deskripsi proses suksesi timor leste menurut …digilib.unila.ac.id/33033/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
DESKRIPSI PROSES SUKSESI TIMOR LESTE MENURUT HUKUM
INTERNASIONAL
(Skripsi)
Oleh :
YESSY THERESYA L. K
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sejarah panjang dalam perolehanwilayah. Menurut sejarah, Indonesia merupakan wilayah administratif HindiaBelanda yang pada tahun 1945 memerdekakan diri dari Hindia Belanda danmembentuk negara dengan nama Republik Indonesia. Pada proses pembentukanIndonesia terdapat 2 provinsi yang tidak otomatis tergabung dengan Indonesia, yaituPapua dan Timor Timur. Timor Timur adalah salah satu provinsi yang menarik dalamsejarah Indonesia, dikarenakan Timor Timur bukanlah wilayah administratif HindiaBelanda, namun wilayah administratif Portugis. Tetapi pada tahun 1976 Timor Timurmenjadi bagian dari Indonesia melalui proses Referendum. Setelah 24 tahunbergabung dengan Indonesia, pada tahun 1999 Timor Timur memisahkan diri dariIndonesia dengan proses Referndum dan membentuk negara baru bernama RepublikDemokratik Timor Leste. Proses bergabung dan berpisahnya Timor Timur denganIndonesia dalam hukum internasional disebut sebagai suksesi negara. Tulisan inihendak melihat bagaimanakah proses suksesi dalam hukum internasional denganstudi kasus Timor Leste.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami, serta menganalisis prosessuksesi yang terjadi pada Timor Leste menurut hukum internasional. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif. Data yang diperolehdan diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari sumberkepustakaan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis kualitatif dalammenganalisa data yang diperoleh.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses bergabungnya Timor Leste denganIndonesia dan berpisahnya Timor Timur dari Indonesia dan menjadi negara baruadalah sebuah proses suksesi.Proses suksesi saat bergabungnya Timor Timur denganIndonesia dan berpisahnya Timor Leste menjadi negara baru merupakan suksesiparsial. Proses suksesi Timor Leste merupakan bentuk penerapan dari Konvensi Wina1978 mengenai suksesi negara berisi bahwa suatu wilayah negara atau suatu wilayahdalam hubungan internasional menjadi tanggung jawab negara itu kemudian berubahmenjadi bagian dari wilayah negara itu. Proses suksesi yang terjadi pada saatbergabungnya Timor Timur dengan Indonesia dan saat berpisah Timor Timur dariIndonesia dan menjadi negara baru sudah sesuai dengan aturan hukum internasionalterkhusus ketentuan dalam Konvensi Wina 1978.
Kata kunci : Indonesia, Suksesi negara, Timor Leste
ABSTRACT
Indonesia is a country that has a history in the acquisition of a territory. Indonesiaformerly an administrative region of the Indies which in 1945 gained independencefrom the Dutch East Indies and shape the country with the name of the Republic ofIndonesia. In the process of formation of Indonesia there are two provinces that donot automatically belong to Indonesia, namely Papua and East Timor. East Timor isone of the provincial interest in the history of Indonesia. This is because East Timorwas not an administrative region of the Indies, but the Portuguese administrativeregions. In 1976, East Timor was part of Indonesia through the referendum process.However, after 24 years in 1999, East Timor broke away from Indonesia and form anew country. The process of joining and separation of East Timor by Indonesia ininternational law is referred to as a state succession. This paper is going to see howthe succession process known in international law in the case study of Timor Leste.
This study aims to know, understand, and analyze the process of succession thatoccurred in East Timor under international law. The method used in this research isthe historical approach. The data obtained and processed in this research is secondarydata derived from literature sources. This study also qualitative analysis method toanalyze the data obtained.
These results indicate that by the process of the merger of East Timor by Indonesiaand East Timor's separation from Indonesia and become the new state is a process ofsuccession. Succession process when the merger of East Timor by Indonesia and EastTimor's separation into a new state is a partial succession. Timor Leste successionprocess is a form of application of Article 15 of the Vienna Convention in 1978 onstate succession shows that an area of the country or a region in international relationsare the responsibility of that country later became part of the territory of the country.Succession process that occurs at the time of the merger of East Timor by Indonesiain terms of the Vienna Convention 1978 is in conformity with the rules ofinternational law.
Keywords: Indonesia, Succession country, East Timor
DESKRIPSI PROSES SUKSESI TIMOR LESTE MENURUT HUKUM
INTERNASIONAL
Oleh :
YESSY THERESYA L. K
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Hukum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 September 1993 ,
merupakan anak pertama dari pasangan Papa Riduan Tambunan
dan Mama Lusyana Nainggolan.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak pada tahun 1999 di TK
Santo Paulus Jakarta Timur, Sekolah Dasar (SD) di SD Strada Nawar pada tahun
2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2008 di SMP
Strada Nawar. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2011 di
SMA Pangudi Luhur II Servasius.
Pendidikan penulis dilanjutkan di Universitas Lampung Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Hukum pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2018.
Penulis selama pendidikan organisasi FORMAHKRIS (Forum Mahasiswa Kristen
UNILA) dan organisasi luar kampus.
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan skripsi ini teruntuk Keluarga ku yang setiadan sabar dalam setiap proses yang ku jalani.
MOTTO
I am going to try this and see what happens if I don’t give up.
NajwaZebian.
Sebab, Aku mengetahui rencana-rencana yang Aku miliki bagi kamu,' firman
TUHAN, 'rencana-rencana untuk kesejahteraan dan bukan untuk kemalanganmu,
untuk memberimu masa depan dan pengharapan.
Yeremia 29 : 11
I am not lucky, I am blessed.
Penulis
xiii
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Deskripsi
Proses Suksesi Timor Leste Menurut Hukum Internasional”. Penulisan skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Lampung.
Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam penulisan
skripsi ini, sehingga membutuhkan pengarahan, saran dan kritik dalam proses
penulisan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus buat perlindungan dan mukjizat setiap harinya. Tidak pernah
berhenti terpukau atas kebaikan-Nya setiap saat. Memberikan pertolongan
pada waktu yang tepat. Terimakasih Bapa buat setiap hal yang boleh terjadi
dalam hidupku. You always amaze me;
2. Keluargaku Anti Baper untuk Mama Lusy, Papa Ridu, Ester Pesek, Abeng
Samuel yang selalu cerewet setiap telpon dan ga pernah absen nanya “Kakak
kapan wisuda?” Terimakasih kecurigaannya selama kakak nulis skripsi ini
baik dari “adanya teman pria” sampai kegiatan diluar kampus. Terimakasih
juga buat kesabaran dan pengertiannya selama ini. No one can replace you
genks;
xiii
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung beserta jajarannya;
4. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung beserta jajarannya;
5. Ibu Melly Aida, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Lampung;
6. Ibu Melly Aida, S.H., M.H., selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan waktu, semangat, perhatian, dan pemikirannya dalam
memberikan masukan serta mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi
ini;
7. Ibu Rehulina, S.H. M.H., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan
saran, nasehat, masukan dan bantuan dalam proses penulisan skripsi ini
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;
8. Bapak Naek Siregar, S.H., M. Hum, selaku Pembahas Pertama dan Penguji
Utama yang telah memberikan koreksi berupa saran dan kritik demi
perbaikan pembuatan skripsi ini;
9. Ibu Siti Azizah, S.H., M.H., selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan
kritik, saran, dan masukan dalam penulisan skripsi ini;
10. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., Bapak Abdul MuthalibTahar, S.H.,
M.Hum., Bapak NaekSiregar, S.H., M. Hum., Bapak Ahmad Syofyan, S.H.,
M.H., Bapak Dr. Rudi Natamiharja, S.H., DEA.,Bapak Bayu Sujadmiko,
S.H., M.H., Ph.D., Ibu Desy Churul Aini, S.H., M.H., IbuYunita Maya Putri,
S.H., M.H., Ibu Widya Krulinasari, S.H., M.H., dan IbuRia Wierma Putri,
xiii
S.H., M.Hum.atas bimbingan dan masukannya dalam penyelesaian skripsi
ini;
11. Ibu Kasmawati, S.H.,M.H. selaku Pembimbing Akademik penulis;
12. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas HukumUniversitas Lampung yang penuh
dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis;
13. Mba Eka, Pak Marji, Pak Jarwo, Mas Jefri, Mas Tri serta seluruh karyawan
dan staf gedung A, B, C, D, E, Satpam FH UNILA, semoga kinerjanya
semakin ikhlas dan jasa-jasanya kian bermanfaat;
14. Opung Dr. Vientje Ratna Multiwidjaja, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan
Hukum Pidana Universitas Trisakti yang selalu membantu dalam
mengumpulkan literature skripsi;
15. Keluarga besarku yang selalu mengingatkan untuk focus pada skripsi.
16. Teman-teman KKN Desa Sukadana Way Kanan (Afiks, Gita, Ameng, Dhika,
Rizky, Fungky), serta keluarga besar di Desa Sukadana yang selalu
mendoakan dan mendukung dalam bentuk apapun itu. Terimaksih untuk
cerita yang menyenangkan dan mengharukan selama KKN (plus saling
menutupi bolos saat sidak);
17. Teman-teman kesayangan Himpunan Mahasiwa Hukum Internasional
(HIMA HI) or Association of International Law Students angkatan 2011,
2012, 2013, 2014, dan 2015 atas pengertian dan perhatiannya;
18. Keluarga besar Alter Singer, Mas Asto, Ka Ina, Opung, Theo, Ka Tata, Ka
Shari, Nur, Ka Febe, Ka Merry, Bang Toni, Bang Patrick, Bang Paru, Anggy,
Christopher, Ruth, Ika, Yanna, Jenny, Yuli, Rico, Alfrido, Yusan, Cia, Debo,
xiii
Roma, dll. Terimakasih selalu mendengar setiap keluh kesah selama ini dan
buat pengertiannya atas keseringan bolong latihan.
19. Tim Pulang Pagi, Bang Hendra Laurensus, Rully, Bang Hendra S., Eyang,
Mba Dewi dan Ka Jeje atas pengertiannya sama mood yang suka naik turun
selama skripsi dan membatalkan segala jenis diet demi kesehatan yang sering
penulis abaikan;
20. LDR Team, Gladys, Ester, Atel, danBerto yang mengisi hari dengan
kekonyolan sampai lupa besok deadline bimbingan skripsi. Terimakasih buat
support doa dan dukungan moral saat down dengan skripsi ini. Tuhan Yesus
beserta kita.;
21. Tim “hore-hore”:Ka Olive Panjaitan, Nico Simanjuntak, dan Rio Situmeang
yang selalu setia 24/7 menjadi tempat cerita (seringnya melampiaskan emosi)
dan pengingat untuk menjaga kesehatan selama proses penulisan.
Terimakasih kesabaran, pengertian, dan perhatian kalian selama ini.
