dewan perwakilan rakyat republik indonesia laporan ... · - kasus ini diawali oleh banyaknya...
TRANSCRIPT
1
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI III DPR-RI KE PRVONSI MALUKU UTARA
PADA MASA PERSIDANGAN IVTAHUN SIDANG 2013 – 2014
A. PENDAHULUAN
I. Dasar Kunjungan Lapangan
Kunjungan Kerja Spesifik dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pimpinan
DPR-RI tentang Rencana Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RIke
Provinsi MalukuUtara Pada Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2013-2014.
II. Ruang Lingkup
Sasaran Kunjungan Kerja Spesifik meliputi bidang-bidang yang termasuk
dalam ruang lingkup tugas Komisi III DPR RI, yaitu Bidang Hukum,
Perundang-Undangan, Hak Asasi Manusia, dan Keamanan.
III. Susunan Tim
No. Nama Keterangan
1. Drs. Al Muzzamil Yusuf, M.Si Ketua TIM / Pimpinan Komisi III / F-PKS
2. Ruhut Sitompul, S.H. Anggota TIM / F-PD
3. Markus Silano, S.IP Anggota TIM / F-PD
4. Dr. H. Subyakto,S.H.,M.H.,M.M Anggota TIM / F-PD
5. Aboe Bakar Al Habsy, SE Anggota TIM / F-PKS
6. Drs. H. Ahmad Kurdi Moekri Anggota TIM / F-PPP
7. Drs. Otong Abdurrahman Anggota TIM / F-PKB
IV. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kunjungan Lapangan
Waktu : Selasa,10 Juni 2014 – Jumat, 13 Juni 2014.
Tempat : Provinsi Maluku Utara
2
V. Objek Kunjungan Lapangan
Tim Komisi III DPR RI dalam Kunjungan Kerja Spesifik di Provinsi Maluku
Utara melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Pertemuan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai, Pimpinan
DPRD Kabupaten Pulau Morotai, Pengurus Pusat Perhimpunan Pemuda
dan Mahasiswa Maluku Utara beserta Masyarakat.
2. Pertemuan dengan Kapala Kepolisian Daerah Maluku Utara.
3. Pertemuan dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utara.
4. Kunjungan Lapangan ke Kantor PT. MMC dilanjutkan dengan pertemuan
dengan Pimpinan PT. Morotai Marine Culture (MMC).
VI. Tujuan Kunjungan Kerja Spesifik
1. Mendapat informasi langsung dari pihak yang berkepentingan terhadap
permasalahan ini yakni Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai dan
Pihak PT. MMC dan pihak-pihak terkait lainnya yaitu DPRD Kabupaten
Pulau Morotai serta aparatur penegak hukum (Kepolisian dan Kejaksaan)
terkait permasalahan ini di wilayah Propinsi Maluku Utara.
2. Mengetahui motif dan latar belakang terjadinya permasalahan ini, dan
sejauh mana proses penegakan hukum terhadap persoalan ini yang
dilakukan oleh aparatur penegak hukum, apakah telah sesuai dengan
hukum yang berlaku.
3. Mendorong penciptaan suasana yang kondusif di masyarakat pasca
permasalahan ini di wilayah Provinsi Maluku Utara khususnya di Kabupaten
Pulau Morotai.
B. HASIL KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK :
I. Pertemuan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai,
Pimpinan DPRD Kabupaten Pulau Morotai dan Pengurus Pusat
Perhimpunan Pemuda dan Mahasiswa Maluku Utara beserta Masyarakat.
Penjelasan Bupati :
- Bahwa 6 (enam) bulan setelah dilantik debagai Bupati, langsung
dihadapkan pada permasalahan ini.
- DPRD meminta untuk PT MMC ditutup dengan alasan kurang lebih 114 Ha
lahan yang tidak memiliki izin, tidak memiliki IMB, energy Genset tidak ada,
dan beberapa permasalahan lain.
3
- Bupati atas dasar investasi banya meminta untuk PT MMC ditutup
sementara.
- Atas dasar investasi, Bupati menyarankan kepada Perusahaan untuk
diberikan izin tanpa dibayar, namun perusahaan tidak menanggapi.
- Bupati telah memberikan teguran kepada PT MMC, namuin dilawan oleh PT
MMC.
