desain fasilitas uji kinerja water-cooled chiller dan

15
Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan Air-Cooled Chiller Berdasarkan Standar AHRI 551-591 Ma’ruf Fauzi Rahman, Budiharjo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Unversitas Indonesia, Depok E-mail: [email protected] [email protected] Abstrak Chiller dibutuhkan dalam sistem tata udara pada gedung (HVAC) untuk mendinginkan air yang mengalir melewati cooler/evaporator. Uji kinerja chiller sangat diperlukan dalam industri chiller untuk mendapatkan standar kinerja chiller yang sama di seluruh dunia. Penelitian ini berusaha untuk melakukan penerapan dari standar uji chiller dari AHRI 551-591 pada sebuah sistem uji Water-Cooled Chiller dan Air-Cooled Chiller. Data- data spesifikasi chiller dari berbagai macam kapasitas menjadi objek landasan dalam menentukan desain alur sistem uji. Dengan menggunakan standar AHRI 551-591 pula instrumen-instrumen pendukung seperti alat pengukur dan lainnya ditentukan. Performance Test Facility Design for Water-Cooled Chiller and Air-Cooled Chiller Based on AHRI 551-591 Chiller are needed in a heat, ventilation and air conditioning (HVAC) system in buildings to refrigerating water that through cooler/evaporator. Chiller performance test are very important in chiller industrial world to get standard of chiller performance equivalen all around the world. This research try to implement the standard based on AHRI 551-591 into performance test system of Water-Cooled Chiller and Air-Cooled Chiller. Chiller spesification data information in several capacity and type are being basic object to determine the layout design and performance test system. Based on AHRI 551-591 also can determined additional instrument such as gauge tool and other. Keyword: HVAC, Water-Cooled Chiller, Air-Cooled Chiller, AHRI 551-591, Performance Test. Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Air-Cooled Chiller Berdasarkan Standar AHRI 551-591 Ma’ruf Fauzi Rahman, Budiharjo

Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Unversitas Indonesia, Depok

E-mail: [email protected]

[email protected]

Abstrak

Chiller dibutuhkan dalam sistem tata udara pada gedung (HVAC) untuk

mendinginkan air yang mengalir melewati cooler/evaporator. Uji kinerja chiller sangat

diperlukan dalam industri chiller untuk mendapatkan standar kinerja chiller yang sama di

seluruh dunia. Penelitian ini berusaha untuk melakukan penerapan dari standar uji chiller dari

AHRI 551-591 pada sebuah sistem uji Water-Cooled Chiller dan Air-Cooled Chiller. Data-

data spesifikasi chiller dari berbagai macam kapasitas menjadi objek landasan dalam

menentukan desain alur sistem uji. Dengan menggunakan standar AHRI 551-591 pula

instrumen-instrumen pendukung seperti alat pengukur dan lainnya ditentukan.

Performance Test Facility Design for Water-Cooled Chiller

and Air-Cooled Chiller Based on AHRI 551-591

Chiller are needed in a heat, ventilation and air conditioning (HVAC) system in

buildings to refrigerating water that through cooler/evaporator. Chiller performance test are

very important in chiller industrial world to get standard of chiller performance equivalen all

around the world. This research try to implement the standard based on AHRI 551-591 into

performance test system of Water-Cooled Chiller and Air-Cooled Chiller. Chiller

spesification data information in several capacity and type are being basic object to determine

the layout design and performance test system. Based on AHRI 551-591 also can determined

additional instrument such as gauge tool and other.

Keyword: HVAC, Water-Cooled Chiller, Air-Cooled Chiller, AHRI 551-591, Performance Test.

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 2: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

1. Pendahuluan

Pengkondisian udara adalah sebuah kebutuhan dalam sebuah bangunan gedung. Bahkan

hampir sekitar 50% dari seluruh kebutuhan energi listik pada gedung digunakan untuk sistem

pengkondisian udara. Pengkondisian udara menggambarkan fungsi yang penting dari sistem

HVAC (Heat Ventilation and Air Conditioning) yang digunakan pada berbagai macam

gedung publik, seperti gedung perkantoran, supermarket, pabrik, sekolah, maupun kampus.

