan menjarah isinya, merusak antena telepon, memecahkan

kaca-kaca kantor dan rumah mess, merusak sarana dan prasarana

pemeliharaan ikan, sehingga mengakibatkan kerusakan parah yang

dialami oleh PT MMC.

Upaya Hukum PT MMC

o PIDANA :

- Tindak pidana dimuka umum secara bersama-sama melakukan

kekerasan terhadap barang dan telah dieksekusi.

7

- Peradilan Pidana telah memutuskan bersalah aksi penyerangan yang

dilakukan oleh pihak Pemda Kab.Pulau Morotai dengan dipidananya

beberapa pihak yang melakukan penyerangan tersebut.

o PERDATA :

- Putusan No.16/PDT/2013/PT Malut tertanggal 29 November 2013,

memenangkan pihak PT MMC.

- Putusan No.28/PDT.G/2012/PN.TBL tertanggal 11 Juli 2013,

menguatkan putusan PN yang memenangkan pihak PT MMC.

- Upaya Hukum Kasasi masih dalam proses di Mahkamah Agung.

o PTUN :

- Penetapan Pengadilan Tata Usaha Negara

No.17/G/2012/PTUN.ABN tertanggal 7 Juni 2012.

- Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara No.17/G/2012/PTUN.ABN.

- Putusan PT TUN Makasar No.181/B.TUN/2012/PT.TUN.MKS.

- Surat Keputusan Bupati Pulau Morotai No.500/150.b/PM/2013

tentang PencabutanSK 500/33/PM/2013 tentang Penutupan

Sementara Operasional PT MMC tertanggal 7 Juni 2013.

- Putusan PTUN sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dengan

memenangkan pihak PT MMC.

III. Pertemuan Dengan Kejaksaan Tinggi Maluku Utara

TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI bertemu dan

berdialog dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utarayang dalam hal ini

diwakili oleh Asisten Pidana Umum beserta jajarannya pada hari Kamis

tanggal 12 Juni 2014 Pukul 15.00hingga Pukul 16.30 WIT. Dalam

paparannya, Asisten Pidana Umumdalam hal ini diwakili oleh Jaksa Peneliti

menjelaskan beberapa hal terkait dengan permasalahan ini sebagai berikut:

- Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Polda Maluku Utara menyerahkan

SPDP Nomor : 12/III/2014Ditreskrimum atas nama Wenni R Paraisu,

S.Ag dan penyerahan Berkas Perkara tahap I Wenni R Paraisu S.Ag,

Nomor : BP/14/III/2014 Ditreskrimum tanggal 06 Maret 2014 yang

diterima tanggal 10 Maret 2014.

- Tanggal 06 Maret 2014, diterbitkan Surat Perintah Penunjukan Jaksa

Penuntut Umum untuk mengikuti Perkembangan Penyidikan Perkara

Tindak Pidana (P-16).

- 14 Maret 2014, pemberitahuan hasil penyidikan belum lengkap (P-18).

8

- Tanggal 06 Maret 2014, pengembalian Berkas Perkara

No.BP/14/III/2014/Ditreskrimum dengan Surat No : B

538/S.2.4/Epp.1/03/2014 tanggal 24 Maret 2014 (P-19).

- Selanjutnya dilakukan pengiriman kembali Berkas Perkara A.n.

Tersangka Weni R. Paraisu, dengan Surat

No.B/14.b/IV/2014/Ditreskrimum tanggal 11 April 2014, yang diterima di

Kejaksaan Tinggi Maluku Utara pada tanggal 15 April 2014, dan setelah

dilakukan penelitian kembali ternyata petunjuk sesuai dengan surat

Nomor : B-538/S.2.4?Epp.1/03/2014 tanggal 24 Maret 2014 (P-19)

belum dilaksanakan, sehingga dilakukan pengembalian kembali Berkas

Perkara Tersangka Weni R. Paraisu, S.Ag, dengan Surat No. B-

717/S.2.4/Epp.1/04/2014 tanggal 23 April 2014.

- Bahwa berdasarkan hasil penelitian dari Jaksa Peneliti disimpulkan

bahwa :Belum terdapat perbuatan materiil/tindakan nyata tersangka

dalam pengrusakan dan penjarahan aset milik PT MMC.