Pertemanan kita jangan berakhir karena pasangan genks, apalagi kopi sianida.
Ka Riana Pandiangan yang cerewet mengingatkan untuk melatih kesabaran
selama proses penulisan. Teman kecilku Yohanes Simbolon yang bijak
mengingatkan untuk terus mengandalkan Tuhan setiap saat;
22. Teman-teman FORMAHKRIS atas dukungan dan pelayanannya;
23. Para “penghuni” Kostan Dara, Wisma Moris dan Wisma Pratiwi atas
dukungannya;
24. Kepada semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
penulis mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan dan bantuannya
dalam penyelesaian skripsi ini.
xiii
Akhir kata, penulis hanya mampu mengucapkan terimakasih atas bantuan,
dukungan, serta doa dari kalian dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan skripsi ini, semoga dapat bermanfaaat dan menambah wawasan
keilmuan pada umumnya dan ilmu hokum khususnya hokum internasional.
Bandar Lampung, 20 Agustus 2018
Penulis,
Yessy Theresya L. KNPM. 1112011375
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1.1 Peta Timor Timur sebelum bergabung dengan Indonesia 3
Gambar 4.1 Peta Wilayah Republik Demokratik Timor Leste 47
Gambar 4.2 Suksesi universal terjadi karena Negara terbagi
menjadi beberapa bagian 71
Gambar 4.3 Suksesi universal terjadi karena beberapa negara
bergabung menjadi suatu negara baru 72
Gambar 4.4 Suksesi parsial wilayahnya memisahkan diri
dengan cara memerdekakan diri. 73
Gambar 4.5 Suksesi parsial menggabungkan diri dengan negara lain 73
Gambar 4.6 Suksesi Menurut Konvensi Wina Pasal 15 74
Gambar 4.7 Suksesi Menurut Konvensi Wina Pasal 2 Ayat 1F 75
Gambar 4.8 Penggabungan dua wilayah menjadi suatu negara baru 76
Gambar 4.9 Penggabungan dua wilayah menjadi negara serikat 76
Gambar 4.10 Pecahnya suatu wilayah menjadi beberapa
bagian negara baru 77
DAFTAR ISI
halaman
Cover iABSTRAK iiABSTRACT iiiHALAMAN JUDUL ivHALAMAN PENGESAHAN vRIWAYAT HIDUP viPERSEMBAHAN viiMOTTO viiiSANWACANA ixDAFTAR GAMBAR xivDAFTAR ISI xvDAFTAR SINGKATAN xviiBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1B. Perumusan Masalah 6C. Tujuan Penelitian 7D. Kegunaan Penelitian 7E. Ruang Lingkup 8F. Sistematika Penulisan 8
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKAA. Konsepsi Negara dalam Hukum Internasional 10
1. Pengertian Negara 102. Unsur Negara 123. Proses Pembentukan Negara 144. Bentuk Negara 22
B. Suksesi dalam Hukum Internasional 261. Pengertian Suksesi 262. Proses terjadinya Suksesi 283. Macam-macam Suksesi Negara 294. Prinsip-prinsip Suksesi Negara 325. Akibat Hukum yang timbul dalam Suksesi Negara 33
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian 40B. Pendekatan Masalah 41C. Sumber Data 42D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 44E. Analisis Data 45
BAB IV PEMBAHASANA. Gambaran Umum Republik Demokratik Timor Leste 46B. Proses Suksesi Negara Republik Demokratik Timor Leste 49
xvi
1. Bergabungnya Timor Lesteke Indonesia 492. Proses Referendum Timor Leste 56
C. Proses Suksesi Timor Leste Menurut Hukum Internasional 69D. Akibat Hukum yang timbul dalam Suksesi Timor Leste menurut
Hukum Internasional 80BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 86B. Saran 88
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN
ABRI = Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
ACP = African, Caribbean and Pacific Group of States
ADB = Asian Development Bank
ANP = Accao Nacional Popular
APODETI = Asosiacao Popular Democratica Timorense
ASEAN = Association of Southeast Asia Nation
CPLP = Community of Portuguese Speaking Nation
DPR-RI = Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
ETSG = East Timor Study Group
FAO = Food and Agriculture Organization
FRETELIN = Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente
HAM = Hak Asasi Manusia
ICAO = Internatinal Civil Aviation Organization
ILO = International Labour Organization
IMF = International Monetary Fund
IMO = International Maritime Organization
IOM = International Organization for Migration
IPU = Inter-Parliamentary Union
KOTA = KliburOan Timor Aswain
MFA = Movimento das Forcas Armadas
xviii
NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia
OPCW = Organization for the Prohibition of Chemical Weapons
PBB = Peserikatan Bangsa-Bangsa
PIF = Pacific Islands Forum
SM = Sebelum Masehi
TNI = Tentara Nasional Indonesia
UDT = Uniao Democratica Timorense
UN = United Nation
UNAMET = United Nations Mission in East Timor
UNCTAD = United Nation Conference on Trade and Development
UNESCO = United Nation Educational Scientific and Cultural Organization
UNTAET = United Nation Transition in East Timor
WHO = World Health Organization
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suksesi adalah suatu proses membentuk suatu negara baru dengan cara memisahkan
diri atau menggabungkan diri dengan negara lain. Suksesi merupakan salah satu
objek kajian klasik terhadap hukum internasional publik. Dalam hukum internasional,
terdapat 2 jenis suksesi yaitu; (a) suksesi negara; (b) suksesi pemerintah. Suksesi
pemerintahan merupakan perubahan kedaulatan dalam masalah intern negara, apakah
hal tersebut melalui proses konstitusional atau proses revolusi. Dilain pihak, suksesi
negara merupakan perubahan identitas negara yang terjadi karena hilang atau
berubahnya kedaulatan wilayah suatu negara disertai diperolehnya suatu kedaulatan
wilayah oleh negara baru.1
Oscar Schachter dalam bukunya State Succession: The Once and Future Law
mengatakan “State of succession is one of the oldest subjects of international law”.2
Terdapat 2 pihak dalam suksesi, yaitu predecessor State (negara terdahulu/ negara
yang tergantikan) dan successor State (negara baru/ negara yang menggantikan).3
Proses suatu suksesi negara memiliki implikasi hukum yang komplek yang
1 Starke, J.G.2004.Pengantar Hukum Internasional 2 Edisi Kesepuluh. Jakarta. Sinar Grafika. hlm.
431-433 2 Schachter, Oscar.1993. “State Succession: The Once And Future Law” Vol. 33. Virginia Jo
International Law. hlm. 253, dikutip dari Huala Adolf. Beberapa Masalah Suksesi Negara Dalam
Kasus Timor Timur. 2013. hlm. 1. 3 Starke, J. G. Op.cit,hlm 432
2
melibatkan perpindahan tanggung jawab dari predecessor state kepada successor
state.
Salah satu contoh kasus suksesi negara adalah Republik IndonesiaSuksesi negara
pada Indonesia terjadi pada beberapa wilayah dalam negara tersebut seperti Aceh,
Papua, dan Timor Timur. Aceh merupakan salah satu kerajaan yang pernah berdiri di
Indonesia, terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan paling barat dari kepulauan
Nusantara. Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1520-1903, Sultan Ali Mughayat Syah
adalah sultan Aceh yang pertama memimpin Aceh mulai tahun 1520-1530. Wilayah
Kerajaan Aceh pada awal kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah meliputi daerah
Aceh Besar kemudian diperluas dengan menaklukkan daerah-daerah pelabuhan
dagang di pesisir timur Sumatera yang bersebelahan dengan Selat Malaka seperti
Pasai, Daya, dan Pidie.
Sedangkan, Papua pada mulanya adalah bagian dari wilayah administratif Hindia
Belanda yang tidak lepaskan setelah Indonesia merdeka. Belanda sulit melepaskan
wilayah Papua dikarenakan potensi alam yang menunjang untuk mendukung
perekonomian Hindia Belanda.
3
Timor Timur merupakan wilayah jajahan Portugis sejak awal abad ke-16. Revolusi
Bunga yang terjadi di Portugis pada 25 April 1974 menyebabkan perubahan yang
sangat besar terhadap kebijakan politik kolonisasi Portugis di Afrika dan di Timor
Timur. Pemerintah Revolusioner mengumumkan kebijakan hak penentuan nasib
sendiri yang akan segera diberikan kepada wilayah jajahan Portugis.4
Gambar 1. 1 Peta Timor Timur sebelum bergabung dengan Indonesia
Setelah pengumuman tersebut muncul berbagai perhimpunan seperti UDT (Uniao
Democratica Timorense), KOTA (Klibur Oan Timor Aswain), APODETI (Asosiacao
Popular Democratica Timorense) dan FRETELIN (Frente Revolucionaria de Timor
Leste Independente) yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Timor
Timur.5 Setiap perhimpunan menunjukkan eksistensinya untuk mendapat dukungan
4 Coelho, Avelio M.2012. Dua Kali Merdeka, Esei Sejarah Politik Timor Leste. Yogyakarta. Djaman
Baroe. hlm 2 5 Suartika, Tyas. Korban Jajak Pendapat di Timot Timur, 1999, e-Journal Pendidikan SejarahVolume
3, No. 1, Maret 2015.pdf diunduh pada tanggal 20 November 2017
4
massa. Perkembangan situasi tidak kunjung membaik setelah berdirinya
perhimpunan-perhimpunan. Pada tanggal 30 November 1975 diadakan perundingan
yang menghasilkan Deklarasi Balibo. Inti dari deklarasi Balibo menyatakan kehendak
Timor-Timur untuk integrasi dengan Republik Indonesia. Sebelum Deklarasi Balibo
disahkan pada tanggal 31 Mei 1976 di Dili, ibukota Portugis, diadakan upacara
singkat yang diberi nama “Tindakan Integrasi” oleh Majelis Perwakilan Rakyat
Timor-Timur untuk menyampaikan petisi integrasi Timor Portugis ke dalam wilayah
Republik Indonesia.Kemudian tanggal 15 Juli 1976 deklarasi ini disahkan oleh DPR
dan ditandatangani oleh Presiden pada tanggal 17 Juli 1976, sebagai Undang-Undang
No. 7 Tahun 1976, yang isinya menerima Timor-Timur sebagai bagian dari wilayah
Republik Indonesia, dan menjadikan Timor Timur sebagai propinsi ke-27.6 Wilayah
provinsi ini meliputi bagian Timur pulau Timor, pulau Kambing atau Atauro, pulau
Jaco dan sebuah eksklave di Timor Barat yang dikelilingi oleh provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Setelah 24 tahun menjadi bagian dari Indonesia, Rakyat Timor Timur menyatakan
ingin memisahkan diri dari Indonesia dan menjadi sebuah negara baru. Berpisahnya
Timor Timur dengan Indonesia berawal dari penandatanganan Perjanjian Tripartit
pada tanggal 5 Mei 1995 antara Peserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia, dan
Portugis yang menyatakan bahwa PBB akan menyelenggarakan jajak pendapat di
Timor Timur. Keterlibatan PBB dalam meyelesaikan kasus Timor Timur merupakan
bagian peran PBB untuk memelihara perdamaian dan keamanan Internasional.