- Hasil penelitian dari DKP bahwa PT MMC telah melakukan pelanggaran
mencapai 114 Ha dari izin awal yang semula hanya 4,5 ha. Perlu diketahui
bahwa izin dikeluarkan pertama kali oleh Pemerintah Daerah Halmahera
Utara dengan izin seluas 4,5 Ha, bahkan Bupati Halmahera Utara pernah
mengeluarkan SK untuk PT MMC ditutup.
- Permasalahan bermula ketika Tim yang dikirim oleh Bupati untuk
merealisasikan SK Bupati dihadang oleh pihak PT MMC dan akhirnya
terjadi pengrusakan terhadap fasilitas PT MMC.
Ketua DPRD :
- Permasalahan terhadap PT MMC yaitu terkait dengan pembayaran Pajak
yang sampai sekarang belum dibayar.
- DPRD telah meminta agar kasus ini dihentikan (SP3) oleh Kepolisian dan
perusahaan segera beroperasi namun belum ditanggapi oleh Kepolisian.
- DPRD meminta kepada Komisi III DPR RI untuk ikut dalam menyelesaikan
masalah ini, dengan meminta kepada Kapolri untuk menghentikan kasus ini.
Wakil Ketua DPRD :
- Kasus ini diawali oleh banyaknya laporan masyarakat bahwa PT MMC
banyak melakukan kesalahan.
- Bahwa sejak bulan November 2010, telah dilakukan langkah-langkah untuk
perbaikan perusahaan.
- DPRD memberikan rekomendasi dan meminta kepada Bupati agar segera
mengambil langkahh tegas terhadap perusahaan PT MMC.
Perwakilan Mahasiswa.
- Mempertanyakan terkait status Bupati Kabupaten Pulau Morotai sebagai
Tersangka. Padahal perlu diketahui bahwa kasus pidana terkait dengan
pengrusakan fasilitas perusahaan PT MMC telah seleai, PTUN telah selesai
dan Perdata akan diselesaikan oleh Pemerintah Daerah terkait dengan
pemberian ganti kerugian.
4
- Mahasiswa meminta kepada Komisi III DPR RI untuk ikut dalam
penyelesaian kasus ini yaitu dengan memanggil Kapolri agar menjelaskan
duduk persoalan perkara ini.
Perwakilan Masyarakat.
- Pada tahun 2011, seluruh Kepala Desa Kabupaten Pulau Morotai mengusir
PT MMC, namun hingga saat ini perusahaan belum juga keluar dari Pulau
Morotai.
- Beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh PT MMC adalah dengan
menggunakan terumbu karang untuk bahan material.
- Terumbu karang sekitar lokasi perusahaan oleh perusahaan diambil sekitar
puluhan ribu kubik dan ratusan pohon bahan bakau,oleh perusahaan
diambil untuk bahan material.
- Begitu juga batu karang yang masih hidup dilaut diambil dan digunakan
untuk bahan material bangunan.
- PT MMC telah mencuri beberapa wilayah yang tidak masuk dalam kontrak
yaitu dengan mencuri terumbu karang, pohon bakau dan lain-lain.
- Masyarakat meminta agar kasus ini segera diselesaikan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja
- PT MMC melakukan kontrak Pulau untuk melakukan operasi sejak tahun
2007 oleh Pemerintah Daerah Halmahera Utara.
- Ada klausul dalam kontrak yang dilakukan oleh PT MMC dengan
Pemerintah Daerah Halmahera Utara bahwa pulau yang dikontrak oleh
perusahaan akan menjadi milik perusahaan.
- Bahwa sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan, Bupati berwenang
memberhentikan sementara suatu perusahaan, oleh karena itu tindakan
Bupati tentang pemberhentian sementara PT MMC telah sesuai hukum.
- Hampir seluruh nelayan yang beroperasi di sekitar perusahaan PT MMC
diusir oleh perusahaan.
- Warga yang berdomisili disekitar perusahaan diusir oleh perusahaan.
Tim Hukum
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam permasalahan ini yaitu :
o Kasus pengrusakan sebagian asset PT MMC.
- Ada sebagian tokoh masyarakat yang kecewa dengan PT MMC yang
berujung pada penyerbuan ke PT MMC.
5
- Terhadap kasus ini, ada 6 (enam) orang telah dihukum pidana dan
mereka justru meminta kepada Majelis hakim untuk divonis sebesar-
besarnya.
- Para pelaku 18 (delapan belas) orang diintimidasi oleh Penyidik untuk
mengakui bahwa Bupati telah mempengaruhi untuk dilakukan
pengrusakan.
o Tuduhan criminal terhadap Bupati.