IV. Pertemuan Dengan Kepala Kepolisian Daerah Maluku Utara

TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI bertemu dan

berdialog dengan Kapolda Maluku Utara beserta jajarannya pada hari

Kamis tanggal 12 Juni 2014 Pukul 17.00hingga Pukul 18.30 WIT. Dalam

paparannya, Kapolda beserta jajarannya menjelaskan beberapa hal terkait

dengan permasalahan ini yakni telah dilakukan upaya mediasi sebanyak 3

(tiga) kali oleh Kapolda dan para Kapolda sebelumnya, namun proses

mediasi selalu gagal. Akhirnya, proses penegakan hukum dilanjutkan

dengan posisi hukum sebagai berikut :

Penjelasan Direktur Kriminal Umum.

Hasil investigasi penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh Kriminal

Umum Polda Malut, diambil langkah-langkah penegakan hukum sebagai

bberikut :

- Melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap para saksi

sebanyak 22 (dua puluh dua) orang, dengan perincian pihak PT MMC 2

(dua) orang, pihak Pemkab P.Morotai sebanyak 16 (enam belas) orang,

anggota Polsek Morselbar yang sedang melakukan pengamanan di PT

MMC sebanyak 2 (dua) orang.

- Permintaan keterangan terhadap Ahli Hukum Administrasi Negara dan

Ahli Hukum Pidana.

- Telah dilakukan pengiriman SPDP.

9

- Menerima coppyan salinan putusan PTUN dan Putusan Pengadilan

Perdata yang diserahkan oleh PT MMC sebagai lampiran dan dijadikan

bukti petunjuk di pengadilan.

- Adanya surat Rekomendasi dari Komnas HAM

No.2.760A/K/PMT/XI/2012 Perihal Rekomendasi Komnas HAM.

- Melakukan gelar perkara dengan Biro Wasidik Bareskrim Polri pada

tanggal 9 Oktober 2013 di ruangan Rupatama Polda Malut, yang mana

gelar perkara direkomendasikan kepada penyidik :

a. Terhadap berkas perkara dan putusan ke 5 (lima) orang (Sunardi

Barakati, SH., Zulkifli Ibrahimm, Mursid Side latuconsina, Ahdad

Hi.hasan, S.Pi dan Fahri Boboleha yang telah divonis sebagai

terpidana dijadikan lampiran dalam berkas perkara Bupati dan Wakil

Bupati Kab.Pulau Morotai.

b. Fakta hukum persidangan di Pengadilan Negeri Tobelo ke 5 (lima)

terpidana menyatakan bahwa pada tanggal 23 Maret 2012 Bupati

Kab.Pulau Morotai Drs.Rusli Sibua mangumpulkan pada SKPD dan

Sat.Pol.PP di depan Kantor Bupati Pulau Morotai menyampaikan 3

(tiga) perintah yaitu : melakukan penutupan PT MMC dengan cara :

(i) mematikan lampu listrik PT MMC secara total, (ii) menghentikan

aktifitas pekerjaan karyawan PT MMC, dan (iii) memotong

pelompong-pelompong/keramba yang ada di laut. Dijadikan bahan

pemeriksaan terhadap Bupati dan Wakil Bupati Kab.Pulau Morotai

selaku Tersangka.

c. Segera dilakukan pemanggilan kembali terhadap Bupati Kab.Pulau

Morotai Drs.Rusli Sibua, M.Si untuk didengar keterangannya sebagai

tersangka menyuruh melakukan tindak pidana pengrusakan.

d. Segera dilakukan pemeriksaan tambahan terhadap Wakil Bupati

Kab.Pulau Morotai Wenni R.Paraisu, yang telah diperiksa sebagai

tersangka pada hari Sabtu tanggal 6 April 2013, karena masih

diperlukan pemeriksaan tambahan berkaitan dengan adanya

rapat/panggilan Bupati Kab.Pulai Morotai pada tanggal 24 Maret

2012 tentang evaluasi dan laporan kepada Bupati atas rencana

kegiatan pada tanggal 25 Maret 2012.

e. Terhadap alat bukti persidangan ke 5 (lima) orang terpidana, segera

dimasukkan dalam berkas perkara yang digunakan sebagai alat bukti

dalam perkara yang melibatkan Bupati dan Wakil Bupati Kab.Pulau

Morotai.

- Telah dilakukan pengiriman berkas perkara tersangka atas nama

Sdr.Wenni Ritho Paraisu, S.Ag (Wakil Bupati) ke JPU sebagaimana

10

Berita Acara Penyerahan berkas Perkara tanggal

No.B/14.a/III/Ditreskrimum tanggal 10 Maret 2014.

- Telah diterima surat dari pihak JPU dengan No.B-

463/S.3.4/Epp.1/03/2014 tanggal 14 Maret 2014 dan No.B-

538/S.2.4/Epp.1/03/2014 tanggal 24 Maret 2014 tentang pengembalian

berkas perkara atas nama tersangka Sdr.Wenni Ritho paraisu, S.Ag.