6Ibid. hlm. 2
5
Metode penyelesaian sengketa dengan kekerasan misalnya perang infansi dan lainnya
direkomendasikan untuk tidak digunakan lagi semenjak lahirya The Hague Peace
Conference tahun 1899 dan 1907.7Referendum atau jajak pendapat yang dipilih untuk
menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Timor Timur sebagai bentuk
penyelesaian sengketa secara damai. Pada jajak pendapat ini rakyat Timor Timur
diminta memilih apakah Timor Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia ataukah
Timor Timur menjadi negara merdeka.
Proses jajak pendapat ini disebut sebagai proses suksesi. Suksesi ini dimulai pada saat
penandatanganan New York Agreement pada tanggal 5 Mei 1999 di New York. New
York Agreement muncul karena keinginan rakyat Timor Timur untuk menjadi suatu
negara baru yang disebabkan karena ketidakpuasan rakyat Timor Timur terhadap
kepustusan Presiden Habibie yang memberikan otonomi luas kepada rakyat Timor
Timur. New York Agreement dilaksanakan melalui popular consultation8 yang
ditandatangani di New York oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Ali Alatas dengan
Menteri Luar Negeri Portugal yang disaksikan oleh Sekertaris Jenderal PBB. Pada
tanggal 11 Juni 1999, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi No. 1246 tahun
1999 yang berisikan pemberian mandat kepada Sekertaris Jenderal PBB untuk
menggelar misi PBB di Timor Timur melalui United Nations Mission in East Timor
(UNAMET) untuk melaksanakan penentuan pendapat.
7 Melly Aida dan Ria Wierma Putri.2014. Peranan Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
dalam Penyelesaian Sengketa Internasional. Bandar Lampung. hal. 127 8http://www.un.org/press/en/1999/19990507.SC6672.html . 15 Februari 2017
6
Penentuan pendapat dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 yang menghasilkan
pernyataan bahwa Timor Leste resmi menjadi sebuah negara baru dan pemerintahan
sementara dijalankan oleh PBB melalui United Nation Transition in East Timor
(UNTAET).9
Pasca referendum pemerintahan Timor Timur dijalankan oleh PBB karena mengalami
kekosongan pemerintahan. Pada bulan Mei 2002 Timor Leste (telah berganti dari
Timor Timur) diresmikan menjadi sebuah negara baru10
dimana Indonesia
memberikan pengakuan terhadap pembentukan negara baru ketika hasil jajak
pendapat diresmikan oleh PBB.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menelaah lebih dalam tentang
suksesi negara melalui negara Timor Leste pasca referendum, kedalam bentuk skripsi
yang berjudul : “DESKRIPSI PROSES SUKSESI TIMOR LESTE MENURUT
HUKUM INTERNASIONAL “.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti dalam penulisan skripsi ini
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses suksesi Timor Leste menurut hukum internasional?
9 e-journal.uajy.ac.id/369/2/1MIH01526.pdf diunduh pada tanggal 15 Februari 2017
10Syarat sahnya suatu negara yaitu, memiliki penduduk yang tetap; mendiami suatu wilayah tertentu;
memiliki pemerintahan yang berdaulat; dan mendapat pengakuan dari negara lain.
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis proses suksesi Timor Leste
menurut hukum internasional.
D. Kegunaan Penelitian
Penulisan skripsi ini diharapkan memiliki manfaat praktis maupun teoritis bagi
segenap civitas academica maupun masyarakat umum yang berminat terhadap
masalah suksesi:
1. Manfaat praktis :
a. Diharapkan tulisan ini dapat digunakan oleh Praktisi Hukum
Internasional dalam menerapkan prinsip-prinsip suksesi negara.
2. Manfaat teoritis :
a. Untuk menerapkan ilmu hukum secara teoritis dibangku perkuliahan
dan menghubungkan dengan kenyataan yang ada di lapangan.
b. Menjadi bahan referensi oleh pembaca, khususnya mahasiswa yang
akan melakukan penelitian tentang suksesi dalam hukum internasional.
c. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya
hukum internasional.
8
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini membahas mengenai sejarah bergabungnya Timor Timur
dengan Indonesia dan berpisahnya Timor Leste dari Indonesia merupakan sebuah
proses suksesi menurut hukum internasional yang ditinjau dari Konvensi Wina 1968.
F. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan penulisan, maka pembahasan skripsi ini disusun kedalam 5 bab,
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA, meliputi konsepsi
negara dalam hukum internasional, pengertian negara, unsur negara, proses
pembetukan negara, suksesi dalam hukum internasional, pengertian suksesi, proses
terjadinya suksesi, macam-macam suksesi negara, prinsip-prinsip suksesi negara, dan
akibat hukum yang timbul dalam suksesi negara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, meliputi jenis dan tipe penelitian,
pendekatan penelitian, data dan sumber data, pengumpulan dan pengolahan data,
analisa data.
BAB IV PEMBAHASAN, yang terdiri atas deskripsi proses suksesi Timor Leste
menurut hukum internasional yang dimulai darigambaran umum Republik
Demokratik Timor Leste, proses suksesi Negara Republik Demokratik Timor Leste,
9
proses suksesi Timor Leste menurut hukum internasional, dan akibat hukum yang
timbul dalam suksesi Timor Leste menurut hukum internasional.
BAB V PENUTUP, meliputi kesimpulan dari pembahasan serta saran terhadap kasus
Timor Leste Pasca Referendum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Negara dalam Hukum Internasional
1. Pengertian Negara
Negara dalam hukum internasional merupakan salah satu subjek hukum internasional
yang terpenting (par excellence) dibandingkan subjek-subjek hukum internasional
lainnya, baik secara historikal maupun secara faktual. Secara historis negara
merupakan subjek hukum pertama muncul pada awal pertumbuhan hukum
internasional, sedangkan secara faktual dalam perkembangannya peranan negara
sebagai subjek hukum internasional melalui hubungan internasional banyak
melahirkan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah penting dalam hukum internasional
sehingga menjadikan negara sebagai sebagai subjek hukum internasional yang
utama.11
Menurut etimologi, negara diterjemahkan dari kata asing staat (bahasa Belanda),
state (bahasa Inggris), dan Etat (bahasa Perancis). Namun, kata “negara” berasal dari
bahasa latin yang berarti menaruh dalam keadaan berdiri; membuat berdiri;
menempatkan. Berikut beberapa definisi mengenai negara menurut para ahli hukum:
a. Menurut J. G. Starke, definisi negara adalah suatu lembaga yang merupakan
satu sistem yang mengatur hubungan yang ditetapkan oleh manusia antara
11
Kusumaatmadja, Mochtar. 1981. Pengantar Hukum Internasional. Binacipta. Bandung. hlm. 89
11
mereka sendiri sebagai satu alat untuk mencapai tujuan yang paling pokok
yaitu satu sistem ketertiban yang menaungi manusia dalam melakukan
kegiatan.12
b. Menurut Plato, negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi
dan terdiri dari individu-individu yang timbul atau ada karena masing-masing
dari orang itu secara sendiri-sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginannya yang beraneka ragam, yang menyebabkan mereka harus bekerja
sama untuk memenuhi kepentingan mereka bersama. Kesatuan inilah yang
disebut masyarakat atau negara.13
Dari pengertian ini, diketahui bahwa suatu
negara ada karena hubungan manusia dengan sesamanya karena manusia
menyadari tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya, atau
berdasarkan doktrin yang diajarkan oleh Aristoteles yang dikenal dengan
istilah zoon politicon.14
Hubungan manusia dalam suatu negara tidak terbatas
hanya pada satu wilayah negara saja, tetapi juga diluar wilayah negara
tersebut. Hubungan inilah yang membuat suatu negara menjalin hubungan
internasional dengan negara lain.
c. Fenwick mendefinisikan negara sebagai suatu masyarakat politik yang
diorganisir secara tetap, menduduki suatu daerah tertentu, dan hidup dalam
12
Starke, J.G. Op.Cit. hlm. 431 13
Soehino. 1980. Ilmu Negara. Yogyakarta. Liberty. hlm. 17. 14
Rieuwpassa, F.C.L. 2014. Skripsi. Pengakuan Amerika Serikat Terhadap Cina RRC Dan Cina
Taiwan. Makassar. Universitas Hasanuddin. hlm. 10-11
12
batas-batas daerah tersebut, bebas dari pengawasan negara lain, sehingga tidak
bertindak sebagai badan yang merdeka dimuka bumi.15
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa negara adalah
organisasi tertinggi diantara kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuan demi kepentingan bersama serta memiliki suatu daerah
tertentu.
2. Unsur Negara
Pasal 1 konvensi Montevideo 27 December 1933 mengenai hak dan kewajiban
Negara menyebutkan bahwa suatu negara yang merupakan subjek penuh hukum
internasional memerlukan unsur-unsur konstitutif sebagai berikut:16
a) Penduduk yang tetap
Penduduk merupakan unsur pokok dalam pembentukan suatu negara. Penduduk
adalah kumpulan individu-individu yang terdiri dari dua jenis kelamin tanpa
memandang suku, bahasa, agama, dan kebudayaan yang hidup dalam suatu negara
melalui hubungan yuridik dan politik yang diwujudkan dalam bentuk
kewarganegaraan.
Hukum internasional menegaskan bahwa setiap negara berhak untuk menetapkan
sendiri siapa saja yang akan menjadi warga negaranya. Terdapat dua asas dalam
15
Adolf, Huala. 2002. Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasonal Edisi Revisi. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada. hlm. 1-2 16
Mauna, Boer. 2005. Hukum Internasional. Bandung. P.T. Alumni. hlm. 17
13
menetapkan kewarganegaraan, yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Asas ius soli
(law of the soil) merupakan suatu cara menentukan kewarganegaraan berdasarkan
tempat tinggal. Dilain pihak, asas ius sanguinis (law of the blood) merupakan suatu
cara menentukan kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah/keturunan.
b) Wilayah tertentu
Wilayah adalah landasan materiil atau landasan fisik suatu negara. Luas wilayah
negara ditentukan oleh perbatasan-perbatasan. Dalam batas-batas wilayah tersebut
negara menjalankan yurisdiksi teritorial atas benda dan orang.