Pada gedung-gedung besar lebih banyak digunakan sistem HVAC dengan sistem sentral,

mengambil panas dari dalam gedung untuk kemudian dibuang ke atmosfir. Sedangkan pada

gedung-gedung kecil hingga menengah biasanya lebih sering menggunakan HVAC dengan

jenis package. Dengan kebutuhan akan peralatan sistem HVAC yang semakin tinggi maka

industri peralatan sistem HVAC menjadi semakin berkembang. Namun dengan adanya

standarisasi peralatan pada sistem HVAC, maka dalam sebuah industri adalah wajib semua

produk yang dihasilkan harus lulus uji standar yang telah ditentukan dengan berdasarkan

pada standar yang telah disepakati bersama seperti ASHRAE, AHRI, ANSI dan sebagainya.

Alat-alat HVAC yang harus melalui uji standar sebelum dipasarkan seperti Chiller, AHU (Air

Hndling Unit), Packkage Unit memiliki sistem dan cara pengujian yang berbeda.

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sistem pengujian chiller dan menentukan spesifikasi

alat-alat pendukung agar sesuai dengan standar yang dipilih. Fokus penelitian untuk

mendapatkan data berupa spesifikasi alat pada sistem dan menentukan tata letak pada sistem

pengujian. Penelitian ini dimaksudkan untuk adanya unit pengujian kinerja chiller yang

memenuhi standar internasional untuk industri atau pabrikan chiller yang ada terutama di

Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode tinjauan literatur dan standar

internasioal seperti standar AHRI (Air Conditioning, Heating and Refrigeration Institute)

551-591, ASHRAE (American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning

Engineers).

2. Tinjauan Teoritis

2.1. Chiller

Chiller adalah peralatan yang menjadi media pendingin utama untuk bangunan gedung.

Fungsi Chiller dalam sistem tata udara adalah mendinginkan media air. Air sebagai media

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 3: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

pendingin dialirkan dari cooler/evaporator chiller menuju ke AHU (Air Handling Unit) agar

terjadi perpindahan kalor antara ruangan dan koil pada AHU. Pada Chiller terdapat beberapa

parameter yang menunjukkan unjuk kerjanya, antara lain; suhu air masuk (inlet) ke

cooler/evaporator dan suhu air keluar (outlet) dari cooler/evaporator, tekanan discharge, serta

tekanan suction. Komponen-komponen dasar dari water chiller system antara lain kompresor,

pendingin air (cooler/evaporator), kondenser, motor penggerak kompresor, alat pengatur

aliran refrigerant dan panel kontrol.

2.2. Dasar Kerja Chiller

Siklus refrigerasi dari water chiller system secara sederhana. Air masuk ke dalam

cooler/evaporator dan didinginkan oleh cairan refrigerant yang menguap pada temperatur

rendah. Uap refrigerant dihisap masuk ke kompresor dan tekanannya dinaikkan

sehinggadapat mencair kembali pada temperatur tinggi di kondenser. Pada proses ini

temperatur medium pendingin kondenser (air atau udara) mengalami kenaikan. Refrigerant

cair tersebut kemudian mengalir ke cooler/evaporator melalui alat kontrol refrigerant (katup

ekspansi) dan siklus terus berulang seperti semula.

Gambar 1. P-H diagram umum chiller

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 4: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Gambar 1 adalah contoh skema tekanan dan entalpi dari chiller. Pada titik siklus nomor

empat (4) menuju satu (1) adalah proses evaporasi refrigeran pada cooler/evaporator. Dimana

refrigeran menangkap panas yang dibawa oleh air sehingga refrigeran berubah fase menjadi

uap. Kemudian pada proses satu (1) menuju dua (2) adalah proses kompresi pada kompressor

mengirimkan refrigeran menuju kondenser, tekanan menjadi lebih tinggi disertai kenaikan

panas diakibatkan oleh panas dari kerja kompresor. Pada poin dua (2) menuju tiga (3) adalah

fase kondensasi pada kondenser. Dimana refrigeran kembali menjadi bentuk cair diakibatkan

oleh pemindahan panas dari refrigeran menuju media lain yang digunakan sebagai pendingin,

seperti air pada tipe water-cooled atau udara pada tipe air-cooled. Kemudian pada poin tiga

(3) meunju empat (4) adalah proses ekspansi pada katup ekspansi dimana tekanan diturunkan

sehingga fase dapat berubah sempurna menjadi fase cair untuk kemudian siklus terus

berulang.