- Ada 8 (delapan) akte yang diterbitkan oleh Notaris, bahkan 8 saksi
mencabut kesaksian di Polda Maluku Utara terkait pengakuan bahwa
Bupati menyuruh untuk dilakukan pengrusakan.
o Kasus perampokan kekayaan Negara oleh PT MMC.
- Luas izin sebelumnya adalah 4,5 Ha, namun akhirnya menjadi 114 Ha
dan hal ini sangat merugikan Negara.
II. Pertemuan Dengan Manajemen PT. Morotai Marine Cultuure (MMC)
TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI melakukan kunjungan
lapangan dengan meninjau langsung kantor PT MMC.TIM Komisi III DPR RI
tiba di lokasi pada hari Rabu11 Juni 2014 sekitar pukul 16.00 WITdengan
menggunakan kapal laut kurang lebih 30menit perjalanan dari kota Kabupaten
Pulau Morotai, serta bertemu dan berdialog dengan Pimpinan PT MMC.
TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI bertemu dan berdialog
dengan Pemilik, Direktur dan Manajer PT MMC serta Kuasa Hukum dari PT
MMC.Pertemuan dilaksanakan di Aula PT MMC yang dimulai pada pukul 16.00
hingga 18.00 WIT. Dalam penjelasannya, pihak PTMMC mengemukakan
beberapa hal terkait dengan permasalahan yang terjadi antara PT MMC dengan
Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai :
Legalitas PT MMC
- PT MMC didirikan berdasarkan Surat Permohonan IUP Budidaya Pusat
No. 018/MMC-J/V/2007 tanggal 28 Mei 2007.
- Surat Izin Usaha Perikanan di Bidang Pembudidayaan Ikan No.
5051/DPB/PB.510.D5/X/07 yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal
Perikanan Budidaya tertanggal 11 Oktober.
- Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Bidang Budidaya Ikan No.
523.30/01/IUP/DKP-HU/V/07, tertanggal 14 Mei 2007 dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Utara.
6
- Surat Keterangan Domisili No.DS/NNB/298/10 2010 pada wilayah
Pemerintah Kab.Pulau Morotai, Kec.Morotai Selatan Barat Desa Ngele-
Ngele Besar tertanggal 8 Oktober 2010.
- Surat Izin Tempat Usaha No.503/85/SITU/2010 yang ditandatangani
oleh Bupati Kab.Pulau Morotai tertanggal 19 Mei 2010.
- Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar No.62/27.06/PB/X/2010
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas PERINDAGKOP dan UMKM
Kab.Pulau Morotai tertanggal 18 Oktobr 2010.
- Tanda Daftar Perusahaan No.270652050062 yang ditandatangani oleh
Kepala Dinas PERINDAGKOP dan UMKM Kab.Pulau Morotai tertanggal
18 Oktober 2010.
Kronologis Kejadian
- Awal mula kejadian penyerangan terhadap PT MMC oleh Pemkab.Pulau
Morotai berdasarkan SK Bupati No.500/33/PM/2012, tertanggal 13
Februari 2012 tentang Penghentian Sementara kegiatan usaha PT MMC
dan Surat Pelaksanaan Bupati No. 500/33/PM/2012 tertanggal 24
Februari 2012.
- Penerbitan SK Bupati tersebut dengan alasan PT MMC tidak memiliki
SIUP, tidak membayar Retribusi/Pajak dan melanggar hukum.
- Pada tanggal 23 Maret 2012, unsur Pimpinan Pemda Morotai datang
untuk menutup paksa perusahaan. Pertama dengan mematikan lampu
listrik dengan cara mematikan diesel. Pada saat aksi dilakukan terjadi
perlawanan dari pihak karyawan, namun malah terjadi tindakan
pemukulan kepada wakil Direktur.
- Kemudian pada tanggal 25 maret 2012 yakni hari Minggu, yang
semestinya pegawai libur justru diperintahan untuk kembali melakukan
tindakan anarkis di perusahaan dengan personil yang lebih besar
dengan mematikan mesin pembangkit listrik, merusak rumah siput
mutiara, menjarah ikan-ikan, menjarah siput mutiara, merusak pintu
gudang dan menjarah isinya, merusak antena telepon, memecahkan
kaca-kaca kantor dan rumah mess, merusak sarana dan prasarana
pemeliharaan ikan, sehingga mengakibatkan kerusakan parah yang
dialami oleh PT MMC.
Upaya Hukum PT MMC
o PIDANA :
- Tindak pidana dimuka umum secara bersama-sama melakukan
kekerasan terhadap barang dan telah dieksekusi.