Pengertian diatas menjelaskan bahwa wilayah memiliki dua arti, yaitu sempit dan
luas. Wilayah dalam arti sempit merupakan letak geografis. Dilain pihak, dalam arti
luas wilayah merupakan tempat pelaksanaan yurisdiksi negara seperti, wilayah
daratan dan udara diatasnya, serta lautan disepanjang pantai negara.
c) Pemerintahan yang berdaulat
Pemerintah merupakan seorang atau sekumpulan orang yang mewakili rakyat dalam
suatu negara yang dibentuk melalui prosedur konstitusional untuk menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan yang ditugaskan oleh rakyat. Hubungan antara pemerintah dan
rakyat dalam hukum internasional menghendaki pemerintah mempunya kekuasaan
yang efektif atas seluruh penduduk dan wilayah negaranya. Efektif yang dimaksud
ialah pemerintah mempunyai kapasitas riil untuk melaksanakan semua fungsi
kenegaraan termasuk pemeliharaan keamanan dan tata tertib didalam negeri, serta
pelaksanaan berbagai komitmen di luar negeri.
14
Pemerintahan yang berdaulat merupakan penjamin stabilitas internal negaranya
seperti, mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam mempertahankan integritas negara;
serta memiliki kemampuan memenuhi kewajibannya dalam pergulan internasional
seperti melaksanakan politik luar negeri untuk suatu tujuan tertentu.
d) Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara-negara lainnya
Unsur keempat merujuk pada kedaulatan dan kemerdekaan. Negara dapat disebut
sebagai subjek hukum internasional yang utuh apabila memiliki kedaulatan atas
wilayah negara tersebut dan tidak tunduk pada kekuasaan negara lain. Negara yang
berdaulat dan merdeka memiliki kapasitas dalam menjalin hubungan internasional
baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya dengan maksud
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
3. Proses pembentukan negara
Ada beberapa teori mengenai asal mula negara, yaitu17
:
a. Teori Kenyataan
Timbulnya suatu negara merupakan soal kenyataan. Apabila pada suatu ketika unsur-
unsur negara (wilayah, rakyat, pemerintah yang berdaulat) terpenuhi, maka pada saat
itu pula negara itu menjadi suatu kenyataan.
17
Gunawan, Riko. Teori Terbentuknya Negara. https://pdfdokumen.com/download/teori-
terbentuknya-negara_59d97f811723dde65a715626_pdfdiunduh pada tanggal 1 Desember 2017 pukul
12.00
15
b. Teori Ketuhanan
Timbulnya negara adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak akan
terjaditanpa kehendak-Nya. Friederich Julius Stahl(1802-1861) menyatakan
bahwanegara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses evolusi, mulai dari
keluarga menjadi bangsa dan kemudian menjadi negara. Negara bukan tumbuh
disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan karena perkembangan dari
dalam. Iatidak tumbuh disebabkan kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan.
c. Teori Perjanjian Masyarakat
Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara, manusia hidup
sendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada masyarakat dan
peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan mudah terjadi dimana pun dan
kapan pun. Tanpa peraturan, kehidupan manusia tidak berbeda dengan cara
hidupbinatang buas, sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Hobbes: Homo homini
lupus dan Bellum omnium contra omnes.
Teori Perjanjian Masyarakat diungkapkannyadalam buku Leviathan. Ketakutan akan
kehidupan berciri survival of the fittestitulahyang menyadarkan manusia akan
kebutuhannya. Negara yang diperintah oleh seorangraja yang dapat menghapus rasa
takut.Demikianlah akal sehat manusia telah membimbing dambaan suatu kehidupan
yangtertib dan tenteram. Maka, dibuatlah perjanjian masyarakat (contract social).
Perjanjian antar kelompok manusia yang melahirkan negara dan perjanjian itu
sendiridisebutpactum unionis. Bersamaan dengan itu terjadi pula perjanjian yang
16
disebutpactum subiectionis, yaitu perjanjian antarkelompok manusia dengan
penguasa yangdiangkat dalam pactum unionis. Isipactum subiectionisadalah
pernyataan penyerahanhak-hak alami kepada penguasa dan berjanji akan taat
kepadanya.
d. Teori Kekuasaan
Teori Kekuasaan menyatakan bahwa negara terbentuk berdasarkan kekuasaan.
Orangkuatlah yang pertama-tama mendirikan negara, karena dengan kekuatannya
itu iaberkuasa memaksakan kehendaknya terhadap orang lain sebagaimana disindir
oleh Kallikles danVoltaire: “Raja yang pertama adalah prajurit yang berhasil”.
Karl Marx berpandangan bahwanegara timbul karena kekuasaan.
Menurutnya,sebelum negara ada di dunia ini telah terdapat masyarakat komunis
purba.18
Buktinyapada masa itu belum dikenal hak milik pribadi. Semua alat
produksi menjadi milikseluruh masyarakat. Adanya hak milik pribadi memecah
masyarakat menjadi duakelas yang bertentangan, yaitu kelas masyarakat pemilik
alat-alat produksi dan yangbukan pemilik.
Kelas yang pertama tidak merasa aman dengan kelebihan yangdimilikinya dalam
bidang ekonomi. Mereka memerlukan organisasi paksa yangdisebut negara,
untuk mempertahankan pola produksi yang telah memberikan posisiistimewa
kepada mereka dan untuk melanggengkan pemilikan atas alat-alat produksi tersebut
18
Ibid.
17
e. Teori Hukum Alam
Para penganut teori hukum alam menganggap adanya hukum yang berlaku
abadi danuniversal (tidak berubah, berlaku di setiap waktu dan tempat).
Hukum alam bukanbuatan negara, melainkan hukum yang berlaku menurut
kehendak alam.PenganutTeori Hukum Alam antara lain:
a. Masa Purba: Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM)
b. Masa Abad Pertengahan: Augustinus (354-430) dan Thomas Aquino
(1226-1234)
c. Masa Renaissance: para penganut teori Perjanjian Masyarakat
f. Teori Kedaulatan
Setelah asal usul negara itu jelas maka orang-orang tertentu didaulat menjadi
penguasa (pemerintah). Teori kedaulatan ini meliputi:19
1. Teori Kedaulatan Tuhan
Menurut teori ini kekuasaan tertinggi dalam negara itu adalah berasal
dari Tuhan.
2. Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori ini bahwa hukum adalah pernyataan penilaian yang
terbit dari kesadaran hukum manusia dan bahwa hukum merupakan
sumber kedaulatan.
19
Ibid.
18
3. Teori Kedaulatan Rakyat
Teori ini berpendapat bahwa rakyatlah yang berdaulat dan mewakili
kekuasaannya kepada suatu badan, yaitu pemerintah.
4. Teori Kedaulatan negara
Teori ini berpendapat bahwa negara merupakan sumber kedaulatan
dalam negara. Kemudian, teori asal mula terjadinya negara, juga dapat
dilihat berdasarkan proses pertumbuhannya yang dibedakan menjadi
dua, yaitu terjadinya negara secara primer dan teori terjadinya negara
secara sekunder.
Menurut Plato, asal mula terjadinya negara adalah karena:20
a. Adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam
sehinggamenyebabkan mereka harus bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan hidup;
b. Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
berhubungandengan manusia lain dan harus menghasilkan segala
sesuatu yang bias melebihi kebutuhannya sendiri untuk dipertukarkan;
c. Mereka saling menukarkan hasil karya satu sama lain dan
kemudianbergabung dengan sesamanya membentuk desa;
d. Hubungan kerjasama antardesa lambat laun menimbulkan masyarakat
(negarakota).
20
Hakim, Abdul. Negara dalam Perspektif Plato, e-Journal Ilmu Usbuluddin Volume 9 No. 1, Januari
2010.pdf diunduh pada tanggal 20 Mei 2017
19
Aristoteles meneruskan pandangan Plato tentang asal mula terjadinya
negara.21
Menurutnya, berdasarkan kodratnya manusia harus berhubungan dengan
manusia laindalam mempertahankan keberadaannya dan memenuhi kebutuhan
hidupnya.Hubungan itu pada awalnya terjadi di dalam keluarga, kemudian
berkembang menjadisuatu kelompok yang agak besar. Kelompok-kelompok yang
terbentuk dari keluarga-keluarga itu kemudian bergabung dan membentuk desa. Dan
kerja samaantardesamelahirkan negara kecil (negara kota).
Augustinusdan Thomas Aquinomendasarkan teori mereka pada ajaran
agama.Augustinus menganggap bahwa negara (kerajaan) yang ada di dunia ini
adalahciptaan iblis (CivitateDiaboli), sedangkan Kerajaan Tuhan (Civitate Dei)
berada dialam akhirat. Gereja dianggap sebagai bayangan Civitate Dei yang akan
mengarahkanhukum buatan manusia kepada azas-azas Kristen yang abadi.
Sedangkan ThomasAquino berpendapat bahwa negara merupakan lembaga
alamiah yang lahir karenakebutuhan sosial manusia. Negara adalah lembaga yang
bertujuan menjaminketertiban dalam kehidupan masyarakat, penyelenggara
kepentingan umum, danpenjelmaan yang tidak sempurna dari kehendak
masyarakatnya.
21
Gunawan, Riko. Op.cit.
20
Menurut George Jellinek, proses terbentuknya negara dibagi menjadi dua, yaitu
secara primer dan sekunder: 22
a. Terjadinya negara secara primer :
1. Persekutuan masyarakat (genootschap)
Setiap individu dalam suatu kelompok dengan kedudukan yang sama
bergabung untuk mencapai kepentingan bersama dan didasarkan pada sebuah
persamaan. Kepemimpinan dalam fase ini dipilih melalui primus interpares23
.
2. Kerajaan (rijk)
Persekutuan masyarakat lambat laun menyadari akan hak atas tanah, sehingga
muncul tuan pemilik tanah dan penyewa tanah. Pada masa ini terjadi sistem
feodalisme. Akibat dari sistem ini adalah para tuan pemilik tanah menguasai
beberapa kelompok dalam masyarakat yang berkembang menjadi sebuah
kerajaan.
3. Negara (staat)
Pada masa kerajaan, sudah ada pemerintahan pusat, tetapi belum mampu
mengurus dan mengendalikan pemerintah daaerah yang di wilayah tersebut.
Hal ini memaksa raja membentuk suatu pemerintahan absolut dalam bentuk
22
Romadhoni,Panji. Teori Terbentuknya Negara.
https://www.academia.edu/28167043/Teori_Terbentuknya_Negara diunduh pada tanggal 6 Maret
2017, pukul 16.00. 23
Pemberian wewenangan dalam memimpin suatu wilayah tertentu menurut adat istiadat. Ibid.
21
sebuah negara. Unsur yang penting pada fase ini adalah wilayah, kelompok
masyarakat, dan pemerintah yang berdaulat.