2.3. Water-Cooled Chiller

Secara umum pada water-cooled chiller terdiri dari bagian cooler, kompresor, kondenser dan

katup ekspansi. Komponen ini hampir berlaku universal untuk semua jenis chille. Yang

membedakan adalah teknis bekerja dari chiller dimana biasanya jenis pompa yang digunakan

pada kompresor berbeda, atau metode pendinginan pada kondenser yang berbeda. Kompresor

berfungsi untuk menaikan tekanan dan memindahkan refrigeran dari cooler menuju

kondenser. Kompresor memiliki banyak jenis pada berbagai macam jenis chiller. Perbedaan

ini adalah salah satu yang paling mendasar untuk membedakan chiller. Kondenser adalah

bagian dimana panas dari refrigeran akan dibuang menuju lingkungan. Panas yang berasal

dari ruangan yang didinginkan ini akan dibuang melalui sebuah fenomena transfer panas

antara refrigeran dengan media pembuang panas yang digunakan pada jenis water–chiller

media yang digunakan untuk membuang panas adalah air yang disirkulasikan dengan menara

pendingin. Katup ekspansi digunakan untuk kembali menurunkan tekanan yang tinggi akibat

dari kompresor. Pada fase ini diharapkan refrigeran akan berubah seluruhnya menjadi bentuk

fase cair. Penurunan tekana yang terjadi diharpkan akan menurunkan temperatur refrigeran

yang akan berimbas pada perubahan total fase refrigeran menjadi bentuk cair. Cooler

berfungsi untuk menangkap panas yang dialirkan oleh air dimana air tersebut berasal dari

ruangan panas yang didinginkan. Pada cooler ini refrigeran yang mulanya pada fase cair akan

berubah fase menjadi uap kembali akibat dari panas yang diterimanya.

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 5: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

2.4. Air-Cooled Chiller

Chiller jenis ini memiliki perbedaan dasar dari chiller jenis water-cooled yaitu terletak pada

sistem kerja kondensernya. Dimana pada chiller tipe air-cooled pendinginan refrigeran pada

kondenser menggunakan udara yang dihembuskan oleh kipas dan bukan menggunakan air

seperti yang digunakan pada tipe water-cooled chiller. Sirkulasi pada kondenser lebih simpel

namun lebih membutuhkan ruangan yang khusus dimana sirkulasi udara sangat dibutuhkan

dalam kondisi yang lancar. Hal ini diperlukan supaya kerja pembuangan panas menuju

lingkungan akan semakin efektif. Kompresor pada air-cooled chiller biasanya memiliki jenis

yang lebih beragam dibandingkan dengan pada jenis water-cooled chiller. Diantaranya

adalah jenis reciprocating, screw, scroll dan rotary hingga centrifugal. Kondenser pada air-

cooled chiller memiliki perbedaan yang sangat spesifik dengan tipe water-cooled chiller.

Oleh karena sistem pada kondenser inilah maka dinamakan air-cooled chiller. Yaitu dimana

sistem pembuangan panas pada kondenser menggunakan bantuan udara sebagai media

pembawa atau pembuang panas menuju lingkungan. Katup ekspansi pada tipe air-cooled

chiller tidak jauh berbeda dengan tipe water-cooled chiller. Jenis yang biasa digunakan

seperti thermal expansion valve hampir merata banyak digunakan pada prosuk-produk pada

tipe air-cooled chiller. Evaporator pada tipe air-cooled chiller juga tidak berbeda jauh

dengan tipe water-cooled chiller.

2.5. Data Kapasitas Chiller dan Dasar Instrumen Sistem

Data kapasitas chiller yang dijadikan dasar untuk mendesain sistem adalah air-cooled chiller

dengan kapasitas maksimal 372,1 TR (1308 kW) dan water-cooled chiller dengan kapasitas

maksimal 739 TR (2600 kW). Instrumen pada sistem yang akan dihitung adalah ukuran pipa,

kapasitas pompa, kapasitas alat penukar kalor tipe pelat, jumlah kebutuhan panel surya, dan

kapasitas menara pendingin.