7
- Peradilan Pidana telah memutuskan bersalah aksi penyerangan yang
dilakukan oleh pihak Pemda Kab.Pulau Morotai dengan dipidananya
beberapa pihak yang melakukan penyerangan tersebut.
o PERDATA :
- Putusan No.16/PDT/2013/PT Malut tertanggal 29 November 2013,
memenangkan pihak PT MMC.
- Putusan No.28/PDT.G/2012/PN.TBL tertanggal 11 Juli 2013,
menguatkan putusan PN yang memenangkan pihak PT MMC.
- Upaya Hukum Kasasi masih dalam proses di Mahkamah Agung.
o PTUN :
- Penetapan Pengadilan Tata Usaha Negara
No.17/G/2012/PTUN.ABN tertanggal 7 Juni 2012.
- Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara No.17/G/2012/PTUN.ABN.
- Putusan PT TUN Makasar No.181/B.TUN/2012/PT.TUN.MKS.
- Surat Keputusan Bupati Pulau Morotai No.500/150.b/PM/2013
tentang PencabutanSK 500/33/PM/2013 tentang Penutupan
Sementara Operasional PT MMC tertanggal 7 Juni 2013.
- Putusan PTUN sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dengan
memenangkan pihak PT MMC.
III. Pertemuan Dengan Kejaksaan Tinggi Maluku Utara
TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI bertemu dan
berdialog dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utarayang dalam hal ini
diwakili oleh Asisten Pidana Umum beserta jajarannya pada hari Kamis
tanggal 12 Juni 2014 Pukul 15.00hingga Pukul 16.30 WIT. Dalam
paparannya, Asisten Pidana Umumdalam hal ini diwakili oleh Jaksa Peneliti
menjelaskan beberapa hal terkait dengan permasalahan ini sebagai berikut:
- Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Polda Maluku Utara menyerahkan
SPDP Nomor : 12/III/2014Ditreskrimum atas nama Wenni R Paraisu,
S.Ag dan penyerahan Berkas Perkara tahap I Wenni R Paraisu S.Ag,
Nomor : BP/14/III/2014 Ditreskrimum tanggal 06 Maret 2014 yang
diterima tanggal 10 Maret 2014.
- Tanggal 06 Maret 2014, diterbitkan Surat Perintah Penunjukan Jaksa
Penuntut Umum untuk mengikuti Perkembangan Penyidikan Perkara
Tindak Pidana (P-16).
- 14 Maret 2014, pemberitahuan hasil penyidikan belum lengkap (P-18).
8
- Tanggal 06 Maret 2014, pengembalian Berkas Perkara
No.BP/14/III/2014/Ditreskrimum dengan Surat No : B
538/S.2.4/Epp.1/03/2014 tanggal 24 Maret 2014 (P-19).
- Selanjutnya dilakukan pengiriman kembali Berkas Perkara A.n.
Tersangka Weni R. Paraisu, dengan Surat
No.B/14.b/IV/2014/Ditreskrimum tanggal 11 April 2014, yang diterima di
Kejaksaan Tinggi Maluku Utara pada tanggal 15 April 2014, dan setelah
dilakukan penelitian kembali ternyata petunjuk sesuai dengan surat
Nomor : B-538/S.2.4?Epp.1/03/2014 tanggal 24 Maret 2014 (P-19)
belum dilaksanakan, sehingga dilakukan pengembalian kembali Berkas
Perkara Tersangka Weni R. Paraisu, S.Ag, dengan Surat No. B-
717/S.2.4/Epp.1/04/2014 tanggal 23 April 2014.
- Bahwa berdasarkan hasil penelitian dari Jaksa Peneliti disimpulkan
bahwa :Belum terdapat perbuatan materiil/tindakan nyata tersangka
dalam pengrusakan dan penjarahan aset milik PT MMC.
IV. Pertemuan Dengan Kepala Kepolisian Daerah Maluku Utara
TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI bertemu dan
berdialog dengan Kapolda Maluku Utara beserta jajarannya pada hari
Kamis tanggal 12 Juni 2014 Pukul 17.00hingga Pukul 18.30 WIT. Dalam
paparannya, Kapolda beserta jajarannya menjelaskan beberapa hal terkait
dengan permasalahan ini yakni telah dilakukan upaya mediasi sebanyak 3
(tiga) kali oleh Kapolda dan para Kapolda sebelumnya, namun proses
mediasi selalu gagal. Akhirnya, proses penegakan hukum dilanjutkan
dengan posisi hukum sebagai berikut :
Penjelasan Direktur Kriminal Umum.