4. Negara demokrasi (democratische natie)
Kesadaran rakyat akan pemerintahan absolut raja, maka rakyat membentuk
undang-undang yang menjamin hak-hak rakyat dan membatasi kekuasaan
raja. Undang-undang yang menjamin hak rakyat dan membatasi kekuasaan
raja adalah bentuk dari negara demokrasi. Brian Tamanaha dalam bukunya
The Concept of Rule of Law, mengatakan sebagai “a procedural mode of
legitimation” demokrasi juga mengandung keterbatasan-keterbatasan yang
serupa dengan formal legality.24
b. Terjadinya negara secara sekunder
Terbentuknya negara secara sekunder karena adanya pengakuan dari negara lain dan
terbentuk dari negara yang telah ada sebelumnya. Pengakuan dari negara lain dibagi
menjadi dua jenis, yaitu pengakuan secara de facto adalah pengakuan menurut
kenyataan bahwa disuatu wilayah telah berdiri suatu negara. Namun, pengakuan ini
bersifat sementara. Di lain pihak, pengakuan de jure adalah pengakuan yang bersifat
tetap dan diberikan seluas-luasnya kepada negara baru setelah pemerintahannya
stabil.
24
Tamanaha, Brian. (Cambridge University Press, 2004), lihat Marjanne Termoshuizen-Artz, “The
Concept of Rule of Law”, Jurnal Hukum Jentera, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Jakarta,
edisi 3-Tahun II, November 2004, hal. 86 dikutip dari Asshiddiqie, Jimly Prof. Dr. S.H. Gagasan
Negara Hukum Indonesia. Jakarta. hlm. 8
22
Terbentuknya negara dari negara yang telah ada sebelumnya memiliki beberapa cara,
yaitu pendudukan (occupatie), peleburan (fusi), penyerahan (cessie), penarikan
(acessie), penguasaan (anexatie), proklamasi, pembentukan baru (innovation),
pemisahan (separatis), dan pendudukan atas wilayah yang belum ada pemerintahan
sebelumnya.25
Sedangkan, proses pembentukan negara di zaman modern berupa penaklukan,
peleburan, pemisahan diri, dan pendudukan atas negara atau wilayah yang belum ada
sebelumnya.
4. Bentuk Negara
Terdapat berbagai bentuk negara. Dalam hukum internasional dikenal beberapa
bentuk yaitu:26
a. Negara Kesatuan (Unitary States)
Negara dengan bentuk ini (unitary states) yaitu suatu negara yang memiliki suatu
pemerintah yang bertanggungjawab mengatur seluruh wilayahnya. Contoh bentuk
negara ini adalah Indonesia, Myanmar, Singapore dan lain sebagainya.
25
Wibowo, Dwi Cahya. Konsep, Teori, dan Proses Terbentuknya Negara.
http://dwicahyadiwibowo.blogspot.co.id/2013/02/konsep-teori-dan-proses-terbentuknya.html
diunduh pada tanggal 8 Maret 2017, pukul 18.00
26
Adolf, Huala. 2002.Op.cit,. hlm. 15
23
b. Dependent States
Dependent states adalah negara-negara yang bergantung kepada negara-negara lain
baik karena adanya pengawasan dari negara lainnya, adanya perjanjian, adanya
persetujuan untuk menyerahkan hubungan luar negeri kepada negara lain atau karena
adanya pendudukan sebagai akibat perang. Negara-negara seperti ini tidak selalu
bergantung dari segi keamanan pertahanan, politik, administratif, tapi juga dari segi
ekonomi. Adapun ciri-ciri dependent states ini yaitu :27
1. Tidak adanya sifat kenegaraan, terutama kemampuan untuk
mengadakan hubungan dengan negara lain.
2. Yurisdiksi dan pemerintahannya berada pada negara lain.
3. Kekuasaan luar negerinya ada pada perwakilan negara lain.
4. Adanya campur tangan negara lain secara politik.
5. Merupakan subyek hokum dengan ciri khusus (a legal person of a
special type) yang dapat muncul dalam masyarakat internasional
hanya untuk maksud-maksud tertentu saja.
6. Suatu negara yang tidak „merdeka‟ untuk melaksanakan suatu
tindakan-tindakan tertentu oleh organ-organnya.
27
Ibid. hlm. 16
24
Adapun „dependent states‟ ini dapat terbagi-bagi menurut bentuknya, yaitu :28
1. Negara protektorat (Negara Vasal)
Negara protektorat adalah negara yang kekuasaan luar negerinya sepenuhnya
berada dibawah kekuasaan negara lain. Karena tidak ada kekuasaan luar
negeri ini, maka negara protektorat ini “internationally its independence is so
restricted as scarcely to exist at all”.
Sebuah negara protektorat muncul manakala suatu negara mengadakan
perjanjian dengan negara lain yang memberikan kekuasaan kepada negara
yang lebih kuat untuk melindunginya. Sehingga, segala tindakan dalam soal-
soal internasional yang penting, pengurusannya ada pada negara yang
melindunginya. Perjanjian protektorat ini tidak selalu harus dilakukan secara
bilateral, yaitu negara yang meminta perlindungan dengan negara yang
diminta perlindungan. Dapat juga perjanjian protektorat ini diadakan secara
internasional.
2. Wilayah Trust/Mandat (Wilayah Perwalian)
Wilayah mandat merupakan wilayah yang tidak mandiri yaitu wilayah yang
tidak mampu mengadakan hubungan dengan pihak asing tanpa dukungan dari
negara yang mendukungnya. Sistem trust ini berlaku pada:29
a. Wilayah-wilayah mandat sebelumnya (kecuali Afrika Barat Daya).
28
Ibid. hlm. 17 29
Ibid. hlm. 20
25
b. Wilayah-wilayah yang diambil oleh negara-negara musuh sebagai
akibat Perang Dunia II (yang termasuk ke dalam sistem ini adalah
Somalia, eks penduduk Italia).
c. Wilayah-wilayah yang secara sukarela mau ditempatkan dibawah
sistem ini oleh negara-negara yang bertanggungjawab atas
pemerintahannya.
c. Negara Federal
Menurut hasil suatu penelitian, dikalkulasikan bahwa hampir setengah dari jumlah
penduduk dunia ini hidup dibawah pemerintahan yang berbentuk federal. Bentuk
dasar dari negara ini yaitu bahwa wewenang terhadap urusan dalam negeri dibagi
menurut konstitusi antara pejabat-pejabat federal dan anggota-anggota federasi.
Sedangkan urusan luar negerinya biasanya dipegang oleh pemerintah federal (pusat).
d. Negara-negara Anggota Persemakmuran (Commonwealth)
Bentuk negara-negara yang tergolong ke dalam persemakmuran dilatarbelakangi oleh
adanya proses dekolonisasi pada negara tesebut. Proses dekolonisasi ini dapat terjadi
karena 2 kemungkinan. Pertama, negara tersebut merdeka penuh, berdaulat dan
„terpisah‟ dari negara yang pernah mendudukinya; kedua, negara tersebut terpaksa
tergantung kepada negara yang mendudukinya karena negara tersebut kecil atau
terbelakang (miskin), sehingga memberinya kemerdekaan bukanlah jalan yang
terbaik. Untuk negara-negara kekuasaan ini kekuasaan untuk mengatur urusan dalam
26
negaranya tetap berada pada kekuasaannya. Namun, urusan-urusan luar negeri dan
pertahanan diserahkan kepada negara induknya.
e. Negara Netral
Menurut Starke yang dimaksud dengan negara netral adalah suatu negara yang
kemerdekaan, politik dan wilayahnya dengan kokoh dijamin oleh suatu perjanjian
bersama negara-negara besar (the Great Powers). Negara-negara ini tidak akan
pernah berperang melawan negara lain, kecuali untuk pertahanan diri, dan tidak akan
pernah mengadakan perjanjian aliansi yang dapat menimbulkan peperangan. Tujuan
netralisasi ini adalah untuk memelihara perdamaian dengan cara:30
1. Melindungi negara-negara kecil dari negara-negara kuat yang berdekatan
dengannya.
2. Melindungi dan menjaga kemerdekaan negara netral ini diantara negara-
negara kuat.
B. Suksesi dalam Hukum Internasional
1. Pengertian Suksesi
Eksistensi negara dalam hukum internasional selalu mengalami pembaharuan yang
terlihat dengan munculnya negara-negara baru karena berbagai alasan salah satunya
penduduk pribumi dari suatu wilayah di suatu bangsa mempunyai keinginan untuk
30
Ibid. hlm. 29
27
memerdekakan wilayah tersebut. Perubahan ini dalam hukum internasional disebut
suksesi.
Suksesi menurut The Vienna Convention on Succession of State in Respect of Treaties
tahun 1978 Pasal 2 huruf (b) adalah perpindahan suatu tanggung jawab dari satu
negara ke negara lain dalam kaitannya dengan praktek hubungan internasional dari
wilayah tersebut, sehingga dapat berupa penggabungan, perpisahan atau
pembentukan negara baru dimana konsekuensinya adalah perubahan kedaulatan.
Suksesi dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai pergantian negara karena dalam
istilah ini terkandung makna bahwa yang berganti bukan hanya wilayah negara, akan
tetapi pemerintahan, hak-hak, dan kewajiban negara.31
Suksesi adalah salah satu objek pengkajian klasik terhadap hukum internasional
publik. Dalam hukum internasional, suksesi ada 2 jenis yaitu; (a) suksesi negara; (b)
suksesi pemerintah. Suksesi pemerintah adalah perubahan kedaulatan dalam masalah
intern negara. Sedangkan, suksesi negara bersangkut paut dengan peralihan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban negara-negara yang telah berubah atau kehilangan identitasnya
kepada negara-negara atau kesatuan-kesatuan lain, perubahan atau kehilangan identitas
demikian terjadi terutama apabila berlangsung perubahan baik secara keseluruhan atau
sebagian kedaulatan atas bagian-bagian wilayahnya.32
31
Abdul Muthalib Tahar.2015. Hukum Internasional dan Perkembangannya. BP Justice Publisher.
Bandar Lampung. hal. 128. 32
Starke, J.G. op.Cit. hlm. 431.
28
2. Proses terjadinya Suksesi Negara
Suksesi negara dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:
a. Revolusi
Revolusi adalah perombakan tatanan yang sudah menetap, yang tidak semata-mata
mengganti penguasa yang satu dengan yang lain, tetapi mengganti sistem religius,
politik, dengan sistem yang lain. Menurut Schuman, Revolusi bertujuan untuk
merombak secara radikal suatu susunan politis atau sosial di seluruh wilayah Negara.
b. Perang
Perang dalam arti umum adalah suatu kontes (pertandingan) antara 2 Negara atau
lebih terutama melalui angkatan bersenjata mereka, dan tujuan akhir dari setiap
kontestan ialah untuk mengalahkan yang lain dan mengenakan syarat-syarat sendiri
untuk perdamaian. Disamping perang dalam arti sesunggunya (in strict sense), di
kenal pula dengan istilah perang saudara (civil war). Menurut W Schwarzenberger,
Civil war merupakan perkembangan lebih lanjut dari revolusi yaitu apabila pihak
revolusioner berhasil menetapkan kontrol yang efektif di atas wilayah yang luas dari
Negara yang bersangkutan.
c. Perubahan wilayah secara damai.