- Telah dilakukan pemanggilan dua kali sebagai tersangka kepada

saudara Drs.Rusli Sibua, M.Si (Bupati Pulau Morotai) sebagaimana

surat panggilan pertama No.S.Pgl/103/IV/2014/Ditreskrimum tanggal 16

April 2014 dan surat panggilan kedua No.S.Pgl/103.a/V/2014

Ditreskrimum tanggal 16 Mei 2014, namun yang bersangkutan belum

memenuhi panggilan penyidik dikarenakan beralasan melaksanakan

kegiatan tugas luar daerah.

Perkembangan Penyidikan :

- Penyidik sedang memenuhi kekurangan terhadap berkas perkara

tersangka atas nama Wenni Ritho Paraisu, S.Ag sebagaimana surat dari

JPU.

- Menindaklanjuti sebagaimana hasil gelar perkara dengan Biro Wasidik

Bareskrim Polri dengan Rekomendasi agar penyidik Ditreskrimum Polda

Malut segera melakukan pemeriksaan terhadap Drs.Rusli Sibua, M.Si

Bupati P.Morotai sebagai tersangka.

Penjelasan Direktur Kriminal Khusus.

- Bahwa pada tanggal 16 april 2012 Pemda Kab. Pulau Morotai melalui

Kadis Kelautan dan Perikanan sdr Ichsan Krikhof, S.Pi, dan Kepala

Badan Lingkungan Hidup sdr Zainal Hadad, S.Pd, M.Si, telah

melaporkan dugaan tindak pidana di bidang lingkungan hidup yakni

pengrusakan terumbu karang dan penebangan hutan mangrove yang

dilakukan oleh PT. MMC, namun sesuai hasil penyelidikan yang

dilakukan oleh penyelidik/penyidik bahwa laporan tersebut tidak dapat

dilanjutkan ketahap penyidikan karena tidak cukup bukti, (tidak

ditemukan adanya terumbu karang yang rusak dan tidak ditemukan

adanya penggunaan kayu yang berasal dari hutan mangrove namun

yang ada adalah kayu berasal dari hutan alam serta keterangan para

saksi tidak mendukung dalam pembuktian laporan tersebut).

- Bahwa pada tanggal 9 Maret 2013 Pemda Kab. Pulau Morotai melalui

Kadis Kelautan dan Perikanan sdr Ichsan Krikhof, S.Pi, dan sdr Zulkifli

selaku Sekretaris Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Pulau Morotai

11

telah melaporkan dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh PT. MMC

sebagai berikut :

a. Tindak pidana di bidang perikanan

b. Tindak pidana di bidang ketenagalistrikan

- Bahwa atas laporan yang dilakukan oleh Pemda Kab. Pulau Morotai

tersebut, maka penyidik Dit Reskrimsus Polda Malut melakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

A. Terhadap laporan dugaan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan

tidak dapat ditindak lanjuti karena permintaan klarifikasi terhadap

Kadis Pertambangan dan Energi tidak hadir memenuhi permintaan

penyidik untuk diklarifikasi/dimintai keterangan, demikian juga

dokumen yang diminta tidak kunjung diserahkan.

B. Untuk laporan dugaan TP. di bidang perikanan (pembudidayaan ikan

tanpa izin) telah ditindaklanjuti oleh penyidik berdasarkan SP. Lidik

Nomor : SP. Lidik/10/iii/2013/Dit Reskrimsus, tanggal 11 Maret 2013.

C. Bahwa atas hasil penyelidikan yang dilakukan oleh penyelidik maka

pada tanggal 21 Agustus 2013 dilakukan gelar perkara di ruang Dir

Reskrimsus Polda Malut yang dihadiri oleh perwakilan dari Itwasda

Polda Malut, Bidkum, dan Bid Propam Polda Malut dengan

rekomendasi/hasil gelar perkara sebagai berikut :

o Agar penyelidikan yang telah dilakukan dapat ditingkatkan ke

tahap penyidikan namun terlebih dahulu penyidik/penyelidik

melakukan koordinasi dengan ahli di bidang kelautan dan

perikanan.

D. Bahwa pada tanggal 09 Oktober 2013 telah dilakukan gelar perkara

di hadapan team asistensi dari Biro Wassidik Bareskrim Polri atas

penyelidikan perkara yang dilakukan oleh Dit Reskrimsus Polda

Malut atas dugaan tindak pidana di bidang perikanan, dengan

rekomendasi sebagai berikut :

1. Agar segera membuat laporan polisi atas dugaan tindak pidana

di bidang perikanan, yang diduga dilakukan oleh PT. MMC.