Hasil investigasi penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh Kriminal
Umum Polda Malut, diambil langkah-langkah penegakan hukum sebagai
bberikut :
- Melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap para saksi
sebanyak 22 (dua puluh dua) orang, dengan perincian pihak PT MMC 2
(dua) orang, pihak Pemkab P.Morotai sebanyak 16 (enam belas) orang,
anggota Polsek Morselbar yang sedang melakukan pengamanan di PT
MMC sebanyak 2 (dua) orang.
- Permintaan keterangan terhadap Ahli Hukum Administrasi Negara dan
Ahli Hukum Pidana.
- Telah dilakukan pengiriman SPDP.
9
- Menerima coppyan salinan putusan PTUN dan Putusan Pengadilan
Perdata yang diserahkan oleh PT MMC sebagai lampiran dan dijadikan
bukti petunjuk di pengadilan.
- Adanya surat Rekomendasi dari Komnas HAM
No.2.760A/K/PMT/XI/2012 Perihal Rekomendasi Komnas HAM.
- Melakukan gelar perkara dengan Biro Wasidik Bareskrim Polri pada
tanggal 9 Oktober 2013 di ruangan Rupatama Polda Malut, yang mana
gelar perkara direkomendasikan kepada penyidik :
a. Terhadap berkas perkara dan putusan ke 5 (lima) orang (Sunardi
Barakati, SH., Zulkifli Ibrahimm, Mursid Side latuconsina, Ahdad
Hi.hasan, S.Pi dan Fahri Boboleha yang telah divonis sebagai
terpidana dijadikan lampiran dalam berkas perkara Bupati dan Wakil
Bupati Kab.Pulau Morotai.
b. Fakta hukum persidangan di Pengadilan Negeri Tobelo ke 5 (lima)
terpidana menyatakan bahwa pada tanggal 23 Maret 2012 Bupati
Kab.Pulau Morotai Drs.Rusli Sibua mangumpulkan pada SKPD dan
Sat.Pol.PP di depan Kantor Bupati Pulau Morotai menyampaikan 3
(tiga) perintah yaitu : melakukan penutupan PT MMC dengan cara :
(i) mematikan lampu listrik PT MMC secara total, (ii) menghentikan
aktifitas pekerjaan karyawan PT MMC, dan (iii) memotong
pelompong-pelompong/keramba yang ada di laut. Dijadikan bahan
pemeriksaan terhadap Bupati dan Wakil Bupati Kab.Pulau Morotai
selaku Tersangka.
c. Segera dilakukan pemanggilan kembali terhadap Bupati Kab.Pulau
Morotai Drs.Rusli Sibua, M.Si untuk didengar keterangannya sebagai
tersangka menyuruh melakukan tindak pidana pengrusakan.
d. Segera dilakukan pemeriksaan tambahan terhadap Wakil Bupati
Kab.Pulau Morotai Wenni R.Paraisu, yang telah diperiksa sebagai
tersangka pada hari Sabtu tanggal 6 April 2013, karena masih
diperlukan pemeriksaan tambahan berkaitan dengan adanya
rapat/panggilan Bupati Kab.Pulai Morotai pada tanggal 24 Maret
2012 tentang evaluasi dan laporan kepada Bupati atas rencana
kegiatan pada tanggal 25 Maret 2012.
e. Terhadap alat bukti persidangan ke 5 (lima) orang terpidana, segera
dimasukkan dalam berkas perkara yang digunakan sebagai alat bukti
dalam perkara yang melibatkan Bupati dan Wakil Bupati Kab.Pulau
Morotai.
- Telah dilakukan pengiriman berkas perkara tersangka atas nama
Sdr.Wenni Ritho Paraisu, S.Ag (Wakil Bupati) ke JPU sebagaimana
10
Berita Acara Penyerahan berkas Perkara tanggal
No.B/14.a/III/Ditreskrimum tanggal 10 Maret 2014.
- Telah diterima surat dari pihak JPU dengan No.B-
463/S.3.4/Epp.1/03/2014 tanggal 14 Maret 2014 dan No.B-
538/S.2.4/Epp.1/03/2014 tanggal 24 Maret 2014 tentang pengembalian
berkas perkara atas nama tersangka Sdr.Wenni Ritho paraisu, S.Ag.