Cara-cara damai yang dimaksud adalah bahwa pergantian pemegang kedaulatan atas
wilayah baik seluruh ataupun sebagian terjadi dengan kehendak dan kesukarelaan
negara yang digantikan kedaulatannya atas wilayah tersebut. Suksesi Negara yang
29
terjadi secara damai ini di aman perubahan atau pergantian pemenang kedaulatan atas
wilayah, baik seluruh atau sebagian terjadi kehendak atau sukarela Negara yang
digantikan kedaulataanya atas wilayah tersebut.
3. Macam-macam suksesi negara
Secara umum suksesi dibagi menjadi dua bentuk33
yaitu:
a. Suksesi Universal
Suksesi universal adalah apabila wilayah suatu negara habis terbagi-bagi
menjadi masing-masing bagian atau menggabungkan wilayah negara tersebut
dengan wilayah negara lain, sehingga suksesi dalam bentuk ini
menghilangkan international identity dari predecessor state, karena seluruh
wilayah predecessor state hilang menjadi successor state.
b. Suksesi Parsial
Suksesi dalam bentuk ini predecessor state masih ada tetapi wilayahnya
memisahkan diri menjadi successor state dengan cara memerdekakan diri atau
bergabung dengan negara lain.
Dalam Konvensi Wina 1978 merinci adanya lima bentuk suksesi negara, yaitu :
a. Suatu wilayah negara atau suatu wilayah yang dalam hubungan internasional
menjadi tanggung jawab negara itu kemudian berubah menjadi bagian dari
wilayah negara itu (Pasal 15).
33
Sefriana. 2011.Hukum Internasional Suatu Pengantar.Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 294-
295
30
b. Negara merdeka baru (newly independent state), yaitu bila negara pengganti
yang beberapa waktu sebelum terjadinya suksesi negara merupakan wilayah
yang tidak bebas yang dalam hubungan internasional berada di bawah
tanggung jawab negara negara yang digantikan (Pasal 2 Ayat 1f).
c. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat dari bergabungnya dua wilayah
atau lebih menjadi satu negara merdeka.
d. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat dari bergabungnya dua wilayah
atau lebih menjadi menjadi suatu negara serikat (Pasal 30 Ayat 1).
e. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat terpecah-pecahnya suatu negara
negara menjadi beberapa negara baru (Pasal 34 ayat 1).
Suksesi negara dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :34
a. Factual State Succession adalah bagaimana suksesi negara itu benar-benar
terjadi / kejadian-kejadian atau fakta-fakta apa saja yang dapat digunakan
sebagai indikator telah terjadinya suksesi negara.
b. Legal State Succession merupakan akibat-akibat hukum suksesi negara.
Terutama mengenai pemindahan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari
negara yang telah kehilangan identitasnya itu kepada negara atau satuan lain
yang menggantikannya. Dalam hal ini ada 2 pendapat, yaitu : (1) common
doctrine mengenai semua hak dan kewajiban dari negara yang digantikan
34
Sefriana.2014. Ibid. hlm. 295
31
beralih kepada negara yang menggantikan; (2) clean slate doctrine mengenai
semua hak dan kewajiban yang dimiliki suatu negara akan hilang bersamaan
dengan lenyapnya negara tersebut atau suksesi negara semestinya negara baru
mulai dengan lembar yang baru.
Menurut J.G Starke suksesi paling sering terjadi berkaitan dengan perubahan-
perubahan kedaulatan atas wilayah oleh sebab-sebab ekstern, adalah:35
a. Sebagian wilayah negara A dimasukkan ke dalam negara B, atau terbagi di
antara beberapa negara B, C, D, dan negara lainnya.
b. Sebagian wilayah negara A dijadikan sebagai basis sebuah negara baru.
c. Seluruh wilayah negara A dimasukkan ke dalam negara B, yang
mengakibatkan negara A lenyap.
d. Seluruh wilayah negara A dibagi di antara beberapa negara B, C, D, dan
negara lain, juga menyebabkan negara A lenyap.
e. Seluruh wilayah negara A menajdi basis beberapa negara baru, negara A
dengan demikian juga menjadi lenyap.
f. Seluruh wilayah negara A menjadi bagian dari wilayah sebuah negara baru,
yang juga megakibatkan lenyapnya negara A.
35
Starke, J.G. Op.cit. hlm. 433
32
4. Prinsip-prinsip suksesi negara
Dalam menentukan hak dan kewajiban negara setelah suksesi negara dikenal
beberapa teori36
:
a. Common Doctrine (universal doctrine)
Teori yang menyatakan setelah terjadi suksesi negara maka dengan sendirinya
hak dan kewajiban predecessor state menjadi milik successor state.
b. Clean State Doctrine
Teori yang menyatakan bahwa saat terjadi susksesi negara successor state
dinilai sebagai lembaran baru dimana segala hak dan kewajiban dari
predecessor state tidak beralih pada successor state kecuali dikehendakinya
(pick & choose)
c. Teori yang ditentukan The Vienna Convention on Succession of State in
Respect of Treaties on 1978 dan The Vienna Convention on Succession of
State in Respect of State Property, Archive, and Debst on 1983
Teori yang muncul akibat reaksi keberatan dari 2 teori diatas, sehingga
diputuskan berdasarkan Konvensi Wina 1978 dalam kaitan suksesi negara
yang terkait dengan perjanjian internsional dan Konvensi Wina 1983 tentang
suksesi yang dikaitkan dengan state property, arsip negara, dan hutang
melalui kesepakatan yang diwujudkan dalam perjanjian peralihan devolution
agreement.
36
Ibid
33
5. Akibat Hukum yang timbul dalam Suksesi Negara
a. Akibat Hukum terhadap Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah instrumen terpenting dalam pelaksanaan hubungan
internasional. Dasar hukum untuk akibat suksesi terhadap perjanjian internasional
adalah The Vienna Convention on Succession of State in Respect of Treaties on 1978
dan kebiasaan internasional.37
Konvensi ini mengatur mengenai beberapa
konsekuensi terjadinya suksesi terhadap perjanjian internasional yang tergantung
mengenai substansi perjanjiannya, yaitu:
1) Perjanjian mengenai hak atas wilayah atau disebut dispositive treaty,
berlaku mengikuti wilayah, artinya tidak mengikuti perubahan
kekuasaan atau kedaulatan terhadap wilayah sehingga perjanjian yang
substansinya mengenai perbatasan tidak dapat diganggu gugat oleh
Rebus sic stantibus principle38
(Pasal 11 dan Pasal 12 The Vienna
Convention on Succession of State in Respect of Treaties on 1978 dan
Pasal 62 ayat (2) Vienna Convention on the Law of Treaties on 1969).
Berlakunya prinsip Rebus sic stantibus principle harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a) Perubahan keadaan tidak ada pada waktu pembentukan perjanjian.
b) Perubahan tersebut adalah perihal suatu keadaan yang fundamental
bagi perjanjian tersebut.
37
Shaw, Malcom N. 2009.International Law. Cambridge. Cambridge University Press. hlm. 683 38
Rebus sic stantibus principle adalah doktrin hukum yang menetapkan bahwa apabila timbul
perubahan yang mendasar dalam kenyataan-kenyataan yang ada pada perjajian itu diadakan yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan perjanjian, maka keadaan yang demikian dapat diajdikan
sebagai alasan untuk mengakhiri atau menarik diri dari perjanjian tersebut.
34
c) Perubahan tersebut tidak dapat diramalkan sebelumnya oleh para
pihak.
d) Keadaan yang berubah merupakan dasar yang terpenting atas mana
diberikan persetujuan terikat negara peserta.
e) Akibat perubahan tersebut haruslah radikal, sehingga merubah
ruang lingkup kewajibannya yang harus dilaksanakan menurut
perjanjian itu.
2) Perjanjian internasional yang berhubungan dengan perbatasan wilayah
yang mengikat pihak ketiga dikarenakan proses dekolonisasi yang
berakibat negara ketiga tersebut memiliki kedaulatan di salah satu
wilayah negara yang terikat perjanjian tersebut.
3) Perjanjian internasional mengenai persahabatan, persekutuan atau
netralisasi tidak mengikat bagi successor state.
4) Perjanjian multilateral tidak diwajibkan bagi successor state untuk
melanjutkan menjadi negara peserta, sedangkan untuk perjanjian
bilateral juga dapat berlanjut apabila kedua belah pihak setuju untuk
meneruskannya.
5) Perjanjian internasional dimana successor state tersebut merupakan
pecahan dari negara peserta atas perjanjian internasional tersebut,
maka perjanjian tersebut tetap berlaku.
6) Perjanjian mengenai HAM bersifat mengikatnya lebih komplek
dimana successor state muncul dari predecessor state yang merupakan
peserta ataupun negara yang menundukkan diri terhadap perjanjian
35
HAM tersebut, maka successor state hasil pecahan predecessor state
tersebut tetap dianggap sebagai negara baru yang secara otomatis
terikat dalam perjanjian HAM.
b. Akibat Suksesi terhadap Hutang Negara
The Vienna Convention on Succession of State in Respect of State Property, Archive,
and Debst on 1983 mengatur mengenai hutang negara terdahulu terhadap negara
selanjutnya. Sebagai berikut:
1) Mengenai pewarisan hutang negara dari predecessor state menegaskan
bahwa suksesi tidak akan menghilangkan kewajiban predecessor state
sebagai kreditor (Pasal 36). Hutang nasional adalah hutang yang
dimiliki pemerintah pusat, sedangkan hutang lokal adalah hutang yang
dimiliki pemerintah daerah.
2) Menurut terjadinya transfer sebagai wilayah dari suatu negara terhadap
negara lain maka perhitungan dengan cara mendasarkan pada
keseimbangan atau aquitable propotion (Pasal 37).
3) Terkait dengan munculnya successor state yang menyatakan tidak ada
hutang yang terwaris tanpa adanya persetujuan terlebih dahulu antara
kedua belah pihak, guna menghindari tindakan yang merusak prinsip
kedaulatan successor state tersebut (Pasal 38).
4) Mengenai masalah penggabungan hutang yang dimana hal tersebut
menjadi tanggungan dari successor state, asalkan merupakan sebuah
suksesi parsial dimana perhitungan penanggungan hutang oleh
36
successor state didasarkan pada perhitungan yang adil (Pasal 40 dan
Pasal 41).
c. Akibat Suksesi terhadap Kewarganegaraan
Akibat hukum terhadap nasionalitas biasanya akan mengikuti kedaulatan. Sehingga
dalam suksi negara mengenai masalah kewarganegaraan ditentukan pada tempat
kelahiran juga tempat tinggal sehari-hari kecuali ada penolakan.39
Dasar hukum dalam hal ini adalah prinsip dalam Deklarasi HAM Universal 1948
yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas nasionalitas dan Pasal 1 ayat (2)
convention on the reduction of the statelessness on 1961 yang menetapkan bahwa
setiap negara berkewajiban untuk menjamin tidak ada penduduk yang menjadi
stateless sebagai akibat adanya suksesi negara.
d. Akibat Suksesi terhadap Arsip Negara
The Vienna Convention on Succession of State in Respect of State Property, Archive,
and Debst on 1983 mengatur mengenai arsip negara terlebih dahulu terhadap
successor state, selanjutnya yaitu40
:
1) Mengenai benda-benda yang terkait dengan nilai budaya suatu
kelompok masyarakat akan jatuh ke successor state (Pasal 29).