Debit air sebagai media pemnghantar panas dihitung berdasarkan kapasitas dari chiller.

Dimana untuk setiap 1 TR (Ton of Refrigerant) pada evaporator/cooler maka laju aliran air

adalah 2,4 gpm (galon per menit) [AHRI 551-591]. Sedangkan untuk setiap 1 TR (Ton of

Refrigerant) pada kondenser maka laju aliran air adalah 3 gpm (galon per menit) [AHRI 551-

591]. Jumlah laju aliran air akan mempengaruhi diameter ukuran pipa yang akan digunakan

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 6: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

sebagai lintasan tempat mengalirnya air. Penentuan diameter ukuran pipa dapat dihitung

menggunakan formula:

! = !.!

!!"#$%&'&# = !. !!

! = 2!

Dimana Q = Debit air dalam m3/s

A = Luas lingkaran dalam m2

V = Kecepatan laju air (ditentukan) m/s

! = 3,14

r = Jari-jari lingkaran

D = Diameter lingkaran (pipa)

Pompa pada instalasi sistem ini digunakan untuk mengalirkan fluida berupa air. Penghitungan

kapasitas pompa harus mempertimbangkan adanya kerugian mayor dan minor pada sistem.

Kerugian mayor dihitung menggunakan pendekatan Darcy-Weisbach. Sehingga digunakan

formula

!" =!  !  !!

2!"

Dimana ma = Kerugian mayor (m)

f = Faktor gesekan (lihat tabel Moody)

L = Panjang pipa (m)

v = Kecepatan aliran (m/s)

D = Diameter pipa (m)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

Dalam menggunakan formula Darcy-Weisbach dibutuhkan tabel Moody untuk mendapatkan

nilai faktor gesekan. Dalam mencari nilai faktor gesekan akan dibutuhkan variabel bilangan

Reynold dan nilai kekasaran relatif. Kekasaran relatif adalah nilai dimana kekasaran absolut

pada material tempat fluida mengalir/pipa dibagi dengan diameter lintasan aliran/pipa.

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 7: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Kerugian minor ialah kerugian akibat pemasangan belokan atau instrumen pada instalasi

lintasan fluida mengalir. Dalam hal ini adalah berupa elbow dan instrumen lain seperti katup,

pengatur laju aliran dan sebagainya. Setiap instrumen memiliki koefisien kerugian yang

berbeda. Kerugian minor dihitung menggunakan formula:

!" = !!!

2!

Dimana mi = Kerugian minor

K = Faktor kerugian

v = Kecepatan aliran (m/s)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

Berdasarkan data kerugian akan didapatkan daya yang dibutuhkan oleh pompa yaitu dengan

menggunakan formula:

!" =!(!"#$  !"#$%)!"

3,6!10!

Dimana Wp = Daya pompa (kW)

Q = Debit aliran (m3/jam)

ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

Heat exchanger atau alat penukar kalor mamiliki fungsi untuk menjembatani antara dua

elemen yang memiliki perbedaan suhu agar dapat terjadi perpindahan panas dari temperatur

tinggi menuju temperatur yang lebih rendah. Untuk mengetahui kapasitas panas suatu alat

penukar kalor maka digunakan persamaan:

q = ṁ  !!  ∆!

Dimana q = Kapasitas dalam W

ṁ = Laju aliran masa terhadap waktu kg/s

!! = Kalor spesifik air J/kg.K

∆! = Perbedaan temperatur (nilai positif absolut) K

3. Metode Penelitian

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 8: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Metode penelitian desain menggunakan tinjauan literatur seperti standar internasioal AHRI

(Air Conditioning, Heating and Refrigeration Institute) 551-591, ASHRAE (American

Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers) dan lain sebagainya.

Variabel dasar yang dijadikan acuan untuk pemilihan instrumen dan alat adalah berdasarkan

kebutuhan kapasitas dan jumlahnya.

4. Hasil Penelitian

Skematik diagram awal berdasarkan keperluan alat dan instrumen dapat digambarkan seperti

pada gambar 1

Gambar 2. Skematik diagram kerja sistem

4.1. Debit Air

Perhitungan debit air ialah = kapasitas ∗ debit  standar  AHRI. Dimana hasil dari perhitungn

dapat dilihat pada gambar tabel 1.