2. Agar penyelidikan yang telah dilakukan dapat ditingkatkan

ketahap penyidikan

3. Agar melakukan penyitaan terhadap dokumen berupa : SIUP,

Keramba / Jaring ikan dan ikan, buku catatan jumlah ikan serta

Skep jabatan pengangkatan penanggungjawab sesuai struktur

perusahaan.

E. Bahwa sesuai rekomendasi gelar perkara, maka telah dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

12

1. Membuat Laporan Polisi Nomor : LP / 46 / x / 2013/SPKT,

tanggal 18 Oktober 2013

2. Menerbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor : SP.

Sidik/50/x/2013/Dit Reskrimsus, tanggal 22 Oktober 2013

3. Mengirimkan SPDP Nomor : SPDP / 12 / xi / 2013 /Dit

Reskrimsus, tanggal 19 November 2013 sebagai dasar untuk

melakukan penyidikan terhadap dugaan TP.di bidang perikanan

(melakukan budidaya ikan kerapu dan kerang mutiara serta

melakukan perluasan area budidaya tanpa izin)

F. Melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap saksi sebanyak

18 orang, 1 ahli perizinan usaha Ditjen Perikanan Budidaya KKPRI

dan 1 ahli hukum pidana.

G. Melakukan penyitaan terhadap dokumen dari pihak PT.MMC dan

dari pihak Pemda Kab. Pulau Morotai berupa SIUP, berita acara hasil

verifikasi, ska, dan dokumen lainya sebanyak 61 (enam puluh satu)

barang bukti.

H. Pada tanggal 19 Maret 2014 dilakukan gelar perkara untuk

penetapan tsk sebagai berikut :

1. Sutrisno Sukendy als Ino ( Dirut),

2. Apolinaris Kasiuw, SH (Manager Lapangan), dan

3. Idham Rahakbauw (Direktur PT.MMC)

dan ketiga tersangka tersebut telah di lakukan pemeriksaan sebagai

tersangka oleh penyidik.

i. Perkembangan penyidikan :

Penyidik belum dapat mengirimkan berkas perkara (tahap 1) karena

masih menunggu pemeriksaan terhadap 2 (dua) ahli yang

menguntungkan tersangka, tanggal 16 Juni 2014.

j. Kesimpulan :

- bahwa tersangka Sdr.Sutrisno sejak tahun 2008 telahh melakukan

pembudidayaan ikan kerapu di Desa/Pulau Ngele-ngele Besar

Kec.Morotai Selatan barat Kab.Pulau Morotai yang tidak sesuai dengan

SIUP No.5051/DPP/PB.510.D5/X/07 tanggal 11 Oktober 2007 atau tidak

memiliki SIUP.

- Bahwa benar PT MMC dnegan sengaja telah melakukan kegiatan

pemanfaatan lahan/area seluas 54,75 Ha dan 13,92 Ha yang digunakan

13

untuk pembudidayaan kerang mutiara yang terletak di Pulau//Desa

Ngele-ngele Besar Kec.Morotai Selatan Barat Kab.Pulau Morotai yang

tidak memiliki izin/SIUP sehingga perbbuatan tersebut bbertentangan

dengan Peraturan Menteri kelauutan dan Perikanan RI

No.PER.12/MEN/2007, tanggal 8 Mei 2007 tentang Perizinan Usaha

Pembudidayaan Ikan.

- Bahwa benar PT MMC dengan sengaja melakukan kegiatan

pembudidayaan ikan kerapu dan kerang mutiara sejak 2010 sampai

dengan tahun 2012 yang terletak di Pulau Ngele-ngele kecil kec.Morotai

Selatan Barat Kab.Pulau Morotai tidak memuliki SIUP dari Dirjen

Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

- Bahwa benar PT MMB telah sengaja melakukan kegiatan

pembudiayaan ikan kerapu sejak tahun 2008 sampai dengan tahun

2012 yang terletak di pulau Ngele-ngele besar Pulau Morotai dan tidak

memiliki SIUP dari Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan

dan Perikanan RI.

14

C. PENUTUP

I. Kesimpulan

Berdasarkan fakta, data dan informasi yang ditemukan oleh TIM

Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI di lapangan, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Pertama :

1. Bahwa telah terjadi sengketa antara Pemerintah Daerah Kabupaten

Pulau Morotai dengan PT MMC yang berujung pada proses hukum,

baik proses Pidana, Perdata maupun PTUN.