2) Perpisahan kepemilikan arsip negara mengikuti kepemilikan wilayah
(Pasal 30).
39
Sefriana. 2011. Op.Cit. hlm. 311 40
The Vienna Convention on Succession of State in Respect of State Property, Archive, and Debst on
1983
37
3) Beda dengan konsekuensi suksesi negara dimana predecessor state
telah bubar maka kepemilikan arsip yang bersifat administrasi tersebut
akan menjadi milik successor state, sedangkan arsip yang lain akan
diserahkan berdasar pertimbangan keadilan dan keadaan yang relevan
(Pasal 31).
e. Akibat Suksesi terhadap Kepemilikan Public Property
Secara yuridis, ada dua jenis aset pasca suksesi yakni, aset milik pemerintah dan aset
milik swasta. Public property menurut The Vienna Convention on Succession of State
in Respect of State Property, Archive, and Debst on 1983 adalah harta-harta yang
berada dibawah kepimilikan lembaga-lembaga negara atau harta negara yang diatur
dalam hukum nasional.
Beberapa ketentuan mengenai public property yang diatur dalam The Vienna
Convention on Succession of State in Respect of State Property, Archive, and Debst
on 1983 meliputi41
:
1) Harta-harta yang tak bergerak bagi negara yang baru merdeka secara
langsung akan menjadi milik successor state (Pasal 15 b).
2) Harta-harta yang bergerak yang berguna untuk kepentingan lokal,
maka akan secara langsung menjadi milik successor state. Sedangkan,
untuk harta yang berada diluar wilayah tersebut akan dibagi menurut
prinsip keadilan (Pasal 17 ayat (1) (c)).
41
Ibid.
38
f. Akibat Suksesi terhadap Kepemilikan Privat Property
Privat property adalah harta benda atau hak-hak milik perseorangan atau perusahaan
yang bukan milik negara berdasarkan hukum nasional predecessor state.42
Pada
prinsipnya suksesi suatu negara yang terjadi tidak akan pernah mempengaruhi
kepemilikan atas privat property, sehingga hak atas privat property tidak akan
berpindah pada successor state. Apabila successor state ingin mengambil alih
kepemilikan dari privat property harus memberikan kompensasi kepada pemiliknya.
g. Akibat Suksesi terhadap Keanggotaan dalam Organisasi Internasional
Ada beberapa prinsip yang diatur oleh The Sixth (legal) Committee yang merupakan
bagian dari Majelis Umum PBB mengenai persoalan suksesi dan keanggotaan
organisasi internasional, yang menyebutkan sebagai berikut:
1) Keanggotaan dari PBB tidak berhenti oleh karena hanya disebabkan
oleh perubahan dan pergantian konstitusi atau perbatasan, kecuali itu
diperlukan pula mengenai personalitas hukumnya.
2) Dalam hal ini successor state menjadi negara baru maka negara
tersebut diharuskan mengikuti aturan sebagaimana layaknya negara
baru yang ingin menjadi negara anggota kecuali ada izin sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam piagam.
42
Sefriana. 2011. Op.Cit. hlm. 305
39
h. Akibat Suksesi terhadap Keanggotaan terhadap claims in tort dan delict
Menurut prinsip-prinsip yang dikemukakan dalam dua kasus terkenal, yaitu Robert E.
Brown Claim dan Hawaiian Claim, negara suksesor tidak terikat untuk menghormati
suatu tuntutan yang tidak dapat dinilai dengan uang (unliqiudated claim) bagi
kerugian-kerugian akibat perbuatan melawan hukum, namun, apabila jumlah tuntutan
dapat dinilai dengan uang melalui perjanjian antar para pihak atau melalui suatu
keputusan atau penetapan pengadilan, dan dalam hal tidak adanya pernyataan
ketidakadilan atau ketidakwajaran, maka negara suksesor terikat untuk memenuhi
jumlah tuntutan yang tidak dapat dinilai dengan uang ini. Ketentuan ini tidak
mempersoalkan apakah perubahan kedaulatan tersebut dipaksakan atau secara
sukarela.43
43
Starke, J.G. Op.cit,. hlm. 446
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan
kostitusi yang ditentukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologi
berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan sistem,
sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam rangka
tertentu.44
Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif
(normative legal research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan
pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap suatu
permasalahan hukum tertentu.45
Ilmu hukum normatif bersifat sui generis,
maksudnya ia tidak dapat dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain.46
Hal yang paling
medasar dalam penelitian ilmu hukum normatif adalah bagaimana seorang peneliti
menyusun dan merumuskan masalah penelitiannya secara tepat dan tajam, serta
bagaimana penulis memilih metode untuk menentukan langkah-langkahnya dan
bagaimana penulis melakukan perumusan dalam membangun teorinya.
44
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. hlm. 42 45
Soejono dan H. Abdurrahman. 2003. Metode Peneltian Hukum. Jakarta. Rineka Cipta. hlm. 56 46
Nasution, Bahder Johan. 2008. Metode Penelitian Hukum. Bandung. Mandar Maju. hlm. 80
41
Penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk memahami tentang suksesi dalam hukum
internasional serta mengetahui tentang proses referendum yang dilakukan oleh
Indonesia dan Timor Leste dapat disebut sebagai suksesi dalam hukum internasional
atau bukan.
B. Pendekatan Masalah
Pendekatan diperlukan dalam sebuah karya tulis ilmiah untuk lebih menjelaskan dan
mencapai maksud serta tujuan penelitian tersebut. Pendekatan tersebut dimaksudkan
agar pembahasan dapat terfokus pada permasalahan yang dituju, sesuai dengan ruang
lingkup pembahasan yang dituju.
Menurut Liang Gie, pendekatan adalah keseluruhan unsur yang dipahami untuk
mendekati suatu bidang ilmu dan memahami pengetahuan yang teratur, bulat,
mencari, sasaran yang ditelaah oleh ilmu tersebut.47
Klasifikasi pendekatan ada 6 tipe
yakni; pendekatan undang-undang atau statute aproch, pendekaan historis,
pendekatan konseptual, pendekatan komparatif, pendekatan politis, dan pendekatan
kefilsafatan.48
Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan ialah adanya perkembangan
ilmu hukum positif, sehingga terdapat pemisahan yang jelas antara ilmu hukum
positif dengan ilmu hukum teoritis.
Skripsi ini menggunakan pendekatan historis. Berdasarkan sifat dan tujuan penelitian
hukum penulisan ini, menggunakan penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan
47
Gie, The Liang. 1982.Ilmu Politik: Suatu pembahasan tentang Pengertian, Kedudukan, Lingkup
Metodologi. Yogyakarta. Gajah Mada University. hlm. 47 48
Nasution, Bahder Johan. Op.Cit. hlm. 92
42
dan bertujuan memperoleh gambaran lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku
ditempat tertentu dan pada saat tertentu., atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau
peristiwa hukum tertentu yang yang terjadi di dalam masyarakat. Penulis
menggunakan pendekatan ini untuk memudahkan dalam upaya menggambarkan dan
memaparkan mengenai suksesi dalam hukum internasional terutama dalam kasus
Timor Leste dan Indonesia.
C. Sumber Data
Karakterisitik utama penelitian ilmu hukum normatif dalam melakukan pengkajian
hukum terletak pada sumber datanya.49
Sumber utamanya adalah bahan hukum,
karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum yang berisi
aturan-aturan yang bersifat normatif. Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian
hukum normatif adalah data sekunder. Bahan diperoleh dari sumber kepustakaan.
Bahan hukum yang hendak dikaji atau menjadi acuan berkaitan dengan pemasalahan
dalam penelitian ini, yakni :
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan
hukum mengikat,50
yang terdiri dari :
a. The Vienna Convention on Succession of State in Respect of Treaties 1978
b. The Vienna Convention on Succession of State in Respect of State
Property, Archive, and Debst on 1983
49
Nasution, Bahder Johan. Op.Cit. hlm. 86 50
Soekamto, Soerjono. 2007.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Universitas Indonesia (UIPress).
hlm. 52
43
c. United Nations Ballot 8 August, 1999 Text of Agreement between The
Republic of Indonesia and The Portuguese Republic on The Question of
East Timor, 1999
d. Undang-Undang No. 7 Tahun 1976 tentang Pengesahan Penyatuan Timor
Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pembentukan
Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur
2. Bahan hukum sekunder, yaitu terdiri dari bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer,51
seperti buku-buku, skripsi-skripsi, surat
kabar, artikel internet, hasil-hasil penelitian, pendapat para ahli atau sarjana
hukum yang dapat mendukung pemecahan masalah yang diteliti dalam
penelitin ini.
3. Bahan hukum tersier, yaitu terdiri dari :52
a. Bahan-bahan yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Ensiklopedia.
b. Bahan-bahan diluar bidang hukum, seperti buku-buku, majalah-majalah,
surat kabar yang oleh penulis digunakan untuk melengkapi maupun
menunjang data penelitian.
51
Ibid. 52
Ibid.
44
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan diolah menggunakan metode studi kepustakaan.
Kepustakaan dala hal ini sebagai suatu bahan yang berisi informasi yang diperlukan
penelitian perlu mendapatkan seleksi secara ketat dan sistematis, prosedur
penyeleksian didasarkan pada relevansi dan kemutakhiran data.53
Studi kepustakaan
dilakukan dengan cara mempelajari literature-literatur, artikel-artikel, serta bahan
bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
2. Metode Pengolahan Data
Setelah data yang diperoleh telah terkumpul, maka langkah berikutnya adalah
mengolah data tersebut agar dapat memberikan gambaran mengenai masalah dalam
penelitian ini. Pengolahan data dilakukan melalu tahap-tahap sebagai berikut :
a. Seleksi data, yaitu pemeriksaan data untuk mengetahui apakah data
tersebut sudah lengkap sesuai dengan keperluan penelitian.
b. Klarifikasi data, yaitu menempatkan data sesuai dengan bidang atau
pokok bahasan agar mempermudah dalam menganalisisnya.
c. Sistematika data, yaitu penyusunan data menurut sistematika yang telah
ditetapkan dalam menganalisisnya.