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 9: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Tabel 1. Debit air

Chiller Sistem Kapasitas (TR)

Debit Standar (gpm)

Total Debit (gpm)

Water Cooled

Cooler 739 2,4 1773,6 Kondenser 739 3 2217

Air-Cooled Evaporator 372,1 2,4 893,04

4.2. Bak Penampung Air

Bak penampungan air terbagi menjadi dua. Berupa penampung air panas dan penampung air

dingin. Volume bak didapatkan dengan menentukan waktu air sirkulasi selama satu putaran

dikalikan dengan debit air. Contoh perhitungan volume bak penampungan:

Volume = !(!"#$%&'() ∗ !"#$%

= 402,83  !!/!"# ∗ 360 !"#

= 402,83  !!/!"# ∗ 0,05  !"#

= 20,14  !!

Tabel 2. Volume bak air

Bak Air Debit (m3/jam Waktu Sirkulasi (menit) Volume Bak (m3) Bak Air Panas 50 6 5 Bak Air Dingin 402,83 3 20,14

4.3. Diameter Pipa

Diameter pipa dihitung menggunakan formula luas lingkaran. Dengan ditentukan bahwa

kecepatan air yang melewati pipa adalah 3 m/s. Contoh perhitungan diameter pipa:

! = !.!

0,1119 = 3,14 ∗ !! ∗ 3

9,42!! = 0,1119

!! = !,!!!"!,!"

! = 0,109!

! = 0,218! = 8,6  !"#ℎ ≈ 10  !"#ℎ

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 10: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Tabel 3. Diameter pipa

Diameter Pipa Pada Debit (m3/s) Keceptan

Aliran (m/s) Diameter Pipa

Meter Inch (Pembulatan) Pipa Air Panas 0,0139 3 0,073 3 Pipa Air Dingin 0,1119 3 0,218 10 Pipa Cooling Tower 0,1399 3 0,244 10

4.4. Pompa

Penentuan pompa mempertimbangkan kondisi bahwa apabila pengujian dilakukan pada

water-cooled chiller dengan kapasitas tertinngi yaitu pada debit air 1773,6 gpm atau 402,83

m3/jam, maka suplai air dari pompa diprioritaskan kepada pengujian pengaliran air tersebut.

Gambar 3. Skematik diagram pompa

Contoh perhitungan pompa:

!" =!(!"#$  !"#$%)!"

3,6!10!

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 11: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Wp = Daya pompa (kW)

Q = 11,356 m3/jam

ρ = 1000 kg/m3

g = 9,81 m/s2

!" =(11,356  )(5+ 1,23+ 2,39+ 61,8)(1000)(9,81)

3,6!10!

!" = 2,21!"

Tabel 4. Kapasitas pompa

Pompa Tinggi H (m)

Panjang Pipa (m)

Major Loss (m)

Minor Loss (m)

Equipment (m)

Daya Pompa (kW)

Pompa Air Panas 1 (1) 0,61 4,37 0,53 0,41 0 0,05 Pompa Air Panas 2 (2) 5 10,22 1,23 2,39 61,8 2,21 Pompa Air Dingin (3) 0,73 53,88 1,65 3,95 0,4 19,96 Pompa Cooling Tower(4) 4,51 23,68 0,73 2,98 6,8 20,61

4.5. Alat Penukar Kalor

Alat penukar kalor yang dihitung berupa alat penukar kalor tipe pelat pada sistem penukar

kalor antara pipa panas dan pipa dingin, dan menara pendingin pada saluran kondenser water-

cooled chiller.

!     = ṁ  !"  ∆!

= 111,9!"/!. 4,199!/!"#. 12− 7

= 2349,34  !"/!

= 2349,34  !" (Plate heat exchanger)

!     = ṁ  !"  ∆!

= 139,27!"/!. 4,199!/!"#. 35− 30

= 2910,05  !"/!

= 2910,05  !" (Cooling Tower)

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 12: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

4.5. Panel Surya

Panel surya dibutuhkan untuk memanaskan air dengan debit 220,14 gpm atau 50 m3/jam.