- Telah dilakukan pemanggilan dua kali sebagai tersangka kepada
saudara Drs.Rusli Sibua, M.Si (Bupati Pulau Morotai) sebagaimana
surat panggilan pertama No.S.Pgl/103/IV/2014/Ditreskrimum tanggal 16
April 2014 dan surat panggilan kedua No.S.Pgl/103.a/V/2014
Ditreskrimum tanggal 16 Mei 2014, namun yang bersangkutan belum
memenuhi panggilan penyidik dikarenakan beralasan melaksanakan
kegiatan tugas luar daerah.
Perkembangan Penyidikan :
- Penyidik sedang memenuhi kekurangan terhadap berkas perkara
tersangka atas nama Wenni Ritho Paraisu, S.Ag sebagaimana surat dari
JPU.
- Menindaklanjuti sebagaimana hasil gelar perkara dengan Biro Wasidik
Bareskrim Polri dengan Rekomendasi agar penyidik Ditreskrimum Polda
Malut segera melakukan pemeriksaan terhadap Drs.Rusli Sibua, M.Si
Bupati P.Morotai sebagai tersangka.
Penjelasan Direktur Kriminal Khusus.
- Bahwa pada tanggal 16 april 2012 Pemda Kab. Pulau Morotai melalui
Kadis Kelautan dan Perikanan sdr Ichsan Krikhof, S.Pi, dan Kepala
Badan Lingkungan Hidup sdr Zainal Hadad, S.Pd, M.Si, telah
melaporkan dugaan tindak pidana di bidang lingkungan hidup yakni
pengrusakan terumbu karang dan penebangan hutan mangrove yang
dilakukan oleh PT. MMC, namun sesuai hasil penyelidikan yang
dilakukan oleh penyelidik/penyidik bahwa laporan tersebut tidak dapat
dilanjutkan ketahap penyidikan karena tidak cukup bukti, (tidak
ditemukan adanya terumbu karang yang rusak dan tidak ditemukan
adanya penggunaan kayu yang berasal dari hutan mangrove namun
yang ada adalah kayu berasal dari hutan alam serta keterangan para
saksi tidak mendukung dalam pembuktian laporan tersebut).
- Bahwa pada tanggal 9 Maret 2013 Pemda Kab. Pulau Morotai melalui
Kadis Kelautan dan Perikanan sdr Ichsan Krikhof, S.Pi, dan sdr Zulkifli
selaku Sekretaris Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Pulau Morotai
11
telah melaporkan dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh PT. MMC
sebagai berikut :
a. Tindak pidana di bidang perikanan
b. Tindak pidana di bidang ketenagalistrikan
- Bahwa atas laporan yang dilakukan oleh Pemda Kab. Pulau Morotai
tersebut, maka penyidik Dit Reskrimsus Polda Malut melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
A. Terhadap laporan dugaan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan
tidak dapat ditindak lanjuti karena permintaan klarifikasi terhadap
Kadis Pertambangan dan Energi tidak hadir memenuhi permintaan
penyidik untuk diklarifikasi/dimintai keterangan, demikian juga
dokumen yang diminta tidak kunjung diserahkan.
B. Untuk laporan dugaan TP. di bidang perikanan (pembudidayaan ikan
tanpa izin) telah ditindaklanjuti oleh penyidik berdasarkan SP. Lidik
Nomor : SP. Lidik/10/iii/2013/Dit Reskrimsus, tanggal 11 Maret 2013.
C. Bahwa atas hasil penyelidikan yang dilakukan oleh penyelidik maka
pada tanggal 21 Agustus 2013 dilakukan gelar perkara di ruang Dir
Reskrimsus Polda Malut yang dihadiri oleh perwakilan dari Itwasda
Polda Malut, Bidkum, dan Bid Propam Polda Malut dengan
rekomendasi/hasil gelar perkara sebagai berikut :
o Agar penyelidikan yang telah dilakukan dapat ditingkatkan ke
tahap penyidikan namun terlebih dahulu penyidik/penyelidik
melakukan koordinasi dengan ahli di bidang kelautan dan
perikanan.
D. Bahwa pada tanggal 09 Oktober 2013 telah dilakukan gelar perkara
di hadapan team asistensi dari Biro Wassidik Bareskrim Polri atas
penyelidikan perkara yang dilakukan oleh Dit Reskrimsus Polda
Malut atas dugaan tindak pidana di bidang perikanan, dengan
rekomendasi sebagai berikut :
1. Agar segera membuat laporan polisi atas dugaan tindak pidana
di bidang perikanan, yang diduga dilakukan oleh PT. MMC.