53
Nasution, Bahder Johan. Op.Cit.hlm. 103
45
E. Analisis Data
Setelah keseluruhan data yang diperoleh sesuai dengan bahasannya masing-masing,
langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Metode yang digunakan dalam analisis
data adalah analisis kualitatif, yatu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk
kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga
memudahkan interpretasi data.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah penulis menyimpulkan bahwa peristiwa bergabungnya
Timor Timur dengan Indonesia dan berpisah Timor Timur dari Indonesia dan
membentuk negara baru merupakan proses suksesi dalam hukum internasional.
Proses suksesi ini merupakan penerapan dari Konvensi Wina 1978 yang berisi
tentang suatu wilayah negara yang sebelumnya merupakan tanggung jawab negara
terdahulu berubah menjadi tanggung jawab negara itu sendiri.
Proses suksesi saat bergabungnya Timor Timur dengan Indonesia pada tahun 1976
dapat disebut sebagai proses suksesi parsial. Suksesi parsial adalah sebagian
wilayahnya dari predecessor state memisahkan diri menjadi successor state dengan
cara memerdekakan diri atau bergabung dengan negara lain.Hal ini dikarenakan,
sebagian wilayah Timor Timur yang merupakan wilayah kekuasaan Portugal menjadi
bagian dari Negara Republik Indonesia. Bentuk suksesi dari proses bergabungnya
adalah legal state succession dimana pemindahan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
dari Timor Timur yang sebelumnya berada dalam tanggung jawab Portugal beralih
kepada Negara Republik Indonesia.
Proses suksesi kedua yang terjadi pada Timor Timur dengan proses Referendum yang
dilakukan pada bulan Agustus 1999 menghasilkan keputusan bahwa Timor Timur
87
memisahkan diri dari Indonesia dan menjadi negara baru bernama Republik
Demokrasi Timor Leste. Bentuk suksesi dari proses berpisahnya ini adalah suksesi
parsial atau suksesi negara yang berupa pemisahan diri dari negara sebelumnya dan
menjadi negara baru.
Proses suksesi Timor Leste menimbulkan berbagai akibat bagi negara itu Timor
Leste. Pertama, terhadap perjanjian internasional yang terjalin sebelum Timor Leste
menjadi negara baru tidak dapat berlanjut setelah Timor Leste menjadi negara baru
tanpa adanya kesepakatan terlebih dahulu. Kedua, terhadap status kepemilikan privat
property, harta benda milik individu maupun perusahaan yang berada di wilayah
Timor Leste tidak dapat beralih secara langsung menjadi kepemilikan Timor Leste
tanpa adanya kesepakatan antara pemerintah Timor Leste dengan pihak pemilik
privat property. Ketiga, terhadap status keanggotaan dalam organisasi internasional.
Timor Leste, setelah menjadi negara merdeka tidak secara otomatis bergabung
menjadi anggota organisasi internasional melainkan Timor Leste harus
menggabungkan dirinya ke organisasi internasional dan mengikuti peraturan sebagai
negara baru.
Berbeda dari perjanjian internasional, status kepemilikan privat property, dan
keanggotaan dalam organisasi internasional, akibat suksesi Timor Leste terhadap
status kewarganegaraan dapat beralih secara langsung ketika Timor Leste menjadi
negara merdeka, kecuali adanya penolakan atau keberatan dari individu yang menjadi
warga negara Timor Leste. Begitu pula dengan arsip negara yang berada di wilayah
Timor Leste setelah Timor Leste merdeka, maka secara langsung arsip tersebut
88
menjadi milik dari negara Timor Leste. Akibat suksesi terhadap kepemilikan public
property pun beralih secara langsung ketika Timor Leste resmi menjadi negara
merdeka.
Akibat suksesi terhadap keanggotaan terhadap claim in tort dan delict tidak ikut
berubah setelah Timor Leste menjadi negara baru. Hal ini dikarenakan, Timor Leste
wajib ikut berpartisipasi dalam upaya penegakan hukum. Sedangkan, akibat suksesi
Timor Leste terhadap hutang negara tetap menjadi tanggung jawab negara Timor
Leste terhadap wilayahnya sendiri. Hutang negara saat bergabungnya Timor Leste
dengan Indonesia dapat menjadi tanggung jawab Timor Leste apabila adanya
perjanjian atau kesepakatan antara pemerintah Timor Leste dan pemerintah Indonesia
mengenai hutang.
Proses suksesi yang terjadi saat bergabungnya Timor Timur dengan Indonesia dan
saat Timor Timur berpisah dari Indonesia dan menjadi negara baru bernama Timor
Leste, menurut Konvensi Wina 1978 proses tersebut telah sesuai dengan aturan
hukum internasional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis menyarankan bahwa
diperlukan lebih banyak tulisan yang menganalisis mengenai suksesi negara,
sehingga pemahaman yang lebih komprehersif tentang suksesi negara lebih
terbangun.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdul Muthalib Tahar. 2015. Hukum Internasional dan Perkembangannya. Bandar
Lampung. BP Justice Publisher.
A. Kardiyat Wiharyanto. 2011. Sejarah Indonesia dari Proklamasi Sampai Pemilu
2009. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
Avelio M. Coelho. 2012. Dua Kali Merdeka, Esei Sejarah Politik Timor Leste.
Yogyakarta. Djaman Baroe.
Bahder Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Hukum. Bandung. Mandar Maju.
Boer Mauna. 2005. Hukum Internasional. Bandung. P.T. Alumni.
F.C.L Rieuwpassa. 2014. Skripsi. Pengakuan Amerika Serikat Terhadap Cina RRC
Dan Cina Taiwan. Makassar. Universitas Hasanuddin.
Gery Van Klinken. 1996. Akar Perlawanan Rakyat Timor Timur dan Prospek
Perdamaiannya. Jakarta. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM).
Hastutining Dyah Wijayatmi. 2004. Hubungan Bilateral RI-Timor Timur Pasca
Kemerdekaan Timor Timur. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Huala Adolf. 2002. Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasonal Edisi Revisi.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Hendracaroko Marpaung. 2009. Timor Timur Menyerang Indonesia. Yogyakarta.
Galangpress.
Idi Subandi Ibrahim. 2002. Selamat Jalan Timor Timur, Pergulatan Menguak
Kebenaran. Jakarta. Ide Indonesia.
J.G. Starke. 2004. Pengantar Hukum Internasional 2 Edisi Kesepuluh. Jakarta. Sinar
Grafika.
Lela E. Madjiah. 2002. Timor Timur Perginya Si Anak Hilang. Jakarta. Antara
Pustaka Utama.
Lourenco de Deus Mau Lulo. 2012. Politik Hukum Timor Leste Materi (PHTL)
Pengantar Hukum Timor Leste.
Makmur Makka. 2012. Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie; Dari Ilmuwan ke
Negarawan Sampai ‘Minandito’. Jakarta. THC Mandiri.
Malcom N Shaw. 2009. International Law. Cambridge. Cambridge University Press.
Marnixon R.C. Wila. 2006. Konsepsi Hukum dalam Pengaturan dan Pengelolaan
Wilayah Perbatasan Antarnegara (Kasus: Wilayah Enklave Negara Timor Leste di
dalam Wilayah Negara Indonesia). Bandung. P.T. Alumni.
Mochtar Kusumaatmadja. 1981. Pengantar Hukum Internasional. Bandung.
Binacipta.
Melly Aida dan Ria Wierma Putri. 2014. Peranan Sekertaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa dalam Penyelesaian Sengketa Internasional. Bandar Lampung.
Ria Wierma Putri. 2007. Perlindungan Saksi dalam Peradilan Kasus Pelanggaran
HAM Berat di Timor Timur. Jogjakarta. Universitas Gajah Mada.
Sefriana. 2011. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Sefriana. 2014. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada
Siswowihardjo. 1999. Xanana Gusmao: Timor Leste Merdeka Indonesia Bebas.
Solidamor
Soehino. 1980. Ilmu Negara. Yogyakarta. Liberty.
Soejono dan H. Abdurrahman. 2003. Metode Peneltian Hukum. Jakarta. Rineka
Cipta.
Soekanto. 1976. Integrasi: Kebulatan Tekad Rakyat Timor Timur. Jakarta. Bumi
Restu.
Soenarto HM. 2003. Pergulatan Ideologi dalam Kehidupan Berbangsa. Jakarta.
Lembaga Putra Fajar.
Soerjono Soekamto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Universitas
Indonesia. UI Press
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press.
Syamsuddin Haris dan M.Riefki Muna. 2000. Indonesia di Ambang Perpecahan,
Jakarta.
The Liang Gie. 1982. Ilmu Politik: Suatu pembahasan tentang Pengertian,
Kedudukan, Lingkup Metodologi. Yogyakarta. Gajah Mada University.
Zacky A. Makarim. 2003. Hari-Hari Terakhir Timor Timur, Sebuah Kesaksian.
Jakarta. Sportif Media Informasindo.
Charter/Convention :
The Vienna Convention on Succession of State in Respect of State Property, Archive,
and Debst on 1983
Jurnal :
Abdul Hakim. Negara dalam Perspektif Plato, e-Journal Ilmu Usbuluddin Volume 9
No. 1, Januari 2010.pdf
Eko Khatulistino. 2015. E-Jurnal Fatwa Hukum: Upaya Penegakan Hukum terhadap
Para Pelaku Kasus Insiden Santa Cruz 1991 di Timor Timur oleh Pemerintah
Indonesia. Universitas Tanjungpura
Huala Adolf. Beberapa Masalah Suksesi Negara Dalam Kasus Timor Timur. 2013.
Tyas Suartika. Korban Jajak Pendapat di Timot Timur, 1999 , e-Journal Pendidikan
Sejarah Volume 3, No. 1, Maret 2015.pdf
PBB. Penentuan Nasib Sendiri Melalui Jajak Pendapat. New York. Deppen Publik
PBB. hlm. 9.
Website :
e-journal.uajy.ac.id/369/2/1MIH01526.pdf
https://www.academia.edu/28167043/Teori Terbentuknya Negara Pandji Romadhoni.
Teori Terbentuknya Negara.
https://www.cia.gov/library/publications/resources/the-world-factbook/geos/tt.html
http://dwicahyadiwibowo.blogspot.co.id/2013/02/konsep-teori-dan-proses-
terbentuknya.html Dwi Cahya Wibowo. Konsep, Teori, dan Proses Terbentuknya
Negara.
https://www.kemlu.go.id/dili/id/bilateral/Pages/profil_negara.aspx
http://www.kompasiana.com/mozesadiguna/masaintegrasiadalahmasaterindahbagitim
ortimur_551fdbef813311f0379df43c. Adiguna Mozes. Masa Integrasi Adalah Masa
Terindah bagi Timor Timur.
https://pdfdokumen.com/download/teori-terbentuknya-
negara_59d97f811723dde65a715626_pdf Riko Gunawan. Teori Terbentuknya
Negara.
http://www.un.org/press/en/1999/19990507.SC6672.html