Dengan spesifikasi rata-rata dimana satu set panel surya mempunyai kapasitas debit aliran

sebanyak 1,1 gpm, maka dibutuhkan sebanyak 200 buah panel surya.

4.6. Diagram Skematik Tata Letak

Gambar 4. Skematik isometri sistem

Gambar 5. Skematik isometri sistem 2

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 13: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

Gambar 6. Skematik tampak atas sistem

5. Pembahasan

Desain final skema tata letak beserta dengan spesifikasi kebutuhan instrumen penunjang

dihasilkan dan disesuaikan dengan spesifikasi kebutuhan pada standar AHRI 551-591. Desain

kapasitas dapat berubah sesuai dengan pemilihan tata letak dari instrumen pendukung.

Pemilihan jenis instrumen pendukung seperti alat penukar kalor dan pompa dapat

menyesuaikan dengan berbagai faktor selama masih memenuhi ketentuan standar. Ketelitian

dan akurasi instrumen seperti pengukur temperatur dan pengukur tekanan adalah dasar dari

pemilihan instrumen yang langsung diatur dalam standar AHRI 551-591. Sehingga tidak

dilakukan pengkajian perhitungan dan sebagainya.

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 14: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

6. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :

A. Debit maksimum air dingin adalah sebesar 1773,6 gpm atau 402,83 m3/jam yaitu

terjadi apabila menjalankan uji kinerja water-cooled chiller dengan kapasitas 739 TR.

B. Bak penampungan air dibuat dua buah dengan kapasitas masing-masing untuk air

dingin sebesar 20,14  !! dan air panas sebesar 5!!.

C. Pompa yang digunakan adalah jenis inverter terdiri dari empat buah dengan

kebutuhan daya masing-masing sebesar 0,05!", 2,21kW 19,96kW, 20,61 kW

dengan spesifikasi temperatur kerja sampai dengan 800C.

D. Jumlah solar panel didasarkan kepada jumlah aliran yang dibutuhkan dengan dibagi

kemampuan laju aliran per solar panel dan didapatkan jumlah total kebutuhan

sebanyak 200 unit.

E. Heat exchanger dipilih jenis plat dengan kapasitas sebesar aliran air 1773,6 gpm dan

2349 kW.

F. Menara pendingin dipilih berdasarkan kapasitas 2910,05  !" dan dapat mengalirkan

2217 gpm.

7. Saran

A. Untuk memperoleh data yang benar-benar aktual, hendaknya menggunakan

instrument data akuisisi pada peralatan pengujian.

B. Optimasi sistem dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan efisiensi sistem

yang lebih baik.

C. Optimasi bisa meliputi desain tata letak, pemilihan instrumen dan desain kapasitas

penunjang.

8. Daftar Referensi

Books:

ASHRAE Handbook, (2005). Fundamentals. American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning

Engineers Inc., Atalanta.

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014

Page 15: Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan

ASHRAE Handbook, (2008). HVAC Sistem and Equipment. American Society of Heating, Refrigeration and

Air Conditioning Engineers Inc., Atalanta.

Munson, Bruce R., Donald F. Young., Theodore H. Okiishi. (2002). Fundamental of Fluid Mechanics Fourth

Edition. USA

Kavanaugh, Stephen P. (2006). HVAC Simplified. American Society of Heating, Refrigeration and Air

Conditioning Engineers Inc., Atalanta.

Journal Article:

Awwaluddin, Muhammad., Puji Santosa., Suwardiyono. (2012). Perhitungan Kebutuhan Cooling Tower Pada

Rancang Bangun Untai Uji Sistem Kendali Reaktor Riset. BATAN. 1411-0296.

Document:

ANSI/ASHRAE Standard 134-2005, (2005). Graphic Symbols for Heating, Ventilating, Air-Conditioning, and

Refrigerating Systems. American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers Inc.,

Atalanta.

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia. (2006). United Nations Environment Programme.

McQuay International, (2000). Aplication Guide AG 31-002. McQuay., USA

Trane. (1999). Centrifugal Water Chillers (TRC010EN.PPT). American Standard Inc., USA

Desain fasilitas uji kinerja water..., Ma Ruf Fauzi Rahman, FT UI, 2014