2. Agar penyelidikan yang telah dilakukan dapat ditingkatkan
ketahap penyidikan
3. Agar melakukan penyitaan terhadap dokumen berupa : SIUP,
Keramba / Jaring ikan dan ikan, buku catatan jumlah ikan serta
Skep jabatan pengangkatan penanggungjawab sesuai struktur
perusahaan.
E. Bahwa sesuai rekomendasi gelar perkara, maka telah dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
12
1. Membuat Laporan Polisi Nomor : LP / 46 / x / 2013/SPKT,
tanggal 18 Oktober 2013
2. Menerbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor : SP.
Sidik/50/x/2013/Dit Reskrimsus, tanggal 22 Oktober 2013
3. Mengirimkan SPDP Nomor : SPDP / 12 / xi / 2013 /Dit
Reskrimsus, tanggal 19 November 2013 sebagai dasar untuk
melakukan penyidikan terhadap dugaan TP.di bidang perikanan
(melakukan budidaya ikan kerapu dan kerang mutiara serta
melakukan perluasan area budidaya tanpa izin)
F. Melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap saksi sebanyak
18 orang, 1 ahli perizinan usaha Ditjen Perikanan Budidaya KKPRI
dan 1 ahli hukum pidana.
G. Melakukan penyitaan terhadap dokumen dari pihak PT.MMC dan
dari pihak Pemda Kab. Pulau Morotai berupa SIUP, berita acara hasil
verifikasi, ska, dan dokumen lainya sebanyak 61 (enam puluh satu)
barang bukti.
H. Pada tanggal 19 Maret 2014 dilakukan gelar perkara untuk
penetapan tsk sebagai berikut :
1. Sutrisno Sukendy als Ino ( Dirut),
2. Apolinaris Kasiuw, SH (Manager Lapangan), dan
3. Idham Rahakbauw (Direktur PT.MMC)
dan ketiga tersangka tersebut telah di lakukan pemeriksaan sebagai
tersangka oleh penyidik.
i. Perkembangan penyidikan :
Penyidik belum dapat mengirimkan berkas perkara (tahap 1) karena
masih menunggu pemeriksaan terhadap 2 (dua) ahli yang
menguntungkan tersangka, tanggal 16 Juni 2014.
j. Kesimpulan :
- bahwa tersangka Sdr.Sutrisno sejak tahun 2008 telahh melakukan
pembudidayaan ikan kerapu di Desa/Pulau Ngele-ngele Besar
Kec.Morotai Selatan barat Kab.Pulau Morotai yang tidak sesuai dengan
SIUP No.5051/DPP/PB.510.D5/X/07 tanggal 11 Oktober 2007 atau tidak
memiliki SIUP.
- Bahwa benar PT MMC dnegan sengaja telah melakukan kegiatan
pemanfaatan lahan/area seluas 54,75 Ha dan 13,92 Ha yang digunakan
13
untuk pembudidayaan kerang mutiara yang terletak di Pulau//Desa
Ngele-ngele Besar Kec.Morotai Selatan Barat Kab.Pulau Morotai yang
tidak memiliki izin/SIUP sehingga perbbuatan tersebut bbertentangan
dengan Peraturan Menteri kelauutan dan Perikanan RI
No.PER.12/MEN/2007, tanggal 8 Mei 2007 tentang Perizinan Usaha
Pembudidayaan Ikan.
- Bahwa benar PT MMC dengan sengaja melakukan kegiatan
pembudidayaan ikan kerapu dan kerang mutiara sejak 2010 sampai
dengan tahun 2012 yang terletak di Pulau Ngele-ngele kecil kec.Morotai
Selatan Barat Kab.Pulau Morotai tidak memuliki SIUP dari Dirjen
Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
- Bahwa benar PT MMB telah sengaja melakukan kegiatan
pembudiayaan ikan kerapu sejak tahun 2008 sampai dengan tahun
2012 yang terletak di pulau Ngele-ngele besar Pulau Morotai dan tidak
memiliki SIUP dari Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan
dan Perikanan RI.
14
C. PENUTUP
I. Kesimpulan
Berdasarkan fakta, data dan informasi yang ditemukan oleh TIM
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI di lapangan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Pertama :
1. Bahwa telah terjadi sengketa antara Pemerintah Daerah Kabupaten
Pulau Morotai dengan PT MMC yang berujung pada proses hukum,
baik proses Pidana, Perdata maupun PTUN.