2. Permasalahan ini bermula dari SK Bupati Kabupaten Pulau Morotai

terkait Pemberhentian Sementara Operasi PT MMC dengan alasan

tidak memiliki SIUP, tidak membayar retribusi/pajak, reklame/iklan dan

penggunaan listrik, yang akhirnya berujung pada pengrusakan asset-

aset PT MMC oleh Tim Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai.

3. Bahwa telah dilakukan upaya Mediasi/Perdamain yang dikehendaki

oleh kedua belah pihak baik Pemerintah Daerah Morotai maupun PT

MMC, bahkan telah dimediasi oleh Kapolda Maluku Utara, namun

Mediasi selalu gagal karena belum ada kesepakatan antara kedua

pihak.

4. Kasus ini dibawa untuk diselesaikan ke jalur hukum, baik Pidana,

Perdata maupun PTUN. Terkait dengan PTUN telah berkekuatan

hukum tetap, sedangkan peradilan Perdata masih dalam proses di

Mahkamah Agung. Untuk proses Pidana, sedang dalam proses baik di

Polda Maluku Utara maupun Kejaksaan Tinggi Maluku Utara.

5. Berdasarkan keterangan dari Kejaksaan Tinggi Maluku Utara, berkas

perkara Wakil Bupati “Belum terdapat perbuatan Materiil/Tindakan nyata

Tersangka dalam pengrusakan asset milik PT MMC”. Sedangkan terkait

dengan status Bupati Kabupaten Pulau Morotai, sampai saat ini sedang

diproses di Polda Maluku Utara dan telah dilakukan pemanggilan

kedua.

Kedua :

1. Bahwa berdasarkan keterangan dari Polda Maluku Utara, Sdr.Sutrisno

(Direktur Utama PT MMC), Apolinaris Kasiuw (Manager Lapangan) dan

Idham Rahakbauw (Direktur) telah ditetapkan sebagai tersangka terkait

pembudidayaan ikan kerapu yang tidak sesuai dengan SIUP

No.5051/DPP/PB.510.D5/X/07 tanggal 11 Oktober 2007 atau tidak

memiliki SIUP.

15

2. Bahwa benar PT MMC dengan sengaja telah melakukan kegiatan

pemanfaatan lahan/area seluas 54,75 Ha dan 13,92 Ha yang digunakan

untuk pembudidayaan kerang mutiara yang tidak memiliki izin/SIUP

sehingga perbbuatan tersebut bertentangan dengan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan RI No.PER.12/MEN/2007, tanggal 8 Mei 2007

tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan.

3. Bahwa benar PT MMC dengan sengaja melakukan kegiatan

pembudidayaan ikan kerapu dan kerang mutiara sejak 2010 sampai

dengan tahun 2012 dan tidak memuliki SIUP dari Dirjen Perikanan

Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

4. Bahwa benar PT MMC telah sengaja melakukan kegiatan

pembudiayaan ikan kerapu sejak tahun 2008 sampai dengan tahun

2012 yang tidak memiliki SIUP dari Dirjen Perikanan Budidaya

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

1.hsdjkh

II. Saran / Rekomendasi

Berdasarkan fakta, data dan informasi yang ditemukan di lapangan,

TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI perlu memberikan

saran/rekomendasi dalam rangka mencari jalan keluar terhadap

permasalahan ini sebagai berikut :

“Komisi III DPR RI berpandangan bahwa permasalahan ini merupakan

masalah hukum namun tidak bisa dilepaskan pada masalah politik,

ekonomi, keamanan dan sosiologis. Oleh karena itu komisi III DPR RI

merekomendasikan agar persoalan ini bisa segera diselesaikan melalui

proses mediasi dengan difasilitasi oleh Komisi III DPR RI bersama

dengan Gubernur dengan melibatkan Pihak Polda dan Kejaksaan

Tinggi Maluku Utara. Pemilihan penyelesaian permasalahan melalui

proses mediasi ini tidak mengurangi apalagi mengintervensi proses

penegakan hukum yang sedang berjalan, namun sebagai solusi

alternatif untuk segera menyelesaikan permasalahan yang telah

berjalan cukup lama agar segera mungkin mendapatkan kepastian yang

tentunya bertujuan agar kedua belah pihak tidak dirugikan dalam

persoalan ini”.

Ketua Tim Kunjungan Kerja Spesifik/

Pimpinan Komisi III DPR RI

Drs. Al Muzzamil Yusuf, M.Si

16