2. Permasalahan ini bermula dari SK Bupati Kabupaten Pulau Morotai
terkait Pemberhentian Sementara Operasi PT MMC dengan alasan
tidak memiliki SIUP, tidak membayar retribusi/pajak, reklame/iklan dan
penggunaan listrik, yang akhirnya berujung pada pengrusakan asset-
aset PT MMC oleh Tim Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai.
3. Bahwa telah dilakukan upaya Mediasi/Perdamain yang dikehendaki
oleh kedua belah pihak baik Pemerintah Daerah Morotai maupun PT
MMC, bahkan telah dimediasi oleh Kapolda Maluku Utara, namun
Mediasi selalu gagal karena belum ada kesepakatan antara kedua
pihak.
4. Kasus ini dibawa untuk diselesaikan ke jalur hukum, baik Pidana,
Perdata maupun PTUN. Terkait dengan PTUN telah berkekuatan
hukum tetap, sedangkan peradilan Perdata masih dalam proses di
Mahkamah Agung. Untuk proses Pidana, sedang dalam proses baik di
Polda Maluku Utara maupun Kejaksaan Tinggi Maluku Utara.
5. Berdasarkan keterangan dari Kejaksaan Tinggi Maluku Utara, berkas
perkara Wakil Bupati “Belum terdapat perbuatan Materiil/Tindakan nyata
Tersangka dalam pengrusakan asset milik PT MMC”. Sedangkan terkait
dengan status Bupati Kabupaten Pulau Morotai, sampai saat ini sedang
diproses di Polda Maluku Utara dan telah dilakukan pemanggilan
kedua.
Kedua :
1. Bahwa berdasarkan keterangan dari Polda Maluku Utara, Sdr.Sutrisno
(Direktur Utama PT MMC), Apolinaris Kasiuw (Manager Lapangan) dan
Idham Rahakbauw (Direktur) telah ditetapkan sebagai tersangka terkait
pembudidayaan ikan kerapu yang tidak sesuai dengan SIUP
No.5051/DPP/PB.510.D5/X/07 tanggal 11 Oktober 2007 atau tidak
memiliki SIUP.
15
2. Bahwa benar PT MMC dengan sengaja telah melakukan kegiatan
pemanfaatan lahan/area seluas 54,75 Ha dan 13,92 Ha yang digunakan
untuk pembudidayaan kerang mutiara yang tidak memiliki izin/SIUP
sehingga perbbuatan tersebut bertentangan dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI No.PER.12/MEN/2007, tanggal 8 Mei 2007
tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan.
3. Bahwa benar PT MMC dengan sengaja melakukan kegiatan
pembudidayaan ikan kerapu dan kerang mutiara sejak 2010 sampai
dengan tahun 2012 dan tidak memuliki SIUP dari Dirjen Perikanan
Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
4. Bahwa benar PT MMC telah sengaja melakukan kegiatan
pembudiayaan ikan kerapu sejak tahun 2008 sampai dengan tahun
2012 yang tidak memiliki SIUP dari Dirjen Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
1.hsdjkh
II. Saran / Rekomendasi
Berdasarkan fakta, data dan informasi yang ditemukan di lapangan,
TIM Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI perlu memberikan
saran/rekomendasi dalam rangka mencari jalan keluar terhadap
permasalahan ini sebagai berikut :
“Komisi III DPR RI berpandangan bahwa permasalahan ini merupakan
masalah hukum namun tidak bisa dilepaskan pada masalah politik,
ekonomi, keamanan dan sosiologis. Oleh karena itu komisi III DPR RI
merekomendasikan agar persoalan ini bisa segera diselesaikan melalui
proses mediasi dengan difasilitasi oleh Komisi III DPR RI bersama
dengan Gubernur dengan melibatkan Pihak Polda dan Kejaksaan
Tinggi Maluku Utara. Pemilihan penyelesaian permasalahan melalui
proses mediasi ini tidak mengurangi apalagi mengintervensi proses
penegakan hukum yang sedang berjalan, namun sebagai solusi
alternatif untuk segera menyelesaikan permasalahan yang telah
berjalan cukup lama agar segera mungkin mendapatkan kepastian yang
tentunya bertujuan agar kedua belah pihak tidak dirugikan dalam
persoalan ini”.
Ketua Tim Kunjungan Kerja Spesifik/
Pimpinan Komisi III DPR RI
Drs. Al Muzzamil Yusuf, M.Si